Prosiding Seminar Internasional Multikultural & Globalisasi 2012
PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN PERSPEKTIF MULTIKULTURAL: STUDI DESKRIPTIF PEMBELAJARAN MENULIS BERBASIS KARAKTER PADA SEKOLAH MULTIKULTURAL SD SLAMET RIYADI BANDUNG
Isah Cahyani Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
[email protected]
Abstrak Pembelajaran dengan perspektif multikultural berdampak pada kemampuan mengapresiasi dan memahami budaya lain sebagaimana budaya sendiri. Pembelajaran dengan perspektif multikultural mengenalkan peserta didik pada keunikan budaya daerah sebagai karakter yang positif dan memudahkan peserta didik untuk menerima keunikan kebudayaan lainnya. Pendidikan multikultural tidak terdapat dalam kurikulum. Namun, secara nasional dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” sebenarnya bangsa Indonesia sudah dikenalkan dengan konsep multikultural. Hal ini tercermin pula dalam pembelajaran menulis. Para guru memiliki kepedulian terhadap pendidikan multikultural melalui penanaman nilai-nilai karakter yang harus muncul pada peserta didik. Pendidikan multikultural dapat dilakukan secara terpadu dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar menulis. Permasalahan yang muncul, bagaimana merekontruksi pembelajaran menulis dengan muatan multikultural melalui analisis nilai-nilai karakter dalam pembelajaran bahasa Indonesia? Hal ini penting agar peserta didik mampu beradaptasi dengan masyarakat yang lebih luas. Penerapan proses pendidikan multikultural secara aktif berdampak terhadap nilai-nilai karakter kejujuran yang akan mengubah kondisi sosial dan perubahan yang lebih jauh lagi. Dengan guru mengenal latar belakang budaya peserta didik, peserta didik pun dapat mengenal guru secara lebih dekat. Perasaan sambung rasa atau toleransi menjadikan alat vital untuk saling mengenal beberapa dan perbedaan di antara mereka. Kata kunci: pendidikan multikultural, pembelajaran menulis, nilai-nilai karakter.
A. Pendahuluan Di Indonesia terdapat lebih dari 700 bahasa daerah yang masing-masing memiliki tradisi dan kebudayaan maka kondisi multilingual dalam masyarakat multikultural itu akan menyebabkan perkembangan bahasa Indonesia beragam-ragam sesuai dengan lingkungan dan budaya masyarakat, apalagi bahasa dan budaya tersebut berada dalam wilayah yang beragam pula. Kondisi masyarakat semacam itu makin mengukuhkan bahwa kebijakan pembelajaran bahasa Indonesia tidak dapat dilakukan
235
Prosiding Seminar Internasional Multikultural & Globalisasi 2012
secara lokal ataupun wilayah (otonomi daerah), tetapi harus bersifat menyeluruh dan berkelanjutan serta bersifat nasional. Hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia adalah proses belajar memahami dan memproduksi gagasan, perasaan, pesan, informasi, data, dan pengetahuan untuk berbagai keperluan komunikasi keilmuan, kesastraan, dunia pekerjaan, dan komunikasi sehari-hari baik secara tertulis maupun lisan. Dalam kaitannya dengan memahami dan memproduksi gagasan, perasaan, pesan, informasi, data, dan pengetahuan untuk berbagai keperluan tersebut, kegiatan berpikir mempunyai peranan sangat penting. Bahkan berpikir merupakan aktivitas sentral yang memungkinkan peserta didik dapat memahami dan memproduksi gagasan dan lain-lain dengan baik. Oleh karena itu, guru harus menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses berpikir secara optimal. Proses berpikir optimal yang seharusnya melekat dan terus-menerus terjadi dalam pembelajaran bahasa Indonesia harus disadari peserta didik dan guru dalam setiap episode pembelajaran. Ketika guru menghadirkan sebuah teks, misalnya, isi teks itu akan dipahami dengan baik bila peserta didik mampu dan mau berpikir (logis, kritis, dan kreatif). Selanjutnya, peserta didik akan dapat memproduksi gagasan dan lain-lain yang baru berdasarkan gagasan-gagasan yang ditemukan dalam teks tersebut, bila peserta didik mampu dan mau berpikir dengan baik pula. Realisasi kegiatan berpikir itu misalnya menghubung-hubungkan gagasan, membandingkan gagasan, mempertentangkan gagasan, memilih-milah gagasan, menafsirkan data, menyimpulkan hasil analisis, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan-gagasan baru atau aspek-aspek baru yang akan dituangkan ke dalam tulisan atau paparan lisan dalam suatu peristiwa berbahasa tertentu. Dengan demikian, kegiatan berbahasa dan berpikir merupakan inti dalam pembelajaran berbahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki peran sentral untuk mempersatukan bangsa dan sarana pengembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Selain itu, penguasaan bahasa Indonesia oleh peserta didik juga akan menunjang keberhasilan mereka dalam mempelajari semua mata pelajaran. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia diharapkan membantu peserta didik mengembangkan potensi pikir, rasa, dan karsa untuk mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, mengemukakan gagasan dan perasaan, menemukan serta menggunakan kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif, dan imaginatif yang ada dalam diri peserta didik. Pembelajaran dengan perspektif multikultural berdampak pada kemampuan mengapresiasi dan memahami budaya lain sebagaimana budaya sendiri. Pembelajaran dengan perspektif multikultural mengenalkan peserta didik pada keunikan budaya daerah sebagai karakter yang positif dan memudahkan peserta didik untuk menerima keunikan kebudayaan lainnya. Pendidikan multikultural tidak terdapat dalam kurikulum. Namun, secara nasional dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” sebenarnya bangsa Indonesia sudah dikenalkan dengan konsep multikultural. Para guru memiliki kepedulian terhadap pendidikan multikultural melalui penanaman nilai-nilai karakter yang harus muncul pada peserta didik. Pendidikan multikultural dapat dilakukan secara terpadu dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar menulis.
236
Prosiding Seminar Internasional Multikultural & Globalisasi 2012
Permasalahan yang muncul, bagaimana merekontruksi pembelajaran menulis dengan muatan multikultural melalui analisis nilai-nilai karakter dalam pembelajaran bahasa Indonesia? Hal ini penting agar peserta didik mampu beradaptasi dengan masyarakat yang lebih luas.
B. Pembahasan Salah satu bentuk menuangkan gagasan secara tertulis terdapat dalam keterampilan bahasa Indonesia yaitu keterampilan menulis. Keterampilan menulis memiliki sifat multilingual dan multikultural. Multilingual bermakna pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif seperti menulis puisi, cerita pendek, menggambarkan, memaparkan, dan berbagai perpaduannya. Sifat multikultural mengandung makna keterampilan menulis menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya baik budaya nusantara maupun mancanegara yang tersaji baik tertulis maupun pertunjukan. Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan seseorang hidup secara beradab serta toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk. Pembelajaran bahasa Indonesia terutama keterampilan menulis memiliki peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan ragam budaya yang tersedia di sekitarnya. Hal ini terutama mengembangkan kreativitas berbahasa dan mengapresiasi karya seni atau budaya. Selain itu, keterampilan tersebut mengembangkan peserta didik dalam mencapai multikecerdasan. Keterampilan menulis menuntut peserta didik memiliki gagasan tersendiri sesuai dengan kaidah keilmuan masing-masing. Dalam menulis sebagai seni dan budaya harus menampung gagasan yang tertuang dalam pemberian pengalaman mengembangkan konsepsi, apresiasi, dan kreasi. Semua ini diperoleh melalui upaya eksplorasi elemen, prinsip, proses, dan teknik menulis dalam konteks ilmu dan budaya masyarakat yang beragam. Berikut ini akan dipaparkan sekilas deskripsi pembelajaran menulis pada sekolah multikultural. B.1. Deskripsi SD Ignatius Slamet Riyadi 2 Bandung Nama Ignatius Slamet Riyadi diambil dari nama pahlawan yang lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 26 Juli 1927. Ia meninggal di Ambon, Maluku, 4 November 1950. Beliau adalah pahlawan nasional Indonesia. Sekolah Ignatius Slamet Riyadi diresmikan oleh Wali Kota Bandung Ateng Wahyudi sejak bulan Agustus 1968 khusus jenjang SMP, kemudian pada bulan Juli 2002 didirikan jenjang sekolah Taman Kpeserta didik-Kpeserta didik dan pada tahun berikutnya didirikan jenjang Sekolah Dasar. Sampai dengan sekarang jumlah peserta didik di sekolah Ignatius Slamet Riyadi semakin meningkat.
237
Prosiding Seminar Internasional Multikultural & Globalisasi 2012
Sekolah Ignatius Slamet Riyadi berada di lokasi yang strategis, nyaman dan aman tepatnya berada di Jl. Kebon Kangkung X Kiara Condong Bandung. Gedung milik sendiri 3 lantai, lantai 1 PGTK dan SD, lantai 2 SD dan lantai 3 SMP. Sekolah Slamet Riyadi telah membentuk karakter peserta didik. Hal ini tercermin dari visi, misi, tujuan dan moot sekolah. Berikut ini dipaparkan visi, misi, tujuan, dan mottonya. Visi yaitu berakhlak mulis, bersemangat melayani, berdisiplin, unggul dalam prestasi dan peka inovasi. Adapun misinya berikut ini. 1) Menanamkan nilai-nilai akhlak mulia dalam berperilaku. 2) Meningkatkan pelayanan pendidikan, yang dilandasi keramahtamahan dan cinta kasih. 3) Meningkatkan kedisiplinan dan bertanggung jawab dalam kehidupan. 4) Menyelenggarakan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan melalui penguasaan teknologi pembelajaran. 5) Mengembangkan potensi insan pembelajar menjadi pribadi yang utuh dan berbudi pekerti luhur, melalui pembelajaran kontekstual 6) Berpartisipasi aktif dalam melestarikan dan memajukan tradisi/ budaya daerah maupun tradisi/ budaya nasional. Sekolah ini bertujuan berikut ini. 1). Terwujudnya sikap dan sifat peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai Kristiani, dan nilai kemanusiaan Universal (jujur, disiplin, rendah hati, peduli terhadap martabat luhur manusia, sabar, pelayanan, dan kasih). 2). Terwujudnya peningkatan prestasi akademik dan nonakademik peserta didik, melalui kegiatan intra dan ekstra kurikuler yang mampu mengantar peserta didik untuk memilih sekolah menengah atas/ kejuruan, sesuai pilihannya. 3). Terwujudnya budaya kompetisi yang sehat dan bermartabat demi menyongsong kemajuan jaman. 4). Terwujudnya budaya kerja keras dan kreatif, inovatif, cinta terhadap tradisi yang baik, dan cinta tanah air. Motto Sekolah Ignatius Slamet Riyadi yaitu ceria, ramah, dan nyaman. Berdasarkan hasil observasi terhadap pemetaan-pemetaan SK (Standar Kompetensi) dan KD (Kompetensi Dasar) dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) pelajaran bahasa Indonesia kaitannya dengan muatan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Selain itu melihat dan mendeskripsikan juga pengembanganpengembangan yang dilakukan dalam bahan ajar, media pembelajaran, dan penciptaan lingkungan yang kondusif sebagai upaya pengembangan nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa. Dalam menganalisis pemetaan SK dan SD, peneliti memperhatikan unsur nilai PBKB yang dimasukan secara exsplit atau tidak. Setelah melihat pemetaan SK dan KD dalam silabus bahasa Indonesia nilai PBKB dimasukan secara implisit. Dalam pemetaannya, poin nilai PBKB atau ada juga membahaskannya dengan silabus berkarakter tidak secara eksplisit dituliskan poin karakter yang diharapkan. Namun secara implisit sudah cukup mengandung nilai PBKB. Hal itu terlihat dalam indikator yang membahas tentang watak, tema, dan amanat dalam suatu cerita. Hal itupun diungkapkan dalam oleh seluruh guru dalam wawancara bebas yang berhasil dilakukan,
238
Prosiding Seminar Internasional Multikultural & Globalisasi 2012
yang menyatakan bahwa secara administrasi terpola dalam penulisan memang belum ada yang disebut silabus berkarakter. Akan tetapi, sebenarnya mengandung muatan karakter, hanya saja mungkin tidak disadari karena tidak secara eksplisit, karena masih belum memahami sepenuhnya kerangka teori tentang konsep nilai PBKB. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat perbandingannya dalam lampiran perbandingan silabus berkarakter yang dibandingkan adalah silabus yang tidak eksplisit. Istilah silabus berkarakter yang dibandingkan adalah silabus berkarakter yang peneliti temukan di sekolah sudah menggunakan silabus tersebut. Untuk sleanjutnya, peneliti akan mendeksripsikan lanjutan pemetaan silabus yang meliputi RPP, PBM, pengetahuan PBKB, bahan ajar, media pembelajaran, dan penciptaan lingkungan kondusif di sekolah. Jenis tulisan yang disenangi peserta didik di antaranya artikel, berita, cerpen, cerita rakyat, dan dongeng. Hal ini sesuai dengan SK: mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan, dan dialog tertulis dan KD: menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan B1.1. Proses Pembelajaran Di Kelas Langkah-langkah dalam pembelajaran: Pembukaan (Apersepsi) (1) Menjelaskan karangan beserta unsur-unsurnya (pokok pikiran, kalimat penjelas, dan kerangka karangan). (2) Menjelaskan penggunaan media gambar berseri sebagai rangsangan dalam pembelajaran menulis karangan. (3) Adanya tanya jawab antara peserta didik dengan guru Proses Pembelajaran (1) Pembagian kelompok (2) Penjelasan guru mengenai langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran menulis karangan melalui media gambar berseri. (3) Setiap kelompok diberi gambar berseri. (4) Mendiskusikan gambar berseri tersebut. (5) Setiap kelompok hanya menuliskan 1 karangan yang berkaitan dengan isi gambar (membuat pokok pikiran berdasarkan 4 potongan gambar berseri di dalamnya, membuat kalimat penjelas dari tiap gambar, mengembangkannya ke dalam sebuah karangan utuh). (6) Mempresentasikan hasil pekerjaan peserta didik. Penutup (Refleksi) (1) (2) (3) (4)
Menjelaskan kembali materi yang disampaikan. Tanya jawab akan pemahaman yang diperoleh peserta didik. Pengalaman yang diperoleh selama pembelajaran hari ini. Menanyakan penyelesaian tugas.
Evaluasi diberikan secara proses dan portofolio.
239
Prosiding Seminar Internasional Multikultural & Globalisasi 2012
B.1.2. Penerapan Pendidikan Multikultural melalui Nilai-nilai Karakter Guru Sikap tegas/disiplin (disiplin waktu) saat proses pembagian kelompok belajar. Kejelasan guru dalam memberikan informasi mengenai materi yang diajarkan. Atensi/perhatian guru terhadap peserta didik saat proses pembelajaran secara berkelompok itu berlangsung. Adanya inovasi/kreasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan media gambar berseri. Peserta didik
Keberanian dalam mengungkapkan pendapat/pertanyaan Kejujuran dalam menuangkan ide berdasarkan gambar ke dalam karangan. Menuruti/mentaati perintah atau sasaran guru. Kejujuran ketika salah mengungkapkan pendapat. Sopan santun ketika berinteraksi dengan guru maupun peserta didik.
Berdasarkan hal di atas dapat dicermati tentang proses pendidikan multikultural yang dilesapkan pada nilai-nilai karakter peserta didik, misalnya kebebasan berekspresi mengarang berdasarkan gambar seri, keberanian, kejujuran, ketaatan, dan kesantunan. Dalam kesantunan para peserta didik secara tidak langsung menunjukkan adanya rasa hormat kepada guru dan peserta didik lain. Dengan demikian peserta didik menghormati adanya perbedaan dalam berinteraksi, berpendapat, dan menuangkan gagasan secara tertulis. B.2. Hasil Wawancara Pada dasarnya guru sudah mengetahui pendidikan multikultural yang dipadukan dengan nilai-nilai karakter yang diterapkan ke dalam proses pembelajaran. Sebelum pendidikan multikultural melalui nilai-nilai karakter ramai menjadi buah bibir di dunia pendidikan, guru telah menerapkan pendidikan multikultural melalui nilai-nilai karakter ke dalam proses pembelajaran di kelas, namun tidak secara eksplisit dan tertulis. Pendidikan multikultural melalui nilai-nilai karakter dalam pembelajaran sudah diterapkan dengan nyata. Seperti tampak pada foto di bawah ini.
240
Prosiding Seminar Internasional Multikultural & Globalisasi 2012
Pendidikan multikultural melalui nilai-nilai karakter sepertinya sudah menjadi satu di antara sekian banyak tanggung jawab yang harus diemban para guru agar dipajankan kepada para peserta didik terutama pada tingkatan sekolah dasar. Permasalahan yang dihadapi sehari-hari menyangkut kenakalan remaja sampai yang bersifat makro yaitu lunturnya nilai-nilai etika. Untuk hal itulah pendidikan multikultural melalui nilai-nilai karakter menjadi sangat penting. Pendidikan karakter menurut Pusat Kurikulum sebagai upaya dalam mengembangkan nilai-nilai karakter pada peserta didik sehingga menjadi dasar bagi
241
Prosiding Seminar Internasional Multikultural & Globalisasi 2012
mereka dalam berpikir, bertindak, dan bersikap dalam mengembangkan dirinya sebagai individu, anggota masyarakat, dan warga negara. Nilai karakter tersebut diharapkan mampu menjadi pembeda yang khas antara bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lainnya. Berdasarkan hasil analisis SK-KD diperoleh hasil pemetaan nilai-nilai karakter yang termuat di dalamnya. Nilai-nilai tersebut di antaranya senang membaca, patriotisme, menghargai orang lain, toleransi, persahabatan, kepedulian, komunikatif, religious, kejujuran, disiplin, kreatif, ulet, percaya diri, rasa ingin tahu, berani, percaya diri, dan daya kritis.
C. Penutup Penerapan proses pendidikan multikultural secara aktif dalam pembelajaran menulis berdampak terhadap pengembangan nilai-nilai karakter yang akan mengubah kondisi sosial dan perubahan yang lebih jauh lagi. Dengan mengenal keragaman latar belakang budaya peserta didik melalui jenis tulisan yang dituangkannya, guru pun dapat mengenal peserta didik secara lebih dekat. Perasaan sambung rasa atau toleransi menjadikan alat vital untuk saling mengenal beberapa dan perbedaan di antara mereka yang tercermin dari kesantunan peserta didik dalam mengungkapkan gagasan secara tertulis. Hal ini tercermin pula dalam pembelajaran menulis. Dengan demikian, proses pembelajaran menulis mampu menjadikan peserta didik membangun dirinya dengan ruh nilai-nilai karakter yang terbangun dari perbedaan individu menuju ikatan kebersamaan dan saling bekerjasama.
Daftar Pustaka Cahyani, Isah. (2010). Nilai-nilai Karakter dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Lembega Penelitian UPI. Hasan, S. Hamid. (2000). Pendekatan Multikultural untuk Penyempurnaan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya Hidayat Nur Wahid. (2012). Membangun Masa Depan Bangsa di Atas Pondasi Multikulturalisme. Jakarta: Dokumen Setneg RI. Mulyana. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurhadi. Burhan Yasin, Agus Genad Senduk. (2004). Pendekatan Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Wijaya, Atika. (2012). Masyarakat Indonesia yang Multikultural. Yogyakarta: Bahan Ajar tidak diterbitkan.
242