Prosiding Seminar Nasional, Program Studi Teknologi Industri Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA)
JALUR DISTRIBUSI, MARGIN PEMASARAN DAN MARGIN KEUNTUNGAN PADA PEMASARAN DAUN POTONG HIAS DARI KABUPATEN KARANGASEM DAN TABANAN KE KOTA DENPASAR DAN SEKITARNYA Ida Ayu Mahatma Tuningrat, A.A.P. Agung Suryawan W., Primi Safitri Saraswati Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana Koresponden :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jalur distribusi daun potong hias dari Kabupaten Karangasem dan Tabanan hingga ke konsumen di Kota Denpasar dan sekitarnya, mengevaluasi serta menentukan jalur distribusi yang menghasilkan margin pemasaran dan margin keuntungan terbesar dan terkecil. Seluruh penelitian dilakukan dengan metode survei, wawancara dan studi pustaka. Populasi yang diamati dalam penelitian ini adalah 3 petani, 1 pedagang besar dan 6 pedagang pengecer daun potong hias, yang keseluruhan populasi tersebut dijadikan sebagai sampel. Ketiga petani daun potong hias berasal dari 2 Kabupaten, yaitu Kabupaten Karangasem dan Tabanan. Di Kabupaten Karangasem terdapat 1 petani di Desa Segara Katon Kecamatan Amlapura sedangkan di Kabupaten Tabanan terdapat 2 petani yaitu di Desa Tua Kecamatan Marga dan Desa Kerambitan Kecamatan Kerambitan yang menjual produknya ke pedagang perantara (pedagang besar dan pedagang pengecer). Pedagang perantara ditentukan dengan snowball sampling. Pada pemasaran daun potong hias, terdapat margin pemasaran dan margin keuntungan di Kabupaten Karangasem sebesar Rp 150 (60%) dan Rp 68 (27,2%). Margin pemasaran dan margin keuntungan terbesar di Kabupaten Tabanan dengan ukuran daun M terdapat pada petani 2 ke pedagang pengecer 1 ke konsumen 1 sebesar Rp 2.500 (250%) dan Rp 2.004 (200,4%), sedangkan margin pemasaran dan margin keuntungan terkecil dengan ukuran daun M terdapat pada petani 3 ke pedagang pengecer 6 ke konsumen 6 sebesar Rp 500 (50%) dan Rp 108 (10,8%). Kata Kunci : Jalur Distribusi, Margin Pemasaran, Margin Keuntungan, Daun Potong Hias
PENDAHULUAN Bali sangat potensial dalam bidang pariwisata. Beragam kesenian dan kebudayaan ada di Bali, hal tersebut mengundang simpati para wisatawan untuk datang ke Bali. Seiring meningkatnya jumlah wisatawan yang datang ke Bali, maka mulailah tumbuh kegiatan bisnis perhotelan, bungalow, dan lain sebagainya. Hal tersebut juga dimanfaatkan oleh penyedia tanaman hias seperti halnya rangkaian bunga sebagai penghias ruangan hotel dan juga kamar hotel. Dalam rangkaian hiasan bunga potong terdapat beberapa jenis daun potong hias yang melengkapi rangkaian bunga tersebut seperti daun Dracaena florida beauty, Philodendron, Leather leaf, Cordyline, cemara, sri gading, sablung dan lainnya. Daun potong hias sendiri 715
Prosiding Seminar Nasional, Program Studi Teknologi Industri Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA)
mulai banyak dijumpai di Bali dan mulai dikembangkan serta memiliki peluang pasar yang cukup tinggi (Anon, 2009a). Pada tahun 2009, luas tanam daun potong hias seluas 5.673 m2, luas panen seluas 2.972 m2 dan produksi untuk daun tersebut sebanyak 19.973 batang. (Anon, 2009b). Selama ini banyak orang yang hanya mengetahui berbagai macam bunga potong karena keindahannya, namun mereka tidak mengetahui bahwa daun potong juga memiliki daya tarik tersendiri pada daunnya dan juga merupakan tanaman hias klasik yang masih sedikit orang ketahui. Sejak tahun 1998 pemanfaatan daun hias untuk dijadikan sebagai daun potong semakin diperhitungkan dalam pasar hortikultura dunia, tercatat pada awal tahun 1998 angka perdagangan komoditi ini sebesar 15,1% jika dibandingkan dengan nilai perdagangan bunga potong, dan mengalami kenaikan pada tahun 1999 menjadi 16,94% (Anon, 2009a). Hal ini lebih banyak disebabkan bahwa daun potong hias akhir-akhir ini tidak hanya digunakan sebagai daun pelengkap pendukung rangkaian, akan tetapi secara dominan sudah digunakan sebagai elemen utama rangkaian (Anon, 2009a). Jalur distribusi mempunyai pengaruh yang signifikan atas harga jual produsen. Pemasok dan pihak-pihak yang terlibat dalam jalur distribusi mempunyai margin keuntungan dan biaya yang perlu diidentifikasi, karena konsumen pada akhirnya membayar semua margin keuntungan dan biaya pada seluruh jalur distribusi (Widjaja, 2006). Pemilihan jalur distribusi merupakan masalah yang sangat penting sebab kesalahan dalam pemilihan ini dapat memperlambat bahkan menyulitkan usaha penyaluran barang maupun jasa dari produsen kepada konsumen. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang jalur distribusi daun potong hias dari Kabupaten Karangasem dan Tabanan hingga ke konsumen di Kota Denpasar dan sekitarnya, selain itu perlu juga diteliti tentang margin pemasaran dan keuntungannya pada jalur distribusi daun potong hias tersebut.
METODOLOGI Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dan survei, dengan menggunakan kuisioner untuk mengumpulkan data yang disebarkan pada petani, pedagang besar dan pedagang pengecer (florist). Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Karangasem, Tabanan dan Kota Denpasar di Provinsi Bali. Penelitian dimulai dari Februari sampai April 2011. Penentuan Lokasi Penelitian 716
Prosiding Seminar Nasional, Program Studi Teknologi Industri Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA)
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Karangasem, Tabanan dan Kota Denpasar di Provinsi Bali. Dasar pertimbangan pengambilan lokasi penelitian ini karena Kabupaten Karangasem dan Tabanan merupakan penghasil daun potong hias di Provinsi Bali sedangkan di Denpasar karena mengikuti jalur distribusi daun potong hias yang dihasilkan oleh produsen (petani) dari Kabupaten Karangasem dan Tabanan (Anon, 2009b). Penentuan Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani daun potong hias di Kabupaten Karangasem dan Tabanan. Jumlah populasi petani daun potong hias di Karangasem 1 orang petani di Desa Segara Katon Kecamatan Amlapura dan di Tabanan 2 orang petani yaitu di Desa Tua Kecamatan Marga dan Desa Kerambitan Kecamatan Kerambitan., sehingga secara keseluruhan digunakan sebagai sampel penelitian. Pedagang perantara daun potong hias yang digunakan sebagai sampel adalah seluruh pedagang pengecer dan pedagang besar yang dilalui oleh distribusi daun potong hias. Pedagang perantara tersebut ditentukan dengan snowball sampling, yaitu dengan mengikuti jalur distribusi daun potong hias yang dihasilkan oleh produsen (petani) berdasarkan informasi yang diperoleh. Tahapan pengambilan sampel pemasaran daun potong hias dapat dilihat pada Gambar 1. Variabel Pengamatan Variabel-variabel yang akan diamati dalam penelitian ini meliputi: a. Jalur pemasaran daun potong hias Mengamati atau mempelajari jalur-jalur distribusi yang dilalui oleh daun potong hias yang dihasilkan dari Kabupaten Karangasem dan Tabanan hingga ke konsumen di Kota Denpasar dan sekitarnya. b. Volume penjualan daun potong hias sekali panen (batang) Mengitung berapa batang penjualan daun potong hias setiap sekali panen. c. Biaya produksi yang dikeluarkan (Rp/bulan) Menghitung biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani per bulan. d. Harga jual produsen (Rp/batang) Menghitung harga jual produsen ke konsumen setiap batang. e. Harga beli konsumen (Rp/batang) Menghitung harga beli konsumen dari pedagang setiap batang. f. Biaya pemasaran (Rp) 717
Prosiding Seminar Nasional, Program Studi Teknologi Industri Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA)
Menghitung biaya pemasaran untuk masing-masing jalur yang ada meliputi biaya transportasi, penyimpanan dan biaya lainnya. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai petani dan pelaku pemasaran yang ditetapkan sebagai responden melalui pengisian daftar pertanyaan (kuisioner). Kuisioner dibacakan oleh si peneliti, sehingga responden akan mengerti apa yang dimaksud dengan pertanyaan yang disusun oleh si peneliti dan kemudian jawaban dicatat oleh si peneliti dalam kuisioner tersebut. Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Analisis Data Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Rangkuti, 2001). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif.
Mulai
Penentuan Topik dan Studi Literatur
Survei terhadap 3 petani daun potong hias Penyebaran kuisioner (3 petani, 1 pedagang besar dan 6 pengecer) Perhitungan margin pemasaran dan margin keuntungan
Hasil Penelitian
Analisis data dan interpretasi data 718
Prosiding Seminar Nasional, Program Studi Teknologi Industri Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA)
Selesai Gambar 1. Tahapan pelaksanaan penelitian Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif dipergunakan untuk menghitung margin pemasaran dan margin keuntungan yang diperoleh oleh masing-masing jalur distribusi. Margin keuntungan dan margin pemasaran digunakan untuk mengetahui distribusi biaya dari setiap aktivitas pemasaran, bagian harga yang diterima petani dan keuntungan yang diperoleh masing-masing jalur distribusi serta mengevaluasi jalur yang mendapatkan keuntungan terbesar dari masingmasing jalur distribusi yang ada. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung margin pemasaran dan margin keuntungan adalah : a. Menghitung margin pemasaran dengan menggunakan rumus (Ibrahim, 1998) : MP = HJ – HB Keterangan : MP = Margin Pemasaran (Rp) HJ = Harga Jual (Rp) HB = Harga Beli (Rp) b. Menghitung persentase margin pemasaran dengan menggunakan rumus Ibrahim, 1998) : % MP =
HJ - HB X 100% HB
Keterangan : % MP = Margin Pemasaran (%) HJ
= Harga Jual (Rp)
HB
= Harga Beli (Rp)
c. Menghitung persentase biaya pemasaran dengan menggunakan rumus (Ibrahim, 1998) : % BP
=
Keterangan : % BP = Biaya Pemasaran (%) BP
= Biaya Pemasaran (Rp) 719
Prosiding Seminar Nasional, Program Studi Teknologi Industri Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA)
HB
= Harga Beli (Rp)
d. Menghitung keuntungan dengan menggunakan rumus (Ibrahim, 1998): K = (HJ-HB) – BP Keterangan : K = Keuntungan (Rp)
HJ = Harga Jual (Rp)
HB = Harga Beli (Rp) BP = Biaya Pemasaran (Rp) e. Menghitung persentase margin keuntungan menggunakan rumus (Ibrahim,1998) : % MK = % MP – % BP Keterangan : % MK = Margin Keuntungan (%) % MP = Margin Pemasaran (%) % BP = Biaya Pemasaran (%) Analisis Kualitatif Analisis kualitatif adalah analisis yang dilakukan dengan menguraikan atau mendiskripsikan hasil analisis kuantitatif dalam bentuk pernyataan yang relevan. Analisis kualitatif juga digunakan untuk memberikan keterangan-keterangan atau memberikan gambaran yang jelas terhadap permasalahan (Singarimbun dan Effendi, 1989). Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui jumlah jalur distribusi pemasaran daun potong hias dari Kabupaten Karangasem dan Tabanan hingga ke konsumen Kota Denpasar dan sekitarnya serta menentukan jalur yang paling dominan dilalui sampai ke Kota Denpasar dan sekitarnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani Jenis daun potong hias yang terdapat di Provinsi Bali yaitu Dracaena florida beauty dan Philodendron selloum, dimana umur daun potong hias yang telah siap dipanen mulai dari penanaman anakan (seadling) adalah 180 hari dan 90 hari. Waktu pemanenan daun potong hias adalah pagi dan sore karena untuk menghindari respirasi pada daun yang lebih panjang. Pada saat pemanenan dilakukan sortasi berdasarkan ukuran, keutuhan daun, batang lurus dan warna daun. Luas kebun daun potong hias adalah 30 are dan 5 are. Dalam 1 (satu) bulan dilakukan panen sebanyak 4 kali dan 8 kali, dimana jumlah produksi Dracaena florida beauty dalam 720
Prosiding Seminar Nasional, Program Studi Teknologi Industri Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA)
sekali panen adalah 1.000 batang dan philodendron ukuran S : 50 batang dan M : 230 batang. Daun potong hias tersebut dijual ke pedagang besar dan pedagang pengecer. Petani menjual dengan cara mendatangi langsung pedagang besar dan pedagang pengecer. Harga jual untuk Dracaena florida beauty adalah Rp250.00 dan Philodendron selloum ukuran S = Rp500.00 sedangkan ukuran
M = Rp1,000.00. Biaya produksi yang dikeluarkan petani di
Karangasem adalah Rp824,000.000 sedangkan di Tabanan adalah Rp630,875.00. Karakteristik Pedagang Besar Pedagang Besar membeli Dracaena florida beauty dari Petani yang terdapat di Karangasem sebanyak 4 kali dalam satu bulan dengan volume pasokan dalam sekali pembelian adalah 1.000 batang. Harga beli pedagang besar dari petani adalah Rp250.00/batang. Dalam setiap pembelian, pedagang besar melakukan sortasi berdasarkan ukuran (25-30cm), daun utuh, mulus dan warna hijau. Daun tersebut mengalami susut sebesar 1% seperti daun layu dan tidak utuh, batang bengkok sehingga tidak bisa terjual. Lama menjual daun potong hias dalam sekali pembelian adalah 3 hari dengan harga jual ke konsumen adalah Rp400.00/batang, dimana konsumennya adalah hotel-hotel yang telah menjadi langganan yang membeli secara eceran. Karakteristik Pedagang Pengecer Pedagang Pengecer membeli Philodendron selloum dari Petani yang terdapat di Tabanan sebanyak 8 kali dalam satu bulan dengan volume pasokan dalam sekali pembelian untuk ukuran S = 40 batang dan M = 625 batang. Harga beli pedagang besar dari petani untuk ukuran S = Rp500.00 dan M = 1,000.000. Dalam setiap pembelian, pedagang pengecer melakukan sortasi berdasarkan ukuran S = 10-20cm ; M = 21-30cm, daun utuh, tidak layu dan warna hijau. Daun tersebut mengalami susut sebesar 2% seperti daun layu dan tidak utuh, warna kuning sehingga tidak bisa terjual. Lama menjual daun potong hias dalam sekali pembelian adalah 3 hari dengan harga jual ke konsumen untuk ukuran S = Rp1,000.00 dan M = Rp2,100.00, dimana konsumennya adalah hotel-hotel yang telah menjadi langganan yang membeli secara eceran. Jalur Distribusi Daun Potong Hias Berdasarkan hasil penelitian di lapangan terhadap responden : 3 orang petani, 1 orang pedagang besar dan 6 orang pedagang pengecer. Diketahui ada dua jalur distribusi daun potong hias dari petani,
yaitu :
A. Kabupaten Karangasem (Dracaena florida beauty) Petani → Pedagang Besar → Konsumen 721
Prosiding Seminar Nasional, Program Studi Teknologi Industri Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA)
B. Kabupaten Tabanan (Philodendron selloum) Petani → Pedagang Pengecer → Konsumen Dengan 6 pedagang pengecer yang berbeda, dapat dijabarkan menjadi: B.1 P2→PC1→K1 B.2 P2→PC2→K2 B.3 P2→PC3→K3 B.4 P2→PC4→K4 B.5 P3→PC5→K4 B.6 P3→PC6→K6 Jalur Distribusi A (P1→PB→K ) Daun potong hias yang diproduksi oleh P1 berjenis Dracaena florida beauty yang dipanen pada umur 180 hari dengan jumlah produksi untuk sekali panen sebanyak 1.000 batang. P1 menjual daun potong hias dengan cara PB memesan langsung kepada P1, kemudian langsung memanen daun potong hias dan dikemas sehingga besok paginya diantar dengan menggunakan mobil bak terbuka (pick up). PB yang membeli daun potong hias tersebut kemudian melakukan penyortiran berdasarkan keutuhan daun (tidak robek), batang lurus dan berwarna hijau tua serta tebal sebelum dijual kepada konsumen atau untuk dibuat rangkaian bunga yang akan dikirim ke hotel-hotel. Jalur Distribusi B.1 (P2→PC1→K1) PC1 memesan Philodendron selloum 8 kali dalam satu bulan dengan volume pasokan sebanyak 30 batang dengan ukuran M dari sekali pembelian. P2 biasanya langsung membawa pesanan daun potong hias kepada PC1 dengan menggunakan sepeda motor karena jumlah pesanan daun potong hias berkisar antara 20-30 batang. Sebelum menjual ke PC1, P2 melakukan sortasi daun potong berdasarkan ukuran, keutuhan daun (tidak robek), berwarna hijau dan batangnya lurus. Setelah sampai di florist, kemudian juga langsung dilakukan penyortiran sebelum dijual kepada konsumen dan untuk dibuat rangkaian bunga. Jalur Distribusi B.2 (P2→PC2→K2) Jalur distribusi ini sama dengan jalur pola B.1, tetapi bedanya volume pasokan PC2 dari sekali pembelian untuk ukuran S dan M masing-masing 20 batang dan juga dilakukan sortasi sebelum akhirnya dijual kembali. Paling lama biasanya 5 hari daun potong hias itu laku terjual kembali dari waktu pembelian. Jalur Distribusi B.3 (P2→PC3→K3) 722
Prosiding Seminar Nasional, Program Studi Teknologi Industri Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA)
Jalur distribusi ini sama dengan jalur pola B.1 dan B.2. Volume pasokan daun potong hias PC3 sebanyak 30 batang untuk ukuran S, biasanya maksimal 3 hari daun potong hias pasti sudah laku terjual baik dijual langsung kepada konsumen atau dengan dibuat rangkaian bunga sesuai keperluan hotel-hotel. Penyortiran juga dilakukan berdasarkan keutuhan daun (tidak robek) dan warna daun yang hijau, karena apabila daun berwarna kuning, maka daun tersebut tidak dapat dibuat rangkaian bunga maupun dijual langsung ke konsumen. Jalur Distribusi B.4 (P2→PC4→K4) Sama dengan halnya jalur distribusi yang lain, PC4 juga membeli daun potong hias dengan ukuran S sebanyak 10 batang dan ukuran M : 20 batang karena florist ini baru beberapa tahun buka dan belum banyak mempunyai langganan rangkaian bunga ke hotelhotel, tetapi PC4 telah menjadi pelanggan tetap dengan membeli sebanyak 8 kali dalam satu bulan. Dengan jumlah yang sedikit, paling lama 3 hari daun potong hias tersebut baru laku terjual kembali. Jalur Distribusi B.5 (P3→PC5→K5) P3 memproduksi daun potong hias berjenis Philodendron selloum. PC5 biasanya memesan Philodendron selloum ukuran M sebanyak 8 kali dalam satu bulan dengan volume pasokan sebanyak 500 batang dalam sekali pembelian. P3 mempunyai tenaga kerja untuk membawakan pesanan langganannya menggunakan sepeda motor. Sebelum menjual ke PC5, P3 melakukan sortasi daun potong berdasarkan ukurannya, keutuhan daun (tidak robek), berwarna hijau dan batangnya lurus. Setelah sampai di florist, kemudian juga langsung dilakukan penyortiran sebelum dijual kepada konsumen dan untuk dibuat rangkaian bunga. Jalur Distribusi B.6 (P3→PC6→K6) Jalur distribusi ini sama dengan jalur pola B.5. Volume pasokan daun potong hias PC6 sebanyak 55 batang untuk ukuran M, biasanya paling lama 3 hari daun potong hias pasti sudah laku terjual baik dijual langsung kepada konsumen atau dengan dibuat rangkaian bunga sesuai keperluan hotel karena PC6 sudah banyak mempunyai langganan hotel-hotel yang memesan rangkaian bunga untuk keperluan hotel tersebut. Penyortiran juga dilakukan berdasarkan keutuhan daun (tidak robek) dan warna daun yang hijau, karena apabila daun berwarna kuning, maka daun tersebut tidak dapat dibuat rangkaian bunga maupun dijual langsung ke konsumen. Biaya dan Keuntungan Produksi Petani Keuntungan petani daun potong hias dapat dibedakan berdasarkan 7 jalur distribusi. Harga jual, biaya produksi (pupuk, pestisida, tenaga kerja, transportasi, air, plastik, kapas, 723
Prosiding Seminar Nasional, Program Studi Teknologi Industri Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA)
karton, karet gelang, gunting, ember, sabit, tali rafia) dan keuntungan petani dapat dilihat pada Lampiran 6. Keuntungan P1 di Kabupaten Karangasem sebesar Rp 62.75/batang. Hal ini diakibatkan oleh biaya produksi yang tinggi dan harga jual petani yang rendah, karena disini P1 tidak mengutamakan keuntungan yang besar melainkan mengutamakan kepuasan pelanggan. Keuntungan terbesar di Kabupaten Tabanan terdapat pada jalur B.5 (P3→PC5→K5) dengan keuntungan Rp 901.28/batang, karena tingginya harga jual dari petani dan volume pasokan pembelian yang besar sehingga total pendapatan pun juga besar, walaupun biaya produksinya tinggi, tetapi jumlah pendapatan jauh lebih besar dari biaya produksi, maka keuntungan yang didapat pun juga besar. Keuntungan
terkecil
di
Kabupaten
Karangasem
terdapat
pada
jalur
B.6
(P3→PC6→K6) dengan keuntungan Rp 102.56/batang. Hal ini diakibatkan oleh biaya produksi yang tinggi dan volume pasokan pembelian yang kecil sehingga total pendapatan tidak berbeda jauh dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Proses Pasca Panen pada P1 Daun Dracaena florida beauty yang telah berwarna hijau tua siap untuk dipanen. Daun yang telah dipotong dari pohonnya dikumpulkan menjadi 10 (sepuluh) batang lalu diikat dengan menggunakan karet gelang. Setelah itu ujung batang daun potong hias yang telah diikat, dibungkus dengan kapas lalu direndam sebentar di dalam air untuk menghilangkan dehidrasi. Ujung batang daun potong hias yang telah direndam, kemudian dimasukkan ke dalam plastik yang berisi sedikit air agar daun potong hias tetap segar. Sebelum didistribusikan, daun potong hias dikemas menggunakan kardus dan ditutup dengan koran agar tidak terkena sinar matahari langsung, setelah itu daun potong hias siap didistribusikan ke Kota Denpasar dengan menggunakan mobil pick up selama ± 3 jam. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada Lampiran 3 (hal 45-46). Proses Pasca Panen pada P2 Pohon Philodendron selloum minimal memiliki 5-6 batang yang siap untuk dipanen, dimana diusahakan 3 batang disisakan supaya daun tetap terangsang untuk tumbuh. Daun yang telah dipotong dari pohonnya dikumpulkan menjadi 10 (sepuluh) batang lalu diikat dengan menggunakan tali rafia. Setelah itu ujung batang daun potong hias yang telah diikat, dipotong supaya panjang ujung batang yang satu dengan lainnya sama. Ujung batang daun potong hias kemudian direndam dalam ember yang berisi air, kemudian daun potong hias 724
Prosiding Seminar Nasional, Program Studi Teknologi Industri Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA)
tersebut siap untuk didistribusikan dengan menggunakan sepeda motor. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada Lampiran 4 (hal 47-48). Proses Pasca Panen pada P3 Proses pasca panen pada P3 sama dengan dengan P2. Pohon Philodendron selloum minimal memiliki 5-6 batang yang siap untuk dipanen, dimana diusahakan 3 batang disisakan supaya daun tetap terangsang untuk tumbuh. Setelah itu daun yang telah dipotong dari pohonnya dikumpulkan menjadi 10 (sepuluh) batang lalu diikat dengan menggunakan tali rafia. Setelah itu ujung batang daun potong hias yang telah diikat, dipotong supaya panjang ujung batang yang satu dengan lainnya sama. Ujung batang daun potong hias kemudian direndam dalam ember yang berisi air, kemudian daun potong hias tersebut siap untuk didistribusikan dengan menggunakan sepeda motor. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada Lampiran 5 (hal 49-50).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Jumlah jalur distribusi daun potong hias dari Kabupaten Karangasem dan Tabanan hingga ke konsumen di Kota Denpasar dan sekitarnya ada 2 (dua). 2. Jalur distribusi daun potong hias yang menghasilkan margin pemasaran dan keuntungan terbesar dan terkecil, yaitu : a. Jalur distribusi daun potong hias Dracaena florida beauty yang menghasilkan margin pemasaran dan keuntungan di Kabupaten Karangasem sebesar Rp 150 (60%) dan Rp 68 (27,2%). b. Jalur distribusi daun potong hias Philodendron selloum yang menghasilkan margin pemasaran terbesar di Kabupaten Tabanan dengan ukuran daun M terdapat pada Petani 2 ke pedagang pengecer 1 ke konsumen 1 sebesar Rp 2.500 (250%). c. Jalur distribusi daun potong hias Philodendron selloum yang menghasilkan margin keuntungan terbesar di Kabupaten Tabanan dengan ukuran daun M terdapat pada Petani 2 ke pedagang pengecer 1 ke konsumen 1 sebesar Rp 2.004 (200,4%). d. Jalur distribusi daun potong hias Philodendron selloum yang menghasilkan margin pemasaran terkecil di Kabupaten Tabanan dengan ukuran daun M terdapat pada Petani 3 ke pedagang pengecer 6 ke konsumen 6 sebesar Rp 500 (50%).
725
Prosiding Seminar Nasional, Program Studi Teknologi Industri Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA)
e. Jalur distribusi daun potong hias Philodendron selloum yang menghasilkan margin keuntungan terkecil di Kabupaten Tabanan dengan ukuran daun M terdapat pada Petani 3 ke pedagang pengecer 6 ke konsumen 6 sebesar Rp 108 (10,8%). Saran 1. Perlu dilakukan penyampaian informasi terhadap petani tentang beragamnya jenis daun potong hias, hal ini tentu menjadi peluang besar untuk petani pada khususnya dan stakeholder (investor) yang lain pada umumnya. 2. Perlu dilakukan studi kelayakan daun potong hias pada penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA Anonimus. 2009a. Peluang Usaha Daun Potong. PT. Bina Madya Persada. Jakarta http://www.bungarawabelong.com/index.php?act=newsall&l=detail&id=10052&pg=2. [Diakses tanggal 15 Februari 2011] Anonimus. 2009b. Laporan Tahunan Statistika Pertanian Daun Potong Hias. Dinas Pertanian dan Hortikultura Tanaman Pangan Provinsi Bali, Denpasar Ansori, N.M. 2010. Budi Daya Bunga Potong dan Tanaman Hias. PT Penerbit IPB Press. Bogor Ibrahim, Y.M.H. 1998. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta Kotler, P dan Amstrong, G. 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta Nitisemito, A.S. 1984. Marketing. Ghalia Indonesia Swastha, B. 1996. Azas-azas Marketing. Edisi Ketiga. Cetakan Kedua. Liberty. Yogyakarta Swastha, B. 1997. Saluran Pemasaran, Konsep dan Strategi Analisis Kuantitatif. Edisi Pertama. Cetakan Kelima. BPFE-UGM. Yogyakarta Swastha, B dan Irawan. 1998. Strategi Pemasaran Modern. Edisi Kedua. Cetakan Kelima. Liberty. Yogyakarta Widjaja, T. 2006. Analisis Rantai Nilai (Value Chain) dan Keunggulan Bersaing (Competitive Advantage). Harvarindo. Jakarta
Lampiran Daftar Kode DAFTAR KODE
P1 → PB →K P2 → PC 1 →K1 P2 →PC2 →K2 P2→PC3→K3 P2→PC4→K4 P3→PC5→K5 P3→PC6→K6 Keterangan : P1 : Petani 1 (Beny Ariawan Riangsa) P2 : Petani 2 (I Wayan Wisnawa) P3 : Petani 3 (I Made Suidiarta) PB : Pedagang Besar (D’Oasis) PC1 : Pedagang Pengecer 1 ( Marta Florist) PC2 : Pedagang Pengecer 2 (Eva Sari Florist) PC3 : Pedagang Pengecer 3 (Mutiara
726
Prosiding Seminar Nasional, Program Studi Teknologi Industri Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA) Bali) PC4 : Pedagang Pengecer 4 (Arya Florist) PC5 : Pedagang Pengecer 5 ( Laksana Dewi) PC6 : Pedagang Pengecer 6 (Syahla Florist) K : Konsumen (Four Season, Intercontinental, Melia Bali) K1 : Konsumen 1 (Westin, Inna Kuta Beach, Ayana Resort) K2 : Konsumen 2 (Villa Jody, Villa Maya Loka) K3 : Konsumen 3 (Dyana Villas, Barokah) K4 : Konsumen 4 (Taman Rosani, Villa Brawa) K5 : Konsumen 5 (Made Bali, Aston, Kayu Manis) K6 : Konsumen 6 (All Season, Legian Beach, D’Oasis)
727
Prosiding Seminar Nasional, Program Studi Teknologi Industri Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA)
Margin Pemasaran dan Margin Keuntungan Tabel 1. Margin Pemasaran dan Margin Keuntungan Jalur
Harga
Distribusi
Beli
Harga Jual
Margin Pemasaran
Biaya Pemasaran
Margin Keuntungan
(Rp/Btg)
(%)
Kemasan
Transportasi
Penyusutan
Hasil Produksi
Jumlah (Rp/Btg)
(%)
Rp/Btg
(%)
A
250
400
150
60
189.000
100.000
40.000
4.000
82
32,8
68
27,2
B.1 ukuran M
1.000
3.500
2.500
250
3.000
20.000
96.000
240
496
49,6
2.004
200,4
B.2 ukuran S
500
1.000
500
100
1.500
10.000
32.000
160
272
54,4
228
45,6
B.2 ukuran M
1.000
2.000
1.000
100
1.500
10.000
64.000
160
472
47,2
528
52,8
B.3 ukuran S
500
1.000
500
100
3.000
20.000
48.000
240
296
59,2
204
40,8
B.4 ukuran S
500
1.000
500
100
1.500
10.000
32.000
160
272
54,4
228
45,6
B.4 ukuran M
1.000
2.000
1.000
100
1.500
10.000
64.000
160
472
47,2
528
52,8
B.5 ukuran M
1.000
1.500
500
50
7.000
60.000
960.000
4.000
257
25,7
243
24,3
B.6 ukuran M
1.000
1.500
500
50
7.000
60.000
105.600
440
392
39,2
108
10,8
728
Prosiding Seminar Nasional, Program Studi Teknologi Industri Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA)
Biaya dan Keuntungan Produksi Petani
BIAYA DAN KEUNTUNGAN PRODUKSI PETANI
No.
Pola Jalur
1
A.1
Beny Ariawan Riangsa
2
B.1
Wayan Wisnawa
3
B.2
Wayan Wisnawa
4
B.3
Wayan Wisnawa
5
B.4
Wayan Wisnawa
6
B.5
Made Suidiarta
7
B.6
Made Suidiarta
Nama Petani
Jenis Daun Dracaena florida beauty philodendron selloum (M) philodendron selloum (S) philodendron selloum (M) philodendron selloum (S) philodendron selloum (S) philodendron selloum (M) philodendron selloum (M) philodendron selloum (M)
Biaya Produksi/bln
Harga Jual/btg
Rp 824,000.00 Rp 115,500.00 Rp 57,750.00 Rp 57,750.00 Rp 115,500.00 Rp 57,750.00 Rp 57,750.00 Rp 399,875.00 Rp 399,875.00
Rp 250.00 Rp 1,000.00 Rp 500.00 Rp 1,000.00 Rp 500.00 Rp 500.00 Rp 1,000.00 Rp 1,000.00 Rp 1,000.00
729
Hasil Produksi/ bln 4000 240 160 160 240 160 160 4000 440
Total Pendapatan/ bln
Keuntungan/ bln
Rp 1,000,000.00 Rp 240,000.00 Rp 80,000.00 Rp 160,000.00 Rp 120,000.00 Rp 80,000.00 Rp 160,000.00 Rp 4,000,000.00 Rp 440,000.00
Rp 176,000.00 Rp 124,500.00 Rp 22,250.00 Rp 102,250.00 Rp 4,500.00 Rp 22,250.00 Rp 102,250.00 Rp 3,600,125.00 Rp 40,125.00
Keuntungan/ btg Rp 44.00 Rp 518.75 Rp 139.06 Rp 639.06 Rp 18.75 Rp 139.06 Rp 639.06 Rp 900.03 Rp 91.19
Prosiding Seminar Nasional, Program Studi Teknologi Industri Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA)
730