PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGINDERAAN JAUH 2016 27 Juli 2016 The Margo Hotel Depok, Indonesia Tema: Penguatan Kemandirian IPTEK dan Pemanfaatan Penginderaan Jauh untuk Mendukung Pengelolaan Sumber Daya Alam, Lingkungan, dan Mitigasi Bencana Prosiding ini berisi makalah-makalah yang telah dipresentasikan pada Seminar Nasional Penginderaan Jauh yang diselenggarakan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional pada tanggal 27 Juli 2016 di The Margo Hotel, Depok - Indonesia. Prosiding dicetak pada November 2016. Mitra Bestari*): 1. Dr. Erna Sri Adiningsih, M.Si. (Ketua) 2. Ir. Mahdi Kartasasmita, MS, Ph.D. 3. Dr. Ir. Katmoko Ari Sambodo, M.Eng. 4. Dra. Ratih Dewanti, M.Sc. 5. Dr. Bidawi Hasyim, M.Si. 6. Dr. Ir. Dony Kushardono, M.Eng. 7. Dr. Dra. Wikanti Asriningrum, M.Si. 8. Dr. Ety Parwati, M.Si. 9. Ir. Wawan K. Harsanugraha, M.Si. 10. Dr. Ir. Indah Prasasti, M.Si. 11. Dr. Ir. Dede Dirgahayu Domiri, M.Si. Dipublikasikan oleh: Panitia Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2016 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Jl. LAPAN No 70 Pekayon, Pasar Rebo Jakarta 13710 Indonesia Telephone: 021-8710786, Fax: 021 8717715 Website: http://sinasinderaja.lapan.go.id ISBN : 978-979-1458-99-3
*) : Berdasarkan Surat Keputusan Deputi Bidang Penginderaan Jauh LAPAN No.216A Tahun 2016
-ii-
Seminar Nasional Penginderaan Jauh -2016
Uji Akurasi Foto Udara dengan Menggunakan Data UAV pada Kawasan Padat Pemukiman Penduduk (Studi Kasus: Kawasan Padat Sayidan, Daerah Istimewa Yogyakarta) Accuration Test of UAV’s Aerial Photo in Densely Populated Areas (Case Study: Sayidan, Special Province of Yogyakarta) Anggara Setyabawana Putra1*), Edwin Maulana4,6, Aries Dwi Wahyu Rahmadana5, Theresia Retno Wulan2,6,7, I Wayan Wisnu Yoga Mahendra3, dan Mega Dharma Putra6 1
Ilmu Statistika Konsentrasi Manajemen Kebencanaan, Universitas Islam Indonesia 2 Badan Informasi Geospasial 3 Geografi dan Ilmu Lingkungan, Universitas Gadjah Mada 4 Magister Manajemen Bencana, Universitas Gadjah Mada 5 Magister Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai, Universitas Gadjah Mada 6 Parangtritis Geomaritime Science Park 7 Program Doktor Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada *)
E-mail:
[email protected]
ABSTRAK - Data foto udara dapat digunakan sebagai data pendukung untuk melakukan pemetaan dengan skala detil, karena memiliki resolusi spasial yang tinggi. Namun pada prakteknya, tingkat akurasi dari foto udara kurang diperhatikan, sehingga analisis yang dilakukan kurang maksimal dan tidak sesuai dengan kaidah kartografis. Penelitian ini dilakukan untuk menguji presentase akurasi data foto udara dengan menggunakan UAV tipe quadcopter. Wilayah kajian penelitian adalah di kawasan padat Sayidan, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemotretan dilakukan pada tinggi jelajah 52,4m. Hasil akurasi foto udara dengan menggunakan wahana quadcopter menunjukkan bahwa akurasi foto udara yang dihasilkan lebih dari 85%. Kata kunci: akurasi, foto udara, UAV ABSTRACT - Aerial photographs data could be used as supporting data for mapping with detailed scale, because it has a high spatial resolution. However, in practice, the accuracy of aerial photographs is less noticeable, so the result analysis is not good enough and not in accordance with cartographic rules. This study was conducted to test the percentage of aerial photograph data accuracy using UAV (quadcopter). This research was held in densely populated area namely Sayidan, Yogyakarta. The quadcopter flies in height of 52,4 m to take the photo. The results shows that the accuracy of aerial photographs produced is more than 85%. Keywords: accuracy, aerial photo, UAV
1.
PENDAHULUAN
Metode penginderaan jauh dewasa kini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan itu meliputi alat atau instrumen pengambilan data dan juga proses pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak komputer. Teknologi pengambilan data berupa foto (fotogrametri) untuk kepentingan pemetaan yang kini sedang berkembang pesat adalah teknologi Unmanned Aerial Vehicle (UAV) (Haala dkk.,2011). Unmanned Aerial Vehicle (UAV) dan fotogrametri digital merupakan sebuah teknologi pemetaan wilayah yang terbaru. UAV memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan teknologi pemetaan lainnya, yaitu murah, sederhana dan mudah dibawa berpindah-pindah (mobile) (Berteska dan Ruzgiene, 2013). Selain itu, juga dapat digunakan dalam situasi yang memiliki resiko tinggi seperti lokasi-lokasi yang sulit terjangkau serta masih berpotensi untuk dikembangkan. Sensor UAV tidak seperti sensor satelit. Berbeda dengan satelit yang memiliki beragam jenis sensor dan resolusi spektral dari menengah (multi spektral) hingga sangat tinggi (hiperspektral), sensor pada UAV masih sangat terbatas dan masih terus berkembang (Ramadhani dkk., 2015). UAV secara konfigurasi airframe dibagi menjadi dua, yakni fixed-wing dan rotary-wing(rotor).Multicopter adalah salah satu hasil pengembangan dari UAV jenis rotary-wing. UAV multicopter menggunakan dua atau lebih rotor. Jenis-jenis multicopterdiantaranya adalah Bicopter (2 rotor), Tricopter (3 rotor) dan Quadcopter (4 rotor). UAV jenis multicopter mempunyai banyak keunggulan. Wahana jenis rotary-wings atau multirotorcopter memiliki
-278-
Uji Akurasi Foto Udara dengan Menggunakan Data UAV pada Kawasan Padat Pemukiman Penduduk (Studi Kasus: Kawasan Padat Sayidan, Daerah Istimewa Yogyakarta) (Putra, A.S., dkk.)
keunggulan pada kemampuan manuver yang tinggi, mengacu padakemampuannya untuk mempertahankan posisi (hover) dan mengubah arah terbang di sekeliling pusat rotasi (Ramadhani dkk., 2015). UAV bertipe Quadcopter memiliki keunggulan tersendiri yakni dapat bergeraklebih stabil dan dapat terbang secara vertikal, sehingga untuk pemotretan dikawasan-kawasan tertentu, seperti kawasan padat pemukiman dapat dilakukan dengan lebih mudah. Efek sidelap-overlap (area pertampalan) juga dapat terpenuhi dengan baik, karena kecepatan UAV tidak terlalu tinggi sehingga foto udara yang dihasilkan juga lebih bagus.
Gambar 1. Flight Path Sumber: Hickin, 2014
Overlap merupakan tumpang tindih foto, meliputi areal yang sama dalam satu jalur terbang, sedangkan sidelap adalah tumpang tindih antara foto-foto yang berdekatan dalam jalur penerbangan pararel (Philipson dan Philpot, 2012). Efek overlap dalam jalur penerbangan foto udara sebesar 60%, sedangkan untuk sidelap sebesar 25-30% (Hickin, 2014). Pada Gambar 1 dapat diamati bahwa foto nomor 1 dan 2 menunjukan efek overlap, sedangkan foto nomer 6 dan 7 menunjukan efek sidelap. Permasalahan yang sering dihadapi pada saat dilakukan proses pemotretan foto udara adalah relief displacement. Relief displacement biasa disebut juga distorsi geometri adalah jarak dua foto udara akibat perbedaan elevasi (Schenk, 2005; Devi dan Veena, 2014).
Gambar 2. Relief Displacement Sumber : Devi dan Veena, 2014
Foto udara kualitas tinggi merupakan salah satu faktor signifikan untuk efisiensi dan standar kualitas produk pemetaan, seperti Digital Elevation Model (DEM) dan Ortho-images. Kualitas data DEM dan Ortofoto dipengaruhi oleh resolusi kamera, ketinggian terbang, dan akurasi Ground Control Points (GCP)(Berteska dan Ruzgiene, 2013). Kamera yang digunakan sebagai instrument pemotretan pada UAV memiliki resolusi dan tingkat akurasi yang berbeda-beda. Penelitian ini dilakukan untuk menguji tingkat
-279-
Seminar Nasional Penginderaan Jauh -2016
akurasi foto udara dari hasil pemotretan dikawasan padat pemukiman penduduk Sayidan, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan menggunakan UAV bertipe Quadcopter
2. METODE 2.1 Instrumen UAV UAV yang digunakan dalam penelitian ini adalah DJI Phantom 3 profesional, yang merupakan wahana jenis multirotor (Quadcopter). Jumlah baling-balingwahana ini berjumlah empat, dengan berat 1280 gr (include battery and propelers). Proses pengoprasian wahana ini membutuhkan dua orang operator. DJI Phantom 3 Profesional belum dilengkapi dengan aplikasi untuk penentuan jalur terbang, maka proses pemotretan dilakukan secara manual dengan memperhatikan aspek sidelap dan overlap.
Gambar 3. DJI Phantom 3 Professional Sumber: Putra, 2016
DJI Phantom 3 profesional dilengkapi spesifikasi teknis yang lebih canggih dibandingkan dengan tipe DJI Phantom sebelumnya (tipe 1 dan 2). Penggunaan DJI Phantom 3 profesional lebih mudah dengan menggunakan remote kontol dan informasi terkait performa dapat dikontrol dari aplikasi softwareyang dapat diakses menggunakan smartphone. Penggunaan ruang yang sempitpun dapat digunakan untuk menerbangkan UAV tersebut. UAV tipe quadcopter ini memiliki kemampuan manuver yang tinggi dan dapat terbang dalam posisi tetap atau biasa dikenal dengan istilah hovering. Tabel 1 menunjukkan spesifiasi UAV dan kamera yang digunakan pada DJI Phantom 3 profesional. Tabel 1.Spesifikasi UAV dan kamera Spesifikasi UAV Jenis
Quadcopter
Sensor
Spesifikasi Kamera Sony EXMOR 1/2.3”
Kecepatan
1280 (include battery and propellers) 16m/s
Durasi Terbang
23 menit
Resolusi foto
4000x3000 pixel
Energi /Voltage
Intelligent Flight Battery 68 Wh / 15.2 V
Format foto
JPEG, DNG
Jarak Transmisi remot kontrol
3 KM
Iso
100 - 1600
Berat
Sumber: http://www.dji.com/product/phantom-3-pro/info
2.2 Wilayah Kajian
-280-
Lens
FOV 940 20mm
Resolusi
12.4 MP
Uji Akurasi Foto Udara dengan Menggunakan Data UAV pada Kawasan Padat Pemukiman Penduduk (Studi Kasus: Kawasan Padat Sayidan, Daerah Istimewa Yogyakarta) (Putra, A.S., dkk.)
Kampung Sayidan, berada di Desa Prawirodirjan, Kecamatan Gondomanan, KotaYogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geografis terletak 7°48'09.8"S 110°22'12.1"E. Masyarakat kampong Sayidan menurut sejarah adalah pendatang dari etnis arab. Orang Jawa menyebut etnis Arab tersebut sebagai sayid, maka terbiasalah sebutan Sayidan (sayid-an), namun berdasarkan studi lapangan yang telah dilakukan, mayoritas penduduk Sayidan merupakan orang Jawa. Kampung Sayidan sebelah utara berbatasan dengan Desa Ngupasan, Sebelah timur berbatasan dengan Desa Wirogunan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Keparakan dan sebelah barat berbatasan Kecamatan Kraton. Kampung Sayidan terletak di bantaran Sungai Code yang berhulu di Gunung Merapi. Karena posisi tersebut, Kampung Sayidan rawan akan bencana banjir. Permukiman padat Sayidan dipisahkan oleh Sungai Code yang secara landscape analysis permukiman berada pada gosong sungai, lembah sungai dan tanggul alam. Banjir yang melanda wilayah Sayidan terjadi pada permukiman yang dibangun pada gosong sungai dan sebagian lembah sungai. Kondisi Kampung Sayidan yang rawan banjir mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kota Yogyakarta khususnya dalam penataan wilayah di bantaran sungai. Kampung Sayidan memiliki keunikan dari penataan wilayah pasca kejadian banjir tahun 2015 yaitu muka bangunan permukiman yang ada disarankan untuk menghadap ke sungai. Pengaturan muka permukiman diharapkan akan kewaspadaan dan kepedulian masyarakat Sayidan dalam menjaga Sungai Code. Pemotretan dilakukan di kawasan padat pemukiman Sayidan, Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 15 Juni 2016, dengan tinggi jelajah 172 FT (52, 4 Meter) pukul 10.53 WIB. Didapatkan 150 frame foto tegak. Setiap frame foto disusun menggunakan aplikasi pemetaan untuk memperoleh satu kawasan Sayidan. Foto tegak Kampung Sayidan memberikan gambaran detail wilayah kajian yang dapat diimplementasikan dalam perencanaan hingga antisipasi terhadap kejadian bencana. Deskripsi wilayah kajian dapat diamati pada Gambar 4.
Gambar 4. Deskripsi Wilayah Kajian Sumber: Maulana, 2016
2.3 Uji Akurasi Pengujian akurasi perlu dilakukan agar data yang didapatkan dari foto udara bisa dikatakan sesuai dengan kondisi di lapangan. Secara teknis perhitungan akurasi dilakukan dengan memperbandingkan data hasil klasifikasi dengan kondisi lapangan (Ibrahim, 2014). Dengan demikian, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam uji akurasi data foto udara ini. Secara sederhana, tahapan uji akurasi dapat diamati pada Gambar 5.
-281-
Seminar Nasional Penginderaan Jauh -2016
Persiapan
Penentuan AOI (Area of Interest)
Koordinasi Tim
Pemotretan
Pengumpulan Data Foto
Koreksi Data Foto
Mozaik
Ortopotho
Koreksi Akurasi
Tidak Layak
Layak
Layout
Gambar 5. Diagram Alir Sumber: Putra, 2016
Pada tahapan koreksi akurasi, dilakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan Omisi dan Komisi. Komisi adalah kondisi dimana hasi intepretasi lebih panjang/luas dari lapangan sedangkan Omisi adalah kondisi dimana hasil intepretasi lebih pendek/sempit dari lapangan (Ibrahim, 2014). Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Akurasi = 1 −
∆
100%
Dimana∆ = Interpretasi - Lapangan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Kampung Sayidan Kampung Sayidan merupakan kawasan padat pemukiman penduduk yang berada di pusat Kota Yogyakarta. Kampung Sayidan terbagi menjadi tiga Rukun Warga, yakni RW 04, RW 05 dan RW 06. Potensi ekonomi yang ada di Kampung Sayidan adalah kerajinan dari tempurung kelapa berupa tas, kap lampu, aksesoris/perhiasan. Selain potensi ekonomi, Kampung Sayidan juga memiliki potensi bencana, berupa bencana banjir, karena letaknya di bantaran Sungai Code.
-282-
Uji Akurasi Foto Udara dengan Menggunakan Data UAV pada Kawasan Padat Pemukiman Penduduk (Studi Kasus: Kawasan Padat Sayidan, Daerah Istimewa Yogyakarta) (Putra, A.S., dkk.)
Gambar 5. Kawasan Sayidan Sumber: Putra, 2016
Secara visual (Gambar 5.), dapat diamati bahwa bangunan pemukiman kawasan Sayidan saling berhimpitan dikarenakan padatnya penggunaan lahan di kawasan tersebut. Sebagian besar penggunaan lahan di kawasan Sayidan adalah bangunan tempat tinggal permanen. Akses jalan untuk transportasi hanya bisa digunakan untuk kendaraan beroda dua. Keterbatasan lahan tersebut menyebabkan warga harus bisa memanfaatkan ruang semaksimal mungkin, sehingga banyak dijumpai warung-warung atau rumah makan yang bangunanya jadi satu dengan tempat tinggal.
3.2Proses Akuisisi Data Foto Udara Pemotretan dilakukan dengan menggunakan UAV tipe Quadcopter,pada pukul 10.53 WIB dengan ketinggian jelajah 172 FT didapatkan sebanyak 150 foto tegak kawasan Sayidan. Foto tegak hasil pemotretan yang nantinya digunakan untuk analisis dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Foto tegak kawasan Sayidan Sumber: Putra, 2016
Foto tegak hasil pemotretan sudah memuat titik koordinat, karena kamera yang terpasang di UAV sudah dilengkapi dengan fitur geotaging. Selanjutnya foto tegak diolah dengan menggunakan softwareAgisoft Photoscan untuk dilakukan proses mosaic sehingga didapatkan orthophoto kawasan Sayidan. Salah satu tahapan pengolahan foto udara dan hasil orthophoto dapat diamati pada Gambar 7.
-283-
Seminar Nasional Penginderaan Jauh -2016
Gambar 7. Poses orthophoto Sumber: Putra, 2016
Pemotretan dilakukan di sebagian kawasan Sayidan. Resolusi spasial yang didapatkan dari foto udara adalah 2,1 cm, menunjukkan bahwa resolusi spasial yang dihasilkan sangat tinggi. Selain orthophoto, juga didapatkan data Digital Elevation Model (DEM). Orthophoto dan DEM kawasan Sayidan dapat diamati pada Gambar 8.
Gambar 8. Orthophotodan DEM Sumber: Analisis, 2016
3.3Uji Akurasi Data Foto Udara Setelah didapatkan orthophoto kawasan Sayidan, selanjudnya dilakukan uji akurasi foto udara. Pemilihan sampel untuk objek amatan dilakukan dengan metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005). Pertimbangan yang digunakan adalah efektifitas waktu, keterjangkauan pengukuran objek dan daya jelajah perangkat. Lokasi pengukuran dapat diamati pada Gambar 8.
-284-
Uji Akurasi Foto Udara dengan Menggunakan Data UAV pada Kawasan Padat Pemukiman Penduduk (Studi Kasus: Kawasan Padat Sayidan, Daerah Istimewa Yogyakarta) (Putra, A.S., dkk.)
Gambar 9. Lokasi Pengukuran Objek Sumber: Analisis, 2016
Pengukuran dilakukan secara interpretasi dan lapangan. Terdapat lima lokasi pengukuran untuk melakukan uji akurasi. Dari lima akurasi tersebut masing-masing diambil satu objek. Pada Tabel 2. dapat diamati ukuran objek hasil pengukuran baik itu secara interpretasi maupun pengukuran langsung di lapangan. Tabel 2. Pengukuran Objek Ukuran
No 1 2 3 4 5
Objek
Intepretasi (m)
PengukuranLap angan (m)
LebarJembatan
1,59 m
1,75 m
PanjangJembatan
18,9 m
18,10 m
PanjangAtap Seng 1
4m
4,12 m
PanjangAtap Seng 2
2m
2,07 m
2,7 m
2,42 m
PanjangTembok Sumber : Analisis, 2016
Data hasil pengukuran pada Tabel 2. Kemudian dilakukan perhitungan dengan persamaan Komisi dan Omisi. Berikut adalah salah satu perhitungan objek berupa lebar jembatan dikawasan Sayidan. ∆
Akurasi = 1 − Akurasi = 1 − Akurasi = 1 −
,
100% ,
, , ,
100% 100%
Akurasi = 1— 0,0914286 100% Akurasi = [0,90857143] 100% Akurasi91 % ( ) Perhitungan dengan metode yang sama, dilakukan pada objek lainya. Yakni panjang jembatan, panjang atap seng (1 dan 2) dan panjang tembok. Hasil perhitungan kemudian dirangkum pada Tabel 3.
-285-
Seminar Nasional Penginderaan Jauh -2016
Tabel 3. Hasil Perhitungan Akurasi
No 1 2 3 4 5
Objek LebarJembatan PanjangJembatan PanjangAtap Seng 1 PanjangAtap Seng 2 PanjangTembok
Intepretasi (m) 1,59 m
Ukuran PengukuranLapangan (m) 1,75 m
-0,16 m
91%
18,9 m
18,10 m
0,8 m
96%
4m
4,12 m
-0,12 m
97%
2m
2,07 m
-0,07 m
97%
2,7 m
2,42 m
0,28 m
88%
∆
Akurasi
Sumber : Analisis, 2016
Nilai delta ∆ (delta) adalah selisih dari interpretasi dan pengukuran lapangan. Nilai minus pada delta tidak mempengaruhi perhitungan, dikarenakan persamaan Komisi dan Omisi memuat tanda mutlak. Dengan demikian perhitungan akurasi akan lebih akurat.
4.
KESIMPULAN
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan metode Omisi dan Komisi, didapatkan bahwa objek memiliki akurasi yang sangat tinggi. Pemotretan pada kawasan padat penduduk lebih cocok dengan menggunakan UAV tipe quadcopter. Hal ini disebabkan UAV dengan tipe quadcopter lebih stabil dalam menghadapi kondisi angin yang ekstrim. Hasil uji akuisisi menunjukkan bahwa pengambilan data UAV di Kawasan Padat Penduduk Sayidan menghasilkan data dengan resolusi 2,1 cm. Data ini lebih dari cukup untuk melakukan pemetaan detil. Hasil perhitungan akurasi dengan menggunakan metode omisi dan komisi menunjukkan bahwa ketelitian data yang dihasilkan lebih dari 83%.
5.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih diberikan kepada panitia penyelenggara seminar. Lebih lanjut, ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Badan Informasi Geospasial dan Parangtritis Geomaritime Science Park. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Prof. Dr.rer.nat. Junun Sartohadi dan Syamsul Bachri P.Hd yang selalu membimbing penulis hingga sekarang.
DAFTAR PUSTAKA Berteska, T., dan Ruzgiene, B.,(2013). Photogrammetric mapping based on UAV imagery. Geodesy and Cartography, 39(4):158-163. Devi, S., dan Veena., (2014). Measurement of Relief Displacement from Vertical Photograph. International Journal of Science, Engineering and Technology Research (IJSETR), 3(10). Haala, N., Cramer, M., Weimer, F., dan Trittler, M. (2011). Performance Test on UAV-Based Photogrammetric Data Collection. International Archives of The Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Science, XXXVIII-1/C22, 7-12. Hickin, E.J.,(2014). Maps and Mapping A cartographic manual: Third Edition. Department of Geography, Simon Fraser University with R.S.Graphics and Printings Ibrahim, F., (2014). Teknik Klasifikasi Berbasis Objek Citra Penginderaan Jauh untuk Pemetaan Tutupan Lahan Sebagian Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman. Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Philipson, P., (2012).Remote Sensing FundamentalsPhotogrammetry. Cornell University . Ramadhani dkk., (2015). Pemetaan Pulau Kecil Dengan Pendekatan Berbasis Objek Menggunakan Data Unmaned Aerial Vehicle (UAV) Studi Kasus di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Majalah Ilmiah Globe Volume, 17(2):125-134. Schenk, T., (2005). Introduction to Photogrametry. The Ohio State University: Department of Civil and Environmental Engineering and Geodetic Science. Sugiyono(2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
*) Makalah ini telah diperbaiki sesuai dengan saran dan masukan pada saat diskusi presentasi ilmiah BERITA ACARA PRESENTASI ILMIAH SINAS INDERAJA 2016
-286-
Uji Akurasi Foto Udara dengan Menggunakan Data UAV pada Kawasan Padat Pemukiman Penduduk (Studi Kasus: Kawasan Padat Sayidan, Daerah Istimewa Yogyakarta) (Putra, A.S., dkk.)
Moderator Judul Makalah Pemakalah Diskusi
: Dedi Irawadi : Uji Akurasi Foto Udara Dengan Menggunakan Data UAV Pada Kawasan Padat Pemukiman Penduduk (Studi Kasus Kawasan Padat Sayidan, Daerah Istimewa Yogyakarta) : Anggara S. Putra (UII) :
Pertanyaa : Agus (PUPR) 1. Melihat dari jumlah sampling untuk uji akurasi terlalu sedikit sehingga adakah kemungkinan penambahan GCP? Pertanyaan: Danang (BIG) 2. Kenapa titik samplenya tidak menyebar secara merata? Jawaban : 1. Pemelihan sample berdasarkan purposing sample sehingga sesuai dengan keterbatasan yang dimiliki. 2. Karena dilokasi penelitian sedang terjadi konflik pemukiman sehingga sulit memperoleh informasi. Saran: F.B Habibi (UGM) Perlu memperbanyak titik GCM untuk DSMnya jika kurang bisa menggunakan Google Map
-287-