RANCANG BANGUN SOFTWARE "SULUH TANI" SEBAGAI PENGGANTI PETUGAS PENYULUH PERTANIAN DALAM UPAYA PENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN Rindra Yusianto Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro Jalan Nakula I No. 5-11 Semarang Email :
[email protected]
ABSTRAK
Tantangan terhadap penyuluhan pertanian di masa depan semakin kompleks. Dewasa ini penyuluh bukan hanya dituntut untuk menguasai kemampuan teknis budidaya saja, penyuluh juga harus menguasai aspek marketing komoditas, manajemen usaha maupun pembiayaaan usaha. Sehingga kemampuan dan kompetensi penyuluh pertanian juga harus ditingkatkan. Permasalahan pokok yang dihadapi selama ini adalah rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga penyuluh. Karena itu, untuk memperkuat tenaga penyuluhan, pemerintah tahun 2006 telah mengangkat 6.000 orang penyuluh honorer, dan rencananya akan ditambah lagi 10.000 orang tahun 2010. Selain itu, rasio antara jumlah penyuluh pertanian dengan jumlah kelompok tani di adalah 5,06%. Rasio yang masih sangat tidak ideal, dimana setidaknya 1 orang penyuluh harus mendapingi 20 kelompok tani. Padahal kelompok tani pemula dan petani lanjut jumlahnya paling banyak. Kelompok petani inilah yang paling memerlukan pendampingan intensif. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang bangun software “suluh tani” yang difungsikan sebagai pengganti petugas penyuluh pertanian dan membantu pemerintah dalam upaya peningkatkan produktivitas pertanian nasional dari sisi teknis budidaya (on farm) dan subsistem (off farm) baik hulu maupun hilir. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian terapan. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode kualitatif dengan menerapkan perancangan sistem melalui tahap-tahap Siklus Hidup Pengembangan Sistem (System Development Life Cycle). Hasil rancang bangun software aplikasi berbasis komputer „suluh tani‟ diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif pengganti petugas penyuluh pertanian dalam upaya peningkatkan produktivitas pertanian, yang memiliki mindset pengembangan pertanian sebagai satu sistem. Bukan hanya teknis budidaya (on farm) tetapi juga subsistem off farm baik hulu maupun hilir. Dimana sebagian peran penyuluh pertanian dapat digantikan oleh software aplikasi tersebut. Kata Kunci : software, penyuluh, pertanian
Himsya-Tech, Vol. 6, No. 1 Januari 2010 – ISSN 1907-2074
23
PENDAHULUAN Menurut Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (2010), revitalisasi penyuluhan pertanian adalah suatu upaya mendudukkan, memerankan dan memfungsikan serta menata kembali penyuluhan pertanian agar terwujud kesatuan pengertian, kesatuan korp dan kesatuan arah kebijakan. Keberhasilan pelaksanaan revitalisasi ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat pelaku usaha pertanian. Program revitalisasi difokuskan pada beberapa sub program, yaitu penataan kelembagaan penyuluhan pertanian, peningkatan kelembagaan
dan
kuantitas dan kualitas penyuluh
kepemimpinan
petani,
peningkatan
pertanian, peningkatan sistem
penyelenggaraan
penyuluhan pertanian, dan pengembangan kerjasama antara sistem penyuluhan pertanian dan agribisnis. Program ini berupaya memperbaiki sistem dan kinerja penyuluhan pertanian yang semenjak akhir 1990-an sangat menurun kondisinya (Redono, 2006). Permasalahan pokok yang dihadapi selama ini adalah rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga penyuluh. Karena itu, untuk memperkuat tenaga penyuluhan, pemerintah tahun 2006 telah mengangkat 6.000 orang penyuluh honorer, dan rencananya akan ditambah lagi 10.000 orang tahun ini. Selain itu, Deptan juga berupaya memperbaiki
dan memfungsikan
Balai Penyuluhan
Pertanian (BPP),
menyediakan kendaraan dinas untuk transportasi penyuluh, serta membenahi metoda dan sistem penyuluhan yang selama ini lebih banyak berorientasi pada peningkatan produksi kepada penyuluhan yang berorientasi kepada agribisnis dan peningkatan kesejahteraan petani dan keluarganya. Karena itu pola penyuluhan harus berubah. Menurut Diklat Penyuluh Pertanian dalam Saung Tani (2010), penyuluh bukan hanya memiliki kemampuan teknis produksi saja. Penyuluh harus memiliki mindset tentang pengembangan pertanian sebagai satu sistem. Bukan hanya teknis budidaya (on farm) tetapi harus menguasai subsistem off farm baik hulu maupun hilir. Sehingga penyuluh juga harus memiliki kemampuan dan mengajarkannya kepada petani bagaimana untuk menyeleksi
komoditas
yang
paling
menguntungkan,
bagaimana
mengolahnya,
mengemasnya, hingga mencarikan akses permodalan dan membentuk jaringan pemasaran. 24
Rindra Yusianto – Rancang Bangun Software “Suluh Tani”
Balai Informasi Penyuluh Pertanian (BIPP) memiliki wilayah kerja di setiap kecamatan dengan nama Balai Penyuluh Pertanian (BPP). Dalam hal ini, sumber daya penyuluh yang berfungsi sebagai perantara penyebaran informasi pembangunan pertanian kepada petani. Menurut Saung Tani (2010), penyuluh tani dikategorikan berdasarkan golongan dan pendidikan dengan rincian sebagai berikut. Tabel 1. Sumber daya penyuluh No
Kategori Menurut
Kategori Menurut
Golongan
Pendidikan
1
Honorer
SLTA
2
Golongan II
D3
3
Golongan III
S1
4
Golongan IV
S2
Sumber : BIPP Kab. Banyumas, 2010 Sedangkan kelompok tani yang berada di bawah binaan BIPP dikategorikan sebagai berikut : Tabel 2. Klasifikasi Kelompok Tani No
Kelompok
1
Pemula
2
Lanjut
3
Madya
4
Utama
Sumber : BIPP Kab. Banyumas, 2010 Selain itu BIPP juga membina kelompok wanita tani, KPK Proyek P4K dan Taruna Tani.
Jumlah penyuluh pertanian yang ada saat ini, sangat tidak ideal jika
dibandingkan dengan kelompok tani dan luasan wilayah kerjanya. Berdasarkan hal tersebut di atas, ada suatu pemikiran untuk merancang bangun sebuah software aplikasi berbasis komputer sebagai pengganti petugas penyuluh pertanian dalam upaya peningkatkan produktivitas pertanian. Tantangan terhadap penyuluhan pertanian di masa depan semakin kompleks. Dewasa ini penyuluh bukan hanya dituntut untuk menguasai kemampuan teknis budidaya saja, penyuluh juga harus menguasai aspek marketing komoditas, manajemen Himsya-Tech, Vol. 6, No. 1 Januari 2010 – ISSN 1907-2074
25
usaha maupun pembiayaaan usaha. Sehingga kemampuan dan kompetensi penyuluh pertanian juga harus ditingkatkan. Jangan sampai penyuluh pertanian ketinggalan dengan petani dan kelompok tani dampinganya. Selain itu, jumlah penyuluh pertanian yang terbatas, dimana tahun 2010 masih diperlukan lebih dari 10.000 orang penyuluh pertanian. Selain penambahan jumlah, masih diperlukan pelatihan dan pembinaan kepada para penyuluh pertanian agar memiliki kemampuan mentransfer ilmu kepada petani
tentang bagaimana
menyeleksi
komoditas
yang paling
menguntungkan,
bagaimana mengolahnya, mengemasnya, hingga mencarikan akses permodalan dan membentuk jaringan pemasaran. Rasio antara jumlah penyuluh pertanian dengan jumlah kelompok tani di adalah 5,06%. Rasio yang masih sangat tidak ideal, dimana setidaknya 1 orang penyuluh harus mendapingi 20 kelompok tani. Padahal kelompok tani pemula sebanyak dan petani lanjut jumlahnya paling banyak. Kelompok petani inilah yang paling memerlukan pendampingan intensif. Berdasarkan hal tersebut, ada suatu pemikiran untuk merancang bangun sebuah software aplikasi berbasis komputer sebagai pengganti petugas penyuluh pertanian dalam upaya peningkatkan produktivitas pertanian, yang memiliki mindset pengembangan pertanian sebagai satu sistem. Bukan hanya teknis budidaya (on farm) tetapi juga subsistem off farm baik hulu maupun hilir.
KERANGKA TEORITIS Software “Suluh Tani” yang mengadobsi Sistem Pakar Menurut Handayani dan Sutikno (2008), sistem pakar (expert system) adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti layaknya para pakar (expert). Sistem pakar yang baik dirancang agar dapat menyelesaikan suatu permasalahan tertentu dengan meniru kerja dari para pakar/ahli. Dengan pengembangan sistem pakar, diharapkan bahwa orang awampun dapat menyelesaikan masalah yang cukup rumit yang sebenarnya hanya dapat diselesaikan dengan bantuan para ahli. Bagi para ahli, sistem pakar ini juga akan membantu aktifitasnya sebagai asisten yang sangat berpengalaman. Pengalihan keahlian dari para ahli ke komputer untuk kemudian dialihkan lagi ke orang lain yang bukan ahli, merupakan tujuan utama dari sistem pakar. Proses ini membutuhkan 4 aktifitas, yaitu: 26 Rindra Yusianto – Rancang Bangun Software “Suluh Tani”
tambahan pengetahuan, representasi pengetahuan, inferensi pengetahuan dan pengalihan pengetahuan ke pengguna. Pengetahuan yang disimpan ke komputer disebut sebagai basis pengetahuan. Sedangkan menurut wijaya (2007), sistem pakar merupakan salah satu bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence), definisi sistem pakar itu sendiri adalah sebuah program komputer yang dirancang untuk mengambil keputusan seperti keputusan yang diambil oleh seorang pakar, dimana sistem pakar menggunakan pengetahuan (knowledge), fakta, dan teknik berfikir dalam menyelesaikan masalahmasalah yang biasanya hanya dapat diselesaikan oleh seorang pakar dari bidang yang bersangkutan. Dalam pengembangan suatu sistem pakar, pengetahuan (knowledge) mungkin saja berasal dari seorang ahli, atau merupakan pengetahuan dari media seperti majalah, buku, jurnal, dan sebagainya. Selain itu pengetahuan yang dimiliki sistem pakar bersifat khusus untuk satu domain masalah saja. Semakin banyak pengetahuan yang dimasukan kedalam sistem pakar, maka system tersebut akan semakin baik dalam bertindak, sehingga hampir menyerupai pakar yang sebenarnya. Tujuan dari sebuah Sistem Pakar adalah mentransfer kepakaran yang dimiliki seorang pakar kedalam komputer dan kemudian kepada orang lain (non expert). Aktivitas pemindahan kepakaran adalah Wijaya (2007): - Knowledge Acquisition (dari pakar atau sumber lain) - Knowledge Representation (ke dalam komputer) - Knowledge Inferencing - Knowledge Transfering Sedangkan menurut Kusumadewi (2003), sistem pakar (expert system) secara umum adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli. Atau dengan kata lain sistem pakar diimplementasikan
dengan
bantuan
bahasa
adalah sistem yang didesain dan pemrograman
tertentu
untuk
dapat
menyelesaikan masalah seperti yang dilakukan oleh para ahli. Diharapkan dengan sistem ini, orang awam dapat menyelesaikan masalah tertentu baik „sedikit‟ rumit ataupun rumit sekalipun „tanpa‟ bantuan para ahli dalam bidang tersebut. Sedangkan bagi para ahli, sistem ini dapat digunakan sebagai asisten yang berpengalaman. Sistem pakar merupakan cabang dari Artificial Intelligence (AI) yang cukup tua karena sistem Himsya-Tech, Vol. 6, No. 1 Januari 2010 – ISSN 1907-2074
27
ini telah mulai dikembangkan pada pertengahan tahun 1960. Sistem pakar yang muncul pertama kali adalah General-purpose problem solver (GPS) yang dikembangkan oleh Newl dan Simon. Sampai saat ini sudah banyak sistem pakar yang dibuat, seperti MYCIN, DENDRAL, XCON & XSEL, SOPHIE, Prospector, FOLIO, DELTA, dan sebagainya (Kusumadewi, 2003).Adapun banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan mengembangkan sistem pakar, antara lain (Kusumadewi, 2003): 1. Masyarakat awam non-pakar dapat memanfaatkan keahlian di dalam bidang tertentu tanpa kesadaran langsung seorang pakar 2. Meningkatkan produktivitas kerja, yaitu bertambahnya efisiensi pekerjaan tertentu serta hasil solusi kerja 3. Penghematan waktu dalam menyelesaikan masalah yang kompleks 4. Memberikan penyederhanaan solusi untuk kasus-kasus yang kompleks dan berulang-ulang 5. Pengetahuan dari seorang pakar dapat dikombinasikan tanpa ada batas waktu 6. Memungkinkan penggabungan berbagai bidang pengetahuan dari berbagai pakar untuk dikombinasikan. Tujuan pengembangan sistem pakar sebenarnya bukan untuk menggantikan peran manusia, tetapi untuk mensubstitusikan pengetahuan manusia ke dalam bentuk sistem, sehingga dapat digunakan oleh orang banyak.
Struktur Sistem Pakar Sistem pakar disusun oleh dua bagian utama, yaitu lingkungan pengembangan (development environment) dan lingkungan konsultasi (consultation environment) (Turban, 1995). Lingkungan pengembangan sistem pakar digunakan untuk memasukkan pengetahuan pakar ke dalam lingkungan sistem pakar, sedangkan lingkungan konsultasi digunakan oleh pengguna yang bukan pakar guna memperoleh pengetahuan pakar. Komponen-komponen yang terdapat dalam sistem pakar adalah seperti yang terdapat pada Gambar 1, yaitu User Interface (antarmuka pengguna), basis pengetahuan, akuisisi pengetahuan, mesin inference, workplace, fasilitas penjelasan, perbaikan pengetahuan.
28
Rindra Yusianto – Rancang Bangun Software “Suluh Tani”
Gambar 1. Komponen Sistem Pakar Sumber : Rohman dan Fauziyah, 2008 Seorang pakar mempunyai pengetahuan tentang masalah yang khusus. Dalam hal ini disebut domain knowledge. Penggunaan kata “domain” untuk memberikan penekanan pengetahuan pada problem yang spesifik. Pakar menyimpan domain knowledge pada Long Term Memory (LTM) atau ingatan jangka panjangnya.
Gambar 2. Pemecahan Masalah Pada Pakar Sumber : Tolle, 2009
Ketika pakar akan memberikan nasihat atau solusi kepada seseorang, pakar terlebih dahulu menentukan fakta-fakta dan menyimpannya ke dalam Short Term Memory (STM) atau ingatan jangka pendek. Kemudian pakar memberikan solusi tentang masalah tersebut dengan mengkombinasikan fakta-fakta pada STM dengan pengetahuan LTM. Dengan menggunakan proses ini pakar mendapatkan informasi baru Himsya-Tech, Vol. 6, No. 1 Januari 2010 – ISSN 1907-2074
29
dan sampai pada kesimpulan masalah. Gambar 3 menunjukan berkas diagram pemecahan masalah dengan pendekatan yang digunakan pakar.
Gambar 3. Struktur Pemecahan Masalah Pada Sistem Pakar Sumber : Tolle, 2009 Software ”Suluh Tani” dirancang bangun dengan mengadobsi sistem pakar yang dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal ini yaitu software yang dapat memecahkan masalah menggunakan proses yang sama dengan metode yang digunakan oleh pakar, struktur yang digunakan ditunjukan pada Gambar 3 Knowledge Base adalah bagian dari sistem pakar yang berisi domain pengetahuan. Berisi pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami, merumuskan dan menyelesaikan masalah (Tolle, 2009).
Penyuluh Pertanian Penyuluhan pertanian adalah pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal di bidang pertanian agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik di bidang ekonomi, social maupun politik sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai (Wastutiningsih, 2010). Sedangkan berdasarkan SKB Menteri Pertanian dan Menteri Dalam Negeri (1996), Penyuluh pertanian adalah PNS
yang diberi tugas
melakukan kegiatan penyuluhan pertanian secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian. Penyuluh pertanian hadir untuk membantu petani dalam mengembangkan atau menata ulang perilakunya agar menjadi petani yang modern, tangguh dan efisien (Adjid, 2001). Menurut Wastutiningsih (2010), penyuluh pertanian akan diterima petani jika : (1) Layak untuk dipercaya; (2) Tahu persis situasi petani sehingga dapat menunjukkan permasalahan yang dihadapi sekaligus menunjukkan alternatif pemecahannya; (3) 30
Rindra Yusianto – Rancang Bangun Software “Suluh Tani”
Selalu ada jika dibutuhkan, dalam arti penyuluh pasti punya waktu untuk sasaran; (4) Penyuluh tidak sering ganti. Kemampuan yang harus dimiliki penyuluh pertanian antara lain : (1) Kemampuan berkomunikasi; (2) Sikap penyuluh: menghayati profesinya, menyukai masyarakat sasaran, yakin bahwa inovasi yang disampaikan telah teruji; (3) Kemampuan penyuluh tentang: isi, fungsi, manfaat dan nilai-nilai yang terkandung dalam inovasi; segala sesuatu yang masyarakat suka atau tidak suka; (4) Kemampuan untuk mengetahui karakteristik sosial budaya wilayah dan sasarannya (bahasa, agama, kebiasaan, dll.). Sedangkan peran penyuluh pertanian adalah sebagai berikut : (1) Sebagai fasilitator: orang yang memberikan fasilitas atau kemudahan; (2) Sebagai mediator: orang yang menghubungkan lembaga pemerintah/lembaga penyuluhan dengan sasaran; (3) Sebagai dinamisator: orang yang dapat menimbulkan (menjadikan) dinamis
Metode Penyuluhan Menurut Ibrahim (2003) ada 2 metode penyuluhan yaitu : (1) Teknik komunikasi antara penyuluh dan sasaran; (2) Cara-cara penyampaian materi penyuluhan secara sistematis, sehingga materi tersebut
dapat dimengerti dan diterima sasaran. Dimana metode
penyuluhan harus memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut : (1) Pengembangan untuk berpikir kreatif; (2) Dilakukan di lingkungan kerja/kegiatan sasaran; (3) Setiap individu terikat dengan lingkungan sosialnya; (4) Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan; (5) Menciptakan hubungan yang akrab dengan sasaran Sedangkan klasifikasi metode penyuluhan adalah sebagai berikut : (1) Berdasarkan banyaknya sasaran yang disuluh, (2) Metode perseorangan: dilakukan dengan mengunjungi sasaran di rumah atau lahannya, memberi surat, dll. (3) Metode kelompok: pertemuan kelompok, kursus-kursus, demonstrasi, dll. (4) Metode lewat media massa: penyuluhan menggunakan media massa seperti radio, tv, surat kabar, majalah, dll. Dimana media massa dapat mempercepat proses perubahan, tetapi jarang dapat mewujudkan perilaku
Himsya-Tech, Vol. 6, No. 1 Januari 2010 – ISSN 1907-2074
31
Alat Bantu Penyuluhan Menurut Wastutiningsih (2010), alat bantu penyuluhan adalah (1) Kurikulum; (2) Papan tulis-papan tempel; (3) Alat tulis; (4) Proyektor (overhead, slide, lcd-infocus); (5) Perlengkapan ruangan (pengeras suara, pengatur cahaya, pengatur udara). Materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam penyuluhan pertanian. Dalam bahasa teknis penyuluhan, materi penyuluhan seringkali disebut sebagai informasi pertanian (suatu data/bahan yang diperlukan penyuluh, petaninelayan, dan masyarakat tani). Materi penyuluhan memiliki syarat-syarat sebagai berikut memberikan keuntungan secara nyata bagi sasaran, memiliki resiko kegagalan yang relatif kecil dan biaya rendah, dapat diperoleh dengan mudah, tidak bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, tidak mempunyai efek samping yang merugikan dan mudah dilakukan/dipergunakan dan segera memberikan hasil.
METODE PENELITIAN Jenis
penelitian
yang
digunakan
pada
penelitian
ini
adalah
penelitian
eksperiment. Dimana hasil penelitian berupa software „suluh tani‟. Objek penelitian ini adalah penyuluh pertanian yang tergabung dalam kelompok tani Desa Pakunden kecamatan Banyumas. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode kualitatif dengan
menerapkan
perancangan
sistem
melalui
tahap-tahap
Siklus
Hidup
Pengembangan Sistem (System Development Life Cycle). Penelitian ini mengikuti Siklus Hidup Pengembangan Sistem, yaitu : a. Tahap I : Survei ruang lingkup dan kelayakan proyek Pada tahap ini dilakukan survei terhadap kelompok tani di Desa Pakunden Kecamatan Banyumas. Kemudian dianalisis kelayakan proyek terhadap masingmasing kelompok tani. b. Tahap II : Analisis sistem yang ada Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap sistem yang sedang berjalan, termasuk kemungkinan implementasi software ‟Suluh Tani‟. c. Tahap III : Pendefinisian kebutuhan user Setelah analisis, pada tahap ini kebutuhan kelompok tani didefinisikan agar rancang bangun software sedapat mungkin sesuai dengan kebutuhan kelompok tani. 32
Rindra Yusianto – Rancang Bangun Software “Suluh Tani”
d. Tahap IV : Memilih solusi yang layak Dari berbagai alternatif solusi, maka dipilih salah satu solusi yang layak dengan disesuaikan dengan kebutuhan user dan hasil analisis sistem yang ada. e. Tahap V : Perancangan dan Pembangunan sistem Tahap ini adalah merancang sistem terintegrasi didasari solusi yang dipilih. Selain itu, pada tahap ini dilakukan pengadaan perangkat keras dan perangkat lunak. Kebutuhan perangkat keras dan perangkat lunak disesuaikan dengan hasil rancangan sistem. Pengadaan dilakukan seoptimal mungkin, sehingga nilai kegunaan dalam implementasi
menjadi
faktor
yang
utama.
Setelah
perancangan
dilakukan
pembangunan sistem. Pada tahap ini dilakukan pembuatan software yang dapat menggantikan peran penyuluh pertanian. f. Tahap VI: Penerapan sistem Setelah software „Suluh Tani‟ selesai dirancang bangun, langkah selanjutnya adalah ujicoba atau testing dan implementasi sistem di kelompok tani. Penelitian ini tidak sampai kepada tahap pengujian sistem termasuk uji beda, sebelum maupun setelah penerapan software.
Software yang dirancang bangun difungsikan
sebagai pengganti sebagian peran penyuluh pertanian, dimana para penyuluh tidak setiap saat bisa dimintai konsultasi oleh para petani.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Tahap I : Survei ruang lingkup dan kelayakan proyek Pada tahap ini dilakukan survei terhadap kelompok tani
di Desa Pakunden
Kecamatan Banyumas. Kemudian dianalisis kelayakan proyek terhadap masing-masing kelompok tani. Berdasarkan data awal yang diperoleh oleh tenaga pencacah, didaptkan hasil analisis kelayakan sebagai berikut : (1) Kelompok tani ‟Suluh Tani‟ wilayah kerja Desa Pakunden beranggotakan 15 orang petani yang berdomisili tetap di Desa Pakunden. Namun dari 15 orang petani, yang aktif hanya 9 orang petani saja; (2) Penyuluhan pertanian saat ini dilakukan secara insidental dari BIPP Kabupaten Banyumas melalui BPP Kecamatan Banyumas dan tidak terjadwal; (3) Kegiatan dilakukan di Balai Desa Pakunden.Kantor Kepala Desa Pakunden jadi satu komplek dengan Balai Desa Pakunden, dan hanya memiliki 1 unit komputer untuk Himsya-Tech, Vol. 6, No. 1 Januari 2010 – ISSN 1907-2074 33
administrasi Pentium 4, 2 buah mesin ketik dan 1 buah printer; (4) Hampir 100% dari anggota kelompok tani „Suluh Tani‟ tidak memiliki pengetahuan dasar tentang komputer. Sebagai informasi : Kepala Desa Pekunden Bapak Sugiyanto, Kelompok Tani „Suluh Tani‟ dengan ketua : Bapak H. Achmadi, alamat Jl. Jaya Sirayu RT. 01 RW 02 Pakunden Kecamatan Banyumas Kabupaten Banyumas.
b. Tahap II : Analisis sistem yang ada Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, maka perangkat keras komputer yang ada sudah cukup mendukung untuk kegiatan penelitian dan implementasi Rancang Bangun Software "Suluh Tani" sebagai Pengganti Petugas Penyuluh Pertanian dalam Upaya Peningkatkan Produktivitas Pertanian. Yang menjadi masalah adalah kemampuan dasar komputer dari keseluruhan anggota kelompok tani. Perlu pengenalan dasar baik dari sisi hardware maupun software serta operating systems. Hal ini sangat mutlak dilakukan karena indicator keberhasilan penelitian ini salah satunya adalah kemampuan anggota kelompok tani dalam mengoperasikan software yang difungsikan sebagai pengganti petugas penyuluh pertanian.
Untuk hardware
komputer yang saat ini tersedia di kantor kepala desa, peneliti menyarankan kepada pihak pengelola dalam hal penambahan perangkat Lan Card. Untuk sementara 1 unit komputer dianggap cukup, untuk kemudian akan disarankan untuk penambahan 1 unit komputer lagi.
c. Tahap III : Pendefinisian kebutuhan user Untuk mendukung penelitian Rancang Bangun Software "Suluh Tani"
sebagai
Pengganti Petugas Penyuluh Pertanian dalam Upaya Peningkatkan Produktivitas Pertanian maka diperlukan pengadaan perangkat keras meliputi : (1) switch hub sebanyak 1 buah (8 port); (2) Kabel UTP
sebanyak 0.5 Roll; (3) Konektor RJ45
sebanyak 10 buah.
d. Tahap IV : Memilih solusi yang layak Pada tahap ini dilakukan pemilihan dari berbagai alternative software yang akan digunakan dan topologi jaringan yang memungkinkan : dalam penelitian ini dipilih/digunakan softare Microsoft Visual Foxpro dengan Operating Systems 34 Rindra Yusianto – Rancang Bangun Software “Suluh Tani”
Windows XP dan topologi jaringan star. Dimana rancangan sentral dipilih komputer yang berada di kantor kepala desa kemudian dikoneksikan dengan switch hub. Switch hub (8 port) diletakkan di posisi bagian tengah antara kantor kelurahan desa dengan balai desa. Dimana di balai desa inilah kelompok tani akan lebih banyak memanfaatkan software ini. Infrastruktur ini dipilih dengan alasan penghematan kabel dan mempertahankan koneksi. e. Tahap V : Perancangan dan Pembangunan Sistem Berikut ini rancangan dan pembangunan sistem berdasarkan hasil survei dan kelayakan proyek, analisis sistem yang ada, pendefinisian kebutuhan user dan pemilihan solusi yang layak. Struktur menu terdiri dari on farm sebagai berikut : -
Biofisik
-
Sosio Ekonomi
-
Hama
-
Pupuk
-
Pestisida
-
Budidaya
-
Varietas
-
Benih
-
Jarak Tanam
-
Pendapatan
Adapun rancangan tampilannya adalah sebagai berikut :
Gambar 4. Tampilan menu on farm Sumber : Data yang diolah, 2010 Himsya-Tech, Vol. 6, No. 1 Januari 2010 – ISSN 1907-2074
35
Struktur menu terdiri dari off farm sebagai berikut : - Komoditas - Pengolahan - Pengemasan - Pemasaran - Permodalan Adapun rancangan tampilannya adalah sebagai berikut :
Gambar 5. Tampilan menu off farm Sumber : Data yang diolah, 2010 Setiap komponen pada on farm dan off farm dibreak down sesuai dengan kebutuhan penyuluhan bagi petani. Sistem ini pada dasarnya adalah mengadobsi Frequency Ask Questions (FAQ) yang dikombinasikan dengan konsep dasar sistem pakar. Sebagai contoh komponen budidaya dibreak down sebagai berikut
Gambar 6. Komponen Budidaya 36
Sumber : Data yang diolah, 2010 Rindra Yusianto – Rancang Bangun Software “Suluh Tani”
Apabila ada permasalahan atau pertanyaan, secara prinsip para petani cukup mengisikan keyfield. Kemudian sistem akan menampilkan informasi berkaitan dengan isian pada keyfield, disertai penjelasan penyelesaian permasalahan secara detail dan gambar. Sistem ini juga sudah dirancang support untuk di send dalam format SMS. Dengan penambahan alat SMS gateway yang mampu me-load format delimited text. Hal ini disebabkan konversi informasi dari dbf file ke delimited text.
Gambar 7. Proses pencarian informasi Sumber : Data yang diolah, 2010
Software ini juga sudah dirancang untuk mampu menampilkan video (media player) aktifitas berkenaan dengan penyuluhan. Pada penelitian ini, tahap ini merupakan fase rekomendasi bagi penelitian selanjutnya.
Gambar 8. Media untuk menampilkan video Sumber : Data yang diolah, 2010 Himsya-Tech, Vol. 6, No. 1 Januari 2010 – ISSN 1907-2074
37
KESIMPULAN Tantangan terhadap penyuluhan pertanian di masa depan semakin kompleks. Dewasa ini penyuluh bukan hanya dituntut untuk menguasai kemampuan teknis budidaya saja, penyuluh juga harus menguasai aspek marketing komoditas, manajemen usaha maupun pembiayaaan usaha. Sehingga kemampuan dan kompetensi penyuluh pertanian juga harus ditingkatkan. Selain itu, rasio antara jumlah penyuluh pertanian dengan jumlah kelompok tani di adalah 5,06%. Rasio yang masih sangat tidak ideal, dimana setidaknya 1 orang penyuluh harus mendapingi 20 kelompok tani. Padahal kelompok tani pemula sebanyak dan petani lanjut jumlahnya paling banyak. Kelompok petani inilah yang paling memerlukan pendampingan intensif. Oleh sebab itu hasil rancang bangun software aplikasi berbasis komputer „suluh tani‟ dapat digunakan sebagai alternatif pengganti petugas penyuluh pertanian dalam upaya peningkatkan produktivitas pertanian, yang memiliki mindset pengembangan pertanian sebagai satu sistem. Bukan hanya teknis budidaya (on farm) tetapi juga subsistem off farm baik hulu maupun hilir. Dimana sebagian peran penyuluh pertanian dapat digantikan oleh software aplikasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Departemen Pertanian. 2010. Profil BIPP Banyumas. http://www.deptan.go.id/pesantren/bipp/banyumas/profilbanyumas.htm [Available Mar 15, 2010] Nafisah, Syifaun. Effendy, Nazrul. 2009. Implementasi Teknologi Informasi dalam Bidang Farmakologi dan Terapi sebagai Pendukung Pengambilan Keputusan Berbasis Web. JURNAL INFORMATIKA. 3 : No. 2. 1 – 5. Redono, Cucuk. 2006. Beberapa Faktor yang Berpengaruh terhadap Progresivitas Kelompok Tani Lahan Pantai di Kabupaten Kulon Progo. JURNAL ILMUIMU PERTANIAN. 2 : No. 1. 6-17. Turban, E. 1995. Decision Support and Expert System; Management Support System. Prentice-Hall. New York. Warta
Daerah. 2010. Penyuluh Pertanian Diminta Turun Ke Sawah. http://www.jatengprov.go.id/?document_srl=2567 [Available Mar 1, 2010]
Wastutiningsih, Sri Peni. 2010. Handout Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Dasar-Dasar
Penyuluhan
Pertanian.
Wijaya, Rahmadi. 2009. Pengembangan Portal Informasi untuk Spesifikasi Jenis Penyakit Infeksi. JURNAL INFORMATIKA. 3 : No. 1. 63 – 88. 38
Rindra Yusianto – Rancang Bangun Software “Suluh Tani”