PROSIDING SEMINAR NASIONAL VOKASI DAN TEKNOLOGI KE-1 (SEMNASVOKTEK)
Disunting Oleh : Putu Hendra Suputra Kadek Yota Ernanda Aryanto I Made Agus Wirawan Dewa Gede Hendra Divayana Made Arnawa
Diselenggarakan pada tanggal 22 Oktober 2016
Diselenggarakan oleh: Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha Jl. Udayana Kampus Tengah Singaraja, Bali 81116 http://ftk.undiksha.ac.id
SEMINAR NASIONAL VOKASI DAN TEKNOLOGI (SEMNASVOKTEK) KE -1 TAHUN 2016 Komite Program : Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd. (Universitas Pendidikan Ganesha) Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si. (Universitas Pendidikan Ganesha) Prof. Dr. I Wayan Lasmawan , M.Pd. (Universitas Pendidikan Ganesha) Dr. I Gusti Ngurah Pujawan, M.Kes. (Universitas Pendidikan Ganesha) Drs. I Wayan Suarnajaya, MA., Ph.D. (Universitas Pendidikan Ganesha) Dr. I Gede Sudirtha, S.Pd., M.Pd. (Universitas Pendidikan Ganesha) Dr. Gede Rasben Dantes, S.T., M.T.I. (Universitas Pendidikan Ganesha) Dr. Komang Setemen, S.Si., M.T. (Universitas Pendidikan Ganesha) Cokorda Istri Raka Marsiti, S.Pd., M.Pd. (Universitas Pendidikan Ganesha) Reviewer : Prof. Dr. Muchlas Samani, (Universitas Negeri Surabaya) Harry Budi Santoso, S.Kom., M.Kom., PhD. (Universitas Indonesia) Dr. Ir. H. Syaad Patmantara, M.Pd., (Universitas Negeri Malang) Dr. Danny Meirawan (Universitas Pendidikan Indonesia) Dr. Nyoman Santiyadnya, M.T. (Universitas Pendidikan Ganesha) Dr. Kadek Rihendra Dantes, M.T. (Universitas Pendidikan Ganesha) Dr. Ketut Agustini, M.Si. (Universitas Pendidikan Ganesha) Komite Pelaksana : Ketua Pelaksana : I Ketut Resika Arthana, S.T., M.Kom. (Universitas Pendidikan Ganesha) Wakil Ketua : I Made Ardwi Pradnyana, S.T., M.T. (Universitas Pendidikan Ganesha) Sekretaris : I Putu Tegeh , SE (Universitas Pendidikan Ganesha) Bendahara : Ni Nyoman Sri Supadmi (Universitas Pendidikan Ganesha) Kesekretariatan : Dr. Ni Ketut Widiartini, S.Pd., M.Pd. (Universitas Pendidikan Ganesha) Acara : Dr. Gede Indrawan, S.T., M.T. (Universitas Pendidikan Ganesha) Prosiding : Putu Hendra Suputra, S.Kom., M.Cs. (Universitas Pendidikan Ganesha) Publikasi : Gede Aditra Pradnyana, S.Kom., M.Kom. (Universitas Pendidikan Ganesha) IT : A.A. Gede Yudhi Paramartha, M.Kom. (Universitas Pendidikan Ganesha) Penggalian Dana : Ketut Udy Ariawan, S.T., M.T. (Universitas Pendidikan Ganesha) Perlengkapan : K. Satiawan, S.T. (Universitas Pendidikan Ganesha) Konsumsi : Ni Made Suriani, S.Pd., M.Par (Universitas Pendidikan Ganesha)
ii
SAMBUTAN KETUA PANITIA PELAKSANA Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat asung kerta wara nugraha beliau, Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK) yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha bisa terlaksana. Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi yang disingkat SEMNASVOKTEK, merupakan kegiatan berskala nasional, dan ditujukan untuk memfasilitasi bertemunya mahasiswa, praktisi, dan ahli bidang Pendidikan, Informatika, Teknik Elektro/Elektronika, Teknik Mesin , Vokasi dan Kejuruan (Tata Boga, Tata Busan, Kecantikan, Pariwisata) dalam sebuah forum ilmiah resmi, serta memfasilitasi penyebaran dan sosialisasi hasil studi, hasil-hasil penelitian, ataupun evaluasi kondisi terkini dari pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah. Pelaksanaan SEMNASVOKTEK baru dilaksanakan pertama kali tahun ini. SEMNASVOKTEK pertama ini dilaksanakan di Hotel Grand Inna Bali Beach Sanur Bali pada tanggal 22 Oktober 2016 dengan tema “Peningkatan Kompotensi Lulusan Dalam Menghadapi MEA pada Bidang Vokasi dan Teknologi”. SEMNASVOKTEK 2016 diikuti oleh 50 pemakalah baik dari Bali maupun dari luar provinsi Bali. Universitas yang terlibat dalam kegiatan SEMNASVOKTEK ini meliputi dari Universitas Pendidikan Ganesha, Universitas Negeri Gorontalo, UNIVERSITAS RIAU, Program Diploma Institut Pertanian Bogor, Tourism Institute of Triatma Jaya, Universitas Udayana, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Ciputra, STMIK STIKOM Bali dan Universitas Budi Luhur Jakarta. Adapun Pembicara utama dalam kegiatan ini adalah Dr. Eng. Agus Setiawan, M.Si (Universitas Pendidikan Infonesia), Tia Kusuma Wardhani, S.H. MM.(Kepala Disdikpora Provinsi Bali), Dr. I Gede Sudirtha, M.Pd (Universitas Pendidikan Ganesha) dan I Ketut Suparsa, S.T., M.T., (Kepsek SMK Negeri 1 Denpasar). Sedangkan reviewer dalam kegiatan SEMNASVOKTEK ini meliputi Prof. Dr. Muchlas Samani dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Harry Budi Santoso, S.Kom, M.Kom, Ph.D dari Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia (UI), Dr. Ir. H. Syaad Patmantara, M.Pd. dari Teknik Elektro Universitas Negeri Malang (UM), Dr. Danny Meirawan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Dr. I Gede Sudirtha, S.Pd, M.Pd. , Dr. Gede Rasben Dantes, M.T.I Dr. Nyoman Santiyadnya, S.Si., M.T., Dr. Kadek Rihendra Dantes, S.T., M.T., Dr. Ketut Agustini S.Si., M.Si., dan Dr. Komang Setemen S.Si., M.T. dari Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) Kami mengucapkan Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang mendukung kegiatan ini, dan saya sebagai ketua panitia SEMNASVOKTEK 2016 menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada panitia baik dosen, pegawai dan mahasiswa yang menyelenggarakan kegiatan ini. Kami memohon maaf jika ada sesuatu yang kurang berkenan, dalam kegiatan ini. Semoga Kegiatan ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, kesejahteraan masyarakat dan bagi kita semua. Akhir kata, saya tutup laporan ini dengan paramasanthi Om çanti, çanti, çanti Om Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
iii
SAMBUTAN REKTOR SEMINAR NASIONAL VOKASI DAN TEKNOLOGI Tema: Peningkatan Kompetensi Lulusan dalam Menghadapi MEA pada Bidang Vokasi dan Teknologi 22 Oktober 2016 Om Swastiastu, Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, dan Salam Sejahtera buat kita semua. Kita patut memanjatkan puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hari ini kita dapat melaksanakan Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi yang ke-1 dengan tema “Peningkatan Kompetensi Lulusan dalam Menghadapi MEA pada bidang Vokasi dan Teknologi”. Kegiatan ini digagas dan diselenggarakan oleh Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha. Saya mengucapkan selamat kepada Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha yang sudah membangun wadah akademik ini, sehingga para dosen, peneliti, maupun praktisi baik di lingkungan Universitas Pendidikan Ganesha, maupun dari luar lembaga, memiliki ruang untuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuannya di bidang Vokasi dan Teknologi. Saya berharap bagi seluruh peserta seminar dapat memanfaatkan kegiatan ini dengan sebaik-baiknya. Publikasi ilmiah dalam seminar bereputasi nasional maupun internasional berperan sebagai media aktualisasi diri para akademisi, peneliti, dan praktisi dalam pengembangan ilmu pengetahuannya. Negara-negara yang memiliki mutu pendidikan dan IPTEK yang bagus cenderung memiliki jumlah publikasi nasional maupun internasional yang tinggi. Oleh karena itu, kegiatan ini merupakan salah satu wadah bagi para peneliti untuk mempublikasikan hasil karya ilmiahnya. Penelitian adalah proses tanpa henti, maka publikasikanlah hasil-hasil penelitian Saudara. Sehingga universitas tidak menjadi menara gading yang hasil-hasil penelitiannya tidak menjangkau masyarakat. Sesuai dengan Instruksi Presiden melalui Kebijakan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, antara lain: (1) Moratorium pendirian universitas, memperbanyak politeknik, institut, dan akademi berbasis vokasi; (2) Moratorium pendirian SMA, memperbanyak SMK; (3) Alih fungsi 30.000 guru adaptif menjadi guru produktif; (4) Mengutamakan pengangkatan guru vokasi 10 tahun ke depan sebanyak 61.000 guru. Oleh karena itu, Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha, sebagai fakultas yang menyelenggarakan pendidikan di bidang vokasi dan teknologi harus mampu menjawab tantangan ini. Saya berharap Fakultas Teknik dan Kejuruan dapat turut serta berkontribusi dalam menyiapkan guru dalam bidang vokasi serta berperan serta dalam proses alih fungsi guru adaptif menjadi guru produktif. Selain itu, ke depan Fakultas Teknik dan Kejuruan diharapkan dapat membuka program-program studi vokasi yang prospektif untuk mendukung kebijakan di atas. Akhirnya saya mengucapkan terima kasih kepada panitia, peserta seminar dan para undangan yang turut berpartisipasi dalam seminar kali ini. Saya juga ucapkan terimakasih kepada Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha yang telah berusaha keras untuk menyelenggarakan kegiatan ini. Semoga seminar kali ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, masyarakat dan kemanusiaan. Selamat berbagi ilmu dan pengetahuan. Om Santhi, Shanti, Shanti, Om.
Singaraja, 22 Oktober 2016 Rektor Universitas Pendidikan Ganesha,
Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd.
iv
SAMBUTAN DEKAN
Puji syukur kita panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rakhmat-Nya, pelaksanaan Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (Semnasvoktek) yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknik dan Kejuruan (FTK) Universitas Pendidikan Ganesha Tahun 2016 dapat dilaksanakan sesuai rencana. Selaku pimpinan fakultas saya menyambut baik atas terselenggaranya seminar ini, dan berharap semoga dapat menjadi mimbar akademik bagi pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi secara lebih luas dengan melibatkan para peneliti, praktisi, dan akademisi khususnya di bidang pendidikan vokasi dan teknologi. Semnasvoktek tahun 2016 diselenggarakan dengan mengambil tema “Peningkatan Kompetensi Lulusan dalam Menghadapi MEA pada Bidang Vokasi dan Teknologi”. Sebagai lembaga Pendidikan yang berkiprah di bidang Teknologi dan Pendidikan Kejuruan, sangat mengapresiasi atas tema seminar yang dipilih, yaitu terkait dengan isu global diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN sejak Januari 2015. Sebagai lembaga pendidikan, Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha merasa sangat bertanggungjawab untuk selalu berupaya dan bertindak mengantarkan para lulusannya agar menjadi tenaga kerja yang mampu bersaing di dunia kerja dalam konteks MEA. Penyiapan lulusan dan peningkatan kompetensi lulusan dalam menghadapi persaingan dunia kerja selalu melandasi visi dan misi penyelenggaraan pendidikan di lembaga ini. Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi ini diharapkan mampu memberikan inspirasi kepada seluruh sivitas akademika (dosen, mahasiswa, para praktisi bidang vokasi dan teknologi, serta alumni) untuk bersama-sama selalu bekerja dan memikirkan langkah-langkah strategis dalam upaya peningkatan kompetensi lulusan. Utntuk itu, apresiasi yang tinggi disampaikan kepada para pemakalah utama dan para akademisi yang telah mengirimkan artikelnya melalui prosiding ini. Semoga tulisan artikel yang disampaikan pada seminar kali ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua untuk pengembangan sumber daya manusia dalam bidang Vokasi dan Teknologi dalam menghadapi persaingan dunia kerja di era MEA. Akhirnya, melalui kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya juga kepada panitia dan semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi kali ini. Denpasar, 22 Oktober 2016 Dekan FTK Undiksha
Dr. I Gede Sudirtha, M.Pd.
v
DAFTAR ISI DATA MINING REKOMENDASI CALON MAHASISWA BERPRESTASI DI STMIK DENPASAR MENGGUNAKAN METODE TECHNIQUE FOR OTHERS REFERENCE BY SIMILARITY TO IDEAL SOLUTION ...................................................................................................................................................... 1 I Kadek Juni Arta, Gede Indrawan, Gede Rasben Dantes ........................................................................... 1 PENGEMBANGAN WEB-BASED COMPUTER-ASSISTED LANGUAGE LEARNING DALAM MATAKULIAH ENGLISH INTENSIVE COURSE ................................................................................................ 11 Manda Rohandi1, Nurlaila Husain2, Indri W. Bay3 .................................................................................... 11 DIRECTED DIFFUSION BERBASIS KLASTER PADA SISTEM PREVENTIF KEBAKARAN HUTAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO (TNTN) .................................................................................................................... 19 Indra Yasri1, Febrizal2, Yusnita Rahayu3, Indah Kurniati4, Santi R. Sipayung5 ........................................... 19 APLIKASI SURVEI KEPUASAN MAHASISWA berbasis web di program diploma ipb...................................... 24 Walidatush Sholihah1, Hasmya Dwi Azra2................................................................................................ 24 PENERAPAN METODE DECISION TREE(DATA MINING) UNTUK MEMPREDIKSI TINGKAT KELULUSAN SISWA SMPN1 KINTAMANI ...................................................................................................... 35 Putu Gede Surya Cipta Nugraha, I Wayan Aribawa, I Putu Okta Priyana, Gede Indrawan ...................... 35 PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENILAIAN ANGKA KREDIT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA..................................................................................................................................................... 45 I Ketut Resika Arthana ............................................................................................................................. 45 User Accepted Testing Pada Ubud Smart Tourism Untuk Edukasi TIK Bagi PARA Pelaku Pariwisata .......... 52 Eka Pratama, I Putu Agus1; Sunia Raharja, I Made2 ................................................................................. 52 BLENDED LEARNING BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK PEMBELAJARAN PRAKTIK DI PERGURUAN TINGGI TEKNIK ....................................................................................................................... 61 Muchlas1.................................................................................................................................................. 61 PENGEMBANGAN GAME EDUKASI JUZ ‘AMMA BERBASIS ANDROID .......................................................... 77 Rio Rizky Ananda1, I Gede Mahendra Darmawiguna2, I Made Gede Sunarya3 ........................................ 77 PENGEMBANGAN APLIKASI MARKERLESS AUGMENTED REALITY BALINESE STORY “CALON ARANG” ....................................................................................................................................................... 85 Ni Made Sudiartini1, I Gede Mahendra Darmawiguna2, I Made Gede Sunarya3, ..................................... 85 PELATIHAN PENGOPERASIAN E-LEARNING DI SMK NEGERI 2 TABANAN .................................................... 96 Ketut Agustini1, Nyoman Sugihartini1, I Ketut Resika Arthana1, Gede Saindra Santyadiputra1, Gede Aditra Pradnyana1 .......................................................................................................................... 96 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENERAPKAN SAPTA PESONA DI KAWASAN BAHARI TANJUNG BENOA ...................................................................................................................................... 103 Putu Ellis Octaviyani, Cokorda Istri Raka Marsiti, Ni Made Suriani ........................................................ 103 PERANCANGAN SISTEM PENAWARAN DAN PENJADWALAN MATA KULIAH ............................ 115
vi
I Made Agus Wirawan1, Ketut Agustini2 ................................................................................................ 115 OPTIMALISASI PERAN LPTK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS LULUSAN BIDANG TATA BOGA DI ERA MEA ..................................................................................................................................... 119 Ni Wayan Sukerti ................................................................................................................................... 119 IMPLEMENTASI SOA MENGGUNAKAN APACHE SERVICEMIX DALAM RANCANG BANGUN DATA WAREHOUSE ............................................................................................................................................. 127 I Made Putrama1, Gede Rasben Dantes2, Dewa Gede Hendra Divayana3 ............................................. 127 MODIFIKASI RAGAM HIAS TENUN MASTULI DI DESA KALIANGET KABUPATEN BULELENG ....................... 139 Ni Ketut Widiartini................................................................................................................................. 139 IBM PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS BAGI GURU – GURU SMP N SE-KECAMATAN SUSUT ................................................................................. 145 I Made Agus Wirawan1, Gede Saindra Santyadiputra2, I Made Putrama3, I Gede Partha Sindu4, Nyoman Sugihartini 5 ............................................................................................................................. 145 PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMAMPUAN INTRAPERSONAL SISWA SMK PRODI TEKNIK PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK .............................................................................................................. 151 I Gede Ratnaya ...................................................................................................................................... 151 DETEKTOR SAMBUNGAN KABEL BAWAH TANAH PADA SISTEM JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH BERBASIS RFID ...................................................................................................................... 161 I Gede Nurhayata, Nyoman Santiyadnya .............................................................................................. 161 PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARANRIAS WAJAH SEHARI-HARI DI SMK NEGERI 2 SINGARAJA ........................................................................................................................ 174 Pt. Ayu Laksmidevi1, I Dewa Ayu Md Budhyani 2, Md Diah Angendari3 .................................................. 174 RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI REPOSITORI UNDIKSHA DENGAn METADATA DUBLIN CORE BERBASIS WEB (STUDI KASUS: FTK, UNDIKSHA) .............................................................................. 185 I Gede Mahendra Darmawiguna1, Ketut Purnamawan2 ........................................................................ 185 Rancang Bangun Sistem Informasi Pengelolaan Data Kemahasiswaan untuk Akreditasi Program Studi di FTK UNDIKSHA .............................................................................................................................. 194 I Made Putrama1, Dewa Gede Hendra Divayana2, P. Wayan Arta Suyasa3 ............................................ 194 SISTEM PANGKALAN DATA DOSEN BERBASIS TEKNOLOGI WEB ............................................................... 203 Komang Setemen1), Luh Joni Erawati Dewi2) ......................................................................................... 203 SISTEM INFORMASI BEBAN KERJA DOSEN FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN UNDIKSHA BERBASIS WEB........................................................................................................................................... 219 Agus Aan Jiwa Permana1, Luh Joni Erawati Dewi2, Komang Setemen3 .................................................. 219 IMPLEMENTASI MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN VOKASIONAL ............. 225 I Made Tegeh ........................................................................................................................................ 225 FORMULA RAGI DALAM PEMBUATAN TAPE DARI UMBI-UMBIAN UNTUK MENGHASILKAN CITA RASA BERKUALITAS ................................................................................................................................... 235
vii
Luh Masdarini ........................................................................................................................................ 235 PELATIHAN PENGOLAHAN TEPUNG TERIGUDI PANTI ASUHAN UDYANA WIGUNASINGARAJA ................. 243 Ni Made Suriani ..................................................................................................................................... 243 PENINGKATKAN KREATIVITAS PEMBELAJARANCIPTA KARYA BOGA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN VAK MULTIMEDIA ........................................................................................................... 249 Ni Desak Made Sri Adnyawati ............................................................................................................... 249 PELATIHAN MODIFIKASI MESIN GENSET BERBAHAN BAKAR BENSIN MENJADI MESIN GENSET BERBAHAN BAKAR LPG BAGI KELOMPOK NELAYAN DI DESA TEJAKULA, BULELENG-BALI ........................ 258 Nyoman Arya Wigraha1, I Nyoman Pasek Nugraha2, Kadek Rihendra Dantes3, Gede Widayana4 ......... 258 RANCANG BANGUN SISTEM PENILAIAN PRESTASI KERJA DOSEN BERBASIS WEB (STUDI KASUS : FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN, UNDIKSHA) ....................................................................................... 264 Gede Aditra Pradnyana1, I Made Gede Sunarya2 ................................................................................... 264 PeRANCANGAN Web Service Profil Jurusan dan Fakultas (Studi Kasus di Lingkungan Fakultas Teknik dan Kejuruan UNDIKSHA)............................................................................................................... 273 I Gede Partha Sindu1, Gede Saindra Santyadiputra2 .............................................................................. 273 SISTEM INVENTARIS UNDIKSHA BERBASIS MOBILE DAN GEOTAGGING.................................................... 280 Putu Hendra Suputra1, Kadek Yota Ernanda Aryanto2, Ni Ketut Kertiasih3 ............................................ 280 SISTEM INFORMASI PENYUSUNAN BORANG AKREDITASI DARING UNTUK PROGRAM STUDI DIPLOMA, SARJANA DAN FAKULTAS ......................................................................................................... 289 K.Y.E. Aryanto1, I.K.R Arthana2............................................................................................................... 289 Analisis dan peRANCANGAN SISTEM INFORMASI PENDUKUNG DATA KEMAHASISWAAN ....................... 296 I Made Ardwi Pradnyana1, Nyoman Sugihartini2 ................................................................................... 296 PENGEMBANGANPROTOTIPE SISTEM PANGKALAN DATA PEGAWAI BERBASIS TEKNOLOGI WEB ............ 307 Ni Wayan Marti1, Putu Hendra Suputra2 ............................................................................................... 307 INTEGRASI DATA PENELITIAN, PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, DAN KINERJA DOSEN DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA ....................................................................................................... 314 A.A. Gede Yudhi Paramartha, Ni Ketut Kertiasih, Gede Rasben Dantes ................................................ 314 RAGAM HIAS TENUN ENDEK DI PERTENUNAN ARTHA DHARMA,SINABUN BULELENG ............................ 321 I Dewa Ayu Made Budhyani, Ni Desak Sri Adnyawati, Damiati.............................................................. 321 ANALISIS PERBANDINGAN KEKUATAN MATERIAL HASIL REKAYASA SERAT ALAM AGAVE SISAL DAN GEBANG UNTUK RANCANGAN BODY KENDARAAN LISTRIK GANESHA 1.0 GENERASI I ..................... 329 I Nyoman Pasek Nugraha1, Kadek Rihendra Dantes2, Nyoman Arya Wigraha3, Gede Widayana4 ............................................................................................................................................ 329 RANCANGAN ELECTRIC VEHICLES BASE CONTINOUS VARIABLE TRANSMISSION (EV-CVT) : PENINGKATAN DAYA DUKUNG TRANSPORTASI PERKOTAAN DALAM RANGKA MEWUJUDKAN TRANSPORTASI RAMAH LINGKUNGAN(Studi Kasus Di Universitas Pendidikan Ganesha) ......................... 340 Kadek Rihendra Dantes1, Nyoman Arya Wigraha2, I Nyoman Pasek Nugraha3,Gede Widayana4 .......... 340
viii
KAJIAN AWAL iot UNTUK REMOTE MONITORING TEMPERATUR ruangan ................................................ 348 Gede Indrawan1, Made Santo Gitakarma2, Luh Krisnawati3 .................................................................. 348 Pengembangan TEKNIK PENGOLAHAN SAMPAH PLASTIK MENJADI MINYAK DI TPST DESA ANTURAN, BULELENG ............................................................................................................................... 353 Md Santo Gitakarma1, Luh Krisnawati1, I Wyn Sutaya1, Ketut Udy Ariawan1, Agus Adiarta2 ................. 353 PENGEMBANGKAN BAHAN AJAR BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF BERORIENTASI PEMBERDAYAAN MULTIPLEINTELLIGENCES DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)DI SINGARAJA KOTA ...................................................................................................................................... 361 I Putu Suka Arsa, I Gede Ratnaya, Ni Made Wahyuni ............................................................................ 361 IDENTIFIKASI PERAN APLIKASI GAMES YANG DIHARAPKAN GURU DAN ORANG TUA DALAM PEMBELAJARAN MANDIRI ANAK USIA SEKOLAH DASAR (STUDI KASUS KOTA SURABAYA) ....................... 370 Nehemia Sugianto1, Caecilia Citra Lestari2 ........................................................................................... 370 SISTEM INFORMASI PENILAIAN DOSEN BERBASIS WEB MENGGUNAKAN METODE PROFILE MATCHING ................................................................................................................................................ 382 Moedjiono1), Ardie Halim Wijaya2), Aries Kusdaryono3) ......................................................................... 382 PENGEMBANGAN TES BAKAT terpadu ONLINE ......................................................................................... 392 I Made Candiasa .................................................................................................................................... 392 MEDIA ONLINE UNTUK PENDIDIKAN KARAKTER TERPADU ....................................................................... 399 Ni Made Sri Mertasari ........................................................................................................................... 399 APLIKASI PENYEMBUNYIAN PESAN DENGAN STEGANOGRAFI MENGGUNAKAN METODE CAESAR CIPHER DAN LSB 2 BIT PADA ANDROID ..................................................................................................... 405 Ardie Halim Wijaya ................................................................................................................................ 405 PELATIHAN DAN PENGENALAN KONVERTER KIT LPG PADA MOTOR BENSIN EMPAT LANGKAH PENGGERAK PERAHU UNTUK PEMAKIAN BAHAN BAKAR LPG KEPADA KELOMPOK NELAYAN DI KECAMATAN TEJAKULA BALI UTARA ......................................................................................................... 412 Gede Widayana1, Nyoman Arya Wigraha2, I Nyoman Pasek Nugraha3, ................................................ 412 PELATIHAN MENGHIAS KAIN DENGAN TEKNIK SULAM PITA DI PANTI SOSIAL ANAK ASUHAN UDYANA WIGUNA SINGARAJA .................................................................................................................. 420 Made Diah Angendari............................................................................................................................ 420 MEMBANGUN LEARNING COMMUNITY DAN PENINGKATKAN KOMPETENSI MELALUI LESSON STUDY........................................................................................................................................................ 431 I Gede Sudirtha...................................................................................................................................... 431 EXPLORING THE ROLES OF VOCATIONAL HIGHER EDUCATIONS IN CREATING COMPETENT GRADUATES: EVIDENCE FROM TOURISM INSTITUTE OF TRIATMA JAYA .................................................. 439 I Nengah Subadra .................................................................................................................................. 439 SISTEM INFORMASI EKSEKUTIF MANAJEMEN HOTEL MENGGUNAKAN DATA WAREHOUSE .................... 444 Luh Made Yulyantari ............................................................................................................................. 444
ix
PROTOTIPE SISTEM ABSENSI BERBASIS FACE RECOGNITION DENGAN METODE EIGENFACE.................... 451 Ni Wayan Marti1, Kadek Yota Ernanda Aryanto2 ................................................................................... 451 VIRTUAL REALITY DAN AUGMENTED REALITY: PEMBERDAYAAN WISATA BAWAH LAUT DALAM RANGKA MENINGKATKAN DAYA DUKUNG PARIWISATA........................................................................... 457 Gede Rasben Dantes1, Komang Sudarma2, Hendra Suputra3 ................................................................ 457 PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DOMAIN STRATEGIK DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN DAN DAYA SAING PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA) ........................................................................................... 465 Luh Joni Erawati Dewi1 Gede Rasben Dantes2 ....................................................................................... 465 DIGITALISASI CERITA RAKYAT DALAM RANGKA PELESTARIAN BUDAYA BERBASIS APLIKASI MOBILE...................................................................................................................................................... 477 I Ketut Dharsana1, Ni Komang Arie Suwastini2, Putu Hendra Suputra3 .................................................. 477 INDEX ........................................................................................................................................................ 484
x
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
DATA MINING REKOMENDASI CALON MAHASISWA BERPRESTASI DI STMIK DENPASAR MENGGUNAKAN METODE TECHNIQUE FOR OTHERS REFERENCE BY SIMILARITY TO IDEAL SOLUTION
I Kadek Juni Arta, Gede Indrawan, Gede Rasben Dantes Program Studi Ilmu Komputer, Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Ganesha e-mail:
[email protected]
ABSTRACT Rapid technological developments and can not be denied that technology as a secondary requirement for its users. So far the technology has also been applied in several fields, one example the presence of technology in the education sector that allow its users to make the process of achievement assessment. The assessment system and records STMIK Denpasar still conventional so difficult for lecturers and chairman of the foundation to do further analysis about the state of student candidates. Apart from that, the assessment was more focused on the academic field (mastery of concepts). Problems faced by the managerial STMIK Denpasar is how to leverage data mining technology to determine the achievement of new students.With system software recommendations provide suggestions for items that can be used by the user. TOPSIS is one method of decision-making multicriteria. This method is widely used to complete the decision making in practice. The application has been successfully choose the best students by using TOPSIS with an average access time 0.27268 seconds with 6 weights the data of the test sample. Implementation of TOPSIS method in a case study the best students with a minimum standard weighting filter results TOPSIS to take second best rank value on the threshold above 0.5. TOPSIS performance compared to K-Means Clustering method of aspect TOPSIS faster access time is 0.27268 seconds while K-Means Clustering 0.3818 sec. TOPSIS performance compared to K-Means Clustering method of aspect results of TOPSIS produce the same recommendation to the K-MeansClustering. In this study a new TOPSIS method can generate the two recommendations so that in future studies of this method can be compared with other methods. Keywords : TOPSIS, Recommendations, Achievements, Datamining
ABSTRAK Perkembangan teknologi yang semakin pesat dan tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi sebagai kebutuhan sekunder bagi para penggunanya. Sejauh ini teknologi juga telah diterapkan pada beberapa bidang, salah satu contohnya kehadiran teknologi di sektor pendidikan yang memudahkan para penggunanya untuk melakukan proses penilaian prestasi. Sistem penilaian dan pencatatan yang dilakukan STMIK Denpasar masih konvensional sehingga mempersulit para dosen dan ketua yayasan untuk melakukan analisis lebih lanjut mengenai keadaan calon mahasiswanya. Selain dari itu, penilaian yang dilakukan pun lebih berfokus ke dalam bidang akademis (penguasaan konsep). Permasalahan yang dihadapi oleh pihak manajerial STMIK Denpasar adalah bagaimana memanfaatkan teknologi data mining untuk menentukan prestasi calon mahasiswa baru. Dengan sistem rekomendasi perangkat lunak menyediakan saran untuk items yang bisa digunakan oleh user. TOPSIS adalah salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria. Metode ini banyak digunakan untuk menyelesaikan pengambilan keputusan secara praktis. Aplikasi telah berhasil memilih mahasiswa berprestasi dengan menggunakan TOPSIS dengan rata-rata access time 0.27268 detik dengan bobot 6 data sampel uji. Implementasi metode TOPSIS pada studi kasus mahasiswa berprestasi dengan menyaring bobot standar minimal hasil TOPSIS untuk diambil 2 nilai rangking terbaik pada ambang batas di atas 0.5. Kinerja TOPSIS dibandingkan dengan metode K-Means Clustering dari aspek access time TOPSIS lebih cepat yaitu 0.27268 detik sedangkan K-Means Clustering 0.3818 detik. Kinerja TOPSIS dibandingkan dengan metode K-Means Clustering dari aspek hasil TOPSIS menghasilkan rekomendasi yang sama dengan K-Means Clustering. Dalam penelitian ini metode TOPSIS baru bisa menghasil kan 2 rekomendasi sehingga pada penelitian selanjutnya metode ini bisa dibandingkan dengan metode lain. Kata kunci: TOPSIS, Rekomendasi, Prestasi, Datamining
1
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Solution) Atribut penilaian yang meliputi nilai PENDAHULUAN Perkembangan teknologi yang semakin raport, tes tulis, kepribadian (wawancara), pesat dan tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi keaktifan, pekerjaan orang tua, sumber biaya sebagai kebutuhan sekunder bagi para hidup, pekerjaan calon mahasiswa, prestasi penggunanya. Sejauh ini teknologi juga telah semasa sekolah, beasiswa dan kegiatan diterapkan pada beberapa bidang, salah satu ekstrakurikuler selama di sekolah. contohnya kehadiran teknologi di sektor Permasalah pada penelitian ini adalah pendidikan yang memudahkan para1. Bagaimana implementasi metode TOPSIS penggunanya untuk melakukan proses penilaian untuk merekomendasi calon mahasiswa prestasi . Dari perkembangan teknologi tersebut berprestasi di STMIK Denpasar ? yaitu penilaian prestasi calon mahasiswa pada2. Bagaimana Kinerja Metode TOPSIS STMIK Denpasar. dibandingkan K-Means dalam menentukan Sistem penilaian dan pencatatan yang Prestasi calon mahasiswa ? dilakukan STMIK Denpasar masih konvensional Tujuan penelitian ini adalah sehingga mempersulit para dosen dan ketua1. Merancang rekomendasi calon mahasiswa yayasan untuk melakukan analisis lebih lanjut berprestasi pada STMIK Denpasar dengan mengenai keadaan calon mahasiswanya. Selain menggunakan metode TOPSIS dari itu, penilaian yang dilakukan pun lebih2. Membandingkan kinerja metode TOPSISdan berfokus ke dalam bidang akademis K-Means Clustering yang efektif dalam (penguasaan konsep). Penilaian pengembangan menentukan calon mahasiswa berprestasi diri dilakukan dengan standar penilaian yang minimum, dan hanya berdasarkan penilaian Landasan Teori subjektif dari dosen yang bersangkutan. Sistem Data Mining penilaian seperti ini tentu saja belum cukup, Definisi Data Mining karena tidak sesuai dengan misi STMIK Data mining (Connolly dan Begg, Denpasar, sekolah ini ingin menghasilkan calon 2010)adalah suatu proses ekstraksi atau mahasiswa yang bukan hanya pandai di bidang penggalian data yang belum diketahui akademis saja, tetapi juga memiliki moral yang sebelumnya, namun dapat dipahami dan berguna baik. dari database yang besar serta digunakan untuk Salah satu alternatif yang dapat dilakukan membuat suatu keputusan bisnis yang sangat untuk membantu pihak manajerial penting. meningkatkan kualitas STMIK Denpasar adalah Data mining biasa juga disebut dengan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi “Data atau knowledge discovery” atau informasi yang ada, khususnya teknologi sistem menemukan pola tersembunyi pada data. Data data mining. Sistem data mining ini diharapkan mining adalah proses dari menganalisa data dari dapat memberikan masukan bagi para dosen prespektif yang berbeda dan menyimpulkannya untuk mengetahui karakter para calon ke dalam informasi yang berguna. mahasiswanya berdasarkan data yang tersimpan, Data mining (Han dan Kamber, penilaian keberhasilan proses mengajar, serta 2006)didefinisikan sebagai proses mengekstrak membantu pihak panitia seleksi menetapkan atau menambang pengetahuan yang dibutuhkan langkah/keputusan yang akan diambil dari sejumlah data besar. Pada prosesnya data berikutnya berdasarkan analisis data yang ada. mining akan mengekstrak informasi yang Sistem ini juga diharapkan dapat mengatasi berharga dengan cara menganalisis adanya polabeberapa masalah yang terjadi karena pola ataupun hubungan keterkaitan tertentu dari penyimpanan berkas data, seperti risiko data-data yang berukuran besar. Data mining kehilangan yang besar dan perlunya tempat berkaitan dengan bidang ilmu-ilmu lain, seperti untuk menyimpan data tersebut, karena sistem Database System, Data Warehousing, Statistic, ini juga dapat digunakan untuk menyimpan data Machine Learning, Information Retrieval, dan calon mahasiswa ada dari tahun ke tahun. Komputasi Tingkat Tinggi. Selain itu data Penelitian ini bertujuan untuk merancang mining didukung oleh ilmu lain seperti Neural sistem data mining dalam penilaian prestasi Network, Pengenalan Pola, Spatial Data calon mahasiswa STMIK Denpasar dengan Analysis, Image Database, Signal Processing. menggunakan metode TOPSIS (Technique For Beberapa survey tentang proses Others Reference by Similarity to Ideal pemodelan dan metodologi menyatakan bahwa,
2
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
“Data mining digunakan sebagai penunjuk, dimana data mining menyajikan intisari atas sejarah, deskripsi dan sebagai standar petunjuk mengenai masa depan dari sebuah proses model data mining Karakteristik data mining sebagai berikut: a. Data mining berhubungan dengan penemuan sesuatu yang tersembunyi dan pola data tertentu yang tidak diketahui sebelumnya. b. Data mining biasa menggunakan data yang sangat besar. Biasanya data yang besar digunakan untuk membuat hasil lebih dapat dipercaya. c. Data mining berguna untuk membuat keputusan kritis. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Data Mining adalah suatu teknik menggali informasi berharga yang terpendam atau tersembunyi pada suatu koleksi data (database) yang sangat besar sehingga ditemukan suatu pola yang menarik yang sebelumnya tidak diketahui. Fungsi Data Mining Teknik – teknik data mining telah digunakan untuk menemukan pola yang tersembunyi dan meprediksi tren masa depan. Dan keuntungan kompetitif dari data mining termasuk dengan meningkatnya pendapatan, berkurangnya pengeluaran, dan kemampuan pemasaran yang meningkat. Data mining dibagi menjadi dua kategori utama (Han dan Kamber, 2006) yaitu: A. Prediktif Tujuan dari tugas prediktif adalah untuk memprediksi nilai dari atribut tertentu berdasarkan pada nilai atribut-atribut lain. Atribut yang diprediksi umumnya dikenal sebagai target atau variable tak bebas, sedangkan atribut-atribut yang digunakan untuk membuat prediksi dikenal sebagai explanatory atau variable bebas. B. Deskriptif Tujuan dari tugas deskriptif adalah untuk menurunkan pola-pola (korelasi, trend, cluster, teritori, dan anomali) yang meringkas hubungan yang pokok dalam data. Tugas data mining deskriptif sering merupakan penyelidikan dan seringkali memerlukan teknik post-processing untuk validasi dan penjelasan hasil. Fungsi dari data mining juga ada dalam dunia kesehatan, dimana data mining telah digunakan untuk untuk meningkatkan diagnosis dan pengobatan atau lebih
mengerti perilaku dari pasien. (Sandra et all, 2009) Data mining jugamemiliki beberapa fungsionalitas yaitu Concept/Class Description: Characterization and Discrimination, Mining Frequent Patterns, Associations, and Correlations, Classification and Prediction, Cluster Analysis, Outlier analysis, dan Evolution analysis. (Han dan Kamber, 2006 : 21 – 27) Tujuan Data Mining Tujuan dari data mining (Hoffer dkk, 2007)adalah: 1. Explanatory Untuk menjelaskan beberapa kondisi penelitian, seperti mengapa penjualan truk pick-up meningkat di Colorado. 2. Confirmatory Untuk mempertegas hipotesis, seperti halnya dua kali pendapatan keluarga lebih suka dipakai untuk membeli peralatan keluarga dibandingkan dengan satu kali pendapatan keluarga. 3. Exploratory Untuk menganalisa data yang memiliki hubungan yang baru. Misalnya, pola apa yang cocok untuk kasus penggelapan kartu kredit. Arsitektur Data Mining Data mining merupakan proses pencarian pengetahuan yang menarik dari data berukuran besar yang disimpan dalam basis data, data warehouse atau tempat penyimpanan informasi lainnya. Dengan demikian arsitektur sistem data mining memiliki komponen-komponen utama (Han dan Kamber, 2006) yaitu: a. Database, data warehouse, World Wide Web, atau tempat penyimpanan informasi lainnya: bisa berbentuk satu atau banyak database, data warehouse, spreadsheet, ataupun tempat penyimpanan informasi lainnya. Data Cleaning, Data Integration dan Data Selection dapat dijalankan pada data tersebut. b. Database dan data warehouse server. Komponen ini bertanggung jawab dalam pengambilan data yang relevan, berdasarkan permintaan pengguna. c. Knowledge Based. Komponen ini merupakan domain knowledge yang digunakan untuk memandu pencarian atau mengevaluasi pola-pola yang
3
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
dihasilkan. Pengetahuan tersebut meliput hirarki konsep yang digunakan untuk mengorganisasikan atribut atau nilai atribut kedalam level abstraksi yang berbeda. Pengetahuan tersebut juga dapat berupa kepercayaan pengguna (user belief), yang dapat digunakan untuk menentukan kemenarikan pola yang diperoleh. d. Data mining engine. Bagian ini merupakan komponen penting dalam arsitektur sistem data mining. Komponen ini terdiri dari modul-modul fungsional seperti karakterisasi, asosiasi, klasifikasi, dan analisis cluster. e. Ghrapical user interface (GUI). Modul ini berkomunikasi dengan pengguna dan data mining. Melalui komponen ini, pengguna berinteraksi dengan sistem menggunakan query.
Knowledge Discovery In Databases Han dan Kamber (2006 : 7), lebih spesifik menyatakan istilah Data Mining dan Knowledge Discovery in Databases (KDD) secara bergantian untuk menjelaskan proses penggalian informasi tersembunyi dalam suatu kumpulan data yang besar. Akan tetapi kedua istilah tersebut memiliki konsep yang berbeda, tetapi berkaitan satu sama lain dan salah satu tahap dalam proses KDD adalah data mining. Data mining adalah salah satu langkah dalam proses KDD secara keseluruhan. Secara umum, data mining digunakan oleh banyak peneliti sebagai sinonim dari proses KDD. Akhir-akhir ini, data mining dan knowledge discovery telah diusulkan sebagai nama yang paling memadai untuk keseluruhan proses KDD. Knowledge Discovery in Databases berkaitan dengan proses penemuan pengetahuan yang diterapkan pada database. Hal ini juga didefinisikan sebagai proses non-trivial untuk identifikasi data yang valid, baru, berpotensi bermanfaat, dan akhirnya memiliki pola yang dapat dimengerti. Knowledge discovery sering terhalang karena tantangan dalam integrasi dan navigasi dari data yang berbeda. Selain itu, karena jumlah dimensi di dalam data meningkat, pendekatan baru untuk penemuan pola sangat diperlukan. Berdasarkan pengertian beberapa pengertian tersebutdapat ditarik kesimpulan bahwa Knowledge Discovery in Database (KDD) adalah proses yang bertujuan untuk menggali dan menganalisis sejumlah besar himpunan data dan mengekstrak informasi serta pengetahuan yang berguna. Langkah penting dalam proses KDD dapat dilihat pada gambar 2.3 yang terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) Data cleaning Data cleaning merupakan proses membuang duplikasi data, memeriksa data yang tidak konsisten, dan memperbaiki kesalahan pada data, seperti kesalahan penulisan. Pada umumnya data yang diperoleh baik dari database suatu perusahaan maupun hasil eksperimen, memiliki isi yang tidak sempurna seperti data yang hilang, data yang tidak valid atau juga hanya sekedar salah ketik. Selain itu, ada juga atribut-atribut data yang tidak relevan dengan hipotesa data mining yang dimiliki. Data cleaning juga akan mempengaruhi hasil informasi dari teknik data mining karena data yang
Gambar 1. Arsitektur sistem data mining
Klasifikasi Sistem Data Mining Data Mining (Han dan Kamber, 2006) merupakan suatu pendekatan dalam pemecahan masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu secara terpadu yaitu, database system, statistics, machine learning, visualization, dan information system. (Gambar 2)
Gambar 2. Data mining merupakan irisan dari berbagai disiplin
4
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
ditangani akan berkurang jumlah dan kompleksitasnya. 1) Data integration Proses menambah data yang sudah ada dengan data atau informasi lain yang relevan atau bisa disebut juga merupakan penggabungan data dari berbagai database kedalam satu database baru yang dibutuhkan oleh KDD. Tahapan cleaning dan integration pada KDD mengasumsikan bahwa integrator data harus menghapus noise dari data awal secara paralel dengan mengintegrasikan beberapa data set.
2)
3)
4)
5)
6)
membantu mengkomunikasikan hasil data mining dalam bentuk yang mudah dimengerti.
TOPSIS TOPSIS adalah salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria yang pertama kali diperkenalkan oleh Yoon dan Hwang (1981). TOPSIS menggunakan prinsip bahwa alternatif yang terpilih harus mempunyai jarak terdekat dari solusi ideal positif dan terjauh dari solusi ideal negatif dari sudut pandang geometris dengan menggunakan jarak Euclidean untuk menentukan kedekatan relatif dari suatu alternatif dengan solusi optimal. Solusi ideal positif didefinisikan sebagai jumlah dari seluruh nilai terbaik yang dapat dicapai untuk setiap atribut, sedangkan solusi negatifideal terdiri dari seluruh nilai terburuk yang dicapai untuk setiap atribut. TOPSIS mempertimbangkan keduanya, jarak terhadap solusi ideal positif dan jarak terhadap solusi ideal negatif dengan mengambil kedekatan relatif terhadap solusi ideal positif. Berdasarkan perbandingan terhadap jarak relatifnya, susunan prioritas alternatif bisa dicapai. Metode ini banyak digunakan untuk Gambar 3. Data mining sebagai tahapan dalam menyelesaikan pengambilan keputusan secara proses KDD praktis. Hal ini disebabkan konsepnya sederhana dan mudah dipahami, komputasinya efisien,dan Data selection Pemilihan data yang relevan dan dapat memiliki kemampuan mengukur kinerja relatif dilakukan analisis dari data operasional. Data dari alternatif-alternatif keputusan. hasil pemilihan disimpan dalam database Langkah-langkah Metode TOPSIS yang terpisah. Langkah-langkah yang harus dilakukan Data transformation untuk memperoleh hasil penilaiandalam metode Proses tranformasi data kedalam bentuk format tertentu sehingga data tersebut sesuai TOPSIS adalah: 1. Membangun normalized decision matrix untuk proses data mining. Sebagai contoh beberapa metode standar seperti analisis Elemen rij hasil dari normalisasi asosiasi dan clustering hanya bisa menerima decision matrix R dengan metode input data kategorikal. Euclidean length of a vector adalah: Data mining Proses mencari pola atau informasi menarik dengan menggunakan teknik, metode atau algoritma tertentu. Pattern evaluation …………………….(2.1) Mengidentifikasi pola-pola yang benar-benar 2. Membangun weighted normalized menarik dari hasil data mining. Dalam tahap decision matrix ini hasil dari teknik data mining berupa polapola yang khas maupun model prediksi Dengan bobot W= (w1, w2,.....,wn), maka dievaluasi untuk menilai apakah hipotesa normalisasi bobot matriks V adalah: yang ada memang tercapai atau tidak. Knowledge presentation Menampilkan pola informasi yang dihasilkan dari proses data mining, visualisasi ini
5
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
berarti meninjau dari beberapa pihak dan user atribut. Sistem rekomendasi menjadi sebuah penelitian bidang yang penting sejak munculnya …………….(2.2) makalah pertama tentang collaborative-filtering 3. Menentukan solusi ideal dan solusi ideal pada pertengahan 1990an. Tujuan dari sistem negatif. rekomendasi adalah menghasilkan rekomendasi yang berguna kepada user untuk items atau Solusi ideal dinotasikan A*, sedangkan produk yang paling menguntukan bagi user. solusi ideal negatif dinotasikan A-: Sistem Rekomendasi menurut Melville dan Sindhwani, terbagi atas 3 jenis, yaitu: 1. Content-based Filtering 2. Collaborative Filtering
.(2.3) Dimana:
3. Hybrid-based Filtering
4. Menghitung separasi
Si* adalah jarak (dalam pandangan Euclidean) alternatif dari solusi ideal didefinisikan sebagai:
K-Means Clustering K-Means termasuk dalam partitioning clustering yaitu setiap data harus masuk dalam cluster tertentu dan memungkinkan bagi setiap data yang termasuk dalam cluster tertentu pada suatu tahapan proses, pada tahapan berikutnya berpindah ke cluster yang lain. K-Means memisahkan data ke k daerah bagian yang terpisah, dimana k adalah bilangan integer positif. Algoritma K-Means sangat terkenal karena kemudahan dan kemampuannya untuk mengklasifikasi data besar dan outlier dengan sangat cepat (Kusumadewi dkk, 2006) Berikut adalah langkah-langkah algoritma K-Means : 1. Penentuan pusat cluster awal
……(2.4) Dan jarak terhadap solusi negatifideal didefinisikan sebagai:
………(2.5) 5. Menghitung kedekatan relatif terhadap solusi ideal …….(2.6) 6. Merangking Alternatif Alternatif dapat dirangking berdasarkan urutan Ci*. Maka dari itu, alternatif terbaik adalah salah satu yang berjarak terpendek terhadap solusi ideal dan berjarak terjauh dengan solusi negatif-ideal.
2. Sistem Rekomendasi Ada beberapa macam definisi dari sistem rekomendasi. Menurut Mahmood dan Ricci, Sistem Rekomendasi adalah peralatan perangkat lunak dan teknik yang menyediakan saran untuk items yang bisa digunakan oleh user. Secara general sistem rekomendasi didefinisikan sebagai sistem pendukung yang membantu user untuk mencari informasi, produk dan servis (buku, film, music dll) dengan menggabungkan dan menganalisa saran dari user lain, yang 3.
6
Dalam menentukan n buah pusat cluster awal dilakukan pembangkitan bilangan random yang merepresentasikan urutan data input. Pusat awal cluster didapatkan dari data sendiri bukan dengan menentukan titik baru, yaitu dengan menrandom pusat awal dari data. Perhitungan jarak dengan pusat cluster Untuk mengukur jarak antara data dengan pusat cluster digunakan Euclidian distance. Algoritma perhitungan jarak data dengan pusat cluster Ambil nilai data dan nilai pusat cluster Hitung Euclidian distance data dengan tiap pusat cluster Pengelompokkan data
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Jarak hasil perhitungan akan dilakukan perbandingan dan dipilih jarak terdekat antara data dengan pusat cluster, jarak ini menunjukkan bahwa data tersebut berada dalam satu kelompok dengan pusat cluster terdekat. Algoritma pengelompokkan data 1. Ambil nilai jarak tiap pusat cluster dengan data
Diteliti Gambar 4. Kelayakan proses keputusan
Hipotesis Dalam sebuah penelitian, memiliki dugaan sementara mengenai hasil penelitian (hipotesis). Tetapi hipotesis tidak mutlak selalu ada dalam penelitian. Sebelumnya berikut pengertian dari hipotesis. Menurut Sugiyono (2009:159) yang dimaksud dengan hipotesis adalah: “Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.” Dari kutipan diatas, hipotesis merupakan suatu pernyataan yang bersifat sementara atau dengan anggapan, pendapat atau asumsi yang mungkin benar dan mungkin salah. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis yang disajikan penulis adalah “TOPSIS lebih cepat dalam memproses data pada studi kasus data mining mahasiswa berprestasi di STMIK Denpasar”.
2. Cari nilai jarak terkecil 3. Kelompokkan data dengan pusat cluster yang memiliki jarak terkecil.
4.
Penentuan pusat cluster baru
Untuk mendapatkan pusat cluster baru bisa dihitung dari rata-rata nilai anggota cluster dan pusat cluster. Pusat cluster yang baru digunakan untuk melakukan iterasi selanjutnya, jika hasil yang didapatkan belum konvergen. Proses iterasi akan berhenti jika telah memenuhi maksimum iterasi yang dimasukkan oleh User atau hasil yang dicapai sudah konvergen (pusat cluster baru sama dengan pusat cluster lama). Algoritma penentuan pusat cluster baru METODE 1. Cari jumlah anggota tiap cluster Desain Penelitian Objek yang diteliti 2. Hitung pusat baru dirumuskan seperti Berdasarkan dari tujuan penelitian, ditunjukkan pada Persamaan (2.7) objek yang diteliti adalah data mining Pusatcluster baru = rekomendasi calon mahasiswa berprestasi 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3 +⋯+𝑋𝑁 dengan metode TOPSIS ………(2.7) 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ+1 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang digunakan Kerangka Pikir dalam dipresentasikan dalam Gambar 5: Evaluasi kelayakan mahasiswa merupakan suatu penilaian dimana suatu mahasiswa apakah pantas atau tidak untuk kategori mahasiswa berprestasi. Proses keputusan layak atau tidak dapat dijelaskan dengan gambar Pera berikut. ncan gan Met ode TOP SIS
DATA MINING REKOMENDASI CALON MAHASISWA BERPRESTASI DI STMIK ENPASAR BALI MENGGUNAKAN METODE TOPSIS DAN KMEANS CLUSTERING Parameter
Metode
Kriteria
TOPSIS
K-Means Clustering
Gambar 5. Kerangka Solusi Penelitian
Hasil
Jenis Penelitian Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif. Dimana peneliti mengumpulkan data dan menguji atau membuktikan hipotesis yang ada. Peneliti melakukan survei untuk menentukan
Keputusan Hasil Prestasi dan Perbandingan Metode
Tujuan Penelitian
7
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
frekuensi dan prosentase tanggapan mereka Selanjutnya, pengujian dilakukan berulangtentang sistem . ulang sebanyak 5 kali klik tombol program rekomendasi. Berikut hasil access time ditunjukkan dalam Tabel 1 Sumber Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini Tabel 1. Pengujian Access Time ada dua sumber data yaitu: TOPSIS 1. Data Sekunder No Pengujian ke Access Time Penulis akan melakukan pencarian, (detik) pembelajaran dari berbagai macam 1 1 0.175 literatur dan dokumen yang menunjang 2 2 0.4001 pengerjaan penelitian ini khususnya yang 3 3 0.3751 berkaitan dengan TOPSIS 4 4 0.2382 2. Data Primer 5 5 0.175 Melakukan pengamatan terhadap data Rata-Rata (Detik) 0.27268 yang diteliti dan melakukan interview Pengujian Metode K-Means Clustering dengan para pakar yang berkaitan dalam pembuatan aplikasi Hasil pengujian metode K-Means Perancangan TOPSIS Clustering dilakukan dengan menggunakan data Berikut perancangan TOPSIS dijelaskan sampel 6 calon mahasiswa. pada Gambar 3.3 Start
Penentuan Variabel Input Jumlahkan Kuadrat Setiap Kriteria
Matrik keputusan ternormalisasi
Weighted Normalized Decision Matrix Solusi Ideal Positif dan Negatif
Gambar 7. Pengujian Hasil K-Means Clustering
Separasi
kedekatan relatif terhadap solusi ideal
Perangkingan
menunjukkan 2 mahasiswa yang berprestasi yaitu Calon Mahasiswa 5 dan Calon Mahasiswa 6.
Selesai
Gambar 6. Flowchart Sistem
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Access Time Metode K-Means Hasil pengujian metode topsis dilakukan Clustering dengan menggunakan data sampel 6 calon Hasil pengujian access time K-means mahasiswa. Clustering dilakukan dengan menggunakan 6 sampel data pengujian. Dari 6 data sampel pengujian dengan data sama setiap klik tombol rekomendasi, access time dipengaruhi oleh performance dari komputer atau spesifikasi Gambar 6. Pengujian Hasil TOPSIS hardware. Spesifikasi hardware komputer yang menunjukkan 2 mahasiswa yang berprestasi digunakan untuk pengujian ini yaitu prosessor yaitu Calon Mahasiswa 5 dan Calon Mahasiswa core i7 dengan RAM 16 GB. Selanjutnya, 6, dimana Calon Mahasiswa 5 rangking 1 pengujian dilakukan berulang-ulang sebanyak 5 dengan nilai TOPSIS 0.594448 sedangkan kali klik tombol program rekomendasi. Berikut Calon Mahasiswa 6 rangking 2 dengan nilai hasil access time K-means Clustering ditunjukkan dalam Tabel 2. TOPSIS 0.543081. Pengujian Access Time Metode TOPSIS Hasil pengujian access time dilakukan dengan menggunakan 6 sampel data pengujian. Dari 6 data sampel pengujian dengan data sama setiap klik tombol rekomendasi, access time dipengaruhi oleh performance dari komputer atau spesifikasi hardware. Spesifikasi hardware komputer yang digunakan untuk pengujian ini yaitu prosessor core i7 dengan RAM 16 GB.
No 1 2 3 4 5
8
Tabel 2. Pengujian Access Time KMeans Clustering Pengujian ke Access Time (detik) 1 0.4762 2 0.4259 3 0.2994 4 0.371 5 0.3365
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Rata-Rata (Detik)
0.3818
Pengujian Hasil Kedua Metode Hasil pengujian hasil kedua metode dilakukan dengan menggunakan 6 sampel data pengujian. Dari 6 data sampel pengujian dengan data sama setiap klik tombol rekomendasi, access time dipengaruhi oleh performance dari komputer atau spesifikasi hardware. Spesifikasi hardware komputer yang digunakan untuk pengujian ini yaitu prosessor core i7 dengan RAM 16 GB. Selanjutnya, pengujian dilakukan berulang-ulang sebanyak 1 kali klik tombol program rekomendasi. Berikut hasil hasil kedua metode ditunjukkan dalam Gambar 8.
Gambar 10. Hasil Perbandingan 2 metode 11 sample Gambar 10 menunjukkan kedua hasil perbandingan access time metode dengan pengujian 11 sampel data. Artinya, kedua metode tersebut menunjukkan hasil berbeda yaitu K-Means membutuhkan waktu lebih banyak yaitu 1,2771 detik sedangkan TOPSIS hanya 0,386 detik seperti pada grafik Gambar 11
Gambar 8. Hasil Perbandingan Hasil Kedua Metode Gambar 4.26 menunjukkan kedua hasil metode Gambar 11. Grafik Perbandingan Acces Time 11 sama-sama valid. Artinya, kedua metode Sample tersebut menunjukkan hasil sama yaitu Calon Mahasiswa 6 dan Calon Mahasiswa 5 sebagai TOPSIS memiliki akses time lebih cepat mahasiswa berprestasi. dibandingkan dengan K-Means Clustering karena prosedur Topsis sangat mudah, langkahPengujian Access Time Kedua Metode langkah yang dilakukan untuk memperoleh hasil Hasil pengujian access time kedua penilain sudah memiliki tahapan pertahapan metode dilakukan dengan menggunakan 6 tanpa ada pengulangan tahapan. Metode Ksampel data pengujian. Dari 6 data sampel Means Clustering kinerjanya lebih lama pengujian dengan data sama setiap klik tombol dibandingkan dengan TOPSIS disebabkan karna rekomendasi, access time dipengaruhi oleh penentuan titik centroid yang tidak sesuai performance dari komputer atau spesifikasi akibatnya metode K-Means Clustering akan hardware. Spesifikasi hardware komputer yang melakukan beberapa kali iterasi dalam digunakan untuk pengujian ini yaitu prosessor menentukan titik centroid baru sampai proses core i7 dengan RAM 16 GB. Selanjutnya, iterasi berhenti jika sudah memenuhi maksimum pengujian dilakukan berulang-ulang sebanyak 1 iterasi yang dimasukkan oleh user atau hasil kali klik tombol program rekomendasi. Berikut yang dicapai konvergen. hasil access time kedua metode ditunjukkan dalam Gambar 9. PENUTUP Kesimpulan Dalam memberikan rekomendasi calon mahasiswa berprestasi dengan dengan Gambar 9. Hasil Perbandingan Access Time metode TOPSIS ada prosedur-prosedur Kedua Metode yang harus dilakukan, diantaranya adalah : 1) Membuat matriks keputusan yang Gambar 9 menunjukkan kedua access time ternormalisasi. 2) Membuat matriks kedua metode terjadi perbedaan. Yaitu, Kkeputusan yang ternormalisasi terbobot. 3) Means 0.3366 sedangkan TOPSIS 0.1834. Dari Menentukan matriks solusi ideal positif dan kedua hasil tersebut dapat disimpulkan TOPSIS solusi ideal negative. 4) Menghitung mempunyai akses time yang lebih cepat separation measure. 5) Menentukan jarak dibandingkan K-Means Clustering
9
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
antara nilai setiap alternatif dengan matriks Penentuan Prioritas Perbaikan Terhadap solusi ideal positif dan negatif. 6) Mode Kegagalan Komponen dengan Menentukan nilai preferensi untuk setiap Metodologi FMEA, Fuzzy dan TOPSIS alternatif. 7) Decision matrix D mengacu yang terintegrasi. Institut Teknologi terhadap m alternatif yang akan dievaluasi Sepuluh Nopember : Jurusan Teknik berdasarkan n kriteria. 8) Dengan xij Industri menyatakan performansi dari perhitungan Connolly, T., Begg, C. 2010. Database Systems: untuk alternatif ke-i terhadap atribut ke-j. a practical approach to design, Kinerja TOPSIS dibandingkan dengan implementation, and management. 5th metode K-Means Clustering dari aspek Edition.America:Pearson Education. access time TOPSIS lebih cepat yaitu Fauzan, Achmad., Badharudin, Abid, Yanuar 0.27268 detik sedangkan K-Means dan Wibowo, Fery. 2014. Sistem Clustering 0.3818 detik. Klasterisasi Menggunakan Metode KKinerja metode TOPSIS yang lebih baik Means dalam Menentukan Posisi Access dari metode K-Means Clustering didasari Point Berdasarkan Posisi Pengguna atas prosedur-prosedur yang dilakukan Hotspot di Universitas Muhammadiyah dalam memperoleh hasil penilaian karena Purwokerto (Clustering System Using Kdalam metode TOPSIS tidak ada Means Methodin Determining Access pengulangan prosedur, dibandingkan Point Positionby Users Hotspot dengan prosedur dari metode K-Means Positionat Muhammadiyah University of Clustering yang akan melakukan iterasi Purwokerto). JUITA ISSN: 2086-9398 secara berulang-ulang apabila dalam proses Vol. III Nomor 1, Mei 2014 nya hasil yang didapatkan belum konvergen. Han, Jiawei dan Kamber, Micheline. 2006. Data Mining : Concept and Techniques Second Edition. Morgan Kaufmann Saran Dalam penelitian ini system yang dibuat Publishers. masih sangat banyak kekurangan, metode Hoffer, Jeffrey A., Mary B. Prescott, dan Fred TOPSIS sendiri belum mampu memberikan R. McFadden.2002. Modern Database keputusan atau hasil pengelompokan yang Management, 6th Edition. Prentice Hall, lebih dari 2 . Untuk penelitian Pears on Education Inc, New Jersey. pengembangan selanjutnya adalah TOPSIS Kusumadewi, Sri., Hartati, S., Harjoko, A., bisa digunakan dalam menetukan Wardoyo, R. (2006). Fuzzy Multikeputusan dapat dibandingkan dengan Attribute Decision Making (FUZZY metode yang lain. MADM). Yogyakarta: Graha Ilmu. Lestari, S. 2011. Seleksi Penerimaan Calon Karyawan Menggunakan Metode TOPSIS. Konferensi Nasional Sistem dan DAFTAR RUJUKAN Aditiya, Afid. 2016. Sistem Pendukung Informatika 2011, hal: 170-174. Keputusan Klasifikasi Sekolah Muningsih, Elly dan Kiswati, Sri. 2015. Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Penerapan Metode K-Means Untuk (SPM) dengan Metode K-Means Clustering Produk Online Shop Dalam Clustering (Studi Kasus Sekolah Dasar di Penentuan Stok Barang. Jurnal Bianglala Lingkungan Dinas Pendidikan Kota Informatika Vol 3 No 1 Maret 2015 Malang). Teknik Informatika Institut Tulus, Sylvia, P dan Hendry. 2014. Perancangan Teknologi Nasional Malang Clustering Data MenggunakanAlgortima Agustin, Fenty, Eka, M., Fitria, Ardini dan K-Means Berbasis Heatmap (Studi Kasus Hanifah, Anif. 2015. Implementasi : Provinsi Papua Barat). Jurnal Teknologi Algoritma K-Means untuk Menentukan Informasi-Aiti, Vol. 11. No.2, Agustus Kelompok Pengayaan Materi Mata 2014 : 101 – 202 Pelajaran Ujian Nasional (Studi Kasus: Yoon, K. dan Hwang, C.L. 1981. Multiple SMP Negeri 101 Jakarta). JURNAL Attribute Decision Making: Methods and TEKNIK INFORMATIKA VOL. 8 NO. 1 Applications. Springer Verlag APRIL 2015 Basjir, Mochammad., Supriyanto, Hari dan Suef, Mokh. 2014. Pengembagan Model
10
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
PENGEMBANGAN WEB-BASED COMPUTER-ASSISTED LANGUAGE LEARNING DALAM MATAKULIAH ENGLISH INTENSIVE COURSE Manda Rohandi1, Nurlaila Husain2, Indri W. Bay3 1Jurusan
Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo
[email protected],
[email protected],
[email protected]
2,3Jurusan
ABSTRAK Program Intensive Course (IC) Bahasa Inggris bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menerima materi dengan level yang lebih tinggi pada semester berikutnya. Materi pada buku ajar IC terdiri dari 4 skill berbahasa (reading, writing, listening, speaking), grammar, vocabulary dan pronounciation. Meskipun dengan 4 sks perhari dan 3 kali pertemuan dalam seminggu, kemampuan mahasiswa dalam berbahasa Inggris dirasa masih kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Web-Based Computer-Assisted Language Learning (WBCALL) sebagai media pembelajaran yang melengkapi buku ajar matakuliah IC, sehingga dapat meningkatkan motivasi mahasiswa dalam mempelajari bahasa Inggris dan mendukung terciptanya suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan. Aplikasi WBCALL yang telah dikembangkan merupakan jenis aplikasi “Do what I tell you”, yang mana aplikasi mengontrol aktivitas yang dilakukan mahasiswa dalam latihan-latihan, kuis dan tes, setelah itu aplikasi akan memberitahukan apakah jawaban benar atau salah. Aplikasi ini berisi 7 tema utama dengan 4 skill berbahasa. Hasil uji coba aplikasi WBCALL pada mahasiswa menunjukan bahwa penggunaan aplikasi WBCALL dalam pembelajaran IC sangat bermanfaat dan membantu dalam memahami materi, karena dengan adanya WBCALL, mereka dapat mempelajari materi IC baik di dalam maupun di luar ruang kelas, sehingga dapat berimbas pada peningkatan motivasi mahasiswa dalam pembelajaran IC. Kata Kunci : English Intensive Course, WBCALL.
Pendahuluan Intensive Course (IC) merupakan salah satu matakuliah yang bersifat khusus yang diajarkan pada mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo. Program Intensive Course terdiri dari 12 SKS yang wajib di kontrak oleh setiap mahasiswa pada semester satu. Materi yang diberikan dalam program IC berhubungan dengan language skills, language components dan grammar secara tematik. Program IC bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menerima materi dengan level yang lebih tinggi pada semester berikutnya. Bagi mahasiswa yang tidak lulus pada program ini, akan diberikan kesempatan sekali lagi untuk mengambil program ini pada tahun berikutnya. Adapun mahasiswa yang telah mengambil kesempatan kedua namun tidak lulus, maka akan dianjurkan untuk pindah jurusan. Pada awalnya materi yang diberikan oleh dosen pengajar IC masih bersumber dari buku ajar yang dibeli dari Universitas Negeri Malang.
Namun pada tahun 2014, pihak jurusan berusaha merumuskan sendiri materi pembelajaran untuk program IC dengan harapan dapat menghemat pengeluaran jurusan dan dapat digunakan oleh dosen serta mahasiswa. Materi yang dirumuskan berupa buku ajar yang terdiri dari 4 keterampilan berbahasa(reading, writing, listening, speaking), grammar, vocabulary dan pronounciation. Meskipun dengan buku ajar yang telah dirumuskan, proses pembelajaran dirasakan masih kurang maksimal, karena hanya dilakukan di dalam kelas selama proses perkuliahan berlangsung. Proses perkuliahan dilaksanakan 3 hari dalam seminggu dengan 4 SKS per harinya. Jumlah SKS yang ada, dirasa kurang untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berbahasa Inggris. Idealnya, sebuah buku pembelajaran akan semakin lengkap di berikan kepada mahasiwa jika dibarengi oleh media pembelajaran interaktif. Pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing, tentunya memerlukan tambahan media pembelajaran yang atraktif dan interaktif, sehingga akan meningkatkan motivasi
11
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
mahasiswa dalam mempelajari bahasa Inggris. Selain itu, penggunaan media pembelajaran akan sangat mendukung terciptanya situasi pembelajaran yang lebih menyenangkan. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melengkapi materi ajar IC adalah dengan menggunakan web-based computer-assisted language learning (WBCALL) yang memungkinkan orang yang belajar untuk mengeksplorasi dan mencari arah belajarnya secara mandiri dan menawarkannya akses yang mudah ke sumber pangkalan data secara online[1]. WBCALL dapat digunakan sebagai pelengkap buku ajar yang telah dibuat, sehingga dapat digunakan diluar proses perkuliahan dan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berbahasa Inggris. WBCALL dapat menjadi media pembelajaran yang interaktif dan atraktif karena menyediakan berbagai hyperlink dokumen multimedia dan tools dimana komputer sebagai media komunikasinya (Computer-mediated communication), WEB dapat mendukung pengajar bahasa untuk mengintegrasikan sumber daya WEB kedalam ruang kelas[2][3]. Tujuan dari makalah ini adalah mengembangkan WBCALL sebagai media pembelajaran yang melengkapi buku ajar matakuliah IC, sehingga dapat meningkatkan motivasi mahasiswa dalam mempelajari bahasa Inggris dan mendukung terciptanya situasi pembelajaran yang lebih menyenangkan. 1. Computer-Assisted Language Learning (CALL) CALL merupakan terminologi yang digunakan oleh para pengajar dan murid untuk menggambarkan penggunaan komputer sebagai bagian dari pembelajaran Bahasa[4]. Menurut Levy[5] menjabarkan CALL sebagai “pencarian dan studi penggunaan aplikasi komputer dalam pembelajaran dan pengajaran Bahasa”. Chapelle[6] mendefinisikan CALL sebagai wilayah teknologi dan belajar mengajar Bahasa kedua. Adapun Beatty[7] mendefinisikan CALL sebagai proses pembelajaran apa saja yang menggunakan komputer yang menghasilkan peningkatan kemampuannya dalam berbahasa. Selain itu materi-materi yang digunakan dalam CALL dapat berupa materi yang dibuat khusus untuk pembelajaran Bahasa dan materi yang dapat beradaptasi dengan materi yang berbasis komputer, seperti teks, video, suara, animasi dan lain sebagainya. Penggunaan komputer untuk tujuan pendidikan dimulai pada tahun 1960-an, dan
pada tahun 1970-an CALL berevolusi sebagai hasil pengembangan penelitian yang berhubungan dengan penggunaan komputer untuk tujuan linguistik dan untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dalam mempelajari Bahasa. Awal tahun 1980-an CALL telah merambah ke sekolah-sekolah dan aplikasinya juga tersedia dipasaran. Perkembangan teknologi komputer, baik hardware maupun software telah memberikan dampak yang besar dalam evolusi CALL. Semakin besarnya media penyimpanan, komputer yang semakin cepat sampai dengan berbagai dokumen multimedia yang dapat dijalankan melalui komputer, menyebabkan CALL semakin memotivasi, fleksibel dari tempat dan waktu, lebih interaktif, serta mendorong pembelajaran secara mandiri. CALL memiliki beberapa karakteristik pokok dalam metodologinya. Menurut Gündüz[4] karakteristik tersebut adalah : 1. Penggunaan berbagai pola interaksi dalam kelas 2. Transfer informasi, aktifitas transfer dan batas informasi, serta aktivitas pemecahan masalah 3. Latihan dalam akurasi dan pengaruh. 4. Pekerjaan sebelum, sedang dan sesudah menggunakan komputer. Adapun jenis-jenis dari aplikasi yang digunakan dalam CALL adalah sebagai berikut : 1. Aplikasi “Do what I tell you”. Pada aplikasi ini guru dan murid harus mengikuti apa yang di perintahkan oleh komputer. Mesin mengontrol aktivitas yang dilakukan oleh guru dan murid dalam latihan-latihan, kuis dan tes, setelah itu komputer akan memberitahukan apakah jawaban yang diberikan benar atau salah, dan memberikan kesempatan lagi jika jawaban yang diberikan salah. 2. Aplikasi “Guest what was there”. Pada aplikasi ini murid harus memilih satu kata dan mencocokannya dengan semua kata yang terlihat. Jumlah minimum kata yang dibutuhkan murid untuk menjawab pertanyaan secara komprehensif ditampilkan pada akhir dari teks. 3. Aplikasi “can I help you?”. Pada aplikasi ini komputer dianggap sebagai alat yang selalu pengerjakan perintah dan patuh tugas yang diberikan oleh user. 4. Aplikasi “how do I get out of this?”. Aplikasi ini terdiri dari aktifitas seperti, game, simulasi, puzzles, dan sebagian besar
12
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
sama sekali tidak dibuat untuk pembelajaran Bahasa. Warshauer dan Healey[8] menyebutkan integrasi antara skill dan aktivitasnya sebagai berikut. 1. Reading skill 2. Writing skill 3. Speaking skill 4. Listening skill 5. Grammar development 2. Web-Based CALL (WBCALL) Perkembangan teknologi internet seperti World Wide Web memberikan kontribusi yang sangat besar dalam proses belajar mengajar Bahasa. Proses belajar mengajar menggunakan Web dinilai lebih interaktif jika dibandingkan dengan proses belajar mengajar menggunakan kertas. Sifat Web sebagai hypermedia secara khusus, memperluas kemampuan CALL dengan memungkinkan orang yang belajar untuk memperluas dan menemukan arah pembelajaran mereka serta menawarkan kepada mereka akses yang mudah ke sumber onlinedatabase[1]. Selain itu web-based CALL berpotensi untuk meningkatkan motivasi orang yang belajar dan mengajak mereka merasakan kultur yang sebenarnya dan memberikan pengalaman berbahasa secara interaktif[1]. Menurut Son[9] web-based CALL adalah pembelajaran Bahasa yang melibatkan penggunaan WEB dan mengeksploitasi materi-materi, sumber-sumber, aplikasi-aplikasi dan tools yang ada pada WEB. Gambar 1, merupakan salah satu contoh Webbased CALL, yaitu Web Enhanced LanguageLearning (WELL), yang bertujuan untuk mempromosikan kesadaran yang luas dan penggunaan web yang lebih efektif dalam pengajaran Bahasa modern di seluruh pendidikan tinggi di Inggris.
Gambar 1. Web Enhanced LanguageLearning (WELL).
Karena Web-Based CALL berhubungan dengan aktivitas dalam WEB, maka sangat penting untuk membuat aktivitas WBCALL yang didesain dengan baik untuk memaksimalkan proses pembelajaran Bahasa. Son[1] mengusulkan aktivitas-aktivitas dari WBCALL, seperti (1) membuat aktivitas web pendahuluan dengan mengadopsi latihan-latihan Bahasa yang interaktif yang telah dibuat sebelumnya oleh orang lain dan mudah diakses melalui web; (2) aktivitas web berbasis latihanlatihan, dengan menggunakan berbagai sumbersumber web yang ada untuk berkomunikasi, mengumpulkan informasi, latihan-latihan untuk memecahkan masalah, dan lain sebagainya; (3) aktivitas guru dalam membuat web menggunakan latihan Bahasa yang modifikasi oleh guru dikelas itu sendiri sesuai dengan keadaan siswa dikelas itu. Gambar 2 adalah contoh aplikasi WBCALL Activities for ESL Teachers and Learners (http://www.usq.edu.au/users/sonjb/projects/wbl l/).
Gambar 2. WBCALL Activities for ESL Teachers and Learners (Son, 2008)
3. Identifikasi Buku Ajar Matakuliah IC Pada dasarnya buku ajar IC memiliki 7 tema besar. Setiap Tema diidentifikasi untuk dipilih sebagai konten materi ajar yang mencakup writing, speaking, listening, reading, grammar, vocabulary dan pronunciation yang akan di masukkan dalam aplikasi WBCALL. Pemilihan materi melibatkan kelompok peneliti dan dosen yang berkompeten dalam materi IC. Materi ini juga dilengkapi dengan latihan-latihan disertai kunci jawaban. Selain itu, untuk menguji ke efektifan aplikasi WBCALL dibuat instrument berupa questioner. Instrument penelitian
13
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
tersebut diberikan kepada mahasiswa kelas IC Pada tahap ini, sistem yang akan sebanyak 25 orang untuk mengetahui tanggapan dikembangkan kemudian di implementasikan mereka terhadap kualitas WBCALL tersebut. kedalam kode program untuk dibuat menjadi aplikasi. Adapun tampilan output sistem dapat 4. Membangun WBCALL dilihat pada gambar berikut: - Tampilan halaman Login aplikasi WBCALL a. Desain sistem dengan Use Case Modeling Sebelum mahasiswa menggunakan aplikasi, Use case modeling merupakan kumpulan mahasiswa harus terlebih dahulu diagram dan teks yang menggambarkan memasukan nama. Gambar 4, merupakan bagaimana user berinteraksi dengan sistem[10]. halaman login pengguna aplikasi. Use case juga digunakan untuk menganalisa kebutuhan fungsional dari sistem[11]. Use case diagram terdiri dari actor, use case, asosiasi dan dependensi dari sistem. Jenis aplikasi WBCALL yang akan dikembangkan adalah jenis aplikasi “Do what I tell you”. Pada aplikasi WBCALL ini mahasiswa harus mengikuti apa yang di perintahkan oleh aplikasi. Aplikasi mengontrol aktivitas yang dilakukan mahasiswa dalam latihan-latihan, kuis dan tes, setelah itu aplikasi Gambar 4. Halaman login mahasiswa akan memberitahukan apakah jawaban benar atau salah. Dalam aplikasi WBCALL yang akan dikembangkan, actor dari sistem adalah - Tampilan halaman materi IC dengan reading skill dan listening skill pada aplikasi mahasiswa, dengan 5 usecase yang terdiri dari WBCALL use case mendengarkan audio materi IC, Halaman ini memuat materi-materi IC menjawab pertanyaan materi IC, mengecek dengan 7 tema yang berisi aktivitas dari 5 jawaban yang dimasukan, membaca materi IC, skill pembelajaran. Gambar 5, merupakan dan login ke sistem. Use case diagram dari contoh materi IC dengan reading skill dan aplikasi WBCALL dapat dilihat pada gambar 3. listening skill. Pada use case diagram system WBCALL, mahasiswa dapat melakukan login kedalam sistem, menjawab pertanyaan materi IC dengan terlebih dahulu mendengarkan audio atau membaca materi IC, serta mengecek jawaban yang dimasukan dengan terlebih dahulu menjawab pertanyaan materi IC.
Gambar 5. Contoh tampilan halaman dengan materi reading skill dan listening skill.
-
Gambar 3. Use case diagram WBCALL
b. Implementasi Sistem WBCALL
14
Tampilan halaman materi IC dengan latihan writing skill menggunakan text box Jika ada bagian dari latihan yang tidak di isi maka aplikasi akan memberikan tanda pada textbox dengan warna biru, dan apabila jawaban yang dimasukan tidak sesuai dengan kunci jawaban, maka aplikasi akan memberikan tanda pada textbox dengan
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
warna merah. Gambar 6 dan 7, adalah gambar dengan latihan writing skill.
Gambar 8. Contoh tampilan pengecekan jawaban untuk soal pilihan
Gambar 6. Contoh tampilan jika ada bagian dari latihan yang tidak di isi
Gambar 9. Contoh tampilan pengecekan jawaban untuk soal tulisan
Gambar 7. Contoh tampilan apabila jawaban yang dimasukan tidak sesuai dengan kunci jawaban
-
5. Uji Coba Aplikasi WBCALL Tahap ujicoba dilakukan terhadap 50 orang mahasiswa jurusan pendidikan Bahasa Inggris dan 2 orang dosen pengajar IC di kelompok tersebut. Mahasiswa kemudian di bagi menjadi 2 kelompok yang terdiri dari 25 orang mahasiswa yang di awasi oleh seorang dosen pengajar, dan secara bergantian menggunakan aplikasi WBCALL. Aplikasi WBCALL dijalankan menggunakan browser yang ada pada computer mahasiswa yang diakses dengan menggunakan jaringan LAN. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut: (1) Sebelum memulai pembelajaran, dosen menjelaskan tentang aplikasi WBCALL, cara menggunakannya serta fitur-fitur yang terdapat di dalamnya
Tampilan pengecekan jawaban yang dimasukan oleh mahasiswa kedalam aplikasi Jawaban yang dimasukan oleh mahasiswa dapat berupa jawaban pilihan atau tulisan. Jawaban tersebut akan di periksa oleh sistem apakah sesuai dengan kunci jawaban atau tidak. Jawaban yang sesuai dengan kunci jawaban akan diberi warna hijau dan (2) Siswa mulai mempraktekkan penggunaan aplikasi WBCALL warna merah untuk jawaban yang tidak sesuai kunci. (3) Dosen mulai mengajarkan materi IC yang Gambar 8 dan 9, adalah contoh tampilan terdapat pada WBCALL dan mahasiswa pengecekan jawaban untuk soal pilihan dan memperhatikan apa yang diajarkan dengan tulisan. sesekali mengoperasikannya (4) Setelah penjelasan, mereka menyelesaikan latihan-latihan yang terdapat dalam submaterial aplikasi WBCALL. Setiap latihan harus dijawab tuntas dan kemudian bisa pindah ke latihan berikutnya. Selain itu, mereka bisa melihat score keseluruhan
15
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
setelah menyelesaikan seluruh latihan yang memadai, 5 mahasiswa atau 20% menjawab terdapat dalam aplikasi WBCALL. memadai dan 2 mahasiswa atau 8% menjawab cukup memadai. Tanggapan mahasiswa tentang Setelah ujicoba aplikasi WBCALL dalam cakupan materi English components kelas, dilanjutkan dengan pengisian kuesioner menunjukkan bahwa 10 mahasiswa atau 40% oleh mahasiswa dan interview kepada menjawab cakupan materi grammar pada IC mahasiswa. Kuesioner dan interview diadakan sudah sangat memadai dan 15 mahasiswa atau dengan tujuan untuk mengetahui respond dan sebanyak 60% menjawab memadai. Untuk feedback dari mahasiswa terhadap kualitas materi vocabulary menunjukkan bahwa media pembelajaran WBCALL baik dari segi sebanyak 40% atau 10 mahasiswa menjawab user interface, visualisasi materi maupun sangat memadai 60% atau 15 mahasiswa audionya. menjawab memadai. Sedangkan untuk cakupan Kuesioner yang diberikan terdiri dari 12 materi pronunciation pada WBCALL pertanyaan dengan menggunakan rentang skor menunjukkan respon siswa sebanyak 12 orang dari angka 1 sebagai skor terendah dan angka 4 atau 40% menjawab sangat memadai dan 13 sebagai skor tertinggi. Hasil kuesioner mahasiswa atau 52% menjawab memadai. menunjukkan bahwa 84% atau 21 mahasiswa Respon tentang penggunaan WBCALL dapat memilih angka 4 untuk kebutuhan penggunaan mempermudah mahasiswa dalam memahami WBCALL dalam kelas IC dan sebanyak 4 materi IC menunjukkan perbedaan yang mahasiswa atau 16% memilih angka 3. Untuk signifikan yakni 88% atau sebanyak 22 kemudahan penggunaan WBCALL, 15 mahasiswa memilih no 4 yang berarti sangat mahasiswa atau 60% memilih angka 4 yang memudahkan siswa dalam memahami materi IC berarti WBCALL sangat mudah untuk dan hanya 12% atau sebanyak 3 siswa memilih digunakan dan 40% atau sebanyak 10 no 3 dengan asumsi memudahkan pemahaman mahasiswa yang memilih angka 3 karena mudah materi IC. Rangkuman respon mahasiswa untuk digunakan. Tanggapan mahasiswa tentang terhadap kuesioner dapat dilihat dalam table 1. menarik tidaknya user interface dalam WBCALL menunjukkan bahwa 13 mahasiswa Tabel 1 Rangkuman respon siswa terhadap atau sebesar 52% menjawab sangat menarik dan sebesar 36% atau 9 mahasiswa menjawab kuesioner. menarik dan 3 mahasiswa atau sebesar 12% Score menjawab cukup menarik. Untuk kualitas audio 4 3 2 1 pada materi listening menunjukkan bahwa 48 % atau sebanyak 12 mahasiswa menjawab sangat stu stu stu stu baik, 44% atau 11 mahasiswa menjawab baik Question den den den den dan 12% atau 2 mahasiswa menjawab cukup ts ts ts ts % % % % baik. am am am am Tanggapan mahasiswa tentang cakupan oun oun oun oun materi pada English skills dan English t t t t components menunjukkan bahwa untuk cakupan materi speaking pada WBCALL di respon 1. The sangat memadai oleh 15 mahasiswa atau sebesar importan 8 1 ce of 60% dan 9 mahasiswa atau sebesar 36% 21 4 4 6 WBCAL menjawab memadai dan hanya 1 mahasiswa L in IC atau sebesar 4% menjawab cukup memadai. class Untuk materi listening, 13 mahasiswa atau 2. The sebesar 52% menjawab sangat memadai, 11 easiness 6 4 mahasiswa atau 44% menjawab memadai dan 1 15 10 of using 0 0 mahasiswa atau 4% menjawab cukup memadai. WBCAL Respon mahasiswa terhadap 2 skill lainya yaitu L reading dan writing menunjukkan 19 mahasiswa 3. The look atau 76% menjawab sangat memadai 6 of 5 3 1 mahasiswa atau 24% menjawab memadai 13 9 3 WBCAL 2 6 2 cakupan materi reading pada IC serta 18 L user mahasiswa atau 72% menjawab sangat interface
16
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
4. The audio of listening 5. The scope of speaking material 6. The scope of listening material 7. The scope of reading material 8. The scope of writing material 9. The scope of grammar material 10. T he scope of vocabular y material 11. T he scope of pronunci ation material 12. C omprehe nding IC material by using WBCAL L
12
4 8
11
4 4
2
8
15
6 0
9
3 6
1
4
13
5 2
11
4 4
1
4
19
7 6
6
2 4
18
7 2
5
2 0
2
8
10
4 0
15
6 0
10
4 0
15
6 0
dikembangkan merupakan jenis aplikasi CALL “Do what I tell you”, yang mana mahasiswa harus mengikuti apa yang diperintahkan oleh aplikasi. Aplikasi mengontrol aktivitas yang dilakukan mahasiswa dalam latihan-latihan, kuis dan tes, setelah itu aplikasi akan memberitahukan apakah jawaban benar atau salah. Aplikasi ini berisi 7 tema besar yang terdiri dari 4 keterampilan dasar berbahasa (reading, writing, listening, speaking), grammar, vocabulary dan pronounciation. Dari hasil uji coba Aplikasi WBCALL didapatkan bahwa, jawaban mahasiswa menunjukkan kepuasan dan ketertarikan pada penggunaan aplikasi WBCALL baik dari segi user interface, kualitas audio maupun konten materinya. Mahasiswa berpendapat bahwa penggunaan aplikasi WBCALL untuk pembelajaran IC sangat bermanfaat dalam membantu mahasiswa memahami materi. Selain itu, dengan adanya WBCALL, maka mereka dapat mempelajari materi IC dengan mandiri baik di dalam maupun di luar ruang kelas sehingga dapat berimbas pada peningkatan motivasi mahasiswa dalam pembelajaran IC
7. Referensi 12
4 8
13
5 2
22
8 8
3
1 2
6. Kesimpulan Pengembangan aplikasi WBCALL merupakan salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk melengkapi buku ajar IC adalah dengan menggunakan web-based computer-assisted language learning (WBCALL) yang memungkinkan orang yang belajar untuk mengeksplorasi dan mencari arah belajarnya secara mandiri, sehingga dapat digunakan diluar proses perkuliahan dan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berbahasa Inggris. Aplikasi WBCALL yang
[1] Son, J-B. 2008. Using Web-Based Language Learning Activities in the ESL Classroom. International Journal of Pedagogies and Learning, 4(4), pp. 34-44. [2] Son, J-B. 2007. Learners Experiences in Web-Based Language Learning. Computer Assisted Language Learning, 20(1). pp. 2136. [3] Warschauer, M. 2001. Online Communication. In R. Carter and D. Nunan(Eds.), The Cambridge Guide to Speakers of Other Language.(pp.207-212). Cambridge University Press. [4] Gündüz N. 2005. Computer Assisted Language Learning. Journal Of Language and Linguistic Studies. Vol. 1, No.2. (pp193-214). [5] Levy, M. 1997. CALL: Context and Conceptualisation. Oxford: Oxford University Press. [6] Chapelle, C. A. 2001. Computer Applications in Second Language acquisition. NewYork. Cambrige. [7] Beatty, K. 2003. Teaching and Researching Computer-Assisted Language Learning. New York. Longman.
17
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
[8] Warschauer, M. dan Healey, D. 1998. Computer and Language Learning: an overview. Language teaching forum, 31. pp. 57-71. [9] Son, J. Bae. 2007. Learners Experiences in the Web-based Language Lerning. Computer Assisted Language Learning. 20(1), 21-36. [10] Pender, Thomas A., UML Weekend Crash Course, Wiley Publishing Inc., New York, 2002. [11] Hoffer, Jefferey A., George, Joey F., and Valacich, Joseph S., Modern System Analysis and Design-Third Edition, Chapter 20. Prentice-Hall Inc., 2002.
18
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
DIRECTED DIFFUSION BERBASIS KLASTER PADA SISTEM PREVENTIF KEBAKARAN HUTAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO (TNTN) Indra Yasri1, Febrizal2, Yusnita Rahayu3, Indah Kurniati4, Santi R. Sipayung5 1,2,3,4,5
Jurusan Teknik Elektro FT UNIVERSITAS RIAU Email:
[email protected]
ABSTRACT A Cluster based Directed Diffusion (CDD) approach to achieve energy efficiency in Wireless Sensor Network (WSN) is presented in this paper. There are 4 stages of scenarios involved in this approach i.e. appointing of sampling areathrough GPS coordinate, sensor node placement, stage 1 and stage 2 implementation on DD processes and Cluster based Direct Diffusion (CDD) implementation. In the last stage performs sensor nodes clustering of implemented DD, the evaluation process to achieve most energy efficient in the combination of optimized sampling area and optimized sensor node placement on clustered Direct Diffusion (CDD) routing protocol. The simulation result shows CDD routing protocol has better performance in the following parameters such as delay rate, total energy and lowest life node compare to DD routing protocol. Base on this result, CDD is able to achieve energy efficiency to support a forest preventive fire system at Tesso Nilo National Park. Keywords: cluster, directed diffusion, preventif kebakaran hutan, tesso nilo
ABSTRAK Sebuah pendekatan Directed Diffusion berbasis klaster untuk mencapai efisiensi daya pada wireless sensor network (WSN) dibahas pada makalah ini. Pada pendekatan ini terdiri dari empat tahapan yaitu penentuan daerah sampling melalui koordinat GPS, penempatan sensor, penerapan tahapan satu dan dua pada proses Directed Diffusion (DD) dan penerapan Directed Diffusion berbasis kluster. Pada tahapan akhir ini menampilkan peng-klaster-an node sensor pada hasil penerapan DD, proses evaluasi untuk mencapai daya yang paling efisien dalam kombinasi daerah sampling yang sudah optimal dan penempatan sensor node yang sudah optimal pada protokol routing Directed Diffusion yang sudah ter-klaster. Hasil simulasi menunjukkan CDD protokol routing memiliki kinerja yang lebih baik untuk parameter-parameter berikut yaitu rata-rata delay, total energi dan lowest life node berbanding protokol routing DD. Berdasarkan hasil ini maka CDD telah mampu mencapai efisiensi daya untuk menunjang sebuah sistem preventif kebakaran hutan pada Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN). Kata kunci: kluster, directed diffusion, pencegah kebakaran hutan, tesso nilo
tahun terjadi kasus kebakaran hutan pada lokasi Taman Nasional ini dan menyumbang kepada meningkatnya jumlah titik hotspot yang ada di Provinsi Riau. Mengacu kepada fakta ini maka dianggap mendesak untuk membuat sebuah sistem preventif kebakaran hutan yang akan diterapkan pada Taman Nasional Tesso Nilo. Pada saat ini teknologi yang cukup handal yang digunakan untuk membangun sebuah sistem preventif kebakaran hutan adalah Wireless Sensor Network (WSN) [1,2]. Sistem ini terdiri dari banyak node sensor
PENDAHULUAN Perubahan musim kemarau yang terjadi akibat fenomena alam La Nina telah memicu terjadinya beberapa kasus kebakaran hutan dalam sepuluh tahun terakhir di Indonesia secara umum dan Provinsi Riau pada khususnya. Kebakaran yang terjadi di Riau banyak melanda hutan yang berkarakter tanah gambut sehingga lebih rumit dalam penanganannya. Berdasarkan catatan Balai Taman Nasional Tesso Nilo (BTNTN) yang berada di kabupaten Pelalawan hampir setiap
19
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
yang masing-masingnya dilengkapi dengan perangkat komunikasi. Dengan perangkat ini masing-masing node sensor dapat berkomunikasi satu sama lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung melalui base station. Sensor dalam jumlah cukup besar yang terlibat mampu untuk melakukan penginderaan dalam kawasan geografis yang luas dengan akurasi yang lebih baik. Selain memiliki perangkat penginderaan setiap node sensor juga dilengkapi perangkat pemrosesan, perangkat trasmisi, sistem bergerak, sistem GPS dan sistem tenaga. Apapun jenis aplikasi yang dibangun dengan Wireless Sensor Network (WSN), jaringan komunikasinya memiliki sejumlah keterbatasan seperti pasokan daya yang terbatas, keterbatasan daya komputasi dan keterbatasan kanal komunikasi yang tersedia pada jaringan nirkabel antar node sensor. Diantara tantangan utama dalam merancang WSN adalah bagaimana melakukan komunikasi data dengan memperpanjang network life time dan dapat menghindari kehilangan konektivitas melalui pendekatan manajemen daya yang dikenal dengan istilah protocol routing [3]. Ada beberapa penelitian yang membahas mengenai protokol routing [4,5,6,7,8,9]. Data Aggregation (DA) merupakan salah satu diantaranya [3]. Pendekatan yang digunakan pada DA pada prinsipnya menggabungkan data masukan dari masing-masing node sensor dengan cara sebagai berikut yaitu menghindari pengulangan data yang sama dan optimisasi jumlah pengiriman. Dengan cara-cara tersebut akan bermuara kepada penghematan daya dan secara otomatis akan memperpanjang daya yang ada pada masingmaing node sensor. Tidak seperti cara routing yang konvensional, DA mampu menelusuri dari banyak jalur menuju tujuan tunggal yang mengumpulkan sebuah jaringan yang menyatu dan dapat mencegah kemungkinan duplikasi data.
METODE Directed Diffusion (DD) merupakan salah satu metoda Data Aggregation (DA) yang cukup terkenal dengan mekanismenya menggunakan pendekatan data-centric [10]. Pada penelitian ini DD berbasis klaster digunakan sebagai routing protocol agar didapatkan penghematan daya dalam proses komunikasi antar sesama node sensor. Pada directed diffusion berbasis klaster hampir sama dengan directed diffusion biasa, hanya saja directed diffusion berbasis klaster ini dikelompokkan menjadi klaster-klaster. Setiap klaster memiliki klaster head dan non klaster head. Pada proses awal directed diffusion berbasis klaster ini adalah sensor sink secara khusus akan menyebarkan atau mem-broadcast pesan interest kepada klaster head. Klaster head dipilih secara manual yaitu node sensor yang terdekat dari sink node. Kemudian klaster head menyebarkan pesan interest kepada anggota klaster-nya. Setiap pesan interest yang diterima akan disimpan pada interest cache masing-masing yang berisi informasi gradient. Pesan interest tersebut berisi informasi task dan durasi. Sensor node akan aktif dan kemudian melaksanakan task tersebut, apabila terdapat kejadian atau event yang sesuai dengan pesan interest (matching interest) node sensor akan mengirim pesan balasan ke klaster head-nya, kemudian klaster head akan meneruskan ke sink node. Akan tetapi apabila tidak terdapat kejadian (event) yang sesuai dengan interest selama durasi yang telah ditentukan maka penugasan tersebut dianggap selesai. Selanjutnya sensor node akan idle sampai menunggu pesan interest berikutnya Nodenode sensor ini merupakan komponen pembentuk sistem preventif kebakaran hutan pada Taman Nasional Tesso Nilo. Untuk merancang model routing protocol ini digunakan software J-Sim. Secara lengkap tahapan dalam pembuatan model routing protokol ini dapat dilihat pada gambar 1.
20
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 1. Skenario rancangan routing protocol Directed Diffusion berbasis kluster
41,909 detik dan perbedaan yang terendah pada 20 node yaitu 6,729 detik. Hasil lengkap dapat dilihat pada gambar 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada hasil dan pembahasan ini ditampilkan perbandingan kinerja routing protocol Directed Diffusion dan Directed Diffusion berbasis klaster berdasarkan rata-rata delay, total energy dan lowest life node. Rata- rata delay directed diffusion jauh lebih tinggi daripada directed diffusion berbasis klaster. Hal ini disebabkan karena pada directed diffusion berbasis klaster membagi sensor node ke dalam kelompok- kelompok, sehingga hanya klaster head yang berkomunikasi dengan sink node. Perbedaan yang sangat besar terjadi pada 40 node yaitu
Gambar 2. Rata-rata delay DD terhadap CDD
21
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Sementara itu untuk total penggunaan energi yang menggunakan directed diffusion lebih rendah dibandingkan dengan yang menggunakan directed diffusion berbasis klaster. Pada 20 node perbedaan energi hingga dua kali lipat lebih yaitu directed diffusion 120,524 Joule sedangkan directed diffusion berbasis klaster 374,161 Joule. Hasil perbandingan total energi ini dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 4. Life node DD terhadap CDD
KESIMPULAN Directed diffusion berbasis klaster lebih baik daripada protokol routing directed diffusion berdasarkan hasil yang ditunjukkan oleh rata- rata delay, total energi dan lowest life node. Rata- rata delay directed diffusion berbasis klaster jauh lebih rendah dibandingkan directed diffusion berarti penyampaian informasi atau data ke sink node perlu waktu singkat sehingga energi yang digunakan juga dapat ditekan. Begitu juga dengan lowest life node atau life node terlemah pada directed diffusion berbasis klaster menghasilkan waktu yang cukup lama yaitu hingga 9017,5 detik atau sekitar 2,5 jam.
Gambar 3. Total energy DD terhadap CDD
Perbandingan kinerja yang terakhir adalah lowest life node atau life time node yang terlemah. Terjadi perbandingan terbalik antara directed diffusion dan directed diffusion berbasis cluster. Dengan penambahan jumlah node, life node terlemah directed diffusion semakin menurun sedangkan pada directed diffusion berbasis cluster terjadi kenaikan hampir 1500 detik. Untuk 20 node perbedaan life time 5935,7 detik, 30 node perbedaan life time 7236,6 detik dan 40 node perbedaan life time 8821,6 detik. Perbedaan life time terkecil adalah pada 20 node dan yang tertinggi pada 40 node. Perbandingan secara lengkap dapat dilihat pada gambar 4.
DAFTAR RUJUKAN [1]
[2]
22
Teguh R, Honma T, Usop A, Shin H, Igarashi H. Detection and Verification of Potential Peat Fire Using Wireless Sensor Network and UAV. InProceedings of the International Conference Information Technology and Electrical Engineering, Yogyakarta, Indonesia 2012 Jul 12 (pp. 6-10). Putra EH, Hariyawan MY, Gunawan A. Wireless Sensor Network for Forest Fire Detection. TELKOMNIKA (Telecommunication Computing Electronics and Control). 2013 Sep 1;11(3):563-74.
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
Al-Karaki JN, Kamal AE. Routing techniques in wireless sensor networks: a survey. IEEE wireless communications. 2004 Dec;11(6):6-28. Teguh R, Igarashi H. Optimization of sensor network topology in deployed in inhomogeneous lossy media. TELKOMNIKA (Telecommunication Computing Electronics and Control). 2015 Jun 1;13(2):469-77. Goyal, Deepak, and Malay Ranjan Tripathy. "Routing protocols in wireless sensor networks: a survey." 2012 Second International Conference on Advanced Computing & Communication Technologies. IEEE, 2012. Ben-Othman J, Yahya B. Energy efficient and QoS based routing protocol for wireless sensor networks. Journal of Parallel and Distributed Computing. 2010 Aug 31;70(8):84957. Manzoor B, Javaid N, Rehman O, Akbar M, Nadeem Q, Iqbal A, Ishfaq
M. Q-LEACH: A new routing protocol for WSNs. Procedia Computer Science. 2013 Dec 31;19:926-31. [8] Ming Lu Y, WS Wong V. An energy‐efficient multipath routing protocol for wireless sensor networks. International Journal of Communication Systems. 2007 Jul 1;20(7):747-66. [9] Ren F, Zhang J, He T, Lin C, Ren SK. EBRP: energy-balanced routing protocol for data gathering in wireless sensor networks. IEEE Transactions on Parallel and Distributed Systems. 2011 Dec;22(12):2108-25. [10] Intanagonwiwat, C., Govindan, R., Estrin, D., Heidemann, J., & Silva, F. (2003). Directed diffusion for wireless sensor networking. IEEE/ACM Transactions on Networking, 11(1), 2– 16. http://doi.org/10.1109/TNET.2002.808 417.
23
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
APLIKASI SURVEI KEPUASAN MAHASISWA BERBASIS WEB DI PROGRAM DIPLOMA IPB Walidatush Sholihah1, Hasmya Dwi Azra2 1Teknik
Komputer Program Diploma IPB; 2 Manajemen Informatika Program Diploma IPB Email:
[email protected]
ABSTRACT The purpose of this research is to create a web-based application that can facilitate the Disciplinary and Student Commission (Komdisma) in Diploma Program of Institut Pertanian Bogor (IPB) in conducting a survey and making its report. Web-based application was created to allow students to fill in a questionnaire anywhere. Method used in this study consisted of four phases: analysis, design, implementation and testing. At the stage of analysis, a preview on the application was carried out. Questionnaire had been made by the Disciplinary Commission in Diploma Program of IPB. At the design stage, a draft of the application was made. The application consisted of three users: Disciplinary Commission, Chairman of Study Program (KPK), and students. The design used UML diagram. At the implementation stage, CodeIgniter Framework was used. The test was conducted by students of Computer Engineering and Information Management Study Program. Based on the test results, students can fill in the survey form anywhere, and the managers in Diploma Program of IPB can see the results in real time. By this application, the survey process and its results can be obtained more quickly. Keywords: Disciplinary and Student Commission, survey, web-based application
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat suatu aplikasi berbasis web yang dapat memfasilitasi bagian Komisi Disiplin dan Kemahasiswaan (Komdisma) Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk melakukan survei dan membuat laporannya. Aplikasi survei ini dibuat berbasis web agar mahasiswa dapat mengisi dimana saja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas empat tahap yaitu: analisis, perancangan, implementasi dan pengujian. Pada tahap analisis dilakukan kajian terhadap aplikasi yang akan dibuat. Pertanyaan pada kuesioner sudah dibuat oleh tim Komdisma Program Diploma IPB. Pada tahap perancangan dibuat rancangan aplikasi yang akan dibuat. Aplikasi terdiri dari tiga pengguna, yaitu tim komdisma, Ketua Program Keahlian (KPK) dan mahasiswa. Perancangan menggunakan diagram UML. Implementasi menggunakan framework codeigniter. Pengujian dilakukan pada mahasiswa Program keahlian Teknik Komputer dan Manajemen Informatika. Dari hasil pengujian, mahasiswa dapat mengisi form survei dimana saja dan manajemen Program Diploma IPB dapat melihat hasil survei secara real time.Dengan aplikasi ini proses survei dan hasilnya dapat diperoleh lebih cepat. Kata kunci: aplikasi web, komisi disiplin dan kemahasiswaan, survei
(ruang kelas dan laboratorium), olahraga, keagamaan, kesehatan dan kemahasiswaan. Semua mahasiswa dapat mengakses fasilitas tersebut. Jumlah mahasiswa yang cukup banyak, mengakibatkan perlunya fasilitas dan layanan yang memadai. Menurut Istiningtyas (2015), keberlangsungan suatu perusahaan tidak akan terlepas dari peran dan keberadaan pelanggan yang mereka miliki. Program Diploma IPB sebagai institusi penyedia layanan pendidikan
PENDAHULUAN Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan institusi pendidikan dengan jumlah mahasiswa mencapai 5500 orang. Perkuliahan dilakukan di tiga buah kampus, yaitu kampus IPB Cilibende, kampus IPB Gunung Gede dan kampus IPB Baranangsiang. Pelayanan terhadap mahasiswa Program Diploma IPB dilakukan secara terpusat yaitu di kampus Cilibende. Fasilitas kampus terdiri dari fasilitas belajar
24
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
memberikan layanan kepada mahasiswa sebagai pengguna. Kualitas layanan tentunya perlu ditingkatkan untuk memuaskan pelanggan, yang dalam hal ini adalah mahasiswa. Kotler (2004) dalam Istiningtyas (2015) menyatakan bahwa kepuasan dimaknai sebagai perasaan senang atau kecewa yang dirasakan oleh pelanggan terhadap perbandingan dari suatu produk antara yang diharapkan dengan hasil yang diperoleh dari produk tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka memperbaiki layanan adalah melakukan survei kepuasan. Kegiatan survei kepuasan ini di Program Diploma IPB dilakukan oleh Komisi Disiplin dan Kemahasiswaan (komdisma). Survei Kepuasan Mahasiswa (SKM) di Program Diploma IPB diselenggarakan setiap tahun. Survei termasuk ke dalam penelitian deskriptif. Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, survei merupakan teknik riset dengan memberi batas yang jelas atas data; penyelidikan; peninjauan. Survei di Program Diploma IPB dilakukan dengan membagikan form SKM kepada mahasiswa di Program Diploma IPB. Form SKM berupa kuesioner yang harus diisi oleh mahasiswa. Form SKM terdiri dari 40 pertanyaan yang terbagi dalam lima aspek. Aspek-aspek tersebut adalah akademik (11 pertanyaan), fasilitas (9 pertanyaan), kemampuan akademik (9 pertanyaan), kemampuan non-akademik (9 pertanyaan) dan kemampuan interaksi (1 pertanyaan). Form survei diisi oleh mahasiswa di kampus. Setelah mahasiswa mengisi form survei, form diserahkan kembali ke komdisma untuk diolah. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan aplikasi spreadsheet (Microsoft Excel). Setiap hasil form survei dimasukkan ke dalam kolomkolom. Proses memasukkan data tersebut dilakukan oleh tim komdisma. Setelah semua form berhasil dimasukkan, tim komdisma akan mengolah datanya dengan Microsoft Excel. Hasil dari kegiatan survei ini berupa nilai persentase dari persepsi mahasiswa
terhadap tingkat kepuasan dan kepentingan aspek-aspek akademik, fasilitas, kemampuan akademik, kemampuan non-akademik dan kemampuan interaksi. Hasil dari kegiatan survei ini akan disampaikan ke pihak manajemen Program Diploma IPB untuk dijadikan bahan pertimbangan atau rekomendasi dalam rangka perbaikan layanan dan fasilitas bagi mahasiswa. Dengan jumlah mahasiswa yang mencapai 5500 orang setiap tahunnya, tentunya kegiatan survei ini menyita cukup banyak waktu dan tenaga. Untuk memasukkan data hasil survei saja memerlukan waktu yang cukup lama. Selain itu, hasil survei tidak dapat langsung diperoleh. Kegiatan survei dapat dilihat pada Gambar 1.
Mahasiswa mengisi
Form Survei Dimasukkan dan diolah
Komdisma melaporkan
Pihak Manajemen
Gambar 1. Kegiatan Survei Dengan adanya aplikasi survei kepuasan mahasiswa berbasis web, kegiatan survei mulai dari mahasiswa mengisi form survei sampai laporan ke pihak manajemen dapat dilakukan di web. Adapun bagian proses yang ditangani oleh web dapat dilihat pada Gambar 2. Dengan adanya web SKM,
25
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
mahasiswa dapat langsung mengisi form survei di web. Laporan hasil survei pun dapat langsung dilihat secara real time. Dengan demikian pihak manajemen dapat langsung melihat hasil survei tanpa harus menunggu laporan dari tim komdisma.
Analisis
Perancangan
Implementasi
Mahasiswa mengisi
Pengujian
Form Survei
Gambar 3. Metode Penelitian
WEB Dimasukkan dan diolah
Pada tahap analisis, dikemukakan permasalahan-permasalahan yang ada terkait pengisian dan pengolahan hasil survei. Permasalahan-permasalahan tersebut yaitu mahasiswa yang belum mengisi form survei sulit ditelusuri, pengolahan hasil survei lama, hasil survei sulit diakses karena harus menghubungi tim komdisma terlebih dahulu. Solusi untuk permasalahan-permasalahan tersebut adalah membuat aplikasi survei yang berbasis web. Tahap kedua yaitu perancangan. Pada tahap ini dirancang bentuk dan fungsi aplikasi yang akan dibuat. Dokumentasi sistem dibuat menggunakan Unified Modelling Language (UML). Salah satu diagram UML yang digunakan yaitu diagram use case. Use case digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana sistem akan digunakan dan mendokumentasikan kegiatan sistem (Satzinger et al. 2010). Pengguna web SKM yaitu tim komdisma sebagai administrator, Koordinator Program Keahlian (KPK) dan mahasiswa. Mahasiswa hanya dapat mengisi form survei. KPK dapat melihat dan mengunduh hasil survei khusus Program Keahliannya masing-masing. Tim komdisma dapat melihat dan mengunduh hasil survei seluruh Program Keahlian, hasil survei per Program Keahlian dan mengatur manajemen web SKM.
Komdisma melaporkan
Pihak Manajemen
Gambar 2. Proses Survei Web SKM
METODE Metode yang digunakan dalam pembuatan aplikasi survei kepuasan mahasiswa berbasis web di Program Diploma IPB terdiri atas empat tahap. Tahapantahapan tersebut adalah analisis, perancangan, implementasi dan pengujian. Metode penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
26
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Tahap ketiga, implementasi. Pada tahap ini dimulai pembuatan web SKM. Pembuatan menggunakan bahasa pemrograman PHP, framework codeigniter dan MySQL sebagai basis data. Framework CodeIgniter (CI) merupakan suatu kerangka untuk membuat program dengan menggunakan PHP yang menyediakan sekumpulan library untuk menyelesaikan pekerjaan yang umum (Sidik 2012). Tahap keempat yaitu pengujian. Pengujian dilakukan dengan cara pengisian form survei oleh mahasiswa dari dua Program Keahlian yaitu Program Keahlian Manajemen Informatika dan Program Keahlian Teknik Komputer.
HASIL DAN PEMBAHASAN Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan survei kepuasan mahasiswa di Program Diploma IPB dapat diatasi dengan pembuatan web SKM. Aplikasi web SKM menyediakan fasilitas untuk mengisi survei, melihat dan mengunduh data survei, serta melihat dan mengunduh hasil survei. Pengguna web SKM terdiri dari tiga pihak yaitu tim komdisma, KPK dan mahasiswa. Tim komdisma berperan sebagai administrator. Mahasiswa hanya dapat mengisi form survei. KPK dapat melihat dan mengunduh hasil survei. Hak akses setiap pengguna terhadap aplikasi web SKM digambarkan dalam bentuk diagram use case. Diagram use case aplikasi web SKM dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Diagram Use Case Aplikasi Web SKM
Dari komdisma
Gambar 4, hak akses tim selaku administrator yaitu
mengubah dan melihat data administrator, melihat dan mengubah data mahasiswa,
27
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
melihat jumlah responden, melihat data dan hasil survei, dan mengunduh hasil survei. KPK dapat melihat jumlah responden dan melihat serta mengunduh hasil survei. Basis data aplikasi web SKM terdiri dari empat tabel. Keempat tabel tersebut adalah tabel mahasiswa, tabel manajemen, tabel hasil survei dan tabel admin. Keempat tabel saling berhubungan. Pengukuran pada SKM menggunakan skala 1 sampai 5. Skala pengukuran pada SKM didasarkan pada tingkat kepuasan, kepentingan, penggunaan dan perbaikan. Skala pada tingkat kepuasan terdiri atas: 1. Sama sekali tidak puas. 2. Kurang puas. 3. Agak puas. 4. Puas. 5. Sangat Puas. Skala pada tingkat kepentingan terdiri atas: 1. Sama sekali tidak penting. 2. Kurang penting. 3. Agak penting. 4. Penting. 5. Sangat penting. Skala pada tingkat penggunaan terdiri atas: 1. Sama sekali tidak pernah menggunakan. 2. Jarang menggunakan. 3. Agak menggunakan. 4. Sering menggunakan. 5. Sangat sering menggunakan. Skala pada tingkat perbaikan terdiri atas: 1. Sama sekali tidak ada perbaikan. 2. Ada sedikit perbaikan. 3. Ada cukup banyak perbaikan. 4. Ada banyak perbaikan. 5. Ada sangat banyak perbaikan. Perhitungan tingkat kepuasan, kepentingan, penggunaan dan perbaikan diperoleh dari persentase jumlah skor hasil survei dibagi dengan jumlah skor maksimum. Formula yang digunakan untuk mengukur kelima hal tersebut sebagai berikut
Keterangan: n : banyak responden m : jumlah variabel (jumlah pertanyaan) xi : jumlah skor pertanyaan ke-i Hasil dari perhitungan tingkat kepuasan, kepentingan, penggunaan dan perbaikan memperlihatkan persepsi responden terhadap aspek-aspek tersebut. Persepsi responden dinyatakan dalam skala 1 sampai 5. Persepsi seperti apa yang dihasilkan oleh tiap aspek dapat dilihat dengan cara membagi jumlah skor maksimum ke dalam lima interval. Lebar interval tentunya bergantung pada jumlah responden dan jumlah pertanyaan tiap aspek. Lebar interval dapat dihitung sebagai berikut
Lebar interval
5mn mn . 5
Untuk masuk ke aplikasi web SKM, baik mahasiswa, KPK maupun tim komdisma harus login terlebih dahulu. Tampilan halaman login mahasiswa dan administrator dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6. Mahasiswa melakukan proses login dengan menggunakan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) masing-masing.
m
Tingkat kepuasan
x i 1
i
5mn
Gambar 5 Tampilan Halaman Login
100%
28
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Mahasiswa tidak dapat melihat hasil survei. KPK dan tim komdisma dapat melihat dan mengunduh hasil survei. Halaman hasil survei dapat dilihat pada Gambar 10. Saat survei sedang berlangsung, tim komdisma dan KPK dapat melihat jumlah responden dari tiap PK yang sudah ataupun belum mengisi form survei. Informasi tersebut dapat dilihat di menu responden. Tampilan menu responden dapat dilihat pada Gambar 11. Persentase tingkat kepuasan dan persepsi responden dapat dilihat di halaman data tabel survei. Halaman data tabel survei aspek akademik dapat dilihat pada Gambar 12. Data tabel survei memperlihatkan jumlah responden yang mengisi survei, jumlah variabel (pertanyaan) tiap aspek, jumlah skor maksimum, jumlah skor hasil survei, persentase tingkat kepuasan dan persepsi responden. Setelah kegiatan survei selesai, tim komdisma dan KPK dapat mengunduh hasil survei di halaman download hasil survei. Tampilan halaman download hasil survei dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 6 Tampilan Halaman Login Administrator Setelah login, mahasiswa diarahkan ke halaman muka (Gambar 7) untuk membaca petunjuk pengisian. Kemudian mahasiswa mengisi form survei seperti pada Gambar 8. Form survei terdiri dari lima halaman sesuai dengan lima aspek yang diukur. Setiap pertanyaan pada setiap halaman harus diisi terlebih dahulu agar jawaban dapat dikirimkan (Gambar 9).
Gambar 7 Halaman Muka untuk Mahasiswa
29
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 8 Form Survei
Gambar 9 Halaman Kemampuan Komunikasi
30
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 10 Halaman Hasil Survei
Gambar 11 Halaman Responden
31
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 12 Halaman Data Tabel Survei Akademik
Gambar 13. Halaman Download Hasil Survei pengisian, tim komdisma dan KPK dapat melihat hasilnya. Hal ini juga dapat digunakan sebagai bentuk pemantauan atau monitoring. Sebanyak 27 orang mahasiswa PK Manajemen Informatika mengisi form survei. Hasil survei untuk aspek akademik dapat dilihat pada Tabel 1. Pada aspek akademik, mahasiswa diberikan 11 pertanyaan dengan jawaban berupa skor sampai 5. Jumlah skor total tiap pertanyaan (xi) terdapat di baris terakhir pada Tabel 1.
Pengujian terhadap aplikasi web SKM ini dilakukan dengan cara melakukan kegiatan survei terhadap mahasiswa-mahasiswa dari dua Program Keahlian yaitu Teknik Komputer dan Manajemen Informatika. Mahasiswa masuk ke dalam sistem dengan terlebih dulu menggunakan username dan password yang telah diberikan. Mahasiswa dapat mengisi form survei dimana saja selama masih terhubung dengan internet. Selama proses
32
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Tabel 1. Hasil Survei Aspek Akademik PK Manajemen Informatika Jawaban Tingkat Kepuasan (Skala 1 - 5) No NIM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 J3C214124 1 2 3 4 5 4 4 4 5 5 2 J3C214124 1 2 3 4 5 4 4 4 5 5 3 J3C114079 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 J3C114110 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 5 J3C114053 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 6 J3C214147 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 7 J3C114006 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 8 J3C114084 5 4 5 5 4 3 3 3 5 5 9 J3C114026 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 10 J3C114051 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 11 J3C114029 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 12 J3C115035 3 4 4 3 4 4 5 5 4 4 13 J3C215126 3 4 4 4 3 2 4 2 2 4 14 J3C215133 4 4 4 4 5 2 3 2 4 4 15 J3C215120 4 4 5 4 3 2 4 3 4 4 16 J3C115063 5 4 5 4 5 3 5 4 3 4 17 J3C415146 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 18 J3C115011 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 19 J3C115105 4 4 5 5 3 3 3 3 4 4 20 J3C215129 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 21 J3C115082 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 22 J3C215130 3 4 4 3 2 2 2 3 3 3 23 J3C115102 4 2 4 4 3 3 3 2 3 4 24 J3C115023 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 25 J3C115001 4 2 4 4 4 3 2 2 4 4 26 J3C115058 4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 27 J3C114059 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4
xi
98
95
108 104 101
85
94
91
11 5 5 4 3 4 4 4 5 4 3 4 3 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4
104 106 105
Jumlah skor hasil survei Berdasarkan data pada Tabel 1, maka persentase tingkat kepuasan dan persepsi responden terhadap aspek akademik dapat dihitung sebagai berikut:
11
xi i 1
98 95 108 104 101 85 94 91 104 106 105
m 11
1091
n 27 Jumlah skor maksimum 5(11)(27) 1485
1091 Tingkat kepuasan 100% 73, 47% 1485
33
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Lebar interval mn (11)(27) 297
Dari hasil perhitungan diperoleh tingkat kepuasan sebesar 73,47%. Hasil ini sama dengan hasil perhitungan pada aplikasi web SKM (Gambar 12) yaitu 74% (pembulatan keatas). Untuk menentukan persepsi responden, perlu dihitung lebar interval tiap skala. Perhitungan lebar interval sebagai berikut:
Setelah lebar interval diketahui, maka persepsi responden dapat diatur seperti pada Tabel 2. Berdasarkan jumlah skor hasil survei dan Tabel 2, maka persepsi responden untuk aspek akademik adalah puas.
Tabel 2. Persepsi Responden
Skala 1 2 3 4 5
Batas bawah 0 298 595 892 1189
Batas atas 297 594 891 1188 1485
Persepsi responden sama sekali tidak puas kurang puas agak puas puas sangat puas
menggunakan internet. Hasil survei dapat dilihat secara real time oleh KPK dan tim komdisma. Mahasiswa yang belum mengisi form survei dapat dengan mudah diketahui.
SIMPULAN Kegiatan survei dilakukan untuk mengetahui tingkat kepuasan dari pelanggan. Survei kepuasan mahasiswa di Program Diploma IPB dilakukan untuk mengetahui tingkat kepuasan mahasiswa terhadap layanan dan fasilitas di Program Diploma IPB. Pengguna aplikasi web SKM yaitu tim komdisma, KPK dan mahasiswa. Aspek-aspek yang diukur pada survei ini yaitu akademik, fasilitas, kemampuan akademik, kemampuan non-akademik dan kemampuan interaksi. Setiap aspek diukur persentase dan persepsi responden hasil surveinya. Tingkat kepuasan dan persepsi responden bergantung pada jumlah responden dan jumlah pertanyaan tiap-tiap aspek. Dengan adanya aplikasi ini, mahasiswa dapat mengisi form survei dimana saja
DAFTAR RUJUKAN Istiningtyas, L. 2015. Survei Kepuasan Alumni Terhadap Kualitas Pelayanan Program Studi Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Raden Fatah Palembang. PSIKIS-Jurnal Psikologi Islami. 1(2): 75-93. Palembang. Satzinger JW, Jackson RB, Burd SD. 2010. System Analysis and Design in a Changing World Fifth Edition. Boston: Course Technology. Sidik B. 2012. Framework CodeIgniter. Bandung (ID): Informatika.
34
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
PENERAPAN METODE DECISION TREE(DATA MINING) UNTUK MEMPREDIKSI TINGKAT KELULUSAN SISWA SMPN1 KINTAMANI
Putu Gede Surya Cipta Nugraha, I Wayan Aribawa, I Putu Okta Priyana, Gede Indrawan Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Program Studi Ilmu Komputer
Email :
[email protected],
[email protected] Abstract In this paper discusses the process of research conducted to predict the passing rate of students of SMPN 1 Kintamani using decision tree method. The processed data in this study is the student data by using the criteria of daily test scores, grades midterms, final exams and the value of national test scores. The data can then be managed using Weka tool to facilitate predicting student graduation rates. The application of data mining is used to predict the graduation rate by using decision tree algorithm and C45 as well as supporters of comparison to determine students' graduation rate information SMPN1 Kintamani by both methods. Based on the decision tree can be seen that the national exam as a tree root is the most decisive criteria for graduation prediction results which can then be investigated more deeply that the daily value as a node tree also has the same effect on the predicted outcome graduation. Each category value of the daily value will make way for the new rules state that in determining students' graduation predictions in both the student pass or not pass. Keyword: Decision tree, data mining andC45 Algorithm
Abstrak. Pada jurnal ini dibahas mengenai proses penelitian yang dilakukan untuk memprediksi tingkat kelulusan siswa SMPN 1 Kintamani dengan menggunakan metode decision tree. Data yang diolah pada penelitian ini adalah data siswa dengan menggunakan kriteria nilai ujian harian, nilai ujian tengah semester, nilai ujian akhir semester dan nilai ujian nasional. Data kemudian dikelola menggunakan tool WEKA untuk mempermudah memprediksi tingkat kelulusan siswa. Penerapan data mining digunakan untuk memprediksi tingkat kelulusan dengan menggunakan metode decision tree dan algoritma C45 sebagai pendukung sekaligus perbandingan untuk mengetahui informasi tingkat kelulusan siswa SMPN1 Kintamani berdasarkan kedua metode tersebut. Berdasarkan pohon keputusan tersebut dapat diketahui bahwa ujian nasional sebagai root pohon merupakan kriteria yang paling menentukan hasil prediksi kelulusan siswa yang kemudian dapat di selidiki lagi lebih dalam bahwa nilai harian sebagai node pohon juga ikut mempunyai pengaruh yang sama terhadap hasil prediksi kelulusan siswa. Setiap kategori nilai dari nilai harian akan membentuk jalur aturan kondisi yang baru dalam menentukan prediksi hasil kelulusan siswa baik itu siswa yang lulus maupun yang tidak lulus. Keyword: Decision tree, data mining dan Algoritma C45
penyajian informasi yang memadai, seringkali informasi melalui proses mining diharapkan dapat memberikan informasi yang sebelumnya tersembunyi di dalam gudang data sehingga menjadi informasi yang penting dan berharga. Sekolah-sekolah saat ini dituntut untuk mampu mencapai keunggulan bersaing dan memiliki kualitas yang baik. Untuk mengatasi hal tersebut, pihak sekolah di tuntut untuk dapat
PENDAHULUAN Melalui perkembangan teknologi informasi masa ini, kebutuhan akan informasi yang jelas dan akurat sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga informasi akan menjadi suatu hal penting dalam di masyarakat. Kadangkala kebutuhan informasi yang tinggi tidak di barengi dengan
35
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
mengambil langkah yang tepat dalam memajukan kualitas pendidikan di sekolah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan proses pengolahan terhadap data tingkat kelulusan siswa. Proses pengolahan melalui data mining dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kelulusan siswa SMPN1 Kintamani. SMPN1 Kintamani memiliki kurang lebih 1100 siswa, dan dalam setiap kelasnya memiliki kurang lebih 40 siswa. Setiap tahun sekolah harus meluluskan paling sedikit 300 siswa. Sehingga pihak sekolah setiap tahun selalu menghawatirkan tentang tingkat kelulusan siswanya. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam memprediksi tingkat kelulusan siswa SMPN 1 Kintamani melalui decision tree dan algoritma C45. Dalam melakukan penelitian ini, tools yang penulis gunakan adalah WEKA (Waikato Environment for Knowledge Analysis). Melalui pengolahan data dengan teknik data mining, diharapkan dapat memanfaatkan data yang sebelumnya serta membandingkan antara nilai harian, nilai semester, nilai ujian sekolah serta nilai ujian nasional untuk dapat menentukan faktor mana yang menjadi penunjang paling dominan di dalam tingkat kelulusan seorang siswa.
kaidah, aturan, dan informasi berharga yang menarik dan belum diketahui sebelumnya dari sekumpulan besar data. Kemunculan ilmu ini dilatarbelakangi oleh munculnya tumpukan data di berbagai bidang kehidupan. Seringkali sebuah organisasi atau kelompok kerja tertentu banyak melakukan kegiatan pengumpulan data, administrasi maupun perhitungan-perhitungan yang menghasilkan data dalam jumlah besar. Berbagai tools komersial maupun non-komersial beredar dan digunakan untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan data mining. Salah satu diantaranya yang menarik dan akan dibicarakan dalam modul ini adalah WEKA, yang merupakan alat bantu data mining, terutama dalam penerapannya untuk menyelesaikan masalah klasifikasi.
2. Klasifikasi Klasifikasi dapat digambarkan sebagai berikut. Data input, disebut juga training set, terdiri atas banyak contoh (record), yang masing-masing memiliki beberapa atribut. Selanjutnya, tiap contoh diberi sebuah label class khusus. Tujuannya untuk menganalisa data input dan mengembangkan deskripsi atau model akurat untuk tiap class menggunakan fitur-fitur pada data. Deskripsi class ini digunakan untuk mengklasifikasikan data pengujian lainnya dengan label class tidak diketahui. Deskripsi tersebut juga dapat digunakan untuk memahami tiap class dalam data. Aplikasiaplikasi klasifikasi antara lain berupa credit approval, target marketing, medical diagnosis, treatment effectiveness, store location, dll. Klasifikasi dapat dilakukan dengan berbagai metode yang menghasilkan representasi model yang berbeda pula, antara lain: 1. Klasifikasi dengan pohon keputusan, yaitu metode klasifikasi dengan struktur pohon yang merepresentasikan
TINJAUAN PUSTAKA 1. Data Mining Data mining sebernarnya mulai dikenal sejak tahun1990, ketika pekerjaan pemanfaatan data menjadi sesuatu yang penting dalam berbagi bidang, mulai dari bidang akademik, bisnis, hingga medis (Gonunescu, dalam Prasetyo 2014). Data mining merupakan istilah yang sering dikatakan sebagai suatu cara untuk menguraikan serta mencari penemuan berupa pengetahuan didalam suatu database. (Gonunescu, dalam Prasetyo 2014). Data mining adalah sebuah bidang ilmu yang berupaya menemukan pola,
36
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
kriteria pembagian kelas dan kelaskelas. Beberapa algoritma yang menggunakan metode ini adalah algoritma ID3, SLIQ, SPRINT, dan PUBLIC. Klasifikasi dengan memory-based reasoning, yaitu metode klasifikasi yang digabungkan dengan penalaran berbasis memori. Neural network¸ yaitu metode klasifikasi yang menggunakan model jaringan syaraf tiruan (JST) yang direpresentasikan dalam bentuk neuron-neuron, bobot neuron dan struktur JST. Naive Bayes dan Bayesian Belief Networks Klasifikasi berdasarkan kaidah (rule). Metode ini terbagi menjadi dua; yang pertama mengekstrak kaidah secara langsung dari data (misalnya algoritma RIPPER), sedangkan yang kedua mengekstrak data dari model klasifikasi lain (misalnya algoritma C4.5) seperti pohon keputusan, neural network, dll. a. Pemodelan Klasifikasi dengan Decission Tree
2.
3.
4. 5.
Tid
Attrib1
1
Yes
Large
125K
No
2
No
Medium
100K
No
3
No
Small
70K
No
4
Yes
Medium
120K
No
5
No
Large
95K
Yes
6
No
Medium
60K
No
7
Yes
Large
220K
No
8
No
Small
85K
Yes
9
No
Medium
75K
No
10
No
Small
90K
Yes
Attrib2
Attrib3
Class
Learning algorithm Induction Learn Model Model
10
Training Set Tid
Attrib1
11
No
Small
55K
?
12
Yes
Medium
80K
?
13
Yes
Large
110K
?
14
No
Small
95K
?
15
No
Large
67K
?
Attrib2
Attrib3
b. Sejarah WEKA WEKA adalah sebuah paket toolsmachine learning praktis. “WEKA” merupakan singkatan dari Waikato Environment for Knowledge Analysis, yang dibuat di Universitas Waikato, New Zealand untuk penelitian, pendidikan dan berbagai aplikasi. WEKA mampu menyelesaikan masalah-masalah data mining di dunia-nyata, khususnya klasifikasi yang mendasari pendekatanpendekatan machine learning. Perangkat lunak ini ditulis dalam hirarki class Java dengan metode berorientasi objek dan dapat berjalan hampir di semua platform. WEKA mudah digunakan dan diterapkan pada beberapa tingkatan yang berbeda. Tersedia implementasi algoritma-algoritma pembelajaran stateof-the-art yang dapat diterapkan pada dataset dari command line. WEKA mengandung tools untuk pre-processing data, klasifikasi, regresi, clustering, aturan asosiasi, dan visualisasi. User dapat melakukan preprocess pada data, memasukkannya dalam sebuah skema pembelajaran, dan menganalisa classifier yang dihasilkan dan performansinya – semua itu tanpa menulis kode program sama sekali. Contoh penggunaan WEKA adalah dengan menerapkan sebuah metode pembelajaran ke dataset dan menganalisa hasilnya untuk memperoleh informasi tentang data, atau menerapkan beberapa metode dan membandingkan performansinya untuk dipilih. Tools yang dapat digunakan untuk pre-processing dataset membuat user dapat berfokus pada algoritma yang digunakan tanpa terlalu memperhatikan detail seperti pembacaan data dari filefile, implementasi algoritma filtering, dan penyediaan kode untuk evaluasi hasil. Pengembangan WEKA mengikuti model releases Linux: digit kedua yang genap menunjukkan release yang stabil dan digit kedua yang ganjil menunjukkan release ‘pengembangan’ (misalnya 3.0.x
Class
Apply Model
Gambar 1. Ilustrasi Pengklasifikasian Data Deduction Mining Test Set Ilustrasi dari cara pengklasifikasian pada data mining adalah : a. Terdapat training set yang terdiri atas beberapa atribut dan class b. Training set tersebut kemudian diinduksikan dengan algoritma yang ada sehingga terbentuk suatu model sesuai data yang ada c. Dari model tersebut diaplikasikan ke dalam test set. 10
37
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
adalah release stabil, sedangkan 3.1.x adalah release yang sedang dikembangkan). Beberapa versi awal dari WEKA: WEKA 3.0 : “versi buku” yang sesuai dengan deskripsi buku data mining. WEKA 3.2 : “versi GUI” yang menambahkan GUI dari CLI awal. WEKA 3.3 : “versi pengembangan” dengan berbagai peningkatan.
Gambar 3. GUI Simple CLI Contoh penggunaan CLI adalah dengan mengetikkan perintah: java weka.classifiers.j48.J48 –t weather.arff Perintah ini memanggil JVM (Java Virtual Machine) dan menginstruksikannya untuk mengeksekusi algoritma J48 dari J48 package. java weka.filters.unsupervised.att ribute.Remove -V -R 1,4 -i trainingFile.arff -o myTrainingFile.arff Filter tersebut akan menghapus semua atribut kecuali yang pertama dan keempat dari sebuah dataset yang disimpan pada file trainingFile.arff dan menyimpan hasilnya di myTrainingFile.arff java weka.classifiers.trees.J48 -t myTrainingFile.arff -T myTestFile.arff -U -p 1 > Results.arff Dari perintah ini, decision tree J48 diterapkan pada file myTrainingFile.arff. File yang diuji ditunjukkan dengan option -T. Hasilnya redirected dari layar ke file Results.arff dan options -U dan -p menentukan bentuk output tertentu. 3.2 GUI Explorer adalah GUI WEKA yang paling mudah digunakan dan menyediakan semua fitur WEKA dalam bentuk tombol dan tampilan visualisasi yang menarik dan lengkap. Preprocess, klasifikasi, asosiasi, clustering, pemilihan atribut, dan visualisasi dapat
3. WEKA GUI Chooser WEKA GUI Chooser adalah tampilan utama yang akan dilihat user pada saat pertama kali membuka perangkat lunak WEKA. Tampilan utama tersebut memberikan 4 pilihan GUI WEKA, yaitu Simple CLI, Experimenter, Explorer, dan Knowledge Flow.
Gambar 2. Weka GUI Chooser 3.1 GUI Simple CLImerupakan GUI yang memungkinkan user mengetikkan perintah-perintah melalui command line menurut standar penggunaan classifiers maupun filters. Misalnya mengeset percobaan dengan file batch.
38
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
dilakukan dengan menyenangkan di sini.
3.3
mudah
dan
Tab ketiga. Analize, dapat digunakan untuk menganalisa hasil ekperimen yang dikirim ke WEKA. Jumlah baris hasil ditunjukkan pada panel Source. Hasilnya dapat di-load dalam format .ARFF maupun dari basis data. Antarmuka ini memungkinkan user melakukan lebih dari 1 eksperimen sekaligus, mungkin menerapkan beberapa teknik berbeda pada sebuah dataset, atau teknik yang sama dengan parameter-parameter yang berbeda.
Gambar 4. GUI Explorer GUI Experimenter memudahkan perbandingan performansi skema-skema pembelajaran yang berbeda. Experimenter biasanya digunakan untuk klasifikasi dan regresi. Hasil dari perbandingan performansi dapat dituliskan dalam file atau basis data. Pilihan evaluasi yang tersedia dalam WEKA adalah cross-validation, learning curve, hold-out.User juga dapat melakukan iterasi menurut beberapa setting parameter yang berbeda.
3.4 GUI Knowledge Flow merupakan GUI baru dalam WEKA yang merupakan antarmuka Java-Beans-based untuk melakukan setting dan menjalankan percobaan-percobaan machine learning.
Gambar 6. GUI Knowledge Flow Dalam GUI Experimenter ini, beberapa sumber data, classifier, dll dapat dihubungkan secara grafis. User juga dapat menggambarkan aliran data melalui komponen-komponen, misalnya: “data source” -> “filter” -> “classifier” -> “evaluator” KnowledgeFlow menyediakan alternatif lain dari Explorer sebagai sebuah front end grafis untuk algoritmaalgoritma inti WEKA. Karena masih dalam pengembangan, beberapa fungsionalitas dalam Explorer belum tersedia dalam KnowledgeFlow. KnowledgeFlow menampilkan ‘aliran data’ dalam WEKA. User dapat memilih komponen-komponen WEKA dari toolbar, meletakkannya pada area yang
Gambar 5. GUI Experimenter Tab Setup yang muncul saat user membuka Experimenter memungkinkan user memilih dan mengkonfigurasi eksperimen yang dilakukan. Setelah menyimpan definisi eksperimen yang dilakukan, user dapat memulai eksperimen dari tab Run dan meng-klik tombol Start. Area di bawahnya akan menunjukkan proses yang sedang dilakukan. Hasilnya disimpan dalam format CSV dan dapat dibuka dalam bentuk spreadsheet.
39
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
tersedia dan menghubungkannya untuk membentuk ‘aliran pengetahuan’ pemrosesan dan analisa data. KnowledgeFlow dapat menangani data secara incremental maupun dalam batches (Explorer hanya menangani data batch). Tentunya pembelajaran dari data secara incremental memerlukan sebuah classifier yang dapat diupdate instance per instance. Dalam WEKA tersedia 5 classifiers yang dapat menangani data secara incremental: NaiveBayesUpdateable, IB1, IBk, LWR (Locally Weighted Regression). Tersedia pula sebuah metadata classifier – RacedIncrementalLogitBoost – yang dapat digunakan dari berbagai basis regresi untuk data class diskrit secara incremental.
Pastikan bahwa data dalam format .arff tersebut sudah memenuhi: Data dipisahkan dengan koma, dengan kelas sebagai atribut terakhir. Bagian header diawali dengan @RELATION. Tiap atribut ditandai dengan @ATTRIBUTE. Tipe-tipe data dalam WEKA: numerik(REAL atau INTEGER), nominal, String, dan Date. Bagian data diawali dengan @DATA 5. KDD (Knowledge Discovery in Databases) Dalam prosesmelakukananalisis data pada penerapan data mining,digunakan beberapa tahapan knowledge discovery in databases (KDD) yang terdiri : a. Data hasil seleksi yang akan digunakan untuk proses data mining, disimpan dalam suatu berkas, terpisah dari basis data operasional. b. Perlu dilakukan proses cleaning pada data yang menjadi focus KDD. Proses cleaning mencakup antara lain membuang duplikasi data, memeriksa data yang tidak konsisten, dan memperbaiki kesalahan pada data, seperti kesalahan cetak (tipografi). c. Data diubah atau digabung ke dalam format yang sesuai untuk diproses dalam data mining. d. Data mining adalah proses mencari pola atau informasi menarik dalam data terpilih dengan menggunakan teknik atau metode tertentu e. Pola informasi yang dihasilkan dari proses data mining perlu ditempilkan dalam bentuk yang mudah dimengerti oleh pihak yang berkepentingan. Memilihattribut yang akan digunakan sebagaiakar, didasarkan pada nilaigain tertinggi dari atribut-atribut yang ada. Entropy merupakan ukuran kemurnian suatu
4. Format Data dalam WEKA Misalnya diketahui sekumpulan data dan ingin dibangun sebuah decision tree dari data tersebut, maka data tersebut harus disimpan dalam format ‘flat’, ARFF karena WEKA perlu mengetahui beberapa informasi tentang tiap atribut yang tidak dapat disimpulkan secara otomatis dari nilainilainya. File ARFF (Attribute-Relation File Format) adalah sebuah file teks ASCII yang berisi daftar instances dalam sekumpulan atribut. File ARFF dikembangkan oleh Machine Learning Project di Department of Computer Science of The University of Waikato untuk digunakan dalam perangkat lunak WEKA. Pengubahan format data ini dapat dilakukan dengan mudah. Misalkan data awal dalam format .xls, buka data tersebut dari Microsoft Excel dan simpan sebagai .csv. Selanjutnya, buka file tersebut dari Microsoft Word, notepad, atau editor teks lainnya dan data sudah berubah dalam format commaseparated. Lalu sesuaikan data tersebut dengan menambahkan informasi awal. Hasilnya, data tersebut sudah dapat digunakan sebagai inputan dalam WEKA.
40
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
atribut sedangkan Gain merupakan pengurangan entropy yang disebabkan oleh partisi atribut. Untuk menghitung gaindigunakanrumus berikut :
akan dianggap sudah memenuhi standar nilai harian yang ditetapkan oleh sekolah dan mempunyai nilai yang cukup untuk melengkapi nilai kelulusan lainnya. 3.) Atas = 75 – 100 Siswa SMPN1 Kintamani yang tergolong range nilai ini maka dianggap melebihi standar nilai harian yang telah ditetapkan sekolah dan mempunyai kemungkinan lulus yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang mendapatkan nilai di bawah range nilai ini.
Keterangan : S:Himpunankasus A:Atribut n :JumlahpartisiatributA [Si]:jumlahkasuspadapartisi ke-i [S]:jumlahkasusS Sedangkanperhitungannilaientopy:
b.Nilai Semester (NS) 1.) Cukup Baik = 0 – 64 Siswa SMPN1 Kintamani yang tergolong range nilai ini maka siswa tersebut akan melakukan remedial dari masing-masing mata pelajaran yang mendapatkan nilai yang masih di bawah rata-rata untuk perbaikan nilai yang lebih baik serta akan dilakukan pemanggilan orangtua siswa jika nilai ini didapatkan lebih dari satu mata pelajaran terutama untuk mata pelajaran yang akan menjadi mata pelajaran yang termasuk ke dalam ujian nasional. 2.) Baik = 65 – 74 Siswa SMPN1 Kintamani yang tergolong range nilai ini maka akan dianggap sudah memenuhi standar nilai semester yang ditetapkan oleh sekolah dan dapat membantu untuk menutupi kekurangan nilai pada matapelajaran yang lainnya. 3.) Sangat Baik = 75 – 100 Siswa SMPN1 Kintamani yang tergolong range nilai ini maka dianggap melebihi standar nilai semester yang telah ditetapkan sekolah dan mempunyai kemungkinan tingkat kelulusan yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang mendapatkan nilai di bawah range nilai ini.
Keterangan : S:HimpunanKasus n :Fitur i :JumlahpartisiS pi :ProporsidariSiterhadap S 6. Variabel Kelulusan Siswa Di SMPN1 Kintamani terdapat beberapa mata pelajaran yang menjadi acuan dalam pemberian nilai yang akan berpengaruh pada hasil kelulusan siswa nantinya.Di setiap kemungkinan nilai siswa pada akhirnya akan membentuk pola atau jalur. Nilai yang dimaksud adalah nilai harian, nilai semester, ujian sekolah dan ujian nasional.Berikut ini merupakan kreteria dari kemungkinan jalur nilai yang terjadi di SMPN 1 Kintamani beserta dengan keterangan nilai untuk setiap atributnya. Keterangan Atribut : a. Nilai Harian (NH) 1.) Bawah = 0 – 64 Siswa SMPN1 Kintamani yang tergolongrange nilai ini akan dilakukan remedial dari masingmasing guru untuk melakukan perbaikan nilai yang lebih baik. 2.) Menengah = 65 – 74 Siswa SMPN1 Kintamani yang tergolong range nilai ini maka
c.Ujian Sekolah (US)
41
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
1.) Belum Tercapai = 0 – 59,5 Siswa SMPN1 Kintamani yang tergolong range nilai ini maka akan dianggap belum tuntas dalam penguasaan materi dan memenuhi standar kelulusan sekolah. 2.) Tercapai = 59,6 – 100 Siswa SMPN1 Kintamani yang tergolong range nilai ini maka akan dianggap telah menguasai materi dan lulus dalam memenuhi syarat kelulusan nilai ujian dari sekolah. d. Ujian Nasional (UN) 1.) Di bawah standar : 0 – 55 Siswa SMPN1 Kintamani yang tergolongrange ini sudah bisa dipastikan bahwa siswa tersebut gagal dalam ujian nasional dan harus mengulang tahun depan untuk mengikuti ujian yang sama 2.) Memenuhi standar : 56 – 100 Siswa SMPN1 Kintamani yang tergolong range nilai ini maka sudah bisa dipastikan bahwa siswa tersebut telah lulus dalam mengikuti ujian
Ujian Sekola h
Ujian Nasion al
210
Tidak Lulus 84
Entro py 0,863 1206
84 126
42 84
42 42
84
84
0
1 0,918 2958 0
Sangat Baik
105
42
63
Bawah
105
84
21
Menenga h
84
84
0
Total
Nilai Semest er
Nilai Harian
Cukup Baik Baik
Jumla h 294
Lulus
126
42
126
84
42
147
63
84
147
147
0
Tercapai Belum tercapai
Dibawah standar Memenu hi standar
0,811 2782 0,918 2958
0,985 2281 0
Gain (Total - Nilai Semester 84 = 0,863120 − ( × 1) 294 126 +( × 0,9182958) 294 84 + × 0) 294 = 0,863120 − (0,2857 + 0,3936 + 0) = 0,863120 – 0,6793 = 0,1839 Gain (Total – Nilai Harian) 105 = 0,863120 − ( × 0,9709506) 294 105 +( × 0,7219281) 294 84 + × 0) 294 = 0,8632 – ( 0,3468 + 0,2578 + 0 ) = 0,8632 – 0,6046 = 0,2586
HASIL DAN PEMBAHASAN Langkah selanjutnya dilakukan perhitungan entropi total beserta gain dari setiap atribut untuk menentukan node pertama berdasarkan tabel data sebelumnya berdasarkan ketentuan dasar entropi sebagai berikut : Tabel 1.Perhitungan Entropi Node Pertama Atribut
168 Atas
Gain (Total – Ujian Sekolah) 168 = 0,863120 − ( × 0,8112782) 294 126 +( × 0,9182958) 294 = 0,8632 – ( 0,4636 + 0,3936 ) = 0,8632 – 0,8572 = 0,006 Gain (Total – Ujian Nasional) 147 = 0,863120 − ( × 0,9852281) 294 147 +( × 0) 294 = 0,8632 – ( 0,4927 + 0)
0,970 9506 0,721 9281 0
42
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
= 0,8632 – 0,4927 = 0,3705
1 Kintamani dengan menggunakan teknik data mining, maka didapatkan hasil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengolahan data mining dengan menggunakan metode decision tree dan algoritma C45 menghasilkan sebuah pohon keputusan beserta dengan tingkat kelulusan masing-masing siswa lewat jalur pohon yang terbentuk di mana tingkat kelulusan siswa kelas IXSMPN 1 Kintamani ini dibagi menjadi dua kriteria yaitu nilai ujian nasional dan nilai harian berdasarkan hasil pengolahan data mining pada tool WEKA. Hal ini dikarenakan ujian semester dan nilai harian pada perhitungan manual algoritma C45 dan menggunakan tool WEKA menyatakan bahwa kedua nilai tersebut tidak berpengaruh terhadap prediksi kelulusan siswa, 2. Dari hasil pengolahan data mining maka didapatlah informasi bahwa siswa yang nilai ujian nasionalnya dibawah standar dan nilai ulangan hariannya rendah atapun menengah mempunyai kemungkinan lebih tinggi untuk mendapatkan hasil tidak lulus dengan kondisi yang terbentuk dari algoritma C45, yaitu jika nilai ujian nasional memenuhi standar maka hasilnya lulus, jika ujian nasional dibawah standar dan nilai harian rendah maka hasilnya tidak lulus, jika ujian nasional dibawah standar dan nilai harian menengah maka hasilnya tidak lulus dan jika ujian nasional dibawah standar dan nilai harian tinggi maka hasilnya lulus. Jalur ini terbentuk dari algoritma C45 berdasarkan data dari SMPN1 Kintamani.
Setelah melalui proses pengolahan data mining dengan WEKA, diperoleh gambar pohon keputusan. Untuk nilai semester dan ujian sekolah tidak termasuk ke dalam pohon yang datanya diolah dari tool WEKA. Hasil dari proses tersebut menggambarkan hasil yang sama dengan pohon yang terbentuk dari perhitungan manual algoritma C45 dan pohon yang terbentuk dari tool WEKA. Nilai ujian nasional dan nilai harian terpilih oleh algoritma C45 sebagai kriteria yang berpengaruh sehingga saling membentuk daftar aturan pembacaan pohon keputusan. Sehingga berdasarkan pohon keputusan tersebut dapat diketahui bahwa ujian nasional sebagai root pohon merupakan kriteria yang paling menentukan hasil prediksi kelulusan siswa yang kemudian dapat di selidiki lagi lebih dalam bahwa nilai harian sebagai node pohon juga ikut mempunyai pengaruh yang sama terhadap hasil prediksi kelulusan siswa. Setiap kategori nilai dari nilai harian akan membentuk jalur aturan kondisi yang baru dalam menentukan prediksi hasil kelulusan siswa baik itu siswa yang lulus maupun yang tidak lulus.
Gambar7.Pohon Keputusan Hasil dari Weka
DAFTAR RUJUKAN Ariana Azimah, Yudho Giri Sucahyo, Penggunaan Data Warehouse Dan Data Mining Untuk Data Akademik
SIMPULAN Berdasarkan proses analisis untuk mengetahui tingkat kelulusan siswa di SMPN
43
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Sebuah Studi Kasus Nasional, 2007
Pada
Universitas
Sijabat, Alimancon. (2015). Penerapan Data Mining Untuk Pengolahan Data Siswa Dengan Menggunakan Metode Decision Trees (Studi Kasus : Yayasan Perguruan Kristen Andreas) Medan : STMK Budi Darma Medan
Prasetyo, Eko. (2014). Data Mining Mengolah Data Menjadi Informasi Menggunakan Matlab. Yogyakarta : CV. Andi Offset
www.cs.waikato.ac.nz/ml/weka
44
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENILAIAN ANGKA KREDIT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA I Ketut Resika Arthana Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha email:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sistem informasi Penilaian Angka Kredit (PAK) di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha). Sistem informasi ini dikembangkan untuk mengatasi permasalahan kesulitan dosen menyiapkan dan mengikuti prosedur penilaian angka kredit dalam rangka untuk kenaikan jabatan fungsional. Saat ini, dosen yang ingin mengajukan kenaikan angka kredit harus mengumpulkan bukti kinerja secara manual sesuai dengan komponen penilaian angka kredit. Dokumentasi kinerja yang kurang bagus akan menyulitkan dosen mengumpulkan bukti kinerja. Selain itu tahapan pengajuan angka kredit yang kompleks dan kurangnya informasi status penilaian angka kredit akan menyita waktu dan tenaga dosen yang seharusnya fokus dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Disisi lain, tim penilai angka kredit masih disulitkan dengan penilaian manual angka kredit. Dalam penelitian ini dikembangkan sistem PAK Online Undiksha. Tahapan pengembangan sistem PAK Online menggunakan tahapan ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation dan Evaluation). Pada tahapan analisis, dilakukan analisa kebutuhan sistem dengan cara menganalisa proses yang sebelumnya terjadi dan studi literatur pada sistem sejenis dan dokumen panduan PAK. Hasil analisis dituangkan dalam bentuk Use Case Diagram. Kemudian pada tahapan Design, hasil analisis tersebut dituangkan dalam bentuk rancangan antar muka, rancangan arsitektur dan infrastruktur serta rancangan basis data. Hasil rancangan pada tahapan Design kemudian dikembangkan menjadi perangkat lunak sistem informasi PAK dengan bahasa pemrogaman PHP dan basis data MySQL. Selanjutnya Sistem informasi PAK diimplementasikan pada dosen-dosen di Undiksha dan juga dilakukan proses evaluasi untuk perbaikan sistem. Pada penelitian ini baru sampai tahapan pengembangan prototype. Prototype yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan fungsional dan non fungsional yang didefinisikan pada tahapan analisis. Kata Kunci : Sistem Informasi Penilaian Angka Kredit, Dosen, Jabatan Fungsional, UNDIKSHA
akademik yang dilakukan melalui penilaian angka kredit. Kenaikan jabatan akademik dilakukan melalui penilaian angka kredit dosen terhadap pelaksanaan Tridharma perguruan tinggi. Kenaikan jabatan akademik dosen ini merupakan bentuk penghargaan pemerintah atas prestasi kerja dosen. Penilaian angka kredit dengan cara menilai unsur utama dan unsur penunjang. Unsur utama yang meliputi komponen pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Sedangkan unsur penunjang terdiri dari kegiatan pendukung pelaksanaan tugas pokok dosen. Setiap komponen memiliki kegiatan dengan bobot angka kredit tersendiri. Proporsi unsur utama yang dibutuhkan dosen untuk kenaikan jabatan akademik adalah minimal 90% tidak termasuk pendidikan sekolah dan pelatihan prajabatan. Dalam kenaikan jabatan akademik di Undiksha dikoordinir oleh kepegawaian
I. Pendahuluan Tugas utama dosen adalah melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri dari Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan serta Pengabdian kepada Masyarakat. Tri Dharma perguruan tinggi merupakan satu kesatuan kegiatan yang saling terkait dan mendukung satu dengan lainnya. Kegiatan pendidikan dan pengajaran akan memngasilkan konsepkonsep untuk mendukung penelitian dan publikasi ilmiah[1]. Sebaliknya hasil penelitian tersebut akan memperkaya dan memperbaharui ilmu yang akan digunakan dalam pendidikan dan pengajaran. Selain itu, hasil penelitian akan diaplikasikan ke masyarakat sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Pentingnya kegiatan Tridharma Perguruan tinggi ini dijadikan landasan dalam kenaikan jabatan
45
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Undiksha. Kenaikan angka kredit dosen yang dinilai langsung oleh lembaga adalah jabatan fungsional Asisten Ahli dan Lektor. Kenaikan jabatan fungsional ke Lektor Kepala dan Guru Besar dinilai langsung oleh Ristek Dikti. Proses pengajuan angka kredit di Undiksha masih dilakukan secara manual tanpa dibantu sistem informasi dalam pengajuan angka kredit dosen. Dalam penelitian ini, dikembangkan sistem informasi kenaikan angka kredit dosen untuk memudahkan dosen dan pihak universitas dalam melakukan penilaian kenaikan jabatan akademik dosen.
mempergunakan sistem informasi. Keberadaan sistem informasi tidak hanya bermanfaat bagi organisasi[3]. Sistem informasi yang dikembangkan dalam bentuk website dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan basis data MySQL. Editor yang digunakan meliputi notepad, notepad++ dan PHPStorm. Untuk memudahkan proses pengembangan dan memudahkan proses perawatan maka sistem informasi ini dikembangkan dengan menggunakan framework CodeIgniter. Codeigniter merupakan framework berbasis MVC (Model View Controller) untuk memudahkan mengembangkan sistem informasi [4]. Sistem informasi ini diimplementasikan kedalam web server Apache yang akan dihosting di pak.undiksha.ac.id. Namun saat ini dalam proses pengembangan hanya dihosting pada komputer pengembang sistem PAK ini. Sistem PAK berhubungan dengan sistem lainnya yang ada di Undiksha, terutama sebagai penyedia data. Secara umum, letak sistem PAK diantara sistem lainnya di Undiksha adalah sebagai berikut.
II. Kajian Pustaka a. Proses Penilaian Angka Kredit Undiksha Proses Penilaian Angka Kredit di Undiksha dimulai dari pengajuan yang dilakukan oleh dosen sendiri. Dosen melihat persyaratan dan dokumen pendukung sesuai dengan yang diupload di website kepegawaian Undiksha[2] dan ketentuan pada http://pak.ristekdikti.go.id/. Dosen yang mengajukan angka kredit mengumpulkan dokumen bukti kinerja sesuai Unsur Utama dan Unsur Penunjang. Setelah itu, dosen yang bersangkutan akan mengirim berkas tersebut ke Ketua Jurusan. Selanjutnya Ketua Jurusan memberikan surat pengantar untuk ditujukan ke Dekan di Fakultas Terkait. Dekan akan menunjuk koordinator PAK untuk menugaskan anggotanya menilai angka kredit tersebut. Jika proses penilaian selesai, maka akan diputuskan dalam rapat senat fakultas. Hasil rapat senat akan diteruskan ke tingkat universitas untuk disahkan. Proses kenaikan jabatan akademik secara manual ini rentan mengalami kesalahan baik dari sisi dosen maupun tim penilai. Untuk itu perlu dikembangkan sistem inforsmasi yang menunjang kenaikan jabatan akademik dosen.
Gambar 1. Posisi PAK pada sistem informasi di Undiksha III.
METODE PENELITIAN Penelitian ini mengadopsi model ADDIE. Model ADDIE terdiri dari lima tahapan yaitu Analyze, Design, Development, Implementation dan Evaluation. Berikut penjabaran penelitian pengembangan sistem penilaian angka kredit dosen dengan model ADDIE.
b. Lingkungan Pengembangan Peranan sistem informasi dalam suatu organisasi tidak diragukan lagi. Dukungannya dapat membuat sebuah organisasi memiliki keunggulan kompetitif, yang berarti bahwa suatu organisasidapat bersaing dengan organisasilain dengan
Gambar 2. Tahapan Pengembangan
46
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
a. Analyze Pada tahap ini dilakukan analisis kebutuhan sistem. Pada tahap ini peneliti menggali daftar kebutuhan sistem melakukan studi literatur dokumen terkait, observasi terhadap proses yang sudah berjalan. Dokumen yang digunakan sebagai panduan meliputi Pedoman Operasional Penilaian Angka Kredit Kenaikan Pangkat/Jabatan Akademik Dosen Tahun 2014, formulir administrasi, formulir rekap dan prosedur operasi standar kenaikan angka kredit FTK. Adapun kebutuhan fungsional sistem PAK Undiksha digambarkan dalam bentuk Use Case diagram.
Dekan
Dekan
Koordina tor PAK
Tim Reviewer
Melihat ajuan dosen dan mendisposisi kan ke koordinator PAK Melihat ajuan dosen dan menugaskan reviewer
Melakukan penilaian angka kredit dosen
komputer, internet dan website Memiliki kemampuan mengoperasi kan komputer, internet dan website Memiliki kemampuan mengoperasi kan komputer, internet dan website Memiliki kemampuan mengoperasi kan komputer, internet dan website
Gambar 3. Use Case Diagram Sedangkan penjelasan Use Case dijelaskan pada tabel 2.
Aktor dalam sistem PAK terdiri dari Dosen, Ketua Jurusan, Dekan, Koordinator PAK, dan Tim Reviewer. Tabel.1 menjelaskan hak akses dari aktor serta kemampuan yang harus dimiliki dalam mengoperasikan aplikasi.
Tabel 2.Daftar Use Case ID Use Case UC-01 UC-02 UC-03 UC-04
Tabel 1 Definisi Aktor
Aktor
Dosen
Ketua Jurusan
Hak Akses ke Aplikasi
Mengajukan kenaikan jabaran fungsional
Melihat ajuan dosen dan mengirim ke
UC-05 UC-06 UC-07
Kemampua n yang Harus Dimiliki Memiliki kemampuan mengoperasi kan komputer, internet dan website Memiliki kemampuan mengoperasi kan
Mengajukan PAK Memonitoring kemajuan PAK Mengirim ajuan PAK ke Dekan Mendisposisikan PAK ke koordinator PAK Menugaskan Reviewer Melakukan Penilaian PAK Melihat informasi potensi desa
Kebutuhan nonfungsional yang berfungsi untuk menunjang proses kebutuhan fungsional dijelaskan pada tabel 4. Tabel 3.Daftar Kebutuhan Non Fungsional SKPL-Id Keterangan SRS-NF01
SRS -NF02
SRS -NF03
47
Availability – Ketersediaan sistem untuk dapat diakses oleh pengguna. Reliability – Kehandalan sistem, termasuk aspek teknis seperti koneksi, kebutuhan hardware. Ergonomy – Desain
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
SKPL-Id
SRS -NF04
PAK merupakan sistem berbasis web yang diimplementaikan pada web server dan database server. Pengguna sistem yang terdiri dari dosen, ketua jurusan, dekan, koordinator PAK dan tim reviewer mengakses sistem PAK melalui internet dengan menggunakan perangkat komputer masing-masing.
Keterangan sistemharus disesuaikan dengan kenyamanan pengguna. Aplikasi menggunakan pewarnaan dan tata letak yang nyaman digunakan oleh pengguna aplikasi. Security – Keamanan sistemuntuk melindungi data di dalamnya..
c. Development Pada tahap ini, model sistem informasi PAK yang telah didapatkan pada tahapan design akan diimplementasikan dengan bahasa pemrograman PHP dan MySQL untuk membangun sistem informasi geografis. Pengembangan aplikasi ini menggunakan framework CodeIgniter untuk memudahkan proses maintenance. Adapun editor yang digunakan adalah PHPStorm.
b. Design Berdasarkan hasil analisis, Desain sistem digambarkan dalam bentuk SOP, desain infrastruktur/arsitektur aplikasi, desain basis data dan desain antar muka.
d. Implemetation Pada tahap ini, sistem PAK diimplementasikan di web server dan digunakan oleh dosen dilingkungan Undiksha dengan studi kasus di Fakultas Teknik Dan Kejuruan. Sistem PAK diinstall pada web server dan database server serta diakses melalui browser oleh aktor dari sistem. Selain itu, karena sistem merupakan bagian dari sistem lain, maka sistem ini dihubungkan dengan sistem lain dengan menggunakan webservice.
Gambar 4. SOP PAK Undiksha SOP merupakan penjabaran lebih detail dari Use Case diagram SOP menggambarkan alur proses dosen dari mengajukan angka kredit sampai dengan mendapatkan keputusan apakah kenaikan jabatan akademiknya diterima atau tidak. Sistem PAK diimplementasikan dalam web server dan basis data server yang bisa diakses melalui internet oleh masing-masing user.
e. Evaluation Tahapan evaluasi dilakukan dalam setiap akhir tahapan di atas. Jika terjadi kegagalan dalam satu tahapan, maka akan dievaluasi ke tahapan sebelumnya. Hasil revisi dari tahapan sebelumnya akan diimplementasikan ke tahapan selanjutnya.
IV.
HASIL Pada tahap penelitian ini, dihasilkan prototype sistem. Prototype sistem PAK dalam bentuk web yang saat ini masih dihosting http://angkakredit.ayobelajar.com. Berikut beberapa screenshot dari prototype PAK. a. Login
Gambar 5. Arsitektur Sistem
48
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 8. Identitas Pengusulan Pada bagian ini, Dosen bisa melihat identitas diri mereka. Dosen sangat penting untuk memastikan kebenaran identitas mereka sebelum mengajukan kenaikan jabatan akademik. Dosen tidak bisa mengubah data ini secara langsung, karena data ini berasal dari pangkalan data dosen. Untuk mengubahnya, pengguna harus mengakses pangkalan data dosen. d. Pengisian data usulan
Gambar 6. Login PAK Halaman login ini merupakan pintu masuk pengguna sistem. Pengguna memasukkan username berupa Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN) dan memasukkan password. Otentifikasi ini dilakukan untuk memastikan bahwa hanya pengguna yang berhak yang bisa mengakses sistem. b. Dashboard
Gambar 7. Dashboard dosen pada PAK Setelah pengguna login, maka pengguna langsung menuju kehalaman utama (Dashboard). Pada halaman ini, pengguna bisa melihat Profil, Status Pengajuan Angka Kredit dan History Pengajuan Angka Kredit.
Gambar 9. Identitas Pengusulan Pada bagian ini, dosen melengkapi data usulan sesuai dengan form pengajuan kenaikan jabatan akademi. Pada form ini, pengguna mengisi jabatan tujuan dan pangkat tujuan. Jabatan tujuan yang dilayani dalam sistem ini adalah Asisten Ahli dan Lektor.
c. Identitas Pengusulan
49
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
e. Pemilihan komponen penilaian
g. Pengajuan pada posisi ketua jurusan
Dosen yang ingin mengajukan kenaikan jabatan akademik memilih komponen penilaian. Komponen penilaian otomatis muncul berdasarkan sistem kinerja dan sistem informasi akademik. Pada sistem ini, dosen hanya perlu memilih komponen mana yang digunakan untuk melengkapi kenaikan jabatan fungsional. f.
Gambar 11. Pengajuan pada posisi ketua jurusan Pada menu ketua jurusan, muncul notifikasi bahwa ada pengajuan angka kredit dosen. Ketua jurusan bisa memverifikasi komponen penilaian data usulan. Setelah itu ketua jurusan mengunduh surat pengajuan dengan sebelumnya mengisi nomor surat. Ketua jurusan mengisi tanda tangan dan mengunggah ke dalam sistem. Setelah itu, ketua jurusan dan menekan tombol pengajuan. Selanjutnya proses berlanjut pada posisi dekan.
Kejur
h. Surat usulan ketua jurusan ke dekan
Gambar 10. Lembar permohonan Setelah pengisian komponen penilaian, dosen yang mengajukan kenaikan jabatan akademik mengunduh lembar permohonan dan mencetak. Setelah mencetak, dosen mengisi tanda tangan dan mengupload ulang ke sistem. Setelah itu dosen menekan tombol mengajukan kenaikan jabatan akademik.
Gambar 12. Surat usulan ke dekan
50
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
i.
Pengusulan dari ketua jurusan ke Dekan
V. KESIMPULAN DAN SARAN Pada penelitian ini telah dikembangkan sistem informasi Penilaian Angka Kredit Dosen Undiksha. Proses dalam sistem ini berdasarkan hasil analisis pada prosedur yang sudah ada sebelumnya dan dokumen pendukung yang digunakan dalam kenaikan jabatan akademik dosen. Aktor yang terlibat dalam sistem ini meliputi dosen yang mengajukan kenaikan jabatan akademik, ketua jurusan, dekan, koordinator tim penilai dan tim penilai. Dalam penelitian ini baru mencapai tahapan pengembangan yaitu pengembangan prototype. Selanjutnya, penelitian ini dilanjutkan menjadi sistem yang terimplementasi dan dilakukan pengujian.
Gambar 13. Form pengusulan ke Dekan j.
Disposisi dari Dekan ke Koordinator Reviewer
VI. DAFTAR PUSTAKA [1] Dikti, “PEDOMAN OPERASIONAL PENILAIAN ANGKA KREDIT KENAIKAN PANGKAT/JABATAN AKADEMIK DOSEN,” 2014. [Online]. Available: http://pak.dikti.go.id/portal/wpcontent/plugins/downloadsmanager/upload/Pedoman%20Operasion al%209-4-2015.pdf. [Accessed Oktober 2016]. [2] Undiksha, “Pedoman Penilaian Angka Kredit (PAK) dan Kenaikan Jabatan Dosen Undiksha,” Universitas Pendidikan Ganesha, 2015. [Online]. Available: http://undiksha.ac.id/id/berita/pedomanpenilaian-angka-kredit-pak-dankenaikan-jabatan-dosen-undiksha/. [Accessed Oktober 2016]. [3] A. e. Kadir, Pengenalan Sistem Informasi Edisi Revisi, Yogyakarta: Penerbit ANDI, . ISBN 9792921583 , 2014. [4] D. Upton, CodeIgniter for RAPID PHP Application Development, Packt Publishing Ltd, 2007.
Gambar 14. Disposisi dari dekan ke koordinator reviewer Dekan yang menerima usulan ini menugaskan ke koordinator tim penilai angka kredit untuk selanjutnya menugaskan tim penilai. k. Penugasan oleh koordinator reviewer ke reviewer
Gambar 15. Penugasan ke reviewer Koordinator tim penilai menugaskan tim penilai untuk memberikan penilaian usulan kenaikan jabaran fungsional. Koordinator bisa memilih lebih dari satu tim penilai. Tim penilai yang ditugaskan akan mendapatkan notifikasi terkait penugasan penilaian angka kredit dosen.
51
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
USER ACCEPTED TESTING PADA UBUD SMART TOURISM UNTUK EDUKASI TIK BAGI PARA PELAKU PARIWISATA Eka Pratama, I Putu Agus1; Sunia Raharja, I Made2 1Jurusan
Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Udayana;2Jurusan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Email:
[email protected];
[email protected]
ABSTRACT Ubud Smart Tourism developed not only to increase the quality of tourism service, but also to tell and educate all tourism actor in Ubud (consist of government, local and foreign tourist, tourism event. and hotel) about the use of information technology and good knowledgement in tourism field, to realized Smart City in tourism field (named Smart Tourism) in Ubud. For that, in this research, it will be doing testing to Ubud Smart Tourism in user side using UAT (User Accepted Testing), based on DSRM (Design Science Research Methodology). The result shown that all actors in Ubud tourism have the good knowledgement and good user expertice about the use of information technology in tourism field. Keywords:TIK, UAT, Ubud Smart Tourism
ABSTRAK Ubud Smart Tourism dikembangkan bukan saja untuk meningkatkan kualitas layanan pariwisata, tapi juga untuk mengenalkan dan mendidik para pelaku pariwisata di Ubud (terdiri dari pemerintah daerah, turis lokal dan luar, event pariwisata, dan hotel) mengenai pemanfaatan TIK, agar terwujud Smart City bidang pariwisata (Smart Tourism) di Ubud. Untuk itu, di dalam penelitian ini, dilakukan pengujian aplikasi Ubud Smart Tourism di sisi pengguna dalam bentuk UAT (User Accepted Testing), memanfaatkan metodologi DSRM (Design Science Research Methodology). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semua pelaku pariwisata di Ubud telah memiliki pemahaman yang baik di dalam pemanfaatan TIK untuk bidang pariwisata. Kata kunci: TIK, UAT, Ubud Smart Tourism
Tourism merupakan sebuah sistem terintegrasi berbasis web, yang mengintegrasikan para pelaku pariwisata di Ubud, ke dalam sebuah sistem tunggal. Para pelaku pariwisata di Ubud terdiri dari pemerintah, swasta (hotel, event organizer, masyarakat setempat), dan wisatawan (dalam dan luar negeri). Di dalam sistem Ubud Smart Tourism, terdapat lima kelompok pengguna. Kelima kelompok pengguna tersebut, terdiri dari administrator, pemerintah daerah, wisatawan, event organizer, dan hotel/penginapan.
PENDAHULUAN Ubud merupakan salah satu wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Gianyar (Propinsi Bali), yang telah lama menjadi salah satu ikon pariwisata nasional dan internasional, serta menjadi salah satu tujuan pariwisata favorit dari para wisatawan, baik dalam maupun luar negeri. Para wisatawan pada umumnya memerlukan adanya layanan pariwisata yang baik, cepat, dan mudah digunakan. Maka untuk meningkatkan kualitas layanan pariwisata di Ubud berbasiskan teknologi informasi, dikembangkanlah sebuah sistem dan aplikasi bernama Ubud Smart Tourism. Ubud Smart
Namun di samping pengembangan aplikasi, hal lain yang diperlukan di dalam upaya peningkatan kualitas layanan
52
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
pariwisata adalah peningkatan pemahaman dari para pelaku pariwisata itu sendiri, terhadap pemanfaatan TIK yang disediakan. Hal ini terkait dengan konsep Smart City yang digunakan di dalam Ubud Smart Tourism. Smart City (IBM : 2013) merupakan sebuah konsep dan visi untuk menciptakan lingkungan dan masyarakat kota yang lebih baik berbasiskan teknologi informasi. Jika dilihat dari teknologi yang digunakan, maka Cloud Computing adalah teknologi yang paling banyak digunakan (Pratama, IPAE : 2014).
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bidang pariwisata di Ubud, lkhususnya untuk kelompok pengguna pekerja pariwisata, sehingga layanan pariwisata di Ubud dapat makin lebih baik lagi ke depannya. Selain itu, juga diharapkan mampu mengedukasi para wisatawan (sebagai penikmat layanan pariwisata) dan pemerintah (sebagai pemegang regulasi) di dalam pemanfaatan TIK pada bidang pariwisata.
Namun, Smart City bukan saja menghandalkan teknologi semata, tapi juga dukungan dari pemerintah, akademisi, masyarakat, dan swasta. Mereka ini dapat menjadi pengguna dan aktor di dalam sebuah sistem. Maka dari itu, terkait dengan penelitian mengenai Ubud Smart Tourism ini, perlu dilakukan sebuah penelitian yang mengkhusus kepada bagaimana bentuk pengujian di sisi pengguna untuk aplikasi Ubud Smart Tourism yang telah dikembangkan ini, agar dapat mengukur sejauh mana pemahaman dan kemampuan dari para pengguna (dalam hal ini para pelaku pariwisata di Ubud) terhadap sistem dan aplikasi yang disediakan, sehingga mampu memenuhi kriteria.
Metode pengujian di sisi pengguna berupa User Accepted Testing (UAT), sejatinya telah masuk ke dalam tahapan pada metodologi penelitian DSRM atau Design Science Research Metdhology (Ken Peffers, et al, 2007 : 45-78). DSRM merupakan metodologi penelitian yang terdiri atas delapan langkah untuk mendesain, merancang, mengimplementasikan, menguji, mendemokan, dan mendokumentasikan hasil penelitian. Metodologi DSRM dapat ditunjukkan ke dalam diagram berikut ini :
METODE
Pengujian di sisi pengguna ini, akan menggunakan User Accepted Testing (UAT). UAT dilakukan melalui bentuk pertanyaan dengan format yang telah ditentukan, yang ditujukan ke setiap kelompok pengguna di dalam sistem. Setiap kelompok pengguna akan memperoleh pertanyaan berbeda, yang bertujuan untuk mengukur user experience pengguna di dalam memahami aplikasi dan layanan Ubud Smart Tourism beserta dengan manfaat dari teknologi informasi itu sendiri di bidang pariwisata. Gambar 1. Bagan DSRM
Selain untuk memenuhi kriteria di dalam Smart City, pengujian di sisi pengguna berupa UAT, diharapkan juga turut
53
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Ubud Smart Tourism. Hasil yang diperoleh untuk setiap lembar adalah gambaran pemahaman dari pengguna terhadap aplikasi yang disajikan, yang merupakan usulan solusi terhadap permasalahan yang terjadi. Tabel – tabel berikur menunjukkan orm UAT untuk masing – masing kelompok pengguna.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian UAT dilakukan dengan mempersiapkan sejumlah lembar UAT (yang berbeda untuk setiap kelompok pengguna), yang diberikan secara langsung kepada sejumlah sampel dari setiap kelompok pengguna, sambil mencoba prototipe aplikasi
Tabel 1. Form UAT Kelompok Pengguna Wisatawan Mancanegara No Test
Test Case + Step
Result
Fullfilled
1
Login
Login to the system --> choose User can login into the yes user group --> input username and system and access the password. menu.
-
2
Sign Up
Access Sign Up menu --> choose User can be sign up. user group --> input identity --> input username and password
yes
-
3
Reset Password Select user group --> input e-mail User can registered --> reset. password.
their yes
-
4
View tourism Click event menu --. event data. event data
User can view tourism yes event,
-
5
View tourism Click Master Data menu --> User can view tourism yes object data tourism object data. object data.
-
6
View hotel/homestay data
Click Master Data menu --> User can view yes hotel/homestay data, hotel/homestay data.
-
7
Input Click Tourist Menu --> User can input their yes hotel//homestay Reservation menu --> choose reservation at selected reservation hotel/homestay --. input hotel/homestay. reservation.
-
8
View hotel/homestay reservation
Click Tourist menu Reservation Menu --> reservation data.
their yes
-
9
Delete reservation
Click Tourist menu --> User can deleted their yes Reservation menu --> select reservation by selected hotel/homestay --> select hotel/homestay reservation data.
-
10
Cancel reservation
Click Tourist menu --> User can edit their yes Reservation menu --> selected reservation data by selected
-
reset
--> User can view view reservation data.
54
Note
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
reservation --> edit 11
hotel/homestay
Sharing into Click Tourism Object Menu --> Puser can sharing tourism yes Facebook. choose tourism object category --> data into Facebook. choose tourism object data --> Share.
-
Tabel 2. Form UAT Kelompok Pengguna Wisatawan Lokal No Pengujian
Langkah Pengujian
1
Login
Login ke dalam sistem --> Pengguna dapat login ya memilih kelompok pengguna --> ke dalam sistem dan input username dan password. mengakses menu.
-
2
Daftar
Mengakses menu Pendaftaran -- Pengguna dapat ya > memilih kelompok pengguna - melakukan pendaftaran. -> menginputkan identitas --> menginputkan username dan password
-
3
Ganti Password
Pilih kelompok pengguna --> Pengguna dapat ya input e-mail registrasi --> ubah mengubah password. password.
-
4
Melihat data event Klik menu event pariwisata --> Pengguna dapat melihat ya pariwisata data event pariwisata. data event pariwisata.
-
5
Melihat data objek Klik menu Master Data --> data Pengguna dapat melihat ya wisata objek wisata. data objek wisata.
-
6
Melihat data Klik menu Master Data --> data Pengguna dapat melihat ya hotel/penginapan hotel/penginapan. data hotel/penginapan.
-
7
Input data Klik menu Wisatawan --> Menu pemesanan kamar Reservasi --> pilih hotel/penginapan hotel/penginapan --> input reservasi hotel/penginapan.
Pengguna dapat ya menginputkan data reservasi kamar hotel/penginapan.
-
8
Lihat data Klik menu Wisatawan --> menu Pengguna dapat melihat ya reservasi reservasi --> lihat data reservasi. data reservasi. hotel/penginapan
-
9
Hapus reservasi
data Klik menu Wisatawan --> menu Pengguna dapat ya reservasi --> pilih menghapus data hotel/penginapan --> pilih data reservasi mereka reservasi --> hapus.
-
Klik menu wisatawan --> menu Pengguna dapat ya reservasi --> pilih data reservasi membatalkan ataupun --> edit/batal. mengedit data reservasi
-
10 Membatalkan reservasi
Hasil
55
Terpenuhi
Catatan
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
11 Sharing Facebook.
ke Klik menu Objek Wisata --> Pengguna dapat ya pilih kategori objek wisata --> membagikan informasi pilih data objek wisata. --> objek wisata terpilih ke Share. Facebook.
-
Tabel 3. Form UAT Kelompok Pengguna Pemerintah Daerah No Pengujian
Langkah Pengujian
Hasil
Terpenuhi
1
Login
Login ke dalam sistem --> Pengguna dapat login ke ya memilih kelompok pengguna --> dalam sistem dan input username dan password. mengakses menu.
-
2
Daftar
Mengakses menu Pendaftaran --> Pengguna dapat ya memilih kelompok pengguna --> melakukan pendaftaran. menginputkan identitas --> menginputkan username dan password
-
3
Ganti Password Pilih kelompok pengguna --> Pengguna dapat ya input e-mail registrasi --> ubah mengubah password. password.
-
4
Melihat data Klik menu Master Data --> data Pengguna dapat melihat ya objek wisata objek wisata. data objek wisata.
-
5
Input data Klik menu Objek Wisata --> pilih Pengguna objek wisata kategori objek wisata --> input menginputkan data objek wisata. objek wisata.
dapat ya data
-
6
Hapus data Klik menu Objek Wisata --> pilih Pengguna dapat ya objek wisata kategori objek wisata --> pilih menghapus data obje data objek wisata --> hapus. wisata yang dipilih.
-
7
Mengedit data Klik menu Objek Wisata --> pilih Pengguna dapat ya objek wisata kategori objek wisata --> pilih data mengedit data reservasi. objek wisata. --> edit.
-
8
Sharing Facebook.
-
9
Peta lokasi Klik menu Objek Wisata --> pilih Pengguna objek wisata kategori objek wisata --> pilih data menambahkan objek wisata. --> input koordinat. lokasi objek berbasis GIS.
ke Klik menu Objek Wisata --> pilih Pengguna dapat ya kategori objek wisata --> pilih data membagikan informasi objek wisata. --> Share. objek wisata terpilih ke Facebook.
Tabel 4. Form UAT Kelompok Pengguna Hotel/Penginapan
56
dapat ya data wisata
Catatan
-
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
No Pengujian
Langkah Pengujian
Hasil
Terpenuhi
1
Login
Login ke dalam sistem --> Pengguna dapat login ke ya memilih kelompok pengguna --> dalam sistem dan input username dan password. mengakses menu.
-
2
Daftar
Mengakses menu Pendaftaran --> Pengguna dapat ya memilih kelompok pengguna --> melakukan pendaftaran. menginputkan identitas --> menginputkan username dan password
-
3
Ganti Password
Pilih kelompok pengguna --> Pengguna dapat ya input e-mail registrasi --> ubah mengubah password. password.
-
4
Input data Klik Menu Reservasi --> pilih Pengguna dapat ya pemesanan hotel/penginapan --> input menginputkan data kamar reservasi hotel/penginapan. reservasi kamar hotel/penginapan hotel/penginapan.
-
5
Lihat data Klik menu reservasi --> lihat data Pengguna dapat melihat ya reservasi reservasi. data reservasi hotel/penginapan wisatawan.
-
6
Hapus reservasi
-
7
Membatalkan reservasi
8
Mengedit reservasi
data Klik menu reservasi --> pilih Pengguna dapat ya hotel/penginapan --> pilih data menghapus data reservasi --> hapus. reservasi wisatawan. Klik menu reservasi --> pilih data Pengguna reservasi --> batal. membatalkan reservasi
Catatan
dapat ya data
-
data Klik menu reservasi --> pilih data Pengguna dapat ya reservasi --> edit. mengedit data reservasi
-
Tabel 5. Form UAT Kelompok Pengguna Event Organizer No Pengujian
Langkah Pengujian
Hasil
1
Login
Login ke dalam sistem --> Pengguna dapat login ke ya memilih kelompok pengguna --> dalam sistem dan input username dan password. mengakses menu.
-
2
Daftar
Mengakses menu Pendaftaran --> Pengguna dapat ya memilih kelompok pengguna --> melakukan pendaftaran. menginputkan identitas --> menginputkan username dan password
-
3
Ganti Password Pilih kelompok pengguna --> Pengguna input e-mail registrasi --> ubah
57
Terpenuhi
dapat ya
Catatan
-
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
password.
mengubah password.
4
Melihat data Klik menu Event Pariwisata --> Pengguna dapat melihat ya event wisata data event wisata. data event pariwisata.
-
5
Input data Klik menu Event Pariwisata --> Pengguna event wisata data event pariwisata --> input menginputkan data event pariwisata. event pariwisata.
dapat ya data
-
6
Hapus data Klik menu Event Pariwisata --> Pengguna dapat ya event pilih event pariwisata --> hapus. menghapus data event pariwisata pariwisata.
-
7
Mengedit data Klik menu Objek Wisata --> pilih Pengguna event kategori objek wisata --> pilih data mengedit data pariwisata objek wisata. --> edit. pariwisata.
-
dapat ya event
Tabel 6. Form UAT Kelompok Pengguna Administrator No Pengujian
Langkah Pengujian
Hasil
1
Login
Login ke dalam sistem --> Pengguna dapat login ke ya memilih kelompok pengguna --> dalam sistem dan input username dan password. mengakses menu.
-
2
Daftar
Mengakses menu Pendaftaran --> Pengguna dapat ya memilih kelompok pengguna --> melakukan pendaftaran. menginputkan identitas --> menginputkan username dan password
-
3
Ganti Password
Pilih kelompok pengguna --> Pengguna dapat ya input e-mail registrasi --> ubah mengubah password. password.
-
4
Melihat data Klik menu Master Data --> data Pengguna dapat melihat ya objek wisata objek wisata. data objek wisata.
-
5
Input data objek Klik menu Objek Wisata --> pilih Pengguna wisata kategori objek wisata --> input menginputkan data objek wisata. objek wisata.
dapat ya data
-
6
Hapus data Klik menu Objek Wisata --> pilih Pengguna dapat ya objek wisata kategori objek wisata --> pilih menghapus data obje data objek wisata --> hapus. wisata yang dipilih.
-
7
Mengedit data Klik menu Objek Wisata --> pilih Pengguna dapat ya objek wisata kategori objek wisata --> pilih mengedit data reservasi. data objek wisata. --> edit.
-
8
Sharing
-
ke Klik menu Objek Wisata --> pilih Pengguna
58
Terpenuhi
dapat ya
Catatan
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Facebook.
kategori objek wisata --> pilih membagikan informasi data objek wisata. --> Share. objek wisata terpilih ke Facebook.
9
Peta lokasi objek Klik menu Objek Wisata --> pilih wisata kategori objek wisata --> pilih data objek wisata. --> input koordinat.
Pengguna menambahkan lokasi objek berbasis GIS.
dapat ya data wisata
-
10
Melihat data Klik menu Event Pariwisata --> Pengguna dapat melihat ya event wisata data event wisata. data event pariwisata.
-
11
Input data event Klik menu Event Pariwisata --> Pengguna wisata data event pariwisata --> input menginputkan data event pariwisata. event pariwisata.
dapat ya data
-
12
Hapus data event Klik menu Event Pariwisata --> Pengguna dapat ya pariwisata pilih event pariwisata --> hapus. menghapus data event pariwisata.
-
13
Mengedit data Klik menu Objek Wisata --> pilih Pengguna event pariwisata kategori objek wisata --> pilih mengedit data data objek wisata. --> edit. pariwisata.
dapat ya event
-
14
Input data Klik Menu Reservasi --> pilih Pengguna dapat ya pemesanan hotel/penginapan --> input menginputkan data kamar reservasi hotel/penginapan. reservasi kamar hotel/penginapan hotel/penginapan.
-
15
Lihat data Klik menu reservasi --> lihat data Pengguna dapat melihat ya reservasi reservasi. data reservasi hotel/penginapan wisatawan.
-
16
Hapus reservasi
-
17
Membatalkan reservasi
18
Mengedit reservasi
data Klik menu reservasi --> pilih Pengguna dapat ya hotel/penginapan --> pilih data menghapus data reservasi --> hapus. reservasi wisatawan. Klik menu reservasi --> pilih data Pengguna reservasi --> batal. membatalkan reservasi
dapat ya data
-
data Klik menu reservasi --> pilih data Pengguna dapat ya reservasi --> edit. mengedit data reservasi
-
mengenai pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di bidang pariwisata, baik untuk menyediakan layanan maupun menggunakan layanan.
SIMPULAN Berdasarkan kepada hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap para pengguna, maka dapat disimpulkan bahwa para pengguna memiliki dan memperoleh pengetahuan mendasar yang cukup baik
59
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Systems Research. Journal of Management Information Systems, Issue 3, Winter 2007-8, pp. 45-78. Pratama, I.P.A.E. 2014. Smart City Beserta Cloud Computing dan Teknologi – Teknologi Pendukung Lainnya. Bandung: Penerbit Informatika.
DAFTAR RUJUKAN IBM Global Business Services. 2013. A Vision Of Smarter Cities : How Cities Can Lead The Way Into A Prosperous And Sustainable Future. IBM. 2013. Peffers, K., Tuunanen, T. Rothenberge, M.A., Chatterjee, S. A. Design Science Research Methodology for Information
60
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
BLENDED LEARNING BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK PEMBELAJARAN PRAKTIK DI PERGURUAN TINGGI TEKNIK Muchlas1 1Program
Studi Magister Pendidikan Vokasi, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta Email:
[email protected]
ABSTRACT Implementation of practical work in the engineering college is often constrained by the availability of space and time and the approach used. This research will produce a blended learning based on constructivism that flexible, efficient and can be motivate the participants. To determine the correlation between the developed model and the principles of constructivism, conducted a survey of perception to 25 research subjects. The subject's perception explored using a questionnaire, while learning outcomes are measured using formative tests. Presentation of perception is done with percentages and descriptive narrative techniques, as well as analysis of learning impact using the criterion-referenced test. The results showed that the practical work in the engineering college can be carried out easily, efficiently, flexibly using a blended learning approach based on constructivism. Keywords: blended learning, contructivism, practical work, engineering higher education
ABSTRAK Implementasi pembelajaran praktik di perguruan tinggi teknik sering mengalami kendala ketersediaan ruang dan waktu serta pendekatan yang digunakan. Melalui penelitian ini ingin dihasilkan pembelajaran blended berbasis paham konstruktivisme yang dapat dilaksanakan secara fleksibel, efisien dan memotivasi pesertanya. Untuk melihat kesesuaian model yang dikembangkan dengan prinsip-prinsip belajar konstruktivisme dan dampak pembelajarannya, dilakukan survei persepsi dan pengukuran hasil belajar terhadap 25 orang subjek penelitian. Persepsi digali menggunakan angket sedangkan hasil belajar diukur menggunakan tes formatif. Penyajian informasi persepsi dilakukan dengan teknik persentase dan deskriptif naratif, sedang analisis dampak pembelajaran dilakukan dengan evaluasi menggunakan kriteria penilaian acuan patokan (PAP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran praktik di perguruan tinggi teknik dapat dilaksanakan dengan mudah, efisien, fleksibel menggunakan pendekatan blended learning berbasis paham konstruktivisme dan menghasilkan pencapaian belajar yang cukup baik. Kata kunci: blended learning, konstruktivisme, pembelajaran praktik, perguruan tinggi teknik
merasa takut menggunakan alat karena khawatir akan rusak. Memperhatikan situasi seperti ini, perlu dilakukan langkah-langkah mencari pendekatan untuk menghasilkan pembelajaran praktik yang fleksibel dari sisi ruang dan waktu, efisien dari sisi pembiayaan dan sekaligus dapat membangkitkan motivasi mahasiswa sebagai pesertanya. Salah satu alternatif yang dapat dipilih adalah dengan menyelenggarakan kegiatan pembelajaran praktik menggunakan pendekatan online. Namun, pembelajaran online memiliki kelemahan yang sangat fundamental yakni kurangnya interaksi
PENDAHULUAN Pembelajaran praktik atau praktikum di lembaga pendidikan tinggi teknik khususnya perguruan tinggi swasta, sering menghadapi masalah-masalah yang terkait dengan kecilnya rasio antara alat yang digunakan terhadap mahasiswa yang mengikutinya. Selain itu, masalah keterbatasan ruang dan alokasi waktu bagi dosen juga sering menjadi faktor penghambat penyelenggaraan kegiatan praktik. Dari sisi mahasiswa, pelaksanaan praktik kurang membangkitkan motivasi dan bahkan dalam beberapa kasus, menjadikan pesertanya
61
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
secara langsung antara pengajar dengan siswanya, terlebih lagi jika pembelajarannya menggunakan online jenis asynchronously, sehingga menimbulkan banyak kesalahpahaman pada diri siswa. Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan yang terjadi, pembelajaran dapat menggunakan blended learning, yakni gabungan antara pembelajaran online yang mengutamakan penggunaan jenis synchronously dan tatap muka. Pembelajaran blended diartikansebagai kombinasi pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran didukungkomputer(Osguthorpe & Graham, 2003: 227-233). Sejalan dengan pandangan di atas, Mason & Rennie (2006: 17) mendefinisikan pembelajaran blended sebagai gabungan antara pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran jarak jauh dan elearning.Melalui definisi ini telah ditunjukkan bahwa pembelajaran blended telah menunjuk pada pembelajaran online sebagai bagiannya, karena pembelajaran jarak jauh dan e-learning merupakan implementasi dari pembelajaran online. Sementara itu, Huang, Wei & Huang (2012: 338-349) menyebut pembelajaran blended dengan istilah pembelajaran hibrida (hybrid learning) dan pembelajaran campuran (mixed-mode learning). Definisi yang lebih lengkap tentang pembelajaran blended diberikan oleh Hoic-Bozic, Mornar & Boticki (2009: 19-30) yakni sebagai pembelajaran berbasis pada kombinasi yang sangat variatif dari kuliah tatap muka di dalam kelas, pembelajaran melalui internet dan pembelajaran yang didukung oleh berbagai teknologi yang ditujukan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih efisien. Graham (2006: 8) menemukan sekurang-kurangnya tiga hal yang menjadi alasan kuat penggunaan pembelajaran blended yakni mampu (1) meningkatkan aspek pedagogis, (2) meningkatkan fleksibilitas dan akses siswa terhadap proses pembelajaran maupun sumber-sumber belajar, serta (3) meningkatkan efisiensi pembiayaan.
Peningkatan aspek pedagogis dari pemanfaatan pembelajaran blended dapat dilihat dari kenyataan bahwa hampir sebagian besar pembelajaran tatap muka di perguruan tinggi diselenggarakan dengan strategi transmisi pengetahuan satu arah yang menyebabkan pembelajaran berpusat hanya pada dosen dan mahasiswa menjadi kurang aktif. Pada sisi lain terjadi hal sebaliknya, pembelajaran online mengarahkan mahasiswa belajar berbagai materi yang sangat padat secara mandiri sehingga kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi tidak segera dapat memperoleh penyelesaiannya. Pembelajaran blended mendekatkan dua keadaan yang ekstrim tersebut dalam sebuah pembelajaran yang menggabungkan kegiatan tatap muka dengan online. Melalui pembelajaran blended dapat ditingkatkan strategi pembelajaran aktif, strategi pembelajaran peer-to-peer, strategi pembelajaran berpusat pada mahasiswa sehingga mampu mengurangi kelemahankelemahan yang ada pada pembelajaran tatap muka dan online yang diselenggarakan secara tersendiri. Melalui pembelajaran blended juga dapat ditingkatkan aksesibilitas mahasiswa terhadap proses pembelajaran. Penyediaan akses yang luas bagi mahasiswa terhadap proses pembelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam penyelenggaraan pembelajaran online. Pembelajaran blended menjadikan mahasiswa dapat memperoleh situasi-situasi yang beragam di luar kondisi lingkungan online yang dapat memberi peluang untuk berinteraksi secara sosial dengan dosen maupun sesama mahasiswa. Selain itu, melalui pembelajaran blended juga dapat diperoleh fleksibilitas yang tinggi terutama dari sisi waktu pembelajaran yang digunakan. Kegiatan tatap muka yang terus menerus menyebabkan penggunaan waktu kurang fleksibel. Penggabungan pembelajaranonline khususnya jenis asinkron ke dalam pembelajaran tatap muka, menjadikan mahasiswa dapat memanfaatkan waktu selain
62
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
untuk mengikuti pembelajaran juga untuk menggali pengetahuan-pengetahuan di luar materi yang sedang dipelajarinya. Hasil penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa pembelajaran blended memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan metode konvensional. Mahasiswa yang lulus dengan menggunakan pembelajaran blended mencapai 88%, sedangkan pada pembelajaran konvensional hanya mencapai 63% (Mendez & Gonzales, 2011: 626). Penelitian lain bahkan menunjukkan bahwa implementasi e-learning dan blended learning dapat mengurangi tingkat dropout selama tiga tahun berturutturut karena melalui pendekatan ini mahasiswa menjadi termotivasi dalam mengikuti pembelajaran (Alonso, Manrique, Martinez & Vines, 2011: 477). Pembelajaran blended juga dapat meningkatkan efektivitas penggunaan dana karena melibatkan pembelajaran online di dalamnya. Suatu kenyataan bahwa pembelajaran tatap muka secara penuh akan memerlukan dana yang besar apabila diselenggarakan untuk melayani jumlah peserta yang besar. Pembelajaran ini akan memerlukan tersedianya fasilitas dan sumber-sumber belajar yang bersifat fisik seperti ruangan perkuliahan, ruangan praktik, buku-buku pelajaran, dan sumber-sumber belajar bersifat fisik yang lain dengan biaya pengadaan yang besar. Penggunaan pembelajaran blended dapat mengurangi alokasi dana penyelenggaraan karena pembelajaran ini mampu menjangkau peserta dan bahkan area yang luas secara online menggunakan sumber-sumber belajar berbentuk softcopy dan virtual yang pengadaannya lebih murah. Mempertimbangkan kemampuan pembelajaran blended dalam ketiga hal tersebut, dipandang perlu mengembangkan pendekatan ini untuk diterapkan pada pembelajaran praktik di lingkungan pendidikan tinggi teknik, agar penyelenggaraan pembelajaran praktik dapat fleksibel dan efisien.
Oleh karena pembelajaran ini merupakan kegiatan eksperimen yang memerlukan alat dan bahan praktik, maka diperlukan suatu media yang dapat menggantikan peran laboratorium real (hands-on laboratory) yang dapat diakses secara online. Salah satu alternatif yang dapat dipilih adalah dengan menggunakan simulator. Dalam konteks ragam laboratorium, simulator dapat diklasifikasikan sebagai laboratorium virtual dengan tingkat realitas tinggi yang mampu menciptakan lingkungan praktik layaknya laboratorium real. Ma & Nickerson (2006: 3), Krivickas & Krivickas (2006: 191), dan Lustigova & Lustig (2009: 77) menyebutkan bahwa laboratorium di lingkungan pendidikan teknik saat ini dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis yakni: (1) hands-on yang merupakan laboratorium konvensional dan tertua dengan peralatan real, (2) simulator atau virtual laboratory, dan (3) distributed learning atau remote laboratory. Dua jenis laboratorium yang terakhir infrastruktur dan implementasinya lebih banyak didukung oleh aplikasi teknologi informasi dan komunikasi yang bersifat elektronis, sehingga keduanya sering disebut dengan electronic laboratory atau disingkat dengan e-lab. Babich & Mavrommatis (2004: 1044) menyatakan bahwa pengertian simulator merujuk pada perangkat lunak simulasi dari peralatan-peralatan fisis seperti instrumen pengukuran atau sistem real lainnya. Definisi lain tentang simulator diberikan Budhu (2002: 2) yang menyatakan bahwa simulator adalah salah satu bentuk dari objek multimedia interaktif. Sedangkan objek multimedia interaktif didefinisikan sebagai objek-objek kompleks dalam bentuk digital yang tersusun dari format heterogen, terdiri atas teks, hypertext, suara, gambar, animasi, video dan grafik yang mengandung tujuan pembelajaran eksplisit maupun implisit. Selanjutnya Budhu menyebutkan bahwa simulator dapat mencakup program untuk simulasi dua dimensi dan tiga dimensi.
63
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Definisi simulator juga dikaitkan dengan istilah yang merujuk pada penggunaan antarmuka grafis bagipengguna yang berhubungan dengan teknik simulasi khususnya animasi grafis tiga dimensi yang realistis dan tidak menyediakan fasilitas telekomunikasi untuk mengakses sistem real dari jarak jauh, namun hanya menyediakan simulasi dari sistem fisis saja (Tzafestas, Palaiologou, & Alifragis, 2006: 361). Mengutip Sahebnaskh (2004), Shokri & Faraahi (2010: 1357) mendefinisikan simulator sebagai lingkungan simulasi yang menyediakan bagi mahasiswa dan kalangan profesional fasilitas untuk melakukan latihan dan eksperimen di kelas atau untuk mengerjakan penelitian eksperimen secara virtual.Dengan memperhatikan berbagai definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa simulator adalah objek multimedia interaktif yang dapat berbentuk objek-objek digital berupa teks, hypertext, suara, gambar, animasi, maupun video yang dapat melakukan simulasi terhadap berbagai gejala fisis dua dimensi atau tiga dimensi dan dapat digunakan untuk melaksanakan eksperimen maupun penelitian dengan data-data virtual, serta mengandung tujuan pembelajaran secara eksplisit maupun implisit. Dengan mengutip Saad et al. (2001), Babich & Mavrommatis (2004: 1044)mengatakan bahwa kegunaan utama dari simulator adalah menyediakan fasilitasfasilitas simulatif yang mengizinkan mahasiswa melaksanakan eksperimen seperti pada laboratorium konvensional hands-on. Mengutip Canizares & Faur (1997), McLellan, (1995) dan Papathanassiou (1999), Ma & Nickerson (2006: 6) mendeskripsikan sifat simulator sebagai pengganti laboratorium yang implementasinya: (1) lebih murah dibandingkan laboratorium hands-on dari segi pengadaan dan operasinya, (2) memerlukan syarat awal dalam penggunaannya yaitu mahasiswa harus memiliki kemahiran terlebih dahulu dalam menjalankan simulasi sebelum menjalankan kegiatan praktik sesuai materi yang
dipelajarinya, dan (3) memerlukan waktu yang lama dan biaya pengembangan yang besar untuk mensimulasikan fenomena dengan tingkat realitasnya tinggi. Bekerja maupun belajar dengan menggunakan simulator atau melalui kegiatan simulasi banyak memberikan keuntungan dibandingkan dengan melalui dunia real. Shokri & Faraahi (2010: 1357)dengan merujuk pada Malki & Matarrita (2002), Palagin, Romanov & Sachenko (2007) menyatakan bahwa dengan menggunakan simulator, akan diperoleh berbagai keuntungan mencakup (1) biaya menjadi lebih murah, (2) terjamin keamanannya selama eksperimen dengan bahan-bahan yang berbahaya, (3) kegiatan praktik menjadi fleksibel karena mahasiswa dapat melakukan perubahan-perubahan lingkungan kerja, prosedur atau jenis eksperimen secara cepat dengan biaya murah, (4) aksesibilitasnya luas karena dapat diakses dari sembarang tempat pada sembarang waktu, dan (5) memungkinkan terciptanya kerja kolaborasi. Alessi & Trollip (2001: 226231)menyatakan bahwa dibandingkan dengan dunia real, simulasi memberikan keuntungan seperti: (1) meningkatkan keamanan ketika berinteraksi dengan objek-objek atau gejalagejala fisik yang sedang dipelajari, (2) menyediakan pengalaman yang sulit diperoleh pada dunia real, (3) mudah dalam pengaturan waktu, (4) membuat peristiwaperistiwa langka menjadi peristiwa-peristiwa biasa, (5) situasi belajar yang kompleks dapat lebih dikendalikan, dan (6) menghemat biaya. Sedangkan dibandingkan dengan media dan metode yang lain seperti buku, perkuliahan biasa, atau totorial, penggunaan simulasi memberikan keuntungan: (1) lebih mampu membangkitkan motivasi, (2) meningkatkan transfer pengetahuan, (3) lebih efisien, (4) lebih fleksibel, (5) dapat diterapkan pada semua fase proses pembelajaran, dan (6) adaptif untuk filosofi pendidikan yang berbeda-beda.
64
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Blended learning dalam pembelajaran praktik yang menggunakan simulator, menjadi penting untuk dipertimbangkan mengingat dalam kegiatan praktik ini menurut (Ma & Nickerson, 2006: 6), dan Shokri & Faraahi (2010: 1357) dipersyaratkan agar mahasiswa memiliki kemampuan awal terlebih dahulu dalam menjalankan simulasi sebelum praktik dilaksanakan. Dalam konteks blended learning, tatap muka dapat diselenggarakan pada awal praktikum sebagai kegiatan untuk memperkenalkan simulator yang akan digunakan dalam praktikum, dan untuk kegiatan selanjutnya dapat dilaksanakan secara online. E-learning yang mewakili unsur pembelajaran online dalam pembelajaran blended,juga menyediakan kelengkapan belajar kolaboratif yang dapat dimanfaatkan untuk menyelenggarakan pembelajaran praktik melalui aktivitas small group sebagai ciri kegiatan praktik dengan metode yang banyak disarankan para ahli seperti inkuiri. Agar memenuhi tujuan pembelajaran yang diharapkan, pembelajaran blended perlu diimplementasikan dalam berbagai corak model-model pengajaran kontemporer. Joyce, Weil, & Calhoun (2008: 25)membagi modelmodel pengajaran kontemporer ke dalam empat kategori yakni pemrosesan informasi, sosial, personal, dan sistem perilaku. Modelmodel pengajaran dalam kategori pemrosesan informasi meliputi: berpikir induktif (inductive thinking), pencapaian konsep (concept attainment), the picture-word inductive model atau PWIM, inkuiri ilmiah (scientific inquiry), pelatihan inkuiri (inquiry training), mnemonics, synectics dan advance organizers. Untuk kategori sosial, model-model pengajaran yang terkandung di dalamnya meliputi: (1) pasangan dalam belajar (partner in learning) yang terdiri atas ketergantungan positif (positive interdependence) dan inkuiri terstruktur; (2) investigasi kelompok; (3) bermain peran; dan (4) inkuiri yurisprudensi.
Selanjutnya, model-model pengajaran yang termasuk dalam kategori personal terdiri atas: (1) pengajaran tidak langsung (nondirective teaching), dan (2) peningkatan harga diri (enhancing self-esteem). Sedangkan model-model pengajaran dalam kategori sistem perilaku terdiri atas: mastery learning, direct instruction, simulation, social learning dan programmed schedule. Dari sisi kategori pemrosesan informasi, penggunaan model pengajaran berpikir induktif dan inkuiri dalam pembelajaran praktik online sangat tepat, mengingat kedua model tersebut inline dengan filosofi kontemporer yang melandasi kurikulum modern, yakni pandangan bahwa belajar merupakan rekonstruksi pengalaman dan proses mandiri yang kreatif. Dalam hal ini rekonstruksi pengalaman dapat dimaknai sebagai proses berpikir induktif, sedangkan proses mandiri kreatif sesungguhnya merupakan langkah-langkah penyelidikan (inkuiri) untuk tujuan rekonstruksi pengetahuan oleh siswa. Pada sisi lain, implementasi model pengajaran berpikir induktif dan inkuiri dalam pembelajaran praktik online, dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam menggali pengetahuan, karena melalui keduanya, proses rekonstruksi pengetahuan dapat berlangsung sesuai kebutuhan siswa, kegiatan praktik menjadi menarik karena dirancang dan dilaksanakan sendiri sesuai kemampuan siswa, dan dapat melatih siswa dalam penyelidikan-penyelidikan ilmiah. Ditinjau dari kategori sosial, implementasi pembelajaran praktik online menggunakan model pengajaran pasangan dalam belajar (partner in learning) khususnya jenis investigasi kelompok sangat tepat, karena model ini memiliki potensi menumbuhkan kerja kolaborasi dalam kelompok belajar yang merupakan salah satu strategi yang efektif untuk mendukung metode inkuiri. Selanjutnya dapat dikemukakan bahwa dari sisi kategori personal, pemilihan nondirective teaching sebagai model dalam
65
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
pengajaran online akan memberikan situasisituasi yang mendorong siswa memiliki kebebasan untuk menjalankan peran sesuai tujuan pengajaran yang ditetapkan. Dalam hal ini guru tidak secara langsung terlibat dalam pengajaran melainkan hanya membantu siswa dalam menjalankan perannya, sehingga sesuai dengan filosofi pendidikan kontemporer khususnya paham progressivism yang memandang bahwa dalam pengajaran guru hanya berperan sebagai pemandu. Pada sisi lain, komplementasi antara model nondirective teaching dengan model berpikir induktif akan menumbuhkan situasi-situasi yang dibutuhkan oleh pengajaran inkuiri agar dapat berjalan secara efektif dalam mencapai tujuannya. Sedangkan dari sisi kategori sistem perilaku, model pengajaran simulasi sangat tepat digunakan dalam pembelajaran praktik online. Pada satu sisi, model simulasi menyediakan berbagai pengalaman dari berbagai sistem perilaku yang dapat digunakan siswa sebagai sumber pengetahuan yang digalinya, seperti tuntutan yang diberikan oleh filosofi kontemporer. Pada sisi lain, model simulasi dalam pembelajaran online dapat diimplementasikan secara mudah menggunakan perangkat lunak komputer. Pada paruh pertama abad ke-20 bidang-bidang disain dan teknologi pendidikan didominasi oleh teori belajar behaviorism (Scels & Richey, 1994 dalam Bolliger (2006: 119), namun saat ini, menurut Bangert (2004) yang dikutip oleh Mason & Rennie (2006: 18), sebagian besar dari disain pembelajaran yang melibatkan teknologi komunikasi dan informasi seperti web-based education, termasuk di dalamnya e-learning, dikembangkan dan diselenggarakan dengan menggunakan prinsip-prinsip yang ada di dalam teori belajar konstruktivisme. Penganut teori belajar konstruktivisme meyakini bahwa individu-individu memperoleh pengetahuan dengan cara
menciptakan konstruksi dan dengan menginterpretasikan serta refleksi pada pengalamannya (Jonassen, Peck & Wilson, 1999 dalam Bolliger, 2006: 119). Teori ini pada awalnya dibangun oleh Jean Piaget (1954), seorang pemikir yang telah memberikan banyak kontribusi pada bidang pengembangan psikologi kognitif, yang berpandangan bahwa struktur kognitif berubah ketika individu berinteraksi dengan lingkungan eksternal dan pengintegrasian informasi sebagai bagian dari akuisisi pengetahuan dilakukan individu melalui salah satu dari proses asimilasi atau akomodasi. Keyakinan ini kemudian diperbaiki lagi sehingga muncul pandangan baru yang menyatakan bahwa dalam konstruktivisme, realitas atau kenyataan konkrit dapat dikonstruksi oleh individu dan kelompok sosial berbasis pengalaman mereka dalam menginterpretasikan dunia nyata (Jonassen, Cernusca & Ionas, 2007: 46). Doolittle & Camp (1999: 6) dengan mengutip beberapa sumber menyebutkan bahwa teori belajar konstruktivisme sesungguhnya bersifat kontinyu sehingga pengklasifikasiannya dapat dilakukan dengan membaginya ke dalam tiga jenis yakni konstruktivisme kognitif (Anderson, 1993; Mayer, 1996), konstruktivisme sosial (Cobb, 1994; Vygotsky, 1978) dan konstruktivisme radikal (Piaget, 1973; von Glasersfeld, 1995). Selanjutnya Doolittle & Camp menyatakan bahwa pengertian ketiga jenis teori belajar konstruktivisme dapat ditinjau dari nilai-nilai dasar yang melandasinya yakni: (1) pengetahuan diterima tidak secara pasif melainkan hasil pengenalan secara aktif oleh individu, (2) kesadaran dalam menerima pengetahuan adalah proses adaptif, (3) fungsi kesadaran adalah mengorganisir pengalaman individu (von Glasersfeld, 1998), (4) pengetahuan memiliki akar di dalam konstruksi yang bersifat biologis/neurologis dan di dalam interaksi-interaksi berbasis sosial, budaya maupun bahasa (Dewey, 1916; Maturana & Varela, 1992; Gergen, 1995;
66
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Garrison, 1997; Larochelle, Bednarz, & Garrison, 1998). Konstruktivisme kognitif menganut dua nilai dasar yang pertama saja, sehingga berpandangan bahwa akuisisi pengetahuan merupakan proses adaptif dan hasil dari pengenalan secara aktif oleh individu. Perhatian utama konstruktivisme kognitif ini adalah pada pengembangan konstruksi mental yang akurat dari realitas yang diterima individu. Konstruktivisme radikal menggunakan tiga nilai dasar yang pertama sehingga penganutnya selain berpandangan bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui pengenalan secara aktif dan adaptif oleh individu, juga meyakini bahwa akuisisi pengetahuan pada dasarnya adalah prosesmengubah ingatan berbasis pengalaman dan menekankan pada pembangunan sebuah realitas pengalaman yang koheren/masuk akal. Sedangkan konstruktivisme sosial menggunakan prinsip berdasarkan nilai dasar terakhir yakni menekankan pada realitas yang dibangun secara sosial atau realitas yang dibangun atas dasar kesepakatan melalui interaksi-interaksi sosial, budaya maupun bahasa. Dengan merujuk beberapa sumber, selanjutnya Doolittle & Camp (1999: 9-13) menyatakan bahwa dalam dunia pembelajaran, teori belajar konstruktivisme memiliki delapan faktor esensial yakni: (1) belajar harus dilaksanakan di lingkungan asli dan dunia nyata (Wirth, 1972; von Glasersfeld, 1984), (2) belajar harus melibatkan negosiasi dan mediasi sosial (Gergen, 1995; Spivey, 1997), (3) isi pelajaran dan keterampilan yang diajarkan harus dibuat sesuai dengan kebutuhan siswa (Camp, 1982; Pintrich & Schunk, 1996), (4) isi pelajaran dan keterampilan harus dapat dipahami dalam kerangka pengetahuan awal siswa, (5) siswa harus diberi penilaian formatif dan informasi awal tentang pengalaman belajar waktu yang akan datang, (6) siswa harus didorong agar mampu mengaturdiri sendiri, memediasi diri sendiri dan peduli dengan diri sendiri (Vygotsky,
1978; Brown & Palincsar, 1987; McNabb, 1997), (7) guru berfungsi terutama sebagai pemandu dan fasilitator belajar, dan bukan sebagai instruktur (Hammonds and Lamar, 1968; von Glasersfeld, 1996; Lynch, 1997), (8) guru harus menyediakan pandangan dalam berbagai perspektif terhadap materi yang disampaikan (Hammonds & Lamar, 1968; Wertsch, 1985; Lynch, 1997). Sementara Driscoll (2005: 394395)menyebutkan bahwa prinsip-prinsip pokok dalam teori belajar konstruktivisme mencakup lima aspek yakni: (1) kegiatan belajar harus disematkan pada lingkungan yang kompleks, realistik dan sesuai, (2) lingkungan belajar harus menyediakan fasilitas kegiatan negosiasi sosial sebagai bagian integral dari proses pembelajaran, (3) guru harus menyediakan dan menggunakan berbagai perspektif dan banyak model dalam penyelenggaraan proses belajar, (4) guru harus mendorong siswa menumbuhkan rasa kepemilikan terhadap kegiatan belajar, dan (5) guru harus membangkitkan dan memelihara pada diri siswa rasa kepedulian diri sendiri terhadap proses konstruksi pengetahuan. Dalam lingkungan belajar online, model-model belajar berbasis teori konstruktivisme yang sering digunakan adalah situated learning, problem-based learning, communities of practice, simulasi (Masson & Rennie, 2006: 18), dan Horton (2006: 415)menambahkannya dengan belajar kolaboratif. Masson & Rennie selanjutnya menyatakan bahwa konsep situated learning, sebagai bentuk dari belajar berbasis konstruktivisme, telah dikembangkan pertama kali oleh Lave & Wenger (1990) yang berpendapat bahwa belajar secara normal merupakan fungsi dari aktivitas, konteks serta budaya. Oleh karena itu, belajar dengan model ini mengharuskan siswa berada di dalam lingkungan fisik dan sosial tertentu sesuai dengan pengetahuan yang sedang dipelajarinya. Situasi ini bertolak belakang dengan pembelajaran kelas tradisional yang biasanya mempresentasikan
67
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
pengetahuan dalam bentuk abstrak dan keluar dari konteks. Sementara Robinson, Molenda & Rezabek (2008: 34) berpandangan bahwa model belajar situated learning menekankan pada pengertian bahwa semua pikiran manusia disusun dalam konteksyang spesifik seperti waktu, tempat maupun kondisi sosial. Model pembelajaran online seperti elearning, menyediakan banyak peluang untuk menciptakan lingkungan situated learning. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi khususnya internet yang sangat pesat saat ini telah memungkinkan pengelolaan sumber-sumber informasi menjadi lebih mudah dan murah. Hal ini membawa implikasi kepada meningkatnya kepedulian banyak pihak terhadap pentingnya penyediaan sumber-sumber pengetahuan yang dapat diakses dengan mudah oleh semua orang di seluruh dunia. Dengan teknologi web, lingkungan situated learning dapat diciptakan melalui penyediaan berbagai link ke sumber-sumber informasi di internet untuk memberi kesempatan kepada siswa memasuki lingkungan yang sesuai dengan pelajaran yang sedang diikutinya. Model situated learning memberikan berbagai implikasi instruksional seperti perlunya: penciptaan lingkungan belajar yang bersifat open-ended, belajar berbasis penemuan, inkuiri dan lingkungan; penyediaan dukungan multi perpektif pada setiap materi yang dipelajari siswa; penyediaan peluang aktivitas interaksi sosial; pembelajaran dengan permainan peran, debat, maupun konteks asli, dan termasuk di dalamnya adalah pembelajaran berbasis kasus, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran melalui communities of practice (CoP), magang, serta simulasi (Dabbagh, 2005: 29). Jika implikasi ini dikaitkan dengan implementasi pembelajaran praktik online yang berorientasi pada aktivitas open-ended, inkuiri dan penemuan, maka ruh konstruktivisme sesungguhnya sudah tersemat di dalam penyelenggaraan kegiatan praktik onlineini. Untuk menjaga agar senantiasa inline pada jalur
konstruktivisme, pembelajaran praktik online yang dibangun juga perlu menyediakan fasilitas simulasi guna memberi kesempatan kepada individu merasakan dunia real dalammelaksanakan aktivitas belajarnya. Paham konstruktivisme juga mempersyaratkan agar pembelajaran praktik online diselenggarakan dengan memberi peluang individu-individu berinteraksi secara sosial, dan hal ini dapat diwujudkan dalam bentuk belajar kolaboratif melalui kelompokkelompok kecil (small group). Belajar kolaboratif merupakan turunan dari prinsip belajar konstruktivisme kedua dari Driscoll yakni lingkungan belajar harus menyediakan fasilitas kegiatan negosiasi sosial, dan menggabungkan beberapa model belajar konstruktivisme lainnya (Robinson, Molenda & Rezabek, 2008: 35). Model belajar ini dapat dengan mudah diwujudkan dalam lingkungan pembelajaran praktik online, mengingat saat ini telah banyak tersedia LMS seperti perangkat lunak Moodle yang kelengkapannya dapat mendukung cara belajar tersebut. Dalam pembelajaran praktik online, kegiatan kolaboratif yang mencerminkan paham konstruktivisme dapat dilaksanakan dalam beberapa model seperti ditunjukkan pada gambar 1 (Horton, 2006: 419).
Gambar 1. Lapisan model belajar kolaborasi online Kinerja terbaik dari model piramida pada gambar 1 adalah pada lapisan paling bawah dan berutut-turut menuju ke puncak piramida menunjukkankinerja yang semakin rendah. Lapisan terbawah menunjukkan
68
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
model belajar kolaboratif secara online individual dan asinkron. Pada model ini, individu berkolaborasi dengan individuindividu yang lain melalui media online asinkron seperti email, mailinglist, bulletin board, forum diskusi, dan media sosial online lainnya. Aktivitas belajarnya dilakukan dengan membaca, meneliti, simulasi laboratorium, dan penulisan. Lapisan berikutnya menunjukkan aktivitas belajar kolaboratif melalui kelompok dan bersifat asinkron. Pada model ini, individu-individu tergabung dalam kelompok-kelompok kecil yang melakukan kolaborasi dalam bentuk diskusi maupun proyek tim, dan media online yang digunakan sama dengan media asinkron pada lapisan paling bawah. Lapisan group synchronous menunjukkan kegiatan belajar kolaboratif dalam bentuk kelompok-kelompok kecil menggunakan media online sinkron seperti chat room, presentasi onlinesinkron, audio conferencing, dan video conferencing. Lapisan paling atas menunjukkan belajar kolaboratif satu individu dengan satu individu yang lain melalui komunikasi online sinkron. Agar proses kolaboratif dapat efektif perlu diperhatikan aspek kefasehan dalam berbahasa, aksen/logat yang digunakan, keterampilan menulis pesan, dan keahlian teknis dalam mengoperasikan piranti komunikasi (Horton, 2006: 420). Selain model situated learning dan belajar kolaboratif, model pembelajaran lain yang sering digunakan pada proses belajar dengan lingkungan online berbasis paham konstruktivisme adalah belajar berbasis masalah. Pembelajaran ini memberikan tantangan kepada siswa untuk melakukan aktivitas bekerja sama dalam kelompok guna mencari solusi terhadap masalah-masalah dunia nyata dan masalah-masalah tersebut difungsikan sebagai pembangkit rasaingin tahu siswa khususnya pada saat pelajaran dimulai (Masson & Rennie, 2006: 19). Model belajar ini mempersiapkan siswa agar dapat berpikir kritis dan analitis, serta dapat
menemukan dan menggunakan sumbersumber pembelajaran yang tepat. Walaupun konstruktivisme terlihat akan dominan mewarnai implementasi elearning, namun sesungguhnya di dalam suatu kegiatan pembelajaran tidak bisa terlepas dari pengaruh teori belajar yang lain. Oleh sebab itu, Bjørke, et. al (2005) yang dikutip oleh Hasibuan (2006: 4) menawarkan model pembelajaran e-learning terpadu dengan konstruktivisme sebagai paham utama seperti ditunjukkan pada gambar 2 berikut ini. Dengan memperhatikan berbagai tinjauan tentang teori belajar konstruktivisme seperti telah dikemukakan melalui uraianuraian tersebut di atas,dapat diambil pengertian bahwa teori konstruktivisme sangat tepat digunakan sebagai landasan filosofis pengembangan dan penyelenggarakan kegiatan pembelajaran praktik online. Semangat konstruktivisme akan senantiasa melekat pada kegiatan pembelajaran praktik online ini manakala disainnya merupakan turunan dari prinsipprinsip konstruktivisme seperti perlunya kegiatan praktik berorientasi pada aktivitas open-ended, inkuri dan penemuan, perlunya pendekatan kontekstual dengan menyediakan berbagai simulasi dunia real, dan perlunya kegiatan belajar secara kolaboratif. Ketersediaan teknologi online yang mampu mendukung sepenuhnya implementasi prinsip-prinsip konstruktivisme, menjadikan teori belajar ini semakin tepat sebagai landasan filosofi pembelajaran praktik secara online.
69
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Dari tabel 1 terlihat bahwa desain model pembelajaran praktik online, sekurang-kurangnya mengandung kegiatan: (1) pemberian materiprasyarat pengoperasian perangkat-perangkat pembelajaran praktik online dan pengoperasian simulator; (2) praktik dengan metode inkuiri; (3) praktik secara kolaboratif online dalam kelompokkelompok kecil; (4) praktik dengan menggunakan simulator yang memiliki tingkat realitas yang tinggi; dan (5) pemberian tugas pendahuluan, pre-test, penilaian aktivitas praktik, post-test dan penulisan laporan atau portofolio Jadi, tujuan yang ingin dicapai dari studi ini adalah ingin memperoleh disain instruksional pembelajaran praktik di perguruan tinggi khususnya untuk materi rangkaian logika dengan pendekatan pembelajaran blended berbasis paham konstruktivisme dan model-model kontemporer. Selain itu, melalui studi ini juga akan digali persepsi subjek penelitian terhadap model yang dikembangkan dan pengaruh model terhadap hasil belajar mahasiswa.
Gambar 2. Ilustrasi model pembelajaran elearning terpadu (blended learning) menggunakan paham utama konstruktivisme (Hasibuan, 2006: 4) Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa konstruktivisme merupakan teori belajar yang prinsipprinsipnya sesuai dan dapat diterapkan pada pembelajaran praktik online. Tabel 1 berikut ini menunjukkan matriks yang menghubungkan antara landasan filosofi dengan aktivitas mengajar dan belajar pada pembelajaran praktik online.
70
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Tabel 1. Matriks landasan filosofi pembelajaran praktik online
Aktivitas Mengajar dan Belajar
Filosofi
Pemberian Pra Syarat: Pengoperasian perangkat pembelajar-an online dan simulator
Pemberian Tugas Awal, Pre Tes, Penilaian Praktik, Post Test, Portofolio Setiap sesi
Praktik Secara Kolabo-ratif Online Dalam Kelom-pok Kecil
Berpikir induktif Model Pengajaran
Praktik dengan metode inkuiri memakai panduan open-ended
√
√ √
Inkuiri
√ √
Investigasi Kelompok Nondirective teaching Simulasi
√
√ √
Belajar dengan melibatkan negosiasi sosial
√
Isi pelajaran sesuai kebutuhan siswa
√
Pemahaman materi sesuai pengetahuan awal siswa
√ √
Dekat dengan dunia nyata
Prinsip Teori Belajar Konstruktivisme
Praktik Dengan Simulator yang memiliki tingkat realitas tinggi
√
Melalui pemberian tugas awal
√
Ada penilaian formatif dan informasi materi yang akan datang
√
Siswa dapat mengatur diri sendiri
Melalui evaluasi portofolio
Guru sebagai pemandu
√ √
√
√ Melalui panduan open-ended
Guru menyediakan berbagai perspektif materi
Melalui pemberian tugas awal Memantau dan memandu kegiatan praktik dan evaluasinya secara tatap muka dan online
Dosen
Mengajar secara tatap muka
Instruktur
Membimbing, memantau dan menilai kegiatan praktik, memberikan umpan balik dan menilai tugas secara tatap muka danonline. Melayani pendaftaran dosen, instruktur dan mahasiswa secara online sebagai pengguna portal laboratorium virtual
Peran SDM Teknisi
yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini disediakan portal laboratorium berbasis content management system menggunakan aplikasi Moodle. Portal ini digunakan untuk mengatur seluruh kegiatan manajemen pembelajaran praktik seperti pengumuman pendaftaran, pembagian kelompok praktik, tes online, administrasi nilai maupun konsultasi tugas.
METODE Penelitian ini diawali dengan merancang terlebih dahulu perangkatperangkat pembelajaran dan disain instruksional yang diperlukan. Tabel 2 menunjukkan deskripsi perangkat-perangkat yang dibutuhkan dalam pembelajaran online terpadu/blended untuk praktik yang terdiri atas perangkat keras, perangkat lunak dan perangkat pembelajaran. Selanjutnya, dilakukan proses settingup terhadap perangkat-perangkat pendukung
71
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Tabel 2. Pembelajaran Terpadu/Blended Jenis Perangkat Perangkat Keras
Perangkat Lunak
Perangkat Pembelajaran
Perangkat Praktik
Pendukung Online
Selanjutnya, pengaturan (setting) untuk aspek-aspek yang penting pada pelaksanaan pembelajaran praktik online dengan model ini disajikan melalui tabel 4 berikut.
Nama Perangkat dan Spesifikasi Komputer desktop/laptop: tersambung ke internet, memiliki kemampuan untuk browsing, webcam dan headset Sistem Operasi: Windows XP, Windows 7, atau Windows Vista Browser: Mozilla Firefox 12.0 Java Runtime Environment (JRE): Versi 1.3 atau lebih tinggi Simulator Breadboard: Versi 1.11 Program shared-desktop: TeamViewer 7 PDF Reader: Adobe Reader X (10.1.3) Silabus dan Satuan Acara Perkuliahan/Praktik Teknik Digital: Web page, PDF Panduan Simulator Breadboard: Webpage, PDF Panduan Pembelajaran PraktikOnline: Hardcopy Panduan Praktik Teknik Digital: Web page, PDF Buku Ajar Teknik Digital: PDF
Tabel 4. Setting Kegiatan Praktik Online Terpadu/Blended Aspek Jenjang Pendidikan
Peserta Matakuliah Metode Pendekatan
Ragam Interaksi Jenis Laboratorium Prasyarat Peserta Jumlah Sesi Evaluasi
Disain interaksi yang diharapkan antara dosen pengampu, instruktur/asisten dengan mahasiswa peserta dideskripsikan pada tabel 3.
Untuk menggali persepsi subjek terhadap pembelajaran ini dilakukan survei terhadap 25 orang mahasiswa peserta praktikum Rangkaian Logika dan 10 orang instruktur pada program studi Teknik Elektro Universitas Ahmad Dahlan. Analisis data dilakukan dengan presentase dan deskriptif naratif. Sedangkan dampak pembelajaran diukur menggunakan tes pencapaian belajar dan dianalisis menggunakan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP). Untuk nilai mahasiswa yang tingkat pencapaian rataratanya di atas 60 dianggap telah mencapai ketuntasan belajar.
Tabel 3. Deskripsi interaksi dosen/instruktur dengan mahasiswa Sesi Ke-1 Ke-2
Jenis Kegiatan Tatap Muka Tatap Muka
Ke-3
Tatap Muka
Ke-4 s.d. Ke-10
Online
Deskripsi Perguruan Tinggi: Program Studi Teknik Elektro atau program-studi-program studi serumpunnya Mahasiswa semester IV Rangkaian Logika atau matakuliah sejenis Inkuiri terbimbing oleh instruktur Kolaborasi online dalam kelompok praktik dan setiap kelompok didampingi instruktur Blended Learning: tatap muka dan online Virtual, menggunakan simulator breadboard Terampil menggunakan simulator dan perangkat pembelajaran online 10 sesi terdiri atas 3 sesi tatap muka dan 7 sesi online Tugas pendahuluan, pre-test, aktivitas praktik, post-test dan tugas laporan
Deskripsi Interaksi Pemberian materi penggunaan simulator breadboard Pemberian materi pembelajaran praktik online dan instalasi persyaratan operasi Praktik dengan Hands-on untuk materi awal sebagai prasyarat materi berikutnya Praktik dan evaluasi (pretest,post-test serta tugas laporan) secaraonline
72
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
dengan bahasa yang komunikatif sehingga mudah dipelajari dan mudah dilaksanakan. Subjek juga merasakan memperoleh pengetahuan baru setelah pelaksanaan praktik.Namun, dalam penelitian ini ditemukan mahasiswa masih merasa kesulitan dengan tingkat persepsi sebesar 56% dalam melaksanakan kegiatan praktik online. Kesulitan yang timbul sebagian besar disebabkan kendala-kendala yang berhubungan dengan penyediaan infrastruktur internet, seperti keterbatasan bandwidth yang tersedia sehingga menjadikan lambatnya akses terhadap datadata yang diperlukan dalam penyelenggaraan praktik online ini. Dengan tingkat persepsi sebesar 76,9% terhadap aspek keluasan dan kedalaman materi, telah menunjukkan bahwa subjek merasakan materi-materi yang terkandung dalam model yang dikembangkan dirasa tidak terlalu sulit, namun juga tidak terlalu mudah dan dalam jangkauan kemampuan subjek. Dalam hal ini subjek telah memberikan persepsi yang positif terhadap aspek keluasan dan kedalam materi. Aspek ketepatan penyajian juga dipersepsikan baik oleh subjek dengan tingkat persepsi rerata sebesar 77,5%. Dalam hal ini, subjek merasa bahwa materi-materi yang disediakan telah disajikan secara bertahap dari mudah ke arah yang sulit, dari sederhana ke arah yang lebih rumit, atau dari bersifat konkrit ke abstrak sesuai kemampuan awal mahasiswa. Hal ini telah menunjukkan adanya kesesuaian pembelajaran yang dikembangkan dengan salah satu prinsip konstruktivisme yakni pemahaman materi sesuai pengetahuan awal siswa.Subjek juga merasakan penyajian materinya telah dilakukan secara sistematis sehingga mudah dipahami, menarik minat dan perhatian serta mencerminkan hubungan yang erat antar topik praktik. Sedangkan persepsi subjek terhadap aspek ketepatan evaluasi mencapai tingkat baik dengan persentase sebesar 79,1%. Tingkat persepsi ini menunjukkan bahwa
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menunjukkan subjek memberikan persepsi yang positif terhadap aspek interaktivitas dengan derajat persepsi rerata sebesar 75%. Hal ini mengandung makna bahwa subjek merasakan model pembelajaran yang dikembangkan telah menyediakan kelengkapan-kelengkapan yang mampu menumbuhkan kerjasama atau kolaborasi dalam kelompok, dan mampu menciptakan interaksi yang tinggi antar mahasiswa dan perangkat yang tersedia. Dalam menggunakan simulator, mahasiswa merasakan telah bekerja layaknya di lingkungan laboratorium hands-on. Situasi seperti ini menunjukkan bahwa model pembelajaran telah sesuai dengan salah satu prinsip belajar konstruktivisme yakni dekat dengan dunia nyata dan belajar dengan melibatkan negosiasi sosial. Temuan lain dari penelitian ini menunjukkan subjek memandang bahwa pembelajaran blended yang dilaksanakan telah memberikan tingkat fleksibilitas yang tinggi dari aspek waktu dan tempat praktik. Subjek penelitian merasakan bahwa dengan menggunakan model ini, kegiatan praktik dapat dilaksanakan pada sembarang tempat dan sembarang waktu, sehingga subjek dapat mengatur dirinya sendiri yang merupakan salah satu cermin dari pembelajaran berbasis paham konstruktivisme. Subjek juga merasakan praktik online ini lebih menyenangkan dibandingkan praktik menggunakan laboratorium real dan dapat meningkatkan motivasi belajarnya serta terpenuhi kebutuhan belajarnya. Pada aspek ini, subjek memberikan persepsi pada tingkat baik dengan persentase sebesar 74,7%. Penelitian ini juga menghasilkan informasi subjek memberikan persepsi yang baik terhadap kemudahan memahami materi atau melaksanakan praktik dengan persentase rerata sebesar 71,4%. Berdasarkan hasil ini, dapat dikemukakan bahwa subjek memandang model yang dikembangkan mengandung materi-materi/kegiatan praktik
73
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
model yang diterapkan telah memenuhi kondisi: (1) menyediakan soal-soal yang sesuai dengan tujuan pembelajaran pada masing-masing praktik, (2) soal-soal yang disajikan dapat memperkuat penguasaan materi, (3) materi soal-soal sesuai dengan konsep-konsep materi yang diberikan pada kegiatan praktik, (4) soal-soal yang diberikan dapat mendorong mahasiswa berfikir kritis, logis, sistematis dan analitis, dan (5) tingkat kesulitan soal-soal diberikan secara gradual dari mudah ke tingkat yang lebih sulit. Dengan diselenggarakannya tes secara online yang dipersepsikan baik oleh subjek ini telah menunjukkan bahwa pembelajaran telah sesuaidengan salah satu prinsip paham konstruktivisme yakni adanya tes formatif pada setiap penyelenggaraan pembelajaran. Pengaruh pembelajaran blended berbasis paham konstruktivisme terhadap hasil belajar mahasiswa ditunjukkan oleh data hasil tes dari sesi ke-1 sampai dengan sesi ke-8 berturut-turut: 71,25; 60,83; 77,5; 72,08; 55,83; 47,5; 70,41; dan 62,5. Dari data tersebut dapat dinyatakan bahwa dari 8 sesi praktik blended, hanya 2 sesi yang memberikan hasil belajar kurang baik yakni pada sesi ke-5 dan ke-6. Untuk sesi-sesi praktik yang lain, pembelajaran blended berbasis konstruktivisme memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar. Hasil yang kurang baik pada sesi ke-5 dan ke-6 lebih besar disebabkan sifat materi dari kedua sesi tersebut relatif lebih sulit dibandingkan materi pada sesi-sesi yang lain. Hal ini wajar, karena pada sesi ke-5 dan ke-6 mahasiswa memperoleh materi baru yang merupakan pengantar ke materi logika sekuensial, sedangkan pada sesi-sesi sebelumnya mahasiswa memperoleh pembelajaran praktik dengan materi logika kombinasi yang proses pemahamannya relatif lebih mudah. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa pencapaian belajar yang masih rendah pada sesi ke-5 dan ke-6 ini bukan disebabkan oleh pemberlakukan model, namun lebih dikarenakan sifat materinya yang memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi dari materi
lainnya. Hasil belajar rata-rata untuk semua sesi praktik menggunakan blended learning dengan paham konstruktivisme ini menunjukkan nilai sebesar 64,74, merupakan hasil yang dapat dianggap cukup baik. SIMPULAN Melalui penelitian ini telah dapat ditunjukkan bahwa pembelajaran praktik di perguruan tinggi teknik dapat dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan blended learning berbasis paham konstruktivisme. Pendekatan yang digunakan telah dapat memberikan hasil belajar yang cukup baik. Selain itu, penelitian ini juga telah menunjukkan bahwa pembelajaran praktik menggunakan pendekatan blended learning berbasis konstrukstivisme dapat dilaksanakan dengan mudah, efisien dan fleksibel. DAFTAR RUJUKAN Alessi, S. M., & Trollip, S. R. (2001). Multimedia for learning: Methods and development. Boston: Allyn and Bacon. Alonso, F., Manrique, D., Martinez, L., & Vines, J. M. (2011). How blended learning reduces underachievement in higher education: An experience in teaching computer sciences. IEEE Transactions on Education, 54(3), 471– 478. Babich, A., & Mavrommatis, K. (2004). Virtual laboratory concept for engineering education. In International Conference on Engineering Education and Research “Progress Through Partnership.” Ostrava, Czech Republic.: Technical University of Ostrava. Bolliger, D. U. (2006). Creating constructivist learning environment. In Educational Media and Technology Yearbook (pp. 119–126). Westport: Libraries Unlimited. Budhu, M. (2002). Virtual laboratories for engineering education. In International
74
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Conference on Engineering Education. Manchester, UK.
research. In R. A. Reiser & J. V. Dempsey (Eds.), Constructivism and instructional design: The emergence of the learning Trends and Issues in Instructional Design and Technology (pp. 45–52). Saddle River: Pearson.
Dabbagh, N. (2005). Pedagogical models for e-learning: A theory-based design framework. International Journal of Technology in Teaching and Learning, 1(1), 25–44.
Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2008). Models of teaching. New York: Allyn and Bacon Publishers.
Doolittle, P. E., & Camp, W. G. (1999). Constructivism: The career and technical education perspective. Journal of Vocational and Technical Education, 16(1).
Krivickas, R. V., & Krivickas, J. (2006). Laboratory instruction in engineering education. Global Journal of Engineering Eduation, 11(2), 191–196.
Driscoll, M. P. (2005). Psychology of learning for instruction. Boston: Allyn & Bacon.
Lustigova, Z., & Lustig, F. (2009). A new virtual and remote experimental and environment for teaching and learning science. In A. Tatnal & A. Jones (Eds.), Education and Technology for a Better World, 9th IFIP TC 3 World Conference on Computers in Education (pp. 75–82). New York: Springe.
Graham, C. R. (2006). The handbook of blended learning: Global perpectives, local designs. San Francisco: John Wiley & Sons, Inc. Hasibuan, Z. A. (2006). Integrasi aspek pedagogi dan teknologi dalam elearning: studi kasus pengembangan elearning di fakultas ilmu komputer universitas indonesia. DalamKonvensyen Teknologi Pendidikan ke-19. Lengkawi, Kedah, Malaysia.
Ma, J., & Nickerson, J. V. (2006). Hands-on, simulated, and remote laboratories: A comparative literature review. ACM Computing Surveys, 38(3), 1–24. Mason, R., & Rennie, F. (2006). Elearning: The key concepts. New York: Routledge.
Hoic-Bozic, N., Mornar, V., & Boticki, I. (2009). A blended learning approach to course design and implementation. IEEE Transactions on Education, 52(1), 19–30.
Mendez, J. A., & Gonzales, E. J. (2011). Implementing motivational features in reactive blended learning: Application to an introductory control engineering course. IEEE Transactions on Education, 54(4), 619–627.
Horton, W. (2006). E-learning by design. San Francisco: John Wiley & Sons, Inc. Huang, E. Y., Wei, S., & Huang, T. K. (2012). What type of learning style leads to online participation in the mixed-mode e-learning environment ? A study of software usage instruction. Computers & Education, 58(1), 338– 349.
Osguthorpe, R., & Graham, C. (2003). Blended learning environments: definitions and directions. Quarterly Review of Distance Education, 4(3), 227–233. Robinson, R., Molenda, M., & Rezabek, L. (2008). Facilitating learning. In A. Januszewski & M. Molenda (Eds.), Educational Technology: A Definition with Commentary (pp. 15–48). New York: Taylor & Francis Group, LLC.
Jonassen, D., Cernusca, D., & Ionas, G. (2007). Constructivism and instructional design: The emergence of the learning sciences and design
75
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Shokri, A., & Faraahi, A. (2010). Designing of virtual laboratories based on extended event driving simulation method. World Academy of Science, Engineering and Technology, 68, 1357– 1359.
Tzafestas, C. S., Palaiologou, N., & Alifragis, M. (2006). Virtual and remote robotic laboratory: Comparative experimental evaluation. IEEE Transactions on Education, 49(3), 360–369.
76
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
PENGEMBANGAN GAME EDUKASI JUZ ‘AMMA BERBASIS ANDROID Rio Rizky Ananda1, I Gede Mahendra Darmawiguna2, I Made Gede Sunarya3 Jurusan Pendidikan Teknik Informatika FTK Undiksha E-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRACT This Research aimed to: (1) design and implement the applications of "Game Education of Juz ‘Amma Based Android". (2) determine the users response to the application of " Game Education of Juz ‘Amma Based Android". The author would like to embody the way of learning interesting and easier to learn AlQuran through designing an application with the title " Game Education of Juz ‘Amma Based Android". With the development of this application, is expected to provide benefits for those who learn Al-Qur'an easy with the help of technology.The method used in this research was Software Development Life Cycle . "Game Education of Juz ‘Amma Based Android" was developed with the Rapid Application Development (RAD) model. Subjects in this research were the elementary student. The data that collected in this research was the data of elementary student response to application development of "Game Education of Juz ‘Amma Based Android" using a questionnaire. Results of this research is an application implemented using the C# programming language with the unity editor Keywords: Game Adventure, Juz ‘Amma, Android
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk : (1) merancang dan mengimplementasikan Game Edukasi Juz ‘Amma Berbasis Android. (2) mengetahui respon pengguna terhadap Game Edukasi Juz ‘Amma Berbasis Android. Penulis ingin mewujudkan cara belajar yang menarik dan lebih mudah untuk mempelajari Al-Qur’an melalui perancangan sebuah aplikasi dengan judul “Pengembangan Game Edukasi Juz ‘Amma Berbasis Android”. Dengan dikembangkannya aplikasi ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi orang-orang yang mempelajari Al-Qur’an dengan mudah dengan bantuan media teknologi. Metode penelitian yang digunakan adalah Software Development Life Cycle. Game Edukasi Juz ‘Amma ini dikembangkan dengan model Rapid Application Development (RAD). Subyek penelitian adalah siswa Mts / SD. Data yang dikumpulkan yaitu data respon siswa Mts / SD terhadap pengembangan Game Edukasi Juz ‘Amma dengan menggunakan angket.Hasil penelitian ini adalah aplikasi diimplementasikan menggunakan bahasa pemrograman C#dengan editor Unity. Kata kunci : Game Adventure, Juz ‘Amma, Android
PENDAHULUAN Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Pendidikan agama sejak usia dini sangat penting untuk menyeimbangkan pengetahuan anak. Kita tidak akan lepas dari perkembangan teknologi. Namun, menjadi sesuatu yang negatif jika kita terlalu terpaku pada teknologi sehingga hal-hal baik positif maupun negatif kita terima dengan begitu
77
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
saja. Pendidikan agama menjadi penyeimbang yang membantu kita dalam menyaring perkembangan teknologi yang ada, memanfaatkan hal yang positif dan mengesampingkan hal negatif dari teknologi tersebut. Itulah hasil yang diharapkan dari pendidikan agama yang dimulai sejak usia dini. Proses pendidikan agama saat ini sedikit demi sedikit sudah merambah ke dalam penggunaan teknologi sebagai media penyampaian materi, sehingga dalam penyampaiannya menjadi lebih modern dan mudah karena hadirnya media baru yang dapat digunakan yaitu media teknologi. Media teknologi yang kini marak digunakan yaitu perangkat bergerak atau mobile device. Berdasarkansumber dari media online yaitu inet.detik.com mengatakan bahwasalah satu perangkat mobile adalah handphone dimana berdasarkan analisis lembaga intelijen Amerika Serikat, CIA, menyebutkan bahwa jumlah pengguna ponsel di Indonesia mencapai 236,8 juta pengguna.[1]Handphone yang sedianya sebagai alat komunikasi, saat ini sudah lebih dari fungsi dasarnya. Berbagai macam fitur telah ditanamkan, seperti pengolah gambar dan video, pengolah dokumen dan lain sebagainya. Hal ini tak lepas dari penggunaan sistem operasi pada handphone itu sendiri. Salah satu sistem operasi yang saat ini banyak digunakan adalah Android, karena sistem operasi ini digunakan pada perangkat mobile. Android adalah sistem operasi berbasis linux yang digunakan untuk telpon seluler (mobile) seperti telepon pintar (smartphone) dan computer tablet / PDA.[2] Hingga saat ini Android terus berkembang, baik secara sistem maupun aplikasinya. Seiring perkembangan teknologi mobile, media pembelajaran pun mulai merambah ke perangakat mobile yang terus dikembangkan, termasuk untuk kepentingan agamis. Ilmu agama islam adalah ilmu pengetahuan seputar keagamaan yang harus didasari dengan adanya elemen - elemen pendukung penting yaitu guru yang
mengajarkan serta media yang digunakan. Salah satu ilmu agama yang sudah tersentuh dengan teknologi yaitu Al-Qur’an. Al-Qur'an terdiri atas 30 Juz, 114 bagian yang dikenal dengan nama surah (Surah) dan 6666 ayat. Juz ‘Amma adalah juz ke 30 atau terakhir dari kitab suci Al-Qur’an, dimana Juz ‘Amma merupakan bagian yang paling sering kita dengar dan paling sering kita baca. Juz ‘Amma terdiri dari 37 Surah-Surah pendek dengan total ayat sebanyak 564 ayat, berurutan dari Surah An-Naba hingga Surah An-Naas. Ketika kita pertama kali belajar membaca Al-Qur’an di masa kecil, hal pertama yang kita pelajari adalah membaca dan menghafal surah-surah pendek yang terdapat di dalam Juz ‘Amma. Ditambah lagi kebanyakan para imam di masjid-masjid lebih sering membaca surah-surah pendek yang terdapat di dalam Juz ‘Amma, dari pada membaca surah-surah di dalam juz-juz lainnya, baik secara lengkap maupun berupa penggalan surah. Sehingga dengan demikian surah-surah tersebut terasa begitu akrab dan tidak asing lagi di telinga kita. Bahkan banyak di antara kita yang hafal surah-surah tersebut di luar kepala. Akan tetapi masih terdapat beberapa orang maupun anak-anak yang masih belum hafal serta merasa kesulitan untuk menghafal surah-surah dalam juz ‘amma tersebut, sehingga diperlukan sebuah inovasi untuk mempelajari surah-surah pendek dalam juz ‘amma. Permasalahan tersebut kerap kali kita temui dimanapun, tidak menutup kemungkinan disekolah-sekolah Islam sekalipun. Salah satunya yaitu sekolah Madrasah Ibtida’yah Hassanudin yang terletak di Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar – Kabupaten Buleleng. Berdasarkan Observasi yang dilakukan, penulis secara langsung menyebarkan angket kepada 53 siswa secara acak dan mewawancarai 1 orang guru mata pelajaran Al-Qur’an Hadist yang terkait dengan Juz ‘Amma. Hasil survey yaitu sebanyak 62 % siswa menyatakan ayat-ayat dalam Al-Qur’an susah di hafalkan, 71 % siswa menyatakan lebih senang menggunakan
78
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
sumber belajar elektronik daripada sumber belajar cetak, 77 % siswa menyatakan lebih senang jika materi pelajaran dijadikan game edukasi, 77 % siswa menyatakan merasa kesulitan memahami materi jika hanya mengunakan buku pelajaran saja, dan terakhir sebanyak 66 % siswa menyatakan lebih senang bermain sambil belajar untuk menghafal materi pelajaran. Oleh karena itu, dari permasalahan yang telah diuraikan maka penulis ingin mewujudkan cara belajar yang menarik dan lebih mudah untuk mempelajari Al-Qur’an melalui perancangan sebuah aplikasi dengan judul “Pengembangan Game Edukasi Juz ‘Amma Berbasis Android”.
Pengembangan Aplikasi Game Edukasi Juz ‘Amma Berbasis Android ini akan menggunakan proses SDLC (software development life cycle). Sementara model yang digunakan dalam membangun game ini adalah Model Rapid Application Development (RAD). Model RAD merupakan pengembangan dari model klasik waterfall yang diperkenalkan pertama kali sekitar tahun 1970. Model RAD mengutamakan kecepatan dalam setiap fase sehingga mengurangi waktu pengembangan sistem. Dalam model RAD diperlukan kedekatan pengguna dengan developer sehingga pengguna dapat ikut serta dalam pengembangan sistem tersebut. Adapun tahapan dalam RAD adalah perencanaan kebutuhan, proses desain, dan implementasi dapat dilihat pada Gambar 1.
METODE
Gambar 1 Model RAD menurut Kendall
79
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
A. Requirement Planing
CorelDraw dalam membuat desain karakter, background, foreground, dan objek-objek lain. a. Use Case Diagram Diagram use case adalah sebuah diagram yang menunjukkan hubungan antara aktor dan kasus penggunaan dalam sistem. Use case menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem.
Pada tahap ini merupakan tahap pengumpulan informasi dan kebutuhan secara lengkap kemudian dianalisis dan didefinisikan kebutuhan yang harus dipenuhi. Pada tahap ini dilakukan pencarian referensi mengenai teoriteori terkait yang diperlukan dan bagaimana menerapkannya dalam pengembangan sebuah aplikasi yaitu game. Setelah semua teori terkumpul, yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan analisis kebutuhan tentang pembatasan masalah dari game yang dibuat dengan memperhatikan ketersediaan waktu dan kemampuan dari pembuat aplikasi, serta hal-hal apa saja yang dibutuhkan dalam pembuatan aplikasi tersebut. B. Design Workshop
Setelah melewati tahap requirement planning, maka tahapan berikutnya adalah tahap perancangan. Berdasarkan model RAD, pada tahap perancangan ini penulis membuat rancangan dari aplikasi yang akan dibuat bersama dengan pengguna dan dilanjutkan dengan pembuatan prototype sistem yang selanjutnya akan direvisi kembali oleh pengguna dan akan dilakukan penyempurnaan prototype begitu seterusnya hingga produk berhasil dibuat. Pada tahap perancangan ini, penulis menggunakan UML (Unified Modeling Languange) dalam perancangan aplikasi game Juz ‘Amma. UML (Unified Modeling Languange) adalah sebuah bahasa yang berdasarkan grafik atau gambar untuk memvisualisasi, menspesifikasikan, membangun, dan pendokumentasian dari sebuah pengembangan perangkat lunak berbasis OOP (Object-Oriented Programing). Pada tahapan ini, penulis telah merancang Use Case Diagram, Activity Diagram, Story Boardgame, serta rancangan Interface dari aplikasi game Juz ‘Amma yang menjelaskan tampilan dari aplikasi. Dalam pembuatan prototypeaplikasi ini, penulis menggunakan aplikasi Unity 3D. Penulis menggunakan bantuan aplikasi
Gambar 2Use Case DiagramGame Edukasi Juz ‘Amma Berbasis Android
b. Activity Diagram Activity diagram menggambarkan berbagai alur aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing-masing alur berawal, decision yang mungkin terjadi, dan bagaimana mereka berakhir. Activity diagram juga dapat menggambarkan proses paralel yang mungkin terjadi pada beberapa eksekusi. Pada Aplikasi Game Edukasi Juz ‘Amma ini terdapat 6 activity diagram sebagai berikut :
80
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 6 Aktivity Diagram Proses Melihat Informasi Game Aplikasi Game Edukasi Juz ‘Amma Berbasis Android
Gambar 3 Aktivity Diagram Proses Memulai Permainan Baru Aplikasi Game Edukasi Juz ‘Amma Berbasis Android
Gambar 7 Aktivity Diagram Proses Mengatur Suara Aplikasi Game Edukasi Juz ‘Amma Berbasis Android
Gambar 4 Aktivity Diagram Proses Melanjutkan Permainan Aplikasi Game Edukasi Juz ‘Amma Berbasis Android
Gambar 5 Aktivity Diagram Proses Melihat Panduan Game Aplikasi Game Edukasi Juz ‘Amma Berbasis Android
Gambar 8 Aktivity Diagram Proses Keluar dari Aplikasi Game Edukasi Juz ‘Amma Berbasis Android
81
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
c. Implementation Pada tahap ini rancangan yang telah dibuat diimplementasikan dengan menggunakan perangkat lunak yang telah ditentukan. Rancangan tersebut diterjemahkan ke dalam suatu bahasa pemrograman tertentu. Pengembangan Game Edukasi Juz ‘Amma ini dibangun menggunakan software Unity 3D dan beberapa aplikasi penunjang seperti Monodevelop dan CorelDraw.
Gambar 11 Impementasi Antarmuka Level d.
Implementasi Antarmuka Permainan
HASIL PENELITIAN A. Implementasi Perangkat Lunak 1. Implementasi Antarmuka Perangkat Lunak Implementasi antarmuka aplikasi dilakukan sesuai dengan rancangan antarmuka yang telah dibuat. a.
Gambar 12 Implementasi Antarmuka Permainan
Implementasi Antarmuka Splash Screen e.
Implementasi Antarmuka Susun Ayat
Gambar 9 Implementasi Antarmuka Splash Screen b.
Gambar 13 Implementasi Antarmuka Susun Ayat
Implementasi Antarmuka Menu Utama
f. Implementasi Antarmuka Panduan Bermain
Gambar 10 Implementasi Antarmuka Menu Utama c.
Gambar 14 Implementasi Antarmuka Panduan Bermain
Implementasi Antarmuka Level
g.
82
Implementasi Antarmuka Informasi
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
4. Evaluasi Hasil Pengujian Perangkat Lunak Berdasarkan pengujian pada Uji Ahli Isi, Uji Ahli Media, Uji Ahli Responden diketahui bahwa hasil dari ahli uji sebagai berikut. Persentase hasil Uji Ahli Isi 100 % berarti hasil uji ahli isi dalam rentangan Sangat Baik. persentase hasil Uji Ahli Media 85 % berarti hasil uji dalam rentangan Sangat Baik, persentase hasil Uji Respon Siswa 89% berarti hasil uji dalam rentangan Sangat Baik.
Gambar 15 Implementasi Antarmuka Informasi h.
Implementasi Antarmuka Credit
SIMPULAN Berdasarkan penelitian aplikasi “Pengembangan GameEdukasi Juz ‘Amma Berbasis Android” yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Peracangan GameEdukasi Juz ‘Amma Berbasis Android telah berhasil dilakukan dengan menggunakan model fungsional berupa UML (Unified Modeling Language) yaitu dengan menggunakan use case diagram dan activity diagram. 2. GameEdukasi Juz ‘Amma Berbasis Android telah berhasil diimplementasikan sesuai dengan rancangan yang telah dibuat sebelumnya. GameEdukasi Juz ‘Amma Berbasis Android diimplementasikan menggunakan bahasa pemrograman C# dengan editor Unity. 3. Hasil respon yang didapat, masuk dalam rentangan Sangat Baik dilihat dari hasil pengujian sebagai berikut. Uji ahli isi dengan presentase 100%, uji ahli media 85%, hasil pengujian uji responden siswa sebesar 89%.
Gambar 16 Implementasi Antarmuka Credit B. Pengujian Perangkat Lunak 1. Tujuan Pengujian Perangkat Lunak Tujuan pengujian Game Edukasi Juz ‘Amma, yaituMenguji respon penguji setelah menggunakan Game Edukasi Juz ‘Amma 2. Tata ancang dan teknik pengujian perangkat lunak Berikut akan dijabarkan tata ancang dan teknik pengujian perangkat lunak Game Edukasi Juz ‘Amma. Untuk mengetahui respon penguji setelah menggunakan Game Edukasi Juz ‘Amma, maka pengujian dilakukan dengan memberikan kesempatan pada pengguna untuk menggunakan seluruh fitur dalam aplikasi. Selanjutnya hasil dari penggunaan aplikasi akan digambarkan dalam angket Uji Ahli Isi, Uji Ahli Media, Uji Ahli Responden pada bagian uji kasus Game Edukasi Juz ‘Amma Berbasis Android. 3. Pelaksanaan Pengujian Perangkat Lunak Pengujian dilakukan sesuai dengan tata ancang dan teknik pengujian perangkat lunak dengan menggunakan angket yang telah dirancang.
Saran untuk pengembangan aplikasi selanjutnya adalah agar ditambahkan hal-hal seperti berikut. 1. Penulis mengharapkan pengembang selanjutnya bisa membuat game dalam multilanguage. 2. Penulis mengharapkan pengembang selanjutnya bisa membuat musuh bergerak lebih baik dan lebih kompleks.
83
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
3. Penulis mengharapkan selanjutnya bisa membuat tampilan game menjadi lebih menarik, seperti mengubah tampilan splash, mengganti tombol, tampilan menu utama dan lainnya agar menambah minat anakanak dalam memainkan game. 4. Penulis mengharapkan pengembang selanjutnya bisa menambahkan surat – surat yang dapat dimainkan selain yang digunakan saat ini. 5. Penulis mengharapkan pengembang selanjutnya bisa menambahkan animasi cerita pada game ini sehingga menjadi lebih menarik.
[3]. MZ., U. L., 2014. Sholat dan Berdoa
disertai Juz Amma. Surabaya: Bintang Usaha Jaya. [4]. Hard
& J., 2009. Standarddized Educational Games Ratings: Suggested Criteria. s.l.:Karya Tulis Ilmiah.
[5]. Gentile, D., 2003. The effects of violent
video game habits on adolescent hostility, aggressive behaviors, and school performance.. USA: University of Oklahoma Medical School. [6]. Kirreimur, J. & McFarlane, A., 2004.
Literature Review in Games and Learning (No. 8). Bristol: Nesta Futurelabs.
DAFTAR RUJUKAN [1]. Fino, Y. K., n.d. detikNews. [Online]
[7]. Griffiths, M. 2005. A ‘components’
Retrieved From: www.detik.com.
model of addiction within a biopsychosocial framework. J. Subst.: Use 10, 191-19710.
[2]. Murya,
Y., 2013. Pemrograman Android Black Box. s.l.:Jasakom.
84
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
PENGEMBANGAN APLIKASI MARKERLESS AUGMENTED REALITY BALINESE STORY “CALON ARANG” Ni Made Sudiartini1, I Gede Mahendra Darmawiguna2, I Made Gede Sunarya3, Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Bali
E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengimplementasikan hasil rancangan aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang”. Pengembangan aplikasi ini bertujuan untuk melestarikan salah satu cerita rakyat yang berasal dari Bali, yaitu Calon Arang. Metode yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (research and development), untuk mengembangkan aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang”. Model yang digunakan dalam membangun teknologi ini adalah Model ADDIE. Pada model ini memberikan kesempatan untuk melakukan evaluasi dan revisi secara terus menerus dalam setiap fase yang dilalui, sehingga produk yang dihasilkan menjadi produk yang valid. Adapun 5 tahapan dalam model ADDIE ini adalah Analysis (analisis), Design (desain), Development (pengembangan), Implementation (implementasi), dan Evaluation (evaluasi). Hasil akhir dari projek ini adalah berupa aplikasi yang berisikan tentang cerita calon arang berbasis augmented reality yang dapat diinstal pada smartphone android. Aplikasi ini mampu menampilkan animasi dalam bentuk 3 dimensi beserta narasinya dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Hasil pengujian dari respon pengguna setelah menggunakan aplikasi menyatakan, aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang” sangat menarik dan dapat digunakan untuk melestarikan budaya Bali dengan presentase penilaian 86.66% yaitu sangat baik. Sehingga aplikasi ini dapat dijadikan sebagai media untuk memperkenalkan sekaligus melestarikan kebudayaan. Kata kunci: Cerita Rakyat, Calon Arang, Markerless Augmented Reality, 3 Dimensi, Android
ABSTRACT This research aimed at designing and implementing the result of Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang” application. The objective of this development was to preserve one of the Balinese story, namely Calon Arang. The method used was research and development, for developing the application of Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang”. ADDIE model was used as the model in this research. This model gives opportunities to do evaluation and revision in each phase. Therefore it will produce valid product. There are 5 steps in ADDIE model, such as: Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation. The result of this project was in the form of application which contain calon arang story based on augmented reality which can be installed on android smartphone. This application is able to show picturein the format three dimension and it narration in Indonesia and English. Testing result of the user response after using the application said, markerless augmented reality Balinese story “calon arang” application is very interesting and can be used to preserve the Balinese culture with a percentage vote 86.66% said it is very good. Therefore this application can be used for media in introducing and preserving culture. Keywords: Balinese Story, Calon Arang, Markerless Augmented Reality, 3 Dimension, Android
seni sastra adalah cerita rakyat. Cerita rakyat tidak hanya berfungsi sebagai alat hiburan, pengisi waktu senggang serta penyalur perasaan bagi penuturnya serta pendengarnya, melainkan juga sebagai pencerminan sikap dan angan-angan
PENDAHULUAN Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan kesenian. Kesenian tersebut antara lain yaitu seni rupa, seni musik, seni tari, seni drama, dan seni sastra. Salah satu
85
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
kelompok, alat pendidikan, alat pengesahan pranata, dan lembaga kebudayaan serta pemeliharaan norma masyarakat[1]. Setiap daerah di Indonesia memiliki cerita rakyat yang berbeda-beda yang tentunya mempunyai ciri khas tersendiri. Salah satu cerita rakyat yang sangat menarik adalah cerita rakyat yang berasal dari Bali yaituCalon Arang. Dewasa ini cerita rakyat yang kaya akan pesan moral dan pembelajaran menjadi suatu hal yang kurang menarik bagi masyarakat[2]. Kurangnya media-media yang mengangkat kembali cerita rakyat dapat menyebabkan cerita rakyat akan semakin dilupakan, padahal dalam isi cerita tersebut banyak sekali nilai-nilai positif yang terkandung di dalam rangkaian ceritanya. Pesan-pesan moral yang terkandung dalam cerita rakyat bisa dijadikan sebagai panutan dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan buku cerita semestinya diikuti pula oleh globalisasi. Salah satu teknologi digital yang mengalami perkembangan pesat dizaman sekarang adalah Augmented Reality. Augmented Reality(AR)adalah penggabungan antara objek virtual dengan objek nyata[3]. Augmented Reality memiliki tiga keunggulan yang menyebabkan teknologi ini dipilih oleh pengembang karena dapat memperluas persepsi user mengenai suatu objek dan memberikan ‘user experience’,memungkinkan user melakukan interaksi yang tidak dapat dilakukan didunia nyata, dan memungkinkan untuk menggunakan beragam tools (perangkat) sesuai kebutuhan dan ketersediaan[4]. Mengingat perkembangan Augmented Reality yang semakin pesat, untuk melestarikan kebudayaan lokal mengenai cerita rakyat Calon Arang yang sarat akan nilai karakter, penulis tertarik untuk mengembangkan sebuah aplikasi Markerless Augmented Reality BalineseStory yang menampilkan animasi 3 dimensi tentang cerita rakyat “Calon Arang” dalam bentuk penelitian yang berjudul
“Pengembangan Aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang”.
A.
KAJIAN TEORI Pengertian Cerita Rakyat Cerita rakyat adalah cerita pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Cerita rakyat merupakan salah satu bentuk (genre) foklor. Foklor itu sendiri adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turun-temurun di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (memorie device)[5].
B.
Cerita Rakyat “Calon Arang” Dahulu ada sebuah negara bernama Daha. Negara yang dipimpin oleh Baginda Erlangga. Namun ketenangan rakyat Daha terusik oleh kehadiran Calon Arang, tukang teluh wanita dari dusun Girah. Calon Arang mempunyai seorang anak yang cantik bernama Ratna Manggali. Calon Arang kemudian meminta izin kepada Dewi Durga untuk menyebarkan penyakit ke seluruh Daha agar terpuaskan amarahnya. Dewi Durga menyetujui dengan catatan ia hanya boleh menyebarkannya ke rakyat yang ada di luar ibukota saja. Lambat laun setiap sudut Daha menjadi tempat yang mengerikan. Banyak mayat disana-sini. Dalam kondisi ini, Baginda Erlangga meminta petunjuk pada Sang Dewa Guru. Sang Dewa Guru memberi petunjuk pada baginda Erlangga untuk menemui Empu Baradah, karena ia lah satu-satunya yang bisa menolong. Baginda Erlangga mengutus Kanduruan untuk menemui Empu Baradah. Sesuai permintaan Empu Baradah, Empu Bahula melamar dan menikahi Ratna
86
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Manggali. Ratna Manggalilah yang membeberkan kekuatan rahasia pada Empu Bahula dan mengambil kitab sakti untuk suaminya bawa. Kitab itu kemudian dibaca oleh Empu Baradah. Empu Baradah takjub dengan isi kitab yang sebenarnya ampuh itu. Empu Baradah pun melanjutkan tugas untuk menemui Calon Arang. Calon Arang menyesali perbuatannya setelah bertemu dengan Empu Baradah. Ia memohon pengampunan. Namun Empu Baradah menolak. Maka marahlah Calon Arang. Ia menyerang Empu Baradah dengan segenap kekuatannya. Bahkan Empu Baradah berhasil membunuh Calon Arang. Namun Empu Baradah sadar jika membunuh Calon Arang tanpa membersihkan jiwanya adalah salah. Empu Baradah kemudian menghidupkan Calon Arang kembali, membersihkan jiwanya, dan membunuhnya lagi untuk kali kedua. Dan rakyat Daha pun kembali seperti sediakala, aman, dan makmur[6]. C.
E.
Unity 3D Unity 3D merupakan sebuah tools yang terintegrasi untuk membuat bentuk obyek 3 dimensi pada video games atau untuk konteks interaktif lain seperti Visualisasi Arsitektur atau konten 3D interaktif lainnya. Unity 3D berjalan pada Microsoft Windows dan Mac Os X, serta aplikasi yang dibuat oleh Unity 3D dapat berjalan pada Windows, Mac, Xbox 360, Playstation 3, Wii, iPad, iPhone dan tidak ketinggalan pada platform Android. Unity juga dapat membuat game berbasis browser yang menggunakan Unity web player plugin, yang dapat bekerja pada Mac dan Windows, tapi tidak pada Linux.
F.
Blender Blender merupakan Open Source Software dimana software ini digunakan untuk dikembangkan secara komersial. Blender merupakan software pengolah 3 dimensi (3d) untuk membuat animasi 3D, yang bisa dijalankan di Windows, Macintosh, Linux dan sistem operasi lainnya. Kelebihan Blender dengan yang lainnya adalah Blender dapat digunakan untuk membuat game, tanpa perlu bantuan dari software creator game, karena Blender mempunyai engine (mesin) untuk menciptakan game.
Augmented Reality Augmented Reality (AR) adalah sebuah istilah untuk lingkungan yang menggabungkan dunia nyata dan dunia virtual yang dibuat oleh komputer sehingga batas antara keduanya menjadi sangat tipis. Augmented Reality merupakan cara alami untuk mengeksplorasi objek 3D dan data, AR merupakan suatu konsep perpaduan antara virtualreality dengan world reality[7].Sehingga obyek-obyek virtual 2 Dimensi (2D) atau 3 Dimensi (3D) seolaholah terlihat nyata dan menyatu dengan dunia nyata.
D.
pengembangan Augmented Reality berbasis mobile device, mempermudah pengembang untuk membuat aplikasi yang markerless.[8].
G.
Android Android adalah sebuah sistem operasi perangkat mobile berbasis linux yang mencakup sistem operasi, middleware dan aplikasi. Android menyediakan platform terbuka bagi para pengembang untuk menciptakan aplikasi mereka. Android merupakan generasi baru platform mobile yang memberikan kesempatan kepada pengembang untuk melakukan pengembangan sesuai dengan yang diharapkan.
Markerless Augmented Reality Salah satu metode Augmented Reality yang saat ini sedang berkembang adalah metode "Markerless Augmented Reality ", dengan metode ini pengguna dapat mengurangi penggunaan marker untuk menampilkan elemen-elemen digital, dengan tool yang disediakan Qualcomm untuk
87
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
1. METODOLOGI A.
Analisis Masalah dan Usulan Solusi Pengembangan aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang” menggunakan metode penelitian pengembangan R&D (research and development). R&D adalah sebuah proses yang digunakan untuk mengembangkan produk pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan. Model yang dijadikan acuan dalam penelitian pengembangan ini adalah Model ADDIE. Model ADDIE adalah model yang memberikan kesempatan untuk melakukan evaluasi dan revisi secara terus menerus dalam setiap fase yang dilalui, sehingga produk yang dihasilkan menjadi produk yang valid dan reliabel. Tahap analisis (Analysis) pada metode ADDIE merupakan analisis kebutuhan. Tahap desain (Design) dikenal dengan istilah membuat rancangan (blue print). Tahap Pengembangan (Development) merupakan proses mewujudkan blue print atau desain menjadi kenyataan. Tahap Implementasi (Implementation) merupakan langkah nyata untuk menerapkan aplikasi atau produk yang telah didesain sedemikian rupa pada tahap design. Tahap Evaluasi (Evaluation) dilakukan disetiap tahap. Evaluasi digunakan pada penelitian untuk mengetahui apakah produk pengembangan sudah valid diaplikasikan.
B.
Berdasarkan analisis dalam pembuatan aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang”, adapun kebutuhan fungsional dari aplikasi ini adalah sebagai berikut. a) Aplikasi mampu menampilkan animasi 3 dimensi (3D) cerita Calon Arang b) Aplikasi mampu memperdengarkan suara narasi dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang merupakan penjelasan dari animasi 3 dimensi cerita Calon Arang. c) Aplikasi dapat menampilkan rotasi pada objeknya. d) Aplikasi dapat menampilkan zoom in dan zoom out pada objeknya. e) Aplikasi dapat menampilkan antarmuka Menu Utama yang terdiri dari Mulai Cerita, Bantuan, Tentang, dan Keluar. f) Aplikasi dapat menampilkan antarmuka tentang aplikasi dalam bentuk teks. g) Aplikasi dapat menampilkan informasi tentang bantuan dalam bentuk teks.
2.
Tujuan Pengembangan Perangkat Lunak Aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang” merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk menampilkan objek 3 dimensi berupa cerita calon arang, penanda untuk memunculkan objek 3 dimensi dapat dipilih pengguna aplikasi ketika mengarahkan kamera smartphone android.
Analisis Perangkat Lunak Analisis perangkat lunak bertujuan untuk mengetahui kebutuhan sebelum membuat sebuah perangkat lunak, sehingga perangkat lunak yang dibuat sesuai dengan fungsi yang dibutuhkan.
Kebutuhan Fungsional
3.
Masukan dan Keluaran Perangkat Lunak Pada perangkat lunak Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang” terdapat data masukan dan keluaran sebagai berikut.
88
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
1) Masukan Perangkat Lunak Masukan dalam perangkat lunak aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang” adalah penanda untuk memunculkan objek 3 dimensi dapat dipilih pengguna aplikasi berupa gambar, logo, tulisan. 2) Keluaran Perangkat Lunak
Gambar 1. Use Case Diagram Aplikasi Markerless Augmented Reality Balines Story “Calon Arang” b) Activity Diagram Activity diagram menggambarkan berbagai alur aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing-masing alur berawal, decision yang mungkin terjadi, dan bagaimana mereka berakhir.Activity diagram juga dapat menggambarkan proses paralel yang mungkin terjadi pada beberapa eksekusi. Activity Diagram Memulai Aplikasi dapat dilihat pada Gambar 2. Activity DiagramMemilih Bahasa dapat dilihat pada Gambar 3. Activity Diagram memulai cerita dapat dilihat pada Gambar 4.Activity DiagramMemilih Adegan Cerita dapat dilihat pada Gambar 5. Activity DiagramMenampilkan Petunjuk dapat dilihat pada Gambar 6. Activity DiagramMenampilkan Tentang Pengembang dapat dilihat pada Gambar 7. Activity Diagram Mengakhiri Aplikasi dapat dilihat pada Gambar 8.
Keluaran dari perangkat lunak aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang” adalah objek 3 dimensi cerita calon arang yang diiringi oleh narasi di setiap adegan cerita. 4.
Model Fungsional Perangkat Lunak Model fungsional memberikan gambaran mengenai interaksi yang terjadi antara perangkat lunak dengan pengguna. Interaksi antara perangkat lunak dengan pengguna dapat memperjelas alur kerja dari sistem yang dibangun.
a) Use Case Diagram Use Case Diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem. Menggambarkan kebutuhan sistem dari sudut pandang pengguna (user), memfokuskan pada proses komputerisasi (automated process). Use Case Diagram dari aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang” di lihat dari Gambar 1.
User
Menekan Ikon Aplikasi
Aplikasi
Menampilkan Splash Image
Gambar 2. ActivityDiagram Memulai Aplikasi
Augmented Reality Markerless Balinese Story “Calon Arang”
Memulai Aplikasi
User
Memilih Bahasa
Aplikasi
Memulai Cerita
Memilih Adegan Cerita
Menekan Salah Satu Tombol Pilihan Bahasa
Menampilkan Menu Utama
Menampilkan Petunjuk
User Menampilkan Tentang Pengembang
Mengakhiri Aplikasi
Gambar 3. ActivityDiagram Memilih Bahasa
89
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
User User
Aplikasi Aplikasi
Memilih Mulai Cerita
Mengaktifkan kamera
Mengarahkan Kamera ke Lingkungan
Aplikasi
User
Menekan Tombol Tentang
Menampilkan informasi pengambang aplikasi
Tidak Terdeteksi
Menekan Tombol Deteksi
Ya Menampilkan Menampilkan Animasi Animasi Objek Objek 3D 3D
Gambar 7. ActivityDiagram Menampilkan Tentang Pengembang
Memperdengarkan Memperdengarkan Suara Suara Narasi Narasi
Melakukan zoom-in atau zoom-out
Menampilkan Menampilkan zoom-in zoom-in atau atau zoom-out zoom-out
Melakukan Rotasi
Menampilkan Menampilkan hasil hasil rotasi rotasi
Aplikasi
User
Menekan Tombol Keluar
Aplikasi Berhenti Bekerja
Gambar 4. ActivityDiagram Memulai Cerita User User
Aplikasi Aplikasi
Memilih Adegan
Menampilkan Pilihan Adegan cerita
Menekan Salah Satu Tombol Pilihan Adegan Cerita
Mengaktifkan Kamera
Mengarahkan Kamera ke Lingkunga
Menekan Tombol Deteksi
Gambar 8. ActivityDiagram Mengakhiri Aplikasi C.
Perancangan perangkat lunak bertujuan untuk mengetahui batasan arsitektur perangkat lunak, sehingga perangkat lunak yang dirancang sesuai dengan implementasi perangkat lunak.
Terdeteksi
Ya Menampilkan Menampilkan Animasi Animasi Objek Objek 3D 3D Memperdengarkan Memperdengarkan Suara Suara Narasi Narasi
Melakukan zoom-in atau zoom-out
Menampilkan Menampilkan zoom-in zoom-in atau atau zoom-out zoom-out
Melakukan Rotasi
Menampilkan Menampilkan hasil hasil rotasi rotasi
1.
Gambar 5. ActivityDiagram Memilih Adegan Cerita 1) User
Menekan Tombol Panduan
Perancangan Perangkat Lunak
Tidak
Aplikasi
Menampilkan Panduan/petunjuk penggunaan aplikasi
Gambar 6. ActivityDiagram Menampilkan Petunjuk
2)
3)
90
Batasan Perancangan Perangkat Lunak Adapun batasan perancangan perangkat lunak aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang” dapat dipaparkan sebagai berikut. Aplikasi hanya mampu berjalan pada sistem operasi android dengan minimal versi android 4.0.3 (ice cream sandwich) keatas. Gerakan objek 3 dimensi dari aplikasi ini berdasarkan dari buku karangan Pramoedya Ananta Toer yang berjudul “Cerita Calon Arang” yang diterbitkan oleh Lentera Dipantara tahun 2006. Aplikasi ini memiliki fasilitas untuk rotasi, zoom-in, dan zoom-out. Narasi cerita memberikan fasilitas dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
2.
Perancangan Arsitektur Perangkat Lunak Perancangan arsitektur perangkat lunak meenggambarkan bagian-bagian modul , struktur ketergantungan antar modul, dan hubungan antar modul dari perangkat lunak yang dibangun. Structure Chart perangkat lunak aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang” dapat dilihat pada Gambar 9.
Pada lingkungan perangkat lunak dan perangkat keras aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang”dikembangkan yaitu pada lingkungan sebagai berikut. a. Sistem Operasi Microsoft Windows7 Ultimate.
Manampilkan Objek 3D Aplikasi AR (Vuforia Library)
AR Camera
b. Sistem Operasi Android Lollipop v 5.0
Image Target
c. Blender 2.77 d. Vuforia Qualcomm Augmented Reality.
Memperdengarkan Suara Narasi
e. Unity 5.1
Gambar 9. Structure Chart perangkat lunak
f. SDK Android Tools.
c) Perancangan Antarmuka Perangkat Lunak Perancangan antarmuka tampilan aplikasi perangkat lunak merupakan proses pembuatan antarmuka yang akan digunakan untuk berinteraksi antara pengguna dengan perangkat lunak.
g. Audacity h. Adobe Photoshop CS6 Portable
Implementasi Perangkat Lunak Implementasi perangkat lunak Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang”terdiri dari lingkungan implementasi perangkat lunak, batasan implementasi perangkat lunak, implementasi arsitektur perangkat lunak, implementasi struktur data perangkat lunak serta implementasi layar antarmuka perangkat lunak.
1.
Lingkungan Implementasi Perangkat Lunak
Spesifikasi Perangkat Keras Pengembangan Aplikasi Pada lingkungan perangkat keras, aplikasiMarkerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang”dikembangkanpada lingkungan sebagai berikut. a. Laptop Lenovo ideapad s21
IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN A.
Spesifikasi Perangkat Lunak Pengembangan Aplikasi
b. Intel Celeron DualCore 1037U @ 1.8GHz. c. RAM 4.00 GB. d. Harddisk 500 GB. e. Dilengkapi alat input dan output
B.
Lingkungan implementasi perangkat lunak aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang” menggunakan beberapa perangkat lunak dan perangkat keras sebagai berikut.
Implementasi Arsitektur Perangkat Lunak Sesuai dengan hasil perancangan arsitektur perangkat lunak, dapat diimplementasikan proses yang digunakan untuk membuat Perangkat lunak Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang”, yakni
91
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
QCARBehaviour.cs,DataSetLoadBehaviour.c s,DefaultTrackableEventHandler.cs,LoadOn Click.cs, ControlPanel.cs, Rotatenew.cs. C.
Implementasi Layar Antarmuka Perangkat Lunak Rancangan layar antarmuka perangkat lunak Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang” diimplementasikan menggunakan fitur-fitur yang terdapat pada Unity 3D. Implementasi antarmuka pada aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang” menggunakan 2 bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa inggris yang dapat dipilih oleh pengguna. Gambar 10 merupakan tampilan awal (splash screen) aplikasi. Tampilan gambar yang ditampilkan adalah logo Jurusan pendidikan teknik informatika dan logo LCI (Laboratory of Cultural Informatics). Bagian bawah logo berisikan tulisan ApplicationDevelopers Pendidikan Teknik Informatika sebagai indentitas pengembang berasal. Gambar 11 merupakan tampilan menu utama aplikasi, tampilan Menu Utamaakan tampil setelah tampilan pemilihan bahasa. Gambar 12 merupakan tampilan implementasi deteksi objek 3D (layar utama). Gambar 13 merupakan popup pemilihan adegan cerita.
Gambar 11. Implementasi Tampilan Menu untuk Bahasa Inggris
Gambar 12. Implementasi Tampilan Layer Utama untuk Bahasa Indonesia
D.
Gambar 13. Implementasi Tampilan Popup Pemilihan Adegan Cerita Pengujian Perangkat Lunak Pengujian perangkat lunak merupakan proses menjalankan dan mengevaluasi sebuah perangkat lunak untuk menguji apakah perangkat lunak sudah memenuhi persyaratan atau belum untuk menentukan perbedaan antara hasil yang diharapkan dengan hasil sebenarnya. Berikut ini akan dijabarkan mengenai beberapa hal terkait dengan pengujian dari perangkat lunak aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang”, diantaranya tujuan pengujian dari perangkat lunak, tata ancang dan teknik pengujian perangkat
Gambar 10. Implementasi Tampilan Awal (Splash Image) Aplikasi
92
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
lunak, perancangan kasus pengujian c) perangkat lunak, pelaksanaan perangkat lunak dan evaluasi hasil pengujian perangkat lunak. 1.
Pengujian Ahli Isi, Ahli Media dan Pengguna Kasus uji 3 bertujuan untuk mengetahui respon dari ahli isi, ahli media dan pengguna setelah menggunakan aplikasi Markerless Augmeneted Reality Balinese Story “Calon Arang”.
Tujuan Pengujian Perangkat Lunak Pengujian perangkat lunak aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese 3. Story “Calon Arang” dilakukan dengan mempergunakan pengujian whitebox testing, a) blackbox testing, pengujian Ahli isi, Ahli Media dan pengguna.
2.
Perancangan Kasus Pengujian Perangkat Lunak
a)
Black Box Testing
Rancangan Kasus Uji 1
Kasus uji 1 bertujuan untuk mengetahui kebenaran proses aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang”sesuai dengan user define target. Pada tahap ini uji coba ini pengujian aplikasi akan diberikan angket kepada lima orang pengguna aplikasi, setelah menggunakan aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang”. Rancangan Kasus Uji 2 Kasus uji 2 bertujuan untuk menguji penggunaan aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang” pada 5 perangkat hardware yang berbeda. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui aplikasi yang dibuat sudah berjalan dengan baik dan benar, dapat digunakan oleh orang lain.
b)
Pelaksanaan Pengujian Perangkat Lunak Black Box Testing
Pelaksanaan uji kasus untuk black box testing dapat dilaksanakan beberapa butir kasus uji. Pelaksanaan Kasus Uji 1
Pada pengujian kasus uji 1 memiliki tujuan untuk menguji kebenaran proses aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang”sesuai dengan user define target. Pada tahap ini uji coba pengujian aplikasi akan diberikan angket setelah menggunakan aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang”. Pengujian uji kasus 1 dilakukan oleh lima orang mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika, Undiksha. Pada kasus uji 1 dilaksanakan pada 01 Agustus 2016–02 Agustus 2016. Semua proses dimulai dari saat pertama kali aplikasi dijalankan sampai dengan selesi keluar dari aplikasi berfungsi dengan baik. Pelaksanaan Kasus Uji 2 Pada pengujian kasus uji 2 dilakukan untuk mengetahui aplikasi yang dibuat sudah berjalan dengan baik dan benar. Pengujian uji kasus 2 dilakukan oleh lima orang mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika, Undiksha. Pada kasus uji 2 dilaksanakan pada 01 Agustus 2016 - 02 Agustus 2016. Pengujian kasus uji 2 dilakukan pada 5 jenis jenis smartphone yang berbeda yaitu smartphone Asus Zenfone 2 Laser, smartphone Asus Zenfone 5, smartphone Samsung Galaxy Tab-3, smartphone Xiaomi Redmi 2, smartphone Xiaomi Redmi Note.
White Box Testing Pengujian white box digunakan untuk mengetahui cara kerja suatu perangkat lunak secara internal. Pengujian dilakukan untuk menjamin operasi-operasi internal sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dengan menggunakan struktur kendali dari prosedur yang dirancang.
93
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
b)
White Box Testing
Singaraja. Berdasarkan penilaian dari ahli media Bapak Gede Aditra Pradnyana,S.Kom.,M.Kom dan Bapak I Made Putrama,S.T.,M.Tech dapat dianalisa presentase keseluruhan penilaian yaitu 85.0%, aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang” sangat baik. Uji Coba lapangan merupakan tahap evaluasi untuk mengetahi respon masyarakat umum terhadap pengembangan aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang”. Syarat untuk melakukan uji lapangan adalah aplikasi sudah dinyatakan layak untuk uji coba lapangan tanpa revisi oleh ahli isi dan ahli media. Uji lapangan dilakukan dua hari pada Rabu, 10 Agustus 2016 dan Kamis, 11 Agustus 2016 dengan melibatkan tiga puluh masyarakat umum. Dari hasil analisis uji langan diketahui bahwa rerata presentase dari 10 subyek (butir) penilaian yaitu 86.66%, aplikasi ini masuk dalam kriteria sangat baik.
Pengujian white box digunakan untuk mengetahui cara kerja suatu perangkat lunak secara internal. Pengujian dilakukan untuk menjamin operasi-operasi internal sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dengan menggunakan struktur kendali dari prosedur yang dirancang. Pengujian white box dilakukan pada saat pagi, siang, dan sore hari. Pengujian ini berlangsung pada hari Senin,1 Agustus 2016. Dari pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa semua fungsi code yang terdapat di aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang” dapat berjalan dengan baik dan benar. c)
Pengujian Ahli Isi, Ahli Media dan Pengguna Pengujian ahli isi digunakan untuk mengetahui isi dari materi yang ingin disampaikan melalui aplikasi. Pada uji ahli isi, pengujian dilakukan oleh satu orang sebagai ahli isi yaitu Bapak Drs. I Wayan Sugita,M.Si sebagai salah satu budayawan bali dan juga dosen di IHDN (Institut Hindu Dharma Negeri) Denpasar. Berdasarkan penilaian dari ahli isi Bapak Drs. I Wayan Sugita, M.Si dapat dianalisis presentase keseluruhan penilaian yaitu 85.71%, aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang” berada dalam kriteria sangat baik. Uji ahli media dilakukan untuk menguji kesesuaian antara rancangan dengan hasil pengembangan aplikasi. Pada uji ahli media, pengujian dilakukan oleh 2 ahli, yaitu Bapak Gede Aditra Pradnyana,S.Kom.,M.Kom, pada tanggal 8 Agustus 2016 dan pengujian yang kedua dilakukan pada tanggal 9 Agustus 2016. Penguji media yang kedua adalah Bapak I Made Putrama,S.T.,M.Tech, pada tanggal 8 Agustus 2016 dan pengujian yang kedua dilakukan pada tanggal 9 Agustus 2016. Kedua ahli merupakan dosen di Jurusan Pendidikan Teknik Informatika UNDIKSHA
SIMPULAN Rancangan Aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang” menggunakan metode penelitian pengembangan R&D (research and development). Model yang dijadikan acuan dalam penelitian pengembangan ini adalah Model ADDIE. Implementasi aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang” berupa sebuah aplikasi yang berisikan tentang cerita Calon Arangberbasis augmented reality yang mampu menampilkan animasi dalam bentuk 3 dimensi beserta narasinya dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Hasil pengujian dari respon pengguna setelah menggunakan aplikasi menyatakan aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese Story “Calon Arang” sangat menarik dan dapat digunakan untuk melestarikan budaya bali dengan presentase penilaian 86,66% yaitu sangat baik. Berdasarkan hasil penelitian pengembangan dan kesimpulan, dapat
94
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
disarankan bagi pembaca yang ingin [2] mengembangkan bahwa aplikasi ini memiliki ukuran file yang cukup besar, oleh karena itu untuk pengembangan aplikasi Augmented Reality pada android selanjutnya, agar memperhatikan size dari aplikasi, sehingga [3] semua smartphone dapat menggunakan aplikasi Augmented Reality ini. Aplikasi Markerless Augmented Reality Balinese [4] Story “Calon Arang” saat menampilkan objek 3 dimensi masih tidak stabil. Diharapakan untuk pengembangan selanjutnya agar saat menampilkan objek 3 [5] dimensi tidak ada getaran. [6] DAFTAR ACUAN [1]
[7] Sari, I. P. (2014). Meningkatkan Keterampilan Mengarang Cerita Rakyat Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas V [8] SDN 04 Popayato Kabupaten Pohuwato. 112.
95
Arisandi, N. M. (2014). Pengembangan Aplikasi Augmented Reality Story Book Legenda Kebo Iwa. Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika, 364-372. Furht, B. (2011). Handbook of Augmented Reality, Springer Science + Business Media. LLC. Wulansari, E. O., Zaini , T., & Bahri, B. (2013). Penerapan Teknologi Augmented Reality pada Media Pembelajaran. Jurnal Informatika, 169-179. Danandjaja, J. (2007). Foklor Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafika. Toer, P. A. (2006). Cerita Calon Arang. Jakarta: Lentera Dipantara Cawood, S., & Fiala, M. (2007). Augmented Reality-A Practical Guide. North Carolina: The Pragmatic Bookshell. Qualcomm. (2012). Augmented Reality on Android. Vuforia- Augmented Reality Platform.
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
PELATIHAN PENGOPERASIAN E-LEARNING DI SMK NEGERI 2 TABANAN Ketut Agustini1, Nyoman Sugihartini1, I Ketut Resika Arthana1, Gede Saindra Santyadiputra1, Gede Aditra Pradnyana1 1Jurusan
Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha Email:
[email protected]
ABSTRAK Tujuan dari kegiatan Pengabdian pada Masyarakat (P2M) ini adalah Menerapkan Elearning di SMK Negeri 2 Tabanan, Meningkatkan pemahaman guru-guru terhadap konsep Elearning. Pelaksanaan kegiatannya, sebagai berikut: (1) Melaksanakan penerapan Elearning di SMK Negeri 2 Tabanan dalam bentuk pelatihan pengoperasian Elearning seperti mengelola kelas online, pengelolaan sumber belajar dan pengelolaan aktifitas belajar. (2) membimbing secara online guru-guru yang membutuhkan bantuan dalam pengoperasian E-learning. Hasil yang diperoleh dari seluruh kegiatan P2M ini adalah rancang bangun elearning SMKN 2 Tabanan telah diimplementasikan dan dapat diakses di alamat: http://smkn2tabanan.ayobelajar.info. Kegiatan ini telah memberikan kontribusi kepada guru-guru di SMK N 2 Tabanan, yakni : guru memperoleh wawasan tentang strategi pemanfaatan elearning untuk menunjang proses belajar mengajar, serta dapat mengelola kelas online, Berdasarkan analisis angket respon yang disebarkan kepada 25 peserta pelatihan setelah selesai melakukan pelatihan memberikan hasil sebagai berikut: 68% memberikan respon sangat positif dan 32% memberikan respon positif terhadap kegiatan pengabdian ini. Kata-kata kunci: pelatihan e-learning, moodle
ABSTRACT The purpose of the activity at the Dedication to Community(P2M) are applying e-learning at SMKN 2 Tabanan, teachers increase understanding of the concept of e-learning. Implementation of its activities, as follows: (1) Implement the application of e-learning in SMKN 2 Tabanan in the form of e-learning training operations such as managing online classes, managing learning resources and management of learning activities. (2) guiding online teachers who need assistance in the operation of e-learning. The results of all this activity is the design P2M e-learning SMK 2 Tabanan has been implemented and can be accessed at the address: http://smkn2tabanan.ayobelajar.info. These activities have contributed to the teachers at SMKN 2 Tabanan, there are: teachers gain insight into strategy use e-learning to support the teaching and learning process, and be able to manage online classes. Based on the analysis of questionnaire responses were distributed to 25 trainees after completion of training gives the following results: 68% responded very positively and 32% gave a positive response to these service activities. Keywords: e-learning training, moodle
terpaku pada pertemuan di kelas, tetapi juga diluar kelas. Elearning sangat penting untuk meningkatkan daya serap dari para siswa atas materi yang diajarkan, meningkatkan partisipasi aktif dari para siswa, meningkatkan kemampuan belajar mandiri, dan meningkatkan kualitas materi pembelajaran. Diharapkan dapat merangsang pertumbuhan inovasi baru para guru dan siswa sesuai dengan bidangnya masingmasing. Elearning sangat penting diterapkan
PENDAHULUAN E-learning merupakan sebuah sistem pembelajaran berbasis elektronis yang dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi serta multimedia untuk mendukung proses belajar mengajar baik yang dilakukan secara online maupun offline, synchronous maupun asynchronous. Keberadaan elearning mampu membantu memperluas cakupan proses belajar mengajar yang sebelumnya hanya
96
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
disekolah sebagai penunjang proses belajar mengajar. Sekolah yang menjadi sasaran penerapan Elearning pada pengabdian kepada masyarakat program IPTEKS ini adalah SMK Negeri 2 Tabanan. SMK Negeri 2 Tabanan merupakan sekolah kejuruan unggulan, yang dipilih sebagai pilot project kurikulum 2013 bersama empat SMK lainnya di Kabupaten Tabanan. Proses pembelajaran di SMK Negeri 2 Tabanan sudah sangat baik dengan dimanfaatkannya media-media pembelajaran yang inovatif dan kaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Namun saat ini sekolah tersebut belum memiliki ‘wadah’ untuk konten-konten pembelajaran secara elektronis dan belum adanya teknologi untuk menunjang aktifitas proses pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013, yang menuntut siswa agar aktif dalam mencari sumber belajar. Solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan menerapkan Elearning. Pada P2M ini, telah diterapkan Elearning dengan teknologi Moodle di SMK Negeri 2 Tabanan. Penerapan teknologi ini dengan cara memasang/install Elearning di Server SMK Negeri 2 Tabanan sehingga memberikan akses yang lebih cepat dan luas dalam pemanfaatan Elearning. Selain penerapan Elearning, dilakukan juga pelatihan pengoperasian Elearning bagi guruguru di SMK Negeri 2 Tabanan. SMK Negeri 2 Tabanan merupakan salah satu sekolah kejuruan unggulan di Kabupaten Tabanan yang terpilih menjadi pilot project penerapan kurikulum 2013. Sekolah Menengah Kejuruan ini memiliki 84 tenaga pendidik dengan rincian 53 orang guru tetap dan 31 orang guru tidak tetap dengan 31 orang guru telah tersertifikasi. Kompetensi keahlian yang ditawarkan SMK Negeri 2 Tabanan terdiri dari empat kompetensi yaitu Rekayasa Perangkat Lunak, Multimedia, Jasa Boga dan Akuntansi. Saat ini, sebagian guru-guru tersebut melakukan proses pembelajaran secara konvensional tanpa menggunakan teknologi
Elearning. Pembelajaran secara konvensional memiliki kelemahan diantaranya adalah proses belajar mengajar terbatas hanya di dalam kelas saja. Selain itu proses belajar mengajar secara konvensional membatasi penyebaran dan dokumentasi materi pelajaran. Dari hasil diskusi dengan Waka Kurikulum SMK Negeri 2 Tabanan ibu Rusma, diketahui bahwa guru-guru SMK Negeri Belayu memiliki jam kerja yang sangat tinggi. Bukan hanya dalam kegiatan pembelajaran, akan tetapi juga dalam hal tugas di luar jam mengajar sehingga guru kadang kesulitan untuk mengejar ketertinggalan materi di kelas. Selain itu, aktivitas siswa-siswi SMK Negeri 2 Tabanan juga sangat padat baik dalam kegiatan akademik dan non-akademik, sehingga, siswa juga tidak dapat maksimal untuk ikut dalam pembelajaran di kelas. Menilik dari permasalahan tersebut, maka diperlukan adanya suatu teknologi yang mampu membantu guru dalam pemberian tugas, materi dan pengontrolan siswa dalam belajar di luar waktu tatap muka di luar kelas. Siswa juga memiliki akses yang lebih mudah untuk menyusul ketertinggalan pelajaran mereka. Maka dari itu, guru-guru di SMK Negeri 2 Tabanan memerlukan pelatihan pengelolaan sistem e-learning yang dapat membantu daam meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran. Selain itu ada keinginan guruguru untuk memiliki teknologi dan memiliki kemampuan mengelola Elearning yang bisa membantu meningkatkan kualitas proses belajar dan mengajar. Terlebih lagi sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini, pengayaan materi ajar bisa diperoleh melalui internet dan seharusnya hal ini bisa distribusikan ke siswa secara mudah melalui akses satu pintu. Maka dari itu, teknologi yang dibutuhkan untuk membantu permasalahan ini harus dapat menyediakan fasilitas pengumpulan tugas secara online dengan batasan waktu tertentu serta ulangan dengan soal acak dan waktu terbatas. Namun, harus diketahui bahwa teknologi yang
97
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
dibutuhkan ini bukan untuk menggantikan proses belajar mengajar. Akan tetapi, hanya sebagai sarana pendukung proses belajar mengajar agar dapat berjalan dengan baik dan maksimal. Saat ini, guru-guru di SMK Negeri 2 Tabanan sudah menggunakan website pembelajaran yang disediakan oleh pihak luar (Internasional). Website tersebut memudahkan guru dalam memberikan dan mengumpulkan tugas siswa. Permasalahan yang timbul adalah diperlukan koneksi internet internasional untuk mengakses website tersebut karena website tersebut disediakan atau dihosting oleh luar negeri. Tentu saja ini akan membebani bandwith sekolah karena akan mengakses website tersebut secara terus menerus dengan konten pembelajaran. Website tersebut disediakan secara online tanpa ada panduan sehingga menyulitkan guru-guru untuk memahami alur proses website tersebut. Selain itu, jenis file materi yang didukung terbatas menyulitkan untuk menyampaikan materi secara online kepada siswa. Di sisi lain, berdasarkan hasil diskusi dengan Kepala sekolah SMK Negeri 2 Tabanan, Bapak Agus Darmita Wirawan, SMK Negeri 2 Tabanan memiliki bandwith Internet sebesar 3 Mbps sebanyak 2 line dengan rincian, 1 line untuk siswa 1 line untuk guru. Jumlah siswa di SMK Negeri 2 Tabanan adalah sebanyak 598 siswa. Jika diperkirakan ada 50% (299 siswa) yang mengakses internet secara konkuren (bersamaan) maka rata-rata persiswa akan mendapatkan bandwith sekitar 24.576 Kbps. Hal ini sebenarnya sudah lebih tinggi dari rata-rata bandwith yang digunakan oleh orang Indonesia yaitu sekitar 4.4 Kbps (worldbank, 2015). Bandwith tersebut, sebaiknya lebih dioptimalkan untuk mencari konten pembelajaran, karena masalah teknologi yang dibutuhkan bisa disediakan secara lokal. Pada P2M program penerapan ipteks ini, diimplementasikan dan diadakannya pelatihan pengoperasian E-Learning bagi
guru di SMK Negeri 2 Tabanan. Pengimplementasian E-Learning secara lokal, bermanfaat meningkatnya kenyamanan pengguna karena tersedia secara lokal. Terlebih lagi, SMK Negeri 2 Tabanan memiliki 2 buah server yang bisa dipasangkan teknologi E-Learning. Fasilitas pendukung lainnya adalah wifi yang hampir menjangkau 80% area sekolah. Teknologi Elearning yang akan diimplementasikan adalah Moodle. Moodle merupakan Learning Management System (LMS) yang paling populer menurut perangkingan dari (elearninfo247, 2015). Moodle memiliki fitur sangat lengkap mencakup manajemen materi dan aktifitas pembelajaran. Selain itu tim pengusul ( Bapak Resike Arthana) merupakan alumni asisten peneliti di Laboratorium Digital Library & Distance Learning (DL2) Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia. Laboratorium tersebut mencakup penelitian dan pengimplementasian E-Learning di beberapa tempat di Indonesia. Pengalaman yang dimiliki di lab tersebut dan pengalaman implementasi E-Learning di UNDIKSHA tim peneliti gunakan sebagai modal untuk implementasi E-Learning di SMK Negeri 2 Tabanan. Pelatihan pengoperasian Elearning di SMK Negeri 2 Tabanan diharapkan memberikan sumbangan teknologi E-learning dan meningkatkan kemampuan guru-guru dalam mengoperasikan E-learning sehingga bisa meningkatkan kualitas belajar mengajar di SMK Negeri 2 Tabanan. Beberapa masalaha yang berhasil diidentifikasi adalah sebagai berikut: [1] Belum tersedianya teknologi Elearning bagi guru-guru untuk mendukung proses belajar mengajar, [2] Kurangnya pengetahuan guru dalam pemanfaatan Elearning. METODE Metode kegiatan yang dilakukan dalam pengabdian kepada masyarakat ini adalah dalam bentuk penerapan Elearning di SMK Negeri 2 Tabanan dan pelatihan
98
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
pengoperasian Elearning seperti mengelola kelas online, pengelolaan sumber belajar dan pengelolaan aktifitas belajar. Untuk memberikan kesempatan bagi guru yang lain dan memantapkan pengetahuan guru dalam pengoperasian Elearning, maka dilakukan juga bimbingan secara online bagi yang membutuhkan bantuan dalam pengoperasian Elearning. Pelatihan teknis dilakukan selama 2 hari dimana hari pertama lebih fokus dalam memberikan informasi Elearning, mengakses dan mengelola Elearning serta pengisian konten Elearning. Namun untuk hari selanjutnya dilakukan pendampingan secara online.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pelatihan pengoperasian E-learning di SMKN 2 Tabanan dilakukan pada tanggal 12 Juli 2016 bertempat di Laboratorium Komputer SMKN 2 Tabanan. Panitia mengundang 25 guru non TI SMKN2 Tabanan untuk mengikuti pelatihan ini. Pada Kegiatan tersebut dihadiri oleh 25 peserta guru-guru SMKN 2 Tabanan yang berlatar belakang Pendidikan non TI. Berikut adalah foto-foto dokumentasi sebagai bukti telah dilakukan Kegiatan Pengabdian tersebut dalam rangka progress kegiatan.
Gambar 1. Elearning SMK Negeri 2 Tabanan
99
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 2. Penyampaian materi konsep eLEarning oleh anggota tim I Ketut Resika Arthana, S.T,M.Kom
Gambar 3. Suasana dan antusiasme peserta pelatihan
100
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 4. Kegiatan Pelatihan yang diliput wartawan Jaya Pos menunjukkan antusiasme yang sangat positif dari pihak SMK Negeri 2 Tabanan terhadap terselenggaranya kegiatan tersebut.
101
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Berdasarkan analisis angket respon yang disebarkan kepada 25 peserta pelatihan setelah selesai melakukan pelatihan memberikan hasil sebagai berikut: 68% (17 peserta) memberikan respon sangat positif dan 32% (8 peserta) memberikan respon positif terhadap kegiatan pengabdian ini. Mereka berharap pelatihan sejenis dapat dilanjutkan untuk guru lainnya yang belum mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan ini.
24/7 Blog: http://elearninfo247.com/2014/02/18/ toptwentylmss/ Firdaus, R. (2014). rizal.firdaus's blog. Retrieved 2014, from http://rizalfirdaus.blog.ugm.ac.id/2014/09/16/pe rtemuan-kedua/ Fitriyana. (2014). fitriyana54's blog. Retrieved 2014, from Just another blog.ugm.ac.id site: http://fitriyana54.blog.ugm.ac.id/201 4/09/17/automatic-bridge/ Moodle. (2015, October). Moodle. Retrieved from Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Moodle
SIMPULAN Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan kegiatan P2M ini, dapat disimpulkan bahwa rancang bangun elearning SMK N 2 Tabanan telah diimplementasikan dan dapat diakses di alamat: http://smkn2tabanan.ayobelajar.info. Selain itu, secara eksplisit kegiatan ini telah memberikan kontribusi kepada guru-guru di SMK N 2 Tabanan, yakni : guru memperoleh wawasan tentang strategi pemanfaatan elearning untuk menunjang proses belajar mengajar, guru bisa mengelola kelas online, mengunggah materi (text, audio, video, gambar) dan membuat aktifitas pembelajaran(forum, penugasan, quiz), tersedianya sumber belajar dan aktifitas belajar online bagi guru dan siswa yang bisa dikelola dan diakses kapan saja, dimana saja dan dengan berbagai peralatan online seperti smartphone dan laptop serta terdokumentasinya dan terstukturnya materi pelajaran sehingga bisa dimanfaatkan lagi di tahun berikutnya. Berdasarkan analisis angket respon yang disebarkan kepada 25 peserta pelatihan setelah selesai melakukan pelatihan memberikan hasil sebagai berikut: 68% (17 peserta) memberikan respon sangat positif dan 32% (8 peserta) memberikan respon positif terhadap kegiatan pengabdian ini. DAFTAR RUJUKAN elearninfo247. (2015, October). Top 20 Learning Management Systems 2013-14. Retrieved from E-Learning
102
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENERAPKAN SAPTA PESONA DI KAWASAN BAHARI TANJUNG BENOA Putu Ellis Octaviyani, Cokorda Istri Raka Marsiti, Ni Made Suriani Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan partisipasi masyarakat yang digolongkan ke dalam tiga kelompok masyarakat, yaitu (1) organisasi kemasyarakatan, (2) pelaku usaha wisata dan (3) perangkat desa dalam menerapkan sapta pesona di Kawasan Bahari Tanjung Benoa. Teknik penentuan responden menggunakan (1) Quota Sampling (2) Accidental Sampling dan (3) Purposive Sampling. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode (1) Angket (2) Wawancara. Sedangkan intrumen yang digunakan dalam pengumpulan data berupa daftar pertanyaan/pernyataan atau angket langsung tertutup dengan menggunakan skala likert yang diolah menggunakan metode kuantitatif melalui analisis deskriptif persentase. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Partisipasi organisasi kemasyarakatan dalam menerapkan sapta pesona 85% dengan kategori baik, (2) Partisipasi pelaku usaha wisata dalam menerapkan sapta pesona 88% dengan kategori baik, dan (3) Partisipasi perangkat desa dalam menerapkan sapta pesona 86% yang tegolong ke dalam kategori baik. Kata Kunci: Partisipasi Masyarakat, Sapta Pesona, Tanjung Benoa
ABSTRACT This study aimed at describing the participation of the society which are classified into three community groups, namely (1) community organization, (2) tourism businessman, and (3) the village officials who implement sapta pesona in Maritime Area of Tanjung Benoa. The techniques used to determine the respondents were by using (1) Quota Sampling, (2) Accidental Sampling, and (3) Purposive Sampling. In this study, the collection data technique was done through (1) Questionnaire and (2) Interview method. Whereas, the instrument used in collecting data was question list/statement or direct-closed questionnaire by using likert type scale which was processed by using quantitative method through descriptive statistics in percentages. The result of the study showed that (1) The participation of community organization in implementing sapta pesona was 85% with a good category, (2) The participation of tourism businessman in implementing sapta pesona was 88%, with a good category, and (3) The participation of village officials in implementing sapta pesona was 86% which were categorize as good. Keywords: Society Participation, Sapta Pesona, Tanjung Benoa
menyimpan berbagai daya tarik wisata, seperti: daya tarik wisata alam, daya tarik wisata sosial budaya dan daya tarik wisata
PENDAHULUAN Bali merupakan destinasi utama bagi wisatawan lokal maupun mancanegara yang
103
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
minat khusus. Hampir semua kabupaten di Bali memiliki ciri dan keunikan tersendiri untuk menarik wisatawan. Salah satu kabupaten dengan pendapatan terbesar disektor pariwisata adalah Kabupaten Badung. Hal ini dapat dilihat dari jumlah perkembangan sarana dan prasarana pariwisata yang menunjang daya tarik wisata di Kabupaten Badung. Pesatnya perkembangan sarana dan prasarana bidang pariwisata di Kabupaten Badung dan didukung letak yang strategis dengan bagian utara Kabupaten Badung yang merupakan daerah pegunungan, berudara sejuk, berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, dan sebelah timur wilayah Kabupaten Badung berbatasan dengan Kabupaten Gianyar serta Kota Denpasar, bagian tengah wilayah Badung yang merupakan daerah persawahan dan sebelah barat Kabupaten Badung berbatasan dengan Kabupaten Tabanan. Sedangkan wilayah dibagian selatan yang merupakan dataran rendah dengan pantai berpasir putih dan berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia, menjadikan perkembangan pariwisata Bali lebih terpusat pada Kabupaten Badung Bagian Selatan dekat dengan gerbang utama wisatawan baik lokal maupun mancannegara yang menjadi daya tarik tersendiri untuk kegiatan wisata bahari. Salah satu kawasan wisata yang memiliki potensi tersebut adalahKawasan Bahari Tanjung Benoa.Kawasan ini memiliki luas wilayah 425,01 hektar, yang diapit oleh dua laut dan kedua sisi dari pantai memiliki pasir putih. Pesisir Pantai Tanjung Benoa mencakup enam lingkungan/banjar, terdiri dari: Banjar Kerta Pascima, Banjar Anyar, Banjar Tengah, Banjar Purwa Santi, Banjar Panca Bhineka, dan Banjar Tengkulung. Sekitar tahun 1546, Pantai Tanjung Benoa merupakan sebuah pelabuhan kecil yang sering dikunjungi oleh pedagang dari daratan Cina sebagai tempat untuk berlabuh serta menjual berbagai barang dagangan seperti keramik. Namun pada tahun 1980, Kawasan Pariwisata Nusa Dua berkembang sebagai
sebuah kawasan pariwisata mewah dan dikelola oleh International Tourism Development Corporation (ITDC) yang dilengkapi dengan hotel mewah bintang lima. Menurut Pitana (1999:47) Kawasan Pariwisata Nusa dua adalah contoh dari kawasan pariwisata yang dikembangkan dengan pola kawasan tertutup (enclave resort) karena kawasan wisata ini terpisah dari masyarakat sekitar baik fisik, sosial, maupun ekonomis serta dibatasi secara tegas dengan lingkungan di luar kawasan (tembok, pagar, dan lain-lain). Berkembangnya kawasan Nusa Dua yang dekat dengan Kawasan Bahari Tanjung Benoa mengakibatkan Kawasan Bahari Tanjung Benoa menjadi ikut berkembang dengan potensi wisata baharinya yang didukung oleh perkembang sarana dan prasarana baik akomodasi, restoran, water sport, dan pusat perbelanjaan. Perkembangan pariwisata di Kawasan Bahari Tanjung Benoa mengakibatkan munculnya berbagai persoalan terkait penerapan sapta pesona sebagai wujud sikap sadar wisata. Misalnya permasalahan terkait dengan aspek keamanan yang dapat memicu kenyamanan wisatawan dalam berkunjung adalah isu dari pelaksanaan Reklamasi Teluk Benoa yang menimbulkan demonstrasi dalam penyampaian gerakan pendapat dan polemik tersebut masih terjadi hingga saat ini, sedangkan permasalan lain yang terjadi terkait masalah kriminalitas di Kawasan Bahari Tanjung Benoa adalah ditemukannyakamera pengintai pada slot pindai persona identification number (PIN) Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Bank Nasional Indonesia (BNI) Tanjung Benoa, Kuta Selatan, Badung, Bali pada Jumat 22 April 2016 oleh petugas Sabhara Polda Bali, kamera pengintai ini dapat merekam aktivitas nasabah yang dapat memicu tindak kejahatan perbankan dengan mudah mencuri data-data nasabah dengan membuat situs palsu, menduplikasi kartu ATM, untuk memancing nasabah pengguna layanan internet banking sehingga penjahat akan mengirim pesan
104
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
elektronik (e-mail) yang seakan-akan datang dari operator bank dan pelaku kejahatan bisa dengan mudah mengambil uang nasabah. Jika hal ini terjadi di Kawasan Wisata maka akan berdampak terhadap berkurangnya kenyamanan dan rasa aman wisatawan dalam kunjungannya. Selain hal yang berkaitan dengan aspek keamanan, dampak positif yang terjadi akibat perkembangan sebuah kawasan wisata adalah meningkatnya kunjungan wisatawan untuk menikmati daya tarik wisata, namun disisi lain hal ini dapat menimbulkan pengaruh terhadap kepadatan lalu lintas kendaraan yang menimbulkan kemacetan hingga pelanggaran tata tertib lalu lintas. Kemudian masalah terakait dengan kebersihan lingkungan terutama lingkungan pesisir pantai dan beberapa proyek dari sarana pariwisata yang belum selesai.
Disamping permasalah yang berpengaruh terhadap penerapan aspek dalam sapta pesona, Hasil wawancara dengan Bapak I Wayan Kembar, S.Sos selaku Lurah Tanjung Benoa dan Bapak I Wayan Sudibia selaku Kepala Seksi Pembangunan Kelurahan Tanjung Benoa pada hari senin tanggal 21 Desember 2015 yang menerangkan bahwa adanya Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di dalam menunjang penerapan sapta pesona namun tidak ada kejelasan terkait peran serta pokdarwis tersebut, jika dilihat dari pelaksanaan programnya selama satu tahun kebelakang tidak berjalan. Meskipun terdapat permasalahan yang bertentangan dengan penerapan sapta pesona serta kinerja organisasi kemasyarakat sebagai wadah yang menampung partisipasi masyarakat umum pada salah satu destinasi wisata di Kabupaten Badung, yaitu Kawasan Bahari Tanjung Benoa, namun tingkat rata-rata lama menginap wisatawan asing maupun domestik di Kabupaten Badung menduduki peringkat kedua terbesar setelah Kota Denpasar dengan rata-rata 3,01 hari pada bulan desember 2015 dan meningkat pada bulan januari 2016 menjadi 3,14 hari. Peningkatan rata-rata lama menginap wisatawan asing maupun domestik menjadi gambaran bahwa adanya lingkungan serta kondisi yang kondusif di Kawasan Bahari Tanjung Benoa sebagai lokasi strategis sarana dan prasarana pariwisata di Kabupaten Badung. Tabel 1. Rata-Rata Lama Menginap Wisatawan Asing dan Domestik Pada Hotel Berbintang di Bali Menurut Kota/Kabupaten (Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Bali,2016:4)
Berdasarkan beberapa permasalahan di atas, maka secara tidak langsung hal tersebut akan memiliki pengaruh pada aspek sejuk dan aspek indah sebagai bagian dari penerapan sapta pesona. Tidak hanya permasalahan yang mempengaruhi aspek aman, tertib, bersih, indah, dan sejuk, namun citra dari sebuah kawasan bahari terutama Kawasan Bahari Tanjung Benoa yang dapat dicerminkan melalui keramah tamahan masyarakat sebagai tuan rumah akan ikut berpengaruh terhadap hal yang akan diperoleh oleh wisatawan selama melakukan kunjungan wisata sehingga kawasan wisata tersebut mampu memiliki kesan atau kenangan tersendiri seusai dikunjungi.
Dari peningkatan rata-rata lama menginap wisatawan asing dan domestik, serta permasalahan terkait penerapan sapta pesona, maka diantara dua hal tersebut mengindikasikan bahwa adanya partisipasi dari seluruh pemangku kepentingan (steakholder) di dalam menerapkan sapta pesona sebagai bentuk upaya sadar wisata sesuai dengan penjabaran dari Peraturan
105
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Kementrian Pariwisata dan Kebudayaan Nomer: PM.04/UM-001/MKP/2008 BAB II pasal 4 ayat (2) yang menyebutkan bahwa, “Dalam Pelaksanaan Sadar Wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diupayakan dilakukan secara sinergi antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, Pelaku Usaha Pariwisata, Akademisi, Media Massa dan Organisasi Kemasyarakatan dengan materi dasar jabaran Sapta Pesona sesuai dengan panduan Pelaksanaan Sadar Wisata sebagaimana terlampir dalam Peratuturan ini”. Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa sapta pesona merupakan sebuah jabaran materi dasar dalam mewujudkan pelaksanaan sadar wisata sebagai program pemerintah pusat yang membutuhkan keterlibatan antara pemerintah daerah, pelaku usaha wisata, akademisi, media massa serta organisasi kemasyarakatan yang berada di dalam suatu kawasan wisata dan kemudian dapat digolong ke dalam komponen masyarakat setempat di Kawasan Bahari Tanjung Benoa. Firmansyah (2012:1) Masing-masing pemangku kepentingan tersebut tidak dapat berdiri sendiri, namun harus saling bersinergi dan melangkah bersama-sama mewujudkan upaya sadar wisata. Keterlibatan utama dari beberapa pemangku kepentingan yang memiliki pengaruh paling dominan adalah partisipasi masyarakat yang tergabung pada organisasi kemasyarakat sebagai kelompok penggerak dalam memotivasi masyarakat melalui program desa, kemudian masyarakat yang berperan sebagai pelaku usaha wisata karena kelompok masyarakat tersebut memiliki interaksi secara langsung di dalam memenuhi kebutuhan wisatawan ketika berkunjung, dan kelompok masyarakat sebagai perangkat desa sebagai penanggung jawab sekaligus perwakilan dari pemerintah daerah sebagai pihak pengelola Kawasan Bahari Tanjung Benoa.
Sehingga tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini mengetahui partisipasi organisasi kemasyarakatan, sebagai pelaku usaha wisata dan perangkat desa dalam mewujudkan sikap sadar wisata, peduli serta bertanggung jawab di Kawasan Bahari Tanjung Benoa demi mewujudkan kesan positif sebagai destinasi pariwisata bahari melalui penerapan sapta pesona. METODE PENELITIAN Penelitian Deskriptif (Descriptive Research) adalah penelitian yang bertujuan membuat deskripsi atas suatu fenomena sosial/alam secara sistematis, fakual, dan akurat. Penelitian deskriptif juga berarti penelitian yang dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Bahari Tanjung Benoa yang terletak di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Untuk menentukan responden yang tergolong ke dalam tiga kelompok, peneliti menggunakan teknik sampel Quota Sampling, Accidental Sampling dan Purposive Sampling. Kedua teknik sampel tersebut digunakan untuk menentukan julmah responden dalam organisasi kemasyarakatan dan sebagai pelaku usaha wisata. Dalam hal ini peneliti menetapkan jenis responden dengan menetapkan quota 30% dari jumlah populasi terlebih dahulu pada masing-masing kelompok. Kemudian Tahapan selanjutnya setelah menentukan quota responden maka peneliti menggunakan Accidental Sampling untuk menentukan responden agar memenuhi quota, dimana teknik penentuan responden dengan menggunakan sampel ini hanya berdasarkan kemudahan dan kebetulan sehingga peneliti mencari anggota popolasi yang bersedia dijadikan responden. Sedangkan untuk menentukan responden perangkat desa di Kawasan Bahari Tanjung Benoa, peneliti menggunakan Purposive Sampling, dimana responden yang dipilih untuk dijadikan sampel berdasarkan pertimbangan peneliti, sehingga hanya
106
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
melibatkan pengurus desa setempat yang sekaligus sebagai pengurus Kawasan Bahari Tanjung Benoa.
Tabel
angket yang digunakan untuk mendeskripsikan partisipasi masyarakat dalam menerapkan sapta pesona di Kawasan Bahari Tanjung Benoa adalah angket langsung tertutup menggunakan skala likert dengan rentangan lima kategori pendapat yang terdiri atas Sangat setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Kemudian peneliti mengolah data dari hasil daftar pertanyaan/pernyataan (angket) menggunakan metode kuantitatif melalui analisis deskriptif persentase dengan melakukan teknik skorring terlebih dahulu. Selanjutnya dilakukan perhitungan indeks persentase dengan menggunakan rumus:
2.
Rincian Responden Terkait Partisipasi Masyarakat dalam Menerapkan Sapta Pesona di Kawasan Bahari Tanjung Benoa No Kategori Responden Jumlah 1 Masyarakat dalam organisasi 41 Orang kemsyarakatan 2 Masyarakat sebagai 44 Buah/ pelaku usaha wisata Orang 3 Masyarakat sebagai 16 Orang perangkat desa Jumlah 101 Orang (Sumber: Data Primer, 2016:Diolah)
%=
Variabel dalam merupakan jenis variabel independen (variabel bebas) yaitu partisipasi masyarakat dalam menerapkan sapta pesona yang diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu partisipasi organisasi kemasyarakatan, pelaku usaha wisata dan perangkat desa di Kawasan Bahari Tanjung Benoa. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui dua metode yaitu:
𝑛 × 100% 𝑁
Ali (1993:186) Keterangan: n = Jumlah nilai yang diperoleh N = Jumlah seluruh nilai % = Tingkat keberhasilan yang dicapai Setelah menentukan perhitungan indeks persentase maka langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata dari masingmasing aspek yang terkandung dalam sapta pesona. Untuk menghitung rata-rata yang diperoleh dari masing-masing aspek serta rata-rata keseluruhan, peneliti menggunakan rumus rerata (mean), di bawah ini:
1.
Metode angket yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan kepada responden secara tertulis terkait dengan partisipasi masyarakat di Kawasan Bahari Tanjung Benoa dengan menggunakan angket yang diisi oleh masyarakat bersangkutan. 2. Metode wawancara yang digunakan memperoleh data terkait dengan permasalahan dalam penerapan sapta pesona di Kawasan Bahari Tanjung Benoa dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan kepada masyarakat yang bersangkutan. Untuk mengumpulkan data peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan/pernyataan (angket). Jenis
Prof Koyan (2012:15)
Keterangan: ∑ 𝑋 = Nilai Keseluruhan Sampel 𝑛 = Jumlah Sampel Dan terakhir, mengkonversikan hasil perhitungan yang diperoleh dari masingmaisng aspek ke dalam tabel kriteria dengan menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima yang akan digunakan untuk menarik kesimpulan dari hasil penelitian secara deskriptif dengan menyajikan data melalui tabel, diagram bentuk histogram atau diagram bentuk
107
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
lingkaran untuk menggambarkan secara terperinci tingkat partisipasi dari masingmasing aspek yang terkandung di dalam sapta pesona di Kawasan Bahari Tanjung Benoa. Tabel 3. Skala Penilaian Partisipasi Masyarakat dalam Menerapkan Sapta Pesona di Kawasan Bahari Tanjung Benoa. Presentase Nilai Nilai Penguasaan Predikat Angka Huruf (%) 90 – 100 Sangat 4 A Baik 80 – 89 3 B Baik *65 – 79 2 C Cukup 55 – 64 1 D Kurang 0 – 54 Sangat 0 E Kurang (Sumber: Prof Koyan, 2007:81) HASIL DAN PEMBAHASAN Kawasan Bahari Tanjung Benoa merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, dengan jarak tempuh 32 km dari Kota Denpasar sebagai ibu kota provinsi dan 36 km dari Mangupura sebagai ibu kota Kabupaten Badung. Kawasan Bahari Tanjung Benoa memiliki luas wilayah 425,01 hektar dan terdiri atas enam lingkungan/banjar, yaitu: Banjar Kerta Pascima, Banjar Anyar, Banjar Tengah, Banjar Purwa Santi, Banjar Panca Bhineka, dan Banjar Tengkulung. Sesuai dengan SK.Gubernur No. 643 Tahun 1997 Kawasan Bahari Tanjung Benoa memiliki batas wilayah: a. Sebelah Utara : Teluk Benoa b. Sebelah Selatan : Lorong Telaga Waja Kelurahan Benoa c. Sebelah Timur : Selat Lombok d. Barat : Teluk Benoa Kawasan Bahari Tanjung Benoa memiliki jumlah penduduk kurang lebih 5.577 orang dengan jumlah kepala keluarga 1.272 KK. Kawasan yang berada di bawah wilayah administratif Kelurahan Tanjung
108
Benoa dahulu memiliki masyarakat yang sebagain besar bermata pencarian sebagai nelayan, namun melihat potensi wilayah yang dimiliki sangat potensial di bidang perikanan dan wisata maka seiring dengan berkembangannya Kawasan Wisata Nusa Dua yang memiliki pengaruh langsung terhadap Desa Tanjung Benoa untuk ikut mengembangkan dan memanfaatkan potensi unggulan di bidang perikanan dan wisata menjadi sebuah wisata bahari yang lambat laun didukung dengan perkembangan sarana dan prasarana penunjang wisata bahari. Layaknya sebuah kawasan wisata bahari, maka perkembangan wisata bahari yang ada di Tanjung Benoa juga ditunjang dengan sarana dan prasarana pariwisata baik yang bergerak di bidang jasa maupun produk, seperti: 1. Akomodasi, baik berupa hotel berbintang, villa, dan home stay 2. Termpat Wisata, seperti water sport dan pulau penyu 3. Restoran (Rumah Makan) 4. Tourist Information yang menyediakan jasa pelayanan pakek wisata serta penyewaan transportasi, dan 5. Pertokoan yang menjual keperluan sehari-hari yang dibutuhkan oleh masyarakat maupun wisatawan. Tiket masuk Kawasan Bahari Tanjung Benoa tidak diperuntukan untuk setiap orang, melainkan untuk setiap unit kendaraan sebesar Rp 5.000,- untuk mobil, Rp 10.000,- untuk bus dengan nomer kendara yang berasal dari Bali (DK) dan 15.000,untuk bus dengan nomer kendaran dari luar Bali. Adapun aktivitas yang dilakukan selama berkunjung, seperti: jetski, parasailing, banana boat, scuba diving, snorkeling, glassbotton dan turtle island, flying fish, seawalker, water ski, rolling donat, wake board dan aktivitas lain yang dapat dilakukan oleh wisatawan selain aktivitas bahari selama melakukan kunjungan ke Kawasan Bahari Tanjung Benoa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan melibatkan kalangan
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
kelompok organisasi kemasyarakatan, pelaku usaha wisata dan perangkat desa dalam menerapkan sapta pesona di Kawasan Bahari Tanjung Benoa, maka tingkat persentase ratarata masing-masing kelompok masyarakat dalam menerapkan sapta pesona, yaitu: a. Partisipasi organisasi kemasyaratan dalam menerapkan sapta peona dari aspek aman adalah 89% dengan kategori baik, pada aspek tertib 87% dengan kategori baik, kemudian 83% pada aspek bersih dengan kategori baik, 86% aspek sejuk dengan kategori baik, 87% pada aspek indah dengan kategori baik, 82% dengan kategori baik pada aspek ramah, dan 81% pada aspek kenangan dengan kategori baik. Sehingga rata-rata partisipasi organisasi kemasyarakatan dalam menerapkan sapta pesona adalah 85% dengan kategori baik. Tabel 4. Tingkat Partisipasi Organisasi Kemasyarakatan dalam Menerapkan Sapta Pesona di Kawasan Bahari Tanjung Benoa (Sumber: Data Primer, 2016: Diolah)
No
1 2 3 4 5 6 7
Aspek Sapta Pesona
Aman Tertib Bersih Sejuk Indah Ramah Kenangan Persentase Rata-Rata
Persentase Rata-Rata Organisasi Kemasyara katan
Klasifikasi
89% 87% 83% 86% 87% 82% 81%
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
85%
Baik
indah 88% dengan kategori baik, aspek ramah 87% dengan kategori baik, dan aspek kenangan 86% dengan kategori baik. Dari keseluruhan aspek, rata-rata persentase partisipasi pelaku usaha wisata adalah 88% dan tergolong ke dalam kategori baik. Tabel 5. Tingkat Partisipasi Pelaku Usaha Wisata dalam Menerapkan Sapta di Kawasan Bahari Tanjung Benoa (Sumber: Data Primer,2016: Diolah)
No
Aspek Sapta Pesona
Persentase Rata-Rata Pelaku Usaha Wisata
1
Aman
92%
2 3 4 5 6 7
Tertib Bersih Sejuk Indah Ramah Kenangan Persentase Rata-Rata
Klasifikasi
90% 85% 87% 88% 87% 86%
Sangat Baik Sangat Baik Baik Baik Baik Baik Baik
88%
Baik
c. Sedangkan, partisipasi perangkat desa dalam menerapkan sapta pesona jika ditinjau dari aspek aman yaitu 89% dengan kategori baik, aspek tertib 87% dengan kategori baik, aspek bersih 85% dengan kategori baik, aspek sejuk 87% dengan kategori baik, aspek indah 88% dengan kategori baik, aspek ramah 84% dengan kategori baik, dan 83% pada aspek kenagan dengan kategori baik. Jadi, rata-rata keseluruhan persentase untuk partisipasi perangkat desa adalah 86% dengan kategori baik.
b. Partisipasi pelaku usaha wisata dalam menerapkan sapta pesona jika ditinjau dari aspek aman yaitu 92% dengan kategori sangat baik, aspek tertib 90% dengan kategori sangat baik, aspek bersih 85% dengan kategori baik, aspek sejuk 87% dengan kategori baik, aspek
109
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Perkembangan pariwisata memicu dampak positif ataupun dampak negatif pada sebuah kawasan wisata yang memerlukan keterlibatan dari setiap pemangku kepentingan (steakholder) terhadap keberlangsungan sebuah kawasan wisata terutama Kawasan Bahari Tanjung Benoa. Di dalam meningkatkan rata-rata lama tinggal wisatawan sebagai indikator terhadap lingkungan serta kondisi yang kondusif. Merujuk pada pendekatan pengembangan sebuah kawasan bahari, yang diarahkan menuju upaya pengembangan kawasan wisata ramah lingkungan dan pembangunan berkelanjutan maka pengembangan kawasan bahari memiliki keterkaitan luas dengan partisipasi masyarakat pesisir dalam upaya sadar wisata yang dapat diwujudkan dengan menerapkan sapta pesona. Sapta pesona merupakan jabaran konsep sadar wisata dengan dukungan dan peran masyarakat sebagai tuan rumah dalam upaya untuk menciptakan lingkungan dan suasana kondusif yang mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya industri pariwisata. (Firmansyah, 2012:11). Aspek yang terkandung dalam konsep sapta pesona sebagai indikator dalam upaya sadar wisata meliputi: aspek aman, tertib, bersih, indah, sejuk, ramah dan kenangan. Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat paling rendah sebesar 81% terdapat pada aspek kenangan dalam organisasi kemasyarakatan dan 83% pada perangkat desa. Meskipun kedua tingkat partisipasi masyarakat tersebut pada aspek kenangan tergolong baik, namun aspek ini sering dianggap sebagai aspek yang memiliki pengaruh paling sedikit dibandingkan aspek aman, tertib, bersih, sejuk, indah dan ramah dari sebuah kawasan wisata yang dapat dirasakan secara langsung oleh wisatawan ketika berkunjung maupun tinggal. Padalah aspek kenangan merupakan kesimpulan dari aspek aman, tertib, bersih, sejuk, indah, dan ramah sehingga dapat memberikan kesan pada ingatan dan perasaan seseorang yang disebabkan oleh pengalaman selama
Tabel 6. Tingkat Partisipasi Perangkat Desa dalam Menerapkan Sapta di Kawasan Bahari Tanjung Benoa
No
1 2 3 4 5 6 7
Aspek Sapta Pesona
Persentase Rata-Rata Perangkat Desa
Klasifikasi
Aman 89% Tertib 87% Bersih 85% Sejuk 87% Indah 88% Ramah 84% Kenangan 83% Persentase 86% Rata-Rata (Sumber: Data Primer, 2016: Diolah)
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Berdasarkan uraian Tabel 4, 5, serta 6, secara keseluruhan rata-rata persentase untuk partisipasi masyarakat yang terdiri atas tiga kelompok, tergolong ke dalam kategori baik. Untuk mendeskripsikan lebih jelasnya, tingkat partisipasi masyarakat ketiga kelompok tersebut dapat dipaparkan dalam diagram batang di bawah ini: Diagram 1. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam menerapkan Sapta Pesona di Kawasan Bahari Tanjung Benoa
110
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
melakukan kunjungan maupun selama tinggal di kawasan wisata melalui cendramata khusus, makanan lokal khas daerah wisata, adat istiadat serta pengalaman lain yang diperoleh wistawan termasuk pengalaman terhadap kondisi dan pelayanan yang didapatkan wisatawan. Sehingga secara tidak langsung aspek kenangan juga sebagai aspek tambahan di dalam memperkenalkan keunikan kawasan wisata dari sisi yang berbeda agar wisatawan memiliki kenangan dan citra positif terhadap kawasan wisata khususnya Kawasan Wisata Bahari Tanjung Benoa. Sedangkan pada pelaku usaha wisata, tingkat partisipasi justru paling rendah pada aspek bersih dengan rata-rata persentase sebesar 85%. Meskipun tergolong dalam kategori baik, namun kebersihan di Kawasan Bahari Tanjung Benoa masih belum bisa ditangani secara maksimal untuk jangka panjang, melihat belum adanya pengelolaan sampah atau limbah secara khusus oleh pelaku usaha wisata terutama pelaku usaha wisata yang kecil dan menengah, hanya beberapa pelaku usaha wisata yang memiliki pengolahan sampah/limbah khusus. Di dalam kesehariannya sampah yang ditimbulkan oleh aktivitas masyarakat setempat, aktivitas industri pariwisata ataupun aktivitas wisatawan hanya dibuang pada tempat sampah yang kemudian menunggu untuk diangkut oleh bagian kebersihan Tanjung Benoa dengan biaya Rp 15.000/bulan. Kemudian, partisipasi tertinggi dari ketiga kelompok masyarakat justru berada pada aspek aman dengan persentase 89% dalam organisasi kemasyarakatan serta perangkat desa, kemudian 92% pada pelaku usaha wisata. Hal ini menunjukan bahwa wisatawan tidak perlu khawatir terdapat tindak kriminalitas untuk penggunaan fasilitas dalam industri pariwisata maupun fasilitas publik karena sebagian besar masyarakat di Kawasan Bahari Tanjung Benoa mengutamakan kenyamanan dalam kehidupan bermasyarakat meskipun masih
adanya polemik akibat kebijakan publik di Kawasan tersebut. Baiknya partisipasi masyarakat dalam menerapkan sapta pesona, menjadi upaya menciptakan lingkungan yang kondusif di tengah-tengah penanganan permasalahan terkait penerapan sapta pesona guna meningkatkan rata-rata lama tinggal/menginap wisatawan asing maupun domestik pada kawasan wisata khusunya Kawasan Bahari Tanjung Benoa. Layaknya sebuah kawasan wisata yang dikelola dengan pola pengembangan terbuka (open tourist resort) sehingga Kawasan Bahari Tanjung Benoa menyatu dengan masyarakat setempat. menjadikan sapta pesona sebagai konsep dalam pengembangan pariwisata yang selalu menekankan pada kesadaran masyarakat sebagai tuan rumah yang baik untuk menciptakan lingkungan yang kondusif melalui penerapan tujuh aspek yang terdiri atas aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan untuk mewujudkan sistem pariwisata berkelanjutan melalui citra dan branding kawasan wisata yang bersifat positif. SIMPULAN DAN SARAN Kawasan Bahari Tanjung Benoa merupakan sebuah kawasan yang dikelola dengan pola pengembangan terbuka (open tourist resort) sehingga Kawasan Bahari Tanjung Benoa menyatu dengan masyarakat setempat, tidak ada batasan yang jelas antara zone untuk fasilitas pariwisata dengan fasilitas masyarakat, anatara wisatawan dengan masyarakat terjadi interaksi yang intensif, berbaur dan bahkan menyatu. Untuk itu, pengembangan dan keberlangsungan kawasan ini membutuhkan partisipasi masyarakat setempat, baik masyarakat yang tergabung pada organisasi kemasyarakatan, masyarakat sebagai pelaku usaha wisata maupun masyarakat sebagai perangkat desa untuk turut menjaga serta melestarikan potensi yang terdapat di Kawasan Bahari Tanjung Benoa secara berkelanjutan melalui penerapan sapta pesona sebagai upaya untuk
111
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
mewujudkan sikap sadar wisata dan menjadi tuan rumah yang baik bagi wisatawan dengan selalu mengedepakan keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan di dalam memberikan pelayanan terhadap wisatawan sehingga dapat terciptanya citra positif yang dijadikan sebagai kenangan tersendiri setelah wisatawan melaksanakan kunjungan wisatanya. Rata rata persentase partisipasi organisasi kemasyarakatan adalah 85%. Sedangkan partisipasi pelaku usaha wisata 88%. Kemudian, partisipasi perangkat desa 86%. Berdasarkan rata-rata persentase ketiga kelompok masyarakat di atas maka dapat disimpulkan bahwa ketiga kelompok masyarakat di atas memiliki partisipasi yang baik dalam menerapkan sapta pesona di tengah peningkatan rata-rata lama menginap/tinggal wisatawan asing maupun domestik pada sebuah kawasan wisata, khususnya di Kawasan Bahari Tanjung Benoa sebagai pusat perkembangan sarana serta prasana di bidang pariwisata bahari. Meskipun dari hasil penelitian yang menyatakan partisipasi masyarakat pada tiga kelompok di atas sangat baik di tengah peningkatan rata-rata lama menginap/tinggalnya wisatawan. Untuk itu, peneliti berkendak mengemukan saran terhadap: a. Organisasi Kemasyarakatan Organisasi kemasyarakatan yang merupakan sebuah kelompok pengerak masyarakat di dalam memberikan contoh positif hendaknya mempertaahankan program kerja yang telah dirancang, khusunya program kerja yang sifatnya berkelanjutan terhadap pengembangan Kawasan Bahari Tanjung Benoa secara, melalui peran serta LPM, Pokdarwis, PKK, Karang taruna sebagai upaya keterlibatan masyarakat setempat dalam menerapkan sapta pesona. b. Pelaku Usaha Wisata Sebagai pihak yang memiliki interaksi intensif kepada wisatawan
hendaknya mempertahankan mutu pelayanan terhadap wisatawan dengan cara merapakan aspek aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan yang terdapat dalam sapta pesona sebagai wujud sikap sadar wisata sebagai tuan rumah yang baik di dalam menunjang keberlangsungan perkembangan kawasan wisata disamping memberikan kenyamanan ketika wisatawan berkunjung/tinggal. c. Prangkat Desa Meskipun perangkat desa tidak memiliki hubungan begitu intensif dalam memberikan pelayanan terkait fasilitas yang dibutuhkan wisatawan serta merencanakan program-program desa yang berkaitan dengan sapta pesona dan pariwisata, namun perangkatan desa hendaknya mempertahankan keterlibatan yang baik terhadap keberlangsungan Kawasan Bahari Tanjung Benoa khususnya dalam menerapkan sapta pesona sebagai konsep sadar wisata dengan ikut mengawasi, mengelola melalui tugas dan tanggung jawab yang mewakili pemerintah daerah dalam upaya mewujudkan sadar wisata. DAFTAR PUSTAKA Ali, Mohammad. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa. A.J, Mauljadi. 2014. Kepariwisataan dan Perjalanan. :Jakarta. Rajawali Pers. Ardika, I Gede. 2000. Beberapa Pokok Pikiran Tentang Pengembangan Wisata Bahari di Bali. Naskah Lengkap Seminar Nasional. Denpasar. Universitas Udayana. Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Bongin, Burhan. 2005. Metodelogi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media Group. Damanik, Janiaton dkk. 2006. Perencanaan Ekowisata: Dari Teori ke Aplikasi.
112
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Yogyakarta: Pusat studi Pariwisata (PUSPAR UGM) dan PT ANDI OFFSET. Davis, Keith. 1990. Perilaku dalam Organisasi. Jakarta: Erlangga. Firmansyah, Rahim. 2012. Buku Pedoman Kelompok Sadar Wisata. Jakarta: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Hadeli. 2006. Metode Penelitian Kependidikan. Ciputat: QUANTUM TEACHING. H.Oka A,Drs dan Yoeti, MBA.1996. Pengatar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa. ___________ Tentang Marine tourism atau Wisata Bahari dalam Wardhono (Ir). Kumpulan Artikel Terkait Pariwisata Bahari (hlm9-24).Tersedia Pada http://www.slideshare.net/fitriwardhono /kumpulan-artikel-terkait-pariwisatabahari (diakses tanggal 24 April 2015). _____________ Panduan Teknis Perencanaan Tata Ruang Wilayah Pesisirdan Laut dalam Wardhono (Ir). Kumpulan Artikel Terkait Pariwisata Bahari (hlm10-28). Tersedia Pada http://www.slideshare.net/fitriwardhono /kumpulan-artikel-terkait-pariwisatabahari (diakses tanggal 24 April 2015). Lewaherilla, Niki Elistus. 2002. Pariwisata Bahari; Pemanfaatan Potensi Wilayah Pesisir dan Lautan. Makalah Falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Keraf. 2000. Dimensi Budaya Ekologi Pesisir Dalam Pengembangan Wisata Bahari. Naskah Seminar, Denpasar Kajian Budaya Universitas Udayana. Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta Koyan,I Wayan,Prof. 2007. Asesmen Dalam Pendidikan. Singaraja: Jurusan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha _________________. 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data
Kuantitatif. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press Ndraha, Taliziduhu. 1990. Pembangunan Masyarakat Tinggal Landas: Jakarta: Rineka Cipta. Oktami, Dewi. 2013. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata bahari di Pulau Kapoposang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Skripsi (diterbitkan). Jurusan antropologi, Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, Universitas Hasanuddin Makassar Pendit, S. Nyoman. 2003. Ilmu Pariwisata. PT. Pradnya Paramita”. Jakarta Peraturan Daerah Bali Nomer 16 Tahun 2009. Tersedia pada http://www.forbali.org/wpcontent/uploads/2013/09/Perda_Prov_B ALI_16-_Thn_2009_Sarbagita.pdf (diakses tanggal 25 April 2015) Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomer 84 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Pemerintah Desa. Tersedia Pada http://www.masawah.desa.id/2016/01/perm endagri-nomor-84-tahun-2015-tentang.html (diakses tanggal 30 Juli 2016) Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata NOMER:PM.04/UM/001/MKP/2008 tentang Sadar Wisata. Tersedia Pada http://dprd.jatimprov.go.id/produkhuku m/7ce50-Permen-Budpar-NomorPM.04-UM.001-MKP-2008-TentangSadar-Wisata.pdf (diakses tanggal 18 Desember 2015) Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomer:PM.89/HK.501/MKP/2010 tentang tata cara pendaftaran usaha jasa trasportasi wisata dalam pasal 1 ayat 8. Tersedia Pada http://perijinan.denpasarkota.go.id/peraturan /file_peraturan/5825_2027-PM_89.pdf (diakses tanggal 18 Desember 2015) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 74 Tahun 2005 tentang Desa. Persiden Republik Indonesia. Pitana, I Gede. 2002. Kawasan Pariwisata Model Nusa Dua. Dalam Pitana (Prof). Apresiasi Kritis Terhadap
113
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Kepariwisataan Bali (hlm. 47-48). Denpasar: PT The Works. Prihartanto, Danang. 2007. Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Obyek Wisata (Studi Deskriptif tentang Pengembangan Proyek Wisata Air Terjun Jumog di Desa Berjo). Skripsi (Tidak diterbitkan). Profil Desa Tanjung Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung Tahun 2014 Raharjo, Dawam. 1978. Esai-Esai Ekonomi Politik. LP3ES Departemen Kesehatan RI dalam Buku Pegangan Kader Pelayanan Masyarakat. Rancangan Peraturan Presiden tentang Pengawasan dan Pengendalian Kepariwisataan (RPP) Pasal 1 ayat 5 pelaku usaha wisata. Dalam Basuki. Tinjauan Terhadap Rancangan Peraturan Presiden Tentang Pengawasan Dan Pengendalian Kepariwisataan. Tersedia Pada http://www.kemenpar.go.id/userfiles/file/56 52_1839bahanrapatRPPPengendalianKepar.doc (diakses tanggal 21 Desember 2015) Ripai, Andi. 2013. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Di Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar. Skripsi (diterbitkan). Program Kerjasama Fisip Unhas-Badiklat Mendagri Program Studi Konsentrasi Ilmu Pemerintahn Daerah, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin Makasar Sastrayuda, Gumelar S. 2010. Konsep Pengembangan Kawasan Wisata Bahari, Hand Out Mata Kuliah Concept Resort And Leisure, Strategi Pengembangan Dan Pengelolaan Resort And Leisure. Siti Nurisyah, 2001. Rencana Pengembangan Fisik Kawasan Wisata Bahari di Wilayah Pesisir Indonesia. Bulettin Taman Dan Lanskap Indonesia. Perencanaan, Perancangan dan Pengelolaan Volume 3, Nomor 2, 2000. Studio Arsitektur Pertamanan Fakultas Pertanian IPB Bogor. Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi Baru Keempat. Jakarta: Rajawali Pers. Soleman B. Taneko. 1984. Stuktur dan Proses Sosial Suatu Pengantar Sisiologi Pembangunan. Jakarta: Rajawali
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA Undang-Undang Nomer 17 Tahun 2003 Tentang Organisasi Kemasyarakatan. Tersedia Pada http://www.kemendagri.go.id/media/doc uments/2013/08/22/u/u/uu_no.172013.pdf (diakses tanggal 2 Februari 2016) Undang-Undang Pariwisata Tahun 1990. Tersedia Pada file:///D:/Jurnal%20Penelitian%20Pariw isata%20(Bahan%20Skripsi%20Ellis)/S apta%20Pesona/UU_NO_9_1990%20pa riwisata.PDF (diakses tanggal 2 februari 2016) Undang-Undang pariwisata 2009. Tersedia Pada http://maritim.go.id/wpcontent/uploads/2016/01/UU-No.-10Tahun-2009-TentangKepariwisataan.pdf (diakses tanggal 2 februari 2016) Wardiyanta. 2010. Metodelogi Penelitian Pariwisata. Yogyakarta: ANDI OFFSET Wardhono, Fitri Indra. Pariwisata Bahari: Raksasa Ekonomi Indonesia Yang Masih Tidur dalam Wardhono (Ir). Kumpulan Artikel Terkait Pariwisata Bahari (hlm 1- 4). Tersedia Pada http://www.slideshare.net/fitriwardhono /kumpulan-artikel-terkait-pariwisatabahari (diakses tanggal 24 April 2015). Westra, Pariatra. 1976. Hubungan Kerja Kemanusiaan. Yogyakarta: Buletin No. 06 BPA UGM.
114
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
PERANCANGAN SISTEM PENAWARAN DAN PENJADWALAN MATA KULIAH I Made Agus Wirawan1, Ketut Agustini2 1Jurusan Pendidikan Teknik Informatika FTK UNDIKSHA; 2Jurusan Pendidikan Teknik Informatika FTK UNDIKSHA Email:
[email protected];
[email protected]
ABSTRACT Beginning of each semester each - each department make deals and their course schedule data provided to the IT faculty staff to offer. The course will be a basic reference by students in determining the course to be taken in the semester (KRS process). But in the process of scheduling, there are several issues that become subjects in this study, including a lack of effective coordination in the process of changing the schedule or the formation of a new schedule between lecturers and students. The system was developed using a model of SDLC (System Development Life Cycle). Web-based system which consists of three entities that use, the IT Faculty (Faculty) can manage data supply and scheduling course, the management letter teaching duties, and SK Teaching. Lecturer entity can manage the schedule for each - each lecturers, changing class schedules and view the course schedule. While the student entity can view class schedules either by room, classroom, or loyal lecturers. The expected outcome of this research is in the form of 1). Draft bidding procedures and course scheduling. 2) The system design and scheduling subject deals. Keywords: Courses scheduling, Course deals, Web technology, Research and development
ABSTRAK Setiap awal semester masing – masing jurusan membuat penawaran matakuliah beserta data jadwal yang diberikan kepada staf IT fakultas untuk ditawarkan. Matakuliah tersebut akan menjadi acuan dasar oleh mahasiswa dalam menentukan matakuliah yang akan diambil pada semester tersebut (proses KRS). Namun dalam proses penjadwalan terdapat beberapa permasalahan yang menjadi subjek dalam penelitian ini, diantaranya kurang efektifnya koordinasi dalam proses perubahan jadwal maupun pembentukan jadwal baru antara dosen dengan mahasiswa. Sistem ini dikembangkan dengan menggunakan model SDLC (System Development Life Cycle). Sistem ini berbasis Web dimana terdiri dari 3 entitas yang menggunakan, yaitu IT Fakultas (Fakultas) dapat mengelola data penawaran dan penjadwalan matakuliah, pengelolaan surat tugas mengajar, dan SK Mengajar. Entitas Dosen dapat mengelola jadwal untuk masing – masing dosen pengampu, merubah jadwal kuliah dan melihat jadwal kuliah. Sedangkan entitas mahasiswa dapat melihat jadwal kuliah baik berdasarkan ruangan, kelas, maupun setia dosen. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah berupa 1). Rancangan prosedur penawaran dan penjadwalan matakuliah. 2) Rancangan sistem penawaran dan penjadwalan matakuliah. Kata kunci: Penjadwalan matakuliah, Penawaran matakuliah, Teknologi web, Penelitian pengembangan
di papan pengumuman sehingga dapat diketahui oleh mahasiswa. Walaupun jadwal perkuliahan sudah dirancang sedemikian rupa, adakalanya jadwal tersebut tidak bisa diikuti sebagaimana mestinya. Hal ini bisa terjadi karena: 1) pada jadwal yang telah ditentukan tersebut dosen pengajar mata kuliah tidak bisa mengisi perkuliahan atau 2) dari pihak mahasiswa yang meminta perkuliahan dipindah karena alasan tertentu. Perubahan
PENDAHULUAN Ruangan kelas merupakan salah satu sumber daya (resource) yang penting dalam melaksanakan perkuliahan. Untuk mengalokasikan sumber daya tersebut, setiap jurusan merancang suatu jadwal perkuliahan pada tiap semesternya. Jurusan akan menyebar jadwal tersebut melalui internet dalam bentuk softcopy atau menempelkannya
115
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
jadwal ini bisa terjadi secara permanen atau hanya pada kesempatan tertentu saja. Karena terjadi perpindahan jadwal, maka mahasiswa harus mencari jam pengganti untuk perkuliahan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja (17 April 2014), untuk mencari jam pengganti mereka harus mencari ruangan kelas yang belum dialokasikan untuk perkuliahan pada waktu yang telah ditentukan. Mahasiswa terutama koordinator tingkat (korti) biasanya melakukan pencarian dengan cara: 1) menghubungi korti dari setiap kelas yang masih aktif dalam perkuliahan melalui sms untuk menanyakan apakah kelas mereka ada perkuliahan di jam yang sudah ditentukan dan ruangan mana yang mereka pakai, 2) mencocokkan jadwal kuliah setiap kelas sehingga ditemukan ruangan yang kosong, serta 3) melihat ke masing-masing kelas apakah kelas itu digunakan atau tidak. Berdasarkan hasil observasi dan analisis di Fakultas Teknik dan Kejuruan, proses administrasi penentuan jadwal matakuliah masing – masing jurusan dimulai dari pihak jurusan memberikan daftar matakuliah ke pihat staf IT Fakultas untuk ditawarkan per semester. Daftar matakuliah yang ditawarkan beserta jadwal akan dijadikan acuan oleh mahasiswa dalam proses KRS. Berdasarkan cara yang disebutkan di atas, permasalahan muncul ketika jurusan memiliki banyak kelas. Untuk menghubungi setiap korti maka memerlukan biaya yang cukup besar apalagi setiap korti belum tentu membalas sms yang disampaikan. Mencari jam kosong juga semakin sulit kalau dilakukan dengan cara mencocokkan jadwal kuliah setiap kelas karena sudah pasti jadwalnya padat. Dengan cara yang ketiga, yaitu melihat ke masing-masing kelas dan menggunakan kelas yang kebetulan kosong bisa saja dilakukan. Kendalanya ialah jika ternyata ruangan kelas tersebut telah dialokasikan untuk kegiatan lain tetapi
kegiatan tersebut belum dimulai, maka disitu terjadi perebutan kelas. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas. maka penulis memandang perlu untuk dikembangkannya Sistem Penawaran dan Penjadwalan Mata Kuliah. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1). Merancang prosedur penawaran dan penjadwalan matakuliah. 2) Merancang sistem penawaran dan penjadwalan matakuliah. METODE Pengembangan Sistem Penawaran dan Penjadwalan Matakuliahmenggunakan siklus hidup pengembangan perangkat lunak SDLC (Software Development Life Cycle) dalam bentuk sekuensial linier atau model air terjun. 1. Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak Tahap ini merupakan pengumpulan informasi dan kebutuhan secara lengkap kemudian dianalisis dan didefinisikan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh aplikasi yang akan dibangun a. Kebutuhan Fungsional 1) Sistem dapat menangani proses penawaran matakuliah dari jurusan ke fakultas yang dijadikan panduan bagi mahasiswa untuk KRS 2) Sistem dapat menampilkan jadwal per ruangan per semester berdasarkan pembacaan QR Code yang ditempel di depan ruangan kelas. 3) Sistem dapat menangani proses perubahan jadwal dari setiap dosen pengajar 4) Sistem dapat menangani proses penambahan kelas baru 5) Sistem dapat menangani proses pencetakan SK mengajar setiap semeter. b. Kebutuhan Non Fungsional 1) Aplikasi memiliki rancangan antar muka pengguna yang user friendly. 2) Aplikasi dapat menampilkan informasi dengan efisien.
116
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
dibutuhkan dalam pembuatan aplikasi. Aplikasi ini dibangun berbasis web. Arsitektur sistem dari sistem yang dibangun terlihat pada Gambar 6.
2. Perancangan/Desain Pada tahap ini dilakukan proses perancangan sistem aplikasi dan desain User Interface. Kemudian dilakukan perancangan tabel yang
Gambar 1. Arsitektur sistem Detail dari alur pengguna sistem ini 2). Entitas Dosen dan 3) Entitas Mahasiswa. dapat di jelaskan sebagai berikut. Berikut antar muka sistem. 1) Mahasiswa dapat melihat jadwal kuliah, baik perkelas, per ruangan, maupun per 1. Rancangan antar muka login dosen. Rancangan antar muka ini digunakan oleh 2) Melalui Aplikasi Web ini, dosen dapat entitas Petugas IT dan Dosen untuk dapat melakukan manipulasi data jadwal, dan mengelola data sesuai dengan privilege menampilkan data jadwal kuliah, baik masing – masing entitas perkelas, per ruangan, maupun per dosen. 3) Melalui Aplikasi Web ini, Petugas IT dapat melakukan pengolahan data mata kuliah, data aktivitas, dan data jadwal. Hasil dari proses penjadwalan ini dapat menghasilkan file SK mengajar dalam bentuk excel dan surat tugas. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 2 Rancangan Antarmuka Login
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan sistem penawaran dan penjadwalan matakuliah. Sistem ini terdiri dari 3 entitas: 1). Entitas Petugas IT Fakultas,
2. Rancangan antar muka beranda Rancangan antar muka ini berisi menu yang digunakan oleh entitas petugas IT Fakultas dan Dosen. Menu yang ditampilkan akan
117
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
menyesuaikan dengan entitas yang mengakses saat login.
DAFTAR RUJUKAN Annas
F. H., M. 2011. Aplikasi Pengembacaan Quick Response Code Indentifikasi Film Menggunakan Perangkat Mobile Berbasis Android. http://www.eepisits.edu/uploadta/downloadmk.php?id=1 86 (diakses pada tanggal 29 Maret 2014) Harotno, Fajar Fani. 2012. Aplikasi Reservasi Tiket Bus pada Handphone Android Menggunakan Web Service (Studi Kasus: PO. Rosalia Indah). http://repository.library.uksw.edu/handl e/123456789/2803(Diakses pada 19 Agustus 2014). Pressman, Roger S. 2002. Rekayasa Perangkat Lunak: Pendekatan Praktisi. Terjemahan CN Harnaningrum. Software Engineering: Practitioner’s Approach. 1997. Yogyakarta: ANDI. Triadi, Dendy. 2013. Bedah Tuntas Fitur Android. Yogyakarta: Great Publisher.
Gambar 3 Rancangan Antarmuka Beranda 3. Rancnagan antar muka penjadwalan Rancangan antar muka ini digunakan untuk mengelola data penawaran dan penjadwalan oleh entitas petugas IT Fakultas. Untuk entitas dosen hanya dapat menglola penjadwalan matakuliah yang diampu oleh masing – masing dosen. Serta entita dosen dapat melihat jadwal per kelas, per ruangan maupun per dosen.
Gambar 4 Rancangan Antarmuka Manipulasi Data Jadwal SIMPULAN Hasil dari penelitian ini adalah berupa 1). Rancangan prosedur penawaran dan penjadwalan matakuliah. 2) Rancangan sistem penawaran dan penjadwalan matakuliah Saran lanjutan, perlu dilakukan tahap pengembangan lanjutan dari proses penawaran dan penjadwalan matakuliah. Perlu dilakukan tahap pengujian white box maupun black box testing. Serta uji lapangan untuk memastikan proses dari sisem dapat berjalan dengan baik dan benar.
118
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
OPTIMALISASI PERAN LPTK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS LULUSAN BIDANG TATA BOGA DI ERA MEA Ni Wayan Sukerti Universitas Pendidikan Ganesha Email:
[email protected]
ABSTRACT This article aims to describe: (1) Optimizing the Role LPTK in improving the quality of graduate teachers of culinary; (2) Efforts to improve the quality of culinary graduates field. This type of research is thinking based on literature review, with the data collection method through the study of literature, and data analysis conducted deskriptif. The results of this study showed that: (1) optimization LPTK role in improving the quality of graduate teachers of Culinary that LPTK role as a printer qualified teachers must meet the quality standards are clear. The government in this case the Ministry of Research and Technology, Higher Education in order to reposition the role and functions of LPTKs itself. According to the author, this time in terms of structuring LPTK condition of infrastructure, are still inadequate; (2) The main Competency graduates Culinary is to produce graduates who are able to apply various teaching approaches and methods of family welfare education in SMK Expertise Social Work; Arts, Crafts and Tourism. SMK special field of tourism, education graduates Culinary can teach on the program expertise Hospitality and Restaurant. As has been the writer explained in the introduction, that to be a culinary professional teachers, must have skills or job skills in this experience of working in the hospitality services industry. Besides the efforts to be undertaken by the Family Welfare Education courses in improving the quality of teacher candidates Culinary graduates are: (a) Revising the curriculum in accordance with developments in the hospitality industry by cooperating with related parties such as head -Head of vocational tourism, and also the hotel which will use graduates; (b) Provide meaningful and contextual learning so that students really feel in the real working world; Organize apprenticeship to industry-hospitality industry with clear guidelines, adequate time, so that the expected results as planned; (c) Organizing laboratory as reflika of the real working world so that students cookery really felt being in the working world .a presidential decree no.9/ 2016 bring fresh air to LPTK especially vocational education, to produce graduates who are professionals to become teachers in SMK. Therefore, to address the Instruction no.9 / 2016, then universities in this regard LPTK also must be prepared to perform or carry out the president's instructions through various efforts to produce quality graduates, excellence, character.
Keywords: LPTK, Culinary.Teacher ABSTRAK Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan :(1) Optimalisasi Peran LPTK dalam meningkatkan kualitas lulusan guru bidang Tata Boga; (2) Upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas lulusan bidang Tata Boga. Jenis penelitian ini adalah pemikiran berdasarkan kajian pustaka, dengan metode pengumpulan datanya melalui studi literature, dan analisis data dilakukan secara desktiptif. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa;(1) Opimalisasi peran LPTK dalam meningkatkan kualitas lulusan guru bidang Tata Boga bahwa Peran LPTK sebagai pencetak tenaga guru yang berkualitas harus memenuhi standar mutu yang jelas. Pemerintah dalam hal ini kementerian riset dan teknologi, dikti agar memposisikan kembali peran dan fungsi LPTK itu sendiri. Menurut hemat penulis saat ini kondisi LPTK dalam hal penataan sarana prasarana, masih kurang memadai; (2) Kompetensi utama lulusan Tata Boga adalah menghasilkan lulusanyang
119
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
mampumenerapkanberbagai pendekatandan metode pengajaran pendidikankesejahteraankeluargadi SMKBidang Keahlian Pekerjaan Sosial; Seni, Kerajinandan Pariwisata. Khusus SMK bidang pariwisata, lulusan pendidikan Tata Boga bisa mengajar pada program keahlian Jasa Boga dan Restoran. Seperti yang telah penulis paparkan di pendahuluan, bahwa untuk menjadi guru tata boga yang professional , harus memiliki keahlian atau keterampilan kerja dalam hal ini pengalaman bekerja di industry jasa perhotelan. Selain itu upaya-upaya yang bisa dilakukan oleh program studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dalam meningkatkan kualitas lulusan calon guru Tata Boga adalah: (a) Merevisi kurikulum sesuai dengan perkembangan di industry perhotelan dengan menggandeng pihak-pihak terkait seperti kepala –kepala SMK bidang pariwisata, dan juga pihak hotel yang akan menggunakan lulusan; (b) Memberikan pembelajaran yang bermakna dan kontekstual sehingga mahasiswa benar-benar merasakan di dunia kerja yang sesungguhnya;Menyelenggarakan pemagangan ke industryindustry perhotelan dengan pedoman yang jelas, waktu yang memadai, sehingga hasil yang diharapkan sesuai dengan yang direncanakan; (c)Menata laboratorium sebagai reflika dari dunia kerja yang sesungguhnya sehingga mahasiswa tata boga benar-benar merasa berada di dunia kerja sesungguhnya.Inpres no.9 tahun 2016 membawa angin segar bagi LPTK khususnya pendidikan kejuruan, untuk menghasilkan lulusan yang professional untuk menjadi guru di SMK. Oleh karena itu untuk menyikapi inpres no.9/2016 tersebut, maka perguruan tinggi dalam hal ini LPTK juga harus bersiap-siap melakukan atau melaksanakan instruksi presiden tersebut melalui berbagai upaya agar menghasilkan lulusan yang berkualitas, unggul, berkarakter. Kata Kunci: LPTK, Guru Tata Boga.
meningkatkan potensi SDM melalui TVET ((Technical and Vocational Education and Training ) Pendidikan merupakan upaya yang paling efektif dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang R.I. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1). Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh sumber daya manusianya yang dihasilkan dari sebuah proses pendidikan dan pembelajaran bermutu yang diselenggarakan oleh guru profesional dan bermartabat, produk dari sebuah lembaga pendidikan guru atau Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang hebat dan bermutu. Jadi peran LPTK, baik negeri maupun swasta yang saat ini berjumlah 419 LPTK dengan rincian 39 LPTK Negeri dan 380 LPTK Swasta memiliki kontribusi memajukan bangsa ini.
PENDAHULUAN Daya saing Indonesia dalam memasuki era perdagangan bebas terutama pasar bebas ASEAN atau MEA masih rendah Hal ini disinyalir antara lain dari kualitas sumber daya manusia, penguasaan teknologi informasi, yang tergolong rendah. Kondisi perekonomian dan sumberdaya manusia pada Global Context ASEAN menduduki rangking 69 dibawah Negara Vietnam dengan score 67 (Soenarto,2016). Oleh karena itu dari perspektif distribusi tenaga kerja, Indonesia harus meningkatkan kualitas dan daya saing SDM agar menang dalam bersaing, mendapatkan manfaat di pasar global ASEAN. Indonesia sebagai Negara berpenduduk besar, terbesar keempat di dunia (most populous country in the world) populasi tinggi sebagai pasar kerja yang besar Indonesia menerapkan “demographic bonus”sebagai dasar peningkatan ekonomi produktif pada periode 20152035(Soenarto,2016). Selanjutnya pemerintah mencanangkan strategi MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) melalui : a) meningkatkan potensi daerah melalui pengembangan pusat pertumbuhan pada koridor ekonomi; b) memperluas ketersambungan nasional; dan c)
120
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Peran strategis LPTK, yakni berperan sebagai lembaga pendidikan prajabatan: (1) menghasilkan guru yang berkualitas (kualifikasi, kompetensi, berkarakter kuat dan berjiwa pendidik); (2) menghasilkan calon guru dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang memenuhi standar di setiap satuan pendidikan untuk berbagai jalur, jenis dan jenjang pendidikan. Selain itu, LPTK berperan dalam pembinaan guru dalam jabatan, antara lain: (1) melaksanakan sertifikasi guru dalam jabatan, (2) membantu kemendikbud dalam pembinaan guru berkelanjutan, (3) melaksanakan penilaian kompetensi dan kinerja guru secara terus menerus, serta (4) menghasilkan berbagai inovasi pendidikan dan pembelajaran di sekolah untuk peningkatan mutu pendidikan. Salah satu jurusan yang ada di LPTK yaitu Jurusan/prodi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dengan konsentrasi Pendidikan Tata Boga, Pendidikan Tata Busana, dll. Lulusan pendidikan Tata Boga disiapkan untuk menjadi pengajar bidang kejuruan keahlian jasa boga di SMK. Sesuai dengan dalil Prosser bahwa menjadi guru kejuruan harus memiliki pengalaman di dunia kerja yang sesungguhnya. Namun menurut hemat penulis, kompetensi lulusan calon guru bidang Tata Boga selama ini masih belum memadai sebab pengalaman kerja di industry masih kurang, hanya sebatas praktik kerja industry selama 2 bulan, itupun hasilnya belum memenuhi harapan. Berdasarkan pengalaman penulis membimbing mahasiswa praktik industry, ternyata tugas-tugas yang dibebankan kepada mahasiswa di industry sebatas prepare bahan, stewarding,belum mengolah hidangan yang dijual kepada tamu. Hal ini mengindikasikan bahwa keterampilan kerja sebagai salah satu kompetensi lulusan yang harus dikuasai mahasiswa calon guru belum memadai. Dampaknya adalah ketika praktik mengajar secara riil di sekolah, mahasiswa praktikan masih sangat ragu-ragu menguasai materi praktik, dan kurang
menunjukkan kinerja atau keahlian praktik mengolah hidangan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka makalah ini akan membahas permasalahan yaitu: bagaimana mengoptimalisasi peran LPTK dalam menghasilkan lulusan calon-calon guru khususnya bidang Tata Boga? PEMBAHASAN Peran LPTK Pada saat ini LPTK atau lembaga pendidikan guru mengalami berbagai masalah, diantara: (1) belum semua LPTK memenuhi standar; (2) disparitas kualitas akibat kurangnya pengendalian jumlah dan kualitas LPTK; (3) over supply lulusan pendidikan akademik sarjana, sehingga banyak LPTK menghasilkan penggangguran terdidik; dan (4) diperlukan perhatian pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah terhadap LPTK yang masih kurang itu. Peran LPTK sebagai pencetak tenaga guru yang berkualitas harus memenuhi standar mutu yang jelas. Pemerintah dalam hal ini kementerian riset dan teknologi, dikti agar memposisikan kembali peran dan fungsi LPTK itu sendiri. Menurut hemat penulis saat ini kondisi LPTK dalam hal penataan sarana prasarana, masih kurang memadai. Suatu contoh LPTK seharusnya memiliki laboratorium praktik mengajar yang representative bagi mahasiswa calon guru. Saat ini LPTK masih terus melaksanakan penataan kelembagaan, termasuk unit PPL (Program Pengalaman Lapangan) yang fungsinya memberikan pelayanan bagi mahasiswa baik pada saat Microteaching, maupun melaksanakan PPL real. Selama ini pelaksanaan kuliah microteaching, mahasiswa belum bisa berlatih praktik mengajar di ruang laboratorium khusus untuk mengajar yang disediakan di Unit PPL. Jumlah ruangan terbatas, kurang memadai untuk menampung jumlah mahasiswa. Sehingga Simulasi mengajar dilakukan di ruang kuliah biasa, yang berdampak pada
121
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
kegiatan praktik mengajar kurang optimal, dimana seharusnya dosen pembimbing bisa mengobservasi dari ruang yang berbeda tanpa diketahui oleh mahasiswa. Hal ini sejalan dengan harapan Menristekdikti agar LPTK atau pendidikan guru di Indonesia merevitalisasi LPTK, antara lain berupa: (1) pengkajian komprehensif tentang LPTK bermutu; (2) pengendalian pertumbuhan LPTK; (3) landasan hukum untuk memperkuat jati diri LPTK; dan (4) penegasan dan penguatan filosofi dan keilmuan LPTK bermutu. Secara lebih rinci revitalisasi LPTK meliputi hal-hal berikut: (1) kelembagaan, dimana nantinya semua LPTK wajib memenuhi Standar Nasional Pendidikan Guru (SNPG); (2) penataan kembali kurikulum, meliputi: Kompetensi lulusan, Kualitas proses, Ketepatan Isi, dan Sistem penilaian; (3) sistem penerimaan mahasiswa baru menyertakan tes bakat dan minat, seleksi secara nasional dengan standar yg sama untuk semua LPTK; (4) SDM Unggul dimana pendidik dan tenaga kependidikan di LPTK memenuhi standar kualifikasi, kompetensi, berkarakter kuat dan berjiwa pendidik; (5) sistem penjaminan mutu yang efektif untuk menjamin terselenggaranya proses pendidikan yang memenuhi SNPG; (6) memposisikan secara benar LPTK guna melahirkan guru Indonesia; (7) strategi kendali pertumbuhan (berbasis standar mutu LPTK dan mengacu kepada aturan bahwa penyelanggara Program PPG ditetapkan oleh Pemerintah); (8) Menyiapkan “LPTK” sebagai institusi penting dan “khas” dalam penyiapan guru masa depan: infrastruktur, berasrama, dilengkapi Sekolah Laboratorium dan sekolah mitra, sarana dan prasarana yang berkualitas, SDM berkualitas unggul; (9) penerapan prinsip “supply-demand” secara terkoordinasi PPG wajib menghasilkan guru berkarakter dan berjiwa pendidik; Proses internalisasi nilai dan pembiasaan hanya dapat terwujud dalam lingkungan yang sengaja dirancang untuk membentuk karakter dan jiwa pendidik melalui penerapan disiplin;
(10) penerapan disiplin dan internalisasi nilai yang dirancang dan terkontrol hanya dapat dilakukan dalam kehidupan asrama. Selanjutnya upaya LPTK dalam hal menjalin kerjasama dengan sekolah-sekolah mitra yang digunakan oleh mahasiswa untuk praktik mengajar secara nyata. Namun kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan bahwa sekolah mitra masih kurang merespon adanya mahasiswa PPL. Padahal sekolah seharusnya menjadi laboratorium nyata dan permanen bagi perguruan tinggi bidang pendidikan guru. Selanjutnya untuk merevitalisasi ini dilakukan dengan cara memaksimalkan sekolah labor atau life school. Kemenristek Dikti juga meminta bagi universitas yang memiliki program studi keguruan harus memiliki sekolah labor yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas mahasiswa yang nantinya akan menjadi guru. Memberdayakan sekolah laboratorium sebagai sekolah labor. Perguruan tinggi negeri bidang kependidikan pasti memiliki sekolah laboratorium dari tingkat Taman Kanak-kanak sampai tingkat SMA. Semua sekolah ini harus mampu menjadi laboratorium bagi mahasiswa calon guru. Sekolah lab. Merupakan sekolah percontohan dalam praktik mengajar secara riil, bukan sebaliknya dijadikan sekolah bisnis, karena siswa siswi yang masuk ke sekolah Lab tergolong kemampuan ekonomi menengah ke atas. Sejalan dengan hal itu, juga akan melakukan revitalisasi kepada LPTK yang ada agar nantinya dengan proses revitalisasi ini akan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Apabila kualitas LPTK baik maka nantinya di sekolah juga akan baik. Memperbaiki atau merevitalisasi atau memposisikan kembali LPTK sebagaimana sebelumnya bahwa LPTK berfungsi untuk mencetak tenaga guru, sudah seharusnya dilakukan dengan sepenuh hati, karena kalau tidak, maka kemungkinan non kependidikan akan mengalahkan eksistensi LPTK. Dari segi input mahasiswa LPTK sudah kalah,
122
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
sebab input LPTK merupakan pilihan kedua setelah non kependidikan. Apalagi dengan diberlakukannnya PPG (Pendidikan Profesi Guru) bagi lulusan non LPTK , penulis sangat yakin , lulusan LPTK akan kalah bersaing. Semestinya pemerintah secara serius membenahi kondisi LPTK saat ini sebagaimana universitas non kependidikan, mulai dari rekrutmen calon mahasiswa, kelengkapan sarana dan prasarana maupun lab standar, peningkatan kualifikasi tenaga pengajarnya, penyesuaian kurikulum dengan menggandeng user/pengguna. Jika semua ini dilakukan secara optimal, maka lulusan LPTK akan bersaing dengan lulusan non LPTK, tanpa ada rasa kekhawatiran bagi lulusan LPTK. Selain itu, menurut M Nasir,(2015) untuk peningkatan kualitas guru ini juga dilakukan dengan pembatasan jumlah mahasiswa, di mana untuk program pendidikan keguruan dibatasi dengan ratio 1:30. , ini perlu dilakukan untuk bisa mewujudkan guru yang berkualitas.
bidang pendidikan kesejahteraan keluarga b. Menghasilkan lulusan yang mampu bekerjasama dan memiliki kepekaan social dan kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan kerja bidang pendidikan dan non kependidikan ilmu kesejahteraan keluarga. 2.Kompetensi Utama Lulusan a. Menghasilkan lulusan yang mampu bekerjasama dan memiliki kepekaan dan kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan kerja bidang pendidikan dan non kependidikan ilmu kesejahteraan keluarga. b. Menghasilkan lulusan yang mampu memahami potensi peserta didik dalam pengajaran pendidikan kesejahteraan keluarga c. Menghasilkan lulusan yang mampu mengembangkan dan mengelola program pembelajaran pendidikan kesejahteraan keluarga sesuai dengan prinsip-prinsip pedagogi d. Menghasilkan lulusan yang mampu menerapkan berbagai pendekatan dan metode pengajaran pendidikan kesejahteraan keluarga di SMK Bidang Keahlian Pekerjaan Sosial; Seni, Kerajinan dan Pariwisata. e. Menghasikan lulusan yang mampu memanfaatkan media pembelajaran berbasis TIK dalam pengajaran Bidang Keahlian Pekerjaan Sosial; Seni, Kerajinan dan Pariwisata. f. Menghasilkan lulusan yang mahir dalam bidang ilmu kesejahteraan keluarga g. Menghasilkan lulusan yang mampu mengatasi masalah berdasarkan hasil analisis dan penelitian sederhana bidang pendidikan kesejahteraan keluarga yang dilaksanakan secara mandiri atau kelompok.
Guru Bidang Tata Boga Profildan Kompetensi LulusanProgram Studi PKK Profil program studi PKK adalah menghasilkan sarjana pendidikan sebagai calon guru SMK di bidang Bidang Keahlian Pekerjaan Sosial; Seni, Kerajinan dan Pariwisata; memiliki fasilitas belajar untuk perkuliahan teori dan praktek serta memiliki Dosenyang berkualifikasi S2 dan S3 dalam bidang Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dan/atau keahlian yang serumpun. Terkait dengan profil program studi tersebut, maka program studi PKK memiliki kompetensi lulusan sebagai berikut.
3.Kompetensi Pendukung Lulusan 1. Kompetensi Umum Lulusan: a. Menghasilkan lulusan yang bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa; memiliki moral, etika dan kepribadian yang baik di dalam menyelesaikan tugas dan profesi
a. Menghasilkan lulusan yang mampu menjalin kerjasama dengan berbagai profesi lainnya dalam mengembangkan kemampuan
123
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
akademik dan profesional bidang keilmuan kesejahteraan keluarga. b. Menghasilkan lulusan yang mampu mengelola suatu lembaga pendidikan, seperti: Lembaga Pelatihan Baby sitter, Lembaga Pelatihan Pelayanan Lansia, dan Lembaga Pelatihan Desain dan Produksi Kria c. Mampu menjadi Konsultan Keluarga, Penyuluh PKK, dan Penyuluh Asisten PekerjaSosial. 4. Kompetensi Lulusan Lainnya a. Menghasilkan lulusan yang mampu berwirausaha di bidang usaha Desain dan Produksi Alat Permainan Edukatif (APE), sertausaha Desain dan Produksi Craftsmanship. b. Menghasilkan lulusan yang mampu mempublikasikan karya ilmiah bidang pendidikan kesejahteraan keluarga dalam bentuk artikel dan buku, baik secara individu maupun kelompok
1. Merevisi kurikulum sesuai dengan perkembangan di industry perhotelan dengan menggandeng pihak-pihak terkait seperti kepala –kepala SMK bidang pariwisata, dan juga pihak hotel yang akan menggunakan lulusan. 2. Memberikan pembelajaran yang bermakna dan kontekstual sehingga mahasiswa benarbenar merasakan di dunia kerja yang sesungguhnya 3. Menyelenggarakan pemagangan ke industryindustry perhotelan dengan pedoman yang jelas, waktu yang memadai, sehingga hasil yang diharapkan sesuai dengan yang direncanakan. 4. Menata laboratorium sebagai reflika dari dunia kerja yang sesungguhnya sehingga mahasiswa tata boga benar-benar merasa berada di dunia kerja sesungguhnya. 5. Mendatangkan Technical Asistance atau praktisi bidang perhotelan, guna sharing pengalaman, kemajuan bidang teknologi. 6. Meningkatkan proses belajar mengajar dengan memanfaatkan teknologi yang berkembang sangat pesat, dan jangan sebaliknya diperbudak oleh teknologi. Sejalan dengan Konsep Dasar Pendidikan Vokasi, bahwa Pendidikan vokasional merupakan pendidikan untuk penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang mempunyai nilai ekonomis, sesuai dengan kebutuhan pasar dengan education labor coefficient tinggi . Implikasi bagi pendidikan vokasinal adalah : a) Magang atau internship yang terprogram harus menjadi bagian dari sistem pendidikan vokasional, karena banyak ketrampilan teknis, sikap, kebiasaan, dan emosional hanya dapat diperoleh melalui on the job training. b) Dalam on the job training ketrampilan yang dipelajari termasuk yang bersifat general maupun spesifik, c) Karena general training mempunyai nilai ekenomis yang lebih lama dan menjadi fondasi, maka perlu kuat, d) Spesific trainingharus selalu di up to date sesuai dengan kebutuhan pasar, e) Training untuk memiliki ketrampilan cara
Berdasarkan uraian tentang kompetensi lulusan di atas, maka kompetensi utama lulusan Tata Boga adalah menghasilkan lulusanyang mampumenerapkan berbagai pendekatandan metode pengajaran pendidikankesejahteraankeluargadi SMKBidang Keahlian Pekerjaan Sosial; Seni, Kerajinandan Pariwisata. Khusus SMK bidang pariwisata, lulusan pendidikan Tata Boga bisa mengajar pada program keahlian Jasa Boga dan Restoran. Seperti yang telah penulis paparkan di pendahuluan, bahwa untuk menjadi guru tata boga yang professional , harus memiliki keahlian atau keterampilan kerja dalam hal ini pengalaman bekerja di industry jasa perhotelan. Selain itu upaya-upaya yang bisa dilakukan oleh program studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dalam meningkatkan kualitas lulusan calon guru Tata Boga adalah:
124
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
memperoleh dan menggali informasi menjadi penting untuk up dating. (Muljani A. Nurhadi, 2008) Presiden Jokowi sudah mengeluarkan Inpres No.9 tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK, yang meliputi : tata kelola lembaga, kualitas pembelajaran, guru dan tenaga pendidik,dan kebekerjaan lulusan, (Direktorat pembinaan SMK,2016). Sejalan dengan hal itu revitalisasi bidang guru dan tenaga pendidik mencakup : (1) pemenuhan kualitas dan kuantitas guru; (2) pelatihan berkelanjutan; (3) Magang guru di industry. Dimensi pemenuhan kuantitas dan kualitas guru kejuruan yaitu : (1) pemenuhan kuantitas dan kualitas guru, solusi dan kondisi masa depan bahwa adanya peta kebutuhan guru kejuruan secara nasional; pemenuhan guru kejuruan secara nasional. Lalu dukungan kebijakan dan program yaitu : penambahan formasi guru kejuruan,; memanfaatkan tanaga ahli industry;pemanfaatan mahasiswa tingkat akhir sebagai guru bantu; memanfaatkan teknologi (ICT). Hal ini membawa angin segar bagi LPTK khususnya pendidikan kejuruan, untuk menghasilkan lulusan yang professional untuk menjadi guru di SMK. Oleh karena itu untuk menyikapi inpres no.9/2016 tersebut, maka perguruan tinggi dalam hal ini LPTK juga harus bersiap-siap melakukan atau melaksanakan instruksi presiden tersebut melalui berbagai upaya agar menghasilkan lulusan yang berkualitas, unggul, berkarakter. Penutup Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa: Peran LPTK sebagai pencetak tenaga guru yang berkualitas harus memenuhi standar mutu yang jelas. Pemerintah dalam hal ini kementerian riset dan teknologi, dikti agar memposisikan kembali peran dan fungsi LPTK itu sendiri. Menurut hemat penulis saat ini kondisi LPTK dalam hal penataan sarana prasarana, masih kurang memadai. Kompetensi utama lulusan Tata Boga adalah
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
125
menghasilkan lulusan yang mampu menerapkan berbagai pendekatan dan metode pengajaran pendidikan kesejahteraan keluarga di SMK Bidang Keahlian Pekerjaan Sosial; Seni, Kerajinandan Pariwisata. Khusus SMK bidang pariwisata, lulusan pendidikan Tata Boga bisa mengajar pada program keahlian Jasa Boga dan Restoran. Seperti yang telah penulis paparkan di pendahuluan, bahwa untuk menjadi guru tata boga yang professional , harus memiliki keahlian atau keterampilan kerja dalam hal ini pengalaman bekerja di industry jasa perhotelan. Selain itu upaya-upaya yang bisa dilakukan oleh program studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dalam meningkatkan kualitas lulusan calon guru Tata Boga adalah: Merevisi kurikulum sesuai dengan perkembangan di industry perhotelan dengan menggandeng pihak-pihak terkait seperti kepala –kepala SMK bidang pariwisata, dan juga pihak hotel yang akan menggunakan lulusan. Memberikan pembelajaran yang bermakna dan kontekstual sehingga mahasiswa benarbenar merasakan di dunia kerja yang sesungguhnya Menyelenggarakan pemagangan ke industryindustry perhotelan dengan pedoman yang jelas, waktu yang memadai, sehingga hasil yang diharapkan sesuai dengan yang direncanakan. Menata laboratorium sebagai reflika dari dunia kerja yang sesungguhnya sehingga mahasiswa tata boga benar-benar merasa berada di dunia kerja sesungguhnya. Mendatangkan Technical Asistance atau praktisi bidang perhotelan, guna sharing pengalaman, kemajuan bidang teknologi. Meningkatkan proses belajar mengajar dengan memanfaatkan teknologi yang berkembang sangat pesat, dan jangan sebaliknya diperbudak oleh teknologi. Inpres no.9 tahun 2016 membawa angin segar bagi LPTK khususnya pendidikan kejuruan, untuk menghasilkan lulusan yang professional untuk menjadi guru di SMK. Oleh karena itu untuk menyikapi inpres
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
no.9/2016 tersebut, maka perguruan tinggi dalam hal ini LPTK juga harus bersiap-siap melakukan atau melaksanakan instruksi presiden tersebut melalui berbagai upaya agar menghasilkan lulusan yang berkualitas, unggul, berkarakter. DAFTAR RUJUKAN Aswandi,2015. Revitalisasi pendidikan guru.pontianak post.com Humas UPI 2015 Rektor UPI: Revitalisasi PPG, Segera Direkrut Calon Mahasiswa Melalui Tes Khusus http://harianhaluan.com/mobile/detailberita/3 8697/sdm-guru-masih-rendah, Jumat,06 Maret 2015 Musagfirin Amin.2016. Kebijakan Pembinaan SMK di Indonesia. Makalah disajikan pada Seminar Nasional :”Tantangan Pendidikan Kejuruan Abad XXI” diselenggarakan oleh Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang, 24 September 2016 Soenarto. 2016. Peran Pendidikan Teknologi Kejuruan Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi dan Kualitas dan Daya Saing Tenaga Kerja pada Era Masyarakat Ekonomi ASEAN. Makalah disajikan pada Seminar Nasional :”Tantangan Pendidikan Kejuruan Abad XXI” diselenggarakan oleh Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang, 24 September 2016
126
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
IMPLEMENTASI SOA MENGGUNAKAN APACHE SERVICEMIX DALAM RANCANG BANGUN DATA WAREHOUSE (Studi Kasus di Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha) I Made Putrama1, Gede Rasben Dantes2, Dewa Gede Hendra Divayana3 1
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika, Universitas Pendidikan Ganesha, 2Program Studi Manajemen Informatika, Universitas Pendidikan Ganesha,3Program Studi Pendidikan Teknik Informatika, Universitas Pendidikan Ganesha Email:
[email protected]
ABSTRACT This research aims to build a Data Warehouse that is used in the Technical and Vocational Faculty in the Ganesha University of Education. One of the system functional requirements in this research is to synchronize the same information contained in the various sub-systems, be it the old or the new ones which could have different data format, whilst still maintaining the minimum necessary changes in each sub-system as much as possible. One of the initial stage of this research is to design the data transfer mechanism between sub-systems that are connected to each other through an integrated database. Identifying the technology needed for it was a challenge faced. After going through the stages of analysis, this study decided to use the SOA technology implementation using Apache ServiceMix to eliminate the data format dependencies between the interconnected sub-systems. The results showed the flexibility and interoperability of systems are quite good but with some issue findings in terms of the maximum capacity and the scheduling mechanism during the data transmission. Keywords: Data Warehouse, SOA, Apache ServiceMix
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membangun sebuah Data Warehouse yang digunakan di Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha. Salah satu kebutuhan fungsional sistem dalam penelitian ini adalah mensinkronisasi informasi yang sama yang ada di berbagai sub sistem lama maupun baru yang dapat mempunyai format data yang berbeda-beda namun dengan mengedepankan perubahan yang diperlukan di masing-masing sub sistem dapat seminimal mungkin. Tahap awal yang dilakukan dalam penelitian ini salah satunya adalah perancangan mekanisme transfer data antar sub sistem yang terhubung satu sama lain melalui basis data terintegrasi. Mengidentifikasi teknologi yang diperlukan untuk hal tersebut merupakan sebuah tantangan yang dihadapi. Setelah melalui tahap analisis, penelitian ini memutuskan penerapan teknologi SOA menggunakan Apache ServiceMix untuk menghilangkan ketergantungan format data antara sistem yang terhubung. Hasil penelitian menunjukkan fleksibilitas dan interoperabilitas sistem yang cukup baik dengan beberapa temuan permasalahan dalam hal kapasistas data transfer dan mekanisme penjadwalan transmisi data antar sistem yang satu dengan yang lain. Kata Kunci: Data Warehouse, SOA, Apache ServiceMix
127
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Melihat kondisi ini, dalam penelitian ini peneliti mengkaji desain dan implementasi yang diperlukan untuk menghubungkan sistem-sistem yang sudah ada maupun yang baru akan dikembangkan sehingga dapat tersedianya system dengan informasi yang terpadu khuisusnya untuk memfasilitasi kebutuhan borang akreditasi jurusan dan fakultas. Dalam mengintegrasikan sub-sistem – subsistem tersebut, ada beberapa alternatif solusi yang dikemukakan dan menjadi bahan pertimbangan selama analisa awal teknologi dilakukan diantaranya pertama, merancang dan membangun masing-masing sub-sistem secara terpisah dan menghubungkannya secara langsung ke dalam portal SIBORANG dengan konsep point-to-point. Kelemahan dari strategi ini adalah dapat terjadinya berbagai kemungkinan data terduplikasi dan tidak mempunyai informasi yang sinkronkarena masing-masing sistem dikelola secara terpisah dan mempunyai format data yang berbeda-beda satu sama lain. Ini tentunya berdampak buruk bagi kepentingan akreditasi jurusan dan fakultas yang membutuhkan penyampaian informasi yang sama, akurat dan reliabel. Pendekatan lain yang dikemukakan adalah dengan memberikan hak akses ke salah satu subsistem oleh sub-sistem – sub-sistem yang lain melalui database sharing. Strategi ini juga kurang efektif dari segi desain sistem karena dapat memberikan tambahan beban kepada salah satu sub-sistem induk karena permintaan akan layanan (request) yang datang dari sub-sistem – sub-sistem yang lain yang pada dasarnya bukan menjadi bagian proses bisnis layanan sistem induk yang bersangkutan. Di saat sistem peminta layanan mempunyai jumlah request, misalnya total per hari,yang masih dalam kapasitas yang wajar, tentu tidak menjadi masalah berarti. Namun, ketika seiring bertambahnya subsistem lain yang dihubungkan dan tergantung dengan salah satu sub-sistem induk dengan jumlah request yang melebihi kapasitas wajar, maka sub-sistem yang dijadikan
PENDAHULUAN Dalam analisa rancangan pembuatan sebuah portal Sistem Informasi Borang Akreditasi (SIBORANG) yang dilakukan oleh tim Teknologi Informasi di Fakultas Teknik dan Kejuruan (FTK) Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA), ada beberapa kendala yang menjadi perhatian tim diantaranya terdapat berbagai sistem informasi terpisah yang sudah berjalan sebelumnya dimana masing-masing sistem mempunyai basis data (database) tersendiri. Berdasarkan analisa yang dilakukan peneliti dan juga tim TI FTK, portal SIBORANG dibuat sedapat mungkin memanfaatkan keberadaan sistem-sistem tersebut tanpa melakukan banyak perubahan. Pada kenyataannya, masing-masing sistem tersebut berdiri sendiri dengan database lokal masingmasing yang kebanyakan diantaranya mengandung informasi sejenis dan bahkan sama jika dipandang dari segi kebutuhan pelayanan. Misalnya saja, ada sebuah sistem yang sudah berjalan yang disebut dengan Pangkalan Data Dosen dan Pegawai yang menampung berbagai informasi terkait biodata Dosen dan Pegawai di lingkungan FTK yang mana biodata tersebut juga terdapat di sistem terpisah yakni Sistem Informasi Akademik (SIAK) UNDIKSHA. Hal serupa terjadi dengan informasi data kemahasiswaan yang tergantung dari data yang ada di sistem SIAK. Namun kendalanya adalah sistem SIAK dibuat khusus untuk kepentingan adminstrasi akademik kemahasiswaan seperti misalnya untuk kepentingan mahasiswa melakukan pembaharuan biodata, melakukan pengisian Kartu Rencana Studi (KRS) dan melihat Kartu Hasil Setudi (KHS) secara online serta fitur lain yang memang bukan ditujukan untuk kepentingan borang akreditasi. Sehingga portal SIBORANG, dalam mendapatkan informasi data kemahasiswaan, harus mengambil data dari sistem SIAK agar tidak terjadi data yang tumpang tindih satu sama lain.
128
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
sumber layanan informasi oleh sub-sistem lain dapat memiliki kelebihan beban sehingga membuat sub-sistem seperti ini tidak dapat lagi melayani request untuk kebutuhan bisnis prosesnya sendiri dengan baik. Berdasarkan analisa di atas, peneliti sebagai bagian dari Tim TI FTK mengusulkan untuk memanfaatkan teknologi Service Oriented Architecture (SOA) yang dapat diterapkan ke dalam sebuah sistem data terpusat yang nantinya menjadi backbone bagi berbagai sistem yang ada sehingga selain menanggulangi masalah redundancy data, konsep dari teknologi ini juga menghilangkan ketergantungan format data antara satu sistem dengan sistem lain. Terkadang berbeda sistem membutuhkan penanganan format data yang berbeda-beda dengan protokol yang berbeda-beda pula. Misalnya ada yang ingin berkomunikasi lewat protokol http,ftp dan protokol-protokol lainnya. Berdasarkan konsep SOA, sebuah sistem dapat dibuat sebagai layanan penghubung, middleware, yang dapat membantu memecahkan permasalahan interkoneksi antara beberapa sub-sistem atau aplikasi sehingga dapat bertukar informasi satu sama lain. Menurut Thomas Erl [1] salah satu implementasi teknologi berbasiskan SOA yang umum adalah Web Service yang pada awalnya merupakan solusi integrasi terdistribusi tradisional yang hanya digunakan untuk memfasilitasi integrasi secara point-to-point yang menggunakan format data middlewareindependent yang disebut Extensible Markup Language (XML). Web Service adalah sebuah sistem berbasis layanan yang ada di web yang dalam hal ini menggunakan protokol http(s) sebagai basis komunikasi yang secara khusus melayani permintaan sistem-sitem lain yang berkepentingan. Namun saat ini tidaklah cukup menangani permasalahan integrasi hanya dengan menggunakan Web Service. Seperti yang dikemukakan Roshen, Web Service tidak dapat mengatasi situasi komunikasi berbeda protokol antara sistem penyedia layanan (producer) dengan sistem penerima layanan (consumer). Demikian
halnya saat producer memiliki format data yang berbeda dengan yang diinginkan consumer. Saat ini ada teknologi yang berbasiskan SOA yang disebut dengan Enterprise Service Bus (ESB) yang dapat menyediakan berbagai fungsi termasuk protokol, transformasi informasi dalam bentuk pesan (message), message routing, transparansi lokasi, pengolahan dan pengayaan data serta fungsi-fungsi lain yang dapat dikemas menjadi satu layanan [2]. Dan ini sangat sesuai dengan karakteristik sebuah data warehouse (DWH) dibutuhkan portal SIBORANG sehingga pertukaran data atau informasi yang diambil maupun disimpan ke dalam data warehouse dapat dilakukan oleh berbagai kebutuhan sub-sistem informasi pendukung portal SIBORANG, sehingga ke depan data yang tersimpan, yang merupakan kontribusi data dari berbagai sub-sistem yang ada, tidak hanya dapat dimanfaatkan oleh portal SIBORANG, melainkan dapat pula dikonsumsi untuk kebutuhan lain yang diambil oleh berbagai sistem dengan protokol yang berbeda-beda dan dapat didistribusikan ke dalam format yang berbeda-beda pula sesuai kebutuhan consumer. Adapun penelitian yang berkaitan yang menjadi acuan peneliti diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Zamani dalam penelitiannya yang mengimplementasikan data warehouse berbasis SOA dengan teknologi komputasi awan atau cloud computing. Yang menjadi bahasan dalam penelitiannya diantaranya adalah perencanaan kapasistas (capacity), ketersediaan (availability), dan keamanan (security). Zamani juga mengungkapkan mengenai penggunaan open-source atau perangkat lunak terbuka dalam implementasi data warehouse yang dibuat [3]. Berdasarkan hal tersebut peneliti juga mengusulkan untuk memanfaatkan produk terbuka yang merupakan implementasi ESB yang saat ini sudah digunakan oleh berbagai pihak yaitu Apache ServiceMix. Produk ini adalah produk ESB yang sudah sesuai dengan spesifikasi layanan standar terbuka yang
129
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
disebut dengan Open Service Gateway initiative (OSGi). OSGimengatur dan menjelaskan bagaimana sebuah modul sistem dan platform layanan dibuat dengan mengimplementasikan komponen model yang dinamis dan lengkap sehingga dapat digunakan di platform yang berbeda-beda. Penelitian lain dilakukan oleh Madoukh yang menganalisa pusat basis data pemerintahan Palestina yang merupakan replikasi beberapa subset basis data dengan tipe yang berbedabeda. Masalah yang dikemukakan adalah ketika beberapa consumer ingin mengakses basis data tersebut melalui jalur, driver, Application Programming Interface (API) yang tidak didukung secara native oleh pusat basis data tersebut. Madoukh mengimplementasikan pusat data berbasis SOA dengan menggunakan Web Service yang ada dalam sebuah produk ESB yang digunakan yaitu OpenESB dan mengevaluasinya dengan sebuah framework evaluasi yang disebut Architecture Tradeoff Analysis Method (ATAM) dengan mengukur dua atribut yaitu interoperability dan flexibility [4].
tempat yang terpisah seperti misalnya SIAK dan PDD yang diilustrasikan pada gambar 1.
Gambar 14 Logical arsitektur Sistem Informasi SIAK dan PDD Jika sistem ini dihubungkan secara point-topoint, maka akan ada berbagai sub-sistem yang saling berkomunikasi satu sama lain, yang mana ini akan menimbulkan masalah integritas data jika sebuah sistem diberikan akses langsung ke sistem yang lain dan menggunakan sistem database sharing yang berarti dengan cara salah satunya memberikan credentials ke sistem pemanggil akan menimbulkan masalah lain seperti masalah integritas dan keamanan data yang tentu penanganannya akan menjadi sangat kompleks. Cara ini juga akan memberikan beban tambahan kepada satu sistem oleh sistem-sistem yang lain seperti diilustrasikan pada gambar 2.
Sistem Informasi Borang Akreditasi yang dibuat oleh tim FTK terdiri dari 14 subsistem, diantaranya Sistem Informasi Akademik (SIAK), Sistem Informasi (SI) Pangkalan Data Dosen (PDD); SI Pangkalan Data Pegawai (PDP); SI SKP dan DP3; SI Beban Kerja Dosen (BKD); SI Kenaikan Pangkat; SI Tugas Akhir (Skripsi) Mahasiswa; SI Repository; SI Penelitian, P2M dan Publikasi; SI Penawaran Mata Kuliah dan Penjadwalan; SI Pengelolaan dan Kemahasiswaan; SI Pengajuan Beasiswa; SI Tracer Study, Wisuda dan Pengesahan Ijazah Online; SI Web Profil dan SI Inventarisasi. Dari sistem-sistem tersebut beberapa merupakan sistem yang memang sudah berjalan seperti misalnya SIAK dan PDD. Secara umum masing-masing sistem mempunyai database lokal dan berjalan di masing-masing web server yang berjalan di
Gambar 2 Sistem yang terkoneksi secara point-to-point
Integrasi sistem yang baik tentunya harus mengikuti kaidah keilmuwan dan bestpractice penerapan teori yang sudah teruji di lapangan. Seperti yang diungkapkan Cristudas dalam sebuah dokumen mengenai Enterprise Application Integration (EAI), tidak ada yang salah dengan keadaan
130
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
terbangunnya berbagai sistem/aplikasi Enterprise dengan masing-masing bisnis proses tersendiri yang sangat umum dijumpai di berbagai perusahaan atau lembaga saat ini. Namun, yang menjadi permasalahan adalah ketika sistem-sistem tersebut harus berkomunikasi satu sama lain. Sistem-sistem tersebut kemungkinan sudah mempunyai informasi yang serupa sehingga ketika salah satu sistem membaca data dari sistem-sistem lain tersebut, berbagai data yang serupa dapat saja dijumpai dan ini dapat menimbulkan permasalahan baru sehingga dapat menyebabkan berbagai ketimpangan informasi ketika informasi tersebut diakses dari sistem ke sistem meskipun secara fisik sistem tersebut telah terhubung satu sama lain [5].
Gambar 4 Ilustrasi ESB yang mengintegrasikan sistem dengan berbagai teknologi [6] Salah satu topologi terbaru adalah topologi ESB, sistem dihubungkan dengan mekanisme yang serupa dengan topologi Enterprise Service Bus (EMB), hanya saja ESB merupakan model arsitektur sistem yang dipakai untuk mendesain dan mengimplementasikan integrasi antar sistem dengan konsep Service-oriented Architecture (SOA). Seperti yang diungkapkan Thomas Erl dalam bukunya bahwa SOA adalah sebuah pemodelan yang dibuat untuk meningkatkan efisiensi, keluwesan dan produktivitas sebuah perangkat lunak dengan memposisikan layanan sebagai hal utama dalam merepresentasikan sebuah solusi melalui pendekatan orientasi layanan atau service oriented[1]. Teknologi ESB mengumpulkan komponen sistem yang terpisah-pisah secara bersamasama untuk membentuk sebuah bisnis proses berbasis layanan dan di saat yang sama mengotomatisasi proses bisnis perusahaan atau lembaga secara aktual dan real-time[6].
Gambar 3 Topologi EAI [5] Christudas memaparkan beberapa teknologi integrasi telah mengalami perkembangan dan umumnya penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan. Enterprise Service Bus (ESB)
131
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Beberapa karakteristik ESB yang relevan diantaranya (1) Sistem mudah dikembangkan (2) Arsitektur ESB menyediakan berbagai protokol konektivitas, teknologi client API, messaging environment dan berbagai thirdparty adapter aplikasi seperti ilustrasi pada gambar 4. (3) Integrasi berbasis Standar yang merupakan konsep dasar dari ESB. Yang berarti konektivitas dalam ESB mendukung berbagai sistem dengan teknologi standar seperti Java, .NET, COM, C#, C/C++. ESB juga dapat mengintegrasikan sistem apapun yang mendukung SOAP dan web-service API. (4) Integrasi terdistribusi tingkat tinggi. ESB mengadopsi fungsionalitas EAI yang mengintegrasikan layanan seperti routing data, transformasi data dan adapter aplikasi. (5) Berbasis SOA event-driven dan processflow. Dalam ESB, implementasi SOA adalah event-driven yang berarti sistem/aplikasi dianggap sebagai layanan abstrak yang dapat merespon permintaan secara asinkron. Dalam penelitian yang dilakukan Zamani yang berjudul “Data Center—Based, Service Oriented Architecture (SOA) in Cloud Computing”, dikatakan bahwa SOA lebih dari sekedar istilah service. Ada pendekatan secara khusus dalam membuat sebuah sistem enterprise business yang menggunakan Information Technology. Menurutnya, sebuah sistem berbasis SOA memiliki perangkat lunak berbasis layanan dan sebuah platform SOA dengan dukungan infrastruktur yang umumnya terdiri dari komponenkomponen seperti ESB. Selain itu, perencanaan kapasistas awal sebuah arsitektur SOA, perencanaan ketersediaan layanan dengan melakukan business impact analysis (BIA) untuk menjamin pembuat sistem mengerti seccara penuh dan dapat melindungi sistem yang dibuat sehingga sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan layanan. Selain itu, Zamani juga mengemukakan bahwa SOA dengan sistem keamanan sudah sangat luas digunakan dan menjadi hal yang penting untuk dipertimbangkan sehingga sistem yang dibuat dapat menyediakan tingkat keamanan sistem
yang memadai. Sebuah pemanfaatan produk open-source ESB, seperti Open-ESB juga menjadi pilihannya karena memandang bahwa open-source memungkinkan fitur perangkat lunak tidak dibatasi sehingga dapat didistribusikan ke berbagai organisasi atau pengguna. Berdasarkan kajian ini, peneliti telah mengeksplorasi open-source ESB yaitu produk dari Apache Foundation, Apache ServiceMix. Penelitian lain yang dilakukan Madoukh mengungkapkan pemaparan penerapan SOA dengan ESB untuk mengintegrasikan berbagai basis data dengan teknologi yang berbeda-beda untuk meningkatkan pelayanan sistem e-government. Madoukh menggunakan Architecture Tradeoff Analysis Method (ATAM) untuk melakukan evaluasi terhadap penggunakan framework ESB, OpenESB yang digunakan, dengan mengukur berbagai kualitas atribut yang termasuk ke dalam interoperability seperti misalnya kemampuan sistem bertukar informasi tanpa masalahdan flexibility yang salah satunya mengukur kemudahan dalam melakukan perubahan terhadap service tertentu tanpa mengganggu service yang lain. Dalam melakukan eksplorasi, selain karena open-source, peneliti memilih Apache ServiceMix mendasarkan pada keunggulan dukungan messaging system utama yang dibutuhkan bagi integrasi dalam penelitian ini yaitu Apache ActiveMQ dan fitur routing dari Apache Camel. ServiceMix merupakan produk yang telah mengadopsi standar spesifikasi Java Business Integration (JBI) yaitu JSR 208, dibangun berlandaskan Java Community Process (JCP) dan juga Open Service Gateway initiative (OSGi) yang secara khusus mengimplementasikan SOA [7]. Bhadoria dalam penelitiannya juga telah mengkaji perbandingan performa antara AdroitLogic UltraESB dengan Red Hat JBoss Fuse yang memperlihatkan bahwa produk ini merupakan produk penerapan SOA dengan penerapan metodologi, server dan fitur berdasarkan standar dengan performa yang
132
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
handal [8]. Adapun teknologi pendukung dalam Apache ServiceMix diantaranya: (1) Messaging System yaitu ActiveMQ (2) Routing System yaitu Camel (3) CXF Web Service (4) BPM Aktiviti
implikasi dari ATAM seperti diungkapkan oleh Kazman, yang diantaranya: ATAM dapat dilakukan sejak awal di tahap SDLC; kualitas arsitektur sistem. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan seperti diilustrasikan dalam gambar 6. Dalam mengimplementasikan ESB ServiceMix, peneliti menempuhnya dengan menerapkan pendekatan metodologi pengembangan perangkat lunak Software Development Life Cycle (SDLC) dengan model Iterative Enhancement [10]. Adapun tahapan dalam model ini seperti diilustrasikan dalam gambar 7. Mulai
Gambar 5 Teknologi dalam Apache ServiceMix Analisa Kebutuhan Sistem
Dalam penelitian ini ada dua teknologi yang dimanfaatkan diantaranya Camel dan ActiveMQ. Teknologi Camel sendiri merupakan sistem routing yang sudah tersedia di dalam ServiceMix yang dimanfaatkan peneliti untuk melakukan transformasi dari data sumber ke sistem klien yang membutuhkan. Di dalam implementasi yang dilakukan dalam penelitian ini, sistem integrasi ke data warehouse dibuat menggunakan ActiveMQ untuk memfasilitasi pengiriman informasi antar sub-sistem yang ada ke pusat basis data dengan mekanisme publish/subscribe. Sebuah sub-sistem yang bertindak sebagai sumber informasi dapat mem-publish data dari basis data lokalnya yang kemudian disimpan di data warehouse yang selanjutnya dapat dikonsumsi oleh sub-sistem – subsistem yang melakukan subscribe terhadap data tersebut. Dalam melakukan evaluasi sistem yang dibuat, peneliti menggunakan metode ATAM. Tujuan menggunakan ATAM dalam mengevaluasi arsitektur sistem adalah untuk mengetahui konskuensi pemilihan desain sistem terhadap persyaratan kualitas atribut dari sebuah sistem [9]. Ada beberapa
Desain Sistem
Evaluasi
Pembuatan Sistem
Implementasi ESB ServiceMix
Pengujian Sistem (metode ATAM)
Pemasangan
Selesai
Gambar 6 Metode Penelitian
133
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
mengirimkan kembali pesan serupa kepada seluruh subscriber melalui ActiveMQ sebagai pesan sebaran (topic/broadcast). Sub-sistem – sub-sistem yang lain yang membutuhkan data tersebut yang telah sebelumnya terdaftar sebagai subscriber subsistem sumber secara otomatis mendapatkan pesan tersebut dan memprosesnya ke basis data lokal miliknya masing-masing. Masingmasing sub-sistem dapat bertindak sebagai sistem source sekaligus client untuk dapat bertukar data dengan sub-sistem lain.
Gambar 7 SDLC dengan IterativeEnhancement model [10] HASIL DAN PEMBAHASAN Arsitektur sistem data warehouse yang dibangun dapat diilustrasikan seperti pada gambar 8. Dengan menggunakan topologi ini sub-sistem – sub-sistem pendukung portal SIBORANG tidak terhubung secara langsung satu sama lain melainkan melewati ESB ServiceMix yang ada di Server.
Gambar 15Ilustrasi pemanfaatan fitur layanan ActiveMQ dan Camel yang disediakan Apache ServiceMix Sistem datawarehouse dirancang untuk memenuhi (1) Sistem layanan keamanan (security) yang dikonfigurasi dan diaktifkan di ServiceMix sehingga dapat meminta subsistem – sub-sistem yang terhubung untuk melakukan otentikasi terlebih dahulu sebelum mulai mengirimkan data dalam bentuk pesan XML (contoh format XML dapat dilihat pada gambar 10. (2) Penetapan nama format kanal untuk queue dan topic messages seperti terlihat dalam gambar 11. (3) Sistem datawarehouse juga menyediakan adapter yang berupa script dengan menggunakan adapter melalui protokol Simple (or Streaming) Text Oriented Messgae Protocol (STOMP) yang digunakan baik oleh sisi source maupun client untuk melakukan pemanggilan layanan yang disediakan ServiceMix. Script tersebut juga menyediakan mekanisme konversi terhadap data non-teks ke dalam bentuk teks di sisi
Gambar 8 Arsitektur Sistem Data Warehouse Konsep publish-subscribe messaging subsistem – sub-sistem tersebut menggunakan ActiveMQ service yang ada di dalam ServiceMix yang selanjutnya ditangani oleh Camel service yang juga berada di dalam ServiceMix seperti diilustrasikan pada gambar 9. Mengacu pada gambar 9, sebuah sub-sistem yang bertindak sebagai penyedia informasi (source) mengirimkan publishedasynchronous message (pesan asinkron) kepada sub-sistem penerima (client) melalui ActiveMQ sebagai pesan antrian (queue). Layanan routing Camel yang telah dikonfigurasi melakukan penambahan data ke basis data warehouse dan sekaligus
134
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
source dan kemudian proses konversi sebaliknya di sisi client melalui teknik encoding/decoding BASE64 sehingga data biner seperti file atau gambar dapat dikirimkan dengan format teks XML yang kemudian dapat dikonversi ke format file semula di sisi client.
Gambar 11 Ilustrasi pengiriman message ke kanal queue/topic ActiveMQ di ServiceMix oleh sub-sistem DWH dibuat berdasarkan konsep arsitektur Data Warehouse dari Oracle website [11], yang diilustrasikan dalam gambar Gambar . Gambar 10 Contoh format XML yang digunakan
Data Sources
Staging Area
Data Warehouse (DWH)
SIAK
Perangkat lunak pendukung system datawarehouse terdiri dari program yang merupakan service yang berjalan di background dari masing-masing sub sistem yang harus dijadwal secara berkala. Hal ini dapat dicapai dengan mendaptarkan program tersebut untuk diekskusi sebagai sebuah cron job di masing-masing server dari sub sistem pendukung yang dapat dikonfigurasi sesuai kebutuhan. Gambar mengilustrasikan contoh ekskusi program di antara sistem informasi PDD, DWH dan SI PD Kemahasiswaan.
Data Marts
UNDIKSHA
Users
SIBORANG UNDIKSHA
Metadata Staging (ETL) Raw
PDD
LEMLIT
Summary
FTK
SIBORANG FTK
FMIPA
SIBORANG FMIPA
FIS
SIBORANG FIS
FEB
SIBORANG FEB
Gambar 12 Arsitektur DWH Berdasarkan Gambar , bagian yang berwarna merupakan bagian DWH dalam penelitian ini. Ke depannya, DWH ini dapat dikembangkan untuk kepentingan lain yang salah satunya dapat menangani kepentingan pembuatan sistem informasi Borang yang serupa untuk beberapa fakultas lain di lingkungan Undiksha. Staging database dapat diperlukan untuk penampungan sementara jika transformasi atau ekstraksi atau disebut juga ExtractTranform-Load (ETL) dibutuhkan sebelum
135
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
meneruskan data yang didapat dari berbagai sumber sub sistem ke database DWH. Raw data di dalam database DWH adalah replikasi data mentah yang merupakan hasil proses ETL yang kemudian dibuatkan Summary data sesuai kebutuhan kepentingan bisnis dalam hal ini yang berkaitan dengan kebutuhan SIBORANG FTK. Adapun hasil yang dapat diungkapkan dalam penelitian ini diantaranya berkaitan dengan beberapa tahapan penting (1) Format data terintegrasi antar sub sistem yang tergabung dalam SIBORANG Sebuah sub sistem dapat memberikan datanya untuk dikonsumsi oleh sub sistem lain yang terhubung ke DWH secara berkala dengan mengikuti format sebagai berikut: <Mahasiswa>
Mahasiswa 0614011 003 Ni Luh Putu Sawitri 2 … … 201316 (2) Implementasi ESB ke dalam DWH di penelitian ini memanfaatkan teknologi open source Apache ActiveMQ (di dalam server Apache Servicemix) sebagai fasilitator atau disebut juga dengan istilah broker yang memfasilitasi pengiriman dan penerimaan informasi dalam format XML message ke/dari sub sistem – sub sistem yang terhubung satu sama lain melalui saluran atau channel dalam bentuk publish-subscribe yang mana sebuah sub sistem yang ingin mengirim data dapat melakukan publish ke channel tertentu, sedangkan sub sistem – sub sitem yang lain
harus melakukan subscribe ke channel tersebut terlebih dahulu untuk bisa mendapatkan data/informasi yang dibutuhkan. Terdapat dua jenis publishke channel tertentu yang dieksplorasi dalam penelitian ini diantaranya message dalam bentuk topic dan queue. (a) Message Topic. Sebuah informasi dalam bentuk XML message jenis ini dikirimkan secara sekaligus oleh sub sistem penyedia informasi kepada seluruh sub sistem yang membutuhkan yang telah melakukan subscribe ke channel tertentu. Sehingga hanya sub sistem yang telah terdaftar atau melakukan subscribe saat broker menerima message yang kemudian mendapatkan salinan informasi tersebut. (b) Message Queue. Sebuah informasi dalam bentuk XML message jenis ini dikirimkan dalam bentuk antrian kepada semua sub sistem yang terlah melakukan subscribe ke channel tertentu. Jika tidak ada subscriber saat message dikirimkan ke broker, message tersebut akan disimpan sampai ada subscriber yang dapat mengambil atau memprosesnya dari broker. Jika subscriber menerima message tetapi tidak melakukan acknowledgment atau notifikasi penerimaan sebelum menutup koneksi ke broker, maka message dianggap belum dikonsumsi sehingga akan tetap tersedia untuk subscriber berikutnya. Di tahap ini, jenis message yang dikirimkan oleh penyedia informasi semuanya di-publish dalam bentuk message dengan jenis topic yang langsung diteruskan ke semua sub sistem penerima termasuk ke dalam basis data yang ada di DWH. Kendala yang ditemui dengan menggunakan mekanisme ini adalah sub sistem penerima yang termasuk salah satunya DWH tidak dapat mendeteksi message yang tidak terkirim namun seharusnya dikirimkan pada periode tertentu oleh pihak penyedia informasi. Misalnya saat pengiriman oleh SI PD Dosen ke DWH gagal bahkan sebelum message tersebut sampai ke broker. (3) DWH menyediakan interface komunikasi data/informasi antar sub sistem yang
136
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
dikompresi dan dikodekan terlebih dahulu yang kemudian ditransfer melalui protokol Simple (or Streaming) Text Oriented Message Protocol (STOMP). Ilustrasi penggunaan Apache Servicemix dalam sistem DWH dapat dilihat pada.
Perangkat lunak pendukung system DWH terdiri dari program yang merupakan service yang berjalan di background dari masingmasing sub sistem yang harus dijadwal secara berkala. Hal ini dapat dicapai dengan mendaptarkan program tersebut untuk diekskusi sebagai sebuah cron job di masingmasing server dari sub sistem pendukung yang dapat dikonfigurasi sesuai kebutuhan. Struktur file dari program DWH adalah sebagai berikut:
Ilustrasi penggunaan Apache Servicemix dalam sistem DWH dapat dilihat pada Gambar 13 dan 14.Gambar mengilustrasikan contoh ekskusi program di antara sistem informasi PDD, DWH dan SI PD Kemahasiswaan.
Gambar 16 Struktur file program DWH di server Data Center
Gambar 13 Sub sistem SIAK, PDD dan lainlain sebagai aktif Subscriber dalam Apache ServiceMix
SIMPULAN
Gambar 14 Sub sistem SIAK, PDD dan lainlain terdaftar dalam TopicApache ServiceMix
Struktur Program DWH Mulai
Registerasi PD Dosen (PDD) ke ActiveMQ Broker
Regiterasi DWH dan PD Kemahasiswaan (PDMHS) ke ActiveMQ Broker
DWH dan PD MHS melakukan subscribe ke channel PDD.BROAD
PDD mengirimkan data ke Topic PDD.BROAD di ActiveMQ
DWH mendapatkan salinan informasi dari channel PDD.BROAD dan melakukan insert ke database
PDMHS mendapatkan salinan informasi dari channel PDD.BROAD dan melakukan insert/ update ke database
Selesai
Gambar 15 Ilusterasi eksekusi program di sistem DWH
137
Secara umum penerapan SOA menggunakan Apache ServiceMix sebagai mekanisme transfer data antar sub-sistem sangat baik digunakan. Walaupun dalam penelitian ini belum dilakukan pengujian integrasi secara menyeluruh sampai ke penggunaan oleh subsistem – sub-sistem yang terhbuung dikarenakan kesiapan sub-sistem yang masih dalam tahap pengerjaan, namun mekanisme transfer melalui metode publish-subscribe sangatlah reliable. Selain itu, dengan memanfaatkan produk SOA yang opensource dan mengukung berbagai service dengan berbagai koneksi protocol, selain mendukung format transfer data yang sudah mengikuti standar yang berlaku umum, sistem ini akan sangat mudah disesuaikan jika diperlukan pengembangan di kemudian hari. Namun perlu ditegaskan bahwa struktur program DWH ini masih dapat diubah sesuai dengan perkembangan penelitian khususnya di bagian penerimaan informasi oleh sub sistem – sub sistem yang berasal dari DWH
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
dikarenakan kebutuhan sub sistem – sub sistem tersebut masih belum final. Dalam pengerjaan yang telah dibuat sampai tahap ini, data yang berasal dari sub sistem sumber seperti SIAK hanya di-copy-kan secara langsung ke DWH dan diteruskan ke sub sistem lain yang membutuhkan tanpa dilakukan transformasi. Jika informasi yang dibutuhkan ke depannya tidak seragam, pembuatan layanan di sistem DWH berupa web service (yang juga by default sudah didukung oleh Apache ServiceMix) sangat mungkin diperlukan sehingga layanan yang disediakan DWH akan mengikuti kebutuhan informasi yang diperlukan sub sistem lain berdasarkan kesepakatan format data yang ditransmisikan.
[4] S. Madoukh and R. Baraka, "A SOABased e-Government Data Integration," International Arab Journal of e-Technology, Vol 3, No. 3, pp. 138-144, 2014. [5] B. A. Christudas, "Aggregate Services in ServiceMix JBI ESB," November 2007. [Online]. Available: https://www.packtpub.com/books/content/ag gregate-services-servicemix-jbi-esb. [6] D. Chappell, Enterprise Service Bus, USA: O'Reilly Media Inc., 2004. [7] "OSGi Members," 19 May 2016. [Online]. Available: https://www.osgi.org/about-us/members. [8] R. S. Bhadoria, "Performance Analysis for Enterprise Service Bus in SOA System," International Journal of IT Business Strategy Management Vol.1, No.1, pp. 9-16, 2015. [9] R. Kazman, M. Klein and P. Clements, "ATAM: Method for Architecture Evaluation," Carnegie Mellon University, United States, 2000. [10] B. B. Agarwal, S. P. Tayal and M. Gupta, Software Engineering & Testing - An Introduction, Sudbury, Massachusetts: Jones And Bartlett Publishers, 2010. [11] Oracle, "Database Data Warehousing Guide," 2016. [Online]. Available: https://docs.oracle.com/database/121/DWHS G/toc.htm. [Accessed 18-25 07 2016].
DAFTAR RUJUKAN [1] T. Erl, SOA: Principles of Service Design, United States: Prentice Hall, 2007. [2] W. Roshen, SOA-Based Enterprise Integration: A Step-by-Step Guide to Services-Based Application Integration, United States: McGraw-Hill, 2009. [3] A. S. Zamani, M. J. Miandad and S. Khan, "Data Center –Based, Service Oriented Architecture (SOA) in Cloud Computing," International Journal of Computing Science and Information Technology, pp. Vol. 01 (01), 33-37, 2013.
138
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
MODIFIKASI RAGAM HIAS TENUN MASTULI DI DESA KALIANGET KABUPATEN BULELENG Ni Ketut Widiartini Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha email: [email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil tenun dengan ragam hias Tenun Mastuli. Objek penelitian ini adalah proses modifikasi ragam hias Tenun Mastuli di Desa Kalianget kabupaten Buleleng dengan menggunakan teknik sampling area. Jenis penelitian ini berupa pendekatan pra eksperimen yang dilaksanakan selama 1 (satu) tahun. Penelitian ini dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: (a) Proses pembuatan ragam hias tenun Mastuli di Desa Kalianget kabupaten Buleleng, dan (b) pembuatan tenun Mastuli dengan ragam hias (motif) yang variatif dengan teknik pewarnaan kain tenun sebagai pembentukan motif, sehingga produksi akhir menjadi lebih menarik, berkualitas, dan harga lebih terjangkau. Kata kunci: bahan tekstil,modifikasi, tenun mastuli, ragam hias
mengunakan teknik biasa atau teknik tenun polos, karena pembuatan motifnya ditentukan dari susunan warna benang lungsi atau pakannya saja bukan dari penambahan motif dengan teknik tambahan maupun pewarnaan. Selain itu pada Usaha pengerajin tenun di desa kalianget di kecamatan Seririt kabupaten Buleleng belum pernah dilakukan pengembangan dari segi teknik pembuatan motif. Untuk itu, agar kain tenun Mastulidapat bertahan di eraglobalisasi, maka perlu dikembangkanmodifikasi motif yang lebih bervariasi. Tenun Mastuli memiliki beberapa ciri-ciri khusus, yakni warna lebih terang dan merona penuh warna, kain lebih halus dan lembut, dan kualitas kain lebih awet. Kain tenun Mastuli merupakan kain yang paling halus, karena bahan bakunya menggunakan bahan sutra. Sementara itu disinggung masalah harga, sutra Mastuli memiliki kisaran harga yang relatif mahal. Dalam kondisi yang seperti ini dan persaingan dengan tenun ikat yang lain banyak menggunakan bahan katun maupun sutra katun sehingga harga dapat ditawarkan jauh lebih terjangkau. Akan tetapi sampai saat ini
PENDAHULUAN Kain Tenun Mastuli merupakan salah satu jenis kain tradisional yang dihasilkan oleh masyarakat Bali Utara kawasan Desa kalianget, kabupaten Buleleng, tenun Mastuli tampaknya memiliki popularitas dan kualitas yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari tekstur tenun Mastuli yang lembut dan halus serta karakter dari warna tenun mastuli ini memiliki warna-warna yang cerah. Tenun Mastuli memiliki kedudukan yang sama dengan kain yang lain untuk dapat dilestarikan dan dikembangkan. Tenun Mastuli ini banyak digunakan oleh masyarakat Bali dalam melakukan upacara adat maupun agama, dan tenunan ini juga sudah banyak digunakan sebagai busana oleh pemerintah kabupaten Buleleng dan masyarakat umum. Selain itu, motif kain tenun Mastuli yang di hasilkan di Desa Kalianget ini masih mempertahankan motif asli yang diwariskan oleh para leluhur yakni motif garis. Motif garis itu muncul dari penggunaan warna benang yang berbedabeda untuk warna dasar atau benang lungsi. Pembuatan tenun Mastuli pada pengerajin tenun ini bisa dikatakan masih
139
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
perkembangannya belum menggembirakan. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah dengan memberdayakan potesi yang mereka miliki dengan sentuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti : modifikasi motif yang lebih bervariatif, dan mampu memadukan bahan baku berupa bahan katun dengan bahan sutra. Hal ini layak dilakukan mengingat “bahan dan motif merupakan daya tarik bagi konsumen” (Agustien .Nyo, 1980: 135), Pengerajin Tenun Mastuli memiliki keinginan untuk mengembangkan usahanya namun kendala yang mereka hadapi cukup banyak. Seperti masalah produksi yang sering dihadapi yaitu jika pesanan banyak dan waktu yang diminta cepat, mereka tidak bisa melayaninya karena keterbatasan peralatan, bahan baku, dan tenaga yang membantu untuk mengerjakannya. Selain itu modifikasi motif yang lebih bervariasi akan mampu menyaingi motof-motif kain tenun pada umumnya.Hal ini akan menarik dan menumbuhkan minat konsumen untuk membelinya dengan harga yang terjangkau, dan motif yang lebih bervariasi sehingga kesejahteraan pengerajin akan semakin meningkat. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini difokuskan pada pengembangan motif yang lebih bervariasi pada kain tenun Mastuli. Meskipun melalui penelitian ini kain tenun Mastuli dikembangkan akan tetapi ciri khas kain ini tetap ditonjolkan pada motif, yaitu berupa motif garis. Dengan demikian penerapan ragam hias tenun Mastuli di Desa Kalianget kabupaten Buleleng akan dapat meningkatkan daya saing, serta menjaga kelestarian sebagai warisan budaya leleuhur di Bali.
sengaja, kemudian diteliti akibat yang ditimbulkan. Rancangan eksperimen dalam penelitian ini adalah melakukan observasi langsung ketempat diadakan penelitian guna memperoleh informasi tentang proses pembuatan desain motif di tempat tersebut. Kemudian terkait dengan observasi awal peneliti kemudian mempersiapkan eksperimen yang dimulai dari persiapan alat dan bahan yang digunakan dalam eksperimen. Selanjutnya dilakukan tahap eksperimen yang termasuk didalamnya adalah proses pembuatan desain motif, proses pembuatan benang pakan dan proses pembuatan benang lungsi. Pada eksperimen ini penerapan motif dilakukan pada benang lungsinya. Pembuatan motifnya yaitu dengan menggunakan teknik ikat. Hasil kain dari proses pengembangan kemudian diobservasi dengan dilakukan penilaian. Tingkat keberasilandengan melakukan uji kualitas terhadaptenun hasileksperimen (pengembangan motif) oleh 15 orang panelis. Kemudian tahap yang terakhir adalah tahap observasi akhir yaitu meliputi tahap analisis data dan membuat kesimpulan. Metode yangdigunakan dalam penelitian ini yaitu metode wawancara (intervew)dan pengamatan atau observasi (Observation). Metode wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab yang sistematis digunakan pada pengambilan data awal dan metode observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti. Uji kualitas yang dilakukan dengan lembar uji kualitas dengan skala nilai yang digunakan adalah norma absolut skala lima. Yaitu tingkatan yang terbagi atas lima kategori masing-masing tingkatan dinyatakan dengan skor 0,1,2,3 dan 4. Panelis dalam penelitian ini merupakan panelis terlatih yang terdiri dari 15 orang panelis. Selanjutnya kualitas pengembangan (modifikasi) motif kain Tenun Mastuli dicari nilai rerata skornya dengan menggunakan rumus:
METODE PENELITIAN Rancangan penelitian ini difokuskan pada pengembangan motif Tenun Mastuli. Jenis penelitian ini adalah pra eksperimen. Pra eksperimen dalam penelitian ini diperoleh melalui percobaan berencana, gejala atau objek yang diteliti dibuat dengan
140
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
X
Tahap kedua yaitu tahap pengkanjian atau mubuhin, kemudian yang ketiga tahap penggulungan atau ngeliying, keempat tahap penghanian atau nganyinin, kelima adalah tahap penusukan atau nusuk, selanjutnya adalah tahap membentangkan benang atau nyasah. Kemudian yang terakhir adalah tahap pembuatan motif, dimana pada tahap inilah peneliti melakukan proses pengembangan atau pemberian motif pada benang lungsi.Dimana teknik tersebut belum pernah diterapkan pada pembuatan kain tenun Mastuli sebelumnya.Setelah pembuatan motif barulah dilanjutkan pada tahap produksi yaitu penenunan sehingga menghasilkan kain tenun Mastuli yang telah dikembangkan dari segi motif. Hasil Pengembangan Motif padaKain Tenun Mastuli diuji melalui uji kualitas terhadap 15 orang panelis terlatih, dengan perbandingan Kain Tenun Mastuli asli adalah sebagai berikut. Tabel 1. Hasil Uji Kualitas Kain Hasil Eksperimen dan Kain Mastuli asli
X N
Keterangan Rumus : X =Nilai rerata dari masing-masing aspek (warna dan bahan) ∑X = Jumlah skor yang dicapai (jumlah masing-masing skor terhadap kualitas tenun) N =Jumlah subjek / panel (Koyan, 2012: 15) Acuan dari penilaian pengambilan keputusan yang digunakan untukmenentukan tingkat kualitas hasil aspek motifadalah pedoman penilaian atau kategori/klasifikasi pada skala lima teoretik, susunannya adalah sebagai berikut: 3 – 4 = Sangat Baik 2 - 2,9 = Baik 1,7 - 1,9 = Cukup Baik 1 -1,6 = Tidak Baik 0- 0,9 = Buruk (Koyan, 2012:21) HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Proses pengembangan motif kain tenun Mastuli dibagi menjadi dua tahapan yaitu tahap pra produksi dan tahap produksi. Tahap pra produksi antaranya adalah proses pembuatan desain, persiapan alat, persiapan bahan, pembuatan benang pakan dan benang lungsi. Sedangkan tahap produksi yaitu proses penenunan. Proses pengembangan motif pada eksperimen ini adalah terletak pada tahap pra produksi, dimana peneliti menggunakan teknik baru yaitu mengkombinasikan variasi motif. Pada tahap pra produksi pembuatan benang pakan melewati 3 tahapan, yaitu pencelupan atau pewarnaan, tahap pengkanjian atau mubuhin kemudian yang terakhir adalah tahap pengulungan atau ngeliying. Sedangkan benang lungsi melewati tahapan lebih panjang yaitu 7 tahap, yaitu yang pertama adalah tahap pencelupan.
Aspek
Kain Mastuli
Kain Hasil
Yang
Asli
Eksperimen
Dinilai
Hasil
Kategori
Hasil
Kategori
Motif
2,93
Baik
3,73
Sangat Baik
Dari tabel di atas, dapat dilihat perolehan nilai rerata keseluruhan dari masing-masing aspek melalui uji kualitas terhadap kain hasil eksperimen dan terhadap kain Tenun Mastuli asli. Ditinjau dari segi motif perolehan nilai rerata hasil uji kualitas kain Tenun Mastuli asli yaitu 2,93 termasuk predikat “Baik”, sedangkan kain hasil eksperimen dari segi motif mendapatkan skor rata-rata 3,73 yang termasuk predikat “Sangat Baik”. Pengembangan motif kain Tenun Mastuli tidak terlepas dari tahap pembuatan tenun secara umum. Begitupun dengan eksperimen ini juga melewati dua tahapan
141
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
tersebut. Namun yang membedakan eksperimen ini dengan yang lain adalah terletak pada tahap pra produksinya, yaitu ditinjau dari persiapan alat dan bahan eksperimen ini menggunakan alat dan bahan yang lebih banyak dibandingkan pembuatan kain tenun Mastuli biasanya. Pada eksperimen ini peneliti melakukan pengembangan motif pada pembuatan benang lungsinya dari bahan katun. Teknik ini belum pernah dilakukan pada pembuatan tenun Mastuli sebelumnya. Mengacu pada hasil eksperimen pembahasan proses pengembangan motif kain Tenun Mastuli pada usaha tenun Jaya Mastuli di Desa Kalianget Kabupaten Bulelelng ini mengunakan teknik yang berbeda dari biasanya. Penenun Jaya Mastuli teknik yang digunakandidalamproses pengembangan ini adalah pengkombinasian 2 teknik yaitu teknik ikat benang lungsi dengan teknik painting atau yang biasanya sering disebut dengan teknik colet. Adapun proses pengembangan motif kain Tenun Mastuli ini melalui dua tahapan antara lain : 1) Tahap pra produksi, yang meliputi: Persiapan alat dan bahan dimana persiapan alat dan bahan ini terdiri dari persiapan alat dalam pembuatan desain motif, pembuatan benang pakan (pencelupan, pengkanjian/mubuhin, penggulungan/ ngeliying) dan persiapan alat dan bahan dalam pembuatan benang lungsi (pencelupan, pengkanjian/mubuhin, penggulungan/ ngeliying, penghanian/ nganyinin, penusukan, penyasahan, pengikatan serta proses memotif). 2) Tahap produksi : yaitu tahap penenunan kain. Pada tahap pra produksi persiapan alat dan bahan untuk tahap pembuatan desain yaitu diawali dengan pembuatan suatu rancangan desain kain Tenun Mastuli yang dikembangkan. Pembuatan desain ini tidak sepenuhnya mengubah motif asli dari kain Tenun Mastuli. Pengembangan motif Tenun Mastulidilakukan dengan sangat hati-hati. Hal ini dilakukan agar tidak menghilangkan ciri khas dari Kain Tenun Mastuli itu sendiri.
Agar tidak menghilangkan ciri khas dari motif Kain Mastuli, maka usaha yang dilakukan adalah mengkombinasi motif geometris dengan motif flora yang sederhana dan memberi kesan kesatuan pada motif garis yang asli pada kain Tenun Mastulii. Motif merupakan daya tarik bagi konsumen (Agustien, 1980). Oleh karena itu kombinasi motif pada kain Tenun Mastuli dapat menambah daya tarik konsumen dan dapat memberikan motif yang lebih bervariatif.Selain itu pengunaan variasi bahan pada eksperimen kain Tenun Mastuli ini, karena teknik ini tergolong teknik yang mudah dan tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama dalam pengerjaanya. Selain itu, harga yang dapat ditawarkan ke pada konsumen dapat terjangkau. Pengembangan motif dan bahan pada kain Tenun Mastuli ini dilakukan sebelum proses penenunan yaitu setelah proses Nusuk dimanasaat benang lungsi telah diletakkan pada alat tenun. Yaitu dengan mengkombinasikan dua teknik yaitu teknik ikat dan teknik painting. Penggunaan dua teknik tersebut mengacu dengan apa yamg dipaparkan pada teori pada kajian pustaka yaitu mengenai pewarnaan atau pembuatan motif dengan teknik colet atau painting pada pembuatan batik (Prayetno (2010: 50). Seperti yang disebutkan sebelumnya tidak hanya tekstur saja yang dapat mempengaruhi hasil kain tapi penggunaan motif dan warna yang lebih variatif juga beberan penting di dalamnya. Mengingat potensi pasar minat konsumen sekarang lebih cendrung memilih produk fashion yang lebih variatif. Hal itulah yang mendasari peneliti melakukan pengembangan terhadap Tenun Mastuli yaitu untuk menghasilkan kain Mastuli yang sedikit berbeda dari yang sebelumnya. Eksperimen ini dilakukan menggunakan Alat tenun tradisional yaitu alat tenun cagcag atau sering disebut dengan alat tenun gendong. Proses menenun dalam eksperimen ini masih dengan teknik manual, yaitu dalam proses menenun semua ditentukan oleh gerakan tangan penenun.
142
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Penenun mengoprasikan alat tenun dengan posisi duduk dilantai atau duduk di kursi kecil yang tingginya tidak melebihi tinggi alat tenun cagcag. Pembuatan kainpada proses menenun ini dilakukan dengan mengikat kedua ujung benang lungsi agar dapat digulung pada patek atau apit. Dari hasil eksperimen, diperoleh perbedaan rata-rata uji kualitas pada kain Tenun Mastuli yang asli dan kain Tenun Mastuli hasil ekperimen pengembangan motif. Motif kain Tenun Mastuli hasil pengembangan eksperimen lebih diminati oleh panelis dibandingkan motif kain Tenun Mastuli yang asli. Perbedaan hasil yang lain terdapat pada teksurnya, yaitu Tenun Mastuli asli lebih mengkilap dan halus, hal ini kareena dipengaruhi oleh bahan kantun dari proses eksperimen. Mengingat potensi pasar minat konsumen sekarang lebih cendrung memilih produk fashion yang lebih variatif dan harga terjangkau. Akan tetapi eksperimen ini belum mampu mencapai rerata tertinggi yaitu 4,0 disebabkan karena dari 15 orang panelis masih ada 20,3% panelis yang menganggap motif pengembangan kain tenun hasil ekperimen belum mampu memenuhi kriteria yang diharapkan. Tidak terpenuhinya kriteria yang diharapkan tersebut karena dipengaruhi oleh beberapa faktor pada proses eksperimen. Hal itu juga yang menjadi kendala peneliti dalam proses eksperimen, dimana cuaca menjadi faktor penting dalam proses pembuatan motif. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dipaparkan pada kajian teori dimana kelembaban benang sangat mempengaruhi daya serap benang terhadap zat warna (Renita Manurung dkk, 2004: 45). Oleh sebab itu pembuatan motif diusahakan pada saat cuaca yang mendukung dan penempatan benang tidak ditempat yang lembab.
produksi, dan 2) Tahap produksi yaitu penenunan. Hasil eksperimen uji kualitas pengembangan motif kain Tenun Mastulidiperoleh skor 3,73. SARAN Kepada peneliti lain, hasil penelitian ini dilanjutkan dengan pengembangan atau mengkombinasi teknik lain agar keberadaan kain Tenun Mastuli ini mampu bertahan di tengah globalisasi. Selain itu memacu pada hambatan dan kendala yang ditemui peneliti pada proses eksperimen tersebut diperhatikan sehingga pada eksperimen selanjutnya tidak ditemukan kembali hambatan dan kendala tersebut. Hasil penelitian ini berupa lembaran kain (kamben) ataupun pakaian jadi. Untuk itu disarankan untukmengembangkan hasil penelitian kedalam bentuk produk pakaian jadiyang memiliki daya jual lebih tinggi DAFTAR RUJUKAN Agustien,Nyo dan Endang Subandi. 1980. Pengetahuan Barang Tekstil. Jakarta: Departement Pendidikan dan Kebudayaan. Angendari, Made Diah. Pemanfaatan Kulit Bawang Merah sebagai Pewarna Alami Kain dengan Teknik Jumputan Menggunakan Mordan Tawas, Kapur dan Tunjung. Proseding Senari ke-1. 2013. Hurlock, E. B., 1997, Developmental Psychology, A Life-Span Approach, Fifth Edition, Alih Bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo, Cetakan keenam, Jakarta: Erlangga. Kartiwa, Suwati. 1996.”Tenun Indonesia”. Jakarta: Yudhistira. Pustaka Utama Grafit. Koentjaraningrat. (1986). Metode-metode penelitian masyarakat. Jakarta Koentjaraningrat. 1997. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
SIMPULAN Penerapan motif Tenun Mastuli pada motif yang sudah divariasikan dalam proses pembuatan tenunan melalui dua tahapan antara lain sebagai berikut. 1) Tahap pra
143
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Koyan, I Wayan. 2008. Statistik. Percetakan Undiksha. Kusmayadi, Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sewan, Susanto. 1973. Zat-zat Warna Reaktif dan Pengelompokannya. Bandung/2013/3/27. Sudirtha, I Gede. 2014. Diversifikasi Produk Tenun Tradisional Bali. Proseding Senari ke-2.
Widiartini,
Ketut. 2014. Pengembangan Motif Kain Bebali dengan Teknik Colet. Makalah disajikan pada Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN” Jurusan PTBB FT UNY, 9 Nopember 2014.
144
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
IBM PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS BAGI GURU – GURU SMP N SE-KECAMATAN SUSUT I Made Agus Wirawan1, Gede Saindra Santyadiputra2, I Made Putrama3, I Gede Partha Sindu4, Nyoman Sugihartini 5 1,2,3,4,5Jurusan
Pendidikan Teknik Informatika FTK UNDIKSHA; Email: [email protected],[email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRACT One of the efforts to increase the professionalism of education personnel, one of which is to create scientific papers, and participated in the development of the curriculum. Bangli Regency is one of regencies in Bali, has nine (9) districts, one districts shrinkage. Losses in the district of which there are three junior high school SMPN 1 Losses, SMPN 2 Losses, and SMPN 3 Losses. Training scientific article writing is very important to be implemented, due to the skill of writing a scientific article teacher - school teachers in the district Losses still low, this is due to lack of mastery of information technology. It can be seen from the number of teachers - teachers are using the rental service to write scientific papers. Based on these problems it is necessary to provide training for teachers of writing scientific papers - in the district junior high school teacher Losses, so that with the implementation of this training is expected of teachers - teachers have the skills dapal scientific writings. In accordance with the title of this community service program, the method of applying science and technology to do is form a scientific article writing training. Implementation of skills training activities will be carried out with lectures, discussion and of course practice directly in the computer lab. The training modules will be given to participants as a tool in a multimedia laboratory practice at SMPN 1 Losses. From the evaluation results and findings we obtained during the implementation of the P2M and mentoring, we can conclude that this P2M program has been able to provide enormous benefits and appropriate for the audience of teachers - teacher trainees who become the target audience in this activity. Based on questionnaire responses are given to teacher trainees, the result is a positive response to how the categories. Keywords:Training, Community Service, ICT, teacher Junior, Sub Losses, Bangli, Bali Province, Scientific Articles, Journals.
ABSTRAK Salah satu upaya peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan salah satunya adalah menciptakan karya tulis ilmiah, dan mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.Kabupaten Bangli merupakan salah satu kabupaten yang ada di Bali, memiliki 9 (sembilan) kecamatan, salah satunya kecamatan Susut. Di kecamatan Susut terdapat tiga SMP diantaranya SMPN 1 Susut, SMPN 2 Susut, dan SMPN 3 Susut. Pelatihan penulisan artikel ilmiah sangat penting untuk dilaksanakan, dikarenakan keterampilan menulis artikel ilmiah guru – guru SMP di Kecamatan Susut masih rendah, ini disebabkan kurangnya penguasaan teknologi informasi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya guru – guru menggunakan jasa rental untuk menulis karya ilmiah. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dipandang perlu memberikan pelatihan penulisan karya ilmiah bagi Guru – Guru SMP di kecamatan Susut, sehingga dengan dilaksanakannya pelatihan ini diharapkan guru – guru memiliki keterampilan dapal penulisan karya ilmiah. Sesuai dengan judul program pengabdian masyarakat ini, metode penerapan ipteks yang dilakukan adalah berbentuk pelatihan penulisan artikel ilmiah. Pelaksanaan kegiatan pelatihan keterampilan ini akan dilakukan dengan ceramah, tanya jawab dan tentu saja praktek secara langsung di laboratorium komputer. Modul pelatihan akan diberikan kepada peserta sebagai alat bantu dalam kegiatan praktek di laboratorium multimedia SMPN 1 Susut.
145
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Dari hasil evaluasi serta temuan-temuan yang kami peroleh selama pelaksanaan kegiatan P2M maupun pendampingan, dapat kami simpulkan bahwa program P2M ini telah mampu memberikan manfaat yang sangat besar dan tepat sasaran bagi khalayak guru – guru peserta pelatihan yang menjadi khalayak sasaran dalam kegiatan ini. Berdasarkan angket respon yang diberikan ke guru peserta pelatihan, didapat hasil respon berapa pada kategori positif. Kata kunci: Pelatihan, Pengabdian pada Masyarakat, TIK, Guru SMP, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, Artikel Ilmiah, Jurnal
dipenuhi angka kredit minimal 12 dari unsur pengembangan profesi guru (Sampurno. Y.G, Ibnu Siswanto. I, 2010).
PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Pengembangan profesi guru merupakan usaha yang dilakukan oleh guru dalam rangka pengamalan ilmu pengetahuan, teknologi dan ketrampilan utuk peningkatan mutu baik bagi proses belajar mengajar dan profesionalisme tenaga kependidikan lainnya maupun dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan dan kebudayaan. Adapun kegiatan pengembangan profesi yang dimaksud adalah 1).Membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan, 2).Menemukan teknologi di bidang pendidikan.3).Membuat alat pelajaran/alat peraga atau alat bimbingan, 3).Menciptakan karya tulis ilmiah, dan mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum (Depdiknas, 2001: 1-2).
Teknologi informasi memiliki perkembangan yang sangat pesat dan meliputi berbagai bidang.Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang yang dipengaruhi oleh teknologi informasi.Teknologi informasi menjadi salah satu pendukung utama dalam suksesnya pengembangan profesi guru salah satunya dalam penulisan karya ilmiah. Universitas Pendidikan Ganesha melalui Jurusan Pendidikan Teknik Informatika memiliki peran penting dalam meningkatkan profesionalitas guru khususnya dalam bidang penulisan karya ilmiah. Sesuai dengan visi dan misi dari Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dalam perkembangan teknologi informasi diharapkan dapat memberikan hasil yang maksimal dengan adanya dukungan komponen masyarakat yang ada di wilayah Bali salah satunya di Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli.
Tugas pokok guru dan tanggung jawab guru yang demikian berat menjadi faktor penentu dalam tercapainya tujuan pembangunan bangsa dan negaranya.Oleh karena itu maka layaklah jika guru mendapatkan imbalan yang layak bagi kemanusiaan dan layak memenuhi kebutuhan hidup dan keluarganya.Namun usaha untuk memperbaiki kesejahteraan guru memang salah satunya dilakukan melalui kenaikan pangkat yang bisa dilakukan cukup 2 tahun tidak harus menunggu 4 tahun. Berdasarkan Keputusan Menteri N0.16 tahun 2009 karya tulis ilmiah sudah menjadi syarat kenaikan dari Golongan III b ke III c. Untuk itu guru harus mempunyai kemampuan untuk membuat karya tulis ilmiah. Pembuatan karya tulis ilmiah yang disyaratkan harus
2. ANALISIS SITUASI Kabupaten Bangli merupakan salah satu kabupaten yang ada di Bali, memiliki 9 (sembilan) kecamatan, salah satunya kecamatan Susut. Di kecamatan Susut terdapat tiga SMP diantaranya SMPN 1 Susut, SMPN 2 Susut, dan SMPN 3 Susut.
Tabel 1. Data Guru – Guru SMPN di Kecamatan Susut yang berkualifikasi IIIb ke atas (Dinas Pendidikan Kabupaten Bangli, 2016). No
Nama Sekolah
Alamat
Jumlah Guru
1
SMPN 1 Susut
Dsn Sulahan, Desa Susut, Kec.Susut, Kab. Bangli
44 orang
146
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
2 3
SMPN 2 Susut SMPN 3 Susut
Dsn Abuan, Desa Susut, Kec.Susut, Kab. Bangli Dsn susut, Desa Susut, Kec.Susut, Kab. Bangli
Pelatihan sejenis pernah dilakukan di SMPN 1 Susut, pelatihan tersebut berikan untuk guru – guru sek-Kecamatan Susut. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung terhadap guru – guru yang mengikuti pelatihan saat itu menyampikan, bahwa pentingnya pelatihan keterampilan menulis artikel ilmiah bagi guru – guru. Artikel ilmiah digunakan bagi guru sebagai syarat untuk kenaikan Golongan dari IIIb ke atas. Pelatihan penulisan artikel ilmiah sangat penting untuk dilaksanakan, dikarenakan keterampilan menulis artikel ilmiah guru – guru SMP di Kecamatan Susut masih rendah, ini disebabkan kurangnya penguasaan teknologi informasi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya guru – guru menggunakan jasa rental untuk menulis karya ilmiah. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dipandang perlu memberikan pelatihan penulisan karya ilmiah bagi Guru – Guru SMP di kecamatan Susut, sehingga dengan dilaksanakannya pelatihan ini diharapkan guru – guru memiliki keterampilan dapal penulisan karya ilmiah.
35 orang 25 Orang
3 Identifikasi dan Perumusan Masalah Dari hasil wawancara selanjutnya dengan para kepala sekolah SMP di kecamatan Susut, sebagian besar para guru masih sedikit menguasai materi penulisan artikel ilmiah. Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan bahwa Guru – guru SMPN se-Kecamatan Susut masih sedikit yang memiliki keterampilan/kemampuan dalam menulis artikel ilmiah. 4 Tujuan Kegiatan Tujuan dari pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini adalah memberikan pelatihan penulisan artikel ilmiah untuk meningkatkan keterampilan menulis Guru Guru SMPN se-Kecamatan Susut. METODE Pada bagian ini akan deskripsikan kerangka kerja dari pelatihan Pelatihan artikel ilmiah bagi Guru - Guru seKecamatan Susut.
Gambar 1 Kerangka Perencanaan Program Berdasarkan gambar 1, kerangkan perencanaan program dari pelatihan penulisan artikel ilmiah bagi Guru – Guru seKecamatan Susut secara detail dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Tahap Penentuan Target Kegiatan. Pada tahap ini ditentukan target dari kegiatan pelatihan penulisan artikel ilmiah untuk Guru – Guru SMPN se-Kecamatan Susut. Dimana jumlah sekolah SMPN yang ditentukan sebanyak 3 sekolah,
sesuai dengan data yang telah dipaparkan pada pendahuluan 2. Tahap Penentuan Kuota Peserta Setelah target kegiatan telah ditentukan, selanjutnya dilakukan penentuan jumlah kuota dari masing – masing Guru yang telah ditentukan. Dimana kuota peserta untuk masing – masing sekolah sebanyak 10 orang. Peserta diutamakan adalah guru yang memiliki bahan untuk artikel dan
147
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
segera mengusulkan kenaikan Pangkat/Golongan. Tahap Penyebaran Surat Undangan Setelah tahap penentuan kuota peserta, langkah selanjutnya adalah penyebaran surat undangan ke 3 Sekolah SMPN yang ada di Kecamatan Susut dengan kuota peserta sesuai dengan yang telah ditentukan. Tahap Prosedur Peminjaman Tempat Pelatihan Sejalan dengan pelaksanaan tahap penentuan kuota peserta, juga dilakukan tahap penentuan tempat/lokasi pelatihan dan prosedur peminjamannya. Dimana rencana lokasi yang dipilih adalah ruang Laboratorium sekolah SMPN 1 Susut. Tahap Persiapan Tempat Pelatihan Setelah tahap prosedur peminjaman tempat pelatihan dilakukan dan telah disetujui, selanjutnya dilakukan proses persiapan tempat pelatihan. Pada proses ini dilakukan pengecekan komputer, instalasi aplikasi pendukung (office, adobe reader, web browser), dan pengecekan prasarana pendukung lainnya Tahap Penyusunan Materi dan Modul Pelatihan Sejalan dengan pelaksanaan tahap penentuan kuota peserta, juga dilakukan tahap penyusunan materi dan modul pelatihan penulisan artikel ilmiah. Tahap Pencetakan Modul Pelatihan Modul pelatihan yang telah selesai disusun, selanjutnya dicetak sesuai dengan maksimal kuota peserta pelatihan (maksimal 30 orang). Tahap Perencanaan dan Penentuan Jadwal Pelatihan Setelah tahap penyebaran surat undangan, tahap persiapan tempat pelatihan dan tahap pencetakan modul pelatihan telah dilakukan, maka selanjutnya ditentukan jadwal dari pelatihan. Dimana rencana pelatihan dilakukan sebanyak dua sesi yaitu pada hari sabtu dan minggu dengan alokasi waktu selama 6 jam/sesi. Tahap Pelaksanaan Pelatihan Pada tahap ini proses pelatihan penulisan artikel ilmiah dilakukan. Pelaksanaan pelatihan dimulai dari proses mengisi daftar hadir oleh peserta pelatihan, proses perkenalan, proses penyampaian materi yang diikuti dengan praktek dan terakhir
pelatihan mandiri penulisan artikel dengan contoh yang telah disediakan. 10. Tahap Evaluasi dan Pendampingan Setelah proses pelatihan selesai dilaksanakan, maka selanjutnya akan dilakukan tahap pendampingan. Pada tahap ini peserta pelatihan akan di dampingi dalam penyusunan dan pembuatan artikel ilmiah di masing – masing sekolah. Tahap ini dilakukan sebanyak 3 kali di setiap sekolah (SMP N 1 Susut, SMP N 2 Susut, dan SMP N 3 Susut) 11. Tahap Pencetakan dan Pengiriman Sertifikat Pada tahap ini dilakukan proses pencetakan sertifikat sesuai dengan daftar hadir dari peserta pelatihan. Sertifikat yang telah dicetak, selanjutnya dikirmkan ke masing – masing Sekolah SMPN seKecamatan Susut maksimal 4 minggu setelah pelatihan dilakukan. 12. Tahap Penyusunan Laporan P2M Akhir Hasil akhir dari pelatihan seperti dokumentasi (photo pelaksanaan) dan hasil respon peserta pelatihan, di jadikan sebagai laporan akhir dari pelaksanaan P2M. Khalayak sasaran dari pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini adalah beberapa perwakilan guru – guru SMPN seKecamatan Susut. HASIL DAN PEMBAHASAN 1 Evaluasi Keberhasilan Keberhasilan pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini dilihat dari dua tolok ukur sebagai berikut : 1. Respons positif dari peserta pelatihan Respons peserta pelatihan akan diukur melalui observasi selama pelatihan berlangsung dan dengan memberikan kuesioner yang menyangkut kesan, saran, kritik dan usulan peserta pelatihan terhadap program pengabdian masyarakat ini. 2. Meningkatnya keterampilan peserta setelah mendapat pelatihan Keterampilan peserta pelatihan akan diobservasi saat pelatihan melalui pemberian tugas-tugas contoh latihan selama pelatihan dan selama proses pendampingan.
148
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
memberikan penyegaran dan penambahan wawasan atas programprogram aplikasi di luar yang telah mereka dapatkan di sekolah masingmasing. 3. Situasi dan kondisi pelatihan sangatlah kondusif dan memberikan kenyamanan bagi peserta pelatihan. Hal ini tentu saja di dukung dengan fasilitas sarana dan prasarana yang sangat memadai milik oleh SMPN 1 Susut. 4. Potensi dan kemampuan pembelajaran dari guru - guru peserta pelatihan terlihat baik, terbukti dari hasil observasi yang dilakukan selama pelatihan berlangsung dan pada saat pendampingan, guru – guru SMPN se-Kecamatan Susut mampu mengikuti dan menyelesaikan dengan baik tugas-tugas yang diberikan oleh para tutor.
2 Alasan Kelanjutan Kegiatan Selama pelaksanaan program pelatihan ini, mulai dari tahap persiapan sampai pelaksanaannya, dapat kami sampaikan temuan-temuan sebagai berikut: 1. Antusiasme guru – guru peserta pelatihan sangat tinggi, menyambut dengan baik tawaran kerjasama sebagai mitra dalam program pengabdian masyarakat ini. Pihak sekolah berharap program ini bisa dilaksanakan secara reguler dan berkala di tahun-tahun selanjutnya. 2. Materi pelatihan yang diberikan sangat sesuai dengan level pembelajaran untuk guru – guru SMPN se-Kecamapat Susut, terlihat dari efektifitas dan tingkat kesulitan pengenalan aplikasi baru yang tidak terlalu memberatkan bagi para peserta pelatihan. Materi ini benar-benar
Gambar 2 Suasana Pembukaan
Gambar.1 Suasana 2 pelatihan
149
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar2 Gambar suasana 3 pelatihan
mengikuti perkembangan teknologi secara global.
SIMPULAN
1 Evaluasi Kinerja Program Dari hasil evaluasi serta temuantemuan yang kami peroleh selama pelaksanaan kegiatan P2M ini, dapat kami simpulkan bahwa program P2M ini telah mampu memberikan manfaat yang sangat besar dan tepat sasaran bagi khalayak bagi guru – guru SMPN se-Kecamatan Susut yang menjadi khalayak sasaran dalam kegiatan ini. Bentuk pelatihan seperti ini merupakan bentuk yang sangat efektif untuk memberikan penyegaran dan tambahan wawasan serta pengetahuan baru di bidang teknologi informasi di luar proses pembelajaran yang diterima di sekolah masing-masing.
DAFTAR RUJUKAN
http://www.corel.com/corel/pages/index.jsp?p gid=800382&storeKey=us&languageCod e=en, Tanggal akses : 5 September 2013 http://tutoriaiscoreldraw.com.br/, , Tanggal akses : 5 September 2013 Kesiman M.W.A, 2010, Laporan Akhir P2M, IbM Pelatihan Microsoft Word 2007 Untuk Anak-anak Panti Asuhan SeKecamatan Buleleng
2 Saran-saran Sesuai dengan hasil evaluasi respons yang telah dilakukan, kami menyarankan hendaknya program-program pengabdian masyarakat seperti ini bisa dilaksanakan secara reguler dan berkala, melihat tingkat kebutuhan yang sangat tinggi akan pengenalan aplikasi-aplikasi komputer yang baru, dalam jangka waktu yang relatif singkat
Kesiman M.W.A, 2012, Laporan Akhir P2M, IbM Pelatihan Microsoft Excel 2007 Untuk Anak-anak Panti Asuhan SeKecamatan Buleleng Tomoredjo, Mampuono Rasyidin, Penguasaan ICT: Bekal Guru Profesional Menghadapi Era Global , (online) tersedia pada http://www.jatengklubguru.com
.
150
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMAMPUAN INTRAPERSONAL SISWA SMK PRODI TEKNIK PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK I Gede Ratnaya Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Bali Email: [email protected]
ABSTRACT The purpose of this research is to develop a instrument to measure the intrapersonal’s student of SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Engineering Electricity Utilization Program at Vocational High School in Bali using Likert scale. Intrapersonal intelligence is the ability of themselves such as the ability to develop a strong understanding of yourself about your strengths and weaknesses that lead to emotional stability, develop self-esteem, manage and motivate yourself, take responsibility for your own life, the ability to think reflectively, expression of feelings of self and confidence. This capability is important in regulating and monitoring personal goals during their vocational education at SMK. This instrument has been tested to 134 students at Engineering Utilization of Electricity Program in the entire province of Bali. Validation of the instrument through the content validation by experts, validation grains with Momment Product engineering, and validation of the construct by factor analysis. Factor analysis using the confirmation method Maximum Likelihood (ML) with the conformity or suitability obtained Chi Square amounted to 112,73 (P = 0,16333) and Goodness of Fit Index (GFI) of 0.914. This method is able to give information item is unfit to represent the indicators that have been determined based on the theoretical construct. Concluded multivariate normal distribution of data instruments and instrument produced valid construct. Keywords: intrapersonal intelligence, vocational students, factor analysis, and Maximum Likelihood (ML) ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan instrumen pengukur terhadap kemampuan intrapersonal siswa SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Program Studi Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik pada Sekolah Menengah Kejuruan di Provinsi Bali menggunakan skala likert. Kemampuan intrapersonal adalah kemampuan mengenai diri sendiri seperti kemampuan untuk mengembangkan pemahaman yang kuat mengenai diri mengenai kekuatan dan kelemahan diri yang membimbing kepada kestabilan emosional, mengembangkan harga diri, mengatur dan memotivasi diri, bertanggung jawab atas kehidupan diri sendiri, kemampuan berpikir reflektif, pengekspresian perasaan diri, dan kepercayaan diri. Kemampuan ini sangat berperan dalam mengatur dan memonitor tujuan pribadinya selama menempuh pendidikan vokasi di SMK. Instrumen ini telah diujicobakan kepada 134 siswa Program Studi Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik di seluruh Provinsi Bali. Validasi instrumen melalui validasi isi oleh pakar, validasi butir dengan teknik Product Momment, dan validasi konstruk dengan analisis faktor. Analisis faktor menggunakan metode konfirmasi Maksimum Likelihood (ML) dengan nilai kesesuaian atau kecocokan didapatkan Chi Square sebesar 112,73 (P = 0,16333) dan Goodness of Fit Index (GFI) sebesar 0,914. Metode ini mampu memberikan informasi butir-butir yang layak dipakai untuk mewakili indikator-indikator yang telah ditentukan berdasarkan konstruk teori. Disimpulkan data instrumen berdistribusi normal multivariat dan instrumen yang dihasilkan valid secara konstruk.
151
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Kata kunci : kemampuan intrapersonal, siswa SMK, analisis faktor, dan Maksimum Likelihood (ML) instrumen pengukur kemampuan intrapersonal siswa SMK Prodi Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik di Provinsi Bali dengan rumusan masalah seperti, pertama, bagaimanakah tahapan penyusunan instrumen pengukur kemampuan intrapersonal siswa. Kedua, bagaimanakah instrumen pengukur intrapersonal siswa yang memenuhi kaidah validitas konstruk secara teori dan empiris. Ketiga, bagaimanakah reliabilitas instrumen yang telah dikembangkan. Penelitian ini termasuk kategori penelitian pengembangan ilmu pengetahuan bidang pendidikan khususnya pengukuran dalam pembakuan instrumen. Dengan demikian penelitian ini bermanfaat bagi guruguru SMK yang ingin mengetahuan kemampuan intrapersonal siswanya dan bermanfaat bagi peneliti lain sebagai pertimbangan untuk mengembangkan penelitian sejenis.
A. Pendahuluan Kemampuan Intrapersonal adalah kemampuan mengenai diri sendiri. Kemampuan ini adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri dan bertanggung jawab atas kehidupan sendiri. Menurut Lwin (2008), anak-anak yang berkemampuan intrapersonal tinggi cendrung memikirkan penilaian atas dirinya.Kemampuan intrapersonal adalah kemampuan kunci sebagai dasar dari kemampuan-kemampuan yang lain. Kemampuan intapersonal yang tinggi memposisikan diri pada kesuksesan dan sebaliknya, kemampuan intrapersonal yang rendah membawa kita menjadi frustasi dan kegagalan. Dikaitkan dengan keberhasilan siswa dalam belajar maka kemampuan intrapersonal menjadi yang pertama untuk dieksplorasi dan selanjutnya dijadikan pertimbangan dalam pendidikan siswa. Siswa SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Prodi Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik adalah siswa yang didik untuk siap pakai di lapangan pekerjaan. Untuk mencapai maksud tersebut maka guru-guru SMK khususnya prodi ini harus mengetahui kemampuan intrapersonal para siswa dan selanjutnya dijadikan pertimbangan dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas sehingga kemampuan intrapersonal siswa harus diukur. Untuk mengukur kemampuan ini diperlukan suatu instrumen yang handal dan secara tepat bisa mengukur apa yang seharusnya diukur yang tiada lain berhubungan dengan reliabilitas dan validitas. Dengan kata lain instrumen yang dipakai untuk mengukur kemampuan intrapersonal siswa harus valid dan reliabel. Sehubungan dengan hal tersebut, saat ini di Bali belum ada instrumen yang dipakai oleh guru-guru untuk mengukur kemampuan ini sehingga kehadiran instrumen ini menjadi sangat diperlukan. Untuk itu penelitian ini difokuskan pada penyusunan dan pengembangan
B. Kajian Pustaka Dewasa ini kemajuan pendidikan diarahkan pada kemajuan siswa dalam bidang-bidang yang meliputi ranah kognitif, ranah psikomotorik, dan ranah afektif. Ketiga ranah ini diukur melalui instrumen yang berbeda-beda. Pada umumnya kemampuan kognitif diukur melalui instrumen yang berupa tes, kemampuan psikomotorik diukur melalui lembar observasi, dan kemampuan afektif diukur melalui kuesioner. Dalam penilaian terhadap kemampuan siswa, instrumen yang dipakai untuk mengukurnya memerlukan keandalan. Menurut Naga (1992), pengukuran dalam pendidikan mencakup beberapa hal yaitu, pertama mengukur ciri terpendam yang tidak kelihatan pada peserta/ siswa. Kedua, untuk mengukur ciri terpendam dari siswa diberi stimulus berupa kuesioner atau alat ukur yang tepat. Ketiga, respon bisa mencerminkan ciri terpendam pada siswa. Keempat, respon yang didapat bisa diskor
152
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
dan ditafsirkan secara memadai. Untuk memenuhi keempat hal di atas maka sebelum instrumen tersebut dipakai harus melalui proses validasi. Menurut Djaali (2008), ada beberapa macam validitas, yaitu validitas isi, validitas konstruk, dan validitas empiris atau validitas kriteria. Validitas isi instrumen mempermasalahkan seberapa jauh suatu instrumen mengukur tingkat penguasaanterhadap isi suatu materi tertentu yang seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sesuai dengan Gregory (2000), untuk mengetahui instrumen itu valid atau tidak harus dilakukan melalui penelaahan kisi-kisi tes/ instrumen untuk memastikan bahwa butir-butirnya sudah mewakili atau mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang seharusnya dikuasai secara proporsional. Oleh karena itu, Wiersma dan Jurs (1990) menyatakan bahwa validitas isi sebenarnya mendasarkan pada analisis logika, jadi tidak merupakan koefisien validitas yang dihitung secara statistika. Selanjutnya Mardapi (2012) menuliskan bahwa bukti validitas ditetapkan menurut analisis rasional terhadap isi tes/ instrumen yang penilaiannya didasarkan atas pertimbangan subjektif individual. Menurut Azwar (2015), keputusan logika mengenai keselarasan butir dengan tujuan ukur (indikator) tidak dapat didasarkan pada penulis saja tetapi juga memerlukan kesepakatan penilaian dari beberapa penilai yang kompeten di bidang itu. Validitas instrumen tidak hanya berlaku untuk instrumen kognitif dan psikomotik saja tetapi juga berlaku pada instrumen pengukur afektif. Selain tentang validitas, reliabilitas instrumen juga perlu diketahui. Reliabilitas adalah konsistensi instrumen mengukur apapun yang hendak diukur. Makin tinggi koefisien reliabilitas suatu instrumen, makin dekat skor amatan dengan skor yang sesunggguhnya. Pada umumnya pengukuran karakteristik afektif memberikan reliabilitas yang lebih rendah daripada pengukuran
kognitif karena keterampilan kognitif cenderung lebih stabil daripada karakteristik afektif. Kemampuan afektif siswa ditentukan oleh pengalaman siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan. Ranah afektif merupakan karateristik siswa sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan dan selanjutnya menentukan proses belajar dan hasil belajar pada pembelajaran selanjutnya. Kemampuan afektif meliputi sikap, minat, nilai atau norma, dan konsep diri. Sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan pencapaian. Nilai atau norma merupakan suatu keyakinan dalam berbuat, bertindak atau berprilaku yang dianggap baik dan yang dianggap jelek. Konsep diri adalah pemahaman akan diri mengenai kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Lebih jauh konsep diri mengarah kepada pembangunan dan perkembangan kemampuan intrapersonal. Kemampuan Intrapersonal adalah kemampuan mengenai diri sendiri. Kemampuan ini adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri dan bertanggung jawab atas kehidupan sendiri. Anak-anak yang berkemampuan intrapersonal tinggi cendrung memikirkan penilaian atas dirinya. Anak-anak semacam ini suka melakukan introspeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki diri. Menurut Hoerr (2000), tindakan siswa yang mencerminkan kemampuan intrapersonal adalah mengendalikanperasaandiri dansuasana hati, mengejar kepentinganpribadi danmengaturagenda diri,belajar melaluipengamatandan mendengarkan, dan menggunakan keterampilanmetakognitif. Lebih lanjut ungkapnya bahwa kelemahan kita adalah tidak mengetahui kelemahan diri
153
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
sehingga tidak bisa meningkatkan kemampuan diri secara sistematis, oleh karenanya perlu identifikasi dan pemahaman diri, apa yang telah kita lakukan dan mengapa kita melakukannya, kemampuan ini yang disebut kemampuan intrapersonal. Dengan demikian kemampuan intrapersonal adalah kemampuan kunci sebagai dasar dari kemampuan-kemampuan yang lain. Kemampuan intapersonal yang tinggi memposisikan diri pada kesuksesan dan sebaliknya, kemampuan intrapersonal yang rendah membawa kita menjadi frustasi dan kegagalan. Penelitian pengembangan instrumen mengenai sikap terhadap statistika dilakukan oleh Gaguk Margono, menggunakan estimasi PCA yang dikonfirmasi dengan estimasi ML, didapatkan koefisien reliabilitas terhadap instrumen yang dikembangkan senilai 0,710.
Penelitian dilaksanakan di seluruh SMK Prodi Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik di seluruh Bali. Populasi target adalah seluruh siswa SMK di Provinsi Bali, populasi terjangkau adalah siswa SMK Prodi Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara random kelas Prodi Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik. Data penelitian dikumpulkan dengan wawancara, diskusi, dan kuesioner. Dilihat dari metode pendekatan pada subjek penelitian, penelitian ini menggunakan pendekatan ex post facto karena sesuai dengan tulisan Dantes (2012) menyatakan bahwa pendekatan pada subjek penelitian secara wajar tanpa adanya usaha sengaja memberikan perlakuan untuk memunculkan variabel yang diteliti. Pengembangan instrumen menggunakan pendekatan terhadap respon dengan tahapan pengembangan seperti gambar 1.
C. Metodologi Penelitian start
1. Menentukan Tujuan Pengukuran dan Jenis Instrumen
6. Merakit Instrumen
2. Membuat Kisi-Kisi Instrumen
3. Menentukan Skala Instumen
5. Uji Coba Instrumen A. Uji Pakar (Validitas Isi) dan Revisi B. Uji Panelis (Validitas konstruk) dan Revisi C. Uji Terbatas dan Revisi D. Uji Empiris (Validitas konstruk)
4. Menyusun Draf Instrumen
Stop
Gambar 1. Tahapan Pengembangan Instrumen Tujuan pengukuran adalah tujuan yang ingin diukur melalui instrumen hasil pengembangan, tahapan ini juga menentukan jenis instrumen yang dikembangkan. Kisikisi instrumen merupakan kerangka konstruk secara teori yang ditabelkan. Skala instrumen dipilih sesuai dengan jenis instrumen yang dikembangkan. Draf instrumen yang disusun menyesuaikan dengan kisi-kisi instrumen dan struktur hubungan antara butir-butir instrumen dan indikator yang ditentukan.
Pada uji coba instrumen dilakukan sebanyak empat kali uji. Uji pakar dilakukan dengan meminta pendapat terhadap 3 orang pakar yang kompeten yaitu pakar yang kompeten di bidang Bimbingan Konseling, Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, dan seorang guru senior SMK. Uji panelis dilakukan dengan meminta pendapat dan saran dari 8 mahasiswa S3 Prodi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan yang sedang menyusun disertasi. Uji terbatas dilakukan terhadap 10 siswa SMK untuk menelaah butir
154
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
instrumen, apakah pernyataan pada butirbutir tersebut bisa dimengerti atau tidak. Uji empiris dilakukan terhadap ratusan siswa SMK di seluruh Bali. Data hasil uji empiris
diolah dengan formula korelasi Product Momment ( rxy ) untuk mengetahui validitas internal butir dengan rumus sebagai berikut.
N N N N X ij Yj X ij Yj j1 j1 j1
rx i y
2 N N N X 2 ij X ij j1 j1
2 N N N Y 2 j Yj j1 j1
Dimana : N = Jumlah responden Xij = Skor butir ke - i yang diuji untuk responden ke - j Yj = Skor total responden ke - j Statistics 22 dan software Lisrel 8.70 untuk mengetahui butir-butir yang valid secara konstruk yang didukung oleh data empiris. Selanjutnya reliabilitas instrumen dihitung dengan formula Cronbact Alpha (α) berikut.
Butir-butir yang memiliki rxy di bawah r_tabel dinyatakan tidak layak untuk dimuat pada instrumen. Selanjutnya butir-butir yang valid secara internal dinputkan kemudian diolah menggunakan analisis faktor konfirmatori melalui program software SPSS
N r N 1
k X i j 2
Si 2
S 2 Si 2 S2
X
k (k 1)
;
2
ij
..................................................................
(3-4)
Dimana : N = Banyaknya item/ butir 2 S i = Varian item/ butir ke - i S2 = Varian skor total k = Banyaknya responden Xi j = Skor item/ butir ke – i untuk responden ke - j memotivasi diri, bertanggung jawab atas kehidupan diri sendiri, kemampuan berpikir reflektif, pengekspresian perasaan diri, dan kepercayaan diri. Berkaitan dengan tujuan pengukuran yang menyasar ranah afektif maka jenis instrumen yang dipakai adalah kuesioner. Kisi-kisi instrumen seperti tabel 1. Ada 9 indikator yang berhasil diidentifikasi dan dibuat 44 butir pernyataan.
D. Hasil dan Pembahasan Penelitian ini adalah penelitian pengembangan instrumen pengukur kemampuan intrapersonal siswa SMK Prodi Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik sehingga tujuan instrumen ini adalah mengukur kemampuan siswa untuk mengembangkan pemahaman yang kuat mengenai diri mengenai kekuatan dan kelemahan diri yang membimbing kepada kestabilan emosional, mengembangkan harga diri, mengatur dan
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Intrapersonal
155
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
No 1 2
Indikator
No Butir dan Jenis Pernyataan (+) (-) 2 1,3,4,5,6,7 8,9,10,11
3
Kestabilan emosi (sadar diri) Mampu mengatur dan memotivasi diri Bertanggung jawab terhadap diri
4
Mengembangkan diri
24,25,26
5 6
Membangun harga diri Mengenal kemampuan dan kelemahan diri Berpikir reflektif Mengekspresikan persaaan diri dengan tepat Percaya diri
27,28,29,30 31,32,33, 34
7 8 9
Jumlah 7 4
12,13,14,15,16
5 17,18,19,20,21, 22,23
10 4 6
35, 36
37,38 39,40
2 2 41,42,43,44
Jumlah
Mengingat instrumen ini adalah ranah afektif (non tes) dan instrumen berbentuk kuesioner, dan dengan pertimbangan respondennya adalah siswa SMK maka skala pengukurannya menggunakan skala Likert. Jenis butir pernyataannya ada yang positif dan ada yang negatif. Berdasarkan tujuan penelitian, struktur hubungan butir-butir dengan indikator menggunakan model replektif. Berdasarkan hasil dari uji validitas isi yang dilakukan oleh oleh 3 orang pakar, ada 3 buah butir dinyatakan tidak layak untuk dimuat pada instrumen karena butir-butir tersebut dianggap oleh pakar mengandung makna ganda sehingga tidak bisa dipakai untuk mewakili satu indikator. Berdasarkan uji konstruk secara teori yang dilakukan melalui diskusi panel, menyatakan bahwa ada 3 butir lagi yang harus keluar karena dianggap responden tak akan mengerti dengan maksud pernyataan butir. Sehingga sampai uji panelis, terdapat 6 buah butir yang tidak layak pakai untuk mengukur kemampuan intrapersonal siswa. Berdasarkan uji terbatas, ada beberapa butir yang mengalami revisi kata agar responden bisa paham dengan maksud pernyataan tersebut.
4 44
Selanjutnya uji empiris dilakukan terhadap 134 siswa SMK Prodi Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik. Data hasil uji empiris ini di-entri atau diinputkan melalui software SPSS Statistics 22. Ada 38 butir pernyataan yang dianalisis validitasnya berdasarkan formula korelasi Product Moment. Dengan N = 134 dan taraf signifikasi α = 0,05 dengan sistem uji 2 ekor, hasilnya menyatakan bahwa ada 6 butir pernyataan tidak layak pake karena p-value signifikansinya di atas 0,05 atau koefisien
rxy di bawah 0,17 (r – tabel = 0,17). Sampai tahap ini ada 32 butir pernyataan yang siap dianalisis dengan analisis faktor konfirmatori. Untuk analisis ini menggunakan software lisrel 8.70. Melalui analisis ini kita bisa lebih leluasa memilih model konstruk yang sesuai dengan teori. Pada analisis ini ada beberapa ketentuan minimal yang harus dipenuhi oleh model konstruk yang dipilih untuk bisa dinyatakan butir itu valid secara konstruk, yaitu muatan faktor memiliki nilai t-hitung lebih besar dari 1,96, p-value Chi Square lebih besar dari 0,05 untuk menyatakan model konstruk yang dipilih sesuai dengan data amatan (data empiris), dan memiliki GFI (Goodness of Fit Indices) lebih besar dari 0,9.
156
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Tahap pertama ke 32 butir dianalisis dan hasilnya sesuai dengan gambar 2. Lambang F1 sampai dengan F9 merupakan indikator 1 sampai dengan indikator 9. Model terdiri-dari
32 butir pada gambar 2 memiliki p-value Chi Square lebih kecil dari 0,05 sehingga model belum bisa menentukan apakah butir-butir tersebut sesuai dengan konstruk teori.
Gambar 2. Model konstruk 32 Butir dan t-hitung muatan faktor Selanjutnya penulis coba dengan model konstruk 18 butir, masing-masing indikator terdiri-dari 2 butir didapatkan hasil seperti
gambar 3 dan gambar 4. Model ini menhasilkan GFI sebesar 0,914.
Gambar 3. Model konstruk 18 butir dan t-hitung muatan faktor
157
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 4. Model konstruk 18 butir dan muatan faktor standardized solution Dengan memilih model konstruk 18 butir yang masing-masing indikator terdiri-dari 2 butir sesuai dengan gambar 2, menghasilkan p-value Chi Square = 0,16333 > 0,05, thitung muatan faktor butir semuanya lebih besar dari 1,96 dan GFI senilai 0,914 > 0,9. Dengan demikian konstruk yang dipilih
sesuai dengan data amatan (empiris) sehingga butir-butir tersebut dinyatakan valid secara konstruk. Berdasarkan gambar 4, butir-butir dipilih sesuai dengan muatan faktor standardized solution yang lebih besar sehingga butir-butir yang dipilih sesuai dengan tabel 2.
Tabel 2. Butir-butir yang Layak mewakili indikator Lambang
Indikator (F)
No Butir yang mewakili 3
F1
Kestabilan emosi (sadar diri)
F2
Mampu mengatur dan memotivasi diri
8
F3
Bertanggung jawab terhadap diri
12
F4 F5 F6
Mengembangkan diri Membangun harga diri Mengenal kemampuan dan kelemahan diri
16 19 23
F7 F8
Berpikir reflektif Mengekspresikan persaaan diri dengan tepat
25 28
F9
Percaya diri
31
Yang menjadi kunci analisis dalam penelitian ini adalah analisi faktor konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis). Analisis ini
menggunakan estimasi Maximum Likelihood. Dalam penelitian ini, indikator lebih dulu muncul dibandingkan butir pernyataan dan
158
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
butir pernyataan merupakan replikasi atau peniruan dari indikator. Butir-butir pernyataan tidak membangun indikator tetapi butir-butir pernyataan merupakan replikasi dari indikator-indikator. Jumlah butir yang baik pada instrumen disesuaikan dengan jumlah indikator yang telah ditentukan, bila indikator sejumlah N maka jumlah butirnya haruslah sejumlah N juga. Sehubungan dengan hal tersebut maka jumlah butir hasil pengembangan instrumen ini sebanyak 9 butir. 50% dari jumlah total butir yang sesuai dengan konstruk di atas dipilih berdasarkan koefisien muatan faktor (loading faktor) standardized solution yang lebih besar pada indikator yang bersangkutan.
Estimasi Maximum Likelihood pada Confirmatory Factor Analysis memberikan lebih banyak alternatif untuk memilih model konstruk. Model konstruk yang terdiri-dari 18 butir di atas adalah salah satu alternatif. Masih ada alternatif yang lain dan bisa dipilih yang memberikan tingkat kecocokan yang berbeda. Melalui software SPSS 22 koefisien reliabitas ke-9 butir pernyataan tersebut sesuai dengan tabel 3. Koefisien reliabilitas pada penelitian ini mempunyai nilai lebih rendah daripada koefisien reliabilitas instrumen sikap yang dikembangkan oleh Gaguk Margono namun perbedaan nilai tersebut tidak mencolok.
Tabel 3. Koefisien Reliabilitas instrumen Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha N of Items Based on Standardized Items 0,630 9
0,632
E. Simpulan dan Saran Instrumen
yang
DAFTAR RUJUKAN Azwar, Saifuddin. (2015). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dantes, Nyoman (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset. Djaali, H., Muljono, Pudji (2008). Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo. Margono, Gaguk (2014). Pengembangan Instrumen Sikap Terhadap Statistika Menggunakan Skala Diferensial Semantik. Prosiding Seminar Nasional Psikometri. Gregory, Robert J. (2000). Psychological Testing: History, Principles and Applications. Boston: Allyn and Bacon. Hoerr, Thomas R. (2000). Becoming a multiple intelligences school. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development. Naga, D. S. (1992). Pengantar Teori Sekor Pada Pengukuran Pendidikan. Jakarta: Gunadarma.
dikembangkan
berupa kuesioner dengan memakai skala pengukuran likert. Berdasarkan hasil dari semua uji coba instrumen sebanyak 44 butir pernyataan jumlah semula, penelitian ini membakukan 9 butir pernyataan menjadi satu rakitan instrumen pengukur kemampuan intrapersonal siswa SMK. Instrumen tersebut menyasar 9 indikator (masing-masing butir pernyataan mewakili 1 indikator). Instrumen yang dikembangkan mengukur ranah afektif. Sebagai saran untuk selanjutnya, instrumen sejenis ini bisa teliti dan dikembangkan menggunakan
skala
pengukuran
yang
berbeda.
159
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Mardapi, Djemari (2012). Pengukuran dan Penilaian & Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Nuha Medika. May Lwin et al.,Cara Mengembangkan Berbagai Komponen
Kecerdasanterjemahan Christine Sujana (Jakarta : PT Indeks, 2008), Wiersma, William and Stephen G. Jurs. (1990). Education Measurement and Testing. Boston: Allyn and Bacon.
160
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
DETEKTOR SAMBUNGAN KABEL BAWAH TANAH PADA SISTEM JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH BERBASIS RFID I Gede Nurhayata, Nyoman Santiyadnya 1,2 Jurusan
Pendidikan Teknik Elektro FTK UNDIKSHA Email:[email protected]
ABSTRACT Underground cable connections on the system of medium voltage electricity network often have permanent problems caused by the quality of the connection deteriorating insulation resulting in breakdown voltage. As a result of the disorder have an impact on the quality of electricity service to consumers. The main problem of handling disturbances underground cable connection that is difficult to track the location of underground cable connections were disrupted. This study aims to improve methods to track underground cable connection by developing an RFID-based detector. In this study, applying the method of use of passive RFID card with a frequency of 125 kHz which is planted near the site of an underground cable connection. Then to keep track of the card identity data required by the RFID detector and radius the same frequency range above 50 cm. The results showed that the detector is capable of reading RFID-based identity number card passive 125 kHz RFID with a reading range of 5 cm radius. Coverage is still low due to radio wave beam radiation is not strong enough and the system is less sensitive to changes in the data signals from RFID cards are very weak. Keywords: RFID, underground cable, microcontroller
ABSTRAK Sambungan kabel bawah tanah pada sistem jaringan listrik PLN tegangan menengah sering mengalami gangguan permanen yang disebabkan oleh kualitas isolasi sambungan yang memburuk sehingga terjadi tegangan tembus. Akibat gangguan tersebut berdampak pada kualitas layanan listrik ke konsumen. Masalah utama penanganan gangguan sambungan kabel bawah tanah yakni sulitnya melacak lokasi sambungan kabel bawah tanah yang terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki metode dalam melacak sambungan kabel bawah tanah dengan mengembangkan sebuah detektor berbasis RFID. Pada penelitian ini menerapkan metode pemakaian kartu RFID pasif dengan frekuensi 125 kHz yang ditanam dekat lokasi sambungan kabel bawah tanah. Kemudian untuk melacak data identitas kartu tersebut dibutuhkan detektor RFID dengan frekuensi yang sama dan radius jangkauan di atas 50 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa detektor berbasis RFID mampu membaca nomor identitas kartu pasif RFID 125 kHz dengan radius jangkauan pembacaan 5 cm. Jangkauan yang masih rendah disebabkan radiasi pancaran gelombang radio tidak cukup kuat dan sistem masih kurang peka terhadap perubahan sinyal data dari kartu RFID yang sangat lemah. Kata kunci : RFID, kabel bawah tanah , mikrokontroller
kota yang padat tidak menutup kemungkinan berdampak pada gangguan-gangguan yang terjadi pada saluran udara tegangan menengah seperti gangguan tertimpa pohon, layang-layang dan lain sebagainya. Oleh karena itu, untuk memperkecil kemungkinan gangguan yang terjadi pada saluran jaringan listrik tegangan menengah dan juga meningkatkan kesan pemandangan kota menjadi lebih menarik, maka pemerintah daerah bersama PLN perlu mengembangkan
PENDAHULUAN Saluran jaringan listrik PLN tegangan menegah pada umumnya merupakan saluran udara jaringan listrik tegangan menengah (SUTM) dengan ciri khas adanya tiang penyangga. Keberadaan SUTM pada daerah perkotaan berdampak pada keindahan kota dimana banyaknya tiang penyangga dan saluran udara yang membentang membuat pemandangan kota menjadi terkesan kurang menarik. Di samping itu, lalu lintas daerah
161
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
terobosan melalui pemasangan saluran kabel bawah tanah tegangan menengah (.....,2010). Dalam pemasangan saluran kabel bawah tanah tidak dapat dihindari adanya titik persambungan. Hal itu disebabkan karena terbatasnya ukuran dari kabel yang terpabrikasi sehingga harus dilakukan penyambungan. Disamping itu, karena suatu kebutuhan dimana pada suatu titik diperlukan suatu sambungan kabel. Pada proses persambungan kabel bawah tanah tegangan menengah mengakibatkan kualitas ketahanan isolasi kabel terhadap tegangan tembus menjadi lebih rendah dari ketahanan isolasi kabel aslinya. Ketahanan isolasi yang rendah pada daerah persambungan dapat menimbulkan gangguan dalam penyaluran tenaga listrik yang disebabkan oleh adanya rugi panas dan terjadinya efek korona disekitar persambungan. Oleh karena itu, gangguan yang terjadi di daerah persambungan harus segera diatasi guna meningkatkan layanan tenaga listrik ke konsumen.
untuk melacak lokasi persambungan yang terganggu. Pada proses persambungan kabel bawah tanah, dimana penentukan lokasi sambungan pada ruas jalan umum tidak dapat menerapkan dengan tanda pengenal secara fisik karena dapat mengganggu lalu lintas jalan seperti misalnya betonan, gundukan sehingga pihak PLN harus melakukan dokumentasi lokasi tiap persambungan. Namun kelemahan dari dokumentasi tersebut dimana data lokasinya tidak tercacat pada koordinat yang tepat melainkan hanya dicacat nama daerah lokasinya. Hal ini menyebabkan petugas lapangan masih kesulitan untuk melacak titik persambungan di daerah lokasi persambungan. sehingga dalam usaha pencarian lokasi sambungan kabel bawah tanah menimbulkan kerugian biaya operasional yakni rugi tenaga, dan waktu serta berdampak pada kualitas layanan. Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka upaya yang perlu dilakukan adalah dengan pemasangan tanda identitas yang sesuai untuk lokasi sambungan kabel bawah tanah dimana secara fisik tidak terlihat. Salah satu identitifikasi lokasi persambungan dapat menggunakan teknik koordinat dengan sensor kompas. Metode ini masih memiliki kelemahan karena titik koordinatnya tidak tepat sehingga daerah penggalian dapat cukup jauh menyimpang. Selain identifikasi koordinat, dapat pula menerapkan metode pancaran sinyal elektromagnetik melalui sebuah pemancar sinyal yang ditanam pada lokasi persambungan. Konsepnya adalah menangkap ada tidaknya sinyal medan magnet yang dipancarkan oleh alat pemancar sehingga dapat menentukan lokasi sambungan kabel bawah tanah secara tepat. Namun kelemahan dari alat pemancar tersebut adalah terdapat catu daya yang juga harus ditanam, sehingga jika catu dayanya telah kosong muatannya maka alat tersebut tidak dapat bekerja memancarkan sinyal. Untuk meniadakan kebutuhan catu daya pada alat pemancar diperlukan sistem yang dapat mentransfer energi listrik dari luar
Gambar 1. Konstruksi sambungan kabel bawah tanah di bawah jalan raya
Pada gambar 1 dimana sambungan kabel bawah tanah berada di bawah jalan raya sehingga tidak memungkinkan untuk memberikan suatu lokasi penanda posisi sambungan kabel di atas jalan raya karena hal itu akan mengganggu lalu lintas pengguna jalan raya. Pada gambar tersebut juga memperlihatkan jarak kabel bawah tanah terhadap permukaan jalan raya cukup dalam umumnya berkisar 50 cm dari permukaan tanah. Permasalahan yang sering terjadi di lapangan adalah sulitnya petugas lapangan
162
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
ke alat pemancar secara wireless sehingga pemancar dapat bekerja tanpa catu daya. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah alat yang dapat memasok energi listrik dari luar sekaligus berfungsi sebagai penerima sinyal yang dipancarkan oleh pemancar sinyal elektromagnet. Untuk mentransmisikan daya listrik ke sistem perangkat identifikasi agar menembus lapisan tanah disekitar lokasi persambungan memerlukan sistem transmisi gelombang radio. Sebuah perangkat RFID merupakan suatu alat yang bekerja memancarkan dan menangkap gelombang radio yang membawa data identitas secara unik. Pada penelitian ini, di setiap lokasi persambungan kabel bawah tanah akan ditempatkan sebuah kartu RFID yang ikut tertanam di atas lokasi persambungan pada jarak yang sesuai dari permukaan tanah sehingga masih dalam jangkauan RFID reader. Adapun dalam proses pelacakan lokasi persambungan kabel bawah tanah membutuhkan RFID reader dimana perangkat ini digerakkan menelusuri sepanjang jalur kabel bawah tanah. Selama proses penelusuran tersebut, apabila RFID reader mengenali adanya reaksi dari salah satu kartu RFID yang tertanam maka kita pastikan lokasi sambungan kabel bawah tanah secara tepat. Rancangan dalam penelitian ini diharapkan menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan penelusuran lokasi persambungan kabel bawah tanah pada jaringan listrik PLN tegangan menengah secara cepat dan tepat sehingga gangguan pada lokasi persambungan dapat segera di atasi. Hal ini diharapkan juga dapat meningkatkan kualitas layanan penyaluran tenaga listrik ke konsumen. Proses penelusuran lokasi sambungan kabel bawah tanah pada sistem jaringan listrik PLN tegangan menengah yang terganggu, secara manual memerlukan waktu cukup lama sehingga kinerja petugas lapangan menjadi tidak efektif dan efisien dalam mengatasi gangguan pada sambungan kabel bawah tanah.. Oleh karena itu, penelitian ini sangat penting dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan alat detektor sambungan kabel bawah tanah agar mampu menemukan lokasi sambungan kabel bawah tanah dengan tepat. Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut rumusan permasalahannya adalah bagaimana pengembangan detektor sambungan kabel bawah tanah pada sistem jaringan listrik PLN tegangan menengah berbasis RFID. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan sebuah protoptipe untuk mendeteksi lokasi sambungan kabel bawah tanah pada sistem jaringan listrik PLN tegangan menengah dengan tepat.
Gambar 2. Bentuk fisik Tag Card ID EM 4001 dan prinsip kerjanya
RFID adalah proses identifikasi menggunakan frekuensi gelombang radio. RFID menggunakan frekuensi radio untuk membaca informasi dari sebuah alat yang disebut RFID Tag Card (Bob Violino,2005).Sebuah sistem RFID terdiri dari RFID Reader dan RFID Tag Card. Pada gambar 2 memperlihatkan sebuah kartu RFID pasif tipe EM4001 yang memancarkan data paket sebanyak 12 byte (Sparkfun,2013). Untuk membaca nomor identitas kartu tersebut dibutuhkan sebuah reader dengan format data yang sama. Penerapan teknologi RFID dewasa ini semakin pesat salah satunya dalam bidang sistem kendali suara (M. Anwar,2012) dan sistem layanan informasi museum (Rasben Dantes,2012) Sebuah Mikrokontroler AT89S51 merupakan sistem mikroprosseor lengkap yang terkandung di dalam sebuah chip yang mempunyai masukan dan keluaran serta kendali dengan program yang bisa ditulis dan
163
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
dihapus secara khusus (Rahmat Setiawan,2006). Mikrokontroller AT89S51 memiliki kemasan 40 pin seperti pada Gambar 3.
baru dapat dilaksanakan untuk penanganan gangguan pada sambungan kabel bawah tanah.
Berdasarkan rancangan prototipe tersebut dapat digambarkan model diagram blok sistem rangkaiannya seperti pada gambar 5.
Gambar 3. Mikrokontroller AT89S51 Sumber: (Atmel ,2013) Gambar 5. Diagram Blok Detektor Sambungan Kabel Bawah Tanah Berbasis RFID
METODE Pada Gambar 4 memperlihatkan model rancangan prototipe detektor sambungan kabel bawah tanah berbasis RFID.
Adapun prinsip kerja dari rancangan sistem detektor sambungan kabel bawah tanah berbasis RFID pada Gambar 5 yakni sebuah mikrokontroler mengaktifkan RFID Reader untuk mulai mendeteksi adanya sinyal umpan balik dari sebuah kartu RFID. Selama tidak ada sinyal umpan balik pada proses penelurusan jalur kabel bawah tanah maka layar LCD M1632 tidak akan menginformasikan adanya sambungan kabel bawah tanah. Bilamana dalam proses penelurusan, sensor RFID Reader menerima adanya sinyal umpan balik dari sebuah kartu RFID maka sinyal ini akan dibaca oleh mikrokontroler untuk diproses sehingga pada layar LCD ditampilkan informasi adanya sambungan kabel bawah tanah dan nomor identifikasi sambungannya. Berdasarkan diagram blok di atas maka dilakukan perancangan perangkat keras untuk peneriman dan pemrosesan data dari kartu rfid. Dalam perancangan perangkat keras ini jantung utamanya adalah bagian detektor rfid yang memancarkan gelombang elektromagnetik ke kartu rfid dan menerima umpan balik data sinyal dari kartu rfid. Oleh karena itu, perancangan meliputi perancangan kumparan pick up dan perancangan pengkondisi sinyal. Kumparan pick up merupakan suatu lilitan kawat tembaga yang berfungsi
Gambar 4. Rancangan Prototipe Detektor Sambungan Kabel Bawah Tanah Berbasis RFID
Pada gambar tersebut, tampak petugas lapangan akan membawa alat penelusur posisi sambungan kabel bawah tanah berupa RFID Reader. Kemudian petugas menelusuri posisi sambungan kabel di atas permukaan tanah pada jalur saluran kabel bawah tanah. Selama proses penelusuran tersebut, RFID Reader akan mendeteksi keberadaan dari RFID Tag. Jika sepanjang jalur kabel bawah tanah tidak ditemukan adanya RFID Tag maka alat penelusur tidak akan memberikan tanda pada layar LCD. Sebaliknya jika disekitar permukaan tanah terbenam kartu RFID maka alat penelusur akan mengirimkan informasi ke layar LCD dan memberitahukan adanya sambungan kabel bawah tanah berikut nomor sambungannya. Setelah ditemukan lokasi sambungan dengan tepat maka pekerjaan membongkar tanah di sekitar tempat tersebut
164
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
memancarkan elektromagnetik ke udara dan sekaligus berfungsi menerima sinyal umpan balik dari kartu rfid. Dalam proses pemancaran dan penerimaan gelombang elektromagnetik harus bekerja pada daerah frekuensi resonansi dengan frekuensi pemancar dari kartu rfid. Adapun kartu rfid berada pada nilai frekuensi 125 kHz sehingga kumparan pick up harus memiliki nilai induktansi yang sesuai. Besarnya nilai induktansi yang dibutuhkan pada kumparan pick up dapat dihitung dari persamaan di bawah ini : f= 1/(2π√LC) dimana : L = induktansi kumparan pick up (Henry) C = kapasitansi (Farad) f = frekuensi resonansi (Hz)
persamaan tersebut sebanyak 220 lilitan. Adapun hasil perancangan kumparan pick up seperti diperlihatkan pada gambar 7.
Gambar 7. Hasil rancangan kumparan pick up
Pengkondisi sinyal berfungsi sebagai penerima sinyal dan pengolah data agar menghasilkan data digital yang sesuai bagi mikrokontroller AT89S52. Dalam pengolahan sinyal ini meliputi beberapa bagian yakni : 1. Generator sinyal 125 kHz 2. Demodulator 3. Penguat sinyal 4. Penyulut schmiit
Dalam penelitian ini, nilai kapasitor resonasi dirancang dengan nilai 1,5 nF sehingga dari persamaan tersebut diperoleh nilai induktansi kumparan pick up sebesar 1 mH.
Generator sinyal merupakan suatu rangkaian yang berfungsi menghasilkan sinyal gelombang dalam bentuk persegi. Ada beberapa metode yang digunakan dalam membangkitkan sinyal tersebut, salah satu diantaranya pada penelitian ini menggunakan komponen IC timer 555 karena kemudahan dalam penentuan frekuensi keluaran dan jumlah komponen pendukung yang sedikit. Adapun operasi kerja dari IC timer 555 adalah sebagai multivibrator astabil dengan rangkaian seperti pada gambar 8. Untuk menentukan frekuensi keluaran generator sinyal dengan frekuensi 125 khz menggunakan persamaan sebagai berikut :
Gambar 6. Rancangan kumparan pick up
pada gambar 6 menunjukkan bentuk rancangan kumparan pick up dalam bentuk persegi dimana parameter a menunjukkan setengah lebar sisi, b menunjukkan tinggi kumparan dan c menunjukkan tebal kumparan serta N menunjukkan jumlah lilitan kawat tembaga. Adapun persamaan induktansinya dinyatakan dengan persamaan di bawah ini.
Berdasarkan persamaan di atas, pertama kali kita tentukan frekuensi keluaran generator sinyal yakni 125 khz, kemudian menentukan nilai komponen kapasitor C1 sebesar 2,2 nF. Dari hasil perhitungan
Dalam penelitian ini ditentukan nila a = 1,5 cm, b = 0,3 cm , c= 0,3 cm dan L = 1mH =1000 uH maka jumlah lilitan kawat dari
165
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
diperoleh nilai resistor R1 = 1k5 dan R2 = 2k2.
frekuensi pembawa 125 kHz nilai reaktansi harus jauh kecil jika dibandingkan dengan frekuensi data yang akan diloloskan. Pada penelitian ini dipilih kapasitor dengan nilai C1 = 10 nF sehingga pada frekuensi pembawa 125 kHz memiliki reaktansi sebesar 127 . Sedangkan nilai reaktansi bagi sinyal data pemodulasi dengan frekuensi 1,5 kHz adalah sebesar 10,6 k. Oleh karena itu supaya tidak terjadi peredaman sinyal data, maka dalam pemilihan nilai resistor beban R1 harus dipilih yang nilainya minimal 10 x lebih besar dari reaktansi kapasitor Xc = 10,6 k menjadi R1 = 100 k. Pada gambar 10 memperlihatkan rangkaian penguat sinyal.
Gambar 8. Generator sinyal 125 kHz
Kemudian langkah selanjutnya adalah merancang rangkaian demodulator yang berfungsi menindas frekuensi pembawa 125 khz sehingga diperoleh sinyal pemodulasinya yakni sinyal data yang dikirim oleh kartu rfid. Untuk menindas frekuensi gelombang pembawa menggunakan rangkaian low pass filter dimana filter ini harus mampu meloloskan sinyal data dengan frekuensi yang jauh rendah dari frekuensi sinyal pembawa 125 kHz. Rangkaian low pass filter menggunakan filter pasif R-C seperti pada gambar 9.
. Gambar 10. Rangkaian penguat sinyal
Pada gambar 10 memperlihatkan rancangan penguat sinyal dengan menggunakan transistor PNP. Alasan pemilihan transistor tipe ini karena sinyal keluaran dari demodulator berupa denyut negatif sehingga sesuai untuk pembiasan transistor tersebut. Komponen seri R1-C1 bertindak sebagai filter frekuensi resonan seri yang meloloskan hanya frekuensi sinyal data sebesar 1,5 kHz. Dengan memilih nilai kapasitor C1 = 10 nF pada frekuensi data 1,5 kHz diperoleh nilai resistor R1 sebesar 10 k. Tegangan keluaran penguat sinyal pada resistor R3 dirancang berada pada tegangan sebesar ½ dari tegangan sumber yakni 2,5 Volt. Hal ini dikarenakan batas tegangan ambang penyulut schmiit memiliki batas nilai minimum 1,6 Volt dan nilai maksimum 3,2 Volt sehingga diperlukan tegangan acuan 2,5 V pada resistor R3. Jika
Gambar 9 Rangkaian Demodulator
Pada gambar 9 terlihat bahwa sinyal input berupa sinyal pembawa termodulasi terlebih dahulu disearahkan sehingga melewatkan hanya sisi bagian positipnya oleh komponen dioda D1. Karena masih mengandung frekuensi pembawa 125 kHz maka rangkaian filter R1-C1 bertindak sebagai penindas frekuensi pembawa. Pemilihan nilai komponen R1 dan C1 berdasarkan pada respon frekuensi yang akan ditindas. Bagi
166
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
bawah. Akibatnya tegangan keluaran IC2 menjadi tinggi 5 Volt. Rangkaian detektor RFID yang telah dibahas di atas masih menghasilkan sinyal data mentah dimana data tersebut harus diolah atau diproses lagi sehingga dapat dibaca nomor identitas kartu rfid. Oleh karena itu, sinyal keluaran dari detektor rfid perlu diolah lagi dengan perangkat keras mikrokontroller AT89S52. Rangkaian pembaca kartu RFID berfungsi untuk mengidentifikasi jenis kartu RFID. Beberapa jenis kartu RFID tersedia dipasaran dengan frekuensi kerja yang berbeda. Pada penelitian ini dipilih jenis kartu RFID dengan tipe frekuensi kerja 125 kHz dengan format data ID-12. Jenis kartu ini dipilih karena bekerja pada frekuensi rendah sehingga kebal terhadap gangguan pembacaan. Disamping itu, alasan yang lain adalah kemudahan dan terjangkaunya harga kartu RFID pasif sehingga dapat menekan biaya pengadaan kartu pelanggan. Untuk mengenali jenis kartu RFID tersebut dibutuhkan tipe RFID reader yang sesuai sehingga dalam aplikasinya apabila ada sambungan kabel bawah tanah yang menggunakan kartu RFID dengan frekuensi kerja yang berbeda, maka tidak akan dikenali. Adapun pengembangan rangkaian pembaca kartu RFID diperlihatkan pada Gambar 12 di bawah ini.
nilai resistor R3 ditentukan sebesar 1 k maka arus pada resistor R3 dengan tegangan jatuh 2,5 Volt mengalir sebesar 2,5 mA. Resistor R2 merupakan komponen pembiasan yang menentukan besarnya arus di kolektor. Karena arus resistor R3 sama dengan arus kolektor maka arus basisnya dapat dihitung berdasarkan faktor penguatannya sebesar 200 kali. Dengan arus kolektor 2,5 mA diperoleh arus basis sebesar 12,5 mA. Besarnya tegangan jatuh pada resistor R2 sebesar 1,8 V sehingga dengan arus baris 12,5 mA diperoleh nilai resistor R2 sebesar 1,44 k , tapi disini dipilih nilai 100 k. Adapun rangkaian lengkap detektor rfid diperlihatkan pada gambar 11.
Gambar 11. Rangkaian detektor kartu RFID
Pada gambar 11 terlihat sebuah IC timer 555 (IC2) berfungsi sebagai penyulut schmiit dimana masukan level bawah (pin 2) dan masukan level atas (pin 6) digabung jadi satu. Kedua masukan ini mendapat tegangan dari resistor R8 yang merupakan keluaran dari penguat sinyal. Seperti telah dibahas di atas bahwa tegangan keluaran penguat sinyal dalam kondisi stationer berada pada nilai 2,5 Volt sehingga kedua masukan IC2 tidak dalam kondisi set maupun reset. Apabila pada keluaran demodulator mengayun negatif karena ada kartu rfid yang didekatkan maka tegangan keluaran penguat akan naik di atas 2,5 Volt sehingga mengaktifkan masukan level atas. Akibatnya tegangan keluaran IC2 menjadi rendah 0 Volt. Sebaliknya saat kartu dijauhkan maka keluaran demodulator akan mengayun positip, akibatnya keluaran penguat sinyal turun di bawah nilai 2,5 Volt sehingga mengaktifkan masukan level
Gambar 12. Rangkaian pembaca kartu RFID tipe 125 kHz
Adapun cara kerja rangkaian pembaca kartu RFID pada gambar 12 adalah ketika ada kartu pasif RFID didekatkan pada RFID Reader ID-12 maka RFID reader akan mendeteksi sinyal elektromagnetik yang dipancarkan oleh kartu tersebut dan
167
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
mengubahnya menjadi sinyal data digital untuk dikirim ke mikrokontroler AT89S52. Kemudian mikrokontroler akan melakukan proses pengolahan data digital dan menampilkan nomor sambungan kabel bawah tanah pada layar LCD M1632. Setelah perancangan perangkat keras selesai maka langkah selanjutnya adalah pengembangan perangkat lunak yakni pembacaan nomor identitas kartu RFID. Dalam proses pembacaan ini meliputi dua tahapan yakni perancangan decoder manchester dan pembaca paket data rfid. Perancangan decoder manchester merupakan suatu program yang dirancang untuk menterjemahkan sinyal data yang disandikan dalam code manchester yang berasal dari keluaran detektor rfid. Karena alasan inilah, maka data mentah dari keluaran detektor rfid masih harus diolah sehingga dapat diperoleh data paket yang sebenarnya. Setelah data paket diterima secara valid barulah tahap berikutnya menterjemahkan data paket menjadi nomor identitas kartu yang sebenarnya. Sinyal digital memiliki hanya dua keadaan yakni logika 0 dan logika 1. Kedua kondisi logika tersebut diwakili atau disandikan dengan suatu pola sinyal yang salah satunya adalah kode manchester. Pada kode manchester ini logika 0 dinyatakan sebagai sinyal dengan ½ periode awal logika tinggi, sedangkan logika 1 dinyatakan sebagai sinyal dengan ½ periode awal logika rendah. Pada gambar 13 memperlihatkan salah satu contoh sinyal data digital dengan coding manchester.
Pada gambar 13, terlihat pola sinyal digital memiliki dua keadaan yakni logika 0 dan logika 1 yang mana sinyal ini belum dapat menyatakan data biner yang sebenarnya. Oleh karena itu, sinyal data input tersbeut harus dipetakan dengan membagi menjadi beberapa bagian pada periode waktu yang sama. Pada gambar terlihat setelah dibagi dengan periode yang tetap, tampak jelas ada perbedaan kondisi data logika 0 dan 1. Untuk memperoleh data keluaran yang benar (data out) diperlukan dua sinyal tambahan yakni sinyal clock dan sinyal capture. Sinyal clock dirancang memiliki periode aktif ¾ dari periode satu bit data dan akan aktif setiap satu periode bit data telah berakhir. Kemudian sinyal capture dirancang memiliki periode ¼ dari periode satu bit dan aktif bersamaan dengan sinyal clock. Karena periode sinyal clock dan sinyal capture berbeda maka ketika sinyal capture telah habis waktu aktifnya dan berubah kondisi dari tinggi ke rendah maka pada saat itulah data in diambil kondisinya dan disimpan dimemory data. Untuk pendecodean data input yang disandikan dalam kode manchester diperlukan suatu algoritma yang sesuai agar data dapat dibaca dengan benar. Adapun algoritmanya adalah sebagai berikut : Tunggu sinyal start aktif low dan jika ada sinyal start aktifkan clock delay ¾ T dan aktifkan sinyal capture ¼ T Ambil data bit saat sinyal capture aktif low dan tunggu sampai sinyal clock berubah ke low Simpan data bit di memory dan ulangi proses di atas sampai semua data diterima.
Start
1
0
1
0
1
0
0
Data In
3/4T
Data Out
0
3/4T
3/4T
3/4T
3/4T
3/4T
1
1
0
1
0
Sebagai tanda pengenal atau identitas sambungan kabel bawah tanah digunakan sebuah kartu jenis RFID yang mana dalam hal ini dipilih tipe EM4001 dengan nomor ID 12 digit. Sebelum mengembangkan perangkat lunaknya perlu mengetahui format data dari kartu tersebut seperti diperlihatkan pada Gambar 14 di bawah ini.
0
Start Clock
Capture
Gambar 13. Sinyal data input dengan manchester code
168
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
dengan benar. Pada gambar 16 memperlihatkan rangkaian hardware dari detektor kartu RFID.
Gambar 14 Format data kartu RFID ID-12
pada format data tersebut terlihat bahwa data dikirim dengan diawali oleh start byte (STX), kemudian diikuti dengan dua byte data (D1D2) yang menunjukkan tipe kartu. Setelah dikirim tipe kartu kemudian diikuti dengan 6 byte data (D3-D8) yang menunjukkan nomor identitas kartu. Untuk menguji kebenaran data yang diterima dikirimkan pula 2 byte data koreksi (CS1 dan CS2) sebagai ceksum. Selanjutnya diikuti dengan 3 byte data yakni CR (carrier return) , LF (line feed) dan ETX (end text) sebagai tanda akhir dari data yang diterima. Pada Gambar 15 memperlihatkan algoritma program utama pembaca kode ID Card dari RFID Reader ID-12 dalam bentuk diagram flow chart.
Gambar 16 Hardware detektor kartu RFID
Generator sinyal IC1 berfungsi membangkitkan sinyal persegi dengan frekuensi 125 kHz dimana nilai frekuensinya ditentukan oleh komponen R4,R5 dan C3. Adapun hasil pengujian generator sinyal diperlihatkan pada gambar 17.
Gambar 17. Bentuk sinyal generator frekuensi 125 kHz
Gambar 15. Algoritma program pembaca kode ID Card
Tampak pada gambar 17. dimana periode sinyal memiliki nilai sebesar 7,95 uS sehingga frekuensi sinyalnya adalah 125,786 kHz. Terlihat bahwa nilai frekuensinya sudah mendekati nilai frekuensi acuan yakni 125 kHz. Hal ini berarti rangkaian generator sinyal sudah berfungsi dengan baik. Kemudian keluaran generator sinyal diumpankan pada kumparan resonansi yang berfungsi membangkitkan medan elektromagnetik ke udara sehingga dapat menginduksikan tegangan ke kartu rfid. Supaya medan yang dibangkitkan nilainya maksimum maka kumparan pick up harus bekerja pada frekuensi resonansi 125 kHz.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengembangan pada perangkat keras dan lunak diperoleh hasil pengujian dari kedua perangkat tersebut dengan melihat pada kinerjanya. Adapun kinerja perangkat keras yang diamati adalah kemampuan perangkat keras mengenali ada tidaknya kartu rfid ketika didekatkan dengan coil pick up dengan mengeluarkan sinyal data digital sebelum diolah pada mikrokontroler. Kemudian kinerja perangkat lunak adalah kemampuan mendecode sinyal dan memproses data paket dari kart rfid sehingga dapat menampilkan nomor identitas kartu
169
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Adapun hasil pengukuran diperlihatkan pada gambar 18.
Gambar 18. Bentuk kumparan pick up.
sinyal
tegangannya Dari hasil pengujian seperti pada gambar 19 menunjukkan bahwa kartu rfid sudah dapat dikenali dengan adanya perubahan sinyal pada kumparan pick up. Saat kartu didekatkan tegangannya membentuk sinyal termodulasi amplitudo dimana tegangannya berubah kondisi low dan high sesuai sinyal pemodulasi yang diterima dari kartu rfid. Adanya sinyal modulasi ini menunjukkan bahwa data kartu rfid sudah berhasil diidentifikasi. Untuk memperoleh data yang sebenarnya dari sinyal keluaran kumparan pick up pada gambar 19 maka sinyal pembawanya harus ditindas dengan rangkaian demodulator. Adapun hasil pengukuran dari rangkaian demodulator seperti diperlihatkan pada gambar 20. Pada gambar tersebut, tampak sinyal keluaran demodulator dimana sinyal gelombang pembawanya telah ditindas sehingga diperoleh sinyal pemodulasinya dengan pola sinyal sesuai gelombang yang diterima dari kartu rfid.
keluaran pada
Pada gambar 18 menunjukkan bentuk sinyal keluaran dari rangkaian resonansi ketika tidak didekatkan dengan kartu rfid. Apabila sebuah kartu rfid didekatkan pada kumparan pick up maka sinyal elektro medan magnetik akan menginduksikan tegangan ke kartu rfid. Akibatnya timbul tegangan pada kartu tersebut dan memancarkan sinyal elektromedan magnetik dengan frekuensi yang sama 125 kHz. Ketika terjadi kopling induktif maka nilai kapasitansi kartu rfid akan dihubung secara paralel dengan kumparan pick up membentuk rangkaian resonansi paralel sehingga arus pada kumparan pick up menjadi melemah dan akibatnya tegangan keluaran menjadi berkurang seperti diperlihatkan pada gambar 19. Penurunan tegangan ini sangat dipengaruhi oleh jarak antara kumparan pick up dengan kartu rfid dimana semakin dekat kartunya maka penurunan akan semakin kuat.
Gambar 20. Sinyal keluaran demodulator
Gambar 19. Respon didekatkan kartu rfid
sinyal
keluaran
saat
170
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Tabel 1. Hasil pengujian jarak pembacaan kartu rfid Jarak Led level Bentuk (cm) sinyal sinyal (Volt) 0 nyala 5 valid 1 nyala 4.5 valid 2 nyala 4.5 valid 3 nyala 4.5 valid 4 nyala 4 valid 5 nyala 4 valid 6 kedip 1 invalid 7 kedip 1 invalid 8 padam 0.05 invalid 9 padam 0.05 invalid 10 padam 0.05 invalid Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 21. Bentuk sinyal keluaran penyulut schmiit
Walaupun sinyal keluaran demodulator sudah menyerupai data digital namun level tegangannya belum sesuai untuk sinyal digital. Hal ini terlihat pada gambar 20 dimana level tegangan minimumnya tidak sama dengan nol melainkan 1,5 Volt. Oleh karena itu, agar sinyal demodulator dapat digunakan dalam pemrosesan data digital maka perlu diubah dahulu menjadi sinyal digital dengan menerapkan rangkaian penyulut schmiit dari IC2. Adapun bentuk tegangan keluarannya seperti pada gambar 21. Terlihat bahwa level tegangan rendahnya sudah berada pada tegangan 0 Volt sedangkan level tegangan tinggi berada pada tegangan 5 Volt. Dari keseluruhan pengujian kinerja hardware menjelaskan bahwa perangkat keras detektor kartu rfid sudah bekerja dengan baik dimana mampu menghasilkan sinyal keluaran digital sesuai dengan data pemodulasi yang diterima dari kartu rfid. Setelah diperoleh hasil pengujian perangkat keras, langkah berikutnya adalah melakukan pengujian terhadap jangkauan pembacaan kartu tag rfid oleh rangkaian detektor rfid. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui kemampuan jarak pendeteksian kartu rfid apakah sudah berada pada kemampuan jarak yang diinginkan dalam mendeteksi sambungan kabel bawah tanah minimal pada jarak 50 cm. Adapun hasil pengujian jarak pembacaan kartu rfid diperlihatkan pada Tabel 1.
Dari tabel 1 di atas terlihat bahwa jangkauan pembacaan dari detektor rfid sebesar 5 cm dimana nilai ini masih jauh di bawah dari jarak yang diinginkan yakni 50 cm Hal ini disebabkan lemahnya daya pancaran elektromedan magnet akibat rugirugi nilai resistansi dc dari kumparan pick up sehingga arus yang mengalir pada kumparan tersebut tidak cukup kuat membangkitkan medan elektomagnetik ketika kondisi resonansi. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dikaji kembali perancangan kumparan sehingga memberikan jangkauan yang lebih jauh dengan cara menurunkan nilai resistansi kumparan menggunakan diameter kawat yang lebih besar dan menerapkan faktor kualitas kumparan yang lebih rendah sehingga diperoleh band width yang lebih lebar responnya.
171
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 22. Rangkaian hardware lengkap dengan mikrokontroller
Pada gambar 23 terlihat bahwa data yang diterima dari kartu rfid menghasilkan sinyal digital dimana logika datanya dikemas dalam protocol Manchester seperti tampak pada gambar bagian atas (warna kuning) sebagai sinyal keluaran detektor rfid. Perangkat lunak disini harus mampu membedakan logika 0 dan 1 seperti tampak pada gambar bagian bawah (warna biru) sebagai hasil decoding. Dari sinyal keluaran decoder manchester ini, dimana logika 1 sudah sangat jelas dapat dibedakan, demikian pula pada data logika 0 sehingga hasil pengolahan data ini baru menjadi data yang sebenarnya dari kartu rfid. Setelah perangkat lunak telah berhasil berfungsi sebagai decoding manchester maka langkah selanjutnya adalah menguji kinerja perangkat lunak pembacaan nomor identitas kartu rfid sesuai dengan algoritma yang telah dirancang. Adapun hasil kinerja pembacaan nomor identitas kartu rfid diperlihatkan pada gambar 24. Tampak pada gambar dimana hasil pembacaan sudah sesuai dengan nomor yang tertera pada kartu rfid sehingga dapat dinyatakan bahwa program perangkat lunak dalam proses pembacaan nomor identitas kartu rfid telah berhasil dengan baik.
Setelah kinerja perangkat keras yakni detektor rfid telah berhasil bekerja dengan baik dimana menghasilkan sinyal keluaran digital sesuai dengan sinyal modulasi yang diterima dari kartu rfid, maka langkah berikutnya adalah menguji kemampuan dari perangkat lunak dalam proses pengolahan data sinyal digital yang diterima dari kartu rfid sehingga dapat dikenali nomor identitasnya. Dalam pengujian ini rangkaian detektor rfid harus diintegrasikan dengan rangkaian kontroller seperti tampak pada gambar 22 Pada pengujian kinerja perangkat lunak meliputi dua kinerja yakni kinerja decoder sinyal Manchester dan kinerja pembacaan nomor ID kartu rfid. Sinyal yang dihasilkan dari kartu rfid memiliki pola data digital menggunakan protocol Manchester code untuk mewakili logika data 0 dan 1. Oleh karena itu, sinyal data digital dari detektor rfid masih berupa data mentah karena belum menggambarkan data aslinya. Oleh karena itu, sinyal data tersebut harus didecode terlebih dahulu dengan perangkat lunak decoder manchester yang ditanamkan pada mikrokontroller AT89S52. Adapun hasil kinerja perangkat lunak dalam proses mendecode sinyal data dengan protocol Manchester diperlihatkan seperti pada gambar 23.
Gambar 24. Kinerja pembacaan nomor identitas kartu rfid
Gambar 23. Kinerja decoder manchester
172
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Bob Violino. 2005. “The History of RFID Technology”, Tersedia pada http:// www. rfidjournal.com/articles/view? 1338. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2013.
Dalam implementasinya sebagai detektor sambungan kabel bawah tanah pada dasarnya kartu rfid inilah yang akan ditanam di tanah sedalam maksimal 50 cm tepat di atas persambungan kabel bawah tanah. Oleh karena itu, sebagai detektor sambungan kabel bawah tanah maka untuk mengetahui keberadaan sambungan dapat dikenali dengan melihat ada tidaknya kartu rfid yang terbaca nomor identitasnya pada layar LCD. Dengan cara ini maka tanda pengenal lokasi persambungan kabel bawah tanah dapat ditempatkan secara tersembunyi dan tidak mengganggu pengguna jalan.
Li Yang, Rushi Vyas. 2007. “ RFID Tag and RF Structures on a Paper Substrate Using Inkjet-Printing Technology“, Published byIEEE TRANSACTIONS ON MICROWAVE THEORY AND TECHNIQUES, VOL. 55, NO. 12, DECEMBER 2007 M. Azwar A. G. N. 2012. “Pengendali Suara Penjelasan Objek Museum Berbasis RFID (Radio Frequency Identification)”, Tersedia pada www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp_ content/uploads/2012/05/L2F008055_MT A.pdf. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2013.
SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Mikrokontroler sebagai kontrol utama telah berfungsi dengan baik mendecoding data masukan dalam format manchester code dan menterjemahkan paket data menjadi nomor identitas kartu rfid yang sebenarnya pada layar lcd. 2. Nomor identitas kartu rfid dapat digunakan sebagai tanda pengenal lokasi dari setiap sambungan kabel bawah tanah sehingga dapat diidentifikasi dengan jelas setiap sambungan kabel bawah tanah yang berbeda
Rachmad Setiawan. 2006. “Mikrokontroller MCS-51”, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta. Rasben Dantes. 2012. “Sistem Pelayanan Informasi Objek Wisata Museum Berbasis RFID”. Publikasi Penelitian PENPRINAS MP3EI 2011-2015. Sparkfun. 2013. “ID-Series Datasheet”, Tersedia pada http://www.sparkfun. com/datasheets/Sensor/ID-12Datasheet.pdf. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2013.
DAFTAR RUJUKAN .............., 2010, “ Materi-14-jaringandistribusi-bawah-tanah”, Tersedia pada https://daman48.files.wordpress.com/2010 /11/materi-14-jaringan-distribusi-bawahtanah.pdf. Diakses pada tanggal 2 Juni 2016 Atmel .2013,“8-Bit Microcontroller With 4K Bytes AT89S51 Datahseet”, Tersedia pada http://www.atmel.com/images/doc 2487.pdf. Diakses tanggal 10 Oktober 2013
173
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARANRIAS WAJAH SEHARI-HARI DI SMK NEGERI 2 SINGARAJA Pt. Ayu Laksmidevi1, I Dewa Ayu Md Budhyani2, Md Diah Angendari3 123Jurusan
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga FTK UNDIKSHA Email: [email protected]
ABSTRACT This present study is a classroom action research which aims at; 1) enhacing the students’ achievement, 2) enhancing the students’ activeness, 3) observing the students’ response on daily makeup subject through the implementation of problem based learning. There are 38 students taken as the subjects of this study. Furthermore, this study employs a test in order to gain the data from the cognitive aspect, observation sheet for the affective, psychomotor aspects and activeness, and questionnaires for the students’ response. From the study, it is revealed that the students’ improvement on cognitive, affective, psychomotor aspects and activeness can be clearly seen after two cycles. The data from the students’ response will also be presented. Keywords:activeness, learning achievement, problem based learning (pbl) ABSTRAK Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk 1) meningkatkan hasil belajar siswa, 2) meningkatkan aktivitas siswa, 3) mengetahui respon siswaterhadap pembelajaran rias wajah sehari-hari melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). 38 siswa dipilih sebagai subjek penelitian ini. Lebih lanjut, penelitian ini menggunakan tes untuk , hasil dari ranah kognitif, lembar observasi untuk afektif, psikomotor dan aktivitas, dan angket untuk mengetahui respon siswa. Dari penelitian ini diperoleh bahwa peningkatan dari ranah kognitif, afektif, psikomotor dan aktivitas siswa dapat terlihat jelas setelah dua siklus. Data respon siswa juga akan dijelaskan. Kata kunci: aktivitas, hasil belajar, problem based learning (pbl), respon khusus, yaitu (1) menyiapkan peserta didik agar dapat bekerja, baik secara mandiri atau mengisi lapangan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan bidang dan program keahlian yang diminati, (2) membekali peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetensi dan mampu mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminati, dan (3) membekali peserta didik dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) agar mampu mengembangkan diri sendiri melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Dikmenjur, 2003).
PENDAHULUAN Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum SMK, yaitu (1) menyiapkan peserta didik agar dapat menjalani kehidupan secara layak, (2) meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik, (3) menyiapkan peserta didik agar menjadi warga negara yang mandiri dan bertanggung jawab, (4) menyiapkan peserta didik agar memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia, dan (5) menyiapkan peserta didik agar menerapkan dan memelihara hidup sehat, memiliki wawasan lingkungan,pengetahuan dan seni. Tujuan
174
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Undang-Undang Republik Imdonesia Nomor 20 Tahun 2003 tetang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional “berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untukberkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi Warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Kemendikbud, 2015:1). SMK adalah lembaga pendidikan formal tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkarakter, terampil dan terlatih untuk memasuki lapangan pekerjaan. Sebagai sekolah menengah kejuruan, SMK Negeri 2 Singaraja juga turut melaksanakan berbagai kegiatan pendidikan formal dengan tujuan mewujudkan ketercapaian lulusannya. Sekolah ini menerapkan berbagai rumpun pembelajaran yang disesuaikan dengan kompetensi yang ingin dicapai. Salah satu rumpun pembelajarannya adalah Program Keahlian Tata Kecantikan. Dasar Kecantikan Kulit adalah mata pelajaran yang terdapat pada Program Keahlian Tata Kecantikan Kulit kelas X di SMK Negeri 2 Singaraja. Dalam mata pelajaran ini terdapat pembelajaran desain, perawatan kulit wajah secara manual, rias wajah sehari-hari, perawatan tangan dan rias kuku serta perawatan kaki dan rias kuku yang menuntut siswa bukan hanya mempelajari pengetahuan teori saja melainkan juga menuntut pengetahuan keterampilan. Rias wajah sehari-hari merupakan seni mempercantik diri atau orang lain dengan menggunakan kosmetika dengan cara mengoreksi bagian-bagian wajah yang kurang sempurna agar terlihat lebih sempurna. Melalui pembelajaran rias wajah sehari-hari, siswa diarahkan untuk dapat menjadi ahli dalam mempercantik wajah. Pembelajaran rias wajah sehari-hari di SMK Negeri 2 Singaraja terdapat dalam silabus ke
6, 7 dan 8 yang terdapat pada mata pelajaran dasar kecantikan kulit. Pendidikan di Indonesia diusahakan agar lebih maju dan bermutu. Upaya peningkatan mutu pendidikan dilaksanakan antara lain dengan mengusahakan penyempurnaan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar meliputi seluruh aktivitas yang pada intinya menyangkut pemberian materi pelajaran agar siswa memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang bermanfaat. Peningkatan mutu dan kualitas proses belajar mengajar bertujuan agar siswa memperoleh prestasi atau hasil belajar yang lebih baik. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berlaku dalam Sistem Pendidikan Indonesia sejak tahun 2013. Kurikulum 2013 mendefinisikan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yakni sebagai kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan (Sani, 2014:45). Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual sedangkan strategi lebih menekankan pada penerapannya di kelas sehingga model-model pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan pada kegiatan perancangan yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa. Pengalaman belajar secara kooperatif akan menghasilkan keyakinan yang lebih kuat bahwa seseorang merasa disukai, diterima oleh siswa lain, dan menaruh perhatian tentang bagaimana teman temannya belajar dan adanya keinginan untuk membantu temannya belajar. Siswa sebagai subjek yang belajar merupakan sumber belajar bagi siswa lainnya yang dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan misalnya diskusi, pemberian umpan balik, atau bekerja sama dalam melatih keterampilan - keterampilan tertentu. Pada pembelajaran rias wajah seharihari, proses pembelajaran di SMK Negeri 2
175
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Singaraja selama ini guru menggunakan metode ceramah, penugasan dan sedikit tanya jawab. Guru mengajar mengacu pada kurikulum 2013, menggunakan bahan ajar yang disesuaikan dengan silabus. Diharapkan dengan proses pembelajaran tersebut siswa dapat berperan aktif. Berdasarkan hasil observasi, kenyataan menunjukkan bahwa dengan tugas yang diberikan sudah nampak motivasi dari siswa, namun beberapa siswa masih kurang memperhatikan proses pembelajaran. Siswa cenderung masih kurang aktif dan kurang berinteraksi dengan siswa lain selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa kurang antusias ketika mengikuti pembelajaran dikarenakan pembelajaran yang lebih dominan diisi oleh guru sehingga siswa kurang berperan dalam proses pembelajaran. Guru juga tidak terlihat berkeliling memperhatikan pekerjaan siswa sehingga siswa terlihat santai dan tidak memperhatikan pembelajaran. Hal tersebut membuat beberapa siswa berbincang-bincang namun tidak berkaitan dengan materi yang diberikan oleh guru. Selain itu dalam pemberian tanya jawab hanya beberapa siswa saja yang berani mengemukakan pendapatnya sehingga terjadi pendominasian bagi siswa-siswa yang lainnya yang cenderung pasif. Dengan kata lain bahwa keterampilan proses siswa belum berkembang atau belum dimaksimalkan dengan sepenuhnya. Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru, pada siswa kelas X Tata Kecantikan Kulit 2 SMK Negeri 2 Singaraja yang berjumlah 38 orang siswa dalam mata pelajaran dasar kecantikan kulit pembelajaran rias wajah sehari-hari, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 2,67 dan Kriteria Ketuntasan Klasikal rata-rata per-kelas adalah 85%. Namun kenyataannya, hasil yang didapatkan dari data awal, yaitu ketuntasan hasil belajar pada ranah kognitif presentase hasil belajar siswa pada ketuntasan klasikal kelasnya hanya mencapai 34,21 % pada ranah kognitif, 36,82% pada ranah afektif dan 44,73% pada ranah psikomotor. Hal tersebut terlihat dari hasil belajar siswa pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 yang dilakukan oleh
peneliti di kelas X Tata Kecantikan Kulit 2 SMK Negeri 2 Singaraja, bahwa hanya 13 orang siswa yang memenuhi KKM sebesar 2,67 pada ranah kognitif, 14 orang siswa yang memenuhi KKM sebesar 3,00 pada ranah afektif dan 17 orang siswa yang memenuhi KKM sebesar 2,67 pada ranah psikomotor. Sedangkan 25 orang siswa (65,79%) belum mencapai KKM pada aspek kognitif, 24 orang siswa (63,16%) belum mencapai KKM pada ranah afektif dan 21 orang siswa (55,26%) belum mencapai KKM pada ranah psikomotor. Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran dasar kecantikan kulit di SMK Negeri 2 Singaraja, yang menjadi permasalahan saat proses pembelajaran rias wajah sehari-hari berlangsung adalah kurangnya perhatian siswa dan partisipasi siswa ketika guru menjelaskan materi, dan kurangnya respon positif dari siswa ketika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menyampaikan pendapatnya. Sehingga pada akhirnya siswa tidak mampu memahami dan mengingat materi dengan baik. Salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab hal tersebut terjadi adalah karena proses pembelajaran selama ini masih berorientasi pada guru. Guru belum pernah memberikan permasalahan pada siswa. Oleh karena itu guru dianggap membutuhkan model pembelajaran yang bisa membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima materi pembelajaran. Guru perlu mengadakan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran. Di mana guru harus memberikan kesempatan kepada siswa lebih berperan aktif dalam proses. Hal tersebut selain untuk meningkatkan aktivitas siswa untuk belajar secara langsung siswa akan lebih memahami terhadap materi yang dipelajari dan akan meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti ingin menerapkan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa dimana siswa diberlakukan dalam subyek belajar, sehingga nantinya siswa dapat berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran tersebut. Salah satu model pembelajaran yang bisa
176
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
diterapkan untuk mengatasi masalah di atas yang sesuai dengan karakter siswa dan pelajaran rias wajah sehari-hari adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning (PBL) adalah “Model pembelajaran yang mendorong siswa untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi terkait dengan kompetensi dasar yang sedang dipelajari siswa” (Kosasih, 2014:88). Masalah yang dimaksud bersifat nyata atau sesuatu yang menjadi pertanyaanpertanyaan pelik bagi siswa. Kosasih(2014) Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang membuat siswa menjadi terampil dalam memecahkan masalah, baik yang berkaitan dengan masalah akademik ataupun kehidupan sehari-hari. Siswa tersebut diharapkan menjadi solusi dari beragam masalah yang mungkin dihadapi lingkungan dan masyarakatnya, berkolaborasi dengan temannya membentuk saling ketergantungan positif antarsiswa karena didalam prosesnya, pemecahan masalah memerlukan pandangan banyak pihak sehingga mendapat solusi yang terbaik dan disepakati bersama sehingga setiap siswa berperan aktif, memberikan sumbang sarannya sesuai dengan pengalamannya masing-masing. Pelaksanaan penelitian ini tentunya memiliki tujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa kelas X Tata Kecantikan Kulit 2 SMK Negeri 2 Singaraja terhadap penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada pembelajaran Rias Wajah SehariHari dan untuk mengetahui respon siswa kelas X Tata Kecantikan Kulit 2 SMK Negeri 2 Singaraja terhadap penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada pembelajaran Rias Wajah SehariHari. Pelaksanaan penelitain ini, tentunya memperoleh hasil yang memiliki manfaat teoritis maupun praktis. Manfaat secara teoritis, hasil penelitian ini ini dapat memberikan sumbangan atau menambah wawasan dalam ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, khususnya dalam mata pelajaran dasar kecantikan kulit di SMK. Selain itu manfaat secara praktis yaitu (1) bagi siswa
Mempermudah siswa untuk memahami, dan menggali sendiri pengetahuannya, (2) bagi guru dapat dijadikan alternatif dalam proses pembelajaran untuk membantu siswa, (3) bagi sekolah dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran, dan (4) dapat digunakan sebagai suatu acuan bagi peneliti untuk mengembangkan kemampuan diri dalam mempersiapkan diri sebagai calon guru dan mengingkatkan pemahaman mengenai kurikulum 2013.
METODE Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Arikunto, dkk (2015:1) mendefinisikan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang memaparkan terjadinya sebab-akibat dari perlakuan, sekaligus memaparkan seluruh poses sejak awal pemberian perlakuan sampai dengan dampak dari perlakuan tersebut”. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilakukan secara bersiklus untuk mendapatkan hasil terbaik agar diperoleh data yang valid. Masingmasing siklus terdiri atas empat tahapan, yakni (1) perencanaan tindakan (2) tahap pelaksanaan tindakan, (3) tahap pengamatan, dan (4) tahap refleksi. Setiap siklus direncanakan tiga kali pertemuan. Jika sudah memenuhi hasil yang diharapkan maka siklus tidak dilanjutkan lagi. Waktu dan tempat penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 2 Singaraja pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 di kelas X Tata Kecantikan Kulit 2. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan April 2016 hingga Mei 2016. Subjek penelitian adalah siswa kelas X Tata Kecantikan Kulit 2 SMK Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 38 orang siswa. Variabel penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah hasil belajar, aktivitas belajar dan respon siswa. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan metode pengumpulan data berupa tes pilihan ganda (multiple choice) untuk hasil belajar ranah kognitif, observasi sikap untuk hasil belajar ranah afektif,
177
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
observasi kinerja untuk hasil belajar ranah psikomotor, lembar observasi untuk aktivitas belajar siswa dan angket untuk respon siswa. Instrumen multiple choice yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan 5 pilihan (option) A, B, C, D dan E yang mengandung satu jawaban yang paling benar. Jumlah soal tes yang digunakan adalah 25 soal untuk siklus I dan 25 soal untuk siklus II. Skor maksimum yang dapat diperoleh adalah 25 dan skor minimal adalah 0. Proses observasi dilakukan setiap pertemuan selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini menggunakan skala likert dengan menggunakan skala 0 sampai 4. Terdapat 4 item perilaku yang diamati dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut maka dapat ditentukan bahwa skor maksimalnya adalah 16 dan skor minimalnya adalah 0. Angket respon siswa terdiri dari 15 item pernyataan dan setiap item memiliki 5 alternatif jawaban mengikuti skala likert yaitu : sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Sehingga skor maksimal ideal adalah 15 x 5 = 75 dan skor minimal ideal adalah 15 x 1 = 15. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis dan disesuaikan dengan indikator-indikator yang telah ditentukan sebagai tolak ukur keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Indikator yang ditetapkan sebagai kriteria kebehasilan penelitian ini adalah 1) Pembelajaran rias wajah sehari-hari siswa pada akhir penelitian ini berada dalam ketuntasan klasikal kompetensi siswa yaitu 85%, dan 2) Aktivitas belajar siswa pada penelitian ini berada pada kategori aktif di akhir siklus penelitian.
aktivitas belajar siswa dan respon siswa setelah diterapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Pada hasil observasi dan evaluasi hasil belajar dan aktivitas belajar siswa siklus I diperoleh hasil analisis data, yaitu ketuntasan klasikal ranah afektif pada siklus I sebesar 73,68% sedangkan target yang diinginkan ≥ 85% dari seluruh siswa kelas X Tata Kecantikan Kulit 2 SMK Negeri 2 Singaraja, ketuntasan klasikal pada ranah psikomotor juga belum mencapai tareget yang diinginkan yaitu ≥ 85% sedangkan data yang didapat pada ranah psikomotor ini ketuntasan klasikalnya baru mencapai 81,58% dan juga pada hasil belajar ranah kognitif ketuntasan klasikal sebesar 71,05%. Hal ini berarti masih di bawah target yang diinginkan karena ketuntasan klasikal belum terpenuhi. Pada ketuntasan klasikal total semua ranah juga belum mencapai ≥ 85%, yaitu baru mencapai 75,44%. Pada aktivitas belajar siswa, rata-rata kelas masih berada pada kategori cukup aktif, yaitu sebesar 53,29 sedangkan target yang diinginkan yaitu berada pada kategori aktif. Berdasarkan data tersebut di atas, maka langkah perbaikan harus tetap dilakukan pada siklus II. Pada hasil observasi, evaluasi dan angket, hasil belajar, aktivitas belajar siswa dan respon siswa siklus II diperoleh hasil analisis data, yaitu ketuntasan klasikal ranah afektif sebesar 89,47% sedangkan target yang diinginkan ≥ 85% dari seluruh siswa kelas X Tata Kecantikan Kulit 2SMK Negeri 2 Singaraja, ketuntasan klasikal pada ranah psikomotor juga sudah mencapai target yang diinginkan yaitu ≥ 85% hai ini dapat dilihat dari data yang didapat pada ranah psikomotor ketuntasan klasikalnya mencapai 100%, dan pada hasil belajar ranah kognitif ini dimana rata-rata kelas sebesar 3,36 serta ketuntasan klasikal sebesar 86,84%. Hal ini berarti sudah memenuhi target bahkan sudah melebihi target yang diinginkan yaitu rerata kelas 2,67 dan ketuntasan klasikal ≥ 85% dan mampu melewati pencapaian ketuntasan klasikal siklus I yaitu 71,05 %. Ketuntasan klasikal total siklus II untuk semua ranah juga sudah mencapai target yang diinginkan ≥ 85% yaitu mencapai 92,10%. Pada aktivitas belajar
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus dilaksanakan pada 3 kali pertemuan, 2 kali pertemuan untuk kegiatan pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk pelaksanaan tes kognitif siswa. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data hasil belajar,
178
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
siswa rata-rata kelas sudah mencapai kategori sangat aktif yaitu sebesar 83,39. Respon siswa pada penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada pembelajaran rias wajah sehari-hari sebesar 91,96 dan berada pada kategori sangat positif .
Adapun ringkasan peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa serta respon siswa yang telah dicapai selama mengadakan penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Tabel Ringkasan Peningkatan Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa serta Respon Siswa pada Pembelajaran Rias Wajah Sehari-Hari Siklus I dan Siklus II Variabel Penelitian Kognitif Hasil Belajar
Afektif Psikomotor
Aktivitas Belajar Siswa Respon Siswa
Rata-Rata Presentase
Kategori
Siklus I
-
-
Ketuntasan Klasikal 71,05%
Siklus II Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II Siklus I
53,29
Cukup Aktif
86,84% 73,68% 89,47% 81,58% 100,00% -
Siklus II -
83,39 91,96
Sangat Aktif Sangat Positif
-
Siklus
Hasil peningkatan penelitian dari siklus I dan siklus II mengenai hasil belajar dan aktivitas siswa serta respon siswa pada pembelajaran rias wajah sehari-hari pada
kelas X Tata Kecantikan Kulit 2 SMK Negeri 2 Singaraja, dapat juga disajikan dalam sebuah grafik sebagai berikut.
100.00%
Persentase
80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% KK KK KK KK KK KK KK KK Siklus Siklus Siklus Siklus Siklus Siklus Siklus Siklus I II I II I II I II Kognitif
Afektif
Psikomotor
Hasil Belajar
179
Ketuntasan Klasikal Total
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 1. Grafik data hasil belajar pada pembelajaran rias wajah sehari-hari pada kelas X Tata Kecantikan Kulit 2 SMK Negeri 2 Singaraja
90.00 80.00
Rata-rata
70.00 60.00 50.00
Rata-rata Aktivitas Belajar
40.00 30.00 20.00 10.00 0.00
Siklus I Siklus
SIklus II
Gambar 2. Grafik data aktivitas belajar siswa pada pembelajaran rias wajah seharihari pada kelas X Tata Kecantikan Kulit 2 SMK Negeri 2 Singaraja
100
Rata-rata
80 60 40 20 0
Gambar 3. Grafik data respon siswa pada pembelajaran rias wajah sehari-hari pada kelas X Tata Kecantikan Kulit 2 SMK Negeri 2 Singaraja Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa serta mengetahui respon siswa dalam pembelajaran rias wajah sehari-hari pada siswa kelas X Tata Kecantikan 2 SMK
Negeri 2 Singaraja. Hal ini disebakan oleh proses pembelajaran yang berubah dari mulanya kurang kondusif pada siklus I, menjadi lebih kondusif pada siklus II. Hal ini dikarenakan pada siklus I masih banyak mengalami kendala-kendala proses pembelajaran seperti misalnya masih ada
180
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
siswa yang belum aktif dalam proses pembelajaran, sehingga hal tersebut dibenahi pada siklus II oleh peneliti dengan cara lebih memotivasi siswa agar rasa percaya diri siswa lebih muncul dalam proses pembelajaran tersebut dan memberi tahu kembali tentang teknis pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL),agar siswa mengetahui pembelajaran ini membutuhkan keaktifan mereka dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, perkembangan dari proses pembelajaran tersebut menyebabkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa meningkat serta respon siswa yang sangat positif. Pada ketuntasan klasikal total untuk 3 ranah (kognitif, afektif dan psikomotor) dalam pembelajaran rias wajah sehari-hari mengalami peningkatan, hal ini ditunjukkan pada siklus I, Ketuntasan Klasikal Total (KTT) sebesar 75,44% meningkat menjadi 92,10% pada siklus II. Dari hasil yang diperoleh tersebut, terjadi peningkatan pada rata-rata klasikal hasil belajar ketiga ranah dari observasi awal sampai siklus II sebesar 16,66%. Hasil belajar ranah kognitif dalam pembelajaran rias wajah sehari-hari mengalami peningkatan, hal ini ditunjukkan pada siklus I rata-rata kelas sebesar 3,01 dan ketuntasan klasikal sebesar 71,05% dan mengalami peningkatan pada sikus II yaitu rata-rata kelas sebesar 3,36 dan ketuntasan klasikal sebesar 86,84%. Dari hasil yang diperoleh tersebut terjadi peningkatan ketuntasan klasikal dari siklus I ke siklus II, yaitu sebesar 15,79%. Peningkatan hasil belajar ranah afektif dalam pembelajaran rias wajah sehari-hari ditunjukkan dengan rata-rata kelas sebesar 3,04 dengan ketuntasan klasikal sebesar 73,68% pada siklus I, menjadi rata-rata kelas sebesar 3,41 dengan ketuntasan klasikal sebesar 89,47% pada siklus II. Pada hasil belajar ranah psikomotor dalam pembelajaran rias wajah sehari-hari juga mengalami peningkatan, ini ditunjukkan pada siklus I dengan rata-rata kelas sebesar 2,89 dengan ketuntasan klasikal sebesar 81,58% menjadi rata-rata kelas sebesar 3,49 dengan ketuntasan klasikal 100,00% pada siklus II. Dari hasil yang diperoleh tersebut
terjadi peningkatan ketuntasan klasikal dari siklus I ke siklus II, yaitu sebesar 18,42%. Dari pemaparan di atas, berdasarkan teori hasil belajar menurut Benjamin S. Bloom (dalam Jihad dan Haris, 2013:14), hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam beberapa waktu tertentu. Hasil belajar kognitif menilai pengetahuan siswa dalam pembelajaran rias wajah sehari-hari yang diukur dengan menggunakan tes pilihan ganda (multiple choice). Hasil belajar ranah afektif menilai sikap siswa selama proses pembelajaran rias wajah sehari-hari berlangsung yang diukur dengan menggunakan lembar observasi sikap yang terdiri dari 4 indikator yang mencakup rasa ingin tahu, kerjasama, disiplin dan rasa percaya diri. Hasil belajar psikomotor menilai keterampilan siswa dalam melakukan kinerja praktik rias wajah sehari-hari yang diukur dengan menggunakan lembar observasi kinerja yang terdiri dari 4 indikator yang mencakup persiapan, proses kerja, hasil dan waktu. Dari ketiga ranah (kognitif, afektif dan psikomotor) tersebut, peningkatan ketuntasan klasikal tertinggi berada pada ranah psikomotor, yaitu sebesar 18,42%. Hal ini dikarenakan, siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada proses pendidikannya mendapatkan waktu pembelajaran praktek (psikomotor) yang durasinya melebihi pembelajaran teori. Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran rias wajah sehari-hari mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukan dengan rata-rata kelas sebesar 53,29 pada siklus I, menjadi rata-rata kelas sebesar 83,39 pada siklus II. Dari hasil yang diperoleh terjadi peningkatan rata-rata kelas yang signifikan, yaitu sebesar 30,10. Dari pemaparan di atas, berdasarkan teori aktivitas belajar siswa menurut Sriyono (2008:1), “aktivitas siswa selama belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar”. Aktivitas merupakan hal yang sangat penting dalam belajar karena pada prinsipnya, belajar
181
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku menjadi melakukan kegiatan. Dalam pembelajaran rias wajah sehari-hari digunakan 4 golongan aktivitas, yaitu visual activities, oral activities, mental activities dan emosional activities. Respon siswa pada pembelajaran rias wajah sehari-hari dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berada pada kategori sangat positif, ditunjukkan dengan rata-rata kelas sebesar 91,96. Dari pemaparan di atas, berdasarkan teori respon siswa menurut Carkhuff (dalam Sedanayasa, 2009:49-50), jenis respon siswa meliputi 3 macam, yaitu 1) keterampilan merespon isi, 2) keterampilan merespon perasaan, 3) keterampilan merespon arti. Respon siswa dalam pembelajaran rias wajah sehari-hari dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), merupakan penjabaran dari 3 jenis keterampilan dalam merespon. Keberhasilan penelitian di atas dipengaruhi oleh terciptanya suatu proses pembelajaran yang kondusif, siswa merasa tertarik karena termotivasi dalam mengikuti pelajaran. Hal ini sejalan dengan teori yang mendasari penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memberikan kontribusi yang positif pada siswa, yaitu (1) belajar dimulai dengan suatu masalah, (2) memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa (3) mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu (4) memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, dan (6) menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja (Ngalimun, 2014:89-90). Dalam proses pembelajaran siswa tidak diharapkan hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa lebih aktif berpikir dan bertindak, berkomunikasi, mencari dan
mengolah data, serta akhirnya menyimpulkan. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan penerapan tindakan yang dilakukan sejalan dengan teori yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan penelitian. Selain itu, persamaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang relevan telah memperkuat hasil penelitian yang diperoleh. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Rias Wajah Sehari-Hari Kelas X Tata Kecantikan Kulit 2 SMK Negeri 2 Singaraja. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Gede Agus Hendika Paramartha yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Perakitan Komputer Siswa Kelas X TKJ1 SMK Negeri 3 Negara Tahun 2014/2015” diperoleh peningkatan hasil belajar dengan ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 55,88% dan pada siklus II sebesar 85,29%. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Gede Agus Eka Ratama yang berjudul “Penerapan Model Problem Based Learning(PBL) Dengan Metode Diskusi Menggunakan Media Microsoft Visio Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Gambar Teknik Kelas X SMK Negeri 3 Singaraja” diperoleh peningkatan hasil belajar dengan ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 47,22% dan ketuntasan klasikal pada siklus II sebesar 88,89%. Berdasarkan hal tersebut, peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa serta respon siswa yang sangat positif pada pembelajaran rias wajah sehari-hari terjadi karena keuntungan yang diperoleh sesuai keunggulan dari penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Dari hasil tindakan pada siklus I dan siklus II dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Tata Kecantikan 2 SMK Negeri 2 Singaraja pada pembelajaran rias wajah sehari-hari tahun pelajaran 2015/2016.
182
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
pengajar dan pihak-pihak terkait yang ikut terlibat langsung dengan proses penelitian di SMK Negeri 2 Singaraja agar dapat melaksanakan secara berlanjut pembelajaran rias wajah sehari-hari dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning(PBL) dan lebih baik lagi dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi pembelajaran, 2) Untuk aktivitas belajar siswa pada penelitian ini disarankan kepada guru pengajar dan pihak-pihak terkait yang ikut terlibat langsung dengan proses penelitian di SMK Negeri 2 Singaraja agar mempertimbangkan proses pembelajaran rias wajah sehari-hari dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebagai salah satu alternatif pembelajaran rias wajah sehari-hari pada pokok bahasan yang lain. 3) Untuk respon siswa disarankan bagi guru dan para peneliti yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut agar memberikan angket disetiap akhir proses pembelajaran sehingga guru maupun peneliti dapat memperoleh umpan balik dari siswa.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data dari pelaksanaan tindakan serta mengkaji hasilhasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan 1) Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar rias wajah sehari-hari pada siswa kelas X Tata Kecantikan 2SMK Negeri 2 Singaraja. Hal ini ditunjukan dengan peningkatan hasil belajar pada 3 ranah yaitu ranah afektif siswa pada siklus I dalam pembelajaran rias wajah sehari-hari dengan rata-rata kelas sebesar 3,04 dengan ketuntasan klasikal sebesar 73,68% menjadi rata-rata kelas sebesar 3,41 dengan ketuntasan klasikalnya 89,47%, pada siklus II, pada ranah psikomotornya juga mengalami peningkatan hasil belajar, ini ditunjukan pada siklus I dengan rata-rata kelas sebesar 2,89 dengan ketuntasan klasikal sebesar 81,58% menjadi rata-rata kelas sebesar 3,49 dengan ketuntasan klasikal 100,00% pada siklus II, di samping itu juga terjadi peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif, hal ini ditunjukan pada siklus I ratarata kelas sebesar 3,01 dan ketuntasan klasikal sebesar 71,05% dan mengalami peningkatan pada sikus II yaitu rata-rata kelas sebesar 3,36 dan ketuntasan klasikal sebesar 86,84%. 2) Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada pembelajaran rias wajah seharihari dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas X Tata Kecantikan Kulit 2 SMK N 2 Singaraja. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa pada siklus I dalam pembelajaran rias wajah sehari-hari dengan rata-rata kelas sebesar 53,29 dan berada pada kategori cukup aktif menjadi rata-rata kelas sebesar 83,39 dan berada pada kategori sangat aktif pada siklus II. 3) Respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) mencapai rata-rata kelas sebesar 91,96 dan berada pada kategori sangat positif. Berdasarkan hasil simpulan penelitian di atas, maka di bawah ini dapat diberikan saran-saran, yaitu 1) Untuk hasil belajar pada penelitian ini disarankan kepada guru
DAFTAR PUSTAKA Agung,
A.A Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. _ _ _ _ _ _ _ _ _. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Arikunto, Suharsimi. 2013. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2015. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Astari, Komang Erna. 2014. “Penerapan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Kreativitas Belajar Pada Mata Pelajaran Cetak Saring Siswa Kelas X DPK Tekstil SMKN 1 Sukasada” Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Universitas Pendidikan Ganesha.
183
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Dharmayani, Ni Ketut Yuliana. 2013. Modul Dasar Kecantikan Kulit. Singaraja: SMK Negeri 2 Singaraja. Gregory, Robert J. 2000. Psychological Testing : history, principles and applications. Allyn and Bacon. United State of America. Jihat, Asep dan Abdul Haris. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo. Kosasih, 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Yrama Widya. Kusanti, Hemi dkk. 2008. Tata Kecantikan Kulit untuk SMK Jilid 3. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Paramartha, Gede Agus Hendika. 2015. “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Perakitan Komputer Siswa Kelas X TKJ1 SMK Negeri 3 Negara Tahun 2014/2015” Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Universitas Pendidikan Ganesha. Ratama, Gede Agus Eka. 2015. “Penerapan Model Problem Based Learning(PBL) Dengan Metode Diskusi Menggunakan Media Microsoft Visio Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Gambar Teknik Kelas X SMK Negeri 3 Singaraja” Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Universitas Pendidikan Ganesha. Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara. Sardiman, 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sedanayasa, Gede. 2009. Keterampilan Komunikasi. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sriyono, 2008. “Aktivitas Belajar”. Tersedia pada http : id.shoong.com > …. > Halaman Utama Shvoong > ilmu sosial (diakses tanggal 28 November 2015). Sudjana, Nana. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
184
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI REPOSITORI UNDIKSHA DENGAN METADATA DUBLIN CORE BERBASIS WEB (STUDI KASUS: FTK, UNDIKSHA) I Gede Mahendra Darmawiguna1, Ketut Purnamawan2 1Jurusan
Pendidikan Teknik Informatika FTK UNDIKSHA);2Jurusan Manajemen Informatika, FTK, UNDIKSHA Email:[email protected], [email protected]
ABSTRACT Intitusional repository is the place to store and display intellectual assets of institution in the form of documents, articles, books, and so on. Repository Information System that is developed in order to gather the intellectual assets of institution and Faculty of Vocational and Engineering (FTK) especially those can be documented well and can be shown digitally. This research aims to design and develop the repository information system in this case is for FTK, Undiksha. The system will implement Dublin Core metadata and will implement Archive Initiatives-Protocol for Metadata Harvesting (OAI-PMH). The research methodology is using System Development Life Cycle (SDLC) with Waterfall Model. The stages of research are requirement analysis, system design, implementation, testing, and maintenance. The development of web based Repository Information system is using PHP and MySQL database. This article will explain the stage of development untuk early stage of implementation. Keywords:institusional repository, dublin core metadata, OAI-PMH, waterfall model
ABSTRAK Repositori institusi adalah suatu wadah atau tempat penyimpanan aset intelektual sebuah institusi baik berupa dokumen, buku, artikel, jurnal dan lain-lain. Sistem Informasi Repository ini akan dikembangkan agar Fakultas Teknik dan Kejuruan dapat mendokumentasikan serta mendata aset-aset yang dimiliki sehingga dapat tertata dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk membuat rancangan serta mengimplementasikan rancangan sistem informasi repositori berbasis web dengan studi kasus Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha. Sistem ini akan mengimplementasikan metadata Dublin Core dan protocol Open Archive Initiatives – Protocol for Metadata Harvesting (OAI-PMH). Metode Penelitian ini adalah menggunakan System Development Life Cycle (SDLC)dengan Model Waterfall yaitu melalui tahapan requirement analysis, system design, implementation, testing, maintenance. Pengembangan Sistem Informasi Repositori berbasis web ini menggunakan bahasa pemrograman PHP dan basis data MySQL. Artikel ini menjelaskan sampai pada tahapan awal implementasi. Kata kunci: repositori institusi, metadata dublin core, OAI-PMH, model waterfall
I.
produktivitas, anggaran dan sustainabilitas, tidak akan dapat diatasi tanpa bantuan TIK. Pendidikan berbasis TIK merupakan sarana interaksi manajemen dan administrasi pendidikan yang dapat dimanfaatkan baik oleh pendidik dan tenaga pendidikan maupun peserta didik dalam meningkatkan kualitas, produktivitas, efektifitas, dan akses pendidikan. Fakultas Teknik dan Kejuruan (FTK) adalah salah satu fakultas di Universitas Pendidikan Ganesha. FTK saat ini sangat
PENDAHULUAN
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Informatin Communication and Technology (ICT) di era globalisasi saat ini sudah menjadi kebutuhan yang mendasar dalam mendukung efektifitas dan kualitas proses pendidikan. Isu-isu pendidikan di Indonesia seperti kualitas dan relevansi pendidikan, akses dan ekuitas pendidikan, rentang geografii, manajemen pendidikan, otonomi, akuntabilitas, efisiensi dan
185
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
concern terhadap pendigitalisasian aktivitasaktivitas yang ada di fakultas dalam bentuk pengembangan sistem informasi. Salah satu bentuk pendigitalisasian aktivitas di FTK adalah pembuatan wadah untuk mengelola aset intelektual institusi. Sistem informasi yang akan dikembangkan adalah SI Repository. SI Repository merupakan wadah untuk mengelola dan melestarikan aset intelektual institusi. Tidak hanya sekedar mengumpulkan konten, proses membangun repository institusi memerlukan persiapan serius mengenai masalah sarana dan sumber daya manusia. Oleh karena itu, FTK berkeinginan untuk menyiapkan sarana repository dalam bentuk sebuah sistem informasi yang nantinya dapat mendokumentasikan aset intelektual fakultas ke dalam bentuk digital. SI Repository adalah sistem yang difokuskan untuk mengkoleksi aset intelektual lembaga pada umumnya dan Fakultas Teknik dan Kejuruan pada khususnya seperti artikel dosen, dokumen skripsi dan proposal skripsi, dll. SI Repository ini sangat penting untuk dikembangkan dikarenakan kebutuhan fakultas untuk mendata dan mendokumentasikan dokumen-dokumen yang dimiliki oleh fakultas sebagai aset intelektual sehingga mengurangi tingkat hilangnya dokumen tersebut. Selain itu, civitas akademika fakultas dapat dengan mudah mengakses dokumen yang dibutuhkan untuk keperluan tertentu. Beberapa universitas ternama di Indonesia telah membuat repository institusional. Universitas tersebut diantaranya Universitas Indonesia, Universitas Pertanian Bogor, Institut Teknologi Sebelas November, Institut Teknologi Bandung. Oleh karena itu, FTK berkeinginan untuk menginisiasi pengembangan repository institusional di lingkungan fakultas yang nantinya diharapkan dapat dimanfaatkan oleh Universitas Pendidikan Ganesha. Batasan masalah dari Sistem Informasi Repositori ini adalah (1) sistem dikembangkan dengan Bahasa pemrograman
PHP dan database MySQL, (2) metadata yang digunakan adalah Dublin Core, (3) Sistem belum terintegrasi sepenuhnya dengan sistem informasi kinerja karena masih dalam proses pengembangan, (4) Data asset intelektual dosen pada sistem informasi penelitian dan penngabdian diambil melalui web service. Berdasarkan, latar belakang di atas, maka peneliti berkeinginan untuk mengembangkan Sistem Informasi Repositori sehingga dapat dimanfaatkan oleh institusi untuk mendokumentasikan aset-aset intelektual.
II.
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Repositori Institusi Repositori institusi adalah tempat penyimpanan dan penyebarluasan informasi atau materi yang diterbitkan oleh institusi induknya. Perkembangan Repositori Institusi didukung bersamaan dengan perkembangan teknologi informasi yang juga meningkatkan komunikasi ilmiah di kalangan peneliti. Institusi memiliki tanggung jawab moral dalam menyebarluaskan informasi ilmiah yang mereka hasilkan karena informasi tersebut adalah milik masyarakat dunia yang berguna
untuk
perkembangan
ilmu
pengetahuan. (Prathiwi, 2014). Adapun manfaat Repositori Institusi adalah sebagai berikut: Untuk mengumpulkan karya ilmiahintelektual sivitas akademika dalam satu lokasi agar mudah ditemukan kembali baik melalui Google maupun mesin pencari lainnya. Untuk menyediakan akses terbuka terhadap karya ilmiah-intelektual yang dihasilkan sivitas akademika dan menjangkau khalayak lebih luas lagi dengan tempat dan waktu yang tak terbatas.
186
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
nama file, tipe file, dan nama pengelola (administrator) dari file-file tersebut. Metadata memberikan fungsi yang sama seperti katalog yaitu: membuat sumberdaya bisa ditemukan dengan menggunakan kriteria yang relevan; mengidentifikasi sumberdaya mengelompokkan sumberdaya yang serupa membedakan sumberdaya yang tak miliki kesamaan memberikan informasi lokasi Terdapat tiga jenis utama metadata yaitu sebagai berikut: 1. Metadata deskriptif menggambarkan suatu sumberdaya dalam maksud seperti penemuan dan identifikasi. Dia bisa meliputi elemen semisal judul, abstrak, pengarang, dan kata kunci. 2. Metadata struktural menunjukkan bagaimana kumpulan objek disusun secara bersama-sama menjadi satu, semisal bagaimana halaman-halaman ditata untuk membentuk suatu bab. 3. Metadata administratif menyediakan informasi untuk membantu mengelola sumberdaya, semisal terkait kapan dan bagaimana suatu informasi diciptakan, tipe dokumen dan informasi teknis lainnya, serta siapa yang bisa mengaksesnya.
Untuk meningkatkan dampak dari karya ilmiah-intelekual yang dihasilkan sivitas akademika Untuk mempromosikan karya ilmiahintelektual yang dihasilkan sivitas akdemika Sebagai etalase dan tempat penyimpan yang aman untuk hasil penelitian sivitas akademika Untuk menyediakan URL jangka panjang bagi karya ilmiah-intelektual hasil penelitian sivitas akademika. Apabila terjadi plagiasi terhadap karya ilmiah-intelektual yang dipublish di Repositori Institusi akan mudah diketahui dan ditemukan Untuk menghubungkan publikasi sivitas akademika/peneliti dari halaman web mereka (web personal dosen/peneliti). Hal-hal yang perlu disiapkan dalam pengembangan dan pengelolaan repositori institusi adalah sebagai berikut: Benchmarking atau studi banding. Sumber daya manusia (pengelola repositori) Perangkat keras dan lunak (hardware, software, jaringan, dll) Prosedur dan dukungan pimpinan Manajemen informasi muatan lokal. 2.2 Metadata Metadata adalah informasi terstruktur yang mendeskripsikan, menjelaskan, menemukan, atau setidaknya menjadikan suatu informasi mudah untuk ditemukan kembali, digunakan, atau dikelola. Metadata sering disebut sebagai data tentang data atau informasi tentang informasi. Metadata ini mengandung informasi mengenai isi dari suatu data yang dipakai untuk keperluan manajemen file/data itu nantinya dalam suatu basis data. Jika data tersebut dalam bentuk teks, metadatanya biasanya berupa keterangan mengenai nama ruas (field), panjang field, dan tipe fieldnya: integer, character, date, dll. Untuk jenis data gambar (image), metadata mengandung informasi mengenai siapa pemotretnya, kapan pemotretannya, dan setting kamera pada saat dilakukan pemotretan. Satu lagi untuk jenis data berupa kumpulan file, metadatanya adalah nama-
2.3Metadata Dublin Core Metadata Dublin Core adalah satu skema metadata yang dipakai secara luas di berbagai bidang ilmu termasuk repositori institusi. Metadata ini muncul sejak tahun 1995 dengan dukungan OCLC dan NCSA (National Information Standards Organization). Metadata ini bertujuan untuk mendeskripsikan kumpulan elemen yang dibuat suatu pembuat informasi di Internet. Awalnya metadata ini dibuat dalam 13 elemen, namum dalam perkembangannya elemennya menjadi 15 elemen, yaitu: Title (Judul), Creator (Pembuat/Penulis), Subject (Kata Kunci/Topik), Description (deskripsi seperti abstrak, daftar isi), Publisher (Penerbit/penanggung jawab), Contributor
187
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
(penulis/penyumbang / bukan penulis utama), Date (tanggal dipublikasikan, atau bisa juga diciptakannya), Type (jenis data seperti image, document, sound, video), Format (bentuk fisik data, seperti image/gif, audio/mp3), identifier (link permanen yang tidak ambigu dari kata), Source (keterangan darimana sumber berasal, seperti nomor halaman, atau judul jurnal), Language (bahasa), Relation (relasi dengan sumber data seperti isVersionOf, IsPartOf, Requires, dan lainlain), dan Coverange (cakupan/skop dari sumber), and Right (hak cipta). (Antonius, 2014)
4. ListSets: digunakan untuk mengambil semua struktur himpunan data dari repositori. Ini sangat berguna jika ingin mengambil beberapa kumpulan data saja. 5. ListRecords: digunakan untuk mengambil semua informasi record dari repositori. 6. GetRecords: digunakan untuk mengambil suatu record dengan id tertentu saja sesuai dengan identifier tertentu pada suatu repositori. 2.5 Web Service Web service menurut W3.org mendefinisikan web service sebagai “sebuah software aplikasi yang dapat teridentifikasi oleh URI dan memiliki interface yang didefiniskan, dideskripsikan, dan dimengerti oleh XML dan juga mendukung interaksi langsung dengan software aplikasi yang lain dengan menggunakan messageberbasis XML melalui protokol internet”.WebService merupakan teknologi yang sesuai untuk menyediakan solusi integrasi proses dan data. Webservice saat ini terdiri dari teknologi:
2.4 OAI-PMH OAI-PMH merupakan suatu protokol yang dibuat oleh Open Archieve Intitatives yang digunakan mengambil semua metadata secara otomatis dari suatu repositori sehingga sistem dapat mengumpulkan metadatametadata dari berbagai sumber secara terintegrasi. Menurut C. Lagoze dan H. Van de Sompel (2001) OAI-PMH merupakan protokol yang dibagun berdasarkan basis dari elemen-elemen dublin core dengan beberapa penambahan fitur. Selain tujuan di atas, protokol ini memungkinkan tukar menukar metadata antara dua atau lebih sistem yang berlainan bahkan berbeda platform. Untuk melakukan pertukaran data, OAI-PMH menggunakan HTTP secara dasarnya, dan memiliki 6 service, yaitu: 1. Identity: digunakan untuk mengambil informasi tentang repositori. Elemen yang diambil adalah nama repositori, URL, versi protokol, tanggal, deleted records, satuan waktu, dan email administrator. 2. ListMetadata Formats: digunakan untuk mengambil format metadata yang digunakan dan tersedia di repositori. 3. ListIdentifier: digunakan bersamaan dengan listRecords, yang akan mengambil informasi header saja berdasarkan identifier format yang disebutkan.
1. Simple Object Access Protocol (SOAP) yang merupakan teknologi transportasi dan pertukaran dokumen XML. 2. Web Service Definition Language (WSDL) merupakan antar muka web service yang menyatakan parameter masukan dan keluaran untuk pemanggilan servis secara eksternal, struktur penanda fungsi yakni cara pemanggilan (apakah hanya pemanggilan saja, pemanggilan dan pembalikan hasil dan sebagainya) 3. Universal Desciption, Discover, and Integration (UDDI) merupakan direktori yang menampilkan daftar layanan disediakan. 2.5 Sistem Informasi Menurut Jerry FithGerald, sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedurprosedur yang saling berhubungan, berkumpul
188
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Informasi adalah data yang diproses menjadi bentuk yang memiliki arti bagi penerima dan dapat berupa fakta, suatu nilai yang bermanfaat. Sehingga, sistem informasi adalah sistem terintegrasi yang mampu menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pengguna. Sistem informasi memanfaatkan perangkat keras dan perangkat lunak komputer, prosedur manual, model manajemen, dan basis data. Sistem informasi terdiri dari elemenelemen yang terdiri dari orang, prosedur, perangkat keras, perangkat lunak, basis data, jaringan komputer dan komunikasi data. Semua elemen ini merupakan komponen fisik.
III.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Kebutuhan Fungsional Berdasarkan analisa kebutuhan yang dilakukan, maka kebutuhan fungsional berdasarkan pengguna dari sistem informasi repository adalah sebagai berikut: 1. Sistem dapat melakukan sinkronisasi database dengan Sistem Informasi Penelitian dan Sistem Informasi Pengabdian melalui web service. 2. Sistem dapat mengelola dokumen berupa teks, video, audio, maupun image. 3. Sistem dapat menampilkan dan mencari data repositori sesuai dengan filter yang dipilih. 4. Sistem menggunakan standar metadatadublin core dengan protokol OAI-PMH sebagai data provider. 5. Sistem dapat membatasi hak akses untuk data repositori baik dalam hal melihat data maupun mengelola data. 6. Sistem dapat mencatat aktivitas yang ada di dalam sistem melalui log. Hak akses dari sistem ini dibagi menjadi tiga, yaitu (1) Admininstrator yang memiliki hak terutama berkaitan dengan sinkronisasi basis data, manajemen user, dan master data yang ada di sistem. (2) Dosen yang dapat mengolah data koleksi seperti buku, materi kuliah, namun tidak kinerja dosen karena akan diakses dari sistem informasi kinerja. (3) Operator yang memiliki akses untuk mengolah data skripsi mahasiswa.
METODOLOGI
Model penelitian yang digunakan mengadopsi metodeSoftware Development Life Cycle (SDLC) dengan model waterfall. Terdapat 5 tahapan dalam model waterfall namun yang yang akan dilakukan pada penelitian ini ada 4 tahapan, yaitu: analisis kebutuhan, desain sistem, implementasi, dan verifikasi atau uji coba, sedangkan tahapan pemeliharaan tidak dilakukan dalam penelitian ini.
4.2 Kebutuhan Non Fungsional Berikut ini adalah kebutuhan nonfungsional dari pengembangan skripsi online yaitu: a. Kebutuhan Perangkat Lunak Kebutuhan perangkat lunak dalam pengembangan sistem skripsi online berbasis web adalah sebagai berikut: 1. Localhost server dan database: APACHE dengan MySQL 2. Pengembangan Web dengan PHP: Macromedia Dreamweaver 3. Upload file ke hosting: FileZilla
Gambar 1. Model Waterfall.
189
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
4. Modifikasi Basis Data: SQLYod b. Kebutuhan Perangkat Keras Kebutuhan perangkat keras dalam sistem skripsi online berbasis web adalah hosting yang support PHP dan MySQL, Kapasitas minimal 4 Gbyte. 4.3 Desain sistem A. Arsitektur Sistem Gambar 2 berikut ini adalah arsitektur dari Sistem Informasi Repositori.
Gambar 3 Use Case diagram C. Antar Muka Sistem Antar muka pada Sistem Informasi Repositori dikembangkan dengan Balsamiq Mockup 3. Pada gambar 4 menampilkan antar muka untuk halaman depan (beranda) dari SI Repositori. Antar muka tersebut focus untuk menampilkan asset intelektual yang digroup berdasarkan kategori dan organisasi.
Gambar 2 Arsitektur Sistem Dari gambar 2, idealnya sistem informasi repositori akan mendapatkan data dari data center tentang aset-aset intelektual. Aset intelektual dosen didapatkan dari Sistem Informasi Penelitian (SI Lemlit) dan Sistem Informasi Pengabdian (SI Pengabdian). Namun dikarenakan data center sedang dalam pengembangan juga, sehingga solusi awal agar SI Repositori memperoleh data kinerja dari dosen baik berupa artikel, buku, laporan penelitian, laporan pengabdian, dll adalah menggunakan web service yang langsung mengakses SI Lemlit dan SI LPM. B. Use Case Diagram Dalam pengembangan sistem informasi repositori, terdapat 3 aktor yaitu administrator, dosen, dan operator.
(a)
190
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
[base_url]/lemlit-ws/api/[service] /[paramater]/[value]
dimana: [base_url] adalah alamat URL Simlemlit, [service] adalah layanan yang ingin digunakan, [paramater] adalah parameter masukan layanan, [value] adalah nilai dari parameter masukan. Pasangan [paramater]/[value] dapat tidak ditulis atau dapat diulang beberapa kali sesuai dengan layanan yang diinginkan. Terdapat beberapa parameter yang dapat digunakan di semua layanan yang disediakan. Tabel 1 ini adalah daftar parameter yang dapat digunakan.
(b)
Tabel 1 Parameter web service Paramater Deskripsi
(c) Gambar 4MockupAntarmuka Sistem Informasi Repositori, (a) Antarmuka Beranda, (b) Antarmuka menampilkan koleksi, (c) Antarmuka Administrator
format
Format keluaran, yaitu: JSON (default), XML, atau PHP
filter
Digunakan untuk memfilter NIDN. true (default): hanya menampilkan data dengan format NIDN yang benar. false: menampilkan semua data.
Berikut ini adalah URL dari web service untuk SI Lemlit dan SI Pengabdian 1. Web service Penelitian [base_url]/lemlitws/api/penelitian/
4.4 Implementasi Sistem A. Meng-import Data dengan Web Service Berdasarkan penjelasan arsitektur sistem pada tahapan desain sistem, sistem informasi kinerja dan data center belum diselesaikan oleh karena itu, data repositori saat ini sementara diakses melalui web service yang langsung mengambil data dari SI Lemlit dan SI LPM. Web services dapat diakses dengan menggunakan format URL berikut ini:
2. Web service Kinerja Buku [base_url]/lemlitws/api/kinerjabuku/ 3. Web service Kinerja Jurnal [base_url]/lemlitws/api/kinerjajurnal/ 4. Web service Kinerja Makalah [base_url]/lemlitws/api/kinerjamakalah/ 5. Web Service Kinerja HKI
191
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
[base_url]/lemlitws/api/kinerjaHKI/ 6. Web Service Kinerja Luaran Lainnya [base_url]/lemlitws/api/kinerjaluaranlainnya / B. Implementasi Basis Data Berdasarkan desain analisis, maka terdapat 14 tabel dalam basis data SI Repositori yaitu Collections, Organization, Categori, Language, Coverage, User, Roles, Pages, FAQ, ImportantLink, News_Events, Polling, Polling_News, and GuestBook.
(b)
(c)
(d) Gambar 6. Antarmuka Sistem Informasi Repositori, (a) Antarmuka Beranda, (b)Antarmuka tampilan daftar koleksi asset intelektual, (c) Antarmuka menampilkan koleksi, (d) Antarmuka Administrator
Gambar 5 Implementasi SI Repositori C. Tampilan Sistem Informasi Repositori Berikut ini beberapa tampilan hasil pengembangan sistem informasi repositori yang ditampilkan pada gambar 6.
D. Tahapan berikutnya Tahapan penelitian berikutnya adalah finalisasi SI Repositori yang telah terintegrasi dengan data center serta pelaksanaan ujian blackbox dan whitebox.
V.
SIMPULAN
Pengembangan sistem informasi (SI) repositori berbasis web untuk studi kasus FTK, UNDIKSHA menggunakan model pengembangan Waterfall Model. Pengembangan SI Repositori telah sampai pada tahapan implementasi dari desain sistem
(a)
192
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
yang telah dirancang. Pengambilan data repositori untuk saat ini tidak melalui data center namun melalui web service. Pengembangan SI Repositori diharapkan akan selasai di akhir November. Sistem Informasi ini beserta sistem informasi yang lain akan di-soft launching bertepatan dengan Pagelaran Akhir Tahun, Fakultas Teknik dan Kejuruan. DAFTAR RUJUKAN
Antonius, Rahmat C. 2014. Analisis Rancang Bangun Sistem Repositori Institusi berbasis Metadata Dublin Core di UKDW Yogyakarta. ULTIMA InfoSys, Vol. V, No.2, ISSN. 2085-4579 Booth, David, et al. 2004. Web Service Architecture. Diakses pada https://www.w3.org/TR/ws-arch/ NISO (National International Standards Organization.2004. Understanding Metadata. Bethesda: NISO Press. Diakses pada http://www.niso.org/publications/press/ UnderstandingMetadata.pdf O'Brien, J A. 2003. Introduction to information systems: essentials for the e-business enterprise. Boston: McGraw-Hill Prathiwi, Putri. 2014. Fungsi dan Peranan Repositori Institusi Studi Kasus di Perpustakaan Cifor, Bogor. Diakses pada http://lib.ui.ac.id/detail?id=20159814
193
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN DATA KEMAHASISWAAN UNTUK AKREDITASI PROGRAM STUDI DI FTK UNDIKSHA I Made Putrama1, Dewa Gede Hendra Divayana2, P. Wayan Arta Suyasa3 Jurusan Pendidikan Teknik Informatika FTK UNDIKSHA Email:[email protected]
ABSTRACT This study aims to do design and development of information systems related to students’ data management specifically to meet the needs of the information required in the preparation of the accreditation forms of departments of the technical and vocation facultyin the Ganesha University of Education. In this study, the system was built based on the Software Development Life Cycle (SDLC) with the Waterfall model. The system design is created using an object-based system analysis to meet some of the system modeling using UML and through the system requirement analysis phase, design, implementation and verification. The output of this research is a web-base information systems that are connected to the data warehouse system that is made for the needs of the overall accreditation forms in the FTK Undiksha. Keywords:Student data management, SDLC, Waterfall, Accreditation
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan rancang bangun sistem informasi yang berkaitan dengan pengelolaan data kemahasiswaan yang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan dalam penyusunan borang akreditasi jurusan diFakultas Teknik dan Kejuruan di Universitas Pendidikan Ganesha. Dalam penelitian ini, sistem dibangun dengan menggunakan metode pengembangan perangkat lunak Software Development Life Cycle (SDLC)dengan model Waterfall.Rancangan sistem dibuat dengan menggunakan analisa sistem berbasis obyek dengan memenuhi beberapa pemodelan sistem menggunakan UML dan melalui tahap analisis kebutuhan sistem, desain, implementasi dan verifikasi. Luaran penelitian ini berupa sistem informasi berbasis web yang terhubung dengan sistem data warehouse yang dibuat untuk kebutuhan borang akreditasi secara keseluruhan di FTK Undiksha. Kata kunci: Manajemen datas kemahasiswaan, SDLC, Waterfall, Akreditasi
kelengkapan yang diperlukan saat persiapan akreditasi masih dilakukan secara manual dan terkesan hanya sibuk di akhir menjelang visitasi asesor akreditasi akan dilaksanakan. Sehingga ketidaklengkapan dan kekurangan informasi di berbagai bagian menjadi masalah klasik yang belum terselesaiakan. Hal seperti ini juga terjadi di instansi lain seperti dalam paparan penelitian Rafidianto [1]yang mengungkapkan kesulitan pengisisan borang akreditasi disebabkan karena keberadaan data-data kinerja jurusan Sistem Informasi di instansi tersebut tidak tersimpan dengan baik dalam database sehingga sulit dan membutuhkan waktu lama dalam pengumpulannya.
PENDAHULUAN Akreditasi sebuah jurusan atau program studi suatu lembaga pendidikan merupakan tolak ukur kinerja instansi yang bersangkutan yang menggambarkan mutu, efisiensi dan relevansi suatu program studi yang dijalankan. Untuk dapat memperoleh nilai akreditasi, diperlukan informasi mengenai program studi yang didapatkan dari pengisian instrumen penilaian akreditasi yang dituangkan dalam dokumen evaluasi diri program studi melalui borang (form isian) akreditasi. Jurusan yang ada di tingkat fakultas teknik dan kejuruan (FTK) Undiksha juga tidak luput dari proses serupa. Namun, hingga saat ini proses persiapan dan pengumpulan informasi terkait dokumen dan
194
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Dalam proses penilaian akreditasi BAN-PT, salah satu yang menjadi fokus penaliannya adalah kelengkapan data kemahasiswaan yang merupakan komponen penting dalam sebuah penilaian akreditasi. Sampai saat ini penanganan yang sistematis mengenai data kemahasiswaan belumlah tersedia secara utuh dan lengkap yang mana seharusnya informasi tersebut sudah terintegrasi secara digital dengan kondisi baik dan lengkap sehingga dapat diakses dan dimanfaatkan oleh berbagai bagian dari instansi baik itu oleh jurusan yang membutuhkan khususnya untuk kepentingan akreditasi maupun oleh pihak fakultas ataupun lembaga untuk kepentingan yang sama ataupun kepentingan yang lainnya. Informasi seperti jumlah mahasiswa per tahun akademik mulai dari data calon mahasiswa yang ikut seleksi penerimaan mahasiswa baru, jumlah yang lulus seleksi, jumlah mahasiswa transfer, nilai rata-rata IPK lulusan baik untuk mahasiswa Reguler maupun Non-Reguler adalah beberapa informasi yang tersedia namun tidak terintegrasi dengan baik dan saat ini kebutuhan akan informasi tersebut hanya ada dalam format yang sangatterbatas pada sistem informasi yang disajikan pihak Pusat Komputer (PUSKOM) Undiksha sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam penyajian informasi Sistem Akademik tertentu yang tidak dapat diambil secara langsung namun harus melibatkan query khusus ke database PUSKOM oleh pihak teknisi. Keadaan seperti ini sangatlah berisiko sebab, query yang dibuat pada saat pengumpulan data menjelang akreditasi keabsahannya bersifat sementara dimana data yang diambil hanya merupakan hasil asumsi ataupun pemikiran beberapa teknisi yang terlibat saat query data itu dilakukan dan belum melewati kajian yang mendalam serta belum melalui proses verifikasi yang menyeluruh sesuai dengan kaidah keilmuwan yang umumnya dilakukan pada tahap pengembangan sistem informasi sehingga data yang diambil melalui query tersebut seringkali tidak bersesuaian jika
dibandingkan dengan data sebenarnya yang ditampilkan di bagian lain sistem ataupun jika dipilah berdasarkan data fisik yang ada di lapangan. Selain itu, ketiadaan ataupun ketidaklengkapan data kemahasiswaan terkait seperti misalnya prestasi mahasiswa, informasi dokumen-dokumen pendukung seperti Surat Keputusan keikutsertaan mahasiswa terhadap program-program tertentu seperti Unite Kegiatan Mahasiswa (UKM), Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), Praktek Kerja Industri (Prakerin), Pelatihan dan pemanfaatan layanan lembaga tidak bisa ditelusuri secara mudah dan membutuhkan usaha yang tidak sedikit untuk mengumpulkan informasi-informasi tersebut di saat persiapan akreditasi dilakukan. Tidak adanya mekanisme pembaharuan data secara berkala membuat data-data yang seharusnya dapat dilaporkan secara lengkap tidak dapat diterima pihak asesor akreditasi hanya karena jurusan maupun fakultas tidak bisa menunjukkan bukti-bukti yang otentik karena hal-hal tersebut tidak disimpan baik oleh pihak himpunan kemahasiswaan, jurusan yang bersangkutan maupun oleh pihak fakultas, khususnya di Fakultas Teknik dan Kejuruan Undiksha. Berdarkan observasi langsung dan diskusi yang dilakukan peneliti dengan tim akreditasi di lingkungan program studi dan sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang menawarkan berbagai kemudahan dan kecepatan dalam mengolah data dan informs, ada beberapa hal yang dapat ditempuh untuk mengatasai permasalahan yang ada diantaranya (1) mengidentifikasi sistem informasi yang sudah tersedia di sistem PUSKOM untuk kemudian kekurangannya dipenuhi dengan menyediakan antarmuka yang sesuai dengan kebutuhan borang akreditasi yang diperlukan program studi di lingkungan FTK Undiksha;(2) meminimalisir query secara manual yang masih dilakukan sampai saat ini dengan menyediakan sistem informasi yang khusus dilengkapi dan disediakan untuk
195
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
kepentingan akreditasi jurusan maupun fakultas. Sistem informasi yang dimaksud bukanlah merupakan sistem informasi yang sedianya untuk menggantikan sistem informasi yang sudah ada, namun sebagai pusat informasi khusus untuk menunjang kepentingan penyiapan data akreditasi yang isinya dapat berupa pemanfaatan informasi yang diambil dari sistem yang sudah ada serta penyediaan antarmuka untuk menambahkan informasi yang dibutuhkan namun belum tersedia dalam format yang ada saat ini;(3) format data yang disimpan haruslah cukup komprehensif karena berlaku untuk semua jurusan yang ada di fakultas sehingga kemungkinan perubahan di kemudian hari dapat diakomodasi secara lebih mudah dan fleksibel dan dapat dikonsumsi tidak hanya untuk kebutuhan akreditasi namun juga untuk kepentingan lain yang bersesuaian; (4) penerapan regulasi administratif (yang merupakan kajian di luar penelitian ini) untuk melengkapi data yang dibutuhkan sesuai dengan format yang dibutuhkan untuk kemudian dapat dilaksanakan sepenuhnya secara konsisten dari waktu ke waktu sehingga data-data yang lengkap akan tetap tersedia kapanpun dibutuhkan. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait pembuatan Sistem Informasi untuk borang akreditasi program studi diantaranya dilakukan oleh Candra [2] yang membuat Sistem Informasi Dokumentasi Borang Akreditasi berbasis Web dengan menggunakan PHP dan MySQL sebagai media basis datanya. Penelitian yang dilakukan Atin [3]tentang Pengembangan Sistem Informasi Data Center Sebagai Penyedia Data Penyusunan Borang Akreditasi juga memberikan solusi berdasarkan permasalahan karena belum adanya pusat informasi yang tertata rapi khusus untuk kepentingan pengumpulan data borang akreditasi. Pada penelitiannya, Atin memfokuskan solusi dengan membuatkan sebuah data center khusus untuk informasi yang diperlukan saat persiapan borang
akreditasi sehingga dapat diakses di level program studi instansi tersebut. Penelitian tentang pembuatan sistem informasi borang akreditasi juga dilakukan oleh Nugroho [4] yang mengupas keseluruhan isi borang mulai dari Standar 1 sampai Standar 7 borang akreditasi. Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud mengimplementasikan rancangan sistem informasi yang dibutuhkan yang secara khusus akan mengkaji kebutuhan Sistem Informasi yang berkaitan dengan kelengkapan Data Kemahasiswaan untuk menunjang kelengkapan pembuatan Sistem Borang Akreditasi yang sedang dikerjakan oleh Tim TI Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha saat ini.Sistem informasi menurut O’brien[5]adalah kombinasi yang terorganisir mencakup orang, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, data, aturan dan prosedur yang menyimpan, mengambil, mentransformasikan dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Serupa menurut Tantra [6], sistem informasi adalah cara yang terorganisir untuk mengumpulkan, memasukkan, dan memproses data dan menyimpannya, mengelola, mengontrol dan melaporkannya sehingga dapat mendukung perusahaan atau organisasi untuk mencapai tujuan.Sehingga mengatasi permasalahan yang diungkapkan dengan membangun Sistem Informasi Pengelolaan Data kemahasiswaan ini diharapkan kebutuhan informasi bagi persiapan akreditasi jurusan maupun fakultas di Undiksha akan dapat penuhi dengan lebih baik ke depannya.
METODE Metode penelitian yang digunakan dalam hal ini adalah berdasarkan metode pengembangan perangkat lunak Software Development Life Cycle (SDLC) dengan model Waterfall seperti terlihat pada Gambar 3 berikut ini.
196
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
dibutuhkan di borang harus digali dari sistem SIAK tersebut dan saat ini masih mengandalkan pencarian atau pengambilan data secara langsung ke database SIAK dan tentu saja hal ini tidak melewati kaidah rekayasa perangkat lunak yang benar dan tanpa validasi atau pengujian apakah query yang digunakan dalam pengambilan data saat itu sudah sesuai sebab tidak melewati tahap pengujian tertentu. Berdasarkan borang akreditasi Standar 3 tentang Data Kemahasiswaan yang menjadi dasar dalam pembuatan sistem informasi ini, ada beberapa Kebutuhan Fungsional sistem informasi spesifik yang terkait yang harus disediakan serta dapat diakses melalui Sistem Informasi Pengelolaan Data Kemahasiswaan yang meliputi: (1) Informasi Profil Mahasiswa baik itu mahasiswa kategori Reguler, NonReguler, Reguler Transfer dan Reguler bukan Transfer di tingkat Jurusan selama 5 tahun terakhir dan di tingkat Fakultas selama 3 tahun terakhir; (2) Rekapitulasi data layanan kemahasiswaan; (3) Rekapitulasi data prestasi mahasiswa (4) Rekapitulasi data alumni dan tracer study. Sedangkan Kebutuhan Non-fungsional sistem informasi ini meliputi (1) sistem informasi ini harus dapat digunakan dan terintegrasi dengan Sistem Informasi Akademik Kemahasiswaan, Dosen dan Pegawai (SIAK) yang telah ada untuk kepentingan hak akses dengan memanfaatkan pengguna di lembaga yang telah terdaftar. Dalam hal ini, pengguna seharusnya dapat menggunakan credentials yang mereka telah miliki saat mengakses sistem lain yang ada di Undiksha. Namun atas dasar kebutuhan hak akses spesifik yang mana informasi ini hanya dikelola dan dikhususkan bagi pengguna yang memang berkepentingan sementara credentials pengguna yang telah ada di sistem SIAK tersedia bagi semua civitas lembaga baik dosen, pegawai dan mahasiswa maka dharus ada mekanisme untuk membatasi hak akses hanya pada pengguna SIAK yang memang nantinya akan didaftarkan di SI Pengelolaan
Gambar 3 SDLC Model Waterfall Sebelum analisis kebutuhan sistem yang baru dapat dikemukakan, ada beberapa kajian mengenai keadaan sistem yang sudah ada saat ini seperti digambarkan dalam ilustrasi pada Gambar 4:
Gambar 4 Ilustrasi keadaaan saat ini dimana Sistem Informasi Data Kemahasiswaan ini akan dibuat berdasarkan database yang ada di Sistem Informasi Akademik saat ini (SIAK) dan sinkronisasi terhadap data fakultas dan jurusan yang masih berupa berkas manual Sistem Informasi Akademik (SIAK) yang ada sekarang ini di Undiksha adalah sebuah sistem informasi yang lebih dikhususkan untuk menangani pengelolaan data yang berkaitan dengan bidang akademis mahasiswa seperti biodata, pengisian KHS, KRS dan juga hal lain yang ada hubungannya dengan kelulusan kemahasiswaan, seperti info tentang keaktifan, cuti, drop-out, ataupun informasi yudisium dan wisuda mahasiswa. Namun secara keseluruhan informasi tersebut dikemas dan format yang ada saat ini tidak diperuntukkan persis seperti apa yang dibutuhkan di borang akreditasi jurusan maupun fakultas. Sehingga, ketika pengisian borang yang diperlukan saat persiapan akreditasi, semua informasi yang
197
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Data Kemahasiswaan ini; (2) Data-data yang telah ada di sistem lain yang khususnya berkaitan dengan data mahasiswa seperti misalnya Data Prestasi, Data Bimbingan Akademik, Data Bimbingan Skripsi, Data Bimbingan Prakerin, Data Bimbingan UKM, Data Bimbingan Softskills, Data Bimbingan PKM, dan Data Beasiswa sedapat mungkin diambil dari sistem yang telah ada yang secara khusus dijembatani oleh sistem Data Center yang dalam hal ini diambil dari data warehouse yang juga menjadi bagian dari pengembangan sistem saat ini di FTK Undiksha. Arsitektur sistem yang dibuat dapat diilustrasikan ke dalam Gambar 3 berikut ini.
sistem yang digambarkan ke dalam Use Case diagram seperti pada Gambar 6.
Create users under a Category Super Admin View " Profil Mahasiswa" in a "Jurusan"
Entry additional data "Kemahasiswaan" in a "Jurusan"
Admin Jurusan
View "Layanan Kemahasiswaan" in a "Jurusan" (data "bimbingan", "layanan", "tracer study", etc)
View "Profil Mahasiswa" in all "Jurusan"
Admin Fakultas
Admin HMJ
View "Layanan Kemahasiswaan" in all "Jurusan" (data "bimbingan", "layanan", "tracer study", etc)
Gambar 6Use Case Diagram Super Admin creates Users under a User Category
Mahasiswa
SIAK
SIMPRESMA Super Admin
Mahasiswa
SI Kemahasiswaan
Data Center
Login request with User ID/Pass
Adm. HMJ
Authentication
SI Data Kemahasiswaan
Adm. Jurusan
Request Add "Admin Fakultas"
Adm. Fakultas
Request Add "Admin Jurusan"
Request Add "Admin HMJ"
Add User
Gambar 5Arsitektur Sistem Pengelolaan Data Kemahasiswaan
A user is added with the following details: 1)NIP/NIK based on SIAK user id 2)Category ["Pimpinan Fakultas", "Pimpinan Jurusan", "HMJ Jurusan"]
Phase
Seperti yang diungkapkan Raul [7] dalam bukunya bahwa pemodelan bisnis dari sebuah permasalahan pembuatan sistem merupakan aktifitas yang sangat memakan waktu, sehingga use case dapat membantu menghasilkan kebutuhan high-level sistem dan dapat didetilkan ke dalam activity diagram untuk menjelaskan bisnis proses kunci yang mendefinisikan lingkup dari sebuah sistem. Dengan mengadopsi penelitian yang juga dilakukan Endi Putro [8] yang menggunakan pendekatan pemodelan UML untuk membantu menganalisa permasalahan dan kebutuhan sistem borang akreditasi program studi yang ia lakukan, dalam penelitian ini, peneliti mengkaji kebutuhan akses informasi oleh pengguna
Gambar 7 Activity Diagram pendaftaran admin HMJ, Jurusan dan Fakultas oleh Super Admin Untuk fungsionalitas otentikasi ke sistem yang mengijinkan pengguna menggunakan sistem dengan memanfaatkan credentials yang mereka telah miliki di sistem yang sudah ada, dalam hal ini Sistem SIAK, dan hanya bagi yang terdaftar di Sistem ini, maka diperlukan akses Super Admin yang dibuat dan diinisialisasi di awal sistem launching
198
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
untuk mendaftarkan satu atau beberapa pengguna baik untuk pihak HMJ, Jurusan maupun Fakultas. Adapun detilActivity Diagram terlihat pada Gambar 7. Aktifitas yang dapat dilakukan oleh pihak Fakultas, Jurusan maupun HMJ adalah melihat profil data kemahasiswaan dan juga rekapitulasi data lulusan. Selain itu, pihak HMJ dapat menginisiasi data yang diinputkan misalnya yang berkaitan dengan aktivitas kemahasiswaan melalui sistem ini, yang kemudian akan divalidasi pihak Jurusan. Informasi yang dapat dilihat pihak Fakultas adalah rekapitulasi dari semua jurusan yang ada yang secara spesifik juga dapat dilihat terpisah oleh masing-masing pihak Jurusan. Aktivitas ini dapat digambarkan ke dalam Activity Diagram seperti dalam Gambar 8, Gambar 9, dan Gambar 10.
Workflow for "Admin Jurusan" to view "Profile Mahasiswa" "Admin Jurusan"
Login with SIAK account
SIAK Profile authenticated
Check ID exists in SI Kemahasiswaan DB ID (NIP/NIK) not registered in DB
Request View Data (read-only) "Profil Mahasiswa Reguler" for each "Jurusan" within the past 5 years
Login with SIAK account
Request View Data (read-only) "Profil Mahasiswa NonReguler" for each "Jurusan" within the past 5 years
Request View Data (read-only) "Jumlah Mahasiswa Regulerr" for each "Jurusan" within the past 7 years
Phase
Display the requested data based on "Borang Standard 3" format
Workflow for "Admin Jurusan" to view other data "Mahasiswa" "Admin Jurusan"
SI Kemahasiswaan
Login with SIAK account
Authentication
SIAK Profile Not authenticated
SIAK Profile a uthenticated
View "LAYANAN MAHASISWA" entered on Other Systrem"
SI Kemahasiswaan
Authentication
SIAK Profile Not authenticated
Workflow for "Admin Jurusan" to approve/reject data from "Admin HMJ" "Admin Jurusan"
SI Kemahasiswaan
Check ID exists in SI Kemahasiswaan DB ID (NIP/NIK) not registered in DB
"Admin HMJ"
Request View Data (read-only) "Layanan Mahasiswa"
Authentication
Request View Data (read-only) "Prestasi Mahasiswa"
SIAK Profile Not authenticated
Request View Data (read-only) "Alumni"
Request View Data (read-only) "Tracer Study"
SIAK Profile authenticated
Check ID exists in SI Kemahasiswaan DB
Display the requested data based on "Borang Standard 3" format
Display List Pending Entries
Select an Entry
Display Entry Details
Approve
Gambar 9 Activity Diagram akses data kemahasiswaan oleh pihak Jurusan
Changed Entry as Approved
Show Entry as Approved
Change Entry as Rejected
Show Entry as Rejected
Phase
Reject
Open Pending Entry from "Admin HMJ"
Phase
ID (NIP/NIK) not registered in DB
Gambar 8 Activity Diagram Admin Jurusan dalam melakukan validasi data dari pihak Admin HMJ
199
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Enterprise Service Bus (ESB) menggunakan ActiveMQ yang disediakan oleh Data Center yang berbasiskan Text Oriented Message Protocol (STOMP) client melalui bahasa pemrograman PHP-cli. Ilustasi messaging service yang digunakan adalah seperti pada Gambar 15.
Workflow for "Admin Fakultas" to view "Profile Mahasiswa" "Admin Fakultas"
SI Kemahasiswaan
Login with SIAK account
Authentication
SIAK Profile Not authenticated
SIAK Profile authenticated
Check ID exists in SI Kemahasiswaan DB Pelatihan Softskills
UKM ID (NIP/NIK) not registered in DB
ikut
ikut
Request View Data (read-only) "Mahasiswa Reguler" + "Mahasiswa Transfer" for each "Jurusan"
Request View Data (read-only) "Rerata Masa Studi" + "Rerata IPK Lulusan dari Mahasiswa Reguler bukan Transfer" within the past 3 years
1
Prestasi
N
memiliki
mendapat
Beasiswa
N
Mahasiswa
1
N N
N
bimbingan Prakerin
bimbingan PA
Display the requested data based on "Borang Standard 3" format
bimbingan Skripsi
N
bimbingan PKM 1 1
1
1
Phase
Dosen
1
Gambar 10 Activity Diagram akses data kemahasiswaan oleh pihak Fakultas
Rekapitulasi Lulusan
1
melihat
1
melihat 1
Tracer Study
Gambar 26Entity Relationship Diagram dari Basis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN Sampai pada tahap ini, penelitian ini telah menghasilkan Sistem Informasi Pengelolaan Data Kemahasiswaan yang dibangun menggunakan teknologi berbasis web dengan bahasa pemrograman PHP dan basis data MySQL. Pengujian sistem ditempuh dengan menggunakan pendekatan Whitebox dan Blackbox testing. Dimana whitebox testing dilakukan untuk memverifikasi kebenaran alur algoritma dan struktur data dari sistem yang dibuat, sementara Blackbox testing dilakukan memverifikasi kebenaran fungsionalitas sistem berdasarkan hasil analisis kebutuhan. Adapun screenshot dari basis data dan tampilan sistem informasi yang dibuat adalah seperti tampak pada Gambar sampai Gambar 14. Interkoneksi yang digunakan dalam pengambilan data ke data warehouse adalah menggunakan adapter yang telah dipersiapkan oleh tim Data Center yang dalam hal ini melalui koneksi sistem ke messaging service dengan teknologi
Gambar 27Screenshot Basis Data
Gambar 28Tampilan Sistem Informasi
200
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
perancangan yang memanfaatkan sistem yang telah ada, membuat pengerjaan sistem baru lebih mudah dan lebih cepat dikarenakan sebagian besar data atau informasi telah tersedia di sistem lain sehingga akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam pembuatan, di samping itu akan meminimalisir kemungkinan terjadinya duplikasi informasi di berbagai sistem yang digunakan di lingkunan FTK Undiksha karena informasi yang bersumber dari sistem lain telah disinkronisasi dan diperbaharui secara otomatis, konsisten dan real-time ke dalam sistem data center sehingga sistemsistem lain yang membutuhkan seperti yang dikaji dalam penelitian ini dapat memanfaatkan informasi tersebut secara langsung. Hal ini akan menunjang kebutuhan informasi untuk kepentingan borang akreditasi yang membutuhkan data-data yang akurat dan akuntabel yang sinkron yang tercatat di masing-masing sistem. Demikian halnya dengan pemanfaatan data pengguna yang bersumber dari satu sistem akan memudahkan pengguna dalam memanfaatkan sistem yang baru dibuat, di samping itu mekanisme penerapan teknologi seperti single-sign-on yang merupakan sistem akses satu pintu ke berbagai sistem yang ada di lingkungan FTK bahkan di level lembaga di Universitas Pendidikan Ganesha di kemudian hari akan dapat didukung dengan lebih mudah karena masing-masing sistem telah memiliki data pengguna yang sama.
Gambar 14Tampilan setelah klik menu Edit, Detail dan Delete Data di dalam data Bimbingan Akademik Mahasiswa
Gambar 15 Tampilan Messaging Service Data Center yang dikonsumsi oleh Sistem Informasi Pengelolaan Data Kemahasiswaan
DAFTAR RUJUKAN SIMPULAN
[1] e. a. M. Rizky Rafidianto, Rancang Bangun Perangkat Lunak Sistem Monitoring Tugas Akhir (TA) Untuk Pengembangan Sistem Informasi Terintegrasi Sesuai Kebutuhan Pengisian Borang Akreditasi BAN-PT Pada Jurusan Sistem Informasi ITS, Jurnal Teknik POMITS Vol 1, No 1, 2013 (1-6), 2013.
Sistem Informasi Pengelolaan Data Kemahasiswaan yang dirancang menggunakan pendekatan pengembangan perangkat lunak SDLC dengan metode Waterfall ini dibangun dengan memanfaatkan ketersediaan sub sistem yang telah ada sebelumnya seperti sistem informasi akademik kemahasiswaan (SIAK) dan sistem informasi manajemen prestasi mahasiswa (SIMPRESMA). Dengan melakukan
[2] e. a. Dinata Chandra, Sistem Informasi Dokumentasi Borang Akreditasi Studi Kasus: program Studi Sistem Informasi
201
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Pada STMIK GI MDP, IJCC, Vol x, No x, Julyxxxx, pp. 15. ISSN: 1978-1520, 2015.
[7] W. Raul Sidnei, Object-Oriented Analysis and Design for Information Systems, Morgan Kaufmann, 2013.
[3] A. Triwahyuni, Pengembangan Sistem Informasi Data Center Sebagai Penyedia Data Penyusunan Borang Akreditasi, jurnal.upnyk.ac.id, 2014.
[8] E. Putro, Aplikasi Sistem Penyusunan Borang Akreditasi Program Studi (Buku III-A), Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta, 2014.
[4] B. Nugroho, Pembuatan Sistem Informasi Borang Akreditasi Jurusan D III Teknik Informatika Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Universitas Sebelas Maret, 2011.
[9] A. Rosa and M.Shalahuddin, Modul Pembelajaran Rekayasa Perangkat Lunak, Modula, Bandung, 2011.
[5] G. M. M. James A. O'Brien, Introduction to Information Systems - Fifth Edition, McGraw Hill, 2007. [6] R. Tantra, Manajemen Proyek Sistem Informasi, Andi, Yogyakarta, 2012.
202
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
SISTEM PANGKALAN DATA DOSEN BERBASIS TEKNOLOGI WEB
1) 2)
Komang Setemen1), Luh Joni Erawati Dewi2) Jurusan Manajemen Informatika, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja [email protected]), [email protected])
Abstrak – Sistem Pangkalan Data Dosen (PDD) merupakan sistem yang digunakan untuk mengelola data dosen yang terdiri dari data diri dosen dan unsur-unsur tri dharma perguruan tinggi dosen. Data diri dosen mencakup identitas dosen (seperti NIP, NIDN, Nama, Alamat, No HP, Fakultas dan Jurusan, riwayat pendidikan, tugas belajar, golongan, jabatan fungsional, dan riwayat jabatan struktural) dan unsur-unsur tri dharma perguruan tinggi dosen mencakup, pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Sistem ini dikembangkan berbasis teknologi web guna memudahkan dalam aksesbilitas dan pemanfaatannya. Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah System Development Life Cycle (SDLC) dengan model waterfall. SDLC merupakan salah satu metodologi pengembangan perangkat lunak yang umum digunakan dalam beberapa teknik dan bidang industri seperti rekayasa sistem, perangkat lunak, teknik mesin, dan ilmu komputer. SistemPangkalan Data Dosen sudah diimplementasikan dan dapat diakses melalui http://pdd.undiksha.ac.id. Kata Kunci:
sistem pengelolaan data dosen, TIK, Tri Dharma Perguruan Tinggi, web. Perkembangan TIK dewasa ini memberikan dampak yang sangat signifikan khususnya terhadap dunia pendidikan. Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) sebagai salah satu instansi pendidikan telah berusaha secara optimal untuk mengimplementasikan TIK ke dalam lingkungan kampus. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan kualitas dan layanan pendidikan terhadap seluruh civitas akademika. Sejalan dengan manfaat TIK ini yang cukup besar, maka dimungkinkan untuk membuat atau mengembangkan bahan-bahan pembelajaran interaktif, seperti yang telah dilakukan oleh Agung (2010), yang memanfaatkan TIK sebagai sarana membuat open course ware tentang Model Peningkatan Profesionalisme Guru Berkelanjutan Pasca Sertifikasi Melalui Pendekatan Pengayaan Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Sementara itu juga Candiasa, dkk. (2011) memanfaatkan kemampuan TIK dalam pengembangan modul hiperteks dengan evaluasi on-line
PENDAHULUAN Dewasa ini, sistem komputerisasi telah banyak digunakan sebagai sistem pembantu pemecahan permasalahan di berbagai bidang kehidupan. Salah satunya yang terus dikembangkan adalah pada bidang pendidikan. Semakin tinggi tingkat ketelitian dalam pengelolaan data suatu perusahaan/instansi, semakin tinggi pula tingkat keefektifan dan keefisienan yang ingin dicapai. Tuntutan inilah yang membuat pengelolaan sistem pendidikan secara manual kemudian diperbarui dengan bantuan komputer yang menjanjikan kemudahan dan keefektifan dibanding sistem sebelumnya. Salah satu sistem komputerisasi yang mulai banyak digunakan dalam bidang pendidikan adalah website. Website tidak hanya tumbuh sebagai media penyampaian informasi, namun website telah banyak dikembangkan sebagai sistem yang dapat diadaptasi dalam media aplikasi. Perkembangan ini kemudian membuat website tidak hanya digunakan sebagai sarana informasi namun juga sebagai sarana pengolahan/pengelolaan data.
203
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
sebagai suplemen pembelajaran reguler di SMA dalam upaya peningkatan dan pemerataan Mutu Pendidikan. Setemen, dkk. (2012), mengembangkan aplikasi pengelolaan karya ilmiah mahasiswa dan dosen berbasis teknologi web. Fakultas Teknik dan Kejuruan (FTK) merupakan bagian dari Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha). Sampai tahun 2015, FTK memiliki enam jurusan, yaitu: Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (S1), Jurusan Pendidikan Teknik Informatika (S1), Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (S1), Jurusan Manajemen Informatika (D3), Jurusan Teknik Elektronika (D3), dan Jurusan Pendidikan Teknik Mesin (S1). Sejak didirikan sampai sekarang FTK telah banyak menghasilkan sumberdaya manusia dibidang pendidikan teknik dan kejuruan. Sebagai salah satu fakultas yang memiliki jurusan sangat erat kaitannya dengan teknologi, beberapa pekerjaan administrasi dan pengelolaan tenaga pendidik di FTK masih dikerjakan secara manual. Salah satu pekerjaan pengelolaan tenaga pendidik yang dilakukan di FTK adalah pengelolaan tentang identitas dosen yang berkaitan dengan status PNS seperti pangkat, golongan, fungsional, dan unsur-unsur Tri Dharma Perguruan Tinggi. Berdasarkan UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 2009 tentang Dosen, secara jelas dinyatakan bahwa tugas utama seorang dosen adalah melaksanakan tridharma perguruan tinggi dengan beban kerja paling sedikit sepadan dengan 12 SKS dan paling banyak 16 SKS pada setiap semester (Tim Penyusun, 2012) yang akan direkap setiap setahun sekali. Dalam rangka melakukan pengelolaan unsur-unsur identitas dosen dan Tri Dharma Perguruan Tinggi, sudah selayaknya dapat dilakukan secara elektronik melalui pengembangan sebuah system terkomputerisasi. Sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan Nasional, yang kemudian diterjemahkan menjadi Standar
Nasional Pendidikan (PP 19/2005) yang berisi delapan butir komponen standar penjaminan mutu, yaitu standar Isi, Proses, Kompetensi Lulusan, Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Sarana dan Prasarana, Pengelolaan, Pembiayaan, dan Penilaian Pendidikan. Perguruan tinggi di Indonesia wajib mengadopsi kedelapan komponen standar ini sebagai komponen minimal dalam penjaminan mutu pendidikan dan dapat menambahkan komponen-komponen lain yang dianggap penting. Proses penjaminan mutu perguruan tinggi perlu dijalankan melalui tahap-tahap yang terangkai dan didukung oleh sistem pangkalan data (basisdata) yang terintegrasi. Pangkalan data pada sistem ini harus berisi data yang lengkap/menyeluruh, akurat, up to date dan terklasifikasi dengan baik, sehingga dapat difungsikan sebagai sumber informasi dalam mengevaluasi komponen-komponen penjaminan mutu (Gunawan, dalam Veronica, 2006). Dengan memiliki sistem pangkalan data terintegrasi maka akan dapat dilakukan pengelolaan data yang lengkap dan up to date. Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) sebagai salah satu instansi pendidikan telah berusaha secara optimal untuk mengintegrasikan pangkalan data yang ada dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi yang ada saat ini. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan kualitas dan layanan pendidikan terhadap seluruh civitas akademika. Akan tetapi, pangkalan data yang dikelola dan dipusatkan pada Unit Pusat Komputer Undiksha masih belum mampu menangani secara penuh pengelolaan data yang ada, salah satunya adalah terkait dengan administrasi pengelolaan data dosen. Beberapa penelitian sebelumnya tentang sistem pangkalan data yang identik dengan penelitian ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan kasus dan sistem yang digunakan berbeda-beda. Depri Pramana (2010), telah mengembangkan
211
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
sistem untuk menangani pencatatan daftar laporan PKL dan Tugas Akhir mahasiswa di Jurusan Manajemen Informatika. Tri Susilowati (2010), telah mengembangkan ELibrary berbasis CRM di STMIK Pringsewu. Sistem e-library ini menggunakan rantai nilai yanng ada di Customer Relationship Management (CRM) yaitu acquire, enhance, dan retains dalam merancang fitur-fitur yang ada. Fitur-fitur yang ditawarkan diantaranya adalah: pustaka digital yang dapat diunduh oleh semua anggota, pendaftaran angota secara online, catalog digital online, dan lainlain. Arif B. Putra, dkk. (2010), telah mengembangkan Sistem Informasi Jurnal Ilmiah Online. Sistem yang dikembangkan merupakan sistem yang berisi tentang jurnaljurnal ilmiah yang bisa dimanfaatkan oleh pihak luar melalui website. Rizal Fathoni Aji, (2010), mengembangkan garuda rujukan digital, yang merupakan sistem yang menyediakan daftar rujukan digital untuk karya ilmiah. Model arsitektur yang dibuat digunakan untuk menggabungkan data-data perpustakaan dari jenis sumber informasi. Sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dosen dinyatakan sebagai pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Bab 1 Pasal 1 ayat 2). Sementara itu, profesional dinyatakan sebagai pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (Tim Penyusun, 2014). Kompetensi tenaga pendidik, khususnya dosen, diartikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh dosen dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Kompetensi dosen menentukan kualitas pelaksanaan Tridharma
Perguruan Tinggi sebagaimana yang ditunjukkan dalam kegiatan profesional dosen. Untuk menjamin pelaksanaan tugas dosen berjalan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam peraturan perundang undangan maka perlu dievaluasi setiap periode waktu yang ditentukan. METODE Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah System Development Live Cycle (SDLC) dengan model waterfall. SDLC merupakan salah satu metodologi pengembangan perangkat lunak yang umum digunakan dalam beberapa teknik dan bidang industri seperti rekayasa sistem, perangkat lunak, teknik mesin, dan ilmu komputer. Model waterfall merupakan proses pengembangan perangkat lunak secara sekuensial dengan daftar tahapan yang mengalir ke bawah (Bassil, 2012). Tahapantahapan dari model waterfall ini, yaitu: 1) pendefinisian masalah, 2) pengumpulan data, 3) analisis kebutuhan, 4) perancangan sistem, 5) pengembangan sistem, dan 6) pengujian sistem. Tahapan pertama pada penelitian ini adalah melakukan pendefinisian masalah yang ingin diselesaikan. Setelah mendefinisikan masalah yang ingin diselesaikan, langkah selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data untuk mendukung penyelesaian permasalahan yang dihadapi. Setelah data yang diperlukan terkumpul, data dianalisis sebagai dasar dalam pembuatan sistem. Dalam tahap ini juga didefinisikan kebutuhan-kebutuhan dalam pengembangan sistem. Perancangan dan pengembangan sistem dilakukan setelah kebutuhan-kebutuhan sistem dikumpulkan. Hasil penelitian ini diperoleh dari proses uji coba produk dengan mengacu pada aspek penilaian produk dan penerapannya di Fakultas Teknik dan Kejuruan (FTK) Universitas Pendidikan Ganesha. Lokasi yang dijadikan sampel penelitian ini adalah di FTK, Universitas Pendidikan Ganesha yang menyediakan
212
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
objek penelitian terkait dengan data dosen dan unsur-unsur penunjang tri dharma perguruan tinggi. Adapun alasan memilih FTK, agar memudahkan saat uji coba sistem karena mempertimbangkan FTK sebagai sebuah fakultas yang selalu ingin berinovasi untuk maju dan mengedepankan teknologi. Adapun metode yang akan digunakan dalam pengumpulan data atau fakta yang relevan dengan sistem, yaitu: 1) observasi yaitu dengan mengamati langsung ke FTK, 2) wawancara langsung dengan dosen dan pegawai yang menangani dosen, dan 3) kajian pustaka atau studi literatur dengan membaca berbagai buku, makalah dan bahan bacaan lain sebagai referensi yang dapat dijadikan acuan untuk pengembangan sistem. Selain itu data dan informasi yang dibutuhkan juga diperoleh dengan mengunjungi berbagai situs-situs terkait yang menyediakan berbagai informasi yang relevan dengan bahasan penelitian. Analisis data bertujuan untuk mengidentifikasi data yang dibutuhan sistem dalam pengembangannya. Secara umum dosen mengisikan identitas diri dan hal-hal yang berkait dengan status sebagai PNS dan unsur-unsur tri dharma perguruan tingginya. Semua aktivitas Tridharma Perguruan Tinggi meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan aktivitas penunjang lainnya dalam format yang disediakan serta dengan semua bukti pendukungnya.
pengabdian pada masyarakat. Deskripsi dari masing-masing modul pada sistem PDD adalah sebagai berikut. Identifikasi Sumber Data PDD Tahap awal dari penelitian ini adalah melakukan identifikasi terhadap sumber data PDD. Hasil identifikasi selanjutnya diklasifikasikan agar memudahkan dalam proses pemasukan data dan pencarian yang berhubungan dengan data-data tersebut. Jenis-jenis data yang merupakan hasil identifikasi data dosen yang ada dan digunakan sebagai sampel inputan diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah sebagai berikut. a. Master Data Fakultas dan Jurusan Master data fakultas dan jurusan merupakan tabel yang digunakan untuk menyimpan data fakultas maupun jurusan yang ada di Undiksha. Data fakultas dan jurusan dimasukkan oleh operator yang ditunjuk untuk tugas tersebut. b. Data Diri Dosen Data diri dosen merupakan data dasar dosen yang meliputi identitas diri dosen seperti nip, nidn, nama, alamat, nomor telepon, gelar akademik, riwayat pendidikan, tugas belajar, golongan, jabatan fungsional, dan riwayat jabatan struktural. c. Data Penelitian Data penelitian merupakan data tentang penelitian yang dilakukan oleh dosen yang memuat informasi judul-judul penelitian, tahun, dan jumlah dana penelitian yang diperoleh oleh dosen. d. Data Pengabdian Data pengabdian merupakan data tentang pengabdian yang dilakukan oleh dosen yang memuat informasi judul-judul pengabdian, tahun, dan jumlah dana pengabdian yang diperoleh oleh dosen. e. Data Karya Akademik Dosen Data karya akademik dosen merupakan karya-karya akademik dosen seperti makalah, jurnal, dan kegiatan ilmiah lainnya yang dilakukan oleh dosen. f. Data Unsur Penunjang
HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Pangkalan Data Dosen (PDD) merupakan sistem yang digunakan untuk mengelola data dosen yang terdiri dari data diri dosen dan unsur-unsur tri dharma perguruan tinggi dosen. Data diri dosen mencakup identitas dosen (seperti NIP, NIDN, Nama, Alamat, No HP, Fakultas dan Jurusan, riwayat pendidikan, tugas belajar, golongan, jabatan fungsional, dan riwayat jabatan struktural) dan unsur-unsur tri dharma perguruan tinggi dosen mencakup, pendidikan dan pengajaran, penelitian dan
213
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Data unsur penunjang merupakan data yang memuat sertifikat, piagam, maupuan surat tugas dosen tentang kegiatan-kegiatan dosen di luar unsur tri dharma perguruan tinggi.
sistem tidak ditampilkan. Tabel-tabel tersebut adalah sebagai berikut.
Dari jenis-jenis klasifikasi tersebut di atas, untuk selanjutnya dilakukan desain atau rancangan infrastruktur TIK dan database serta antarmuka untuk setiap proses yang ada.
Rancangan Infrastruktur TIK Rancangan infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau struktur jaringan lokal maupun global (internet), tampak seperti pada Gambar 4. Hasil implementasi pengembangan sistem PDD disimpan pada web server Jurusan Manajemen Informatika yang sudah dapat diakses melalui internet dengan alamat http://pdd.undiksha.ac.id. Tampilan antar muka dari halaman utama pada sistem ini tampak seperti pada Gambar 1. Serverserver Pusat Komputer sebagai pengendali sistem jaringan komputer di lembaga
Fiber Optic
Internet Service Provider
INTERNET
Fiber Optic
Fiber Optic
Server-server Fakultas, Jurusan, Unit, Lembaga, dll
Server-server Fakultas, Jurusan, Unit, Lembaga, dll
Komputer-komputer lab atau pengguna yg terhubung
Komputer-komputer lab atau pengguna yg terhubung
dengan wireless
dengan wireless
Gambar 1. Rancangan Infrastruktur TIK Rancangan Basisdata Rancangan Basis Data yang telah dikembangkan, dijabarkan dalam bentuk table-tabel yang memuat data yang akan dimasukkan ke dalam sistem. Berikut adalah beberapa tabel yang memuat informasi terkait dengan data yang disimpan. Tabeltabel yang ditampilkan berikut ini merupakan tabel-tabel yang berhubungan langsung dengan data yang simpan, sementara tabeltabel yang digunakan untuk konfigurasi
214
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Tampilan Antarmuka Sistem Berikut adalah beberapa tampilan antarmuka Sistem Pangkalan Data Dosen.
Gambar 4. Statistik Dosen Beradasarkan Golongan Gambar 4 merupakan tampilan antarmuka statistik dosen berdasarkan golongan. Pada antarmuka ini dapat dilihat statistik dosen berdasarkan golongan yang ada di masing-masing fakultas dari seluruh dosen yang ada di Universitas Pendidikan Ganesha.
Gambar 2. Tampilan Antarmuka Sistem
Gambar 3. Tampilan Antarmuka Informasi Dosen Pangkalan Data Dosen (PDD) sudah diimplementasikan di Universitas Pendidikan Ganesha, dan dapat dapat diakses melalui laman http://pdd.undiksha.ac.id. Gambar 2 dan Gambar 3 merupakan halaman antarmuka halaman utama dan halaman informasi dari salah satu dosen di Universitas Pendidikan Ganesha. Pada halaman antarmuka informasi dosen, dapat dilihat beberapa fitur yang berkaitan dengan kegiatan tri dharma perguruan tinggi dosen, seperti riwayat pendidikan, golongan, fungsional, dan riwayat tugas belajar. Dengan adanya fiturfitur ini, jika data sudah dilengkapi, maka akan dapat dilihat informasi detail terkait dengan dosen yang ada diseluruh Universitas Pendidikan Ganesha. Fitur-fitur lain dari sistem PDD tampak seperti pada Gambar 4, Gambar 5, Gambar 6, Gambar 7, Gambar 8, dan Gambar 9 berikut ini.
Gambar 5. Statistik Dosen Berdasarkan Jabatan Fungsional Gambar 5 merupakan tampilan antarmuka statistik dosen Universitas Pendidikan Ganesha berdasarkan Jabatan Fungsional. Pada Gambar 5 ini dapat dilihat seluruh dosen Universitas Pendidikan Ganesha per fakultas yang diklasifikasikan berdasarkan jabatan fungsional yang dimiliki. Melalui tampilan ini dapat dilihat jumlah dosen setiap fakultas yang belum fungsional (tenaga pengajar), jumlah dosen yang sudah fungsional dengan jabatan fungsional asisten ahli, jabatan fungsional lektor, jabatan fungsional lektor kepala, dan jabatan fungsional guru besar (profesor). Dengan demikian distribusi jabatan fungsional dosen per fakultas pada Universitas Pendidikan
215
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Ganesha dapat dilihat dengan detail dan menyeluruh.
Gambar 8. Tampilan Admin Salah Satu Dosen Gambar 8 merupakan tampilan antarmuka admin dari sisi dosen. Tampilan ini digunakan untuk manipulasi data dosen yang dapat dilakukan oleh setiap dosen sesuai dengan akun yang telah diberikan. Pada fitur ini, setiap dosen dapat melakukan menipulasi terhadap data diri, seperti identitas diri, riwayat pendidikan, riwayat tugas belajar, riwayat golongan, riwayat fungsional, dan riwayat jabatan yang pernah diemban. Melalui fitur ini juga, dosen dapat menambahkan semua aktivitas tri dharma perguruan tinggi dan unsur-unsur penunjang lainnya. Sebagai contoh misalnya untuk memasukkan penelitian-penelitian yang dilakukan oleh dosen seperti pada Gambar 9.
Gambar 6. Statistik Dosen Berdasarkan Riwayat Pendidikan Gambar 6 merupakan tampilan antarmuka statistik dosen berdasarkan riwayat pendidikan. Pada antarmuka ini dapat dilihat jumlah dosen pada masing-masing fakultas yang tingkat pendidikannya sarjana (S1), dan pascasarjana (S2 dan S3). Berdasarkan statistik ini, akan dapat dilihat oleh umum kualifikasi pendidikan terakhir yang dimiliki oleh dosen-dosen di seluruh fakultas pada Universitas Pendidikan Ganesha.
Gambar 7. Rekap Dosen Sesuai Tahun Gambar 9. Tampilan Antarmuka Penelitian Dosen
Gambar 7 merupakan tampilan antarmuka sistem PDD yang menampilkan rekap dosen sesuai tahun yang diinginkan. Pada tampilan tersebut, rekap dosen yang diminta adalah rekap dosen pada tahun 2016. Berdasarkan tampilan pada Gambar 7 dapat dilihat rekap dosen Universitas Pendidikan Ganesha secara keseluruhan yang mengkombinasikan antara jabatan fungsional dengan pendidikan terakhir masing-masing dosen.
Gambar 9 merupakan tampilan antarmuka daftar penelitian yang dilakukan oleh dosen. Melalui tampilan ini, dosen dapat melakukan manipulasi data penelitian, seperti penambahan judul penelitian beserta identitasnya dan melakukan penambahan daftar anggota yang terlibat dalam penelitian tersebut. Demikian beberapa fitur antarmuka sistem Pangkalan Data Dosen yang telah dikembangkan dan diimplementasikan.
216
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Sistem Pangkalan Data Dosen ini, sangat bermanfaat untuk pengelolaan data dosen beserta unsur-unsur tri dharma dosen. Dengan beberapa fitur yang sudah disebutkan di atas, kebutuhan informasi terkait dengan seluruh aktivitas dosen khususnya terkait dengan tri dharma perguruan tinggi dapat diketahui oleh masyarakat secara luas.
DAFTAR PUSTAKA A. A. Gede Agung. 2011. Pengembangan Model Peningkatan Profesionalisme Guru Berkelanjutan Pasca Sertifikasi Melalui Pendekatan Pengayaan Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Di Provinsi Bali. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan (JPPP). Volume 5, Nomor 3, Edisi Desember 2011. pp 377-395.
SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat diambil beberapa simpulan terkait dengan sistem pangkalan data dosen berbasis teknologi web, yaitu sebagai berikut. 1. Sistem Pangkalan Data Dosen (PDD) berbasis teknologi web, telah dikembangkan dan diimplementasikan di Universitas Pendidikan Ganesha dan dapat diakses pada jaringan internet melalui laman http://pdd.undiksha.ac.id 2. Sistem Pangkalan Data Dosen (PDD) merupakan sistem yang digunakan untuk mengelola data dosen yang terdiri dari data diri dosen dan unsur-unsur tri dharma perguruan tinggi dosen. Data diri dosen mencakup identitas dosen (seperti NIP, NIDN, Nama, Alamat, No HP, Fakultas dan Jurusan, riwayat pendidikan, tugas belajar, golongan, jabatan fungsional, dan riwayat jabatan struktural) dan unsurunsur tri dharma perguruan tinggi dosen mencakup, pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat 3. Pengembangan sistem Pangkalan Data Dosen (PDD) diawali dengan identifikasi sumber-sumber PDD, kemudian dilakukan perancangan infrastruktur TIK yang mendukung sistem tersebut, perancangan database, koding, dan implementasi. 4. Fitur-fitur yang ada pada sistem PDD telah mengakomodasi semua kebutuhan informasi terkait dengan data dosen, unsur-unsur kegiatan tri dharma perguruan tinggi, serta unsur-unsur penunjang kegiatan dosen lainnya.
Arif, B. Putra N, dkk. 2010. Perancangan Sistem Informasi Jurnal Ilmiah Dengan Pencarian Berbasis Bahasa Alami. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2010 (SNATI 2010) ISSN: 1907-5022. Yogyakarta, 19 Juni 2010. Bassil, Youssef. 2012. A Simulation Model for the Waterfall Software Development Life Cycle. International Journal of Engineering. Candiasa, I Made, dkk. 2011. Modul Hiperteks dengan Evaluasi On-line Sebagai Suplemen Pembelajaran Reguler di SMA dalam Upaya Peningkatan dan Pemerataan Mutu Pendidikan. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan (JPPP). Volume 5, Nomor 1, Edisi April 2011. pp 18-35. Depri Pramana. 2010. Sistem Informasi Karya Akademik Mahasiswa Berbasis Web. Laporan Tugas Akhir pada Jurusan Manajemen Informatika. Singaraja: tidak dipublikasikan. Rizal, Fathoni Aji, 2010. Pengembangan Garuda (Garba Rujukan Digital) Sebagai Sumber Rujukan Karya Ilmiah Di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2010 (SNATI 2010) ISSN: 1907-5022. Yogyakarta, 19 Juni 2010. Setemen, Komang, dkk. 2012. Pengembangan Aplikasi Pengelolaan Karya Ilmiah Mahasiswa dan Dosen Berbasis Teknologi Web. Jurnal Sains & Teknologi (JST). Volume 1, Nomor 2, Edisi Oktober 2012. pp 107-117.
217
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Tim
Penyusun, 2014. Pedoman Penghitungan dan Beban Kerja Dosen. UIN Sunan Ampel:Surabaya.
Tri Susilowati, 2010. Rancang Bangun ELibrary Berbasis Customer Relationship Management (Crm) Studi Kasus Stmik Pringsewu. Prosiding Konferensi Nasional Sistem dan Informatika 2010. ISSN:1979-9845. Bali, November 13, 2010 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2015, tentang Guru dan Dosen. Veronica S. Moertini dan Tim Pelaksana Program-1, 2006. Metodologi Perancangan Master Plan Pangkalan Data untuk Mendukung Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi. Laporan disampaikan pada Seminar Nasional Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi dan Sistem Pangkalan Data Pendukungnya tanggal 22 Desember 2006.
218
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
SISTEM INFORMASI BEBAN KERJA DOSEN FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN UNDIKSHA BERBASIS WEB Agus Aan Jiwa Permana1, Luh Joni Erawati Dewi2, Komang Setemen3 1Jurusan
ManajemenInformatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Undiksha; ManajemenInformatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Undiksha; 3Jurusan ManajemenInformatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Undiksha
2Jurusan
Email: [email protected]
ABSTRACT Since it was founded until now the Faculty of Technical and Vocational (FTK) has produced many human resources in the field of technical and vocational education. Some administrative work in FTK is still done manually. One routine administrative work done in FTK is charging load faculty performance (BKD) and evaluation.Under Law No. 14 of 2005 on Teachers and Lecturers and Government Regulation No. 37 of 2009 concerning Lecturer. Lecturers are required to meet the workload that has been designed and reported in accordance with the applicable rules. The activities include Tridharma college activities, activities supporting elements, the activities of lecturers with additional tasks and obligations as well as Professor of physical evidence and the validity period of physical evidence.The above problem can be solved by developing an online system that charging data BKD can be filled without limited space and time. The stored data becomes easy to be managed and evaluated by assessors. Based on the exposure necessary to develop a system BKD online at the Faculty of Technical and Vocational Undiksha. Keywords:BKD, FTK, Online, Tridharma college activities
ABSTRAK Sejak didirikan sampai sekarang Fakultas Teknik dan Kejuruan (FTK) telah banyak menghasilkan sumberdaya manusia dibidang pendidikan teknik dan kejuruan. Beberapa pekerjaan administrasi di FTK masih dikerjakan secara manual. Salah satu pekerjaan adminstrasi rutin yang dilakukan di FTK adalah pengisian beban kinerja dosen (BKD) dan evaluasinya. Berdasarkan UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 2009 tentang Dosen. Dosen diwajibkan untuk memenuhi beban kerja yang sudah dirancang dan dilaporkan sesuai dengan aturan yang berlaku. Adapun aktivitas tersebut antara lain kegiatan tridharma perguruan tinggi, kegiatan unsur penunjang, kegiatan dosen dengan tugas tambahan dan kewajiban khusus Profesor beserta bukti fisik dan masa berlaku bukti fisik. Permasalahan di atas dapat diatasi dengan mengembangkan sebuah sistem BKD online sehingga pengisian data dapat diisi tanpa terbatas ruang dan waktu. Data yang disimpan menjadi mudah untuk dikelola dan dievaluasi oleh asesor. Berdasarkan paparan tersebut, perlu dikembangkan sebuah sistem BKD online pada Fakultas Teknik dan Kejuruan Undiksha. .Kata kunci: BKD, FTK, Online, Tridharma Perguruan Tinggi
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (S1), Jurusan Pendidikan Teknik Informatika (S1), Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (S1), Jurusan Manajemen Informatika (D3), Jurusan Teknik Elektronika (D3), dan Jurusan Pendidikan Teknik Mesin (S1). Sejak didirikan sampai sekarang FTK telah banyak
PENDAHULUAN Fakultas Teknik dan Kejuruan (FTK) merupakan bagian dari Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) yang berdiri sejak tahun 1990. Sampai tahun 2015, FTK memiliki enam jurusan, yaitu: Jurusan
219
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
menghasilkan sumberdaya manusia dibidang pendidikan teknik dan kejuruan. Sebagai salah satu fakultas yang memiliki jurusan sangat erat kaitannya dengan teknologi, beberapa pekerjaan administrasi di FTK masih dikerjakan secara manual. Salah satu pekerjaan adminstrasi rutin yang dilakukan di FTK adalah pengisian beban kinerja dosen (BKD) dan evaluasinya. Berdasarkan UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 2009 tentang Dosen, secara jelas dinyatakan bahwa tugas utama seorang dosen adalah melaksanakan tridharma perguruan tinggi dengan beban kerja paling sedikit sepadan dengan 12 SKS dan paling banyak 16 SKS pada setiap semester (Tim Penyusun, 2012) yang akan direkap setiap setahun sekali. Dosen diwajibkan untuk memenuhi beban kerja yang sudah dirancang dan dilaporkan sesuai dengan borang yang sudah dikeluarkan DIKTI. Adapun aktivitas yang ada antara lain kegiatan tridharma perguruan tinggi, kegiatan unsur penunjang, kegiatan dosen dengan tugas tambahan dan kewajiban khusus Profesor beserta bukti fisik dan masa berlaku bukti fisik. Dalam pengisian data banyak dosen yang mengalami masalah karena bingung dalam perhitungan skor jika diisi secara manual, karena terkait dengan beberapa bidang. Data yang diisi oleh masing-masing dosen di FTK belum terkomputerisasi, sehingga data BKD yang sudah dikumpulkan dapat saja hilang begitu saja. Selain itu, pegawai yang ditugaskan menangani juga bisa saja posisinya diganti oleh pegawai yang lain. Permasalahan di atas dapat diatasi dengan mengembangkan sebuah sistem BKD online sehingga pengisian data dapat diisi tanpa terbatas ruang dan waktu. Data yang disimpan menjadi mudah untuk dikelola dan dievaluasi asesor. Berdasarkan paparan tersebut, perlu dikembangkan sebuah sistem BKD online pada Fakultas Teknik dan Kejuruan Undiksha. Dengan adanya sistem ini diharapkan dapat mengurangi beban kerja
asesor dan proses penilaian dapat konsisten. Sistem nantinya dapat memanfaatkan data dari sistem informasi akademik (SIAK), dengan data pendukung yang berasal dari pangkalan data dosen (PDD). Pendefinisian Masalah
Pengumpulan Data
Analisis Kebutuhan
Perancangan Sistem
Pengembangan Sistem
Pengujian Sistem Gambar 1. Tahapan Pengembangan Sistem METODE Tahapan Penelitian Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah System Development Live Cycle (SDLC) dengan model waterfall. SDLC merupakan salah satu metodologi pengembangan perangkat lunak yang umum digunakan dalam beberapa teknik dan bidang industri seperti rekayasa sistem, perangkat lunak, teknik mesin, dan ilmu komputer. Model waterfall merupakan proses pengembangan perangkat lunak secara sekuensial dengan daftar tahapan yang mengalir ke bawah (Bassil, 2012). Adapun tahapan-tahapan pengembangan sistem yang akan dilaksanakan terlihat pada Gambar 1. Metode Pengumpulan Data Adapun metode yang akan digunakan dalam pengumpulan data atau fakta yang relevan dengan sistem adalah sebagai berikut. 1. Observasi, dengan mengamati langsung ke FTK
220
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
2. Wawancara, langsung dengan dosen dan pembantu dekan yang mengetahui tentang BKD. 3. Studi dokumen dengan membaca berbagai buku, makalah dan bahan bacaan lain sebagai referensi yang dapat dijadikan acuan untuk pengembangan sistem. Selain itu data dan informasi yang di butuhkan juga diperoleh dengan mengunjungi berbagai situs-situs terkait yang menyediakan berbagai informasi yang relevan dengan bahasan penelitian. Alur Identifikasi Data
Analisis data bertujuan untuk mengidentifikasi data yang dibutuhan sistem dalam pengembangannya. Secara umum dosen membuat laporan kinerja setiap semester baik genap/ganjil. Laporan kinerja memuat semua aktivitas Tridharma Perguruan Tinggi meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan aktivitas penunjang lainnya dalam format laporan dilengkapi dengan semua bukti pendukungnya diserahkan kepada asesor BKD untuk dinilai dan dimintai persetujuan. Adapun gambaran umum dari sistem BKD yang akan dikembangkan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Gambaran Umum Sistem (Sumber : Tim Penyusun, 2014) Secara garis besar, dapat dijelaskan bahwa pendukung untuk kepentingan beberapa proses pada sistem yang akan akreditasi, dan lain-lain. dibangun antara lain : 3. Bila Gagal Laporan BKD dikembalikan 1. Dosen membuat laporan kinerja setiap ke dosen yang bersangkutan. semester. 4. Dekan mengesahkan hasil evaluasi dan 2. Bila lolos dokumen pendukung mengkompilasi rekap penilaian di dikembalikan kepada dosen tingkat Fakultas. bersangkutan, Fakultas atau Program 5. Rekap dari Fakultas diteruskan ke Studi perlu mempunyai copy dokumen Rektor c.q. Lembaga Penjaminan Mutu.
221
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
6.
7.
Lembaga Penjaminan Mutu mengkompilasi hasil penilaian dan membuat rekap laporan yang disahkan oleh Rektor Dalam hal terjadi selisih pendapat antara asesor satu dengan asesor dua maka Lembaga Penjaminan Mutu menunjuk asesor ketiga.
Adapun proses awal yang dilakukan untuk memperoleh data adalah melalui observasi ke FTK, mencari informasi terkait dengan BKD, melakukan wawancara dengan staff dosen, dan beberapa pejabat di lingkungan FTK. Setelah proses identifikasi dan pengumpulan data, maka langkah selanjutnya adalah merancang sebuah basisdata sebagai acuan untuk pengembangan sistem yang akan digunakan untuk memasukkan, mengolah, serta mencetak data BKD dosen. Adapun tabel yang dikembangkan untuk sistem ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel1. Daftar nama tabel sistem Nomor Nama Tabel 1 Kategori Penelitian 2 Penelitian 3 Kategori Penunjang 4 Penunjang 5 BKD Dosen 6 Tipe Dosen 7 Status Belajar 8 Data Perguruan Tinggi 9 Login 10 Kategori Pendidikan 11 Pendidikan 12 Kategori Pengabdian 13 Pengabdian 14 Kategori Profesor 15 Kewajiban Profesor
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan telah berjalan dari bulan Maret, sampai pada Agustus telah menghasilkan beberapa kemajuan meliputi proses identifikasi permasalahan, pengumpulan data, perancangan basisdata, perancangan halaman master data, halaman admin, dan halaman user. Namun beberapa hal yang masih dikembangkan untuk menghasilkan sebuah sistem seperti yang diharapkan. Dengan alokasi waktu yang minim, sistem diharapkan sudah mampu untuk diselesaikan dan selanjutnya adalah proses integrasi dengan basisdata pada sistem lain seperti Sistem Informasi Akademik (SIAK) dan Pangkalan Data Dosen (PDD) di Undiksha. Adapun tujuan dari proses integrasi ini untuk menghasilkan sebuah sistem sesuai dengan masukkan adalah sebagai berikut : Mengurangi redudansi data / duplikasi data Sistem memiliki data yang transparan Terdapat panduan dalam pengisian skor untuk BKD Konsistensi penilaian dari asesor Mengurangi beban kerja asesor Sistem dapat menghasilkan output yang lebih bermanfaat, misalkan sebagai dasar untuk pemberian renumerasi.
Dengan proses login, user dapat mengakses sistem. Adapun contoh halaman admin yang dapat diakses oleh user dengan level super admin adalah seperti Gambar 3. Data utama yang digunakan dalam sistem dimasukkan melalui halaman data master yang nantinya diproses untuk menghasilkan keluaran berupa pelaporan. Adapun rancangan halaman master data dapat dilihat seperti Gambar 4. Dengan proses login, user dapat mengakses sistem. Adapun contoh halaman admin yang dapat diakses user dengan level super admin adalah seperti Gambar 5.
Pembahasan
222
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 3. Halaman Login
Gambar 4. Halaman Master
Gambar 5. Halaman Admin sistem akademik (SIAK) Undiksha. Data penelitian dan pengabdian dosen dapat diintegrasikan dengan sistem pangkalan data dosen (PDD). Beberapa saran untuk pengembangan sistem pengembangan sistem selanjutnya antara lain : 1. Pengembangan halaman sesuai dengan hak akses user
SIMPULAN
Pengembangan aplikasi sejauh ini sudha berjalan lancar. Data master penelitian sudah diselesaikan, namun dalam perkembangannya untuk mengurangi duplikasi sistem ini perlu diintegrasikan dengan sistem lain seperti untuk mengambil data mata kuliah yang diajarkan dosen dari
223
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
2.
3. 4.
Pedoman dalam pengisian skor untuk BKD bagi asesor untuk konsistensi penilaian. Pengujian sistem di tingkat jurusan dan fakultas Pembuatan buku panduan sistem
DAFTAR RUJUKAN
Bassil, Youssef. 2012. A Simulation Model for the Waterfall Software Development Life Cycle.International Journal of Engineering Tim Penyusun, 2014, Pedoman Penghitungan dan Beban Kerja Dosen, UIN Sunan Ampel : Surabaya
224
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
IMPLEMENTASI MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN VOKASIONAL I Made Tegeh Jurusan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha Email:[email protected]
ABSTRACT Vocational educational are integrating of balance theories and practices that orientation to readiness work of graduate. Vocational educational curriculum focussing on apprenticenship of learningin specific trades. The exellent of vocational education such as student can development his expert in accordance with the real need. Therefore lecturer need implement innovative instructional models in vocational education. The instructional models are implementating in vacational instructional such as Two Stay Two Stray, Nature of Science Orientation, Self Regulated Learning, Problem-Based Learning, Project-Based Learning, and Group Investigation. Key words: instructional model, innovative, vocational education ABSTRAK
Pendidikan vokasional merupakan penggabungan teori dan praktik secara seimbang dengan orientasi pada kesiapan kerja lulusannya. Kurikulum dalam pendidikan vokasional terkonsentrasikan pada sistem pembelajaran keahlian (apprenticenship of learning) pada kejuruankejuruan khusus (specific trades). Kelebihan pendidikan vokasional ini, antara lain mahasiswa secara langsung dapat mengembangkan keahliannya disesuaikan dengan kebutuhan lapangan atau bidang tugas yang akan dihadapinya. Untuk itu dalam pembelajaran pada pendidikan vokasional perlu diimplementasikan model-model pembelajaran inovatif yang sesuai dengan karakteristik pendidikan vokasional. Model-model pembelajaran yang dapat diimplementasikan antara lain model pembelajaran Two Stay Two Stray, Berorientasi Nature of Science,Self Regulated Learning, Problem-Based Learning, Project-Based Learning, dan Group Investigation (GI). Kata kunci: model pembelajaran, inovatif, pendidikan vokasional
sektor pembangunan yang berbasis kedaerahan lainnya, seperti kehutanan, pertanian, koperasi, pariwisata, dan lain sebagainya. Bersamaan dengan itu, pemerintah juga mengeluarkan UndangUndang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kedua undang-undang tersebut membawa perspektif baru yang amat revolusioner dalam konteks perbaikan sektor pendidikan, yang mendorong pendidikan
1. Pendahuluan Reformasi bidang politik di Indonesia pada penghujung abad ke-20, telah membawa perubahan besar pada kebijakan pengembangan sektor pendidikan, yang secara umum bertumpu pada dua paradigma baru yaitu otomisasi dan demokratisasi (Rosyada, 2004). Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah telah meletakkan sektor pendidikan sebagai salah satu yang diotonomisasikan bersama sektor-
225
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
sebagai urusan publik dan urusan masyarakat secara umum dengan mengurangi otoritas pemerintah, baik dalam kebijakan kurikulum, manajemen, maupun berbagai kebijakan pengembangan institusi pendidikan itu sendiri. Arah reformasi pendidikan di awal abad ke-21 ini adalah demokratisasi dalam pengembangan dan pengelolaan pendidikan, didukung oleh komunitasnya sebagai kontributor dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut. Arah reformasi pendididikan tersebut penting untuk menghadapi tantangan pendidikan abad ke21. Tantangan pendidikan abad ke-21 adalah membangun masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society) (Chaeruman, 2008). Kesuksesan individu dalam dunia kerja pada abad ke-21 tidak cukup hanya berpengetahuan luas, tetapi juga bagaimana menyimpan pengetahuan saat ini, mengaplikasikannya untuk memecahkan masalah baru, dan berfungsi sebagai anggota tim (Artinio, 2008). Salah satu upaya penyiapan sumber daya manusia untuk memiliki keahlian dan siap kerja adalah penyelenggaraan pendidikan vokasional. Pendidikan vokasional merupakan penggabungan teori dan praktik secara seimbang dengan orientasi pada kesiapan kerja lulusannya. Kurikulum dalam pendidikan vokasional terkonsentrasikan pada sistem pembelajaran keahlian (apprenticenship of learning) pada kejuruankejuruan khusus (specific trades). Kelebihan pendidikan vokasional ini, antara lain mahasiswa secara langsung dapat mengembangkan keahliannya disesuaikan dengan kebutuhan lapangan atau bidang tugas yang akan dihadapinya (Zapullah, dkk., 2011). Sesuai dengan karakteristik pendidikan vokasional, maka perlu pemilihan dan pengimplemantasian model-model pembelajaran inovatif untuk pendidikan vokasional. 2. Model Pembelajaran Sebelum membahas pembelajaran, perlu dipaparkan
berbagai istilah yang sering digunakan dalam dunia pembelajaran. Istilah-istilah tersebut antara lain strategi, metode, teknik, dan pendekatan serta model. Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Pengatur strategi menimbang kekuatan sendiri dan kekuatan lawan. Selanjutnya, ia menyusun tindakan apa yang harus dilakukannya, baik siasat peperangan yang harus dilakukan, taktik dan teknik peperangan, maupun waktu yang pas untuk menyerang. Demikian pula seorang pelatih sepakbola, ia akan menentukan strategi yang dianggapnya tepat untuk memenangkan suatu pertandingan. Dengan memahami potensi timnya dan potensi tim lawan, ia menerapkan suatu strategi dengan pola 4-4-2, 5-3-2, atau pola yang lain. Dari dua ilustrasi tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (David dalam Sanjaya, 2007). Jadi, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua hal yang patut dicermati dari pengertian di atas. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar, semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian
model tentang
226
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas dan dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implemetasi suatu strategi. Kemp (dalam Sanjaya, 2005) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat di atas, Dick & Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Nah, sekarang bagaimana upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, ini yang dinamakan metode. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa terjadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya, untuk melaksanakan strategi ekspositori bisa digunakan metode ceramah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan media pembelajaran. Oleh karenanya, strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan kata lain, strategi adalah a plan of operation achieving something; sedangkan metode adalah a way in achieving something. Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Roy Killen (dalam Sanjaya, 2007) misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approach) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approach). Pendekatan ang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif. Selain strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran, terdapat juga istilah lain yang kadang-kadang sulit dibedakan, yaitu teknik dan taktik mengajar. Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara yang bagaimana yang harus dilakukan agar metode ceramah yang dilakukan berjalan efektif dan efisien? Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan proses ceramah sebaiknya memerhatikan kondisi dan situasi. Misalnya, berceramah pada siang hari dengan jumlah siswa yang banyak tentu saja akan berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi hari dengan jumlah siswa yang terbatas. Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Dengan demikian, taktik sifatnya lebih individual. Misalnya, walaupun dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang sama, sudah pasti mereka akan melakukannya secara berbeda, misalnya dalam taktik menggunakan ilustrasi atau menggunakan gaya bahasa agar materi yang disampaikan mudah dipahami.
227
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Dari penjelasan di atas, maka dapat ditentukan bahwa suatu strategi pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan; sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan dalam penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan guru yang lain. Bagaimana dengan istilah model pembelajaran? Joyce & Weil (1980) mendefinisikan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Gunter, et al. (1990:67) mengemukakan ”an instructional model is a step-by-step procedure that leads to specific learning outcomes”. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran bersifat preskriptif, yang berarti mempreskripsikan bagaimana memanfaatkan metode dan kondisi belajar untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Unsur-unsur apa yang ada dalam model pembelajaran? Joyce & Weil (1980) menyatakan bahwa model pembelajaran mempunyai lima unsur: (1) syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran, (2) social system, suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran, (3) principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa, (4) support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan (5) instructional and nurturant effects, hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan dan hasil belajar di luar yang telah ditetapkan.
3. Pembelajaran Inovatif Secara harfiah kata inovatif merupakan kata sifat dari kata benda inovasi (innovation) yang berarti ”pembaharuan, perubahan (secara) baru” (Echols dan Shadily, 2003: 323). Inovatif juga berasal dari kata kerja innovate yang berarti make change atau introduce new thing (idea or techniques) in order to make progress. Dengan demikian, pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas oleh guru atas dorongan gagasan barunya yang merupakan produk dari belajar bagaimana belajar untuk melakukan langkah-langkah belajar, sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar. “Pembelajaran inovatif juga mengandung arti pembelajaran yang dikemas oleh guru atau instruktur lainnya yang merupakan wujud untuk memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil belajar” (Santyasa, 2009:6). Berdasarkan definisi kata inovatif secara harfiah, dalam pembelajaran inovatif terkandung makna pembaharuan. Ide pembaharuan muncul karena dalam diri seseorang dirasakan adanya anomali atau krisis paradigma yang dianutnya dalam memecahkan masalah belajar. Oleh karena itu dibutuhkan paradigma baru dalam pebelajaran yang diyakini mampu memecahkan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran. Perubahan paradigma pembelajaran seyogyanya diakomodasi oleh semua pihak yang terkait, baik itu dosen itu sendiri, pimpinan lembaga, laboran, pustakawan, dan sebagainya. Perubahan paradigma menuju ke pembelajaran inovatif sering dianggap pengganggu kenyamanan diri, karena pada hakikatnya seseorang secara alamiah lebih mudah terjangkit virus rutinitas. Selain itu, perubahan paradigma tersebut dianggap sebagai sesuatu yang akan membawa diri individu keluar dari zona nyaman. Padahal di dalam dunia pendidikan, banyak kalangan yang mengakui bahwa pekerjaan rutin cenderung tidak menggairahkan, menjadikan pendidikan jalan di tempat atau tidak pernah
228
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
ada kemajuan dan ketinggalan zaman. Hal ini dapat mengancam eksistensi pendidikan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, yang mampu bersaing di era belajar ini. Faktor-faktor penghambat tumbuhnya pembelajaran inovatif adalah keunggulan inovasi relatif sulit untuk dijelaskan dan dibuktikan, sering dianggap mengkonsumsi waktu dan biaya yang banyak, pelaksanaan cenderung partial, kerumitan inovasi sering menghantui orang untuk diam di jalan rutinitas, dan kesederhaan paradigma dalam penyebaran inovasi berpotensi mengurangi keyakinan dan pemahaman bagi para praktisi terhadap inovasi. Selain itu, kompetensi dosen yang kurang memadai juga merupakan penghambat penyebarluasan inovasi pembelajaran. Untuk itu perlu upaya-upaya untuk meningkatkan kompetensi dosen dan peningkatan atmosfir akademik di perguruan tinggi melalui perubahan paradigma pembelajaran. Perubahan paradigma pembelajaran merupakan cikal bakal untuk menciptakan dan menerapkan pembelajaran inovatif. Perubahan paradigma tumbuh dari adanya refleksi terhadap eksistensi paradigma lama menuju paradigma baru yang dihipotesiskan mampu memecahkan masalah. Menurut Santyasa (2009) paradigma pembelajaran yang merupakan hasil gagasan baru adalah (1) peran dosen lebih sebagai fasilitator, pembimbing, konsultan, dan mitra belajar, (2) jadwal fleksibel, terbuka sesuai kebutuhan, (3) belajar diarahkan oleh siswa sendiri, (4) belajar berbasis masalah, proyek, dunia nyata, tindakan nyata, dan refleksi, (5) perancangan dan penyelidikan, (6) kreasi dan investigasi, (7) kolaborasi, (8) fokus masyarakat, (9) komputer sebagai alat, (10) presentasi media dinamis, dan (11) penilaian kinerja yang komprehensif. Shambaugh & Magliaro (2006) menuliskan lima tema utama belajar yang telah muncul dari penelitian-penelitian tiga puluh tahun yang lalu sebagai konsep belajar
saat ini. Kelima konsep belajar tersebut adalah (1) organizing knowledge in memory, (2) solving problems, (3) developing learners, (4) learning how to learn, dan (5) living and learning in the world. Konsepkonsep belajar tersebut diperlukan untuk membelajarkan siswa menghadapi abad belajar. Lahirnya tema utama belajar sebagai konsep belajar saat ini menunjukkan bahwa di abad belajar ini telah terjadi perubahan paradigma belajar. Perubahan paradigma terjadi sebagai akibat seseorang menjalani becoming process, baik pada dimensidimensi duniawi maupun yang mampu menembus dimensi spiritual (Santyasa, 2006). Perubahan paradigma belajar tersebut tercermin dalam perubahan pandangan terhadap belajar dan mengajar. Gu & Wang (2006: 59) mengemukakan: “A changing view of learning and teaching has been prevalent around the world, with a greater emphasis on social and constructivist dimensions.” Hal ini berarti bahwa pandangan terhadap belajar dan mengajar saat ini mendapat penekanan yang lebih besar pada dimensi sosial dan konstruktivistik. 4. Model-Model Pembelajaran Inovatif Saat ini terdapat berbagai model pembelajaran inovatif yang telah diterapkan oleh guru-guru di berbagai jenjang pendidikan dan dosen di perguruan tinggi. Khusus untuk pendidikan vokasional, beberapa model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam perkuliahan antara lain model pembelajaran: Two Stay Two Stray, Berorientasi Nature of Science,Self Regulated Learning, Problem-Based Learning, Project-Based Learning, Group Investigation (GI), dan lain-lain. Modelmodel pembelajaran tersebut memiliki langkah-langkah penerapan atau sintaks tertentu. 4.1 Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)
229
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Model pembelajaran ini diciptakan oleh Spencer Kagan tahun 1992. Sintaks model pembelajaran Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu) terdiri atas lima langkah. (1) Persiapan Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan dosen adalah membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, membuat tugas mahasiswa, membagi mahasiswa menjadi beberapa kelompok heterogen dengan anggota tiap kelompok empat orang. (2) Presentasi Dosen menyampaikan indikakator dan tujuan pembelajaran, mengenalkan dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana yang telah dibuat. (3) Kegiatan Kelompok Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar tugas yang dipelajari dan dikerjakan secara berkelompok. Setelah tugas selesai dikerjakan, dua orang kelompok ditugaskan untuk bertamu ke kelompok lain dan dua orang tinggal di kelompok untuk melayani tamu dari kelompok lain. Setelah memperoleh informasi dari kelompok lain, dua orang yang berperan sebagai tamu kembali ke kelompok untuk mendiskusikan dan membahas temuan dari kelompok lain. (4) Formalisasi Kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok untuk didiskusikan dengan kelompok lain. Dosen memberi ulasan atau penjelasan seperlunya. (5) Evaluasi Kelompok dan Penghargaan Pada tahap ini dosen melakukan evaluasi terhadap kemampuan mahasiswa menguasai materi dan selanjutnya pemberian penghargaan kepada kelompok dengan melihat rata-rata skor perolehan kelompok. 4.2 Model Pembelajaran Nature of Science (NOR)
Menurut Wenning (2006) sintaks model pembelajaran Berorientasi NOR terdiri atas enam tahap. (1) Background Reading Mahasiswa diarahkan membaca buku dan/atau artikel serta membuat laporan bab atau tema tertentu, sehingga mereka dapat menyusun latar belakang pembelajaran yang akan dilakukan. (2) Case Study Discussion Dosen menyediakan ruang diskusi untuk melayani pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mahasiswa. (3) Inquiry Lesson Dosen membimbing mahasiswa dalam berpikir dan memfokuskan pertanyaan serta penjelasan seperlunya tentang penelitian ilmiah. (4) Inquiry Lab Mahasiswa belajar memahami proses dan keterampilan berpikir layaknya ilmuan dan memahami karakteristik penelitian ilmiah dengan panduan lembar kerja mahasiswa. (5) Historical Studies Pada tahap ini dosen mendrong mahasiswa untuk menyajikan deskripsi tentang manfaat pembelajaran yang dilakukan, tidak hanya mengenai pemahamannya terhadap Nature of Science dan kemampuan mengungkap dan menerapkan pemahaman terhadap realitas alam, tetapi juga perkembangan sikap dan persepsi mahasiswa terhadap materi yang menjadi objek inquiry lab. (6) Multiple Assessments Teknik-teknik asesmen yang dapat dilakukan adalah asesmen kerja, portofolio, dan tes. 4.3 Model Pembelajaran Self Regulated Learning (SRL) Menurut Philip (2006) model pembelajaran SLR mencakup tujuh langkah sebagai berikut. (1) Analyze Dosen memfasilitasi mahasiswa menganalisis tujuan pembelajaran.
Berorientasi
230
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Mahasiswa juga menggorganisasi materi pembelajaran serta konsep sebelumnya yang terkait agar lebih mudah memahami pembelajaran yang dilakukan. Plan Mahasiswa merancang kegiatan pembelajaran, seperti merencanakan semua alat, bahan serta sumber belajar yang digunakan untuk menunjang pembelajarannya dan memilih strategi belajar yang sesuai. Dosen dalam hal ini berperan sebagai fasilitator dan mediator. Implement Dosen membimbing mahasiswa memilih dan mengimplementasikan perencanaannya dalam proses pembelajaran. Mahasiswa dalam tahap ini belajar aktif dan mandiri dalam melakukan praktikum. Comprehend Dosen membimbing mahasiswa mengamati pemahamannya sendiri terhadap konsep-konsep yang telah dipelajari mahasiswa. Mahasiswa mencatat permasalahan yang belum terpecahkan untuk didiskusikan dalam kelompok. Problem Solving Mahasiswa memecahkan masalahmasalah yang dihadapi serta konsepkonsep yang belum dimengerti selama pembelajaran. Mahasiswa dapat melakukan diskusi kelompok atau diskusi klasikal. Guru mengarahkan mahasiswa dalam berdiskusi. Evaluate Dosen membimbing mahasiswa melakukan evaluasi diri tentang apa yang telah dilakukan dalam pembelajaran. Dasar dari evaluasi diri ini yaitu kesesuaian antara pembelajaran dengan kinerja serta hasil yang dicapai. Modify Mahasiswa mengelaborasi hasil evaluasi diri dan menarik kesimpulan pembelajaran. Peran dosen hanya sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran.
4.4 Model Pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) Menurut Arends (2004) sintaks model pembelajaran PBL terdiri atas lima tahap. (1) Mengorientasi mahasiswa pada masalah Pada tahap ini, dosen menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi mahasiswa agar terlibat aktif dalam aktivitas pemecahan masalah. (2) Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar Dosen membantu mahasiswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. (3) Membantu penyelidikan sendiri dan kelompok Dosen mendorong mahasiswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan serta solusi. (4) Menghasilkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkan Dosen membantu mahasiswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti: laporan, video, model, presentasi, dan lain-lain. (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Dosen membantu mahasiswa untuk merefleksi dan mengadakan evaluasi terhadap penyelidikan dan pembelajaran yang mereka lakukan. 4.5 Model Pembelajaran Project-Based Learning (PjBL) Menurut Santyasa (2011) model pembelajaran PjBL mencakup lima langkah sebagai berikut. (1) Menetapkan Tema Proyek Dosen bersama mahasiswa menetapkan tema proyek yang memenuhi indikatorindikator: (a) memuat gagasan umum dan orisinal, (b) penting dan menarik, (c) mendeskripsikan masalah kompleks, (d) mencerminkan berbagai gagasan, dan (e)
231
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
(2)
(3)
(4)
(5)
mengutamakan pemecahan masalah ill defined. Menetapkan Konteks Belajar Dosen menetapkan konteks belajar yang memenuhi indikator: (a) pertanyaanpertanyaan proyek mempersoalkan dunia nyata, (b) mengutamakan otonomi belajar, (c) melakukan inkuri dalam konteks masyarakat, (d) mahasiswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efisien, (e) mahasiswa belajar penuh kontrol diri, dan (f) mensimulasikan kerja secara profesional. Merencankan Aktivitas-aktivitas Dosen merancang pengalaman belajar mahasiswa terkait dengan merencanakan proyek seperti: (a) membaca, (b) meneliti, (c) observasi, (d) interview, (e) merekam, (f) mengunjungi objek yang berkaitan dengan proyek, dan (g) akses internet. Memroses Aktivitas-aktivitas Dosen memfasilitasi aktivitas mahasiswa, seperti: (a) membuat sketsa, (b) melukiskan analisa, (c) menghtung, (d) menggeneralisasikan, dan (e) mengembangkan prototipe. Menerapkan Aktivitas-aktivitas Dosen membimbing mahasiswa menerapkan aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek. Langkah-langkah yang dilakukan adalah (a) mencoba mengerjakan proyek, (b) menguji langkah-langkah yang dikerjakan dan hasil yang diperoleh, (c) mengevaluasi hasil yang diperoleh, (d) merevisi hasil yang telah diperoleh, (e) melakukan daur ulang proyek yang lain, dan (f) mengklasifikasikan hasil terbaik.
Dosen menfasilitasi mahasiswa menelaah sumber-sumber informasi, memilih topik, dan mengkategorikan saran-saran. (2) Merencanakan Tugas-tugas Belajar Dosen memfasilitasi mahasiswa dalam kelompok masing-masing, yang meliputi: apa yang diselidiki, bagaimana melakukannya, siapa sebagai apa, pembagian kerja, untuk tujuan apa topik ini diinvestigasi. (3) Melaksanakan Investigasi Mahasiswa mencari informasi, menganalisis data, membuat simpulan. Para mahasiswa bertukar pikiran, mendiskusikan, mengklarifikasi, dan mensintesis ide-ide. (4) Menyiapkan Laporan Mahasiswa menentukan pesan-pesan esensial, merencanakan apa yang dilaporkan dan bagaimana membuat presentasinya. (5) Mempresentasikan Laporan Akhir Mahasiswa mempresentasikan laporan akhir dan mahasiswa dari kelompok lain mengajukan pertanyaan atau menyampaikan komentar. (6) Evaluasi Dosen memfasilitasi mahasiswa berbagi mengenai balikan terhadap topik yang dikerjakan, kerja yang telah dilakukan, dan pengalaman-pengalaman afektifnya. Dosen dan mahasiswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran. 5. Penutup Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas oleh dosen atas dorongan gagasan barunya yang merupakan produk dari belajar bagaimana belajar untuk melakukan langkah-langkah belajar, sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar. Untuk dapat menerapkan model pembelajaran inovatif, maka dosen perlu melakukan perubahan paradigma pembelajaran. Perubahan paradigma pembelajaran akan berdampak pada perubahan: (1) dari pembelajaran yang berpusat pada guru ke pembelajaran yang berpusat pada siswa; (2)
4.6 Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Menurut Slavin (1995) langkah model pembelajaran GI meliputi enam tahapan. (1) Mengidentifikasi Topik dan Mengorganisasikan Mahasiswa ke dalam Kelompok Belajar
232
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
dari pembelajaran yang bersifat mentransfer pengetahuan kepada siswa ke pembelajaran yang membangun pengetahuan oleh siswa; (3) dari pembelajaran yang dievaluasi dengan tes ke pembelajaran yang menggunakan evaluasi otentik, dan (4) dari pembelajaran hafalan ke pembelajaran bermakna, serta perubahan-perubahan lain yang menuju ke peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Joyce, B. & Weil, M. 1980. Model of Teaching. New Jersey: Prentce-Hall, Inc. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005tentang Standar Nasional Pendidikan. Bandung: Citra Umbara. Philip, B. 2006. Self Regulated Approach to Strategic Learning: A Socio Cognitive Perspective. Journal of Language Teaching, Linguistic and Literature. Tersedia pada http:/myais.fsktm.um.edu.my/9518/1 / Bromeley_Philip_p.8-21.pdf. (diakses tanggal 5 Juli 2014).
Daftar Rujukan Arends, R. I. 2004. Learning to Teach. Sixth Edition. New York: McGrw-Hill. Artinio, A. R. Jr. 2008. “A Brief Analysis of Research on Problem-Based Learning”. Tersedia pada (http://eric.ed.gov/ERICDocs/data/er icdocs2sql/ content_storage_01/0000019b/80/3d/ e9/db.pdf (diakses tanggal 25 April 2009).
Rosyada, D. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Chaeruman, U. A. 2008. Mendorong Penerapan E-Learning di Sekolah. Jurnal Teknodik, 12 (1): 26-32.
Shambaugh, N. & Magliaro, S. G. 2006. Instructional Design. Boston: Pearson Education, Inc.
Dick, W. & Carey, L. 1985. The Systematic Design of Instruction. Illinois: Scott,Foresman and Company.
Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Echols, J. M. dan Shadilly H. 2003. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Santyasa, I W. 2011.Pembelajaran Inovatif. Bahan ajar. Singaraja: UNDIKSHA.
Gu, L. & Wang, J. 2006. “School-Based Research and Professional Learning: An Innovative Model to Promote Teacher Professional Development in China”. Teaching Education, Volume 17, Nomor 1 (hlm. 59-73).
Santyasa, I W. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Makalah disampaikan pada Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru, Singaraja, September 2009.
Gunter, M. A, et al. 1990. Instruction: A Models Approach. Boston: Allyn and Bacon.
Santyasa, I W. 2006. Pengakomodasian Perubahan Paradigma Peserta Didik dalam Pembelajaran. Orasi Pengenalan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Disiplin Ilmu Pendidikan Fisika pada Fakultas
233
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, 28 Agustus 2006. Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning. 2nd edition. Boston: Allyn and Bacon. Wenning, C. J. 2006. A Framework for Teaching the Nature of Science. Journal of Phisycs Teacher Education Online, 3(3): 3-10. Tersedia pada http://www.phy.ilstu.edu/jpteo/issues /jpteo3(3)mar06.pdf. (Diakses tanggal 1 Juli 2014). Zafullah, S., dkk. 2011. Perbandingan Pendidikan Vokasi antara Indonesia dan Singapura. Tersedia pada http://kuliakuikbal.blogsot.com/2011/06/ vokasional.html. (Diakses tanggal 9 Juli 2014).
234
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
FORMULA RAGI DALAM PEMBUATAN TAPE DARI UMBIUMBIAN UNTUK MENGHASILKAN CITA RASA BERKUALITAS
Luh Masdarini Jurusan PKK, FTK, Undiksha e-mail: [email protected]
ABSTRACT This study aimed to obtain tape tubers are good quality by optimizing the use of yeast to obtain a tape that has a quality taste. This study uses a quasi-experimental methods in the laboratory because of the limitations to control all the relevant variables, the researchers designed treatments. Instruments of data collection using observation sheets, and the data were analyzed with descriptive techniques .. The results showed: (1) 75% Formula yeast can produce tape purple sweet potato and sweet potato yellow tape that has the taste of good quality, while the tape taro have a quality taste both on the formula yeast 50%, (2) the quality of color, aroma, flavor and texture to the tape purple sweet potato and tape sweet potato yellow on a formula of yeast 75% indicate the category of good, that has a bright color, distinctive aroma tubers, sweet flavor and soft texture. While the quality of color, aroma, and flavor tape taro indicate the category of either the formula yeast 50% that have bright colors, distinctive aroma tubers, sweet taste, only texture is less soft, (3) public response to the tape products purple sweet potato and tape yellow sweet potato generally expressed love, while the tape taro less desirable because they cause itching of the tongue and soft texture is lacking. Key words: Yeast, tape, tubers, test quality
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh tape umbi-umbian yang berkualitas baik dengan cara mengoptimalkan penggunaan ragi untuk memperoleh tape yang memiliki cita rasa berkualitas. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu di laboratorium karena keterbatasan untuk mengontrol semua variabel yang relevan, dengan perlakuan yang dirancang peneliti. Instrumen pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan data dianalisis dengan teknik deskriptif.. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Formula ragi 75% dapat menghasilkan tape ubi jalar ungu dan tape ubi jalar kuning yang memiliki cita rasa berkualitas baik, sedangkan tape talas memiliki cita rasa berkualitas baik pada formula ragi 50%, (2) Kualitas warna, aroma, rasa dan tekstur pada tape ubi jalar ungu dan tape ubi jalar kuning pada formula ragi 75% menunjukkan katagori baik yaitu memiliki warna cerah, aroma khas umbi-umbian, rasa manis dan tekstur lembut. Sedangkan kualitas warna, aroma, dan rasa tape talas menunjukkan katagori baik pada formula ragi 50% yaitu memiliki warna cerah, aroma khas umbi-umbian, rasa manis, hanya tekstur kurang lembut, (3) Respon masyarakat terhadap produk tape ubi jalar ungu dan tape ubi jalar kuning secara umum menyatakan suka, sedangkan tape talas kurang disukai karena menimbulkan rasa gatal pada lidah dan teksturnya kurang lembut. Kata kunci: Ragi, tape, umbi-umbian, uji kualitas
global seperti mie dan roti semakin banyak digemari. Beberapa faktor yang menjadi penghambat diversifikasi konsumsi pangan adalah karena rasa beras lebih enak dan mudah diolah. Menurut Suhardi (2010: 15), Indonesia adalah negara nomor tiga di dunia yang mempunyai keanekaragaman sumberdaya (megadiversity), karena itu
PENDAHULUAN Diversifikasi pangan merupakan salah satu persyaratan pokok dalam konsumsi pangan yang cukup mutu dan gizinya. Dan usaha menganekaragamkan pangan masyarakat sebenarnya bukan hal baru. Bahan pangan lokal seperti jagung, kacang-kacangan, dan umbi-umbian ditinggalkan masyarakat, sebaliknya pangan
235
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
adalah wajar kalau Indonesia mempunyai sumber kekayaan yang sangat besar untuk ketahanan pangan, air, energi dan lain-lain. Impor berbagai jenis pangan dari luar negeri seperti beras, gandum, buah-buahan bahkan sayur-sayuran menunjukkan kurang efisiennya pengelolaan sumber daya alam di Indonesia. Menyimak pendapat tersebut, perlu disadari bahwa kekayaan Indonesia akan pangan lokal cenderung semakin punah jika tidak dilestarikan. Selama ini banyak disinggung mengenai urgensi hal tersebut baik lewat pemberitaan di media massa maupun di lingkungan masyarakat kita. Pemerintah maupun masyarakat tentunya juga telah akrab dengan istilah pangan lokal, namun pada kenyataannya tetap belum tampak perubahan yang berarti dalam budaya konsumsi pangan yang seragam di seluruh penjuru negeri. Pemberdayaan bahan pangan lokal ditujukan untuk pengembangan produk pengolahan makanan lokal yang penting dilakukan untuk meningkatkan penampilan dan kualitas agar bisa diterima oleh masyarakat luas. Makanan dikatakan bermutu baik jika mempunyai beberapa kriteria yaitu: 1) memiliki sensoris (rasa, warna, dan tekstur yang baik, 2) bernilai gizi, 3) aman dikonsumsi (Suparno, 1984:45). Sehubungan dengan pengembangan produk atau diversifikasi hasil olahan pangan lokal perlu diperhatikan beberapa usaha, yaitu 1) peningkatan cara penyajian (penampilan) dan mutu baik fisik, gizi, citarasa dan hygiene sanitasi, 2) peningkatan usaha memasyarakatkan dan memperluas cakupan konsumen. Di Indonesia umumnya, dan Bali khususnya tersedia berbagai aneka bahan pangan lokal seperti umbi-umbian. Umbiumbian adalah salah satu jenis keanekaragaman dalam dunia tumbuhtumbuhan yang mempunyai nilai guna. Umbi-umbian tersebut merupakan bahan sumber karbohidrat terutama pati dan merupakan sumber cita rasa dan aroma (Priyadi dan Silawati, 2004:8). Upaya diversifikasi pangan dengan memanfaatkan bahan pangan lokal, seperti ubi jalar, suweg dan keladi merupakan salah satu alternative
untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras.. Di samping itu, jika upaya diversifikasi pangan berhasil, maka secara tidak langsung akan memberikan dampak pada peningkatan pendapatan para petani. (Ariani, 2013:6) Jika pemerintah dan seluruh komponen masyarakat mendukung dan menyukseskan program diversifikasi pangan, maka hal ini akan mendatangkan keuntungan bagi pelakunya, serta membuka lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat sekitarnya, Hal ini tentunya akan memperkuat ketahanan pangan, dan salah satu jenis produknya adalah berupa tape. Tape merupakan makanan tradisional yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Proses pembuatan tape melibatkan proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur Saccharomyces cerevicae. Jamur ini memiliki kemampuan dalam mengubah karbohidrat (fruktosa dan glukosa) menjadi alkohol dan karbondioksida. Ragi tape atau yang sering disebut sebagai “ragi” adalah stater untuk membuat tape. Di dalam ragi ini terdapat mikroorganisme yang dapat mengubah karbohidrat (pati) menjadi gula sederhana (glukosa) yang selanjutnya diubah lagi menjadi alkohol. METODE Penelitian ini merupakan penelitian laboratorium (eksperimen) guna memperoleh kadar optimal penggunaan ragi dalam pembuatan tape dari umbi-umbian. Umbiumbian yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada ubi jalar kuning, ubi jalar ungu, dan talas. Uji coba pertama dilakukan dengan penggunaan (formula) ragi 100% pada masing-masing variasi tape yaitu tape ubi jalar kuning, tape ubi jalar ungu, dan tape talas. Jika uji coba dengan penggunaan ragi 100% belum memperoleh hasil sesuai kriteria yang diharapkan maka dilakukan uji coba selanjutnya yaitu uji coba II, dengan penggunaan ragi sesuai kadar (formula) yang tertera pada tabel yaitu 75%. Dalam penelitian ini pelaksanaan uji coba dibatasi sampai uji coba ketiga dengan formula ragi 50%. Jika uji coba dengan formula ragi 50% belum menghasilkan tape yang sesuai
236
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
dengan kriteria yang diharapkan maka dinyatakan umbi-umbian yang dimaksud tidak layak dijadikan tape. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi dengan instrument berupa lembar uji kualitas. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah menemukan produk tape dari umbi-umbian sebagai produk pangan yang memiliki cita rasa berkualitas dilihat dari warna, aroma, rasa dan tekstur yang dapat menunjang usaha peningkatan ketahanan pangan. Berdasarkan tujuan tersebut, maka teknik analisis yang relevan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu data disajikan dalam bentuk deskripsi yang menggambarkan keadaan objek yang meliputi pemaparan fakta dan makna yang dibangun secara terintegrasi. Tingkat kualitas tape ditentukan berdasarkan keempat aspek tersebut di atas, serta penilaian uji kualitas tape dari umbi-umbian dilakukan oleh panelis terlatih dibidang boga yang terdiri dari 3 orang peneliti dan 2 orang dosen tata boga di Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Dengan demikian akan diperoleh hasil penelitian berupa resep standar variasi tape dari umbi-umbian. Selanjutnya dilakukan pengemasan produk dan uji selera.
7 sendok makan gula pasir. Eksperimen tahap I (pertama) dengan formula ragi 100% (sesuai resep acuan) terdiri dari 3 jenis eksperimen yaitu: pembuatan tape ubi jalar ungu, tape ubi jalar kuning, dan tape talas, eksperimen tahap II (kedua) dengan formula ragi 75% terdiri dari 3 jenis eksperimen yaitu pembuatan tape ubi jalar ungu, tape ubi jalar kuning, dan tape talas, dan eksperimen tahap III (ketiga) dengan formula ragi 50% dilakukan khusus untuk pembuatan tape talas, ini disebabkan karena eksperimen tape talas dengan formula 100% dan 75% belum menunjukkan hasil sesuai kriteria yang diharapkan. Uji kualitas produk melibatkan panelis terlatih dari dosen bidang keahlian Tata Boga Undiksha, dan tim peneliti yang juga dosen bidang keahlian Tata Boga Undiksha. Panelis diminta melakukan uji kualitas terhadap ketiga produk tape yaitu tape ubi jalar ungu, tape ubi jalar kuning, dan tape talas baik pada formulasi ragi 100%, 75%, maupun 50% dengan mengisi lembar observasi yang diberikan. Penilaian kualitas mengacu rubrik penilaian kualitas tape. Uji organoleptik meliputi warna, aroma, tekstur, dan rasa. Secara rinci hasil uji kualitas ketiga produk tape adalah sebagai berikut:
HASIL DAN PEMBAHASAN Proses pembuatan tape dari umbiumbian (ubi jalar ungu, ubi jalar kuning, dan talas) dilakukan mengacu pada resep standar tape singkong dengan bahan 1 kg singkong, 4 butir ragi tape halus, 500 ml air panas, dan
Uji Kualitas Tape Umbi-Umbian dengan Formula Ragi 100% Hasil rekapitulasi uji kualitas tape umbi-umbian (ubi jalar ungu, ubi jalar kuning, dan talas) dengan formula ragi 100% dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Uji Kualitas Tape Umbi-Umbian (100%) Panelis Tape Ubi Ungu Tape Ubi Kuning Tape Talas W A R T W A R T W A R 1 3 2 3 3 3 2 3 3 3 1 1 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 1 1 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 1 1 4 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 1 5 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 2 Total 14 10 15 15 14 11 14 15 14 6 6 Skor 2,8 2 3 3 2,8 2,2 2,8 Rerata Catatan: w (warna), A (aroma), R (rasa), T (tekstur)
237
3
2,8
1,2
1,2
T 2 2 2 2 2 1 0 2
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Berdasarkan hasil rekapitulasi uji kualitas tape tersebut di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Tape Ubi Jalar Ungu: Warna: cerah Aroma: kurang khas umbi-umbian Rasa: manis Tekstur: lembut
Gambar 4.2 Tape Ubi Jalar Kuning (Ragi 100%) Sumber: Dokumentasi Pribadi c. Tape Talas: Warna: cerah Aroma: tidak khas umbi-umbian Rasa: tidak manis Tekstur: kurang lembut
Gambar 4.1 Tape Ubi Jalar Ungu (Ragi 100%) Sumber: Dokumentasi Pribadi b. Tape Ubi Kuning: Warna: cerah Aroma: kurang khas umbi-umbian Rasa: manis Tekstur: lembut
Gambar 4.3 Tape Talas (Ragi 100%) Sumber: Dokumentasi Pribadi kuning, dan talas) dengan formula ragi 75% dapat dilihat pada tabel berikut:
Uji Kualitas Tape Umbi-Umbian dengan Formula Ragi 75% Hasil rekapitulasi uji kualitas tape umbi-umbian (ubi jalar ungu, ubi jalar
Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Uji kualitas Tape Umbi-Umbian (75%) Panelis Tape Ubi Ungu Tape Ubi Kuning Tape Talas W A R T W A R T W A R 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 Total 15 15 15 15 15 15 14 15 14 10 10 Skor 3 3 3 3 3 3 2,8 3 2,8 2 2 rerata Catatan: w (warna), A (aroma), R (rasa), T (tekstur)
Berdasarkan hasil rekapitulasi uji kualitas tape tersebut di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Tape Ubi Jalar Ungu: Warna: cerah Aroma: khas umbi-umbian
Rasa: manis Tekstur: lembut
238
T 2 2 2 2 2 10 2
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 4.4 Tape Ubi Jalar Ungu (Ragi 75%) Sumber: Dokumentasi Pribadi b. Tape Ubi Kuning: Warna: cerah Aroma: khas umbi-umbian Rasa: manis Tekstur: lembut
Gambar 4.6 Tape Talas (Ragi 75%) Sumber: Dokumentasi Pribadi Berdasarkan hasil uji kualitas ketiga tape tersebut di atas, dapat dinyatakan bahwa warna ketiga produk tape menunjukkan cita rasa kualitas yang baik yaitu memiliki warna cerah. Aroma dari tape ubi jalar ungu dan ubi jalar kuning menunjukkan cita rasa kualitas yang baik yaitu memiliki aroma khas umbiumbian hanya tape talas yang aromanya kurang khas umbi-umbian, ini disebabkan karena aromanya yang tajam atau keras. Rasa tape ubi jalar ungu dan tape ubi jalar kuning menunjukkan cita rasa kualitas yang baik yaitu memiliki rasa yang manis, hanya tape talas yang memiliki rasa kurang manis. Tektur tape ubi jalar ungu dan tape ubi jalar kuning menunjukkan cita rasa kualitas yang baik yaitu memiliki tekstur lembut, hanya tape talas yang memiliki tekstur kurang lembut sehingga dilakukan eksperimen dengan formula ragi 50% khusus untuk talas.
Gambar 4.5 Tape Ubi Jalar Kuning (Ragi 75%) Sumber: Dokumentasi Pribadi c. Tape Talas: Warna: cerah Aroma: kurang khas umbi-umbian Rasa: kurang manis Tekstur: kurang lembut
Uji Kualitas Tape Umbi-Umbian (Talas) dengan Formula Ragi 50% Hasil rekapitulasi uji kualitas tape umbiumbian (talas) dengan formula ragi 50% dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Uji kualitas Tape Talas (50%) Panelis Tape Talas Warna Aroma Rasa Tekstur 1 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 2 2 5 3 3 3 2 Total 15 15 14 11 Skor Rerata 3 3 2,8 2,2
239
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Berdasarkan hasil rekapitulasi uji kualitas tape tersebut di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Tape Talas: Warna: cerah Aroma: khas umbi-umbian Rasa: manis Tekstur: kurang lembut
hanya tekturnya saja tetap tidak sesuai kriteria yang diharapkan yaitu kurang lembut. Setelah dilakukan uji kualitas terhadap ketiga produk tape, tahap berikutnya dilanjutkan dengan melakukan uji selera yang dilakukan pada saat Buleleng Festival tingkat Kabupaten Buleleng, untuk mengetahui tanggapan atau respon masyarakat terhadap ketiga produk tape. Hasil uji selera menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat mengatakan suka dengan tape ubi jalar ungu dan ubi jalar kuning. Masyarakat juga menyatakan bahwa tape ubi jalar ungu dan tape ubi jalar kuning memiliki cita rasa yang baik yaitu memiliki warna cerah, aroma khas umbi-umbian, rasa manis, dan tekstur yang lembut. Sedangkan tape talas kurang disukai dengan berbagai alasan yaitu tekstur tape talas kurang lembut (keras) dan berlendir, selain itu juga menimbulkan rasa gatal pada lidah.
Gambar 4.7 Tape Talas (Ragi 50%) Sumber: Dokumentasi Pribadi Mengacu pada hasil uji kualitas tape talas (ragi 50%) tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa warna, aroma, dan rasa tape talas sudah menunjukkan cita rasa kualitas yang baik yaitu memiliki warna cerah, aroma khas umbi-umbian, dan rasa yang manis namun teksturnya tetap kurang lembut. Berdasarkan hasil uji kualitas pada ketiga produk tape (tape ubi jalar ungu, tape ubi jalar kuning, dan tape talas) yang telah dilakukan maka dapat dinyatakan bahwa formula ragi 75% dapat menghasilkan tape umbi-umbian yaitu tape ubi jalar ungu dan tape ubi jalar kuning yang mempunyai cita rasa berkualitas baik. Hal ini ditunjukkan oleh hasil rekapitulasi data uji kualitas tape umbi-umbian pada tabel 4.2. Pada tabel tersebut terlihat semua gradasi kualitas baik warna, aroma, rasa dan tekstur pada tape ubi jalar ungu dan tape ubi jalar kuning menunjukkan gradasi kualitas dengan katagori baik. Sedangkan tape talas mempunyai cita rasa berkualitas baik dengan formula ragi 50%. Hal ini disebabkan karena karakteristik talas memiliki kadar gula yang lebih kecil dibandingkan dengan ubi jalar ungu, dan ubi jalar kuning sehingga dilakukan penambahan pada gula sebanyak 50%. Selain itu karakteristik talas juga berlendir, dengan demikian formula ragi dikurangi menjadi 50% dan memberikan hasil sesuai dengan kriteria yang diharapkan,
Kualitas Warna Tape Umbi-Umbian Warna yang dihasilkan dari ketiga jenis tape umbi-umbian (tape ubi jalar ungu, tape ubi jalar kuning, dan tape talas) menghasilkan citarasa yang berkualitas baik yaitu memiliki warna cerah, baik dengan formulasi ragi 100% maupun 75%. Warna yang dihasilkan sebelum dan setelah diproses menjadi tape tidak mengalami perubahan yang berarti. Warna merupakan salah satu parameter dalam pengujian sifat sensori (organoleptik) dengan menggunakan indera penglihatan. Warna yang diharapkan untuk produk hasil proses pematangan tidak terlalu menyimpang dari warna asli (Kusmawati, dkk, 2000). Kualitas Aroma Tape Umbi-Umbian Aroma yang dihasilkan dari pembuatan tape umbi-umbian (tape ubi jalar ungu, tape ubi jalar kuning, dan tape talas) sangat khas sesuai bahan yang digunakan. Aroma yang khas akan memberikan sensasi yang berbeda ketika menikmatinya. Aroma ketiga jenis tape umbi-umbian lebih kuat/tajam pada formulasi ragi 100% dibandingkan formulasi ragi 75%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak formulasi ragi yang digunakan maka semakin
240
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
kuat/tajam aroma yang dihasilkan. Aroma tape ubi jalar ungu, dan tape ubi jalar kuning mempunyai citarasa yang berkualitas baik yaitu aroma khas umbi-umbian dengan formula ragi 75%, sedangkan tape talas mempunyai citarasa aroma yang berkualitas baik dengan formulasi ragi 50%. Aroma merupakan salah satu parameter dalam pengujian sifat sensori (organoleptik) dengan menggunakan indera penciuman. Aroma dapat diterima apabila bahan yang dihasilkan mempunyai aroma spesifik (Kusmawati, dkk, 2000). Aroma adalah salah satu komponen cita rasa (flavor), aroma merupakan sensasi subyektif yang dihasilkan dengan penciuman (pembauan) dengan bantuan indera pembau. Untuk menghasilkan bau, zat-zat bau harus dapat menguap, sedikit larut dalam air dan sedikit dapat larut dalam lemak. Di dalam industri pangan, pengujian terhadap bau dianggap penting karena dengan cepat dapat memberikan hasil penilaian terhadap produk tentang diterima atau tidaknya produk tersebut. Selain itu, bau dapat dipakai juga sebagai suatu indikator terjadinya kerusakan pada produk misalnya sebagai akibat cara pengemasan atau cara penyimpanan yang kurang baik. Dalam pengujian inderawi bau lebih komplek daripada rasa (Kartika, dalam Ekayani, 2015).
Kualitas Rasa Tape Umbi-Umbian Rasa yang dihasilkan dari pembuatan tape ubi jalar ungu, dan tape ubi jalar kuning menghasilkan citarasa yang berkualitas baik yaitu memiliki rasa manis, baik dengan formula ragi 100% maupun 75%. Sedangkan tape talas memiliki citarasa yang berkualitas baik (rasa manis) dengan formula ragi 50% serta dilakukan penambahan gula sebanyak 50% dari ukuran semula. Hal ini disebabkan karena kandungan gula pada talas lebih sedikit dibandingkan ubi jalar ungu, dan ubi jalar kuning. Rasa merupakan tanggapan indera terhadap rangsangan saraf, seperti manis, pahit, masam, terhadap indera pengecap, atau panas, dingin, terhadap indera perasa (http://kbbi.web.id/rasa). Rasa merupakan salah satu dari lima indera utama dan mengacu pada kemampuan untuk mendeteksi rasa senyawa dalam makanan (http://duniafitnes.com/nutrition/rasamakanan-dipengaruhi-faktor-genetikseseorang.html). Manusia menerima sensasi rasa dari lidah, yang terletak pada bagian ujung, atas, dan belakang mulut. Lima sensasi rasa dasar yakni manis, pahit, asam, asin, dan gurih. PENUTUP Kesimpulan dalam penelitian ini meliputi: 1). Hasil uji kualitas produk tape umbiumbian menunjukkan bahwa formula ragi 75% dapat menghasilkan tape umbi-umbian yaitu tape ubi jalar ungu dan tape ubi jalar kuning yang mempunyai cita rasa berkualitas baik. Sedangkan tape talas mempunyai cita rasa berkualitas baik dengan formula ragi 50%. 2). Tape ubi jalar ungu dengan formulasi ragi 100% memiliki warna yang cerah, aroma kurang khas umbi-umbian, tekstur lembut, dan rasa manis. Sedangkan dengan formulasi ragi 75% menghasilkan tape yang memiliki warna cerah, aroma khas umbi-umbian, tekstur lembut, dan rasa manis. 3). Tape ubi jalar kuning dengan formulasi ragi 100% memiliki warna yang cerah, aroma kurang khas umbi-umbian,
Kualitas Tekstur Tape Umbi-Umbian Tekstur yang dihasilkan dari pembuatan tape ubi jalar ungu, dan tape ubi jalar kuning menghasilkan citarasa yang berkualitas baik yaitu memiliki tekstur yang lembut, baik dengan formula ragi 100% maupun formula ragi 75% , namun tekstur tape talas menghasilkan citarasa yang kurang lembut baik dengan formula ragi 100%, 75%, maupun 50%. Hal ini disebabkan oleh karakteristik talas yang lebih keras dibandingkan dengan ubi jalar. Tekstur merupakan salah satu parameter dalam pengujian sifat sensori (organoleptik) dengan menggunakan indera perabaan (tangan) yang dinyatakan dalam wujud keras atau lunak. Tekstur bisa diterima bila bahan yang dalam keadaan normal dan tergantung pada spesifik bahan (Kusmawati, dkk, 2000).
241
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
tekstur lembut, dan rasa manis. Sedangkan dengan formulasi ragi 75% menghasilkan tape yang memiliki warna cerah, aroma khas umbi-umbian, tekstur lembut, dan rasa manis. 4). Tape talas dengan formulasi ragi 100% memiliki warna cerah, aroma tidak khas umbi-umbian, tekstur kurang lembut, rasa tidak manis. Formula ragi 75% menghasilkan tape yang memiliki warna cerah, aroma kurang khas umbi-umbian, tekstur kurang lembut, dan rasa kurang manis. Sedangkan dengan formula ragi 50% menghasilkan tape yang berwarna cerah, aroma khas umbi-umbian, tekstur kurang lembut, dan rasa yang manis. 5). Hasil uji selera menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat mengatakan suka dengan tape ubi jalar ungu dan ubi jalar kuning. Masyarakat juga menyatakan bahwa tape ubi jalar ungu dan tape ubi jalar kuning memiliki cita rasa yang baik yaitu memiliki warna cerah, aroma khas umbi-umbian, rasa manis, dan tekstur yang lembut. Sedangkan tape talas kurang disukai dengan berbagai alasan yaitu tekstur tape talas kurang lembut (keras) dan berlendir, selain itu menimbulkan rasa gatal pada lidah.
ditingkatkan dan waktu pemasakan yang lebih lama sehingga dapat menghasilkan tekstur yang lembut. 2) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memperbaiki mutu produk tape khususnya tape talas dilihat dari aspek tekstur. DAFTAR PUSTAKA Ariani, R.P. 2013. Optimalisasi Penggunaan Tepung Umbi-Umbian Untuk Substitusi Terigu Dalam Pembuatan Cake: Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun 2013-2014 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Ekayani, I.A.H., 2015. Pemberdayaan Bahan Pangan Lokal (Tepung Umbi-Umbian) dalam Pembuatan Short Pastry (PIE). Laporan Penelitian Hibah Bersaing Institusi Universitas Pendidikan Ganesha. Tahun 2015 Kusmawati, Aan, Ujang H, dan Evi E. 2000. Dasar-Dasar Pengolahan Hasil Pertanian I, Jakarta: Central Grafika Suhardi, 2010. Menjadikan Hutan Tropis sebagai Penghasil Pangan , disampaikan dalam Lokakarya Ketahanan Pangan yang Efisien dan Berkelanjutan: Arah Masa Depan untuk Indonesia. Kementrian Pertanian Indonesia & Bank Dunia. IPB International Convention Center Bogor. 3 Agustus 2010. diperta.jabarprov.go.id/index.php/s ubMenu/informasi/berita/.../252/pdf .diakses 16 Maret 2011.
Saran 1) Tape talas dengan formulasi ragi 100%, 75%, dan 50% dilihat dari empat aspek yaitu warna, aroma, tekstur, dan rasa, hanya aspek tekstur yang belum memenuhi kriteria yang diharapkan yaitu mempunyai tekstur kurang lembut. Untuk itu disarankan agar dalam proses pematangan talas suhu lebih
242
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
PELATIHAN PENGOLAHAN TEPUNG TERIGUDI PANTI ASUHAN UDYANA WIGUNASINGARAJA Ni Made Suriani Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha
ABSTRAK Kegiatan pelatihan bagi anak-anak Panti Asuhan Udyana Wiguna Singaraja ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada anak-anak untuk memulai usaha skala rumah tangga terutama dalam pengolahan tepung terigu menjadi brownis kukus, bolu sakura, cheese stick, keripik ladrang. Program kegiatan ini dilaksanakan dengan cara pelatihan melalui metode ceramah, demontrasi dan tanya jawab. Evaluasi dilaksanakan dengan memberikan angket kepada peserta untuk mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan ini. Pelaksanaan kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini berjalan lancar, peserta sangat antosias dan aktif dalam mengikuti pelatihan dari awal sampai akhir. Berdasarkan hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini berhasil dilaksanakan dengan baik dan dapat memotivasi khalayak sasaran untuk dapat mengolah tepung terigu menjadi bermacam-macam jajanan.. . Kata Kunci : Pelatihan ,Terigu, Pengolahan Selama ini para pengelola yang ada di PSAA Udyana Wiguna banyak memiliki waktu luang namun mereka tidak memiliki keterampilan yang memadai dalam membuat suatu keterampilan yang bisa dilatihkan kepada para anak asuh. Di sisi lain anak asuh khususnya yang berpendidikan SMP dan SMA sangat membutuhkan berbagai keterampilan khususnya bidang boga mengingat mereka tergolong sumber daya manusia yang berusia produktif. Khalayak sasaran yang trategis untuk kegiatan ini adalah anak asuh PSAA Udyana Wiguna Singaraja, yang sedang mengenyam pendidikan SMP sebanyal 23 orang dan SMA 20 orang. Dipilihnya anak asuh setingkat SMP dan SMA, sebab mereka tergolong usia yang sangat produktif baik dilihat dari kecepatan kerja, kecepatan belajar, tingkat antusiasme, memilki daya kreativitas yang tinggi, mereka sudah memiliki ketrampilan memadai untuk tumbuh menjadi insan mandiri dan produktif.
I
PENDAHULUAN Panti Sosial Anak Asuhan (PSAA) Udyana Wiguna adalah salah satu Panti Sosial Anak Asuhan yang ada di Kabupaten Buleleng yang berlokasi di Jl. Dewi Sartika Singaraja. PSAA ini berada di bawah naungan Dinas Sosial Propinsi Bali yang menampung anak-anak yang tidak memiliki orang tua ataupun anak-anak yang kurang mampu secara ekonomi. Di PSAA ini terdapat 50 orang anak asuh yang memiliki jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Anak asuh yang berpendidikan SD ada 7 orang, SMP ada 23 orang, dan SMA/SMK ada 20 orang Mereka pada umumnya sering dianggap kurang memiliki rasa percaya diri dan cenderung menutup diri dari lingkungannya. Mereka perlu bekal keterampilan untuk kelangsungan hidunya setelah lulus dari sekolah.
243
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Pelatihan ini merupakan pelatihan yang ke dua kalinya dilakukan, dimana sebelumnya telah dilakukan pelatihan pertama tentang keterampilan pada bidang yang sama yaitu tata boga. Adapun respon atau tanggapan anak asuh sebagai peserta terhadap kegiatan pelatihan sebelumnya adalah sangat posistif dan antusias. Hal ini ditunjukkan dengan keaktifan anak asuh dalam mengikuti pelatihan dan mereka mengharapkan bisa kembali diberikan pelatihan yang sejenis. Kondisi PSAA Udyana Wiguna adalah memiliki fasilitas berupa alat-alat memasak yang belum digunakan secara optimal, dan anak asuh sudah memiliki ketrampilan dasar di bidang boga. Berdasarkan analisis situasi di atas,k dipandang perlu untuk memberdayakan anakanak asuh PSAA Udyana Wiguna Singaraja untuk meningkatkan keterampilan di bidang boga, yang dapat dijadikan bekal setelah mereka lulus dan menjadi bagian dari masyarakat dan kedepannya mampu menjadi insan yang mandiri. Keterampilan bidang boga yang diberikan berupa membuat brownis kukus, bolu sakura, cheese stick, keripik ladrang. Kue-kue ini merupakan kue yang sangat sederhana baik dalam proses pembuatan maupun dari segi ketahanan atau daya simpannya cukup lama terutama untuk kue cheese stick dan ladrang.
Tepung terigu berasal dari gandum. Perbedaan antara tepung terigu dan tepung gandum terdapat pada pengolahan pembuatan tepung. Tepung terigu berasal dari biji gandum yang dihaluskan, sedangkan tepung gandum utuh (whole wheat flour) berasal dari gandum beserta kulit arinya yang ditumbuk. Jenis Tepung Terigu Adapun jenis-jenis tepung terigu antara lain : 1. Tepung berprotein tinggi (bread flour): tepung terigu yang mengandung kadar protein tinggi, antara 11%-13%, digunakan sebagai bahan pembuat roti, mi, pasta, dan donat. 2. Tepung berprotein sedang/serbaguna (all purpose flour): tepung terigu yang mengandung kadar protein sedang, sekitar 8%-10%, digunakan sebagai bahan pembuat kuecake. 3. Tepung berprotein rendah (pastry flour): mengandung protein sekitar 6%-8%, umumnya digunakan untuk membuat kue yang renyah, seperti biskuit atau kulit gorengan ataupun keripik. Nutrisi Lembaga Gandum pada Tepung Terigu Lembaga gandum merupakan bagian yang kaya akan berbagai zat gizi dengan berbagai manfaatnya bagi kesehatan. Lembaga gandum memiliki kandungan nutrisi tinggi seperti serat pangan, protein, vitamin B1, B2, B3, B6, asam folat, magnesium, tembaga, fosfor, seng, mangan dan selenium. Selain itu, bagian ini juga merupakan sumber yang baik bagi vitamin E, zat besi dan asam lemak essensial. Dengan kandungan natrium yang rendah dan tidak mengandung kolesterol semakin memperkuat intisari gandum sebagai bagian yang paling bergizi dari biji gandum. KandunganGiziTepungTerigu InformasiRinciKomposisiKandunganNutr isi/GiziPadaTepungTerigu :
TinjauantentangTepungTerigu Tepung terigu adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari bulir gandum yang dapatdigunakansebagaibahandasarpembuatan kue, miedan roti. Kata terigu sendiri merupakan kata serapan dari bahasa Portugis, “trigo” yang berarti andum. Tepung terigu mengandung banyak zat pati, yaitukarbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air. Tepung terigu juga mengandung protein dalam bentuk gluten, yang berperan dalam menentukan kekenyalan makanan yang terbuat dari bahan terigu.
244
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Tepung terigu dapat diolah menjadi bermacam-macam penganan seperti dibuat brownis kukus, bolu sakura, cheese stick, ladrang. Secara lebih jelas mengenai bahan dan cara pembuatan masing-masing penganan di atas yang sekaligus dipraktekkan pada pelatihan pengolahan tepung terigu akan diuraikan di bawah ini. A. Cheese Stick Bahan: 500 gram terigu 200 gram sagu 1 sendokmakan maizena 250 gram keju parmesan (diparut) 100 gram mentega 3 butir telur (dikocoklepas) 1 sendokteh baking powder 200 ml air / air es 1 sendokteh garam Secukupnya minyak untuk menggoreng Cara membuat : 1. Pertama-tama, aduklah semua bahan-bahan yang kering dalam 1 wadah. 2. Kemudian tambahkan sekarang keju parut, masukkan juga telur dan sebagian air lalu uleni sambil ditambah sisa air sedikit demi sedikit sampai menggumpal. 3. Selanjutnya tambahkan mentega dan uleni adonan Cheese Stick hingga kalis. 4. Giling menggunakan gilingan pasta, lalu potong sekitar 10 cm, kemudian digiling lagi pakai pemotong mie yang lebar seperti kwetiau. 5. Goreng di minyak yang cukup banyak, dengan api sedang sampai matang.
Nama Bahan Makanan :Tepung Terigu Banyaknya Tepung Terigu yang diteliti (Food Weight) = 100 gr BagianTepungTerigu yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 % Jumlah Kandungan Energi Tepung Terigu = 365 kkal Jumlah Kandungan Protein Tepung Terigu = 8,9 gr Jumlah Kandungan Lemak Tepung Terigu = 1,3 gr Jumlah Kandungan Karbohidrat Tepung Terigu = 77,3 gr Jumlah Kandungan Kalsium Tepung Terigu = 16 mg Jumlah Kandungan Fosfor Tepung Terigu = 106 mg Jumlah Kandungan Zat Besi Tepung Terigu = 1 mg Jumlah Kandungan Vitamin A TepungTerigu = 0 IU Jumlah Kandungan Vitamin B1 TepungTerigu = 0,12 mg Jumlah Kandungan Vitamin C TepungTerigu = 0 mg
Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya. II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Kegiatan P2M 1. Pengolahan Tepung Terigu Setelah terlaksananya kegiatan pelatihan ini, kegiatan dilanjutkan dengan evaluasi guna memperoleh gambaran yang jelas tentang tingkat keberasilan pelatihan pengolahan tepung terigu di Panti Asuhan Udyana Wiguna kabupaten Buleleng.
B. Ladrang Bahan : 1000 gr tepung kanji/sagu
245
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
250 gr tepungterigu 6 batang seledri, iris halus 50 gr bawang merah, giling halus 100 gr bawang putih, giling halus 2 bungkus kaldu ayam 3 butirtelur, kocoklepas 1 sendok makan garam halus 1 sendok teh penyedap rasa 700 ml air 3 sendok makan margarin/mentega Cara Membuat : 1. Masukan tepung terigudengan air, tambahkan seledri, bawang putih, bawang merah, kaldu, telur kocok, garam, penyedap rasa, danmargarine. 2. Masakpadaapisedanghinggaadona nmengental. 3. Pindahkanadonanterigukewajan, tambahkansagu, adonhinggaadonankalis. 4. Ambilsedikitadonan, bulatkandengan diameter ± 7 cm. 5. Gilingadonandenganmenggunaka ncetakankuebawang denganketebalansesuaiselera. 6. Potongadonandenganpanjang 5 cm. 7. Gilingpadacetakanmie (kwetiau). 8. Gorengpadaminyakpanashinggaw arnakuningkecoklatan, tiriskan, angkat. 9. Simpanpadawadahkeringdantertut uprapat (stoples). C. Brownies kukus Bahan: 75 gram gulapasir 75 gram mentega 170 gram coklat 75 gram terigu 4 buah strawberry 2 butirtelur
2.
3. 4.
5.
6.
7.
8.
coklat, terigu, telur dan strawberry untuk hiasan brownies. Kedua, masukkan 2 butir telur dan gula pasir ke dalam wadah, kemudian aduk hingga rata menggunakan mixer. Aduk terus sampai adonan mengembang dan berwarna putih. Setelah itu, masukkan terigu dan mentega yang telah dicairkan ke dalam adonan sambil tetap mengaduknya menggunakan mixer. Sambil tetap dalam posisi mengaduk, tambahkan coklat yang telah dicairkan sebelumnya ke dalam adonan. Aduk kembali adonan hingga benar-benar merata. Anda bias menggunakan whisk untuk mengaduknya agar semua adonan tercampur rata. Selanjutnya, tuangkan adonan ke dalam loyang yang sudah diolesi dengan mentega. Masukkan adonan yang sudah dituangkan ke dalam Loyang tadi ke dalam panci kukus. Kemudian kukus selama 30 menit dengan api yang kecil, jangan menggunakan api yang terlalu besar agar mekarnya bagus.
D. Bolu Sakura Bahan : 300 gram gulapasir 525 ml air 325 gram tepungterigu ½ sdt baking powder ¼ sdt soda kue 50 gram susukentalmaniscokelat 50 gram margarin ½ sdtvanili
Cara Membuat : 1. Terlebih dahulu, siapkan bahanbahan yang sudah saya sebutkan di atas seperti gula pasir, mentega,
Cara membuat : 1. Buat caramel dengan menggosongkan 100 gram gula pasir.
246
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
2. Tuangkan air. Aduk sampai larut, dinginkan. Masukkan margarine dan susu ke dalam caramel sambil ditekan-tekan. 3. Campur sisa gula pasir dan tepung terigu yang telah diayak bersama soda, baking powder, dan vanili. Aduk rata. Tuangi air caramel, aduk hingga rata. 4. Tuang adonan dalam cetakan kue sakura yang telah dioles margarin. Masukkan dalam panic pengukus yang telah dipanaskan lebih dahulu. 5. Kukus selama 15 menit. Angkat. Hidangkan.
4.
Adanya motivasi peserta untuk mengolah tepung terigu di rumah (85 %) 5. Adanya motivasi untuk mengembangkan olahan tepung terigu sebagai produk industri rumah tangga.(75%) 6. Melalui usaha pengolahan terigu, memungkinkan untuk dapat dijadikan sumber penghasilan tambahan.(80%) Selain itu beberapa kekurangan yang dirasakan peserta dalam pelatihan ini kurangnya waktu pelatihan sehingga tidak semua peserta dapat praktek langsung mengolah untuk semua jenis resep secara satu persatu. Saran-saran yang diberikan kegiatan diadakan secara berkelanjutan untuk jenis olahan yang lain seperti pengolahan terigu menjadi makanan lain.
Kegiatan evaluasi program pengabdian ini dilakukan melalui pengamatan langsung dalam proses persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Tingkat keberasilan program pelatihan ini dilakukan melalui evaluasi dengan mengisi angket oleh anak-anak panti asuhan. Pedoman tingkat keberasilan program ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel. 2 Pedoman hasil evaluasi No Rentangan Kategori 1 85- 100 % Berhasil 2 50- 84 % Sedang 3 0- 49 % Kurang berhasil
B.
Pembahasan Kegiatan pelatihan ini merupakan keterampilan yang tergolong mudah, karena alat yang digunakan sederhana, bahanbahannya banyak tersedia disekitarnya, sehingga peserta berkeinginan untuk mencoba mempraktekkan di rumah. Pelatihan pengolahan terigu sangat sesuai dengan situasi di perkotaan yang mudah mencari bahan dasar tepung terigu menjadi sumber penghasilan tambahan sehingga dapat memotivasi peserta untuk dapat memulai usaha dengan modal yang terbatas. Berdasarkan hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini berhasil dilaksanakan di Panti Asuhan Udyana Wiguna, Kabupaten Buleleng dengan baik dan dapat memotivasi khalayak sasaran untuk dapat menerapkan hasil pelatihan yang diperoleh dalam skala rumah tangga.
Hasil pengamatan para instruktur menunjukkan bahwa peserta sangat antusias dan aktif dalam mengikuti pelatihan dari awal sampai akhir. Hal ini nampak melalui interaksi intensif yang terjadi antara peserta dengan instruktur, selain itu peserta juga dapat langsung menikmati hasil pengolahan tepung terigu. Hasil yang diperoleh dari angket evaluasi kegiatan ini adalah 1. Kegiatan pelatihan pengolahan tepung terigu sangat bermanfaat (90 %) 2. Kegiatan pelatihan sangat mudah dilakukan (80%) 3. Bahan-bahan yang diperlukan untuk mengolah tepung terigu cukup tersedia (95%)
III. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari uraian laporan kegiatan Pengabdian pada Masyarakat tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :
247
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Kegiatan pelatihan ini memiliki tujuan untuk menimbulkan minat anak-anak Panti Asuhan untuk mengolah terigu dan agar dapat termotivasi untuk memulai usaha dalam skala rumah tangga. Pelaksanaan kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini berjalan dengan lancar, selain itu peserta antusias dan aktif dalam mengikuti pelatihan dari awal sampai akhir kegiatan. Hal ini nampak melalui interaksi intensif yang terjadi antara peserta dengan instruktur, selain itu peserta juga dapat langsung menikmati hasil alahan tepung terigu. Dari ceramah dan demontrasi nampaknya peserta dapat memahami materi pelatihan yang diberikan, dan ingin mencoba dirumah untuk dijual sehingga dapat menambah penghasilan keluarga. Berdasarkan hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini berhasil dilaksanakan di Panti Asuhan Udyana Wiguna Kabupaten Buleleng dengan baik dan dapat memotivasi khalayak sasaran untuk dapat menerapkan hasil pelatihan yang diperoleh dalam skala rumah tangga.
DAFTAR PUSTAKA Ari Fadiati . 1988. Pengelolaan Usaha Boga. Depdikbud Jakarta Buckle, dkk, 1982. Ilmu Pangan. Depdikbud ,Jakarta. Hudaya Sarifah, 1981. Pengawetan Pangan I. Depdikbud. Jakarta. Sumber media elektronik : http://www.indirania.com/2015/05/resepmembuat-brownies-kukus.html http://2.bp.blogspot.com/o9PMyus3ZVo/VlobzU6VxKI/AAA AAAAAABk/cHzWBAWCE0/s1600/Resep%2BCara%2BMe mbuat%2BBrownies%2BKukus%2B Amanda%2BSederhana.jpg http://www.nastopo.com/kuliner/resep-kueladrang-bawang-renyah-dan-gurih/ http://www.arenakoki.com/wpcontent/uploads/2015/11/KueLadrang-Bawang.png http://widhiaanugrah.com/resep-kue-bolusakura-lembut-dan-empukmengembang/ http://3.bp.blogspot.com/6ecMzCCC9gw/VUVDltaUGaI/AA AAAAAAAV8/AG7rghcqPsI/s1600/ 530223665.jpg http://resepcaramasak.com/wpcontent/uploads/2015/05/ResepCheese-Stick-Pedas-Nimat.jpg http://resep4.blogspot.co.id/2013/07/resepcheese-stick-goreng-renyah.html http://syadanida.blogspot.co.id/2015/03/asalusul-lebih-dekat-dengan-tepung.html
B. Saran Setelah terlaksananya kegiatan ini dengan baik dan lancar, saran untuk kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini, sebagai berikut : Sebagian besar peserta dalam pelatihan ini merasa belum berpengalaman dalam berwirausaha, sehingga perlu diadakan kegiatan secara rutin untuk penganekaragaman pengolahan tepung terigu menjadi jajanan yang bisa dijual.
248
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
PENINGKATKAN KREATIVITAS PEMBELAJARANCIPTA KARYA BOGA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN VAK MULTIMEDIA Ni Desak Made Sri Adnyawati UNDIKSHA [email protected]
ABSTRAK Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kreativitas pembelajaran dan respon mahasiswa terhadap penerapan strategi VAK multimedia dalam pembelajaran cipta karya boga.Penelitian melibatkan 23 orang mahasiswa yang memprogram mata kuliah cipta karya boga.Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan angket yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif.Uji organoleptik dilakukan terhadap hidangan hasil cipta karya boga meliputi uji kualitas dan uji selera pada aspek penampilan, tekstur, aroma, dan rasa. Hasil penelitian menunjukkan penerapan strategi VAK multimedia dalam pembelajaran cipta karya boga menggunakan 6 langkah yaitu Pendahuluan, Penentuan tema, Penyusunan desain, Uji coba, Evaluasi, dan Pelaporan. Media yang digunakan dalam bentuk perangkat ajar berupa modul, handout, slide berupa teks dan visualisasi gambar, video tentang persiapan, pengolahan, dan penyajian hidangan. Penggunaan perangkat ajar tersebut didukung oleh metode pembelajaran proyek, diskusi, tanya jawab, eksperimen, demonstrasi, pemecahan masalah. Pada siklus 1diperoleh kreativitas belajar cipta karya boga sebesar 83% kategori baik, selanjutnya pada siklus 2 terjadi peningkatan sebesar 9% yaitu 91,2% terkategori sangat baik. Respon mahasiswa terhadap penerapan strategi VAK multimedia dalam pembelajaran cipta karya boga terkategori sangat baik yaitu sebesar 86,7%. Kata Kunci: Cipta Karya Boga, Kreativitas, VAK Multimedia.
ABSTRACT This classroom action research aims to determine the increase creativity learning and student response to the application of multimedia VAK learning strategies cipta karya boga. The study involved 23 students who programmed courses cipta karya boga. The data collection technique uses observation sheets and questionnaires were analyzed descriptively. Organoleptic tests carried out on the results of cipta karya boga include tests of quality and taste test on the aspects of appearance, texture, aroma, and taste. The results showed the application of multimedia VAK learning strategies cipta karya boga uses six steps; Introduction, Determination theme, Formulation design, Test, Evaluation, and Reporting. Media used in the form of teaching tool in the form of modules, handouts, slides visualization of text and pictures, videos of preparation, processing, and presentation of the dishes. Use of the device is supported by the teaching learning methods project, discussion, question and answer, experiments, demonstrations, problem solving. In the first cycle of learning creativity cipta karya boga of 83% good category, next to the second cycle an increase of 9% is 91.2% categorized very good. Student response to the application of multimedia VAK learning strategies cipta karya boga categorized very good of 86.7%. Keywords: Cipta Karya Boga, Creativity, VAK, Multimedia.
dan Kejuruanmeliputi aspek perencanaan, pengolahan, dan penyajian. Pada aspek perencanaan dilakukan kegiatan untuk merencanakan bahan dan alat, selanjutknya
PENDAHULUAN Pembelajaran cipta karya boga sebagai salah satu pembelajaran boga productiondi jurusan PKK Fakultas Teknik
249
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
pada aspek pengolahan dilakukan kegiatan penyesuaiandengan teknik mengolah, serta aspek penyajian dilakukan penyesuaian dengan alat maupun teknik penyajian yang nampak dalam penampilan (warna, bentuk), rasa, aroma, dan tekstur hidangan. Proses ini memberikan gambaran bahwa produk yang dihasilkan melalui pembelajaran ini memiliki kualitas sesuai kriteria penentu yang berkaitan dengan tahap perencanaan dan pengolahan. Jadi kelayakan suatu produk dapat dipengaruhi oleh ketepatan perencanaan, ketepatan pengolahan, dan ketepatan penyajian. Tujuan pembelajaran cipta karya boga adalah agar mahasiswa mampu merancang/mendesain, membuat, dan menyajikan menu hidangan sehingga menghasilkan karya yang bersifat kreatif dan inovatif.Kreativitas mahasiswa yang bersifat inovatif sebagai perwujudan ide, gagasan dalam bentuk karya nyata berupa produkproduk yang variatif original.Orientasi produk karya inovatif mahasiswa untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan, karena sesuatu yang original memberikan peluang tinggi untuk pengembangan kewirausahaan atau entrepreneurship. Zimmerer (1996) menyatakan bahwa kewirausahaan atau entrepreneur merupakan suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan. Selain inovasi produk kuliner sebagai isi/content pembelajaran cipta karya boga maka sejalan dengan perkembangan teknologi dan informasi inovasi juga dilakukan terhadap pengemasan strategi pembelajaran.Hal ini dilakukan guna efisiensi dan efektivitas pembelajaran sehingga pembelajaran bermakna.PP 19 tahun 2005 pasal 20 mensyaratkan bahwa pendidik diharapkan mampu mengembangkan materi pembelajaran sendiri melalui pengemasan pembelajaran sehingga pembelajaran bermakna. Kemudian permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan pendidik untuk mengembangkan rencana pelaksananaan
pembelajaran (RPP). RPP yang memuat skenario pembelajaran inovatif sesuai karakteristik kompetensi pembelajaran. Upaya untuk menumbuhkan kemampuan kreativitas mahasiswa melalui pengemasan strategi pembelajaran yang relevan dengan karakteristik pembelajaran cipta karya boga adalah strategi VAK.Strategi pembelajaran VAK (Visual, Auditori, Kinestetik) merupakan strategi pembelajaran yang memanfaatkan semua potensi peserta didik secara verbal maupun non verbal dalam upaya untuk mengembangkan keterampilan hidup (life skill). Strategi ini menekankan proses pembelajaran dengan mengaitkan informasi/materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari (contekstual learning). Strategi ini dipadukan dengan penggunaan multimedia yang memberikan variasi tampilan informasi sehingga mampu menginspirasi mahasiswa untuk melakukan kreativitas di bidang seni kuliner. Strategi VAK mementingkan pengalaman belajar secara langsung dan menyenangkan bagi peserta didik.Menurut DePorter (1999) pengalaman belajar secara langsung melalui mengingat (Visual), mendengar (Auditory), dan belajar dengan gerak maupun emosi (Kinesthetic).Pembelajaran VAK menekankan bahwa belajar melalui pemanfaatan alat indra mata, pendengaran, dan aktivitas fisik atau strategi yang melibatkan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik sehingga peserta didik memiliki keterampilan secara utuh (http://febitia.blogspot.co.id/model pembelajaran VAK). Strategi pembelajaran VAK ini dipadukan dengan penggunaan multimedia yang memberikan variasi tampilan informasi sehingga mampu menginspirasi mahasiswa untuk melakukan kreativitas di bidang seni kuliner.Andikafisma (2012) menyatakan pembelajaran multimedia adalah penggunaan lebih dari satu (banyak) perantara untuk optimalisasi pembelajaran.Menurut Green & Brown (2002) penyajian multimedia dapat berbasis kertas (paper-based, cahaya (lightbased, suara (audio-based, gambar bergerak
250
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
(moving-image-based), dan digital (digitallybased) (http://andikafismawordpress.com/multimedi a Berdasarkan permasalahan diatas penelitian ini untuk mengetahuipeningkatan kreativitas belajar cipta karya boga dan respon mahasiswa melalui strategi pembelajaran VAK berbantuan multimedia.Strategi ini diterapkan agar mahasiswa aktif dan kreatif serta mampu menumbuhkan jiwa kewirausahaan.Bagi pengajar, agar dapat mengubah sikap dosen dalam mengelola pembelajaran yang memposisikan dirinya bukan sebagai satusatunya sumber belajar melainkan memposisikan diri sebagai fasilitator dan mediator yang fleksibel sehingga kegiatan belajar menjadi bermakna. Strategi pembelajaran merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan pendidik dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan, artinya bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Visual merupakan gaya belajar peserta didik yang menggunakan indra mata untuk kegiatan mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga. Auditori merupakan gaya belajar yang dilakukan melalui aktivitas mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, mengemukakan pendapat, gagasan, menanggapi dan berargumentasi. Kinestetik merupakan gaya belajar yang dilakukan melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. Pembelajaran Multi media, berasal dari kata multimedia dari kata multi (bahasa latin) yang berarti banyak dan kata media (bahasa latin) yang berarti sarana, perantara yang dipakai untuk menyampaikan sesuatu. Ditinjau dari klasifikasi media berdasarkan jenjang pengalaman terdiri dari (a) pengalaman dari benda asli, (b) pengalaman dari benda tiruan, (c) pengalaman dari kata-
kata (Ahmad Rohani, 1996). Berdasarkan sifat media terkategori media elektronik dan non-elektronik.Klasifikasi media berdasarkan penginderaan terdapat media audio (media dengar), media visual (media pandang) dan media audio visual (media dengar pandang). Andikafisma (2012) menyatakan bahwa karakteristik pembelajaran multimedia adalah (a) memiliki lebih dari 1 media yang konvergen, artinya menggunakan unsur audio dan visual; (b) bersifat interaktif, memiliki kemampuan untuk mengakomodasi respon pengguna/ peserta didik, (c) bersifat mandiri, artinya mampu memberikan kemudahan dan kelengkapan bagi pengguna/ pendidik maupun peserta didik. Strategi pembelajaran VAK multimedia merupakan strategi pembelajaran yang memanfaatkan semua potensi peserta didik secara verbal maupun non verbal dalam upaya untuk mengembangkan keterampilan hidup (life skill) melalui media elektronik dan non-elektronik. Strategi ini menekankan proses pembelajaran dengan mengaitkan informasi/materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari (contekstual learning).Langkah-langkah pembelajaran VAK multimedia cipta karya bogaadalah (1)Pendahuluan, (2)Penentuan tema, (3)Penyusunan draft, (4)Uji coba, (5)Evaluasi, dan (6)Pelaporan. Penerapan strategi VAK multimedia dalam pembelajaran cipta karya bogaadalah : a. Visual : pengolahan informasi pembelajaran dalam bentuk tampilan-tampilan yang variatif. Penggunaan media jadi, slideuntuk tampilan teks maupun gambar beberapa hidangan yang mampu memberikan daya tarik untuk brekreasi. Video, yang memberikan tampilan beberapa proses pengolahan hidangan yang mampu memberikan inspirasi mahasiswa untuk berkreasi. b. Auditori : pengolahan informasi pembelajaran dilakukan secara lisan. Strategi yang digunakan dengan metode diskusi, tanya
251
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
jawab dilengkapi dengan gambar dan suara melalui video beberapa proses pengolahan hidangan yang memiliki nilai kreativitas tinggi. c. Kinestetik : pengolahan informasi pembelajaran dilakukan melalui pengalaman secara langsung. Pemilihan bahan, alat yang tepat yang ditampilkan melalui gambar, handout, video. Media yang digunakan untuk memperjelas langkah-langkah proses agar mampu memunculkan kreativitas dalam beberapa aspek seni kuliner. Keunggulan strategi pembelajaran VAK multimedia adalah : a. Mampu melatih dan mengembangkan semua potensi peserta didik yang telah dimiliki oleh pribadi masing-masing. b. Pembelajaran lebih efektif karena mengkombinasikan semua potensi peserta didik. c. Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif. d. Memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik. e. Membuat pembelajaran bervariasi, menarik, menyenangkan dan lebih bermakna. Jadi strategi pembelajaran VAK multimedia adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif untuk mengembangkan keterampilan hidup dan menghasilkan solusi berupa karya nyata dengan kemanfaatannya sesuai kondisi lingkungan. Terkait dengan karakteristik pembelajaran cipta karya boga maka strategi ini sangat memberikan pengaruh positif yaitu mampu menumbuhkan kreativitas sedini mungkin yakni melalui proses pembelajaran. Adanya pengalaman yang diberikan melalui pembelajaran yang bersumber dari kehidupan sehari-hari atau lingkungan sebenarnya maka
mereka sudah terpola nantinya menghadapi dunia kerja dengan memanfaatkan lingkungan untuk berkreasi menjadi wirausahawan. Menurut Elizabeth B.Hurlock (1997) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Selanjutnya Ketut Suarni (1996) mengemukakan bahwa “kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan. Ciptaan ini tidak perlu seluruh produknya harus baru, mungkin saja gabungannya, kombinasinya, sedangkan unsur-unsur sudah ada sebelumnya”.Kreativitas tidak selalu berupa ciptaan baru. Berdasarkan penekanannya,”definisidefinisi kreativitas dapat dibedakan menurut dimensi person, proses, produk ” (Dedi Supriadi,1994). Dimensi person bahwa “Creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people”. Kreativitas mengacu pada kemampuankemampuan yang merupakan ciri-ciri orang kreatif.Dimensi produk, yaitu “the ability to bring something new into existence” (kemampuan menghadirkan sesuatu yang baru). Dimensi proses bahwa “Creativity can be regarderc’ as the quality of products or responses judged to be creative by appropriate observers”. Kreativitas dapat dianggap sebagai mutu produk atau tanggapan yang dinilai sebagai sesuatu yang kreatif oleh pengamat yang tepat). Dedi Supriadi (1994) juga mengemukakan lima sifat kemampuan berpikir kreatif yaitu kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), penguraian (elaboration) dan perumusan kembali (redefinition). Kondisi yang dapat meningkatkan kreativitas menurut Elizabeth B. Hurlock (1993) adalah waktu, kesempatan menyendiri, dorongan, lingkungan, hubungan pendidik dengan terdidik, cara mendidik, dan kesempatan untuk memperoleh pengalaman. Oleh karena itu pengemasan pembelajaran strategi VAK multimedia ini mampu mengadopsi aspek-aspek kreativitas yang
252
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
berorientasi pada produk hidangan yang bersifat inovatif.
terhadap penerapan strategi VAK multimedia dalam pembelajaran cipta karya boga. Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatifmengacu tabel konversi berikut. Tabel02.Konversi Kreativitas dan Respon Mahasiswa. Kemampuan Kategori 85% – 100% Sangat Baik 70% – 84% Baik 55% – 69% Cukup 0% – 54% Tidak Baik
METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan melalui 2 (dua) siklus yang melibatkan mahasiswa yang memprogram mata kuliah cipta karya boga di jurusan PKK FTK Undiksha tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 23 orang. Pengelolaan kelas dilakukan dengan pola kerja kelompok menjadi 7 kelompok yaitu 5 kelompok beranggotakan 3 orang dan 2 kelompok beranggotakan 4 orang. Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data berupa lembar observasi dan angket. Observasi digunakan untuk pengamatan proses persiapan, pengolahan, dan penyajian hidangan terkait dengan kreativitas belajar cipta karya boga.Angket digunakan untuk mengumpulkan data respon mahasiswa Pertemuan I
Pertemuan II
Pertemuan III
PENENTUAN TEMA/ Penyampaian/ Eksplorasi
d
e
Draft desain hidangan dalam bentuk hard copy, slide teks dan visual gambar yang dipresentasikan dan didiskusikan.
UJICOBA/ AKTIVITAS LAB/ Pelatihan/ Elaborasi : Persiapan Pengolahan
Media sebenarnya tentang bahan alat persiapan, pengolahan, dan alat penyajian. Metode proyek, eksperimen, demonstrasi, diskusi, tanya jawab, pemecahan masalah.
EVALUAS/ Penampilan hasil/ Konfirmasi : -Uji Kualitas, dan Selera (Penampilan, Tekstur, Aroma, Rasa)
Pertemuan V, VI
f
PERANGKAT AJAR : - Slide (teks dan gambar) - Video pengolahan - Modul materi ajar METODE :Diskusi, Tanya jawab PERANGKAT AJAR : Handout tentang deskripsi tema METODE: -Proyek -Diskusi -Tanya jawab -Pemecahan masalah
PENYUSUNAN DRAFT/ DESAIN HIDANGAN/ Eksplorasi
Pertemuan IV
Pertemuan IV, V
PENDAHULUAN/Persiapan -Tujuan Pembelajaran - Identifikasi Masalah
a 1
b
c
HASIL DAN PEMBAHASAN Pembelajaran cipta karya boga menggunakan strategi VAK multimedia dilakukan dalam 5 pertemuan untuk siklus ke 1 dan 6 pertemuan untuk siklus ke 2 melalui 6 langkah. Lebih jelasnya dapat dilihat melalui bagan berikut.
Media sebenarnya berupa hidangan sesuai teknik penyajian Metode diskusi, tanya jawab, pemecahan masalah.
PELAPORAN/ Konfirmasi
Hardcopy dan softcopy perencanaan, proses, hasil pengolahan dan penyajian hidangan
Gambar 4.1. Langkah-langkah Strategi VAK Cipta Karya Boga Siklus 1 : a. PENDAHULUAN. Pertemuan I adalah pembelajaran yang dilakukan dengan pengelolaan klasikal yaitu memberikan penjelasan tentang deskripsi pembelajaran cipta karya
dan identifikasi permasalahan kuliner yang dapat dirumuskan ke dalam tema pembelajaran cipta karya boga. Penggunaan modul cipta karya boga dan media pembelajaran berupa slide deskripsi
253
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
dan gambar beberapa hidangan sesuai struktur menu modern ditampilkan untuk membangkitkan motivasi belajar dalam melakukan inovasi kuliner. Selain itu ditampilkan pula video tentang persiapan, pengolahan, dan penyajian hidangan yang merupakan inovasi kuliner hidangan dalam struktur menu modern. b. PENENTUAN TEMA. Pertemuan ke dua adalah langkah Penentuan Tema, yang dilakukan dengan strategi diskusi, tanya jawab menggunakan handout beberapa identifikasi masalah yang kemudian ditentukan beberapa tema untuk mendesain menu. Tema yang dilakukan dalam cipta karya boga mengacu dari bahan utama yang diberikan penanganan diversifikasi sesuai struktur menu modern. Adapun bahan utama yang ditentukan adalah buah, umbi, dan kacang-kacangan. Jadi tema yang dirumuskan dalam cipta karya boga adalah Buah, Umbidan Kacang dalam Struktur Menu Modern. c. PENYUSUNAN DRAFT DESAIN HIDANGAN. Pertemuan III adalah langkah Penyusunan Desain, dilakukan dengan cara presentasi tentang analisis bahan dan rancangan menu yang didesain kemudian dituangkan dalam format yang sudah disiapkan. Desain ini dilengkapi dengan rasional desain hidangan, nama/ label hidangan, bahan utama dan tambahan, formulasi, volume, teknik pengolahan dan penyajian dilengkapi layout/ gambar penyajian serta keterangan penggunaan alat, kelengkapan penyajian termasuk garnish hidangan. Strategi digunakan dengan diskusi dan tanya jawab yang dilakukan melalui proses presentasi desain dari
masing-masing kelompok. Hidangan yang di desain dari 23 orang dalam 7 kelompok diberikan label sebagai berikut. Magic pot, Nanuts tortilla, CP ball, Pizaa minkake, Baskoro, Lumpia geranat merupakan hidangan yang menggunakan bahan utama kacang. Get rich salad, Ballca soup, Purple burger, purple Berliner with ice cream, Blang purple, Martabak manis ubi ungu, Rainbow salad, Ifumie ungu, Pelangi singkong, Bunga lempog, Umbi salada merupakan hidangan yang menggunakan bahan utama umbi. Barak, 3 GL, Triangle rice burger, Pemakeco, Ball papaya fritters, Pepes pabuli, dan Es pecok merupakan hidangan yang terbuat dari bahan utama buah. Penyusunan desain ini dilakukan secara kolaboratif teman sejawat, dan dosen pengampu di luar kelas. d. UJI COBA/ AKTIVITAS LAB. Pertemuan IV adalah langkah Uji coba adalah perwujudan desain hidangan menjadi suatu karya nyata yang dilakukan di laboratorium produksi. Penggunaan bahan dan alat pengolahan maupun penyajian sesungguhnya atau dikatakan media jadi, sebagai upaya untuk mengkonkritkan rancangan pada hidangan sesuai kriteria yang diharapkan. Penerapan metode eksperimen, pemecahan masalah untuk pembuktian rancangan berdasarkan rasionalisasi didukung diskusi dan tanya jawab. e. EVALUASI. Langkah Evaluasi juga dilakukan pada pertemuan IV yaitu dengan observasi, diskusi dan tanya jawab. Presentasi dilakukan berkaitan dengan berbagai permasalahan yang dijumpai selama proses pengolahan yang selanjutnya dilakukan solusi untuk memperoleh
254
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
hidangan sesuai kriteria. Uji organoleptik tingkat kesukaan atau uji selera dilakukan terhadap aspek penampilan, tekstur, aroma, dan rasa antar mahasiswa dan pengajar cipta karya boga. f. PELAPORAN. Pada langkah Pelaporan yaitu pertemuan V adalah pertanggungjawaban dalam bentuk penyajian dan pendokumenan produk cipta karya boga dalam bentuk resep yang dilengkapi bahan, formulasi, volume/ porsi, teknik pengolahan dan teknik penyajian. Kreativitas belajar yang dilakukan dalam pembelajaran cipta karya boga berada pada kategori baik sebesar 82,9%. Penggunaan video tentang variasi hidangan yang mengandung seni kuliner berkreasi perlu ditekankan dalam pembelajaran sehingga mahasiswa memahami bahwa untuk berkreasi tidak sepenuhnya hidangan baru namun keunikan yang muncul dalam hidangan yang didesain harus betul-betul nampak.Keunikan ini sebagai salah satu solusi untuk mengatasi kelemahan hidangan yang sudah muncul sebelumnya. Berdasarkan evaluasi dan refleksi pembelajaran dalam siklus 1 ini maka dilakukan penyempurnaan proses pembelajaran dalam siklus 2 berikut. Siklus 2 : a. PENDAHULUAN. Pertemuan I adalah pembelajaran yang dilakukan dengan pengelolaan klasikal yaitu memberikan pemahaman tema pembelajaran cipta karya boga, yaitu desain hidangan yang di inovasi melalui bahan teknik persiapan, pengolahan maupun penyajian. Untuk efektivitas pembelajaran dilakukan optimalisasi penggunaan modul cipta karya boga dan media pembelajaran berupa slide teks dan gambar beberapa hidangan sesuai struktur menu modern. Selain itu ditampilkan pula video tentang persiapan,
pengolahan, dan penyajian hidangan yang merupakan inovasi kuliner hidangan dalam struktur menu modern. Hal ini sebagai upaya pula dalam menumbuhkan kreativitas mahasiswa terhadap kuliner sehingga mampu memberikan inspirasi dan memunculkan ide maupun gagasan inovatif kuliner. b. PENENTUAN TEMA. Langkah ini dilakukan dengan strategi diskusi, tanya jawab menggunakan handout beberapa identifikasi masalah yang kemudian ditentukan beberapa tema untuk mendesain menu. Tema yang dilakukan dalam cipta karya boga mengacu dari bahan utama yang diberikan penanganan diversifikasi sesuai struktur menu modern. Adapun bahan utama yang ditentukan adalah buah, umbi, dan kacang-kacangan. Jadi tema yang dirumuskan dalam cipta karya boga adalah Buah, Umbi, Kacang dalam Struktur Menu Modern. c. PENYUSUNAN DRAFT/ DESAIN HIDANGAN. Pertemuan III adalah langkah Penyusunan Desain, dilakukan dengan cara presentasi tentang analisis bahan dan rancangan menu yang didesain kemudian dituangkan dalam format yang sudah disiapkan. Strategi yang digunakan adalah proyek, diskusi, pemecahan masalah, dan tanya jawab.. Hidangan yang di desain dari 23 orang dalam 7 kelompok diberikan label sebagai berikut. Cangijo sweet roll, Choco ball, Kroket love, Red bean steak, Mochi candy, Midori hotdog, Peanut fritur, dan cupke merupakan hidangan yang menggunakan bahan utama kacang. Purple pizzacone, Kroket singkong, Poding ubi ungu, Pujangga, Sup janda kental, Lovleyaki, dan Lontong sate ubi merupakan hidangan yang
255
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
menggunakan bahan utama umbi. Fruit mix yogurt, Pancake fruit tower, Banana steak, Pulung-pulung nanas, Nugget pisang, Keprong strawberry, Dezato sushi, Pakisum, dan Omuba merupakan hidangan yang terbuat dari bahan utama buah. d. UJI COBA/ AKTIVITAS LAB. Pertemuan IV adalah langkah Uji coba adalah perwujudan desain hidangan menjadi suatu karya nyata yang dilakukan di laboratorium produksi. Penggunaan bahan dan alat pengolahan maupun penyajian sesungguhnya atau dikatakan media jadi, sebagai upaya untuk mengkonkritkan rancangan pada hidangan sesuai kriteria yang diharapkan. Penerapan metode eksperimen, pemecahan masalah untuk pembuktian rancangan berdasarkan rasionalisasi didukung diskusi dan tanya jawab. e. EVALUASI. Langkah Evaluasi juga dilakukan pada pertemuan IV, V yaitu dengan observasi, diskusi dan tanya jawab. Presentasi dilakukan berkaitan dengan berbagai permasalahan yang dijumpai selama proses pengolahan yang selanjutnya dilakukan solusi untuk memperoleh hidangan sesuai kriteria. Uji organoleptik tingkat kelayakan hidangan dilakukan terhadap aspek penampilan, tekstur, aroma, dan rasa antar mahasiswa dan pengampu mata kuliah cipta karya boga. f. Pada pertemuan V, VI langkah Evaluasi dan Pelaporan yaitu pertanggungjawaban dalam bentuk penyajian dan pendokumenan produk cipta karya boga dalam bentuk resep yang dilengkapi bahan, formulasi, teknik pengolahan dan teknik penyajian. Hal ini dilakukan melalui pameran yang disertai uji selera oleh masyarakat umum atau
dikatakan panelis konsumen. Kreativitas mahasiswa dalam siklus 2 ini terkategori sangat baik yaitu sebesar 91,2%. Pada pembelajaran ini telah dilakukan upaya untuk memadukan berbagai media pembelajaran secara visual, audio, dan kinestetik secara efektif sehingga mahasiswa dapat berkreasi secara maksimal.Mereka sudah dapat memunculkan keunikan hidangan yang didesain yang memberikan nilai baru atau originalitas hidangan.Keunikan yang dimunculkan adalah pada tahap persiapan, pengolahan dan penyajian. Respon mahasiswa terhadap strategi VAK multimedia dalam pembelajaran cipta karya boga terkategori sangat baik ( 86,7%). Penggunaan visualisasi gambar dalam slide, modul, handout, video persiapan, pengolahan, dan penyajian hidangan mampu memberikan variasi pembelajaran sehingga memotivasi mereka untuk berkreasi. Strategi diskusi kelas maupun kelompok kecil secara periodik di luar kelas memberikan pengalaman yang banyak untuk memunculkan ide-ide baru untuk berkreasi di bidang kuliner. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi VAK multimedia dalam pembelajarancipta karya boga menggunakan 6 langkah yaitu Pendahuluan, Penentuan tema, Penyusunan desain, Uji coba, Evaluasi, dan Pelaporan. Peningkatan kreativitas belajarcipta karya boga sebesar 9% yaitu dari 83% menjadi 91,2% terkategori sangat baik.Respon mahasiswa terhadap penerapan strategi VAK multimedia dalam pembelajaran cipta karya boga terkategori sangat baik yaitu sebesar 86,7%. Daftar Rujukan Ahmad Rohani.(1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
256
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Dedi Supriadi. (1994). Kreativitas dan Kebudayaan dengan Perkembangan IPTEK.Bandung : Alfabeta.Elizabeth B. Hurlock. (1997). Perkembangan Anak. Jakarta : Penerbit Erlangga. Suarni, Ketut. (1996). Perkembangan dan Belajar Anak. Singaraja : STKIP. Zimmerer.(1996) .Entrepreneurship and The New Venture Formation. New Jersey: Prentice Hall International Inc. PP RI No. 19 tahun 2005.Standar Nasional Pendidikan. Permendiknas No. 41 tahun 2007.Standar Proses Satuan Pendidikan. Model Pembelajaran VAK.http://febitia.blogspot.co.id/mo del pembelajaran VAK.diakses 2 Juni 2016. Pembelajaran Multimedia.https://andikafisma.wor dpress.com/multimedia. diakses 20 Juni 2016.
257
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
PELATIHAN MODIFIKASI MESIN GENSET BERBAHAN BAKAR BENSIN MENJADI MESIN GENSET BERBAHAN BAKAR LPG BAGI KELOMPOK NELAYAN DI DESA TEJAKULA, BULELENG-BALI Nyoman Arya Wigraha1, I Nyoman Pasek Nugraha2, Kadek Rihendra Dantes3, Gede Widayana4 1, 2, 3, 4Jurusan
Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia *e-mail:[email protected]
ABSTRAK Meningkatnya tuntutan penggunaan bahan bakar minyak akan mengurangi cadangan bahan bakar minyak. Alternatif untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan mengganti bahan bakar bensin menjadi LPG. Untuk menggunakan LPG sebagai bahan bakar pada genset motor bensin 4 langkah 1 silinder dibutuhkan modifikasi pada mesin tersebut. Modifikasi yang dilakukan adalah dengan cara menambahkan mixer. Mixer tersebut berfungsi untuk mencampur bahan bakar dan udara sebelum masuk ke dalam silinder. Mixer yang akan dicoba untuk memodifikasi mesin tersebut adalah mixer venturi, mixer standart, dan mixer difusor. Pelatihan modifikasi mesin genset berbahan bakar bensin menjadi mesin genset berbahan bakar LPG ini mampu menjadi inspirasi bagi nelayan untuk meningkatkan pendapatan karena biaya operasionalnya menjadi lebih murah dan sekaligus lebih peduli kepada lingkungan karena emisi yang dihasilkan oleh mesin genset hasil modifikasi ini lebih ramah lingkungan. Kegiatan pelatihan ini juga mampu didayagunakan dengan untuk meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat sekaligus memelihara kelestarian lingkungan, khususnya bagi kelompok nelayan Segara Ening maupun masyarakat sekitar di kawasan Desa Tejakula, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng-Bali. Kata kunci:pelatihan,modifikasi, genset, LPG
664 (perahu, perahu motor tempel dan kapal motor), denganproduksi ikan basah menurut areal penangkapan adalah tertinggi di Kabupaten Buleleng. Dalam kegiatan menangkap ikan, nelayan di Desa Tejakula menggunakan alat tangkap jaring dan pancing serta menggunakan alat bantu cahaya buatan untuk pengoperasian pada malam hari. Dahulu lampu petromaks merupakansumber cahaya utama untuk alat tangkap ikan di Desa Tejakula. Harga BBM khususnya minyaktanah sebagai bahan bakar lampu petromaks yangmeningkat tinggi dan cahaya yang dihasilkan sangat terbatas menjadikan nelayan Tejakula mencari alternatif lain Saat ini hampir semua nelayan Tejakulamengganti lampu petromaks dengan lampu genset sebagaisumber cahaya karena menghasilkan cahaya yang lebih terang sehingga hasil tangkapan menjadi lebih baik. Namun, penggunaan mesin genset 2 tak tentu tidak ramah lingkungan, karena menghasilkan gas emisi buang yang cukup
PENDAHULUAN Desa Tejakula merupakan desa yang paling luas dan terpadat di antara 10 desa yang ada di Kecamatan Tejakula.Adapun 10 desa yang ada di Kecamatan Tejakula adalah: Desa Sembiran, Desa Pacung, Desa Julah, Desa Bondalem, Desa Madenan,Desa Tejakula, Desa Les, Desa Penuktukan, Desa Sambirenteng, dan Desa Tembok. Posisi Desa Tejakula yang berada di tengah-tengah desa lainnya sangatlah menguntungkan, karena dijadikan sebagai desa pusat segala bentuk aktivitas perdagangan, baik dari hasil pertanian, kerajinan juga perikanan.Potensi perikanan di Desa Tejakula cukup menjanjikan sebagai penghasil tangkapan ikan laut. Sebagian besar penduduk di Kecamatan Tejakula berprofesi sebagai nelayan. Jumlah rumah tangga perikanan di Kecamatan Tejakula adalah 1.569 nelayan dengan dukungan armadapenangkapan ikan
258
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
tinggi sehingga berpotensi untuk mencemari lingkungan khususnya udara Hal ini tentu bertentangan dengan program pelestarian lingkungan yang digalakkan oleh pemerintah karena kurang ramah lingkungandan juga cukup boros. Beberapa sumber energi yang lebih ramah lingkungan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif, salah satunya adalah bahan bakar gas berupa LPG (Liquid Petroleum Gas) LPG merupakan salah satu jenis gas bumi dengan cadangan cukup besar di Indonesia. Penggunaan bahan bakar LPG juga lebih ramah lingkungan karena menghasilkan emisi gas buang yang sangat rendah. Dalam pengoptimalan sumber daya berpotensial, penggunaan bahan bakar gas pada motor bakar torak dirasa kurang. Salah satu langkah nyata untuk meningkatkan penggunaan bahan bakar gas adalah dengan pengembangan teknologi mesin konversi energi, misalnya melalui kajian modifikasi pada mesin genset berbahan bakar bensin diubah menjadi mesin genset berbahan bakar LPG. Dari profil Desa Tejakula di atas dan beberapa kekurangan kendala penggunaan mesin genset 2 tak, maka beberapa permasalahanyang ditemukan adalah sebagai berikut: 1. Penggunaan mesin genset 2 tak yang kurang ramah lingkungan. oleh para nelayan di Desa Tejakula dapat mencemari lingkungan khususnya udara. 2. Penggunaan bahan bakar ditambah olie atas yang boros sehingga mengurangi pendapatan dari nelayan di Desa Tejakula. 3. Kurangnya pengetahuan untuk memodifikasi mesin genset berbahan bakar bensin menjadi mesin genset berbahan bakar LPG. Oleh karena itu, perlu diberikan pelatihan memodifikasimesin genset berbahan bakar bensin menjadi berbahan bakar LPG bagi masyarakat setempat, khususnya bagi anggota kelompok nelayan. Motor bensin termasuk sebagai motor pembakaran dalam (internal combustion engine) dan disebut sebagai motor otto atau pun spark ignition engine. Motor ini menggunakan bantuan bunga api dari busi (spark plug) untuk menyalakan atau membakar campuran bahan bakar-udara. Busi akan menyala pada waktu tertentu sesuai pengatur waktu pengapiannya sebelum
torak mencapai titik mati atas. Pengaturan waktu pengapian disesuaikan dengan kecepatan pembakaran bahan bakar. Selama langkah isap, torak bergerak dari TMA menuju TMB, katup masuk terbuka dan katup buang tertutup. Gerakan torak memperbesar volume ruang bakar dan menciptakan ruang hampa (vacuum) dalam ruang bakar. Akibatnya, campuran udara dan bahan bakar terisap masuk ke dalam ruang bakar melalui katup masuk. Langkah isap berakhir ketika torak telah mencapai TMB. Langkah ini merupakan kesempatan campuran udara-biogas masuk ke dalam ruang bakar. Campuran udara bahan bakar tergantung stoichiometri dari bahan bakarnya. Oleh sebab itu, pemasukan bahan bakar dan udara harusdiatur komposisinya. Waktu pemasukan bahan bakar bersifat intermitten (terputus-putus). Oleh sebab itu gas harus diatur agar membuka dan menutup pada saat yang tepat. Perbedaan nilai kalor bahan bakar (bensin dengan LPG), dan properti lainnya menyebabkan energi yang dihasilkan tiap bahan bakar juga berbeda. Penggunaan mesin genset sebagai sumber cahaya untuk alat bantu penangkapan ikan dilakukan dengan memanfaatkan sifat fisik dari cahaya buatan itu sendiri. Masuknya cahaya ke dalam air sangat erat hubungannya dengan panjang gelombang yang dipancarkan oleh cahaya tersebut. Semakin besar panjang gelombangnya maka semakin kecil daya tembusnya ke dalam perairan. Faktor lain yang juga menentukan masuknya cahaya ke dalam air adalah absorbsi (penyerapan) cahaya oleh partikelpartikel air, kecerahan, pemantulan cahaya oleh permukaan laut, musim dan lintang geografis, dengan adanya berbagai hambatan tersebut, maka nilai iluminasi (lux) suatu sumber cahaya akan menurun dengan semakin meningkatnya jarak dari sumber cahaya tersebut (Wiyono, 2006). Berdasarkan sifat-sifat fisik yang dimiliki oleh cahaya dan kecenderungan tingkah laku ikan dalam merespon adanya cahaya, nelayan kemudian menciptakan cahaya buatan untuk mengelabuhi ikan sehingga melakukan tingkah laku tertentu untuk memudahkan dalam operasi penangkapan ikan. Tingkah laku ikan kaitannya dalam merespon sumber cahaya yang sering dimanfaatkan oleh nelayan adalah kecenderungan ikan untuk berkumpul
259
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
di sekitar sumber cahaya (Wiyono, 2006). Ikan cenderung tertarik mendekati cahaya, ikan-ikan tersebut kemudian dikumpulkan sampai pada jarak jangkauan alat tangkap (catchability area) dengan menggunakan cahaya yang relatif rendah frekuensinya, secara bertahap. Cahaya merah digunakan pada tahap akhir penangkapan ikan (Wiyono, 2006). Adapun tujuan dan manfaat yang di dapat dari pelaksanaan kegiatan pelatihan ini adalah sebagai berikut: 1. Masyarakat dapat memanfaatkan media dan teknologi untuk membantu meningkatkan penghasilan mata pencaharian mereka sebagai nelayan. Media dan teknologi itu nantinya bisa diadopsi dan diterapkan dengan mudah oleh para nelayan. 2. Masyarakat mampu mengembangkan dan meningkatkan penghasilannya, sehingga kesejahteraan ekonomi masyarakat bisa terpenuhi. Berdasarkan analisis situasi serta tujuan dan manfaat kegiatan yang dilaksanakan, maka target luaran dari kegiatan yang dilaksanakan adalah: 1. Menghasilkan masyarakat yang mampu memanfaatkan media dan teknologi yang berkembang, sehingga dapat dikelola dengan lebih optimal. 2. Menghasilkan suatu cara yang memiliki ciri khas dan memiliki aspek kearifan lokal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Les.
dilaksanakan secara terarah dengan berpihak dan melibatkan masyarakat di Desa Les. Dengan demikian dalam merumuskan masalah, mengatasi masalah, penentuan proses dan kriteria masalah harus mengikutsertakan atau bahkan ditentukan oleh masyarakat/kelompok sasaran. Dengan penggunaan model pendekatan diatas diharapkan akan: (1) dikenalnya masalah secara tepat/efektif sesuai dengan persepsi, kehendak, dan ukuran/kemampuan serta kebutuhan masyarakat tempat dilaksanakannya kegiatan, (2) tumbuhnya kekuatan (empowering) masyarakat atau kelompok sasaran dalam pengalaman merancang, melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan/pertumbuhan diri dan ekonominya, dan (3) efektifitas dan efesiensi penggunaan sumber daya manusia pada masyarakat atau kelompok sasaran. Selanjutnya melalui analisis akan terinventarisir keterbatasan dan keberadaan berbagai sumberdaya, sarana dan prasarana, maupun jenis-jenis usaha masyarakat. Disamping itu pula akan ditemukan berbagai jenis kesenjangan dan kemiskinan secara mendalam baik secara natural, struktural, ataupun kultural. Desain kegiatan adalah kerangka konseptual pelaksanaan kegiatan. Kegiatan ini akan dilaksanakan dengan model Enthrepreneurship Capacity Building (ECB) dan Technology Transfer (TT) serta dengan menerapkan Teknologi Tepat Guna (TTG). Model Enthrepreneurship Capacity Building (ECB) terkait dengan kemampuan berwirausaha dari masyarakat, dengan model ini kedepannya diharapkan: (1) memberikan wawasan, sikap, dan keterampilan usaha, (2) memberikan peluang, (3) memfasilitasi (modal pinjaman dsb.), dan (4) memonitor dan mengevaluasi bagaimana perkembangan usahanya. Sementara itu model Technology Transfer (TT) dilakukan adalah dengan maksud agar masyarakat atau kelompok sasaran: (1) menguasai prinsip-prinsip penerapan teknologi terutama yang berkaitan dengan proyek yang sedang/akan dilaksanakan, (2) apabila teknologi yang digunakan dirasa sulit untuk diterapkan untuk menyelesaikan masalah/kebutuhan, maka ketua pelaksana mempunyai kewajiban untuk menyederhanakannya melalui penerapan
METODE Kegiatan ini dirancang dengan mengidentifikasi masalah yang timbul dengan menggunakan model Partisipatory Rural Apprasial (PRA). Partisipatory Rural Apprasial (PRA) adalah suatu teknik untuk menyusun dan mengembangkan program operasional dalam pembangunan tingkat desa.Metode ini ditempuh dengan memobilisasi sumber daya manusia dan alam setempat, serta lembaga lokal guna mempercepat peningkatan produktivitas, menstabilkan, dan meningkatkan pendapatan masyarakat serta mampu pula melestarikan sumberdaya setempat. Bertolak dari konsep Partisipatory Rural Apprasial (PRA), maka tahapan kegiatan dalam model ini adalah melaksanakan identifikasi masalah setiap perumusan program maupun pendanaannya
260
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Teknologi Tepat Guna (TTG), (3) melakukan kegiatan produksi dengan mereplikasi/memodifikasi dengan alat sederhana yang dapat menyelesaikan masalah/kebutuhan. Pemberdayaan dan pembelajaran masyarakat/kelompok sasaran dilakukan dengan keaksaraan pelatihan dan pemahaman untuk mengembangkan mata pencaharian baik itu yang berkenaan dengan media/teknologi, desain, dan pegembangan. Dengan cara diatas maka masyarakat/kelompok sasaran akan dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki sehingga mampu bersaing dengan masyarakat lainnya. Dalam proses pemberdayaan dan pembelajaran akan dipandu dengan silabus sehingga terarah dalam mengembangkan usaha. Selain panduan silabus, juga disiapkan tenaga professional di bidang otomotif dan motor bakardari Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, khususnya bahan-bahan yang nantinya digunakan sebagai sarana modifikasi genset.
Gambar 1. Kelompok Nelayan Segara Ening Desa Tejakula, selaku mitra kegiatan P2M. Ditempat ini tim pelaksana menyiapkan segala keperluan untuk pelatihan modifikasi mesin genset, diantaranya adalah mesin genset motor bensin 4 tak yang akan dimodifikasi beberapa komponennya.Secara ringkas, pelaksanaan pelatihan ini dipaparkan berdasarkan langkah-langkah modifikasi yang dilakukan, yaitu: (1) Modifikasi Karburator Modifikasi mesin Otto (pengapian busi, mesin petrol atau bensin) relatif mudah ketika bila mesin didesain untuk beroperasi pada campuran bahan bakar dengan udara dengan pengapian busi. Modifikasi dasar dilakukan pada pencampuran gas-udara yang ada dalam karburator. Kinerja mesin dipengaruhi oleh variasi supplai campuran, dan juga posisi katup pembukaan (throttle valve). Kenaikan perbandingan kompresi juga diperlukan untuk menaikkan efisiensi prosesSehingga akan diperoleh konsumsi bahan bakar yang lebih rendah dan daya keluaran lebih tinggi. Disamping itu juga diperlukan pengaturan sistem pengapian dikarenakan kecepatan pembakaran biogas relatif lebih lambat dibandingkan dengan bensin (Herringshaw, 2009).
HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan kegiatan pelatihan Pembuatan modifikasi mesin genset bagi kelompok nelayan di Desa Tejakula, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng ini memiliki keterkaitan yang erat dengan Jurusan S1 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, dikarenakan kegiatan ini merupakan penerapan teknologi di bidang Teknik Mesin khususnya bidang keahlian otomotif. Selain itu hal ini juga dilandasi oleh kualifikasi yang dimiliki oleh tim pelaksana yang berasal dari Jurusan Pendidikan Teknik Mesin. Pada pembuatan rumpon ini tim pelaksana bekerja sama dengan mitra yaitu kelompok nelayan Segara Ening di Desa Tejakula, Kecamatan Tejakula-Buleleng.
261
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 2. Karburator mesin genset honda GX 160 hasil modifikasi
Gambar 4. Ventury Mixer (4) Pengujian unjuk kerja mesin genset hasil modifikasi Untuk pengujian mesin genset hasil modifikasi pada saat menggunakan katup LPG untuk beban 100 watt menghasilkan frekuensi sebesar 54,0 Hz dan pada beban 500 watt frekuensi yang dihasilkan sebesar 52,7 Hz. Sehingga dari hasil pengujian dapat diketahui bahwa frekuensi yang dihasilkan oleh genset saat menggunakan katup LPG lebih stabil/lebih baik apabila dibandingan pada saat belum menggunakan katup LPG. Hal ini dikarenakan supply bahan bakar LPG untuk pembakaran yang melalui saluran venturi mixer sesuai dengan kebutuhan LPG yang dibutuhkan untuk pembakaran.
(2) Modifikasi aliran LPG Modifikasi regulator pada saluran ke tabung LPG dilakukan agar aliran gas dapat diatur sehingga diperoleh campuran antara udara dan gas yang tepat sehingga mesin dapat menyala secara optimal
Gambar 3. Regulator untuk LPG (3) Modifikasi alatpencampur (Ventury Mixer) Desain venturi mixer diperlukan untuk mencampur udara dan biogas sebelum masuk mesin. Penggunaan venturi mixer efek mekanika fluidanya sama seperti karburator standar,sehingga perubahan kuantitas dan kecepatan aliran udara mengakibatkan perubahan tekanansaluran kontraksi yang merubah efek perubahan aliran dari bahan bakar untuk bergabung danbercampur dengan aliran udara utama sesuai dengan proporsi yang diinginkan.
Gambar 5. Pengujian unjuk kerja mesin genset hasil modifikasi. SIMPULAN DAN SARAN Dari pengabdian pada masyarakat yang dilakukan oleh tim pelaksana, diimplementasikan kepada kelompok nelayan
262
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Segara Ening di Desa Tejakula melalui pelatihan modifikasi mesin genset, dapat disimpulkan bahwa Motor genset berbahan bakar bensin terbukti dapat dihidupkan mengunakan bahan bakar LPG tanpa perubahan berarti dari mesin. LPG cukup diinjeksikan melalui saluran bahan bakar pada karburator. Mesin dapat dihidupkan secara maksimal. Motor bakar bensin juga dapat dihidupkan dengan menggunakan bahan bakar campuran LPG dan bensin. Dengan demikian pelatihan pembuatan rumpon ikan ini kedepannya mampu menjadi inspirasi bagi para nelayan untuk membuat rumpon dan sekaligus mampu meningkatkan hasil tangkapan masyarakat khususnya nelayan di sekitar Desa Les. Diharapkan kegiatan pelatihan pembuatan rumpon ini mampu didayagunakan dengan optimal untuk meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat, khususnya bagi kelompok nelayan Segara Ening maupun masyarakat sekitar di kawasan Desa Les, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng-Bali.
DAFTAR PUSTAKA Data Potensi Desa Tembok, 2015 Direktorat Jenderal Perikanan, 1995. Penggunaan Payaos/Rumpon di Indonesia. Jakarta hal. 11 Herringshaw B. 2009. ” A Study of Biogas Utilization Efficiency Highlighting Internal Combustion Electrical Generator Units ”, Ohio State University, USA. Statistik Kecamatan Tejakula, 2015 Wiyono, S. 2006. Menangkap Ikan Menggunakan Cahaya. Artikel IPTEK– Bidang Biologi, Pangan dan Kesehatan. http://www.easier but not simplier.com/. Diakses 18 Maret 2016.
263
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
RANCANG BANGUN SISTEM PENILAIAN PRESTASI KERJA DOSEN BERBASIS WEB (STUDI KASUS : FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN, UNDIKSHA) Gede Aditra Pradnyana1, I Made Gede Sunarya2 1,2Jurusan
Pendidikan Teknik Informatika, Universitas Pendidikan Ganesha Email: [email protected]
ABSTRACT In maintaining the quality of its graduates, Fakultas Teknik dan Kejuruan (FTK) Universitas Pendidikan Ganesha is committed to maintain and improve the quality of lecturers. One of the efforts to maintain the quality of the lecturers is to conduct performance evaluation for lecturer. Correspondingly with this, the government through PP No. 46 tahun 2011 made it compulsory to do performance appraisal of civil servants that consisted of sasaran kerja pegawai (SKP) and perilaku kerja. Based on observation, the implementation and filing of work performance assessment activities that have been performed in the FTK not worked well. In terms of time, effort, and storage, archiving mechanisms that currently performed extremely inefficient. The lecturers also complained of tightness in filling SKP form. The use of information technology could be one solution to overcome the above issues. Therefore, in this study will be built a lecturers performance appraisal system based on web. Development of the system through four basic stages: design and establishment of a database, GUI design development with HTML and CSS, development flowchart and business processes into the program, and system testing. Web-based performance appraisal systems have been built using the PHP programming language and MySQL database, which consists of six main modules: a module to manage lecturers, filling work objectives, filling work achievement, filling behavioral assessment, validation, and print the results of the assessment. With this system, lecturers performance appraisal in FTK expected to work more effectively and efficiently. Keywords:appraisal, work performance, lecturer,web based system
ABSTRAK Dalam menjaga kualitas lulusannya, Fakultas Teknik dan Kejuruan (FTK) Universitas Pendidikan Ganesha berkomitmen untuk selalu menjaga serta meningkatkan kualitas dosen yang dimiliki. Salah satu bentuk upaya untuk menjaga kualitas dosen adalah dengan melakukan evaluasi prestasi kinerja dosen. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah melalui PP no 46 tahun 2011 juga telah mewajibkan dilakukannya penilaian prestasi kerja PNS yang terdiri atas unsur sasaran kerja pegawai (SKP) dan perilaku kerja. Berdasarkan hasil observasi, mekanisme pelaksanaan dan pengarsipan dari kegiatan penilaian pertasi kerja yang telah dilakukan di lingkungan FTK belum berjalan dengan baik. Dari segi waktu, tenaga, dan tempat penyimpanan, mekanisme pengarsipan yang dilakukan saat ini sangatlah tidak efisien. Para dosen juga mengeluhkan susahnya pekerjaan manual dalam pengisian borang SKP. Penggunaan teknologi informasi bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi persoalan diatas. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dibangun sebuah sistem penilaian prestasi kerja dosen berbasis web.Pengembangan sistemmelalui empat tahapan dasar yaitu: perancangan serta pembentukandatabase, pengembangan desain GUI dengan HTML dan CSS, pengembangan flowchart dan proses bisnis ke dalam program, serta pengujian sistem.Sistem penilaian prestasi berbasis web berhasil dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan database MySQL, yang terdiri dari enam modul utama, yaitu modul mengelola dosen, mengisi sasaran kerja, mengisi capaian kerja, mengisi penilaian perilaku, validasi, dan mencetak hasil penilaian.Dengan adanya sistem ini, diharapkan penilaian prestasi kerja dosen di lingkungan FTK dapat berlangsung lebih efektif dan efisien. Kata kunci: penilaian, prestasi kerja, dosen, sistem berbasis web
264
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
perencanaan prestasi kerja yang berupa SKP, penetapan tolok ukur yang meliputi aspek kuantitas, kualitas, waktu, dan biaya dari setiap kegiatan tugas jabatan. Pelaksanaan penilaian SKP dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi kerja dengan target yang telah ditetapkan. Dalam melakukan penilaian dilakukan analisis terhadap hambatan pelaksanaan pekerjaan untuk mendapatkan umpan balik serta menyusun rekomendasi perbaikan dan menetapkan hasil penilaian. Sebagai salah satu fakultas yang memiliki jurusan yang sangat erat kaitannya dengan teknologi, beberapa pekerjaan administrasi di FTK masih dikerjakan secara manual. Salah satu pekerjaan adminstrasi rutin yang dilakukan di FTK dan masih dikerjakan secara manual adalah penilaian prestasi kinerja dosen. Berdasarkarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa staff dosen di lingkungan FTK, pada umumnya para dosen mengeluhkan susahnya pekerjaan manual dalam pengisian borang SKP dan perilaku kerja. Dosen juga kerap kebingungan dalam mengumpulkan, mengelompokkan, dan menyesuaikan bukti dari kegiatankegiatan yang telah dilakukan sebelumnya. Permasalahn ini juga menyusahkan pejabat penilai dalam menemukan dokumen bukti kegiatan atau karena adanya dokumen bukti kegiatan yang ganda. Mekanisme pengarsipan dari kegiatan penilaian pertasi kerja yang telah dilakukan sebelumnya juga belum terlaksana dengan baik. Dari segi waktu, tenaga, dan tempat penyimpanan, mekanisme pengarsipan yang dilakukan saat ini sangatlah tidak efisien. Selain penulisan yang harus dilakukan berkalikali, penyimpanan file yang berbentuk
PENDAHULUAN Dosen merupakan elemen penting dan esensial dalam sebuah institusi pendidikan. Kualitas dosen sangat berperan dalam menentukan kualitas luaran dari institusi tersebut. Peran, tugas, dan tanggung jawab dosen sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yang meliputi kualitas iman/takwa, akhlak mulia, dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, adil, makmur, dan beradab. Untuk melaksanakan fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis tersebut, diperlukan dosen yang profesional yang dapat diukur kinerjanya. Fakultas Teknik dan Kejuruan (FTK) merupakan bagian dari Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) yang berdiri sejak tahun 1990. Sejak didirikan sampai sekarang FTK telah banyak menghasilkan sumberdaya manusia unggul dibidang pendidikan teknik dan kejuruan. Untuk menjaga kualitas lulusannya, FTK berkomitmen untuk selalu menjaga serta meningkatkan kualitas tenaga pendidik atau dosen yang dimiliki. Salah satu bentuk upaya untuk menjaga kualitas dosen adalah dengan melakukan evaluasi prestasi kinerja dosen. Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah no 46 tahun 2011 juga telah mewajibkan dilakukannya penilaian prestasi kerja PNS yang terdiri atas unsur sasaran kerja pegawai (SKP) dan perilaku kerja. Penilaian prestasi kerja seperti yang tercantum pada Peraturan Pemerintah no 46 tahun 2011, merupakan suatu proses rangkaian manajemen kinerja yang berawal dari penyusunan 265
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
kertas pun membutuhkan tempat yang banyak, tidak terintegrasi dengan baik, dan menyulitkan proses pencarian. Penggunaan teknologi informasi bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi persoalan diatas. Penyebaran dan pengelolaan data berbasis website merupakan salah satu metode pengelolaan data menjadi informasi yang efektif karena website bisa diakses dimanapun selama terkoneksi jaringan internet. Oleh karena itu, pada penelitian ini dibangun sebuah sistem penilaian prestasi kerja dosen berbasis web. Pengolahan data yang berbasis komputer tentu akan memudahkan proses manipulasi data menjadi informasi penting dan berarti. Dengan adanya sistem informasi ini, diharapkan penilaian prestasi kerja dosen dengan metode SKP dan perilaku kerja di lingkungan FTK dapat berlangsung lebih efektif dan efisien.
dikembangkan merupakan sistem berbasis desktop yang tentu akan memiliki kelemahan dalam fleksibilitas akses Serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumaninggrum (2013), penelitian yang dilakukan oleh Kartikasari (2014) membangun sebuah sistem informasi informasi administrasi prestasi kerja PNS berdasarkan sasaran kerja pegawai (SKP) berbasis web pada kantor Badan Kepegawaian Dearah (BKD) Provinsi Jawa Tengah. Sistem yang dibangun berfungsi untuk mempermudah melakukan penilaian kerja karyawan BKD sampai pada proses adminstrasi bukti kerjanya. Pada penelitian ini dibangun sebuah sistem yang melakukan penilaian prestasi kerja dosen berbasis web. Selain melakukan proses perhitungan nilai secara otomatis, sistem yang dibangun secara online serta dengan data yang terpusat diharapkan dapat meminimalisir kesalahan baik perhitungan prestasi kerja dosen dan tidak terjadinya redundansi penyimpanan data. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah System Development Live Cycle(SDLC) dengan model waterfall.Model waterfall merupakan proses pengembangan perangkat lunak secara sekuensial dengan daftar tahapan yang mengalir ke bawah (Bassil, 2012). Adapun tahapan-tahapan pengembangan sistem yang dilaksanakan terlihat pada gambar 1.Analisis data bertujuan untuk mengidentifikasi data dan informasi yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem. Data dan informasi yang digunakan antara lain data dosen, informasi perhitungan angka kredit, dan contoh dokumen sebagai data bukti capaian kerja. Adapun alur
METODE Penilaian prestasi kerja dosen merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh sebuah institusi pendidikan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dosennya. Proses ini juga didukung dengan adanya PP no. 46 tahun 2011 yang mewajibkan adanya penilaian kinerja PNS. Sudah terdapat beberapa penelitian yang befokus pada pembuatan sistem atau aplikasi yang mempermudah proses penilaian prestasi kerja ini. Penelitian yang dilakukan oleh Kusumaninggrum (2013) membangun sistem informasi penilaian kinerja dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Telogorejo Semarang. Sistem penilaian kinerja dosen dikembangkan berdasarkan perhitungan beban kerja dosen (BKD). Sistem yang 266
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 2. Alur Penilaian Prestasi Kerja Dosen
penilaian penilaian prestasi kerja dosen yang dilakukan di lingkungan FTK dapat dilihat pada Gambar 2.
Berdasarkan hasil analisa, pengguna dari sistem yang dikembangkan dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu administrator, dosen, pejabat penilai, dan atasan pejabat penilai. Secara umum, interaksi pengguna (aktor) terhadap sistem dan fungsionalitas dari sistem dapat digambarkan melalui use case diagram seperti pada gambar 3. Adapun modul-modul yang terdapat dalam sistem yang dikembangkan antara lain : a. Modul Pengisisan Data Pokok Dosen Data pokok dosen akan otomatis terisi berdasarkan data-data yang terdapat pada sistem pangkalan data dosen UNDIKSHA. Dosen diperkenankan untuk melakukan perubahan atau penambahan data terbaru. b. Modul Pengisian Sasaran Kerja Pegawai (SKP) Komponen isian Sasaran Kerja mencakup bidang Pendidikan dan Pelaksanaan Pendidikan, Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Penunjang. Adapun pengisisan sasaran kerja dapat dibagi menjadi tiga menu utama yaitu : 1) Sasaran Kerja, menu untuk pengisian target kerja dosen yaitu rencana aktivitas tridharma yang akan dilakukan dalam satu semester dan/atau satu tahun. 2) Target Sasaran Kerja, menu untuk pengisian target capaian/kinerja pelaksanaan tridharma. 3) Komponen SKP, rincian jenis kegiatan yang bisa dilakukan dosen dalam pelaksanaan tridharma. c. Modul Pengisian Evaluasi Sasaran Kerja (Capaian) Merupakan menu pengisian capaian pelaksanaan tridharma dosen sesuai
Pendefinisian Masalah
Pengumpulan Data
Analisis Kebutuhan
Perancangan Sistem
Pengembangan Sistem
Pengujian Sistem
Gambar 1. Tahapan Pengembangan Sistem
Penilaian kinerja dosen di FTK UNDIKSHA terdiri dari penilaian capaian tridharma dosen (Sasaran Kerja Pegawai – SKP), dan penilaian perilaku oleh atasan sebagai pejabat penilai. Dengan sistem yang dikembangkan, dosen melakukan pengisian SKP secara online baik target maupun realisasi capaian untuk masing-masing komponen tridharma dosen. Dosen mengisi SKP
Atasan langsung mengesahkan sasaran kerja
Dosen mengarsipkan bukti-bukti kinerja
Akhir semester dosen mengisi capaian kinerja dengan melengkapi buktinya
Atasan langsung mengisi nilai perilaku dan mengesahkan hasil penilaian
267
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
dengan sasaran yang telah ditetapkan pada langkah pengisian sasaran. Pada
modul ini juga terdapat fasilitas untuk mengunggah bukti capaian.
Sistem Penilaian Prestasi Kerja Dosen Mengisi Sasaran Kerja
Mengatur Waktu Penilaian
Mengisi Capaian Kerja
*
*
* Mengelola Akun
Mencetak Hasil Penilaian
* *** *
*
* * *
* Administrator
Login Dosen
* *
* ** *
*
*
Mengirimkan * * Pesan/Komentar «extends» * Menilai Perilaku «extends» Dosen Memvalidasi Perilaku
** ** * Atasan Pejabat Penilai
Memvalidasi SKP Pejabat Penilai
*
*
*
Gambar 3. Use Case Sistem Penilaian Prestasi Kerja Dosen
d. Modul Validasi Merupakan modul yang hanya bisa diakses oleh pejabat penilai, yang digunakan untuk melakukan validasi SKP maupun penilaian perilaku. e. Modul Pengisian Penilaian Prilaku Perilaku merupakan penilaian perilaku kerja pegawai (dosen) oleh atasan yang berwenang menilai. Unsur perilaku yang dinilai meliputi 6 aspek, yaitu: orientasi layanan, integritas, komitmen, disiplin, kerjasama, dan kepemimpinan. Menu penilaian perilaku hanya tampil untuk pejabat penilai f. ModulMencetak Hasil Penilaian Modul ini digunakan untuk melihat rekapitulasi nilai akhir masing-masing pegawai yang dinilai. Bagi dosen nilai akhir adalah gabungan antara penilaian SKP dan Perilaku. Sistem juga menyimpan riwayat nilai yang diperoleh oleh seorang dosen dan memunculkannya dalam bentuk statistik prestasi kerja dosen.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam tahap pengembangan Sistem Penilaian Prestasi Kerja ini, terdapat empat tahap dasar yang dilalui yaitu: perancangan serta pembentukan database, pengembangan desain GUI dengan HTML dan CSS, pengembangan flowchart dan proses bisnis ke dalam program, dan pengujian sistem. Proses perancangan database yang digunakan pada sistem penilaian prestasi kerja diawali dengan pembuatan conceptual data model (CDM). Pada CDM ditentukan entitas-entitas yang terlibat pada sistem yang dibangun serta relasi atau hubungan antar entitas tersebut. Proses pembuatan CDM dilakukan dengan menggunakan aplikasi Sybase Power Designer 12.Conceptual data model menggambarkan struktur database, bagaimana jalannya data, dan hubungan dari tiap entity. Selanjutnya conceptual data model diatas akan di-generete menjadi suatu physical data model (PDM) dimana tiap entity dan tipe 268
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
datanya sudah digambarkan secara lebih spesifik. PDM dari sistem penilaian prestasi kerja yang dikembangkan dapat dilihat pada gambar 4. Dari phisycal data model kembali digeneralisasi menjadi code data definition language (DDL) MySQL 5. DDL MySQL yang dihasilkan dari proses generalisasi selanjutnya dijalankan pada DBMS MySQL. Pengembangan desain antarmuka atau graphical user interface (GUI)
sistem penilaian prestasi kerja berbasis web dikembangkan dengan code CSS dan HTML. GUI yang dikembangkan didesain sedemikan rupa dengan memperhatikan aspek user friendly. Antar muka dari sistem penilaian prestasi kerja dikembangkan responsive dengan menggunakan library Bootstrap 3. Beberapa antar muka dari sistem penilaian prestasi kerja ditunjukkan pada Gambar 5 sampai dengan Gambar 10.
Gambar 4.Physical Data Model Sistem Penilaian Prestasi Kerja
269
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 5 merupakan halaman awal yang ditampilkan saat pengguna mengakses sistem melalui web browser. Untuk dapat masuk ke dalam sistem, pengguna akan diminta melakukan proses login dengan memasukkan nip dan password yang sudah didaftarkan. Setelah berhasil login, akan ditampilkan halaman dashboard seperti pada Gambar 6. Menu yang muncul pada dashboard disesuaikan berdasarkan level dari pengguna yang
login ke dalam sistem. Gambar 7 merupakan gambar halaman master data dosen. Pada halaman ini, pengguna dapat mengelola data dosen yang dapat menggunakan sistem, seperti menambah, mengedit, dan menonaktifkan dosen. Data yang ditampilkan pada halaman ini juga dapat bersumber dari data yang terdapat pada Sistem Pangkalan Data Dosen UNDIKSHA.
Gambar 5. Halaman Login Pengguna Sistem
Gambar 6. Halaman Dashboard
270
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 7. Halaman Master Data Dosen
Gambar 8 merupakan halaman penilaian perilaku dosen. Halaman ini hanya bisa diakses oleh atasan dosen terkait. Pada halaman ini pengguna dapat melakukan penilaian (tambah) atau melakukan update penilaian perilaku yang telah dilakukan. Atasan penilai akan memiliki daftar-daftar dosen yang akan atau perlu
dinilai. Gambar 9 merupakan tampilan awal halaman pengisian sasaran kinerja oleh dosen dan pegawai. Terdapat 4 unsur yang harus dilengkapi oleh dosen dan pegawai. Contoh pengisian komponen pada masing-masing unsur dapat dilihat pada gambar 10.
Gambar 8. Halaman Penilaian Perilaku Kerja
Gambar 9. Halaman Pengisian Sasaran Kerja
Gambar 10. Halaman Isian Unsur Pendidikan SKP Dosen
271
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Setelah sistem diimplementasikan dengan baik, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian sistem. Pengujian sistem dilakukan dengan metode black box testing. Metode black box testing digunakan untuk meyakinkan bahwa fitur-fitur atau fungsi-fungsi yang terdapat dalam sistem yang dibangun sudah berjalan dengan baik.Pengujian black box berfokus pada persyaratan fungsional perangkat lunak. Dengan demikian, pengujian black box memungkinkan perekayasa perangkat lunak mendapatkan serangkaian kondisi input yang sepenuhnya menggunakan semua persyaratan fungsional untuk suatu program (Jogiyanto, 2005).
dibedakan menjadi empat, yaitu level administrator, level dosen, level pejabat penilai, dan level atasan pejabat penilai. 3. Pengujian dari sistem akan dilakukan dengan metode blackbox testing. DAFTAR RUJUKAN Bassil, Youssef. 2012. A Simulation Model for the Waterfall Software Development Life Cycle. International Journal of Engineering & Technology (iJET), Vol. 2, No 5 Hartono, Jogiyanto, 2005. Analisis & Desain Sistem Informasi: pendekatan terstruktur teori dan praktik aplikasi bisnis. Yogyakarta : Penerbit Andi. Kartikasari, Dian. 2014. Sistem Informasi Administrasi Penilaian Prestasi Kerja PNS Berdasarkan Sasaran Kerja Pegawai Berbasis Web pada Kantor BKD Provinsi Jawa Tengah. Universitas Dian Nuswantoro. Kusumaninggrum, Asta Dewi. 2013. Sistem Informasi Penilaian Kinerja Dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Telogorejo Semarang. Universitas Dian Nuswantoro.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilakukan, adapun kesimpulan dari penelitian ini antara lain : 1. Pengembangan Sistem Penilaian Prestasi Kerjamelalui empat tahapan dasar yaitu: perancangan serta pembentukandatabase, pengembangan desain GUIdengan HTML dan CSS, pengembangan flowchart dan proses bisnis ke dalam program, dan pengujian sistem. 2. Sistem penilaian prestasi berbasis web berhasil dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan database MySQL, yang teridiri dari enam modul utama, yaitu modul mengelola dosen, mengisi sasaran kerja, mengisi capaian kerja, mengisi penilaian perilaku, validasi, dan mencetak hasil penilaian. Adapun hak akses atau level pengguna dari sistem 272
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
PERANCANGAN WEB SERVICE PROFIL JURUSAN DAN FAKULTAS (STUDI KASUS DI LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN UNDIKSHA) I Gede Partha Sindu1, Gede Saindra Santyadiputra2 1Jurusan
Pendidikan Teknik Informatika FTK UNDIKSHA;2Jurusan Pendidikan Teknik Informatika FTK UNDIKSHA Email:[email protected], [email protected]
ABSTRACT The development and use of Information and Communication Technology (ICT) in many areas is not new today. Utilization and development of ICT in various fields has helped many working in various fields including education. UNDIKSHA have had some system information by using media websites. One faculty in Undiksha the use of the media in providing information services website of the Faculty of engineering and Vocational (FTK). Each department within the FTK own department information system in the form of websites, each of which is managed by the department. But there is no system or Web Service is an integrated system capable of handling and websites that are available in each department. This research aims to develop an integrated system of services in the form of Web services that connect all the systems that exist in the body into a web profile departments and faculties. The development model used in this study is the Software Development Life Cycle (SDLC). The results of this study are web profiles faculties and departments that provide Web Service of systems of information contained in Undiksha. Keywords:Web Service, information systems, website
ABSTRAK Perkembangan dan pemanfaatan Information and Communication Technology(ICT) dalam banyak bidang bukanlah hal yang baru saat ini. Pemanfaatan dan pengembangan ICT di berbagai bidang telah banyak membantu kerja dalam berbagai bidang termasuk bidang pendidikan. UNDIKSHA telah memiliki beberapa sistem informasi dengan memanfaatkan media website. Salah satu fakultas di lingkungan UNDIKSHA yang memanfaatkan media website dalam memberikan layanan informasi yaitu Fakultas teknik dan Kejuruan (FTK). Setiap jurusan di lingkungan FTK sudah memiliki sistem informasi berupa website jurusan yang masing-masing dikelola oleh jurusan. Namun belum ada suatu sistem atau Web Service yang mampu menangani dan menginterasikan sistem website yang tersedia di masing-masing jurusan.Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu sistem terintegrasi berupa layanan Web Service yang menghubungkan semua sistem yang ada di lembaga ke dalam web profil jurusan dan fakultas. Model pengembangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Software Development Life Cycle (SDLC). Hasil dari penelitian ini adalah web profil fakultas dan jurusan yang menyediakan Web Service dari berbagai sistem informasi yang terdapat di UNDIKSHA. Kata kunci: Web Service, Sistem informasi, website
kebutuhan akan adanya sistem informasi akademik terintegrasi semakin meningkat, khususnya di level perguruan tinggi. Kondisi ini merupakan hal yang sangat wajar mengingat proses manajemen kampus bukanlah proses yang sederhana dan mudah. Apalagi di tengah semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan pendidikan hingga level perguruan tinggi, semakin ’memaksa’ pihak manajemen
PENDAHULUAN Kemajuan teknologi informasi dan Internet tidak dapat dilepaskan dari bidang pendidikan. Dengan adanya internet dapat membuka sumber informasiyang tadinya susah diakses. Media online internet mulai dimanfaatkan untuk penunjang layanan sistem informasi akademik di berbagai universitas, salah satunya yaitu Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA).Saat ini
273
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. Salah satu solusi yang ditempuh oleh mereka adalah pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Dengan pemanfaatan TIK ini, pihak manajemen kampus berharap dapat semakin memberikan pelayanan dan kualitas pendidikan kepada civitas kampus dan masyarakat luas. Universitas Pendidikan Ganesha dalam menunjang layanan informasi akademik, telah memiliki beberapa sistem informasi dengan memanfaatkan media website. Media Website ini menampilkan beberapa informasi tentang fakultas dan jurusan yang ada di Lingkungan UNDIKSHA. Salah satu fakultas di lingkungan UNDIKSHA yang memanfaatkan media website dalam memberikan layanan informasi yaitu Fakultas teknik dan Kejuruan (FTK). Fakultas teknik dan Kejuruan UNDIKSHA terdiri dari beberapa jurusan yaitu Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, D3 Manajemen Informatika, Pendidikan Teknik Elektro, D3 Teknik Elektro, Pendidikan Teknik Informatika, dan Pendidikan Teknik Mesin. Setiap jurusan di lingkungan FTK sudah memiliki sistem informasi berupa website jurusan yang masing-masing dikelola oleh jurusan. Namun belum ada suatu sistem atau Web Service yang mampu menangani dan menginterasikan sistem website yang tersedia di masing-masing jurusan. Menurut Scott (2001) dalam penelitian Rifai Katili, integrasi sistem didefinisikan sebagai adanya saling keterkaitan antar sistem sehingga data dari satu sistem secara rutin dapat melintas menuju atau diambil oleh satu atau lebih sistem yang lain.Penggunaan TIK dalam proses manajemen kampus dilakukan dengan memanfaatkan pengembangan sistem informasi akademik terintegrasi. Dalam implementasi pengembangan sistem terintegrasi di level perguruan tinggi, ada beberapa ruang lingkup yang harus diintegrasikan satu dengan yang lainnya. Masing-masing ruang lingkup memiliki sistemnya sendiri. Namun, dalam sistem
terintegrasi ruang lingkup tersebut akan disatukan dalam suatu proses manajemen yang saling berkaitan sehingga memudahkan dalam proses pengambilan data. Saat ini website yang dikelola di masing-masing jurusan di lingkungan Fakultas Teknik dan Kejuruan UNDIKSHA belum tersedia link ke beberapa sistem di lembaga. Permasalahan lainnya adalah belum adanya suatu layanan pada website di masing-masing jurusan FTK yang mampu menampilkan jumlah data mahasiswa, data pendukung kemahasiswaan, data dosen, data pustaka dan repository, penelitian pengabdian dan publikasi, perlengkapan (E-inventory), sasaran kinerja pegawai (SKP), beban kerja dosen (BKD), penawaran dan penjadwalan mata kuliah. Akibat belum terintegrasinya semua layanan ini, menyebabkan mahasiswa, dosen dan pegawai di lingkungan FTK mengalami kesulitan dalam proses pengambilan data dan informasi. Banyak penelitian yang dilakukan bagaimana menangani dan menginterasikan sistem website dengan menggunakan web service. Menurut Kreger (dalam Priyambodo, 2005) Web Service diartikan sebagai sebuah antar muka (interface) yang menggambarkan sekumpulan operasi-operasi yang dapat diakses melalui jaringan, misalnya internet, dalam bentuk pesan XML. Web Service adalah suatu sistem perangkat lunak yang dirancang untuk mendukung interoperabilitas dan interaksi antar sistem pada suatu jaringan. Web Service digunakan sebagai suatu fasilitas yangdisediakan oleh suatu web site untuk menyediakan layanan (dalam bentuk informasi) kepada sistem lain, sehingga sistem lain dapat berinteraksi dengan sistem tersebut melalui layananlayanan (service) yang disediakan oleh suatu sistem yang menyediakan Web Service. Tujuan Web Service adalah meningkatkan kolaborasi antar aplikasi,dimana terdapat suatu fungsi yang ada di dalam Web Service yang dapat digunakan oleh aplikasi lain tanpa perlu mengetahui isi dari program yang dipanggil.
274
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2015), penerapan Web Service pada aplikasi sistem akademik pada platform sistem operasi mobile android memudahkan mahasiswa dan dosen dalam mendapatkan layanan informasi akademik. Di sisi lain, penelitian yang dilakukan oleh Priyambodo (2005), tentang implementasi Web Service untuk sistem infomasi kepariwisataan terpadu sangat membantu wisatawan dalam mengakses obyek-obyek wisata di propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini mengembangkan dua buah webservice yaitu Web Service WisataBudayaJawa yang berfungsi untuk memberikan rekomendasi obyek-obyek wisata di propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan web service. Kurs yang berfungsi untuk memberikan informasi harian mengenai nilai tukar sejumlah mata uang asing terhadap mata uang rupiah. Kedua Web Service tersebut saling diintegrasikan untuk memberikan gambaran mengenai sistem multi-tier serta dimanfaatkan untuk membangun sebuah program aplikasi web. Penelitian lainnya, menurut Anggrainingsih
et al. (2012), penerapan sistem informasi yang terintegrasi akan memperbaiki kinerja utama Jurusan dan membantu proses pertukaran dan pengiriman data antar bagian menjadi cepat. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dikembangkan suatu sistem terintegrasi berupa layanan Web Service yang menghubungkan semua sistem yang ada di lembaga ke dalam web profil jurusan dan fakultas. Hasil dari penelitian ini adalah web profil fakultas dan jurusan yang menyediakan Web Service dari berbagai sistem informasi yang terdapat di UNDIKSHA.. METODE Model pengembangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Software Development Life Cycle (SDLC). Terdapat 5 tahapan dalam SDLC, diantaranya adalah perencanaan, analisis, perancangan, implementasi, serta ujicoba dan evaluasi. Gambar 1 adalah gambaran alur penelitian dengan model SDLC.
Perencanaan
Studi Kebutuhan dan Penelitian Terdahulu
Analisis
Analisis Kebutuhan Fungsional
Analisis Kebutuhan Nonfungsional
Desain Sistem Web Service Jurusan & Fakultas
Uji Coba dan Evaluasi
Implementasi
Indentifikasi Permasalahan
Perancangan
Metode Penelitian
Pembuatan Web Service Jurusan & Fakultas
Melink kan data dan mengambil data menggunakan Web service
Desain Keluaran Sistem
Luaran: Proposal Penelitian
Penentuan dan Pemilihan Alternatif Solusi
Luaran: Hasil Analisis Kebutuhan dan Solusi
Analisis Batasan Sistem
Luaran: Rancangan Sistem
Desain Antar Muka
Luaran: Prototipe Sistem
Impelemtasi Keluaran Sistem berupa Web Service Jurusan & Fakultas
Uji Coba Sistem Web Service Jurusan & Fakultas
Uji Coba Keluaran Sistem
Evaluasi
Gambar 1. Alur Penelitian Menggunakan Model SDLC
275
Luaran: Sistem Web Service Jurusan & Fakultasn
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Identifikasi permasalahan dilakukan di tahapan perencanaan. Permasalahan tersebut dirumuskan ke dalam rumusan permasalahan dan tujuan pengembangan sistem. Studi kebutuhan pengembangan juga dilakukan di tahapan ini. Keluaran dari tahapan perencanaan adalah berupa proposal penelitian yang berisi rencana pengembangan, tinjauan pustaka dan kebutuhan sumber daya. Tahapan analisis berisi proses analisis kebutuhan sistem dan menentukan solusi pengembangan terbaik. Terdapat beberapa proses analisis yang dilakukan pada tahapan ini, diantaranya adalah analisis kebutuhan fungsional, analisis kebutuhan nonfungsional, penentuan dan pemilihan solusi, serta analisis batasan sistem. Analisis kebutuhan fungsional dilakukan untuk menentukan fungsi-fungsi apa saja yang ada pada sistem. Analisis non-fungsional dilakukan untuk menentukan kebutuhan lainnya seperti kebutuhan perangkat lunak dan perangkat keras. Selanjutnya adalah menentukan alternatif solusi pengembangan berdasarkan analisis fungsional dan nonfungsional dan memilih salah satu solusi pengembangan terbaik beserta dengan batasan sistem yang akan dikembangkan. Keluaran dari tahapan ini adalah laporan cakupan sistem yang akan dikembangkan. Perancangan sistem dilakukan berdasarkan pada hasil dari tahapan analisis. Terdapat tiga rancangan yang dibuat pada penelitian ini, yaitu 1) rancangan sistem Web Service profil jurusan dan fakultas di lingkungan FTK. 2) Rancangan keluaran sistem, dimana keluaran sistem ini akan berupa layanan Web Service yang menghubungkan semua sistem yang ada di lembaga ke dalam web profil jurusan dan fakultas. 3) Rancangan antar muka dari sistem Web Service profil jurusan dan fakultas di lingkungan FTK. Model perancangan yang digunakan adalah Unified Modeling Language (UML).
Implementasi sistem dilakukan berdasarkan pada rancangan sistem yang dilakukan pada tahapan perancangan. Pembuatan sistem sinkronisasi video dan slide akan dilakukan dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP. Rancangan keluaran sistem akan diimplementasikan menggunakan teknologi HTML5 dan CSS3 agar dapat diakses dari berbagai perangkat melalui web browser melalui komputer, smart phone maupun tablet yang mendukung teknologi tersebut. Keluaran dari tahapan ini adalah berupa prototipe sistem Web Service profil jurusan dan fakultas di lingkungan FTK. Uji coba dan evaluasi dilakukan setelah implementasi sistem selesai dilakukan. Pada tahapan ini, sistem Web Service yang dikembangkan akan diujicobakan ke semua website jurusan dan fakultas di lingkungan FTK. Hasil uji coba ini akan melihat sejauh mana sistem melayani permintaan user terkait dengan data sistem informasi Pangkalan Data Dosen (PDD), pustaka dan repository, data kemahasiswaan, penelitian pengabdian dan publikasi, sistem borang, pendukung data kemahasiswaan, penelitian pengabdian dan publikasi, perlengkapan (E-inventory), Sasaran Kinerja Pegawai (SKP), Beban Kerja Dosen (BKD), penawaran dan penjadwalan mata kuliah. Metode black box testing akan digunakan untuk melakukan evaluasi sistem maupun keluarannya. Pengujian dilakukan melalui web browser yang ada pada komputer, smartphone, dan komputer tablet. Pada rancangan sistem menggambarkan garis besar dari pemodelan fungsional sistem dan analisis aliran data atau informasi pada sistem yang akan dikembangkan. Sistem Informasi Profil Jurusan dan Fakultas dikembangkan menggunakan pemodelan Data Flow Diagram (DFD). Sistem Informasi Profil Jurusan dan Fakultas ini dibuat menggunakan DFD untuk menggambarkan aliran datanya. Aliran data secara umum yang digambarkan dalam Diagram Konteks dapat dilihat pada Gambar 2.
276
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Data visi misi, Data Jadwal Mata Kuliah
SUPER ADMIN
DATA CENTER Id Jurusan, Id Fakultas, Data Admin
SISTEM INFORMASI PROFIL JURUSAN DAN FAKULTAS
Data Visi Misi, Data Berita, Data Galeri, Data Kegiatan, Data Jadwal Mata Kuliah
Data Dosen, Data Pegawai, Data Mahasiswa, Data Penelitian dan Publikasi, Data Prestasi, Data E-inventory, Data SKP, Data BKD, Data Pustaka dan Repository
Data Visi Misi, Data Berita, Data Galeri, Data Kegiatan, Data Jadwal Mata Kuliah, Data Dosen, Data Pegawai, Data Mahasiswa, Data Penelitian dan Publikasi, Data Prestasi, Data E-inventory, Data SKP, Data BKD, Data Pustaka dan Repository
ADMIN
USER
Gambar 2. Diagram Konteks Sistem Informasi Profil Jurusan dan Fakultas DFD level 1 merupakan penggambaran aliran data yang lebih rinci dari pada diagram konteks. Aliran data portal Sistem Informasi
Profil Jurusan dan Fakultas yang digambarkan dalam DFD Level 1 dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah. Informasi Data Dosen, Data Pegawai, Data Mahasiswa, Data Penelitian dan Publikasi, Data Prestasi, Data E-inventory, Data SKP, Data BKD, Data Pustaka dan Repository
SUPER ADMIN
Data Admin
Data Visi Misi
ADMIN
Data Berita
Data Galeri
1.1 Manage Data Admin
Informasi Data Dosen, Data Pegawai, Data Mahasiswa, Data Penelitian dan Publikasi, Data Prestasi, Data E-inventory, Data SKP, Data BKD, Data Pustaka dan Repository
1.7 Informasi
Informasi Data Dosen, Data Pegawai, Data Mahasiswa, Data Penelitian dan Publikasi, Data Prestasi, Data Einventory, Data SKP, Data BKD, Data Pustaka dan Repository
Informasi Data Visi Misi
1.2 Manage Data Visi Misi
Informasi Data berita
1.3 Manage Data Berita
USER
Informasi Data Galeri
1.4 Manage Data Galeri
Informasi Data kegiatan/Event
Data Kegiatan/Event 1.5 Manage Data Kegiatan/event
Data visi misi Data berita Data Galeri
Data Jadwal Mata Kuliah
Data Kegiatan/event 1.6 Manage Data Jadwal Mata Kuliah
Data Jadwal Mata Kuliah Informasi Data Jadwal Mata Kuliah
DATA CENTER
Gambar 3 DFD Level 1 Sistem Informasi Profil Jurusan dan Fakultas yang dibangun menggunakan teknologi berbasis web dengan bahasa pemrograman PHP dan basis data MySQL. Pengujian sistem ditempuh dengan menggunakan pendekatan Whitebox dan Blackbox testing. Dimana
HASIL DAN PEMBAHASAN Proses hasil penelitian ini sudah menghasilkan Sistem Informasi Profil Jurusan dan Fakultas
277
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
whitebox testing dilakukan untuk memverifikasi kebenaran alur algoritma dan struktur data dari sistem yang dibuat, sementara Blackbox testing dilakukan memverifikasi kebenaran fungsionalitas sistem berdasarkan hasil analisis kebutuhan. Adapun screenshot dari tampilan sistem informasi dan basis data yang dirancang adalah seperti tampak padaGambar 4, 5, 6 dan 7.
Gambar 6 Tampilan setelah klik menu Edit, dan Delete Data di dalam data Kategori Berita
Gambar 7 Tampilan Basis Data SIMPULAN Kesimpulan dari kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Pada tahap analisa kebutuhan telah dicapai berupa analisa kebutuhan data dan analisa kebutuhan proses pada website Sistem Informasi Profil Jurusan dan Fakultas. 2. Pada tahap perancangan model telah dihasilkan Aliran data secara umum yang digambarkan dalam Diagram Konteks dan Data Flow Diagram (DFD). 3. Pada tahap perancangan antarmuka, telah dihasilkan beberapa rancangan yang dibutuhkan. 4. Pada Tahap Optimasi Website (Performa, Service dan Security) sudah di tambahkan pada Sistem Informasi Profil Jurusan dan Fakultas. Pengaturan Role User yang berfungsi untuk mengatur akses user sudah di tambahkan pada sistem ini.
Gambar 4. Tampilan Sistem Informasi
Gambar 5. Tampilan Control PanelWebsite
Adapun rencana tahapan berikutnya dari penelitian ini akan difokuskan kepada tahapan penyempurnaan program untuk terhubung dengan Data Center dengan menyediakan layanan web service. Sistem Informasi Profil Jurusan dan Fakultasmenyediakan layanan web servicedengan mengambil data melalui data center yang terdiri dari sistem informasi Pangkalan Data Dosen (PDD), pustaka dan
278
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
repository, data kemahasiswaan, penelitian pengabdian dan publikasi, sistem borang, pendukung data kemahasiswaan, penelitian pengabdian dan publikasi, perlengkapan (Einventory), Sasaran Kinerja Pegawai (SKP), Beban Kerja Dosen (BKD), penawaran dan penjadwalan mata kuliah.
Muslim, M. A. 2012. Pengembangan Sistem Informasi Jurusan Berbasis Web Untuk Meningkatkan Pelayanan dan Akses Informasi. Jurnal MIPA 35. Tersedia pada http://journal. unnes.ac.id/nju/index.php/JM/article/do wnload2101/2214
DAFTAR RUJUKAN
Priyambodo, T. K. 2005. Implementasi WebService Untuk Pengembangan Sistem Layanan Pariwisata Terpadu. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi. Tersedia pada: http://www.jurnal.uii.ac.id/index.php/S nati/article/download/1311/1071
Anggrainingsih, R., Sihwi, S. W. & Aziz, A. 2012. Kajian Penerapan Sistem Informasi Terintegrasi di Jurusan Informatika, FMIPA, Universitas Sebelas Maret. JURNAL ITSMART. Tersedia pada: https://jurnal.uns.ac.id/ index.php?journal=itsmart&page=articl e&op=download&path%5B%5D=584 &path%5B%5D=536
Wijaya, I W. G. S. 2015. Penerapan Web Service Pada Aplikasi Sistem Akademik Pada Platform Sistem Operasi Mobile Android. Sumber: http://server2.docfoc.us/uploads/Z2015/ 12/12/h6pVJVCY4E/140395007c8831 d92
Hamdani. 2011. Apa ituWeb Service. Sumber :http://hamdani.blog.ugm.ac. id/2011/07/15/apa-itu-web-service/
279
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
SISTEM INVENTARIS UNDIKSHA BERBASIS MOBILE DAN GEOTAGGING Putu Hendra Suputra1, Kadek Yota Ernanda Aryanto 2, Ni Ketut Kertiasih3 1,2,3 Program
Stud Manajemen Informatika, Universitas Pendidikan Ganesha
[email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRACT Inventory system with geotagging and mobile paltform support was developed in order to: 1) fulfilling the need of internet based fascility for inventory system in prototype form (for starter), which developed on PHP script and MySQL database; 2) providing application to do the recording and fetching data in a confinient way. This system has two actor, which are administrator and operator (for each main operational unit in university). The first one has previlige in managing master data including user accounts, main units, locations, item category, and other non-transactional data. The operator are the one who has responsibility for each main unit (section) on managing inventory items and buildings that belong to its section. On the field, each items are tagged with 2D-barcode to ease the identification, corelate them to the database and google-map library to provide intuitive presentation of the inventory. This system stands on both web-based and android mobile-based paltform. Keywords: inventory, information system, Undiksha, geotagging
ABSTRAK Sistem Inventaris berbasis mobile dan geotagging ini dikembangkan untuk: 1) menghasilkan sebuah fasilitas berbasis internet dalam bentuk Prototipe Sistem Inventaris, adalah sistem informasi yang dikembangkan dengan mengimplementasikan Script Pemrograman PHP dengan basis data MySql 2) Menyediakan aplikasi yang bertujuan untuk mempermudah dalam melakukan pencatatan dan pendataan inventaris lembaga. Sistem yang akan dikembangkan akan memiliki dua aktor administrator dan operator setiap induk unit (fakultas, rektorat). Administrator memiliki previlege dalam mengelola data master meliputi user account, induk unit, unit, lokasi, kategori barang, dan data sejenis non transaksional lainnya. Sementara operator yang ditugaskan per induk unit akan mengelola pendataan barang dan gedung sesuai yang terdapat di lapangan. System dalam operasionalnya didukung implementasi 2D-barcode dan penggunaan library google-map yang datanya dicocokkan dengan data koordinat inventaris. System terdiri dari dua platform yaitu system berbasis web dan system berbasis Android. Kata kunci: Inventaris, Sistem Informasi, Undiksha, geotagging
jarak. Pemanfaatan jaringan internet melalui Dengan memanfaatkan perangkat mobile yang mampu scara otomatis melakukan ‘tag’ terhadap koleksi termasuk informasi koordinat, maka potensi kebermanfaatan database menjadi semakin luas seperti halnya aplikasi google-map lansiran Google Corp.
PENDAHULUAN Universitas Pendidikan Ganesha merupakan kampus negeri yang memiliki beberapa tujuh fakultas dan pascasarjana tersebar di beberapa lokasi di kabupaten Buleleng maupun di kampus Pegok di Denpasar. Pengelolaan data inventaris terpusat juga selayaknya mampu mengakomodasi faktor
280
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Pendataan inventaris di Universitas Pendidikan Ganesha ditata menggunakan kode tertentu yang dirumuskan berdasarkan beberapa fitur seperti lokasi, tahun, jenis, sumber dana, dan sebagainya. Kode inventaris tersusun atas gabungan kode-kode yang menrepresentasikan informasiinformasi tadi yang ditulis dengan huruf dan angka. Tanda itu dituliskan pada label atau stiker yang ditempel pada setiap objek barang invetaris. Masing-masing barang akan diberi nomor unik nomor akses yang berhubungan dengan database. Sejauh ini tagging pada inventaris dilakukan sistem label, di mana faktor luas areal menjadi kendala jarak dan waktu dalam sinkronisasi database melalui stasiun komputer) mengelolaan data. Saat ini data tersimpan pada database dalam bentuk katalog koleksi ataupun data digital, namun hanya dapat diakses secara offline pada komputer (worksheet). Pendataan di lapangan hasilnya dibawa ke ruang database lalu disimpan secara manual, serta masih belum adanya koneksi antar unit di lingkungan Undiksha.
serta dibantu otomatisasi dekode dengan 2Dbarcode, yang memungkinkan otomatisasi sinkronisasi (record and tracking) secara online ke database pusat dengan beberapa perangkat yang bekerja simultan langsung dari lapangan. METODE Mengacu pada fokus dan produk akhir penelitian, maka penelitian ini dapat dikategorikan dalam penelitian pengembangan. Dasar dari pemilihan rancangan penelitian ini adalah : (a) pengembangan produk merupakan suatu kegiatan inventaris yang mempertimbangkan teknik dan tindakan nyata di lapangan, baik sebelum dilakukannya pengembangan maupun pada saat dilakukan uji coba sistem, (b) dalam merancang produk ini, penelitian didasarkan pada serangkaian tindakan nyata yang bertahap, baik di dalam laboratorium maupun di lapangan, sehingga rancangan penelitian dan pengembangan sangat tepat untuk digunakan. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan sebuah sistem informasi barang inventaris yang mengedepankan efektivitas dan peningkatan kualitas informasi.Sistem bimbingan yang diusulkan dapat memberikan dampak positif terhadap proses manajemen inventaris.
Masalah yang ingin dicari solusi pemecahannya adalah bagaimana membangun sistem inventaris yang dapat melakukan sinkronisasi data langsung dari lapangan, sekaligus dapat dikases informasinya oleh pengguna. Perangkat mobile (smartphone andorid, komputer tablet) digunakan sebagai stasiun bergerak yang dapat mendekodekan tag pada barang inventaris (dalam bentuk 2D-barcode) dan mengasosiasikan secara otomatis ke database melalui jaringan nirkabel dan internet sehingga mengeliminasi faktor jarak dan overhead-process (pra proses data dari lapangan menuju stasiun penyimpanan data) (Gambar 1). Dengan memanfaatkan GPS (umunya dimiliki oleh smarphone saat ini), posisi pengguna maupun koleksi yang dituju dapat langsung diasosiasikan pada peta digital. Solusi yang ditawarkan adalah dengan memanfaatkan teknologi mobile computing dengan komunikasi data wireless
Keseluruhan tahapan dalam penelitian ini dapat dijabarkan dalam paradigma waterfall (Pressman, 2012) sebagai berikut: (a) Analisis kondisi dan studi lapangan, (b) Desain arsitektur sistem, (c) Pengkodean, (d) Pengintegrasian modul-modul, (e) mengimplementasikan sistem,(f) Melakukan evaluasi terhadap implementasi sistem ditinjau dari kualitas dan efektivitasnya, (g) melakukan perbaikan atau improvement (optional), serta (h) seminari dan desiminasi temuan penelitian sehingga dapat memberikan dampak yang lebih luas. Tahap (f), (g), dan (h) dilakukan setelah sistem selesai dikerjakan. (Gambar 31)
281
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
digunakan secara luas yang menghubungkan objek fisik dengan informasi digital. Contoh sederhananya adalah penggunaan barcode pada toko-toko atau pasar swalayan guna memudahkan pembacaan informasi tentang barang dagangan meliputi harga, stok, diskon, dan informasi lain yang tercatat. Pada dasarnya barcode adalah kode barang yang dengan mudah dapat dikenali dengan perangkat inframerah (barcode reader) sehingga kasir tidak perlu lagi mengetikkan kode barang. Terdapat beberapa teknologi identifikasi berbasiskan tag seperti barcode, visual-tags, dan radio-frequency identification (RFID) tags, yang jika dikombinasikan dengan on-the-fly decodingsystem seperti yang digunakan kasir swalayan, maka akan memberikan layanan informasi yang efektif, inovatif dan kontekstual segera saat dibutuhkan. Perbandingan sistem tagging seperti Tabel 3
Gambar 31 Diagram Waterfall Pengembangan Sistem Informasi Inventaris Undiksha
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sistem tag Tag merupakan representasi data yang mampu dibaca oleh mesin yang telah Tabel 3 Perbandingan metode tagging RFID Keunggulan Berbasis gelombang radio; Bekerja otomatis tanpa visual; dapat didekodekan meskipun berada di balik objek Kelemahan Biaya produksi tag (elektronik); pembacaan gelombang radio; perlu perangkat dekoder khusus
Barcode
2D-visual tag
Tercetak; murah; visual decoding
Tercetak; murah; mampu menyimpan informasi kode lebih banyak; visual decoding pembacaan di lingkungan kotor atau gelap
kemampuan menyimpan data sedikit (keterbatasan baris informasi); pembacaan di lingkungan kotor atau gelap mana posisi objek penting secara posisi (Gambar 5) (Yu-Cheng Lin et.al., 2014). B. Peta Digital dan Geotagging Fitur Global Positioning System (GPS) pada komputer tablet/smartphone memberi peluang lebih untuk mengkombinasikan fungsi scanner dengan lokasigeografis yang bisa diasosiasikan langsung dalam database. Data terkait lokasi dari suatu objek dapat direlasikan langsung (di-render) pada peta digital sehingga memberikan informasi visual mengenai lokasi objek tersebut berada. Hal ini sangat membantu pada kasus-kasus di
282
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
tag. Didukung pula oleh pemanfaatan perangkat mobile dengan 2D-barcode seperti pada aplikasi yang dikembangkan oleh Cheng Lin et.al (2014). Sistem yang dibutuhkan berdasarkan hasil analisis kebutuhan adalah sebagai berikut. Terdapat empat fitur utama yaitu: 1) pencatanan inventaris barang (dan gedung) yang dirancang dan diiplementasikan untuk dapat digunakan tidak hanya dalam lingkup fakultas, namun juga Universitas dengan memberikan hak akses operator pada tiaptiap Induk-Unit yang bertanggungjawab pada tiap-tiap fakultas maupun unit pelaksana teknis yang ada. Fitur kedua adalah 2) pencatatan inventaris fungsi, yaitu pencatatan aset dipandang sebagai aset fungsi daripada objek barang. Beberapa objek barang seperti gedung dapat memiliki beberapa fungsi yang berbeda peruntukannya, misalkan menjadi beberapa ruang kelas, ruang seminar, toilet, ruang rapat, dan lain sebagainya. Fitur ketiga adalah 3) perawatan rutin dan peminjaman, yang dibuat untuk membantu pendokumentasian/operasional petugas perlengkapan terkait peminjaman dan perawatan alat/inventaris. Fitur terakhir adalah sirkulasi barang habis, untuk mencatat barang-barang habis yang masuk dan digunakan pada unit kerja (Gambar 33)
Gambar 32 Perangka mobile sebagai stasiun pengolahan data lapangan (sumber: C.R. Cunha et al., 2010)
C. Sistem Inventaris Undiksha Terpadu (SivU) Gagasan ini bermula dari kebutuhan dari lembaga akan suatu sistem inventaris yang dapat diakses secara WAN yang mampu mengelola data dan informasi barang invetaris. Aplikasi terdiri dari dua jenis, yaitu aplikasi berbasis web dan aplikasi mobile berbasis android. Pada sistem dengan platform web, semua fasilitas tersedia baik itu untuk administrator maupun operator. Administrator dan operator memiliki akses yang berbeda karena sistem informasi ini secara struktur dirancang untuk membatasi lingkup kerja masing-masing pengguna. Program dari platform android hanya dapat diakses oleh pengguna dengan hak previlage sebagai operator, dengan fungsi terbatas untuk menampilkan detail barang namun memiliki keunikan dibandingkan dengan versi web, yaitu mampu menggunakan modul kamera pada perangkat bergerak untuk membaca tag berbentuk 2D-barcode yang langsung diterjemahkan menjadi kode unik yang digunakan sebagai kunci pencocokan pada database. Domain dan teknologi pada penelitian ini memiliki beberapa kemiripan dengan apa yang dilakukan oleh C.R. Cunha et al. (2010) yaitu pada domain botani dengan teknologi
Gambar 33 Arsitektur Sistem
283
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 34 DFD level 0 Sistem Informasi Inventaris
Gambar 35 DFD level 1 dari Sistem Informasi Inventaris Unit dipandang sebagai unit kerja di mana barang berada, sedangkan lokasi adalah tempat fisik di mana barang diletakkan. Misalkan unit kerja Manajemen Informatika memiliki lokasi Lab1, Lab2, Ruang dosen, dan sebagainya. Untuk mengantisipasi input satuan barang yang tidak seragam, maka satuan barang disediakan dan dikelola melalui halaman manajemen satuan.
D. Halaman administrator Administrator memiliki akses terhadap master data. Master data yang dimaksud adalah Induk unit, Unit, Kategori barang, Lokasi barang, Satuan barang, Asal barang, dan Akun. Pada Gambar 10 adalah tampilan aktivasi akun setelah pengguna log-in sebagai administrator. Akun yang baru dibuat tidak langsung aktif, melainkan melalui proses aktivasi dan juga sebaliknya.
284
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
sistem). Dengan demikian setiap barang akan tersimpan dan dapat dikelola kondisi dan lokasi secara terpisah di kemudian hari. Penambahan beberapa barang dengan id sama seperti Gambar 38 dan Gambar 39
Gambar 36 Contoh halaman administraor
E. Antarmuka Operator Jika pengguna dengan level operator melakukan login, maka halaman akan dialihkan pada halaman khusus operator yang berbeda dengan halaman Administrator. Operator memiliki tugas untuk melakukan manajemen data barang di lapangan. Administrator dan operator memiliki fungsi yang tidak tumpang tindih. Operator tidak memiliki akses terhadap master data, begitupula sebaliknya administrator tidak dapat melakukan input data barang maupun manipulasinya. Operator melakukan penambahan barang dengan memasukkan beberapa data (termasuk gambar) (Gambar 37)
Gambar 37 Form input data barang
Gambar 38 Mulitple-input (a)
Berdasarkan wawancara dan studi lapangan, terdapat kemungkinan bahwa beberapa barang yang sejenis diberikan nomor inventaris yang sama, seperti kursi kuliah yang didatangkan pada periode yang sama. Pendataan seperti ini memiliki kekurangan yaitu tidak termonitornya inventaris secara satuan, baik dari kondisi maupun keberadaannya. Namun pencatatan semacam itu memudahkan pencatatan karena hanya merekam satu record. Solusi sederhana dalam sistem ini adalah dengan melakukan satu kali input namun setiap item barang akan dicatat pada record berbeda dengan informasi yang sama, kecuali pada id (otomatis diberikan
Gambar 39 Multiple-input (b) Untuk melihat detail setiap item barang, dapat dengan klik masing-masing item pada daftar barang (Gambar 40 dan Gambar 41)
285
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 40 Detail barang (a)
Gambar 41 Detail barang (b) inventaris barang. Ruangan dikelola lengkap dengan kapasitas, fungsi ruangan, dan atribut lain yang ditujukan untuk operasional dan penyediaan data akreditasi lembaga.
F. Fungsi Ruang Dengan menggunakan metode pengelolaan yang sama, sistem juga mencatat dan mengelola (peminjaman, pendataan, kapasistas) inventaris ruang. Inventaris ruang yang dimaksud berbeda perspektif dari inventaris barang, di mana barang dipandang sebagai obyek fisik. Ruang adalah inventaris yang dipandang secara fungsi yang fisiknya merupakan bagan (berelasi) dengan
G. Fungsi Perawatan Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, pada kondisi tertentu beberapa item barang memerlukan perawatan yang perlu
286
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
didokumentasikan sehingga perlu menjadi bagian terintegrasi dari sistem ini. Fitur perawatan merupakan fitur sederhana yang merelasikan data barang dengan tabel transaksional perawatan yang informasinya disajikan dalam bentuk tabel guna mendukung operasional bagian perlengkapan lembaga. H. Fungsi Peminjaman Serupa dengan fungsi perawatan, fungsi peminjaman meruakan fungsi tambahan yang bisnis prosesnya selayaknya proses reservasi (booking) yang berpegang pada sistem occupancy-forecast guna menghindari konflik reservasi. Occupancy-forecast ini akan menyajikan perkiraan ketersediaan barang maupun ruang pada rentang waktu yang dikehendaki. Apabila tersedia, maka peminjaman dapat dilakukan.
Gambar 42 Antarmuka authentifikasi user
I. Aplikasi Mobile Aplikasi kedua dari sistem inventaris ini dalam sistem berbasis android dengan tampilan sederhana, yang berfungsi hanya untuk mengakses detail informasi dari objek di lapangan berdasarkan kode yang dimiliki. Untuk dapat berfungsi, maka dibutuhkan koneksi internet. (Gambar 42 dan Gambar 43).
android
Gambar 43 Daftar barang pada aplikasi mobile
287
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
pengembangan. Dapat dipertimbangkan penggunaan teknologi berbasis web yang dapat menggunakan library kamera dan GPS.
KESIMPULAN DAN SARAN Sistem inventaris mampu mengelola dan memanipulasi data inventaris dengan memanfaatkan 2D-barcode (QR-code) untuk mempermudah pencarian data melalui jaringan internet sehingga dapat diakses secara luas dengan perangkat di stasiun (dock-station) maupum perangkat bergerak (mobile). Sistem dikembangkan dengan dua buah platform yaitu web dan android. Meskipun demikian akses versi web juga dapat dilakukan dengan perangkat mobile yang dilengkapi web browser.
DAFTAR PUSTAKA
C.R. Cunha et al., 2010, The use of mobile devices with multi-tag technologies for an overallcontextualized vineyard management, Computers and Electronics in Agriculture 73 (2010) 154–164, journal: www.elsevier.com/locate/compag Dai Yu, 2011, Implementation of RFID Technology in Library Systems. Case Study: Turku City Library,Bechelor’s Thesis in Business Information Technology, pages 51, Lahti University of Applied Sciences Faculty of Business Studies
Pengguna dari sistem ini adalah administrator dan operator yang memiliki fungsi berbeda dan tidak tumpang tindih. Administrator bertugas mengelola master data, dan operator yang bertugas mengelola data inventaris sesuai data di lapangan. Sistem ini mengutamakan pencatatan setiap item barang sesuai dengan ketentuan pencatatan inventaris di Undiksha namun dengan menambahkan bebrapa detail informasi tambahan yang dirasa perlu untuk mengantisipasi kebutuhan di masa yang akan datang. Penggunaan sistem dengan platform android mengalami kendala pada beberapa perangkat terkait masalah kompatibilitas sehingga perlu dipertimbangkan penggunaannya untuk jangka panjang.
Pressman, RS., 2012, Rekayasa Perangkat Lunak (Pendekatan Praktisi) Edisi 7 : Buku 1“, Yogyakarta: Andi. Suputra, PH, 2015, Sistem Inventaris berbasis Perangkat Bergerak dengan Quick Response (2d-Barcode) dan Geotagging, laporan penelitian (belum dipublikasikan), Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan Ganesha. Yu-Cheng Lin et.al., 2014, Developing Mobile BIM/2D Barcode-Based AutomatedFacility Management System, The Scientific World Journal Volume 2014, Article ID 374735, 16 pages, Hindawi Publishing Corporation, http://dx.doi.org/10.1155/2014/374735
Masih banyak fitur-fitur yang perlu diperbaiki dari sistem ini, terutama pada versi mobile. Hal yang perlu diperhatikan adlah masalah kompatibilitas, waktu respon, kemudahan instalasi, dan fleksibilitas
288
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
SISTEM INFORMASI PENYUSUNAN BORANG AKREDITASI DARING UNTUK PROGRAM STUDI DIPLOMA, SARJANA DAN FAKULTAS K.Y.E. Aryanto1, I.K.R Arthana2 1Jurusan
Manajemen Informatika FTK Undiksha; 2 Jurusan Pendidikan Teknik Informatika FTK Undiksha Email:[email protected]
ABSTRACT The filling of accreditation forms of the study program or faculty is a first step in the evaluation of a study program, diploma or bachelor program. Since there are numerous elements that are included in a accreditation forms, very often errors and difficulties were done and experienced within the manual process of filling the forms. In this research, a prototype of an information system were built to facilitate the filling of accreditation forms for study program or faculty which has been adapted to the standards of the National Accreditation Board of the Higher Education (BAN-PT). The development of the prototype was done using the rapid application development (RAD) approach that consists of four phase flows including requirement planning, system design, development, and cutover phase. The filling process used data from various related information systems that are existed within the environment of Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha). The resulting prototype was tested inside the Faculty of Engineering and Focational (FTK) Undiksha Singaraja. The test has proven that the information system was able to provide accurate data in accordance with the requirements of the accreditation standards in the level of Diploma or Bachelor study program and also for the faculty forms. The prototype was built based on seven standards for the accreditation forms but has its flexibility in following the changes of the standards in the future. Keywords: accreditation forms, BAN PT, accreditation standards, information system
ABSTRAK Proses penyusunan borang akreditasi program studi maupun fakultas merupakan sebuah langkah awal yang penting dalam proses penilaian kelayakan sebuah program studi. Dikarenakan banyaknya unsur yang harus disertakan dalam sebuah borang akreditasi tersebut, tak jarang terjadi banyak kesalahan serta kesulitan dalam penyampaian informasi di borang tersebut terutama pada proses pengisian manual. Dalam penelitian ini, telah dibangun sebuah purwarupa sistem informasi yang mampu mempermudah penyusunan borang akreditasi program studi maupun fakultas yang bersesuaian dengan standar Badan Akreditasi Nasional untuk Pendidikan Tinggi (BAN-PT). Pengembangan purwarupa sistem ini dilaksanakan dengan memanfaatkan metode rapid application development (RAD) yang terdiri atas sebuah alur empat fase, meliputi fase perencanaan, perancangan, implementasi, dan diakhiri dengan fase cutover. Data dalam penyusunan borang melalui sistem ini diperoleh dari beragam sistem informasi yang ada di lingkungan Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha). Purwarupa yang dihasilkan diujicobakan dalam lingkup Fakultas Teknik dan Kejuruan (FTK), Undiksha Singaraja. Dari hasil pengujian, diperoleh sebuah sistem informasi yang mampu memberikan data akurat sesuai dengan yang dibutuhkan dalam borang akreditasi, baik dalam tingkatan program studi diploma tiga (D3) ataupun strata-satu (S1) serta di tingkat fakultas. Purwarupa yang disusun disesuaikan dengan acuan tujuh standar pengisian borang namun memiliki fleksibilitas yang cukup tinggi untuk dapat menyesuaikan dengan perubahan standar ke depannya. Kata kunci: Borang Akreditasi, BAN PT, Standar akreditasi, sistem informasi
289
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Perguruan Tinggi (AIPT) dan evaluasi-diri sesuai dengan standar-standar yang telah ditentukan dalam pedoman yang ada [4]. Dikarenakan banyaknya unsur yang harus disertakan dalam sebuah borang akreditasi tersebut, tak jarang terjadi banyak kesalahan serta kesulitan dalam penyampaian informasi di borang tersebut. Kesalahan ini umumnya terjadi pada proses pengisian borang yang dilaksanakan secara manual. Lebih jauh, pengisian borang juga idealnya memiliki kesinkronan antara borang program studi, fakultas, dan institusi. Kondisi tersimpannya data yang tersebar di masing-masing satuan unit/lembaga juga akan menjadi permasalahan dalam penyusunan borang tersebut. Hal ini membutuhkan sebuah skema pemanfaatan data yang optimal agar dapat mendukung proses akreditasi yang baik bagi sebuah program studi. Pemanfaatan pangkalan data yang telah berbasis teknologi informasi dapat menjadi kunci penting dalam mempermudah sebuah program studi untuk menghasilkan draft borang akreditasi yang bersesuaian dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Oleh sebab itu, sebuah sistem informasi untuk penyusunan borang akreditasi, selanjutnya disebut SIBorang disusun untuk dapat menjadi pilot dalam pemanfaatan teknologi informasi di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha). SIBorang dibangun dan dikembangkan untuk dapat bersifat scalable dimana pemanfaatannya ke depan tidak hanya terbatas pada FTK saja, namun juga dapat diimplementasikan secara melembaga. SIBorang dikembangkan dengan memanfaatkan aplikasi dan perangkat berbasis teknologi web yang memiliki kebermanfaatan dalam aksesibilitas data secara daring.
PENDAHULUAN Untuk menghasilkan sebuah sistem pendidikan yang bermutu, maka perguruan tinggi memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelayakan tiap-tiap program studi atau jurusannya dalam menyelenggarakan kegiatan akademik. Penentuan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dilakukan melalui sebuah kegiatan penilaian akreditasi. Hal tersebut sudah pasti menuntut institusi pendidikan untuk memiliki sebuah sistem yang mampu menjamin kualitas penyelenggaraan kegiatan akademik, seperti tersedianya standarisasi kerja, akuntabilitas penyelenggara pendidikan dan kemampuan untuk bersiang secara Nasional maupun Internasional. Perihal penilaian kelayakan satuan pendidikan tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Akreditasi Program Studi Dan Perguruan Tinggi [1]. Status akreditasi sebuah program studi mencerminkan mutu dan efisiensi kinerja dari program studi yang bersangkutan. Status akreditasi tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap minat calon mahasiswa untuk mendaftarkan diri ke suatu program studi [2,3]. Oleh sebab itu, tiap program studi diwajibkan untuk mengusulkan proses penilaian kelayakan yang dilaksanakan berdasarkan tahapantahapan yang tercantum dalam peraturan perundangan tersebut. Berdasarkan aturan tersebut, proses penilaian terhadap program studi dan perguruan tinggi dilakukan dengan menggunakan instrumen akreditasi yang disusun berdasarkan interaksi antarstandar di dalam Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Dengan demikian, penyiapan instrumen-instrumen akreditasi tersebut menjadi langkah awal yang penting untuk dapat memberikan sebuah rangkuman yang menggambarkan kualitas program studi atau institusi yang akan dinilai. Program studi menyusun borang Akreditasi Institusi dan
METODE Sistem dengan skema yang hampir serupa juga pernah dikembangkan dalam penelitianpenelitian sebelumnya. Wibowo [5] telah mengembangkan sistem informasi
290
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
penjaminan mutu perguruan tinggi. Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa sistem yang dikembangkan telah bersesuaian dengan borang akreditasi BAN-PT. Namun sistem yang dikembangkan tersebut masih melakukan pengumpulan dan pemasukan data secara manual. Kemudian penelitian oleh Nugroho [6] juga menghasilkan sebuah sistem informasi borang akreditasi Jurusan Teknik Informatika di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hasil yang diperoleh juga telah mengakomodasi kemudahan perolehan informasi dalam proses penyusunan borang akreditasi program studi/jurusan. Namun sistem tersebut masih memiliki kelemahan dari sisi fleksibilitas perubahan standar serta belum terhubungnya sistem yang dibuat dengan pangkalan data-pangkalan data yang ada di institusi terkait. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan piranti lunak, dimana sasaran akhir yang diharapkan adalah berupa produk sistem informasi yang sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. Adapun metode yang digunakan adalah rapid application
development (RAD) yang merupakan sebuah paradigma pengembangan piranti lunak untuk menghasilkan produk akhir dengan lebih cepat dan berkualitas tinggi melalui pengumpulan kebutuhan melalui kelompokkelompok dengan fokus khusus, prototyping dan pengujian desain kepada pengguna di awal fase, pemanfaatan ulang komponen piranti lunak, jadwal yang ketat dan cepat [7]. Metode ini dipilih dikarenakan keunggulannya dari sisi waktu, biaya, keterlibatan stakeholder, fokus pengerjaan, fleksibilitas proses, dan kesesuaiannya dengan harapan pengguna [8]. Alur empat fase dari RAD dapat dilihat dalam gambar 1. Metode ini dilaksanakan melalui empat fase yang meliputi fase perencanaan kebutuhan, fase perancangan bersama pengguna, fase konstruksi atau implementasi, dan fase cutover. Dalam RAD komponen dikembangkan secara paralel.
Gambar l. Alur fase-fase dalam pendekatan Rapid Application Development yang meliputi perencanaan kebutuhan, perancangan, fase konstruksi, dan cutover
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komputer Jurusan Manajemen Informatika dan Laboratorium Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, FTK Undiksha. Evaluasi akhir dari penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan teknik random sampling. Sampel yang digunakan adalah data kebutuhan akreditasi dari seluruh jurusan yang ada di FTK yang telah
terdokumentasikan di masing-masing pangkalan data dalam sistem informasi di lingkungan Undiksha. Basisdata dirancang bersesuaian dengan segala kebutuhan data dalam pengisian borang ini dan dapat dilihat pada gambar 2 berikut.
291
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 2. Basisdata dari sistem informasi penyusunan borang akreditasi FTK Undiksha itu, dengan adanya sistem yang berbasis teknologi informasi terkini, seperti teknologi jaringan dan web, maka proses melelahkan tersebut dapat diminimalisir. Data dari masing-masing sistem yang menangani pangkalan data dapat diperoleh untuk kemudian secara otomatis diletakkan dalam masing-masing bagian standar akreditasi yang bersesuaian. Posisi SIBorang terhadap masing-masing pangkalan data dapat dicermati pada gambar 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Informasi penyusunan borang akreditasi (SIBorang) dibangun untuk guna mempermudah program studi-program studi di Undiksha dalam proses penyusunan borang hingga pengusulan akreditasinya. Hampir seluruh data yang dibutuhkan dalam penyusunan borang akreditasi program studi telah terekam di beberapa pangkalan data yang disediakan oleh unit atau lembaga terkait. Misalkan untuk data penelitian telah tersimpan dalam pangkalan data yang terdapat di Lembaga Penelitian Undiksha. Dalam proses penyusunan yang dilakukan secara manual, maka data tersebut harus dikumpulkan kembali dan dirangkum secara manual juga untuk memperoleh rangkuman sebuah kinerja penelitian dari masing-masing dosen dalam program studi tersebut ke dalam borang akreditasi. Proses manual ini sudah tentu akan memerlukan usaha dan waktu yang tidak sedikit dan juga melelahkan. Oleh sebab
292
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
ini dikarenakan adanya kemungkin penggunaan standar-standar yang berbeda yang disesuaikan dengan tahun pengisian yang dipilih. Halaman tersebut dapat dilihat pada gambar 5 berikut.
Gambar 5. Halaman pemilihan tahun akademik penuh aktif dan tahun sosialisasi borang
Gambar 3. Posisi SIBorang dalam hubungannya dengan pengguna dan pangkalan data
Selanjutnya adalah proses pengisian borang seperti yang dikehendaki. Dalam purwarupa SIBorang ini, terdapat tujuh standar yang digunakan sesuai dengan standar borang yang dikeluarkan oleh BAN-PT saat ini. Seluruh navigasi pengisian borang sesuai dengan standar-standar yang ada diberikan di sebelah kiri antarmuka yang terdiri atas tahun penyusunan borang, identitas program studi, identitas pengisi borang, standar 1 hingga 7, dan fitur pencetakan dokumen borang. Antarmuka navigasi penyusunan borang terlihat pada gambar 6 berikut. Selain pengisian borang, disertakan pula panduan dari masing-masing standar yang ada.
Adapun langkah awal yang dilakukan dalam penggunaan sistem informasi ini adalah dengan melakukan proses login ke dalam sistem. Dengan melakukan proses ini, maka pengisian akan diarahkan kepada program studi yang bersesuaian. Adapun yang dibutuhkan pada saat proses login adalah username dan password yang merupakan akses dari program studi yang bersangkutan, seperti terlihat pada gambar 4.
Gambar 4. Form login untuk dapat masuk ke dalam SIBorang Apabila telah masuk ke dalam sistem, maka langkah berikutnya adalah dengan memilih tahun akademik penuh yang akan diposisikan sebagai tahun sekarang (TS). Kemudian dalam form yang sama akan terdapat pula tahun sosialisasi standar yang digunakan. Hal
293
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
SIMPULAN Penelitian ini telah menghasilkan sebuah purwarupa sistem informasi yang mampu memberikan data akurat sesuai dengan yang dibutuhkan dalam borang akreditasi, baik dalam tingkatan program studi diploma tiga (D3) ataupun strata-satu (S1) serta di tingkat fakultas. Purwarupa yang disusun disesuaikan dengan acuan tujuh standar pengisian borang namun memiliki fleksibilitas yang cukup tinggi untuk dapat menyesuaikan dengan perubahan standar ke depannya. DAFTAR RUJUKAN [1] Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2014, Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Akreditasi Program Studi Dan Perguruan Tinggi, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia, Jakarta. [2] Dita Verawati, 2016, Pengaruh Motivasi, Akreditasi Prodi, Fasilitas Pendidikan, Konsentrasi Jurusan, Biaya Pendidikan dan Reputasi Pendidik Terhadap Minat Mahasiswa untuk Melanjutkan Magister Akuntasi (Studi Empiris pada Mahasiswa Akuntansi di UMS), Universitas Muhamadiyah Surakarta, Surakarta. [3] Nurul Qomariah, 2011, Pengaruh Kualitas Layanan dan Citra Institusi terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan, Jurnal Aplikasi Manajemen, Jember. [4] Badan Akreditasi Nasional – Perguruan Tinggi, Standar dan Prosedur AIPT, 2011, Jakarta [5] Agus Wibowo, 2016, Rancang Bangun Sistem Informasi Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi Menggunakan Metode Throwaway Prototyping Development, Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia, Yogyakarta. [6] Bambang Nugroho, 2011, Pembuatan Sistem Informasi Borang Akreditasi
Gambar 6. Navigasi pengisian borang akreditasi yang terletak pada sisi kiri antarmuka SIBorang Segala kebutuhan data akan diperoleh melalui sebuah layanan web yang terhubung dengan masing-masing sistem informasi dan pangkalan-pangkalan data yang ada di lingkungan Undiksha. Walaupun demikian, beberapa isian masih membutuhkan masukan secara manual. Oleh sebab itu, fitur pengubahan data isian masih disertakan untuk mengakomodir hal tersebut. Akhir dari proses pengisian adalah dengan melakukan pencetakan isian ke dalam sebuah format aplikasi pengolah kata, sehingga penyempurnaan isi borang masih bisa dilakukan dan disusun sesuai dengan format yang diharapkan sebelum dilakukan pencetakan dalam bentuk hard copy.
294
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Jurusan D Iii Teknik Informatika Universitas Sebelas Maret Surakarta, Tugas akhir, Solo. [7] Shetty, K., 2012, Rapid Application Development For Small and Medium Businesses, A Case Study Disertasi, Kansas.
[8] CMS, Centers for Medicare and Medicaid Services, 2014, Selecting a development approach. Tersedia melalui https://www.cms.gov/Research-StatisticsData-and-Systems/CMS-InformationTechnology/XLC/Downloads/SelectingD evelopmentApproach.pdf, diakses tanggal 10 Februari 2014.
295
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENDUKUNG DATA KEMAHASISWAAN I Made Ardwi Pradnyana1, Nyoman Sugihartini2 1, 2 Jurusan
Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha Email:[email protected], [email protected]
ABSTRACT Accreditation is a process used by competent authorities in giving formal recognition that a particular education institution has the capacity to organize well. During this time, universities in particular departments in the faculty of engineering and vocational UNDIKSHA experienced problems in documents that are still fragmented and not well documented especially for the Standar 3 of the Accreditation Document (Borang) that inhibit the process of gathering the needed information. This prompted the researcher to develop student information system supporting data which is the topics of standard 3. The Student Information System would facilitate the process of the gathering evidence of the student participation in both academic and non-academic achievements. The system also facilitates documenting the student's participation in organizations.This study simply presents the results of the analysis and the design of The Student Information System as a list of functional and non-functional requirements as well as use cases and interface design. Keywords: student supporting document, achievements, organization, information systems, analysis, design
ABSTRAK Akreditasi merupakan salah satu proses yang digunakan oleh lembaga yang berwenang dalam memberi pengakuan formal bahwa sebuah institusi khususnya perguruan tinggi mempunyai kemampuan menyelenggarakan pendidikan dengan baik. Selama ini, perguruan tinggi khususnya jurusan di lingkungan fakultas teknik dan kejuruan UNDIKSHA mengalami kendala dalam proses pengumpulan dokumen yang masih belum terdokumentasi dengan baik dan terpisah-pisah khususnya dokumen standar 3 sehingga dapat menghambat proses pengumpulan dokumen borang. Hal ini mendorong penulis melakukan pengembangan sistem informasi pendukung data kemahasiswaan yang merupakan bahasan standar 3. Sistem informasi pendukung data kemahasiswaan memfasilitasi proses dokumentasi bukti-bukti keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan atau prestasi yang diperoleh baik akademik maupun non akademik. Sistem juga memfasilitasi pendokumentasian keikutsertaan mahasiswa dalam organisasi. Pada artikel ini, penulis hanya menyampaikan hasil analisis dan perancangan dari sistem informasi pendukung data kemahasiswaan yang berupa daftar kebutuhan fungsional dan non-fungsional, rancangan diagram use case dan rancangan antarmuka sistem. Kata kunci: data pendukung kemahasiswaan, prestasi, organisasi, sistem informasi, analisis, perancangan
PENDAHULUAN
kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa. Selain itu, Pendidikan Tinggi juga bertujuan dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang Ilmu Pengetahuan dan/ atau Teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing bangsa. Universitas merupakan salah satu bentuk PT. Setiap Universitas melibatkan Sivitas Akademika yang merupakan masyarakat akademik yang terdiri atas
Perguruan Tinggi (PT) adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan Pendidikan Tinggi. Salah satu tujuan Pendidikan Tinggi ialah mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, 296
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
dosen dan mahasiswa untuk mencapai tujuan Perguruan Tinggi (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2002 Tentang Pendidikan Tinggi).
program studi atau jurusan berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan. BAN-PT telah mengeluarkan sebuah standar pedoman evaluasi diri bagi seluruh jurusan atau program studi pada perguruan tinggi di Indonesia. Evaluasi diri ini terdiri dari 7 komponen yang terkait dengan proses penyelenggaraan program studi/ perguruan tinggi. Salah satu komponen evaluasi diri fokus membahas informasi mengenai mahasiswa/ kemahasiswaan dan lulusan. Pada komponen tersebut, program studi atau jurusan harus menyediakan informasi seperti jumlah mahasiswa per tahun akademik mulai dari data calon mahasiswa yang ikut seleksi penerimaan mahasiswa baru, jumlah yang lulus seleksi, jumlah mahasiswa transfer, nilai rata-rata IPK lulusan baik untuk mahasiswa Reguler maupun Non-Reguler. Komponen tersebut juga mingisyaratkan kelengkapan informasi terkait prestasi mahasiswa (tahun, nama kegiatan, waktu kegiatan, tingkat [lokal, regional, nasional, internasional], prestasi yang didapat [Juara I, II, dst], Surat Keputusan, proposal, laporan serta dokumentasi terkait), informasi dokumen-dokumen pendukung seperti Surat Keputusan keikutsertaan mahasiswa terhadap program-program tertentu seperti UKM, Komunitas, PKM, Prakerin, Pelatihan dan pemanfaatan layanan lembaga seperti misalnya kesehatan, informasi mengenai beasiswa (pemberi, penerima dan dilengkapi dokumen-dokumen terkait) serta evaluasi lulusan (rata-rata waktu tunggu lulusan untuk memperoleh pekerjaan yang pertama, persentase lulusan yang bekerja pada bidang yang sesuai dengan keahliannya).
Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) adalah sebuah perguruan tinggi negeri yang ada di Kota Singaraja, Bali, Indonesia. Untuk mendukung dan memastikan tercapainya tujuan diselenggarakannya pendidikan tinggi, sebuah PT harus melalui sebuah proses akreditasi, tak terkecuali UNDIKSHA. Akreditasi merupakan salah satu bentuk sistem jaminan mutu eksternal yaitu suatu proses yang digunakan lembaga yang berwenang dalam memberikan pengakuan formal bahwa suatu institusi mempunyai kemampuan untuk melakukan kegiatan tertentu. Ciri akreditasi adalah penilaian yang dilakukan oleh pakar sejawat dari luar institusi terkait (external peer reviewer), dan dilakukan secara voluntir bagi perguruan tinggi yang menyelenggarakan suatu program studi atau jurusan. Kegiatan ini diawali dengan melakukan kegiatan evaluasi diri (selfevaluation) terhadap berbagai/ komponen dari masukan, proses dan produk perguruan tinggi yang menyelenggarakan program studi atau jurusan tersebut dan mengirimkan laporannya ke lembaga asesor. Selanjutnya berdasarkan laporan evaluasi tersebut pihak lembaga asesor mengirim beberapa pertanyaan (borang) untuk diisi dan berdasarkan isian tersebut dilakukan kunjungan lapangan (site visit) oleh asesor sebagai tindakan validasi. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) adalah lembaga yang memiliki kewenangan untuk mengevaluasi dan menilai, serta menetapkan status dan peringkat mutu
297
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Semua jurusan, tidak terkecuali jurusan yang ada di lingkungan Fakultas Teknik dan Kejuruan (FTK) Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) juga melalui akreditasi untuk memperoleh status dan pengakuan dari BAN-PT. Selama ini, kegiatan akreditasi yang dimulai dengan melakukan pengumpulan dokumen dan kelengkapan yang diperlukan untuk evaluasi diri sampai persiapan proses visitasi masih dilakukan secara manual. Sistem pendokumentasian data maupun dokumen yang digunakan untuk melakukan evaluasi diri khususnya untuk komponen kemahasiswaan dan lulusan masih belum terdokumentasi dengan baik dan terpisah-pisah (tidak dalam satu tempat), sehingga menyebabkan proses pencarian maupun pengumpulan data dan dokumen terkait evaluasi diri menjadi lebih sulit dan membutuhkan waktu lama. Hal tersebut berdampak pada penyusunan laporan hasil evaluasi diri berupa bukti data, informasi dan dokumen terkait akreditasi yang berguna sebagai bahan pengisian naskah akreditasi (borang) BAN-PT juga mengalami kendala. Proses adaministrasi dan dokumentasi yang kurang tertib dan baik juga menyebabkan banyak buktibukti untuk mendukung penyusunan borang yang tidak dapat dikumpulkan karena tidak dapat ditelusuri keberadaannya. Pada akhirnya, kendalakendala tersebut akan mempengaruhi proses dan hasil penilaian asesor terhadap jurusan atau program studi dan fakultas.
prestasi mahasiswa dan keikutsertaan mahasiswa dalam organisasi kemahasiswaan atau UKM. Sistem ini disebut SI pendukung data kemahasiswaan karena data dan informasi yang ditangani merupakan pendukung dalam penyajian data kemahasiswaan. Data dan informasi utama seperti jumlah mahasiswa per tahun akademik mulai dari data calon mahasiswa yang ikut seleksi penerimaan mahasiswa baru, jumlah yang lulus seleksi, jumlah mahasiswa transfer, nilai rata-rata IPK lulusan baik untuk mahasiswa Reguler maupun Non-Reguler serta evaluasi lulusan (rata-rata waktu tunggu lulusan untuk memperoleh pekerjaan yang pertama, persentase lulusan yang bekerja pada bidang yang sesuai dengan keahliannya) merupakan kajian penelitian lain yang menjadi SI tersendiri yaitu SI kemahasiswaan. Data dan informasi mengenai beasiswa yang pernah diperoleh juga dibahas pada suatu sistem khusus yaitu sistem beasiswa. Sistem informasi pendukung data kemahasiswaan yang diusulkan adalah sistem informasi berbasis web, sehingga memudahkan pengguna dalam mengakses dan memanfaatkannya. Pengguna sistem informasi ini nantinya yaitu mahasiswa, pembimbing akademik (PA), himpunan mahasiswa di lingkungan FTK UNDIKSHA, bagian administrasi di FTK yang menangani bidang kemahasiswaan dan pengguna umum atau disebut pengunjung. Mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa, 1997) adalah individu yang belajar di perguruan tinggi. Sedangkan menurut (Djojodibroto, 2004), mahasiswa adalah satu golongan dari masyarakat yang mempunyai dua sifat, yaitu manusia muda
Melihat permasalahan tersebut, penulis mengusulkan dikembangkannya sistem informasi (SI) yang mampu membantu menangani data yang dibutuhkan (khususnya mengenai data pendukung kemahasiswaan) yang meliputi 298
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
dan calon intelektual, dan sebagai intelektual, mahsiswa harus mampu untuk berfikir kritis terhadap kenyataan sosial, sedangkan sebagai manusia muda, mahasiswa seringkali tidak mengukur resiko yang akan menimpa dirinya. Sedangkan pengertian mahasiswa menurut Ganda (2004), mahasiswa adalah individu yang belajar dan menekuni disipllin ilmu yang ditempuhnya secara mantap, dimana didalam menjalani serangkaian kuliah itu sangat dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya diantara mahasiswa ada yang sudah bekerja atau disibukkan oleh kegiatan organisasi kemahasiswaan (Faturrahman, dkk. 2013).
mengenai rancang bangun sistem informasi kemahasiswaan pernah dilakukan oleh Faturrahman, dkk. (2013). Pada penelitiannya, Faturrahman, dkk. (2013) merancang dan membangun sebuah perangkat lunak sistem kemahasiswaan dan alumni. Sistem tersebut merupakan sub sistem informasi terintegrasi yang dibangun untuk membantu mempersiapkan dan melengkapi kebutuhan pengisian borang akreditasi BAN-PT pada jurusan sistem informasi ITS. Perancangan sistem informasi kemahasiswaan dan lulusan dibangun dengan menggunakan metode Unified Process dan perancangan perangkat lunak menggunakan UML (Unified Modeling Language) yang disesuaikan sesuai dengan standar kemahasiswaan dan lulusan oleh BANPT. Hasil dari penelitian tersebut berupa aplikasi Kemahasiswaan dan Alumni, dokumen Spesifikasi Kebutuhan Perangkat Lunak (SKPL) dan Deskripsi Perancangan Perangkat Lunak (DPPL).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan mengenai pengertian mahasiswa yaitu seorang individu yang menekuni disiplin ilmu khusus yang berfikir kritis dan aktif dalam aktifitas kemahasiswaan (Faturrahman, dkk. 2013). Kemasiswaan menurut Kamus Lengkap Bahasa Indoensia (Kamisa, 2000) adalah kegiatan atau aktifitas yang berhubungan dengan mahasiswa. Berdasarkan beberapa pendapat sebelumnya diatas maka dapat disimpulkan mengenai pengertian kemahasiswaan yaitu segala aktifitas yang dilakukan mahasiswa dalam proses administrasi untuk membantu proses pencatatan yang dilakukan oleh akademik kampus. Administrasi yang dicatat meliputi, data beasiswa, prestasi, kegiatan mahasiswa dan lainnya (Faturrahman, dkk. 2013).
Publikasi terkait yang telah dijabarkan sebelumnya memiliki kemiripan dengan sistem yang penulis rancang. Namun, penulis hanya mengusulkan pengembangan sistem pendukung data kemahasiswaan yang mampu menangani data kemahasiswaan seperti kegiatan yang diikuti serta prestasi yang diperoleh, dan organisasi yang diikuti oleh mahasiswa dengan tujuan untuk mendukung proses pengisian borang. Pada artikel ini, penulis hanya menyampaikan hasil analisis dan perancangan sistem informasi pendukung data kemahasiswaan di lingkungan FTK UNDIKSHA yang merupakan langkah awal sebelum dikembangkannya sistem tersebut.
Sebelumnya, pengembangan sistem informasi kemahasiswaan sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain. Publikasi berupa jurnal penelitian 299
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
METODE
Sebelum itu, penulis melakukan tahapan persiapan yaitu dengan melakukan studi literatur dan wawancara.
Metode yang digunakan dalam pengembangan sistem informasi pendukung data kemahasiswaan adalah metode pengembangan Software Development Life Cycle (SDLC) dengan model Waterfall yang terdiri dari tahap analisis, perancangan, coding/ implementasi, pengujian dan perawatan.
Pada artikel ini, penulis hanya menyampaikan tahap persiapan dan dua tahap awal pengembangan sistem yaitu analisis dan perancangan. Ilustrasi untuk tahap persiapan dan tahap awal pengembangan sistem informasi yang dilakukan ditunjukkan pada gambar 1.
Gambar 1. Tahap-Tahap Metode Penelitian
300
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
mahasiswa pada masing-masing jurusan di lingkungan FTK UNDIKSHA, dimana data prestasi ini akan diinputkan oleh mahasiswa langsung. Mahasiswa dapat melakukan input data untuk melengkapi informasi mengenai prestasi mahasiswa yang berisikan detil tahun, nama dan waktu kegiatan, jenis lomba (tingkat lokal, regional, nasional ataupun internasional), prestasi yang diperoleh (juara I, juara II, dan seterusnya), surat keputusan keikutsertaan, dokumen pendukung seperti proposal dan laporan dan bukti-bukti dokumentasi. b) Sistem dapat menampilkan keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan/ organisasi kemahasiswaan (UKM, komunitas kemahasiswaan, pelatihan) yang dilengkapi dengan bukti dan dokumentasi kegiatan seperti laporan pertanggungjawaban yang diinputkan oleh mahasiswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini dibahas hasil analisis dan rancangan dari sistem informasi pendukung data kemahasiswaan. 1. Analisis Tujuan dari pengembangan sistem informasi pendukung data kemahasiswaan adalah untuk memberikan kemudahan dalam pengumpulan dan mengelola data pendukung kemahasiswaan. Selain itu informasi yang didapat harus terpusat untuk mendukung proses pengisian borang. Arsip data ini nantinya sangat penting dalam proses akreditasi yang dilakukan oleh tim borang BAN PT dalam periode waktu tertentu terhadap kemahasiswaaan berdasarkan kebutuhan FTK UNDIKSHA dan standar evaluasi diri BAN-PT. Sistem yang diusulkan akan menghasilkan laporan-laporan terkait elemen penilaian akreditasi BANPT tentang sistem kemahasiswaan khususnya mengenai prestasi akademik dan non akademik serta keterlibatan mahasiswa dalam organisasi.
b. Kebutuhan Non-Fungsional Kebutuhan Non-fungsional merupakan kebutuhan yang tidak mempunyai keterkaitan langsung dengan fitur tertentu dari sistem yang dikembangkan, diantaranya:
Pada tahap analisa kebutuhan, ditentukan kebutuhan dasar fungsional sistem, kebutuhan non-fungsional dan juga hal-hal yang membatasi pembuatan sistem.
a) Sistem harus mampu membedakan pengguna dan menyediakan fitur yang bersesuaian dengan memperlihatkan hanya fitur yang memang menjadi hak akses pengguna dengan role tertentu b) Sistem harus mendukung penggunaan oleh lebih dari satu pengguna secara bersama-sama pada saat yang sama c) Sistem harus menanggulangi kemungkinan terjadinya concurrent update sehingga proses penyimpanan data harus mendukung proses basis
a. Kebutuhan Fungsional Kebutuhan fungsional merupakan kebutuhan yang mempunyai keterkaitan langsung dengan bagaimana sistem itu harus dikembangkan. Proses yang perlu dicatat dalam sistem yang akan dibangun adalah sebagai berikut: a) Sistem dapat melakukan pencatatan prestasi-prestasi yang diraih 301
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
data yang ACID (Atomic, Spesifikasi Perangkat Lunak yang direkomendasikan:
Consistency, Isolated, Durability) a. Use Case Diagram Diagram use case merupakan pemodelan untuk menggambarkan kelakuan (behavior) sistem informasi pendukung data kemahasiswaan yang dirancang. Diagram use case digunakan untuk mengetahui fungsi apa saja yang ada di dalam sistem informasi pendukung data kemahasiswaan dan siapa saja yang berhak menggunakan fungsi-fungsi tersebut. Use case yang akan dirancang merepresentasikan sebuah interaksi antara aktor dengan sistem (Stephen R. Schach. 2010). Use case tersebut akan menjelaskan secara sederhana fungsi sistem dari sudut pandang user (Kenneth E. Kendall, Julie E. Kendall. 2010).
a) Server database menggunakan MySQL Version 5.0 ke atas b) Server web menggunakan Apache Version 2.0 ke atas c) PHP Version 5.0 ke atas sebagai Script Languange d) phpMyAdmin 3.2 ke atas sebagai Database Manager 2. Perancangan Sesuai tahap dalam SDLC, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pembuatan rancangan sistem yang memenuhi kebutuhan fungsional yaitu dengan pembuatan diagram use case dan rancangan user interface.
Diagram use case untuk sistem yang diusulkan ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 2. Diagram Use Case
302
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Aktor dari sistem informasi pendukung data kemahasiswaan yaitu mahasiswa, super admin, admin fakultas, admin himpunan mahasiswa jurusan (HMJ) dan pembimbing akademik (PA). Adapun peran dari masingmasing aktor yaitu sebagai berikut:
prestasi yang diperoleh serta dapat mengelola akun admin fakultas sendiri. Untuk dapat memanfaatkan fungsional sistem tersebut, admin fakultas harus login terlebih dahulu. d) Mahasiswa: dapat mengelola data kegiatan dan prestasi yang diperoleh (nama kegiatan, katagori, jenis, peran, pembimbing, tingkat, tanggal mulai dan selesai, tempat/ alamat, pretasi, dan file bukti prestasi), dapat mengelola data organisasi yang pernah diikuti: nama organisasi, peran, tanggal mulai dan selesai, file bukti keikutsertaan. Untuk dapat memanfaatkan fungsional sistem tersebut, mahasiswa harus login terlebih dahulu. e) Admin HMJ dan PA: masing-masing dapat melakukan validasi terhadap kegiatan dan prestasi yang diinput oleh mahasiswa serta dapat melakukan validasi terhadap input data yang dilakukan mahasiswa mengenai keikutsertaannya dalam organisasi. Untuk dapat memanfaatkan fungsional sistem tersebut, admin HMJ dan PA harus login terlebih dahulu.
a) Pengunjung: dapat melihat data keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan dan prestasi yang diperoleh, dapat melihat data keikutsertaan mahasiswa dalam organisasi serta dapat melakukan kontak atau mengirimkan pesan kepada admin. Pengunjung tidak perlu login untuk dapat memanfaatkan fungsionalitas sistem. b) Super admin: dapat mengelola data peran (ketua, wakil, anggota, peserta), dapat mengelola data tingkat kegiatan (internasional, nasional, regional, lokal), dapat mengelola data katagori kegiatan: (akademik, non akademik), dapat mengelola katagori organisasi, dapat mengelola data jenis kegiatan (karya ilmiah, olah raga, tari), dapat mencetak/ meng-eksport daftar keikutsertaan mahasiswa dalam organisasi, dapat mencetak atau meng-eksport daftar kegiatan yang diikuti mahasiswa dan prestasi yang diperoleh serta dapat mengelola akun pengguna (admin fakultas, admin HMJ, PA dan mahasiswa). Untuk dapat memanfaatkan fungsional sistem tersebut, super admin harus login terlebih dahulu. c) Admin fakultas: dapat mengelola data peran (ketua, wakil, anggota, peserta), dapat mengelola data tingkat kegiatan (internasional, nasional, regional, lokal), dapat mengelola data katagori kegiatan: (akademik, non akademik), dapat mengelola katagori organisasi, dapat mengelola data jenis kegiatan (karya ilmiah, olah raga, tari), dapat mencetak/ meng-eksport daftar keikutsertaan mahasiswa dalam organisasi, dapat mencetak atau meng-eksport daftar kegiatan yang diikuti mahasiswa dan
3. Rancangan Antarmuka Rancangan antarmuka memberikan gambaran tentang tampilan antarmuka sistem yang akan dibangun. Beberapa tampilan rancangan antarmuka dalam sistem informasi pendukung data kemahasiswaan yaitu: a) Antarmuka Halaman Pengunjung Pengunjung tidak perlu melakukan login. Pengunjung hanya dapat melihat data keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan dan prestasi yang diperoleh, serta dapat melihat keikutsertaan mahasiswa dalam organisasi yang dapat disaring berdasarkan fakultas, jurusan dan katagori. Pengunjung juga dapat melakukan pencarian data denganmenggunakan fitur cari. Pengunjung dapat menghubungi atau mengirim pesan yang akan diterima oleh admin melalui fitur kontak kami. Tampilan antarmuka halaman pengunjung ditunjukkan pada gambar 3.
303
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 3. Rancangan antarmuka halaman pengunjung
Gambar 5. Rancangan antarmuka halaman admin
d) Antarmuka Halaman Kegiatan Mahasiswa Antarmuka halaman kegiatan mahasiswa menampilkan data kegiatan dan prestasi yang diperoleh mahasiswa pada kegiatan tersebut. Mahasiswa dapat melakukan penambahan data, mengubah dan menghapus data kegiatan atau prestasi yang diperoleh dengan melakukan proses login terlebih dahulu. Rancangan tampilan antarmuka kegiatan mahasiswa dan tambah kegiatan mahasiswa ditunjukkan pada gambar 6 dan gambar 7.
b) Antarmuka Halaman Login Rancangan antarmuka halaman login merupakan halaman utama sebelum masuk ke sistem dengan memilih hak akses pengguna (super admin, admin fakultas, admin HMJ, PA atau mahasiswa), username dan password yang benar. Tampilan rancangan antarmuka form login ditunjukkan pada gambar 4.
Gambar 4. Rancangan antarmuka halaman login
c) Antarmuka Halaman Admin Admin dapat melakukan beberapa pengelolaan data atau fitur sistem melalui halaman ini. Tampilan rancangan antarmuka halaman admin ditunjukkan pada gambar 5.
Gambar 6 Rancangan antarmuka halaman data kegiatan mahasiswa
304
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 7. Rancangan antarmuka halaman tambah data kegiatan mahasiswa
Gambar 9. Rancangan antarmuka halaman tambah data keikutsertaan organisasi
e) Antarmuka Halaman Keikutsertaan Organisasi Antarmuka halaman keikutsertaan organisasi menampilkan data keikutsertaan mahasiswa pada organisasi baik UKM, HMJ maupun organisasi lainnya. Mahasiswa dapat melakukan penambahan data, mengubah dan menghapus data keikutsertaan dalam organisasi dengan melakukan proses login terlebih dahulu. Rancangan tampilan antarmuka keikutsertaan dalam organisasi dan tambah data keikutsertaan organisasi ditunjukkan pada gambar 8 dan 9.
SIMPULAN Melalui tahap analisis telah berhasil diidentifikasi beberapa kebutuhan fungsional dan non fungsional untuk sistem informasi pendukung data kemahasiswaan yang akan dikembangkan. Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis dilakukan perancangan yang menghasilkan diagram use case yang menggambarkan secara sederhana fungsi sistem dari sudut pandang user yaitu pengunjung, super admin, admin fakultas, admin HMJ, PA dan mahasiswa sendiri. Rancangan antarmuka membantu memberikan gambaran tentang tampilan antarmuka sistem yang akan dibangun. Beberapa tampilan rancangan antarmuka dalam sistem informasi pendukung data kemahasiswaan yang dihasilkan diantaranya antarmuka halaman pengunjung, login, admin, kegiatan mahasiswa, tambah data kegiatan mahasiswa, keikutsertaan organisasi dan tambah data keikutsertaan organisasi.
DAFTAR RUJUKAN Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2002 Tentang Pendidikan Tinggi. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. 2008. Buku II Standar dan Prosedur
Gambar 8. Rancangan antarmuka halaman data keikutsertaan organisasi
305
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Akreditasi Program Studi Sarjana. Jakarta. Faturrahman, Sholiq dan Feby Artwodini Muqtadiroh. 2013. Rancang Bangun Perangkat Lunak Sistem Kemahasiswaan dan Alumni untuk Pengembangan Sistem Informasi Terintegrasi Sesuai Kebutuhan Pengisian Borang Akreditasi BAN-PT pada Jurusan Sistem Informasi ITS.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5. Kenneth E. Kendall, Julie E. Kendall. 2010. Systems Analysis and Design, 8th Edition. Prentice Hall. New Jersey. Stephen R. Schach. 2010. Object-Oriented and Classical Software Engineering, 8th Edition McGraw-Hill Companies. New York.
306
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
PENGEMBANGANPROTOTIPE SISTEM PANGKALAN DATA PEGAWAI BERBASIS TEKNOLOGI WEB Ni Wayan Marti1, Putu Hendra Suputra2 1,2
Jurusan Manajemen Informatika FTK UNDIKSHA Email:[email protected]; [email protected]
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan prototipe sistem pangkalan data pegawai yang akan digunakan secara khusus untuk mengelola data pegawai FTK Undiksha. Pendekatan yang digunakan dalam pengembangan sistem ini adalah System Development Live Cycle (SDLC) dengantahapan-tahapan yang meliputi pendefinisian masalah, pengumpulan data, analisis kebutuhan, perancangan sistem, pengembangan sistem dan pengujian sistem. Prototipe sistem dikembangkan menggunakan skrip pemrograman PHP berbasis framework, dengan DBMS My SQL untuk pengelolaan datanya serta Software Adobe Dreamweaper sebagai editornya. Prototipe sistem pangkalan data pegawai yang berhasil dikembangkan memiliki beberapa fitur yang meliput pengelolaan terhadapi data unit kerja pegawai, data jabatan fungsional maupun struktural pegawai, data karya pegawai dalam penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat, serta pengelolaan terhadap data status pegawai. Kata kunci: pangkalan data, pegawai, prototype, Undiksha
data pegawai, sehingga dapat lebih efisien dan efektif. Sistem ini merupakan sistem yang mampu mempermudah pendataan pegawai. Pemanfaatan teknologi informasi dapat menghasilkan efisiensi dalam berbagai aspek pengelolaan informasi yang ditunjukkan oleh kecepatan dan ketepatan waktu pemrosesan, serta ketelitian dan kebenaran informasi (validitas) yang dihasilkan. Hal ini berkaitan dengan penggunaan perangkat keras komputer (hardware), program aplikasi pendukung (software), perangkat komunikasi dan internet sebagai sarana pengelolaan informasi. Dari uraian di atas memberikan gambaran bahwa perlunya sistem yang memanfaatkan ICT dalam proses pengelolaan dan manajemen data pegawai agar dapat memberikan akses yang optimal terhadap seluruh sivitas akademika, sehingga dapat memberikan layanan yang optimal bagi mahasiswa dan masyarakat luas. Sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan Nasional, yang kemudian diterjemahkan menjadi Standar Nasional Pendidikan (PP 19/2005) yang berisi delapan butir komponen standar penjaminan mutu,
Pendahuluan Perkembangan ICT (Information and Communication Technology) dewasa ini memberikan dampak yang sangat signifikan khususnya terhadap dunia pendidikan. Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) sebagai salah satu instansi pendidikan telah berusaha secara optimal untuk mengimplementasikan ICT ke dalam lingkungan kampus. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan kualitas dan layanan pendidikan terhadap seluruh civitas akademika. Universitas Pendidikan Ganesha merupakan sebuah lembaga pendidikan yang kinerjanya didukung oleh pegawai. Dimana kinerja pegawai masih dilakukan secara manual. Hal ini mengakibatkan pegawai melakukan kinerja yang cukup lama dan hanya perlu dilakukan di Undiksha saja. Untuk membantu pegawai dalam kelancaran aktifitas dalam kinerja, maka sangat diperlukan sebuah sistem. Sistem dapat mempermudah pegawai, agar kinerjanya lebih cepat dan bisa dilakukan dimana saja. Dengan memanfaatkan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi, perlu kiranya dibuatkan sebuah sistem pengelolaan
307
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
yaitu standar Isi, Proses, Kompetensi Lulusan, Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Sarana dan Prasarana, Pengelolaan, Pembiayaan, dan Penilaian Pendidikan. Perguruan tinggi di Indonesia wajib mengadopsi kedelapan komponen standar ini sebagai komponen minimal dalam penjaminan mutu pendidikan dan dapat menambahkan komponen-komponen lain yang dianggap penting. Proses penjaminan mutu perguruan tinggi perlu dijalankan melalui tahap-tahap yang terangkai dan didukung oleh sistem pangkalan data (basis data) yang terintegrasi. Pangkalan data pada sistem ini harus berisi data yang lengkap/menyeluruh, akurat, up to date dan terklasifikasi dengan baik, sehingga dapat difungsikan sebagai sumber informasi dalam mengevaluasi komponen-komponen penjaminan mutu (Gunawan, dalam Moertini, 2006). Dengan memiliki sistem pangkalan data terintegrasi maka akan dapat dilakukan pengelolaan data yang lengkap dan up to date. Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) sebagai salah satu instansi pendidikan telah berusaha secara optimal untuk mengintegrasikan pangkalan data yang ada dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi yang ada saat ini. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan kualitas dan layanan pendidikan terhadap seluruh civitas akademika. Akan tetapi, pangkalan data yang dikelola dan dipusatkan pada Unit Pusat Komputer Undiksha masih belum mampu menangani secara penuh pengelolaan data yang ada, salah satunya adalah terkait dengan administrasi pengelolaan data pegawai. Beberapa penelitian sebelumnya tentang sistem pangkalan data yang identik dengan penelitian ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan kasus dan sistem yang digunakan berbeda-beda. Susilowati (2010), telah mengembangkan E-Library berbasis CRM di STMIK Pringsewu. Sistem e-library ini menggunakan rantai nilai yanng ada di Customer Relationship Management (CRM)
yaitu acquire, enhance, dan retains dalam merancang fitur-fitur yang ada. Fitur-fitur yang ditawarkan diantaranya adalah: pustaka digital yang dapat diunduh oleh semua anggota, pendaftaran angota secara online, catalog digitalonline, dan lain-lain. Putra, dkk. (2010), telah mengembangkan Sistem Informasi Jurnal Ilmiah Online. Sistem yang dikembangkan merupakan sistem yang berisi tentang jurnal-jurnal ilmiah yang bisa dimanfaatkan oleh pihak luar melalui website. Aji, (2010), mengembangkan garuda rujukan digital, yang merupakan sistem yang menyediakan daftar rujukan digital untuk karya ilmiah. Model arsitektur yang dibuat digunakan untuk menggabungkan data perpustakaan dari jenis sumber informasi. Metode Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah System Development Live Cycle (SDLC) dengan tahapan-tahapan pengembangan sistem seperti terlihat pada Gambar 1. Pendefinisian Masalah Pengumpulan data Analisis Kebutuhan Perancangan Sistem Pengembangan Sistem Pengujian Sistem Gambar 1. Tahapan Pengembangan Sistem Tahapan pertama pada penelitian ini adalah melakukan pendefinisian masalah yang ingin diselesaikan. Setelah mendefinisikan masalah yang ingin diselesaikan, langkah selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data untuk mendukung penyelesaian permasalahan yang dihadapi. Setelah data yang diperlukan terkumpul, data dianalisis sebagai dasar dalam pembuatan sistem. Dalam tahap ini
308
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
juga didefinisikan kebutuhan-kebutuhan dalam pengembangan sistem. Perancangan dan pengembangan sistem dilakukan setelah kebutuhan-kebutuhan sistem dikumpulkan. Hasil penelitian ini diperoleh dari proses uji coba produk dengan mengacu pada aspek penilaian produk dan penerapannya di Fakultas Teknik dan Kejuruan (FTK) Universitas Pendidikan Ganesha. a. Lokasi Penelitian Lokasi yang dijadikan sampel penelitian ini adalah di FTK, Universitas Pendidikan Ganesha yang menyediakan objek penelitian terkait dengan data pegawai dan unsur-unsur penunjang tri dharma perguruan tinggi. Adapun alasan memilih FTK, agar memudahkan saat uji coba sistem karena mempertimbangkan FTK sebagai sebuah fakultas yang selalu ingin berinovasi untuk maju dan mengedepankan teknologi. b. Metode Pengumpulan Data Adapun metode yang akan digunakan dalam pengumpulan data atau fakta yang relevan dengan sistem adalah : 1. Observasi, dengan mengamati langsung ke FTK 2. Wawancara, langsung dengan pegawai dan pegawai yang menangani pegawai. 3. Kajian pustaka atau studi literatur dengan membaca berbagai buku, makalah dan bahan bacaan lain sebagai referensi yang dapat dijadikan acuan untuk pengembangan sistem. Selain itu data dan informasi yang di butuhkan juga diperoleh dengan mengunjungi berbagai situs-situs terkait yang menyediakan berbagai informasi yang relevan dengan bahasan penelitian.
dan aktivitas penunjang lainnya dalam format yang disediakan serta dengan semua bukti pendukungnya.
d. Perancangan Sistem Perancangan sistem dilakukan setelah semua kebutuhan sistem didapatkan melalui tahap analisis kebutuhan. Perancangan alur kerja sistem diperoleh dengan menggambarkan alur data menggunakan data flow diagram (DFD). DFD merupakan sebuah diagram yang menggambarkan aliran data di dalam sistem berdasarkan analisa proses bisnis yang terjadi. Penggambaran aliran data dalam DFD diawali dengan membuat sebuah diagram konteks. Berdasarkan alur kerja sistem yang telah dirancang selanjutnya dilakukan perancangan antar muka sistem. Sistem pengelolaan serta distribusi suratyang akan dibangun tentu saja menggunakan sistem database sebagai sistem penyimpanan datanya, maka dari itu perlu dilakukan perancangan desain database dengan membuat Entity Relationship Diagram (ERD) dari sistem. Pembuatan ERD sistem bertujuan untuk membuat rancangan awal database sebelum data akan disimpan dalam sistem database. Dalam perancangan ERD terdapat proses penentuan entitas-entitas yang terlibat, atribut yang dimiliki entitas tersebut, dan menentukan relasi antara entitas-entitas yang ada. Setelah menggambarkan rancangan sistem database yang akan digunakan dalam bentuk ERD, rancangan yang ada dikembangkan ke dalam model konseptual dan model fisik sesuai database management system (DBMS) yang akan digunakan. DBMS yang akan digunakan dalam pengembangan sistem pengelolaan dan distribusi surat ini adalah MySQL 5. e. Pengembangan Sistem Setelah melakukan perancangan, tahap selanjutnya adalah tahap implementasi atau pengembangan sistem.Implementasi sistem mengacu pada hasil dari analisis kebutuhan dan proses perancangan. Pengembangan
c. Analisis Data Analisis data bertujuan untuk mengidentifikasi data yang dibutuhan sistem dalam pengembangannya. Secara umum pegawai mengisikan identitas diri dan hal-hal yang berkait dengan status sebagai PNS. Semua aktivitas pegawai meliputi pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, untuk pegawai yang fungsional
309
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
sistem diawali dengan persiapan komponenkomponen pendukung yang akan digunakan, antara lain: a) Aplikasi web server menggunakan XAMPP 5.6.3. b) Bahasa pemrogramanyangdigunakan adalah bahasa pemrograman PHP yang dimana proses coding dilakukan pada aplikasi Notepad++. c) DBMS (Database Management System) yang digunakan adalah MySQL d) Pengembangan desain ERD dari bentuk conceptual menjadi phisycal serta generalisasi query ke dalam bahasa MySQL dilakukan pada aplikasi Power Designer 12. e) Pembuatan gambar pada sistem seperti tombol, banner, footer web dibuat dalam aplikasi Adobe Photoshop CS5. f) Browser yang dipakai untuk proses uji coba adalah Google Chrome. f. Pengujian Sistem Setelah sistem diimplementasikan dengan baik, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian sistem. Pengujian sistem dilakukan dengan metode black box testing. Metode black box testing digunakan untuk meyakinkan bahwa fitur-fitur atau fungsifungsi yang terdapat dalam sistem yang dibangun sudah berjalan dengan baik.
Tahap awal dari penelitian ini adalah melakukan identifikasi terhadap sumber data PDP. Hasil identifikasi selanjutnya diklasifikasikan agar memudahkan dalam proses pemasukan data dan pencarian yang berhubungan dengan data tersebut. Jenisjenis data yang merupakan hasil identifikasi data pegawai yang ada dan digunakan sebagai sampel inputan diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah sebagai berikut. a. Master Data Unit Kerja Master data unit kerja merupakan tabel yang digunakan untuk menyimpan data unit kerja yang ada di Undiksha. Data unit kerja dimasukkan oleh operator yang ditunjuk untuk tugas tersebut. b. Data Diri Pegawai Data diri pegawai merupakan data dasar pegawai yang meliputi identitas diri pegawai seperti nip, nama, alamat, nomor telepon, gelar akademik, riwayat pendidikan, tugas belajar, golongan, riwayat pendidikan dan latihan, dan riwayat jabatan struktural. c. Data Penelitian Data penelitian merupakan data tentang penelitian yang dilakukan oleh pegawai yang memuat informasi judul-judul penelitian, tahun, dan jumlah dana penelitian yang diperoleh oleh pegawai, untuk pegawai yang berstatus fungsional. d. Data Pengabdian Data pengabdian merupakan data tentang pengabdian yang dilakukan oleh pegawai yang memuat informasi judul-judul pengabdian, tahun, dan jumlah dana pengabdian yang diperoleh oleh pegawai, untuk pegawai yang berstatus fungsional.. e. Data Karya Akademik Pegawai Data karya akademik pegawai merupakan karya-karya akademik pegawai seperti makalah, jurnal, dan kegiatan ilmiah lainnya yang dilakukan oleh pegawai untuk pegawai yang berstatus fungsional.. f. Data Unsur Penunjang Data unsur penunjang merupakan data yang memuat sertifikat, piagam, maupuan surat
HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Pangkalan Data Pegawai (PDP) merupakan sistem yang digunakan untuk mengelola data pegawai yang terdiri dari data diri pegawai dan unsur-unsur riwayat jabatan serta pendidikan dan latihan pegawai. Data diri pegawai mencakup identitas pegawai (seperti NIP, Nama, Alamat, No HP, Unit Kerja, riwayat pendidikan, tugas belajar, golongan, riwayat jabatan, dan riwayat pendidikan dan latihan) dan unsur-unsur penelitian dan pengabdian pada masyarakat untuk pegawai yang berstatus fungsional. Deskripsi dari masing-masing modul pada sistem PDP adalah sebagai berikut.
310
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
tugas pegawai tentang kegiatan-kegiatan pegawai yang pernah diikuti
merupakan menu yang digunakan untuk menyajikan informasi detil pegawai, dimana bentuk penyajiannnya ada dua jenis yaitu penyajian informasi pegawai secara global dan penyajian informasi pegawai berdasarkan unit kerja; (2) menu Karya Pegawai merupakan menu yang digunakan untuk menyediakan informasi karya-karya yang dihasilkan pegawai melalui penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat; (3) menu Status Pegawai merupakan menu yang digunakan untuk menyediakan informasi status akademik pegawai (pensiun, aktif, ijin belajar, tugas belajar); dan menu Statistik Pegawai. Dalam sistem ini, ada tiga jenis pengguna yang dapat mengakses sistem yaitu pengguna umum, pegawai dan admin. Pengguna umum hanya dapat mengakses informasi yang disediakan sistem, dan tidak dapat melakukan manipulasi data. Pegawai dapat melakukan manipulasi terhadap datanya sendiri dan mengakses informasi secara umum. Dan admin merupakan pengguna yang dapat mengakses keseluruhan sistem. Untuk mengakses keseluruhan sistem, admin dapat melakukan login melalui menu Login yang tersedia pada pojok kanan atas tampilan utama prototipe sistem PDP. Ketika admin maupun pegawai mengakses menu Login, akan ditampilkan halaman login seperti pada gambar 3.
1) Rancangan Basis Data Rancangan Basis Data yang telah dikembangkan, dijabarkan dalam bentuk tabel-tabel yang memuat data yang akan dimasukkan ke dalam sistem. Ada tujuh tabel yang berhubungan langsung dengan data yang simpan dan beberapa tabel yang digunakan untuk konfigurasi sistem tidak ditampilkan. Adapun ketujuh tabel tersebut yaitu (1) tabel induk untuk menyimpan data identitas pegawai, (2) tabel induk untuk menyimpan data jenis jabatan struktural pegawai, (3) tabel induk untuk menyimpan data jenis-jenis pelatihan, (4) tabel induk untuk menyimpan jenis-jenis fungsional pegawai, (5) tabel induk untuk menyimpan data golongan pegawai, (6) tabel untuk menyimpan data tugas belajar pegawai, dan (7) tabel untuk menyimpan data pegawai yang tergolong fungsional dan struktural. 2) Hasil Pengembangan Sistem Sistem Pangkalan data Pegawai (PDP) dikembangan menggunakan pemrograman PHP berbasis Framework dengan DBMS My SQL untuk pengelolaan Data serta Adobe Dreamweaper sebagai editor. Gambar 2 berikut merupakan tampilan utama dari sistem PDP.
Gambar 2. Tampilan Utama Sistem PDP Pada sistem PDP ini disediakan beberapa menu yang dapat diakses oleh pemakai, diantaranya adalah (1) menu Data Pegawai
311
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Simpulan Prototipe sistem pangkalan data pegawai berbasis web dikembangkan menggunakan pemrograman PHP berbasis framework dengan DBMS My SQL untuk pengelolaan datanya dan software dreamweaper sebagai editornya. Ada tiga jenis pengguna yang dapat mengakses sistem, yaitu pengguna umum, pegawai dan admin. Admin dapat mengelola keselutuhan data yang tersimpan pada sistem. Sedangkan pegawai hanya dapat mengelola data miliknya sendiri serta mengakses informasi secara umum. Dan pengguna umum hanya dapat mengakses/membaca informasi yang ditampilkan sistem. Gambar 3. Tampilan halaman login Daftar Rujukan Putra, Arif B., dkk. 2010. Perancangan Sistem Informasi Jurnal Ilmiah Dengan Pencarian Berbasis Bahasa Alami. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2010 (SNATI 2010) ISSN: 1907-5022. Yogyakarta, 19 Juni 2010.
Gambar 4 merupakan tampilan halaman admin. Pada halaman ini, admin dapat melakukan pengelolaan terhadap data pegawai. Terdapat lima menu yang tersedia yaitu (1) menu master data berfungsi untuk melakukan pengelolaan terhadap data unit kerja, data jenis pension, data jenis pelatihan, data jenis jabatan structural, dan data jabatan fungsional pegawai; (2) menu pegawai berfungsi untuk mengelola data profil pegawai; (3) menu penelitian berfungsi untuk mengelola data penelitian pegawai; (4) menu pengabdian berfungsi untuk mengelola data pengabdian; dan menu laporan yang berfungsi untuk membuat jenis laporan kinerja pegawai.
Aji, Rizal Fathoni. 2010. Pengembangan Garuda (Garba Rujukan Digital) Sebagai Sumber Rujukan Karya Ilmiah Di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2010 (SNATI 2010) ISSN: 1907-5022. Yogyakarta, 19 Juni 2010. Susilowati, Tri. 2010. Rancang Bangun ELibrary Berbasis Customer Relationship Management (Crm) Studi Kasus Stmik Pringsewu. Prosiding Konferensi Nasional Sistem dan Informatika 2010. ISSN:1979-9845. Bali, November 13, 2010 Moertini, Veronica S. dan Tim Pelaksana Program-1, 2006. Metodologi Perancangan Master Plan Pangkalan Data untuk Mendukung Penjaminan
Gambar 4. Tampilan halaman admin
312
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Mutu Perguruan Tinggi. Laporan disampaikan pada Seminar Nasional Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi dan Sistem Pangkalan Data Pendukungnya tanggal 22 Desember 2006.
313
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
INTEGRASI DATA PENELITIAN, PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, DAN KINERJA DOSEN DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA A.A. Gede Yudhi Paramartha, Ni Ketut Kertiasih, Gede Rasben Dantes Manajemen Informatika, Universitas Pendidikan Ganesha [email protected]
ABSTRAK Data penelitian dan kinerja dosen serta data pengabdian kepada masyarakat (P2M) di Universitas Pendidikan Ganesha dikelola oleh dua lembaga yang berbeda dengan menggunakan sistem informasi yang berbeda. Dengan adanya penggabungan lembaga yang mengelola data tersebut, dibutuhkanlah sebuah mekanisme untuk mengintegrasikan data penelitian, kinerja dosen, dan P2M. Makalah ini membahas mekanisme integrasi data penelitian, P2M, dan kinjerja dosen yang menggunakan teknologi web service. Integrasi data dilakukan dengan mengembangkan sebuah modul integrasi yang memetakan data penelitian, kinerja dosen, dan P2M berdasarkan data dosen yang dikelola oleh sistem Pangkalan Data Dosen Undiksha. Hasil dari implementasi web service dan modul integrasi yang dikembangkan adalah berupa sebuah sistem yang dapat menampilkan semua data tersebut melalui satu antar muka. Selain itu, implementasi web service juga memungkinkan sistem informasi lain untuk menggunakan data penelitian, P2M dan kinerja dosen sesuai dengan kebutuhan. Kata kunci: integrasi data, web service
mengelola data penelitian juga mengelola data kinerja dosen seperti publikasi ilmiah berupa jurnal dan prosiding, buku, HKI, serta berbagai kinerja yang merupakan hasil dari penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Kedua lembaga tersebut memiliki sistem informasi tersendiri dalam mengelola data penelitian dan P2M. Mulai tahun 2016, Lemlit dan LPM di Undiksha bersinergi menjadi satu unit yang disebut dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Undiksha, sehingga semua data yang sebelumnya dikelola oleh Lemlit dan LPM sekarang dikelola sepenuhnya oleh LPPM. Untuk mengelola data yang sebelumnya dikelola oleh Lemlit dan LPM, diperlukan suatu mekanisme dalam mengintegrasikan data tersebut sehingga dapat dikelola melalui satu tempat yang sama. Selain itu, beberapa sistem informasi yang ada di Undiksha di luar LPPM membutuhkan data penelitian, P2M, serta kinerja dosen yang dikelola oleh LPPM. Maka dari itu dibutuhkan sebuah sistem yang dapat
PENDAHULUAN Tridharma Perguruan Tinggi merupakan tugas yang harus dilakukan oleh seluruh perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Tridharma Perguruan Tinggi itu sendiri meliputi (1) pendidikan, (2) penelitian, serta (3) pengabdian kepada masyarakat. Dosen sebagai anggota sivitas akademika memiliki tugas mentransformasikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasainya kepada mahasiswa melalui kegiatan pendidikan. Selain itu, dosen sebagai ilmuwan memiliki tugas mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui kegiatan penelitian. Semua hasil penelitian yang dilakukan harus diamalkan ke masyarakat melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat (P2M) dan dipublikasikan dalam bentuk karya ilmiah. Penelitian dan P2M di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) dikelola oleh dua unit yaitu Lembaga Penelitian (Lemlit) dan Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPM). Lemlit sebagai lembaga yang
314
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
digunakan untuk membagi pakai (share) data tersebut. Makalah ini membahas tentang mekanisme integrasi data penelitian, P2M, serta kinerja dosen yang sebelumnya dikelola oleh dua sistem informasi yang berbeda. Selain itu, mekanisme pembagian data penelitian, P2M serta kinerja dosen juga akan dibahas pada makalah ini.
pengembangan, tinjauan pustaka dan kebutuhan sumber daya. Tahapan analisis berisi proses analisis kebutuhan sistem dan menentukan solusi pengembangan terbaik. Terdapat beberapa proses analisis yang dilakukan pada tahapan ini, diantaranya adalah analisis kebutuhan fungsional, analisis kebutuhan nonfungsional, penentuan dan pemilihan solusi, serta analisis batasan sistem. Analisis kebutuhan fungsional dilakukan untuk menentukan fungsi-fungsi apa saja yang ada pada sistem. Analisis non-fungsional dilakukan untuk menentukan kebutuhan lainnya seperti kebutuhan perangkat lunak dan perangkat keras. Selanjutnya adalah menentukan alternatif solusi pengembangan berdasarkan analisis fungsional dan nonfungsional dan memilih salah satu solusi pengembangan terbaik beserta dengan batasan sistem yang akan dikembangkan. Keluaran dari tahapan ini adalah cakupan sistem yang akan dikembangkan. Hasil analisis akan digunakan sebagai dasar dalam perancangan sistem. Rancangan sistem yang akan dikembangkan berupa rancangan basis data, rancangan alur kerja sistem, dan rancangan antar muka. Rancangan basis data dilakukan untuk memodelkan hubungan antar data yang dibutuhkan oleh sistem. Pada tahapan implementasi, rancangan sistem akan diimplementasikan untuk menjadi sebuah sistem informasi melalui proses pengkodean. Setelah pengkodean, uji coba dilakukan untuk mengetahui apakah sistem yang dikembangkan sudah berjalan dengan benar.
METODE Sistem informasi pada umumnya dikembangkan dengan model Software Development Life Cycle (SDLC) yang pada umumnya terdiri dari 5 tahapan yaitu komunikasi, perencanaan, pemodelan, konstruksi, dan penerapan (Pressman, 2010). Penelitian ini mengadopsi model SDLC sebagai model mengembangkan perangkat lunak dimana terdapat 5 tahapan yang dilalui, yaitu: perencanaan, analisis kebutuhan, perancangan sistem, implementasi, serta uji coba dan evaluasi. Tahapan pengembangan sistem dapat dilihat pada Gambar 1. Perencanaan
Analisis Kebutuhan
Perancangan Sistem
Implementasi
Uji Coba dan Evaluasi
ANALISIS KEBUTUHAN
Gambar 1. Tahapan Pengembangan Sistem
Lemlit dan LPM memiliki sistem informasi yang berbeda dalam mengelola data penelitian, P2M, dan kinerja dosen. Lemlit memiliki Sistem Informasi Lembaga Penelitian (Simlemlit) yang mengelola data penelitian dan kinerja dosen. Sementara itu, LPM memiliki Sistem Informasi Pengabdian Kepada Masyarakat (SIM-P2M) yang mengelola data P2M. Kedua sistem informasi tersebut memiliki struktur data yang data yang
Identifikasi permasalahan dilakukan di tahapan perencanaan. Permasalahan tersebut dirumuskan ke dalam rumusan permasalahan dan tujuan pengembangan sistem. Studi kebutuhan pengembangan juga dilakukan di tahapan ini. Keluaran dari tahapan perencanaan adalah berupa rencana
315
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
berbeda. Pada Simlemlit data dosen menggunakan NIDN (Nomor Induk Dosen Nasional) sebagai primary key, sedangkan SIM-LPM menggunakan NIP (Nomor Induk Pegawai) sebagai primary key. Maka dari itu, dibutuhkan satu basis data yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengintegrasikan kedua data tersebut. Undiksha sendiri memiliki sistem informasi yang mengelola data dosen yang disebut dengan Pangkalan Data Dosen (PDD). PDD mengelola data dosen seperti informasi pribadi dosen, riwayat jabatan, riwayat kepangkatan, dan lain-lain. PDD menggunakan NIDN sebagai primary key, namun PDD juga menyimpan data NIP yang berelasi dengan NIDN. Dengan adanya fakta ini, maka data yang ada pada PDD dapat dijadikan sebagai acuan data dosen utama untuk mengintegrasikan data Simlemlit dan SIM-LPM. Selain mengintegrasikan data, kebutuhan lainnya adalah mekanisme sharing data penelitian, P2M, dan kinerja dosen. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk melakukan hal tersebut adalah menggunakan web service sebagai sarana sharing data antar sistem informasi yang membutuhkan. Web service juga dapat digunakan sebagai mekanisme dalam mengintegrasikan data dari berbagai sistem informasi sehingga pengelolaan data yang sudah berjalan tidak berpengaruh dengan sistem baru (Adi & Riyanto, 2013) (Hidayat & Ashari, 2013).
tempat yang sama dengan service provider (Kurniawan, 2014). Standar web service yang digunakan dalam penelitian ini adalah RESTful web service yang menggunakan arsitektur REST sebagai dasarnya. Basis data yang ada pada Simlemlit dan SIM-P2M dipetakan oleh service provider sehingga data tersebut dapat dibagi pakai oleh service requestor. Service requestor dapat berupa sistem informasi lain yang membutuhkan data penelitian, P2M, dan kinerja dosen. Sebuah modul integrasi dibuat untuk mengintegrasikan data Simlemlit dan SIMP2M. Modul integrasi tersebut berperan sebagai service requestor dari web service Simlemlit dan SIM-LPM. Integrasi data dilakukan dengan menggunakan basis data PDD sebagai acuan data dosen yang akan dibahas pada bagian berikutnya. Arsitektur sistem secara umum dapat dilihat pada Gambar 2.
ARSITEKTUR SISTEM Integrasi data Simlemlit dengan data SIM-P2M dilakukan dengan menggunakan web service. Terdapat 3 bagian utama dalam implementasi web service, diantaranya adalah 1) service provider sebagai penyedia layanan web; 2) service requestor sebagai pengguna layanan web; serta 3) service registry yaitu tempat dimana service provider mempublikasikan layanannya. Service provider dan service requestor adalah bagian yang harus ada dalam implementasi web service, sedangkan service registry bersifat optional yang pada umumnya berada pada
Gambar 2. Arsitektur Sistem
INTEGRASI DATA Integrasi data penelitian, P2M, dan kinerja dosen dilakukan berdasarkan arsitektur di atas dimana modul integrasi akan mengambil data dari web service Simlemlit dan SIM-P2M. Seperti yang disebutkan sebelumnya, bahwa primary key yang digunakan oleh Simlemlit dan SIM-P2M menggunakan standar yang berbeda.
316
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Simlemlit menggunakan NIDN sebagai primary key, sedangkan SIM-P2M menggunakan NIP sebagai primary key, sehingga data yang diperoleh tidak dapat diintegrasikan secara langsung. Untuk menangani hal tersebut, data dari PDD digunakan sebagai acuan dalam melakukan pemetaan data Simlemlit dan SIMP2M. PDD menyimpan data NIDN dan NIP yang melekat pada data setiap dosen yang ada di Undiksha. Maka dari itu, modul integrasi dapat menggunakan data PDD sebagai acuan untuk melakukan integrasi data. Proses integrasi dilakukan dengan mengambil data penelitian dan kinerja dosen dari web service Simlemlit, serta mengambil data dari P2M dari web service SIM-P2M. Selanjutnya data penelitian dan kinerja dosen dihubungkan dengan data dosen dari PDD berdasarkan NIDN. Sedangkan data P2M dihubungkan dengan data dosen dari PDD berdasarkan NIP. Selanjutnya data dari hasil kedua proses tersebut direlasikan satu sama lain berdasarkan NIDN dan NIP yang melekat pada data dosen. Gambar 3 adalah ilustrasi integrasi data yang dilakukan. Ambil data penelitan dan kinerja dosen dari Simlemlit
Data P2M dari SIM-P2M
Ambil data dosen berdasarkan NIDN dari PDD
Ambil data dosen berdasarkan NIP dari PDD
Hubungkan data penelitian dan kinerja dengan data dosen
Hubungkan data P2M dengan data dosen
buku, jurnal, makalah, HKI, dan kinerja luaran lain-lain. Semua data tersebut menggunakan NIDN sebagai acuan dosen yang memilikinya. Sedangkan data yang diambil dari SIM-P2M adalah data P2M, anggota pelaksana, serta laporan dan artikel hasil pelaksanaan P2M. data P2M menggunakan NIP sebagai acuannya. Implementasi web service pada Simlemlit dan SIM-P2M menggunakan bahasa pemrograman PHP dengan framework CodeIgniter. Library CodeIgniter Rest Server digunakan untuk membuat web service RESTful. Keluaran yang dapat dihasilkan dari implementasi di atas adalah data dalam format JSON, XML, dan PHP Object. class Api extends REST_Controller{ public function penelitian_get(){ $data = $this->Api_model ->getPenelitian(); if (!empty($data)) $this->response($data); else $this->response("not found", "404"); } }
Modul integrasi dibangun dengan bahasa pemrograman PHP dan framework CodeIgniter. Fungsi file_get_contents() digunakan untuk mengambil data dari web service. Data yang diambil adalah data berformat JSON. Data tersebut selanjutnya diubah menjadi PHP object dengan fungsi json_decode() untuk selanjutnya dilakukan proses integrasi. Berikut ini adalah salah satu contoh kode pengambilan data dari web service. class consumetest extends CI_Controller { public function getws(){ $ws = $this->input->get('ws'); $data['data'] = json_decode(file_get_contents($ws));
Relasikan data penelitian, P2M, dan kinerja dosen
Gambar 3. Proses Integrasi Data Penelitian, P2M, dan Kinerja Dosen
/* PROSES INTEGRASI */ } }
IMPLEMENTASI SISTEM HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diambil dari Simlemlit dan dipetakan pada web service berupa data penelitian, anggota peneliti, serta kinerja
Implementasi web service menghasilkan 2 buah layanan yaitu layanan
317
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
penyedia data penelitian dan kinerja dosen dari Simlemlit, serta layanan penyedia data P2M dari SIM-P2M. Kedua web service tersebut dapat menghasilkan data berformat XML, JSON, dan PHP Object. Gambar 4 adalah salah satu contoh keluaran web
servicedengan format XML, Gambar 5 adalah salah satu contoh keluaran web service dengan format JSON, sedangkan Gambar 6 adalah salah satu contoh keluaran web service dengan format PHP Object.
Gambar 4. Contoh Keluaran dengan Format XML
Gambar 5. Contoh Keluaran dengan Format JSON
Gambar 6. Contoh Keluaran dengan Format PHP Object
318
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Dari hasil web service tersebut, pengguna atau service requestor dapat meminta layanan data sesuai dengan format data yang diinginkannya. Pada penelitian ini, modul integrasi menggunakan format data JSON dalam melakukan integrasi data
penelitian, P2M, dan kinerja dosen. Modul integrasi sendiri memiliki antarmuka yang dibangun menggunakan HTML dengan framework Bootstrap untuk menampilkan data yang sudah diintegrasikan. Berikut ini adalah beberapa antarmuka pada modul integrasi.
Gambar 7. Antarmuka Daftar Dosen
Gambar 8. Antarmuka Data Penelitian, P2M, dan Kinerja Dosen yang Telah Diintegrasikan Gambar 7 menunjukkan daftar data dosen yang diambil dari PDD. Setiap data dosen memiliki menu kinerja dosen yang terhubung dengan halaman Data Kinerja Dosen seperti terlihat pada Gambar 8. Halaman Data Kinerja Dosen menampilkan data penelitian, pengabdian, dan kinerja dosen
yang telah diintegrasikan dari Simlemlit dan SIM-P2M. Dengan adanya fitur ini, data yang ada pada Simlemlit dan SIM-P2M dapat ditampilkan di satu antarmuka tanpa perlu mencari setiap data di kedua sistem tersebut.
319
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
KESIMPULAN
DAFTAR RUJUKAN
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan, terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan, antara lain: 1. Implementasi web service pada Simlemlit dan SIM-P2M untuk membagikan data penelitian, P2M, dan kinerja dosen telah berhasil dikembangkan. Data tersebut dapat digunakan oleh sistem lain yang membutuhkan dengan memanfaatkan layanan yang disediakan. Format data yang disediakan oleh web service dapat berformat XML, JSON, dan PHP Object sehingga pengguna dapat memilih salah satu format yang dapat disesuaikan dengan sistem yang membutuhkan data tersebut. 2. Integrasi data penelitian, P2M, dan kinerja dosen telah berhasil dilakukan dengan memanfaatkan web service Simlemlit dan SIM-P2M melalui modul integrasi. Dengan adanya modul integrasi, data penelitian, P2M, dan kinerja dosen dapat ditampilkan melalui satu antarmuka, sehingga pengguna tidak perlu mencari data tersebut ke Simlemlit dan SIM-P2M secara terpisah.
Adi, A., & Riyanto, R. (2013). Pemanfaatan Web Service Sebagai Integrasi Data Farmasi Di RSU Banyumas. Jurnal Informatika, Vol. II (Nomor 4), 231237. Hidayat, R., & Ashari, A. (2013). Penerapan Teknologi Web Service Untuk Integrasi Layanan Puskesmas dan Rumah Sakit. Journal of Mathematics and Natural Sciences, Vol 23 (No 1), 64-77. Kurniawan, E. (2014). Implementasi REST Web Service Untuk Sales Order dan Sales Tracking Berbasis Mobile. Jurnal Ekplorasi Karya Sistem Informasi & Sains, Vol 07 (No 01), 1-12. Panduan Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat di Perguruan Tinggi Edisi IX. (2013). Jakarta: Derektorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Pressman, R. S. (2010). Software Engeneering A Practitioner's approach 7th Edition. New York: Mc Graw Hill.
320
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
RAGAM HIAS TENUN ENDEK DI PERTENUNAN ARTHA DHARMA,SINABUN BULELENG I Dewa Ayu Made Budhyani, Ni Desak Sri Adnyawati, Damiati
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang jenis-jenis ragam hias yang diterapkan pada tenun endek. 2) komposisi penempatan ragam hias tenun endek 3) penempatan variasi-variasi ragam hias tenun endek di Pertenunan Artha Dharma Sinabun Buleleng. Lokasi penelitian di Desa Sinabun Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng. Sumber data penelitian ini adalah pemilik dan perajin tenun endek yang dipilih secara purposif. Objek penelitian adalah jenis-jenis ragam hias yang diterapkan pada tenun endek, b) komposisi penempatan ragam hias tenun endek, dan c) penempatan variasi-variasi ragam hias tenun endekArtha Dharma. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan 1) Jenis–jenis ragam hias yang diterapkan pada tenun endek Artha Dharma diambil dari tumbuh-tumbuhan seperti, buah anggur, bunga tunjung, semanggi gunung, dan bungan cempaka. Ragam hias yang diambil dari binatang adalah burung bangau, singa tampak depan dan samping, dan ragam hias berbentuk geometris adalah motif keling dan skordi. 2) Komposisi penempatan ragam hias tenun endek yang dominan menjadi ragam hias pokok, beberapa jenis ragam hias yang menjadi pelengkap atau isian, dan ragam hias pinggiran. 3) Penempatan variasi ragam hias tenun endek yaitumotif hias pokok dilengkapi dengan motif hias yang lain sebagai variasidiletakkan diantara motif pokok dan ada juga diletakkan pada bidang tengah kain endek tersebut. Kata kunci: tenun endek, ragam hias, komposisi.
ABSTRACT This study aims to describe about the types of decorated style that is applied to the endek woven cloth. 2) the placement composition of decorated style in endek woven cloth 3) the placement of decorated style variations in endek woven clothat Artha Dharma weaving, Sinabun Buleleng. The research location is at the Sinabun village, on Sawan subdistrict,in Buleleng regency. Data source of this research is the owner and craftsman of endek woven cloth that were selected purposively. Object of this research are the types of decorated style that is applied to the endek woven cloth, b) the placement composition of decorated style in endek woven cloth, and c) the placement of decorated style variations in endek woven clothat Artha Dharma weaving. Data collected by observation, interview, and documentation. This research analyzed descriptively qualitative. The results showed 1) The types of decorated style that is applied to the endek woven cloth at Artha Dharma weaving taken from plants, such as grapes, lotus flower, mountain clover, and champaca flower. Decorated stylewhich is taken from animals are storks, lion that view from front and side, and decorated stylewith geometrical shapeare rivet motif and skordi. 2) The placement composition of decorated stylein endek woven cloth which dominant become principal ornament, some kind of decorated stylebecome complements or stuffing, and decorative periphery. 3) The placement of decorated style variations in endek woven clothare principal decorative motifs which is equipped with others decorative motifs as variations that placed between the principal motive and there is also laid on the middle field of the endek woven cloth Keyword: endek woven cloth, decorated style, composition.
tangan-tangan trampil kaum wanita, sehingga menghasilkan suatu karya seni yang bernilai tinggi. Tenun endek memiliki ragam hias dan warna tersendiri, serta menjadi kebanggaan masyarakat Bali. Keindahan
1. PENDAHULUAN Endek merupakan salah satu tenunan tradisional khas Bali sebagai warisan budaya yang berkembang secara turun temurun. Tenun endek biasanya dikerjakan oleh
321
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
tenun endek yang menonjol adalah bentuk ragam hias yang dibuat dengan teknik ikat. Sebelum dilakukan proses menenun, benang diikat terlebih dahulu kemudian dicelup untuk menentukan jenis-jenis motif yang dibuat. Proses pencelupan dilakukan beberapa kali untuk menghasilkan jenis warna yang dibutuhkan. Proses pembuatan ragam hias diawali dengan pembuatan desain sesuai dengan imajinasi dari perajin. Desain merupakan susunan berbagai garis, bentuk, warna dan figur yang diciptakan mengandung nilai-nilai keindahan dan dilandasi pada perkembangan imajinasi (Hery Suhersono, 2004:5). Imajinasi diambil dari lingkungan alam sekitar dan dikreasikan sesuai dengan kreatifitas atau daya cipta yang dimiliki oleh sang perancang untuk menjadi dasar pembuatan suatu benda buatan. Ragam hias tenun endek diambil dari unsur-unsur alam sekitar kemudian dirangkum dalam kelompok corak tumbuhtumbuhan, binatang, geometris, abstak maupun manusia yang bertemakan dari dongeng-dongeng suci atau mitologi (Suwati Kartiwa, 1996:39). Dari unsur-unsur tersebut diubah atau distilir menjadi berbagai jenis ragam hias tenun endek. Menurut Warsia Rusbani (1985: 78), corak yang membentuk ragam hias dapat berupa bentuk alamiah maupun bentuk renggaan. Lebih lanjut Budhyani (2010) mengelompokkan dua jenis ragam hias yang terdiri atas: 1) motif geometris berupa garis lurus, garis patah, garis sejajar, lingkaran dan sebagainya, 2) motif naturalis berupa tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, unsurunsur alam dan sebagainya. Terciptanya desain motif atau ragam hias dilandasi oleh penguasaan pendesain serta lingkungan yang dapat merangsang untuk menciptakan aneka corak ragam hias pada tenun endek.. Tenun endek dibuat berdasarkan persilangan antara benang pakan dan benang lungsin. Benang lungsin membujur menurut panjang kain sedang benang pakan melintang menurut lebar kain. Tenunan itu disusun dari
benang pakan dan benang lungsin yang dipersilangkan lurus menurut sudut 90º (Agustien dan Endang Subandi, 1980:80). Untuk mendapatkan kain tenun yang baik, diperlukan keteraturan didalam menyusun benang lungsin dan benang pakannya (konstruksi tenunan) yang didasarkan pada silang tenunan. Silang tenunan yaitu silang dasar dan silang dasar yang divariasikan (Goet Poespo, 2005:26). Teknik menenun kain tenun endek adalah dengan sistem ikat yaitu dengan mengikat benang lungsin atau pakan, untuk membentuk hiasan. Pada umumnya di Bali untuk menenun orang-orang menggunakan alat sederhana yang disebut istilah prabot ‘tenun cagcag” dan untuk pembuatan ragam hias atau motif menggunakan teknik ikat (dengan mengikat benang lungsin atau pakan). Teknik ikat ada dua macam yaitu teknik ikat tunggal (benang pakan diikat dengan tujuan mendapatkan warna yang berbeda-beda untuk pembuatan ragam hias, sedangkan benang lungsin polos atau satu warna) dan teknik ikat ganda atau doble ikat (benang lungsin dan pakan kedua-duanya diikat, sedangkan menentukan ragam hias telah diperhitungkan pada saat nyuntik atau saat kedudukan benang lungsin mulai diatur dan kemudian diaturlah kedudukan benang pakannya hingga terbentuk ragam hias yang diinginkan). Penerapan ragam hias dengan teknik ikat dilihat dari proses pembuatannya yaitu pengikatan yang menggunakan rumus dan pencelupan yang berulang-ulang, sehingga memerlukan waktu yang cukup lama. Tenun endek di Bali sampai saat ini mengalami perkembangan cukup pesat. Hampir tiap kabupaten di Bali mengembangkan tenun endek dengan berbagai ciri tersendiri sebagai identitas produksi daerahnya. Begitu pula pertenunan endek Artha Dharma yang terletak di Desa Sinabun, Kecamatan Sawan. Pertenunan Artha Dharma merupakan sentra pembuatan tenun endek yang ada di Kabupaten
322
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Buleleng. Keanekaragaman jenis ragam hias, dan bentuk-bentuk ragam hias yang diterapkan pada tenun endek Arta Dharma sangat tergantung dari jenis-jenis ragam hias yang dibuat oleh perajin setempat dan sangat berbeda dengan jenis ragam hias yang dibuat oleh perajin tenun endek di daerah lain. Perbedaan itu yang dapat memberikan ciri khas ragam hias tenun endek sebagai hasil karya perajin Arhta Dharma di Sinabun Buleleng. . Sampai saat ini pemilik pertenunan Artha Dharma selalu melakukan inovasi baik terhadap mengembangkan ragam hiasnya, pewarnaan, teknik pembuatannya. Agar keberadaan tenun endek tetap eksis, perajin harus selalu meningkatkan kreativitas untuk dapat menyasar pasar global. Untuk mempertahankan pasar, maka desain, jumlah, motif dan warna harus disesuaikan dengan keinginan pasar tanpa meninggalkan kekhasan corak dan motif budaya Bali (Tantra, 2015:3). Unsur budaya lokal yang ada di dalamnya akan memberi nilai tambah dan keunikan pada kain endek. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dipandang perlu untuk mengetahui ragam hias Tujuan dari penelitian initenun endek Artha Dhama. 1) mengetahui jenisjenis ragam hias yang diterapkan pada tenun endek di pertenunan Artha Dharma, 2) mendeskripsikan tentang komposisi penempatan ragam hias tenun endek Arhta Dharma Sinabun Buleleng, 3) mendeskripsikan penempatan variasi-variasi ragam hias tenun endek Artha Dharma Sinabun Buleleng.
Dharma merupakan pusat perajin tenun endek yang msih berkembang di Buleleng. Sumber data/ informan dalam penelitian ini adalah pemilik dan perajin tenun endek, yang dipilih secara purposif untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan penelitian. Pemilihan informan dengan pertimbangan berdasarkan pengetahuan serta kemampuan yang dimiliki tentang ragam hias dan jenisjenis ragam hias yang dapat ditempatkan/diterapkan pada tenun endek. Objek dalam penelitian ini adalah: a) jenis-jenis ragam hias yang diterapkan pada tenun endek Artha Dharma, b) komposisi penempatan ragam hias tenun endek, dan c) penempatan variasi-variasi ragam hias tenun endek. Tenik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Semua data yang diperoleh di lapangan menyangkut jenis-jenis ragam hias, komposisi penempatan ragam hias, dan variasi penempatan ragam hias tenun endek oleh perajin dianalisis secara deskriptif kualitatif.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 HASIL PENELITIAN Jenis produk khas perajin tenun tradisional di Pertenunan Artha Dharma adalah kain tenun cagcag yang merupakam warisan leluhur mereka sejak dulu. Selain menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), teknik pewarnaan benang juga masih menggunakan warna alami disamping itu juga ada menggunakan zat pewarna kimiawi. Pemasaran produk kain tenun endek sudah merambah hingga ke luar pulau Bali, dan bahkan sudah merambah ke manca negara. 3.1.1 Jenis-jenis ragam hias yang diterapkan pada tenun endek di Pertenunan Artha Dharma. Ragam hias atau ornamen terdiri dari berbagai jenis motif dan motif-motif itulah yang digunakan sebagai penghias sesuatu yang akan dihias. Ragam hias dimaksudkan
2. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan estetika dan etnografi, karena terciptanya ragam hias adalah merupakan hasil karya manusia melalui latar belakang budaya masyarakat pendukungnya. Lokasi penelitian adalah di Pertenunan Artha Dharma Desa Sinabun, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Pertenunan Arta
323
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
untuk menghias suatu bidang atau benda, sehingga benda tersebut menjadi indah. Dalam penggunaannya ragam hias tersebut ada yang hanya berupa satu motif, dua motif atau lebih, pengulangan motif, kombinasi motif dan ada yang distilasi atau digayakan. Dalam satu bidang tenun endek terdiri dari motif pokok, motif pinggiran dan motif isian. Penempatan motif pokok ada yang diletakkan pada pinggiran kain endek, dan ada juga diletakkan pada bidang kain yang penempatannya dilakukan secara beraturan, tergantung penggunaan bahan tersebut. Ragam hias pada tenun endek yang diciptakan Pertenuna Artha Dharma mengangkat potensi yang ada di Kabupaten Buleleng, seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, dan motif-motif geometris. Ragam hias yang diciptakan pada Pertenunan Artha Dharma sebagai berikut. a. Ragam hias anggur (tumbuh-tumbuhan) Ragam hias anggur diambil dari motif tumbuh-tumbuhan, dimana anggur merupakan potensi hasil perkebunan yang ada di Kabupaten Buleleng. Buleleng terkenal sebagai penghasil anggur hitam yang bisa diproduksimenjadiwine. Desain yang dibuat dari buah anggur dilengkapi dengan dedaunan sebagai pelengkap tampilan dari desain tersebut. Buah anggur tersebut distilir sesuai dengan imajinasi dari pembuat desain, kemudian dituangkan dalam benang pakan dengan sistem ikat. Berikut merupakan tenun endek dengan motif pokok buah anggur.
b. Ragam hias bunga tunjung (tumbuhtumbuhan) Bunga tunjung merupakan motif dari tumbuh-tumbuhan. Motif ini oleh perajin/pencipta desain potensi yang ada di Buleleng. Oleh perajin dianggap sebagai ikon dari Kabupaten Buleleng. Bunga tunjung sebagai motif pokok, motif isiannya berupa motif geometris dengan ukuran kecil, sehingga menonjolkan motif pokoknya. Sedangkan pada pinggiran kain menggunakan motif geometris.
Gambar
2. Ragam hias tunjung Foto oleh: I Nyoman Sila
bunga
c. Ragam hias burung bangau (binatang) Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan perajin dan pemilik pertenunan, latar belakang munculnya motif burung bangau berdasarkan ada dua danau yang ada di daerah Buleleng. Pada danau tersebut ada banyak ikan, sehingga burung bangau banyak berdatangan mencari ikan. Pada ragam hias tenun endek burung bangau sebagai motif pokok, motif isiannya adalah tumbuh-tumbuhan dan batu-batuan.
Gambar 1. Ragam hias anggur Foto oleh: I Nyoman Sila
Gambar 5. Ragam hias burung bangau
324
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Foto oleh: I Nyoman Sila
Motif skordi merupakan bentuk dasar kotak-kotak dengan isian motif belah ketupat. Ciri khas motif skordi adalah kotak-kotak berwarna hitam dan putih (poleng). Skordi merupakan motif pokok sebagai latar belakang dan bentuk belah ketupat sebagai motif isian. Motif skordi ini oleh pemilik pertenunan dianggap sebagai kreasi yang inovatif dari pertenunan Artha Dharma, karena perpaduan dari endek dan songket.
d. Ragam hias singa (binatang) Ragam hias singa diambil dari ikon Buleleng. Motif singa tersebut dibuat dengan tambak samping dan tampak depan. Motif hias singa tampak samping dibuat saling berhadapan. Sedangkan singa tampak depan pada motif tersebut terlihat seperti tiga demensi. Motif singa tersebut merupakan motif pokok yang diletakkan pada pinggiran kain, dan motif isian menggunakan motif bunga dan motif geometris.
Gambar 9. Motif skordi Foto oleh: I Nyoma Sila Gambar 6. Ragam hias singa tampak samping Foto oleh: I Nyoman Sila
3.1.2 Komposisi Penempatan Ragam Hias Tenun Endek Artha Dharma Komposisi penempatan ragam hias tenun Endek Artha Dharma, secara umum tidak hanya satu jenis ragam hias yang ditempatkan pada selembar kain, namun ragam hias yang dominan sebagai ragam hias pokok. Ada beberapa jenis ragam hias yang menjadi pelengkap atau isian untuk memenuhi bidang kain endek tersebut, disamping itu juga terdapat ragam hias pinggiran. Komposisi penempatan ragam hias pokok ditempatkan secara penuh pada tengah kain dan ada juga ditempatkan pada pinggran kain saling bertautan pada bidang kain tenun endek. Penempatan ragam hias diatur dengan jarak antara motif satu dengan lainnya secara teratur sehingga ada sela-sela kosong. Secara keseluruhan semua motif hias tersebut penempatannya diatur sedemikian rupa sehingga memiliki nilai estetis baik dari segi bentuk motif hiasnya maupun jenis warna
e. Motif keeling (geometris) Motif keling merupakan ragam hias geometris, dimana bentuk dasarnya kotakkotak. Motif keling ini biasanya digunakan dalam upacara yadnya. Ciri khas dari motif keling ini adalah kotak-kotak yang berwarna kuning.
Gambar 8. Motif keling Foto oleh: I Nyoman Sila f. Motif skordi
325
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
yang memberi keragaman variasi pada kain endek pada Pertenunan Artha Dharma. 3.1.3 Variasi Penempatan Ragam Hias Tenun Endek Artha Dharma Penempatan ragam hias pada kain tenun endek dilakukan sesuai dengan motif hias yang dibuat. Motif-motif hias sudah ada polanya pada benang pakan seperti misalnya singa, siapapun yang membuat motif hias tersebut polanya pasti sama sesuai dengan pakem sebagai motif tenun endek Artha Dharma. Variasi yang dilakukan oleh perajin adalah pada pengaturan penempatan isian dari motif tersebut. Variasi juga dilakukan pada objek-objeknya, dan juga pada penempatan hiasan pinggiran.Di samping desain diciptakan sendiri sesuai dengan imajinasi perajin, konsumen yang membeli kain tenun endek kadang-kadang membawa desain motif sendiri. Melalui desain tersebut perajin membuat variasi-variasi yang berbeda dari yang sebelumnya. Variasi penempatan ragam hias pada tenun endek Artha Dharma, terletak pada penempatan motif pokok diletakkan pada bidang kain dan ada juga diletakkan pada pinggiran kain, disesuaikan dengan penggunaan kain tersebut. Variasi-variasi motif yang dibuat dengan cara memadupadankan motif yang satu dengan motif yang lainnya untuk mendapatkan desain motif endek yang baru. Untuk menambah variasi ragam hias tenun endek, pemilik pertenunan menggali potensi yang ada di Buleleng dan juga menggali desain lama untuk dimodifikasi, disesuaikan dengan selera pasar. Salah satu desain baru adalah kolaborasi motif skordi dengan motif songket dan endek model keling kombinasi songket.Variasi tenun endek juga dilakukan dengan mengkreasikan motif baru dengan warna degradasi perpaduan antara pepatran dengan skordi dengan background yang bervariatif.
Keberadaan kerajinan tenun tradisional Desa Sinabun tidak terlepas dari peran Pemerintah Kabupaten Buleleng yang sangat kontributif. Hal tersebut dapat dilihat dari diperdayakannya para perajin tenun tradisional di Buleleng untuk memproduksi kain endek khusus Pemkab yang digunakan oleh seluruh pegawai Pemkab. Selain peran serta tersebut Pemerintah Kabupaten Buleleng turut membantu menjaring bakat penenun dengan membuka pusat pelatihan dan pengembangan khusus pengrajin tradisional. Pemerintah juga telah membantu pemasaran kain tenun tradisional dan mengikutsertakan produk perajin kain tradisional dalam event-event pameran kesenian dan kebudayaan di tingkat nasional.Berkembangnya usaha kain tenun tradisional ini sangat besar peranannya terhadap keberadaan kain endek yang ada di Kabupaten Buleleng. Keindahan tenun endek terlihat pada ragam hiasnya. Ragam hias tenun endek dibuat dengan cara mengikat pada benang pakannya. Adapun ragam hias atau motif yang digunakan pada tenun endek diambil dari alam sekitar yang dirangkum dalam kelompok ragam hias bentuk binatang, tumbuh-tumbuhan, manusia, geometris dan bentuk-bentuk ragam hias lainnya. Hasil penelitian yang dilakukan di Pertenunan Artha Dharma dalam mengembangkan desain motifnya lebih banyak mengambil dari ragam hias tumbuhtumbuhan, binatang, dan bentuk geometris. Ragam hias tenun endek yang diambil dari unsur tumbuh-tumbuhan adalah bunga tunjung, anggur, bunga cempaka, semanggi gunung. Ragam hias dari binatang mengambil dari burung bangau, singa tampak depan dan samping, dan bentuk geometris mengambil bentuk dari motif skordi dan motif keling. Pengembangan motif-motif tersebut diambil dari potensi yang ada di Kabupaten Buleleng. Seperti misalnya motif anggur dan singa menjadi ciri khas Kabupaten Buleleng. Dalam pembuatan motif tenun tersebut mengambil dari unsur
3.2 PEMBAHASAN
326
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
alam sekitar seperti unsur tumbuh-tumbuhan dan binatang. Suwati Kartiwa (1989: 6) menyatakan untuk mengembangkan ragam hias pada tenunan menggunakan unsur-unsur flora dan fauna. Proses penciptaan desain endek lebih mudah dilakukan dengan adanya kepedulian terhadap alam sekitarnya. Rasa kepedulian memberikan kemampuan untuk melihat perubahan-perubahan dengan lebih cepat. Keindahan dari tenun endek tidak lepas dari unsur seni dan keratifitas dari perajin tenun tersebut. Komposisi penempatan ragam hias umumnya tidak hanya satu jenis ragam hias, namun ada beberapa jenis ragam hias yang menjadi pelengkap untuk memenuhi bidang kain tenun endek. Ragam hias yang dominan sebagai ragam hias pokok dan ragam hias yang lainnya sebagai isian. Ragam hias pokok menggunakan motif singa, baik terlihat tampak depan maupun samping, untuk ragam hias isian menggunakan bentuk geometris atau pepatran. Komposisi penempatan motif hias disusun antara bagian yang satu dengan bagian yang lain, sehingga menjadi satu kesatuan ragam hias yang utuh. Penyusunan atau hubungan yang teratur antara unsurunsur yang terwujud sebagai keseluruhan itu merupakan suatu karya seni yang indah (A.A.M. Djelantik, 1999:41). Untuk melengkapi motif hias pokok supaya tidak monoton, dilengkapi dengan motif hias yang lain sebagai variasi. Penempatan variasi motif hias isian ada yang diletakkan diantara motif pokok dan ada juga diletakkan pada bidang tengah kain endek tersebut. Inovasi penciptaan kreasi tenun endek juga dilakukan dengan mengkolaborasi motif skordi dengan motif songket dan endek model keling kombinasi songket. Pertenunan Artha Dharma juga mencoba mengkreasikan motif baru dengan warna degradasi perpaduan antara pepatran dengan skordi serta dengan latar belakang yang bervariatif.
Dalam upaya menembus pasar global dan menyesuaikan selera pasar, para perajin endek harus kreatif dan inovatif menciptakan desain motif endek, yaitu: memodifikasi desain-desain yang lama, menciptakan desain motif mengambil dari unsur peninggalan sejarah, menciptakan motif hias dari tarian yang menjadi ciri khas budaya Bali. Di samping itu peran pemerintah sebagai pembuat kebijakan sangat diperlukan untuk menuju pasar nasional maupun internasional. Sampai saat ini pemilik pertenunan Artha Dharma selalu melakukan inovasi baik terhadap mengembangkan ragam hiasnya, pewarnaan, teknik pembuatannya, bahkan pemakaian terhadap tenun endek itu sendiri sudah merambah ke dunia fesyen. Agar keberadaan tenun endek tetap eksis, perajin harus selalu meningkatkan kreativitas untuk dapat menyasar pasar global. Untuk mempertahankan pasar, maka desain, jumlah, motif dan warna harus disesuaikan dengan keinginan pasar tanpa meninggalkan kekhasan corak dan motif budaya Bali (Tantra, 2015:3). Unsur budaya lokal yang ada di dalamnya akan memberi nilai tambah dan keunikan pada kain endek 4. PENUTUP Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan (1) Jenis–jenis ragam hias yang diterapkan pada tenun endek Artha Dharma diambil dari unsur tumbuh-tumbuhan, binatang, dan geometris. Ragam hias dari tumbuh-tumbuhan seperti, buah anggur, bunga tunjung, semanggi gunung, dan bungan cempaka. Ragam hias yang diambil dari binatang adalah burung bangau, singa tampak depan dan samping, dan ragam hias berbentuk geometris adalah motif keling dan skordi; (2) Komposisi penempatan ragam hias tenun endek Artha Dharma sesuai dengan jenis ragam hias yang diterapkan pada kain tenun endek tersebut. Secara umum tidak hanya satu jenis ragam hias yang ditempatkan, namun ragam hias yang dominana menjadi ragam hias pokok,
327
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
beberapa jenis ragam hias yang menjadi pelengkap atau isian, dan ragam hias pinggiran. Secara keseluruhan ragam hias tersebut diatur sedemikian rupa sehingga memiliki nilai estetis baik dari segi bentuk motif hiasnya maupun jenis warna yang memberi keragaman variasi warna motif tenun endek; (3) Penempatan variasi ragam hias tenun endek Artha Dharma sesuai dengan motif hias yang dibuat. Motif hias pokok dilengkapi dengan motif hias yang lain sebagai variasi. Variasi motif hias isian ada yang diletakkan diantara motif pokok dan ada juga diletakkan pada bidang tengah kain endek tersebut. Inovasi penciptaan kreasi tenun endek juga dilakukan dengan mengkolaborasi motif skordi dengan motif songket dan endek model keling kombinasi songket. Kreasi motif baru juga dilakukan dengan warna degradasi perpaduan antara pepatran dengan skordi serta dengan latar belakang yang bervariatif.
DAFTAR PUSTAKA Agustien dan Endang Subandi. 1980. Pengetahuan Barang Tekstil. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Budhyani. 2010. Ragam Hias Kain Tenun Songket Bali (Prosiding) Seminar Nasional Mindset Revolution. Malang: Jurusan Teknologi Industri Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang. Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Kartiwa, Suwati. 1996. Ragam Kain Tradisional Indonesia Tenun Ikat. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama. Poespo, Goet.2005. Pemilihan Bahan Tekstil. Yogyakarta:Kanisius. Suhersono, Hery.2004. Desain Motif. Jakarta: Puspa Swari. Tantara, Dewa Komang. 2015. Solipsisme Bali. Denpasar:Wisnu Press.
328
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
ANALISIS PERBANDINGAN KEKUATAN MATERIAL HASIL REKAYASA SERAT ALAM AGAVE SISAL DAN GEBANG UNTUK RANCANGAN BODY KENDARAAN LISTRIK GANESHA 1.0 GENERASI I
I Nyoman Pasek Nugraha1, Kadek Rihendra Dantes2, Nyoman Arya Wigraha3, Gede Widayana4 1,2,3,4Jurusan
Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha
1,2,3,4
[email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mengetatahui sifat mekanis (material properties) dari serat alam lokal potensial, yaitu serat agave sisal dan serat gebang. Secara substansial, tujuan dari pengembangan serat alam untuk body Kendaraan Listrik Ganesha 1.0 Generasi I ini dapat diformulasikan sebagai berikut: (1) Terciptanya sebuah bahan baku dari alam yang mampu menggantikan keberadaan serat sintetis melalui pengembangan serat alam lokal potensial. (2) Memberikan alternatif bahan baku ramah lingkungan kepada masyarakat, dengan lebih mengutamakan ketersediaannya dan dampaknya terhadap lingkungan. (3) Mengembangkan teknologi-teknologi dengan sumberdaya alam terbarukan dan ramah lingkungaan. Penelitian yang diusulkan adalah untuk menghasilkan bahan baku alternatif dalam rangka mengidentifikasi serat alam lokal yang potensial sebagai bahan baku pembuatan rancangan body Kendaraan Listrik Ganesha 1.0 Generasi I. Metodologi yang digunakan dalam pengembangan produk (body kendaraan listrik) adalah Prototyping, sedangkan analisis kebutuhan dan pengumpulan data akan dilakukan melalui metode wawancara, observasi dokumen maupun lapangan, serta kajian literatur. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dilihat dari hasil pengujian impak dan pengamatan mikrografi, dipilihlah serat gebang untuk rancangan body kendaraan listrik Ganesha 1.0 Generasi I. Kata kunci:serat alam,body kendaraan, Ganesha 1.0 Generasi I, prototyping
serat alami yang dimakasud bisa dikatakan sebagai limbah, di Indonesia banyak ditemukan, jadi bahan baku alternatif ini tidak akan menjadi kendala dalam pemenuhan kebutuhan produksi yang akan dibuat dan tentunya tidak bertentangan dengan issue lingkungan. Fiberglass yang digunakan selama ini umumnya menggunakan serat sintesis (serat kaca). Hal ini tentunya menjadikan fiber sintesis tidak ramah terhadap lingkungan karena memiliki berbagai efek negatif. Adapun efek negetif yang utama adalah fiber sintesis tidak bisa terurai dan akan mencemari lingkungan karena bersifat anorganik, kalaupun ingin memusnahkan fiber sintesis yang tidak layak pakai, maka dilakukan tindakan pembakaran fiber
PENDAHULUAN Masalah terbesar dunia rancang bangun saat ini adalah keterbatasan sumber daya alami dan pelestarian lingkungan hidup. Sehingga upaya untuk meneliti dan mengeksplorasi bahan alternatif yang mampu menanggulangi bahan alami harus dilestarikan agar tidak pernah surut. Salah satu rancang bangun yang memiliki keunggulan-keunggulan dibanding bahanbahan sintesis adalah dunia otomotif, yaitu pada pembuatan teknologi di bidang otomotif fiberglass yang ikut andil dalam memperbanyak limbah lingkungan yang sulit terurai. Limbah mempunyai pengertian yaitu bahan hasil sampingan, hasil ikutan dan hasil sisa yang sudah dan belum dimanfaatkan untuk produksi tertentu, setelah melewati proses lanjutan ataupun tidak. Dalam hal ini
329
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
tersebut. Dalam proses pembakaran tentunya akan menambah pencemaran lingkungan. Saat ini pengembangan komposit mengarah pada bahan-bahan yang memiliki keunggulan sifat seperti mudah diperoleh, kuat, densitas rendah, terbarukan, fleksibel dan dapat terurai secara alami. Sifat-sifat tersebut dapat dilihat pada komposit yang berasal dari serat alam yang mulai banyak dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi industri diantaranya kertas, filter udara, tekstil, aerospace, otomotif, kosmetik, dan bahan komposit untuk medis. Material komposit merupakan gabungan dari dua atau lebih material yang berbeda menjadi suatu bentuk unit mikroskopik, yang terbuat dari bermacam-macam kombinasi sifat atau gabungan antara serat dan matriks. Sejalan dengan itu, Chung (2008) menyebutkan bahwa secara umum material komposit tersusun atas komponen matriks (bahan pengikat) dan komponen bahan pengisi (fillers). Jones, R.M. (1975) saat ini bahan komposit yang diperkuat dengan serat merupakan bahan teknik yang banyak digunakan karena kekuatan dan kekakuan spesifik yang jauh di atas bahan teknik pada umumnya, sehingga sifatnya dapat didesain mendekati kebutuhan. Bahkan sekarang ini serat alam sudah banyak dipakai untuk pembuatan dinding badan pesawat, tabung gas, maupun kaki palsu. Serat agave sisal adalah contoh material natural fibre atau serat yang berasal dari alam. Serat agave sisal digunakan sebagai fiber karena sifat fisis dan mekanis didalamnya yang mendukung terjadinya sifat baru yang lebih baik apabila dikombinasikan dengan material lain. Hal lain dari pemanfaatan serat agave sisal adalah mengurangi pencemaran lingkungan (biodegradability) karena biasanya tidak terpakai serta tumbuh liar dan faktor-faktor ekonomis yaitu ketersediaan bahan baku serat alam yang cukup melimpah disekitar kita. Secara substansial, tujuan dari pengembangan serat alam untuk body
Kendaraan Listrik Ganesha 1.0 Generasi I ini dapat diformulasikan sebagai berikut: 1. Terciptanya sebuah bahan baku dari alam yang mampu menggantikan keberadaan serat sintetis melalui pengembangan serat alam lokal potensial. 2. Memberikan alternatif bahan baku ramah lingkungan kepada masyarakat, dengan lebih mengutamakan ketersediaannya dan dampaknya terhadap lingkungan. 3. Mengembangkan teknologi-teknologi dengan sumberdaya alam terbarukan. Pengertian komposit adalah bahan yang terbentuk apabila dua atau lebih komponen yang berlainan digabung (Kroschwitz, 1987). K. Van Rijswijk et.al dalam bukunya Natural Fibre Composites (2001) menjelaskan komposit adalah bahan hibrida yang terbuat dari resin polimer diperkuat dengan serat, menggabungkan sifat-sifat mekanik dan fisik. Bahan komposit merupakan bahan gabungan secara makro yang didefinisikan sebagai suatu sistem material yang tersusun dari campuran atau kombinasi dua atau lebih unsur-unsur utama yang secara makro berbeda dalam bentuk dan atau komposisi material yang tidak dapat dipisahkan (Schwartz, 1984). Berdasarkan matriks yang digunakan komposit dapat dikelompokkan atas: 1. MMC: Metal Matriks Composite (menggunakan matriks logam). Metal Matriks Composite adalah salah satu jenis komposit yang memiliki matriks logam. MMC mulai dikembangkan sejak tahun 1996. Pada mulanya yang diteliti adalah Continous Filamen MMC yag digunakan dalam industri penerbangan 2. CMC: Ceramic Matriks Composite (menggunakan matriks keramik). CMC merupakan material dua fasa dengan satu fasa berfungsi sebagai penguat dan satu fasa sebagai matriks dimana matriksnya terbuat dari keramik. Penguat yang umum digunakan pada CMC adalah; oksida, carbide, nitride. Salah saru proses pembuatan dari CMC
330
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
yaitu dengan proses DIMOX yaitu proses pembentukan komposit dengan reaksi oksidasi leburan logam untuk pertumbuhan matriks keramik di sekeliling daerah filler. 3. PMC: Polymer Matriks Composite (menggunakan matriks polimer). Polimer merupakan matriks yang paling umum digunakan pada material komposit. Karena memiliki sifat yang lebih tahan terhadap korosi dan lebih ringan. Matriks polimer terbagi 2 yaitu termoset dan termoplastik. Perbedaannya polimer termoset tidak dapat didaur ulang sedangkan termoplastik dapat didaur ulang sehingga lebih banyak digunakan belakangan ini. Jenis-jenis termoplastik yang biasa digunakan adalah polypropylene (PP), polystryrene (PS), polyethylene (PE), dan lain-lain.
METODE Agave sisal merupakan salah satu serat alam yang paling banyak digunakan dan paling mudah dibudidayakan. Murherjee dan Satyanarayana (1984) menjelaskan agave sisal tumbuh liar sebagai pagar dan di sepanjang rel kereta api di India. Tanaman agave sisal dapat menghasilkan 200- 250 daun, dimana masing-masing daun terdiri dari 1000-1200 bundel serat yang mengandung 4% serat, 0.75% kutikula, 8% material kering, dan 87.25% air. Produksi agave sisal di seluruh dunia mencapai hampir 4.5 juta ton tiap tahunnya. Tanzania dan Brazil merupakan negara penghasil agave sisal terbesar (Chand et al 1988). Serat agave sisal merupakan serat keras yang dihasilkan dari proses ekstraksi daun tanaman agave sisal (agave sisal agaveana). Meskipun tanaman ini berasal dari amerika Utara dan Selatan, agave sisal dapat tumbuh dengan baik hingga di Afrika, Hindia Barat, dan Kawasan Timur.
Serat alam sudah ada sejak lama dan mulai digunakan akhir abad 20, sebagai pengganti serat sintesis yang telah diaplikasikan pada komposit. Salah satu alasannya yaitu berkaitan dengan ketersediaan yang cukup melimpah di alam dan dapat dibudidayakan oleh manusia (renewable) terutama di daerah yang cocok untuk tumbuh berbagai tanaman. Selain potensi dan keunggulankeunggulan yang dimiliki oleh serat alam seperti dapat didaur ulang dan menetralisir gas CO2, serat alam juga memiliki beberapa permasalahan. Diantaranya adalah karakteristik serat yang sangat bervariasi, sifat mekaniknya yang relatif rendah dibandingkan serat sintetis, mudah menyerap air, dan temperatur kerja yang relatif rendah (Lilholt dan Lawther, 2000). Untuk itu dibutuhkan improvisasi lebih lanjut agar kualitas serat alam dapat ditingkatkan. Potensi serat alam yang dikembangkan didasarkan pada struktur dalam serat, seperti kandungan selulosa, hemiselulosa, pektin atau lignin dan kristalinitas, hal ini ditujukan untuk menghasilkan serat alam yang lebih kuat.
Gambar 1. Serat Agave Sisal yang Dihasilkan Melalui Proses Ekstraksi Daun Tanaman Agave Sisal. Normalnya, selembar daun agave sisal mempunyai berat sekitar 600 gram yang dapat menghasilkan 3% berat serat atau 1000 helai serat. Daun agave sisal terdiri dari 3 tipe, yaitu mekanis, ribbon, dan xylem . Serat mekanis diekstrak dari bagian tepi daun (periphery). Seratnya kasar dan tebal berbentuk sepatu kuda dan jarang dipisahkan
331
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
saat proses ekstraksi. Bagian ini merupakan bagian terpenting dari serat agave sisal. Serat ribbon terbentuk di bagian tengah daun. Struktur jaringan ribbon sangat kuat dan merupakan bagian serat yang terpanjang. Dibanding bagian serat mekanis, serat ribbon mudah dipisahkan secara membujur selama proses berlangsung. Ketebalan, panjang, dan kekuatan serat tergantung pada kedewasaan daun serta posisi serat pada daun. Serat yang paling tebal terletak pada pangkal daun. Daun tertua terletak paling dekat dengan tanah, yang mengandung serat terpanjang dan kasar. Serat yang diekstrak dari daun yang masih muda biasanya lebih pendek, halus, dan lebih lemah. Proses ekstraksi serat agave sisal telah dilakukan oleh Chand (1988) serta Murherjee dan Satyanarayana (1984). Prosesnya dapat dilakukan pembusukan dan penyisiran serat maupun dengan bantuan dekortikator. Proses ekstraksi secara mekanis menggunakan dekortikator akan menghasilkan 2-4% serat (15 kg per 8 jam proses) yang berkualitas baik dengan kilau yang tinggi. Sementara proses pemisahan serat agave sisal dengan metode pembusukan akan menghasilkan serat dengan jumlah yang jauh lebih banyak namun berkualitas rendah. Setelah diekstraksi, serat dicuci dengan air berseih untuk menghilangkan sisa residu seperti klorofil, lendir daun, dan padatan yang melekat. Mukhopadhyay dan Srikanta (2008) mengkaji pengaruh perendaman terhadap sifat serat agave sisal. Hasilnya menunjukkan bahwa serat agave sisal segar mempunyai tenacity, kekuatan dan mulur yang jauh lebih baik dibandingkan serat agave sisal hasil proses perendaman. Hal tersebut disebabkan karena proses perendaman akan memicu terjadinya oksidasi selulosa sehingga kekuatan serat jauh lebih rendah. Bisanda (1991) mengungkapkan panjang serat agave sisal dapat bervariasi antara 1.0-1.5 meter dengan diameter antara 100-300 mm. Serat merupakan gabungan dari beberapa berkas sub-serat. Dinding sel serat
diperkuat dengan selulosa berbentuk spiral yang tergabung dalam matriks hemiselulosa dan lignin. Jadi dinding sel merupakan struktur komposit material lignoselulosa yang diperkuat oleh gabungan mikrofiber selulosa. Komposisi permukaan eksternal dinding sel berupa lapisan lignin dan wax yang mengikat sel. Dengan demikian, permukaannya tidak akan berikatan erat dengan matriks polimer. Selulosa merupakan polimer hidrofilik. Meskipun agave sisal merupakan serat alam yang paling banyak digunakan, sebagian besar bahan ekonomis dan terbarukan ini belum dimanfaatkan. Saat ini pemanfaatan utama sisal agave agave sisal terbatas pada bidang kelautan dan pertanian. Aplikasi serat agave sisal antara lain pada pembuatan benang, tali, bahan pelapis, tikar, jala ikan, serta barang kerajinan seperti dompet, hiasan dinding, dan table mat. Aplikasi terbaru serat agave sisal yaitu pada pembuatan panel atap yang kuat dan murah serta tahan api. Sementara itu, pohon gebang (Corypha Utan Lamarck) merupakan jenis palma yang sangat bermanfaat dalam menunjang kehidupan manusia. Sekalipun masih berstatus liar dimata masyarakat dan tumbuh menjadi hutan kawasan, namun potensinya yang cukup besar tanpa disadari telah dimanfaatkan oleh masyarak NTT khususnya dan Indonesia umumnya seperti; bahan bangunan, makanan, minuman, peralatan rumah tangga, kerajinan, ramuan obatobatan. (Naiola etal., 1992; Sumiasri, 1992).
332
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 2. Serat Pelepah Gebang.
digunakan dalam melakukan uji komparasi penggunaan serat alam untuk rancangan body Kendaraan Listrik Ganesha 1.0 Generasi I. Analisis data dilakukan pada saat melakukan assesment terhadap uji komparasi penggunaan serat alam untuk rancangan body Kendaraan Listrik Ganesha 1.0 Generasi I yang diusulkan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Berdasarkan hal itu, maka untuk kepentingan pengolahan datanya digunakan analisis non-statistik dan analisis statistik. Analisis non-statistik digunakan untuk memberi makna terhadap deskripsi data yang menyangkut isi, logika inferensinya, proses, dan produk (output).
Serat tumbuhan ini cukup baik dapat pula dihasilkan dari tangkai daunnya, setelah dibelah-belah, direndam dan diolah lebih lanjut. Serat ini dapat dipintal menjadi tali atau, di Filipina, dianyam menjadi topi. Pada sebuah penelitian yang dilakukan pada serat tunggal dari pelepah gebang yang diuji tarik dengan perlakuan alkali diperoleh nilai kekuatan tarik tertinggi adalah pada perlakuan alkali dengan perendaman selama 2 jam, yaitu 72,18N. Mengacu pada fokus dan produk akhir penelitian, maka penelitian ini dapat dikategorikan dalam penelitian pengembangan. Dasar dari pemilihan rancangan penelitian ini adalah : (a) pengembangan produk merupakan suatu kegiatan akademik yang memerlukan kajian teoritis dan tindakan nyata di lapangan, baik sebelum dilakukannya pengembangan maupun pada saat dilakukannya eksperimentasi model, (b) dalam merancang produk ini, peneliti harus mendasarkan pada serangkaian tindakan nyata yang bertahap, baik di dalam laboratorium maupun di lapangan, sehingga rancangan penelitian dan pengembangan sangat tepat untuk digunakan. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan sebuah komparasi antar serat yang digunakan yaitu serat agave sisal dan serat gebang dalam rangka meningkatkan daya dukung bahan alternatif dunia rancang bangun, khususnya di bidang otomotif. Hasil uji komparasi bisa menjadi pertimbangan untuk memilih bahan yang sesuai dengan memiliki material properties (sifat mekanik) yang lebih baik. Hasil uji komparasi ini juga akan diaplikasikan sebagai bahan baku pengganti serat gelas dalam pembuatan body Kendaraan Listrik Ganesha 1.0 Generasi I. Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini, terdiri dari beberapa instrumen yaitu: (1) pedoman observasi, (2) statistik hasil uji, (3) studi dokumentasi, dan (4) expert judgement. Keseluruhan data yang diperoleh ini akan
HASIL DAN PEMBAHASAN - Hasil Identifikasi Serat Agave Sisal Tegangan yang terjadi pada komposit dengan susunan serat layercontinue, akan diterima dan didistribusikan ke semua jalur serat. Dari hasil pengujian impak yang dilakukan terhadap seluruh spesimen komposit, menunjukkan bahwa kekuatan impak komposit mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya fraksi volume serat agave sisal pada matriks polimer polyester, namun kekuatan impaknya menurun setelah melebihi fraksi volume serat 40%. Kekuatan impak rata-rata sebesar 4.092,00818 J/m2 terjadi pada komposit dengan fraksi volume serat agave sisal sebesar 40%, sedangkan kekuatan impak rata-rata komposit tanpa serat pengisi (fraksi volume serat 0%) adalah sebesar 604,50120 J/m2. Penurunan kekuatan impak setelah fraksi volume serat 40% ini bertentangan dengan rumus aturan campuran atau yang dikenal dengan ROM (Rule Of Mixture) dengan serat continue seperti dibawah ini: 𝜎𝑐 = (𝜎𝑓 𝑥 𝑉𝑓 ) + (𝜎𝑚 𝑥 𝑉𝑚 ) Dimana σc dan σf adalah kekuatan tarik dari komposit dan serat pengisi. Dalam hal ini Vf berbanding lurus dengan σc sehingga
333
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
penambahan serat akan meningkatkan kekuatan komposit. Sesuai dengan fungsi serat pengisi yaitu sebagai bahan penguat pada material komposit, penambahan serat pada batas fraksi volume tertentu (maksimum 80%) akan meningkatkan kemampuan komposit untuk menerima tegangan yang dibebankan. Peningkatan kekuatan sampai dengan fraksi volume serat 40% menunjukkan bahwa ikatan mekanik antara serat dan matriks masih baik. Ikatan mekanik yang dimaksud adalah penyebaran matriks cair ke seluruh permukaan serat dan mengisi setiap lekuk dari permukaan serat yang kasar sehingga
terjadi mekanisme saling mengunci (interlocking mechanism), dimana semakin kasar permukaan serat (filler) maka semakin memperkuat ikatan yang terbentuk. Namun pada fraksi volume serat 60% kekuatan impaknya mulai mengalami penurunan, hal ini disebabkan penyebaran matriks cair ke seluruh permukaan serat tidak maksimal dan tidak mampu mengisi setiap lekuk dari permukaan serat yang kasar sehingga terjadi void yang berlebih pada komposit. Void ini menyebabkan kekosongan pada beberapa bagian komposit sehingga interlocking mechanism tidak terjadi dengan maksimal pada fraksi volume serat 60%.
Tabel 1. Kekuatan Impak Komposit Matriks Polimer Polyester yang Diperkuat Serat Alam Agave Sisal. Fraksi Volume Luas Penampang Kekuatan Impak Es Rata-Rata (N.m) 2 Serat (m ) (J/m2) 0% 1,28 0,00129032 604,50120 20% 2,27 0,00129032 1.371,75274 40% 5,78 0,00129032 4.092,00818 60% 3,42 0,00129032 2.263,00452
Berikut ini adalah diagram hubungan kekuatan impak antar fraksi volume serat yang digunakan dalam penelitian ini.
Nilai Impak (J/m2)
Kekuatan Impak
4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 0%
20% 40% Fraksi Volume Serat
60%
Gambar 3. Diagram Hubungan Kekuatan Impak Antar Fraksi Volume Serat dari Komposit Matriks Polimer Polyester yang Diperkuat Serat Alam Agave Sisal.
334
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Pada pengamatan mikrografi, diketahui bahwa kegagalan karena beban bermula dari patahnya serat pada penampang yang paling lemah. Bila beban bertambah maka akan semakin banyak pula serat yang patah, sehingga pada material komposit serat beban yang terjadi tidak akan mengakibatkan serat patah pada waktu yang bersamaan. Hal ini menjadi salah satu keuntungan dari material komposit. Pengamatan yang dilakukan dapat dilihat seperti pada gambar dibawah ini.
Gambar 6. Pola Patahan Hasil Pengujian Impak Fraksi Volume Serat 40%.
Gambar 7. Pola Patahan Hasil Pengujian Impak Fraksi Volume Serat 60%. Gambar 4. Pola Patahan Hasil Pengujian Impak Fraksi Volume Serat 0%.
Saat pertama timbulnya kegagalan akibat beban impak (hentakan) pada material dapat dijelaskan bahwa ketika jumlah serat yang patah sedikit, matriks masih mampu menanggulangi beban dengan mendistribusikan beban ke serat lain. Tetapi dengan bertambahnya beban dan jumlah serat yang patah, material komposit akan mengalami beberapa kemungkinan : (a) Matriks mampu menahan gaya dorong yang terjadi dan meneruskan ke serat, sehingga akan terjadi patahan serat yang lebih banyak dan perambatan retak yang cepat menyebabkan patahan getas (brittle fracture). Patahan seperti ini terjadi pada seluruh spesimen komposit dengan fraksi volume serat 0%. (b) Bila matriks tidak mampu menahan konsentrasi gaya dorong (tabrakan) yang timbul diujung serat yang patah, serat dapat terlepas dari matriks (debonding). Kerusakan yang terjadi akan searah dengan arah serat. (c) Bila kombinasi antara keduanya, maka kasus patah serat akan
Gambar 5. Pola Patahan Hasil Pengujian Impak Fraksi Volume Serat 20%.
335
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
terjadi di sembarang tempat, dibarengi dengan kerusakan matriks. Patahan yang terjadi akan berbentuk seperti sikat (brush type), Karena beberapa ujung dari serat akan muncul atau terlepas dari matriksnya (pullout fibers).
mengisi setiap lekuk dari permukaan serat yang kasar sehingga terjadi mekanisme saling mengunci (interlocking mechanism), dimana semakin kasar permukaan serat (filler) maka semakin memperkuat ikatan yang terbentuk. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan pada keempat jenis fraksi volume serat, diketahui bahwa ada perbedaan kekuatan impak antara spesimen tanpa berpenguat serat pelepah gebang (fraksi volume serat 0%, 20%, 40%, dan 60%). Dengan kekuatan impak seperti yang disajikan pada tabel berikut ini:
- Hasil Identifikasi Serat Gebang Tegangan yang terjadi pada komposit dengan serat continue, akan diterima dan didistribusikan ke semua jalur serat. Berdasarkan grafik hasil pengujian yang menggambarkan hubungan antara fraksi volume serta dengan kekuatan impak komposit menunjukkan bahwa kekuatan impak komposit mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya fraksi volume serat pelepah gebang dengan polimer polyester. Adapun kekuatan impak tertinggi rata-rata 4.216,041105 J/m2 yang terjadi pada komposit dengan fraksi volume serat pelepah gebang sebesar 60%, sedangkan kekuatan impak rata-rata komposit tanpa serat pengisi (fraksi volume serat 0%) adalah sebesar 604,50120 J/m2. Peningkatan kekuatan impak ini sesuai dengan rumus aturan campuran atau yang dikenal dengan ROM (Rule of Mixture) dengan serat continue seperti dibawah ini: 𝜎𝑐 = (𝜎𝑓 x 𝜎𝑓 ) + (𝜎𝑚 x 𝑉𝑚 ) Dimana 𝜎𝑐 dan 𝜎𝑓 adalah kekuatan tarik dari komposit dan serat pengisi. Dalam hal ini, 𝑉𝑓 berbanding lurus dengan 𝜎𝑓 sehingga penambahan serat akan meningkatkan kekuatan komposit. Sesuai dengan fungsi serat pengisi yaitu sebagai bahan penguat pada material komposit, penambahan serat pada batas fraksi volume tertentu (maksimum 80%) akan meningkatkan komposit untuk menerima tegangan yang dibebankan. Peningkatan kekuatan sampai dengan fraksi volume serat 60% menunjukkan bahwa ikatan mekanik antara serat dan matrik masih baik. Ikatan mekanik yang dimaksud adalah penyebaran matrik cair ke seluruh permukaan serat dan
336
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Tabel 2. Sifat Impak Komposit Berpenguat Serat Pelepah Gebang dengan Matriks Polimer Polyester Fraksi Volume Es Rata-rata (N.m) Luas Penampang (m2) Kekuatan Impak (J/m2) Serat 0% 1,28 N.m 0,00129032 604,50120 20% 2,31 N.m 0,00129032 1.402,763673 40% 3,95 N.m 0,00129032 2.673,778589 60% 5,94 N.m 0,00129032 4.216,041105 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram garis seperti pada gambar 8 di bawah ini.
Kekuatan Impak (J/m2)
Kekuatan Impak (Is) 4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0
4216.041105
2673.778589 1402.763673 604.5012
0%
20%
40%
60%
Fraksi Volume Serat
Gambar 8. Diagram Garis Perbandingan Kekuatan Impak Antar Fraksi Volume Serat dari Komposit Berpenguat Serat Pelepah Gebang dengan Matriks Polimer Polyester. Pada pengamatan mikrografi, diketahui bahwa kegagalan karena beban bermula dari patahnya serat pada penampang yang paling lemah. Bila beban bertambah maka akan semakin banyak pula serat yang patah, sehingga pada material komposit serat beban yang terjadi tidak akan mengakibatkan serat patah pada waktu yang bersamaan. Hal ini menjadi salah satu keuntungan dari material komposit. Pengamatan yang dilakukan dapat dilihat seperti pada gambar-gambar dibawah ini.
Gambar 9. Pola Patahan Hasil Pengujian Impak Fraksi Volume Serat 0%.
337
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
dapat dijelaskan bahwa ketika jumlah serat yang patah sedikit, matrik masih mampu menanggulangi beban dengan mendistribusikan beban ke serat lain, tetapidengan bertambahnya bebandan jumlah serat yang patah, amterial komposut akan mengalami beberapa kemungkinan: (a) Matrik mampu menahan gaya dorong yang terjadi dan meneruskan ke serat, sehingga akan terjadi patahan serat yang lebih banyak dan perambatan retak yang cepat menyebabkan patahan getas (brittle fracture). Patahan seperti ini terjadi pada seluruh spesimen komposit dengan fraksi volume serat 0%. (b) Secara mikroskopik pada penampang patahan komposit, kondisi patahan menunjukkan mekanisme fiber pull out, dimana pada ujung patahan terlihat ada pemutusan serat bahkan kondisi serat tercabut dari matriknya. Keadaan tersebut terjadi pada spesimen fraksi volume serat 20% sampai 60%, hal tersebut diakibatkan karena matrik tidak mampu mengikat serat. (c) Pada fraksi volume 60% terlihat ada bagian serat yang tidak terkena matrik (delaminasi). Delaminasi biasanya terjadi akibat terlalu banyak serat pada komposit. (d) Pada fraksi volume 20% terdapat gelembung udara (void) pada spesimen. Void atau tertinggalnya gelembung udara pada spesimen komposit diakibatkan kurang meratanya proses pengadukan matrik dan hardener.
Gambar 10. Pola Patahan Hasil Pengujian Impak Fraksi Volume Serat 20%.
Gambar 11. Pola Patahan Hasil Pengujian Impak Fraksi Volume Serat 40%.
SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil analisis perbandingan yang dilakukan, dipilih serat gebang untuk diaplikasikan pada kendaraan listrik Ganesha 1.0 Generasi I. Hal ini dikarenakan kekuatan impak terbaik serat gebang berada pada fraksi volume serat 60%. Pemilihan serat gebang untuk diaplikasikan ini juga didasari oleh stabilnya peningkatan kekuatan komposit sesuai dengan rumus aturan campuran atau yang dikenal dengan ROM (Rule of Mixture) dengan serat continue. Hal ini diperlukan karena pada body kendaraan, diperlukan material yang memiliki kekuatan
Gambar 12. Pola Patahan Hasil Pengujian Impak Fraksi Volume Serat 60%. Kegagalan karena beban bermula dari patahnya serat pada penampang yang paling lemah. Apabila beban bertambah, maka akan semkain banyak pula serat yang patah, sehingga pada material komposit serat beban yang terjadi tidak akan mengakibatkan serat patah pada waktu yang bersamaan. Hal ini menjadi salah satu keuntungan dari material komposit. Saat pertama timbulnya kegagalan akibat beban impak (hentakan) pada material
338
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
impak yang tinggi untuk menahan benturan yang terjadi, misalnya pada saat terjadi tabrakan atau kendaraan tersebut jatuh. Dengan kekuatan material yang baik tentunya akan meminimalisir kerusakan yang terjadi. Sementara itu serat agave sisal dapat diaplikasikan pada produk-produk lain seperti kotak tissue, bahan dasar perabot plastik rumah tangga. Hal ini dikarenakan kekuatan fraksi volume serat terbaiknya turun setelah fraksi volume serat 40%. Selain itu serat agave sisal juga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan produk helm, hal ini dikarenakan dengan jumlah volume serat yang lebih sedikit, dihasilkan kekuatan impak yang lebih tinggi. Sehingga apabila digunakan sebagai produk helm, akan member kenyamanan karena lebih ringan dan tentunya tetap mengutamakan keamanan dari produk helm tersebut.
Journal of Hydrogen Storage. No. 33. pp. 735-745. Gibson. R.F. 1994. Principle of Composite Material Mechanics. Department of Mechanical Engineering Wayne State University Detroit. Michigan: McGraw-Hill. Inc. Jacobs, James A. Kilduf Thomas K. 1994. Engineering Material Technology Structure, Processing. Property and Selection 2. USA: Prentice Hall Inc A Simon Schuster Company. Jones, R.M. 1975. Mecanics Of Composite Material. New York: Hemisphere Publising Co. Joseph K., Thomas S., Pavithran C.. 1996, Effect of Chemical Treatment on The Tensile Properties of Short Sisal FibreReinforced Polyethylene Composites. Polymer. No. 37. pp.5139-5149. Kaw, A.K.. 1997. Mechanics Of Composite Material. Boca Raton: CRC Press. Mukhopadhyay S., Srikanta R.. 2008. Effect of Ageing of Sisal Fibres on Properties of Sisal – Polypropylene Composites. Polymer Degradation and Stability. No. 93. pp. 2048–2051. Murherjee P.S., Satyanarayana K.G. 1984. Structure and Properties of Some Vegetable Fibres. Part 1. Sisal Fibre. Journal of Materials Science. No. 19. pp.3925-3934. Surdia T., Saito S.. 2005. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: Pradnaya Paramita. Smith, W.F. 1996. Priciples of Materials Science and Engineering. 2nd ed. Singapore: Mc Graw-Hil.
DAFTAR PUSTAKA Callister, William D. 1991. Material Science and Engineering an Introduction. New York: John Willey and Sons Inc. Chand N., Satyanarayana K.G., Rohatgi P.K. 1986. Mechanical Characteristics of Sunhemp Fibres. Indian Journal of Textile Research. No. 11. pp.86-89. Chand N., Tiwary R.K., Rohatgi P.K. 1988. Bibliography Resource Structure Properties of Natural Cellulosic Fibres: An Annotated Bibliography. Journal of Materials Science. No. 23. pp.381387. Chung H.D, Prasanth K.P. 2008. Adsorption of Hydrogen in Nickel and Rhodium Exchanged Zeolite X. International
339
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
RANCANGAN ELECTRIC VEHICLES BASE CONTINOUS VARIABLE TRANSMISSION (EV-CVT) : PENINGKATAN DAYA DUKUNG TRANSPORTASI PERKOTAAN DALAM RANGKA MEWUJUDKAN TRANSPORTASI RAMAH LINGKUNGAN(STUDI KASUS DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA) Kadek Rihendra Dantes1, Nyoman Arya Wigraha2, I Nyoman Pasek Nugraha3, Gede Widayana4 1,2,3,4Jurusan
Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha e-mail: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRAK Tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: (1) terciptanya kendaraan Electric Vehicles base Continous Variable Transmission (EV-CVT) sehingga dapat memberikan standarisasi kendaraan bagi pelayan transportasi ramah lingkungan dimana Universitas Pendidikan Ganesha sebagai pilot study dalam penelitian ini, (2) pemberdayaan industri lokal untuk melakukan penyempurnaan produk yang dihasilkan dalam penelitian ini, (3) terciptanya produk yang dapat di-paten-kan, dan (4) memberikan imbas kepada sektorsektor lain, seperti: perikanan, pangan, pendidikan, dan lain sebagainya dalam memanfaatkan produk yang dihasilkan dalam penelitian ini. Pengembangan produk Electric Vehicles base Continous Variable Transmission (EV-CVT) akan menggunakan metodologi prototyping, sedangkan analisis kebutuhan dan pengumpulan data akan dilakukan melalui metode wawancara, observasi dokumen maupun lapangan, serta kajian literatur. Dari penelitian yang dilakukan, dihasilkan rancangan kendaraan berdasarkan hasil analisis yang dilakukan. Rancangan ini berupa kendaraan listik Ganesha 1.0 Ganerasi I yang seterusnya akan dibuat prototype berdasarkan evaluasi dan pengembangan yang dilakukan. Pengembangan yang dilakukan selanjutkan akan terus melibatkan melibatkan industri lokal sehingga berimbas pada sektor lainnya. Kata kunci: electric vehicles, ramah lingkungan, rancang bangun, transportasi
Ïg/m3 gas karbonmonoksida (CO) pada udara. Semakin tinggi jumlah mesin kendaraan ataupun mesin-mesin industri akan semakin tinggi juga emisi karbon monoksida yang diberikan. Penyebaran emisi ini terpapar hingga jarak 50 m searah dengan kecepatan angin untuk gas dan hingga jarak 250 m untuk partikel padat (Mursid R, et al, Jurnal Kimia Lingkungan, 2007). Gas buang yang dihasilkan oleh mesin kendaraan bermotor bereaksi dengan udara dan menimbulkkan reaksi kimia yang lambat laun berpengaruh terhadap komposisi kimia atmosfir bumi. Perubahan ini menimbulkan efek rumah kaca (green house effect) yang menyebabkan temperatur udara meningkat. NOx, CO dan hidro karbon dari cerobong kapal ditengarai memiliki kontribusi terhadap rusaknya lapisan ozon paling bawah (ground level ozon) yang membahayakan kesehatan manusia dan tumbuh-tumbuhan di bumi.
PENDAHULUAN Keberadaan kendaraan bermotor sangat memberikan dampak positif dalam meningkatan pendapatan, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat banyak. Sebaliknya dampak positif dari kendaraan bermotor diikuti juga dengan dampak negatif yang ditimbulkan seperti pencemaran, kemacetan lalu lintas, kerusakan lingkungan dan lainlain. Perkembangan kendaraan bermotor dengan bahan bakar konvensional telah berkontribusi banyak terhadap kerusakan dan keseimbangan lingkungan khususnya masalah pencemaran dan kemacetan yang mengakibatkan semakin tingginya mobilitas kendaraan yang bermuara pada penumpukan polutan. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa setiap kendaraan yang beroperasi memberikan kontribusi 2.718,19
340
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Pengukuran satelit terhadap kandungan NO2 dari Gloal Ozone Monitoring Experiment (GOME) di atas Samudra Hindia dan dari Instrument Scanning Imaging Absorption Spectro Meter for Atmospheric Cartography (SCIAMACHY) yang dipasang pada satelit ENVISAT di atas Laut Merah dan Samudra Hindia dengan jelas menunjukkan hal ini. Untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan kemacetan tersebut, Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) Singaraja sebagai salah satu universitas yang memiliki fokus dalam bidang otomotif (Jurusan Pendidikan Teknik Mesin) berkewajiban untuk ikut berperan serta dalam mencari alternatif untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan kemacetan. Untuk mengurangi dampak pencemaran itu dapat dilakukan dengan cara menggunakan perkembangan teknologi di bidang otomotif yaitu dengan kendaraan listrik. Kendaraan listrik adalah kendaraan yang digerakkan dengan motor listrik, menggunakan energi listrik yang disimpan dalam baterai. Kendaraan listrik memiliki beberapa kelebihan dibandingkan kendaraan yang menggunaan pembakaran. Hal ini disebabkan karena kendaraan listrik menawarkan kenyamanan dan pengoperasian yang mudah yang tidak dapat dicapai oleh kendaraan-kendaraan bermesin bensin. Kendaraan listrik jauh lebih ramah lingkungan dari kendaraan berbahan bakar bensin, biaya perawatan lebih murah, ditambah teknologi baterai yang semakin maju. Yang utama dari kendaraan listrik tidak menggunakan bahan bakar fosil atau BBM sebagai penggerak utamanya dan oleh karena itu sekaligus tidak menghasilkan emisi. Mengacu kepada blueprint Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, ketahanan dan kemandirian energi harus ditingkatkan dengan menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK = CO2) serta meningkatkan
pemanfaatan energi baru terbarukan. Dengan adanya knowledge dan information sharing melalui penelitian ini diharapkan semakin banyak orang yang sadar akan dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh kendaraan berbahan bakar bensin, ditambah harga bensin yang mahal dan terus naik, sehingga masyarakat beralih ke kendaraan listrik yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Secara substansial, tujuan dari pengembangan kendaraan listrik ini dapat diformulasikan sebagai berikut: 1. Terciptanya sebuah kendaraan yang mampu menggantikan keberadaan kendaraan berbahan bakar bensin melalui pengembangan kendaraan ramah lingkungan dengan kendaraan listrik. 2. Memberikan alternatif kendaraan ramah lingkungan kepada masyarakat, dengan lebih mengutamakan kenyamanan dan keamanan dalam berkendara. 3. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan mengurangi tingkat polusi udara khususnya di daerah-daerah wisata dan di Bali pada umumnya. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang sudah dilakukan oleh tim pengusul dimana sebelumnya sudah dihasilkan pengembangan material Push Metal V-Belt pengganti Rubber Belt dan material AISI 205 dan AISI 302. Tim peneliti juga telah menyelesaikan rancangan Transportasi Lokal Berbasis Hybrid-Electric Vehicles (HEVs) yang diperuntukkan hanya pada areal kampus saja yang mempunyai kapasitas tampung 4 orang. Dari hasil penelitian itulah, tim peneliti pada penelitian ini akan melakukan rancang bangun Electric Vehicles base Continous Variable Transmission (EV-CVT) dalam rangka peningkatan daya dukung transportasi perkotaan dengan pilot study di Universitas Pendidikan Ganesha. State of the art penelitian ini adalah membangun sebuah proyotype kendaraan listrik dengan menggunakan Continous Variable Transmission (CVT), karena selama ini sepeda motor listrik yang ada belum
341
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
menggunakan Continous Variable Transmission (CVT). Disamping itu dilihat dari aspek keperuntukannya, motor listrik hasil penelitian ini akan ditawarkan kepada pelaku industri. Sehingga diharapkan kemacetan dan polusi yang terjadi pada daerah-daerah perkotaan (lingkungan Universitas Pendidikan Ganesha sebagai pilot study) dapat direduksi.
sabuk pulley depan besar sedangkan sabuk pulley belakang kecil sehingga perbansingannya berat. Electric Vehicles base Continous Variable Transmission (EV-CVT) adalah kendaraan listrik yang dirancang sehingga dapat difungsikan untuk layanan transportasi umum, dengan tujuan untuk mengurangi kemacetan dan polusi udara yang semakin meningkat pada daerah-daerah wisata di Bali. Hal ini di dasarkan karena tempat wisata merupakan daerah yang memiliki suasana dan lingkungan yang bersih, sehingga kenyamanan para wisatawan dapat terjaga. Ini tentunya akan sangat mempengaruhi perkembangan dan kelangsungan suatu daerah wisata. Energi Listrik yang bersumber dari listrik PLN atau Generator melalui alat pengisisan (Charger) yang berfungsi untuk mengubah arus bolak balik (AC) menjadi arus searah (DC) sesuai dengan kebutuhan pengisian dari baterai melalui dua buah kabel yaitu positif dan negatif untuk mengisi baterai. Baterai terdiri dari 3 unit, 12 Volt, 200 Ah dipasang secara seri dimana terminal positf baterai 1 dihubungkan ke terminal negatif dari baterai 2 dan terminal positif dari baterai 2 dihubungkan ke terminal negatif baterai 3 sedangkan terminal negatif dari baterai 1 dan terminal positif baterai 3 didapatkan keluaran 36 Volt, 200 Ah.
METODE Electrical merupakan rangkaian elektronik yang membentuk suatu rangkaian dalam suatu sistem. Vehicles dalam dunia otomotif berarti motor penggerak, dimana jika dikaitkan dengan electrical diatas memiliki pengertian sebagai suatu motor penggerak dengan berdasarkan sistem elektronik. Secara lebih mudah electrical vehicles dikatakan sebagai motor listrik. CVT adalah sistem perpindahan kecepatan secara full otomatis sesuai dengan putaran mesin. sistem ini tidak memakai gigi transmisi, tetapi sebagai gantinya menggunakan 2 buah pulley (depan dan belakang) yang dihubungkan oleh sabuk (VBelt) dengan sistem ini nantinya pengendara tidak perlu mengoperasikan perpindahan gigi sehingga lebih mudah. Hanya dengan memutar handle gas untuk menambah kecepatan dan mengendurkan gas untuk mengurangi kecepatan. Pulley depan berhubungan langsung dengan kruk as sedangkan pulley belakang berhubungan dengan final gear langsung ke roda belakang. Kedua pulley ini dapat melebar dan mengecil sehingga akan mendesak sabuk kearah luar. lebar kecilnya pulley depan tergantung dari putaran mesin berdasarkan gaya, sentrifugal, pulley belakang lebih kecilnya tergantung dari tarikan pulley depan. Pada saat langsam posisi sabuk pulley depan kecil sedangkan pulley belakang besar, sehingga jika diibaratkan gigi maka perbandingannya ringan. Saat putaran menengah posisi sabuk pulley depan dan belakang sama besar, dan saat putaran tinggi
Gambar 1. Konsep umum motor listrik. Setelah baterai penuh, listrik yang tersimpan pada baterai dapat digunakan untuk memutar motor penggerak melalui
342
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
solenoid yang memiliki 2 terminal yang berfungsi menyambung dan memutus dimana terminal positif pada baterai dipasang pada salah satu terminal pada solenoid dihubungkan ke kendali kecepatan, dimana solenoide ini dikendalikan oleh dua buah saklar pembatas yang di pasang pada sistem gas dan rem yang hanya dapat berfungsi setelah kunci kontak dinyalakan. .
Gambar 3. Rangkaian elektronik unit kendali input dan output tegangan. Mengacu pada fokus dan produk akhir penelitian, maka penelitian ini dapat dikategorikan dalam penelitian pengembangan. Dasar dari pemilihan rancangan penelitian ini adalah : (a) pengembangan produk merupakan suatu kegiatan akademik yang memerlukan kajian teoritis dan tindakan nyata di lapangan, baik sebelum dilakukannya pengembangan maupun pada saat dilakukannya eksperimentasi model, (b) dalam merancang produk ini, peneliti harus mendasarkan pada serangkaian tindakan nyata yang bertahap, baik di dalam laboratorium maupun di lapangan, sehingga rancangan penelitian dan pengembangan sangat tepat untuk digunakan. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan sebuah rancang bangun kendaraan Electric Vehicles base Continous Variable Transmission (EV-CVT) dalam rangka meningkatkan daya dukung transportasi perkotaan. Rancang bangun (model) kendaraan yang diusulkan dapat memberikan standarisasi pelayanan transportasi bagi masyarakat umum. Kendaraan ini juga memberikan dampak pada pengurangan kemacetan dan terutama polusi udara yang semakin meningkat serta mengakibatkan kurang terjaganya lingkungan. Pada penelitian ini menggunakan Universitas Pendidikan Ganesha yang terletak di wilayah Singaraja-Bali Utara sebagai pilot study. Pilot study dilakukan secara purposive, sedangkan sampel penelitian untuk melakukan evaluasi terhadap produk yang dihasilkan menggunakan teknik
Gambar 2. Motor listrik DC. Kendali yang inputnya berupa sinyal analog dari potensio dan juga induktiv trhotle sensor yang dipasang pada mekanisme gas, agar kendaraan dapat bergerak maju, mundur dan netral digunakan saklar mekanis maju mundur SM3 (Saklar Mekanis Maju Mundur) yang di beri nama masing masing terminal a1,a2, b, c, d1,d2 terminal C dihubungkan ke terminal A2 kendali kecepatan, melalui terminal A2 pada motor penggerak. Terminal M- pada kendali kecepatan dihubungkan langsung ke A1 pada motor penggerak. Untuk terminal B dan D pada SM3 memiliki dua buah kutub dimana difungsikan untuk membolak balikan input arah arus pada terminal S1 dan S2 pada motor penggerak.
343
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
random sampling. Sampel pada penelitian ini adalah Dosen-dosen, Staff Pegawai, maupun Mahasiswa yang merupakan warga civitas akademika Universitas Pendidikan Ganesha dan pelaku usaha bidang transportasi yang dipilih secara acak. Hal ini dilakukan agar didapat rancangan Electric Vehicles base Continous Variable Transmission (EC-CVT) yang sesuai dengan minat dan kebutuhan konsumen. Quality Function Deployment (QFD) merupakan suatu metode yang dipakai dalam tahap awal perancangan dan pengembangan produk dimana membuat rancangan kualitas dari suatu produk berdasarkan atas permintaan kualitas dari pemesanan (Customer) atau pasar (Market). QFD merupakan metode yang digunakan untuk mengantisipasi dan menentukan prioritas kebutuhan dan keinginan konsumen, serta menggabungkan kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut dalam produk barang maupun jasa yang dihasilkan perusahaan. Sedang langkah prosesnya ada 4 (empat) phase yang dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini.
yang diambil dari berbagai kalangan, diwujudkan konsep yang dapat mengarahkan kualitas produk. Untuk itu ada filosofi yang mudah yang umum dipakai, yaitu struktur atau bentuk mengikuti fungsi (structure or from follows a function), hal ini didapat dari kuisioner yang telah di sebar. Di beberapa perusahaan, desain dimulai dengan sebuah konsep yang dikembangkan kedalam suatu produk yang baru. Cara ini adalah sebuah filosofi yang lemah dan secara umum tidak mengarah kepada pemenuhan kualitas. Pengembangan konsep secara umum menunjukkan komunikasi dari informasi perancangan, updating dari rencana (plan) dan pemecahan masalah kedalam sub-sub problem. Cara yang digunakan untuk membuat atau mewujudkan konsep suatu produk adalah mengembangkan sebuah teknik berdasarkan atas fungsi produk (system) atau komponen itu sendiri. Teknik ini akan membantu dalam pemecahan masalah dan memberikan kesempatan untuk mencari jalan keluar (solusi) yang kreatif. Untuk itu tim memusatkan perhatian pada teknik pemecahan fungsi produk (functional decoposition) dan variasi perwujudan konsep (concept variant generation). Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa banyak kebutuhan penting dari sampel yang harus dipenuhi. Pemenuhan fungsi produk (system) merupakan penilaian performasi dari produk itu kendaraan listrik Electric Vehicles base Continous Variable Transmission(EC-CVT). HASIL DAN PEMBAHASAN Dari data kuisioner yang didapat kemudian data dapat dirangkum untuk dijadikan dasar dalam membuat “Permintaan Kualitas Customer (PKC)” atau “Voice Of Customer (VOC)”. Data dari customer ditabelkan dan dihitung perolehan jumlah kuisioner serta nilai total masing-masing pertanyaan. Tabel ini gunanya untuk mempermudah melihat angka perolehan skor atau prioritas pertanyaan pada kuisioner dari customer (sampel). Dari skor yang diperoleh
Gambar 4. Phase Quality Function Deployment (QFD). Spesifikasi teknis produk dikembangkan atas permintaan pelanggan (customer needs). Berdasarkan atas spesifikasi teknis dan permintaan sampel
344
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
berdasarkan tabel tersebut, dibuatlah rancangan kendaraan listrik Electric Vehicles base Continous Variable Transmission (ECCVT) Ganesha 1.0 Generasi I seperti di perlihatkan gambar pada gambar 5, gambar 6, dan gambar 7.
Gambar 6. Electric Vehicles base Continous Variable Transmission (EC-CVT) Tampak Depan.
Gambar 7. Electric Vehicles base Continous Variable Transmission (EC-CVT) dari Tempat Pengendara. Dari rancangan tersebut, ditentukan pula beberapa kriteria untuk kendaraan listrik Electric Vehicles base Continous Variable Transmission (EC-CVT) berdasarkan atas keinginan customer. Kriteria tersebut diantaranya adalah : 1. Body kendaraan menggunakan bahan dari serat alam, dimana serat alam memiliki keunggulan dibandingkan dengan fiberglass, yaitu terbiodegradasi. 2. Menggunakan penggerak berupa motor DC dan sumber tenaga utama berasal dari Aki yang bisa di isi ulang (charger) dengan mudah di berbagai tempat. 3. Pengembangan lain difokuskan pada kenyamanan dan keamanan bagi pengendaraan kendaraan Electric Vehicles base Continous Variable Transmission (EC-CVT).
Gambar 5. Electric Vehicles base Continous Variable Transmission (EC-CVT) Tampak Belakang.
SIMPULAN DAN SARAN Dari pengembangan yang telah dilakukandapat disimpulkan bahwa Electric Vehicles base Continous Variable Transmission (EC-CVT) ini memiliki beberapa keunggulan atas kendaraan
345
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
berbahan bakar konvensional. Yang paling jelas dan yang paling sering dibicarakan adalah kendaraan ini 100% bebas emisi. Hal ini berarti tidak seperti kendaraan berbahan bakar konvensional lain, Electric Vehicles base Continues Variable Transmission tidak memberikan kontribusi terhadap dampak perubahan iklim. Selain itu keunggulan lain yang dimiliki oleh Electric Vehicles base Continues Variable Transmission ini adalah: (a) Electric Vehicles base Continues Variable Transmission jauh lebih hemat energi dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar konvensional. Efisiensi keseluruhan Electric Vehicles base Continues Variable Transmission adalah 48%, secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar konvensional yang mencapai efisiensi sekitar 25%. (b) Tidak seperti kendaraan konvenional, mesin Electric Vehicles base Continues Variable Transmission sangat halus sehingga tidak menyebabkan masalah polusi suara. (c) Electric Vehicles base Continues Variable Transmission juga menjamin keamanan maksimum karena tidak melibatkan bahan bakar minyak sehingga mereka tidak akan terbakar atau meledak jika menabrak sesuatu. (d) Biaya isi ulang Electric Vehicles base Continues Variable Transmission juga sangat terjangkau. Rata-rata Electric Vehicles base Continues Variable Transmission memerlukan biaya isi ulang 60% lebih kecil dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar konvensional. (f) Masa pakai Electric Vehicles base Continues Variable Transmission diperkirakan sekitar 90 tahun, jika dikendarai sejauh lima puluh mil per hari. (g) Electric Vehicles base Continues Variable Transmission juga memiliki biaya pemeliharaan yang secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar konvesional karena Electric Vehicles base Continues Variable Transmission hanya memiliki sekitar 5 bagian di motornya, dibandingkan dengan kendaraan tradisional yang memiliki ratusan
komponen dalam mesin pembakaran internal. (h) Electric Vehicles base Continues Variable Transmission memiliki body yang berbahan dari serat alam lokal potensial, yang berasal dari tanaman agave sisal dan batang pohon gebang, dimana ketersediaannya sangat melimpah di daerah Bali Utara tempat produk inovasi ini dikembangkan. (i) Body Electric Vehicles base Continues Variable Transmission ini sangat ramah lingkungan, dimana produk inovasi ini tidak mencemari lingkungan karena bia terbiodegradasi (terurai) dengan sendirinya. DAFTAR PUSTAKA Adner R. and Levinthal D. 2001. Demand Heterogeneity and Technology Evolution: Implication for Product and Process Innovation. Management Science, May 2001, Volume 47, Issue 5, pp 611-628 Agenda 21, 1992, ‘Earth Summit: Agenda 21’, Conference on Environment and Development (UNCED), Rio de Janerio, Brazil, 3 to 14 June 1992. AuYeung, Felix, Elizabeth Drake, John Heywood, Andreas Schafer, and Malcolm Weiss. 2009. On the Road in 2020. Massachusetts Institute of Technology. N.p., n.d. Web. 4 Nov. 2009. Barbalace, Roberta C. 2006. CO2 Pollution and Global Warming. Environmental Chemistry. Berman, Bradley. 2006. Hybrid Battery Toxicity | Hybrid Cars. New Hybrid Reviews, News & Hybrid. Mileage (MPG) Info | Hybrid Cars. Berman, Bradley. 2009. Hybrid Market Forecasts | Hybrid Cars. New Hybrid Reviews, News & Hybrid Mileage (MPG) Info | Hybrid Cars.
346
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Bryant, Charles W. and Karim Nice. 2008. How Catalytic Converters Work. Howstuffworks. Claus Doll. 2008. Inovation in Vehicles Tecnology-The Case of Hybrid Electric Vehicles. Germany: Fraunhofer-Institute for Systems and Innovation Research. Desonie, D. 2002. In Robinson R. (Ed.). Global climate change. New York: Macmillan Reference USA. 2 Oct. 2009. Hendra, Adi. 2011. Saklar Mekanis Maju Mundur. Dalam http:// andihendra.com/2011/03/19/mobillistrik-dan-kendalinya/ Hopwood, Nick, and Jordan Cohen. 2009. Green House Gases and Society. University of Michigan. Tarutani, I., Tani, H., Nagasawa, Y. 2002. Analysis of the Power Transmission Characteristics of a Metal V-belt Type CVT. R&D Review of Toyota CRDL Vol. 40, No. 3, hal. 6-13.
347
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
KAJIAN AWAL IOT UNTUK REMOTE MONITORING TEMPERATUR RUANGAN Gede Indrawan1, Made Santo Gitakarma2, Luh Krisnawati3 Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FTK UNDIKSHA Email: [email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRACT This paper is about initial study of Internet of Thing (IoT) for remote monitoring of room temperature at chicken farm. IoT system that was studied was based on web-based temperature monitoring system from Innovative Electronics. Chicken farm needs several controlled aspects in a cage, i.e. temperature, food, and light. IoT in this paper focus on first aspect in order to reduce frequent of manual checking to the cage, beside in order to explore the technology itself. Web-based temperature monitoring system consists of electronics and informatics module. Electronics module consists of temperature sensor, microcontroller, and TCP/IP-to-UART converter that handle data communication between microcontroller’s UART interface (electronics module) and TCP/IP-based LAN (informatics module). Perhaps, this initial study of IoT can be used as reference on how IoT was built for access through the Internet. Keywords:IoT, monitoring, temperature
ABSTRAK Paper ini membahas mengenai kajian awal Internet of Thing (IoT) untuk remote monitoring temperatur ruangan pada peternakan ayam. Sistem IoT yang dikaji berbasis pada web-based temperature monitoring system dari Innovative Electronics. Peternakan ayam membutuhkan beberapa aspek yang harus terjaga di kandang, yaitu temperatur, pakan, dan penerangan lampu. IoT pada tulisan ini berfokus pada aspek pertama dengan tujuan mengurangi frekuenai pengecekan manual ke kandang, di samping untuk mengetahui eksplorasi teknologinya itu sendiri. Web-based temperature monitoring system terdiri atas bagian elektronika dan informatika. Bagian elektronika terdiri atas sensor suhu, mikrokontroler, dan TCP/IP-to-UART converter yang menjembatani komunikasi data antara antarmuka UART mikrokontroler (bagian elektronika) dengan jaringan LAN dengan protocol TCP/IP (bagian informatika). Kajian awal IoT ini diharapkan mampu menjadi referensi dalam hal bagaimana IoT dibangun untuk dapat diakses melalui Internet. Kata kunci: IoT, monitoring, temperatur
untuk mengetahui eksplorasi teknologinya itu sendiri. Web-based temperature monitoring system terdiri atas bagian elektronika dan informatika. Bagian elektronika terdiri atas sensor suhu, mikrokontroler, dan TCP/IP-toUART converter yang menjembatani komunikasi data antara antarmuka UART mikrokontroler (modul elektronika) dengan jaringan LAN dengan protocol TCP/IP (modul informatika). Pembahasan IoT untuk remote monitoring temperatur ruangan dalam paper ini meliputi blok diagram sistem keseluruhan, dilanjutkan modul elektronika dan modul informatika
PENDAHULUAN Paper ini membahas mengenai kajian awal Internet of Thing (IoT) untuk remote monitoring temperatur ruangan pada peternakan ayam (Rachmatunnisa, 2016). Sistem IoT yang dikaji berbasis pada webbased temperature monitoring system dari Innovative Electronics (IE, 2014). Peternakan ayam membutuhkan beberapa aspek yang harus terjaga di kandang, yaitu temperatur, pakan, dan penerangan lampu. IoT pada tulisan ini berfokus pada aspek pertama dengan tujuan mengurangi frekuenai pengecekan manual ke kandang, di samping
348
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
pembentuk sistem, dan kemudian tahapan konfigurasi sistem IoT agar bisa diakses melalui Internet (akses global). BAGAN UMUM SISTEM Bagan umum web-based temperature monitoring systemdiperlihatkan pada Gambar 1, di mana pengembangan secara umum menggunakan metode Waterfall yang dimodifikasi dari model awalnya (Royce, 1970). Gambar 1 memperlihatkan embeddedsystem yang dibangun oleh sensor suhu (IE, 2016b), mikrokontroler (IE, 2016a), dan TCP/IP-to-UART converter(IE, 2016). TCP/IP-to-UART converter sebagai bagian dari embedded-system menjembatani konvergensi data antara embeddedsystem/modul elektronika (Gambar 1 sisi kiri) dan aplikasi web/modul informatika (Gambar 1 sisi kanan).
Gambar 2. Modul Elektronika IoT (IE, 2014)
informatika dikenal dengan terminologi Telematika, maka dalam bidang penelitian ini, konvergensi data elektronika dan informatika dikenal dengan terminologi Internet of Thing (IoT).
Sensor suhu yang digunakan sistem IoT ini adalah LM35 (National Semiconductor, 2000), yang sudah terintegrasi pada DT-Sense Temperature Sensor. Sebagai kontroler utama, digunakan DT-AVR Low Cost Micro System dengan mikrokontroler ATmega8535. ATmega8535 tidak mempunyai fitur Ethernet controller yang memungkinkan mikrokontroler tersebut terhubung ke jariangan LAN, oleh karena itu digunakanmodul DT-I/O TCP/IP-to-UART converter sebagai penghubung antarmuka UART dengan jaringankomputer dengan protokolTCP/IP. Web-server menggunakan PHP server agardapat menerima data dari mikrokotroler. ATmega8535 menggunakan antramuka I2C untuk berkomunikasi dengan sensor suhu. Untuk pengiriman data ke DTI/O TCP/IP-to-UART, digunakan antarmuka UART.
MODUL ELEKTRONIKA
MODUL INFORMATIKA
Modul elektronika web-based temperature monitoring systemdiperlihatkan pada Gambar 2.
Modul informatika sistem IoT ini merupakan perangkat lunak (program) yang mengatur mekanisme kerja modul elektronika. Terdapat program untuk bagian embedded-system (mikrokontroler) dan program aplikasi web untuk web-server dengan mekanisme kerja seperti diperlihatkan Gambar 3.
Gambar 1. Bagan Umum (IE, 2014)
Jika konvergensi data telekomunikasi dan
349
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Kirimkan data suhu untuk diisikan ke file temp.txt
Index.html
Ambil data suhu
update.php
Mikrokontroler
Temp.txt
Perintah “GET /web/update.php?temp= x” merupakan mekanisme mikokontroler memanggil halaman update.php yang terdapat di dalam folder web. Selain memanggil, perintah tersebut juga memberikan informasi bahwa varibel “temp” bernilai x. Format “GET /web/ update.php?temp= x” merupakan format protokol HTTP. Diagram alir program untuk web-server diperlihatkan pada Gambar 5. Terdapat program untuk melakukan update data suhu (update.php) dan program untuk menampilkan data suhu (index.html).
Web-Server Tampilkan data suhu di website dari file temp.txt
Gambar 3. Modul Informatika IoT (IE, 2014) Diagram alir program untuk mikrokontroler diperlihatkan pada Gambar 4. Pengiriman data “GET /web/update.php?temp=” ke DT-I/O TCP/IP-to-UART melalui antarmuka UART untuk konversi ke TCP/IP.Pengiriman data selanjutnya adalah data suhu yang didapat dari DT-Sense Temperature Sensor.Setelah data suhu dikirimkan, maka diakhiri dengan pengiriman karakter CR dan LF.
Start
Start
Menerima data dari variabel temp dan disimpan di dalam file temp.txt
Start
End
- Inisialisasi variabel Datatemp - Inisialisasi antarmuka UART - Inisialisasi antarmuka I2C
Deklarasi rutin javascript untuk refresh data setiap 5 detik
Menampilkan data suhu di website tanpa reload halaman website
update.php Ya
- Pengambilan data suhu - Pengiriman data serial : “GET / web/update.php?temp=x”
index.html
Sudah 5 detik ?
Tidak End
Catatan: x adalah data suhu
Gambar 5. Diagram alir program untuk webserver(IE, 2014)
Delay 5 detik
Tidak
Pada update.php, program akan mengambil data dari variabel temp. Setelah didapatkan, kemudian data tersebut disimpan di dalam file temp.txt. Pada index.html, salah satu rutin javascript terdapat program timer yang akan memperbaharui isi data di text box yang menampilkan data suhu setiap 5 detik sekali. Rutin tersebut akan memanggil file rutin.php, yang di dalamnya terdapat subrutin lagi yang berfungsi untuk membuka file temp.txt yang berisikan data suhu. Setelah di dapat data suhu, maka data tersebut ditampilkan pada textbox.
Interupsi ?
Ya End
Gambar 4. Diagram alir program untuk mikrokontroler (IE, 2014) Jika semua data yang dikirimkan dijadikan satu, maka secara keseluruhan data yang dirimkan adalah “GET /web/update.php? temp=x”. x adalah data desimal suhu yang didapat dari DT-Sense Temperature Sensor. Setelah karakter x, terdapat karakater CR dan LF yang tidak tampil pada data yang ditunjukan.
350
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
TAHAPAN KONFIGURASI SISTEM
Sensor Temperatur Ruangan
Konfigurasi awal web-based temperature monitoring systemdiperlihatkan pada Gambar 1. Konfigurasi tersebut merupakan konfigurasi jaringan lokal IoT menggunakan kabel jaringan cross yang memiliki keterbatasan hanya bisa diakses satu webclient yang juga merupakan web-server dari sistem IoT. Pengembangan konfigurasi, untuk mengatasi kelemahan konfigurasi pada Gambar 1, diperlihatkan pada Gambar 6, di mana konfigurasi tersebut merupakan konfigurasi jaringan lokal IoT menggunakan kabel jaringan straight dengan perangkat tambahan switch/router (Mikrotik, 2016). Switch memungkinkan konektivitas multi web-client.
Sistem Minimum Mikrokontroler
Konverter TCP/IP ke UART
Internet
Switch
Router
Modem
Web Server Internet Web Client
Local Web Client
Gambar 7. Konfigurasi jaringan lokal dan global IoT dengan kabel straight untuk akses desktop Pengembangan lebih lanjut dari konfigurasi pada Gambar 7 diperlihatkan pada Gambar 8, di mana sistem IoT bisa diakses melalui aplikasi mobile untuk memberikan notifikasi otomatis ke user jika temperature ruangan yang dimonitoring berada di luar batas bawah dan atas temperatur. Konfigurasi pada Gambar 7 tidak memungkinkan notifikasi otomatis karena pada dasarnya akses dari desktop hanya menggunakan browser sehingga untuk mengetahui informasi temperatur sistem IoT, maka user harus secara manual mengakses melalui browser. Sensor Temperatur Ruangan
Sistem Minimum Mikrokontroler
Konverter TCP/IP ke UART
Internet
Switch
Router
Modem
Web Server
Gambar 6. Konfigurasi jaringan lokal IoT dengan kabel straight (IE, 2014)
Local Web Client
Internet Web Client
Local Web Client (Mobile App)
Internet Web Client (Mobile App)
Gambar 8. Konfigurasi jaringan lokal dan global IoT dengan kabel straight untuk akses desktop dan mobile
Konfigurasi pada Gambar 6 hanya memungkinkan akses lokal sehingga pengembangan konfigurasi agar sistem IoT bisa diakses dari Internet (akses global) diperlihatkan pada Gambar 7. Perangkat tambahan yang diperlukan adalah modem Internet Service provider (ISP) untuk konektivitas Internet (Held, 2000). Di samping itu terdapat pengaturan agar webserver IoT bisa dikenali di Internet melalui alamat Dynamic Name Server (DNS). Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan Dynamic DNS (DDNS). Terdapat beberapa layanan DDNS tidak berbayar yang bisa dimanfaatkan (No-IP, 1999).
SIMPULAN Dalam paper ini sudah dikaji bagaimana IoT untuk remote monitoring temperature ruangan dikembangkan melalui beberapa tahapan konfigurasi sistem, yaitu dimulai dari konfigurasi kabel jaringan cross untuk akses lokal, kemudian konfigurasi kabel jaringan straight untuk akses lokal dan global. Secara hipotesis, implementasi sistem IoT ini sampai dengan akses global (Internet) dapat dilakukan.
351
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Dalam implementasi di peternakan ayam, perlu dipikirkan bagaimana pengembangan konektivitas beberapa embedded-system -dibangun oleh sensor suhu, mikrokontroler, dan TCP/IP-to-UART converter-- secara nirkabel (wireless) melalui access-point untuk komunikasi dengan web-server. Konektivitas wireless menghilangkan kompleksitas jaringan dengan kabel, di mana satu embedded system memerlukan koneksi satu kabel jaringan ke switch dalam komunikasi dengan web-server.
Communications: From Fundamentals to Networking (3rd ed.). New York: John Wiley & Sons Ltd. Mikrotik. (2016). RB750. Retrieved March 14, 2016, from http://routerboard.com/RB750 National Semiconductor. (2000). Lm35 Datasheet: Precision Centigrade Temperature Sensors. No-IP. (1999). Free Dynamic DNS - Managed DNS - Managed Email - Domain Registration. Retrieved from http://www.noip.com/ Rachmatunnisa. (2016). Developer Ditantang Bikin IoT untuk Peternak Ayam. Retrieved March 3, 2016, from http://detik.com/inet/read/2016/05/03/12 3338/3202512/398/developer-ditantangbikin-iot-untuk-peternak-ayam Royce, W. W. (1970). Managing the Development of Large Software Systems. In Proceedings of IEEE WESCON (pp. 1–9). Los Angeles.
DAFTAR RUJUKAN Electronics, I. (2014). AN192 - Web Based Temperature Monitoring System. Electronics, I. (2016). DT-AVR Low Cost Micro System. Electronics, I. (2016). DT-I/O TCP/IP-toUART Converter. Electronics, I. (2016). DT-SENSE Temperature Sensor. Held, G. (2000). Understanding Data
352
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
PENGEMBANGAN TEKNIK PENGOLAHAN SAMPAH PLASTIK MENJADI MINYAK DI TPST DESA ANTURAN, BULELENG Md Santo Gitakarma1, Luh Krisnawati1, I Wyn Sutaya1, Ketut Udy Ariawan1, Agus Adiarta2 1
Jurusan D3 Teknik Elektronika FTK UNDIKSHA; 2Jurusan S1 Pendidikan Teknik Elektro FTK UNDIKSHA Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRACT Waste processing is generally still conventional, ie transported to TPST then ended up in the landfill to be destroyed. In the district of Buleleng, Bali there is a landfill and nine TPST scattered in several villages. One TPST in Buleleng is located in the village of Anturan. The volume of waste in the village TPST Anturan, organic and non-organic is 212 m3/day. Problems in the village of Anturan occurred in 2015 which resulted in people burning garbage sucking smoke of burning for over a month. Researchers have developed a plastic waste processing equipment (reactors) into oil which is devoted to helping Anturan village people in providing alternative waste treatment which is effective and beneficial. The reactor has a diameter of 33 cm and 92 cm total high. Pyrolysis process to produce oil gasoline-like, carried out at a temperature of 100400oC with a reaction time of 0-60 minutes. The resulting reactor is then applied for processing plastic waste in TPST Desa Anturan packaged in the form of P2M activity. Keywords: Plastic waste, oil, pyrolysis, TPST, waste processing
ABSTRAK Pengolahan sampah umumnya masih secara konvensional, yakni diangkut ke TPST kemudian berakhir di TPA untuk dimusnahkan. Di kabupaten Buleleng, Bali terdapat sebuah TPA dan sembilan buah TPST yang tersebar di beberapa desa. Salah satu TPST yang ada di Buleleng terletak di Desa Anturan. Volume sampah di TPST desa Anturan, sampah organik dan non organik adalah 212 m3/hari. Permasalahan di desa Anturan terjadi tahun 2015 dimana pembakaran sampah mengakibatkan masyarakat menghisap asap hasil pembakaran selama lebih dari sebulan. Peneliti telah mengembangkan alat pengolah sampah plastik (reaktor) menjadi minyak yang dikhususkan untuk membantu desa Anturan dalam memberikan alternatif pengolahan sampah yang efektif dan bermanfaat. Reaktor yang dikembangkan memiliki diameter 33 cm dan tinggi total 92 cm. Proses pirolisis untuk menghasilkan minyak seperti bensin, dilakukan pada temperatur 100-400oC dengan waktu reaksi 0-60 menit. Alat yang dihasilkan kemudian diterapkan untuk mengolah sampah plastik di TPST Desa Anturan yang dikemas dalam bentuk kegiatan P2M. Kata kunci: Sampah plastik, minyak, pirolisis, TPST, pengolahan sampah
lingkungan, tidak akan bisa terlepas dari permasalahan sampah. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat (UU RI No. 18 tahun 2008). Jenis sampah bisa sampah organik maupun non organik. Apabila tidak dikelola dengan baik, sampah dapat mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan yang merugikan, dapat mencemari lingkungan, baik terhadap tanah, air dan udara yang berdampak pada kesehatan. Oleh karena itu diperlukan upaya
PENDAHULUAN Lingkungan yang bersih adalah idaman setiap orang, juga sebagai cermin masyarakat yang peduli akan kesehatan. Hal ini menjelaskan bahwa kebersihan lingkungan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, sebagai aspek penunjang kesehatan bagi diri sendiri maupun bagi lingkungan. Permasalahan lingkungan yang bersih bergantung beberapa faktor, salah satunya pengolahan sampah yang baik. Berbicara tentang kebersihan
353
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
dan komitmen yang serius dalam penanganannya, terutama dalam hal mengubah prilaku masyarakat kita dalam mengelola sampah sehingga nantinya berdampak pada peningkatan taraf hidup dan kesehatan masyarakat itu sendiri (http://bulelengkab.go.id,2-9-2013). Isu pencemaran lingkungan hidup dewasa ini menjadi topik utama yang sangat penting untuk disikapi. Semua negara maju maupun berkembang mencoba memperbaiki kualitas lingkungan hidup mereka dengan berbagai kebijakan pemerintah yang pro pelestarian lingkungan hidup, termasuk juga di Indonesia. Pemerintah Indonesia sangat fokus dan peduli akan kualitas lingkungan hidup di negeri tercinta ini dengan menerbitkan UU No.32 tahun 2009 tentang PPLH (Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup). Aturan ini merupakan sebuah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah sampah. Gaung pemberantasan sampah diserukan oleh pemerintah bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada tanggal 5 Juni. Seluruh pemerintah daerah baik itu tingkat provinsi maupun kabupaten menyambut baik seruan tersebut demi terciptanya kualitas lingkungan hidup yang baik untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Pemda Buleleng juga telah mengeluarkan Perda No. 1 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah, dimana pada salah satu pasalnya yaitu Pasal 23 ayat 1 terdapat ancaman bagi pihak yang membuang sampah sembarangan dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,(lima puluh juta rupiah). Menurut Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Ir. Ida Bagus Ketut Swarjana, volume sampah yang dihasilkan di Kabupaten Buleleng, baik sampah organik maupun sampah non organik adalah 1988
m3/hari. Pemda Melihat kondisi sampah yang volumenya demikian besar, diperlukan upaya dan strategi dalam pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan, sehingga dapat meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pengelolaan sampah pada umumnya masih bersifat konvensional, yakni hanya diangkut dari tempat pengumpulan sampah ke TPST, kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA). Pengelolaan sampah konvensional ada yang disebut landfilling, yaitu menimbunnya di dalam tanah. Namun hampir seluruh TPA yang ada di Indonesia menerapkan pengelolaan yang disebut opendumping, yaitu menumpukkan sampah di atas areal khusus pembuangan sampah. Menurut Swarjana, diperlukan pengelolaan sampah sedekat mungkin dengan sumbernya, maka dibangun TPST. Dengan TPST masyarakat dapat mengelola sampahnya secara swadaya dan swakelola tidak lagi ketergantungan dengan pemerintah. Dalam pembangunan TPST, pemerintah hanya memberikan sarana fasilitas dan penunjangnya dalam bentuk bangunan, sistem pengayaknya serta kendaraan roda tiga sebagai alat angkut sampah, sedangkan masyarakat yang menyediakan lahannya. Diharapkan dengan TPST ini, akan memberikan kesadaran bagi masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta dapat menciptakan usaha bersama pengelolaan sampah, sehingga dapat menjadi pendapatan untuk kas warga dan lapangan pekerjaan bagi warga miskin atau pengangguran. Untuk di Kabupaten Buleleng, sampai saat ini sudah dibangun 9 TPSTdiantaranya Tejakula,Kubutambahan, Tajun, Selat, Anturan, Banyupoh, Busungbiu dan Petemon. Permasalahan terjadi tahun 2015, seperti diberitakan Tribunnews Bali (26/8/2015) dan Radio Singaraja FM (27/8/2015) tumpukan sampah yang didominasi oleh sampah plastik di TPST Anturan (lihat Gambar 1) dibakar tanpa alasan yang jelas. Warga mengeluhkan
354
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
kepulan asap dari pembakaran sampah di TPST tersebut. Kepulan asap itu sangat tebal, terutama saat malam hari ketika arah angin mengarah ke Utara melintasi rumahnya yang berjarak 500 meter dari TPST. Asap yang dihasilkan dari pembakaran sampah sangat mengganggunya bersama warga lain hingga sesak nafas dan batuk-batuk. Menurut penjaga TPST Anturan, pembakaran sampah di lokasi pembuangan sampah saat itu akibat kelalaian penjaga sebelumnya.
digunakan sebagai pengisi kompor gas minyak tanah yang selanjutnya dapat digunakan untuk memasak. Berdasarkan analisis situasi dari permasalahan yang ada di TPST Anturan maka yang menjadi akar permasalahan mitra dalam hal ini adalah perlunya pengolahan sampah plastik yang baik untuk menghasilkan produk yang berguna. Identifikasi masalah di TPST Anturan dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Belum adanya cara pengolahan sampah yang baik sebelum sampah dikirim ke TPA; 2) Pengolahan sampah sebelumnya menggunakan alat pencacah atau penghancur sampah yang biasanya untuk sampah organik dan dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk kompos. Namun alat ini telah rusak sehingga untuk pengolahan sampah kini belum ada sama sekali baik untuk sampah organik maupun sampah anorganik; 3) Belum ada pemahaman cara pengolahan sampah plastik yang baik sehingga pernah terjadi pembakaran sampah plastik tahun 2015 yang berujung pada keresahan masyarakat disana akibat menghisap asap hasil pembakaran selama lebih dari sebulan; 4) Perlu adanya bantuan alat pengolah sampah plastik menjadi minyak yang dikemas dalam bentuk kegiatan P2M.
Gambar 1. TPST Anturan Untuk mengatasi masalah sampah, terutama sampah plastik sebenarnya ada banyak cara antara lain dengan mendaur ulang (dijual dan dikumpulkan pengepul), dijadikan bahan kerajinan, atau diolah menjadi bahan yang berguna seperti minyak. Khusus untuk pengolahan sampah plastik menjadi minyak, peneliti mencoba mengembangkan alat khusus berdasarkan pengetahuan yang didapat melalui internet untuk menghasilkan alat yang dapat mengolah sampah plastik menjadi minyak. Alat ini telah dicobakan dalam skala lab dan siap untuk diimplementasikan ke masyarakat. Alat ini berbentuk drum besar untuk menampung sampah plastik dengan prinsip kerja drum yang dipanaskan sehingga sampah plastik meleleh. Sampah plastik yang panas menghasilkan uap yang kemudian difilter untuk mendapatkan minyaknya. Minyak yang dihasilkan dapat dengan mudah terbakar seperti halnya minyak tanah maupun bensin. Minyak ini masih perlu pengujian untuk menentukan kesamaan unsur kimia dengan bensin, namun secara umum minyak ini dapat
METODE Metode dalam proses pengolahan sampah menjadi plastik menggunakan metode pirolisis. Pirolisis merupakan salah satu alternatif pengolahan sampah di tempat pembuangan sampah yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan karena memiliki keuntungan-keuntungan seperti produk yang dihasilkan memiliki kandungan energi yang tinggi, produknya dapat ditingkatkan menjadi bahan dasar untuk
355
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
keperluan lain, rasio konversi yang cukup tinggi, dan pengendalian proses yang lebih mudah daripada proses insenerasi (pembakaran sampah secara besar-besaran) (Himawanto dkk., 2010). Plastik merupakan salah satu produk turunan dari minyak bumi. Kandungan energi yang tinggi di dalam plastik dianggap dapat diolah menjadi bahan bakar seperti bensin, solar dan minyak tanah. Plastik juga ada berbagai jenis seperti polyetylene (PE) dimana ada highdensity (HDPE) dan low-density (LDPE), polypropylene (PP), polystyrene (PS), polyvinylchloride (PVC), dan polyethylene terephthalate (PET) (Bajus dan Hájeková, 2010). Namun umumnya plastik yang digunakan dalam pengolahan sampah plastik yaitu jenis PE. Dan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu plastik jenis HDPE (botol plastik minuman). Plastik memiliki kandungan energi yang tinggi, sama seperti bahan bakar pada umumnya (bensin, solar dan minyak tanah). Nilai kalor bahan plastik dibandingkan dengan bahan bakar dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
lebih berguna. Energy recovery merupakan proses pembakaran plastik untuk menghasilkan energi lain seperti kalor, uap maupun listrik. Sedangkan feedstock /chemical recycling adalah proses mengkonversi sampah plastik menjadi molekul-molekul dengan ukuran yang lebih kecil dalam bentuk cairan maupun gas sebagai bahan bakar maupun zat-zat kimia lainnya. Teknologi feedstock recycling di dalamnya ada proses pirolisis. Teknik Pengolahan Sampah Plastik Beberapa penelitian seputar konversi sampah plastik menjadi produk cair berkualitas bahan bakar telah dilakukan dan menunjukkan hasil yang cukup prospektif untuk dikembangkan (Mulyadi, 2004). Perlu dicari data-data kinetika pirolisis dan penentuan kondisi operasi yang sesuai. Data-data itu berguna untuk rancang bangun reaktor pirolisis. Pirolisis merupakan proses degradasi termal bahan-bahan polimer seperti plastik maupun material organik seperti biomassa dengan pemanasan tanpa melibatkan oksigen di dalamnya. Proses ini berlangsung pada temperatur antara 500-800oC (Aguado dkk., 2007). Pada suhu tersebut komposisi kimia sampah plastik akan pecah dan menguap. Produk cair yang menguap mengandung tar dan polyaromatic hydrocarbon. Produk pirolisis umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu gas (H2, CO, CO2, H2O, dan CH4), tar (pyrolitic oil), dan arang. Parameter yang berpengaruh pada kecepatan reaksi pirolisis mempunyai hubungan yang sangat kompleks, sehingga model matematis persamaan kecepatan reaksi pirolisis yang diformulasikan oleh setiap peneliti selalu menunjukkan rumusan empiris yang berbeda (Trianna dan Mulyadi, 2006). Dalam (Aprian dan Munawar, 2015) faktorfaktor atau kondisi yang mempengaruhi proses pirolisis adalah : 1. Waktu Waktu berpengaruh pada produk yang akan dihasilkan karena, semakin lama waktu proses pirolisis berlangsung.
Tabel 2. Perbandingan nilai kalor plastik dengan bahan bakar Jenis Bahan Nilai Kalor (MJ kg-1) Polietilen 43.4-46.5 Polipropilen 46.50 Polistiren 41.90 Minyak tanah 46.50 Solar 45.20 Minyak berat 42.50 Minyak bumi 42.30 Sumber: Al-Salem dkk. (2009) Untuk mengolah plastik ada beberapa macam metode dalam mendaur ulangnya, seperti mechanical recycling, energy recovery dan feedstock recycling (Al-Salem dkk, 2009). Mechanical recycling merupakan proses mekanis dalam mendapatkan kembali produk plastik dengan melelehkan plastik yang sama/serupa setelah proses pembersihan untuk dibentuk menjadi produk plastik yang
356
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
produk yang dihasilkannya (residu padat, tar, dan gas) makin naik. Kenaikan itu sampai dengan waktu tak hingga (π) yaitu waktu yang diperlukan sampai hasil padatan residu, tar, dan gas mencapai konstan. Nilai π dihitung sejak proses isotermal berlangsung. Tetapi jika melebihi waktu optimal maka karbon akan teroksidasi oleh oksigen (terbakar), menjadi karbondioksida dan abu. Untuk itu pada proses pirolisis penentuan waktu optimal sangatlah penting. 2. Suhu Suhu sangat mempengaruhi produk yang dihasilkan karena sesuai dengan persamaan Arhenius, suhu makin tinggi nilai konstanta dekomposisi termal makin besar akibatnya laju pirolisis bertambah dan konversi naik. Pengaruh suhu terhadap proses pirolisis dapat dinyatakan dengan persamaan Arrhenius yaitu:
Gambar 2. Rancangan alat pengolah sampah plastik menjadi minyak Alat pengolahan sampah plastik ini digunakan untuk mengubah sampah plastik menjadi minyak dengan proses pembakaran. Seperti yang terlihat pada skema alat Gambar 2, alat pengolahan sampah plastik ini memiliki prinsip kerja sebagai berikut : 1. Plastik-plastik bekas dikumpulkan, usahakan plastik dari botol minuman dengan melepas bagian labelnya sehingga didapatkan bagian plastik beningnya saja. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan minyak yang lebih bening dan tidak begitu berwarna. 2. Sampah plastik yang telah dikumpulkan kemudian dimasukkan ke dalam lubang pengisi plastik. Apabila sudah terasa penuh atau cukup sampah plastik yang dimasukkan, lubang pengisi plastik dapat ditutup kembali. 3. Alat kemudian ditempatkan di atas tungku pembakaran (bisa dibuat dengan menempatkan batako dan diberi kayu bakar) atau di atas kompor gas, kemudian dipanaskan alasnya. 4. Sampah plastik di dalam tangki akan meleleh dan melebur hingga mendidih menghasilkan gas. Gas yang dihasilkan akan keluar melalui saluran dan gas akan mengalami kondensasi karena ada air di dalam ruangan penyaringan. Gas
𝐸
𝑘 = 𝑘𝑜 . 𝑒 −(𝑅𝑇) dengan, k = konstanta kecepatan reaksi dekomposisi termal ko = faktor tumbukan (faktor frekuensi) E = energi aktivasi (kal/gr.mol) T = suhu absolut (Kelvin) R = tetapan gas (1,987 kal/gr.mol.K) Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa jika suhu semakin tinggi dan konstanta dekomposisi termal semakin besar akibatnya laju pirolisis bertambah dan konversi naik. Pada proses pirolisis suhu rendah (<700oC) dimulai pada suhu antara 225-275oC (Bilbao dan Salvador, 1995). Pada penelitian ini reaksi pirolisis diamati pada kisaran suhu 100-400oC. Rancangan alat pengolah sampah plastik menjadi minyak dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
357
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
pun akan berubah menjadi uap air dan menetes melalui saluran output. 5. Gas yang memiliki berat molekul besar akan terkondensasi pada output tahap I, sedangkan gas yang molekulnya ringan akan terkondensasi dan keluar pada output tahap II. 6. Gas juga mengalami filterisasi untuk mengurangi asap yang masuk ke ruang kondensasi. Disini dilakukan dua kali filterisasi asap untuk tiap saluran output. 7. Untuk saluran output tahap I dan II diberikan botol plastik untuk penyimpanan minyak yang dihasilkan.
Pemanas reaktor dijalankan dan ditunggu sesuai suhu yang diinginkan. Setelah mencapai suhu yang ditentukan, maka saat itu waktu mulai dihitung sebagai waktu awal (to) dan dilakukan pembacaan volume dari hasil pirolisis pada output destilasi pada lubang pertama (tahap I) dan output destilasi pada lubang kedua (tahap II). Setelah mencapai volume 100 ml percobaan dihentikan dan dilakukan analisa data terhadap perkiraan atau estimasi berdasarkan rumusan dibandingkan hasil percobaan..
Hasil dari tabung gelas pertama sudah cukup untuk digunakan sebagai bahan bakar minyak tanah.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengembangan alat pengolah sampah plastik menjadi minyak dapat dilihat pada Gambar 3 berikut. Terlihat bahwa pembuatan alat pengolahan sampah plastik ini dilakukan dalam 2 tahapan yaitu dengan menggunakan drum kecil dan drum besar. Untuk drum besar memiliki ukuran diameter 33 cm, tinggi drum 44 cm, tinggi tangki proses 48 cm (tinggi total 92 cm).
Gambar 4. Hasil ekstraksi minyak
Gambar 3. Tahapan pembuatan alat
Gambar 5. Perbandingan kurva estimasi dari proses destilasi dengan hasil penelitian
Terlihat dari Gambar 4 tabung gelas paling kiri hasil dari output pertama tampak minyak yang dihasilkan berwarna keruh dengan namun sudah menyerupai warna bensin. Dibandingkan dengan bensin, karakteristik minyak yang dihasilkan memiliki bau yang berbeda. Pada tabung gelas di kanan tampak minyak yang dihasilkan berwarna lebih jernih.
Untuk melihat karakteristik dari minyak yang dihasilkan dari alat pengolah sampah plastik ini, hasil destilasi dari proses pirolisis yang terjadi pada sampah plastik yang dibakar melalui alat ini ditampilkan dalam grafik seperti terlihat pada Gambar 5. Kemudian dibandingkan dengan estimasi yang didapat hasil rumusan. Dari output tahap I cukup
358
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
mendekati kurva estimasi, terlihat pada temperatur 400oC dihasilkan sekitar 100 ml. Sedangkan output tahap II menghasilkan volume yang lebih sedikit sekitar 74 ml pada 400oC. Pengujian dilakukan terhadap alat pengolahan sampah plastik ini untuk mendapatkan hasil minyak yang diinginkan. Dari hasil pembakaran yang dilakukan didapatkan hasil bahwa alat pengolahan sampah plastik ini mulai mampu menghasilkan minyak pada suhu di atas 120oC dengan waktu operasi 30 menit untuk saluran output pertama dan mulai mampu menghasilkan pemurnian minyak yang lebih baik pada suhu 270oC dengan waktu operasi 45 menit. Hasil dari saluran output kedua kemudian dilakukan pemurnian kembali untuk mendapatkan hasil minyak yang lebih bersih menggunakan suhu 400 oC dengan waktu operasi 60 menit.
a two-step thermo-catalytic reaction system. Journal of Analytical and Applied Pyrolysis, 79, 415-423. Al-Salem, S.M., Lettieri, P., Baeyens, J. 2009. Recycling and recovery routes of plastic solid waste (PSW): A review. Waste Management, 29, 2625-2643. Aprian Ramadhan P. dan Munawar Ali. 2015.Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Minyak dengan Menggunakan Proses Pirolisis. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol. 4 No. 1, Prodi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Bajus M. and Hájeková E. 2010. Thermal Cracking of the Model Seven Components Mixed Plastics Into Oils.Waxes vol. 52, no. 3, pp. 164–172. Bilbao, R. Arauzo, J. and Salvador M.L. 1995. Kinetics And Modelling Of Gas Formation In The Thermal Decomposition Of Powdery Cellulose And Pine Sawdust, Ind. Eng. Chem. Res., 34, 786-792. Himawanto, D.A., Indarto, Saptoadi, H. Rohmat, T.A. 2010. Pengaruh Heating Rate Pada Proses Slow Pyrolisis Sampah Bambu dan Sampah Daun Pisang. Prosiding Seminar Rekayasa Kimia dan Proses, Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semaran. Mulyadi, E. 2004. Termal Dekomposisi Sampah Plastik. Jurnal Rekayasa Perencanaan,ISSN 1829-913x, Vol-1. Trianna, N.W. dan Mulyadi, E. 2006. Mekanisme Reaksi Dekomposisi Gambut. Jurnal Hasil Penelitian Kimia dan Teknologi, ISSN 0216-163X, Vol1, USB, Solo. Tribun-Bali.com. 26-8-2015. Sampah Plastik di TPST Anturan Buleleng Dibakar, Warga Batuk-Batuk. Sumber : (http://bali.tribunnews.com/ 2015/08/26/sampah-plastik-di-tpstanturan-buleleng-dibakar-warga-batukbatuk), diakses 31 Maret 2016.
SIMPULAN Kesimpulan yang didapat dari percobaan sebagai berikut. Dari hasil pengujian hasil dekomposisi dengan efisensi yang terbaik dalam menguraikan sampah plastik mulai terjadi pada suhu 120 oC dengan waktu operasi 30 menit. Hal ini lebih kecil dari persyaratan yang diperlukan dalam teori yaitu suhu 225-275oC (Bilbao dan Salvador, 1995). Minyak hasil proses pirolisis dari sampah plastik ini memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan minyak tanah. Minyak hasil dari pengolahan ini tidak bisa digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor karena dari segi bau dan kejernihan tidak sesuai dengan karakteristik bensin maupun solar. Namun minyak yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk kompor minyak tanah. DAFTAR RUJUKAN Aguado, J., Serrano, D.P., San Miguel, G., Castro, M.C., Madrid, S. 2007. Feedstock recycling of polyethylene in
359
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Bulelengkab.go.id. 2-9-2013. Ir.I.B.Ketut Swarjana: Pengelolaan Sampah Berwawasan Lingkungan. Sumber : (http://bulelengkab.go.id/index.php/bac
a-artikel/42/Ir.I.B.Ketut-Swarjana:Pengelolaan-Sampah-BerwawasanLingkungan) diakses 31 Maret 2016
360
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
PENGEMBANGKAN BAHAN AJAR BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF BERORIENTASI PEMBERDAYAAN MULTIPLEINTELLIGENCES DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)DI SINGARAJA KOTA I Putu Suka Arsa, I Gede Ratnaya, Ni Made Wahyuni
ABSTRAK Penelitian pengembangan yang dilakukan memiliki tujuan mengembangkan bahan ajar berbasis multimedia interaktif tentang pemberdayaan multiple intelligences (kecerdasan multitalenta) untuk guru-guru di SMP. Tujuan tersebut dicapai dengan pengembangan pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif secara sistematis. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development) media pembelajaran, khususnya berupa pembelajaran melalui bahan ajar berbasis multimedia interaktif yang meliputi: analisis kebutuhan, desain, pengembangan dan implementasi serta evaluasi dan revisi. Pada tahap analisis dilakukan: (1) analisis pembelajaran di kelas, (2) analisis karakteristik sasaran, dan (3) analisis materi. Pada tahap pembuatan dilakukan: (1) pemilihan materi, (2) menetapkan strategi pembelajaran, (3) merancang naskah pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif. Pada tahap pengembangan dilakukan langkah-langkah mewujudkan naskah pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif menjadi prototype pembelajaran yang berorientasi pada pemberdayaan kecerdasan majemuk. Pada tahap implementasi dilakukan penilaian para ahli dan uji coba pada sasaran. Produk tahun pertama adalah menghasilkan naskah pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dan artikel. Kata kunci: pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif,multiple intelligences
membuat suasana pembelajaran menjadi menarik. 2. Membangkitkan motivasi para siswa agar lebih aktif dan giat dalam belajar. 3. Membimbing dan memberikan kemudahan bagi siswa dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi berkualitas. 4. Memimpin pembelajaran, juga sebagai tempat bertanya bagi para siswa. Dengan guru melaksanakan fungsinya seperti ini akan mendorong siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Keaktifan siswa tersebut akan meningkatkan mutu pendidikan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Siswa diajak dan ditekankan kepada learning how to learn. Pemahaman ini akan sangat mendorong para siswa terus mencari ilmu pengetahuan sehingga dapat terbentuk long life learning.
Latar Belakang Menurut teori konstruktivisme yang dikembangkan oleh Von Glasserfeld, pembentukan pengetahuan seseorang dilakukan sendiri oleh orang itu dan bukan oleh guru, sehingga para guru hanya bisa mendorong para siswa agar aktif dalam pembelajaran untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Dorongan para guru sangat memicu dan memacu para siswa aktif dan giat belajar. Fungsi guru dalam kelas bukan mengajari namun kehadiran guru membuat siswa belajar sehingga fungsi guru tidak mengajar namun lebih pada empat fungsi yang harus difahami oleh guru yaitu : 1. Menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, kereatif, menciptakan berbagai kiat dan model penyampaian materi pembelajaran,
361
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Dalam standar nasional pendidikan pasal 28 dikemukakan bahwa pendidik sebagai agen pembelajaran harus berkualifikasi akademik dan kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya dalam penjelasan dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen pembelajaran adalah peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Disamping itu juga dapat ditambahkan sebagai pengawas dan evaluator dalam proses pembelajaran siswa. Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada seluruh siswa, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Untuk kepentingan tersebut perlu dikondisikan lingkungan belajar yang kondusif dan menantang rasa ingin tahu siswa, sehingga proses pembelajaranakan berlangsung secara efektif. Setiap individu adalah unik. Artinya setiap individu memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berpikir dan cara-cara merespon atau mempelajari hal-hal baru. Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Menurut Hudojo (1988:100) memang tidak ada dua individu yang persis sama, setiap individu adalah unik. Suharyanto (1996:96) menyatakan bahwa jika perbedaan individu kurang diperhatikan, maka banyak siswa akan mengalami kesulitan belajar dan kegagalan belajar. Kenyataan di atas menuntut agar siswa dapat dilayani sesuai perkembangan individual masing-masing. Konsekuensinya adalah pembelajaran perlu melayani siswa secara individual untuk menghasilkan
perkembangan yang sempurna pada setiap siswa. (Hudojo, 1988:101). Seperti pepatah, Lain ladang, lain ikannya. Lain orang, lain pula gaya belajarnya (Uno, 2008:180). Pepatah ini cocok untuk menggambarkan bahwa setiap orang mempunyai gaya belajar sendiri-sendiri dan tidak dapat dipaksakan untuk menggunakan gaya yang seragam. Setiap orang memiliki gaya belajar yang unik. Tidak ada suatu gaya belajar yang lebih baik atau lebih buruk daripada gaya belajar yang lain. Tidak ada individu yang berbakat atau tidak berbakat. Setiap individu secara potensial pasti berbakat tetapi ia mewujud dengan cara yang berbeda-beda. Singkat kata, tidak ada individu yang bodoh (atau setiap individu adalah cerdas). Ada individu yang cerdas secara logika-matematika, namun ada juga individu yang cerdas di bidang kesenian. Pandangan-pandangan baru yang bertolak dari teori Howard Gardner mengenai intelligensi ini telah membangkitkan gerakan baru pembelajaran, antara lain dalam hal melayani keberbedaan gaya belajar pebelajar. Suatu cara pandang baru inilah yang mengakui ke-unik-an setiap individu manusia. Gardner (1983) mengenalkan Teori Multiple Intelligences yang menyatakan bahwa kecerdasan meliputi sembilan kecerdasan. Yaitu, kecerdasan linguistik/verbal/bahasa, kecerdasan matematis logis, kecerdasan visual/ruang/spasial, kecerdasan musikal/ritmis, kecerdasan kinestetik jasmani, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Kemudian tahun 1999, Gardner menemukan jenis kecerdasan baru, kecerdasan kesembilan dalam teorinya, yang ia namakan kecerdasan eksistensial. Salah satu keunikan siswa yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran adalah kecerdasan multitalenta (multiple intellegences). Kecerdasan multitalenta merupakan jenis-jenis kecerdasan yang sangat diperlukan dalam abad 21, seperti kecerdasan intrapersonal maupun kecerdasan
362
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
interpersonal. Kecerdasan intrapersonal berkaitan dengan kemampuan memanajemen diri dengan baik, bertanggung jawab, beretos kerja, maupun tepat waktu. Karakter tersebut merupakan perwujudan softskill yang diperlukan dunia kerja di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Begitu juga dengan kecerdasan interpersonal sangat diperlukan dalam hal berkomunikasi, berdiplomasi, dan menjalin kerja sama sebagai kompetensi yang wajib dikuasai sekaligus sebagai modal daya saing bangsa. Namun belum banyak para guru yang mengembangkan dan memberdayakan kecerdasan tersebut dalam pembelajaran. Pembelajaran di sekolah umumya masih menitikberatkan pada pemberdayaan kecerdasan akademik (linguistik dan logikmatematik). Hal ini dapat dilihat dari masih banyak guru dalam pembelajarannya hanya menekankan pada kecerdasan akademik dan kurang mampu memfasilitasi kecerdasan lain yang dimiliki siswa. Guru dan orang tua masih banyak percaya bahwa bila anaknya menjadi juara kelas akan menjadi orang sukses dalam kehidupannya. Padahal secara emperis menunjukan bahwa banyak orang yang memiliki prestasi akademik tinggi ternyata menjalani kehidupan biasa-biasa saja, sementara orang yang secara akademis tidak berprestasi tetapi sukses, lebih bahagia, sejahtera dan sehat. Melalui pengembangan bahan ajar berbasis multimedia interaktif, diharapkan para guru khususnya di SMP dapat lebih mudah memahami keterampilan mengajar khsususnya dalam memberdayakan kecerdasan multitalenta. Selanjutnya, para guru juga diharapkan dapat mempraktekkan keterampilan tersebut secara berulang-ulang sehingga penguasaan menjadi lebih optimal. Dengan demikian, produk yang dihasilkan dari penelitian pengembangan ini adalah bahan ajar berbasis multimedia interaktif pembelajaran, dan buku panduan guru. Produk hasil penelitian diharapkan pula dapat diseminasikan ke guru-guru lainnya dalam rangka meningkatkan pemberdayaan
kecerdasan multitalenta siswa khususnya di SMP. Tujuan Khusus Penelitian Tahap Pertama 1. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan kendala-kendala guru dalam pembelajaran di SMP khususnya dalam memberdayakan kecerdasan multitalenta. 2. Mendeskripsikan hasil analisis kebutuhan yang akan menjadi acuan penentuan tema dalam bahan ajar berbasis multimedia interaktif dalam pembelajaran. 3. Menyusun naskah bahan ajar berbasis multimedia interaktif dalam pembelajaran yang berorientasi pada pemberdayaan kecerdasan multitalenta siswa SMP.
Teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence atau MI) merupakan istilah yang relatif baru yang dikenalkan oleh Howard Gardner. Jasmine (2007: 5) menjelaskan bahwa “Teori tentang Kecerdasan Majemuk (KM) adalah salah satu perkembangan paling penting dan paling menjanjikan dalam pendidikan dewasa ini”. Teori KM didasarkan atas karya Howard Gardner, pakar psikologi perkembangan, yang berupaya menciptakan teori baru tentang pengetahuan sebagai bagian dari karyanya di Universitas Harvard. Gardner berkenaan dengan teori tersebut, yaitu Frame of Mind (1983) menjelaskan ada delapan macam [sekarang sembilan] kecerdasan manusia yang meliputi bahasa (linguistic), musik (musical), logika-matematika (logicalmathematical), spasial (spatial), kinestetis-tubuh (bodily-kinesthetic), intrapersonal (intrapersonal), interpersonal (interpersonal), dan
363
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
naturalis (naturalits). Guru diharapkan mampu memfasilitasi dan sebagai mentor untuk mengembangkan kecerdasan para siswanya secara optimal. Kecerdasan siswa dapat dikembangkan melalui pembelajaran tematik integratif kontekstual untuk memberikan pengalaman belajar nyata (riil) melalui aktivitas belajar aktif yang dapat mendorong optimalisasi seluruh kecerdasan siswa. Mengingat pentingnya pengembangan kecerdasan multitalenta maka guru memiliki peran strategis memberdayakan kecerdasan tersebut. Berdasarkan hasil studi pendahuluan bahwa: (1) praktik pembelajaran guru umumya masih menitikberatkan pada pemberdayaan kecerdasan akademik (linguistik dan logik-matematik), (2) praktik pembelajaran guru masih terfokus terhadap penguasaan materi oleh peserta didik, (3) pengetahuan dan pemahaman para guru tentang pemberdayaan kecerdasan multitalenta siswa SMP masih rendah, (4) keterampilan mengajar para guru khusunya mengenai cara memberdayakan kecerdasan multitalenta
siswa juga masih rendah. Mengatasi masalah tersebut maka penting dikembangkan bahan ajar berbasis multimedia interaktif dalam pembelajaran tentang keterampilan pemberdayaan kecerdasan multitalenta yang selama ini belum ada di sekolahsekolah. Bahan ajar berbasis multimedia interaktif mampu memberikan pengalaman nyata, menggunakan guru model profesional yang dipilih melalui proses casting, dan penyajian pesan memperhatikan prinsip-prinsip desain pesan yang baik sehingga keterampilan mengajar dalam mengunakan bahan ajar berbasis multimedia interaktif dapat pahami dan dipraktikkkan dengan baik.
Metode Penelitian Penelitian ini dirancang berlangsung dalam satu tahun. Ringkasan kegiatan utama, subyek dan produk yang ingin dicapai dalam penelitian selama 1 (satu) tahun diuraikan secara ringkas seperti pada Tabel 1.
364
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Tabel 1. Rencana Kegiatan dan Produk yang diharapkan Tahun
Tahun I 2016
Kegiatan Utama
Subyek
Perancangan bahan ajar berbasis multimedia interaktif: Analisis proses pembelajaran Menetapkan materi pelajaran (tema)
Produk
Draf bahan ajar berbasis multimedia interaktif Siswa SMP
Menetapkan strategi Pembelajaran
Guru SMP
Merancang naskah bahan ajar berbasis multimedia interaktif Penilaian naskah bahan ajar berbasis multimedia interaktif oleh ahli isi dan ahli media Revisi naskah berdasarkan masukkan ahli Melakukan pengujian dan simulasi praktek pembelajaran sebelum tahap pembuatan naskah bahan ajar
Draf pedoman penggunaan bahan ajar berbasis multimedia interaktif dalam pembelajaran berbasis kecerdasan multitalenta
Metode Pengembangan Penilaian terhadap kebutuhan dalam mengembangkan suatu produk pembelajaran adalah hal pertama yang sangat penting, karena akan diperoleh produk pembelajaran yang sesuai dengan keadaan dan karakteristik sasaran. Tahap penilaian kebutuhan meliputi kegiatan: (a) analisis proses pembelajaran, (b) melakukan analisis materi, dan (c) melakukan analisis karakteristik sasaran (guru).
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Borg dan Gall (2003) menyatakan penelitian pengembangan adalah penelitian yang berorientasi untuk mengembangkan dan memvalidasi produkproduk yang digunakan dalam pendidikan. Model pengembangan yang digunakan adalah model Hannafin & Peck (1987) (dalam Qureshi, 2004) seperti Gambar 3.1.
2. Tahap Desain Langkah penting diperhatikan dalam adalah menentukan
Gambar 1 Tahapan Model Hannafin & Peck (1987) 1. Tahap Penilaian Kebutuhan
yang proses
harus desain
strategi pembelajaran yang berorientasi pada
365
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
pengembangan kecerdasan multitalenta. Tahap perancangan difokuskan pada tiga kegiatan yaitu: (a) pemilihan materi (tema), (b) pemilihan strategi pembelajaran yang akan diterapkan, dan (c) merancang naskah pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif . 3. Tahap Pengembangan Implementasi
melalui kegiatan seminar dan lokakarya. Peserta seminar dan lokakarya akan diberikan materi tentang kecerdasan multitalenta dan diberikan bahan ajar berbasis multimedia interaktif yang telah dibuat. Pemahaman peserta terhadap pemberdayaan kecerdasan multitalenta yang disajikan dalam bahan ajar berbasis multimedia interaktif diukur menggunakan metode tes. Hasil tes selanjutnya dianalisis untuk menentukan efektivitas bahan ajar berbasis multimedia interaktif dalam membantu pemahaman guru tentang pemberdayaan kecerdasan multitalenta siswa di SMP .
dan
Kegiatan pengembangan merupakan kegiatan menterjemahkan desain ke dalam bentuk fisik, sehingga kegiatan ini menghasilkan prototype produk pengembangan berupa pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif. Segala hal yang telah dilakukan pada tahap perancangan yakni pemilihan materi, pemilihan strategi pembelajaran, dan perancangan naskah bahan ajar berbasis multimedia interaktif diwujudkan dalam bentuk prototype berupa pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif. Operasionalisasi kegiatan pengembangan yaitu pembelajaran proses pembelajaran. Hasil bahan ajar berbasis multimedia interaktif selanjutnya diedit sesuai dengan naskah dan dievaluasi secara internal oleh pengembang untuk mengecek kembali halhal yang kurang sesuai. Hasil pengembangan berupa bahan ajar berbasis multimedia interaktif pembelajaran selanjutnya masuk ke tahap implementasi yaitu divalidasi oleh para ahli dan diuji coba oleh sasaran (guru). Validasi dan uji coba bertujuan untuk memperoleh masukkan untuk memperbaiki kekurangan yang masih ada dalam bahan ajar berbasis multimedia interaktif.
Evaluasi dan Revisi Evaluasi dan revisi berdasarkan model Hannafin & Peck dilakukan pada setiap langkah pengembangan. Pada tahap penilaian kebutuhan, dilakukan evaluasi terhadap hasil analisis kebutuhan dalam rangka menentukan skala prioritas terhadap masalah yang ditemukan di lapangan. Pada tahap desain, dilakukan evaluasi terhadap naskah bahan ajar berbasis multimedia interaktif oleh para pakar dan ditindaklanjuti dengan perbaikan naskah. Pada tahap pengembangan dan implementasi dilakukan evaluasi terhadap bahan ajar berbasis multimedia interaktif oleh para pakar dan pengguna (guru) serta ditindaklanjuti dengan perbaikan sesuai dengan masukkan para pakar dan para guru.
Desain Validasi dan Uji Coba Produk Bahan ajar berbasis multimedia interaktif pembelajaran yang dikembangkan melewati serangkaian validasi dan uji coba. Agar proses penilaian dan uji coba terstruktur maka berikut disajikan desain uji coba yang akan disajikan pada Gambar 3.2.
Setelah melewati serangkaian validasi dan uji coba pengguna selanjutnya bahan ajar berbasis multimedia interaktif diujicobakan dalam sasaran yang lebih banyak untuk mengetahui efektivitasnya. Efektivitas bahan ajar berbasis multimedia interaktif dilakukan
366
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
pada saat analisis kebutuhan. Tes digunakan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dengan bahan ajar berbasis multimedia interaktif yang dilakukan melalui kegiatan seminar dan lokakarya. Gambar 3.2 Desain Uji Coba Draf Pengembangan Produk (Adaptasi dari Prof. Dr. W Santyasa, 2009)
Teknik Analisis Data Data yang telah dikumpulkan menggunakan kuesioner dan pedoman observasi selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Pedoman yang digunakan untuk pengambilan keputusan perbaikan terhadap bahan ajar berbasis multimedia interaktif pembelajaran disajikan pada Tabel 3.2.
Metode Pengumpulan Data Data dikumpulkan dengan menggunakan metode kuesioner, metode observasi, dan tes. Kuesioner digunakan untuk memperoleh data dari ahli isi, ahli media, uji coba perorangan dan uji coba kelompok kecil. Metode observasi digunakan menganalisis proses pembelajaran
Tabel 3.2 Pedoman Konversi Tingkat Pencapaian dengan Skala 5 Tingkat Pencapaian (%) 90-100 75-89 65-74 55-64 0-54
Kualifikasi Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
367
Keterangan Tidak perlu direvisi Sedikit direvisi Direvisi secukupnya Banyak hal yang direvisi Diulangi membuat produk
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Uji efektivitas produk dilakukan melalui kegiatan seminar dan lokakarya. Guru yang mengikuti seminar dan lokakarya akan diberikan materi tentang kecerdasan multitalenta dan pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif yang telah dibuat. Setelah seminar dan lokakarya peserta diberikan tes.
DAFTAR PUSTAKA Borg, W. R. & Gall, M. D. 2003. Educational research: an introduction (7th ed.). New York: Longman, Inc. Gardner, H. 1999. Multiple intlegences. The theory in practice. New York: Basic Books. Mahadewi, Luh Putu Putrini., dkk. 2006. Media bahan ajar berbasis multimedia interaktif pembelajaran. Buku ajar. Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Singaraja pada Minggu, 5 Juni 2016. Adapun peserta dalam Pengembangkan Bahan Ajar Berbasis Multimedia Interaktif Berorientasi Pemberdayaan MultipleIntelligences Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Singaraja Kota ini adalah berjumlah 48 peserta yang merupakan staf dari SMP Negeri 1 Singaraja. Pelaksanaan pengembangan bahan ajar ini mendapatkan respon sangat baik dari seluruh peserta, ini terbukti peserta dengan aktif melakukan diskusi dengan narasumber dan _esame peserta. Hal ini dapat terlihat dari dokumentasi yang sudah ada. Hasil dari penelitian ini adalah berupa draf bahan ajar dan pedeoman penggunaan bahan ajar berbasis multimedia interaktif dalam pembelajaran dan sekarang sedang proses pembuatan.
4.
Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif danMenyenangkan. Bandung: PT Remaja RoSMPakarya. Qureshi, Elena. 2004. Instructional Design Models. Tersedia Pada http://web2.uwindsor.ca/ courses/edfac/morton/instructional_desi gn.htm. (diakses 9 Nopember 2015). Rusman, Dedi Kurniawan, & Cepi Riyana. 2012. Pembelajaran berbasis teknologiinformasi dan komunikasi: mengembangkan profesionalitas guru. Jakarta: RajawaliPers. Sadiman, Arief., dkk. 2006. Media pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
KESIMPULAN
Santrock, J.W. 2007. Psikologi pendidikan (terjemahan). Jakarta: Kencana Accelerated Learning: Revolusi Cepat Abad 21 Berdasarkan Riset Terbaru Para Ilmuwan. Bandung: Jabal.
Kesimpulan penelitian ini adalah dari peserta nampaknya sangat antusias dalam pemanfaatan pembelajaran berbasis multimedia ini, hal ini juga didukung dengan program dari sekolah tentang adanya pembelajaran “digital class”. Jadi dengan demikian pembelajaran berbasis multimedia ini sangat diperlukan sekali, karena merupakan isi dari program “digital class”.
Amstrong, T. 1994. Multiple intelligences in the classroom. Alexandria, Virginia: ASCD.
368
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Santyasa, I W. 2009. Metode penelitian pengembangan dan teori pengembangan modul. Makalah. Disajikan dalam Pelatihan Bagi Para Guru TK, SMP, SMP, SMA, dan SMK,tanggal 12-14 Januari 2009, di Kecamatan Nusa Penida Kabupaten
Klungkung. Smaldino, S. E., Lowther, D. L., & Russell, J. D. 2011. Instructional technology & mediafor learning: Teknologi pembelajaran dan media untuk belajar. (Terjemahkan ArifRahman). Jakarta: Kencana.
369
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
IDENTIFIKASI PERAN APLIKASI GAMES YANG DIHARAPKAN GURU DAN ORANG TUA DALAM PEMBELAJARAN MANDIRI ANAK USIA SEKOLAH DASAR (STUDI KASUS KOTA SURABAYA) Nehemia Sugianto1, Caecilia Citra Lestari2 1.2 Jurusan Teknik Informatika Universitas Ciputra Email: [email protected], [email protected]
ABSTRACT Education of junior high school in Indonesia is currently implementing 2013 curriculum-based system in which the content is delivered thematically, not by each subject. Expectation of using this method is to make students understand the content easily in much more fun way, without any pressure or fear while learning because each subject is delivered implisitly. Unfortunately, this method is not implemeted by most schools especially for private school because of some consideration. One of the considerations is the depth of content understanding is relatively low, only the surface. The other consideration is the evaluation method of national examination is based on each subject, not by thematic. This study aims to solve these problems by implementing gamification in learning process while student learns at home. This study is focused on 21 teachers and 34 parents in Surabaya. The outcome of this study is identification of game application role that expected by teachers and parents as alternative selt-learning method for student while learning at home. The result shows that there is positive response from teachers and parents towards using gamification as alternative self-learning tool while learning at home. This method is expected to help parents in lenaring and guiding the children in understanding the material and help teachers to deliver the material while students learn at home Keywords: junior high school education, kurikulum 2013, KTSP, gamification, game identification
ABSTRAK Pendidikan untuk anak sekolah dasar di Indonesia saat ini menerapkan sistem kurikulum 2013 sesuai peraturan dari pemerintah dimana penyampaian materi disajikan secara tematik, bukan lagi per mata pelajaran. Metode ini diharapkan dapat membuat anak memahami materi dengan lebih menyenangkan tanpa ada tekanan atau ketakutan dalam belajar karena materi per mata pelajaran tidak terlihat secara eksplisit.Namun tidak semua sekolah menerapkan metode, khususnya sekolah swastakarena beberapa pertimbangan tertentu.Salah satu yang menjadi pertimbangan adalah kualitas pemahaman materi kurang mendalam karena yang dipelajari siswa lebih bersifat hanya bagian kulit saja. Pertimbangan lain adalah penilaian ujian nasional adalah berdasarkan mata pelajaran, bukan tematik. Kondisi ini yang menyebabkan pihak sekolah cukup kewalahan dalam menyampaikan materi ke siswa agar mencapai capaian keluaran yang diharapkan.Penelitian ini bertujuan untuk membantu menyelesaikan permasalahan tersebut dengan menggabungkan unsur game ke dalam proses belajar mengajar dengan memanfaatkan kesukaan anak dalam bermain game di rumah. Penelitian yang dilakukan pada 21 guru dan 34 orang tua yang memiliki anak usia sekolah dasar di kota Surabaya ini menghasilkan identifikasi peran aplikasi game yang diharapkan guru dan orang tua sebagai alat bantu dalam pembelajaran mandiri anak sekolah dasar di ruma.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat respon positif dari pihak guru dan pihak orang tua terhadap pemanfaatan game dalam pembelajaran mandiri anak khususnya untuk mata pelajaran matematika. Pemanfaatan game ini diharapkan dapat membantu orang tua dalam memahami materi dan membimbing anak selama belajar mandiri di rumah serta membantu guru dalam memperdalam materi pelajaran di sekolah. Kata kunci:pendidikan sekolah dasar, kurikulum 2013, KTSP, gamifikasi, identifikasi game
kurikulum 2013 dimana penyampaian materi disajikan secara tematik, bukan lagi per mata pelajaran. Setiap tema yang disampaikan, mengaundung unsur banyak mata pelajaran
PENDAHULUAN Pendidikan untuk anak sekolah dasar di Indonesia saat ini menerapkan sistem
370
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
yang dipelajari di dalamnya.Metode ini diharapkan dapat membuat anak memahami materi dengan lebih menyenangkan dan tanpa ada tekanan atau ketakutan dalam belajar karena materi per mata pelajaran tidak terlihat secara eksplisit. Tidak semua sekolah menerapkan metode ini dalam proses belajar mengajar (khusus sekolah swasta) dengan beberapa pertimbangan tertentu. Salah satu yang menjadi pertimbangan adalah kualitas pemahaman materi kurang mendalam karena yang dipelajari siswa lebih bersifat banyak mata pelajaran tetapi hanya bagian kulit saja. Pertimbangan lain adalah penilaian ujian nasional berdasarkan mata pelajaran, bukan tematik. Kondisi inilah yang menyebabkan pihak sekolah cukup kewalahan dalam menyampaikan materi ke siswa agar mencapai capaian keluaran yang diharapkan. Berbagai cara telah dilakukan oleh berbagai pihak yang terkait, baik pihak sekolah maupun pihak orang tua. Dari pihak sekolah, mereka memberikan waktu tambahan di luar jam sekolah untuk memberikan pendalaman materi ke siswa . Dari pihak orang tua, mereka menambah jam belajar anak mereka ke guru pribadi atau lembaga belajar di luar jam sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk membantu menyelesaikan permasalahan tersebut dengan menggabungkan unsur game ke dalam proses belajar mengajar dengan memanfaatkan kesukaan anak dalam bermain game di rumah. Penelitian ini menghasilkan identifikasi peran aplikasi game yang diharapkan guru dan orang tua sebagai alat bantu dalam pembelajaran mandiri anak sekolah dasar di rumah dengan menggunakan studi kasus di kota Surabaya.
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulai, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU-RI No 20, 2003). Sehingga dalam pendidikan diperlukan sistem yang terpadu antara peserta didik, pendidik, materi atau kurikulum, metode pembelajaran, suasana pembelajaran, dan komponen pendidikan lainnya. Terdapat beberapa jalur pendidikan di Indonesia, yaitu pendidikan formal, non formal, dan informal (UU RI-No 20 ps 13, 2003).Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang, terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (UU-RI No 20 ps 14, 2003).Pendidikan dasar diberikan sebagai landasan peserta didik menuju jenjang pendidikan menegah. Di Indonesia, pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD)/madrasah ibtidaiyah(MI)/atau bentuk lain yang sederajat dan sekolah menengah pertama (SMP)/madrasah tsanawiyah (MTs)/atau bentuk lain yang sederajat (UU-RI No 20 ps 17, 2003). Berdasarkan pasal 34 pada Undang Undang yang sama, pemerintah menetapkan jenjang pendidikan dasar sebagai pendidikan wajib dalam program Wajib Belajar. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU-RI No 20 ps. 1 ay. 19, 2003). Kerangka dasar dan struktur kurikulum untuk pendidikan dasar ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2014, saat ini terdapat dua kurikulum yang berlaku bagi pendidikan dasar, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang disebut Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 (“permendikbud tentang pemberlakuan kurikulum, 2014).
Pendidikan Dasar di Indonesia Menurut Undang Undang RI nomor 20 tahun 2003 pasal 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
371
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Pembelajaran Berbasis Permainan Definisi pembelajaran berbasis permainan adalah belajar melalui permainan (“the difference between”, 2014).Aktivitas utama yang dilakukan oleh subyek adalah bermain.Dari aktivitas bermain itu subjek dapat mempelajari suatu ilmu. Dalam hal ini, guru berperan penting dalam menentukan dan mengelola ilmu apa dan dimana meletakkan ilmu tersebut. Pembelajaran berbasis permainan tidaklah sama dengan gamifikasi (gamification). Gamifikasi hanya mengambil mekanisme permainan dan mengaplikasikannya pada hal yang bukan permainan (non-game) dengan tujuan untuk mendorong perilaku tertentu.
2.
3.
4.
METODE Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran aplikasi game yang diharapkan guru sekolah dasar dan orang tua yang memiliki anak usia sekolah dasar dalam pembelajaran mandiri anak usia sekolah dasar, baik dari sisi fungsi, kerangka konsep kemampuan, jenis atau tipe dan desain. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan eksplorasi informasi secara mendalam tentang cara penyampaian materi dan permasalahan yang dihadapi guru selama proses belajar mengajar di sekolah untuk mencapai capaian pelajaran yang telah ditentukan serta kondisi anak dan permasalahan yang dihadapi orang tua selama proses pembelajaran mandiri di rumah untuk mendalami materi yang telah disampaikan sebelumnya di sekolah. Pembuatan Instrumen Penelitian Penelitian pada guru sekolah dasar dilakukan untuk menjawab aspek-aspek pertanyaan yang terdapat pada tabel 1. Tabel 1. Aspek Pertanyaan Wawancara No Aspek Pertanyaan 1. Materi apa saja yang diajarkan per
5.
6.
kelompok tingkatan kelas Apa capaian pembelajaran yang diharapkan oleh guru per kelompok tingkatan kelas Model pembelajaran apa saja yang diterapkan untuk menyampaikan materi? a. Metode pembelajaran apa saja yang digunakan b. Pendekatan apa saja yang dilakukan c. Alat bantu apa saja yang dipakai Permasalahan apa saja yang terjadi dalam menyampaikan materi a. Materi apa saja yang sulit dipahami oleh sebagian besar siswa per kelompok tingkatan kelas b. Hipotesa-hipotesa faktor penyebab kesulitan tersebut Pendapat responden terhadap pemanfaatan game terhadap pendidikan anak Apabila dilakukan gamifikasi pada mata pelajaran yang sedang diampu, a. Materi mana saja yang bisa dilakukan gamifikasi b. Model gamifikasi seperti apa yang dapat diterapkan
Penelitian pada orang tua yang memiliki anak usia sekolah dasar dilakukan untuk menjawab aspek-aspek pertanyaan yang terdapat pada tabel 2. Tabel 2. Aspek Pertanyaan Kuisioner No Aspek Pertanyaan 1. Mata pelajaran apa yang paling diminati anak responden ? 2. Mata pelajaran apa yang paling tidak diminati anak responden ? 3. Berapa jauh responden mengetahui jadwal belajar anak di sekolah 4. Berapa lama anak responden belajar di rumah (kecuali akhir pecan) ? 5. Berapa frekuensi responden
372
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12. 13. 14. 15.
16.
17.
18.
membimbing anak belajar di rumah ? Apakah responden mengalami kesulitan menguasai materi pelajaran anak ? Apakah ketika ada PR responden mengajari dan menuntun anak mengerjakan tugas dari awal hingga selesai ? Apakah ketika ada PR responden mengajari, meminta anak mengerjakan tugas sendiri, lalu memeriksa hasil kerja tersebut ? Apakah ketika ada PR responden mengawasi anak mengerjakan tugas sendiri lalu memeriksa hasil kerja tersebut tanpa mengajari terlebih dahulu ? Apakah ketika ada PR responden membiarkan anak mengerjakan tugas sendiri tanpa memeriksa hasil dan mengajari terlebih dahulu ? Alat bantu/media belajar apa yang digunakan untuk membimbing anak belajar di rumah ? Tema game apa yang paling sering dimainkan anak responden ? Berapa jam dalam sehari anak responden bermain aplikasi game ? Bagaimana reaksi responden ketika mendapati anak bermain game ? Apakah responden menginginkan anak saya bermain game yang membantu ia memahami pelajaran di sekolahnya ? Apakah responden menginginkan game yang juga membantu responden memahami pelajaran sekolah anak ? Apakah responden menginginkan game yang membantu memantau peningkatan pengetahuan anak ? Apakah harapan responden dari sebuah game edukasi ?
Penentuan Populasi dan Sampel Responden dari penelitian ini adalah guru sekolah dasar dan orang tua yang memiliki anak usiasekolah dasar di Surabaya. Berdasarkan informasi data pokok kota Surabaya bidang sosial atau budaya (IDPKS, 2012), jumlah sekolah dasar (SD) atau madrasah ibtidaiyah (MI) adalah 1.034 sekolah dengan jumlah siswa sebesar 308.153 siswa dan 10.613 guru. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah teknik simple random sampling dimana tiap orang tua dan guru mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Responden guru merupakan guru mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa dan Matematika untuk tingkatan bawah (kelas I – III) dan tingkatan atas (kelas IV – VI) Responden guru didapatkan dari empat sekolah di Surabaya yaitu SD Citra Berkat, SD Alfa Omega, SDN Made 1 dan SDN Lidah Kulon III. Responden orang tua merupakan orang tua yang memiliki anak usiasekolah dasar di Surabaya, tidak terbatas pada empat sekolah sebelumnya yang dijadikan mewakili lebih dari seorang anak sekolah dasar. Pengambilan Data Proses pengambilan data untuk responden guru sekolah dasar dilakukan melalui proses wawancara yang dilakukan oleh dua orang pewawancara. Proses wawancara dilakukan secara berkelompok (atau disebut grup diskusi) sesuai dengan kelompok tingkatan kelas yaitu guru tingkat bawah (guru yang mengajar kelas I-III) dan guru tingkat atas (guru yang mengajar kelas IV-VI). Wawancara dilakukan secara berkelompok dan sesuai tingkatan kelas agar pewawancara mendapatkan kualitas informasi yang lebih mendalam dan fokus pada permasalahan yang dihadapi untuk masing-masing kelompok tingkatan kelas.Wawancara dilakukan sebanyak empat kali pengambilan sesuai dengan jadwal wawancara tiap sekolah dasar.
Sifat jawaban bersifat tertutup untuk pertanyaan no 1-17 dan terbuka untuk pertanyaan no 18.Skala pengukuran untuk no 7-10 dan 15-17 adalah likert dan sisanya adalah nominal.
373
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Proses pengambilan data untuk responden orang tua yang memiliki anak usiasekolah dasar dilakukan dengan menyebarkan angket kuesioner digital (menggunakan GoogleForm). Penyebaran kuesioner dilakukan secara konvensional (tatap muka langsung) ataupun secara online (melalui media sosial seperti Facebook, Line, Line Group, WhatsApp dan sebagainya)
40% - 59.99% 60% - 79.99% 80% - 100%
Kadang-kadang / netral Sering / setuju Selalu / sangat setuju
Wawancara yang dilakukan pada guru sekolah dasar mempunyai 21 responden dengan 76% berjenis kelamin wanita dan 24% berjenis kelamin pria. Dari sisi tingkatan kelas, sebanyak 60% mengajar di tingkatan kelas bawah (kelas I-III), 40% mengajar di tingkatan kelas atas (kelas IV-VI). Pengolahan data dimulai dari kategorisasi dan reduksi data, penyajian data, interpretasi data dan penariksan kesimpulan-kesimpulan.
Pengolahan Data Survei yang dilakukan pada orang tua yang memiliki anak usia sekolah dasar mempunyai 34 responden dengan 82.40% berjenis kelamin perempuan dan 17.60% berjenis kelamin pria. Dilihat dari sisi umur, 79.40% berumur 35-39 tahun, 11.80% berumur 40 tahun ke atas, 8.8% berumur 30-34 tahun. Dari sisi pendidikan terakhir, sebanyak 64.70% responden menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi (S1/D4/D3), 29.40% menyelesaikan pendidikan hingga Magister atau Doktor (S2/S3) dan 5.90% adalah SMA. Sebanyak 58.80% responden mengisi kuesioner ini dengan berfokus pada anak pria mereka, sedangkan 41.20% lainnya berfokus pada anak perempuan mereka. Sebanyak 50.00% anak responden berumur 6-8 tahun, 38.20% berumur 9-11 tahun dan 11.80% berumur 12-13 tahun.Pengolahan data untuk pertanyaan yang bersifat nominal menggunakan analisis frekuensi dan untuk pertanyaan yang bersifat ordinal menggunakan analisis likert.Tabel 4 menyatakan kekuatan persetujuan atau tidak persetujuan pada pertanyaan yang bersifat likert.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Survei Pada Orang Tua Yang Memiliki Anak Usia Sekolah Dasar Analisis ini dikelompokkan dalam tiga bagian pembahasan yaitu 1) analisis pengetahuan orang tua tentang kegiatan belajar anak di sekolah2) analisis kegiatan belajar mandiri anak di rumah dan peran bimbingan orang tua 3) analisis kegiatan anak dalam bermain aplikasi game di rumah dan harapan orang tua terhadap aplikasi game yang dimainkan anaknya Tabel 5. Mata Pelajaran Yang Paling Diminati Anak Frekuensi No Jawaban (%) 1. IPA 26.50 2. Matematika 23.50 3. Bahasa (Indonesia, 20.60 Inggris, Mandarin dsb) 4. Olah Raga 17.60 5. Seni 8.80 6. IPS 2.90 7. Tidak tahu 0.10
Tabel 4. Kekuatan Persetujuan dan Tidak Persetujuan Pada Pertanyaan Yang Bersifat Likert Keterangan Jawaban 0% – 19.99% Tidak pernah / sangat tidak setuju 20% - 39.99% Jarang / kurang setuju
Tabel 6. Mata Pelajaran Yang Paling Tidak Diminati Anak Frekuensi No Jawaban (%)
374
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Bahasa (Indonesia, Inggris, Mandarin dsb) IPS Matematika Seni Tidak tahu Olah Raga IPA
29.40
4. 5.
23.50 23.50 9.00 8.80 2.90 2.90
Tidak tahu Mata pelajaran utama (yang saya anggap penting) per hari
14.70 11.80
Analisis kegiatan kegiatan belajar mandiri anak di rumah dan peran bimbingan orang tua diambil dari pertanyaan nomor 4-11 yaitu mengenai 1) lama waktu anak belajar mandiri di rumah 2) frekuensi orang tua dalam membimbing anak belajar mandiri di rumah 3) penguasaan orang tua terhadap materi pelajaran anak 4) cara orang tua dalam membimbing anak belajar mandiri di rumah 5) dan alat bantu belajar di rumah. Aspek no 1-2 dan 5 diolah dengan analisis frekuensi statistik, dan aspek no 3-4 diolah dengan analisis likert.
Analisis pengetahuan orang tua tentang kegiatan belajar anak di sekolah diambil dari pertanyaan no 1-3 dan diolah dengan analisis frekuensi statistik. Tabel 5 menampilkan penyebaran frekuensi mata pelajaran yang paling diminati anak sekolah dasar dimana IPA adalah mata pelajaran yang paling diminati sebanyak 26.50%, diikuti Matematika sebanyak 20.60%. Sementara itu, Bahasa (Indonesia, Inggris, Mandarin dan sebagainya) adalah mata pelajaran yang paling tidak diminati anak sekolah dasar sebanyak 29.40% seperti yang ditampilkan pada tabel 6. Pada tabel 6, dapat dilihat bahwa sepertiga responden mengetahui daftar mata pelajaran per hari tanpa mengetahui detil jam setiap pelajaran yaitu sebanyak 35.30%. Hampir sepertiga yang lain mengetahui jam dan materi setiap pelajaran per hari yaitu sebanyak 23.50% namun masih ada orang tua yang tidak tahu detil jadwal belajar anak di sekolah yaitu sebanyak 14.70% dimana berada di posisi terendah kedua.
Tabel 8. Lama Waktu Belajar Anak di Rumah Setiap Hari (Kecuali Akhir Pekan) Frekuensi (%) No Jawaban 1. 2. 3. 4.
1 jam Kurang dari 1 jam 2 jam 3 jam
44.10 32.40 20.60 2.90
Tabel 9. Frekuensi Membimbing Anak Belajar di Rumah Frekuensi No Jawaban (%) 1. Jika anak saya ada ujian 41.20 atau jika saya sempat 2. 1-2 kali per minggu 23.50 3. 5 kali atau lebih per 17.60 minggu 4. 3-4 kali per minggu 8.80 5. Tidak pernah 8.80
Tabel 7. Pengetahuan Detil Jadwal Belajar Anak di Sekolah Frekuensi No Jawaban (%) 1. Daftar mata pelajaran 35.30 per hari tanpa mengetahui detil jam setiap pelajaran 2. Jam dan materi setiap 23.50 pelajaran per hari 3. Jam setiap pelajaran per 14.70 hari tanpa mengetahui materinya
Tabel 8 menunjukkan bahwa hampir setengah anak responden melakukan belajar mandiri di rumah (kecuali akhir pekan) selama 1 jam yaitu sebesar 44.10%. Sepertiga dari anak responden menyediakan waktu kurang dari 1 jam untuk belajar mandiri di rumah yaitu sebesar 32.40%, diikuti 2 jam sebanyak 20.60%. Hanya 2.90% dari anak responden yang menyediakan waktu lebih dari 3
375
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
jam.Dilihat dari sisi frekuensi membimbing anak belajar di rumah, hampir sebagian responden membimbing anak mereka belajar mandiri di rumah apabila anak mereka ada ujian atau apabila mereka sedang sempat yaitu sebanyak 41.20%. Pada tabel 9, sebanyak 23.50% responden membimbing anak mereka sebanyak 1-2 kali seminggu, diikuti 17.60% responden membimbing anak mereka 5 kali atau lebih dalam seminggu. Sisanya, menyediakan waktu sebanyak 3-4 kali seminggu untuk membimbing anak mereka atau bahkan tidak pernah sama sekali, masing-masing 8.80%.
cara membimbing anak belajar mandiri di rumah, responden menyatakan sering mengajari, meminta anak mengerjakan tugas sendiri dan diakhiri dengan memeriksa hasil kerja tersebut apabila ada PR dengan kekuatan sebesar 73.53%. Tabel 11. Analisa Likert Pada Penguasaan Orang Tua Terhadap Materi Pelajaran Dan Cara Dalam Membimbing Anak Belajar Mandiri di Rumah Kekuatan No Jawaban Frekuensi 1. Saya mengalami kesulitan Kadangmemahami/menguasai kadang materi pelajaran anak saya (44.71%) 2. Ketika ada PR, saya Kadangmengajari dan menuntun kadang anak mengerjakan tugas (55.88%) dari awal hingga selesai 3. Ketika ada PR, saya Sering mengajari lalu meminta (73.53%) anak mengerjakan tugas sendiri dan diakhir memeriksa hasil kerja tersebut 4. Ketika ada PR, saya Kadangmengawasi anak kadang mengerjakan tugas sendiri, (52.94%) lalu memeriksa hasil kerja tersebut (tanpa mengajari terlebih dahulu) 5. Ketika ada PR, saya Kadangmembiarkan anak kadang mengerjakan tugas sendiri (47.65%) (tanpa memeriksa hasil kemudian atau engajari terlebih dahulu)
Tabel 10. Alat Bantu Belajar di Rumah Frekuensi No Jawaban (%) 1. Alat tulis dan buku 91.20 2. Meja belajar 52.90 3. Komputer/gadget 50.00 4. Papan tulis 17.60 5. Media belajar 5.90 lainnya Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar responden membimbing anak mereka belajar mandiri di rumah menggunakan alat bantu konvensional yaitu alat tulis dan buku sebesar 91.20% dan meja belajar sebesar 52.90%, hanya 17.60% saja yang menggunakan papan tulis. Namun, setengah responden telah menggunakan komputer atau gadget sebagai alat bantu anak mereka dalam belajar mandiri di rumah yaitu sebesar 50.00%. Sisanya menggunakan menggunakan media belajar lainnya yaitu 5.90%. Tabel 11 menunjukkan persetujuaan dan tidak persetujuan responden terhadap pernyataan tentang penguasaan orang tua terhadap materi pelajaran anak dan cara orang tua dalam membimbing anak belajar mandiri di rumah. Responden menyatakan bahwa responden kadang-kadang mengalami kesulitan dalam memahami atau menguasai materi pelajaran anak responden dengan kekuatan sebesar 44.71%. Dari
Analisis kegiatan anak dalam bermain aplikasi game di rumah dan harapan orang tua terhadap aplikasi game yang dimainkan anaknya diambil dari pertanyaan no 12-18 dan diolah dengan analisis frekuensi statistik. Tabel 12 menunjukkan bahwa seperempat lebih anak responden paling suka bermain game dengan tema membangun sesuatu sebesar 29.40%, diikuti dengan perang atau perkelahian sebesar
376
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
17.60% dan menggambar sebesar 11.80%. Mayoritas, anak responden menghabiskan waktu untuk bermain game selama kurang dari 1 jam (sebanyak 29.40%), 2 jam (sebanyak 23.50%), 1 jam (sebanyak 20.60%) dan 3 jam (sebanyak 17.60%). Hanya kurang dari sepersepuluh anak responden yang bermain lebih dari 3 jam (sebanyak 8.90%). Tabel 12. Tema Game Yang Paling Sering Dimainkan Anak Responden Frekuensi No Jawaban (%) 1. Membangun sesuatu 29.40 2. Perang/perkelahian 17.60 3. Menggambar 11.80 4. Game profesi (simulator 8.80 dokter, koki dan sebagainya) 5. Balapan (mobil, sepeda dan 8.80 sebagainya) 6. Olah raga (basket, tenis, 5.90 sepak bola dan sebaginya) 7. Memelihara sesuatu 5.90 8. Puzzle/kuis 5.90 9. Lainnya 5.90 Tabel 13. Durasi Anak Responden Bermain Aplikasi Game Frekuensi No Jawaban (%) 1. Kurang dari 1jam 29.40 2. 2 jam 23.50 3. 1 jam 20.60 4. 3 jam 17.60 5. Lebih dari 3 jam 8.90 Hampir setengah responden menyatakan bahwa mereka menganggap wajar apabila melihat anaknya bermain game yaitu sebesar 47.10%. Namun setengah lebih responden memberikan respon sebaliknya yaitu merasa terganggu atau tidak senang (sebanyak 35.30%) dan memarahi atau melarang (sebanyak 17.60%) seperti yang terlihat pada tabel 14. Tabel 15
menggambarkan dengan jelas bahwa mayoritas orang tua mempunyai harapan yang positif terhadap pemanfaatan aplikasi game untuk belajar yaitu sebanyak 91.76% responden menyatakan sangat setuju bahwa mereka menginginkan anak mereka bermain game yang membantu anaknya dalam memahami materi pelajaran sekolah, 89.41% menyatakan sangat setuju bahwa pemanfaatan game dapat membantu mereka dalam memahami materi pelajaran anaknya dan sebanyak 92.94% menyatakan sangat setuju bahwa game dapat membantu mereka untuk memantau penginkatan pengetahuan anak mereka. Tabel 14. Responden Orang Tua Ketika Melihat Anaknya Bermain Game Frekuensi No Jawaban (%) 1. Menganggap wajar 47.10 2. Terganggu/tidak senang 35.30 3. Memarahi/melarang 17.60 Tabel 15. Analisa Likert Pada Harapan Orang Tua Terhadap Pemanfaatan Aplikasi GameUntuk Belajar Kekuatan No Jawaban Frekuensi 1. Saya menginginkan anak Sangat saya bermain game yang Setuju membantu ia memahami (91.76) pelajaran di sekolahnya 2. Saya menginginkan game Sangat yang juga membantu saya setuju memahami pelajaran (89.41) sekolah anak saya 3. Saya menginginkan game Sangat yang membantu saya setuju memantau peningkatan (92.94) pengetahuan anak saya Adapun harapan-harapan orang tua dari sebuah aplikasi game edukasi adalahsebuah game yang menarik dan sederhana dalam pengoperasiannya namun dapat menstimulasi dan melatih kemampuan berpikir kreatif anak serta kepekaan sosial mereka dan membantu
377
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
anak dalam memahami materi yang diajarkan di sekolah. Untuk itu, diharapkan terjadi keselarasan dengan materi yang diajarkan di sekolah dengan materi yang disampaikan melalui game agar capaian keluaran yang diharapan sekolah pun dapat terpenuhi dan menghasilkan peningkatan nilai akademik anak. Analisis Wawancara Pada Guru Sekolah Dasar Analisis ini dikelompokkan dalam tiga bagian pembahasan yaitu 1) analisis materi, capaian dan model yang digunakan untuk menyampaikan materi 2) analisis permasalahan dalam menyampaikan materi pelajaran di sekolah serta hipotesa faktorfaktor penyebabnya 3) analisis harapan guru terhadap pemanfaatan game dalam penyampaian materi Terdapat empat mata pelajaran yang menjadi fokus penelitian yaitu matematika, IPA, IPS dan bahasa.Tabel 16 menunjukkan materi-materi yang sering diajarkan di mata pelajaran tersebut. Setiap mata pelajaran memiliki capaian yang harus dicapai siswa pada akhir proses pembelajaran. Pencapaian ini diukur melalui tes atau ujian serta penilaian mingguan baik secara psikomotorik maupun sikap. Tabel 16. Materi Yang Sering Diajarkan di Mata Pelajaran Mata Materi Pelajaran Matematika Bangun, angka, bilangan positif negatif, artimatika, KPK dan FPB IPA Hewan dan tumbuhan, ekosistem, rantai makanan, sumber daya alam, macammacam zat dan perubahan wujud, anatomi tubuh manusia IPS Sumber daya alam, kegiatan alam, peta, budaya, hak dan kewajiban, sejarah
Bahasa
Literasi, menganalisa dan menyimpulan cerita, mencari kalimat utama, mengarang, paragraf deduktif induktif, bahasa jawa, vocabulary
Penyampaian materi sekolah bisa menggunakan kurikulum 2013 atau KTSP, tergantung kebijakan sekolah tersebut.Tabel 17 menggambarkan hasil wawancara dengan guru dalam membandingkan metode kurikulum KTSP dengan 2013. Tabel 17. Perbandingan KTSP Dengan Kurikulum 2013 Metode Kelebihan/Kekurangan KTSP (-) Terlihat mata pelajaran mana yang disukai dan tidak disukai siswa (+) Cocok untuk siswa kelas 4-6 karena metode ini membuat siswa dapat memahami materi lebih mendalam (+) Membantu siswa untuk persiapan ujian nasional karena penilaian ujian nasional itu adalah per mata pelajaran (-) Tidak cocok untuk siswa kelas 1-3 karena metode ini membutuhkan tingkat keseriusan yang lebih tinggi, tidak menekankan pada unsur fun (-) Siswa lebih cepat bosan 2013 (+) Tidak terlihat mata pelajaran mana yang disukai dan tidak disukai siswa (+) Cocok untuk siswa kelas 1-3 karena pendekatannya lebih ke arah unsur fun (belajar harus menyenangkan, tidak boleh ada tekanan dalam belajar, tidak boleh ada ketakutan) (-) Tidak cocok untuk siswa kelas 4-6 karena metode ini membuat siswa tidak bisa mendalami materi lebih
378
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
(-)
memberikan memberikan tugas-tugas mandiri di rumah dengan melibatkan teknologi. Untuk mengatasi permasalahan dari faktor orang tua, pihak sekolah terus membangun komunikasi dengan orang tua serta memberikan seminarseminar tentang edukasi anak dari sisi orang tua agar orang tua dapat mendidik anaknya dengan cara yang benar dan lebih baik.
mendalam Siswa kesulitan dalam memahami materi per mata pelajaran sehingga guru harus mengalokasikan jam khusus untuk memberikan materi lebih mendalam untuk siswa yang tertinggal
Mayoritas sekolah-sekolah masih menggunakan model pembelajaran yang konvensinonal seperti ceramah, diskusi kelompok, presentasi kelompok, simulasi, adegan atau role play, visitasi (ke perusahaan, ke pasar dan sebagainya), wawancara, eksperimen (untuk mata pelajaran IPA). Beberapa sekolah saja yang mulai melibatkan penggunakan teknologi dalam menyampaikan materi ke siswa seperti menyediakan laboratorium komputer. Alat bantu yang sering digunakan adalah papan tulis, alat peraga, prakarya dan audio sederhana (seperti tape). Beberapa sekolah saja yang sudah menggunakan perlengkapan audio visual seperti LCD dan komputer. Tabel 18 menunjukkan pemetaan permasalahan yang dihadapi dalam belajar berdasarkan asal penyebab yaitu faktor sekolah atau guru, faktor anak dan faktor orang tua. Untuk mengatasi permasalahan dari faktor sekolah atau guru, sekolah memberikan jam belajar tambahan di luar jam sekolah secara gratis untuk siswa yang tertinggal dalam mengejar materi, bekerja sama dengan komunitas atau lembaga luar (seperti program magang mengajar), memberikan pelatihan bagi guru untuk memanfaatkan teknologi dalam menyampaikan materi serta terus membangun komunikasi antara guru dengan orang tua siswa sesering mungkin. Untuk mengatasi permasalahan dari faktor anak, guru menggunakan pendekatanpendekatan kreatif lainnya dalam menyampaikan materi untuk menarik minat belajar anak, tidak hanya ceramah saja serta
Tabel 18. Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Belajar Berdasarkan Asal Penyebab Asal Permasalahan Penyebab Faktor - Tuntutan penerapan sistem sekolah/ kurikulum 2013 oleh pemerintah guru - Peraturan pemerintah dalam menerima siswa yang masuk di sekolah (susah untuk memilih siswa yang masuk) - Keterbatasan sarana dan prasana sekolah - Keterbatasan guru dalam menggunakan teknologi - Susah membangun komunikasi dengan orang tua (walaupun sudah diadakan pertemuan dengan orang tua tetapi tidak semua orang tua hadir) - Tidak semua sekolah menerapkan buku hasil belajar anak sebagai komunikasi antara guru dengan guru di kelas selanjutnya dan guru dengan orang tua Faktor - Kualitas intelektual anak anak (membaca, menulis, IQ) - Kurangnya sifat mandiri dalam belajar - Ingin serba cepat dalam belajar - Malas berpikir, kurang menggunakan nalar dalam berpikir - Tingkat distraksi cukup tinggi - Tingkat imajinasi rendah - Sikap antipati dulu terhadap mata pelajaran - Kurang mau mencari informasi
379
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
dalam memahami materi dan membimbing anak selama belajar mandiri di rumah serta membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran di sekolah.
tambahan di luar yang diberikan sekolah Faktor orang tua
- Faktor ekonomi (tidak bisa menyediakan les untuk anaknya atau media belajar lainnnya seperti komputer ataugadget) - Sering memanjakan anaknya dalam belajar (membantu anak secara berlebihan) - Jarang berkomunikasi dengan guru (jarang datang ke pertemuan orang tua dengan sekolah) - Sikap apatis orang tua terhadap perkembangan anak - Kesulitan orang tua dalam memahami materi
DAFTAR PUSTAKA [1] Christian, M. (2007). Anak dan Bermain.Makalah pada kegiatan Jurnal Club Progdi PGTK UNY. Diakses dari: Situs Staff Universitas Yogyakarta (http://staff.uny.ac.id) [2] Indriani, D.P., Rahardjo, T., Pradekso, T. (2013). Hubungan Intensitas Penggunaan Game Online, Pengawasan Orang Tua terhadap Anak, dengan Prestasi Belajar Anak. Interaksi Online: E-Journal S1 Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Diponegoro. Diakses dari: http://download.portalgaruda.org/article.p hp?article=86940&val=4687 [3] Informasi Data Penduduk Kota Surabaya Sosial Budaya (2012). Diakses dari: www.surabaya.go.id/files.php?id=2066 [4] Karsidi (2007). Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD dan MI. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. [5] Model Pembelajaran SD (n.d.). Diakses dari: Situs Penyelenggara Serifikasi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar (http://sertifikasiguru.unm.ac.id) [6] Notodiputro, K.A & Tim (2013). Kurikulum 2013: Kompetensi Dasar Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Intidaiyah (MI). Diakses dari: Situs Dikpora DI Yoogyakarta (http://pendidikandiy.go.id/dinas_v4/) [7] Permendikbud tentang Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 Berlaku Efektif. (2014). Diakses dari: Situs Kemendikbud (http://www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/ siaranpers/3630) [8] Sanditaria, W., Fitri, S.Y.R., & Mardhiyah, A. (2012). Adiksi Bermain Game Online pada Anak Usia Sekolah di Warung Internet Penyedia Game Online Jatinangor Sumedang. Students e-
Berdasarkan hasil wawancara, pihak guru memberikan respon positif terhadap pemanfaatan game dalam proses belajar mengajar khususnya untuk mata pelajaran matematika dengan berfokus pada pendalaman materi, bukan tematik seperti kurikulum 2013.Diharapkan agar terjadi keselarasan materi antara materi yang diajarkan di sekolah dengan materi yang diajarkan melalui game serta terdapat fitur untuk melihat hasil perkembangan belajar mandiri anak agar dapat diperhitungkan sebagai nilai tambahan di sekolah. Namun didapati beberapa kekuatiran dari sisi guru yaitu 1) beberapa guru masih belum siap tentang pemanfaatan teknologi ini karena mereka masih buta dengan teknologi juga 2) ketakutan akan kebebasan akses anak terhadap internet. SIMPULAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat respon positif dari pihak guru dan pihak orang tua terhadap pemanfaatan game dalam pembelajaran mandiri anak khususnya untuk mata pelajaran matematika. Pemanfaatan game ini diharapkan dapat membantu orang tua
380
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Journals Universitas Pandjajaran., 1(1). Diakses dari: http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/articl e/view/745/791 [9] The Difference Between Gamification and Game-Based Learning (2014). Diakses dari: http://www.teachthought.com/technolo gy/difference-gamification-gamebased-learning/
381
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
SISTEM INFORMASI PENILAIAN DOSEN BERBASIS WEB MENGGUNAKAN METODE PROFILE MATCHING Moedjiono1), Ardie Halim Wijaya2), Aries Kusdaryono3) 1) 2) 3)
Program Pascasarjana, Universitas Budi Luhur, Jakarta [email protected]), [email protected]), [email protected])
ABSTRAK Kegiatan evaluasi penilaian kinerja dosen di perguruan tinggi dilakukan setiap semester dengan memberikan kertas kuesioner kepada mahasiswa saat sebelum ujian akhir semester mata kuliah bersangkutan dimulai. Hal ini membuat jawaban isian kuesioner tidak akurat, karena dibutuhkannya waktu pengisian kuesioner yang cukup mengganggu waktu ujian akhir mahasiswa tersebut. Selain itu input dilakukan dengan cara manual oleh beberapa staf saja, sehingga hasil yang didapat mengenai dosen yang bersangkutan sangat lambat karena belum adanya suatu sistem yang efektif dan efisien dalam menentukan hasil dari evaluasi kinerja dosen. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengembangan prototipe sistem penilaian kinerja dosen berbasis web dengan menggunakan pendekatan metode Profile Matching. Hasil dari penelitian ini berupa prototipe sistem yang akan memudahkan proses evaluasi kinerja dosen sehingga dapat mempercepat proses pengambilan keputusan. Kata Kunci:
Prototipe berbasis web, Sistem Pendukung Keputusan, Profile Matching, kuesioner penilaian, Prototipe Evaluasi Kinerja Dosen
suatu sistem yang dapat memberikan hasil informasi yang cepat untuk mempercepat proses pengambilan keputusan dalam penilaian kinerja seorang dosen. Selanjutnya, hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk menentukan dosen yang memenuhi kriteria sebagai dosen dengan kinerja terbaik dan mengetahui dosen yang nilainya terendah untuk selanjutnya diadakan evaluasi dan tindakan lebih lanjut.
PENDAHULUAN Pada umumnya, setiap universitas perlu melakukan penilaian terhadap kinerja tenaga pekerjanya termasuk tenaga pengajar (dosen). Penilaian kinerja ini dilakukan untuk mengetahui seberapa baik dosen tersebut saat proses pengajaran. Semakin baik kinerja dosen tersebut saat mengajar, maka mahasiswa pun seharusnya semakin termotivasi untuk belajar. Dosen bisa dikatakan adalah aset dari pihak instansi pendidikan untuk para mahasiswanya sehingga perlu diperhatikan kualitasnya saat proses belajar-mengajar. Penilaian dosen dilakukan setiap sebelum ujian akhir semester dengan membagikan selembar kertas kuesioner penilaian kinerja dosen kepada mahasiswa. Proses penilaian dosen ini masih dilakukan secara manual dan data dimasukkan ke dalam bentuk excel, sehingga memerlukan waktu yang cukup lama dan perlu adanya staf tambahan untuk input data. Hal tersebut membuat proses penilaian kinerja dosen menjadi tidak efektif dan tidak efisien. Selain itu, dapat berakibat juga pada lambatnya keputusan yang diambil karena lamanya hasil yang diperoleh. Oleh sebab itu diperlukan
2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penilaian Kinerja Pada prinsipnya penilaian kinerja merupakan cara pengukuran kontribusi dari setiap individu dalam instansi yang dilakukan terhadap organisasi [4]. Penilaian kinerja menurut Hasibuan [6], adalah suatu proses di mana organisasi mengadakan evaluasi atau menilai prestasi kerja karyawannya. Nilai yang penting dari penilaian kinerja adalah penentuan tingkat kontribusi individu atau kinerja yang diekspresikan dalam menyelesaikan tugastugas yang menjadi tanggung jawabnya. Kontribusi hasil-hasil penilaian merupakan sesuatu yang sangat bermanfaat
382
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
bagi perencanaan kebijakan-kebijakan organisasi, yang menyangkut aspek individual dan aspek organisasional. Informasi penilaian kinerja tersebut oleh pimpinan dapat dipakai untuk mengelola kinerja pegawainya, dan mengungkapkan kelemahan kinerja pegawai, sehingga manajer dapat menentukan tujuan maupun peringkatan target yang harus diperbaiki. Tersedianya informasi kinerja pegawai, sangat membantu pimpinan dalam mengambil langkah perbaikan programprogram kepegawaian yang telah dibuat, maupun program-program organisasi secara menyeluruh.
2.1.4 Usecase Diagram Menurut Booch, suatu usecase diagram menampilkan sekumpulan usecase dan aktor (pelaku) dan hubungan diantara usecase dan aktor tersebut [2]. Usecase diagram digunakan untuk penggambaran usecase statik dari suatu sistem. Usecase diagram penting dalam mengatur dan memodelkan kelakuan dari suatu sistem. Usecase menjelaskan apa yang dilakukan sistem (atau sub-sistem) tetapi tidak menspesifikasikan cara kerjanya. Flow of event yang akan menjelaskan usecase saat pertama dimulai hingga berakhir saat usecase berinteraksi mulai dari aktor, obyek apa yang digunakan, alur dasar dan alur alternatif. Usecase atau diagram usecase merupakan pemodelan untuk kelakuan (behavior) sistem informasi yang akan dibuat Usecase merupakan konstruksi untuk mendeskripsikan bagaimana sistem akan terlihat di mata user, sedangkan usecase diagram memfasilitasi komunikasi diantara analis dan pengguna serta antara analis dan client [1].
2.1.2 Profile Matching Metode profile matching atau pencocokan profil adalah metode yang sering digunakan sebagai mekanisme dalam pengambilan keputusan dengan mengasumsikan bahwa terdapat tingkat variabel prediktor yang ideal yang harus dipenuhi oleh subyek yang diteliti, bukannya tingkat minimal yang harus dipenuhi atau dilewati. Dalam proses profile matching secara garis besar merupakan proses membandingkan antara nilai data aktual dari suatu profil yang akan dinilai dengan nilai profil yang diharapkan, sehingga dapat diketahui perbedaan kompetensinya (disebut juga dengan gap), semakin kecil gap yang dihasilkan maka bobot nilainya semakin besar.[5]
2.1.5 Black box testing Berdasarkan konsep pengujian Black box (functionality) testing mengidentifikasi kesalahan yang berhubungan dengan kesalahan fungsionalitas perangkat lunak yang tampak dalam kesalahan output.
2.1.3 Unified Modeling Languange (UML) UML adalah metodologi untuk mengembangkan sistem OOP dan sekelompok tool untuk mendukung pengembangan sistem tersebut [3]. UML adalah sekumpulan simbol dan diagram untuk memodelkan software atau mengilustrasikan bagian dan aspek tertentu dari sistem. Sebuah diagram merupakan bagian dari suatu view tertentu dan ketika digambarkan biasanya dialokasikan untuk view tertentu.
2.1.6 Pengujian Model ISO 9126 Kualitas perangkat lunak dapat dinilai melalui ukuran dan metode tertentu, serta melalui pengujian software. Salah satu tolok ukur kualitas perangkat lunak adalah ISO 9126, yang dibuat oleh International Organization for Standardization (ISO) dan International Electrotechnical Commission (IEC). Faktor kualitas menurut ISO 9126 meliputi enam karakteristik kualitas yaitu functionality (fungsionalitas), relialibility (kehandalan), usability (kebergunaan), efficiency (efisiensi), maintainability
383
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
(kepemeliharaan), dan portability (portabilitas). ISO 9126 adalah standar terhadap kualitas perangkat lunak yang diakui secara internasional. Terpenuhinya item-item pada ISO 9126 pada sebuah perangkat lunak tidak serta merta memberikan sertifikat ISO terhadap perangkat lunak tersebut karena standar ISO juga harus dipenuhi dari sisi manajemen pembuat perangkat lunak tersebut. Faktor-faktor ISO 9126 tidak serta merta memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran kualitas secara langsung. Meskipun demikian, standar tersebut menyediakan basis yang sangat penting untuk melakukan pengukuran kualitas secara tidak langsung dan pada dasarnya menyediakan daftar yang sempurna untuk menilai kualitas suatu sistem/perangkat lunak.
dibangun mampu menghasilkan daftar rangking calon TKI, sehingga dapat menghasilkan informasi hasil penyeleksian kelayakan tenaga kerja ke luar negeri berdasarkan urutan rangking. Hasil lainnya adalah sistem pendukung kelayakan tenaga kerja ke Luar Negeri dengan menggunakan metode Profile Matching ini dapat memberikan validasi data agar terhindar dari pengulangan penyimpanan data yang sama. 2.2.3 Penelitian Sisilia Daeng Bakka Mau [8]
Penelitian ini berjudul “Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Beasiswa Menggunakan Metode Teorema Bayes dan Demster-Shafer”. Tujuan dari penelitian Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Beasiswa menggunakan metode Teorema Bayes dan Dempster-Shafer untuk membantu dan mempermudah dalam proses pengambilan keputusan pemberian beasiswa. Selain itu hasil dari penilitian ini yakni terdapat persamaan dalam hasil perangkingan proses penentuan pemberian beasiswa menggunakan metode Teorema Bayes dan Dempster-Shafer di mana hasil perankingan dari kedua metode tersebut jika dibandingkan mempunyai hasil rangking yang sama untuk setiap penerima beasiswa. Hasil penelitian selanjutnya yang ditemukan yakni metode terbaik yang digunakan adalah metode Teorema Bayes, dilihat dari perhitungan yang dilakukan dimana perhitungan probabilitas Teorema Bayes menggunakan nilai probabilitas diterima dan nilai probabilitas tidak diterima, sedangkan perhitungan Dempster-Shafer, tidak menggunakan nilai probabilitas diterima dan nilai probabilitas tidak diterima tetapi membagi evidance secara terpisah kemudian baru dihitung nilai probabilitasnya menggunakan fungsi densitas m, keempat hasil perbandingan nilai probabilitas dari kedua metode tersebut adalah 35,85%..
2.2 Tinjauan Studi 2.2.1 Penelitian Parlindungan & Ghina Dita Syafitri [7] Penelitian ini berjudul “Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Menggunakan Metode Profile Matching di PT Dirgantara Indonesia”. Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk menampilkan hasil peringkat secara otomatis terhadap penilaian kinerja karyawan, dan untuk mempercepat pembuatan laporan penilaian kinerja karyawan. 2.2.2 Penelitian Sri Kurniasih & Dienni Nur Faridah [9] Penelitian ini berjudul “Sistem Pendukung Keputusan Kelayakan TKI G TO G ke Timor Leste Menggunakan Metode Profile Matching”. Tujuan dari penelitian tersebut yakni memudahkan dan membantu pihak BP3TKI/BNP2TKI dalam proses perhitungan niali-nilai test CTKI yang siap bekerja di luar negeri, sehingga membantu memudahkan dalam pengambilan keputusan. Adapun hasil penelitian yang didapat yakni sebuah sistem penunjang keputusan yang
3 3.1
384
PEMBAHASAN Metode Penelitian
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Kegiatan penelitian ini melalui beberapa tahap dalam pengembangannya yakni pertama dilakukan pengumpulan materi-materi kepustakaan yang berhubungan dengan pengambilan judul. Kemudian langkah selanjutnya yaitu survey langsung ke tempat penelitian. Dari penelitian tersebut akan didapat beberapa kriteria yang digunakan untuk penelitian lebih lanjut. Setelah dilakukan survey maka didapatkan data yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang terdiri dari beberapa kriteria. Selanjutnya data diolah untuk menghasilkan laporan untuk dijadikan alternatif keputusan.
penilaiannya di setiap gap diberikan bobot nilai sesuai dengan tabel berikut: Tabel 1. Keterangan Bobot Nilai Gap No. Selisih Bobot Keterangan Gap Nilai 1 0 5 Kompetensi sesuai dengan yang dibutuhkan 2 1 4,5 Kompetensi individu kelebihan 1 tingkat/level 3 -1 4 Kompetensi individu kurang 1 tingkat/level 4 2 3,5 Kompetensi individu kelebihan 2 tingkat/level 5 -2 3 Kompetensi individu kurang 2 tingkat/level 6 3 2,5 Kompetensi individu kelebihan 3 tingkat/level 7 -3 2 Kompetensi individu kurang 3 tingkat/level 8 4 1,5 Kompetensi individu kelebihan 4 tingkat/level 9 -4 1 Kompetensi individu kurang 4 tingkat/level
3.2
Metode Pemilihan Sampel Metode pemilihan sampel ini dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel untuk salah satu tujuan penelitian yakni untuk mendapatkan contoh hasil yang tidak monoton sehingga terdapat hasil yang baik dengan yang kurang baik. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 63 data dosen yang mengajar pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 untuk didapatkan hasil penilaian kinerja dosen.
1. Pengelompokan Core dan Secondary Factor. Setelah menentukan bobot nilai gap kriteria yang dibutuhkan, kemudian tiap kriteria dikelompokkan lagi menjadi dua kelompok yaitu core factor dan secondary factor. Pengelompokan ini bertujuan untuk mendapatkan faktor utama dan faktor pendukung dari kriteria-kriteria yang ada dalam penilaian kinerja dosen. Adapun rumus untuk menghitung core factor dan secondary factor adalah sebagai berikut: a. Core Factor (Faktor Utama). Core factor merupakan kriteria (kompetensi) yang menonjol/paling dibutuhkan dalam proses penilaian kinerja dosen saat mengajar, yang diperkirakan dapat menghasilkan kinerja optimal. Untuk menghitung core factor digunakan rumus [5]:
3.3
Teknik Analisis Data Teknik analisis dapat dilakukan berdasarkan hasil kuisioner tentang penilaian kinerja dosen yang diisi oleh mahasiswa. Sampel yang digunakan sebanyak 10 data dosen yang mengajar di perguruan tinggi yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan pendekatan Profile Matching. Adapun tahapan analisis yang dilakukan adalah: A. Pembobotan. Tahap pertama yang dilakukan adalah pembobotan. Pada tahap ini dilakukan selisih berdasarkan hasil isian kuesioner dengan target nilai pencapaian dari masing-masing kriteria yang ada. Dalam penentuan peringkat pada kriteria untuk
NCF =
Keterangan : NCF : Nilai rata rata core factor NC : Jumlah total nilai core factor
385
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
IC
: Jumlah item core factor
3.4.1 Pengujian dengan Teknik Black Box Testing Pengujian prototipe sistem informasi penilaian dosen berbasis web pada perguruan tinggi juga dilakukan dengan cara pengujian dengan teknik Blackbox, yaitu dengan melakukan tes pengisian apakah sesuai dengan hasil yang diinginkan, selanjutnya dilakukan juga tes untuk mengetahui kelemahan sistem terhadap serangan dari luar sistem seperti SQLInjection untuk mengetahui ketahanan keamanan sistem.
b. Secondary factor (faktor pendukung). Secondary factor adalah kriteriakriteria selain kriteria yang ada pada core factor. Untuk menghitung secondary factor digunakan rumus [5]: NSF =
Keterangan : NSF : Nilai rata rata secondary factor NS : jumlah total nlai secondary factor IS : Jumlah item secondary factor
3.4.2 Pengujian Kualitas Prototipe dengan ISO 9126 Pengujian sistem menggunakan standar kualitas perangkat lunak menurut ISO 9126 untuk menguji kualitas dari prototipe sistem informasi penilaian dosen berbasis web. Penelitian ini hanya meneliti empat karakteristik yang terdapat pada ISO 9126, yaitu fungsionalitas, kebergunaan, efisiensi dan portabilitas. Teknik pengujian (testing) dan evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini dengan cara sebagai berikut:
2. Perhitungan Nilai Total Dari perhitungan core factor dan secondary factor dari tiap-tiap kriteria, kemudian dihitung nilai total dari tiap-tiap kriteria yang diperkirakan berpengaruh pada kinerja tiap-tiap profile. Untuk menghitung nilai total dari masing masing kriteria, digunakan rumus [5] : N=(X)% NCF + (X)% NSF Keterangan : N : nilai total tiap aspek NCF : Nilai rata rata core factor NSF : Nilai rata rata secondary factor (X)% : Nilai presentase yang diinputkan
1. Pengujian Sistem. Berdasarkan empat karakteristik yang terdapat pada ISO 9126, yaitu fungsionalitas, kebergunaan, efisiensi, dan portabilitas. Dilakukan dengan menggunakan kasus uji yang dijalankan pada sistem. 2. Pengujian Penerimaan Pengguna. Dilakukan menggunakan Kuesioner yang dibagikan kepada pengguna sistem. Instrumen dalam pengujian penerimaan sistem dengan metode Kuesioner. Kuesioner akan disebarkan pada responden yakni Dekan, Kepala Program Studi dan staf TU perguruan tinggi. Isi kuesioner terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yaitu: a. Pertanyaan-pertanyaan yang berkatian berguna untuk menguji fungsionalitas sistem.
3. Perankingan. Hasil akhir dari proses profile matching adalah rangking dari dosen dengan kinerja terbaik hingga dosen dengan kinerja terburuk. Penentuan mengacu ranking pada hasil perhitungan yang ditunjukkan oleh rumus [5]: Rangking = 70% NCF + 30% NSF Keterangan : NCF : Nilai core factor NSF : Nilai secondary factor 3.4
Teknik Pengujian Sistem
386
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
b. Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dalam menguji kecepatan layanan informasi. c. Pertanyaan-pertanyaan untuk menguji hasil analisis dan rancangan sistem.
Gambar 1. Activity Diagram Data Evaluasi Kinerja
Pada activity diagram di atas hal pertama yang dilakukan admin yakni admin menambah data master yang digunakan pada aplikasi ini. Data master yang digunakan pada prototipe aplikasi ini adalah master dosen, master mahasiswa, dan master mata kuliah. Selanjutnya admin melakukan penjadwalan sesuai dengan tahun akademik dan sesuai dengan KRS mahasiswa. Setelah penjadwalan selesai dibuat oleh admin, dan ujian telah dilaksanakan selanjutnya admin dapat menginput nilai yang telah diberikan oleh dosen. Setelah nilai telah diinput, selanjutnya mahasiswa dapat login ke aplikasi. Jika gagal maka mahasiswa perlu login ulang, setelah login maka mahasiswa dapat melakukan penginputan kuesioner. Setelah mahasiswa melakukan pengisian kuesioner penilaian dosen, staf admin dapat memproses laporan penilaian dosen yang telah menggunakan metode Profile Matching dan memperoleh hasil penilaian kinerja dosen pada tahun akademik yang bersangkutan.
3.5
Proses Bisnis Setiap akhir semesterperguruan tinggi melakukan penilaian kinerja dosen untuk mengetahui kinerja dosen yang berlangsung pada semester berjalan tersebut. Dimana dalam proses tersebut mahasiswa yang berperan aktif pada sistem penilaian kinerja dosen. Pada prototipe sistem penilaian kinerja dosen ini, mahasiswa melakukan login terlebih dahulu sebelum mengisi kuesioner online. Setelah login dan mengisi kuesioner online penilaian kinerja dosen, mahasiswa tersebut dapat melihat nilai hasil belajar mereka pada tahun akademik tersebut. Selanjutnya admin tidak perlu lagi menginput jawaban kuesioner dari mahasiswa tersebut. Pada prototipe ini, setelah mahasiswa melakukan pengisian kuesioner selanjutnya admin dapat langsung melihat hasil perankingan dari penilaian kinerja dosen mengajar pada tahun akademik tersebut. Adapun activity diagram yang menggambarkan proses bisnis dari protipe penilaian kinerja dosen ini adalah sebagai berikut:
3.6 Use-Case Diagram Use-case diagram menggambarkan sebuah fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem. Hal yang diutamakan adalah “apa” yang dikerjakan sistem, dan bukan “bagaimana” sistem mengerjakannya. Pada analisis dan pemodelan kebutuhan fungsional dilakukan pemecahan menjadi beberapa subsistem untuk mengelompokkan fungsi dan memudahkan dalam mendeskripsikan pemahaman setiap proses dalam prototipe Penilaian Kinerja Dosen. Berikut adalah gambaran dari use-case:
387
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
3.7 Entity Relationship Diagram Berikut ini merupakan ER-Diagram prototipe yang akan dibangun. Hubungan dari masing-masing data ini ada yang bersifat one-to-many, dan many-to-many sesuai hubungan timbal balik relationship-nya.
Gambar 2. Use Case Proses Penilaian Kinerja Dosen
Pada diagram use case di atas admin dapat melakukan login untuk mulai menggunakan aplikasi, selanjutnya admin dapat menambah dan mengedit data master yang digunakan pada aplikasi ini. Data master yang digunakan pada prototipe aplikasi ini adalah master dosen, master mahasiswa, dan master mata kuliah. Selanjutnya admin juga melakukan penjadwalan sesuai dengan tahun akademik dan sesuai dengan KRS mahasiswa. Setelah penjadwalan selesai dibuat oleh admin, dan ujian telah dilaksanakan maka selanjutnya admin dapat menginput nilai yang telah diberikan oleh dosen. Setelah nilai telah diinput, selanjutnya mahasiswa dapat login dan melakukan penginputan kuesioner terlebih dahulu. Setelah pengisian kuesioner penilaian dosen telah dilakukan, mahasiswa dapat melihat nilai hasil ujian mereka. Setelah mahasiswa telah melakukan pengisian kuesioner penilaian dosen, staff admin dapat memproses laporan penilaian dosen yang telah menggunakan metode Profile Matching dan memperoleh hasil penilaian kinerja dosen pada tahun akademik yang bersangkutan.
Gambar 3. ERD Penilaian Kinerja Dosen
3.8 Gambaran Umum Model Prototipe Berikut adalah beberapa gambaran umum dari model prototipe penilaian kinerja dosen:
388
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 6. Gambar Laporan Perankingan
Gambar 4. Tampilan Input Jadwal
3.9
Pengujian Prototipe Metode pengujian hipotesis yang bertujuan untuk menguji bahwa prototipe yang dibuat telah sesuai dengan kebutuhan user, mengetahui apakah prototipe yang dibuat dapat dipakai oleh penggunanya. Pengujian hipotesis ini menggunakan pendekatan black box testing dan metode ISO 9126. 3.9.1 Pengujian Black Box Tabel 2. Pengujian Form Master Mahasiswa Yang Proses Skenario Hasil diharapkan Pengujian Admin Sistem Berhasil Form menginputkan menerima Mahasiswa data mahasiswa hasil input dimana data ini data akan digunakan mahasiswa dan untuk menyimpan mahasiswa dalam yang akan database mengisi dimana data kuesioner mahasiswa ini penilaian dosen akan digunakan untuk proses pengisian kuesioner
Gambar 5. Input Kuesioner Penilaian Dosen
389
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Tabel 4. Pengujian Form Master Mata Kuliah Yang Proses Skenario Hasil diharapkan Pengujian Admin Sistem Berhasil Form Mata menginputkan menerima Kuliah data mata hasil input kuliah dimana data mata data ini akan kuliah dan digunakan menyimpan untuk bahan dalam penilaian database kinerja dosen dimana data mata kuliah ini akan digunakan untuk proses pengisian jadwal
Gambar 7. Tampilan pengujian form master mahasiswa
3.9.2 Pengujian Kualitas Prototipe dengan ISO 9126 Pengujian kualitas prototipe dilakukan untuk menguji dan mengevaluasi tingkat kualitas perangkat lunak sistem informasi yang dihasilkan dengan menggunakan ISO 9126. Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari kuesioner, berikut rekapitulasi hasil pengujian kualitas berdasarkan empat aspek kualitas perangkat lunak menurut ISO 9126:
Gambar 8. Tampilan hasil pengujian form master mahasiswa Tabel 3. Pengujian Form Master Dosen Yang Proses Skenario Hasil diharapkan Pengujian Admin Sistem Berhasil Form menginputkan menerima Dosen data dosen hasil input dimana data ini data dosen dan akan digunakan menyimpan untuk bahan dalam penilaian database kinerja dosen dimana data dosen ini akan digunakan untuk proses pengisian jadwal dan penilaian
390
Tabel 5. Hasil Pengujian ISO 9126 Aspek SkorA SkorI %SkorA Kriteria ktual deal ktual Functionality 382
450
84,89%
Reliability
210
250
84,00%
Usability
352
400
Efficiency Total
Sangat Baik Baik
88,00% SangatB aik 128 150 85,33% Sangat Baik Sangat 1,072 1,250 85.76% Baik
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kualitas perangkat lunak prototipe penilaian kinerja dosen secara keseluruhan dalam kriteria Sangat Baik, dengan persentase 85.76%. Aspek kualitas tertinggi adalah berdasarkan aspek Usability dengan persentase sebesar 88.00%, selajutnya aspek Efficiency dengan 85,33%. Aspek Functionality dengan persentase sebesar 84,89%, sedangkan aspek kualitas terendah adalah dari aspek Reliability dengan persentase sebesar 84,00%. Berdasarkan hasil pengujian ISO 9126 juga didapat prototipe sistem penilaian kinerja dosen ini dapat mempercepat penyajian informasi atau laporan penilaian kinerja dosen. Penggunaan metode profile matching yang dipakai pada prototipe ini juga dapat meningkatkan keakuratan pada proses penilaian kinerja dosen sesuai dengan profil kinerja yang diinginkan oleh pihak perguruan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA [1] A,S Rosa dan M. Shalahuddin. Modul Pembelajaran Rekayasa Perangkat Lunak (Terstruktur dan Berorientasi Objek). Bandung: Penerbit Modula, 2011. [2] Booch, G. Rumbaugh, J. Jacobsoon. Unified Modelling Language User Guide. United States of America: Addison-Wesley Professional, 2005. [3] David M. Kroenke. Dasar-Dasar, Desain, dan Implementasi Database Processing Jilid 1 Edisi 9. Jakarta: Erlangga, 2005. [4] Hamza, Paulus, Suyoto. Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Dosen Dengan Metode Baalanced Scorecard, Studi Kasus: Universitas Respati Yogyakarta. Yogyakarta, 2010. [5] Kusrini. Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta: Andi Publisher, 2007. [6] Malayu S.P. Hasibuan.Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara, 2007. [7] Parlindungan & Ghina Dita Syafitri. Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Menggunakan Metode Profile Matching di PT Dirgantara Indonesia. (12 September, 2015) [8] Sisilia Daeng Bakka Mau. Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Beasiswa Menggunakan Metode Teorema Bayes dan Demster-Shafer. (22 September, 2015) [9] Sri Kurniasih & Dienni Nur Faridah. Sistem Pendukung Keputusan Kelayakan TKI G TO G ke Timor Leste Menggunakan Metode Profile Matching. (19 September, 2015)
4.
PENUTUP Dari hasil diskusi di atas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Prototipe sistem pendukung keputusan berbasis web ini telah diuji dengan metode black box testing dan diuji kualitasnya berdasarkan ISO 9126. Hasil pengujian didapatkan proses penilaian kinerja dosen menjadi lebih cepat dan akurat dibandingkan dengan sistem manual, selain itu sistem baru ini dapat diterima oleh para pengguna. 2. Dengan penggunaan metode Profile Matching pada prototipe sistem pendukung keputusan penilaian kinerja dosen ini kita dapat menentukan bobot kriteria ideal yang diinginkan saat penilaian kinerja dosen. Hasil perankingan yang dihasilkan lebih akurat sesuai dengan kriteria ideal, sehingga dari hasil ini para dosen dapat mempertahankan dan memperbaiki kinerja pengajarannya.
391
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
PENGEMBANGAN TES BAKAT TERPADU ONLINE I Made Candiasa Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia
ABSTRAK Pengembangan tes bakat online didasari ide untuk memperluas otomasi layanan pendidikan, melengkapi elearning yang sudah berkembang dengan baik untuk otomasi pembelajaran. Kelebihan tes bakat online yang dikembangkan adalah dapat digunakan setiap saat, dan tidak terlalu terikat tempat, serta tidak memerlukan petugas yang memahami evaluasi. Selain itu, tes bakat online dapat menyajikan variasi tes yang berbeda setiap kali diakses, serta dapat memberikan informasi hasil tes secara otomatis langsung setelah peserta tes memvalidasi jawabannya. Kata kunci: tes bakat online, otomasi layanan pendidikan
ABSTRACT Development of online aptitude test based on idea of widening otomation on educational service, compliting existing various e-learning model for instructional otomation. There are some advantages of online aptitude test. It can be used anytime and anywhere by everyone. Futhermore, it can present various package of test every time it is accessed and automatially gives score and feedback immidiately after testee finish answer the test. Keywords: online aptitude test, otomation of educational service
meningkat apabila mereka belajar sesuai dengan bakatnya. Bahwa bakat merupakan faktor penting dalam pendidikan sudah sejak lama dikaji, dan bahkan sudah banyak dikembangkan tes bakat untuk mengetahui bakat anak didik. Hanya saja, tes bakat yang sudah ada masih merupakan tes bakat yang dikerjakan secara manual yang umum disebut paper and pencil test. Tes bakat seperti ini memiliki banyak keterbatasan, seperti keterbatasan responden yang bisa dijangkau, kesulitan mendapatkan tes yang bervariasi, dan kesulitan penyekoran. Tes bakat online diharapkan mampu mengatasi keterbatasan tes bakat manual yang sudah ada. Karakteristik teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang mampu menembus keterbatasan geografis dan waktu diharapkan dapat mengatasi keterbatasan responden. Kemampuan basis-data komputer untuk menjadi bank data dapat dimanfaatkan untuk menciptakan bank soal, sehingga kesulitan memvariasikan butir tes dapat diatasi. Demikian pula kesulitan penyekoran tes manual dapat diatasi karena komputer dapat diprogram untuk dapat melakukan penyekoran secara otomatis, dan selanjutnya
PENDAHULUAN Pengarahan anak didik untuk dapat memilih program yang tepat untuk diikuti merupakan kegiatan yang amat penting bagi dunia pendidikan. Agar dapat mengarahkan anak didik memasuki program studi yang tepat, bakat anak didik merupakan sangat penting untuk diketahui. Apabila bakat anak didik dapat diketahui sedini mungkin, maka pendidikan mereka akan semakin dapat diarahkan. Apabila anak didik dapat mengikuti program pendidikan yang relatif sesuai dengan bakatnya, maka motivasi belajarnya cenderung meningkat. Apabila program pendidikan yang diikuti sesuai bakatnya dengan motivasi belajar yang tinggi, maka kompetensi yang dicapai akan lebih baik dan waktu belajarnya akan lebih singkat. Dengan demikian, sumber daya pendidikan yang dialokasikan dapat digunakan dengan lebih efisien. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan bahwa kurikulum 2013 memiliki tujuan untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan mendorong siswa untuk aktif (Kompas.com, 26 Desember 2012). Kuriositas dan aktivitas anak didik akan lebih
392
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
memberikan informasi hasil tes secara otomatis pula. Tes bakat online yang dihasilkan penelitian ini dapat digunakan oleh siapapun, tanpa harus menguasai kompetensi di bidang evaluasi. Siswa sendiri yang ingin mengetahui bakatnya dapat melakukan tes sendiri dan dapat secara langsung mengetahui hasilnya. Guru atau kepala sekolah yang ingin mengetahui bakat siswanya dapat memanfaatkan tes ini untuk mengetes bakat siswanya dan dapat mengetahui hasilnya secara langsung. Orang tua siswa yang ingin mengetahui bakat anaknya dapat memanfaatkan tes ini untuk mengetes bakat anaknya dan dapat mengetahui hasilnya secara langsung. Hasil tes bakat tersebut akan memberi pertimbangan kepada siswa untuk memilih jurusan atau program pendidikan berikutnya. Bagi guru atau kepala sekolah, hasil tes bakat tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberi saran kepada siswanya untuk memilih jurusan dan memilih program pendidikan berikutnya. Demikian pula bagi orang tua siswa, hasil tes bakat tersbut dapat digunakan sebagai pedoman untuk memberi pertimbangan kepada anaknya tentang jurusan dan program pendidikan yang harus dipilih. Tes bakat online yang dikembangkan dapat digunakan oleh siapapun tanpa terbatas oleh tempat dan waktu. Kapanpun dan dimanapun tes tersbut dapat digunakan dengan unjuk kerja yang sama. Bias hasil tes akibat pengulangan tes yang disajikan dapat dihindari karena tes diambil dari basis-data bank soal yang dapat menyajikan variasi tes yang berbeda untuk setiap penyajian. Bakat merupakan kemampuan bawaan untuk mempelajari bidang tertentu dengan cepat dan mudah (Roosner at.al., 2012). Ungkapan seperti “dilahirkan sebagai ilmuwan”, “tercipta sebagai teknokrat”, “atlit atau musisi berbakat”, “penyuluh atau politisi alamiah”, “guru dengan kemampuan bawaan”, serta ungkapan lain yang serupa menunjukkan adanya bakat seseorang yang berbeda dengan orang lain. Tampak pada konteks ini seakan orang-orang tersebut sukses pada bidangnya masing-masing karena memang bakatnya, sepertinya mereka dapatkan itu semua tanpa usaha. Akan tetapi, kenyataannya semua orang sukses selalu melakukan upaya atau usaha. Hanya saja
untuk orang yang pekerjaannya sesuai dengan bakatnya, usaha yang dilakukan akan menyenangkan, sehingga mereka bekerja tidak merasa sebagai buruh yang dipaksapaksa. Ilmuwan berbakat akan selalu tertarik untuk mencari masalah-masalah yang perlu dipecahkan sesuai bidangnya. Musisi berbakat akan menikmati musik yang dilantunkan. Sementara itu, teknisi komputer yang berbakat akan mengerjakan perbaikan komputer di laboratorium dengan tekun dan perasaan senang. Bakat (aptitude) sering disalahartikan dengan kemampuan (ability) atau prestasi (achievement). Carter (2007) memberikan deskripsi yang cukup jelas terhadap perbedaan bakat, kemampuan, dan prestasi. Bakat individu mengacu pada seberapa cepat atau seberapa mudah individu tersebut dapat belajar di masa mendatang. Sementara itu, kemampuan individu mengacu pada apa yang dapat dicapai di masa mendatang. Di lain sisi, prestasi mengacu pada apa yang sudah dicapai di masa lalu. Prestasi aritmetika penjumlahan menggambarkan apa yang sudah dikuasai siswa di bidang aritmetika penjumlahan. Kemampuan pemecahan masalah aritmetika cerita menunjukkan apa yang dapat dicapai siswa dalam hal pemecahan masalah aritmetika cerita di masa mendatang. Bakat numerik menunjukkan seberapa cepat dan seberapa mudah siswa dapat belajar materi atau aktivitas yang menggunakan perhitungan numerik. Bakat diukur dengan tes bakat. Tes bakat dikembangkan untuk menutupi kelemahan dari tes kecerdasan atau inteligensi. Tes inteligensi memiliki keterbatasan dalam hal kemampuan yang bisa dicakup. Hal ini sudah disadari oleh para ahli jauh hari sebelum tes bakat ganda dikembangkan. Tes inteligensi berkonsentrasi pada fungsi abstrak, meliputi penggunaan simbol-simbol verbal atau numerik, sehingga kepentingan yang lebih khusus, yang menyangkut kemampuan yang lebih konkrit atau praktis terlupakan. Kesenjangan tersebut diatasi dengan tes bakat khusus. Kepentingan seleksi sekolah kejuruan dan penanganan konseling memacu pengembangan tes untuk mengukur bakat mekanik, bakat administrasi, bakat musik, bakat seni, serta bakat-bakat di bidang lainnya. Bahkan untuk seleksi karyawan di
393
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
bidang tertentu masih memerlukan tes bakat yang lebih khusus lagi, seperti tes bakat pengamatan, pendengaran, dan ketangkasan. Seleksi karyawan untuk bidang industri atau seleksi anggota militer memerlukan kecerdasan pengamatan, pendengaran, dan ketangkasan. Pemetaan jurusan yang ada dengan pola bakat dari masing-masing individu telah memberikan dorongan yang kuat untuk pengembangan tes bakat. Demikian pula pemetaan antara lowongan pekerjaan dengan pola bakat dari masing-masing individu telah memberikan dorongan yang sangat kuat untuk mengembangkan tes bakat khusus. Individu yang memiliki bakat mekanik diarahkan untuk melanjutkan ke sekolah kejuruan bidang mekanik. Individu yang memiliki bakat musik disarankan untuk menekuni bidang musik. Demikian pula individu yang memiliki bakat klerikal yang kuat ditempatkan pada urusan-urusan yang banyak kaitannya dengan bidang admiistrasi. Bakat mekanik, musik, seni, dan bakat khusus lainnya selanjutnya diakui sebagai pelengkap IQ dalam deskripsi individu. Akan tetapi, dengan munculnya analisis faktor secara perlahan-lahan diakui bahwa inteligensia itu tersusun oleh bakatbakat yang relatif independen, seperti pengetahuan verbal, penalaran logis, perhitungan numerik, visualisasi ruang, kemampuan asosiasi, dan sebagainya. Bahkan beberapa bakat khusus tradisional, seperti bakat mekanik dan bakat administrasi (klerikal) juga dipadukan ke dalam batery bakat ganda. Beberapa bidang tertentu, seperti bakat pengamatan, bakat pendengaran, bakat ketangkasan, dan bakat seni jarang tercakup dalam batery bakat ganda. Situasi pada bidang tersebut sangat khusus untuk bisa memutuskan hasil tes tersebut dalam batery bakat ganda. Tes bakat khusus juga digunakan pada bidang-bidang yang sebenarnya sudah dicakup oleh batery bakat ganda, seperti bakat administrasi dan bakat mekanik. Pada beberapa tes, tes inteligensi umum dikombinasikan dengan tes bakat khusus yang relevan. Alasanya terletak pada ekstensif normatif dan validasi data dari tes bakat khusus yang sering digunakan. Alasan kedua adalah fleksibilitas prosedur, yang tidak hanya menyediakan alternatif bakat yang relevan tetapi juga
dilengkapi dengan pengukuran tiap bakat untuk tujuan khusus. Tes bakat mengukur kemampuan yang lebih spesifik dan lebih terbatas dibandingkan dengan tes inteligensi (Gregory, 2000). Tes bakat tunggal hanya mengukur satu domain kemampuan, sedangkan tes bakat ganda menghasilkan skor untuk beberapa areal kemampuan yang berbeda. Tes bakat mekanik, tes bakat musik, dan tes bakat ketangkasan merupakan tes bakat khusus. Di lain sisi, tes bakat skolastik atau Scholastics Aptitude Test (SAT) dan Differential Aptitude Test (DAT) merupakan tes bakat ganda. SAT memuat tes kemampuan verbal dan tes kemampuan numerik, sedangkat DAT memuat delapan tes yakni tes kemampuan verbal, kemampuan numerik, kemampuan abstraksi, kecepatan dan akurasi klerikal, kemampuan mekanik, hubungan ruang, ejaan, dan penggunaan bahasa. Tes untuk mengukur kecerdasan ganda (multiple intelligence) yang dikembangkan oleh Gardner merupakan tes bakat ganda. Awalnya, teori kecerdasan ganda memuat tujuh kecerdasan, yakni kecerdasan matematika dan logika (mathematics logic), kecerdasan lingusitik (linguistics), kecerdasan kinestetik (kinestetics), kecerasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan ruang (spatial), dan kecerdasan musik. Berikutnya ditambah lagi dua kecerdasan, yakni kecerdasan lingkungan dan kecerdasan religius. Tes bakat berbeda dengan tes kemampuan dan tes prestasi. Carter (2007) menyebutkan bahwa tes bakat secara umum adalah tes yang ditujukan untuk mengukur potensi untuk mencapai prestasi tertentu. Cronbach (1984) menambahkan bahwa tes bakat dimaksudkan untuk memprediksi keberhasilan individu dalam aktivitas atau pekerjaan tertentu. Aiken (1988) dengan lebih jelas mendeskripsikan bahwa tes bakat menitikberatkan pada perilaku di masa mendatang, yakni apa yang akan mampu dipelajari individu dengan pembelajaran yang tepat, sementara tes prestasi mengases kemampuan individu berdasarkan apa yang telah dipelajari di masa lalu. Pernyataan yang hampir sama diberikan oleh Gronlund dan Linn (1990) dengan menyebut bahwa perbedaan tes bakat dan tes prestasi terletak
394
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
pada penggunaan hasilnya. Hasil tes bakat digunakan untuk memprediksi keberhasilan belajar pada masa yang akan datang, sementara itu hasil tes prestasi digunakan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan belajar di masa yang sudah lampau. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa bakat adalah potensi bawaan yang dimiliki individu pada bidang tertentu yang menentukan seberapa cepat, seberapa mudah, dan seberapa akurat individu tersebut dapat menyelesaikan aktivitasnya pada bidang tersebut. Bakat berbeda dengan prestasi dan kemampuan. Bakat menentukan potensi keberhasilan individu di masa mendatang, kemampuan pencapaian individu di masa mendatang, dan prestasi menunjukkan keberhasilan individu di masa lampau atau pada masa lalu. Bakat dalam penelitian ini dibatasi pada beberapa bakat yang sering digunakan, yaitu bakat numerik, bakat logika, bakat verbal, bakat linguistik, dan bakat ruang. Kajian pendahuluan yang sudah dilakukan adalah: 1) identifikasi dimensi/indikator untuk tiap-tiap tes bakat yang akan dikembangkan, 2) perumusan deskriptor tiaptiap dimensi/indikator untuk tiap-tiap tes bakat yang akan dikembangkan, dan 3) identifikasi banyak butir untuk tiap-tiap dimensi/indikator pada tiap-tiap tes bakat yang akan dikembangkan. Sampai saat ini memang sudah ada beberapa tes bakat yang dikembangkan. Akan tetapi, kebanyakan tes bakat tersebut dikembangkan di negara lain. Oleh karena itu, diperlukan upaya agar tes bakat tersebut sesuai dengan konteks di Indonesia. Tes on-line mengacu pada tes yang dilakukan dengan memanfaatkan jaringan komputer beserta berbagai fasilitasnya (internet) sebagai media. Siswa menerima pertanyaan melalui tampilan teks, grafik, gambar, atau video di monitor komputer. Selanjutnya, siswa memberikan jawaban atau tanggapan dengan memanfaatkan keyboard atau mouse. Komputer dapat bekerja cepat dan cermat untuk mengoreksi respon siswa, sehingga dapat memberikan skor secara cepat dan bahkan dapat memberikan umpan balik secara cepat pula. Ada beberapa keunggulan komunikasi berbasis komputer yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan tes, yakni bebas konteks, bebas
konvensi sosial, dan menjamin kerahasiaan pribadi. Jika tes menggunakan komputer sebagai media komunikasi, maka antara penguji dengan peserta tes tidak terjadi komunikasi tatap muka. Oleh karena itu, peserta tes tidak akan merasa terawasi. Mereka dapat bekerja dengan lugas tanpa berpikir pengawas yang selalu mengintai mereka. Kerahasiaan informasi dari masingmasing peserta didik sangat terjamin. Informasi dari seorang peserta tes tidak akan diketahui peserta tes lain. Kondisi seperti ini membuat peserta didik bebas dari kecemasan, sehingga mereka akan dapat menunjukkan kemampuan yang optimal. Muwanga-Zake (2006) menemukan bahwa tes berbasis komputer amat bermanfaat karena siswa sempat merevisi jawaban, memperoleh koreksi dengan segera, dapat mengerjakan kembali tes, dan dapat mengetahui waktu yang tersisa. Selain itu, siswa memperoleh umpan balik dengan segera sehingga mampu melakukan pembelajaran remidi. Hampir sama dengan temuan Muwanga-Zake, Williams (2009) menemukan bahwa pengalaman dan sikap siswa terhadap tes berbasis web amat positif dan mereka lebih memilih eavluasi berbasis web daripada evaluasi tertulis. Ada beberapa keuntungan yang didapat dari evaluasi berbasis web, yaitu umpan balik diperoleh dengan segera, jadwal dapat diatur lebih fleksibel, bebih murah, reliablitas lebih terjamin, fleksibel dari segi waktu dan tempat baik dari sisi siswa maupun guru, penyekoran lebih cepat, keamanan dan kerahasiaan lebih terjamin, catatan sekor siswa dapat disimpan secara otomatis, lebih membuka peluang untuk memonitor kemajuan siswa, mudah mengidentifikasi kesalahan soal, dan mudah menstandarisasikan lingkungan evaluasi. Informasi yang relatif lebih spesifik ditemukan oleh Botge dkk. (2009) bahwa untuk anak-anak yang memiliki kemampuan akademik rendah, tes berbasis komputer (computer based test) dapat meningkatkan kemampuan mereka memahami tes, mereka menghabiskan waktu untuk mengerjakan tes relatif sama dengan anak-anak yang memiliki kemampuan akademik tinggi, serta mereka mampu belajar dengan scaffoloding. Di masa mendatang diharapkan terjadi integrasi antara asesmen interaktif pada pembelajaran interaktif untuk memfasilitasi evaluasi formatif untuk memfasilitasi guru
395
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
melakukan individualisasi pembelajaran serta memfasilitasi evaluasi sumatif secara terpadu. METODE PENELITIAN Penelitihan ini secara keseluruhan direncanakan berlangsung dalam tiga tahun. Penelitian tahun pertama dilakukan dengan metode prototyping. Produk yang akan dihasilkan penelitian tahun pertama adalah situs web sebagai media pelaksanaan Tes Bakat Terpadu Online. Tes bakat online yang dihasilkan penelitian ini dapat digunakan oleh siapapun, tanpa harus menguasai kompetensi di bidang evaluasi. Siswa sendiri yang ingin mengetahui bakatnya dapat melakukan tes sendiri dan dapat secara langsung mengetahui hasilnya. Guru atau kepala sekolah yang ingin mengetahui bakat siswanya dapat memanfaatkan tes ini untuk mengetes bakat siswanya dan dapat mengetahui hasilnya secara langsung. Orang tua siswa yang ingin mengetahui bakat anaknya dapat memanfaatkan tes ini untuk mengetes bakat anaknya dan dapat mengetahui hasilnya secara langsung. Hasil tes bakat tersebut akan memberi pertimbangan kepada siswa untuk memilih jurusan atau program pendidikan berikutnya. Bagi guru atau kepala sekolah, hasil tes bakat tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberi saran kepada siswanya untuk memilih jurusan dan memilih program pendidikan berikutnya. Demikian pula bagi orang tua siswa, hasil tes bakat tersbut dapat digunakan sebagai pedoman untuk memberi pertimbangan kepada anaknya tentang jurusan dan program pendidikan yang harus dipilih. Pengembangan Tes Bakat Online ini mengikuti pengembangan waterfall atau lebih dikenal dengan sebutan classic life cycle (CLC) atau siklus hidup klasik, merupakan paradigma yang paling kuno yang sering dipakai dalam pembuatan piranti lunak yang sudah menjadi pola dasar dalam paradigma-paradigma lain dan sering disebut waterfall model atau model air terjun. Pemodelan waterfall Pengembangan Tes Bakat Online dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 1 Model Waterfall (Presman,1992). Model ini melakukan pendekatan secara sistematis dan berurutan dalam mengembangkan sebuah piranti lunak. Tahap-tahap yang dilalui dalam waterfall model adalah analisis dan perancangan piranti lunak. Piranti lunak selalu menjadi bagaian dari sistem yang vital sehingga penting untuk menetapkan kebutuhan bagi semua elemen pada sistem dan mengalokasikan sebagai kebutuhan ke piranti lunak. Sistem ini penting saat piranti lunak berhubungan dengan hardware, manusia dan basis datanya. a. System engineering merupakan studi kelayakan sistem berdasarkan aspek teknologi, ekonomi dan sumber daya manusia. b. Analysis adalah menganalisis kebutuhan Pengembangan Tes Bakat Online yang akan dirancang, meliputi fungsi-fungsi, performace dan interface yang di perlukan. c. Desain dalam Pengembangan Tes Bakat Online berupa perancangan design web, perancangan struktur web serta perancangan tata letak menu web agar informasi bisa diakses dengan mudah. d. Pengkodean (Code Generation) adalah proses penerjemahan hasil perancangan ke dalam bentuk kode yang dimengerti oleh komputer. e. Setelah pengkodean selesai, dilanjutkan dengan proses pengujian (testing) yaitu melakukan uji coba terhadap Pengembangan Tes Bakat Online yang telah selesai di buat untuk mengetahui kesalahan dalam web dan dilakukan perbaikan. f. Pemeliharaan (Maintenance). Pengembangan Tes Bakat Online akan mengalami perubahan seiring bertambahnya waktu, hal ini disebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan sehingga memerlukan perbaikan web ataupun
396
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
terjadinya karena pemakai menginginkan peningkatan fungsi atau kinerja. Tes bakat online ini dibuat dan diujikan pada personal computer berspesifikasi standar. Sistem ini dibangun di bawah sistem operasi Windows 7 Ultimate 64-bit, script pemrograman menggunakan turunan bahasa C++ yaitu PHP, dengan HTML sebagai penyusun kerangka user interface aplikasinya, CSS sebagai pengaturan tampilan, JavaScript dengan library jQuery untuk mempercantik dan mempermudah interaksi dengan user dan MySQL sebagai pengelola basis data. Perangkat keras yang dipergunakan pada saat membangun pengembangan tes bakat online ini menggunakan processor AMD A63400M APU with Radeon(tm) HD Graphics (4 CPUs), ~ 1.4 GHz dengan RAM 4GB.
pembaharuan pertanyaan dan kategori pertanyaan di dalam tes bakat ini. Sementara itu, aktivitas yang dapat dilakukan oleh peserta adalah login, daftar tes, melihat petunjuk umum, menjawab pertanyaan yang ada pada tes, melihat hasil tes, dan logout. Tes bakat online yang dikembangkan diujicoba secara emperik dengan melibatkan sampel siswa terbatas. Hasil uji coba sistem dapat disedkripsikan sebagai berikut. 1) Semua siswa dapat melakukan login dengan baik. 2) Siswa dapat melakukan proses pengerjaan tes dengan baik. 3) Uji petik menunjukkan bahwa informasi hasil tes sudah benar. 4) Pesan pengarah jika terjadi kesalahan operasional sudah berfungsi dengan baik. 5) Proses entry data, revisi data, dan penghapusan data oleh administrator sudah berjalan dengan baik. Perkembangan pemanfaatan teknologi informasi sudah memasuki hampir semua cabang kehidupan. Mayoritas layanan publik sudah menggunakan model transaksi online, sehingga muncul istilah e-learning, ebanking, e-commerce, e-bussiness, e-KTP, dan seterusnya. Kondisi ini memacu kebiasaan anak untuk hidup di lingkungan yang serba online. Oleh karena itu, tes bakat online yang dikembangkan dapat dilaksanakan dengan baik. Tanggapan siswa yang dijadikan sampel sangat positif. Alasan yang dikemukakan ada di sekitar kemudahan pengoperasian, kepraktisan, fleksibilitas, dan portabilitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tes Bakat Online yang dikembangkan merupakan suatu tes yang berfungsi untuk mengukur bakat khusus yang dimiliki oleh siswa. Informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengarahkan proses pendidikan siswa pada bidang-bidang yang sesuai, sehingga lebih mudah mencapai hasil yang maksimal. Dalam sistem ini terdapat dua tingkat pengguna yaitu administrator dan peserta. Tingkat Administrator mempunyai fasilitas untuk melakukan aktifitas login, memanipulasi data kategori pertanyaan, memanipulasi pertanyaan, memanipulasi data peserta tes dan logout. Kemudian tingkat peserta mempunyai fasilitas untuk melihat petunjuk umum untuk menjawab test, melakukan aktifitas daftar test, menjawab pertanyaan yang ada di web, mendapatkan hasil dari test yang dilakukan dan logout. Dalam membangun sebuah sistem dibutuhkan sebuah rancangan yang dapat menggambarkan aktifitas dunia nyata ke dalam suatu diagram atau model yang bisa dimengerti baik dari user maupun developer. Rancangan Pengembangan Tes Bakat Online menggunakan bahasa pemodelan Data Flow Diagram (DFD) dan rancangan basis datanya menggunakan Entity Relationship Diagram (ERD). Ada dua entitas yang terlibat dalam sistem, yaitu administrator dan peserta. Administrator adalah pengguna sistem yang memiliki hak akses membantu proses
PENUTUP Tes Bakat Online yang sudah dikembangkan merupakan sebuah sistem yang diharapkan dapat dimanfaatkan masyarakat umum untuk mengetahui bakatnya, sehingga dapat mengarahkan proses pendidikan berikutnya. Teknik pengembangan tes bakat online ini menggunakan metode waterfall dengan rancangan sistem Data Flow Diagram (DFD) serta rancangan basis data Entity Relationship Diagram (ERD). Sistem informasi ini dibangun menggunakan bahasa pemrograman PHP dibantu MySQL sebagai basis data. Sistem memiliki dua entitas yakni administrator dan peserta. Administator memiliki hak akses mengelola data tes data peserta. Peserta memiliki hak akses untuk mendaftar sebagai peserta tes, membaca
397
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
pedoman pelaksnaan tes, dan mengakses hasil tes. Hasil ujicoba emperik menunjukkan bahwa tes bakat online sudah dapat beroperasi dengan baik. Peserta uji coba memberi tanggapan positif di seputar kemudahan pengoperasian, kepraktisan, fleksibilitas, dan portabilitas. Ada beberapa kendala yang ditemui dalam proses implementasi, sehingga sistem ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kepada pihak yang tertarik disarankan untuk melengkapi tes bakat online dengan fitur tambahan untuk menambah kepraktisan, fleksibilitas, dan portabilitas. Fitur yang bisa ditambahkan antara lain SMS gateway untuk penerimaan notifikasi sehingga segala proses bisa lebih cepat.
Gregory, Robert J., Psychological Testing: History, Principles, and Applications, Boston: Allyn and Bacon, 2000 Gronlund, Norman E. & Robert L. linn, Measurement and Evaluation in Teaching, New York: Macmillan Publishing Company, 1990 Kompas.com, Ini Standar Penilaian dalam Kurikulum 2013, Rabu 26 Desember 2012, http://edukasi.kompas.com/read/20 12/12/26/09550723/Ini.Standar. Penilaian.dalam.Kurikulum.2013 Muwanga-Zake, J.W.F., Applications of computer-aided assessment in the diagnosis of science learning and teaching, Education Journal of Education and Development Using ICT, Volume 2, Number 4, 2006, ISBN 1814-0556
DAFTAR PUSTAKA Aiken, Lewis R., Psychological Testing and Assessment, Boston: Allyn and Bacon Inc., 1988 Botge, Brian A. dkk., Assesing and Tracking Students’ Problem Solving Performancen in Anchored Learning Environments, Education Tech Research Dev (2007) 57:487491 DOI 10.1007/s11423-0079069-Y. Published online 20 September 2007 by Association for Educational Communications and Technology 2007.
Presman, R.S. 1992. Software Engineering a Practitioner’s Approach. New York:MCGraw-Hill,Inc. Rosner, Cindy at al., Understanding Your Aptitude, Boston: Johnson O’Connor Research Foundation, Inc., 2012
Carter, Philip, IQ and Aptitude Tests, London: Kogan Page, 2007
Williams, Brett, Students' perceptions of prehospital web-based examinations, Education Journal of Education and Development Using ICT, Volume 3, Number 1, 2007, ISBN 1814-0556
Cronbach, Lee J., Essentials of Psychological Testing, New York: Harper & Row Publishers, 1984
398
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
MEDIA ONLINE UNTUK PENDIDIKAN KARAKTER TERPADU Ni Made Sri Mertasari Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia
ABSTRAK Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Siswa tidak hanya dituntut menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, namun juga berkarakter sesuai jati diri bangsa. Oleh karena itu, sejak tahun 2011 dicanangkan pendidikan karakter dan dipertegas lagi pada Kurikulum 2013. Pendidikan karakter terintegrasi pada semua bidang studi, baik pembelajaran maupun asesmennya. Berbagai upaya harus dilakukan ke arah itu, seperti pengembangan model pembelajaran, model asesmen, atau media pembelajaran. Menyikapi kondisi tersebut, melalui kesempatan ini dicoba dikaji pemanfaatan media online untuk memfasilitasi pendidikan karakter terpadu. Asumsi yang dipegang adalah media online dengan berbagai wujud sudah menjadi media pertukaran dan sekaligus sumber informasi. Hasil yang diperoleh bahwa media online mampu meningkatkan kepercayaan diri siswa untuk bertanya atau berpendapat. Karakteristik media online yang asinkronus, bebas konteks, dan tidak terlalu terikat pada konvensi sosial sangat mendukung temuan tersebut. Kata kunci: media online, pendidikan karakter
ABSTRACT Nationaleducationservesto developskills andform the characterandcivilizationof dignityin the context ofthe intellectual life ofthe nation. Students arenot only required tomaster scienceandtechnology, butalsothe charactercorrespondingnational identity. Therefore, sincethe year 2011was declaredthe charactereducationcurriculumandconfirmed againin2013. Character educationis integratedinallfields of study, boththe learningand the assessment. Efforts must be madein that direction, such asthe development ofinstructionalmodels, assessmentmodels, orlearning media. Response to these conditions, theopportunitythroughthe use ofonline mediastudiedattemptedtofacilitatean integratedcharacter education. Held assumptionsarethevarious formsof onlinemediahas becomea medium of exchangeandat the same timeresources. The resultsthatonline mediacan improvethe confidenceof studentstoask questions orargue. Asynchronousonline mediacharacteristics, context-free, andnot tootied tosocialconventionsstrongly supportsthese findings. Keywords: online media, character education
tahun ajaran baru 2011/2012 pendidikan karakter mulai diberlakukan. Usai peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2011 Mendiknas menyebutkan bahwa bentuk pendidikan karakter diwujudkan mulai dari kurikulum sampai dengan membangun kultur budaya di sekolah (SuaraMerdeka, 2 Mei 2011). Menteri menambahkan bahwa karakter yang ingin dibangun bukan hanya kesantunan, melainkan secara bersamaan dibangun karakter yang mampu menumbuhkan kepenasaranan intelektual sebagai modal untuk membangun kreativitas dan daya inovasi. Tahun 2013 ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerapkan kurikulum baru yang populer dengan sebutan
PENDAHULUAN Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional mengatur bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003). Berbagai upaya sudah dilakukan agar fungsi pendidikan nasional dapat berjalan sesuai yang digariskan. Sejak
399
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Kurikulum 2013. Sudah pasti hal ini merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Kepala Badan Pengembangan SDM Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan menjelaskan bahwa sesuai filosofi pendidikan Indonesia yang diatur dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pengajaran pendidikan karakter melekat pada semua mata pelajaran (Kemendikbud, 28 Maret 2013). Dijelaskan pula disana bahwa Kurikulum 2013 merupakan entry point untuk memasuki sistem pembelajaran yang berkarakter. Artinya, pendidikan karakter masih mendapat perhatian yang penting. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan bahwa kurikulum 2013 memiliki tujuan untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan mendorong siswa untuk aktif (Kompas, 26 Desember 2012). Berbagai standar dalam komponen pendidikan akan berubah, baik standar isi, standar proses maupun standar kompetensi lulusan. Standar penilaian pada kurikulum baru juga berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Aktivitas siswa, termasuk aktivitas bertanya selama pembelajaran dan kemampuan menalar secara logis mendapat penekanan dalam penilaian. Uraian di atas menunjukkan bahwa kuriositas, kreativitas serta berbagai dimensi pendidikan karakter lainnya perlu mendapat perhatian yang penting, demi menciptakan anak didik yang berkarakter. Tujuan dari pembangunan karakter adalah untuk mengembangkan karakter bangsa agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila (Kemdiknas, 2011). Pendidikan karakter dimaksudkan untuk menghasilkan anak didik yang jujur, sopan, baik hati, bersikap yang baik, dan berperilaku yang baik pula. Sikap dan perilaku yang kurang baik, seperti sombong, curang, anarkis, dan seterusnya agar dibuang jauhjauh karena tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Pemberian contoh atau teladan dan pembiasaan untuk bersikap dan berperilaku yang baik merupakan dasar pendidikan karakter. Sikap jujur dan bertanggungjawab disertai toleransi dan apresiasi terhadap sesama akan menumbuhkan sikap nasinalisme. Perilaku suka bekerja dibarengi dengan kreativitas yang tinggi akan menghasilkan inovasiinovasi di berbagai bidang yang akan
membawa keunggulan bangsa di tengah persaingan global. Mendiknas menyebutkan bahwa bentuk pendidikan karakter diwujudkan mulai dari kurikulum sampai dengan membangun kultur budaya di sekolah (SuaraMerdeka, 2 Mei 2011). Menteri menambahkan bahwa karakter yang ingin dibangun bukan hanya kesantunan, melainkan secara bersamaan, dibangun karakter yang mampu menumbuhkan kepenasaranan intelektual sebagai modal untuk membangun kreativitas dan daya inovasi. Tahun 2013 ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerapkan kurikulum baru yang populer dengan sebutan Kurikulum 2013. Kepala Badan Pengembangan SDM Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan menjelaskan bahwa sesuai filosofi pendidikan Indonesia yang diatur dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pengajaran pendidikan karakter melekat pada semua mata pelajaran (Kemendikbud, 28 Maret 2013). Pendidikan karakter tidak dijalankan sebagai mata pelajaran tersendiri, melainkan terintegrasi pada semua mata pelajaran yang ada. Pada prinsipnya, pengembangan budaya dan karakter bangsa tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah (Kemdiknas, 2010). Guru harus mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter ke dalam rencana program pembelajaran (RPP) dan dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas pada semua mata pelajaran yang ada. Siswa didorong untuk mampu melakukan evaluasi diri dan mengenali jati diri budaya bangsa, sehingga dapat bersikap dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Pendidikan karakter bukan hanya sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, melainkan merupakan usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya (Kemdiknas, 2011). Pendidikan karakter mencakup pengetahuan yang baik, sikap yang baik, dan perilaku yang baik. Berbagai pengetahuan yang diterima peserta didik dari berbagai sumber hendaknya mampu disaring agar mendapatkan pengetahuan yang baik
400
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
untuk diamalkan. Sikap dan perilaku yang disaksikan peserta didik baik secara langsung maupun melalui berbagai media hendaknya dapat disaring untuk memilih sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai luhur Pancasila. Lickona (1997) merumuskan beberapa pendekatan untuk pendidikan karakter, antara lain pembelajaran kooperatif, menciptakan kelas demokratis, dan menciptakan kepedulian siswa pada kelas.Di lapangan, banyak kendala yang dialami guru untuk mengintegrasikan pelaksanaan pendidikan karakter dan mata pelajaran. Kendala dimaksud antara lain berupa keterbatasan waktu dan keterbatasan kemampuan untuk mengamati siswa yang cukup banyak, serta keterbatasan instrumen untuk merekam kemajuan belajar. Kendala tersebut perlu difasilitasi dengan segera agar kompetensi siswa yang diharapkandapat tercapai secara optimal, baik di bidang materi maupun karakter. Pembelajaran diharapkan dapat berlangsung dengan bermakna, asesmen dapat dilakukan dengan baik, sehingga kemajuan siswa dapat direkam dengan baik, serta dapat diberi umpan balik yang relevan. Salah satu solusi yang berpeluang untuk diimplementasikan adalah penyediaan media yang dapat membantu guru menyelenggarakan pembelajaran, memberikan asesmen, dan sekaligus menyediakan umpan balik yang relevan, baik untuk matei maupun pendidikan karakter. Media yang dapat berfungsi seperti di atas adalah portal web pembelajaran yang dilengkapi fasilitas untuk menyelenggarakan asesmen secara on-line. Infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi yang tersedia saat ini sangat mendukung pengembangan dan pemanfaatan media tersebut.Mayoritas sekolah sudah memiliki situs web (website) dan bahkan beberapa sekolah sudah menyelenggarakan epembelajaran (e-learning). Bila situs web sekolah dilengkapi fasilitas asesmen online, maka guru dapat menyelenggarakan pembelajaran dan memberi asesmen secara online dan sekaligus menyiapkan umpan balik secara online pula. Media online membuka peluang kepada guru untuk menyelengarakan pembelajaran oleh teman sebaya (peer teaching), asesmen oleh teman sebaya (peer assessment), dan umpan balik oleh teman sebaya (peer feedback). Selain itu, media
tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk melatih mahasiswa untuk menyelenggarakan pengajuan masalah (problem posing) secara online. Pembelajaran oleh tutor sebaya secara online sangat signifikan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar (). Media online sudah menjadi idola anak-anak untuk berkomunikasi dan mencari informasi. Pemanfaatan media online dapat meningkatkan popularitas anak secara signifikan. Apabila situasi tersebut dimanfaatkan untuk memberi peluang kepada siswa untuk membelajarkan teman sebayanya, maka motivasi mereka akan meningkat. Di lain sisi siswa yang menerima pembelajaran dapat dengan lugas bertanya kepada temannya yang menjadi tutor. Materi yang disajikan dapat sangat bervariasi, seperti teks online, teks dokumen, gambar, tabel, diagram, dan animasi. Akibatnya komunikasi yang terjadi sangat bermakna, sehingga meningkatkan kemampuan, kreativitas serta kuriositas siswa. Asesmen dengan berbagai bentuk dapat disajikan oleh guru melalui media online. Media online membantu guru menyajikan asesmen dan umpan balik kepada siswa, baik perorangan maupun secara berkelompok. Asesmen dan umpan balik dapat berjalan timbal balik dan bekelanjutan Guru dapat menyelenggarakan portofolio online untuk dapat memantau kemajuan belajar siswa dengan baik, serta dapat memberi pengakuan kepada hasil karya siswa. Dengan cara seperti ini sikap mandiri, kemampuan bekerjasama, dan kesediaan mengakui karya teman sejawatnya juga dapat tumbuh. Media asesmen onlinejuga dapat diimplementasikan menjadi media asesmen oleh teman sebaya (peer assessment) dan sekaligus pemberian umpan balik oleh teman sebaya (peer feedback). Situasi seperti ini melatih siswa untuk bekerja keras merumuskan masalah dan dan mencari solusinya. Kesedian siswa untuk memberikan asesmen kepada teman sebayanya dapat menumbuhkan ketulusan hati pada diri siswa. Jika asesmen diberikan oleh teman sebaya, maka siswa cenderung untuk memberikan respon secara mandiri sesuai kemampuannya. Siswa juga secara bebas dapat berkreasi untuk
401
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
membuat masalah, memberikan respon atau memberikan umpan balik kepada teman sebayanya. Secara tidak langsung siswa juga sudah melakukan evaluasi diri. Dengan demikian kejujuran, tanggung jawab, kreativitas, dan kuriositas siswa dapat ditumbuhkan.
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), paper atau modul. Media pembelajaran online berupa web pembelajaran yang sudah dilengkapi materi diujicobakan di kelas riil dengan pendekatan penelitian tindakan kelas. Para guru yang menjadi sampel memberikan petunjuk kepada beberapa siswanya untuk mengakses sumber-sumber informasi pembelajaran yang ada di web pembelajaran. Siswa juga dipandu untuk melakukan diskusi, mengerjakan asesmen, memberikan umpan balik, mengajukan pertanyaan, memberi komentar, atau aktivitas pembelajaran lainnya. Akhirnya, setelah jangka waktu yang memadai kepada para siswa yang terlibat dalam proses ujicoba diberikan angket yang dilengkapi kolom untuk memberikan komentar terbatas di sekitar pemanfaatan media pembelajaranonline untuk pendidikan karakter terpadu. Indikator-indikator penilaian yang digunakan antara lain kebergunaan media, keterlibatan siswa, tanggung jawab siswa, kejujuran siswa, kreativitas siswa, kuriositas siswa, dan motivasi belajar siswa. Informasi yang digali masih sangat awal, sebatas untuk mendapatkan gambaran umum efektivitas media sesuai dengan indikator-indikator yang dirumuskan.
Media online juga dapat dikemas sebagai media pengajuan masalah secara online (online problem posing).Awalnya, Teori pendidikan problem posing diterapkan untuk mendidik kaum tertindas sekaligus menyadarkan kaum penindas agar mereka dapat hidup berdampingan (Freire, 1996). Dalam pembelajaran di kelas, problem posing mengacu pada menciptakan masalah yang benar-benar baru atau merevisi masalah yang harus diselesaikan (Silver, 1994). Setiap tugas dapat menimbulkan satu atau lebih tugas yang lain lain. Bila problem posing dilakukan secara online, maka kerahasiaan identitas pribadi siswa selama berkomunikasi secara online dalam problem posing dapat dijamin oleh sistem. Online problem posing dapat menumbuhkan keberanian siswa untuk berkomunikasi dengan lugas, baik bertanya, menjawab pertanyaan, maupun berpendapat (Sri Mertasari, 2012). Kerahasiaan identitas dapat mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi (Spelling dan Price, 2007). METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan mengembangkan perangkat lunak yang dapat bertindak sebagai media online untuk memfasilitasi pendidikan karakter terpadu. Pembelajaran yang dilaksanakan mencakup beberapa kegiatan yaitu tutorial, asesmen, dan problem posing secara terpadu untuk materi pembelajaran dan pendidikan karakter. Tutorial dan asesmen dapat dilakukan oleh guru dan oleh teman sebaya, termasuk pemberian umpan balik. Pengembangan perangkat menggunakan model prototypingyang terdiri dari beberapa langkah, yaitu pengumpulan data dan kebutuhan perangkat lunak lainnya, perancangan desain cepat, implementasi, dan evaluasi. Media online yang sudah dikembangkan dilengkapi materi berupa video pembelajaran, animasi pembelajaran, media pembelajaran berupa gambar, serta beberapa dokumen pembelajaran berupa
HASIL DAN PEMBAHASAN Media online untuk memfasilitasi pendidikan karakter terpadu sudah dikembangkan dan diujicobakan di kelas melalui penelitian tindakan kelas. Media online membuka peluang terjadi pembelajaran dengan tutor sebaya secara online, asesmen oleh teman sebayasecara online, pemberian umpan balik oleh teman sebaya secara online, dan problem posing secara online, yang mana semua itu memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi secara optimal. Bila dalam pembelajaran terjadi interkasi yang bekelanjutan, maka pendidikan karakter akan berkembang dengan baik. Berkowitz dan Bier (2005) menemukan bahwa modifikasi pembelajaran dengan membuka peluang kepada siswa untuk berkolaborasi dan bertanggungjawab sangat bermanfaat dalam pendidikan karakter. Norhayati dan Siew (2004) menemukan hal
402
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
serupa bahwa teknologi informasi dan komunikasi dapat bekerja mandiri memberikan layanan pendidikan interaktif kepada siswa, termasuk pendidikan moral.
mendapatkan ketrampilan untuk unggul dengan cara menyiapkan mereka sumbersumber belajar yang tepat.Siswa dapat berinteraksi dengan guru dan siswa dari berbagai cara. Siswa dapat secara mandiri mengatur pembelajarannya dan guru dapat meningkatkan kemampuannya untuk mengelola pembelajaran melalui kolaborasi dengan koleganya. Beberapa siswa berpengalaman mengungkapkan kesulitan belajarnya dan bahkan mengajukan pertanyaan kepada kolega dari sekolah lain yang belum pernah mereka kenal. Siswa memiliki kesempatan untuk mengakses materi dari lingkungan yang lain, bukan hanya dari lingkungan lokal mereka untuk memperluas wawasan. Dengan demikian siswa dapat belajar dengan nyaman serta berkomunikasi dengan lugas dengan siswa lainnya dan dengan guru secara online. Anderson (2006) menemukan bahwa melalui pembelajaran online, siswa dapat belajar dengan nyaman dengan berkomunikasi satu sama lain secara on-line.
Kemampuan teknologi informasi dan komunikasi mengintegrasikan teks, gambar, diagram, grafik, animasi, dan suara dapat dimanfaatkan untuk menciptakan realitas maya, sehingga pembelajaran dapat dibuat mendekati kontekstual. Permasalahan pembelajaran dapat dibuat kontekstual maya, sehingga siswa dapat bersikap dan berperilaku sesuai dengan yang tuntutan. Guru dapat memberi penguatan terhadap sikap dan perilaku yang benar, dan sebaliknya dapat mengarahkan sikap dan perilaku yang masih menyimpang. Umpan balik dari guru kepada siswa juga disajikan dengan bantuan TIK, sehingga memudahkan guru. Lee dan Lim (2012) menemukan beberapa kelebihan asesmen teman sebaya dalam blended learning, antara lain ada pada pesan manajerial, prosedural, dan sosial. Kondisi seperti ini akan membangkitkan motivasi belajar siswa, menumbuhkan kuriositas siswa, menurunkan kecemasan siswa, menumbuhkan kreativitas siswa, serta meningkatkan rasa percaya diri siswa. Komunikasi online juga mendorong penumbuhan jiwa demokratis. Kebebasan mengajukan pertanyaan dan memberi tanggapan mendorong siswa menghargai pendapat orang lain. Siswa juga terlatih untuk memberikan penghargaan terhadap kinerja teman, sehingga motivasi belajar temannya semakin berkembang. Sekecil apapun pendapat siswa akan tertampung di basis-data dan berupaya diberikan umpan balik. Akibatnya, rasa percaya diri siswa akan tumbuh dan lebih terdorong untuk mengajukan pendapat, pertanyaan atau tanggapan berikutnya. Semua pertanyaan dan pendapat siswa akan terekam menjadi portofolio yang dapat dibuka kembali setiap saat. Dengan cara seperti ini siswa dapat berinteraksi secara optimal. Komunitas belajar online memberi peluang kepada siswa untuk dapat mengakses materi dari berbagai situs secara simultan, baik berupa teks, audio, atau video (Candiasa, 2013). Aaron & Chigubu (2006) mendukung temuan tersebut dengan menyarankan agar siswa dibelajarkan dalam situasi yang aktif dan menyenangkan untuk
PENUTUP Media pembelajaran online untuk memfasilitasi pendidikan karakter terpadu yang dikembangkan secara umum dapat memfasilitasi pembelajaran yang direncanakan. Siswa dapat dengan lugas bertukar informasi pembelajaran serta berkomunikasi dengan guru dan teman sebayanya dalam berbagai kondisi. Beberapa karakteristik media online seperti bebas konteks, relatif bebas konvensi sosial, serta dapat menjamin kerahasiaan individu dapat menjadi kelebihan dari media online. Tutorial online, asesmen online, dan pemberian umpan balik online baik oleh guru maupun dapat berjalan dengan baik. Kondisi bebas konteks dan relatif bebas konvensi sosial membuat siswa dapat memberi penjelasan, bertanya, atau menyampaikan respon secara iklas sesuai kemampuan yang dimiliki. Kondisi seperti ini sangat bermanfaat untuk melatih keiklasan dan kejujuran siswa. Selain itu, siswa juga dapat memberikan respon secara lugas tanpa ada perasaan cemas atau tertekan. Apalagi dengan kerahasiaan individu terjamin, siswa akan lebih berani bertanya, memberi respon atau berpendapat tanpa ada perasaan cemaskalau kelemahannya diketahui teman. Kondisi ini
403
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
sangat menguntungkan dalam hal melatih keberanian siswa melakukan penyajian materi, bertanya, merespon, berpendapat, dan sekaligus menghargai pendapat atau karya orang lain. Dengan demikian, sikap demokratis siswa dapat tumbuh dengan baik. Kelemahan yang ada pada media online memang ada, seperti dapat menimbulkan keterasingan anak akibat terlalu banyak berinteraksi dengan komputer atau dapat memberi pengaruh negatif akibat informasi yang bersifat memprovokasi, porno atau radikal. Pengaruh negatif tersebut diupayakan dihindari dan dikendalikan. Pemanfaatan media online harus diupayakan dalam pembelajaran disertai rasa optimis bahwa media online lebih banyak memberi pengaruh positif, baik untuk kompetensi akademik maupun pendidikan karakter.
Bangsa,Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. Kemendikbud, 28 Maret 2013, Pendidikan Karakter Melekat pada Semua Mata Pelajaran,http://kemdikbud.go.id/ke mdikbud/berita/1165 Lee, H.-J., & Lim, C. (2012). “Peer Evaluation in Blended Team Project-Based Learning: What Do Students Find Important?”Educational Technology & Society, 15 (4). Lickona, Thomas. “The Teacher’s Role in Character Education.”Journal of Education, Volume 179, Number 2, 1997. Norhayati, A. M., & Siew, P. H. (2004). “Malaysian Perspective: Designing Interactive Multimedia Learning Environment for Moral Values Education.”Educational Technology & Society, 7 (4). Spellings, Margaret and Deborah A. Price. 2007. “Evidence-Based Mobilizing Character Education. U.S. Department of Education.” http://www.ed.gov/about/offices/lis t/ osdfs/index.html. Sri Mertasari, Ni Made. ”Evaluasi Berbasis Komputer.” Jurnal Penelitian dan Pendidikan UNDIKSHA, Vol. 1, No. 3, April 2010 SuaraMerdeka, 2 Mei 2011,Mendiknas: Pendidikan Karakter Segera Diterapkan
DAFTAR PUSTAKA Aaoron,
Ashley & Mercy TsiwoChigubu.“Present Day Students a.k.a Victims of Standardized Testing.”National Forum of Teacher Educational JournalElectronic, Volume 16, Number 3, 2006. Andersson, Aneka, “Seven Major Challenges for e-learning in Developing Countries.”Education Journal of Education and Development Using ICT, Volume 2, Number 4, 2006. Berkowitz, Marvin W. and Melinda C. Bier.“What Works In Character Education: A research-driven guide for educators.”Character Education Partnership, February 2005. Candiasa, I Made. “Modul Hiperteks dengan Evaluasi Online Sebagai Suplemen Pembelajaran Reguler Di SMA dalam Upaya Peningkatan dan Pemerataan Mutu Pendidikan,” Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan , Vol. 5, No.1, April 2011. Kemdiknas, 2010,Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter,Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. Kemdiknas, 2011,Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter
404
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
APLIKASI PENYEMBUNYIAN PESAN DENGAN STEGANOGRAFI MENGGUNAKAN METODE CAESAR CIPHER DAN LSB 2 BIT PADA ANDROID Ardie Halim Wijaya Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Buddhi Dharma Email:[email protected]
ABSTRACT Steganography is one of way to secure confidential data using the technique of insertion and extraction of a secret message on a medium. The process is to choose what will be the carrier of a secret message, for example image in PNG as a carrier. Furthermore secret messages embedded in the image. The process is every character inserted in message after converted into binary form, then pasted on the image corresponding to the number of characters using the LSB (Least Significant Bit), the insertion binary message into lower binary in the image. Differences in the media that have been inserted with the original is on size and bit within the second image. Furthermore, to get back the insertion message, extraction process which is done in the process of making binaries message inserted in the last image then displayed again. The use of the image with small size and small messages inserted will accelerate the process of insertion and extraction of messages carried by the smartphone because the message pasted while process is done only few and also the process of reading the binary image does not take long.
ABSTRAK Steganography merupakan salah satu cara mengamankan data rahasia yang menggunakan teknik penyisipan dan ekstraksi pesan rahasia pada suatu media. Proses yang ditempuh ialah dengan memilih apa yang akan menjadi media pembawa pesan rahasia, contohnya media citra digital berformat PNG sebagai media pembawa. Selanjutnya pesan rahasia disisipkan didalam gambar.Proses yang dilakukan adalah setiap karakter pesan yang disisipkan diubah menjadi bentuk bilangan biner,selanjutnya disisipkan pada gambar sesuai dengan jumlah karakter pesan rahasia yang dimasukkan menggunakan metode LSB (Least Significant Bit), yakni penyisipan setiap biner karakter pesan kedalam biner terendah pada gambar. Perbedaan media yang telah disisipi dengan yang asli ada pada perbedaan ukuran dan bit pada kedua gambar. Selanjutnya untuk mendapatkan kembali pesan yang disisipkan maka dilakukan proses ekstraksi yang mana didalam proses ini dilakukan pengambilan biner-biner pesan yang disisipkan dalam gambar lalu ditampilkan kembali. Penggunaan ukuran file gambar yang kecil dan jumlah pesan yang disisipkan berjumlah sedikit akan mempercepat proses penyisipan dan ekstraksi pesan yang dilakukan oleh smartphone karena pesan yang disisipkan sedikit maka proses penyisipan yang dilakukan sedikit dan juga proses pembacaan biner gambar tidak memakan waktu lama. Kata Kunci : AndroidSteganography,Least Significant Bit, PNG Format, LSB 2 bit
sehingga pihak ketiga melihat itu adalah file biasa tanpa ada pesan didalamnya. Banyak cara untuk menerapkan steganografi ini, salah satu contoh yang penulis akan gunakan adalah metode LSB, adapun metode lain adalah dengan menggunakan EOF, F5, dan sebagainya.Pesan rahasia yang disisipkan tersebut tidak boleh diketahui apalagi dibaca oleh pihak ketiga terutama para penyadap. Dengan menggunakan cara steganografi ini pesan tersebut dapat disisipkan pada suatu media
I.
PENDAHULUAN Dalam tukarmenukarinformasi, aspek keamanan memegang peranan yangsangat penting terlebih jika informasi yang akan dikirimkan bersifat rahasia. Salah satu cara untuk mengamankan data yang akan dikirimkan seperti pada contoh diatas adalah dengan menggunakan algoritma steganografi yang sudah banyak berkembang. Dengan steganografi, informasi yang akan dikirim disembunyikan dalam sebuah data digital yang dapatberupa gambar ataupun MP3 yang selanjutnya data digital tersebut dikirim
405
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
pada penulisan ini disisipkan ke media berupa gambar. Sehubungan dengan uraian singkat diatas, maka penelitian ini membahas tentang Penyembunyian Pesan Dengan Steganografi Menggunakan Metode LSB 2 Bit Pada Android. Diharapkan aplikasi ini dapat membantu menyembunyikan pesan rahasia agar tidak bisa dibaca oleh pihak yang tidak diinginkan.
sinyal video seperti gambar pada monitor televisi atau bersifat digital yang dapat langsung disimpan pada suatu media penyimpanan. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh data teks, yaitu kaya dengan informasi. Seperti peribahasa yang berbunyi “a picture worth a thousand words” sebuah gambar bermakna lebih dari seribu kata. Maksudnya tentu sebuah gambar lebih banyak memberikan informasi dari pada disajikan dalam bentuk kata-kata [1]. 2.3.1 Citra Digital Citra digital adalah citra yang bersifat diskrit yang dapat diolah oleh komputer yang merupakan suatu array dari bilangan yang merepresentasikan intensitas terang pada point yang bervariasi (piksel). Piksel ini menghasilkan raster data citra. Suatu ukuran citra yang umum adalah 640 x 480 piksel dan 256 warna (8 bit per piksel) dan akan berisi kira-kira 300 kilobyte data. Citra ini dapat dihasilkan melalui kamera digital dan scanner ataupun citra yang telah mengalami proses digitalisasi. Citra digital disimpan juga secara khusus di dalam file 24-bit atau 8-bit. Citra 24-bit menyediakan lebih banyak ruang untuk menyembunyikan informasi.Semua variasi warna untuk piksel yang diperoleh dari tiga warna dasar : merah, hijau dan biru. Setiap warna da sar direpresentasikan dengan 1 byte, citra 24-bit menggunakan 3 byte per-piksel untuk merepresentasikan suatu nilai warna dan 3 byte ini dapat direpresentasikan sebagai nilai hexadecimal, decimal, dan biner [4]. 2.4 Caesar Cipher Caesarciphermerupakan salahsatualgoritma kriptografiklasikyangsudahadapadazamanker ajaanromawi.Caesarcipherdigunakan untuk menyembunyikan pesanyangdikirimolehkaisar romawi,prosesenkripsidilakukan denganmenggeser tiga karakter ke kanan terhadap setiap huruf dariplainteks,misalhuruf‘A’digantidenganhur ufketigasetelah huruf tersebut, yaitu huruf ‘D’. Tinjau plainteks
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Steganografi Steganografi(steganography)adalahilmu dan seni untuk menyembunyikan pesan rahasia sedemikian rupa sehingga keberadaan (eksistensi) pesan tidak terdeteksi oleh indera manusia. Steganografi berbedadengankriptografi,dimanapihakketiga dapatmendeteksiadanya data(chipertext), karenahasildarikriptografiberupadatayangberb edadaribentuk aslinya dan biasanya datanya seolah-olah berantakan, tetapi dapat dikembalikan ke bentuksemula.Steganografi membahasbagaimanasebuahpesandapatdisisip kanke dalamsebuahfilemediasehinggapihakketigatid akmenyadarinya. Steganografi memanfaatkan kekurangan sistem indera manusia seperti mata dan telinga. Dengan adanyakekurangan inilah,metodasteganografiinidapatditerapkanp adaberbagaimedia digital.Hasilkeluarandaristeganografi inimemilikibentukpersepsiyangsamadengan bentukaslinya,tentunya persepsidisiniolehinderamanusia,tetapitidakol ehkomputer atauperangkatpengolahdigitallainnya.Ilustrasi mengenaiperbedaan kriptografi dan steganografidapatdilihatpadagambar1. [3] 2.2Android Android adalah sebuah sistem operasi untuk perangkat mobile berbasis linux yang mencakup sistem operasi, middleware, dan aplikasi.[2] Android menyediakan platform terbuka bagi para pengembang untuk menciptakan aplikasi mereka sendiri untuk digunakan oleh bermacam peranti bergerak. 2.3 Pengertian Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra yang berupa output dari suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa foto, bersifat analog berupa sinyal-
KRIPTOGRAFI dienkripsimenggunakan caesarcipherdengan menggeser tigakarakterkekananpadasetiapkarakter padaplainteks sehinggacipherteksyangdihasilkan adalah
406
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
00100111 11101001 11001000 00100111 11001000 11101001 11001000 00100111 11101001
NULSWRJUDIL Secarasistematis,prosesenkripsi menggunakancaesarcipherdapatdituliskanseb agai Ci=E(Pi)=(Pi+n)mod26 Sedangkanprosesdekripsidapatdituliskans ebagai Pi=D(Ci)=(Ci- n)mod26 dengan nadalahjumlah pergeseran,padakasuscaesar ciphern=3.
Maka akan dihasilkan: 00100101 11101000 11001000 00100101 11001000 11101001 11001000 00100111 11101001 Dari contoh tersebut, satu media yang sama dapat menampung data pesan lebih banyak dengan menyisipkan 2 bit pesan dibandingkan 1 bit saja.
Jikadilihat lebih lanjut,caesarcipher dapat digolongkan kedalam cipher substitusi tunggaldimanasetiapkarakterselaludienkripsi kan menjadi karakteryangsama.
III. PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Sistem Secara Umum Perancangan sistem merupakan penentuan proses dan gambaran yang diperlukan dalam pembuatan sistem termasuk rancangan tampilan. Tahap perancangan ini dilakukan setelah melakukan analisis terhadap permasalahan yang ada. Tujuan perancangan sistem ini adalah menentukan rancangan yang akan dijalankan dan diimplementasikan dalam bentuk konsep awal dari pembuatan aplikasi steganografi. Dengan adanya rancangan sistem yang terkonsep, maka pembuatan aplikasi ini akan terarah. 3.2 Spesifikasi Perangkat Lunak Perangkat lunak yang digunakan aplikasi ini adalah android dengan sistem operasi jellybean. Pembuatan Flowchart
2.5LSBModification Metodeyangdigunakanuntukpenyemb unyiandatapadaaplikasiiniadalahdengancara menyisipkanpesankedalambitrendah(leastsign ificantbit).Format filegambarBMP24 bit menggunakan model warna RGB sehinggasetiappixelpadagambarterdiridarisusu nantigawarna yaitumerah,hijau,biru(RGB)yangmasingmasingdisusunolehbilangan8bit(1byte) dari0sampai255ataudenganformat biner00000000sampai11111111.Pesan rahasia dapat disembunyikan dengan cara menyisipkannya pada bit rendah (LSB) pada data pixel pada gambar tersebut terdiri dari susunan warna merah, hijau, dan biru (RGB). Dengan demikian pada setiap pixel file bitmap 24 bit dapat disisipkan 3 bit data untuk 1 bit yang disisipkan, jika yang akan disisipkan adalah 2 bit maka 24 bit dapat menampung 6 bit dari pesan rahasia. Contoh penyisipan 1 bit tiap byte huruf A dapat disisipkan dalam 3 pixel, misalkan data raster original adalah sebagai berikut: 00100111 11101001 11001000 00100111 11001000 11101001 11001000 00100111 11101001 Sedangkan representasi huruf A adalah: 01000001. Dengan menyisipkannya pada data pixel di atas, maka akan dihasilkan: 00100110 11101001 11001000 00100110 11001000 11101000 11001000 00100111 11101001
Gambar 3.1 Flowchart Aplikasi Steganografi Dari flowchart diatas dijelaskanuserakan masuk pada menu utamayang terdapat dua pilihan menu yaitu menu encode dan menudecode. Jika user
Sedangkan contoh untuk penyisipan 2 bit per byte untuk huruf A (01000001) apabila data asli adalah sebagai berikut:
407
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
memilih menu encode, maka user akan diarahkan ke form encode. Pada form ini user memilih media citra digital yang akan disisipi pesan. Selanjutnya user mengisi kotak isian untuk pesan rahasia yang akan disisipkan. Setelah user memilih media digital dan memasukkan pesan rahasia lalu user klik tombol untuk proses encode. Saat proses encode pertama pesan rahasia ditambahkan pesan penanda awal dan akhir sebagai penanda pesan tersebut diencode oleh aplikasi kita. Proses selanjutnyadilakukan perubahan karakter dan gambar kedalam hexa dan biner. Setelah didapatkan bilangan biner, selanjutnya adalah penyisipan masing-masing biner karakter kedalam LSB atau biner yang tidak berpengaruh pada gambar. Jika user memilih form decode, maka akan diarahkan ke form decode. Pada form ini user memilih media gambar yang telah disisipi pesan rahasia. Lalu saat tombol decode diklik, proses decode pun dilakukan. Selanjutnya gambar yang disisipi pesan rahasia tersebut diubah kedalam bentuk hexa dan dijadikan biner yang selanjutnya LSB dari biner tersebut diambil lalu diubah kembali dalam bentuk karakter yang kemudian di tampilkan textbox pada aplikasi.
metode caesar cipher. Sebagai contoh angka random adalah 1, maka karakter alfabet pesan rahasia digeser sebanyak 1 alfabet dan dihasilkan ej npcjm . Setelah didapatkan karakter tersebut maka pesan hasil enkripsi digabungkan dengan angka random agar pesan yang disisipi bisa diekstraksi, maka menjadi 1ej npcjm. Bilangan hexa dan biner masing-masing karakter tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.1 Hexa dan Biner karakter Pesan No Karakter Hexa Biner / Numeric 1 1 31 0011 0001 2 e 65 0110 0101 3 j 6A 0110 1010 4 20 0010 0000 5 n 6E 0110 1110 6 p 70 0111 0000 7 c 63 0110 0011 8 j 6A 0110 1010 9 m 6D 0110 1101 Setelah diketahui nilai hexa dan biner masingmasingkarakter dari pesan rahasia maka selanjutnya adalah memasukkannya ke dalam hexa gambar, hexa yang dibutuhkan pada gambar adalah 9x4 buah yaitu 36 buah hexa dikarenakan LSB yang digunakan menyisipkan 2 bit untuk 1 hexa gambar. Berikut tabel hexa dan biner gambar yang digunakan sebagai tempat penyisipan pesan.
IV. PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Proses Penyisipan Pesan User memilih media gambar yang akan disisipi lalu selanjutnya memasukkan pesan rahasia ke text box yang disediakan. Berikut gambar aplikasiketika user memilih form encode:
Tabel 4.2 Hexa Dan Biner Gambar Sample Biner No Hexa Gambar Gambar 1010 1111 1 AF 1010 1101 2 AE 1010 0001 3 A1 1011 0000 4 B0 1010 1011 5 AB 1010 0010 6 A2 1011 0001 7 B1 1010 1100 8 AC 1010 0011 9 A3 1011 0001 10 B1 1011 0001 11 B1 1010 0101 12 A5 1011 0001 13 B1 1010 1111 14 AF
Gambar 4.1 Tampilan Penyisipan Saat Dijalankan Pada proses penyisipan ini terdapat 9 karakter yang akan disisipkan ke gambar, yaitu di mobil. Pesan lalu ditambahkan angka random untuk melakukan enkripsi dengan
408
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
A5 B1 AF A6 B0 AF A6 B0 AF A7 AF B1 A7 AF B1 A7 B0 AF A7 B0 AF AA
1010 0101 1011 0001 1010 1111 1010 0110 1011 0000 1010 1111 1010 0110 1011 0000 1010 1111 1010 0111 1010 1111 1011 0001 1010 0111 1010 1111 1011 0001 1010 0111 1011 0000 1010 1111 1010 0111 1011 0000 1010 1111 1010 1010
01-10-01-00 (64 hexa atau bilangan d) 10101111 (AF hexa pada gambar) 10101110 (AE hexa pada gambar) 10100001 (A1 hexa pada gambar) 10110000 (B0 hexa pada gambar) Setelah disisipkan hexa pada gambar tersebut berubah menjadi 10101100 (AC) 10101111 (AF) 10100000 (A0) 10110001 (B1) Proses penyisipan karakter-karakter ini dilakukan hingga semua karakter dari pesan rahasia selesai diproses. Jika proses penyisipan telah berhasil diproses, maka gambar yang telah disisipkan pesan rahasia akan disimpan dalam memory eksternal handphone. 4.2 Proses Ekstrak Pesan Untuk melakukan ekstrasi pesan user memilih form decode, yang selanjutnya user memilih media yang telah disisipi oleh pesan rahasia.
Di atas adalah36buah hexa yang diambil dari gambar media yang akan digunakan.Langkah selanjutnya adalah melakukan penyisipan masing-masing biner karakter kedalam hexa gambar yang telah disediakan. Karakter pertama yang akan disisipkan adalah karakter 1dimana bilangan binernya adalah 0011 0001. Pada penyisipan karakter 1dilakukan penyisipanyang membutuhkan sebanyak 4 buah hexa pada media gambar karena 1 buah hexa menyimpan 2 digit biner dari karakter pesan. Pada hexa pertama gambar adalah AF jika dijadikan biner maka menjadi 1010 1111, bilangan kedua AE, ketiga A1 dan keempat B0. Langkah penyisipan yang dilakukan yakni biner dari karakter pesan dipecah menjadi 2 digit, lalu digit tersebut digabungkan dengan hexa dari media gambar melalui operator AND. Pada operasi AND di bilangan biner, hanya bilangan biner yang sama-sama bernilai 1 yang akan menghasilkan nilai 1 juga sementara kombinasi bilangan lain seperti 1 dan 0 pasti menghasilkan nilai 0. Operasi AND ini didasarkan pada sifat LSB yakni jika bit bernilai sama, maka bit tersebut akan bernilai tetap pada media gambar. Contoh:
Gambar 4.2 Tampilan Form Decode Setelah Buttondecode ditekan maka program akan melakukan proses membaca pixel pada gambar dan menjadikannya ke hexa yang kemudian diambil 2 bit biner bagian terakhir tiap byte tersebut. Dari biner yang didapatkan diakhir tersebut diambil dan
409
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
digabungkan membentuk byte dan dibentuk menjadi kode ASCII. Lalu digabungkan sehingga menjadi pesan rahasia yang utuh. Contoh hexa pada gambar yang telah disisipi 10101100 (AC) 10101111 (AF) 10100000 (A0) 10110001 (B1) Daricontoh diatas, nilai biner pada 2 bit terakhir di ambil satu persatu lalu dikumpulkan sampai 8 buah bit (1 byte) dan dijadikan kode ASCII yang kemudian menjadi karakter-karakter. Pada gambar diatas bit yang diambil jika dikumpulkan akan menjadi biner 00110001 yang jika di ubah menjadi bilangan hexa adalah 31yaitu karakter 1 sesuai dari tabel ASCII. Selanjutnya dilakukan untuk hexa yang lain hingga semua pesan terkumpul. Setelah semua karakter pesan rahasia terkumpul maka selanjutnya ditampilkan di textbox yang ada pada form.
Gambar 4.4 Perbandingan Gambar Sample dan Asli
Dengan melihat tabel pengujian diatas diperoleh bahwa citra digital asli dengan citra stegoimage tidak terlihat secara jelas perbedaanya, bahkan hampir serupa dimata penglihatan koresponden, dapat diambil keputusan bahwa semua citra digital yang dijadikan percobaan tidak terlihat perubahannya. Selain itu ukuran gambar yang telah disisipi 250 karakter tidak terlalu mencolok perbedaan ukurannya. Maka dari itu kriteria fidelity pada aplikasi ini dapat dipenuhi. Kriteria selanjutnya yakni kriteria recovery.Pengujian kriteria recovery akan dilakukan dengan menyisipkan sebanyak 50 karakter, 100 karakter, 150 karakter, 200 karakter dan maksimal 250 karakter pesan pada citra digital asli. Selanjutnya pesan yang telah tersimpan secara hidden akan coba dikembalikan kembali.
4.3Pengujian Gambar Hasil Penyisipan Pengujian gambar dilakukan dengan 2 kriteria, yakni fidelity dan recovery. Kriteria fidelityyaitu mutu citra penampung tidak jauh berubah setelah penambahan data rahasia atau pesan, citra hasil steganografi masih terlihat dengan baik. Perbandingan gambar asli yang belum disisipkan pesan dengan gambar yang telah disisipkan pesan adalah sebagai berikut:
PanjangKar CitraStegoimage akter Disisipkan Asli
Ukuran
Status pengujian
Berhasi l 50karakter Berhasi 100karakter l 150karakter Berhasi 200karakter l 250karakter Berhasi l Gambar 4.5Kriteria recovery Berhasi l Melihat percobaan yang telah dilakukan, berdasarkan table diatas diperoleh hasil bahwa dari lima kali percobaan, semua karakter yang tersimpan secara hidden dapat dikembalikan secara utuh sesuai dengan karakter yang disisipkan. Sehingga dapat
Sample
Gambar 4.3 Perbandingan Gambar Sample dan Asli
410
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
diambil kesimpulan bahwa mendukung kriteria recovery.
aplikasi
ini
V. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Aplikasi yang dibuat mampu untuk menyembunyikan pesan ke dalam citra digital dengan baik. Hasil dari proses encode menjadikan pesan tersembunyi dalam citra stegoimage tanpa ada perubahan berarti. 2. Aplikasi yang dibuat dapat mengembalikan isi pesan secara utuh yang sebelumnya telah dilakukan proses encode. 3. Performansi metode LSB diuji dengan menggunakan kriteria fidelity, dan recovery. Didapatkan hasil bahwa metode LSB berhasil melewati uji fidelity dan uji recovery. DAFTAR PUSTAKA [1] Hestiningsih, Idhawati. 2008. Pengolahan Citra. [2] Safaat,Nazruddin.2012.Pemograman Aplikasi Mobile Smartphone dan Tablet PC(Edisi Revisi). Informatika Bandung. [3]Munir, Rinaldi, 2004. Diktat Kuliah IF5054 Kriptiografi. Departemen Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung. [4]Sutoyo, T,dkk. 2009, Teori Pengolahan Citra Digital, Penerbit. Andi:Yogyakarta.
411
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
PELATIHAN DAN PENGENALAN KONVERTER KIT LPG PADA MOTOR BENSIN EMPAT LANGKAH PENGGERAK PERAHU UNTUK PEMAKIAN BAHAN BAKAR LPG KEPADA KELOMPOK NELAYAN DI KECAMATAN TEJAKULA BALI UTARA Gede Widayana1, Nyoman Arya Wigraha2, I Nyoman Pasek Nugraha3, Kadek Rihendra Dantes4 1,2,3,4Jurusan
Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:[email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRAK Seperti yang diketahui bahwasanya kekayaan dan potensi perairan Indonesia sangatlah melimpah, yang menjadi salah satu potensi pengembang dan pendongkrak perekonomian masyarakat, khusunya para nelayan.penyuluhan dan pengenalan penggunaan konverter kit LPG pada motor bensin empat langkah penggerak perahu untuk pemakaian bahan bakar LPG kepada kelompok nelayan di Kecamatan Tejakula, Bali Utara ini dilakukan dengan upaya untuk mengurangi masalah pencemaran udara dan semakin meningkatnya harga bahan bakar minyak belakangan ini yang tentunya menjadi kendala tersendiri bagi para nelayan. Kegiatan ini mampu menjadi inspirasi bagi para nelayan untuk membuat konverter kit LPG yang
mudah dan murah serta bisa diaplikasikan oleh masyarakat.Selain itu diharapkan pula kegiatan ini mampu meningkatkan hasil tangkapan masyarakat khususnya nelayan di sekitar Kecamatan Tejakula. Diharapkan kegiatan pelatihan pembuatan rumpon ini mampu didayagunakan dengan optimal untuk meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat, khususnya bagi kelompok nelayan di Kecamatan Tejakula Bali Utara khususnya dan tentunya masyarakat Indonesia pada umumnya yang memiliki keterkaitan dengan kegiatan pengabdian yang telah dilakukan. Kata kunci:nelayan,lpg, konverter kit, perikanan, perahu tempel
berpotensial, penggunaan bahan bakar gas pada motor bakar torak dirasa kurang. Salah satu langkah nyata untuk meningkatkan penggunaan bahan bakar gas adalah dengan pengembangan teknologi mesin konversi energi, misalnya melalui kajian modifikasi suatu mesin. Umumnya motor bakar seperti mesin penggerak perahu masih menggunakan bahan bakar berbentuk liquid yakni bahan bakar bensin. Oleh karena itu, perlu adanya pengenalan mengenai mesin penggerak perahu berbahan bakar bensin untuk dimodifikasi menggunakan bahan bakar gas. Seiring berkembangnya teknologi, berbagai cara mengenai konversi mesin penggerak perahu berbahan bakar bensin untuk dimodifikasi menggunakan bahan bakar gas. Sayangnya teknologi-teknologi tersebut belum dikenal secara luas dimasyarakat, khususnya masyarakat pedesaan. Oleh karena itu, jurusan
PENDAHULUAN Permasalahan energi bagi kelangsungan hidup manusia merupakan masalah besar yang dihadapi oleh hampir seluruh negara di dunia ini.Tidak lagi ditemukannya cadangan dalam jumlah yang besar pada rentang waktu terakhir ini membuat hampir seluruh dunia menjadikan permasalahan energi menjadi problem besar yang perlu ditangani secara serius.Kini hampir semua lapisan masyarakat terutama pemerintah telah menyerukan penghematan energi bahan bakar minyak (BBM), mengingat cadangan minyak mentah yang semakin berkurang ketersediaannya. Banyak sumber daya yang dapat diteliti dan dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif, salah satunya adalah bahan bakar gas berupa LPG (Liquid Petroleum Gas) yang merupakan salah satu gas bumi dengan cadangan cukup besar di Indonesia. Dalam pengoptimalan sumber daya
412
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, berkeinginan memperkenalkan salah satu teknologi yang sangat mudah diaplikasikan di masyarakat yaitu pengenalan mengenai mesin penggerak perahu berbahan bakar bensin untuk dimodifikasi menggunakan bahan bakar gas. Pengenalan modifikasi mesin penggerak perahu motor bensin empat langkah menjadi mesin penggerak perahu dengan bahan bakar LPG perlu adanya modifikasi mixer venturi untuk menemukan perbandingan pencampuran udara dan bahan bakar gas yang tepat sebelum memasuki ruang bakar. Mixer venturi ini diletakkan pada lubang intake manifold. Perbandingan bahan bakar gas dan udara yang tepat akan menghasilkan pembakaran yang sempurna. Sehingga diharapkan dengan modifikasi mixer venturi ini didapatkan daya efektif yang besar dan pemakaian bahan bakar yang efisien. Pelaksanaan kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) ini didasari atas situasi yang selama ini dialami oleh nelayan yang ada di wilayah Kecamatan Tejakula, dimana konsumsi bahan bakar bensin pada mesin penggerak perahu mereka dapat dikatakan boros. Hal ini mengakibatkan kerugian dari segi penyediaan bahan bakar, seperti yang kita ketahui bersama bahwa bahan bakar minyak mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan. Kemudian dilihat dari segi emisi gas buang yang dihasilkan oleh mesin penggerak perahu yang dipakai oleh para nelayan, sedikit banyak mempengaruhi laju pertumbuhan tingkat polusi yang berdampak pada lingkungan.Gas buang yang dihasilkan oleh mesin penggerak perahu bereaksi dengan udara dan menimbulkkan reaksi kimia yang lambat laun berpengaruh terhadap komposisi kimia atmosfir bumi.Perubahan ini menimbulkan efek rumah kaca (green house effect) yang menyebabkan temperatur udara meningkat.NOx, CO dan hidro karbon ditengarai memiliki kontribusi terhadap rusaknya lapisan ozon paling bawah (ground level ozon) yang membahayakan kesehatan manusia dan tumbuh-tumbuhan di bumi.Pengukuran satelit terhadap kandungan NO2 dari Gloal Ozone Monitoring
Experiment (GOME) di atas Samudra Hindia dan dari Instrument Scanning Imaging. Jumlah mesin dari berbagai jenis kendaraan selalu meningkat dari waktu ke waktu. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa setiap kendaraan yang beroperasi memberikan kontribusi 2.718,19 Ïg/m3 gas karbonmonoksida (CO) pada udara, tak terkecuali juga dari mesin penggerak perahu milik nelayan di Kecamatan Tejakula. Semakin tinggi jumlah mesin kendaraan ataupun mesin-mesin industri akan semakin tinggi juga emisi karbon monoksida yang diberikan. Penyebaran emisi ini terpapar hingga jarak 50 m searah dengan kecepatan angin untuk gas dan hingga jarak 250 m untuk partikel padat (Mursid R, et al, Jurnal Kimia Lingkungan, 2007).Kemudian dilihat dari segi efisiensi jangka waktu pemakaian mesin penggerak perahu tersebut memiliki ketahanan kurang lebih selama 3 tahun. Banyak faktor yang menyebabkan daya tahan komponen-komponen didalam mesin tersebut menurun, salah satunya adalah faktor iklim dan suhu rata-rata tempat genset digunakan yang merupakan kawasan perairan laut dan sangat cepat memicu terjadinya proses korosi. Atas dasar situasi yang terjadi itulah jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja berupaya untuk menanggulangi secara langsung. Dengan adanya implementasi kegiatan pengabdian pada masyarakat inilah nantinya diharapkan konsumsi bahan bakar mesin penggerak perahu milik para nelayan semakin rendah, emisi gas buang yang dihasilkan berupa gasgas yang berdampak pada lingkungan juga dapat semakin ditekan, dan korosi pada komponen-komponen mesin terutama komponen mesin bagian dalam dapat dikurangi sehingga jangka waktu pemakaian dari mesin penggerak perahu milik masyarakat tersebut semakin panjang. Tujuan yang ingindicapaioleh tim pelaksanamelaluipelaksanaankegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (P2M)iniadalahsebagaiberikut : 1. Ikut berpartisipasidalammemperkenalkan teknologi-teknologi terkini, yang memberi pengaruh besar terhadap kemaslahatan masyarakat.
413
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
2. Meningkatkan kepedulian dosen dan mahasiswa jurusan Pendidikan Teknik Mesin terhadap masyarakat dan lingkungan di sekitar. 3. Membiasakan dosen dan mahasiswa jurusan Pendidikan Teknik Mesin untuk terjun ke masyarakat dan menjalin hubungan yang erat dengan masyarakat.
campuran bahan bakar—udara. Bunga api yang digunakan berasal dari busi. Busi akan menyala saat campuran bahan bakar—udara mencapai rasio kompresi, temperatur, dan tekanan tertentu sehingga akan terjadi reaksi pembakaran yang menghasilkan tenaga untuk mendorong torak bergerak bolak-balik. Siklus langkah kerja yang terjadi pada mesin jenis ini dinamakan siklus Otto dengan mempergunakan bahan bakar bensin. Komponen-komponen utama dari sebuah motor Otto adalah: 1. Katup Masuk (intake valve) Katup masuk adalah katup yang berfungsi untuk mengontrol pemasukan campuran udara-bahan bakar ke dalam silinder mesin dan mencegah teijadinya aliran balik ke dalam saluran masuk campuran udarabahan bakar (intake manifold). 2. Katup Buang (exhaust valve) Katup buang adalah katup yang mengontrol pengeluaran hasil pembakaran dari silinder mesin untuk dibuang keluar dan menjaga agar arah aliran yang mengalir hanya satu arah. 3. Torak Torak adalah komponen berbentuk silinder yang bergerak naik turun di dalam silinder, dan berfungsi untuk mengubah tekanan di dalam ruang bakar menjadi gerak rotasi poros engkol. 4. Busi Busi adalah komponen elektris yang digunakan untuk memicu pembakaran campuran udara-bahan bakar dengan menciptakan percikan listrik bertegangan tinggi pada celah elektroda.
METODE
Motor pembakaran dalam (internal combustion engine) adalah mesin kalor yang berfungsi untuk mengkonversikan energi kimia yang terkandung dalam bahan bakar menjadi energi mekanis dan prosesnya teijadi di dalam suatu ruang bakar yang tertutup. Energi kimia dalam bahan bakar terlebih dahulu diubah menjadi energi termal melalui proses pembakaran. Energi termal yang diproduksi akan menaikkan tekanan yang kemudian menggerakkan mekanisme pada mesin seperti torak, batang torak, dan poros engkol. Berdasarkan metode penyalaan campuran bahan bakar—udara, motor pembakaran dalam dapat diklasifikasikan menjadi spark ignition enginedan compression ignition engine.Dalam melakukan proses pembakaran tersebut, bagian-bagian motor yang telah disebutkan di atas akan melakukan gerakan berulang yang dinamakan siklus. Setiap siklus yang teijadi dalam mesin terdiri dari beberapa urutan langkah keija. Berdasarkan siklus langkah keijanya, motor pembakaran dalam dapat diklasifikasikan menjadi motor 2 langkah dan motor 4 langkah.Berdasarkan pembatasan masalah, peralatan uji yang digunakan adalah motor Ottoberbahan bakar bensin (spark ignition engine) dengan sistem 4 langkah. Motor Otto merupakan motor pembakaran dalam karena motor Ottomelakukan proses pembakaran gas dan udara di dalam silinder untuk melakukan keija mekanis. Motor Ottodengan sistem Spark Ignitionmenggunakan bantuan bunga api untuk menyalakan atau membakar
Pada mesin 4 langkah, torak bergerak bolak-balik dalam silinder dari Titik Mati Bawah (TMA) menuju Titik Mati Bawah (TMB) sebanyak 4 kali atau 2 putaran engkol untuk memenuhi 1 siklus keija. Jarak yang ditempuh torak selama gerakan bolak-balik disebut dengan stroke atau langkah torak.Langkah-langkah yang terdapat pada motor bensin 4 langkah adalah langkah isap, kompresi, kerja, dan buang.
414
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Pada motor Otto 4 langkah ini, gas pembakaran hanya mendorong torak pada langkah ekspansi saja.Oleh karena itu, untuk memungkinkan gerak torak pada tiga langkah lainnya maka sebagian energi pembakaran selama langkah ekspansi diubah dan disimpan dalam bentuk energi kinetis roda gila (flywheel). Siklus kerja motor Otto dapat digambarkan pada diagram indikator, yaitudiagram P-V (tekanan-volume) dan diagram T-S (tekanan-entropi). Diagram indikator ini berguna untuk melakukan analisis terhadap karakteristik internal motor Otto.
dalam silinder meningkat. 3. Pembakaran (combustion)
Pada akhir langkah kompresi, busi pijar menyala sehingga campuran udara-bahan bakar yang telah memiliki tekanan dan temperatur tinggi terbakar.Pembakaran yang terjadi mengubah komposisi campuran udara- bahan bakar menjadi produk pembakaran dan menaikkan temperatur dan tekanan dalam ruang bakar secara drastis. 4. Langkah kerja/ekspansi (expansion/power) Tekanan tinggi hasil dari proses pembakaran campuran udara-bahan bakar mengakibatkan torak terdorong menjauhi TMA. Dorongan ini merupakan keija keluaran dari siklus mesin Olio.Dengan bergeraknya torak menuju TMB, volume silinder meningkat sehingga temperatur dan tekanan dalam ruang bakar turun. 5. Langkah buang (exhaust)
Gambar 1.Diagram P-V dan T-S Ideal Motor Otto Empat Langkah.
Katup buang terbuka ketika torak telah mencapai TMB. Torak terns bergerak kembali menuju TMA sehingga gas hasil pembakaran tertekan keluar dari ruang bakar melalui katup buang.
Langkah-langkah pada mesin Otto 4 langkah adalah sebagai berikut: 1. Langkah Isap (intake) Selama langkah isap torak bergerak dari TMA menuju TMB, katup masuk terbuka dan katup buang tertutup. Gerakan torak memperbesar volume ruang bakar dan menciptakan ruang hampa (vacuum) dalam ruang bakar. Akibatnya campuran udara dan bahan bakar terisap masuk ke dalam ruang bakar melalui katup masuk.Langkah isap berakhir ketika torak telah mencapai TMB. 2. Langkah kompresi (compression) Selama langkah kompresi katup isap tertutup dan torak bergerak kembali ke TMA dengan katup buang masih dalam keadaan tertutup.Gerakan torak tersebut mengakibatkan campuran udara dan bahan bakar yang ada di dalam ruang bakar tertekan akibat volume ruang bakar yang diperkecil, sehingga tekanan dan temperatur di
Liquefied Petroleum Gas atau LPG merupakan campuran dari berbagai hidrokarbon yang dikenal sebagai butana, propana, isobutana atau campuran antara butana dengan propana, sebagai hasil sampingan minyak mentah, berbentuk gas.Dengan menambah tekanan atau menurunkan suhunya membuat menjadi cairan. Propana adalah alkana yang memiliki tiga atom Karbon (C3H8) dan merupakan gas yang tidak berwama. Propana diperoleh dari proses pemisahan gas tersebut dengan produk petroleum yang lain selama proses pengolahan minyak atau gas bumi. Propana secara umum digunakan sebagai sumber panas pada mesin, alat panggang dan perumahan.Propana dijual dalam bentuk LPG sebagai bahan bakar, yang merupakan campuran propana dengan 415
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
propilen, butana, dan butilen dalam jumlah yang lebih kecil dan ditambahkan pembau. Reaksi pembakaran propana dengan udara akan menghasilkan CO2 dan H2O dengan persamaan reaksi:
homogen. 2. Mixer Ring
Pada mixer jenis ini gas masuk melalui lubang-lubang di sekeliling saluran udara.Keuntungan dengan menggunakan mixer jenis ini ialah aliran udara tidak terganggu oleh nozzle, dan juga lubang-lubang di sekeliling saluran udara memungkinkan tumbukan antara molekul gas dengan udara lebih banyak teijadi sehingga kemungkinan campuran yang dihasilkan untuk mencapai keadaan homogen lebih besar.Kekurangannya antara lain terdapat kemungkinan aliran tidak merata karena tekanan dan kecepatan yang mengalir ke dalam lubang mixer mengalami losses pada daerah teijauh dari inlet gas masuk.
CH3CH2CH3 + 5 02 -> 3 C02 + 4 H20 Karena massa jenisnya lebih besar daripada udara, propana akan jatuh dan berada di atas permukaan lantai jika dilepaskan ke udara bebas. Propana cair akan berubah menjadi uap pada tekanan atmosfir dan berwama putih karena mengembun. Venturi mixer ialah suatu konstruksi pencampuran sederhana, yaitu sebuah venturi yang diletakkan sebelum karburator.Mixer ini digunakan untuk mencampurkan gas dengan udara sebelum dicampur dengan bensin. Bentuk venturi akan mempengaruhi kualitas pencampuran dan jenis aliran yang dihasilkan, sehingga akan berpengaruh terhadap proses pembakaran nantinya. Dalam perancangan mixer yang perlu diperhatikan ialah: 1. Mixer dapat menghasilkan campuran
Venturi mixer memanfaatkan efek venturi, yaitu fenomena teijadinya kevakuman pada venturi. Fenomena ini teijadi ketika udara mengalir melalui pembatas (constriction), dan pada saat itu (vakum) gas akan mengalir ke dalam saluran udara. Persamaan kontinuitas menyatakan bahwa rasio aliran (flow rate) pada sisi kiri suatu saluran fluida haras sama dengan rasio aliran pada sisi kanan saluran tersebut
yang homogen sehingga siap untuk dibakar dalam ruang bakar mesin. 2. Mixer mudah dipasang pada mesin konvesional serta pemeliharaan mudah serta murah. 3. Dual Fuel tidak akan mengganggu keij a karburator utama. 4. Mixer dapat menghasilkan campuran dengan perbandingan yang tepat agar dapat menghasilkan unjuk keija yang optimum pada berbagai kondisi
AIVI = A2V2
Persamaan Bernoulli menunjukkan bahwa perabahan kecepatan aliran berpengarah pada besar kecilnya tekanan pada aliran tersebut.
Terdapat dua jenis mixer dalam penelitian ini, yaitu: 1. Jet Fuel (Model Lama) Model ini merupakan mixer sederhana.Pada mixer ini udara mengalir melalui saluran udara yang berbentuk venturi, tekanan udara turun sehingga terjadi kevakuman, bersamaan dengan itu gas disemburkan melalui jet fuel/nozzle. Kelamahan pada sistem ini yaitu aliran udara tertahan oleh jet fuel sehingga udara tidak mengalir sempuma dan campuran yang dihasilkan kurang
Gambar 2.Aliran Bahan Barak pada
416
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Sasaran dari pelaksanaan kegiatanPengabdian Pada Masyarakat ini adalah kelompok nelayan Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng,serta dosen dan mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Mesin.Kegiatan ini akan dilaksanakan di Kelompok Nelayan Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali. Adapun bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat konverter kit ini dapat dijelaskan mulai dari perakitan dan ujicoba yang dilakukan. Yang pertama adalah tabung gas LPG yang digunakan adalah tabung gas LPG untuk rumah tangga yaitu ukuran 3 kg, cukup praktis, aman, mudah untuk dibawa di perahu tempel dan tidak menghabiskan space terlalu banyak. Selain itu ketersediannya mudah ditemukan dimana saja, di warung kecilpun biasanya dijual.
Venturi.
Gambar 3. Konverter KitLPG.
Gambar 5. Tabung gas LPG 3 Kg. Untuk regulator LPG, diperlukan 2 (dua) buah regulator, yaitu High Pressure (HP) Regulator dan Low Pressure (LP) Regulator. High Pressure Regulator (gambar 6) biasanya digunakan untuk kompor yang memerlukan kalor cukup besar, biasa digunakan oleh pedagang makanan, sedangkan yang Low Pressure Regulator (gambar 7) biasa digunakan di komporkompor rumah tangga.Sebaiknya sediakan High Pressure Regulator yang memiliki alat ukur tekanan tabung gas, sedangkan yang Low Pressure Regulator tidak perlu.
Gambar 4.Modifikasi Konverter Kit LPG.
HASIL DAN PEMBAHASAN Jurusan Pendidikan Teknik Mesin berencana akan melaksanakan kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat yang dilaksanakan di wilayah Kecamatan Tejakula, Kab Buleleng, yaitu dengan bekerja sama dengan kelompok nelayan sekitar dalam Penggunaan Konverter Kit LPG Pada Motor Bensin Empat Langkah Penggerak Perahu Untuk Pemakaian Bahan Bakar LPG kepada kelompok nelayan di Kecamatan Tejakula di perahu-perahu nelayan sehingga meningkatkan efektivitas, daya tahan, serta umur dari mesin genset yang digunakan oleh para nelayan di Kecamatan Tejakula.
417
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 9. Klem Selang Dan Naple Cabang Tiga.
Gambar 6.High Pressure Regulator LPG.
Kran gas berfungsi untuk mengatur keluar masuknya gas dari tabung ke konverter kit dengan ukuran 1/4".
Gambar 7.Low Pressure Regulator LPG. Selang yang digunakan memiliki ukuran yang diperlukan, yaitu 3/8" dan 1/4" masing-masing 1 meter.Wajib menggunakan selang yang kualitasnya bagus agar aman dan terhindar dari kebocoran gas.
Gambar 10. Kran Gas. Karburator yang digunakan sebaiknya sesuai dengan karburator mesin perahu tempel dan cukup menggunakan karburator bekas agar mudah dalam pemasangannya. Karburator bekas yang diperlukan sebenarnnya tidak keseluruhannya, hanya beberapa bagian saja dari karburator itu yang akan digunakan, yaitu bagian venturi atau bagian atas dari karburator, skep dan spuyer, sisanya atau bagian bawah tidak diperlukan.
Gambar 8.Selang 3/8" dan 1/4". Klem selang digunakan untuk mengikat selang pada komponen-komponen penyambungnya, dibutuhkan kurang lebih 10 buah klem selang dengan ukuran ukuran 5/8" dan 2 (dua) buah naple (sambungan selang) cabang tiga. Gambar 11. Karburator Bekas.
418
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Di bawah ini adalah mesin perahu tempel dari salah satu nelayan di Kecamatan Tejakula Bali Utara yang menggunakan Konverter Kit LPG hasil modifikasi, yang dilanjutkan dengan kegiatan ujicoba di wilayah perairan tempat nelayan biasa menangkap ikan.
berpengaruh terhadap kesejahteraan para nelayan. Dengan demikian kegiatan pengabdian ini kedepannya mampu menjadi inspirasi bagi para nelayan untuk membuat konverter kit LPG yang mudah dan murah serta bisa diaplikasikan oleh masyarakat.Selain itu diharapkan pula kegiatan ini mampu meningkatkan hasil tangkapan masyarakat khususnya nelayan di sekitar Desa Les. Diharapkan kegiatan pelatihan pembuatan rumpon ini mampu didayagunakan dengan optimal untuk meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat, khususnya bagi kelompok nelayan di Kecamatan Tejakula Bali Utara khususnya dan tentunya masyarakat Indonesia pada umumnya yang memiliki keterkaitan dengan kegiatan pengabdian yang telah dilakukan. DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Faisal. 2008. Makalah dasardasar otomotif kendaraan berbahan bakar gas alam.
Gambar 12.Pemasangan Konventer Kit Pada Mesin Perahu Tempel Salah Satu Nelayan di Kecamatan Tejakula Bali Utara.
BF System Co., Ltd. NGV Sequential Injection kit Product Introduction. Binaterajasindo.2008. Menggunakan BBG pada Kendaraan dengan Convertion Kit Jenis dan Komponen pada Convertion Kit. Catherine, M. O’Connor. 2008. RFID Is the Key to Electric Vehicle Recharging Stations. (http: //www.rfidj ournal .com/article/view/4464 ).
Gambar 13. Proses Ujicoba Mesin Perahu Tempel dengan Bahan Bakar Gas LPG.
Praditya, Danny. 2010. Usulan Pola Pengembangan Program Penggunaan Bahan Bakar Gas (BBG) untuk Angkutan Umum DKI Jakarta. Bahan presentasi ANGVA, Jakarta. Soedarmo, Sugriwan dkk.Konsep Pengembangan BBG sebagai Energi Substitusi BBM. Pertamina Divisi Gas Hulu dan DOH Karangampel.
SIMPULAN DAN SARAN Dari pengabdian pada masyarakat yang dilakukan oleh tim pelaksana, diimplementasikan kepada kelompok nelayan di Kecamatan Tejakula Bali Utara. Dimana kegiatan ini diikuti pula oleh mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.Dipilihnya pengabdian ini mengingat semakin tingginya tingkat polusi dan semakin melambungnya harga bahan bakar minyak yang tentunya sangat
419
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
PELATIHAN MENGHIAS KAIN DENGAN TEKNIK SULAM PITA DI PANTI SOSIAL ANAK ASUHAN UDYANA WIGUNA SINGARAJA
Made Diah Angendari Universitas Pendidikan Ganesha [email protected]
ABSTRAK Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini betujuan untuk: (1) memberikan pelatihan menghias kain dengan teknik sulam pita (2) mengetahui tanggapan anak asuh Panti Sosial Anak Asuhan Udiyana Wiguna Singaraja dalam pelatihan menghias kain dengan tekik sulam pita. Metode kegiatan pengabdian masyarakat ini menggunakan metode ceramah, demontrasi, metode tanya jawab serta pelatihan membuat sapu tangan yang dihias dengan teknik sulam pita. Pelatihan ini melibatkan dosen Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga yang bekerjasama dengan Panti Sosial Anak Asuhan Udyanan Wiguna Singaraja yang melibatkan siswa SD, SMP dan SMA/SMK yang berjumlah 31 orang. Hasil kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah pelatihan menghias kain dengan teknik sulam pita dinyatakan berhasil karena siswa bisa melaksanakan dan membuat sulam pita pada kain (sapu tangan) dengan baik dan mereka hadir 100% dan mereka sangat antusias mengikuti pelatihan menghias kain dengan teknik sulam pita. Kata kunci: menghias kain, sulam pita, pelatihan
PENDAHULUAN
menjalankan usaha di bidang ketrampilan tangan. Di masa pembangunan sekarang nilai ekonomi semakin berperan, maka kerajinan tangan dipandang sebagai aset yang menguntungkan untuk dikembangkan. Dengan kata lain, kerajinan tangan dipandang memiliki potensi ekonomi dalam perdagangan dan dunia pariwisata. Oleh karena itu, kegiatan kerajinan ini digalakkan dan diharapkan mampu meningkatkan devisa negara, sekaligus dapat memperluas lapangan kerja dan dapat meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan sanak-anak asuh PSSA Udiyana Wiguna Singaraja ketika sudah lulus. Panti Sosial Anak Asuhan (PSAA) Udiyana Wiguna Singaraja salah satu Panti Sosial Anak Asuhan yang ada di Kabupaten Buleleng yang berlokasi di jl. Dewi Sartika Singaraja. PSAA ini berada di bawah naungan Dinas Sosial Provinsi Bali yang menampung anak-anak yang tidak memiliki orang tua ataupun anak-anak yang kurang mampu secara ekonomi. Di PSAA ini
Dewasa ini Departemen Pendidikan Kebudayaan (Depdikbud) giat-giatnya mencanangkan konsep ketrampilan hidup (life skill) pada jenjang pendidikan formal yang ada di negeri ini. Ketrampilan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mampu menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar sesuai dengan kondisi lingkungan mereka masing-masing. Ketrampilan merupakan bekal yang sangat berharga di masa yang akan datang bagi setiap anak karena manusia yang terampil selalu dapat mencari solusi untuk memenuhi kebutuhan riil dalam kehidupannya. Dengan demikian seseorang yang mempunyai ketrampilan hidup yang tinggi akan berpeluang besar untuk mendapat keuntungan yang tidak sedikit di masa yang akan datang. Ketrampilan hidup di bidang busana khususnya kerajinan tangan merupakan ketrampilan yang luwes diterapkan di dalam berbagai keadaan. Ketrampilan ini dapat sebagai sarana atau modal untuk
420
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
terdapat 38 orang anak asuh yang memiliki jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Anak Asuh yang berpendidikan SD ada 3 orang, SMP ada 13 orang, dan SMA/SMK ada 22 orang. Selama ini kegiatan anak asuh di PSAA Udiyana Wiguna Singaraja tersebut hanya kegiatan di sekolah formal. Padahal mereka sangat dituntut untuk secepatnya mampu hidup mandiri karena tidak mungkin selamanya mereka berada di panti asuhan. Untuk membekali anak-anak agar dapat hidup mandiri setelah lepas dari panti asuhan, anak asuh perlu dibekali dengan berbagai keterampilan. Dan di tempat tersebut juga terdapat alat-alat menjahit yang belum digunakan secara optimal seperti mesin jahit, gunting kain, gunting benang, meteran dan lain-lain. kelangsungan hidunya setelah lulus dari sekolah. Berdasarkan survei lapangan diperoleh informasi dari kepala panti dan para pengelola yang lain, bahwa mereka menghadapi beberapa masalah dalam proses pembelajaran antara lain: a. Pihak pemerintah menyediakan dana yang terbatas untuk pembelian berbagai bahan praktek sehingga pengelola kesulitan menhajarkan keterampilan secara langsung. b. Fasilitas praktek bidang busana cukup memadai, seperti gunting, mesin jahit tetapi belum digunakan secara optimal. Selama ini para pengelola dan anak asuh yang ada di PSAA Udiyana Wiguna banyak memiliki waktu luang namun mereka tidak memiliki keterampilan yang memadai dalam membuat suatu keterampilan yang bisa dilatihkan kepada para anak asuh. Di sisi lain anak asuk khususnya yang berpendidikan SMP dan SMA/SMK sangat membutuhkan berbagai ketrampilan khusunya bidang busana (kerajinan tangan) mengingat mereka tergolong sumber daya manusia yang berusia produktif. Kurangnya ketrampilan menghias
kain dengan teknik sulam pita yang berorientasi pasar (siap jual), sedangkan peralatan yang tersedia cukup memadai untuk menunjang bidang tersebut. Adapun program pelatihan yang akan diberikan adalah keterampilan menghias kain dengan teknik sulam pita. Dipilihnya pita sebagai bahan utama dalam pembuatan sulaman pita karena pita mudah didapat dan harganya tidak terlalu mahal, sedangkan penerapan teknik sulam pita yaitu menghias sapu tangan dengan menggunakan beberapa teknik tusuk hias. Pelatihan ini merupakan pelatihan yang kedua kalinya dilakukan, dimana sebelumnya telah dilakukan pelatihan pertama tentang keterampilan pada bidang busana (smok). Adapun respon ataupun tanggapan anak asuh sebagai peserta terhadap kegiatan pelatihan sebelumnya adalah sangat positif dan antusias. Hal ini ditunjukkan dengan keaktifan anak asuh dalam mengikuti pelatihan dan mereka mengharapkan bisa kembali diberikan pelatihan yang sejenis. Kondisi PSAA Udyana Wiguna adalah memiliki fasilitas berupa alat-alat keterampilan dasar di bidang busana. Universitas Pendidikan Ganesha, membawahi Fakultas Teknik dan Kejuruan (FTK) yang memiliki jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Pada sub program Tata Busana 65% kurikulumnya mengajarkan praktikum aneka jenis ketrampilan. Oleh karena itu kegiatan dalam bentuk Pengabdian Masyarakat ini sangat relevan untuk memecahkan permasalahan yang ada di PSSA Udiyana Wiguna Singaraja. Berdasarkan uraian analisis situasi, dapat dikemukanan bahwa anak-anak asuh PSAA Udiyana Wiguna memiliki potensi untuk diberdayakan karena merupakan sumber daya manusia produktif. Mereka perlu bekal ketrampilan untuk kelangsungan hidunya setelah lulus dari sekolah. Kurangnya ketrampilan menghias kain dengan teknik sulam pita yang berorientasi pasar (siap jual), sedangkan peralatan yang
421
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
tersedia cukup memadai untuk menunjang bidang tersebut. Selain itu anak-anak asuhan PSAA Udyana Singaraja sangat membutuhkan ketrampilan tersebut, karena diharapkan setelah tamat nanti siap terjun ke masyarakat sudah mempunyai bekal ketrampilam yang memadai, sehingga mereka merupakan aset bangsa yang diperhitungkan, bukan sebaliknya dianggap beban bangsa. Oleh sebab itu untuk dapat memiliki sejumlah ketrampilam maka diperlukan sejumlah pelatihan ketrampilan yaitu: (a) mengidentifikasi bahan sulam pita siap jual, menghitung kebutuhan bahan utuk terwujudnya hasil, (b) mempersiapkan bahan untuk membuat bahan, (c) menghias kain dengan teknik sulam pita. Permasalahan ini harus segera ditangani secara komprehensif melalui strategi dan program yang terpadu agar dapat memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya selebihnya (peralatan/fasilitas) yang ada di PSAA Udyana Singaraja. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Belum pernah diadakan pelatihan ketrampilan menghias kain dengan teknik sulam pita pada anak-anak asuh Panti Sosial Anak Asuhan (PSAA) Udyana Wiguna Singaraja yang sedang mengenyam pendidikan tingkat SMP dan SMA/SMK. 2. Bagaimana tanggapan anak-anak asuh Panti Sosial Anak Asuhan (PSAA) Udyana Wiguna Singaraja (Siswa SMP dan SMA/SMK) terhadap pelatihan ketrampilan menghias kain dengan teknik sulam pita?
pekerjaan, apalagi bagi anak asuh Panti Sosial Anak Asuhan Udiyana Wiguna Singaraja yang memiliki keterbatasan finansial yang menyebabkan mereka kadang tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini tentunya menjadi permasalahan yang rumit, jika anak-anak asuh tersebut tidak dipersiapkan untuk mencari peluang di dunia usaha, dengan kata lain berwirausaha mandiri. Sedangkan di sekolah tersebut banyak terdapat alat-alat menjahit yang belum dipergunakan secara optimal. Oleh karena itu sudah seharusnya perguruan tinggi melalui penerapan Dharma ke 3 yaitu Pengabdian Pada Masyarakat memberikan kontribusi untuk memecahkan persoalan tersebut. Realisasi pemecahan masalah terhadap kerangka pemecahan masalah dilakukan melalui peningkatan ketrampilan dalam pelatihan menghias kain dengan teknik sulam pita yang siap jual yang mampu menumbuhkan jiwa wirausaha. Dengan adanya pelatihan ini diharapkan anak asuh PSAA Udiyana Wiguna Singaraja (siswa SMP dan SMA) dapat menerapkan berbagai ketrampilan yang akan diberikan, dan selalu menggali ide baru untuk berinovasi dalam berkarya. Selanjutnya dengan penguasaan wawasan dan ketrampilan tersebut para siswa lebih siap untuk mandiri, dan menjadi insan yang produktif. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan selama 8 bulan yang terbagi dalam tiga tahap yaitu: (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap evaluasi. Tahap perencanaan telah ditetapkan hal-hal sebagai berikut: tempat/lokasi kegiatan dipilih di Panti Sosial Anak Asuhan Udiyana Singaraja Bali, yang terletak di Jl Dewi Sartika Selatan Singaraja. Jenis kegiatan berupa pelatihan menghias kain dengan teknik sulam pita . Tahap pelaksanaan berupa (1) penyajian materi secara teori dilanjutkan dengan menghias kain dengan teknik sulam pita (menghias sapu tangan. (2 dan 3) tahap
METODE PELAKSANAAN Kerangka Pemecahan Masalah Permasalahan yang ada berupa kondisi ekonomi Bangsa Indonesia saat ini, bukanlah hal yang mudah untuk memperoleh
422
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
pengawasan terhadap anak-anak yang mengerjakan menghias kain yang dibuat sesuai dengan instruksi instruktur, contoh yang ada bahkan siswa bisa berkreasi sesuai dengan keinginannya. Tahap yang terakhir adalah evaluasi akhir dan pelaporan.
Metode Kegiatan Kegiatan pengabdian pada masyarakat (P2M) menggunakan metode dalam bentuk pelatihan keterampilan melalui ceramah, demontrasi, tanya jawab dan pelatihan dilaksanak selama 8 bulan. Adapun tahapan-tahapan dalam pelaksanaan kegiatannya : 1. Ceramah digunakan untuk menyampaikan pengetahuan secara umum tentang sulam pita, alat dan bahan, serta macam-macam tusuk yang digunakan. 2. Demontrasi digunakan untuk memberikan keterampilan langsung mengenai proses pembuatan sulaman pita yang diterapkan pada sapu tangan. 3. Tanya jawab digunakan untuk melengkapi hal-hal yang belum terakomodasi oleh kedua metode di atas. 4. Pelatihan pembuatan menghias kain dengan teknik sulam pita ditujukan kepada siswa dengan melibatkan seluruh peserta pelatihan. 5. Evaluasi hasil akhir.
Khalayak Sasaran Strategis Khalayak sasaran yang trategis untuk masalah ini adalah anak asuh Panti Sosial Anak Asuhan (PSAA) Udiyana Singaraja, sebanyak 31 orang yang sedang mengenyam pendidikan SD, SMP dan SMA/SMK dan berjenis kelamin perempuan.. Dipilihnya siswa setingkat SD, SMP dan SMA/SMK, sebab mereka tergolong usia yang sangat produktif baik dilihat dari kecepatan kerja, kecepatan belajar, tingkat antusiasme, memilki daya kreativitas yang tinggi, mereka sudah memiliki ketrampilan memadai untuk tumbuh menjadi insan mandiri dan produktif. Pelatihan ini melibatkan dosen Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (Tata Busana) yang mengampu mata Kuliah Apresiasi Menghias Kain dan Desain Dekorasi Tekstil. Bekerja sama dengan Panti Sosial Anak Asuh (PSAA) Udyana Wiguna Singaraja yang melibatkan siswa SMP dan SMA/SMK sebagai subyek sasaran. Pengabdian ini dilakukan dalam upaya mengadakan hubungan yang erat melalui pererapan disiplin ilmu khususnya dibidang Tata Busana. Anak asuh dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan tentang ketrampilan menghias kain dengan teknik sulam pita yang lebih berkualitas dan memiliki nilai ekonomis yang lebih baik
Rancangan Evaluasi Tingkat keberhasilan pelatihan ini dilakukan melalui pengamatan langsung melalui penilaian kinerja dan hasil produk pada peserta dalam proses persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam pembuatan sulam pita pada kain dilakukan oleh instruktur dengan mengacu pada indikator yang tercantun dalam rubrik yang telah disiapkan. Adapun model rubrik yang digunakan adalah rubrik untuk menilai ketrampilan proses sebagai berikut:
Tabel 1 Check list proses pembuatan benda fungsional No Ketrampilan yang diamati 4 1 2
Persiapan (Pemilihan bahan, pengukuran, penyiapan alat) Penggunaan Peralatan yang benar
423
Skala Nilai 3 2
1
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
3 4 5 6 7 8
Ketepatan langkah-langkah membuat sulam pita Kesesuaian hasil akhir yang dipresentasikan menurut kreteria yang diharapkan Menata peralatan setelah selesai kegiatan Kreatifitas sulam pita Kerapian sulam pita Kombinasi warna sulam pita 4=sangat baik, 3=baik, 2=cukup, 1=kurang
Selanjutnya hasil akhir penilaian kinerja dirata-ratakan dan dikonversi menggunakan pedoman konversi sebagai berikut dibagi dalam tiga kelompok, yaitu kelompok SD, kelompok SMP, dan kelompok SMA. Acara selanjutnya instruktur (Made Diah Angendari, Ni Ketut Widiartini, I Dewa Ayu Made Budnyani) dibantu oleh dosendosen jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga konsentrasi Tata Busana menyiapkan dan menata alat-alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan. Kegiatan yang pertama adalah menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan bahan-bahan yang digunakan dalam sulam pita, alat-alat yang digunakan serta fungsinya, tusuk-tusuk hias yang digunakan, cara membuat kreasi benda fungsional melalui metode ceramah. Persiapan alat dan bahan, adapun bahan yang digunakan dalam pelatihan menghias kain dengan sulam pita adalah sebagai berikut: pita Pita merupakan bahan dasar dalam menyulam. Pita tersedia dalam berbagai variasi berdasarkan jenis dan ukurannya. Ada berbagai macam pita berdasarkan jenis bahannya (Rosa Amelia, 2008) yaitu: pita satin, pita organdi, benang sulam, kain tetoron polos/tidak bermotif. Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam pelatihan ini adalah jarum sulam jenis chenille jarum ini mempunyai ukuran besar dan lubang yang lebar, digunakan untuk pita yang berukuran lebar. Pemidangan digunakan untuk membentang kain agar memudahkan penarikan pita. Gunting digunakan untuk menggunting benang dan
Tabel 2 Pedoman Hasil Evaluasi No Rentangan Katagori 1 85 – 100 Sangat baik 2 70 – 84 Baik 3 55-69 Cukup 4 < 54 Kurang
HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan Pelatihan Menghias kain dengan Teknik Sulam Pita pada Anak Asuh Panti Sosial Anak Asuhan (PSAA) Udyana Wiguna Singaraja Pelatihan menghias kain dengan teknik sulam pita pada anak asuh di panti Asuhan Udyana Wiguna Singaraja dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 17 Juli 2016. Kegiatan dimulai pukul 08.30 sampai dengan pukul 12.00 wita. Kegiatan diawali dengan mengumpulkan peserta di ruang aula yang sekaligus sebagai tempat pelatihan. Target peserta 20 orang yang terdiri dari siswa SMA dan SMP yang berjenis kelamin perempuna. Namun pihak pimpinan panti asuhan meminta untuk pelatihan ini tidak hanya memibatkan siswa perempuan saja, tetapi juga melibatkan siswa laki-laki.. Sehinga peserta semuanya adalah 31 orang yang terdiri dari siswa SD, SMP dan SMA. Peserta yang berjumlah 31 orang
424
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
pita saat menyulam. Tudung jahit/cincin jari gunanya untuk melindungi jari dari tusukan ujung jarum pada saat menyulam dengan tangan. Pembuka Jahitan/Pendedel digunakan untuk memdedel apabila ada hasil jahitan atau sulaman yang kurang bagus atau salah. Karbon jahit gunanya untuk menjiplak motif ke kain. Pensil digunakan untuk menjiplak desain hiasan ke atas kain yang akan disulam. Kertas digunakan untuk membuat motif atau pola yang akan diciptakan pada kain. Macam-macam tusuk hias yang digunakan adalah tusuk tikan jejak, tusuk veston, tusuk rantai, tusuk balut, tusuk rantai terbuka, tusuk flanel, tusuk benang sari, tusuk kretan, tusuk datar, dan lain-lain. Selanjutknya kegiatan pelatihan dengan mendemontrasikan cara-cara pembuatan sulam pita. Siswa dikelompokkan menjadi 3 kelompok agar memudahkan dalam pengajaran. Kegiatan perkelompok menghias sapu tangan dengan sulam pita. Sulam pita yang dibuat sesuai dengan desain yang sudah disediakan atau sesuai dengan kreasi masing-masing. Adapun langkahlangkah dalam pembuatan sulam pita adalah, menyiapkan alat dan bahan, membuat desain motif sulaman, menjiplak motif di kain
dengan menggunakan karbon jahit, memilih pita sesuai dengan desain, mulai kegiatan menyulam dan finising. Siswa yang sudah selesai menghias kain diberikan kesempatan untuk membuat lagi sulaman sesuai dengan kreasi masing-masing. Tahap terakhir adalah evaluasi, siswa yang sudah selesai membuat sulaman pita pada saputangan diharapkan untuk mengumpulkan hasil karyannya dan instruktur menilai dan memberikan masukan untuk kesempurnaan dari hasil karya siswa. Adapun hal-hal yang dievaluasi adalah persiapan dan pemilihan bahan, pengukuran dan persiapan bahan, penggunaan peralatan yang benar, ketepatan langkah-langkah membuat sulam pita, kesesuaian hasil akhir yang dipresentasikan menurut kriteria yang diharapkan, menata peralatan setelah selesai kegiatan, kreatifitas sulan pita, kerapian sulam pita dan kombinasi sulam pita. Hasil kegiatan pelatihan pembuatan kreasi benda fungsional dari kain flanel secara umum dapat dikatakan berhasil karena anak-anak panti bisa membuat dan menyelesaikan sulam pita pada saputangan. Hasil sulam pita pada saputangan dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Data hasil Kegiatan Menghias Kain dengan Teknik Sulam Pita. Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah 109 111 93 93 102 93 98 95 % 87% 89% 75% 75% 82% 75% 79% 77% Keterangan: 1 = Persiapan (Pemilihan bahan, pengukuran, penyiapan alat) 2= Penggunaan Peralatan yang benar 3 = Ketepatan langkah-langkah membuat sulam pita 4 = Kesesuaian hasil akhir yang dipresentasikan menurut kreteria yang diharapkan 5 = Menata peralatan setelah selesai kegiatan 6 = Kreatifitas sulam pita 7 = Kerapian sulam pita 8 = Kombinasi warna sulam pita
Total 794 80%
Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat dikatakan bahwa pada persiapan pembuatan saputangan yang dihias dengan teknik sulam pita memperoleh persentase 87% dalam kategori sangat baik, penggunaan peralatan meperoleh 89% kategori sangat baik, ketepatan langkah-langkah membuat sulam pita memperoleh 75% kategori baik, kesesuain hasil akhir meperoleh 75% kategori baik, menata peralatan selesai kegiatan memperoleh 82%, kreatifitas sulam pita memperoleh 75% kategori baik, kerapian sulam pita memperoleh 79% kategori baik dan kombinasi sulam pitan memperoleh 75%
427
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
kategori baik. Keseluruhan dari delapan kreteria yang dinilai memperololeh nilai 80% kategori baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembuatan sapu tangan yang dihias dengan teknik sulam pita kategori baik dan berhasil sesuai dengan harapan. Hasil sulaman pita pada saputangan anak-anak panti asuhan dapat dilihat pada Gambar 1.
Anak-anak panti asuhan sangat antusias mengikuti pelatihan, mereka dengan tertin dan tekun membuat produk yang diajarkan oleh instruktur. Mulai dari menjelaskan bahan, alat, proses pembuatan, produk yang dibuat, persiapan bahan, persiapan alat, pembuatan motif, menjiplak motif, menyulam dan penyelesaian. Semua langkah-langkah dan proses pembuatan sulam pita dilakukan dengan baik dan sungguh-sungguh. Mereka akan bertanya bila ada hal yang belum dimengerti. Anak-anak panti asuhan berharap untuk mendapatkan pelatihan dengan tema yang berbeda dan berkelanjutan, karena menurut mereka ketrampilan yang diberikan sangat bermanfaat bagi mereka sebagai bekal hidup setelah mereka keluar dari panti asuhan. Kegiatan pelatihan menghias kain pada anak ashunan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 1 Hasil Sulam Pita Tanggapan Anak Asuh Panti Sosial Anak Asuhan (PSAA) Udyana Wiguna Singaraja (Siswa SMP dan SMA/SMK) Terhadap Pelatihan Ketrampilan Menghias Kain dengan Teknik Sulam Pita Hasil kegiatan pelatihan menghias kain dengan teknik sulam pita secara umum dapat dikatakan berhasil. Hal ini dapat dilihat dari persentase kehadiran peserta mencapai 100%, dari yang ditargetkan sebanyak 20 orang dan yang ikut pelatihan sebanyak 31 orang.
Gambar 2. Pelaksanaan Pelatihan
429
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
pelaksanaan pelatihan hanya bisa dilakukan pada hari minggu.
Pembahasan Berdasarkan hasil kegiatan P2M yang telah dipaparkan pada hasil, bahwa kegiaran pengabdian ini mendapat respon yang positif dari para peserta, pegawai dan pimpinan panti Asuhan Udyana Wiguna, dimana para peserta sangat antusias mengikuti kegiatan, dan hasilnya juga baik, begitu juga dengan pegawai yang dengan senang hati membantu dalam proses awal sampai akhir. Pihak panti sangat terbuka dan merespon positif kegaiataan pelatihan yang dilaksanakan, dan menyarankan agar pelatihan dilaksanakan setiap tahun dengan materi yang diberikan. Menghias kain dengan teknik sulam pita yang dibuat sesuai dengan harapan instruktur, anak-anak panti dengaan baik melaksanakan pelatihan, dan mengikuti arahan instruktur. Anak-anak mengerjakan dengan baik sesuai dengan langkah-langkah dan contoh yang disipakan instruktur. Produk-produk yang dibuat diharapkan dapat dikembangkan ke media yang lainnya, misalnya mengias kain dengan teknik sulam pita di busana maupun lenan rumah tangga. Adapun sebagai krieria acuan dalam penilaian produk yang dibuat adalah Persiapan (Pemilihan bahan, pengukuran, penyiapan alat), penggunaan peralatan yang benar, ketepatan langkah-langkah membuat sulam pita, kesesuaian hasil akhir yang dipresentasikan menurut kreteria yang diharapkan, menata peralatan setelah selesai kegiatan, kreatifitas sulam pita, kerapian sulam pita, kombinasi warna sulam pita Pelatihan ini memberikan manfaat kepada anak-anak panti sebagai lahan untuk berwirausaha, karena anak-anak memiliki ketrampilan dalam sulam pita yang bisa diterampak atau digunakan untuk menghias benda-benda baik itu lenan rumah tangga, busana, maupun kain. Disisi lain masih ditemukan beberapa kendala dalam pelaksanaan, misalnya menentukan waktu, karena anak-anak hari senin sampai hari sabtu sekolah, ada yang sekolah pagi dan ada sekolah siang, sehingga
PENUTUP Simpulan Berdasarkan uraian pada hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpilkan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan kegiatan pelatihan menghias kain dengan teknik sulam pita pada anak asuh di panti asuhaan Udyana Wiguna Singaraja sudah terlaksana dengan baik. Siswa menghias sapu tangan dengan teknik sulam pita. Dilihat dari aspek Persiapan (Pemilihan bahan, pengukuran, penyiapan alat), penggunaan peralatan yang benar, ketepatan langkah-langkah membuat sulam pita, kesesuaian hasil akhir yang dipresentasikan menurut kreteria yang diharapkan, menata peralatan setelah selesai kegiatan, kreatifitas sulam pita, kerapian sulam pita, kombinasi warna sulam pita 2. Tanggapan siswa terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan menghias kaian dengana teknik sulam pitan ini sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari idikator kehadiran siswa mencapai 100% dari target, dan selama kegiatan berlangsung mereka sangat antusias mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir kegitan. DAFTAR PUSTAKA Angendari Diah, dkk. 2014. Desain dan Dekorasi Tekstil. Graha Ilmu. Yogyakarta. Hamidin. 2011. Seni Berkarya dengan Sulam Benang. Pustaka Widyatama. Yogyakarta. Indri A dan Benda D. 2012. Sulam Pita Demedia Putra. Jakarta. Rosa Amelia. 2008. Cantik dengan Sulam Pita. Hikmah (PT Kawan Pustaka): Jakarta
430
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
MEMBANGUN LEARNING COMMUNITY DAN PENINGKATKAN KOMPETENSI MELALUI LESSON STUDY I Gede Sudirtha Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha [email protected]
ABSTRAK Pembangunan sumberdaya manusia yang berkelanjutan merupakan keharusan untuk mampu mengatasi segala persoalan yang dihadapi setiap bangsa ditengah-tengah arus persaingan global. Diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN(MEA) disamping menjadi harapan baru bagi negara asia, juga membawa konsekuensi terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa. Penyiapan sumberdaya manusia yang unggul dan berdaya saing tinggi merupakan suatu keharusan. Akan tetapi di lain pihak, masih banyak yang perlu dilakukan oleh bangsa ini untuk menghadapi MEA yang sudah diberlakukannya sejak setahun yang lalu, terutama dari aspek penyiapan sumber daya manusia melalui pendidikan. Saat ini sumber daya manusia yang dihasilkan dunia pendidikan di Indonesia belum mampu disiapkan secara baik untuk menghadapi kondisi ini.Lulusan perguruan tinggi masih belum mampu bersaing secara baik dengan tenaga kerja asing.Tenaga kerja asing jauh lebih siap bersaing dari segi kemampuan (skill) dan penguasaan bahasa inggris dibandingkan dengan tenaga kerja Indonesia.Kompas.com, 27April 2015 menyebutkan lulusan perguruan tinggi Indonesia sedang mengalami dilema, sebab gelar ijazah pendidikan tinggi yang mereka raih tak lagi jadi jaminan mudah untuk mendapat pekerjaan. Kesulitan mereka terserap dunia kerja semakin bertambah berat, karena mulai 1 Januari 2015 mereka juga bersaing dengan tenaga kerja asing dari negara-negara ASEAN sebagai dampak berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN. Sulitnya lulusan universitas memperoleh pekerjaan terlihat dari angka pengangguran terdidik Indonesia yang meningkat setiap tahun. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2014, di Indonesia ada 9,5 persen (688.660 orang) dari total penganggur yang merupakan alumni perguruan tinggi. Untuk mempersiapkan sumberdaya manusia melalui pendidikan, ditawarkan suatu solusi untuk meningkatkan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (lulusan lembaga pendidikan) melaui pembentukan komunitas belajar (learning community)dan kerjasama yang berkelanjutan dengan berbagai pihak melaluilesson Study. Kata Kunci: learning community, lesson study, peningkatan kompetensi, masyrakat ekonomi ASEAN
inovatif yang akan memenengkan persaingan. Oleh sebab itu untuk memenangkan persaingan tidak cukup hanya berbekal kepintaran saja,akan tetapi juga harus selalu berpikir kreatif dan inovatif. Untuk itu sumber daya manusia (lulusan perguruan tinggi) sangat penting memiliki kesadaran tentang “apapun yang pernah dipelajari selama di lembaga pendidikan hanya merupakan bekal dasar untuk terjun di dunia kerja.Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang dan selalu mempengaruhi karekteristik dan struktur kedunia kerjaan.Belajar sepanjang hayat sangat tepat dijadikan paradigma berpikir dan berprilaku.Penguatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan harus selalu ditingkatkan agar sesuai dengan tuntutan dunia kerja dan perkembangan jaman.
A. Latar Belakang Pembangunan sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penentu dalam mencapai kemajuan.Dalam persaingan global, sumber daya manusia harusselalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perubahan struktur dunia kerja yang sarat dengan perubahan/kemajuan.Jika direnungkan, fenomena seperti ini membawa konsekuensi kepada kita semua untuk selalu berjalan beriringan dengan perubahan.Untuk bisa berjalan beriringan dengan perubahan, maka sangat penting untuk memahami bahwa perubahan itu terjadi karena adanya keinginan manusia untuk selalu meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik melalui usaha-usaha yang kreatif dan inovatif.Dalam konteks persaingan global, hanya sumber daya manusia yang kreatif dan
431
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Di sisi lain permasalahan LPTK sebagai perguruan tinggi masih belum teratasi seperti permasalahan masih perlunya relevansi pendidikan tinggi dengan dunia kerja (professionalskilled workers). Sesuai dengan data yang ada, lulusan perguruan tinggi (LPTK) masih banyak yang menganggur.Kedua hal ini perlu disikapi oleh LPTK secara serius.Dalam konteks ini antara dunia kerja (dudi) sangat dibutuhkan jalinan kerjasama yang baik.Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan perlu melibatkan para dunia usaha dan industri ke dalam pembelajaran.Para dunia usaha dan industri perlu menyadari bahwa hal itu sangat dibutuhkan dalam kaitannya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan sesuai dengan tuntutan dan karakteristik dunia kerja. Kedua komponen itu harus dapat bersinergi dalam mendukung visi misi pembangunan nasional seperti yang tertuang dalam visi misi Presiden RI (Nawa Cita) yaitu: meningkatkan mutu hidup manusia Indonesia melalui peningkatan mutu pendidikan dan pelatihan, melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional. Diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asia, menjadi peluang besar bagi perekonomian dan prospek ketenagakerjaan di Indonesia. ASEAN Economic Community pada tahun 2015 menjadi babak baru bagi perkembangan perekonomian negara-negara khususnya di kawasan Asia Tenggara sekaligus memberikan harapan akan prospek dan peluang bagi kerjasama ekonomi antar kawasan dalam skala yang lebih besar. Hal ini membutuhkan persiapan serta pertimbangan strategis atas berbagai fakta kondisi perekonomian, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi di beberapa negara ASEAN yang sangat beragam.Di sisi lain strategi penyiapan tenaga kerja Indonesia juga menjadi prioritas utama oleh berbagai pihak, terutama dari pihak lembaga pendidikan.
Terkait dengan hal itu, penyiapan tenaga kerja melalui pendidikan masih menjadi permasalahan yang cukup besar di Indonesia.Kompas.com 27 April 2015 menyebutkan lulusan perguruan tinggi Indonesia sedang mengalami dilema, sebab gelar ijazah pendidikan tinggi yang mereka raih tak lagi jadi jaminan mudah untuk mendapat pekerjaan. Kesulitan mereka terserap dunia kerja semakin bertambah berat, karena mulai 1 Januari 2015 mereka juga bersaing dengan tenaga kerja asing dari negara-negara ASEAN sebagai dampak berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Sulitnya lulusan universitas lokal memperoleh pekerjaan sudah terlihat dari angka pengangguran terdidik Indonesia yang meningkat setiap tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2014, di Indonesia ada 9,5 persen (688.660 orang) dari total penganggur yang merupakan alumni perguruan tinggi. Mereka memiliki ijazah diploma tiga atau ijazah strata satu (S1).Dari jumlah itu, penganggur paling tinggi merupakan lulusan universitas bergelar S-1 sebanyak 495.143 orang. Pidato Kenegaraan menjelang HUT RI ke-71 menegaskan, untuk memenangkan kompetisi, untuk menjadi bangsa pemenang, kita harus berani keluar dari zona nyaman.Kita harus kreatif, optimis, bahu membahu, dan melakukan terobosan.Semua itu demi mempercepat pembangunan nasional, demi peningkatan daya saing bangsa (Pidato Kenegaran dalam sidang Tahunan MPR di gedung MPR/DPR, Jakarta, Selasa 16 Agustus. Berdasarkan hal di atas, sangat penting untuk menjalin kerjasama antara semua pihak terkait untuk memahami bahwa pentingnya sebuah komunitas (komunitas belajar) yang saling membutuhkan.Dalam konteks ini antara lembaga pendidikan formal dengan dunia kerja, alumni dan pihak yang berkepentingan lainnya.Berubahnya struktur pekerjaan di dunia kerja belum sepenuhnya dapat diimbangi oleh para lulusan.Berkembangnya ilmu pengetahuan,
432
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
teknologi, dan seni menuntut pemahaman dan prilaku kerja yang lebih tinggi dari kompetensi yang telah dimiliki sebelumnya. Lulusan yang dihasilkan berupa output pendidikan kita semestinya juga memiliki outcome yang lebih dai sekedar memiliki kemampuan dasar, akan tetapi dalam konteks ini adalah lulusan yang mampu menyesuaikan diri dengan situasi keduniakerjaan yang berkembang. Intinya adalah memiliki kemampuan belajar sepanjang hayat yang bertumpu pada kemampuan beradaftasi dengan perkembangan.Hal inilah yang menjadi salah satu tantangan yang selalu dihadapi oleh para lulusan kita, kususnya bagi lulusan Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha. Tidak ada kualitas dalam belajar tanpa interaksi yang baik.untuk itu interaksi yang baik harus diciptakan di kalangan mahaiswa, guru, dosen, industri (dunia usaha dan industri), para alumni, dan komponen masyarakat lainnya yang berlandaskan kesadaran membangun komunitas belajar untuk mencapai tujuan bersama secara berkelanjutan. Namun kenyataan menunjukkan dunia pendidikan sangat jauh dengan realitas masyarakat.Masyarakat secara terstruktur dan sadar terlalu mempercayakan pendidikan kepada sekolah.Namun tidak terjadi hubungan yang mutual antara komponen tri pusat pendidikan, antara keluarga, masyarakat secara luas (termasuk dunia usaha dan industry), dan lembaga pendidikan formal. Dari uraian latar belakang di atas, penulis mencoba menawarkan suatu solusi terkait dengan bagaimana meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (lulusan lembaga pendidikan) agar siap menghadapi diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asia dengan berbagai konsekuensinya melalui pembentukan komunitas belajar dan kerjasama yang berkelanjutan melalui lesson Study.
B.
Apa dan Community
Bagaimana
Learning
Learning community berkaitan dengan belajar melalui layanan komunitas, ICT, dan komunitas belajar lainnya (Louise Stoll, Ray Bolam, Agnes McMahon, Mike Wallace, and Sally Thomas, 2006: 224).Learning communitydigunakan untuk menggambarkan suatu kombinasi yang dapat dipikirkan individu yang tertarik dengan bidang pendidikan.DuFour, Eaker, dan Many (2006) mendeskripsikan tiga elemen penting untuk dapat sukses dalam learning community yaitu: fokus pada pembelajaran (menjamin bahwa siswa belajar), budaya kolaborasi, dan berorientasi pada hasil. Learning community dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi komunitas belajar. Komunitas belajar adalah sekelompok orang yang melakukan pertukaran nilai-nilai umum atau keyakinan dan secara aktif bersepakat untuk belajar bersama satu dengan yang lain. (Istamar Syamsuri dan Ibrohim, 2008: 112).Lebih lanjut disebutkan, dalam konteks pendidikan secara umum komunitas adalah kumpulan guru atau siswa di lingkungan sekolah yang saling belajar dan membelajarkan.Namun secara lebih luas komunitas belajar dapat terbangun antara siswa-siswa, guru-siswa, dosen-mahasiswa dosen-guru, dan masyarakat yang lebih luas.Dalam makalah ini, penulis ingin mengajak semua pihak untuk dapat menjalin dan membangun komunitas belajar yang lebih luas antara dosen, guru, alumni, praktisi dunia usaha dan industri,pejabat di instansi terkait untuk saling belajar dan membelajarkan.Selama ini kerjasama antara semua komponen masyarakat sangat jarang bisa dilakukan, salah satu contoh nyata adalah keterlibatan dunia usaha dan industri dalam konteks pendidikan baru sebatas menerima mahasiswa praktik di industri. Keberlanjutan atau efek lain dari kegiatan praktek lapangan harus dapat dijadikan bahan refleksi tentang bagaimana
433
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
menciptakan lulusan yang memiliki kecapakan dan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Pihak lembaga pendidikan harus sesering mungkin turun ke lapangan (dudi), pihak dudi juga harus mau berkontribusi untuk sharing dengan lembaga pendidikan, demikian sebaliknya agar kolaborasi seperti ini dapat berlangsung. Demikian pula antara lembaga pendidikan (dosen dan mahasiswa) dengan ikatan alumni semestinya dapat ditingkatkan keterlibatannya melalui komunitas belajar.Alumni dapat meng-update ilmu pengetahuan dan keterampilannya atau dapat men-sharing pengalamannya di dunia kerja dengan almamaternya.Untuk dapat mewujudkan hal itu, learning community harus dapat dibangun untuk menjawab permasalahan pendidikan, penguatan kompetensi, dan juga terkait masalah ketenagakerjaan. Seperti kita ketahui, pada dasarnya dampak dari pembelajaran yang berlangsung diharapkan memiliki 2 efek penting yaitu: efek instruksionaldan efek pengiring. Efek instruksional dapat diperkaya dan dimaknai lebih luas lagi melalui efek pengiring.Seperti terbentuknya sikap saya belajar bukan untuk sekedar mengetahui, akan tetapi lebih dari kepada bentuk apresiasi terkait untuk apa saya belajar ini, apa yang bisa saya perbuat, selanjutnya dibagaimanakan, dan apakah apa yang saya pelajari ini bisa untuk orang banyak. Seperti 4 pilar pendidikan yang diungkapkan oleh Unesco berkaitan dengan learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. Kesemuanya itu akan diperoleh melalui peningkatan kapasitas belajar melalui berbagai aktifitas/ pengalaman belajar yang bermakna.Dalam hal ini aktifitas harus diperkaya dengan berbagai pengalaman yang sengaja dirancang.Salah satunya melalui komunitas belajar. Dalam komunitas belajar akan terjadi saling tukar sharing pengalaman dari berbagai pihak. Lillie G. Jessie, 2007: 1, menyebutkan untuk menciptakan
professional learning community dapat dilakukan dengan meningkatkan respon para pendidik terhadap fakta/ keterangan yang sesungguhnya tentang kelas atau sekolah.Ide ini mencakup keterlibatan pendidik dan orang tua siswa dalam satu sekolah untuk menjadi anggota. Konsep learning communityyang selama ini selalu disalah gunakan atau digambarkan secara singkat sebagai sebuah komite atau sebagai pertemuan mingguan, akan tetapi melalui proffessional learning community akan menjadi lebih baik apabila dipahami melalui proses yang lebih baik. Seperti yang digambarkan oleh DuFour, dkk dalam tiga elemen penting dari learning community (focus on learning, collaborative culture, and result-oriented thinking).Professional learning community tidak dapat dibangun hanya melalui pemberian kesempatan pengembangan professional kepada staf saja, namun demikian, dibutuhkan peran masyarakat intelektual yang lebih luas yang memiliki pengetahuan dasar yang kuat, keterampilan yang ahli yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan profesionalisme pendidik. Learning community secara lebih luas diyakini lebih efektif jika didasarkan pada pengembangan diri dan pembelajaran berbasis kerja, ide-ide yang didukung oleh teori-teori tertentu, seperti pengalaman belajar, praktek reflektif, proses kognitif, dan problem bassed learning, sosialisasi, dan belajar dari kinerja manajerial yang terampil dan didukung oleh asosiasi. Cara untuk menerapkan ide-ide ini meliputi: profile pengembangan professional, penelitian tindakan, tindakan pembelajaran, pelatihan, mentoring, dan tentunya pemberian beasiswa untuk pengembangan professional (Louise Stoll, dkk., 2006:232233). Sebuah komunitas belajar akan lebih terfokus kepada pembelajaran daripada mengajar. Dalam konsep “New Paradigma for Re-enginering Education” Cheng, 2005 terkait globalization, localization, and individualization, ditawarkan suatu konsep
434
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
pendidikan untuk mengatasi persoalan pendidikan dalam perspektif global. Dalam dekade terakhir, para penentu kebijakan, institusi pencetak guru, dan sekolah-sekolah di wilayah Asia-Pacific telah mengimplementasikan sejumlah inisiatif tentang gagasan pendidikan dan pengembangan guru dengan tujuan meningkatkan efektifitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Mereka mencoba membangun sebuah paradigma pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan.Dalam konsep itu ditekankan, pendidik professional yang dibentuk harus memiliki sejumlah kemampuan bersaing di era global. Yin Cheong Cheng, 2005:397 dalam konsep berpikir tentang guru yang efektif menyebutkan konsep yang sempit tentang guru yang efektif harus berubah menjadi konsep yang lebih luas dari proses pendidikan. Pendidikan guru professional harus merencanakan dan mengimplementasikannya dalam team work. Ditekankan untuk meningkatkan kemampuan sekolah dan learning outcome, maka pembelajaran di kelas tidak harus ditangani oleh satu orang akan tetapi melibatkan team teaching atau semua guru yang ada di sekolah. Terkait dengan konsep yang ditawarkan ini, lembaga pendidikan melalui guru dan dosen dalam mengelola pembelajaran yang efektif harus berani terbuka untuk membuka pembelajarannya untuk kepentingan peningkatan kualitas pembelajaran. Untuk itu salah satu cara efektif yang bisa dilakukan adalah dengan mengundang para stakeholders ke dalam pembelajaran melalui lesson study, agar terbangun budaya kolaborasi yang lebih luas dan kuat di kalangan pendidikan dan para professional dalam rangka peningkatan kualitas dan kompetensi lulusan.
sebuah komunitas. Sebelum lebih lanjut gerakan apa yang akan dilakukan dalam sebuah komunitas, terlebih dahulu perlu dioperasionalkan siapa yang tergabung dalam komunitas yang dimaksud. Komunitas yang dimaksud merupakan kumpulan dari para individu maupun institusi, atau kelompok tertentu yang tertarik dengan pendidikan, pembelajaran, dan peningkatan kompetensi.Individu yang menyadari tentang pentingnya peningkatan kemampuan atau kompetensi, berdiskusi, berinteraksi untuk saling belajar dan membelajarkan dalam sebuah komunitas, dan secara lebih operasional dapat disebutkan, antara lembaga pendidikan (jurusan/prodi/ fakultas dengan para alumni (yang sudah bekerja di dunia kerja), perusahaan, atau lembaga pendidikan lainnya) untuk dapat menyediakan waktu berkolaborasi dengan prinsip saling membutuhkan. Meminjam pendapat DuFour, Eaker, dan Many (2006) yang mendeskripsikan tiga elemen penting dalam learning community yaitu: fokus pada pembelajaran (menjamin bahwa siswa belajar), budaya kolaborasi, dan berorientasi pada hasil.Melalui penerapan dan pelaksanaan lesson study dan open lesson dapat dijadikan sarana untuk membangun komunitas belajar di kalangan komunitas yang dimaksud di atas.Lesson study jika dilihat dari model pelaksanaannya merupakan kegiatan belajar atau kaji tindak pembelajaran yang berbasis pada budaya kolaborasi bukan budaya kompetitif, serta mengutamakan tindakan reflektif untuk dapat mencapai perbaikan pembelajaran secara berkelanjutan (continous improvement). Lewis 2002, menyatakan “lesson study is a cycle in wich teachers work together to consider their long-term goals for students, bring those goals to life in actual “research lesson,” and collaboratively observer, discuss, and refine the lesson”. Ada beberapa kata kunci dari pernyataan tersebut yang dapat dijadikan acuan penting antara lain: bekerja bersama, membawa tujuan yang telah ditetapkan, kehidupan
C. Implementasi Learning CommunityBerbasis Lesson Study Untuk mengimplementasikan komunitas belajar, dibutuhkan suatu gerakan yang mampu menyentuh semua komponen
435
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
aktual, kolaboratif, observasi, diskusi dan me-refine pembelajaran. Pada kegiatan lesson study yang dilakukan, kolaborasi yang dilakukan oleh guru dengan rekan sejawat atau rekan lain akan menghasilkan perencanaan pembelajaran yang jauh lebih berkualitas dibandingkan dengan perencanaan pembelajaran yang hanya dilakukan sendiri, terlebih lagi dengan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman seseorang, tidak akan mampu dengan baik membawa tujuan-tujuan pembelajaran yang ditetapkan ke dalam konteks kehidupan yang aktual. Dengan adanya kolaborasi antara guru dengan rekan lainnya (bisa jadi kolaborasi guru dengan expert di dunia kerja) akan terjadi pembelajaran di kelas yang sarat makna, selanjutnya dari hasil observasi dan diskusi yang dilakukan usai pelaksanaan pembelajaran dilakukan refleksi pembelajaran yang telah berlangsung, akan menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat digunakan untuk me-refinepembelajaran (memperbaiki pembelajaran secara berkelanjutan) melalui siklus lesson study. Lesson Study merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan secara berkesinambungan dalam tiga tahapan yaitu merencanakan (plan), melaksanakan (do), meng-observasi dan melaporkan hasil pembelajaran/refleksi (see). Lesson study dimulai dari tahap perencanaan (plan) yang bertujuan merencanakan pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa.Perencanaan yang baik sebaiknya dilakukan bersama.Perencanaan diawali dari analisis permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran.Permasalahan dapat berupa materi, metode pedagogi, bagaimana menjelaskan suatu konsep, dll.Selanjutnya guru secara bersama-sama mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi yang dituangkan ke dalam rancangan pembelajaran (lesson plan) dan teaching material. Langkah kedua dalam lesson study adalah pelaksanaan (do) pembelajaran yang mengacu pada rencana pembelajaran yang
telah dirumuskan dalam perencanaan. Salah seorang guru mengimplementasikan pembelajaran dan guru lain sebagai pengamat (observer) pembelajaran. Langkah ini bertujuan mengimplementasikan pembelajaran dan mengujicoba efektifitas pembelajaran yang dirancang. Dalam kegiatan do dapat mengundang rekan-rekan sejawat, kepala sekolah, dosen untuk mengamati. Namun sebelum pembelajaran dimulai sebaiknya dilakukan briefing kepada para pengamat untuk menginformasikan kegiatan pembelajaran yang direncanakan serta mengingatkan selama pembelajaran berlangsung, pengamat tidak boleh saling berbicara dengan pengamat lain yang dapat mengganggu kegiatan pembelajaran, tetapi mengamati aktifitas pembelajaran siswa. Pengamat dapat merekam kegiatan pembelajaran. Langkah ketiga adalah refleksi (see) yaitu melalui kegiatan diskusi antara guru dan pengamat. Guru mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan dalam melaksanakan pembelajaran. Selanjutnya pengamat secara bergiliran menyampaikan komentar dan lesson learnt dari pembelajaran terutama berkenaan dengan aktivitas siswa. Pada prinsipnya, semua orang yang terlibat dalam kegiatan lesson study harus memperoleh lesson learnt agar dapat dibangun komunitas belajar (Hendrayana, 2005: 10-19). Dampak dari pelaksanaan lesson studydi sekolah-sekolah telah mulai dirasakan di kalangan peserta lesson study.Beberapahasil penelitian dan laporan lesson study Indonesia menunjukkan hasil bahwa terjadi peningkatan kemampuan melalui lesson learnt peserta lesson study (International Conference on Lesson Study, Conference Abstract. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha, 17-19 September 2015). Selanjutnya Sudirtha, 2016 menyebutkan: pengintegrasian pelaksanaan lesson study dan pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran micro teaching pada mahasiswa Fakultas Teknik dan Kejuruan Undiksha nenunjukkan hasil belajar micro
436
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
teaching mahasiswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif melalui setting lesson study lebih tinggi daripada mahasiswa yang mengikuti pembelajaran konvensional setelah mengontrol persepsi tentang profesi keguruan. Efek lain yang sangat menarik juga ditemukan terjadinya lesson learnt di kalangan dosen yang mengikuti lesson study.Setiap orang yang terlibat di dalam kegiatan lessonstudy secara bertahap membangun pemahaman tentang pentingnya kolaborasi dalam memecahkan permasalahan-permasalahan pembelajaran. Permasalahan pembelajaran tidak cukup dituntaskan dengan pendekatan teoritis, akan tetapi persoalan pembelajaran muncul di kelas harus dituntaskan melalui refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran. Dari hasil analisis tersebut, refleksi merupakan inti dari segala upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.Hal ini sangat sejalan dengan konsep lesson study yang pada hakikatnya adalah bagaimana kita menyadari dan memahami pembelajaran yang dilaksanakan harus direfleksikan untuk melakukan perbaikan secara berkelanjutan melalui kolaborasi dengan teman sejawat. Sebagai kelanjutan dari lesson study diharapkan terbentuk komunitas belajar. Antara lesson study dan learning community memiliki ide dasar dan tujuan yang sama.Ide peningkatkan kualitas pembelajaran secara kolaboratif, berkelanjutan, dan saling membelajarkan.Selanjutnya diharapkan terjadi saling ketergantungan antara anggota komunitas belajar, kususnya antara lembaga pendidikan (guru, dosen, dan mahasiswa) dengan pihak dunia usaha dan industri (du/di) atau pihak dunia kerja.
peningkatan kemampuan atau learning outcome yang berkualitas, (2) Lesson study sebagai salah satu wadah komunikasi untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut. Akan tetapi sangat dibutuhkan komitmen bersama untuk dapat mewujudkannya, karena akan diperlukan waktu, tenaga dan pikiran yang lebih dalam pelaksanaannya. (3) Hasil pelaksanaan pembelajaran dalam suatu komunitas belajar dan lesson study dapat dijadikan sumber dan bahan refleksi dalam rangka perbaikan dan peningkatan kompetensi peserta didik. Refleksi dapat dikatakan sebagai bagian yang sangat penting dilakukan dalam rangka membangun dan mencarikan solusi-solusi pembelajaran. Tanpa refleksi tidak akan mungkin membangun kemajuan atau kualitas. Kualitas dibangun secara bertahap dan berkelanjutan.Refleksi adalah usaha bersama menemukan solusi pembelajaran dalam rangka terbentuknya kompetensi yang diharapkan. (4) Terbentuknya komunitas belajar antara lembaga pendidikan (guru, dosen, siswa, mahasiswa) dengan unsur dunia kerja (dunia usaha dan industri) merupakan kebutuhan yang sangat mendesak.Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia yang unggul dalam menghadapi MEA, maka kolaborasi dengan dengan dunia industry sangat diperlukan. Bagaimana mendatangkan pihak industri sebagai pengamat/ observer yang mampu membawa pembaharuan pembelajaran dan proses peningkatan skill/ keterampilan mahasiswa sangat diperlukan, dalam hal ini dikondisikan melalui kegiatan lesson study, dengan catatan peserta lesson study harus memahami hakikat lesson study. (5) terjadinyalesson learnt dikalangan peserta lesson study (dosen, guru, alumni, pihak du/di) merupakan dampak pengiring dari terbentuknya learning community dan lesson study. Terjadi pembelajaran yang bermakna di antara mereka melalui sharing, budaya kolaborasi, dan fokus kepada satu tujuan yaitu bagaimana secara bersama-sama bertanggungjawab terhadap peningkatan
D. Simpulan Dari uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan berupa: (1) sangat penting membangun komunitas belajar (learning community)dikalangan kampus/ sekolah dengan melibatkan para alumnidan para stakeholder dari dunia usaha dan industri untuk diajak turut serta memikirkan
437
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
kompetensi peserta didik secara berkelanjutan melalui pembelajaran. (6) Lembaga pendidikan (Fakultas Teknik dan Kejuruan Undiksha) harus berani mengambil tindakan untuk mempelopori terbentuknya komunitas belajar yang melibatkan para pemangku kepentingan untuk mendukung upaya peningkatan kompetensi lulusan secara berkelanjutan. Menjalin kerjasama yang baik dengan berbagai pihak terkait untuk tujuan peningkatan profesionalisme dosen dalam pembelajaran dan penguatan skill/ keterampilan dan kompetensi dosen yang didukung oleh asosiasi yang kuat.Lembaga pendidikan juga harus berupaya keras mendorong stafnya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, terutama peningkatan kemampuan komunikasi dengan berbahasa inggris.
Kompas.com, Lulusan perguruan tinggi Indonesia sedang mengalami dilemma. Kamis, 6 Oktober 2016
Daftar Pustaka Hendayana, dkk.Lesson Study Suatu Strategi Untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik (Pengalaman IMSTEPJICA). Bandung: UPI Press, 2006.
Richard Dufour, What is a Professional Learning Community.
Lewis, Catherin. Lesson study: A Handbook forTeacher-Led Improvement of Instruction. Oakland CA.: Education Department, Mills College, 2002. Lillie G. Jessie. The Elemen of a Professional Learning Community. Journal Leadership Compass, Volume 5, Number 2, Winter 2007. Louise Stoll, Ray Bolam, Agnes McMahon, M Wallace, and Sally Thomas. Professional Learning Communities: A Review of The Literature. Jornal of Educational Change, 2006 ( 221-258).
Sudirtha,
Istamar Syamsuri dan Ibrohim.Lesson Study (Studi Pembelajaran) Model Pembinaan Pendidik Secara Kolaboratif dan Berkelanjutan; dipetik dari Program SISTTEMS-JICA di Kabupaten Pasuruan Jawa Timur (2006-2008).Malang: FMIPA UM, 2008.
I Gede.Pengaruh Model Pembelajaran dan Bentuk Asesmen Formatif Terhadap Hasil Belajar Micro Teaching dengan Mengontrol Persepsi Tentang Profesi Keguruan.Studi Eksperimen pada Mahasiswa FTK Undiksha.Disertasi.Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta,2016.
Tim Lesson Study FMIPA UNY.Ramburambu Pelaksanaan Lesson Study. Yogyakarta: FMIPA, 2007.
International Conference on Lesson Study, Contribution to Curriculum Implementation at Classroom Level. Conference Abstract.Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha, 1719 September 2015.
Yin Cheong Cheng, New Paradigm for Reengineering Education, Netherland: Springer, 2005.
438
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
EXPLORING THE ROLES OF VOCATIONAL HIGHER EDUCATIONS IN CREATING COMPETENT GRADUATES: EVIDENCE FROM TOURISM INSTITUTE OF TRIATMA JAYA I Nengah Subadra Tourism Institute of Triatma Jaya, Badung-Bali
ABSTRACT This article investigates the roles of Tourism Institute of Triatma Jaya as one of vocational higher educations in Bali in creating competent graduates that meet qualifications required for ASEAN Economic Community standard. A semi-structure interview with open-ended questions conducted with the Chancellor of Triatma Jaya Tourism Institute to elicit the efforts undertaken to meet such competence; and also tracer study of current bachelor degree graduates to investigate job titles occupied after remaining for four years in the institute. Additionally, a six-month observation was also done to collect immediate evidences from the institute to support the research. The finding shows that vocational tourism institute plays such great roles in preparing competent graduates possessing both soft and hard competences that liable to compete internationally within the ASEAN counties by applying both internal and external empowerments wherein the institute straightens the curriculum and improve the laboratory that correspond to international requirements; and enlarges cooperation with international interchange hotels where the students gained practical work experiences and binds cooperation with National Certification Agency to certify students’ competences before leaving the institute. Keywords: vocational higher education, competence, ASEAN Economic Community, certification
be served or prepared by competent human resource.
1. Introduction Bali as one of the most unique and wellknown culture-based tourism destinations in the world demands both international standard infrastructure and superstructure to meet the tourists’ needs during their visits on the island. The infrastructure of tourism includes tourist attractions, airports, harbours, roads, medical services, accommodations, food and beverage services; and the infrastructure includes social and cultural institutions, hospitality. Infrastructure like tourist attractions and amenities for instances, have been claimed as a significant pull factor motivating tourists to visit particular tourist destination (Cakici and Harman 2007). In the same vein, Eid and ElGohary (2015) argue that hospitality provided by tourism enterprises in the destination is also argued as an important attribute expected by tourists to add the value of their holidays as they find all their needs are met in excellent service which can only
In Bali, the rapid developments hotels, villas, restaurants and other tourism facilities in Bali is unfortunately not supported by the developments of vocational higher educations that prepare qualified human resources that able to meet the tourists demands. The existing tourism training and education centres that offer non degree programme only support the human resources for low level positions that tend to provide less earnings. Meanwhile, the needs of qualified higher education graduates have not been met since the limited number of vocational tourism higher educations that create competent human resources that able to occupy higher position such as supervisor and managers. This paper attempts to explore the roles of Tourism Institute of Triatma Jaya in preparing highly qualified and competent graduates that able to compete with other job
439
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
seekers as the joint agreement of ASEAN Economic Community implemented.
measuring the level of their achievement, gaining international competence recognition and promoting their profession world-widely (Badan Nasional Sertifikasi Profesi 2014). This corresponds to the notion of competence certification argued by Chanduvi, et al (2011) in which it is aimed at achieving public recognition through documentation of current work ability.
2. Literature Review Contemporarily, competency has been lawfully regulated in the Act of Republic of Indonesia Number 10 of 2009 in which anybody who works in certain company shall be competent in their work area. More specifically, competency in tourism, is defined as a set of knowledge, skill and attitude that shall be possessed, understood and mastered by tourism-related-workers that set as bases to develop work professionalism to perform excellent services in order to meet customers’ satisfactions (Undang-Undang No.10 Tahun 2009). Similarly, Chanduvi, et al (2011) define competence as "the ability to apply knowledge and skills, and when appropriate, show personal attributes". This definition is also focus the ability of person possessing knowledge, skill and attitude that shall be performed in relation the profession concerned. In other word, that the demands of tourists on the visited destination shall be met and served by competent hosts preparing services such as accommodations, food and beverage, guided tours who mater the aforementioned qualifications which can be proved from the ownership of competence certificate through a set of certification test process that assessed by certified assessors appointed by Indonesian certification agency.
At provincial level, Bali’s government also regulates the significance of competence certification which regulated in current Regional Regulation Number 2 of 2012 on Cultural Tourism of Bali. The regional government of Bali adapts the certification concept to signify that recognition of competence is essential in development of tourism industries on the island; and even, professional competence certifications have now been served as one of requirements for extension of tourism business license (Peraturan Daerah Provinsi Bali No.2 Tahun 2012). This is aimed at ensuring the tourism extended licenses of the tourism business have qualified and competent workers to serve the customers using the services.
3. Research Method The research was undertaken at the Tourism Institute of Triatma Jaya, located on Jalan Kubu Gunung, Desa Tegal Jaya, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali between May and October 2016. This research is using qualitative method in which the data were collected through observations, filed notes, semi-structure interview with the chancellor of Tourism Institute of Triatma Jaya and also compiled form academic data shared by academic staff and Head of Department for Quality Assurance of the institute. The collected data were verified and triangulated to understand how the institution has played roles in preparing competent graduates supporting the tourism development in Bali by giving interpretations during the writing process based on
Furthermore, the notion of certification is also prescribed in the abovementioned Tourism Act, in which professional certification is defined as process of conferring certificate to tourism workers to support increasing the quality of tourism products, service and management. This suggests that professional competence certification is very useful for the workers which most likely aiming at ensuring and preparing definite evidence to the users that they are competent in certain subject, area or occupation, planning their future carriers and
440
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
researcher’s knowledge and observations to give a meaning to the research.
set of laboratory certainly help student to have internal practices before they are having their real trainings in the tourism industry.
4. Discussion Tourism Institute of Triatma Jaya has done number of efforts in preparing competent graduates, which mainly grouped into two such as internal and external empowerments. More specifically, internal empowerment refers to any improvements undertaken within the institution including revisit of curriculum that adapted with Indonesian National Work Competence Standard (SKKNI) as determined by the National Professional Certification Agency and Indonesian National Qualification Framework KKNI that determined by Ministry of Research and Technology and Directorate General for Higher Education and also considering the market demands (specific requirements) needed by users to ensure the process of three or four education applied at the Tourism Institute of Triatma Jaya produce competent outcomes.
Another important empowerment done by the institution is accreditation of the study program to indicate the liability of the study program nationally. The assessment made by the National Accreditation Board for Higher Educations confirms that all study programs at Tourism Institute of Triatma Jaya such as Hotel Management (for Diploma IV Programme) and Hotel Management and Tourism Management (for Diploma III) are accredited with B marks. This suggests that the study programs are nationally liable to recruit students and apply learning and teaching process. Meanwhile, the external empowerment committed by the institution is bind agreements with hotels and restaurants in Bali and overseas such as Singapore, Japan and France to give opportunities to the students having their practical experience through training programs (Interview 10 October 2016) . The Diploma III students have only once on the job trainings on the fourth semester for six months; and The Diploma IV student have training session twice on the fourth semester (for their professional interest) and on the sixth semester for management level training that last for six months each. This training period used by the students to see and understand the real works practised in hotels, villas and restaurant that will be served as primarily and very great experience supporting their future carriers.
Furthermore, encouraging lecturers to continue their education to meet the standard requirements of being lectures as stipulated in Teacher and Lecturer Act 2005 is also considered as internal empowerment in which the lecturers should obtained a Master Degree and preferably Doctoral Degree. Now there have been three lecturers possessing doctoral degree and the other two are still in process of obtaining the same degree (Interview 10 October 2016). Improvements of laboratories used by the students for practice are also committed by the institution to ensure all laboratories meet the nowadays practical facilities that exactly like in the hotel or restaurant. Currently Tourism Institute of Triatma Jaya has two main laboratories including room division laboratory (reception, laundry, room) and food and beverage division laboratory (kitchen, restaurant and bar). These complete
Additionally, one most important cooperation made by Tourism Institute of Triatma Jaya to grants producing quality graduate is to cooperate with one of Bali’s Tourism Certification Agencies named LSP Parindo which primarily aimed at certifying the graduates possessing particular occupational
441
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
level which termed as “competence certification program” as elaborated below.
certification office in Bali appointed by National Professional Certification Agency. This competence certification test is annually conducted in the last week of June or a week prior to the viva or oral final examination and served as one of requirements to complete the study. During the last three years between 2013 and 2015, Tourism Institute of Triatma Jaya has certified 151 competent graduates who undertook different major fields of studies including Management of Food and Beverage, Management of Hotel Accommodation, Management of Tour and Travel and Management of Businesses Hospitality (Academic Department 14 October 2016).
Competence certification at Tourism Institute of Triatma Jaya Tourism Institute of Triatma Jaya commits to reach its vision “Becomes the leading tourism institute in Bali in 2018 in creating competent and creative hotel and tourism human resource possessing sense of entrepreneurship and mastering knowledge and technology and having good moral”; and also to meet current demand of tourism industries that require highly qualified graduate to occupy upper level positions by certifying all graduates on professional certification programme to recognise that they are competence on particular job titles; and more importantly to be able to compete with free flow of Asian expatriates who might be interested in working in tourism sectors in Bali as consequences of signing the joint agreement on ASEAN Economic Society.
The competence certification organised by the institute plays such great role in easing the graduates to find jobs in tourism sectors. The tracer study undertaken by Quality Assurance Department of Tourism Institute of Triatma Jaya in 2016 shows that all graduates are employed within four months. In other words, the graduates have short unemployed period as they only need time between one and four months to find their expected jobs (Quality Assurance Department 17 October 2016). This suggests that graduates of Tourism Institute of Triatma Jaya are competent in their professions possessing knowledge, skill and attitude of the work and liable to occupy middle dan upper level managements such as supervisors, managers and directors.
Additionally, as a vocational higher education that creates competence graduates, Tourism Institute of Triatma Jaya binds an agreement with PARINDO Professional Certification Agency to ensure that the graduates are academically capable and vocationally competent in which the graduates are obtained academic degree certificate and professional competence certificate upon their completion studying in the institute.
5. Conclusion Tourism Institute of Triatma Jaya as one of the tourism vocational higher educations in Bali has played great roles in preparing competent graduates that shortly employed in tourism industries. The liability of the institution to create such qualified human resources has been due to the empowerments made consistently by the institution to meet the specific requirements as prescribed in
All students of Diploma IV (Bachelor Degree of Applied Tourism Science programme) on the eighth semester and Diploma III (Associate Bachelor Degree of Tourism programme) on the sixth semester are obliged to take competence test organised by Tourism Institute of Triatma Jaya in collaboration with PARINDO Professional Certification Agency – an independent
442
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Indonesian governing laws and demands of the users.
International Congress on Project Engineering. AEIPRO. International. Project Management Association (IPMA). Pp: 51-68.
Referensi
Eid, R and El-Gohary, H (2015). Muslim Tourist Perceived Value in the Hospitality and Tourism Industry. Journal of Travel Research, Vol. 54(6) 774–787.
Badan Nasional Sertifikasi Profesi (2014). Skema Sertifikasi KKNI Pariwisata. Jakarta: Badan Nasional Sertifikasi Profesi. Cakici, A.C. and Harman, S (2007). Importance of Destination Attributes Affecting Destination Choice of Turkish Birdwatchers. Journal of Commerce & Tourism Education Faculty, No. 1.
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pariwisata Budaya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen.
Chanduví, D.G. et al (2011)“international models of professional competence certification: a characterization of eight models”. Proceedings 14th
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10.Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
443
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
SISTEM INFORMASI EKSEKUTIF MANAJEMEN HOTEL MENGGUNAKAN DATA WAREHOUSE Luh Made Yulyantari Program Studi Sistem Informasi STMIK STIKOM Bali Email: [email protected]
ABSTRACT The availability of information is one factor that makes the company more superior than any other company. Access information quickly and accurately becomes the main requirement for the company to take a decision. Executive Information System (Executive Information System) is one type of computer-based information system that is intended to facilitate the needs of information related to the achievement of an organization for executives. Data warehouse technology to support it. The purpose of this research is to design a data warehouse to manage hotel booking transaction data from branch offices Swiss Bell Hotel, as well as presenting information that is integrated to the executive which will be presented in the form of a report. System development method used in this engineering with the waterfall method, which comprises the stages of feasibility studies, requirements, architecture, design, development, testing, deployment, and operation. Keywords: executive information system, data warehouse, hotel
ABSTRAK Ketersediaan informasi menjadi salah satu faktor yang membuat perusahaan lebih unggul dari perusahaan lain. Akses informasi yang cepat dan akurat menjadi kebutuhan utama bagi perusahaan untuk mengambil keputusan. Sistem Informasi Eksekutif (Executive Information System) adalah salah satu tipe sistem informasi berbasis komputer yang ditujukan untuk memfasilitasi kebutuhan informasi yang berkaitan dengan tercapainya tujuan suatu organisasi bagi eksekutif. Teknologi data warehouse mendukung hal tersebut. Adapun tujuan penelitian ini adalah merancang data warehouse untuk mengelola data transaksi pemesanan hotel dari kantor cabang Swiss Bell Hotel, serta menyajikan informasi yang terintegrasi untuk pihak eksekutif yang akan disajikan dalam bentuk report. Metode pengembangan sistem yang digunakan dalam perekayasaan ini dengan metode waterfall, yang tahapannya terdiri dari studi kelayakan, requirement, architecture, design, development, testing, deployment, dan operation. Kata kunci: sistem informasi eksekutif, gudang data, hotel
PENDAHULUAN Struktur manajemen hotel bervariasi secara signifikan tergantung pada ukuran dan fungsi hotel. Sebuah hotel kecil biasanya terdiri dari tim manajemen inti kecil yang terdiri dari General Manager dan manajer departemen beberapa kunci yang langsung menangani sehari-hari operasi. Sebaliknya, sebuah hotel besar layanan penuh sering beroperasi lebih seperti sebuah perusahaan besar dengan dewan eksekutif dipimpin oleh General Manager dan terdiri dari direktur utama menjabat
sebagai kepala departemen hotel individu. Salah satu hotel besar yang beroperasi di wilayah Bali adalah Swiss Bell Hotel, yang memiliki beberapa cabang di daerah Bali. Integrasi informasi antar cabang sangat diperlukan untuk memudahkan proses manajemen hotel. Ketersediaan informasi menjadi salah satu faktor yang membuat perusahaan lebih unggul dari perusahaan lain. Akses informasi yang cepat dan akurat menjadi kebutuhan utama bagi perusahaan untuk mengambil 444
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
keputusan. Dalam mengambil keputusan, para eksekutif perusahaan membutuhkan informasi yang lebih tepat, mudah dimengerti dan sesuai dengan kebutuhan. Dalam proses pengelolaan data transaksi hotel diperlukan sebuah sistem yang dapat mengumpulkan, mengelola dan menganalisa data dalam jumlah besar. Salah satu teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk memudahkan integrasi tersebut yaitu dengan menggunakan data warehouse. Data Warehouse adalah suatu database yang memiliki struktur khusus untuk pembuatan query dan analisis (Mcleod, 2008). Data warehouse dapat dijadikan alat dalam manajemen hotel. Hal ini sesuai dengan hasil perancangan yang telah dilakukan dalam penelitian sebelumnya (Yulyantari, 2015). Dalam penelitian sebelumnya tersebut, terlihat bahwa pembuatan data warehouse sangat dimungkinkan untuk dikembangkan menjadi sistem informasi eksekutif dengan penyajian data yang lebih terorganisir. Oleh karena itu, diperlukan sebuah implementasi data warehouse yang mendukung para eksekutif dalam mengambil keputusan dengan mengumpulkan dan mengorganisasikan data-data untuk kebutuhan analisis dan laporan. Dengan adanya data warehouse, diharapkan para eksekutif lebih mudah melihat data dalam jumlah besar.
Tahapan analisis secara garis besar dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan sistem sumber (source system) data warehouse 2. Menentukan ukuran (measure) atau data yang akan dianalisa 3. Pengembangan data warehouse Gambaran alur analisis penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Mengumpulkan source system data warehouse Swiss Bell Hotel Watu Jimbar
Swiss Bell Hotel Petitenget
Menentukan ukuran atau data yang akan dianalisa Pengembangan data warehouse Gambar 1. Alur Analisis Penelitian 2.2 Metode Pengembangan Sistem
Metode pengembangan sistem yang digunakan dalam perekayasaan ini dengan metode Waterfall, yang dapat dilihat pada Gambar 2 (Rainardi, 2008).
METODE Gambar 2 Diagram Metode Waterfall 2.1 Alur Analisa
pemesanan kamar, dapat dilihat pada Gambar 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN Proses bisnis secara umum yang dimiliki oleh sebuah hotel dalam hal
445
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 3 Proses Bisnis Pemesanan Kamar
3.1 Source System Basis data yang dijadikan sebagai source system memiliki relasi antartabel seperti yang terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Source System
data warehouse inti dalam format dimensi yang terdiri dari dua data store yaitu stage dan DDS. Keuntungan dari arsitektur single DDS adalah memiliki arsitektur yang lebih sederhana karena data dari stage langsung dimuat ke dalam DDS. Arsitektur yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.
3.2 Kebutuhan Informasi Setelah melakukan analisis terhadap proses bisnis, data yang dibutuhkan berupa data dan informasi yang ringkas, terintegrasi, serta lebih cepat dalam mengakses informasi. Kebutuhan informasi yang dibutuhkan adalah mengenai data pemesanan tiap cabang hotel, yang terdiri dari informasi: a. Jumlah pendapatan setiap cabang. b. Total pemesanan tiap seasons. c. Jumlah transaksi pemesanan setiap cabang. d. Omset pemesanan kamar setiap cabang. e. Total pemesanan berdasarkan pegawai sales 3.3 Arsitektur Data Warehouse Arsitektur yang digunakan dalam merancang data warehouse adalah arsitektur single DDS (Dimentional Data Store). Dalam arsitektur ini, menyimpan
Gambar 5Arsitektur Single DDS
3.4 Skema Bintang (Star Schema) 446
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Dari perancangan data warehouse Swiss Bell Hotel dihasilkan skema bintang seperti pada Gambar 6.
4.
Tabel Dimensi Employee dapat dilihat pada Tabel 4. DBMS : SQL Server 2012 Nama Database : dwSwissBell Nama Tabel : DimEmployee Deskripsi Tabel : dimensi employee
5.
Tabel Fakta Pemesanan dapat dilihat pada Tabel 5. DBMS : SQL Server 2012 Nama Database : dwSwissBell Nama Tabel : FactPemesanan Deskripsi Tabel : tabel fakta pemesanan
DimEmployee PK
DimSeasons
EmployeeId EmployeeId EmployeeName EmployeeAddress EmployeeGender EmployeeTlp
PK,FK1 PK,FK2 PK,FK3
BranchId
PK
SeasonsId
SeasonsId BranchId EmployeeId jumlah_pemesanan total_pemesanan_seasons jumlah_pemesanan omset_pemesanan total_pemesanan_pegawai
DimBranch PK
FactPemesanan
BranchId BranchName BranchAddress BranchTlp
SeasonsName
DimTime PK
date month year
Gambar 6 Skema Bintang
3.5 Metadata Informasi mengenai struktur dari data terdapat dalam data warehouse yang terdapat di dalam metadata, yakni informasi tentang data yang digunakan, apakah itu dalam hasil transformasi data yang dilakukan ataupun data yang diciptakan di dalam keperluan membangun data warehouse. Berikut ini adalah metadata dari perancangan data warehouse. 1. Tabel Dimensi Waktu dapat dilihat pada Tabel 1. DBMS : SQL Analysis Service Nama Tabel : DimTime Deskripsi Tabel :dimensi waktu 2.
3.
Dalam aplikasi yang dikembangkan dihasilkan report berupa cube (MDB) dalam SQL Server Reporting Service (SSRS) berbasis web. Tampilan report dapat dilihat pada Gambar 7. Rangkuman hasil pengujian dalah rangkuman dari hasil pengujian package ETL dan Backup Data Warehouse yang telah dilakukan dengan metode pengujian black box. Rangkuman hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Rangkuman Hasil Pengujian No. 1.
Tabel Dimensi Seasons dapat dilihat pada Tabel 2. DBMS : SQL Server 2012 Nama Database : dwSwissBell Nama Tabel : DimSeasons Deskripsi Tabel : dimensi seasons Tabel Dimensi Branch dapat dilihat pada Tabel 3. DBMS : SQL Server 2012 Nama Database : dwSwissBell Nama Tabel : DimBranch Deskripsi Tabel : dimensi branch
447
Kelas Uji Data Warehouse ETL Testing
2.
Functional Testing
3.
Performance Testing
4.
Penjadwalan ETL dan Backup Data Warehouse
Butir Uji Menguji kinerja ETL dan integrasi Proses kualitas data Proses loading data Proses ETL dan Backup Data Warehouse berdasarkan jadwal yang telah ditentukan
Kesimpulan Sukses
Sukses
Sukses
Sukses
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 7 Tampilan Report Penjualan Tabel 1 Tabel Metadata Dimensi Waktu Nama Field date month year
Tipe Data -
Ukuran
Keterangan
-
Primary Key Bulan Tahun
Sumber Data Nama Field Tabel -
Transformasi Create Create Create
Tabel 2 Tabel Metadata Dimensi Seasons Nama Field
Ukuran
Keterangan
SeasonsId
Tipe Data int
4
SeasonsName
char
4
Surrogate Key Inisial musim (season)
Sumber Data Nama Field Tabel -
Create
SeasonsName
Copy
tbl_seasons
Transformasi
Tabel 3 Tabel Metadata Dimensi Branch Nama Field
Ukuran
Keterangan
BranchId
Tipe Data int
4
BranchName
varchar
50
BranchAddress
varchar
50
BranchTlp
varchar
15
Surrogate Key Nama cabang Alamat cabang Nomor telepon cabang
Sumber Data Nama Field Tabel -
Transformasi Create
BranchName
tbl_branch
Copy
BranchAddress
tbl_branch
Copy
BranchTlp
tbl_branch
Copy
Tabel 4 Tabel Metadata Dimensi Employee Nama Field
Ukuran
Keterangan
EmployeeId
Tipe Data int
4
EmployeeName
int
4
EmployeeAddress
Varchar
50
EmployeeGender
Int
4
EmployeeTlp
varchar
15
Surrogate Key Nama pegawai Alamat pegawai Jenis kelamin Nomor telepon
448
Sumber Data Nama Field Tabel -
Transf ormasi Create
EmployeeName
tbl_employee
Copy
EmployeeAddress
tbl_employee
Copy
EmployeeGender
tbl_employee
Copy
EmployeeTlp
tbl_employee
Copy
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Nama Field
Tipe Data
Ukuran
Keterangan
Sumber Data Nama Field Tabel
Transf ormasi
pegawai
Tabel 5 Tabel Metadata Fakta Penjualan Nama Field
Ukuran
Keterangan
SeasonsId
Tipe Data int
4
Foreign key
BranchId
int
4
Foreign key
EmployeeId
int
4
Foreign key
jumlah_pemesanan
numeric
9
total_pemesanan_se asons jumlah_transaksi
numeric
9
numeric
9
omset_pemesanan
numeric
9
total_pemesanan_p egawai
numeric
9
Jumlah pemesanan Total pemesanan Jumlah transaksi Total keseluruhan pemesanan Total pemesanan berdasarkan pegawai
Sumber Data Nama Field Tabel SeasonsId DimSeaso ns BranchId DimBranc h EmployeeId DimEmpl oyee nominal tb_sale,tb_ sale_det amount tb_sale,tb_ sale_det id_sale tb_sale
Transformasi
total_sale
tb_sale,tb_ sale_det
Sum(total_sal e)
total_sale
tb_sale,tb_ sale_det,tb _employe e
Sum(total_sal e) Where tbl_employee. EmployeeId = tbl_booking. EmployeeId
Copy Copy Copy Sum(nominal) Sum(amount) Sum(id_sale)
McLeod RJr, Schell GP. (2008). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. Windarto. (2011). Pemanfaatan Data Warehouse Sebagai Sarana Penunjang Penyusunan Borang Akreditasi Standar 3. Fakultas Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur. 3(2): 3-5. Nugroho Radityo A, Tamboloh Johan, Hoetama Tony J. (2008). Aplikasi Data Warehouse untuk Analisis Penjualan Mobil Berbasis Multidimensional Modeling (MDM) dan Star Schema Design. 5(2): 188190. Zakya Siti, Setyono Geza R, Febriani Sri. (2012). Perancangan Data Warehouse Untuk Mendukung Kebutuhan Informasi Eksekutif pada PT.Panatrade Caraka. Jakarta: BINUS. Palit Edwin L, Rustam, Steven. (2013). Analisa dan Perancangan Data
SIMPULAN Adapun kesimpulan yang diperoleh melalui penelitian ini adalah: 1. Dengan menggunakan data warehouse seluruh data transaksi pemesanan kamar di Swiss Bell Hotel dapat berjalan dengan integritas data yang baik. 2. Seluruh data yang terintegrasi dalam data warehouse disajikan dalam bentuk report, sehingga pihak eksekutif dapat dengan mudah melakukan analisis data untuk manajemen hotel. DAFTAR RUJUKAN Turban Efraim, Aronson Jay E, Liang Ting-Peng. (2005). Sistem Pendukung Keputusan dan Sistem Cerdas. Yogyakarta: ANDI.
449
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Warehouse Penjualan, Pembelian, dan Persediaan Untuk Mendukung Eksekutif Dalam Pengambilan Keputusan pada PT.Pusaka Kali Agung. Jakarta: BINUS. Rainardi Vincent. (2008). Building a Data Warehouse With Examples in SQL Server. United States of America: Apress.
Yulyantari, Luh Made. (2015). Data Warehouse Sebagai Alat Analisa Manajemen Hotel. http://ejournal.stikombali.ac.id/index.php/knsi/article/dow nload/560/212.
450
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
PROTOTIPE SISTEM ABSENSI BERBASIS FACE RECOGNITION DENGAN METODE EIGENFACE Ni Wayan Marti1, Kadek Yota Ernanda Aryanto2 1,2
Jurusan Manajemen Informatika FTK UNDIKSHA Email: [email protected]; [email protected]
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan prototipe sistem absensi berbasis face recognition dengan metode Eigenface secara real time. Sistem dikemas dalam perangkat Raspberry-pi yang dijalankan sistem operasi Rasbian. Prototipe sistem yang dikembangkan terdiri dari dua tahap, yaitu tahap deteksi wajah dan pengenalan wajah. Proses deteksi wajah menggunakan metode Template Matching, sedangkan pada tahap pengenalan wajah digunakan metode Eigenface Metode Eigenface digunakan untuk ekstraksi ciri wajah sekaligus untuk mengurangi biaya komputasi. Prototipe sistem absensi ini telah dilatih menggunakan citra wajah dari 40 (empat puluh) orang sebagai kelas subyek. Setiap subyek memiliki 10 (sepuluh) pose citra wajah yang bervariasi dalam penggunaan ekspresi wajah dan asesoris wajah seperti kacamata. Pata tahap pengujian dilakukan dengan menghadirkan semua subyek yaitu 40 orang yang data citra wajahnya telah diambil pada tahap pelatihan. Semua subyek dihadirkan satu per satu di depan kamera sistem. Prototipe sistem berhasil mengenali dengan baik sebanyak 29 orang (72,5%). Ini menunjukkan bahwa metode Eigenface telah mampu mencapai akurasi pengenalan yang cukup baik dalam prototipe sistem absensi yang telah dikembangkan dengan biaya yang murah yang dikemas menggunakan Raspberry-Pi. Sebuah penelitian lebih lanjut saat ini sedang dilakukan untuk melakukan perbaikan terhadap prototipe yang dikembangkan dengan menggunakan metode yang lebih maju. Kata kunci: face recognition, eigenface, prototipe dan Rasberry-Pi
PENDAHULUAN Autentification dalam security adalah hal yang sangat penting untuk menjaga keamanan data. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi saat ini sudah banyak teknologi yang diterapkan untuk menjaga keautentikan tersebut seperti dengan username dan password. Akan tetapi hal itu banyak kendala dalam penerapannya dan masih kurang memberikan perlindungan yang aman. Teknologi biometrik menawarkan autentikasi secara biologis yang memungkinkan sistem dapat mengenali penggunanya lebih tepat. Sistem pengenalan biometrika (biometrics recognition sistem), atau sering disebut sistem biometrika saja, merupakan sistem otentikasi (authentication sistem) dengan menggunakan biometrika.
451
Sistem biometrika akan melakukan pengenalan secara otomatis atas identitas seseorang berdasarkan suatu ciri biometrika dengan mencocokan ciri tersebut dengan ciri biometrika yang telah disimpan pada basis data. Sebagai suatu sisitem otentikasi, sistem biometrika mampu memutuskan apakah hasil pengenalan itu sah atau tidak sah, diterima atau ditolak, dikenali atau tidak dikenali. Terdapat beberapa jenis sistem keamanan di bidang biometrik yang telah dan mulai dikembangkan saat ini yaitu sistem keamanan berbasis fingerprint, hand recognition, face recognition, retina scanning, dan DNA scanning. Fingerprint (scaning sidik jari) adalah produk dari biomatrik yang paling dikenal, paling umum dan telah digunakan secara luas sebagai contoh yaitu sistem absensi berbasis sidik jari. Sebagaimana yang
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
telah diterapkan, sidik jari menawarkan potensial keakuratan yang tinggi. Namun ada beberapa permasahan potensial yang dapat muncul yang biasanya disebabkan oleh human error, misalnya ada luka atau kotoran pada jari, jari dalam kondisi basah atau terlalu kering, ujung jari terkelupas dan lain-lain. Hal tersebut menyebabkan tidak dapat dikenalinya sidik jari tersebut dengan baik. Dari kelemahan penggunaan fingerprint di atas, beberapa tahun belakangan ini mulai dikembangkan teknologi baru yaitu sistem pengamanan berbasis pengenalan wajah (face recognition). Sistem pengenalan wajah adalah aplikasi komputer yang digunakan untuk mengidentifikasi atau memverifikasi seseorang secara otomatis dari sebuah gambar digital atau video sebagai sumbernya. Pengenalan wajah merupakan salah satu metoda biometrik yang baru. Berbagai penelitian sudah mulai dilakukan untuk menguji beberapa metode face recognition untuk menemukan sebuah metode yang baik dengan akurasi pengenalan yang tinggi. Marti (2006) telah melakukan penelitian dengan menggunakan metode eigenface. Pada penelitian tersebut menghasilkan bahwa metode eigenface mencapai akurasi 87,50% dengan menggunakan basis data wajah baku ORL (The Olivetti Research Laboratory) sebagai uji coba. Eigenface merupakan sebuah metode dengan vektor basis yang dihasilkan dari metode Participal Component Analysis (PCA). Selain itu, Putra (2013) juga telah mengembangkan sistem absensi dengan deteksi wajah menggunakan metode eigenface dan berhasil mengenali wajah sebanyak 80%. Oleh karena itu peneliti telah mengembangkan sistem absensi berbasis face recognition dengan menggunakan metode eigenface yang dikemas dalam bentuk produk menggunakan Raspberry Pi sebagai perangkat kerasnya. Raspberry Pi merupakan komputer mungil seukuran dengan sebuah kartu kredit dengan berbagai fungsi yang dapat dilakukannya.
METODE Secara umum rancangan sistem yang digunakan untuk mengembangkan Prototipe Sistem Absensi Berbasis Face Recognition ini dibangun dengan blok diagram. Pada rancangan sistem tersebut terdapat 2 proses utama yang harus dilakukan, yaitu yang pertama adalah proses simpan ke basis data yang dilakukan pada tahap pelatihan dan yang kedua adalah proses pengenalan wajah yang dilakukan pada saat proses absensi. Adapun tahap - tahap dalam proses dari sistem tersebut diuraikan dalam bentuk blok diagram yang terlihat pada Gambar 1.
Deteksi Wajah
Pra Proses (cropping area wajah)
Ekstraksi Fiture Menggunakan Metode Eigenface
Basis Data Wajah
Video realtime
Deteksi Wajah
Pra Proses (cropping area wajah)
Ekstraksi Fiture Menggunakan Metode Eigenface
Klasifikasi
Hasil pengenalan
ABSENSI
Gambar 1. Rancangan Sistem Absensi Berbasis Video Realtime Pengenalan:Wajah
Video realtime merupakan video yang berisi citra wajah hasil tangkapan dari kamera sistem. Citra wajah ini yang selanjutnya akan diproses. Deteksi Wajah Proses yang dilakukan untuk mendeteksi area yang mencirikan wajah manusia menggunakan metode Template Matching. Area wajah yang dimaksud adalah mulai dari alis, mata, hidung dan bibir.
452
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
merupakan bagian dari pengenalan/error sistem.
Pra Proses : Kegiatan yang dilakukan pada saat pra proses adalah melakukan cropping citra wajah pada area yang mencirikan wajah yang meliputi batas atas alis sampai bawah bibir/atas dagu. Selanjutnya citra tersebut diubah ke bentuk grayscale.
kesalahan
Absensi Absensi merupakan proses penyimpanan data kebutuhan absensi dari pengguna seperti waktu dan tanggal absensi.
Ekstraksi Ciri : Merupakan tahapan mengekstrak ciri/informasi dari objek di dalam citra wajah yang ingin dikenali / dibedakan dengan citra wajah yang lain. Metode yang digunakan adalah ciri yang telah diekstrak kemudian digunakan sebagai parameter untuk membedakan antara satu citra wajah dengan citra wajah yang lain pada tahapan identifikasi/klasifikasi. Hasil dari ekstraksi ciri ini selanjutnya akan disimpan di basis data wajah.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam implementasinya, sistem absensi ini dikembangkan menggunakan Microsoft Visual Studio sebagai editor untuk mengimplementasikan script C# (C Sharp), SQLite untuk pengelola basis data dan OpenCV untuk pemrosesan citranya (Image Processing). Hasil pengembangan produk ini adalah berupa Prototipe Sistem Absensi Berbasis Face Recognition dengan Metode Eigenface. Hasil pengembangan sistem ini diharapkan dapat mempermudah dalam proses absensi pegawai serta menghindari kecurangan dan manipulasi saat melakukan absensi. Adapun hasil pengembangan prototipe sistem absensi ini adalah sebagai berikut.
Basis Data Wajah Basis data wajah merupakan tempat menyimpan data pola wajah/hasil ekstraksi ciri yang dihasilkan pada tahap pelatihan data wajah.
Tampilan Antarmuka Login Admin Admin pada sistem ini merupakan orang yang memiliki hak untuk mengoperasikan sistem secara keseluruhan. Yang dapat menjadi admin pada sistem ini adalah pegawai yang diberikan wewenang/tugas untuk mengelola sistem absensi. Bagian ini dapat diakses melalui layar komputer yang terhubung dengan perangkat Raspberry-pi yang telah terinstal sistem absensi. Adapun antarmuka halaman login dapat dilihat pada Gambar 2.
Klasifikasi Tahap klasifikasi merupakan tahap yang dilakukan pada tahap pengenalan/proses absensi realtime. Pada tahap ini, pola data wajah yang dihasil pada tahap pengenalan dibandingkan dengan data pola wajah yang tersimpan pada basis data wajah untuk menemukan pola wajah yang dikenali.
Hasil Pengenalan Hasil pengenalan memberikan hasil dikenali atau tidak dikenali. Jika sebuah wajah tidak dikenali, maka hasil tersebut
453
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
pegawai dapat melakukan proses absensi dengan cara yaitu pegawai berada di depan layar monitor sistem sehingga wajahnya akan tertangkap kamera sistem. Selanjutnya pegawai harus menekan tombol Scan. Layar monitor yang digunakan berjenis touch screen. Setelah tombol scan disentuh, identitas pegawai berupa nama, nip dan nama fakultas dari pegawai bersangkutan akan ditampilkan. Jika identitas yang ditampilkan sesuai, maka pegawai dapat melakukan proses absensi dengan cara menyentuh tombol Absensi. Antarmuka halaman data pegawai dan wajah dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 2. Tampilan Antarmuka Login Admin Tampilan Antarmuka Utama Admin Pada halaman utama admin berisi beberapa tombol menu untuk mengakses sistem secara keseluruhan. Adapun antarmuka halaman utama admin dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 4. Tampilan Antarmuka Sistem Absensi Pembahasan Prototipe sistem absensi berbasis face recognition dengan metode Eigenface yang berhasil dikembangkan telah diujicobakan terhadap 2 kelas mahasiswa di Jurusan Manajemen Informatika, Undiksha. Ada dua tahapan yang dilakukan peneliti yaitu tahap pelatihan sistem dan tahap uji coba sistem yang merupakan proses absensi. Pada tahap pelatihan sistem, peneliti mengambil foto citra wajah dari 2 kelas mahasiswa di Jurusan Manajemen Informatika yang berjumlah 40 orang. Dari setiap mahasiswa, diambil sebanyak 10 pose citra wajah yang bervariasi dalam ekspresi wajah dan penggunaan asesoris wajah seperti kaca mata. Ekspresi wajah yang diambil seperti ekspresi normal, senang (tersenyum), sedih (wajah cemberut), marah, atau ekspresi gigi terlihat. Marti (2010) mengatakan bahwa semakin banyak jumlah citra wajah yang
Gambar 3. Antarmuka Halaman Utama Admin Pada bagian ini, admin dapat melakukan beberapa kegiatan seperti proses pelatihan data citra wajah pegawai, manipulasi data nama jurusan maupun nama fakultas, pengaturan terhadap data daftar hari libur, proses update basis data citra wajah yang akan diakses perangkat Raspberry-pi, dan mencetak laporan absensi pegawai untuk setiap bulannya.
Tampilan Antarmuka Absensi Tampilan Anatarmuka Absensi merupakan halaman yang digunakan untuk proses absensi pegawai. Tampilan ini akan terlihat pada layar monitor perangkat Raspberry-pi. Melalui tampilan ini, setiap
454
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
digunakan pada proses pelatihan, maka akurasi pengenalan yang diperoleh akan semakin meningkat atau lebih baik. Jadi pada tahap pelatihan ini, jumlah citra wajah yang dilatih adalah sebanyak 400 buah dari 40 orang. Pada tahap uji coba, setiap mahasiswa melakukan proses absensi melalui sistem yang telah terpasang pada perangkat Raspberry-pi. Dari proses uji coba tersebut, dihasilkan sebanyak 29 orang mahasiswa dapat dikenali sedangkan 11 orang mahasiswa tidak dapat dikenali dengan baik. Dapat dikatakan bahwa akurasi yang dapat dicapa sistem adalah sebesar 72,5%. Pada proses uji coba, faktor pencahayaan yang terdapat pada citra wajah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengenalan. Tingkat pencahayaan pada saat pengambilan citra wajah untuk proses pelatihan harus sama dengan tingkat pencahayaan pada saat proses absensi. Jika ada sedikit perbedaan tingkat pencahayaan, maka bisa saja ketika proses absensi orang tersebut tidak dapat dikenali dengan baik atau orang tersebut dapat dikenali sebagai orang lain.
sistem absensi berhasil mengenali sebesar 72,5%. Hasil pengembangan sistem absensi ini diharapkan dapat mempermudah dalam proses melakukan absensi pegawai serta menghindari kecurangan dan manipulasi saat melakukan absensi. Sebuah penelitian lebih lanjut saat ini sedang dilakukan untuk melakukan perbaikan terhadap prototipe yang dikembangkan dengan menggunakan metode yang lebih maju.
DAFTAR RUJUKAN Horan, B., juli 2013. “Practical Raspberry Pi, Tecnology In Action”, Tersedia pada https://thepiratebay.sx/torrent/8606141/ Practical_Raspberry_Pi_ V413HAV (akses 10 Juli 2013). Indra. Juni 2012. “Sistem Pengenalan Wajah Dengan Metode Eigenface Untuk Absensi Pada PT Florindo Lestari”. Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan 2012. ISSN 979 - 26 - 0255 – 0, (Hal. 138-144). Lin, Guojun and Mei Xie. 2012. "A face recognition algorithm using Gabor wavelet and orthogonal locality preserving projection", Computational Problem-Solving (ICCP). International Conference. On page(s): 320 – 324. Tersedia pada http://ieeexplore.ieee.org/xpl/login.jsp?t p=&arnumber= 6384230&url=http%3A%2F%2Fieeexp lore.ieee.org%2Fxpls%2Fabs_all.jsp%3 Farnumber%3D6384230 (tanggal akses 16 Oktober 2013).
SIMPULAN Dalam penelitian ini, telah berhasil dibangun sebuah prototipe sistem absensi berbasis face recognition menggunakan metode eigenface yang dikemas dalam perangkat Raspberryi-pi. Sistem dibangun menggunakan Microsoft Visual Studio sebagai editor untuk mengimplementasikan script C# (C Sharp), SQLite untuk pengelola basis data dan OpenCV untuk pemrosesan citranya (Image Processing).
Marti, Ni Wayan. 2006. “Pengenalan Wajah pada Subruang Menggunakan Orthogonal Laplacianfaces”. Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana VI. Vol.2. ITS Surabaya.
Prototipe sistem absensi telah diujicobakan terhadap 40 orang mahasiswa di Jurusan Manajemen Informatika. Pada tahap pelatihan digunakan 400 buah citra wajah untuk melatih prototipe sistem. Prototipe
455
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Marti, Ni Wayan. 2008. “Pengenalan Citra Wajah Manusia Pada Subruang Menggunakan Laplacianface”. Seminar Internasional Konvensi Nasional IV Aptekindo, ISSN 1907-2066. Padang Marti, Ni Wayan. Januari 2009. ”Penerapan Metode PCA/LPP Pada Sistem Pengenalan Citra Wajah Manusia”. Dimuat dalam Jurnal Pendidikan Teknik dan Kejuruan (JPTK). Vol. 6, No. 1 (Hal. 25-36) Marti, Ni Wayan. Juni 2010. ”Pemanfaatan GUI Dalam Pengembangan Perangkat Lunak Pengenalan Citra Wajah Manusia Menggunakan Metode Eigenfaces”. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) 2010, Yaogyakarta.
Putra,
Darma. 2009. Sistem Biometrika (Konsep Dasar, Teknik Analisis Citra, dan Tahapan Membangun Aplikasi Sistem Biometrika. Yogyakarta: Andi Offset.
Putra,
Riyan Syah. Agustus 2013. “Perancangan Aplikasi Absensi Dengan Deteksi Wajah Menggunakan Metode Eigenface”. Pelita Informatika Budi Darma, Vol. IV, No. 2, ISSN. 23019425 (Hal. 130-137). Tersedia pada http://pelita-informatika.com /berkas/jurnal/4223.pdf, Diakses tanggal 10 Maret 2015.
Septian, Widanehru. 2013. “Uji Akurasi Sistem Absensi Dengan Pengenalan Wajah Menggunakan Metode Eigenface”. Tesis (tidak diterbitkan), Jurusan Teknik Informatika. Fakultas Teknologi Industri. Surabaya.
Nataliana, Decy., Iqbal Syamsu, dan Galih Giantara. Juni 2014. “Sistem Monitoring Parkir Mobil menggunakan Sensor Infrared berbasis RASPBERRY PI”. Jurnal Elkomika, Vol.2, No.1 (Hal. 68-84). Tersedia pada http://lib.itenas.ac.id/kti/wpcontent/uploads/2014/10/6.pdf, diakses pada 13 Maret 2015.
Turk, M and Pentlant, A. 1991. “Face Recognition Using Eigenfaces”, Proc. IEEE Conf. of Computer Vision and Pattern Recognition , 13, Pp 586-591.
456
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
VIRTUAL REALITY DAN AUGMENTED REALITY: PEMBERDAYAAN WISATA BAWAH LAUT DALAM RANGKA MENINGKATKAN DAYA DUKUNG PARIWISATA Gede Rasben Dantes1, Komang Sudarma2, Hendra Suputra3 1,3
Jurusan Manajemen Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha 2 Jurusan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha email: {rasben.dantes; komang.sudarma; hendra.suputra}@undiksha.ac.id
Abstract The long term goal of this study is to increase tourism’s supporting capacity through the empowerment of underwater tourism in North Bali, related to the establishment of Bali as a gateway of Indonesian national’s tourism. North Bali was used as a pilot project on this study, which consisted of Buleleng, Jembrana, and Karangasem districts. The short-term goal of this study can be described as follows: (1) implementation of eBahari for empowering tourism’s underwater; (2) construction of the content of underwater’ natural resources in the area of North Bali, and (3) system and content dissemination. A design of e-bahari model and prototype development have been administered. The prototyping methodology was used in product developing. While the needs analysis and data collection were conducted through interviews, document observation, field data, as well as a literature review. The prototype of e-Bahari contains information on objects of underwater tourism in North Bali, including profiles and maps of each site along with points of interests and activities offered by underwater tourism in North Bali. It is expected that the prototype of the e-Bahari will help advertising the underwater tourism in North Bali and tourism in Bali in general. . Keywords: e-bahari, tourism’s supporting capacity, North Bali.
Abstrak Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dukung pariwisata dengan memberdayakan wisata bawah laut dalam rangka mewujudkan Bali sebagai pintu gerbang pariwisata nasional. Penelitian ini menggunakan daerah Bali Utara sebagai pilot project, yang terdiri dari kabupaten Buleleng, Jembrana, dan Karangasem. Sedangkan tujuan jangka pendek penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: (1) terciptanya e-bahari dalam rangka pemberdayaan wisata bawah laut, (2) dibangunnya konten untuk menyebarluaskan sumber daya alam bawah laut di daerah Bali Utara. Pada penelitian ini dilakukan perancangan model dan pengembangan prototype e-bahari. Metodologi yang digunakan dalam pengembangan produk (eBahari) adalah prototyping, sedangkan analisis kebutuhan dan pengumpulan data akan dilakukan melalui metode wawancara, observasi dokumen maupun lapangan, serta kajian literatur. Pada prototype e-bahari ini berisikan informasi tentang objek-objek wisata bawah laut yang ada di kawasan Bali Utara termasuk profil dan peta dari masing-masing objek wisata, sehingga prototype e-bahari ini diharapkan dapat membantu para wisatawan yang ingin berkunjung dan melakukan penyelaman (diving) di kawasan Bali Utara. Kata Kunci: e-Bahari, sumber daya, Daya dukung pariwisata, Pemberdayaan wisata bawah laut.
457
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia memiliki 17.504 pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Bali sebagai salah satu pulau yang terletak pada 8°3’40” - 8°50’48 Lintang Selatan dan 144°25’53” - 115°42’40” Bujur Timur di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia telah dikenal sebagai pusat segitiga karang dunia atau jantung dari “The Corar Triangle” yang merupakan kawasan dengan tingkat keanekaragaman hayati laut sangat tinggi dengan lebih dari 70 genera dan 500 species terumbu karang. Keanekaragaman hayati yang ada di Laut Bali antara lain 2.500 jenis ikan, 2.500 jenis moluska, 1.500 jenis udang, dan berbagai biota laut lainya dapat dijumpai diperairan Bali. Disisi lain, Bali juga memiliki keindahan alam, ciri khas, serta keunikan budaya tradisional, yang masih tetap dijaga serta dilestarikan oleh masyarakatnya. Hal tersebut menjadikan pulau Bali sebagai pulau yang indah dan menarik untuk dikunjungi para wisatawan domestik maupun mancanegara. Berdasarkan topografinya, relief pulau Bali merupakan rantai pegunungan yang memanjang di bagian tengah pulau dan terbentang dari Barat ke Timur. Sehingga kondisi tersebut menyebabkan wilayah pulau Bali secara geografis terbagi menjadi dua bagian yang lazim disebut Bali Utara dan Bali Selatan. Dari berbagai potensi yang dimiliki oleh pulau Bali yang menjadi salah satu destinasi wisata terpopuler di dunia, menyebabkan pulau Bali ditetapkan sebagai ikon pariwisata Indonesia. Berbagai pilihan wisata dapat dinikmati oleh para wisatawan di Pulau Bali dan salah satu aktifitas yang banyak digemari oleh wisatawan lokal serta manca negara adalah menikmati keindahan alam bawah laut (under water) yang dimiliki pulau Bali.
Pariwisata bawah laut di Pulau Bali memang telah mendunia, namun hal ini dirasa belum cukup akibat kurang meratanya promosi serta pengembangan objek wisata bawah laut yang selama ini ada di daerah Bali. Keberadaan objek wisata bawah laut yang dikenal oleh wisatawan di Pulau Bali, masih sebatas pada daerah-daerah yang dekat dengan pusat pariwisata di Bali Selatan, seperti wilayah Sanur, Nusa Dua, Nusa Penida, dan Nusa Lembongan. Hal tersebut tentunya terjadi sebagai akibat dari minimnya informasi yang selama ini diterima oleh para wisatawan mengenai objek-objek wisata bawah laut atau spot diving yang ada di kawasan Bali Utara. Melihat besarnya potensi yang ada, serta kurangnya informasi yang tersedia selama ini terkait objek wisata bawah laut di Bali Utara, berdasarkan permasalahan tersebut, dipandang perlu untuk dikembangkan suatu Portal sebagai pusat informasi berbasis web yang secara detail dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan para wisatawan lokal maupun manca negara tentang keberadaan objek wisata bawah laut, khususnya di wilayah Bali Utara yang selama ini belum populer namun kualitas serta keindahan alamnya tidak kalah saing dengan objek wisata bawah laut lainya yang ada di Bali Selatan. Sehingga hal ini diharapkan memiliki manfaat yang luas serta berdampak terhadap pemerataan pengembangan infrastuktur pariwisata yang selama ini mengalami kesenjangan antara wilayah Bali Utara dan Bali Selatan. Oleh karena itu, pada penelitian ini dikembangkan prototype e-bahari sebagai sebuah portal dalam rangka memberdayakan wisata bawah laut, khususnya di kawasan Bali Utara.
2. METODE PENELITIAN
458
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Mengacu pada fokus dan produk akhir penelitian, maka penelitian ini dapat dikategorikan dalam penelitian pengembangan. Dasar dari pemilihan rancangan penelitian ini adalah: (a) pengembangan produk merupakan suatu kegiatan akademik yang memerlukan kajian teoritis dan tindakan nyata di lapangan, baik sebelum dilakukannya pengembangan maupun pada saat dilakukannya eksperimentasi model, (b) dalam merancang produk ini, peneliti harus mendasarkan pada serangkaian tindakan nyata yang bertahap, baik di dalam laboratorium maupun di lapangan, sehingga rancangan penelitian dan pengembangan sangat tepat untuk digunakan. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan sebuah sistem e-Bahari berbasis web dalam rangka meningkatkan daya dukung pariwisata. Model ini juga sebagai media berbagi informasi dan pengetahuan serta dapat menjadi ajang promosi wisata bawah laut, khususnya di kawasan Bali Utara. Beranjak dari tahapan rencana penelitian, keseluruhan tahapan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: (a) studi kepustakan (bibliografi research), untuk menemukan filosofis dan teori-teori mengenai pengembangan produk dan implementasi model e-Bahari, (b) pengembangan prototype model eBahari, (c) melakukan verifikasi dan validasi terhadap produk yang dihasilkan, (d) melakukan pengembangan konten sesuai dengan pilot study, (e) menerapkan produk yang dihasilkan, (f) Melakukan evaluasi terhadap implementasi produk ditinjau dari peningkatan daya dukung pariwisata, (g) melakukan refinement & improvement (optional), (h) melakukan pelatihan dalam hal pemanfaatan e-Bahari sebaga media berbagi informasi dan pengetahuan, serta (i) seminari dan desiminasi temuan penelitian sehingga dapat memberikan imbas yang lebih luas Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini, terdiri dari beberapa instrumen yaitu: (1) pedoman
observasi, (2) kuisioner, (3) pedoman wawancara, (4) studi dokumentasi, dan (5) expert judgement. Keseluruhan data yang diperoleh ini akan digunakan dalam pengembangan model e-Bahari dalam mewujudkan Bali sebagai gerbang utama pariwisata Indonesia. Analisis data dilakukan pada saat melakukan assesment terhadap model eBahari yang diusulkan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Berdasarkan hal itu, maka untuk kepentingan pengolahan datanya digunakan analisis non-statistik dan analisis statistik. Analisis non-statistik digunakan untuk memberi makna terhadap deskripsi data yang menyangkut isi, logika inferensinya, proses, dan produk (output). Sedangkan untuk data yang bersifat kuantitatif, digunakan analisis statistik deskriptif untuk mendeskripsikan data kuantitatif, sehingga dapat diformulasikan kedalam pemaknaan kualitatif agar mudah untuk melakukan analisis dan revisi terhadap pengembangan produk yang dilakukan. Di sisi lain, hasil analisis dari keseluruhan data penelitian, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif akan dijadikan sebagai dasar atau pijakan dalam melakukan desiminasi secara lebih luas tentang produk yang dihasilkan serta model e-Bahari yang diusulkan. Sedangkan dalam pengembangan perangkat lunak akan menggunakan metodologi prototyping. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1
Virtual Reality Wisata Bawah Laut 3.1.1 Gambaran Umum Aplikasi Virtual Reality wisata bawah laut dibangun untuk membantu seluruh masyarakat ataupun wisatawan dalam mencari informasi terkait objek wisata selam di Bali Utara dalam bentuk dunia virtual. Pada aplikasi ini akan menampilkan infomasi mengenai objek wisata bawah laut bentuk 3 dimensi yang 459
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
dilengkapi dengan animasi dan informasi objek wisata berupa suara/audio. Virtual Reality wisata bawah laut memberikan pengalaman kepada pengguna untuk berjalan-jalan pada dunia bawah laut. 3.1.2 Rancangan Aplikasi Pada rancangan aplikasi menggambarkan garis besar dari pemodelan fungsional aplikasi dan analisis aliran data atau informasi pada aplikasi Virtual Reality wisata bawah laut yang dikembangkan menggunakan use case diagram dan activity diagram.
Tahap
Penjelasan wisata bawah laut. 3Pengguna dapat melihat objek laut beserta animasi, dan mendengar suara berupa deskripsi objek wisata dan suara effect dunia laut.
B. Activity Diagram Activity diagram menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masingmasing alir berawal, decision yang mungkin terjadi, dan bagaimana mereka berakhir. Berikut ini merupakan alur activity diagram Virtual Reality wisata bawah laut.
A. Use Case Diagram Use case diagram merupakan diagram yang menggambarkan actor (pengguna atau sistem lain), use case (deskripsi fungsi dari sebuah sistem) dan relasinya sebagai suatu urutan tindakan yang memberikan nilai terukur untuk aktor. Use case diagram aplikasi Virtual Reality wisata bawah laut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
Pengguna
Membuka aplikasi
Virtual Reality Wisata Bawah Laut
Menampilkan objek wisata dengan 2 bagian layar, bagian kanan dan kiri
Melihat objek
Memainkan animasi dan suara deskripsi objek wisata
Gambar 2. Activity Diagram Virtual Reality Wisata Bawah Laut
System Mulai Aplikasi
<>
3.1.3
Rancangan Antarmuka Aplikasi Perancangan antarmuka perangkat yaitu membuat rancangan tampilan dari aplikasi Virtual Reality wisata bawah laut yang berfungsi untuk menghubungkan pengguna dengan perangkat lunak aplikasi agar dapat berinteraksi. Aplikasi ini memiliki rancangan antarmuka yang sederhana, mudah digunakan, dan dipahami oleh pengguna. Berikut adalah rancangan antarmuka aplikasi Virtual Reality wisata bawah laut.
Melihat Objek Wisata Pengguna <<extend>>
Memainkan Suara
Gambar 1. Use Case Diagram Virtual Reality Wisata Bawah Laut Pada Gambar 1 dapat dilihat terdapat 3 use case yaitu: mulai aplikasi, menampilkan objek wisata, dan memainkan suara. Berikut skenario dari use case diagram tersebut. Tabel 1. Skenario dari Aplikasi Virtual Reality Wisata Bawah Laut Tahap Penjelasan 1 Pengguna memulai dengan membuka aplikasi Virtual Reality wisata bawah laut. Pengguna menggunakan bantuan Cardboard untuk memainkan aplikasi. 2Pengguna dapat melihat objek
Gambar 3. Rancangan Antarmuka Menu Utama Virtual Reality Wisata Bawah Laut 460
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Amed, Pulau Menjangan, Lovina, dan Secret Bay Gilimanuk.
Gambar 4. Rancangan Antarmuka Virtual Reality Wisata Bawah Laut 3.1.4
Gambar 5. Hasil Pengembangan Menu Virtual Reality Wisata Bawah Laut
Implementasi
Implementasi aplikasi merupakan tahapan setelah rancangan sistem, dan rancangan antarmuka dikerjakan. Tahapan ini membutuhkan ketelitian yang tinggi pada pengerjaanya agar kesalahan atau bug pada aplikasi dapat diitekan seminimal mungkin. Virtual Reality wisata bawah laut ini dikembangkan dengan menggunakan Laptop ASUS dengan spesifikasi processor Intel(R) Core(TM) i3-3217U CPU @ 1.80GHz (4CPUs), ~1.8GHz, dan sistem operasi Windows 10 pro 64-bit. Pada proses pengembangan ini dibangun dengan Unity yang digunakan sebagai editor dalam pengembangan Virtual Reality, Blender yang digunakan dalam membuat Objek 3D, Cardboard SDK sebagai plugin untuk membangun Virtual Reality, dan Adobe Photoshop CS6 untuk membuat texture. Untuk menguji aplikasi digunakan smartphone Quad Core 1.3 GHz dengan sistem operasi Android 5.1.
Gambar 6. Hasil Pengembangan VR Wisata Amed
Gambar 7. Hasil Pengembangan VR Wisata Pulau Menjangan
3.1.5
Hasil Pengembangan Hasil pengembangan merupakan hasil implementasi dari seluruh rancangan pembuatan aplikasi. Hasil pengembangan produk ini adalah aplikasi virtual reality wisata bawah laut. Hasil pengembangan aplikasi ini diharpkan dapat membantu dalam proses penyampaian informasi terkait pariwisata selam serta hal – hal pendukung yang berkaitan dengan kegiatan wisata selam lainya. Berikut adalah hasil pengembangan virtual reality wisata bawah laut dengan objek wisata
Gambar 8. Hasil Pengembangan VR Wisata Lovina
461
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
System Mulai Aplikasi <>
Melihat Objek Wisata Pengguna <<extend>>
Memainkan Animasi dan Suara
Gambar 9. Hasil Pengembangan VR Wisata Secret Bay Gilimanuk
3.2
Augmented Bawah Laut
Reality
Gambar 5. Use Case Diagram Augmented Reality Wisata Bawah Laut
Wisata
Pada Gambar 5 dapat dilihat terdapat 3 use case yaitu: mulai aplikasi, melihat objek wisata, serta memainkan animasi dan suara. Berikut skenario dari use case diagram tersebut.
3.2.1
Gambaran Umum Aplikasi Melalui teknologi AR (Augmented Reality), objek wisata bawah laut dapat disimulasikan ke dalam bentuk 3D sehingga dapat membantu seluruh masyarakat ataupun wisatawan dalam mencari informasi terkait objek wisata selam di Bali Utara dalam bentuk dunia virtual. Aplikasi ini menggunakan library vuforia yang mampu menampilkan objek 3 dimensi objek wisata bawah laut ke dalam sebuah lingkungan nyata dengan menggunakan bantuan booklet e-Bahari dan Smartphone Android. Gambar-gambar yang terdapat pada booklet e-Bahari berfungsi sebagai marker untuk menampilkan objek wisata lengkap dengan animasi dan suara narasi. 3.2.2
Tabel 2. Skenario dari Aplikasi Augmented Reality Wisata Bawah Laut Tahap Penjelasan 1 Pengguna memulai dengan membuka aplikasi Augmented Reality wisata bawah laut. Pengguna mengarahkan webcam smartphone ke marker (booklet eBahari). 2 Pengguna dapat melihat objek wisata bawah laut dalam bentuk 3D. 3 Pengguna dapat melihat objek laut beserta animasi, dan mendengar suara berupa deskripsi objek wisata dan suara effect dunia laut.
Rancangan Aplikasi
Pada rancangan aplikasi menggambarkan garis besar dari pemodelan fungsional aplikasi dan analisis aliran data atau informasi pada aplikasi Augmented Reality wisata bawah laut yang dikembangkan menggunakan use case diagram dan activity diagram.
B. Activity Diagram Berikut merupakan alur activity diagram Augmented Reality wisata bawah laut. Pengguna
Membuka aplikasi
A. Use Case Diagram Use case diagram aplikasi AR wisata bawah laut dapat dilihat pada Gambar 5 berikut.
Virtual Reality Wisata Bawah Laut
Menampilkan Webcam
Mengarahkan ke marker
Menampilkan objek wisata 3D beserta animasi dan suara narasi
Gambar 6. Activity Diagram Augmented 462
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Reality Wisata Bawah Laut Rancangan Antarmuka Aplikasi Rancangan tampilan dari aplikasi Augmented Reality wisata bawah laut yang berfungsi untuk menghubungkan pengguna dengan perangkat lunak aplikasi agar dapat berinteraksi. Aplikasi ini memiliki rancangan antarmuka yang sederhana, mudah digunakan, dan dipahami oleh pengguna. Berikut adalah rancangan antarmuka aplikasi Augmented Reality wisata bawah laut.
kegiatan wisata selam lainya. Berikut adalah hasil pengembangan augmented reality wisata bawah laut yaitu dengan objek wisata Amed, Pulau Menjangan, Lovina, dan Secret Bay Gilimanuk.
3.2.3
Gambar 8. Hasil Pengembangan AR Wisata Amed
Gambar 7. Rancangan Antarmuka Augmented Reality Wisata Bawah Laut 3.2.4
Gambar 9. Hasil Pengembangan AR Wisata Pulau Menjangan
Implementasi Prototype
Augmented Reality wisata bawah laut ini dikerjakan menggunakan Laptop ASUS dengan spesifikasi processor Intel(R) Core(TM) i3-3217U CPU @ 1.80GHz (4CPUs), ~1.8GHz, dan sistem operasi Windows 10 pro 64-bit. Pada proses pengembangan ini dibangun dengan Unity yang digunakan sebagai editor dalam pengembangan Augmented Reality, Blender yang digunakan dalam membuat Objek 3D, dan Adobe Photoshop CS6 untuk membuat texture. Untuk menguji aplikasi digunakan smartphone Quad Core 1.3 GHz dengan sistem operasi Android 5.1.
Gambar 10. Hasil Pengembangan AR Wisata Lovina
3.2.5
Hasil Pengembangan Hasil pengembangan produk ini adalah aplikasi augmented reality wisata bawah laut. Hasil pengembangan aplikasi ini diharapkan dapat membantu dalam proses penyampaian informasi terkait pariwisata selam serta hal – hal pendukung yang berkaitan dengan
Gambar 11. Hasil Pengembangan AR Wisata Secret Bay Gilimanuk
463
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
I Gusti Bagus Rai Utama (2008), “Etourism Media Promosi Pariwisata Bali” Raiutama.multiply.com edisi 30 Januari 2008. http://raiutama.multiply.com/ journal/item/51 Kartika Firdausy, Samadri, dan Anton Yudhana (2008), “Sistem Informasi Perpustakaan Berbasis Web dengan PHP dan MySQL”, Jurnal Telkomnika, Vol. 6, No. 2, hal 109-114, ISSN 1693-6930. Prakoso Bhairawa Putra S. dan Chichi Shintia Laksani (2008), “Penerapan Destination Management System (DMS) dalam Pemasaran Pariwisata Bangka Belitung Berbasis TIK”, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi, Yogyakarta, ISSN: 1907-5022, hal. 9-15. Prakoso Bhairawa Putra S., Chichi Shintia Laksani, dan Dian Prihadyanti (2008), “Optimasi Promosi Visit Musi 2008 Berbasis e-Tourism”, e-Indonesia Initiative 2008, Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia, Jakarta. Wisran Hadi (2008), “Kearifan Lokal dan Pengelolaan Pariwisata Berbasis Budaya di Sumatera Barat”, http://wisranhadi.wordpress.com/2 008/09/25/kearifan-lokal-danpengelolaan-pariwisata-berbasisbudaya-di-sumatera-barat/ World Tourism Organization (2006). TourismHighlights. See http://www.world-tourism World Tourism Organization (2004). Compendium of Tourism Statistics. See http://www.worldtourism.org
4. SIMPULAN Pada penelitian ini telah dikembangkan Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) sistem e-Bahari yang mampu memberikan tampilan yang lebih interaktif kepada pengguna. Sistem ini diharapkan dapat meningkatkan daya dukung pariwisata dengan mempromosikan dan memberdayakan wisata bawah laut dalam rangka mewujudkan Bali sebagai pintu gerbang pariwisata nasional. Penelitian ini menggunakan wisata bawah laut di Kabupaten Buleleng, Jembrana, dan Karangasem sebagai pilot study. Ke depan diharapkan dapat dikembangkan lebih banyak obyek-obyek dalam bentuk VR dan AR. DAFTAR PUSTAKA Anonim, “Mengembangkan Pariwisata Berbasis Budaya”, http://www.antaranews.com/berita/ 1284763261/mengembangkanpariwisata-berbasis-budaya Anonim, “Daya Saing Pariwisata Indonesia Peringkat 74”, http://metrotvnews.com/metromai n/ news/2012/01/05/77554/DayaSaing-Pariwisata-IndonesiaPeringkat-74 David Gurteen (1999), “Creating a Knowledge Sharing Culture”, Knowledge Management Magazine, Vol.2, Issue 5. Gunaryo, dkk. (2008), “Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025”, Studi Industri Kreatif Indonesia, Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Harry Waluyo, 2007. “Pengembangan Kepariwisataan Indonesia”. Seminar Perspektif Hibua Lamo Menuju Kemandirian Bangsa 2007. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.
464
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DOMAIN STRATEGIK DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN DAN DAYA SAING PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA) Luh Joni Erawati Dewi1 Gede Rasben Dantes2 1,2
Jurusan Manajemen Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha email: [email protected]; [email protected]
Abstract Aim of this study is to implement a master plan of Information System (IS)/Information Technology (IT) in Strategic Domain for improving a service quality and competitiveness of higher education, especially Ganesha University of Education (GUE). The development of IS/IT in strategic domain referred to GUE’s IS/IT master plan. Based on it, IS/IT was mapped into four domains, namely: support, key operational, strategic, and high potential. On this study, we developed several applications which are part of strategic domain, among others: (1) information system for alumni, (2) information system for industrial attachment. On this study, we also revise some of information system which was developed on previous research, namely: (1) e-library, (2) information system for inventory. Stage of researches which were used on this study, namely: (1) literature review and need analysis, (2) system design, (3) implementation/coding, (4) testing, (5) dissemination and product socialization. Keywords: Master plan, Information System, Information Technology, Strategic Plan, Strategic Domain Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengimplementasikan masterplan sistem informasi (SI) yang berada pada domain strategik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan dan daya saing perguruan tinggi. Pengembangan sistem informasi pada domain strategik ini mengacu pada masterplan Sistem Informasi/Teknologi Informasi (SI/TI) Universitas Pendidikan Ganesha. Sesuai dengan masterplan SI/TI Undiksha, bahwa sistem informasi dan teknologi informasi dipetakan menjadi empat domain, yaitu: domain support, key operational, strategic, dan high potential. Pada penelitian ini dikembangkan beberapa sistem informasi yang terletak pada domain strategic, antara lain: sistem informasi alumni dan sistem informasi praktek kerja lapangan. Selain pengembangan sistem pada domain strategik, pada penelitian ini juga dilakukan beberapa perbaikan sistem yang telah dikembangkan pada penelitian sebelumnya, yaitu: e-Library dan sistem informasi inventori barang. Tahapan penelitian yang dilakukan dalam pengembangan sistem informasi pada domain support ini adalah: (1) studi pustaka, analisis kebutuhan sistem, (2) desain system, (3) implementasi (coding), (4) testing, dan (5) desiminasi & sosialisasi produk yang dihasilkan melalui penelitian ini. Kata Kunci: Master Plan, Sistem Informasi, Teknologi Informasi, Rencana Strategis, Domain Strategik
1. PENDAHULUAN Perkembangan Sistem Informasi dan Teknologi Informasi (SI/TI) memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap peningkatan mutu maupun daya saing lembaga pendidikan. Sistem Informasi/Teknologi Informasi merupakan 465
pemicu dalam dunia pendidikan, baik dalam peningkatan proses belajar mengajar, layanan pendidikan maupun pengelolaan pendidikan yang transparan dan memiliki akuntabilitas yang tinggi. Dalam sebuah organisasi terdapat tiga komponen penting yang saling terkait satu dengan yang lainnya, yaitu people
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
(sumber daya manusia), process (proses) dan technology (teknologi) yang saling terkait satu dengan yang lainnya. Sumber Daya Manusia (SDM) yang bagus, namun tidak didukung oleh proses yang efisien dan efektif serta teknologi yang memadai, maka organisasi akan sangat sulit bersaing. Begitu juga teknologi yang canggih tanpa didukung oleh SDM dan proses yang mapan, maka teknologi ini tidak akan ada artinya. Dalam peningkatan mutu dan daya saing sebuah organisasi, ketiga komponen ini harus mutlak ada dan saling memberikan dampak positif satu dengan yang lainnya. Berbagai paradigma baru telah muncul dalam pembelajaran (learning) maupun dalam pengelolaan pendidikan (education management). Beberapa paradigma baru dalam pembelajaran seperti: student-center instruction yang dulunya adalah teacher-center instruction, pembelajaran dengan multimedia yang dulunya dilakukan dengan single media, pembelajaran yang dilakukan dengan knowledge-based berubah menuju informed decision making, dan lain sebagainya. Paradigma baru ini akan dapat diwujudkan jika didukung dengan SI/TI yang mapan. Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi yang memiliki core pendidikan dalam rangka menghasilkan para calon guru sudah saatnya menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam membantu proses belajar mengajar, meningkatkan mutu dan layanan pendidikan maupun dalam tata kelola. Beberapa implementasi TIK telah dilakukan di lembaga ini, baik dalam layanan maupun pengelolaan pendidikan. Namun implementasi TIK sangat minim ditemukan pada peningkatan mutu pendidikan, seperti pemanfaatan SI/TI dalam mendukung proses belajar mengajar. Implementasi TIK ini sering dilakukan hanya sebatas ad-hoc (tanpa ada perencanaan yang jelas). Banyak program-program
pengembangan TIK oleh masing-masing unit maupun institusi pada umumnya saling tumpang tindih satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan karena tidak adanya kerangka acuan (framework) yang dapat dijadikan payung dalam pengembangan ICT ini. Melalui pengembangan Masterplan SI/TI diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan atau pengimplementasian ICT di Universitas Pendidikan Ganesha sehingga investasi teknologi yang dilakukan benar-benar bermanfaat dalam peningkatan mutu dan layanan pendidikan serta daya saing yang sejalan dengan rencana strategi (RenStra) lembaga yang memiliki arah pengembangan yang jelas. Berdasarkan uraian pada pendahuluan di atas, melalui penelitian ini dirancang dan dikembangkan SI/TI domain strategik yang terdiri dari: (1) sistem informasi alumni dan (2) sistem informasi praktek kerja industry. Pada penelitian ini juga dilakukan perbaikan terhadap sistem yang dikembangkan pada penelitian sebelumnya yang terletak pada domain support, yaitu: e-Library dan sistem informasi inventarisasi barang. Secara eksplisit, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah Perancangan dan Pengembangan SI/TI pada domain strategik di Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) Singaraja dalam rangka Meningkatkan Mutu dan layanan Pendidikan serta Daya Saing Lembaga ?” 2. METODE PENELITIAN Mengacu pada fokus dan produk akhir penelitian, maka penelitian ini dapat dikategorikan dalam penelitian pengembangan. Dasar dari pemilihan rancangan penelitian ini adalah: (a) pengembangan produk merupakan suatu kegiatan akademik yang memerlukan kajian teoritis dan tindakan nyata di lapangan, baik sebelum dilakukannya pengembangan maupun pada saat 466
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
dilakukannya eksperimentasi model, (b) dalam merancang produk ini, peneliti harus mendasarkan pada serangkaian tindakan nyata yang bertahap, baik di dalam laboratorium maupun di lapangan, sehingga rancangan penelitian dan pengembangan sangat tepat untuk digunakan. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan sebuah produk implementasi masterplan Sistem Informasi/Teknologi Informasi dalam rangka meningkatkan kualitas layanan, mutu dan daya saing lembaga. Pada penelitian ini dilakukan perancangan dan pengembangan sistem yang bersifat support (sistem-sistem yang mendukung operasional perguruan tinggi dan dapat meningkatkan daya saing). Gambar di bawah ini menjelaskan tentang tahapan penelitian untuk pengembangan sistem: 1
2
Analisis Kebutuhan
3
Perancangan Sistem
wawancara, dan (4) studi dokumentasi. Keseluruhan data yang diperoleh ini akan digunakan sebagai dasar untuk perancangan dan pengembangan sistem, melakukan sosialisasi dan desiminasi terhadap produk yang dihasilkan dengan mengimplementasikan Masterplan SI/TI. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Strategi Sistem Informasi Berdasarkan tujuan, strategi, program-program strategis serta memperhatikan bisnis proses inti dan pendukung UNDIKSHA maka aplikasi sistem informasi yang harus dimiliki UNDIKSHA adalah seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
4
Diseminasi & Sosialisasi
Uji Coba & Testing
6
5
Evaluasi Awal
Implementasi
Gambar 1. Tahapan Rancangan Penelitian Sampel penelitian ditentukan dengan teknik purposive random sampling, yaitu sampel bertujuan namun pemilihannya dilakukan secara acak, sehingga setiap sivitas akademik memiliki peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel penelitian. Berdasarkan analisis kebutuhan (need assessment) lembaga, maka sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh stakeholder lembaga ini, meliputi manajemen, staf pengajar, pegawai, mahasiswa serta masyarakat secara luas yang merupakan komponen terpenting dalam peningkatan daya saing lembaga pendidikan pada umumnya dan UNDIKSHA pada khususnya. Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini, terdiri dari beberapa instrumen yaitu: (1) pedoman observasi, (2) kuisioner, (3) pedoman
Gambar 2. Aplikasi Sistem informasi Undiksha Beberapa aplikasi diatas diusulkan sebagai strategi SI/TI hasil dari analisis bisnis yang telah dilakukan dalam proses inti maupun pendukung. Aplikasi- aplikasi yang diusulkan berangkat dari proses bisnis dan dapat dipetakan kedalam piramida sistem informasi OLTP, MIS dan EIS. 467
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
4. SI Administrasi Akademik (siak) (Key Operational): Pada aplikasi ini dilengkapi dengan fitur CMS internal untuk berbagai macam pengumuman kegiatan akademik. Juga dilengkapi dengan fitur untuk melihat dan mengganti profil dari mahasiswa dan dosen. Dalam halaman profil mereka dapat dilihat segala macam informasi yang berkaitan dengan mahasiswa mulai dari mata kuliah yang diambil beserta nilai semester lalu hingga buku yang mereka pinjam. Informasi tersebut dibaca dari database yang dihasilkan oleh aplikasi yang lain.
Gambar 3. Piramida Sistem Informasi Pada area OLTP diusulkan aplikasi-aplikasi untuk entry data kedalam struktur database sedemikian sehingga dapat diakses oleh aplikasi-aplikasi yang bertujuan membuat keputusan bisnis pada area MIS. Area OLTP ini selain entry data juga bisa yang sifatnya repository dan publish data.
5. SI HelpDesk (sihelp) (Key Operational): Pada aplikasi ini dilengkapi dengan aplikasi HelpDesk Support Forum untuk mahasiswa dan dosen. 6. SI Virtual Learning Environment (sivle) (Strategic): Pada aplikasi ini dilengkapi dengan fitur elearning untuk para mahasiswa. Dosen dapat memberikan softcopy materi ajar, mahasiswa dapat mendownloadnya dan juga dapat bertanya untuk masingmasing sesi pertemuan dan topik kepada dosennya.
Aplikasi-aplikasi pada area OLTP adalah sebagai berikut. 1. SI Promosi (sipro) (Strategic): Pada aplikasi ini dilengkapi dengan fitur CMS untuk menampilkan profil universitas. Data profil yang ditampilkan dari database yang dihasilkan oleh aplikasi lain. 2. SI Penerimaan Mahasiswa Baru (sirima) (Key Operational): Pada aplikasi ini dilengkapi fitur untuk mengelola calon mahasiswa melingkupi fitur form registrasi, jadwal test ujian masuk, soal soal ujian masuk, penguman hasil test dan administrasi pembayaran.
7. SI Inventarisasi (siventi) (Support): Pada aplikasi ini dilengkapi dengan fitur untuk mendata barang-barang inventaris kantor maupun ruang kelas dan perangkat belajar mengajar. 8. SI Perpustakaan (sipus) (Support): Pada aplikasi ini dilengkapi dengan fitur pengelolaan perpustakaan mulai dari daftar buku, peminjam dan daftar pinjaman buku dan jadwal pengembalian.
3. SI Registrasi Perkuliahan (siregi) (Key Operational): Pada aplikasi ini dilengkapi dengan fitur untuk melakukan registrasi perkuliahan yang melibatkan entitas mahasiswa, mata kuliah, jadwal kuliah, ruang kuliah, dosen pengajar dan pembayaran uang kuliah.
9. SI Laboratorium (silab) (Support): Pada aplikasi ini dilengkapi dengan fitur jadwal lab dan resource lab yang tersedia.
468
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
10. SI Wisuda (siwis) (Support): Pada aplikasi ini dilengkapi dengan fitur untuk mengelola event wisuda mulai dari pendaftaran wisudawan, biaya, jadwal dan lokasi.
4. SI Evaluasi Dosen (siedos) (Strategic): Data dibaca dari simada dan memilki entry form tersendiri untuk poin poin penilaian dosen oleh mahasiswa maupun oleh pejabat akademik. 5. SI Administrasi Portal (siatal) (Key Operational): Aplikasi ini bertujuan untuk mengontrol pengunaan berbagai macam aplikasi lain oleh para mahasiswa maupun dosen. Administrator dapat melakukan suspend kepada account yang diinginkan, melihat log akses mereka pada aplikasi lain dan membatasi hak aksesnya untuk fitur-fitur tertentu.
11. SI Alumni (sialum) (Strategic): Pada aplikasi ini dilengkapi dengan fitur untuk mendaftar para alumni berikut berbagai track record dari alumni tersebut. Disediakan juga fitur social networking untuk para alumni saling berkomunikasi satu sama lain. Juga disediakan fitur untuk perusahaanperusahaan yang membutuhkan tenaga pendidik maupun non-pendidikan dengan melakukan posting job vacancy maupun dengan mengkontak alumni secara private message dengan fitur dari social networking.
6. SI Akuntansi (siakun) (Key Operational): Aplikasi ini memproses data yang dihasilkan oleh aplikasi sirima dan siregi untuk kemudian dibuat laporan akuntasi keuangannya.
Pada area MIS diusulkan aplikasiaplikasi yang bertujuan untuk membantu para middle eksekutif mengambil keputusan bisnis. Data yang dipakai untuk melakukan analisis dibaca dari basis data yang dihasilkan aplikasi yang berada dalam area OLTP diatas. Aplikasi aplikasi yang diusulkan dalam area MIS ini adalah sebagai berikut:
7. SI e-Procurement (siproc) (Key Operational): Data yang digunakan pada aplikasi ini diambil dari aplikasi siventi dan terkait dengan aplikasi siakun untuk melihat alokasi biaya pengadaan barang. 8. SI Praktek Kerja Industri (siprakerin) (Strategic): Data dibaca dari aplikasi siremi, siregi dan memiliki entry form tersendiri untuk mendaftar para perusahaan yang membuka lowongan untuk kerja praktek industri. Tersedia fitur untuk perusahaan tersebut melihat daftar para mahasiswa berikut dengan informasi akademik mereka untuk dipilih masuk ke dalam praktek kerja.
1. SI Evaluasi Nilai (sievani) (Key Operational): Data dibaca dari aplikasi sirima, siregi dan sivle untuk melakukan evalusi nilai mahasiswa baik persemester maupun rekap akhir. 2. SI Manajemen SDM (simadam) (Key Operational): Aplikasi ini mendata semua karyawan termasuk dosen dan kinerja mereka berupa jam mengajar dan evaluasi
Pada area EIS diusulkan aplikasiaplikasi yang bertujuan membantu top eksekutif untuk menentukan strategi kedepan dengan melihat informasi yang dihasilkan oleh aplikasi sebagai berikut:
3. SI Laporan Evaluasi Akademik (silea) (Key Operational): Data dibaca dari aplikasi siregi dan samadam untuk kemudian dibuat laporan dengan format yang telah diberikan oleh pemerintah.
469
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
1. SI Executive Summary (sies) (High Potential): Aplikasi ini merangkum berbagai data dari aplikasi lain yang telah diringkas dalam bentuk laporan sehingga top eksekutif tidak mengunjungi berbagai aplikasi secara satu persatu.
Administrator Sistem Informasi PRAKERIN Data
Dosen Pembimbing Data Mahasiswa, Dosen Pembimbing, Lokasi Prakerin
Mahasiswa
2. SI Manajemen Analisis Strategi (simas) (High Potential): Aplikasi ini adalah aplikasi Business Inteligence yang melakukan data mining pada database yang sudah dihasilkan selama sekian tahun untuk dibuat view statistik guna kepentingan forcasting bisnis kedepan. Strategic
v
Informasi Data, Jurnal Harian, Project
Gambar 5. Gambaran Umum Sistem Informasi Prakerin Undiksha 3.2.2 Rancangan Sistem Dalam membangun sebuah sistem diperlukan rancangan sistem untuk memberikan gambaran jelas tentang kebutuhan para pemakai sistem dan menggambarakan secara jelas rancang bangun yang digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan sistem. Rancangan sistem prakerin Undiksha digambarkan dengan use case diagram seperti pada Gambar 6 berikut.
High Potential
SI Promosi SI manajemen Analisis Strategi SI Virtual Learning Environment SI Executive Summary SI Praktek Industri SI Alumni SI Evaluasi RegistrasiDosen SI Perpustakaan SI Perkuliahan SI Inventarisasi SI Administrasi SI Laboratorium Akademik SI Wisuda SI Evaluasi Nilai Operational Support SIKey Manajemen SDM SI Administrasi Portal SI E-Procurement Gambar 4. Future Application Matric SI HelpDesk McFarlan SI Penerimaan Mahasiswa Baru SI Laporan Evaluasi Akademik 3.2 Sistem Informasi Prakerin SI Akutansi
Manajemen Data Industri
Edit Profil
Register
Meambah Jurnal
Login Mahasiswa
Melihat Pengumuman
Administrator Kontak (Chat)
Manajemen Pengumuman
Dosen Pembimbing
Manajemen Industri
Universitas Pendidikan Ganesha 3.2.1 Gambaran Umum Sistem Sistem informasi Prakerin Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) merupakan sistem yang dapat membantu dalam pencatatan data mahasiswa prakerin, data pembimbing, data lokasi prakerin, data jurnal kegiatan mahasiswa, dan mempermudah pembimbing dalam memantau aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa selama prakerin berlangsung. Gambaran umum sistem informasi Prakerin Undiksha dapat dilihat pada Gambar 5 berikut.
Manajemen Mhs Bimbingan
Gambar 6. Use Case Sistem Informasi Prakerin Undiksha Aktivitas yang dapat dilakukan pada Sistem Informasi Prakerin Undiksha pada aktor Mahasiswa, Dosen Pembimbing, dan Administrator antara lain sebagai berikut. 1. Mahasiswa Aktivitas yang dapat dilakukan oleh mahasiswa yaitu sebagai berikut. a. Login b. Register Data Prakerin c. Mengubah Profil 470
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
d. Menambah Jurnal Harian
b. Halaman Registrasi Prakerin
e. Melihat Pengumuman
Berikut merupakan implementasi dari rancangan antarmuka halaman regisrasi prakerin.
f. Kontak (Chat) 2. Dosen Pembimbing Aktivitas yang dapat dilakukan oleh dosen pembimbing yaitu sebagai berikut. a. Manajemen Industri Bimbingan b. Manajemen Bimbingan
Mahasiswa
3. Administrator Aktivitas yang dapat dilakukan oleh administrator yaitu sebagai berikut. a. Login b. Manajemen Industri Gambar 8. Implementasi Halaman Registrasi Prakerin
c. Manajemen Pengumuman
c. Halaman Utama Mahasiswa
3.2.3 Implementasi Prototype Setelah membuat rancangan sistem, selanjutnya mengimplementasikan rancangan tersebut. Berikut merupakan tampilan implementasi dari rancangan sistem.
Berikut merupakan implmentasi dari rancangan antarmuka halaman utama mahasiswa.
Mahasiswa a. Halaman Login Mahasiswa Berikut merupakan implementasi dari rancangan antarmuka halaman login mahasiswa.
Gambar 9. Implementasi Halaman Utama Mahasiswa d. Halaman Mengubah Profil Berikut merupakan implementasi dari rancangan antarmuka halaman mengubah profil mahasiswa.
Gambar 7. Implementasi Halaman Login Mahasiswa 471
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 13. Implementasi Halaman Kontak (Chat)
Gambar 10. Rancangan Antarmuka Halaman Mengubah Profil e. Halaman Menambah Jurnal Harian
Dosen Pembimbing a. Halaman Utama Dosen Pembimbing
Berikut merupakan implementasi dari rancangan antarmuka halaman menambah jurnal harian.
Berikut merupakan implementasi dari rancangan antarmuka halaman utama dosen pembimbing.
Gambar 11. Implementasi Halaman Menambah Jurnal Harian
Gambar 14. Implementasi Halaman Utama Dosen Pembimbing
f. Halaman Melihat Pengumuman b. Halaman Bimbingan
Berikut merupakan implementasi dari rancangan antarmuka halaman melihat pengumuman.
Manajemen
Industri
Berikut merupakan implementasi dari rancangan antarmuka halaman manajemen industri bimbingan.
Gambar 12. Implementasi Halaman Melihat Pengumuman Gambar 15. Halaman Manajemen Industri Bimbingan
g. Halaman Kontak (Chat) Berikut merupakan implementasi dari rancangan antarmuka halaman kontak (chat) mahasiswa dengan dosen pembimbing prakerin.
c. Halaman Manajemen Bimbingan
Mahasiswa
Berikut merupakan implementasi dari rancangan antarmuka halaman manajemen mahasiswa bimbingan.
472
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 19. Implementasi Halaman Manajemen Pengumuman
Gambar 16. Implementasi Halaman Manajemen Mahasiswa Bimbingan
3.3 Sistem Informasi Alumni Universitas Pendidikan Ganesha 3.3.1 Gambaran Umum Sistem Sistem informasi Alumni Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) merupakan sistem yang dapat mempermudah lembaga untuk melacak informasi alumni dan membantu alumni untuk berkomunikasi dengan alumni lainnya. Gambaran umum sistem informasi Alumni Undiksha dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
Administrator a. Halaman Utama Administrator Berikut merupakan implementasi dari rancangan antarmuka halaman utama administrator.
Sistem Informasi ALUMNI Data
Alumni Data Alumni
Gambar 17. Implementasi Halaman Utama Administrator b. Halaman Manajemen Industri
v
Laporan Tracer Study
Berikut merupakan implementasi dari rancangan antarmuka halaman manajemen data industri.
Gambar 20. Gambaran Umum Sistem Informasi Alumni Undiksha 3.3.2 Rancangan Sistem Dalam membangun sebuah sistem diperlukan rancangan sistem untuk memberikan gambaran jelas tentang kebutuhan para pemakai sistem dan menggambarakan secara jelas rancang bangun yang digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan sistem. Rancangan sistem Alumni Undiksha digambarkan dengan use case diagram seperti pada Gambar 2 berikut.
Gambar 18. Implementasi Halaman Manajemen Industri
c. Halaman Manajemen Pengumuman Berikut merupakan implementasi dari rancangan antarmuka halaman manajemen data pengumuman.
473
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Login
Posting Status Edit Profil
<>
<> Alumni
Timeline
Komentar <>
Mengisi Tracer Study
Upload Foto
Gambar 23. Implementasi Halaman Edit Profil Alumni
Cetak Tracer Study
Gambar 21. Use Case Sistem Informasi Alumni Undiksha
c. Halaman Mengisi Data Tracer Study
Aktivitas yang dapat dilakukan pada Sistem Informasi Alumni Undiksha pada aktor Alumni antara lain sebagai berikut. a. Login
Berikut merupakan implementasi dari rancangan antarmuka halaman mengisi data tracer study.
b. Edit Profil c. Mengisi Data Tracer Study d. Cetak Tracer Study e. Timeline
Gambar 24. Implementasi Halaman Mengisi Tracer Study
3.3.3
Implementasi Prototype Setelah membuat rancangan sistem, selanjutnya mengimplementasikan rancangan tersebut. Berikut merupakan tampilan implementasi dari rancangan sistem. a. Halaman Login
d. Halaman Cetak Tracer Study Berikut merupakan implementasi dari rancangan antarmuka halaman cetak tracer study.
Berikut merupakan implementasi dari rancangan antarmuka halaman login alumni.
Gambar 25. Implementasi Halaman Cetak Tracer Study e. Halaman Timeline
Gambar 22. Implementasi Halaman Login Alumni
Berikut merupakan implementasi dari rancangan antarmuka halaman timeline.
b. Halaman Edit Profil Berikut merupakan implementasi dari rancangan antarmuka halaman edit profil. 474
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Organizational Change and Performance Improvement, McGraw-Hill, England, 1999 Earl, M.J., Putting Information Technology in Its Place: A polemic for the 1990’s, Journal of information Technology, Volume 7, 1992 ----, Information System Strategy Formulation, in Borland, R.J. and Hirschheim, R.A. eds, Critical Issue in Information System Research, John Wiley & Sons, Chicester, 1987 Laudon, C. Kenneth dan Laudon, P. Jane, Management Information Systems (New Approaches to Organization & Technology), edisi kelima, Prentice Hall International, Inc., New Jersey, 1998 Pearlson, E. Kerl dan Saunders, S. Carol, Managing and Using Information Systems (a Strategic Approach), Edisi ke-2, John Wiley & Sons, 2004. Riswan Effendi T., Perencanaan Strategis Sistem Informasi: Studi kasus PT.Perkebunan Nusantara V Riau, 2006 Ward John, Peppard Joe, 2002, Strategy Planning for Information System, Third Edition, John Wiley & Son, Ltd., New York
Gambar 26. Implementasi Halaman Timeline
4. SIMPULAN Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa: (1) Perencanaan Strategik Sistem Informasi/Teknologi Informasi merupakan dokumen penting yang harus dimiliki oleh organisasi sebagai paying dalam pengembangan sistem informasi/teknologi informasi untuk mendukung operasional organisasi; (2) Perencanaan Strategik Sistem Informasi/Teknologi Informasi terdiri dari 4 domain, antara lain: domain support, key operational, strategik, dan high potential; (3) Pengembangan Sistem Informasi Domain Strategik dalam rangka Meningkatkan Kualitas Layanan dan Daya Saing Perguruan Tinggi, khususnya Universitas Pendidikan Ganesha, terdiri dari: sistem informasi alumni dan sistem informasi praktek kerja lapangan. Selain pengembangan sistem pada domain strategik, pada penelitian ini juga dilakukan beberapa perbaikan sistem yang telah dikembangkan pada penelitian sebelumnya, yaitu: e-Library dan sistem informasi inventori barang. Tahapan penelitian yang dilakukan dalam pengembangan sistem informasi pada domain strategik ini adalah: (1) studi pustaka, (2) analisis kebutuhan sistem, (3) sistem desain, (4) implementasi (coding), (5) testing, dan (6) desiminasi. Ke depan perlu dikembangkan beberapa sistem informasi baik di domain strategik maupun high potensial.
Wheelen L. Thomas, Hunger J. David, 2004, Strategic Management and Business Policy, Ninth Edition, Prentice Hall, New Jersey. Alibasyah Siregar, Dr., Transformasi ITB 2005 – 2010 : Membangun Keunggulan yang Inklusif dalam Mewujudkan ITB sebagai Center of Excellence, 2005, dalam http://www.itb.ac.id/focus/focus_f ile/alibasyah_siregar.pdf Brodjonegoro Satryo Soemantri, Landasan Implementasi Perguruan Tinggi Sebagai Badan Hukum Milik Negara, 2006, dalam
DAFTAR ACUAN Dutta Soumitra dan Manzoni JeanFrancois, Process Reengineering, 475
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
http://www.dikti.org/Landasan%2 0Implementasi%20BHMN.txt Eko Indrajit Richardus, Rusli Alexander, Kah Chee Chan, Konsep Pemanfaatan Teknologi Informasi bagi Institusi Pendidikan Dasar, Menengah, dan Tinggi, dalam ebook Eko Indrajit Richardus, Potensi Sumber Daya Manusia Teknologi Informasi, dalam e-book Hamengku Bowono X, Masa Depan UGM Sebagai Good University
Governance dan Research University, 2005, dalam http://www.pemdadiy.go.id/berita/mod/fileman/files /HB-GKKUGMdadi.pdf Puradimaja Deny Juanda, Akselerasi Inventions, Innovations, dan Leadership untuk ITB yang Bermartabat dan Sejahtera, 2004, dalam http://www.itb.ac.id/focus/focus_f ile/deny_juanda_puradimaja.pdf
476
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
DIGITALISASI CERITA RAKYAT DALAM RANGKA PELESTARIAN BUDAYA BERBASIS APLIKASI MOBILE I Ketut Dharsana1, Ni Komang Arie Suwastini2, Putu Hendra Suputra3 1
Jurusan Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Ganesha 3 Jurusan Manajemen Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha 2
email: {ketut.dharsana; arie.suwastini; hendra suputra}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan pelestarian budaya Bali melalui digitalisasi cerita-cerita rakyat yang berkembang di masyarakat Bali. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengeksplorasi cerita-cerita rakyat yang berkembang di masyarakat Bali sehingga dapat diperkenalkan secara luas. Melestarikan budaya Bali melalui digitalisasi cerita rakyat, (2) memberikan nilai edukasi kepada anak-anak Indonesia melalui cerita-cerita rakyat yang syarat akan nilai-nilai moral, (3) memperkenalkan kembali cerita rakyat kepada anak-anak Indonesia (4) menghindari cerita rakyat yang ada di Bali dari kepunahan. Untuk tercapainya tujuan penelitian yang diharapkan, penelitian ini akan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: (1) pengembangan prototype system, Produk ini akan memberikan informasi tentang cerita-cerita rakyat yang berkembang di masyarakat Bali dalam sebuah aplikasi multimedia yang terdiri dari teks, ilustrasi gambar, suara dan video; (2) Pengembangan konten cerita rakyat bali berbasis web dan aplikasi mobile; (3) Evaluasi terhadap implementasi yang dilakukan pada tahun II baik dilihat dari sisi sistem maupun dampaknya dalam rangka melestarikan kebudayaan masyarakat Bali.
Kata Kunci: cerita rakyat, web, aplikasi mobile, kebudayaan. Abstract This study was multiyear study aimed at: (1) exploring folktales shared among the members of the communities across Bali, (2) preserving Balinese folklore through the digitization of folktales, (3) providing educational value for Indonesian children through folktales that are heavily loaded with moral value, (4) preventing Balinese folktales from extinction, as a part of the conservation of Balinese folklore and Balinese Culture in general, and (5) introducing Balinese folktales as part of Balinese culture and Indonesian Culture to a wider society beyond the respective communities where the folktales are originated: for Balinese society, Indonesian society, and the global society . This study was designed in three stages. The first stage was designed for producing a prototype system which can be applied for containing the data about the Balinese folktales. The second stage was designed for developing the contents of Balinese folktales on web-based and mobile applications. The third stage was designed as the evaluations stage reviewing the application of the system and its impact on the preservation of Balinese folktale and Balinese culture in general. The present paper is aimed at reporting the first stage of the research, in which a prototype system was developed in the form of a web that would contain the information about Balinese folktales among Balinese communities, in the form of multimedia application which consists of text, illustrations, audio and video. Focusing on the folktales in the form of prose, the application was designed to provide the data in accordance with the classification of folktales, namely myth, legend, and fairytales along with their sub classifications. Keywords: folklore, web application, mobile application, culture heritage.
477
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
1. PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju membuat banyak orang beranggapan bahwa cerita rakyat sudah tidak diminati lagi oleh masyarakat, terutama anak-anak dan orang tua generasi terkini. Cerita rakyat merupakan harta bernilai budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Cerita rakyat menyimpan banyak cerita tentang leluhur atau asalusul suatu tempat yang ada di Indonesia. Cerita rakyat yang sarat akan nilai-nilai moral dan kearifan lokal bisa menjadi sarana komunikasi untuk mengajarkan nilai-nilai tentang kehidupan kepada anakanak. Menurut Danandjaja (1986), cerita rakyat merupakan salah satu bagian dari folklore yang didefinisikan sebagai bentuk penuturan cerita yang pada dasarnya tersebar secara lisan, diwariskan turuntemurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara tradisional. Selain diwariskan secara turun-temurun, saat ini sudah cukup banyak buku cerita bergambar maupun komik yang mengangkat tema cerita rakyat, tetapi tetap saja cerita rakyat tidak menjadi suatu hal yang menarik bagi masyarakat khususnya anak-anak dan remaja. Ini terbukti dari banyaknya anak-anak yang lebih mengenal cerita-cerita asing seperti Cinderella, Putri tidur, Pinokio dan cerita asing lainnya dari pada cerita-cerita dalam negeri seperti cerita rakyat Bali Siap Selem, Pan Balang Tamak, Cupak Teken Gerantang dan cerita rakyat lainnya. Hal itu dikarenakan mereka menganggap cerita rakyat Indonesia ketinggalan atau tidak mengikuti jaman. Anak-anak sebagai penerus bangsa seharusnya lebih mengerti dan memilih cerita rakyat Indonesia dibandingkan dengan cerita yang didominasi oleh budaya asing. Hal ini dapat dilakukan dengan menanamkan kebudayaan lokal sedini mungkin kepada anak-anak sehingga tingkat nasionalisme mereka tidak akan menjadi lemah ketika mereka
mendengar cerita-cerita lain yang berasal dari luar negeri dan membentuk pondasi tentang nilai-nilai kebudayaan terhadap anak-anak agar mereka tidak lupa akan budaya yang mereka miliki, khususnya cerita rakyat. Oleh karena itu diperlukan adanya sebuah media yang cocok dengan anak-anak untuk mengangkat cerita rakyat, sehingga mampu menarik minat anak-anak terhadap cerita rakyat. Pesatnya perkembangan media informasi berupa media berbasis web dan aplikasi mobile menghadirkan sebuah tren baru yang mendorong penulis untuk membuat sebuah konten mobile bertema edukasi bagi anak-anak, yaitu cerita rakyat khususnya cerita rakyat Bali. Aplikasi ini dibuat untuk menghadirkan sebuah taman bacaan untuk anak-anak yang didominasi oleh cerita-cerita rakyat Bali di dalam media berbasis web dan aplikasi mobile. Hal yang menarik dari konten ini yaitu menghadirkan cerita rakyat dalam media berbasis web dan aplikasi mobile yaitu menggunakan platform android dengan alur cerita dan visualisasi yang menarik sebagai sarana edukasi melalui ceritacerita rakyat Bali bagi anak-anak pemula. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dikembangkan Digitalisasi Cerita Rakyat dalam Rangka Pelestarian Budaya (Studi Kasus Masyarakat Bali). Penelitian ini akan dilaksanakan di Provinsi Bali. Adapun pertanyaan penelitian yang akan diajukan adalah: (1) Bagaimana rancang bangun cerita rakyat bali berbasis web dan aplikasi mobile?, (2) Bagaimana prototype cerita rakyat bali berbasis web dan aplikasi mobile?. 2. METODE PENELITIAN Mengacu pada fokus dan produk akhir penelitian, maka penelitian ini dapat dikategorikan dalam penelitian pengembangan. Dasar dari pemilihan rancangan penelitian ini adalah : (a) pengembangan produk merupakan suatu kegiatan akademik yang memerlukan kajian teoritis dan tindakan nyata di 478
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
lapangan, baik sebelum dilakukannya pengembangan maupun pada saat dilakukannya eksperimentasi model, (b) dalam merancang produk ini, peneliti harus mendasarkan pada serangkaian tindakan nyata yang bertahap, baik di dalam laboratorium maupun di lapangan, sehingga rancangan penelitian dan pengembangan sangat tepat untuk digunakan. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan suatu produk yang mampu melestarikan budaya Bali melalui digitalisasi cerita-cerita rakyat yang berkembang di masyarakat Bali. Media informasi yang diusulkan dapat memberikan nilai edukasi kepada anakanak Indonesia melalui cerita-cerita rakyat yang syarat akan nilai-nilai moral. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini juga dapat melestarikan cerita rakyat Bali dari kepunahan dan menghindari krisis identitas budaya di kalangan generasi muda khususnya anak-anak. Keseluruhan tahapan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: (a) studi kepustakan (bibliografi research), untuk menemukan filosofis dan teori-teori mengenai pengembangan produk dan implementasi model cerita rakyat berbasis web dan aplikasi mobile, (b) pengembangan prototype cerita rakyat berbasis web dan aplikasi mobile, (c) melakukan verifikasi dan validasi terhadap produk yang dihasilkan, Penelitian ini menggunakan masyarakat Bali sebagai pilot studi. Cerita masyarakat Bali akan dibagi menjadi masyarakat Bali Selatan, Utara, Timur, Barat, dan Tengah. Bali selatan, terdiri dari Badung, Gianyar dan Tabanan. Bali Utara adalah Buleleng. Bali Timur adalah Karangasem. Bali Barat adalah Jembrana. Sedangkan Bali Tengah terdiri dari Klungkung dan Bangli. Pilot study dilakukan secara purposive. Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini, terdiri dari beberapa instrumen yaitu: (1) pedoman observasi, (2) kuisioner, (3) pedoman
wawancara, (4) studi dokumentasi, dan (6) expert judgement. Keseluruhan data yang diperoleh ini akan digunakan dalam pengembangan produk cerita rakyat bali berbasis web dan aplikasi mobile. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum Aplikasi Aplikasi Cerita Rakyat Bali berbasis Android merupakan aplikasi yang dibangun untuk membantu seluruh masyarakat dalam mencari informasi tentang Cerita Rakyat Bali yang dapat diakses melalui smartphone. Aplikasi ini akan menampilkan daftar cerita, detail cerita, dan pengguna dapat melakukan share (berbagi) melalui media social seperti facebook, twitter, path, Instagram, dll. Dalam aplikasi yang dibangun terdiri atas satu pengguna yaitu pengunjung. Aktivitas yang dapat dilakukan oleh pengunjung dalam aplikasi ini adalah melihat cerita, melihat galeri foto yang tersedia pada aplikasi, serta berbagi informasi cerita (sharing) melalui media sosial. 3.2 Rancangan Aplikasi Dalam membangun sebuah aplikasi diperlukan rancangan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kebutuhan pengguna dan menggambarakan secara jelas rancang bangun yang digunakan sebagai pedoman dalam pengembangan aplikasi. Rancangan aplikasi Cerita Rakyat Bali digambarkan dengan use case diagram seperti pada Gambar 1 berikut. melihat daftar cerita
melihat detail cerita Pengunjung
share cerita
479
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
Gambar 1. Use Case Diagram Aplikasi Cerita Rakyat Bali
No. Nama Field
3.2.1
Rancangan Database Rancangan basis data (database) merupakan bagian dasar yang penting dalam pengembangan aplikasi Cerita Rakyat Bali ini. Rancangan basis data bertujuan untuk menyimpan data yang disimpan dari aplikasi yang telah dikelola. Beberapa tabel digunakan sebagai basis data dalam pengembangan aplikasi ini, yaitu: tabel category, tabel story, Berikut merupakan rancangan basis data dari aplikasi Cerita Rakyat Bali.
5.
Lokasi
6. 7.
Date Foto
Tipe Status Data Varchar (200) date Varchar (200)
3.2.2
Rancangan Interface Rancangan antarmuka (interface) pada aplikasi Cerita Rakyat Bali ini memiliki 3 jenis antarmuka yaitu rancangan antarmuka halaman daftar cerita, halaman detail cerita, dan halaman share cerita. Berikut merupakan rancangan antarmuka halaman pada aplikasi Cerita Rakyat Bali.
-
Tabel Category Tabel category digunakan untuk menyimpan data kategori cerita yang dimiliki oleh cerita itu sendiri. Tabel category dalam sistem berelasi dengan tabel story. Berikut merupakan rancangan dari tabel category.
-
Melihat Daftar Cerita Rancangan antarmuka halaman melihat daftar cerita memiliki beberapa tampilan yang penting yaitu judul cerita, kategori, dan gambar dari cerita. Berikut merupakan tampilan dari rancangan antarmuka melihat daftar cerita.
Tabel 1. Tabel Admin No. Nama Field
Status
1.
Primary Key
2.
Tipe Data Category_id Integer (11) Nama Varchar (100)
-
Tabel Story Tabel story digunakan untuk menyimpan cerita untuk di publish pada awal halaman aplikasi. Berikut merupakan rancangan dari tabel story. Gambar 2. Rancangan Halaman Melihat Daftar Cerita
Tabel 2. Tabel Story No. Nama Field
Status
1.
Primary Key Foreign Key
2. 3. 4.
Tipe Data Integer Story_id (11) Category_id Integer (11) Judul Varchar (255) Isi text
-
Melihat Detail Cerita Rancangan antarmuka halaman melihat detail cerita memiliki beberapa tampilan yang penting yaitu gambar dan deskripsi dari cerita. Selain itu terdapat tombol share yang berfungsi untuk berbagi informasi cerita melalui media 480
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
sosial Berikut merupakan tampilan dari rancangan antarmuka melihat detail cerita.
-
Melihat Daftar Cerita Implementasi dari rancangan antarmuka halaman melihat daftar cerita dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3. Rancangan Halaman Melihat Detail Cerita
Gambar 5. Implementasi Halaman Melihat Daftar Cerita
-
Berbagi Cerita Pengguna dapat berbagi informasi cerita melalui media sosial. Berikut merupakan tampilan dari rancangan antarmuka share cerita.
-
Melihat Detail Cerita Implementasi dari rancangan antarmuka halaman melihat detail cerita dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4. Rancangan Halaman Share Cerita
Gambar 6. Implementasi Halaman Melihat Detail Cerita
3.3 Implementasi Setelah membuat rancangan aplikasi, selanjutnya mengimplementasi kan rancangan tersebut. Berikut merupakan tampilan implementasi dari rancangan aplikasi Cerita Rakyat Bali.
-
Berbagi Cerita Implementasi dari rancangan antarmuka halaman share cerita dapat dilihat pada gambar berikut.
481
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
beberapa kabupaten di Bali, antara lain: Buleleng, Bangli, Jembrana, Tabanan, dan Badung. DAFTAR ACUAN Booth, D., Haas, H., McCabe, F., & Newcomer, E. 2004.Web Services Architectures, http://www.w3.org/TR/wsarch/#whatis. Danandjaja, J. 1986. Folklor Indonesia. Jakarta: Grafitipers. Pathak, R., & Joshi, S. (2009). Recent trends in RFID and a java based software framework for its integration in mobile phones . AH-ICI . First Asian Himalayas International Conference on. Samekta Hadi, R. A. (2008). Implementasi Radio Frequency Identification (RFID) Pada Supply Chain. Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia. Jakarta. Sanandra, R. (2009). Perancangan Stand Alone RFID Reader untuk Aplikasi Sistem Keamanan Pintu. Retrieved Maret 2012, from Digital library Perpustakaan Pusat Unikom: http://222.124.203.59/gdl.php?mod= browse&op=read&id= jbptunikompp-gdl-rahmansana19676&q=Equipment SD., D., C, D., & HK, A. (2010). Sistem Otomasi Perpustakaan Dengan Menggunakan Radio Frequency Identification (RFID). Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No, 1-7. Suyanto, M. 2005. Multimedia Alat Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing, ANDI Offset, Yogyakarta.
Gambar 7. Implementasi Halaman Share Cerita 4. SIMPULAN Pada penelitian ini dikembangkan digitalisasi cerita rakyat dalam rangka pelestarian budaya berbasis aplikasi mobile. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan pelestarian budaya Bali melalui digitalisasi cerita-cerita rakyat yang berkembang di masyarakat Bali. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengeksplorasi cerita-cerita rakyat yang berkembang di masyarakat Bali sehingga dapat diperkenalkan secara luas; (2) Melestarikan budaya Bali melalui digitalisasi cerita rakyat, (3) Memberikan nilai edukasi kepada anak-anak Indonesia melalui cerita-cerita rakyat yang syarat akan nilai-nilai moral; (4) Memperkenalkan kembali cerita rakyat kepada anak-anak Indonesia; dan (5) menghindari cerita rakyat yang ada di Bali dari kepunahan. Sistem ini dikembangkan berbasis web dan mobile untuk memudahkan kepada pengguna untuk mengakses sistem digitalisasi cerita rakyat ini. Cerita rakyat dalam penelitian ini dibagi menjadi 4 kategori, yaitu: mitos, legenda religius, legenda lokal, dan dongeng. Data diambil dari masyarakat di
Want, R. (2006). An Introduction to RFID Technology. the IEEE CS and IEEE ComSoc.
482
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
483
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
INDEX Indra Yasri · 19 Indrawan · 1, 35, 348 Indri W. Bay · 11
A Adiarta · 353 Adnyawati · 249, 321 Agustini · 96, 115 Ananda · 77 Angendari · 174, 420 Ariawan · 353 Aribawa · 35 Arsa · 361 Arthana · 45, 96, 289 Aryanto · 280, 289, 451
J Juni Arta · 1
K Kertiasih · 280, 314 Krisnawati · 348, 353 Kusdaryono · 382
B L Budhyani · 174, 321 Laksmidevi · 174 Lestari · 370
C
M
Candiasa · 392
Manda Rohandi · 11 Marsiti · 103 Marti · 307, 451 Masdarini · 235 Mertasari · 399 Moedjiono · 382 Muchlas · 61
D Damiati · 321 Dantes · 127, 258, 314, 329, 340, 457, 465 Darmawiguna · 77, 85, 185 Dewi · 203, 219, 465 Dharsana · 477 Divayana · 127, 194
N
F Febrizal · 19
Nugraha · 35, 258, 329, 340, 412 Nurhayata · 161 Nurlaila Husain · 11
G
O
Gitakarma · 348, 353
Octaviyani · 103
H
P
Hasmya Dwi Azra · 24
Paramartha · 314 Permana · 219 Pradnyana · 96, 264, 296 Pratama · 52 Priyana · 35 Purnamawan · 185
I Indah Kurniati · 19
484
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016 Putrama · 127, 145, 194
Suriani · 103, 243 Sutaya · 353 Suwastini · 477 Suyasa · 194
R Raharja · 52 Rasben · 1 Ratnaya · 151, 361
T Tegeh · 225
S
W
Santi R. Sipayung · 19 Santiyadnya · 161 Santyadiputra · 96, 145, 273 Setemen · 203, 219 Sindu · 145, 273 Subadra · 439 Sudarma · 457 Sudiartini · 85 Sudirtha · 431 Sugianto · 370 Sugihartini · 96, 145, 296 Sukerti · 119 Sunarya · 77, 85, 264 Suputra · 280, 307, 457, 477
Wahyuni · 361 Walidatush Sholihah · 24 Widayana · 258, 329, 340, 412 Widiartini · 139 Wigraha · 258, 329, 340, 412 Wijaya · 382, 405 Wirawan · 115, 145
Y Yulyantari · 444 Yusnita Rahayu · 19
485
ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058 Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, 22 Oktober 2016
486