UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS PETERNAKAN/ILMU DAN INDUSTRI PETERNAKAN Jl. Fauna 3 Karangmalang, Kampus UGM Yogyakarta55281
Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 7>
MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102
Oleh Dr Tri Anggraeni Kusumastuti,S.P.,M.P. Prof Dr Ir Sudi Nurtini,SU Dr. Ir. Rini Widiati,MS Dr Ir Suci Paramitasari Syahlani,MM Mujtahiddah Anggriani U.M., SPt,MP,PhD
Pertemuan 7
7
Web4
Soal-tugas
Audio/Video
Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu)
Gambar
Tujuan Ajar/ Keluaran/ Indikator
Presentasi
Media Ajar1
Teks
Pertemuan ke
A. RPKM Bahan Ajar Minggu Ketujuh
Metode Evaluasi dan Penilaian2
Metode Ajar (STAR)3
Aktivitas Mahasiswa
Aktivitas Dosen/ Nama Pengajar
Sumber Ajar
Collaborativ (1) Baca Memandu Pustaka dapat (1) Definisi v v v v - Kuisioner e Learning bahan ajar diskusi dan buku: mengkoordinasikan pengendalian Tugas sebelum menjelaskan 6,7,18,2 kegiatan-kegiatan produksi (2) Macam Terstruktur (ceramah dosen kuliah, di depan 6 pada industri, pengendalian dilanjutkan (2) Unduh kelas. Skoring 0menentukan produksi pembahasa bahan ajar 100 (PAN) sasaran, dan n setelah Pengajar : melakukan soal dari kuliah, Mujtahidda dosen , dan h Anggriani pengendalian atau Waktu: 1x 1 didiskusikan Masing-masing media ajar disertakan dalam bentuk handout setiap minggu/pertemuan. koreksi jika terjadi pertemuan @100 2 Evaluasi mahasiswa dapat Kuis, Tugas, Self-Test, Tes formatif, Tes sumatif. Evaluasi mahasiswa secara ditujukan untuk mengukur ketercapaian tujuan (pada penyimpangan di berupa: menit Kolom 2). kelompok masa lalu
Praktikum Pertemuan 7 GENERAL PRETEST
7
Evaluasi pemahaman mahasiswa secara menyeluruh.
General Pretest
Waktu: 1x pertemuan @60 menit
Audio/Video
Soal-tugas
Web8
Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu)
Gambar
Tujuan Ajar/ Keluaran/ Indikator
Presentasi
Media Ajar5
Teks
Pertemuan ke
B. RPKM Praktikum Minggu Ketujuh
v
-
-
-
-
-
Metode Evaluasi dan Penilaian6
Metode Ajar (STAR)7
soal PAP dan PAN (skoring 0100)
Aktivitas Mahasiswa
Mahasiswa mengerjakan GP secara tertulis dan individu di dalam kelas.
Aktivitas Dosen/ Nama Pengajar
Menyiapkan soal dan jawaban GP
Sumber Ajar
Seluruh bahan asistensi I-III
C. Bahan Ajar Minggu Ketujuh PENDAHULUAN 1.1.
Deskripsi Singkat Minggu ketujuh perkuliahan menjelaskan tentang pengendalian proses produksi dan Pelaksanaan pengendalian produksi terhadap pembelian, persediaan, penjadwalan, dan mutu produk .
1.2.
Manfaat Pembelajaran Pemahaman konsep pengendalian sebagai dan sistem informasi yang melakukan monitoring perencanaan serta memberikan koreksi jika terjadi penyimpangan dalam proses produksi agribisnis sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk mengetahui pentingnya pengendalian agribisnis dalam rangka mencapai tujuan agribisnis yang telah ditetapkan sebelumnya .
1.3.
Learning Outcome Mahasiswa dapat mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan pada industri,
menentukan
sasaran, dan melakukan pengendalian atau koreksi jika terjadi penyimpangan di masa lalu PENYAJIAN 1.1. Materi Pembelajaran Pengendalian adalah proses untuk memastikan tindakan yang efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Pengendalian meliputi : 1. Menetapkan sasaran dan standar 2. Membandingkan hasil dengan sasaran dan standar 3. Memperbaiki kekurangan yang ada dan mempertahankan keberhasilan yang sudah dicapai
Setelah perencanaan produksi disusun dan diimplementasikan, maka tugas manajer selanjutnya adalah mengendalikan proses yang sedang berjalan agar tercapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Uraian dalam bab ini secara teoritis diambilkan dari Downey and Erickson, (1987) and Martinich, (1996) serta didukung dengan pengetahuan teknis peternakan.
Secara ringkas pengendalian produksi paling tidak harus dilaksanakan terhadap (1) pembelian, (2) persediaan, (3) penjadwalan, dan (4) mutu produk. 1. Pembelian. Pengendalian pembelian disini adalah pembelian produk atau bahan baku yang akan digunakan sebagai input dalam sistem produksi yang telah dirancang. Dalam agribisnis, pembelian produk terdiri dari tiga jenis, yaitu: 1) Pembelian produk untuk pemrosesan. Sebagai contoh perusahaan sosis/ bakso daging sapi melakukan pembelian daging sapi untuk diproses menjadi sosis, bakso dan abon. Demikian juga pada perusahaan pakan ternak pembelian produk sebagai bahan baku berupa jagung, bekatul, tepung ikan, dan berbagai produk lainnya untuk di proses menjadi pakan yang mempunyai kandungan nutrisi lengkap untuk ternak. 2) Produk untuk dijual kembali. Sebagai gambaran perusahaan yang bergerak dalam bidang pemasaran susu bubuk, susu pasteurisasi, sosis, bakso dan lain-lain. Perusahaan melakukan pembelian produk-produk tersebut untuk dijual kembali. 3) Produk yang digunakan langsung, misalnya pembelian pakan ternak pada perusahaan budidaya sapi atau ayam ras. Pengendalian pembelian yang efisien. Pembelian yang efisien adalah pembelian yang menghemat biaya dan searah dengan pencapaian tujuan organisasi. Penghematan biaya melibatkan lima faktor yang saling terkait, yaitu (1) kualitas, (2) kuantitas, (3) harga, (4) waktu, dan (4) pelayanan. Pengendalian pembelian ini akan berhubungan langsung dengan laba yang menjadi tujuan bisnis. Kualitas. Kualitas atau mutu merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam pengendalian pembelian produk bahan baku. Untuk menghindari ketidak efisienan dalam pembelian, maka harus ada penetapan spesifikasi dan standar produk sesuai dengan harga yang bersaing. Kuantitas. Pada umumnya pembelian dengan kuantitas atau jumlah lebih besar akan mendapatkan harga yang lebih murah. Namun demikian, jumlah pembelian ini harus disesuaikan dengan kapasitas gudang penyimpanan. Dalam agrobisnis peternakan yang berhubungan dengan bahan baku yang mudah rusak, maka jumlah pembelian harus disesuaikan dengan lama waktu
penyimpanan maksimum secara teknis. Sebagai contoh susu untuk diproses menjadi keju, maka susu dengan penyimpanan pada suhu tertentu akan mempunyai umur teknis tertentu. Ini harus menjadi pertimbangan dalam menentukan jumlah pembelian yang dibatasi waktu penyimpanan. Demikian juga untuk pembelian bahan baku yang mudah rusak lainnya yang berhubungan dengan agribisnis peternakan. Harga. Harga akan sangat berpengaruh terhadap keputusan pembelian, kaitannya sangat erat dengan kualitas bahan dan kuantitas pesanan terhadap produk yang akan di beli. Disini manajer harus mempunyai standart harga sesuai dengan mutu produk. Harga berdasarkan jumlah pembelian umumnya sangat terkait dengan biaya transportasi. Waktu. Pembelian bahan baku dalam jumlah besar kemungkinan mendapatkan harga murah. Namun demikian harus mempertimbangkan dengan gudang penyimpanan, mengingat bahan baku tersebut kemungkinan tidak dipakai sekaligus namun penggunaan berdasarkan waktu-waktu tertentu. Oleh karena itu waktu menjadi pertimbangan yang penting dalam pembelian bahan baku yang mudah rusak. Dalam agribisnis peternakan harus memastikan bahwa pembelian bahan akan digunakan dalam waktu yang sesuai dengan umur teknis dari bahan tersebut. Di sisi lain jumlah pembelian harus memadai sehingga tidak kehilangan peluang untuk memenuhi pasar karena kurangnya persediaan barang jadi. Untuk pengendalian waktu harus memperkirakan stockout cost (biaya yg keluar karena bahan baku datang terlambat, extra carrying cost (biaya yang keluar karena bahan baku datang terlalu awal, faktor lead time (jangka waktu anyg diperlukan sejak dilakukan pemesanan sampai saat datangnya bahan yang dipesan dan siap digunakan untuk proses produksi) serta reorder point (waktu dimana harus dilakukan pemesanan kembali bahan yang diperlukan. Anggaran Bahan Baku Tujuan anggaran bahan baku adalah : 1) Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan mentah kebutuhan bahan mentah = jumlah output x jumlah penggunaan bahan baku 2)
Memperkirakan jumlah dan waktu pembelian bahan mentah yang diperlukan Dari sisi jumlah bertujuan mencapai Economic order quantity atau jumlah pembelian paling ekonomis berdasarkan pertimbangan biaya pemesanan dan penyimpanan.
Dari sisi waktu berhubungan dengan stockout cost atau biaya yang keluar karena bahan baku datang terlambat dan extra carrying cost atau biaya yang keluar karena bahan baku datang terlalu awal.
Gambar 7.1. Model persediaan Economic Order Quantity (EOQ) Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa biaya penyimpanan berbanding lurus dengan tingkat persediaan, sedang biaya pengadaan berbanding terbalik dengan tingkat persediaan. Model persediaan seperti diatas disebut model Economic Order Quantity (EOQ), untuk masalah pengawasan produksi disebut Economic Lot Size (ELS). Asumsi model Economic Order Quantity (EOQ) yaitu : - Permintaan konstan sepanjang tahun dan diketahui jumlahnya. -
Banyak pesanan setiap kali pesan adalah tetap
- Pesanan dilakukan persis pada waktu persediaan habis dan barang yang dipesan dapat tiba sekaligus - Konsumen tidak diberi kesempatan order ketika persediaan habis - Harga barang yang dipesan tidak bergantung pada banyaknya barang
Gambar 7.2 Hubungan persediaan vs waktu pada model Economic Order Quantity
Berbagai rumus yang dapat digunakan : Total biaya pesan
: DCo/Q
Total biaya seluruhnya
: DCh/2
Total biaya pesan optimal
: (TC)opt = D/Q Co +Q/2 Ch
Jumlah pesanan yang optimal : Qo = Ѵ2 C0 D/Ch Keterangan : D
= Demand pertahun
Co
= Biaya pemesanan barang
Ch
= Biaya simpan perunit barang pertahun
Q
= Banyak barang yang dipesan setiap kali
N =D/Q
= Menyatakan jumlah kali pesanan di lakukan pada waktu T
t=TQ/D
= Menyatakan lama sebuah siklus persediaan
Biaya stock_out (shortage) Biaya ini timbul akibat tidak terpenuhinya kebutuhan langganan. Kalau langganan mau menunggu, maka biaya terdiri dari ongkos produksi yang terburu-buru. Tetapi kalau langganan tidak rela menunggu, maka biaya terdiri dari kehilangan untung dan lebih-lebih lagi kehilangan kepercayaan.Biaya dari jenis ini umumnya mendapat perhatian yang sungguh-sungguh karena akibatnya tidak segera terasa dan sifatnya merusak dan berlangsung secara lambat-laun.
Contoh :
1.
Sebuah perusahaan angkutan memiliki 400 buah kendaraan. Jumlah ban yang diperlukan dalam satu tahun adalah 5000 buah. Biaya tiap kali memesan sebesar $ 1.250,- sewa gudang tiap ban selama setahun $ 200, maka tentukan jumlah pesanan optimal, jumlah kali pesanan dalam T, dan total biaya keseluruhan ?
Penyelesaian D = 5000; T = 1 tahun; Cs = $1250 tiap memesan; Cc = $ 200 per tahun; Maka untuk pesanan optimal didapat :
Q0 =
= 250 ban untuk sekali pesan.
N0 =
JOR]0 =
2. Suatu perusahaan memerlukan barang sebanyak 24000 satuan setiap tahun. Ongkos gudang (holding costs) tiap unit $ 0,10 tiap bulan dan ordering costs $ 36 setiap memesan. Tentukan jumlah optimal setiap pesanan dan biaya total untuk setiap pesanan? Penyelesaian: Dari persoalan di atas dapat kita ketahui bahwa D = 24.000 /tahun, Cc = $ 0,10/bulan atau $ 1,20 per tahun tiap unit. Cs = $ 36 tiap memesan.
Maka jumlah optimal setiap pesanan ialah : Q0 =
t0
=
(1)(1200) 24000
2 DCs TCc
0,6bulan 2,6 min ggu dan No =
[JOR]o = ½ (1,2)(1200)(1) +
(24000)(36) 1200
2(24000)(36) =1.200 satun. 1(1,20) 24000 1200
$1.440
20kali
Faktor lead time adalah jangka waktu yang diperlukan sejak dilakukan pemesanan sampai saat datangnya bahan yang dipesan dan siap digunakan untuk proses produksi, Reorder point (waktu dimana harus dilakukan pemesanan kembali bahan yang diperlukan).
Biaya pemesanan / pengadaan (Setup/Ordering Costs) Biaya yang mencakup beberapa jenis ongkos yang terdiri dari ongkos pemeriksaan, ongkos pemesanan, ongkos penerimaan dan pemeriksaan, ongkos kuitansi dan dokumen lainnya untuk menjamin lancarnya arus barang, biaya telepon gaji pegawai dan lain-lain. Kalau sifatnya produksi maka biaya pengadaan disebut set up costs yang meliputi biaya yang diperlukan untuk proses produksi seperti perbaikan mesin, penambahan mesin baru, mendapatkan bahan baku dan memperoleh tenaga kerja, dikeluarkan setiap kali memesan, bebas terhadap ukuran pesanan Biaya penyimpanan (Holding/Carrying Costs) Holding costs terdiri dari semua ongkos yang berhubungan dengan biaya penyimpanan barang dalam stok. Biaya ini meliputi bunga atas investasi, sewa gudang, asuransi, pajak, penyusutan penurunan harga, dan kerusakan produk/barang Pelayanan. Faktor lain dalam pemilihan pemasok adalah jenis pelayanan yang disediakan. Sebagai gambaran pemasok yang menawarkan dengan harga murah, namun pada pelaksanaanya pengiriman sering terlambat, sehingga justru menjadi sumber pemborosan. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengendalian pembelian: a. Departemen Pembelian. Pembelian yang efisien membutuhkan personel yang tahu menghadapi pemasok, menerima tender/ tawaran, dan menangani perundingan pembelian. Departemen atau angen pembelian yang berpengalaman akan mengetahui pemasok mana yang menyediakan pelayanan yang memuaskan, barang bermutu dan rabat yang menarik. b. Hubungan antara Pembiayaan dan Pembelian. Hubungan antara pembiayaan atau keuangan dengan pembelian dapat dirangkum sebagai berikut: i. Arus kas. Jumlah modal yang tertanam dalam persediaan agribisnis harus memadai untuk
membeli dan menyimpan semua bahan yang diperlukan (untuk memenuhi permintaan penjualan secara memuaskan) dengan disertai arus kas yang sesuai dengan kemampuan modal kas perusahaan. ii. Penanaman modal. Perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis lazimnya menanamkan 25 persen dari modalnya dalam bentuk persediaan. Jika berlebihan dalam penanaman modal untuk pembelian barang-barang persediaan atau arus kas tidak dianggarkan dan direncanakan secara cermat maka akan dapat menimbulkan masalah.
Pembiayaan tenaga kerja. Pembiayaan tenaga kerja merupakan pembelian jasa yang cukup signifikan dalam menambah arus kas perusahaan. Ada 3 pendekatan membuat anggaran tenaga kerja: 1. Perkiraan standar jam Tenaga Kerja tiap unit produk x tingkat upah rata-rata, 2. Rasio biaya Tenaga Kerja dibandingkan dengan produksi yang dihasilkan, 3. Membuat tabel karyawan menurut kebutuhan karyawan atau membuat meaning table (daftar kebutuhan Tenaga Kerja ) berdasar: -
jenis atau kualifikasi Tenaga Kerja yang dibutuhkan,
-
jumlah masing-masing jenis Tenaga Kerja pada berbagai tingkat kegiatan,
-
bagian-bagian apa saja yang yang membutuhkan.
Pengendalian Persediaan Pengendalian persediaan sangat terkait erat dengan pengendalian pembelian. Kuantitas persediaan yang besar akan memakan biaya penyimpanan dan pemilikan yang besar pula. Manajer produksi agribisnis seharusnya berupaya untuk selalu menghitung persediannya secara akurat sehingga dapat mengingatkan departemen pembelian apabila mereka membutuhkan persediaan yang lebih banyak dan dengan demikian mereka dapat membaca kecenderungan perputaran persediaan (inventory turnover). Beberapa macam pengendalian persediaan bisa membantu dalam hal ini, yaitu: Persediaan “tersalur”. Persediaan tersalur (pipeline inventories) merupakan jumlah persediaan minimum yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pada selang waktu
antara saat
pemesanan sampai diterimanya pesanan di gudang. Selang waktu ini disebut sebagai tenggang waktu (lead time). Persediaan bersiklus atau bertumpukan besar. Penggunaan tata cara ini sangat tergantung pada ketersediaan ruang penampungan, trend permintaan/ pasar dan umur teknis barang yang disimpan. Persediaan penyanggah. Pada kondisi perusahaan dengan jumlah permintaan setiap saat bisa berbeda – beda, demikian pula halnya dengan tenggang waktu untuk memenuhi pesanan. Perbedaan – perbedaan
ini akan ditanggulangi dengan persediaan penyanggah (buffer
inventories) yang merupakan stok tambahan untuk mengatasi kekurangan (istilah lainnya adalah persediaan pengaman atau safety stock) Persediaan musiman. Produk agribisnis seringkali sangat bersifat musiman. Disini perusahaan dihadapkan pada pilihan yaitu apakah akan memperkerjakan lebih banyak pekerja pada masa sibuk atau menanggung biaya penyimpanan yang lebih besar.
Kedua
resiko ini dapat
dihindarkan dengan tatacara persediaan musiman. Berdasarkan tatacara ini ruang gudang disediakan untuk produk yang permintaannya tidak konstan sehingga pada musim sibuk lebih banyak ruang yang tersedia. Pemrakiraan dan Tren. Prakiraan permintaan merupakan sendi yang menjadi dasar untuk segala kegiatan bahan baku dan peralatan apa yang akan dibeli, besarnya ukuran fasilitas pergudangan, penjadwalan tenaga kerja dan bahan, dan malah rancangan dasar pabrik. Prakiraan (forecast) pada umumnya dilakukan untuk tiga jangka waktu: pendek, menengah dan panjang. Agar efektif maka hal – hal yang harus diperhitungkan tidak cukup hanya tren atau kecenderungan dari prestasi kerja di masa lalu saja tetapi juga tren perekonomiaan umum dan preferensi konsumen. Penelusuran
Persediaan.
Penelusuran
persediaan
biasanya
diselenggarakan
dengan
menggunakan salah satu dari dua “metode”, yaitu perpetual dan periodik. Perpetual. Sistem persediaan perpetual adalah cara penghitungan persediaan secara terus menerus atau berkesinambungan. Apabila terjadi penjualan ataupun penambahan persediaan, jumlah totalnya akan dikurangkan dan atau ditambahkan ke jumlah persediaan sebelumnya.
Biasanya persediaan yang sedang dipesan (akan diterima) juga diperhitungkan agar tidak terjadi pemesanan yang terlalu besar. Keunggulan sistem ini terletak pada ketersediaan data persediaan setiap saat. Kelemahannya adalah tuntutan akan pencatatan yang terlalu rumit dan sangat pelik sehingga kesilapan satu kali akan mengganggu keandalan semua data. Periodik. Sistem persediaan periodik atau berkala melaksanakan penhitungan sesungguhnya atas persediaan fisis pada selang waktu tertentu, misalnya 6 bulan. Untuk ini seringkali agribisnis ditutup selama sehari atau lebih secara umum disebut stok opname. Sistem ini memiliki kelemahan karena data persediaan sehari – hari tidak tersedia dan juga karena bisa mengganggu kegiatan usaha pada saat penghitungan. Di pihak lain sistem periodik tidak memerlukan pencatatan yang terlalu banyak dan data penghitungan fisis jauh lebih andal daripada penghitungan di atas kertas. Karena itu, sekiranyapun sudah dilakukan sistem perpetual, penghitungan fisis tetap diperlukan menurut sistem akuntansi guna mengatasi kelemahan sistem perpetual. Pengendalian atas aliran dan mutu produksi merupakan dua diantara fungsi harian terpenting manajer produksi.
Pengendalian Penjadwalan. Implementasi pengoperasian produksi dalam agribisnis terkait dengan pencapaian tujuan yang efektif dan efisien dibatasi oleh waktu. Metode penjadwalan (schedulling) yang digunakan agribisnis tergantung pada ukuran dan kompleksitas operasinya. Perusahan kecil cenderung memiliki metode penjadwalan yang relatif sederhana dan bersifat tuntas. Akan tetapi pada perusahaan besar sering terdapat apa yang disebut sebagai “model jaringan kerja”. Diantaranya dua yang paling terkenal adalah Teknik peninjauan evaluasi program/ program evaluation review technique (TPEP/PERT) dan MJK/CPM (critical path method) dan metode probabilistic. TPEP merupakan cara untuk menskematisasi hubungan antara variabel penjadwalan yang saling tergantung dan untuk menentukan langkah-langkah mana yang harus diutamakan agar keseluruhan proyek tidak terhambat. MJK merupakan penjadwalan yang melibatkan penyajian jaringan kegiatan dalam bentuk diagram di mana operasi produksi digambarkan. Perbedaan keduanya adalah cara pendiagraman, kegiatan digambarkan pada lingkaran dengan anak panah menunjukkan urutan kegiatan. Keduanya merupakan jaringan kerja probabilistik artinya jangka
waktu yang diperkirakan untuk setiap kegiatan tidak standar untuk setiap jaringan kerja.Metode – metode tersebut dapat di pelajari dari buku “Project Manajement” dalam (Gray and Erik, 2006 ) dan buku – buku manajemen proyek lainnya.(Widiati dan Kusumastuti. 2013) Pengendalian Mutu Ada dua macam pengendalian mutu, yaitu pengendalian masukan dan pengendalian keluaran. Disini kita hanya akan melihat sekilas mengenai pengendalian keluaran (output), sedangkan pengendalian masukan sudah diuraikan pada sub bab sebelumnya. Pedoman kunci dalam pengendalian mutu adalah: 1) Memeriksa sekurang – kurangya sejumlah sampel untuk menjamin mutu, 2) Kesesuaian dengan kebutuhan pelanggan, dan 3) Jumlah retur produk yang telah didistribusikan kepada konsumen. Pengecekan langsung juga dapat mengungkapkan kekeliruan sebelum terjadi berlarut – larut dalam produksi yang dapat mendatangkan kerugian yang besar bagi perusahaan
1.2.Rangkuman
1. Pengendalian adalah proses untuk memastikan tindakan yang efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Pengendalian meliputi : 1) Menetapkan sasaran dan standar , 2) Membandingkan hasil dengan sasaran dan standar , dan 3) Memperbaiki kekurangan yang ada dan mempertahankan keberhasilan yang sudah dicapai. 2. Pengendalian pembelian adalah pembelian produk atau bahan baku yang akan digunakan sebagai input dalam sistem produksi yang telah dirancang. Dalam agribisnis, pembelian produk terdiri dari tiga jenis, yaitu: a) Pembelian produk untuk pemrosesan, b) Produk untuk dijual , dan 3) Produk yang digunakan langsung. 3. Pengendalian persediaan bisa dibedakan menjadi beberapa pengertian yaitu : a) Persediaan tersalur (pipeline inventories) merupakan jumlah persediaan minimum yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pada tenggang waktu (lead time), b) Persediaan bersiklus atau bertumpukan besar yang sangat tergantung pada ketersediaan ruang penampungan, trend permintaan/ pasar dan umur teknis barang yang disimpan, c)
Persediaan penyanggah. (buffer inventories atau safety stock ) yaitu stok tambahan untuk mengatasi kekurangan ,d) Persediaan musiman. Berdasarkan tatacara ini ruang gudang disediakan untuk produk yang permintaannya tidak konstan sehingga pada musim sibuk lebih banyak ruang yang tersedia, e) Pemrakiraan dan Tren (forecast) dari prestasi kerja di masa lalu , tren perekonomian umum dan preferensi konsumen.,f) Penelusuran Persediaan biasanya diselenggarakan dengan menggunakan dua “metode”, yaitu perpetual (cara penghitungan persediaan secara terus menerus atau berkesinambungan) dan periodik atau berkala . 4. Pengendalian Penjadwalan (schedulling) yang digunakan agribisnis tergantung pada ukuran dan kompleksitas operasinya. Perusahaan kecil cenderung memiliki metode penjadwalan yang relatif sederhana dan bersifat tuntas, sedangkan perusahaan besar berupa “model jaringan kerja”. Cara yang sering digunakan adalah Teknik Peninjauan Evaluasi Program/ Program Evaluation Review Technique (TPEP/PERT) atau cara untuk menskematisasi hubungan antara variabel penjadwalan yang saling tergantung dan untuk menentukan langkah-langkah mana yang harus diutamakan agar keseluruhan proyek tidak terhambat ; MJK/CPM (critical path method) atau penjadwalan yang melibatkan penyajian jaringan kegiatan dalam bentuk diagram di mana operasi produksi digambarkan dan metode probabilistic atau jangka waktu yang diperkirakan untuk setiap kegiatan tidak standar untuk setiap jaringan kerja 5. Pengendalian Mutu meliputi pengendalian masukan dan pengendalian keluaran. Pedoman kunci dalam pengendalian mutu adalah: a) Memeriksa sekurang – kurangya sejumlah sampel untuk menjamin mutu, b) Kesesuaian dengan kebutuhan pelanggan, dan c) Jumlah retur produk yang telah didistribusikan kepada konsumen.
1.3. Bahan, Sumber Informasi dan Referensi
Referensi wajib : Downey, D and S. P. Erickson. 1987. Agribusiness Management. 2nd Edition, McGraw-Hill 297 Book Co. Inc. New York. Martinich, J. S. 1997. Production and Operation Management: An Applied Modern Approach. John Wiley & Sons, Inc. Printed in the USA. Widiati R dan TA Kusumastuti. 2013. Manajemen Agribisnis : Aplikasi pada Industri Peternakan Cetakan I. Penerbit Citra Gama Sakti. Yogyakarta Referensi tambahan : Gray, C. F. and Erik W. L. 2006. Project Management : The Managerial Process 3 th. Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. Reksohadiprodjo S dan Indriyo G, 2002. Manajemen Produksi. Penerbit BPFE Sirait J.T., 2002. Anggaran sebagai Alat Bantu Manajemen. Penerbit Grasindo
PENUTUP Test Formatif Berbentuk tugas terstruktur Carilah suatu perusahaan penggemukan sapi 1. Bagaimana pengendalian bahan baku , pengendalian keuangan, pengendalian mutu, dan pengendalian anggaran tenaga kerja yang dilakukan di perusahaan tersebut. Catatan : contoh pengendalian bahan baku bahan baku meliputi ketersediaan bahan baku, waktu, dan jumlah pembelian; keuangan meliputi harga bahan baku, harga jual produk; mutu meliputi pemeriksaan produk, pelayanan terhadap konsumen ; tenaga kerja meliputi standar jam tenaga kerja, rata-rata tingkat upah, produksi yang dihasilkan. 2. Jelaskan bentuk standar pengawasan yang dilakukan pada tiap unit usaha (Standar Operasional Prosedur) dari sisi standar manajemen produksi /pengelolaan usaha dan standar manajemen keuangan.
Evaluasi Penilaian Daftar penilaian kreatifitas dan sikap individu dalam satu kelompok (tugas terstruktur)
Kelompok: _________________ Nama&NIM
Kreatifitas
Disiplin
Nama/NIM Penilai:____________________ Kerjasama
Tanggung jawab
Komitmen
Produktivitas
1. 2. 3. Dst.
(Skoring penilaian antara 1 – 100). Penilaian dilakukan dengan obyektif oleh anggota kelompok masing-masing dan hasil tidak mempengaruhi nilai akhir mahasiswa. Setiap mahasiswa tidak diperkenankan menilai diri sendiri