PL 4008 SEMINAR STUDI FUTURISTIK UJIAN AKHIR SEMESTER
PROSPEK PEMBANGUNAN KERTAJATI AEROCITY Zahrah Fadhilah Nindita, Nadia Agni Sheilla, Marlina Wirmas 15412037, 15412055, 15412056 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung I.
Prolog Dalam era otonomi daerah, pemerintah daerah diberikan hak, wewenang dan kewajiban dalam
mengatur dan mengurus sendiri urusan dan kepentingan masyarakat setempat termasuk dalam hal ini adalah penyelenggaraan dan pengembangan untuk meningkatkan pelayanan publik yaitu melalui penyediaan infrastruktur yang dapat mendukung kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat. Adapun salah satu infrastruktur yang dianggap mampu mendukung kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat dalam skala regional, nasional dan internasional adalah transportasi udara. Hal ini dikarenakan, adanya pengembangan transportasi udara (bandara udara) disuatu wilayah dapat menjadi gerbang yang memicu peningkatan kegiatan bisnis dan mengubah kawasan-kawasan sekitarnya menjadi tempat usaha yang berpengaruh pada pengembangan kawasan urban abad 21. Dalam konteks tersebut, maka pemerintah daerah dalam hal ini pemerintah Provinsi Jawa Barat berusaha merespon hal itu dengan melakukan pembangunan dan pengembangan Bandara Udara Internasional Jawa Barat (BIJB) dan Kawasan Perkotaan Kertajati Aerocity yang merupakan upaya untuk mendukung terwujudnya PKN Cirebon sebagai bagian dari kebijakan Struktur Ruang Provinsi Jawa Barat yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi Jawa Barat 2009-2029. Sejalan dengan hal tersebut, Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No 22 Tahun 2010 Tentang Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029 menetapkan kawasan strategis Provinsi Jawa Barat sebanyak 24 (dua puluh empat) kawasan strategis, salah satunya adalah Kawasan Strategis Provinsi adalah (KSP) Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) dan Kertajati Aerocity. Secara umum ditetapkannya kawasan strategis Bandara Internasional Jawa Barat dan Kertajati Aerocity didasarkan pada kepentingan ekonomi yaitu sebagai kawasan yang dapat mendorong perekonomian Jawa Barat serta beberapa issue penanganan yaitu: 1.
Mengembangkan Bandara & Aerocity
2.
Mengintegrasikan dengan pengembangan wilayah disekitarnya, dan
3.
Melaksanakan kerjasama dengan pihak swasta.
Selain itu, pembangunan dan pengembangan BIJB dan Kertajati Aerocity juga sejalan dengan kebijakan pembangunan transportasi nasional yang diarahkan melalui pendekatan pengembangan wilayah, agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah. Sementara Kertajati Aerocity sendiri dibangun dengan tujuan untuk mendukung keberadaan bandara dalam meningkatkan
daya saing global, kawasan ini dibangun diatas lahan seluas ± 3.200 Ha dengan fungsi ruang meliputi kawasan industri, perdagangan, pariwisata, dan permukiman. Kertajati Aerocity dalam konsep teori Aerotropolis adalah suatu kota pendukung bandara yang letak dan posisinya berdampingan secara langsung dengan bandara, akan tetapi tidak terdapat akses langsung dari kota ke bandara maupun sebaliknya. Meskipun tidak terdapat akses langsung dari kota ke bandara, namun memiliki kemudahan mencapai bandara dengan memanfaatkan jaringan jalan eksisting menuju ke bandara, baik melalui arah jalur utama/penumpang dan kargo/barang. Konsep kota pendukung bandara ini akan berdampak pada kemudahan dalam pengelolaan keamanan bandara. Adapun tujuan utama dari pembangunan dan pengembangan Kertajati Aerocity ialah menciptakan sebuah kawasan perkotaan yang dapat berperan sebagai agen bagi terwujudnya pertumbuhan perekonomian dan kesejahteraan penduduk, dan menjadi penggerak utama bagi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat bagian timur. Berdasarkan pernyataan sebelumnya, maka muncul pertanyaan besar mengenai “Sejauh mana proyek Kertajati Aerocity diperkirakan dapat mencapai tujuan pembangunan dan pengembangnnya?”. Untuk itu, maka penulisan paper ini dimaksudkan untuk memaparkan bagaimana prospek pencapaian tujuan pembangunannya. Prospek akan dianalisis menggunakan metode historical analysis dan scenario planning dengan melihat sejarah studi kasus aerocity di negara lain, serta membandingkan antar driving force menggunakan konsep scenario planning. Dengan begitu akan terlihat apakah kondisi Kertajati masa depan dapat memenuhi tujuan aerocity dalam mengakselerasi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. II. Pemahaman Objek Kertajati Aerocity merupakan rencana pengembangan kawasan dengan pusat pemacu pertumbuhan kawasan adalah kegiatan transportasi udara. Aerotropolis sebagai konsep pengembangan Kertajari Aerocity didefinisikan sebagai kawasan urban dengan bandar udara sebagai pusatnya dengan guna lahan, infrastruktur dan kegiatan ekonomi yang didesain untuk mendukung kawasan tersebut. Kertajati Aerocity dibangun di Kecamatan Kertajati , Kabupaten Majalengka yang meliputi delapan desa, yaitu Desa Kertajati, Desa Kertasari, Desa Bantarjati, Desa Sukamulya, Desa Babakan, Desa Mekarmulya, Desa Palasah dan Desa Kertawinangun. Kertajati Aerocity dibangun di daerah persawahan seluas 5000 Ha dengan 1800 Ha area bandara dan 3200 Ha merupakan wilayah aerocity. Berdasarkan Rencana Induk Kertajati Aerocity, tema pengembangan yang diusung adalah Kota Bisnis dan Industri, yang berfungsi sebagai pusat (hub) kegiatan bisnis Jawa Barat dengan mengedepankan kegiatan industri berteknologi tinggi, industri padat karya, industri hijau dan industri non polutan. Konsep aerotropolis diilustrasikan dengan gambar berikut.
Gambar 1. Skematik Desain Aerotropolis
Sumber: Rencana Induk Kertajati Aerocity, 2013
Pengembangan BIJB dan Kertajati Aerocity yang meliputi pembangunan Bandar udara dan kawasan perkotaan Kertajati Aerocity, merupakan upaya untuk mendukung terwujudnya PKN Cirebon sebagai bagian dari kebijakan Struktur Ruang Provinsi Jawa Barat yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi Jawa Barat 2009-2029. Tujuan yang ingin dicapai dari pembangunan dan pengembangan BIJB dan Kertajati Aerocity adalah untuk : 1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional berbasis potensi daerah, sehingga mampu menyerap tenaga kerja dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 2. Meningkatkan daya saing global Jawa Barat dalam rangka mendorong percepatan pertumbuhan investasi. 3. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang transportasi udara. Visi pengembangan Kertajati Aerocity 1. Kertajati Aerocity sebagai Kota Jasa yang Sejahtera, Nyaman dan Berkelanjutan 2. Berperan sebagai agen bagi terwujudnya pertumbuhan perekonomian dan kesejahteraan penduduk dan menjadi penggerak utama bagi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat bagian timur 3. Terwujudnya Kertajati Aerocity sebagai kota teknologi yang modern, produktif dan nyaman, melalui pengembangan teknologi maju (advanced technology) yang didukung kegiatan bisnis berstandar internasional, secara profesional dan amanah, menuju masyarakat sejahtera, bermartabaat dan religi 4. Terwujudnya penataan ruang dan pembangunan wilayah yang efisien, serasi dan terarah sehingga dapat memfasilitasi mobilitas orang dan barang, mendorong pertumbuhan ekonomi
daerah, mengurangi ketimpangan anatar wilayah dan mewujudkan kualitas lingkungan hidup yang lebih baik dan menyenangkan Untuk mewujudkan visi tersebut, maka misi pembangunan Kertajati Aerocity 2014-2033 adalah sebagai berikut: 1. Aspek fisik alami lingkungan hidup : a. Menyerasikan kehidupan dengan daya dukung lingkungan hidup. b. Mengarusutamakan pembangunan berbasis mitigasi bencana. c. Mengoptimalkan pemanfaatan potensi dan sumberdaya wilayah dengan memperhatikan prinsip pembangunan yang berkesinambungan (berkelanjutan). d. Menjaga dan melestarikan keseimbangan lingkungan melalui pemantapan kawasan yang berfungsi lindung. e. Mengarahkan pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya sesuai dengan potensi dan daya dukungnya. 2. Aspek kependudukan, sosial dan budaya : a. Menciptakan kehidupan yang sejahtera dan dinamis. b. Mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan religi. c. Meningkatkan kemandirian masyarakat dan partisipasi dalam pembangunan. 3. Aspek perekonomian : a. Melakukan penerapan pendekatan yang inovatif untuk meningkatkan pendapatan dari kegiatan terkait penerbangan. b. Mengoptimalkan produktivitas kawasan. c. Mendorong terciptanya investasi sektor swasta, lapangan pekerjaan, dan penerimaan pajak. d. Mewujudkan Kertajati Aerocity yang secara ekonomis berfungsi efisien, secara estetika dirasakan menyenangkan, dan secara lingkungan hidup berjalan secara berkelanjutan. e. Memantapkan peran dan posisi Kertajati Aerocity sebagai simpul perdagangan dan pelayanan jasa yang berorientasi pada produktivitas. f.
Mendorong pertumbuhan ekonomi daerah melalui melalui kejelasan ruang, kepastian hukum, dan pemanfaatan potensi sumberdayanya.
g. Mewujudkan Kertajati Aerocity sebagai pusat kegiatan perekonomian, dengan mendorong dan membangun kegiatan dan prasarana ekonomi serta menciptakan pusatpusat lintasan darat, kereta api, dan udara bagi Jawa Barat bagian timur dan provinsi terdekat. h. Mewujudkan perekonomian yang berkelanjutan dan bersaing, dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan daerah berbasis pada potensi sumberdaya daerah melalui pengembangan sektor ekonomi unggulan. i.
Mengembangkan dan mengamankan kawasan yang dianggap strategis atau prioritas yang memerlukan dukungan penataan ruang secepatnya.
4. Aspek prasarana wilayah dan transportasi : a. Membangun prasarana dan sarana kota yang manusiawi. b. Memaksimalkan nilai lahan dan prasarana wilayah, untuk mewujudkan pertumbuhan kegiatan penerbangan dan komersial. c. Meningkatkan kelancaran mobilitas internal dan eksternal wilayah, dan menciptakan kenyamanan dalam beraktivitas bagi masyarakat kawasan. Tujuan Pengembangan 1. Tujuan yang harus dicapai dalam konstelasi yang lebih luas meliputi : a. Menjadikan kawasan yang tertib, bersih, aman, nyaman, sehingga membuat penduduk menjadi tenteram. b. Meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. c. Memberikan pelayanan umum bagi masyarakat. d. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan ruang. e. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas hubungan antar elemen ruang. f.
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan umum.
g. Menjaga kawasan lindung untuk mempertahankan keseimbangan lingkungan. 2. Tujuan yang harus dicapai dalam lingkup internal meliputi : a. Pemantapan kawasan yang berfungsi lindung, guna menjaga dan melestarikan keseimbangan lingkungan. b. Adanya penetapan yang tegas dalam pemanfaatan lahan budidaya dan lindung, sehingga nantinya tidak terdapat tumpang tindih pemanfaatan dan penggunaan lahan baik antara penggunaan untuk budidaya dan lindung maupun tumpang tindih antara yang berbeda kepentingan. c. Meningkatkan keseimbangan pemanfaatan lahan untuk kegiatan budidaya dan kawasan lindung, agar tercapai suatu keseimbangan lingkungan yang akan menghindari kerusakan ekosistem serta tercapainya upaya pembangunan berkelanjutan. d. Menyiapkan ruang kawasan bagi pertambahan penduduk dan perluasan fungsi kawasan dan kurun waktu 20 (dua puluh) tahun mendatang. e. Mengoptimalkan pemanfaatan potensi dan sumber daya wilayah dengan memperhatikan prinsip pembangunan yang berkelanjutan. f.
Mewujudkan struktur ruang internal kawasan dengan hirarki yang lebih teratur. Hal ini berkaitan dengan sistem pelayanan yang akan diemban oleh masing-masing bagian wilayah kawasan . Hal ini nantinya diharapkan adanya tingkatan pelayanan, dari tingkat terendah hingga tingkat tertinggi.
g. Meningkatkan intensitas kegiatan perekonomian dan pelayanan di berbagai bagian wilayah kawasan secara merata, dan sesuai dengan saya dukung dan daya tampung yang ada.
h. Menciptakan sistem jaringan transportasi intra wilayah kawasan maupun antar wilayah kawasan yang mampu menjamin kelancaran hubungan antar kawasan. Antara kawasan dengan wilayah belakangnya maupun antar bagian wilayah kawasan, sehingga membentuk kesatuan wilayah yang mampu mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya dan peluangpeluang yang ada. i.
Meningkatkan dan mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan, dengan sasaran utama mengembangkan kegiatan yang diperkirakan potensial dan dianggap sebagai sektor unggul, sebagai prioritas utama untuk dikembangkan.
j.
Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan dan pusat-pusat kegiatan ekonomi sebagai langkah untuk menciptakan pemerataan pertumbuhan ekonomi.
k. Mengembangkan dan memanfaatkan seoptimal mungkin kawasan-kawasan prioritas yang ada untuk memacu perkembangan wilayah Kertajati Aerocity secara keseluruhan. l.
Meningkatkan kapasitas dan jangkauan pelayanan transit dan perdagangan dalam lingkup wilayah
m. Menjadikan dan memantapkan Kertajati Aerocity sebagai pusat wilayah yang lebih luas, seperti lingkup Kawasan Ciayumajakuning khususnya dan Provinsi Jawa Barat bagian barat. n. Memacu pertumbuhan kawasan melalui pemanfaatan potensi sumber daya perikanan yang ada di sekitar kawasan. o. Meningkatkan
pelayanan
transportasi
sebagai
pintu
gerbang
menuju
Kawasan
Ciayumajakuning khususnya dan Provinsi Jawa Barat bagian barat dengan pengembangan kawasan sebagai pusat perdagangan dan jasa regional. p. Meningkatkan kenyamanan, kesehatan, keselamatan, serta kelestarian lingkungan. q. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia masyarakat kawasan. Secara umum, konsep pendekatan permbangunan yang digunakan dalam membangun Kertajati Aerocity adalah konsep kota hijau. “Kota Hijau” merupakan sebuah metafora dari pencapaian tujuantujuan pembangunan perkotaan berkelanjutan. Secara konseptual, pembangunan perkotaan berkelanjutan merupakan upaya untuk mengintegrasikan secara sinergis dari tiga kepentingan utama dalam pembangunan perkotaan yang meliputi : 1. keadilan sosial, 2. mendorong pertumbuhan dan efisiensi ekonomi, dan 3. perlindungan terhadap kelestarian lingkungan. Adapun tema pengembangan yang digunakan Kertajati Aerocity adalah : Kota Bisnis dan Industri. Ciri dari tema ini adalah : 1. Kota berfungsi sebagai pusat (hub) kegiatan bisnis Jawa Barat. 2. Kota dikembangkan sebagai kota bisnis dan industri dengan mengedepankan kegiatan industry berteknologi tinggi (hi-tech industries), industri padat karya, industri hijau dan industri non polutan.
Kertajati Aerocity dalam konsep teori Aerotropolis adalah suatu kota pendukung bandara yang letak dan posisinya berdampingan secara langsung dengan bandara, akan tetapi tidak terdapat akses langsung dari kota ke bandara maupun sebaliknya. Meskipun tidak terdapat akses langsung dari kota ke bandara, namun memiliki kemudahan mencapai bandara dengan memanfaatkan jaringan jalan eksisting menuju ke bandara, baik melalui arah jalur utama/penumpang dan kargo/barang. Berdasarkan rencana pembangunan di tingkat pusat dan daerah yang terkait dengan Kertajati Aerocity, terdapat beberapa rencana pembangunan, antara lain : a. Pembangunan Jalan Tol Cikopo – Palimanan (Cikapali) b. Pembangunan Jalan Tol Cileunyi – Sumedang – Dawuan (Cisumdawu) c. Reaktivasi Jalur Kereta Api Bandung – Kertajati – Cirebon. d. Rencana Interchange Jalan Tol Cikapali dan Jalan Tol Cisumdawu di KM 172 dan akses keluar masuk Kertajati Aerocity. e. Rencana akses kargo menuju Bandara Internasional Jawa Barat di KM 157 dan rencana akses penumpang di KM 179. Perencanaan pada kawasan Kertajati Aerocity meliputi perencanaan ruang pada kawasan inti maupun kawasan di sekitar kawasan inti. Beberapa rencana pola ruang dan zonasi Kertajati Aerocity dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 2. Rencana Pola Ruang Kawasan Inti Kertajati Aerocity
Sumber: Paparan The Aerocity: The Future 1ndonesian Airport, APEN, 2015
Gambar 3. Rencana Zonasi Kawasan Kertajati Aerocity
Sumber: Paparan The Aerocity: The Future 2ndonesian Airport, APEN, 2015
III. Interaksi yang Terjadi Antara Proyek dan Lingkungan Pembangunan Kertajati Aerocity merupakan konsep pengembangan kota baru dengan kegiatan perkotaan yang mendukung aktvitas transportasi udara. Maka hubungan yang terjadi antara proyek Kertajati Aerocity dengan wilayah sekitarnya adalah sebagai berikut: 1. Kertajati Aerocity dengan Kecamatan Kertajati dan Kabupaten Majalengka Kertajati Aerocity direncanakan dibangun pada enam desa di Kecamatan Kertajati, yaitu Desa Mekarjaya, Desa Kertasari, Desa Kertajati, Desa Babakan, Desa Palasih dan Desa Kertawinangun. Luas wilayah yang digunakan untuk Aerocity sebesar ± 3.200 Ha dengan luas bandar udara adalah ± 1.800 Ha berdasarkan Perda Jawa Barat No. 13 Tahun 2010 tentang Pembangunan dan Pengembangan Bandar Udara Internasional Jawa Barat dan kertajati Aerocity. Pada kawasan ini, akan dikembangkan sembilan zona dengan konsep masing-masing zona adalah sebagai berikut:
Ruang Terbuka Hijau dan biru, yang akan dibangun sempadan pada sungai dan danau/ waduk, dengan konsep seperti taman kota pada sepanjang sempadan
Industri dan Pergudangan, dengan konsep industri hijau, high tech industry serta industri padat karya
Perkantoran, dengan konsep kegiatan perkantoran yang mempu mengakomodasi kegiatan bisnis serta kebutuhan kota yang berhubungan dengan kegiatan di BIJB.
Perdagangan dan jasa, dengan pengembangan fasilitas jasa dan perdagangan yang diarahkan untuk penjualan barang-barang ekspor hasil produksi dari industri di Kertajati Aerocity.
Permukiman, yang dibagi atas dua tipe perumahan yaitu perumahan landed dan vertikal. Untuk menghindari terjadinya urban sprawling, maka jenis perumahan dengan tipe terkecil dibatasi hingga rumah kecil dan lebih ditekankan kepada pembangunan hunian vertikal atau rumah susun, agar mampu memenuhi kebutuhkan hunian bagi penduduk lokal
Fasilitas pelayanan umum dan sosial, yang dikembangkan sesuai dengan standar kebutuhan pelayanan fasilitas berdasarkan jumlah penduduk Dengan pembangunan secara total yang dilakukan pada sebagian wilayah Kecamatan Kertajati,
maka hal tersebut akan mempengaruhi segala aspek dalam keberlangsungan kawasan. Basis kegiatan wilayah yang semula hanya pada sektor primer seperti pertanian akan berubah menjadi sektor sekunder dan primer seperti industri dan jasa. Perubahan ini akan merubah kawasan yang semula memiliki karakteristik perdesaan menjadi perkotaan modern. Pergeseran struktur ini juga akan merubah secara total aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, sosial kependudukan hingga politik kepemerintahan wilayah. Pada aspek fisik dan lingkungan, pembangunan Kertajati Aerocity akan menambah jumlah dan presentase peruntukan lahan terbangun. Pembangunan fisik untuk mewujudkan zona-zona seperti yang direncanakan di atas menyebabkan variasi guna lahan kawasan yang juga semakin bermacam. Kemudian pada aspek ekonomi, akan terjadi perubahan struktur kegiatan dari yang utamanya pertanian menjadi sektor jasa dan industri. Perubahan ini sekaligus akan mempegaruhi aspek sosial kependudukan dimana pengembangan aerocity akan menciptakan lapangan pekerjaan yang luas serta mendorong terjadinya migrasi. Penciptaan industri dan fasilitas penunjang lain akan membutuhkan tenaga kerja yang banyak dengan berbagai tingkat pendidikan. Struktur mata pencaharian masyarakat juga akan bergeser kepada pekerjaan sektor jasa dan industri. Pemasukan wilayah yang semula hanya mengandalkan bantuan pusat dengan PAD yang rendah akan meningkat tajam dari berbagai kegiatan yang tercipta. Pembentukan PT BIJB sebagai BUMD yang berperan dalam pengelolaan bandara dan pengembangan aerocity akan mengundang banyak investasi masuk dan akan melipatgandakan pemasukan daerah. Kemudian pada skala kabupaten, Kecamatan Kertajati ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berdasarkan RTRW Kabupaten Majalengka 2011-2031 dengan fungsi pelayanan sebagai kawasan komersial dan jasa, kawasan industri terpadu, kawasan BIJB, pengembangan kawasan perkotaan aerocity dan pertanian. Dengan demikian peran Kertajati dalam skala kabupaten lebih sebagai pusat kegiatan ekonomi, pelayanan fasilitas serta penghubung dengan wilayah sekitar. 2. Kertajati Aerocity dengan Provinsi Jawa Barat dan Nasional Pembangunan Kertajati Aerocity dipegang oleh Pemda Jawa Barat dengan mendirikan PT. BIJB sebagai pengelola pembangunan. Kebijakan pembangunan ditetapkan melalui Perda Provinsi Jawa
Barat nomor 13 tahun 2010 tentang Pembangunan dna Pengembangan Bandara Udara Internasional Jawa Barat dan Kertajati Aerocity. Pada skala provinsi, pembangunan ini diharapkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan investasi dan aktivitas bisnis. Dengan terbukanya akses transportasi udara dan didukung oleh pembangunan tol, maka konektivitas antara wilayah timur dengan barat di Jabar akan semakin tinggi. Peningkatan interaksi dan kerjasama yang terjadi antar daerah akan berperan dalam mengurangi ketimpangan di dalam regional Jawa Barat. Pengembangan BIJB dan Kertajati Aerocity pada skala nasional tercantum dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, dimana pada pembagunan infrastruktur di Koridor Ekonomi Jawa akan difokuskan pada bagian utara Jawa. Dengan pembangunan ini, diharapkan mampu mengakselerasi perwujudan koridor ekonomi dan sekaligus mengurangi beban aktivitas ekonomi di Jawa Bagian Barat. Kemudian pada skala nasional, Pengembangan BIJB dan Kertajati Aerocity merupakan upaya untuk mendukung terwujudnya penetapan pusat kegiatan nasional (PKN) Cirebon sebagai bagian dari kebijakan Struktur Ruang Provinsi Jawa Barat yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi Jawa Barat 2009-2029. Selain itu kebijakan skala nasional yang terkait dengan pengembangan Kertajati adalah RTR Pulau Jawa-Bali, Peraturan Menteri Perhubungan, Kebijakan Pengembangan Industri Nasional yaitu Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 28 tahun 2008, Road Map (Peta Panduan) Pengembangan Klaster Industri Prioritas, Rencana Pembangunan Jalan Tol, yaitu Jalan Tol Cikampek ,Cikopo-Palimanan (Cipali), dan Cileunyi- Sumedang-dawuan (Cisumdawu), dan Rencana Pengembangan High Speed train dan Kereta Api Reguler. Berdasarkan paparan arah kebijakan dari berbagai level pemerintahan terkait pembangunan Kertajati Aerocity maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan Kertajati Aerocity telah didukung dengan berbagai dokumen permbangunan baik dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, maupun kabupaten. Dari beberepa dokumen yang dihasilkan oleh instansi tingkat pusat, maka upaya Pengembangan Kertajati Aerocity dapat dikatakan telah menjadi tekad pemerintah pusat. Hal ini ditegaskan dalam dokumen MP3EI, RTRWN, RTR Pulau Jawa – Bali, dan Peraturan Menteri Perhubungan. Dengan demikian, kondisi ini menimbulkan beberapa implikasi terkait kebijakan pembangunan Kertajati Aerocity, yaitu : a. Jika terdapat ketidaksesuaian antara kebijakan pemerintah provinsi dan kabupaten terhadap kebijakan pemerintah pusat tersebut, maka yang harus diikuti adalah kebijakan pemerintah pusat, misal jika terdapat rencana pola ruang dari rencana-rencana yang ditetapkan oleh pemerintah provinsi dan kabupaten yang tidak sesuai dengan rencana pengembangan bandara dan aerocity, maka yang harus diikuti adalah rencana yang mengutamakan pengembangan bandara dan kawasan aerocity. b. Diperlukan rencana pengembangan sektoral lainnya untuk mendukung pengembangan bandara dan aerocity tersebut yang harus dihasilkan oleh berbagai instansi sektoral, baik pada tingkat
pusat, provinsi, maupun kabupaten. Penyusunan rencana pengembangan sektoral lainnya tersebut harus diprioritaskan oleh masing-masing pemerintah. Dari RTRW Provinsi Jawa Barat arahan kebijakan yang ada juga menunjukan bahwa terdapat arahan pengembangan di luar Kecamatan Majalengka yang diharapkan dapat sejalan dan memanfaatkan pengembangan Kertajati Aerocity nantinya. Hal sebaliknya juga dapat terjadi, di mana Kertajati Aerocity perlu memanfaatkan potensi/arahan pengembangan sektoral di luarnya di wilayah provinsi atau kabupaten setempat. Pada keberjalanan pembangunan Kertajati Aerocity terjadi pemindahan alih pengelolaan pembangunan. Pada awalnya pembangunan Kertajati Aerocity yang meliputi keseluruhan wilayah aerocity serta BIJB (Bandara Internasional Jawa Barat) dilakukan oleh PT BIJB selaku BUMD milik Provinsi Jawa Barat. Namun pada awal tahun 2016, pengelolaan pembangunan BIJB dialihkan ke pemerintah pusat sehingga Jawa Barat hanya memiliki porsi pengelolaan terhadap aerocity di sekitar bandara dan tempat parkir. Dengan begitu pengelolaan BIJ Kertajati dialihkan kepada PT Angkasa Pura sebagai badan usaha milik negara (BUMN). Pengalihan kelola tersebut mengakibatkan saham milik Pemerintah Provinsi Jawa barat berkurang. IV. Analisis Berdasarkan Metode Futuristik Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati serta aerocity di sekitarnya sebagai salah satu infrastruktur nasional diharapkan dapat mencapai tujuan yang diharapkan untuk kesejahteraan masyarakat dan beroperasi secara berkelanjutan. Oleh karena itu dalam memprediksi bagaimana ketercapaian tujuan tersebut di masa depan diperlukan suatu penelitian bersifat futuristik. Pada penelitian untuk memprediksi bagaimana prospek Kertajati Aerocity di masa depan ini digunakan dua metode penelitian futuristik, yaitu Scenario Planning dan Historycal Analysis. Scenario planning menjadi metode penelitian utama dimana sebagian besar tahap dalam proses penelitian tersebut mengacu pada tahapan penelitian scenario planning dengan dibantu metode historical analysis sebagai metode yang membantu dalam proses pengambilan keputusan di dalam suatu tahapan scenario planning. Historical Analysis Metode ini digunakan untuk memaparkan kejadian di masa lalu untuk dapat menjelaskan bagaimana keadaan sekarang dapat terjadi. Berbagai peristiwa yang terjadi di masa lalu digunakan untuk memahami suatu fenomena sekaligus tahapan-tahapan dalam suatu perkembangan. Pada paper ini historical analysis digunakan untuk melihat studi kasus keberhasilan aerocity di masa lalu pada beberapa tempat untuk melihat apa saja hal yang paling berdampak akan pengembangannya. Dengan begitu akan dihasilkan beberapa driving force untuk selanjutnya dianalisis menggunakan scenario planning. Studi kasus yang diambil pada tulisan ini adalah aerotropolis yang telah berkembang di Kawasan sekitar Bandara Schiphol, Belanda dan Incheon, Korea Selatan. Dua kasus ini diambil karena pengembangan kawasan sekitar bandara yang paling menunjukkan ciri aerotropolis, yaitu dengan terdapatnya kawasan pedagangan, jasa, industri, serta permukiman pada daerah di sekitar bandara.
Schiphol, Amsterdam, Belanda Schipol merupakan bandara internasional utama Belanda yang dibangun sejak tahun 1916
sebagai bandara militer, dan dibuka untuk masyarakat sipil setelah perang dunia usai. Shiphol termasuk salah satu mainport penerbangan menuju Eropa dari kawasan Amerika Utara dan Asia. Sebagai salah satu bandara tersibuk di Eropa, pengembangan
Schiphol
Gambar 4. Rencana Kawasan Aerotropolis Schipol-Zuidas
terus
dilakukan hingga pada tahun 1980-an mulai terjadi pembangunan pada distrik
sekitar
Schiphol.
Distrik
Zuidas, yang terletak enam kilometer dari
Schiphol
pada
awalnya
dikembangkan oleh pemerintah untuk penyediaan melihat
permukiman.
namun
pengembangan
potensi
strategis kedekatan kawasan dengan bandara,
akhirnya
Pemerintah
Belanda menetapkan Distrik Zuidas sebagai kawasan bisnis. Pemerintah membuat
forum
Schiphol)
dan
(Bestuursforum Schiphol
Sumber: Paparan The Aerocity: The Future 3ndonesian Airport, APEN, 2015
Area
Development Company (SADT) yang memfasilitasi public-private partnership. SADC berperan dalam memfasiltasi kerja sama antara National Investment Bank, Schipol Airport, the City of Amsterdam, municipality of Haarlemmermeer dan Provinsi
Gambar 5. Foto Udara Distrik Zuidas, 2015
North Holland sebagai pemegang saham. Kerja sama
ini
bertujuan
untuk
membeli
dan
mengembangkan kawasan sekitar bandara untuk penggunaan terkait aktivitas transportasi udara serta saling berbagi revenues. Sciphol Airport City mengembangan kawasan aerotropolis pada Distrik Zuidas dengan konsep Distrik bisnis. Sampai sekarang telah
terdapat
600.000
m2
lahan
untuk
perkantoran, 9.000 unit multi family residents dan hampir 1.000.000 m2 untuk kawasan industri real estate. Hampir 60.000 lapangan pekerjaan
Sumber: Airports, Cities and Regions
tercipta pada kawasan ini. Zuidas menjadi lokasi kantor pusat perusahaan perbankan raksasa ABN AMRO dan ING, serta banyak perusahaan multinasional lainnya. Hal yang paling mempengaruhi
keberhasilan pengembangan Schipol dan Zuidas sebagai aerotropolis adalah letak strategis kawasan yang berdekatan dengan pusat kota Amsterdam serta perannya sebagai mainhub menuju negara-negara di Eropa. Selain itu dukungan pemerintah dalam membuat SADT sangat berperan dalam investasi pembiayaan pembangunan dan penarik perusahaan untuk berkegiatan di sana.
Incheon, Korea Selatan Upaya
paling
mengembangkan
ambisius
Airport
city
Gambar 6. Peta Rencana Incheon dan New Songdo
untuk dan
Aerotropolis mungkin berlangsung sekitar Bandara
Internasional
Korea
Selatan
Incheon. Pada intinya adalah Air City, satu set kompleks komersial multimodal sedang dikembangkan dengan semua fitur dari pusat metropolitan yang modern: daerah ritel, gedung perkantoran, logistik dan fasilitas perakitan teknologi tinggi, fungsi ICT dan kegiatan rekreasi, pusat konferensi dan pameran , serta mixed-use kota baru. Expressway
rumit,
jembatan
dan Sumber: THE AEROTROPOLIS : The Key to Global Competition in the 21st Century terowongan menghubungkan bandara ke Seoul (42 mil ke Utara) dan pulau-pulau terdekat, yang terakhir membentuk sebuah kompleks komersial dan perumahan luas. Sebuah jalur kereta komuter berkecepatan tinggi menghubungkan antara pusat kota Seoul dan Bandara Internasional Incheon di bawah konstruksi. Properti bandara (15.000 hektare) jauh lebih besar daripada kebanyakan di Asia. Dibuka pada Maret 2001, Incheon segera menjadi bandara utama di Asia dalam penumpang dan kargo. Saat ini masterplan (dalam jangka waktu 15 tahun) memiliki pembangunan komersial dan perumahan yang berkembang melalui tiga tahap menciptakan, memperluas dan memperdalam hamparan perkotaan. ketiga tahap tersebut yaitu : - Tahap pertama (sudah lengkap) adalah Dukungan Komunitas Bandara terdiri dari industri terkait bandara-(terutama logistik), layanan komersial, dan perumahan bagi karyawan kawasan bandara dan keluarga mereka, yang total 100.000. - Tahap kedua (dalam proses) melibatkan memperluas (baik secara spasial dan fungsional) Dukungan Komunitas Bandara sementara mengubahnya menjadi sebuah International Business City. Sekitar bandara, 360 acre pusat bisnis internasional terdiri dari empat kompleks kantor, pusat perbelanjaan, konvensi dan pameran dan dua hotel bintang lima dibuka tahun ini. Sebuah 220 acre proyek komersial tambahan dalam pengembangan adalah Bandara Free Zone. Zona logistik internasional dan manufaktur ini beroperasi penuh pada tahun 2006. Kedua Bisnis Pusat
Internasional dan Bandara Zona Bebas direncanakan dua kali lipat dalam ruang dalam lima tahun mendatang dengan populasi Air Kota menggandakan, juga, untuk 200.000. - Tahap ketiga dan paling ambisius (The International Perdagangan Bebas City) adalah aerotropolis full-blown diikat bersama oleh zona perdagangan bebas internasional diperpanjang (IFEZ). The IFEZ akan mencakup tiga pulau, dihubungkan oleh jembatan tol (buatan manusia Songdo dan Cheongra, bersama dengan Yeongjong mana bandara berada). Sebuhan komponen penting dalam Republik rencana Korea untuk mengubah negara itu menjadi pusat komersial dan perdagangan di Asia Timur Laut, IFEZ sedang dipromosikan sebagai -Pentaport‖-bandara gabungan, pelabuhan bisnis, pelabuhan, teleport, dan port rekreasi. Incheon Aerotropolis memiliki ganda kutub pertumbuhan perkotaan, yang diantaranya adalah : Pertama, Yeongjong Island, adalah yang Kota Air, dengan pembangunan di sekitar bandara berfokus pada fungsi penerbangan berorientasi kantor, hotel, perdagangan dan pameran fasilitas, logistik, dan kegiatan pariwisata dan rekreasi. Dua yang terbesar adalah taman air 384-acre dan busana pulau 250-acre segera selatan bandara. Yang terakhir, yang dikembangkan dengan biaya $ 1 miliar, direncanakan menjadi kiblat mode Asia dengan negara-of-the-art outlet mewah, hotel, dan ruang pameran. Universal Studios mengumumkan rencana pada tahun 2007 untuk membangun $ 2000000000 kompleks hiburan AS dekat bandara. Songdo Pulau akan menjadi tuan rumah aerotropolis 'kedua perkotaan pertumbuhan, New Songdo City, yang dibuat dari awal sepenuhnya pada tanah reklamasi oleh Gale International dari New York City dan Posco (produsen baja terbesar Korea Selatan) dalam kemitraan dengan Pemerintah Korea dengan pembiayaan melalui Morgan Stanley, Bank Dunia, ABN Amro dan Kookmin Bank.1.500 acre ini, US proyek $ 30000000000 adalah proyek pembangunan swasta terbesar saat ini sedang berlangsung di dunia . Pada full build-out pada tahun 2016, New Songdo City akan memiliki lebih dari 15 juta kaki persegi kantor dan ruang komersial, lebih dari 9.000 tempat tinggal (kebanyakan kondominium dan kota rumah),, pusat konvensi, pusat budaya taman greenway pusat, sebuah lapangan golf 18-hole dirancang oleh Jack Nicklaus, negara-of-the-art fasilitas medis, dan sekolah internasional untuk anak-anak dari pekerja asing yang direncanakan oleh Harvard.
Tahap I ini mega-proyek dimulai pada tahun 2005 dan akan mencakup 1 juta sq. Ft. Kompleks ritel, 1.000 kamar hotel, pusat perdagangan 65-cerita, dan 2.360 rumah pada akhir 2008. Sebagai insentif untuk pengembang , pemerintah Korea telah sepakat untuk membangun tujuh
Gambar 7. Pembanguan Songdo International Business District sekarang
mil, enam jalur jembatan dari New Songdo Kota langsung ke Bandara Internasional Incheon dan menyediakan semua utilitas. Dari mulai Air Kota melintasi garis properti bandara untuk pengembangan New Songdo Kota enam mil jauhnya, pemerintah Korea secara aktif meminta partisipasi sektor swasta dan investasi asing, pembebasan pajak dan insentif keuangan yang murah hati lainnya bersama dengan penyediaan infrastruktur yang luas di seluruh besar
Sumber: The Evolution of Airport Cities and the Aerotropolis in the 21st Century
wilayah bandara Incheon cenderung mengkatalisasi pembangunan sektor swasta lebih jauh sehingga muncul Korea Aerotropolis. Scenario Planning Penggunaan scenario planning dalam proses penelitian diawali dengan penentuan isu strategis sebagai Focal Concern yang dijadikan perhatian utama karena dianggap penting dan perlu dibahas. Dalam hal ini, penentuan isu strategis didasarkan pada tujuan awal dilaksanakannya proyek pembangunan Kertajati Aerocity pada tahun 2002 yang kemudian dimasukan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) pada tahun 2009. Tujuan dari pembangunan Kertajati Aerocity yang meliputi Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati dan aerocity di sekitarnya adalah untuk mendukung keberadaan Pusat Kegiatan Nasional (PKN Cirebon) sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan begitu isu strategis sebagai Focal Concern yang ditetapkan dalam penelitian ini, yaitu : “Prospek ketercapaian tujuan pembangunan Kertajati Aerocity sebagai agen untuk terwujudnya pertumbuhan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Jawa Barat bagian timur” Setelah menentukan isu strategis dalam proses penelitian ini, maka langkah selanjutnya adalah menentukan Driving Forces yaitu faktor-faktor yang memicu perubahan atau dapat mempengaruhi focal concern. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor secara sosial, budaya, demografi, politik, ekonomi, teknologi, lingkungan, value, dan sebagainya. Dibutuhkan check and recheck terhadap driving forces yang ada agar penelitian dapat bersifat komprehensif, teliti, dan mendalam. Adapun driving forces yang dinilai memengaruhi focal concern dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Investor Pembangunan proyek infrastruktur pada umumnya membutuhkan biaya yang sangat besar. Tidak jarang dana yang tersedia dari pemerintah tidak mencukupi untuk menutupi kebutuhan anggaran pembangunan. Oleh karena itu dibutuhkan tambahan dana dari pihak non pemerintah untuk membiayai kekurangan dana pembangunan. Begitu pula yang terjadi pada proses pembangunan seluruh kelengkapan Kertajati Aerocity. Dalam hal ini keberadaan pihak investor sangat dibutuhkan untuk memperlancar pelaksanaan pembangunan. Dengan menarik investor tentunya permasalahan akibat kurangnya dana dapat diselesaikan. 2. Keterlibatan Pemerintah Keberhasilan penarikan investor dalam pembangunan Kertajati Aerocity tidak lepas dari keterlibatan pemerintah dalam proses pembangunan Kertajati Aerocit, salah satunya dapat dilakukan dengan memberikan promosi investasi. Promosi investasi tersebut dapat berupa kemudahan perizinan, public-private partnership, pemberian insentif, dan sebagainya. Promosi investasi tersebut tentunya dapat meningkatkan minat investor dalam menanamkan investasi di suatu proyek. 3. Dana pemerintah Besarnya dana pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi dalam perwujudan Kertajati Aerocity menunjukan bagaimana besarnya dukungan pemerintah terhadap pembangunan proyek tersebut. Semakin besar dana yang dianggarkan oleh pemerintah maka semakin mudah suatu proyek diwujudkan dalam waktu dekat. Kertajati Aerocity yang saat ini telah mengalami pengalihan kuasa pengelolaan infrastruktur pada bagian BIJB Kertajati direncanakan dibangun dengan menggunakan dana dari APBN dan APBD. 4. Politik pengelolaan Proyek yang berjalan di suatu daerah atau wilayah tidak selamanya ditangani oleh pihak yang sama. Terdapat pola pergantian atau pengalihan pengelolaan pada beberapa proyek terutama proyek yang bersifat strategis. Terkadang proyek dialihkan dari pemerintah provinsi ke pemerintah pusat tapi bisa juga sebaliknya. Hal ini yang terjadi pula pada proses pembangunan Kertajati Aerocity dimana terjadi pengalihan kuasa pengelolaan BIJB Kertajati dari pemerintah provinsi ke pemerintah pusat. 5. Kualitas pendidikan masyarakat Pembangunan suatu proyek pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu pembangunan suatu proyek atau infrastruktur seyogyanya memerhatikan bagaimana kualitas pendidikan masyarakat setempat agar masyarakat setempat dapat terlibat dan berpatisipasi dalam pembangunan, tidak hanya sebagai pihak yang menyaksikan pembangunan.
6. Variasi jenis pekerjaan masyarakat setempat Pembangunan proyek atau infrastruktur ditujukan untuk membantu aktivitas penghidupan masyarakat terutama aktivitas penghidupan secara ekonomi. Infrastruktur yang terbangun harus dapat mendukung keberjalanan aktivitas masyarakat di wilayahnya. Oleh karena itu perlu diperhatikan bagaimana variansi jenis pekerjaan masyarakat setempat agar pembangunan infrastruktur dapat dilakukan dengan tepat sasaran yang mendukung mata pencaharian warga setempat. 7. Kedekatan pusat kegiatan sekitar Pusat kegiatan menjadi pendukung atau pemicu bagi perkembangan wilayah di sekitarnya. Daerah yang berada di antara pusat kegiatan wilayah cenderung memiliki potensi kemajuan lebih besar dibanding dengan wilayah yang jauh dari pusat kegiatan (terisolir). Oleh karena itu penempatan pembangunan infrastruktur di antara pusat kegiatan wilayah yang berdekatan dapat mendukung wilayah setempat untuk lebih berkembang secara pesat. Dalam hal ini , keberadaan Kertajati Aerocity diharapkan dapat mendukung kegiatan pada PKN Cirebon. Setelah menetapkan beberapa driving forces yang diperkirakan menjadi pemicu perubahan kondisi pada Kertajati Aerocity serta menganalisis keterhubungannya dengan isu strategis, maka langkah selanjutnya adalah menentukan dua driving forces (DF) yang dinilai paling berpengaruh terhadap masa depan Kertajati Aerocity. Proses penentuan dari kedua DF yang paling strategis tersebut dilakukan dengan menggunakan metode Historical Analysis dimana dalam tahap ini proses analisis histori dilakukan penelusuran preseden aerocity yang telah berhasil di suatu wilayah untuk kemudian dapat menjadi percontohan bagi pembangunan Kertajati Aerocity. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, preseden aerocity yang dijadikan acuan dalam hal ini adalah Incheon Aerocity di Korea Selatan dan Schiphol Aerocity di Amsterdam. Dari hasil historical analysis tersebut ditentukan bahwa DF yang paling berpengaruh adalah promosi investasi serta jarak dengan pusat kegiatan wilayah. Pada studi kasus Schiphol, hal yang paling berpengaruh dalam kesuksesan pembangunan aerotropolisnya adalah dukungan pemerintah dalam membuat kerjasama dengan swasta untuk mempromosikan investasi, serta letak strategisnya yang terletak dekat dengan Amsterdam sebagai pusat kegiatan. Sedangkan pada studi kasus Incheon, hal yang paling berpengaruh adalah kemauan pihak swasta untuk berinvestasi dalam pembangunan Kawasan Songdo serta dukungan pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana serta insentif berupa pembebasan pajak dan kemudahan perizinan. Maka dengan melihat kedua studi kasus tersebut, dua faktor yang menjadi driving force dalam pembangunan Kertajati Aerocity adalah keterlibatan pemerintah dan kedekatan menuju pusat kegiatan.
Matriks Driving Force Setelah ditentukan dua DF yang paling berpengaruh akan keberhasilan aerocity, maka dilakukan analisis dengan membuat matriks berdasarkan dua DF. Matriks yang terbentuk adalah sebagai baerikut. - Akses Lebih Mudah - Waktu yang tempuh yang singkat menuju pusat kegiatan utama - Jalur birokrasi panjang - Dana pembangunan proyek tidak terjamin - Kesulitan manarik investor pembangunan sarana dan prasarana kurang diperhatikan
Kedekatan menuju pusat kegiatan utama (+)
SKENARIO D Keterlibatan pemerintah (-)
SKENARIO C
- Akses sulit - Waktu tempuh yang panjang menuju pusat kegiatan utama - Jalur birokrasi panjang - Dana pembangunan proyek Kurang terjamin - Kesulitan manarik investor - Pembangunan sarana dan prasarana kurang diperhatikan
- Akses lebih mudah - Kemudahan menarik investor - Dana pembangunan proyek terjamin - Jalur birokrasi pendek - Intensitas pembangunan sarana prasarana tinggi - Waktu tempuh yang singkat menuju pusat kegiatan
SKENARIO A
SKENARIO B
Keterlibatan pemerintah (+)
- Kemudahan menarik investor - Dana pembangunan proyek terjamin - Jalur birokrasi pendek Kedekatan menuju - Dekatnya hubungan bilateral dengan pihak luar pusat kegiatan utama - Waktu tempuh yang relatif panjang (-) menuju pusat kegiatan - Pembangunan sarana prasarana kurang diperhatikan
Skenario A Skenario A diidentifikasikan dengan keterlibatan pemerintah dalam semua proses pembangunan aerocity serta kedekatan menuju pusat kegiatan yang tinggi. Maka interaksi yang akan terjadi pada skenario ini adalah sebagai berikut: -
Penyediaan peraturan yang menyeluruh dalam merencanakan dan membangun kawasan dari tingkat nasional, provinsi hingga daerah. Semua sektor pada lingkup pemerintah juga mendukung tingkat operasional.
-
Terjaminnya ketercukupan pendanaan untuk melakukan keseluruhan pembangunan dan pengembangan kawasan aerocity.
-
Kemudahan perizinan dalam berinvestasi dan membukan usaha dan kegiatan di dalam kawasan
-
Keterlibatan pemerintah yang tinggi terhadap proses pembangunan yang ditunjukan dengan tingginya intensitas promosi investasi oeh pemerintah bisa saja menjadi dasar keluarnya kebijakan keringanan pajak untuk menarik investor.
-
Ketercukupan sarana prasarana dasar seperti air bersih, persampahan, energi, telekomunikasi, jaringan limbah dan drainase serta fasilitas umum dan sosial pada kawasan yang akan dikembangkan karena kemudahan secara teknis pengembangan jaringan
-
Ketercukupan sarana transportasi pendukung berupa penyediaan moda angkutan seperti kereta api, monorel, bus, trem
-
Ketercukupan prasarana transportasi penghubung menuju kawasan seperti jalan raya, jalan tol serta rel kereta
-
Waktu tempuh dari pusat kegiatan menuju bandara selama dua jam
Berdasarkan ciri tersebut, maka skenario ini merupakan yang paling optimis dengan kedua kondisi DF yang sangat mendukung. Dukungan pemerintah dalam proses pembangunan sangat total sehingga tercapai kemudahan dalam pelaksanaan pembangunan. Akses yang dekat dengan pusat kegiatan seperti ibukota akan memercepat pengembangan kawasan yang telah dibangun.
Skenario B Skenario B dicirikan dengan dukungan pemerintah yang tinggi pada keseluruhan proses pembangunan namun memiliki akses yang tidak mudah menuju ibukota. Hambatan terbesar pada kondisi ini adalah keterbatasan akses - Penetapan kebijakan secara intensif dan menyeluruh untuk membangun kawasan Kertajati Aerocity dengan interaksi yang efisien antarinstansi multilevel, baik secara nasional, provinsi, maupun kabupaten namun sayangnya kebijakan yang dibuat antardaerah lebih sulit terwujud karena dipengaruhi jarak wilayah (berpengaruh pada intensitas komunikasi) - Keberadaan wilayah pengembangan yang jauh dari pusat kegiatan utama beresiko pada kurangnya minat menanamkan investasi bagi para investor karena kurangnya keterhubungan wilayah pengembangan dengan pusat kegiatan utama - Waktu tempuh antarwilayah yang lama dan jarak tempuh yang jauh menyebabkan meningkatnya biaya perjalanan yang diperlukan commuter untuk mencapai tujuan. Hal ini juga berpengaruh terhadap aktor ekonomi untuk mengembangkan usahanya di wilayah Kertajati Aerocity (minat menurun) - Kemudahan proses birokrasi baik dalam segi perizinan maupun penanaman investasi yang lebih mudah sehingga memudahkan sistem birokrasi bagi pelaku usaha - Luasnya jaringan hubunga pemerintah terhadap pihak yang berkepentingan lainnya sehingga meningkatkan hubungan kerjasama dengan pihak luar dalam pembangunan wilayah
Skenario C Skenario C diidentifikasikan dengan keterlibatan pemerintah yang kurang dalam semua proses pembangunan aerocity serta kurangnya kedekatan menuju pusat kegiata. Maka interaksi yang akan terjadi pada skenario ini adalah sebagai berikut: - Skenario kondisi pesimis - Faktor yang ada sama sekali tidak mendukung - Keterlibatan pemerintah dalam pengembangan kawasan aeropolis sangat rendah. Akibatnya para investor dan pelaku usaha tidak bersedia berinvestasi karena dianggap kurang menguntungkan - Selain itu, faktor kedekatan menuju pusat kegiatan juga tidak mendukung. Hal ini berakibat pada kesulitan para investor dan pelaku usaha dapat melakukan pengembangan bisnisnya kedepan.
Skenario D Skenario D diidentifikasikan dengan keterlibatan pemerintah yang kurang dalam semua proses pembangunan aerocity serta kedekatan menuju pusat kegiatan yang tinggi. Maka interaksi yang akan terjadi pada skenario ini adalah sebagai berikut: - Faktor yang mendukung hanyalah faktor kedekatan menuju pusat kegiatan - Sarana transportasi pendukung berupa penyediaan moda angkutan seperti kereta api, monorel, bus, trem, dan lain sebagianya yang mampu mengakomodasi bangkitan lalu lintas yang di hasilkan - Prasarana transportasi seperti jalan raya, jalan tol serta rel kereta sudah mampu menjadi penghubung menuju dan di dalam kawasan - Waktu tempuh dari pusat kegiatan menuju dan di dalam kegiatan bandara, dapat ditempuh selama 2 jam - Jarak lokasi pengembangan menuju pusat kegiatan utama yang relatif dekat sekiatar 20 km - Masalah yang ada berkaitan dengan belum adanya keterdukungan pemerintah terhadap pengembangan kawasan aeropolis. Sehingga para investor dan pelaku usaha memberikan tuntutan-tuntutan yang harus dipenuhi oleh pemerintah. Setelah tuntutan ini dipenuhi maka barulah para investor dan pelaku usaha bersedia untuk berinvestasi dan membuka usaha dalam pengembangan kawasan aeropolis. Kondisi pengembangan Aerocity Kertajati berdasarkan indikator-indikator penentu di atas
adalah sebagai berikut: -
Kemudahan dalam menarik investor untuk mendanai pembangunan dan pengembangan Aerocity berdasarkan informasi-informasi yang dikumpulkan adalah rendah. Investor masih enggan dalam menanamkan modal pembangunan maupun pengembangan kegiatan di Kertajati Aerocity. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh banyak faktor diantaranya letak kawasan yang belum menjanjikan,
mengingat kondisi sekarang yang masih berupa kawasan pedesaan terpencil. Selain itu prospek untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi dari aktivitas bandara juga belum terlihat sehingga menambah keengganan investor untuk menanamkan saham. -
Dana pembangunan proyek yang masih belum terjamin seluruhnya. Pada tahap perencanaan awal, pengelolaan pembangunan dan pengembangan BIJB dan Kertajati Aerocity diserahkan pada pemerintah tingkat Provinsi Jawa Barat dengan membangun PT BIJB. Saham PT. BIJB didanai sepenuhnya oleh Anggaran Provinsi. Pengelolaan juga termasuk kepada pengundangan investor untuk mengembangkan berbagai fasilitas dan pembangunan fisik. Namun pada awal 2016 penngelolaan ditarik kepada Pemerintah Pusat untuk pengelolaan BIJB, dan Kertajati Aerocity tetap dikelola oleh Pemda Jabar. Dari kejadian tersebut terlihat tumpang tindih dalam pegelolaan pembangunan BIJB dan Kertajati Aerocity, dan berdampak kepada dana pembangunan yang belum jelas keterukupannya untuk mewujudkan pengembangan Aerocity.
-
Jalur birokrasi dalam berinvestasi tergolong dimudahkan. Hal ini terlihat masih dibukanya tender untuk investor menamkan sahamnya. Proporsi saham yang ditawarkan untuk berinvestasi dalam pengembangan Kertajati Aerocity sudah besar, dengan proporsi lebih dari 40%.
-
Kebutuhan intensitas pembangunan sarana prasarana yang tinggi, hal ini terlihat dari pembangunan jalan tol penghubung dan pembangunan runway bandara yang tengah dalam proses. Berdasarkan berita pada media populer, pembangunan bandara akan rampung pada tahun 2017. Hal ini menandakan aktivitas pembangunan yang sudah tinggi.
-
Waktu tempuh menuju pusat kegiatan yaitu PKN Cirebon tergolong panjang, yaitu dengan jarak tempuh lebih dari 50 kilometer. Namun hal ini telah diantisipasi dengan pembangunan tol Cipali yang menghubungkan Majalengka dan Cirebon sehingga dapat mempermudah akses menuju Cirebon.
V. Gambaran Perubahan dan Bagaimana Dampak di Masa Depan Berdasarkan pemaparan kondisi faktor-faktor yang telah berproses pada pembangunan Kertajati Aerocity, maka skenario yang kemungkinan terjadi pada masa depan Kertajati adalah Skenario B, dimana terdapat dukungan yang tinggi oleh pemerintah namun terdapat hambatan pada kedekatan lokasi dengan pusat kegiatan utama. Kebijakan pembangunan Kertajati Aerocity telah dirumuskan kebijakannya pada skala nasional, provinsi hingga daerah dan sektor-sektor terkait. Keberadaan lokasi Kertajati yang jauh dari pusat kegiatan utama yaitu PKN Kawasan Metropolitan Cirebon membuat hambatan dalam mengundang investor akibat perkembangan wilayah yang belum terjamin. Keadaan Kertajati sekarang yang masih berupa kawasan pedesaan juga akan mengurangi minat investor untuk menanamkan sahamnya. Tujuan pengembangan Kertajati Aerocity adalah terwujudnya pertumbuhan ekonomi bagi Kawasan perkotaan dan daerah sekitarnya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun berdasarkan gambaran skenario hasil perbandingan kondisi perkembangan Kertajati Aerocity dengan
implikasi skenario, maka dampak yang dihasilkan adalah investor yang sepi peminat serta belum terjaminnya keseluruhan pendanaan pembangunan akan berefek kepada keterhambatan proses pembangunan Kertajati aerocity. Proses pembangunan sarana prasarana sekarang memang terbilang tinggi karena dilakukan dengan pendanaan dari pemerintah, namun untuk pembangunan kawasan perdagangan, jasa, industri dan permukiman di kawasan perkotaan membutuhkan dana yang sangat banyak dan membutuhkan investor untuk mendukung pembangunan. Oleh karena itu, agar perwujudan Kertajati Aerocity tidak terulur dan sesuai dengan rencana awal, masalah ini harus segera diselesaikan. Kemudian terhadap wilayah yang lebih luas, maka dampak yang terjadi adalah pengembangan wilayah yang diharapkan tidak dapat terwujud, karena efek pertumbuhan ekonomi yang diinginkan tidak terjadi. Adapun terhadap masyarakat lokal, terhambatnya proyek ini berdampak pada lowongan pekerjaan yang diharapkan menjadi tidak tersedia sehingga upaya pencapaian kesejahteraan yang diinginkan menjadi tidak dapat tercapai juga. Hal ini disebabkan oleh arus perputaran ekonomi yang yang diasumsikan akan terjadi tidak terlaksana. Pendapatan yang lebih tinggi yang seharusnya didapatkan oleh masyarakat lokal tidak terwujud, sehingga daya beli masyarakat akan tetap rendah. Adapun jika pembangunan dilaksanakan dengan tepat waktu, lowongan kerja yang ada belum tentu dapat menyerap tenaga kerja dari wilayah setempat akibat tingkat pendidikan masyarakaat yang relatif masih rendah sehingga masyarakat berpotensi hanya sebagai pihak yang menyaksikan pembangunan bukan pihak yang terlibat dalam pembangunan. Pada akhirnya kemajuan wilayah Majalengka serta pengurangan ketimpangan antar wilayah di Jawa Barat sulit untuk dicapai pada waktu yang cepat. VI. Prospek Pembangunan Driving force yang paling berpengaruh terhadap kesuksesan pembangunan aerocity berdasarkan hasil analisis history dan scenario planning adalah keterlibatan pemerintah dan kedekatan kawasan menuju pusat kegiatan utama. Kemudian dengan membandingkan proses interaksi yang sedang terjadi sekarang, skenario masa depan Kertajati Aerocity menunjukkan kedekatan ciri-ciri dengan skenario B dimana dukungan pemerintah dalam pembangunan tinggi namun terdapat hambatan dalam keterbatasan akses terhadap pusat kegiatan sehingga mengancam sepinya minat investor untuk menanam saham dalam pembangunan dan pengembangan kegiatan. Maka berdasarkan hal tersebut, prospek ketercapaian tujuan proyek pembangunan Kertajati Aerocity adalah rendah karena hambatan dalam kelancaran proses pembangunan, sehingga tujuan utama proyek yaitu untuk menumbuhkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat menjadi sulit untuk diwujudkan sehingga dampak positif yang diharapkan lambat untuk tercapai.
Daftar Pustaka Conventz, Sven dan Thierstein, Alain. Airports, Cities and Regions. Routledge: 2015 Kadarsa, John. Shopping In the Airport City and Aerotropolis. Airport Retail Research Review: 2008. Knipperberger, Ute dan Wall, Ales. Airports in Cities and Regions. KIT ScientificPublishing: 2010. Laporan Akhir Rencana Induk Kertajati Aerocity, Dinas Permukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat. 2013. Lubis, Basauli Umar. THE AEROCITY : The Future of Indonesian Airport. Paparan APEN: 2015. Greis, Noel P. THE AEROTROPOLIS : The Key to Global Competition in the 21st Century. University of North Carolina at Chapel Hill: 2011. http://bandarakertajati.com/master-plan/ http://news.detik.com/advertorial-news-block/1941954/belajar-dari-bandara-terbaik-dunia-incheoninternational-airport