PENGARUH DOSIS EKSTRAK AIR DAUN BAYAM MERAH (Amaranthus tricolor L.) TERHADAP JUMLAH ERITROSIT DAN KADAR HEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus): SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI PEMBELAJARAN SISTEM SIRKULASI PADA MANUSIA Ratna Putri Aryani, Trianik Widyaningrum
P
ABSTRAK enelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis ekstrak air daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.) terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin pada tikus putih (Rattus norvegicus), serta untuk mengetahui dosis ektrak air daun bayam merah
yang paling perpengaruh terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin serta pemanfaatan hasil penelitian dosis ekstrak air daun bayam merah terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin tikus putih sebagai sumber belajar biologi SMA siswa kelas XI pada materi pembelajaran sistem sirkulasi pada manusia. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 1 faktor yaitu dosis ekstrak air daun bayam merah dengan perlakuan yaitu A (1,25% setara dengan dosis 0,125 gram/KgBB), B (2,5% setara dengan dosis 0,25 gram/KgBB), C (5% setara dengan dosis 0,5 gram/KgBB), D (10% setara dengan dosis 1 gram/KgBB), dan kontrol (tanpa pemberian ekstrak air daun bayam merah). Perhitungan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin dilakukan pada hari ke-20 setelah pemberian ekstrak air daun bayam merah. Untuk mengetahui pengaruh dosis ekstrak air daun bayam merah terhadap jumlah eritrosit pada tikus putih dilakukan analisis regresi, untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin dilakukan analisis varian (ANAVA) dan dilanjutkan dengan uji LSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis ekstrak air daun bayam merah berpengaruh terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin pada tikus putih. Dosis yang paling berpengaruh adalah perlakuan D (dosis ekstrak air daun bayam merah 1 gram/KgBB). Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber belajar biologi siswa SMA kelas XI pada materi pembelajaran sistem sirkulasi pada manusia dalam bentuk power point. Kata kunci : Dosis ekstrak air daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.), Tikus putih (Rattus norvegicus) Jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, dan Sumber bel 72
JURNAL BIOEDUKATIKA
VOL. 1 NO. 1
JULI 2013
HAL. 1 - 96
PENDAHULUAN
warna merah. Bayam merah sangat kaya akan vitamin A. Vitamin ini berperan dalam
Tanaman yang tumbuh di muka
fungsi penglihatan. Kandungan yang pal-
bumi ini diciptakan untuk memenuhi ke-
ing besar pada bayam adalah zat besi. Bagi
butuhan manusia misalnya untuk bahan
wanita yang mengalami proses menstruasi,
makanan, obat-obatan dan lain sebagainya.
zat besi bisa mengganti sel darah yang hilang
Bahkan menurut Pilnius dalam (Tjitroso-
karena zat besi yang ada dalam bayam meru-
epomo,1994), semua tumbuhan mempun-
pakan komponen penting untuk membentuk
yai daya pengobatan. Budaya bangsa yang
hemoglobin (Anonim, 2009). Berikut adalah
berkaitan
morfologi bayam merah:
pemeliharaan
kesehatan
dan
pengobatan penyakit, lebih banyak menggunakan tumbuhan. Hal ini didukung oleh
Daun
melimpahnya berbagai macam flora yang
Batang
berkhasiat di tanah air (Sodibyo, 1998). Hal ini memacu untuk melakukan penyelidikan ilmiah guna memperoleh kepastian khasiat tumbuhan tersebut. Pemanfaatan tanaman sebagai obat sudah lama dilakukan oleh manusia. Tumbu-
Zat besi dan protein merupakan kom-
han mempunyai manfaat untuk obat berbagai
ponen utama pembentuk hemoglobin (Hb)
penyakit. Tumbuhan yang merupakan bahan
yang terdapat dalam sel darah merah. Vi-
baku obat tradisional tersebut tersebar ham-
tamin C merupakan salah satu faktor yang
pir di seluruh wilayah Indonesia (Anonim,
meningkatkan arbsorbsi zat besi. Vitamin C
2000). Salah satu tumbuhan tersebut adalah
membantu proses reduksi besi dalam saluran
bayam merah (Amaranthus tricolor. L).
pencernakan dari bentuk Feri (Fe+++) men-
Bayam yang biasa dikonsumsi sebagai sayuran disebut dengan istilah bayam cabu-
jadi bentuk Fero (Fe++) yang mudah diserap oleh tubuh (Winarno, 1991).
tan atau bayam sekul. Terdapat tiga macam
Sel darah merah memerlukan protein
varietas bayam yang termasuk ke dalam
karena strukturnya terbentuk dari asam ami-
Amaranthus tricolor L. yaitu bayam hijau,
no. Selain itu juga memerlukan zat besi, se-
bayam merah (Blitum rubum), yang berwar-
hingga untuk pembentukan sel darah merah
na hijau keputih-putihan. Daun dan batang
baru memerlukan protein dan zat besi se-
bayam merah mengandung cairan yang ber-
hingga diperlukan diet seimbang yang berisi
JURNAL BIOEDUKATIKA
VOL. 1 NO. 1
JULI 2013
HAL. 1 - 96
73
zat besi (Pearce, 1999). Sel darah merah ter-
(Rattus norvegicus), dosis ekstrak air bayam
diri dari air (65%), Hb (33%), dan sisanya
merah (Amaranthus tricolar L.) yang mem-
terdiri dari sel stroma, lemak, mineral, vi-
pengaruhi jumlah eritrosit dan kadar hemo-
tamin dan bahan organik lainnya dan ion K
globin tikus putih (Rattus norvegicus)
(Kusumawati, 2004). Pengaruh hemoglobin di dalam sel darah merah menyebabkan timbulnya war-
METODE PENELITIAN A.
na merah pada darah karena mempunyai
Alat Dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian
kemampuan untuk mengangkut oksigen.
ini adalah:
Haemoglobin adalah senyawa organik yang
a.
komplek dan terdiri dari empat pigmen porpirin merah (heme) yang masing-masing
Kandang pemeliharaan dan perlengkapan milik UPHP UGM.
b.
Pemeriksaan eritrosit dan hemoglobin
mengandung iron dan globin yang meru-
antara lain pipet, kapas, jarum hemo-
pakan protein globural dan terdiri dari empat
tologi analyzer.
asam amino. Haemoglobin bergabung den-
c.
gan oksigen didalam paru-paru yang kemudian terbentuk haemoglobin yang selanjut-
gram d.
nya melepaskan oksigen ke sel-sel jaringan didalam tubuh (Frandson, 1992).
Timbangan analitik kepekaan 0,001 Pembuatan ekstrak antara lain pisau, almari pendingin, mortar.
e.
Alat injeksi (syringe) kapasitas 3 ml
Untuk mengetahui efek dari suatu zat
yang ujungnya diberi kanul digunakan
yang akan digunakan dan dimanfaatkan oleh
untuk memberikan ekstrak ke tikus
manusia, perlu dilakukan penelitan di Labo-
putih secara oral.
ratorium. Pada penelitian ini digunakan tikus putih (Rattus norvegicus), karena hewan
Bahan yang digunakan dalam pene-
ini memiliki siklus estrus yang jelas, mudah
litian ini adalah tikus putih (Rattus norvegi-
dipelihara, mudah beradaptasi dengan per-
cus) 15 ekor, ekstrak daun bayam (Ama-
lakuan dan hewan ini tersedia dalam jumlah
ranthus tricolor L), pakan tikus, larutan
banyak.
Hayem (untuk melisiskan darah sehingga
Berdasar latar belakang tersebut, maka
eritrositdapat terlihat di mikroskop, HCl 0,1
tujuan penelitian ini adalah untuk mengeta-
N , Aquades untuk pengencer ekstrak bayam
hui pengaruh ekstrak air daun bayam merah
merah, EDTA dan alkohol.
(Amaranthus tricolar L.) terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin tikus putih 74
JURNAL BIOEDUKATIKA
VOL. 1 NO. 1
JULI 2013
HAL. 1 - 96
Variabel Penelitian
bertujuan agar tikus putih dapat beradaptasi
1. Variabel bebas
dengan lingkungan yang baru sehingga di-
Variabel bebas dalam penelitian ini
peroleh hewan percobaan yang benar-benar
adalah variasi dosis ekstrak air bayam merah
sehat dan normal.
selama 20 hari yang dikelompokkan sebagai
b.
berikut:
Penelitian yang dilakukan, tikus putih
K : Kontrol A : Perlakuan
Kandang
akan dipelihara dalam kandang yang terbuat 1.25% setara dengan dosis
0,125 gram/KgBB
dari bak plastik dengan penutup kawat. Alas kandang ditaburi serbuk gergaji yang ber-
B : Perlakuan 2,5% setara dengan dosis 0,25 gram/KgBB
tujuan untuk mengurangi kedinginan dan mengurangi bau tidak sedap dari kotoran
C : Perlakuan 5% setara dengan dosis 0,5 gram/KgBB
tikus putih, maupun pakan yang diberikan. Jumlah kandang dengan 5 macam perlakuan
D : Perlakuan 10%, setara dengan dosis 1 gram/KgBB
dan setiap perlakuan dilakukan 3 kali pengulangan. c.
2. Variabel terikat
Pakan Jenis makanan yang diberikan pada ti-
Variabel terikat pada penelitian ini
kus putih adalah pellet AD2 yang diperoleh
adalah sebagai berikut:
dari UPHP UGM. Dengan pemberian 3 kali
a.
Jumlah sel darah merah / eritrosit
sehari sebanyak 10% BB (± 20gram)/ ekor/
(juta/mm³), yang dihitung pada akhir
hari (Anonim, 2010).
perlakuan yaitu setelah 20 hari per-
d.
lakuan.
am merah
b.
Pembuatan ekstrak air daun bay-
Kadar hemoglobin (gram/100ml da-
Pembuatan ekstrak menggunakan daun
rah), yang dihitung pada akhir per-
bayam merah yang sudah disortir, dicuci, di-
lakuan yaitu setelah 20 hari per-
potong, kemudian dikeringkan dalam almari
lakuan.
pengering dengan suhu 38º C selama 3 x 24 jam. Setelah kering daun diserbuk dan dibuat
Cara Kerja
ekstrak dengan pelarut aquades lalu dimixer
1.
Tahap persiapan
selama 30 menit dan dimaserasi 24 jam ke-
a.
Aklimasi tikus
mudian direndam dalam pelarut. Proses beri-
Sebelum memberi perlakuan, tikus
kutnya menfiltrasi hingga diperoleh filtrate.
putih di aklimasi selama 1 minggu yang
Filtrate dievaporasi hingga terbentuk ekstrak
JURNAL BIOEDUKATIKA
VOL. 1 NO. 1
JULI 2013
HAL. 1 - 96
75
murni kemudian dilakukan pengenceran ses-
kum Fisiologi hewan :
uai kebutuhan.
a.
2.
Pembuatan sampel darah
Tahap perlakuan
Darah segar untuk keperluan pene-
Selanjutnya hewan uji diberikan per-
litian agar tidak mudah menggumpal digu-
lakuan secara oral dengan dosis-dosis yang
nakan EDTA (Ethylene Diamin Tetra Acetic
telah ditentukan yaitu:
Acit).
K : Kontrol
Adapun
A : Perlakuan
1.25% setara dengan dosis
0,125 gram/KgBB
langkah-langkah
pembuatannya
adalah : 1.
B : Perlakuan 2,5% setara dengan dosis
Diambil 1 garam EDTA kemudaian dimasukkan ke dalam tabung reaksi
0,25 gram/KgBB
yang berisi darah segar 50 ml kemudi-
C : Perlakuan 5% setara dengan dosis 0,5
an tabung diputar agar serbuk antiko-
gram/KgBB
agulan darah tercampur dalam darah.
D : Perlakuan 10%, setara dengan dosis 1
2.
gram/KgBB
EDTA digunakan agar darah tikus tidak mudah menggumpal.
Pemberian perlakuan dilakukan setiap hari dan dalam sehari diberi ekstrak air
b.
Perhitungan jumlah eritrosit dan
daun bayam merah 1 kali selama 20 hari.
kadar hemoglobin.
Ekstrak diberi secara oral pada tikus putih
Adapun langkah-langkah perhitun-
dengan menggunakan syringe yang diberi
gan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin
kanal pada ujungnya. Ekstrak air daun bay-
adalah sebagai berikut :
am merah diberikan setiap hari setelah tikus
1.
Sebelum darah dimasukkan kedalam
putih ditimbang terlebih dahulu untuk me-
alat hemocyto analyzer untuk dibaca,
nentukan jumlah ekstrak.
darah diputar dan dibalik sampai tidak
3.
ada endapan darah yang menngumpal.
Tahap pengambilan data Setelah tahap perlakuan pada hari ke
2.
20 dilakukan pengambilan sampel darah melalui vena mata. Kemudian dihitung jumlah
Dimasukkan ke dalam sampel holder kemudian ditekan star (SIPPER).
3.
Hasil secara otomatis akan tertampil
eritrosit dan kadar hemoglobin darah tikus
pada layar dan tercetak pada kertas
putih tersebut.
printer.
4.
Tahap pengamatan Untuk melakukan tahap pengamatan
mengunakan acuan buku petunjuk prakti76
JURNAL BIOEDUKATIKA
VOL. 1 NO. 1
JULI 2013
HAL. 1 - 96
HASIL DAN PEMBAHASAN
rata jumlah eritrosit dan rata-rata kadar he-
Hasil
moglobin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Tabel 1. Rata-rata jumlah eritrosit sela-
selama 20 hari terhadap tikus putih (Rattus
ma 20 hari pemberian ekstrak bayam merah
norvegicus) diperoleh hasil antara lain rata-
(Amaranthus tricolor .L)
Perlakuan Kontrol
Dosis ekstrak air daun bayam merah Tanpa pemberian ekstrak
1 2 3
0.125 gram/KgBB
1 2 3
0,25 gram/KgBB
1 2 3
0,5 gram/KgBB
1 2 3
1 gram/KgBB
1 2 3
Rerata ± SD A Rerata ± SD B Rerata ± SD C Rerata ± SD D Rerata ± SD
Rerata jumlah eritrosit tikus putih Ulangan Jumlah / µL 6,02 x 106 6,04 x 106 6,06 x 106 6,04 ± 0,02 x 106/ µL 6,05 x 106 6,06 x 106 6,07 x 106 6,06 ± 0,01 x 106/ µL 6,11 x 106 6,12 x 106 6,13 x 106 6,12 ± 0,01 x 106 / µL 8,32 x 106 8,24 x 106 8,29 x 106 8,28 ± 0,04 x 106/ µL 9,37 x 106 9,31 x 106 9,29 x x 106 9,32 ± 0,04 x 106 / µL
Tabel 1. Rata-rata jumlah eritrosit selama 20 hari pemberian ekstrak bayam merah (Amaranthus tricolor .L) Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa
L.) terhadap jumlah eritosit pada tikus pu-
rerata eritosit tikus putih (Rattus norvegi-
tih (Rattus norvegicus) dilakukan analisis
cus) terbesar selama 20 hari pemeliharan
regresi dengan grafik seperti yang terdapat
adalah pada perlakuan D (dengan dosis 1
pada gambar 4 dengan perhitungan pada
gram/KgBB) dan jumlah eritosit tikus putih
Lampiran 3.
(Rattus norvegicus) terkecil adalah pada perlakuan Kontrol (tanpa pemberian ekstrak). Untuk mengetahui pengaruh ekstrak air daun bayam merah (Amarantus tricolor JURNAL BIOEDUKATIKA
VOL. 1 NO. 1
JULI 2013
HAL. 1 - 96
77
Gambar 2. Grafik hasil analisis regresi pengaruh ekstrak air daun bayam merah (Amarantus tricolor L.) terhadap jumlah eritosit pada tikus putih (Rattus norvegicus) Keterangan : K : Kontrol A : Ekstrak air daun bayam merah 1.25% setara dengan dosis 0,125 gram/KgBB B : Ekstrak air daun bayam merah 2,5% setara dengan dosis 0,25 gram/KgBB C : Ekstrak air daun bayam merah 5% setara dengan dosis 0,5 gram/KgBB D : Ekstrak air daun bayam merah 10% setara dengan dosis 1 gram/KgBB Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukan hubungan linear sehingga memberi pengaruh positif terhadap ekstrak air daun bayam merah (Amarantus tricolor L.) terhadap jumlah eritrosit pada tikus putih (Rattus norvegicus). Bila dilihat dari gambar tersebut bahwa semakin tinggi dosis yang diberikan maka jumlah eritrosit semakin meningkat. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan analisis varian. Adapun ringkasan hasil anava rata-rata jumlah eritrosit disajikan pada Tabel 2. SV DB JK KT F hitung Perlakuan 4 28.463 7.116 8969.508 Galat 10 .008 .001 Total 14 28.471
F Tabel 5% 3,48
Tabel 2. Hasil anava untuk rata jumlah
menimbulkan perbedaan jumlah eritrosit
eritrosit pada tikus putih
yang berbeda-beda juga yang terbukti den-
Berdasarkan Tabel 2. Terlihat pada taraf uji 5% pemberian ekstrak air daun bay-
gan nilai F hitung (8969.508) > F Tabel (3,48).
am merah (Amarantus tricolor L.) terhadap
Untuk mengetahui kelompok-kelom-
jumlah eritrosit pada tikus putih (Rattus nor-
pok yang memiliki perbedaan yang nyata,
vegicus) dengan dosis yang berbeda-beda maka dapat diketahui hasilnya dengan uji JURNAL BIOEDUKATIKA VOL. 1 NO. 1 JULI 2013 HAL. 1 - 96 78
LSD dengan hasil seperti pada Tabel 3. Perlakuan Rerata LSD5%=0,04 eritrosit Kontrol 6.04 a A 6.06 a B 6.12 b C 8.28 c D 9.32 d Tabel 3. Hasil uji statistik LSD jumlah eritrosit dari kelompok perlakuan Keterangan angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata : K : Kontrol A : Perlakuan 1.25% setara dengan dosis 0,125 gram/KgBB B : Perlakuan 2,5% setara dengan dosis 0,25 gram/KgBB C : Perlakuan 5% setara dengan dosis 0,5 gram/KgBB D : Perlakuan 10%, setara dengan dosis 1 gram/KgBB
menunjukkan adanya beda nyata antar perlakuan. Hal ini berarti bahwa pemberian ekstrak air daun bayam merah (Amarantus tricolor L.) terhadap jumlah sel darah merah pada tikus putih (Rattus norvegicus) dengan dosis yang berbeda-beda dapat menimbulkan perbedaan jumlah sel darah merah yang berbeda-beda pula. Dari hasil uji LSD di atas maka pada kontrol (tanpa pemberian ekstrak) dan perlakuan A (1,25%) keduanya menunjukkan tidak adanya beda nyata. Sedangkan untuk perlakuan B (2.5%) dapat dilihat ada beda nyata begitu juga dengan perlakuan C (5%) dan perlakuan D (10%). Rata-rata pertambahan berat tikus putih pada akhir penelitian dapat dilihat seperti
Berdasarkan hasil uji LSD pada Tabel
pada Tabel 4.
3 menunjukkan bahwa sebagian perlakuan Perlakuan
Dosis air daun bayam merah
K
0 gram/KgBB tanpa pemberian ekstrak
1 2 3
0,125 gram/KgBB
1 2 3
0,25 gram/KgBB
1 2 3
0,5 gram/KgBB
1 2 3
1 gram/KgBB
1 2 3
Rerata ± SD A Rerata ± SD B Rerata ± SD C Rerata ± SD D Rerata ± SD
Rerata pertambahan jumlah hemoglobin Ulangan Jumlah / µL 12,40 g / dL 12,30 g / dL 12,32 g / dL 12,34 ± 0,05 g / dL 12,30 g / dL 12,30 g / dL 12,40 g / dL 12,33 ± 0,06 g / dL 13,10 g / dL 13,06 g / dL 13,08 g / dL 13,08 ± 0,02 g / dL 15,20 g / dL 15,20 g / dL 15,18 g / dL 15,19 ± 0,01 g / dL 16,70 g / dL 16,60 g / dL 16,60 g / dL 16,63 ± 0,05 g / dL
Tabel 4. Rata-rata kadar hemoglobin selama 20 hari pemberian ekstrak bayam merah (Amaranthus tricolor .L) JURNAL BIOEDUKATIKA
VOL. 1 NO. 1
JULI 2013
HAL. 1 - 96
79
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa
Keterangan :
rerata kadar hemoglobin tikus putih (Rattus
K : Kontrol
norvegicus) terbesar selama 20 hari pemeli-
A : Ekstrak air daun baym merah1,25% se-
haran adalah pada perlakuan D (dengan dosis 1 gram/KgBB) dan kadar hemoglobin tikus putih (Rattus norvegicus) terkecil adalah pada perlakuan A (dengan dosis 0,125 gram/ KgBB).
tara dengan dosis 0,125 gram/KgBB B : Ekstrak air daun bayam merah 2,5% setara dengan dosis 0,25 gram/KgBB C : Ekstrak air daun bayam merah 5% setara dengan dosis 0,5 gram/KgBB
Untuk mengetahui pengaruh ekstrak
D : Ekstrak air daun bayam merah 10% se-
air daun bayam merah (Amarantus tricolor
tara dengan dosis 1 gram/KgBB
L.) terhadap kadar hemoglobin pada tikus
Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat
putih (Rattus norvegicus) dilakukan analisis
bahwa hasil penelitian menunjukkan hubun-
regresi dengan hasil seperti yang terdapat
gan linear sehingga memberi pengaruh posi-
pada Gambar 2.
tif terhadap ekstrak air daun bayam merah (Amarantus tricolor L.) terhadap jumlah kadar hemoglobin pada tikus putih (Rattus norvegicus). Bila dilihat dari gambar tersebut semakin tinggi dosis yang diberikan maka dapat meningkatkan kadar hemoglobin pada
Gambar 2. Grafik hasil analisis regresi pengaruh ekstrak air daun bayam merah (Amarantus tricolor L.) terhadap kadar hemoglobin pada tikus putih (Rattus norvegicus)
tikus putih (Rattus norvegicus). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan analisis varian. Adapun ringkasan hasil anava rata-rata kadar hemoglobin disajikan pada Tabel 5.
SV DB JK KT F hitung F Tabel 5% Perlakuan 4 40,950 10,237 135,895 3,48 Galat 10 ,753 ,075 Total 14 41,703 Tabel 5. Hasil anava untuk rata-rata kadar hemoglobin pada tikus putih Berdasarkan Tabel 5. Terlihat pada
norvegicus) dengan dosis yang berbeda-
taraf uji 5% pemberian ekstrak air daun bay-
beda menimbulkan perbedaan kadar hemo-
am merah (Amarantus tricolor L.) terhadap
globin yang berbeda-beda pula yang terbukti
kadar hemoglobin pada tikus putih (Rattus
dengan nilai F hitung (135,895) > F Tabel
80
JURNAL BIOEDUKATIKA
VOL. 1 NO. 1
JULI 2013
HAL. 1 - 96
(3,48).
dilihat ada beda nyata begitu juga dengan per-
Untuk mengetahui kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengetahui tingkat signifikasi antar kelompok perlakuan dan kontrol seperti pada Tabel 6.
lakuan C (5%) dan perlakuan D (10%). Pembahasan 1.
Aklimasi Sebelum tikus putih (Rattus norvegicus)
dimasukkan kegalam kandang terlebih dahulu tikus putih di aklimasi. Aklimasi ini bertujuan un-
Perlakuan A Kontrol B C D
Rerata kadar hemoglobin 12,33 12,34 13,08 15,19 16,63
LSD5%= 1,35 a b c d e
Tabel 6. Hasil uji LSD kadar hemoglobin Keterangan angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda :
tuk mengetahui kemampuan bertahan hidupnya (survival rate) dan pengadaptasian hewan uji ke dalam pemberian ekstrak air daun bayam merah (Amarantus tricolor L.) yang diinginkan . Dari 15 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) yang diaklimasi, ada sebanyak 15 ekor tikus putih tidak ada yang mengalami kematian, yang berarti pada aklimasi tikus putih menunjukkan kemampuan bertahan hidup 100%. Hal ini tersebut sesuai dengan pendapat Smith dan Mangkoewidjojo (1988) bahwa tikus mudah untuk beradaptasi
K : Kontrol A : Perlakuan 1,25% setara dengan dosis 0,125
dengan lingkungannya yang baru.
gram/KgBB B : Perlakuan 2,5% setara dengan dosis 0,25
2.
Jumlah eritrosit pada tikus putih (Rattus norvegicus)
gram/KgBB
Perhitungan eritrosit pada tikus putih
C : Perlakuan 5% setara dengan dosis 0,5 gram/
(Rattus norvegicus) sebanyak 15 ekor yang be-
KgBB D : Perlakuan 10% setara dengan dosis 1 gram/
rumur 2,5 bulan dan diberi ekstrak air daun bay-
KgBB
an merah (Amaranthus tricolor L.) dengan ber-
Berdasarkan hasil uji LSD pada Tabel 6
bagai dosis yang berbeda-beda dihitung setelah
menunjukkan bahwa sebagian perlakuan menun-
20 hari pemberian ekstrak air daun bayam merah
jukkan adanya beda nyata antar perlakuan. Hal
(Amaranthus tricolor L.). Perhitungan jumlah
ini berarti bahwa pemberian ekstrak air daun
eritrosit pada tikus putih bertujuan untuk menge-
bayam merah (Amarantus tricolor L.) terhadap
tahui besarnya jumlah eritrosit pada tikus putih
kadar hemoglobin pada tikus putih (Rattus nor-
selama penelitian setelah diberi perlakuan yang
vegicus) dengan dosis yang berbeda-beda dapat
berbeda-beda.
menimbulkan perbedaan kadar hemoglobin yang
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa rerata
berbeda-beda pula. Dari hasil uji LSD di atas
eritrosit tikus putih (Rattus norvegicus) terbesar
maka pada kontrol (tanpa pemberian ekstrak),
selama 20 hari pemeliharan adalah pada per-
perlakuan A (1,25%), perlakuan B (2.5%) dapat
lakuan D (dengan dosis 1 gram/KgBB) dengan
JURNAL BIOEDUKATIKA
VOL. 1 NO. 1
JULI 2013
HAL. 1 - 96
81
jumlah eritrosit sebesar 9,32 x 106 / µL sedan-
berbeda-beda dihitung setelah 20 hari pemberian
gkan jumlah eritosit tikus putih (Rattus nor-
ekstrak air daun bayam merah (Amaranthus tri-
vegicus) terkecil adalah pada Kontrol (tanpa
color L.). Perhitungan kadar hemoglobin pada ti-
pemberian ekstrak) sebesar 6,04 x 106/ µL pada
kus putih bertujuan untuk mengetahui besarnya
kelompok kontrol jumlah eritrosit paling ke-
kadar hemoglobin pada tikus putih selama pene-
cil diantara kelompok perlakuan yang lain dan
litian setelah diberi perlakuan yang berbeda-
membuktikan bahwa ekstrak air daun bayam
beda.
merah mempengaruhi jumlah eritrosit.
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa rerata kadar
Hal tersebut sesuai dengan penelitian se-
hemoglobin tikus putih (Rattus norvegicus) ter-
lama 20 hari pemberian ekstrak air daun bayam
besar selama 20 hari pemeliharan adalah pada
merah (Amaranthus tricolor L.) berpengaruh ter-
perlakuan D (dengan dosis 1 gram/KgBB) sebe-
hadap jumlah eritrosit pada tikus putih. Jumlah
sar 16,63 g / dL dan kadar hemoglobin tikus
eritrosit yang diperoleh dalam penelitian masih
putih (Rattus norvegicus) terkecil adalah pada
dalam jumlah eritrosit normal. Hal ini sesuai
perlakuan A (dengan dosis 0,125 gram/KgBB)
dengan pernyataan Smith dan Mangkoewidjojo
yaitu 12,33 g / dL. Kadar hemoglobin pada per-
(1988) bahwa jumlah eritrosit normal pada tikus
hitungan tersebut masih dalam kisaran normal.
adalah sebesar 7,2- 9,6 x 106 / µL.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Smith dan
Pada hasil analisis regresi (Gambar 1)
Mangkoewijdojo (1988) bahwa kadar hemoglo-
dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjuk-
bin normal pada tikus putih berkisar antara 15-
kan hubungan linear sehingga memberi penga-
16 g/dL.
ruh positif yaitu semakin tinggi dosis ekstrak air
Tingginya kadar hemoglobin pada tikus
daun bayam merah yang diberikan maka sema-
putih membuktikan bahwa ekstrak air daun bay-
kin tinggi pula jumlah eritrosit pada tikus putih.
am merah (Amaranthus tricolor L.) berpengaruh
Hal tersebut disebabkan karena daun bay-
terhadap kadar hemoglobin. Semakin tingginya
am merah mengandung zat besi yaitu sebesar
kadar hemoglobin ini karena didalam daun bay-
2,2 mg (Rukmana, 1994) zat besi tersebut dapat
am merah mengandung zat besi. Hal ini sesuai
meningkatkan jumlah eritrosit. Zat besi yang
dengan pendapat Guyton (1990) bahwa zat besi
terdapat dalam bayam merah (Amaranthus tri-
dapat meningkatkan kadar hemoglobin.
color L.) dapat membantu dalam pembentukan
Mekanisme zat besi yang berada di dalam
eritrosit. Hal tersebut sesuai dengan Budiyanto
molekul hemoglobin sangat penting untuk men-
(2004) bahwa zat besi penting dalam tubuh dan
jalankan fungsi pengikatan dan pelepasan ok-
berfungsi dalam membentuk sel-sel darah.
sigen. Dengan adanya molekul zat besi yang
3.
berada di dalam hemoglobin oksigen diikat dan
Kadar hemoglobin pada tikus putih
dibawa. Kekurangan zat besi dapat menyebab-
(Rattus norvegicus) Dalam perhitungan kadar hemoglobin ini, juga menggunakan tikus putih (Rattus norvegicus) sebanyak 15 ekor yang berumur 2,5 bulan dan diberi ekstrak air daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.) dengan berbagai dosis yang
82
JURNAL BIOEDUKATIKA
kan jumlah hemoglobin juga akan berkurang dan oksigen yang dibawa pun juga akan berkurang pula (Sadikin, 2001). Menurut Wartson (2002) bahwa sel darah merah tidak memiliki nukleus, tetapi berisi VOL. 1 NO. 1
JULI 2013
HAL. 1 - 96
suatu protein khusus yang disebut hemoglobin.
Saran
Hemoglobin adalah suatu pigmen berwarna kun-
1.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
ing, tetapi efek keseluruhan hemoglobin adalah
dengan menggunakan jenis hewan mama-
membuat darah berwarna merah. Hemoglobin
lia yang berbeda sehingga dapat diketahui
mengandung sejumlah kecil besi dan besi ini
dampak ekstrak air daun bayam merah
esensial bagi kesehatan, meskipun jumlah total-
(Amaranthus tricolor L.) yang cocok un-
nya di dalam darah dikatakan hanya cukup untuk
tuk berbagai jenis mamalia. 2.
membuat paku sepanjang 2 inci.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Hemoglobin memiliki daya tarik yang
tentang kadar zat besi yang terdapat pada
kuat terhadap oksigen. Ketika sel darah merah
bayam sehingga sesuai dengan kadar zat
melewati paru-paru, hemoglobin akan bergabung
besi yang dibutuhkan mamalia.
dengan oksigen dari udara dan warnanya menjadi cerah. Hal ini menyebabkan warna darah
DAFTAR PUSTAKA
yang teroksidasi menjadi merah cerah. Ketika sel
Anonin. 2009. Tanaman sayur. Universitas Ga-
darah merah melewati jaringan, oksigen dilepas
jah Mada. Yogyakarta.
dari darah dan hemoglobin menjadi keruh, sehingga darah berwarna merah keunguan.
______.2009.http://media.Powerpoint.Wordpress..com/2010/03/Kekurangan.kelebi-
KESIMPULAN DAN SARAN
han Powerpoint
Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian maka dapat
Backer.C.A & Van den brink,R.C.B. 1965. Flora
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
of java.N.V.P noorah off groniooen: The
1.
Netherlands
Ekstrak air daun bayam merah (Amarantuhus tricolor L.) berpengaruh terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin
Dellmann & Brown. 1989. Buku Teks Histology Veteriner: Jakarta
pada tikus putih (Rattus norvegicus). 2.
Dosis ekstrak air daun bayam (Amarantuhus tricolor L.) yang paling berpengaruh
Frandson, RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak IV. Gadjah Mada Press: Yogyakarta
terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin adalah pada perlakuan D yang setara dengan dosis 1 gram/KgBB. 3.
Guyton, A.C. 1997. Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta
Melalui metode pengkajian hasil penelitian tentang pengaruh ekstrak air daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.)
Kartolo S Wulangi. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Depdikbut: Jakarta
terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin tikus putih (Rattus norvegicus) dapat dijadikan sumber belajar siswa SMA
Kusumawati, Diah. 2004. Bersahabat Dengan Hewan Coba. Gadjah Mada Press: Yog-
kelas XI dalam bentuk power point.
yakarta. JURNAL BIOEDUKATIKA
VOL. 1 NO. 1
JULI 2013
HAL. 1 - 96
83
Mulyasa, E. 2002. Manajemen berbasis sekolah konsep strategi & implikasinya. PT Remaja Rosda Karya: Bandung
Susilo,
Muhammad Joko. 2006. Bekal Bagi
Calon Guru Belajar dan Mengajar. LP2I press: Yogyakarta
Pearce, E.C. 1985. Anatomi Dan Fisiologi untuk Paramedic. PT gramedia: Jakarta
Smith, J.B & Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan, Pembuahan & Penggunaan He-
Robert C Chiasson.1980. Laboratory anatomy Of White Rat Dubugoc Low: Wm C
wan Percobaan Didaerah Tropis. Penerbit universitas Indonesia: Jakarta
Brown Company Publisher Tjitrosoepomo, Gembong. 2004. Taksonomi Rukmana Rahmat. 1994. Bayam.. Kanisius: Ja-
Tumbuhan (Spermatophyta). Gajah Mada University: Yogyakarta
karta Salimin. 2006. Media Power Point. PT Grame-
Watson., Roder, Biol. 1997. Analogi dan Fisiologi Untuk Perawat, EGC : Jakaarta
dia: Jakarta Soedibyo, Moryati. 1998. Alam Sumber Kesehatan Manfaat&Kegunaan. Balai pusta-
Winarno. 1991. Kimia Pangan Dan Gizi. Pustaka Sinar harapan: Jakarta
ka: Jakarta Soewolo,Soedjono,Basoeki dan Titi yuhadi. 1999. Fisiologis Manusia. IMSTEPJICA FMIPA universitas negri malang: Malang Soewolo,Soedjono,Basoeki dan Titi yuhadi. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Direktorat Jendral Pendidikan tinggi: Jakarta Sudjana. 2003. Teknologi Pengajaran. Sinar Baru Argesindo. Bandung Sudjoko. 2002. Pembelajaran Berbasis Sekolah. FPMIPA : UNY Susilo, Muhammad Joko. 2004. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran. LP2I press: Yogyakarta
84
JURNAL BIOEDUKATIKA
VOL. 1 NO. 1
JULI 2013
HAL. 1 - 96