Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Februari 2011 VOL. XI NO. 2, 303-318
MENGGUNAKAN ALAM SEBAGAI SUMBER BELAJAR: Suatu kajian menurut perspektif Islam Siti Khasinah Dosen Tetap Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Abstract Al-Qur’an explicitly explains about the universe and its phenomena in 750 verses. Generally, these verses order the human being to study and explore this universe. This command has purposes to make the human realize the hidden treasure which can be used as the sources of study. This universe has been created by Allah along with the law and then given to the human beings to be explored and take advantage on it. Thus, human beings, as khalifa in this world, have responsibility to take care of this universe. Abstrak Dalam Al-Quran terdapat penjelasan tentang alam dan fenomenanya secara eksplisit sebanyak 750 ayat. Pada umumnya ayat-ayat ini memerintahkan manusia untuk mempelajari dan meneliti alam semesta ini. Perintah ini bertujuan mengantarkan manusia agar menyadari bahwa di balik alam tersembunyi banyak hal yang bisa menjadi sumber belajar bagi manusia. Alam semesta diciptakan Allah dengan hukum-hukum yang berlaku baginya yang kemudian diserahkan kepada manusia untuk dikelola dan dimanfaatkan. Sesuai dengan sunnatullah sebagai khalifah di bumi manusia diberi kunci untuk menguasai alam. Dalam menjalankan fungsi tersebut manusia menjadi penanggung jawab terhadap kelestarian alam, meskipun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia boleh memanfaatkan alam. Ini artinya alam semesta dapat menjadi sumber belajar bagi manusia. Kata Kunci: alam, sumber belajar, mengajar. PENDAHULUAN Alam semesta pada dasarnya merupakan suatu tatanan yang bekerja dengan hukum serta potensi yang dianugerahkan Allah kepadanya. Manusia sebagai mandataris Allah ditantang untuk berusaha menemukan, memahami dan menguasai hukum alam yang sudah digariskannya, sehinggai ia dapat mengeksploitasikannya untuk tujuan yang baik. Dengan demikian, alam semesta yang diciptakan Allah ini bukanlah alam yang siap pakai, tapi harus diolah dan
MENGGUNAKAN ALAM SEBAGAI SUMBER BELAJAR: Suatu kajian menurut perspektif Islam
dibangun oleh manusia menjadi suatu alam yang baik.1Manusia adalah sosok yang dipilih Allah sebagai khalifah di bumi (vice- gerent on the earth) yang mempunyai tanggung jawab penuh dalam menjaga keharmonisan dan kelestarian alam semesta ini2. Al-Qur’an dalam sebagian ayatnya, memberikan dorongan-dorongan kepada manusia untuk mengadakan perjalanan di muka bumi, mengdakan pengamatan dan memikirkan tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta. Perhatian Al-Quran dalam menyeru manusia untuk mengamati dan memikirkan alam ini dan makluk yang ada di dalamnya mengisyaratkan dengan jelas seruan al-Qur’an supaya manusia belajar, baik melalui pengamatan terhadap berbagai hal, pengalaman praktis dalam kehidupan sehari-hari, ataupun melalui interaksi alam semesta dan peristiwa yang ada dan terjadi di alam ini.3 Dari pernyataan di atas dapatlah kita katakan bahwa manusia memang harus belajar, karena aktifitas ini merupakan suatu sarana bagi manusia utnuk mewujudkan serta melestarikan eksistensi dirinya. Persoalannya adalah melalui jalan mana manusia akan menuju proses belajar mengajar atau apa sumber belajar mengajar tersebut. Diantara para ahli pendidikan, ada yang membagi sumber belajar mengajar itu kepada dua macam yaitu sumber insani yang diwakilli oleh seorang pendidik yang mentransfer informasi kepada subjek didik, dan sumber non- insani yang meliputi bahan-bahan kajian, buku, alam semesta, media audio visual dan media informasi lainnya.4 Sementara itu Hasan Langgulung mengatakan bahwa ada dua sumber utama ilmu, yang terkait satu sama lainnya dan bersifat komplimenter, yaitu ciptaan (alam jagat) dan wahyu.5 Istilah alam dalam makalah ini dipergunakan dalam arti alam semesta, yang dalam Bahasa Inggris diistilahkan dengan universe.. Universum ciptaan Tuhan di dalam Al-Qur’an disebut dengan
1
Sirjuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam Dalam Pemikiran Islam, Sains dan Al-Quran, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994, hal.46 2
Syeid Ali Asraf, New Horrizon in Muslim Education, Chippeham: Antony Row Ltd, 1985,
hal.87. 3
Usma Najati, Al-Quran wa Ilmu al- Nafs, terjemahan, Bandung: Pustaka, 1985, hal.178.
4 5
Departemen Agama RI, Proses belajar Mengajar, Jakarta: 1986, hal.1.
Hasan Langgulung, Jurnal Ma’rifah,Volume III, Th II, Jakarta: 1997, hal. 27.
304----|--- Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari 2011
Siti Khasinah
pelbagai macam nama: ‘aalam ( ]ﻋﺎﻟﻢAtau ‘aalamiin (]ﻋﺎﻟﻤﯿﻦ, kulli syai-in (] اﻟﺸﯿﺊ ﻛﻞ, samaa waati wal ardh s(1:2, 6; 102, 2:117, 20:50)i.6 Dengan demikian yang dimaksud disini adalah alam semesta yang terekamm dalam al-Qur’an dengan istilah lengkap langit dan bumi beserta isinya, yaitu seluruh alam yang diciptakan untuk digunakan oleh manusia untuk melanjutkan evolusinya hingga mencapai tujuan penciptaan. “ Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antaranya dengan sia-sia,” [QS.38:27]. Dalam pembahasan ini, penulis akan membahas tentang alam sebagai sumber belajar dilihat dari alam itu sendiri. Jadi akan dikaji alam secara umum atau yang disebut alam dan bumi beserta isinya, serta klasifikasi sumber-sumber kealaman dalam Al-Qur’an.
Terminologi Al-Qur’an Tentang Alam ‘Aalam ( )ﻋﺎﻟﻢdalam Al-Qur’an, hanya datang dalam bentuk jamak ‘aalamiin ()ﻋﺎﻟﻤﯿﻦ, yang disebut sebanyak 73 kali yang tergelar dalam 20 surat. Lokus pemuatan kata ini adalah surat Syura 12 kali, surat Al-a’raf 7 kali, surat Ali-Imran dan Al-An’am 5 kali, surat Al-baqarah dan Al-‘ankabut 4 kali, surat Al-Maidah, AlAnbiya, Al-Syaffat, al-Ghafir 3 kali, surat Yunus, an-Naml, al-Jasiyat, at-Taksir 2 kali surat al-Fatihah, Yusuf, Hijir, Al-Furqan, ad-Dukhan, Al-Waqiah, Al-Hasyar, alQalam, al-Haqat, al-Qashah, as-Sajdat, az-Zumar, al-Fuahilat, az-Zukruf, ash-Shad, al-Muthaffifin satu kali.7 Selanjutnya istilah lain yang dipakai Al-Qur’an untuk alam semesta ini adalah istilah Assamaawaati wal ardhu wamaa bainahumaa. Dalam Al-Qur’an istilah ini tersebut sebanyak 20 kali yang tergelar dalam 15 surat. Lokus yang memuat istilah dimaksud adalah surat al-Maidah dan ash-Shad 3 kali, ad-Dukhan
2 kali,
surat al-Hijir, Maryam, Thaha, al-Furqan, asy-Syara, ar-ruum, as-sajadah, asy-Syafiat, az-Zukhruf, al-Ahqafdan an-Naba’ masing-masing satu kali.8 6
Endang E. Saefuddin, Kuliah Pendidikan Tinggi Islam, hal.117.
7
Muh. Fuad Abdullah Al-Bayqi, Al-mu’jam al-mufasrah li Al fath al-Qur’an al-Karim, Beirut: Dar al-Fikr, 1987, hal. 480-481. 8
Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam…, hal. 25.
Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari 2011----|----305
MENGGUNAKAN ALAM SEBAGAI SUMBER BELAJAR: Suatu kajian menurut perspektif Islam
Contoh ayat yang menyebutkan kata Assamaawaati wal ardhu wamaa bainahumaa seperti yang termaktub di dalam surat al-Maidah ayat 17 dan 18 yang artinya: “Dan kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya...”. Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa al-Masih adalah bagian dari alam semesta dan seluruhnya adalah milik Allah dan ciptaaNya. Ia berkuasa mutlak atas seluruh jagat raya ini, yang tunduk kepada ketentuanNya. Dalam surat al-Maidah/ 5:18, Allah juga menegaskan Yahudi dan Nasrani termasuk alam semesta yang diciptakanNya. Seluruh jagat raya ini adalah milik Allah yang patuh kepada ketentuaanNya. Menyimak dari kontek ayat di atas bahwa yang dikatakan Assamawati walardhu wama bainahuma adalah alam semesta, jagat raya atau universe. Contoh lain dari kata Assamaawaati wal ardhu wamaa bainahumaa ialah surat Maryam 64 yang artinya: “Kepunyaan Allah apa-apa yang di hadapan kita, apa-apa yang ada dibelakang kita dan apa-apa yang ada diantara keduanya.” Jadi kata Assamawati walardhu wama bainahuma dalam surat Maryam 65 memperkuat keterangan sebelumnya yang bersifat partial, yakni apa-apa yang ada di hadapan kita apa-apa yang ada dibelakang kita dan apa-apa yang ada diantara keduanya. Jadi secara umum dan keseluruhan Assamaawaati wal ardhu wama bainahumaa atau alam semesta adalah kepunyaan Allah dan Dia yang mengatur sesuai dengan ketentuan-Nya.9 Dari uraian yang diberikan di atas dapat ditegaskan bahwa al-Quar’an memakai kata Assamawati walardhu wama bainahuma untuk istilah alam semesta. Kata ini mengacu kepada alam fisik dan non-fisik atau ghaib, seperti alam malaikat, jin, roh dan lainnya. Namun ada juga yang menafsirkan kata tersebut sebagai alam fisik atau empiris saja [jumlat al-‘alam al-Masyhu ] seperti Thaba’ Thaba’i.10 Hal ini bertentangan dengan saintis yang berpandangan bahwa melalui perhitungan matematis mereka berkesimpulan bahwa selain alam yang didiami manusia, terdapat alam lain yang disebut Shadow World atau alam ghaib dalam terminologi Islam, dengan hukum tersendiri sama sekali. Dalam ilmu pengetahuan kosmologi
9
Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam…, hal.21.
10
Muhammad Husayn al-Thaba Thaba’iy, Al-Mizan fiy al-Tafsir Al-Qura’an Al Karim, jilid XVI, Beirut: 1983, hal. 157.
306----|--- Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari 2011
Siti Khasinah
timbulnya banyak alam beserta hukum-hukumnya yang disebut dengan sunnatullah. Dengan demikian yang dimaksud dengan alam semesta adalah selurruh alam, baik fisik maupun non-fisik. Pandangan sejalan dengan isyarat yang terkandung dalam kata Assamaawaati wal ardhu wamaa bainahumaa, yang berarti banyak alam semesta, yang berbeda bentuk dan hukum-hukumnya. Antara satu dengan yang lain. Sekiranya sama bentuk dan hukumnya dengan alam
yang
didiami manusia, berarti ia masih termasuk dalam kelompok alam yang didiami oleh manusia. Dengan istilah lain bahwa yang dimaksudnya bukanlah alam yang didiami manusia saja, tapi termasuk juga alam non-fisik atau Shadow World. Sementara itu, kata ‘aalamiin‘ (jamak) dalam al-Quran tidak sama dengan istilah alam yang dimaksud kaum teolog dan kaum filosof Islam. Kaum teolog mendefinisikan alam sebagai segala sesuatu selain Allah. Sementara kaum filosof mendefiniskan sebagai kumpulan jauhat yang tersusun dari maddat (materi) dan shurat (bentuk) yang ada di bumi dan langit. Sedangkan ‘aalamiin yang dimaksud dalam al-Qur’an, sebagai kumpulan yang sejenis dari makhluk yang berakal atau memiliki sifat-sifat yang mendekati makhluk yang berakal11. Arti ini didasarkan kepada kata ‘aalamiin yang menunjukkan jamak al-Muzakkar yang berakal. Sebab itu dikenal alam mailaikat, alam jin, alam tumbuhan dan lainnya, tapi tidak dikenal istilah alam batu, alam tanah, karena batu dan tanah tidak memenuhi kriteria di atas, andaikata ‘alamin dalam al-Qur’an itu sama dengan apa yang dimaksud oleh kaum teolog dan filosof Islam tentu saja tidak perlu digunakan bentuk jamak, padahal bentuk mufrad saja sudah cukup12. Menurut Muhammad Abduh, seperti disitir Sirajuddin Zar al-‘Aalamiin adalah jamak dari alam, yakni jamak muzakkar yang berakal. Orang Arab sepaka bahwa lafal ini tidak dipakaikan atas segala yang ada, seperti alam batu dan tanah, tetapi mereka memakaikannya atas setiap makhluk tuhan yang berakal atau yang mendekati sifat-sifat berakal, alam manusia, hewan dan tumbuhan. Karena pada alam yang demikian dapat dinalar akal manusia, cara pendidikan dan pemeliharan Allah (Raab) melalui kehidupan (al-hayat), maka (al-taghazziy) dan berkembang biak (al-tawallud). Dengan mengutip al-Afghani, Abduh mengatakan alam hewan tak ubahnya seperti tumbuhan yang dipotong kakinya dari bumi, maka ia berjalan. 11
Quraish Shihab, Hakikat Segala Puji dalam Surat Al-Fatihah, Amanah, no. 110, 21 September 1990, hal.101. 12
Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam…, hal. 20.
Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari 2011----|----307
MENGGUNAKAN ALAM SEBAGAI SUMBER BELAJAR: Suatu kajian menurut perspektif Islam
Sedangkan tumbuhan tak ubahnya seperti hewan yang kedua kakinya terbenam di bumi, karenanya dia makan dan minum tetap di tempatnya.13 Berdasarkan pendapat di atas, ternyata istilah ‘alamin yang ada dalam alQur’an tidak dapat dipakaikan kepada istilah alam semsta atau universe. Namun dapat dibenarkan bahwa kata ini menunjukkan banyaknya alam yang diciptakan dan dipelihara tuhan, sebagian darinya tidak diketahui manusia (Qs: an-Nahl/16:8).
Alam Sebagai Sumber Belajar Dalam Perspektif Islam Sumber belajar, dalam pengertian yang sederhana meliputi guru dan bahanbahan pelajaran (pengajaran) sepeti buku dan semacamnya. Sebenarnya menurut Ahmad Rohani, pengertian sumber belajar tidaklah sesempit itu, bahkan sangat luas mencakup segala daya yang dapat dipergunakan untuk kepentiangan aktifitas pengajaran baik secara langsung maupun tidak, diluar diri peserta didik (lingkungan) yang melengkapi diri mereka pada saat pengajaran berlangsung.14. Dengan peranan sumber pelajar seperti alam misalnya memunkinkan manusia berubah dari tidak tahu menjadi tahu dan dapat membedakan yang baik dan yang tidak, membawa ke arah yang positif. Sementara itu yang dimaksud dengan alam jagad itu sebagaimana telah diuraikan di atas adalah segala sesuatu selain dari Allah.15 Termasuk cakrawala, langit, bumi, bintang, gunung dan daratan, sungai dan lembah, benda dan sifat benda, manusia, hewan, termasuk alam planet-planet, air serta udara.16 Seluruh objek-objek alam itu diperuntukkan bagi manusia, maka studi ilmu alam memunkinkan manusia untuk dapat memamfaatkannya dengan cara yang paling baik, berdasarkan tujuan seperti ini studi objek alam dianggap sebagai tanda kekuasaan Allah yang di dalam al-Qur’an terpandang sebagai jalan menuju iman kepada Allah. Di dalam al-Qur’an, banyak rujukan yang mengacu kepada sampainya tanda-tanda kekuasaan Allah di dalam alam (al-kawa) atau sebaliknya alam akan 13
Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam…, hal. 21.
14
Ahamd Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, Cetakan I, Jakarta: Bineka Cipta, 1991, hal. 152. 15
Omar B. Al Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Sulatan Bintang, 1979, hal. 58.
16
Abdurraman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Menurut Al-Qura’an, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, hal. 189.
308----|--- Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari 2011
Siti Khasinah
memberi impikasi-implikasi kepada materi sain dalam pendidikanl al-Qura’an telah menunjukkan ayat-ayat tentang fenomena alam yang jumlahnya lebih dari 750 ayat yang dikenal dengan ayat-ayat kauniyah, yaitu ayat-ayat tentang kejadian atau kosmos.17 Fenomena tersebut misalnya tentang siang dan malam, matahari dan rembulan seperti dalam surat Yaasin: 37-40: “Dan sebagai keterangan juga untuk mereka ialah malam, kami tanggalkan darinya siang lantas mereka berada dalam kegelapan. Dan matahari itu beredar menurut ketetapann-Nya, itulah ketetapan dari yang Maha Kuasa dan Maha Tahu. Sampai kembali seperti mayam-mayam yang telah tua. Matahari tiada dapat mendahului bulan dan malam tiada dapat mendahului siang, masing-masing beredar dalam peredaranya”. Mengenai turunnya hujan dari langit yang membuat tanah menjadi subur: “ Dan Kami turunkan dari langit air hujan yang penuh keberkatan dan karenanya Kami tumbuhkan kebun-kebun dan biji tanaman yang akan dipotong. (Qs: Qaf: 9). Dalam surat ar-Ra’d :13:2 dikatakan bahwa langit ditinggikan tanpa tiang. Dalam az-Zumar/39:21, mata air itu dipancarkan dari hujan yang turun dari langit. Al-Qur’an juga mengisyaratkan bahwa di setiap pelosok alam ini terdapat simpanan informasi yang akan mengungkap realita fenomena kehidupan suatu lingkungan. Disebutkan bahwa manusia akan dapat memperoleh informasi pengajaran melalui perantaraan makhluk. Contoh informasi seperti itu adalah pengalaman salah satu putra Adam, ia membunuh saudaranya yang didapatnya dari seekor burung (Qs/5;31). Demikian juga ayat-ayat lain, Allah menyuruh manusia untuk mengarahkan potensi mereka dalam mencari informasi melalui al-Ibnu (onta), as-sama’ [langit], al-jibal [gunung], al-ardh [bumi] dan ayat-ayat lain yang berkaitan dengan flora dan fauna seperti semut, laba dan lebah.18 Rujukan al-Qur’an mengenai objek-objek alam semesta telah dipahami oleh cendekiawan-cendekiawam muslim dalam pengetian lebih dari satu arti. Sebagian memandang, bahwa sebagian besar materi-materi al-Qur’an merupakan fakta-fakta ilmiyah yang bersifat umum. Sebagian lain melihat, materi al-Qur’an disebut lebih dari fakta-fakta dan berbicara mengenai materi al-Qur’an berkenaan dengan ilmu pengertahuan dan teknologi. Kitab tafsir termashur yang menerapkan pandangan ini adalah al-Jawahir yang dikarang oleh Thantawi al-Jauhari. Dalam pendahuluan 17
Harun Basutian, Islam Rasional, Bandung: Mizan, 1995, hal. 295, Lihat juga Mahdi Ghulsyani, Filsafat Sains Menurut Al-Quran, Bandung: Mizan, 1995, hal. 78, dan Thantawi Jauhariy, Al-jawahir Fiy Tafsir Al-Quran, Jilid I, Beirut, Dar al-Fikr, tt, hal. 3. 18
Maurice Bucail, Bibel, Qura’n dan Sains Modern, Jakarta: Bulan Bintang, 1985, hal. 214
dan 221,
Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari 2011----|----309
MENGGUNAKAN ALAM SEBAGAI SUMBER BELAJAR: Suatu kajian menurut perspektif Islam
kitab itu dijelaskan, bahwa pengarang memang tujuan menguji kajian ilmiyah secara orisinil dari al-Qur’an maka dasar tafsirnya berhubungan dengan data-data ilmiyah, hipotesa dan teori-teori ilmiyah. Misalnya berkenaan dengan kata hadid yang terdapat dalam surat al-Hadid/57:25, Thantawi, seperti disitir Abdurrahman Saleh Abdullah, menjelaskan: “Sebelum manusia dan binatang diturunkan ke muka bumi, besi-besi dan mineralmineral lainnya telah menjadi zat cair dan berbentuk seperti gas. Kondisi ini dilanjutkan dengan kondisi (pengembunan) dan kemudian jatuh ke bumi seperti hujan. Bukti alQur’an ini nampaknya mengherankan dan menakjubkan dan hal ini telah dibuktikan dalam penemuan teori ilmu geologi”.19 Fakta-fakta ilmiah yang diperoleh melalui observasi dan ekspirementasi tidak bertentangan dengan al-Qur’an. Kenyataan ini berasal dari metoda ilmiyah dan bersandar pada akal manusia yang mempunyai tugas yang telah diakui oleh alQur’an. Namun demikian, bukti-bukti ilmiah yang didapat melalui akal, kebenarannya tidaklah mutlak, hannya kebenaran ayat-ayat Allah yang mutlak kebenarannya. Hendaklah kita mengambil alam ini sebagai sumber belajar dengan cara yang sesuai dengan kehendak Allah karena tujuan belajar itu sendiri adalah untuk mengabdi kepada Allah. Al-Qur’an memberikan dorongan kepada orang-orang beriman untuk bekerja keras untuk mencari materi, dan menuntunnya untuk menyelidiki hukumhukum dan pengetahuan dari dalamnya untuk diambil mamfaatnya. Al-Qur’an mewajibkan mereka untuk menyelidiki setiap aspek dari sumber kekayaan materi alam semesta serta menyingkap tabir rahasianya serta mengambil mamfaat dari padanya, atau menggunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Klasifikasi Sumber-Sumber Kealaman dalam Al-Qur’an Mempelajari al-Qur’an telah meningkatkan pengetahuan dan penelitian yang menyebabkan tumbuhnya berbagai cabang ilmu pengetahuan, dan telah mengungkapkan berbagai aspek dari jagad raya. Namun semua ilmu pengetahuan itu disatukan dengan sempurna melalui pengamatan terhadap alam semesta yang diciptakan dan dikendalikan oleh Allah Swt. Dari setiap aspek dari alam semesta,
19
Abdurraman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan…, hal. 190-191.
310----|--- Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari 2011
Siti Khasinah
terdapat penjelasan yang mengagumkan dalam al-Qur’an, yang kesemuanya itu dapat menjadi renungan, pemikiran dan renungan bagi manusia yang berfikir. Sumber Kosmologi Kosmolgi dan kosmografi Islam berfungsi sebagai latar belakang, ukuran, dan dasar bagi berbagai macam ilmu pengetahuan. Al-Qur’an menunjukkan proses dasar pembentukan alam semesta dan komposisi planet dalam jaga raya sebagai hasilnya, seperti tercantum dalam surat al-Anbiya: 30, 65:12, Qs 41:11-12, Qs 65:12, Qs 71:15-16, Qs 23:17, Qs 67:3-4, Qs 7:54, Qs 13:2, Qs 13:15, Qs 16:49-50, Qs 22:18, Qs 20:6 Qs 50:38, Qs 25:59, Qs 15:85, Qs 55:53 Qs 2:164, Qs 18:27, Qs3:191. Al-Qur’an melakukan observasi umum tentang alam semesta dengan firman-Nya dalam Qs 31:10, Qs 13:1, Qs 50:6 Qs 2:29, Qs23:86, Qs 30:26, Qs 36:39. Tuhan menempatkan seluruh jasad samawi untuk kepentingan hidup manusia seperti disebutkan dalam Qs 16:20, Qs 6:97, Qs25:61, Qs 71:15-16, Qs36-37, Qs
22:6,
Qs2:29.
Manusia
sungguh
tercengang
keheran-heranan
ketika
menyaksikan alam ciptaan Tuhan yang tanpa batas yang mengagumkan beserta ruang yang maha luas itu, “Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah sat dari pintu langit, lalu mereka terus menerus naik ke atas, tentulah mereka berkata, sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang-orang yang kena sihir”, [15;14-15. Sumber Astronomi Seluruh manifestasi yang mengagumkan dari alam dunia yang bentuknya beranekan ragam seperti proses penciptaan, penyebaran dan pengembangan menjadi langit yang beranekan macamnya, gerakan benda-benda langit serta ciri khususnya semua dilukiskan dalam al-Qur’an bukan untuk pelajaran astrologi atau astronomi melainkan sebagai refleksi tentang adanya ke-Agungan, Kebesaran, Kendali, Organisasi dari Penciptanya.20 Terdapat banyak ayat al-Qur’an yang memberikan gambaran tentang kemajemukan langit dan bumi. Al-Qur’an menuntut perhatian manusia terhadap langit dengan firman-Nya, Apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit-langit itu 20
Afzalul Rahman, Al-Quran Sumber Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Bina Aksara, 1989, hal. 58.
Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari 2011----|----311
MENGGUNAKAN ALAM SEBAGAI SUMBER BELAJAR: Suatu kajian menurut perspektif Islam
tidak retak sediktpun.” [50:6]. Adanya kenyataan bahwa langit itu tidak punya tiang penyangga disebutkan dalam firman-Nya surat (13:20), (31:10), 79:28), (55:7). AlQur’an menjelaskan keteraturan dan keseimbangan alam dalam Qs 23:86-88, Qs55:5, Qs6:97, Qs14:33, Qs35:28, Qs30:23, Qs 36:38-40, Qs10:5-6, Qs 25:61, Qs 71:15-16. Jarak ruang angkasa yang amat luas dapat diketahui dari ayat-ayat beriku: Qs 43:38, Qs 70:40, Qs 55:17, Qs 31:29, Qs 51:47. Juga tentang kemungkinan manusia untuk melakukan dan menembus batas-batas alam dalam Qs 55:33. Sumber Geografi Digairahkan dan diilhami oleh ajaran al-Qur’an, kaum muslimin maju terus untuk dapat memecahkan keajaiban alam semesta. Al-qur’an berulang kali mengundang manusia untuk menjelajahi bumi dan menyaksikan nasib-nasib orang-orang yang mengingkari perintah-perintah Tuhan Qs 22:46, Qs 18:86, Qs 18:90, Qs 18:96-97. Banyak ayat-ayat al-Qura’an menarik perhatian para sarjana tentang fungsi dan kegunaan yang serba ganda dari gunung, mengokohkan atau memantapkan gerakan bumi dan mempertahankannya dalam posisi yang mantap seperti dalam Qs 27:61 dan Qs 16:15. “ Dan Dia yang menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptkan) sungaisiunga dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk.” Al-Qur’an juga menyebutkan tentang kegunaan hutan dan tumbuhan dalam surat 27:20, Qs 16:10, 36:80, Qs 6:99, Qs 16:14. Begitu indahnya al-Qur’an melukiskan tentang pergantian bulan, musim yang silih berganti dan pertukaran siang dan malam, Qs 10:5-6, Qs 36:37-40, Qs 25:53, Qs 55: 19-22, Qs 35-28. Kajian tentang dalil geografi ini diharapakan dapat menimbulkan kesadaran di pihak kaum muslimin bahwa mereka adalah pewaris yang berhak mengelola bumi beserta kekayaannya yang melimpah. Oleh karena itu menjadi kewajiban mereka untuk menggali dan memamfaarkan kekayaan dan sumber potensial bumi tersebu. Al-Qur’an menyebutkan hal ini dalam surat 6:156, Qs 10;14, Qs 2:28. AlQur’an mengajak ahli-ahli ilmu pengetahuan agar menatap lebih dalam lagi tentang rahasia penciptaan bumi dan langit lalu menyelidiki arti yang terkandung dalam kegaiban alam dunia ciptaan Tuhan, sebagaimana firman-Nya dalam Qs:164, Qs3:190-191.
312----|--- Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari 2011
Siti Khasinah
Sumber Meteorologi “ Dan perkisaran angin semuanya menjadi keterangan bagi kaum yang mempunyai pemikiran”, (al-Jatsiah:5). “ Dan dianatara bukti-bukti kebesaran Tuhan adalah dikirimkannya angin membawa berita gembira, dirasakannya kepada kamu rahmat-Nya, dilayarkannya kapal dengan perintah-Nya dan supaya kamu mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur,” (ar-Ruum: 46). Ada terlalu banyak manfaat yang ditetapkan Allah, antara lain untuk keperluan berlayar, keperluan mengirim berita (radio, telegram), keperluan pengairan yang menggunakan kincir angin dan lain-lainnya, seharusnya menjadi renungan untuk mengenal Tuhan sebagai pengatur dan penciptanya21. Sumber Oceaographi dan Ilmu Pelayaran Tentang dalil ini dapat kita lihat dalam surat al-Fathir 12 dan surat an-Nahl: 14 “Dan Dia yang mengadakan lautan untuk kepentingan kamu, supaya daripadanya kamu dapat memakan daging yang baru dan kamu keluarkan dari dalamnya perhiasan yang akan kamu pakai. Dan juga kamu akan liat kapal berlayar membelah lautan, supaya kamu mencari karunia-Nya dan supaya kamu berterima kasih” (an-Nahl). Sumber Geologi Geologi mempelajari kerak bumi, lapisannya, serta hubungan dan perubahan-perubahannya. Dalam hal ini studi al-Qurán memberikan dorongan kuat untuk melakukan penelitian tentang adanya kebenaran hakiki yang lebih dalam lagi di balik fenomena fisik dari alam semesta. Pada gilirannya hal ini akan membawa penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan mengenai sejarah alam, termasuk geologi yang memperlajari tentang terjadinya perubahan bentuk secara besar-besaran pada lapisan atas bumi, strukturnya, perubahan cuaca, fossil batu karang dan sebagainya.22.
21
Hamzah Ya’kub, Filsafat Agama: Titik Temu Akal Dengan Wahyu, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1991, hal. 106. 22
Afzalul Rahman, Al-Quran Sumber Ilmu…, hal. 151.
Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari 2011----|----313
MENGGUNAKAN ALAM SEBAGAI SUMBER BELAJAR: Suatu kajian menurut perspektif Islam
Al-qur’an menyebutkan hal ini dalam, “Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai di celah-celahnya, dan menjadikan gunung-gunung untuk [mengokohkan] dan menjadikan pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada tuhan lain? Bahkan sebenarnya kebanyakan dari mereka tidak mengetahui”. [QS, 27:61]. Demikian juga dalam Qs 67:15, Qs 79:30-33, Qs 16:15, Qs 51:48, v71:19-20, Qs 78:6-7, Qs 88:19-20, v 31:10, v3:74, Qs 17:50, Qs33:72, Qs105:3-4,. Dalam al-Qurán juga didapati petunjuk tentang terjadinya gempa bumi seperti Qs: 11-28, Qs 15:73-75, Qs51:32-33, Qs 7:178 dan Qs:29:40. Sumber Mineralogi Ilmu pengetahuan tentang bahan-bahan tambang (mineral) merupakan salah satu lapangan studi yang juga mendapatkan dorongan yang besar dari alQ’uran, Ilmu ini sangat berkaitan dengan ilmu kimia dan nilmu obat-obatan. Seorang ahli mineralogi muslim mendapat dorongan besar untuk melakukan kegiatan penelitian berkat studi Al-Qur’an. Al-Qur’an menunjukan skema dan bayangan berwarna yany menakjubkan yang tidak hannya terdapat pada tumbuhtumbuhan tapi juga terrdapat pada batu-batuan dan bahan-bahan pertambangan 23 “Tidakkah kamu melihat bahwasanya allah menurunkan hujan dari langit lalu kami hasilkan dengen hujan itu buah-buahan yamg beraneka macam jenisnya. Dan diantara gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka ragam warnanya dan ada pula
yang hitam pekat”.QS 35; 27. Disamping itu terdapat pentujuk tentang
penggunaan besi seperti yang disebut dalam surat As-saba : “(Yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya, dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya aku melihat apa yang kamu kerjakan. (34: 11) juga dalam Qs 57:75, Qs 22:23, Qs 76:15, Qs 15:16, Qs 55:58-59. Sumber Biologi Dalil ini menjelaskan temtang asal usul
kehidupan yang menurut al-
qur’an, semua kehidupan di atas bumi di mulai dari air ; “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu kemudian kami pisahkan antaranya. Dan dari pada air kami jadikan sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (21:30). 23
Afzalul Rahman, Al-Quran Sumber Ilmu…, hal. 151.
314----|--- Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari 2011
Siti Khasinah
Sumber Botani Al-qur’an menyebut secara rinci kegaiban tuhan dalam dunia
tumbu-
tumbuha dan bagaimana ia tumbuh karena air tanah yang gersang dan mati menjadi hidup kembali, di penuhi dengan bermacam-macam tumbuhan apabila mendapatkan air hujan, separti disebutkan dalam Qs 41:39, Qs 50:9-11, Qs 6:141, Qs 16: 10-11. tentang cara reproduksi tumbuh-tumbuhan dalam Qs 20:53, Qs 31:10, Qs 22:5, Qs 13:3, Qs 26:7-8. Proses reproduksi ini mencapai puncaknya dengan pembuahan pada benih; “Sesungguhnya menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dari biji buah-buahan”. Qs. 6:95. Juga dalam Qs 36:36. Sumber Zoologi Dalam al-Qur’an terdapat banyak uraian yang menjelaskan kehidupan binatang dalam berbagia aspeknya. Uraian itu mengingatkan manusia untuk memikirkan bagaimana asal-usul semua kehidupan makhluk diatas bumi seperti di dalam Qs21:30 dan Qs44:45. “Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka bagaimana dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan bagaimana berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian lainnya berjalan dengan empat kaki. “ (24:45) Al-Qurán menyebutkan beberapa jenis binatang dan kegunaan serta faedahnya bagi ummat manusia dan menggambarkan dunia binatang itu beserta keaneka ragamannya, keindahan dan daya tariknya. Beberapa uraian al-Qurán perlu diungkapkan kembali untuk menunjukkan betapa rahmat dan kasih sayang tuhan kepada manusia24. Misalnya tentang proses pembiakannya; Qs :53:45-46, Qs 43:12, Qs 6:142-144, Qs 16:5-9, Al-Qurán juga menyebutkan adanya masyarakat binatang seperti manusia yang dibangun dengan organisasi dan perencana yang baik Qs 6:38 tentang lebah, laba-laba, semut dan burung ; QS 16:68-69, QS 29:41, QS 67:19, QS 16:66. Sumber Kimia “Dia yang menurunkan air hujan dari langit, lalu mengalir diantar lembah – lembah menurut ukuran”. ( Ar-Ra’d : 17 ) 24
Afzalul Rahman, Al-Quran Sumber Ilmu…, hal . 174, lihat Juga Hamzah Ya’kub, Filsafat Agama: Titik…, hal. 98-104.
Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari 2011----|----315
MENGGUNAKAN ALAM SEBAGAI SUMBER BELAJAR: Suatu kajian menurut perspektif Islam
“dan kami menurunkan air hujan dari langit dengan ukuran ( kadar ), lalu kami simpan dalam tanah, dan sesungguhnya kami nkuasa juga menghilangkannya”. ( AlMukmin : 18 ) Juga dalam QS. Ar-Ra’d ayat 8 dan 17, QS 2:74, QS 7:58, QS 16:68-69. Kasih banyak lagi dalil dalilk kealaman yang terdapat daalm al-quran seperti dalil-dalil tentang ilmu alam ( fisika ), sejarah, antropologi, pertanian, perkebunan, imigrasi, arkeologi, dan lain sebagainya, agar kesemua itu dapat menjadi sumber pelaajaran bagi manusia. Dengan demikian al-Quran telah menambahkan dimensi baru terhadap studi mengenai fenomena jagad raya dan membantu pikiran manusia melakukan terobosan terhadap batas penghalang dari alam materi. Al-quran menunjukkan bahwa materi bukanlah suatu yang kotor dan tanpa nilai, karena padanya terdapat tanda – tanda yang membimbing manusia kepada Allah serta keagungannya. Alam semesta yang amat luas adalah ciptaan Allah, dan al-Quran mengajak manusia untuk menyelidikinya, serta berusaha untuk memanfatkan kekayaan alam yang melimpah ruah untuk kesejahteraan hidupnya, jadi al-Quran membawa manusia kepada Allah melalui ciptaannya dan realitas konkrit yang ada dibumi dan di langit. Inilah yang sesungguhnya dilakukan oleh ilmu pengetahuan, yaitu mengadakan observasi, lalu menarik hukum – hukum alam berdasarkan observasi dan eksperimen. Dengan demikian, Ilmu pengetahuan dapat mencapai yang Maha Pencipta melalui observasi yang teliti dan tepat terhadap hukum – hukum yang teratur gejala alam, dan al-Quran menunjukkan kepada realitas intelektual Yang Maha Besar, yaitu Allah SWT lewat ciptaannya derupa alam semesta isi yaitu langit dan bumi beserta seluruh isinya.
SIMPULAN Dalam al-Quran terdapat lebih dari 750 ayat yang merujuk kepada fenomena alam. Hampir seluruh ayat ini memerintahkan manusia untuk mempelajari kitab ( hal – hal yang berhubungan denagan ) penciptaan alam semesta dan merenungkan isinya. Bagaimana dikukuhkan oleh banyak ulama islam terkemuka, al-Quran bukanlah ilmu kealaman, akan tetapi sebagai kitap petunjuk dan pencerahan. Rujukan al-Quran terhadap fenomena alam dimaksud untuk menarik perhatian
316----|--- Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari 2011
Siti Khasinah
manusia pada penciptaan alam yang Maha Mulia dan Maha Bijaksana dengan mempertanyakan dan merenungi wujud–wujud alam. Dan untuk mendorong manusia agar berjuang mendekat kepadanya. Manusia dapat belajar banyak dari alam semesta ini, karena alam raya ini merupakan laboratorium terbesar yang selalu terbuka bagi manusia yang berpikir, karena melalui perenungan dan pengamatan terhadap alam ini, manusia akan mamapu menghasilakan kajian ilmiah. Setiap manusia dituntut untuk mencermati setiap fenomena kauniah dengan menghimpun, meneliti serta menganalisa setiap gejala alam, sebagai sumber pengajaran untuk dapat mengetahui dan mensyukuri karunia Allah yang luar biasa ini.
Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari 2011----|----317
MENGGUNAKAN ALAM SEBAGAI SUMBER BELAJAR: Suatu kajian menurut perspektif Islam
DAFTAR PUSTAKA Asraf, Syeid Ali, New horrizon in muslim Education, Chippeham: Antony Row Ltd, 1985. Al Syaibani, Omar B. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Sulatan Bintang, 1979. Al-Bayqi, Muh. Fuad Abdullah, Al-mu’jam al-mufasrah li Al fath al-Qur’an al-Karim, Beirut: Dar al-Fikr, 1987. Basutian, Harun, Islam Rasional, Bandung: Mizan, 1995, Bucail, Maurice, Bibel, Qura’n dan Sains Modern, Jakarta: Bulan Bintang, 1985. Departemen Agama RI, Proses belajar Mengajar, Jakarta: 1986. Ghulsyani, Mahdi, Filsafat Sains Menurut Al-Quran, Bandung: Mizan, 1995. Jauhariy, Thantawi, Al-jawahir Fiy Tafsir Al-Quran, Jilid I, Beirut: Dar al-Fikr, tt. Langgulung, Hasan, Jurnal Ma’rifah,Volume III, Th II, Jakarta: 1997. Najati, Usma, Al-Quran wa Ilmu al- Nafs, terjemahan, Bandung: pustaka, 1985. Rahman, Afzalul, Al-Quran Sumber Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Bina Aksara, 1989. Saefuddin, Endang E., Kuliah pendidikan Tinggi Islam. Shihab, Quraish, Hakikat segala puji dalam Surat Al-Fatihah, Amanah, no. 110, 21 September 1990. Thaba’iy, Muhammad Husayn al-Thaba, Al-Mizan fiy al-Tafsir Al-Qura’an Al Karim, jilid XVI, Beirut: 1983. Ya’kub, Hamzah, Filsafat Agama: Titik Temu Akal Dengan Wahyu, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1991. Zar, Sirjuddin, Konsep Penciptaan Alam Dalam Pemikiran Islam,Sains dan Al-Quran, Jakarta: Raja Grafindo Persada,1994.
318----|--- Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XI, No. 2, Februari 2011