AKTUALISASI AJARAN ISLAM DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Permasalahan lingkungan yang kita alami sekarang adalah masalah kelangsungan hidup yang sehat, serasi dengan alam dan berkelanjutan dari generasi ke generasi. Pada kenyataannya derap laju pembangunan sepertinya tidak dapat melepaskan diri dari pencemaran dan pengrusakan lingkungan, sehingga bumi semakin menurun daya dukungnya. Kegiatan ekonomi yang tidak berwawasan lingkungan telah nyata-nyata menurunkan kualitas lingkungan dan kualitas umat manusia. Menurunnya daya dukung vitalitas bumi ditandai dengan : Pesatnya pertumbuhan umat manusia dan konsumsi sumberdaya alam ; Meningkatnya angka kemiskinan ; Penipisan sumber daya alam ; Meningkatnya pencemaran udara, air dan tanah ; Perubahan iklim dan pemanasan global. Menurunnya kualitas lingkungan pada dasarnya diakibatkan oleh aktivitas manusia yang tidak mempertimbangkan kondisi lingkungan dan daya dukung alam. Kerusakan lingkungan akan menyebabkan bencana yang tak terelakkan lagi karena akibat yang ditimbulkannya seperti “efek bola salju” semakin lama semakin besar. Sebagai ilustrasi, dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia tentunya kebutuhan akan pangan, sandang dan papan semakin meningkat. Hal ini hanya dapat terpenuhi dengan memperluas areal pertanian, mengembangkan industri pangan, sandang dan papan. Tentunya aktifitas penebangan hutan tidak bisa dielakkan lagi. Bila hutan berkurang maka jumlah CO2 di atmosfer akan semakin meningkat yang akan meningkatkan gas rumah kaca. Dengan berkurangnya hutan mengakibatkan hilangnya kemampuan tanah menahan air dan keanekaragaman hayati yang sangat penting bagi pertanian masa depan sebagi sumber plasma nutfah. Keadaan ini makin diperburuk lagi dengan pelepasan emisi oleh kegiatan pabrik dan kenderaan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil dapat meningkatkan gas rumah kaca di atmosfer, juga adanya pencemaran terhadap tanah dan air oleh limbah pabrik. Kondisi inilah yang membuat bumi semakin tidak fit untuk kehidupan yang sehat dan berkelanjutan. Oleh karena itu pelestarian lingkungan harus tetap menjadi prioritas utama dalam pembangunan. Pembangunan tidak mesti berhenti karena pertimbangan lingkungan. Pembangunan harus mengintegrasikan kepentingan ekonomi dan lingkungan hidup untuk kesejahteraan masyarakat kini dan mendatang. Aspekaspek ekonomi, lingkungan hidup dan sosial diintegrasikan melalui
1
kelembagaan yang kuat, inilah yang sering disebut sebagai konsep pembangunan berkelanjutan /pembangunan berwawasan lingkungan. Untuk itu perlu dilakukan perencanaan matang dalam hal kebijakan pengelolaan sumber daya alam. Keseimbangan Alam Menurut Islam Sejak penciptaan alam semesta, telah berlaku “sunatullah” bagi ciptaanNya sehingga senantiasa dalam keteraturan dan kesetimbangan atau dikenal dengan “hukum alam”. Secara alamiah (sunatullah), alam akan memperbaiki dirinya sendiri bila terjadi ketidak seimbangan/ketidak keteraturan akibat adanya kerusakan oleh alam itu sendiri dan manusia. Namun hal ini tentunya dalam batas-batas tertentu yakni batas kemampuan alam. Bila kerusakan yang timbul sangat besar akibat aktifitas manusia, maka alam tidak mampu lagi memperbaiki kondisi yang rusak tersebut, artinya dengan keseimbangan baru alam tidak lagi fit untuk kehidupan manusia dan satwa. Tuntunan Islam tentang keseimbangan alam sangatlah jelas sebagaimana tertuang di dalam firman Allah SWT sbb : 1) “Allah menjadikan tujuh lapis langit, kamu sama sekali tidak melihat sesuatu yang tidak seimbang/serasi di dalam ciptaan Allah Yang Maha Rahman. Lihatlah berulang kali dengan teliti, adakah kamu temui sesuatu yang tidak seimbang/serasi”. (Q.S. Al Mulk : 3). 2) “Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya bijibijian, maka daripadanya mereka makan. Dan kami jadikan padanya kebunkebun kurma, anggur dan Kami pancarkan padanya beberap mata air, supaya mereka dapat makan dari buah-buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur”. (Q.S. Yaasiin : 33 – 35). Petikan beberapa ayat di atas menjelaskan bahwa alam semesta yang diciptakan Allah dalam keadaan seimbang dan serasi. Allah menyempurnakan penciptaan bumi dengan menghidupkan bumi dari bumi yang mati menjadi bumi yang hidup serta membuat keteraturan dalam seluruh ciptaanNya. Sudah menjadi keharusan bagi manusia yang telah diamanatkan oleh Allah SWT sebagai khalifah (wakil) di bumi untuk tetap menjaga dan memelihara bumi agar tetap dalam kondisi yang seimbang, serasi dan teratur. Allah SWT berfirman : 1) “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi (beserta isinya) dan (juga) gunung-gunung, maka semua enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikulkanlah amanat itu kepada manusia…” (Q.S. Al Ahzab : 72). 2) “…sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah (Adam dari golongan manusia) di muka bumi…Dan Dia mengajarkan kepada Adam
2
nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian kepada malaikat...”. (Q.S. Al Baqorah : 30 dan 31).
mengemukakannya
Allah SWT menjelaskan kepada kita bahwa Adam (manusia) telah diberi kemampuan (kelebihan dari makhluk lainnya) untuk megenali, memahami dan memberi informasi tentang nama-nama benda yang ada di alam. Manusia dikatakan dalam al Qur’an sebagai khalifatullah fil ardhi. Sebagai pimpinan bagi makhluk ciptaan Allah di muka bumi. Dengan dasar itulah manusia diberikan Allah kemampuan membangun konsep-konsep ilmiah dari yang bersifat abstrak hingga yang kongkrit yang menjadi dasar bagi perkembangan IPTEK. Artinya manusia berkewajiban melindungi makhluk lain dari kehancuran/kepunahan karena setiap makhluk mempunyai hak untuk berada di bumi Allah, karena manusia merupakan bagian dari ekosistem alam yang berkewajiban menjaga agar tumbuhan dan satwa tidak punah serta dalam keseimbangan. Tunduknya alam di bawah kewenangan manusia dengan izin Allah, tidaklah serta merta memposisikan manusia sebagai penakluk dan alam sebagai yang ditaklukkan. Tetapi kewenangan yang diberikan Sang Khalik adalah kewenangan untuk memanfaatkan alam tanpa merusak fungsi alam/tanpa menghalangi tercapainya maksud dan tujuan penciptaan alam tersebut. Kelestarian dan keseimbangan alam ini harus menjadi tolak ukur dalam pembangunan dan agama menjadi pedomannya. Konsep keseimbangan yang difirmankan Allah SWT, merupakan kunci dari segala keserasian/keteraturan alam. Seluruh hukum fisika, kimia dan biologi yang dinyatakan sebagai temuan pakar IPTEK, yang telah merubah peradaban manusia pada dasarnya bermula dari konsep keseimbangan Ilahi.
Tuntunan Islam Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Kegiatan ekonomi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat baik jumlah maupun jenisnya, sudah dapat dipastikan membutuhkan sumber daya alam yang tidak sedikit. Ketidak arifan dalam memanfaatkan sumber daya alam tentunya akan bersifat menguras SDA yang ada apalagi tanpa usaha memperbaikinya. Tentunya hal ini masih dapat dihindari dengan tindakan yang bijak/arif (mengedepankan kelestarian alam), sehingga sumber daya alam tidak terkuras dan tidak merusak, bahkan justru dapat melestarikan potensi dan fungsi alam serta memelihara kebutuhan makhluk Tuhan. Akan tetapi bila segala kegiatan pembangunan dilakukan menurut hawa nafsu, tentunya akan mendatangkan bencana bagi manusia dan lingkungan karena hilangnya daya dukung alam.
3
Allah SWT berfirman : 1) “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar”. (Q.S. Ar Ruum : 41). 2) “Ketahuilah, sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas…”. (Q.S. Al ‘Alaq : 6). Peringatan Allah dalam petikan ayat di atas cukup lugas dan keras. Allah akan menurunkan azab (bencana) di bumi bila manusia yang telah diberi amanah tidak mampu menjalankan amanah sesuai ketentuanNya, atau malah dengan sombong dan memperturutkan hawa nafsu melakukan pengrusakan di muka bumi dengan dalih melakukan pembangunan. Islam menganjurkan kita memelihara alam dan ekosistemnya. Bila ekosistem terpelihara dan terjaga baik maka akan memenuhi fungsinya dan mencapai maksud serta tujuan penciptaannya oleh Allah bagi kesejahteraan manusia dan makhluk lain pada masa sekarang dan mendatang. Tindakan manusia yang cenderung melampaui batas dalam pemanfaatan potensi alam dapat mengakibatkan kerusakan yang sulit terpulihkan dan dapat dipastikan akan menuai bencana. Konsep larangan merusak lingkungan alam di atas ternyata terefleksi dalam isi konvensi keanekaragaman hayati yang ditanda tangani oleh 153 negara pada komprensi Rio, menitik beratkan pada larangan merusak habitat hewan, tumbuhan dan lingkungan (alam). Sebenarnya Islam telah lebih awal mengajarkan agar manusia senantiasa berbuat baik pada makhluk lain (tumbuhan, hewan dan alam) seperti yang dikisahkan Al Qur’an tentang Nabi Sholih AS, Daud AS ,Sulaiman AS dan Nabi Muhammad SAW (santun terhadap tumbuhan, hewan dan alam). Dalam tuntunan lain, Rasulullah SAW telah mencontohkan bagaimana sikap seorang muslim terhadap lingkungan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW : 1) “Wahai prajurit, kalian tidak diperkenankan membunuh anak-anak dan wanita, musuhmu adalah kaum kafir. Jangan membunuh unta/kuda dan binatang lain, jangan membakar dan merusak kota, menebang pohon dan jangan merusak sumber air minum”. (H.R. Muslim). Hadits ini ketika peristiwa perang Badar. 2) “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia”. (H.R. Mutafakkun ‘alaihi). Jelas di sini bahwa Rasulullah SAW telah menanamkan nilai-nilai/konsep kasih kepada manusia dan makhluk lainnya (berakhlak mulia kepada manusia dan alam). Hal ini juga terefleksi dalam faham Eco-feminisme (yang berkembang belakangan ini), faham ini menyatakan bahwa wanita dan anak-
4
anak harus dilindungi dari kejahatan/kekerasan perang, dan juga faham ini melarang keras melakukan perusakan bumi, bumi disebut mereka sebagai mother nature. Untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan, tentunya kita harus merubah paradigma ekonomi lama. Dalam paradigma ekonomi lama penilaian terhadap segala sesuatu dengan nilai uang, padahal uang merupakan abstaksi dari kesejahteraan materi saja. Apalah gunanya uang kalau air sungai sudah kering tidak bisa /tidak cukup untuk mangairi irigasi karena kita rambah hutan lindung, selanjutnya padi kita menjadi hampa karena kekurangan air. Yang kita makan dan minum bukanlah uang tetapi beras/nasi dan air. Barang-barang lingkungan banyak yang tidak dapat ditentukan harganya dengan rupiah tetapi jelas menciptakan kesejahteraan bagi kita dan juga tidak tergantung dari mekanisme pasar, jadi indikator-indikator ekonomi tidaklah cukup menilai kesejahteraan kita. Sehingga kewaspadaan kita harus ditingkatkan bila indikator ekonomi menunjukkan peningkatan tapi kualitas lingkungan kita menurun. Demikian pula hubungan manusia dengan keindahan alam tidak hanya hubungan materi tetapi juga hubungan psikologis dan spiritual. Jadi jelaslah bahwa kebijakan ekonomi harus mengadopsi ilmu lingkungan dalam kegiatan pembangunan dan agama sebagai kontrol spiritualnya. Karenanya agama (Islam) mutlak menjadi rujukan dan pedoman dalam segala aspek kehidupan manusia (mukmin), termasuk dalam pembangunan. Menumbuhkan Kesadaran Umat Menurunnya kualitas lingkungan secara global karena aktivitas ekonomi, maka penanganannya perlu melibatkan seluruh pihak (pemerintah, industriawan dan masyarakat). Tentunya penanganan masalah kerusakan lingkungan tidak bisa hanya mengharapkan peran pemerintah meskipun pemerintah mempuinyai peran kunci, namun peranserta masyarakat diharapkan dalam memperbaiki dan menjaga/memelihara kondisi lingkungan agar tetap lestari. Berbagai contoh peran serta masyarakat telah membuktikan akan keefektifannya dalam melestarikan alam. Adanya kearifan tradisional di berbagai daerah Indonesia, mampu menjaga lingkungan dari kerusakan dan memelihara keanekaragaman hayati. Seperti kearifan lubuk larangan di Sumatera Barat yaitu larangan mengambil/mengkonsumsi ikan air tawar hal ini membuat habitat perairannya tetap alami dan keanekaragaman hayati tetap terpelihara. Kearifan lubuk larangan ini diadopsi masyarakat Sumatera Utara, akan tetapi di SUMUT ikan lubuk larangan dapat dikonsumsi sekali setahun. Kearifan tradisonal yang merupakan produk dari budaya lokal ini terdapat juga di daerah lain seperti kearifan hutan larangan di Mentawai dan NAD.
5
Sudah saatnya kita (bagian dari komunitas masyarakat) memperhatikan lingkungan sekitar dengan berbuat kearifan-kearifan untuk melestarikan alam. Hal ini ada tuntunannya dalam Islam, seperti firman Allah dan Al Hadits : 1) “Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang telah mengajarkan Qur’an. Dia menciptakan manusia. Mengajarkan pandai berbicara. Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohon keduanya tunduk kepada Nya. Dan Allah telah meninggikan langit Dia meletakkan neraca (keadilan/kesetimbangan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang kesetimbangan itu. Dan tegakkanlah kesetimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi kesetimbangan itu”. (Q.S. Ar Rahmaan 1-9). 2) “Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya (bagi alam semesta)”. (H.R. Ahmad). Dari beberapa petikan firman Allah SWT dan hadits Rasulullah SAW tersebut, dapat disarikan bahwa, manusia berkewajiban menjaga keseimbangan alam dalam arti luas, tidak membuat kerusakan dan tidak sombong terhadap alam, serta larangan untuk tidak bersifat berlebih-lebihan. Kita mulai melestarikan alam dari diri kita sendiri, kemudian ditingkatkan/ditularkan pada tingkat keluarga, lingkungan terdekat dan masyarakat luas. Ada baiknya kita renungkan Sabda Rasulullah SAW tentang peran tumbuhan dan hewan dalam kesimbangan alam : “Tidaklah akan diturunkan hujan (oleh Allah) dari langit kalau bukan karena tumbuhan (tanaman) dan hewan”. (H.R.Bukhari dan Muslim). Hadits ini mengisyaratkan pada manusia bahwa betapa pentingnya kehadiran tumbuhan dan hewan yang merupakan bagian dari keseimbangan ekosistem bumi. Ingatlah, bahwa bumi ini akan diwariskan pada generasi berikutnya Penutup Dari uraian di muka dapat disimpulkan bahwa tuntunan/ajaran Islam merupakan ajaran rahmatan lil ‘alamin, yang memberikan pedoman pada manusia bagaimana berinteraksi pada alam dengan cara hikmah (berakhlak mulia pada alam/lingkungan). Konsep Islam tentang pelestarian alam adalah konsep yang sangat konferhensip, jelas dan tegas. Islam lebih awal mengemukakan namun tidak dipungkiri umat Islam sangat tertinggal dalam menerapkannya daripada dunia barat. Sudah saatnya umat Islam menjadi umat yang terdepan dalam mengaktualisasikan tuntunan Islam tentang pembangunan berkelanjutan dengan kembali mengacu kepada Al Qur’anul Karim, mu’jizat terbesar Rasulullah Muhammad SAW.
6