PT. ARAFAH TAMASYA MULIA WILAYAH KALIMANTAN SELATAN http://atmkalsel.com
MANASIK UMROH Disusun oleh : Ustadz Abul Afnan Ayman Abdillah, Lc
Definisi, Hukum & Syarat Umrah Umrah secara bahasa artinya ziarah Secara istilah: Berziarah ke ka’bah dengan tata cara tertentu, yang mencakup ihram, tawwaf, sa’i, dan tahalul. Hukum Umroh • Wajib bagi orang yang wajib melaksanakan haji menurut pendapat yang paling kuat. Syarat Wajibnya Umroh • Islam • Baligh, dan Berakal • Merdeka • Memiliki kemampuan; adanya bekal dan kendaraan • Ada mahram (khusus bagi wanita)
Adab Haji & Umroh 1. Menata hati agar berniat semata-mata beribadah kepada Allah. Bukan mencari gelar ‘Pak Haji’ atau tujuan dunia lainnya. 2. Memahami fiqh masalah haji, umrah, dan adab melakukan perjalanan. 3. Bertaubat dari semua dosa yang pernah dilakukan. 4. Menggunakan uang yang halal untuk biaya haji dan umrahnya 5. Menulis dan menitipkan wasiat kepada keluarganya, sebagaimana wasiat orang yang hendak meninggal dunia. Seperti: Masalah hutang piutang, pemutihan dosa, dan kesalahan antar-sesama, penunaian hak-hak sesama, dsb. 6. Dianjurkan untuk memulai keberangkatannya pada pagi hari kamis.
Adab Haji & Umroh Ka’ab bin Malik radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Jarang sekali Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bepergian di selain hari kamis.” (HR. Bukhari-Fath, 6:113) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan keberkahan bagi kegiatan umatnya di pagi hari, “Ya Allah, berkahilah untuk umatku di pagi hari mereka.” (Shahih Abu Daud, 2:494). 7. Shalat dua rakaat di rumah ketika hendak berangkat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika engkau keluar dari rumahmu maka lakukanlah shalat dua rakaat yang dengan ini akan menghalangimu dari kejelekan yang berada di luar rumah. Jika engkau memasuki rumahmu maka lakukanlah shalat dua rakaat yang akan menghalangimu dari kejelekan yang masuk ke dalam rumah.” (Al-Bazzar; dinilai sahih oleh Al-Albani) 8. Melantunkan bacaan dengan berdoa ketika keluar rumah ُ َّللا َت َو هك ْل اَلل ِ َّللا َوالَ َح ْو َل َوالَ قُوه َة إِاله ِب ه ِ ت َعلَى ه ِ ِبسْ ِم ه Bismillaah tawakkaltu ‘alaLLaah laa ha-ula wa laa quwwata illaa billaah
Adab Haji & Umroh 9. Menjaga amalan dan doa-doa di tengah safar, seperti bertakbir ketika melewati jalan yang naik dan bertasbih ketika melewati jalan yang turun. 10.Menunjuk salah satu anggota rombongan sebagai pemimpin, jika safarnya rombongan. Kemudian semua anggota rombongan wajib taat pada pemimpin rombongan dalam setiap urusan yang terkait dengan safarnya. 11.Dianjurkan ketika singgah untuk tidak berpencar, namun berkumpul di satu tempat. Karena perpecahan adalah bagian dari godaan setan 12.Memperbanyak berdoa kepada Allah untuk kemaslahatan dunia dan akhirat. Baik untuk pribadi maupun untuk umat secara umum. Karena doa musafir termasuk di antara doa yang mustajab. 13.Berusaha menjauhi segala maksiat baik dosa besar maupun kecil. Terutama di tanah haram. Karena maksiat di tempat yang mulia dan di waktu yang mulia, dosanya lebih besar dan ancamannya lebih membahayakan.
Adab Haji & Umroh 14.Menjaga setiap kewajiban, terutama shalat jamaah. 15.Memperbanyak ketaatan dan ibadah sunah lainnya. Seperti membaca Alquran, dzikir, doa, dll. 16.Menjaga perilaku dan akhlaq. Tidak banyak guyon dan gojek. 17.Segera pulang jika urusan telah selesai 18.Membawa hadiah dan oleh-oleh bagi yang di rumah. Sebaik-baik oleh-oleh haji adalah air zam-zam. 19.Ketika sampai rumah, dianjurkan untuk berpelukan dengan orang yang tinggal di rumah ketika ketemu pertama. 20.Dibolehkan untuk mengadakan acara makan-makan setelah balik dari safar. Pesta makan-makan ini dalam istilah Arab disebut: An Naqi’ah
Rukun Umroh & Kewajiban”nya Rukun umrah ada tiga: • Berihram, berniat untuk memulai umrah • Thawaf • Sa’i Kewajiban Umrah ada dua: • Melakukan ihram ketika hendak memasuki miqat • Bertahallul dengan menggundul atau memotong sebagian rambut • Keterangan: • Meninggalkan rukun, maka umrahnya tidak sempurna dan wajib diulangi • Meninggalkan kewajiban, umrah tetap sah dan kesalahan tersebut (meninggalkan kewajiban) bisa ditutupi dengan DAM. • Melakukan jima’ sebelum tahallul maka wajib membayar seekor kambing, sebagaimana fatwa Ibn Abbas radhiallahu ‘anhuma.
Miqat Haji & Umroh • Pertama, Miqat waktu: haji di bulan-bulan haji. Sedangkan umrah waktunya longgar Kedua, Miqat tempat: Dzul Hulaifah (Bir Ali) –> Orang yang datang dari Madinah dan sekitarnya. Al Juhfah (Khirab) –> Orang yang datang dari Syam. Qarnul Manazil (As-Sailul Kabir) –> Orang yang datang dari Iran, Iraq, Pakistan, dan penduduk-penduduk daerah Timur. Yalamlam –> Orang yang datang dari Yaman dan negeri Selatan. Dzatu Irak –> Orang yang datang dari Irak.
Miqat Haji & Umroh • Catatan: • Wajib bagi jamaah haji maupun umrah untuk melakukan ihram sejak melewati batas miqat yang telah ditentukan. • Jika melewati miqat dalam keadaan tidak berihram, maka wajib kembali keluar daerah miqat kemudian berihram dari miqat. • Jika tidak mungkin untuk keluar maka wajib membayar DAM berupa sembelihan kambing. • Jedah bukan miqat. Karena itu, untuk rute perjalanan: Jakarta – Jedah – Mekah, mengambil miqatnya di pesawat ketika melewati daerah Yalamlam. Sebaiknya kain ihram disiapkan sejak dari bandara Soekarno-Hatta. • Untuk rute perjalanan: Jakarta – Jedah – Madinah – Mekah, jamaah mengambil miqat di Dzul Hulaifah (Bir Ali), sehingga pakaian umrah baru disiapkan ketika di Madinah. Namun, tidak boleh mengambil miqat dari hotel. Karena hotel di Madinah bukan miqat.
Tata Cara Pelaksanaan Umroh • Pertama: • Jika seseorang akan melaksanakan umrah, dianjurkan untuk mempersiapkan diri sebelum berihram dengan mandi sebagaimana seorang yang mandi junub, memakai wangiwangian yang terbaik jika ada dan memakai pakaian ihram. • Kedua: • Pakaian ihram bagi laki-laki berupa dua lembar kain ihran yang berfungsi sebagai sarung dan penutup pundak. Adapun bagi wanita, ia memakai pakaian yang telah disyari’atkan yang menutupi seluruh tubuhnya. Namun tidak dibenarkan memakai cadar/ niqab (penutup wajahnya) dan tidak dibolehkan memakai sarung tangan. • Ketiga: • Berihram dari miqat untuk dengan mengucapkan: ْك عُمْ َرة َ • لَ هبي • “labbaik ‘umroh” (aku memenuhi panggilan-Mu untuk menunaikan ibadah umrah).
Tata Cara Pelaksanaan Umroh • Keempat: • Jika khawatir tidak dapat menyelesaikan umrah karena sakit atau adanya penghalang lain, maka dibolehkan mengucapkan persyaratan setelah mengucapkan kalimat di atas dengan mengatakan, ُ حلِّي َحي ْث َح َبسْ َتنِي ِ • الله ُه هم َم • “Allahumma mahilli haitsu habastani” (Ya Allah, tempat tahallul di mana saja Engkau menahanku). • Dengan mengucapkan persyaratan ini—baik dalam umrah maupun ketika haji–, jika seseorang terhalang untuk menyempurnakan manasiknya, maka dia diperbolehkan bertahallalul dan tidak wajib membayar dam (menyembelih seekor kambing). • Kelima: • Tidak ada alat khusus untuk berihram, namun jika bertepatan dengan waktu shalat wajib, maka shalatlah lalu berihram setelah shalat.
Tata Cara Pelaksanaan Umroh • Keenam: • Setelah mengucapkan “talbiah umrah” (pada poin ketiga), dilanjutkan dengan membaca dan memperbanyak talbiah berikut ini, sambil mengeraskan suara bagi laki-laki dan lirih bagi perempuan hingga tiba di Makkah: • ك لَك َ ك َال َش ِري َ إنه ْال َح ْم َد َوال ِّنعْ َم َة لَك َو ْالم ُْل، ك َ ك لَك لَ هب ْي َ ك َال َش ِري َ لَ هب ْي، ك َ ك الله ُه هم لَ هب ْي َ • لَ هب ْي
• “Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syariika laka labbaik. Innalhamda wan ni’mata, laka wal mulk, laa syariika lak”. (Aku menjawab panggilan-Mu ya Allah, aku menjawab panggilan-Mu, aku menjawab panggilan-Mu, tiada sekutu bagiMu, aku menjawab panggilan-Mu. Sesungguhnya segala pujian, kenikmatan dan kekuasaan hanya milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu). • Ketujuh: • Jika memungkinkan, seseorang dianjurkan untuk mandi sebelum masuk kota Makkah. • Kedelapan: • Masuk Masjidil Haram dengan mendahulukan kaki kanan sambil membaca doa masuk masjid: .ك َ اب َرحْ َم ِت َ • الله ُه هم ا ْف َتحْ لِى أَب َْو
Tata Cara Pelaksanaan Umroh • “Allahummaf-tahlii abwaaba rohmatik” (Ya Allah, bukakanlah untukku pintupintu rahmat-Mu).[1] • Kesembilan: • Menuju ke Hajar Aswad, lalu menghadapnya sambil membaca “Allahu akbar” atau “Bismillah Allahu akbar” lalu mengusapnya dengan tangan kanan dan menciumnya. Jika tidak memungkinkan untuk menciumnya, maka cukup dengan mengusapnya, lalu mencium tangan yang mengusap hajar Aswad. Jika tidak memungkinkan untuk mengusapnya, maka cukup dengan memberi isyarat kepadanya dengan tangan, namun tidak mencium tangan yang memberi isyarat. Ini dilakukan pada setiap putaran thawaf. • Kesepuluh: • Kemudian, memulai thawaf umrah 7 putaran, dimulai dari Hajar Aswad dan berakhir di Hajar Aswad pula. Dan disunnahkan berjalan cepat pada 3 putaran pertama dan berjalan biasa pada 4 putaran terakhir. • Kesebelas: • Disunnahkan pula mengusap Rukun Yamani pada setiap putaran thawaf. Namun tidak dianjurkan mencium rukun Yamani. Dan apabila tidak memungkinkan untuk mengusapnya, maka tidak perlu memberi isyarat dengan tangan. • Kedua belas: • Ketika berada di antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad, disunnahkan membaca, ار َ • َر هب َنا آَ ِت َنا فِي ال ُّد ْن َيا َح َس َنة َوفِي ْاْلَخ َِر ِة َح َس َنة َو ِق َنا َع َذ ِ اب ال هن
Tata Cara Pelaksanaan Umroh • “Robbana aatina fid dunya hasanah, wa fil aakhiroti hasanah wa qina ‘adzaban naar” (Ya Rabb kami, karuniakanlah pada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta selamatkanlah kami dari siksa neraka). (QS. Al Baqarah: 201) • Ketiga belas: • Tidak ada dzikir atau bacaan tertentu pada waktu thawaf, selain yang disebutkan pada no. 12. Dan seseorang yang thawaf boleh membaca Al Qur’an atau do’a dan dzikir yang ia suka. • Keempat belas: • Setelah thawaf, menutup kedua pundaknya, lalu menuju ke makam Ibrahim sambil membaca, ُصلى َ • َوا هتخ ُِذوا ِمنْ َم َق ِام إِب َْراهِي َم م • “Wattakhodzu mim maqoomi ibroohiima musholla” (Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat) (QS. Al Baqarah: 125).
Tata Cara Pelaksanaan Umroh • Kelima belas: • Shalat sunnah thawaf dua raka’at di belakang Maqam Ibrahim[2], pada rakaat pertama setelah membaca surat Al Fatihah, membaca surat Al Kaafirun dan pada raka’at kedua setelah membaca Al Fatihah, membaca surat Al Ikhlas.[3] • Keenam belas: • Setelah shalat disunnahkan minum air zam-zam dan menyirami kepada dengannya. • Ketujuh belas: • Kembali ke Hajar Aswad, bertakbir, lalu mengusap dan menciumnya jika hal itu memungkinkan atau mengusapnya atau memberi isyarat kepadanya. • SA’I UMRAH • Kedelapanbelas: • Kemudian, menuju ke Bukit Shafa untuk melaksanakan sa’i umrah dan jika telah mendekati Shafa, membaca, َّللا • إِنه ال ه ِ ص َفا َو ْال َمرْ َو َة ِمنْ َش َعائ ِِر ه
Tata Cara Pelaksanaan Umroh • “Innash shafaa wal marwata min sya’airillah” (Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah) (QS. Al Baqarah: 158). • Lalu mengucapan, • َنبْدَ أ ُ ِب َما َبدَ أَ ه َّللاُ ِب ِه • “Nabda-u bimaa bada-allah bih”. • Kesembilanbelas: • Menaiki bukit Shafa, lalu menghadap ke arah Ka’bah hingga melihatnya—jika hal itu memungkinkan—, kemudian membaca: )x3( • َّللاُ أَ ْك َب ُر َّللاُ أَ ْك َب ُر َّللاُ أَ ْك َب ُر • الَ إِلَ َه إِاله ه ُ ك َولَ ُه ْال َحمْ ُد يُحْ ِيى َو ُي ِم يت َوه َُو َعلَى ُك ِّل َشىْ ٍء َق ِدير ُ يك لَ ُه لَ ُه ْالم ُْل َ َّللاُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِر • الَ إِلَ َه إِاله ه ُاب َوحْ دَ ه َ ص َر َعبْدَ هُ َو َه َز َم األَحْ َز َ َّللاُ َوحْ دَ هُ أَ ْن َج َز َوعْ دَ هُ َو َن • Kedua puluh: • Bacaan ini diulang tiga kali dan berdoa di antara pengulanganpengulangan itu dengan do’a apa saja yang dikehendaki.
Tata Cara Pelaksanaan Umroh • • • • • •
• •
Kedua puluh satu: Lalu turun dari Shafa dan berjalan menuju ke Marwah. Kedua puluh dua: Disunnahkan berlari-lari kecil dengan cepat dan sungguh-sungguh di antara dua tanda lampu hijau yang beada di Mas’a (tempat sa’i) bagi laki-laki, lalu berjalan biasa menuju Marwah dan menaikinya. Kedua puluh tiga: Setibanya di Marwah, kerjakanlah apa-apa yang dikerjakan di Shafa, yaitu menghadap kiblat, bertakbir, membaca dzikir pada no. 19 dan berdo’a dengan do’a apa saja yang dikehendaki, perjalanan (dari Shafa ke Marwah) dihitung satu putaran. Kedua puluh empat: Kemudian turunlah, lalu menuju ke Shafa dengan berjalan di tempat yang ditentukan untuk berjalan dan berlari bagi laki-laki di tempat yang ditentukan untuk berlari, lalu naik ke Shafa dan lakukan seperti semula, dengan demikian terhitung dua putaran.
Tata Cara Pelaksanaan Umroh • • • •
Kedua puluh lima: Lakukanlah hal ini sampai tujuh kali dengan berakhir di Marwah. Kedua puluh enam: Ketika sa’i, tidak ada dzikir-dzikir tertentu, maka boleh berdzikir, berdo’a, atau membaca bacaan-bacaan yang dikehendaki. • Kedua puluh tujuh: • Jika membaca do’a ini: ْ • الله ُه هم َ اغ ِفرْ َوارْ َح ْم َوأَ ْن ت األَ َع ُّز األَ ْك َر ُم • “Allahummaghfirli warham wa antal a’azzul akrom” (Ya Rabbku, ampuni dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa dan Maha Pemurah), tidaklah mengapa karena telah diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud dan ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya mereka membacanya ketika sa’i.
Tata Cara Pelaksanaan Umroh • Kedua puluh delapan: • Setelah sa’i, maka bertahallul dengan memendekkan seluruh rambut kepala atau mencukur gundul, dan yang mencukur gundul itulah yang lebih afdhal. Adapun bagi wanita, cukup dengan memotong rambutnya sepanjang satu ruas jari. • Kedua puluh sembilan: • Setelah memotong atau mencukur rambut, maka berakhirlah ibadah umrah dan Anda telah dibolehkan untuk mengerjakan hal-hal yang tadinya dilarang ketika dalam keadaan ihram.
Tata Cara Pelaksanaan Umroh
Pakaian Ihrom 1. Pakaian untuk pria • Bagi pria yang utama adalah ihrom dengan baju ihrom putih, yakni selendang dan kain. Tapi jika tidak ada berwarna putih maka tidak apa-apa. Sebab terdapat riwayat dari Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bahwa beliau ihrom dengan baju hijau. • Pria ketika ihrom tidak boleh memakai kaos kaki dan khuf (sepatu slop) kecuali jika tidak punya sandal. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam: • "Barangsiapa yang tidak mendapatkan sandal, maka dia boleh memakai khuf, dan siapa yang tidak mendapatkan kain, maka dia boleh memakai celana panjang" [Muttafaqun 'Alaih] • Pria juga dilarang mengenakan kaos tangan ketika ihrom, karena Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam melarang menggunakan pakaian yang membentuk tubuhnya (atau yang sering digolongkan sebagai pakaian yang berjahit). (Syaikh Abdul Aziz bin Abdulloh bin Baz)
Pakaian Ihrom 2. Pakaian untuk wanita • Wanita boleh berihrom dengan pakaian yang dia mau selama menutup aurot. Tidak ada pakaian khusus ketika ihrom sebagaimana anggapan orang-orang awam. Tapi yang utama adalah dia ihrom dengan pakaian yang tidak menarik pandangan pria sebab dia bercampur dengan banyak manusia. Maka seyogianya bila wanita ketika ihrom memakai pakaian yang wajar dan tidak mengundang fitnah. • Wanita diperbolehkan memakai kaos kaki dan sepatu khuf, karena kaki wanita adalah aurot. Dan jika seorang wanita menjulurkan bajunya hingga menutup kedua kakinya maka cukup baginya dari kaos kaki dan khuf dalam sholat dan yang lainnya.
Pakaian Ihrom • Tidak diperbolehkan bagi wanita memakai kaos tangan ketika ihrom. Sebab Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda tentang wanita yang sedang ihrom: • "Janganlah wanita bercadar, dan janganlah dia memakai kaos tangan" [HR. Bukhari dalam shahihnya] • Sebagai ganti cadar, dia dapat menutup wajahnya dengan kerudung dan yang sepertinya ketika dia berhadapan pria. Ini berdasarkan riwayat dari Aisyah rodhiyallohu 'anha, ia berkata: • "Adalah rombongan pria melewati kami dan kami bersama Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam. Ketika mereka berpapasan dengan kami. setiap orang diantara kami mejulurkan jilbabnya dari kepala ke mukanya, dan jika mereka telah melewati kami, maka kami membukanya" [HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah]
THOWAF
Cara Thowaf 1. Pastikan dalam keadaan suci sebelum thowaf, karena suci syarat sah thowaf 2. Membuka ketiak kanan (idhtiba’) 3. Memulai putaran dari Hajar Aswad 4. 3 putaran pertama disunnahkan dengan lari (roml) jika mampu 5. Mencium Hajar Aswad jika mampu. Jika tidak, boleh menyentuhnya dengan tangannya lalu mencium tangannya. Jika tidak, bisa dengan tongkat. Jika tidak, cukup melambai dari jauh (tanpa mencium tangan) dan mengucapkan: بسم هللا هللا أكبر 6. Mengitari Ka’bah dengan berdoa, berdzikir atau membaca Qur’an tanpa mengangkat suara hingga mengganggu orang lain
Cara Thowaf 7. Mengusap Rukun Yamani jika mampu. Jika tidak maka berlalu tanpa melambai. 8. Antara Rukun Yamani hingga Hajar Aswad membaca: ربنا آتنا في الدنيا حسنة و في اآلخرة حسنة و قنا عذاب النار "Ya Alloh berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa api neraka" Melakukan langkah no.3 sampai 7 hingga 7 kali putaran 9. Menutup ketiak 10.Disunnahkan sholat 2 roka’at di belakang Maqom Ibrohim jika mampu. Jika tidak, maka sholat dimana saja di sekitar Masjidil Harom. Setelah membaca Al-Fatihah di roka’at pertama membaca surat Al-Kaafiruun dan pada roka’at kedua membaca Al-Ikhlash.
Serba-Serbi Thowaf 1.Ragu dalam hitungan thowaf 2.Bersentuhan dengan wanita ketika thowaf 3.Iqomat dikumandangkan saat sedang thowaf 4.Thowaf dan sa’i tidak bersambung 5.Thowaf di lantai atas/serambi Masjidil Haram 6.Thowaf di Hijr Ismail 7.Mencium Hajar Aswad hanya saat thowaf 8.Wanita ikut berdesakan mencium Hajar Aswad 9.Meniatkan pahala thowaf untuk orang tua yang telah meninggal 10.Membayar orang untuk membantu mencium Hajar Aswad
Sa’i
Tata Cara Sa’i 1. Disunnahkan dalam keadaan suci sebelum sa’i, karena suci bukan syarat sah sa’i 2. Naik ke Shafa dengan membaca: إن الصفا و المروة من شعائر َّللا .فمن حج البيت أو اعتمر فال جناح عليه أن • يطوف بهما .و من تطوع خيرا فإن َّللا شاكر عليم (البقرة )158 : • atau َّللا – أبْدَ أ ُ ِب َما َبدَ أَ َّللاُ ِب ِه • إِنه ال ه ص َفا َو ْال َمرْ َو َة ِمنْ َش َعائ ِِر ه ِ 3. Menghadap ke Ka’bah, mengangkat kedua tangan lalu berdoa: َّللا أكبر )• (3x ال إله إال َّللا وحده ال شريك له .له الملك و له الحمد و هو على كل شيئ قدير • ال إله إال َّللا وحده أنجز وعده و نصر عبده و هزم األحزاب وحده • 4. Membaca doa tersebut di atas 3 kali dan disertai doa-doa yang dikehendaki 5. Turun dari Shafa menuju Marwah
Tata Cara Sa’i 6. Pada lampu hijau, disunnahkan bagi laki-laki untuk berlari hingga lampu hijau berikutnya. Ini tidak disunnahkan bagi wanita 7. Terus menuju Marwah dengan dibarengi doa, dzikir atau membaca Qur’an 8. Sesampainya di Marwah, melakukan langkah ke-3 dan 4 sebagaimana yang dilakukan di Shafa 9. Turun dari Marwah ke Shafa serta melakukan langkah ke-6 dan ke-7 10.Langkah ke-3 hingga 8 dilakukan hingga 7 putaran, dimana cara menghitungnya adalah, dari Shafa ke Marwah dihitung satu kali, dan dari Marwah ke Shafa dihitung satu kali, sehingga hitungan ketujuh berkahir di Marwah. • (Syaikh Abdul Aziz bin Abdulloh bin Baz)
Serba-serbi Sa’i 1.Sa’i sebelum thowaf 2.Sa’i kurang dari 7 lalu pergi 3.Iqomat dikumandangkan saat sedang sa’i 4.Sa’i dari Marwah ke Shafa 5.Wanita haidh mengerjakan sa’i atau duduk di tempat sa’i
Tahallul • Untuk laki-laki, tahallul bisa dilakukan dengan dua cara: • Menggundul, inilah cara yang lebih dianjurkan. Disebutkan dalam hadis Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan kebaikan tiga kali untuk orang yang menggundul dan sekali untuk yang tidak menggundul. (HR. Bukhari dan Muslim) • Memotong pendek, namun merata di seluruh bagian rambut. BUKAN memotong ujungnya saja. • Bagi wanita, hanya boleh menggunting sedikit rambutnya, kira-kira seukuran ruas jari. (Sahih Abu Daud)
Setelah melakukan tahallul, Anda sudah halal, tidak lagi disebut muhrim, dan selanjutnya boleh melakukan kegiatan apapun yang dilarang ketika ihram.
Larangan-larangan Ketika Ihrom 1. Memotong rambut yang ada di seluruh tubuh dengan cara apapun tanpa alasan yang membolehkan. Baik sebagian maupun digundul, baik hanya dipotong maupun dicabuti. 2. Memotong kuku tangan maupun kaki tanpa alasan yang membolehkan. 3. Bersengaja menutupi kepala atau wajah bagi laki-laki. Dengan menutupkan sesuatu yang sifatnya melekat (menempel) di atas kepala. Adapun jika tutupnya terpisah, seperti kemah, tenda, atau atap mobil maka diperbolehkan. Karena Usamah bin Zaid dan Bilal bin Rabah radhiallahu ‘anhu pernah menggunakan pakaiannya untuk menutupi dirinya dari terik matahari ketika melempar jumrah aqabah. 4. Mengenakan pakaian yang berjahit dengan sengaja bagi laki-laki 5. Bersengaja menggunakan wewangian ketika sudah mulai berihram. • Adapun sisa wewangian yang dipakai sebelum ihram dan bau wanginya masih ada ketika ihram maka diperbolehkan.
Larangan-larangan Ketika Ihrom 6. Membunuh binatang buruan darat. Bentuk pembunuhan ini ada beberapa macam: • Berburu sendiri • Memerintahkan orang lain untuk berburu • Menunjukkan binatang buruannya • Ada orang yang berburu untuk diberikan kepadanya, baik dia tahu maupun tidak tahu. 7. Melakukan akad nikah atau menikahkan orang lain. Termasuk dalam hal ini adalah larangan melamar. • Catatan: Pelanggaran akad nikah tidak ada fidyahnya namun akad nikahnya batal. 8. Melakukan hubungan suami istri dengan sengaja. Pelanggaran ini menyebabkan ihramnya batal. 9. Bercumbu selain jima’. Meskipun hanya dengan menyentuh, mencium, atau sebatas melihat yang semuanya dengan syahwat.
Larangan-larangan Ketika Ihrom
Serba-Serbi Umroh A. Haidh sebelum Umroh dan Tidak Bisa Tinggal di Mekkah hingga Suci Jika seorang wanita mengalami haidh ketika sudah ihrom dan belum thowaf sedangkan suaminya harus segera meninggalkan Mekkah dan dia tidak mempunyai mahrom di Mekkah, maka gugur darinya syarat suci dari haidh untuk masuk masjid dan thowaf karena darurat, maka dia menyumbat kemaluannya lalu thowaf dan sa'i untuk umrohnya. Kecuali dia dapat kembali lagi ke Mekkah bersama suami atau mahromnya karena dekatnya jarak dan murahnya biaya, maka dia kembali lagi langsung ketika suci dari haidhnya untuk thowaf dan sa'i dalam keadaan suci. Alloh berfirman: • "Alloh menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu" [Al-Baqarah : 185] • "Alloh tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya" [Al-Baqarah : 286] Rasululloh shallallohu 'alaihi wa sallam bersabda : • "Jika aku memerintahkan kamu suatu perkara maka lakukanlah dia menurut kemampuanmu" [HR. Bukhari dan Muslim]
Serba-Serbi Umroh B. Ziarah Kubur Rasulullah 1. Disunahkan berziarah ke Masjid Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam, baik sebelum haji ataupun sesudahnya. 2. Bagi yang berziarah ke Masjid Nabawi, disunatkan memulai dengan sholat dua roka’at tahiyyatul masjid dimana saja di dalam Masjid. Dan yang lebih utama sholat dilakukan di Raudhoh yang mulia. 3. Ziarah ke kubur Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam, dan ke pekuburan lain, hanya disyari'atkan untuk kaum pria, bukan untuk kaum wanita, dengan syarat agar dilakukan tanpa bersusah payah. 4. Mengucapkan ”assalamu’alaika ya Rasulullah (ya Aba Bakr, ya Umar) 5. Mengusap-ngusap dinding kubur Rosul, atau menciumnya ataupun mengelilinginya (bertawaf di sekitarnya), adalah perbuatan bid'ah yang mungkar, yang tidak pernah dilakukan oleh ulama-ulama Salaf. Lebih-lebih apabila ia mengelilinginya dengan maksud mendekatkan diri kepada Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam, maka hal itu adalah syirik besar.
Serba-Serbi Umroh 6. Tidak boleh bagi seseorang memohon kepada Rosul agar beliau memenuhi hajatnya atau melepaskan dirinya dari kesulitan, sebab hal itu syirik. 7. Kehidupan Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam, didalam kubur adalah kehidupan alam barzakh, bukan seperti hidup di dunia sebelum wafatnya. Dan kehidupan itu hanya Alloh saja yang mengetahui hakekat dan keadaannya. 8. Mengutamakan berdo'a didekat kubur Rosul shollallohu 'alaihi wa sallam, sambil menghadap kearahnya dengan mengangkat kedua belah tangan, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian penziarah, adalah termasuk bid'ah yang diada-adakan. 9. Ziarah ke kubur Rosul shollallohu 'alaihi wa sallam, bukanlah wajib, dan bukan merupakan suatu syarat dalam ibadah haji, sebagaimana anggapan sebagian orang awam. 10.Hadits-hadits yang dipergunakan sebagai dasar hukum oleh orangorang yang membolehkan untuk bersusah-payah mendatangi kubur Rosul shollallohu 'alaihi wa sallam adalah hadits-hadits yang lemah sanadnya atau hadits-hadits bikinan.
Hukum Umroh Berulang-ulang • Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahulloh menyebutkan, bahwa ulama salaf sepakat tentang makruhnya mengulang-ulang umroh dan memperbanyaknya. Baik pendapat ini diterima atau tidak diterima, maka keluarnya seseorang dari daerahnya untuk umroh, lalu keluarnya dari Mekkah ke selain tanah harom (Tan’im dan tempat miqot lain) untuk melaksanakan umroh kedua, ketiga pada bulan Romadhon dan di waktu yang lainnya, adalah termasuk perbuatan bid’ah yang tidak dikenal pada masa Nabi shallallohu 'alaihi wa sallam. • Pada masa Nabi shallallohu 'alaihi wa sallam hanya dikenal satu masalah terkait yaitu masalah Aisyah radhiyallohu ‘anha ketika ihrom haji tamattu’ lalu haidh. Ketika Nabi shallallohu 'alaihi wa sallam menemuinya, maka didapatkannya dia menangis dan Nabi menanyakan sebab dia menangis. Lalu Aisyah memberitahukannya kepada Nabi bahwa dia haidh. Maka Nabi menenangkan kepadanya bahwa haidh adalah sesuatu yang telah ditetapkan Alloh kepada anakanak perempuan Bani Adam. • Kemudian Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepadanya untuk ihrom haji. Maka Aisyah ihrom haji dan menjadi haji qiran. Tetapi ketika Aisyah selesai melaksanakan haji, dia mendesak Nabi untuk dizinkan umroh sendiri. Maka Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam mengizinkannya dan memerintahkan saudaranya, Abdurrahman bin Abu Bakar, semoga Alloh meridhoi keduanya, agar menyertainya ke Tan’im. Maka Abdurrahman keluar bersama Aisyah ke Tan’im dan Aisyah Umroh.
Hukum Umroh Berulang-ulang • Seandainya hal ini termasuk sesuatu yang disyariatkan dalam bentuk kemutlakan, niscaya Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam mengarahkan para shahabat, bahkan akan menganjurkan Abdurrahman bin Abu Bakar yang keluar bersama saudarinya untuk melaksanakan umroh karena akan mendapatkan pahala. Dan telah maklum dari semua itu, bahwa Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam mukim di Mekkah pada tahun pembebasan kota Mekkah selama sembilan belas hari, tapi beliau tidak melaksanakan umroh padahal demikian itu mudah dilakukan oleh Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam. Ini menunjukkan bahwa orang yang umroh pada bulan Romadhon atau di waktu yang lainnya maka dia tidak mengulang-ulang umroh dengan keluar dari Mekkah ke tempat yang bukan tanah suci (miqot). Sebab demikian ini tidak sesuai sunnah Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam dan juga tidak sesuai dengan sunnah Khulafa’ur Rosyidin bahkan tidak semua shahabat Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam.
Hukum Umroh Berulang-ulang • Demikian juga banyak di antara menusia yang mengatakan bahwa kedatangannya untuk umroh pada bulan Romadhon adalah diperuntukkan ibunya atau kedua orang tuanya, atau yang seperti itu. Maka kami mengatakan, bahwa menghadiahkan ibadah kepada orang-orang yang meninggal tidak disyariatkan dalam Islam. Artinya, seseorang tidak dituntut untuk mengerjakan ibadah untuk ibu atau bapak atau saudara perempuannya. Tapi jika melakukan hal tersebut diperbolehkan. Sebab Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam mengizinkan kepada Sa’ad bin Ubadah rodhiyallohu ‘anhu menyedekahkan kebun kurmanya untuk ibunya yang telah meninggal. Dan ketika seseorang minta izin kepada Nabi seraya berkata: “Wahai Rosululloh, ibu saya meninggal mendadak dan saya kira kalau dia sempat berbicara niscaya dia akan bersedekah. Apakah saya boleh bersedekah untuk dia?” Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: “Ya”. Meskipun demikian Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam tidak bersabda kepada para shahabatnya secara umum: “Bersedekahlah kalian untuk orang-orang yang meninggal atau untuk bapak-bapak kalian atau untuk ibu-ibu kalian!”.
11 Alasan Tidak Umroh Berulang Kali di Mekkah • Pertama: Pelaksanaan empat umroh yang dikerjakan Rosululloh, masing-masing dikerjakan dengan perjalanan (safar) tersendiri. Bukan satu perjalanan untuk sekian banyak umroh, seperti yang dilakukan oleh jamaah haji sekarang ini. Syaikh Muhammad bin Sholih Al-'Utsaimin menyimpulkan, setiap umroh mempunyai waktu safar tersendiri. Artinya, satu perjalanan hanya untuk satu umroh saja. Sedangkan perjalanan menuju Tan’im belum bisa dianggap safar. Sebab masih berada dalam lingkup kota Mekkah. • Kedua: Para sahabat yang menyertai Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam dalam haji Wada’, tidak ada riwayat yang menerangkan salah seorang dari mereka yang beranjak keluar menuju tanah yang halal untuk tujuan umroh, baik sebelum atau setelah pelaksanaan haji. Juga tidak pergi ke Tan’im, Hudhaibiyah atau Ji’ranah untuk tujuan umroh. Begitu pula, orang-orang yang tinggal di Mekkah, tidak ada yang keluar menuju tanah halal untuk tujuan umroh. Ini sebuah perkara yang disepakati dan dimaklumi oleh semua ulama yang mengerti sunnah dan syariat Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam.
11 Alasan Tidak Umroh Berulang Kali di Mekkah • Ketiga: Umroh beliau shollallohu 'alaihi wa sallam yang dimulai dari Ji’ranah tidak bisa dijadikan dalil untuk membolehkan umroh berulang-ulang. Sebab, pada awalnya beliau memasuki kota Mekkah untuk menaklukannya dalam keadaan halal (bukan muhrim) pada tahun 8 H. Selama 17 hari beliau berada di sana. Kemudian sampai kepada beliau berita, kalau suku Hawazin bermaksud memerangi beliau. Akhirnya beliau mendatangi dan memerangi mereka. Ghanimah dibagi di daerah Ji’ranah. Setelah itu, beliau ingin mengerjakan umroh dari Ji’ranah. Beliau tidak keluar dari Mekkah ke Ji’ranah secara khusus. Namun, ada perkara lain yang membuat beliau keluar dari Mekkah. Jadi, semata-mata bukan untuk mengerjakan umroh. • Keempat: Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam, juga para sahabat -kecuali ‘Aisyahtidak pernah mengerjakan satu umroh pun dari Mekkah, meski setelah Mekkah ditaklukkan. Begitu pula, tidak ada seorang pun yang keluar dari tanah Haram menuju tanah yang halal untuk mengerjakan umroh dari sana sebelum Mekkah ditaklukkan dan menjadi Darul Islam. Karena thowaf di Ka’bah tetap masyru’ sejak Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam diutus. Bahkan sejak Nabi Ibrahim ’alaihissalam. Mengerjakan thowaf tanpa umroh terlebih dahulu, sudah mengantarkan kepada sebuah ketetapan yang pasti, bahwa perkara yang disyariatkan bagi penduduk Mekkah (orang yang berada di Mekkah) adalah thowaf. Itulah yang lebih utama bagi mereka dari pada keluar dari tanah Haram untuk mengerjakan umroh.
11 Alasan Tidak Umroh Berulang Kali di Mekkah • Kelima: Tentang umroh yang dilakukan oleh ‘Aisyah pada haji Wada’ bukanlah berdasarkan perintah Nabi. Beliau mengizinkannya setelah 'Aisyah memohon dengan sangat. Umroh yang dilakukan ‘Aisyah ini sebagai pengkhususan baginya. Sebab, belum didapati satu pun dalil dari seorang sahabat pria ataupun perempuan yang menerangkan bahwa ia pernah melakukan umroh usai melaksanakan ibadah haji, dengan memulai ihrom dari kawasan Tan’im, sebagaiamana yang telah dilakukan 'Aisyah rodhiyallohu 'anha. Andaikata para sahabat mengetahui perbuatan ‘Aisyah tersebut disyariatkan juga buat mereka pasca menunaikan ibadah haji, niscaya banyak riwayat dari mereka yang menjelaskan hal itu. • Keenam: Kaum Muslimin bersilang pendapat tentang hukum umroh, apakah wajib ataukah tidak. Para ulama yang memandang umroh itu wajib seperti layaknya haji, mereka tidak mewajibkannya atas penduduk Mekkah. Imam Ahmad pernah menukil perkataan Ibnu 'Abbas: “Wahai penduduk Mekkah, tidak ada kewajiban umroh atas kalian. Umroh kalian adalah thowaf di Ka’bah”. • ‘Atha bin Abi Rabah –ulama yang paling menguasai manasik haji dan panutan penduduk Mekkah– berkata : “Tidak ada manusia ciptaan Alloh kecuali wajib atas dirinya haji dan umroh. Dua kewajiban yang harus dilaksanakan bagi orang yang mampu, kecuali penghuni Mekkah. Mereka wajib mengerjakan haji, tetapi tidak wajib umroh, karena mereka sudah mengerjakan thowaf. Dan itu sudah mencukupi”.
11 Alasan Tidak Umroh Berulang Kali di Mekkah • Ketujuh: Intisari umroh adalah thowaf. Adapun sa’i antara Shafa dan Marwah bersifat menyertai saja. Bukti yang menunjukkannya sebagai penyerta adalah, sa'i tidak dikerjakan kecuali setelah thowaf. Dan ibadah thowaf ini bisa dikerjakan oleh penduduk Mekkah, tanpa harus keluar dari batas tanah suci Mekkah terlebih dahulu. Barangsiapa yang sudah mampu mengerjakan perkara yang inti, ia tidak diperintahkan untuk menempuh wasilah (perantara yang mengantarkan kepada tujuan). • Kedelapan: Berkeliling di Ka’bah adalah ibadah yang dituntut. Adapun menempuh perjalanan menuju tempat halal untuk berniat umroh dari sana merupakan sarana menjalankan ibadah yang diminta. Orang yang menyibukkan diri dengan sarana (menuju tempat yang halal untuk berumroh dari sana) sehingga meninggalkan tujuan inti (thowaf), orang ini telah salah jalan, tidak paham tentang agama. Lebih buruk dari orang yang berdiam di dekat masjid pada hari Jum’at, sehingga memungkinkannya bersegera menuju masjid untuk sholat, tetapi ia justru menuju tempat yang jauh untuk mengawali perjalanan menuju masjid itu. Akibatnya, ia meninggalkan perkara yang menjadi tuntutan, yaitu sholat di dalam masjid tersebut.
11 Alasan Tidak Umroh Berulang Kali di Mekkah
• Kesembilan: Mereka mengetahui dengan yakin, bahwa thowaf di sekeliling Baitullah jauh lebih utama daripada sa’i. Maka daripada mereka menyibukkan diri dengan pergi keluar ke daerah Tan’im dan sibuk dengan amalan-amalan umroh yang baru sebagai tambahan bagi umroh sebelumnya, lebih baik mereka melakukan thowaf di sekeliling Ka’bah. Dan sudah dimaklumi, bahwa waktu yang tersita untuk pergi ke Tan’im karena ingin memulai ihrom untuk umroh yang baru, dapat dimanfaatkan untuk mengerjakan thowaf ratusan kali keliling Ka’bah. • Kesepuluh: Setelah memaparkan kejadian orang yang berumroh berulangulang, misalnya melakukannya dua kali dalam sehari, Syaikhul Islam semakin memantapkan pendapatnya, bahwa umroh yang demikian tersebut makruh, berdasarkan kesepakatan para imam. Selanjutnya beliau menambahkan, meskipun ada sejumlah ulama dari kalangan Syafi’iyyah dan ulama Hanabilah yang menilai umroh berulang kali sebagai amalan yang sunnah, namun pada dasarnya mereka tidak mempunyai hujjah khusus, kecuali hanya qiyas umum. Yakni, untuk memperbanyak ibadah atau berpegangan dengan dalil-dalil yang umum. • Kesebelas: Pada penaklukan kota Mekkah, Nabi Shollallohu 'alaihi wa sallam berada di Mekkah selama sembilan belas hari. Tetapi, tidak ada riwayat bahwa beliau keluar ke daerah halal untuk melangsungkan umroh dari sana. Apakah Nabi tidak tahu bahwa itu masyru’ (disyariatkan)? Tentu saja tidak mungkin!
Kita tutup dengan membaca Doa Penutup Majelis :
Selesai