PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PEN PIDlKAN SAINS UKSW
EKSPLORASI KUALITAS BEBERAPA PRODUK PASTA GIGI DITINJAU DARI KADAR FLUORIDA (F) Devinta Lestari, Susanti Pudji Hastuti, Yohanes Martono Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana, ,//. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711-Jawa Tengah
[email protected]
ABSTRAK Penelitian tentang kualitas beberapa produk pasta gigi ditinjau dari kadar fluorida (F ) telah selesai dilakukan sejak bulan Oktober 2009-April 2010 bertempat di Laboratorium Kimia Dasar dan Laboratorium Kimia Lingkungan, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Tujuan dari penelitian ini adalah : pertama, menentukan kadar fluorida berbagai jenis produk pasta gigi anak dan dewasa yang beredar di masyarakat, serta membandingkan dengan baku mutu SNI (Standar Nasional Indonesia) 12-3524-1995 (pasta gigi orang dewasa); SNI 16-4767-1998 (pasta gigi anak); dan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 445/Menkes/Per/V/1998 Lampiran 1#34. Kedua, menentukan keeratan hubungan antara kadar fluorida dengan beberapa parameter pendukung. Sampel yang diteliti adalah berbagai merek pasta gigi (anak maupun dewasa) dalam jenis pasta maupun gel. Pengukuran kadar fluorida dilakukan dengan menggunakan prinsip kolorimetri metoda SPADNS dengan instrumen yang digunakan adalah spektrofotometer (UV-Vis Mini Shimadzu U-1240). Paramater pendukung seperti kadar besi total dan fosfat diukur dengan menggunakan instrumen spektrofotometer (HACH DR/2000), sedangkan pengukuran alkalinitas dilakukan dengan titrasi. Untuk menentukan keeratan hubungan antara kadar fluorida dengan parameter pendukung dilakukan analisa Korelasi Berganda Pearson menggunakan program SPSS Statistics 17.0. Berdasarkan hasil, maka diperoleh kesimpulan yaitu : kadar fluorida dalam pasta gigi anak berkisar antara 366,67-439,05 mg/L dan kadar fluorida pasta gigi dewasa berkisar antara 336,67-446,67 mg/L. Apabila dibandingkan dengan baku mutu, kadar fluorida yang terdapat baik dalam pasta gigi anak dan dewasa masih berada di bawah kisaran kadar fluorida yang ditetapkan. Kadar fluorida berkorelasi positif dengan parameter suhu, pH, dan besi. Kata kunci: kualitas produk, pasta gigi, fluorida.
PENDAHULUAN Dewasa ini, tuntutan masyarakat terhadap produk kosmetik tidak hanya sekedar mementingkan kuantitas tetapi juga kualitas produk yang beredar di lingkungan masyarakat. Produk yang berkualitas tentunya hams memenuhi standar yang telah ditetapkan, tidak hanya dalam produksi melainkan dalam setiap mata rantainya. Salah satu produk kosmetik yangpopuler di masyarakat adalah pasta gigi atau yang sering dikenal dengan sebutan odol. Saat ini, penggunaan pasta gigi sudah mempakan bagian dari proses menyikat gigi yang mempakan kebiasaan mutlak dan diperlukan bagi kesehatan khususnya gigi. Dengan adanya pasta gigi, masyarakat dapat menyikat gigi lebih bersih sehingga terhindar dari kuman-kuman penyakit di mulut (Andriewongso, 2008). Gigi mempakan salah satu organ tubuh yang penting bagi pencernaan makanan tahap awal dan berperan dalam komunikasi. Fungsi lainnya yang tak kalah penting adalah dari segi estetika wajah (Anonim, 2009; Harshanur, 1991). Oleh karena peran gigi yang sangat penting, maka tak heran apabila penggunaan pasta gigi terns mendapat perhatian dihampir seluruh lapisan masyarakat.
67
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS UKSfV
Sejak dulu produk odol atau pasta gigi erat sekali kaitannya dengan kandungan fluorida yang tak bisa dipungkiri merupakan salah satu zat yang dibutuhkan tubuh bagi pertumbuhan dan kesehatan gigi. Cara keija fluorida secara umum untuk mencegah teijadinya karang gigi oleh karena fluorida yang berikatan dengan struktur gigi dapat mengurangi kelarutan email oleh pengaruh asam, menurunkan permeabilitas permukaan email dan menghambat fermentasi karbohidrat oleh mikroofganisme rongga mulut (Finn, 1973 dalam Wahluyo, 2003). Secara sistemik fluorida sangat dibutuhkan dalam perkembangan gigi pada masa mineralisasi gigi agar email menjadi lebih tahan terhadap karang (Newbrun, 1989; Stookey, 1993). Sebenamya fluorida bisa dikonsumsi dari makanan dan minuman (Sharma and Shamsh, 2004; Darmawan, 2007). Namun, fluorida yang terkandung dalam pasta gigi akan lebih efektif karena kandungannya yang tinggi dan berkontak langsung dengan gigi (Darmawan, 2007). Sejalan dengan hal tersebut, muncul berbagai kontroversi mengenai penggunaan fluorida pada pasta gigi. Beberapa orang atau perusahaan menganggap bahwa penggunaan fluorida aman, sedangkan beberapa lainnya menganggap fluorida tidak meningkatkan kesehatan gigi tetapi mungkin menyebabkan gigi rusak (Anonim, 2004). Kebutuhan fluorida berada di antara 0,7 hingga 0,9 mg/L (part per milion) (Anonim1, 2008). Oleh karena itu terlepas dari kontroversi yang berkembang, pemberian fluorida dalam pasta gigi tentu tidak boleh berlebihan. Hal ini dikarenakan, kelebihan fluorida (fluorosis) dapat menyebabkan sel-sel gigi mati sehingga gigi menjadi rapuh. Gigi anak yang kelebihan fluorida umumnya ditandai dengan timbul bercak putih dan coklat pada gigi. Fluorida yang berlebihan dapat membuat seseorang menderita keracunan, kerapuhan tulang (osteoporosis), kerusakan hati dan ginjal (Anonim1, 2008; Anonim4, 2001 dalam Sanoto, 2005; Darmawan, 2007; Pratiwi, 2009). Berdasarkan latar belakang di atas, dengan semakin banyak beredamya produk pasta gigi anak dan dewasa yang memberikan banyak pilihan kepada konsumen, maka persoalan mengenai kualitas produk pasta gigi yang memenuhi standar baku kandungan fluorida sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menentukan kadar fluorida berbagai jenis produk pasta gigi anak dan dewasa yang beredar di masyarakat, serta membandingkan dengan baku mutu SNI (Standar Nasional Indonesia) 12-3524-1995 (pasta gigi orang dewasa); SNI 16-4767-1998 (pasta gigi anak); dan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 445/Menkes/Per/V/1998 Lampiran 1#34. 2. Menentukan keeratan hubungan antara kadar fluorida dengan beberapa parameter pendukung. BAHANDAN METODA Bahan dan Piranti Bahan Sampel yang diteliti adalah berbagai merek pasta gigi (anak maupun dewasa) dalam jenis pasta maupun gel. Pengukuran kadar fluorida dan parameter pendukung dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar dan Laboratorium Kimia Lingkungan, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Bahan kimia yang digunakan adalah HNOj (derajat pro-analysa (PA), E-Merck, Germany); H2O2 (PA, E-Merck, Germany); Buffer pH 7 (PA, E-Merck, Germany); Larutan standar fluorida (dalam H2O) 100 mg/L (E-Merck, Germany); indikator fenolftalein; dan air suling/akuades. Reagen spektrofotometer yang digunakan adalah FerroVer Iron Reagent Powder (HACH, Gennany); SPADNS Reagent (HACH, Germany); dan PhosVer 3 Phosphate Powder (HACH, Germany). Piranti 68
PROSIDINGSEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS UKSW
Alat yang digunakan yaitu spektrofotometer (UV-Vis Mini Shimadzu U-1240), spektrofotometer (HACH DR/2000), pH-meter (Hanna Instrument 9812), neraca analitis (Mettler H80), cawan porselin, almari asam, pemanas listrik (hot plate), buret, termometer raksa, oven, cawan petri, sentrifuge, spatula, dan peralatan gelas (erlenmeyer, pipet tetes, pipet volume, pipet ukur, gelas ukur, labu takar, dan beaker glass). Metoda Preparasi Sampel a. Pengeringan Sampel (Oyewale, 2005) Sejumlah sampel dikeringkan dalam oven pada suhu ± 105oC sampai massa konstan diperoleh dalam pendinginan di dalam desikator. b." Digest! Sampel (Oyewale, 2005 yang dimodifikasi) Sampel yang telah dikeringkan (1 gram) dimasukkan dalam cawan porselin dan direndam dalam 5 mL HNOj pekat selama 24 jam pada almari asam. Setelah itu, dipanaskan pada temperatur 50° C dengan menggunakan hot plate dalam almari asam. Setelah dipanaskan ± 2 jam, ditambahkan lagi 5 mL HNOj pekat dan beberapa tetes H2O2. Pemanasan dilanjutkan sampai tidak terbentuk lagi gas kecokelatan nitrogen oksida dan dihasilkan larutan yang bening. Larutan didinginkan, lalu disaring dan fdtrat dimasukkan dalam labu ukur 100 ml, kemudian ditambah akuades hingga garis tera. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Lima mL akuades dicampur dengan 1 mL reagen SPADNS, kemudian dilakukan scanning menggunakan spektrofotometer (UV-Vis Mini Shimadzu U-1240) untuk menentukan panjang gelombang maksimum. Pengukuran dilakukan pada daerah panjang gelombang 350-700 nm. Pembnatan Kurva Standar Sepuluh seri kadar larutan standar Fluorida yaitu : 0,2 mg/L; 0,4 mg/'L; 0,6 mg/L; 0,8 mg/L; 1 mg/'L; 1,2 mg/L; 1,4 mg/L; 1,6 mg/L; 1,8 mg/L dan 2 mg/L (masing-masing dibuat dalam volume 10 ml) disiapkan. Dari masing-masing kadar diambil 5 mL larutan kemudian ditambahkan 1 mL reagen SPADNS ke dalam setiap tabung reaksi, diaduk hingga homogen kemudian diinkubasi selama 5 menit pada suhu kamar. Absorbansi masing-masing larutan diukur dengan spektrofotometer (UV-Vis Mini Shimadzu U-1240) pada panjang gelombang 550 nm (panjang gelombang maksimum setelah dilakukan scanning). Aplikasi Metoda untuk Analisa Fluorida Sampel 5 mL sampel hasil digesti ditambahkan dengan 1 mL reagen SPADNS kemudian diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer (UV-Vis Mini Shimadzu U-1240) pada panjang gelombang 550 nm. Nilai absorbansi sampel hasil pengukuran digunakan untuk menghitung konsentrasi sampel menggunakan rumus hukum Lambert-Beer. Penentuan Data Pendukung a. Pengukuran Kadar Air (Sudarmadji dkk., 1997) Sampel ditimbang sebanyak 1 gram dalam cawan petri yang telah diketahui beratnya, kemudian dioven pada suhu 102oC selama 3 jam. Cawan dan sampel didinginkan dalam desikator hingga mencapai suhu ruang kemudian ditimbang. Perlakuan ini diulang dengan lama pengovenan 1 jam sampai dicapai berat konstan. b. pH dan suhu (Oyewale, 2005 yang dimodifikasi) Sejumlah sampel ditimbang 1 gram dan dilarutkan dengan akuades dalam labu ukur 100 mL. pH larutan diukur dengan menggunakan piranti Hanna Instrument (HI 9812), dan suhu larutan diukur dengan menggunakan termometer raksa. c. Penentuan Alkalinitas (Alaerts dan Santika, 1987 yang dimodifikasi) Alkalinitas sampel diukur dengan metoda titrasi menggunakan titran HC1 0,1 M dan indikator fenolftalein. Titik akhir titrasi berwama merah jambu. d. Penentuan Kadar Bcsi total (Fc total) (HACH, 1992) Penentuan kadar besi total (Fe total) dilakukan berdasarkan prosedur yang terprogram pada alat Spektrofotometer (HACH DR/2000). e. Penentuan Kadar Fosfat (POy1) (HACH, 1992) Penentuan kadar Fosfat (PO.ffi dilakukan berdasarkan prosedur yang terprogram pada alat Spektrofotometer (HAC11 DR/2000). (D
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS UKSfV
Analisa Data Data yang diperoleh (kadar fluorida) dianalisa dengan melakukan perbandingan baku mutu SNI (Standar Nasional Indonesia) 12-3524-1995 (pasta gigi orang dewasa); SNI 16-4767-1998 (pasta gigi anak); dan berdasarkan Peraturan Menteri KesehatandSo. 445/Menkes/Per/V/\998 Lampiran 1#34, sedangkan untuk menentukan keeratan hubungan antara kadar fluorida dengan parameter pendukung dilakukan analisa Korelasi Berganda Pearson menggunakan program SPSS 17 (Santosa dan Ashari, 2005). HASIL DAN DISKUSI Fluorida dalam Pasta Gigi Anak dan Dewasa (Gel dan Pasta) Hasil pengukuran kadar fluorida dalam pasta gigi anak dan dewasa (gel dan pasta) disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Kisaran Kadar Fluorida dalam Pasta Gigi Jenis Anak
Gel Pasta
Kisaran kadar Fluoridav (mg/L) & ' 437,14 ± 34,76^139,05 ± 36,74 366,67 ± 127,82
Dewasa
Gel Pasta
366,67 ± 47,58-416,19 ± 47,58 336,67 ± 76,10-446,67 ±36,74
^ ^/Iff fluorida (mg/L) 414,29 ' 407,62
Hasil penelitian pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar fluorida dalam pasta gigi anak justru lebih tinggi dibandingkan dengan pasta gigi dewasa. Ditinjau dari kisaran kadar fluorida yang diperoleh pada pasta gigi anak dan dewasa, berdasarkan jenisnya (gel dan pasta), pasta gigi anak berjenis gel maupun pasta memberikan nilai kadar fluorida yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dewasa. Pengaruh terbesar fluor dalam masa pos/-erupsi gigi teijadi pada tahuntahun pertama dan berkurang pada tahun-tahun berikutnya (Hoogendom, 1982 dalam Panjaitan 2000). Pada waktu gigi tumbuh, pengapuran enamel belum selesai dan masih sangat peka terhadap karies. Pengapuran enamel berlangsung dari luar ke dalam melalui proses fisikokimia yakni difusi dan pertukaran ion. Maturisasi enamel sesudah gigi erupsi terutama teijadi pada tahun-tahun pertama sesudah gigi tumbuh (Woltgens dkk., 1978 dalam Panjaitan, 2000). Alasan inilah yang melatarbelakangi banyak produsen pasta gigi cenderung memberikan fluorida dalam jumlah yang lebih tinggi pada pasta gigi anak daripada dewasa. Hasil pada Tabel 1 juga menunjukkan bahwa dalam pasta gigi anak, kadar fluorida terbesar ditemukan dalam jenis pasta dan dalam pasta gigi dewasa, kadar fluorida terbesar juga terdapat dalam pasta gigi berjenis pasta. Menurut Anonim2 (2008), pasta gigi terdiri dari 2 jenis yaitu gel atau pasta. Perbedaan dari keduanya terletak pada kandungan air dan penggunaan bahan abrasi. Dalam pasta gigi gel, bahan abrasi yang digunakan adalah silika sedangkan bahan abrasi yang digunakan untuk pasta gigi berjenis pasta adalah natrium atau kalium karbonat. Jadi, pada dasamya kadar fluorida tidak ada hubungannya dengan kondisi gel ataupun pasta. Seperti yang telah dijelaskan di atas, dibandingkan secara keseluruhan, kadar fluorida dalam pasta gigi anak lebih tinggi (414,29 mg/L) dibandingkan dengan pasta gigi dewasa (407,62 mg/L). Menurut baku mutu, Standar Nasional Indonesia dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 445/Menkes/Per/V/199S Lampiran 1#34, kadar fluorida yang dipersyaratkan dalam pasta gigi untuk orang dewasa adalah 800-1500 mg/L sedangkan bagi pasta gigi anak adalah 500-1000 mg/L. Jadi apabila dibandingkan dengan baku mutu, kadar fluorida yang ditetapkan dalam penelitian masih berada di bawah kisaran kadar fluor yang ditetapkan di dalam baku mutu. Hasil ini berarti pasta gigi anak dan dewasa yang beredar kemungkinan belum bisa memberikan hasil
70
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS UKSW
yang efektif dalam fungsinya untuk mempertahankan email terhadap karang gigi dan menjaga agar struktur gigi lebih kuat sehingga terhindar dari kerusakan (karies). Walaupun demikian, menurut Anonim1 (2008), kekurangan fluorida di Indonesia sangat jarang terjadi. Hal ini dikarenakan di dalam air minum juga mengandung fluorida. Fluoridasi air minum dapat menurunkan karies 40-50% pada gigi susu (Murray and Rugg-gun cit. Linanof dalam Angela. 2005). Menurut Rachmatiah (2004) dalam Sanoto (2005), kadar fluorida pada sumber air di daerah Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan Selatan mencapai 0,3 mg/L. Pada dasamya kadar optimum fluorida yang dianjurkan dalam air minum adalah 0,7-1,2 ppm. Namun dalam kasus karies gigi, keiidakoptimalan jumlah fluor dalam air (secara alami) dapat ditutupi dengan keberadaan fluorida dalam pasta gigi. Keeratan Hubungan antara Kadar Air, Suhu, pH, Fosfat (PO^), dan Besi total (Fe total) dengan Kadar Fluorida (F ) Untuk menentukan keeratan hubungan antara F" dengan beberapa parameter pendukung dilakukan analisa Korelasi Berganda Pearson menggunakan program SPSS Statistics 17.0 tahun 2008. Adapun Tabel hasil korelasi disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Korelasi Berganda Pearson Koefisien Korelasi Kadar Air Suhu pi PH Fluorida PO^ Fe total Keterangan :
Fluorida
0,874** 0,569 Bermakna pada 5% Bermakna pada l0o
0,726*
Pada Tabel 2 tampak bahwa semua keluaran yang dikorelasikan membenkan nilai positif. Nilai kadar air mempengaruhi kandungan fosfat, semakin tinggi kadar air semakin tinggi pula kadar fosfat. Data pada Tabel 2 juga menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu. akan mengakibatkan nilai pH, fluorida dan besi juga semakin tinggi. Pasta gigi mengandung sejumlah komponan yang bersifat basa. Pada suhu yang tinggi, baik besi maupun fluorida memberikan kelarutan yang tinggi pula. Korelasi paling erat (tingkat kepercayaan 99%) teijadi antara nilai pH dan nilai fluorida, dimana semakin tinggi nilai pH, nilai fluorida juga semakin tinggi. Karies dapat disebabkan oleh mikroorganisme dan plak gigi dan dapat diperberat oleh makanan mengandung karbohidrat. Bakteri plak akan meragikan gula dan menghasilkan asam organik dengan pH rendah; suasana asam akan menyebabkan terjadinya kemsakan enamel yang 95% di antaranya adalah hidroksiapatit dan menyebabkan terjadinya demineralisasi dan karies (Prijantojo, 1996). Asam plak gigi akan turun dari pH normal sampai mencapai pH 5. Untuk menjaga agar gigi terhindar dari karies, pasta gigi tentunya harus bersifat menetralkan suasana asam tersebut. Menyikat gigi dapat mempercepat proses kenaikan pH 5 menjadi normal (6-7) sehingga dapat mencegah proses pembentukan karies. Selain itu kehadiran fluorida dalam pasta gigi juga ditujukan untuk melindungi gigi dari karies. Fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisma bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit. Reaksi kimia: CaU)(P04)6.(OH)2 + F —«■ Cau,(P04)6.(0HF) menghasilkan enamel yang lebih tahan terhadap asam sehihgga dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi yang merangsang perbaikan dan penghentian lesi karies. Data pada Tabel 2 juga menunjukkan semakin tinggi nilai Fe, akan dimungkinkan semakin tinggi pula kadar fluorida dalam sampel pasta gigi. Menurut Anonim (2010), kehadiran Fe bersama-sama dengan fluorida juga turut berperan dalam menjaga agar gigi tidak rusak akibat 71
PR OS I DING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS UKSW
kekeringan yang teijadi dalam mulut. Selain berkorelasi dengan besi dan pH, kadar fluorida juga berkorelasi dengan suhu. Adanya peningkatan suhu akan berpengaruh terhadap kenaikan kadar fluorida maupun besi total. KESIMPULAN 1. Kadar fluorida dalam palita gigi anak berkisar antara 366,67-439,05 mg/L dan kadar fluorida pasta gigi dewasa berkisar antara 336,67-446,67 mg/L. 2. Kadar fluorida yang terdapat dalam pasta gigi anak dan dewasa masih berada di bawah kisaran kadar fluor yang ditetapkan di dalam baku mutu SNI (Standar Nasional Indonesia) 12-3524-1995 (pasta gigi orang dewasa); SNI 16-4767-1998 (pasta gigi anak); dan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 445/Menkes/Per/V/1998 Lampiran 1#34. 3. Kadar fluorida berkorelasi positif dengan parameter suhu, pH, dan besi. DAFTAR PUSTAKA [1] Anonim. 2004. Fluoride (Fact Sheet). http://www.earthUfe.org.za/factsheet/fs.fluoride.htm. (diakses : 19 Maret 2009). [2] Anonim1. 2008. Baik dan Buruk Fluoride. http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/fluoride250408.htm (diakses : 20 Maret 2009). [3] Anonim2. 2008. Determination of Fluoride Content in Toothpaste. Oxford Instruments Molecular Biotools Limited, USA. [4] Anonim. 2009. Pentingkah Fluoride dalam Pasta Gigi??. http://www.cni.co.id/winz//index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=58 &Itemid=73 (diakses : 20 Maret 2009). [5] Anonim. 2010. Multi Vita Bets and Fluoride and Iron. http://wuw.drugs.com mtm/inii/ti-vira-bets-and-fluoride-and-iron.html (diakses : 05 Mei 2010). [6] Alaerts, G., dan S. S. Santika. 1987. Metoda Penelitian Air. Usaha Nasional, Jakarta.Andriewongso. 2008. Pasta Gigi. /ittp://www.andriewongso.cotn/awartike/1984-Tahukah_Anda-Pasta_Gigi (diakses : 20 Maret 2009). [7] Angela, Ami. 2005. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.)38 (3), 130-134 [8] Darmawan, Lita. 2007. Cara Cepat Membuat Gigi Sehat dan Cantik dengan Dental Cosmetics. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. [9] HACK Company. 1992. DR/2000 Spectrophotometer Procedures Manual. USA: HACH Company. [10] Harshanur, Itjingningsih W. 1991. Anatomi Gigi. Jakarta: EGC. [11] Newbrun E. 1989. Effectiveness of water fluoridation. "Public Health Dent 49, 279289. [12] Oyewale, A.O. 2005. Estimation of The Essential Inorganic Consituents of Commercial Toothpaste. Scientific & Industrial Research 64, 101-107. [13] Panjaitan, Monang. 2000. Hambatan Natrium Fluorida dan Vamish Fluorida terhadap Pembentukan Asam Susu oleh Mikroorganisme Plak Gigi. Cermin Dunia Kedokteran 126,40-44. [14] Pratiwi, Donna. 2009. Gigi Sehat dan Cantik. Jakarta: Kompas Media Nusantara. [15] Prijantojo. 1996. Peranan Chlorhexidine terhadap Kelainan Gigi dan Rongga Mulut. Cermin Dunia Kedokteran 113, 57-61. [16] Sanoto, Herry. 2005. Kualitas Sumber Air Minum di Salatiga Ditinjau dari Kadar Fluorida (F). Skripsi Fakultas Sains dan Matematika. Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. [17] Santosa, Purbayu Budi., dan Ashari. 2005. Analisis Statisik dengan Microsoft Excel dan SPSS. Yogyakarta: Andi. 72
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS UKSW
[18]
Sharma, Rajnikant and Shamsh Pervez. 2004. Study of Dental Fluorosis in Subjects Related to a Phosphatic Fertlizer Plant Environment in Chhattisgarh State. Scientific & Industrial Research 63, 985-988. [19] Stookey G.K., DePaola P.F., Featherstone J.D.B., Fejerskov O., Moller I.J., Rotberg S., Stephen K.W., Wefel J.S. 1993. A Critical Review of The Relative Anticaries Efficacy of Sodium Fluoride and Sodium Monofluorophosphate Dentifrices. Caries Res 27 (4), 337-360. [20] Sudarmadji, S., B. Haryono., dan Suhardi. 1997. Prosedur Analitik untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty. [21] Wahluyo, Soegeng. 2003. Hubungan antara Pemakaian Pasta Gigi Berfluorida dengan Perubahan pH Saliva Berdasarkan Intenxd Waktu pada Penderita non Karies. Surabaya: Universitas Airlangga.
73