PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI
HALAMAN JUDU L
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
HALAMAN JUDU L
Disusun Oleh: Dyah Ayu Perwitasari 119114067
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN P ERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
2016 ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PENGESAHAN
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
HALAMAN MOTTO
“Segala perkara dapat ku tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” “Refleksi adalah proses belajar yang paling indah”
“When you don’t give up, you can’t fail”
“Make a wish, take a chance, make a change, and breakaway”
“Live without limits”
“I wanna try everything, i wanna try even though I could fail”
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN Karya ini kupersembahkan untuk: My Dearest Savior, Jesus Christ Orangtuaku, Papa dan Mama tercinta Kakak-kakakku tersayang My Love Sahabat yang terkasih Dan segenap pihak yang mendukung
HALAMAN PERSEM BAHAN
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI
Studi Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Dyah Ayu Perwitasari
ABSTRAK
ABST RAK
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengeksplorasi proses regulasi diri pada mantan pecandu narkotika yang bekerja sebagai konselor adiksi. Selain itu, penelitian dilakukan untuk mengungkap faktor yang turut memberikan pengaruh terhadap proses regulasi diri. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara semi terstruktur. Subjek pada penelitian ini berjumlah dua orang yang memiliki profesi atau pekerjaan sebagai konselor adiksi di sebuah panti rehabilitasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif dengan metode Analisis Fenomenologis Interpretatif (AFI). Analisis data dilakukan dengan analisis tematik sehingga dapat ditemukan tema-tema tertentu dan menemukan hubungan pada domain. Proses validasi yang digunakan adalah kredibilitas dan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya mekanisme kegagalan regulasi diri membuat individu mengalami ketergantungan terhadap narkotika. Kondisi ketergantungan yang dialami juga memberikan kejenuhan dan menimbulkan keinginan untuk lepas dari ketergantungan. Selanjutnya, proses rehabilitasi dilakukan sebagai intervensi atas perilaku adiksi yang dialami individu. Adanya dampak negatif yang dirasakan serta adanya kebutuhan memberikan motivasi bagi subjek untuk menetapkan suatu tujuan, yang mana tujuan tersebut merupakan unsur dari regulasi diri. Pasca rehabilitasi, individu masih berjuang untuk mempertahankan kesembuhannya. Kekambuhan maupun kejatuhan serta masih munculnya dorongan untuk kembali menggunakan menunjukkan bahwa regulasi diri diperlukan selama rentang hidup mantan pecandu. Pekerjaan sebagai konselor adiksi digunakan sebagai proses monitoring untuk mendukung kemampuan regulasi diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mantan pecandu telah memiliki unsur-unsur regulasi diri, yaitu memiliki tujuan, adanya monitoring diri, dan operate. Faktor yang memengaruhi proses regulasi diri pada kedua subjek adalah faktor ekologi mikrosistem dan efikasi diri. Kata Kunci: regulasi diri, mantan pecandu narkotika, konselor adiksi
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A SELF-REGULATION PROCESS OF EX-NARCOTIC ADDICTS WHO WORK AS ADDICTION COUNSELORS
Study in Psychology in Sanata Dharma University
Dyah Ayu Perwitasari
ABSTRACT
ABSTRA CT
The purpose of this study was to explore the process of self-regulation towards ex-narcotic addicts who worked as addiction counselors. This research’s purpose was also to find out the factors that influenced the process of self-regulation. Data were collected through semi-structured interviews. The subjects of this research were two people who worked as addiction counselors in a rehabilitation clinic. Type of research was qualitative with Interpretative Phenomenology Analysis (IPA) method. Data analysis was done by using thematic analysis to find specific themes and the relations among domains. Data validation was done through credibility and triangulation. The result showed there was a mechanism of self-regulation failure that made each individual got addicted to narcotics. The condition of addiction also caused boredom and the willingness to be free from addiction. Rehabilitation process was done to intervene the addiction behavior that experienced by each individual. There was negative impact that was felt and there was a need to motivate each subject to make a purpose which was an element of self-regulation. After rehabilitation, each individual was still struggling to maintain their recovery. Relapse or downfall and urge back to narcotics showed that self-regulation was needed for a lifetime period of each ex-addict. Their jobs as addiction counselors were used as monitoring process to support their self-regulation. The result showed that ex-addicts already had the elements of self-regulation which were having purpose, self-monitoring, and operating. The factors that affected the process of self-regulation to both subjects were microsytem ecology factor and self-effifacy. Keywords: self-regulation, ex-narcotic addicts, addiction counselors
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaanNya sehingga penulis dapat melalui setiap proses dalam penulisan skripsi dengan baik. Proses pembuatan skripsi ini tentu melewati berbagai perjumpaan dan pengalaman yang mengesankan. Melalui penulisan skripsi ini, tidak hanya pengetahuan baru yang didapatkan, tetapi juga nilai dan kesan tersendiri bagi penulis. Mencoba mengenali dan memahami apa yang sebelumnya tidak pernah diketahui oleh penulis menjadi suatu tantangan tersendiri, terutama dalam hal memahami proses jatuh-bangun seorang mantan pecandu narkotika. Proses mental yang luar biasa yang dialami oleh seorang mantan pecandu dapat menjadi proses refleksi tersendiri bagi penulis. Proses mental yang luar biasa, terlebih perjuangan untuk bertahan dan pulih dari adiksi yang dialaminya. Membuka mata dan hati, itulah yang penulis refleksikan selama proses penulisan skripsi. Belajar dari pengalaman orang lain merupakan proses belajar yang melibatkan refleksi
bagi penulis. Bagaimana sebuah pengalaman dapat
menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang penting untuk dibagikan kepada sesama sebagai proses pembelajaran dalam hidup. Tak luput pula adanya dukungan dari orang-orang terkasih dan juga peran sertanya dalam memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini. Juga adanya peran dari berbagai pihak yang turut serta membantu untuk kelancaran proses penulisan skripsi. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.
Tuhan Yang Maha Esa, Yesus Kristus, yang kusebut sebagai Juru Selamat, sumber penghiburan, harapan, dan kekuatan bagi penulis.
2.
Kedua orang tua saya, Papa Susamto Sanjaya dan Mama Erna Isvandari, yang memberikan dukungan dan semangat, serta nasehat kepada penulis selama proses mengerjakan skripsi. Sehat terus buat Papa dan Mama
3.
Ibu Sylvia Carolina M. Y. M., M.Si., yang telah mendampingi, membimbing, dan mendukung penulis selama proses mengerjakan skripsi. Terimakasih banyak Bu, telah menyediakan waktu (selain waktu bimbingan) untuk curhat. Sukses buat karir maupun studi Ibu ya.
4.
Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi yang telah memberi ijin untuk mengikuti ujian skripsi.
5.
Kedua penguji yang baik hati, Dr. Tjipto Susana, M.Si. dan Dr. YB. Cahya Widiyanto, M.Si., terimakasih atas saran, kritik, maupun masukan bagi penulis untuk memberikan hasil penelitian yang lebih baik.
6.
Bro Eko dan Sis Lely, yang sudah membantu kelancaran skripsi dan bersedia memberikan masukan dan informasi mengenai dunia adiksi. Sehat selalu dan sukses buat kalian semua, aku mengasihi kalian
7.
Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang turut memberikan dukungan hingga akhir proses mengerjakan skripsi.
8.
Panti Sosial Parmadi Putra, yang secara hangat dan terbuka memberikan bantuan dan kelancaran dalam bentuk memberikan ijin penelitian.
9.
Ibu Monica Eviandaru M., yang telah membantu memberikan gambaran dan pengarahan pada awal proses penulisan skripsi. Sukses untuk Ibu.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10.
Seluruh karyawan Fakultas Psikologi (Bu Nanik, Mas Gandung, dan Mas Muji) yang selalu memberikan keramahan dan bantuan dalam hal administrasi.
11.
Kedua kakak saya, Angelia Nirmalasari dan Ervanto Agung Sanjaya yang telah memberikan semangat kepada penulis.
12.
Simon Yuarto, si “bawel” yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis selama proses mengerjakan skripsi. I love you, darl.
13.
Teman-teman Teater Garis Aletheia, untuk Mba Ninit, Kak Yuni, Mba Brenda, Indri, Grace, Cindy, dan Pak Wandy. Terimakasih atas doa dan dukungan yang selalu diberikan kepada penulis. Tuhan memberkati
14.
Kepada Mas Putu, Mas Aga, Mba Melati, Mba Herlina, Sawilda, Bella, Raysa Rere, Anita, Tuti, dan seluruh teman-teman Komunitas Debat, terimakasih atas semangat dan dukungan yang kalian berikan.
15.
Serta kepada seluruh teman dan pihak lain yang turut mengisi hari-hariku, yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima segala bentuk kritik atau masukan. Semoga penelitian ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat membuka hati untuk mendukung proses pemulihan pada mantan pecandu narkotika. Yogyakarta Penulis,
Dyah Ayu Perwitasari
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................... vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii ABSTRACT ........................................................................................................... viii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................. ix KATA PENGANTAR ............................................................................................ x DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1 B. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 9 C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9 D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9 1.
Manfaat Teoritis ................................................................................... 9
2.
Manfaat Praktis .................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 11 A. Regulasi Diri .............................................................................................. 11 1.
Pengertian Regulasi Diri .................................................................... 11
2.
Unsur-unsur dalam Regulasi Diri ....................................................... 13
3.
Pola-pola Umum dan Mekanisme Kegagalan Regulasi Diri ............. 16
B. NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya) .................... 27 1.
Pengertian NAPZA ............................................................................ 27
2.
Jenis-Jenis Penggolongan NAPZA .................................................... 28
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.
Efek yang Ditimbulkan oleh NAPZA ................................................ 29
C. Gangguan yang Berkaitan dengan Penggunaan Zat................................... 31 1.
Penggolongan Gangguan yang Berkaitan dengan Zat ....................... 31
2.
Istilah Pengguna, Penyalah guna, dan Ketergantungan ..................... 32
3.
Tahapan Ketergantungan.................................................................... 33
4.
Karakteristik Ketergantungan ............................................................ 34
D. Siklus Kekambuhan ................................................................................... 35 1.
Pengertian Kekambuhan (relapse) ..................................................... 35
2.
Tahapan Relapse (kekambuhan) ........................................................ 36
3.
Pemicu Terjadinya Kekambuhan (Relapse) ....................................... 38
4.
Tahapan Recovery (Kesembuhan) ...................................................... 40
E. Model Ekologi pada Perkembangan Manusia............................................ 43 F.
Self Efficacy ................................................................................................ 44
G. Dinamika Regulasi Diri pada Mantan Pecandu Narkotika ........................ 47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 51 A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 51 B. Fokus Penelitian ......................................................................................... 52 C. Subjek Penelitian........................................................................................ 52 1.
Teknik Pemilihan Subjek ................................................................... 52
2.
Karakteristik Subjek ........................................................................... 53
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 53 E. Metode Analisis Data ................................................................................. 56 F.
Keabsahan Data .......................................................................................... 59 1.
Kredibilitas ......................................................................................... 59
2.
Triangulasi .......................................................................................... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 62 A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ........................................................ 62 1.
Persiapan Penelitian dan Perijinan ..................................................... 62
2.
Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 64
B. Subjek Penelitian........................................................................................ 65 1.
Demografi Subjek .............................................................................. 65
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.
Latar Belakang Subjek ....................................................................... 65
C. Analisis Data Penelitian ............................................................................. 73 1.
Kegagalan Regulasi Diri yang Dialami Oleh Subjek ......................... 73
2.
Kondisi Subjek Saat Menjadi Pecandu .............................................. 77
3.
Awal dari Proses Regulasi Diri .......................................................... 81
4. Bentuk dan Upaya Regulasi Diri Pasca Rehabilitasi ............................ 88 D. Pembahasan .............................................................................................. 101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 123 A. Kesimpulan .............................................................................................. 123 B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 124 C. Saran ......................................................................................................... 125 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 127
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir....................................................................50 Gambar 2. Skema Perjalanan Menuju Adiksi......................................................107 Gambar 3. Skema Menuju Proses Kesembuhan..................................................122
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pedoman Wawancara.......................................................................... 54 Tabel 2. Waktu dan Tempat Penelitian...............................................................64 Tabel 3. Demografi Subjek.................................................................................65 Tabel 4. Kegagalan Regulasi Diri yang Dialami Subjek....................................73 Tabel 5. Kondisi Saat Menjadi Pecandu............................................................78 Tabel 6. Awal Proses Regulasi Diri....................................................................81 Tabel 7. Bentuk dan Upaya Regulasi Diri..........................................................89
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMPIRAN
Informed Consent..............................................................................................134 Surat Persetujuan Wawancara Subjek 1............................................................135 Surat Persetujuan Wawancara Subjek 2............................................................136 Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Fakultas (bulan Oktober 2015).............137 Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Fakultas (bulan Januari 2016)...............138 Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Gubernur (bulan Oktober 2015)............139 Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Gubernur (bulan Januari 2016).............140 Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Dinas Sosial (bulan Oktober 2015).......141 Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Dinas Sosial (bulan Januari 2016)........142 Transkrip Wawancara Subjek 1.........................................................................143 Transkrip Wawancara Subjek 2.........................................................................206 Lampiran Member Checking Subjek 1..............................................................255 Lampiran Member Checking Subjek 2..............................................................260
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
A Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah yang sering muncul di dalam kehidupan masyarakat
hingga
saat
ini
adalah
terkait
penyalahgunaan
dan
ketergantungan obat-obatan terlarang/ narkotika. Narkotika (Sulistami, Yulia, & Tegawati, 2013) merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Jumlah penyalahguna dan pecandu narkotika di Indonesia terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.
Menurut data penelitian
Badan Narkotika Nasional (BNN) diprediksi angka prevalensi penyalahguna narkoba
mencapai
5,1
juta
orang
di
tahun
2015
(http://portalindonesianews.com/posts/view/1626/tahun_2015_jumlah_peng guna_narkoba_di_indonesia_capai_5_juta_orangdiakses tanggal 29 Mei 2015). Penyalahgunaan narkotika dapat terjadi pada berbagai rentang usia. Akan tetapi, secara umum lebih banyak terjadi di kalangan remaja hingga dewasa awal. Tercatat oleh Infodatin (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2014), sepanjang tahun 2008 hingga 2012 tercatat bahwa
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
tersangka narkoba pada rentang usia 16 hingga 19 tahun mencapai 2.016 kasus, sedangkan untuk rentang usia 20 hingga 24 tahun tercatat setidaknya terdapat 5.478 kasus. Sebanyak 22 persen pengguna narkoba di Indonesia berasal dari kalangan pelajar. Jumlah tersebut menempati urutan kedua terbanyak setelah pekerja yang menggunakan narkoba. Akan tetapi, 70 persen pengguna di kalangan pekerja tersebut merupakan pemakai lanjutan. Artinya, sejak menjadi pelajar mereka sudah menggunakan narkoba. (http://nasional.sindonews.com/read/773842/15/22-persen-penggunanarkoba-adalah-pelajar-1377080228 diakses pada tanggal 29 Mei 2015). DSM-IV TR (dalam Nevid, Rathus, & Grenee, 2005) menggunakan istilah penyalahgunaan zat dan adiksi zat untuk menggolongkan orangorang yang penggunaan zatnya merusak fungsi mereka. Penyalahgunaan zat melibatkan pola penggunaan berulang yang menghasilkan konsekuensi yang merusak. Penyalahgunaan zat yang berlangsung dalam periode waktu yang panjang atau meningkat menimbulkan adiksi pada zat. Adiksi merupakan penggunaan habitual dan kompulsif yang diiringi dengan adanya ketergantungan fisiologis dan psikologis. Ketergantungan fisiologis berarti tubuh telah berubah sedemikian rupa akibat penggunaan secara teratur sehingga tubuh menjadi tergantung pada pasokan zat yang stabil. Ketergantungan psikologis ditandai dengan penggunaan secara kompulsif untuk memenuhi kebutuhan psikologis (Nevid dkk., 2005). Terdapat berbagai faktor yang memengaruhi individu terlibat dalam penyalahgunaan narkotika. Faktor-faktor tersebut antara lain keingintahuan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
keinginan diterima di suatu kelompok, pengaruh teman sebaya, adanya masalah keluarga, dan masih banyak faktor penyebab lainnya (Rahmadona & Agustin, 2014; Tambunan, Sahar, & Hastono, 2008). Cooper menambahkan, adanya afek negatif yang dialami menjadi motivasi bagi individu untuk menggunakan narkotika sebagai mekanisme penyelesaian masalah (dalam Crockett, Raffaelli, & Shen, 2006). Baumeister dan Heatherton (1996) mengungkapkan bahwa masalah ketergantungan muncul sebagai akibat individu tidak memiliki disiplin dan kontrol atas dirinya sendiri. Adanya kontrol diri yang tinggi direlasikan dengan penyesuaian diri yang baik, kurangnya psikopatologi, relasi yang sehat, meningkatnya kemampuan sosial, dan sedikit memiliki masalah perilaku
kecanduan
seperti
merokok
dan
penyalahgunaan
obat
(Baumgardner & Crothers, 2009). Kegagalan regulasi diri (tidak adanya disiplin dan kontrol diri) dinilai sebagai masalah dasar yang telah meluas di kehidupan masyarakat (Baumeister & Heatherton, 1996). Regulasi diri (merupakan pertukaran dari kontrol diri) dinilai sebagai kekuatan manusia untuk merespon secara efektif terhadap kejadian buruk yang dialami oleh individu (Lopez, 2008). Regulasi diri juga dinilai sebagai kekuatan untuk mengontrol emosi, pikiran, dan perilaku pada diri individu (Baumeister, Tice, & Heatherton, 1994). Penelitian sebelumnya menunjukkan manfaat dari regulasi diri seperti mengalami masalah emosi yang lebih sedikit, mampu mengontrol perilaku impulsif, dan melakukan perilaku yang diterima oleh masyarakat. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
adanya kemampuan dari regulasi diri mampu melindungi individu dari perilaku berisiko seperti penyalahgunaan narkotika (Abolghasemi & Rajabi, 2013; Bakhshani & Hosseinbor, 2013). Banyak peneliti yang menemukan adanya keterkaitan antara rendahnya kemampuan regulasi diri dengan perilaku merokok, mabuk, dan penyalahgunaan narkotika (Bukhtawer, Muhammad, & Iqbal, 2014). Sayangnya, beberapa penelitian lebih berfokus pada kegagalan regulasi diri dibandingkan dengan bagaimana proses regulasi diri dapat terbentuk (Baumeister & Heatherton, 1996; Heatherton & Wagner, 2011). Pecandu narkotika tidak memiliki kemampuan yang mumpuni untuk mengontrol dirinya. Hal itu terjadi karena pecandu terikat dengan penyalahgunaan untuk menanggulangi sensasi yang tidak menyenangkan atau untuk mengurangi emosi negatif (Abolghasemi & Rajabi, 2013). Untuk itu, rehabilitasi merupakan solusi intervensi bagi individu yang terlibat penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika. Proses rehabilitasi tentunya beragam dengan tujuan yang sama yaitu untuk mengubah perilaku adiksi pada pecandu agar tidak mengalami kekambuhan. Akan tetapi, fakta menunjukkan banyak pecandu yang telah menjalani proses rehabilitasi mengalami kekambuhan (relapse) dan kembali lagi menjalani rehabilitasi. Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan tingkat kekambuhan (relapse) mantan pecandu narkoba di Indonesia tinggi. Dari sekitar 6.000 pecandu yang ikut menjalani rehabilitasi per tahunnya, sekitar 40 persen akhirnya kembali lagi menjadi pecandu (http://lampost.co/berita/tingkat-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
kekambuhan-pecandu-narkoba-tinggi diakses pada tanggal 19 Februari 2016). Relapse atau kekambuhan berarti individu secara utuh kembali pada pola adiksinya atau kembali pada penyimpangan perilakunya (Jiloha, 2011). Relapse dipandang sebagai tantangan dalam setiap treatment penyimpangan perilaku (Ibrahim & Kumar, 2009) dan merupakan masalah terbesar bagi pecandu dalam mempertahankan kesembuhannya (Bhandari, Dahal, & Neupane, 2015). Dalam perspektif biologis, adiksi merupakan penyakit kronis yang disertai dengan perubahan fungsi otak. Adiksi dalam jangka waktu yang lama dapat mengurangi jumlah reseptor pada neuron penerima di mana dopamin berada. Akibatnya, kemampuan otak menjadi menurun untuk memproduksi dopamin sendiri. Perubahan pada sistem dopamin dapat menjelaskan adanya rasa ketagihan yang kuat dan munculnya kecemasan saat individu mengalami gejala putus zat (Nevid dkk., 2005). Adiksi merupakan penyakit otak (brain disease) yang memiliki konsekuensi secara biokimia maupun psikososial. Adiksi dikatakan sebagai sesuatu yang kronis, bahkan terkadang disertai kekambuhan otak (brain relapsing) dengan perilaku kompulsif seperti mencari narkoba walaupun mengetahui konsekuensi negatifnya (Jiloha, 2011). Uraian tersebut memperlihatkan adanya kesulitan bagi individu dengan ketergantungan kimia dalam mempertahankan abstinensi (Nevid dkk., 2005). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, relapse sebagian besar terjadi karena individu tidak mampu mengelola dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
mengontrol emosi (Ibrahim & Kumar, 2009). Pasca rehabilitasi, individu mengalami ketidakstabilan emosi, rasa mengidam, ego yang lemah, dan adanya emosi negatif. Selain itu, individu menggunakan coping yang tidak efektif untuk mengatasi emosi negatif. Tekanan hidup juga menjadi penyebab relapse pada pecandu karena mampu menurunkan kontrol diri dan menghasilkan coping yang negatif untuk mengatasi tekanan (Matoo, Chakrabarti, & Anjaiah, 2009; Sinha, 2001; Syuhada, 2015). Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa relapse terjadi karena individu masih lemah dalam meregulasi dirinya, yaitu individu masih memiliki masalah yang berkaitan dengan emosi (Bukhtawer dkk., 2014; Hammerbacher & Lyvers, 2005; Hurriyati, 2010; Rosyidah & Nurdibyanandaru, 2010). Sayangnya, bagaimana proses regulasi diri pada mantan pecandu tidak diungkap oleh penelitian sebelumnya. Berdasarkan penelitian sebelumnya, penting untuk meneliti bagaimana peran regulasi diri untuk menjaga kondisi abstinen terhadap narkotika (Bukhtawer dkk., 2014). Salah satu kisah dari mantan pecandu yang bernama Gibon dapat menjadi suatu bukti bahwa setelah menjalani rehabilitasi sekalipun, individu masih mengalami dorongan-dorongan berupa keinginan untuk kembali menggunakan
(http://www.kompasiana.com/rahab/kisah-nyata-suara-hati-
mantan-pecandu-narkoba_54f75c6ca33311f9368b460b diakses pada tanggal 12 Juli 2016). Apabila Gibon tidak mampu memelihara emosi, maka kecenderungan untuk kembali menggunakan akan ada. Tentu saja diperlukan kemampuan regulasi diri untuk mengontrol emosi agar mantan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
pecandu tidak kembali menggunakan narkotika. Berdasarkan hal inilah peneliti ingin mengeksplorasi bagaimana regulasi diri pada mantan pecandu narkotika yang memiliki keinginan untuk menjaga kondisi abstinen. Fitri Syarifah menuliskan, rasa kecanduan yang diciptakan oleh narkotika ternyata disimpan baik di dalam memori/ ingatan sebagai sesuatu yang menyenangkan. Memori muncul kembali ketika mantan pecandu mengalami situasi yang tidak menyenangkan. Mantan pengguna narkoba mengalami kesulitan mengendalikan keinginannya mengonsumsi narkoba sampai
kapanpun
bila
tidak
didukung
lingkungan
yang
baik
(http://health.liputan6.com/read/2065201/mantan-pecandu-narkoba-tak-bisasembuh-selamanya diakses pada tanggal 19 Februari 2016). Tidak hanya mengenai kemampuan regulasi diri, faktor lingkungan juga turut membantu dalam mempertahankan kesembuhan bagi mantan pecandu narkotika. Faktor lingkungan dapat berupa dukungan dari keluarga maupun dari significant other. Dukungan yang tidak konsisten memberikan peluang bagi mantan pecandu narkotika untuk kembali kambuh (Aztri & Milla, 2013; Bhandari dkk., 2015; Hammerbacher & Lyvers, 2005; Hurriyati, 2010; Ismail, 2015). Dukungan dari keluarga maupun significant other memiliki efek yang tinggi terhadap regulasi diri. Keluarga dan significant other dapat menjadi prediksi pada regulasi diri. Individu yang menerima dukungan dari keluarga dan significant other lebih memiliki usaha untuk mencapai target dan memiliki coping yang lebih baik untuk masalah hidup (Tariqi & Tamini, 2014). Faktor eksternal pada regulasi diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
(sebagai contoh faktor lingkungan) memengaruhi regulasi diri dengan menyediakan cara untuk mendapatkan penguatan (Feist & Feist, 2010). Faktor lain yang turut memberikan pengaruh adalah terkait adanya efikasi diri. Efikasi diri berperan untuk memperkuat keyakinan dalam usaha mempertahankan kesembuhan bagi mantan pecandu narkotika (Aztri & Milla, 2013; Dennis & Scott, 2007; Mattoo dkk., 2009; Syuhada, 2015). Efikasi diri berguna sebagai motivasi dalam upaya individu meregulasi dirinya (Bandura, 1999; Clark, 2011). Berdasarkan uraian tersebut, regulasi diri juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti efikasi diri dan faktor lingkungan. Inilah yang menjadikan proses regulasi diri menjadi suatu hal yang kompleks dan saling memberikan pengaruh. Upaya mantan pecandu untuk mempertahankan recovery tentunya beragam. Hal yang dilakukan oleh Gibon adalah mendalami dunia adiksi dengan cara belajar menjadi konselor. Menurut Gibon, dengan menjadi konselor, dirinya dapat membantu orang lain sekaligus membantu dirinya sebagai pengingat melalui program training yang ia lakukan. Gibon juga mengungkapkan bahwa peran keluarga juga dirasa sangat besar bagi dirinya (http://www.kompasiana.com/rahab/kisah-nyata-suara-hati-mantanpecandu-narkoba_54f75c6ca33311f9368b460b diakses pada tanggal 12 Juli 2016). Oleh karena itu, peneliti ingin mengeksplorasi proses regulasi diri pada mantan pecandu narkotika dan ingin mengetahui bagaimana pengaruh faktor lain terhadap proses regulasi diri pada mantan pecandu narkotika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
B.
Pertanyaan Penelitian
B Pertany aan Penelitian
1. Bagaimanakah proses regulasi diri pada mantan pecandu narkotika yang bekerja sebagai konselor adiksi? 2. Bagaimanakah pengaruh dari faktor lain dalam proses regulasi diri?
C.
Tujuan Penelitian C Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi proses regulasi diri pada mantan pecandu narkotika yang bekerja sebagai konselor adiksi. 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana pengaruh dari faktor lain dalam proses regulasi diri.
D.
Manfaat Penelitian D Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan pengetahuan dalam ilmu Psikologi mengenai proses regulasi diri pada mantan pecandu narkotika. Selain itu, penelitian ini juga memberikan sumbangan pengetahuan berupa bagaimana pengaruh dari faktor lain terhadap proses regulasi diri pada mantan pecandu narkotika.
2.
Manfaat Praktis a. Bagi Mantan Pecandu Narkotika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan bagi mantan pecandu narkotika dalam upaya meregulasi dirinya agar tidak kembali menggunakan narkotika pasca rehabilitasi. b. Bagi Keluarga Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan kesadaran bagi keluarga mantan pecandu narkotika untuk senantiasa memberikan dukungan sebagai upaya membantu mempertahankan kemampuan regulasi diri pada mantan pecandu narkotika. c. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kesadaran bagi masyarakat untuk memberikan dukungan berupa penerimaan sebagai upaya mempertahankan kesembuhan dari mantan pecandu narkotika. d. Bagi Dinas Sosial/ Panti Rehabilitasi Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak Dinas Sosial maupun Panti Rehabilitasi untuk memberikan penguatan terhadap kemampuan regulasi diri. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan berupa pentingnya kemampuan regulasi diri sehingga pihak Dinas Sosial atau Panti Rehabilitasi dapat memberikan treatment yang mendukung proses regulasi diri pada
residen
pecandu
maupun
penyalahguna
narkotika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Regulasi Diri
A Regulasi D iri
1. Pengertian Regulasi Diri Regulasi diri merupakan kemampuan untuk meregulasi atau mengubah perhatian, perasaan, dan perilaku yang disesuaikan dengan tuntutan internal dan eksternal dalam mencapai tujuan yang lebih tinggi (dalam
Crockett
dkk.,
2006;
Ridder
&
Wit,
2006).
Karolyi
mengungkapkan bahwa regulasi diri dan kontrol diri mengarah pada kemampuan seseorang untuk memulai dan memandu tindakan mereka dalam mencapai suatu tujuan di masa depan (dalam Baumgardner & Crothers, 2009). Regulasi diri mengarah pada usaha yang dilakukan oleh manusia untuk mengubah sebuah reaksi/ respon/ dorongan. Respon/ reaksi/ dorongan yang dimaksud dapat meliputi tindakan, pikiran, perasaan, keinginan, dan perbuatan (Baumeister dkk., 1994). Regulasi diri (merupakan pertukaran dari kontrol diri) menunjukkan pada kemampuan seseorang untuk mengubah dirinya sendiri (Lopez, 2008). Esensi dasar dari regulasi diri adalah mengesampingkan (overriding) respon/ dorongan. Konsep mengesampingkan meliputi memulai, menghentikan, mencegah atau mengubah runtutan kejadian akibat suatu respon/
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
dorongan. Bentuk dasar dari mengesampingkan adalah menghentikan rangkaian dari suatu respon. Baumeister (dalam Lopez, 2008) mengidentifikasi bahwa kontrol diri dipelajari melalui empat domain antara lain kontrol dorongan, mengontrol pikiran, meregulasi mood atau emosi, dan mengontrol keseluruhan proses yang menunjukkan kualitas performansi seseorang (performance management). Hal utama dalam regulasi diri adalah menghentikan dorongan yang tidak sehat. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa regulasi diri memiliki dua fitur/ kekayaan umum yaitu: 1) regulasi diri sebagai sistem motivasional yang dinamis dalam membuat tujuan (setting goals), meningkatkan dan menetapkan strategi untuk meraih tujuan, menilai perkembangan/ progres, dan meninjau ulang tujuan dan strategi yang telah diterapkan. 2) regulasi diri berfokus pada
mengelola respon/
dorongan emosi (emotional responses), yang mana terlihat sebagai elemen penting dalam sistem motivasi, dan dipahami sebagai hal kompleks dalam kaitannya dengan proses kognisi (Ridder & Wit, 2006). Di sisi lain, Baumeister dan Heatherton (1996) membedakan kegagalan regulasi diri menjadi dua, yaitu underregulation dan misregulation. Underregulation berarti memiliki kegagalan dalam menggunakan kontrol diri atau individu tidak mampu mengelola kontrol dirinya. Underregulation (regulasi lemah) berarti seseorang tidak cukup memiliki kekuatan untuk mengendalikan pikiran, perasaan, dan dorongan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
yang tidak diinginkan. Misregulation berarti individu melibatkan kontrol dengan cara yang salah atau tidak produktif sehingga hasil yang diinginkan tidak tercapai.
2. Unsur-unsur dalam Regulasi Diri Baumeister dan Heatherton (1996) memberikan penjelasan mengenai tiga komponen/ unsur dalam regulasi diri. Komponen dalam regulasi ini dapat menjadi penentu keberhasilan regulasi diri pada individu. Komponen regulasi diri digunakan untuk menjelaskan mengenai fitur regulasi diri sebagai sistem motivasional yang dinamis dalam membuat (setting goals) tujuan, meningkatkan dan menetapkan strategi untuk meraih tujuan, menilai perkembangan/ progres, dan meninjau ulang tujuan dan strategi yang telah diterapkan. Berikut adalah tiga komponen dalam regulasi diri: a. Standar atau ukuran Standar atau ukuran merupakan tujuan atau konsep lainnya yang mungkin untuk dicapai oleh individu. Standar atau ukuran dapat berupa norma sosial, tujuan personal, harapan mengenai orang lain, dan sebagainya (Baumeister dkk., 1994). Bandura, Schunk, dan Zimmerman (dalam King,
2010)
memaparkan bahwa tujuan yang spesifik, berjangka pendek, dan menantang dapat meningkatkan keberhasilan regulasi diri pada individu. Anderman dan Wolters (dalam King, 2010) mengungkapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
bahwa tujuan yang menantang akan melibatkan minat dan usaha pada individu dibandingkan dengan tujuan yang mudah dicapai. Tujuan dibuat dengan adanya ukuran yang jelas dan konsisten. Tanpa adanya ukuran yang jelas dan konsisten, maka regulasi diri akan terganggu. Selain itu, standar/ ukuran yang bertentangan dan mengandung konflik dapat menghambat regulasi diri yang efektif (Baumeister & Heatherton, 1996). Tujuan yang baik merupakan suatu tujuan yang dibuat oleh individu mengenai apa yang ingin dicapai, bukan dihindari. Penelitian yang dilakukan oleh Elliot dan Sheldon (dalam King, 2010) memperoleh penemuan bahwa tujuan yang dibuat untuk menghindari sesuatu diasosiasikan dengan kinerja dan stress yang buruk. b. Pemantauan (monitoring) Proses monitoring pada individu melibatkan respon timbal balik, yaitu membandingkan kondisi nyata yang ada dalam diri individu dengan standar atau ukuran yang dibuat. Kesuksesan regulasi diri dapat diraih apabila seseorang tetap berada pada jalan yang telah dibuat/ berada pada trek (Baumeister & Heatherton, 1996). Seseorang dapat meregulasi dirinya dengan sukses apabila dirinya tetap memiliki atensi terhadap apa yang mereka lakukan dalam mengejar suatu tujuan atau menambah pengetahuan mereka mengenai respon/ keinginan/ dorongan yang mereka miliki (Baumeister dkk., 1994).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
Mengonsumsi alkohol dapat meningkatkan kegagalan regulasi diri
karena
mengurangi
atensi
sehingga
seseorang
memiliki
kekurangan dalam memonitoring dirinya sendiri. Kegagalan dalam menilai kelebihan diri sendiri (atau underestimasi kemampuan) juga dapat menjadi penghalang dalam mencapai tujuan dan menghambat regulasi diri (Baumeister & Heatherton, 1996). c. Menjalankan (operate) Menjalankan (operate) menunjuk kepada kemampuan seseorang mengubah keadaan saat ini untuk mencapai tujuan. Regulasi diri dapat gagal walaupun seseorang memiliki tujuan yang jelas dan pemantauan yang efektif, hanya dikarenakan tidak mampu beradaptasi dengan perubahan. Beradaptasi dapat berarti individu menyesuaikan diri dengan
lingkungan
atau
individu
mengubah
lingkungannya
(Baumeister & Heatherton, 1996). Tujuan dari menjalankan (operate) ini adalah menghasilkan perubahan terhadap dorongan/ keinginan ataupun respon. Regulasi diri berarti dapat mengesampingkan suatu respon yang terjadi secara normal, natural, atau karena kebiasaan (Baumeister dkk., 1994). Regulasi diri merupakan proses kontrol yang menolak konsekuensi dari impuls/ dorongan. Misalnya, seseorang mencoba mengurangi kebiasaan mabuknya akan terlihat menolak mengonsumsi alkohol sehingga mencegahnya untuk mabuk (Baumeister & Heatherton, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
3. Pola-pola Umum dan Mekanisme Kegagalan Regulasi Diri Dasar dari regulasi diri adalah memiliki standar, memantau diri sendiri untuk mencapai standar, dan mengubah respon agar individu dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap standarnya. Kegagalan regulasi diri dapat terjadi pada dasar-dasar tersebut. Kegagalan regulasi diri juga dapat terjadi akibat individu tidak mampu mengesampingkan, menghentikan, maupun mengatasi dorongan. Berikut adalah pola umum kegagalan regulasi diri (Baumeister dkk., 1994): a. Konflik pada standar/ tujuan (conflicting standards) Menurut Karoly (dalam Baumeister dkk., 1994), kegagalan regulasi dapat terjadi ketika seseorang tidak memiliki standar/ tujuan yang mana standar/ tujuan tersebut yang menjadi dasar dari regulasi diri. Secara umum, masalah yang dialami oleh individu adalah ketika dirinya memiliki beberapa tujuan yang tidak konsisten, bertentangan, atau tidak cocok. Ketika seseorang memiliki beberapa standar/ tujuan ataupun memiliki tujuan yang saling bertentangan, mereka menjadi tidak mampu mengelola dirinya sendiri secara efektif. Hamlet, Emmons, dan King menunjukkan bahwa adanya tujuan yang saling bertentangan memunculkan kecenderungan seseorang untuk lebih banyak merenung dibandingkan bertindak, sehingga orang tersebut tidak memiliki progres untuk mencapai salah satu dari tujuannya. Van Hook dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
Higgins menunjukkan bahwa tujuan yang tidak spesifik dan memiliki konflik dalam mengarahkan diri membuat seseorang menjadi kacau, bimbang, memiliki respon yang menentang, kebingungan akan identitasnya, dan memiliki distres emosi (dalam Baumeister dkk., 1994). b. Reduksi pada monitoring (reduction of monitoring) Kegagalan regulasi diri dapat terjadi ketika seseorang bertindak curang saat memantau/ memonitoring dirinya dalam mencapai suatu tujuan. Regulasi diri yang efektif melibatkan adanya evaluasi mengenai diri dan tindakan secara berkala terkait dengan tujuan dan melihat bagaimana untuk meningkatkannya. Sikap/ perilaku yang konsisten juga kerap dikaitkan dengan kemampuan seseorang untuk memonitor dirinya sendiri. Memiliki sikap yang konsisten membuat individu dapat berfokus untuk mengevaluasi dirinya dan berada pada trek yang dibuatnya untuk mencapai suatu tujuan. Deindividuasi juga dikaitkan dengan isu dari monitoring. Deindividuasi berarti kehilangan kesadaran diri (self-awareness) dan kurangnya/ hilangnya evaluasi diri
(evaluation apprehension)
terutama saat seseorang merasa direndam dalam suatu kumpulan orang-orang. Deindividuasi diasosiasikan dengan beberapa tindakan kekerasan dan tindakan yang berbahaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
Hull
mengungkapkan
bahwa
mengonsumsi
alkohol
dapat
mengurangi kesadaran diri dengan cara mereduksi proses kognisi yang berkaitan dengan diri. Akibatnya, individu kehilangan kapasitas untuk berpikir mengenai diri mereka sendiri, tidak mampu mengevaluasi diri, tidak membandingkan dirinya sendiri dengan tujuan/ standar personal, dan memiliki dampak dari kejadian saat ini untuk masa depan mereka (dalam Baumeister dkk., 1994). c. Regulasi Diri: Kekuatan yang Terbatas (Limited Source) Kegagalan regulasi diri terjadi ketika seseorang tidak cukup memiliki kekuatan akan suatu tugas. Regulasi diri melibatkan perlawanan antara kekuatan dari dorongan dan gangguan untuk beraksi dengan kekuatan dari mekanisme regulasi diri untuk menginterupsi respon tersebut dan mencegah aksi yang diakibatkan dari gangguan tersebut. Pada bahasan ini lebih relevan dengan unsur regulasi diri, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan dengan standar/ tujuan. Kegagalan regulasi
diri
dapat
terjadi
ketika
seseorang
tidak
dapat
mengesampingkan responnya dan tidak mampu membawanya tetap berada pada keinginan/ tujuannya. Baumeister dan Heatherton (1996) mengungkapkan bahwa setiap dorongan dan motivasi memiliki kekuatan yang bervariasi. Jika dorongan memiliki kekuatan yang besar, maka seseorang harus memiliki kekuatan yang lebih besar untuk menahan atau mengontrol dorongan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
Asal dari “kekuatan” yang dibutuhkan agar regulasi diri berhasil dengan melibatkan self-stopping. Self-stopping melibatkan sumber mental dan fisik. Untuk mengendalikan sebuah dorongan/ kebiasaan/ kecenderungan lainnya, seseorang terkadang menggunakan kekuatan mental dan fisik. Berdasarkan konsep “kekuatan” dalam regulasi diri, berikut adalah beberapa penyebab tidak adanya kekuatan pada diri seseorang untuk melakukan regulasi diri: 1) Kelemahan yang kronis Setiap individu memiliki kekuatan yang berbeda-beda dalam menghadapi respon/ dorongan yang sama. Setiap orang memiliki kapasitas yang berbeda-beda dalam mengendalikan dorongan, keinginan, perasaan, dan tindakan mereka. Akan tetapi, kekuatan pada tiap orang dapat ditingkatkan melalui latihan yang rutin. Kekuatan regulasi diri dapat melemah apabila tidak dilatih secara rutin. 2) Temporary (kekuatan merupakan sumber yang terbatas) Kekuatan merupakan sumber yang terbatas dan dapat habis ketika digunakan untuk mengontrol hal yang lain. Pada suatu waktu, seseorang hanya mampu meregulasi beberapa perilakunya. Ketika kekuatan regulasinya terkuras pada suatu tuntutan/ tekanan, maka regulasi diri akan rusak dan dapat berimbas pada aspek lain. Akibatnya, seseorang dapat menjadi lebih emosional dan mudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
tersinggung sehingga mereka cenderung meningkatkan perilaku merokok, diet ketat atau banyak makan, menyalahgunakan alkohol atau obat-obatan (Baumeister & Heatherton, 1996). 3) Kekuatan dari respon/ dorongan lebih besar Kegagalan regulasi diri dapat terjadi ketika seseorang memiliki keyakinan bahwa respon yang dihadapi memiliki kekuatan yang besar sehingga sulit untuk dikendalikan. Dorongan dan keinginan bisa saja menjadi lebih kuat dari waktu ke waktu. Baumeister dan Heatherton (1996) memberi penjelasan bahwa kekuatan regulasi diri dapat ditingkatkan dengan adanya latihan yang teratur sehingga regulasi diri menjadi lebih mudah dari sebelumnya. Kesuksesan dalam merehabilitasi para tahanan dapat dilihat dari menguatnya kemampuan regulasi diri. Ketika seseorang meningkatkan kekuatan regulasi dirinya, seseorang menjadi lebih baik dalam hal mengontrol dorongan sepanjang waktu. d. Kelambanan psikologis (psychological inertia) Regulasi diri akan lebih efektif dan lebih kuat apabila respon diatasi sedini mungkin. Hal ini mengarah pada self-stopping, yaitu menghentikan respon sejak awal kemunculan. Regulasi diri akan semakin sulit apabila individu mengatasi sebuah respon yang sudah berlangsung. Respon dapat dicegah sejak awal muncul/ dimulai, apabila gagal, respon dapat diinterupsi dengan cara yang benar daripada membiarkannya terus berlangsung. Akan tetapi, pencegahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
respon/ dorongan lebih efektif daripada menginterupsi dorongan yang sudah terjadi (Baumeister dkk., 1994). e. Pola Sebab-Akibat Kegagalan (lapse-activated causal patterns) Dalam hal regulasi diri, kegagalan timbul ketika ada faktor yang menjadi pemicu atau mendorong seseorang untuk melakukan hal yang menyimpang. Ada saatnya orang terbawa oleh dorongan itu namun dengan cepat ia menarik diri dan kembali pada keadaan yang seharusnya. Tapi tidak jarang orang terbawa dan terhanyut sehingga menggelinding seperti bola salju (sebuah metafor yang umum dipakai untuk menjelaskan pola sebab-akibat dari kegagalan regulasi diri), yang dalam hal ini ketika seseorang terjerumus dan mengalami berbagai permasalahan yang semakin membesar ibarat bola salju yang semakin menggelinding kebawah semakin membesar. Kunci untuk memahami pola sebab-akibat kegagalan ini adalah adanya dua model. Model yang pertama adalah ketika muncul faktor yang membuat seseorang untuk melanggar program/aturan. Model kedua adalah ketika sebuah faktor muncul dan mengubah kegagalan awal menjadi kegagalan yang lebih besar atau berlarut-larut. Model kedua ini hanya terjadi ketika model pertama telah terjadi. Emosi memiliki peran dalam kegagalan regulasi diri. Seseorang yang mengalami stres/ tekanan dalam kehidupan sehari-hari cenderung lebih mudah mengalami kegagalan dalam pengendalian diri akibat masalah yang bertumpuk-tumpuk dan terhalangnya pemikiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
yang jernih. Emosi dapat memicu efek bola salju, seperti misalnya ketika seseorang eks-alkoholis yang lama tidak merasakan alkohol, akhirnya karena situasi dan kondisi menyerah pada keadaan dan mengalami lapse (kekambuhan). Perasaan kacau balau bercampur dengan rasa bersalah akibat meneguk alkohol kembali setelah berhasil menjauh selama mungkin justru mendorongnya menenggak botol demi botol agar perasaan tidak enak itu hilang. Hal lain yang menyebabkan adanya kegagalan adalah keyakinan nol-toleransi (zero tolerance). Pada keyakinan nol-toleransi, tidak ada zona abu-abu (ya atau tidak sama sekali). Keyakinan nol-toleransi berarti meniadakan sama sekali dorongan, stimulus, maupun hal lain yang dapat menggagalkan usaha regulasi diri. Akan tetapi, tidak ada orang yang sempurna 100%. Ketika individu gagal (contoh: tergelincir menggunakan alkohol semenjak abstinen), hal tersebut akan menggiringnya ke dalam bencana yang lebih besar. Adanya perasaan tidak enak/ bersalah justru membuatnya semakin larut atau semakin besar dalam mengonsumsi alcohol (Baumeister dkk., 1994). f. Pemberontakan atensi (renegade attention) Ketika seseorang kehilangan atensinya, regulasi diri menjadi lebih sulit untuk dilaksanakan. Stimulus apapun yang melibatkan atensi individu akan membangkitkan reaksi psikologis seperti dorongan dan keinginan. Regulasi diri dapat gagal akibat banyaknya distraksi, terlena, atau aktivitas kognisi lainnya yang mengganggu fokus dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
usaha regulasi diri. Strategi terbaik adalah mencegah stimulus tersebut, seperti menghindari daripada menghadapi stimulus tersebut. Penyebab dari kegagalan regulasi diri adalah kegagalan dalam transcendence (kesadaran). Ketika individu memiliki tujuan yang terlampau panjang dan memiliki idealisme yang tinggi, atensi akan terbenam dan regulasi diri menjadi terancam. Walaupun kesadaran berperan dalam mengarahkan atensi, tetapi dalam hal ini cenderung melemahkan kapasitas regulasi diri. Kapasitas untuk menunda kesenangan (delay of gratification) merupakan salah satu yang penting dari teori regulasi diri. Seseorang yang sukses menunda kesenangan akan fokus pada reward yang lebih besar (yang diperoleh dari tujuan jangka panjang) daripada reward yang secara langsung tersedia di hadapannya (Baumeister & Heatherton, 1996). Transcendence merupakan aspek penting dari regulasi emosi. Seseorang mengendalikan kemarahan, rasa frustasi, atau kekecewaan dengan melihat apa yang terjadi dibalik situasi segera (immediate situation). Mereka membayangkan mengapa terjadi hal yang buruk sehingga memunculkan hasil berupa kemungkinan yang positif maupun memunculkan motif yang menguntungkan (Baumeister & Heatherton, 1996). g. Menggulingkan bola salju (rolling the snowball)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
Dengan melihat faktor-faktor penyebab kegagalan pengendalian diri, efek bola salju adalah lanjutan dari kegagalan pada tahap awal (first lapse), yaitu kondisi saat seseorang tak mampu menarik kembali dirinya agar tidak „menggelinding‟ pada trek yang penuh masalah dan menghancurkan upaya pengendalian diri itu sendiri. Sikap noltoleransi yang coba diterapkan sebagai upaya pengendalian diri justru berefek samping ketika pertahanan diri yang dibangun dengan kokoh itu akhirnya hancur dan mengakibatkan timbulnya emosi yang tak tertahankan (perasaan bersalah yang datang bertubi-tubi dan berujung pada sikap kepalang tanggung). Selain sikap nol-toleransi, kurangnya pengawasan terhadap upaya pengendalian diri itu sendiri menjadi lampu hijau bagi bola salju untuk menggelinding ketika tahap awal kegagalan terjadi. Kembali pada contoh seorang eks-alkoholis yang berusaha keras kembali ke jalan yang lurus. Ketika sebuah peristiwa meruntuhkan tekadnya (putus cinta, kebangkrutan, kehilangan orang terkasih, dan sebagainya), seteguk alkohol menjadi penghalang bagi akal sehat untuk merefleksikan kembali tindakannya yang berlawanan dengan tekadnya untuk memperbaiki diri. Satu teguk alkohol saja sudah cukup untuk mengantarkannya pada satu botol. Demikian juga yang terjadi pada seseorang yang berdiet ketat. Setelah sekian lama berdiet, tiba waktunya untuk menghargai kerja keras dengan “satu potong saja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
cukup”. Akan tetapi, perasaan untuk „memberi penghargaan‟ ini justru berlanjut dengan porsi yang lebih besar. Spiraling distress (kemasygulan yang terus terulang) adalah pola lain yang umum dalam efek bola salju. Seseorang barangkali tidak kehilangan akal sehatnya ketika filter kegagalan pengendalian diri bekerja. Orang itu mampu merefleksikan kembali lapse pertama yang baru saja terjadi, namun dalam tahap refleksi ini ia cenderung tidak berpikir positif melainkan membayangkan kualitas dirinya yang memburuk. Semakin ia mencoba untuk mengawasi perilakunya dan mengevaluasi diri, semakin kuat rasa bersalahnya dan orang tersebut akan mudah tergelincir di trek bola salju (Baumeister dkk., 1994). h. Penyerahan/ pembiaran (acquiescence: letting it happen) Pecandu narkoba dan alkohol lebih suka disebut sebagai korban karena kecanduan mereka (serta lapse yang terjadi pasca rehabilitasi) disebabkan oleh keadaan yang memaksa atau menjerumuskan.Hal ini menarik dan penting, karena sikap penyerahan atau pembiaran ini telah menjadi latar belakang berbagai macam faktor yang telah dibahas terkait dengan kegagalan pengendalian diri. Ketika seorang pecandu narkoba minta disebut sebagai korban padahal ia tak sekedar pengguna namun juga merangkap pengedar, istilah korban ini nampaknya tidak lagi tepat digunakan. Kondisi
semacam
ini
menunjukkan
bahwa
mereka
yang
mengalami kegagalan dalam pengendalian diri tidak sepenuhnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
helpless (tak berdaya), namun mereka memilih untuk tidak mengindahkan aturan-aturan pengendalian diri yang mereka coba terapkan dan secara aktif membiarkan pengendalian diri mereka gagal. Bagi mereka yang secara sadar menggagalkan pengendalian diri, hal yang umum terjadi adalah saat mereka telah sampai pada sebuah titik jenuh atau titik nadir dan merasa bahwa mereka perlu untuk melupakan masalah, menenangkan diri atau semacamnya. Sikap ini menunjukkan bahwa penyerahan adalah murni pilihan berdasarkan kesadaran atau karena kesengajaan. Memang ada hal-hal yang tampaknya mustahil untuk dikendalikan dan upaya pengendalian diri yang dilakukan (apalagi dipaksakan) oleh seseorang justru malah membuatnya melakukan pembiaran ketika hasrat untuk menggagalkan pengendalian diri itu muncul (Baumeister dkk., 1994). i. Misregulasi Misregulasi melibatkan cara/ teknik/ metode yang salah sehingga memberi hasil yang berbeda dari yang diinginkan. Pola misrelugasi disebabkan kurangnya pengetahuan sehingga individu menerapkan cara yang salah untuk mencapai tujuan/ keinginan mereka. Pertama, masalah terletak pada kecenderungan individu untuk overgeneralisasi, yaitu merasa bahwa satu cara mampu diterapkan untuk semua tujuan. Kedua, misregulasi terjadi ketika seseorang percaya bahwa suatu cara dapat menyelesaikan sesuatu di luar kendali yang pada akhirnya membawa hasil yang merugikan (misal:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
mengeluarkan banyak darah atau melubangi tengkorak untuk menyembuhkan penyakit yang tak tersembuhkan, padahal cara tersebut tidak valid bahkan sangat berbahaya). Ketiga, budaya dapat mendukung berbagai keyakinan yang menghambat regulasi diri yang optimal (misal: budaya “nrimo” di satu sisi baik, tetapi bisa juga merugikan bagi orang lain). Pada beberapa kasus, seseorang mengalami misregulasi karena regulasi dirinya berfokus pada aspek yang salah dalam perilakunya. Pertama, mereka berfokus untuk mengontrol hidupnya pada hal-hal yang tidak dapat dikendalikan/ dikontrol. Lebih tepatnya, seseorang berusaha untuk merasa nyaman dengan idealismenya dengan cara mengontrol dirinya untuk mencapai tujuan idealisnya. Kedua, seseorang mengalami misregulasi karena berfokus mengontrol distres emosinya dibandingkan sesuatu yang lebih utama. Sebagai contoh, penyalah guna narkoba menggunakan narkoba untuk mengontrol/ meredam gejolak emosinya dibandingkan mengontrol perilaku penyalahgunaan itu sendiri (Baumeister dkk., 1994).
B.
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya) 1. Pengertian NAPZA
B NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya)
Narkoba merupakan singkatan dari narkotika dan obat berbahaya yang dapat menyebabkan kecanduan dan masalah kesehatan bagi penggunanya. Istilah narkoba muncul terlebih dahulu dan lebih banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
digunakan di media massa, sedangkan istilah NAPZA muncul seiring dengan meningkatnya penyalahgunaan zat kimia dan lebih banyak dibahas di kalangan akademisi (Sulistami dkk., 2013). NAPZA terdiri atas tiga komponen, yaitu: a. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan
rasa
nyeri,
dan
dapat
menimbulkan
ketergantungan. b. Psikotropika merupakan bahan ataupun zat baik alamiah maupun buatan yang bersifat psikoaktif pada susunan syaraf pusat. Psikoaktif berarti memiliki sifat memengaruhi otak dan perilaku sehingga menyebabkan perubahan aktivitas mental dan perilaku pemakainya (Sulistami dkk., 2013). c. Zat Adiktif lainnya merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang menimbulkan ketergantungan atau adiksi yang sulit dihentikan sehingga pemakai ingin menggunakan secara terus-menerus dan memberikan efek lelah atau rasa sakit yang luar biasa
apabila
dihentikan (Sulistami dkk., 2013).
2. Jenis-Jenis Penggolongan NAPZA Berikut adalah beberapa penggolongan NAPZA berdasarkan cara mengolahnya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
a. NAPZA alami merupakan NAPZA yang berasal dari olahan tanaman. Selain itu, NAPZA alami tidak mengalami proses fermentasi ataupun produksi. Tanaman yang tergolong NAPZA alami antara lain ganja/ Cannabis sativa, opium/ candu, dan kokain (Sulistami dkk., 2013). b. NAPZA semisintetis, merupakan golongan NAPZA yang dibuat dari alkaloida opium dengan inti penathren dan diproses secara kimiawi untuk menjadi bahan obat yang berkhasiat sebagai narkotika. NAPZA golongan ini telah diproses sedemikian rupa dan melalui proses fermentasi (Sulistami dkk., 2013). Contoh dari jenis NAPZA semisintetis yang sering digunakan adalah heroin/ putau, kodein, dan morfin. c. NAPZA sintetis merupakan golongan NAPZA yang diperoleh melalui proses kimia dengan menggunakan bahan baku kimia, sehingga diperoleh suatu hasil baru yang mempunyai efek narkotika. Jenis ini dikembangkan untuk keperluan medis dan untuk menghilangkan rasa sakit (Sulistami dkk., 2013). Contoh NAPZA sintetis antara lain adalah pethidine, metadon, dan megadon.
3. Efek yang Ditimbulkan oleh NAPZA Berikut adalah efek yang ditimbulkan oleh NAPZA: a. Stimulan: merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan gairah kerja serta kesadaran (Sulistami dkk., 2013). Selain itu, stimulan juga dapat meningkatkan kinerja otak sehingga pengguna menjadi lebih waspada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
dan tidak merasa kelelahan. Stimulan juga dapat mengubah suasana hati menjadi lebih tenang. Kondisi tersebut dapat memperpanjang waktu individu untuk beraktivitas. Akan tetapi, stimulan dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kegelisahan, kecemasan, bahkan psikosis paranoid (Amriel, 2008). Contoh zat yang bersifat stimulan antara lain kafein, tembakau, amfetamin/ sabu-sabu, ekstasi, kokain, dan ganja (Amriel 2008; Sulistami dkk., 2013). b. Depresan: berbeda dengan stimulan, depresan bekerja dengan cara mengurangi aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai merasa tenang bahkan tertidur atau tak sadarkan diri (Sulistami dkk., 2013). Depresan menurunkan kerja otak sehingga pengguna mengalami penurunan ketegangan dan merasa rileks. Pada saat yang sama, fungsi fisik dan mental serta kendali diri juga mengalami penurunan tak terkendali (Amirel, 2008). Contoh zat yang tergolong depresan adalah alkohol, opium, putau/ heroin, morfin, kodein, valium, librium, megadon, dan temazepam, serta inhalant atau zat tertentu yang dimasukkan ke dalam tubuh dengan cara dihisap melalui hidung (Amriel, 2008; Sulistami dkk., 2013). c. Analgesik: berfungsi sebagai penghilang rasa sakit dengan cara mereduksi kepekaan fisik dan emosional individu, serta memberikan rasa hangat dan nyaman. Zat yang termasuk analgesik antara lain adalah heroin, opium, pethidine, dan codeine (Amriel, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
d. Halusinogen:
zat
ini
berfungsi
meningkatkan
apresiasi
dan
pengalaman indrawi bagi pengguna. Suasana hati pengguna semakin tajam dan mengalami persepsi yang terdistorsi sehingga memunculkan halusinasi. Beberapa jenis zat halusinogen adalah kanabis/ ganja, LSD, dan ekstasi (Amriel, 2008). Brown dan King (dalam Amriel, 2008) menjelaskan jika individu mengonsumsi beberapa jenis obat sekaligus akan memunculkan efek yang tidak terduga dan berbahaya. Apabila individu menggabungkan depresan dan analgesik, maka efek obat akan mematikan dan bereaksi semakin kuat.
C.
Gangguan yang Berkaitan dengan Penggunaan Zat
C Gangguan yang Berkaitan dengan Penggunaan Zat
1. Penggolongan Gangguan yang Berkaitan dengan Zat DSM-IV (dalam Nevid dkk., 2005) menggolongkan gangguan yang berkaitan dengan zat menjadi 2 kategori. Pertama, gangguan penggunaan zat (substance use disorders) berarti melibatkan penggunaan maladaptif dari zat psikoaktif yang meliputi penyalahgunaan zat dan ketergantungan zat. Kedua, gangguan akibat penggunaan zat (substance-induced disorders) merupakan gangguan yang muncul akibat penggunaan zat psikoaktif sepserti intoksikasi, gejala putus zat, gangguan mood, delirium, demensia, amnesia, gangguan psikotik, gangguan kecemasan, disfungsi seksual, dan gangguan tidur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
2. Istilah Pengguna, Penyalah guna, dan Ketergantungan Terdapat istilah tertentu untuk membedakan seseorang dalam mengonsumsi NAPZA. Seseorang yang mengonsumsi NAPZA dapat disebut pengguna, penyalah guna, atau pecandu. Berikut beberapa pengertian terkait ketiga hal tersebut (Sulistami dkk., 2013): a. Penggunaan rekreasional/ eksperimental Penggunaan rekreasional berarti seseorang menggunakan pertama kali atau sesekali untuk tujuan mencari kesenangan. Pada tingkat ini, seseorang menggunakan NAPZA karena adanya dorongan rasa ingin tahu ataupun mendapatkan tekanan dari teman sebayanya. Pengguna belum memiliki masalah terkait penggunaan zatnya. Selain itu, NAPZA dikonsumsi dalam jumlah kecil hingga sedang oleh penggunanya (Sulistami dkk., 2013). b. Penggunaan sirkumstansial/ situasional Pada tingkat ini, seseorang mengonsumsi NAPZA dengan tujuan mencari efek tertentu untuk mengatasi kondisi tertentu. Pada tingkat ini, seseorang dapat memiliki masalah terkait penggunaannya atau tidak. Sebagai contoh, seorang tentara yang menggunakan morfin dalam peperangan agar dapat merasakan perasaan santai dan terlepas dari tekanan yang dialaminya (Sulistami dkk., 2013). c. Penggunaan intensif/ reguler Pemakai menggunakan NAPZA secara terus-menerus dengan tujuan agar terbebas dari masalah yang dialami (seperti kecemasan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
depresi), maupun mempertahankan kemampuan yang dikehendaki. Dosis yang digunakan berada pada dosis rendah hingga dosis sedang. Pada tingkatan penggunaan ini, sering juga disebut dengan tingkat penyalahgunaan. Penyalah guna biasanya mulai mengalami masalah terkait penggunaannya. Sebagai contoh, seseorang terlambat bekerja karena mabuk pada malam sebelum ia berangkat kerja (Sulistami dkk., 2013). d. Penggunaan kompulsif/ adiktif Pada tahap ini, pemakai sudah berada pada tahap yang paling parah dan paling berbahaya. Pemakai pada tahap ini sering disebut adiksi atau pecandu. Untuk mencapai efek fisik maupun psikologis yang diinginkan maupun sekadar menghindari gejala putus zat (sakau), diperlukan dosis yang tinggi secara rutin (setiap hari maupun beberapa kali dalam sehari). NAPZA menjadi sesuatu yang dianggap penting dalam kehidupan seseorang sehingga dapat melebihi aktivitas lainnya (Sulistami dkk., 2013).
3. Tahapan Ketergantungan Sebelum mengalami ketergantungan, individu memiliki pola umum yang menghantarnya menuju adiksi. Berikut adalah beberapa tahapan menuju adiksi (Nevid dkk., 2005): a. Eksperimentasi: merupakan tahap coba-coba atau menggunakan secara berkala. Pada tahap ini, pengguna merasa nyaman bahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
merasa euforik. Pengguna merasa masih dapat mengendalikan diri dan merasa yakin bahwa mereka dapat berhenti sewaktu-waktu. b. Penggunaan rutin: pada tahap ini, individu mulai mengatur dirinya untuk
mendapatkan
dan
menggunakan
obat.
Individu
mulai
menyangkal untuk menutupi konsekuensi negatif dari perilaku mereka. Selain itu, nilai-nilai yang dianut individu mulai berubah seperti menganggap obat merupakan hal yang lebih berharga dibandingkan hal penting lainnya (seperti keluarga, pekerjaan, dan sebagainya). Tahapan ini ditandai dengan munculnya masalah akibat penggunaan obat. c. Adiksi/ ketergantungan: pada tahapan ini, individu merasa tidak berdaya untuk menolak obat karena ingin mengalami efek obat atau untuk menghindari adanya gejala putus zat.
4. Karakteristik Ketergantungan Berikut adalah karakteristik ketergantungan yang diadaptasi dari DSM IV-TR untuk menunjukkan diagnosis adiksi pada individu (Nevid dkk., 2005): a. Toleransi zat, yang ditunjukkan dengan adanya kebutuhan untuk meningkatkan dosis agar mendapatkan efek yang diinginkan dan/ atau berkurangkan efek secara drastis apabila mengonsumsi dengan dosis yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
b. Gejala putus zat, yaitu mengalami gejala tertentu (gejala khas dari suatu zat) apabila tidak mengonsumsi zat. Ditunjukkan dengan mengonsumsi zat yang sama atau zat yang terkait (zat pengganti). c. Penggunaan dosis yang lebih besar untuk periode waktu yang lebih lama. d. Kurang berhasil melakukan kontrol diri atau adanya keinginan untuk mengurangi/ mengendalikan penggunaan zat. e. Menghabiskan banyak waktu untuk aktivitas memperoleh zat, menggunakan zat, atau memulihkan diri dari penggunaan zat. f. Individu mengurangi aktivitas sosial, pekerjaan, atau rekreasional akibat dari penggunaan zat. g. Terus berlanjutnya penggunaan zat walaupun terdapat bukti adanya masalah yang muncul akibat penggunaan zat.
D.
Siklus Kekambuhan D Siklus Kekambuhan 1. Pengertian Kekambuhan (relapse) Relapse/ kekambuhan berarti individu secara utuh kembali pada pola adiksinya atau kembali pada penyimpangan perilakunya (Jiloha, 2011). Mahmood (dalam Ibrahim & Kumar, 2009) menambahkan, relapse berarti penggunaan atau penyalahgunaan zat setelah individu menjalani proses rehabilitasi secara fisik dan psikis. Slip atau lapsemengarah pada satu episode, satu hari, dan mengarah pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
konsekuensi akibat kembalinya perilaku menggunakan narkoba (Jiloha, 2011).
2. Tahapan Relapse (kekambuhan) Relapse atau kekambuhan pada individu terjadi secara bertahap. Relapse dapat terjadi dalam waktu mingguan dan terkadang bulanan sebelum individu tersebut kembali menggunakan narkotika. Tujuan dari sebuah tritmen atau pengobatan adalah untuk membantu individu menyadari tanda-tanda awal dari relapse dan untuk meningkatkan kemampuan coping untuk mencegah relapse sedini mungkin. Berikut adalah tahapan relapse menurut Melemis (2015): a. Emotional Relapse Selama mengalami emotional relapse, individu tidak berpikir untuk menggunakan kembali karena mereka mengingat saat-saat tritmen sehingga mereka tidak ingin menggunakan. Tanda-tanda emotional relapse antara lain seperti mengisolasi diri, pergi ke pertemuan tetapi tidak ingin berbagi pengalaman (sharing), fokus pada orang lain (fokus pada bagaimana orang lain memengaruhi mereka), dan kebiasaan makan dan tidur yang buruk. Pada tahapan ini, kepedulian diri menjadi aspek yang paling penting. Bagi sebagian besar individu, kepedulian diri adalah mengenai kepedulian emosi yang terjadi pada diri. Adanya kepedulian emosi membantu individu untuk mengidentifikasi penyangkalan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
dirinya. Kepedulian terhadap emosi yang dialami individu dapat diatasi dengan memiliki waktu untuk diri sendiri, memperlakukan diri dengan baik, dan mengijinkan relaksasi bagi diri sendiri. b. Mental Relapse Pada tahapan ini, individu sedang berperang dengan pikirannya sendiri. Pikiran individu mengalami pertentangan antara adanya pengurangan perlawanan untuk relapse dengan keinginan untuk menghindari. Tanda-tanda dari mental relapse antara lain mengidam narkoba, berpikir tentang sesuatu (orang, tempat, dan benda) yang berkaitan
dengan
penggunaan
narkoba
di
masa
lampau,
meminimalkan konsekuensi dari pemakaian di masa lalu, selfbargaining, berbohong, memikirkan rencana untuk menggunakan di bawah kontrol diri, melihat kesempatan untuk relapse, dan merencanakan untuk relapse. Adanya self-bargaining membuat individu berpikir untuk menggunakan secara berkala dan mungkin merasa dapat mengontrol (sebagai contoh: menggunakan sekali atau dua kali selama satu tahun). Adanya self-bargaining dapat membuat individu kembali ke pola adiksinya walaupun tidak menggunakan zat yang sama. c. Physical Relapse Pada tahapan ini, individu mulai menggunakan kembali narkoba setelah
sekian
lama
mengalami
abstinen.
Beberapa
peneliti
membedakan antara lapse dan relapse. Lapse berarti awal mula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
mengonsumsi alkohol maupun narkoba, sedangkan relapse berarti mengalami penggunaan yang tidak terkendali.
3. Pemicu Terjadinya Kekambuhan (Relapse) Jiloha (2011) membagi pemicu terjadinya kekambuhan menjadi dua bagian besar yang di dalamnya terdapat sub-bagian, yaitu faktor intrapersonal dan faktor interpersonal. a. Faktor Intrapersonal 1) Upaya mengatasi emosi negatif Individu
mengalami
kekambuhan
sebagai
bentuk
coping
(penyelesaian) atas emosi negatif yang dialaminya. Emosi negatif (emosi yang tidak menyenangkan) dapat berupa perasaan frustasi, kemarahan,
kekecewaan,
kesedihan,
kecemasan,
dan
lain
sebagainya. Kekambuhan dapat terjadi sebagai akibat dari kesalahan reaksi dalam mengevaluasi tekanan, seperti kesulitan dalam pekerjaan atau mengalami kemalangan. 2) Upaya mengatasi kondisi fisik dan psikis yang buruk Kekambuhan muncul sebagai akibat adanya efek terdahulu yang dialami oleh individu akibat menggunakan zat, seperti adanya keinginan fisik untuk kembali menggunakan atau adanya penderitaan akibat penarikan diri (withdrawl agony). Selain itu, kekambuhan dapat terjadi akibat fisik mengalami kelelahan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
penyakit, atau operasi tetapi tidak berkaitan dengan penggunaan yang terdahulu. 3) Meningkatkan emosi positif Individu memiliki keinginan untuk kembali menggunakan dengan alasan ingin kembali merasakan emosi positif yang ditimbulkan dari zat tersebut, seperti perasaan bebas, senang, terbang, dan sebagainya. 4) Menguji kontrol personal Adanya pikiran atau perasaan bahwa individu dapat mengendalikan dirinya walaupun kembali menggunakan zat. “Hanya mencoba sekali” untuk melihat apa yang terjadi kerap menjadi jebakan dan memiliki efek yang lebih besar, yaitu kembali pada pola adiksi yang sebelumnya. 5) Larut dalam godaan atau keinginan Larut dalam godaan dapat berarti seseorang membiarkan dirinya berada dalam pengaruh godaan/ keinginan hingga pada akhirnya larut dan kembali menggunakan zat. b. Faktor Interpersonal 1) Upaya penyelesaian masalah interpersonal Kekambuhan pada individu dapat muncul sebagai akibat seseorang gagal dalam menyelesaikan konflik dengan orang lain. Adanya emosi negatif terhadap orang lain menyebabkan seseorang memiliki keinginan untuk mengatasi emosi negatifnya dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
kembali menggunakan zat yang dianggap dapat meredam emosi negatif tersebut. 2) Tekanan sosial Adanya kontak secara langsung dengan pecandu yang masih mengonsumsi zat akan membawa pengaruh bagi individu untuk kembali menggunakan. 3) Meningkatkan emosi positif bersama orang lain Seseorang yang terlibat suatu perkumpulan (sesama pengguna) cenderung mengonsumsi zat dengan tujuan terciptanya suasanya euforia, ketertarikan seksual, kesenangan dalam sebuah perayaan, dan lain sebagainya
4. Tahapan Recovery (Kesembuhan) Recovery merupakan proses dari pertumbuhan individu yang mana setiap tahapannya memiliki risiko untuk relapse (kambuh) dan masing-masing memiliki tugas perkembangannya untuk menuju tahapan selanjutnya. Tahapan recovery setiap individu memiliki rentang yang berbeda. Berikut adalah tahapan dari recovery (Melemis, 2015): a. Abstinence Stage (Tahapan Abstinen) Tahapan ini secara umum berlangsung semenjak individu berhenti menggunakan narkoba sepanjang satu hingga dua tahun. Biasanya residen membuat perubahan besar pada lingkungan eksternalnya seperti berganti pekerjaan maupun mengakhiri relasinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
Biasanya perubahan besar dilakukan dalam rangka menghindar hingga individu dapat memahami perannya. Berikut adalah beberapa tugas pada tahapan ini, antara lain: menerima bahwa dirinya memiliki adiksi, jujur, meningkatkan kemampuan
coping
atas
perasaan
menagih,
mengaplikasikan
kepedulian diri dengan berkata tidak, memahami tahapan relapse, menghindari komunitas pemakai, berdamai dengan adanya post-acute withdrawal, dan melihat diri sebagai non-pengguna. Tugas-tugas ini dapat disimpulkan sebagai kepedulian diri (self-care) terhadap fisik dan emosional. b. Post-Acute Withdrawal Pada tahapan ini, individu harus berdamai (deal) bahwa dirinya akan mengalami post-acute withdrawal syndrome (PAWS). Saat PAWS terjadi, durasinya berlangsung secara singkat dan PAWS menjadi penyebab umum individu mengalami kekambuhan. PAWS memiliki gejala baik secara fisik maupun emosional. Gejala PAWS antara lain: mengalami mood yang tidak beraturan (mood swing), kecemasan, mudah tersinggung, energi yang tidak teratur, rendahnya rasa antusias, konsentrasi yang terpecah, dan mengalami gangguan tidur. Gejala PAWS dapat meningkat dan semakin kuat dari waktu ke waktu. Selain itu, gejala PAWS merupakan gejala yang muncul secara berkala dalam kurun waktu yang lebih lama dan dapat mencapai kurang lebih dua tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
Biasanya, individu
kembali
jatuh karena
dirinya
tidak
merasakan adanya perubahan dalam dirinya. Individu merasa gejala yang datang merupakan suatu kesalahan yang membuat dirinya berpikir dirinya tidak berhasil. c. Repair Stage (Tahapan Perbaikan) Pada tahapan ini, individu berusaha memperbaiki kerusakan akibat dari mengalami kecanduan. Mereka harus menghadapi kerusakan karena adiksinya yang berdampak pada relasi, pekerjaan, keuangan, maupun harga dirinya. Mereka juga harus mampu mengatasi perasaan kecewa dan negative self-labeling. Selain itu, individu lebih menitik beratkan pada pengawasan diri agar tidak mengalami kekambuhan. d. Growth Stage (Tahapan Pertumbuhan) Tahapan ini berbicara mengenai meningkatkan kemampuan untuk mempelajari hal-hal yang menjadi penyebab (predisposisi) yang membawanya kembali pada adiksinya. Tahapan ini lebih mengarah pada usaha individu untuk melangkah ke depan (moving forward). Berikut beberapa tugas dalam tahapan ini: mengidentifikasi serta memperbaiki
pikiran
negatif dan pola-pola
kehancuran diri,
mengevaluasi diri dan memastikan dirinya tetap berada pada trek, serta memahami bagaimana mengatasi pola-pola merugikan yang dapat menjadi risiko kekambuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
E.
Model Ekologi pada Perkembangan Manusia
E Model Ekologi pada Perkembangan Manusia
Terdapat faktor-faktor eksternal yang turut memengaruhi regulasi diri pada individu. Faktor eksternal yang turut memberikan pengaruh terhadap regulasi diri adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan berinteraksi dengan pengaruh personal, yaitu dengan memberikan suatu standar untuk mengevaluasi perilaku. Selain itu, faktor-faktor eksternal memengaruhi regulasi diri dengan menyediakan cara untuk mendapatkan penguatan (Feist & Feist, 2010). Lingkungan tempat tinggal (ekologi) manusia dibagi menjadi beberapa tingkatan disesuaikan dengan pengaruhnya terhadap individu. Lingkungan ekologis dipahami sebagai suatu kumpulan yang terstruktur, yang dibagi dalam mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, dan kronosistem (Bronfenbrenner, 1994): 1. Mikrosistem Mikrosistem merupakan susunan dari aktivitas, peran sosial, dan relasi interpersonal yang dialami langsung oleh individu secara tatap muka. Lingkungan inilah yang sering ditemui oleh individu dalam kehidupan sehari-hari. Contoh dari lingkungan mikrosistem antara lain keluarga, sekolah, kumpulan pertemanan, dan tempat bekerja. 2. Mesosistem Mesosistem terdiri atas hubungan dan proses yang melibatkan dua atau lebih seting. Sebagai contoh, hubungan antara tempat tinggal dan sekolah maupun hubungan antara sekolah dan tempat bekerja. Dampak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
perkembangan pada individu melibatkan pengambilan keputusan antara komunikasi dua arah (misal: antara guru dan orang tua). 3. Eksosistem Eksosistem terjadi apabila pengalaman di seting lain (individu tidak berperan aktif) memengaruhi satu atau lebih setting yang lain. Sebagai contoh, kepala dewan pendidikan memberikan keputusan bagi suatu sekolah yang mana hal tersebut secara tidak langsung berdampak pada guru dan siswa. 4. Makrosistem Makrosistem terdiri atas kumpulan pola atas mikrosistem, mesosistem, dan eksosistem yang dikarakteristikkan menjadi suatu bentuk budaya atau sub-budaya. Budaya tersebut dapat meliputi sistem kepercayaan, pengetahuan umum, sosioekonomi, maupun gaya hidup. 5. Kronosistem Kronosistem merupakan kondisi sosiohistori pada individu. Kronosistem dapat meliputi berbagai perubahan atau adanya konsistensi sepanjang waktu, tidak hanya mengenai karakteristik dari individu tetapi juga mengenai lingkungan tempat individu itu tinggal.
F.
Self Efficacy F Self Efficacy Bandura menjelaskan, self efficacy atau efikasi diri merupakan kepercayaan pada diri individu bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk berperilaku sesuai apa yang diinginkan (dalam Endler & Kocovski, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
Bandura menambahkan, efikasi diri pada individu memengaruhi bentuk tindakan yang dipilih untuk dilakukan dan memengaruhi usaha pada individu dalam menghadapi rintangan maupun kegagalan (dalam Feist & Feist, 2010). Self efficacy memiliki kaitan dalam kemampuan seseorang untuk meregulasi dirinya. Adanya self efficacy dalam diri individu menjadikannya merasa mampu untuk mengubah perilakunya sehingga individu semakin dekat dengan tujuan yang telah ia buat (dalam Endler & Kocovski, 2000). Self efficacy merupakan faktor yang penting dalam regulasi diri, terutama kaitannya dengan masa pemulihan dari penyalahgunaan atau adiksi zat. Adanya self efficacy memberikan sebuah usaha bagi individu untuk bertahan pada kondisi abstinen terhadap zat. Self efficacy meningkatkan kemampuan regulasi diri pada individu sehingga memberikan komitmen bagi individu itu sendiri untuk mencapai kesuksesan dalam usahanya (Bandura, 1999). Bandura (1997) mengungkapkan, efikasi diri dapat berkurang maupun bertambah melalui salah satu maupun gabungan dari empat sumber yang meliputi pengalaman menguasai sesuatu (mastery experiences), modeling sosial, persuasi sosial, serta kondisi fisik dan emosional (dalam Feist & Feist, 2010). Berikut adalah sumber-sumber efikasi diri: 1. Pengalaman Menguasai Sesuatu (Mastery Experiences) Sumber yang paling berpengaruh dalam regulasi diri adalah mengenai bagaimana performa individu di masa lalu. Pertama, performa yang berhasil pada tugas yang sulit akan meningkatkan efikasi diri pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
individu di masa mendatang ketika menghadapi tugas atau pengalaman yang serupa. Kedua, efikasi diri akan meningkat ketika individu berhasil menyelesaikan tugas dengan baik oleh diri sendiri dibandingkan dengan bantuan orang lain. Ketiga, kegagalan yang terjadi di masa lalu mampu menurunkan efikasi diri pada individu, terlebih ketika individu tersebut merasa telah memberikan usaha terbaiknya dan berada dalam kondisi yang maksimal. Kegagalan akibat rangsangan atau tekanan emosi yang tinggi tidak terlalu merugikan bagi efikasi diri individu. Keempat, kegagalan akibat individu belum memiliki perasaan yang kukuh dalam menguasai sesuatu akan lebih berdampak buruk pada efikasi diri dibandingkan kegagalan yang terjadi setelahnya (Bandura, 1997). 2. Modeling Sosial Efikasi diri pada individu akan meningkat saat individu berhasil mengamati pencapaian orang lain yang memiliki kompetensi yang setara. Modeling sosial kurang memiliki dampak apabila individu mengamati orang lain yang berbeda (dalam hal ini, memiliki kompetensi yang berbeda). Modeling sosial tidak memiliki dampak sekuat performa di masa lalu. Akan tetapi, apabila sosok yang menjadi figur model mengalami kegagalan, hal tersebut lebih memiliki dampak bagi individu untuk melakukan hal yang serupa. Sebagai contoh, seorang public speaker dengan kemampuan yang setara tidak mampu memenangkan pertandingan
nasional
akan
membuat
orang
yang
mengamati
mengurungkan niat untuk melakukan hal yang sama (Bandura, 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
3. Persuasi Sosial Persuasi dari orang lain dapat meningkatkan atau menurunkan efikasi diri apabila diberikan pada kondisi yang tepat. Kondisi yang tepat berarti adanya orang yang dipercaya oleh individu. Persuasi sosial dapat berperan efektif selama individu ingin melakukan sesuatu yang didukung dengan jangkauan kompetensinya. 4. Kondisi Fisik dan Emosional Kondisi emosi yang kuat biasanya akan menurunkan performa individu. Emosi yang dimaksud adalah ketakutan yang kuat, kecemasan, maupun tingkat stres yang tinggi. Individu dengan kondisi emosi yang kuat (ketakutan, kecemasan, dan tekanan) cenderung memiliki ekspektasi atau harapan yang rendah (Bandura, 1997).
G.
Dinamika Regulasi Diri pada Mantan Pecandu Narkotika Menurut Baumeister, Tice, dan Heatherton (1994), regulasi diri mengarah pada usaha seseorang meregulasi pikiran, emosi, dan tindakan untuk mencapai suatu tujuan. Esensi dasar dari regulasi diri mengarah pada usaha seseorang untuk mengesampingkan dorongan. Regulasi diri memiliki unsur-unsur seperti adanya tujuan, monitoring diri, dan mengoperasikan. Masalah terkait penyalahgunaan dan adiksi zat (narkotika) kerap dikaitkan dengan adanya masalah pada kemampuan regulasi diri. Individu yang terjerumus ke dalam jerat adiksi menggambarkan bahwa individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
tersebut memiliki pola kegagalan regulasi diri atau bahkan sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk meregulasi dirinya. Adiksi merupakan penggunaan habitual dan kompulsif yang diiringi dengan adanya ketergantungan fisiologis dan psikologis. Ketergantungan fisiologis berarti tubuh telah berubah sedemikian rupa akibat penggunaan secara teratur sehingga tubuh menjadi tergantung pada pasokan zat yang stabil. Ketergantungan psikologis ditandai dengan penggunaan secara kompulsif untuk memenuhi kebutuhan psikologis (Nevid dkk., 2005). Tentu saja banyak faktor yang menjadi penyebab individu terjerumus ke dalam penyalahgunaan selain isu dari regulasi diri itu sendiri. Faktor penyebab tersebut beragam, mulai dari faktor internal maupun faktor eksternal. Dalam hal ini, lingkungan (baik keluarga maupun pertemanan) juga turut berperan dalam memberikan sumbangan bagi kegagalan regulasi diri pada individu. Sebagai contoh, individu menggunakan narkotika sebagai coping atau pelarian atas masalah keluarga yang dialaminya (Tambunan dkk., 2008). Adiksi dalam jangka waktu yang lama dapat mengurangi jumlah reseptor pada neuron penerima di mana dopamin berada. Perubahan pada sistem dopamin dapat menjelaskan adanya rasa ketagihan yang kuat dan munculnya kecemasan saat individu mengalami gejala putus zat (Nevid dkk., 2005). Hal ini memperlihatkan adanya kesulitan bagi individu dengan ketergantungan kimia dalam mempertahankan abstinensi (Nevid dkk., 2005). Adanya kondisi biologis ini tentu memengaruhi kondisi psikologis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
seseorang. Kondisi biologis tak mampu sepenuhnya diubah karena tubuh telah berubah sedemikian rupa akibat penggunaan zat. Dorongan-dorongan akan selalu muncul dan menghantui para mantan pecandu narkotika. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya (seperti meregulasi diri) untuk mencegah kekambuhan terebut muncul. Perjuangan bagi mantan pecandu narkotika tidak berhenti hanya sebatas selesai menjalani proses rehabilitasi. Diperlukan keyakinan (efikasi diri) dan kemampuan regulasi diri untuk menjaga diri tetap abstinen terhadap zat. Selama menjaga kesembuhan (recovery), terdapat risiko-risiko untuk kembali kambuh. Kekambuhan dapat terjadi sewaktu-waktu apabila individu tidak mampu mengelola emosinya dan juga berada pada lingkungan yang tidak mendukung. Menjaga recovery tentu saja menjadi tugas seumur hidup bagi mantan pecandu. Terdapat faktor pendukung bagi mantan pecandu dalam meregulasi dirinya antara lain mengenai kondisi ekologis dan mengenai keyakinan diri (self efficacy) yang dimiliki oleh mantan pecandu. Tidak dipungkiri bahwa selama menjaga recovery, terdapat faktor risiko yang menjerat kembali untuk menyalahgunakan zat. Berbagai upaya dapat dilakukan oleh mantan pecandu agar tidak kembali mengalami kekambuhan. Salah satu di antaranya, dengan menjadi konselor, mantan pecandu dapat mempelajari mengenai adiksi sekaligus menjadi sarana untuk membantu dirinya sendiri. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan mantan pecandu dapat meregulasi dirinya dan menemukan faktor yang mendukung upaya regulasi diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
Individu
Mengalami Adiksi
Rehabilitasi
Tidak ada Kemampuan Regulasi Diri
Profesi sebagai Konselor Adiksi
Kemampuan Regulasi Diri
Lingkungan, Efikasi Diri
Mengalami kekambuhan Tidak mengalami kekambuhan Ketergantungan Narkoba
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan suatu proses untuk memahami masalah sosial/ manusia dengan memberikan gambaran secara menyeluruh dan kompleks, disajikan dengan kata-kata, memberikan pandangan yang rinci dari para sumber informasi, serta dilakukan dalam latar yang alamiah atau tanpa intervensi. Denzin dan Lincoln menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian lapangan dan bertujuan untuk memahami bagaimana para partisipan mengambil makna dari lingkungan sekitar dan bagaimana makna tersebut memengaruhi perilaku mereka (dalam Gunawan, 2013). Pada
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan
metode
analisis
fenomenologis interpretatif (AFI). Tujuan dari AFI adalah untuk mengungkap secara detail bagaimana partisipan memaknai dunia personal dan sosialnya. Sifat dari AFI adalah fenomenologis, yaitu melibatkan pemeriksaan secara rinci terhadap dunia kehidupan partisipan. AFI bermanfaat ketika seseorang berhadapan dengan kompleksitas, proses, atau sesuatu yang baru. Jenis penelitian ini berguna untuk mengeksplorasi pengalaman personal dan menekankan pada persepsi maupun pendapat personal individu mengenai objek maupun peristiwa. Sampel yang
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
digunakan dalam penelitian jenis ini memiliki profil status demografik maupun sosioekonomi yang serupa (Smith, 2009).
B.
Fokus Penelitian Penelitian ini berfokus pada eksplorasi mengenai proses regulasi diri pada mantan pecandu narkotika yang bekerja sebagai konselor adiksi. Proses regulasi diri diteliti dengan melihat bagaimana unsur-unsur regulasi diri dapat tercapai serta bagaimana subjek mengatasi mekanisme kegagalan regulasi diri. Selain itu, penelitian ini juga mengungkap bagaimana pengaruh faktor lain dalam proses regulasi diri pada subjek.
C.
Subjek Penelitian 1. Teknik Pemilihan Subjek Penelitian ini menggunakan purposive sampling karena setiap individu dari populasi tidak memiliki kemungkinan yang sama untuk terpilih. Pemilihan subjek dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu memilih subjek berdasarkan ciri-ciri yang sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan (Herdiansyah, 2015). Pada penelitian ini, peneliti memilih sampling suatu teori atau konsep. Teknik sampling teori dilakukan dengan cara meneliti individu dengan tujuan memberikan pemahaman lebih terhadap suatu konsep atau teori, menemukan suatu konsep yang spesifik, atau membantu menghasilkan teori (Herdiansyah, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
2. Karakteristik Subjek Dalam penelitian ini, subjek yang menjadi sasaran penelitian adalah mantan pecandu narkotika.
Peneliti
menentukan batasan untuk
menentukan subjek penelitian. Berikut batasan yang digunakan oleh peneliti: a. Berada pada tahap abstinen sekurang-kurangnya satu tahun setelah proses rehabilitasi. b. Memiliki pengalaman sebagai pecandu dengan memiliki kriteria diagnosa ketergantungan zat. c. Bekerja sebagai konselor adiksi pada suatu panti rehabilitasi
D.
Metode Pengumpulan Data Penelitian ini hanya menggunakan satu metode pengumpulan data, yaitu metode wawancara. Menurut Poerwandari (1998), wawancara merupakan proses percakapan dan tanya jawab yang diarahkan oleh pewawancara untuk mencapai tujuan tertentu. Stewart dan Cash menjelaskan bahwa wawancara merupakan suatu interaksi yang terdapat proses pertukaran/ sharing, melibatkan komunikasi dua arah, dan memiliki tujuan yang akan di capai (dalam Herdiansyah, 2015). Selain itu, Banister memberi penjelasan
bahwa wawancara kualitatif dilakukan untuk
memperoleh makna subjektif yang dipahami individu yang sesuai dengan topik yang sedang diteliti (dalam Poerwandari, 1998).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur. Tujuan dari wawancara semi terstruktur adalah untuk memahami suatu fenomena atau permasalahan tertentu. Ciri dari wawancara semi terstruktur yaitu adanya pertanyaan yang bersifat terbuka, namun memiliki batasan tema dan alur pembicaraan. Jawaban yang diberikan oleh subjek tidak dibatasi selama berada pada jalur tema yang sesuai dengan tujuan wawancara. Pertanyaan yang diajukan bersifat fleksibel, bergantung pada situasi dan kondisi serta alur pembicaraan. Selain itu, pedoman wawancara digunakan sebagai patokan dalam alur, urutan, dan penggunaan kata (Herdiansyah, 2015). Sebelum melaksanakan proses wawancara, peneliti memberikan informed consent pada subjek secara lisan. Informed consent berisi tentang informasi penelitian yang akan dilaksanakan dan kesediaan subjek untuk mengikuti penelitian. Selain itu, informed consent berisikan tujuan penelitian, bagaimana data akan diambil, serta wewenang subjek dalam penelitian ini. Tujuan penelitian yang disampaikan di dalam informed consent adalah untuk mengeksplorasi pengalaman adiksi pada mantan pecandu narkotika dan melihat peran sebagai konselor adiksi terhadap recovery. Data diperoleh melalui wawancara personal dengan menggunakan alat voice recorder. Peneliti menjamin kerahasiaan data pada subjek dan subjek memiliki wewenang untuk tidak mengungkapkan hal-hal yang dirasa tidak ingin disampaikan. (Draft informed consent terdapat pada halaman lampiran)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
Tabel 1 Pedoman Wawancara Tabel 1 Pedoman Wawancara Aspek
Komponen
Latar Belakang
Kondisi Keluarga
Subjek
Pertanyaan Wawancara 1. Bagaimana pandangan terhadap ayah dan ibu? 2. Bagaimana sikap ayah dan ibu di dalam keluarga? 3. Bagaimana relasi di dalam keluarga?
Kondisi Pertemanan
1. Bagaimana relasi dengan teman sebaya? 2. Bagaimana pengaruh teman sebaya?
Pandangan terhadap diri sendiri/ self
1. Bagaimana pandangan terhadap diri sendiri (sebelum menjadi pecandu narkoba)? 2. Prestasi yang pernah diraih?
Kondisi
Hal-hal yang membuat
1. Apa yang menjadi faktor anda
Regulasi Diri
subjek mengalami
menjadi pecandu narkoba?
Sebelum
kegagalan regulasi diri 2. Apa saja yang terjadi pada
Menjadi
mekanisme kegagalan
anda sehingga anda mengalami
Pecandu
regulasi diri
Kondisi Subjek
Hal-hal yang dialami
Saat Menjadi
subjek selama menjadi
Pecandu
pecandu dan
Narkoba
pengaruhnya terhadap
pikiranterhadap narkoba?
regulasi diri
3. Bagaimana dampak kondisi
adiksi?
1. Bagaimana pengaruh narkoba terhadap subjek? 2. Bagaimana perasaan dan
adiksi terhadap regulasi diri?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
Aspek
Komponen
Bentuk dan
Unsur-unsur regulasi diri
proses regulasi
sebagai bentuk
diri pasca
adanya regulasi diri pada
rehabilitasi
subjek
Pertanyaan Wawancara
1. Apa tujuan yang dimiliki oleh subjek supaya tidak kembali mengalami kekambuhan? 2. Bagaimana cara subjek mengawasi dirinya dalam mencapai tujuan tersebut dan bagaimana cara mengawasi diri agar tidak kembali mengalami kekambuhan? 3. Apa yang dilakukan subjek untuk mencapai tujuan dan beradaptasi terhadap berbagai perubahan/ tekanan?
Proses yang dialami
1. Apa saja yang dilakukan
subjek agar berhasil
subjek untuk mengatasi
meregulasi dirinya
keinginan kembali menggunakan narkoba? 2. Bagaimana cara subjek menghadapi tantangan/ hambatan agar tidak kembali menggunakan narkoba?
E.
Metode Analisis Data Menurut Spradley (dalam Gunawan, 2013), analisis data merupakan pencarian pola-pola untuk menetapkan bagian-bagiannya, hubungan antarkajian, dan hubungan terhadap keseluruhannya. Bogdan dan Biklen (dalam Gunawan, 2013) menambahkan, analisis data dilakukan melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
proses pencarian data yang dikumpulkan seperti wawancara, catatan, dan bahan lainnya untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu hal dan menyajikan apa yang ditemukan. Analisis data dalam penelitian kualitatif menggunakan analisis tematik atau analisis tema kultural. Teknik analisis tematik digunakan untuk memahami gejala yang khas, nilai, maupun simbol budaya dengan mengumpulkan berbagai tema. Selanjutnya, analisis tematik digunakan untuk menemukan hubungan-hubungan pada domain yang
dianalisis
sehingga membentuk suatu kesatuan dan menampakkan tema yang dominan maupun yang kurang dominan (Gunawan, 2013). Menurut Miles dan Huberman, penelitian kualitatif memiliki empat tahapan dalam analisis data, yaitu mengumpulkan data, mereduksi data melalui tema dan kode, display data ke dalam bentuk kategori, dan menarik kesimpulan/ verifikasi (dalam Herdiansyah, 2015). Secara rinci, berikut adalah langkah-langkah dalam menganalisis data (Smith, 2009): 1.
Membaca data secara berulang Pada tahap ini, peneliti membaca transkrip wawancara untuk memahami dunia subjek. Membaca kembali data berguna agar peneliti tidak terburu-buru dalam mereduksi data dan lebih memahami keterkaitan antar data yang diperoleh.
2.
Pencatatan awal dan mencari tema-tema Peneliti mulai memberikan catatan terhadap transkrip yang diperoleh. Hal
ini
berguna
untuk
mendeskripsikan
secara
detail
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
memunculkan pengetahuan secara umum mengenai pengalaman subjek. Komentar yang diberikan pada transkrip bermaksud untuk merangkum atau menyimpulkan, memberikan asosiasi atau koneksi, dan dapat merupakan interpretasi awal. Catatan-catatan awal ditransformasi ke dalam frase-frase yang singkat (tema) untuk menangkap kualitas esensial dari teks. Transformasi tersebut berguna untuk memunculkan koneksi teoritis di dalam dan di antara kasus. Jumlah tema yang muncul mencerminkan kekayaan bagian yang bersangkutan 3.
Mengaitkan tema-tema yang ada Pada tahap ini, peneliti mengurutkan tema-tema yang muncul dengan pengurutan yang lebih bersifat analitis atau teoritis dengan tujuan menemukan koneksi antar tema. Beberapa tema dikelompokkan sehingga dapat menarik tema yang lain untuk memberikan makna. Peneliti juga membandingkan pemahaman yang dibuatnya dengan apa yang dikatakan oleh partisipan. Tahap selanjutnya adalah membuat tabel tema atau pemetaan dan peneliti berusaha menyatukan tema-tema tersebut. Kelompokkelompok tema tersebut diberi nama dan diberikan penanda pada masing-masing contoh (dengan memberikan penomoran) agar mudah dicari sumber asalnya.
4.
Melanjutkan analisis dengan kasus-kasus lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
Tahap selanjutnya adalah berpindah kepada transkrip subjek berikutnya dengan mengulangi tahapan yang sama. Peneliti harus mencermati pola yang berulang dan menanggapi isu baru yang muncul saat mengerjakan transkrip. Peneliti mengenali pernyataan antar subjek, bagaimana pernyataan tersebut mirip namun juga berbeda. Selanjutnya, peneliti menentukan tema-tema yang akan difokuskan dengan cara membuat prioritas dan mulai mereduksinya. 5.
Mencari pola-pola lintas kasus (subjek) Tahapan selanjutnya adalah mencari pola pada kasus yang ditemukan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara melihat tabel tema pada setiap kasus (subjek). Peneliti mulai mencari keterkaitan antar tema pada masing-masing kasus sehingga dapat menemukan pola untuk memudahkan dalam menganalisis data.
F.
Keabsahan Data 1. Kredibilitas Kredibilitas merupakan istilah yang digunakan untuk mengganti konsep validitas dalam penelitian kualitatif yang dimaksudkan untuk merangkum bahasan mengenai kualitas penelitian kualitatif (Creswell, 2010; Poerwandari, 1998). Creswell dan Miller menjelaskan kredibilitas dalam penelitian kualitatif didasarkan pada kepastian apakah hasil penelitian sudah akurat dari sudut pandang partisipan, peneliti, atau pembaca secara umum (dalam Creswell, 2010). Kredibilitas kualitatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
dikatakan berhasil apabila mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial, atau pola interaksi yang kompleks (Poerwandari, 1998). Stangl dan Sarantakos mengungkapkan bahwa validitas dalam penelitian kualitatif tidak dicapai dengan memanipulasi variabel, tetapi melalui orientasinya dan upayanya mendalami dunia empiris dengan menggunakan metode paling cocok untuk pengambilan dan analisis data. Oleh karena itu, peneliti perlu menguraikan parameter penelitian (langkah-langkah, pedoman, batasan, maupun ukuran) dengan jelas, yaitu bagaimana desain dikembangkan, subjek penelitian dipilih, ataupun analisis yang dilakukan (dalam Creswell, 2010). Kredibilitas/ validitas dapat dicapai bila temuan dari studi-studi lain mengenai topik yang sama menunjukkan hasil yang kurang lebih serupa. Selain itu, validitas/ kredibilitas dapat dilakukan dengan cara mengonfirmasi kembali data dan analisisnya kepada subjek penelitian (Creswell, 2010).
2. Triangulasi Triangulasi data digunakan untuk memantapkan kredibilitas dan konsistensi data, dan dapat juga bermanfaat sebagai alat bantu analisis data di lapangan. Triangulasi dikenal sebagai teknik pemeriksaan keabsahan dengan cara memanfaatkan sesuatu di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
Berikut adalah jenis-jenis triangulasi yang digunakan oleh peneliti (Afiyanti 2008; Creswell 2010; Herdiansyah, 2015): a. Validasi subjek Validasi subjek atau member checking dilakukan dengan cara menunjukkan hasil salinan verbatim wawancara beserta analisis dari peneliti
kepada subjek penelitian. Hal
ini
dilakukan untuk
mengonfirmasi ulang mengenai data yang telah diperoleh peneliti, apakah sudah sesuai atau ada yang perlu diperbaiki. Cara ini memberikan kesempatan kepada subjek untuk berkomentar mengenai hasil penelitian (Creswell, 2010; Herdiansyah 2015). b. Peer checking Kredibilitas diperoleh dengan cara melakukan diskusi panel dengan para ekspertis atau ahli untuk melakukan reanalisis data yang telah diperoleh (Afiyanti, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HA SIL PENELITIAN DAN PEMBAHA SAN
A.
Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Penelitian dan Perijinan Pada penelitian ini, peneliti mengambil subjek yang bekerja di Panti Rehabilitasi NAPZA yang bernama Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP).
Panti
Sosial
Parmadi
Putra
terletak
di
Karangmojo,
Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Panti Sosial Parmadi Putra memberikan pelayanan, perawatan, dan rehabilitasi sosial dengan menggunakan
metode
Therapeutic
Community,
yang
meliputi
pembinan fisik, mental, dan sosial. Program Therapeutic Community dirancang untuk waktu 12 bulan (1 tahun). Akan tetapi dalam pelaksanaan Therapeutic Community tergantung pada perkembangan residen selama mengikuti program. Selain itu, proses rehabilitasi yang diberikan yaitu mengubah sikap dan tingkah laku, resosialisasi, serta pembinaan lanjut agar mampu dan berperan aktif dan positif dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Peneliti tidak mengambil subjek yang merupakan residen di Panti Sosial Parmadi Putra. Peneliti memilih subjek yang merupakan mantan pecandu narkotika dan kini bekerja sebagai konselor adiksi di Panti Sosial Parmadi Putra. Untuk menentukan subjek penelitian, peneliti
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
menggunakan purposive sampling, yaitu menentukan subjek dengan karakter tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sebelum
melaksanakan
penelitian,
peneliti
mengajukan
permohonan izin penelitian ke Kantor Gubernur DIY dan ke Dinas Sosial agar mendapatkan izin penelitian di Panti Sosial Parmadi Putra. Pengajuan izin pertama kali diajukan pada bulan Oktober 2015 hingga bulan Januari 2016. Selanjutnya, peneliti melakukan perpanjangan izin pada bulan Januari 2016 hingga bulan April 2016. Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan pendekatan/ rapport dengan konselor adiksi yang sesuai dengan kriteria penelitian, yaitu yang pernah mengalami adiksi narkoba sebelum menjadi seorang konselor adiksi. Rapport dilakukan agar terjalin kedekatan dengan subjek adanya rasa percaya dengan peneliti sehingga subjek dapat memberikan informasi secara terbuka. Subjek dalam penelitian ini berjumlah dua orang. Selain itu, kedua subjek tersebut merupakan pekerja aktif di PSPP sebagai konselor adiksi. Proses rapport dilaksanakan tanggal 21 Oktober 2015 pada subjek 2 (Bro Y) dan tanggal 26 November 2015 pada subjek 1 (Sis X). Untuk memenuhi proses ini, peneliti bertanya jawab seputar kehidupan subjek dan pekerjaannya di PSPP. Selain itu, proses rapport juga dilakukan dengan cara makan bersama subjek agar hubungan tidak menjadi canggung. Proses wawancara selanjutnya dilaksanakan dengan cara membuat janji dengan subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
Proses wawancara dilaksanakan di PSPP ketika subjek sedang tidak memiliki kesibukan kerja. Proses wawancara menggunakan guideline interview. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak terstruktur agar peneliti dapat menggali informasi secara lebih dalam dan luwes. Peneliti juga menyiapkan alat rekam untuk membantu proses pengumpulan data wawancara.
2. Pelaksanaan Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Tabel 2 Waktu dan Tempat Penelitian No. 1
Kegiatan Wawancara subjek
Subjek 1 (Sis X)
Subjek 2 (Bro Y)
a. 26 November 2015 a. 21 Oktober 2015 (15.10-16.00) ruang
di
Konsultasi
PSPP
(11.20-12.30)
di
ruang
Konsultasi
PSPP c. 28
c. 1 April 2016 (16.05di
ruang
tunggu PSPP d. 29
April
(16.10-16.45) ruang PSPP
ruang tunggu PSPP
(13.30-14.40)
PSPP
17.00)
di
b. 19 Desember 2015
b. 19 desember 2015
ruang
(14.45-15.10)
Konsultasi
Januari
(15.10-16.05)
2016 di
ruang tunggu PSPP d. 1
2016
di
April
(15.10-15.50)
di
ruang
Konsultasi
PSPP e. 22
2016 di
Konsultasi
April
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
No.
Kegiatan
Subjek 1 (Sis X)
Subjek 2 (Bro Y) (15.30-16.00)
di
ruang tunggu PSPP 2
Member
Dilaksanakan pada hari Dilaksanakan pada hari
checking
Rabu, 18 Mei 2016 di Rabu, 18 Mei 2016 di Ruang Konsultasi PSPP Ruang pada pukul 15.00
B.
Konsultasi
PSPP pada pukul 18.30
Subjek Penelitian 1. Demografi Subjek Tabel 3 Demografi Subjek No. Keterangan
Subjek 1
Subjek 2
1
Nama Inisial
Sis X
Bro Y
2
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
3
Usia
32 tahun
57 tahun
4
Anak ke-
2 dari 3
2 dari 2
bersaudara
bersaudara
5
Jumlah Saudara
2
1 kandung, 3 tiri
6
Pekerjaan
Konselor Adiksi
Konselor Adiksi
2. Latar Belakang Subjek a) Subjek 1 (Sis X) Subjek merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, memiliki kakak laki-laki dan adik laki-laki. Akan tetapi, subjek mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki kedekatan dengan saudara kandungnya dan cenderung sering bertengkar dengan adiknya. Subjek merasa tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
memiliki kedekatan dengan saudaranya karena sejak kecil subjek sudah terpisah dari saudaranya karena bersekolah di tempat yang berbeda-beda. Adanya perbedaan sekolah inilah yang membuat subjek dan saudaranya tidak berada di satu tempat tinggal yang sama. Subjek juga mengatakan bahwa dirinya memiliki komunikasi yang kaku dengan saudaranya. Di dalam keluarganya, subjek merasa lebih dekat dengan ibunya karena subjek dapat memiliki komunikasi yang terbuka dengan ibunya. Subjek merasa bahwa dirinya mampu saling menegur bahkan berdebat dengan ibunya. Di dalam keluarganya, subjek memandang bahwa kakak dan adiknya adalah sosok yang tertutup seperti dirinya. Selain itu, subjek juga memandang bahwa kakak dan adiknya adalah sosok yang bandel. Subjek juga memandang ayahnya sebagai sosok yang kurang menyenangkan. Ayahnya dipandang sebagai sosok yang keras, emosional, tidak tahu caranya mengungkapkan kasih sayangnya, diktator, dan ringan tangan terhadap anak-anaknya. Subjek merasa bahwa hubungannya dengan sosok ayah dirasa tidak cukup harmonis. Berbeda pandangannya terhadap sosok ibu, bagi subjek, ibu merupakan sosok yang kuat dan sabar. Pandangan tersebut muncul karena subjek merasa dirinya dan saudaranya telah melakukan kenakalan, tetapi sang ibu masih tetap kuat dan sabar. Selain itu, ibunya dipandang sebagai sosok yang peduli terhadap keluarganya. Kepedulian
itu
diceritakan
subjek
karena
ibunya
masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
memperhatikan neneknya dan juga saudara dari sang ibu. Bagi subjek, sosok ibu merupakan panutan di dalam keluarganya. Menurut subjek, masalah di dalam keluarga yang dialami merupakan masalah yang terjadi di antara kedua orang tuanya. Selama menghadapi masalah yang terjadi di dalam keluarga, subjek memilih untuk diam dan membiarkan masalah tersebut hilang dengan sendirinya. Subjek juga merasa bahwa dirinya dan saudaranya memiliki kesamaan, yaitu tertutup dan suka memendam masalah. Selama memiliki masalah, subjek memilih untuk diam dan cenderung menutupi masalahnya. Jika muncul masalah lagi, subjek memilih untuk diam karena ia merasa akan memiliki akhir yang sama saja. Subjek kini bekerja sebagai konselor adiksi di Panti Sosial Parmadi Putra. Sebelumnya, subjek telah menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Selama bersekolah, subjek menunjukkan prestasinya dengan berhasil meraih peringkat selama duduk di bangku Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama. Akan tetapi, prestasi menurun saat subjek menginjak bangku Sekolah Menengah Atas karena subjek mengakui bahwa dirinya sudah mulai mengenal narkoba. Saat duduk di bangku kuliah, subjek menceritakan bahwa prestasi baginya merupakan sesuatu ketika dirinya mampu mengikuti aktivitas dan memperoleh penghargaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
Subjek juga memiliki relasi yang kurang sehat dengan temantemannya. Subjek cenderung membatasi diri dan membatasi komunikasi dengan teman-temannya. Subjek mengatakan bahwa dirinya memiliki sedikit teman perempuan. Menurut subjek, teman perempuan merupakan sosok yang suka bergosip, sensitif, dan tidak menyenangkan. Di sisi lain, ternyata subjek memiliki pergaulan yang kurang sehat, yaitu bergaul dengan teman-teman yang nakal dan pemakai narkoba. Pada awal berkenalan, subjek tidak mengetahui bahwa teman-temannya merupakan pemakai narkoba. Akan tetapi, semakin lama subjek semakin terpengaruh oleh pergaulan dan turut mengonsumsi narkoba. Subjek merasa biasa saja karena ia merasa kakaknya pun juga demikian. Subjek merasa temannya membujuknya dan subjek sendiri juga merasa adanya masalah/ urusan yang belum selesai (unfinished bussiness). Usia yang juga dianggap labil oleh subjek juga menjadi salah satu faktor subjek terjerumus di pergaulan tersebut. Subjek merasa tidak pernah memiliki masalah yang begitu berarti dengan teman-temannya. Subjek merasa bahwa dirinya membatasi diri, sehingga ia hanya curhat (bercerita) seperlunya saja. Subjek merasakan adanya ketakutan atau kekhawatiran yang tidak beralasan sehingga subjek cenderung kurang terbuka dan memilih tidak bercerita banyak dengan teman-temannya. Menurut subjek, teman-temannya bersikap baik apabila merasa butuh saja. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
teman-temannya dirasa tidak mengerti apa yang ada di dalam diri subjek. Tetapi subjek juga menyadari bahwa dirinya juga merupakan sosok yang tertutup, sehingga teman-temannya tidak mengenalnya secara lebih dalam. Teman-teman subjek dirasa memiliki pengaruh terhadap subjek.Pengaruh yang dirasa positif adalah ketika teman-temannya mengajak subjek untuk berpikir secara simple/ sederhana. Akan tetapi, sisi negatifnya adalah subjek mabuk-mabukan bersama temantemannya dan mengonsumsi narkoba bersama teman-temannya. Subjek memandang bahwa dirinya merupakan orang yang mudah terpengaruh oleh suasana hati (emosian). Subjek juga mengatakan bahwa dirinya itu flat/ datar. Perasaan datar tersebut dikarenakan subjek merasa bahwa dirinya sudah terlatih demikian selama masih masa anak-anak. Subjek merasa sejak masa anak-anak, dirinya terbiasa memendam suatu masalah dan tidak mampu mengungkapkannya. Subjek merasa setiap masalah yang datang akan memiliki akhir yang sama. Subjek juga cenderung tertutup dan memilih diam ketika menghadapi masalah. Subjek juga memilih untuk pergi ketika dirinya sedang menghadapi suatu masalah. Subjek saat ini telah bersuami dan memiliki anak berusia tujuh tahun. Selama menikah, subjek merasa harmonis karena subjek merasa selalu memanipulasi. Tindakan manipulasi yang dilakukan subjek adalah subjek menutupi penggunaan dosis narkoba yang ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
gunakan. Subjek juga menceritakan bahwa sebelum menikah, suaminya hanya mengetahui bahwa subjek telah berhenti (padahal subjek masih mengonsumsi). Subjek juga bercerita bahwa dirinya pernah mengalami overdosis sehingga anaknya dirawat oleh ibunya.
b) Subjek 2 (bro Y) Subjek merupakan anak ke-dua dari dua bersaudara ketika dirinya belum memiliki ayah tiri. Saat dirinya memiliki ayah tiri, subjek memiliki tiga saudara tiri. Subjek tidak memiliki kedekatan dengan saudara kandungnya maupun saudara tirinya. Subjek sering mengalami sibling rivalry dengan saudara tirinya karena dirinya merasa tidak diperhatikan sebagaimana saudara tirinya diperhatikan. Subjek merasa bahwa dirinya merupakan anak yang paling nakal, yaitu ditunjukkan dengan perilaku merokok dan melawan peraturan yang dibuat oleh orang tuanya. Selain itu, subjek merasa memiliki masalah emosional, yaitu sulit menerima kekecewaan.Emosi yang tidak terkendali seperti mudah marah juga menjadi masalah bagi subjek. Menurut subjek, kedua orang tuanya memiliki pengasuhan yang demokratis. Akan tetapi, ia cenderung menilai ayahnya memiliki pengasuhan
yang
kuno.
Pengasuhan
yang
kuno
diceritakan
sebagaimana ayahnya sering memukuli subjek apabila subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
melakukan kesalahan. Subjek juga merasakan kurangnya kehangatan maupun perhatian dari orang tuanya, terutama dari ayah tirinya. Sosok ibu dianggap sebagai public figure bagi subjek karena ibu dianggap sebagai sosok yang sabar, melayani, dan dapat dipercaya. Sedangkan untuk ayah tiri, subjek menganggap bahwa ayah tirinya telah menyelamatkannya dengan cara menjadikan subjek seorang pegawai dan turut campur tangan ketika subjek mengalami adiksi. Ketika mengalami masalah di dalam keluarganya, subjek selalu memilih untuk pergi dan mabuk bersama teman-temannya. Subjek terkadang merasa tidak ada jalan keluar dan sering memilih untuk diam ketika ayah tirinya sedang marah. Subjek mengharapkan ayahnya dapat menasehatinya dengan cara yang halus. Subjek merasa kurang mendapatkan kehangatan dari orang tuanya. Subjek lebih suka bermain mainan yang sederhana seperti bermain layangan dibandingkan dibelikan mainan modern yang memiliki harga mahal. Subjek menceritakan bahwa ayah tirinya lebih ringan kepadanya dibandingkan dengan saudara tirinya. Sampai saat ini, subjek tidak mengetahui kabar mengenai ayah kandungnya. Subjek pun tidak berani untuk bertanya kepada ibunya karena subjek takut apabila ia menyakiti ibunya. Di
lingkungan
tempat
tinggalnya,
subjek
juga
kerap
mendapatkan pembicaraan yang kurang menyenangkan dari kumpulan ibu-ibu rumah tangga di kampung tersebut. Kumpulan ibu-ibu tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
sering melontarkan pernyataan bahwa ibunya sudah menjadi milik ayah tirinya. Subjek juga sering mendapatkan pembicaraan bahwa dirinya bukan merupakan anak dari ayah tirinya. Dari hal tersebut subjek merasa bahwa dirinya mendengarkan sesuatu yang belum saatnya bagi subjek untuk mengetahuinya. Subjek juga memiliki pergaulan yang buruk bersama temanteman di kampungnya. Subjek kerap berkumpul bersama dan menggunakan narkoba bersama-sama. Subjek dan teman-temannya sering menghabiskan waktu bersama dan “ndugal” bersama. Subjek merasa dirinya dan perkumpulannya merupakan geng yang eksklusif sehingga anak di luar kampung dirasa tidak percaya diri untuk mendekati subjek. Subjek menceritakan bahwa dirinya masuk di sekolah favorit sejak SD hingga SMP. Subjek juga kerap mendapatkan prestasi berupa memeroleh peringkat di dalam kelasnya. Subjek merasa walaupun dirinya kurang suka membaca dan pernah membolos, tetapi subjek tetap mendapatkan nilai yang baik. Subjek merasa bahwa apabila dirinya berada di kost pada saat duduk di bangku SMA, subjek tidak akan terjerumus ke dalam dunia adiksi. Subjek mengatakan bahwa sebenarnya ia ingin menghindari pergaulan yang tidak baik yang ada di kampungnya tersebut. Akan tetapi, ibu subjek tidak mengijinkannya dengan alasan sekolah subjek tidaklah begitu jauh dari rumahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
Sejak duduk di bangku SMP, subjek telah mengonsumsi morfin dan menjadi seorang pengguna aktif. Subjek merasa mudah mendapatkan prekusor narkoba karena pada jaman dahulu, tidak ada UU narkotika yang melarang peredaran prekusor. Dengan adanya UU kesehatan, subjek dengan mudahnya mendapatkan morfin di apotek. Pada saat ini, subjek bekerja sebagai konselor adiksi di PSPP. Sebelumnya, subjek bersama teman-temannya merintis berdirinya panti rehabilitasi. Semakin lama, subjek semakin menikmati pekerjaannya. Motivasi subjek bekerja sebagai konselor adiksi adalah ingin menyelamatkan pecandu. Selain itu, subjek merasa bahwa yang dapat memahami pecandu adalah mantan pecandu narkoba.
C.
Analisis Data Penelitian 1. Kegagalan Regulasi Diri yang Dialami Oleh Subjek Berikut akan dijabarkan faktor yang menjadi penyebab subjek menjadi seorang pecandu. Faktor penyebab ditinjau melalui pola umum/ mekanisme kegagalan kegulasi diri yang dialami oleh subjek.
Tabel 4 Kegagalan Regulasi Diri yang Dialami Subjek Subjek 1 (Sis X)
Subjek 2 (Bro Y)
Rolling the snowball:
Rolling the snowball:
Baris: 16-17; 24-27; 71-73
Baris: 21-26
Letting it happen:
Letting it happen:
Baris: 134-137; 153-154; 158-161
Baris: 10-11; 133-136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
Subjek 1 (Sis X)
Subjek 2 (Bro Y)
Pola sebab akibat kegagalan
Pola sebab akibat
Faktor: Ekologi Mikrosistem
kegagalan faktor:
Baris: 34-37; 61-62; 92-93; 129-
Ekologi Mikrosistem
132; 147-149; 167-168
Baris: 3-8; 14-16; 34-35
Tekanan Emosi
Ekologi Eksosistem
Baris: 94-97; 157-159; 169-179;
Baris: 92-97
182-192
Ekologi Makrosistem Baris: 104-105; 106-109; 157-158 Reduksi pada Monitoring Baris: 38-41; 45-48
Berikut adalah beberapa kutipan yang mendukung adanya faktor yang menjadi predisposisi subjek untuk menjadi pecandu. Faktor predisposisi ditinjau dari pola umum atau mekanisme kegagalan regulasi diri pada masing-masing subjek: a. Rolling the snowball Rolling the snowball merupakan timbulnya efek yang lebih besar akibat proses awal kejatuhan (Baumeister dkk., 1994). Masing-masing subjek memiliki pengalaman yang sama. Mengonsumsi alkohol ataupun merokok merupakan sebuah gerbang menuju adiksi. Setiap subjek berawal dengan mengonsumsi alkohol atau merokok, kemudian berimbas mengonsumsi narkoba hingga mengalami ketergantungan. 1) Subjek 1 (Sis X) “habis alkohol, karena dulu di sekolah aku ibaratnya karena ada yang ngedarin kan ya, saya tidak tahu itu bandar atau apa, tapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
kita bisa beli dari dia gitu, eee itu ganja, habis itu waktu SMA itu. Waktu kuliah, saya pakai inex” (Baris: 24-27) 2) Subjek 2 (Bro Y) “pertama kali mesti ya ngerokok, habis itu saya miras. Habis itu ganja. Dulu namanya kokain mbak. Candu, itu adalah getahnya ganja, dulu bisa dari situ. Terus pakai morfin. Dulu ga ada istilah pecandu, user, penyalahguna, tapi dulu namanya morfinis. Awake mesti kurus karena jadi ga doyan makan, raiso turu, dan mesti takut sama air, makane ambune mesti ra enak” (Baris: 21-26) b. Letting it Happen Pola
kegagalan
ini
mengarah
pada
kesengajaan
subjek
untuk
menggagalkan regulasi dirinya. Selain itu, pola ini juga mengarah pada kegagalan regulasi diri akibat merasa jenuh dan ingin melupakan masalah sejenak (Baumeister dkk., 1994). 1) Subjek 1 (Sis X) “....Kita punya masalah, terus kita makai, “ohh udah lupa nih kalo ada masalah”. Padahal secara ga sengaja kita ninggalin masalah di belakang. Kita makai, efek hilang kan masalah itu timbul lagi tu....” (Baris: 158-161) 2) Subjek 2 (Bro Y) “nah ya jalan keluarnya mending saya mendem wae biar saya diperhatikan” (Baris: 10-11)
c. Pola Sebab-Akibat Kegagalan Kegagalan regulasi diri dapat terjadi akibat adanya faktor yang menjadi pemicu gagalnya regulasi diri (Baumeister dkk., 1994). Pada bahasan ini, faktor yang menjadi pemicu adalah faktor ekologi/ lingkungan tempat subjek berada. Selain itu, pola sebab akibat kegagalan juga meninjau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
adanya tekanan emosi yang dialami subjek akibat adanya masalah yang menumpuk. 1) Subjek 1 (Sis X) Ekologi: mikrosistem, merupakan relasi individu dengan lingkungan terdekatnya seperti keluarga, teman, maupun dengan lingkungan kerja (Bronfenbrenner, 1994). “ya itu juga komunitas, kita kumpul, pada minum, fun, karoke. Nah makin ke sini, kita kan juga ngrokok itu, nah terjerumuslah ke ganja. Karena yaa ajakan dari temen” (Baris: 34-37) Adanya Tekanan Emosi: “....yang kedua saya juga punya banyak masalah yang saya gak bisa buat meng-cover itu, yasudah saya terjerumus di situ. Setelah nyobain, eh itu malah bikin masalah karena setelah saya nyobain, itu malah bikin kecanduan badan saya” (Baris 94-97) 2) Subjek 2 (Bro Y) Ekologi: mikrosistem, merupakan relasi individu dengan lingkungan terdekatnya seperti keluarga, teman, maupun dengan lingkungan kerja (Bronfenbrenner, 1994). “.....Karena bapak itu yo rodo slewang-sleweng. Saya berpikir lho ya waktu itu, bapak keras dengan saya karena untuk menutupi kesalahannya saja. Waktu itu saya mikir, ibu saya wesdi’pek karo wong liyo yo kan aku ra trimo....‟ (Baris: 3-8) Ekologi: Eksosistem, yaitu lingkungan di mana subjek tidak berperan secara langsung tetapi mengalami dampak melalui sistem yang berlaku (Bronfenbrenner, 1994). “saya pakai dari tahun 1975 sampai tahun 1998. Nah habis itu ada undang-undang kesehatan kan ya. Sakjane kalo narkotika itu dimasukkan ke dalam undang-undang kesehatan, ee jadi gini mbak, dulu mencari prekusor itu mudah dan tersedia di apotek,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
tidak seperti sekarang. Karena apa? Ya undang-undang kesehatan itu. Sekarang kan pakainya UU narkotika, ya susah juga dapatnya” (Baris: 92-97) Ekologi: Makrosistem,yaitu bagaimana status sosioekonomi maupun gaya hidup memberikan penaruh terhadap kehidupan individu (Bronfenbrenner, 1994). “iya mbak. Toleransinya itu cepet banget mbak. Karena apa? Dulu kan saya ga kehilangan duit” (Baris: 104-105) d. Reduksi pada Monitoring Kegagalan regulasi diri dapat terjadi apabila subjek tidak memiliki self awareness dan tidak memiliki evaluasi diri (Baumeister dkk., 1994). 1) Subjek 2 “kalau disuruh menilai, ya saya tau itu ga baik. Tapi yang namane pecandu kan tidak bisa menilai. Nah gini, sekarang aku tanya, nek kamu memakai narkoba, ini andaikan aja lho ya, menurutmu itu kepinginan apa kebutuhan?” (Baris: 38-41)
2. Kondisi Subjek Saat Menjadi Pecandu Berikut akan dijabarkan mengenai kondisi saat subjek mengalami masa adiksi. Subjek mengingat-ingat pengalaman ketika dirinya menjadi seorang pecandu. Kondisi saat menjadi pecandu ditunjukkan dengan karakteristik adiksi yang dimiliki oleh subjek dan bagaimana regulasi diri semakin terbenam ketika subjek mengalami adiksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
Tabel 5 Kondisi Saat Menjadi Pecandu Kondisi Karakteristik Ketergantungan
Subjek 1 (Sis X) 1. Mengalami gejala
Subjek 2 (Bro Y) 1. Mengalami toleransi.
putus zat. (Baris: 46-
(Baris: 64; 71-73; 101-
50; 75-87; 266-268;
102)
271-274; 318-321) 2. Mengalami toleransi.
2. Mengalami gejala putus zat/ sakau (Baris:
(Baris: 110-111; 113-
117-119/ 140-142;
114; 117-119; 369-
157-158)
372; 380-383) 3. Kurang berhasil melakukan kontrol
3. Mengurangi aktivitas (Baris: 121-124; 318322)
diri. (Baris: 207-214) 4. Aktivitas untuk mendapatkan zat. (Baris: 222-228; 251258) 5. Kurangi aktivitas sosial (Baris: 401405) Terbenamnya
Pemberontakan atensi
Pemberontakan atensi
regulasi diri
adanya gratifikasi dari
efek menyenangkan dari
narkoba (Baris: 64-69;
narkoba (Baris: 112-114;
103-107; 218-223; 236-
130-132; 175-177)
241; 296-297; 337-342; 353-356) Letting it happen (Baris:
Letting it happen (Baris:
289-292)
206-209)
Reduksi pada monitoring
Reduksi pada monitoring
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
Kondisi
Subjek 1 (Sis X) hilangnya evaluasi
Subjek 2 (Bro Y) hilangnya evaluasi diri
diri (Baris: 195-197; 294- (Baris: 200-203; 331-336) 295; 300-302; 312-316)
Berikut merupakan beberapa pernyataan subjek mengenai kondisi regulasi dirinya selama menjadi seorang pecandu. Karakteristik adiksi yang dialami oleh subjek menjadikan kemampuan regulasi diri subjek semakin terbenam. a. Subjek 1 (Sis X) Berikut adalah contoh pernyataan subjek yang menunjukkan kemampuan regulasi dirinya semakin terbenam selama mengalami adiksi 1) Pemberontakan atensi Pemberontakan atensi terjadi apabila subjek mengalami gratifikasi atau merasakan adanya efek yang menyenangkan dari narkoba yang dikonsumsinya (Baumeister dkk., 1994). “.......Kalo udah make, emosional kan. Itu udah emosional. Tapi kalo kita udah kena Puttaunya, itu rasanya kayak damai gitu, udah ga ada yang dipikirin, udah di badan rasanya enak gitu. Eee apa ya, saya tu kalo lagi dapetin tu barang pas ketemu bandar, udah ni langsung kluarin alat tembaknya, langsung beraksi “set set set..” . udaahh kayak gitu, “sensasional”. Gitu..” (Baris: 337-342) 2) Letting it happen Kegagalan regulasi diri dapat terjadi ketika subjek merasa “kepalang tanggung”, yaitu kondisi saat melakukan suatu kesalahan, akan terus berulang untuk menekan perasaan bersalah tersebut (Baumeister dkk., 1994).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
“kepalang tanggung. Itu jadi istilahnya pada saat itu di tingkat udah ga bisa mikir, mau gimana juga udah ga ngerti, jadi udah ga kepikiran untuk sayang sama diri sendiri.” (Baris: 289-292) 3) Reduksi pada monitoring Terbenamnya regulasi diri dapat pula terjadi ketika subjek mengalami deindividuasi, yaitu kondisi saat subjek kehilangan evaluasi diri atas apa yang telah ia lakukan (Baumeister dkk., 1994). “ha‟a bener. Jadi yaudah sama sekali udah ga sayang sama diri sendiri. Kan udah kesel tadi.” (294-295) b. Subjek 2 (Bro Y) Berikut adalah contoh pernyataan dari subjek mengenai kondisi regulasi dirinya yang semakin terbenam selama ia mengalami adiksi: 1) Pemberontakan atensi Subjek
merasakan
adanya
efek
yang
menyenangkan
dari
mengonsumsi narkoba, sehingga regulasi dirinya semakin terbenam “ya terus mendewakan begitu kalau pecandu. Lha aku pakai ini rasane ra susah, ora mikir, wes rasane koyo digendong dewo ngono kae.” (Baris: 130-132) 2) Letting it happen Regulasi diri semakin terbenam dengan adanya pembiaran atau kesengajaan untuk gagal (Baumeister dkk., 1994). Istilah tidak berdaya muncul, padahal itu hanya pembenaran dari subjek dan murni kegagalan terjadi atas kesadaran dan kesengajaan. “ya jelas, karena kita ga ada berdaya. Satu, seorang pecandu itu selalu ingin membahagiakan orang lain dalam tanda kutip. Berarti ketidakberdayaan itu kalau dia ditawari meneh. Kedua, bahwa seorang pecandu itu selalu tidak mau tahu.” (Baris: 206209)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
3) Reduksi pada monitoring Adanya deindividuasi membuat subjek kehilangan evaluasi dirinya (Baumeister dkk., 1994). Subjek semakin tidak mengenal bahkan tidak sayang pada dirinya sendiri “ya saya akan sombong. Karena seorang pecandu itu akan sombong. Karena saya pernah menjadi orang normal, tapi kamu belum pernah jadi orang pecandu.Itu kesombongannya mereka. Jadi kalo pridenya yak, kalo actionnya itu no. Nek karo wong liyo, “woo sapa elu”. Padahal sakjane yo ngrasa, “aku ki sopo to sakjane?” (Baris: 331-336)
3. Awal dari Proses Regulasi Diri Pada bagian ini, akan dijabarkan mengenai proses awal pemulihan subjek sehingga pada akhirnya subjek memiliki kemampuan untuk meregulasi dirinya. Tabel 6 Awal Proses Regulasi Diri Proses Munculnya keinginan untuk pulih
Subjek 1 (Sis X)
Subjek 2 (Bro Y)
1. Mengalami kejenuhan
1. Mengalami kejenuhan
(Baris: 428-431)
(Baris: 277-281)
2. Keinginan untuk
2. Keinginan untuk
berhenti (Baris: 452-
berhenti (Baris: 187-
454)
191)
3. Mengalami overdosis (Baris: 438-442)
3. Mengalami stagnasi (Baris: 187-188; 296301)
Proses rehabilitasi
1. Program yang dirasa
1. Program yang dirasa
cocok CBT (Baris
cocok terapi grup
473-476)
(Baris: 341-347)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
Proses
Subjek 1 (Sis X)
Subjek 2 (Bro Y)
2. Menahan sakau (Baris:
2. Menahan sakau (Baris:
502-504; 514-519) 3. Refleksi (Baris: 489492) 4. Mendapatkan role model (Baris: 781-789) Mengalami
1. PAWS (Baris: 540-
351-357) 3. Latihan regulasi emosi (Baris: 417-427) 4. Mengevaluasi diri (Baris: 430-439) 1. PAWS (Baris: 212-
PAWS dan
542; 544-546; 1221-
217; 219-221; 232-
sakau psikis
1221)
235; 251-252; 597-
2. Sakau Psikis (Baris: 529-530; 536-538)
600; 762-765; 963964) 2. Sakau Psikis (Baris: 227-228) MENGALAMI RELAPSE saat sebelum benar-benar mengalami recovery (Baris: 374-379; 800803; 786-790) SEBAB RELAPSEemotional relapse (Baris: 384-390; 507-512; 735-748; 750754; 774-775; 820-824; 839-844) Pola/ mekanisme kegagalan regulasi diri: Pemberontakan atensi (386-390; 507-512) Letting it happen (384-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
Proses
Subjek 1 (Sis X)
Subjek 2 (Bro Y) 388; 735-748)
Faktor yang
1. Merasakan dampak
1. Merasakan dampak
mendukung
negatif dari adiksi
negatif dari adiksi
terbentuknya
merasakan tubuhnya
mendapatkan
unsur regulasi
hancur (1285-1287;
diskriminasi (679-682)
diri
1329-1335) 2. Adanya kebutuhan mengurus anak (607-
2. Adanya kebutuhan bekerja/ berkarya
(855-859; 1008-1011)
610; 683-686; 13021305
Berikut adalah pertanyaan subjek untuk menggambarkan proses pemulihan yang dialami oleh subjek. Proses pemulihan melibatkan awal mula mengapa subjek ingin pulih, proses rehabilitasi, dan gejala yang muncul pasca rehabilitasi (termasuk relapse yang dialami oleh subjek 2)
a. Subjek 1 (Sis X) 1) Keinginan untuk pulih Keinginan untuk pulih muncul ketika subjek sudah merasa jenuh akan kondisi adiksinya dan mengalami overdosis “....karena itu tadi saya bilang, saya tu udah jenuh, saya dah capek. Dan waktu itu saya Oktober ulang tahun, saya tu bilang, “yaudahlah Tuhan, saya tu udah capek, pokoknya gimana caranya”. Aku udah ngomong gitu...”.........Nah dari situ saya nyoba kan, sampai dosis tinggi, dikit lagi.. dikit lagi.. oh kena nih.. yaudah langsung klimaksnya di situ, saya overdosis. (Baris: 428-431) 2) Program Rehabilitasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
Subjek
menjalani
program
rehabilitasi
untuk
mengubah
perilakunya.Program yang dirasa cocok adalah Cognitive Behavioral Therapy (CBT). Subjek juga diajak berefleksi agar mengenal dirinya, menahan gejala putus zat, dan mendapatkan panutan untuk dijadikan contoh. “kalo saya, untuk saya itu CBT.. selain itu, tanpa diberi itu saya juga liat realitanya. Liat efek dari Puttau juga.Banyak yang mati juga. Kita berapa orang, paling ga nyampe empat orang dari angkatan kita” (Baris: 473-476) 3) Mengalami Post Acute Withdrawl Syndrome (PAWS) dan Sakau Psikis. Subjek mengalami gejala-gejala seperti sakau pasca menjalani rehabilitasi. Gejala tersebut muncul dalam durasi yang lama dalam kehidupan subjek. “emosional aja. Ga enak deh badannya pokoknya, ga kayak biasanya gitu.Ya duduknya ga nyaman juga, emosional, tersinggungan, dan itu ada masa-masanya. Kalau kita alami itu seumur hidup” (Baris: 540-542) PAWS “Jadi kalau sakau psikis itu sampai mimpi basah, dalam artian itu kita mimpi “makai”, itu seharusnya udah kelar (Baris: 536538) sakau psikis 4) Faktor yang mendukung terbentuknya unsur regulasi diri Subjek merasakan dampak negatif dari kondisi adiksi yang dialaminya di masa lalu. Subjek merasakan dampak bahwa tubuhnya serasa hancur, sehingga subjek tidak ingin “jatuh” kembali. Subjek juga mendapatkan label negatif dari masyarakat. Adanya dampak negatif yang dirasakan membuat subjek ingin pulih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
“........ Ya karena saya ngerasa lelah Sis, lelah sama keadaan yang seperti “itu” terus. Karena aku udah ngrasain gimana rasanya hancur, dan itu ga enak banget. Hancur semua badanku ini. Jadi karena kegagalan, itu yang jadi motivasi buat aku.Itu juga yang bikin aku punya tujuan hidup. Aku juga dapat black label dari masyarakat, dari sosial kan...” (Baris: 1329-1335) Faktor lain yang mendorong terbentuknya unsur regulasi diri adalah adanya kebutuhan yang disadari oleh subjek, yang mana kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan yang dirasa penting bagi subjek. Selama mengalami adiksi, subjek merasa tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut. “.....Mikirnya itu dalam artian, “oh mereka masih bisa ngasih makan ke anak, masih bisa ngelindungin anak”. Iya karena naluri manusia ya. Karena aku harus bisa ngehidupi anakku.” (Baris: 1302-1305)
b. Subjek 2 (Bro Y) 1) Keinginan untuk pulih Berikut adalah kutipan dari subjek ketika dirinya mengalami tahap stagnasi sehingga dirinya merasa jenuh dan memutuskan untuk mengikuti program rehabilitasi “iya. Tetapi sebenarnya itu paling efektif buat rehab karena menggunakan apa-apa sudah tidak nyaman lagi, jadi hanya untuk menghilangkan rasa sakit. Tetapi hepi rasa senang itu nggak ada. Euforia juga ga ada. Yaudah berhenti di situ terus, kan rasanya ga enak kan? Rasane cuma sakit aja, biar ga sakau. Tapi itu malah bikin awake loro kabeh mbak. Karena tidak ada kepuasan secara psikis.” (Baris: 296-301) 2) Program Rehabilitasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
Program rehabilitasi yang dirasa cocok oleh subjek adalah terapi grup, sehingga subjek mendapatkan evaluasi dan berlatih untuk meregulasi emosinya. “ya sama seperti di sini. Yang mana ada 18 grup terapi yang tidak semua orang bisa “in”. Tapi ada di antara 18 grup terapi itu yang mesti “in” walaupun hanya satu. Jadi memang ada grupgrup terapi yang pas untuk mengubah perilaku saya. (Baris: 341347) 3) Mengalami Post Acute Withdrawl Syndrome (PAWS) dan Sakau Psikis “yang paling itu yang karena adanya PAWS. Itu muncul kan karena secara fisik racun di tubuh itu ke otak, jadinya ingat, naah itu yang bahaya. Karena kalau sudah di otak itu terbuka semua yang dulu ada, yang seharusnya kita tutup itu terbuka.” (Baris: 597-600) “kalau sakau psikis, itu mimpi pakai. Jadi dilakoni satu kali sakau itu selesai” (Baris: 227-228) 4) Mengalami Relapse Sebelum benar-benar pulih, subjek mengalami relapse/ kekambuhan kembali. Subjek mengalami emotional relapse, yaitu kondisi saat dirinya memiliki persepsi yang salah mengenai orang lain sehingga mudah mengalami gejolak emosi. “lha mlebu nang panti bolak-balik nganti ping pitu kan lak yo relapse terus to?” (Baris: 374-379) Sebab relapse emotional relapse “iya itu sebenarnya karena luapan emosi ya, karena keluar dari panti itu harusnya bisa handle feeling ya. Cuma karena kendala sesuatu itu seperti orang tua saya menyinggung saya. Sebenarnya kalau waras ya tidak apa-apa, hanya saja waktu itu saya masih berjuang untuk recovery kan jadi mudah sekali jatuh dan mudah sekali terganggu. Jadi relapse sewaktu sudah pulang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
dari rehab itu bukan karena kepinginan, bukan karena kepinginan badan karena nagih karena itu sudah dilalui di panti selama satu tahun. Cuma di sini relapsenya adalah relapse perilaku. Jadi relapse perilaku itu karena misalnya tersinggung dengan pacar saya dulu. Mungkin juga waktu orang tua mengembalikan kata-kata yang gak aku seneng. Atau aku melihat perbuatan teman-teman yang selalu menghina. Jadi relapse saya yang tujuh kali itu adalah relapse perilaku, bukan relapse secara fisik.” (Baris: 735-748) Sebab relapse masih mengalami pola umum/ mekanisme kegagalan regulasi diri Pemberontakan atensi: subjek masih belum mampu menilai apa yang terjadi di balik situasi segera dan hanya menilai berdasarkan dari pemahamannya sendiri “........Lha aku mendem meneh. Sepele to? Tapi seorang pecandu itu masalah kecil dibesarkan, bukan masalah besar terus dikecilkan. Karena semuanya dinilai dari dirinya sendiri, tidak pernah dari omongan orang lain. Akhirnya yang terjadi apa? Ya menilai kalo orang lain itu salah” (Baris: 386-390) Letting it happen: subjek kembali menggunakan narkoba sebagai langkah untuk menekan rasa kecewanya terhadap perbuatan orang lain. “iya itu sebenarnya karena luapan emosi ya, karena keluar dari panti itu harusnya bisa handle feeling ya. Cuma karena kendala sesuatu itu seperti orang tua saya menyinggung saya. Sebenarnya kalau waras ya tidak apa-apa, hanya saja waktu itu saya masih berjuang untuk recoverykan jadi mudah sekali jatuh dan mudah sekali terganggu. Jadi relapse sewaktu sudah pulang dari rehab itu bukan karena kepinginan, bukan karena kepinginan badan karena nagih karena itu sudah dilalui di panti selama satu tahun. Cuma di sini relapsenya adalah relapse perilaku. Jadi relapse perilaku itu karena misalnya tersinggung dengan pacar saya dulu. Mungkin juga waktu orang tua mengembalikan kata-kata yang gak aku seneng. Atau aku melihat perbuatan teman-teman yang selalu menghina. Jadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
relapse saya yang tujuh kali itu adalah relapse perilaku, bukan relapse secara fisik. (Baris: 735-748)
5) Faktor yang mendukung terbentuknya unsur regulasi diri Subjek merasakan dampak negatif dari kondisi adiksi yang dialaminya di masa lalu. Subjek mengatakan bahwa dirinya mendapatkan label negatif dari masyarakat. Adanya dampak negatif yang dirasakan membuat subjek ingin pulih “.....Ini sebagai contoh, di kampung saya, saya ini disingkirkan dan mulai ada diskriminasi. Aku ikut ronda aja ga boleh lho Sis, dikiranya nanti ngajak mendem. Diskriminasi itu aku mau ikut lomba aja ga boleh lho Sis. Sistem sosial yang membangun, misal aku meh golek surat kelakuan baik aja ga pernah entuk lho Sis karena saya sudah dipenjara tiga kali....” (Baris: 679-682) Faktor lain yang turut memberikan pengaruh terhadap terbentuknya unsur regulasi diri adalah adanya kebutuhan yang disadari oleh subjek, yang mana kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan yang dirasa penting bagi subjek. Selama mengalami adiksi, subjek merasa tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut. “satu, karena termotivasi dari adik-adikku dong. Masa adikadikku pada “jadi” smua, aku malah ga jadi sendiri? Ya karena aku sendiri pun pengen punya anak, pengen punya bojo, ya makane aku harus berkarya. Jadi aku ga bisa “njagakake” orang tua terus.” (Baris: 1008-1011)
4. Bentuk dan Upaya Regulasi Diri Pasca Rehabilitasi Pada proses ini, kedua subjek telah menunjukkan kemampuan meregulasi dirinya ditinjau dari unsur-unsur regulasi diri, menghindari pola kegagalan regulasi diri, maupun faktor lain yang turut membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
keberhasilan subjek untuk menjaga recoverynya. Akan tetapi, subjek 1 (Sis X) mengalami slip/ lapse dan tetap menjaga regulasi dirinya.Selain itu, terdapat makna atas pengalaman adiksi yang telah dilalui oleh subjek. Proses regulasi diri terus dilakukan oleh kedua subjek karena hingga saat ini, subjek masih mengalami dorongan berupa munculnya pikiran-pikiran untuk kembali mengonsumsi narkoba.
Tabel 7 Bentuk dan Upaya Regulasi Diri Dinamika Unsur Regulasi Diri
Subjek 1 (Sis X) 1. Membuat tujuan
1. Membuat tujuan
(Baris: 603-605; 1066-
(Baris: 855-859; 525-
1069; 1076-1079)
536; 613-625)
2. Monitoring kenali
2. Monitoring kenali
PAWS (Baris: 591-
PAWS (Baris: 690-
591; 1097-1103) &
694) & Menjadi role
Menjadi role model
model (Baris: 444-448;
(Baris: 973-976; 1113-
515-522; 978-985)
1116; 1253-1255) 3. Operate/ menjalankan
Mencegah pola
Subjek 2 (Bro Y)
3. Operate/ menjalankan beradaptasi (Baris:
beradaptasi (Baris:
938-940; 942-946;
458-462)
948-950)
1. Cegah kelambanan
1. Cegah kelambanan
atau mekanisme
psikologis
psikologis self
kegagalan regulasi
selfstopping (Baris:
stopping (Baris: 269-
diri
554-556; 591-594;
273; 544-548; 636-
595-597; 936-940;
637; 893-895)
984-987; 1035-1037;
2. Cegah pemberontakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
Dinamika
Subjek 1 (Sis X)
Subjek 2 (Bro Y)
1086-1088; 1134-
atensi transcendence
1143)
(Baris: 287-289; 400-
2. Cegah pemberontakan
406; 574-580; 604-
atensi fokus (Baris:
610; 648-655; 674-
577-578; 584-588;
677; 582-588)
694-710; 705-720;
3. Tingkatkan kekuatan
722-736; 804-807;
regulasi diri (Baris:
827-829; 816-821;
582-588; 903-911)
994-998; 838-843; 1228-1231) 3. Cegah pola sebab akibat kegagalan atasi masalah (Baris: 1043-1055; 10601063; 1120-1125) Faktor Ekologi
Mikrosistem berupa
Mikrosistem
dukungan dari keluarga
dukungan keluarga dan
atau teman (Baris: 562-
teman (Baris: 211-217;
569; 591-597; 620-625;
265-267; 361-370; 455-
924-934; 963-968; 1234-
464; 932-937)
1239) Eksosistem susah dapatkan puttau/ tidak beredar (Baris: 796-799) Self Efficacy
Memiliki niat (Baris:
Memiliki niat dan
1258-1277)
komitmen (Baris: 851-
Sumber efikasi diri:
853; 874-876; 699-706)
mendapatkan social
Sumber efikasi diri:
modelling (1314-1319)
mendapatkan social modelling (1036-1039)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
Dinamika Makna
Subjek 1 (Sis X)
Subjek 2 (Bro Y)
Pengalaman adiksinya
Pengalaman adiksinya
(Baris: 628-638; 658-
(Baris: 666-669; 673-
661; 680-691)
687; 707-716; 724-731;
MENGALAMI SLIP/
995-999)
LAPSE (saat ini) 1. Mengalami slip (Baris: 829-831; 1211-1214) 2. Pola kegagalan regulasi diri: Pola sebab akibat kegagalan mengalami tekanan emosi (Baris: 954-957) Letting it happen rasa jenuh & rindu (Baris: 870-874; 845847; 900-903) Regulasi diri adalah kekuatan yang terbatas (Baris: 878-880; 943951; 1184-1188) 3. Faktor ekologi mikrosistem (Baris: 1009-1018) 4. Kurangnya efikasi diri (Baris: 895-897; 11711182; 1190-1198)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
Berikut beberapa pernyataan subjek yang mendukung mengenai dinamika subjek dalam menjaga recovery. Dinamika tersebut meliputi adanya unsur regulasi diri, mencegah pola kegagalan regulasi diri, dan faktor-faktor yang turut membantu subjek dalam menjaga recoverynya. a. Subjek 1 (Sis X) 1) Unsur regulasi diri Membuat tujuan membuat suatu standar, dapat berupa norma, keinginan individu, harapan mengenai orang lain, atau hal yang ingin dicapai. “ini ga tau jangka panjang atau jangka pendek. Yang jelas saat itu saya mau..saya mau menjadi ibu yang baik bagi anak saya.” (Baris: 603-605) Memonitoring perilakunya tetap berada pada trek agar tujuan tersebut tercapai. Cara yang dilakukan subjek 1 adalah dengan mengenali tanda-tanda PAWS dan dengan menjadi role model bagi residen di panti rehabilitasi “itu semua ada tanda-tandanya ya. “Wah ini pikiran udah dateng ni, walaupun cuma sebentar nih”. Nanti kalau udah lapse, takutnya slip. Kalau kayak gitu, aku jauh-jauh hari udah harus ada plan atau rencana. Misal, “bro atau sis, yuk besok kita pergi ke mall” atau “yuk anterin karaoke, kita karaoke sebentar”.Yaudah gitu aja sih.Untuk menghindar dari udah ada sinyal-sinyal.Udah ngerti gitu.” (Baris: 1097-1103) “kalau di sini aku mencoba jadi role model buat mereka. Juga aku cari kesibukan.Tapi ya ternyata itu kesibukan dateng sendiri.” (Baris: 1253-1255) Operate/ menjalankan beradaptasi terhadap lingkungan dengan cara menyesuaikan atau mengubah lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
“kalo aku pribadi ya, makanya aku ni move dari Jakarta ke sini kan, karena kalo balik ke sana lagi aku ga ngerti gitu lho, cerita ini ga mungkin ada. Yang jelas di sini aku di kasih treatmen sama konselor aku juga. Aku dikasih kegiatan juga.Kegiatan untuk ngelupain masa kekosongan pikiran.” (Baris: 458-462) 2) Mencegah pola umum atau mekanisme kegagalan regulasi diri Cegah kelambanan psikologis dengan menghentikan dorongan sejak awal kemunculan “iya. Itu kita harus berani untuk larinya itu lho.Kadang tu ya pikiran itu muncul, sampai kita tu lupa untuk pergi dari tempat.Padahal pergi dari tempat itu efektif banget buat hindari lapse itu tadi, lapse yang terus-terusan. Jadi kalo sekalinya mikir, mending kita langsung minggat dari tempat.” (Baris: 936940) Cegah pemberontakan atensi dengan cara fokus untuk bertahan pada kondisi abstinen dan memperkuat atensi untuk menjaga kondisi abstinen “kalo gini saya ngomong ga ada barangnya gitu, saya ga mau munafik, jika suatu saat handle feeling saya loss, saya bisa pake lagi, tapi balik lagi ke poin saya sebelumnya, semua itu ada di pikiran sama hati saya. Bagaimanapun juga saya masih punya hati, saya masih punya pikiran, itu yang mem-blocking saya. Kita bisa berusaha, sisanya nanti kita serahkan pada Tuhan, gitu kan.. Tapi paling tidak saya bisa me-manage semua itu.” (Baris: 694-701) Cegah pola sebab akibat kegagalan dengan cara mengatasi masalah agar tidak mengalami tekanan emosi “sekarang aku untungnya belajar memilah dan memilih. Jadi misal banyak nih ya permasalahanku, di otak itu aku milih, mana nih masalah yang harus aku selesaikan dulu..........” (Baris: 1043-1055) 3) Faktor ekologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
Faktor yang berasal dari lingkungan yang turut membantu dalam keberhasilan subjek dalam menjaga recoverynya. Faktor ekologi (dalam hal ini mikrosistem) juga memberi pengaruh bagi regulasi diri subjek 1. Pengaruh yang dirasakan antara lain mendapatkan dukungan, terutama saat-saat subjek mengalami gejala PAWS. Dukungan yang diterima subjek berupa rasa pengertian dari teman subjek 1. Faktor ekologi (mikrosistem) berguna sebagai pengalihan dorongan bagi subjek 1. “he‟em. Dan untungnya temenku itu udah paham kalo aku itu ngajakin keluar tu pasti aku lagi ga enak, karena aku juga udah ngomong. “Jujur Bro, Sis, pikiranku lagi ga ini..” Nah kita pergi karaoke, ntar patungan.Gitu sis. “Yang penting bisa nylametin yang satu ini”, mungkin pikir mereka kayak gitu daripada akunya nanti kayak gimana gitu kan.” (Baris: 963-968) 4) Self efficacy merupakan keyakinan diri pada subjek bahwa dirinya mampu berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Walau subjek 1 terlihat kurang begitu yakin (terdapat pada penjelasan ketika subjek mengalami slip), subjek 1 tetap berusaha untuk menjaga kondisi abstinennya. “yakin. Aku harus yakin kalau aku bisa. Ya walaupun kadang ada pesimisnya. Kalau muncul pikiran pesimis tadi, ya kita harus kalahin dengan yakin itu tadi. Ini aku lagi proses mencoba Sis, masih berusaha bener-bener ini.” (Baris: 1258) Sumber Self Efficacy: social modelling, yaitu subjek mendapatkan keyakinan bahwa dirinya mampu abstinen karena melihat pengalaman dari konselor adiksinya yang juga merupakan seorang mantan pecandu narkotika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
“...Jadi sebelumnya aku juga melihat contoh nyata role modelnya. Kalo aku di sini role modelnya adalah Bro Y, jadi dia dulu juga pecandu tapi bisa sembuh. Bro Y itu kalo aku lihat dia sering diterpa masalah, tapi dia itu kok tenang. Jadi aku punya contoh nyata dari dia itu. Kenapa saya bisa handle feeling ya karena saya melihat ada contoh nyata.” (Baris: 1314-1319) sumber dari efikasi diri 5) Makna personal makna akan pengalaman personal, dalam hal ini adalah pengalaman adiksi pada subjek “itu juga simple aku ee memaknai itu. “Akhirnya bisa juga hidup sehat..hidup sehat dalam arti, saya masih ngrokok, itu nggaa trouble ya..”. Tapi saya bisa ngrasain oo pagi-pagi ee saya itu kayak kehilangan memori pada saat saya dulu. Soalnya dulu pas masih make, ga tau rasanya gimana ya orang normal ga pake. Kayak gitu. Pagi-pagi kerja, pada sehat-sehat aja gitu. Sedangkan dulu, pagi-pagi kita mau kerja, kita mau ngajar murid, eh udah sakau aja.Yaa seperti itu rasanya. Akhirnya saya bisa merasakan seperti orang normal, saya belum diambil nyawanya, karena sudah dua hari lebih lah saya koma. Sampe OD (overdosis) gitu” (Baris: 628-638) 6) Mengalami Slip/ Lapse Subjek 1 mengalami slip (penggunaan narkotika dalam episode tunggal) setelah menjalani proses rehabilitasi. Berikut adalah bukti pernyataan subjek bahwa dirinya mengalami slip “pengen mengobati rasa “ah pengen gini ya, pengen gini ya”. Yang penting ada drugs, yang penting ada zat yang masuk. Tapi tidak mau kembali ke karakter drugs yang sebelumnya.” (Baris: 1211-1214) Faktor ekologi mikrosistem: subjek berada di perkumpulan di mana terdapat teman-teman subjek yang masih menggunakan narkoba. Subjek merasa bahwa dirinya tidak dapat menarik diri dari perkumpulan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
“saat itu ya, karena oh pengaruh temennya juga seperti itu kan. Karena gini, kalau pada saat itu aku narik diri, kan nggak mungkin, gitu. Atau mungkin karena keadaannya yang ga mungkin aku langsung pergi gitu aja. Jadi aku pakai “itu” pun karena sudah ada di situ. Yang “slip” itu memang sudah ada di situ..........” (Baris: 1009-1018) Kurangnya efikasi diri atau keyakinan diri subjek 1 merasa bahwa dirinya tidak mungkin 100% bersih dari penggunaan narkoba jenis apapun. Dari hasil member checking, subjek juga menambahkan bahwa ia berada pada lingkungan yang sangat beresiko dan merasa masih sangat mudah menemukan narkoba jenis lain (bukan puttau). “........Slip nggak boleh, dan lapse itu juga sebenarnya nggak boleh. Tapi kalau diriku sendiri seperti mereka, sepertinya unbelievable.” (Baris: 895-897) Adanya pola kegagalan regulasi diri subjek 1 masih mengalami pola umum/ mekanisme kegagalan regulasi diri antara lain: Pola sebab akibat kegagalan: subjek mengalami tekanan emosi akibat adanya faktor pemicu. Dari hasil member checking, subjek menambahkan bahwa faktor pemicu juga diperoleh karena lingkungan subjek 1 dirasa tidak mendukung. “iya karena ada faktor “X”nya. Memang tidak menyangkali ya..karena memang semua itu dari diri sendiri. Tetapi ada juga faktor pemicunya kan. “Ah ini orang mabok-mabokan mulu”, nah kitanya kan jengkel.” (Baris: 954-957) Letting it happen: subjek dengan sengaja mengonsumsi narkoba (bukan drug choicenya) dengan alasan untuk mengobati rasa kangen yang dialaminya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
“untuk mengalihkan kali ya. Aku yang pengen banget nih pakai puttau. Lalu aku “slip” itu aku juga ga dapetin efek yang aku pengenin. Yang ada bingung, yang jelas kebalikan dari drug choice aku yang sebelumnya.Jadi yang ada malah nambah pikiran ruwet gitu lho.” (Baris: 870-874) Kekuatan yang terbatas: subjek 1 belum memiliki cukup kekuatan untuk menahan dorongan yang lebih besar. Subjek 1 juga terhitung masih “baru”, yaitu mau memasuki dua tahun setelah proses rehabilitasi. “berusaha sih, pasti pikirannya berusaha. Ya itu balik lagi sih. Sekuat-kuatnya orang berusaha, kita addict gitu kan, pasti ada saatnya jatuh dikit atau tersandung gitu kan.” (Baris: 878-880)
b. Subjek 2 (Bro Y) 1) Unsur regulasi diri Membuat tujuan membuat suatu standar, dapat berupa norma, keinginan individu, harapan mengenai orang lain, atau hal yang ingin dicapai. “iya karena saya sudah janji. Oke saya kurangajar cukup sampai umur sekian saja.Saya sudah harus sembuh, cari kerja, lalu cari istri. Sambil cari istri, ya saya sambil nyicil rumah. Terus punya anak satu dulu.Nanti saya jadi pegawai lalu naik pangkat baru saya punya anak dua.” (Baris: 855-859) Memonitoring perilakunya tetap berada pada trek agar tujuan tersebut tercapai, yaitu dengan mengenali tanda-tanda PAWS dan dengan menjadi role model bagi residen melalui pekerjaannya sebagai konselor adiksi “ya mengenali tanda-tanda, misal PAWS itu tadi, terus katakatanya keluar kebun binatang semua, duduk tidak nyaman,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
emosional, atau ga bisa terkendali, nah itu tanda-tandanya Sis. Maka kalau kita mengenali tanda-tanda itu kita harus prepare, kita mesti siap. Saya harus pergi, renang misale Sis” (Baris: 690-694) mengenali tanda-tanda PAWS “sibuk dengan anak-anak (residen). Makanya saya khawatir besok kalau saya pensiun, saya tidak bisa bergabung dengan anak-anak. Karena apa? Saya hadir dengan anak-anak berarti saya juga harus jadi role model dong. Karena kan setiap hari saya memberikan motivasi, memberikan arahan, memberikan contoh-contoh bagaimana mereka mengalami itu. Kalau saya sampai relapse itu kan berarti saya menjilat ludah saya sendiri. Jadi ya itu, maintenance saya dengan anak-anak.” (Baris: 515522) menjadi role model bagi residen Operate/ menjalankan beradaptasi terhadap lingkungan dengan cara menyesuaikan atau mengubah lingkungan “mending pindah saja. Lha di tempat yang lama, misal aku dateng huat hari raya, silaturahmi, masih di tuding-tuding, dirasani, ya kan aku lama-lama tersinggung. Makanya aku pindah di lingkungan baru, di budaya yang baru, yang tidak tahu aku yang dulu, makanya itu lama-lama akan terkikis” (Baris: 942-946) 2) Mencegah pola umum atau mekanisme kegagalan regulasi diri Cegah kelambanan psikologis menghentikan atau mengalihkan dorongan sejak awal kemunculan “kalau olah pikir ya kita harus segera berhenti melamun. Jadi saya ngobrol dengan njenengan itu ya maintenance buat saya. Daripada saya duduk di situ ngelamun. Naah dialihkan seperti ini. Buat njenengan ada manfaatnya, dan buat saya juga merasa ada penghargaan, gitu lho.” (Baris: 544-548) Cegah pemberontakan atensi transcendence: memahami apa yang terjadi dibalik situasi segera dengan meregulasi emosi dan berpikir positif “iya. Tetapi begini lho, saya dulu jadi pecandu, saya selalu egois, saya itu harus selalu dingertiin.Tetapi sekarang ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
saya abstinen, saya harus ngertiin orang. Jadi apapun mereka, ya saya harus handle feeling saya harus positif thinking. Tapi saya juga bisa ikut siaran di mana-mana berarti Tuhan itu masih memberikan kesempatan buat saya mampu dan mau untuk clean. Makanya, saya maklum kalau di kampung saya di judge seperti itu.Tapi gimana caranya saya tetep bisa berbuat baik.” (Baris: 648-655) Meningkatkan kekuatan regulasi diri dengan uji kekuatan. Subjek 2 melakukan uji kekuatan dengan menghadapi situasi yang menggoda secara langsung, hingga subjek 2 benar-benar merasa mampu mengatasi kondisi tersebut tanpa merasa cemas atau terganggu sama sekali. “tes power itu kalau kita duduk di situ bersama orang yang sedang menggunakan itu kuat atau enggak, satu menit. Kalau nggak kuat ya langsung pergi.Lalu nanti dua menit, tiga menit. Sampai lama-lama ga masalah duduk di situ. Sama saya waktu itu pas satu mobil, saya yang menyupir, perjalanan jauh, hujan deres dan temen semua pada ngerokok. Dan setiap ngerokok bungkusnya dilepar di depan dashboard saya. Opo ora kepingin Sis? tapi itu tes power bagi saya. Kalau saya ga kuat, saya langsung berhenti, dan saya mendingan mencari taksi karena sirahe wes mumet ga karuan Sis.” (Baris: 903-911) 3) Faktor ekologi Faktor yang berasal dari lingkungan yang turut membantu dalam keberhasilan subjek dalam menjaga recoverynya. Hal yang dirasa membantu dari lingkungan adalah sebagai tempat sharing bagi subjek saat mengalami PAWS. “karena apa? Karena kita akan mengalami Post Acute Withdrawl Syndrome. Jadi buat pengalihan, misal crita mengalami ini, lalu saya diajak makan ke mana.Jadi saya pergi dari tempat, kalau tidak ya cuma mikir. Maka sharing is the big power. Nah ini sebenarnya saya takut, misal besok pensiun saya gimana. Nah kan saya ngomong sama istriku. Jadi saya itu butuh dukungan, jadi apa ya, sudah pensiun itu ada post power syndrome, nah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
saya harus punya kegiatan, misal pergi ke pasar hewan, bikin kurungan burung. Nah seperti itu.” (Baris: 455-464) 4) Self efficacy merupakan keyakinan diri pada subjek bahwa dirinya mampu berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Subjek 2 juga sudah memiliki komitmen sehingga sampai saat ini dirinya mampu bersih dari narkoba jenis apapun dan tidak lagi mengalami relapse. “karena niat. Saya itu orang yang komitmen, kalau sudah bilang janji walaupun ada halangan yaa jalani. Karena sudah janji, saya punya niat.” (Baris: 851-853) Sumber Self Efficacy: social modelling, yaitu subjek mendapatkan keyakinan bahwa dirinya mampu abstinen karena melihat pengalaman dari konselor adiksinya yang juga merupakan seorang mantan pecandu narkotika. “oiya jelas, dari temen-temen yang ada di Malaysia sana. Jadi mereka ya ngasih contoh ke aku, sama kayak aku kasih contoh ke anak-anak residen sekarang. Jadi balik ke semboyan tadi, “orang lain bisa, saya juga bisa”. Begitu..” (Baris: 1036-1039) mendapatkan sumber efikasi diri 5) Makna personal makna akan pengalaman personal, dalam hal ini adalah pengalaman adiksi pada subjek “ya saya harus bisa belajar dari pengalaman. Ternyata, Tuhan masih memberi kesempatan.Ada orang bilang kalau kegagalan itu arah menuju sukses.Justru dengan saya jatuh itu saya dapat ilmu yang tidak sembarang orang dapat.Maka saya kasihkan ilmu itu dan saya tidak pernah tutup-tutupi. Pengalaman ini tidak akan saya bawa mati, tapi akan saya sharingkan dengan temen-temen. Jadi saya merasa hidup ini harus bermakna.” (Baris: 724-731)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
D.
Pembahasan Untuk menguraikan hasil data dan analisis, peneliti akan membagi pembahasan ke dalam empat bagian, yaitu kegagalan regulasi diri yang dialami subjek, kondisi subjek saat menjadi pecandu, awal proses regulasi diri, serta bentuk dan upaya regulasi diri pasca rehabilitasi. 1. Kegagalan Regulasi Diri yang Dialami Subjek Kegagalan regulasi diri dapat terjadi ditinjau dari adanya pola-pola umum atau mekanisme kegagalan regulasi diri. Selain itu, tidak adanya unsur regulasi diri pada kedua subjek juga menunjukkan tidak adanya kapasitas atau kekuatan untuk meregulasi dirinya. Sesuai dengan pendapat dari Baumeister, Heatherton, dan Tice (1994), masalah seperti penyalahgunaan dan adiksi obat dan zat terlarang (narkoba) merupakan masalah yang muncul akibat seseorang tidak meregulasi dirinya. Pola-pola umum atau mekanisme kegagalan regulasi diri yang muncul pada kedua subjek adalah mengenai pola sebab akibat kegagalan (lapse activated causal pattern). Pada mekanisme ini, terdapat faktor yang menjadi penyebab seseorang gagal meregulasi dirinya. Faktor yang muncul
pada
kedua
subjek
adalah
faktor
ekologi.
Menurut
Bronfenbrenner (1994), ekologi merupakan lingkungan yang berkaitan dengan perkembangan manusia. Faktor ekologi mikrosistem muncul sebagai masalah pada subjek 1 dan subjek 2. Faktor mikrosistem muncul sebagai adanya masalah pada interaksi subjek dengan keluarga dan adanya pengaruh dari teman sebayanya. Subjek 1 dan subjek 2 merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
bahwa ayahnya adalah sosok yang keras dan merasa tidak nyaman dengan keluarganya. Subjek 1 dan subjek 2 juga mengalami suasana pertemanan yang tidak sehat, yaitu berkumpul dengan teman-teman yang sering mengonsumsi narkoba. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, yaitu adanya masalah dalam keluarga dan adanya pengaruh teman sebaya memberikan pengaruh terhadap individu untuk menyalahgunakan zat terlarang (Rahmadona & Agustin, 2014; Tambunan dkk., 2008). Pada mekanisme ini pola sebab akibat kegagalan, terdapat sedikit perbedaan pada faktor yang memengaruhi antara subjek 1 dan subjek 2. Subjek 2 mendapat lebih banyak faktor ekologi, sedangkan subjek 1 lebih banyak mendapatkan faktor tekanan emosi. Faktor ekologis pada subjek 2 yang turut mendukung adalah faktor ekologis eksosistem (adanya UU kesehatan) dan makrosistem (status sosioekonomi). Subjek 1 lebih banyak mendapatkan tekanan emosi karena ia merasa sering memendam dan menumpuk masalah. Menggelindingkan bola salju (rolling the snowball) juga menjadi mekanisme kegagalan regulasi diri pada kedua subjek. Baumeister dkk., (1994), memberi penjelasan bahwa mekanisme ini memberikan efek yang lebih besar yang dipicu oleh kegagalan di awal. Subjek 1 mengonsumsi rokok dan subjek 2 mengonsumsi alkohol sebelum pada akhirnya mereka mengalami adiksi pada narkoba pilihannya (drug choice). Berdasarkan efek bola salju ini memberi pemahaman bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
rokok dan alkohol merupakan gerbang menuju tahap adiksi apabila tidak dihentikan sejak awal penggunaan. Pada kondisi ini, kedua subjek akhirnya tidak mampu menarik kembali dirinya sehingga keduanya masuk ke dalam trek yang penuh masalah (tidak mampu keluar dari ketergantungannya). Kedua subjek juga mengalami masalah-masalah yang timbul akibat adiksinya. Dalam hal ini, kedua subjek telah mendapatkan
konsekuensi
yang
merugikan
seperti
mengalami
ketidakberdayaan untuk berhenti dan memiliki perilaku yang impulsif seperti banyaknya aktivitas untuk mendapatkan narkoba (Nevid dkk., 2005). Kedua subjek juga mengalami mekanisme kegagalan regulasi diri terkait penyerahan/ pembiaran (letting it happen). Baumeister dkk., (1994), memberi penjelasan bahwa pembiaran berarti subjek secara sadar menyerahkan dirinya mengalami kegagalan. Selain itu, pembiaran juga terkait mengenai keinginan untuk melupakan masalah akibat merasa jenuh. Kedua subjek memiliki pengalaman yang sama terkait mekanisme ini, yaitu menjadikan narkoba sebagai pelarian atas masalah yang dialaminya. Subjek 1 merasa bahwa dirinya tidak memiliki jalan keluar atas masalah yang dihadapinya, didukung dengan sikapnya yang suka memendam masalah. Pada akhirnya subjek 1 merasa membutuhkan sesuatu (mengonsumsi narkotika) sebagai upaya untuk melupakan masalahnya. Subjek 2 merasa bahwa dengan “mendem” dirinya akan diperhatikan. Subjek 2 juga merasa bahwa dirinya kurang diperhatikan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
sehingga dengan menggunakan narkotika, merupakan cara bagi dirinya untuk memeroleh perhatian. Subjek 2 mengalami reduksi pada monitoring, yaitu terjadi deindividuasi pada diri subjek. Subjek mengalami ketidakmampuan untuk membedakan antara benar dan salah. Selain itu, subjek juga mengalami kurangnya self awareness, sehingga dirinya mudah sekali terjerumus ke dalam dunia adiksi. Hal lain yang terjadi adalah, subjek 1 dan subjek 2 tidak memiliki tujuan sehingga unsur regulasi diri tidak terpenuhi (Subjek 1: baris 408411, subjek 2: lembar member checking). Regulasi diri merupakan suatu proses aktif dalam mengarahkan pikiran, perasaan, dan tindakan untuk mencapai suatu tujuan. Tidak adanya tujuan dalam hidup kedua subjek dapat
menjadikan
keduanya
mudah
terjerumus
oleh
gratifikasi
(kesenangan sesaat) sehingga dapat dikatakan kedua subjek tidak memiliki
kapasitas
untuk
meregulasi
dirinya.
Adanya
tujuan
memudahkan individu mengelola perilakunya dan tidak mudah tergoda oleh hal-hal yang dapat menggagalkan upayanya dalam mencapai suatu tujuan.
2. Kondisi Subjek saat Menjadi Pecandu Pada bahasan ini, peneliti mencoba menjelaskan mengenai kondisi regulasi diri saat kedua subjek mengalami adiksi. Peneliti mencoba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
menjelaskan mengenai karakteristik ketergantungan yang kemudian di kaitkan dengan kegagalan regulasi diri. Kedua subjek memiliki karakteristik ketergantungan yang sama. Kedua subjek mengalami toleransi atau kenaikan dosis. Menurut Nevid dkk., (2005), toleransi ditunjukkan dengan adanya kebutuhan untuk meningkatkan dosis agar mendapatkan efek yang diinginkan. Selain itu, kedua subjek juga mengalami gejala putus zat, yaitu kondisi munculnya gejala yang khas apabila tidak mengonsumsi obat (Nevid dkk., 2005). Adanya toleransi dan gejala putus zat membuat kedua subjek harus mengonsumsi narkoba secara rutin untuk menghindari efek yang tidak diinginkan. Selain itu, dengan adanya toleransi dan gejala putus zat, kedua subjek memiliki perilaku impulsif (tidak terkendali) sehingga kedua subjek memiliki keinginan untuk terus mengonsumsi narkoba. Tidak hanya itu, subjek 1 mengaku bahwa dirinya kurang berhasil melakukan kontrol diri dan menghabiskan banyak waktu untuk mendapatkan narkoba. Dampak dari adiksi bagi relasi sosial kedua subjek adalah kedua subjek sama-sama mengurangi aktivitas sosialnya. Kedua subjek menjadi individu yang cenderung menarik diri dan hanya bergaul dengan teman-teman sesama pecandu. Adanya kondisi adiksi pada kedua subjek membuat regulasi diri semakin terbenam bahkan tidak muncul sama sekali. Semakin gagalnya regulasi diri dapat dilihat dari adanya pemberontakan atensi. Menurut Baumeister dkk., (1994), pemberontakan atensi merupakan kondisi saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
subjek kehilangan atensinya. Baumeister dkk., (1994), menguraikan pemberontakan atensi terjadi akibat adanya gratifikasi yang membuat subjek lebih fokus pada reward saat ini dibandingkan dengan reward yang ada di masa depan. Hal ini terlihat dari pernyataan kedua subjek ketika dirinya merasakan adanya efek yang menyenangkan dari narkoba. Masing-masing subjek merasakan efek dari narkoba sesuai dengan sifat dari narkoba tersebut. Subjek 1 menganggap narkoba sebagai barang yang berharga dan diandaikan seperti mendapatkan uang bertumpuktumpuk. Subjek 2 menganggap narkoba sebagai “dewa” dan menganggap narkoba itu sebagai teman hidupnya. Adanya anggapan demikian dari kedua subjek membuat subjek semakin terikat dengan narkoba. Tidak hanya itu, kedua subjek juga merasakan adanya efek yang menyenangkan dari narkoba yang dikonsumsinya. Adanya manipulasi afek yang ditimbulkan dari efek narkoba membuat kedua subjek merasa nyaman menggunakan narkoba.
Selain itu, narkoba juga digunakan untuk
menekan
tidak
emosi
yang
menyenangkan,
sehingga
narkoba
diasosiasikan dengan sesuatu yang menyenangkan. Baumeister dkk., (1994) menjelaskan, regulasi diri semakin gagal karena subjek mengalami reduksi pada kegiatan monitoring. Reduksi ini terjadi ketika subjek mengalami deindividuasi, yaitu saat subjek kehilangan kewaspadaan diri (self awareness) dan hilangnya evaluasi diri (evaluation apprehension). Adanya deindividuasi ini membuat kedua subjek sulit untuk menilai perilaku mereka dan cenderung acuh dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
kondisi yang mereka alami. Subjek 1 mengatakan bahwa dirinya merasa tidak menyayangi dirinya sendiri. Sedangkan subjek 2 mengatakan bahwa ia tidak mengenal dirinya sendiri. Saat kedua subjek merasakan hal yang demikian, maka subjek tidak akan ambil pusing atas tindakannya dan cenderung membenarkan perilaku adiksinya. Regulasi diri akan semakin gagal apabila subjek melakukan mekanisme pembiaran (letting it happen). Mekanisme pembiaran berarti subjek secara sadar membiarkan dirinya gagal dan merasa bahwa dirinya perlu untuk melupakan masalah karena merasa berada pada titik jenuh. Subjek 1 sudah merasa “kepalang tanggung” sehingga subjek 1 semakin terjerumus ke dalam dunia adiksi. Sedangkan subjek 2 merasa bahwa dirinya tidak berdaya. Hal ini hanyalah pembenaran dari subjek karena dirinya sendiri yang memilih untuk tidak mengindahkan aturan pengendalian diri. Ditinjau dari mekanisme pembiaran, kedua subjek menjadikan narkoba sebagai pelarian (coping) atas masalah yang mereka alami, baik masalah yang terjadi di keluarga atau sebagai upaya untuk menenangkan diri. Mengalami Polapola Umum Kegagalan Regulasi Diri
Mengalami Kegagalan Regulasi Diri
Mengalami adiksi
Masalah pada Mikrosistem (Relasi dengan keluarga dan teman)
Keinginan Pribadi Ketidakberdayaan untuk berhenti Rehabilitasi
Gambar 2. Skema Perjalanan Menuju Adiksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
3.
Awal dari Proses Regulasi Diri Menurut Melemis (2015), recovery merupakan proses dari pertumbuhan individu yang mana setiap tahapannya memiliki risiko untuk kembali kambuh (relapse). Proses regulasi diri diawali dengan adanya keinginan untuk pulih dari kedua subjek dan dibantu dengan proses rehabilitasi. Adanya rehabilitasi membantu subjek meraih tahap abstinen, yaitu kondisi tidak menggunakan narkoba. Selanjutnya, kedua subjek mengalami post acute withdrawl sydrome (PAWS) yang terjadi dalam durasi waktu yang relatif lama. Sebelum benar-benar mengalami kesembuhan, kedua subjek mengalami kejenuhan atas kondisi adiksinya. Subjek 1 mengatakan kejenuhan yang dialami lebih kepada perasaan lelah untuk terus mengalami gejala putus zat, mencari narkoba, dan menutupi kondisi adiksinya. Pada akhir titik jenuhnya, subjek 1 ingin menggunakan narkoba untuk terakhir kalinya. Akan tetapi dirinya justru mengalami overdosis dan mengalami koma selama dua minggu. Sedangkan subjek 2 merasa jenuh karena dirinya berada dalam posisi stagnasi, yaitu mengonsumsi narkoba dengan dosis yang sama sehingga dirinya tidak lagi merasakan efek yang diinginkan. Subjek 2 pernah mengalami relapse (dijelaskan lebih lanjut di bawah), dan menjalani proses rehabilitasi sebanyak tujuh kali. Selama mengalami relapse, subjek 2 tidak mengalami kenaikan dosis. Hal inilah yang menyebabkan adanya fase stagnasi dan menimbulkan kejenuhan bagi subjek 2. Adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
kejenuhan ini justru dirasa menjadi titik yang baik pagi subjek 2 untuk menjalani proses rehabilitasi. Saat kedua subjek mengalami kejenuhan, subjek mulai berpikir untuk berhenti. Dari situlah muncul niat yang sungguh-sungguh sehingga subjek lebih menerima untuk menjalani proses rehabilitasi. Seperti telah dijelaskan di atas, subjek 2 pernah mengalami relapse. Menurut Jiloha (2011), relapse merupakan kembalinya ke pola adiksi atau kembali kepada penyimpangan perilakunya. Subjek 2 kembali menggunakan morfin dan menjalani proses rehabilitasi sebanyak tujuh kali. Subjek 2 mengalami relapse karena dirinya mengalami emotional relapse. Menurut Melemis (2015), emotional relapse adalah kondisi saat subjek masih berfokus pada orang lain dan melihat bagaimana orang lain memengaruhi mereka. Subjek 2 menganggap bahwa yang menyebabkan dirinya relapse adalah merasa kecewa akan nasehat dari ibunya dan adanya pembicaraan negatif dari masyarakat di sekitarnya. Menurut Jiloha (2011), relapse dapat terjadi karena individu berupaya mengatasi emosi negatif yang dialaminya. Subjek 2 mengalami emosi negatif berupa kekecewaan dan perasaan ditolak oleh masyarakat. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa ketidakmampuan individu untuk mengatasi emosi negatif, menjadi salah satu penyebab adanya kekambuhan (Hammerbacher & Lyvers, 2005; Hurriyati, 2010). Saat mengalami relapse, subjek 2 mengalami mekanisme kegagalan regulasi diri, yaitu adanya pemberontakan atensi. Subjek 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
tidak berhasil melihat apa yang terjadi di balik situasi segera. Subjek 2 tidak mampu menilai nasehat yang diberikan oleh ibunya. Subjek 2 cenderung menilai nasehat ibunya sebagai penolakan sehingga subjek 2 mengalami kekecewaan dan tidak mampu melihat sisi positif dari nasehat ibunya tersebut. Hal ini juga selaras dengan pendapat Jiloha (2011), bahwa subjek 2 kembali menggunakan narkoba (morfin) sebagai upaya mengatasi
emosi
negatifnya,
yaitu
dalam
upaya
mengatasi
kekecewaannya. Saat mengalami relapse, subjek 2 juga melakukan mekanisme kegagalan regulasi diri berupa pembiaran (letting it happen), yaitu kembali menggunakan narkoba untuk melupakan masalahnya. Saat memilih untuk menjalani proses rehabilitasi, kedua subjek harus menahan gejala putus zat selama menjalani rehabilitasi. Kedua subjek juga mendapatkan proses refleksi agar kedua subjek semakin mengenali dirinya. Program yang dirasa cocok oleh subjek 1 adalah CBT (cognitive behavior therapy), sedangkan subjek 2 lebih cocok menggunakan program terapi grup. Setelah menjalani proses rehabilitasi, kedua subjek mengalami tahap abstinen, yaitu kondisi individu tidak menggunakan narkoba dalam waktu satu hingga dua tahun. Menurut Melemis (2015), tahapan abstinen merupakan tahapan awal yang dialami oleh subjek pada proses/ tahapan recovery. Perubahan besar dilakukan oleh kedua subjek untuk mendukung proses abstinen yang mereka jalani. Subjek 1 melakukan perubahan dengan berpindah dari Jakarta ke Yogyakarta untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
menghindari hal-hal yang dianggapnya sebagai trigger adiksinya. Sedangkan subjek 2 memilih untuk pindah rumah agar terhindar dari pembicaraan warga yang dirasa tidak menyenangkan. Perubahan yang dilakukan ini sejalan dengan unsur regulasi diri, yaitu operate/ menjalankan. Menurut Baumeister dkk., (1994), unsur regulasi diri (operate) berarti individu melakukan perubahan untuk mencapai tujuannya. Tentu saja tujuan subjek adalah untuk mempertahankan kondisi abstinennya. Selanjutnya, kedua subjek mengalami PAWS (post acute withdrawal syndrome). PAWS merupakan gejala (semacam sakau) yang dialami oleh individu. Menurut Melemis (2015), gejala PAWS yang muncul memiliki durasi yang singkat, akan tetapi sindrom tersebut berlangsung dalam waktu yang relatif lama, yaitu kurang lebih selama dua tahun. PAWS merupakan tahapan selanjutnya setelah individu mengalami tahapan abstinen. Pada tahapan PAWS ini, subjek diharapkan mampu berdamai dengan sindrom ini dan mampu mengendalikan diri agar tidak kembali menggunakan narkoba. Akan tetapi, kondisi subjek tidaklah selaras dengan teori yang diungkapkan oleh Melemis (2015), yaitu bahwa kedua subjek hingga saat ini mengalami PAWS. Gejala yang muncul mirip dengan sakau ditandai munculnya perasaan cemas, munculnya keringat dingin, emosional, mudah tersinggung, dan lain-lain. Selain PAWS, kedua subjek juga mengalami sakau psikis. Sakau psikis dimaknai sebagai munculnya aktivitas menggunakan narkoba dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
bentuk mimpi. Kedua subjek mengatakan bahwa ketika mimpi itu muncul, berarti sakau psikis sudah berakhir. Sakau psikis juga masih dialami oleh kedua subjek sampai saat ini. Adanya PAWS dan sakau psikis yang dialami kedua subjek menandakan bahwa subjek sampai saat ini masih memiliki dorongan untuk kembali menggunakan narkoba dan masih memiliki ingatan mengenai efek yang ditimbulkan oleh narkoba. Sebelum kedua subjek mampu mengupayakan regulasi diri, terdapat faktor lain yang turut memberikan pengaruh bagi kedua subjek (selain adanya faktor kejenuhan dari kondisi adiksi). Faktor-faktor tersebut memberikan dampak terhadap tujuan yang hendak dibuat oleh kedua subjek. Tujuan merupakan unsur yang penting dalam usaha individu untuk meregulasi dirinya. Faktor pertama yang memberikan pengaruh adalah adanya dampak negatif dari perilaku adiksi terhadap kehidupan kedua subjek. Subjek 1 merasakan dampak negatif dari adiksi yaitu memberikan kehancuran bagi performa fisiknya, sehingga subjek merasa sering mengalami sakit. Subjek 2 juga merasakan adanya dampak negatif dari perilaku adiksinya berupa diskriminasi dari masyarakat dan sulitnya mendapatkan surat keterangan perilaku baik dari kepolisian. Dampak negatif yang samasama dialami oleh kedua subjek adalah adanya label negatif dari masyarakat kepada dirinya. Adanya dampak negatif yang dialami oleh kedua subjek memberikan suatu motivasi bagi kedua subjek. Kedua subjek memiliki tujuan agar tidak kembali jatuh ke dalam “perangkap”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
narkotika. Tujuan ini dibuat agar kedua subjek mampu mencapai tujuan hidupnya yang lain. Faktor kedua yang memberikan pengaruh terhadap penetapan tujuan adalah adanya kebutuhan yang harus dicapai oleh kedua subjek. Selama mengalami adiksi, kedua subjek tidak mampu memenuhi kebutuhannya bahkan tidak sanggup memenuhi tanggung jawabnya. Kebutuhan yang dimiliki mampu mendorong kedua subjek untuk tetap berada pada kondisi abstinen agar kedua subjek mampu memenuhi kebutuhannya. Adanya kebutuhan tersebut menggerakkan kedua subjek untuk menilainya sebagai tujuan yang harus dicapai. Kebutuhan yang dimiliki oleh kedua subjek menjadi sumber motivasi untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagai contoh, subjek 1 memiliki kebutuhan untuk mengasuh anaknya. Oleh karena itu, ia ingin menjadi ibu yang baik untuk menjaga masa depan anaknya. Subjek 2 memiliki kebutuhan untuk berkeluarga dan berkarya. Oleh karena itu, subjek 2 ingin menjadi teladan
bagi
anaknya
dan
mampu
berkarir
untuk
mencukupi
kebutuhannya. Kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki oleh kedua subjek sejalan dengan tujuan dasar mereka sebagai mantan pecandu, yaitu mempertahankan recoverynya.
4.
Bentuk dan Upaya Regulasi Diri Pasca Rehabilitasi Pada pembahasan ini, peneliti akan menguraikan bagaimana caracara kedua subjek menjaga kondisi recovery. Dalam menjaga recovery,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
tentu saja dibutuhkan kemampuan regulasi diri dan mencegah pola-pola kegagalan regulasi diri. Selain itu, terdapat pula faktor lain yang mendukung subjek dalam menjaga recovery, seperti faktor ekologi dan self efficacy pada subjek. Kedua subjek memiliki kemampuan regulasi diri ditinjau dari adanya unsur-unsur regulasi diri. Menurut Baumeister dkk., (1994), unsur regulasi diri meliputi membuat tujuan, memonitoring, dan operate/ menjalankan. Adanya unsur regulasi diri semakin memudahkan subjek untuk meraih tujuannya sekaligus menjadi langkah recovery bagi kedua subjek. Kedua subjek telah memiliki tujuan yang juga sekaligus menjadi motivasi bagi kedua subjek untuk bertahan pada kondisi abstinennya. Subjek 1 memiliki tujuan ingin menjadi ibu yang baik dan menyenangkan orang tuanya. Subjek merasa bahwa selama menjadi pecandu, dirinya kurang mampu mengurus anaknya dengan baik.Subjek 2 juga menyusun rencana seperti rencana karir saat dirinya memutuskan untuk abstinen narkoba. Selain itu, subjek 2 juga mulai menyusun rencana kegiatan di masa pensiun untuk menghindari adanya rasa kalut akibat tidak adanya kegiatan. Adanya tujuan-tujuan tersebut membuat kedua subjek ingin mempertahankan kondisi abstinennya dan menjaga recoverynya agar tujuan tersebut tercapai. Unsur regulasi yang kedua adalah subjek melakukan monitoring atau pemantauan atas perilaku mereka. Kedua subjek menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
gejala PAWS sebagai tanda-tanda yang harus diwaspadai agar mereka tidak kembali jatuh.Subjek mengenali tanda-tanda PAWS sebagai antisipasi agar dirinya dapat melakukan antisipasi agar dorongan tersebut tidak terjadi. Selain itu, kedua subjek bekerja sebagai konselor adiksi ternyata bukan tanpa arti. Subjek menggunakan profesinya sebagai media untuk memonitoring perilakunya. Kedua subjek mengatakan bahwa dengan menjadi konselor adiksi, mereka merasa bahwa dirinya harus menjadi role model/ contoh yang baik bagi residen. Dengan menjadi konselor adiksi, kedua subjek merasa selalu diingatkan agar tidak kembali jatuh atau kembali menjadi pecandu. Subjek juga menjadi semakin berusaha untuk berada pada tahap abstinennya. Unsur regulasi yang ketiga adalah operate/ menjalankan. Pada unsur ini, subjek berusaha beradaptasi untuk mencapai tujuannya. Adaptasi dapat berupa menyesuaikan dengan lingkungan atau mengubah lingkungan. Kedua subjek melakukan perubahan lingkungan dengan cara berpindah tempat. Subjek 1 berpindah tempat kerja dan menghindari trigger atau pencetus masalah yang ada di Jakarta. Sedangkan subjek 2 berpindah lingkungan tempat tinggal untuk menghindari pembicaraan yang tidak menyenangkan dari warga. Selain adanya unsur-unsur regulasi diri, subjek juga melakukan tindakan mencegah terjadinya mekanisme kegagalan regulasi diri untuk menjaga recoverynya. Mekanisme kegagalan regulasi diri yang dicegah oleh kedua subjek adalah mencegah kelambanan psikologis dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
mencegah pemberontakan atensi. Selain itu, subjek 1 juga mencegah terjadinya pola sebab akibat kegagalan dan subjek 2 melakukan tindakan untuk meningkatkan kekuatan regulasi diri. Mencegah kelambanan psikologis dilakukan dengan adanya selfstopping (secara sadar menghentikan). Mencegah kelambanan psikologis berarti
subjek
berusaha
menghentikan,
mengesampingkan,
atau
mengatasi dorongan sejak awal kemunculan dorongan. Kedua subjek melakukan self-stopping dengan cara pergi dari tempat ketika muncul pikiran untuk kembali menggunakan narkoba. Bagi kedua subjek, berpindah tempat merupakan cara yang efektif untuk menghentikan munculnya dorongan berupa pikiran untuk menggunakan. Cara mencegah pola kegagalan dilakukan juga dengan cara mencegah pemberontakan atensi. Melalui mekanisme ini berarti subjek tidak membiarkan atensinya mengalami distraksi sehingga menjaganya tetap berada pada usaha regulasi dirinya. Selain itu, mencegah pemberontakan atensi dilakukan dengan melihat apa yang terjadi di balik situasi segera (immediate situation), yaitu berusaha melihat kemungkinan positif atas apa yang terjadi. Subjek 1 lebih berfokus pada usaha menjaga atensinya agar tidak kembali menggunakan narkoba. Subjek 1 lebih mengandalkan kekuatan dari kontrol pikirannya dan merasa lebih efektif dengan cara mengendalikan pikirannya. Sedangkan subjek 2 berusaha lebih memahami mengapa orang lain bertindak demikian. Dengan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
seperti itulah subjek 2 lebih mampu untuk mengendalikan emosinya dan berpikir positif mengenai apa yang orang lain lakukan. Mekanisme lain yang digunakan oleh subjek 1 adalah dengan mencegah terjadinya pola sebab akibat kegagalan. Subjek 1 memilih untuk menyelesaikan masalah yang dirasa menimbulkan tekanan emosi bagi dirinya. Sedangkan subjek 2 menggunakan mekanisme uji kekuatan untuk meningkatkan kekuatan regulasi dirinya. Uji kekuatan dilakukan dengan cara menghadapi stimulus secara langsung hingga dirinya merasa benar-benar kuat untuk menghadapi kekuatan stimulus tersebut. Selain adanya unsur regulasi dan mencegah pola kegagalan regulasi diri, faktor ekologi juga memberikan dukungan bagi kedua subjek dalam menjaga recovery/ kepulihannya. Subjek merasa lingkungan/ ekologi mikrosistem turut memberikan dukungan bagi subjek untuk menjaga kondisi abstinennya. Subjek 1 mengatakan bahwa dirinya membutuhkan dukungan dari teman yang mampu memahami dirinya sebagai pengalihan ketika dirinya mengalami kondisi yang tidak menyenangkan ataupun sedang berupaya mengatasi dorongan. Subjek 2 mengatakan bahwa dukungan keluarga sangat berperan baginya, terutama sebagai media sharing saat menghadapi kondisi tidak menyenangkan maupun dalam upaya mengatasi dorongannya. Adanya dukungan dari faktor ekologi menunjukkan bahwa faktor lingkungan turut memberikan pengaruh dengan menyediakan cara untuk mendapatkan penguatan (Feist & Feist, 2010). Penguatan ini dapat dilihat melalui adanya dukungan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
pihak keluarga maupun teman-teman dari kedua subjek. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa adanya dukungan dari keluarga maupun dari significant others akan membantu proses recovery pada individu (Aztri & Milla, 2013; Hurriyati, 2010; Tariqi & Tamini, 2014) Self efficacy atau keyakinan diri juga memberikan dukungan bagi kedua subjek dalam upayanya meregulasi diri. Menurut Bandura (1999), efikasi diri merupakan keyakinan individu untuk berperilaku sesuai dengan yang mereka harapkan. Efikasi diri juga memberi kontribusi bagi usaha regulasi diri dalam bentuk usaha atau motivasi yang dimilikili oleh individu. Bagi subjek 2, dirinya perlu memiliki niat yang kuat dan komitmen untuk tetap menjaga kondisi abstinennya. Sedangkan subjek 1 dirasa belum begitu yakin bahwa dia mampu sepenuhnya abstinen. Akan tetapi, subjek 1 mengaku bahwa dirinya tetap berusaha dan tetap memiliki pikiran yang positif bahwa ia mampu menjaga recoverynya. Berdasarkan hasil penelitian ini, sesuai dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa efikasi diri mendukung proses recovery (Dennis & Scott, 2007; Mattoo dkk., 2009). Di sisi lain, kedua subjek memiliki sumber efikasi diri yang sama. Kedua subjek merasa yakin karena mereka mendapatkan inspirasi dari konselor adiksinya. Sosok konselor adiksi tersebut merupakan role model bagi kedua subjek karena dirasa memiliki pengalaman yang sama. Sosok yang menjadi role model merupakan mantan pecandu yang pada akhirnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
bekerja sebagai konselor adiksi. Bagi kedua subjek, mereka mampu bertahan pada kondisi abstinen karena mendapatkan contoh dari sosok role model mereka. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Bandura (1997), bahwa efikasi diri dapat meningkat karena adanya social modelling. Akan tetapi, hasil penelitian ini memiliki sedikit perbedaan dengan
teori
yang
diungkapkan
sebelumnya.
Bandura
(1997)
mengunggapkan bahwa social modelling tidak memiliki dampak yang begitu berarti terhadap peningkatan efikasi diri pada seseorang. akan tetapi pada kasus ini, justru seorang pecandu akan merasa yakin apabila mendapatkan contoh yang nyata sehingga mereka memiliki perasaan bahwa mereka mampu berperilaku sesuai dengan sosok role model mereka. Adanya sumber efikasi diri ini mendukung upaya kedua subjek dalam meregulasi dirinya. Efikasi diri dinilai sebagai “bahan bakar” dalam upaya meregulasi diri (Bandura, 1999). Efikasi diri berperan sebagai motivasi maupun keyakinan bagi individu dalam upaya mencapai perilaku yang diinginkan, dalam hal ini setara tujuan yang telah ditetapkan oleh kedua subjek yang mana hal tersebut merupakan unsur dari regulasi diri. Efikasi diri mendukung kapasitas regulasi diri dengan memberikan usaha untuk menghadapi hambatan (Clark, 2011). Akan tetapi, subjek 1 masih merasa impossible untuk mengalami kondisi abstinen 100%, sehingga dirinya pernah mengalami slip/ first lapse. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek 1 masih memiliki sisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
kurangnya efikasi diri. Efikasi diri yang kurang disebabkan karena adanya faktor lain yang dirasa kurang mendukung bagi subjek 1. Adanya slip/ first lapse menunjukkan bahwa subjek 1 pernah mengonsumsi alkohol dan narkoba dengan efek yang lebih ringan dari puttau sebanyak dua kali, terhitung dari kondisi abstinennya yang sudah berjalan hampir dua tahun. Slip yang dialami oleh subjek 1 terjadi karena adanya mekanisme kegagalan regulasi diri yang masih terjadi dan adanya pengaruh kondisi ekologi. Subjek 1 mengalami slip karena dirinya merasa adanya tekanan emosi, terutama saat menghadapi banyaknya masalah yang membuatnya merasa kalut dan jenuh. Hal ini menunjukkan bahwa subjek 1 mengalami pola sebab akibat kegagalan regulasi diri, yaitu adanya faktor pemicu yang menyebabkan regulasi diri itu gagal. Akan tetapi, subjek tidak memiliki keyakinan nol-toleransi, sehingga menjadikan dirinya tetap berusaha meregulasi dirinya walaupun pernah terjatuh. Subjek 1 mengalami slip karena merasa bahwa dirinya masih memiliki kekuatan yang terbatas. Subjek 1 juga merasa bahwa dirinya masih terbilang baru untuk menjadi mantan pecandu dan merasa masih membutuhkan banyak pelajaran untuk meningkatkan kekuatannya. Di sisi lain, subjek 1 mengalami slip karena dirinya merasa jenuh dan memiliki kerinduan untuk kembali menggunakan narkoba. Hal ini menunjukkan bahwa subjek 1 memiliki mekanisme pembiaran sehingga slip itu terjadi. Akan tetapi, subjek 1 tetap berusaha mengendalikan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
dan tidak secara sengaja merencanakan untuk kembali menggunakan narkoba. Berdasarkan pengalaman menjadi seorang pecandu tentu saja ada berbagai makna yang diperoleh dari masing-masing subjek. Subjek 1 merasa bersyukur bahwa ia masih diberi kesempatan untuk menebus kesalahannya dan memperbaiki akibat dari perbuatannya. Subjek 1 juga merasa bangga bahwa ia mampu putus dari puttau dan mampu selamat dari kondisi koma akibat overdosis. Subjek 2 merasa bahwa pengalamannya sebagai pecandu merupakan pelajaran yang sangat berharga yang harus ia bagikan kepada orang lain. Subjek 2 ingin agar generasi berikutnya memiliki pengetahuan mengenai dunia adiksi dan ingin menyelamatkan generasi yang mengalami adiksi. Subjek
2
merasakan bahwa dirinya harus mampu bertahan dari label negatif yang diberikan oleh masyarakat. Subjek 2 juga berpendapat bahwa relapse merupakan suatu pembelajaran bahwa relapse merupakan hal sia-sia yang seharusnya bisa ia isi dengan sesuatu yang lebih produktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
Berikut adalah skema menuju proses kesembuhan (recovery) Keterangan: Panah biru tebal: menunjukkan proses mencapai recovery Panah hitam: menunjukkan tahapan-tahapan yang dialami subjek pasca rehabilitasi Panah merah: menunjukkan “kejatuhan” yang dialami oleh subjek Tahap Abstinen
Jenuh + Keinginan untuk berhenti
Rehabilitasi
Mengalami stagnasi Merasa jenuh dan ingin berhenti
Menyadari dampak negatif dan menemukan kebutuhan
Relapse (Subjek 2)
Tahap Post Acute Withdrawal Syndrome (PAWS) dan sakau psikis
Slip/ Lapse (Subjek 1)
Kemampuan Regulasi Diri: 1. Unsur-unsur Regulasi Diri 2. Mencegah Mekanisme Kegagalan Regulasi Diri
Kesembuhan (Recovery)
Tahap repair dan growth stage
Gambar 3. Skema Menuju Proses Kesembuhan
Self Efficacy dan Lingkungan Mikrosistem (dukungan dari keluarga dan teman)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KE SIMPULAN DAN SARA N
A.
Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal diantaranya adalah: 1. Proses regulasi diri pada kedua subjek diawali dengan adanya rasa jenuh akan kondisi adiksi sehingga memunculkan keinginan untuk pulih. Setelah menjalani proses rehabilitasi, masing-masing subjek mengalami PAWS dan sakau psikis yang terus mereka alami hingga saat ini. Selanjutnya, proses regulasi diri juga diawali dengan adanya faktor yang memberikan pengaruh terhadap proses regulasi diri. Faktor tersebut antara lain kedua subjek merasakan adanya dampak negatif akibat perilaku adiksinya dan memiliki kebutuhan yang harus mereka penuhi. Adanya faktor tersebut mengawali proses regulasi diri bagi kedua subjek terutama dalam menetapkan tujuan. Saat subjek memiliki tujuan, maka unsur regulasi diri mulai diterapkan. Kedua subjek menjaga recovery dengan meregulasi dirinya dan mencegah terjadinya mekanisme kegagalan regulasi diri. 2. Di sisi lain, faktor ekologi (terutama mikrosistem) dan efikasi diri turut memberikan dukungan maupun pengaruh bagi kedua subjek untuk mempertahankan
kondisi
abstinen
123
atau
menjaga
recovery.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
Faktor ekologi mikrosistem memberikan sumbangan pada upaya regulasi diri berupa adanya dukungan dari keluarga maupun teman sehingga semakin menguatkan kedua subjek dalam mempertahankan kondisi abstinen. Dukungan yang dirasakan oleh kedua subjek adalah lingkungan sebagai tempat pengalihan ketika dorongan tersebut muncul. Efikasi diri juga memberikan sumbangan berupa motivasi bagi kedua subjek untuk mempertahankan kondisi abstinen. Motivasi tersebut muncul karena adanya social modelling sehingga kedua subjek merasa mampu.
B.
Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Peneliti juga kurang mengeksplorasi faktor lain yang mungkin terkait dengan adiksi maupun kemampuan regulasi diri seperti faktor kepribadian. 2. Peneliti kurang menggali dampak dari adiksi terhadap relasi subjek yang berpengaruh terhadap regulasi diri. Peneliti kurang menggali bagaimana subjek memperbaiki relasinya dengan orang lain. 3. Keterbatasan jumlah subjek dalam penelitian ini menjadikan penelitian ini kurang memiliki data yang jenuh. Keterbatasan jumlah subjek juga dipengaruhi oleh minimnya mantan pecandu yang kembali lagi ke panti rehabilitasi sebagai konselor adiksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
C.
Saran 1. Bagi Mantan Pecandu Dapat menemukan dampak negatif dari perilaku adiksi dan memiliki kebutuhan yang menggerakkan untuk mencapai unsur-unsur regulasi diri. Selain itu, mantan pecandu dapat mengupayakan untuk meregulasi dirinya dengan menerapkan unsur-unsur regulasi diri dan mencegah kegagalan regulasi diri dengan menggunakan mekanisme yang dianggap paling kuat, yang dimiliki oleh mantan pecandu. Mantan pecandu juga berusaha memahami kondisi ekologis dan meningkatkan efikasi diri untuk mendukung upaya regulasi diri.
2. Bagi Panti Rehabilitasi dan Dinas Sosial Dapat memberikan pendampingan bagi subjek terutama terkait kemampuan meregulasi dirinya. Diharapkan panti rehabilitasi dan dinas sosial dapat membantu residen untuk memiliki faktor dan kesadaran yang kuat sebelum residen menerapkan unsur-unsur regulasi diri. Selain itu, diharapkan juga memberikan pendampingan terhadap orang tua, tidak hanya berupa pemantauan tetapi juga pengetahuan mengenai upaya meregulasi diri dan adiksi kepada orang tua dari residen.
3. Bagi Orang Tua dan Keluarga Subjek Memberikan pendampingan dan pengertian terutama di tahun awal saat residen kembali ke lingkungan keluarga atau masyarakat. Keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
sebaiknya turut memantau dan memberi dukungan bagi residen agar proses regulasi diri terus berjalan.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya Dapat meneliti mengenai dampak adiksi terhadap relasi, yang mana relasi tersebut mempengaruhi regulasi diri. Diharapkan penelitian selanjutnya mampu mengungkap faktor lainnya (seperti faktor kepribadian) yang turut memberikan pengaruh terhadap regulasi diri. Selain itu, peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar menggunakan minimal tiga subjek dalam upaya mendapatkan data yang jenuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
DAFTAR PUSTAKA Abolghasemi, A., & Rajabi, S. (2013). The role of self regulation and affective control in predicting interpersonal reactivity of drug addicts. International Journal of High Risk Behaviors & Addiction, 2(1), 28-33.
Adian. (2015). Tingkat kekambuhan pecandu narkoba tinggi. Diunduh dari: http://lampost.co/berita/tingkat-kekambuhan-pecandu-narkoba-tinggi. Diakses pada tanggal 19 Februari 2016.
Amriel, R. I. (2008). Psikologi kaum muda pengguna narkoba. Jakarta: Salemba Humanika.
Aztri, S., & Milla, M. N. (2013). Rasa berharga dan pelajaran hidup mencegah kekambuhan kembali pada pecandu narkoba studi kualitatif fenomenologis. Jurnal Psikologi, 9(1).
Bakhshani, N. M., & Hosseinbor, M. (2013). A comparative study of selfregulation in substance dependent and non-dependent individuals. Global Journal of Health Science, 5(6). Canadian Center of Science and Education.
Bandura, A. (1997). Self efficacy. New York: W. H. Freeman and Company.
Bandura, A. (1999). A sociocognitive analysis of substance abuse: An agentic perspective. Psychological Science, 10(3).
Baumeister, R. F., Heatherton, T. F., & Dianne, M. T. (1994). Losing control: How and why people fail at self-regulation. United Kingdom: Academic Press. Baumeister, R. F., & Heatherton, T. F. (1996). Self-regulation failure: An overview. Journal of Psychological Inquiry, 7(1), 1-15.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
Baumgardner, S. R., & Crothers, M. K. (2009). Positive Psychology. New Jersey: Pearson
Bhandari, S., Dahal, M., & Neupane, G. (2015). Factors associated with drug abuse relapse: A study on the clients of rehabilitation centers. Al Ameen J Med. Sci., 8(4), 293-298.
Bronfenbrenner, U. (1994). Ecological models of human development (ed. Ke-2). International Encyclopedia of Education, Vol. 3, Oxford: Elsevier.
Bukhtawer, N., Muhammad, S., & Iqbal, A. (2014). Personality traits and self regulation: A comparative study among current, relapse and remitted drug abuse patients. Health, 6, 1368-1375.
Clark, M. (2011). Conseptualizing addiction: How useful is the construct?. International Journal of Humanities and Social Science, 1(13).
Creswell, J. W. (2010). Research Design: Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar (Karya asli terbit 2009).
Crockett, L. J., Raffaelli, M., & Shen, Y. (2006). Linking self-regulation and risk proneness to risky sexual behavior: Pathways through peer pressure and early substance use. Journal of Research on Adolescence.
Dennis, M., & Scott, C. K. (2007). Managing addiction as a chronic condition. Addiction Science & Clinical Practice.
Endler, N. S., & Kocovski, N. L. (2000). Self-regulation and distress in clinical psychology. Handbook of Self-Regulation. Copyright by Academic Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
Feist J., & Feist J. (2010). Teori kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika (Karya asli terbit 1998).
Ganendra, R. (2014). Kisah nyata suara hati mantan pecandu narkoba. Diunduh dari
http://www.kompasiana.com/rahab/kisah-nyata-suara-hati-mantan-
pecandu-narkoba_54f75c6ca33311f9368b460b diakses pada tanggal 12 Juli 2016.
Gunawan, I. (2013). Metode penelitian kualitatif teori & praktik. Jakarta: Bumi Aksara.
Hammerbacher, M., & Lyvers, M. (2005). Factors associated with relapse among client in Australian substance disorder treatment facilities. 11 (6), 387-394.
Heatherton, T. F., & Wagner, D. D. (2011). Cognitive neuroscience of selfregulation failure. Trends in Cognitive Science, 15(3).
Herdiansyah, H. (2015). Metodologi penelitian kualitatif untuk ilmu psikologi. Jakarta: Salemba Humanika
Hurriyati, E. A. (2010). Mengapa pengguna narkoba pada remaja akhir relapse?. Humaniora, 1(2), 303-314.
Ibrahim, F., & Kumar, N. (2009). Factors effecting drug relapse in Malaysia: An empirical evidence. Journal of Asian Social Science, 5(12). Published by CCSE
Ismail, H. (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan pada pengguna putaw yang mendapatkan layanan pasca konseling di puskesmas kassi-kassi Makassar. Journal of Medical Surgical Nursing, 1(1), 47-51.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
Jiloha, R. C. (2011). Management of lapse and relapse in drug dependence. Delhi Psychiatry Journal, 14(2).
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Semester I, ASSN 2088-270x
King, L. A. (2010). Psikologi umum: Sebuah pandangan apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika.
Lopez, S. J. (2008). Positive psychology: Exploring the best in people (Vol. 1). USA: Praeger Publishers.
Mattoo, S. K., Chakrabarti, S., & Anjaiah, M. (2009). Psychosocial factors associated with relapse in men with alcohol or opioid dependence. Indian Journal Med. Res., 130, 702-708.
Melemis, S. M. (2015). Relapse prevention and the five rules of recovery. Yale Journal of Biology and Medicine, 88, 325-332.
Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2005). Psikologi abnormal (Edisi kelima, Jilid 2). Jakarta: Erlangga.
Poerwandari, K. E. (1998). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI.
Prabowo, Andika. (2013). 22 persen pengguna narkoba adalah pelajar. Diunduh dari
http://nasional.sindonews.com/read/773842/15/22-persen-pengguna-
narkoba-adalah-pelajar-1377080228. Diakses pada tanggal 29 Mei 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
Rahmadona, E., & Agustin, H. (2014). Faktor yang berhubungan dengan penyalahgunaan narkoba di RSJ. Prof. HB. Sa‟Anin. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 8(2), 59-65.
Ridder, D. T. D,. & Wit, J. B. F. (2006). Self-regulation in health behavior: Concepts, theories, and central issues. John Wiley & Sons Ltd.
Rosyidah, R., & Nurdibyanandaru, D. (2010). Dinamika emosi pecandu narkotika dalam masa pemulihan. INSAN, 12(2).
Sinha, R. (2001). How does stress increase risk of drug abuse and relapse? Psychopharmacology, 158, 343-359.
Smith, J. A. (2009). Psikologi kualitatif: Panduan praktis metode riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar (Karya asli terbit 2008).
Sulistami, S., Yulia R. N., & Tegawati L. M. (2013). Bahaya NAPZA. Jakarta: PT. Mustika Cendekia Negeri.
Syarifah, Fitri. (2014). Mantan pecandu narkoba tak bisa sembuh selamanya. Diunduh
dari:
http://health.liputan6.com/read/2065201/mantan-pecandu-
narkoba-tak-bisa-sembuh-selamanya.Diakses pada tanggal 19 Februari 2016.
Syuhada, I. (2015). Faktor internal dan intervensi pada kasus penyandang relaps narkoba. Psychology Forum UMM, ISBN: 978-979-796-324-8.
Tambunan, R., Sahar J., & Hastono S. P. (2008). Beberapa faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan NAPZA pada remaja di Balai Pemulihan Sosial Bandung. Jurnal Keperawatan Indonesia, 12(2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132
Tariqi, R. & Tamini, B. K. (2014). Relationship between perceived social support with self regulation and self concept in students of Islamic Azad University, Saravan Branch, Iran. Journal of Multidisciplinary Research, 3, Issue 12, 83-93.
Zk. (2015). Tahun 2015 Jumlah Pengguna Narkoba di Indonesia Capai 5 juta Orang. Diunduh dari: http://portalindonesianews.com/posts/view/1626/tahun_2015_jumlah_pengg una_narkoba_di_indonesia_capai_5_juta_orang. Diakses pada tanggal 29 Mei 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134
Informed Consent Saya, Dyah Ayu Perwitasari, adalah mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Saat ini, saya sedang melakukan penelitian mengenai pengalaman adiksi pada pecandu narkotika. Tujuan penelitian ini untuk mengeksplorasi pengalaman sebelum menjadi pecandu narkotika hingga pasca rehabilitasi. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk meninjau peran sebagai konselor adiksi terhadap proses recovery. Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk wawancara personal. Apabila anda berpartisipasi dalam penelitian ini, berarti anda turut serta dalam memberikan informasi mengenai pengalaman anda sebagai pecandu narkotika. Saya meminta kesediaan anda untuk ikut serta sebagai partisipan dalam penelitian ini. Wawancara akan berlangsung sebanyak 3-5 kali selama kurang lebih satu jam setiap sesi wawancaranya. Selama proses wawancara berlangsung, anda bebas mengemukakan pikiran dan perasaan sejauh yang anda inginkan dan anda juga berhak untuk tidak mengungkapkan hal yang anda rasa tidak ingin diungkapkan. Selama proses wawancara berlangsung, seluruh pembicaraan akan direkam menggunakan voice recorder. Wawancara berlangsung secara pribadi (antara peneliti dan partisipan). Identitas dan hasil rekaman anda sebagai partisipan akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti sehingga tidak ada pihak lain yang dapat mendengarkan atau memperoleh data anda. Penelitian ini akan diawasi dan dipastikan berjalan secara etis oleh Sylvia Carolina M. Y. M., M.Si. Jika anda mempunyai pertanyaan mengenai penelitian ini, silakan anda secara bebas untuk menghubungi saya (peneliti) di nomor telepon 085701206355 atau email
[email protected]. Terimakasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143
TRANSKRIP WAWANCARA SUBJEK 1 W: Interviewer S: Subjek 1 (Sis X) No.
Verbatim
Transformatif/ Narasi
Interpretasi
Tema/ sub Tema
1
W: eee untuk yang sesi ini, saya mencoba untuk mengajak
(1-17) subjek pertama kali menjadi
Gerbang menuju adiksi,
Pola kegagalan RD:
2
sharing aja, untuk menceritakan bahwa, tadi sempet bilang
seorang pecandu kira-kira empat hingga
dimulai dengan mengonsumsi
Rolling the snowball (16-
3
kalo dulu juga pecandu. Nah itu kalau boleh tahu, pertama kali
lima tahun yang lalu saat dirinya berumur
alkohol
17)
4
menjadi pecandu kapan Sis?
kurang lebih 25 tahun. Pertama kali,
5
S: kalo pecandu, kalo sudah mulai nyandu itu eee kira-kira
subjek mengonsumsi alkohol.
6
empat sampai lima tahun lalu.
7
W: itu kira-kira umur berapa?
8
S: berapa ya.. 20 sekian kali ya (sambil tertawa) itu sekitar 25
9
sekian.
10
W: kalau mulai pertama kali pakai sebelum pecandu itu
11
kapan?
12
S: iya, itu kira-kira tahun 99,
13
W: masih TK aku (hehehe)
14
S: waktu itu saya SMA, saya SMA itu. Masih sekolah.
15
Sekarang kan aku 32
16
W: dulu pertama kali pakai apa?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144
17
S: dulu pakai alkohol, biasa dasarnya kan alkohol.
18
W: mungkin bisa dicritain sis, dulu gimana dari awalnya
(18-31) pertama kali, subjek mengonsumsi
Gate menuju adiksi: diawali
Pola kegagalan RD:
19
alkohol terus nyoba-nyoba yang lain gitu?
alkohol pada sekitar tahun 1999. Subjek
dengan alkohol, lalu ganja,
Rolling the snowball (24-
20
S: mungkin gini, karena pada waktu itu yang paling mudah
merasa alkohol menjadi dasar adiksi pada
estacy, kemudian puttau
27)
21
memang alkohol, soalnya pada waktu itu masih di jual di
dirinya. Setelah mengonsumsi alkohol,
22
supermarket.
subjek mulai mengonsumsi ganja dan
23
W: oh gitu....
mendapatkan ganja dengan mudah dari
24
S: habis alkohol, karena dulu di sekolah aku ibaratnya karena
pengedar selama dirinya duduk di bangku
25
ada yang ngedarin kan ya, saya tidak tahu itu bandar atau
SMA. Menginjak bangku perkuliahan,
26
apa, tapi kita bisa beli dari dia gitu, eee itu ganja, habis itu
subjek menggunakan estacy. Selama
27
waktu SMA itu. Waktu kuliah, saya pakai inex
duduk di bangku perkuliahan, subjek
28
W: apa itu?
mengonsumsi Puttau.
29
S: inex itu estacy
30
W: oo estacy
31
S: iyaaa nah itu habis itu mulai kuliah itu lalu ke puttau.
32
W: nah itu kan perjalanannya kan agak panjang kan ya sis bisa
(32-41) subjek menceritakan bahwa
Subjek mengonsumsi narkoba
Pola Kegagalan RD:
33
sampai ke puttau begitu. Nah itu prosesnya gimana sis?
dirinya terjerumus ke narkoba karena
karena ajakan/ pengaruh dari
Pola sebab akibat
34
S: ya itu juga komunitas, kita kumpul, pada minum, fun,
ajakan dari temannya. Selain itu, subjek
temannya
kegagalan
35
karoke. Nah makin ke sini, kita kan juga ngrokok itu, nah
juga seorang perokok sehingga pada
Ekologi – Mikrosistem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145
36
terjerumuslah ke ganja. Karena yaa ajakan dari temen
akhirnya ia juga menggunakan ganja.
(34-36)
37
juga. Karena komunitas gitu
38
W: dari ganja terus ada yang nawarin puttau gitu ya?
39
S: dari ganja ke inex dulu. Ke estacy dulu. Nah habis itu kan
40
lulus SMA, estacy. Nah habis itu kan komunitas temen
41
kampus. Itu aja juga masih alkohol.
42
W: itu makin lama makin berat efeknya atau sama efeknya?
(42-59) subjek merasakan adanya efek
Mengalami gejala putus zat/
Karakteristik adiksi:
43
S: dan kebetulan puttau itu efeknya yang paling lumayan
yang lebih berat ketika dirinya
sakau selama mengonsumsi
Mengalami sakau (46-50)
44
berat.
mengonsumsi puttau. Subjek merasakan
puttau.
Mengalami kenaikan dosis
45
W: itu efeknya kayak gimana Sis?
adanya efek, yaitu sakau (gejala putus zat)
Mengalami kenaikan dosis.
(57-59)
46
S: sakau yang dibilang sakau ya Puttau itu.. eehhm kalau
saat mengonsumsi puttau. Subjek
47
memang, eehm sebenernya aku juga nyoba sabu juga itu
mengonsumsi puttau pertama kali
48
mental, efeknya tu gak dapet. Karena apa? Karena aku udah
langsung dengan cara suntik. Subjek
49
nyobain puttau. Jadi puttau itu udah keraknya racun gitu
merasa bahwa puttau merupakan kerak
50
kan.. Keraknya dari sabu itu.. Hehehehe. Terus dan itu aku
dari racun dibandingkan dengan sabu.
51
juga suntik
Subjek tidak merasakan adanya efek saat
52
W: oo suntik juga..
mengonsumsi sabu. Subjek mengalami
53
S: awalnya aku langsung suntik.
reaksi fisik seperti muntah, lemas, dan
54
W: berarti langsung suntik ga isep gitu?
tidak karuan (tidak enak di badan) karena
55
S: engga.. aku langsung suntik.. Naah itu awalnya muntah-
tidak mampu mengukur dosis saat injeksi
56
muntah memang. Karena aku ga bisa ngukur dosisnya kan.
puttau. Selanjutnya subjek mampu
57
Naah aku muntah-muntah, udah lemes, ga karu-karuan. Terus
mengatur dosis dan mengalami kenaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146
58
ya udah, di situlah aku bisa mainin dosisku. Oh ternyata
dosis.
59
dosisnya segini segitu. Terus jadi naik gitu..
60
W: itu berarti di SMA itu dapetnya dari temen ya?
(624-627) subjek mendapatkan narkoba
Mendapatkan narkoba dari
Pola sebab akibat
61
S: iya.. dari temen. Karena aku waktu SMA itu kan tinggalnya
dari teman sekolahnya didukung ia tinggal
teman, didukung dengan
kegagalan:
62
sama nenek. Jadi lumayan eemm ga terlalu fine juga sih.
di rumah nenek yang dirasa tidak begitu
tinggal di rumah nenek yang
Ekologi – mikrosistem
(fine) baik baginya.
kurang pengawasan.
(61-62)
63
W: eee kalo pake ganja itu efeknya gimana Sis?
(63-73) subjek menceritakan bahwa ganja
Subjek mengonsumsi ganja
Pola kegagalan RD:
64
S: ganjaa.. eehhmm kalo ganja itu luar biasa. Kalo diisep
dikonsumsi dengan cara dihisap seperti
sejak kelas 2 SMA hingga
Pemberontakan atensi –
65
kayak rokok itu apa ya.. itu kan larinya ke mata. Naa untuk
rokok. Efek dari ganja terlihat dari
tamat SMA. Efek yang didapat
gratifikasi (64-69)
66
efeknya itu keliatannya dari mata. Naah itu nanti pokoknya
matanya sehingga menimbulkan rasa
dari ganja adalah mengantuk,
Rolling the snowball (71-
67
udah ngantuk, terus kayak udah nge-fly gitulah.. itu biar
kantuk dan menimbulkan rasa fly
fly/ terbang, dan senang.
73)
68
tambah hhmm gimana ya biar tambah seneng terus. Biasanya
(terbang). Subjek menggunakan ganja dari
Subjek juga mengalami
69
kan disedot gitu.
kelas 2 SMA hingga lulus SMA. Setelah
peningkatan dalam hal
70
W: itu pakai ganja kira-kira berapa lama Sis?
itu, subjek mengonsumsi estacy.
menggunakan narkoba, yaitu
71
S: pakai ganja itu kelas kira-kira mulai kelas 2 sampai lulus
meningkat ke efek yang
72
eee lulus SMA. Itu ga langsung lanjut ya, paling berhenti
diatasnya
73
berapa bulan gitu. Terus coba inex (estacy).
74
W: itu jadi pecandu itu riwayatnya gimana Sis?
(74-87) subjek merasakan awal kecanduan
Subjek mengalami adiksi
Karakter adiksi:
75
S: pecandu.. hmm dibilang saya mulai kecanduan sesuatu itu
ketika mengonsumsi puttau. Subjek
fisiologis selama mengonsumsi
Gejala putus zat (75-87)
76
ya pada saat saya pakai puttau. Karena ya itu tadi, untuk
merasakan adanya perlawanan (berontak)
puttau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147
77
saya jawab pertanyaan yang pecandu tadi, yang bikin
dari tubuh. Subjek merasa sakit, yang
78
kecanduan, itu di puttau karena kalo sudah merasakan sekali
sebenarnya itu adalah wujud dari
79
atau dua kali itu badan yang berontak. Oke dari pikiran kita,
ketagihan fisiologis. Subjek merasakan
80
“wah gue sakit nih”. Padahal engga, karena dari badan itu
adanya efek yang dahsyat karena dirinya
81
nagih. Ternyata pada saat itu baru masuk sekali atau dua kali,
mengonsumsi puttau dengan cara suntik.
82
ga sampe tiga kali kok. Itu karena saya suntik kan, jadi
Saat subjek merasa adanya sakau, di
83
mungkin efeknya eee jadi lebih dahsyat juga. Terus pada
situlah subjek mencoba kembali puttau
84
bilang, “oo itu loe udah sakau tu”. Nah dari situ saya coba
tersebut. Saat mengonsumsi puttau, ingus
85
lagi itu. Itungan berapa menit gitu lah ingus saya langsung
dan rasa sakit di badan menjadi hilang.
86
berhenti, badan udah ga sakit-sakit, yang ga karuan itu udah
87
ilang.
88
W: jadi udah nagih gitu ya? Eehm ini kalo Puttau ini makenya
(88-100) awal Subjek mengonsumsi puttau
Subjek mengonsumsi puttau
Pola kegagalan RD:
89
lebih buat ke pain killer atau gimana?
adalah karena pengaruh pergaulan dan
karena pengaruh pergaulan dan
Pola sebab akibat
90
S: awalnya itu buat apa ya.. hmm awalnya tu emang buat pain
tidak mampu meng-cover (mengatasi)
merasa memiliki banyak
kegagalan:
91
killer. Kayak tentara perang kalo sakit di kasih itu langsung
masalahnya yang dirasa banyak. Setelah
masalah.
Tekanan emosi (94-97)
92
sembuh tu. Ya kayak gitu-gitu. Kalo buat saya sendiri, mm
mengonsumsi Puttau, subjek mengalami
Subjek mengalami kecanduan
Ekologi – mikrosistem
93
karena awalnya memang satu, karena pergaulan juga, terus
kecanduan fisiologis.
fisiologis.
(92-93)
94
yang kedua saya juga punya banyak masalah yang saya
Subjek juga mendapatkan
95
gak bisa buat meng-cover itu, yasudah saya terjerumus di
narkoba karena pengaruh
96
situ. Setelah nyobain, eh itu malah bikin masalah karena
pergaulan
97
setelah saya nyobain, itu malah bikin kecanduan badan saya.
98
W: berarti kecanduan ini udah pada tahap badan nagih gitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148
99
ya?
100
S: iya..
101
W: kalo pake puttau itu perasaannya kayak gimana, feelingnya
(101-111) perasaan yang dialami subjek
Subjek mengalami reaksi
Pola kegagalan RD:
102
kayak gimana?
selama mengonsumsi Puttau adalah adanya
psikologis seperti merasa
Pemberontakan atensi –
103
S: yaa damai-damai aja sih ya, santai, slow, dan itu kayak
rasa damai, santai, dan slow (pelan) seperti
damai, santai, dan slow.
gratifikasi (103-107)
104
mmm kayak obat bius juga kan ya, matanya jadi turun gitu
obat bius. Subjek merasa sebelumnya sakit
Subjek mengalami gejala putus
105
kan kaya orang ngantuk gitu. Tapi di situ, kita kayak, tadinya
akibat sakau, kemudian merasa sehat
zat/ sakau.
Karakter adiksi:
106
ga bisa lakuin apa-apa karena sakau, terus kita pake itu terus
setelah mengonsumsi puttau. Subjek
Subjek mengalami toleransi/
Toleransi (110-111)
107
jadi sehat kan.. Tapi nanti kalo efeknya udah ilang, misal
merasa efek dari Puttau hanya sementara.
kenaikan dosis
108
selang berapa jam, itu nanti kayak gitu lagi, nah makanya
Subjek juga mengalami tahap toleransi,
109
harus nyari lagi. Naah nanti kayak gitu lagi, ngedrop lagi,
yaitu adanya kenaikan dosis saat
110
yaudah.. Karena efeknya itu cepet, makin kita naik dosis,
mengonsumsi Puttau.
111
makin cepet pula efeknya.
112
W: oo begitu, semacam ada kenaikan dosis begitu ya Sis?
(112-126) subjek kembali menegaskan
Menggunakan obat tertentu
Tanda adiksi:
113
S: iyaaa.. toleransi yah.. toleransi... nah ya itu, kita udah ada
bahwa dirinya sudah memasuki tahap
sebagai substitusi/ pengganti
Toleransi (113-114)
114
di tahap toleransi itu.
toleransi/ kenaikan dosis. Toleransi hanya
saat mengalami toleransi
Menggunakan substitusi
115
W: nah itu kenaikan dosis yang dialami itu kayak gimana sis?
di temukan di puttau. Subjek mengonsumsi
selama mengonsumsi puttau
116
Atau toleransinya itu gimana?
painkiller sebelum mengenal dan
117
S: kalo toleransi, aku bisa tahap toleransi itu aku cuma bisa
mengonsumsi puttau. Saat mengalami
118
nemuin di puttau. Sama di obat, itu pun aku temuin
kecanduan dengan puttau, subjek
119
karena aku lagi sakau. Jadi aku emang konsumsi painkiller
menggunakan painkiller sebagai substitusi/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149
120
atau benzo gitu memang sebelum aku pakai puttau.
pengganti saat mengalami sakau.
121
W: jadi sebelum puttau pakainya painkiller?
122
S: jadi sebelum puttau, biasa tuh aku kan pakainya obat tidur.
123
Obat tidur sama inex. Udah gitu kan. Pas kenal puttau, baru
124
aku kenal obat painkillernya buat ngilangin sakaunya.
125
W: buat pengganti sementara gitu ya?
126
S: iya buat substitusi gitu lah.
127
W: kalau puttau itu dulu ndapetinnya gimana Sis? Misal pas
(127-143) subjek mendapat informasi dari
Menegaskan kembali bahwa
Pola kegagalan RD:
128
badan nagih gitu Sis..
seorang bandar bahwa puttau memiliki
subjek membutuhkan substitusi
Letting it happen (134-
129
S: dari temen.. ada linknya, jadi langsung ke bandarnya.
efek adiksi fisiologis. Subjek menceritakan
sebagai pengganti puttau saat
137)
130
Jadi mau ke temen yang sana atau ke temen yang situ, karena
bahwa sabu dibutuhkan untuk amfetamin
mengalami sakau.
131
kebanyakan teman juga pecandu Puttau. Jadi kemana-mana
dan menimbulkan efek seperti dopping
Selain itu, subjek secara sadar
Pola sebab akibat
132
ya ada.
(menimbulkan semangat), sedangkan
membiarkan kegagalan itu
kegagalan:
133
W: lebih mahal ya dari ganja?
puttau memiliki efek depressan. Subjek
terjadi
Ekologi – mikrosistem
134
S: iya.. Karena gini ya, satu, si bandar ini bilang, “sekalinya
memiliki antisipasi berupa menyediakan
135
pake Puttau, badan akan ketagihan”. Jadi mau ga mau ya
obat yang lain seperti Kodefin sebagai
136
konsumen bakal ngejar ini barang. Jadi yaa mau gimana.. yaa
pengganti saat mengalami sakau
137
sebelas duabelas lah sama sabu. Kalo sabu ya dibutuhkan buat
138
amfetamin gitu ya, lebih semangat juga, buat dopping gitu.
139
Kalo Puttau itu lebih ada ke depressannya gitu. Jadi kalo
140
misal saya lagi pake Puttau sehari, naah paling tidak saya
141
harus punya antisipasi atau substitusi yang lain. Biasanya
(129-132)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 150
142
saya pakai Kodefin, atau apa, obat dari dokter gitu. Pain
143
killernya juga, tapi biasanya obat gitu.
144
W: nah itu kan sis X konsumsi alkohol, inex, dan sebagainya
(144-163) subjek mengonsumsi narkoba
Subjek menggunakan narkoba
Pola kegagalan RD:
145
itu kan juga karena pergaulan kan ya sis. Nah itu sis X
ketika memiliki acara dengan teman-
saat berpesta dengan temannya,
Pola sebab akibat
146
konsumsi drugs itu dalam rangka apa sis?
temannya seperti sedang berpesta/ party.
memiliki rasa jenuh (tidak ada
kegagalan:
147
S: moment waktu itu, moment kan ya. Waktu itu apa ya, taun
Selain itu, subjek menggunakan narkoba
kegiatan), dan merasa ingin
Adanya tekanan emosi
148
baruan kan ya dan kebetulan waktu itu ada party. Dan waktu
ketika dirinya merasa jenuh, bete/ suntuk,
melupakan masalahnya yang
(157-159)
149
itu pada kumpul sama temen, yaudah. Sebenernya inex itu aku
dan merasa tidak memiliki kegiatan.
membuatnya merasa adanya
Ekologi – mikrosistem
150
juga udah nyoba dari SMA.
Subjek juga menggunakan narkoba untuk
tekanan emosi.
(147-149)
151
W: kalo misal udah ga ada moment nih, itu menggunakan
melupakan masalahnya. Sebenarnya,
152
drugs dalam rangka apa sis?
subjek sadar bahwa dirinya membuat
Letting it happen (153-
153
S: dalam rangka jenuh, bete. “mau ngapain ya? Ga ada
masalah yang baru.
154/ 158-161)
154
kerjaan gini”. Nah pas itu ada “barang”.
155
W: itu jenuh sama betenya karena ga ada barang atau kenapa
156
sis?
157
S: ga ada kegiatan dan pas itu ada masalah. Kan kita
158
numpuk-numpuk masalah. Kita punya masalah, terus kita
159
makai, “ohh udah lupa nih kalo ada masalah”. Padahal
160
secara ga sengaja kita ninggalin masalah di belakang. Kita
161
makai, efek hilang kan masalah itu timbul lagi tu. Kepikiran
162
lagi, dateng lagi. Kita makai aja udah bawa masalah, nah itu
163
numpuk-numpuk, di tinggal ke belakang, yaudah jadi stres.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 151
164
W: hhmm tadi kan sempat bilang bahwa terjerumusnya tadi
(164-192) Subjek terjerumus
Subjek merasa terjerumus ke
Pola kegagalan RD:
165
karena pertama, pergaulan lalu tadi juga bilang bahwa ada
menggunakan narkoba selain karena
dalam narkoba karena dirinya
Pola sebab akibat
166
masalah. Nah itu, masalah yang dialami seperti apa Sis?
terpengaruh pergaulan, subjek juga
mengalami tekanan emosi
kegagalan adanya
167
S: masalah keluarga. Nah itu masalah keluarga. Karena saya
memiliki masalah keluarga. Subjek merasa
akibat memendam dan
tekanan emosi (169-179/
168
orangnya introvert kan. Dulu... kadang sekarang masih ada
bahwa dirinya adalah sosok yang introvert
menumpuk masalahnya.
182-192)
169
sisanya dikit-dikit. Saya introvert, lalu saya takut untuk
(tertutup) sehingga membuat dirinya takut
Masalah tersebut adalah
170
mengutarakan suatu pendapat. Pokoknya juga takut untuk
untuk mengutarakan pendapat dan takut
masalah keluarga.
171
melakukan suatu hal juga. Aku pendem-pendem dari aku
untuk melakukan suatu hal. Subjek
172
kecil sampe dewasa. Jadi yaudah, “aduh udah kebanyakan PR
memendam masalah dari masa kecil
173
nih,” rasanya gitu. Kebanyakan PR, numpuk-numpuk,
hingga dewasa. Subjek merasa adanya PR
174
bingung sendiri, sampe akhirnya saya stress sendiri pada saat
(tugas) yang telalu banyak dan menumpuk
175
itu. Terus makanya aku dulu dibawa ke Psikiater, terus saya
sehingga membuat dirinya merasa bingung
176
malah dikasih obat gitu kan.. Naah terus saya ke Psikolog,
dan stress (tertekan). Subjek datang ke
177
saya bingung, “saya juga bisa curhat ke temen-temen kalo
pada Psikiater dan mendapatkan obat.
178
saya mau”. Tapi kan saya ga mau. Gitu.... Larilah saya ke
Selain itu, subjek juga datang ke Psikolog
179
situ (narkoba), eh ternyata itu malah nambah masalah baru.
yang di rasa tidak ada bedanya dengan
180
W: jadi tadinya ke Psikiater malah dapet obat, ke Psikolog
teman curhat (berbagi cerita). Kemudian,
181
ngrasa lebih...
subjek lari ke pada narkoba dan akhirnya
182
S: karena ke Psikolog “ngapain sih?”. Dia emang ngasih way
merasa bahwa hal tersebut justru
183
out. Sedangkan kalo dari kita, “saya ngerti kok kalo way
menambah masalah baru. Di sisi lain,
184
outnya itu”. Cuman karena saya sudah terbebani oleh masalah
subjek merasa tidak adanya way out (jalan
185
yang saya pending-pending, lebih berat sendiri, jadi bingung
keluar) yang berarti bagi dirinya sehingga
Ekologi – mikrosistem (167-168)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 152
186
sendiri, jadi takut sendiri, yaudah buat apa... Begitu..
dirinya terjerumus untuk mengonsumsi
187
Sebetulnya sih seperti itu. Kalo saya ke Psikiater, dapet obat.
Puttau. Subjek merasa Psikolog dan
188
Obat buat apa? Obat buat tidur. Untuk nenangin.. dan yang
Psikiater kurang cukup membantu dalam
189
ada, “jalan keluar apa sih yang ada?”. Kayak gitu.. Saya
mengatasi beban masalahnya.
190
obat dari dokter udah pernah, obat tidur udah sering. Terus
191
akhirnya saya juga ngrasain juga dibawa ke sini (panti rehab)
192
karena Puttau.
193
W: itu tadinya bisa ke panti rehab itu ketauannya gimana Sis?
(193-214) keluarga subjek sudah
Subjek mengalami
Pola kegagalan RD:
194
S: itu awalnya sebenarnya saat saya pakai Puttau, itu keluarga
mengetahui apabila subjek mengonsumsi
deindividuasi, yaitu kehilangan
Reduksi pada monitoring
195
saya tau kalo saya pake Puttau. Kalo awal-awalnya bisa saya
narkoba dan mengalami sakau. Saat subjek
evaluasi diri atas apa yang
hilangnya evaluasi diri
196
tangkis, dan mereka percaya gitu kan. Tapi makin ke sini
mengalami sakau dan merasa tidak tahan,
diperbuatnya. Akibat adiksi,
(195-197)
197
yaudah kalo Puttau udah ketauan banget. Dan dari situ orang
keluarga subjek membawa subjek ke
subjek merasa tidak mampu
198
tua saya ngerti, dan pada suatu ketika aku sakau dan ga bisa
Psikiater. Akan tetapi, subjek berhasil
mengendalikan dirinya.
199
nahan, dan orang tua saya ada di rumah. Mau ga mau akhirnya
mengalihkan dan memberi alasan bahwa
Kurang mampu lakukan
200
saya ngomong. “Yaudah anterin aku ke Psikiater”. Nah terus
dirinya mampu sembuh dari sakau. Subjek
kontrol diri (207-214)
201
saya dibawa ke Psikiater. Yaudah dari situ tau, “oh ini udah
pernah ditangkap oleh polisi dan ditebus
202
sakau”. Gituu.. dan dengan junkienya, lalu orang tua percaya,
oleh keluarganya. Tetapi subjek tak
203
“udah ini bakal sembuh kok, udah ini aja”. Gitu.. Terus saya
kunjung berubah (berhenti mengonsumsi).
204
ke rumah sakit polisi karena ketangkep. Naah mau ga mau
Saat subjek mencapai klimaks, subjek
205
yaaa mau gimana lagi (hahaha). Akhirnya ditebus.. ditebus
merasa bahwa dirinya ingin berhenti.
206
dua kali, terus ga berubah juga. Akhirnya saya makai lagi, lalu
Tetapi, subjek merasa bahwa tubuhnya
207
saya sakau. Di situ klimaksnya.. Lalu saya ngomong sama diri
tidak sanggup untuk berhenti karena badan
Karakter adiksi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 153
208
saya sendiri kalau saya tu mau berhenti. Tapi saya ga bisa,
sudah ketagihan dengan narkoba. Subjek
209
badan saya tu ga bisa, ga mampu gitu. Tapi saya udah capek
merasa bahwa hidupnya telah dibabuin
210
karena dari pagi mikirin gimana caranya dapet Puttau, harus
(diperbudak) oleh Puttau.
211
ada. Terus nanti kalo siang atau sore saya sakau gimana. Dan
212
malem itu saya harus bisa nyuntik gitu. Jadi itu, jadi ibaratnya
213
udah dibabuin lah sama tu Puttau. Jadi hidup saya yaa untuk
214
Puttau itu.
215
W: eehmm sejak pertama kali kenal Puttau atau bahkan
(215-241) anggapan subjek mengenai
Subjek menganggap puttau
Pola kegagalan RD:
216
sampai kecanduan begitu, Sis X menganggap drugs itu apa?
narkoba ibarat mendapatkan uang
sebagai sesuatu yang berharga
Pemberontakan atensi –
217
Atau anggapan mengenai drugs selama ini..?
bertumpuk-tumpuk. Subjek merasa ketika
(digambarkan dengan
gratifikasi (218-223/ 236-
218
S: eee pada saat itu ya, pada saat itu nih, misal saya lagi beli
dirinya memiliki uang, ia harus
setumpuk uang).
241)
219
barang, waah kayak dapet uang berapa tumpuk. Ya karena
mendapatkan Puttau. Subjek merasa
Selama subjek memiliki uang,
Karakter adiksi:
220
pada saat itu saya tidak memikirkan sama sekali eehhmm apa
bahwa dirinya harus pintar me-
subjek akan membeli puttau.
Aktivitas untuk
221
ya, secara duniawi lah, tidak mikirin gadget, mikirin apa atau
manipulated (mencari akal) dalam alokasi
mendapatkan zat (222-
222
apa itu enggak. Pokoknya waktu itu dimana saya ada duit,
uang untuk membeli Puttau. Subjek
228)
223
disitu saya harus dapet Puttau. Dan pada waktu itu saya juga
menganggap puttau adalah sesuatu yang
224
ngajar ya.. saya ngajar, jadi tiap bulannya saya dapat utuh,
sangat berharga. Subjek merasa senang/
225
karena saya juga masih dikasih sama orang tua juga, dan saya
bersyukur apabila mendapatkan Puttau
226
udah ada keluarga juga kan pada saat itu juga, naah uang dari
(saat subjek masih menjadi pecandu).
227
suami saya juga buat beli Puttau gitu kan. Yaaa pinter-
228
pinternya saya buat manipulated itu.
229
W: eehhmm gini, apa yang dipikirkan tentang Puttau?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 154
230
S: saat jadi pecandu?
231
W: iya saat jadi pecandu.
232
S: iya itu.. Puttau itu saya ibaratkan seperti uang gitu.. Saat
233
kita dapat uang banyak, bertumpuk-tumpuk, naah seperti
234
itulah saya menganggapnya.
235
W: jadi seperti sesuatu yang berharga gitu?
236
S: iya berharga banget. Yaa kayak tadi ibaratnya saya dapet
237
uang bertumpuk-tumpuk, yaa seperti itulah saya menganggap
238
Puttau itu. Begitu saya dapet Puttau, saya pegang itu barang,
239
“waaaa.. akhirnya.. syukurlah... alhamdullillah laah..”. naah
240
jadi kurang lebih ya kayak gitu. Karena pada saat itu dapet
241
Puttau, waa rasanya udah susah digambarin mba.
242
W: itu kalo sedang dalam pengaruh Puttau, itu perasaan atau
(242-247) subjek merasa layaknya orang
243
perilaku yang muncul itu kayak gimana Sis?
normal ketika mengonsumsi puttau. Justru
244
S: rasanya biasa aja, kayak orang normal, kayak embak gitu.
perilaku atau perasaan tersebut akan
245
Kayak kita ini lagi ngobrol, udah gitu aja.
muncul ketika dalam keadaan sakau
246
W: soalnya kan ada yang sampai menyerang, sampai tidur..
(badan sakit, cemas karena harus
247
(hahaha) gitu..
mendapatkan Puttau)
248
S: naah ya kita bisa tidur, kita bisa layaknya orang normal lah.
(248-260) subjek menceritakan bahwa
Subjek akan menjual apapun
Karakteristik adiksi:
249
Justru kalo kita lagi sakau, naah perbedaannya di situ.
dirinya dapat nekat (melakukan apapun)
untuk membeli puttau
Habiskan aktivitas utk
250
W: bedanya gimana?
dan berpikiran tidak sehat ketika merasa
peroleh zat (251-258)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 155
251
S: kita bisa nekat, kita bisa berpikiran yang ga sehat,
harus mendapatkan Puttau. Akan tetapi,
252
pokoknya harus gimana ni caranya supaya bisa dapet tu
subjek tidak pernah menjual diri untuk
253
puttau. Tapi satu, saya ga pernah jual diri, jual badan saya
mendapatkan Puttau karena dirinya sudah
254
buat dapet gitu, enggak. Karena puttau jaman saya dulu sama
menjual barang-barang di rumah untuk
255
jaman sekarang itu beda. Misal junkie cewek apalagi udah
membeli Puttau.
256
kena puttau, orang anggep pasti udah jual badan. Kalo saya ga
257
gitu. Ya paling korbannya yaa barang-barang di rumah
258
saya pada habis
259
W: iya yaa brarti apapun yang ada dijual
260
S: iyaa iyaa kayak gitu
261
W: ee berarti (ada orang masuk) ee jadi kalo boleh aku
(261-268) subjek mengonsumsi Puttau saat
Ada atau tidaknya masalah,
Subjek mengalami adiksi
262
simpulin, ee agak bareng sih yaa, jadi dari pergaulan, terus
berdasarkan deteksi dari tubuhnya. Subjek
selama badan dirasa “nagih”/
fisiologis
263
juga ada masalah di rumah, plus dari situ meningkat dosisnya.
merasa bahwa tubuhnya yang “meminta”
kecanduan, maka subjek akan
Gejala putus zat
264
Eehmm terus kalo ada masalah baru pakai Puttau atau
untuk mengonsumsi Puttau.
mengonsumsi puttau
(266-268)
265
gimana?
266
S: enggak.. Jadi waktu itu ada masalah atau enggak sekalipun
267
tetep yang kedetect kan tubuh kita. Tubuh kita yang minta
268
gitu..
269
W: berarti kalo kecanduan tu udah dari badan ya, nagih buat
(269-274) subjek menceritakan gejala
Penjelasan mengenai gejala
Karakteristik adiksi:
270
selalu pakai gitu?
sakau seperti keringat dingin, bersin-
sakau
Gejala putus zat (271-274)
271
S: kringet dingin, misal mulai kringet dingin gitu, naah saya
bersin, dan badan jatuh ke tembok (badan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 156
272
mulai antisipasi itu.. saya bersin 10 kali gitu, naah itu tanda-
terasa berat)
273
tanda saya udah mulai sakau gitu. Badan udah jatuh ke
274
tembok gitu.
275
W: nah itu dulu selama menjadi pecandu, itu perasaan yang di
(275-316) selama menjadi seorang
Merasa terdiskriminasi.
276
alami seperti apa sis? Bukan pas lagi sakau sis, tapi selama
pecandu, subjek pun merasa
Menganggap diri tidak normal.
277
menjadi pecandu, itu perasaanya gimana?
terdiskriminasi karena merasa dan
Merasa jengkel dengan diri
Pola kegagalan RD:
278
S: perasaannya itu ya saya itu kayak orang yang
menganggap diri tidak normal. Subjek juga
sendiri.
Pemberontakan atensi –
279
terdiskriminasi. Ya saya menganggap diri saya ga normal,
merasa sebel/ jengkel terhadap dirinya
Merasa kepalang tanggung/
gratifikasi (296-297)
280
pada saat itu sebelum saya masuk rehab. Saya merasa bukan
sendiri. Menurut subjek, dirinya sudah
sudah terlanjur.
Reduksi pada monitoring –
281
seperti orang normal. Ya beda lah.
kepalang tanggung/ terlanjur, sehingga
Tidak peduli pada diri sendiri.
deindividuasi (294-295;
282
W: berarti itu secara ga langsung seperti itu yang dipikirkan.
dirinya pun terus mengonsumsi dan masuk
Menganggap narkoba adalah
300-302; 312-316)
283
Nah ketika seperti itu, perasaan apa yang muncul sis?
ke tahap toleransi. Subjek mengakui
teman.
284
S: ketika ngrasa ga kayak orang normal, ya sebel aja sama
bahwa saat itu, dirinya sudah tidak mampu
Perasaan pada diri sendiri flat/
285
diri sendiri.
berpikir apapun dan tidak tahu hendak
datar.
Letting it happen
286
W: nah, ketika ada perasaan sebel sama diri sendiri, merasa
berbuat apa. Subjek merasa tidak
Tidak mengenal diri sendiri
(289-292)
287
tidak seperti orang normal, nah itu kenapa sis bisa juga sampai
menyayangi diri sendiri/ tidak peduli dan
karena telah melakukan
288
pada tahap toleransi?
menganggap bahwa narkoba merupakan
blocking.
289
S: kepalang tanggung. Itu jadi istilahnya pada saat itu di
temannya. Subjek merasa flat/ datar dan
290
tingkat udah ga bisa mikir, mau gimana juga udah ga
merasa bahwa dirinya telah melakukan
291
ngerti, jadi udah ga kepikiran untuk sayang sama diri
blocking sehingga ia tidak bisa mengenal
292
sendiri.
siapa dirinya.
293
W: jadi kayak gini yaudah gini sekalian gitu ya?
Mengalami emosi negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 157
294
S: ha‟a bener. Jadi yaudah sama sekali udah ga sayang sama
295
diri sendiri. Kan udah kesel tadi.
296
W: kayak yang semacam kayak udah ga ada wayout gitu ya?
297
S: he‟em.. jadi ibaratnya drugs itu temen, udah jadi temen.
298
W: naah waktu saat jadi pecandu gitu, itu pandangan terhadap
299
diri sendiri itu kayak gimana?
300
S: yang jelas dia macam udah ga peduli sama diri dia
301
sendiri. Apalagi sama orang lain. Dia udah careless gitu
302
orangnya
303
W: kalo pas jadi pecandu, kalo ditanya siapa kamu, itu bakal
304
jawab apa Sis?
305
S: ga tau.. kalo ada yang tanya siapa kamu, yaa saya bakal
306
jawab ga tau gitu (hahaha).
307
W: berarti ee bagaimana sih perasaannya sama diri sendiri?
308
Apa yang dipikirkan terhadap diri sendiri?
309
S: dulu tu flat ya mba (hehehe). Itu dulu.. kalo sekarang
310
udahlah saya berharga gitu..
311
W: mm kalo udah kecanduan emang udah susah sih ya..
312
S: iya begitu (hahaha). Dulu jadi inget, Psikolog pernah tanya,
313
“kamu kenal ga sama diri kamu sendiri?”. Trus aku jawab,
314
“enggak”. Yaudah begitu karena saya udah mem-blocking
315
diri saya sendiri. Jadi untuk mengenal diri saya sendiri yaa
316
saya ga tau gitu..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 158
317
W: kalau sakau puttau itu kayak gimana sis?
(317-342) subjek menceritakan bahwa
Yang dialami selama sakau:
Karakteristik adiksi:
318
S: kalo Puttau, kalau sakau yaaa ga bisa ngapa-ngapain
dirinya tidak mampu berbuat apapun
Fisik mengalami kesakitan
Mengalami gejala putus
319
mbak. Makan aja ga bisa, mau yang lain aja ga bisa apalagi
ketika dirinya mengalami sakau. Selama
(kulit disentuh, sakit).
zat (318-321)
320
makan. Kalo saya dipegang kulitnya aja ngamuk. Kayak sakit
sakau, subjek mengalami kesakitan secara
Emosi lebih dikendalikan
321
gimana gitu.
fisik. (kulit dipegang, sakit). Dari sisi
suasana hati (emosional/
322
W: berarti pas sakau, kalo kulit dipegang gitu sakit ya?
emosi, subjek juga lebih dikendalikan oleh
mudah marah).
323
S: ho‟o..
suasana hati (emosional) ketika mengalami
Kognitif tidak mampu
324
W: terus perasaan yang muncul kayak apa itu?
sakau dan juga mudah marah. Dari segi
berpikir jernih (pikiran kusut).
325
S: emosi.. emosional.. emosional tingkat dewa gitu.
kognitif, subjek mengakui ketika sakau,
326
W: kalau pakai Puttau gitu pernah muncul kayak halusinasi
pikirannya menjadi kusut (kacau, tidak
327
gitu ga?
beraturan). Akan tetapi, ketika subjek
328
S: oohh enggak kok enggak.. itu udah sabu
menggunakan puttau, dirinya merasakan
329
W: ohh beda ya?
perasaan damai dan sensasional.
330
S: beda kalo itu udah beda
331
W: soalnya kalo ganja katanya bisa munculkan halusinasi gitu,
332
yang biasa dipake sama seniman
333
S: iyaa berimajinasi... efek penenang mungkin ya
334
W: apa yang mau ditenangin ya Sis?
335
S: ya ga tau (hahaha).. Soalnya gini, kalo kita udah sakau,
336
pikiran kita tu jadi kusut banget. Kalo udah make,
337
emosional kan. Itu udah emosional. Tapi kalo kita udah kena
338
Puttaunya, itu rasanya kayak damai gitu, udah ga ada yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 159
339
dipikirin, udah di badan rasanya enak gitu. Eee apa ya, saya tu
340
kalo lagi dapetin tu barang pas ketemu bandar, udah ni
Pola kegagalan RD:
341
langsung kluarin alat tembaknya, langsung beraksi “set set
Pemberontakan atensi –
342
set..” . udaahh kayak gitu, “sensasional”. Gitu.. (hahaha)
gratifikasi (337-342)
343
W: nah drugs itu kan efeknya macem-macem kan ya sis, dan
(343-356) subjek menceritakan bahwa
Semakin lama, subjek semakin
344
sepertinya puttau itu yang efeknya depressan kan ya. Nah itu
narkoba tersebut memiliki efek yang tidak
menikmati efek yang
345
sis X memang pilih drugs dengan efek itu atau gimana sis?
enak. Akan tetapi, ia merasa bahwa
ditimbulkan dari narkoba
346
S: kalo memilih, jadi kita tu ga bisa milih ini tu enak dipakai
tubuhnya lah yang membutuhkan narkoba.
347
atau enggak. Nah kebetulan di tahap terakhir itu aku pilih, ee
Semakin lama, tubuhnya merasakan enjoy/
348
aku kemasukannya yang puttau. Jadi badan udah ga bisa buat
nyaman, nge-fly/ melayang, dan slow/
349
nolak. Jadi kalo kita ga kemasukan gitu, malah badan yang
pelan.
350
butuh. Kalo sabu masih bisa terkontrol. Ganja apalagi. Untuk
351
efek-efeknya, sebenernya itu ga enak efek-efeknya. Pada ga
352
enak efeknya. Tapi karena aku udah kepentok di puttau itu.
353
Karena yang butuh kan badanku. Makin ke sini ya enjoy
354
malah dengan efek itu, lebih nyantai, yang nge-fly gitu. Jadi
355
karena itu langsung ke otak kan, langsung “wah enak nih”,
356
langsung slow gitu.
357
W: misal nih sis, ga ada puttau atau obat buat redain sakau,
(357-372) apabila subjek tidak
Subjek juga mengalami
Karakteristik adiksi:
358
nah itu sis X bisa tahan berapa lama dan apa yang si X
mendapatkan puttau ataupun obat yang
toleransi pada obat-obatan
Mengalami toleransi pada
359
lakukan?
menjadi substitusinya, ia akan mengalami
substitusi yang digunakan
obat-obatan (369-372)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 160
360
S: satu hari. Satu hari itu, aku sih pasti minum, aku pasti
sakau yang durasinya adalah satu hari.
untuk mengantisipasi gejala
361
ada antisipasi gitu karena aku punya dari psikiater, punya
Subjek menceritakan bahwa dirinya selalu
sakaunya.
362
obat gitu.
menyediakan obat substitusi untuk
363
W: buat penyangga gitu?
mengantisipasi sakau. Subjek juga
364
S: iya, dan itu aku harus selalu sedia.
menceritakan bahwa dirinya bisa
365
W: walaupun efeknya ga sekuat puttau ya?
mengalami kenaikan dosis apabila efek
366
S: iya itu buat jaga-jaga
dari obat tersebut belum terasa (belum
367
W: itu efeknya gimana sis kalau kebetulan pakai obat yang
mampu menghilangkan rasa sakit).
368
dari dokter itu?
369
S: dosis. Jadi kalo misal masih sakit badannya, masih ngrasa
370
ga enak, ya aku tambahin itu obat. Makanya aku bisa pakai
371
sampai lima miligram. Dan itu bisa naik terus kalo badan
372
masih kerasa sakit, makanya tambah lagi tambah lagi.
373
W: nah kalau sedang sakau itu perasaan yang sering muncul
(373-376) perasaan/ emosi yang muncul
Kondisi emosi subjek selama
Kondisi emosi subjek
374
itu seperti apa sis?
ketika subjek mengalami sakau adalah
sakau: kesel/ sebel, marah,
selama mengalami sakau.
375
S: kondisi emosi ya? Kondisi perasan yaa kesel, jengkel,
jengkel, kesel/ sebel, marah, dan merasa
jengkel, dan merasa harus
376
marah, dan yaa aku harus dapetin puttau. Pasti emosi.
harus mendapatkan puttau
dapat puttau
377
W: dan sis X udah alami tahap toleransi atau kenaikan dosis
(377-398) subjek mengalami toleransi
Subjek mengalami kenaikan
Karakteristik adiksi:
378
itu udah berapa lama? Terhitung dari puttau ya sis, karena
puttau selama 1 bulan, jadi sejak
dosis pada puttau pada 1 bulan
Toleransi (380-383)
379
yang lain kan ga dapet efeknya.
pemakaian awal, pada 1 bulan pertama
pertama pemakaian puttau.
380
S: sebulan, sebulan kurang. Karena kita kan lihat dosisnya,
sudah mengalami kenaikan dosis. Subjek
Adanya rasa jenuh menjadi
Lama penggunaan puttau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 161
381
apalagi kita kan suntik sis. Dan itu dosisnya makin naik,
juga menceritakan bahwa sakau itu dialami
seorang pecandu, tetapi merasa
382
makin tambah, sampai ngrasa “teng” gitu. Semakin kita
setiap hari jika tidak mendapatkan puttau.
tidak berdaya karena adanya
383
banyak pemakaian, sakaunya semakin cepet.
Subjek menceritakan bahwa dirinya aktif
adiksi fisik.
384
W: kalau sakau itu hitungannya per hari atau gimana sis?
mengonsumsi puttau selama 4 hingga 5
Tidak mampu berpikir jernih,
385
S: per hari. Itu kalau telat ya. Jadi itu, ada jatuh tempo.
tahun dan sudah merasa bahwa puttau
emosional, dan keinginan
386
W: berarti itungannya tiap hari sis X pakai puttau?
adalah drug choicenya. Sebenarnya, subjek
untuk selalu mencari puttau.
387
S: ho‟oh.
merasa jenuh. Tetapi subjek merasakan
388
W: nah itu pakainya berapa lama? Sampai memutuskan
bahwa badannya yang selalu
389
untuk di rehab?
membutuhkan. Di sisi lain, subjek merasa
390
S: empat sampai lima tahun pure puttau. Jadi itu badannya
sudah tidak mampu berpikir jernih,
391
yang butuh. Kalo saya udah jenuh.. Tapi badan yang
emosional, dan selalu mencari puttau
392
butuh, udah kan ga bisa mikir, jadi emosional, ga bisa
tersebut.
393
berpikir jernih lah. Ada barang udah hajar aja gitu. Dan
394
ini udah jadi drug choice kan, udah itu empat sampai lima
395
tahun aktif pakainya puttau.
396
W: dan itu ga kehitung yang lain-lain sama yang awal mula
397
pakai alkohol dan sebagainya itu ya?
398
S: hahahaha ga kehitung
399
W: eemmm selama jadi pecandu itu, relasinya sama temen-
(399-407) subjek merasa relasinya dengan
Subjek menghindari aktivitas
Karakteristik adiksi:
400
temen di luar komunitas pecandu itu gimana sis?
teman-teman di luar komunitas pecandu
sosial seperti mengurangi
Mengurangi aktivitas
401
S: biasa aja sih. Hubungan kita bisa jadi lebih baik kalo aku
akan lebih baik jika dirinya sudah
pergaulan
sosial (401-405)
402
habis makai. Kalo aku lagi ga makai gitu, otomatis badan kan
mengonsumsi puttau. Subjek akan menarik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 162
403
ga enak nih, aku lebih baik menjauh. Karena aku ga mau
diri jika mengalami gejala sakau. Subjek
404
mereka tahu perubahan badan aku, emosional aku, ga mau
tidak ingin perubahan dirinya dan
405
klihatan. Karena puttau itu kelihatan sis.
emosionalnya terlihat oleh teman-
406
W: berarti selama hidup itu banyak yang ditutupin ya?
temannya.
407
S: banyak banget.
408
W: dulu selama SMA atau kuliah gitu, ada ga sis cita-cita
(408-418) subjek mengatakan bahwa
Tidak adanya cita-cita yang
Tidak memiliki tujuan/
409
yang bener dikejar gitu?
dirinya belum memiliki cita-cita yang
dikejar selama masa SMA
cita-cita tidak adanya
410
S: belum
dikejar selama masa SMA. Subjek
unsur regulasi diri
411
W: belum ada?
menjalani rehabilitasi setelah
(408-411)
412
S: belum. Kalo profesi, hmm apa ya.. ya pengennya lulus
menyelesaikan kuliahnya.
413
nuntut ilmu, sapa tau bisa bikin sekolah
414
W: ketika menjadi pecandu puttau, itu kuliahnya juga sampai
415
lulus ya sis?
416
S: iya.
417
W: itu di rehabnya setelah kuliah ya?
418
S: he‟em.
420
W: sis X kan juga cerita selama menjadi pecandu itu kan
(420-424) selama menjadi seorang
Adanya mekanisme pertahanan
421
sering “ngeles-ngeles” gitu kan sis. Itu berarti ngelesnya
pecandu, subjek sering mengalihkan
diri yang dilakukan oleh
422
dengan kata lain bohong atau gimana?
pembicaraan agar tidak menyinggung
subjek: denial
423
S: iya blocking, ya memungkiri juga supaya ga mencapai
masalah adiksinya
424
pembicaraan itu.
MPD: denial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 163
425
W: terus dulu, ee tadi kan sempet bilang bahwa ada keinginan
(425-454) keinginan subjek untuk pulih
Adanya keinginan untuk lepas
Awal ingin pulih:
426
buat sembuh, kenapa keinginan sembuh itu bisa muncul
berawal dari adanya kejenuhan dan
dari kecanduan karena merasa
Jenuh (428-431)
427
begitu?
kelelahan (capek) menjadi seorang
jenuh dan lelah. Selain itu,
Alami overdosis (438-442)
428
S: karena itu tadi saya bilang, saya tu udah jenuh, saya dah
pecandu. Subjek merasa lelah karena harus
dirasa harus selalu menutupi
Ingin berhenti (452-454)
429
capek. Dan waktu itu saya Oktober ulang tahun, saya tu
berpikir bagaimana mendapatkan uang
dan rumah tangga dirasa tidak
430
bilang, “yaudahlah Tuhan, saya tu udah capek, pokoknya
untuk membeli Puttau dan merasa lelah
harmonis. Adanya keinginan
431
gimana caranya”. Aku udah ngomong gitu. Saya dah capek,
untuk menutupi keadaannya yang sedang
untuk berhenti diakhiri dengan
432
saya mikir nyari duitnya buat dapetin Puttau, nah saya udah
sakau, juga rumah tangga menjadi tidak
pemakaian terakhir kalinya
433
capek, buat apa. Gitu capek buat apa. Udah gitu saya jadi
harmonis. Subjek juga merasa adanya
sehingga subjek mengalami
434
rumah tangga, juga ga harmonis, nah saya capek kan? Saya
pertolongan dari Tuhan. Ketika subjek
overdosis.
435
juga harus nutupin itu smua, jangan sampe saya ketauan sakau
berulang tahun di bulan Oktober, subjek
436
begitu kan? Saya jadi capek. Nah di situ saya... ya mungkin
ingin menggunakan Puttau untuk terakhir
437
kuasa Tuhan juga ya. Nah saat saya ulang tahun, saya bilang,
kalinya. Akan tetapi, subjek mengonsumsi
438
“udah nih aku mau make, sekali aja”. Udah, maka terjadilah,
Puttau sebanyak lebih dari satu gram
439
saya make, saya beli, hampir satu gram lebih. Nah dari situ
sehingga subjek mengalami overdosis.
440
saya nyoba kan, sampai dosis tinggi, dikit lagi.. dikit lagi.. oh
Subjek merasakan adanya paksaan dari
441
kena nih.. yaudah langsung klimaksnya di situ, saya
tubuhnya. Orang tua subjek turut
442
overdosis.
memberikan intervensi (campur tangan)
443
W: dari overdosis langsung dibawa ke panti rehab?
dan membawa subjek ke panti rehabilitasi.
444
S: karena dari situ saya mikir, “o iya yaa itu semua juga dari
Akan tetapi, subjek ngeles (memberikan
445
paksaan badan aku”. Sampai ortu ikut intervensi, udah dibawa
banyak alasan) berupa banyaknya
446
ke panti rehab gitu. Awalnya udah mau ke rehab, ke
pekerjaan yang harus ia lakukan. Pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 164
447
rehabilitasi gitu. Cuma saya ngeles-ngeles sana sini lah, yang
akhirnya, orang tua subjek tetap
448
saya bilang ada kerja lah, ada outting lah, ada ngajar juga.
memaksanya dan membawa subjek ke
449
Yaudah, akhirnya dipaksa juga sama orang tua dan dibawa ke
BNN. Subjek merasa bahwa motivasi
450
BNN waktu itu.
berasal dari dirinya sendiri. Recovery
451
W: berarti motivasi itu timbul dari diri sendiri ya?
(kesembuhan) harus dipertahankan dan
452
S: iya.. dari diri sendiri he‟em.. kita mau sehat, kita mau
semua itu dirasa dari dirinya sendiri.
453
mempertahankan recovery kita, kita mau ga kumat lagi yaa
454
semua dari diri sendiri.
455
W: lalu yang di jalani sis X apa aja, dari pecandu sampai
(455-466) subjek pindah dari Jakarta ke
Subjek menghindari hal yang
Unsur regulasi diri:
456
bener-bener lepas? Proses yang dialami apa aja selama rehab
panti di Jogja untuk menghindari trigger
dianggap trigger baginya
Operate – ubah lingkungan
457
di sini?
tersebut (spt di atas). Subjek diberi
(mengubah lingkungan).
(458-462)
458
S: kalo aku pribadi ya, makanya aku ni move dari Jakarta ke
kegiatan agar dirinya tidak mengalami
Mengikuti kegiatan agar tidak
459
sini kan, karena kalo balik ke sana lagi aku ga ngerti gitu lho,
kekosongan pikiran
mengalami kekosongan
460
cerita ini ga mungkin ada. Yang jelas di sini aku di kasih
461
treatmen sama konselor aku juga. Aku dikasih kegiatan juga.
462
Kegiatan untuk ngelupain masa kekosongan pikiran.
463
W: oo berarti mencegah supaya ga kosong kan ya pikirannya?
464
S: ho‟oh. Supaya pikirannya ga kosong dan supaya ga mikir
465
“ke sana” gitu. Itu dibekalin itu terus sampai kuat. Udah
466
sekarang ngomongin kayak gimana pun udah kebal aja
467
W: kalo di panti rehab ini, diberikan apa aja Sis? Buat
pikiran.
(467-484) subjek menceritakan bahwa
Mendapatkan terapi CBT.
Program rehabilitasi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 165
468
membantu proses penyembuhan?
CBT merupakan program yang dirasa
Melihat realita dari efek puttau
CBT (473-476)
469
S: eee program yaa.. kayak misalnya dikasih CBT (cognitive
cocok baginya. Selain itu, subjek juga
yang mematikan.
470
teraphy behavior), naah itu juga program-program lain yang
melihat efek dari puttau yang mematikan
471
bisa disamakan.
bagi para pecandunya.
472
W: kalo yang cocok, program yang dirasa cocok itu apa Sis?
473
S: kalo saya, untuk saya itu CBT.. selain itu, tanpa diberi itu
474
saya juga liat realitanya. Liat efek dari Puttau juga. Banyak
475
yang mati juga. Kita berapa orang, paling ga nyampe empat
476
orang dari angkatan kita.
477
W: dari berapa itu
478
S: woaa dari berapa ya, banyak.. banyak banget.. yang make
479
kayak gitu yaa kayak gimana macam kayak udah punah.
480
W: hmm berarti kesimpulannya, dari pikiran udah ada usaha
481
buat sembuh, dari sini diberi program CBT itu ya, yang dirasa
482
cocok dan sebagai penguat
483
S: dan saya juga liat dari realita, saya liat dari temen-temen
484
yang udah pada ga ada gitu..
485
W: ada detox kan ya? Kalo detox itu dimasukkan ke dalam
(485-496) detoksifikasi merupakan suatu
Mendapatkan isolasi untuk
Proses rehabilitasi:
486
ruangan atau diberi obat yang berlawanan agar bersih atau
kondisi saat residen dimasukkan ke dalam
berefleksi
Isolasi refleksi (489-
487
gimana sis?
suatu ruangan (isolasi) guna untuk
488
S: detoxifikasi itu selain kita di pantau sama dokter sama
berefleksi. Obat hanya digunakan ketika
489
perawat juga kan, sebenernya tempat untuk merenung
residen mengalami kesulitan tidur
492)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 166
490
isolasi itu. Jadi di sini tu di suruh merenung, “kenapa sih
491
sampai sini” gitu lho, “apa sih yang udah diperbuat”, begitu.
492
Jadi buat berkaca.
493
W: berarti sama sekali ga dikasih obat?
494
S: enggak, sama sekali enggak. Kalaupun di kasih itupun tetep
495
dikontrol sama dokter. Misal ee misal buat yang sampai ga
496
bisa tidur berhari-hari gitu.
497
W: nah kalau lagi sakau itu gimana sis kalau kebetulan
(497-504) subjek menceritakan bahwa
Menahan rasa sakit akibat
Proses rehabilitasi:
498
sedang direhab gitu?
apabila dirinya mengalami sakau saat
sakau dianggap sebagai resiko
Menahan gejala sakau
499
S: kalau di sini pasang badan, kalau aku. Ibaratnya, yaudah
direhab, dirinya harus menahan rasa sakit
yang harus ditanggung ketika
(502-504)
500
nikmati aja sampai lewat masa sakau itu.
itu bagaimanapun juga. Subjek
subjek memilih untuk
501
W: ga papa itu sis?
mengatakan bahwa sakau tidak akan
menjalani rehabilitasi.
502
S: yaa sakau kan ga bisa mati kan. Ya ditahan, mau sampai
menyebabkan kematian. Baginya,
503
jungkir balik, badan sakit, sampai basah yaa ditahan. Soalnya
melewati masa sakau merupakan resiko
504
itu udah resiko.
saat dirinya memilih untuk menjalani rehabilitasi.
505
W: ada kan ya pecandu itu yang prosesnya sedikit demi
(505-511) subjek memilih untuk putus
Subjek memilih untuk lepas
506
sedikit, lalu pada akhirnya abstinen gitu ya. Nah yang sis X
(lepas sama sekali) dari puttau.
sama sekali dari puttau
507
alami itu kayak gimana? Apakah ada penurunan dosis atau
508
langsung diputus gitu aja?
509
S: kalau puttau putus gitu aja. Dan itu tergantung mindset
510
kita juga sih. Tergantung apa yang kita pikirkan. Kalo mau
Tahap abstinen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 167
511
putus ya putus saat itu juga.
512
W: nah kalau waktu itu di cut langsung kan ada reaksi fisiknya
(512-519) reaksi yang dialami oleh subjek
Subjek melakukan kontrol diri
Proses rehabilitasi:
513
kan ya? Itu yang dialami kayak gimana sis?
saat dirinya memilih untuk putus dari
berupa kontrol emosi (handle
Menahan gejala putus zat
514
S: ya itu jungkir balik ga karuan di asrama gitu. Tapi
puttau adalah adanya rasa sakit pada
feeling). Agar emosinya tidak
(514-519)
515
mereka taunya aku sakit masuk angin. Dikerokin ga bisa,
tubuhnya. Subjek merasa harus mengatur
meluap, subjek melakukan
516
“udah aku sendiri aja dulu”. Emosi dan mesti harus handle
emosinya dan berusaha untuk tidak marah
isolasi diri sampai rasa sakit
517
feeling kan. Aku mikirnya, “kalau aku ngamuk, berarti aku
(ngamuk). Selain itu, subjek memilih
tersebut hilang.
518
belum sembuh gitu”. Jadi aku bilang, aku mesti sendiri dulu
untuk menyendiri sampai rasa sakit itu
519
dan aku harus handle feeling gitu.
hilang.
520
W: itu selama di rehab dan mengalami sakau prosesnya berapa
(520-525) subjek mengalami sakau fisik
Mengalami proses hilangnya
Proses rehabilitasi:
521
lama sis sehingga sakau itu bener-bener hilang?
selama direhabilitasi kurang lebih 20 hari.
sakau fisik +/- 20 hari.
Melakukan konseling
522
S: sakau fisik, itu paling ga nyampai 20 hari. Sepuluh
Saat mengalami sakau fisik, subjek
Melakukan konseling.
untuk sakau fisik
523
sampai ee dua mingguan lah. Habis itu sisa-sisanya.
melakukan kegiatan konseling.
524
W: terus diberi kegiatan?
525
S: ya kegiatan komunikasi, ya konseling itu lah.
526
W: setelah itu ga ada yang dialami lagi?
(526-539) sampai saat ini, subjek
Mengalami sakau psikis, yaitu
Sakau psikis (529-530/
527
S: ada. Sakau psikis.
mengalami sakau psikis. Sakau psikis
mengalami proyeksi berupa
536-538)
528
W: nah itu kayak gimana sis?
ditandai dengan kondisi yang sangat
mimpi mengonsumsi narkoba.
529
S: sakau psikis itu ya emosional, ga tenang lah dan itu ga
dipengaruhi oleh emosi, tidak mampu
530
konsentrasi, kita mau ngomong apa sih ga bisa.
berkonsentrasi, dan kurang mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 168
531
W: sampai kapan itu sis ngalaminnya?
menyampaikan apa yang ingin
532
S: kalau sakau psikis itu sampai saat ini aja aku masih
disampaikan. Yang dilakukan subjek untuk
533
alamin gitu.
mengatasi sakau psikis adalah dengan
534
W: lalu yang dilakukan sis X apa supaya at least itu tidak
melakukan suatu kegiatan. Menurut
535
begitu terasa?
subjek, jika sakau psikis muncul dalam
536
S: kalau aku pribadi itu ngelakuin kegiatan. Jadi kalau sakau
bentuk suatu mimpi menggunakan
537
psikis itu sampai mimpi basah, dalam artian itu kita mimpi
narkoba, seharusnya sakau psikis sudah
538
“makai”, itu seharusnya udah kelar.
berakhir.
539
W: sampai mimpi gitu ya?
540
S: ho‟oh. Nah itu nanti ada kelanjutannya lagi. PAWS, post
(540-556) subjek juga mengalami post
Melakukan pengalihan
Mengalami PAWS (540-
541
acute withdrawl syndrome. Jadi itu ibaratnya apa ya.. ee itu
acute withdrawl syndrome yang ditandai
dorongan saat mengalami
546)
542
sakau kecilnya pecandu, kayak orang lagi mens gitu.
dengan kondisi emosional yang labil
PAWS dengan melakukan
543
W: nah PAWS itu sendiri kayak gimana sis?
sehingga mudah tersinggung dan merasa
suatu kegiatan atau beristirahat.
544
S: emosional aja. Ga enak deh badannya pokoknya, ga
tidak nyaman di badan. PAWS dialami
RD:
545
kayak biasanya gitu. Ya duduknya ga nyaman juga,
setiap berapa bulan sekali tergantung
Cegah kelambanan
546
emosional, tersinggungan, dan itu ada masa-masanya. Kalau
pemakaiannya dahulu. Yang dilakukan
psikologis – self stopping
547
kita alami itu seumur hidup.
subjek saat mengalami PAWS adalah
(554-556)
548
W: dan itu rentang waktunya berapa sis?
memilih untuk berkegiatan atau
549
S: kurang dari enam bulan. Tergantung dosis yang dipakai,
beristirahat sampai PAWS itu hilang.
550
terus intensitasnya juga
551
W: itu maksudnya kurang dari enam bulan itu gimana sis?
552
S: ya tiga bulan sekali, atau dua bulan sekali,
Cegah pola kegagalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 169
553
W: kalau lagi kayak gitu berarti berkegiatan aja?
554
S: berkegiatan atau kalo aku ya istirahat aja. Untuk apa ya,
555
untuk mengurangi emosi. Kalau sakau psikis, “mimpi basah”
556
itu harusnya udah kelar. PAWS itu yang seumur hidup.
557
W: itu ee selama ini ee tadi kan dibilang juga kalo ada
(557-574) Di kamar rumahnya, subjek
Subjek mendapatkan teguran
Ekologi – mikrosistem
558
recovery terus menerus, berarti dengan kata lain adalah ya
menemukan bekas pemakaian Puttau
dari konselornya.
(562-569)
559
proses jatuh bangunnya
berupa tisu yang terdapat bercak darah
560
S: pasti...
yang belum dibereskan saat dirinya
561
W: coba critain dong Sis..
overdosis saat lalu. Subjek merasakan
562
S: jatuh bangunnya, contohnya, saya udah di rehab. Dan
tubuhnya gemetar, tremor, keringat dingin,
563
waktu itu pertama kali saya mau dan pulang karena ada orang
dan ingus yang meler (mengalir). Saat itu,
564
di rumah. Itu yaampun itu saya rasanya udah gemeter, tremor
subjek mendapat telepon dari konselornya
565
gitu kringet dingin, udah kayak gimana, udah itu ingus tiba-
dan mendapat peringatan. Subjek merasa
566
tiba meler, udah ngliat itu barang (Puttau), saya mau pakai itu
bahwa saat itu hanya tinggal menghitung
567
gitu kan, akhirnya yaudah saat itu saya ditelpon konselor saya,
kancing untuk menggunakan kembali atau
568
batin aja kali ya.. dari situ, ohh iya gue lagi diingetin nih. Pada
tidak. Keadaan bimbang untuk kembali
569
waktu itu tinggal ngitung kancing aja. Make engga make
menggunakan Puttau atau tidak merupakan
570
engga gitu aja karena itu barang udah di depan mata saya.
proses jatuh bangun yang dialami oleh
571
Karena bekas bekas tissu yang ada darahnya itu belum
subjek.
572
diberesin mbak, masih ada di kamar saya. Waktu-waktu saya
573
overdosis itu kan kamar belum sempat diberesin. Lha jatuh
574
bangunnya itulah.. waktu itu, “wah make lagi, ah enggak”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 170
575
W: waktu itu apa aja yang ngebantuin, sehingga bisa sembuh?
(575-588) subjek merasa bahwa
Menekankan pada penguatan
Cegah pola kegagalan
576
Apa aja yang dirasa membantu?
lingkungan tidak memberi bantuan yang
pada pikiran.
RD:
577
S: membantu itu sebenernya dari pikiran kita sendiri. Kalo
cukup berarti dalam proses pemulihannya.
Adanya kontrol pikiran.
Cegah pemberontakan
578
lingkungan, hmm lingkungan kita itu bisa apa sih? Kalo
Subjek menjelaskan apabila lingkungan
atensi – fokus (577-578/
579
lingkungan yang kondusif, lingkungan yang dinamis,
tersebut kondusif, dinamis, dan harmonis
584-588)
580
lingkungan yang harmonis atau kayak gimana, tapi pikiran
tetapi pikiran tetap mencari dan konslet
581
kita tetep mencari, pikiran kita tetep konslet, yaudah.. jadi ya
(kacau), tetap saja orang dapat
582
itu tadi
menggunakan kembali. Subjek
583
W: jadi lebih di tekankan dari pikiran
menekankan bahwa hal yang terpenting
584
S: semua dari pikiran, dari diri sendiri. Udah.. seperti yang
berawal dari pikiran pribadi dan menilai
585
aku bilang, “kalo lo sayang sama diri lo sendiri, yaudah”.
pihak lain adalah pihak kedua.
586
Pihak lain itu pihak kedua, nah pihak kedua itu bisa apa? Kalo
587
ngasih dukungan, emang.. Tapi yang paling depan ya itu tetep
588
diri sendiri.
589
W: itu caranya mm kayak buat monitoring atau memantau diri
(589-600) cara subjek memantau diri
Subjek memilih untuk
Ekologi – mikrosistem
590
sendiri itu kayak gimana Sis?
adalah dengan cara menghindar dari hal-
menghindari hal-hal yang
(591-597)
591
S: kalo saya nih, eehm kan ada tahap saya ini post gitu kan ya,
hal yang dapat mempengaruhinya untuk
membuatnya kalut dengan cara
592
tiap berapa bulan sekali gitu, kalo saya nih ya, yaa selama
kembali menggunakan Puttau. Seperti
pergi bersama teman-
Unsur RD:
593
saya di sini paling yaa saya pergi sama temen-temen. Yang
contoh dalam kurun waktu berapa bulan
temannya.
Monitoring (591-592)
594
penting saya keluar dari tempat yang saya pikirin.
sekali, subjek pergi bersama teman untuk
595
Misalnya, saya lagi mikirin ke situ, saya lagi collapse, saya
menghindari pikirannya yang sedang
Cegah Pola kegagalan RD:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 171
596
lagi sendiri gitu, yaudah saya langsung cabut aja dari tempat
collapse (runtuh) atau sedang berpikir ke
Cegah kelambanan
597
situ. Saya jalan kek kemana gitu kek sama temen-temen.
arah menggunakan kembali.
psikologis (595-597)
598
W: berarti lebih ke menghindari sesuatu yang bisa..
599
menjadi pencetus gitu ya?
600
S: yap.. ho‟oh..
601
W: sebenarnya punya tujuan apa sehingga pengen sembuh?
(601-617) hal yang menjadi tujuan bagi
Adanya tujuan yaitu berupa
Unsur regulasi diri:
602
Tujuan jangka panjang mungkin?
subjek untuk pulih adalah subjek ingin
keinginan untuk menjadi ibu
Memiliki tujuan (603-605)
603
S: ini ga tau jangka panjang atau jangka pendek. Yang jelas
menjadi ibu yang baik bagi anaknya.
yang baik bagi anaknya
604
saat itu saya mau.. saya mau menjadi ibu yang baik bagi anak
Subjek telah memiliki seorang anak
mampu mengurus anaknya
605
saya.
berumur tujuh tahun. Subjek memiliki
Adanya kebutuhan untuk
606
W: ibu yang baik itu kategorinya kayak gimana?
tujuan yang dirasa simple atau tidak terlalu
mengurus anaknya (607-
607
S: karenaaaa dari dia (anaknya) kecil itu kan saya ga ngurusin.
muluk (sederhana), yaitu mampu mengurus
610)
608
Kalo baik ya berarti saya harus ngurusin dia, harus mantau
anaknya dan mampu memantau
609
dia, gimana perkembangannya kayak apa. Simple aja saya ga
perkembangan anaknya. Subjek merasa
610
mau terlalu muluk-muluk, saya mau coba to be a good mom
dirinya tidak mampu mengurus anak sedari
611
(hehehe).
anaknya kecil karena dirinya yang menjadi
612
W: udah punya anak Sis?
pecandu.
613
S: udah, satu.
614
W: umur berapa Sis?
615
S: tujuh
616
W: udah SD berarti
617
S: iya, anakku sekarang kan sama ibu kandung saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 172
618
W: kalo selama ini, ee dukungan dari luar itu seperti apa Sis?
(618-625) subjek merasa dukungan dari
Membutuhkan orang yang
Ekologi – mikrosistem
619
Yang dirasa membantu proses penyembuhan?
luar yang cukup membantu adalah orang-
mampu memahami situasi
(620-625)
620
S: dukungan dari luar, dukungan yang tau saya, yang mana
orang di sekitar subjek yang memahami
subjek sehingga subjek dapat
621
saya lagi sakau, dan saya lagi bete, atau apa, mereka tau saya
keadaan subjek. Saat subjek sedang sakau,
teralihkan ketika dirinya
622
lagi menyendiri, yaa simple sih, mereka mengajak saya
bete (suasana hati yang buruk), dan sedang
berada di situasi yang
623
ngobrol atau bercanda. Atau kita keluar yuk jalan, seperti itu.
menyendiri, subjek merasa ajakan dari
merugikan
624
Itu aja sih mbak. Itu sih tetep, misal juga nyuruh berdoa, itu
orang lain untuk keluar dan berdoa dirasa
625
tetep karena juga keterbatasan alat komunikasi kan.
cukup membantu.
626
W: ini berarti, udah dibilang sembuh kan ya.. itu apa yang bisa
(626-645) hal yang dapat dimaknai oleh
Perasaan dapat hidup secara
Pemaknaan pengalaman
627
dimaknai dari pengalaman sekian tahun ini Sis?
subjek adalah perasaan mampu hidup
normal tidak mengalami
adiksi (628-638)
628
S: itu juga simple aku ee memaknai itu. “Akhirnya bisa juga
sehat, walaupun subjek masih merokok.
sakau.
629
hidup sehat.. hidup sehat dalam arti, saya masih ngrokok, itu
Subjek mengatakan bahwa dirinya serasa
Perasaan bersyukur karena
630
nggaa trouble ya..”. Tapi saya bisa ngrasain oo pagi-pagi ee
kehilangan memori (ingatan) saat menjadi
masih diberi kesempatan untuk
631
saya itu kayak kehilangan memori pada saat saya dulu.
pecandu. Dirinya merasakan seperti orang
hidup lepas dari fase koma
632
Soalnya dulu pas masih make, ga tau rasanya gimana ya orang
“normal” (orang yang tidak menggunakan
akibat overdosis.
633
normal ga pake. Kayak gitu. Pagi-pagi kerja, pada sehat-
narkoba) yang dapat berangkat kerja di
634
sehat aja gitu. Sedangkan dulu, pagi-pagi kita mau kerja, kita
pagi hari. Subjek merasa beruntung karena
635
mau ngajar murid, eh udah sakau aja. Yaa seperti itu rasanya.
dapat merasakan seperti orang normal
636
Akhirnya saya bisa merasakan seperti orang normal, saya
karena dirinya pernah mengalami koma
637
belum diambil nyawanya, karena sudah dua hari lebih lah saya
akibat overdosis. Selain itu, subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 173
638
koma. Sampe OD (overdosis) gitu.
menceritakan adanya power (kekuatan)
639
W: sampe koma gitu
dari sang ibu dengan cara menganggilnya
640
S: kalo OD rata-rata sampe koma gitu.
yang membuatnya terbangun saat dirinya
641
W: kalo bablas udah “tiiiiit” gitu
sedang pada fase koma.
642
S: (tertawa) iya akupun juga gitu. Tergantung dari pasiennya
643
sendiri. Waktu itu ibu saya dateng, lalu dia bisikin saya,
644
bisikin di telinga saya, “adek bangun”. Eehh bangun saya.
645
Karena apa yaa.. powernya dari ibu gitu ya..
646
W: eee kalo dulu kan ga kenal nih dirinya seperti apa,
(646-655) subjek merasa sudah mengenal
Subjek sudah mampu
Proses refleksi.
647
sekarang nih kalo ditanya, siapa sih kamu? Itu bisa jawab apa
dirinya sendiri, seperti mampu
mengenali dirinya sendiri dan
Mengenal dirinya.
648
Sis?
menjelaskan bahwa dirinya adalah seorang
mampu menerima dirinya
649
S: saya... saya adalah seorang cewek, seorang ibu, yang
ibu, yang bandel, keras kepala, namun
sendiri.
650
bandel, yang keras kepala, tapi di situ saya masih bisa dan
mampu untuk berubah. Subjek dapat
651
mampu untuk berubah.
mengenali diri sendiri karena subjek selalu
652
W: lalu dulu bisa kenal sama diri sendiri itu prosesnya gimana
diajak untuk merenung dan berpikir
653
sis?
(berefleksi)
654
S: mmm apa ya? Ya seiring bergulirnya waktu ya sis. Aku di
655
sini di ajak mikir, merenung gitu
656
W: kira-kira apa sih yang membuat bangga dengan diri sendiri
(656-678) subjek merasa bangga terhadap
Subjek merasa senang/
657
atas semua pengalaman ini?
dirinya sendiri karena mampu abstinen
bersyukur karena dirinya
658
S: saya bangga ya saya bangga karena abstinen saya. Saya
(tidak menggunakan) dan stop (berhenti)
mampu abstinen dari puttau.
Fase abstinen
Pemaknaan akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 174
659
bangga karena saya stop. Karena saya pikir, orang ga
dalam kurum waktu satu tahun. Menurut
pengalaman (658-661)
660
percaya lho kalo misalnya Puttau, bisa sama sekali putus
subjek, orang yang sudah menjadi pacandu
661
gitu.. dan ini udah ada setahun.
Puttau akan terikat kontrak mati (hidup
662
W: jadi sebenernya Puttau itu ga bisa putus atau gimana sih
hanya untuk Puttau). Subjek menceritakan
663
Sis, sampai tadi katanya jarang banget ada orang putus dari
bahwa adanya perbandingan yang kecil
664
Puttau?
untuk lepas dari Puttau, melihat teman-
665
S: naah ya itu, karena mereka udah terikat kontrak mati gitu
temannya banyak yang meninggal.
666
loo.. kontrak mati udah kalo sama Puttau.
Puttau dinilai sebagai zat yang cepat
667
W: seumur hidup ga bisa sembuh gitu?
memberikan efek toleransi/ kenaikan dosis
668
S: yaaa perbandingannya tu kecil, tipis gitu.. tipis banget
kepada penggunanya, terutama dengan
669
lagi.. yaa buktinya udah pada mati semua gitu. Karena cepet
cara disuntikkan. Drugs/ narkoba yang
670
dia naik dosis gitu cepet banget. Saya kan langsung ke darah
dimasukkan ke dalam tubuh dengan cara
671
kan. Kalo di drugs yang cuma dihisap gitu, yaa ga ada
suntik/ injeksi, akan cepat diikat oleh otak.
672
seberapanya. Naa kalo saya langsung disuntik gitu.. jadi dari
673
darah langsung merambat dingdingdingding gitu langsung
674
saya kayak robot gitu. disuntik lari ke urat, ke atas ke otak,
675
udah langsung “teng” gitu.. di otak tu rasanya langsung diiket
676
gitu.
677
W: rasanya udah kayak hidup matinya disitu
678
S: iyaa tu kayak gitu...
679
W: (hahaha) eehmm gimana ya Sis, gini, kalo ada orang
(679-690) subjek menceritakan apabila
Adanya keinginan untuk
680
bilang, “kalo kamu dikasih hidup satu kali lagi”, itu mau
dirinya diberi kesempatan untuk hidup
menyenangkan keluarganya
Pemaknaan (680-690)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 175
681
gimana Sis? Kalo dibolehkan dilahirkan kembali, mengulangi
sekali lagi, subjek ingin menjadi orang tua
dan membayar kesalahannya
682
dari awal gitu Sis..
yang baik bagi anaknya dan menjadi anak
Kebutuhan untuk
683
S: yaitu cuma satu, karena masa depan saya ada di saya. Lalu
yang baik bagi orang tuanya. Subjek
mengurus anaknya (683-
684
gimana aku bisa nyukupin kebutuhan dia (anaknya), saya jadi
merasa ada sesuatu yang harus ia bayar
686)
685
ibu yang baik, anak yang baik juga buat orang tua saya, karena
sehingga ia berusaha membuat
686
dulu saya pecandu kan ya, nah saya harus bayar itu. Dah saya
keluarganya happy (senang), tenang, dan
687
ga mau muluk-muluk kayak gimana gitu, enggak. Yang
nyaman.
688
penting, bikin mereka happy, tenang, nyaman karena dulu
689
mereka (orang tua) ga tenang dan ga nyaman. Tu.. yaudah gitu
690
aja
691
W: Itu tadi kan recovery seumur hidup ya, misal ketemu
(691-710) subjek menceritakan bahwa hal
Adanya usaha subjek untuk
Cegah pola kegagalan
692
barang (narkoba) itu lagi, kumpul sama temen-temen yang
terpenting untuk tidak kembali
mengontrol, terutama
RD:
693
seperti itu lagi. Itu gimana Sis?
menggunakan Puttau adalah dengan cara
pikirannya.
Cegah pemberontakan
694
S: kalo gini saya ngomong ga ada barangnya gitu, saya ga
mem-blocking (menutup) pikiran dan
Kontrol kognisi/ pikiran.
atensi – fokus (694-701)
695
mau munafik, jika suatu saat handle feeling saya loss, saya
perasaan. Subjek juga menyerahkan
696
bisa pake lagi, tapi balik lagi ke poin saya sebelumnya, semua
usahanya kepada Tuhan.
697
itu ada di pikiran sama hati saya. Bagaimanapun juga saya
698
masih punya hati, saya masih punya pikiran, itu yang mem-
699
blocking saya. Kita bisa berusaha, sisanya nanti kita serahkan
700
pada Tuhan, gitu kan.. Tapi paling tidak saya bisa me-manage
701
semua itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 176
702
W: Terus tadi kan Sis juga bilang kalo itu semua dari pikiran.
(702-720) subjek menceritakan bahwa
Subjek merasa bahwa ia cukup
Cegah pola kegagalan
703
Naah kalo ketemu lagi itu barang dan supaya tahan untuk
dirinya cukup berpikir panjang pasca lepas
berpikir panjang untuk kembali
RD:
704
tidak pakai itu gimana Sis?
dari Puttau. Subjek merasa bimbang
menggunakan, mengingat
Cegah pemberontakan
705
S: kalo ketemu barang, seperti yang aku critain tadi pas
karena Puttau sudah di tangannya. Akan
banyaknya resiko yang akan ia
atensi (705-720)
706
kemarin aku pulang ke rumah, itu kemarin ya aku ibaratnya
tetapi, subjek tidak ingin kembali
hadapi.
707
ngitung kancing, make-enggak-make-enggak, soalnya barang
merasakan sakau, menutupinya, bahkan
708
udah di tangan kok. Bukannya ngelawan orang, tapi ngelawan
memiliki tuntutan untuk menjadi contoh
709
diri sendiri. Kalo tubuh berontak, ya 50:50.. Tapi di situ saya
bagi residen di panti rehabilitasi. Subjek
710
mikirnya gini, “kalo sekarang, lo udah sembuh, udah kayak
juga merasa terbantu karena Puttau tidak
711
ibaratnya sehat. Dan aku ingin jadi pekerja di panti rehab, jadi
beredar kembali.
712
konselor adiksi. Kalo misal nanti aku nyuntik lagi..”, pada
713
saat itu aku gitu, panjang mikirnya.. “aku besok ni sakau, ni
714
barang gimana aku bisa dapetin? Kliatan dong ke keluargaku,
715
ketauan dong sama ibuku. Kalo aku pulang ke panti, aku
716
sakau. Gimana caranya buat nge-cover itu”. Naah gitu aja sih
717
aku mikirnya. Jadi mikirnya juga lumayan rumit waktu itu.
718
Dan untungnya, karena Puttau sekarang udah ga beredar
719
lagi kan, itu udah ilang beberapa bulan yang lalu gitu. Jadi
720
yaudah, baguslah (hahaha)
721
W: tapi mungkin ada yang lain (drugs) gitu?
(721-736) subjek merasa bahwa substansi
Subjek merasa bahwa dirinya
Cegah pola kegagalan
722
S: yaa karena itu, kalo kita udah pakai Puttau, yang lain tu
yang lain tidak memberikan efek yang
masih memiliki tanggung
RD:
723
kayak mental gitu. Mau diambil apanya? Misal kalo saya pake
berarti seperti Puttau, sehingga sekalipun
jawab untuk mengurus
Cegah pemberontakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 177
atensi – fokus (722-736)
724
sabu, saya mau rasain apanya dari sabu? Saya ga dapet
subjek mengonsumsi substitusi yang lain,
keluarga. Dirinya juga ingin
725
tastenya. Saya mau ganja, mau dapet di mananya kalo pake
subjek tidak akan mendapatkan efek yang
memperkokoh agar tidak
726
ganja? Karena saya udah nyobain, dan saya udah mentok di
diinginkan. Subjek juga merasa bahwa
kembali terjerumus untuk
727
Puttau itu. Jadi untuk efek drugs yang lain, saya ga dapet
perjalanan hidupnya masih panjang.
menggunakan narkoba.
728
efeknya malahan. Sebenernya saya ga berhenti begitu aja,
Subjek sudah memahami dirinya sendiri
729
perjalanan saya masih jauh, ngurusin keluarga, saya juga
dan merasa harus memperkuat dan
730
harus ngurusin diri saya sendiri karena saya udah paham sama
mempertahankan recoverynya
731
diri saya, dan di situ saya juga harus memperkokoh untuk
(kesembuhannya) karena subjek merasa
732
saya mempertahankan recovery saya, saya juga harus
bahwa cobaannya akan semakin berat di
733
memperkokoh supaya saya ga terjerumus lagi ga pakai lagi,
kemudian hari. Subjek merasa harus
734
karena cobaan saya akan semakin besar dan semakin berat ke
mempersiapkan benteng (pertahanan) bagi
735
depan. Nah saya juga harus memikirkan persiapan apalagi
recoverynya
736
yang harus saya buat untuk membuat benteng itu.
737
W: jadi selama ini yang harus diperkuat adalah dari?
(737-742) Subjek mengatakan bahwa yang
738
S: diri sendiri...
diperkuat adalah dari sisi pikiran dan iman.
739
W: terutama dari pikiran...?
Subjek mengatakan bahwa dirinya
740
S: ya..ya..yaa.. Semoga juga dari iman lah. Karena saya diberi
memiliki kesempatkan hidup.
741
nyawa. Karena kemarin kan saya sekali lagi itu kan. Dan saya
742
juga harus bisa mempertahankan itu.. Naahh gitu aja
743
W: nah kalau bagi Sis X sendiri, abstinen itu seperti apa?
(743-765) subjek mengatakan bahwa
Abstinen berarti sama sekali
Pandangan mengenai
744
S: abstinen itu kalau kita nggak makai drug lagi, drug
abstinen merupakan kondisi saat seseorang
tidak menggunakan narkoba
abstinen, slip, dan relapse.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 178
745
choicenya kita. Nah itu kita udah bener-bener abstinen, kita
tidak lagi menggunakan narkoba
sama sekali.
746
udah nggak makai lagi. Kecuali kalau kita makai drugs yang
pilihannya saat mengalami adiksi. Slip
Slip berarti menggunakan
747
lain. Kayak misal aku makainya puttau, trus aku pakainya
merupakan kondisi ketika menggunakan
narkoba dengan tingkatan yang
748
sabu, nah itu aku “slip”. “Slip” di bawahnya zat itu. Atau
narkoba dengan efek di bawah narkoba
lebih rendah dari narkoba
749
misal aku makai sabu nih drug choicenya, trus aku makainya
pilihan. Subjek mengatakan kondisi slip
sebelumnya.
750
obat, itu aku “slip” karena aku makai di bawahnya itu kan atau
dapat saja mengakibatkan seseorang
751
aku makai alkohol itu aku udah slip.
kembali ke pada pola adiksi (relapse).
752
W: kalau itu sama-sama bikin “addict” ga sih?
Subjek mengatakan bahwa kembali ke
753
S: eee bikin addict sih sama, bikin addict. Cuma tergantung
panti rehab, berarti seseorang kembali ke
754
dari, apa ya, tahapan kita pakai. Dibilang addict itu kan dilihat
proses awal (nol)
755
dari tahapannya, tahapan kita pakai. Kalau kita kecanduan,
756
kita atau di toleransi itu. Misal kita nih ganti drug choice,
757
misal pakai sabu, pakai terus lalu kecanduan. Ya akhirnya kita
758
ganti drug choice.
759
W: berarti sama aja bisa bikin kecanduan ya?
760
S: iya sama-sama bisa jadi addict
761
W: berarti sama aja ya baik itu slip atau relapse itu bisa balik
762
lagi ke rehab ya?
763
S: ho‟o.. iya.. berarti kan kita gagal untuk menjaga recovery
764
kita. Itu sih yang seumur hidup. Kalau rehab lagi ya berarti
765
kita kembali ne nol lagi.
766
W: bagi Sis X, rehabilitasi itu dikatakan berhasil itu kalau
(766-777) subjek mengatakan bahwa
Keberhasilan rehabilitasi=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 179
767
seperti apa?
rehabilitasi dikatakan berhasil apabila
mengubah perilaku menjadi
768
S: rehabilitasi itu dikatakan berhasil, rehabilitasi sosial ya
mampu mengubah perilaku seseorang dari
perilaku positif, seperti
769
karena kita ini rehabilitasi sosial karena kita mengubah
negatif menjadi positif. Subjek juga
abstinen
770
perilaku. Dikatakan berhasil apabila sudah benar-benar
menjelaskan pentingnya keberhasilan
771
menunjukkan perubahan perilakunya di luar. Perubahan
abstinen agar tidak kembali ke panti
772
perilakunya itu jelas dari negatif ke positif. Di lain sisi,
rehabilitasi.
773
berhasil ya kita abstinen itu. Abstinen itu dijaga, abstinen itu
774
diperkuat kan dari diri kita sendiri kan.
775
W: mmm berarti dikatakan berhasil itu kalau nggak balik lagi
776
ke panti rehab kan ya?
777
S: iya..
778
W: kalau program rehabilitasi yang dikatakan berhasil bagi
(778-789) subjek menceritakan bahwa
Subjek merasa mendapatkan
Proses rehabilitasi:
779
Sis X itu program yang mana Sis?
program rehabilitasi dapat berhasil pada
role model yang tepat bagi
Mendapatkan role model
780
S: sukses menangani aku?
dirinya karena dirinya merasa memiliki
dirinya selama menjalani
(781-789)
781
W: iya, yang bisa bener-bener mengubah perilaku Sis X
kemampuan kognitif yang cukup dan
proses rehabilitasi.
782
S: kalau aku, untungnya dari segi akunya, dari otak ya, dari
subjek juga mendapatkan role model
Subjek merasa dirinya mampu
783
otak dan pemikiran itu juga nggak susah banget Sis. Jadi
(contoh) yang menjadi panutan selama
dari segi kognitif
784
ibaratnya masih bisa memilah gitu lho. Jadi aku ada role
menjalani proses rehabilitasi.
785
model, aku membutuhkan role model, jadi “oh dia itu contoh
786
nih”. Ada contoh buat aku, lalu aku harus seperti itu, aku
787
harus meniru seperti itu. Mungkin selama ini role model itu
788
kurang di aku, sebelum masuk rehab ya. Di rehab aku dapet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 180
789
role model, aku dapet arahan, yaudah jadi learning by doing.
790
W: nah Sis X udah abstinen kan ya, itu terakhir kapan Sis?
(790-799) subjek berada pada tahap
Subjek merasa dirinya terbantu
Ekologi – eksosistem
791
S: tahun 2014
abstinen sudah memasuki tahun yang ke
dengan sulitnya mendapatkan
(796-799)
792
W: berarti udah mau jalan dua tahun kan ya?
dua. Subjek menceritakan bahwa dirinya
puttau di lingkungannya.
793
S: iya mau dua tahun ini abstinen
mampu abstinen karena puttau sudah susah
794
W: kalau selama ini apa yang dilakukan sama Sis X untuk
dijangkau bagi subjek
795
menjaga diri tetap abstinen?
796
S: satu, itu karena faktor lingkungan. Jaga diri itu karena
797
faktor lingkungan juga. Itu salah satu faktornya sih. Karena
798
aku di sini, itu pemicunya udah susah, untuk drug choiceku itu
799
udah susah. Jadi itulah yang mendukung.
800
W: berarti karena adanya lingkungan sosial yang mendukung,
(800-811) andaikan subjek menemukan
Subjek menghindari
Cegah pola kegagalan
801
jauh dari yang jual puttau gitu ya? Kalau andaikan lho, Sis X
kembali narkoba, subjek berusaha untuk
mengonsumsi puttau dengan
RD:
802
ketemu lagi itu gimana?
mengingat-ingat dampak yang ditimbulkan
mengingat-ingat efek tidak
Cegah pemberontakan
803
S: kayak gitu kita gak memungkiri sih, tapi bagaimana kita
dari mengosumsi narkoba. Subjek
menyenangkan dari puttau.
atensi (804-807)
804
bisa sedemikian rupa lah untuk inget-inget. Misal nih
mengatakan bahwa dirinya lebih baik
805
andaikan aku makai lagi, itu efeknya yang bakal aku hadepin
menghindari karena dirnya pernah
806
itu kayak gimana. Karena kalau untuk puttau, udah aku ga
merasakan jatuh di lubang yang dalam.
807
bisa toleransi lagi. Jadi ya menghindari.
808
W: karena udah tau ya konsekuensinya seperti apa
809
S: iya kayak gitu, jadi aku udah paham dulu jatuh di jurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 181
810
yang dalam, rasanya kayak apa, jadi kalau untuk balik pakai
811
lagi, hmmm enggak deh kayaknya.
812
W: berarti yang selama ini mengingatkan Sis X untuk tetap
(812-824) hal-hal yang mengingatkan
Subjek merasa dirinya harus
Cegah pola kegagalan
813
abstinen itu apa aja?
subjek untuk tetap abstinen adalah usia
mengingat adanya batas usia
RD:
814
S: mengingatkan abstinen?
subjek dan orang tua subjek. Subjek
untuk menebus kesalahannya.
Cegah pemberontakan
815
W: iya, seperti, “aku ini harus tetep abstinen itu kenapa”?
mengatakan bahwa ia ingin menebus
Subjek merasa dirinya harus
atensi (816-821)
816
S: pasti karena udah umur ya. Terus aku mau lebih baik,
perbuatannya yang kemarin.
lebih baik lagi dan tidak
817
maksudnya hidupnya lebih baik ga kayak dulu. Kalau aku
kembali ke titik nol akibat
818
masih mikirin napsu untuk makai, itu udah balik lagi dari nol.
memakai narkoba.
819
Itu aja sih. Terus orang tua, sampai kapan sih orang tua itu
820
berumur? Terus dari aku sendiri udah berumur juga. Kalau
821
aku masih badung seperti ini, kapan aku nyicil nebusnya.
822
W: berarti semacam ada perasaan ingin menebus yang
823
kemarin?
824
S: he‟em.
825
W: terus apa aja yang dilakukan Sis X supaya bertahan
(825-833) yang dilakukan subjek agar
Subjek menjaga status
Cebah pola kegagalan
826
abstinen?
bertahan pada kondisi abstinen adalah
abstinennya dengan menarik
RD:
827
S: untuk bertahan abstinen itu kita menarik diri ya. Menarik
dengan menarik diri dari lingkungan yang
diri dari lingkungan yang
Cegah pola sebab akibat
828
diri dari lingkungan, lingkungan yang membahayakan yang
dirasa membahayakan, yaitu lingkungan
dirasa membahayakannya.
kegagalan (827-829)
829
sekiranya mengarahkan untuk “ ke sana”. Abstinen, misal
yang dapat mengarahkan subjek kembali
Subjek mengalami SLIP
830
rasanya pengen makai nih, nah makainya itu yang lain, yang
menggunakan narkoba.
Mengalami SLIP (829-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 182
831
“slip”nya itu tadi. Itu tu pasti ada yang slip.
832
W: Sis X pernah slip?
833
S: pernah
834
W: lalu gimana caranya, misal nih Sis X mengalami “slip”.
(834-850) walaupun subjek mengalami
Agar tidak mengalami
Cegah kegagalan RD:
835
Nah itu gimana caranya biar ga jadi addict lagi?
SLIP, subjek tetap mengontrol dirinya agar
kecanduan, subjek
Cegah pemberontakan
836
S: kontrol diri.
tidak kembali ke pola adiksinya. Subjek
menggunakan kontrol pikiran
atensi (838-843)
837
W: kontrolnya gimana Sis?
mengontrol diri dengan cara mengontrol
selama mengalami SLIP.
838
S: mindset aja. Kita main sama pikiran aja. Main pikiran
pikiranya dan mengingat bahwa dirinya
Subjek mengalami SLIP ketika
Mengalami pola
839
dalam arti, kita pasti ada sisi positif dan negatifnya. Nah
bekerja sebagai konselor adiksi.
dirinya merasa kacau (pikiran
kegagalan RD:
840
tergantung dari diri kita sendiri nih. “Ini kalau aku pakai terus-
Subjek mengalami SLIP karena
tidak tenang) dan sedang
Letting it happen (845-
841
terusan juga, sama aja aku pindah ke drug lain”. Lalu yang
mengalami pikiran yang tidak jernih
sendirian.
847)
842
kedua, aku memang bekerja sebagai konselor, jadi masa aku
(ruwet) dan mengalami kesendirian.
843
“kayak gitu” juga? Ibaratnya seperti itu.
844
W: itu yang membuat Sis X mengalami “slip” itu apa Sis?
845
S: itu pikiran juga masuknya. Pikiran yang nggak tenang,
846
pikiran yang lagi ruwet, terus kita pas lagi sendiri juga. Itu
847
mempengaruhi juga
848
W: berarti dalam keadaan pikiran seperti itu dan pas sendiri
849
ya?
850
S: he‟em
831)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 183
851
W: itu kira-kira seberapa sering Sis „slip” atau “lapse” itu
(851-865) subjek menjelaskan bahwa
Selama berada di tahap
Adanya pikiran-pikiran
852
terjadi?
LAPSE merupakan munculnya pikiran-
abstinen sekalipun, subjek
untuk kembali
853
S: kalo lapse itu terjadi sebulan atau dua bulan sekali. Lapse
pikiran untuk kembali menggunakan.
masih tetap mengalami
menggunakan (LAPSE)
854
itu pikiran untuk makai. Itu kalau lapse. Lapse itu gagal juga
Selama abstinen, subjek mengalami SLIP
pikiran-pikiran untuk kembali
855
itungannya, tapi karena kita manusia, ya pikiran itu pasti ada
selama enam bulan sekali.
menggunakan narkoba
856
muncul. Lalu kita lihat orang makai, lalu kita nahan buat ga
857
makai. Pada akhirnya kita terjerembab masuk ke situ.
858
Emosionalnya itu timbul di situ.
859
W: kalau “slip” itu, yang makai itu terhitung berapa kali Sis?
860
S: berapa kali itu maksudnya gimana Sis?
861
W: jadi, terhitung dari abstinen itu, selama hampir dua tahun
862
itu terhitung berapa kali Sis mengalami “slip”?
863
S: itungannya bisa enam bulan sekali ya. “Slip” lho ya.
864
Karena posisi aku kan ada di sini, jadi ga bisa untuk meraih
865
lebih jauh lagi.
866
W: kalau yang “slip” itu Sis X mendapatkan efek yang sama
(866-874) subjek mengatakan bahwa
Bagi subjek, SLIP digunakan
Pola kegagalan RD:
867
ga sih?
dirinya tidak mendapatkan efek yang sama
untuk mengalihkan keinginan
Letting it happen (870-
868
S: oh enggak.
selama mengalami SLIP. Subjek
menggunakan puttau.
874)
869
W: berarti “slip” itu digunakan untuk apa Sis?
mengalami SLIP untuk mengalihkan rasa
Subjek tidak mendapatkan efek
870
S: untuk mengalihkan kali ya. Aku yang pengen banget nih
rindu untuk menggunakan puttau. Akan
yang menyenangkan dari SLIP
871
pakai puttau. Lalu aku “slip” itu aku juga ga dapetin efek yang
tetapi subjek merasa bingung karena
tersebut.
872
aku pengenin. Yang ada bingung, yang jelas kebalikan dari
merasa pikirannya semakin tidak jernih
(LAPSE)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 184
873
drug choice aku yang sebelumnya. Jadi yang ada malah
(ruwet) akibat SLIP.
874
nambah pikiran ruwet gitu lho.
875
W: lalu kalau dari Sis X sendiri apakah, “tidak apa-apa
(875-885) subjek mengatakan bahwa dari
Subjek belum cukup memiliki
Pola kegagalan RD:
876
mengalami slip enam bulan sekali”, atau tetap berusaha untuk
pikirannya, dirinya tetap berusaha. Akan
kekuatan untuk bersih sama
Kekuatan yang terbatas
877
tidak pakai sama sekali?
tetapi subjek juga mengatakan bahwa
sekali dari narkoba jenis
(878-880)
878
S: berusaha sih, pasti pikirannya berusaha. Ya itu balik lagi
dirinya dapat saja tersandung atau jatuh.
apapun. Akan tetapi subjek
879
sih. Sekuat-kuatnya orang berusaha, kita addict gitu kan, pasti
tetap mengusahakan untuk
880
ada saatnya jatuh dikit atau tersandung gitu kan.
tidak kembali ke pola
881
W: berarti bagi Sis X yang penting ga addict lagi ya?
adiksinya
882
S: iya begitu. Yang penting begitu aja.
883
W: kalau “slip” itu yang di pakai apa Sis?
884
S: kalau puttau itu yang dipakai biasanya sabu kalau enggak
885
ya alkohol.
886
W: kalau untuk Sis X sendiri, bagaimana pandangan Sis X
(886-897) subjek memandang bahwa slip,
Subjek tidak membenarkan
Kurangnya self efficacy
887
terhadap “relapse” itu sendiri? Jadi relapse atau menggunakan
lapse, dan relapse merupakan perjalanan
adanya SLIP, LAPSE, dan
pada subjek (895-897)
888
drug yang sama lagi, itu menurut Sis X gimana?
bagi seorang pecandu. Subjek tidak
RELAPSE.
889
S: kita itu untuk slip, lapse, dan relapse itu adalah bagian dari
menyetujui relapse maupun lapse karena
Subjek merasa tidak mampu
890
recovery ya. Jadi, aku tidak menyetujui kalau relapse, lalu
hal tersebut merupakan perjalanan dari
bila sepenuhnya abstinen.
891
bukannya menyetujui kalau lapse, karena itu merupakan
recovery (kesembuhan). Subjek tidak
892
perjalanannya. Karena recovery itu kan masing-masing dan itu
memperbolehkan adanya slip maupun
893
smua merupakan perjalanan dari recovery itu sendiri. Kita
lapse, akan tetapi dirinya merasa tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 185
894
melarang anak-anak supaya nggak relapse, ya karena itu salah.
percaya apabila dirinya mampu tidak
895
Slip nggak boleh, dan lapse itu juga sebenarnya nggak boleh.
sekalipun untuk demikian.
896
Tapi kalau diriku sendiri seperti mereka, sepertinya
897
unbelievable.
898
W: ngrasa unbelievable atau ngerasa nggak mungkin itu
(898-906) subjek merasa tidak mungkin
Subjek merasa tidak mampu
Pola kegagalan RD:
899
kenapa Sis?
untuk sepenuhnya abstinen karena dirinya
sepenuhnya abstinen karena
Pembiaran/ letting it
900
S: nggak mungkin karena apa yaa.. dari pikiran, karena
merasa pasti akan mengalami pikiran yang
subjek masih sering mengalami
happen (900-903)
901
pikiran itu ada jenuh, nah kalau jenuh itu pasti mikirnya “ke
jenuh.
LAPSE apabila merasa jenuh.
902
sana”. Kecuali kalau dia ngarahinnya untuk kegiatan atau ke
Subjek merasa cara yang
903
kerjaan yang lain. Tapi kalau yang dulunya addict sabu, itu
efektif adalah dengan cara
904
bisa dialihkan. Tapi kalau puttau, ya itu tadi karena bahannya
mengalihkan pikiran ke dalam
905
ga ada, barangnya ga ada. Pasti dia ga akan mencari. Tapi
bentuk kegiatan.
906
kalau sabu tetep, karena semua itu ada di pikiran.
907
W: berarti kalau relapse sabu, dia bakal carinya sabu lagi ya?
(907-914) subjek mengatakan bahwa
908
S: iya. Begitu juga puttau, kalau ada barangnya ya larinya ke
relapse berarti kembali ke drug choice
909
puttau lagi. Kalau puttau, kalau dia ada faktor untuk dia
(narkoba pilihan) yang terdahulu. Subjek
910
abstinen ya, entah dia udah menikah, atau udah kerja yang
mengatakan bahwa puttau memiliki
911
bener, dia larinya ke sabu. Pokoknya yang “slip” itu tadi yang
kemungkinan abstinen yang lebih sulit
912
dibawahnya puttau. Karena kalau sabu itu masih bisa berhenti
dibandingkan dengan sabu.
913
total dengan intens atau jangka waktunya ga selama puttau.
914
Bukan berarti puttau itu ga bisa berhenti atau ga bisa abstinen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 186
915
W: kalau pas abstinen itu berarti sering ya muncul pikiran
(915-920) selama abstinen, subjek sering
Pada kondisi abstinen
Subjek sering alami
916
untuk pakai?
mengalami munculnya kembali pikiran
sekalipun, subjek masih
LAPSE. (917-920)
917
S: iya. Ya itu tadi munculnya dua bulanan sekali.
untuk menggunakan narkoba.
mengalami munculnya pikiran-
918
W: berarti munculnya pikiran itu saat kondisi emosi yang
pikiran (dorongan) untuk
919
suntuk dan sendiri itu ya Sis?
kembali menggunakan.
920
S: iya
921
W: nah, Sis X sendiri bagaimana caranya untuk
(921-940) cara subjek mengusahakan agar
Subjek memilih mengalihkan
Ekologi – mikrosistem
922
mengusahakan agar slip atau lapse bahkan relapse itu supaya
relapse tidak terjadi adalah dengan
untuk mencegah LAPSE yang
(924-934)
923
tidak terjadi?
beranjak dari tempat seperti pergi bersama
berkepanjangan. Cara subjek
924
S: oke, ini terjadi beberapa waktu yang lalu ya. Nah aku
teman untuk karaoke, duduk di gazebo,
mengalihkan yaitu dengan cara
Cegah pola kegagalan
925
hubungi, kebetulan ada temen juga kan di sini. Yaudah deh
ataupun yang lainnya agar pikiran tersebut
berpindah atau beranjak dari
RD:
926
kita pergi karaoke. Kalau enggak, kita ngapain gitu kan. Yang
tidak terus-menerus berlangsung. Subjek
tempat.
Cegah kelambanan
927
penting pergi. Sebenernya untuk pikiran itu ada. Misalnya nih
mengatakan bahwa pikiran tersebut dapat
928
aku duduk di sini, lalu aku mikir, atau aku ngalami lapse itu
hilang apabila dirinya sudah berpindah
929
kan. Aku sebenernya harus pergi, cuma beberapa menit doang,
tempat. Subjek mengatakan bahwa hal
930
dan itu sebenernya sudah hilang, tanpa dipengaruhi temen-
tersebut sangat efektif untuk menghindari
931
temen di sekitarnya untuk pakai, nh itu sebenernya udah ilang.
lapse (pikiran) yang muncul terus-
932
Lima menitan aja dah, misal aku lapse di dalem ruangan ini,
menerus.
933
nah aku keluar ke teras atau ke gazebo itu aja udah ilang
934
lapsenya.
935
W: berarti pindah tempat gitu ya Sis?
psikologis (936-940)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 187
936
S: iya. Itu kita harus berani untuk larinya itu lho. Kadang tu ya
937
pikiran itu muncul, sampai kita tu lupa untuk pergi dari
938
tempat. Padahal pergi dari tempat itu efektif banget buat
939
hindari lapse itu tadi, lapse yang terus-terusan. Jadi kalo
940
sekalinya mikir, mending kita langsung minggat dari tempat.
941
W: kalo hambatan, atau hal-hal yang sekiranya dianggap
(941-957) faktor yang dianggap
Subjek merasa bahwa dirinya
Pola umum kegagalan
942
menyulitkan untuk bertahan waktu abstinen itu apa sih Sis?
menyulitkan subjek untuk menjaga kondisi
tidak mampu apabila terus-
RD:
943
S: yang sulit untuk abstinen? Yang sulit itu kalo kita. Ehhm
abstinen adalah dirinya merasa gregetan
menerus untuk mengontrol
Regulasi diri= kekuatan
944
gini aja deh, aku critain dari aku aja ya. Jadi misal kayak aku
(sebal) terhadap orang yang sedang
emosinya. Subjek juga
yang terbatas (943-951).
945
sekarang ini, dengan posisi kerjaku yang sekarang ini, berarti
menggunakan narkoba di panti rehabilitasi.
mengalami SLIP karena
946
aku mesti clean atau bersih. Tapi kadangkala aku ngelihat
Subjek merasa dirinya tidak mampu untuk
merasa ada faktor pemicu
Pola sebab akibat
947
orang yang pakai, padahal kita di sini sama-sama clean.
mengontrol emosi secara terus-menerus.
dirinya kehilangan kontrol
kegagalan (954-957)
948
Gregetan, emosi, nah itu sebenernya kan kita mesti handle
Subjek merasa adanya faktor pemicu yang
emosi yang terjadi di
949
feeling kan. Cuma kadang, tapi yang namanya pikiran juga ga
membuat dirinya mengalami SLIP.
lingkungannya
950
bisa diprogram untuk handle feeling terus. Kadang itu yang
951
ada “miss”nya dikit.
952
W: berarti lebih karena diri sendiri yang ga bisa handle feeling
953
gitu ya? Lalu ngelihat gitu ya?
954
S: iya karena ada faktor “X”nya. Memang tidak menyangkali
955
ya.. karena memang semua itu dari diri sendiri. Tetapi ada
956
juga faktor pemicunya kan. “Ah ini orang mabok-mabokan
957
mulu”, nah kitanya kan jengkel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 188
958
W: kalau menurut pengalamannya Sis X, kalau pas ada yang
(958-970) subjek merasa bahwa teman-
Subjek memilih mengontrol
Ekologi – mikrosistem
959
kayak gitu, yang dilakuin apa Sis?
temannya sudah memahami subjek bahwa
emosi dan mengalihkan
(963-968)
960
S: aku diem, ga langsung marah-marah ke orang itu. Paling
ketika dirinya mengajak temannya untuk
dorongan dengan pergi dari
961
aku langsung pergi aja. Keluar dari panti.
keluar dari panti, berarti subjek sedang
tempat bersama teman yang
962
W: berarti biar ga larut gitu ya sama kondisi di tempat?
dalam keadaan yang tidak baik. Subjek
dirasa sudah memahaminya
963
S: he‟em. Dan untungnya temenku itu udah paham kalo aku
mengatakan bahwa dirinya juga berkata
sebagai langkah antisipasi.
964
itu ngajakin keluar tu pasti aku lagi ga enak, karena aku juga
jujur dengan kondisi yang sedang ia alami.
965
udah ngomong. “Jujur Bro, Sis, pikiranku lagi ga ini..” Nah
966
kita pergi karaoke, ntar patungan. Gitu sis. “Yang penting
967
bisa nylametin yang satu ini”, mungkin pikir mereka kayak
968
gitu daripada akunya nanti kayak gimana gitu kan.
969
W: jadi ibaratnya sebelum kena ya
970
S: iya, antisipasi lah.
971
W: lalu peran keluarga, masyarakat, atau temen selama
(971-976) subjek merasa bahwa
Subjek menjadi role model
Menjadi role model (973-
972
abstinen itu gimana Sis?
lingkungan sekitarnya tahu bahwa subjek
bagi residen di panti
976)
973
S: karena mereka udah tau aku kerja di sini, aku karyanya di
bekerja di panti rehabilitasi dan menjadi
rehabilitasi
974
sini, yaudah, mereka percaya aja sih. Karena mereka mikirnya
role model (panutan) bagi residen.
975
aku udah jadi role model, gitu. Jadi role model buat yang lain-
976
lainnya, jadi, ya percaya.
977
W: lalu waktu awal-awal abstinen, saat Sis X kembali ke
(977-989) subjek mengatakan bahwa
Subjek juga mendapatkan
Cegah pola kegagalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 189
978
keluarga begitu, nah tanggapan keluarga Sis X bagaimana?
keluarganya memberi tanggapan yang
tanggapan tidak enak pasca
RD:
979
S: tanggapannya ya, kalau untuk keluarga inti ya positif.
positif saat subjek mengalami abstinen.
dirinya direhabilitasi.
Cegah kelambanan
980
W: kalau yang lain-lain?
Akan tetapi, apabila subjek mendapatkan
Subjek memilih menghindar
psikologis (984-987)
981
S: kalau yang lain-lain stigma “itu” ya pasti ada.
stigma yang tidak menyenangkan, subjek
ketika dirinya merasa adanya
982
W: kalau pas lagi dapet stigma yang tidak enak begitu, Sis X
akan pergi dari perkumpulan tersebut,
omongan yang tidak
983
sendiri tanggapannya bagaimana?
terutama saat subjek merasa ada yang tidak
menyenangkan bagi dirinya.
984
S: pergi. Aku lebih baik pergi sih orangnya. Misal, lagi
menyenangkan dari cara melihat atau cara
985
kumpul-kumpul di sini. Misal dari cara ngelihatnya, karena
berbicaranya.
986
memang sensitif kan. Diliat dari cara mereka ngelihat, terus
978
dari omongannya udah nggak enak gitu mendingan aku pergi.
988
W: berarti
989
S: menghindar. Iya menghindar gitu ya.
990
W: misal nih Sis, ada temen-temen deket. Nah temen-temen
(990-1003) apabila berada di lingkungan
Mengalihkan= menghindari
Cegah pola kegagalan
991
itu kan udah lama kan ya Sis X ada di komunitas itu. Lalu
yang kembali menawarkan narkoba pada
dengan cara menarik diri.
RD:
992
kumpul nih, terus ditawarin “nih, coba lagi”. Nah itu Sis X
subjek, subjek lebih baik menarik diri/
Mengalami SLIP ketika berada
Cegah kelambanan
993
gimana? Makai sedikit atau enggak sama sekali?
menghindar dan tidak menggunakan
di kerumunan.
psikologis (984-987)
994
S: kalau itu sih, selama ini ada. Kayak gitu ada dan untungnya
narkoba pilihannya (puttau). Subjek
995
aku langsung menarik diri gitu lho. Itu pernah aku lakuin, aku
mengatakan ia menggunakan narkoba yang
996
menarik diri sama aku ga mau pakai drug chioceku itu. Jadi
dirasa masih dapat dikendalikan oleh
997
aku pakai yang masih bisa aku kontrol, jadi aku makai
subjek. Subjek mengatakan bahwa ketika
998
sebrangnya.
dirinya relapse, berarti ia mengalami
999
W: makai sebrangnya? “slip” dong berarti?
kegagalan dalam proses recovernya/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 190
1000
S: iya “slip” daripada aku “relapse” gitu kan. Karena aku
1001
mikirnya, kalau aku relapse, berarti aku udah ga ada recovery.
1002
Konsekuensinya itu, udah ada di bayangan otak kalau itu pasti
1003
terjadi, makanya aku enggak mau relapse.
1004
W: hmm aku pengen tau Sis, misal Sis X tadi bilang
(1004-1018)subjek mengatakan bahwa
Subjek mengalami SLIP saat
Ekologi – mikrosistem
1005
mengalami “slip” ya, atau pakai drugs yang sebrangnya. Nah
dirinya mengalami SLIP karena pengaruh
berkumpul dengan teman-
(1009-1018)
1006
kan Sis X juga bilang ga merasakan efeknya. Itu kok tetap
teman. Pengaruhnya antara lain, subjek
temannya dahulu (sesama
1007
dikonsumsi itu kenapa Sis? saat itu, walaupun itu tidak
merasa tidak bisa langsung menarik diri
pemakai). Subjek merasa perlu
1008
menimbulkan kecanduan. Nah itu kenapa Sis?
begitu saja. Subjek mengonsumsi narkoba
mengonsumsi agar teman-
1009
S: saat itu ya, karena oh pengaruh temennya juga seperti itu
yang masih dapat di kontrol oleh subjek.
temannya tidak merasa curiga
1010
kan. Karena gini, kalau pada saat itu aku narik diri, kan nggak
1011
mungkin, gitu. Atau mungkin karena keadaannya yang ga
1012
mungkin aku langsung pergi gitu aja. Jadi aku pakai “itu” pun
1013
karena sudah ada di situ. Yang “slip” itu memang sudah ada di
1014
situ. Dan memang ga ngrasain titik nikmatnya itu kan. Itupun
1015
baru aku tinggal karena aku ngerti, ini aku pakai, masih bisa
1016
aku kontrol. Jadi aku perginya juga enak gitu kan. Lalu temen-
1017
temen bilang, “oh berarti kamu sekarang udah ga makai itu?”.
1018
Kira-kira gitu sis
1019
W: berarti pakai itu sekedar biar temen-temen ga curiga atau
(1019-1026) subjek mengatakan bahwa
1020
gimana?
teman-temannya memiliki sikap yang
kesembuhannya.
atau paranoid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 191
1021
S: iyaa karena temen-temen taunya aku udah direhab. Karena
paranoid atau cemas karena mengira
1022
mereka agak-agak parno juga sih sebenernya. Parno dalam
bahwa subjek akan membawa pihak BNN.
1023
pertemanan ini ntar mereka ngira, “wah ntar nih bawa BNN
1024
atau segala macem gitu”.
1025
W: berarti makainya supaya mereka ga ngerasa parno aja?
1026
S: he‟em..
1027
W: misal nih ya Sis, kan Sis X berada di lingkungan luar. Dan
(1027-1037) subjek mengatakan apabila
Subjek cenderung menghindar
Cegah pola kegagalan
1028
ga semuanya itu positif. Nah itu apa yang Sis X lakukan?
dirinya berada di lingkungan yang dirasa
apabila berada di lingkungan
RD:
1029
S: berada di lingkungan yang ga mendukung? Kalo aku sih
kurang mendukung, subjek akan keluar
yang dirasa tidak
Cegah kelambanan
1030
tetep keluar.
dari lingkungan tersebut. Subjek akan
menyenangkan oleh subjek.
psikologis (1035-1037)
1031
W: berusaha keluar itu yang gimana Sis?
mencari lingkungan yang lain daripada
1032
S: maksudnya aku ya keluar dari lingkungan situ, aku mencari
harus memkasakan diri untuk berada di
1033
lingkungan yang lain.
lingkungan tersebut.
1034
W: daripada memaksakan di situ ya?
1035
S: iya. Kalau aku pribadi, aku ga bisa dipaksakan kalau
1036
lingkungannya itu mengarah-mengarah “ke sana”. Aku ga
1037
bisa. Mending stop ada di situ.
1038
W: Sis X sempat bercerita bahwa dulu awal mula pakai drugs
(1038-1063) saat ini, subjek
Menghindari adanya tekanan
Cegah pola kegagalan
1039
itu karena merasa masalah bertumpuk-tumpuk dan merasa
menyelesaikan masalahnya dengan cara
emosi akibat mengalami
RD:
1040
terpengaruh pergaulan juga kan ya. Nah kalau sekarang Sis X
memilih dan memilah, yaitu
masalah:
Cegah pola sebab akibat
1041
itu punya masalah, yang dilakukan apa Sis?
menyelesaikan masalah yang sekiranya
Subjek belajar mengatasi
kegagalan (1043-1055/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 192
1042
S: sekarang aku untungnya belajar memilah dan memilih. Jadi
masalah tersebut dapat ditangani terlebih
masalahnya dengan memilah
1043
misal banyak nih ya permasalahanku, di otak itu aku milih,
dahulu. Subjek juga berusaha mengelola
dan memilih, sekiranya mana
1044
mana nih masalah yang harus aku selesaikan dulu.
emosinya dengan mengatakan kepada
masalah yang terlebih dahulu
1045
W: itu contohnya gimana Sis? dan cara menyelesaikannya
dirinya untuk bersikap tenang. Subjek
akan diselesaikannya.
1046
gimana Sis?
mengatakan bahwa dirinya harus
Subjek juga mengontrol
1047
S: misal nih ya, aku di sini kan ada tuntutan kerja, ada tekanan
mengontrol emosinya
emosinya atas setiap masalah
1048
juga pastinya. Faktor misal dari residen atau gimana caranya
yang ia alami agar dirinya
1049
aku bisa kasih contoh ke mereka. Terus tiba-tiba nih ibuku
tidak mengalami tekanan
1050
telfon, “si kecil nih gini gini gini”. Terus masalah itu dateng
emosi.
1051
lagi dateng lagi. Nah, ini aku harus selesaikan yang mana dulu
1052
nih. Karena badan aku di sini, posisi aku di sini, ya aku
1053
selesaikan dulu yang ada di sini. Terus di sini (nunjuk kepala)
1054
itu “tenang tenang tenang”. Jadi lebih ke memanajemen
1055
konflik, atau memanajemen masalah gitu ya.
1056
W: berarti Sis X selesaikan masalah yang ada dan ga cuma
1057
nahan emosi kayak dulu ya?
1058
S: enggak.
1059
W: jadi masalah itu diselesaikan ya?
1060
S: he‟em. Misalpun ngehadepin masalah nih ya, itukan pasti
1061
ada emosional yang ga kekontrol gitu kan. Nah itupun juga
1062
harus belajar” ngerem”. Gimana caranya handle feeling itu
1063
tadi, biar ga emosional.
1060-1063)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 193
1064
W: lalu sekarang tujuannya Sis X itu apa? Bisa dikaitin sama
(1064-1081) subjek memiliki tujuan untuk
Unsur regulasi diri yang
Unsur Regulasi Diri:
1065
abstinennya. Jadi sekarang ini Sis X punya tujuan apa?
menyenangkan orang tuanya dan tidak
dimiliki subjek adalah subjek
Menetapkan tujuan (1066-
1066
S: tujuan ya. Tujuannya yaitu aku harus bisa nyenengin orang
membuat orang tuanya kecewa. Subjek
mampu menetapkan tujuan:
1069/ 1076-1079)
1067
tua. Nyenengin orang tua dan ga ngebuat mereka kecewa.
ingin dirinya semakin baik dan positif.
Tujuan yang dimiliki subjek
1068
Terus buat hidupku semakin baik, semakin positif. Udah itu
Subjek memiliki tujuan untuk menjaga
antara lain adalah ingin
1069
aja.
kesembuhannya.
menyenangkan orang tua,
1070
W: jadi bisa mermanfaat juga bagi orang lain?
hidup semakin positif dengan
1071
S: iya
memiliki manfaat di panti
1072
W: itu bermanfaatnya gimana Sis? Apakah dengan di panti
rehab, dan ingin menjaga
1073
rehab ini?
kesembuhannya
1074
S: iya di panti rehab ini.
1075
W: kalau tujuan jangka panjang gitu ada Sis?‟
1076
S: tujuan jangka panjang yang pasti kalau berhenti itu pasti,
1077
untuk menjaga recovery itu pasti, karena itu tujuan
1078
sebenernya. Untuk selanjutnya yaudah aku ikuti alur yang
1079
sedang aku jalani sekarang ini, kalo untuk karir.
1080
W: berarti semacam jadi role model begitu ya?
1081
S: iya
1082
W: mmmm kalau misal ada hambatan dalam mencapai tujuan,
(1082- 1094) subjek mengatakan bahwa
Self stopping yang dilakukan
Cegah pola kegagalan
1083
baik itu tujuan untuk menyenangkan orang tua ataupun jadi
dalam upayanya mencapai tujuan, dirinya
subjek:
RD:
1084
role model yang bagus bagi residen, itu yang dilakukan Sis X
mengatasi hambatan dengan cara
Subjek merasa bahwa dia
Cegah kelambanan
1085
apa saja buat atasi hambatan atau gangguan itu?
menghindar (pergi) agar pikirannya
merupakan tipe orang yang
psikologis (1086-1088)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 194
1086
S: pergi, udah pergi gitu aja. Pergi dari situ sebentar. Ga tau
kembali netral.
senang menghindar dari
1087
Sis, aku gitu orangnya ga tau kenapa. Pergi sebentar habis itu
pikiran-pikiran yang tidak
1088
balik, udah netral lagi.
diinginkan.
1089
W: berarti memang tipenya menghindar dulu ya?
1090
S: iya menghindar dulu. Untuk beberapa saat lah, sebentar aja.
1091
W: terus apa yang dilakukan Sis X supaya, kan gini, abstinen
1092
drugsnya udah mau jalan dua tahun kan ya, lalu bagaimana
1093
caranya Sis X menyadari, “oh bentar lagi aku bakal ada
1094
pikiran, dan lain-lain”.
1095
W: Nah caranya memantau diri supaya tujuan itu tercapai dan
(1095-1105) cara subjek memantau diri
Cara monitoring diri pada
Unsur regulasi diri:
1096
supaya abstinen itu tetap terjaga itu gimana Sis?
agar tergaja kondisi abstinennya adalah
subjek:
Monitoring (1097-1103)
1097
S: itu semua ada tanda-tandanya ya. “Wah ini pikiran udah
dengan mengenali tanda-tanda munculnya
Subjek menjaga abstinennya
Kenali tanda PAWS
1098
dateng ni, walaupun cuma sebentar nih”. Nanti kalau udah
PAWS. Subjek juga menyiapkan rencana
dengan menyadari/ peka tanda-
1099
lapse, takutnya slip. Kalau kayak gitu, aku jauh-jauh hari udah
dengan mengajak pergi teman untuk
tanda, yaitu bahwa dirinya
1100
harus ada plan atau rencana. Misal, “bro atau sis, yuk besok
mengatasi sinyal atau gejala tersebut.
mulai merasakan munculnya
1101
kita pergi ke mall” atau “yuk anterin karaoke, kita karaoke
1102
sebentar”. Yaudah gitu aja sih. Untuk menghindar dari udah
1103
ada sinyal-sinyal. Udah ngerti gitu.
1104
W: berarti harus peka sama sinyalnya ya
1105
S: ho‟o gitu. Udah peka
1106
W: terus kalau jadi role model yang baik itu standarnya
pikiran untuk menggunakan.
(1106-1116) menjadi role model yang baik
Subjek menjadi seorang role
Menjadi role model (1113-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 195
1107
gimana Sis? baiknya itu seperti apa?
menurut subjek adalah dengan
model di panti rehabilitasi
1116)
1108
S: baik jadi role model. Role model yang baik itu, gimana
mengendalikan pikiran dengan tidak
tempat dirinya bekerja.
1109
caranya. “misal nih anak, lagi kenceng-kencengnya pikiran
menggunakan narkoba walaupun pikiran
Subjek menjelaskan mengenai
1110
untuk makai, yaudah gimana caranya kita supaya dia nggak
tersebut sedang memberi sinyal yang
karakter role model yang baik
1111
melakukan itu”.
sangat kuat untuk menggunakan. Selain
menurut dirinya
1112
W: berarti role model yang baik itu menurut Sis X sendiri...
itu, subjek menjelaskan bahwa menjadi
1113
S: kita atur perilaku kita, terus kita atur juga dari bicara kita
role model yang baik adalah dengan
1114
supaya ga ngomong ke adiksi terus, kan itu ga boleh. Ga kasih
mengatur perilakunya sendiri dan tidak
1115
omongan yang negatif ke anak-anak. Yang pasti kita juga
memberi perkataan yang negatif kepada
1116
jangan sampai mabok di depan anak-anak. Udah itu aja.
residen.
1117
W: Sis X kan sering sekali menyebutkan handle feeling,
(1117-1128) cara subjek untuk handle
Subjek dapat mengontrol
Cegah pola kegagalan
1118
handle pikiran kan ya. Handlenya itu seperti apa Sis supaya itu
feeling (kontrol emosi) adalah dengan cara
emosinya dengan menerapkan
RD:
1119
pun bisa ke handle terus.
membuat dirinya sendiri santai, karena
suatu standar di pikirannya.
Cegah pola sebab akibat
1120
S: jadi gini, misal kita emosi nih ya, terpancing oleh masalah.
subjek mengakui bahwa dirinya
1121
Kalau aku sendiri karena aku basicnya itu emosian,
merupakan sosok yang temperamen
1122
temperamen gitu, yang meluap-luap gitu kan. Dari akunya
(mudah marah).
1123
gimana caranya, “oh yaudah dibikin nyantai”. Jadi intonasinya
1124
ga yang up and down, jadi dibuat datar. Ya dipikiran itu, di
1125
pikir sendiri.
1126
W: berarti semacam memiliki standar di pikiran, lalu
1127
mengikuti yang ada di pikiran itu ya?
1128
S: iya Sis.
kegagalan (1120-1125)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 196
1129
W: gini Sis, kan godaan atau pikiran itu kan bisa aja dateng
(1129-1155) dalam menghadapi godaan
Self stopping:
Cegah pola kegagalan
1130
kapanpun dan bisa aja makin kuat. Lalu Sis X bilang, ya kalau
yang terus-menerus datang, subjek
Subjek melakukan penolakan
RD:
1131
mentalnya kuat, bisa aja mental lagi lemah ada orang godain,
mematahkan tawaran dengan kata-kata
terhadap tawaran dari orang
Cegah kelambanan
1132
yah jadi “begitu”. Nah kalau untuk Sis X sendiri agar semakin
penolakan terhadap orang yang
lain untuk mengonsumsi
psikologis (1134-1143)
1133
kuat dalam menghadapi hal seperti itu gimana Sis?
menawarkan narkoba pada subjek.
narkoba
1134
S: biasanya kita patahin. Misal nih aku ngalamin sendiri, aku
1135
waktu itu ditawari, “Sis, ada „ini‟ nih”. Dan itu adalah barang
1136
“slip” dari drug choiceku. Terus aku jawab, “ah itu mah ga
1137
enak, atau aku lagi bokek”. Nah caranya kita patahin dengan
1138
omongan yang enteng-enteng seperti itu. Dan “hal itu” ga
1139
akan terjadi. Dia kan istilahnya meracuni, tapi semakin kita
1140
ngasih tanggepan positif, kalo kita merespon „iya‟, dan merasa
1141
„klik‟, udah „itu‟ terjadi. Itu udah aku cobain kok. “Coba ya
1142
aku respon seperti ini, yang nolak itu”. Iya udah bener itu
1143
„mental‟.
1144
W: berati semacam belajar dari pengalam gitu ya Sis?
1145
S: iya. Itu aku coba
1146
W: pengujian gitu Sis?
1147
S: iya, ho‟o. Orangnya yang nawarin sama. Aku coba kalimat
1148
gini, “ah enggak, gue bingung bawanya”. Dan terus-terus dia
1149
mencoba kan, tetep ngeracunin terus dan aku tetep nolak
1150
dengan kalimat-kalimat itu tadi. Lalu dia nawarin lagi kan di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 197
1151
hari beda, dan itu pikiran juga lagi suntuk, dan ketemu lawan
1152
yang „makai‟. Lalu aku iyain, yaudah terjadi. Jadi kalau ga
1153
dari diri kita sendiri, mustahil Sis bisa. Walaupun dari
1154
lingkungan yang kayak gimana pun, kalau dari diri sendiri ga
1155
„move‟, ga bakal bisa.
1156
W: lalu Sis X memandang “slip” dan “lapse” itu seperti apa?
(1156-1168) subjek mengatakan bahwa
Subjek memandang bahwa slip
Pandangan mengenai SLIP
1157
S: hal yang biasa. Karena itu bagian dari recovery itu tadi.
slip dan lapse merupakan bagian dari
dan lapse merupakan bagian
dan LAPSE
1158
W: berarti selama itu ga relapse atau kambuh lagi jadi addict
recovery. Bagi subjek hal tersebut masih
dari recovery.
1159
itu gapapa?
dapat ditoleransi selama individu tidak
1160
S: iya gapapa. Yang penting masih bisa dikontrol. Kalau udah
mengalami relapse.
1161
relapse, udah itu ga bisa di kontrol. Sama dengan halnya orang
1162
pemakai sabu, terus dia “slip”nya ke koplo atau ke alkohol.
1163
Tapi kan ga tau orang ini bisa atau enggak mengontrol
1164
“slip”nya itu tadi. Tapi kalau dia relapse dan dia balik lagi ke
1165
sabu, aku jamin dia ga akan bisa kontrol. Karena apa? Dia
1166
udah dapetin kenyamanan di situ. Coba dikasih puttau, pasti
1167
pada ga mau, kalopun dikasih gratis, pasti pada ga mau.
1168
Karena kalau puttau itu udah ga bisa di kontrol.
1169
W: Sis, maksudnya impossible buat clean itu gimana?
(1169-1182) subjek menceritakan
Subjek kurang memiliki
Kurangnya self efficacy
1170
Terutama bagi Sis X..
mengapa dirinya tidak mampu sepenuhnya
keyakinan diri bahwa dirinya
(1171-1182)
1171
S: impossible itu yaa karena realitasnya ya, kalo presentase ya
clean (bersih/ abstinen) karena subjek
mampu sepenuhnya bersih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 198
1172
dibilang 80 banding 20. Maksudnya itu ya sebagian besar dari
merasa bahwa dirinya tidak mampu perfect
Akan tetapi, sisi positifnya
1173
kita itu ga bisa clean kan ya, ada proses untuk slipnya, ada ada
(sempurna) sebagai manusia. Di sisi lain,
dalah subjek tidak menganut
1174
relaspenya. Kalau aku sendiri ya, namanya juga manusia, ga
subjek tetap berusaha karena tidak ingin
zero tolerance.
1175
bisa perfect untuk itu. Tapi ya aku berusaha, karena aku udah
mengulang pengalamannya yang
1176
janji ga mau kayak dulu lagi kan. Tapi kesandung itu pasti
terdahulu. Subjek mengatakan bahwa
1177
ada, masalah pasti ada. Ya aku cuma bisa berusaha aja supaya
untuk benar-benar clean, membutuhkan
1178
tidak kembali relapse. Paling engga, tapi kalo aku pribadi
waktu dan subjek tidak bisa memastikan
1179
memang lebih ke slip. Jadi kalau dibilang clean itu ya semua
bagaimana realitas ke depannya.
1180
itu ada waktu ya. Ke depannya memang aku cuma bisa
1181
berbicara, tapi tapi realitanya ke depan seperti apa aku ga bisa
1182
memastikan itu.
1183
W: tidak bisa memastikan itu gimana Sis?
(1183-1188) subjek mengatakan bahwa
Subjek merasa bahwa
Pola Kegagalan Regulasi
1184
S: ya karena ada masalah juga ya. Namanya juga orang ya,
dirinya tidak dapat memastikan karena
kekuatannya masih terbatas,
Diri:
1185
kita sebagai pecandu bisa aja tidak kuat karena ada masalah
masalah pasti dialami dan subjek
yaitu adanya kemungkinan
Kekuatan yang terbatas
1186
itu tadi. Udah coba buat nahan, tapi mau gimana juga bisa aja
mengatakan bahwa sekuat apapun
untuk jatuh kembali karena
(1184-1188)
1187
jatuh lagi kan. Aaaa slip juga akhirnya, pakai alkohol lah atau
mencoba menahan masalah, suatu ketika
merasa belum memiliki
1188
pakai drugs yang di bawahnya.
bisa saja jatuh.
kekuatan yang cukup.
1189
W: kalau dari diri sendiri, apakah ada keinginan untuk clean?
(1189-1201) subjek memiliki keinginan
Subjek memiliki keyakinan diri
Self efficacy yang kurang
1190
S: kalau dari diri sendiri pengennya clean. Dan memang, “oh
untuk clean (bersih). Subjek mengatakan
yang kurang sehingga dirinya
(1190-1198)
1191
iya kamu harus janji sama diri kamu sendiri”. Aku niatnya
bahwa dirinya clean, yaitu abstinen dengan
masih mengalami slip. Di
1192
pengen clean, tapi kayak kemarin, aku sempet slip. Tapi
drug choicenya. Subjek mengatakan
samping itu, subjek mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 199
1193
dalam sebelumnya aku udah bilang kalau aku clean aku
bahwa dirinya mengalami slip ketika
slip karena merasa memiliki
1194
abstinen ya. Sampai sekarang pun aku abstinen dengan drug
dalam keadaan benar-benar jatuh, yaitu
kekuatan yang terbatas.
1195
choiceku, cuma memang aku pernah slip. Nah itulah yang
keadaan ketika tidak lagi sanggup
1196
harus dikuatkan, dan aku berusaha untuk menguatkan itu
menahan.
1197
supaya tidak slip lagi. Dan slip itu aja memang saat keadaan
1198
bener-bener lagi jatoh.
1199
W: jadi karena memang ada masalah gitu ya slipnya?
1200
S: iya, karena kita udah berusaha nahan dan memang kita itu
1201
semacam kesandung ya
1202
W: waktu mengalami slip itu perasaannya gimana Sis?
(1202-1218) subjek mengatakan bahwa
Subjek mengalami slip karena
Mengalami slip
1203
S: slip itu bagi aku juga kesalahan ya, karena kita jatuh. Tapi
slip merupakan suatu kesalahan karena itu
dirinya ingin mengobati rasa
(1211-1214)
1204
bukan relapse ya, karena relapse itu kembali lagi pakai drug
adalah kejatuhan. Akan tetapi, subjek
rindu menggunakan narkoba.
1205
choice yang sama. Karena bagi aku untuk mengobati rasa
merasa sah-sah saja untuk mengobati rasa
1206
pengen pakai itu sah-sah aja ya. Karena recovery itu milik
kangen. Subjek mengatakan tidak
1207
pribadi, otomatis pengalamannya juga beda, ga bisa sama.
merasakan efek yang diinginkan selama
1208
Tapi juga harus tahu porsi, tahu kondisi tubuh kita, tapi sejauh
mengalami slip. Pasca rehabilitasi hingga
1209
ini saya slip itu mental semua Sis karena rasanya ga dapet.
saat ini, subjek mengalami slip sebanyak
1210
W: jadi pakai itu buat?
dua kali.
1211
S: pengen mengobati rasa “ah pengen gini ya, pengen gini
1212
ya”. Yang penting ada drugs, yang penting ada zat yang
1213
masuk. Tapi tidak mau kembali ke karakter drugs yang
1214
sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 200
1215
W: kalau slip itu kalau diinget-inget udah berapa kali
1216
mengalami slip Sis? Selama abstinen atau selama recovery
1217
ini..
1218
S: dua.
1219
W: Sis, PAWS itu dirasa mengganggu ga?
(1219-1231) PAWS dirasa mengganggu
Gejala PAWS dirasa
Mengalami PAWS
1220
S; ya mengganggu, karena buat apa-apa ga enak. Apalagi itu
oleh subjek dan membuat subjek berpikir
mengganggu oleh subjek.
(1220-1221)
1221
juga ada emosionalnya ya, jadi ya ga nyaman.
untuk kembali menggunakan.
1222
W: selama PAWS itu ada pikiran buat pakai Sis?
Subjek merasa bahwa dirinya mampu
1223
S: ya ada, justru itu yang mengganggu Sis.
kontrol emosi dengan cara fokus satu per
1224
W: nah kalau PAWS itu kan Sis X juga sempat bilang kalau
satu dan menyikapi dengan tenang.
1225
handle feeling kan. Itu apa aja Sis yang dilakukan supaya Sis
1226
X bisa dikatakan mampu handle feeling? Lebih ke prosesnya,
1227
nah itu gimana Sis?
1228
S: kalau dulu itu apa-apa berpikirnya instan, pengen yang
1229
serba cepet kan. Nah kalau sekarang tu pikirnya pelan-pelan,
1230
fokus, satu per satu. Kalau ga bisa, ada tuh perasaan kecewa,
1231
emosi, nah di situ aku menyikapinya ya tenangin diri sendiri.
1232
W: kalau selama ini apa yang dirasa membantu Sis, terutama
(1232-1241) subjek mengatakan bahwa ia
Subjek merasa mendapatkan
Ekologi:
1233
dari orang tua dalam menjaga Sis X tetap abstinen?
mendapatkan dukungan dari orang tuanya.
dukungan dari ibunya.
Mikrosistem (1234-1239)
1234
S: cukup besar ya. Contoh, kalau aku pulang, ibu aku ga
Dukungan yang dirasakan berupa motivasi
1235
pernah kasih omongan yang ngungkit masa lalu, ga pernah
dari ibunya. Selain itu subjek juga
Cegah pemberontakan atensi (1228-1231)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 201
1236
flash back ya. Terus juga kasih motivasi walaupun pakai kata-
mengingat akan anaknnya. Ibu dan
1237
kata yang terselubung. Selain itu juga mau jagain anak aku.
anaknya dianggap sebagai motivasi bagi
1238
Anakku juga udah tau, apa itu narkoba, efeknya gimana dan
subjek.
1239
apa aja yang harus dijauhi.
1240
W: jadi motivasi dari orang tua, juga anak ya?
1241
S: iya, orang tua, anak, dan diri sendiri.
1242
W: selama abstinen itu hal-hal yang menurut Sis X harus
(1242- 1255) subjek mengatakan untuk
Subjek bekerja di panti rehab
Menjadi role model (1253-
1243
dihindari itu apa?
menjaga kondisi abstinen adalah dengan
untuk menjadi role model.
1255)
1244
S: ya menghindari ajakan yang mengarah ke situ ya. Dan lagi
menghindari ajakan yang mengarah ke
Dengan demikian, subjek
1245
aku kerja di sini ya, yang mana itu isinya pecandu semua. Dan
pada menggunakan kembali.
merasa mampu memantau
1246
mereka itu bebas keluar masuk. Itu jadi godaan juga Sis.
Subjek mengatakan bahwa pekerjaan
perilakunya dan merasakan
1247
W: kalau di sini banyak godaan, kenapa malah kerja di sini
sebagai konselor adiksi merupakan sebuah
adanya tantangan
1248
Sis?
tatangan bagi subjek.
1249
S: karena itu tantangan ya. Masa iya aku harus terus
Subjek menjadi seorang role model bagi
1250
menghindar dari kenyataan. Misal juga aku lihat jarum suntik
residen dan sebagai sarana untuk memberi
1251
di rumah, ya aku harus bisa lawan itu.
kesibukan bagi subjek.
1252
W: lalu cara Sis X ngehadepin tantangan itu gimana?
1253
S: kalau di sini aku mencoba jadi role model buat mereka.
1254
Juga aku cari kesibukan. Tapi ya ternyata itu kesibukan dateng
1255
sendiri. Hahhaa.
1256
W: selain handle feeling, apa yang dilakukan biar tetap
(1256-1271) subjek mengatakan bahwa
Walaupun subjek kadang
Self efficacy (1258-1277)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 202
1257
abstinen Sis?
dirinya harus yakin. Walaupun terkadang
merasa pesimis, namun subjek
1258
S: yakin. Aku harus yakin kalau aku bisa. Ya walaupun
pesimis, subjek berusaha mengalahkan
tetap memiliki keyakinan diri
1259
kadang ada pesimisnya. Kalau muncul pikiran pesimis tadi, ya
rasa pesimis dengan rasa yakin.
1260
kita harus kalahin dengan yakin itu tadi. Ini aku lagi proses
Subjek mengatakan bahwa masa
1261
mencoba Sis, masih berusaha bener-bener ini. Dan menurutku
abstinennya terbilang masih awal. Subjek
1262
waktu aku dua tahun abstinen itu masih muda ya, masih
mengatakan bahwa perjalanan menuju
1263
kehitung baru dan bentar. Maka dari itu aku ga tahu ke
abstinen itu panjang dan memungkinkan
1264
depannya gimana, tapi dari aku pribadi sebagai manusia aku
orang untuk slip bahkan relapse.
1265
berusaha pastinya. Dan selama mau bener-bener abstinen itu
1266
perjalanan bisa panjang Sis. Orang itu bisa aja ada slipnya,
1267
bahkan relapse. Karena ada yang bilang, udah lewat 1000 hari
1268
itu udah bisa bener-bener abstinen ya. Cuma untuk
1269
prakteknya, aku belum ngerasain yang 1000 hari itu. Karena
1270
untuk slip, itu aja sebenernya udah ngulang lagi. Ngulang
1271
untuk abstinen dari segala jenis drugs, apapun itu.
PROBING
1272
W: jadi begini Sis, yang membuat Sis X termotivasi terus dan
(1272-1287) hal yang membuat subjek
Motivasi yang dimiliki oleh
Sumber Motivasi: (1276-
1273
supaya tidak jatuh itu apa Sis?
termotivasi agar tidak kembali jatuh
subjek berasal dari ibu, anak,
1287)
1274
S: karena ibu, anak, dan diri sendiri
(kambuh) adalah adanya motivasi yang
dan dirinya sendiri. Subjek
Mendapat dukungan dari
1275
W: jadi itu kayak gimana Sis maksudnya?
positif dari ibunya, menjaga masa depan
mendapatkan dukungan yang
ibunya.
1276
S: ya karena ada motivasi. Misal nih dari ibu, dan ibu itu kasih
anaknya, dan dari dirinya sendiri. Subjek
positif dari ibunya.
Ingin menjaga masa depan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 203
1277
yang positif-positif. Ibu bilang, “udah dek, kamu mau sampai
mengatakan bahwa dirinya selalu berpikir
Subjek merasa ingin menjaga
anaknya.
1278
kapan kayak gitu terus?”. Dari situ ya aku tanem dalam otak,
panjang apabila ingin kembali mengambil/
masa depan anaknya.
Mengingat efek merugikan
1279
terus dari aku sendiri juga ayo, aku juga pengen berubah. Ibu
mengonsumsi barang (narkoba). Subjek
Subjek juga selalu mengingat
dari narkoba.
1280
juga support biar aku ga jatoh lagi. Lalu kalo dari anak juga,
mengingat efek narkoba pada dirinya
efek yang merugikan yang
1281
anakku juga udah gede udah umur segitu, pastinya dia juga
seperto membuat badannya hancur. Karena
ditimbulkan dari narkoba.
1282
udah taulah soal drugs. Misal aku mau ngambil “barang”,
itu, subjek mengatakan lebih menguatkan
1283
langsung keinget, “masa anakku buat masa depannya cuma
aspek pikirannya.
1284
sampe segitu doang”. Terus kalo masih keganggu juga, ya
1285
akhirnya dari diri sendiri. Aku inget efeknya yang bakal
1286
panjang banget, gini aja badanku udah ancur lebur gitu kan.
1287
Kalo aku lebih kuatin ke pikiran aja.
1288
W: tujuannya Sis X itu apa supaya tidak jatuh lagi?
(1288-1308) subjek memiliki tujuan agar
Tujuan atau keinginan subjek
Sumber motivasi: (1295-
1289
S: tujuannya itu ya karena aku pengen ngerasain totally clean
dirinya mampu merasakan kondisi clean
adalah ingin merasakan kondisi
1305)
1290
dan totally sober. Dan saat ini saya memang masih belum
and sober (bersih dan hidup sehat). Subjek
bersih dan hidup sehat.
Dukungan dari ibunya
1291
sober ya, belum hidup sehat. Dan itu pengen saya lengkapi itu
memiliki tujuan seperti itu karena merasa
Dasar dari tujuan yang dibuat
Ingin mencukupi
1292
clean and sober.
bahwa ibu dan anaknya dalah sosok yang
oleh subjek karena merasakan
kebutuhan anaknya.
1293
W: itu bisa muncul motivasinya buat anak dan ibu itu dari
care (peduli) padanya. Selain itu, subjek
kepedulian dari ibunya dan
1294
mana Sis?
mengatakan bahwa dirinya masih memiliki
ingin mencukupi kebutuhan
1295
S: ya saya dari pikiran aja ya. Saya mikir, “oh, karena yang
sisi untuk berpikir, seperti untuk
anaknya.
1296
bener-bener care, bener-bener peduli ya cuma mereka aja”.
mencukupi kebutuhan anaknya.
1297
W: kok Sis X bisa punya pikiran seperti itu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 204
1298
S: karena saya masih punya sisi untuk mikir ya, jadi itu yang
1299
timbul. Emang perasaan ya.
1300
W: nah itu bisa mikir bisa merasakan itu dari mana Sis?
1301
S: ibaratnya itu gini, segalak-galaknya harimau, sebuas-
1302
buasnya macan, mereka tu masih bisa mikir. Mikirnya itu
1303
dalam artian, “oh mereka masih bisa ngasih makan ke anak,
1304
masih bisa ngelindungin anak”. Iya karena naluri manusia ya.
1305
Karena aku harus bisa ngehidupi anakku.
1306
W: berarti kalo aku simpulin itu karena adanya motivasi dari
1307
luar seperti Sis X itu harus bisa mencukupi kebutuhan anak
1308
begitu ya?
1309
W: nah terus begini Sis, sekarang ini kan Sis X bisa handle
(1309-1323) subjek memiliki cara handle
Subjek mendapatkan role
Mendapatkan role
1310
feeling dengan cara tiap muncul pikiran pengen pakai, lalu Sis
feeling (kontrol emosi) dengan cara
model dari konselor adiksinya
model/ contoh untuk
1311
X langsung pergi. Nah, Sis X itu bisa punya gaya handle
menghindar karena dirinya mendapatkan
sehingga subjek memiliki cara
mengontrol emosinya.
1312
feeling seperti itu, atau bisa handle feeling itu tadinya
contoh dari Bro Y (konselor adiksinya).
handle feeling yang serupa.
(1312-1321)
1313
bagaimana Sis?
Bro Y merupakan seorang mantan
1314
S: bermain pikiran. Jadi sebelumnya aku juga melihat contoh
pecandu, sehingga subjek merasa
1315
nyata role modelnya. Kalo aku di sini role modelnya adalah
menndapatkan contoh yang nyata. Selain
1316
Bro Y, jadi dia dulu juga pecandu tapi bisa sembuh. Bro Y itu
itu, subjek mengatakan bahwa dirinya
1317
kalo aku lihat dia sering diterpa masalah, tapi dia itu kok
merasa yakin karena Tuhan masih sayang
1318
tenang. Jadi aku punya contoh nyata dari dia itu. Kenapa saya
kepadanya.
1319
bisa handle feeling ya karena saya melihat ada contoh nyata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 205
1320
W: terus apa yang bikin Sis X yakin kalau Sis X itu bisa
1321
menjalani dan melalui ini semua?
1322
S: saya yakin, walo saya ini jarang ibadah, tapi saya yakin
1323
kalo Tuhan sayang sama saya.
1324
W: terus apa yang Sis X lakukan supaya tetap yakin?
(1324-1340) subjek mengatakan agar
Sumber motivasi:
Sumber motivasi:
1325
S: melangkah yakin aja dan tetep positif thinking aja kalo aku.
dirinya yakin, ia tetap berpikir positif.
Merasakan efek tidak
Merasakan efek tidak
1326
W: terus apa yang membuat Sis X tetap yakin?
Subjek mengatakan bahwa dirinya percaya
menyenangkan dari kondisi
menyenangkan dari
1327
S: karena aku percaya ada harapan dan aku yakin aja kalo
akan adanya harapan dan merasa yakin
adiksinya.
kondisi adiksi.
1328
semua bakal kembali normal. Karena aku udah capek juga Sis,
bahwa semua akan kembali normal atau
Ingin mengurangi stigma
Ingin mengurangi stigma
1329
jenuh juga jadi pecandu. Ya karena saya ngerasa lelah Sis,
seperti sedia kala. Subjek mengatakan
negatif dari masyarakat
negatif dari masyarakat.
1330
lelah sama keadaan yang seperti “itu” terus. Karena aku udah
bahwa dirinya telah merasa lelah akibat
terhadap pecandu.
(1327-1337)
1331
ngrasain gimana rasanya hancur, dan itu ga enak banget.
kondisi adiksinya di masa lalu dan telah
1332
Hancur semua badanku ini. Jadi karena kegagalan, itu yang
merasa jenuh. Subjek juga merasakan
1333
jadi motivasi buat aku. Itu juga yang bikin aku punya tujuan
bahwa badannya terasa hancur. Subjek
1334
hidup. Aku juga dapat black label dari masyarakat, dari sosial
mengatakan adanya kegagalan membuat
1335
kan. Maka, aku harus tunjukkin kalo aku bisa. Aku tunjukkin
dirinya harus mampu menunjukkan ada
1336
kalo aku ada sisi positifnya dengan prestasi, “ini lho dulu aku
sisi positif dalam dirinya, yaitu dapat
1337
pecandu, sekarang aku bisa jadi role modelnya residen”.
menjadi role model bagi residen.
1338
W: oke Sis mungkin begitu saja. Terimakasih Sis untuk waktu
1339
dan kesediaannya.
1340
S: Oke Sis, sama-sama. Aku juga seneng kok bisa bantu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 206
TRANSKRIP WAWANCARA SUBJEK 2
W
: Interviewer
B
: Subjek 2
No
Verbatim
Deskripsi
Interpretasi
Tema
1
W: Bro aku mau tanya nih, dulu Bro Y bisa jadi seorang pecandu
(1-17) awal subjek menjadi
Adanya faktor pemicu
Ekologi:
2
itu bagaimana proses atau ceritanya?
seorang pecandu dikarenakan
subjek menjadi seorang
Mikrosistem (3-8)
3
B: jadi pecandu itu karena saya terlalu sayang dengan ibu. Karena
dirinya merasa sayang dengan
pecandu:
4
bapak itu yo rodo slewang-sleweng. Saya berpikir lho ya waktu
ibu dan merasa tidak terima
Subjek merasa bahwa
Pola Kegagalan Regulasi
5
itu, bapak keras dengan saya karena untuk menutupi kesalahannya
dengan perlakuan dari ayah
dirinya menjadi seorang
Diri:
6
saja. Waktu itu saya mikir, ibu saya wes di’pek karo wong liyo yo
tirinya. Subjek tidak berani
pecandu karena ayahnya
Pola sebab akibat
7
kan aku ra trimo. Aku yo meh ngomong atau mlayu nang ngendi
mengungkapkan kekecewaannya
bersikap keras kepadanya.
kegagalan adanya
8
kan saya ya ndak brani.
sehingga dirinya merasa tidak
Selain itu, subjek juga
faktor yang menjadi
9
W: hmmm ya kayak ngrasa ga ada jalan keluar
memiliki jalan keluar dan lari
merasa tidak diperhatikan
pemicu (3-8)
10
B: nah ya jalan keluarnya mending saya mendem wae biar saya
dari masalah dengan cara
oleh keluarganya
11
diperhatikan.
mendem (mabuk-mabukan).
Selain itu, subjek juga
Penyerahan/ pembiaran/
12
W: Bro sempat bilang, mending mendem aja biar diperhatikan.
Subjek menggunakan narkoba
merasa perlu untuk
letting it happen (10-11)
13
Nah kok bisa berpikir seperti itu kenapa Bro?
agar dirinya diperhatikan oleh
melupakan masalahnya
14
B: ya karena sumpek to melihat seperti itu. Tapi saya kan seorang
orang tuanya. Subjek merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 207
15
anak ya butuh kehangatan butuh perhatian. Jadi saya lebih
lebih nyaman bersama teman-
16
nyaman dengan temen-temen daripada sama keluarga. Tapi ya ga
temannya dibanding dengan
17
tau, kok ya adik-adikku ga ada yang seperti aku juga ga tahu saya.
keluarganya.
18
Kadang saya ya mikir, “apa emang ditakdirke jadi pecandu?”.
19
W: itu dulu prosesnya gimana aja Bro, kok akhirnya bisa menjadi
(19-48) awal sebelum menjadi
Kegagalan regulasi diri
Pola Kegagalan Regulasi
20
seorang pecandu itu awalnya pakai apa saja?
pecandu morfin, subjek adalah
yang dialami subjek:
Diri:
21
B: pertama kali mesti ya ngerokok, habis itu saya miras. Habis itu
seorang perokok dan sering
Subjek menggunakan rokok
Rolling the snowball (21-
22
ganja. Dulu namanya kokain mbak. Candu, itu adalah getahnya
mengonsumsi minuman keras.
dan mengonsumsi minuman
26)
23
ganja, dulu bisa dari situ. Terus pakai morfin. Dulu ga ada istilah
Subjek menjadi seorang pecandu
keras, yang mana hal
Reduksi pada monitoring
24
pecandu, user, penyalahguna, tapi dulu namanya morfinis. Awake
morfin sejak duduk di bangku
tersebut merupakan gerbang
deindividuasi (38-41;
25
mesti kurus karena jadi ga doyan makan, raiso turu, dan mesti
SMP. Subjek mendapatkan
menuju adiksi. Akhirnya
45-48)
26
takut sama air, makane ambune mesti ra enak.
narkoba dari sesama teman
subjek menjadi pecandu
27
W: berarti Bro Y dulu ga suka mandi?
pejabat.
morfin. Subjek juga
Ekologi:
28
B: tidak suka, dengan hujan saja saya takut.
Subjek merasa bahwa awal
kehilangan kewaspadaan
Mikrosistem (34-35)
29
W: Bro Y itu bener-bener jadi pecandu itu pas pakai morfin ya?
dirinya masih pada tahap
diri sehingga dirinya merasa
30
B: iya
“keinginan” menggunakan
membutuhkan narkoba dan
31
W: berarti dulu jadi pecandu itu SMP apa SMA Bro?
narkoba, dirinya masih mampu
tak mampu menilai benar
32
B: SMP ya, kelas 1 apa 2 gitu. Itu yang morfin.
menilai bahwa hal tersebut
atau salah.
33
W: terus itu dulu dapetnya dari mana Bro?
adalah salah. Akan tetapi, selama
Pengaruh lingkungan:
34
B: lak yo dulu namane anak pejabat kan yo dapetnya dari temen
menjadi pecandu, subjek tidak
Subjek mengonsumsi
35
pejabat.
dapat merasakan apakah hal
narkoba karena dirinya
36
W: waktu itu Bro Y tau ga kalo itu perkumpulan yang ga baik
tersebut salah karena dirinya
mendapatkannya dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 208
37
begitu
berasa bahwa badannya sudah
sesama teman anak pejabat.
38
B: kalau disuruh menilai, ya saya tau itu ga baik. Tapi yang
membutuhkan asupan narkoba.
39
namane pecandu kan tidak bisa menilai. Nah gini, sekarang aku
40
tanya, nek kamu memakai narkoba, ini andaikan aja lho ya,
41
menurutmu itu kepinginan apa kebutuhan?
42
W: ya awale kan kepinginan kan ya
43
B: tapi nek udah jadi seorang pecandu?
44
W: ya badannya yang butuh
45
B: nah ya seperti itu sis, sama saja seperti itu. Ketika aku masih
46
kepinginan, aku masih bisa menilai itu barang baik atau barang ga
47
bener. Tapi pas sudah menjadi pecandu, ya saya ga bisa menilai
48
itu sis.
49
W: Bro, emang enakkah rasanya di badan waktu pertama kali
(49-73) subjek mengatakan
Subjek memenuhi kriteria
Karakteristik
50
pakai?
bahwa badannya merasakan sakit
adiksi, yaitu mengalami
ketergantungan:
51
B: yo ga ada, namane orang mabuk itu sakit semua di badan
saat pertama kali mengonsumsi
toleransi atau kenaikan
Mengalami toleransi
52
W: nek sakit gitu kenapa kok terus dikonsumsi Bro?
narkoba. Subjek berpendapat
dosis untuk mendapatkan
(64/ 71-73)
53
B: ya karena orang seperti itu kepingin menikmati dunia yang
bahwa dirinya ingin merasakan
efek yang sama pada
54
lain. Makanya itu yang saya katakan watak dari kecil. Mestinya
“dunia” yang lain dan merasa
narkoba yang digunakan.
55
kan kapok. Lalu saya punya prinsip, yang bisa menghentikan saya
bahwa dirinya lah yang sanggup
Selain itu, toleransi yang
56
ya diri saya sendiri karena yang memulai diriku sendiri kok.
menghentikan. Subjek juga
dialami subjek
57
W: itu dulu pernah ngalami kenaikan dosis atau toleransi gitu ga
mengalami toleransi (kenaikan
menunjukkan bahwa subjek
58
Bro?
dosis) selama menggunakan
telah menjadi pengguna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 209
59
B: ya mesti.. kalo overdosis aku belum pernah. Karena aku
narkoba (morfin). Akan tetapi,
kompulsif.
60
kontrol mbak. Nek nambah iso modyar aku.
subjek juga cepat mengalami
61
W: dulu pakainya apa Bro yang sampai tahap toleransi?
stagnasi.
62
B: morfin.
Subjek mengalami toleransi
63
W: itu ngalamin toleransi itu langsung Bro?
karena merasa dirinya tidak
64
B: iya, saya cepet ngalami toleransi. Dan stag‟nya juga cepet.
kehilangan uang dan memiliki
65
W: kok bisa kayak gitu ya Bro?
emosi yang dirasa tidak
66
B: ya karena ada duit, ada barang, dan emosional tidak terkendali.
terkendali. Selain itu, subjek
67
W: emosional tidak terkendali itu seperti apa Bro?
mengalami toleransi karena ingin
68
B: ya seperti “ah sesuk meneh nganggo”.
merasakan sesuatu yang baru,
69
W: nah kan mengalami toleransi juga kan Bro, kok ya tetep
yaitu efek yang ditimbulkan
70
diterusin pakai itu kenapa ya Bro?
selama mengalami toleransi.
71
B: ya karena itu, ingin terus merasakan sesuatu yang baru lagi,
72
„waah aku wes iso tekan sak mene”. Seorang pencadu itu ingin
73
sesuatu hal yang baru, tapi dalam hal ke drugs.
74
W: jadi yang dimaksud “baru” itu apanya Bro?
(74-97) subjek merasakan efek
Subjek merasakan efek
(saat menjadi pecandu)
75
B: efeknya. Jadi ngrasain, “wah 7 sedotan kayak gini, besok 8
yang baru dengan semakin
yang menyenangkan/
Pola Kegagalan Regulasi
76
sedotan”. Nah seperti itu terus.
bertambahnya dosis morfin yang
gratifikasi dari narkoba.
Diri:
77
W: berarti ada rasa ingin pakai terus ya?
digunakan. Subjek juga
78
B: he‟em he‟em
mengalami perasaan ingin
Selain itu, subjek merasa
gratifikasi (80-83)
79
W: kalau pakai morfin gitu perasaannya gimana Bro?
menggunakan secara terus-
mudah mendapatkan
Ekologi:
80
B: efeknya ya mumbul-mumbul ga karuan gitu mbak. Perasaan itu
menerus. Efek yang ditimbulkan
narkoba karena adanya UU
Mesosistem adanya
Pemberontakan atensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 210
81
muncul dari pembawaan. Kalau awalnya kita susah, ya kita bakal
oleh morfin dirasa seperti
kesehatan memudahkan
peraturan pemerintah (92-
82
nangis terus. Ketika seneng, ya seneng terus. Ketika ngomongke
penerus efek, yaitu penerus
subjek untuk mendapatkan
97)
83
wong wedok yo ngomongke terus.
emosi yang sebelumnya
prekusor narkoba.
84
W: berarti semacam penerus efek begitu ya Bro?
dirasakan. Subjek menggunakan
85
B: iya.. jadi berangkat dari pertama. Makane nek kita lagi
morfin dengan cara dihisap.
86
mangkel apa lagi susah, dan kita cuma berempat, harusnya yang
Subjek menggunakan morfin
87
mabuk cuma dua, yang lain itu njagain.
sejak tahun 1975 hingga tahun
88
W: dulu dihisap berarti ya Bro? Ga pakai suntik?
1998. Subjek merasa mudah
89
B: ga, dulu saya cuma hisap.
mendapatkan narkoba karena
90
W: itu dulu jadi benar-benar merasa menjadi pecandu morfin itu
pada masanya, tidak ada UU
91
rentangnya berapa lama Bro?
narkotika dan hanya
92
B: saya pakai dari tahun 1975 sampai tahun 1998. Nah habis itu
menggunakan UU kesehatan
93
ada undang-undang kesehatan kan ya. Sakjane kalo narkotika itu
sehingga subjek mudah
94
dimasukkan ke dalam undang-undang kesehatan, ee jadi gini
mendapatkan prekusor di apotek.
95
mbak, dulu mencari prekusor itu mudah dan tersedia di apotek,
96
tidak seperti sekarang. Karena apa? Ya undang-undang kesehatan
97
itu. Sekarang kan pakainya UU narkotika, ya susah juga dapatnya.
98
W: dulu pakai narkoba itu mulai dari kapan Bro?
(98-109) subjek menggunakan
Subjek memiliki status
Ekologi:
99
B: waktu saya masih SMP, sekitar tahun 1973 lah itu sampai
narkoba sejak dirinya duduk di
sosioekonomi di atas rata-
Makrosistem
100
SMA.
bangku SMP. Sejak SMP, subjek
rata, sehingga dirinya
sosioekonomi dan gaya
101
W: kalau pas morfin itu kapan Bro pakainya?
sudah mengonsumsi morfin dan
mudah mendapatkan/
hidup (104-105/ 108-109)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 211
102
B: wah saya ini langsung e mbak, toleransinya cepet banget e
mengalami toleransi dengan
membeli narkoba karena
103
mbak.
cepat.
dirinya merasa tidak
Karakteristik adiksi:
104
W: jadi waktu SMP sudah pakai morfin?
kekurangan uang. Selain
Toleransi (101-102)
105
B: iya mbak. Toleransinya itu cepet banget mbak. Karena apa?
itu, subjek merasa bahwa
106
Dulu kan saya ga kehilangan duit.
demikianlah gaya hidup
107
W: itu dulu dapet dari mana Bro? Ada kenalan apa gimana gitu ?
anak pejabat.
108
B: di Indonesia ga ada mbak. Yang namanya pejabat, ya mesti
109
dapetnya dari sesama teman pejabat dan mesti ga lepas dari itu.
110
W: terus perasaannya Bro Y dulu selama jadi pecandu itu gimana?
(110-119) selama menjadi
Subjek merasakan efek
Pola Kegagalan Regulasi
111
B: ya orang merdeka, bebas, ya kayak gitu. Terus dulu pake
pecandu, subjek merasa dirinya
yang menyenangkan/
Diri:
112
yamaha yasi, pas aku mabuk ya aku gembrong-gembrongke
seperti orang yang merdeka.
gratifikasi dari narkoba,
Pemberontakan atensi
113
kampung. Perkara orang ga suka kan pada ga berani sama
Subjek tidak menyadari bahwa
yaitu adanya perasaan
gratifikasi (112-114)
114
bapakku.
adiksinya menimbulkan masalah
merdeka atau bebas.
115
W: waktu itu Bro Y sadar ga kalau itu sebenernya malah membuat
baru karena dirinya tidak dapat
Subjek memenuhi kriteria
Karakteristik
116
masalah baru?
membedakan yang mana
adiksi, yaitu mengalamu
ketergantungan:
117
B: ya sadar ga sadar, wong ga bisa bedain mana kepinginan mana
keinginan dan yang mana
gejala putus zat.
Gejala putus zat (117-119)
118
kebutuhan kok. Ya sudah jadi kebutuhan, kalau ga pakai ya
kebutuhan.
119
badanku malah sakit semua kok.
120
W: selama jadi pecandu, itu apa yang dirasakan sama diri sendiri?
(120-132) selama menjadi
Subjek merasakan adanya
Pola Kegagalan Regulasi
121
B: ya saya kayak punya dunia lain, kalau berani ganggu ya saya
pecandu, subjek merasa seperti
efek yang menyenangkan
Diri:
122
marah. Jadi sama masyarakat juga jauh, makanya kumpulnya
memiliki dunia yang lain,
dari narkoba dan
Pemberontakan atensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 212
123
sama sembilan orang temen tadi. Dulu ga ada grebekan ya karena
sensitif, dan hanya bergaul
menganggap narkoba
gratifikasi (130-132)
124
masih pakai Undang-Undang kesehatan.
dengan teman sesama pecandu.
sebagai dewa, sehingga
125
W: berarti itu seperti tidak bisa berpikir atau ngrasain kalau itu
Subjek tidak mampu
subjek pun tidak dapat
Karakteristik adiksi:
126
bener atau salah ya?
membedakan benar dan salah.
membedakan benar dan
Mengurangi aktivitas
127
B: blas ga bisa. Ini tu duniaku, bodo amat.
Subjek menganggap morfin
salah.
sosial (121-124)
128
W: terus dulu ketika mendapatkan morfin, itu Bro Eko
sebagai dewa karena dirinya
Subjek mengalami adiksi
129
menganggap morfin itu sebagai apa?
tidak mengalami kesusahan
yang ditandai dengan
130
B: ya terus mendewakan begitu kalau pecandu. Lha aku pakai ini
selama menggunakan morfin.
mengurangi aktivitas sosial
131
rasane ra susah, ora mikir, wes rasane koyo digendong dewo
132
ngono kae.
133
W: nah misal nih Bro Y mengalami masalah waktu jadi pecandu.
(133-150) selama menjadi
Subjek menggunakan
Karakteristik adiksi:
134
Nah itu jalan keluarnya seperti apa Bro?
pecandu: saat mengalami
narkoba sebagai jalan
Mengalami gejala putus
135
B: ya mendem. Lha piye? Rasah tuku yo wes ono, duit yo ra dadi
masalah, jalan keluar yang
keluar atas masalahnya.
zat (140-142)
136
masalah.
dilakukan oleh subjek adalah
Subjek mengalami gejala
137
W: Bro Eko pernah mengalami sakau gak?
mendem (mabuk). Subjek kerap
putus zat dan tetap
138
B: yo sering to..
mengalami gejala putus zat yang
menggunakan kontrol emosi
139
W: nah itu rasane kayak gimana Bro?
ditandai dengan rasa sakit pada
agar tidak berlarut kepada
Pola kegagalan RD:
140
B: ya kayak dipatahin tangane mbak. Wuih sakit banget. Dan
fisik. Selama mengalami gejala
tindakan bunuh diri.
Penyerahan/ letting it
141
saking sakitnya air mani bisa keluar lho. Coba itu air mani bisa
putus zat, subjek berkata bahwa
142
keluar, kan kayak mati nggantung.
dirinya tidak dapat berpikir.
143
W: terus rasane kayak gimana Bro?
144
B: wah rasane wes raiso mikir mbak, rasane kepingin mati wae.
happen (135-136)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 213
145
Makane nek ada orang yang sampai terjun bebas di hotel itu dia
146
sakau, cuma dia ga bisa handle feeling aja itu. Sakau itu
147
sebenarnya tidak sampai mati, paling durasinya hanya dua jam.
148
W: kalau Bro Y pas sakau nih, dan kebetulan ga dapet drugsnya,
149
nah itu gimana Bro?
150
B: ya ditahan.
151
W: ada gak misal pakai apa dulu buat menyangga kondisi sakau?
(151-162) subjek mengatakan
Di sisi lain, subjek mengaku
Antisipasi gejala putus zat
152
B: ga ada sis. Kalau sudah drug choice itu ga bisa. Kecuali pada
bahwa dirinya tidak
tidak pernah mengalami
(157-158).
153
tahap coba-coba. Karena pada tahap drug choice itu, secara fisik
menggunakan substitusi dan
sakau karena setiap mulai
154
sudah pas juga secara psikis juga sudah pas.
hanya berfokus pada drug
muncul gejalanya, subjek
Ekologi – Makrosistem
155
W: kalau selama jadi pecandu itu kalau mengalami sakau fisik itu
choicenya. Subjek tidak pernah
selalu menyediakan
(157-158)
156
berapa waktu sekali Bro?
mengalami gejala sakau karena
narkoba.
157
B: waa kalo aku ga pernah ngalami mbak, orang saya pakai terus
dirinya selalu menyediakan
Kondisi sosioekonomi
158
tiap hari. Begitu terasa dikit, saya pakai, orang ga kehilangan duit.
narkoba dan merasa tidak
subjek tergolong tinggi
159
W: berarti begitu ada tanda-tanda ga enak gitu langsung pakai ya
kehilangan uang. Setiap ada
merasa tidak kehilangan
160
bro?
gejala sakau, subjek langsung
uang
161
B: lha iya. Itu kita satu isepan buat rame-rame, “salome” satu
mengonsumsi narkoba (morfin).
162
lobang rame-rame.
163
W: dulu pakai substitusi ga Bro? Zat buat gantikan yang utama?
(163-177) subjek mengatakan
Subjek tidak menggunakan
Pola Kegagalan Regulasi
164
B: kalau saya ga ada. Karena ga tau campurannya gimana,
bahwa dirinya tidak
substitusi obat karena telah
Diri:
165
pokoknya cocoknya itu ya pakai itu terus
menggunakan substitusi (narkoba
merasa cocok dengan
Pemberontakan atensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 214
166
W: Bro Y mengalami tahap toleransi itu kalau dihitung sudah
pengganti). Subjek mengalami
morfin.
gratifikasi (175-177)
167
berapa lama Bro?
toleransi sudah sejak lama dan
168
B: waduh uwis suwi banget. Jadi gini, toleransi itu ada kenaikan
pada tahap itu juga subjek
169
dosis, juga ada yang namanya drug choice. Tahap pencarian drug
mencari identitas akan
170
choice. Jadi selama mengalami kenaikan itu, juga mengalami
narkobanya. Subjek merasa
171
tahap pencarian identity. Nanti kalau sudah cocok, ya itu yang
cocok menggunakan morfin dan
172
akan dipakai seumur hidup.
merasa nyaman.
173
W: pas Bro Y pakai morfin, itu perilaku yang muncul seperti apa
174
Bro?
175
B: kebetulan saya ini langsung, dari miras, ganja, langsung
176
morfin. Karena adanya itu. Nah kebetulan aku pakai itu kok
177
cocok, pas. Fisik yo enak, psikis yo enak, plong.
178
W: nah pas pakai itu lho Bro, itu perilaku yang muncul gimana?
(178-183) efek morfin yang
179
B: ya itu tergantung gimana pembawaanku mbak. Nek aku pakai
dirasakan subjek bergantung
180
mas nesu, yo aku nesu-nesu terus. Atau misal pas aku pakai itu,
pada kondisi emosi subjek tepat
181
pas hari kartini terus nganterin pacarku sek ayu, ya aku akan
sebelum menggunakan morfin.
182
memuja-muja terus. Dan itu tergantung berangkatnya atau
Narkoba tersebut dirasa sebagai
183
awalnya seperti apa.
penerus efek.
184
W: nah tadi kan Bro Eko bilang bahwa itu hanya sesaat dan justru
(184-197) pada saat subjek
Subjek mengalami stagnasi
Awal mula recovery:
185
menimbulkan masalah baru. Nah Bro Eko itu kapan sadarnya dan
berada pada tahap stagnasi
saat menjadi pecandu, yaitu
Mengalami stagnasi (187-
186
mulai....
(menggunakan hanya pada dosis
kondisi saat dirinya tidak
188).
Efek Morfin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 215
187
B: waktu saya berada pada tahap stagnasi. Itu saat saya berhenti
tetap), subjek mengatakan bahwa
lagi merasakan efek dari
Adanya keinginan untuk
188
pada kadar tertentu. Nah pada saat itulah saat yang tepat buat
saat itulah merupakan saat yang
morfin. Saat stagnasi,
berhenti (187-191)
189
ngandani, “wes to, luwih apik kowe rehab”. Karena pada tahap
tepat bagi pecandu untuk
subjek memiliki keinginan
190
itu, orang akan kebingungan, perang sama dirinya sendiri, dan
menjalani rehabilitasi. Subjek
untuk berhenti. Akan tetapi,
191
ujung-ujungnya kepingin stop.
mengatakan bahwa pecandu
subjek mengalami
192
W: berarti Bro Eko pernah kepikiran untuk sembuh?
ingin berhenti namun tidak ada
kecemasan untuk menjalani
193
B: semua pecandu itu pengennya stop, tapi tidak ada keberdayaan.
keberdayaan.
rehabilitasi
194
“wah ntar di panti di klebek-klebekke banyu”. Nah itu takutnya
195
sudah minta ampun.
196
W: kayak kecemasan sendiri gitu ya
197
B: karena semua itu dinilai dari dirinya sendiri.
198
W: dulu waktu jadi pencadu ga ada usaha untuk menutup-nutupi
(198-209) subjek mengatakan
Subjek mengalami
Pola Kegagalan Regulasi
199
begitu atau gimana Bro?
bahwa keluarga pecandu akan
deindividuasi, yaitu kondisi
Diri:
200
B: rata-rata orang tua tahu anaknya itu adalah seorang pecandu itu
mengetahui kondisi adiksi
saat kehilangan evaluasi
Reduksi pada Monitoring
201
kira-kira setelah empat tahun sis. Empat tahun setelah
setelah empat tahun. Pecandu
diri, sehingga subjek merasa
deindividuasi (200-203;
202
menjalankan. Karena setelah menjadi pecandu itu, mereka
akan menjadi raja melamun,
tidak berdaya apabila
206-209)
203
menjadi raja “ong”, raja bengong, raja bohong, raja nyolong.
bohong, dan mencuri. Subjek
kembali ditawari narkoba.
204
W: itu waktu Bro Eko mau direhab itu ada campur tangan dari
mengatakan bahwa pecandu
Selain itu, reduksi
Penyerahan/ letting it
205
orang tua?
memiliki ketidak berdayaan
deindividuasi juga terjadi
happen (206-209)
206
B: ya jelas, karena kita ga ada berdaya. Satu, seorang pecandu itu
ketika ditawari narkoba dan tidak
karena subjek kehilangan
207
selalu ingin membahagiakan orang lain dalam tanda kutip. Berarti
mau tahu.
self awareness dengan
208
ketidaberdayaan itu kalau dia ditawari meneh. Kedua, bahwa
menutupi kondisi adiksinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 216
209
seorang pecandu itu selalu tidak mau tahu.
210
W: lalu apa yang bikin Bro Eko itu bisa sembuh?
(210-225) subjek mengatakan
Kondisi lingkungan
Ekologi:
211
B: nyonyahku (istriku). Karena seorang pecandu itu harus punya
yang membantu kesembuhannya
terutama lingkungan
Mikrosistem (211-217)
212
partnership seumur hidup. Karena pada masa akhir, dia akan
adalah istrinya. Subjek
keluarga dirasa membantu
213
mengalami yang namanya post acute withdrawl syndrome.
mengatakan bahwa ia butuh
subjek dalam hal recovery.
Mengalami PAWS (212-
214
Seorang pecandu akan mengalami itu. Itu apa? Seperti pada
partner karena dirinya
Hal yang membantu adalah
217/ 219-221).
215
wanita menstruasi, setiap bulan rutin. Seorang pecandu akan alami
mengalami PAWS. Gejala
dukungan dari sang istri.
216
itu, tapi fasenya bukan bulanan. Ada yang satu bulan sekali, atau
PAWS ditandai dengan kondisi
Selain itu, subjek merasa
217
tiga bulan sekali.
yang membuat subjek tidak
butuh dukungan karena
218
W: itu seperti apa Bro?
nyaman dan menimbulkan
dirinya mengalami gejala
219
B: ya duduk tidak nyaman, sensitif, mulai sakit semua badannya.
keinginan untuk kembali
PAWS seumur hidupnya
220
Tapi itu semua sebenere hanya perasaan saja, padahal yo ujung-
menggunakan. PAWS muncuk
221
ujunge pengen pakai.
bergantung pada narkoba apa
222
W: hampir sama kayak sakau ya Bro?
yang dipakai, rutinitas
223
B: tetapi durasinya berbeda, dan tergantung apa yang dipakai,
pemakaian, dan dosis yang
224
rutinitas pemakaiannya, dan dosis yang digunakan itu yang akan
digunakan.
225
mempengaruhi sering tidaknya sindrom itu muncul.
226
W: nah Bro, bedanya sakau psikis sama PAWS itu apa Bro?
(226-245) subjek menjelaskan
Sakau psikis yaitu kondisi
Mengalami sakau psikis
227
B: kalau sakau psikis, itu mimpi pakai. Jadi dilakoni satu kali
perbedaan sakau psikis dengan
saat pecandu mengalami
(227-228).
228
sakau itu selesai.
PAWS. Sakau psikis ditandai
mimpi menggunakan
229
W: berarti sekali muncul mimpi selesai?
dengan munculnya mimpi
narkoba, sedangkan PAWS
Mengalami PAWS (232-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 217
230
B: selesai.
menggunakan narkoba, dan
adalah kondisi sakau
235).
231
W: cuma itu aja bedanya?
ketika muncul, berarti sakau
berlanjut sebagai akibat dari
232
B: iya cuma itu aja. Cuma kalo PAWS itu yang seumur hidup.
psikis dinyatakan selesai. PAWS
adiksi.
233
Karena itu dibawa sama darah terus ke otak terus “set” nagih,
merupakan kondisi mirip gejala
234
sisa-sisa dari pakai itu dulu, itu yang masih ada di tubuh. Makanya
putus zat yang dialami dalam
235
ada yang fase 3 bulan, ada yang fase 6 bulan.
kurun waktu tertentu dan relatif
236
W: itu misal ngalamin yang fase 3 bulan sekali itu, pas ngalamin
menetap tiap tanda
237
itu hanya satu hari aja apa gimana?
kemunculannya.
238
B: iya satu hari saja. Jadi misal tiap 3 bulan itu “ajeg”, dan tanggal
239
jatuh temponya juga kurang lebih sama. Jadi misal yang fase 3
240
bulan, berarti tiap tahun dia ngalamin 4 kali.
241
W: kalau sakau psikis itu kok cuma bisa mimpi aja itu gimana?
242
B: ya karena otak to?
243
W: karena selalu ditekan ke bawah sadar gitu?
244
B: iya.. Nah ter-follow up oleh otak, muncul lewat mimpi, ya
245
maka selesai.
246
W: kalo yang PAWS itu yang terus-terusan ya?
(246-275) subjek mengatakan
PAWS: merasa tidak
Hindari Pola Kegagalan
247
B: iya karena itu adalah racun, dan dibawa ke otak. Lha gimana
bahwa dirinya masih mengalami
nyaman, sensitif, dan
Regulasi Diri:
248
orang itu terakumulasi terus kok. Jadi itu racun muter terus dan ga
PAWS. Subjek menjelaskan
memiliki pikiran atau
Kelambanan Psikologis
249
bisa keluar.
PAWS muncul dengan kondisi
keinginan untuk kembali
self stopping (269-273)
250
W: kalau sedang alami PAWS itu kondisinya gimana Bro?
ketidak nyamanan, munculnya
menggunakan.
251
B: ya sama, duduk tidak nyaman, keringat dingin keluar, mulut
keringat dingin, dan kondisi
Saat mengalami PAWS, ada
Ekologi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 218
252
rasanya cuma kepingin misuh-misuh.
emosi yang tidak baik. Selama
rasa ingin kembali
253
W: kalau perasaannya gimana Bro?
PAWS muncul, subjek
menggunakan. Yang
254
B: pasti sensi.
mengalami munculnya pikiran
dilakukan subjek adalah
255
W: kalau dari pikiran, nah itu yang dialami seperti apa Bro?
untuk kembali menggunakan.
menghentikan dorongan
256
B: kalo pikiran itu bisa maju bisa mundur.
Yang dilakukan subjek saat
(self stopping) dan sharing
257
W: itu maksudnya pikirannya kacau apa gimana?
PAWS muncul adalah sharing
dengan istrinya
258
B: iya, rasane mung kepingin nganggo.
dengan istrinya. Subjek
259
W: berarti rasanya juga kepingin makai?
menjelaskan bahwa PAWS
260
B: iya kepingin makai.
muncul hanya berdurasi sebentar.
261
W: berarti cuma 2 pilihan, makai apa engga?
Subjek melakukan sharing agar
262
B: iya, makanya itu perlunya sharing.
tidak semakin menikmati gejala
263
W: kalau Bro Y sendiri apa yang dilakukan kalau mengalami
PAWS yang muncul (juga
264
PAWS?
menghindari terjadinya jatuh
265
B: ya kalau saya sharing sama istri saya, sama anak saya. Itu tidak
kembali dengan menggunakan).
266
berlangsung beberapa jam kok. Itu cuma sebentar, bisa saja hanya
Subjek menceritakan bahwa
267
hitungan menit atau detik saja.
dirinya menggunakan coping
268
W: kalau sharing begitu, apa saja Bro yang dilakukan?
hide and run (yaitu menghindari
269
B: kalau saya pergi dari tempat. Jangan sampai itu muncul malah
dan pergi)
270
semakin dinikmati. Nah orang itu jatuhnya banyak di situ. Nah
271
orang jatuh itu bisa 3 kemungkinan, relapse itu pakai zat yang
272
sama, slip itu pakai yang dibawahnya, atau lapse itu dibayangkan
273
terus.
274
W: berarti Bro Y lebih ke menghindari aja ya?
Mikrosistem (265-267)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 219
275
B: iya, itu yang namanya strategi coping itu hide and run.
276
W: lalu yang memotivasi untuk pulih itu apa Bro?
(276-284) subjek menceritakan
Awal subjek ingin pulih
Mengalami Kejenuhan
277
B: ibu saya. Ya waktu itu kebetulan saya juga ada di tahap
bahwa yang memotivasinya
adalah saat dirinya
(277-281)
278
stagnasi, terus ibu ngomong, “le, ibu rela kok sirahe ibu diinjak-
untuk pulih adalah ibunya. Saat
mengalami kejenuhan. Di
279
injak asal kowe mari seko narkoba”. Rasane yo “ngek”. Gek o
itu ibu subjek mengatakan
saat yang sama, ibunya
280
nganggo narkoba kan yo jenuh, kakehan masalah. Karena menjadi
sesuatu yang menyentuh hati
memberikan nasehat
281
seorang pecandu itu pasti ada jenuhnya mbak. Nah inilah one way
subjek dan disertai kondisi
sehingga subjek semakin
282
ticket saya untuk berangkat rehabilitasi. Ibuku yang ngasih tahu
subjek yang jenuh saat menjadi
mantap untuk pulih.
283
aku itu pada momen yang tepat. Kalo ngasih tahunya di momen
seorang pecandu.
284
yang tidak tepat, pas aku masih kecanduan, yaa “sudi sopo kowe?”.
285
(285-315) subjek menceritakan
Subjek merasa bahwa
Hindari Pola Kegagalan
286
W: itu dulu motivasinya Bro Y buat sembuh untuk yang terakhir
bahwa kesembuhannya juga
dirinya harus mengerti
Regulasi Diri:
287
kalinya itu karena apa?
didukung dengan subjek mampu
orang lain, dengan kata lain,
Hindari Pemberontakan
288
B: dari hati, aku pindah ke otak. Jadi bisa pakai logika. Dulu saya
menggunakan logika dan
subjek berusaha melihat
Atensi transcedence
289
yang harus dingertiin sama orang lain, nah sekarang saya yang
memahami orang lain. Subjek
kemungkinan positif
(287-289)
290
harus bisa mengerti orang lain juga.
juga menceritakan bahwa saat
(persepsi).
291
W: terus ibu berkata sesuatu itu?
dirinya mengalami tahap
Selain itu, subjek juga
Mengalami stagnasi (296-
292
B: nah ya itu yang membuat saya, jadi pada saya di tahap stagnasi,
stagnasi, ibunya memberikan
mengalami stagnasi
301)
293
sudah mentok ga bisa nambah lagi, nek nambah aku modar, dan
nasehat yang tepat (di saat yang
sehingga memantapkan
294
ibu memberi petuah di saat yang tepat.
tepat). Subjek menambahkan
dirinya untuk sembuh.
295
W: berarti dulu stagnasi itu bisa ga overdosis ya Bro?
bahwa pada tahap stagnasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 220
296
B: iya. Tetapi sebenarnya itu paling efektif buat rehab karena
subjek tidak merasakan efek
297
menggunakan apa-apa sudah tidak nyaman lagi, jadi hanya untuk
yang diharapkan dari narkoba
298
menghilangkan rasa sakit. Tetapi hepi rasa senang itu nggak ada.
dan hanya mengalami rasa sakit.
299
Euforia juga ga ada. Berhenti di situ terus, kan rasanya ga enak
Selama tahap stagnasi, subjek
300
kan? Rasane cuma sakit aja, biar ga sakau. Tapi itu malah bikin
mengalami kejenuhan.
301
awake loro kabeh mbak. Karena tidak ada kepuasan secara psikis.
302
W: lalu pas stagnasi itu pernah ada rasa jenuh ga Bro?
303
B: ada. Rasa jenuh, rasa tidak semangat. Nah kalau stagnasi ini
304
yang tidak ditangani ini yang bikin orang bunuh diri. jadi
305
pecandu-pecandu yang bunuh diri itu kan sebenernya mengalami
306
stagnasi yang tidak ter-follow up sebenernya. Jadi overdosis itu
307
dianggap mati yang paling nikmat. Jadi sebenarnya pecandu itu
308
ada tahapan: awal, toleransi, kecanduan, perubahan, lalu relapse-
309
repent. Nah kalau sudah direhab lalu relapse dan itu tidak direhab,
310
itu adalah kejatuhan yang bukan sebagai proses pembelajaran
311
tetapi sebagai kenikmatan ulang. Kalau relapse lalu direhab, dia
312
akan ditunjukkan susahnya mengulangi proses untuk sembuh
313
ketika dia pakai lagi. Kalau relapse ga direhab, ya dia akan
314
relapse terus. Dan relapsenya itu sudah tidak merasakan efek,
315
hanya kangen yang diteruskan.
316
W: selama Bro Eko menjadi pecandu, Bro Eko memandang diri
(316-328) subjek mengatakan
Selama menjadi seorang
Efek menjadi pecandu:
317
sendiri kayak gimana?
bahwa selama menjadi pecandu,
pecandu, subjek menarik
Halusinasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 221
318
B: yaa karena apa, kalo orang sudah menemukan drug choice itu
dirinya tidak dapat berkumpul
diri (withdrawl) dari
Perasaan tidak normal.
319
kan ga bisa ngumpul mbak. Orang shabu ga bisa kumpul dengan
bersama orang selain sesama
lingkungan.
320
orang miras. Dan mereka itu cenderung menarik diri. Ketika
pecandu morfin. Subjek juga
Subjek mengalami
Karakteristik adiksi:
321
menarik diri, kan aku di masyarakat juga ga bisa diterima.
menceritakan bahwa dirinya
halusinasi.
Mengurangi aktivitas
322
Akhirnya aku cuma di kamar saja mbak. Nah di kamar aku pasang
merasa tidak diterima di
Subjek merasa tidak waras.
(318-322)
323
foto pacarku itu mbak, kuwi tak delok malah dadi mak lampir kok
lingkungan masyarakat. Subjek
324
mbak. Berarti apa? Aku sudah mengalami halusinasi.
juga mengalami halusinasi akibat
325
Halusinasinya pecandu itu ada mis-komunikasi panca indra. Tidak
pemakaian morfin.
326
cuma di pengelihatan, tapi pendengaran, perasaan juga,
327
penciuman juga. Nah kalo sudah kayak gitu, ya aku ngrasa, “kok
328
aku koyo wong edan to?”. Tapi aku kudu kepiye aku ga ngerti.
329
W: kalo dulu pas jadi pecandu, ada orang tanya, “Bro, kamu itu
(329-338) selama menjadi
Subjek memiliki
Pola kegagalan RD:
330
siapa”, nah Bro Eko akan jawab apa?
pecandu, subjek merasa bahwa
kesombongan (high self
Reduksi pada monitoring
331
B: ya saya akan sombong. Karena seorang pecandu itu akan
dirinya adalah sosok yang
esteem) namun merasa
332
sombong. Karena saya pernah menjadi orang normal, tapi kamu
sombong. Akan tetapi, subjek
tidak memiliki tindakan
Tidak mengenal dirinya.
333
belum pernah jadi orang pecandu. Itu kesombongannya mereka.
juga menceritakan bahwa ia tidak
apapun.
(331-336)
334
Jadi kalo pridenya yak, kalo actionnya itu no. Nek karo wong liyo,
mengenal dirinya.
Subjek mengalami
335
“woo sapa elu”. Padahal sakjane yo ngrasa, “aku ki sopo to
deincividuasi (tidak bisa
336
sakjane?”.
mengevaluasi diri) sehingga
337
W: brarti sama diri sendiri juga kayak ga kenal gitu ya?
subjek tidak mengenal
338
B: iya gitu.
dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 222
339
W: nah dulu di panti rehabilitasi itu dikasih apa aja Bro?
(339-347) program rehabilitasi
Subjek merasa program
Program rehabilitasi:
340
B: ya sama seperti di sini. Yang mana ada 18 grup terapi yang
yang dirasa cocok oleh subjek
rehabilitasi yang dirasa
Merasa cocok dengan cara
341
tidak semua orang bisa “in”. Tapi ada di antara 18 grup terapi itu
adalah terapi grup, yang mana
cocok dengan temannya
saling beri evaluasi/ Group
342
yang mesti “in” walaupun hanya satu. Jadi memang ada grup-grup
dilakukan dengan cara saling
adalah group therapy
therapy.
343
terapi yang pas untuk merubah perilaku saya.
memberi evaluasi antar teman
(saling memberi evaluasi
(341-347)
344
W: yang pas itu apa buat Bro Y?
yang menjalani proses
antar teman)
345
B: yang pas itu meminta evaluasi dengan peer, atau dengan
rehabilitasi.
346
sesama. Nah evaluasiku itu bisa dinilai sama diri sendiri, juga
347
sama orang lain.
348
W: waktu itu Bro Y sudah sampai tahap stagnasi kan ya, baru
(348-357) agar benar-benar
Subjek merasa bahwa
Proses Rehabilitasi:
349
masuk ke rehabilitasi. Nah apa yang dilakukan Bro Y agar benar-
lepas (abstinen), subjek
dirinya harus menahan
Menahan efek dari drugs
350
benar lepas dari itu?
menjalani proses rehabilitasi dan
konsekuensi dari narkoba
(351-357).
351
B: nah pas di rehab kan bener-bener ga dikasih itu. No drugs, no
memeroleh pendampingan untuk
selama menjalani proses
352
violence, no sex. Mau ga mau ya harus bener abstinen. Bener-
lepas dari narkoba, kekerasan,
rehabilitasi.
353
bener tahan sakitnya. Tapi di situ juga di dampingi, “hayo dulu
dan seks.
354
kamu menerima to nikmatnya, sekarang kamu merasakan
355
sakitnya, nanti Tuhan berada di tengah-tengah kita”. Nah itu yang
356
saya katakan sebagai motivator itu di situ. Maka social worker itu
357
pendekatan dari tahap awal sampai proses itu selesai.
358
W: nah misal ada pikiran untuk memakai lagi..
(358-373) saat mengalami
Ketika PAWS muncul,
Ekologi:
359
B: itu post namanya
PAWS, subjek melakukan
subjek mengalihkannya
Mikrosistem (361-371)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 223
360
W: nah itu apa yang Bro Y lakukan?
konseling dengan istrinya.
dengan cara sharing
361
B: ya saya akan konseling. Dengan istriku. Soalnya konselor itu
Sebelum subjek menikah, subjek
bersama istrinya maupun
362
pelan-pelan akan dipindahkan ke keluarga terdekat. Dulu sebelum
dipasrahkan kepada keluarganya.
pergi dengan teman-
363
saya nikah, itu diserahkan ke ibu saya. Begitu saya punya istri, ya
Subjek merasa adanya kekuatan
temannya. Oleh karena itu,
364
langsung di serahkan ke istri saya. Karena pecandu itu punya
yang besar dengan sharing dan
subjek merasa bahwa
365
motto, “sharing is the big power”. Sharing adalah segalanya.
sebagai pengalihan agar recovery
dirinya tidak mampu sendiri
366
Ketika aku sudah merasa ga enak, ya aku akan ngomong dengan
pada subjek tetap terjaga.
melainkan ia butuh
367
istriku. Nanti aku diajaki makan ke mana. Kalau di sini aman, ada
dukungan dari
368
sis Lely. Atau saya juga bisa sharing dengan temen-temen.
lingkungannya sebagai
369
Makanya poin tadi saya bekerja sebagai karya dan juga berguna
pengalihan ketika
370
bagi orang lain itu ya gitu, saya juga bisa menjaga recovery saya.
mengalami PAWS.
371
W: berarti memonitornya dengan bantuan orang lain?
372
B: iya, kita tidak bisa sendiri. Perlunya juga motivasi dari orang
373
lain.
374
W: Bro Y pernah alami relapse?
(374-379) subjek pernah
Subjek pernah mengalami
Mengalami RELAPSE.
375
B: lha mlebu nang panti bolak-balik nganti ping pitu kan lak yo
mengalami relapse dan keluar-
relapse sebanyak tujuh kali.
(375-376)
376
relapse terus to?
masuk panti rehabilitasi
377
W: berarti kalo relapse harus masuk lagi ke panti ya?
sebanyak tujuh kali. Subjek
378
B: iya makanya itu yang namanya kejatuhan sehingga dia harus
mengatakan bahwa relapse itu
379
belajar dari kegagalan yang kemarin itu.
adalah proses belajar dari
Subjek mengalami pola
Pola Kegagalan Regulasi
kejatuhan. 380
W: Bro Y pernah ikut rehab 7 kali ya? Itu kok bisa relapse kenapa
(380-396) subjek mengatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 224
381
Bro?
bahwa keluarga dirasa tidak
kegagalan regulasi diri,
Diri:
382
B: karena keluarga tidak mendukung.
mendukung subjek dan subjek
yaitu pembiaran. Subjek
Pembiaran/ letting it
383
W: misalnya Bro?
mengalami kekecewaan karena
mengalami emotional
happen (384-390)
384
B: lha misalnya aku pulang, aku bilang, “Bu, aku pingin teruske
keinginannya tidak terpenuhi.
relapse, sehingga dirinya
Emotional Relapse
385
hubunganku sama Tuti”. Ibuku bilang, “dirampungke sek
Subjek mengatakan bahwa
menggunakan morfin
386
sekolahe, golek gawean, lagi pacaran”. Lha aku mendem meneh.
relapse yang ia alami bermula
sebagai upaya melupakan
387
Sepele to? Tapi seorang pecandu itu masalah kecil dibesarkan,
dari masalah yang sepele.
masalah sejenak.
388
bukan masalah besar terus dikecilkan. Karena semuanya dinilai
389
dari dirinya sendiri, tidak pernah dari omongan orang lain.
390
Akhirnya yang terjadi apa? Ya menilai kalo orang lain itu salah.
391
W: terus kalau yang lainnya itu karena apa Bro kok bisa relapse
392
lagi?
393
B: itu, saya dipaksa pulang untuk segera kuliah. Macem-macem
394
juga mbak, ada juga yang beberapa itu tidak memperbolehkan
395
saya untuk keluar rumah. Ada juga yang karena dijanjikan
396
dibelikan mobil corolla itu, lalu tidak jadi.
397
W: yang terakhir itu bisa tidak relapse itu kenapa Bro?
(397-414) hal terakhir yang
Cara subjek agar tidak
Hindari pola kegagalan
398
B: karena saya sudah bisa ngaca, ooo ini to saya.
membuat subjek tidak
kembali relapse adalah
regulasi diri:
399
W: jadi dulu relapse karena...?
mengalami relapse adalah subjek
dengan meregulasi
Hindari pemberontakan
400
B: karena dulu saya tidak bisa yang namanya handle feeling, tidak
mampu berpikir positif dan
emosinya dan berpikir
atensi transcendence
401
bisa positif thinking. Karena apa? Pola pikir saya catat hanya di
mengendalikan emosinya.
positif.
(400-406)
402
hati. Kalau sekarang, sudah dicatat di otak. Misal, “oh ya bapak
Subjek mengatakan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 225
403
ibu ga bisa belikan karena tidak punya uang”. Maka saya selalu
dirinya sudah mampu menilai,
404
bilang sama anak-anak, “kamu harus bisa memaafkan diri kamu
misal orang tua tidak menuruti
405
sendiri. Kalau kamu tidak memaafkan diri kamu sendiri, ya akan
keinginannya karena tidak
406
sulit untuk memaafkan orang lain juga”.
memiliki uang.
407
W: terus supaya bisa handle feeling itu Bro Y ngapain?
Subjek mengatakan cara untuk
408
B: ya permasalahan yang tadinya pakai hati sekarang pakai otak,
mengelola emosi adalah dengan
409
jadi pakai logika.
cara menggunakan logika dan
410
W: berarti tidak berpikir pendek gitu ya?
belajar dari masalah yang sedang
411
B: ya karena akan selalu dihadapkan dengan masalah. Misal di
dialami.
412
sini, kamu bermasalah dengan teman. Ya kamu harus belajar.
413
Kalau kamu tidak belajar menerima di sini, maka di rumah bisa
414
saja kamu kecewanya lebih besar.
415
W: berarti selama di rehab memang diajarkan untuk kontrol
(415-427) subjek menceritakan
Selama di rehabilitasi,
Proses Rehabilitasi:
416
feeling?
bahwa di panti rehab, residen
subjek juga belajar untuk
Meregulasi emosi
417
B: iya, makanya tadi aku bilang, di sini residen itu belajar dari
belajar untuk saling memahami
kontrol emosi.
(417-425)
418
orang lain. Bagaimana seandainya berada di posisi orang lain, apa
karakter-karakter antar residen.
419
yang dirasakan orang lain, apa yang seharusnya dilakukan oleh
Selain itu, residen juga belajar
420
orang lain tersebut. Jadi ya semacam jadi cermin antar sesama
dari masalah yang dialaminya.
421
teman. Jadi bisa mempelajari karakter orang lain juga. Karena
422
misal di sini ada 50 orang, ya bakal ada 50 masalah, 50 karakter,
423
jadi bisa buat membedakan. Saya dulu juga diajarin gitu. Jadi
424
belajar dari ditemukannya dengan teman dan belajar masalah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 226
425
berbeda. Jadi akan tahu, bagaimana seandainya kalau jadi orang
426
lain. Karena seorang pecandu itu butuh feedback, butuh direction,
427
butuh forgiveness juga.
428
W: lalu apa yang Bro Y lakukan sehingga bisa kenal diri sendiri?
(428-439) subjek menceritakan
Subjek mampu mengenal
Proses Rehabilitasi:
429
Itu proses seperti apa yang dialami Bro?
proses ia mengenal dirinya, yaitu
dirinya dengan cara belajar
Proses mengenal dirinya
430
B: pertama ya itu, belajar menilai diri sendiri. Selama belum bisa
dengan cara menilai dirinya
menilai dirinya sendiri.
sendiri.
431
menilai diri sendiri ya itu tidak akan bisa. Kedua ya saya merasa
sendiri. Kemudian, subjek
432
kalau saya tidak seharusnya dingertiin sama orang lain terus. Saya
mengatakan bahwa perlunya
433
harus bisa mengerti orang lain. Nah dari situ sudah bisa mulai
mengerti atau memahami orang
434
metani/ membedakan. Konselor saya juga selalu bilang kalau saya
lain. Konselor yang dahulu
435
harus jadi diri saya sendiri, dia tidak mau saya meniru dia atau
menangani subjek selalu
436
jadi seperti dia. Konselorku juga suruh saya cari sendiri siapa diri
membuat pilihan agar subjek
437
saya. Jadi selalu diarahkan ke situ, tentang siapa saya. Jadi dia
menjadi dirinya sendiri.
438
selalu membuat pilihan, kita juga harus bisa berpikir dan diajarkan
439
juga bagaimana seandainya berada di posisi orang lain.
440
W: lalu apa yang Bro Y lakukan supaya tidak mengalami
(440-454) agar subjek tidak
Agar tidak RELAPSE:
Unsur Regulasi Diri:
441
kejatuhan lagi?
mengalami relapse, subjek tidak
Subjek tidak menggunakan
Monitoring
442
B: pertama, saya sudah tidak pakai lagi. Kedua, saya tidak
lagi menggunakan narkoba dan
narkoba.
Jadi role model (444-448).
443
berurusan dengan hukum. Dan yang ketiga saya bisa menciptakan
tidak memiliki urusan/ masalah
Subjek menjadi role model
444
suatu karya yang berguna bagi orang lain. Nah yang ketiga ini
dengan hukum. Selain itu, subjek
bagi residen
445
adalah dengan cara membantu mereka lepas. Dengan demikian,
juga menjadi role model melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 227
446
saya bisa jadi role model buat mereka. Kalau orang sudah bisa
pekerjaannya agar dirinya tidak
447
memanage, bisa ngerti susahnya cari kerja, bisa jadi role model
kembali jatuh.
448
buat keluarganya, ya ga mendem.
449
W: jadi semacam ada solusi begitu?
450
B: naaah iya. Harus bisa pakai logika juga. Lha nek mendem terus
451
yo ga ada akhirnya.
452
W: berarti balik lagi pikiran sama hatine bisa dikontrol apa
453
enggak, nah habis itu bisa nemu solusi.
454
B: iya.
455
W: lalu Bro Y bilang butuh partner itu sebagai apa?
(455-464) subjek mengatakan
PAWS:
Ekologi:
456
B: karena apa? Karena kita akan mengalami Post Acute Withdrawl
dirinya membutuhkan partner
Membutuhkan partner
Mikrosistem (455-464)
457
Syndrome. Jadi buat pengalihan, misal crita mengalami ini, lalu
sebagai pengalihan saat dirinya
sebagai pengalihan.
458
saya diajak makan ke mana. Jadi saya pergi dari tempat, kalau
mengalami PAWS. Subjek
Butuh dukungan dari orang
459
tidak ya cuma mikir. Maka sharing is the big power. Nah ini
mengatakan bahwa ia perlu
lain supaya diajak
460
sebenarnya saya takut, misal besok pensiun saya gimana. Nah kan
segera pergi agar tidak terus
berkegiatan.
461
saya ngomong sama istriku. Jadi saya itu butuh dukungan, jadi
memikirkan. Di sisi lain, subjek
462
apa ya, sudah pensiun itu ada post power syndrome, nah saya
mengalami post power
463
harus punya kegiatan, misal pergi ke pasar hewan, bikin kurungan
syndrome, yaitu kecemasan
464
burung. Nah seperti itu.
menghadapi masa pensiun.
465
W: kalau menurut Bro Y sendiri, abstinen itu seperti apa Bro?
(465-481) menurut subjek,
ABSTINEN:
466
B: abstinen itu ya artinya clean and sober. Jadi maksudnya
abstinen adalah kondisi clean and
Tidak menggunakan
Istilah dalam dunia adiksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 228
467
bagaimana pola hidup sehat dan tidak menggunakan lagi.
sober (bersih dan meninggalkan
narkoba dalam bentuk
468
W: tidak menggunakan itu...
semua jenis narkoba). Subjek
apapun, termasuk rokok.
469
B: tidak menggunakan apapun bentuknya drugs. Termasuk juga
juga menjelaskan bahwa setelah
LAPSE:
470
rokok. Karena rokok itu nanti ada toleransi, yang nanti juga akan
rehab, orang akan mengalami
Kondisi membayangkan
471
jatuh. Meskipun saya berat untuk seperti itu karena kita kan
tiga jenis sakau, yaitu sakau
menggunakan narkoba.
472
melawan suggest itu tiga, satu tempat, dua itu barang, yang ketiga
fisik, sakau psikis, dan PAWS.
SLIP:
473
temen. Nah ini abstinen itu repot. Kita ini sakaunya ada tiga,
Menurut subjek, PAWS lah yang
Menggunakan narkoba yang
474
sakau fisik, sakau psikis dan post acute withdrawl syndrome. Post
akan berlangsung seumur hidup.
kekuatannya di bawah drug
475
acute withdrawl syndrome itu seumur hidup. Abstinen itu, seorang
Ketika seseorang membayangkan
choice
476
pecandu membayangkan memakai saja sudah jatuh. Misal baru
memakai narkoba, disebut lapse.
RELAPSE:
477
ngobrol gini, terus saya membayangkan buat berlari lalu beli. Nah
Sedangkan jika memakai
Kembali menggunakan
478
membayangkan itu namanya lapse. Kalau saya memakai di bawah
narkoba dengan kekuatan
drugs yang sama.
479
drug choice, itu namanya slip. Misal saya pakai puttau lalu saya
dibawah drug choice= relapse.
480
pakai miras itu slip. Kalau kembali lagi ke puttau karena drug
481
choice saya itu puttau, itu namanya relapse.
482
W: kalau Bro Y sendiri terhitung clean atau abstinen itu sudah
(482-498) subjek mengalami
Subjek mengalami abstinen
Abstinen.
483
berapa lama?
kondisi yang bersih sejak
sejak tahun 1998 hingga
Tidak alami SLIP
484
B: saya sejak tahun 1998.
tahun1998. Subjek juga tidak
saat ini. Subjek tidak
Alami LAPSE
485
W: kalau sejak tahun 1998 itu pernah ga Bro mengalami, kalau
pernah menggunakan narkoba
mengalami SLIP. Akan
486
membayangkan mungkin ya Bro. Tapi kalau menggunakan yang
yang kekuatannya di bawah
tetapi, subjek pernah
487
dibawahnya morfin itu pernah ga Bro?
morfin (slip). Akan tetapi,
mengalami LAPSE.
488
B: enggak
apabila subjek mengalami
Masih mengalami adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 229
489
W: berarti belum pernah?
pikiran yang kalut ataupun
dorongan untuk kembali
490
B: rokok juga nggak pernah
sedang menghadapi masalah,
menggunakan (491-492)
491
W: kalau lapse atau membayangkan?
subjek akan membayangkan
492
B: kalau lapse membayangkan itu tinggal kalau saya kalut.
menggunakan narkoba.
493
W: itu intensitasnya seberapa sering Bro kalau kalut lalu langsung
494
membayangkan begitu?
495
B: eee kayak nggak pasti gitu. Misal bisa aja pas rame sama
496
bojone, aku kan mikire nganti jero.
497
W: berarti karena adanya masalah terus jadi kepikiran gitu ya?
498
B: iya.
499
W: Bro Y sempat cerita kalau dulu pernah relapse, jadi dulu pakai
(499-512) subjek menceritakan
Subjek mengalami relapse
Ekologi:
500
morfin lalu kembali lagi pakai morfin. Bahkan Bro Y bilang kalau
bahwa ia mengalami relapse/
karena keluarga dan
Mikrosistem (503-504)
501
relapsenya sampai tujuh kali ya Bro? Lalu relapse itu bisa terjadi
kekambuhan karena keluarga dan
masyarakat dirasa tidak
502
walaupun sudah direhabilitasi itu kenapa Bro?
masyarakat dirasa tidak
mendukung.
Pola Kegagalan Regulasi
503
B: karena faktor keluarga itu tidak mendukung. Faktor masyarakat
mendukungnya. Subjek
Subjek sebenarnya
Diri:
504
juga tidak mendukung.
menjelaskan bahwa dirinya
mengalami emotional
Letting it happen &
505
W: itu terjadi terus selama tujuh kali Bro?
hanya menggunakan perasaan.
relapse, yaitu menggunakan
pemberontakan atensi
506
B: iya. Jadi seorang pecandu itu kan yang digunakan cuma rasa.
kembali narkoba hanya
Emotional Relapse (507-
507
Tegese suatu saat begini, “mah, mbok aku balen karo iki”.
untuk menekan emosi
512)
508
Mamaku bener, “mbok besok wae, kuliahe dirampungke sek, njuk
negatif yang dirasakan.
509
lagi nyambut gawe”. Nah itu perasaannya “mulai” lagi. Misal juga
510
rebutan sesuatu sama adik, eh ternyata bapak dan ibu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 230
511
membenarkan adik. Nah itu rasanya yang “clekit” itu yang
512
membuat saya bisa relapse.
513
W: lalu saat abstinen itu, yang dilakukan Bro Y untuk menjaga
(513-524) untuk menjaga kondisi
Untuk menjaga diri agar
Unsur Regulasi Diri:
514
abstinen itu apa aja Bro?
abstinennya, subjek
tetap abstinen, cara subjek
Monitoring dgn
515
B: sibuk dengan anak-anak (residen). Makanya saya khawatir
menyibukkan diri dengan
untuk tetap berada pada trek
Menjadi role model (515-
516
besok kalau saya pensiun, saya tidak bisa bergabung dengan anak-
residen, yaitu hadir sebagai role
adalah dengan menjadi role
522).
517
anak. Karena apa? Saya hadir dengan anak-anak berarti saya juga
model yang memberikan
model bagi residen. Dengan
518
harus jadi role model dong. Karena kan setiap hari saya
motivasi, arahan, dan contoh.
menjadi role model, subjek
519
memberikan motivasi, memberikan arahan, memberikan contoh-
Subjek mengatakan bahwa
selalu diingatkan untuk
520
contoh bagaimana mereka mengalami itu. Kalau saya sampai
dengan menjadi role model, hal
tetap menjaga recoverynya
521
relapse itu kan berarti saya menjilat ludah saya sendiri. Jadi ya itu,
tersebut membantu maintenance
522
maintenance saya dengan anak-anak.
(pemeliharaan) recovery pada
523
W: berarti alihkan pikiran dengan kesibukan?
subjek.
524
B: iya.
525
W: kalau Bro Y sendiri ada rencana apa Bro setelah pensiun
(525-541) rencana subjek saat
Subjek merencanakan
Unsur regulasi diri:
526
besok?
pensiun di masa mendatang
sebuah tujuan untuk tetap
Menetapkan tujuan (525-
527
B: kalau saya tetap akan berbuat seperti ini.
adalah tetap membantu secara
menjaga recovernya, yaitu
536)
528
W: tetap datang ke sini (panti rehab)?
informal apabila ada yang
berupa kegiatan apabila
529
B: ya tidak terus datang ke sini, karena saya punya temen-temen
membutuhkan bantuan dari
dirinya pensiun kemudian.
530
kan ya. Seperti yang perkumpulan Katolik itu, “Bro, mbok saya
subjek. Subjek berencana tetap
531
dibantu”.
berkegiatan sebagai olah rasa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 231
532
W: berarti membantu secara informal di luar ya?
olah pikir, dan olah raga.
533
B: iya. Jadi sudah ada juga yang nawarin untuk wanita rawan
534
sosial. Mereka bilang, “Bro, mbok aku dimodel kayak TC”. Jadi
535
TC itu ga cuma untuk penanganan narkoba saja. Warna TC itu
536
sebenarnya ada individual counselling, konseling kelompok dan
537
family support.
538
W: berarti memberi tekniknya ya Bro?
539
B: naah seperti itu. Bisa nanti dengan TOT, training of trainer,
540
atau mungkin menangani langsung dengan anak-anak. Karena
541
resep buat pecandu itu harus olah pikir, olah rasa, dan olah raga.
542
W: kalau Bro Y sendiri untuk mengolah itu semua caranya
(542-558) cara subjek mengolan
Saat dorongan untuk
Hindari pola kegagalan
543
gimana Bro?
(rasa, raga, pikir) adalah dengan
menggunakan kembali
regulasi diri:
544
B: kalau olah pikir ya kita harus segera berhenti melamun. Jadi
berhenti melamun. Subjek
muncul, subjek
Cegah kelambanan
545
saya ngobrol dengan njenengan itu ya maintenance buat saya.
mengatakan bahwa subjek lebih
menghentikan dorongan
psikologis self stopping
546
Daripada saya duduk di situ ngelamun. Naah dialihkan seperti ini.
baik mengalihkan pikiran dengan
dengan cara self stopping,
(544-548)
547
Buat njenengan ada manfaatnya, dan buat saya juga merasa ada
mengobrol. Dengan demikian,
yaitu dengan berhenti
548
penghargaan, gitu lho. Seorang pecandu itu kan tetap merasa Sis.
subjek merasa dihargai. Subjek
melamun agar dorongan
549
jadi kadang-kadang temen-temen itu mendekati teman wanita itu
juga mengalihkan pikiran
tersebut tidak semakin kuat.
550
bukan berarti ada rasa lho. Tapi bagaimana dia bisa tampil, bisa
(terutama pikiran untuk
551
dihargai.
menggunakan kembali) dengan
552
W: bearti olah pikir itu sebisa mungkin mengalihkan ya Bro?
melihat berita di televisi yang
553
B: iya. Makanya saya sendiri juga sering mengalihkannya dengan
nantinya informasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 232
554
nonton televisi, tentang narkoba atau apa. Untuk apa? Saya
ditangkap akan subjek bagikan
555
dengarkan pengalaman ini dari televisi, lalu saya share dengan
kepada residen.
556
anak-anak yang tidak pernah nonton televisi, yang tidak pernah
557
nonton berita. Berarti kan saya juga harus inget-inget apa yang
558
harus saya berikan ke anak-anak.
559
W: sebenernya apa yang menjadi semangat bagi Bro Y untuk
(559-580) hal yang menjadi
Subjek mempertahankan
Hindari pola kegagalan
560
mempertahankan abstinennya?
semangat bagi subjek untuk
kondisi abstinennya dengan
regulasi diri:
561
B: ya karena saya cinta pada diri saya sendiri Sis. Saya
mempertahankan kondisi
meregulasi emosinya dan
Hindari pemberontakan
562
menggunakan narkoba itu ya rusak tenan badan saya. Saya sudah
asbtinennya adalah subjek
tetap berpikir positif
atensi tanscendence
563
belajar mencintai bapak, mencintai Tuhan, mencintai teman,
mencintai dirinya dan mencintai
walaupun ada pembicaraan
(574-580)
564
mencintai istri, mencintai keluarga. Tapi yang berat itu justru
keluarganya. Subjek merasa
yang kurang menyenangkan
565
mencintai diri sendiri. Mencintai diri sendiri itu berarti saya harus
bahwa dirinya berharga dengan
dari masyarakat.
566
bertahan dan jangan merusak diri saya sendiri. Kalau sudah
cara membantu residen walaupun
567
seperti itu saya membayangkan. Saya itu orang yang terkaya lho
subjek merasa kurang adanya
568
di seluruh Indonesia. Tapi apakah kaya itu harus dengan harta atau
penerimaan di kampung tempat
569
dnegan uang? Kan enggak. Saya punya temen-temen itu rasanya
tinggalnya.
570
kayanya minta ampun lho. Contoh ada yang telpon saya malem
571
jam satu. “Bro, ini saya mau kirim satu tahanan ke jaksa”. Saya
572
dateng ke sini. Begitu anak-anak denger suara kunci mobil dibuka,
573
mereka langsung turun langusng ciumin lutut saya kok Sis. Berarti
574
apa? Keberadaan saya itu masih ada yang menghargai. Tapi kalau
575
di kampung saya sendiri? Wooo itu kalau lewat saja saya harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 233
576
handle feeling lho. Misal saya lagi beli bubur Sis, dirasani kan Sis,
577
“ki lho biyen om Eko uripe ra karuan”. Nah itu kan mesti ada rasa
578
“deg”, nek aku ga bisa handle feeling, aku ga bisa positif thinking
579
ya aku kampleng beneran orang itu kan. Lha itu dia cerita sama
580
anaknya, istilahnya kan seperti cucu saya.
581
W: berarti Bro Y harus tahan ya
(581-592) subjek mengatakan
Subjek merasa bahwa usia
Hindari pola kegagalan
582
B: ya kalau sekarang saya bisa tahan. Konselor saya yang dari
bahwa dirinya semakin mampu
mempengaruhinya dalam
regulasi diri:
583
India itu selalu mengatakan, “kamu nanti akan terasa seiring
handle feeling (mengontrol
mengontrol emosi.
Meningkatkan kekuatan
584
dengan umurmu”. Ternyata umur itu mempengaruhi handle
emosi) karena semakin
Subjek belajar mengolah
regulasi diri (582-588)
585
feeling. Meskipun saya ini baru power syndrome, pensiun ini.
bertambahnya usia. Subjek juga
diri berdasarkan
586
Tapi karena saya tahu ilmunya, saya tahu mengarahkan, dan saya
mengatakan bahwa dirinya sudah
pengalaman di masa
587
tahu caranya memberi tahu, nah ini yang saya olah sendiri. “kalau
mengetahui ilmu dan cara-cara
lalunya.
588
saya terlalu larut di sini, resikonya begini”.
sehingga subjek tidak larut
589
W: berarti apa yang sudah ada di pengalaman dulu, supaya nggak
(bahkan menggunakan kembali).
590
jatuh lagi gitu ya Bro?
591
B: nah iya seperti itu. Karena maintenance saya ya dengan cara
592
seperti itu.
593
W: berarti sering ya selama abstinen itu nggak sengaja mikirin?
(593-600) selama abstinen,
Subjek sering mengalami
594
B: ya sering to Sis.
subjek kerap mengalami lapse
LAPSE yang dikarenakan
595
W: berarti hambatan selama abstinen itu celetukan dari orang lain,
(pikiran untuk kembali
masih mengalami PAWS
596
lalu ketika kalut gitu ya Bro?
menggunakan). Subjek
PAWS (597-600)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 234
597
B: yang paling itu yang karena adanya PAWS. Itu muncul kan
menjelaskan gejala PAWS yang
598
karena secara fisik racun di tubuh itu ke otak, jadinya ingat, naah
baginya mengganggu.
599
itu yang bahaya. Karena kalau sudah di otak itu terbuka semua
600
yang dulu ada, yang seharusnya kita tutup itu terbuka.
601
W: lalu Bro Y sendiri selama ini bagaimana caranya supaya bisa
(601-610) subjek mengatakan
Subjek belajar mengontrol
Hindari Pola Kegagalan
602
handle feeling? Istilahnya gimana caranya latihan supaya kebal
bahwa dirinya mampu untuk
emosi dengan cara memilih
regulasi Diri:
603
seperti itu?
handle feeling adalah karena
dan memilah.
Hindari pemberontakan
604
B: kalau saya bilang kebal itu ga bisa Sis. Tetapi yang pernah saya
dirinya belajar memilih dan
605
dapatkan itu adalah bagaimana belajar untuk handle feeling. Nah
memilah dalam hal
606
handle feeling saya itu memilih dan memilah. Oh ini bukan
menempatkan emosi yang
607
pilihan saya kok, maka dari itu saya harus memilah. Di mana
muncul dari dirinya.
608
tempat saya harus emosi, saya kecewa di sini lho (sambil
609
menunjuk beberapa titik di dada), sabar itu di sini lho, nah itu
610
sudah saya bagi Sis. Jadi di sini sudah bisa ngerem ini.
611
W: berarti itu semacam menamai emosi Bro?
(611-630) subjek mengatakan
Subjek membuat tujuan,
Unsur Regulasi Diri:
612
B: nah ya jadi gini, misal kecewa itu berarti wadahnya di sini, nah
bahwa dirinya menyiapkan
yaitu dengan merencanakan
Membuat tujuan (613-625)
613
habis itu apa yang harus saya lakukan. Jadi ini suatu contoh, oke
rencana di masa pensiunnya
suatu kegiatan untuk
614
saya tidak tahu apakah power syndrome ini takut pensiun nanti,
kelak. Subjek telah mendaftar ke
mengisi masa pensiunnya.
615
apakah saya akan takut ditinggal anak-anak ini nanti? Saya selalu
koperasi pensiunan sehingga
Tujuan dari kegiatan
616
punya pikiran gitu lho. Oke kalau gitu nanti aku daftarke koperasi,
dirinya masih bisa berbagi dan
tersebut adalah sebagai
617
koperasi pensiunan. Nah nanti kalau pensiunan aku bisa sharing
bergaul. Subjek melakukan hal
pengalihan. Pengalihan
atensi (604-610)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 235
618
aku bisa bergaul, nah gitu lho. Saya sendiri juga ga tahu apakah
demikian agar tidak merasa kalut
digunakan agar pikiran
619
nanti saya masih dipercaya oleh anak-anak lagi. Jadi supaya saya
dan dapat dialihkan dengan cara
subjek tidak kalut dan
620
kalutnya tidak terlalu jauh, supaya saya tidak jatuh lagi, nah saya
berinteraksi dengan orang lain.
berusaha agar pikiran untuk
621
sudah mempersiapkan. Untuk apa? Kalau saya itu sudah harus
menggunakan tidak kembali
622
berinteraksi. Makanya saya sudah mendaftarkan di koperasi
muncul.
623
jompo. Saya mulai mendekat dengan semacam organisasi. Jadi
624
supaya bisa tetep interaksi. Karena olah rasa dan olah pikir itu
625
bermain ya ketika saling menatap seperti ini.
626
W: berarti butuh interaksi timbal balik supaya pikiran yang aneh-
627
aneh itu ga ada ya Bro?
628
B: iya, biar ga ada pikiran seperti itu. Karena resep saya itu ya
629
harus olah rasa, olah raga, dan olah pikir. Aku ya langganan koran
630
biar bisa aku baca-baca.
631
W: selama abstinen itu pernah ga Bro dihadapkan dengan
(631-643) saat dihadapkan
Cara menghentikan
Hindari pola kegagalan
632
komunitas yang menggoda untuk kembali menggunakan narkoba?
dengan komunitas yang dirasa
keinginan di saat subjek
regulasi diri:
633
B: sering. Apalagi kalau reuni.
menggodanya untuk kembali
berada di kumpulan orang
Hindari kelambanan
634
W: kalau ada yang nawarin, atau mengingat-ingat kembali yang
mengonsumsi narkoba, subjek
yang menawarkan: self
psikologis Self stopping
635
dulu, nah itu caranya ngatasi gimana Bro?
selalu mengingat anaknya di
stopping, yaitu dengan
(636-637)
636
B: saya selalu ingat anak saya di rumah, itu yang selalu saya
umah. Subjek mengatakan bahwa
mengingat anak yang
637
bayangkan.
dirinya telah menjadi role model
disayanginya.
638
W: berarti motivasinya ada di anak ya?
bagi anaknya sehingga dirinya
639
B: iya. Aku sayang sama anakku Sis. Dan misal aku udah setua
tidak mau kembali jatuh dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 236
640
ini, kalau jatuh lagi itu mau kayak apa Sis. Jadi apa yang sudah
mengonsumsi narkoba.
641
saya alami ini ya buat berbagi pengalaman ke anak Sis. Lha
642
anakku itu ngrokok aja enggak kok. Jadi saya juga jadi role model
643
buat anak saya.
644
W: kalau Bro Y sendiri menanggapi stigma negatif dari
(644-655) subjek mengatakan
Subjek menanggapi stigma
Hindari pola kegagalan
645
masyarakat itu gimana?
bahwa selama menjadi pecandu,
negatif dari masyarakat
regulasi diri:
646
B: saya akan begini, “karena mereka ga ngerti saya”.
dirinya merupakan orang yang
dengan cara mengontrol
Hindari pemberontakan
647
W: berarti anggap anginlalu?
egois, yang selalu ingin
emosi dan berpikir positif.
atensi (648-655)
648
B: iya. Tetapi begini lho, saya dulu jadi pecandu, saya selalu
dimengerti oleh orang lain. Saat
Berpikir positif dilakukan
649
egois, saya itu harus selalu dingertiin. Tetapi sekarang ketika saya
ini, subjek merasa bahwa dirinya
dengan mengerti atau
650
abstinen, saya harus ngertiin orang. Jadi apapun mereka, ya saya
harus mampu memahami orang
memaklumi kenapa orang
651
harus handle feeling saya harus positif thinking. Tapi saya juga
lain dengan cara mengontrol
lain berbicara demikian.
652
bisa ikut siaran di mana-mana berarti Tuhan itu masih
emosi dan berpikir positif
653
memberikan kesempatan buat saya mampu dan mau untuk clean.
mengenai orang lain. Subjek juga
654
Makanya, saya maklum kalau di kampung saya di judge seperti
tetap berusaha berbuat baik.
655
itu. Tapi gimana caranya saya tetep bisa berbuat baik.
656
W: dulu Bro Y kan menganggap drug itu temen hidup kan ya.
(656-671) subjek mengatakan
Saat ini, subjek merasa
657
Kalau sekarang Bro, kalau punya masalah itu cara hadapinnya
bahwa saat ini ia merasa senang
senang apabila
658
seperti apa Bro?
apabila menghadapi masalah
mendapatkan masalah;
659
B: saya itu kalau dapet masalah malah seneng karena saya bisa
karena subjek dapat mempelajari
karena subjek dapat
660
pelajari masalah itu.
masalah tersebut. Subjek
mempelajari masalah
Belajar dari masalah
Pemaknaan (666-669)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 237
661
W: berarti dipelajari, habis itu Bro?
memiliki tujuan agar
tersebut.
662
B: ya sekarang kita belajar untuk itu. Sekarang aku bisa ngomongi
keluarganya tidak terkena
Subjek memiliki tujuan agar
663
baik-baik. Jadi jaga maintenance bagi seorang pecandu itu ga
narkoba dan supaya dirinya
keluarganya tidak terkena
664
mudah Sis. Makanya aku ga heran pada banyak yang jatuh bahkan
mampu menyelamatkan pecandu
narkoba dan dirinya dapat
665
sampai mati juga.
dengan menjadi role model.
membantu orang-orang
666
W: kalau Bro Y sendiri sekarang punya tujuan apa?
yang sudah terkena
667
B: buat keluarga kecil saya ya jangan sampai terkena narkoba.
narkoba.
668
Tetapi cita-cita saya adalah menyelamatkan orang-orang yang
669
sudah kena seperti ini.
670
W: balik lagi jadi role model ya Bro?
671
B: iya, jadi role model itu sekaligus jadi maintenance buat saya.
672
W: kalau Bro Y, sekarang caranya memantau diri supaya tidak
(672-687) cara subjek memantau
Cara agar subjek tidak
Hindari pola kegagalan
673
jatuh lagi, atau supaya tetap abstinen itu gimana Bro?
diri selama abstinen adalah
mengalami relapse adalah
regulasi diri:
674
B: nek aku resepnya tetep meng-handle feeling sama positif
dengan mengontrol emosi dan
dengan mengontrol emosi
Hindari pemberontakan
675
thinking Sis. Karena omongan itu terpaan yang sangat luar biasa.
berpikir positif. Subjek
dan berpikir positif.
atensi (674-677)
676
Karena selama perjalanan hidup itu black label kita ini kan
mengatakan bahwa dirinya tetap
677
seumur hidup Sis. Ini sebagai contoh, di kampung saya, saya ini
mendapatkan penilaian negatif
678
disingkirkan dan mulai ada diskriminasi. Aku ikut ronda aja ga
dari masyarakat dan merasa
679
boleh lho Sis, dikiranya nanti ngajak mendem. Diskriminasi itu
didiskriminasi oleh masyarakat.
680
aku mau ikut lomba aja ga boleh lho Sis. Sistem sosial yang
681
membangun, misal aku meh golek surat kelakuan baik aja ga
682
pernah entuk lho Sis karena saya sudah dipenjara tiga kali. Itu tadi
Pemaknaan (673-687)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 238
683
Sis yang saya katakan saya dapat masalah yang bisa saya pelajari,
684
karena itu seninya luar biasa. Makanya seorang pecandu itu harus
685
ditatapkan seperti itu supaya bisa miroring. Karena miror itulah
686
nanti yang akan membentuk pondasi bagi si pecandu itu dan
687
biarkan mereka menjadi dirinya sendiri.
688
W: kadang Bro Y kan masih ada pikiran, rasa kepengen. Nah biar
(688-694) cara subjek untuk
Cara subjek memonitoring
Unsur regulasi diri:
689
ga keselip lagi itu gimana Bro?
tidak jatuh adalah dengan
dirinya adalah denga
Monitoring kenali
690
B: ya mengenali tanda-tanda, misal PAWS itu tadi, terus kata-
mengenali tanda-tanda
mengenali tanda-tanda
PAWS (690-694)
691
katanya keluar kebun binatang semua, duduk tidak nyaman,
munculnya PAWS agar mampu
PAWS, agar dirinya tetap
692
emosional, atau ga bisa terkendali, nah itu tanda-tandanya Sis.
mengalihkannya dengan
aware apabila gejala
693
Maka kalau kita mengenali tanda-tanda itu kita harus prepare, kita
berkegiatan.
tersebut muncul.
694
mesti siap. Saya harus pergi, renang misale Sis.
695
W: terus kan daritadi Bro Y bilang untuk handle feeling kan
(695-706) subjek mengatakan
Kemampuan handle feeling:
Adanya self efficacy
696
senjatanya. Nah itu caranya gimana sih Bro supaya handle feeling
dirinya mampu mengontrol
Memiliki niat baik dan
Ada niat baik dan ikhlas.
697
itu sendiri bisa katam? Jadi biar bisa dikatakan mampu handle
emosi karena memiliki niat yang
ikhlas terhadap sesama.
(699-706)
698
feeling itu yang dilakukan Bro Y apa aja?
baik terutama kepada sesamanya.
699
B: pernah denger ini ga? “Ngenaking tyasing sesami”? artinya,
700
saya tidak pernah mengecewakan kalian, saya tidak membuat
701
sakit hati, saya akan melayani kalian, tapi bukan ada harapan. Jadi
702
saya ikhlas. Karena apa? Saya punya niat baik. Niat baik kalau
703
tidak dengan ikhlas, impossible bisa handle feeling. Kalau sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 239
704
ikhlas, saya harus berbunyi tentang kejujuran. Jadi niat baik itu
705
harus ikhlas dan diawali dengan kejujuran. Itu yang saya katakan
706
bisa handle feeling.
707
W: jadi Bro, kalau Bro Y itu memandang relapse itu sebagai apa?
(707-722) subjek memandang
RELAPSE:
RELAPSE:
708
B: jadi gini, ketika aku dulu belajar, ketika aku menjalani
relapse sebagai proses kejatuhan
Dipandang sebagai proses
Adalah suatu kesalahan.
709
rehabilitasi, relapse itu adalah proses kejatuhan yang itu menjadi
yang kemudian menjadi proses
kejatuhan yang akhirnya
710
proses pembelajaran. Tetapi setelah saya pikir-pikir, benang itu
pembelajaran. Subjek
menjadi proses
711
kalau putus lalu disambung itu ya jelek. Nanti muncul sekali,
mengatakan bahwa relapse yang
pembelajaran. Akan tetapi,
712
muncul lagi yang kedua, kalau gitu terus kapan berhenti? Kalau
dikatakan sebagai proses
subjek menganggap hal
713
niatnya berhenti ya berhenti sekalian. Jadi yang enam kali saya
pembelajaran sebenarnya hanya
tersebut hanya sebagai
714
relapse itu ya saya proses belajar dari kesalahan. Dan proses yang
pembenaran yang dilakukan.
blocking/ pembenaran saja.
715
ketujuh itu memang niat saya untuk berhenti. Jadi saya anggap
Akan tetapi subjek pada akhirnya
716
rehab tahun pertama sampai keenam itu sebagai pembelajaran.
memiliki niat untuk benar-benar
717
W: padahal itu salah ya Bro?
berhenti.
718
B: ya salah. Itu kan hanya blocking aja to? Hanya pembenaran
719
W: berarti slip sama lapse itu juga salah Bro?
720
B: itu juga salah. Saya tetep katakan salah karena itu nanti ada
721
durasi tertentunya. Dan itulah yang selalu saya tanamkan ke drug
722
user. Kalau merasa, aku pengen aku bisa, lha nanti jeglong lagi.
723
W: lalu, apa yang bisa Bro Y maknai dari semua pengalaman
(723-731) subjek memaknai
Subjek memandang bahwa
Pengalaman pecandu:
724
selama menjadi pecandu?
pengalaman ini, bahwa ia masih
pengalaman sebagai
pembelajaran bagi subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 240
725
B: ya saya harus bisa belajar dari pengalaman. Ternyata, Tuhan
diberi kesempatan oleh Tuhan
pecandu merupakan
726
masih memberi kesempatan. Ada orang bilang kalau kegagalan itu
dan ingin membagikan
pembelajaran dan
727
arah menuju sukses. Justru dengan saya jatuh itu saya dapat ilmu
pengalamannya agar dirinya
merupakan bekal ilmu yang
728
yang tidak sembarang orang dapat. Maka saya kasihkan ilmu itu
merasa hidupnya bermakna.
harus ia bagikan kepada
729
dan saya tidak pernah tutup-tutupi. Pengalaman ini tidak akan
730
saya bawa mati, tapi akan saya sharingkan dengan temen-temen.
731
Jadi saya merasa hidup ini harus bermakna.
732
W: nah Bro Y kan pernah cerita kalau relapse dan itu bolak balik
(732-748) subjek mengatakan
Subjek mengalami relapse
Pola kegagalan regulasi
733
panti rehab sebanyak tujuh kali kan ya. Itu Bro Y mengalami
bahwa relapse merupakan
karena mengalami
diri:
734
relapse berarti kembali ke pola adiksi atau gimana Bro?
pengalaman dia yang terjadi
emotional relapse. Hal ini
Letting it happen
735
B: iya itu sebenarnya karena luapan emosi ya, karena keluar dari
karena luapan emosi. Subjek
menunjukkan adanya emosi
adanya
736
panti itu harusnya bisa handle feeling ya. Cuma karena kendala
mengatakan bahwa relapse yang
negatif yang dialami oleh
emotional relapse (735-
737
sesuatu itu seperti orang tua saya menyinggung saya. Sebenarnya
terjadi karena dirinya merasa
subjek. Kembalinya
748)
738
kalau waras ya tidak apa-apa, hanya saja waktu itu saya masih
tersinggung dan tidak dapat
menggunakan narkoba/
739
berjuang untuk recovery kan jadi mudah sekali jatuh dan mudah
menerima kekecewaan.
relapse didasari adanya
740
sekali terganggu. Jadi relapse sewaktu sudah pulang dari rehab itu
keinginan untuk mengatasi
741
bukan karena kepinginan, bukan karena kepinginan badan karena
emosi negatif.
742
nagih karena itu sudah dilalui di panti selama satu tahun. Cuma di
743
sini relapsenya adalah relapse perilaku. Jadi relapse perilaku itu
744
karena misalnya tersinggung dengan pacar saya dulu. Mungkin
745
juga waktu orang tua mengembalikan kata-kata yang gak aku
746
seneng. Atau aku melihat perbuatan teman-teman yang selalu
orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 241
747
menghina. Jadi relapse saya yang tujuh kali itu adalah relapse
748
perilaku, bukan relapse secara fisik.
749
W: relapse perilaku itu maksudnya gimana Bro?
(749-760) subjek menjelaskan
Subjek menggunakan
Emotional relapse (750-
750
B: relapse perilaku itu saya menggunakan karena ada sebabnya,
bahwa relapse perilaku adalah
narkoba pasca rehabilitasi
754)
751
bukan karena badan. Kalau badan nagih, itu rasanya merinding
kondisi ia kembali menggunakan
untuk mengatasi emosi
752
dan ada pikiran pengen pakai. Tapi kalau yang perilaku, tiba-tiba
narkoba karena ada sesuatu yang
negatif yang dialaminya.
753
kamu nyinggung saya, saya pergi, ga bisa handle feeling, ga bisa
dianggap sebagai penyebabnya.
754
positive thinking, nah itu aku bisa pakai lagi.
Subjek menggunakan kembali
755
W: berarti itu dipakai untuk...
narkoba sebagai pelarian atas
756
B: ya rumangsane itu bisa menyelesaikan masalah. Tetapi ternyata
masalahnya.
757
tidak.
758
W: kayak semacam buat pelarian gitu ya?
759
B: ya... nah itu jeleknya kenapa bisa sampai tujuh kali. Kenapa
760
saya tidak belajar dari kesalahan itu.
761
W: pernah merasa menyesal ga Bro karena dulu pernah relapse?
(761-771) subjek mengatakan
Subjek mengalami gejala
Mengalami PAWS (762-
762
B: saya sekarang sudah tidak ya. Memang berusaha untuk
bahwa dirinya berusaha
post acute withdrawl
765)
763
melupakan segala sesuatu karena sekarang saya sudah harus
melupakan segala sesuatu yang
syndrome yang ia alami
764
belajar tentang positif thinking, handle feeling. Tapi kalau
telah terjadi. Akan tetapi, subjek
seumur hidupnya.
765
sekarang itu yang nyerang malah yang psikis.
masih mengalami PAWS hingga
766
W: ooo kalo sekarang lebih ke psikisnya ya?
saat ini.
767
B: iyaa lebih ke psikisnya. Sebenarnya ada tiga ya, kalau fisik itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 242
768
kan sudah kita lalui di panti dan itu sudah selesai lah. Terus yang
769
akibat perilaku tadi, nah kalau yang psikis ini yang seumur hidup.
770
W: yang selalu muncul itu ya gejalanya?
771
B: he‟em.. post acute withdrawl syndrome itu.
772
W: berarti relapse yang tujuh kali itu karena ada masalah ya?
(772-782) subjek merasa relapse
Subjek mengalami relapse
Emotional Relapse (774-
773
Entah dirasa orang tua menyinggung atau karena orang lain gitu?
yang dialaminya lebih
karena dirinya merasa tidak
775)
774
B: he‟em.. Kalau perilaku itu ya karena human ajalah. Karena
disebabkan karena pengaruh
mampu mengatasi emosi
Letting it happen
775
manusia, faktor orang. Jadi bukan karena faktor psikis.
orang lain.
negatif pada dirinya dan
776
W: kalau dirasa-rasa lho Bro, itu karena pengaruh lingkungan atau
menganggap bahwa orang
777
Bro Y sendiri yang ga bisa handle feeling?
lain yang menjadi
778
B: karena ga bisa handle feeling. Karena ketika saya menjadi
penyebabnya.
779
pecandu, kelemahan saya adalah tidak bisa handle feeling.
780
W: berarti dulu waktu relapse balik pakai morfin lagi Bro?
781
B: iya. Lha dulu kan tidak seperti sekarang yang banyak pilihan-
782
pilihan.
783
W: itu relapse sebenarnya balik ke pola adiksi atau gimana Bro?
(783-796) relapse yang dialami
Subjek mengalami relapse,
Relapse
784
B: oh endak, itu cuma emosional saja.
subjek bukan berarti kembali ke
yaitu kondisi menggunakan
(786-790)
785
W: berarti relapse itu tidak harus kembali ke pola adiksi Bro?
pola adiksi, tetapi menggunakan
narkoba dengan jenis yang
786
B: tidak.. tidak.. tidak mesti saya harus menggunakan secara rutin.
zat yang sama secara berulang.
sama.
787
Karena kadang saya menggunakan dosis yang sama itu saya
788
sampai muntah-muntah kok Sis. Jadi orang menggunakan narkoba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 243
789
itu ibarat digigit ular, jadi harus penyesuaian. Kalau saya langsung
790
ke kelas yang tinggi, ya badan saya yang gemeter.
791
W: berarti dulu selama relapse itu ga ngrasain efeknya Bro?
792
B: enggak.. ya cuma sakit semua di badan, kayak dulu awal
793
penggunaan. Tapi kalau di awal penggunaan itu kan meningkat,
794
ada toleransi.
795
W: berarti relapse itu lebih ke menggunakan zat yang sama?
796
B: relapse itu menggunakan drug choice yang sama.
797
W: tapi, saat menggunakan zat yang sama dan tidak menimbulkan
(797-811) subjek dikembalikan
Subjek mengalami relapse,
798
adiksi, itu kok tetap dikembalikan lagi di panti rehab itu kenapa
lagi ke panti rehab karena masih
yaitu munculnya kembali
799
Bro?
mengalami penyimpangan
penyimpangan perilaku.
800
B: saya? Ya karena pada saat itu saya punya watak yang berbeda.
perilaku. Kembalinya subjek ke
801
Seorang pecandu sudah pernah masuk rehabilitasi dan punya
panti rehabilitasi adalah dengan
802
perilaku tertentu, dan kalau tidak dikembalikan lagi ke panti
tujuan untuk memperbaiki
803
rehabilitasi, itu nanti akan kembali lagi perilaku itu.
perilakunya.
804
W: perilaku apa itu Bro maksudnya?
805
B: ya seperti emosional, sulit menerima kekecewaan, kekanak-
806
kanakkan, ya terus akan seperti itu.
807
W: berarti masuk lagi ke panti rehab karena relapse itu bukan
808
karena kembali ke pola adiksi tetapi untuk memperbaiki perilaku?
809
B: he‟em. Makanya dulu ketika saya relapse satu hari, ibu saya
810
langsung kembalikan saya ke panti rehab. Supaya tidak ter-nina
Relapse
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 244
811
bobokkan dan supaya tidak kembali lagi ke nol.
812
W: kalau di sini (panti rehab sini) banyak ga Bro yang relapsenya
813
itu kembali ke pola adiksi?
814
B: banyak. Karena orang tua tidak memiliki pengetahuan,
815
disamping itu anak tidak punya kesadaran. Tapi saya beda, karena
816
saya punya daya untuk sembuh. Karena terbukti sampai sekarang
817
saja saya sudah bisa berhenti merokok.
818
W: berarti relapse selama tujuh kali itu karena Bro Y gagal handle
(818-834) subjek mengatakan
Subjek mengalami relapse
Emotional relapse (820-
819
feeling terus?
bahwa selama relapse, dirinya
karena dirinya tidak mampu
824)
820
B: iya. Jadi selama aku rehab dan ada penilaian sesama teman,
tidak bisa handle feeling
mengatasi emosi negatifnya
821
hasilku ya cuma itu kok, ga bisa handle feeling saja. Jadi dinilai,
(mengontrol emosi). Ketika
822
positif sama negatifnya. Misal positifnya itu saya agamis, pinter,
subjek mendapatkan terapi grup,
823
ramah, tapi negatifnya saya itu tidak bisa handle feeling dan tidak
hasil evaluasi subjek adalah
824
bisa positive thinking.
dirinya tidak mampu mengontrol
825
W: berarti masalah terbesar Bro Y itu tidak bisa handle feeling
emosi dan tidak mampu berpikir
826
dan positive thinking ya?
positif. Akan tetapi subjek
827
B: iya. Dan sekarang akan kelihatan lagi karena saya sudah mau
mengaku bahwa dirinya kembali
828
pensiun ini. Dan itu masih timbul yang psikis, yang post acute itu.
merasakan emosional yang
829
Tetapi sekarang bedanya adalah saya sudah bisa handle feeling,
bergejolak karena dirinya akan
830
jadi sudah tidak ada pikiran untuk pakai ke arah sana (narkoba).
segera pensiun.
831
Tapi ya merasakan emosional, kekecewaan itu sudah mulai
Post power syndrome
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 245
832
muncul lagi karena beberapa bulan lagi aku pensiun itu kan
833
W: lebih karena khawatir atau takut gitu ya Bro?
834
B: iyaa
835
W: Bro Y juga mengalami PAWS itu tidak?
(835-847) hingga saat ini, subjek
Subjek mengalami emosi-
Emotional Relapse (839-
836
B: iyoo.. tapi saya bisa nahan
masih mengalami PAWS. Akan
emosi negatif.
846)
837
W: itu kenapa bisa tahan Bro?
tetapi, subjek mengaku bahwa
838
B: karena itu hanya badan yang krasa, bukan apa yang didengar
dirinya sudah mampu untuk
839
sama telinga. Jadi misal badan krasa, “ah ora nganggo ah”. Tapi
menahannya. Akan tetapi subjek
840
berhubung saya ya dikata-katain, saya tidak bisa memilah. Kalau
juga menghindari adanya
841
misal cuma sekedar kepinginan, aku masih bisa nahan, aku bisa
perkataan yang dirasa kurang
842
pergi dolan. Tapi berhubung aku ketemu ibuku, terus
menyenangkan bagi subjek.
843
menyinggung. Tidak cuma orang tua, kadang sama temen,
844
masyarakat juga.
845
W: berarti tujuh kali itu kasusnya sama semua karena lingkungan
846
yang dirasa tidak mendukung ya Bro?
847
B: iya, karena human karena manusia.
848
W: nah tadi Bro Y kan bilang kalau yakin bahkan sekarang
(848-871) subjek dalam keadaan
Subjek memiliki efikasi
849
merokok juga tidak. Itu apa yang membuat Bro Y yakin bisa
bersih (tidak merokok dan tidak
diri, yaitu adanya keinginan
850
terus-menerus abstinen?
menggunakan narkoba) karena
yang kuat dan komitmen
Unsur Regulasi Diri:
851
B: karena niat. Saya itu orang yang komitmen, kalau sudah bilang
dirinya memiliki niat dan janji.
untuk menjaga kondisi
membuat tujuan (855-859)
852
janji walaupun ada halangan yaa jalani. Karena sudah janji, saya
Subjek memiliki tujuan yang
abstinennya.
Letting it happen
Self efficacy (851-853)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 246
853
punya niat.
jelas dan memiliki rencana yang
Selain itu, subjek juga
854
W: niat itu bisa muncul karena apa Bro?
harus ia capai.
menyusun rencana atau
855
B: iya karena saya sudah janji. Oke saya kurangajar cukup sampai
tujuan sehingga rencana-
856
umur sekian saja. Saya sudah harus sembuh, cari kerja, lalu cari
rencana tersebut menjadi
857
istri. Sambil cari istri, ya saya sambil nyicil rumah. Terus punya
dorongan untuk menjaga
858
anak satu dulu. Nanti saya jadi pegawai lalu naik pangkat baru
recoverny subjek.
859
saya punya anak dua.
860
W: berarti niat muncul karena Bro Y sendiri juga sudah menyusun
861
rencana gitu ya?
862
B: he‟em. Coba lihat, anak saya yang pertama sama kedua itu
863
kacek 9 tahun. Karena apa? Ya karena saya sudah rencana, naik
864
pangkat dulu, baru saya punya anak dua karena saya mampu
865
membiayai. Jadi niat saya itu saya barengi dengan kerja keras.
866
Nah setelah itu saya harus ikhlas. Ikhlas meninggalkan dunia yang
867
menggoda saya, dunia yang saya senangi, pokoknya saya
868
meninggalkan semua itu. Lalu yang terakhir itu tentang kejujuran.
869
Sampai saat ini pun saya juga masih belajar tentang kejujuran.
870
Karena saya tidak mau lalu bohong dikit, lama-lama banyak dan
871
pada akhirnya tidak bisa handle feeling lalu nanti jatuh lagi.
872
W: terus kalau sehari-hari itu bisa bertahan abstinen, tidak
(872-880) cara subjek bertahan
Subjek memiliki efikasi
873
merokok, tidak pakai lagi itu caranya gimana Bro?
dengan kondisi abstinen adalah
diri, yaitu adanya keinginan
874
B: ya saya sudah punya niat itu tadi. Nah saya juga ikhlas. Jadi
dengan memiliki niat dan khlas
yang kuat sehingga dirinya
Self efficacy (874-876)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 247
875
misal di mobil pada ngrokok, pada pakai, ya saya sudah kuat
untuk meninggalkan dunia
tidak mudah tergoda dengan
876
untuk hadapi itu. Sekarang ikhlas untuk meninggalkan dunia itu.
adiksinya. Subjek juga kuat
stimulus yang ada di
877
W: nah itu Bro Y sudah kuat kan ya. Nah sekarang kan katanya
menghadapi PAWS karena
sekitarnya.
878
Bro Y mengalami PAWS, dan katanya juga sudah kuat menahan
dirinya sudah berjanji dengan
879
itu. Nah caranya supaya kuat menahan PAWS itu gimana Bro?
dirinya sendiri.
880
B: ya karena janji dengan dirinya sendiri.
881
W: jadi tadi yang dibilang handle feeling?
882
B: itu sudah terabaikan sedikit-demi sedikit. Jadi seorang pecandu
883
itu menghilangkan tidak segampang yang mereka pikirkan. Tapi
884
kalau pecandu itu kan gangguannya ada tempat, ada barang, ada
885
orang. Itu lho, jadi lebih banyak. Di samping itu melawan dirinya
886
sendiri itu yang paling berat.
887
W: Bro Y bisa lalui yang ada tempat, ada barang, ada orang itu
888
gimana?
889
B: ya kan ada rehabilitasi.
890
W: kalau sudah habis rehab, itu gimana Bro?
(890-915) subjek diajari strategi
Saat dorongan untuk
Mencegah pola
891
B: saya kan diajari strategi hide and run.
hide and run sehingga mampu
menggunakan kembali
kegagalan regulasi diri:
892
W: jadi lebih ke hide and run terus?
menghadapi hal-hal tidak
muncul, subjek memilih
Mencegah kelambanan
893
B: iya.. jadi ketika aku merinding saat di situ ya kenapa saya harus
menyenangkan dengan cara
untuk pergi dari tempat agar
psikologis (893-895)
894
ada di situ. Jadi kalau denger suara ga menyenangkan ya aku pergi
langsung meninggalkan tempat
dorongan tersebut tidak
Meningkatkan kekuatan
895
dari situ.
tersebut. Subjek juga
muncul kembali (self
regulasi diri (903-911)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 248
896
W: jadi hide and run itu sudah semacam...
menggunakan tes power/ uji
stopping).
897
B: sudah semacam habit, sudah menjadi kebiasaan. Jadi semacam
kekuatan dengan cara duduk
Selain itu, subjek juga
898
budaya bagi saya.
bersama dengan orang yang
menggunakan uji kekuatan,
899
W: jadi sudah otomatis gitu ya?
sedang menggunakan. Subjek
yaitu untuk meningkatkan
900
B: he‟em.. nah tetapi juga harus ingat kita juga harus yang
menguji hal tersebut hingga
kekuatan regulasi diri.
901
namanya tes power.
subjek merasa benar-benar kuat.
902
W: tes kekuatan?
Apabila tidak kuat, subjek
903
B: tes power itu kalau kita duduk di situ bersama orang yang
langsung meninggalkan tempat
904
sedang menggunakan itu kuat atau enggak, satu menit. Kalau
tersebut.
905
nggak kuat ya langsung pergi. Lalu nanti dua menit, tiga menit.
906
Sampai lama-lama ga masalah duduk di situ. Saya waktu itu pas
907
satu mobil, saya yang menyupir, perjalanan jauh, hujan deres dan
908
temen semua pada ngerokok. Dan setiap ngerokok bungkusnya
909
dilepar di depan dashboard saya. Opo ora kepingin Sis? tapi itu tes
910
power bagi saya. Kalau saya ga kuat, saya langsung berhenti, dan
911
saya mendingan mencari taksi karena sirahe wes mumet ga karuan
912
W: sampai kuat ya Bro?
913
B: sampai kuat..
914
W: berarti sering Bro kayak gitu?
915
B: lha yo serieng.
916
W: berarti setelah rehab itu tes power?
(916-929) subjek menjelaskan
Penjelasan mengenai
917
B: iya anak-anak itu kenapa mudah jatuh? Karena mereka tidak
pentingnya uji kekuatan bagi
pentingnya uji kekuatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 249
918
sempat tes power. Misal aja gini, terapi community (TC) itu kan
residen.
919
ada tes power, itu dengan cara dikawal. Misal ditanya, “dulu
920
pertama pakai di mana?”. Misal anak-anak jawab, “di Boshe”, ya
921
kita antar ke sana. Kita lihat, di sana mereka kuat duduk berapa
922
lama. Makanya kita juga harus hafal dengan bahasa non verbal
923
mereka. Kalau dia sudah merinding, duduk tidak nyaman, keringat
924
dingin keluar, ya sudah kita ajak pulang.
925
W: berarti begitu ya
926
B: plus dia juga harus jujur kalau misal ga kuat. Lingkungan juga
927
harus bisa mendukung.
928
W: jujur dengan hambatan yang dialami ya Bro berarti...
929
B: iya.. kalau tidak ya bakal dinikmati terus, njuk bablas.
930
W: selama ini yang dirasa membantu Bro Y selama menjaga
(930-950) subjek mengatakan
Subjek merasa bahwa
Ekologi mikrosistem
931
abstinen itu apa aja Bro? Selain handle feeling, positive thinking...
bahwa yang dirasa membantu
keluarga memiliki peran
(932-937)
932
B: ya dukungan keluarga ya. Dukungan keluarga itu sangat perlu
subjek selama abstinen adalah
untuk membantu menjaga
933
banget. Dulu sebelum saya menikah yaa bapak ibu saya. Tapi
dukungan keluarga. Keluarga
kondisi abstinennya.
Unsur Regulasi Diri:
934
setelah menikah ya istri saya, anak-anak saya. Jadi mereka itu
dirasa berperan bagi subjek
Selain itu, subjek juga
Operate beradaptasi
935
saya perlukan terutama untuk sharing, terus bisa diajak pergi.
karena subjek membutuhkan
melakukan adaptasi yaitu
936
W: nah kalau lingkungan masyarakat itu gimana Bro? Kan ga
tempat untuk sharing (berbagi
mengubah lingkungan agar
937
semuanya bisa berpikir positif?
cerita).
dirinya tetap menjaga
938
B: pindah aku. Aku jadi omongan buat cucunya, ya bagus sih, tapi
Akan tetapi, subjek juga
recoverynya.
939
lama-lama kan ya bikin atiku clekit, makanya aku pindah dari
memutuskan untuk pindah dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 250
940
kotagede.
lingkungan yang dirasa selalu
941
W: berarti kalau lingkungan mending pindah ya?
memiliki pembicaraan yang
942
B: mending pindah saja. Lha di tempat yang lama, misal aku
negatif mengenai subjek.
943
dateng huat hari raya, silaturahmi, masih di tuding-tuding,
944
dirasani, ya kan aku lama-lama tersinggung. Makanya aku pindah
945
di lingkungan baru, di budaya yang baru, yang tidak tahu aku
946
yang dulu, makanya itu lama-lama akan terkikis.
947
W: berarti pinter-pinternya ngubah lingkungan ya?
948
B: iya, dulu dikasih rumah sama mertua, tapi saya ga mau karena
949
lingkungan masih seperti itu. Daripada nanti anak-anakku juga
950
kena, ya sudah mending saya pindah saja.
951
W: Bro masih alami PAWS kan ya. Nah itu efeknya seberapa
(951-961) subjek mengatakan
Subjek mengalami
Mengalami post power
952
Bro?
bahwa PAWS tidak begitu
kecemasan akan hari
syndrome
953
B: itu bukan karena efek drug usernya lho ya. Ini karena saya mau
mengganggunya saat ini karena
pensiunnya.
954
pensiun.
dirinya sekarang lebih
955
W: karena mau pensiun?
mengalami kecemasan
956
W: tapi pikiran mau makai itu?
menjelang pensiun.
957
B: udah nggak ada. Cuma aku itu mudah marah, ada omongan
958
sedikit mudah tersinggung, rapat kalau pendapat tidak dipakai
959
saya marah. Tetapi tidak sampai saya kepingin menggunakan.
960
W: sudah engga ada keinginan buat pakai itu sejak kapan Bro?
961
B: sejak tahun 2000an itu sudah enggak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 251
962
W: tapi PAWS itu masih ada sampai sekarang?
(962-975) subjek mengatakan
Subjek mengalami post
PAWS
963
B: wo kalo itu seumur hidup gejalanya. Sampai sekarang ya masih
bahwagejala PAWS ia rasakan
acute withdrawl syndrome.
964
kerasa.
sampai saat ini (seumur hidup).
Akan tetapi, gejala tersebut
965
W: berarti duduk ga nyaman, fisik ga nyaman itu gejalanya masih
Hal tersebut dirasa mengganggu,
dirasa sudah tidak begitu
966
sampai sekarang?
akan tetapi subjek sudah terbiasa
mengganggunya karena
967
B: iya karena itu yang seumur hidup.
dengan melakukan kontrol
subjek sudah terbiasa untuk
968
W: nah itu dirasa mengganggu ga Bro?
emosi.
mengendalikan emosinya
969
B: ya sangat mengganggu. Tapi kan saya seiring usia itu kan
970
handle feeling, positive thinking itu kan ya terbawa to? Udah dari
971
dulu.
972
W: kalau positive thinking itu kayak gimana aja to Bro?
973
B: ya menilai sesuatu itu baik. Misal dia ngomongin saya itu
974
belum tentu buruk kok.
975
W: jadi ga langsung dimasukin ke hati ya Bro?
976
W: terus selama ini yang membuat Bro Y ingin menjaga abstinen,
(976-985) hal yang menjadi
Cara yang dilakukan subjek
Unsur Regulasi Diri:
977
yang jadi motivasi atau niatnya itu apa Bro?
motivasi bagi subjek untuk
untuk menjaga kondisi
Monitoring
978
B: ya semenjak saya memegang anak-anak ini (residen), makanya
menjaga kondisi abstinennya
abstinen yaitu dengan
menjadi role model (978-
979
saya harus bisa jadi role model. Jadi apa yang saya alami itu akan
adalah residen dan anaknya
menjadi role model.
985)
980
saya ceritakan pada anak. Selain itu juga anak-anak saya sendiri,
sendiri. Subjek merasa bahwa
981
jadi saya harus bisa menjadi contoh., jangan sekali-kali saya
dirinya harus mampu menjadi
982
menggunakan lagi. Lalu saya juga golek dalan padang mbak.
seorang yang dapat dicontoh.
983
Apalagi kesehatan saya juga menurun, makanya saya juga harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 252
984
selalu siap. Juga buat yang paling saya sayangi itu keluarga,
985
karena saya ga mau keluarga saya itu saya tinggali masalah.
986
W: Bro Y juga bilang kalau handle feeling itu memilih dan
(986-992) subjek mengontrol
Subjek menghentikan
Mencegah pola kegagalan
987
memilah, itu bagaimana Bro?
emosinya dengan cara tidak turut
dorongan sejak awal dengan
RD:
988
B: jadi misal kumpul sama temen-temen, saya diajaki makai drugs
menggunakan narkoba ketika
cara menolak untuk kembali
Mencegah kelambanan
989
lagi, saya trimo urunan aja tapi saya ga pakai. Saya cari aman,
berkumpul bersama teman-
mengonsumsi narkoba
psikologis (988-992)
990
supaya saya tidak diserang lagi. Biar mereka bisa mikir kalau saya
temannya.
991
ini sudah berhenti tetapi saya ini ga sengit sama mereka. Kalau
992
saya semakin sengit, malah saya semakin diserang.
993
W: kalau dari pengalaman kejatuhan, relapse itu Bro, nah Bro Y
(993-999) subjek memandang
Subjek merasa bahwa
Pemaknaan akan relapse
994
memandang proses yang relapse itu seperti apa?
bahwa relapse adalah proses
relapse adalah hal yang sia-
995
B: ternyata saat saya menggunakan lagi itu kan sia-sia, harus
yang sia-sia dan hanya
sia.
996
rehab satu tahun lagi. Kan waktuku terbuang sia-sia selama tujuh
membuang waktu/ masa untuk
997
tahun itu. Coba tujuh tahun itu saya berkarir, sudah seperti apa
berkarir.
998
saya dulu. Kalau tujuh tahun bekerja, berarti saya sudah
999
kehilangan kenaikan pangkat to?
1000
W: buat konfrimasi Bro, berarti relapse itu ga mesti kembali jadi
1001
adiksi, tapi membawa kembali masalah yang sama?
1002
B: he‟em.. tapi kalau diabaikan ya akan terulang kembali jadi
1003
pecandu, kembali dari nol lagi, harus detox lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 253
PROBING 1004
W: begini Bro, setelah menjadi pecandu pun Bro Y kan bisa
(1004-1015) subjek dapat
Subjek dapat menetapkan
Unsur Regulasi Diri:
1005
merencanakan karir. Nah itu bagaimana bisa Bro Y punya tujuan
memiliki tujuan karena dirinya
tujuan karena ingin sukses
Tujuan mengapa subjek
1006
seperti merencanakan karir, lalu bekerja, dan lain sebagainya itu?
merasa termotivasi oleh
seperti adik-adiknya dan
mampu menetapkan tujuan
1007
B: satu, karena termotivasi dari adik-adikku dong. Masa adik-
kesuksesan adik-adiknya. Selain
memiliki keinginan untuk
1008
adikku pada “jadi” smua, aku malah ga jadi sendiri? Ya karena
itu, subjek memiliki keinginan
berkeluarga.
1009
aku sendiri pun pengen punya anak, pengen punya bojo, ya
untuk berkeluarga sehingga
1010
makane aku harus berkarya. Jadi aku ga bisa “njagakake” orang
subjek memiliki tujuan seperti
1011
tua terus.
perencanaan karir.
1012
W: kok bisa muncul keinginan seperti itu kenapa Bro?
1013
B: ya karena saya lihat adek saya berhasil, makanya saya juga
1014
mau berhasil. Karena saya punya semboyan, “orang lain bisa,
1015
kenapa saya enggak”. Naah itu yang saya tanamkan itu.
1016
W: terus sekarang Bro Y bisa handle feeling itu, jadi gini, waktu
(1016-1025) subjek mampu
Subjek mampu
Mengontrol emosi
1017
ada pikiran buat pakai lalu Bro Y memilih pergi dari tempat, nah
mengendalikan emosinya karena
mengendalikan emosi
mendapatkan dukungan
1018
itu kenapa Bro Y bisa pilih cara yang seperti itu?
dirinya bersikap jujur terhadap
karena bersikap jujur dan
dari keluarga dan bersikap
1019
B: ya sebenarnya juga dukungan keluarga. Nah aku kan juga
keluarganya mengenai kondisi
mendapatkan dukungan dari
jujur
1020
belajar tentang kejujuran, jadi ketika PAWS itu, aku udah
fisik dan emosi yang dialaminya.
keluarganya
1021
ngomong sama bojoku. Aku crita kalo badanku udah ngrasa ga
Subjek merasa mendapatkan
1022
enak, dan emosinya bawaannya pengen marah-marah. Naah dari
dukungan dari keluarganya.
1023
situ aku diajak pergi dan dikasih tau carane kayak gimana. Jadi
1024
aku bicara jujur sama keluargaku tentang keadaan fisikku. Jadi ya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 254
1025
aku bisa stop karena akunya juga didukung.
1026
W: lalu apa yang bikin Bro Y yakin supaya ga jatuh lagi?
(1026-1033) subjek merasa yakin
Sumber keyakinan subjek:
Sumber self efficacy
1027
B: karena satu, saya harus bisa jadi yang baik buat anak-anakku,
dirinya tidak kembali jatuh
Harus menjadi role model
pada subjek
1028
jadi saya harus bisa jadi role model buat mereka. Jadi saya bisa
karena subjek merasa harus
yang baik dan
1029
jadi role model bagi sesama pecandu, buat anak-anak residen. Di
menjadi role model yang baik
Merasa ingin menunjukkan
1030
samping itu, saya harus bisa menunjukkan bahwa saya ini bisa
dan menunjukkan perubahan
diri
1031
berkarya, terutama kepada keluarga saya dan teman-teman saya
bagi pihak yang memberi
1032
yang sering men-judge jelek ke saya. Jadi saya bisa makin yakin
penilaian buruk terhadap subjek
1033
karena saya itu harus bisa jadi contoh.
1034
W: terus Bro Y itu bisa pulih, apakah dapat contoh juga dari orang
(1034-1040) subjek mengatakan
Subjek mendapatkan role
Subjek mendapatkan
1035
lain?
bahwa dirinya mendapatkan role
model
role model
1036
B: oiya jelas, dari temen-temen yang ada di Malaysia sana. Jadi
model sehingga dirinya juga
1037
mereka ya ngasih contoh ke aku, sama kayak aku kasih contoh ke
dapat meraih keberhasilan dalam
1038
anak-anak residen sekarang. Jadi balik ke semboyan tadi, “orang
recovery/ kesembuhan
1039
lain bisa, saya juga bisa”. Begitu..
1040
W: baik Bro, terimakasih untuk waktu dan kesediaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 255
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 256
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 257
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 258
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 259
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 260
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 261
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 262
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 263