Proyek yang Mega
P
emerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro di tahun 2014 ini tengah giat menuntaskan beberapa proyek dengan anggaran besar. Kami sebut bangunan itu dengan megaproyek. Satu titik pembangunan bisa senilai Rp55,5 miliar. Sebut saja untuk membuat gedung delapan lantai kantor Pemkab Bojonegoro. Belum lagi untuk mempermak Rumah Sakit (RS) di Jalan Veteran senilai Rp37,9 miliar, jembatan Padangan-Kasiman Rp31 miliar. Selanjutnya Gelanggang Olah Raga (GOR) di Desa Ngumpakdalem, Kecamatan Dander senilai Rp28,8 miliar dan Masjid Agung Darussalam dengan nilai proyek Rp23,4 miliar. Tidak hanya itu saja, puluhan jembatan, taman dan lain-lain menghabiskan anggaran daerah sampai Rp50 lebih. Kondisi itu cukup terbalik dengan program-program yang bersinggungan dekat dengan masyarakat, belum bisa dijalankan dengan maksimal. Lihat saja proyek prestisius yang digembar-gemborkan pemimpin Kota Ledre ke penjuru negeri, jambu merah. Tujuh tender senilai total Rp5,9 miliar belum bisa dilakukan semuanya. Alasan muncul karena spesifikasi atau varietas sulit dipenuhi peserta tender. Artinya, jika sampai Desember tidak terserap, maka program tersebut bisa dibilang gagal. Padahal, jika sukses di tahap lelang dan dijalankan, maka ratusan Gapoktan yang membawai ribuan warga tersentuh program. Itulah bedanya proyek fisik dan
non fisik. Jika proyek fisik membongkar, kemungkinan akan sulit dipersalahkan atau dihujat. Sebut saja RS di Jalan Veteran yang awalnya dibuat untuk standar internasional, karena pada saat Bupati Santoso melihat potensi industri Minyak dan Gas Bumi (Migas) mulai memuncak, kembali harus dipermak. Sempat tidak disentuh selama kurang lebih 7 tahun, akhirnya kembali dianggarkan dengan dana besar. Bangunan itu belum sempat ditempati, karena setelah selesai dibangun langsung didiamkan begitu saja. Banyak hal yang melatarbelakangi waktu itu, kenapa tidak langsung dipakai. Itu salah satu contoh. Bongkar pasang lain terjadi di Alun-alun Bojonegoro, walaupun tidak terlalu signifikan. Namun, perencanaan proyek sempat membuat bingung pembuat desain, sehingga anggaran yang sudah tercantum di APBD 2014 baru dilaksanakan menjelang akhir tahun. Redaksi blokBojonegoro menyajikan liputan tentang “Meliuk di Senjakala Megaproyek” hanya ingin mengetengahkan, bagaimana cara kontraktor, pengambil kebijakan dan masyarakat menyikapi dengan arif saat akhir-akhir pengerjaan. Patut dilihat bersama dan diawasi. Jangan sampai ketika proyek memasuki masa tenggat, pengerjaan asal-asalan dan bahkan ada yang tidak tepat waktu. Ini uang Negara dan rakyat turut membayarnya. Selamat menikmati.
Antisipasi Banjir Lokal dengan Pembuatan Biopori
UNTUK mencegah banjir lokal, siswa Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ulum (MINU) Sumberrejo, bersama-sama membuat biopori di sekitar lingkungan madrasah setempat, Minggu pertama di bulan Desember. Tampak, puluhan siswa membawa perlengkapan yang telah disediakan, seperti bor manual, pipih besi dan pisau bergerombol sesuai spot atau titik tanah yang hendak dilobangi. Kegiatan dibuat oleh kelompok masing-masing. Mereka melakukan aktivitas sesuai instruksi yang diberikan pembimbing dengan melubangi tanah yang hendak dijadikan titik biopori. Alat-
alat tersebut diberikan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bojonegoro belum lama ini. “Madrasah kami memang terpilih menjadi pilot project BLH Bojonegoro sebagai calon sekolah/madrasah Adiwiyata,” kata Kepala Madrasah, Mariyanto ketika diwawancarai terkait stok perlengkapan yang digunakan anak-anak didiknya. Tujuan dari pembuatan biopori ini untuk mengantisipasi banjir yang sering terjadi pada musim penghujan. “Paling tidak, kami sudah berusaha meminimalisir banjir lokal yang sewaktu-waktu bisa terjadi akibat lebatnya hujan yang terjadi,” tutur Pembina kegiatan Ahsan. Bukan itu saja, kegiatan tersebut untuk memberikan pendidikan lingkungan kepada anak didik. Sebab, di rumah bisa dipraktikkan untuk membuat biopori secara mandiri dengan pengawasan orang tua. *Pengirim : Satria Amilina
Redaksi menerima tulisan berupa artikel, opini dan karya tulis lainnya dengan panjang tulisan minimal 2 setengah halaman kertas A 4, font Time New Roman ukuran 12 spasi/single. tulisan bisa dikirim via email yang telah disediakan di atas. Juga bisa datang langsung ke kantor redaksi blokBojonegoro yang beralamatkan di Ruko Permata Jetak Jl. MT. Haryono No. 5A. Redaksi berhak mengedit kalimat tanpa me-ngubah maksud dan tujuan tulisan. Bagi tulisan yang dimuat, akan mendapatkan imbalan sepantasnya.
Meliuk di Senjakala Megaproyek
GEDUNG Pemkab Bojonegoro yang berada di timur Jalan Mas Tumapel Kota Bojonegoro berdiri megah, walaupun kondisinya belum tuntas 100 persen dari luarnya
Hingga akhir tahun 2014 ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro benarbenar ingin segera merealisasikan beberapa megaproyek yang nilai totalnya Rp175 miliar lebih. Rata-rata, bangunan tersebut belum tuntas dan masih membutuhkan tambahan anggaran besar di tahun 2015 mendatang Laporan: Riska Irdiyana, Joel Joko, Muhamad Fatoni
P
agi itu, sekitar akhir November 2014, di salah satu warung kopi di Jalan dr Suharso, Kota Bojonegoro, beberapa tokoh pemuda, pegiat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi dan pejabat lain, tengah membincang mengenai proyek-proyek besar di Kota Ledre, sebutan Kabupaten Bojonegoro. Mereka berpikir keras, apakah bangunan tersebut bisa sesuai harapan masyarakat di Bojonegoro. Bahasan dimulai dari gedung berlantai delapan yang ada di komplek kantor Pemkab Bojonegoro di Jalan Mas Tumapel. Proyek dengan anggaran Rp55.540.000.000 melalui pemenang tender PT Hutama Karya (Persero). Juga bangunan Rumah Sakit (RS) di Jalan Veteran senilai Rp37,9 miliar dan jembatan Padangan-Kasiman Rp31miliar. Selanjutnya Gelanggang Olah Raga (GOR) di Desa Ngumpakdalem, Kecamatan Dander senilai Rp28,8 miliar dan
Masjid Agung Darussalam dengan nilai proyek Rp23,4 miliar. “Nilainya cukup besar megaproyek tahun 2014 ini, pastinya tidak akan bisa selesai semua di tahun 2014 ini,” kata salah seorang peserta diskusi, Edi. Pria yang juga aktivitas pemberdayaan di Kabupaten Bojonegoro itu menerangkan, kalau proyekproyek tersebut memang sangat monumental. Banyak pihak teringat ketika masa akhir kepemimpinan Bupati Santoso, banyak proyek akhirnya bermasalah dan sempat terkatung-katung pembayarannya karena menggunakan sistem multiyear saat itu. Sebut saja RS di Jalan Veteran yang awalnya ditargetkan untuk skala internasional berbuntut panjang. Proyek monumental lain ada di Jembatan Malo. “Kali ini juga luar biasa, jumlahnya tidak sedikit. Yang anggarannya di atas Rp20 miliar ada lima proyek yang terlihat. Bisa jadi ini meliuk di akhir tahun
proyek,” terangnya. Hal senada disampaikan aktivitas perempuan dari Koalisi Perempuan Indonesia (KPI), Nafidzatul Himmah. Menurutnya, pengawalan untuk proyek harus dilakukan masyarakat, terutama melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bojonegoro. Sebab, jika tidak akan bermasalah setelah proyek selesai. “Sudah sering terjadi di Bojonegoro, banyak pejabat masuk ke penjara karena terjerat dugaan korupsi. Dewan dan masyarakat harus turut serta mengawasi,” terang mahasiswa semester akhir di Pascasarjana Universitas Dr. Soetomo Surabaya tersebut. Ia juga menilai, keberadaan proyek fisik harusnya diimbangi dengan program-program yang menyentuh masyarakat. Sebab, masih banyak yang kurang tepat dan masih menjadi pekerjaan rumah. Sebut saja program bawang merah yang membuat harga semakin drop dan petani takut menanam lagi, serta proyek jambu merah sebesar Rp5.925.000.000 yang terbagi dalam tujuh paket lelang beberapa diantaranya gagal ditenderkan. “Disinilah ujian pemerintah, tidak hanya bisa dan mudah menyelesaikan proyek fisik, namun juga harus serius pada program-program yang me-
nyentuh masyarakat kecil,” tambah Himma, panggilan akrab wanita asal Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro tersebut. Baru Sebatas Proyek Fisik Tahun 2014 ini memang menjadi ajang pentas beberapa proyek mercusuar yang rata-rata setengah jalan. Walaupun ada yang sudah akhir pengerjaan, seperti Jembatan Padangan-Kasiman senilai Rp31,9 miliar sesuai rencana telah rampung. Walaupun masih ada tambahan beberapa pekerjaan lagi hingga akhir Desember 2014. “Sampai sejauh ini yang sudah jalan pembangunan fisik. Untuk non fisik masih tersendat. Yang kami soroti seperti di Dinas Pertanian, proyek jambu merah yang anggarannya hampir Rp6 miliar tidak jelas hingga akhir tahun anggaran,” kata Ketua Komisi B DPRD Bojonegoro, Sigit Kushariyanto. Ia menyayangkan, jika anggaran besar tidak bisa terserap dan pihaknya meminta Dinas Pertanian mengevaluasi segala program
blokBojonegoro/M. Yazid
yang akan dilaksanakan tahun 2015 mendatang. Penguatan infrastruktur merupakan salah satu langkah yang harus dilakukan sebelum menjalankan sebuah program yang menelan anggaran negara. “Jika ada program yang tidak bisa dilaksanakan dengan baik, maka perlu disampaikan sejak awal. Jangan memaksakan segala sesuatu yang menjadi kehendak pimpinan, jika keberatan ya disampaikan, jangan ditanggung sendiri,” imbuh politisi asal Partai Golkar tersebut. Hal yang semakin membingungkan dewan adalah munculnya program baru, penanaman kemiri sunan. Padahal, program jambu merah saja dinilai masih amburadul, tapi sudah muncul program lain. “Jangan asal-asalan kalau membuat program. Bawang merah dikeluhkan petani yang merugi karena harga murah saat panen dan jambu merah tidak jelas. Sudah muncul baru lagi. Ini anggaran Negara yang perlu diingat,” kata mantan Ketua DPRD Bojonegoro itu. [*]
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro saat ini telah memiliki gedung tertinggi di Kota Ledre, sebutan lain Bojonegoro. Tepatnya delapan lantai. Jika dilihat dari Alun-alun Kota Bojonegoro, maka akan terlibat bangunan megah dan menjulang di sebelah timur.
Gedung Pemkab Tinggi di Timur Alun-alun
Laporan: Riska Irdiana, Joel Joko, M. Yazid
P
embangunan gedung tinggi Pemkab Bojonegoro tersebut menggeser beberapa kantor lama sebelumnya, diantaranya tempat berdinas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Badan Lingkungan Hidup (BLH), Bagian Perlengkapan dan Dinas Energi dan Sumber Saya Mineral (ESDM). Nilai bangunan untuk anggaran tahun 2014 ini mencapai Rp55.540.000.000 dengan pemenang tender PT Hutama Karya (Persero). Anggaran itu menyusut dari pagu sebelumnya yang mencapai Rp56.820.000.000 setelah proses negosasi. Tiang pancang pertama dimulai 20 Mei 2014, setelah bangunanbangunan terdahulu dirobohkan dan rata dengan tanah. “Kalau dibilang lambat ya sedikit lambat, kalau dianggap cepat ya lumayan,” kata salah satu pekerja yang takut namanya disebut di sekitar gedung dengan model modern tersebut. Percepatan pengerjaan tampak ketika puasa dan lebaran. Banyak tenaga kerja yang tidak memperoleh libur, karena harus mengejar keterlambatan jadwal. Sekitar 150 orang kerja siang dan malam secara bergantian. Bahkan, mungkin karena kecapekan yang ada sakit. “Untuk bagian luar, bulan Desember sudah rampung. Tinggal menyelesaikan beberapa pekerjaan lain. Itu sudah maksimal dengan jumlah tenaga kerja yang ada dan jam kerja ditempuh selama 24 jam penuh,” lanjutnya. Sementara itu, sempat terlambat karena beberapa hal, pada akhir Oktober sudah tampak kemajuan yang signifikan. Contohnya, realisasi periode 25-31 Oktober 2014 sudah mencatat 70,932% dari target yang dipasang 69,189%. “Sehingga kami sudah melebihi target 1,743%,” kata Kasi Perencanaan Gedung, Dinas Pekerjaan
blokBojonegoro/Tim Infotorial
JIKA melihat dari Alun-alun Kota Bojonegoro dan menghadap ke timur, maka akan terlihat gedung Pemkab Bojonegoro menjulan dengan delapan lantai
Umum (DPU) Kabupaten Bojonegoro, David Yudha Prasetya, kepada blokBojonegoro. Namun, menurut David hal ini masih on schedule. Sehingga, ia optimis pada akhir tahun 2014 pengerjaan gedung tertinggi di Bojonegoro itu akan selesai sesuai rencana awal. “Untuk tambahan kelengkapan akan dianggarkan tahun 2015,” imbuhnya. Pengerjaan ini akan terus dikebut dengan tenaga kerja sebanyak 150 lebih dan didukung dengan alatalat modern. Menurutnya, setelah adanya keterlambatan beberapa periode, rekanan yang juga perusahaan dari BUMN itu bisa mengatasi tanpa kendala yang cukup berarti. “Pada Minggu kedua Desember kemungkinan sudah berada dikisaran 93% sesuai pagu anggaran. Taget untuk akhir tahun 2014 ini proses penyelesaian bagian
luar dan plafon dan lantai 1 dan 2. Termasuk pemasangan ornamen bintang dari baja, juga seperti jagung, daun jati dan potensi yang menjadi ikon Bojonegoro. “Untuk dinding dari lantai 1 sampai 8 telah kelar pada Desember. Dan di dua Minggu terakhir kemungkinan tinggal 5%,” tegas David. Apakah ada kendala musim penghujan atau cuaca buruk di Kabupaten Bojonegoro? Menurut David tidak ada masalah dengan hujan. Sebab, pembangunan gedung Pemkab ini banyak menggunakan Aluminium Composite Panel (ACP). Sehingga mampu meminimalisir penggunaan cat, namun yang terpenting ke depannya butuh perawatan. “Untuk penggunaan ACP ini ada garansi lima tahun,” sambungnya. Selama proses pembangunan, musim penghujan cukup berpengaruh terhadap finishing. Terlebih saat
ini pekerja tengah menyelesaikan bagian luar. Sehingga produktifitas menurun drastis. Untuk mempercepat proses ini dibentuk empat tim yang menyelesaikan empat sisi gedung. Lantai 8 untuk Landasan Heli? Ada sejumlah kabar merebak dan mengejutkan mengenai atap di lantai delapan atau paling atas pembangunan gedung Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro. Karena, informasinya bagian tertinggi itu akan digunakan sebagai landasan helikopter. Benarkah? Jika melihat gadung-gadung tinggi di Ibu Kota, Jakarta, maka sudah biasa lantai atas gedung dipakai untuk helipad. Walaupun begitu, pejabat terkait membantah jika bagian atas dipakai helipad. Sebab, segala kemungkinan masih bisa berubah. Karena, lantai seluas 800 meter persegi (m2)
tersebut rencananya untuk taman. “Sehingga, bisa untuk menikmati pemandangan Kota Bojonegoro dari atas gedung,” kata Kabid Gedung, Dinas Pekerjaan Umum (DPU), David Yudha Prasetya. Setelah selesai pekerjaan sesuai anggaran dari APBD Bojonegoro tahun 2014, maka di tahun 2015 kembali dianggarakan Rp47 miliar. Untuk apa dana sebanyak itu? Menurut David, sebesar Rp35 milliar digunakan membangun fisik lagi fisik dan sisanya Rp12 milliar untuk design interior. Sementara itu, setiap warga ke Alun-alun Kota Bojonegoro pasti menyempatkan untuk melihat ke timur. Apalagi jima malam, cahaya lampu di gedung yang masih dikerjakan itu cukup memukau. Menjadi panorama indah saat malam bersantai di jantung Kota Bojonegoro.[*]
Permak yang Sempat Mangkrak
BEBERAPA warga tengah melintas di bangunan rumah sakit yang ada di Jalan Veteran Kota Bojonegoro
blokBojonegoro/Tim Infotorial
Rumah sakit (RS) di Jalan Veteran, Kota Bojonegoro, dulunya diproyeksikan untuk standar internasional. Sehingga pada zaman Bupati Santoso atau ketika dibangun tahun 2007 dijuluki Rumah Sakit Internasional (RSI) di Jalan Veteran. Namun, tujuh tahun mangkrak, bangunan dengan anggaran daerah seratusan miliar lebih itu mulai dipermak. Laporan: Riska Irdiyana, Joel Joko, M. Yazid
N
ilai sesuai dokumen, RS di Jalan Veteran itu dibangun dengan sistem multiyears (tahun berjalan) dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah 2006 hingga 2008. Dikontrak antara PT Ampuh Sejahtera yang diwakili Alim Sugiharto sang pemilik dengan Pemerintah Bojonegoro --ketika itu yang meneken kontrak M Santoso, Bupati Bojonegoro, besarnya sekitar Rp110 miliar. Proyek selesai dibangun pada akhir 2007. Selanjutnya, Pemerintah Bojonegoro membayar ke PT Ampuh sebesar Rp 85 miliar --atau masih kurang Rp 25 miliar. Alasan Pemerintah, ketika itu, sisa pembayaran akan dilunasi menunggu hasil audit. Ketika audit turun dari Badan Pemeriksaan Keuangan dan Pembangunan pada 31 Desember 2009, di mana besar uang yang dibayar Rp 106 miliar. Jumlah itu masih ditambah dengan Rp 4 miliar yaitu untuk pembayaran gedung G. Namun, hingga Juni 2010, sisanya belum dibayarkan Pemerintah Bojonegoro. ”Kita beri waktu lima hari. Kalau tidak, akan kita laporkan ke polisi,” imbuh Alim pada saat itu ketika mengadu ke dewan. Lama masalah itu timbul dan tenggelam, bangunan terkesan dibiarkan. Berbagai desakan oleh politisi, mahasiswa dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sempat tak digubris. Bahkan, Pemkab
Bojonegoro meminta petunjuk dewan dengan tiga alternatif, diantaranya dijual, dikelolakan kepada pihak ketika dan dipakai sendiri. Akhirnya, berbagai pertimbangan muncul, dan dewan menyerahkan kepada Pemkab solusi terbaik tanpa menyebut salah satu dari tiga itu. Perkembangan politik semakin dinamis dan tahun 2013 disepakati untuk dianggarkan di APBD tahun 2014 untuk melakukan perawatan atau rehabilitasi bangunan. Sebab, beberapa titik telah rusak, kotor dan juga hilang. Tumbuhan rumput merambat dan sampai di atas langit-langit. Karena tak berpenghuni, plafon dan beberapa perlengkapan pecah dan tak terurus. Namun, hingga akhir November 2014, kondisinya telah berbeda. Sebab, terdapat Rp37.980.950.000 anggaran untuk memperbaiki beberapa yang rusak dengan pemenang tender PT Relis Sapindo Utama. Jumlah tersebut terdapat negosiasi dari pagu sebelumnya yang disediakan sebesar Rp39.380.000.000. Anggaran diperuntukkan bagi perbaikan gedung A sampai gedung R. Terbanyak untuk interior yang rusak. Selain itujuga dilakukan untuk penyesuaian ruangan sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan. Juga selasar diganti dengan polikarbonat, karena banyak yang hilang dan lapuk. Pembangunan ini dilakukan dalam satu tahun anggaran dan permintaan dokter telah diakomodir dan diikuti
pemenang tender. Kabar yang berkembang, status rumah sakit di Jalan Veteran yang awalnya dibangun dengan untuk tipe B akan mengalami pergeseran menjadi tipe C Padahal, awalnya di desain agar bisa menjadi rujukan rumah sakit sekitar yang lebih kecil, karena adanya proyek industrialisasi minyak dan gas bumi (Migas). Ternyata, saat ini untuk memindahkan pelayanan dari RSUD lama di Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo Bojonegoro yang overload. Pengerjaan Lambat Sesuai dengan papan nama yang sudah dipoles di bagian pagar, tercantum nama lengkap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo di Jalan Veteran. Kondisi pagarnya telah bagus dan beberapa bangunan dalam juga telah diperbaharui. Rumput-rumpun di luar pagar dan halaman telah ditanam. Namun, banyak pekerjaan yang belum disentuh. Menurut data di Dinas Pekerjaan Umum (DPU) terdapat keterlambatan proyek hingga hampir 10%. Banyak faktor, diantaranya penyesuaian dengan desain dan permintaan rumah sakit untuk bisa segera memindahkan beberapa jenis pelayanan di tahun 2015. Kepala DPU, Andi Tjandra menerangkan, ada beberapa pekerjaan yang terpaksa rescheduling untuk mengejar keterlambatan target. Alasan lambat lainnya karena
kendala kelengkapan rumah sakit yang sebelumnya diprediksi ada, ternyata tidak ada. Terutama peralatan yang tertanam seperti saluran Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL). “Ternyata di dalam salurannya tidak sesuai standar. Sehingga harus diganti,” terangnya. Meskipun begitu, tidak ada penambahan anggaran. Hanya saja ada pada pembangunan gedung G yang sebelumnya disiapkan untuk tiga lantai tidak digarap lebih dulu. “Akan kami bangun di tahun anggaran berikutnya,” imbuhnya. Tahun ini, target pengerjaan gedung A, B, C, D, E dan F dengan anggaran tahun 2014. Sedangkan tahun depan dianggarakan Rp30 miliar untuk penyelesaian gedung G rawat inap. Jumlah pekerja yang minim juga menjadi kendala selama proses penyelesaian bangunan. Hanya 80 orang, padahal seharusnya sebanyak 150 hingga 200 tenaga kerja. Target selesai secara keseluruhan pembangunan barus bisa dilakukan tahun 2015. 2015 Mulai Ditempati RSUD di Jalan Veteran, Kota Bojonegoro, akhirnya bisa segera ditempati. Menurut Direktur RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro, Hariyono, RS akan mulai difungsikan melayani kesehatan masyarakat pada 2015. “Rumah Sakit Veteran ini rencananya menyediakan 500 tempat tidur. Jumlah tenaga medis yakni dokter dan perawat yang akan bekerja di rumah sakit sebanyak 899 orang,” sebutnya. Sementara itu, pengoperasian rumah sakit tipe B ini juga memerlukan peralatan penunjang kesehatan. Tidak sedikit, jumlahnya mencapai Rp101 miliar untuk penunjang. Sedangkan, dana untuk operasional rumah sakit sekitar Rp70 miliar. Sesuai rencana, untuk dana operasional rumah sakit akan dipenuhi dari pendapatan. Sedangkan pengadaan alat kesehatan dari APBD Bojonegoro dan Provinsi Jatim. Dikatakan, keberadaan Rumah Sakit Veteran diharapkan dapat memaksimalkan layanan kesehatan di Bojonegoro. Sebab, RSUD di Jalan Dr. Wahidin saat ini sering kewalahan menangani pasien. “Hanya saja untuk pemindahan sejumlah peralatan medis dan juga tenaga medis ke RSU Veteran tidak bisa serta merta, melainkan secara bertahap. Pemindahan tidak bisa dilakukan seperti pindah kantor biasa,” ujarnya. Oleh karena itu, pihaknya telah merencanakan sedetail mungkin untuk persiapan penempatan pada tahun 2015. Termasuk menyesuaikan dengan bagungan yang sekarang ini tengah dikerjakan oleh rekanan Pemkab Bojonegoro. [*]
Sandera GOR Rp28,8 Miliar
Pembangunan gelanggan olah raga (GOR) di Desa Ngumpakdalem, Kecamatan Dander, Bojonegoro sempat disandera oleh warga. Walaupun setelah itu proyek kembali dilanjutkan. Gedung yang kabarnya bertaraf internasional dengan dana pembangunan tahun 2014 mencapai Rp28.860.900.000, sudah terlihat bentuk yang megah. GOR di Desa Ngumpakdalem, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro berada di samping kubangan air saat dipotret malam hari Laporan: Riska Irdiyana, M. Yazid, Joel Joko
T
anggal 17 Mei 2014, belasan warga Desa Ngumpakdalem, Kecamatan Dander, Bojonegoro, berkumpul di akses menuju GOR Bojonegoro. Mereka mempertanyakan pembangunan oleh pemenang tender PT Sarana Multi Usaha. Sebab, selain masyarakat belum mendapat sosialisasi, juga ada polemik dugaan penyerobotan tanah milik warga. Warga yang geram terus berorasi dengan meminta pembangunan dihentikan sebelum adanya titik temu dan pemecahan masalah. Karena, pengurukan dan pembangunan jalan masuk ke proyek GOR memakan sebagian tanah milik warga dan merusak tanaman yang ada ditanah tersebut. Warga juga merasa tidak dilibatkan dalam pengukuran tanah ataupun diberi pemberitahuan. Salah satu warga yang tanahnya ikut “diserobot” adalah Suprantomo. Pria yang juga anggota militer ini tidak terima tanah seluas 5,65 meter miliknya ikut diuruk untuk dijadikan jalan proyek. Apalagi beberapa tanaman miliknya seperti pohon mangga ditebang tanpa pemberitahuan. “Luas tanah yang ada 26 Meter dan panjang 60 meter, namun 5,65 meter yang diserobot. Saya tidak terima, karena tidak ada niat baik
dari Pemerintah Desa (Pemdes) Ngumpakdalem,” ungkap pria 46 tahun ini. Peserta aksi menyandera dan menutup pintu masuk proyek dengan memasang patok di tengah jalan. Warga lain yang tanahnya juga ikut termakan proyek adalah Kuncoro. Bebatuan proyek pembangunan GOR runtuh dan merusak tanaman padi miliknya. “Kami menuntut tanggungjawab dari pemerintah. Tentu saja ada ganti rugi,” terangnya. Aksi mereka juga berlanjut ke Balai Desa Ngumpakdalem. Pertemuan digelar bersama Pemdes, Camat Dander, Komandan Koramil, Kapolsek Dander juga perwakilan kontaktor proyek. Mediasi sempat berjalan alot dan tegang. Kepala Desa Ngumpakdalem, Ahmad Burhani mengakui jika khilaf. Sebab saat pengukuran tidak membawa buku. Akhirnya pihak desa akan memanggil Badan Pertanahan Negara (BPN) untuk dilakukan pengukuran ulang dan mengganti lahan milik Suprantomo dan warga lain. Pasca polemik tersebut, 19 Mei 2014 malam baru digelar sosialisasi. Menurut kabar di desa tersebut, pihak pelaksana proyek hanya berkoordinasi dengan Pemerintah Desa dan belum melakukan sosialisasi ke masyarakat. “Acara ini merupakan sosialiasi pemban-
gunan proyek GOR di Desa Ngumpakdalem,” jelas Kasi Pembangunan Gedung, Dinas Pekerjaan Umum, Pemkab Bojonegoro, Heri Prasetyo, setelah pertemuan malam itu. Dikatakan jika pengerjaan proyek GOR tetap berjalan. Tidak ada yang berani mengehentikan proyek, apalagi kegiatan ini menggunakan dana APBD. Proyek di lahan seluas 2,5 hektar itu ditargerkan rampung 210 hari. Tetapi untuk tanah yang dipersoalkan warga, sudah diurus ke BPN. Masalah belum reda, karena 30 Juni 2014, Suprantomo yang diwakili Sunandar Hadi Priyanto (50), melapor ke Polres Bojonegoro. Ia melapor karena geram. Saat proses penuntasan ganti rugi lahan dan tanaman yang rusak belum diberi, proyek tetap berjalan. “Kami tidak berniat menghambat proyek, tetapi ganti rugi belum ada. Ia menutut hak yang diwakili, karena tidak izin pemiliknya,” sambung Nandar. Akan Ditambah Wisama Atlet GOR di Desa Ngumpakdalem dibangun di lahan yang awalnya untuk terminal dan SMP 5 yang dibatalkan. Berbagai olahraga akan bisa bertempat dilokasi itu, mulai futsal, voli, bulu tangkis dan lainnya. Juga bisa dipakai aktivitas lain.
blokBojonegoro/Tim Infotorial
Tahun 2015 mendatang, informasi yang diperoleh blokBojonegoro akan dipenuhi beberapa sarana dan prasarananya. Bahkan, direncakan untuk pembangunan asrama atlet untuk menyongsong even olimpiade ke depan seperti usulan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Bojonegoro. Kabid Gedung DPU Pemkab Bojonegoro, David Yudha Prasetya menjelaskan, Anggaran tahun 2015 sebesar Rp7,5 miliardigunakan membangun bagian luar dan halaman. Sebab, jalan di sekeliling GOR akan dibangun dengan aspal yang akan digunakan untuk olaraga jenis otomitif, seperti road race. “Desember 2014 pengerjaan telah selesai, termasuk pemasangan menutup atap dan parquet (lantai kayu). Bagian atap berbentuk daun jati,” sambungnya. Sementara itu anggota Komisi D, DPRD Bojonegoro, Nasuha menjelaskan, pihaknya akan terus mengawasi jalannya pembangunan GOR, terutama mengenai deadline pengerjaan. Sebab, alasan di lapangan adalah cuaca yang buruk sebagai penghambat penuntasan bangunan setinggi 25 meter yang dapat menampung 3.000 orang itu. “Ini proyek Negara, harus benarbenar sesuai dengan jadwal dan anggaran. Juga perlu transparan,” tambah Nasuha. [*]
Masjid, Alun-alun dan Taman Rajekwesi Tiga proyek ini sama-sama mengambil nilai “keindahan”. Perbedaannya, Masjid Agung Darussalam yang dipugar dari bangunan lamanya, demi keindahan beragama. Namun, Alun-Alun Kota dan Taman Rajekwesi di eks terminal di Jetak, memperindah pemandangan dan suasana di jantung kota. Laporan: Riska Irdiyana, M. Yazid, Joel Joko
R
ata-rata, megaproyek di Kabupaten Bojonegoro dimulai Mei 2014. Termasuk salah satunga pembangunan Masjid Agung Darussalam yang terletak di Jalan Hasyim Asyari. Masjid yang dibangun tahun 1825 dengan segala cerita masa lalunya, telah berganti dengan desain modern. Menara yang awalnya klasik, disulap lebih menawan. Dengan jumlah nilai anggaran yang besarnya Rp23.465.760.000, atau berkurang dari pagu sebelumnya Rp24.580.000.000 setelah negosiasi, tampilan masjid dibuat maksimal dan layak menjadi “tetenger” kota. Posisinya yang strategis di barat Alun-alun kota, membuatnya mudah merangsang mata untuk melihatnya. Dana untuk membangun masjid jelasnya masih sangat kurang, jika ada penambahan seperti pemasangan payung di Madinah yang sempat diusulkan Bupati Suyoto. “Sekarang memang kelihatannya era untuk memperbaharui masjid setelah dari Kabupaten Tuban, Lamongan dan kini giliran Bojonegoro. Sayangnya, rata-rata desainnya tidak ada yang klasik dan lebih kebarat-baratan,” kata salah seorang warga, Tohirin, warga Kelurahan Mojokampung, yang duduk di barat Alun-alun sambil memandangi pekerja yang menyelesaikan pembangunan di bagian depan serambi. Menurutnya, lahan masjid yang cukup membuat pembangunan tidak bisa megah, apalagi melebihi Tuban. “Saya belum melihat ada yang lebih dibandingkan masjid kabupaten tetangga,” sambung pejalan kaki yang berolahraga di akhir November, Sadaria, asal Kecamatan Dander. Sementara itu, Kabid Gedung Dinas Pekerjaan Umum (DPU), David Yudha Presetya menegaskan, jika Masjid Agung Darussalam kembali dianggarkan Rp7 miliar di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2015. Dana tersebut rencananya digunakan untuk pemasangan kubah dalam, ornament dan inte-
rior. “Desain kubah dalam ini hanya ada di Iran, Jogja dan rencana di Bojonegoro,” katanya. Kubah dalam itulah yang nantinya menjadi ikon unik dan unggulan di Bojonegoro. Sementara di akhir tahun 2014 ini, para pekerja tengah menyelesaikan lantai marmer dan halaman luar. “Target Desember tuntas sesuai di kontrak pengerjaan dengan PT Daman Variakarya,” imbuhnya. Batu Besar di Alun-alun Walaupun telah masuk di Anggaran Pendapatan Belanja (APBD) induk tahun 2014, namun rehab Alun-alun Kota Bojonegoro baru dilakukan pada Pertengahan Oktober lalu. Bahkan Minggu kedua di bulan November lalu, pengerjaan proyek yang ditangani CV Berlian Semesta baru mencapai 45%. Bayaknya pertimbangan dan perubahan desain menjadi alasan molornya proyek. Bahkan, seringnya perubahannya sempat membuat perencana desain ingin mundur. Sebab, harus berkali-kali melakukan perubahan dan perhitungan ulang. “Kabarnya, pimpinan meminta yang sulit, termasuk batu besar dari gondang yang membutuhkan waktu untuk dibawa ke Alun-alun Kota Bojonegoro,” kata salah satu sumber yang cukup dekat pimpinan di Kota Ledre ini. Hal itu dibantah oleh pihak terkait. Sebab, konsep pembangunan Alun-alun lebih difokuskan pada pelebaran jalan dan trotoar, dengan mengganti pagar besi. Selain itu terdapat batu terapi dan batu ampyang untuk masyarakat. Juga, Tugu Trip di pojok barat lebih ditonjolkan. Fasilitas umum bagi kenyamanan warga akan ditambah. Seperti yang ada di Taman Rajekwesi, di Alun-alun juga akan ada Multi Media Center (MMC) serta panggung hiburan. “Untuk panggung hiburan ditempatkan di sebelah timur yang saat ini lapangan basket,” kata Kabid Pertamanan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), Soleh Fatoni.
MASJID Agung Darussalam saat proses pembangunan dengan desain baru
Konsep Alun-alun sekarang ini masih bisa berubah ke depan. Karena, tahun 2015 diusulkan tambahan anggaran sebesar Rp3,5 miliar. Dana itu dialokasikan untuk melanjutkan pembuatan pagar, jalan tengah, serta patung. Tak hanya itu, akan ada toilet umum yang atapnya berbalut rumput hijau. Taman Senilai Rp7 Miliar Beberapa tahun mangkrak dan tidak jelas peruntukannya, eks Terminal Rajekwesi Bojonegoro mulai diratakan. Bahkan, pengurukan telah dilakukan dan sempat muncul keluhan-keluhan di masyarakat. Sebab, saat diuruk, aspal yang berada di bawah tidak diambil atau dikeruk. Ditakutkan, saat ditanami pohon nanti rawan tercabut. Taman Rajekwesi, itulah namanya. Jika di Surabaya mempunyai Taman Bungkul, diharapkan ke depan taman yang akan menelan anggaran sekitar Rp7 miliar itu bisa menandinginya. Lahan seluas 6.400 meter persegi (m2) yang sebelumnya merupakan terminal bus itu akan dijadikan taman serta media hiburan bagi masyarakat. Begitupun dengan lahan seluas 3.600 m2 yang sebelumnya merupakan terminal colt dibangun menjadi satu kesatuan dengan Taman Rajekwesi. Meskipun lokasinya terpisah oleh jalan milik Kodim Bojonegoro.
blokBojonegoro/Tim Infotorial
Taman tersebut diperkirakan selesai paling lambat tahun 2016. Karena, di tahun 2014 baru teranggarkan Rp1 miliar. Anggaran tersebut diperuntukkan untuk pengurukan lahan tiga lapis. Yakni lapis pertama untuk tanah kurang subur atau tanah kuning yang gunanya atau pemerataan. Selanjutnya dilapisi pasir batu (sirtu) untuk konservasi air. Terakhir lapis paling atas menggunakan tanah subur yang nantinya akan ditanami berbagai jenis tanaman. “Anggaran Rp1 miliar ini untuk tahap satu, yakni landasan saja,” kata Kabid Pertamanan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), Soleh Fatoni. Untuk tahap berikutnya baru dilakukan penyelesaian bangunan dan tanaman. Bangunan yang akan didirikan di lahan itu antara lain Multi Media Center. Ada pula ruang ASI bagi ibu-ibu yang menyusui, smoking area, toilet, arena bermain serta panggung berukuran 25x30 meter. “Adanya panggung hiburan ini untuk memecah konsentrasi, sehingga keramaian tidak hanya berpusat di Alun-alun,” imbuhnya. Mengenai protes warga, Fatoni membenarkan. Pihaknya telah memiliki solusi terkait hal tersebut. Karena, saat dilakukan penanaman pohon besar, akan dilakukan pengerukan tanah dulu. [*]
Jembatan Padangan Angan-Angan Almarhum
“Jika ingin ke Kota Bojonegoro, warga memutar melalui kabupaten tetangga, yakni Blora. Tepatnya melintasi jalur Kecamatan Cepu, baru menyentuh padangan,” kata almarhum HM. Thalhah, mantan Wakil Bupati Bojonegoro yang juga mantan Ketua DPRD Bojonegoro. Laporan: Riska Irdiyana, Muhamad Fatoni
K
ata-kata itu masih sangat diingat oleh salah satu tokoh Bojonegoro yang cukup dekat dengan almarhum. Reporter blokBojonegoro juga mendengar kata-kata itu. Bahkan, ia sempat mengidamkan Jembatan Padangan-Kasiman untuk segera dibuat, selain jembatan di Kecamatan Kanor. Karena, akses ekonomi warga akan terdampak positif dan jalur melintasi Bengawan Solo itu bisa memperpendek jarak tempuh. “Ungkapan almarhum Pak Thalhah itu merupakan suara hati masyarakat di Kecamatan Kasiman,” kata tokoh tersebut.
Pak Thalhah telah dipanggil yang maha kuasa. Dan tahun 2014 ini, jembatan Padangan-Kasiman telah terbangun dan menyambung. Tidak tanggung-tanggung, uantuk tahun ini anggaran yang dikeluarkan mencapai Rp43 miliar sampai akhir pembangunan. Dengan rincian Rp31 miliar di APBD induk 2014 dan anggaran tambahan melalui APBD 2015 senilai Rp12 miliar. “Rekanan meminta tambahan untuk finishing akhir sebesar Rp12 miliar. Sudah diajuakan di APBD 2015,” kata Wakil Ketua DPRD Bojonegoro, Sukur Priyanto. Finishing yang dimaksud adalah pengerjaan akses masuk jembatan dari kedua arah dan tembok pena-
han yang memang pada 2014 belum teralokasi. Sampai akhir November 2014, proses di lapangan sempat molor. Alasan utama adalah curah hujan yang cukup tinggi di wilayah barat Kabupaten Bojonegoro. PT Hutama Karya (HK) selaku kontraktor telah mentargetkan jika penyambungan rangka baja yang membentang rampung pertengahan November 2014. Bagian Pelaksana Lapangan II PT HK, Khabib Sukindar mengatakan, molornya target pengerjaan jembatan itu lantaran Bojonegoro barat selalu diguyur hujan deras. Sehingga, seluruh karyawan proyek jembatan dihentikan aktivitasnya. “Setelah hujan reda, karyawan juga tidak diperbolehkan melakukan aktivitas vital. Sebab, bisa membahayakan keselamatan pekerja. Kondisi di lapangan licin,”
ujarnya. Pihaknya terus mengejar pembangunan, agar Desember bisa tuntas. “Kalau hujan terus mengguyur, ya bisa dipastikan molor. Akan tetapi, kami terus berupaya untuk mencapai target,” imbuhnya. Jika ditotal, maka rangka baja jembatan yang membentang sepanjang 200 meter dari tepian Sungai Bengawan Solo yang ada di Kecamatan Padangan sampai sisi Kecamatan Kasiman. Spesifikasi lebar jalan 7,5 meter dan tinggi 6 meter. Sementara itu, sejumlah warga di Kecamatan Kasiman berharap jembatan bisa segera tuntas dan bisa dilalui. “Kalau motor bisa menyebrang dengan perahu, tetapi mobil harus memutar ke Cepu atau melintasi Malo,” kata Tiana, mahasiswi asal Desa Batokan, Kecamatan Kasiman, Bojonegoro. [*]
Tanam 14.000 Bibit Matoa
MUSPIKA bersama penyelenggara tengah melakukan penananam secara simbolis dengan siswa
blokBojonegoro/Parto Sasmito
Program Menanam dan Menulis yang digagas blokBojonegoro Media melalui Tim bB GtS bersama PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu kembali dijalankan. Tidak tanggung-tanggung, sebanyak 14.000 bibit pohon buah Matoa ditanam untuk siswa yang ada di 7 sekolah, pada 20-27 November 2014. Laporan: Tim Infotorial
MANAGER Program Menanam dan Menulis dari blokBojonegoro Goes to School (bB GtS), Muhammad Nur Muharrom menjelaskan, kegiatan tersebut dilaksanakan di untuk tujuh sekolah tingkat SMA, di Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah dan di Kecamatan Purwosari serta Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro. Semua sekolah tersebut termasuk di wilayah kerja PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu. “Secara teknis pelaksanaan hampir sama dengan program yang telah dilakukan sebelumnya. Yakni, pengenalan tentang manfaat menanam pohon oleh pihak Pertamina EP Asset 4 Field Cepu, kemudian menamam pohon bersama-sama dan dilanjutkan dengan pelatihan menulis,” kata Mumu, panggilan akrabnya. Untuk pelatihan menulis
atau pengenalan jurnalistik, untuk wilayah Kabupaten Blora, Tim bB GtS bekerjasama dengan jurnalis atau wartawan lokal setempat. Selain itu juga ada pemateri tetap dari blokBojonegoro Media, yakni General Manager (GM) blokBojonegoro Media, Muhammad A. Qohhar, Pemimpin Redaksi Tabloid blokBojonegoro, Nanang Fahrudin dan Pemimpin Redaksi blokBojonegoro.com, Joel Joko. “Setiap sekolah mendapat 2.000 bibit pohon Matoa yang akan dibawa pulang siswa dan ditanam di sekitar rumah. Selain itu juga ada yang ditanam untuk penghijauan sekolah,” terangnya. Tindak lanjut dari Program Menanam dan Menulis ini, kedepannya akan ada lomba karya tulis antar sekolah tentang pohon yang mereka tanam. Pada program sebelumnya, lomba dimenangkan oleh SMKN Pur-
wosari yang mendapat Juara Pertama, di posisi ke dua ada SMAN 1 Kasiman dan juara tiga diraih SMAN 1 Tambakrejo. Setelah dilombakan, karya tulis siswa itu dikumpulkan dan dicetak menjadi buku. “Dari Program Menanam dan Menulis ini, juga membawa PT Pertamina mendapatkan penghargaan Indonesian Green Award (IGA) 2014 beberapa waktu lalu di Jakarta,” pungkasnya. Program Baru di Blora Program Menanam dan Menulis yang juga dilangsungkan pertama kali di Kabupaten Blora, membuat pihak sekolah dan Muspika setempat memberikan apresiasi tinggi. Sebab, program tersebut baru bagi mereka. Seperti saat pelaksaan di SMAN 1 Cepu, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah, Kamis (20/11/2014). Sekitar 200 siswa SMAN 1
Cepu memadati aula sekolah setempat dan dihadiri Muspika Cepu, Humas Pertamina EP dari Jakarta, Yuliani, serta GM/Pempimpin Umum blokBojonegoro Media, Muhammad A. Qohhar. Kepala SMAN 1 Cepu, Mulyani dalam sambutan menyampaikan, bahwa program yang diselenggarakan di sekolahnya sejalan dengan kegiatan sekolah yang bertemakan go green yang tengah dijalankan. “Untuk menjalankan go green, kita berencana akan membongkar paving di sekolah ini untuk kita tanami pohon. Bersukur blokBojonegoro Media dan Pertamina EP Asset 4 Field Cepu mendukung itu,” ujar Mulyani. Sementara itu saat pelaksanaan program di SMK Mujahidin, Kecamatan Sambong, Blora, apresiasi yang sama juga diberikan Muspika setempat dan pihak sekolah. Bahkan, menurut Kapolsek
Sambong AKP Joko Priyono SH mengatakan, jika kegiatan ini sangat bagus dan wajib didukung oleh semua pihak. Karena bisa mengenalkan cinta lingkungan sejak dini melalui menanam. “Apalagi, pohon Matoa asal Papua yang jarang ditemui oleh warga. Kalau sudah besar dan berbuah, harga buahnya sangat mahal dan cocok di wilayah sini,” ungkapnya. Terpisah, Kepala SMAN 1 Jepon, Blora, Tiknowati menegaskan, 200 siswa telah diikutkan untuk belajar serius menanam dan menulis. Karena, dirinya secara pribadi telah merasakan manfaat pohon Matoa. “Karena sebelum progam ini hadir, saya sudah menanam di pekarangan rumah. Dan hasilnya bagus,” ungkapnya. Oleh karena itu, menurutnya program bB dan Pertamina EP Asset 4 tersebut cukup mengena. “Kami sangat mendukung dan nanti siswa untuk menanam di pekarangan rumah masing-masing dan merawatnya dengan baik,” tambah Kepala SMAN 1 Blora, Sudarmanto. Peduli Lingkungan Mencintai lingkungan dengan menanam pohon bisa dimulai sejak dini. Itulah nafas yang muncul dalam program kemitraan antara blokBojonegoro Media dan PT Pertramina EP Asset 4. Hal itu disampaikan Humas PT Pertamina EP, Yuliani. Bahkan, Yuliani yang jauhjauh dari Jakarta merasakan langsung bagaimana gairah menanam cukup besar siswa di Kabupaten Blora dan Bojonegoro. Yuli, panggilan akrabnya memberikan materi tentang wilayah Pertamina EP, asal mula minyak bumi, pemanasan global, investasi, hingga pengenalan tentang jenis pohon Matoa yang diberikan kepada pihak sekolah. “Pohon Matoa asal Papua ini memiliki diameter maksimal 100 cm dan tinggi sekitar 18 meter,” tegasnya. PT Pertamina EP Asset 4 cukup konsisten dan peduli akan lingkungan. Salah satunya melalui program 1 sumur dengan 1.000 pohon. Bahkan, telah puluhan ribu pohon berbagai jenis ditanam oleh anak perusahaan Pertamina itu. [*]
Cabai Rawit yang Semakin Pedas
Selama bulan November, harga cabai rawit semakin tinggi. Rasa pedasnya sama dengan uang yang dikeluarkan oleh warga untuk membeli. Dari Rp60.000/kilogram (kg), meroket menjadi Rp80.000/kg. Bahkan, di daerah pinggiran menemus angka Rp90.000/kg. Laporan: Dita Afuzal Ulya, Maratus Sofifah, Muhamad Fatoni
P
asca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), sejumlah komoditas di pasaran turut terkerek naik. Salah satu yang tertinggi dan harga fantastis adalah cabai. Terpantau di beberapa pasar tradisional, termasuk Pasar Kota Bojonegoro, harga cabai rawit merah sudah menyentuh Rp80.000/kg. Ada kenaikan sampai Rp20.000/ kg disbanding waktu-waktu sebelumnya. “Cabai hijau sudah Rp60.000/kg padahal sebelumnya hanya Rp53.000 sampai Rp54.000/kg. Kalau cabai rawit biasa masih Rp50.000
sampai Rp60.000/kg,” kata salah satu penjual sembako, Sumirah. Dikatakan, tingginya harga cabai saat ini membuat sejumlah konsumen memilih mengurangi pembelian. Jika biasanya ada yang sampai 5 kg sekali membeli, sekarang maksimal 1 atau 2 kg saja. “Kalau harga murah, saya biasanya mempunyai stok sampai 5 kwintal. Namun, karena daya beli masyarakat rendah dan takut merugi, makanya cukup mempuntai barang rata-rata 1 kwintal saja,” tegasnya. Salah satu pembeli, Dirna
(39) mengungkapkan, setiap pagi dirinya harus membeli cabai sebanyak 6 kg. Tetapi semenjak Minggu terakhir November telah mengurangi pembelian. “Sekarang maksimal beli 3 kg. Walaupun sebenarnya membutuhkan jauh lebih besar,” terang perempuan asal Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk tersebut. Para pedagang sayur di Kecamatan Sumberrejo dan Kapas, juga mengeluhkan hal sama. Juga di Pasar Kalitidu, Purwosari dan Padangan. Naiknya harga cabai membuat beberapa pedagang yang setiap hari berjualan di pasar memilih tidak menyetok banyak. “Takutnya saat sewaktuwaktu turun, bisa merugi be-
SEORANG pedagang cabai di Kecamatan Purwosari
sar,” kata Darmi, seorang pedagang di Kecamatan Kapas. Sementara itu, Tina, salah satu penjual sayuran di Pasar Sumberrejo menegaskan,
blokBojonegoro/Jeol Joko
dirinya juga turut merugi, karena pelanggannya sedikit yang membeli cabai. Kalau biasanya sampai 1 hingga 2 kg cabai, sekarang 1 ons. [*]
Joint Operating Body Pertamina-Petrochina East Java (JOB-PPEJ)
Upaya Terus Tingkatkan Produksi Minyak
Menyongsong tahun 2015, Joint Operating Body Pertamina-Petrochina East Java (JOB P-PEJ) berupaya bisa kembali meningkatkan produksi pada sumur-sumur di Lapangan Sukowati dan Mudi, yang ada di Kabupaten Bojonegoro dan Tuban, Provinsi Jawa Timur. Sebab, peningkatan masih bisa dilakukan ke depannya.
Akbarsyah menambahkan, usaha menemukan “SUMUR-sumur itu secara cadangan baru maupun alamiah sedang mengalami melakukan eksploitasi pada penurunan, namun dengan sumur baru bukan hanya segala kemampuan dan pen- menyangkut masalah tekgalaman, JOB PPEJ akan beru- nis, tetapi juga masalah perpaya bisa mempertahankan izinan dan masalah sosial. produksi. Bahkan berupa- “Saya yakin, semua masalah ya meningkatkan kembali itu akan lebih mudah kami produksinya,” kata Gen- atasi jika kami mendapat dueral Manager JOB P-PEJ kungan dari media. Media Akbarsyah disaat memberi bukan hanya menyampaikan sambutan pada acara Media aspirasi masyarakat, tetapi Edutainment & Field Visit juga bisa berperan mengedu2014 di Surabaya, Rabu, awal kasi masyarakat atas arti pentMinggu kedua di Bulan De- ing kegiatan eksplorasi dan sember 2014. eksploitasi bagi peningkatan Akbarsyah menjelaskan, kedaulatan energi nasional,” pada tahun 2012 produksi jelasnya. dari sumur-sumur yang Ditegaskan upaya meninada di Sukowati dan Mudi gkatan kembali produksi di bisa mencapai 40,321 bopd sumur-sumur Sukowati dan (barrel oil per day), namun Mudi, tambah Akbarsyah hapada tahun 2013 turun men- rus terus diupayakan karena jadi 33/114 bopd dan pada kebutuhan produksi minyak November 2014 rata-rata nasional terus meningkatkan. produksi kembali turun men- Sebagai salah satu KKKS yang mendapat amanah mengejadi 25.244 bopd. “Hingga akhir Desember lola Lapangan Sikowati dan produksi kita perkirakan rata- Mudi, JOB P-PEJ berkeingirata mencapai 25.105 bopd. nan ikut berkontribusi pada Kita lihat, meski kami su- peningkatan kedaulatan endah berupaya menahan arus ergi nasional. “KKKS, termasuk JOB Ppenurunan alamiah lewat perawatan pada sumur-sumur PEJ tidak bisa berkerja sendyang kini masih berproduksi, iri. Pemerintah bahkan telah tetapi tren produksi masih mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2012. terus turun,” tambahnya. Untuk bisa menahan laju Karena itulah kami sangat dukungan penurunan alamiah dan bah- membutuhkan dari teman-teman wartawan kan kembali meningkatkan, lanjut Akbarsyah, sangat ber- bagaimana kegiatan kami bisa gantung pada keberhasilan mendapat dukungan dari kegiatan pencarian cadangan seluruh pemangku kepentinbaru dan pengeboran sumur gan,” katanya. Pada acara bertajuk Media produksi baru. Terkait dengan usaha mencari cadangan baru Edutaiment dan Field Visit dan pengeboran sumur baru yang digekar SKK Migas dan itu, Akbarsyah berharapn bisa JOB P-PEJ yang dibuka Kemendapat dukungan dari pala SKK Migas Jabamanuseluruh pemangku kepentin- sa Ag Djoko Widhihananto gan yang ada di Tuban dan ini hadir menjadi pembicara Bojonegoro, termasuk insan diskusi dari Direktur Pemberitaan Media Indonesia Usman media. Laporan: Parto Sasmito
WARTAWAN melihat lokasi CPA Mudi yang dikelola JOB P-PEJ dari dalam bus yang mengantarkan
Kansong dan VP MR ConocoPhilips Elan Biantoro. Dalam paparannya, Usman Kansong mengatakan, 50% lapangan Migas yang dikelola KKKS merupakan lapangan yang sudah berumur tua, karena diproduksi sekitar tahun 1970-an. Lapangan Migas seperti ini secara alamiah mengalami penurunan produksi. Usaha peningkatan produksi Migas nasional, lanjut Umar Kansong, dalam jangka panjang sangat bergantung pada adanya temuan cadangan Migas baru, khususnya di kawasan Indonesia Timur. Setelah melakukan diskusi, wartawan juga diajak SKK Migas dan JOB P-PEJ melakukan kunjungan lapangan ke fasilitas produksi JOB P-PEJ. Kunjungan dimulai dari kantor Lapangan Mudi di Tuban dan berakhir di Lapangan Sukowati di Bojonegoro. Selain menerima paparan dan diskusi tentang upaya peningkatan produksi, awak media juga mendapat penjelasan program sosial pendukung operasi atau lebih dikenal sebagai program tanggung jawab sosial atau program CSR yang telah dilaksanakan oleh JOB PPEJ untuk masyarakat sekitar
lokasi kegiatan operasi. “JOB P-PEJ selalu melakukan monitoring dan evaluasi untuk perbaikan, pengarusutamaan (alignment) menuju program berkelanjutan untuk kemandirian masyarakat sekitar lokasi yang terdampak kegiatan operasi, sehingga masyarakat dapat bersinergi mendukung kegiatan operasi JOB P-PEJ khususnya dan kegiatan industry hulu migas umumnya,” kata Field Manager JOB P-PEJ, Junizar H. Dipodiwirjo. Beberapa program CSR itu, antara lain meliputi, relokasi SDN Rahayu 1 dan 2, Pokesdes dan Balai Desa Rahayu. Selain itu juga program air bersih di Desa Rahayu (PAMDES) dimana JOB PPEJ telah mendorong lahirnya Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Dari wilayah Tuban, awak media berhenti di Balai Desa Campurejo untuk mendengarkan paparan Edi Sampurno, Kepala Desa Campurejo tentang implementasi program CSR JOB P-PEJ di desanya. Di jalan menuju Balai Desa Campurejo, awak media diperlihatkan saluran air irigasi yang dibangun melalui program CSR JOB P-PEJ untuk
blokBojonegoro/Jeol Joko
HIPPA-Gapoktan. Program ini berhasil mempertahankan tingkat produktifitas panen padi sekitar 8 ton per tahun. Dalam pertemuan itu, Kades Campurejo mengatakan, berbagai program CSR dari JOB P-PEJ bermanfaat untuk masyarakat itu juga telah menghasilkan berbagai penghargaan, seperti penghargaan Gerbang Bersinar dari Bupati Bojonegoro, bahkan penghargaan dari Propinsi Jawa Timur. Kades Edi Sampurna juga memaparkan program hasil sinkronisasi program CSR JOB P-PEJ dengan program RPJP Desa dan program Pemkab Bojonegoro seperti Program Kebun Sehat Bergizi Posyandu (KSBP), Bank Sampah, Rumah Lestari Pangan (RLP). “Realisasi program sudah berjalan bagus dan manfat ke warga penerima bantuan. Mulai Program Ayam Petelor Arab, Buah Unggul Sawo dan Srikaya yang penanaman pertamanya oleh Bupati Bojonegoro dalam rangka Program Penanaman 1 Miliar Pohon beberapa tahun yang lalu,” sambung Edi kepada wartawan di balai desa. [*]
Laporan: Parto Sasmito
KESIBUKAN di ruang pelatihan terasa saat masuk ke ruang BLK. Sebanyak 20 peserta perempuan muda yang dibimbing instruktur, belajar rias pengantin. Para peserta dengan rambut disanggul dan berpakaian adat jawa. layaknya pengantin perempuan, dengan model pengantin ala Solo dan Yogyakarta. Instruktur pelatihan merias, Trianingsih Sugiharti menjelaskan dalam pelatihan tersebut, peserta diberi materi teori sekaligus praktik. Pelatihan sendiri diawali dengan memberikan teknik semi make - up pada wajah masing-masing peserta. “Semi make up itu lebih tipis dari make up pengantin. Mereka (peserta,red) rata-rata jarang make up wajah sendiri, jadi jemari dan tangan masih agak kaku. Namun, sekarang mereka sudah bisa sampai merias model pengantin,” jelas wanita asal Surabaya tersebut. Para peserta sebelumnya juga sudah dibekali materi tentang bagaimana agar bisa merias dengan hasil maksimal, yakni dengan melihat warna kulit, pintar baca wajah, tehnik untuk mata yang bulat atau sipit, dan juga model alis dari orang yang akan dirias. “Kalau kemampuan mereka terus diasah, pasti akan terbiasa dengan sendirinya,” sambungnya. Ayu, salah satu peserta pelatihan mengaku selama mengikuti pelatihan merias, Ia mendapat banyak ilmu dan pengalaman, seperti membuat alis, menyanggul, dan juga memakai bulu mata. “Setelah mendapat bekal dari pelatihan ini, ingin membuka usaha rias pengantin di desa saya,” ujar perempuan asal Desa Cengungklung, Kecamatan Gayam tersebut. Di ruang pelatihan yang lain, yaitu di pelatihan servis telepon seluler atau handphone (HP), suasana tampak serius dan sunyi. Peserta yang terdiri dari 20 anak muda di dalamnya, tampak serius memahami skema, ada yang sedang menyolder, dan juga ada yang mengamati komponen melalui kaca pembesar. Instruktur pelatihan servis HP, Anang Choironi dalam melatih para peserta diawali dengan pengenalan komponen dan fungsi-fungsinya, kemudian tentang permasalahan yang sering terjadi pada HP dan cara penyelesaiannya.
blokBojonegoro/Parto Sasmito
PESERTA pelatihan tampak serius mempraktikkan membuat olahan seperti yang diajarkan oleh tutor
ExxonMobil Cepu Limited (EMCL)
Beri Pelatihan Kewirausahaan Warga Banyuurip Keterampilan warga sebagai upaya meningkatkan perekonomian warga terus diasah. Kali ini ExxonMobil Cepu Ltd. (EMCL) bekerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial (Disnakertransos), dan Unit Pelaksanaan Teknis Pelatihan Kerja (UPT PK) Balai Latihan Kerja (BLK) Bojonegoro.melakukan pelatihan kewirausaahan. Peserta yang sebagian besar pemuda diambil dari warga sekitar lapangan Banyuurip, Blok Cepu. “Teori juga perlu, untuk mengenalkan apa yang mereka pegang dan bagaimana cara penggunaan alat-alat dalam memperbaiki HP,” tuturnya. Ketua dari kelompok peserta, Selamet Riyadi saat ditemui di sela-sela senggang waktu prakteknya mengatakan selama mengikuti pelatihan mendapatkan banyak ilmu, karena pada dasarnya ia tidak memiliki kemampuan untuk servis sama sekali sebelumnya. “Menyolder saja saya baru kali ini. Meskipun agak susah karena komponen-komponennya sangat kecil, tapi karena sejak awal saya ingin bisa dengan belajar di sini, saya ya-
kin bisa. Setelah dari sini saya juga ingin terus belajar dan membuka usaha servis HP di desa,” jelas pemuda karang taruna asal Desa Sudu, Kecamatan Gayam. Selamet menambahkan, dari Desa Sudu yang mengikuti pelatihan di UPT PK BLK Bojonegoro ada enam orang. Dua orang perempuan di antaranya mengikuti pelatihan rias pengantin dan 4 laki-laki mengikuti pelatihan servis HP. “Kita rekomendasi dari karang taruna desa Sudu. Saya sendiri juga sudah ikut kerja di proyek, tapi dengan surat ijin dari karang taruna, saya bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menambah ilmu dan pengalaman,”
tegasnya. Pelatihan yang diselenggarakan di UPT PK BLK Bojonegoro tersebut, merupakan program pelatihan kewirausahaan tahun 2014 di Kabupaten Bojonegoro, kerjasama Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan social (Disnakertransos) dam Unit Pelaksanaan Teknis Pelatihan Kerja (UPT PK) Balai Latihan Kerja (BLK) Bojonegoro, yang didukung oleh ExxonMobil Cepu Ltd.(EMCL). Selain tata rias pengantin dan servis HP, ada juga pelatihan potong rambut dan proccesing hasil pertanian, di mana pelatihan tersebut diikuti masing-masing 20 peserta dari desa-desa di Keca-
matan Gayam. “Total ada 80 peserta dari warga di sekitar wilayah Banyuurip. Mereka kita beri pelatihan yang dimulai tanggal 24 November kemarin sampai tanggal 10 Desember, dengan total ada 120 jam pelatihan,” ujar Kepala UPT PK BLK, Surini Santoso. Selama menjalani pelatihan, para peserta tinggal di asrama yang ada di sana, karena pelatihan dimulai pada pukul 07.15 WIB sampai dengan 16.00 WIB setiapah hari Senin hingga Sabtu. Namun tidak dari pihak UPT PK BLK juga tidak melarang peserta yang pulang karena juga memiliki keluarga. Ke depannya dari pelatihan kewirausahaan yang telah diberikan, diharpakan para peserta bisa mengaplikasikan langsung apa yang telah mereka dapatkan. Untuk mendukung keberhasilan usaha para peserta pelatihan ini, setelah pelatihan selesai, para peserta akan dibekali dengan sarana pendukung kegiatan usaha berupa perangkat alat usaha. “Tidak hanya itu saja, kita juga akan melakukan pendampingan kepada para peserta sampai nantinya mereka benar-benar bisa mandiri,” tadasnya. EMCL Field Public and Government Affairs Manager, Rexy Mawardijaya menjelaskan bahwa pelatihan kewirausahaan dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mendukung program Pemkab Bojonegoro dalam hal peningkatan keterampilan dan kewirausahaan. “Program kewirausaahaan ini ditujukan bagi 80 peserta yang berasal dari desa-desa di wilayah Kecamatan Gayam. Dan diutamakan dari pemuda yang memiliki minat dan keinginan untuk berwirausaha,” kata Rexy. Pelatihan-pelatihan yang diberikan di antaranya adalah tata rias pengantin, potong rambut, processing hasil pertanian dan perbaikan telepon seluler dengan masing-masing peserta 20 orang. “Selama EMCL beroperasi, kami telah melatih lebih dari 900 pemuda dalam rangka mendukung program pemkab dalam menyiapkan calon tenaga kerja terampil,” pungkasnya. Ke depan, pelatihan serupa akan terus ditingkatkan sebagai komitmen EMCL untuk masyarakat di sekitar wilayah kerja. Dengan begitu, kesejahteraan warga juga naik. [*]
PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu
Donor Darah Hingga Khitanan Masal
blokBojonegoro/Tim Infotorial
SEORANG anggota TNI turut serta saat donar darah digelar oleh PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu yang bekerjasama dengan PMI setempat
Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) PT Pertamina ke-57, PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu menggelar beberapa kegiatan, mulai donor darah hingga khitanan masal. Acara dipusatkan di sekitar kantor di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Laporan: Parto Sasmito
SIANG itu, suasana lokasi donor darah yang diselenggarakan oleh PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu begitu meriah. Dokter yang bertugas, dr. Pedy Hidayat tampak sibuk. Sesekali ia melayani pertanyaan dari wartawan. Menurutnya, kegiatan donor darah tersebut rutin dilaksanakan setiap tahunnya, terutama ketika memperingati HUT Pertamina. “Mereka yang donor adalah staf dan karyawan di sini. Ada juga yang mengajak anggota keluarga untuk mendonorkan darah,” ujar Pedy. Diterangkan, acara ini bekerja sama dengan Palang
Merah Indonesia (PMI) Blora, wilayah Cepu. Harapannya dengan acara amal ini bisa mencukupi kebutuhan dan menambah persediaan darah di PMI. Ia mengimbau untuk donor darah, karena tidak hanya bermanfaat bagi penerima, tetapi pendonor juga memperoleh manfaat kesehatan. Dianataranya dapat menjaga kesehatan jantung, meningkatkan produksi sel darah merah dan mendapat kesehatan psikologis, karena senang bisa menyumbangkan hal yang tidak ternilai harganya kepada yang membutuhkan. “Selain itu, dengan mendonorkan darah, dapat mendeteksi penyakit serius seperti
HIV, Hepatitis B dan C, sifilis dan malaria. Jadi pendonor bisa tahu dengan kondisi kesehatan lebih lengkap,” tambahnya. Sementara itu, salah satu pendonor, Apriyanto mengaku sudah sering ikut donor darah. Bapak yang berusia 53 tahun tersebut tidak pernah ketinggalan. “Total sudah 32 ini saya ikut donor. Banyak manfaat yang saya rasakan. Salah satunya badan jadi segar dan terasa enteng,” jelas pria yang biasa disapa Yanto tersebut. Tidak hanya karyawan PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu saja yang ikut donor darah, namun terdapat lima anggota TNI yang ikut menyumbangkan darahnya. Usman, salah satu anggota TNI menerangkan, jika mereka yang ikut bergabung di acara sosial itu karena bertugas di wilayah Kawengan, Kabupaten Bojonegoro.
“Mendengar kabar ada donor darah ini, saya antusias ikut. Karena sudah terbiasa dari dulu ketika pos di Kediri dan saat bertugas di Aceh,” terang Usman. 24 Anak Dikhitan PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu menyelenggarakan khitanan masal untuk menutup rangkaian acara peringatan HUT Pertamina (Persero) ke-57, di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan tersebut dilaksanakan di klinik kesehatan kantor Pertamina EP Asset 4 dan diikuti sebanyak 24 anak dari warga sekitar. Informasi tentang khitanan masal diberikan melalui lurah atau kepala desa, sekaligus dengan formulir pendaftaran. Salah satu orang tua peserta, Subagyo mengatakan, dirinya memanfaatkan kesempatan itu untuk meng-
kitankan putranya. Sebab, dirinya juga punya agenda untuk melakukan hal sama pada anaknya, jadi lebih awal akan bertambah baik. “Apalagi, sekarang ini momentum liburan sekolah. Bisa lebih lama anak saya untuk istirahat,” ujar pria asal Balun, Kecamatan Cepu tersebut. Sementara itu Legal and Relations Staff PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu, Aulia Arbiani menjelaskan, bahwa rangkaian kegiatan sudah dilaksanakan sejak bulan November 2014. “Di antaranya ada lomba melukis, pagelaran Kirun, donor darah, jalan sehat, dan sebagai penutup ada khitanan masal,” ungkapnya. Ditegaskan, penyelenggara bekerjasama dengan Puskesmas Cepu dan terdapat dua dokter yang menangani anak-anak yang dikhitan. Setelah selesai, untuk kontrol bisa di Puskesmas. [*]
PT Pertamina EP Cepu (PEPC)
Musim Kemarau, Air di Jatimulyo Tetap Cukup
Program Corporate Social Responsibility (CSR), PT Pertamina EP Cepu (PEPC), berupa bantuan air bersih yang ditujukan kepada warga di Desa Jatimulyo, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro, benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Terutama, saat wilayah lain kekurangan air bersih, tetapi di tempat tersebut air sangat tercukupi. Laporan: Muhamad Fatoni, Parto Sasmito
DUA torn air bersih dibangun dan berdiri kokoh. Listrik terpasang dengan daya 3500 watt untuk satu torn, dengan panjang kabel antara 600-700 meter. Selain itu, terdapat pompa air yang tersambung dengan pipa sepanjang 4,2 kilometer dengan rincian sumur 1 ada 2.600 meter dan sumur 2 terdapat 1.600 meter. Secara spesifikasi teknis, tempat penampung air atau torn yang didirikan itu mempunyai tinggi sekitar 9,85 meter dan lebar 3x3 meter dengan daya tampung hingga 20 meter kubik atau setara dengan 20.000 liter. Setiap satu detik, satu sumur bisa menghasilkan 2 liter air dan telah dibuktikan oleh warga. Kondisi itu sangat membantu mengatasi kekeringan sumber mata air di Desa Jatimulyo, terutama pada Dusun Nglambangan, Kalongan, dan Dusun Krambanan. Sejumlah warga yang ditemui di lapangan menyebutkan, sebelum adanya bantuan akses sumur air bersih dari PEPC, setiap musim kering atau kemarau, warga kesulitan memenuhi kebutuhan air bersih. Baik untuk minum, masak, mandi dan lain sebagainya. Ada Dusun Nglambangan terdiri dari enam RT dengan total penduduk sekitar 1.041 jiwa. Selain itu Dusun Kramanan bisa menjangkau dua RT yang berpenduduk 508 orang. Serta Dusun Kalongan ada empat RT dengan total penduduk sekitar 1030 jiwa. Kepala Desa Jatimulyo, Kecamatan Tambakrejo, Bojonegoro, Teguh Widarto mengatakan, pihaknya atas nama Pemdes dan masyarakat Jatimulyo berterima kasih kepada PEPC. Sebab, ban-
tuan tersebut telah terbukti membantu saat musim kemarau. Ada dua dusun di Desa Jatimulyo yang selamat dari kekeringan. “Dengan air bersih itu, kami semakin optimis menatap masa depan lebih baik dan sejahtera. Karena masalah kekurangan air bersih bisa teratasi dan terpenuhi, sebab itu kendala warga selama kemarau,” lanjutnya. Di Jatimulyo ada 1.023 Kepala Keluarga (KK) atau 3.690 jiwa, sekitar 334 KK atau 1.025 jiwa mengalami kekurangan air bersih. Apalagi ketika kering seperti kemarin. Itu dulu sebelum ada bantuan air bersih dari PEPC. Sebab, tahun lalu misalnya, Pemdes telah berupaya tetapi tetap saja tidak mampu mengatasi dan menyelesaikan masalah kekurangan air. “Setelah diresmikan pada Juli lalu, air bersih dapat dimanfaatkan warga hingga kemarau berakhir tanpa ada halangan sama sekali,” terang Pak Wid, panggilan akranya. Ucapan terima kasih juga diberikan Camat Tambakrejo, Ngasiaji. Menurutnya, pemberian operator Unitisasi Lapangan Gas Jambaran-Tiung Biru benar-benar bisa menjadi solusi di masyarakat. Sebab, keberadaan air cukup vital untuk kehidupan
manusia. “Warga di Jatimulyo telah merasakan manfaatnya. Saat kemarau, mereka tetap bisa menikmati air bersih yang cukup,” sambung Camat Aji, panggilan sehariharinya. Seperti diketahui, saat peresmian dan serah terima bantuan air bersih tersebut dihadiri Direktur Utama PEPC, Amril Taib Mandailing, Kepala BLH Bojonegoro Tedjo Sukmono, dan Camat Tambakrejo Ngasiaji. Selain itu juga ada jajaran Muspika lain, Pemerintah Desa dan warga sekitar. “Kami berharap PEPC berkenan untuk terus melakukan pembinaan maupun berbagi dengan masyarakat sekitar. Belum melakukan operasi, mereka sudah begitu dekat dengan warga di Tambakrejo khususnya,” lanjut camat. Dikatakan, selama ini Tambakrejo memang rawan akan kekeringan, sehingga adanya bantuan air bersih melalui pompa dan penam-
pungan sangat membantu masyarakat. “Kami akan terus mendukung kegiatan Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKSK) yang ingin membantu masyarakat. Terutama dengan program-program yang langsung menyentuh di bawah,” tegas Camat Aji sambil tersenyum. Dirut PEPC, Amril Taib Mandailing menerangkan, program Corporate Social Res p o n s i - bility (CSR) adalah bagian terpenting dari
perusahaan saat berada ditengah-tengah masyarakat. Ada pula pendidikan, kesehatan, lingkungan dan pemberdayaan masyarakat yang dijalankan oleh PEPC. “Melalui program CSR, PEPC berkomitmen untuk senantiasa berkembang bersama masyarakat sekitar. Salah satu program dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat adalah Program Peningkatan Air Bersih,” katanya. [*]
Amril Taib Mandailing/ Direktur Utama PEPC
Bantu Dua Rumah Warga yang Terbakar Rasa simpati yang tinggi ditunjukkan oleh kontraktor proyek Engineering, Procurement and Constructions (EPC) 1 Project Banyuurip, Blok Cepu, PT Tripatra Engineers and Constructors. Yakni, kembali membantu dua warga Desa Brabowan, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro yang rumahnya terbakar. Laporan: Tim Infotorial
MUSIBAH kebakaran kembali menimpa rumah warga sekitar Lapangan Minyak dan Gas Bumi (Migas) Blok Cepu. Kali ini, rumah milik Rasmo (40) dan Yakub (45), warga Dusun Tanggungan, RT 01/ RW 01, Desa Brabowan, Kecamatan Gayam, Bojonegoro menjadi korban. Akibat kejadian pada Senin (17/11/2014) tersebut, masing-masing korban, yakni Rasmo menderita kerugian Rp70 juta dan Yakub
Rp10 juta. Usai dua warganya tertimpa musibah kebakaran, Pemerintah Desa (Pemdes) Brabowan, Kecamatan Gayam, meminta bantuan kepada perusahaan yang beroperasi di proyek Lapangan Migas Banyuurip, Blok Cepu. “Pemdes membuat surat rekomendasi atau pengajuan kepada perusahaan, termasuk PT Tripatra,” kata Kepala Urusan Pembangunan (Kaurpem) Desa Brabowan, Mujiono.
Diterangkan, sebelumnya saat kebakaran menghanguskan rumah Patimah beberapa bulan lalu, Pemdes juga membuatkan surat pengajuan kepada sejumlah perusahaan. Hasilnya mendapat respon positif dari PT Tripatra. “Saat itu Mbah Patimah dibantu Tripatra berupa kayu sebanyak tiga truk. Kayu itu sudah dibuat rumah dan ditempati lagi,” ungkapnya senang. Pemdes Brabowan memberikan apresiasi atas kepedu-
lian PT Tripatra kepada warga disekitar tempat kerjanya. Sebab, bukan hanya bantuan seperti itu saja yang diberikan, sebelumnya telah banyak seperti pengobatan gratis dan lain sebagainya. Sementara itu Community Affairs and Manager PT Tripatra, Budi Karyawan mengaku pihaknya bersedia membantu korban kebakaran seperti yang telah dilakukan kepada Mbak Patimah. “Tetapi berapa jumlahnya belum bisa diketahui, karena saat ini kayu masih dipilah dari dalam proyek,” kata Budi. Ditambahkan, bantuan kepada Rasmo (40) dan Yakub (45) sepertinya akan disamakan dengan yang diberi-
kan kepada Patimah. Saat itu kayu yang diberikan kepada Mbah Patimah sebanyak tiga truk. “Semoga bantuan tersebut dapat meringankan beban Rasmo dan Yakub,” harapnya. Menurutnya, kepedulian PT Tripatra kepada warga sekitar tempat kerja telah ditunjukkan sejak masuk ke Kabupaten Bojonegoro. Seperti meningkatkan skill atau sumber daya manusia dengan melakukan pelatihan-pelatihan. Tidak hanya itu saja, pengobatan gratis dilakukan regular sepanjang tahun sejak akhir 2012 sampai sekarang. “Totalnya sudah lebih dari 5.000 warga terobati. Kami bersyukur bisa melakukan dengan cara bergilir kepada warga di Kecamatan Gayam dan sekitarnya,” sambung Budi. Bukan hanya sekadar sektor kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, juga pendidikan dan ekonomi, serta budaya. Bahkan, publikasi pariwisata juga didukung secara penuh oleh PT Tripatra.[*]
Bau Flare Gas Makin Hambar
Pengolahan gas ikutan atau flare gas dari Lapangan Sukowati yang dikelola Joint Operating Body Pertamina-Petrochina East Java (JOB P-PEJ) sempat menjadi perbincangan hangat dan tema besar di Bojonegoro pada tahun 2011. Terutama ketika Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ditunjuk oleh mengambil konsesi atas pengelolaan mewakili Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. UJUNG cerobong pembakaran gas di Central Processing Arie (CPA) yang masih terus mengeluarkan api untuk menetralisir gas ikut, termasuk dari Lapangan Sukowati Laporan: Parto Sasmito, Riska Irdiyana, Joel Joko
D
okumen perjanjian kerjasama operasi (KSO) nomor 006/ KSO/BBS/2011 dan 001/ KSO/IME-NAGATEK/2011 antara PT Bangkit Bangun Sarana (BBS) sebelum berubaha nama menjadi PT Bojonegoro Bangun Sarana dengan konsorsium PT Inter Media Energy (IME)PT Niaga Gema Teknologi (NAGATEK), tergeletak di salah satu meja milik anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bojonegoro. Warna kertas sudah tidak putih lagi dan kondisinya lusuh. Bahkan, ada beberapa bagian yang tercuil. Seorang anggota dewan baru, tampak membolak-balik berkas yang sebenarnya bisa cukup “keramat” untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Namun apa dikata, berkas itu tak bisa bicara. Padahal jelas diterangkan dan tertulis pada pasal 7 tentang pendanaan. Terutama di butir 7.6 terkait bagian pendapatan.
Dijelaskan, setelah dikurangi dengan biaya operasional, bagian pendapatan untuk pihak pertama (BBS), 30% dan pihak kedua (IME-NAGATEK, sebelum diganti PT Hokasa), 70%. Setelah IME-NAGATEK sudah break event point (BEP) atau kembali modal, maka persentase naik menjadi 40% untuk BBS dan pihak kedua turun 60%. Juga, BBS berhak atas jaminan minimum pendapatan setidaktidaknya 550.000 USD di tahun 2012, 1.100.000 USD tahun 2013 dan 1.200.000 USD di tahun 2014, sepanjang tidak terdapat gangguan atas pasokan gas rata-rata 10 juta kaki kubik per hari atau Millions Matric of Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD). “Lha, terus kondisinya sekarang ini sudah tidak jelas lagi ya? Berarti bau flare gas sudah tidak sebanding dengan bau gas pengeboran yang menyengat?” tanya anggota dewan yang baru itu sambil geleng-geleng kepala. Tapi ia menyarankan un-
tuk menanyakan langsung kepada Pemkab Bojonegoro mengenai tindaklanjut dari kerjasama BUMD PT BBS dengan PT IME. Sebab, seharusnya jika sudah tidak jelas harus diputus dan mencari rekanan lain. Itu jika prosesnya benar, tetapi jika ada sesuatu hal yang membuat IME harus tetap dipertahankan maka, dewan ke depan harus lebih menekan untuk diperjelas. “Jangan saya yang berbicara, karena ini masih mempelajari. Tanyakan langsung kepada yang lebih mengetahui,” terangnya sambil terus mewanti-wanti blokBojonegoro untuk tidak menulis namanya. Setelah IME diakuisisi oleh PT Super Energy (SE), apakah masih tetap sama? Itulah yang tengah dikejar oleh anggota dewan yang baru. Karena, ada kabar yang masuk persoalan flare gas sudah merambah aspek hukum dan membuat ketidakpastian di lapangan. “Ini bisa mengganggu investasi di Kabupaten Bojonegoro,” lanjutnya.
Sementara itu Ketua Komisi B DPRD Bojonegorom, Sigit Kushariyanto juga mempertanyakan keseriusan dari PT BBS yang merupakan perusahaan plat merah milik Pemkab Bojonegoro. Karena, jika gas yang dikeluarkan dari Lapangan Sukowati dan dibakar ke Central Processing Area (CPA) Mudi, jumlahnya tidak sedikit. “Setiap hari gas dibakar secara percuma, harus serius ini,” kata Sigit belum lama ini. Politisi asal Partai Golkar itu memberi catatan jika proses flare gas antara PT BBS dengan IME sudah berlarut-larut dan harus segera dituntaskan. Jika tidak, maka kerugian Pemkab Bojonegoro semakin besar. Memang, secara kasat mata tidak ada kerugian, karena prosesnya belum berlangsung. Tetapi, bisa dibayangkan bagaimana jika flare gas bisa diproduksi seperti yang ada di Kecamatan Soko, Kabupaten Bojonegoro yang dikelola swasta, tepatnya PT Gasuma Federal Indonesia (GFI).
blokBojonegoro/Joel Joko
Pihaknya akan terus mengawal agar proyek ini bisa tetap berjalan dan berhenti seperti ini. Karena, saat pihaknya bertanya kepada yang berkepentingan, jawabannya tetap sama, yakni menunggu Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) dan melempar tanggungjawab kepada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) atau Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). “Semuanya harus jelas, tidak boleh setengah-setengah. Termasuk ketika menggandeng rekanan untuk mengerjakan suatu proyek di Bojonegoro,” terangnya. Beberapa sumber di lapangan menambahkan, ada kontraktor lokal yang belum dibayar sampai saat ini di proyek flare gas, terutama ketika proses penyiapan lahan di Dusun Plosolanang, Desa Campurrejo, Kecamatan Kota Bojonegoro. Nominalnya berapa? Pertanyaan itu sulit dikonfirmasi kepada PT IME. Karena, kantornya di Bojonegoro. [*]
Lapangan Mangkrak, Informasi Simpang Siur Beberapa waktu belakangan ini, proyek flare gas atau gas ikutan dari Lapangan Sukowati, kembali membuat Kepala Desa Campurrejo, Kecamatan Kota Bojonegoro, Edi Sampurnok kebingungan. Bahkan, kepalanya pening. Sebab, kabar bertambah simpang siur, padahal jika ada sesuatu di lapangan, pihaknya yang pertama menjadi sandaran. Laporan: Parto Sasmito, Riska Irdiyana, Joel Joko
H
ujan turun cukup lebat, ketika Edi Sampurno duduk di pendopo Balai Desa Campurrejo siang itu. Ia tampak gelisah. Sebab, beberapa kali ia ditanyai orang mengenai kelanjutan proyek gas yang melibatkan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Bojonegoro Bangun Sarana (BBS) dengan PT Inter Media Energy (IME). Kongsi yang sudah dibuat lama itu awalnya telah disetujui membeli gas ke operator Lapangan
Sukowati, Joint Operating Body Pertamina-Petrochina East Java (JOB-PPEJ). “Ada kabar belakangan ini proyek gas flare akan dimulai lagi, tetapi kok masih diam-diam seperti ini,” keluh Edi Sampurno kepada blokBojonegoro. Dirinya bertambah tidak jelas, karena setelah selesai pengurukan desa tidak pernah diajak bicara lagi oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Ia hanya mendengar ada rekanan PT IME
yang belum terbayar hingga saat ini. Kades juga tidak bisa berbuat banyak, karena memang bukan tugasnya ikut campur. “Kami hanya menunggu, jika akan memulai pasti akan ke desa untuk berkoordinasi. Serta ke masyareakat melakukan sosialisasi. Namun, sejauh ini belum ada tanda-tanda sama sekali,” terangnya. Karena masuk langsung di salah satu dusun yang dipimpinnya, ia tidak jarang mengecek ke lokasi yang telah dibebaskan. Tinggal
satu pos yang berdiri dan sekarang ini lebih banyak kosong. Tanah tersebut juga telah ditumbuhi rumput dan tidak terurus. Lokasinya tepat di sebelah barat Lapangan Sukowati Pad A. Jika akan menuju ke arah Mulyoagung, tepat di kanan jalan. Bukan hanya kades, kabar tidak jelas yang berhembus juga diterima sejumlah tokoh dan kontraktor lokasi di Campurrejo. Salah satu pemilik usaha, Eko menegaskan, kabar akan dimulai lagi memang santer terdengar. Tetapi, belakangan yang ramai adalah hubungan antara PT BBS dengan IME yang semakin tidak ketemu. “Seperti kami ini menunggu dan jika proyek dilanjut-
kan pasti ikut senang. Sebab, aka nada pekerjaan lagi untuk warga lokal. Kami ingin sekali dilibatkan,” tambah Eko. Ketika mendengar kabar pertama kali, ia sangat intensif mencari informasi kesana-kemari. Tetapi, ujungujungnya semakin tidak jelas. Beberapa warga juga menggunjing kelanjutan proyek. Sebab, ketika awal pembebasan lahan sampai pengurukan begitu menyita perhatian. “Sebagai masyarakat lokal jelas ingin menerima berkah di setiap proyek yang berada di wilayahnya. Jadi, cukup beralasan jika warga juga senang dan menanti. Namun, semuanya harus jelas dan benar-benar bertanggungjawab,” katanya. [*]
Kambing Hitam Berupa PJBG
Setahun belakangan ini, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Bojonegoro Bangun Sarana (BBS) merasa diombangambing atas ketidakjelasan perpanjangan Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) Lapangan Sukowati. Oleh karena itu, setiap ada pertanyaan mengenai proyek flare gas, jawabannya cuma satu, ketidakjelasan PJBG. pemutusan harus dilakukan dengan pemberitahuan secara tertulis dari salah satu pihak. Mengacu pada perjanjian pertama, dalam hal ini bersama PT Intermedi Energy (IME) sebagai investor, dapat dikatakan gagal. Karena rekanan tidak bisa memenuhi kewajibannya. Sedangkan jika harus mencari investor baru, BUMD terganjal PJBG yang masih abu-abu. “Investor baru tidak akan mau memberikan dana investasi, sebelum ada kepastian kontraktual (PJBG),” ungkapnya.
LAHAN yang diperuntukkan bagi proyek flare gas di Dusun Plosolanang, Desa Campurro, Kecamatan Kota Bojonegoro mangkrak Laporan: Riska Irdiyana, Parto Sasmito, Joel Joko
T
ahap demi tahap pengurusan perpanjangan PJBG dari Lapangan Sukowati yang dioperatori Joint Operating Body Pertamina-Petrochina East Java (JOB P-PEJ) ke Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) telah dilakukan oleh PT BBS. Bahkan, waktunya telah satu tahun lebih dari masa PJBG pertama habis untuk mengurusinya. Hasilnya tidak jelas. Kondisi itu yang menyandera PT BBS untuk berbuat lebih. Seperti diketahui, hak khusus untuk mengelola gas ikutan atau gas suar dari Lapangan Sukowati kepada Pemkab Bojonegoro disampaikan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) saat itu, sebelum berubah nama menjadi SKK Migas melalui surat nomor 0537/ BPB3000/2010/S2 tertanggal 10 Juni 2010. Inti surat
tersebut memberikan hak kepada BBS untuk memanfaatkan gas suar bakar atau flare gas dari Lapangan Sukowati. Berbagai persiapan saat itu sudah matang dan tiba saatnya pengurusan Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) Lapangan Sukowati antara PT Pertamina Hulu Energi Tuban East Java, PT Pertamina Hulu Energi Tuban, PetroChina International Java Ltd. dan PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) sebagai penjual ke PT BBS. Akhirnya, penetapan dilakukan melalui surat keputusan kepala BP Migas nomor KEP-0110/BP00000/2011/ S2 tanggal 18 Agustus 2011 tentang penunjukan penjual gas bumi di Lapangan Sukowati, notulensi rapat 20 September 2011 mengenai rapat pembahasan perubahan final draf PJBG, serta surat JOB P-PEJ nomor 481/ PPEJ-GM/2011 tanggal 4 November 2011, terdapat
kualifikasi pokok-pokok PJBG. Antara lain, prinsip penyaluran as-in atau apa adanya, serta jumlah gas bumi harian 10 juta kaki kubik per hari atau Millions Matric of Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD) untuk Juli 2012 hingga Mei 2013. Setelah itu, jumlah berangsur turun menjadi 8,6 MMSCFD di Juni 2013, 5,5 MMSCFD pada Juli 2013 dan akhir perjanjian Agustus 2013 hanya 2,2 MMSCFD. Sehingga, total kontrak sebesar 3,85 miliar kaki kubik atau Billion Standard Cubic Feet (BSCF). Jangka waktu perjanjian selama 14 bulan terhitung sejak tanggal dimulai sampai akhir dipenuhi, dengan titik penyerahan di lokasi Centrak Processing Area (CPA) Mudi. Direktur Utama (Dirut) PT BBS, Deddy Affidick kepada blokBojonegoro menerangkan, jika pada Oktober 2013, telah dilakukan uji tuntas oleh penjual (pemegang hak atas Lapangan Sukowati) mengenai perpanjangan
blokBojonegoro/Joel Joko
PJBG. Surat yang sudah dikirim ke SKK Migas itu tidak diketahui rimbanya. “Ini sudah terhitung satu tahun lebih setelah kontrak PJBG lama habis. Tapi PJBG baru belum ada kepastian, diputus atau diperpanjang,” ujar mantan petinggi MCL atau sekarang berganti nama ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) itu. Kondisi itu yang mengakibatkan BUMD seolah ‘mati kutu’. Bagaimana tidak, penjual tidak bisa menandatangi kontrak tanpa persetujuan dari pihak yang berwenang diatasnya. Sedangkan proses pengurusan PJBG ini sampai dimana tidak ada kejelasan. Berbagai cara telah dilakukan untuk mencari jalan keluar, termasuk ke divisi terkait, dan hasilnya juga nol. “Kalau memang diputus, kami minta ada surat pemutusan kontrak kerja. Atau kalau diperpanjang segera ada kepastian,” harapnya. Sebagaimana dalam perjanjian tertulis, dinyatakan
Tersandung Masalah Hukum Diam-diam, Kejaksaan Negeri (Kejari) Bojonegoro mulai menyelidiki laporan dari warga mengenai kerugian daerah, dalam hal ini Pemkab Bojonegoro, akibat tidak dikelolanya dengan baik flare gas Lapangan Sukowati. Namun sampai mana kasus tersebut, belum diketahui secara pasti. Sebab, statusnya masih penyelidikan. Beberapa data di lapangan menyebut, jika pengumpulan informasi awal telah dilakukan pihak jaksa. Kepala Kejari Bojonegoro, Tugas Utoto sebelum alih tugas pada pertengahan November 2014 lalu mengatakan, sejumlah kasus sedang ditangani sudah jelas statusnya. “Mana kasus yang sedang penyelidikan, mana yang penyidikan dan mana kasus yang sudah ada tersangkanya akan jelas. Semua kasus akan diungkap dan ekspos besar-besar,” ujar Tugas. Dia menjelaskan, diantara sejumlah kasus yang sedang mereka tangani ada beberapa masih pengumpulan data dan keterangan. Termasuk salah satunya yang melibatkan PT Inter Media Energy (IME). “Pekerjaan Rumah (PR) tersebut nantinya diteruskan oleh pejabat baru. Kejaksaan memiliki komitmen untuk melakukan pemberantasan korupsi,” sambungnya. [*]
Tunggu Pengelola Flare Gas Serius Operator Lapangan Sukowati, Joint Operating Body PertaminaPetrochina East Java (JOB P-PEJ) menyayangkan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Bojonegoro Bangun Sarana (BBS) belum bisa menyelesaikan proyek flare gas. Sebab, selama kontrak sebelumnya, JOB P-PEJ membakar gas yang sebenarnya menjadi hak Pemkab Bojonegoro.
JOB P-PEJ, Junizar H. Dipodiwirjo. 2013 turun menjadi 33/114 Produksi di Lapangan bopd dan pada November Sukowati masih menjadi 2014 rata-rata produksi kem- utama, karena bisa dikisabali turun menjadi 25.244 ran 21.796 bopd dan Mudi bopd. tinggal 1.025. Sedangkan “Hingga akhir Desember, produksi gas ikutan JOB produksi kita diperkirakan P-PEJ juga turun. Karena, rata-rata mencapai 25.105 tahun 2012 produksi menbopd. Kita lihat, meski capai 32 juta kaki kubik per kami sudah berupaya me- hari atau Millions Matric of nahan arus penurunan ala- Standard Cubic Feet per Day miah lewat perawatan pada (MMSCFD), namun tahun sumur-sumur yang kini 2013 tinggal 28 MMSCFD. masih berproduksi, tetapi Kondisinya hampir sama tren produksi masih terus pada tahun 2014 ini. turun,” kata Field Manager “Untuk pemanfaatan
Laporan: Riska Irdiana, Parto Sasmito, Joel Joko
S
ECARA alamiah, sumur-sumur di Lapangan Sukowati, baik Pad A maupun B, sedang mengalami penurunan produksi minyak dan gas bumi (Migas). Jika dilihat dari perkembangan beberapa waktu terakhir, misalnya tahun 2012 produksi dari sumur-sumur yang ada di Sukowati dan Mudi, Desa Rahayu, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, bisa mencapai 40,321 bopd (barrel oil per day), namun pada tahun
Junizar H. Dipodiwirjo Field Manager JOB P-PEJ gas ikutan, JOB P-PEJ juga melakukan PJBG dengan PT Gasuma Federal Indonesia (GFI),” terangnya. Khusus Sampai sekarang ini, gas ikutan yang dihasilkan masih dibakar sebanyak klurang lebih 6 MMSCFD serta dimanfaatkan untuk keperluan internal JOB P-PEJ 7 MMSCFD. “Misalnya untuk penerangan dan lain-lain,” tegas Junizar. Oleh karena itu, pengelo-
laan flare gas akan sangat berguna untuk menambah pemasukan daerah, selain agar juga tidak dibakar. Sebab, selama masa PJBG dengan bagian 10 MMSCFD, BUMD Bojonegoro, PT BBS belum sama sekali menyerapnya walaupun telah membayar kepada JOB P-PEJ. “Sementara, PT GFI dari awal kontrak PJBG terus menambah jumlah yang dikerjasamakan,” tambahnya. [*]
BOJONEGORO MULAI WASPADA
MENDUNG tebal menggelayut di atas Kota Bojonegoro suatu sore
blokBojonegoro/Muhammad A. Qohhar
Setiap siang, mendung telah menggelayut di atas langit-langit kota. Bukan hanya itu saja, hampir seluruh wilayah Kabupaten Bojonegoro mulai diguyur hujan. Lebat dan bahkan mengkhawatirkan. Sebab, setiap turun, pasti disertai dengan angin kencang. Beberapa jalanan kota tergenang, air bah telah membanjiri Kecamatan Kanor, Dander, Malo dan lain sebagainya. Rata-rata masih disebabkan oleh luberan anak sungai yang bermuara di Bengawan Solo. Lantas, apakah Bengawan Solo akan meluap seperti tahun-tahun sebelumnya? Doa selalu terpanjat, agar Bengawan Solo tidak mengamuk. Tetapi, sebagai kabupaten yang terlewati atau menjadi Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo, selayaknya waspada. 14 kecamatan mulai Margomulyo sampai Baureno selalu menjadi langganan ketika banjir datang. Waspada, waspada dan waspada. Teks: Muhammad A. Qohhar
JALUR Bojonegoro-Nganjuk, di Desa Ngumpakdalem, Kecamatan Dander kebanjiran
JALAN di Kota Bojonegoro tergenang setelah hujan lebat mengguyur
blokBojonegoro/Muhammad A. Qohhar
MOBIL menerobos air yang tidak bisa mengalir lancar
blokBojonegoro/M. Yazid
blokBojonegoro/M. Yazid
A. Munir, Kepala Kemenag Bojonegoro
Lahir di Desa, Pimpin Kemenag Bojonegoro Berasal dari desa kecil, tidak menjadikan seseorang berpikiran sempit. Dengan ketekunan dan kerja keras, kesuksesan dapat diraih bisa menempati posisi strategis pada satu bidang. Kepala Kantor Kementrian Agama (Kemenag) Bojonegoro, Ahmad Munir contohnya. Ia sejak kecil tinggal di Desa Balongdowo, Kecamatan Kepohbaru. Namun demikian tak lantas membuatnya berdiam diri dan enggan berkembang. Usai bertugas menjadi kepala Kemenag di Pacitan, kini ia kembali ke kota kelahiran, Bojonegoro. Laporan: Nasruli Chusna, M. Yazid
M
eski baru dilantik pada 20 Januari 2014, sosok A. Munir, begitu namanya biasa ditulis, sangat jeli mengungkap berbagai persoalan khalayak Bojonegoro. Terutama perihal kehidupan umat beragama di Kota Ledre yang sedang tumbuh menjadi kota industri minyak dan gas bumi (Migas). Arus industrialisasi yang tengah menggejala
di Bojonegoro, katanya, telah menimbulkan beberapa akibat. Baik yang positif maupun negatif. Menurut Munir, potensi pergeseran budaya akibat banyaknya pekerja dari luar daerah cukup besar. Apalagi yang dari luar negeri. Setidaknya, mereka membawa kebiasaan baru yang belum lazim bagi masyarakat Bojonegoro. “Oleh karena itu butuh penyaring agar kita tidak terbawa kebiasaan negatif. Kalau yang positif itu bagus, seperti pelatihan-pelatihan. Dan itu harus terus dikembangkan,” ujar bapak dari enam anak itu. Ia menambahkan, bahwa untuk menyaring budaya yang masuk, salah satu hal sangat penting dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan agama yang cukup. Baik itu pada lembaga formal maupun non formal. Hematnya, porsi 1 sampai 2 jam pendidikan agama bagi anak-anak di sekolah itu sangatlah kurang. Jadi perlu ditambah melalui pendidikan non formal seperti TPQ, diniyah atau pengajian rutin. “Bahkan di kurikulum yang pada intinya menekankan pen-
didikan karakter, sudah dilaksanakan pada sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan Kementerian Agama. Prinsip utama yang harus diajarkan adalah akhlakul karimah. Nah, apakah inti dari akhlakul karimah, ya pendidikan karakter itu,” tandasnya. Hal lain yang tak luput dari perhatiannya adalah kehidupan beragama warga Bojonegoro. Meski saat ini masih dalam kondisi aman-aman, hanya saja jika satu potensi konflik muncul, menurutnya, dapat serta merta memicu keretakan hubungan sesama warga beragama di Bojonegoro. Oleh karena itu pihak-pihak terkait, seperti tokoh agama harus senantiasa menjalin komunikasi. Ia menegaskan bahwa Kemenag bukanlah lembaga yang hanya membawahi satu agama saja di Indonesia. Melainkan seluruh agama yang diakui Undang-undang merupakan wilayah kerja Kemenag. Dimana masing-masing agama perlu dillindungi dan dijamin keselamatan bagi umatnya untuk bisa melaksanakan ajaranajaran yang dianut. Terkait maraknya beberapa aliran baru yang muncul, ia menegaskan, jika Kemenag akan selalu memantau dan mengamati segala aktivitas di lapangan. “Hanya saja di sini perlu dicatat, bahwa wilayah kerja kita hanya mengarahkan. Biasanya melalui KUA-KUA di seluruh kecamatan. Karena bukan sebagai eksekutor,” jelas pria yang juga pernah menjabat sebagai Kepala KUA Tambakrejo itu. Dalam menjalankan tugas, Munir senantiasa berprinsip bahwa sesama orang beriman itu adalah saudara. Berarti bagi siapa saja yang beriman pada Tuhan dan mempercayai salah satu agama yang disebut Undang-undang adalah saudara. Tidak memandang apakah orang Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha mupun Konghucu. Ni-
lai inilah dipelajarinya dari sosok presiden ke empat RI, (alm) KH. Abdurahman Wahid. Suami dari Faridatin Ni’mah tersebut menyatakan, bahwa dirinya ingin membawa Kemenag Bojonegoro menjadi lebih baik. Diantaranya dengan meningkatkan pelayanan dan memberikan kemudahan akses kepada masyarakat. Sehingga masalah yang mencuat di lapangan dapat dicerna secara rinci dan ditangani dengan benar. Kejelian tersebut tak lepas dari dirinya yang memang putra asli Kabupaten Bojonegoro. Usai menempuh pendidikan tingkat SLTA di MA Darul Ulum Pasinan, Baureno, ia melanjutkan ke IAIN Malang (sekarang UIN Maulana Malik Ibrahim). Masuk pada jurusan Tarbiyah Islamiyah, menurutnya tak cukup untuk menempa dirinya siap terjun ke masyarakat. Oleh karena itu ia juga aktif sebagai anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Senat dan Pramuka. Pria kelahiran tahun 1966 itu menyadari bahwa pendidikan agama merupakan pondasi utama mendidik anak-anak. Oleh karena itu ketiga anaknya dimasukkan ke Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, Jawa Tengah. Sementara ketiga anaknya yang lain masih menempuh pendidikan tingkat Ibtida’iyah. Pada blokBojonegoro ia menyampaikan, bahwa Kabupaten Bojonegoro memiliki potensi yang besar untuk maju. Bukan dari industri minyak saja, namun juga dari segi pendidikan. Banyak sekali siswa cerdas di Bojonegoro, namun minimnya akses informasi membuat mereka tidak berkembang. Besar harapan agar dunia pendidikan di Bojonegoro juga bisa maju seperti di kota-kota besar, contoh Jogjakarta, Jakarta, Surabaya dan Bandung. [*] Jejak Karir AHMAD MUNIR 1991 - Kepala Sekolah SMA Ahmad Yani 1999 - Staf KUA Sugihwaras 2008 - Kasi Mapenda 2012 - Kepala Kemenag Pacitan 2014 - Kepala Kemenag Bojonegoro