PUSTAKAWAN SEKOLAH DAN LITERASI INFORMASI: MENJAWAB TANTANGAN GLOBALISASI A. Rahmania Abidin1* ABSTRACT This paper is a critical reflection on the complexity of the problem of school libraries in general in Indonesia in dealing with the challenges of a globalized world. The biggest challenge in the era of globalization is the development of society must be in tune with technological advances that followed thoroughly. But there are still many people who are less concerned about the development of the information. It is therefore necessary to have the information literacy movement that improve the literacy skills of information on these circles while maintaining the quality of information literal intellectuals. Information literacy as a librarian position movement as an "agent" in preparing literacy literate generation information. Librarians, school librarians in this case, lead customer (students) to select and specify the information that is most needed by priority. The position is of course very difficult and requires expertise that besides librarians must have an understanding of the importance of information literacy should also continuously improve the quality of its resources. Library staff must have the ability to teach, constantly update knowledge (willingness to learn) and have the practical ability and always seek to follow the development of information literacy. Quality is not only limited in the ability to master knowledge, but also able to understand the role and the changes that occur quickly. With advances in information technology will change the role of librarians. Librarians can run his new role but does not have to leave the role kepustakawanannya. These skills can be acquired through the teaching of information literacy skills. All skills are part of the responsibility of librarians in schools. Keywords: pustakawan, perpustakaan sekolah, literasi informasi, globalisasi, pasar bebas
ABSTRAK Makalah ini adalah sebuah refleksi kritis atas kompleksitas permasalahan perpustakaan sekolah secara umum di Indonesia dalam berhadapan dengan tantangan globalisasi dunia. Tantangan terbesar pada era globalisasi ialah perkembangan masyarakat harus selaras dengan kemajuan teknologi yang diikuti secara menyeluruh. Namun masih banyak kalangan yang kurang peduli akan perkembangan informasi. Oleh karena itu perlu ada pergerakan literasi informasi yang meningkatkan kemampuan literasi informasi pada kalangan ini sekaligus mempertahankan kualitas informasi literal kaum intelektual. Literasi informasi sebagai gerakan memposisikan pustakawan sebagai “agen” literasi dalam menyiapkan generasi yang melek informasi. Pustakawan, dalam hal ini pustakawan sekolah, menuntun pemustaka (siswa) untuk memilih dan menentukan informasi yang paling dibutuhkan dengan skala prioritas. Posisi tersebut tentu saja sangat sulit dan menuntut keahlian sehingga pustakawan selain harus memiliki pemahaman tentang pentingnya literasi informasi juga harus terus menerus meningkatkan kualitas sumber dayanya. Tenaga perpustakaan harus memiliki kemampuan mengajar, senantiasa memperbaharui pengetahuan (willingness to learn) dan memiliki kemampuan praktis serta selalu berupaya mengikuti perkembangan literasi informasi. Kualitas tidak hanya terbatas dalam kemampuan dalam menguasai pengetahuan saja tetapi juga mampu memahami peran serta perubahan yang terjadi secara cepat. Dengan kemajuan teknologi informasi peran pustakawan akan mengalami perubahan. Pustakawan dapat menjalankan peran barunya tetapi tidak harus meninggalkan peran kepustakawanannya. Keterampilan ini dapat diperoleh melalui pengajaran keterampilan literasi informasi. Semua keterampilan merupakan bagian dari tanggung jawab pustakawan di sekolah. Kata Kunci: pustakawan, perpustakaan sekolah, literasi informasi, globalisasi, pasar bebas
ketiga
A. PENDAHULUAN
(dasawarsa
1990-an),
bahkan
jauh
Istilah Globalisasi sudah dibicarakan dan
sebelumnya. Banyak pemikir abad ke-19 yang
didengar saat dunia akan memasuki milenium
mengindentifikasi munculnya hubungan Eropa
Pustakawan Sekolah dan Literasi Informasi: Menjawab Tantangan Globalisasi | 101
dengan dunia luar Eropa, dalam arti upaya Eropa
situasi yang disebut dengan ledakan informasi,
mendominasi
melalui
yaitu situasi yang setiap orang dapat menerima
perdagangan dan industri yang dikatakannya
informasi apa-pun, kapan-pun dan dari mana-pun
sebagai proses universal. Upaya membuat dan
tanpa batas. Hal ini meniscayakan bagi setiap
meyakinkan dunia luar Eropa dengan konsep
orang
Eropa itulah sebenarnya awal dari globalisasi.
pengetahuan melakukan pencarian informasi
Selanjutnya globalisasi menyusutkan dunia yang
yang benar, sehingga akan diperoleh informasi
kecil menjadi sangat kecil namun sekaligus
yang benar-benar sesuai dengan kebutuhannya.
menjadi kekuatan baru yang ditemukan untuk
Agar proses pemenuhan kebutuhan informasi
bekerjasama dan bersaing secara individual di
berhasil dengan baik, maka seseorang perlu
kancah global. Fenomena tersebut oleh Friedman
memahami
dikatakan sebagai tatanan dunia datar (flat-
(information literacy).
world-platform)
dunia
Eropa
memiliki
konsep
keterampilan
literasi
dan
informasi
Hadirnya informasi yang begitu beragam
komputer pribadi dimana setiap individu dapat
dan dalam jumlah yang begitu besar secara terus
menjadi
menerus ternyata tidak selalu membuat hidup
komunikator menghiraukan
konvergensi
untuk
antara
tanpa
yaitu
luar
sekaligus
mereka,
menjadi lebih mudah. Memilih dan menentukan
secara
informasi yang paling dibutuhkan dengan skala
bersama-sama mengerjakan suatu materi digital
prioritas ternyata sulit dan butuh keahlian.
atau berbagi informasi secara online. 1 Kekuatan
Globalisasi
individu dan kelompok-kelompok kecil sebagai
seseorang yang memiliki kompetensi mengelola
motor penggerak globalisasi semakin nyata
informasi agar informasi yang tepat dapat sampai
dengan adanya mesin pencari seperti google,
pada orang yang tepat, pada waktu yang tepat,
yahoo dan lain-lain serta maraknya jejaring
dan dengan format dan cara yang tepat, serta di
sosial seperti facebook, twitter dan lain-lain.
tempat yang tepat pula. Orang bijak mengatakan
Mereka secara individual maupun berkelompok
bahwa keputusan yang tepat diambil atas dasar
menghilangkan batas negara untuk berinteraksi,
informasi yang tepat. Dalam konteks inilah
membahas dan menyelesaikan satu masalah yang
dibutuhkan peran pustakawan.
sehingga
jarak
komunikate
memungkinkan
antar mereka
Literasi
sama bersama-sama. Era globalisasi disebut juga dengan era
amat
membutuhkan
informasi
hadirnya
berhubungan
erat
dengan tugas pokok pelayanan perpustakaan.
informasi karena saat ini lebih pada perang
Dalam
perkembangannya,
teknologi terutama teknologi informasi yang
terutama pustakawan pada perpustakaan sekolah,
semakin keras. Dampak yang sangat nyata dari
umumnya
kemajuan teknologi informasi adalah terjadinya
hendak dikembangkan dalam program literasi
memandang
para
pustakawan
keterampilan
yang
informasi adalah berupa keterampilan yang tidak 1
T.L. Friedman, The World is Flat: Sejarah Ringkas Abad Ke-21. (Jakarta: Dian Rakyat, 2006), h. 10.
mengundang permasalahan (non-problematis).
102 | MEDIASI, Vol. 9, No. 2, Januari-Desember 2015, hlm. 101-120
Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya,
mencari informasi, memilih sumber informasi
program- program pelatihan literasi informasi
secara cerdas, menilai dan memilah-milah
diperluas menjadi pelatihan tentang dunia teks
sumber
pada umumnya yaitu bagaimana cara yang
menyajikan informasi secara etis. 3Orang yang
efektif
dan
melek informasi adalah orang yang mampu
dari
perpustakaan,
menyadari kapan informasi diperlukan dan ia
dengan
penumbuhan
juga mempunyai kemampuan untuk menemukan,
dan
menemukan selanjutnya
efisien dokumen ditambah
budaya digital agar
untuk
mencari
mampu dan terbiasa
informasi,
mengevaluasi
dan
menggunakan
menggunakan
serta
informasi
melakukan akses terhadap berbagai sumber daya
tersebut secara efektif. Literasi informasi juga
informasi
merupakan
elektronik.
Akses
terhadap
pra-syarat
dalam
masyarakat
sumberdaya informasi elektronik saat ini sudah
informasi dan merupakan hak asasi manusia
menjadi keharusan mengingat volume informasi
untuk belajar sepanjang hayat. 4 Makalah ini adalah sebuah refleksi kritis
dalam format elektronik yang tersedia saat ini informasi yang
atas kompleksitas permasalahan perpustakaan
tersedia dalam format tercetak. Akibatnya,
sekolah secara umum di Indonesia dalam
proses
berhadapan dengan tantangan globalisasi dunia,
diperkirakan jauh
melebihi
pembelajaran
harus
memanfaatkan
termasuk di dalamnya rencana pemberlakukan
informasi dalam format elektronik. Dewasa ini berbagai lembaga pendidikan
perdagangan
bebas
Asia
(AFTA).
Penulis
sampai
menawarkan solusi “gerakan literasi informasi”
dengan pendidikan tinggi ada yang mulai,
dengan pustakawan sekolah sebagai “agen”
sedang, dan telah membangun program literasi
literasi dalam menyiapkan generasi yang melek
informasi. 2
informasi.
mulai dari jenjang pendidikan dasar
Tujuannya
salah
satunya
ialah
Termasuk
dalam
pembahasan
membentuk generasi yang melek informasi.
makalah ini tantangan-tantangan yang akan
Seseorang yang sudah melek informasi dianggap
dihadapi oleh pustakawan sebagai satu profesi
akan mampu menjelajahi lautan dan belantara
dalam dunia kerja yang terbuka dan bebas.
informasi yang semakin lama semakin luas dan rumit, baik yang menggunakan sumber-sumber tercetak maupun yang elektronik. Program
B. KONSEP UMUM LITERASI INFORMASI Literasi berasal dari Bahasa Inggris
penguasaan literasi informasi dianggap dapat berbasis
literac yang berarti kemampuan untuk membaca
keterampilan (skills-based literacy). Termasuk di
dan menulis. Litteracy berasal dari kata latin
menciptakan
keberaksaraan
yang
dalam keterampilan ini adalah kemampuan 3
2
J. Hasugian. Urgensi Literasi Informasi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan lnformasi, Vol.4,No.2, Desember 2008
Webber& B Johnston.Conception of Information Literacy: new perspective and implications. Journal of Information Science,Vol.26N0.6,hal.381-387, 2000. 4 Perpustakaan Nasional RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2007 Tentang Perpustakaan, h. 15
Pustakawan Sekolah dan Literasi Informasi: Menjawab Tantangan Globalisasi | 103
littera yang berarti letter atau huruf, sehingga
peraturannya,
literacy sering diterjemahkan sebagai melek-
pengorganisasian koleksi, penyusunan subjek
huruf dan illiteracy sebagai buta-huruf. Literate
dan kelas, system klasifikasi yang digunakan,
sendiri juga dapat juga diartikan sebagai
dapat
educated
menggunakan
katalog
keperpustakaan
yang
melakukan
bagaimana
pencarian
atau
dikarenakan
untuk
peminjaman
seseorang
perlu
libraryloan), dan dapat memanfaatkan koleksi
mendapatkan pendidikan dari orang lain, selain
dalam berbagai format seperti buku, periodikal,
itu dengan menguasai bahasa tulis seseorang
mikrofilm, CD/DVD, dan lain sebagainya.
mampu mengakses berbagai pengetahuan dan
Tujuan dari pendidikan ini adalah agar pengguna
informasi untuk memperkaya pengetahuannya.
dapat memperoleh informasi yang diperlukan
menguasai
Hal
ini
bahasa
tulis
Pengertianluas
literasi
terdidik,mengakibatkan
kata
digunakanuntuk termasukjugaistilah
literasi
(inter-
banyak
Konsep ini kemudian berkembang dari pendidikan orientasi perpustakaan menjadi pendidikan keterampilan untuk dapat mencari dan memanfaatkan informasi, tidak hanya melalui perpustakaan tapi juga melalui sumbersumber informasi lain. Keterampilan ini dipandang bermanfaat dalam proses pemecahan masalah, proses belajar mandiri dan proses pendidikan sepanjang hayat.
informasi.
Ada
literasi informasi. Berbagai pandangan tersebut dapat kita kelompokan menjadi dua bagian, yang pertama dari sudut pandang kompetensi individu dan yang kedua dari sudut pandang hakasasi manusia dan kemasyarakatan. Keduasudutpandangtersebutbertemupada pentingnya
lain
cara
secara efektif melalui perpustakaan.
banyak sekali pandangan dan definisi mengenai
pemahamanmengenai
database,
sebagai
berbagaiistilah, literasi
dan
dengan
terdidik
berpendidikan.
berarti
memahami
informasi
dalam kehidupan manusia, baik dalam kehidupan individu maupun kehidupannya bermasyarakat.
Ada banyak definisi literasi informasi dari sudut pandang ini, sebagai contoh definisi menurut ALA (American Library Association) dan definisi yang digunakan oleh APISI (Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah Indonesia). Literasi informasi menurut ALA adalah:
Sudut pandang ini bermula dari kegiatan
"Tobe information literate, aperson mustbeab letore cognizewhen information is need edand have the ability to locate, evaluate, and us eeffective lythe need ed information".5
dalam bidang ilmu perpustakaan dan studi
Artinya bahwa literasi informasi diartikan
1. Sudut Pandang Keterampilan dan Kompetensi Individu
informasi. Pada awalnya literasi informasi
sebagai
dipahami sebagai pendidikan bibliografis atau
mengidentifikasi informasi yang dibutuhkannya,
petunjuk
mengakses
orientasi
perpustakaan.
Dengan
kemampuan
dan
seseorang
untuk
menemukan
informasi,
Committeeon
Information
pendidikan ini diharapkan setiap peserta didik dapat memanfaatkan layanan yang diberikan oleh
perpustakaan
beserta
peraturan-
5
Presidential Literacy.1989,p.1
104 | MEDIASI, Vol. 9, No. 2, Januari-Desember 2015, hlm. 101-120
mengevaluasi
informasi,
dan
menggunakan
informasi secara efektif dan etis.
individu dalam masyarakat informasi.
Dalam
definisi lain, literasi informasi diartikan sebagai
Karena informasi dapat disajikan dalam berbagai bentuk, istilah informasi tidak hanya
sekumpulan kemampuan individu untuk dapat turut serta aktif dalam masyarakati nformasi.
mengacu pada media cetak saja. Literasi lain
Masyarakat informasi adalah masyarakat
seper tiliterasi visual, literasi media, literasi
yang dalam tata kehidupannya, informasi dan
komputer,
literasi
pengetahuan berperan penting dalam berbagai
mendasar yang secara implicit termasuk dalam
segi kehidupan, baik dalam kegiatan, ekonomi,
literasi informasi.
politik,
literasi
Definisi
jaringan
literasi
adalah
informasi
yang
digunakan APISI adalah:
penggunaan
ini
disusun
dari
tahapan
informasi untuk memecahkan
suatuma salah, setiap tahapan membutuhkan keterampilan yang spesifik.
Sudut pandang
keterampilan atau kompetensi adalahn sudut pandang
utama
dalam
menjelaskan
dan
berbeda
dengan
lebih
pandangan
menekankan
pada
keterampilan individu, pandangan ini lebih menekankan pada peranliterasi informasi dalam kehidupan bermasyarakat. Literasi informasi diterjemahkan
pandangan ini, kebebasan dan kemampuan untuk
dipandang sebagai keterampilan individu semata tetapi juga dipandang sebagai hak asasi individu yang harus dijamin oleh Negara manapun. Untuk dapat memahami literasi informasi sebagai ketrampilan dan juga hak asasi manusia, kita
sebagai
dapat mengambil pemahaman dari kata
dasar
literasi
itu
sendiri.
Literasi
atau
kemampuan baca-tulis dapat dilihat sebagai ketrampilan individu, dapat juga dipandang sebagai hak individu untuk memperolehnya. Hak ini diakui dalam hak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Hal yang sama dapat kita lihat pada literasi informasi,
sasi
Kemasyarakatan
yang
Dalam
literasi
sekaligus juga dapat dipandang sebagai hak a
2. Sudut Pandang Hak Asasi Manusia dan
sebelumnya
budaya.
informasi dapat dipandang sebagai keterampilan
memahami literasi informasi.
Sedikit
maupun
memperoleh dan menyampaikan informasi tidak
“Literasi informasi adalah seperangkat ketrampilan untuk mendapatkan jalan keluar dari suatu masalah yang ada. Ketrampilan ini mencakup ketrampilan mengidentifikasi masalah, mencari informasi, menyortir, menyusun, memanfaatkan, mengkomunikasikan dan mengevaluasi hasil jawaban dari pertanyaan atau masalah yang dihadapi tadi”. 6 Definisi
sosial,
kemampuan
dialog
individu
untuk
dapat
menguasainya.
Pengakuan Negara akan hak asasi manusia harus disertai dengan upaya untuk memastikan hakhak tersebut terpenuhi. Misalnya suatu Negara mengakui hak untuk mampu membaca dan menulis bagi setiap individu, tapi jika itu tidak diiringi
dengan
sarana,
kesempatan
dan
pendidikan untuk melakukan hak-hak tersebut, 6
http//www.clip.org.uk/professionalguidance/infor mationliteracy/definition
berarti Negara secara tidak langsung telah
Pustakawan Sekolah dan Literasi Informasi: Menjawab Tantangan Globalisasi | 105
mengabaikan hak-hak asasi individu tadi. Hal
lokasi informasiyang diperlukan, mengevaluasi
yang sama
informasi secara kritis, mengorganisasikan dan
juga terjadi pada hak literasi
informasi, Negara harus melakukan segala usaha
mengintegrasikan
untuk
pengetahuan yang sudah
mewujudkan
literasi
informasi
informasi
ke
dalam
ada, memanfaatkan
serta mengkomunikasikannya secara efektif,
dimasyarakat. Terkait dengan kebermasyaraktan, dalam
legal dan etis.
masyarakat terliterasi informasi, setiap individu
Definisi lainnya dari literasi informasi
bebas untuk menerima atau tidak menerima
yaitu mengarahkan pengetahuan akan kesadaran
informasi yang disampaikan
dan kebutuhan
oleh siapapun.
informasi
seseorang,
Masyarakat yang telah terliterasi informasi akan
kemampuan
tidak
menemukan, mengevaluasi,mengorgamsasi dan
mudah
propaganda.
termakan Setiap
isu, orang
fitnah
dan
mempunyai
secara
untuk
dan
efektif
mengidentifikasi,
menciptakan,
menggunakan,
kemampuan untuk mencari dan memproses
mengkomunikasikan informasi untuk mencari
informasi yang diterimanya, bisa membedakan
solusi atas masalah yangdihadapi. Literasi
antara opini atau pendapat dengan fakta atau
informasi juga merupakan persyaratan untuk
kenyataan. Selain itu, setiap orang juga tidak
berpartisipasi dalammasyarakat informasi, dan
akan sembarangan menyebarkan isu, fitnah,
merupakan hak asasi manusia untuk belajar
berita bohong, dan bersaksi palsu, karena setiap
sepanjang hayat. 7
informasi yang d isampaikan dapat diperiksa dan
Dengan demikian, literasi informasi dapat
dapat dipertanggung jawabkan didepan public
dipahami sebagai sebuah kemampuan untuk
dan
memahami
hukum.
Dengan
kemampuan
literasi
betapa
pentingnya
informasi dari setiap individu maka akan tercipta
bagaimana memperoleh informasi
suatu masyarakat informasi.
sumber-sumber
Kata literasi dewasa ini tidak lagi
berguna
informasi
untuk
informasi, melalui
yang valid
dan
mencari solusi dari suatu
diasosiasikan dengan "baca tulis" melainkan
permasalahan
kehidupan.
Literasi
dengan
informasi membutuhkan kemampuan
analisis,
belajar sepanjang hayat. Berbagai
dalam
definisi literasi informasi bermunculan.Banyak
kreatifitas dan daya
kritis
dari
pengguna
definisi tentang literasi informasi digunakan oleh
informasi.
memperoleh
informasi
para pakar, dalam pengertian yang sederhana,
pengguna
literasi informasi sebagai kemampuan untuk
mempergunakannya secara efektif, efesien, dan
mengakses, menilai dan menggunakan informasi
beretika.
dari
berbagai
merupakan
sumber.
kemampuan
kebutuhan informasi
Setelah
dituntut
Informasi
untuk
dapat
yang diperoleh tersebut
Literasi
informasi
dapat dipergunakan atau dikomunikasikan baik
untuk
menyadari
secara tertulis maupun lisan. Hal yang terpenting
dan saat informasi
diperlukan, mengidentifikasi dan menemukan
7
Perpustakaan Nasional RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2007 Tentang Perpustakaan.
106 | MEDIASI, Vol. 9, No. 2, Januari-Desember 2015, hlm. 101-120
adalah
adanya
transfer
informasi
dalam
kehidupan nyata seseorang atau pengguna
8. Lingkungan
(termasuk
rakyat)
kurang aktif membangunkan perpustakaan. 8
informasi yang membentuk sebuah pengetahuan baru baginya.
sekolah
Fakta
dari
hasil
penelitian
ini
menunjukkan bahwa perpustakaan saat ini hanya menjadi "gudang buku" di sebuah sekolah.
C. TANTANGAN UMUM PUSTAKAWAN
Kondisi ini tentu saja tidak terjadi pada semua
(SEKOLAH) DI ERA GLOBALISASI
sekolah yang ada di Indonesia. Namun, kondisi
Sebuah penelitian dengan responden
ini dialami oleh banyak sekolah di Indonesia.
ratusan sekolah yang berada di pulau Jawa,
Beberapa
Bali
dengan
intemasional mungkin saja perpustakaannya
fasilitas perpustakaan
telah dikelola dengan baik, tapi tak jarang
dan
Lombok
menanyakan
tentang
dan
bahan
sumber
perpustakaan
dilakukan
bahasa
sekolah.
yang
Penelitian
ada
unggulan
atau
swasta/
di
sekolah-sekolah unggulan dan swasta kita juga
tersebut
menemukan kondisi perpustakaan yang miris
menemukan fakta bahwa:
seperti hasil penelitian tersebut.
1. Biasanya tidak ada siswa-siswi di dalam perpustakaan.
Masalah
perpustakaan
sekolah
di
Indonesia, terutama di wilayah luar Pulau Jawa
2. Perpustakaannya hanya buka padajam kelas (paling tambah 15 menit).
dalam
memang
sangat
kompleks,
apalagi
jika
dihadapkan dengan tantangan era globalisasi.
3. Guru-guru tidak secara rutin menyuruh siswa-siswi
sekolah
jam
kelas
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa abad
ke
ke-21 ditandai dengan globalisasi ekonomi,
perpustakaan untuk tugas, mencari informasi
merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan
atau solusi sendiri.
perdagangan, di mana negara-negara di seluruh
4. Jelas, guru-guru tidak dapat minta siswa-
dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin
siswi mencari informasi di perpustakaandi
terintegrasi
luar jam kelas karena perpustakaannya tidak
teritorial negara. Masalah daya saing dalam
buka.
pasar dunia yang semakin terbuka merupakan isu
5. Guru-guru
sendiri
jarang
kunjungi
perpustakaan, dan kurang tahu isinya.
guru yang juga jarang ada di perpustakaan. 7. Pada umumnya, pengelola perpustakaan tidak
mempromosikan
perpustakaannya (atau berjuang
tanpa
rintangan
batas
kunci dan tantangan yang tidak ringan. Tanpa dibekali kemampuan dan keunggulan saing yang
6. Seringkali pengelola perpustakaan adalah
kelihatannya
dengan
tinggi niscaya produk suatu negara, termasuk produk Indonesia, tidak akan mampu menembus pasar internasional. Sementara di sisi lain Indonesia kekurangan berbagai keahlian untuk
untuk
mengisi berbagai tuntutan globalisasi. Dengan
meningkatkan minat baca) secara aktif dan
begitu, seandainya bangsa Indonesia tidak bisa
kreatif.
8
http://pendidikan.net/pemustakaan.html
Pustakawan Sekolah dan Literasi Informasi: Menjawab Tantangan Globalisasi | 107
menyesuaikan terhadap pelbagai kondisionalitas
masih kurangnya pemahaman pihak sekolah
yang tercipta akibat globalisasi, maka yang akan
akan profesionalisme pustakawan.
terjadi adalah adanya gejala menjual diri bangsa
Agar pustakawan perpustakaan sekolah
dengan hanya mengandalkan sumberdaya alam
efektif, ia
yang tak terolah dan buruh yang murah.
pengetahuan yaitu: (1) pengetahuan pendidikan,
Sehingga yang terjadi bukannya terselesaikannya
(2)
masalah-masalah
seperti
pengetahuan teknologi. Untuk itu di luar negeri
kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan
yang dinamakan guru pustakawan bukanlah guru
ekonomi, tetapi akan semakin menciptakan
yang ditugaskan menjadi pustakawan sekolah,
ketergantungan kepada negara maju karena
akan tetapi guru menambah pendidikannya lagi
utang luar negeri yang semakin berlipat.
pada jurusan ilmu perpustakaan (a postgraduate
sosial
ekonomi
Kompleksitas permasalahan perpustakaan
harus mempunyai tiga dasar
pengetahuan
perpustakaan,
dan
(3)
course in school librarianship) atau setidaknya
sekolah dapat dijelaskan sebagai berikut.
mengikuti pelatihan bidang ilmu perpustakaan.
1. Aspek kelembagaan
Sedangkan pustakawan dengan pendidikan ilmu
Tidak
adanya
kesatuan
struktur
perpustakaan
untuk
menjadi
pengelola
perpustakaan merupakan bukti bahwa aspek
perpustakaan sekolah, harus mengikuti training
kelembagaan perpustakaan sangat rapuh. Seperti
kependidikan. Memberikan tugas pengelolaan
diketahui bersama antara perpustakaan nasional,
perpustakaan
perpustakaan provinsi, dan perpustakaan umum
pemecahan masalah, dan perlu dikaji ulang.
tidak ada koordinasi struktural, melainkan
Guru yang memiliki tugas utama sebagai
sebatas
lagi
pengajar, diragukan kemampuannya untuk dapat
dengan perpustakaan sekolah yang berada di
mengembangkan perpustakaan sekolah secara
bawah kewenangan Departemen/Dinas yang
maksimal. Hal ini terlihat di lapangan, bahwa
menaungi sekolah yang bersangkutan.Selama ini
perpustakaan sekolah akan tutup apabila guru
yang bertanggung jawab mengelola perpustakaan
dalam jadwal mengajar.
sekolah
2. Pendanaan
koordinasi
adalah
fungsional.
guru
yang
Belum
disebut
guru
pustakawan dengan tugas ganda sebagai guru dan sebagai pengelola perpustakaan
kepada
guru
bukanlah
suatu
Aspek kelembagaan yang lemah akan
sekolah.
membawa dampak berupa minimnya anggaran
Pada umumnya mereka tidak memiliki dasar
yang dialokasikan oleh pemerintah di bidang
pendidikan perpustakaan. Malahan ada kasus
perpustakaan. Bahkan tidak sedikit perpustakaan
pemindahan guru bermasalah menganiaya siswa
yang didukung dengan anggaran nol rupiah.
dipindahtugaskan
Meskipun Undang-Unndang Perpustakaan sudah
menjadi
mengelola
perpustakaan sekolah.9 Hal ini menunjukkan
mewajibkan
setiap
sekolah
untuk
mengalokasikan minimal lima persen dari APBS 9http://staf.undip.ac.id/sastra/2009/07/2
108 | MEDIASI, Vol. 9, No. 2, Januari-Desember 2015, hlm. 101-120
Dalam konteks globalisasi, pustakawan
untuk perpustakaan, realitas di lapangan hampir tidak ada perubahan.
tidak cukup hanya menguasai keterampilan
3. Sumber Daya Manusia (SDM)
tentang pengelolaan perpustakaan belaka. Jika
Pustakawan dan perpustakaan merupakan
berpegang pada konsep pustakawan professional
sesuatu yang tak terpisahkan, seperti dua sisi
dan menghadapi Asean Free Trade Area
mata uang, dimana ada perpustakaan, maka
(AFTA), maka lambat atau cepat AFTA akan
idealnya disitu juga harus ada pustakawan.
diikuti oleh pergerakan tenaga kerja lintas batas
Namun
sekali
Negara seperti Uni Eropa sekarang. Oleh sebab
perpustakaan yang di dalamnya tidak ada
itu pustakawan harus memiliki kemampuan
pustakawan. Sehingga perpustakaan tidak dapat
keilmuan
menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.
penguasaan teknologi. Oleh sebab itu, sangat
Pustakawan merupakan ujung tombak bagi
penting bagi pustakawan untuk senantiasa
keberhasilan
manambah pengetahuan melalui pendidikan
pada
kenyataanya,
banyak
suatu perpustakaan
dalam
berbahasa
profesi ini ternyata belum memperoleh perhatian
terkadang sebaliknya, lembaga atau pimpinan
yang layak dari pemerintah (terutama pemerintah
seringkali berifikir instant mereka lebih senang
daerah). Pada setiap rekrutmen CPNS, jarang
mengirimkan tenaga non pustakawan yang
sekali pemerintah daerah di Indonesia yang
memiliki ijazah sarjana non pustakawan untuk
mengajukan
jabatan
mengikuti diklat pustakawan yang hanya 4 bulan
untuk para lulusan
selesai, dibandingkan harus mengirimkan tenaga
Sarjana dan Diploma III Perpustakaan. Padahal
yang lulusan SMA atau sarjana untuk mengikuti
hingga
pendidikan pustakawan secara penuh. Banyak
fungsional pustakawan
saat
kabupaten/kota
ini di
jumlah Indonesia
untuk
pustakawan masih
di
sangat
pertimbangan
yang
terjadi
dan
formal.
CPNS
yang
Inggris
meningkatkan minat baca masyarakat. Tetapi
formasi
Namun
minimal
menjadi
dilapangan
alasan
para
sedikit.Faktor yang menyebabkan perpustakaan
pimpinan dalam hal ini, misalnya biaya, waktu
belum dapat berkembang dan masih belum bisa
dan lain sebagainya.
berdiri sendiri di antaranya adalah pengelola
4. Gedung/Ruang Perpustakaan
perpustakaan.
Pengelola
perpustakaan
yang
Gedung/ruang
perpustakaan
dimaksud adalah pustakawan sebagai penentu
memperoleh
tempat
kemajuan sebuah perpustakaan. Dibutuhkan
lingkungan
pemerintah
kemampuan yang luar biasa untuk memajukan
maupun desa. Gedung/ruang perpustakaan pada
sebuah perpustakaan. Berbagai tantangan dan
umumnya
rintangan menjadi bagian yang tak terpisahkan
memprihatinkan dan terletak di tempat yang
dalam
“terbelakang”,
perjuangan
para
memajukan perpustakaan.
pustakawan
untuk
berada
strategis.Bahkan
yang
belum
terhormat
kabupaten,
dalam
keadaan
“tersembunyi”, untuk
ruang
dan
di
sekolah,
yang
tidak
perpustakaan
sekolah biasanya hanya memanfaatkan “ruangan Pustakawan Sekolah dan Literasi Informasi: Menjawab Tantangan Globalisasi | 109
sisa” yang ada dilingkungan sekolah. Jika ada
Mereka
lebih
cenderung
perluasan kelas, boleh jadi “ruangan sisa” inipun
kebutuhan
akan digusur.
sebelum
5. Koleksi Bahan Pustaka yang Terbatas
prioritas utama mereka. Suwarno mengatakan
sosial
untuk
ekonomi
menjadikan
memenuhi
terlebih
perpustakaan
dahulu sebagai
Kelemahan utama perpustakaan selama
bahwa perpustakaan masih merupakan keinginan
adalah
bahan
(wants) dari pada kebutuhan (needs) bagi
pustaka baru setiap tahun. Pengadaan bahan
sementara orang. Ini artinya bahwa kesadaran
pustaka baru sangat berguna untuk menyegarkan
dan kepentingan mereka terhadap perpustakaan
koleksi bahan pustaka yang ada, sekaligus untuk
sebagai sumber informasi mulai ada, mulai
menggantikan
menggejala
ini
kadaluwarsa masalah
minimnya pengadaan
bahan
pustaka
untuk
distock
keterbatasan
yang
sudah
opname.Selain
anggaran
pengadaan,
dan
berkembang
tetapi
belum
menjadi prioritas yang utama. 10 Siswa biasanya mau berkunjung ke perpustakaan manakala
masalah yang sering muncul adalah penyusunan
terbentur
judul buku untuk perpustakaan yang lebih
misalnya karena ada tugas dari guru, atau
mengedepankan
menyelesaikan tugas, sehingga mereka baru
mentalitas
proyek
dengan
dengan
keadaan
memaksa,
mengambil judul buku hanya dari satu penerbit
buru-buru
yang
Atau
manakala ketika perpustakaan sudah menjadi
persen
kebutuhan bagi siswa, mereka akan datang ke
kepada toko/distributor buku untuk pengadaan
perpustakaan baik ada ataupun tidak ada tugas
bahan pustaka. Model pengadaan buku yang
dari guru. Di satu sisi menjadikan perpustakaan
demikian
yang representatif dan layak digunakan oleh
memberikan
Perpustakaan
komisi
hanya
pasrah
hanya
tertinggi. seratus
akan
menghasilkan
ke perpustakaan.
yang
Akan
berbeda
“perpustakaan yang membodohkan”.
masyarakat luas juga bukan sesuatu yang mudah
6. Minat Baca Masyarakat
dan menjadi tantangan bagi para pustakawan
Minat baca masyarakat yang rendah hendaknya tidak dijadikan “legitimasi” atau alasan pembenaran bagi terpuruknya dunia perpustakaan
secara
umum.
perpustakaan
memang
Kehadiran
diharapkan
untuk
sebagai
motor
penggerak
kemajuan
kondisi
perpustakaan
perpustakaan. Banyak
alasan
disekolah mengalami kondisi diuraikan di atas.
miris seperti
Selain belum
adanya
meningkatkan minat baca masyarakat. Karena itu
pemahaman
jika minat baca masyarakat kita tidak kunjung
informasi
meningkat, maka hal ini merupakan indikator
pemerintah maupun manajemen sekolah, faktor
adanya
biaya, koleksi perpustakaan, ruang bangunan
kebijakan
yang
salah
terhadap
tentang
pentingnya
literasi
oleh pengambil kebijakan, baik
perpustakaan di tanah air. Hal ini terjadi karena kebutuhan masyarakat akan perpustakaan belum seperti kebutuhan mereka akan profesi yang lain.
10 W. Suwarno, W. Ilmu Perpustakaan dan Kode Etik Pustakawan. (Jakarta: Arruz Media, 2010), h. 46.
110 | MEDIASI, Vol. 9, No. 2, Januari-Desember 2015, hlm. 101-120
danlainnya belum mendapatkan perhatian yang
proses belajar mengajar, juga bisa memperoleh
selayaknya.
pengetahuan yang mendukung ilmu pelajaran
Pada
dasarnya
perpustakaan
adalah
yang disampaikan oleh pendidik di kelas.
pustakawannya. Sehingga semua perubahan atau
Perpustakaan yang ideal pada dasarnya adalah
perkembangan
sebuah
sebuah
perpustakaan
selalu
perpustakaan
yang
mampu
berawal dari diri pustakawannya. Keberhasilan
memberdayakan masyarakat. Perpustakaan yang
dalam mencerdaskan generasi penerus bangsa
mampu melakukan revolusi minat baca pada
khususnya dalam hal melek informasi, yaitu
masyarakat.
generasi
masyarakat dari tidak suka membaca menjadi
yang
mampu
menyadari
kapan
Mampu
mengubah
membaca. Mengubah
karakter
informasi diperlukan dan ia juga mempunyai
suka
kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi
informasi menjadi masyarakat yang berliterasi
dan menggunakan informasi tersebut secara
atau melek informasi.
efektif,sangat tergantung pada kualitas sumber
masyarakat
tuna
Untuk itu sebuah perpustakaan yang ideal
daya pustakawan sekolah. Kualitas di sini tidak
harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
hanya
1. Struktur kelembagaan yang kuat
terbatas
dalam
kemampuan
dalam
menguasai pengetahuan saja. Tetapi juga mampu
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007
memahami peran serta perubahan yang terjadi
tentang
secara cepat. 11Kondisi perpustakaan sekolah
kelembagaan
seperti digambarkan di atas menunjukkan bahwa
Selama ini aspek kelembagaan perpustakaan
kualitas
masih
masih belum jelas, masih menumpang pada
mengalami keterbatasan baik dalam menguasai
peraturan perundangan lain. Untuk mewujudkan
pengetahuan ataupun dalam penyesuaian dalam
aspek
perubahan. Jika keterbatasan sumber daya
pelaksana (dalam bentuk Peraturan Pemerintah)
pustakawan tidak menjadi prioritas, dapat mejadi
perlu secara tegas menentukan status eselon bagi
faktor
mendukung
masing-masing jenis perpustakaan. Perpustakaan
mempersiapkan
umum provinsi berbentuk badan (eselon II A),
sumber
daya
penghambat
keberhasilan generasi
dalam
bangsa
pustakawan
dalam usaha
berkompetisi
dalam
era
Perpustakaan
hanya
perpustakaan
kelembagaan
yang
secara
kuat,
mengatur normatif.
peraturan
perpustakaan umum kabupaten/kota berbentuk kantor (eselon III A), perpustakaan umum
globalisasi. Idealnya, perpustakaan harusnya bisa
kecamatan berbentuk UPTD (eselon IVA),
berperan sebagai "jantung sekolah" sebagai
perpustakaan desa dan sekolah bereselon IV
sumber informasi/pengetahuan. Peserta didik
B.Dengan aturan semacam ini perpustakaan akan
yang belajar di sekolah, selain mendapatkanilmu
lebih diperhatikan oleh pemerintah daerah dan
pengetahuan di kelas yang disampaikan dalam
peluang
11 B. Setiarso. Perpustakaan Khusus dan Hak Memperoleh Informasi. (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2003)..
untuk
mendapat
anggaran
yang
memadai akan semakin besar. 2. Memiliki desain ruang yang menarik
Pustakawan Sekolah dan Literasi Informasi: Menjawab Tantangan Globalisasi | 111
Selama ini ruang perpustakaan terkesan
laku
imitasi.
Seorang
anak
akan
meniru
sebagai ruang yang serius dan kaku. Padahal
kebiasaan orang tua.Kedua, belenggu sekolah.
perpustakaan dapat didesain dengan menarik dan
Orientasi pendidikan di sekolah yang saat ini
terkesan santai. Perpustakaan dapat didesain
mengutamakan kelulusan dalam ujian akhir
seperti tata ruang sebuah kafe. Penuh pernik-
nasional secara tidak langsung akan mematikan
pernik dan warna yang kontras.Perpustakaan
minat baca peserta didik. Demi menggapai
juga dapat menghadirkan taman dalam ruang
kelulusan dalam beberapa mata pelajaran yang di
baca. Kehadiran taman ini diharapkan akan
–UN- kan, peserta didik menempuh cara praktis
semakin
untuk
dengan mengikuti bimbingan belajar model
melakukan aktivitas membaca, diskusi, belajar,
“drilling soal“. Model pembelajaran semacam ini
dan mendengarkan musik di perpustakaan.
memasung kreativitas dan inovasi peserta didik
membuat
pemustaka betah
Desain ruang yang menarik tak harus
yang
hanya
bisa
didapat
dengan
proses
mahal. Semua jenis perpustakaan dari yang
membaca.Ketiga, belenggu pergaulan. Pergaulan
besar, menengah, bahkan yang tergolong pas-
memiliki pengaruh yang cukup besar untuk
pasan dapat melakukan hal ini. Perpustakaan
membentuk karakter seseorang. Teman bermain
yang sederhana jika melakukan desain interior
di sekolah maupun di rumah yang tidak suka
yang optimal akan mampu mengubah citra
membaca akan mengakibatkan seseorang juga
perpustakaan menjadi tempat yang menarik
tidak suka membaca. Ketiga macam belenggu di atas akan
untuk dikunjungi sekaligus dirindukan oleh
mampu
penggemarnya. 3.
Memiliki
koleksi
yang
variatif
sesuai
perpustakaan
bervariasi
akan
perpustakaan
oleh
perpustakaan
jika
bersikap permisif dan terbuka
terhadap segala hobi, kesenangan, dan kebiasaan
keinginan pemustaka Semakin
dibuka
semakin
koleksi
sebuah
menarik
hati
yang ada di masyarakat. Perpustakaan ideal ialah perpustakaan
yang
mampu
pemustaka. Menu sajian perpustakaan yang
pendekatan
lengkap
untuk
membangkitkan potensi membaca yang ada di
menghadirkan pemustaka dari berbagai lapisan
masyarakat. Pendekatan ini disesuaikan dengan
masyarakat.Perpustakaan hadir untuk mendobrak
kegemaran, hobi, kesenangan, dan kebiasaan
belenggu yang merantai minat baca masyarakat.
yang ada di masyarakat.
Belenggu minat baca masyarakat bersumber
4.
pada
pustakawan
tiga
akan
berpeluang
besar
hal. Pertama, belenggu
genetika.
Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan
kepada
melakukan
Peningkatan
Pustakawan
masyarakat
kualitas
yang
dan
untuk
kuantitas
berkualitas
ialah
keluarga yang tidak suka membaca cenderung
pustakawan yang mampu berperan sebagai agen
akan melahirkan anak-anak yang juga tidak suka
informasi, ilmuwan, dan pendidik. Sebagai
membaca. Inilah yang disebut dengan tingkah
ilmuwan,
112 | MEDIASI, Vol. 9, No. 2, Januari-Desember 2015, hlm. 101-120
pustakawan
harus
mampu
memberdayakan
informasi
bukan
Peradaban yang berliterasi selalu ditandai
sekadar
melayankan informasi. Pustakawan yang ideal
dengan
selain profesional ia juga seorang ilmuwan.
perpustakaan.
Selain itu salah satu kendala utama dalam
menjadi transportasi
pengembangan perpustakaan di tanah air adalah
peradaban mencapai puncak keemasan, dan
masih minimnya jumlah pustakawan. Cukup
pustakawan adalah transporter atau agennya.
banyak
belum
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan
memiliki tenaga pustakawan.Pemerintah perlu
teknologi sepanjang peradaban manusia tidak
menyelesaikan masalah ini dengan mengangkat
dapat lepas dari perpustakaan. Literasi informasi
pustakawan kontrak. Kalau untuk memenuhi
merupakan
kekurangan
Perpustakaan
perpustakaan
sekolah
tenaga
yang
pengajar
pemerintah
kepedulian
yang
tinggi
terhadap
Perpustakaan
jiwa
selalu
literasi ketika
sebuah
Nasional
suatu
perpustakaan.
RI
melukiskan
mengangkat guru kontrak, apa salahnya jika
kemampuan informatif ini dalam logonya. Buku
sekarang pemerintah mengangkat pustakawan
terbuka
kontrak. Karena kebutuhan dunia pendidikan
pengetahuan yang senantiasa berkembang. Nyala
terhadap tenaga pengajar hakekatnya sama
obor
pentingnya
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dua tangan
dengan
kebutuhan
perpustakaan
melambangkan
melambangkan
pelita
5. Mempunyai layanan yang berkualitas
melambangkan ilmu pengetahuan baru dapat
yaitu Caring
dalam
akronim COMFORT,
(peduli), Observant
memperhatikan), Mindful
(suka (hati-hati/
jari
usaha
terkatup
dirangkum
lima
dalam
ilmu
sekolah terhadap pustakawan.
Karakteristik layanan yang baik ini dapat
dengan
sumber
menopang
dicapai melalui pembinaan pendidikan seutuhnya dengan ditunjang oleh sarana pustaka yang lengkap. Lima dasar penunjang dan lima sinar memancar
melambangkan
dasar
falsafah
cermat), Friendly (ramah), Obliging (bersedia
Pancasila dalam ilmu pengetahuan menghasilkan
membantu), Responsible
manusia Indonesia seutuhnya yang berguna bagi
(tanggung
jawab),
dan Tacful (bijaksana). Untuk mewujudkan hal
nusa dan bangsa.
di atas layanan otomasi perpustakaan merupakan
Untuk menjadi agen literasi, pustakawan
suatu keniscayaan. Biaya bukanlah penghalang
harus memiliki kemampuan mengelola informasi
karena saat ini sudah ada program otomasi
yang mencakup hal-hal sebagai berikut.
perpustakaan yang bersifat open source, seperti
(1) Collecting of information Mengumpulkan tidak lagi berarti harus
PS Senayan.
menyimpan dalam satu ruangan/gedung tertentu D. LITERASI INFORMASI,
tetapi tahu dimana informasi berada dan
PUSTAKAWAN (SEKOLAH) DAN
bagaimana
TANTANGAN GLOBALISASI
dibutuhkan pemustaka sasaran. Oleh karenanya Pustakawan
mengaksesnya
harus
memiliki:
sesuai
yang
pengetahuan
Pustakawan Sekolah dan Literasi Informasi: Menjawab Tantangan Globalisasi | 113
tentang sumber-sumber informasi, pengetahuan,
penggunaan/pengoperasian teknologi informasi
keterampilan,
dan komunikasi.
sikap
perilaku
penelusuran
informasi, pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku penggunaan/pengoperasian teknologi informasi
dan
Menyebarkan
informasi
berarti
pengetahuan,
memberikan layanan informasi seperti yang
mengenal
diinginkan pemustaka sasaran yang diperoleh
pemustaka sasaran dan kebutuhan informasinya.
melalui riset pasar. Oleh karenanya pemustaka
Stueart dan Moran menjelaskan bahwa telah
harus memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap
terjadi pergeseran paradigm pada sumber-sumber
perilaku
informasi seperti berikut; jika dulu pepustakaan
identifikasi
harus memiliki sendiri koleksinya dan disimpan
gambaran
dalam satu bentuk media (cetak), maka dewasa
pemustaka sasaran sehingga dapat dirancangkan
ini koleksi pepustakaan juga ada yang bersifat
model layanan informasi yang sesuai dan tepat
virtual dan disimpan dalam bebagai bentuk
sasaran. Selain itu pustakawan harus memiliki
media (cetak dan non cetak). Perubahan ini juga
pengetahuan,
memerlukan kesiapan mental untuk berbagi
marketing agar produk perpustakaan, baik itu
informasi dengan yang lain juga kesadaran
berbentuk
adanya
disediakan/ditawarkan
keterampilan,
komunikasi,
(3) Disseminating of information
sikap
desentralisasi
perilaku
informasi.
Literasi
melaksanakan
penelitian/kajian/
pemustaka yang
jelas
guna
memperoleh
tentang
karakteristik
keterampilan,
barang,
jasa,
sikap
dan
perilaku
ide
diketahui
yang dan
informasi juga merupakan kemampuan penting
dimanfaatkan pemustaka sasaran. Pergeseran
yang harus dimiliki pustakawan agar dapat
paradigm layanan informasi yang semula hanya
merujuk informasi yang akurat. 12
pasif menyimpan informasi/koleksi pustaka,
(2) Processing of information
menjadi aktif menekankan pada nilai tambah,
Memproses atau mengolah informasi
kekhususan, keunikan dari layanan informasi/
berarti membuat informasi yang dibutuhkan
koleksi pustaka yang disediakan/ditawarkan.
mudah ditemukan kembali oleh pemustaka
Pergeseran paradigm juga terjadi pada orientasi
sasaran.
yang
pemustaka, dimana kebutuhan dan keinginan
digunakan prinsipnya adalah user friendly. Oleh
mereka menjadi fokus dari semua perencanaan,
karenanya
implementasi,
Sistem
pengetahuan, pengolahan
informasi
pustakawan
harus
keterampilan, informasi,
apapun
memiliki
sikap
seperti
perilaku
katalogisasi,
dan
evaluasi
kegiatan
perpustakaan. 13 Seperti juga dijelaskan oleh Roberts
and
Rowley
(2004:129)
klasifikasi baik secara manual maupun berbasis
bahwa “collecting data and information on
teknologi. Pustakawan juga harus memiliki
customers provide basis for forming groups or
pengetahuan,
segments of customers, so that it is possible to
keterampilan,
sikap
perilaku
12 R.D. Stueart & B.B. Moran, Library and Information Center Management. 6th.ed. (Westport: Greenwood, 2002), h. 8-9.
13Ibid., h. 10-11.
114 | MEDIASI, Vol. 9, No. 2, Januari-Desember 2015, hlm. 101-120
consider their different expectations, needs and
kebutuhan dan peminatan yang sama menjadi
value sets and to respond accordingly”.
penting ketika pengetahuan dikonstruksi bersama
Selanjutnya
dan
orang lain. Dengan kata lain menjadi literat
keterampilan komunikasi baik dalam bentuk
merupakan usaha yang dibangun bersama orang
komunikasi interpersonal, kelompok, organisasi
lain. Oleh karenanya pustakawan harus menjadi
ataupun massa juga harus dimiliki pustakawan
kreator,fasilitator,
sebagai
terbangunnya
upaya
pengetahuan
menjalin
hubungan
dan
dan
motivator
bagi
pemustaka-pemustaka
yang
membangun kesamaan makna dengan cara yang
literat. 15
sesuai denganstakeholder.Roberts and Rowley
(4) Preserving of Information
menjelaskan, bahwa konstruksi makna bersama
Menyelamatkan hasil pikir manusia yang
yang dibangun lewat pertukaran simbol baik
terekam dan terdokumentasikan melalui cara-
verbal maupun non-verbal, secara langsung
cara yang aman bagi kepentingan pengembangan
ataupun
pengetahuan
melalui
media
ditujukan
untuk
dan
peradaban
juga
menjadi
memenuhi harapan pemustaka sasaran. Seperti
tanggung jawab pustakawan. Mengoptimalkan
dijelaskan oleh Totterdell, bahwa “library and
usia pendayagunaan koleksi pustaka/informasi
information staff need to be polite (but never
dari generasi satu ke generasi lain menjadi
obsequious on the one hand or patronizing on
penting mengingat manusia mengembangkan diri
the other), friendly (but always professional) and
melalui pengetahuan yang diperolehnya dari
always able to behave in a courteous, patient
hasil pikir manusia-manusia terdahulu. Oleh
and tactful manner”. Selanjutnya Totterdel
karenanya
menambahkan, bahwa “library and information
pengetahuan
staff need to give the user their complete
preventif yang memadai mulai dari seleksi
attention – with proper but not excessive eye
akuisisi, penyimpanan, dan diseminasi koleksi
contact – during the interaction”. 14
pustaka/informasi
Membangun pemustaka yang literat juga
pustakawan dan
harus
memiliki
ketrampilan
preservasi
untuk
menghindari
atau
meminimalkan kerusakan.
merupakan hal paling penting dari layanan
Melalui pemaparan tentang kompetensi
perpustakaan/informasi yang dapat dilakukan
pustakawan maka dapat disimpulkan bahwa
melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif, inovatif
kompetensi berupa kemampuan yang harus
dan
dimiliki
mengedepankan
selera
pemustaka.
pustakawan
terdiri
dari hard
Prinsip one game one customer dapat diadaptasi
skill dan soft skill. Hard skill berupa kemampuan
untuk
kerja
memberikan
kepuasan
layanan
perpustakaan/informasi. Menjadi bagian dari
mengelola
processing,
informasi
disseminating,
(collecting,
preserving) secara
sebuah komunitas atau kelompok yang memiliki
14 A. Totterdell, A. Library and Information Work. (London: Facet, 2005), h. 99
15 N.A. Damayani, Komunitas Literer Bandung: Studi Fenomenologi pada Individu yang Terlibat dalam Pergerakan Literasi Informasi. Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran, 2011.
Pustakawan Sekolah dan Literasi Informasi: Menjawab Tantangan Globalisasi | 115
teknis, termasuk berbasis teknologi informasi
pustakawan harus mampu mendorong orang-
dan komunikasi, bagi terselenggaranya kegiatan
orang yang dilayaninya agar berani berjalan di
layanan
depan dan sanggup bertanggung jawab.
perpustakaan/informasi.
Adapun soft
skill berupa kemampuan membangun relasi, interaksi dan bekerjasama dengan dengan orang lain
dalam
processing,
mengelola
informasi (collecting,
disseminating,
preserving),
E. PUSTAKAWAN SEKOLAH SEBAGAI AGEN
LITERASI
INFORMASI
DI
INDONESIA Pada
seperti communication skill, interpersonal skill,
hakekatnya
pustakawan
adalah
“manajer informasi” yang mengelola informasi
entrepreneurship, leadership. disamping
pada satu sisi,dengan pengguna informasi pada
sebagai pustakawan, dapat pula menjadi guru,
sisi lain. Informasi yang banyak terdapat dalam
minimal sebagai mitra. Dalam banyak hal
berbagai wadah yang jumlah selalu bertambah
pustakawan
harus dikelola dengan baik. Kebutuhan informasi
Di
perpustakan
sekolah,
memainkan
berbagai
peran
(berperan ganda) yang dapat disingkat EMAS.
pengguna
Sebagai edukator (pendidik), pustakawan dalam
informasi.
melaksanakan tugasnya harus berfungsi dan
menyusun,melaksanakan,
berjiwa sebagai pendidik. Sebagai pendidik,ia
program perpustakaan,serta dapat melakukan
harus melaksanakan fungsi dan berjiwa sebagai
analisis atas hasil yang telah dicapai hasil yang
pendidik,ia
lebih baik. Oleh karena itu, seorang pustakawan
pendidikan
harus yaitu
melaksanakan mendidik,
melatih. Mendidik adalah
fungsi
merupakan
dasar
Pustakawan
harus dan
dan
harus mempunyaipengetahuan yang luas di
mengembangkan
bidang organisasi,sistemdan prosedur ke dalam
mengajar
kegiatan-kegiatan
memiliki kecakapan mengajar, dan melatih
dapat meningkatkan
adalah
guna, berhasil guna dan tepat guna.
dan
mampu
mengevaluasi
keterampilan. Oleh karenanya, pustakawan harus
membina
pengelolaan
mengembangkan
nyata,sehingga
Perpustakaan
keterampilan. Oleh karenanya,pustakawan harus
kualitas
masa
depan
berdaya
bukanlah
memiliki kecakapan mengajar, melatih dan
peningkatan
mengembangkan, baik para pegawai maupun
dengan perangkat yang sangat canggih tanpa
para pengguna jasa yang dilayaninya. Sebagai
adanya
seorang
pustakawan
pendukung utama. Namun perpustakaan masa
pendidik, pustakawan juga harus memahami
depan adalah perpustakaan yang lengkap dengan
prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh Ki hajar
segala kecanggihan teknologinya yang dapat
Dewantara, yaitu “Ing madya mangun karsa”.
memenuhi kebutuhan dan menarik minat baca
Pustakawan harus membangkitkan semangat
masyarakat.
Dengan
berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang
perpustakaan
yang
yang dilayaninya. "Tut wuri handayani”yakni
penyesuaian terhadap karakter dan kemampuan
pustakawan
pendidik,
116 | MEDIASI, Vol. 9, No. 2, Januari-Desember 2015, hlm. 101-120
perpustakaan
kerja,
akan
minat
baca
yang
dilengkapi
masyarakat
begitu
sebagai
pengarahan
sebenarnya
adalah
literasi
informasi
masyarakat
bukan
terus
a. Menyediakan metode yang telah teruji
menambah kecanggihan teknologi di dalamnya
untuk dapat memandu siswa kepada
tanpa memperhatikan yang dimiliki masyarakat.
berbagaisumberinformasi
Munculnya beragam pilihan informasi
berkembang.
yangterus
Sekarang
ini
individu
yang tersedia baik itu tercetak, elektronik, image,
berhadapan
spatial, suara, visual, maupun yang bersifat
beragam dan berlimpah. Informasi tersedia
numerikal membuat literasi informasi menjadi
melalui
semakin penting di era informasi seperti sekarang
komunitas, organisasi khusus, media, dan
ini. Permasalahan
internet.
yang terjadi bukanlah
tidak
tersedianya informasiyang cukup, tetapi karena
dengan
informasi
perpustakan,
b. Mendukung
begitu banyaknya informasi yang tersedia dalam
meningkatkan
berbagai format sehingga menimbulkan pertanyaan
Lingkungan
tentang keaslian, kesahihan, dan kebenarannya.
mensyaratkan
usaha
yang
sumber-sumber
nasional
kualitas
untuk
pendidikan.
belajar
yang
proaktif
setiap
siswa
memiliki
Selain itu, masalah lain yang muncul dalam
kompetensi literasi informasi.
Dengan
berinteraksi dengan informasi adalah waktu yang
keahlian informasi tersebut maka siswa
tidak pernah cukup dan sulit mengetahui informa
akan selalu dapat mengikuti perkembangan
siapa saja yang tersedia.
bidang ilmu yang dipelajarinya.
Boyer menyatakan bahwa memberdayakan
c. Menyediakan perangkat tambahan untuk
peran informasi merupakan tujuan penting dari
memperkuat
pendidikan. Ia menyatakan, informasi merupakan
kompetensi
sumber yang sangat berharga. 16 Pendidikan harus
dimilikinya, makasiswa dapat mencari
dapat
untuk
bahan-bahan yang berhubungan dengan
dengan
perkuliahan sehingga dapat menunjang isi
memberdayakan
mendapatkan
informasi
semua
orang
yang sesuai
kebutuhannya. Memang disadari bahwa untuk
isi
pelajaran.
literasi
informasi
Dengan yang
pelajaran tersebut.
merubah informasi menjadi pengetahuan bukanlah
d. Meningkatkan pembelajaran seumur hidup.
perkerjaan yang mudah. Proses pembelajaran
Meningkatkan pembelajaran seumur hidup
sangat berpengaruh untuk merubah informasi
adalah misi utama dari institusi pendidikan.
menjadi pengetahuan. Pengaruh proses itu akan
Dengan memastikan bahwa setiap individu
semakin kuat bila didukung oleh kompetensi
memiliki kemampuan intelektual dalam
literasi informasi yang baik. Manfaat kompetensi
berpikir secara kritis yang ditunjang
literasi informasi dalam dunia pendidikan di
dengan
sekolah adalah:
dimilikinya
kompetensi maka
informasi
yang
individu
dapat
melakukan pembelajaran seumur hidup 16 E.L. Boyer,E.L.NewTechnologiesand the Public Interest. Selected Speeches 1979-1995. Princeton,N.J.:Carnegie FoundationfortheAdvancement of Teaching.pp.137-142
secara mandiri.
Pustakawan Sekolah dan Literasi Informasi: Menjawab Tantangan Globalisasi | 117
Literasi
informasi
untuk
yang disebut dengan ledakan informasi, yaitu
meningkatkan kualitas diri dalam rangka belajar
situasi yang setiap orang dapat menerima
seumur hidup. Ketika seseorang bermaksud
informasi apa-pun, kapan-pun dan dari mana-pun
meningkatkan
tanpa batas. Hal ini meniscayakan bagi setiap
taraf
diperlukan
hidupnya,
maka
dia
memerlukan sesuatu yang lebih dari dirinya yaitu
orang
untuk
memiliki
keterampilan
dan
perkembangan diri, baik ketrampilan, pendidikan
pengetahuan melakukan pencarian informasi
atau kinerja yang lebih baik. Proses untuk menjadi
yang benar, sehingga akan diperoleh informasi
lebih adalah sesuatu yang dapat dicapai melalui
yang benar-benar sesuai dengan kebutuhannya.
proses belajar. Kemampuan untuk dapat belajar
Agar proses pemenuhan kebutuhan informasi
secara mandiri akan membuat proses yang dilalui
berhasil dengan baik, maka seseorang perlu
lebih mudah dengan berbekal kemampuan literasi
memahami konsep literasi informasi.
informasi. Literasi informasi diperlukan untuk
Kompetensi literasi informasi merupakan
meningkatkan kualitas diri dalam rangka belajar
keterampilan esensial di abad digital bagi
seumur hidup. Ketika seseorang bermaksud
pengguna perpustakaan akademis yang terdiri
meningkatkan
dari guru dan siswa. Apalagi saat ini dunia
taraf
hidupnya,
maka
dia
memerlukan sesuatu yang lebih dari dirinya yaitu
persekolahan
dibanjiri
dengan
perkembangan diri, baik ketrampilan, pendidikan
generasi digital native. Siswa dengan digital
atau kinerja yang lebih baik. Proses untuk menjadi
native memiliki
lebih adalah sesuatu yang dapat dicapai melalui
dalam memilih sumber media pencarian dan
proses belajar. Kemampuan untuk dapat belajar
menggunakaninformasi. Mereka sangat terampil
secara mandiri akan membuat proses yang dilalui
dalam memilih gadget dan memanfaatkannya
lebih mudah dengan berbekal kemampuan literasi
untuk menelusur dan menggunakan informasi
informasi.
yang dibutuhkan, namun secara umum masih
karakteristik
masuknya
yang
berbeda
Literasi informasi membentuk dasar bagi
rentan dengan kebenaran informasi yang mereka
pembelajaran seumur hidup. Hal ini berlaku umum
dapatkan. Fenomena ini menambah panjang
bagi semua disiplin, bagi semua lingkungan
tugas dan tututan yang harus diemban oleh para
belajar, dan bagi semua tingkatan pendidikan.
pengelola perpustakaan sekolah (pustakawan
Dengan literasi informasi, siswa dapat menguasai
sekolah).
isi
materi
dan
memperluas
penelitian,
Pengembangan
kemampuan
literasi
mengarahkan diri sendiri, serta memiliki kontrol
informasi merupakan sebuah life skill yang harus
yang lebih besar terhadap proses pembelajaran.
dikembangkan
dan
dimiliki
oleh
tenaga
pengelola perpustakaan. Jika ditelusur lebih F. PENUTUP
dalam akan didapati penyebab dari rendahnya
Dampak yang sangat nyata dari kemajuan
kemampuan literasi informasi yaitu kurang
teknologi informasi adalah terjadinya situasi
tersentuhnya kompetensi dari tenaga pengelola
118 | MEDIASI, Vol. 9, No. 2, Januari-Desember 2015, hlm. 101-120
perpustakaan oleh kebutuhan literasi informasi dari kurikulum pendidikan perpustakaan dan yang terjadi juga belum adanya sinergi dari pemerintah
dan
mengembangkan perpustakaan
persekolahan
sumber daya
untuk
untuk
manusia
mengelola
di
kemampuan
tersebut.Sedianya di setiap sekolah memiliki pustakawan/tenaga pengelola perpustakaan yang secara berkala berupaya untuk meningkatkan kemampuan
dalam
memberikan
pelayanan
literasi informasi kepada para pemustakanya. Literasi memiliki fungsi penting dalam kehidupan.
Kesadaran
berliterasi
akan
sebuah
peradaban
pada
mengantarkan kedudukan
yang
yang literate adalah
terhormat. bangsa
yang
Bangsa mampu
menjawab tantangan zaman. Sebaliknya, bangsa yang tidak literate akan menjelma menjadi sebuah bangsa lemah. Bangsa lemah ini tidak akan pernah mampu merespon tantangan dan rintangan di masa depan, khususnya tantangan globalisasi, termasuk pasar bebas Asia yang sebentar lagi diberlakukan di Indonesia.Karena pada
dasarnya
perpustakaan
adalah
pustakawannya,sehingga semua perubahan atau perkembangan
sebuah
perpustakaan
selalu
berawal dari diri pustakawannya. Dengan kata lain
pustakwan
selayaknya
bertransformasi
menuju pola pikir dan pola tindak baru yang mendukung perubahan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Buku dan Jurnal Boyer,E.L.1997.NewTechnologiesand the Public Interest. Selected Speeches 1979-1995. Princeton,N.J.:Carnegie
FoundationfortheAdvancement Teaching.pp.137-142.
of
Damayani, N.A. 2011. Komunitas Literer Bandung: Studi Fenomenologi pada Individu yang Terlibat dalam Pergerakan Literasi Informasi. Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Facet, R. & Richard, E. 2004. Foundations of Library and Information Science. 2d.ed. New York: Neal-Schuman. Friedman, T.L. 2006. The World is Flat: Sejarah Ringkas Abad Ke-21. Jakarta: Dian Rakyat. Guenia, J. 2003. Building Bridges: The Role Of The System Librarian in A University. (Emerald, 2003), Library Hi Tech. Vol. 21 Number 3 2003. Gunawan,A.W.2008.TujuhLangkah LiterasiInformasi: Knowledge Management. Jakarta:UniversitasAtma Jaya. Hasugian. J. 2008. UrgensiLiterasiInformasidalamKurikulum Berbasis KompetensidiPerguruanTinggi Pustaha:JurnalStudiPerpustakaandanlnfo rmasi,Vol.4,No.2,Desember2008 Perpustakaan Nasional RI. 2007. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Rachmadi, F. 1988. Informasi dan Komunikasi dalam Percaturan Internasional. Bandung: Alumni. Samiyono, D. 1994. Menyongsong Automasi Layanan Perpustakaan: Ditinjau dari Segi Manajemen Pemasaran Informasi. Solo: Universitas Sebelas Maret. Setiarso, B. 2003. Perpustakaan Khusus dan Hak Memperoleh Informasi. Jakarta: Perpustakaan Nasional. Sophiaan, A.R. 1993. Tantangan Media Informasi Islam, Antara Profesionalisme dan Dominasi Zionis. Surabaya: Risalah Gusti.
Pustakawan Sekolah dan Literasi Informasi: Menjawab Tantangan Globalisasi | 119
Stueart, R.D. & Moran, B.B. 2002. Library and Information Center Management. 6th.ed. Westport: Greenwood.
PustakaVol.13 No.3 - Desember 2011. http://perpusnas.go.id/MajalahOnlineAdd .aspx?id=165
Sudarsono, B. 2007. Literasi Informasi (Information Literacy): Pengantar untuk Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
Bhandary, K.M. Librarian, TUCL. Information Literacy and Librarian’s Role. Sumber: http://www.tucl.org.np/infliteracy.htm
Sulistyo, B. 2006. Upaya meningkatkan peran pustakawan dalam mendukung kinerja perpustakaan. Media Pustakawan: Media Komunikasi Antar Pustakawan. 12 (3-4) September/Desember 2005 : 11-12
Haryanti, T. 2009. Membangun Gerakan Literasi Informasi. http://triniharyanti.blogspot.com/2009/05 /membangun-gerakan-literacyinformasi.html.
Sulistyo, B. 1994. Periodisasi Perpustakaan Indonesia. Bandung: Rosdakarya.
Healy,L.W.2002. "TheVoice ofthe User:WhereStudentsandFacultyGo forInformation." http://www.educause.edu/ir/libran/pow erpoint/EDU0248c.pps.
Supriyanto, W. 2008. Teknologi Informasi Perpustakaan. Yogyakarta: Kanisius. Sutarno N.S. 2005. Tanggungjawab Perpustakaan Dalam Mengembangkan MasyarakatInformasi. Jakarta : Panta Rei. Suwarno, W. 2010. Ilmu Perpustakaan dan Kode Etik Pustakawan. Jakarta: Arruz Media. Totterdell, A. 2005. Library and Information Work. London: Facet. Webber& Johnston,B.2000.Conception of
Hermanto, B. 2008. Penerapan teknologi informasi untuk meningkatkan mutu layanan perpustakaan Universitas Sebelas Maret. http://pustaka.uns.ac.id/? menu=news&option=detail&nid=13 Widodo. 2012. Peran dan karakteristik pustakawan di era digital library. http://widodostaff.uns.ac.id
InformationLiteracy:newperspectiveand implications. JournalofInformation Science,Vol.26N0.6,hal.381-387 Sumber Internet dan Koran Anonim. 2010. Ciri-ciri Era Globalisasi Informasi. http://abdulsalamserbakomunikasi.blogsp ot.com/2010/03/ciri-ciri-era-globalisasiinformasi.html Anonim. Tt. Information Literacy Models and Ainquiry Learning Models. Sumber: http://ictnz.com/infolitmodels.htm. Astiwi,
P.N. Peningkatan Kemampuan Information Literate Sebagai Basis Pengembangan Menyeluruh Perpustakaan Masa Depan dalam Globalisasi Informasi: Kebutuhan Informasi dalam menentukan Arah Pengembangan Perpustakaan.Majalah Visi
120 | MEDIASI, Vol. 9, No. 2, Januari-Desember 2015, hlm. 101-120