Qawwãm• Volume 9 Nomor 2, 2015 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MENIKAH DINIDI DUSUN SONO DESA KALIKUNING, KECAMATAN TULAKAN, KABUPATEN PACITAN Siti Hajaroh1 Abstrak: Menikah merupakan sebuah keputusan besar yang hampir dialami oleh semua orang. Keputusan untuk menikah memerlukan pertimbangan panjang dan keyakinan yang kuat. Pernikahan bukan hanya menyatukan dua orang, melainkan juga dua keluarga yang tidak saling mengenal sebelumnya. Pernikahan tentunya membutuhkan kesiapan secara fisik dan emosional. Kematangan emosi dan kedewasaan berpikir adalah bekal yang cukup penting karena kemunculan masalah dalam mengarungi bahtera rumah tangga sangat membutuhkan hal ini. Fenomena pernikahan dini terjadi di beberapa wilayah dan meningkat di setiap tahunnya. Pada daerah tertentu pernikahan dini juga seperti menjadi budaya. Pernikahan dini dapat diartikan sebagai pernikahan dua individu yang secara undang-undang belum memenuhi syarat, sehingga kehidupan rumah tangga pelaku pernikahan dini tentu besar kemungkinannya menimbulkan berbagai macam masalah dan konflik di dalamnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan dini. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus dengan pertimbangan bahwa peneliti secara sistematis ingin mengungkapkan masalah yang terjadi pada individu tersebut, hubungan individu tersebut dengan kelompok, dan hubungannya dengan peristiwa yang terjadi. Kata Kunci: Pernikahan dini PENDAHULUAN Menikah merupakan sebuah keputusan besar yang hampir dialami oleh semua orang. Keputusan untuk menikah memerlukan pertimbangan panjang dan keyakinan kuat. Pernikahan bukan hanya menyatukan dua orang yang sedang dimabuk cinta, melainkan juga dua keluarga yang tidak saling mengenal sebelumnya.Tren menikah muda, kini sebenarnya bukan saja terjadi di kalangan pedesaan saja, akan tetapi sudah mulai marak juga di kalangan perkotaan. Munculnya kasus ini dikarenakan merebaknya budaya pacaran di kalangan anak usia sekolah mulai dari jenjang SD sampai dengan SMA. Anak remaja yang selalu menjunjung tinggi kebebasan berbusana, bergaul dengan lawan jenis dan menjadikan gaya barat sebagai acuannya. Minuman keras, seks bebas sudah dianggap hal biasa tanpa mempertimbangkan dampak yang akan 1
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
195
Siti Hajaroh
dihadapinya. Kasus tersebut menjadikan para orang tua semakin resah dengan pergaulan anak-anaknya. Sebagai salah satu alternatif agar anaknya tidak terjebak dalam seks bebas, maka dengan menikahkan anaknya meskipun pada usia yang relatif sangat muda. Masalah menikah dini yang terjadi di dusun Sono menjadi salah satu problematika yang perlu adanya sebuah penanganan demi terbentuknya manusia yang berkualitas. Keputusan menikah muda yang terjadi di dusun Sono sebagaimana hasil observasi dan wawancara, disebabkan oleh berbagai faktor, yang antara lain; rendahya pendidikan, pergaulan bebas dan keadaan ekonomi masyarakat. Menikah merupakan hubungan (akad) antara laki-laki dan perempuan dengan maksud agar masing-masing dapat menikmati yang lain (istimtaa’) dan untuk membentuk keluarga yang sakinah dan membangun masyarakat yang bersih (Utsaimin, 2009). Sedangkan menikah dini adalah menikah di bawah usia yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan (Nukman, 2009). Perkawinan di bawah umur (dini) menurut UU Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 adalah suatu perkawinan antara laki-laki dan perempuan yang belum memenuhi syarat yang sesuai, yaitu bagi laki-laki kurang dari usia 19 tahun dan perempuan belum mencapai usia 16 tahun. Kemudian berdasar pada UU Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, diatur mengenai batasan umuryang menjadi syarat sah sebuah perkawinan. Pada tataran ideal perkawinan dianjurkan dilaksanakan oleh pasangan yang telah mencapai usia dewasa yaitu 21 tahun, bila masih di bawah usia tersebut, maka harus mendapatkan izin kedua orang tua. Pasal 6 ayat (2) menyatakan; untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21tahun harus mendapatkan izin kedua orang tua. Izin orang tua atau pihak lain sesuai dengan pasal 6 di atas hanya diperbolehkan oleh Undang-Undang apabila usia minimal mempelai pria 19 tahun dan mempelai perempuan16 tahun. Pasal 7 ayat (1) menegaskan: bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 tahun. ketentuan tentang batas minimal usia calon mempelai tersebut di atas ditegaskan kembali dalam pasal 15 Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam. Namun, jika umur kedua mempelai belum mencapai 19 tahun bagi pria dan 16 tahun bagi wanita, maka dalam kondisi yang demikian pasal 7 ayat (2) memberikan jalan keluar, yaitu kedua orang tua pria maupun wanita atau pihak lain sesuai dengan ketentuan pasal6 ayat (2,3,4,5 dan 6) dapatmeminta dispensasi kepada Pengadilan atau Pejabat lain yang ditunjuk. Selanjutnya sesuai dengan Pasal 13 ayat (3) PP Nomor 3 Tahun 1975 tentang Kewajiban Pegawai Pencatat Nikah dan Tata Kerja Peradilan Agama dalam Melaksanakan Peraturan Perundang-Undangan Bagi Yang beragama Islam, disebutkan bahwa Pengadilan Agama setelah memeriksan dalam persidangan dan berkeyakinan bahwa terdapat hal-hal yang memungkinkan untuk memberikan dispensasi
196
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
Qawwãm• Volume 9 Nomor 2, 2015 tersebut, maka pengadilan Agama memberikan dispensasi nikah dengan suatu penetapan. Kasus yang terjadi di dusun Sono, seringkali menjadi bahan pembicaraan warga sekitar. Maka berdasar pada permasalahan di atas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab pernikahan dini di Dusun Sono. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan alasan karena permasalahan dalam penelitian ini sangat luas (Holistik). Menurut Moleong penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistik dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks, khususnya yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2006: 6). Jenis pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus. menurut Arikunto, penelitian studi kasus adalah penelitan yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu (Arikunto, 2002, 12). Pengambilan data dimulai bulan Maret sampai September 2014. Dengan sasaran penelitian ini antara lain: Kepala dusun sono, PPN, Pelaku nikah dini serta pihak-pihak terkait dengan penelitian.Adapun dalam penelitian ini untuk memperoleh data, peneliti menggunakan teknik wawancara yang di bantu dengan alat-alat seperti kamera, video, perekam dan lain lain dengan tujuan untuk bukti serta menguji kevalidan data. Dalam menganalisis data pada dasarnya bersamaan dengan pengumpulan data. Jadi ketika peneliti sudah terjun kelapangan kemudian membuat fokus, membuat tema kemudian mengumpulkan data-data penelitian, yang dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi kemudian triangulasi data yang di bantu dengan berbagai alat sebagai salah satu uji validitas. Kemudian hasil penelitian tersebut diproses melalui reduction, data display yang tahap akhirnya yaitu tahap verifikasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil temuan di lapangan, kasus pernikahan dini yang terjadi di dusun sono mencapai 53% setiap tahunnya. Artinya kasus ini masuk kategori tinggi, sehingga perlu adanya perhatian agar tidak berdampak pada rendahnya Sumberdaya Manusi Warga sono yang dipandang sebelah mata oleh warga lain dan tidak mengalami ketertinggalan. Kasus menikah dini di Dusun Sono disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Pergaulan Bebas dan MBA Tren pacaran oleh warga sono ternyata sudah bukan lagi hal yang tabu. Bahkan informasi yang penulis terima anak usia SD pun sudah
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
197
Siti Hajaroh
mengenal pacaran. Hal ini diperkuat dengan informasi yang peneliti peroleh dari seorang kepala sekolah setempat. .....yang lebih parah lagi beberapa waktu yang lalu siswa kami kelas 6 SD yang ketika ujian terpaksa kami jemput ke rumahnya, dan ternyata kami sangat kaget karena si anak ini sudah bersama laki-laki, bahkan tidak lama kemudian ternyata si anak ini menikah..... Hal ini menunjukkan bahwa pergaulan bebeas di kalangan remaja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi angka menikah muda di dusun ini. Kemudian di sisi lain, peneliti juga menemukan kasus anak yang hamil di luar nikah (MBA), yang memaksanya untuk cepat-cepat dinikahkan meskipun harus putus sekolah. Berikut wawancara dengan kakak pelaku; ...la gimana lagi, padahal kami pengen sekali si W ini melanjutkan sekolah, tapi memang ga ada niat dan malah ketika kelas 2 SMA hamil ya...mau tidak mau keluarga harus cepat2 menikahkan mereka dan si W ya harus putus sekolah...... Keterangan di atas menunjukkan betapa besar pengaruh pergaulan bebas terhadap keputusan menikah meskipun di usia yang relatif masih muda. 2. Pendidikan Pendidikan warga Sono masih tergolong rendah, sebagaimana temuan di lapangan dari 39 remaja pelaku nikah dini di sono, sebanyak 25 orang hanya lulusan Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah, 12 orang lulusan SMP/MTs dan 2 orang lulus SMA, artinya lebih dari 60% warga sono yang menikah di usia muda ternyata hanya lulusan Sekolah Dasar. Bahkan yang lebih parah lagi terdapat 1 anak yang baru saja lulus SD beberapa bulan kemudian menikah. Berikut hasil wawancara dengan salah satu guru terkait; ...ada salah satu murid saya, yang baru saja lulus ee....berapa bulan kemudian menikah,.....klo umur kira-kira ya...13-14 an .... Pendidikan rendah tentunya akan berdampak juga terhadap Sumber Daya Manusianya. Denagan SDM rendah tentunya tidak akan menjamin kelayakan hidup mereka. Setelah lulus SD paling tidak hanya merantau, kemudian tidak berapa lama karena sudah merasa bisa mendapatkan uang memutuskan menikah. 3. Ekonomi Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kasus pernikan dini di Dususn Sono, akan tetapi informasi yang diperoleh peneliti, keadaan ekonomi bukan sebagai faktor dominan yang mempengaruhi tingginya angka menikah dini. Berikut wawancara dengan informan. ......klo melihat dari keadaan ekonomi saya kira bukan faktor utama, karena kami umumnya juga mampu, meskipun hanya mengandalkan hasil perkebunan dan
198
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
Qawwãm• Volume 9 Nomor 2, 2015 hasil perantauan, hanya saja masih ada beberapa orang tua yang beranggapan bahwa dengan cepat menikahkan anaknya maka bebanya akan berkurang....... Warga Sono yang terkenal dengan hasil perkebunan durian sangat menjanjikan ekonomi mereka meskipun masa panen hanya satu sampai 2 kali dalam setahun. Hanya saja tidak semua warga sono memilikinya. Sehingga keadaan ekonominya hanya mengandalkan pekerjaan buruh saja. Maka, jika mempunyai anak perempuan mereka akan cepat menikahkan anaknya agar bebannya berkurang karena tanggung jawabnya sudah diserahkan ke suaminya. 4. Tradisi yang terjadi sejak lama Masalah menikah muda yang terjadi di dusun Sono sebenarnya bukan hal baru lagi, bahkan hampir semua warga yang mengenal daerah sono mengetahui kasus ini. Pada dasarnya kasus ini setiap tahunnya sudah mulai berkurang akan tetapi tidak signifikan. Berdasarkan hasil penelitian pada tahun 2013 saja, dari 26 orang terdapat 15 orang yang menikah diusia 19 tahun ke bawah. Kemudian tahun 2014 antara bulan januari sampai dengan juni dari 12 orang, terdapat 6 orang yang menikah di bawah 19 tahun. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tradisi lama warga Sono masih terbawa sampai saat ini. 5. Keinginan Sendiri dari si anak Menikah di usia dini yang terjadi di dusun Sono umumnya atas dasar kemauan si anak itu sendiri tanpa ada paksaan dari pihak orang tua atau manapun. Keputusan untuk menikah berdasarkan atas suka sama suka pada keduabelah pihak. Orang tua bahkan tidak mampu untuk menolak keputusan mereka karena kedua belah pihak sudah sering berduaan maka, sebagai jalan keluar orang tua harus merestua mereka sebagai upaya menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Berikut wawancara dengan informan; ...saya menikah ya...memang kami sudah pacaran lama, dan kami saling suka...... KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan hasil data penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kasus menikah dini di dusun Sono antara lain; pergaulan bebas dan MBA (Married by accident), pendidikan, ekonomi, tradisi lama, dan faktor kemauan sendiri dari si anak. Berdasar pada hasil penelitian di atas, maka sebagai upaya menghindari terjadinya kasus menikah dini hendaknya; 1) Pihak desa hendaknya sering mengadakan pengarahan kepada warga tentang dampak pergaulan bebas, 2) hendaknya sering memberikan pengarahan akan pentingnya pendidikan sebagai upaya menghindari ketertinggalan.
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
199
Siti Hajaroh
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek: Edisi Revisi V. Jakarrta: Rineka Cipta. Intruksi Presiden tentang Kompilasi Hukum Islam pasal 15 Nomor 1 Tahun 1991 Moleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Nukman. (2009). Yang Dimaksud Pernikahan Dini. http://www.ilhamuddin.co.cc. Akses 28 Maret 2010. PP Nomor 3 Tahun 1975 tentangKewajiban Pegawai Pencatat Nikah dan Tata Kerja Peradilan Agama dalam MelaksanakanPeraturan PerundangUndangan Bagi Yang beragama Islam. Utsaimin. (2009). Dasar Hukum Hidup Berumah Tangga. Surabaya. Risalah Hati. UU Perkawinan Nomor 1 tahun 1974
200
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram