RADIO ER-DAMMAH 107,7 FM SEBAGAI MEDIA DAKWAH ISLAM Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sosial (S.Sos.I)
Herdiawan NIM: 104051001863
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M / 1429 M
RADIO ER-DAMMAH 107,7 FM SEBAGAI MEDIA DAKWAH ISLAM Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sosial (S.Sos.I) oleh :
Herdiawan NIM: 104051001863
Di bawah bimbingan:
M. Hudri, M.Ag NIP. 150 289 437
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAN NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M /1429 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul RADIO ER-DAMMAH SEBAGAI MEDIA DAKWAH ini telah di ujikan dalam siding munaqosyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pada tanggal 15 Desember 2008 M. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat memeproleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Jakarta, 15 Desember 2008 M Sidang Munaqosyah Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
Dr. Murodi, MA NIP. 150 254 102
Umi Musyarofah, MA NIP. 150 281 980
Penguji I
Penguji II
Prof. Dr. H. Ismah Salmah, M.Hum NIP. 150 096 770
Drs. Suhaimi, M.Si NIP. 150 270 810
Dosen Pembimbing
M. Hudri, M.Ag NIP. 150 189 437
ABSTRAK
Radio merupakan teknologi komunikasi massa yang sifatnya portable, dapat dibawa ke mana-mana; murah, dapat dimiliki oleh rakyat jelata. Karena karakteristik ini, maka boleh dikatakan, radio merupakan saluran dakwah yang efektif. Dakwah yang selama ini lebih berkonotasi ”ceramah di atas mimbar” seharusnya dihadirkan dalam medium baru yang lebih menarik pengemasannya. Er-Dammah merupakan salah satu stasiun radio islami yang melakukan terobosan itu. Dalam serba-keterbatasan fasilitas dan finansial, radio ini berkomitmen memberikan siaran Islami yang bermutu dan bermasyarakat; menampilkan wajah Islam dengan gaya yang santai dan ’gaul’. Penelitian ini merupakan sebuah studi kualitatif yang meneliti aspek-aspek pengembangan dakwah radio ini di wilayah Tangerang, yang meliputi aspek isi program, aspek pendengar, aspek media, dan aspek penggunaan nama dan motto. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara dengan manajemen ErDammah dan melakukan studi intensif atas dokumen-dokumen yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian ini dibingkai oleh teori Naisbitt dan Aburdene mengenai mainstream dunia yang berupaya menunjukkan nilai-nilai lokal di tengah serbuan globalisasi. Penonjolan identitas lokal tersebut merupakan sebuah konsekuensi logis dari homogenisasi nilai yang datang dari Barat. Er-Dammah berupaya menangkalnya. Er-Dammah salah satu stasiun radio yang sehaluan dengan ideologi Partai Keadilan Sejahtera, memiliki pandangan bahwa syari’at Islam di Indonesia sampai saat ini sebetulnya belum benar-benar terlaksanakan, terutama nampak dari hal berpakaian. Karena itu, radio ini berkomitmen untuk menyampaikan nilainilai Islam dengan wajah yang berbeda, yang lebih bersahabat dan bermasyarakat. Program-program Er-Dammah juga berisikan acara-acara yang meliputi berbagai aspek kehidupan, mulai dari keluarga sampai kebudayaan, disampaikan oleh penyiar-penyiar yang bermacam-macam, dan didengar oleh pendengar yang kebanyakan masyarakat kelas menengah ke bawah. Satu hal menarik lainnya adalah, penggunaan istilah-istilah Arab pada Radio Er-Dammah semakin menunjukkan sebuah penonjolan identitas. Stasiun radio dakwah yang masih terbatas semacam Er-Dammah ini seharusnya menjadi sebuah teladan bagi para juru dakwah—dalam arti luas—untuk melakukan terobosan dakwah yang lebih inovatif. Pasalnya, jika dakwah tidak mengikuti perkembangan zaman, dakwah akan menjadi barang kuno yang tidak akan mudah diterima masyarakat.
KATA PENGANTAR Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain ucapan puji syukur ke hadirat Allah swt, atas segala nikmat yang dilimpahkan kepada penulis. Hanya kepadanya kita memohon pertolongan dan hanya kepadanya pula kita memohon perlindungan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada reformis pendobrak jalan kesesatan,
junjungan alam,
kanjeng nabi Muhammad
Saw.,beserta keluarga, sahabat, serta para mujahid Islam sejati yang selalu istiqomah hingga nyawa terlepas dari raga. Alhamdulillah
penulis
dapat
menyelesaikan
skripsi
yang
berjudul,”Pengembangan Dakwah Islam di Radio Er-Dammah (Radio Dakwah Al-Ummah) 107,7 FM”. Ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar S1, Sarjana Sosial di Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Dalam proses penulisan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami penulis, baik yang berkaitan dengan pengaturan waktu, pengumpulan bahan-bahan, pengaturan keuangan, dan lain sebagainya. Namun, berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi dan tentunya dengan izin yang maha kuasa. Dengan kesempatan ini pula, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, baik moril maupun materil kepada penulis, sehingga terselesaikannya skripsi ini. Tentunya kepada: 1. Bpk. M. Hudri, M.Ag., selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah banyak membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan terima kasih atas pencerahan yang telah diberikan kepada penulis
2. Bapak Dr. Murodi, MA.,selaku dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, serta pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, dan Ibu Ummi Musyarofah, MA., selaku sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, yang telah menjalankan fungsinya dengan baik, dan terima kasih atas segala bantuannya kepada penulis. 4. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah membekali penulis dengan ilmu yang tak ternilai harganya, yang tidak dapat disebutkan namanya satu per-satu, seluruh staf dan karyawan perpustakan dakwah dan komunikasi, Perpustakan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta bagian tata usaha Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan pelayanan yang baik. 5. Khusus kepada yang tercinta, Ayahnda Samsudin dan yang tersayang, Ibunda Nuriyah yang telah memberikan motivasi dan arahan, serta tak henti-hentinya mendoakan penulis dalam menempuh pendiikan “Diamnya kalian adalah jeritan hati, dan suara kalian adalah panah yang menusuk hati” yang selalu memberikan spirit moril maupun materil dengan penuh keikhlasan dan kesabaran yang tiada tara, serta kepada istri tercinta Karwati, dan si ganteng, yang selalu menjadi cambuk dalam menatap masa depan yang cerah, yang tersayang Muhammad Hasby Kemal Pasya
(Hasby), dan tak lupa, si Bontot, Dede Heryadi (Chodel), yang selalu menjadi dambaan setiap wanita. 6. Kepada Segenap Manajemen Radio Er-Dammah, khususnya Bapak Dedi Mardianto dan istri Ummi Ahmad, serta Crew penyiar yang sudah memberikan izin dan membantu untuk menyelesaikan penelitian ini 7. Teman-teman KPI D Angkatan 2004 yang selalu terkenang dalam suka maupun duka, Ki Yayan, Ki Sholah, Bung Away, Ustad Zakariya AlAnshori, Bung Ari, Bung Delon, Bung Ichal, Bung Irfa, Bung Asrul, Bung Riyadh, Bung Saipul, dan Para Bunga-Bunga KPI D, Dedeh yang selalu Hepi, bunda Dian yang Caem, Hijrah, Mila, Mpo Nida, Odah, Susi yang semakin seksi, Ajus (Tina), Mba Yuli, Ratnasari, Kesi, Hana, Ane, Shela, Eka, Ulfa, Inne, Aci, Eska. Kalian sudah menjadi warna dalam pengalaman hidup penulis. Thanks, ya, atas segalanya. 8. Kepada Teman-teman seperjuangan The Bajai, FC BU, BU United, Forsida, yang sudah menemani hari-hari penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak yang perlu diulas lebih dalam. Untuk itu, saran dan kritik penulis harapkan demi kesempurnan skripsi ini. Demikian pula penulis harapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amin
Jakarta, 3 Desember 2008 M
Penulis
DAFTAR ISI ABSTRAK................................................................................................
i
KATA PENGANTAR..............................................................................
ii
DAFTAR ISI ............................................................................................
iii
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN A. Latar Belakang..............................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................
7
C. Tujuan Penelitian ..........................................................
8
D. Metode Penelitian .........................................................
8
E. Sistematika Penulisan....................................................
10
RADIO SEBAGAI MEDIA DAKWAH A. Sejarah Munculnya Radio ............................................
11
B. Perkembangan Radio di Indonesia.................................
12
C. Radio Sebagai Media Dakwah.......................................
12
1. Media Dakwah ........................................................
12
2. Karakteristik Radio ................................................
14
3. Radio sebagai Media Dakwah ................................
15
D. Pengertian Pengembangan Dakwah ..............................
19
E. Radio Sebagai Media Pengembangan Dakwah .............
21
F. Efek Globalisasi: Teori Naisbitt dan Aburdene..............
21
SEKILAS TENTANG RADIO ER-DAMMAH A. Latar Belakang..............................................................
25
B. Rancangan Pengembangan Dakwah Islam Melalui Radio Er-Dammah ..................................................................
27
1. Tujuan Pendirian Radio Er-Dammah.......................
27
2. Visi Radio Er-Dammah ...........................................
28
3. Misi Radio Er-Dammah ..........................................
BAB IV
29
PENGEMBANGAN DAKWAH DI RADIO ER-DAMMAH (RADIO AL-UMMAH) 107,7 FM TANGERANG A. Analisis Konstruksi Program Dakwah Radio Er-Dammah 30
BAB V
B. Analisis Pendengar Dakwah Radio Er-Dammah............
41
C. Analisis Media Siaran Radio Er-Dammah .....................
43
D. Analisis Nama dan Motto Radio Er-Dammah................
45
PENUTUP A. Kesimpulan...................................................................
49
B. Saran.............................................................................
53
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Globalisasi adalah sebuah fenomena ketika informasi dapat diperoleh dengan mudah melalui media massa: radio, televisi, surat kabar, internet. Akbar S. Ahmed dan Hastings Donnan mendefinisikan globalisasi sebagai, “perkembanganperkembangan yang cepat di dalam teknologi komunikasi, transformasi, informasi yang bisa membawa bagian-bagian dunia yang jauh (menjadi hal-hal) yang bisa dijangkau dengan mudah.”1 Persoalannya, globalisasi di dunia saat ini dikendalikan oleh ‘tangan-tangan’ Barat yang menguasai media komunikassi. Logikanya sederhana: mereka yang mempunyai media, mereka pula yang menentukan isi media. Para akademisi yang humanistis boleh mengatakan bahwa masyarakatlah yang memilih apakah menerima informasi itu atau tidak, tapi jika informasi itu dilakukan secara bombardir, berulang-ulang, oleh tokoh yang mempunyai otoritas, oleh kemasan yang menarik, dan—parahnya—dikonsumsi oleh masyarakat awam, tidak mustahil pada kenyataanya, asumsi “pilihan bebas” berganti menjadi “khalayak yang termanipulasi”. Nilai-nilai yang dibawa oleh ‘tangan-tangan’ Barat itu sarat dengan kepentingan Barat. Film Perang Vietnam dikemas sedemikian rupa sehingga menempatkan Amerika sebagai lakon dalam aktor “Rambo”; “Saddam Husein 1
A. Qodri Azizy, Melawan Globalisasi: Reinterpretasi Ajaran Islam (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2004)
juga ditempatkan dalam posisi teroris”—seperti halnya banyak orang-orang berhidung mancung keturunan Arab lainnya yang diberi-peran teroris. Padahal semua orang mengetahui dengan jelas, siapa yang teroris dan siapa yang membuat film.2 Parahnya, segenap film, berita, dan informasi yang dibawa Barat melalui media komunikasi Massa yang mereka kuasai semuanya berbunyi sama, semuanya homogen—dengan segenap pernak-pernik budaya Barat yang bertentangan dengan budaya lokal di segenap penjuru dunia. Dan, inilah yang juga masuk ke media Indonesia. Inilah yang menyuntikkan nilai-nilai baru ke tengah masyarakat Indonesia, semacam westernisasi. Ini bukan hanya fenomena di Indonesia, ini merupakan fenomena global. Karena itu kecemasan semacam ini bukan hanya dirasakan orang Indonesia, tetapi juga orang Jepang, Cina, Thailand, Turki, Irak, dan lain sebagainya. Mereka merasa terancam dengan nilai-nilai yang sarat kepentingan itu, karena itu mereka melakukan apa yang disebut Naisbitt dan Aburdene sebagai Nasionalisme Kultural.3 Mereka lakukan penonjolan identitas lokal mereka, mereka hidupkan kembali bahasa tanah air mereka agar tidak tergantikan dengan bahasa Inggris yang sudah mengglobal, mereka hidupkan kembali nilai agama mereka yang sudah ditelanjangi dengan agama universal. Walhasil, banyak agama—dalam berbagai bentuknya—bangkit pada milenium ini seiring dengan berkembangnya media massa. Hal semacam ini cukup memprihatinkan, mengingat di Era globalisasi seperti sekarang, informasi apapun bisa diperoleh dengan mudah. Siapapun bisa 2
Jalaluddin Rakhmat, Reformasi Sufistik (Bandung: Pustaka Hidayah, 1998) John Naisbitt dan Patricia Aburdene, Megatrends 2000 (Jakarta: Binarupa Aksara, 1990) h. 133
3
memperoleh informasi apapun. Hal itu terjadi karena pengaruh perkembangan teknologi yang kian hari kian pesat, terutama internet. Kejadian apapun bisa dengan mudah diketahui, bahkan di belahan dunia lainpun bisa kita terima pada saat itu pula. Kemajuan teknologi komunikasi memberikan dampak bagi para penggunanya terlepas positif maupun negatifnya. Pada saat
masyarakat mendapatkan keluasan untuk memperoleh dan
menyerap informasi, berbagai media masa, baik cetak maupun elektronik, juga terus berusaha menata diri untuk memberikan dan mampu memenuhi harapan masyarakat. Perkembangan-perkembangan dan inovasi baru terus diupayakan, baik dari segi isi pesan, teknologi, maupun teknik pengembangan. Komunikasi dengan menggunakan media massa dewasa ini, menurut para ahli komunikasi, besar pengaruhnya dalam membentuk dan merubah masyarakat. Sekalipun paradigma humanistis saat ini membantah efek langsung dari media massa, namun di sadari atau tidak—dalam observasi sehari-hari di sekitar masyarakat, selalu saja ditemukan bocah kecil yang bernyanyi seperti Ariel Peterpan, ustad-ustad yang udeng-udengnya meniru Aa Gym, atau siswa-siswi yang “mengatakan: ‘ya, iya, lah, masa ya iya, dong?!” meniru para pelawak di televisi. Ditolak atau dicampakkan, efek media massa—dengan intensitas apapun—selalu dijumpai. Kuatnya eksistensi sebuah media komunikasi di tengah-tengah masyarakat yang berakibat informasi berubah menjadi kebutuhan dan komoditi dalam masyarakat, seperti yang di komentari Marwah Daud Ibarahim : “Era sekarang dan masa depan sering disebut sebagai era informasi. Penyebabnya adalah bahwa sekarang ini informasi telah menjadi
“komuditi” terpenting. Jika dalam masyarakat agraris, tanah merupakan sumber kekuatan utama, maka dalam masyarakat pasca industri, informasi yang memgang kendali keuasaaan. Siapa yang memiliki informasi dialah yang dianggap memgang komuniditi kehidupan.” 4 Agama merupakan pondasi setiap perbuatan manusia. Realitas di atas menunjukan bahwa betapa pentingnya agama sebagai sumber nilai yang berperan untuk mengantar manusia menuju khaiyru Ummah. Nilai-nilai yang harus dipahamai secara sistematik dengan membangaun kesadaran untuk dapat mengaplikasukan dengan amal soleh.5 Dakwah sebagai salah satu kegiatan komunikasi keagamaan dihadapkan pada kemajuan yang semakin canggih tidak terlepas dari suatu adaptasi terhadap kemajuan itu, artinya dakwah dituntut agar tidak monoton pada ceramah-ceramah di masjid, atau tabligh akbar di Istiqlal. Dakwah seharusnya dikemas dengan cara yang menarik yang sesuai dengan minat masyarakat. Dan, di era globalisasi seperti sekarang, agaknya dakwah melalui media massa merupakan sebuah alternatif yang cukup efektif. Dakwah dapat menggunakan media-media yang digunakan sebagai media komunikasi modern, seperti surat kabar, radio, televisi, yang dikenal sebagai media massa. Menurut M. Bahri Ghozali , “Dakwah dengan mengunakan media komunikasi lebih efektif dan efisien, atau dengan bahasa lain dakwah yang demikian merupakan dakwah komunikatif”6
4
Marwah Daud Ibrahim, Dakwah Tahun 2000-an, Makalah Pengantar Pada Stadium General Fakultas dakwah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1990, h 2 5 M.Bahri Gozali, Dakwah Komunikatif : Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, ( Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h, 6 6 Thomas W.Arnold, The Preacing Of : Sejarah Dakwah , (Jakarta : Wijaya, 1981),h.1
Dakwah melalui media komunikasi massa ini haruslah tetap berada dalam sistem komunikasi massa . Sehingga hasil dari tujuan dakwah akan dicapai tidak keluar dari konteks agama . Menurut Rusjdi Hamkan Rafiq sistem komunikasi massa
yaitu: “Menyabarkan (menyampaikan) informasi kepada pendengar,
pemirsa atau pembaca tentang perintah dan larangan Allah SWT”.7 Salah satu bentuk pelaksanaan dakwah melalui media massa adalah dakwah melalui radio. Radio memiliki kekuatan terbesar sebagi media yang bisa distimuli begitu banyak suara yang berupaya memvisualisasikan suara penyiar dengan berbagai informasi faktual ke telinga pendengarnya.8 Penggunaan radio sebagai media dakwah memiliki daya jangkau yang relatif luas, mengingat radio merupakan media elektronik yang bersifat auditif sehingga dapat dinikmati di tengah kesibukan pendengarnya, sehingga mad`u dapat mendengar isi pesan dakwah seorang da`I tanpa perlu mengindari bertatap muka dengan sang da`i. Seiring dengan perkembangan zaman, dakwah terus berkembang yang diikuti dengan metode serta medianya. Perkembangan ini sudah menjadi keharusan agar dakwah dapat diterima oleh objek dakwah secara mudah. Tujuan dakwah bukan hanya mempengaruhi informasi tentang Islam, melainkan juga untuk membujuk dan mempengaruhi orang lain agar bersedia menerima masuk ke dalam Islam . Dengan kata lain tujuan dakwah bukan hanya informasi tetapi juga persuasi. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk dengan memanfaatkan media elektronik seperti radio. 7
M.Bahri Ghazali,Dakwah Komunikatif:Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah (Jakarta Pedoman Ilmu Jaya,1997) h. 6 8 Masduki,Jurnalis Radio (Jogjakarta LKIS, 2001)Cet ke-1 hal :9
Di Indonesia terdapat banyak pilihan media massa baik cetak maupun elektronik yang menginformasikan dan menayangkan kegiatan-kegiatan dakwah. Baik melalui acara-acara ceramah agama, diskusi, tadarusan, dan sebagainya. Dengan radio, acara-acara keagamaan atau siraman rohani dapat dinikmati di mana saja. Radio bisa dibawa ke mana-mana, sifatnya portable. Sebagai media massa elektronik, radio memiliki banyak kelebihan: ia memiliki kesederhanaan bentuk (probability) dan kemampuan menjangkau setiap pendengarnya yang sedang melaksanakan kegiatan-kegiatan lain sekalipun, atau bahkan sedang menikmati media massa lainnya. Hal ini dikarenakan radio tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Suatu pesan yang disampaikan oleh penyiar atau orator, pada saat itu juga diterima oleh khalayak, walaupun sasaran yang dituju sangat jauh.9 Pesawat radio sering kita jumpai diputar semalam suntuk di warung kopi, pos-pos keamanan, mobil, bahkan, tak jarang, tukang becak sekalipun selalu memutar radio sambil menunggu penumpang. Oleh sebab itu alangkah bermanfaatnya radio yang diputar selalu membawa pesan dakwah.10 Ada satu hal yang penting diperhatikan yaitu bahwa di masa sekarang radio siaran masih menduduki posisi yang strategis karena kemampuannya sebagai media massa. Posisi strategis itu di sebabkan oleh bebrapa faktor yaitu memiliki daya langsung, daya tembus, dan daya tarik.11 Kelebihan dakwah melalui radio terletak pada efektifitas dan efisiensi dakwah. Hal ini Nampak dari adanya bentuk yang sederhana tanpa harus bertemu antara da`I dan mad`unya. 9
Onong Uchjana Efendy,Dinamika Komunikasi (Bandung:Remaja rosda karya.2000) hal
108 10
M.Arifin”Dakwah Multi Media” hal 13 Onong Uchjana Efendy.radio siaran teori dan praktek (Jakarta:Gema Insani Press 1996) h 22 11
Salah satu bentuk pelaksanaan dakwah melalui media massa adalah dakwah melalui radio, seperti halnya yang dilakukan oleh radio ER DAMMAH (Radio Dakwah Al Ummah) 107.7 FM. yang mengemas pesan-pesan Islam secara menarik dan memikat. Radio ini cukup signifikan dalam proses pengembangan dakwah di Indonesia. Radio ini cukup signifikan dalam menanamkan benteng iman yang tebal dalam menghadapi informasi Barat yang memborbardir. Dan sudah jelas, radio ini merupakan salah satu mata rantai dari arus besar yang disebut dengan globalisasi; berdirinya radio ini merupakan sebuah efek global akibat homegenisasi. Selain itu, di mata masyarakat, radio semacam ini merupakan pencerahan di mana mereka dapat menemukan agama dengan cara yang mudah dan bersahabat. Siraman keagamaan melalui radio tentunya mendapat perhatian dan perhitungan oleh masyarakat. Oleh sebab itu maka kajian dan penelitian tentang PENGEMBANGAN DAKWAH DI RADIO ER DAMMAH 107.7 FM (Radio Dakwah Al Ummah) tentunya memiliki nilai strategis, karena pesan dakwah dikemas dengan sedemikian rupa dan dengan cara-cara yang sangat menarik.
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada radio Er-Dammah FM yang mengudara di wilayah tangerang. Masalah penelitian dibatasi pada cara radio Er Dammah FM dalam mengemas dan menyampaikan
pesan-pesan dakwah , faktor pendukung dan
penghambatnya. Berdasarkam penbatasan di atas, dirumuskan beberapa pertayaan berikut:
1. Bagaimanakah bentuk strategi Er-Dammah dalam mengembangkan dakwah di Tangerang? 2. Bagaimanakah bentuk Dakwah Er-Dammah dilihat dari konstruksi isi program, Karakteristik Pendengar, media siaran, penggunaan istilah pada nama program dan mottonya?
C. Tujuan Penelitian 1) Tujuan Khusus a
Untuk mengetahui strategi pengembangan dakwah radio Er-Dammah FM dalam menyampaikan ajaran Islam.
b Untuk mengetahui posisi dakwah radio Er-Dammah di tengah dakwah Islam yang lain. 2) Tujuan Umum Untuk mengetahui pengembangan dakwah Islam melalui sarana media massa.
D. Metodologi Penelitian a Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Dengan metode ini, strategi pengembangan dakwah radio er-Dammah akan dipaparkan secara analitis dalam tinjauan beberapa aspek: pertama, aspek konstruksi isi program-propgram siaran dakwah; kedua, aspek pendengar Er-Dammah, ketiga, aspek media siarannya, keempat, aspek penggunaan istilah dan nama mottonya.
b. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di stasiun radio Er-Dammah (Radio Dakwah Al-Ummah) 107,7 FM. yang terletak di Jl. Boulevard Raya Blok D-2 Villa Tangerang Elok Pasar Kemis Tangerang 15560 Banten.
c. Instrumen Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara: 1.
Wawancara. Responden adalah manajemen radio Er-Dammah
2.
Observasi. Pengamatan menjadi salah satu instrument penelitian ini dalam rangka melihat secara langsung praktek pengembangan dakwah di studio Er-Dammah.
3.
Analisis Dokumen. Analisis dokumen diperlukan untuk menunjang keterangan-ketarangan wawancara dalam rangka memahami pengembangan dakwah di stasiun radio Er-Dammah.
d. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dilakukan dengan melakukan kategorisasi atas temuan data deskriptif. Kategori-kategori disusun berdasarkan pemikiran kekinian mengenai arus besar kembali kepada agama yang terjadi di dunia sebagaimana yang diramalkan oleh Nasibitt dan Aburdene, yang dilanjutkan dengan dampaknya pada fenomena “islamisasi media”, nasionalisme kultural, termasuk kemunculan radio-radio religi.
d. Sistematika Tulisan Bab I berisi latar belakang perkembangan teknologi komunikasi dan telekomunikasi di dunia, eksistensi media massa radio, dan terakhir, urgensi dakwah melalui radio. Bab II berisi selayang pandang tentang Radio dan kerangka teori yang menjelaskan konsep-konsep dalam penelitian ini: radio, pengembangan dakwah, dan sebagainya. Terakhir, di sini juga dijelaskan teori Naisbitt dan Aburdene mengenai “trend” nasionalisme kultural dan kebangkitan agama-agama lokal. Bab III berisi uraian singkat tentang radio Er-Dammah. Di sini dijelaskan tujuan berdirinya radio Er-Dammah, diikuti dengan visi dan misinya. Bab IV berisi analisis peran radio Er-Dammah dalam pengembangan dakwah di wilayah Tangerang berdasarkan hasil penelitian di lapangan. Di sini, peran radio Er-Dammah dianalisis dari berbagai aspek, dimulai dari aspek isi, aspek pendengar, dan aspek penggunaan bahasanya. Dari Aspek isi berkaitan dengan berbagai program radio Er-Dammah yang mencirikan “kebangkitan” atau “islamisasi” di tengah era global. Aspek pendengar berhubungan dengan karakteristik pendengar radio Er-Dammah dan penyesuaian program Er-Dammah dengan karakteristik tersebut. Aspek penggunaan istilah meliputi analisis nama Radio Er-Dammah dan Mottonya, yaitu “jalin ukhuwah, cerdaskan ummat.” Bab IV berisi kesimpulan umum mengenai hasil penelitian ini. Secara umum, di sini akan dijawab beberapa analisis yang dipaparkan secara panjang lebar pada bab III.
BAB II PERAN RADIO SEBAGAI MEDIA DAKWAH
A.
Sejarah Munculnya Radio
Radio sebagai media massa elektronik muncul setelah adanya beberapa penemuan teknologi, antara lain telepon, fotografi (yang bergerak maupun yang tidak bergerak), dan rekaman suara12. Keberhasilan penemuan ini dipimpin oleh seorang ahli ilmu alam berkebangsaan Inggris ‘ James Maxwell’ yang mendapat julukan Scientific Father of Winelas, yang berhasil menemukan formula yang diduga mewujudkan gelombang elektromagnetis, pada tahun 1865 ketika ia berusia 29 tahun13. Penemuan itu diteruskan Tomas Alva Edison, yang kemudian menemukan player rekaman. Penemuan gelombang elektromagnetis oleh Heiurich Heuzt juga meratakan jalan bagi terwujudnya radio. Pada tahun 1887. Ilmuan Jerman ini menunjukan bahwa variasi kecepatan elektrik dapat diproyeksikan keluar angkasa dalam bentuk gelombang radio sama dengan gelombang cahaya. Setelah beberapa penemuan di atas, barulah pada tahum 1895 Guaghelmo Marconi, seorang ilmuwan Italia, menemukan adanya gelombang elektro magnetic yang tampak oleh mata dan gerak lewat udara dengan kecepatan suara. Gelombang tersebut kemudian dimanfaatkannya untuk mengirim tanda-tanda
12
David McQuil, Teoti komunikasi masa : suatu pengantar,( Jakarta : Erlangga-1984) edisi ke-2 h.15 13 Onong Uchana Effendi. Radio siaran : Teori dan praktek ( Bandung : Alumni. 1978 ). H.24
melintas jarak jauh tanpa harus melalui saluran kawat. Kondisi inilah yang melahirkan adanya perangkat yang disebut Radio.14
B. Perkembangan Radio di Indonesia Studi tentang Radio di Indonesia sampai beberapa saat lalu masih sangat minim. Ada dua kendala yang menyebabkan terjadinya fenomena ini, yaitu kendala akademis dan politis. Secara akademis, belum ada riset yang mendalam tentang sejarah radio di Indonesia. Dalam radio siaran, teori dan praktek, Prof Onong Uchana Effendi hanya menyebutkan, radio pertama di Indonesia adalah Bataviasche Radio Virgining (BRV). Radio ini resmi didirikan pada 16 Juni 1925 di Jakarta. Hal yang menarik adalah pada waktu Indonesia masih bernama hindia Belanda dan radio BRV ini berstatus swasta, bukan milik pemerintah. Meskipun belum diteliti secara cermat mungkin faktor “swasta” inilah yang menyebabkan tanggal tersebut tidak ditetapkan sebagai hari radio.15 Kendala politisnya jelas. Radio adalah salah satu dari watchdog yang dikhawatirkan pemerintah. Eksistensinya mampu membuka borok pemerintah.
C. Radio Sebagai Media Dakwah 1. Media Dakwah Dakwah dapat dimengerti sebagai sebuah kegiatan untuk mengajak orang ke jalan Tuhan. Seperti pendapat Jalaluddin Rakhmat, “apa saja kegiatan
14
M.Bahri Ghozali. Dakwah Komunikatif : membangun kerangka dsar ilmu komunikasi dakwah ( Jakarta : Pedoman ilmu Jaya 1997 ). H.6 15 Masduki. Radio siaran dan Demokratisasi ( Yokyakarta :: Jendela., 2003 ) cet ke 1 h.26
komunikasi yang membawa orang ke jalan Tuhan, itu disebut dakwah.”16 Sedangkan media dakwah dapat diartikan sebagai alat bantu dakwah. Alat Bantu memiliki peranan atau kedudukan sebagai penunjang tercapainya tujuan. Keberadaan media dakwah sangat urgen sekali, karena dengan adanya media, dakwah akan lebih mudah diterima oleh komunikan (mad`u). Dalam kamus, telekomunikasi media adalah sarana yang di gunakan oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan apabila komunikas berada jauh tempatnya, banyaknya, atau keduanya.17 Pemanfaatan
media
dalam
kegiatan
dakwah
memungkinkan
komunikasi antara da`I dan mad`u (sasaran) dakwahnya lebih dekat. Oleh kerena itu, eksistensi media sebetulnya amat penting dan menentukan. keberhasilan dakwah—berapapun tingkatnya.18 Ada sebuah adagium klasik yang sering terdengar di pesantren: “Al-Thariqat Ahamm min Al-Maddah” (metode itu lebih penting daripada materi). Bukan bermaksud mengecilkan arti penting isi dakwah, tapi memang pada nyataya, banyak pesan dakwah yang gagal karena tidak disampaikan dengan packaging (cara-mengemas) yang sesuai dengan selera audiens.
16
Wawancara Syarifah Umi Hani dengan Jalaluddin Rakhmat untuk skripsinya “Retorika Dakwah Jalaluddin Rakhmat” Pada Kamis, 6 April 2006 M di Universitas Paramadina Jl. Simatupang ruko 3 Pondok Indah, Jakarta Selatan 17 Ghazali Syahdar BC.TT, Kamus istilah komunikasi. (Bandung : Djembatan 1992) cet ke 2 h 22 18 M.Bachri Ghazali”Dakwah komunikatif membangun kerangka dasar ilmu komunikasi dakwah (Jakarta :Pedoman Ilmu Jaya 1997) h.12
Dakwah
yang
disampaikan
melalui
radio
dewasa
ini
telah
menggejala—kebetulan atau tidak—sesuai dengan kecenderungan dunia yang sedang mengarah kepada “agamisasi” dan nasionalisme kultural, seperti yang diramalkan Naisbitt dan Aburdene dalam Megatrends 2000. Program dakwah
yang disajikan radio pada dasarnya dapat
berlangsung lebih efektif dengan melakukan penyesuaian antara programprogram yang disusun dengan “kekuatan” yang dimiliki oleh radio itu sendiri, yang tergambar dalam berbagai macam karakteristiknya.
2. Karakteristik Radio Mengingat kekuatan radio adalah pada aspek “pendengaran”, audio, maka metode dakwah yang digunakan lewat radio adalah dengan lisan. Untuk itu, seorang da`I yang professional harus mampu mengemas materi dengan baik agar tidak menimbulkan kejenuhan para pendengar. Berdakwah melalui media (radio) sangatlah beresiko mengingat objek atau sasaran berjumlah banyak dan heterogen. Karena itu, bagi para da`I menggunakan radio sebagai media dakwah hendaklah memperhatikan karakteristik radio siaran yaitu : a. Sifat siaran hanya bersifat untuk didengar b. Bahasa yang di duganakan haruslah bahasa tutur c. Orang mendengar radio dalam keadaan asantai, bisa sambil mobil, tiduran, kerja di kantor, dan sebagainya. d. Siaran radio mampu mengembangkan daya reka.
e. Siaran radio hanya bersifat komunikasi satu arah.19
3. Radio Sebagai Media Dakwah Kewajiban dakwah di dasarkan pada satu ajaran islam yaitu agama sebagai risalah ummat seluruhnya. Ummat islam adalah pendukung amanah untuk meneruskan risalah itu kepada umat yang lain ataupun perseorangan di manapun mereka berada, menurut kemampuan mereka masing-masing. Nhal ini juga senada dengan firman Allah SWT dalam surat An Nahl ayat 125 yang berbunyi :
☺ &'( "#☺$% 45 0123$ *,$-./% ) #=5 < :; 6'(78%9 6 :'@ 6☺ >* ?7%9 >* ?7%9 #=5% ) A9 E@F BC-D7,☺$ Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah [845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Hal serupa juga diperkuat dengan argumen Nabi Muhammad SAW berdasarkan hadist Al Bukhori yang berbunyi, “balligh ‘anni wa law ayat”, menceritakan Muhammad bin yusuf kepada kami dari hasan bin athiyah, dari 19
Moeryanto Ginting Munth (ect),í”Media komunikasi radio”(Jakarta Pustaka Sinar Harapan 1996) Cet Ke-1 Hal 97
Abdullah bin umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “sampaikanlah apa yang kamu terima dari padaku walau satu ayat” (HR Bukhori)20 Tersebarnya agama islam keseluruh plosok dunia adalah melalui dakwah bukan melalui pedang. Hal ini karena para da`I periode awal islam tidak bermaksud menghancurkan peradaban generasi, tetapi menggunakan akal dan hati. Dapat dilihat bahwa kegiatan dakwah islam itu selaras dengan ajaran agama islam yang berorientasi pada amal sholeh dan menghindarkan pemeluknya dari perbuatan munkar. Amal sholeh yang dimaksud sudah barangkali sesuai dengan tingkah laku yang selaras dengan pedoman-pedoman dasar agama, yaitu alqur`an dan sunnah Rasulullah SAW.21 Setelah berlangsung dalam kurun waktu berabad-abad, dakwah islamiyah semakin mengalami perkembangan, dilihat dari periode penyebaran yang dilakukannya, penyebaran siar islam di era globalisasi ini diantaranya melaui media yang semakin terbuka untuk tayangan-tayangan mancanegara (tayangan barat yang tentu saja bertolak belakang dengan norma-norma islam) di sampimg untuk meluaskan sasaran dakwah tentunya.22 Salah satu penyampaian dakwah adalah melalui media-media elektronik yaitu radio siaran. Dakwah melalui radio siaran adalah sebuah urutan metode dari salah satu kategori dakwah yaitu bi lisan. Penyampain materi-materi dakwah melalui radio siaran di era globalisasi merupakan tuntunan dari kedua institusi yaitu radio siaran dan islam, dalam melengkapi program acaranya 20
Imam Bukhori Shohih Bukhori (Singapura Juz 11.tt) Hal 50 MH.Israr “Rethorika dan dakwah islam era modern”(Jakarta : Firdaus 1986) cet ke 1 h 54 22 M.Muis “Komunikasi Islam” (Bandung : Rosda 2001 ) hal 155-156 21
demi penyasuaian tujuan adil, radio siaran menyiarkan program-program keagamaan meski dalam waktu yang terbatas dan bukan dalam waktu tayang utama (prime time).23 Dalam hal ini media massa difungsikan sebagai media dakwah. Di mana melihat fungsi komunikasionalnya. Maka jelaslah bahwa media seperti halnya tersebut di atas menduduki peran yang sangat penting dan menentukan dalam kehidupan masyarakat, menyajikan informasi, edukasi, dan hiburan.24 Meskipun terdapat radio memiliki berbagai kekurangan, seperti sifatnya yang unrepeatable (tak dapat diulang), terikat dengan waktu siaran, dan peka akan gangguan teknis,
25
namun pada umumnya media radio siaran tetap
dianggap sebagai media komunikasi yang efektif karena beberapa kelebihan berikut :
a. Memiliki daya langsung. Pesan dakwah dapat disampaikan secara langsung kepada khalayak yang sedang berada di mana saja—di kantor, kamar tidur, mobil, pos ronda dan lain-lain—26 dan menyiarkan peristiwa secara langsung dari tempat kejadian (on the spot reporting ). Dialog dengan telepon antara narasumber dan pendengar dapat terjadi dan di dengar semua orang.
23 M.Muis.”Islam dan arus globalisasi dalam komunikasi islam “ (Rosda:bandung 2001) h 161162 24 Rusjdi Hamka Rafiq “ Islam dan era informasi “ (Jakarta : pustaka panji mas.1989) cet ke 1 h 35 25 Hafied Cangara.Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta:bulan bintang 1996) cet ke-7 h 26 26 Asep stamsul M.Ramli.”Broadcast journalism, panduan menjadi penyiar, reporter dan writer” (bandung :nuansa 2004) cet ke 1
b. Memiliki daya tembus. Siaran radio tidak mengenal jarak dan rintangan. Bagaimanapun jauhnya tempat yang di tuju oleh tabligh melalui radio siaran dapat ditembus, selama dalam jangkauan pemancar—di gunung di lembah, padang pasir, rawa, hutan, pedalaman lautan, pedesaaan apalagi perkotaan.27 c. Memiliki daya tarik. Radio tetap bisa hidup dan diminati karena adanya daya tarik, perpaduan suara manusia (spoken word), suara musik dan bunyi tiruan (sound effect). Itulah yang menjadikan daya tarik tersendiri bagi pendengar radio. d. Musik. Tulang punggung tabligh lewat radio adalam musik. Kebanyakan orang menyetel radio terutama untuk mendengarkan musik, sebagai hiburan untuk melepas kepenatan mereka. Karena itu, petugas radio siaran berusaha agar segala macam program diupayakan bernuansa hiburan. e. Radio merupakan bagian budaya masyarakat. f. Harga dan biaya cukup murah, sehingga masyarakat mayoritas memiliki alat itu. g. Radio mampu menyampaikan kebijaksanaan, informasi secara tepat dan akurat. h. Pesawat radio mudah dibawa ke mana saja dan kapan saja28.
27 28
Ibid Asmuni Syukir ‘ Dasar-dasar strategi dakwah islam “(Surabaya :Al ikhlas 1983) h. 176-177
Dengan kelebihan ini, sebetulnya dakwah melalui radio dapat berkembang secara lebih efektif. Tapi persoalannya, apa yang di maksud dengan “berkembang”? apakah dalam arti perkembangan program kegiatannya? Perubahan arah dakwahnya? Ataukah efektivitasnya?
D. Pengertian Pengembangan Dakwah Pengembangan secara bahasa bermakna proses, cara, perbuatan mengembangkan. Sedangkan
mengembangkan
sendiri
adalah
membuka
lebar-lebar,
membentangkan menjadikan besar, menjadikan maju, (baik dan sempurna).29 Kata yang
semakna
dengan
“pengembangan”
adalah
“perkembangan.”
Mengembangkan dakwah sama artinya dengan dakwah berkembang. Lantas, apa makna dari “pengembangan” atau “perkembangan” itu sendiri? Sebuah sekolah dikatakan berkembang jika bangunannya bertambah menjadi tiga atau empat gedung padahal sebelumnya hanya satu. Sekolah itu juga dikatakan berkembang jika siswa-siswanya mendapatkan penghargaan dalam kompetisi antar-sekolah padahal sebelumya belum meraih apa-apa. Gedung itu sebuah perkembangan secara fisik sedangkan prestasi adalah perkembangan secara non-fisik. Persoalannya adalah, jika demikian, maka “berkembang” dapat meliputi makna yang luas tergantung dari sudut pandang mana ia dilihat. Untuk itu, makna perkembangan semestinya dipahami dalam konteks yang searah dengan tujuan. Sebagai contoh sederhana, ada teori negara berkembang dan negara maju dalam kajian ekonomi-politik. Sebuah negara disebut masih berkembang atau sudah maju jika pendapatan perkapitanya sudah mencapai 29
. Depdikbud “kamus besar bahasa indonesia” (jakarta:balai pustaka 1997) cet ke 9 h 414
standar tertentu. Jika sebuah negara yang masih berkembang mempunyai masyarakat yang religius, suka gotong royong, saling membantu, rajin beribadah dan bertakwa kepada Tuhan, negara itu tetap tidak dapat dikatakan maju, karena kemajuan dalam teori ini adalah kemajuan ekonomi, bukan kemajuan agama. Demikian halnya dengan dakwah. “Perkembangan” dalam konteks dakwah mempunyai ukuran yang tidak dapat diadopsi dari ukuran ekonomi, misalnya. Namun, karena paradigma mengenai dakwah itu sendiri amat beragam, maka teknik mengukur perkembangan dakwah juga ikut beragam. Sebagai misal, jika dakwah didefinisikan secara formal saja, maka mengukur dakwah mungkin dilakukan dengan mengukur jumlah majlis ta’lim yang bertambah atau frekuensi mengikti pengajian yang meningkat. Tapi jika dakwah didefinisikan secara luas, maka perkembangan dakwah dapat dilihat dari menurunnya angka kriminalitas, misalnya. Mengapa? Karena dakwah yang pertama dipahami sebagai kegiatan ustadz yang melakukan tabligh atau media massa berlabel “islam” yang menyiarkan program-program keislaman dan mengajak kepada format-format sholat, haji, sedekah, hukum agama, dan sebagainya, sedangkan dakwah yang kedua dipahami sebagai upaya masyarakat dalam meningkatkan taraf hidup dan nilai-nilai kebajikan universal, seperti keadilan, persamaan, kesejahteraan, dan kemakmuran. Artinya, pengembangan itu sendiri sejalan dengan definisi dakwah yang digunakan. Di sini, makna perkembangan dakwah dipahami sebagai perkembangan dalam arti yang pertama, dakwah yang dipahami secara formal. Berangkat dari paradigma ini, maka perkembangan dakwah yang dimaksud berarti peningkatan
jumlah kegiatan dakwah beserta pendengarnya, secara kuantitas, dan perubahan akhlak pendengarnya ke arah yang disarankan pendakwah, secara kualitas. E. Radio Sebagai Media Pengembangan Dakwah Seiring dengan perkembangan zaman sain dan teknologi yang sangat pesat yang disertai dengan kecanggihannya, begitu juga dengan perkembangan dakwah, dewasa ini banyak sekali media yang dapat digunakan sebagai sarana dakwah, dan salah satunya adalah radio. Radio merupakan salah datu media yang digunakan oleh masyarakat, hal ini terjadi karena radio bisa cepat berkembang karena radio banyak dimiliki oleh lapisan masyarakat, baik masyarakat desa terlebih masyarakat kota. Dan pada dasarnya dakwah memiliki prinsip yang sama, baiak di masjid-masjid, gedunggedung pertemuan maupun rapat-rapat akbar. Perinsip-perinsip dakwah yang diemban tidak berbeda. Demikian pula persoalan materi dan ideologi dakwah yang diemban tidaka akan pernah berbeda-beda semuanya senantiasa berpegang kepada Al-Qur`an dan As-Sunnah. Dakwah dengan menggunakan media merupakan salah satu bentuk pengoptimalan fungsi teknologi. Media radio khususnya yang merupakan salah satu media dakwah dapat memperluas jangkauan kegiatan dakwah. Oleh karena itu penguasaan dan pemanfaatan IPTEK sangat penting bagi aktivis dakwah. F. Efek Globalisasi: Teori Naisbitt dan Aburdene Globalisasi ditandai dengan intensitas komunikasi yang semakin tinggi berkat berkembangnya media komunikasi massa. Batas geografis tidak lagi menjadi
penghalang komunikasi. Seorang pengusaha dapat memonitor kegiatan usahanya dari tempat yang jauh. Sebagai contoh, Yuliana dan Rini menggambarkan Federal Express (FedEx): FedEx, firma pengiriman barang yang terkenal (sejenis Tiki), menggunakan laporan elektronik untuk memungkinkan pelanggannya mengetahui status barang mereka sewaktu-waktu. Firma tersebut mempunyai salah satu dari situs-situs yang paling populer di dunia. Dan, menggunakan satelit yang luas beserta teknologi komputer untuk menelusuri jejak lokasi setiap kiriman dalam sistem., dan pelanggan dapat me-log-on situs FedEx untuk mengetahui di mana barang kiriman mereka. Sistem pengiriman ini bukan hanya membantu perusahaan melayani pelanggannya, tetapi juga memotong biaya, karena FedEx tidak lagi membutuhkan banyak orang lewat telepon untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pelanggan.30 Persoalannya adalah, industri perfilman, berita internasional, dan teknologi canggih, didominasi oleh negara-negara Barat. Industri perfilman Holywood dikonsumsi negara-negara dunia dan mengajarkan masyarakat dunia untuk berfikir, merasa, dan bertindak seperti halnya masyarakat Barat melakukan itu. Singkatnya, mereka mencoba menyeragamkan gaya hidup di dunia melalui teknologi komunikasi massa yang mereka kuasai. Kini Ayam Amerika (Kentucky Fried Chicken) dinikmati semua orang di dunia, McDonald bertebaran di mana-mana. Dasi orang Eropa dipakai orang Indonesia, Jepang, Arab, Pakistan, dan Iran. Orang muda Cina menyukai jeans dan musik rock masyarakat Barat. Apalagi orang Indonesia. Bagaimana semua produk Barat itu diterima masyarakat dunia? Tak lain kecuali berkat media massa. Film Amerika menguasai 50% pasar Italia, Belanda, dan Denmark, 60 % pasar Jerman, dan 80 % pasar Inggris.31
30 31
Yuliana dan Julia Eka Rini, Introduction to Communication (Jakarta: Grasindo, 2002) h. 18 John Naisbitt dan Patricia Aburdene, Megatrends 2000 (Jakarta: Binarupa Aksara, 2000) h. 120
Naisbitt dan Aburdene berteori bahwa ketika teknologi maju menyerbu, masyarakat di negara berkembang—yang pada umumnya sudah mempunyai nilainilai yang mapan—merasa terancam. Mereka merasa nilai-nilai yang sudah lama mereka anut akan terhapus, tergilas, dan tergantikan oleh nilai-nilai global. Gaya hidup lama akan diganti dengan gaya hidup baru. Serangan budaya inilah yang disebut dengan “imperialisme kultural”.32 Mengutip kolumnis Georgie Anne Geyer, Naisbitt dan Aburdene mengatakan, “Imperialisme kultural merembes ke suatu negara melalui radio dan TV, melalui turis dan perawat tentara perdamaian; imperialisme kultural melangkah memasuki negara kuno yang menderita…”33 Lantas apakah efek dari imperialisme kultural ini? Apakah masyarakat dunia sekadar merasa terancam? Naisbitt dan Aburdene pada akhirnya mengatakan: “di hadapan homogenisasi yang semakin tumbuh, kita semua akan berusaha melestarikan identitas kita, apakah itu agama, kultur, kebangsaan, bahasa, atau ras.”34 Fenomena inilah yang pada kenyataannya terjadi di dunia. Ketika bahasa Inggris melanda dunia, banyak negara yang melakukan penekanan untuk menggunakan bahasa nasional. Contohnya Wales, sebuah negara yang, pada tahun 1930-an, tersisa 30 persen penduduknya yang menggunakan bahasa Wales (selebihnya berbahasa Inggris), pada tahun-tahun sesudah itu membuka kursus-kursus intensif untuk bahasa Wales. Orang-orang tua negeri itu “membuat pengorbanan besar dalam mengirimkan anak-anak ke sekolah-sekolah
32
Ibid. h. 125 Ibid. 34 Ibid. h. 133 33
Wales,
kadang mengantar mereka dua puluh mil sekali jalan untuk
mengikutinya.”35 Upaya mempertahankan identitas juga terjadi pada agama. Revolusi Islam Iran (RII) sebetulnya merupakan imbas dari imperialisme kultural. Sebab pemicunya memang imperialisme ekonomi, tapi kebijakan-kebijakan Syah Pahlevi, raja Iran pra-revolusi yang dikendalikan Amerika Serikat, yang mengikis budaya-budaya Islam (seperti penggantian kalender Islam dengan kalender Persia Kuno) merupakan sebab-sebab tak terbantahkan yang membuat kaum agamawan bereaksi dan menggagas gerakan-gerakan revolusioner. Reaksi terhadap globalisasi ini jugalah yang pada akhirnya membangkitkan fenomena “islamisasi” atas berbagai media massa. Di Indonesia muncul majalah “sabili”, “hidayatullah”, “sufi”, dan sebagainya. Harian Republika juga dianggap mewakili suara umat Islam, sebagai ‘tandingan’ Kompas yang dianggap mewakili suara umat Kristiani. Belakangan Radio-Radio berlabel Islam juga muncul, seperti Radio Asy-Syafi’iyah. Dengan berbagai perangkat yang sudah di”islamisasikan” itu, maka counter terhadap nilai-nilai global lebih dapat terjamin—selain umat Islam juga dapat meneguhkan identitasnya.
35
Ibid. h. 133-134
BAB III SEKILAS TENGAN RADIO ER-DAMMAH
I. Latar Belakang Ada dua alasan penting yang melatar belakangi berdirinya radio Er-Dammah. Pertama, dakwah merupakan panggilan bagi setiap muslim. Setiap muslim dipanggil Tuhan untuk menyampaikan yang hak dan mencegah yang batil, sesuai dengan pedoman Al-Quran dan sunnah Rasulullah. Dalam Al-Quran (Surat AliImran: ) disebutkan, “Dan hendaklah dari kalian ada segolongan ummat yang mengajak kepada kebaikan”
Dengan memahami kata “min” sebagai “setiap orang”, maka hukum wajibnya berdakwah jatuh pada setiap orang, hukumnya menjadi fardhu ‘ain, kewajiban bagi setiap individu. Inilah landasan pertama yang mendorong berdirinya Radio Komunitas Er-Dammah. Kedua, Radio dewasa ini menempati tempat yang penting, seperti halnya televisi dan internet. Sekalipun radio tak menyajikan gambar, tapi ia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki televisi, antara lain sifatnya yang portable, dapat dibawa ke mana-mana dengan mudah. Dalam fungsinya sebagai media massa, radio mampu menyampaikan satu pesan kepada orang banyak yang tersebar luas secara geografis. Jika dakwah seorang ustad pada acara maulidan hanya didengar oleh sekitar 100 orang, maka dakwah yang sama dengan menggunakan teknologi radio dapat disimak oleh lebih dari 1000 orang. Dengan memahami karakteristik auditif dari radio—yang
membedakannya dari televisi—dan dengan pengemasan yang menarik, maka dakwah yang disampaikan melalui radio memiliki kemungkinan efektif yang tinggi. Sebetulnya, karena dua landasan pemikiran itulah Radio Er-Dammah berdiri. Didorong oleh panggilan keimanan, dan pertimbangan media yang matang, maka kini Radio Er-Dammah telah mengudara dan menyampaikan pesanpesan Islam. Radio Er-Dammah yang merupakan sebuah radio Komunitas berada di Kota Tangerang, sebuah kota di Indonesia yang terletak di lintasan garis khatulistiwa— berkisar antara 106 0 20’-1060 43’BT dan 6 000’-6020’ LS—merupakan sebuah kota yang luas, dan karena itu terbagi atas dua pemerintahan: Kabupaten Tangerang— terdiri dari 26 kecamatan dengan luas 1.110 K m2— dan Kota Tangerang—terdiri dari 11 kecamatan dengan luas 164,54 Km2. Prediksi keberhasilan dakwah radio Er-Dammah didukung oleh statistik penduduk Tangerang yang berjumlah lebih dari 4.5 juta jiwa. Terlebih lagi, ternyata 96,6 % darinya beragama Islam. Jumlah yang sangat besar ini tentunya merupakan lahan dakwah yang sangat efektif
Karena besarnya persentase ini, maka dakwah yang disampaikan ErDammah tentunya bukan dakwah yang bentuknya mengkonversi orang non-Islam menjadi Islam, tapi lebih kepada dakwah yang melakukan “islamisasi-kembali” atas orang-orang Islam. Orang-orang Islam yang sudah lupa Tuhan diajak kembali
untuk mengingat Tuhan, orang-orang Islam yang tidak tahu teknis berhaji diajarkan bagaimana caranya.
II. Rancangan Pengembangan Dakwah Islam Melalui Radio Er-Dammah Inti dari segala bentuk siaran dakwah radio Er-Dammah adalah syiar Islam. Radio Er-Dammah menyiarkan hal-hal yang 100 persen Islami, tidak terkontaminasi dengan hal-hal yang sekuler, tetapi tetap dilakukan secara ringan, santai, dan bermasyarakat, agar wajah Islam nampak lebih bersahabat. Jadi, kalau ada pemutaran lagu di radio Er-Dammah, pemutaran itu tidak berarti menjadikan radio ini sebagai institusi hiburan. Segala macam format program radio Er-Dammah seluruhnya ditujukan untuk syi’ar Islam. Hal itu tergambar dalam visi, misi, dan tujuan berdirinya radio Er-Dammah. 1. Tujuan Pendirian Radio Er-Dammah Maksud pendirian radio Er-Dammah adalah tak lain seperti maksud berdirinya radio-radio yang lainnya. Layaknya sebuah radio berdiri dalam rangka menyampaikan informasi yang dibutuhkan oleh pasarnya, oleh pendengarnya. Informasi tersebut dapat bertujuan mendidik, menghibur, atau memberi informasi. Namun demikian, ketiga tujuan itu dilandaskan atas satu prinsip penting yang seringkali dilupakan banyak orang dewasa ini, yaitu suatu prinsip yang disebut Jalaluddin Rakhmat dalam Islam Aktualnya dengan prinsip “membangun jembatan”. 36 Prinsip ini dikenal dengan silaturrahmi.
36
Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual (Bandung: Mizan, 1991) h. 45
Radio Er-Dammah membangun siarannya di atas prinsip silaturrahmi, sebab setiap personilnya menyadari bahwa sistem global masa kini mampu mengombang-ambingkan persahabatan dan persaudaraan, sampai-sampai segala hal mesti direduksi kepada tujuan-tujuan singkat yang sarat kepentingan dan sangat pragmatis. Belakangan kerap terdengar ujaran: “tak ada persahabatan yang sejati, yang ada hanyalah kepentingan.” Dalam suasana semacam ini, jalinan hubungan kasih dan persaudaraan menjadi amat sangat bernilai. Mendasarkan penyiaran berdasarkan prinsip ukhuwwah dan persaudaraan merupakan sebuah pilihan yang menghidupkan kembali kommitmen keislaman, komitmen untuk merapatkan barisan di tengah arus globalisasi yang menawarkan standard-standard nilai yang seringkali bertentangan dengan kebudayaan dan agama lokal. Dalam butir-butir tujuan berdirinya radio Er-Dammah disebutkan: ”Ikut memberikan kontribusi yang real dalam merajut tali ukhuwwah dan mencerdaskan ummah bersama radio-radio lainnya yang penyelenggaraannya berada di wilayah Tangerang, khususnya dan Banten pada umumnya. ”Ikut berpartisipasi dalam penyebaran informasi, pendidikan, dakwah, dan hiburan secara seimbang sebagaimana layaknya fungsi radio sebagai media elektronik yang berdaya guna.”37
37
Dokumen Rancangan Pendirian Er-Dammah
2. Visi Radio Er-Damma Visi atau cita-cita ke depan radio Er-Dammah sangat sarat akan nilai keislaman, yakni, “menjadi stasiun penyiaran terdepan yang mampu menyajikan ragam informasi
dengan
mengedepankan
landasan
syari’ah
Islamiyah
dalam
mewujudkan tatanan masyarakat madani yang cerdas, intelektual, berintegrasi, harmonis, dan berwawasan keislaman.” Dan, tentunya visi itu tak lepas dari keinginan akan terwujudnya kualitas profesional sebagai sebuah stasiun penyiaran, yang mampu menyiarkan dakwahnya secara lebih efektif. Di wilayah Tengerang sendiri, sebetulnya, belum banyak radio komunitas Islam yang mengudara. Bahkan, yang baru mengantongi izin siaran secara resmi baru dua: Er-Bamba dan Er-Dammah ini. Radio-Radio dakwah lainnya masih terbilang jarang. Sampai saat ini, pendengarnya sudah cukup banyak dan memiliki semacam ketertarikan untuk senantiasa bersilaturrahmi dengan radio Er-Dammah. Dengan terjalinnya kontak yang intensif seperti yang selama ini tengah berlangsung, pewarisan nilai-nilai agama juga akan semakin intensif.
3. Misi Radio Er-Dammah Misi radio Er-Dammah dirumuskan sebagai berikut: Menyelenggarakan siaran berkualitas yang bersifat edukatif, informatif, dan menghibur 1. Memberikan layanan yang bersahabat, bersahaja, dan kompetitif
2. Mengoptimalkan, mengembangkan potensi dan kompetensi sumber daya manusia 3. Menjalin kemitraan bisnis yang bersih, sinergis, dan islami 4. Mengokohkan ukhuwah Islamiyah.
BAB IV RADIO ER-DAMMAH (RADIO DAKWAH AL-UMMAH) 107.7 FM SEBAGAI MEDIA DAKWAH ISLAM
A. Analisis Konstruksi Program Dakwah Radio Er-Dammah Kegiatan radio Er-Dammah dirancang sedemikian rupa dan terorganisir dengan baik. Kegiatan-kegiatannya meliputi kegiatan jangka panjang dan jangka pendek, yang terencana atau yang aksidental. Semua program kegiatan itu diarahkan kepada pencerahan wawasan keislaman yang lebih baik lagi; semua kegiatan ditujukan untuk memberikan semacam identitas Islam bagi masyarakat Islam yang—yang menurut Er-Dammah—belum islami.38 Dengan menimbang lebih dari 90 % jumlah muslim di wilayah Tengerang, maka setiap program kegiatan Radiio Er-Dammah lebih berisi program-program yang sifatnya “islamisasi”, atau penguatan kembali nilai-nilai akidah dan pengetahuan mengenai Islam dengan cara memberikan mereka pemahaman Islam yang benar, memperbaiki kekeliruan mereka, dan lain sebagainya. Di samping itu, program kegiatan Radio Er-Dammah juga tidak melupakan hal-hal yang tengah menarik di masyarakat. Isu-isu yang tengah hot disajikan secara populer agar mudah dicerna. Dan yang terpenting, format acaranya seringkali disusun secara dialogis, yang memungkinkan pendengar untuk melontarkan pernyataan atau memberikan umpan balik kepada nara sumber. Secara umum, memang, format siaran radio Er-Dammah meliputi format dialog
38
wawancara dengan manajemen Er-Dammah pada
interaktif, penyiaran live mengenai materi-materi kontemporer, Road Show, informasi layanan masyarakat, dan hiburan. Dan yang terpenting di atas semua itu, semua materi ini bernafaskan islam. Semua materi ini disusun sedemikian rupa untuk memberikan masyarakat pengetahuan yang jelas dengan gaya bahasa yang lugas sehingga keislaman masyarakat dapat lebih ditingkatkan. Secara lebih rinci, berikut program siaran radio Er-Dammah: 1. Tarbiyah Islamiyah. Program ini merupakan program yang menyiarkan kajian agama secara interaktif, baik yang meliputi ibadah-ibadah seperti sholat, zakat, shaum, haji, sedekah, dan sebagainya, maupun ibadahibadah yang cakupannya sosial seperti berpolitik, berbudaya, dan sebagainya. Secara bahasa “tarbiyah islamiyah” berarti pendidikan agama Islam. Namun dalam konteks ini, istilah ini bisa dipahami sebagai sebuah upaya Radio Er-Dammah dalam rangka memberikan pemahaman yang jelas mengenai seluruh aspek ajaran Islam. Di Era globalisasi, program semacam ini sangatlah penting dan membantu. Kenapa? Sebab arus nilai global yang ditonton masyarakat melalui televisi memberikan banyak sekali nilai-nilai alternatif yang jauh dari agama. Ada pula nilainilai yang mungkin tidak bertentangan dengan agama, tapi di mata masyarakat masih meragukan, karena mereka belum memahaminya. Di sini peran pemuka-pemuka agama menjadi sangat penting. Tarbiyah Islamiyah bisa dipahami sebagai sebuah counter-attack. 2. Aqidah. Program akidah merupakan program yang sangat penting, terutama di tengah tingginya nilai popularitas di mata masyarakat.
Barangkali, hari ini semua orang sudah bertuhan-satu. Dengan logika rasional, bahkan melalui beberapa penemuan eksperimental di bidang fisika, orang sudah dapat menerima eksistensi Tuhan yang satu dan mampu membedakan antara mitologi dan sejarah, antara yang palsu dan yang benar, antara yang pasti dan spekulatif. Namun, persoalan di bidang akidah dewasa ini adalah persoalan pemurnian dan peneguhan akidah. Orang mungkin sudah percaya Tuhan itu Esa, tak mungkin berbilang, tapi pada praktiknya mereka masih pergi ke dukun. Orang mungkin sudah percaya Tuhan itu Esa, tak mungkin berbilang, tapi ketika kesulitan dan berbagai bencana besar menimpa, mereka putus asa dan mengakhiri hidup mereka. Kenyataan seperti ini yang hendak dimurnikan dalam Program Akidah Radio Er-Dammah. 3. Tsaqofah. Istilah ini dalam bahasa indonesia berarti kebudayaan. Istilah tsaqofah meliputi pemikiran yang tertuang dalam diskusi-diskusi, literatur atau karya sastra, teknologi, hidangan makanan sehari-hari, fashion pakaian yang sedang in, hiburan yang menjadi mainstream, seperti musik, dan sebagainya. Aspek yang tercakup dalam tsaqofah amat luas, dan nampaknya, diskusi-diskusi radio Er-Dammah mengenai kebudayaan yang Islami ini perlu bersaing dengan berbagai kebudayaan asing yang mulai dikenal masyarakat umum. Persoalan kesetaraan Gender, hak asasi manusia, negara hukum, musik, etika teknologi modern, merupakan persoalan-persoalan yang tak kunjung habis dan bahkan selalu bertambah. Masyarakat awam dewasa ini memerlukan
kejelasan untuk menyikapinya. Di sinilah Radio Er-Dammah mengisi peran penting itu. 4. Tahsin. Secara bahasa kata ini berarti “pembagusan”. Secara istilah ini adalah program Er-Dammah dalam mendidik masyarakat dalam mengenal Al-Quran, yang meliputi teknik membaca yang benar dengan pengetahuan yang memadai akan hukum-hukumnya. 5. Samara. Istilah ini kepanjangan dari “Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah.” Dengan program ini, radio Er-Dammah berupaya keras dalam membimbing masyarakat dalam konteks berumah tangga yang islami. Sebagaimana diketahui umum, rumah tangga merupakan unit terkecil dari negara, dan merupakan sentral pendidikan yang penting dalam mencetak generasi bangsa dan agama ke depannya. 6. Fikih. Kajian fikih berhubungan dengan tata cara ibadah, hampir mirip dengan Tarbiyah Islamiyah. Hanya saja, aspek fikih ini menekankan hukum-hukum yang berkenaan dengan ibadah sehari-hari, baik yang berhubungan dengan Allah, maupun yang berkenaan dengan sesama manusia. 7. Ruqyah. Kajian interaktif ini berhubungan dengan berbagai modus kejahatan melalui gangguan jin. Memang perlu diakui bahwa di dunia modern yang menganut asumsi-asumsi empiris sains, perdukunan masih merajalela. Dokter-dokter rumah sakit spesialis manapun tidak akan mampu mengobati orang yang kesurupan, karena pendekatan mereka adalah pendekatan dunia fisik. Orang-orang kesurupan hanya mampu
diobati dengan pendekatan dunia gaib, sebagaimana dikenal dalam Islam kepercayaan pada “yang gaib”. Melalui program inilah radio ErDammah melebarkan sayap dakwahnya. 8. Kajian Islamiyah. Program ini terdengar umum, yaitu kajian tentang Islam. Namun yang dimaksud dengan kajian Islamiyah di sini adalah kajian tentang khusus tentang wanita muslimah dalam rangka membentuk kepribadian muslimah yang berkualitas. Dari sini, sebetulnya sudah nampak bahwa dakwah Radio Er-Dammah betul-betul diarahkan searus dengan konteks kekinian di mana wanita seolah menjadi pusat perhatian dan perubahan. Isu-isu semacam kebebasan dan kesetaraan gender sebetulnya perlu diinterpretasikan lebih baik 9. Jepara. Kalau Kajian Islamiyah khusus untuk kaum mudi, maka yang satu ini diperuntukkan bagi kaum muda. Program ini menyiarkan pembinaanpembinaan kepribadian para pemuda agar cerdas secara spiritual, emosional, power (jasadiyah), dan intelektual. Peran dakwah kajian islamiyah dan jepara amat penting, sebab sasaran khalayaknya adalah pemuda. 10. Motivation Night. Kajian on-air ini adalah kajian motivasi, yaitu pembinaan mental yang positif, percaya diri, semangat, dan bertujuan dalam menjalani hidup. 11. Jendela Keluarga. Jendela keluarga adalah siaran khusus yang mencoba melihat
problem-problem
(muslimah).
keluarga
dari sudut pandang
wanita
12. Permata Hati. Program ini masih berhubungan dengan pembinaan keluarga yang islami, seperti halnya samara dan jendela keluarga. Namun, siaran yang satu ini berfokus pada pendidikan untuk anak-anak, agar menjadi anak-anak yang sholeh. Dewasa ini problem anak-anak merupakan problem keluarga yang serius. Sebagai ‘tunas yang baru tumbuh’, anak-anak masih menjadi makhluk yang melakukan imitasi terhadap orang-orang di sekitarnya, terutama dalam hal perilaku, pandangan terhadap sesuatu, bahkan hobi. Banyak orang tua yang tahu—sedikit—mengenai apa yang pantas dilihat dan apa yang tidak, apa yang dibolehkan dan apa yang tidak. Tapi sedikit dari mereka yang mempunyai cara yang jitu untuk membiasakan anak agar memiliki perilaku yang santun itu. 13. Lentera Hati. Ini adalah siaran yang tujuannya mencerahkan spiritualitas. Program ini tidak ditujukan untuk para eksekutif yang mengalami kevakuman eksistensial, program ini ditujukan oleh radio Er-Dammah untuk para pendengar yang sebagian besar awam. Namun bahasa spiritualitas adalah bahasa yang universal. Seperti bahasa musik, dapat diterima oleh siapa saja dan kapan saja. Selalu terdengar indah, nyaman, dan damai. Karena itu, program siaran ini dapat dinikmati siapa saja, terutama bagi orang-orang yang ingin bertaqarrub (mendekatkan diri) dengan Tuhannya, dan terutama pada zaman ini. Seperti Dr. Benjamin E.
Mays katakana, ”kemanusiaan kita sedang membutuhkan sesuatu yang spiritual.”39 14. Erdammah Medika. Ini siaran konsultasi online, terutama dalam bidang kesehatan, psikologi, pengobatan, dan lain-lainnya. Program ini bernilai tambah bagi dakwah islam. Sebab, tujuan dakwah tidak hanya agar masyarakat sholat dan haji, tapi juga agar masyarakat hidup sejahtera dan sehat. 15. Healthy Care. Ini juga salah satu siaran mengenai tips-tips hidup yang sehat, baik secara jasadiy maupun fikri. 16. Dunia Islam. Er-Dammah berupaya menyampaikan berita terkini mengenai sejarah Islam di dunia. 17. Sirah Nabawiyah. Sunnah nabi merupakan salah satu rujukan penting dalam Islam. Apa yang dilakukan nabi dalam satu konteks biasanya dijadikan ukuran untuk menilai apa yang perlu dilakukan pada masa kini. Slogan “kembali kepada Al-Quran dan Sunnah” merupakan sebuah ciri penting dari satu keadaan di mana orang-orang islam ingin menonjolkan identitasnya; satu keadaan di mana eksistensi agama mulai tercampur baur dengan hal-hal yang bukan agama, yaitu nilai-nilai global. 18. Nuansa Islam. Ini program tentang nuansa hidup orang-orang di bawah naungan Islam, yang disertai dengan kisah nyata orang yang mendapatkan hidayah dan petunjuk dari Allah. 39
Jalaluddin Rakhmat, Renungan-Renungan Sufistik: Membuka Tirai Kegaiban (Bandung: Mizan, 1996) h. 34
19. Tokoh Islam. Program dakwah Er-Dammah ini mengetengahkan sejarah para tokoh Islam dalam berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, sosial, budaya, kedokteran, astronomi, matematika, fisika, dan lain-lain. Kajian ini merupakan spirit untuk mengembalikan lagi kepercayaan diri masyarakat. Sebab, secara histories, Islam pernah besar dalam berbagai bidang yang kini dikuasai oleh Barat. 20. Dunia Anak. Program ini mengetengahkan cerita-cerita, kisah teladan, dan anak-anak berprestasi. Tujuannya adalah pembinaan anak dalam keluarga. Lagi-lagi, di sini dakwah Er-Dammah di arahkan benar-benar ke pondasi pembentukan ummat yang balanced. 21. Serba-Serbi. Informasi dan hiburan ini mengetengahkan berita terkini dari seluruh penjuru dunia. Tujuannya memberikan wawasan global, agar tahu perkembangan. 22. Pelangi Nusantara.
Informasi ini mengetengahkan tempat-tempat
pariwisata di Indonesia beserta lokasi-lokasi bersejarahnya. 23. Opini Anda. Program ini jelas-jelas membuat radio Er-Dammah masuk ke lingkungan masyarakat. Program ini ibarat sebuah rumah yang membuka pintu rumahnya lebar-lebar dan mempersilahkan para tetangganya berkunjung masuk. Mereka berkenalan dengan tuan rumah, dan ketika mereka bertemu saat-saat tertentu, mereka bertegur sapa. Program ini membuka kesempatan kepada masyarakat untuk memberikan opininya mengenai peristiwa-peristiwa terkini.
24. Tips dan Kiat. Er-Dammah juga memberikan kiat-kiat yang sifatnya memotivasi dan mendukung hidup agar lebih terasa bermakna dan bertujuan. 25. Bursa Lowongan Kerja. Karena memang lebih banyak pendengar ErDammah yang berasal dari kelas bawah, program ini sangat membantu. Di sini disajikan berbagai informasi mengenai lowongan kerja di berbagai daerah yang disajikan secara apik dan terkini. 26. Bahasa Arab. Belajar bahasa Arab merupakan salah satu langkah utama dan penting dalam memahami agama Islam. Banyak orang Islam yang mempelajari agamanya tanpa memahami bahasa Arab. Rujukannya hanyalah buku-buku sekunder yang ditulis dari tangan orang lain. Akibatnya, ketika penulis pertama ini membuat asumsi yang salah, maka orang-orang yang merujuk darinya juga ikut membangun asumsi yang salah. Dengan mempelajari bahasa Arab dasar, minimal, ketika menerima konsep-konsep yang khas Islam, dalam sholat, pengajian, buku bacaan, ceramah agama, dan lain-lain, informasi yang diterima dapat diserap dan dihayati lebih maksimal. 27. Er-Dammah English. Bahasa Inggris merupakan bahasa global. Tak mampu berbahasa Inggris akan menghambat komunikasi dan interaksi secara lebih luas di dunia ini. Dengan adanya program ini, Er-Dammah memberikan masyarakat apa yang mereka butuhkan.
28. BBM (Bincang-Bincang Minggu) adalah program bincang-bincang ringan di hari minggu bersama para tokoh masyarakat dan orang-orang sukses, baik yang berskala lokal maupun nasional. 29. TNP 20 (20 Tembang Nasyid Terpopuler) mengetengahkan 20 nasyid yang banyak diminati dan di”request” para pemirsa. 30. Ragam Nasyid. Er-Dammah, melalui Ragam Nasyid, memutar juga berbagai nasyid religi dari berbagai daerah di tanah air dan mancanegara. 31. NBR (Nasyid by Request). Program hiburan ini diputar pada malam hari. 32. Kisah. Program hiburan ini berisi tentang cerita-cerita dari segenap penjuru dunia. Kadang-kadang, cerita semacam ini sangat membantu dan inspiratif bagi semua orang, semua kalangan, semua umur. Gerbner pernah mengatakan, “We live in a world erected by the stories we hear and see and tell…Stories socialize us into roles of gender, age, class, vocation and life-style, and offer models of conformity or targets for rebellion. They weave the seamless web of the cultural environment that cultivates most of what we think, what we do, and how we conduct our affairs.”40 Terjemahan bebasnya, cerita itu memberikan orang cara pandang. Cerita memberikan kesadaran wawasan mengenai bagaimana suatu peran sosial seharusnya dijalankan. 33. Kuliah Dhuha. Program ini mengetengahkan kajian tafsir di pagi hari. Program tafsir amat penting dalam melihat sesuatu dengan cara pandang Islam. 40
http://muse.jhu.edu/login?uri=/journals/wide_angle/v020/20.2gerbner.html
Dakwah yang dilakukan Er-Dammah merupakan bagian dari satu keseluruhan arus dunia yang kini sedang berupaya menonjolkan identitas lokal, agama, dan budaya. Seiring dengan slogan “kembali kepada Al-Quran dan AsSunnah”, sebagian besar program radio Er-Dammah disusun dengan berbagai pendekatan keislaman. Dari 33 program siaran radio Er-Dammah, hanya tujuh program yang tidak secara khusus menyajikan program keislaman, dalam konteks di mana program-program yang lain seluruhnya berupaya menyadarkan identitas keislaman dan memberikan cara pandang berdasarkan ajaran Islam—namun ketujuh program itu bukan berarti tidak Islami. Tentu Islami. Contohnya, lowongan kerja tujuannya mengurangi jumlah pengangguran. Itu Islami, mewujudkan baldatun thayyibatun. Satu hal penting yang merupakan ciri kebangkitan kesadaran keislaman di tengah arus globalisasi ini adalah penggunaan simbol-simbol dan idiom-idiom yang khas Islam. Barangkali ini memang ciri khas Er-Dammah yang sebagian besar pengurusnya berlatar belakang PKS. Ciri ini dapat digolongkan sebagai fundamentalis literer—untuk membedakannya dari fundamentalis rasional, liberal. Penggunaan istilah “subhanallah”, “al-hamdulillah”, atau “masya Allah” benarbenar dihidupkan dalam kehidupan sehari-hari, sebab itulah yang tertulis dalam kitab hadits. Berbeda dengan pandangan fundamentalis liberal yang melihat Islam sebagai nilai universal. Fundamentalis liberal lebih melihat idiom-idiom khas Islam—seperti ”subhanallah”, ”alhamdulillah”, dan sebagainya—sebagai budaya Arab yang dapat digunakan dalam bahasa lain—sehingga Islam lebih ”rahmatan lil-alamin”. Artinya, makna ”Ma sya Allah” dengan ”Oh, My god” sama saja,
karena keduanya merupakan ungkapan yang memanggil dan menyandarkan diri kepada Tuhan. Namun Er-Dammah tidak melihatnya demikian. Sebagai contoh, Er-Dammah mengatakan bahwa penerapan syari’at Islam sejauh ini masih sangat kurang. Buktinya dapat dilihat dalam banyak hal, terutama dalam berpakaian. ErDammah juga menyebut bahwa mereka hanya memutar musik-musik yang islami, full—dan musik yang diputar adalah nasyid. Ciri khas penonjolan identitas ini juga nampak dalam banyak hal lain, misalnya, Er-Dammah lebih memilih istilah “Sirah Nabawiyah” daripada “Sejarah Islam”.
B. Analisis Pendengar Dakwah Radio Er-Dammah Radio komunitas Er-Dammah memiliki beberapa kelebihan dan beberapa kekurangan dalam pengembangan dakwahnya di wilayah Tangerang. Di lihat dari khalayak pendengarnya, sebagian besar khalayaknya adalah masyarakat kelas bawah, yang rata-rata pendidikannya paling tinggi sampai SMA (65%). Sebagian besar dari mereka wanita (65%), sisanya pria. Dari aspek profesi, sebagian besar pendengar radio siaran ini adalah karyawan, mahasiswa/ pelajar, dan ibu rumah tangga. Usia terbanyak yang mendengarkan radio ini berkisar dari umur 20-an sampai 40-an. Di bawah 20 tahun mencapai 13%, sedangkan di atas 50 tahun hanya 2 %.41 Dari angka-angka ini, sebetulnya memang nyata bahwa sasaran pembentukan dakwah radio Er-Dammah adalah unit terkecil negara, yaitu keluarga, yang masih produktif dalam menerima berbagai perubahan. Kenyataan
41
Dokumen Proposal Pendirian Radio Er-Dammah
ini membuka jalan yang lebih lebar bagi pengembangan dakwah Islam di wilayah Tangerang. Selain itu, sebagaimana disebutkan di muka, angka pemeluk Islam di wilayah tangerang cukup besar, lebih dari 90 persen. Besarnya angka ini merupakan sebuah potensi bagi dakwah Islam. Oleh karena inilah setiap program yang disusun Radio Er-Dammah di atas seluruhnya bernuansa “islamisasi”, atau upaya mengislamkan kembali praktek keislaman masyarakat. Khalayak yang sebagian besar berasal dari kelas awam (yang sebagian besar peserta berpendidikan maksimal SMA dengan profesi karyawan) biasanya memiliki tendensi untuk belajar agama lebih tinggi daripada mereka yang berasal dari kelas menengah ke atas, terutama yang berpendidikan. Materi siaran dakwah yang diberikan Er-Dammah disesuaikan sedemikian rupa dengan pendengarnya, bahkan seringkali Er-Dammah mengubah materi siaran dengan mengikuti alur pertanyaan pendengarnya. Hal ini diharapkan agar pendengar memiliki kepercayaan kepada Er-Dammah, tempat mereka bertanya, berbagi, dan menjadikan Er-Dammah sebagai sumber ajaran Islam yang mudah untuk diikuti. Ukuran-ukuran
yang
digunakan
untuk
melihat
format
keislaman
pendengarnya juga agak formatif. Ketika ditanya mengenai indikator keberhasilan Er-Dammah, dijawab bahwa keberhasilan itu nampak pada pendengar ErDammah yang pada awalnya tidak mengaji menjadi mengaji dan mengikuti kelompok-kelompok pengajian. Kata salah seorang manajer, ”Banyak orang yang nggak pernah ikut ngaji. Di sini, kita punya pengajian bulanan, dan banyak orang
yang terinspirasi untuk membikin klub-klub pengajian.”42 Hal ini merupakan dasar penting yang menjadi karakteristik sebuah penonjolan identitas Keislaman. C. Analisis Media Siaran Radio Er-Dammah Jika kualitas siaran Radio Er-Dammah ditunjukkan dalam konstruksi isi program dan pertimbangan data-data demografis khalayaknya, maka kuantitasnya ditunjukkan dalam sejauh mana pancaran radio Er-Dammah dapat menjangkau wilayah Tangerang. Perluasan jaringan siaran merupakan satu program yang direncanakan dalam jangka panjang. Sebab, sebagai sebuah media komunikasi yang bergantung pada gelombang di udara, maka seberapa jauh dan seberapa banyak orang yang mendengarkan radio tersebut bergantung pada luasnya jaringan siarannya. Radio Er-Dammah sendiri sebetulnya telah mengantongi izin untuk melakukan siaran di luar wilayahnya, dalam batasan, selama tidak mengganggu siaran radio lainnya. Upaya demi upaya terus dilakukan manajemen Radio ErDammah untuk menjadikan radio yang bukan hanya on-air di Tangerang, tapi juga di Kabupaten Banten seluruhnya, bahkan sampai Jadebotabek. Dengan demikian dakwah Islam dapat tersebar lebih luas lagi. Perluasan jaringan siaran tentunya perlu didukung dengan peningkatan kualitas siaran. Ini amat disadari oleh tim manajemen Radio Er-Dammah. Oleh karena itu, program siaran radio Er-Dammah dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar mengarah kepada dakwah Islam yang syar’i.
42
Wawancara.
Sejauh ini, upaya-upaya ke arah perluasan jangkauan siaran Er-Dammah telah dilakukan. Menurut hasil wawancara dengan pihak manajemen, Lembaga Penyiaran Komunitas memberikan izin siaran Er-Dammah lebih luas dari batasnya, selama siarannya tidak mengganggu gelombang siaran radio lainnya. Hal ini merupakan sebuah peluang, paling tidak, dukungan untuk dakwah tetap eksis. Frekuensi yang diajukan untuk Perkumpulan Radio Komunitas Er-Dammah adalah pada frekuensi 107,7 MHz/202, sesuai dengan KM 15 taun 2007 tentang Master Plan Frekuensi yang diperuntukkan Lembaga Penyiaran Komunitas (LPK). Frekuensi ini meliputi beberapa kecamatan, yaitu, Pasar Kemis, Rajeg, Cikupa, Jati Uwung, Cibodas, dan Karawaci. Wilayah ini sangat luas di Tangerang. Dengan upaya-upaya yang kontinyu, jaringan siaran Radio ErDammah dapat berkembang lebih luas. D. Analisis Nama dan Motto Radio Er-Dammah Radio Er-Dammah merupakan kependekan dari “Radio Da’wah Al-Ummah”. Dari namanya, radio ini jelas berintensi secara eksplisit untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah. Dakwah merupakan sebuah upaya yang dilakukan di tengah keadaan yang belum sampai pada tahap sempurna. Pada masa rasul di Makkah, pengikut yang berkonversi ke dalam Islam jumlahnya belum seberapa. Untuk itu, dakwah rasul ditujukan untuk mencari pengikut dan menyadarkan sebanyak mungkin orang. Kira-kira seabad kemudian jumlah pengikut rasulullah saw. sudah bertambah berlipat-lipat. Orang-orang sudah banyak yang memeluk Islam. Konsentrasi para
ulama tidak lagi pada konversi orang-orang non-Islam ke dalam Islam, tetapi lebih kepada pendalaman, pemahaman, dan pengamalan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Majlis-majlis Ilmu didirikan dan dijadikan sandaran perbuatan. Demikianlah juga yang terjadi pada hari ini. Er-Dammah berdakwah dalam situasi yang sama. Menurut data demografis, lebih dari 90 % masyarakat Tangerang memeluk Islam. Persis keadaannya dengan keadaan masyarakat pada zaman-zaman kerajaan Islam di mana, secara sosial, Islam sudah diterima secara luas. Pada saat ini, kaum ulama juga lebih konsentrasi pada Islamisasi, yaitu upaya peningkatankembali pemahaman dan pengamalan ajaran-ajaran Islam di tengah masyarakat. Dari dasar inilah program-program siaran Er-Dammah disusun. Buktinya, berbagai program siarannya sebagian besar—untuk menyebut semuanya— mengarah kepada pemahaman kembali ajaran Islam. Istilah “al-Ummah” berarti ummat, yang maknanya ditujukan sebagai ummat Islam. Kata ini merupakan kata yang sering muncul di era globalisasi ini, seiring dengan kata-kata lainnya yang menunjukkan penonjolan identitas keislaman. Seakan-akan, dalam riuhnya lalu lintas nilai global yang sering disaksikan masyarakat melalui televisi, Er-Dammah mengatakan, “Jangan lupa, kita adalah satu ummat, yaitu ummat Islam.” Kampanye penyadaran identitas ini dilakukan tidak secara langsung dengan kata-kata demikian, melainkan diselipkan secara bawah sadar di bawah nama radionya, “Radio Dakwah Al-Ummah”, “ErDammah”.
Kata ”Ummat” sebetulnya juga bersifat mengajak, dakwah, dan agak provokatif. Pertama, istilah ini berkonotasi Islam—karena menggunakan bahasa Arab—di telinga masyarakat. Kedua, ”ummat” juga berkonotasi himpunan, kelompok, yang dianut oleh kebanyakan orang. Berbagung dengan kelompok mayoritas akan memberikan semacam kekuatan, setidaknya, kesan ini yang muncul dari kata ”ummat”. Penyadaran identitas sebagai umat Islam ini juga tercermin dalam motto yang disiarkan Er-Dammah, yaitu “Jalin Ukhuwwah, Cerdaskan Ummah.” Ukhuwwah merupakan tema besar yang terselip di balik berbagai gerakan Islam pasca-kolonial dan globalisasi. Pada masa kolonialisme, Jamaluddin AlAfghani—seorang muslim berwawasan pembaharu—mengumandangkan PanIslamisme, paham persatuan Islam. Di Mesir, Ikhwanul Muslimin yang dibina Hasan Al-Banna cukup menarik perhatian. Demikian juga Jama’at-I-Islami yang didirikan Al-Maududi di Pakistan.43 Di Indonesia, penyadaran kembali akan identitas keislaman ini muncul dalam berbagai tubuh ormas-ormas Islam seperti Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama (NU), Al-Irsyad, dan lain-lain. Pada masa globalisasi, ketika jaringan komunikasi massa sudah meluas. Televisi sudah masuk desa, internet sudah meluas ke segenap penjuru di Indonesia, tema ukhuwwah dan kesadaran untuk kembali kepada Islam yang benar tercermin dalam lahirnya berbagai macam aliran pemikiran dan mazhab. Lahirnya sekte-sekte sempalan merupakan efek dari globalisasi ini, sama halnya dengan kelahiran berbagai warna Islam dalam berbagai institusi sosial. Di bidang
43
Murad W. Hoffman, Menengok Kembali Islam Kita (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999) h. 118
politik, terutama pasca reformasi, berbagai partai berlabel Islam bermunculan. Nurcholish Madjid yang melihat fenomena ini sebagai sesuatu yang tidak substansial, mengatakan, “Islam Yes. Partai Islam No.” Meskipun demikian, berbagai hal yang berwarna Islam tidak henti-hentinya muncul, tidak terkecuali radio-radio komunitas yang berwarna Islam. Er-Dammah merupakan salah satunya. Dengan tema menjalin ukhuwwah, Er-Dammah melibatkan diri dalam suatu konteks masyarakat yang sedang berhadapan dengan berbagai macam pilihan identitas dan nilai hidup. Dan, pilihan misi Er-Dammah ternyata satu: “jalin ukhuwwah”. Dengan kata lain Er-Dammah bermaksud mengatakan, “Kita ini ummat Islam, sadarlah dengan nilai-nilai dan ajaran agama kita.” Persis seperti dikatakan Naisbitt dan Aburdene dalam Megatrends 2000, “di hadapan homogenisasi yang semakin tumbuh, kita semua akan berusaha melestarikan identitas kita, apakah itu agama, kultur, kebangsaan, bahasa, atau ras.”44 Selain itu, masyarakat pendengar yang sebagian besar berasal dari kelas awam itu masih membutuhkan banyak penjelasan. Untuk itu lanjutan motto ErDammah adalah “Cerdaskan Ummah”. Berangkat dari sinilah berbagai programprogam siaran Er-Dammah yang mencerahkan dirancang. Berbagai pendekatan dilakukan, mulai dari penyesuaian materi, penyesuaian jam siaran yang efektif, dan nara sumber yang berkualitas.
44
Ibid. h. 133
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Ada bebrapa point yang penting yang dapat di tarik sebagai kesimpulan ini. 1. dilihat dari kontruksi isi program radio erdammah sebagian bessar program dakwah radio ini disusun sedemikian rupa agar mudah di terima oleh masyarakat. Program-program itu disusun dengan pendekatan keislaman. Dari 33 program siaran er-dammah, hanya program yang tidak secara khusus di kemas dalam program keislaman. Dalam hal ini er dammah berusaha menghadirkan iaslam ketengan masyarakat dengan wajah yang ramah dan meyenangkan. 2. kenyataan bahwa 96 % penduduk tangerang beragama islam memungkinkan dakwah yang dilakukan lebih leluasa. Di lihat dari kihalayak pendengarnya, sebagian besar khalayaknya adalah masyarakat menengah kebawah , yang rata-rata pendidikanya paling tinggi adalah SMA (65 %)sebagaian besar dari mereka waniat (65%) sisanya pria. Dari aspek propesi sebagian besar pendengar radio er dammah adalah karyawan, mahasiswa/pelajar. Dan dilihat dari segi usai pendengar er dammah berkisar 20
dampai dengan 40 tahun. Di bawah 20 tahun mencapai 13 % dan 50 tahun keatas 2%. 3. dalam aspek media siaran radio er dammah merupakan pelopor media komuitas dfi tangerang, kedua setelah er bamba. Selain tantangan peliuang dan medan dakwah radio erdammah semakin luas seteralah mendapatkan iizin dari KPI Derah baten, selam tiadak menggangu siaran radio lain. 4. dalam hubungan dengan globalisasi seperti di sinyalir naisbit dan burdane dala mga ternd 2000 “ dihadapan hegeminisasi syang semakin umbuh kita semua akan berusaha melesatarikan identitass kita baik berupa agama, budaya, kultur, kebangsaan, bahsa, atau ras. 5. radio erdammah tumbuh bersam munculnya tanyangan0tabyabfgan religius di televisi dan berbagai bentuk islamisasi lainya. Dan ini merupakan efek dari arus globalisasi. B. Saran 1. Dakwah er dammah merupakan senuah konsekwensi psikologis dari globaliasasi yang semakin keras dengan ideide dan nilai-nilai hidup. 2. Pengunna label, nama-nama dan motto atau istilah-istilah arab bukan merupaka kewajabn dalam berdakwah. Namun yang dilakukan er dammah merupak bentuk untuk mengidupkan kembali nilai-nilai islam
3. bagi lembaga-lembaga dakwah lainya penggunaan istilahistilah ini juga di siarkan karna istilah tersebut memiliki nilai hstoris dan nilai spritual untuk membagkitkan semgngat keislaman.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M” dakwah multi media” Arnold Thomas” the preaching Of Islam: sejarah dakwah , jakarta wijaya 1981 Bukhori. Shohih buhkori. Singapura juz 11 tt Depdikbut kamus besar bahsa indosesia. Jakarta : bulan bintang 1996 Efenfddy onong U. denamika komunikasi >bandung remaja rosdakarya 2000 Israr Mh. Rehoroiaka dan dakawah islam era modern. Jakarta :firdaus 1996 Jalaludin rahmat, reformasi sufistik. Bandung :pustaka hidayah 1998 Masduki . jurnalis radio. Jogjakarta LKIS 2001 Masduki radio siaran dan demontrasi yogyakarta :jendela 2003 Efenfddy onong U. denamika komunikasi >bandung remaja rosdakarya 2000 Israr Mh. Rehoroiaka dan dakawah islam era modern. Jakarta :firdaus 1996 Naisbit dan baurdane megaterand 200 jakarta bina puttra aksara 2000 Bukhori. Shohih buhkori. Singapura juz 20 tt