PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VII UKSW
EKSTRAK KASAR LIMBAH CENGKEH (Syzygium aromaticum L.) FRAKSI HEKSAN SEBAGAI LARVISIDA ALAMI TERHADAP JENTIK NYAMUK DEMAM BERDARAH (Aedes aegypti Linn.) INSTAR III DAN IV A.Ign. Kristijanto*, Hartati Soetjipto*, Frederico Tika Putranto** *Dosen Prodi Kimia Fakultas Sains dan Matematika **PT Garda Aroma, Salatiga Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Indonesia Jalan Diponegoro 52 – 60 Salatiga 50711 (
[email protected])
berbahaya karena berperan sebagai penular (vektor) flavivirus, yaitu virus penyebab penyakit demam berdarah. Nyamuk Ae. aegypti yang mengigit kulit manusia adalah nyamuk betina (Anonim 2011). Nyamuk ini memerlukan darah untuk merangsang pembentukan dan pematangan telur, bersifat antrofilik dalam mengisap darah yaitu lebih menyukai darah manusia dari pada darah hewan (Gunandini, 2006 dalam Kardinan dan Dhalimi ,2010).Sedangkan nyamuk jantan tidak menghisap darah tetapi makan nektar/sari bunga. Nyamuk betina sangat cepat menyebarkan virus, karena dapat menggigit
1. PENDAHULUAN Sukamto (2007) menyatakan bahwa Jawa Tengah sampai dengan tahun 2004 jumlah pasien DBD (Demam Berdarah Dengue) sebanyak 9.742 orang dan meninggal 169 orang dengan angka kesakitan DBD sebesar 0,3 per 100.000 penduduk, sedangkan angka kematian/CFR (Case Fatality Rate) sebesar 1,7%. Pada tahun 2006 jumlah kasus DBD di Jawa Tengah sebanyak 634 kasus dan penderita meninggal 13 orang. Aedes aegypti merupakan nyamuk yang aktif pada siang hari dan sangat 207
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VII UKSW
berkali-kali dan berpindah-pindah. Penyebabnya adalah nyamuk betina yang telah terinfeksi virus berkurang kemampuan menghisap darah, sehingga menusuk kulit berkali-kali untuk mendapatkan darah. Nyamuk betina ini kemudian berpindah dari satu orang ke orang lain, akibatnya resiko penularan virus menjadi semakin besar (Womack, 1993 dalam Kardinan dan Dhalimi, 2010). Penggunaan larvisida sintetik seperti Abate (temephos) dan jenis lainnya untuk memberantas jentik-jentik nyamuk merupakan upaya yang banyak dilakukan oleh masyarakat. Menurut Yuniarti dan Damar (2008) penggunaan insektisida kimia untuk pengendalian vektor dalam waktu yang lama dan frekuensi yang sering dapat menimbulkan resistensi terhadap vektor. Terjadinya resistensi jentik nyamuk terhadap larvisida kimia dan adanya pertimbangan terhadap keamanan lingkungan mendorong untuk dikembangkannya bahan alam sebagai larvisida yang lebih ramah lingkungan sehingga tidak mencemari lingkungan dan aman bagi manusia. Sampai saat ini sudah ditemukan lebih dari 2.000 jenis tumbuhan yang memiliki aktivitas insektisida (Balandrin 1985, Rawls 1986,Sukamar et al., 1991 dalam Macedo, 1997). Insektisida alami telah digunakan untuk mengatasi jentik-jentik nyamuk, sebagai contoh adalah kandungan minyak atsiri dari suatu tanaman. Wijayanti dkk. (2010) melaporkan minyak atsiri kayu manis memiliki daya larvisida terhadap jentik Ae. aegypti instar III dengan nilai LC50 sebesar 84,53 ppm. Selain itu Rahmawati dkk. (2010) menyatakan bahwa minyak atsiri akar wangi memiliki nilai LC50 sebesar 118,57 ppm terhadap jentik Ae. aegypti instar III. Contoh tumbuhan lain yang banyak tumbuh di Indonesia dan diketahui memiliki kandungan minyak atsiri adalah cengkeh. Cengkeh merupakan komoditas perkebunan di Indonesia, contohnya bagi daerah Sulawesi Utara. Areal perkebunan cengkeh di daerah ini sampai dengan tahun 2001 seluas 40.610 hektar dengan total produksi sebesar 11.800 ton (Dinas Perkebunan Sulawesi Utara, 2002 dalam Supriatna dkk., 2004). Produksi cengkeh sebagian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri rokok kretek, sementara
limbahnya berupa gagang dan daun cengkeh belum dimanfaatkan (Supriatna dkk., 2004). Tanaman cengkeh memiliki kandungan minyak atsiri dengan jumlah cukup besar, baik dalam bunga (10-20%), tangkai (5-10%) maupun daun (1-4%) (Nurdjannah, 2004). Selanjutnya merujuk Harbone (1987) bagian utama pada minyak atsiri adalah terpenoid yang dibagi menjadi dua golongan yaitu monoterpena dan seskuiterpena. Minyak cengkeh yang diperoleh dari bunga, batang maupun daun dari tanaman cengkeh mampu menghambat pertumbuhan organisme, termasuk diantaranya mikroba, serangga, cacing dan tanaman pengganggu (Meyer et al., 2008 dalam Taufik dkk., 2011). Ayoola (2008 dalam Taufik dkk., 2011) mengatakan bahwa senyawa yang terkandung dalam minyak cengkeh (S. aromaticum) antara lain eugenol (senyawa terbanyak), caryophyllene, eugenol acetate dan alpha-humelene. Selanjutnya Anonim (2008) melaporkan eugenol dapat membunuh jentik nyamuk Ae. aegypti dengan LC50 33 mg/l (lama pajanan tidak ditentukan). Hasil yang sama diperoleh oleh Cheng et.al. (2004) yang melaporkan eugenol dengan konsentrasi 33 mg/l berdaya larvisida yang cukup baik. Tujuan Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut, 1. Menentukan kadar eugenol dari ekstrak serbuk limbah cengkeh 2. Menguji daya larvisida berbagai konsentrasi ekstrak serbuk limbah cengkeh terhadap instar III dan IV jentik nyamuk Ae. aegypti 3. Menentukan konsentrasi larvisida efektif berdasarkan nilai LC50 antar berbagai konsentrasi ekstrak serbuk limbah cengkeh terhadap mortalitas instar III dan IV jentik nyamuk Ae.aegypti. 2. BAHAN DAN METODA Bahan Sampel yang digunakan adalah serbuk limbah cengkeh yang diperoleh dari PT. Garda Aroma Salatiga. Sedangkan jentik instar III dan IV nyamuk demam berdarah (Ae. aegypti) diperoleh dari Balai Penelitian 208
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VII UKSW
Vektor dan Reservoir Penyakit (BPVRP), Ngawen, Salatiga. Bahan kimiawi yang digunakan dalam penelitian ini adalah heksan ( derajat teknis), Propilen Glikol (derajat teknis), etil asetat (Merck), toluena (Merck), metanol HPLC Grade (Merck), akuades, gom arab, plat KLT GF254nm (Merck). Piranti yang digunakan dalam penelitian ini adalah piranti kaca, soklet, chamber KLT dan rotary evaporator.
Persiapan Larutan Ekstrak heksan serbuk limbah cengkeh dilarutkan dalam air dan untuk ini perlu ditambah larutan gom arab dan akuades. Larutan dibuat dengan konsentrasi 0 ppm, 750 ppm, 1.000 ppm, 1.250 ppm, 1.500 ppm dan 2.000 ppm. Sebagai kontrol digunakan akuades yang diberi gom arab juga. Uji Toksisitas Larvisida 25 ml masing masing konsentrasi larutan dituangkan dalam cup jelly, kemudian ke dalamnya dimasukkan 10 ekor jentik Ae.aegypti. Pengamatan mortalitas jentik dilakukan dalam 12, 24, 36, 48 dan 72 jam.
Metoda Preparasi Sampel Serbuk limbah cengkeh dikering anginkan, kemudian digunakan sebagai sampel untuk diekstraksi.
Analisis Data Data mortalitas jentik dianalisis dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Sub Sampling 6 perlakuan, dan 3 sub sampel dengan 4 kali ulangan. Untuk membandingkan purata mortalitas jentik Ae. aegypti antar berbagai konsentrasi digunakan Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan tingkat kebermaknaan 5% (Steel dan Torie,1980). Selanjutnya untuk menentukan konsentrasi efektif dilakukan analisa Probit (Goulden, 1970) yang dilengkapi dengan penentuan konsentrasi batas atas dan batas bawah (Matsumura, 1976).
Ekstraksi Serbuk Limbah Cengkeh Serbuk limbah cengkeh diekstraksi menggunakan berbagai metode, antara lain metode soklet dengan pelarut heksan dan heksan yang dicampur dengan propilen glikol sebanyak 1%; 3%; dan 5% dari massa sampel. Penambahan Propilen Glikol (PG) digunakan sebagai emulsifier. Ekstraksi juga dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut heksan. Kemudian ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan rotary evaporator. Hasil rotavapor dikeringkan dengan gas Nitrogen untuk mendapatkan ekstrak yang bebas dari pelarut heksan. Hasil ini dianggap sebagai ekstrak dengan konsentrasi 100% yang selanjutnya akan digunakan dalam pengujian toksisitas terhadap organisme target.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Ekstraksi Limbah Cengkeh Hasil ekstraksi limbah cengkeh (S. aromaticum) dengan pelarut heksan dan campuran heksan dengan penambahan berbagai konsentrasi Propilen Glikol (PG) disajikan pada Tabel 1.
Identifikasi Eugenol Identifikasi eugenol pertama-tama dilakukan dengan Kromatografi Lapis Tipis. Fase gerak yang digunakan adalah etil asetat : toluena = 1 : 9. Visualisasi kromatogram dibawah UV254nm. Analisis Kadar Eugenol Kadar eugenol pada ekstrak limbah cengkeh dianalisa menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Kolom yang digunakan Vertex, Eurospher 100-5 C18, 150 x 4,6 mm, fase gerak metanol : akuabides (80 : 20) isokratik, flow rate 0,7ml/ menit dengan tekanan 7,5 mPa dengan detektor UV280nm. 209
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VII UKSW
Tabel 1. Hasil Ekstraksi Limbah Cengkeh No. Metode
Pelarut
Sampel (g)
PG (g)
Hasil (g)
Ekstrak Heksan (g)
1.
Soxlet
H + 1%
1.000
10
12,18
2,18
2.
Soxlet
H + 3%
1.000
30
29,55
-
3.
Soxlet
H + 5%
1.000
50
30,22
-
4.
Soxlet
Heksan
1.000
-
5,73
5,73
5.
Maserasi
Heksan
1.000
-
4,51
4,51
Dari Tabel 1 tampak bahwa banyaknya PG yang ditambahkan tidak berbanding lurus dengan jumlah ekstrak yang diperoleh, bahkan penambahan 3% dan 5% PG tidak menghasilkan ekstrak sama sekali. Hal ini berbeda jika dengan menggunakan heksan sebagai pelarut, maka ekstrak yang didapatkan lebih banyak. 3.2. Identifikasi Eugenol dalam Ekstrak Limbah Cengkeh 3.2.1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
A
Hasil pemisahan terbaik untuk ekstrak limbah cengkeh (S.aromaticum)dari semua metode ekstraksi, diperoleh dengan menggunakan fase gerak Etil asetat : toluen =1: 9(v/v). Dari pemisahan menggunakan fase gerak ini diperoleh beberapa spot dengan nilai Rf berbeda yang disajikan pada Gambar 1.
B
C
D
E
ES
IS
EA.
Gambar 1. (a). Hasil KLT Ekstrak serbuk limbah cengkeh (S.aromaticum) pada UV254nm (b) Profil KLT Ekstrak serbuk limbah cengkeh (S.aromaticum) pada UV254nm A : H+1%PG; B: H+3%PG; C: H+5%PG; D: H; E: H,maserasi; ES: Eugenol Standar; IS:Isoeugenol Standar; EA.S: Eugenil asetat Standar
Dari Gambar 1 terlihat bahwa spot yang muncul pada lempeng KLT, mengindikasikan adanya senyawa eugenol dalam ekstrak limbah cengkah pada berbagai metode ekstraksi, kecuali metoda maserasi (E). Nilai Rf spot dari berbagai metoda ekstraksi disajikan pada Tabel 2
(a)
210
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VII UKSW
Tabel 2. Data Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Serbuk limbah cengkeh (S.aromaticum) Metode Rf pada UV Visualisasi spot Ekstraksi
λ254
UV λ254
ES
0,86
Ungu muda
IS
0,83
Ungu Tua
EA.S
0,83
Ungu Tua
A
0,88
Ungu muda
B
0,88
Ungu muda
C
0,87
Ungu muda
D
0,87
Ungu muda
E
-
Ungu muda
(c)
Keterangan : (-) menunjukkan tidak ada spot yang terbentuk
Dari Tabel 2 terlihat bahwa nilai Rf dari metode A sampai dengan E dengan perkecualian metode E (maserasi) semuanya mendekati nilai Rf eugenol standar yang mengindikasikan bahwa hasil ekstrak dari metode A – D mengandung eugenol. Eugenil asetat dan Isoeugenol tidak terdeteksi dalam semua metode ekstraksi karena nilai Rf tidak mendekati nilai Rf standar. 3.2.2.
Kromatografi Cair Tinggi (KCKT)
(d)
Kinerja
(e) Gambar 2. Kromatogram Eugenol dari Ekstrak Limbah Cengkeh dengan metode :
Penentuan kadar eugenol dalam semua ekstrak limbah cengkeh dilakukan dengan metoda Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), setiap sampel yang diujikan dibandingkan dengan eugenol standar. Hasil uji KCKT menunjukkan jumlah puncak (peak) yang berbeda dari tiap-tiap metode, dengan eugenol standar sebagai puncak tertinggi dalam setiap pengujian (Gambar 2)
(a).H + 1% PG; (b).H + 3% PG; (c).H + 5% PG; (d).H; (e). H,maserasi
Dari Gambar 2 terlihat bahwa metode soxlet dengan pelarut heksan (D) menghasilkan puncak yang paling tinggi dibandingkan metode lainnya. Data waktu retensi dan kadar eugenol disajikan pada Tabel 3
Tabel 3. Kadar Eugenol dari Masing-Masing Metode Ekstraksi Limbah Cengkeh Metode Ekstraksi Waktu Retensi Komponen Kadar (menit) Kimia (%) A 3,783 Eugenol 3,68
(a)
B
3,767
Eugenol
4,16
C
3,767
Eugenol
5,38
D
3,767
Eugenol
23,8
E
3,767
Eugenol
9,7
Keterangan : Waktu Retensi Eugenol Standar adalah 3,783
(b) 211
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VII UKSW
3.3. Aktivitas Larvisida Ekstrak Heksan Serbuk Limbah Cengkeh S. aromaticum Terhadap Mortalitas Jentik Nyamuk Ae.aegypti Instar III dalam waktu pajanan selama 12-72 jam
Dari Tabel 3 terlihat bahwa ekstrak dari metode D menunjukkan kadar eugenol yang lebih banyak daripada metode lainnya yaitu dengan kadar sebesar 23,8%. Berdasarkan hasil analisa kuantitatif KCKT tersebut untuk selanjutnya metode D, ekstraksi soklet dengan pelarut heksan digunakan untuk mendapatkan ekstrak dengan kadar eugenol paling tinggi.
Purata mortalitas (% ± SE) jentik Ae.aegypti instar III antar berbagai konsentrasi ekstrak heksan serbuk limbah cengkeh, berkisar antara 0 ±0 % hingga 94 ±8,52 % dalam waktu pajanan 12 - 72 jam (Tabel 4)
Tabel 4. Purata Mortalitas (% ± SE) jentik Ae.aegypti Instar III antar berbagai konsentrasi ekstrak heksan serbuk limbah cengkeh S.aromaticum dalam waktu pajanan selama 12-72 jam Konsentrasi (ppm) Jam ke 0
750
1.000
1.250
1.500
2.000
12
0 ±0
3,33 ±2,55
18,33 ±3,72
25,8 ±3,47
45 ±4,14
81,67 ±11,45
W= 8,55
(a)
(b)
(bc)
(c)
(d)
(e)
24
0 ±0
10,8±4,11
30 ±4,42
48,3 ±5,78
60 ±4,42
93 ±5,02
W= 7,70
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
36
0 ±0
25,8 ±6,80
44,17 ±6,42
52,5 ±7,04
66,67 ±4,03
94 ±8,52
W= 8,10
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
48
0 ±0 39,17 ±6,04 50,83 ±6,43 55,83 ±7,04 75,83 ±3,46
90 ±63,12
W= 8,06
(a)
(b)
(c)
(c)
(d)
(e)
72
0 ±0
45,8 ±6,80
54,17 ±7,48
65 ±8,12
88.33 ±3,72
90 ± 0
W= 6,26
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(e)
Keterangan :
* W = BNJ 5% *Angka yang disertai dengan huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna dan angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antar konsentrasi (Keterangan ini berlaku untuk Tabel 4)
Dari Tabel 4 terlihat bahwa dalam waktu pajanan selama 12 jam pertama, mortalitas jentik Ae. aegypti instar III sampai dengan konsentrasi 1.500 ppm masih belum mencapai 50%. Dalam 24 jam waktu pajanan mortalitas 50 % jentik dicapai pada konsentrasi antara 1.250 ppm dan 1.500 ppm. Kemudian pada 36 jam waktu pajanan maka mortalitas 50% jentik dicapai pada konsentrasi antara 1.000 ppm dan 1.250 ppm, sedangkan pada 48 jam dicapai mortalitas 50 % jentik pada konsentrasi 1.000 ppm. Lebih lanjut pada 72 jam waktu pajanan dicapai
mortalitas 50 % jentik pada konsentrasi antara 750 ppm dan 1.000 ppm (Gambar 3).
Gambar 3. Diagram batang mortalitas jentik Ae.aegypti Instar III antar berbagai konsentrasi ekstrak heksan serbuk limbah cengkeh S.aromaticum dalam waktu pajanan selama 12- 72 jam
212
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VII UKSW
Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa dengan semakin lama waktu pajanan maka terjadi peningkatan mortalitas jentik Ae.aegypti. Sejalan dengan waktu pajanan yang meningkat maka konsentrasi yang dibutuhkan untuk mendapatkan nilai mortalitas 50 % akan semakin rendah / kecil. Hal ini terkait dengan melemahnya sistem kekebalan jentik Ae.aegypti sehingga pada konsentrasi yang lebih rendah maka jentik lebih mudah mati.
3.4. Aktivitas Larvisida Ekstrak Heksan Serbuk Limbah Cengkeh S. aromaticum Terhadap Mortalitas Jentik Nyamuk Ae.aegypti Instar IV dalam waktu pajanan selama 12-72 jam Purata mortalitas (% ± SE) jentik Ae.aegypti instar IV antar berbagai konsentrasi ekstrak heksan serbuk limbah cengkeh berkisar antara 0 ±0 hingga 95,71 ±3,00 % dalam waktu pajanan selama 12 – 72 jam (Tabel 5)
Tabel 5. Purata Mortalitas (% ± SE) jentik Ae. aegypti Instar IV antar berbagai konsentrasi ekstrak heksan serbuk limbah cengkeh S.aromaticum dalam waktu pajanan selama 12-72 jam Lama
Konsentrasi (ppm)
Pajanan 0
750
1.000
1.250
1.500
12
0 ±0
8,33 ±2,02
9,16 ±4,11
15 ±4,14
16,7 ±2,55
W= 7,6
(a)
(b)
(bc)
(bc)
(c)
(d)
24
0 ±0
11,87 ±2,02
21,67 ±8,51
24,17 ±3,45
47,5 ±6,69
84,17 ±4,11
W= 18,0
(a)
(ab)
(b)
(b)
(c)
(d)
36
0 ±0
25 ±2,71
39,17 ±7,48
40,8 ±9,99
56,07 ±8,34
89,17 ±4,67
W= 19,05
(a)
(b)
(bc)
(bc)
(c)
(d)
48
0 ±0
41,67 ±7,60
43,33 ±9,97
45,83 ±5,62
65 ±6,06
91,11 ±3,73
W= 15,35
(a)
(b)
(b)
(b)
(c)
(d)
72
0 ±0
46,67 ±6,38
48,33 ±9,07
50 ±5,85
68,3 ±6,18
95,71 ±3,00
W= 14,18
(a)
(b)
(b)
(b)
(c)
(d)
(jam)
2.000 35,8 ±4,11
Dari Tabel 5 terlihat bahwa dalam waktu pajanan selama 12 jam pertama sampai dengan 2.000 ppm hanya mampu membunuh kurang dari 50 % yaitu sebesar 35,8 ±4,11%. Mortalitas 50% jentik Ae. aegypti diperoleh pada waktu pajanan selama 24 jam yaitu pada konsentrasi antara 1.500 ppm dan 2.000 ppm. Pada waktu pajanan 36 - 48 jam, mortalitas 50 % jentik dicapai pada konsentrasi antara 1.250 ppm dan 1.500 ppm, sedangkan pada waktu pajanan selama 72 jam maka mortalitas 50 % dicapai pada konsentrasi 1.250 ppm (Gambar 4) Gambar 4. Diagram batang mortalitas jentik Ae.aegypti Instar IV antar berbagai konsentrasi ekstrak heksan serbuk limbah cengkeh S.aromaticum dalam waktu pajanan selama 12-72 jam
213
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VII UKSW
Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu pajanan maka semakin meningkat pula mortalitas jentik Ae. aegypti. Seperti yang terjadi pada jentik instar III, dengan waktu pajanan yang meningkat, konsentrasi yang dibutuhkan untuk mendapatkan nilai mortalitas 50 % juga makin kecil. Hal ini disebabkan melemahnya sistem kekebalan jentik Ae. aegypti sehingga dengan konsentrasi yang lebih rendah jentik lebih mudah mati. Telaah lebih lanjut dari Tabel 4 dan 5 menunjukkan bahwa dengan konsentrasi yang sama jentik Ae. aegypti instar IV membutuhkan waktu pajanan yang lebih lama untuk mendapatkan mortalitas lebih dari 50% dibandingkan dengan instar III. Pada instar III dengan waktu pajanan 12 jam dan konsentrasi 2.000 ppm sudah memberikan nilai mortalitas sebesar 81,67 ±11,45 %. Sebaliknya dengan konsentrasi pada instar IV nilai mortalitas yang didapatkan hanya sebesar 35,8 ±4,11 %. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jentik instar III lebih peka terhadap ekstrak heksan serbuk limbah cengkeh daripada jentik instar IV. Adanya perbedaan tahap instar terkait dengan perbedaan konsentrasi untuk tercapainya mortalitas 50%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam ekstrak heksan serbuk limbah cengkeh (S. aromaticum) berdaya larvisida. Hasil penelitian Medeiros et al. (2011) menunjukkan LC50 ekstrak cengkeh fraksi air terhadap jentik Ae. aegypti sebesar 29.700 ppm untuk 24 jam waktu pajanan, 23.200 ppm untuk 48 jam waktu pajanan dan 22.000 ppm untuk 72 jam waktu pajanan. Bila dibandingkan dengan penelitian Medeiros et al. maka hasil penelitian ini lebih baik.
3.5. Efektivitas Konsentrasi Ekstrak Heksan Serbuk Limbah Cengkeh S.aromaticum terhadap Mortalitas Jentik Nyamuk Ae.aegpyti Instar III dan IV dalam Waktu Pajanan selama 12-72 Jam Efektivitas konsentrasi ekstrak heksan serbuk limbah cengkeh S.aromaticum terhadap mortalitas jentik nyamuk Ae.aegypti instar III dan IV dapat ditentukan menggunakan nilai LC50. LC50 digunakan untuk menghitung toksisitas akut. Konsentrasi dari suatu substansi yang diharapkan memberikan mortalitas sebesar 50% dari kelompok organisme target tertentu dalam jangka waktu tertentu (EHSC, 2001) Hasil analisa probit efektivitas ekstrak heksan serbuk limbah cengkeh S.aromaticum terhadap mortalitas jentik nyamuk Ae. aegypti instar III dan IV dalam waktu pajanan selama 12 - 72 jam disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Analisa Probit, Batas Atas, Batas Bawah Prosentase Mortalitas Jentik Instar III dan IV Antar Berbagai Konsentrasi Ekstrak Heksan Serbuk Limbah Cengkeh dalam Waktu Pajanan 12-72 jam Waktu Pajanan (jam) 12
Instar III Batas LC50 Batas Bawah (ppm) Atas (ppm) (ppm) 1.579,42 1.593 1.606,69
24
1.212,21 1.221,42 1.230,70 1.453,14 1.465,2 1.477,36
36
1.082,61 1.090,84 1.099,13 1.200,52 1.210
1.219,56
48
1.031,16
1.039
1.046,89 1.094,68 1.103
1.111,41
72
947,99
955
962,067 1.011,41 1.019
1.026,64
Batas Bawah (ppm) (-)
Instar IV LC50 Batas (ppm) Atas (ppm) (-) (-)
Keterangan = (-)Tidak Efektif
Dari Tabel 6 terlihat bahwa LC50 instar III maupun IV dalam waktu pajanan 12 – 72 jam menurun seiring dengan meningkatnya waktu pajanan,hal ini terkait dengan melemahnya sistem kekebalan jentik Ae. aegypti. Konsentrasi LC50 jentik instar IV lebih tinggi dibandingkan dengan instar III dalam waktu pajanan yang sama
Dalam cengkeh bagian terpenting adalah minyak atsiri dan dalam hal ini adalah kandungan senyawa eugenol yang mempunyai aktivitas sebagai analgesik, antiseptik, antimikrob dan, tentunya larvisida. Minyak atsiri dari bunga S. aromaticum mempunyai efek larvisida terhadap jentik Ae.aegypti dengan nilai LC50 sebesar 124,69 ppm (Sutthanont et al. 2009).
Chansang et.al. (2005) menggunakan ekstrak S.aromaticum fraksi air sebagai larvisida terhadap jentik nyamuk Ae. aegypti mendapatkan nilai LC50 sebesar 2.656 ppm Apabila dibandingkan dengan hasil penelitian di atas, maka daya larvisida ekstrak heksan serbuk limbah cengkeh ini lebih baik. 214
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VII UKSW
Agustin dkk. (2006) menyatakan efek larvisida bunga S.aromaticum disebabkan oleh senyawa eugenol yang bekerja sebagai antifeedant, meracuni akson saraf dan analog hormon juvenil / Juvenile Hormon Analogue (JHA). JHA berperan sebagai insektisida dengan cara menghambat pertumbuhan larva (Schwartz et al., 2003 dalam Chen et al., 2008).
aromaticum)---sebagai-larvasidaterhadap-Aedes-sp..doc[7 Mei 2012] Anonim. 2008. Clove Oil (Eugenol). Marin Municipal Water District Vegetation Management Plan, Herbicide Risk Assessment. 220 Nellen Avenue Corte Madera, CA 94925 Anonim. 2011. Nyamuk Penyebab Demam Berdarah. http://www.anneahira.com/nyamukpenyebab-demam-berdarah.htm [10 November 2011]
4. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kadar eugenol terbanyak sebesar 23,8% diperoleh dengan metode ekstraksi soklet dan pelarut heksan 2. Daya larvisida ekstrak limbah cengkeh (S. aromaticum) lebih efektif terhadap jentik instar III daripada instar IV 3. Konsentrasi LC50 efektif yang dapat membunuh jentik instar III dan instar IV adalah 1.593 ppm (1.579,42 1.606,69 ppm) dengan waktu pajanan selama 12 – 24 jam. Untuk penelitian lanjut disarankan : 1. Dilakukan isolasi senyawa aktif yang masih tersisa dalam limbah cengkeh 2. Perlu juga dilakukan penelitian pengaruh ekstrak serbuk limbah cengkeh terhadap jenis nyamuk lain 3. Perlu dilakukan penelitian ekstrak serbuk limbah cengkeh sebagai repellent dalam bentuk lotion anti nyamuk.
Chansang, Uruyakorn, Nayer S. Zahiri, Jaree Bansiddhi, Thidarat Boonruad, Pratom Thongsrirak, Jiranuch Mingmuang, Nipa Benjapong, and Mir S. Mulla. 2005. Mosquito larvicidal activity of aqueous extracts of long pepper (Piper retrofractum Vahl) from Thailand.Vol. 30, no. 2 Journal of Vector Ecology 30 (2): 195-200. Cheng, Sen-Sung, Ju Yun Liu, Kun-Hsien Tsai, Wei-June Chen, and ShangTzen Chang. 2004. Chemical Composition and Mosquito Larvicidal Activity of Essential Oils from Leaves of Different Cinnamomum osmophloeum.Provenances School of Forestry and Resource Conservation and Department of Entomology, National Taiwan University.
5. UCAPAN TERIMAKASIH Ervien Dian Widyawati, S.Si., M.Sc. serta Mendi Lidia Perwitasari yang selalu memberi dukungan dan bantuan.
Chen, C.D., W.A. Andy-Tan, S.R. Loke, H.L. Lee, A.R. Yasmin, and M. SofianAzirun. 2008. Effectiveness of pyriproxyfen-controlled release block against larvae of Aedes (Stegomyia) aegypti in Kuala Lumpur, Malaysia. Dengue Bulletin – Volume 32, 2008
6. DAFTAR PUSTAKA Agustin, Isk., Niniek Burhan, dan Rosa. 2006. Efektivitas Ekstrak Bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum) Sebagai Larvasida Terhadap Aedes sp. Abstrak. http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/123 456789/18487/1/Efektivitas-ekstrakbunga-cengkeh-(Syzygium-
EHSC [Environment, Health and Safety Committee]. 2001.“ LD50 ” [LETHAL DOSE 50%]. Health, Safety and EnvironmentOfficerRoyal Society
215
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VII UKSW
of ChemistryBurlington HousePiccadillyLondon
Alam Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya
Goulden, C.H.. 1970. Methods of Statistical Analysis. Modern Asia Edition,New York, 476p.
Steel, R.G.D dan J.H.Torrie. 1980. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia, Jakarta
Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. ITB, Bandung
Sukamto. 2007. Studi Karakteristik Wilayah Dengan Kejadian DBD Di Kecamatan Cilacap Selatan Kabupaten Cilacap.Tesis. Universitas Diponegoro : Semarang
Kardinan, Agus dan Aziz Dhalimi. 2010. Potensi Adas (Foeniculum vulgare) Sebagai Bahan Aktif Lotion Anti Nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti).Bul. Littro. Vol. 21 No. 1, 2010, 61 – 68 Macedo,
Sutthanont, Nataya, Wej Choochote, Benjawan Tuetun, Anuluck Junkum, Atchariya Jitpakdi, Udom Chaithong, Doungrat Riyong, and Benjawan Pitasawat. 2009. Chemical composition and larvicidal activity of edible plantderived essential oils against the pyrethroid-susceptible and resistant strains of Aedes aegypti (Diptera: Culicidae).Department of Parasitology, Faculty of Medicine, Chiang Mai University, Chiang Mai 50200, Thailand
M. E. 1997. Screening of Asteraceae (Compositae) Plant Extracts for Larvicidal Activity against Aedes fluviatilis (Diptera: Culicidae). Mem Inst Oswaldo Cruz, Rio de Janeiro, Vol. 92(4): 565-570, Jul./Aug. 1997
Matsumura, F., 1976. Toxicology of Insecticides. Plenum Press, New York. USA
Supriatna ,A., U. Niko Rambitan, D. Sumangat, dan N. Nurdjannah. 2004. Analisis Sistem Perencanaan Model Pengembangan Agroindustri Minyak Daun Cengkeh: Studi Kasus Di Sulawesi Utara. Buletin TRO Vo. XV No. 1, 2004
Medeiros ES, Costa FM, Rodrigues IB, and Tadei WP. 2011. Larvicidal activity of the aqueous extract of the clove (Eugenia caryophyllata) against Aedes aegypti (Diptera, Culicidae) under laboratory conditions. Journal of research in Biology (2011) 7: 518-52
Taufik, M., Suharjono Triatmojo, Yuni Erwanto, Umar Santoso dan Novita D Kristanti. 2011. Aktivitas Antibakteri Minyak Cengkeh Terhadap Bakteri Patogen. http://sttpmalang.ac.id/PDF/Aktivitas%20mik roba%20cengkeh.pdf [26 Oktober 2011] Wijayanti, W. A. ,Yulfi Zetra, dan Perry Burhan. 2010. Minyak Atsiri Dari Kulit Batang Cinnamomum burmannii (Kayu Manis) Dari Famili Lauraceae Sebagai Insektisida Alami, Antibakteri, Dan Antioksidan. Laboratorium
Nurdjannah, N., 2004. Diversifikasi Penggunaan Cengkeh. Perspektif Volume 3 Nomor 2, Desember 2004 : 61 – 70 Rahmawati, Novi, Yulfi Zetra, dan Perry Burhan. 2010. Pemanfaatan Minyak Atsiri Akar Wangi (Vetiveria zizanoides) Dari Famili Poaceae Sebagai Senyawa Antimikroba dan Insektisida Alami. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
216
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VII UKSW
Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya Yuniarti, R. A. dan D.T. Buwono. 2008. Efikasi Kombinasi Bacillus thuringiensis-Israelensis dan Mesocyclops aspericornis Sebagai Pengendali Hayati Aedes aegypti Di Gentong Air. Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 36, No. 1, 2008:26 – 32
217