EDISI 4, JANUARI 2014 I 16 HALAMAN D i p u b l i k a s i k a n o l e h D i v i s i K o m u n i k a s i P T Va l e I n d o n e s i a T b k
- Tidak Diperjualbelikan -
Jendela > Hal 10
Sorowako, Sepenggal Kisah SOSOK > HAL 6
KREASI > HAL 8
KOMUNITAS > HAL15
M. ARDHIYAT SYAM PUTRA
DAUR ULANG
RADIO AMATIR
SAYA TAK PERNAH BERKELAHI DI LUAR PERTANDINGAN
TAS DARI KAUS BEKAS
ORARI LOKAL SOROWAKO
PTPM, MENGEMBANGKAN POTENSI LOKAL
Laporan Utama > Hal 5
PTPM, Babak Baru Pengembangan Masyarakat Wawasan > Hal 7
Belum Saatnya Anak dan Remaja Berkendara Presiden Direktur PT Vale, Nico Kanter disaksikan oleh Presiden Komisaris PT Vale Ricardo Carvalho, menyerahkan salinan buku Rencana Pengelolaan Sosial (RPS) PT Vale, kepada Bupati Luwu Timur Andi Hatta Marakarma, saat peluncuran PTPM di Baruga BP4K, Malili, Selasa 21 Januari 2014.
Dongeng > Hal 9
Larika dan Pelajaran Berburu Dokter Menjawab > Hal 11
Gunakan Obat dengan Bijak
2
EDITORIAL
Pembaca yang budiman,
Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM) PT Vale telah memasuki babak baru yang penting. PTPM yang merupakan upaya konkret memadukan—sesuai namanya—dengan program pembangunan pemerintah daerah ini pun resmi diluncurkan pada 21 Januari 2014 oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu Timur, DPRD mewakili masyarakat dan PT Vale. PTPM adalah program yang disinergikan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes). Lewat RPJMDes inilah kebutuhan pembangunan desa menjadi patokan kerja. PTPM sendiri mengacu pada UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Semangat UU ini adalah mensinergikan upaya pemerintah dalam program pemberdayaan masyarakat dengan program pengentasan kemiskinan lainnya. Dengan PTPM, posisi masyarakat diharapkan semakin kuat, kelembagaan lokal semakin berkembang, mendorong pembangunan partisipatif, dan memperkuat fungsi serta peran pemerintah lokal. Direktur External Relations and Corporate Affairs PT Vale Basrie Kamba mengatakan, PTPM merupakan babak baru untuk melihat sesuatu yang lebih baik daripada sebelumnya. “Inilah yang dinamakan sinergi atau kemitraan tiga pilar: pemerintah, masyarakat, dan perusahaan,” katanya. Secara garis besar, PTPM PT Vale mencakup tiga bidang. Pertama, bidang kesehatan dan ekonomi (UMKM). Kedua, bidang penguatan dan peningkatan kapasitas yang meliputi pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan seni budaya. Ketiga, kontribusi strategis yang berupa, dukungan seni budaya, emergency respons, dan donasi. Pembaca, sebagaimana edisi-edisi sebelumnya, Verbeek tetap menyajikan beragam tulisan yang pas sebagai bacaan keluarga. Khusus dalam rubrik “Wawasan”, sengaja kami ulas topik remaja dan kendaraan. Kasus kecelakaan yang menimpa Dul, putra musisi Ahmad Dhani, kiranya patut menjadi pelajaran dan perhatian kita bersama, terutama bagi orangtua. Kami juga menyajikan ulasan singkat mengenai sejarah Sorowako dan cerita rakyat. Semoga tulisan-tulisan yang kami tampilkan pada edisi ke-4 ini bermanfaat bagi Anda. Selamat membaca.
VERBEEK
Salam untuk redaksi tabloid Verbeek. Sebagai seorang yang bermukim di wilayah pemberdayaan kehadiran tabloid ini sangat membantu, kehausan akan informasi dapat terobati. Selama ini sebagian besar masyarakat mendapatkan media umum cukup sulit, jika pun ada koran atau media yang terbit pada pagi hari, dibaca sore atau malam. Untuk itu, saya berharap Verbeek menjadi bacaan alternatif yang terbit secara rutin. Tapi, sebagai seorang yang memiliki hobi motret, apakah Verbeek menyediakan ruang atau rubrik khusus galeri foto. Saya juga berharap tabloid ini memberikan kesempatan pada masyarakat untuk mengirimkan laporan, ya semacam citizen report (laporan dari pembaca) dan rubrik hobi. Terima kasih.
Edy Tangke Layuk - Wasuponda
Kami selalu berusaha untuk terbit secara rutin, dan tentu saja kami menerima kiriman naskah maupun foto dari pembaca. Kami menunggu kiriman tulisan dan foto dari Anda. Salam untuk tabloid Verbeek. Hadirnya tabloid Verbeek di tengahtengah masyarakat menurut saya merupakan berita yang menyenangkan. Setelah terbit selama tiga edisi, Verbeek memberikan kesempatan pada masyarakat khususnya di wilayah pemberdayaan untuk mengenali lebih jauh budaya dan informasi di sekitar. Ada liputan mengenai PTPM, sosok yang menginspirasi, wawasan, keluarga, hingga sejarah dan budaya. Tak hanya itu, rubrik Pemda Menyapa juga merupakan langkah yang baik. Ini membuka akses komunikasi antara pemerintah dan masyarakat. Namun, saran saya, sebaiknya apakah redaksi Verbeek atau pihak Pemerintah menampilkan isu atau program-program sosialisasi yang penting diketahui oleh masyarakat. Sebab tak semua penduduk memiliki informasi dan akses menuju kantor pemerintah setempat. Ev Agussalim - Wasuponda
Rubrik “Pemda Menyapa” memang kami sediakan sebagai sarana interaksi antara pemerintah daerah dan masyarakat. Pemda bisa mensosialisasikan program, kegiatan, maupun kebijakan.
I EDISI 4 , JANUARI 2014
Yth. Redaksi Tabloid Verbeek Saya ingin menampilkan hasil jepretan, sekaligus kritik terhadap prasarana yang harus segera diperbaiki seperti :
1. Separator yang ada di pinggir jalan menuju ke atas air terjun Matabuntu amblas sehingga ada kemungkinan orang, terutama anak-anak, yang akan terjatuh ke bawah (dengan ketinggian sekitar 10 meter ketinggiannya). 2. Tempat berteduh yang sudah hilang atapnya dan ada beberapa yang hilang potongan besinya. 3. Rumah singgah yang ada di dekat Salah satu tempat berteduh di Mata Buntu. Foto: Rudjito air terjun sudah tidak layak alias Hunneman. jelek kelihatannya. 4. Kebersihan yang masih perlu digalakkan terutama keberadaan tong sampah besar karena banyak sampah di sana sini. Rudjito Hunneman Jl. G. Gamalama F 382, Nuha Sorowako, Luwu Timur
Yang Bapak lakukan ini adalah bentuk dari citizen journalism dan kami sangat menghargai upaya Bapak dalam penyebarluasan informasi serta berperan aktif untuk perbaikan lingkungan. Saya pertama kali membaca Tabloid Verbeek pada edisi kedua. Laporannya cukup beragam, tidak melulu soal perusahaan. Saya senang dengan kehadiran media seperti ini, sebab menyajikan beberapa artikel yang memberi inspirasi. Tak hanya itu, liputannya juga ter-update dengan baik. Saya berharap untuk edisi-edisi berikutnya redaksi membahas mengenai tradisi-tradisi yang ada di Luwu Timur, seperti makanan dan tempat-tempat wisata yang patut kunjungi, sekaligus menjadi promosi bagi daerah ini. Erni Afranisa Yani – Anggota SICMA, Sorowako
Terima kasih telah membaca dan memberi masukan kepada Verbeek. Usulan Anda sangat bagus dan bermanfaat. Pembaca setia Verbeek dapat mengirimkan naskah dan foto melalui
[email protected]
Sejak terbit pertama kali hingga edisi ke-3, saya selalu membaca tabloid Verbeek. Saya senang dengan media ini. Sebab setiap rubrik mengulas konten yang berbeda. Ada cerita rakyat, karya, sejarah, sains, hingga pengetahuan secara umum. Saya kira, jika Verbeek terbit dengan reguler dan tepat waktu, bukan tidak mungkin media ini akan menjadi penyedia atau sumber informasi setiap kalangan. Untuk itu, kepada redaksi Verbeek skala penerbitan menjadi prioritas dan tepat waktu. Apakah setiap bulan atau dua bulan sekali. Achi – Sumasang
Frekuensi terbit Verbeek akan kami padatkan dan teratur. Semoga Anda senantiasa mendapatkan informasi dan inspirasi dari Verbeek.
Kirimkan kritik dan saran Anda untuk tabloid Verbeek melalui email ke:
[email protected] atau kirimkan surat ke alamat redaksi. Tabloid Verbeek
@tabloidverbeek
Redaksi
Redaksi Verbeek
Pelindung: Dewan Direksi PT Vale I Penasihat: Basrie Kamba (Director of External Relations & Corporate Affairs) I Penanggungjawab: Teuku Mufizar Mahmud (GM Communications) I Redaktur Pelaksana: Sihanto B. Bela I Editor: Busman Dahlan Shirat, Bayu Aji Suparam, Sohra, La Ode M. Ichman, Miftahuddin Hadilang, Andi Zulkarnain, Baso Haris, Takiuddin, Charles Christian, Iskandar Ismail I Redaksi: Rohman Hidayat Yuliawan, Maman Ashari, Nala Dipa Alamsyah, Nuki Adiati, Eko Rusdianto I Fotografer: Doni Setiadi I Desain & Layout: Sandy Pauling I Alamat Redaksi: Kantor Departemen External Relations, Jl. Ternate No. 44 Sorowako, Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan, HP. 0812 4321 2222
EDISI 4 , JANUARI 2014
I
LAPORAN UTAMA
VERBEEK
3
Basrie Kamba:
PTPM, Mengembangkan Potensi Lokal
P
rogram Terpadu Pemberdayaan Masyarakat (PTPM) tidak serta merta lahir. Ada serangkaian proses yang akhirnya melahirkan program lima tahunan tersebut, terutama proses belajar dari pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan di masa lalu. Tabloid Verbeek mendapat kesempatan untuk berdialog dengan Basrie Kamba, Direktur External Relations and Corporate Affairs PT Vale. Pak BK, demikian dia biasa disapa, menggagas konsep PTPM sejak awal tahun 2012. Pria penggemar sepeda, menyelam dan fotografi ini berkenan menerima Verbeek untuk menjelaskan mengenai latar belakang program yang dirancang untuk mewujudkan kemandirian masyarakat dengan melibatkan, kemitraan tiga pilar, hingga visi jangka panjang PTPM. Semua terangkum dalam tanya-jawab berikut ini.
Bagaimana awal tercetus gagasan untuk mewujudkan PTPM? Ketika saya bergabung dengan PT Vale pada bulan September 2011, saya melihat semua orang melancarkan keluhan terhadap program Comdev PT Vale, baik dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan. Padahal tujuannya baik, yakni memberdayakan masyarakat lokal agar nantinya bisa mandiri. Setelah beberapa lama saya pelajari, memang ada semacam benang kusut. Ibarat sebuah kapal, ada banyak kebocoran dan harus ditambal. Intinya adalah perusahaan tidak bisa berjalan sendiri menjalankan program Comdev, karena memang bukan ahlinya. Selama ini perusahaan “sok ahli”, padahal berdaya dan mandiri adalah dua konsep yang tidak main-main dalam program pengembangan masyarakat. Jelas ini soal kapasitas. Pada Desember 2011 saya menghadap Bupati Luwu Timur untuk bertukar pikiran mengenai konsep program Comdev yang selama ini dijalankan perusahaan. Pendek kata, Pemda, perusahaan, dan masyarakat penerima manfaat program harus berjalan bersama dan menjadi tiga pilar program Comdev yang baru. Apa perbedaan mendasar antara Program Comdev dan PTPM? Bahwa pendekatan PTPM tidak lagi bersifat proyek, melainkan benarbenar program, yang memiliki siklus lima tahunan. Selama periode itu, kita merancang roadmap sambil terus melakukan perbaikan. Tentu awalnya timbul ketidaksesuaian pandangan baik di dalam maupun di luar perusahaan. Beberapa rekan kami melihat program sosial ini hanya dari angka, sisi anggaran. Pandangan ini tidak salah, sementara kami melihat dari berbagai sisi, termasuk edukasi. Bagaimanapun, visi pengembangan masyarakat adalah menemukan atau menggali potensi lokal. Kita harus mencari orang-orang terbaik di daerah, yakni mereka yang ikhlas, tulus dan memiliki niat baik pada masyarakat. Perusahaan tidak boleh datang
membagi-bagikan uang yang antara lain menciptakan ketergantungan dan proses edukasi yang salah.
Menurut Anda, apa syarat utama bagi keberlanjutan PTPM? Modal utama program sosial adalah kepercayaan, keikhlasan, dan kerja keras. Sekali kita cederai, kepercayaan itu jatuh dan sulit kita bangun lagi. Selain itu, harus ada konsistensi. Bila ada pergantian manajemen perusahaan atau pemerintahan, program tetap berjalan seperti direncanakan. Program ini ibarat bekal bagi masyarakat. Jika besok lusa perusahaan tutup, kita sudah siap. PTPM adalah tanggung jawab sosial. Mengapa program ini perlu melibatkan tenaga konsultan? Setelah melakukan analisis, melihat dinamika di luar, melihat kemampuan SDM kami, saya memastikan untuk mendatangkan tim ahli. Tidak bisa lagi "pasien" dikasih "Panadol" terus. Kami butuh "dokter" yang paham regulasi, teori, dan punya pengalaman yang matang. Bukan selebritas. Untuk itu, bersama beberapa camat, SKPD terkait, beberapa anggota dewan, dan tokoh masyarakat, kami menelaah tiga calon konsultan. Dan nama A+ CSR justru bukan datang dari PT Vale.
Bagaimana tanggapan para stakeholder terhadap PTPM? Kami mendapat berbagai tanggapan. Umumnya positif. Ada yang bilang ini adalah "revolusi". Dan ada juga yang mengingatkan akan ada "dapur" terganggu. Tapi saya percaya, niat baik akan selalu berakhir baik.
Bagaimana peran pemerintah dalam pelaksanaan PTPM? Jika saya tracking ke belakang, kritik yang selalu muncul adalah Pemda dan masyarakat merasa tidak pernah dilibatkan. Salahkah kritik itu? Tentu tidak, karena itulah yang dirasakan. Namun setelah kita membuktikan adanya perubahan dan dengan hati yang tulus, semua pihak berbondong-bondong membantu dengan hati yang tulus juga. Pendek kata, kita perlu terus membangun kepercayaan. Yang penting, kepercayaan kita bangun dengan harapan dan mimpi yang sama tetap jalan.
Saat ini PTPM sudah bergulir. Apa tanggapan Anda sejauh ini? Ibarat kapal yang sedang berlayar, kami bersama Pemda dan masyarakat penerima manfaat sudah melihat pulau tujuan. Kini bagaimana benar-benar menjaga jalurnya. Lima tahun pertama ini sangat critical, inilah episode yang sangat menentukan. Saya yakin, dengan dukungan dan niat baik dari masyarakat 38 desa dan empat kecamatan, ini bukan barang yang sulit. Kita sudah membenahi kerusakan, dari papan bocor hingga layar. Dan kini kapal ini sudah berjalan perlahan untuk menentukan navigasi yang benar. Dalam kapal ini tiga pilar bekerja bersama.
Siapa nakhodanya? Tentu saja adalah Tim Koordinasi. Dari awal kita juga sudah berkomitmen, siapa mencederai kepercayaan harus meninggalkan “gelanggang”. Pahit memang, namun itu yang dibutuhkan. Kita tidak ingin melibatkan orang-orang yang tak memiliki ketulusan. Saya kira pola ini juga akan kita terapkan di Bahodopi dan Pomalaa.
Pandangan jika Comdev adalah cara untuk mendapatkan dana bantuan melalui proposal sudah terlanjur tertanam. Bagaimana mengubah pandangan itu? Kalau masih ada yang menuntut proposal, kita anggap mereka belum paham makna dari tanggung jawab sosial perusahaan. Yang paling utama perusahaan bukanlah pihak yang datang untuk membagi-bagikan uang, meracuni masyarakat. Itu pendekatan yang keliru. Kami ingin masyarakat sadar bahwa program ini tempat belajar untuk kemudian mengembangkan diri. Jika dalam pelaksanaannya ada riak, itu adalah dinamika. Berbeda pendapat itu indah tapi jangan memaksakan kehendak.
Menurut Anda, apa potensi yang paling menonjol di wilayah terdampak operasi PT Vale ini? Sesuai dengan hasil studi kami,pertanian adalah salah satu masa depan menjanjikan untuk Luwu Timur. Jadi kami mensinergikan program-program PTPM dengan program Agroindustri Pemda. Fokusnya dari segi capacity building. Saya lihat potensi ini bisa dikembangkan dengan cepat karena pada dasarnya masyarakat di empat kecamatan adalah masyarakat agrikultur. Sedikit saja dipoles, dilatih, saya jamin tidak ada produk yang dibuang, tidak bergantung semata-mata pada harga komoditas. Mudah-mudahan kita bisa ciptakan produk unggulan. Ambil misal, bagaimana menghasilkan merica Bantilang yang berkualitas dan beraroma khas. Saya kira potensi lokal di sini banyak, tinggal perlu dikembangkan. Bagaimana menyelaraskan PTPM dengan RPJMDes? Perusahaan adalah kontributor pembangunan. Kontributor itu sifatnya bukan datang dengan sesuatu yang baru. Yang namanya program pendidikan dan kesehatan tentu sudah ada di pemerintah dan di setiap wilayah berbeda. Karena itu, kita melihat RPJMDes (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa—Red.). Jadi tak ada lagi tumpang-tindih program, dana, waktu, dan pekerjaan. Jika besok ada lembaga lain yang ingin masuk, itu tidak masalah. Saya kira inilah yang dinamakan sinergi, kemitraan. Yang penting saling menja-
ga kepercayaan. Inilah yang membuat program menjadi sustainable, berdaya, dan mandiri.
Seberapa vital fungsi fasilitator? Saya kira inilah kader daerah di masa depan. Ketika para kader lokal tampil, urusan komunikasi tentu akan menjadi lebih mudah. Bisa saja rapat dan penjelasan dilakukan di bawah pohon, dengan budaya dan bahasa sendiri. Bagaimanapun, konsultan atau perusahaan tidak memiliki keahlian pendekatan yang menyamai orang lokal sendiri. Sektor apa yang menjadi sasaran PTPM? Kesehatan, ekonomi, dan pendidikan. Tapi yang utama adalah capacity building. Itulah ruhnya, yang selama ini tidak kita perkuat. Kita hanya memberikan modal. Padahal tanpa kapasitas marketing atau pengelolaan bisnis, modal pasti habis menguap. Selama ini, kan, masyarakat kebingungan mau bagaimana dan dibawa ke mana produk-produknya.
Sejak awal Anda menjelaskan tentang perubahan konsep, perubahan paradigma. Adakah hal positif yang bisa dipetik dari pelaksanaan Comdev tahun-tahun sebelumnya? Tentu ada. Ada banyak produk yang tangible. Kita membangun berbagai infrastruktur, termasuk pembangunan akses jalan 65 km yang punya multiplier effect begitu besar. Jalan raya tersebut menggerakkan ekonomi, transportasi, hingga pariwisata. Itu tidak bisa dinafikan. Saya tidak mengatakan pelaksanaan seluruh program Comdev yang lalu itu jelek semua. Tapi saya berpendapat bahwa pendekatannya yang memang harus berubah. Jika tidak diubah, kita tidak akan bisa mewujudkan kemandirian masyarakat yang telah diharapkan bersama. Melainkan menciptakan ketergantungan pada masyarakat. []
4
LAPORAN UTAMA
VERBEEK
I EDISI 4 , JANUARI 2014
Meriahnya Sosialisasi PTPM tis. Kepala BPD Desa Asuli, Haeruddin mengatakan, PTPM ibarat program yang belum usai. “Pelibatan pemerintah akan semakin memperlebar jalur administrasi,” katanya. Sementara peserta lain menyatakan, PTPM bakal berjalan baik bila tim penggerak benar-benar memberikan pengawasan dan pendampingan bagi masyarakat. Misalnya, memberikan pelatihan tentang usaha yang sedang dijalaninya, seperti pemasaran dan pengolahan produk. Di Kecamatan Wasuponda, suasana sosialisasi juga meriah. Peserta berdiskusi dengan baik, misalnya salah seorang menyatakan keraguannya pada PTPM akan berjalan lancar. Ada beberapa faktor yang bisa menghambat, seperti pelibatan pemerintah dan rencana audit kegiatan. “Selama berlangsungnya program CSR perusahaan, selalu dijanjikan audit, tapi tak pernah terlaksana. Makanya tak ada efek jera pada masyarakat,” katanya. GM Community Relations PT Vale, Busman Dahlan Shirat, menyatakan, akan dilakukan audit oleh tim independen yang ditunjuk perusahaan dan pemerintah. Komite Kecamatan dan Desa, juga dibekali ilmu audit sederhana. “Jika ada penyelewengan terkait hukum (menyangkut pidana) kita serahkan keputusannya pada kepolisian, yang telah menjadi kesepakatan bersama. Kita tidak akan mentolerirnya. Dan akan ada sanki tegas dari Tim PTPM,” katanya. []
Antusiasme Masyarakat Sosialisasi PTPM. GM Community Relations PT Vale Busman Dahlan Shirat saat memberikan penjelasan mengenai PTPM di aula kantor Bupati Luwu Timur.
PTPM adalah konsep untuk menciptakan masyarakat mandiri.
P
ada Jumat 8 November 2013, udara menjelang siang di Desa Kawata, Kecamatan Wasuponda, cukup sejuk. Di balai desa itu hadir sekitar 50 orang, mulai dari petani, perangkat desa, tokoh pemuda, hingga tokoh agama. Diskusi berjalan begitu antusias. Acapkali tangan-tangan mengacung untuk melayangkan pertanyaan atau melontarkan ide. “Kami berharap dengan program baru yang bernama PTPM ini desa bisa menjadi lebih baik,” kata seorang di antara mereka. Pendeta Yon Vaslin Kadama, salah seorang tokoh agama yang terpilih menjadi perwakilan Komite Desa untuk Rumah Tangga Miskin (RTM), mengatakan, PTPM adalah konsep yang menyenangkan. Dia melihat ada perubahan yang lebih baik dibanding program Comdev yang selama ini dijalankan. Menurut dia, pengidentifikasian kebutuhan masyarakat yang diberikan kewenangannya pada Komite Desa untuk menentukan pemanfaatan melalui kajian RPJMDes (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa) akan semakin terfokus. Tidak asal memasukkan proposal permintaan bantuan. “Semua perangkat akan saling menjaga. Fasilitator dan Komite Desa akan menjadi lebih bersinergi,” katanya. Di hari yang sama, tim sosialisasi PTPM juga menyambangi Desa Parumpanai, Kecamatan Wasuponda. Untuk mencapai desa, kendaraan harus meliuk melalui jalan sempit yang di sisinya terdapat jurang. Parumpanai selama ini dijadikan teladan dalam berbagai kegiatan. Penduduknya yang ramah dan senang berbaur membuat kegiatan desa senantiasa berjalan baik. Kepala Desa Parumpanai, Irsan mengatakan, meskipun sebagian besar masyarakatnya tak mengenyam pendidikan, sikap saling menghormati dan menghargai terbangun dengan baik. “Kami tahu diskusi dengan warga Pa-
rumpanai akan selalu menyenangkan,” kata fasilitator kabupaten PTPM, Andi Narwis. Parumpanai dan Kawata hanya dua contoh desa pemberdayaan. Di wilayah terdampak operasi PT Vale, terdapat 38 desa yang tersebar di empat kecamatan, yakni Nuha, Towuti, Wasuponda, dan Malili. Minggu pertama Oktober hingga pertengahan November 2013, Tim Koordinasi bersama fasilitator kabupaten, kecamatan, dan kader desa mengunjungi semua desa untuk mensosialisasikan PTPM. Setiap wilayah memiliki karakteristik sendiri. Di Kecamatan Wasuponda, diskusi berjalan alot, ada yang pro dan ada yang kontra. Begitu pula saat pertemuan di Towuti, aula kantor kecamatan dipenuhi warga dan hampir tak mampu menampungnya. PTPM Berbeda PTPM adalah program dengan sistem yang berbeda dari Comdev PT Vale sebelumnya. Kini PTPM merangkul unsur pemerintahan, dari bupati hingga dinas terkait untuk bersama membangun wilayah. “Alhamdulillah, semua kecamatan menyetujui konsep ini,” kata Andi Narwis. Direktur External Relations and Corporate Affairs PT Vale, Basrie Kamba, punya kiasan sendiri mengenai PTPM. Dia mengibaratkan program tersebut sebagai sebuah kapal yang saat ini dalam perbaikan, karena terdapat banyak kebocoran. “Untuk membenahi itu, kita (perusahaan) tak bisa melakukannya sendiri, karena kita bukan pengambil keputusan. Maka dengan niat tulus, secara bersama kita melibatkan pemerintah dan masyarakat. Kini kapal itu siap berlayar, namun ada yang belum percaya kapal itu benar-benar dapat mengarungi lautan. Itu wajar saja, tapi pelan-pelan akan semakin baik,” katanya. Camat Nuha, Kamal Rasyid menyatakan harapannya pada PTPM. Dia melihat ada upaya sungguh-sungguh dan sistematis dalam melakukannya. “Tim PTPM inilah yang nantinya membawa
daya dorong dan meyakinkan masyarakat dengan kerja nyata. Jadi harus benar-benar kompak,” katanya. “Program ini akan berjalan dengan beberapa hambatan, tapi akan kita lalui, dan harus dilalui,” lanjutnya. Sementara di Kecamatan Towuti, hujan pertanyaan dan kritikan mewarnai sosialisasi. Ada yang bernada pesimistis dan ada pula yang optimis-
Kerangka Kerja PTPM
PTPM Program Mitra Desa Mandiri (PMDM)
- Kesehatan - Pengembangan Ekonomi & UMKM
Pengembangan Kapasitas Institusi
- Pendidikan - Kesehatan - Ekonomi - Seni Budaya
Kontribusi Strategis
- Tanggap Darurat - Seni Budaya - Donasi
Perkiraan Persentase Distribusi Anggaran
Perkiraan Persentase Distribusi Anggaran
Perkiraan Persentase Distribusi Anggaran
s/d
s/d
s/d
40% 50%
30% 40%
10% 20%
EDISI 4 , JANUARI 2014
I
LAPORAN UTAMA
VERBEEK
5
PTPM, Babak Baru Pengembangan Masyarakat Program PTPM diluncurkan untuk mendukung pengembangan masyarakat di Luwu Timur.
P
rogram kerjasama kemitraan tiga pilar antara Masyarakat, Pemerintah Daerah dan PT Vale dengan nama Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM) secara resmi diluncurkan pada Selasa, 21 Januari 2014, di baruga terbuka kantor Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K), Malili. Peluncuran PTPM ini dihadiri oleh ratusan peserta mulai dari kelompok tani, kepala desa, kepala kecamatan, SKPD terkait dan karyawan PT Vale. Semua tampak antusias. Penandatanganan nota kesepahaman antara masyarakat diwakili Ketua DPRD Kabupaten Luwu Timur Sukman Saddike, Pemerintah Daerah oleh Bupati Luwu Timur Andi Hatta Marakarma, dan perwakilan PT Vale oleh Presiden Direktur Niko Kanter. Penandatanganan ini juga disaksikan langsung Presiden Komisaris PT Vale Ricardo Carvalho.
Bupati Luwu Timur, Andi Hatta Marakarma mengatakan, peluncuran program PTPM ini merupakan sejarah penting bagi daerah. “Ini adalah wujud dan itikad baik perusahaan untuk saling menjaga dan saling mendukung,” katanya. Menurut dia, PTPM dibentuk melalui diskusi panjang melibatkan tenaga ahli. “Inilah hasil maksimal yang kita lakukan. Dilihat dari aspek ilmiah dan hukum. Inilah yang paling tepat, untuk saat ini,” ujarnya. Ricardo Carvalho saat memberikan sambutan mengatakan, PTPM adalah strategi untuk menciptakan masyarakat yang berdaya, dan telah menjadi komitmen perusahaan. “Kami tidak akan bisa bekerja sendiri. Peran dan partisipasi pemerintah daerah dan SKPD terkait, begitu juga elemen masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, dan tokoh perempuan sangat menentukan sukses yang kita harapkan bersama," katanya. PTPM dilaksanakan dalam periode lima tahunan. Direncanakan melalui proses konsultatif dan komprehensif dengan semua pemangku kepenting-
Penandatangan nota kesepahaman PTPM dilakukan oleh ketua DPRD Luwu Timur Sukman Saddike, Bupati Luwu Timur Andi Hatta Marakarma, dan Preseiden Direktur PT Vale Niko Kanter. Ikut menyaksikan Presiden Komisaris PT Vale Ricardo Carvalho dan Kajari Malili Ida Komang Ardhana.
an. Didasarkan melalui AMDAL, RKL/ RPL, dan Rencana Jangka Panjang dan Menengah Pemerintah Daerah (PJMD). Sinergi pembiayaan antara PTPM dan Pemerintah Daerah juga mungkin dilakukan untuk saling melengkapi. Dari catatan Tim Koordinasi PTPM, usulan kegiatan dan verifikasi lapangan sudah dilakukan. Sementara untuk perencanaan tahun 2014, beberapa desa sudah melakukan Musrembang.
“Jadi kami minta sedini mungkin, dipisahkan usulan PTPM dan APBD, agar tidak ada lagi program saling tumpang tindih,” kata Ketua Tim Koordinasi Muhammad Abrinsyah. Setelah peluncuran PTPM, diadakan pula Temu Tani se-Kabupaten Luwu Timur, yang mendatangkan ahli pertanian dari IPB melalui konsultan A+ CSR Indonesia. Dan dihadiri sekitar 300 peserta. []
Membangun Desa Selaras RPJMDes Membangun desa harus sesuai kebutuhan masyarakat.
R
abu, 6 November 2013, aula kantor Desa Balambano tampak sesak. Puluhan orang berkumpul dan mendengarkan penjelasan mengenai Program Mitra Desa Mandiri (PMDM). Mereka terlihat antusias. Pertemuan tersebut merupakan sosialisasi yang dilakukan tim koordinasi Program Terpadu Pemberdayaan Masyarakat (PTPM), fasilitator kabupaten, kecamatan, dan kader desa. “Saya kira ini adalah niat baik untuk menuju perubahan. Selama ini perusahaan dan pemerintah jalan sendiri mengenai kegiatan CSR. Sekarang kita lah, masyarakat, yang menentukan pembangunan kita,” kata Ketua Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) Balambano, Khairullah. Secara garis besar, PTPM PT Vale mencakup tiga hal, pertama PMDM untuk kesehatan dan eko-
nomi (UMKM). Kedua, penguatan dan peningkatan kapasitas yang meliputi pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan seni budaya. Ketiga, kontribusi strategis mencakup emergency respons, donasi, dan seni budaya. GM Community Relations PT Vale, Busman Dahlan Shirat, mengatakan, pelaksanaan PTPM dilakukan dalam jangka waktu 5 tahunan. Khusus untuk PMDM, harus didasarkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes). “RPJMDes adalah dokumen yang berisi kebutuhan desa, untuk melihat arah pembangunannya, untuk itu PMDM harus mengikutinya,” katanya. Alur dan mekanisme PMDM mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang mensinergikan upaya pemerintah dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat dengan program pengentasan kemiskinan lainnya. Untuk itu, setiap program yang dijalankan akan memiliki acuan dan kebutuhan pem-
Kepala Desa Wawondula Rusdi Upe, menyampaikan pendapat saat pertemuan bersama tim PTPM, di Aula Kecamatan Towuti.
bangunan jangka panjang. Aturan itu, kata Busman, menjadi kekuatan masyarakat. Setiap desa membentuk komite yang jadi perwakilan dari unsur pemerintah, masyarakat miskin, tokoh perempuan, dan pemuka masyarakat. Komite akan memberikan masukan dan usulan dalam melihat kebutuhan mendasar dalam RPJMDes. “Jadi peran komite sangat sentral, sebab menjadi tim evaluasi dan auditor secara sederhana, kemudian memberikan laporan kelompok penerima manfaat yang melenceng dari aturan,” ujarnya. Mengapa PMDM harus berintegrasi dengan RPJMDes? Sekretaris Tim Koordinasi PTPM yang juga sebagai Kepala BPMPD Luwu Timur, Andi Tabacina, mengatakan, integrasi tersebut menjadi pondasi atau langkah awal melihat peluang dan rencana kerja setiap wilayah. “Jadi dari RPJMDes, komite dan masyarakat desa memutuskan bagian mana yang memerlukan pembiayaan dari pemerintah dan swasta. Jadi tak ada lagi tumpang tindih anggaran. Semua akan berjalan secara bersama,” katanya. Lebih daripada itu, konsep PMDM akan membuat posisi masyarakat semakin kuat, kelembagaan lokal semakin berkembang, mendorong pembangunan partisipatif, serta memperkuat fungsi dan peran pemerintah lokal. RPJMDes adalah dokumen pemandu dalam pembangunan desa. “RPJMDes itu dokumen sakral bagi penyelenggaraan pemerintah desa, dibuat melalui musyarah desa dan melibatkan semua elemen masyarakat,” kata Kepala Desa Parumpanai, Irsan. RPJMDes dan Rencana Pembangunan Tahunan Desa (RKPD) akan me-
nampilkan jumlah rumah tangga miskin, peta desa, kebutuhan desa, potensi, usulan dan gagasan, hingga sosiogram kelembagaan. Dari data awal itulah, usulan kegiatan PMDM akan diarahkan. Kemudian dilakukan verifikasi, agar kegiatan tepat sasaran. Tahun ini PMDM menyalurkan anggaran sebanyak Rp350 juta per desa. Namun, bila dalam tahap pelaksanaan kegiatan berjalan lancar maka perusahaan akan melihat kembali skala prioritas. []
"RPJMDes adalah dokumen yang berisi kebutuhan desa, untuk melihat arah pembangunannya, untuk itu PMDM harus mengikutinya,” Busman Dahlan Shirat (GM Community Relations PT Vale)
SOSOK
6
VERBEEK
I EDISI 4 , JANUARI 2014
Muhammad Ardhiyat Syam Putra:
Saya Tak
Pernah Berkelahi
di Luar Pertandingan
Berlatih keras dan disiplin menjadi kunci sukses Ardhiyat.
S
etiap sore, seorang anak selalu terlihat berlari kecil mengelili ngi lapangan Persesos Sorowako sebanyak lima kali putaran. Setelah itu, berpindah ke sudut lapangan untuk melakukan gerakan menendang, melompat-lompat kecil, atau meninju; gerakan beladiri karate. Dia, Muhammad Ardhiyat Syam Putra, seorang siswa kelas VI Sekolah Dasar YPS. Pemegang sabuk hitam Dan 3. Sapaan sehari-harinya Dhiyat. Badannya tegap, rambutnya berpotongan Mohawk. Dhiyat, anak pertama dari dua bersaudara pasangan Arfah Syam Lamasang dan Idayati. Dalam lingkup keluarga Syam, karate bukanlah cerita baru. Ayah Ardhiyat, Arfah Syam, dan dua orang pamannya, Amran Syam dan Akbar Syam adalah mantan atlet nasional karate peraih medali emas. Sejak usia 5 tahun, Dhiyat mulai tertarik karate. Awalnya hanya ikutikutan latihan bersama ayahnya, mengenakan pakaian karate. “Sejak semula saya melihat kecepatan dia menangkap gerakan. Dan yang utama ketenangannya,” kata Arfah Syam.
BIODATA Nama Lengkap Nama Panggilan Tempat Lahir Sekolah Kelas Makanan Favorit Berat Badan Kategori
Kini berkat ketekunannya, Dhiyat telah menorehkan beberapa prestasi. Puluhan penghargaan dari tingkat kabupaten, provinsi, hingga nasional sudah diraihnya. Berlembar-lembar piagam dan medali jika dijejerkan akan menutupi meja ruang tamu keluarganya. Bagaimana Dhiyat melakukannya, berikut petikan wawancaranya: Kapan kamu pertama kali bertanding dalam event besar? Pertama kali bertanding skala besar di kota Palopo tahun 2012, untuk kumite Kejuaraan Karate Indonesia Timur. Saya dapat medali emas. Saya senang, karena orang mengenal saya anak dari Sorowako dan YPS.
Bagaimana persiapan kamu menghadapi setiap pertandingan? Saya latihan setiap hari. Setiap bangun tidur saya melakukan push up antara 15-20 kali, dilanjutkan dengan memukul-mukul samsak. Sore hari saya lari-lari kecil. Bila kamu bertanding, kamu tidak takut cedera? Saya sudah pernah mengalaminya. Tulang rusuk saya sudah pernah hampir patah. Mata saya lebam kena tinju. Sa-
: Muhammad Ardhiyat Syam Putra : Dhiyat : Sorowako, 14 Juni 2002 : SD YPS Singkole Sorowako, Kecamatan Nuha, Luwu Timur : VI (Enam) : Nasi Goreng Ikan Asin : 39 kg : Kumite/kata
ORANG TUA Ayah Ibu Saudara
: Arfah Syam Lamasang, S.Pd : Idayati, SE : Afifah Zhaskia Rezky Syam Putri
PRESTASI 1. Juara 1/Medali Emas Kumite Antar Pelajar se-YPS 2008. 2. Juara 1/Medali Emas Kumite Poseni se-Luwu Timur 2009. 3. Juara 1/Medali Emas Kumite Single Event se-Luwu Timur 2010. 4. Juara 1/Medali Emas Kumite Kejuaran Karate Indonesia Timur 2012. 5. Juara 1/Medali Emas Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Cibubur 2013. 6. Juara 1/Medali Emas Kumite Pelajar Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) Tingkat Provinsi se-Sulawesi Selatan 2013. 7. Juara 2/Medali Perak Kata Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) Tingkat Nasional, Balikpapan, Kalimantan Timur, Juni 2013. 8. Juara 1/Medali Emas Kumite Kejurnas Karate Cup Sorowako Luwu Timur, September 2013.
kit, tapi saya tahan dan terus bertan ding sampai selesai. Kalau bisa mengalahkan lawan, maka semua sakit hilang. Saya yakin, luka atau cedera saat bertanding, tidak akan parah. Lebih parah jika jatuh dari motor, atau berkelahi bebas.
Kamu pernah berhadapan dengan lawan yang lebih besar? Pernah. Itu pertandingan di Cibubur (Kejurnas Karate Cibubur tahun 2013; Dhiyat meraih medali emas). Lawan saya besar. Saya lihat, dia lebih tinggi daripada saya. Badannya tegap. Namun saya tidak sedikit pun takut. Jadi saya lawan saja, dan saya menang. Bagaimana dengan pergaulan di sekolah, apakah teman-temanmu takut? Tidak. Saya banyak teman. Saya sering main-main dengan mereka. Saya suka punya banyak teman. Jika kamu diganggu teman, apakah kamu berkelahi? Tidak pernah. Saya tidak pernah berkelahi di luar pertandingan. Ayah saya selalu mengingatkan. Setiap latihan pun selalu mengucapkan sumpah karate. Salah satu isi sumpah karate ialah tidak diperkenankan berkelahi di luar pertandingan, kecuali dalam keadaan sangat terdesak.
Apakah kamu pernah merasa jengkel dengan temanmu? Pernah, tapi saya menghindar. Saya tidak mau berkelahi. Kalau saya berkelahi, saya melanggar sumpah karate, walaupun saya yakin bisa mengalahkan mereka. Bagaimana dengan prestasi sekolah? Apakah orang tua menuntutmu? Tidak pernah. Ayah dan Ibu tidak pernah memaksa saya. Yang penting saya rajin. Tapi saya juga selalu berusaha jadi anak pintar. Saat ini saya mendapat peringkat 5 di kelas. Saya mau naik menjadi tiga besar, jadi saya juga berusaha belajar, sama dengan latihan karate. Bagaimana cara kamu mengatur jadwal? Kalau pulang sekolah saya istirahat. Biasanya saya nonton pertandingan Rafael Agaef di Youtube—Rafael Agaef atlet dari Azerbaijan, juara dunia karate tiga kali. Kalau tidak, saya tidur. Sore saya bangun dan lari bersama ayah di lapangan Persesos. Malam saya belajar. Bagaimana bila malam, apakah kamu tidak belajar karena capek? Saya sudah terbiasa. Kalau tidak lari-lari sore malah cepat capek dan loyo. Malam sebelum tidur saya se lalu belajar 1 jam. []
WAWASAN
7
VERB EEK
EDISI 4
J A N U3 A1 R0I2 2 I0L1U4J
Belum Saatnya Anak dan Remaja Berkendara Secara fisik, kemampuan berpikir, hingga emosi mereka belum siap.
M
asih segar dalam ingatan kita kecelakaan lalu-lintas yang te rus diberitakan di berbagai media selama berminggu-minggu. Anak bungsu seorang musisi menjadi “aktor” kecelakaan yang menewaskan 6 orang. Si anak baru berusia 13 tahun. Dia bukan satu-satunya anak di bawah umur yang sudah mengemudikan sendiri kendaraannya. Sang ayah dan ibu juga bukan satu-satunya pasangan orangtua yang memiliki anak di bawah umur dan sudah berkendara. Dalam keseharian, kita sering menjumpai anak usia SMP, bahkan SD, yang sudah mengendarai kendaraan bermotor. Para psikolog mendefinisikan masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke dewasa dengan rentang usia 12-21 tahun. Pada masa itu, proses pematangan fisik dan psikologis terjadi usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, usia 15-18 tahun merupakan masa remaja pertengahan, dan remaja akhir adalah masa ketika seseorang berusia 18-21 tahun. Beberapa faktor yang membuat remaja tidak semestinya diberi kesempatan mengemudikan kendaraan bermotor, antara lain:
Sebelum membolehkan anak berkendara, sebaiknya orang tua memberikan pemahaman mengenai rambu dan aturan lalu lintas.
diri dari kecelakaan. Sementara remaja, besar kemungkinan mereka belum bisa mengambil keputusan dengan cepat.
3. Emosi Anak di bawah 17 tahun bukan tidak memiliki keterampilan mengemudikan kendaraan. Namun mereka belum dewasa secara mental. Mereka labil, tidak paham konsekuensi, dan panik. Mereka mudah tersulut emosi. Dalam berkendara, mereka bisa jadi menyepelekan rambu, jarak berlalu lintas aman, kecepatan kendaraan, rasa kantuk, dan sebagainya.
tribunnew s.com
1. Fisik Ukuran fisik anak dan remaja tidak sesuai dengan sebagian besar desain kendaraan bermotor yang diperuntukkan bagi orang dewasa. “Sebuah kendaraan dirancang untuk orang dewasa, bukan anak. Jadi jika seorang anak mengendarai kendaraan bermotor, itu sudah tidak pas dan banyak kesulitan. Misalnya pijakan kaki belum sampai ke tanah saat mengendarai motor,” kata Kepala Korps Lantas (Kakorlantas) Polri, Inspektur Jenderal Polisi Pudji Hartanto. asbindro.w ordpress.co m
2. Kognitif atau kemampuan berpikir Remaja memiliki kemampuan terbatas untuk melihat, menganalisis, dan menyimpulkan kondisi lalu lintas. Keterbatasan ini menyebabkan anak tidak bisa berstrategi saat berlalu lintas. “Mengendarai kendaraan bermotor tidak hanya berjalan lurus saja, tetapi juga menemui tanjakan, turunan, jalan tidak rata, serta berpapasan dengan kendaraan lain. Kognitif anak belum matang, ,” kata Irjenpol Pudji. Dalam keterdesakan pilihan, orang dewasa dalam sekejap bisa berpikir untuk mengerem mobilnya demi menghindarkan
“Secara hukum, tentu ada alasan mengapa seseorang baru diperbolehkan mendapat SIM setelah berusia 17 tahun. Secara psikologis, anak-anak seumur itu masih labil perkembangan emosinya. Mereka lebih mudah lelah dan kurang cermat mengambil keputusan,” kata Yunita Gama Wibowo, psikolog klinis anak dan remaja dari Personal Growth. Peran Orangtua Kecelakaan lalu lintas di Indonesia oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dinilai sebagai pembunuh terbesar ketiga, setelah penyakit jantung koroner dan tuberkulosis. Disebutkan sebanyak 67 persen korban kecelakaan lalu lintas berada pada usia produktif, dengan korban terbanyak dari kelompok anakanak dan remaja. Untuk itu, banyak hal yang bisa Anda lakukan dari rumah
untuk melindungi anak dari bahaya berkendara. Pertama, komunikasi. “Bangun ikatan emosional antara orangtua dan anak melalui komunikasi berlandaskan cinta. Anak perlu mendapatkan perhatian sehingga terbangun kepercayaan pada orangtua. Setelah terbentuk ikatan yang kuat dan anak menaruh percaya, orangtua lebih mudah mengajarkan hal-hal baik kepada anak. Komunikasi juga memungkinkan orangtua memahami setiap fase pertumbuhan psikologis dan fisik remajanya,” jelas Elly Risman, psikolog dan pakar pengasuhan anak dari Kita Dan Buah Hati Foundation. Kedua, orang tua sebagai teladan. Psikolog dari Universitas Indonesia, Muhammad Rizal mengatakan, integritas orangtua terkait dengan apa yang dilakukannya. Jika Anda melarang anak membawa motor dengan alasan anak belum punya SIM, apakah Anda sendiri sudah punya SIM yang masih berlaku? “Anak lebih percaya pada perilaku orangtua daripada kata-katanya. Ketika orangtua mengendarai motor tanpa helm, kemungkinan besar anak akan melakukan hal yang sama,” kata Rizal.
Ketiga, sayang anak itu harus, tapi: Rasa sayang kerap meluluhkan hati orangtua. Misalnya karena melihat anak tetangga dibelikan motor dan anak Anda merengek minta dibelikan motor sebagai hadiah kelulusan SMP. “Apabila anak sudah cukup usia, sudah layak mengikuti tes kepemilikan SIM, dan Anda punya cukup uang, tidak ada
salahnya mengabulkan. Jika anak anda masih di bawah umur, tolak dengan tegas atau tunda dengan alasan yang jelas,” kata Rizal. Keempat, ajarkan sejak dini. Tidak ada salahnya memperkenalkan anak dengan rambu-rambu lalu-lintas dan marka jalan sejak dini. Anda bisa melakukannya sambil mendongeng. Didi Hardianto, praktisi keselamatan berkendara yang juga mantan pembalap nasional, menjelaskan, sejak dini anak-anak harus dikenalkan dengan keselamatan berkendara. “Mengemudi adalah aktivitas berisiko tinggi, Anak dan remaja sebaiknya diberi wawasan tentang bahaya di jalan dan cara berkendara yang aman,” kata Didi. Ketika anak menginjak usia remaja awal dan remaja pertengahan, ajarkan seputar teknik berkendara aman. Ketika Anda sedang menyetir, jelaskan pentingnya sabuk keselamatan, jangan ngebut, jangan mengemudi dalam kondisi kelelahan atau mengantuk, dan jangan menerima telepon atau mengetik SMS saat mengemudi. Tak lupa, orangtua juga perlu senantiasa mengutamakan keamanan berkendara, karena sampai kapan pun orangtua sebaiknya tetap menjadi teladan bagi anak. []
MANFAATKAN TEKNOLOGI Penggunaan telepon genggam saat berkendara bisa membawa petaka. Berikut 3 aplikasi yang bisa digunakan untuk menghentikan panggilan dan penggunaan SMS ketika sedang berkendara.
1. Drive Off Aplikasi yang dibuat oleh salah satu perusahaan asuransi ini otomatis mendeteksi kecepatan kendaraan. Jika kecepatan mencapai 10 mph, secara otomatis aplikasi akan mematikan beberapa fitur yang akan mengganggu aktivitas mengemudi, termasuk menghentikan panggilan dan SMS yang masuk. Aplikasi gratis ini bisa diunduh pengguna OS Android.
2. Drive Mode Aplikasi otomatis aktif setelah mobil bergerak dengan kecepatan lebih dari 25 mph. Aplikasi ini memiliki fitur yang mampu menanggapi semua SMS dan email yang masuk secara otomatis, membiarkan pengirim tahu bahwa penerima sedang mengemudi. Semua notifikasi dan nada dering dinonaktifkan sementara. Setiap panggilan masuk ke telepon akan langsung dialihkan ke voice-mail. Aplikasi Drive Mode ini gratis dan tersedia untuk ponsel Android dan BlackBerry.
3. Drive Scribe Aplikasi DriveScribe memonitor kecepatan kendaraan dan memblok SMS serta panggilan saat berkedara. Aplikasi gratis ini tersedia di Android dan iPhone.
8
KREASI V ERB E E K
EDISI 4
JJ UA LNIU 2A 0R 1I 32 0 1 4
Tas dari Kaus Bekas Tidak perlu dijahit dan hanya perlu waktu 10 menit. ika Anda punya kaus yang sudah ti dak terpakai tapi bentuknya masih bagus dan bahannya cukup kuat, jangan buru-buru dibuang. Kaus bekas itu dapat dialihfungsikan menjadi tas cantik yang bisa Anda pakai bepergian. Si kecil juga bisa membuatnya, karena tidak memerlukan keterampilan menjahit. Namun Anda tetap perlu mengawasi, karena proses pembuatannya memerlukan gunting serta peniti. Dua model tas ini bisa Anda coba sekaligus. Selamat berkreasi.
Tas Lubang Bawah
Seperti namanya, tas ini menyisakan lubang di bagian alas. Mungkin Anda tidak bisa membawa benda yang terlalu kecil. Namun untuk menemani belanja, tas ini sudah cocok.
Alat & Bahan
- Kaus - Gunting - Peniti
Cara Membuat
Tas Rumbai
Cara Membuat
Tampilan cantik membuat tas ini cocok dibawa saat piknik maupun acara santai lainnya.
1. Potong lengan, leher, dan jahitan kelim bawah kaus.
Alat & Bahan
6.
2.
7.
3.
8.
4.
9.
5.
10.
leethal.net
1. Potong bagian lengan agak ke dalam dari jahitan kelim lengan. Usahakan membuat potongan selurus mungkin. 2. Buat tiga tali panjang dari sisa kain lengan dengan lebar masing-masing 1,5 cm. Tarik tali lalu kendurkan agar bentuknya agak keriting. Anda bisa membuat lebih dari tiga seba gai cadangan. 3. Potong leher kaus sebagai bukaan tas. Bukaan bisa berbentuk setengah lingkaran atau bentuk V. Pastikan po tongan Anda cukup besar agar benda benda berukuran besar bisa masuk ke dalam tas. 4. Buat lubang vertikal pada jahitan kelim bawah kaus seperti pada gam bar. Lubang bisa berjumlah 1, 2, 3, atau lebih. Semakin banyak lubang yang Anda buat, ruang kosong pada bagian bawah tas semakin kecil. Kali ini kita buat 3 lubang. Usahakan ja rak antar lubang sama. 5. Pasang peniti pada salah satu ujung tali yang sudah Anda buat pada lang kah nomor 2. 6. Mulailah memasukkan tali menggu nakan bantuan peniti, mengelilingi jahitan kelim. Lakukan untuk ketiga lubang. 7. Tarik tali dengan kuat, lalu ikat. 8. Jika Anda membuat 3 lubang, begini lah hasilnya. 9. Agar tas kreasi Anda semakin kuat, ikat tali dari lubang pertama ke tali dari lubang kedua, dan seterusnya hingga seluruh tali saling terikat An da bisa membuat ikatan pita di dalam maupun di luar tas. Jika Anda memu tuskan untuk membuat pita menju ntai, hasilnya seperti ini. 10. Kreasi tas sudah selesai. Dan hanya membutuhkan beberapa menit. Mudahkan?
1.
3. Tahan bagian pangkal rumbai dan ta rik ujungnya hingga longgar. Ulangi untuk semua rumbai.
5. Tas cantik Anda siap menemani keceriaan piknik keluarga. []
- Kaus - Gunting - Penggaris
tealouandsweetpea.wordpress.com
2. Dengan penggaris, buat rumbai ver- 4. Buat ikat mati di setiap pasangan tikal dengan panjang 10-15 cm dan rumbai, bagian depan dan belakang. lebar 2 cm.
DONGENG
9
VERB EEK
EDISI 4
J A N U3 A1 R0I2 2 I0L1U4J
Larika dan Pelajaran Berburu
S
yahdan, tersebutlah seorang lelaki muda gagah perkasa bernama Larika. Dia bercitacita menjadi pemburu yang andal. Ayahnya senang mendengar citacita anaknya itu. Maka sang ayah melatih Larika berburu. Setelah dirasa cukup cakap, berangkatlah Larika berburu ke belantara hutan di Sorowako. Ayahnya memberikan dia sebuah tombak dan sebuah keranjang. Lelaki gagah itu memasuki hutan dan menapaki semak-belukar. Dia merayapi tebing-tebing batu dan menyebarangi anak-anak sungai. Tak sedikit pun Larika punya rasa takut. Sebaliknya, ia merasa senang berada di alam bebas. ”Oh alam yang indah, ini aku datang,” katanya. Mata Larika awas dan telinganya peka. Tapi sayang, kemampuan fisiknya itu tak sebanding dengan kecerdasannya sebagai seorang pemburu. Ketika sampai di hutan, dia melihat seekor rusa besar sedang tidur. Larika menghampirinya, tapi binatang itu tak jua bergerak. Untuk membuktikan binatang itu masih hidup, Larika menggantungkan keranjang buruannya di tanduk si rusa. Namun si rusa tetap saja diam.
Karena masih penasaran, Larika pun membakar ekor si rusa. Kontan saja rusa itu kaget dan lari tunggang-lang gang. Larika membu runya tapi tak lagi terkejar. Sesampai di rumah tanpa hasil, ayahnya berta nya. “Mana hasil buruanmu Larika?” tanya ayahnya. “Tidak dapat, Ayah,” jawab Larika. “Bukankah di tengah hutan banyak binatang buruan? Lantas ke mana pula keranjangmu?” tanya ayahnya lebih lanjut. Maka dengan polos Larika menceritakan apa yang sudah diperbuatnya terhadap si rusa. “Anakku, yang harus kau lakukan adalah membunuh rusa itu dan memasukkannya ke keranjang buruan,” ujar ayahnya. “Baiklah Ayah jika harus demikian. Akan kuperhatikan pesan Ayah,” kata Larika tegas. Beberapa hari kemudian, Larika kembali berburu. Kali i ni dia bertemu sekawanan lebah dengan sarangnya yang amat besar. Dengungan su ara lebah itu membuat hati Larika terpikat. Di dekatinya sarang lebah itu. Larika kemudian memukul-mukul sarang lebah itu dan memasukannya ke dalam keranjang. Melihat sarangnya diambil, lebah-lebah itu pun menyerang Larika. Sekembalinya di rumah, ayahnya semakin bingung. Dia bertanya, “Ke-
napa seluruh tubuhmu benjol-benjol begitu? Adakah orang yang memukulmu anakku,” kata sang ayah. “Tidak ada, Ayah.” Larika kemudian menceritakan kembali apa yang telah diperbuatnya di hutan. “Anakku, kalau sarang lebah, sebaiknya itu yang dibakar atau diasapi. Yang lain boleh kau pukul. Ini adalah pelajaran berburumu yang kedua,” kata ayahnya. Meski dua kali berbuat kesalahan, tekad Larika menjadi seorang pemburu andal tidak surut. Kali ini dia menemukan sekumpulan tanaman jamur. Karena teringat pesan ayahnya, jamur-jamur itu dipukulnya hingga hancur. Sesampai di rumah, ayah Larika hanya bisa geleng-geleng kepala melihat anaknya membawa tanaman jamur yang sudah hancur. “Jamur itu makanan lezat, Nak. Kalau seperti itu, lebih baik dibawa pulang, jangan dipukul-pukul,” kata ayahnya. Tetap pantang menyerah, kali ini Larika menemukan pohon mangga dengan buahnya yang lebat. Tanpa berpikir panjang, Larika langsung memanjat pohon itu, mengambil buahnya, memasukkannya ke keranjang buruannya, dan membawanya pulang. Setiba di rumah, Larika membuka keranjangnya dengan wajah bangga. “Wah, kali ini kamu membawa hasil, Nak. Tapi, alamaakk, dari mana kamu mengambil mangga-mangga ini,” tanya ayahnya.
“Saya mengambil buah ini di kebun orang. Banyak sekali buahnya, Ayah. Besok akan kuambilkan lagi,” jawab Larika. “Buah ini milik orang lain, Nak. Kamu tidak boleh mengambilnya tanpa izin. Ini namanya mencuri,” kata sang ayah. “Tapi pesan Ayah waktu itu, jika menemukan sesuatu harus diambil dan dibawa ke rumah,” jawab Larika lagi. Ayahnya semakin pusing. Maka dia memutuskan Larika tak usah lagi belajar berburu. Dia khawatir Larika akan mengambil barang milik orang lain. Sebagai pengganti, dia meminta Larika untuk belajar bertani. Akhirnya Larika pun belajar bertani. Ternyata dia sukses menjalankan pekerjaan barunya itu. [] Cerita Rakyat dari Sorowako Dituturkan oleh: Nurtolu
10
AHA!
VERBEEK
Sejarah Sabun
Pada masa lalu sabun hanya berbentuk kotak, padat dan lebih keras.
>
MEMBUAT SABUN SEDERHANA
Pernahkah Anda membayangkan mandi tanpa menggunakan sabun?
S
Literatur lainnya disebutkan pula oleh Abu Bakar Muhammad bin Zakaria al-Razi, kimiawan Persia, adalah peracik pertama ramuan sabun modern. Pada saat penemuan itu, sabun sudah berbentuk padat dan cair. Sentra pembuatannya di Kufah, Basrah, dan Nablus di Palestina. Di Inggris, seperti ditulis John A. Hunt dalam “A Short History Soap”, catatan
JENDELA
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Minyak sawit/minyak goreng 379 gram Minyak kelapa 310 gram Air 266 gram Soda Api 108 gram Parfum biang 15 ml Potongan sabun warna-warni (berbentuk kotak-kotak kecil 1 cm x 1 cm)
Alat
boeing.com
Salah satu lukisan dinding dari masa kerajaan Mesir yang menggambarkan penggunaan sabun.
Bahan Membuat 1 Kg Sabun
Proses pembuatan sabun masa lalu dilakukan dengan tenaga manusia. Kini, sabun diproduksi dengan bantuan teknologi mesin. egypt-beautyandfitnessmalta.com
edikitnya setiap orang mandi satu kali sehari. Bukan tanpa alasan, mandi membuat badan kita segar, menghilangkan bau, kotoran, dan kuman pada tubuh. Bahan-bahan yang terkandung dalam sabun telah dimanfaatkan sejak 2.800 SM? Dalam Papirus Eber, atau dokumen kesehatan Mesir Kuno tahun 1.500 SM, digunakan ramuan dari kombinasi minyak hewani atau nabati garam alkali (saponifikasi) untuk menyebuhkan penyakit kulit dan membersihkan badan. Saponifikasi dari bahasa Latin “sa-po”, artinya soap atau sabun.
I EDISI 4 , JANUARI 2014
Bristol Company of Soapmakers tahun 1562-1642 menunjukkan, lebih dari 180 orang terlibat dalam bisnis sabun. Penguasa Perancis Raja Louis XIV justru bersikap keras kepada pembuat sabun. Raja pernah menjatuhkan hukuman mati dengan pisau guillotine pada tiga orang pembuat sabun karena membuat kulit raja iritasi. Saat revolusi industri abad ke-19, industri sabun makin berkembang, tapi dengan pajak tinggi. Dan tahun 1852 Inggris dan Prancis menghilangkan pajak sabun untuk meningkatkan standar hidup bersih dan sehat. Dan sabun akhirnya jadi komoditas semua orang. Bagaimana dengan Indonesia? Sebelum sabun, masyarakat Nusantara mandi menggosokan lempeng batu halus untuk menyingkirkan kotoran di tubuh. Untuk mendapatkan kulit halus dan ha-
rum ditaburkan kuntum mawar, melati, kenanga, sirih, dan minyak zaitun dalam wadah penampungan air. Saat Perang Pasifik berlangsung, sabun jadi barang langka dan mahal di Indonesia. Tahun 1943, militer Jepang turun tangan memberikan pelatihan cara membuat sabun. Kini, sabun telah menjadi barang kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan survei Departemen Kesehatan 2012, Indonesia tergolong negara yang malas cuci tangan pakai sabun. Padahal, sejak 2008, Perserikatan BangsaBangsa menetapkan 15 Oktober sebagai Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia. [] DISARIKAN DARI LAPORAN MAJALAH HISTROIA ONLINE:
1. Masker untuk melindungi pernapasan. 2. Kacamata agar larutan tidak mengenai mata 3. Sarung tangan untuk mencegah iritasi 4. Wadah plastik 5. Timbangan dengan skala terkecil 1 atau 5 gram 6. Sendok stainless steel atau plastik untuk mencampur larutan 7. Cetakan 9. Kain untuk menutup cetakan 10. Mixer
Cara Membuat 1. Timbang semua bahan dengan tepat. Gunakan sarung tangan saat menim bang kaustik soda. 2. Panaskan campuran minyak sawit dan minyak kelapa sampai suhu 60 C. 3. Masukan kaustik soda ke dalam air. Bila ada uapnya jangan sampai terhirup. 4. Masukan campuran kaustik soda dan air ke dalam minyak pada suhu 55 C. 5. Aduk dengan mixer hingga mengental (kurang lebih 15-20 menit). 6. Masukan parfum. Aduk selama 1 menit. 7. Campurkan potongan sabun kecil. 8. Tuang ke cetakan. Diamkan 1-2 hari. 9. Keluarkan sabun, potong sesuai selera. Masukan ke dalam kardus kue yang telah dibolongi sedikit untuk ventilasi. 10. Diamkan sabun selama 30 hari sebelum digunakan. Kemas menggunakan plastik berperekat dan kertas supaya aromanya tidak menguap. O
O
http://historia.co.id/artikel/budaya/816// MajalahHistoria/ Membilas_Sejarah_Sabun.
Sorowako, Sepenggal Kisah Sejak dulu masyarakat Sorowako hidup rukun dan penuh toleransi.
B
agaimana Sorowako—sebuah desa kecil—di ujung timur Su lawesi Selatan itu bersolek diri, dari kampung terpencil menjadi kota dengan ragam masyarakat? Jika berjalan dari Malili ke Sorowako akan melewati jalan lebar beraspal, Sungai Larona, tebing, dan pepohonan rindang. Jalur cepat itu dibangun sekitar tahun 1970-an untuk lalu lintas kendaraan tambang. Tapi pada tahun 1950-an MaliliSorowako ditempuh lewat rute yang panjang dan melelahkan dengan berjalan kaki. Ketua Kerukunan Wawainia Asli Sorowako (KWAS), Nurtolu mengatakan, dari Sorowako harus mendaki ke Kopatea, menembus pegunungan ke Desa Wasuponda, ke Desa Kawata, Desa Tole-tole, kemudian melingkar ke Ussu, lalu ke Malili. Lama perjalanan hingga dua hari. Untuk jalur pintas, menerobos pegunungan Sorowako ke Wasuponda, Balambano, Karebbe lalu Malili. Jalur
ini cukup sulit, sebab terdapat jurang dan tebing licin. Pada masa itu, penghasilan utama masyarakat Sorowako adalah bertani dan mencari hasil hutan seperti damar dan rotan. Yang dijual ke Malili untuk kebutuhan sehari-hari, seperti membeli ikan, hingga garam. Nurtolu beberapa kali mengangkut damarnya ke Malili. Setiap 25 kg Damar,untuk membeli pakaian, gula, garam, kopi, dan kebutuhan kecil lainnya. Warga Sorowako juga bekerja sebagai nelayan di Danau Matano.
Hidup Penuh Toleransi Di pesisir Matano, warga Sorowako tidak hidup sendiri. Mereka berdampingan dengan masyarakat adat Dongi. Saat ini, warga Dongi menetap di wilayah Kopatea, dan sebagian lagi di Kecamatan Wasuponda. Mayoritas orang Dongi memeluk agama Nasrani, dan orang Sorowako memeluk Islam. Kehidupan terjalin dengan begitu baik. Dalam keseharian, orang Sorowako dan Dongi saling bantu dan bergotong royong. Kebun-
Pemandangan kota Sorowako saat dipotret dari udara beberapa waktu lalu.
kebun mereka bahkan selalu bersisihan agar saling jaga dari hama binatang. “Ibarat kata, orang Sorowako dan Dongi sudah satu piring,” kata Nurtolu. Masa Pergolakan Orang Sorowako dan Dongi perlahan mulai terpisah ketika terjadi pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) antara tahun 19551965, pimpinan Kahar Muzakkar. Hal yang sama juga diungkapkan Mahade Tosalili. Menurutnya, teror menyebar ke mana-mana. Orang Dongi mengungsi ke berbagai tempat, mulai
dari Malili, Mangkutana, hingga Sulawesi Tengah. Orang Sorowako memilih Kampung Soluro seberang Danau Matano selama 11 tahun. Di Soluro, kehidupan bergerak lamban. Makan seadanya. Sementara Sorowako dibumihanguskan. “Sedih sekali, jangan mi lagi ada kisah seperti itu, biarlah kami orang tua yang merasakannya,” katanya. Itulah sepenggal kisah Sorowako, yang kini tumbuh menjadi kota kecil yang penuh geliat. Penduduk yang makin beragam, namun kerukunan dan toleransi tetap ada. []
EDISI 4 , JANUARI 2014
I
DOKTER MENJAWAB
VERBEEK
11
Gunakan Obat dengan Bijak Agar terhindar dari praktik penggunaan obat berlebihan, pasien perlu membekali diri dengan informasi yang tepat.
P
enggunaan obat secara rasional atau rational use of medicine (RUM) merupakan kampanye Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang disebarkan ke seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini, ada lebih dari 15.000 merek obat beredar di Indonesia, dan sekitar 6.000 di antaranya diperkirakan tidak rasional. Untuk itu, penggunaan obat secara rasional mensyaratkan pasien mendapatkan obat yang tepat, dosis tepat, durasi cukup, dan murah. Penyalahgunaan obat yang paling sering ditemui adalah pemberian terlalu banyak obat atau polifarmasi, penggunaan antibiotik dan obat suntik, pemberian obat tidak sesuai panduan klinis, dan pasien “mengobati” dirinya sendiri. WHO mencontohkan, di negara berkembang, kurang dari 60% anak yang terkena diare akut mendapat oralit, sementara lebih dari 40% justru diberi antibiotik yang sebenarnya tidak perlu. Penggunaan obat tidak tepat membawa banyak dampak negatif, di antaranya kualitas terapi menurun. Akibatnya, angka kesakitan dan angka kematian meningkat, risiko efek samping meningkat, dan biaya meningkat pula. Demi terhindar dari pengobatan yang tidak rasional, lakukan langkah yang tepat. 1. Tepat Pemahaman Jangan artikan kunjungan ke dokter sebagai upaya minta obat. Kunjungan ke dokter perlu dipahami se-
bagai upaya konsultasi dan diskusi mencari kejelasan penyebab sakit dan upaya meminta diagnosis. Pasien sebaiknya tahu ka pan harus ke dokter sehingga terhindar dari kondisi mondar-mandir ke dokter.
2. Tepat Diagnosis Jika Anda pergi ke dokter, mintalah informasi sejelas mungkin tentang diagnosis penyakit Anda. Sedangkan jika Anda langsung membeli obat bebas di apotek, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan apoteker. 3. Tepat Memilih Obat Pemberian obat harus berdasarkan diagnosis yang tepat, terbukti manfaat dan keamanannya, serta mudah didapatkan. Jenis obat yang akan digunakan pasien jumlahnya seminimal mungkin. Mintalah informasi lengkap kepada dokter seputar obat-obatan yang Anda dapatkan. Saat membeli obat bebas, perhatikan komponen obat, indikasi, kontraindikasi, dosis, peringatan, efek samping, dan cara penyimpanan.
4. Tepat Indikasi Pasien diberikan obat dengan indikasi yang benar sesuai diagnosis dokter. Jika Anda mendapat antibiotik tanpa bukti bahwa sakit Anda disebabkan oleh bakteri, tanyakan lebih lanjut.
5. Tepat Kondisi Ceritakan kondisi dan riwayat kesehatan Anda saat berkonsultasi ke dokter. Riwayat alergi, kelainan ginjal atau kerusakan hati, serta kondisi khusus misalnya hamil atau sedang menyusui, perlu diketahui dokter. Anak-anak, terutama bayi dan balita, serta lansia juga memerlukan penanganan yang berbeda. 6. Tepat Dosis Dosis obat juga harus disesuaikan dengan usia, berat badan, maupun kelainan tertentu. Anda boleh bertanya kepada dokter, apakah dosis obat yang diberikan sudah tepat. 7. Tepat Cara, Frekuensi, dan Durasi Pemberian Misalnya balita Anda belum bisa menelan obat tablet, maka mintalah
apotikm elawai. com
Oleh dr Kristiawan Basuki (Occupational Health Specialist RS Inco)
obat dalam bentuk sirup. Khusus untuk puyer, pasien atau orangtua pasien sebaiknya menanyakan apa saja komponen obat di dalamnya dan tanyakan kegunaan serta efek samping tiap komponen. Selain itu, jika obat harus dikonsumsi tiga kali sehari selama 3-5 hari, patuhi aturan tersebut demi keberhasilan pengobatan dan menghindari resistensi. 8. Tepat Harga Anda perlu tahu bahwa penggunaan obat tanpa indikasi, atau keadaan yang sama sekali tidak memerlukan obat, atau memberi obat dengan harga mahal tanpa alasan merupakan bentuk pembebanan terhadap pasien. Anda berhak meminta obat generik dengan manfaat yang sama dengan obat paten.
9. Tepat Informasi Obat bukan satu-satunya cara untuk sembuh. Sebagai contoh, pasien hipertensi tidak hanya harus minum obat, melainkan perlu menjaga pola makan. 10. Waspada Efek Samping Pasien berhak mengetahui, ada jenis obat yang menimbulkan kantuk, jantung berdebar, mual, dan sebagainya. Selain membuat pasien lebih waspada, kepatuhan minum obat juga meningkat. Jika Anda tahu efek sampingobat yang Anda minum membuat urin menjadi merah, Anda tentu sudah siap dan tidak akan menghentikan konsumsi obat. []
SAFETY
Mengenal Rambu Lalu Lintas Oleh Tim EHS Department PT Vale Sebelum belajar mengendarai kendaraan sebaiknya Anda memahami rambu lalu lintas. pakah Anda seorang yang ak tif berkendara, baik untuk ke giatan sehari-hari, untuk urusan kerjaan, atau bahkan untuk hobi? Apakah Anda pernah melihat anak-
A
anak dan rekan memacu kendaraan melebihi kecepatan tertentu dan melanggar rambu lalu lintas? Di hampir seluruh dunia, sebagian besar rambu lalu lintas menggunakan simbol yang sama. Rambu dan aturan tersebut untuk meminimalkan dan mencegah angka kecelakaan. Di Indonesia, pada tahun 2012, menurut catatan Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri, sebanyak 29.654 orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. Dengan kata lain, sekitar 2.471 orang meninggal setiap bulannya akibat kecelakaan lalu lintas, atau 82 orang setiap harinya. Pada Tahun 2013, dari Januari hingga Juni, setiap hari terjadi 244 kasus kecelakaan. Ironisnya, hampir 20% dari jumlah kasus itu melibatkan remaja di bawah usia 16 tahun. Untuk itu, sebaiknya Anda membe-
rikan perhatian dan penjelasan untuk menjaga keluarga dan rekan. Berikut beberapa aturan yang harus dan benar-benar dipahami sebelum memutuskan untuk berkendara.
1. Pastikan calon pengendara telah cu kup usia untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM), yakni 17 tahun. 2. Pastikan calon pengendara sudah mengerti aturan berkendara. 3. Jika perlu, sebaiknya calon pengen dara dimasukkan kelas pelatihan kendaraan agar pemahamannya se makin baik. 4. Selalu mengingatkan pengendara dan jangan bosan untuk hati-hati dan ti dak memacu kendaraan melebihi kecepatan tertentu dan ugal-ugalan. 5. Sebaiknya dampingi rekan dan kelu arga saat awal-awal berkendara.
6. Sebagai orang yang sudah me ngerti berikan contoh yang baik.
Hal yang paling penting adalah memberikan pemahaman untuk dapat dan mampu membaca setiap rambu lalu lintas di setiap sisi jalan. Sebab peletakkan rambu memiliki fungsi masing-masing. Misalnya, tanda dilarang parkir, tanda dilarang mendahului, tanda berhenti, zebra cross, tikungan berliku, tikungan tajam dan lain-lain. Rambu lalu lintas yang sering kita jumpai dibagi menjadi tiga kelompok yakni: 1. Rambu peringatan untuk suatu bahaya. 2. Rambu larangan dan amar perintah. 3. Rambu yang diberikan untuk pe tunjuk. []
12
PEMDA MENYAPA
VERBEEK
I EDISI 4 , JANUARI 2014
Bupati Lutim Ikuti Training Leadership di Negeri Kanguru
Program pelatihan kepemimpinan dilaksanakan untuk menciptakan peluang dan inovasi. Bupati Luwu Timur, Andi Hatta Marakarma, sebelumnya telah mengikuti program "Executive Education Course on Transforming
S
Leaders (EECTL)" kerjasama Kementerian Dalam Negeri dengan Harvard Kennedy School Indonesia Program tahun 2012. Pada tahun 2013, Bupati Luwu Timur kembali mengikuti program "Leadership in Goverment for Senior Goverment Executive Managers" di La
Trobe University, Australia. Keberangkatan Bupati Luwu Timur ke Negeri Kanguru ini didampingi Budiman, Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial (Disnakertransos) Kabupaten Luwu Timur. Kepala Disnakertransos, Budiman yang dihubungi via telepon, Jumat mengatakan, pelatihan leadership ini dilakukan di dua tempat, yakni La Trobe University di Bendigo serta di Melbourne, Australia. Pelatihan ini dilaksanakan sejak tanggal 3 hingga 15 November 2013. Beberapa materi yang diajarkan, katanya, antara lain konsep utama kepemimpinan, teori kepemimpinan yang baik, studi kasus penerapan kepemimpinan yang baik di lapangan, serta inovasi maupun kreativitas kepemimpinan kepala daerah dalam berimprovisasi memajukan pembangunan melalui kebijakan, strategi, dan pelaksanaan kebijakan di lapangan.
Meskipun program berlangsung relatif singkat, materi yang disampaikan oleh La Trobe University dapat menjadi referensi untuk menganalisis berbagai tantangan yang dihadapi daerah serta dapat dikembangkan oleh para peserta melalui inovasi dan kreativitas di masingmasing wilayah kerjanya. Di samping itu, sebagai negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia, pemahaman tentang Australia akan menjadi dan sangat penting dikembangkan, agar hubungan antar negara semakin baik. Bahkan menjajaki peluang kerja sama bagi kedua belah pihak untuk memajukan daerah. Untuk pembiayaan program kerja sama selama di La Trobe University, Australia, biaya perjalanan pulangpergi bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah asal peserta. (Humas Pemda Lutim) []
Kecamatan Wasuponda:
Desa Parumpanai Sabet Dua Penghargaan dari PNPM Kegotongroyongan senantiasa diutamakan di Desa Parumpanai. esa Parumpanai, Kecamatan Wasuponda, tahun ini meneri ma dua penghargaan sekaligus dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), yakni kategori Performa dan Sinergitas Desa serta kategori Dukungan Pemerintah Desa. Penghargaan PNPM ini diberikan kepada 11 kepala desa di seluruh Kabupaten Luwu Timur, sebagai bentuk keberhasilan dan dukungan semua lapisan masyarakat dalam mewujudkan program nasional. Kepala Desa Parumpanai, Irsan HS, mengatakan, penghargaan tersebut merupakan motivasi dan hasil kerja keras seluruh masyarakat desa. “Di Parumpanai, warga desa akan senantiasa berjalan bersama bila program benar-benar untuk orang banyak,” katanya. Selama program PNPM berjalan, seluruh warga Desa Parumpanai menerima dengan baik. Ada banyak hal yang telah dilakukan dalam program tersebut, termasuk membuka akses jalan tani, membuat saluran irigasi,
D
hingga jembatan. Tahun ini, Desa Parumpanai menerima dana bergulir yang dikelola oleh desa sendiri. Menurut Irsan, dana bergulir itu diberikan untuk membantu petani dan rumah tangga miskin sebagai bantuan modal. “Kami bersama masyarakat bersama-sama menggunakan bantuan dan mengawasinya. Hasilnya, setiap orang yang memanfaatkannya sampai sekarang tak ada yang menunggak,” ujarnya. Selain itu, dilakukan pula pembangunan sarana pipa air bersih. Program ini dijalankan bersama masyarakat setempat. PNPM menyediakan pipa untuk alat penunjang, sementara masyarakat desa secara swadaya dan bergotong royong menggali tempat penimbunan pipa dan mengangkut materialnya. Selama ini, masyarakat Parumpanai menggunakan air sumur dan memanfaatkan air sungai. Parumpanai adalah desa yang berada di atas gunung, aksesnya dijangkau dengan kendaraan roda dua dan empat. Luasnya mencapai 231 km persegi, delapan dusun, dengan 800 KK. Penduduknya sebagian besar bekerja di sektor pertanian: menggarap sawah dan kebun. []
Kepala Desa Parumpanai, Irsan, memperlihatkan piagam perhargaan dari PNPM di ruang kerjanya, beberapa waktu lalu.
EDISI 4 , JANUARI 2014
I
PEMDA MENYAPA
VERBEEK
Kecamatan Malili:
Puncak Indah Wakili Luwu Timur dalam Lomba Desa SIAGA
Desa Puncak Indah telah mempraktikkan budaya hidup sehat.
S
etelah berhasil menyisihkan 10 desa dari 11 kecamatan dan ke lurahan se-Kabupaten Luwu Timur beberapa waktu lalu, Desa Puncak Indah Kecamatan Malili menjadi wakil Kabupaten Luwu Timur dalam Lomba Desa SIAGA tingkat Provinsi Sulawesi Selatan. Pada Selasa, 10 September 2013, tim penilai tingkat provinsi sudah melakukan kunjungan lapangan, didampingi Wakil Bupati Luwu Timur Ir. H. Muhammad Thoriq Husler, Camat Malili Andi Habil Unru, serta para Kepala SKPD dan masyarakat Desa Puncak Indah. Kompetisi desa SIAGA ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati Luwu Timur nomor 174/VI/Tahun 2013
tentang Penetapan Pemenang Lomba Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Kabupaten Luwu Timur Tahun 2013. Desa SIAGA merupakan salah satu program nasional bidang kesehatan yang inisiatifnya muncul dari masyarakat. Tujuan program ini adalah membangun keadaan dan kesadaran masyarakat sebagai wujud kepedulian. Mampu mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, penyakit menular, kejadian luar biasa, dan bencana dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong sesuai dengan Kepmenkes No. 564/Menkes/SK/VII/2006. Dalam melakukan penilaian, salah satu indikator penting desa SIAGA adalah sudah terbangunnya kerja sama kemasyarakatan, sosial, dan
13
lingkungan antara semua forum. Perangkat desa dan lembaga swadaya masyarakat menciptakan kesiapan dalam menghadapi keadaan. Kerja sama antara forum akan menjadikan desa SIAGA memiliki hubungan harmonis, seperti BKB (Bina Keluarga Balita), BKL (Bina Keluarga Lansia), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Posyandu, serta Satgas Bencana dengan koordinasi dan pembinaan oleh instansi/dinas terkait di tingkat kecamatan dan kabupaten. Salah satu kegiatan yang berjalan dengan baik di Desa Puncak Indah adalah senam sehat untuk ibu hamil dan lansia setiap bulan. Camat Malili, Andi Habil Unru, mengatakan, secara umum, tanpa ada perlombaan masyarakat Malili sejak lama telah mempraktikkan penerapan desa SIAGA dalam kehidupan sehari-hari. []
Kecamatan Nuha:
Desa Sehat Matano Di Desa Matano, setiap lembaga berperan dan mendapatkan hak suara.
M
elalui serangkaian seleksi pan jang, dari tingkat kecamatan hingga kabupaten, akhirnya Desa Matano menjadi perwakilan desa sehat Kabupaten Luwu Timur untuk lomba Program Terpadu Peningkatan Peran Wanita Menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) tingkat Provinsi Sulawesi Selatan. Terpilihnya Desa Matano karena beberapa faktor, seperti keaktifan kelompok dasawisma, sanitasi
yang berfungsi baik, partisipasi Posyandu, hingga pemanfaatan pekarangan untuk tanaman yang berguna. Tak hanya itu, pola hidup sehat masyarakat di Desa Matano nilai utama. Di Matano, sepanjang mata memandang tak akan menemukan genangan air yang bisa mengembangbiakkan nyamuk. Hal ini, kata Sekretaris Kecamatan Nuha, Manase, sebagai bukti kesadaraan masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan. Desa Matano berada di pesisir Danau Matano dan untuk menjangkaunya harus menggunakan perahu sekitar 45 menit dari Sorowako. Saat tim monitoring tingka provinsi menyambangi Desa Matano dan mengunjungi 100 rumah yang menjadi model rumah sehat, mereka
berdecak kagum. Mereka menelisik kebersihan dapur hingga penggunaan jamban. Setelah melihat rumah sehat, tim mengunjungi Posyandu. Mengecek persediaan obat dan keaktifan masyarakat. Di Desa Matano, penguatan dan keterlibatan kaum perempuan sangat baik. Mereka bahkan ambil bagian saat dilakukan musyawarah desa. Faktor lainnya, komunikasi dan koordinasi dengan semua tokoh masyarakat sangat terjaga. Keamanan dan ketertiban di Desa Matano sangat baik. Seorang penduduk mengatakan, hampir sepanjang tahun di Desa Matano tak ada keributan
antar-pemuda. Singkat kata, Matano adalah desa yang aman dan tentram. Secara umum, P2WKSS memiliki delapan program, yakni menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mewujudkan pendidikan untuk semua, mendorong kesadaran gender dan pemberdayaan perempuan, mengurangi kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV dan AIDS serta penya kit menular, memastikan kelesta rian lingkungan hidup, dan mengembangkan kemitraan global. []
14
KEMITRAAN
VERBEEK
I EDISI 4 , JANUARI 2014
Posyandu Lansia Desa Nikkel
Tetap Sehat di Usia Senja
PERSIAPAN BAGI PRA-USIA LANJUT
Posyandu Lansia Desa Nikkel. Di posyandu lansia, para peserta melakukan tes tekanan darah, asam urat, hingga periksa gula darah. Posyandu ini dilaksanakan setiap bulan.
Dirintis atas kerja sama Pemerintah Kabupaten, PT Vale, dan lembaga swadaya masyarakat.
S
alah satu indikator kesuksesan pembangunan adalah tingkat ke sehatan para lanjut usia (lansia). Menurut data Badan Pusat Statistik 2009, umur harapan hidup para Lansia di Indonesia meningkat, yakni dari 68,6 tahun pada 2004 men-jadi 70,6 tahun 2009. Sedangkan dalam catatan Kementerian Koordinator Kesejahteraan Masyarakat, sejak 2010 telah terjadi ledakan jumlah lansia. Disebutkan, persentase penduduk lansia mencapai 9,77 persen (2010) atau mencapai hampir 23 juta jiwa. Angka itu menempatkan Indonesia dengan jumlah lansia terbesar ke empat dunia setelah Cina, India, dan Jepang. Sedangkan pada 2020 jumlah lansia Indonesia akan menembus 11,34% (28,8 juta orang). Tentu fenomena ini mengundang tantangan. Di satu sisi, usia hidup manusia Indonesia bertambah, namun di
sisi lain para lansia perlu kesehatan yang terjaga. Sedangkan selama ini, dalam mindset orang Indonesia, lansia merupakan kelompok rentan yang hanya menjadi tanggungan keluarga, masyarakat, dan negara. Padahal bila lansia itu sehat, mereka dapat mandiri bahkan produktif. Maka pada 2009 silam, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, dan Komisi Nasional Lanjut Usia (Komnas Lansia) mencanangkan program yang dapat diterapkan secara nasional untuk mengawal para lansia agar hidup layak dan sehat, yakni Posyandu Lansia. Di Luwu Timur, Posyandu Lansia telah dirintis di Desa Nikkel, Kecamatan Nuha tahun 2010. Aktivitas ini pertama kali dirintis bersama oleh Dinas Kesehatan Luwu Timur, LSM Hulu, PT Vale, Royal Medica, dan Puskesmas Kecamatan Nuha. Dukungan PT Vale berupa pelatihan kader Posyandu Lansia, meyediakan KMS Posyandu Lansia dan penyediaan laboratorium sederhana. ”Meski Posyandu Lansia ini berada
Pemeriksaan rutin untuk para lansia akan membantu kontrol kesehatan setiap bulan.
di Desa Nikkel setiap tanggal 5 bulannya, warga lansia dari desa lain boleh berkunjung,” ujar Elva Hendarsin, Koordinator Posyandu lan-sia Desa Nikkel. Keberadaan Posyandu ini, tambah Elva, karena dari lima desa di Kecamatan Nuha, jumlah lansia terbanyak berada di Nikkel. ”Dalam pendataan kami, ada sekitar 500 orang lansia di Desa Nikkel,” tambah Elva. Layanan apa saja yang dimiliki Posyandu Lansia ini? Tentunya yang men jadi prioritas adalah yang berhubungan dengan kesehatan. Mulai dari pengecekan kesehatan, pemberian vitamin dan makanan tambahan, hingga rekomendasi pengobatan ke RS Inco bila Posyandu Lansia tidak bisa menangani. ”Layanan kesehatannya seperti pengecekan tekanan darah, kadar gula, dan berat badan,” ujar Elva. Selain itu, Posyandu Lansia juga kerap memberikan pembinaan dan penyuluhan kesehatan. ”Materi yang diberikan, misalnya, tentang pola hidup bersih sehat (PHBS), pengetahuan tentang penyakit degeneratif, dan wawasan lain yang diperlukan seorang lansia,” ujar Siskasofita Hatam, Health Education Officer PT Vale.
Sadar ke Posyandu Untuk memvariasikan kegiatan, setiap tiga bulan sekali, Posyandu Lansia menggelar senam bersama. Setelah itu dibarengi dengan pemberian makanan dan vitamin tambahan. Setelah Posyandu Lansia ini berjalan selama tiga tahun terakhir, menurut Elva, tingkat kesehatan lansia semakin baik. ”Kesehatan mereka lebih baik, dan yang terpenting adalah kesadaran para lansia untuk datang ke Posyandu semakin baik,” tambah Elva. Meski demikian, menurut Elva dan Siska, akses Posyandu Lansia masih perlu lebih baik sehingga peminatnya lebih banyak. Jumlah kunjungan lansia setiap kali Posyandu digelar masih di angka 40-70 orang. []
KESEHATAN • Latihan fisik/olahraga teratur sesuai kemampuan. • Pengaturan gizi/diet seimbang: diet rendah garam, gula, dan lemak, perbanyak sayur dan buah, minum susu tanpa lemak dan tinggi kalsium. • Lakukan pemeriksaan kesehatan teratur. Minimal 6 bulan sekali. • Tetap memelihara penampilan diri yang rapi dan bersih. EKONOMI • Mempersiapkan tabungan hari tua. • Mengikuti asuransi. • Berwirausaha. SOSIAL • Meningkatkan iman dan takwa. • Setia dengan pasangan yang sah. • Kegiatan sosial di kelompok lanjut usia dan masyarakat. • Sediakan waktu rekreasi. • Tetap mengembangkan hobi.
PERILAKU YANG DIANJURKAN BAGI LANSIA 1. Mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa. 2. Mau menerima keadaan, sabar, dan meningkatkan rasa percaya diri. 3. Menjalani hubungan yang baik de ngan keluarga dan sesama. 4. Melakukan olahraga ringan setiap hari. 5. Makan sedikit tapi sering pilihan menu makanan yang sesuai serta banyak minum. 6. Berhenti merokok dan minum mi numan keras. 7. Minumlah obat sesuai dengan an juran dokter/petugas kesehatan. 8. Mengembangkan hobi sesuai kemampuan diri. 9. Tetap bergairah dan memelihara kehidupan seks. 10. Memeriksan kesehatan dan gigi secara teratur.
MASALAH KESEHATAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRA-USIA LANJUT 1. Tekanan darah tinggi. 2. Penyakit jantung. 3. Penyakit pembuluh darah. 4. Kegemukan (obesitas). 5. Diabetes. 6. Penyakit otot dan sendi. 7. Psikologis. 8. Penurunan daya penglihatan, pen dengaran, fungsi kunyah, massa otot, dan tingkat kebugaran tubuh. Sumber: Kementerian Kesehatan dan Buku Panduan Posyandu Lansia Komnas Lansia, 2010.
EDISI 4 , JANUARI 2014
I
KOMUNITAS
VERBEEK
15
Orari Lokal Sorowako
Membantu komunikasi di daerah-daerah pelosok, membina calon amatir, hingga membantu komunikasi penyelenggaraan Pemilu.
D
i tengah era telepon genggam yang semakin canggih dan ja mak penggunaannya seperti saat ini, eksistensi radio panggil sebagai alat komunikasi tidak lantas hilang. Apalagi bagi para penghobinya yang biasa disebut amatir radio. Di Sorowako, mereka tergabung dalam Orari Lokal Sorowako (Orlok Sorowako). Aktivitas mereka tidak hanya ngebreak alias ngobrol dan mengumpan informasi melalui radio panggil. Mereka juga mendukung pemerintah dalam menyiapkan alat komunikasi radio panggil di daerah-daerah pelosok dan melakukan regenerasi bagi kaum muda. “Keahlian teman-teman di radio panggil membuat kami sering diandalkan banyak pihak untuk membantu membangun instalasi radio panggil maupun pembinaan teknis,” ujar Sekretaris Orari Lokal Sorowako, Samsul Rizal. Beberapa pihak yang mereka bantu saat ini, misalnya, Kecamatan Nuha yang ingin membangun instalasi radio di lima dusun terpencil, di antaranya Dusun Bonepute, Landangi, dan Matano. “Sekarang ada arahan dari pemerintah agar aparatnya menggunakan radio untuk komunikasi. Bukan HP, karena beberapa daerah sulit mendapat jaringan selular,” kata Samsul. Selain itu, Orlok Sorowako membina sekitar 20 orang anggota Tim SAR LIGAS untuk mendapat keterampilan radio panggil. “Bagi tim SAR, radio panggil sangat berguna dalam tindakan penyelamatan atau situasi darurat. Maka itu, kami melatih mereka yang saat ini masih berstatus calon amatir,” timpal anggota Orlok Sorowako, Syaiful Amsal yang akrab disapa Ipung ini. Orlok Sorowako juga mendukung pembentukan Orlok Malili beberapa tahun silam. Sebelum lahirnya Kabupaten Luwu Timur, area Malili merupakan anggota Orlok Sorowako.
Selanjutnya, karena Malili kemudian menjadi ibukota kabupaten Luwu Timur, anggota amatir radio di Malili memutuskan untuk membuat Orlok dan berdiri mandiri. “Anggota Orlok Malili saat ini sangat berkembang. Kami bersyukur ketika itu turut ambil bagian dalam pembentukannya,” ujar Samsul.
Bermula dari Eksplorasi Orlok Sorowako terbentuk 30 Mei 1983, sekaligus menjadi Orlok pertama dan tertua di daratan Sulawesi Selatan, berbarengan dengan Orlok ParePare. Orlok Sorowako berada di frekuensi 145.050 MHz. Orlok Sorowako meliputi area Wawondula dan Wasuponda. Anggotanya mencapai 329 orang dengan anggota aktif mencapai 160 breaker. Kata Rizal, lahirnya Orlok Sorowako tidak lepas dari keberadaan PT Vale (ketika itu masih bernama PT Inco). Pasalnya, beberapa founding fathernya merupakan pekerja di perusahaan tambang nikel tersebut. Di antaranya Eddy Supardjo, Jose A. Rizal, dan Jack Mawuntu. “Pak Eddy dan Pak Jose merupakan pilot pesawat eksplorasi PT Inco waktu itu. Merekalah yang mengenalkan amatir radio, yang pertama kali menggelar pelatihan, dan merintis organisasi ini,” ujar Samsul. Radio juga menjadi andalan komunikasi para pekerja PT Inco waktu itu. “Mereka menggunakan radio untuk kebutuhan eksplorasi. Karena waktu itu belum jaman HP,” ungkap Samsul. Fungsi radio hingga saat ini juga tidak ditanggalkan para pekerja PT Vale. Apalagi bagi mereka yang bekerja di area eksplorasi, keamanan dan ketertiban (polisi atau DSS), pemadam kebakaran, navigasi bandara udara, dan paramedis. Radio tetap lebih diandalkan ketimbang telepon genggam. “Awalnya, radio hanya untuk kebutuhan eksplorasi. Soalnya radio lebih praktis dan memiliki jangkauan yang lebih baik,” ujar Ipung. Bankom dan Ham Festival Soal menyebar informasi, anggota Orlok Sorowako tak perlu diragukan. Radio yang selalu stand by di tangan, kerap diandalkan di beberapa kegiat-
Sekretariat Orari Lokal Sorowako Jl. Gamalama No.8. PO BOX 115 Sorowako, Sulawesi Selatan, 92984.
an. Misalnya, sebagai Bankom (Bantuan Komunikasi) ketika penyelenggaraan Pemilihan Umum. Tercatat, enam Pemilu nasional terakhir (sejak 1987 hingga 2009), ratusan anggota Orlok Sorowako terjun menjadi Bankom, baik secara spontan maupun terencana. ”Bankom ini yang membantu meng-update perolehan suara di daerah-daerah pelosok dan koordinasi antar-panitia penyelenggara,” ungkap Samsul. Terkait Bankom, beberapa anggota Orlok juga direkrut sebagai anggota Bankompol (bantuan komunikasi polisi) yang bertugas sebagai first alert dan pemberi informasi keamanan dan ketertiban di Luwu Timur. Selain itu,
Orlok Sorowako juga kerap menyiarkan kabar dan informasi terkait kebutuhan darurat yang memerlukan respons cepat. Misalnya, ketika terjadi gempa, orang hilang, kebakaran, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Orlok Sorowako juga aktif menggelar dan menghadiri acara temu muka atau Field Day dan Ham Festival. Event terakhirnya pada Ham Festival di Bali (2006) dan di Jakarta pada 2012. Apa agenda Orlok Sorowako selanjutnya? ”Dalam waktu dekat kami akan menggelar musyawarah lokal sebagai agenda daerah dan untuk menggairahkan kembali kepengurusan,” ujar Samsul. []
SEJARAH AMATIR RADIO DI INDONESIA Orang-orang yang mempunyai hobi di bidang teknik transmisi radio dan elektronika akrab dengan media spektrum gelombang. Kare-na spektrum gelombang yang merupakan salah satu sumber daya alam, maka kegiatan ini diatur dan diawasi oleh badan-badan telekomunikasi di setiap negara. Di Indonesia orari bermula di Jakarta dan Jawa Barat, diprakarsai oleh kaum muda. Tahun 1965, mahasiswa publisistik dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia membuat ”radio perjuangan” bernama Radio Ampera. Setelah itu, bermunculan radio amatir lainnya seperti Radio Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Radio Angkatan Muda, Kayu Manis, dan Draba. Namun semuanya belum ada izin, sebab amatir radio belum diatur pemerintah. Tahun 1966 dibentuklah Persatuan Radio Amatir Djakarta yang kemudian menjadi pelopor kelahiran Orari, seperti Willy A. Karamoy, Ismet Hadad, dan Rusdi Saleh. Dan tahun 1967 lahirlah Peraturan Presiden No. 21 yang mengatur tentang kegiatan radio amatir di Indonesia. Di usianya yang ke-42 tahun, Orari telah memiliki 32 perwakilan tingkat daerah dan 367 tingkat lokal di seluruh Indonesia. Orari adalah bagian dari International Amateur Radio Union (IARU). Sehingga regulasinya pun patuh terhadap peraturan International Telecommunication Union (ITU).
16
EVENT V ERB E E K
EDISI 4
JANUARI 2014
Bantilang Gelar Pesta Panen
Pesta panen Desa Bantilang. Bupati Luwu Timur Andi Hatta Marakarma dan Wakil Bupati Luwu Timur Muhammad Thoriq Husler, menyalami warga Desa Bantilang, saat perayaan pesta panen, Sabtu 18 Januari 2014.
Perputaran uang perdagangan merica di Desa Bantilang, mencapai Rp10 miliar setiap minggu. atusan orang berkumpul pada sebuah tenda besar di lapangan desa, berbagai macam penganan terhidang di empat meja besar. “Saya bersyukur. Inilah wujud kegembiraan kita karena Tuhan masih memberikan rahmat dan alam yang subur untuk kita semua,” kata Arifin, Kepala Desa Bantilang. Jika sebelumnya Bantilang melaksanakan pesta panen dengan sederhana, maka pada Sabtu 18 Januari 2014, sebuah acara yang meriah dilakukan di lapangan dan dihadiri Bupati Luwu Timur Andi Hatta Marakarma, Wakil Bupati Luwu Timur Muhammad Thorig Husler, Camat Towuti Muhammad Salman, unsur kepolisian, penyuluh pertanian kecamatan dan kabupaten, SKPD, dan Direktur Eksternal Relations and Corporate Affairs PT Vale Basri Kamba. Bantilang adalah salah satu dari 18 desa di Kecamatan Towuti, Luwu Timur. Desa ini terletak di seberang Danau Towuti. Untuk menjangkaunya bisa menggunakan perahu selama 1,5 jam atau melalui jalur darat selama 3 jam dari Timampu. Sejak beberapa tahun lalu, Bantilang dikenal sebagai primadona atau sentra perkebunan merica. Di desa inilah merica terhampar sejauh mata memandang, di punggung-punggung bukit, ataupun di halaman belakang rumah. Saat melakukan perjalanan menyusuri jalan desa, beberapa orang terlihat sedang menjemur merica. “Merica membawa kebahagiaan bagi kami. Dan untuk itulah kami menjaga
R
dan merawatnya,” kata Arifin. Merica, bagi Arifin, adalah sebuah gerakan. Dia bersama perangkat desa mengeluarkan Peraturan Desa (Perdes) tentang wajib tanam merica minimal 50 pohon. "Jika sebelumnya, banyak orang yang mengandalkan hasil penjualan kayu secara ilegal, sejak saat itu sebagian besar beralih menjadi petani merica. Dalam kurun 2007-2010, kegiatan pertanian merica menjadi bagian yang tidak terlepaskan dari program Comdev PT Vale (saat itu PT Inco)," kata Miftahuddin Hadilang, salah seorang tim inti PTPM. Hasil budidaya tanaman merica ini menggembirakan. Angka kemiskinan menurun, penerima bantuan Raskin tinggal beberapa orang. Bahkan perkelahian di kalangan anak muda yang dulu kerap terjadi, kini semua berubah. “Sejak ada merica, ndak ada mi berkelahi. Karena sibuk berkebun,” kata Rais, seorang petani merica. Seminar Merica Sehat Tak hanya menggelar pesta panen, masyarakat Bantilang pun mengadakan seminar untuk mengetahui budidaya merica yang baik. Seminar ini terlaksana atas kerja sama Pemerintah Daerah melalui tenaga penyuluh dan PT Vale yang mendatangkan seorang pakar pertanian dari IPB melalui konsultan A+ CSR Indonesia. Arifin mengatakan, beberapa tahun terakhir penyakit mulai muncul, seperti akar busuk, kanker batang, dan beberapa lainnya. Dengan kemampuan sederhana, masyarakat melakukan eksperimen untuk menaklukkan hama penyakit. Namun, semua sia-sia. Jadi tak ada pilihan selain membuka lahan baru, padahal hal itu memerlukan wak-
tu dan tenaga yang besar. Mendengar keluhan itu, Bupati Luwu Timur, Andi Hatta Marakarma mengatakan akan mencari solusi terbaik. “Seminar dan pelatihan yang dilaksanakan ini adalah bagian dari menjawab dan mencari solusi,” katanya. Selama ini, kerjasama tiga pilar antara masyarakat, pemerintah, dan perusahaan melalui program PTPM dihardapat menjangkau dan benar-benar mengerti kebutuhan masyarakat, terutama dalam bidang pertanian. “Kami sadar, tenaga penyuluh di Kabupaten dan Kecamatan sangat kurang. Untuk itu, melalui perusahaan kami ucapkan terima kasih telah mendatangkan pakar pertanian, semoga setelah seminar dan pelatihan kita dapatkan cara penanggulan penyakit ini,” tambahnya.
Rp10 Miliar Perminggu Desa Bantilang memiliki kontur tanah yang beragam, dari mulai tanah yang landai untuk pertanian sawah dan tanah berbukit. Di desa ini, sekitar 90 persen penduduknya berprofesi sebagai petani merica. Catatan Pemerintah Desa, setelah program pengembangan dan pembe-
"Merica membawa kebahagiaan bagi kami. Dan untuk itulah kami menjaga dan merawatnya,” Arifin (Kepala Desa Bantilang, Kecamatan Towuti)
rian bantuan modal usaha dari pemerintah dan perusahaan, petani mampu menghasilkan 8 hingga 10 ton merica per-hektar. “Sebelumnya, dengan pengolahan lahan seadanya kami hanya mampu menghasilkan 4 ton merica per-hektar,” katanya. Dengan hasil produksi yang melimpah, para petani dan perangkat desa membuat koperasi agar hasil panen dan harga jual terjaga. Di Bantilang, perputaran perdagangan merica mencapai Rp10 miliar per minggu. “Perputaran uang ini cukup tinggi. Kami berharap pemerintah mendatangkan kantor BPD di Bantilang, agar masyarakat dapat mengelola uangnya,” lanjut Arifin. Menurut Andi Hatta, itu dapat diwujudkan. Apalagi Kabupaten Luwu Timur sebagai pemegang saham terbesar BPD Sulselbar setelah Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Keberadaan lembaga keuangan menjadi penting di Bantilang karena jarak menuju Wawondula, sebagai ibukota kecamatan, cukup jauh. Kendala transportasi melalui jalur penyeberangan hanya dua kali sehari menyulitkan mobilitas warga. []