RASIONALITAS DAN MODERNITAS JÜRGEN HABERRMAS (Kritik atas Positivisme Pendidikan Islam)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) Oleh : TAUFIQ SAIFUDDIN NIM: 07470056 Pembimbing: Muh. Agus Nuryatno, Ph. D. NIP. 19700210 199703 1 003
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2014 i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Taufiq Saifuddin
NIM
: 07470056
Jurusan
: Kependidikan Islam
Fakultas
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan skripsi ini adalah asli hasil penelitian Penulis sendiri dan bukan plagiasi karya orang lain. Adapun bagian-bagian yang dirasa penting untuk dirujuk telah kami lampirkan sumbernya dan sesuai dengan kaedah penulisan ilmiah.
Yogyakarta, 25 Agustus 2014 Yang Menyatakan,
Taufiq Saifuddin NIM: 07470056
ii
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
FM-UINSK-BM-05-41/R0
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR Hal
: Surat Persetujuan Skripsi/Tugas Akir Kepada Yth. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Di, Yogyakarta. Assalamu’alaikum wr.wb. Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta mengadakan perbaikan sepenuhnya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudara yang dibawah ini: Nama NIM Jurusan Fakultas Semester Judul Skripsi
: : : : : :
Taufiq Saifuddin 07470056 Kependidikan Islam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IIV (Empat Belas) RASIONALITAS DAN MODERNITAS JURGEN HABERMAS (Kritik atas Positivisme Pendidikan Islam).
Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Kependidikan Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam Pendidikan Islam. Dengan ini kami mengharap agar skripsi/tugas akhir saudara tersebut diatas dapat segera dimunaqasyahkan. Atas perhatian dan partisipasinya kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum wr.wb. Yogyakarta, 25 Agustus 2014 Pembimbing,
Muh. Agus Nuryatno, Ph. D NIP. 19700210 199703 1 003 iii
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
FM-UINSK-BM-05-41/R0
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR Hal
: Skripsi Saudara Taufiq Saifuddin Kepada Yth. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Di, Yogyakarta. Assalamu’alaikum wr.wb. Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta mengadakan perbaikan sepenuhnya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudara yang dibawah ini: Nama NIM Jurusan Fakultas Semester Judul Skripsi
: : : : : :
Taufiq Saifuddin 07470056 Kependidikan Islam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IIV (Empat Belas) RASIONALITAS DAN MODERNITAS JURGEN HABERMAS (Kritik atas Positivisme Pendidikan Islam).
Yang sudah dimunaqosyahkan pada hari Jumat tanggal 29 Agustus 2014, sudah dapat diajukan kembali kepada Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam. Atas perhatian dan partisipasinya kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum wr.wb.
iv
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
FM-UINSK-BM-05-41/R0
PERBAIKAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Nama mahasiswa NIM Semester Jurusan/Program Studi Fakultas Judul Skripsi
: : : : : :
Taufiq Saifuddin 07470056 XIV (empat belas) Kependidikan Islam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan “RASIONALITAS DAN MODERNITAS JURGEN HABERMAS (Kritik Atas Positivisme Pendidikan Islam)”
Setelah mengadakan munaqisyah atas skripsi/tugas akhir Saudara tersebut diatas, maka kami menyarankan diadakan perbaikan skripsi/tugas akhir tersebut sebagaimana dibawah ini:
No.
Topik
Hal.
Uraian Perbaikan
1.
DAFTAR ISI
xiii dan xiv
Perbaikan redaksi dan penempatan halaman
2.
BAB I.
4, 8, 9, 20, 21 dan 26
Perbaikan redaksi penulisan
3.
BAB I
27
4.
BAB IV
243 dan 246
5.
BAB IV
244
v
Memasukkan sitasi Jurnal Pendidikan Islam.
Perbaikan redaksi penulisan.
Memasukkan sitasi Jurnal Pendidikan Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
FM-UINSK-BM-05-41/R0
PERBAIKAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Nama mahasiswa NIM Semester Jurusan/Program Studi Fakultas Judul Skripsi
: : : : : :
Taufiq Saifuddin 07470056 XIV (empat belas) Kependidikan Islam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan “RASIONALITAS DAN MODERNITAS JURGEN HABERMAS (Kritik Atas Positivisme Pendidikan Islam)”
Setelah mengadakan munaqisyah atas skripsi/tugas akhir Saudara tersebut diatas, maka kami menyarankan diadakan perbaikan skripsi/tugas akhir tersebut sebagaimana dibawah ini:
No.
Topik
Hal.
Uraian Perbaikan Perbaikan isi yang sesuai dengan pedoman
1.
HALAMAN MOTTO
viii
2.
HALAMAN PERSEMBAHAN
ix
4.
KATA PENGANTAR
x
3.
ABSTRAK
xiii
Perbaikan redaksi penulisan
4.
BAB III
127
Perbaikan redaksi penulisan.
5.
DAFTAR PUSTAKA
289
Perbaikan rujukan referensi
vi
skripsi. Penyesuaian dan perbaikan isi yang ditujukan kepada almamater Memasukkan doa dan perbaikan redaksi penulisan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
FM-UINSK-BM-05-41/R0
PENGESAHAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR Nomor: UIN/02/DT/PP. 29/08/14 Skripsi/Tugas Akhir dengan judul
:
Nama NIM Telah dimunaqasyahkan pada Nilai Munaqasyah
: : : :
RASIONALITAS DAN MODERNITAS JURGEN HABERMAS (Kritik atas Positivisme Pendidikan Islam). Taufiq Saifuddin 07470056 Jumat, 29 Agustus 2014 95 / A
Dan dinyatakan telah diterima oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. TIM MUNAQASYAH:
vii
HALAMAN MOTTO
“Ripalele’ sirampe-rampe, ripaletteq si pau-paue, genrang maqdengo-rengo teppaja puppu bennie, Aga ureweq rimattettengeng tengga-bennie, tonang ri kolliq-kolliq taqdeweq, caning muddani riwatakkaleku, naia kenneng napitu taung.1 Artinya: Beralih lagi cerita, berpindah pula kisah, gendang bertalu tak hentinya sepanjang malam, Pulanglah hamba tengah malam, menumpang sampan lalu kembali, merasa rindu pada diriku, sedang (berjuang) tujuh tahun lamanya.
“Yakin Usaha Sampai”2
1
Disadur dan diolah sendiri dari roman sastra Bugis “I La Galigo” dalam buku Facruddin Ambo Enre, Ritumpanna Welenrennge: Sebuah Episoda Sastra Bugis Klasik Galigo. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999), hal. 134, 260, 261, 262, 264 dan 265. 2 Dipetik dari lagu Hymne HMI.
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Untuk Almamater UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Juga Seluruh Kader Himpunan Mahasiswa Islam
Kepada mereka pecinta ilmu pengetahuan dan pejuang kemanusiaan dimanapun berada...
ix
ABSTRAK TAUFIQ SAIFUDDIN. Rasionalitas dan Modernitas Jurgen Habermas (Kritik atas Positivisme Pendidikan Islam). Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2014. Positivisme telah menjadi isu yang telah menuai persoalan di dunia moderen. Salah satu tokoh yang mengungkapkan bagaimana kritik atas faham tersebut adalah Jurgen Habermas. Corak positifistik dalam pendidikan Islam disatu sisi, menolak dasar pendidikan Islam yang berangkat dari aspek normatif dan historis. Kritik bertujuan untuk menunjukkan apa yang seharusnya terjadi dan ada pada peserta didik, bukan hanya melihat apa yang melekap padanya. Jenis penelitian ini merupakan suatu penelitian literature atau studi pustaka. Biasa kita kenal dengan library research. Dalam tingkatan penjelasannya, penelitian ini bersifat deskriptif karena penelitian ini adalah penelitian studi pustaka. Sedangkan dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode dokumentasi. Selanjutnya data tersebut Penulis analisis dengan menggunakan metode content analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan bagaimana rasionalitas mengarah pada pengembangan “tindakan komunikatif” khususnya didalam praktek pendidikan Islam. Prinsipnya terletak pada bagaimana etika diskursus pembelajaran, mampu dibangun di atas klaim kebenaran dan ketepatan. Selanjutnya melalui modernitas peneliti memberikan gambaran bagaimana semangat “ruang publik”, sehingga dalam ruang publik pendidikan Islam terbangun apa yang disebut dunia kehidupan dan sistem. Dunia kehidupan mengehendaki adanya hubungan integral antara kepentingan pengetahuan terhadap sistem yang berada di luar pendidikan Islam. Kritik selalu mendasarkan dirinya pada kebaruan, sehingga tidak tepat jika melakukan kritik terhadap aspek positivisme dalam pendidikan Islam adalah mencari kesalahan. Dalam perspektif ini, kritik digunakan untuk menolak argumen dasar positivisme yang ingin menyatukan ragam metode keilmuan kedalam satu pendekatan. Sehingga kritik mengarah pada apa yang seharusnya terjadi, dan tidak hanya melihat apa yang terjadi. Kata Kunci: Rasonalitas, Modernitas, Jurgen Habermas, Kritik, Positivisme dan Pendidikan Islam.
x
KATA PENGANTAR واﻟﺼﻼة واﻟﺴﻼم ﻋﻠﻰ أﺷﺮف.رب اﻟﻌﺎ ﻟﻤﯿﻦ و ﺑﮫ ﻧﺴﺘﻌﯿﻦ ﻋﻠﻰ أﻣﻮر اﻟﺪﻧﯿﺎ و اﻟﺪﯾﻦ
اﻟﺤﻤﺪ
أﻣﺎ ﺑﻌﺪ.اﻷﻧﺒﯿﺎء و اﻟﻤﺮﺳﻠﯿﻦ وﻋﻠﻰ اﻟﮫ وﺻﺤﺒﮫ أﺟﻤﻌﯿﻦ Segenap puja dan doa kehadirat Allah, Tuhan seru sekalian alam. Dengan segala limpahan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam kehadirat Baginda Rasulullah Muhammad SAW, semoga syafaatnya kelak tertuju pada kita semua. Serangkaian aktifitas dalam pengertian akademik, telah terlalui dengan kucuran keringat dan tetasan air mata. Tetesan keringat menyimbolkan keras dan derasnya perjuangan, dan tetasan air mata menyimbolkan semangat spritualitas yang tiada henti. Harapan dan tujuan kini bertumpu pada masa depan, kucuran serta tetesan tadi kelak akan memadamkan api neraka pada titian shirathal mustaqim. Dalam proses panjang tersebut, setelah sepuluh (10) tahun lamanya melalui proses studi yang penuh dengan tingkat intensitas, maka menjadi penting untuk mengenang kembali apa yang telah ditorehkan oleh, para Guru dan kawan seperjuangan. Tiadalah makna yang terkandung dalam proses yang panjang ini tanpa campur tangan dan bantuan para tokoh tersebut. Mereka adalah orang-orang yang selalu memiliki komitmen pada kebaruan dan membangun peradaban. Oleh karenanya, penulis dengan segala kerendahan hati, bersama lengan baju yang terlipat serta penghormatan yang setinggi-tingginya mengucapkan terima kasih kepada:
xi
1. Pertama dan utama kepada kedua orang tua penulis, Ayah Saifuddin dan Mama’ Munawwarah, yang dengan kerendahan hati dan semangat hidup terus memberikan materi dan doa. 2. Bapak Muh. Agus Nuryatno, Ph. D, selaku Pembimbing skripsi, Guru sekaligus senior yang senantiasa membagi ilmunya dan memotifasi penulis dalam berbagai hal. 3. Ibunda Dra. Nur Rohmah, M. Ag selaku Ketua Jurusan Kependidikan Islam yang selama ini selalu menjadi Ibu yang baik dalam menangani kenakalan penulis, serti kebijaksanaannya dalam proses penyelesaian studi. 4. Bapak Drs. Misbah Ulmunir, selaku Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam, yang juga telah banyak membantu upaya penyelesaian studi penulis. 5. Bapak Dr. Imam Machali, M. Pd, dan Bapak Zainal Arifin, S. Pd. I, M. SI, selaku penguji sekaligus senior yang senantiasa memberikan masukan dan menelaah secara kritis skripsi yang telah penulis rampungkan. 6. Segenap Guru dan Karyawan dilingkungan KI FITK UIN Sunan Kalijaga, Muh, Qowwim, Pak Imam Machali, Pak Mangun Budiyanto, Pak Rinduan Zain, Pak Sibawaihi, Pak Abdurrahman Assegaf, Pak Muh. Anis, Pak Subiyantoro, Pak Edy Yusuf, Pak Maragustam Siregar, Pak Abdul Munir Mulkhan, Ibu Nadlifah, Ibu Wiji Hidyayti, Ibu Juwariyah, Ibu Na’imah, Pak Marwanto, Ibu Santi, Pak Supriyono dan kesemuanya yang disetiap perjumpaan memberikan kesan dan pengetahuan baru. 7. Kawan-kawan sejurusan yang terus mencoba dan berusaha menggapai citanya. 8. Kawan-kawan seperjuangan pada setiap elemen organisasi pergerakan mahasiswa, terima kasih kepada seluruh teman-teman di PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), khususnya PMII UIN Su-Ka, Andi Andrianto, Rojali, Abu Laka dan lain-lain, teman-teman di IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) di UIN, Darman dan lain-lain. Teman-teman di KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) yang di UIN, Bahtera dan lainxii
lain. Teman-teman di GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) di UIN, Gogogn dan lain-lain. Teman-teman di GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), Herman dan lain-lain. Dan seluruh elemen pergerakan lainnya. 9. Kepada Yuni Sasmita, teman dan inspirasi hidup dibanyak hal, terima kasih untuk waktu yang begitu berharga selama ini. 10. Teman-teman seperjuangan pembentukan HMI Cabang. Jogjakarta Raya, terkhusus: Arif Setiawan, Muh. Juanda Syamsu, Ginanjar Prastyanto, Ibnu Amr, Fadlun Sangadji dan Sagiyatul Maulud. Yakinlah, apa yang telah kita torehkan akan menjadi karya dalam pembaruan sejarah peradaban yang utuh dan menginspirasi. 11. Rekan-rekan seperjuangan di Badan Pengelola Latihan HMI Yogyakarta (2010-2012), Firman Firdausi, Kiraman, Lukman Hakim, Mahbub Ghazy, Ramahadin Damanik, Ito, dan semuanya. Kalianlah garda depan pendidik generasi baru yang unggul dan terdepan. 12. Teman-teman seperjuangan di HMI Koordinator Komisariat UIN Sunan Kalijaga (2008-2010), Ujang Hasanuddin, Nurdin Lubis, Azis Muslim, Abdul Gaffar, Haryanto Ucok dan semuanya, yang dengan senang hati selalu bersama dalam menyelesaikan amanah kepengurusan serta menjadi teman belajar dan berdiskusi pada setiap dimensi keilmuan. 13. Kawan-kawan seperjuangan di HMI Komisariat Ushuluddin (2007-2008), Saifudin, Fathul Adzhim, Lalu Agus Marzuki, Mardiyanto, Kukuh Budiman, Wahyu Minarno Abdul Ghofar, Bhinawan, Muh. Riza, Dedi Firmansyah, Sidik Sasmita, Resta dan lain-lain. Pada lembaga inilah awal pergulatan intelektual dimulai, dan kebersamaan yang membentuk semuanya menjadi mungkin. 14. Seluruh adik-adik di HMI Komisariat Ushuluddin, Kukuh-Arif cs (20082009), Ginanjar-Noorhidayat cs (2009-2010), Ziaulfalaq-Kiraman cs (20102011), Mukhlasin-Irfan cs (201-2012), Rohman-Khodijah cs (2012-2013) dan xiii
Fandi cs (2013-2014). Terima kasih telah menjadi bagian dari semua proses belajar. 15. Seluruh adik-adik tercinta di HMI Komisariat STTL “YLH”, Ibnu Amin Karepesina, Rizal Laita Sangaji, Bahrul M. Saleh, Andili Khaeruddin, Riyani Bela, Basri Sangadji, Abdul Rais Abbas, Fadlin Sangaji, Fakhrurrozi, Donny Kurniawan, Ari Irawan, Uki, dan lain-lain. Terima kasih atas serangkaian jerih payahnya dalam keinginan meimba ilmu yang tiada henti. 16. Seluruh adik-adik tercinta di HMI Komisariat UPY, Yadri Irwansyah, Nurul Huda, Abdulsalam Ahmad, Anton Lukman, Ishak Lawe, Taufik Junior, Ronaldo, Opi, Rani, dan lain-lain, terima kasih dan teruslah berkarya. Dimasa depan kita akan bertemu dalam forum yang berbeda dan dengan situasi yang lebih baik dari apa yang kita lakukan ahri ini. 17. Seluruh adik-adiku tercinta di HMI Komisariat STTNAS, Saddam Kie, Ahmad Djaelani, Ikhwanuddin Siregar, dan lain-lain. Terima kasih dan teruslah membangun apa yang telah kita dasarkan pada STTNAS, karya kalian tidak akan terhenti. 18. Teman-teman di Asrama Mahasiswa Sulawesi-Selatan “Merapi 4”, terima kasih permainan dominonya, dukungannya dan juga bantingannya. Kepada Kanda Chanca, Kanda Asep, Kanda Andika, Udin, Imran, Arham, Ancha, Memed, Asnam, Muhlis, Ciwang, Jamil dan semuanya, terima kasih untuk semuanya. 19. Segenap Senior yang telah membantu penulis dalam proses belajar sepuluh (10) tahun di Yogyakarta, khususnya di Himpunan Mahasiswa Islam, Kanda Agussalim Sitompul (Alm.), Kanda Chumaidi Syarif Romas, Kanda Muh. Damami, Kanda Abdul Basir Solissa, Kanda Iskandar Zulkarnain, Kanda Sudin, Kanda Masrur, Kanda Iswandi Syaputra, Yunda Sri Mulyani, Kanda Rakhmad Fajri, Yunda Asma, Kanda Mustadin, Kanda Taufik Ahmad Dadiri, Kanda Dudung Abdurrahman. Begitupun senior di HMI yang banyak perannya, Bang Wahyuddin Noer, Bang Imam Iqbal, Bang Swanvri, Bang xiv
Dian Yanuardi, Band Didi Novrian, Bang Hariqo WS, Bang Andi Abbas, Bang Maulana, Mbak Endah C. Immawati, Mbah Hima Kurnia, Mbak Qodri, Mbak Rumzah, Bang Indra H. Nuruddin, Bang Tri Pambudi, Bang Sukma Irawan, Bang Syamsul Bahri, Bang Deni Sudastika, Bang Aris Setiawan dan lain-lain. Terima kasih tiada tara.
Terakhir, tiada upaya yang tidak mendapatkan hasil, oleh karenanya karya ini adalah sebagian kecil dari apa yang semestinya dilakukan untuk perbaikan dan kesinambungan masyarakat Indonesia kedepannya. Terima kasih.
Yogyakarta, 25 Agustus 2014 Penulis,
Taufiq Saifuddin NIM. 07470056
xv
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................
ii
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING .................................................
iii
HALAMAN NOTA DINAS KONSULTAN ...................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................
vii
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................
ix
ABSTRAK .........................................................................................................
x
KATA PENGANTAR ......................................................................................
xi
DARTAR ISI .....................................................................................................
xvi
BAB I : PENDAHULUAN ...............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................................
1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................
10
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................
10
D. Telaah Pustaka ............................................................................................
11
E. Landasan Teori ............................................................................................
19
1.
Rasionalitas ..........................................................................................
19
2.
Modernitas ...........................................................................................
22
3.
Kritik ....................................................................................................
23
4.
Positivisme ...........................................................................................
24
5.
Pendidikan Islam ..................................................................................
25
F. Metodologi Penelitian .................................................................................
27
1.
Jenis Penelitian .....................................................................................
27
2.
Metode Pengumpulan Data ..................................................................
28
3.
Pendekatan dan Analisa Data ...............................................................
29
G. Sistematika Penulisan .................................................................................
30
xvi
BAB II: BIOGRAFI INTELEKTUAL JURGEN HABERMAS .................
33
A. Dinamika Hidup Jurgen Habermas .............................................................
33
B. Latar dan Corak Epistemologi Jurgen Habermas ........................................
37
C. Karya-Karya Jurgen Habermas....................................................................
44
1.
Karya tentang Rasionalitas ...................................................................
44
2.
Karya tentang Modernitas.....................................................................
51
3.
Tulisan dan Pemikiran Habermas yang Pernah Diterbitkan .................
55
BAB III: RASIONALITAS DAN MODERNITAS DALAM PERSPEKTIF JÜRGEN HABERMAS; MEMBANGUN KRITIK TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM ............................................................
59
A. Memahami Rasionalitas Jürgen Habermas ................................................
60
1.
Mendefenisikan Rasionalitas ...............................................................
61
a.
Konsep Teleological Action atau Tindakan Strategis ...................
65
b.
Konsep Normatively Regulated Action .........................................
68
c.
Konsep Dramaturgical Action ......................................................
71
d.
Konsep Communicative Action .....................................................
74
2.
Rasionalisasi dan Terori yang Mengitarinya .......................................
77
3.
Rasionalitas Sebagai Acuan Tindakan Komunikatif ...........................
80
a.
Mengulas Problem Koordinasi Tindakan .....................................
85
b.
Perbedaan Ilokusioner dan Perlokusioner; Orientasi Keberhasilan dan Pemahaman ......................................................
88
Rumusan Klaim Validitas dan Perannya .......................................
93
Kandungan Kritik Teori Rasionalitas terhadap Pendidikan Islam .......
98
a.
Rasionalitas Pendidikan Islam ......................................................
101
b.
Inkorporasi Teori Tindakan Komunikatif Ke dalam
c. 4.
Pendidikan Islam ...........................................................................
113
1) Muatan Materi Tindakan Komunikatif dalam Pendidikan Islam ...................................................................
118
2) Tindakan Komunikatif dan Orientasi Pendidikan Islam ........
123
xvii
B. Memahami Modernitas Jürgen Habermas ..................................................
129
1.
Medefenisikan Modernitas ...................................................................
131
2.
Modernitas Sebagai Acuan Ruang Publik ...........................................
138
a.
Etika Diskursus dalam Ruang Publik Moderen ............................
143
b.
Demokrasi Deliberatif dalam Ruang Publik Moderen ..................
149
1) Mengulas Budaya Masyarakat Pascatradisonal dan Pascaindustrial ................................................................ 2) Mengulas Hubungan Sistem dan Dunia Kehidupan .............. 3.
Kandungan Kritik Teori Modernitas terhadap Pendidikan Islam ........
150 53 158
BAB IV: KRITIK TERHADAP POSITIVISME PENDIDIKAN ISLAM ....................................................................................
179
A. Kritik dalam Diskursus ...............................................................................
181
1.
Menelaah Kritik ...................................................................................
182
2.
Relevansi Kritik terhadap Pendidikan Islam ........................................
192
a. Rasionalitas sebagai Kritik dalam Pendidikan Islam......................
200
b. Modernitas sebagai Kritik dalam Pendidikan Islam ......................
207
B. Mengurai Aspek Positivisme dalam Pendidikan Islam ..............................
213
1.
Menjabarkan Positivisme .....................................................................
215
2.
Kritik atas Positivisme .........................................................................
221
3.
Aspek Positivisme dalam Pendidikan Islam ........................................
226
a.
Verifikasi (Eksperimen) Empirikal ...............................................
230
b.
Reduksi Fenomena.........................................................................
235
Kritik atas Positivisme dalam Pendidikan Islam .................................
242
4.
a.
Argumen 1: Kritik atas Positivisme yang Bebas Nilai dalam Pendidikan Islam............................................................................
b.
247
Argumen Kedua: Kepentingan Praktis dalam Pengetahuan, Kritik Terhadap Metode Positivisme dalam Pendidikan Islam............................................................................
255
C. Menuju Wujud Pendidikan Islam yang Kritis. ...........................................
264
xviii
BAB V: PENUTUP ..........................................................................................
270
A. Kesimpulan .................................................................................................
270
B. Saran ...........................................................................................................
271
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
272
LAMPIRAN ......................................................................................................
291
DATA DIRI PENULIS .....................................................................................
309
xix
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Derasnya upaya pembaharuan di tubuh Islam belakangan ini, tentunya memberikan implikasi terhadap pendidikan Islam. Dalam pengertian ini, pendidikan tentulah menjadi tidak otonom sebagai bidang dalam pergulatan manusia, oleh karena tersuborndinasi ke dalam bidang suci yaitu Islam. Islam kemudian menyediakan alasan, tujuan dan isi dari pendidikan Islam. Dengan demikian, pendidikan Islam pun menjadi selalu menarik untuk diperbincangkan. Hampir tidak ada perbincangan dalam kehidupan sehari-hari yang luput dari nuansa pendidikan. Mengapa persoalan pendidikan formal memiliki porsi sangat istimewa dalam perbincangan manusia, khususnya di abad ini?—hal itu pun tentu akan mendapatkan respon yang beragam. Manusia sebagai pelaku peradaban, tentu memegang peranan penting dalam perubahan sebuah perjalanan sejarah. Dalam beberapa pendapat, manusia juga sering dikaitkan sebagai homo-religius1, kebutuhan dasar manusia atas sebuah keyakinan tertentu berimplikasi pada model keyakinan yang dianutnya. Keyakinan itulah yang dalam perjalanannya kita kenal dengan Agama.
1
Karen Amstrong, A History of God: 4,000-Year Quest of Judaism, Christianity and Islam. (New York: Ballantine Books, 1993) hal., 20.
2
Pendidikan dalam pengertian ini menjadi tempat dimana proses transformasi dan transmisi pengertahuan agama khususnya Islam dilakukan. Selanjutnya, disadari atau tidak rasio merupakan pijakan manusia dalam menerima Islam sebagai dasar keyakinannya. Melalui rasio inilah kemudian manusia mampu mengetahui tentang segala sesuatu yang mengitari kehidupannya. Didalam diri manusia terdapat berbagai macam pemikiran dan pengetahuan.2 Dinamika pemikiran yang dilakukan secara terus menerus antara rasio dan realitas selanjutnya melahirkan sebuah tatanan kehidupan. Sehingga menjadi sebuah kelaziman jika hari ini format pendidikan Islam pun tidak dapat lepas dari tatanan kehidupan masyarakat modern. Jika rasio menjadi alat penalaran manusia dalam menyingkap persoalan kehidupannya, maka dapatlah dikatakan bahwa realitas merupakan tempat dimana pendidikan Islam dilaksanakan. Sehingga menjadi penting manfsirkan realitas tersebut, sebagai upaya menemukan macam-macam bentuk tafsiran ilmiah dan faktual khususnya dibidang pendidikan Islam. Upaya inilah yang disebut sebagai rasionalitas atas laju modernitas yang berkembang dewasa ini. Peristiwa-peristiwa yang mengitari Indonesia dewasa ini seperti; bencana alam, kemiskinan, lahirnya kurikulum pendidikan 2013 dan lain
2
Dalam Filsafat Islam, pengetahuan manusia tersebut dibagi menjadi dua tahapan, pertama; At-tashawwur yakni bentuk atau konsepsi dan lebih bersifat pengetahuan sederhana. Kedua; Attashdiq yakni pembenaran, maksudnya pengetahuan yang mengandung sebuah penilaian. Lebih jauh lihat Muhammad Baqir Ash-Shadr, Falsafatuna. (Bandung: Mizan, 1999) hal., 25.
3
sebagainya merupakan bagian dari realitas.3 Sikap kita pun dalam menyikapinya tentulah beragam, ada yang beranggapan bahwa peristiwa tersebut merupakan sebuah takdir yang menentukan kemiskinan manusia. Respon sikap kita terhadap realitas tersebut akan sangat menentukan model penyikapan kita terhadap sesuatu. Dari sini dapatlah dikelompokkan bahwa rangkaian kejadian dalam realitas kita bertumpu pada peristiwa alam dan peristiwa kemanusiaan. Pendidikan Islam sebagai peristiwa kemanusiaan tentu sangat memiliki aspek yang dinamis untuk terus dikembangkan. Hal ini kemudian meniscayakan munculnya perubahan-perubahan dalam standar isi dan perangkat penggerak pendidikan Islam. Pendidikan Islam diperuntukkan untuk manusia serta direkayasa oleh manusia dan diarahkan untuk membentuk manusia yang unggul. Proses ini pun bergantung pada semangat zaman dimana pendidikan tersebut hidup dan tumbuh, tetapi yang mesti kita garis bawahi adalah segala seluk beluk pendidikan bertumpu pada manusia. Zaman modern adalah ruang diamana hari ini eksistensi pendidikan Islam berada. Sebagaimana yang kita ketahui bahawa istilah “modern” awalnya digunakan untuk menggambarkan hasil-hasil perubahan masyarakat Barat khususnya di zaman klasik dan pertengahan, dan mencapai puncaknya pada decade abad 18 dan 19.4 Modernitas kemudian membawa masyarakat dari
3
F. Budi Hardiman, Melampaui Positivisme dan Modernitas, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003) hal. 15-20. 4 Proses modernisasi sebagai akibat dari semangat pencerahan bertumpu pada imposisi rasionalitas atas realitas secara menyeluruh. Sebagai fungsi dalam mengatur masyarakat, modernitas
4
kungkungan fase feodal ke dalam kehidupan yang lebih tertata, melalui rasionalitas akan kebutuhan ummat manusia secara lebih luas. Namun demikian, modernitas tidaklah melulu hanya berbicara pada persoalan perubahan sosial dalam sebuah masyarakat. Lebih dari itu dapatlah pula kita menjadikannya sebagai alat analisa dalam mengulas pendidikan Islam. Dengan kata lain, karena pembicaraan modernitas selalu bertumpu pada manusia, pada akhirnya perubahan kea rah yang lebih baiklah dalam pengembangan pendidikan Islam lah yang diinginkan dalam permasalahan ini. Sehingga mengarahkan kita pada sebuah pemahaman baru akan tumbuh kembangnya pendidikan Islam di zaman ini. Atas ragam uraian defenisi di atas, dapat ditarik secara implisit bahwa menggunakan modernitas sebagai alat analisa terhadap pendidikan Islam akan bertumpu pada tiga hal, yaitu; 1) Islam sebagai nilai, 2) rasionalitas manusia dan. 3) kritik pendidikan Islam. Ketiga tumpuan inilah nantinya yang akan berimplikasi pada penjabaran lebih jauh dari topik yang peneliti angkat. Dapat diasumsikan pula bahwa ketiganya merupakan alat baru dalam mengulas pendidikan Islam yang berkembang dewasa ini. Analisis atas modernitas akan melahirkan kritik yang menunjukkan adanya transformasi dalam tubuh pendidikan Islam. Pendidikan Islam ternyata memiliki kaitan dalam arti baik budaya, sosial dan politik serta memimiliki cakupan yang luas akibat proses rasionalisasi. Dari sini kemudian proses pengaturan atas dunia dan kehidupan mulai dikendalikan, dimana manusia disubordinasikan dan relasi sosialnya kedalam suatu pengaturan yang rinci. Lebih jauh, lihat Yudi Latif, Dialektika Islam: Tafsir Sosiologis atas Sekularisasi dan Islamisasi di Indonesia. (Yogyakarta: Jalasutra, 2007) hal. 3-6.
5
tidak hanya melulu content-nya berbicara soal aspek ubudiyah tetapi lebih jauh juga memiliki relasi kuasa atas pembentukan masyarakatnya. Sehingga dalam pendidikan Islam pun diarahkan untuk memiliki sistem pengetahuan yang pada gilirannya
mengidentifikasi
persoalan-persoalan
yang
berkembang
di
masyarakat. Pada titik inilah abstraksi postulat teks Al-Qur’an menjadi lebih kongkrit dan terasa dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mendasarkan diri pada pemahaman tersebut, maka pendidikan sejatinya mencoba memahami realitas disekitarnya. Mengurai persoalan yang dihadapinya dan menemukan konsep dasar dalam menyelesaikannya. Siklus inilah yang menjadi perhatian kita bersama. Rasionalitas manusia sebagai wahana memunculkan ide-ide pembaharuan, dan realitas modern sebagai ruang dimana ide tersebut menemukan eksistensinya secara manfaat. Lantas bagaimanakah dengan pendidikan Islam hari ini? Dan jika lebih jauh lagi, apakah mungkin kritik menjadi bagian penting dalam mengembangkan konsep baru pendidikan Islam? Dalam konteks kekinian kita, proses modernisasi yang paling dominan diamati adalah factor-faktor empiris, seperti munculnya sistem ekonomi baru (kapitalisme), temuan baru ilmu pengetahuan dan teknologi, lahirnya banyak negara-negara yang memisahkan dirinya dengan Agama. Hal ini jika dilihat sepihak tentu akan menumbangkan bukan hanya sistem sosial yang menjaga keutuhan masyarakat melainkan juga tatanan keyakinan atas masyarakat tersebut. Model arus modernisasi model ini menciptakan sebuah keyakinan baru
6
bahwa lebih penting memikirkan apa yang dihasilkan manusia secara materi daripada memperdebatkan ada atau tidaknya Tuhan. Polarisasi yang demikian pun secara langsung juga merasuk ke dalam pendidikan Islam. Positivisme nampaknya dianggap sebagai penemuan dalam percaturan peradaban khususnya di dunia Islam. Penguatan positivisme sangat nampak pada paruh kedua abad ke-195 dengan melakukan pengidentifikasian yang sama atas pengetahuan dan ilmu. Dalam pandangan ini proses rasionalisasi diukur berdasarkan aspek empirik-nya, sehingga metodologi merupakan alat utamanya dalam mengulas persoalan kemanusiaan. Dalam positivisme metodologi menggantikan kedudukan pengetahuan, dan satu-satunya metode yang digunakan lebih dominan adalah metode ilmu-ilmu alam. Dapatlah dikatakan bahwa “metodologi” juga berarti sebuah cara dalam memperoleh pengetahuan yang abash atas sebuah kenyataan atau karya. Pergesaran atas pengetahuan terhadap metodologi dalam positivisme merupakan sebuah penyempitan atau reduksi pengetahuan. Dari keterangan tersebut, terlihat bahwa positivisme pun melontarkan kritik atas metodologi pengetahuan sistematis. Model kritik ini sebagaimana kita ketahui begitu derasnya terjadi dalam Abad Pertengahan khususnya terhadap metafisika. Metafisika dianggap mengandung penyataan-pernyataan yang tidak dapat dibuktikan secara inderawi, sehingga positivisme memisahkan ilmu pengetahuan dari metafisika dan teologi.
5
Thomas McCharthy, The Critical Theory of Jürgen Habermas. (Massachussetts: MIT Press, 1982) hal. 47-48.
7
Metodologi sebagai alat dalam menemukan pengetahuan baru sejatinya dapat membantu kita dalam pengembangan pendidikan Islam. Tidak kemudian memisahkannya dari dasar dimana metodologi tersebut lahir dan bertumbuh sebagai sebuah pendekatan. Positivisme seolah menjadi fenomenologi yang membentuk sebuah ideologi6 dalam menggerakkan pendidikan Islam. Persoalan serius kemudian muncul sebagai krisis pengetahuan atas domain pendidikan Islam yang mayoritas ilmu-ilmu sosial kemanusiaan diterapkan dan digali menggunakan metode ilmu-ilmu alam. Rasionalitas dan modernitas dalam kajian ini dapatlah dikatakan muncul sebagai kritik terhadap model pendidikan Islam kita yang positivistik pada umumnya. Seperti tergambar pada namanya, rasionalitas dan modernitas menwawarkan
gagasan
atas
ide
dasar
manusia
terhadap
kehidupan
modernitasnya. Sehingga melalui potensi tersebut dalam pengembangannya mampu memberikan kritik terhadap pendekatan metodologis ilmu yang selama ini berkembang dalam pendidikan Islam. Dimana dasar teks Islam yang bersifat normatig-teoritis juga dapat menemukan eksistensinya dalam realitas kehidupan manusia. Munculnya pandangan ini, sejatinya berangkat pula dari akar sejarah ummat Islam yang pernah berada dalam tampuk peradaban dunia. Walaupun sempat mengalami kemunduruan, namun proses pembaharuan kembali terjadi 6
Gambaran tentang bagaimana fenomenologi Marxis dengan menunjukkan represi sebagai pengganti ideologi dapat lebih jauh dilihat dalam Michel Foucault, Power/Knowlwdge: Selected Interviews and Othe Writings 1972-1977. (Sussex: The Harvester Press) hal. 145-147.
8
pada dekade abad-19 hingga saat ini. Semangat inilah yang semestinya mampu menyulut ikhtiar lebih besar lagi dalam memajukan pendidikan Islam. Terekam dalam memori kita bagaimana faham ini berkembang dilingkungan para pembaharu Islam, faham ini cukup besar dikampanyekan oleh figure-figur ulama terkemuka. Figure-figur tersebut sebut saja, Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal, Fazlur Rahman, Muhammad Arkoun, di Indonesia kita mengenal Nurcholis Madjid dan deretan figure lainnya. Motif-motif dari cakupan pandangan tersebut di atas tentunya sangat berkembang dalam diskursus kaum inteletual Barat, dan lebih khusus lagi lewat pemikiran Jürgen Habermas. Tokoh yang satu ini dikenal luas di Barat dan Timur
sebagai
filosof
besar
abad-20,
yang
dengan
paling
berhasil
mengemukakan teori kritis sebagai basis pengembangan ilmu. Melalui teori ini kemudian bermunculan gagasan-gasan baru terhadap kehidupan sosial umat manusia, baik di bidang sosial, politik, ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya. Sebagai intelektual yang bersinar, Habermas mampu menunjukkan bagaimana rasionalisasi dan metodenya mampu melahirkan proses komunikasi dan tindakan sosial.7 Dari segi ini, teori kritis kemudian mendasarkan modernitas sebagai ruang publik, dimana semua tindakan komunikasi sebagai tindakan sosial
7
Lebih jauh lihat, Michael Pusey, Habermas: Dasar dan Konteks Pemikirannya. (Yogyakarta: Resist Book, 2011) hal. 41 dan hal. 89.
9
terdapat kategorisasi di dalamnya.8 Pandangan ini jika direkonstruksi lebih jauh akan membawa sebuah implikasi yang cukup serius atas konsep tentang pendidikan Islam. Misalnya ketika Habermas pun melakukan kritik terhadap positivisme sebagai sebuah metode, dengan kontekstualisasi konsep nalar ‘yang lemah’ lawan ‘yang kuat, subyek ‘individual’ lawan ‘subyek kolektif’ dan konsep masyarakat dan negara ‘yang lemah’ lawan ‘yang kuat’. Konsepsikonsepsi rasionalitas dan modernitas tersebutlah yang mengundang peneliti untuk lebih jauh mengkaji dan meneliti lebih jauh pemikiran Jürgen Habermas dalam tulisan ini. Mengkritik positivisme pendidikan Islam dengan rasionalitas dan modernitas tentu akan memberikan nuansa lain dalam pengembangan ilmu khususnya pendidikan Islam. Sehingga menjadi penting mengembangkan beberapa nuansa dalam filsafat pendidikan Islam, antara lain; proyek fondasional, proyek universal dan proyek holistik.9 Untuk itu skripsi ini juga akan mengulas bagaimana pendekatan ini terhadap pengembangan pendidikan Islam kedepannya? Dan apakah relevansi atas studi ini terhadap diskursus pendidikan Islam? Berbagai kemungkinan semacam itu akan dikaji lebih jauh dalam penelitian ini.
8
Jürgen Habermas, The Structural Transformation of The Public Sphere: An Inquiry into a Category of Bourgeois Society. (Cambridge, Mass: MIT Press, 1989) hal. 41. 9 Lebih jauh baca: Mukalam, Postmodernisme dan Filsafat Pendidikan Islam. Dalam Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2, Nomor 2, Desember 2013. (Yogyakarta: FTIK UIN Sunan Kalijaga), hal. 289-290.
10
B. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka terdapat tiga persoalan yang menjadi fokus penelitian ini: 1.
Bagaimana rasionalitas dan modernitas dalam pemikiran Jürgen Habermas dan relasinya terhadap pendidikan Islam?
2.
Bagaimana kritik terhadap positivisme pendidikan Islam dilakukan melalui pendekatan rasionalitas dan modernitas Jürgen Habermas?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan kedua rumusan masalah di atas, selanjutnya dalam penelitian ini terdapat beberapa tujuan dan kegunaan: 1. Tujuan Penelitian a. Memahami bentuk rasionalitas dan modernitas secara umum dan lebih khusus lagi rasionalitas dan modernitas dalam pemikiran Jürgen Habermas. b. Memahami dan mengkritik kembali problem-problem dalam pemahaman positivisme pendidikan Islam melalui pemikiran Jürgen Habermas. 2. Kegunaan Penelitian a. Mengkaji dan melihat sisi lain pemikiran Jürgen Habermas, yang belum pernah diteliti oleh para peneliti sebelumnya. b. Dapat menjadi sumbangsih pemikiran keislaman khususnya dibidang filsafat pendidikan Islam dan ilmu-ilmu sosial lainnya.
11
D. Telaah Pustaka Jürgen Habermas tentulah bukan sosok yang asing dalam peta intelektual dunia, begitupun dalam pergulatan diskursus ilmu-ilmu sosial di tanah air, beliau juga dikenal sebagai tokoh yang dengan sangat brilliant mengembangkan teori kritis. Berbagai kajian pun bermunculuan beriringan dengan penerbitan kaya ilmiah terkait dengan pemikiran Habermas. Namun, dari beragam kajian dan penerbitan karya ilmiah tersebut, sejauh pengamatan penulis masih sedikit yang mengaitkannya dan membahas persoalan pendidikan Islam. Terdapat beberapa karaya yang layak untuk disebut disini. Karya-karya tersebut diluar dari tema kritik positivisme pendidikan Islam yang menjadi foukus dalam penelitian ini. Namun karya-karya tersebut dibawah ini memiliki relevansi
untuk dijadikan bahan dan saduran
yang memadai
dalam
mengelaborasi lebih jauh penelitian ini. Adapun karya tersebut antara lain: 1. Karya F. Budi Hardiman, “Kritik Ideologi”10 karya ini berbentuk buku yang
mengulas
tentang
pemisahan
antara
pengetahuan
dan
kepentingan manusia terwujud dalam apa yang sering kita kenal dengan teori dan praksis. Dengan teori yang didasarkan pada bagaimana manusia memperoleh sebuah orientasi untuk bertindak secara tepat sehingga praksis hidupnya dapat merealisasikan kebaikan, kebahagiaan dan sebagainya. Buku ini tentu tidak begitu mengulas
10
F. Budi Hardiman, Kritik Ideologi; Menyingkap Pertautan Pengetahuan dan Kepentingan bersama Jürgen Habermas. (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2008).
12
soal bagaimana pengetahuan disubordinasikan ke dalam pendidikan secara spesifik. 2. Karya kedua dari F. Budi Hardiman adalah “Menuju Masyarakat Komunikatif”11 dalam buku ini dengan gamblang sang penulis menggambarkan pemikiran Habermas tentang kapitalisme yang mengontrol peradaban menyingkirkan solidaritas sosial sebagai aspek terpenting dalam kehidupan. Habermas yakin bahwa imperatif pasar kapitalis dan patologi sosial yang dihasilkannya dapat di atasi dengan penguatan solidaritas sosial melalui praksis komunikasi. Walaupun memiliki relevansi dalam pengembangan masyarakat kita dewasa ini, tetapi buku ini sangat meyorot ilmu dalam pengertian filsafat dan politik sebagai tatanan penggerak masyarakat. Ulasan dari buku ini dapat juga dalam penelusuran penelitian ini dijadikan sebagai landasan pengembangan kritik positivisme pendidikan Islam. 3. Selanjutnya masih karya dari intelektual Indonesia yakni F. Budi Hardiman, “Demokrasi Deliberatif”12 dalam buku ini penulisnya mencoba menawarkan sebuah model bagi praktek demokrasi dan negara hukum pasca Suharto. Tawarannya sesuai dengan judul bukunya yaitu ‘demokrasi deliberatif’ — merupakan sebuah desain
11
F. Budi Hardiman, Menuju Masyarakat Komunikatif; Ilmu, Masyarakat, Politik & PostModernisme Menurut Jürgen Habermas. (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2009). 12 F. Budi Hardiman, Demokrasi Deliberatif; Meningbang ‘Negara Hukum’ dan ‘Ruang Publik’ dalam Teori Diskursus Jürgen Habermas. (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2009).
13
untuk membuka kanal komunikasi politis dalam masyarakat Indonesia yang sedang melakukan reformasi politik dan hukum dengan memperhitungkan pluralitas etnis, agama dan politik. Penulisnya mendasarkan teorinya pada pemikiran Habermas dibidang filsafat politik. Buku ini dapat dijadikan sebagai bahan komparasi guna menginterkoneksikan semangat reformasi dalam konsep negara hukum dan ruang publik dengan perkembangan pendidikan Islam. 4. Karya Bryan S. Turner, “The Theories of Modernity and Postmodernity”13 dalam buku ini Habermas diposisikan sebagai generasi kedua dalam pengembangan spirit modernitas, dalam pandangannya zaman kita sekarang ini dapat dibangun ulang dalam landasan yang tepat dengan piranti intelektual yang pertama kali dikembangkan selama abad-18 (teori kritis). Dalam ulasan buku ini Habermas tampil sebagai penyempurna teori modernitas, yang walaupun tidak mengulas secara sepsifik aspek pendidikannya tetapi pada prinsipnya teori kritis yang dikembangkan dapat dijadikan oleh peneliti sebagai pandangan dalam menelaah kajian ini. 5. Terakhir karya dari Thomas McCarthy, “The Critical Theory of Jürgen Habermas”14 sesuai dengan judulnya buku ini mengulas secara
13
Bryan S. Turner, The Theori of Modernity and Postmodernity. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008). 14 Thomas McCharthy, The Critical Theory of Jürgen Habermas. (Massachusetts: MIT Press, 1982).
14
gamblang teori kritis Habermas, yang akan peneliti sorot dari sisi metode dan sistematikanya secara filosofis. Diulas juga bagaimana Habermas melakukan telaah atas hermeneutika dan teori kritis, serta antara teori kritis dan dan teori sistem sosial.
Pada uraian berikut ini, penulis akan menyuguhkan beberapa karya ilmiah akademik yang selanjutnya akan dielaborasi secara kritis sehingga tidak terdapat kesamaan penulisan dalam penyusunan skripsi ini lebih lanjut. Langkanya kajian tentang rasonalitas dan modernitas Jürgen Habermas yang selanjutnya dijadikan sebagai kerangka kritik atas positivisme pendidikan Islam juga terlihat kurang (untuk mengatakan tidak adanya) kajian akademis di UIN Sunan Kalijaga tentang tema ini. Ada beberapa skripsi maupun tesis yang pernah ditulis tentang Jürgen Habermas, baik dari UIN Sunan Kalijaga maupun dari Perguruan Tinggi yang lain, namun tidak satupun yang membahas tentang kritik positivisme pendidikan Islam dengan perspektif rasionalitas dan modernitas Jürgen Habermas. Adapaun karya ilmiah akademik tersebut: 1. Skrips Moh. Yunus,15 dalam skripsi tersebut dikemukakan bahwa praktik demokrasi di Indonesia sejak tahun 1945 sampai tahun 1998 tidak mencerminkan pemerintahan yang demokratis. Kondisi politik
15
Moh. Yunus. (NIM: 06720013). Jürgen Habermas dan Demokrasi Deliberatif (Tinjauan Kritis Terhadapa Praktik Demokrasi di Indonesia Pasca Reformasi 1998). Skripsi, Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga. Yogyakarta, 2010.
15
yang demikian berubah ketika reformasi 1998 melanda bangsa Indonesia. Yunus menyorot praktik demokrasi di Indonesia pasca reformasi 1998 dengan memakai konsep demokrasi deliberatif Jürgen Habermas. Selain itu, penelitiannya juga ingin mengungkap fenomena demokratisasi di Indonesia pasca reformasi yang memiliki berbagai ketimpangan dan jauh dari jalur demokrasi yang ada serta konsep negara menurut kitab suci mayoritas bangsa Indonesia yaitu al-Qur’an. Penelitian Yunus ini menyorot lebih mendalam praktek politik di Indonesia, dan tentu saja belum terlalu jauh mengulas soal aspek rasionalitas dan modernitas Habermas. 2. Selanjutnya skripsi Dwi Julianto,16 mengungkapkan bahwa kehidupan masyarakat di abad ini dan sendi-sendinya telah dimasuki sebuah sistem yang universal. Konsekuensinya kemudian manusia masuk pada sebuah sistem kemapanan yang secara beriringan pula melahirkan tirani. Dalam penelitiannya, Julianto mencoba menafsirkan kembali makna dasar dari kapitalisme dan menggunakan kritik Herbert Marcuse dan Jürgen Habermas dalam penelitiannya. Skripsi ini bersifat komparatif sehingga tidak terlalu dalam mengulas soal pemikiran
Habermas,
apalagi
dari
sudut
rasionalitas
dan
modernitasnya. 16
Dwi Julianto. (NIM. 98512961). Kritik Terhadap Masyarakat Kapitalisme (Telaah atas Pemikiran Herbert Marcuse dan Jürgen Habermas). Skripsi, Jurusan Aqidah Filsafat, Fakultas Uhsuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2003.
16
3. Begitu pun dengan skripsi Muhammad Zuhdi,17 dijelaskan bahwa modernisasi merupakan gejala sosial yang tak terhindari oleh sistem sosial. Negara berkembang harus berusaha menyesuaikan diri. Tetapi, dalam menghadapi modernisasi tidak semua bisa lolos dengan mulus, karena tersedia ruang yang cukup besar bagi terjadinya pemaksaan epistemologis dalam masyarakat jaringan modern. Namun, pendidikan ditengarai sebagai media yang paling efektif bagi munculnya pemaksaan tersebut, mengingat pendidikan adalah sebuah proses pembentukan kesadaran masyarakat. Pada saat situasi semacam ini, Paulo Freire dan Jürgen Habermas sebagai analis social, memberikan sebuah tawaran solusi untuk keluar dari praktik intimidasi macam ini. Skripsi ini menyorot terbentuknya proses komunikasi dalam struktur pendidikan sebagai akibat dari pengaruh politik dan ekonomi dalam masyarakat moderen. Tetapi pada prinsipnya tidak terlalu luas memberikan gambaran terkait positivisme pendidikan Islam. 4. Skripsi Syahirul Alim,18 merupakan hasil kajian lapangan yang berusaha mendeskripsikan dan menggambarkan serta menganalisa suatu fenomena sosial dalam kehidupan bermasyarakat, yang secara spesifik antara masyarakat dengan media lokal. Fenomena yang dikaji 17
Muhammad Zudi. (0111-04-7661). Pendidikan Kritis-Komunikatif: Dialog Epistemologis Paulo Friere dan Jürgen Habermas. Sripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarief Hidayatullah Jakarta. 2012. 18 Syahirul Alim. (NIM 6304044). Konsep Local genius pada Program Penyiaran Stasiun Televisi JTV (Analisis Teori Rasionalitas dan Tindakan Komunikatif Jürgen Habermas). Skripsi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2009.
17
adalah JTV sebagai stasiun televisi lokal yang merepresentasikan budaya Jawa Timur. Persoalan yang dikaji dan ditelaah adalah: (1) Bagaimana konsep local genius dalam program penyiaran JTV, (2) Bagaimana JTV dalam mengimplemantisakan local genius dalam bentuk program penyiaran, (3) Bagaimana analisis Jürgen Habermas dalam menyikapi konsep local genius JTV. Skripsi ini tentunya bertumpu pada studi kasus disebuah media di Jawa Timur, dan sangat sedikit mengemukakan teori modernitas yang dikembangkan oleh Habermas. Untuk itu pada penelitian yang penulis akan kembangkan kedepannya tidak akan memiliki kesamaan dengan skripsi ini. 5. Selanjutnya adalah skripsi Imam Samroni,19 adalah telaah pendasaran epistemologis tentang pengetahuan di dalam ruang modernitas, terutama kepentingan rasionalitas ilmu sebagai kekuatan modernisme itu sendiri. Studi pengetahuan kontemporer ini dilatari kritik-kritik radikal dari pascamodernisme dan holisme. Sehingga, dengan kejernihan inilah ditawarkan skema praksis pendidikandi Indonesia sebagai implikasi. Samroni menyebut bahwa ilmu yang tidak berbasis metode
ilmiah
dipinggirkan,
bahkan
di
dalam
wilayah
penyelenggaraan pendidikan. Isu peningkatan kapasitas bangsa untuk
19
Imam Samroni, Studi Epistemologi Jürgen Habermas mengenai Rasionalitas Ilmu sebagai Kpekekuatan Modernisme dan Implikasinya terhadap Praksis Pendidikan di Indonesia. Skripsi, Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Yogyakarta (sekarang: UNY). 1994.
18
belajar, konsep kekuatan pendidikan nasional telah menjadi symbol pendidikan di Indonesia. Skripsi ini secara garis besar memiliki kesamaan epistemology dengan pnelitian yang penulis akan kerjakan, titik pembedanya ada pada kritik atas positivisme pendidikan Islam. 6. Dan terkahir adalah Tesis Yohanes Sumaryanto,20 dalam penelitiannya tesis ini diarahkan pada penggunaan persputakaan umum dan relasinya terhadap konsep ruang publik Habermas. Cirri-ciri publik ingin diasimilasikan ke dalam model pengelolaan perpustakaan umum yang tersebar
di
Indonesia.
Lahirnya
perpustakaan
sebagai
media
pembelajaran perlu dieksplisitkan sebagai kepemilikan publik yang lebih mendasar pada kebutuhan manusia dalam kehidupan. Kajian Yohanes ini tidak terlalu mendalam dalam menyorot konsep rasionalitas dan modernitas habermas. Oleh karenaya penelitian yang penulis lakukan menjadi sangat penting untuk diadakan. Dari serangkaian penjabaran telaah pustaka di atas dapatlah ditarik sebuah kesimpulan bahwa kajian yang penulis lakukan adalah tergolong baru. Penelitian ini, selain menyuguhkan perspektif-perspektif orisinil juga diharapkan mampu memberikan sumbangsih dan memperkaya kajian dan penelitian terkait pemikiran Jürgen Habermas yang telah ada selama ini.
20
Yohanes Sumaryanto. (NPM. 67505016X). Ruang Publik Jürgen Habermas dan Tinjauan atas Perpustakaan Umum di Indonesia. Tesis, Program Studi Ilmu Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Jakarta. 2008.
19
E. Landasan Teori Untuk memudahkan kita dalam memahami penjabaran selanjutnya dalam landasan teori ini, akan penulis kemukakan terlebih dahulu varian-varian yang akan dibahas. Adapun varian tersebut bertumpu dari judul skripsi yang penulis angkat yakni “Rasionalitas dan Modernitas Jürgen Habermas (Kritik atas Positivisme Pendidikan Islam”. Dari judul tersebut terdapat lima varian yang akan penulis jabarkan yakni; rasionalitas, modernitas, kritik, positivisme dan pendidikan Islam. Kelima varian tersbut akan peneliti uraikan dan jabarkan teori-teori yang relevan dengan masalah yang akan diteliti.21 Adapun beberapa teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah: 1. Rasionalitas Manusia
sebagai
pengemban
tugas
kekhalifaan
seringkali
diidentikkan dengan beragam terminologi, salah satu diantara yang paling dominan adalah makhluk berakal atau makhluk yang berfikir. Pengertian sederhana ini mengarahkan kita pada sebuah pemahaman umum bahwa didalam diri manusia terdapat potensi akal (yang sering juga padanan katanya digunakan istilah rasio). Persoalan rasionalitas dalam tindakan dan kepercayaan ini pun seringkali memberikan nuansa tersendiri dalam filsafat.
21
Ini dilandaskan pada, Buku Pedoman Penulisan Proposan dan Skripsi. (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2013). Hal, 10.
20
Makna dan penjelasan rasio, baik dalam konteks filsafat maupun bidang ilmu yang lain, sangatlah memiliki pengertian yang beragam. Namun, sebagai acuan universal secara teoritik adalah kemampuan khas manusia dalam memberikan perbedaan antara yang baik dan yang buruk. 22 Dalam posisi ini rasio kemudian diposisikan sebagai sarana yang memfasilitasi manusia untuk dapat mengakses berbagai pengetahuan melalui penalaran dan penelitian atas sumber-sumber pengetahuan. Tradisi filsafat, khususnya di dunia Islam, rasio seringkali diunifikasikan dengan iman atau hikmah dan syari’at.23 Unifikasi ini bertujuan membangun keimanan berdasarkan rasio, meneggakkan agama berdasarkan filsafat dan memusatkan syariat pada pengetahuan. Rasionalitas manusia kemudian diarahkan menjadi asas atas keimanannya, filsafat berperan menjadi alat ukur syariat dan pengetahuan menjadi standar penegakan hukum. Kesadaran manusia akan hal-ihwal yang berada didalam dan diluar dirinya berangkat atas reflesi rasionalitasnya. Pada titik inilah manusia mengalami proses berfikir, yang oleh Ibnu Khaldun kesanggupan berfikir tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan; pertama, pemahaman intelektual manusia terhadap segala sesuatu yang berada di alam semesta dan diluar
22
Hasan Yusufian & Ahmad Husain Sharifi, Akal dan Wahyu; Tentang Rasionalitas dalam Ilmu, Agama dan FIlsafat. (Jakarta: Shadra Press, 2011), hal 10. 23 Hassan Hanafi, Islamologi 2: Dari Rasionalisme ke Empirisme. (Yogyakarta: LKiS, 2004), hal. 26.
21
alam semesta. Kedua, pikiran yang melengkapi manusia atas ide-ide dan bentuk perilaku yang dilakukan dalam pergaulannya dengan sesame makhluk. Dan ketiga, pengetahuan atas pikiran manusia yang merefleksikan sesuatu yang bersifat immateri.24 Menurut pandangan Habermas,25 pemikiran manusia senantiasa bertumpu pada refleksi rasio yang terkandung dalam kognisi, wicara dan tindakan. Hal ini disandarkan atas adanya hubungan antara rasionalitas dan pengetahuan, oleh karena pengetahuan memiliki struktur hubungan antara apa yang diyakini dapat direpresentasikan dalam bentuk pernyataan. Rasionalitas kemudian dihubungkan dengan bagaimana subjek (manusia) berbicara dan bertindak dalam memperoleh dan menggunakan pengetahuan. Pengertian di atas memberikan gambaran bahwa, rasionalitas manusia melahirkan rasionalisasi atas masyarakatnya. Proses rasionalisasi tersebutlah yang kemudian dikenal dengan tindakan komunikasi, melalui pengetahuan
diekspresikan
secara
eksplisit
dan
melalui
tindakan
diekspresikan secara implisit. Dalam penelitian ini berdasarkan penjabaran teori rasinalitas di atas akan diuraikan lebih lanjut bagaimana rasionalitas Habermas memberikan pengaruh terhadap kritik positivisme Pendidikan Islam. Tindakan rasional sendiri dalam pandangan Habermas bertumpu juga pada pandangan kaum realis dan fenomenologis. 24
Ibnu Khaldun, Muqaddimah. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), hal. 522. Jürgen Habermas, Teori TIndakan Komunikatif I: Rasio dan Rasionalisasi Masyarakat. (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2009), hal. 1. 25
22
2. Modernitas Istilah modern pada mulanya diambil dari istilah Latin pada dekade akhir abad ke-5 yakni modernus.26 Istilah ini menjadi sebuah kata yang memberikan perbedaan keadaan orang Kristen dengan orang Romawi pada saat terjadinya masa pangan dan lewatnya masa pangan. Seiring berjalannya waktu istilah ini kemudian digunakan untuk menyorot kondisi masa kini dan hubungannya dengan berlalunya zaman. Proses perubahan tersebut mengharuskan terjadinya pembaharuan disegala aspek dalam segala sendi kehidupan manusia. Dalam sejarahnya fase moderen dalam perjalanan ummat manusia juga dipicu oleh reformasi,27 yang disebabkan oleh kebobrokan gereja khususnya dalam kultur keagamaan masyarakat Jerman, dengan tokohnya Martin Luther King, terjadilah pemisahan antara Agama dan Negara. Selanjutnya adalah pencerahan dan revolusi,28 pencerahan bertumpu pada kemerdekaan manusia terletak pada pikirannya yang murni dan revolusi berangkat dari revolusi Perancis yang melahirkan kebebasan yang tidak hanya dimiliki oleh kaum bangsawan tetapi hak semua orang (prinsip kesetaraan).
Dalam
pandangan
modernitas
ini
hukum
rasionalitas
menghendaki lahirnya kebebasan individu yang dalam kewenangan praktisnya dijalankan oleh pemerintah sebagai representasi masyarakat. 26
Bryan Turner, The Theories, hal. 28. G. W. F. Hegel, The Philoshophy of Hystory. (Dover Publication Inc, 1996), hal. 564. 28 Ibid, hal. 598. 27
23
Dapatlah difahami bahwa modernitas adalah akibat dari pembacaan dan kritik kita terhadap pengalaman dan kejadian yang terjadi dimasa lalu. Hal ini meniscayakan terjadinya perubahan dalam memposisikan proses kehidupan kita dimasa kini. Dengan tidak bermaksud membandingkan dan menyempitkan makna modernitas ini dengan kategori-kategor Barat-Timur, dunia pertama dan dunia ketiga, tetapi lebih melihat modernitas dalam sorotan yang lebih universal dan kaitannya dengan pendidikan Islam. 3. Kritik Istilah kritik sendiri telah berkembang dan digunakan sejak masa renaissance (1350-1600 M).29 Hardiman kemudian secara gamblang menjelaskan makna kritik ke dalam empat kategori berdasarkan pandangan empat filosof. (1) Dalam tradisi Kantian,30 kritik merupakan kegiatan rasio atas pengujian sahih tidaknya sebuah pengetahuan tanpa prasangka. (2) Hegelian,31 dalam pengertian ini kritik merupakan refleksi atas rintangan, tekanan dan kontradiksi yang menghambat proses pembentukan diri dari rasio atas sejarah. (3) Marxian,32 kritik merupakan teori dengan tujuan emansipatoris. (4) Freudian,33 praktek psikoanalisis merupakan sebuah kritik. Dalam penelitian ini kritik yang penulis maksudkan adalah kritik yang bertumpu pada perkembangan teori kritis, yang selanjutnya akan 29
F. Budi Hardiman, Kritik Ideologi, hal. 51. Ibid, hal. 52. 31 Ibid, hal. 53. 32 Ibid, hal. 55. 33 Ibid, hal. 57. 30
24
menjadi konsepsi dalam mengulas positivisme pendidikan Islam. Teori kritis sendiri memiliki akar historis yang sangat kuat dengan Mazhab Frankfurt34 inti teori kritis yang ingin dikembangkan dalam penjabaran ini adalah penghapusan terhadap sistem filsafat yang tertutup. Kemunculan abad baru beriringan pula dengan keluarnya ummat manusia dari kungkungan perang dunia,
mengharuskan
terjadinya
perubahan
yang
signifikan
dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu sosial. 4. Positivisme Positivisme mendasarkan inti gagasannya pada objek yang faktual adalah sesuatu yang nyata, pencetusnya dan sekaligus disebut sebagai bapak positivisme adalah Aguste Comte.35 Dalam pemaparannya positivisme ingin menegaskan bahwa pengetahuan hendaknya tidak melampau fakta-fakta, persepsi ini tentu saja memberikan penolakan terhadap metafisika. Positivisme juga memberikan penolakan terhadap model pengetahuan lain seperti etika, teologi, seni atau segala sesuatu yang melampai fenomena yang bisa diamati. Dalam pemahaman kita, dapatlah dikatakan bahwa fakta merupakan fenomena yang dapat diobservasi, artinya positivisme erat kaitannya dengan
34
Tepat pada tanggal 3 Februari 1923 di Frankfurt terbentuklah sebuah Institute fur Sozialforschung yang menjadi cikal bakal lahirnya Mazhab Frankfurt sebagai pendobrak dan pengembang teorti kritis. Lebih jauh lihat, Martin Jay, The Dialectical Imagination; A History of the Frankfurt School and the Institute of Social Research 1923-1950. (California: University of California Press, 1973), hal 12. 35 F. Budi Hardiman, Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk dunia Moderen. (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011), hal, 175.
25
hal-hal empirik. Pendidikan Islam tentu mendasarkan dirinya pada spirit ketauhidan dimana prakteknya menjadi media pengabdian kepada otoritas eksternalnya. Oleh karenanya menjadi rancu menjadikan metode positifistik dalam pengembangan dan praktek pendidikan Islam. Dalam diskursus ilmu, secara umum dapat dikategorisasikan menjadi dua yaki, ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial.36 Fisika, matematika dan deretan ilmu yang mengamati obyek-obyek alamiah masuk dalam golongan ilmu alam. Sedangkan segala bentuk terkait dengan gejala kemanusiaan dan kebudayaan dapat diamati oleh ilmu sosial. Persoalan kemudian bermunculan pada aspek pendekatan dan metodologinya, apakah terdapat kesamaan ataukah perbedaan. Kita tentu dengan sangat terkagum ketika dihadapkan pada sebuah fakta yang menyuguhkan bagaimana pendekatan ilmu-ilmu alam sukses menjelaskan gejala-gejala alam ke dalam bentuk yang lebih spesifik dan memiliki nilai guna, yaitu teknologi. Tetapi apakah kesuksesan akan dihasilkan sama dengan melakukan pendekatan yang sama terhadap ilmuilmu tentang masyarakat. Pada titik inilah selanjutnya dalam penelitian ini akan penulis jelaskan lebih jauh, perbedaan antara kenyataan alamiah dan kenyataan sosial. Hal ini dibutuhkan untuk membangun kritik terhadap positivisme pendidikan Islam.
36
F. Budi Hardiman, Melampaui Positivisme, hal. 21.
26
5. Pendidikan Islam. Pendidikan Islam secara menyuluruh tidak dapat lepas dari ajaran Islam, sehingga dari segi kandungan isi dan prakteknya tersubordinasi ke dalam sumber Islam (Al-Qur’an dan Sunnah). Pendidikan Islam berarti segala prinsip dan kandungannya bertumpu pada spirit Islam. 37 Landasan spirit keislaman tersebutlah yang menjadikannya sebagai pendidikan Islam. Pada dimensi selanjutnya, dalam pertautannya dengan realitas sosial, pendidikan Islam tentu memiliki hubungan relasional dengan aspek politik dan ekonomi. Muslim sebagai makhluk yang membutuhkan keyakinan tentunya memiliki keterikatan dengan etika religious, hal ini mencerminkan karakteristik dari aspek spiritualnya. Pendidikan Islam dalam pengertian ini, menjadikan manusia berkontribusi terhadap peradabannya dan mendasarkan itu sebagai ibadah pada Tuhan-nya. Sehingga praktek amar ma’ruf berjalan sebagai akibat dari moralitas yang tinggi dalam diri seorang muslim. 38 Hal inilah yang menjadi dasar transformasi pengetahuan dalam pendidikan Islam. Dalam penelitian ini, pendidikan Islam ingin dilihat dalam keterkaitannya dengan semangat modernitas dalam kultur masyarakat industri. Dalam proses ini, kompetisi merupakan sebuah acuan gerak
37
Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 47. 38 Toshihiko Izutsu, Ethico-Religious Concept in the Qur’an. (Tokyo: Keio University, 1959), hal. 257.
27
masyarakat. Aspek positivisme di dalamnya apakah memberikan efek positif atau sebaliknya. Ide-ide tentang masyarakat merupakan pergulatan rasio, sedangkat ide-ide keagamaan adalah aspek fundamental yang sumbernya telah jelas adanya.39 Sehingga, orientasi pendidikan Islam pun, menjadi menarik bila diarahkan pada penguatan kecerdasan ma’rifat. Kecerdasan ini berfungsi menjadi institusi intelektual sebagai sintesis tertinggi dari realitas fisis kebutuhan, energi dan ruh.40 Oleh karena itu menjadi penting untuk mengembangkan penelitian ini lebih lanjut. F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian yang penulis lakukan ini merupakan riset filosofis yang berjenis Studi Pustaka bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisa secara kritis data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat dalam literatur, seperti: buku-buku, naskah-naskah, artikel-artikel, majalah, jurnal, website, dokumen dan lain sebagainya.41 Dalam tingkat penjelasannya, penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memuat, menggambarkan, menganalisa secara kritis situasi-situasi atau kejadian-kejadian terkait dengan topik yang telah dipilih.42
39
Max Weber, The Protestant Ethic Spirit of Capitalism. (London: Routledge, 1992), hal.
159. 40
Lihat, Abdul Munir Mulkhan, “Filsafat Tarbiyah Berbasis Kecerdasan Ma’rifat”. Dalam Jurnal Pendidikan Islam Vo. II, Nomor 2, Desember 2013. (Diteribtkan oleh FTIK: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: 2013), hal. 235. 41 Mardalis, Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1998. Hal., 28. 42 Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Grafindo Persada, 1997) hal.. 18.
28
2. Metode Pengumpulan Data Dalam peroses pengumpulan data metode yang penulis gunakan sering kita kenal dengan metode dokumentasi yaitu cara mencari dan mengumpulkan data mengenai variabel-variabel yang bentuknya bisa berupa buku, jurnal, majalah, artikel dan lain sebagainya.43 Data yang telah diperoleh, nantinya akan diklasifikan menjadi data primer dan data sekunder untuk menjadi acuan analisa dalam penelitian ini. Dari data primer dan sekunder selanjutnya akan ditelaah lebih jauh untuk menemukan kelebihan dan kekurangannya serta menunjukkan posisi dari penelitian yang sedang penulis lakukan. Hal ini penting untuk menunjukkan aspek yang menjadi pokok bahasan penulis dalam penelitian ini dan bertujuan untuk menemukan aspek terbaru terkait dengan topik yang penulis angkat. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya yaitu; karya Jürgen Habermas, Teori Tindakan Komunikatif I; Rasio dan Rasionalisasi Masyarakat, dan kedua Teori Tindakan Komunikatif II: Kritik atas Rasio Fungsionalis. Kedua karya ini diterbitkan oleh Kreasi Wacana, Yogyakarta. Sedangkat data sekunder adalah data yang memiliki bahan terkait dan menunjang dalam penelitian ini. Adapun rinciannya dapat dilihat pada daftar pustaka karya ilmiah ini.
43
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), hal.. 129.
29
3. Pendekatan dan Analisa Data Dalam menganalisis data penulis menggunakan model content analysis44 adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:
Penentuan Unit Analisis, yaitu pengadaan data yang dilakukan dengan cara pembacaan secara cermat terhadap teks yang relevan dengan objek penelitian.
Pengumpulan Data, merupakan data yang dikumpulkan dari dokumen tertulis seperti buku-buku, majalah, jurnal, website dan lain sebagainya untuk selanjutnya dianalisa. Data dalam penulisan ini seobyektif mungkin melalui proses pembacaan secara cermat terhadap referensi-referensi yang memiliki kaitan dengan judul yang penulis angkat.
Proses Inferensi. Sebelum melakukan analisis data, dalam analisis konten inferensi dilakukan terlebih dahulu lalu kemudian dilakukan analisa. Infrensi berupa penarikan simpulan secara abstrak.
Interpretasi, berarti menafsirkan atau sering disebut analisis. Proses ini meliputi penyajian data dan pembahasan dilakukan secara kualitatif konseptual. Analisis dalam pengertian ini adalah menguraikan, artinya menggabungkan data yang telah didapat untuk memperoleh kesatuan nilai dan makna sehingga mampu mendapatkan kesimpulan yang tepat.
44
Suwardi Endrawara, Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Media Presindo. 2008. Hal., 162.
30
G. Sistematika Penulisan Untuk memberikan kemudahan dalam memahami alur pembahasan penelitian ini, dibutuhkan sistematika pembahasan yang runtut dan koheren antara satu BAB dengan BAB lainnya. Sistematika dalam penelitian ini dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu; bagian awal, bagian utama dan bagian akhir. Bagian awal, terdiri dari halaman awal (cover), surat pernyataan keaslian, surat persetujuan dari pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, abstraksi, daftar isi dan halaman transliterasi. Bagian utama, berisi uraian penelitian yang dimulai dari bagian pendahuluan sampai dengan penutup, tertuang dalam bentuk BAB-BAB sebagai satu kesatuan. Pada penelitian ini penulis menuangkan hasil penelitian dalam 5 BAB. BAB Pertama dari penelitian ini berisi gambaran umum penelitian, dengan kaa lain BAB ini merupakan sebuah pendahuluan yang meliputi; Latar Belakang, Masalah, Rumusan Masalah, Telaah Pustaka, Landasan Teori, Meotodologi Penelitian (yang berisi: jenis penelitian, metode pengumpulan data, serta pendekatan dan analisis data). Pada BAB pertama ini akan diakhiri dengan Sistematika Pembahasan yang menjabarkan secara keseluruhan isi dari penelitian ini. BAB Kedua, penulis akan memaparkan tentang tinjauan umum dan biografi intelektual Jürgen Habermas. Menginjak BAB Ketiga, penulis akan memaparkan pengertian rasionalitas dan modernitas menurut Jürgen Habermas, dan bagaimana membedahnya sebagai sebuah alat analisa terkait dengan kritik positivisme pendidikan Islam.
31
BAB Keempat, berisi tentang gambaran kritik positivisme pendidikan islam dan gagasan pembaharuan pendidikan Islam. BAB Kelima, adalah penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran, dimana penulis akan memaparkan kesimpulan-kesimpulan dari hasil penelitian ini. Disampung itu penulis juga akan mengajukan suatu evaluasi terhadap peranan pendidikan politik terhadap pemilih pemula. Sedangkan Bagian Akhir dari penelitian ini terdiri dari daftar pustaka, lampiran yang terkait dengan penelitian serta biodata penulis.
270
BAB V PENUTUP Penantian yang telah menghabiskan energi, materi, pikiran dan sebagainya, telah sampailah pada apa yang disebut akhir. Penantian yang diwarnai kucuran keringat dan tetesan air mata, memberi atmosfir tersendiri pada pengembaraan intelektual ini. Walaupun penulis menyadari tidak pembicaraan yang akhir dalam pembaruan, sehingga tidak ada pula ujung dari pencarian makna. Penelitian ini, merupakan sebuah kombinasi yang unik dari semangat modernitas dan rasionalitas yang diulas dalam bingkai kritik. Sehingga darinya menjadi penting untuk merumuskan kesimpulan dan saran: A. Kesimpulan. 1.
Pencarian komprehensif atas diskursus modernitas dan rasionalitas dalam Islam dan realitas. Dalam perspektif ini, kita diajak untuk menemukan struktur umum sekaligus khusus wacana tersebut, yang dilihat melalui sosok Jurgen habermas. Akhirnya pada kesimpulan bahwa, rasionalitas mengarah pada pengembangan “tindakan komunikatif” khususnya didalam praktek pendidikan Islam. Prinsipnya terletak pada bagaimana etika diskursus pembelajaran, mampu dibangun diatas klaim kebenaran dan ketepatan. Selanjutnya modernitas dibingkai dalam semangat “ruang publik”, sehingga dalam ruang publik pendidikan Islam terbangun apa yang disebut dunia
271
kehidupan dan sistem. Dunia kehidupan mengehendaki adanya hubungan integral antara kepentingan pengetahuan terhadap sistem yang berada di luar pendidikan Islam. 2.
Kritik selalu mendasarkan dirinya pada kebaruan, sehingga tidak tepat jika melakukan kritik terhadap aspek positivisme dalam pendidikan Islam adalah mencari kesalahan. Dalam perspektif ini, kritik digunakan untuk menolak argumen dasar positivisme yang ingin menyatukan ragam metode keilmuan kedalam satu pendekatan. Sehingga kritik mengarah pada apa yang seharusnya terjadi, dan tidak hanya melihat apa yang terjadi.
B. Saran. 1. Kajian ini tidak ubahnya adalah gambaran provokatif dalam sebuah diskursus. Sehingga sangat memungkinkan untuk terus dilakukan pengkajian lebih mendalam. 2. Sebagai sebuah rekomendasi, kajian-kajian selanjutnya lebih mempertajam makna kritik pada dimensi yang local wisdom. Ini memungkinkan bagi kita untuk melihat khasanah filsafat nusantara yang juga dapat dijadikan sebagai pembanding dalam mengulas isu-isu pendidikan Islam khususnya.
272
DAFTAR PUSTAKA
A. R. Radcliffe-Brown, Structure and Function in Primitive Society. New York: The Free Press, 1968. Abd. Hakim dan Yudi Latif (Peny.), Bayang-bayang Fanatism: Esai-esai untuk Mengenang Nurcholish Madjid. Jakarta: PSIK, 2007. Abdulaziz Sachedian, The Islamic Roost of Democratic Pluralism. Oxford University Press, 2001. Abdullahi Ahmed An-Na’im, Toward an Islamic Reformation:Civil Liberties, Human Right and International Law. New York: Syracuse University Press, 1990. Abdul Munir Mulkhan, Nalar Spiritual Pendidikan: Solusi Problem Filosofis Pendidikan Islam. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002. Adolf Hitler, Mein Kampf (Edisi Lengkap: Vol I dan Vol II. Penrbit Narasi: Yogyakarta, 2010. Auguste Comte, The Positive Philosophy, London: George Bell & Son, 1986. Ahmad Amir Aziz, Neo-Modernisme Islam di Indonesia. Gagasan Sentral Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid, Jakarta: Rineka Cipta, 1999. Ahmad Suaedy (eds.), Spiritualitas Baru: Agama dan Aspirasi Rakyat (Jogjakarta: Institut Dian/Interfidei, 1994. Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat : Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara, Masyarakat dan Kekuasaan., Jakarta : Gramedia, 2001. Akhbar S. Ahmed, Posmodernisme: Bahaya dan Harapan Bagi Islam. Bandung: Mizan, 1996. Alan Bullock and Stephen Trombley, (Eds.), The Fontana Dictionary of Modern Thought. London: Harper-Collins, 1999). Ali Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996. Alex Rosenberg, Philosophy of Science;A Contemporary Introduction. (New York: Routledge, 2005.
273
Alvin Tofler, Pergeseran Kekuasaan, Pengetahuan, Kekayaan dan Kekerasan di Penghujung Abad Ke-21, Jakarta: Pantja Simpati, 1990. Amin Abdullah, Studi Agama: Normativitas dan Historisitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999. Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2004. Anthony D. Smith, Nationalism and Modernism: A Critical Survey of Recent Theories of Nations and Nationalism. USA and Canada: Routledge, 1998. Anthony Giddens, Konsekuensi-konsekuensi Modernitas, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005. ________________, (ed), Positivism and Sociology, London, Heinemann, 1975. ________________, The Consequences of Modernity. Cambridge: Polity Press, 1990. ________________, The Third Way: Jalan Ketiga Pembaharuan Demokrasi Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999. Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology: Essays on Liberative Elements in Islam. New Delhi: Sterling Publishers Private Ltd, 1990. _________________, Liberalisasi Teologi Islam: Membangun Teologi Damai dalam Islam. Yogyakakarta: Alenia, 2004. Azyumardi Azra, Pendidikan IslamTradisi Dan Modernisasi Menuju Millennium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. _______________, Pergolakan Politik Islam: Fundamentalis, Modernitas dan PostModernisme. Jakarta: Paramadina, 1996. B. W. Tuckman, Conducting Educational Research. New York: Harcourt Brace Jovanovich Publishers, 1978. Barry A. Kosmin dan Ariela Keysar (eds.) Secularism & Secularity: Contemporary International Perspectives. Hartford, CT: Institute for the Study of Secularism in Society and Culture (ISSSC), 2007. Brian Fay, Critical Social Science. Ithaca, N.Y. : Cornell University Press, 1987. Bryan S. Turner, The Theori of Modernity and Postmodernity. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
274
Budhy Munawar Rahman, Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah. Jakarta: Paramadina, 1994. _____________________, (ed.), Membela Kebebasan Beragama; Percakapan tentang Sekularisme, Liberalisme, dan Pluralisme. (Buku 2). Edisi Digital, Jakarta: Democracy Project, 2011. _____________________, Reorientasi Pembaruan Islam: Sekularisme, Liberalisme dan Pluralisme Paradigma Baru Islam Indonesia. Edisi Digital. Jakarta: Democracy Project, 2010. Budi Susanto, Teologi dan Praksis Komunitas Post-modern, Yogyakarta: Kanisius, 1994. Buku Pedoman Penulisan Proposan dan Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2013. C. Calhoun, Dictionary of the Social Science. Oxford : Oxford University Press, 2002. Charles D. Hardie. Truth and Fallacy in Educational Theory. USA: Columbia University, 1962. Charles Kurzman (Ed.), Liberal Islam A Sourcebook. New York:Oxford University Press, 1988. Charles M. Reigeluth (ed.), Instructional Design, Theories and Models: An Overview of Their Current Status. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers, 1983. Chumaidi Syarif Romas, Wacana Teologi Islam Kontemporer. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2000. Craig Calhoun, Postmodernism as Pseudohistory: Continuitis In the Complexities of Social Action. Chapel Hill: University of North Carolina.1992. Dana Villa (ed.), The Cambridge Companion to Hannah Arendt, Cambridge: Cambridge University Press, 2000. Daniel Dennett. Breaking the Spell: Religion as a Natural Phenomenon. New York: Viking, 2006. Daniel S. Schipani, Religious Education Encounters Liberation Theology. Alabama: Religious Education Press, 1988.
275
David A Kolb, Experiential Learning, Experience as The Source of Learning and Development. New Jersey: Englewood Cliffs, Prentice-Hall, Inc., 1984. David Ingram, Habermas and the Dialectical Reason, New Haven and London: Yale University Press, 1987. David Marsh & Gerry Stoker, Teori dan Metode Dalam Ilmu Politik. Bandung: Nusa Media, 2010. David Martin, A General Theory of Secularization. Bristol: Western Printing Services, 1978. David Meyer dan Sidney Tarrow, Power in Movement. New York: Cambridge. University Press, 1998. David Morley dan Kuan-Hsing Chen (eds), Stuart Hall: Critical Dialogues in Cultural Studies. New York: Routledge, 2000. David W Hursh & E. Wayne Ross, Democratic Social Education, Social Studies for Social Change, New York: Falmer Press, 2000. Douglas Kellner, Television and the Crisis of Democracy. Boulder, CO: Westview Press, 1990. Dwi Julianto. Kritik Terhadap Masyarakat Kapitalisme (Telaah atas Pemikiran Herbert Marcuse dan Jürgen Habermas). Skripsi, Jurusan Aqidah Filsafat, Fakultas Uhsuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2003. E. Goffman, The Presentation of Self in Everyday Life. New York, 1959 E. Sumarnoyo, Hermeneutik Sebuah Metode Fiolsafat, Yogyakarta: Kanisius, 2003. Edward N. Zalta (Ed.), The Stanford Encyclopedia of Philosophy, San Francisco: Stanford Univecity Press, 2005. Egon Guba, (ed.), The Paradigm Dialog. Newbury Park, London, New Delhi: SAGE Publications, 1990. F. Budi Hardiman, Demokrasi Deliberatif; Meningbang ‘Negara Hukum’ dan ‘Ruang Publik’ dalam Teori Diskursus Jürgen Habermas. (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2009.
276
_______________, Kritik Ideologi; Menyingkap Pertautan Pengetahuan dan Kepentingan bersama Jürgen Habermas. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2008. _______________, Melampaui Positivisme dan Modernitas, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003. _______________, Menuju Masyarakat Komunikatif; Ilmu, Masyarakat, Politik & PostModernisme Menurut Jürgen Habermas. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2009. _______________, Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk dunia Moderen. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011. _______________, (ed.), Ruang Publik: Melacak “Partisipasi Demokratis” dari Polis sampai Cyberspace. Yogyakarta: Kanisius, 2010. F. Lyotard, A Postmodern Condition: A Report on Knowledge. University of Mineapolis Press, 1984. Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi Historis. Yogyakarta: Tiara Illahi Press, 1998. Farid Esack, Qur’an, Liberation, and Pluralism: An Islamic Perspective of Interreligious Solidarity against Oppression. Oxford: Oneworld, 1997. Fasli Jalal, Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta: Aditia, 2001. Fazlur Rahman, Islam and Modernity:Transformation of an Intellectual Tradition. Chicago dan London: The University of Chicago Press, 1982. _____________, Islam dan Modernitas: Tentang Transformasi Intelektual Bandung: Pustaka, 1995. _____________, Metode & Alternatif Neomodernisme Islam, Bandung, Mizan, 1990. Felix Gilbert & Stephen R. Graubard. (eds.), Historical Studies Today. New York: W. W, 1992. Franz Magnis Suseno, 12 Tokoh Etika Abad ke-20. Yogyakarta, Kanisius, 2000. _________________, 75 Tahun Jürgen Habermas. Basis, Nomor 11-12, Tahun Ke53, November-Desember 2004.
277
_________________, Filsafat sebagai Ilmu Kritis, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992. Francis Fukuyama, The End of History and The Last Man. (Yogyakarta: Perbit Qalam, 2004 Fred N. Kerlinger, Foundations of Behavioral Research. Chicago: Holt, Rhinehart and Winston, Inc, 1986. Frits Bolkestein, Liberalisme dalam Dunia yang Tengah Berubah. Jakarta: Sumatra Institute, 2006. FX. Mudji Sutrisno dan F. Budi Hardiman (eds.), Para Filsuf Penentu Gerak Zaman, Yogyakarta: Kanisius,1992. G. Myerson, Perjumpaan Posmodern. Yogyakarta:Aperion-Philotes, .2003. G. W. F. Hegel, The Philoshophy of Hystory. Dover Publication Inc, 1996. Gerorge F. Kneller. Movements of Thought in Modern Education. USA: John Wiley & Sons, Inc., 1984. George W. Gagnon. Jr dan Michelle Collay, Designing for Learning Six Elements In Constructivist Classrooms. Thousand Oaks, California: Corwi Press, Inc., 2001. George R. Knight, Issues and Alternatives in Educational Philosophy. Berriens Springs Micigan: Andrews University Press, 1982. George Ritzer, The Mcdonaldization Thesis: Explorationsand Extensions. London: SAGE Publications, 1998. ____________, dan Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi. Yogyakarta: Kreasi Wacana. 2011. Gerben Heitink, Practical Theology: History, Theory, Action Domains. Michigan, William B. Eerdmans Publishing Company, 2000. Gordon James Finlayson, Habermas: A Very Short Introduction. Oxford: Oxford UP, 2005. H. A. R. Tilaar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. (Magelang: Tera Indonesia, 2000), hal. 25.
278
_____________, Perubahan Sosial dan Pendidikan, Pengantar Transformasi untuk Indonesia. Jakarta : Grasindo, 2002. Hamid Basyaib (ed.), Membela Kebebasan; Percakapan tentang Demokrasi Liberal. Jakarta: Freedom Institute, 2006. Hannah Arendt, Human Condition, Chicago: University of Chicago Press, 1998. _____________, On Revolution. Harmondsworth: Penguin Books, 1990. _____________, The Origins of Totalitarianism. New York: Harcourt, Brace & World, 1973. _____________, What Is Freedom?. New York: Penguin Books, 2000. Harun Nasution, Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1973. _____________, Islam Rasional; Gagasan Dan Pikiran. Bandung: Mizan, 1995. Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, Bandung: alMaarif, 1980. Hasan Yusufian & Ahmad Husain Sharifi, Akal dan Wahyu; Tentang Rasionalitas dalam Ilmu, Agama dan FIlsafat. Jakarta: Shadra Press, 2011. Hassan Hanafi, Agama, Ideologi, dan Pembangunan. Jakarta: P3M, 1991. ____________, Dialog Agama dan Revolusi, Jakarta:Pustaka Firdaus, 1994. ____________, Islamologi 2: Dari Rasionalisme ke Empirisme. Yogyakarta: LKiS, 2004. ____________, Oksidentalisme; Sikap Kita Terhadap Tradisi Barat. Jakarta: Paramadina, 2000. Henry A. Giroux (ed.), Counternarratives: Cultural Studies and Critical Pedagogies in Postmodern Spaces. New York: Routledge, 1996. ________________, Critical Pedagogy and the Postmodern/Modern Divide: Toward a Pedagogy of Democratization. Dalam jurnal Teacher Education Quarterly, Vol. 31, No. 1, Winter 2004. ________________, Ideology, Culture and the Process of Schooling. Philadelphia: Temple University and Falmer Press, 1981.
279
Hilary Putnam, The Meaning of “Meaning”. Cambridge: Cambridge University Press, 1990. Ian G. Barbour, Issues in Science and Religion. New York: Row Publisher, 1971. Ibnu Khaldun, Muqaddimah. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008. Ilan Gur-Ze’ev (ed.), Critical Theory and CriticalPedagogy Today. Haifa: Faculty of Education University of Haifa, 2003. Imam Samroni, Studi Epistemologi Jürgen Habermas mengenai Rasionalitas Ilmu sebagai Kpekekuatan Modernisme dan Implikasinya terhadap Praksis Pendidikan di Indonesia. Skripsi, Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Yogyakarta, 1994. Immanuel Kant, Kritik atas Akal Budi Praktis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005. Isaiah Berlin, Four Essays on Liberty. Oxford: Oxford University Press, 1979. Israel Scheffler. Reason and Teaching. Indianapolish: Bobba-Merril, 1973. J. Lechte. 50 Filsuf Kontemporer. Yogyakarta: Kanisius. 2004. J. M. Bernstein (ed.), The Culture Industry: Selected Essays on Mass Culture. New York: Routledge, 1991. Jacques Derrida, Writing and Difference. London :Routledge, 2001. Jalaluddin Rakhmat, Rekayasa Sosial: Reformasi atau Revolusi?. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999. Jean Lyotard, The Postmodernisme and Condition, A Report on Knowledge. Oxford: Manchester University Press, 1984. Jennifer Moon, Reflection in Learning and Professional Development Theory and Practice. USA: Kogan Page Limited, 1999. Jill Steans, Introduction to International Relations, Perspectives & Themes. London: Pearson & Longman, 2005. Joe L. Kincheloe, Critical Pedagogy. New York: Peter Lang, 2005. John B. Thompson, Kritik Ideologi Global, Yogyakarta: Ircisod, 2006. Jos Daniel Parera, Teori Semantik. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1990.
280
José Casanova, Public Religions in the Modern World. Chicago: University of Chicago Press, 1994. John. B Thomspson, Critical Hermeneutics: A Study in the Thought of Paul Ricoeur and Jürgen Habermas. Cambridge: Cambridge University Press, 1981. Jhon Dewey, Budaya dan Kebebasa; Ketegangan antara Kebebasan Individu dan Aksi Kolektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998. John L. Esposito (ed.), Islam and Development. New York: Syracuse University Press, 1980. _______________, Islam Warna-Warni; Ragam Ekspresi Menuju “Jalan Lurus”. Jakarta: Paramadina, 2004. _______________, (ed.), Voices of Resurgent Islam. New York,: Oxford University Press, 1983. Joy A. Palmer, Fifty Modern Thinkers on Education. Yogayakarta: IRCiSoD, 2006. Jürgen Habermas, Between Facts and Norms: Contributions to a Discourse Theory of Law and Democracy, Cambridge: Polity Press, 1996. ______________, Between Naturalism and Religion: Philosophical Essays, Cambridge and Maiden: Polity Press, 2008. ______________, Communication and the Evolution Society, London: Heinemann, 1979. ______________, Ilmu Dan Teknologi Sebagai Ideologi, Jakarta: LP3ES, 1990. ______________, Justification and Application: Remarks on Discourse Ethics. Cambridge: The MIT Press, 1993. ______________, Knowledge and Human Interesst. Boston: Beacon Press, 1972. ______________, Legitimation Crisis. Boston: Beacon Press, 1975. ______________, Moral Consciousness and Communicative Action. Cambridge: MIT Press, 1991. ______________, On The Logic of The Social Sciences. Massachusetts: MIT Press Cambridge, 1996), hlm. 46.
281
______________, Postmetaphysical Thingking: Philosophical Essays. London: MIT Press, 1992. ______________, Religion and Rationality; Essays on Reason, God, and Modernity. London: MIT Press, 2002. ______________, Teori TIndakan Komunikatif I: Rasio dan Rasionalisasi Masyarakat. Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2009. ______________, Teori Tindakan Komunikatif II; Kritik atas Rasio Fungsional. Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2009). ______________, ‘The Entwinement of Myth and Enlightenment: Re-Reading Dialectic of Enlightenment. Jurnal New German Critique, No. 26, Critical Theory and Modernity. Spring-Summer, 1982. ______________, The Inclusion of The Other; Studies in Political Theory. London: MIT Press, 1998. ______________, The Liberating Power of Symbols: Philosophical Essays. Cambridge: The MIT Press, 2001. ______________, The Philosophical Discourse of Modernity, Cambridge: Polity Press, 1987 ______________, The Structural Transformation of The Public Sphere: An Inquiry into a Category of Bourgeois Society. Polity Press, 1989. ______________, Three Normative Models of Democracy. USA : Blackwell Publishers, 1994. ______________, Theory and Practice. London: Heinemann, 1971. K. Bertens, Filsafat Barat Kontemporer Inggris-Jerman. Jakarta: Gramedia, 2002. K. R. Popper, The Logic of Scientific Discovery. New York: Basic Books, 1959. Karen Amstrong, A History of God: 4,000-Year Quest of Judaism, Christianity and Islam. New York: Ballantine Books, 1993. ______________, The Battle For God. New York: Alfred A. Knopf, 2000. Karl Mannheim, Ideology and Utopia: An Introduction to Sociology of Knowledge, London, Routledge, 1979.
282
Karua Richhard Harland, Superstrukturalisme; Pengantar Komprehensip Kepada Semiotika, Strukturalisme dan Poststrukuralisme. Yogyarta: Jalasutra, 2006. Kenneth D Bailey, Methods of Social Research. London: Collier Macmillan Publishers, 1976. Kuntowijoyo. Islam sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi dan Etika. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2007. Larry Krasnoff, Hegel’s; Phenomenology of Spirit An Introduction. New York: Cambridge University Press, 2008. Leigh A. Payne, Uncivil Movement. Baltimore: The John Hopkins Press, 2000. Leo Strauss dan Joseph Cropsey, History of Political Philosophy, Chicago and London : The University of Chicago Press, 1987. Louis Leahy, Manusia Sebuah Misteri; Sintesa Filosofis Makhluk Paradoks. Jakarta: Gramedia, 1985. Ludwig von Mises, Human Action: A Treatise on Economics. USA: Foundation for Economic Education, 1996. M. Abid al-Jabiri, Post-Tradisonalisme Islam. Yogyakarta: LKIS, 2000. M. Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural: Cross Cultural Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan. Jogjakarta: Pilar Media, 2005. M. Atho Mudzhar, “Social History Approach to Islamic Law” dalam Jurnal alJami’ah, No. 61/1998. M. Natsir, Capita Selecta. Jakarta: Penerbit Sumup Ban6unq, 1961. Mahathir Muhamad, Globalisation and the New Realities, Selangor : Pelanduk Publications, 2002. Mansour Faqih, Jalan Lain: Manifesto Intelektual Organik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar & Insist Press, 2002. Marcela Christi, From Civil to Political Religion: The Intersection of Culture, Religion and Politics. Ontario: Wilfrid Laurier University Press, 2001.
283
Marcelo M Suaroz-Orozco, & Desiree Baolian (eds.), Globalization Culture and Education in the New Millenium. California: University of California Press, 2004. Mardalis, Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1998. Martin Jay, The Dialectical Imagination; A History of the Frankfurt School and the Institute of Social Research 1923-1950. California: University of California Press, 1973. Mats Alvesson dan Kaj Skolberg, ReflexiveMethodology, New Vistas for Qualitative Research. London: SAGE Publications, 2000. Matterlart and Seth Siegelaub (eds.), Communication and Class Struggle 1, New York: International General, 1979. Matthew G. Specter, Habermas An Intellectual Biography. Cambridge University Press: New York, 2011. Max Horkheimer, Traditional and Critical Theory, dalam Critical Theory: Selected Essays, New York: Herder and Herder, 1972. ______________, dan Theodor W. Adorno, Dialectic of Enlightenment. California: Standford UP, 2002. Max Weber, Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. _________, The Protestant Ethic Spirit of Capitalism. London: Routledge, 1992. Meredith B. McGuire, Religion: The Social Context Belmont: Wadsworth, 1992. Michel Foucault, Power/Knowlwdge: Selected Interviews and Othe Writings 19721977. Sussex: The Harvester Press. Michael W. Apple, Education and Power. Boston: Ark Paperbacks, 1985. Michael W. Apple, Ideology dan Curriculum. New York: Routledge, 2004. Michael Pusey, Habermas: Dasar dan Konteks Pemikirannya. Yogyakarta: Resist Book, 2011. Miska Muhammad Amien, Epistemologi Islam: Pengantar Filsafat Pengetahuan Islam. Jakarta: UI-Press, 1983.
284
Moh. Yunus. Jürgen Habermas dan Demokrasi Deliberatif (Tinjauan Kritis Terhadapa Praktik Demokrasi di Indonesia Pasca Reformasi 1998). Skripsi, Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta, 2010. Muh. Agus Nuryatno, Mazhab Pendidikan Kritis. Yogyakarta: Resist Book, 2008. Muhammad Baqir Ash-Shadr, Falsafatuna. Bandung: Mizan, 1999. Muhammad Muslih, Filsafat Ilmu, Kajian atas Asumsi Dasar Paradigma dan KerangkaTeori Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Belukar, 2008. Muhammad Zudi. Pendidikan Kritis-Komunikatif: Dialog Epistemologis Paulo Friere dan Jürgen Habermas. Sripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarief Hidayatullah Jakarta. 2012. Muhammed Arkoun, al-Islam: al-Akhlaq wa al-Siyasah. Beirut: Markaz al-Inma’ alQaumiy, 1990. _________________, Berbagai Pembacaan Qur’an. Jakarta: INIS, 1997. _________________, Rethinking Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996. Mumtaz Ahmad (ed), Masalah Masalah Teori Politik Islam. Bandung, Mizan, 1994. Murthada Muthahhari , Gerakan Islam Abad XX. Jakarta: Penerbit Beunebi Cipta, 1986. Nasr Hamid Abu Zaid, Kritik Wacana Agama. Yogyakarta: LKis, 2003. Oemar Bakry, Islam Menentang Sekularisme. Jakarta: Mutiara, 1984. Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979. Owen Chadwick, The Secularization of the European Mind in Nineteenth Century. Cambridge: Cambridge University Press, 1975. Pamela J. Shoemaker, James W. Tankard, and Dominic L. Larossa, How to Build Social Science Theories. London, New Delhi: Sage Publications Inc., 2004. Pardoyo, Sekularisasi dalam Polemik. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1993. Patrick Fuery, Theories of Desire, Melbourne University Press, 1995.
285
Paul Budi Kleden dan Adrianus Sunarko, (Ed.), Dialektika Sekularisasi: Diskus Habermas – Ratzinger dan Tanggapan. Yogyakarta: Penerbit Lamalera, 2010. Paulo Freire, Education as the Practice of Freedom. New York: The Continuum, 2003. __________, Education for Critical Consciousness. New York: The Continuum, 2003. ___________, Politik Penddikan: Kebudayaan, Kekuasan dan Pembebasan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002. ___________, Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: LP3ES, 2008. Peter Beilharz, Teori-Teori Sosial: Observasi Kritis Terhadap Para Filosof Terkemuka, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Peter Golding and Graham Murdock. (Eds), The Political Economy of the Media. Volume I. Cheltenham, Brookfield: Edward Elgar Publishing Co, 1997. Peter Jarvis, John Holford, dan Colin Griffin, The Theory and Practice of Learning. London: Kogan Page Limited, 1998. Peter McLaren dan Peter Leonard (eds.), Paulo Freire: a Critical Encounter. London: Routledge, 2001. R.A.A. Watimena. Melampaui Negara Hukum Klasik. Yogyakarta: Kanisius, 2007. Rawls, J. A Theory of Justice. USA: Harvard Univresity Press, 1999. Raymond Geusss, The Idea of a Critical Theory: Habermas & the Frankfurt School. London, New York: Cambridge University Press, 1982. Rene Descartes, Diskursus Metode. Yogyakarta: IRCiSoD, 2003. Richard C. Martin (Ed.), Approaches to Islam in Religious Studies. Tucson: The University of Arizona Press, 1985. Richard J. Bernstein (ed.), Habermas and Modernity. Cambridge: Polity Press, 1991. Rob Gilbert, Studying Society and Environment; A Hanbook for Teachers, Sydney: Prentice Hall, 1996.
286
Robert C. Houlb, Jurgen Habermas; Critic in the Public Sphere. London: Routladge, 1991. Robert. L Solso, Cognitive Psychology. America: United States of America, 1991. Ronald David Glass, “On Paulo Freire’s Philosophy of Praxis and the Foundations of Liberation Education”. Jurnal Educational Researcher, Vol. 30, No. 2, Maret 2001. Said Agiel Siradj, Ahlussunnah wal Jama‘ah dalam Lintas Sejarah. Jogjakarta: LKPSM, 1997. Samuel P. Huntington, Benturan antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia. Yogyakarta: Penerbit Qalam, 2010. Sayyed Hossein Nasr, Islam Tradisi di Tengah Kancah Dunia Modern, Bandung, Pustaka Mizan, 1994. __________________, Knowledge and the Sacred. Lahore : Suhail Academy, 1988. Seidman (ed.), Jûrgen Habermas on Society and Politics, Boston: Beacon Press, 1989. Sindhunata, Dilema Usaha Manusia Rasional. Jakarta: Gramedia 1982. __________, Berfilsafat di Tengah Zaman Merebak Teror, Basis, Nomor 11-12, Tahun Ke-53, November-Desember 2004. Stephen W. Littlejohn, and Karen A. Foss, Theories of Human Communication. New York: Wadsworth, 2005. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998. Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: Grafindo Persada, 1997. Suwardi Endrawara, Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Media Presindo. 2008. Syahirul Alim. Konsep Local genius pada Program Penyiaran Stasiun Televisi JTV (Analisis Teori Rasionalitas dan Tindakan Komunikatif Jürgen Habermas). Skripsi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2009.
287
Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam, Secularism and the Philosophy of the Future. London: Mansell Publishing Limited, 1985. Talal Asad, Formations of the Secular: Christianity, Islam, Modernity. California: Stanford niversity Press, 2003. Tauel Harper, Assessing the Critical Capacities of Democracy through the Work of Hannah Arendt and Jürgen Habermas: The Occlusion of Public Space and the Rise of Homo Spectaculorum, Ph.D. thesis at Murdoch University, Australia, 2005. Terrence Lovat, ‘Ways of Knowing in Doctoral Examinations: How Examiners Position Themselves in Relation to the Doctoral Candidates’. Australian Journal of Education & Developmental Psychology, Vol. 4. 2004. Thomas McCarthy, Communication and The Evolution of Society, London: Heinemann, 1979. ________________, The Critical Theory of Jürgen Habermas. Massachussetts: MIT Press, 1982. Theodor Adorno, Minima Moralia: Reflections from Damaged Life. New York: Verso, 1951. ______________, dan Anson G Rabinbach, Culture Industry Reconsidered. New German Critique, 1975. ______________, The Positivist Dispute in German Sociology. New York, Harper & Row, 1987. Thomas Kuhn, The Structure of Scientific Revolutions. Chicago: University of Chicago Press, 1970. Toshihiko Izutsu, Ethico-Religious Concept in the Qur’an. Tokyo: Keio University, 1959. Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011. Ulrich Beck, Anthony Giddens, and Scott Lash, Reflexife of Modernization. California: Stanford University Press, 1984. Van Peursen, Susunan Ilmu Pengetahuan: Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu. Jakarta: Gramedia, 1985.
288
Verry Verdiansyah, Islam Emansipatoris: Menafsir agama Untuk Praksis Pembebasan. Jakarta: P3M, 2004. Victor Kraft, The Vienna Circle: The Origins of Neopositivism, New York, Greenwood Press, 1979. Vincent Mosco, The Political Economy of Communication. London, Thousand Oaks, New Delhi: SAGE Publications, 1996. W. Montgomery, Islamic Philosophy and Theology: An Extended Survey. Harrassowitz: Edinburgh University, 1992. Walter Wallace, The Logic of Science in Sociology. New York: Aldine Publishing Company, 1979. Wilfred Carr & Stephen Kemmis, Becoming Critical, Education, Knowledge and Action Research, Melbourne: Deakin University Press, 1996. William H Schubert, Curriculum, Perspective, Paradigm, and Possibilities. New York: Macmillan Publishing Company, 1986. William Rose, Positivism and Its Critique, London: Sage Publications, 2011. Yohanes Sumaryanto. Ruang Publik Jürgen Habermas dan Tinjauan atas Perpustakaan Umum di Indonesia. Tesis, Program Studi Ilmu Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Jakarta. 2008. Yudi Latif, Dialektika Islam: Tafsir Sosiologis atas Sekularisasi dan Islamisasi di Indonesia. Yogyakarta: Jalasutra, 2007. _________, Inteligensia Muslim dan Kuasa Genealogi Inteligensia Muslim Indonesia Abad Ke-20 (Edisi Digital). (Jakarta: Democracy Project, Yayasan Abad Demokrasi, 2012. Ziauddin Sardar, Thomas Kuhn dan Perang Ilmu. Yogyakarta: Jendela, 2002. Ziaul Haque, Wahyu dan Revolusi. Jogjakarta: LKiS, 2000.
289
SUMBER LAIN
A. Internet 1.
http://i-epistemology.net/education/348-towards-understanding-islamicparadigm-of-education.html.
2.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hermeneutika)
3.
http://vicosj.blogspot.com/2010/04/kulturkampf.html
4.
Barry Burke, Antonio Gramsci and Informal Education (The Encyclopedia of Informal Education 1999). dapat diakses di: http://www.infed.org/thinkers/et-gram.html
5.
http://catatan-anakfikom.blogspot.com/2012/03/perspektif-positivisme-postpositivisme.html
B. Jurnal. 1. Jurnal Pendidikan Islam, “Deradikalisasi Pendidikan Islam”. Volume II, Nomor. 1, Juni 2013. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. 2. Jurnal Pendidikan Islam, “Filsafat Pendidikan Islam”. Volume II, Nomor. 2, Desember 2013. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
290
DATA DIRI PENULIS Nama Lengkap : Taufiq Saifuddin Jenis Kelamin : Laki-Laki Tempat/Tanggal Lahir : Batupute, 01 Agustus 1986 No. HP : 081 328 730 554 E-mail :
[email protected] Orang Tua : Bapak: Nama lengkap ayah : Saifuddin Pekerjaan : PNS Ibu: Nama lengkap ibu : Munawwarah Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Riwayat Pendidikan : 1. Raudhatu Athfal (RA) Rantepao (Lulus Tahun 1992). 2. MIS Rantepao Tanah Toraja Sul-Sel (Lulus Tahun 1998). 3. MTs DDI Takkalasi Barru Sul-Sel (Lulus Tahun 2001). 4. MA DDI Takkalasi Barru Sul-Sel (Lulus Tahun 2004). 5. S-1 FTI UII Yogyakarta (2005 – Tidak Selesai) 6. S-1 Ushuluddin UIN Yogyakarta (2006 – Tidak Selesai) 7. S-1 Tarbiyah UIN Yogyakarta (2007 – Lulus 2014) Pengalaman Organisasi : 1. Ketua Umum HMI Komisariat Ushuluddin UIN Yogyakarta (2007-2008) 2. Ketua Umum HMI KORKOM UIN Yogyakarta (2008-2010) 3. Direktur Badan Pengelola Latihan HMI Cab. Yogyakarta (2010-2012) 4. Ketua Umum HMI Cab. Jogjakarta Raya (2013-2014) Prestasi Yang Diraih : 1. Juara IV Lomba Karya Tulis Ilmiah Se-Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Tarbiyah (April 2009). 2. Juara I Lomba Debat Mahasiswa Antar Universitas, yang diadakan oleh Fakultas Teologi Wedabhakti, Kampus Realino, Universitas Shanata Dharma. (Mei 2009). 3. Juara Harapan I Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Jateng-DIY, yang diadakan oleh Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga. (Juni 2009).
291
4. Juara Harapan II Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa se-UIN Sunan Kalijaga. (April 2009). 5. Juara Harapan I Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa se-UIN Sunan Kalijaga. (Desember 2009). 6. Pengisi Acara dalam Acara Talk Show dengan tema “Aksi demo HMI mengawal penyelesaian kasus Bank Century. Yang diadakan oleh Sekolah Tinggi Multi Media “MMTC”, di TVRI Yogyakarta (13 April 2010). 7. Menjadi Pembicara dalam Seminar Nasional Refleksi Sumpah Pemuda Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta (2012). 8. Menjadi Pembicara dalam Bedah Film “Gie” di Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2013). 9. Menjadi Pembicara dalam Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta dengan tema “Implementasi Kurikulum 2013 Guna Membentuk Karakter Bangsa” (Juni 2014). 10. Menjadi Pembicara dan Pemateri pada pelatihan Himpunan Mahasiswa Islam dan pergerakan mahasiswa lainnya, mulai dari tingkat lokal, regional sampai nasional. Mulai dari 2006-2014, selama masih berstatus mahasiswa. Pengalaman Pelatihan/Workshop : 1. Latihan Kader I (Basic Training) HMI Komisariat Ushuluddin (Oktober 2005) 2. Latihan Kader II (Intermediate Training) HMI Cabang Yogyakarta (Mei 2007) 3. Senior Course HMI Cabang Kudus (Agustus 2007). 4. Pelatikan Jurnalistik IKAMI Sul-Sel Yogyakarta (Mei 2008). 5. Workshop Gerakan Anti Penindasan PUSHAM UII (Desember 2007) 6. Short Course Ekonomi Politik Resist Institute (Mei 2012) 7. Whorkshop Penulisan Esai, Blog dan Pembuatan Film Dokumenter Ahmad Wahib Institute (April 2014). Karya Ilmiah yang Dipublikasikan : 1. Menulis Buku dalam “Islam Rahmatan Lil Alamanin”, Diterbitkan oleh UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2010). 2. Menulis Buku dalam “Islam: National Character Building dan Etika Global” Diterbitkan oleh UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2010). 3. Menulis Buku dalam “Mahasiswa dan Masa Depan Bangsa”, Diterbitkan Oleh UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (November 2013).