RASIONALITAS MENURUT ISLAM
!"# $ % '& # $ ( # %) % *# ' # + ,# %",. %/%0 1 0 2 3 4 5 6 ' "Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata” (Al Ahzab : 36) DEFINISI AKAL Akal arti secara bahasa berasal dari kata
%/3 7 9 1 3# 6 – 1 3 7 , yang
bermakna : Jika dia menahan dan memegang erat apa yang ia ketahui (Lisanul Arab 11/458) Syeikh Muhammad Nashiruddin Al Albani
: ; berkata;” Akal
menurut bahasa adalah At Tarbiyyah, yaitu sesuatu yang mengekang dan mengikatnya agar tidak lari kekanan dan kekiri. Dan tidak mungkin bagi orang yang berakal tersebut tidak lari kekanan dan kekiri kecuali jika mengikuti kitab dan sunnah dan mengikat dirinya dengan pemahaman salaf” (Majalah Salafiyah, Riyadh edisi 2/1417H). Syeikh Abul Qasim Al Ashbahany
: ;berkata; “Akal ada dua
macam: Thabi’i dan diusahakan. Yang thabi’i adalah yang datang bersamaan dengan kelahiran, seperti kemampuan untuk menyusu, makan, tertawa bila senang dan menangis bila tidak senang. Kemudian seorang anak akan mendapatkan tambahan akal dalam fase kehidupannya hingga usia 40 tahun. Saat itulah sempurnalah akalnya, kemudian setelah itu akan berkurang hingga ia menjadi pikun. Tambahan ini adalah yang diusahakan. Adapun ilmu maka setiap hari juga bertambah, batas akhir menuntut ilmu adalah batas akhir umur manusia, maka seseorang manusia akan selalu butuh tambahan ilmu selama masih bernyawa, dan terkadang ia tidak butuh tambahan akal jika telah sampai pada puncaknya. 1
Hal ini menunjukan bahwa akal lebih lemah dibanding ilmu, dan bahwasanya agama tidak bisa dijangkau dengan akal, tetapi agama hanya bisa dijangkau dengan ilmu” (Al Hujjah fi Bayanil Mahajjah 2/502-504) PEMULIAAN ISLAM TERHADAP AKAL Pertama, Islam memerintahkan manusia untuk menggunakan akalnya dalam rangka mendapatkan hal-hal yang bermanfaat baginya. Oleh karenanya Allah sering mengajak manusia untuk bertafakur dan berpikir tentang apa yang diberitakan oleh-Nya. Allah berfirman:
3# 6 < 6 # <#% => ' ?,. @ #A ) “Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya supaya kamu memahaminya” (Al Baqarah:242)
L# I# B% C %"D 1 , E # %F#G H I B # ( J D K G L#4 M %. I “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”(Ali Imran :190) Kedua, Islam melarang taklid buta, yaitu tidak mau menggunakan akalnya tetapi hanya ikut-ikutan saja. Firman allah :
%N>= %O=> # ,7 %",P % Q .FDN 1 O % R S N % 6.
%) “Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?" (Al Baqarah :170) Ketiga, Islam memerintahkan untuk belajar dan menuntut ilmu. Firman Allah :
' ?2 L#4 3 P F,# !W P X#%Y "# !4# 1Z ) ' # P N % 4 “Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama” (At Taubah:122) Keempat, Islam memerintahkan untuk menjaga akal dari hal-hal yang bisa merusaknya. Oleh sebab itu Islam mengharamkan khamr dalam rangka menjaga keselamatan akal. 2 | Rasionalitas menurut Islam
Kelima, Islam mensyaratkan keberadaan akal dalam pembebananpembebanan syari’at. Oleh karena itu orang yang hilang akalnya (gila atau pingsan) tidak dibebankan kewajiban-kewajiban syari’at. RUANG LINGKUP AKAL DALAM ISLAM Meskipun lslam sangat memuliakan dan memperhatikan kedudukan akal, tetapi Islam melarang menyerahkan segala sesuatu hanya kepada akal semata. Oleh karena itu Islam memerintahkan akal untuk tunduk dan patuh terhadap syari’at walaupun akal kita belum bisa menjangkaunya. Karena Islam menyuruh kita untuk tunduk dan patuh terhadap apa yang telah ditentukan oleh syari’at. “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata” (Al Ahzab :36) LAHIRNYA GENERASI PEMUJA AKAL Para pemuja akal atau yang lebih dikenal dengan kalangan rasionalis adalah suatu pemahaman yang memandang segala sesuatu yang ada tunduk kepada kaidah-kaidah rasio atau akal semata. Sehingga mereka berani menolak atau membantah syari’at ini hanya berdasar rasio semata. Tak heran sering kali kita melihat orang-orang yang dengan seenaknya berbicara masalah agama ini hanya berdasarkan akal dan rasio semata. Bahkan tidak tanggung-tanggung mereka berani menolak syariat ini. Mereka membantah Ayat-ayat Al Qur’an dan hadits-hadits yang sahih dengan akal mereka semata. Pengusung paham Rasionalis pertama kali adalah ketika iblis
:!"6
,7 menolak perintah Allah untuk sujud kepada Adam . Iblis lebih mengedepankan akalnya. Dalam Al Qur’an disebutkan:
[ & Y# ' # F3 G & %N ' # L"F3 G "# \ ,G %N "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah" (Al A’raf :12)
%",#Y ^ 3 G ' ( # 2 ] >= "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?" (Al Isra’:61).
3 | Rasionalitas menurut Islam
Demikianlah, Iblis menjadi tersesat dan mendapatkan murka Allah karena pada awalnya mereka lebih mengedepankan rasio dari pada perintah Allah . Akankah kita mengikuti makhluk terlaknat ini…???? SYUBHAT KALANGAN RASIONALIS Para pemuja akal dalam melontarkan argumennya mereka menggunakan kaedah umum yang mereka gembar-gemborkan. Yaitu; Akal adalah landasan naql (dalil syar’i) maka mencela akal untuk membenarkan naql akan membawa pencelaan kepada akal dan naql sekaligus, dan ini adalah bathil. Syubhat mereka ini telah dibantah habis oleh Ibnul Qoyyim
: ;
dalam kitabnya Shawa’id Mursalah. Beliau menyebutkan 54 argumen dalam membantah syubhat mereka ini diantaranya adalah: Pertama, Perkataan mereka bahwa akal adalah landasan naql adalah bathil. Karena apa yang dikhabarkan oleh Allah dan Rasul-Nya J adalah pasti benar. Walaupun hal itu masuk akal maupun tidak, dibenarkan manusia ataupun didustakan. Sebagaimana rasulullah J adalah haq walaupun didustakan oleh manusia, dan sebagaimana wujud Allah dan keberadan nama-nama dan sifat-sifat-Nya adalah haq walaupun akal tidak mengetahui. Kedua, Mendahulukan akal atas naql adalah cela pada akal dan naql sekaligus. Karena akal telah bersaksi bahwa wahyu lebih tahu dibanding akal. Ketiga, Syari’at diambil dari Allah dengan perantara Jibril dan Rasul-Nya J dengan membawa ayat-ayat mu’jizat, dan bukti-bukti kebenarannya, dan hal ini diakui oleh akal. Lantas bagaimana perkataan Allah dan Rasul-Nya J ditentang dengan perkataan manusia yang seharusnya tunduk kepada syari’at ini???
_
Syeikh Ali Hasan Al Halaby
: `Pa berkata; “Jika seorang yang selalu
mengedepankan akalnya tertimpa suatu sakit, maka ia segera pergi ke dokter yang terpercaya, kemudian ia mengadukan kepada dokter itu akan penyakitnya, dan diserahkan dirinya kepada dokter itu untuk ditangani dengan kepasrahan yang sempurna, walaupun dokter itu membedah tubuhnya. Jika dokter itu diruang periksa dan dia sebutkan hasil diagnosanya, maka ia akan mempercayainya langsung tanpa menanyakan susunan obat dan susunan kimianya. Lalu jika dokter menyuruh minum obat 3X sehari, maka ia akan melakukannya tanpa membantah!!! 4 | Rasionalitas menurut Islam
Sunhanallah!! Hukum-hukum dokter (yang ia manusia biasa) dia terima tanpa perdebatan, sedangkan hukum-hukum Allah yang diwahyukan kepada Rasulullah J maka dia membantahnya, dan menolaknya. Padahal manakah diantara kedua hukum tersebut (Hukum Dokter serta Hukum Allah Dan Rasul-Nya J) yang lebih wajib diterima secara akal sehat!!!” (Al Aqlaniyyun hal 175) PENUTUP Para salafush Shalih memahami dengan yakin ;”Bahwasanya agama adalah ketundukan dan kepasrahan tanpa membantahnya dengan akal, karena akal yang sebenarnya adalah membawa pemiliknya untuk menerima sunnah, adapun yang membawa pemiliknya untuk membatalkan sunnah maka dia adalah kejahilan bukanlah akal” (Al Hujjah fi Bayanil Mahajjah 2/509) Kalangan pemuja akal tidak mau menerima sesuatu walaupun shahih dari Rasulullah J, kecuali dengan memprosesnya dahulu melalui jaringan akal logika. Jika masuk akal maka akan diterimanya tetapi jika tidak maka akan ditolaknya. Padahal Allah berfirman:
L#4 2] % D b ",O ] U %(,#4 c ( Z d DFa "# $ % @ O? %4 %(,#J < (ZJ ^ , %D(# %e a J _ P N “Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya” (An Nisa’:65) Kita katakan kepada para pemuja akal yang masih mengaku dirinya sebagai muslim: Apa logikanya Shalat Maghrib 3 rakaat, sedangkan Isya’ 4 rakaat, padahal keduanya dilaksanakan pada waktu malam hari??? Apa logikanya perpindahan kiblat dari baitul maqdis ke baitul haram?! Kenapa thawaf harus di ka’bah?! Kenapa Thawaf harus 7 putaran?! Kenapa Shalat Subuh waktunya dari fajar sampai terbitnya matahari?! Tidak ada jalan bagi akal dalam hal-hal seperti ini selain hanya mengimani dan melaksanakannya dengan keimanan yang sempurna dan kepasrahan yang mutlak (Shawa’iq Mursalah 3/1053) Oleh karena itu jika kita mendengar suatu perkara agama, kemudian kita bisa memahaminya dengan akal kita, maka kita bersyukur kepada Allah akan karunia itu. Tetapi jika akal kita belum bisa menjangkaunya maka kita beriman dan membenarkannya. 5 | Rasionalitas menurut Islam
Akhirnya semoga Allah memberikan taufiq dan keteguhan untuk selalu berada diatas jalan kebenaran.
Mg f %O 7 :
-------------------------------------------------Kontribusi: Mas Heru Yulias Wibowo – Redaktur Buletin Da’wah An Nashihah Cikarang Baru Bekasi, untuk berlangganan hubungi bag. Sirkulasi: Mas Arifin 08156094080 (A bu Laili)
6 | Rasionalitas menurut Islam