INDONESIA
24 April 2006
PT Astra Sedaya Finance
Fixed Income Research
Penawaran Obligasi
PT Astra Sedaya Finance Terbesar di Pembiayaan Otomotif
24 April 2006
Perusahaan pembiayaan otomotif terbesar di Indonesia Dengan Rp 12,8 triliun piutang pembiayaan kotor atau Rp 5,0 triliun piutang pembiayaan bersih (tanpa porsi pembiayaan bersama) yang dikelola di tahun 2005, ASF merupakan perusahaan pembiayaan otomotif terbesar di Indonesia. Jumlah ini meningkat dari tahun 2004 yang mencapai Rp 11,8 triliun untuk piutang pembiayaan kotor dan Rp 5,3 triliun untuk piutang pembiayaan bersih.
Corporate/Bond rating: idAA-/Stable Outlook (Pefindo)
Jaringan pemasaran yang luas Posisi pasar ASF yang kuat sangat didukung oleh jaringan pemasaran yang luas. Sampai akhir tahun 2005, jaringan pemasaran ASF mencapai 28 jaringan operasional dan 7 point of sales yang terjalin dengan lebih dari 1.900 dealer otomotif yang tersebar di seluruh Indonesia. Strategi pemasaran yang tepat dan jaringan operasi yang luas mampu memperkuat basis pelanggan ASF yang hingga kini mencapai lebih dari 600.000 pelanggan. Selain itu, jaringan pemasaran yang luas memungkinkan ASF menangkap potensi pasar pembiayaan di daerah-daerah guna mengimbangi tingginya persaingan pembiayaan di Jakarta.
Manajemen resiko yang handal dan konservatif ASF memiliki manajemen resiko yang handal. Hal ini dibuktikan dengan respon manajemen yang cepat dalam mengidentifikasi penyebab kenaikan delinquency rate di tahun 2005 dan langkah cepat penanggulangan seperti merevisi kriteria persetujuan kredit dan mengintensifkan kapasitas penagihan untuk menyelesaikan piutang macet. Hasilnya, balance overdue yang sempat meningkat di pertengahan tahun 2005, berangsur turun menjelang akhir tahun. Selain itu, ASF secara konservatif telah menaikkan rasio penyisihan untuk piutang pembiayaan dan persediaan aktiva yang diambil alih.
Rasio kecukupan modal yang memadai Kondisi permodalan ASF sampai dengan tahun 2005 cukup memadai dengan rasio ekuitas terhadap aktiva mencapai 19,2%. Rasio ini lebih baik dari tahun 2004 yang mencapai 18,8% dan industri yang mencapai 12,6%. Sementara tingkat leverage ASF masih stabil pada level 4,0 kali. Meski relatif tinggi dibanding industri namun rasio ini cukup aman mengingat masih di bawah ketentuan peraturan yang berlaku yaitu 15 kali. Terlebih lagi ASF memiliki nilai ekuitas sebesar Rp 1,1 triliun dan kemampuan yang baik dalam menjaga kualitas aktiva dan manajemen aktiva dan kewajiban, sehingga kewajiban kepada pemegang obligasi maupun perbankan masih dapat dipenuhi dengan baik.
Profitabilitas operasional yang masih solid Selama tahun 2005, kinerja keuangan ASF terutama pada sisi operasional cukup solid. Pendapatan bunga dan pendapatan bunga bersih tumbuh masing-masing sebesar 21,6% dan 13,7%, didukung oleh pertumbuhan NSA. Sementara itu, profitabilitas ASF masih tetap tinggi dengan marjin bunga bersih berkisar 19,1% (vs 21,1% di tahun 2004) di tengah tren kenaikan suku bunga. Sementara laba operasi sebelum beban penyisihan tumbuh 15,7%, didukung oleh membaiknya efisiensi dalam kegiatan operasional.
IKHTISAR KEUANGAN (dalam Rp miliar, kecuali dinyatakan lain) Total aktiva Total hutang Total ekuitas Pendapatan bunga bersih Laba sebelum beban provisi Laba sebelum pajak Laba bersih Balance overdue > 60 hari (%) Imbal hasil atas rata-rata aktiva (%) Imbal hasil atas rata-rata ekuitas (%) Beban operasional / pendapatan bersih (%) Net interest margin (%) Hutang / ekuitas (x) Ekuitas / aktiva (%) Sumber: Perusahaan, diolah AAA Sekuritas
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
2001
2002
2003
2004
2005
1.635,1 876,0 590,9 311,3 269,2 235,7 168,3 0,1 11,8 32,7 31,4 24,9 1,5 36,1
1.893,3 981,6 713,8 399,1 320,8 292,7 207,1 0,3 11,7 31,8 34,6 25,1 1,4 37,7
3.299,4 2.281,2 874,7 519,8 456,1 341,9 245,8 0,4 9,5 30,9 29,7 21,5 2,6 26,5
5.736,1 4.316,7 1.078,5 895,4 740,3 427,0 302,2 0,5 6,7 30,9 31,5 21,1 4,0 18,8
5.841,9 4.477,7 1.119,7 1.018,4 856,3 236,6 166,6 1,1 2,9 15,2 28,8 19,1 4,0 19,2
Jimmy Randiatmoko
[email protected] (62-21) 515 2640 Jakarta - INDONESIA
PT Astra Sedaya Finance
24 April 2006
Profil Bisnis Perusahaan pembiayaan otomotif terbesar di Indonesia PT Astra Sedaya Finance (ASF) merupakan perusahaan pembiayaan otomotif terbesar di Indonesia. Berdasarkan laporan keuangan 132 perusahaan pembiayaan konsumen tahun 2004 yang dilaporkan ke Departemen Keuangan, ASF menempati peringkat teratas dengan nilai piutang pembiayaan bersih terbesar yaitu sebesar Rp 5,3 triliun (Rp 11,8 triliun termasuk porsi pembiayaan bersama). Di tahun 2005, ASF diyakini masih yang terbesar khususnya di segmen pembiayaan mobil dengan nilai piutang bersih yang dikelola mencapai Rp 5,0 triliun atau Rp 12,8 triliun dengan memperhitungkan porsi pembiayaan bersama. Tabel 1. 10 Besar Perusahaan Pembiayaan Konsumen di Indonesia Perusahaan
Piutang Pembiayaan* Rp triliun Pangsa Pasar
Astra Sedaya Finance GE Finance Indonesia Federal International Finance Dipo Star Finance Orix Indonesia Finance Oto Multiartha Bussan Auto Finance Tunas Financindo Sarana Summit Oto Finance Tiga Berlian Auto Finance
5,31 4,49 2,81 2,52 2,35 2,23 1,74 1,32 1,27 1,23
11,89% 10,06% 6,28% 5,64% 5,26% 4,99% 3,90% 2,95% 2,85% 2,75%
Total
25,30
56,57%
122 perusahaan pembiayaan konsumen lainnya
19,40
43,43%
Total 132 perusahaan pembiayaan konsumen
44,70
100,00%
Sumber: Majalah InfoBank edisi September 2005 * per 31/12/04
Fokus pada pembiayaan otomotif multi merek ASF dimiliki oleh PT Astra International Tbk. (AI) sebesar 53% (langsung dan tidak langsung) dan GE Service sebesar 47%. Meski sebagian besar saham dimiliki oleh AI, kegiatan pembiayaan ASF tidak terbatas pada merek-merek yang dikelola Astra tapi juga merek non Astra, baik dalam kondisi baru maupun bekas pakai. Kegiatan usaha pembiayaan ASF semakin luas setelah Perusahaan pada tahun 2003 memasuki segmen pembiayaan sepeda motor khususnya merek non Honda menyusul tingginya permintaan terhadap kendaraan roda dua dan relatif tingginya keuntungan yang ditawarkan. Gambar 1. Distribusi Pembiayaan Baru ASF Selama Tahun 2005* Lain-lain 10,9% Mobil Bekas 25,0%
BMW 0,4% Daihatsu 11,3%
Non Astra 14,7%
Isuzu 7,6% Nissan Diesel 2,1% Peugeot 0,1% Toyota 27,8%
Sumber: Perusahaan * Berdasarkan nilai pembiayaan baru sebesar Rp 8,5 triliun
Faktor-faktor pendukung untuk memimpin pasar Kemampuan ASF untuk menjadi perusahaan pembiayaan otomotif terbesar di Indonesia sangat didukung oleh beberapa faktor di bawah ini, yaitu: ¾ ¾ ¾ ¾ ¾
2
Pengalaman lebih dari 20 tahun dalam industri pembiayaan otomotif Sinergi yang kuat dengan para pemegang sahamnya Jaringan distribusi yang kuat Akses yang luas ke sumber pendanaan Tingginya permintaan terhadap kendaraan bermotor dan pembiayaannya
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
24 April 2006
PT Astra Sedaya Finance
Pengalaman lebih dari 20 tahun ASF didirikan pada tahun 1982. Dengan pengalaman selama 24 tahun di industri pembiayaan otomotif, ASF sudah sangat mengenal pasar pembiayaan di Indonesia. Bahkan pengalaman yang panjang tersebut telah memberikan ASF brand image yang kuat sebagai perusahaan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan dan perusahaan yang mampu menciptakan paket pembiayaan yang menarik, cepat dan fleksibel.
Sinergi dengan para pemegang saham Kesempatan untuk mengadopsi filosofi kerja perusahaan yang memiliki peringkat AAA dari S&P Keberadaan AI dan General Electric (GE) sebagai pemegang saham utama telah memberikan dampak positif bagi kinerja keuangan maupun operasional ASF. Masuknya GE melalui anak perusahaannya di Indonesia yaitu General Electric Services sebagai pemegang 47% saham ASF telah mampu menciptakan sinergi bagi kedua belah pihak. ASF sebagai market leader di industri pembiayaan otomotif dinilai memiliki profil yang sesuai bagi GE untuk mendukung strateginya meningkatkan kegiatan pembiayaan konsumen di Indonesia termasuk pembiayaan otomotif dan menikmati keuntungan dari tingginya penjualan otomotif di Indonesia. Sedangkan ASF sendiri dapat mengadopsi praktek-praktek manajemen yang handal dari GE terutama berkaitan dengan kebijakan keuangan, prosedur dan sistem dalam proses underwriting kredit, manajemen resiko serta filosofi kerja perusahaan yang memiliki peringkat AAA dari S&P ini (lihat analisa Kualitas Aktiva).
Dukungan dana untuk ekspansi pembiayaan Selain itu GE melalui anak perusahaannya yaitu GE Finance Indonesia, juga mendukung permodalan ASF dengan menganggarkan dana sebesar Rp 6 triliun per Desember 2005 dalam bentuk skema pembiayaan bersama (joint financing) dan anjak piutang (factoring). Jumlah ini meningkat dari Rp 2,5 triliun di tahun 2003. Hal ini menunjukkan keyakinan GE bahwa ASF merupakan bisnis yang menguntungkan.
Dukungan jaringan pemasaran dari AI Sementara itu bentuk sinergi antara AI dengan ASF adalah ASF sebagai perusahaan pembiayaan otomotif diharapkan mampu mendukung penjualan otomotif AI dan menjadi anak perusahaan yang profitable sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangan AI. Sedangkan AI sebagai produsen dan distributor otomotif terbesar di Indonesia akan memprioritaskan ASF untuk membiayai penjualan mobilnya serta menyediakan kesempatan untuk menggunakan jaringannya yang tersebar luas di Indonesia sebagai basis penjualan produk ASF. Gambar 2. Struktur Pemegang Saham ASF per 31 Desember 2005 99,99%
PT General Electric Service
PT Astra International Tbk.
44,28%
47,00%
PT Sedaya Multi Investama
8,72%
PT Astra Sedaya Finance
Sumber: Perusahaan
Jaringan pemasaran yang luas Selain dukungan para pemegang saham, posisi ASF yang kuat di industri juga didukung oleh jaringan pemasaran yang luas. Sampai akhir tahun 2005, jaringan pemasaran ASF telah mencapai 28 jaringan operasional dan 7 point of sales yang terjalin dengan lebih dari 1.900 dealer otomotif yang tersebar di seluruh Indonesia. Dealer-dealer tersebut memiliki peranan yang sangat penting untuk meningkatkan kegiatan pembiayaan ASF. Untuk itu, ASF terus berusaha memperkuat hubungan kerja samanya dengan memberikan kemudahan-kemudahan pemrosesan aplikasi pembiayaan, produk-produk pembiayaan yang inovatif serta program reward yang menarik bagi para dealer. Kemampuan ASF dalam menetapkan strategi pemasaran dan menjalin hubungan yang sangat baik dengan para dealer telah mendorong pertumbuhan pembiayaan ASF lebih cepat dan pangsa pasar yang terus meningkat. Strategi pemasaran yang tepat dan jaringan operasi yang luas ini mampu memperkuat basis pelanggan ASF hingga mencapai lebih dari 600.000 pelanggan. Selain itu, jaringan pemasaran yang luas memungkinkan ASF menangkap potensi pasar pembiayaan khususnya di luar Jakarta yang tingkat persaingannya sudah sangat tinggi. Efektifitas jaringan yang luas ini bisa dilihat pada berkembangnya porsi pembiayaan di beberapa wilayah operasi seperti Jawa Barat dan Indonesia bagian timur. PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
3
PT Astra Sedaya Finance
24 April 2006
Gambar 3. Diversifikasi Pembiayaan Berdasarkan Geografi* 2004
Sumatera 13%
2005 Indonesia bag. Timur 11%
Indonesia bag. Timur 9% Sumatera 11% Fleet 13%
Fleet 16% Jawa Timur 17%
Jawa Timur 14% Jawa Tengah 5%
Jawa Tengah 5% Jawa Barat 13%
DKI Jakarta 31%
Jawa Barat 12%
DKI Jakarta 30%
Sumber: Perusahaan * Berdasarkan nilai pembiayaan baru 2004 sebesar Rp 9,2 triliun dan 2005 Rp 8,5 triliun
Akses yang luas ke sumber pendanaan Dukungan sumber dana yang kuat juga menjadi keunggulan ASF sebagai lembaga pembiayaan terkemuka dan prudent di Indonesia. Akses yang luas ke dana perbankan, lembaga keuangan dan pasar modal mendukung ASF untuk terus meningkatkan kegiatan pembiayaannya dan mampu mengelola sumber pendanaannya guna memperoleh cost of fund yang efisien. Sumber pendanaan yang kuat sangat dibutuhkan untuk menunjang kegiatan usaha ASF, mengingat sebagai lembaga keuangan non bank, ASF tidak diperkenankan menghimpun dana masyarakat secara langsung dalam bentuk simpanan. Dukungan dana yang kuat tersebut tidak hanya datang dari bank-bank lokal, tapi juga bank-bank luar negeri yang cenderung selektif dalam menempatkan investasinya. Fasilitas yang diberikan bisa dalam bentuk pembiayaan bersama maupun pinjaman modal kerja dan jumlahnya terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tabel 2. Sumber Pendanaan Off- dan On- Balance Sheet Per 31 Desember 2005 Bank & Lembaga Keuangan
Off-Balance Sheet (Rp miliar)
PT GE Finance Indonesia PT Bank Mega Tbk. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. PT Bank Permata Tbk.
5.000 4.000 2.500 2.000
Total
13.500
Bank & Lembaga Keuangan BCA HSBC DBS Indonesia BII BNP Paribas Indonesia JP Morgan Chase Bank Bank NISP Citibank Bank Mizuho Indonesia BCA (cerukan) Obligasi Total
On-Balance Sheet (Rp miliar) 300 300 200 200 100 140 100 170 30 75 2.905 4.520
Sumber: Perusahaan
Tingginya permintaan terhadap kendaraan bermotor Selain karena faktor-faktor di atas, kemampuan ASF untuk terus meningkatkan pembiayaannya juga tidak terlepas dari perkembangan industri otomotif itu sendiri dimana permintaan terhadap kendaraan bermotor terus menunjukkan peningkatan. Selama periode tahun 2000-2005, penjualan mobil dan sepeda motor nasional telah tumbuh dengan CAGR masing-masing sebesar 12,3% dan 42,5%. Pertumbuhan yang cukup tinggi ini telah menempatkan industri otomotif sebagai salah satu industri dengan kemampuan pemulihan yang paling cepat di Indonesia pasca krisis dan menempatkan Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan penjualan mobil tertinggi kedua setelah Thailand di tahun 2005 (estimasi Gaikindo). Beberapa faktor pendukung pertumbuhan diantaranya adalah tingkat penertrasi kendaraan bermotor yang masih rendah di Indonesia dan dukungan dana pembiayaan kepemilikan kendaraan bermotor. Gambar 4. Penjualan Mobil Nasional 483,3
299,6
317,8
354,3
533,9
36,4% 10,5%
11,5% 6,1% 0,3%
2001
2002 Penjualan mobil
2003
2004
2005
Pertumbuhan (YoY )
Sumber: GAIKINDO
4
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
24 April 2006
PT Astra Sedaya Finance Tabel 3. Pasar Otomotif Domestik Negara-Negara Asean Volume 2004
2005*
626.026 487.605 483.295 104.172 88.075 40.141
690.000 500.000 533.910 110.000 100.000 50.000
1.829.314
1.983.910
Thailand Malaysia Indonesia Singapura Filipina Vietnam Total Sumber: Bisnis Indonesia, 22 Desember 2005 * estimasi GAIKINDO
Tingkat penetrasi kendaraan bermotor yang masih rendah Dengan jumlah penduduk yang diperkirakan mencapai 220 juta orang, Indonesia merupakan pasar yang sangat besar bagi industri otomotif. Namun jika dibandingkan negara-negara lain di regional, tingkat penetrasi kendaraan bermotor di Indonesia termasuk yang terendah. Diperkirakan tingkat penetrasi mobil di Indonesia mencapai 1 : 13. Tabel 4. Populasi kendaraan bermotor nasional Tipe
Volume 2004
Mobil penumpang Truk Bus Sepeda Motor
6,74 4,26 2,01 28,96
2005*
juta juta juta juta
8,26 5,41 2,72 35,05
juta juta juta juta
Sumber: Direktorat Samapta Subdit Lalu Lintas Polri * estimasi, dengan asumsi rata-rata pertumbuhan 22%
Tersedianya dana dari lembaga pembiayaan konsumen Tersedianya dana dari sektor perbankan dan lembaga keuangan merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan penjualan otomotif nasional beberapa tahun terakhir ini. Keinginan perbankan untuk terus meningkatkan Loan to Depodit Ratio-nya yang masih rendah saat ini merupakan keuntungan bagi bisnis pembiayaan otomotif dimana bank merupakan salah satu sumber pendanaan bagi perusahaan pembiayaan. Selain karena memberikan tingkat keuntungan yang cukup tinggi, pembiayaan konsumen dinilai sebagai sektor yang relatif aman dibandingkan dengan jenis pembiayaan lainnya seperti kartu kredit sehingga dukungan dari lembaga perbankan diperkirakan akan terus berlanjut di masa yang akan datang. Sementara itu dari sisi permintaan, dengan tingkat pendapatan per kapita yang masih rendah, sulit bagi masyarakat Indonesia untuk membeli kendaraan secara tunai, sehingga pembelian secara kredit lebih banyak dilakukan. Gambar 5. Perbandingan Kualitas Aktiva (NPL) Lembaga Keuangan 70,0% 60,0%
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005*
50,0% 40,0% 30,0% 20,0% 10,0% 0,0% Perbankan
Sewa guna usaha
Anjak piutang
Kartu kredit
Pembiayaan konsumen
Sumber: Bank Indonesia * posisi September 2005 untuk lembaga keuangan non bank
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
5
PT Astra Sedaya Finance
24 April 2006
Gambar 6. Komposisi Pembiayaan Konsumen Nasional Berdasarkan Jenis Barang 100% 98% 96%
Lainnya
94%
Barang elektronik
92% 90%
Kepemilikan rumah
95,3%
88%
90,8%
86%
89,6%
91,1%
Kendaraan bermotor
92,1%
84% 2001
2002
2003
2004
2005*
Sumber: Bank Indonesia * Semester I
Profil Keuangan KUALITAS AKTIVA Aset pembiayaan yang tetap meningkat meski dengan pertumbuhan yang melambat Di tengah kondisi ekonomi yang relatif kurang baik dibandingkan dengan tahun 2004, net service assets (NSA) ASF masih menunjukkan pertumbuhan sebesar 11,0% dari Rp 9,4 triliun menjadi Rp 10,4 triliun, meski pertumbuhannya mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 64,7%. Total nilai pembiayaan baru yang disalurkan ASF selama tahun 2005 mencapai Rp 8,5 triliun, turun dari Rp 9,2 triliun di tahun 2004. Melambatnya pertumbuhan NSA ini disebabkan oleh turunnya daya beli masyarakat akibat meningkatnya inflasi dan suku bunga menjelang akhir tahun 2005. Selain itu, melambatnya pertumbuhan pembiayaan ini juga merupakan bagian dari strategi ASF yang lebih selektif dalam menyalurkan pembiayaannya guna mengantisipasi resiko penurunan kualitas aktiva. Gambar 7. Pertumbuhan Pembiayaan Baru 2001 - 2005 10,0
(dalam Rp triliun)
8,0 6,0 4,0 2,0 2001
2002
2003
2004
2005
Sumber: Perusahaan, AAA Sekuritas
Kenaikan delinquency rate yang berhasil dikendalikan Seperti yang terjadi pada industri pembiayaan pada umumnya selama tahun 2005, tingkat keterlambatan pembayaran piutang (delinquency rate) para pelanggan ASF mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya inflasi dan menurunnya daya beli masyarakat. Balance overdue (jumlah tertunggak termasuk sisa saldo piutang yang belum jatuh tampo) lebih dari 60 hari meningkat dari 0,5% di akhir Desember 2004 hingga mencapai puncaknya pada level 1,3% di bulan Oktober 2005. Menurut ASF, meningkatnya overdue ini disebabkan oleh naiknya delinquency pada segmen mobil komersial seperti truk dan pick-up. Menurunnya kualitas aktiva segmen ini salah satunya disebabkan oleh semakin tingginya biaya operasional menyusul kenaikan harga BBM karena umumnya kendaraan jenis ini digunakan untuk kepentingan usaha. Untuk mengatasi menurunnya kualitas aktiva, ASF segera mengambil langkah-langkah penyelesaian seperti merevisi kriteria persetujuan kredit untuk segmen ini dan mengintensifkan kapasitas penagihan untuk menyelesaikan piutang macet yang ada saat ini. Selain itu untuk memperoleh pelanggan yang 6
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
24 April 2006
PT Astra Sedaya Finance berkualitas baik, ASF juga telah meningkatnya rata-rata uang muka yang harus dibayarkan oleh pelanggan dari 21,8% di tahun 2004 menjadi 23,4%. Ditingkatkannya uang muka ini juga bertujuan untuk mengurangi dampak kerugian dari menurunnya nilai kolateral akibat turunnya harga kendaraan. Sebagai akibatnya, kualitas aktiva ASF kembali membaik dimana delinquency rate-nya turun menjadi 1,1% di akhir tahun.
Saldo penyisihan hingga 200% terhadap balance overdue lebih dari 60 hari Untuk mengantisipasi kerugian akibat tak tertagihnya piutang macet, ASF sudah melakukan pencadangan secara konservatif pada tahun 2005 dengan rasio saldo penyisihan piutang terhadap balance overdue > 60 hari mencapai 200%. Sementara itu untuk meningkatkan kualitas aktiva, ASF telah melakukan restrukturisasi organisasi dengan menambah beberapa direktur dimana salah satunya khusus bertanggung jawab menangani manajemen resiko. Tabel 5. Rasio Kualitas Aktiva 2001 Balance overdue > 60 hari (%)
0,1
2002
2003
2004
2005
0,3
0,4
0,5
1,1
Sumber: Perusahaan, estimasi AAA Sekuritas
PROFITABILITAS Profitabilitas operasional yang masih solid Selama tahun 2005, kinerja keuangan ASF terutama pada sisi operasional dinilai masih cukup solid. Pendapatan bunga dan pendapatan bunga bersih tumbuh masing-masing sebesar 21,6% dan 13,7% yang didukung oleh pertumbuhan NSA. Sementara dari sisi yield, profitabilitas ASF masih tetap tinggi dimana marjin bunga bersih berkisar pada level 19,1% (vs 21,1% di tahun 2004) di tengah tren kenaikan suku bunga pinjaman. Sementara itu, laba operasi sebelum beban penyisihan mengalami pertumbuhan sebesar 15,7%. Kenaikan laba ini juga didukung oleh membaiknya efisiensi dalam kegiatan operasional Perusahaan yang ditunjukkan oleh rasio beban operasional terhadap pendapatan operasi yang turun dari 31,5% di tahun 2004 menjadi 28,8% di tahun 2005.
Laba bersih turun akibat meningkatnya beban penyisihan Namun pada sisi bottom line, laba ASF mengalami penurunan akibat meningkatnya beban provisi dan kerugian penjualan aktiva yang diambil alih akibat penurunan harga kendaraan. Meningkatnya beban provisi di tahun 2005 ini disebabkan oleh kebijakan provisi Perusahaan yang semakin konservatif dalam mengantisipasi kerugian akibat piutang macet dimana rasio provisi terhadap piutang pembiayaan ditingkatkan dari 3% di tahun 2004 menjadi 3,25% sejak bulan Agustus 2005. Selain itu, kenaikan beban provisi juga disebabkan oleh meningkatkan rasio provisi untuk persediaan aktiva yang diambil alih dari 25% untuk mobil dan 35% untuk sepeda motor di tahun 2004 menjadi 35% untuk mobil dan 50% untuk sepeda motor. Ditingkatkannya rasio provisi persediaan aktiva yang diambil alih ini bertujuan untuk mengantisipasi kerugian akibat menurunan nilai kendaraan yang diambil alih di masa yang akan datang. Tabel 6. Ikhtisar Laba Rugi (dalam Rp miliar) Pendapatan bunga Beban bunga Pendapatan bunga bersih Pendapatan non bunga Pendapatan operasi Beban operasi Laba sebelum beban provisi Beban provisi Laba sebelum pajak Beban pajak Laba bersih Rasio-rasio Imbal hasil atas rata-rata aktiva (%) Imbal hasil atas rata-rata ekuitas (%) Beban operasional/pendapatan bersih (%) Laba sebelum beban provisi/beban provisi(%) Net interest margin (%)
2001
2002
2003
2004
2005
490,5 (179,2) 311,3 80,9 392,1 (122,9) 269,2 (33,4) 235,7 (67,4)
578,4 (179,3) 399,1 91,7 490,8 (170,0) 320,8 (28,2) 292,7 (85,5)
762,5 (242,7) 519,8 129,0 648,8 (192,8) 456,1 (114,2) 341,9 (96,0)
1.292,9 (397,4) 895,4 184,8 1.080,2 (339,9) 740,3 (313,4) 427,0 (124,7)
1.571,5 (553,1) 1.018,4 184,9 1.203,3 (347,1) 856,3 (619,7) 236,6 (70,0)
168,3
207,1
245,8
302,2
166,6
11,8 32,7 31,4 8,0 24,9
11,7 31,8 34,6 11,4 25,1
9,5 30,9 29,7 4,0 21,5
6,7 30,9 31,5 2,4 21,1
2,9 15,2 28,8 1,4 19,1
Sumber: Perusahaan, diolah AAA Sekuritas
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
7
PT Astra Sedaya Finance
24 April 2006
KECUKUPAN MODAL Kondisi permodalan yang memadai dengan tingkat leverage yang terkendali Pada akhir tahun 2005, rasio perbandingan antara ekuitas dengan aktiva ASF mencapai 19,2%. Rasio ini membaik jika dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya yang sebesar 18,8%, berkat menguatnya basis permodalan. Bahkan rasio ini relatif lebih baik jika dibandingkan dengan industri yang mencapai 12,6%. Sementara tingkat leverage ASF masih cukup stabil pada level 4,0 kali. Jika dibandingkan dengan industri (1,0 kali), rasio leverage ASF relatif tinggi seiring dengan strategi pendanaan ASF dalam mengoptimalkan peluang yang ada di pasar modal maupun sektor perbankan dalam mendukung ekspansi pembiayaannya. Namun rasio ini dinilai cukup aman mengingkat leverage ASF masih dibawah Ketentuan Departemen Keuangan yang membatasi maksimal 15 kali. Terlebih lagi ASF memiliki kemampuan dalam menjaga kualitas aktiva dan manajemen aktiva dan kewajiban yang baik, sehingga kemampuan memenuhi kewajiban kepada pemegang obligasi maupun perbankan masih baik. Tabel 7. Ikhtisar Neraca (dalam Rp miliar) Kas Piutang pembiayaan – bersih Investasi Aktiva tetap – bersih Aktiva lain-lain Total aktiva Total hutang Kewajiban lain-lain Total ekuitas Rasio-rasio Ekuitas/aktiva (%) Hutang/ekuitas (%)
2001
2002
2003
2004
2005
69,9 1.375,9 43,3 9,0 137,1 1.635,1 876,0 168,2 590,9
80,5 1.659,9 43,0 10,5 99,4 1.893,3 981,6 197,9 713,8
76,9 3.018,7 58,5 16,1 129,2 3.299,4 2.281,2 143,5 874,7
86,4 5.309,8 61,9 22,4 255,7 5.736,1 4.316,7 340,9 1.078,5
248,0 5.025,7 56,6 41,4 470,3 5.841,9 4.477,7 244,5 1.119,7
36,1 1,5
37,7 1,4
26,5 2,6
18,8 4,0
19,2 4,0
Sumber: Perusahaan, diolah AAA Sekuritas
MANAJEMEN AKTIVA-KEWAJIBAN Minimal gap Dalam menjalankan kegiatan pembiayaannya, ASF menerapkan manajemen aktiva dan kewajiban yang konservatif dengan berusaha menjaga ketidakselarasan umur jatuh tempo (maturity mismatch) antara aktiva dan kewajiban seminimal mungkin. Analisa jatuh tempo antara aktiva dan kewajiban menurut kelompok umur yang tersisa pada tahun 2005 menunjukkan bahwa maturity gap ASF cukup stabil dengan selisih hanya sekitar 2,6% terhadap aktiva. Kecilnya maturity mismatch ini tidak terlepas dari kemampuan Perusahaan mengkombinasikan pendanaan yang diperoleh dari bank yang umumnya berumur tidak lebih dari 1 tahun (meski dapat diperpanjang) dengan obligasi yang berumur lebih dari 1 tahun. Oleh karena itu, akses yang luas ke dana perbankan dan struktur obligasi yang sesuai dengan umur jatuh tempo piutang sangat penting untuk menjaga maturity mismatch tetap rendah. Gambar 8. Profil Umur Jatuh Tempo Aktiva dan Kewajiban 7.000 6.000 Rp miliar
5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 1 tahun
1-2 tahun Aktiva
2-3 tahun
> 3 tahun
Kewajiban+ekuitas
Sumber: Perusahaan, AAA Sekuritas
8
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
24 April 2006
PT Astra Sedaya Finance
Prospek Usaha Stabilitas makroekonomi terus menunjukkan perbaikan Perkembangan stabilitas makroekonomi hingga kuartal I 2006 terus menunjukkan perbaikan, sebagaimana ditunjukkan oleh menguatnya nilai tukar Rupiah, membaiknya cadangan devisa, tren penurunan inflasi secara bulanan (mom), meningkatnya IHSG dan terus masuknya investasi asing, serta ekspektasi penurunan suku bunga yang diikuti oleh terus membaiknya kepercayaan pelaku pasar. Membaiknya indikator stabilitas makroekonomi di atas diharapkan segera berdampak terhadap perbaikan kondisi perekonomian secara keseluruhan. Meski konsumsi masyarakat diperkirakan akan mengalami penurunan terkait belum pulihnya daya beli masyarakat, namun demikian pertumbuhan ekonomi masih diharapkan dari peningkatan pengeluaran konsumsi pemerintah (government spending) serta meningkatnya Investasi. Seiring membaiknya stabilitas makroekonomi saat ini, pemerintah terus berupaya memperbaiki iklim investasi diantaranya dengan dikeluarkannya Paket Kebijakan Ekonomi Pendorong Investasi, baik dibidang perpajakan, perburuhan, kebijakan usaha mikro, kecil dan menegah (UMKM) serta perbaikan infrastruktur nasional melalui program infrastructure summit. Dengan masuknya investasi ini, diharapkan dapat menggerakkan industri dalam negeri dan meningkatkan ekspor nasional. Seiring dengan menurunnya tingkat suku bunga ke depan, masih tumbuhnya perekonomian Indonesia diharapkan dapat mengimbangi penurunan daya beli konsumen dalam menggerakkan konsumsi masyarakat ke depan. Gambar 9. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah dan Posisi Cadangan Devisa 45.000
6.000 6.500
40.000
7.000 7.500 8.000
35.000
8.500 9.000
30.000
9.500 10.000
25.000
10.500 11.000 14-Sep-01 2-Nov-01 28-Dec-01 22-Feb-02 12-Apr-02 7-Jun-02 26-Jul-02 20-Sep-02 15-Nov-02 3-Jan-03 28-Feb-03 18-Apr-03 13-Jun-03 1-Aug-03 26-Sep-03 21-Nov-03 16-Jan-04 12-Mar-04 7-May-04 25-Jun-04 20-Aug-04 15-Oct-04 3-Dec-04 28-Jan-05 18-Mar-05 13-May-05 1-Jul-05 19-Aug-05 14-Oct-05 2-Dec-05 20-Jan-06 10-Mar-06
20.000
Cadangan Devisa - Juta USD (sumbu kiri)
Rupiah/USD (sumbu kanan)
Sumber: Bloomberg, diolah AAA Sekuritas
Gambar 10. Perkembangan Inflasi dan Suku Bunga 20,0 18,0 16,0 14,0 12,0 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0
SBI 3 bulan
Jan-06
Mar-06
Nov-05
Jul-05
Sep-05
May-05
Jan-05
Mar-05
Nov-04
Jul-04
Sep-04
May-04
Jan-04
Mar-04
Nov-03
Jul-03
SBI 1 bulan
Sep-03
May-03
Jan-03
Mar-03
Nov-02
Jul-02
Sep-02
May-02
Jan-02
Mar-02
0,0
Inflasi
Sumber: Bloomberg, diolah AAA Sekuritas
Ekspektasi tingkat suku bunga terlihat menurun ... kredit kendaraan bermotor berpotensi kembali meningkat Ekspektasi penurunan suku bunga terlihat dari kembali turunnya tingkat imbal hasil (yield) obligasi Pemerintah setelah sempat mengalami kenaikan pada akhir kuratal III 2005 yang lalu. Sebagaimana terlihat dalam grafik di bawah, seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian dan meningkatnya kepercayaan pelaku pasar terhadap prospek ekonomi ke depan, tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah terlihat terus mengalami penurunan. Disamping posisi kurva imbal hasil (yield curve) yang terus terlihat turun, bentuk kurva yang semakin terlihat mendatar mengindikasikan suku PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
9
PT Astra Sedaya Finance
24 April 2006
bunga jangka pendek berpotensi untuk segera turun untuk menyesuaikan struktur suku bunga secara lebih normal. Dengan memahami posisi kurva imbal hasil di atas, dapat disimpulkan ekspektasi pelaku pasar terhadap suku bunga ke depan diproyeksikan akan segera turun. Kondisi ini sejalan dengan pernyataan Bank Indonesia yang tidak menutup kemungkinan untuk segera menurunkan tingkat suku bunga BI Rate dari level 12,75% saat ini. Sejalan dengan penurunan suku bunga BI Rate, suku bunga kredit diharapkan juga akan segera turun dan kredit konsumsi, termasuk kredit kendaraan bermotor dapat kembali meningkat. Gambar 11. Perkembangan Tingkat Imbal Hasil (Yield) Obligasi Pemerintah 16,5
Sep 2005
15,0 Jan 2006
13,5
Apr 2006
12,0 10,5
Jun 2005
9,0 7,5 6,0 1Y
2Y
3Y
4Y
5Y
6Y
7Y
8Y
9Y
10Y
15Y
Sumber: Estimasi AAA Sekuritas
10
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
24 April 2006
PT Astra Sedaya Finance PT ASTRA SEDAYA FINANCE PROYEKSI LABA RUGI 2006 - 2010 (dalam Rp miliar) Pendapatan bunga Beban bunga Pendapatan bunga bersih Pendapatan non bunga Pendapatan bersih Beban operasional Laba sebelum beban provisi Beban provisi Laba sebelum pajak Beban pajak Laba bersih
2005A 1.571,5 (553,1) 1.018,4 184,9 1.203,3 (347,1) 856,3 (619,7) 236,6 (70,0) 166,6
2006P 1.423,8 (550,8) 873,0 121,4 994,4 (303,8) 690,6 (429,5) 261,1 (77,5) 183,6
2007P 1.452,5 (647,8) 804,7 166,8 971,5 (359,5) 612,1 (343,3) 268,7 (80,4) 188,4
2008P 1.612,6 (761,4) 851,2 198,6 1.049,7 (398,9) 650,8 (333,7) 317,1 (94,8) 222,2
2009P 1.729,0 (805,5) 923,5 179,4 1.103,0 (419,1) 683,9 (320,9) 362,9 (108,6) 254,3
2010P 1.857,1 (844,6) 1.012,5 195,1 1.207,5 (458,9) 748,7 (360,8) 387,9 (116,1) 271,8
Sumber: AAA Sekuritas
PT ASTRA SEDAYA FINANCE PROYEKSI NERACA 2006 - 2010 (dalam Rp miliar)
2005A
2006P
2007P
2008P
2009P
2010P
Kas dan setara kas Piutang pembiayaan - bersih Aktiva tetap - bersih Investasi Aktiva lainnya Total aktiva
248,0 5.025,7 41,4 56,6 470,3 5.841,9
75,6 80,0 4.857,5 5.131,5 46,1 48,7 54,2 53,8 435,2 428,0 5.468,7 5.742,1
87,0 5.673,2 50,1 54,6 406,2 6.271,1
88,4 5.981,2 50,5 55,6 426,7 6.602,4
93,9 6.502,9 49,8 56,9 462,8 7.166,3
Total hutang Kewajiban lainnya Total kewajiban Ekuitas Total kewajiban dan ekuitas
4.477,7 244,5 4.722,2 1.119,7 5.841,9
3.781,1 384,3 4.165,4 1.303,3 5.468,7
4.348,3 208,8 4.557,2 1.713,9 6.271,1
4.421,8 212,4 4.634,2 1.968,2 6.602,4
4.696,4 229,9 4.926,3 2.240,0 7.166,3
4.001,8 248,7 4.250,4 1.491,6 5.742,1
Sumber: AAA Sekuritas
PT ASTRA SEDAYA FINANCE RASIO - RASIO PROYEKSI KEUANGAN 2006 - 2010 2005A Imbal hasil atas rata-rata aktiva (%) Imbal hasil atas rata-rata ekuitas (%) Net interest margin (%) Beban operasi/pendapatan bersih (%) Hutang / ekuitas (x) Ekuitas / aktiva (%)
2,9 15,2 19,1 28,8 4,0 19,2
2006P 3,2 15,2 17,1 30,6 2,9 23,8
2007P
2008P
2009P
3,4 13,5 15,9 37,0 2,7 26,0
3,7 13,9 15,5 38,0 2,5 27,3
4,0 13,8 15,6 38,0 2,2 29,8
2010P 3,9 12,9 16,0 38,0 2,1 31,3
Sumber: AAA Sekuritas
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
11
PT Astra Sedaya Finance
24 April 2006
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas (Member of Jakarta Stock Exchange and Surabaya Stock Exchange)
General :+62-21-5152640 Fixed Income Dealing :+62-21-5153747 Investment Banking : +62-21-5155415 26/F Artha Graha Building Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190, Indonesia Facsimile:+62-21-5152644 E-mail:
[email protected] website : www.aaasecurities.com Disclaimer : The information contained herein has been compiled from sources that we believe to be reliable.No warranty (express or implied) is made to the accuracy or completeness of the information.All opinions and estimates included in this report constitute our judgement as of this date, without regards to its fairness, and are subject to change without notice.This document has been prepared for general information only, without regards to the specific objectives, financial situation and needs of any particular person who may receive it. No responsibility or liability whatsoever or howsoever arising is accepted in relation to the contents hereof by any company mentioned herein, or any their respective directors, officers or employees.This document is not an offer to sell or a solicitation to buy any securities.This firms and its affiliates and their officers and employees may have a position, make markets, act as principal or engage in transaction in securities or related investments of any company mentioned herein, may perform services for or solicit business from any company mentioned herein, and may have acted upon or used any of the recommendations herein before they have been provided to you. Available only to person having professional experience in matters relating to investments.© PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas 2005.
12
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas Printed by Xpress Print Pte Ltd (65) 6880 2828