Rancang Bangun Sistem Informasi Geografis Ijin Gangguan di Kota Palembang Berbasis Web dengan Menggunakan Algoritma Dijkstra Alimin (
[email protected]), Riko Fransisco (
[email protected]) Inayatullah (
[email protected]) Jurusan Teknik Informatika STMIK GI MDP Abstrak : Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu (KPPT) Kota Palembang merupakan instansi pemerintah yang mempunyai tugas pokok melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan administrasi di bidang perijinan secara terpadu. Salah satu perijinan yang dilayani adalah ijin gangguan. Tujuan pembuatan aplikasi ini yaitu membantu pengawasan tempat usaha di Kota Palembang yang akan atau habis masa berlaku ijin gangguannya berdasarkan warna mark dan menentukan rute terdekat menuju lokasi ijin gangguan menggunkakan Google Maps dengan proses pencarian menggunakan algoritma Dijkstra. Algoritma Dijkstra adalah sebuah algoritma untuk memecahkan permasalahan jalur terpendek (shortest path problem) pada sebuah graf berarah (directed graf) atau graf tidak berarah (undirected graf) dengan bobot-bobot sisi (edge weights) yang bernilai tidak negatif. Bila node dari sebuah graf melambangkan tempat usaha dan bobot sisi (edge weights) melambangkan jalan antara KPPT dan tempat usaha tersebut, maka algoritma Dijkstra dapat digunakan untuk menemukan jalur terpendek antara keduanya. Kata Kunci : Algoritma Dijkstra, Ijin Gangguan, KPPT, Kota Palembang
Abstract : Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu (KPPT) Palembang is a government agency that has the principal task of coordinating and organizing administrative services in the field of integrated licensing. One served license is permission disorder. The purpose of making this application that helps control a place of business in the city of Palembang will or expired permit interference by the color mark and determine the shortest route to the location permit menggunkakan interference with the process of searching Google Maps using Dijkstra's algorithm. Dijkstra's algorithm is an algorithm for solving the shortest path problem on a directed graph or undirected graph with edge weights are not worth the negative. When the nodes of a graph represents the place of business and edge weights symbolizes the path between KPPT and place of business, then Dijkstra's algorithm can be used to find the shortest path between the two. Keywords: Dijkstra's algorithm, Disturbance Permit, KPPT, City of Palembang
Hal - 1
1. PENDAHULUAN Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu (KPPT) Kota Palembang yang resmi beroperasi pada tanggal 15 Juli 2010 merupakan unsur pendukung tugas Walikota di bidang pelayanan perijinan, berdasarkan kewenangan yang dimiliki Pemerintah Kota sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Dipimpin oleh Kepala Kantor yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu mempunyai tugas pokok melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan administrasi di bidang perijinan secara terpadu, dengan prinsip koordinasi integrasi, sinkronisasi, simplifikasi dan keamanan. Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu (KPPT) Kota Palembang meliputi 32 (tiga puluh dua) jenis pelayanan perijinan dan non perijinan, salah satunya adalah ijin gangguan. Banyaknya penggunaan tempat usaha di Kota Palembang saat ini dapat dilihat dari jumlah ijin gangguan yang telah diterbitkan yaitu Juli-Desember 2010 sebanyak 2.432, tahun 2011 sebanyak 8.077, tahun 2012 sebanyak 8.009. Dari data perijinan tersebut dapat disimpulkan bahwa ijin gangguan adalah salah satu perijinan yang banyak diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Perijinan Kota Palembang. Dengan banyaknya wajib retribusi yang menggunakan lokasi sebagai tempat usaha, maka banyak pula permasalahan yang timbul, masalah ini tentunya suatu hal yang harus dihadapi oleh pihak Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu, contohnya tempat usaha yang belum memiliki ijin gangguan, tempat usaha yang tetap beoperasi padahal masa berlaku ijinnya telah berakhir dan tempat usaha yang
membayar retribusi tidak sesuai dengan ketentuannya. Berdasarkan uraian di atas maka diperlukan suatu rancang bangun sistem informasi geografis (SIG) dalam bentuk aplikasi berbasis web. Maka dari itu kami mengambil judul “Rancang Bangun Sistem Informasi Geografis (SIG) Ijin Gangguan di Kota Palembang Berbasis Web dengan Menggunakan Algoritma Dijkstra”. Dari judul tersebut diharapkan dapat memberikan informasi tentang ijin gangguan di Kota Palembang. 2. LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis (SIG) Pada dasarnya, istilah sistem informasi geografis merupakan gabungan dari tiga unsur pokok : sistem, informasi, dan geografis. Dengan demikian, pengertian terhadap ketiga unsur-unsur pokok ini akan sangat membantu dalam memahami terhadap SIG. Dengan melihat unsur-unsur pokoknya, maka jelas SIG merupakan salah satu sistem informasi, seperti yang telah dibahas di muka, dengan tambahan unsur “Geografis”. SIG merupakan suatu sistem yang menekankan pada unsur “informasi geografis”. Geographic Information System (GIS) Sesungguhnya merupakan salah satu jenis DSS, itulah sebabnya sering kali GIS disebut sebagai Spatial Decision Support System / SDSS (Martin, 2002) dalam buku Abdul Kadir (2003 h.134). Hal ini bertujuan untuk menangkap, menyimpan, mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi, dan mendisplay data dengan peta. 2.2 Google Maps Google Maps adalah sebuah jasa peta globe virtual gratis dan online disediakan oleh Google. Google Maps
Hal - 2
adalah suatu peta dunia yang dapat kita gunakan untuk melihat suatu daerah (Yusro, 2013). Ia menawarkan peta yang dapat diseret dan gambar satelit untuk seluruh dunia dan baru-baru ini, bulan, dan juga menawarkan perencana rute dan pencari letak bisnis di U.S., Kanada, Jepang, Hong Kong, Cina, UK, Irlandia (hanya pusat kota) dan beberapa bagian Eropa. Google Maps masih berada dalam tahap beta. 2.3 Metodologi Pengembangan Sistem Metodologi yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah metodologi RUP (Rational Unified Process). RUP menggunakan konsep object oriented, dengan aktifitas yang berfokus pada pengembangan model dengan menggunakan Unified Model Languange (UML). 1. Pengertian Rational Unified Process (RUP) RUP adalah pendekatan pengembangan perangkat lunak yang dilakukan berulang-ulang (iterative), focus pada arsitektur (architecture- centric), lebih diarahkan berdasarkan penggunaan kasus (use case driven). RUP merupakan proses rekayasa perangkat lunak dengan pendefinisian yang baik (well defined). RUP menyediakan pendefinisian struktur yang baik untuk alur hidup proyek perangkat lunak. RUP adalah sebuah produk proses perangkat lunak yang dikembangkan oleh Rational Software yang diakuisisi oleh IBM di bulan Februari 2003 (Rosa A.S dan M. Salahuddin, 2011). 2. Tahapan atau Fase RUP RUP memiliki empat buah tahap atau fase yang dapat dilakukan secara
iterative. Berikut penjelasan untuk setiap fase pada RUP : a. Permulaan (Inception) Tahap ini lebih pada memodelkan proses bisnis yang dibutuhkan (business modeling) dan mendefinisikan kebutuhan akan system yang akan dibuat (requirements). Berikut adalah tahap yang dibutuhkan pada tahap ini : 1. Memahami ruang lingkup dari proyek (termasuk pada waktu,kebutuhan biaya, resiko dan lain sebagainya). 2. Membangun kasus bisnis yang dibutuhkan. Hasil yang diharapkan dari tahap ini adalah memenuhi Lifecycle Objective Milestone (batas atau tonggak objektif dari siklus) dengan criteria berikut : 1. Umpan balik dari pendefinisian ruang lingkup , perkiraan biaya, dan perkiraan jadwal. 2. Kebutuhan dimengerti dengan pasti (dapat dibuktikan) dan sejalan dengan kasus primer yang dibutuhkan. 3. Kredibilitas dari perkiraan biaya, perkiraan jadwal, penentuan skala prioritas, risiko, dan proses pengembangan. 4. Ruang lingkup purwarupa (prototype) yang akan dikembangkan. 5. Membangun garis dasar dengan membandingkan perencanaan aktual dengan perencanaan yang direncanakan. Jika pada akhir tahap ini target yang diinginkan tidak dicapai maka dapat dibatalkan atau diulang kembali setelah dirancang ulang agar criteria yang diiginkan dapat dicapai. Batas/tonggak objektif digunakan untuk mendeteksi apakah sebuah kebutuhan akan system dapat diimplementasikan atau tidak.
Hal - 3
b. Perencanaan (Elaboration)
c. Konstruksi (Construction)
Tahap ini lebih difokuskan pada perencanaan arsitektur sistem. Tahap ini juga dapat mendeteksi apakah aristektur sistem yang diinginkan dapat dibuat atau tidak. Mendeteksi resiko yang mungkin terjadi dari arsitektur yang dibuat. Tahap ini lebih pada analisis dan desain sistem serta implementasi sistem yang focus pada purwarupa sistem (prototype).
Tahap ini focus pada pengembangan komponen dan fitur-fitur sistem. Tahap ini lebih pada implemntasi dan pengujian sistem yang focus pada implementasi perangkat lunak pada kode program. Tahap ini menghasilkan produk perangkat lunak dimana menjadi syarat dari Initial Operational Capability Milestone atau batas/tonggak kemampuan operasional awal.
Hasil yang diharapkan dari tahap ini adalah memenuhi Lifecycle Architecture Milestone (batas/tonggak arsitektur dari siklus) dengan kriteria berikut: 1. Model kasus yang digunakan (use case) dimana kasus dan aktor yang terlibat telah diidentifikasi dan sebagian besar kasus harus dikembangkan. Model use case harus 80 persen lengkap dibuat. 2. Deskripsi dari arsitektur perangkat lunak dari proses pengembangan sistem perangkat lunak telah dibuat. 3. Rancangan aristektur yang diimplementasikan mengimplementasikan use case.
dapat dan
4. Kasus bisnis atau proses bisnis dan daftar risiko yang sudah mengalami perbaikan (revisi)telah dibuat. 5. Recana pengembangan untuk seluruh proyek telah dibuat. 6. Purwarupa (prototype) yang dapat didemonstrasikan untuk mengurangi setiap resiko teknis yang diidentifikasi. Jika pada akhir tahap ini taget yang diinginkan tidak dicapai maka dapat dibatalkan atau diulang kembali. Batas/tonggak arsitektur digunakan untuk mendeteksi apakah sebuah kebutuhan akan sistem dapat diimplementasikan atau tidak melalui pembuatan arsitektur.
d. Transisi (Transition) Tahap ini lebih pada deployment atau instalasi sistem agar dapat dimengerti oleh user. Tahap ini mengasilkan produk perangkat lunak dimana menjadi syarat dari Initial Operational Capability Milestone atau batas/tonggak kemampuan operasional awal. Aktifitas pada tahap ini termasuk pada pelatihan user, pemeliharaan dan pengujian sistem apakah sudah memenuhi harapan user. Produk perangkat lunak juga disesuaikan dengan kebutuhan yang didefinisikan pada tahap inception. Jika semua criteria objektif terpenuhi maka dianggap sudah memenuhi Produck Release Milestone (batas/tonggak peluncuran produk) dan pengembangan perangkat lunak selesai dilakukan. Akhir dari keempat fase ini adalah produk perangkat lunak yang sudah lengkap. Keempat fase pada RUP dijalankan secara berurutan dan iterative di mana setiap iterasi dapat digunakan untuk memperbaiki iterasi berikutnya
Hal - 4
2.4 Algoritma Dijkstra 1. Sejarah Algoritma Dijkstra Algoritma Dijkstra ditemukan oleh seorang ilmuwan asal Belanda, Edger Wybe Dijkstra. Algoritma ini digunakan untuk mencari lintasan terpendek pada graf berarah, tetapi algoritma ini juga bisa diterapkan pada graf tak berarah. Algoritma Dijkstra adalah sebuah algoritma untuk memecahkan permasalahan jalur terpendek (shortest path problem) pada sebuah graf (directed graf) atau graf tidak berarah (undirected graf) dengan bobot-bobot sisi (edge weights) yang bernilai tidak negatif (Rinaldi Munir, 2010). Bila node dari sebuah graf melambangkan kota-kota dan bobot sisi (edge weights) melambangkan jalur antara kota-kota tersebut, makan algoritma Dijkstra dapat digunakan untuk menemukan jalur antara dua kota. Dalam menentukan jalur terpendek dari suatu graf oleh algoritma dijkstra akan didapatkan jalur yang terbaik karena pada waktu penentuan jalur yang akan dipilih, akan dianalisis bobot dari node yang belum terpilih, lalu dipilih node dengan bobot yang terkecil.Jika ternyata ada bobot yang lebih kecil melalui node tertentu maka bobot akan dapat berubah. Algoritma dijkstra akan berhenti ketika semua node sudah terpilih. Sehingga akan ditentukan jalur terpendek dari seluruh node, tidak hanya untuk node dari asal dan node tujuan tertentu saja. 2. Cara Kerja Algoritma Dijkstra Algoritma ini mencari panjang lintasan terpendek dari node asal ke node tujuan dalam sebuah graf. Langkah-langkah dalam menentukan lintasan terpendek pada algoritma Dijkstra yaitu :
1. Pada awalnya inisialisasikan node asal (VI) dan node tujuan (VI). 2. Buat 2 buah list, open list dan closed list. Keduanya tidak ada data atau kosong dan formatnya {node, bobot, node induk}. 3. Masukkan VI ke open list. 4. Pilih I node dengan bobot terkecil pada open list, tambahkan kedalam closed list. 5. Cari node yang bertetangga langsung dari node sebelumnya, yang masuk terakhir dalam closed list. Tambahkan bobot dengan node yang terkait, apabila sudah ada dalam closed list abaikan. 6. Apabila dalam open list terdapat node yang sudah ada bandingkan, lalu cari yang terkecil, dan perbaharui. Bila ternyata jumlah bobotnya sama dalam node yang sama, maka abaikan. 7. Apakah data dalam open list kosong ? jika belum ulagi langkah 4. 8. Dalam closed list cari V2, telusuri jalur berdasarkan node induk sampai mengacu ke node asal (VI), dan balikkan urutan node. 9. Lintasan terpendek ditemukan bersama bobotnya. Algoritma dijkstra digunakan untuk pencarian jalur terpendek sari suatu graf, sehingga akan didapatkan jalur yang akan ditempuh. 3. ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Masalah Berdasarkan observasi dan interview dengan pihak Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu (KPPT) kota Palembang, didapatkan kesimpulan permasalahan dalam sistem informasi pelayanan perijinan yaitu tentang pengawasan terhadap ijin gangguan yang telah ditetapkan oleh Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu
Hal - 5
(KPPT) kota Palembang. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan maka perlu dibangunnya sistem informasi geografis untuk memaksimalkan pelayanan ijin gangguan di kota Palembang. Pada sub bab ini akan dilakukan identifikasi masalah yaitu tempat-tempat usaha mana saja yang masa berlakunya akan habis atau sudah habis. Palembang memiliki berbagai macam jenis pelayanan perijinan salah satunya ijin gangguan yang sudah cukup tertata dengan baik. Tetapi masih banyak tempat-tempat usaha yang ijin gangguan sudah habis masa berlakunya. Berdasarkan uraian di atas maka diperlukan suatu rancang bangun sistem informasi geografis (SIG) dalam bentuk aplikasi berbasis web. Maka dari itu kami mengambil judul “Rancang Bangun Sistem Informasi Geografis (SIG) Ijin Gangguan di Kota Palembang Berbasis Web dengan Menggunakan Algoritma Dijkstra”. Dari judul tersebut diharapkan dapat memberikan informasi tentang ijin gangguan di Kota Palembang. Sistem bersifat terbuka, sehingga masyarakat dapat mengakses informasi secara bebas. Terdapat administrator sebagai pengatur pemberian layanan informasi, yaitu bertugas menambah, mengubah, dan menghapus data ijin gangguan. Untuk membuat sistem informasi geografis di Palembang diperlukan terlebih dahulu informasi-informasi terlengkap yang berkaitan dengan ijin gangguan yang terdapat di kota Palembang.
penulis menggunakan permodelan use case.
Gambar 1 : Diagram Model Use Case 4. IMPLEMENTASI DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Implementasi Antarmuka Berikut ini adalah implementasi antarmuka aplikasi Sistem Informasi Geografis Ijin Gangguan Kota Palembang yang akan dibuat. 1. Halaman Utama User Halaman utama user adalah halaman yang akan ditampilkan pertama kali ketika user mengakses sistem. Antarmuka halaman utama user Sistem Informasi Geografis Ijin Gangguan Kota Palembang.
3.2 Analisis Kebutuhan Tahap analisis kebutuhan bertujuan untuk mendefinisikan kebutuhan dari sistem yang dikembangkan. Dalam menganalisis kebutuhan sistem yang akan dikembangkan, maka dalam penelitian ini Gambar 2 : Halaman Utama Web
Hal - 6
2. Tampilan Informasi Ijin Gangguan
menentukan rute menuju gangguan Kota Palembang.
lokasi
ijin
Informasi ijin gangguan adalah halaman yang akan ditampilkan ketika pengguna mengakses fitur map. Antarmuka halaman informasi Sistem Informasi Geografis Ijin Gangguan Kota Palembang.
Gambar 5 : Tampilan Pencarian Rute Lokasi Ijin Gangguan 5. Tampilan Keterangan Gambar 3 : Tampilan Informasi Ijin Gangguan
Keterangan adalah halaman yang akan ditampilkan ketika pengguna mengakses fitur map.
3. Tampilan Pencarian Database Ijin Gangguan Pencarian Database ijin gangguan adalah halaman yang akan ditampilkan ketika pengguna mengakses fitur map. Antarmuka halaman pencarian database berdasarkan nama usaha atau nama pimpinan pada Sistem Informasi Geografis Ijin Gangguan Kota Palembang.
Gambar 6 : Tampilan Keterangan 6. Halaman Login Admin Berikut adalah tampilan screenshot ketika admin memasukkan username dan password di halaman login untuk dapat masuk ke halaman tambah, ubah, dan hapus data.
Gambar 4 : Tampilan Pencarian Database Ijin Gangguan 4. Tampilan Pencarian Rute Informasi yang akan ditampilkan ketika user mengakses fitur map, antarmuka halaman informasi untuk
Gambar 7 : Halaman Login Admin
Hal - 7
7. Halaman Utama Admin
10. Halaman Ubah Data Ijin Gangguan
Halaman utama admin adalah halaman yang akan ditampilkan pertama kali ketika admin mengakes sistem setelah melakukan login. Antarmuka halaman utama admin Sistem Informasi Geografis Ijin Gangguan KPPT Kota Palembang.
Gambar 8 : Halaman Utama Admin Gambar 11 : Halaman Ubah Data Ijin Gangguan
8. Halaman Tambah Data Ijin Gangguan
5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Gambar 9 : Halaman Tambah Data Ijin Gangguan 9. Konfirmasi Gangguan
Hapus
Data
Dari hasil penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa telah dihasilkan suatu Sistem Informasi Geografis Berbasis Web untuk Ijin Gangguan di Kota Palembang yang dapat membantu Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Palembang untuk menginformasikan masa berlaku ijin gangguan kepada wajib retribusi secara efektif dan efisien melalui visualisasi warna pada mark yang terlihat pada tampilan Google Map.
Ijin
Gambar 10 : Konfirmasi Hapus Data Ijin Gangguan
5.2. Saran Saran yang dapat diberikan untuk pengembangan sistem ini selanjutnya adalah sebagai berikut : 1. Untuk pengenbangan aplikasi ini sebaiknya menggunakan Google Maps API versi terbaru.
Hal - 8
2. Aplikasi ini dapat dikembangkan menjadi lebih animatif dengan menambahkan flash agar dapat lebih menarik. 3. Untuk pengembangan selanjutnya akan sangat baik jika seluruh ijin dan non ijin yang ada di KPPT Kota Palembang ditampilkan dalam aplikasi ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Eddy Prahasta 2006, Membangun Aplikasi Web-bases GIS dengan MapServer, Informatika, Bandung.
non Perijinan kepada Kepala Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Palembang, Pemkot Palembang. [7] Pemkot Palembang 2010, Peraturan Walikota Palembang No.31 tahun 2010 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Palembang, Pemkot Palembang.
Data,
[8] Pemkot Palembang 2010, Peraturan Walikota Palembang No.32 tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Palembang, Pemkot Palembang.
[3] Kadir Abdul 2002, Pengenalan Sistem Informasi, Andi, Yogyakarta.
[9] Peranginangin, Kasiman 2006, Aplikasi WEB dengan PHP dan MySQL, Andi, Yogyakarta.
[2] Fathansyah 2004, Basis Informatika, Bandung.
[4] Nugroho,Bunafit 2004, Aplikasi Pemrograman Web Dinamis dengan PHP dan MySQL (Studi Kasus, Membuat Sistem Informasi Pengolahan Data Buku), Gava Media, Yogyakarta. [5] Pemkot Palembang 2011, Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Pembinaan dan Retribusi Ijin Gangguan, Pemkot Palembang. [6] Pemkot Palembang 2010, Peraturan Walikota Palembang No.30 tahun 2010 tentang Pelimpahan sebagian Kewenangan di Bidang Perijinan dan
[10] Riyanto, Prilnali Eka Putra, Hendi Indelarko 2009, Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Berbasis Desktop dan Web, Gava Media, Yogyakarta. [11] Riyanto 2010, Sistem Informasi Geografis Berbasis Mobile, Gava Media, Yogyakarta. [12] Rosa A.S, Shalahuddin, M, 2010, Rekayasa Perangkat Lunak (Terstruktur dan Berorientasi Objek), Modula, Bandung. [13] Sutanta, Edhy 2004, Sistem Basis Data, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Hal - 9