RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI AGROINDUSTRI BELIMBING DEWA PEMERINTAH DAERAH KOTA DEPOK
SKRIPSI
F. RACHMAT KAUTSAR F34050476
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
The Design of Belimbing Dewa Agroindustry Information System at The Government of Municipality of Depok Sukardi and F. Rachmat Kautsar Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia. Phone 62 251 8621974, email:
[email protected]
ABSTRACT This research's objective was to build information system of belimbing dewa agroindustry in Depok through system approach method. The system was implemented in a form of website, using MySQL as the database management system, combined with PHP as its programming language. This website provides five information packages, including cultivating, marketing, industrial, post-harvest process engineering and scientific publications information. This so called belimbing dewa agroindustry information system can be accessed through site http://www.belimbing-depok.net Keywords: Averrhoa carambola, information system, agriculture, agroindustry
F. RACHMAT KAUTSAR. F34050476. Rancang Bangun Sistem Informasi Agroindustri Belimbing Dewa Pemerintah Daerah Kota Depok. Di bawah bimbingan Sukardi. 2011
RINGKASAN
Belimbing dewa (Averrhoa carambola) merupakan komoditas agroindustri yang sedang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kota Depok. Kegiatan pengembangan agroindustri belimbing dewa ini telah berjalan sejak tahun 2006 di Kota Depok, kemudian pada tahun 2009 belimbing dewa dicanangkan menjadi ikon resmi Kota Depok. Kegiatan pengembangan pun dilakukan dengan didirikannya pusat pemasaran buah dan olahan belimbing dewa dan ditetapkannya Kelurahan Pasir Putih, di Kecamatan Sawangan, Kota Depok sebagai kawasan Primatani Agrowisata Belimbing. Namun, hingga saat ini belum ada pusat informasi yang mudah untuk diakses oleh masyarakat umum serta pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pengembangan agroindustri belimbing dewa depok tersebut. Sistem Informasi Agroindustri Belimbing Dewa Depok (Sisagribingwa) merupakan sistem informasi yang dibangun berbasis web. Sisagribingwa dibangun untuk menyediakan informasi yang terpadu terkait pengembangan agroindustri belimbing dewa depok kepada seluruh pemegang kepentingan, seperti investor, petani dan kelompok tani, pemerintah, akademisi, serta masyarakat luas. Informasi yang tercakup di dalam Sisagribingwa meliputi informasi agronomi yang terdiri dari informasi tatacara budidaya, hama dan penyakit, syarat tumbuh, hasil produk buah, dan kelompok tani; informasi pemasaran yang terdiri dari informasi harga, distribusi, serta tingkat permintaan dan produksi; informasi industri yang teridir dari industri pengolahan dan produk olahan; informasi rekayasa proses yang terdiri dari pohon industri dan diagram alir proses; serta referensi ilmiah. Sistem informasi ini diharapkan dapat menjadi sarana promosi dan sosialisasi bagi Pemerintah Daerah Kota Depok dalam mengembangkan agroindustri belimbing dewa, serta dapat memenuhi kebutuhan informasi bagi para calon investor maupun masyarakat umum, sedangkan bagi akademisi, diharapkan sistem informasi dapat menjadi sumber rujukan bagi pengembangan riset terkait belimbing dewa di Kota Depok. Rancang bangun sistem dilakukan dengan metodologi pendekatan sistem yang mencakup analisis sistem, permodelan sistem, rancang bangun sistem, implementasi sistem, serta operasi sistem. Pada tahap perancangan sistem, diagram alir data digunakan untuk merancang aliran informasi pada system, sedangkan untuk merancang model basis data digunakan diagram hubungan entitas. Pada tahap implementasi, sistem ini dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dengan bantuan perangkat lunak Adobe Dreamweaver CS3. Untuk sistem manajemen basis data, Sisagribingwa menggunakan Sistem Manajemen Basis Data Relasional MySQL. Sisagribingwa dapat berjalan dengan baik pada perangkat lunak berbasis Windows maupun Linux dengan menggunakan web browser Mozilla Firefox 3, Internet Explorer 7, dan Safari 4. Sisagribingwa telah dapat diakses dengan alamat URL http://www.belimbing-depok.net.
RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI AGROINDUSTRI BELIMBING DEWA PEMERINTAH DAERAH KOTA DEPOK
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Oleh :
F. RACHMAT KAUTSAR F34050476
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Skripsi
:
Nama NIM
: :
Rancang Bangun Sistem Informasi Pemerintah Daerah Kota Depok F. Rachmat Kautsar F34050476
Agroindustri
Menyetujui, Pembimbing,
(Dr. Ir. Sukardi, MM) NIP. 19620328.198609.1.001
Mengetahui : Ketua Departemen,
(Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti) NIP 19621009 198903.2.001
Tanggal lulus:
Belimbing
Dewa
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Rancang Bangun Sistem Informasi Agroindustri Belimbing Dewa Pemerintah Daerah Kota Depok adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2011 Yang membuat pernyataan
F. Rachmat Kautsar F34050476
BIODATA PENULIS F. Rachmat Kautsar lahir di Depok, Jawa Barat pada 15 Juni 1987. Penulis merupakan putra ketiga dari 4 bersaudara pasangan bapak Budi Damianto dan ibu Naning Triwati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasarnya di SDN Beji Timur II Depok (1993-1999) yang kemudian dilanjutkan menempuh pendidikan di SMP Negeri II Depok (1999-2002) dan SMA Negeri 1 Depok (2002-2005). Setelah menyelesaikan pendidikannya di SMA Negeri 1 Depok, penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Mayor Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama masa kuliah, penulis pernah menjadi pengurus di beberapa Lembaga Kemahasiswaan, antara lain Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian. Prestasi yang pernah diraih oleh penulis selama masa kuliah antara lain, Finalis Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKM-T) pada PIMNAS IX di Universitas Muhammadiyah Malang (2006) dan peraih beasiswa mahasiswa berprestasi Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Strategis (PPSDMS) Nurul Fikri (2006-2008). Penulis melaksanakan praktek lapang pada tahun 2009 dengan judul Mempelajari Aspek Manajemen Produksi di PT. ISM Bogasari, Jakarta.
KATA PENGANTAR Puji syukur yang tiada terkira penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT , Rabb seluruh alam dan Sang Penggenggam Ilmu Pengetahuan atas karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menuntut ilmu di Mayor Teknologi Industri pertanian dan meyelesaikan skripsi dengan judul Rancang Bangun Sistem Informasi Agroindustri Belimbing Dewa Pemerintah Daerah Kotamadya Depok yang telah dilaksanakan di Kota Depok. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Ir. Sukardi, MM. sebagai dosen pembimbing atas segala bimbingan, nasehat, dan arahan yang telah diberikan kepada penulis. 2. Ayahanda dan Ibunda penulis, yang senantiasa mengiringkan doa-doa dimalam hari dan selepas shalatnya bagi penulis, dan atas kesabaran dan ketabahannya memeberikan dukungan selama penulis menempuh pendidikan. 3. Dr. Taufik Djatna dan Dr. Ono Suparno selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan sehingga skripsi ini dapat lebih baik. 4. Ibu Hermin, Ibu Eti dan Bapak Abdurrahman dari Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok, serta Bapak Andi Suhandi, Bang Ardiansyah, dan Bang Jayadin dari Pusat Koperasi Pemasaran Buah dan Olahan Belimbing Dewa Kota Depok yang telah memberikan bantuan dan informasi bagi penulis dalam merancang bangun sistem informasi belimbing dewa. 5. Unit Penelitian dan Pengembangan Masyarakat Politeknik Negeri Jakarta yang telah memberikan dukungan bagi pengembangan sistem informasi belimbing dewa yang penulis bangun. 6. Rekan-rekan PPSDMS NF regional V Bogor atas keakraban yang telah terbangun di bawah atap yang sama selama dua tahun, serta atas impian untuk terus dapat memberi bagi tanah Indonesia yang tercinta ini. 7. Rekan-rekan sesama “pengembang sistem” di TIN, Mas Saifuddin, Vrika Nurrahman, Budi Vermanto atas kebersamaan dalam jerih payah menyelesaikan tugas akhir. 8. Sahabat-sahabat dan rekan-rekan seperjuangan di BEM FATETA kabinet Totalitas Pengabdian dan Kabinet Integritas Pembaharu. 9. Semua sahabat tercinta di TIN 42 atas kebersamaan selama lebih dari empat tahun menimba dan memupuk bekal ilmu, wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan cita-cita, serta 10. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Tentu saja masih banyak kekurangan yang terdapat di skripsi ini, untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat di skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga penelitian dan skripsi ini bermanfaat serta dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang teknologi industri pertanian di Indonesia. Bogor, Januari 2011
F. Rachmat Kautsar
v
DAFTAR ISI
I.
II.
III.
IV.
V.
Halaman KATA PENGANTAR ........................................................................................................ v DAFTAR ISI ...................................................................................................................... vi DAFTAR TABEL .............................................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... ix PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG .................................................................................................. 1 B. TUJUAN ....................................................................................................................... 2 C. RUANG LINGKUP ...................................................................................................... 2 D. MANFAAT ................................................................................................................... 2 TINJAUAN PUSTAKA A. KOTAMADYA DEPOK .............................................................................................. 3 B. BELIMBING DEWA ................................................................................................... 3 C. PENDEKATAN SISTEM ............................................................................................ 4 D. SISTEM BASIS DATA ................................................................................................ 6 E. HTML ........................................................................................................................... 8 F. PHP ............................................................................................................................... 8 G. PENELITIAN TERDAHULU ...................................................................................... 9 METODOLOGI A. DASAR PEMIKIRAN .................................................................................................. 10 B. PENDEKATAN SISTEM ............................................................................................ 10 C. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN ..................................................................... 12 D. TATA LAKSANA ........................................................................................................ 12 HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS KEBUTUHAN DAN IDENTIFIKASI SISTEM ....................................... 15 B. PERANCANGAN SISTEM ......................................................................................... 17 C. IMPLEMENTASI SISTEM.......................................................................................... 24 D. PENGUJIAN SISTEM ................................................................................................. 32 E. KENDALA DAN KELEMAHAN SISTEM ................................................................ 32 KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ............................................................................................................. 34 B. SARAN ......................................................................................................................... 34 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 35 LAMPIRAN ....................................................................................................................... 39
vi
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Hasil analisis kebutuhan sistem ............................................................................... 15 Tabel 2. Simbol-simbol komponen ERD (Fathansyah 2004) ................................................ 21
vii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.
Halaman Tahap pendekatan sistem menurut Eriyatno (1999) .......................................... 5
Gambar 2.
Ilustrasi sistem manajemen basis data (Fathansyah 2004) ................................. 6
Gambar 3.
Diagram input-output Sistem Informasi Agroindustri Belimbing Dewa Depok 16
Gambar 4.
Arsitektur Sistem Informasi Belimbing Dewa Depok ....................................... 17
Gambar 5.
Diagram Alir Data konteks Sistem Informasi Belimbing Dewa Depok ............ 18
Gambar 6.
Diagram alir data tahap satu Sistem Informasi Belimbing Dewa Depok........... 19
Gambar 7.
Rancangan layout antarmuka pengguna ............................................................ 25
Gambar 8.
Tampilan antarmuka beberapa halaman informasi tatacara budidaya ............... 25
Gambar 9.
Tampilan antarmuka salah satu halaman informasi hama dan penyakit ............ 25
Gambar 10. Tampilan antarmuka halaman informasi syarat tumbuh tanaman belimbing dewa ................................................................................................................... 26 Gambar 11. Tampilan antarmuka halaman informasi grade budidaya .................................. 26 Gambar 12. Tampilan antarmuka halaman informasi kelompok tani belimbing dewa ......... 27 Gambar 13. Tampilan antarmuka halaman informasi harga jual dan harga beli tahun 2010 ................................................................................................................... 28 Gambar 14. Tampilan antarmuka halaman informasi suplai dan distribusi .......................... 28 Gambar 15. Tampilan antarmuka halaman informasi tingkat permintaan dan produksi ....... 29 Gambar 16. Tampilan antarmuka halaman informasi produk olahan belimbing dewa ........ 29 Gambar 17. Tampilan antarmuka halaman informasi industri pengolahan ........................... 30 Gambar 18. Tampilan antarmuka halaman informasi rekayasa proses ................................. 30 Gambar 19. Tampilan antarmuka halaman pohon industri .................................................... 31 Gambar 20. Tampilan antarmuka halaman informasi publikasi ilmiah ................................. 31
viii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Hasil perancangan model data Sisagribingwa dalam bentuk ERD .................... 40 Lampiran 2. Tabel-tabel pada basis data fisik Sisagribingwa ................................................ 41 Lampiran 3. Hasil perancangan basis data fisik Sisagribingwa dengan MySQL ................... 42 Lampiran 4. Organisme pengganggu tanaman belimbing dewa ............................................ 43 Lampiran 5. Syarat tumbuh belimbing dewa ......................................................................... 44 Lampiran 6. Tingkat hasil budidaya yang diharapkan dengan diterapkannya SPO ............... 45 Lampiran 7. Kelompok-kelompok tani belimbing dewa yang terdapat di Kota Depok ......... 46 Lampiran 8. Perkembangan harga belimbing depok tahun 2009 dan 2010 ( rupiah) ............. 47 Lampiran 9a. Distribusi belimbing dewa depok tahun 2009 (kilogram).................................. 48 Lampiran 9b. Distribusi belimbing dewa depok tahun 2010 (kilogram).................................. 49 Lampiran 10. Perkembangan tingkat permintaan dan produksi belimbing dewa 2009-2010 .. 50 Lampiran 11. Macam-macam produk olahan buah belimbing dewa ...................................... 51 Lampiran 12a. Proses Pengolahan buah belimbing dewa menjadi dodol................................. 52 Lampiran 12b. Proses Pengolahan buah belimbing dewa menjadi minuman serbuk instan .... 53 Lampiran 12c. Proses Pengolahan buah belimbing dewa menjadi jus belimbing dewa .......... 54 Lampiran 12d. Proses Pengolahan buah belimbing dewa menjadi jus kripik .......................... 55 Lampiran 13. Pohon industri belimbing manis ....................................................................... 56 Lampiran 14. Tampilan antarmuka halaman PHPmyadmin .................................................... 57 Lampiran 15. Tatacara budidaya belimbing dewa sesuai Standar Prosedur Operasi ............... 58
ix
I. A.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG Program pengembangan agroindustri belimbing dewa dicanangkan oleh Pemerintah Daerah Kota Depok untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah serta untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Kota Depok khususnya yang berprofesi sebagai petani. Data Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok menunjukkan setidaknya ada lebih dari 460 orang petani belimbing dewa yang terdapat di Kota Depok dengan luas areal perkebunan atau tegalan yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya komoditas belimbing dewa seluas 3.468 hektar, sedangkan jumlah petani belimbing dewa yang terlibat aktif dalam program Pemerintah Kota Depok belum mencapai setengahnya. Luas areal perkebunan belimbing dewa pun baru mencapai 3% dari jumlah keseluruhan areal perkebunan atau tegalan di Kota Depok. Hal ini membutuhkan peran serta dan dukungan yang lebih dari masyarakat agar program pengembangan agroindustri belimbing dewa ini dapat berhasil dan berjalan secara optimal. Untuk dapat meningkatkan peran serta masyarakat, baik yang berasal dari Kota Depok sendiri maupun masyarakat umum dari berbagai kalangan, dibutuhkan penyampaian informasi yang terpadu, mudah diakses, serta terbarukan. Dukungan informasi juga dibutuhkan oleh pelaku agroindustri belimbing dewa itu sendiri, seperti petani belimbing dewa dan kalangan industri pengolahan belimbing dewa. Oleh karena itu keberadaan sistem informasi tentang pengembangan agroindustri belimbing dewa menjadi penting untuk mendukung keberhasilan program Pemerintah Daerah Kota Depok ini. Sistem informasi agroindustri belimbing dewa merupakan sistem yang diperuntukkan bagi masyarakat umum untuk memberikan informasi yang terpadu dan terbarukan terkait dengan program pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok. Sistem informasi yang dikembangkan berusaha menyediakan informasi budidaya belimbing dewa, informasi tentang pemasaran, informasi tentang industri, informasi tentang proses pascapanen atau rekayasa proses, serta informasi publikasi ilmiah yang membahas tentang agroindustri belimbing dewa di Kota Depok. Sistem informasi agroindustri belimbing dewa ini diharapkan dapat meningkatkan peran serta masyarakat terhadap program pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok serta menyediakan kebutuhan informasi bagi para pelaku dalam agroindustri belimbing dewa.
B.
TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang bangun sistem informasi mengenai agroindustri belimbing dewa yang terdapat di Kota Depok, Jawa Barat untuk menjadi salah satu solusi penyediaan sumber informasi terpadu bagi para pemegang kepentingan dalam agroindustri belimbing dewa Kota Depok maupun masyarakat umum yang ingin mengetahui tentang pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok.
C.
RUANG LINGKUP Lingkup kajian dari penelitian ini meliputi identifikasi sistem, perancangan sistem hingga implementasi sistem informasi agroindustri belimbing dewa Kota Depok berdasarkan metodologi pendekatan sistem.
1
D.
MANFAAT Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada pihak-pihak yang terkait, yaitu: 1. Pengusaha, yaitu sebagai sumber informasi penunjang tentang produk olahan dan kegiatan budidaya belimbing dewa yang dilakukan di Kota Depok. 2. Petani, yaitu sebagai sumber informasi dalam melakukan budidaya belimbing dewa yang diusahakan. 3. Pemerintah, yaitu sebagai wadah sosialisasi dan promosi pengembangan usaha dan budidaya belimbing dewa. 4. Perguruan tinggi dan akademisi, yaitu sebagai salah satu sumber informasi dalam mengkaji pengembangan komoditas belimbing dewa di Kota Depok.
2
II. A.
TINJAUAN PUSTAKA
KOTA DEPOK Kota Depok bermula dari sebuah kecamatan yang berada di lingkungan kawedanaan (pembantu bupati) wilayah Parung, Kabupaten Bogor. Kemudian pada tahun 1976 perumahan mulai dibangun baik oleh Perum Perumnas maupun pengembang swasta yang kemudian diikuti dengan didirikannya kampus Universitas Indonesia (UI). Pada Tahun 1981, Pemerintah membentuk Kota Administratif Depok berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1981 yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 18 Maret 1982 yang terdiri dari tiga kecamatan dan tujuh belas desa. Kota Depok terbentuk pada tahun 1999 berdasarkan UU No.15 Tahun 1999 yang meliputi 6 Kecamatan, yaitu: Pancoran Mas, Beji, Sukmajaya, Limo, Sawangan, dan Cimanggis. Sebelumnya Kota Depok merupakan kota administratif dan merupakan bagian dari Kabupaten Bogor. Kota Depok secara geografis terletak di 6.19°-6.28° LS dan 106.43° BT dengan ketinggian 50-140 diatas permukaan laut. Luas area total Kota Depok sebesar 200.29 km2.. Di sebelah utara, Kota Depok berbatasan dengan Propinsi DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang. Di sebelah timur, Kota Depok berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bekasi. Di sebelah selatan dan barat, Kota Depok berbatasan dengan Kabupaten Bogor. Pada tahun 2010, Kota Depok memiliki 11 kecamatan dengan total luas wilayah sebesar 200.29 km2. Jumlah penduduk Kota Depok pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 1,610,000 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 7,877 jiwa per km2 (Dinas Kominfo Kota Depok 2010). Wilayah Depok termasuk dalam daerah beriklim tropis dengan perbedaan curah hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim musim. Secara umum musim kemarau antara bulan April-September dan musim hujan antara bulan Oktober-Maret. Berikut adalah beberapa nilai rata-rata satuan cuaca wilayah Kota Depok : 1. Temperatur : 24.3°-33° Celsius
B.
2.
Kelembaban rata-rata
: 25 %
3.
Penguapan rata-rata
: 3.9 mm/th
4.
Kecepatan angin rata-rata
: 14.5 knot
5.
Penyinaran matahari rata-rata
: 49.8 %
6.
Jumlah curah hujan
: 2,684 m/th
7.
Jumlah hari hujan
: 222 hari/tahun
BELIMBING DEWA Belimbing dewa merupakan salah satu varian dari belimbing manis (Averrhoa carambola). Averrhoa carambola termasuk ke dalam keluarga Oxalidacea. Menurut Nakasone dan Paull (1998), sebagain besar anggota keluarga Oxalidacea merupakan tanaman herbal. Klasifikasi ilmiah untuk belimbing manis adalah sebagai berikut:
3
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Oxalidales Keluarga : Oxalidacea Genus : Averrhoa Spesies : A.carambola Di dalam The Columbia Encylclopedia dijelaskan bahwa Averrhoa carambola adalah buah gemuk berwarna jingga yang memiliki banyak kandungan asam oksalat yang menyebabkan rasa masam, getah pohon ini biasa digunakan untuk menghilangkan pewarna pada pakaian atau bahan lain.
C.
PENDEKATAN SISTEM Menurut Marimin (2005), sistem adalah kesatuan usaha yang terdiri dari bagianbagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan kompleks. O‟Brien (2005) menjelaskan bahwa sistem kebanyakan dapat didefinisikan secara sederhana sebagai sekelompok elemen yang saling berhubungan atau berinteraksi hingga membentuk satu kesatuan. Diagram tahap pendekatan sistem menurut Eriyatno (1999) dapat dilihat pada Gambar 1. Marimin (2005) menjelaskan tentang sifat-sifat dasar dari suatu sistem, yaitu antara lain: 1. Pencapaian tujuan, orientasi pencapaian tujuan akan memberikan sifat dinamis kepada sistem, memberi ciri perubahan yang terus menerus dalam usaha mencapai tujuan. 2. Kesatuan usaha, mecerminkan suatu sifat dasar dari sistem dimana hasil keseluruhan melebihi dari jumlah bagian-bagiannya atau sering disebut konsep sinergi. 3. Keterbukaan terhadap lingkungan, lingkungan merupakan sumber kesempatan maupun hambatan pengembangan. 4. Transformasi, merupakan proses perubahan input menjadi output yang dilakukan oleh sistem. 5. Hubungan antar bagian, kaitan antara subsistem inilah yang akan memberikan analisa sistem suatu dasar pemahaman yang lebih luas. 6. Sistem ada berbagai macam, antara lain sistem terbuka, sistem tertutup dan sistem umpan balik. 7. Mekanisme pengendalian, mekanisme ini menyangkut sistem umpan balik yang merupakan suatu bagian yang memberi informasi kepada sistem mengenai efek dari perilaku sistem terhadap pencapaian tujuan atau pemecahan persoalan yang dihadapi. Marimin et al. (2006) menjelaskan bahwa pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis. Pada dasarnya pendekatan sistem adalah penerapan dari sistem ilmiah dalam manajemen. Pendekatan sistem dapat memberi landasan untuk pengertian yang lebih luas mengenai faktor-faktor yang memperngaruhi perilaku sistem dan memberikan dasar untuk memahami penyebab ganda dari suatu masalah dalam kerangka sistem. Pendekatan Sistem diperlukan karena makin lama makin dirasakan interdependensi dari berbagai bagian dalam mencapai tujuan sistem. Masalah-masalah yang dihadapi pada
4
saat ini tidak lagi sederhana dan dapat menggunakan peralatan yang menyangkut satu disiplin saja, tetapi memerlukan peralatan yang lebih komprehensif, yang dapat mengindentifikasi dan memahami berbagai aspek dari suatu permasalahan dan dapat mengarahkan pemecahan secara menyeluruh (Marimin et al. 2006). Pendekatan sistem dapat dilakukan dengan menggunakan komputer atau tanpa menggunakan komputer. Akan tetapi, adanya komputer memudahkan penggunaan model dan teknik simulasi dalam sistem. Penggunaan komputer dalam pendekatan sistem terutama sangat diperlukan jika menghadapi masalah yang cukup luas dan kompleks dimana banyak sekali peubah, data dan interaksi-interaksi yang mempengaruhi.
Kebutuhan
Analisis Sistem Tidak
Lengkap? Ya
Gugus Solusi yang Layak Pemodelan Sistem
Tidak
Cukup?
Informasi normatif dan positif
Ya Model Abstrak Optimal Rancang Bangun dan Implementasi
Cukup?
Tidak
Ya Spesifikasi Sistem Detail Implementasi
Puas?
Tidak
Ya Sistem Operasional
Operasi
Puas? Reevaluasi dari penampilan
Tidak
Ya
Gambar 1. Tahap pendekatan sistem menurut Eriyatno (1999) McLeod et al. (2007), menjelaskan bahwa para pengembang sistem perlu melakukan beberapa tahapan dengan urutan tertentu jika proyek ingin berhasil dengan baik. Tahaptahapnya adalah:
5
1. 2. 3. 4. 5.
Perencanaan Analisis Desain Implementasi Penggunaan Menurut Marimin et al. (2006), pengembangan sistem dilakukan dengan menggunakan metode Sytem Development Life Cycle (SDLC) atau dapat juga dilakukan dengan pendekatan prototyping. SDLC merupakan sebuah metodologi dalam pembangunan atau pengembangan sistem. SDLC memberikan kerangka kerja yang konsisten terhadap tujuan yang diinginkan dalam pembangunan dan pengembangan sistem.
D.
SISTEM BASIS DATA Sistem basis data pada dasarnya adalah sebuah sistem komputerisasi yang tujuan keseluruhannya adalah menyimpan informasi dan mengijinkan pemakai untuk mengambil kembali dan memperbarui informasi tersebut atas permintaan. Informasi yang dibahas dapat merupakan sesuatu yang berarti pada individual atau organisasi yang terlibat, yang dibutuhkan untuk membantu dalam proses umum menjalankan usaha individual atau organisasi itu (Date 2004), sedangkan basis data adalah sebuah koleksi dari data yang tahan lama yang digunakan oleh sistem aplikasi dari perusahaan tertentu. Istilah “perusahaan” disini hanyalah istilah yang memudahkan untuk organisasi yang cukup komersial, ilmiah, teknis, atau lainnya. Sebuah perusahaan bisa merupakan individual (dengan sebuah basisdata perorangan yang kecil), atau gabungan lengkap atau badan besar yang serupa (dengan basisdata besar yang saling berbagi), atau apapun diantaranya (Date 2004). Prinsip utama dari basis data adalah pengaturan data atau arsip dan tujuan utamanya adalah kemudahan dan kecepatan dalam pengambilan kembali data atau arsip (Fathansyah 2004). Hal yang sangat ditonjolkan dalam basis data adalah pengaturan, pemilahan, pengelompokkan dan pengorganisasian data yang akan kita simpan sesuai fungsi atau jenisnya. Komponen-komponen utama sistem basis data menurut Fathansyah ( 2004) adalah sebagai berikut: 1. Perangkat keras (hardware) 2. Sistem operasi (operating system) 3. Basis data (database) 4. Sistem pengelolaan basis data (database management system/DBMS) 5. Pemakai (user) 6. Aplikasi (perangkat lunak) lain. Gambar 2 menunjukkan ilustrasi sistem manajemen basis data menurut Fathansyah (2004).
6
Pemakai (user)
Basis Data File 3
File 1
Pemakai (user)
File 4
File 2
Pemakai Database Management System (DBMS)
(user)
Gambar 2. Ilustrasi sistem manajemenen basis data (Fathansyah 2004) Untuk mengelola basis data diperlukan suatu perangkat lunak yang disebut DBMS (Database Management System). DBMS merupakan suatu sistem perangkat lunak yang memungkinkan user (pengguna) untuk membuat, memelihara, mengontrol, dan mengakses basis data secara praktis dan efisien. Dengan DBMS, user akan lebih mudah mengontrol dan memanipulasi data yang ada (Solichin 2010). DBMS merupakan perantara bagi pemakai dengan basis data dalam disk. Cara interaksi atau berkomunikasi antara pemakai dengan basis data tersebut diatur dalam suatu bahasa khusus yang ditetapkan oleh perusahaan pembuat DBMS. DBMS yang digunakan dalam pengembangan sistem informasi agroindustri belimbing dewa adalah MySQL. MySQL adalah sebuah perangkat lunak sistem manajemen basis data yang multithread, multi-user, dengan sekitar 6 juta instalasi di seluruh dunia (Solichin 2010), sedangkan menurut Sidik (2003), MySQL merupakan software sistem manajemen database (DBMS) yang sangat populer di kalangan pemrogram web, terutama di lingkungan Linux dengan menggunakan script PHP dan Perl. Kepopuleran MySQL dimungkinkan karena kemudahannya untuk digunakan, cepat secara kinerja query, dan mencukupi untuk kebutuhan database perusahaan-perusahaan skala menengah-kecil. Menurut Prasetyo (2003), MySQL adalah Relational Database Management System (RDBMS) yang didistribusikan secara gratis di bawah lisensi GPL (General Public License). GPL atau GNU General Public License adalah lisensi yang bebas dan dapat di salin untuk perangkat lunak dan pekerjaan lainnya (GNU GPLver3 2007). MySQL sebenarnya merupakan turunan salah satu konsep utama dalam basis data sejak lama, yaitu SQL (Structured Query Language). SQL adalah sebuah konsep pengoperasian database, terutama untuk pemilihan atau seleksi dan pemasukan data, yang memungkinkan pengoperasian data dikerjakan dengan mudah secara otomatis. Sebagai server basisdata yang memiliki konsep basisdata modern, MySQL memiliki banyak keistimewaan. Berikut ini beberapa keistimewaan yang dimiliki MySQL menurut Prasetyo (2003): 1. MySQL dapat berjalan stabil pada berbagai sistem operasi.
7
2. 3.
4. 5.
6.
7.
8. 9.
10.
E.
MySQL didistribusikan secara open source (terbuka), di bawah lisensi GPL sehingga dapat digunakan secara cuma-cuma tanpa dipungut biaya sepeser pun. MySQL dapat digunakan oleh beberapa user dalam waktu yang bersamaan tanpa mengalami masalah atau konflik. Hal ini memungkinkan sebuah database server MySQL dapat diakses client secara bersamaan. MySQL memiliki kecepatan yang menakjubkan dalam menangani query sederhana, dengan kata lain dapat memproses lebih banyak SQL per satuan waktu. MySQL memiliki tipe kolom yang sangat kompleks, seperti signed/unsigned integer, float, double, char, varchar, text, blob, date, time, datetime, timestamp, year, set serta enum. MySQL memiliki beberapa lapisan sekuritas seperti level subnetmask, nama host, dan izin akses user dengan sistem perizinan yang mendetail serta password terenkripsi. MySQL mampu menangani database dalam skala besar, dengan jumlah records lebih dari lima puluh juta dan enam puluh ribu tabel serta lima miliar baris. Selain itu, batas indeks yang dapat ditampung mencapai 32 indeks pada tiap tabelnya. MySQL dapat mendeteksi pesan kesalahan (error code) pada client dengan menggunakan lebih dari dua puluh bahasa. MySQL dilengkapi dengan berbagai perangkat yang dapat digunakan untuk administrasi database dan pada setiap perangkat yang ada disertakan petunjuk online. MySQL memiliki struktur tabel yang lebih fleksibel dalam menangani perintah alter table dibandingkan database lainnya.
HTML HTML adalah kependekan dari Hyper Text Markup Language, yaitu sebuah bahasa penghubung (lingua franca) yang digunakan untuk melakukan publikasi halaman hypertext di dalam sebuah jaringan world wide web (XHTML2 Working Group 2010). Junaedi (2005) menjelaskan bahwa HTML adalah suatu format data yang digunakan untuk membuat dokumen hypertext yang dapat dieksekusi dari satu platform komputer ke platform komputer lainnya tanpa perlu melakukan suatu perubahan apapun dengan suatu alat tertentu. Meskipun suatu dokumen HTML memiliki karakteristik tertentu, hakekatnya dokumen HTML adalah suatu dokumen teks biasa sehingga di platform apapun dokumen tersebut dapat dibaca. Dengan sistem hypertext, pembuat dokumen tidak harus membaca suatu dokumen secara berurutan dari atas ke bawah. Pembuat dokumen dapat menuju topik tertentu secara langsung dalam dokumen dengan menggunakan teks penghubung atau gambar atau penunjuk lainnya yang akan membawa user ke suatu topik atau dokumen lain secara langsung dengan menggunakan sebuah tautan. Sidik et al. (2002) menjelaskan bahwa ada dua cara untuk membuat sebuah halaman web yaitu dengan HTML editor atau dengan editor teks biasa. Dokumen HTML terdiri dari teks-teks dan gambar dapat pula berisi file-file multimedia, seperti suara ataupun video. Dokumen HTML disebut sebagai markup language karena mengandung tanda-tanda tertentu yang digunakan untuk menentukan tampilan suatu teks dan tingkat kepentingan dari teks tersebut dalam suatu dokumen yang sering disebut dengan istilah tag. Tag digunakan untuk menandai berbagai elemen dalam suatu dokumen HTML. Tag HTML terdiri atas sebuah kurung sudut kiri (<), sebuah nama
8
tag dan sebuah kurung sudut kanan (>). Tag pada sebuah dokumen HTML pada umumnya berpasangan, tag yang menjadi pasangan selalu diawali dengan karakter garis miring (/). Tag yang pertama menunjukkan tag awal yang berarti awal elemen dan yang kedua menunjukkan tag akhir yang berarti akhir elemen. Junaedi (2005) mengatakan bahwa elemen dan tag inilah yang merupakan ciri utama dari suatu dokumen HTML.
F.
PHP PHP merupakan singkatan dari PHP Hypertext Preprocessor (Kadir 2008). PHP merupakan bahasa berbentuk skrip yang ditempatkan dalam server dan diproses di server, hasilnyalah yang dikirimkan ke klien, tempat pemakai menggunakan perangkat pembaca web (web browser). Secara khusus, PHP dirancang untuk membentuk aplikasi web dinamis. Hal tersebut dikarenakan PHP dapat membentuk suatu tampilan berdasarkan permintaan terkini. PHP dapat disisipkan dalam sebuah dokumen HTML, hal itulah yang membuat PHP sangat baik untuk digunakan sebagai sebuah bahasa pemrograman untuk membangun sebuah web yang dinamis. Saat ini PHP cukup popular sebagai peranti pemrograman web, terutama di lingkungan Linux. Keunggulan PHP dibandingkan dengan bahasa pemrograman lainnya adalah bahwa PHP bersifat open source sehingga penggunanya tidak perlu mengeluarkan biaya apapun untuk dapat memanfaatkan bahasa skrip ini.
G.
PENELITIAN TERDAHULU Penelitian terdahulu terkait dengan rancang bangun sistem informasi agroindustri telah dilakukan oleh Rayesa (2010) dengan judul “Rancang Bangun Sistem Informasi Berbasis Web untuk Pengembangan Usaha Ikan Lele Dumbo Terpadu”. Penelitian tersebut bertujuan untuk membangun sebuah sistem informasi penunjang keputusan berbasis web tentang budidaya ikan lele yang dinamakan Claribist. Penelitian lainnya yang terkait dengan rancang bangun sistem informasi agroindustri juga dilakukan Merdekasari (2008) dengan judul “Perancangan Sistem Informasi Manajemen Basis Data pada Divisi Refinery di PT. Astra Agro Lestari Tbk.”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengembangkan rancang bangun sistem informasi manajemen basis data pada divisi refinery di PT. Astra Agro Lestari. Penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok antara lain telah dilakukan oleh Haris (2008) dengan judul penelitian “Strategi Pemasaran Belimbing Manis (Averrhoa carambola L) di Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh PKPBDD serta peluang dan ancaman yang dihadapi sebagai sarana perumusan alternative strategi pemasaran yang sesuai. Penelitian terkait pengembangan agroindustri belimbing dewa lainnya di Kota Depok juga telah dilakukan oleh Nalurita (2008) dengan judul “Analisis Efisiensi Pemasaran Belimbing Dewa di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Jawa Barat”.
9
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis efisiensi pemasaran belimbing dewa untuk menentukan saluran pemasaran belimbing dewa.
10
III. A.
METODOLOGI
DASAR PEMIKIRAN Penyampaian informasi saat ini telah menjadi hal yang penting bagi sebuah organisasi untuk membantu mencapai tujuan organisasi tersebut, tidak terkecuali sebuah organisasi pemerintahan. Pemerintah Daerah Kota Depok telah membuat program pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta menanggulangi dampak buruk terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh pembangunan yang pesat. Agar tujuan tersebut tercapai, tentu membutuhkan dukungan dan peran serta seluruh kalangan masyarakat. Namun untuk mendapatkan dukungan dan peran serta masyarakat, dibutuhkan sosialisasi yang baik dan dapat menyentuh seluruh kalangan. Kurangnya informasi terkait program pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok menyebabkan program ini berjalan dengan kurang optimal. Perancangan sistem informasi yang terkait dengan program pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok dapat membantu Pemerintah Kota Depok dalam menyediakan dan memberikan informasi tentang program yang sedang dijalankan tersebut kepada masyarakat Kota Depok secara khusus dan masyarakat luas secara umum. Sistem informasi yang dirancang akan menyediakan beberapa macam informasi yang terkait dengan pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok. Sistem akan memanfaatkan jaringan internet agar dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat. Sistem informasi ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah Kota Depok untuk mensosialisasikan kebijakan yang terkait dengan program pengembangan agroindustri belimbing dewa seperti Standar Prosedur Operasi (SPO) budidaya belimbing dewa atau laporan perkembangan harga belimbing dewa di pasaran baik kepada petani belimbing dewa sebagai produsen ataupun masyarakat sebagai konsumen dan lain sebagainya.
B.
PENDEKATAN SISTEM Metode yang digunakan dalam melakukan rancang bangun sistem informasi agroindustri belimbing dewa adalah dengan menggunakan metodologi pendekatan sistem. Menurut Eriyatno (1999), metode untuk penyelesaian persoalan yang dilakukan dengan melalui pendekatan sistem terdiri dari beberapa tahap proses. Menurut O‟Brien et al. (2009), terdapat lima tahapan proses yang dilakukan pada pendekatan sistem. Kelima tahapan proses tersebut adalah: 1. Mengenali dan menetapkan masalah atau peluang dengan menggunakan system thinking. 2. Membangun dan menilai alternatif solusi sistem. 3. Memilih solusi sistem yang paling sesuai dengan persyaratan. 4. Merancang solusi sistem yang terpilih. 5. Melakukan implementasi dan evaluasi keberhasilan sistem yang dirancang. System thinking atau berpikir sistem adalah cara untuk membantu seseorang untuk melihat sistem dari perspektif yang luas yang mencakup seluruh struktur serta pola dan siklus di dalam sistem daripada melihat peristiwa yang spesifik di dalam sistem (McNamara 2006). System thinking digunakan untuk melihat sebuah bagian utama dari sebuah permasalahan
11
yang terjadi. System thinking menuntut pengembang sistem untuk mampu menemukan bagian-bagian sistem, subsistem, dan komponen dari sistem yang ditelaah.
1.
Identifikasi Masalah Ketidaktersediaan informasi yang memadai dan mudah diakses oleh masyarakat menyebabkan program pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok belum berjalan secara optimal. Masih banyak petani belimbing dewa yang belum terlibat secara aktif dalam kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok melalui Dinas Pertanian dan Perikanan maupun Pusat Koperasi Pemasaran Buah dan Olahan Belimbing Dewa. Selain itu belum semua petani dan kelompok tani belimbing dewa menerapkan Standar Prosedur Operasi budidaya belimbing dewa yang diterbitkan oleh Departemen Pertanian Kota Depok. Kalangan masyarakat lainnya pun kesulitan dalam memperoleh informasi yang terkait dengan pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok, baik mengenai macammacam produk yang telah dihasilkan oleh industri olahan belimbing dewa maupun cara pengolahan buah belimbing dewa bagi masyarakat yang ingin melakukan proses pengolahan belimbing dewa. Disamping itu telah banyak penelitian yang sudah dilakukan oleh mahasiswa maupun peneliti dari perguruan tinggi maupun lembaga penelitian lainnya, namun hasil penelitian tersebut masih tersebar di beberapa tempat sehingga menyulitkan bagi kalangan akademisi untuk memperoleh informasi tentang publikasi ilmiah yang sudah dibuat yang membahas program pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok ini.
2.
Pengembangan Alternatif Solusi Kurangnya informasi yang diterima masyarakat disebabkan ketiadaan pusat informasi yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat. Hal tersebut dapat ditanggulangi dengan dibangunnya sebuah sistem informasi yang dapat menyediakan informasi-informasi terkait pengembangan agroindustri belimbing dewa yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok. Alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan sosialisasi secara berkesinambungan, namun hal ini dapat didukung pula dengan sebuah sistem informasi.
3.
Pemilihan Alternatif Solusi Sebuah sistem memiliki pelaku-pelaku yang mempengaruhi sistem. Pelakupelaku yang mempengaruhi sistem informasi agroindustri belimbing dewa ini adalah Pemerintah Kota Depok, petani belimbing dewa, industri pengolahan belimbing dewa, akademisi, dan masyarakat umum sebagai konsumen. Secara umum sistem informasi agroindustri belimbing dewa tersusun dari sistem manajemen basis data dan antar muka dimana satu dan yang lainnya dapat saling berinteraksi. Sistem manajemen basis data melakukan penyimpanan data untuk kemudian diolah dan ditampilkan sebagai sebuah informasi pada antar muka.
12
4.
Rancangan Solusi Sistem informasi yang dibangun dirancang berbasis web, sehingga dapat menjangkau masyarakat secara lebih luas. Sistem informasi yang dibangun akan mencakup informasi-informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat dari berbagai elemen. Selain itu sistem dibangun dengan menggunakan PHP sehingga dapat bersifat dinamis dan menarik perhatian pengguna. Setidaknya ada lima paket informasi yang akan disediakan di dalam sistem informasi yang dibangun, kelima informasi tersebut adalah informasi terkait budidaya, informasi terkait industri pengolahan dan produk olahan buah belimbing dewa, informasi pemasaran komoditas belimbing dewa, informasi rekayasa proses dalam industri pengolahan belimbing dewa, serta informasi tulisan ilmiah serta hasil penelitian yang membahas tentang belimbing dewa di Kota Depok.
5.
Implementasi Solusi Pada tahap implementasi solusi, berbagai rancangan solusi yang telah dibuat diimplementasikan dalam sebuah paket sistem informasi yang dapat digunakan oleh masyarakat luas. Sistem terdiri dari beberapa komponen yang membentuk sistem, komponen-komponen tersebut dibangun dengan perangkat-perangkat yang dapat digunakan untuk membangun setiap komponen. Untuk merancang aliran informasi dalam sistem digunakan Diagram Alir Data atau Data Flow Diagram (DFD), untuk merancang model data digunakan Entity-Relationship Diagram (ERD), sedangakn untuk membuat basis data fisik digunakan sistem manajemen basis data MySQL. Antarmuka pengguna dibangun dengan bantuan perangkat lunak Adobe Dreamweaver CS3 dengan bahasa pemrograman web PHP, sedangkan antarmuka administrator menggunakan halaman antarmuka PHPMyAdmin. Selain itu juga digunakan paket XAMPP sebagai perangkat pembantu dalam melakukan uji coba sistem secara offline dan FileZilla sebagai perangkat File Transfer Protocol (FTP) untuk memunggah sistem ke server web online.
C.
WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Kota Depok, dengan melibatkan Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok, Pusat Koperasi Pemasaran Buah dan Olahan Belimbing Dewa Kota Depok, serta Petani Belimbing Dewa serta institusi lainnya yang berkepentingan terhadap pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga September tahun 2010.
D.
TATA LAKSANA 1.
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang dapat berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data primer merupakan hasil observasi lapang dan wawancara dengan narasumber yang berasal dari instansi dan lembaga terkait dengan pengembangan agroindustri belimbing dewa Kota
13
Depok, dalam hal ini adalah pejabat terkait di lingkungan sub bidang tanaman pangan dan hortikultura Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok, Pengurus Pusat Koperasi Pemasaran Buah dan Olahan Belimbing Dewa Depok (PKPBDD), serta petani belimbing dewa di Kota Depok. Data Sekunder diperoleh melalui studi pustaka, buku Profil Belimbing Depok yang diterbitkan oleh Dinas Pertanian Kota Depok, Standar Prosedur Operasional Budidaya Belimbing Dewa Kota Depok yang diterbitkan oleh Departemen Pertanian Republik Indonesia serta data penjualan produk dan buah belimbing yang berasal dari PKPBDD.
2.
Metode Pengumpulan Data a.
Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis data sekunder yang berasal dari instansi-instansi yang terkait dengan pengembangan agroindustr belimbing dewa di Kota Depok, selain itu juga dengan mempelajari data dan informasi yang terdapat pada sumber rujukan dan literatur yang berhubungan dengan komoditas belimbing dewa serta pengembangan sistem informasi.
b.
Observasi Lapang Observasi dilakukan dengan mengunjungi lokasi budidaya belimbing dewa serta lokasi pemasaran belimbing dewa Depok, baik yang terdapat di Kota Depok maupun di luar Kota Depok.
c.
Wawancara Wawancara dilakukan kepada pejabat terkait di lingkungan Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok khususnya sub bidang tanaman pangan dan holtikurtura, pengurus PKPBDD, serta petani belimbing dewa Kota Depok. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kebutuhan sistem serta arah pengembangan sistem yang dilakukan.
3.
Perancangan Sistem a.
Sistem Manajemen Basis Data Sistem manajemen basis data merupakan komponen utama penyimpanan data yang digunakan dalam sistem informasi yang dikembangkan untuk dapat ditampilkan kepada pengguna. Perancangan sistem manajemen basis data diawali dengan penyusunan model data dengan menggunakan Diagram Keterkaitan-Entitas atau Entity-Relationship Diagram (ERD) yang selanjutnya ditransformasikan menjadi basis data fisik yang dibangun dengan menggunakan perangkat sistem basis data MySQL.
14
b.
Antarmuka Sistem Antarmuka sistem merupakan bagian dari sistem yang lansung berhubungan dengan pengguna. Pada antarmuka sistem inilah pengguna akan melakukan pemilihan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna dan kemudian perintah pengiriman informasi yang dibutuhkan tersebut akan dikirimkan kepada sistem untuk dapat ditampilkan. Perncangan antarmuka sistem dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Adobe Dreamweaver CS3.
4.
Verifikasi Sistem Verifikasi sistem dilakukan dengan memasukkan data dan melihat hasil keluaran yang dihasilkan sistem terhadap data yang dimasukkan tersebut. Verifikasi dilakukan untuk menguji apakah sistem dapat memberikan hasil keluaran sesuai dengan yang diharapkan.
5.
Evaluasi Evaluasi dilakukan dengan melakukan uji terhadap kinerja Sistem Informasi Agroindustri Belimbing Dewa Depok. Aspek-aspek yang dievaluasi adalah performansi sistem, kemampuan sistem menampilkan paket informasi yang disediakan, kompatibilitas sistem terhadap perangkat lunak yang digunakan untuk menampilkan halaman web (web browser) serta pelacakan terhadap kemungkinan adanya kesalahan pengkodean program pada sistem.
15
IV. A.
HASIL DAN PEMBAHASAN
ANALISIS KEBUTUHAN DAN IDENTIFIKASI SISTEM Pada tahap awal pengembangan sistem informasi agroindustri belimbing dewa Kota Depok, dilakukan analisis terhadap kebutuhan sistem yang akan dikembangkan. Menurut Marimin (2004), analisis kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem. Analisis ini akan dinyatakan dalam kebutuhan-kebutuhan yang ada, baru kemudian dilakukan tahapan pengembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dideskripsikan. Analisis kebutuhan ini selalu menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seorang pengambil keputusan terhadap jalannya sistem. Analisis ini dapat meliputi hasil survei, pendapat ahli, diskusi, observasi lapang dan sebagainya. Pelaku-pelaku yang terkait dengan sistem informasi yang akan dikembangkan mencakup pemerintah daerah Kota Depok, petani belimbing dewa, pengusaha, masyarakat umum selakuk konsumen, dan akademisi. Pada tahap ini didapatkan kebutuhan terhadap sistem informasi belimbing dewa Kota Depok pada setiap pelaku yang adalah sebagai berikut: Tabel 1. Hasil analisis kebutuhan sistem No.
Pelaku
1
Konsumen
2
Pemerintah
Kebutuhan Produk yang terjamin mutunya Peningkatan nilai investasi Sosialisasi kebijakan Promosi kegiatan usaha
3
Pengusaha Peningkatan tingkat penjualan produk Peningkatan hasil produksi buah belimbing dewa
4
Petani Belimbing Tata cara budidaya belimbing dewa yang baik
5
Akademisi
Informasi mengenai hasil publikasi ilmiah tentang belimbing dewa
Setelah diketahui kebutuhan-kebutuhan terhadap sistem informasi yang akan dikembangkan, dilakukan identifikasi sistem yang akan dikembangkan. Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhankebutuhan tersebut (Eriyatno 1999). Pada tahap ini, pengkaji sistem mencoba memahami mekanisme yang terjadi dalam sistem. Hal ini dimaksudkan untuk mengenali hubungan antara “pernyataan kebutuhan” dengan “pernyataan masalah” yang harus diselesaikan dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut (Hartisari 2007). Selanjutnya dapat ditentukan input dan output dari sistem informasi belimbing dewa Kota Depok. Input dan output dari Sisagribingwa dapat dilihat di dalam diagram input-output yang terdapat pada Gambar 3.
16
KEGIATAN
INPUT
SISAGRIBING
OUTPUT
WA Pengumpulan data Pengelompokkan
Budidaya
tatacara budidaya Pemasaran
data Industri Seleksi data Pemasukan data
Informasi
Informasi hama dan penyakit Informasi syarat
Rekayasa proses
tumbuh Informasi hasil
Pengolahan data
Publikasi ilmiah
yang diharapkan Informasi harga
Penyimpanan data
Informasi suplai dan distribusi Informasi tk. Permintaan dan produksi Informasi produk olahan Informasi industri pengolahan Informasi pohon industri Informasi cara pengolahan Informasi publikasi ilmiah
Gambar 3. Diagram input-output Sistem Informasi Agroindustri Belimbing Dewa Depok
17
B.
PERANCANGAN SISTEM 1.
Arsitektur Sistem Perancangan Sistem Informasi Belimbing Dewa Kota Depok diawali dengan menyusun arsitektur sistem. Arsitektur Sisagribingwa menggambarkan struktur dan fungsi komponen-komponen dalam sistem yang saling berkaitan sehingga akhirnya membentuk suatu sistem yang terintegrasi. Arsitektur sistem berfungsi untuk melihat bagaimana sebuah sistem bekerja dan menjadi acuan bagi pengembang sistem terhadap sistem yang akan dikembangkan (Whitten et al. 2001). Gambar 4 menampilkan arsitektur dari Sistem Informasi Belimbing Dewa Kota Depok.
Pengguna
Antarmuka Pemilihan Menu Budidaya, Pemasaran, Rekayasa Proses, Industri, Kebijakan, Referensi ilmiah
Basis Data Sistem Informasi Belimbing Dewa
Antarmuka Laporan Laporan Statis, Laporan Dinamis Gambar 4. Arsitektur sistem informasi agroindustri belimbing dewa Kota Depok Whitten et al. (2001) menjelaskan bahwa arsitektur dari sebuah aplikasi menetapkan teknologi yang akan digunakan untuk menjalankan sebuah sistem informasi. Arsitektur sistem memperlihatkan bagaimana data, proses dan antar muka sistem saling berinteraksi dan berkomunikasi di dalam sebuah jaringan. Dalam arsitektur sistem informasi belimbing dewa Kota Depok, komponen yang menyusun arsitektur ini adalah pengguna, antarmuka sistem dan basis data sistem. Pada gambar arsitektur sistem diatas terlihat bahwa pada awalnya pengguna akan dihadapkan pada antarmuka menu sistem dimana pengguna dapat melakukan pemilihan menu informasi yang dibutuhkan. Kemudian antarmuka sistem akan berhubungan dengan basis data sistem untuk selanjutnya menampilkan informasi yang dipilih pada antarmuka laporan sistem. Laporan yang tersedia pada sistem informasi belimbing dewa Kota Depok terdiri dari dua jenis laporan, yaitu laporan statis yang berisi
18
informasi yang cenderung tidak berubah serta laporan dinamis yang berisi laporan yang akan selalu diperbarui sesuai kondisi pengembangan agroindustri belimbing dewa Kota Depok di lapangan.
2.
Diagram Alir Data Diagram Alir Data atau Data Flow Diagram (DFD adalah tampilan grafik suatu sistem yang menggunakan empat bentuk untuk menggambarkan bagaimana data mengalir melalui proses-proses yang saling berhubungan (McLeod 2007). Post et al. (2003) menjelaskan bahwa DFD dirancang untuk menunjukkan bagaimana sistem dibagi dalam beberapa bagian yang lebih kecil dan untuk menandai aliran data diantara bagian-bagian tersebut. Diagram Alir Data adalah alat yang menggambarkan aliran data di dalam sebuah sistem dan pekerjaan atau proses yang berlangsung di dalam sistem tersebut (Whitten et al. 2001). Diagram Alir Data konteks dari sistem informasi agroindustri belimbing dewa Kota Depok dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Diagram Alir Data konteks Sistem Informasi Belimbing Dewa Depok Pada Diagram Alir Data konteks, diperlihatkan interaksi sistem dengan agen eksternal tanpa menampilkan bagaiman proses yang terjadi di dalam sistem bekerja. Pada Digaram Alir Konteks diatas terlihat aliran informasi berasal dari empat agen eksternal dan mengalir menuju satu agen eksternal. Empat agen eksternal yang menjadi sumber data dari Sisagribingwa adalah Dinas Pertanian dan Perikan, Dinas Perindustrian, Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing dan Pustaka. Dari keempat agen tersebut sumber informasi diperoleh yang kemudian masuk ke dalam sistem untuk kemudian diolah menjadi keluaran yang akan digunakan oleh pengguna sistem. Selanjutnya Diagram Alir Data Konteks akan dijabarkan kembali dalam Diagram Alir Data tahap satu, dimana proses yang terjadi di dalam sistem akan dapat terlihat lebih jelas. Diagram Alir Data tahap satu dari Sisagribingwa dapat dilihat pada Gambar 6.
19
Keterangan: = input dan output eksternal = proses = aliran data =penyimpanan data
Gambar 6. Diagram alir data tahap satu Sistem Informasi Belimbing Dewa Depok Diagram Alir Data tahap satu menampilkan proses-proses yang terjadi di dalam sistem serta penyimpanan data yang terjadi di dalam sistem. Proses pertama adalah pengumpulan dan seleksi data dari agen-agen eksternal yang menjadi sumber informasi dari Sisagribingwa untuk kemudian hasil pengumpulan dan seleksi yang dilakukan disimpan di dalam basis data Sisagribingwa. Kemudian informasi yang tersimpan di basis data akan dialirkan menuju Pengguna setelah dilakukan proses pemilihan data serta proses pengolahan dan pelaporan data.
3.
Perancangan Basis Data Sebelum basis data dibuat, perlu dilakukan perancangan model data terlebih dahulu. Menurut Fathansyah (2004), model data dapat didefinisikan sebagai kumpulan perangkat konseptual untuk menggambarkan data, hubungan data, semantik (makna) data dan batasan data. Model data sering disebut pula sebagai model data logika, karena yang menjadi penekanan dari model data adalah makna dari data dan keterhubungannya dengan data lain.
20
Dalam perancangan model data, terdapat sejumlah cara yang dapat digunakan, salah satunya adalah dengan menggunakan model keterhubungan-entitas atau model entity-relationship. Fathansyah (2004) menjelaskan bahwa pada model entity-relationship, semesta data yang ada di „dunia nyata‟ diterjemahkan/ditransformasikan dengan memanfaatkan diagram data, yang umum disebut sebagai diagram entity-relationship atau entity-relationship diagram (ERD). Dalam sebuah ERD terdapat empat komponen utama yang digunakan, yaitu entitas, relasi, atribut entitas, dan derajat relasi atau kardinalitas. Entitas merupakan individu yang mewakili sesuatu yang nyata keberadaannya dan dapat dibedakan dari sesuatu yang lain. Relasi adalah komponen yang menunjukkan hubungan antara sejumlah entitas di dalam sebuah ERD. Atribut entitas adalah karakteristik-karakteristik yang mendeskripsikan entitas, sedangkan derajat relasi atau kardinalitas adalah komponen yang menunjukkan jumlah maksimum entitas yang dapat berelasi dengan entitas yang lain. Dalam sebuah ERD, terdapat beberapa kemungkinan kardinalitas antar entitas. Macam-macam kardinalitas tersebut adalah: a. Satu ke satu Kardinalitas sat ke satu memiliki arti setiap bagian pada sebuah entitas hanya dapat berhubungan paling banyak dengan satu satu bagian pada entitas yang berelasi dan begitu pula sebaliknya. b. Satu ke banyak Kardinalitas satu ke banyak memiliki arti setiap bagian pada sebuah entitas dapat berhubungan dengan banyak bagian pada entitas yang berelasi, namun tidak bisa dengan sebaliknya. c. Banyak ke satu Kardinalitas banyak ke satu memiliki arti setiap bagian pada sebuah entitas hanya dapat berhubungan dengan satu bagian pada entitas yang berelasi, namun himpunan entitas pasangannya dapat berhubungan dengan banyak bagian pada entitas tersebut. d. Banyak ke banyak Kardinalitas satu ke banyak memiliki arti setiap bagian pada sebuah entitas dapat berhubungan dengan banyak bagian pada entitas lainnya serta begitu pula sebaliknya. Selain keempat komponen utama tersebut, ada beberapa komponen lain yang menyusun sebuah ERD, yaitu entitas lemah dan spesialisasi-generalisasi. Entitas lemah (weak entity) merupakan entitas yang keberadaannya ditentukan oleh adanya entitas lain. Spesialisasi-generalisasi adalah proses pengelompokan entitas-entitas yang terlibat pada sebuah ERD menjadi sub entitas-sub entitas. Pada spesialisasi, yang terjadi adalah pemecahan sebuah entitas menjadi beberapa entitas lain yang lebih spesifik, sedangkan pada generalisasi yang terjadi adalah pengelompokkan beberapa entitas yang memiliki atribut-atribut yang sama menjadi sebuah entitas yang lebih umum. Komponen-komponen dalam sebuah ERD digambarkan dalam simbol-simbol yang dapat dilihat pada Tabel 2. Dalam membuat diagram keterhubungan-entitas, langkah-langkah yang dilakukan adalah menentukan entitas-entitas yang terlibat dalam sistem, menentukan relasi dan derajat relasi (kardinalitas) antar entitas yang terlibat, serta menentukan atribut-atribut setiap entitas. Setelah komponen-komponen utama dalam ERD telah
21
teridentifikasi seluruhnya, kemudian dilakukan identifikasi adanya kemungkinan generalisasi atau spesialisasi pada rancangan ERD yang telah dibuat sehingga didapatkan rancangan model data yang efisien dan fleksibel. Tabel 2. Simbol-simbol komponen ERD (Fathansyah 2004) Simbol
Arti
Entitas
Atribut entitas
Relasi
(x,x)
Derajat relasi
Entitas lemah
Generalisasi/Spesialisasi
Pada tahap perancangan model data ini, ada lima belas entitas yang terlibat di dalam Sisagribingwa. Selain itu terdapat satu buah spesialisasi yang terjadi pada entitas pemasaran menjadi tiga buah entitas yang lebih khusus yaitu entitas penjualan, entitas harga dan entitas distribusi, serta satu buah generalisasi yang terjadi pada entitas industri pengolahan, entitas kelompok tani, dan entitas lembaga riset menjadi satu entitas yang lebih umum yaitu entitas organisasi sehingga menyebabkan entitas lembaga riset tidak lagi ada karena seluruh atributnya telah tercakup ke dalam atribut-atribut entitas organisasi. Hasil perancangan model data Sisagribingwa dapat dilihat pada ERD yang terdapat pada Lampiran 1.
4.
Implementasi Basis Data Tahap implementasi basis data merupakan upaya untuk membangun basis data fisik yang ditempatkan dalam memori sekunder (disk) dengan bantuan sistem manajemen basis data. Tahap ini dimulai dengan melakukan transformasi dari model
22
data yang telah dibuat pada tahap perancangan model data ke bentuk struktur basis data yang sesuai dengan DBMS yang dipilih. Secara umum, sebuah ERD akan direpresentasikan menjadi sebuah basis data fisik, sedangkan komponen-komponen yang terdapat di dalamnya akan menjadi komponen-kompen penyusun basis data fisik tersebut. Pada tahap implementasi basis data, entitas-entitas yang terlibat pada model data akan ditransformasikan menjadi tabel-tabel yang merupakan komponen utama pembentuk basis data, sedangkan atribut-atribut yang menjadi karakteristik entitas akan menjadi kolom-kolom dari tabel-tabel yang dihasilkan dari transformasi entitas ke bentuk tabel. Pada model ERD yang dihasilkan pada perancangan model data, diperoleh sebanyak lima belas entitas. Kelima belas entitas ini kemudian akan ditransformasikan menjadi lima belas tabel dengan masing-masing tabel terdiri dari kolom-kolom yang merupakan transformasi dari atribut entitas-atribut entitas yang melekat pada setiap entitas. Namun pada tahap implementasi basis data, dimungkinkan untuk membuat tabel tambahan diluar transformasi entitas sebagai tabel bantu atau sebagai konsekwensi dari kardinalitas relasi antar entitas pada model data. Tabel-tabel pada basis data fisik Sisagribingwa dapat dilihat pada Lampiran 2. Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa pada sebuah ERD terdapat beberapa macam kardinalitas atau derajat relasi yang mungkin terjadi pada relasi antar entitas. Kardinalitas memiliki pengaruh terhadap struktur tabel pada basis data yang dibuat. Sebuah kardinalitas banyak ke banyak (n ke n) pada relasi dua entitas akan menyebabkan terbentuknya sebuah tabel baru. Namun tidak demikian dengan bentuk kardinalitas lainnya. Pada kardinalitas satu ke satu, satu ke banyak dan subentitas akan menyebabkan penambahan atribut kunci salah satu entitas ke entitas lainnya yang saling terhubung dalam sebuah relasi, sehingga tabel yang terbentuk akan memiliki kolom tambahan yang merupakan implementasi dari penambahan atribut kunci tersebut. Dalam melakukan implementasi basis data, DBMS yang digunakan adalah MySQL. Hasil transformasi model data menjadi basis data fisik dapat dilihat pada Lampiran 3.
5.
Pengujian Basis Data Pada tahap pengujian basis data, dilakukan pengujian basis data fisik secara manual dengan aturan normalisasi serta dan pengujian model data dengan bantuan perangkat lunak Sybase Powerdesigner 12. Aturan normalisasi digunakan untuk menguji apakah basis data fisik yang telah dibuat sudah cukup efisien dan kompak, cepat dalam pengaksesan dan mudah dalam proses manipulasi (tambah, ubah, hapus) data. Menurut Fathansyah (2004) sebuah tabel dalam basis data dapat dikategorikan baik (efisien) atau normal jika telah memenuhi tiga kriteria berikut: a. Jika ada dekomposisi tabel, maka dekomposisi yang dilakukan harus dijamin aman (Loseless-Join Decomposition). b. Terpeliharanya ketergantunagn fungsional pada saat perubahan data (Dependency Preservation). c. Tidak melanggar Boyce-Code Normal Form (BCNF), namun bila BCNF tidak dapat terpenuhi, maka basis data tidak boleh melanggar Bentuk Normal tahap Ketiga (3rd Normal Form).
23
Kriteria pertama, yaitu loseless-join decomposition, akan terpenuhi bila pada tabel-tabel yang merupakan hasil dari sebuah dekomposisi digabungkan kembali, maka akan dapat menghasilkan tabel awal sebelum dekomposisi. Pada basis data fisik yang terbentuk, terdapat beberapa tabel yang merupakan hasil dekomposisi. Yaitu tabel distribusi, penjualan, harga, dan pemasaran. Dengan melakukan pengujian loseless-join decomposition, dapat disimpulkan bahwa dekomposisi yang yang terjadi telah memenuhi kriteria loseless-join decomposition. Kriteria kedua, yaitu dependency preservation atau pemeliharaan ketergantungan, dapat dipenuhi apabila terjadi perubahan data, maka perubahan data yang dilakukan tidak akan menghasilkan inkonsistensi data pada basis data fisik secara keseluruhan. Dengan melakukan pengujian basis data terhadap kriteri kedua ini, basis data fisik yang dihasilkan telah memenuhi kriteria dependency preservation. Kriteria ketiga, yaitu BCNF, dapat terpenuhi apabila pada sebuah tabel dimana terdapat sebuah Ketergantungan Fungsional dengan notasi X Y, maka X harus merupakan superkey pada tabel tersebut. Ketergantungan Fungsional dapat dijelaskan sebagai berikut. Apabila terdapat sebuah tabel pada basis data dengan paling sedikit dua buah atribut, yaitu A dan B, maka dapat dinyatakan seperti pada notasi (4.1) berikut: AB (4.1) Yang berarti A secara fungsional menentukan B atau sebaliknya, B secara fungsional nilainya tergantung pada A, jika dan hanya jika untuk setiap kumpulan baris data (row) yang ada di tabel tersebut dengan satu nilai A yang sama, maka nilai B juga akan sama, sedangkan superkey merupakan satu atau lebih atribut yang dapat membedakan setiap baris data dalam sebuah tabel secara unik. Apabila kriteria ini tidak terpenuhi pada sebuah tabel yang terdapat pada basis data, maka harus dilakukan dekomposisi berdasarkan KF yang ada hingga X menjadi superkey. Dengan melakukan pengujian basis data terhadap BCNF, dapat disimpulkan basis data yang dibangun telah memenuhi kriteria BCNF. Dengan demikian tidak perlu lagi dilakukan pengujian terhadap Bentuk Normal tahap Ketiga (3rdNF).
6.
Perancangan Antarmuka Perancangan antarmuka sistem dilakukan sedemikian rupa sehingga pengguna dapat dengan mudah menggunakan sistem informasi agroindustri belimbing dewa Kota Depok ini. Antarmuka yang mudah dipahami dan efektif akan menjadikan pengguna merasa mudah dalam menggunakan sistem. Antarmuka Sisagribingwa terdiri dari antarmuka pengguna dan antarmuka administrator. Antarmuka pengguna dirancang untuk dapat ditampilkan di dalam layar komputer dengan menggunakan web browser. Antarmuka pengguna merupakan antarmuka output atau laporan yang dibuat dengan bantuan perangkat lunak Dreamweaver CS3. Tampilan antarmuka pengguna dibuat dengan menggunakan bahasa HTML dan PHP serta script Javascript. Antarmuka administrator merupakan antarmuka untuk melakukan input data pada Sisagribingwa yang akan diolah oleh sistem untuk menjadi laporan yang ditampilkan pada antarmuka pengguna. Antarmuka administrator sisagribingwa
24
menggunakan tampilan antarmuka PHPmyadmin, yaitu antarmuka untuk memasukkan input data ke dalam basis data MySQL. PHPmyadmin telah tersedia di dalam paket XAMPP yang diinstal ke dalam komputer yang digunakan untuk membangun Sisagribingwa secara offline serta server tempat melakukan hosting Sisagribingwa secara online, tampilan antarmuka PHPmyadmin dapat dilihat pada Lampiran 14. XAMPP sendiri merupakan sebuah paket yang terdiri dari perangkat file transfer protocol Apache Filezilla, DBMS MySQL, script pemrograman sideserver PHP, dan bahasa pemrograman Perl.
C.
IMPLEMENTASI SISTEM Implementasi sistem dilakukan dengan melakukan pengungggahan sistem yang telah dibuat secara offline ke server web online. Untuk dapat melakukan penguggahan sistem, terlebih dahulu dilakukan penyewaan tempat hosting dan pembelian nama domain situs yang akan digunakan. Domain atau URL dari situs Sisagribingwa adalah http://www.belimbing-depok.net/. Sebagai sebuah sistem informasi berbasis web, Sisagribingwa dapat diakses oleh seluruh orang yang tersambung dengan jaringan internet diseluruh dunia. Fasilitas informasi yang disediakan oleh Sisagribingwa terdiri dari lima paket informasi, kelima paket informasi tersebut adalah paket informasi budidaya, paket informasi pemasaran, paket informasi industri, paket informasi rekayasa proses, dan paket informasi referensi ilmiah. Kelima paket informasi ini dapat terlihat pada bagian menu pada antarmuka pengguna.
1.
Informasi Budidaya Paket informasi budidaya menyediakan informasi seputar budidaya belimbing dewa yang terdiri dari informasi tatacara budidaya sesuai dengan Standar Prosedur Operasional yang disusun oleh Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok, informasi hama dan penyakit, informasi syarat tumbuh, informasi hasil budidaya yang diharapkan, serta informasi kelompok tani-kelompok tani belimbing dewa yang terdapat di Kota Depok. Pada submenu informasi tatacara budidaya, terdapat empat belas langkah budidaya belimbing dewa. Keempat belas langkah tersebut adalah pemilihan lokasi, penentuan waktu tanam, penyiapan lahan, penyiapan bibit, penanaman, pemupukan, pengairan, pemangkasan, pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), sanitasi kebun, penjarangan buah, pembungkusan, panen serta pembersihan, sortasi dan grading. Untuk setiap langkah tatacara budidaya tersedia informasi definisi dari langkah yang dimaksud, tujuan, bahan dan alat, fungsi, serta prosedur pelaksanaan. Gambar 8 menampilkan halaman pemilihan lokasi yang terdapat pada submenu tatacara budidaya. Tatacara budidaya sesuai dengan Standar Prosedur Operasi (SPO) budidaya belimbing dewa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15. Pada submenu hama dan penyakit, setidaknya hingga saat ini telah terkumpul tiga macam hama dan penyakit yang menjadi pengganggu tanaman belimbing dewa. Untuk setiap jenis hama atau penyakit, terdapat informasi nama gangguan, jenis gangguan, gejala, gambar, pengendalian, serta informasi penyakit lainnya. Salah satu halaman submenu informasi hama dan penyakit dapat dilihat pada Gambar 9.
25
Antarmuka pada halaman informasi hama dan penyakit ini akan menampilkan informasi yang mengacu pada jenis-jenis organism pengganggu tanaman yang terdapat pada Lampiran 4.
Gambar 8. Tampilan antarmuka halaman informasi pemilihan lokasi pada submenu tatacara budidaya
Gambar 9. Tampilan antarmuka salah satu halaman informasi hama dan penyakit Pada submenu syarat tumbuh, tersedia informasi mengenai persyaratan daerah yang dapat menjadi tempat yang baik bagi tumbuhnya tanaman belimbing dewa, seperti iklim, media tanam dan ketinggian tempat. Gambar 10 menunjukkan halaman submenu syarat tumbuh tanaman belimbing dewa, sedangkan syarat tumbuh tanaman belimbing dewa selangkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Selanjutnya adalah submenu grade budidaya yang berisi tingkat hasil yang diharapkan dari dilaksanakannya tatacara budidaya belimbing dewa sesuai dengan
26
Standar Prosedur Operasi. Halaman submenu grade budidaya dapat dilihat pada Gambar 11, sedangkan informasi tentang tingkat hasil budidaya yang diharapkan dengan diterapkannya Standar Prosedur Operasi (SPO) dapat dilihat pada Lampiran 6.
Gambar 10. Tampilan antarmuka halaman informasi syarat tumbuh tanaman belimbing dewa
Gambar 11. Tampilan antarmuka halaman informasi grade budidaya Pada submenu kelompok tani terdapat informasi kelompo tani-kelompok tani belimbing dewa yang terdapat di Kota Depok yang terdiri dari nama kelompok tani, lokasi, kecamatan, luar kebun, jumlah anggota, kapasitas panen, populasi tanaman, ketua atau contact person, serta nomor telepon. Halaman submenu kelompok tani belimbing dewa dapat dilihat pada Gambar 12. Halaman ini akan menampilkan data
27
keleompok-kelompok tani yang terdapat di Kota Depok berdasarkan data Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok sebagaimana terdapat pada Lampiran 7.
Gambar 12. Tampilan antarmuka halaman informasi kelompok tani belimbing dewa
2.
Informasi Pemasaran Pada menu informasi pemasaran tersedia submenu informasi harga yang berisi perkembangan harga jual dan harga beli belimbing dewa, informasi suplai dan distribusi belimbing dewa Kota Depok, serta informasi tingkat permintaan dan produksi belimbing dewa Kota Depok. Pada submenu informasi harga jual dan harga beli, ditampilkan tabel perkembangan harga jual dan harga beli dan grafik perkembangan harga jual dan harga beli belimbing perbulan, sehingga memudahkan pengguna untuk melihat perkembangan harga jual dan harga beli belimbing dewa. Halaman harga jual dan harga beli tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 13. Halaman ini akan menampilkan informasi perkembangan harga jual dan harga beli belimbing dewa sesusai data PKPBDD yang dapat dilihat pada Lampiran 8. Submenu suplai dan distribusi berisi informasi sebaran distribusi belimbing dewa ke daerah-daerah tujuan. Pada submenu permintaan dan produksi, ditampilkan tabel tingkat permintaan dan produksi belimbing dewa di Kota Depok setiap bulan. Sebagaimana pada submenu informasi harga, pada submenu informasi permintaan dan produksi pun tersedia grafik perkembangan tingkat permintaan dan produksi buah belimbing dewa Kota Depok. Halaman submenu suplai dan distribusi dapat dilihat pada Gambar 14, sedangkan halaman submenu tingkat permintaan dan produksi dapat dilihat pada Gambar 15. Data perkembangan besaran distribusi dan tingkat permintaan serta produksi dapat dilihat pada Lampiran 9 dan Lampiran 10.
28
Gambar 13. Tampilan antarmuka halaman informasi harga jual dan harga beli tahun 2010
Gambar 14. Tampilan antarmuka halaman informasi suplai dan distribusi
29
Gambar 15. Tampilan antarmuka halaman informasi tingkat permintaan dan produksi
3.
Informasi Industri Menu informasi industri memiliki dua submenu, yaitu submenu informasi produk dan submenu informasi industri pengolahan. Pada submenu informasi produk, tersedia informasi produk-produk olahan belimbing dewa yang diproduksi oleh pengrajin olahan belimbing dewa Kota Depok. Gambar 16 menunjukkan tampilan halaman submenu informasi produk olahan, sedangkan pada submenu informasi industri pengolahan tersedia informasi industri pengolahan-industri pengolahan belimbing dewa yang terdapat di Kota Depok. Gambar 17 menunjukkan tampilan halaman submenu informasi industri pengolahan, sedangkan macammacam produk olahan yang berasal dari buah belimbing dewa dapat dilihat pada Lampiran 11.
Gambar 16. Tampilan antarmuka halaman infromasi produk olahan belimbing dewa
30
Gambar 17. Tampilan antarmuka halaman informasi indsutri pengolahan
4.
Informasi Rekayasa Proses Informasi rekayasa proses adalah informasi yang menampilkan proses pascapanen pembuatan produk olahan dari buah belimbing dewa. Pada menu ini, ditampilkan aneka produk olahan belimbing dewa dan diagram alir proses pembuatannya. Gambar 18 menunjukkan salah satu tampilan halaman pada menu informasi rekayasa proses dan Gambar 19 menunjukkan tampilan halaman pohon industri belimbing dewa. Paket informasi ini akan menampilkan informasi cara pengolahan buah belimbing dewa menjadi beberapa jenis produk olahan buah seperti yang terdapat pada Lampiran 12 dan pohon industri belimbing manis yang dapat dilihat pada Lampiran 13.
Gambar 18. Tampilan antarmuka halaman informasi rekayasa proses
31
Gambar 19. Tampilan antarmuka halaman pohon industri belimbing dewa
5.
Referensi Ilmiah Menu referensi ilmiah adalah menu yang berisi kumpulan karya tulis, hasil penelitian dan aneka pustaka lain yang berhubungan dengan pengembangan agroindustri belimbing dewa Kota Depok. Tampilan halaman Menu referensi ilmiah dapat dilihat pada Gambar 20. Hingga saat ini telah terkumpul empat judul penelitian yang terkait dengan belimbing dewa Depok.
Gambar 20. Tampilan antarmuka halaman informasi publikasi ilmiah
32
D.
PENGUJIAN SISTEM Pengujian sistem dilakukan dengan melakukan simulasi terhadap input data yang dimasukkan ke dalam basis data kemudian membandingkan hasilnya dengan data yang dimiliki oleh sumber informasi, yaitu Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok, Pusat Koperasi Pemasaran Buah dan Olahan Belimbing Dewa Kota Depok serta sumber pustaka yang digunakan. Dari hasil pengujian ini, dapat dinyatakan bahwa Sisagribingwa telah dapat menampilkan informasi sesuai dengan data yang sesungguhnya. Selain itu, pengujian sistem juga dilakukan dengan melakukan browsing situs http://www.belimbing-depok.net/ melalui beberapa web browser yang berbeda. Hasil pengujian dengan beberapa web browser ini menunjukkan bahwa Sisagribingwa dapat dibuka dengan baik dengan menggunakan Mozilla Firefox versi 3 ke atas, Internet Explorer versi 7 ke atas, serta Safari versi 4 ke atas. Pada dasarnya, Sisagribingwa dapat diakses oleh pengguna komputer yang tersambung dengan jaringan internet dari seluruh dunia, karenanya performansi sistem tergantung pada jaringan internet yang tersedia di komputer pengguna.
E.
KENDALA DAN KELEMAHAN SISTEM a.
Kendala Pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok mulai digalakkan sejak tahun 2007 dan komoditas belimbing dewa sendiri diresmikan menjadi ikon Kota Depok pada tahun 2009. Saat ini, Dinas yang menjadi pengampu dan pengawas berjalannya kegiatan pertanian budidaya belimbing dewa dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok, sedangkan bidang agroindustri akan diampu oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Namun, hingga saat ini kegiatan pengolahan komoditas belimbing dewa menjadi produk-produk turunannya masih belum terdata dengan baik. Industri pengolahan produk turunan belimbing dewa di Kota Depok masih dilakukan oleh industri skala rumah tangga. Pada Tahun 2009, Pemerintah Kota Depok telah membangun sebuah Pabrik pengolahan minuman belimbing dewa, namun operasionalisasinya masih belum berjalan dikarenakan terkendala biaya operasional dan kekurangan mesin yang dibutuhkan. Ketidaktersediaan data mengenai industri pengolahan belimbing dewa yang akurat menjadi kendala dalam pengembangan sistem informasi belimbing dewa ini. Selain itu, informasi di Dinas Pertanian dan Perikanan khususnya yang terkait dengan pengembangan pertanian belimbing dewa yang terbaru pun tidak tersedia dengan cukup lengkap. Data kelompok tani dan sebaran petani di Kota Depok yang terdapat di Buku Profil Pertanian Belimbing Dewa Kota Depok adalah data pada tahun 2007, sedangkan untuk data terbaru, tidak tersedia dengan detail sebagaimana yang terdapat pada buku tersebut.
b.
Kelemahan Sistem Kelemahan Sisagribingwa yang dikembangkan saat adalah antarmuka administrator dirancang untuk masih menggunakan antar muka PHPmyadmin yang kurang user-friendly bagi seorang administrator yang awam terhadap penggunaan
33
database MySQL. Kelemahan tersebut nantinya perkembangan kebutuhan sistem di masa depan.
akan
diperbaiki
seiring
34
V. A.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN Rancang bangun sistem informasi mengenai pengembangan agorindustri belimbing dewa yang terdapat di Kota Depok menghasilkan sebuah sistem informasi yang dinamakan Sisagribingwa yang dibangun dengan menggunakan metodologi pendekatan sistem. Pada tahap analisis sistem, terdapat beberapa pihak yang menjadi pelaku dalam Sisagribingwa, yaitu petani belimbing dewa, pemerintah daerah Kota Depok, Pengusaha, masyarakat umum, dan akademisi. Pada tahap perancangan sistem, digunakan Diagram Alir Data untuk merancang aliran informasi pada pada Sisagribingwa serta Diagram Keterhubungan-Entitas untuk merancang model data yang digunakan pada Sisagribingwa. ERD tersebut kemudian di transformasikan menjadi basis data fisik yang terdiri dari dua puluh tabel data. Pada tahap pengujian model data diperoleh kesimpulan model data yang dibangun telah sesuai dan dapat diterapkan. Selanjutnya dilakukan penyusunan aplikasi web dan perancangan antar muka yang dapat menampilkan informasi yang tersedia di dalam basis data fisik sistem kepada pengguna. Pada tahap implementasi sistem, dilakukan pengunggahan sistem ke server world wide web agar sistem informasi yang telah dibangun dapat diakses oleh pengguna di seluruh dunia. Sisagribingwa menghimpun lima paket informasi terkait pengembangan agroindustri belimbing dewa Kota Depok. Kelima paket informasi itu adalah paket informasi budidaya, paket informasi pemasaran, paket informasi industri, paket informasi rekayasa proses dan paket informasi ilmiah. Paket informasi budidaya menghimpun informasi tatacara budidaya, hama dan penyakit, syarat tumbuh, grade budidaya dan kelompok tani. Paket informasi pemasaran menghimpun informasi harga, suplai, dan distribusi serta permintaan dan produksi. Paket informasi industri menghimpun informasi produk dan informasi industri pengolahan. Paket informasi rekayasa proses menyajikan pohon industri belimbing dewa dan diagram alir proses pengolahan produk olahan buah belimbing dewa, sedangkan paket informasi referensi ilmiah menghimpun hasil penelitian terkait komoditas belimbing dewa yang dikembangkan di Kota Depok. Sistem Informasi Agroindustri Belimbing Dewa atau Sisagribingwa Kota Depok dibangun sebagai wahana pusat informasi terpadu terkait pengembangan agroindustri belimbing dewa di Kota Depok. Sisagribingwa dibangun sebagai sistem informasi berbasis web agar dapat diakses oleh masyarakat luas dengan mudah. Sisagribingwa telah dapat diakses secara online melalui jaringan internet di alamat http://www.belimbing-depok.net.
B.
SARAN Sistem informasi agroindustri belimbing dewa ini saat ini masih menggunakan hosting pribadi, di masa depan, sebaiknya Sisagribingwa diletakkan menyatu dengan hosting salah satu badan yang mengampu program pengembangan agroindustri belimbing dewa yaitu Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok atau PKPBDD sehingga lebih mudah dalam hal perawatan sistem. Selain itu diperlukan seorang tenaga administrator
35
yang bertanggung jawab untuk melakukan perawatan dan pembaruan data bagi sistem informasi agroindustri belimbing dewa Kota Depok ini.
36
DAFTAR PUSTAKA Columbia University. 2004. The Columbia Encyclopedia, Sixth Edition. USA: Columbia University Press. Date CJ. 2004. Pengenalan Sistem Basis Data, Edisi 1. PT. Indeks Group Gramedia, Jakarta. Dinas Kominfo Kota Depok. 2010. Profil Kota Depok. http://www.depok.go.id. [28 juni 2010] Direktorat Budidaya Tanaman Buah. 2006. Standar Prosedur Operasional (SPO) Belimbing Dewa Kota Depok Provinsi Jawa Barat. Jakarta: Departemen Pertanian Republik Indonesia. Dinas Pertanian Kota Depok. 2007. Profil Belimbing Potensi Investasi Holtikultura Kota Depok. Depok: Pemerintah Daerah Kota Depok. Jamaran I, Djatna T, dan Junjun PP. 1998. Pengembangan Prototipe Sistem Informasi Agroindustri Kopi Indonesia. Jurnal Teknologi Industri Pertanian Volume 9 (2): 93-100. Eriyatno. 1999. Ilmu Sistem, Meningkatkan Mutu Dan Efektivitas Manajemen. IPB Press, Bogor. Fathansyah. 2004. Basis Data. Informatika. Bandung. GNU GPLver3. 2007. GNU General Public License. http://www.gnu.org/licenses/gpl-3.0.txt./ [31 Januari 2011] Haris A. 2008. Strategi Pemasaran Belimbing Manis (Averrhoa carambola L.) di Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hartisari. 2007. Sistem Dinamik:Konsep Sistem dan Permodelan untuk Industri dan Lingkungan. Seameo Biotrop. Bogor. Junaedi F. 2005. Panduan Lengkap Pemrograman HTML. E-media Solusindo, Yogyakarta. Kadir A. 2008. Dasar Pemrograman Web Dinamis Menggunakan PHP (Revisi). Penerbit ANDI, Yogyakarta. Marimin. 1993. Laporan Kemajuan Proyek Hibah Bersaing Perguruan Tinggi, Pengembangan Sistem Informasi Agroindustri. [laporan penelitian]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo, Jakarta. Marimin. 2005. Teori Dan Aplikasi Sistem Pakar Dalam Teknologi Manajerial. IPB Press, Bogor. Marimin, Tanjung H, dan Prabowo H. 2006. Sistem Informasi Sumberdaya Manusia. Grasindo, Jakarta. McLeod R, dan Schell GP. 2007. Sistem Informasi Manajemen. Indeks, Jakarta. McNamara C. 2006. Field Guide to Consulting and Organizational Development: A Collaborative and Systems Approach to Performance, Change and Learning. USA: Authenticity Consulting, LLC. Nakasone HY and Paull RE. 1998. Tropical Fruits. New York: CAB International. Nalurita S. 2008. Analisis Efisiensi Pemasaran Belimbing Dewa di Kecamatan Pancoranmas Kota Depok, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. O‟Brien JA. 2005. Pengantar Sistem Informasi, Edisi 12. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. O‟Brien JA, and Maracas GM. 2009. Management Information System: 9th edition. USA: McGraw Hill/Irwin. Prasetyo DD. 2003. Administrasi Database Server MySQL. Elex Media Komputindo, Jakarta. Post GV and Anderson DL. 2003. Management Information System: Solving Business Problems with Information Technology. USA: McGraw Hill/Irwin. Solichin A. 2010. Mysql 5, Dari Pemula Hingga Mahir. Universitas Budi Luhur, Jakarta.
37
Sidik B. 2003. Mysql Untuk Pengguna, Administrator, dan Pengembang Aplikasi Web. Penerbit Informatika, Bandung. Sidik B, dan Pohan HI. 2002. Pemrograman Web dengan HTML. Informatika, Bandung. Whitten JL, Bentley LD, and Dittman KC. 2001. Systems Analysis and Design Methods, 5th Edition. USA: McGrawHill Companies Inc. Winardi J. 2005. Pemikiran Sistemik Dalam Bidang Organisasi Dan Manajemen. Rajawali Press, Jakarta. XHTML2 Working Group. 2010. XHTML2 Working Group Home Page. http://www.w3.org/MarkUp/. [20 desember 2010].
38
LAMPIRAN
39
Lampiran 1. Hasil perancangan model data Sisagribingwa dalam bentuk ERD
Keterangan: = Entitas = Relasi = Atribut entitas (x, x) = Kardinalitas = Spesialisasi/generalisasi 40
Lampiran 3. Hasil perancangan basis data fisik Sisagribingwa menggunakan MySQL
41
Lampiran 2. Tabel-tabel pada basis data fisik Sisagribingwa
37
Lampiran 4. Organisme pengganggu tanaman belimbing dewa Nama Organisme Pengganggu
Gejala dan tanda-tanda serangan
Dewasa Bertelur di dalam buah
Lalat Buah (Batrocero carambolae)
Larva yang menetas memakan isi buah. Akhirnya buah menjadi busuk dan gugur
Jamur Upas (Upasita salminicolor)
Menyerang pada batang atau cabang yang kulitnya berwarna cokelat dan belum membentuk lapisan gabus tebal. Serangan yang berat mengakibatkan batang mongering dan lapuk
Bercak Daun cercospora (Cercospora averrhoae)
Menyerang daun, tangkai daun dan batang muda. Penyakit ini menyebabkan terjadinya bercakbercak klorotik pada daun dengan tepi daun berwarna cokelat tua dan ungu. Serangan yang hebat menyebabkan daun kuning hingga rontok
Pengendalian bungkus buah 3-4 minggu setelah buah terbenuk. Buah yang terserang penyakit atau jatuh, dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam kantung plastik lalu dibenamkan di dalam tanah sedala 30cm atau dibakar. Gunakan hydrolisate dicampur insektisida sistemik atau kontak seperti dimethoate, malathion, fenthion atau maldison sesuai dosis, waktu dan teknis pemakaian yang dianjurkan. Gunakan perangkap lalat buah dengan memakai zat yang disebut feromon yaitu metil eugenol (Petrogenol 800 L). sumber metil eugenol antara lain minyak dari tanaman selasih dan tanaman melaleuka. Pemakaian bahan campuran metil eugenol dari dari sumber Petrogenol 800 L dengan pestisida berbahan aktif monokrotofos sebanyak 0,5 ml yang diteteskan pada kapas. Kerapatan perangkap 20-25 buah/ha. Penyemprotan atau dengan pengolesan cabang sakit dengan fungisida 'Bubur Bordeaux 1%' (1 kg sulfat tembaga atau terusi; 1,25 kg kapur tohor; 100 liter air); atau Calixin 5%. Selain itu juga bisa digunakan Topsin dengan Kapur maupun fungisida seperti Benlate. penyemprotan fungisida kaptafol atau fungisida lain berbahan aktif oksiklorida tembaga seperti Difolatan dan lain-lain.
38
Lampiran 5. Syarat tumbuh belimbing dewa 1. Iklim a. b. c.
d.
Untuk pertumbuhan dibutuhkan keadaan angin yang tidak terlalu kencang, karena dapat menyebabkan gugurnya bunga atau buah. Curah hujan sedang, di daerah yang curah hujannya tinggi seringkali menyebabkan gugurnya bunga dan buah, sehingga produksinya akan rendah. Tempat tanamnya terbuka dan mendapat sinar matahari secara memadai dengan intensitas penyinaran 45–50 %, namun juga toleran terhadap naungan (tempat terlindung). Tingkat produksi maksimum didapatkan pada daerah dengan penyinaran matahari langsung selama 2000 jam/tahun. Suhu ideal untuk perkembangan daun dan buah belimbing adalah antara 21°C sampai 32°C, atau di daerah dengan 6–12 bulan basah dan 0–6 bulan keing, namun paling baik di daerah yang mempunyai 7,5 bulan basah dan 4,5 bulan kering.
2. Media Tanam a.
b. c.
Hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok pula untuk tanaman belimbing. Tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik. Derajat keasaman tanah untuk tanaman belimbing yaitu memiliki pH 5,5–7,5. Kandungan air dalam tanah atau kedalaman air tanah antara 50–200 cm dibawah permukaan tanah.
3. Ketinggian Tempat a.
Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman belimbing yaitu di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl.
39
Lampiran 6. Tingkat hasil budidaya yang diharapkan dengan diterapkannya SPO Target mutu yang diharapkan diperoleh dengan menerapkan tatacara budidaya sesuai dengan Standar Prosedur Operasi yang telah disusun dari mutu belimbing dewa Kota Depok dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) aspek, yaitu : A.
Produktivitas/pohon/tahun: 1. 2. 3. 4.
B.
Mutu buah hasil panen: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
C.
Umur < 5 tahun : <100 kg/pohon/tahun (4 kali panen) Umur > 5 tahun : >200 kg/pohon/tahun (4 kali panen) Umur 10-15 tahun: >400 kg/pohon/tahun (4 kali panen) Umur >15 tahun : >600 kg/pohon/tahun (4 kali panen)
Tidak cacat Bebas cemaran fisik (tanah, kotoran) Bebas cemaran OPT (embun jelaga, lalat buah) Bebas cemaran pestisida Ukuran buah seragam Tidak memar Warna seragam (sesuai umur panen dan varietas) Bentuk seragam
Proporsi kelas buah hasil panen berdasarkan berat buah dan atau jumlah buah per kilogram dari setiap pohon: 1. 2. 3.
Kelas A (buah dengan berat > 500 gr/buah) : 15% Kelas B (buah dengan berat > 400 gr/buah) : 35% Kelas C (buah dengan berat > 300 gr/buah) : 50%
40
Lampiran 7. Kelompok-kelompok tani belimbing dewa yang terdapat di Kota Depok
Maju Bersama Ciampeun Jaya
Kelurahan Tugu, RT 10-11 Kelurahan Cimpauen
Cimanggis Cimanggis
Jumlah Anggota (orang) 76 3
Banjarsari
Kelurahan Cilangkap
Cimanggis
2
183
Banjaran Pucung Jaya
Kelurahan Cilangkap Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kelurahan Bakti Jaya Kelurahan Cipayung Kelurahan Pancoran Mas Kelurahan Mampang Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Kelurahan Rangkapan Jaya Kelurahan Cipayung Jaya Kelurahan Pondok Cina Kelurahan Kukusan Kelurahan Krukut Kelurahan Limo Kelurahan Pasir Putih Kelurahan Sawangan Baru Kelurahan Bojong Sari Baru
Cimanggis
4
470
H. Karta Wijaya H. Bonen
Cimanggis
8
128
H. Mamad
Sukmajaya Pancoran Mas Pancoran Mas Pancoran Mas
10 30 26 43
281 771 1120 1860
H. Saim Marulloh Nanang Adul
Pancoran Mas
29
2823
Mahmud
Pancoran Mas
26
859
Hamid
Pancoran Mas Pancoran Mas Beji Beji Limo Limo Sawangan Sawangan Sawangan
40 20 32 13 15 10 64 11 5 467 orang
1987 1140 1169 361 1163 1163 4055 655 138 23466 ton/thn
Nama Poktan
Juang Tani Bakti Jaya Layung Sari Kali Licin Laris Jaya 1 RJB Rawa Denok Dewi Merah Sari Jaya Cipayung Jaya Subur Makmur Alam Lestari 2 Tunas Mekar 1 Tunas Mekar 2 Sakati Makmur Tunas Makmur Mekar Sari 1 20 kelompok tani
Lokasi
Kecamatan
Luas Kebun (ha)
Kapasitas Panen
Populasi Tanaman 2940 200
Ketua/CP
No. telp
Yasin
Sabil Mad Rohim H. Amat Tohir H. Sain Misan Basuni H. Syahdan Jaini H. Derohman
37
Lampiran 8. Perkembangan harga belimbing depok tahun 2009 dan 2010 (rupiah) A.
Harga tahun 2009 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
B.
Harga Jual 9,000 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000 10,500 11,500 11,000 10,500
Harga Beli 5,000 5,500 6,000 5,500 5,000 5,000 6,700 5,600 5,500 6,000 6,000 6,000
Harga Jual 10,000 9,500 11,000 10,500 10,000 8,000 8,000 8,000 8,000 -
Harga Beli 5,000 5,200 6,500 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 -
Harga tahun 2010
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
37
Lampiran 9a. Distribusi belimbing dewa depok tahun 2009 (kilogram) Bandung Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Depok
Jakarta
Botabek
3416
22360
1565
1273
107
12235
167
677
788
3956
158
0
573
6889
353
350
258
800
367
300
158
0
0
0
215
2096
0
372
287
5460
256
1038
1059
14959
184
1320
804
9801
0
946
756
6912
154
1168
585
6938
0
1502
38
Lampiran 9b. Distribusi belimbing dewa depok tahun 2010 dalam kilogram Bandung Januari
315 0
Februari
1318 Maret
Depok
364 265 1027
Jakarta
Botabek
3686
210
0
0
6646
2744
1116
1283
2639
1533
1208
2482
4590
2933
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
April
Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
39
Lampiran 10. Perkembangan tingkat permintaan dan produksi belimbing dewa 2009-2010 A.
Tahun 2009 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
B.
Tingkat permintaan
28952 18401 5858 12213 29959 16858 28406 12085 16288 11950 8975 9163
Tingkat produksi 35500 18686 7912 17654 37258 14448 27302 16826 19613 13560 14783 12792
Tahun 2010 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Tingkat permintaan
17857 265 11735 679 10570 12581 -
Tingkat produksi 27289 9713 9018 7600 11976 16916 -
40
Lampiran 11. Macam-macam produk olahan buah belimbing dewa Merk Produk
Jenis Produk
Industri Penghasil
Delira, Starfruit Juice
Olahan minuman
Tri Starfruit Prima Group
Kyko, Sari Buah Belimbing Instan
Olahan instan
Dwi Retno Handayani
Winner, Sirup Belimbing Dewa
Olahan minuman
CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul
RasaDewa, dodol Belimbing Dewa
Olahan dodol
KUB Harapan Sejahtera Abadi
41
Lampiran 12a. Proses Pengolahan buah belimbing dewa menjadi dodol
42
Lampiran 12b. Proses Pengolahan buah belimbing dewa menjadi minuman serbuk instan
43
Lampiran 12c. Proses Pengolahan buah belimbing dewa menjadi jus belimbing dewa
44
Lampiran 12d. Proses Pengolahan buah belimbing dewa menjadi jus kripik
45
Lampiran 13. Pohon industri belimbing manis
37
Lampiran 14. Tampilan antarmuka halaman PHPmyadmin
38
Lampiran 15. Tatacara budidaya belimbing dewa sesuai Standar Prosedur Operasi A.
Pemilihan lokasi Definisi: Memilih lokasi tanam yang sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman Tujuan : diperoleh lingkungan tumbuh yang sesuai dengan kebutuhan ideal tanaman belimbing Bahan dan alat: 1. 2. 3. 4.
Informasi adanya tanaman indikator Data iklim BMKG Rencana umum tata ruang wilayah pH meter
Fungsi: 1. 2. 3. 4.
Informasi adanya tanaman indikator untuk menginformasikan bahwa di lokasi yang bersangkutan belimbing dapat tumbuh Data iklim BMKG untuk mengetahui tingkat curah hujan; suhu udara harian dan tahunan; bulan basah dan kering; lama penyinaran rata-rata perhari di suatu daerah. Rencana umum tata ruang wilayah untuk mengetahui gambaran kebijakan peruntukan lahan pH meter untuk mengukur tingkat keasaman tanah
Prosedur pelaksanaan: lakukan pengkajian lahan yang akan digunakan, beberapa hal yang harus dilakuakan adalah, cari tahu tentang adanya tanaman belimbing lokal untuk memastikan bahwa tanaman belimbing dapat tumbuh di lokasi tersebut; ukur tingkat keasaman tanah dengan menggunakan pH meter; pelajari rencana umum tata ruang wilayah; Pelajari data iklim BMKG untuk wilayah depok dan sekitarnya. Kemudian lakukan penyesuaian dengan persyaratan tumbuh tanaman belimbing B.
Penentuan waktu tanam Definisi: menetapkan waktu tanam yang tepat Tujuan : agar diperoleh waktu tanam yang tepat, sehingga tanaman belimbing dapat tumbuh baik diawal pertumbuhannya Bahan dan alat: 1. 2. 3.
Informasi/sejarah penggunaan/pemilikan lahan Informasi ketersediaan sarana produksi (bibit, pupuk, pengairan, dll) Data iklim BMKG
37
Fungsi: 1.Informasi/sejarah penggunaan/pemilikan lahan untuk mengetahui permasalahan dan situasi terakhir lahan 2.Informasi ketersediaan sarana produksi (bibit, pupuk, pengairan, dll) untuk mengetahui gambaran kesinambungan suplai sarana produksi 3.Data iklim BMKG untuk mengetahui waktu musim hujan dan tingkat curah hujan Prosedur pelaksanaan: Cari informasi saat air tersedia secara alami di lahan atau saat musim hujan tiba. kemudian cari informasi mengenai kebiasaan menanam di lokasi tersebut. Waktu tanam dilakukan ketika ketersediaan air mencukupi atau disaat musim hujan datang Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan C.
Penyiapan lahan 1.
Pembuatan lubang Definisi: Membuat lubang tanam sebagai lokasi permanen penempatan bahan tanam (bibit tanaman belimbing) dan menutupnya. Tujuan : Agar diperoleh lubang tanam dengan kondisi kelembaban, kesuburan dan aerasi yang baik bagi pertumbuhan perakaran tanaman. Bahan dan Alat: a. Cangkul/garpu b. Pupuk An-Organik (NPK) dan Pupuk Organik (Pupuk Kandang dan Pupuk Daun) c. Ember/timba/kaleng bekas Fungsi: a. b. c.
Cangkul/garpu untuk melubangi tanah, mencampur pupuk dengan tanah dan memasukkan campuran tanah dan pupuk ke lubang Pupuk An-Organik (NPK) dan Pupuk Organik (Pupuk Kandang dan Pupuk Daun) untuk menambah dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah Ember/timba/kaleng bekas untuk mengangkut dan menentukan jumlah/takaran bahan pupuk yang digunakan
Prosedur Pelaksanaan: Cabut ajir dan tancapkan di sisi lubang yang akan dibuat. Buat lubang dengan dimensi (pxlxt) 1mx1mx50cm. Letakkan tanah bagian atas di kiri lubang dan tanah bagian bawah di bagian kanan lubang. Tancapkan ajir pada bagian tengah lubang. Biarkan lubang terbuka selama 2 minggu. Campurkan tanah bagian atas dan bagian bawah dengan 20 kg (1 kaleng minyak) pupuk kandang dan NPK 200gr. Masukkan tanah bagian atas yang telah dicampur pupuk ke bagian dasar lubang dan di ikuti tanah bagian bawah. Biarkan lubang yang telah tertutup sampai waktu penanaman tiba. Lakukan pencatatan sesuai format yang digunakan
38
2.
Pengajiran Definisi: Pemasangan tanda pada lokasi lubang tanam belimbing sesuai jarak yang telah ditetapkan. Tujuan : Agar diperoleh jarak tanam yang optimum. Bahan dan Alat: a. b. c. d. e.
Tali rafia / Benang kasur Bambu Meteran Gergaji Golok / Sabit
Fungsi: a. b. c. d. e.
Tali rafia / Benang kasur untuk memandu, membatasi dan meluruskan jarak antar lubang tanam Bambu sebagai bahan ajir Meteran sebagai alat ukur Gergaji untuk memotong bambu Golok / Sabit untuk membelah/meruncingkan bambu
Prosedur Pelaksanaan: Potong bambu ukuran sepanjang 1 m. Belah tiap potongan bambu menjadi kurang lebih sebesar 2 jari tangan yang sama besar. Runcingkan salah satu ujung bilah bambu tersebut. Ukur jarak tanam 6x6m. lalu tancapkan ajir pada tempat yang telah ditentukan. Terakhir lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan. D.
Penanaman Definisi: Menanam bibit belimbing pada lubang tanam yang telah dipersiapkan Tujuan : Agar tanaman tumbuh secara optimal Bahan dan alat: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Ajir Tali rafia / Benang kasur Pisau Cangkul/garpu Ember/timba/kaleng bekas Air Bibit
39
Fungsi: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Ajir untuk memberi tanda dan tempat mengikat bibit Tali rafia / Benang kasur untuk mengikat tanaman dan ajir Cangkul/garpu untuk menggali dan mengembalikan tanah ke lubang Pisau untuk merobek polybag Ember/timba/kaleng bekas untuk mengangkut pupuk Air untuk memadatkan lubang dan tanah Bibit bermutu varietas unggul untuk ditanam pada lubang tanam
Prosedur pelaksanaan: Letakkan bibit di dekat lokasi lubang tanam dan cabut ajir dan tancapkan disisi tempat lubang tanam. Lalu gali lubang tanam yang telah ditimbun seukuran polybag/wadah bibit belimbing. Setelah itu buka/sobek polybag secara hati-hati, jangan sampai melukai perakaran. Letakkan bibit di dasar lubang tanaman. Kemudian timbun bibit dengan tanah bagian atas sampai setinggi leher akar. Padatkan tanah bagian atas kemudian siram dengan air secukupnya. Selanjutnya tancapkan ajir 5-10 cm dari bibit yang baru ditanam lalu ikat dengan tali raffia. Simpan label dan dokumentasikan. Terakhir, lakukan pencatatan riwayat bibit (sumber dan kondisi) sebagaimana format yang digunakan. E.
Pemupukan Definisi: Pemberian pupuk pada tanaman. Tujuan : Menyediakan kebutuhan unsur hara (nutrisi) yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Bahan dan alat: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Cangkul/garpu Pupuk An-Organik (NPK) dan Pupuk Organik (Pupuk Kandang dan Pupuk Daun) Ember/timba/kaleng bekas Timbangan/alat takar Sprayer Air
Fungsi: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Cangkul/garpu untuk menggali dan mengembalikan tanah ke lubang Pupuk An-Organik (NPK) dan Pupuk Organik (Pupuk Kandang dan Pupuk Daun) untuk menambah dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah Ember/timba/kaleng bekas untuk mengangkut pupuk Timbangan/alat takar untuk membantu menentukan jumlah pupuk yang digunakan Sprayer untuk menyemprotkan pupuk cair Air untuk mengencerkan pupuk
Prosedur pelaksanaan: Siapkan pupuk sesuai jenis dan dosis yang akan digunakan pada tempat yang telah ditentukan. Berikan pupuk sesuai tabel 1. Masukkan pupuk ke dalam lubang tanam, lalu tutup. Apabila pupuk daun yang dicairkan, maka larutkan dulu pupuk dalam timba dengan air, lalu semprotkan dengan
40
sprayer/power sprayer. Lakukan pencatatan riwayat bibit (sumber dan kondisi) sebagaimana format yang digunakan. F.
Pengairan Definisi: Memberikan air untuk tanaman. Tujuan : Menyediakan kebutuhan air bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Bahan dan alat: 1. 2.
Ember/timba/kaleng bekas Air
Fungsi: 1. 2.
Air sebagai bahan pengairan Sprayer untuk membawa dan membagi air
Prosedur pelaksanaan: Siapkan alat dan bahan pengairan. Lakukan pengairan secara berkala (melihat kondisi tanah dan tanaman). Hentikan pengairan bila tanah telah cukup lembab. G.
Pemangkasan 1. Pemangkasan pemeliharaan definisi: Memotong cabang/ranting tanaman yang tidak bermanfaat. tujuan : Untuk merangsang pembungaan serta membuang ranting/cabang yang mati, tunas air, maupun yang tidak produktif, mengarah ke dalam. Selain itu juga untuk mengendalikan OPT, membentuk tajuk tanaman yang kokoh dan memudahkan pengelolaan dan panen. bahan dan alat: a. Gunting pangkas b. Gergaji c. Keranjang/karung fungsi: a. Gunting pangkas untuk memotong tunas, ranting dan daun yang berdiameter kecil b. Gergaji untuk memotong batang besar dan tidak produktif c. Keranjang/karung untuk mengangkut sampah hasil pangkasan
41
prosedur pelaksanaan: Persiapkan peralatan yang akan dipergunakan untuk memangkas, kemudian lakukan identifikasi letak/bagian yang akan dipangkas, seperti: cabang/ranting yangtidak menghasilkan buah (tidak produktif); cabang/ranting yang mengarah ke dalam tajuk tanaman; cabang/ranting yang kurus, berdaun kecil dan kurang mendapat sinar matahari; cabang/ranting yang rusak/terserang OPT; cabang/ranting yang saling silang; dan cabang/ranting yang mati. 2.
Pemangkasan peremajaan definisi: Memotong cabang /ranting yang tidak produktif. tujuan : Untuk meremajakan tanaman/memperpanjang usia produktif (biasa dilakukan pada tanaman yang telah berusia lebih dari 10 tahun ataupun mengganti dengan varietas unggulan). bahan dan alat: a. b. c. d.
Gergaji Keranjang/karung Lilin/vaselin penutup luka Mata tunas belimbing dewa
fungsi: a. b. c. d.
Gergaji untuk memotong cabang yang berukuran besar Keranjang/karung untuk menampung hasil pangkasan Lilin/vaselin penutup luka untuk menutup luka bekas pemotongan atau penempelan Mata tunas belimbing dewa untuk calon batang atas (apabila dilakukan penggantian varietas)
prosedur pelaksanaan: Persiapkan peralatan yang akan dipergunakan untuk memangkas. setelah itu lakukan identifikasi letak/bagian yang akan dipangkas seperti: cabang/ranting yang tidak produktif; cabang/ranting yang rusak terserang OPT; dan cabang/ranting yang mati. Kemudian lakukan pemangkasan setelah panen buah berakhir. Selanjutnya olesi bagian yang terpotong denga lilin atau bahan penutup luka. Lalu letakkan hasil pangkasan pada keranjang dan diangkut ketempat pembuangan. Lakukan penempelan mata tunas pada salah satu atau lebih calon titik tumbuh dari bagian batang bawah (apabila akan dilakukan penggantian varietas dengan varietas dewa). Lakukan prosedur sebagaimana sub kegiatan pemangkasan pembentukan tajuk/pohon apabila telah tumbuh tunas baru. Terakhir lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan. H.
Pengendalian OPT Definisi: Tindakan yang dilaksanakan untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan oleh OPT (Organism Pengganggu Tanaman) utama yang menyerang tanaman belimbing manis dengan cara memadukan satu atau lebih teknik pengendalian yang dikembangkan dalam satu kesatuan.
42
Tujuan : Mengendalikan OPT yang dapat mengurangi mutu dan jumlah produksi buah belimbing. Bahan dan alat: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Sprayer Ember/timba/kaleng bekas Masker/baju lengan panjang/sepatu/topi Pestisida Air Botol bekas air mineral Kapas Alat pengaduk Corong Drum/bak penampung
Fungsi: 1. 2.
Sprayer digunakan sebagai wahana menyemprotkan bahan pestisida ke permukaan tanaman Ember/timba/kaleng bekas untuk mencampur bahan pestisida dengan air maupun bahan tambahan lain 3. Masker/baju lengan panjang/sepatu/topi untuk menjaga keamanan pekerja dari dampak pestisida 4. Pestisida sebagai larutan utama pengendali/pemberantasan OPT 5. Air untuk mengencerkan bahan pestisida 6. Botol bekas air mineral sebagai wahana perangkap lalat buah 7. Kapas sebagai tempat meletakkan larutan pestisida dalam wadah botol bekas 8. Alat pengaduk untuk mencampurkan bahan pestisida dengan air 9. Corong untuk memasukkan pestisida dalam sprayer 10. Drum/bak penampung sebagai wadah bahan pestisida yang akan disemprotkan menggunakan power sprayer Prosedur pelaksanaan: Lakukan pengamatan terhadap gejala OPT di kebun secara teratur dan berkala. Kenali jenis-jenis OPT, gejala serangan dan musuh alaminya. Perkirakan OPT yang perlu diwaspadai dan dikendalikan. Konsultasikan bila ditemukan gejala serangan OPT dengan PHP (Petugas Hama dan Penyakit) setempat atau PTPH Propinsi Jawa Barat dan atau DKI Jakarta bila ditemukan keraguan dalam pengendaliannya. Lakukan pengendalian sesuai saran PHP atau PTPH. Tentukan waktu, cara dan jenis tindakan pencegahan maupun pemberantasan yang perlu segera dilakukan. Persiapkan bahan dan peralatan yang dipergunakan untuk pengendalian OPT. Beri label pada pohon untuk menginformasikan tanggal pengendalian OPT, jenis dan cara pengendalian yang dilakukan serta waktu pengamatan OPT rutin selanjutnya. Pelaksanaan penyemprotan dilaksanakan pada pagi (pukul 07.00-10.00) atau sore hari (pukul 16.30-17.30). Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan. I.
Sanitasi kebun Definisi: Menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan kebun. Tujuan : Untuk memberikan lingkungan tumbuh yang baik bagi tanaman serta memutuskan siklus hidup OPT.
43
Bahan dan alat: 1. 2. 3. 4.
Golok / Sabit Sapu lidi Cangkul/garpu Gerobak dorong/pengki
Fungsi: 1. 2. 3. 4.
Golok / Sabit untuk memotong/memangkas gulma Cangkul/garpu untuk membersihkan gulma dipermukaan tanah dan menggali lubang sampah Gerobak dorong/pengki untuk mengangkut seresah dan sampah hasil pembersihan Sapu lidi untuk menyapu hasil pembersihan lahan
Prosedur pelaksanaan: Persiapkan peralatan yang diperlukan. Bersihkan gulma yang tumbuh disekitar tanaman. Ambil buah belimbing yang jatuh ke tanah maupun yang nyangkut di pohon lalu masukan ke dalam keranjang. Masukkan daun, sisa gulma maupun buah yang rusak/busuk ke dalam keranjang/karung. Bawa karung yang sudah penuh ke tempat/galian tanah yang telah disiapkan. Tuang isi keranjang/karung ke dalam lubang. Timbun sampah tersebut pada lubang pengumpulan. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan. J.
Penjarangan buah Definisi: Mengurangi jumlah buah pada tanaman. Tujuan : Meningkatkan ukuran dan mutu buah. Bahan dan alat: 1. 2.
Keranjang/karung Tangga/stager
Fungsi: 1. 2.
Keranjang/karung untuk meletakkan hasil buah yang dibuang Tangga/stager sebagai alat bantu panjat apabila posisi buah tinggi
Prosedur pelaksanaan: Siapkan bahan dan alat untuk menjarangkan buah. Lakukan penjarangan buah saat buah berukuran 2-3 cm atau 15-20 hari sejak bunga mekar. Buang buah bila: bentuk dan ukurannya tidak normal; buah terserang OPT; terdapat diujung ranting/cabang; dalam satu dompolan terdapat lebih dari 2 buah; tempatkan buah hasil penjarangan pada kantung plastik, diikat kemudian ditimbun dalam tanah, atau sebagai pakan ternak. Terakhir lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan.
44
K.
Pembungkusan Definisi: Membungkus buah muda dengan plastik. Tujuan : Untuk menghindarkan buah dari serangan OPT, meningkatkan mutu buah dan menghindarkan buah dari pencemaran pestisida. Bahan dan Alat: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Plastik/karbon Tali bambu/tali raffia yang diwarnai Stapler Guntingan kertas koran Keranjang/karung Tangga/stager Besi pengait
Fungsi: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Plastik/karbon untuk membungkus buah Tali bambu/tali raffia yang diwarnai untuk mengikat ujung-ujung plastik pembungkus dan sebagai tanda pada bulan/minggu ke berapa buah dibungkus Stapler untuk menyetaples plastik bungkus yang posisinya sulit untuk ditalikan Guntingan kertas koran untuk pelindung buah yang terkena sinar matahari langsung, agar buah tidak terbakar Keranjang/karung untuk membawa plastik bungkus dan tali raffia Tangga/stager sebagai alat bantu panjat apabila posisi buah tinggi Besi pengait untuk mengait ranting buah yang terletak jauh agar mudah dibungkus
Prosedur Pelaksanaan: Persiapkan peralatan untuk membungkus buah dan tali. Potong bagian pojok plastik pembungkus. Masukkan plastik pembungkus dan tali raffia ke dalam karung plastik bekas. Lakukan pembungkusan buah. Ikat mulut kantong pembungkus pada pangkal tangkai buah dengan cukup longgar. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan. L.
Panen 1.
Penentuan waktu panen Definisi: Menentukan saat pemetikan buah terbaik sesuai permintaan pasar/konsumen. Tujuan : Memperoleh buah yang sesuai tingkat kematangan dan waktu pemetikannya yang tepat. Bahan dan Alat:
45
a. b.
Poster indeks kematangan buah belimbing Catatan pemesanan
Fungsi: a. b.
Poster indeks kematangan buah belimbing sebagai panduan menentukan buah yang sudah layak untuk dipetik Catatan pemesanan sebagai panduan jumlah buah yang akan dipetik
Prosedur Pelaksanaan: Lakukan pengamatan visual. Cek berdasarkan tanda warna pada tali bambu atau tali raffia berwarna, menandakan umur buah dan kematangan. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan. 2.
Pemetikan buah Definisi: Memetik buah yang siap dipanen. Tujuan : Mendapat buah yang sesuai permintaan pasar. Bahan dan Alat: a. b. c.
Keranjang/karung Tangga/stager Besi pengait
Fungsi: a. b. c.
Keranjang/karung untuk meletakkan sementara buah yang telah dipetik Besi pengait untuk mengaitkan keranjang sebagai alat bantu panjat apabila posisi buah tinggi
Prosedur Pelaksanaan: Persiapkan dan bawa alat panen ke kebun. Gunakan tangga atau stager apabila posisi buah terlalu tinggi. Petik buah bila telah sesuai dengan tingkat kemasakan yang diinginkan dengan hati-hati. Masukkkan buah yang telah dipetik ke dalam timba/keranjang bambu. Pindahkan buah ke keranjang pengumpul bambu bila timba/ember sudah penuh atau saat pindah ke tanaman lain. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan. M.
Pembersihan, sortasi, dan grading 1. Pembersihan Definisi: Membersihkan buah belimbing. Tujuan :
46
Menghilangkan kotoran(seperti debu/tanah, daun/ranting, sarang hama, dll) yang masih menempel pada buah. Bahan dan Alat: a. b.
Lap basah Keranjang/karung
Fungsi: a. b.
Lap basah untuk mengelap permukaan kulit buah Keranjang/karung untuk menempatkan buah yang telah dibersihkan, disortasi dan grading
Prosedur Pelaksanaan: Persiapkan dan periksa kebersihan tempat, alat dan bahan yang digunakan. Lakukan pembersihan buah dengan hati-hati. Pisahkan buah yang telah dibersihkan pada tempat yang telah disediakan/keranjang pengumpul. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan. 2.
Sortasi dan Grading Definisi: Memilih dan memisahkan buah berdasar standar mutu belimbing. Tujuan : Untuk memisahkan buah yang baik dengan yang tidak baik serta mendapatkan buah yang memiliki keseragaman, antara lain: varietas, berat, tingkat kesegaran, dan tingkat ketuaan.
Bahan dan Alat: a. b.
Keranjang/karung Timbangan/alat takar
Fungsi: a. b.
Keranjang/karung untuk meletakkan buah yang sudah dibersihkan Timbangan/alat takar untuk mengukur/menimbang berat hasil
Prosedur Pelaksanaan: Persiapkan dan periksa kebersihan tempat, alat dan bahan yang akan digunakan. Siapkan wadah untuk sortasi buah. Pisahkan buah berdasarkan : Keseragaman warna buah; Ada tidaknya cacat buah; Normal tidaknya bentuk dan ukuran buah; Ada tidaknya serangan OPT pada buah; Kelompokkan buah sesuai dengan kelasnya. Terakhir lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan.
47