PROSES PEMBINAAN TERHADAP PEREMPUAN YANG MELAKUKAN KEJAHATAN NARKOTIKA DI LAPAS KLAS II B ANAK PEKANBARU
Oleh Neri Widya Ramailis.,S.Sos.M.Krim Dosen Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Riau Jl. Kaharudin Nasution KM.11, No.113 Marpoyan Simpang Tiga Pekanbaru
Abstract The accredited member of an assosiation constructions (Prisioner Inmate) the inside of community institutions havebeen of the powerfull who that’s another human. The only for to be differential on the accredited member of an assosiation status who thats given lebel there are (not used for the law) because has to doing on criminaly its something to the people. Therefore the goverment official or employing institution community thats neccessary to be comprehensip, and the implementation UU No 12 year 1995 its about community institution be inside to be doing of assignment or task and function who thats on foundation the basis its sheltered, to the same of conduction and serveing of aducation with the honourable standard and inaguration of human, because all of them it doesn’t the losting of kuit another. Thats until the accredited member of an assosiation it doesn’t on acknowledgment 2 prison, but its to the creation its something the accredited member of an assosiation system as a community society. The research is descriptive, describe one of the condition reality about what get while reseacrh with the way submitted data, clarification and analysis to get formulate of analysis toward face of problem. The results suggest the process its for of contruction to the inside of institution community of the results take care of its good with the category its amount value (48%) its the ecidence thats of results the of contruction (The contruction of class II B for the child pekanbaru) the two obtained for the people citizen of contructions prisioner inmate the woman who thats to doing of narcotics criminaly and the status as a Residivis. Keywords : The citizenship of the accredited member on contructions woman, The institution of community, The capacity of woman and the kuit of human fundamental.
1
perempuan, maka perempuan cenderung
Latar Belakang Ketika
berbicara
tentang
lebih
miskin
dibanding
laki-laki.
perempuan, hak asasi manusia (HAM)
Dampak dari stereotip ini, perempuan
dan penegakan hukum di Indonesia
lebih banyak melakukan kerja-kerja
terhadap
domestik
perempuan
dalam
konsep
(reproduktif)
yang
tidak
kesetaraan gender. Dimana dalam tahap
dibayar (unpaid work), sedangkan laki-
proses industrialisasi dan kemajuan
laki lebih banyak melakukan kerja-kerja
tehnologi informasi membawa dampak
yang mengahasilkan uang (produktif).
perubahan
sosial
pada
(Sundari, 2006: 26).
perempuan
dalam
keluarga
peranan dan
Didalam kehidupan sehari-hari
masyarakat itu sendiri. Saat ini jumlah
tidak
kaum perempuan yang bekerja diluar
menjadi pelaku kejahatan itu seorang
rumah
perempuan. Pada saat sekarang ini
(dipublik,
sebagai
Negeri,
dibidang
Legislatif
dan
Pegawai
Pemerintahan,
Yudikatif)
menutup
pelaku
kemungkinan
kejahatan
tidak
yang
hanya
semakin
didominasi oleh pihak laki-laki saja,
dengan
melainkan perempuan juga berpotensi
jumlah
untuk menjadi pelaku kejahatan. Contoh
perempuan yang menjadi kepala rumah
singkat yang terdapat dalam penelitian
tangga
penulis
meningkat,
di
fenomena
meningkatnya
(Biro
ikuti
juga
statistik
"Strategi
adalah
mengenai
Kehidupan Perempuan Kepala Rumah
narkotika.
Tangga").
kejahatan narkotika perempuan ikut
Fakta membuktikan bahwa lebih banyak
kasus
kemiskinan
Dimana
pada
kejahatan tindak
berperan serta dan terlibat, baik itu
yang
statusnya
menimpa perempuan dibanding laki-
sebagai
pelaku
maupun
korban kejahatan.
laki. Kondisi kemiskinan perempuan
E.Durkheim(dalam Abdussalam,
lebih parah dibanding laki-laki, ada
2007:4)
kecenderungan kemiskinan lebih parah
masyarakat
pada
perempuan
bukan saja normal dalam arti tidak ada
menjadi kepala rumah tangga (janda).
masyarakat tanpa kejahatan. Kejahatan
Dengan
dan
merupakan sesuatu yang diperlukan,
stereotip (pelabelan negatif) terhadap
sebab ciri setiap masyarakat adalah
perempuan
adanya
ketika
beban
kerja
1
seorang
pakar
sosiologi
menjelaskan,
kejahatan
dinamis. Dan perbuatan yang telah
ini telah menjadi masalah nasional dan
menggerakkan
masyarakat
tersebut
tidak hanya itu, bahkan telah menjadi
pada
sering
disebut
masalah
internasional,
buruk
yang
mulanya
kali
kejahatan. Realitas kehidupan masyarakat
karena
efek
ditimbulkan
dari
penyalahgunaan
narkotika
sangat
Indonesia pada saat ini mengalami
merusak
berdampak
buruk
kerusakan moral. Akibatnya mulai dari
khususnya bagi perempuan sebagai
tingkat
orang yang akan melahirkan generasi
anak-anak,
remaja
hingga
sampai pada orang dewasa telah banyak
dan
penerus bangsa.
mengkonsumsi narkoba (narkotika dan
Beberapa contoh jenis kejahatan
obat-obat berbahaya). Dimana obat-obat
yang dilakukan oleh warga binaan
terlarang ini sangat membahayakan bagi
(Narapidana) perempuan di Lapas Klas
kondisi tubuh, fisik, dan merusak
II B Anak Pekanbaru adalah sebagai
mental anak bangsa. Bahkan masalah
berikut:
kejahatan narkotika pada saat sekarang
Tabel I.1: Jenis Kejahatan Warga Binaan (Narapidana) Perempuan Di Lapas Klas II B Anak Pekanbaru. Jumlah Pelanggaran No. Jenis Kejahatan Total 2010 2011 1 Narkotika 43 55 98 2 Penipuan 2 5 7 3 Pembunuhan 4 5 9 4 Pencurian 4 6 10 Jumlah Total 53 71 124 Sumber : Data Olahan Penelitian Penulis Tahun 2012
Di wilayah Lapas Klas II B
Pemasyarakatan). Namun, kenyatannya
Anak Pekanbaru ini terdapat 2 (dua)
pada saat sekarang ini tidak dapat
ruang wilayah kerja, pertama ruangan
dipungkiri bahwa pembagian ruang
khusus
binaan
wilayah lembaga pemasyarakatan juga
(Narapidana) perempuan dan kedua
mempengaruhi proses pembinaan bagi
ruangan khusus untuk warga binaan
warga binaan (Narapida) perempuan
(Narapidana/Anak
dan
untuk
warga
Didik 2
(Narapidana/Anak
Didik
Pemasyarakatan). Sehingga dibutuhkan
yang
pembagian bangunan khusus untuk
reintegrasi sosial atau pulihnya kesatuan
masing-masing
hubungan
warga
binaan
bertujuan
untuk
antara
mencapai
warga
binaan
pemasyarakatan guna untuk terciptanya
pemasyarakatan
proses pembinaan dan rehabilitasi yang
Dalam
efektif sesuai dengan pola pembinaan
sistem
narapidana
dilaksanakan sejak tahun 1964 dengan
menurut
konsep
sistem
pemasyarakatan. Dengan
dengan
masyarakat.
perkembangan
selanjutnya
pemasyarakatan
mulai
ditopang oleh UU No 12 Tahun 1995 adanya
model
tentang
Pemasyarakatan.
UU
pembinaan bagi narapidana didalam
Pemasyarakatan itu menguatkan usaha-
lapas
usaha untuk mewujudkan suatu sistem
tidak
terlepas
dari
sebuah
dinamika yang bertujuan untuk lebih
pemasyarakatan
banyak
bagi
tatanan pembinaan bagi warga binaan
menyongsong
pemasyarakatan. Dengan mengacu pada
kehidupan setelah selesai menjalani
pemikiran itu, mantan Menteri Hukum
masa hukuman (bebas). Seperti halnya
dan
yang
mengatakan
memberikan
narapidana
dalam
terjadi
bekal
jauh
peristilahan
sebelumnya,
penjarapun
HAM
yang
merupakan
Hamid bahwa
Awaludin
pemasyarakatan
telah
adalah suatu proses pembinaan yang
menjadi
dilakukan oleh negara kepada para
lahirnya
narapidana dan tahanan untuk menjadi
istilah lembaga pemasyarakatan dipilih
manusia yang menyadari kesalahannya
sesuai dengan visi dan misi lembaga itu
(Panjaitan, 1995).
mengalami
perubahan
pemasyarakatan.
Tentang
untuk menyiapkan para narapidana
Untuk
menyikapi
dan
kembali ke masyarakat. Istilah ini
mempelajari kasus dalam penelitian ini,
dicetuskan
dimana
pertama
kali
oleh
perempuan
dalam
hal
ini
Rahardjo,.S.H. yang menjabat Menteri
posisinya sebagai pelaku, dan bahaya
Kehakiman RI saat itu.
yang
Pemasyarakatan sebagai
suatu
sistem
dapat
ditimbulkan
dari
dinyatakan
mengkonsumsi narkotika sangat fatal
pembinaan
bagi
sipemakai
Sehingga
terhadap para pelanggar hukum dan
memerlukan
sebagai suatu pengejawantahan keadilan
khusus dalam lembaga pemasyarakatan
2
pola
(korban).
pembinaan
yang
dan memerlukan waktu yang cukup
Melakukan Kejahatan Narkotika Di
lama agar proses rehabilitasi berjalan
Lapas Klas II B Anak Pekanbaru?”.
dengan efektif untuk memulihkan warga binaan (Narapidana) perempuan dari
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
tindak kejahatan narkotika.
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
Berdasarkan
tabel
dan
1. Untuk mengetahui bagaimana
penjelasan sebelumnya, maka yang
proses
menjadi latar belakang permasalahan
Perempuan
dalam
Kejahatan Narkotika Di Lapas
penelitian
ini
adalah
meningkatnya jumlah warga binaan
Pembinaan Yang
Terhadap Melakukan
Klas II B Anak Pekanbaru.
(Narapidana) perempuan terkait kasus
2. Untuk mengetahui bagaimana
kejahatan narkotika di Lapas Klas II B
Proses
Anak Pekanbaru pada tahun 2010–
Perempuan
2011, dimana data ini penulis dapatkan
Kejahatan Narkotika Di Lapas
langsung dari pihak pegawai lapas.
Klas II B Anak Pekanbaru.
Maka, hal yang menarik untuk dijadikan
Sedangkan kegunaan yang diperoleh
judul
dari penelitian ini adalah :
dalam
“Proses
penelitian
ini
Pembinaan
yakni:
Rehabilitasi
1. Kegunaan
Terhadap
Yang
Terhadap Melakukan
Teoritis,
yakni
Melakukan
sebagai bahan masukan bagi diri
Kejahatan Narkotika Di Lapas Klas
sendiri, keluarga, masyarakat,
II B Anak Pekanbaru”.
maupun pihak penegak hukum
Perempuan
Yang
dan lembaga pemasyarakatan Masalah Penelitian Melihat
tingginnya
jumlah
untuk
pemecahan
masalah
dalam
mengatasi
Proses
warga binaan (Narapidana) perempuan
Pembinaan Terhadap Perempuan
yang terlibat kasus narkotika di Lapas
Yang
Klas II B Anak Pekanbaru, maka yang
Narkotika Di Lapas Klas II B
menjadi fokus masalah dalam penelitian
Anak Pekanbaru.
ini
adalah
:
“Bagaimana
Proses
Melakukan
Kejahatan
2. Kegunaan Akademis, sebagai
Pembinaan Terhadap Perempuan Yang
bahan
referensi
dan
bahan
masukan bagi peneliti lainnya
3
yang berniat untuk melakukan
Adapun pembinaan didalam lembaga
penelitian
pemasyarakatan
lanjutan
tentang
permasalahan yang sama.
meliputi
hal-hal
sebagai berikut :
3. Kegunaan Praktis, sebagai bahan
a. Pendidikan agama
masukan dan pertimbangan bagi
b. Pendidikan umum
pihak
c. Kursus-kursus keterampilan
penegak
hukum,
pihak
lembaga
khususnya
d. Rekreasi
pemasyarakatan (Lapas Klas II
e. Olah Raga
B
f. Kesenian
Anak
Pekanbaru)
menjadi
lokasi
yang
penelitian
g. Kepramukaan
penulis.
h. Latihan Kerja i. Asimilasi
Kerangka Teoritis
Sedangkan pembinaan diluar lembaga
Konsep Pembinaan
pemasyarakatan
Di dalam sistem pemasyarakatan
meliputi
hal-hal
sebagai berikut :
dikenal pula apa yang disebut sebagai
a. Penelitian kemasyarakatan
proses pemasyarakatan. Dimana proses
b. Bimbingan
selama
terpidana
pidana
bersyarat
pemasyarakatan ini diartikan sebagai
mendapat
suatu proses mulai dari tahap awal
(pidana dengan perjanjian)
seseorang narapidana/anak didik masuk
c. Bimbingan terhadap anak negara
ke lembaga pemasyarakatan sampai
dan
pada masa lepas yang sesungguhnya
diputuskan/ditetapkan
dan
hakim yang ditempatkan diluar
kembali
ketengah
-
tengah
masyarakat (Panjaitan, 1998: 14). Sedangkan narapidana
menurut
sipil
yang oleh
lembaga pemasyarakatan dalam
pembinaan konsep
anak
rangka asimilasi atau integrasi
sistem
dengan masyarakat luar.
pemasyarakatan terdiri dari dua bagian
d. Bimbingan
yaitu (Panjaitan, 1998: 16-17):
terhadap
narapidana/anak
yang
1. Pembinaan didalam lembaga.
berada
2. Pembinaan diluar lembaga.
pemasyarakatan dalam rangka
4
diluar
didik
lembaga
asimilasi atau integrasi dengan
c. Rasa tobat tidaklah dapat dicapai
masyarakat luar.
dengan
e. Bimbingan
terhadap
narapidana/anak mendapat
didik
lepas
yang
d. Negara tidak berhak membuat
bersyarat
seorang narapidana lebih buruk
kepada
narapidana/anak
atau
bekas
didik
warga
lebih
jahat
dari
pada
sebelum ia masuk lembaga.
yang
e. Selama kehilangan kemerdekaan
memerlukan (after care). Hak-hak
melainkan
dengan bimbingan.
(pelepasan dengan perjanjian). f. Bimbingan
menyiksa
bergerak
narapidana
harus
binaan
dikenalkan kepada masyarakat
(Narapidana) perempuan sebagai warga
dan tidak boleh diasingkan dari
negara
masyarakat.
Indonesia
kemerdekaannya
yang
karena
hilang
melakukan
f. Pekerjaan
yang
diberikan
tindak pidana, haruslah dilakukan sesuai
kepada narapidana tidak boleh
dengan hak asasi manusia hal ini
bersifat mengisi waktu atau
membuka jalan perlakuan terhadap
hanya
narapidana dengan cara pemasyarakatan
kepentingan
sebagai tujuan pidana penjara. Bertolak
negara saja, pekerjaan yang
dari pandangan Dr.Sahardjo,SH tentang
diberikan harus ditujukan untuk
hukum sebagai pengayoman. Prinsip-
pembangunan negara.
prinsip untuk bimbingan dan pembinaan
diperuntukkan
bagi
lembaga
atau
g. Bimbingan dan didikan harus
itu ialah (Sujatno dan Didin, 2008: 115)
berdasarkan azaz pancasila.
:
h. Tiap orang adalah manusia dan a. Orang yang tersesat harus di ayomi
dengan
harus dan harus diperlakukan
memberikan
sebagai manusia meskipun ia
bekal hidup sebagai warga yang
telah
baik
ditujukan
dan
berguna
dalam
masyarakat.
balas
tidak
kepada
boleh
narapidana
bahwa itu penjahat.
b. Penjatuhan pidana adalah bukan tindakan
tersesat
dendam
i. Narapidana itu hanya dijatuhi
dari
pidana hilang kemerdekaan.
negara.
5
j. Sarana fisik bangunan lembaga
komponen
bangsa.
mengacu
pada
dewasa ini merupakan salah satu
arahan presiden tersebut, maka sampai
hambatan pelaksanaan sistem
ke tingkatan daerah perlu disusun suatu
pemasyarakatan.
rencana strategis badan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak yang meliputi
Konsep Pemberdayaan Perempuan Berbicara
tentang
pemberdayaan
konsep
perempuan,
perencanaan
pembangunan
dibidang pendidikan perempuan, bidang
maka
kesehatan,
khususnya
penulis mencoba untuk menggabungkan
reproduksi,
antara
ekonomi perempuan, bidang partisipasi
konsep
pemberdayaan
bidang
kesehatan
perempuan dan hak asasi manusia
politik
(HAM) serta penegakan hukum di
perlindungan anak dengan membawa
Indonesia terhadap perempuan yang
misi pengarusutamaan gender menuju
melakukan tindak kejahatan narkotika,
keadilan dan kesetaraan gender. Salah
dimana pada kasus ini perempuan
satu tujuan penting dalam pembangunan
dilihat sebagai pelaku kejahatan. Salah
berbasis gender adalah peningkatan
satu
kualitas hidup perempuan. Hal itu bisa
upaya
sumber
dalam
daya
memberdayakan
manusia,
perempuan
peningkatan
serta
bidang
khususnya
tercapai antara lain melalui peningkatan
perempuan melalui penanaman dan
kapabilitas dasar perempuan. Dua faktor
penguatan
penting yang mendasari kapabilitas
jiwa,
serta
melakukan
kegiatan praktek kewirausahaan. Sesuai
dasar
dengan
kesehatan perempuan. Pendidikan dan
arahan
Presiden
Susilo
itu
Bambang Yudoyono dalam rakernas
kesehatan,
pemberdayaan
penting
perempuan
dan
adalah
pendidikan
dan
bagi
perempuan
sangat
artinya
karena
melalui
tinggi
niscaya
perlindungan anak tahun 2008 yang
pengetahuan
diselenggarakan tanggal 17-18 Juni
perempuan akan memiliki pengetahuan
2008 di istana negara. Menekankan
yang
bahwa
memelihara dan mewujudkan kesehatan
pembangunan
dan
tinggi
yang
pula
dengan
menjaga,
pemberdayaan perempuan merupakan
dirinya.
salah satu prioritas dan perlu dilakukan
pendidikan dan kesehatan yang lebih
dengan tindakan nyata dari seluruh
baik, perempuan diharapkan mampu
6
Karena
dalam
tingkat
menjadi sumber daya manusia yang
diatur
berkualitas dan berdaya guna untuk
(Darmawan, 1994: 2).
kepentingan
dirinya
sendiri
dalam
undang-undang
dan
keluarga, untuk selanjutnya perempuan
Konsep Narkotika
berkualitas nantinya akan melahirkan
Secara umum yang dimaksud
anak-anak sebagai generasi harapan
dengan narkotika adalah sejenis zat
bangsa
berkontribusi
yang bila dipergunakan (dimasukkan
terhadap pembangunan dan kemajuan
dalam tubuh) akan membawa pengaruh
bangsa dan negara (copy right 2012,
terhadap tubuh si pemakai. Pengaruh
www.komnas perempuan.co.id).
tersebut
yang
mampu
berupa
:
menenangkan,
meransang dan menimbulkan khayalan (halusinasi). Narkotik berasal dari kata
Konsep Kejahatan Menurut
W.A.Bonger
dasar bahasa yunani : narkoun yang
mengatakan bahwa kejahatan adalah
berarti : membuat lumpuh, membuat
merupakan perbuatan anti sosial yang
mati rasa. Remington’s Pharmaceutical
secara sadar mendapatkan reaksi dari
Sciences,
negara berupa pemberian derita dan
sebagai
kemudian,
mengurangi
terhadap
sebagai rumusan
reaksi-reaksi
:
zat-zat
yang
kepekaan
narkotik mampu terhadap
(legal
rangsangan (sensibilitas), menawarkan
defenition) mengenai kajahatan (Adang,
nyeri, menyebabkan lesu, kantuk atau
2010: 178).
tidur (B.Bonsu, 1982: 68).
Dilain
hal
hukum
mendefinisikan
Hermann
Menurut pasal 1 angka 15
Mannheim, mengatakan bahwa batasan
Undang-undang narkotika No 35 Tahun
kejahatan
tindakan
2009, penyalahgunaan adalah orang
melanggar hukum atau undang-undang
yang menggunakan narkotika tanpa hak
saja, tetapi juga merupakan tindakan
atau melawan hukum. Kemudian, dalam
yang bertentangan dengan “conduct
meningkatkan upaya penanggulangan
norms”, yaitu tindakan-tindakan yang
kejahatan narkotika, perlu dua langkah
bertentangan dengan norma-norma yang
yang akan dilakukan yakni lewat jalur
ada
penal maupun yang lebih menitik
tidaklah
dalam
Reid
hanya
masyarakat
walaupun
tindakan itu belum dimasukkan atau
beratkan
7
pada
sifat
represive
(penindakan atau pemberantasan atau
menampung
penumpasan) sesudah kejahatan terjadi,
yang telah dinyatakan oleh hakim
sedangkan
lebih
melalui putusannya, atau kadangkala
preventif
dipakai juga untuk tempat pelaksanaan
(pencegahan atau penangkalan) sebelum
penahanan yang dilakukan oleh Polisi,
terjadi kejahatan.
Jaksa
jalur
non
menitikberatkan
penal
sifat
narapidana/anak
maupun
Hakim.
didik
Proses
penjatuhan hukuman atau penahan pada hakekatnya merupakan upaya paksa
Konsep Lembaga Pemasyarakatan Menurut
Romli
Atmasasmita
dalam
rangka
proses
penegakkan
(1982: 16), perkembangan kepenjaraan
hukum yang bertujuan agar didalam
di Indonesia telah diawali dengan
masyarakat terdapat suasana aman dan
perubahan istilah yang dipergunakan
tertib yang berlandaskan keadilan dan
sejak tanggal 20 April 1964 istilah
terciptanya
lembaga pemasyarakatan menggantikan
manusia (Sujatno dan Didin, 2008: 88).
istilah
penjara.
penjara
Pergantian
menjadi
istilah
dipergunakan
juga
hak
asasi
istilah
Dalam Undang-undang Nomor
lembaga
12 Tahun 1995 Bab II Pasal 12 ayat (1)
masyarakat, maka sistem rehabilitasi yang
perlindungan
dan (2) dijelaskan bahwa:
berubah.
1) Dalam
rangka
pembinaan
Sistem rehabilitasi yang dipergunakan
terhadap narapidana di lapas
pada
dilakukan
masa
itu
merupakan
sistem
penggolongan
atas
rehabilitasi yang mengacu pada prinsip
dasar ; umur, jenis kelamin,
retributive
atas
lama pidana yang dijatuhkan,
kemerdekaan
jenis kejahatan, dan kriteria
narapidana, sedangkan sistem lama
lainnya sesuai dengan kebutuhan
yang
atau perkembangan pembinaan.
serta
kehidupan
pada
penindasan
dan
hakikatnya
hanya
menitikberatkan pada prinsip retributive
2) Pembinaan
maupun penindasan atas kehidupan dan
perempuan
kemerdekan narapidana.
lapas perempuan.
Selanjutnya, pemasyarakatan
adalah
lembaga salah
satu
institusi negara yang ditugaskan untuk
8
narapidana dilaksanakan
di
Pembinaan Terhadap Perempuan Yang
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe survey
deskriptif,
Melakukan Kejahatan Narkotika Di
yakni
Lapas Klas II B Anak Pekanbaru.
yang
Survey dibatasi pada penelitian yang
Dengan
datanya dikumpul dari sampel yang
menggunakan analisa kualitatif melalui
mewakili seluruh populasi. Adapun
penggambaran
dan
yang akan dijadikan populasi dan
ada
sampel dalam penelitian ini adalah
menggambarkan ditemui
kenyataan
dilapangan.
menghimpun
sistematis fakta-fakta
yang
dilapangan
dan
bertujuan
untuk
mengukur
secara
cermat
Proses
sebagai berikut:
Tabel III.1 : Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian. No. Nama Responden Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas Klas II B 1 Anak Pekanbaru) Kepala Seksi Bimbingann Warga Binaan (Narapidana 2 /Anak Didik) dan Kegiatan Kerja Pegawai Seksi Bimbingan Warga Binaan 3 (Narapidana/Anak Didik) dan Kegiatan Kerja Warga Binaan (Narapidana) Perempuan yang 4 melakukan Tindak Kejahatan Narkotika tahun 2011 Jumlah Sumber : Data Olahan Penulis Tahun 2012.
Populasi
Sampel
1
1
1
1
3
3
55
49
60
54
Lokasi penelitian ini dilakukan
Lebih lanjut, teknik analisa data
diwilayah Lapas Klas II B Anak
yang digunakan yakni; analisa deskriptif
Pekanbaru.
teknik
kualitatif. Setelah data dikumpulkan
dilakukan
secara lengkap dan menyeluruh, maka
Kemudian,
pengumpulan
data
yang
dalam penelitian ini dengan melakukan
data
observasi
menyebar
disesuaikan dengan jenis data yang
kuesioner dan melakukan wawancara
diperoleh, selanjutnya akan dibahas dan
dengan pihak pegawai lapas dan warga
dianalisa dalam dua bentuk. Data yang
binaan yang datanya telah tercantum
bersifat kualitatif akan diuraikan dalam
pada tabel sebelumnya.
bentuk kalimat, sedangkan data yang
ke
lapangan,
tersebut
dikelompokkan
dan
bersifat kuantitatif akan dikumpulkan
9
menurut jenisnya, kemudian dianalisa berdasarkan
frekuensi
2. Tahap lanjutan (kurang lebih 1/3 -
tanggapan
1/2 masa tahanan)
responden yang disajikan dalam bentuk
a. Keterampilan untuk mendukung
tabel-tabel tentang Proses Pembinaan
usaha-usaha mandiri
Terhadap Perempuan Yang Melakukan
b. Keterampilan untuk mendukung
Kejahatan Narkotika Di Lapas Klas II B
usaha-usaha industri kecil
Anak Pekanbaru.
c. Keterampilan dikembangkan
Salah satu bentuk metode pembinaan
dengan
d. Keterampilan untuk mendukung
warga binaan (Narapidana) perempuan
usaha
demi mencapai tujuan berdirinya Lapas
perkebunan
Klas II B Anak Pekanbaru, maka pihak
madya/tinggi.
mengadakan
sesuai
bakatnya masing-masing
PEMBAHASAN
lapas
yang
kegiatan-kegiatan
industri
pertanian,
dengan
teknik
3. Tahap lanjutan (kurang lebih ½ -2/3
yang tersususn dalam program antara
masa tahanan)
lain :
a. Asimilasi dalam lapas terbuka
1. Tahap awal (kurang lebih 1/3 masa
meliputi ; melanjutkan sekolah,
tahanan)
kerja mandiri, kerja pada pihak
a. Administrasi dan orientasi yaitu
luar, bakti sosial, olahraga dan
masa pengamatan, pengenalan
cuti mengunjungi keluarga.
dan penelitian lingkungan paling
4. Tahap akhir (2/3 masa pidana-
lama 1 bulan. b. Pembinaan
bebas) yang
Pada masa ini para napi bebas
pembinaan
untuk selama-lamanya. Setelah bebas
kepribadian
beragama,
diharapkan kepada para napi tidak
pembinaan
kepribadian
meliputi
kesadaran
kepribadian ;
hukum
lagi,
dapat
dan
berpartisipasi aktif dan positif dalam
bernegara,
pembinaan
pembangunan (mandiri), dan bahagia
kemampuan
intelektual
dunia akhirat.
(kecerdasan),
berbangsa
melanggar
dan
pembinaan
kesadaran hukum.
2
Metode Perempuan
Pembinaan Yang
kejahatan yang lain tidak disatukan (dibedakan), dan pemantauannya lebih dutamakan dari yang lain, perhatiannya khusus, mulai dari penerimaan tamu dan pembesukan, untuk menanggulangi agar tidak terjadi penyeludupan bahan narkotika.
Terhadap Melakukan
Kejahatan Narkotika Di Lapas Klas II B Anak Pekanbaru Tahun 2011. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak lembaga pemasyarakatan
Sedangkan untuk melihat hasil
mengenai Proses Pembinaan Terhadap
penelitian mengenai Proses Pembinaan
Perempuan Yang Melakukan Kejahatan
Terhadap Perempuan Yang Melakukan
Narkotika Di Lapas Klas II B Anak
Kejahatan Narkotika pada tahun 2011,
Pekanbaru pada tanggal 19 Maret 2012 :
yang datanya sebanyak 55 orang warga
Pada dasarnya pembinaan warga binaan (Narapidana/Anak Didik Pemasyarakatan) di Lapas Klas II B Anak Pekanbaru tidak ada pembedaan mengenai pola pembinaan antara (Narapida/Anak Didik) yang melakukan tindak kejahatan narkotika dengan kejahatan yang lain dan semua disama ratakan, akan tetapi mengenai penempatan kamar, antara warga binaan (Narapidana) perempuan yang terlibat kasus narkotika dengan kasus
binaan
perempuan
dengan
metode
pengambilan sampel dilakukan secara acak (Random Sampling) sebanyak 49 orang
berdasarkan
kategori
tingkat
umur dan tingkat pendidikan, uraian tabelnya adalah sebagai berikut :
Tingkat Umur Tabel V.1 Identitas responden berdasarkan tingkat umur. No. Tingkat Umur Frekuensi Persentase (%) 1 15 – 24 7 14 % 2 25 – 34 23 46 % 3 35 – 44 12 24 % 4 45 – 54 6 12 % 5 55 – 64 1 2% Jumlah 49 98 % Sumber : Data Olahan Penelitian Penulis Tahun 2012
Pada tabel V.1 dapat dilihat
penulis, dan hasilnya pun bervariasi
bahwa terdapat 49 orang responden
mulai dari hasil frekuensi yang tertinggi
yang dijadikan sampel dalam penelitian
terdapat
3
pada
umur
25-34
tahun
sebanyak 23 orang atau sama dengan
45-54 tahun sebanyak 6 orang atau
46%, kedua umur 35-44 tahun sebanyak
sama dengan 12 %, dan yang terakhir
12 orang atau sama dengan 24 %, ketiga
hasil yang paling terkecil terdapat pada
umur 15-24 tahun sebanyak 7 orang
umur 55-64 tahun sebanyak 1 orang saja
atau sama dengan 14 %, keempat umur
atau sama dengan 2 %.
Tingkat Pendidikan Tabel V.2 Identitas responden berdasarkan tingkat pendidikan. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%) SD 7 14 % SMP 20 40 % SMA 22 44 % Jumlah 49 98 % Sumber : Data Olahan Penelitian Penulis Tahun 2012 No 1 2 3
Pada tabel V.2 dapat dilihat
menyatakan bahwa pembinaan warga
bahwa terdapat 49 orang responden
binaan
pemasyarakatan
dilakukan
yang dijadikan sampel dalam penelitian
dilapas
dan
penulis, hasil frekuensi yang tertinggi
binaan pemasyarakatan dilakukan oleh
terdapat pada tingkat pendidikan SMA
BAPAS.
sebanyak 22 orang atau sama dengan
pemasyarakatan di lapas dilaksanakan
44%, kedua tingkat pendidikan SMP
secara Intramural (didalam lapas) dan
sebanyak 20 orang atau sama dengan 40
secara Ekstramural (diluar lapas).
pembimbingan
Pembinaan
warga
warga
binaan
%, dan ketiga tingkat pendidikan SD
Berikut penjelasan tanggapan
sebanyak 7 orang atau sama dengan 14
responden mengenai Proses Pembinaan
%.
Terhadap Perempuan Yang Melakukan Berdasarkan ketentuan pasal 6
Kejahatan Narkotika Di Lapas Klas II B
Undang-undang No 12 Tahun 1995
Anak
2
Pekanbaru
:
Pembinaan didalam lembaga pemasyarakatan. Tabel V.3 : Distribusi tanggapan responden terhadap indikator pembinaan di dalam lapas. Kategori Jawaban No Indikator Item Penilaian Cukup Kurang Jumlah Baik Baik Baik 1. Pembinaan di a. Pendidikan 40 9 49 dalam lapas Agama b. Kursuskursus 44 5 49 Keterampilan c. Kesenian 41 7 1 49 d. Latihan Kerja 39 8 2 49 164 29 3 196 Jumlah 41 7 1 49 Rata-rata 83 % 14 % 2% 99 % Persentase Pengukuran Baik (83 %) Sumber : Data Olahan Penelitian Penulis Tahun 2012 Dari tabel V.3 dapat dilihat
tanggal 19 Maret 2012 dinyatakan
tanggapan responden terhadap indikator
bahwa :
pembinaan didalam lapas yang meliputi
Pembinaan didalam Lapas Klas II B Anak Pekanbaru yang meliputi bidang pendindikan agama, kursus keterampilan, kesenian dan latihan kerja dikategorikan dengan hasil baik, karena adanya bimbingan agama khusus yang muslim dilakukan secara rutin setiap 2 kali dalam seminggu yang dilaksanakan pada hari selasa dan kamis, berupa ceramah agama, pengajian, pertunjukan musik islami dan acara bimbingan kerohanian lainnya khusus warga binaan (Narapidana) perempuan. Sedangkan untuk pembinaan yang meliputi bidang kesenian, kursus-kursus keterampilan dan kegiatan kerja khusus warga binaan (Narapidana) perempuan diajarkan bagaimana cara menjahit, menyulam, dan menyalon.
pendidikan
agama,
kursus-kursus
keterampilan, kesenian dan latihan kerja untuk responden yang memberikan tanggapan baik ditanggapi sebanyak 41 orang
atau
sama
dengan
83
%,
sedangkan untuk tanggapan cukup baik ditanggapi sebanyak 7 orang atau sama dengan 14 % dan untuk tanggapan kurang baik sebanyak 1 orang atau sama dengan 2 %. Dari hasil wawancara dengan warga binaan (Narapidana) perempuan yang terlibat
kasus
narkotika dan
sedang menjalani masa hukuman di
Hasil wawancara dengan pihak
Lapas Klas II B Anak Pekanbaru pada
pegawai
2
Lapas
Klas
II
B
Anak
lainnya, begitu juga dengan warga binaan (Narapidana) perempuan yang beragama Non muslim, mendapatkan bimbingan kerohanian sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing atau yang disebut juga dengan kegiatan kebaktian gereja. Sedangkan untuk pembinaan yang meliputi bidang kesenian, kursus-kursus keterampilan dan kegiatan kerja khusus warga binaan (Narapidana) perempuan diajarkan bagaimana cara menjahit, merajut, dan pada saat sekarang ini warga binaan (Narapidana) perempuan juga diajarkan kusrsus salon kecantikan, sesuai hasil kerja sama pihak Lapas Klas II B Anak Pekanbaru dengan pihak lembaga swasta yang berlangsung pada tanggal 12-28 Maret 2012.
Pekanbaru pada tanggal 19 Maret 2012 mengatakan bahwa : Pembinaan didalam Lapas Klas II B Anak Pekanbaru khusus untuk warga binaan (Narapidana) perempuan pembinaan yang meliputi pendindikan agama, kursus keterampilan, kesenian dan latihan kerja atau yang disebut juga dengan program kemandirian dan program kepribadian pada saat sekarang ini sudah berjalan baik dengan adanya bimbingan agama (pembinaan kerohanian) khusus yang muslim dilakukan secara rutin setiap 2 kali dalam seminggu yang dilaksanakan pada hari selasa dan kamis, berupa ceramah agama, pengajian (TPA), pembacaan ayat-ayat suci al-qur’an dan acara bimbingan kerohanian
Pembinaan di luar lembaga pemasyarakatan Tabel V.4 : Distribusi tanggapan responden terhadap indikator pembinaan di luar lapas. Kategori Jawaban No Indikator Item Penilaian Cukup Kurang Jumlah Baik Baik Baik 1. Pembinaan (a).Bimbingan selama di luar lapas terpidana mendapat pidana bersyarat 24 24 1 49 (pidana dengan perjanjian) (b).Bimbingan terhadap narapidana/anak didik yang berada diluar 22 24 3 49 lapas dalam rangka Asimilasi atau Integrasi dengan masyarakat luas (c).Bimbingan terhadap narapidana/anak didik yang mendapat lepas 24 24 1 49 bersyarat (pelepasan dengan perjanjian) 70 72 5 197 Jumlah 23 24 2 49 Rata-rata 46 48 % 4% 98 % Persentase 2
% Pengukuran Sumber : Data Olahan Penelitian Penulis Tahun 2012
Narapidana/Anak Didik yang berada diluar lapas dalam rangka Asimilasi atau Integrasi dengan masyarakat luas, dan Bimbingan terhadap Narapidana/Anak Didik yang mendapat lepas bersyarat (pelepasan dengan perjanjian) dikategorikan dengan hasil cukup baik, karena khusus warga binaan (Narapidana) perempuan kurang optimalnya bimbingan tersebut dilaksanakan oleh petugas Lapas.
Dari tabel V.4 dilihat tanggapan responden
terhadap
indikator
pembinaan diluar lapas yang meliputi bimbingan selama terpidana mendapat pidana
bersyarat
perjanjian),
(pidana
dengan
bimbingan
narapidana/anak
didik
terhadap
yang berada
diluar lembaga pemasyarakatan dalam rangka Asimilasi atau Integrasi dengan masyarakat
luas,
dan
Cukup Baik (48%)
Hasil wawancara dengan pihak
bimbingan
pegawai
Lapas
Klas
II
B
Anak
terhadap narapidana/anak didik yang
Pekanbaru pada tanggal 19 Maret 2012
mendapat lepas bersyarat (pelepasan
mengatakan bahwa :
dengan perjanjian), untuk responden
Pembinaan diluar Lapas Klas II B Anak Pekanbaru pada saat sekarang ini sudah cukup baik, walaupun dalam pembinaan yang meliputi bimbingan selama terpidana mendapat pidana bersyarat (pidana dengan perjanjian), Bimbingan terhadap Narapidana/Anak Didik yang berada diluar lembaga pemasyarakatan dalam rangka Asimilasi atau Integrasi dengan masyarakat luas, dan Bimbingan terhadap Narapidana/Anak Didik yang mendapat lepas bersyarat (pelepasan dengan perjanjian) masih kurang optimal, namun kami (pihak Lapas) selalu berusaha untuk memperlakukan warga binaan (Narapida) perempuan sesuai dengan panduan sistem pembinaan pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dengan tanpa mengurangi Hak-hak warga binaan (Narapidana/Anak Didik) pemasyarakatan tersebut.
yang memberikan tanggapan
baik
ditanggapi sebanyak 23 orang atau sama dengan
46
tanggapan
%, cukup
sedangkan baik
untuk
ditanggapi
sebanyak 24 orang atau sama dengan 48 % dan untuk tanggapan kurang baik sebanyak 2 orang atau sama dengan 4 %. Dari hasil wawancara dengan warga binaan (Narapidana) perempuan pada tanggal 19 Maret 2012 dinyatakan bahwa : Pembinaan diluar Lapas Klas II B Anak Pekanbaru yang meliputi bimbingan selama terpidana mendapat pidana bersyarat (pidana dengan perjanjian), Bimbingan terhadap 2
Binaan
dalam penelitian penulis sebagaimana
(Narapidana) Perempuan Melakukan
yang akan penulis jelaskan pada tabel
Kejahatan Narkotika.
dibawah
Faktor
Penyebab
Warga
ini
:
Ada beberapa faktor mengapa seseorang melakukan tindak kejahatan, seperti kasus tindak kejahatan narkotika
Tabel : V.5 Faktor Penyebab Perempuan Melakukan Kejahatan Narkotika. No. Faktor Penyebab Frekuensi Persentase (%) 1 Faktor Keluarga 5 10 % 2 Faktor Perekonomian 24 48 % 3 Faktor Lingkunan dan Masyarakat 20 40 % Jumlah 49 98 % sumber : Data Olahan Penelitian Penulis Tahun 2012. Pada tabel V.5 dapat dilihat
tanggal 19 Maret 2012 menyatakan
bahwa terdapat 49 orang responden
bahwa :
yang dijadikan sampel dalam penelitian
Saya seorang Ibu Rumah Tangga status janda , umur 44 tahun tingkat pendidikan terakhir SD, alasan saya melakukan tindak kejahatan narkotika adalah karena faktor perekonomian, meningkatnya kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi dan membuat saya mengambil jalan pintas sebagai penjual narkotika. Selama saya menjadi warga binaan (Narapidana) perempuan di Lapas Klas II B Anak Pekanabaru, saya sudah 2 (dua) kali masuk dan menjadi warga binaan disini. Awal saya masuk pada tahun 2009 (11 bulan), dan masuk yang kedua pada 12 januari 2011 di vonis 4 tahun 2 bulan masa hukuman.
penulis, hasil frekuensi yang tertinggi pada faktor penyebab wanita melakukan tindak kejahatan narkotika terdapat pada faktor perekonomian sebanyak 24 orang atau sama dengan 48%, kedua pada faktor
lingkungan
dan
masyarakat
sebanyak 20 orang atau sama dengan 40 %, dan ketiga pada faktor keluarga sebanyak 5 orang atau sama dengan 10 %. Dari hasil wawancara dengan warga binaan (Narapidana) perempuan
Hasil wawancara dengan warga
yang melakukan kejahatan narkotika
binaan (Narapidana) perempuan yang
dan sedang menjalani masa hukuman di
melakukan kejahatan narkotika dan
Lapas Klas II B Anak Pekanbaru pada
sedang menjalani masa hukuman di
2
Lapas Klas II B Anak Pekanbaru pada
Hasil wawancara dengan warga
tanggal 20 Maret 2012 menyatakan
binaan (Narapidana) perempuan yang
bahwa :
melakukan kejahatan narkotika dan
Saya seorang Ibu rumah tangga umur 31 tahun status janda, pendidikan terakhir SMA. Alasan saya melakukan tindak kejahatan narkotika karena faktor keluarga, saya korban dari kekerasan dalam rumah tangga (KDRT, oleh karena itulah kenapa saya mengkonsumsi narkotika tersebut. Selama saya menjadi warga binaan didalam Lapas Klas II B Anak Pekanbaru ini saya banyak mendapatkan pembinaan yang cukup baik, baik itu pembinaan agama dan pembinaan keterampilan yang lainnya.
sedang menjalani masa hukuman di Lapas Klas II B Anak Pekanbaru pada tanggal 21 Maret 2012 menyatakan bahwa : Saya seorang perempuan yang berumur 29 tahun, pendidikan terakhir SMA, alasan saya mengapa terlibat kasus narkotika karena faktor lingkungan. Selama saya menjadi warga binaan (Narapidana) perempuan sudah 2 (dua) kali masuk Lapas Klas II B Anak Pekanbaru. Masuk pertama pada tahun 2007 keluar Januari 2008 dan masuk kedua tanggal 26 Juni 2008 menjalani masa hukuman sampai sekarang. Selama saya berada didalam lapas dan menjadi warga binaan (Narapidana) perempuan, saya mendapatkan pembinaan yang cukup baik, akan tetapi waktu awal saya masuk hingga keluar dari lapas, saya belum bisa keluar dari dunia narkotika tersebut oleh karena itu saya mengkonsumsi narkotika lagi dan masuk lapas untuk yang ke dua kalinya.
Hasil wawancara dengan warga binaan (Narapidana) perempuan yang melakukan kejahatan narkotika dan sedang menjalani masa hukuman di Lapas Klas II B Anak Pekanbaru pada tanggal 20 Maret 2012 menyatakan bahwa : Saya seorang perempuan yang berkecimpung di dunia entertainer, umur 35 tahun, pendidikan terakhir SMA. Masa hukuman saya baru berjalan lebih kurang satu tahun, alasan saya mengapa terlibat kasus narkotika adalah, faktor lingkungan yang sangat berpengaruh besar terhadap diri saya, apa lagi pengalaman pribadi saya yang berkecimpung di dunia entertainer yang selalu menuntut saya untuk tampil pede, fresh dan enerjik, maka dari itu narkotika merupakan doping yang slalu saya gunakan.
PENUTUP Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dalam penelitian ini, maka penulis menarik kesimpulan, bahwa tanggapan
yang
responden
mengenai
didalam
lapas
diperoleh
Klas
dari
pembinaan II
B
Anak
Pekanbaru berada pada kategori baik. Sedangkan
2
pembinaan
diluar
lapas
berada pada kategori cukup baik, karena
1. Pentingya
pembinaan
dan
kurang optimalnya pembinaan yang
rehabilitasi
yang khusus
dilakukan oleh pihak Lapas Klas II B
korban tindak kejahatan narkotika,
Anak Pekanbaru. Sehingga terdapat 2
agar
(dua) orang residivis warga binaan
mengulangi kejahatan yang sama.
(Narapidana) perempuan yang terlibat
2. Adanya suatu pembedaan antara
mereka
tidak
khusus
untuk
kembali
kasus narkotika, baik itu perannya
ruangan
pembinaan
sebagai pelaku maupun korban dari
(Narapidana) sebagai pelaku dan
kejahatan narkotika itu sendiri. Jika
korban
dilihat dari hasil penelitian yang penulis
kejahatan
narkotika,
sehingga
tidak
saling
lakukan pada kategori tingkat umur dan
terkontaminasi
satu
pendidikan, pelaku maupun korban
antara pelaku dan korban.
sama
lain
kejahatan
narkotika
lebih
dominan
3. Perlu peningkatan dari pihak stake
dilakukan
oleh
warga
binaan
holder dan peran penting dari
(Narapidana) perempuan yang sudah
pihak-pihak
dewasa dan rata-rata tingkat pendidikan
terjalin kerja sama yang baik dalam
terakhir SMA. Dari beberapa hasil
hal ini pemerintah Kota Pekanbaru
wawancara
yang dilakukan dengan
khususnya dengan pihak penegak
beberapa
orang
hukum
warga
binaan
terkait
sehingga
(Kepolisian),
dan
(Narapidana) perempuan, salah satu
sinergisitas Criminal justice system
faktor
(Kejaksaan),
penyebab
mereka
terlibat
pihak
Lembaga
melakukan kejahatan narkotika adalah
Pemasyarakatan (Lapas) sebagai
faktor keluarga, faktor ekonomi, faktor
tempat terakhir bagi warga binaan
lingkungan dan masyarakat yang juga
(Narapidana/Anak
ikut
menjalani
mempengeruhi
berpotensi
untuk
seseorang menjadi
itu
pelaku
dapat
maupun korban kejahatan.
masa
Didik)
yang
hukuman
agar
memberikan
solusi
pemecahan permasalahan terhadap perempuan
yang
SARAN
kejahatan
Saran yang dapat disampaikan dalam
statusnya sebagai pelaku maupun
tulisan adalah sebagai berikut :
korban kejahatan guna terwujudnya
3
narkotika
melakukan baik
itu
proses pembinaan dan rehabilitasi
DAFTAR PUSTAKA
yang efektif dan baik.
Abdussalam,
4. Pemerintah
seharusnya
memberikan kepada
ruang
dapat
Kriminologi,
Penerbit Restu Agung, Jakarta
pekerjaan
perempuan
membedakan
2007,
status
Adang.
tanpa dan
Yesmil
Anwar,
2010,
PT.
Refika
Kriminologi,
jenis
kelamin (Gender).
Aditama, Bandung
5. Aparat penegak hukum, khususnya pihak
Kepolisian
Atmasasmita, Romli, 1995, Kapita Selekta Hukum Pidana dan Kriminologi, Mandar Maju, Bandung
Republik
Indonesia hendaknya fokus dan benar-benar lanjuti
dalam
masalah
menindak
penyalahgunaan
Bonsu.
narkotika agar kejahatan narkotika
B,
1982,
Kriminologi,
Sendi-sendi
Penerbit
Usaha
di Indonesia dapat dicegah serta Nasional, Surabaya
diberantas guna demi terwujudnya visi dan misi Indonesia Bebas
Darmawan, Moh. Kemal, 1994, Strategi Pencegahan Kejahatan, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung
Narkotika 2015. 6. Bagi masyarakat agar lebih tegas dalam
menyikapi
serta
ikut
berperan serta dalam memberantas
Panjaitan, Petrus Irwan, 1995, Lembaga Pemasyarakatan dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta
dan memerangi tindak kejahatan narkotika
dan
dapat
menerima
kembali mantan narapidana ke lingkungan masyarakat.
Panjaitan, Petrus Irwan, 1998, Masalah dan Prospek Pembinaan Narapidana di Indonesia, Penerbit Ind. Hill Co, Jakarta
7. Pentingnya peran orang tua untuk mengawasi
serta
memberikan
pendidikan agama semenjak dini Priyatno. Dwidja, 2009, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, PT. Refika Aditama, Bandung
dan memberikan perhatian untuk anak-anak
mereka
agar
tidak
terpengaruh dan terjerumus ke jalan yang salah dan menyimpang.
4
Sujatno. Adi, dan Didin Sudirman, 2008, Pemasyarakatan Menjawab Tantangan Zaman, Penerbit Vetlas Production Humas ditjen Pemasyarakatan, Jakarta
Dokumentasi : http://www.komnas perempuan.co.id, copy right 2012 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Sundari. Eva K dan Satriyo Hana, 2006, Modul Pelatihan Advokasi Penganggaran Berbasis Kinerja Responsif Gender, Penerbit Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO), Jakarta Selatan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
5