PROSES EDITING HOSTLINK PROGRAM MATA LELAKI DI TRANS 7 EPISODE GAMES
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh LOLA MARSHA NIM: 107051102565
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 (SI) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 2011
Lola Marsha
ABSTRAK Nama NIM Jurusan Skripsi
: Lola Marsha : 107051102565 : Konsentrasi Jurnalistik : Proses Editing Hostlink Program Mata Lelaki Di Trans 7 Episode Games.
Editing Hostlink adalah dimana editor melakukan proses editing bagian host atau presenternya saja, jadi tidak keseluruhan satu tayangan, namun hanya terpaku di bagian editing presenter saja, ini merupakan bagian dari video editing, yaitu pekerjaan memotong-motong dan merangkaikan (menyambung) potonganpotongan gambar sehingga menjadi film berita yang utuh dan dapat dimengerti. Pekerjaan ini dilakukan di ruang editing yang dilakukan oleh editor atau penyunting gambar. Penelitian ini merupakan sebuah upaya untuk menemukan dan mengetahui sebuah proses editing yang tayang di stasiun televisi swasta, lebih spesifiknya mengetahui proses editing program Mata Lelaki di Trans 7, yang editingnya lebih mengarah dan mengupas bagaimana proses editing hostlink atau presenter. Beberapa pertanyaan yang selanjutnya mengarahkan penulis antara lain : Bagaimana proses editing hostlink program Mata Lelaki di Trans 7 episode games, dan apakah prosese editing yang dilakukan oleh editor sesuai dengan teori Edwin S. Porter yaitu Three Match Cut? Penulis akan menganalisisnya dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengangkat proses editing yang berpedoman pada teori milik Edwin S. Porter karena menurut penulis teori Porter lah yang cocok dengan karya ilmiah ini; Three Match Cut, yaitu Match The Look dimana dalam mengedit kecocokan pandangan mata itu harus sesuai, kedua Match The Position artinya gambar yang diedit harus sesuai dipandang mata, sesuai dengan posisi sebelumnya dan Match The Movement, adalah menyocokkan gerakan dalam video agar mampu menjadi gambar yang countinue. Dalam dunia jurnalistik, editing jarang sekali disinggung, padahal editing juga termasuk ke dalam bagian jurnalistik, berdasarkan hal tersebut juga, jarang sekali bidang kejurnalistikan yang mengangkat karya ilmiah mengenai proses editing. Dengan program Mata Lelaki yang kebanyakan masyarakat men-judge tayangan ini adalah tayangan murahan, maka dengan alasan itulah penulis berkeinginan mengupas program tersebut dari sisi editingnya. Berangkat dari hal tersebutlah penulis ingin mengetahui dan meneliti proses editing hostlink Mata Lelaki dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan berpedoman pada teori Edwin S. Porter. Proses editing Mata Lelaki Trans 7 berpedoman pada teori Porter; Three Match Cut, dimana editor mengedit berdasarkan Match The Look, Match The Position and Match The Movement, editor mengedit hotlink atau presenter pada episode games ini sebagian menggunakan teori editing Porter, tapi juga terkadang editor melenceng dari teori, jadi dalam program editing episode ini ketika editor mengedit mengacu pada teori Edwin S. Porter hasil editan terlihat continue, namun ketika editor lepas dari teori Porter, hasil editan akan jelas terlihat jumping atau tidak menyambung dengan gambar sebelumnya. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penulisan skripsi ini. Berkat pertolongan serta nikmat-Nya, penulis mampu melalui rintangan dan cobaan saat mengerjakan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada yang tersayang, penyeru kebenaran, pembawa keberkahan Rasulullah SAW, beserta keluarga, sahabatnya dan semoga kita istiqomah menjadi umatnya sampai hari kiamat. Amin. Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dorongan dan doa dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Bapak Drs. Mahmud Jalal, M.A selaku Pembantu Dekan Bidang Kepegawaian. Bapak Drs. Studi Rizal, LK M.A selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan. 2. Ibu Rubiyanah, M.A selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Ibu Ade Rina Farida, M.Si selaku sekretaris Konsentrasi Jurnalistik.
ii
iii
3. Bapak M. Hudri, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu bersedia memberikan masukan yang sangat bermanfaat dalam menyusun skripsi ini. 4. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu serta berbagai macam pengalaman selama menuntut ilmu. 5. Segenap staff perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan pelayanan kepada penulis selama menjalani studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Orang tua tercinta, Ayahanda Taryono dan Ibunda Siti Mutmainah yang dengan ketulusan hati memberikan dorongan moral maupun materil serta iringan doa kepada penulis untuk menuntut ilmu sampai saat ini, semoga Allah SWT merahmati dan hanya Dialah yang mampu membalas segala jasa besarmu. 7. Kepada Mas Budi selaku editor dan Mba Mira Khairunnisa selaku Associate produser program Mata Lelaki Trans 7, terima kasih atas waktu yang diberikan untuk menjawab semua pertanyaan yang membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 8. Seluruh Tim Imaji Bumi Films yang telah memberikan penulis ilmu-ilmu editing yang berharga dan memberikan kesempatan yang berharga kepada penulis untuk mengejar mimpi menjadi seorang editor, Dhank
iv
Ari, Mas Budi, Mba Anggun, Dian, Mba Wenny, Mas Mail, Mas Iwan, Pak Rizki, Mas Rama dan semua Tim Imaji Bumi Films. 9. Komka (Komunitas Kreatif Audio Visual) dan Komunitas Djuanda yang mengantarkanku kembali mengejar impian sebagai editor, Kak Ray Sangga Kusuma, Kak Herry, Kak Renal, dan semua anggota komunitas. 10. Teman-teman Jurnalistik 2007 yang sama-sama berjuang, Tya, Bociel, Nunu, Nana, Nia, Ririn, Ika, Zeto, Cahya, Maua, Era, Miral, Ajat, Helmy, dan semua teman kelasku. 11. Kekasih yang sangat baik memberikan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini, Andika Fisma Padindi. 12. Dan semua pihak yang telah memberikan bantuan baik materi maupun imateri sehingga penulisan ini dapat terselesaikan dengan baik. Hanya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya yang dapat penulis haturkan kepada semua pihak yang telah turut mendukung dan membantu dalam penulisan skripsi ini. Mudah-mudahan Allah SWT membalas segala budi baik dan bantuan semua pihak yang telah diberikan kepada penulis. Jakarta, Juni 2011
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii DAFTAR ISI …………………………………………………………………... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah.......................................................... 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 5 D. Metodologi Penelitian ........................................................................ 6 1. Metode Penelitian ......................................................................... 6 2. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 7 E. Tinjauan Pustaka…………………………………………………….9 F. Sistematika Penulisan …………………………………………… ... 10
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Televisi …………………………………….. .................................. .12 1. Pengertian Televisi ……………………………………………...12 2. Sejarah Televisi……..................………………………………...15 3. Televisi Sebagai Media Massa ………………………………….19 B. Program Acara ………………………………. ................................ .23 1. Pengertian Program Acara……………………………………….23 2. Jenis-jenis Program Acara ………………………………………24 C. Teori Editing Three Match Cut Milik Edwin S. Porter………………28 1. Pengertian Editing……………………………………………….28 2. Teknik Editing …………………………………………………..31 3. Perlengkapan Editing……………………………………………33 4. Kerangka Teori Edwin S. Porter………………………………...37
v
BAB III GAMBARAN UMUM A. Profil Perusahaan ……………….. ................................................... ..41 1. Profil Trans 7 ............................................................................... ..41 2. Logo Trans 7 ............................................................................... ..42 3. Program-program Trans 7 ........................................................... ..42 4. Direksi ......................................................................................... ..43 B. Program Mata Lelaki Trans 7 ………………………. ..................... ..44 1. Sejarah Program .......................................................................... ..44 2. Visi dan Misi Program ................................................................ ..46 3. Target Audience........................................................................... ..46 4. Aspek Marketing dan Share ........................................................ ..46 5. LSF (Lembaga Sensor Film) ....................................................... ..47
BAB
IV TEMUAN DAN ANALISIS A. Proses Editing Hostlink…………………………… ........................ .49 1. Proses Editing Hostlink ……………………… .......................... .49 2. Analisa Proses Editing Hostlink Berdasarkan teori Three Match Cut Milik Edwin S. Porter. …………………………………… .63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 79 B. Saran................................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 83 LAMPIRAN
vi
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Di era modern sekarang ini, teknologi dan informasi berkembang sangat
pesat, hal ini menuntut manusia untuk selalu tahu tentang apa pun yang terjadi. Media massa sebagai sarana informasi menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia, media massa sendiri menduduki kekuatan keempat, dalam sebuah negara atau the fourth estate. Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal atau menyeluruh. Penyebaran informasi identik dengan teknologi komunikasi. Berbicara tentang teknologi komunikasi kita akan teringat dengan alat-alat untuk berkomunikasi atau berinteraksi, yang juga biasa disebut sebagai media massa. Adapun fungsi dari komunikasi massa itu sendiri yaitu menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. 1 Banyak macam media massa, mulai dari media cetak, elektronik hingga online. Pada media cetak terdapat majalah, koran, tabloid dan sebagainya, pada media elektronik terdapat radio dan televisi, televisi tampak mempunyai sifat istimewa. Televisi sendiri merupakan gabungan dari suara (audio) dan gambar (visual). Penyampaian isi atau pesan juga seolah-olah langsung antara komunikator (pembawa acara, pembaca berita, host dan sebagainya) dengan
1
Onong Uchjana. Rosdakarya,2003), h.31.
Ilmu
Komunikasi
1
Teori
dan
Praktek.
(Bandung:
Remaja
2
komunikan (pemirsa). Informasi yang disampaikan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat jelas secara visual. 2 Televisi juga dapat digunakan untuk berdakwah atau mengajak orang kepada amar ma’ruf dan nahi munkar, sehingga mendapat keridhaan dari Allah SWT. Dakwah sendiri merupakan kewajiban setiap manusia untuk saling mengingatkan dan mengajak sesamanya dalam rangka menegakkan kebenaran. Saat ini, dakwah mengalami kemajuan dalam berbagi hal, diantaranya dari teknik atau metode dakwahnya, serta media dakwah yang sangat menarik perhatian masyarakat. Oleh karenanya dakwah bisa dikategorikan sebagai komunikasi massa, karena saat ini dakwah sudah menggunakan berbagai macam cara, diantaranya dengan media massa, hal itu sesuai dengan sifat komunikasi massa yang dalam setiap aspeknya selalu bermedia (mediated). 3 Televisi
sebagai
media,
mampu
mempengaruhi
pemirsa
sehingga
penyampaian pesan melalui media lebih efektif dan efesien untuk diterima oleh receiver yaitu masyarakat. Saat ini dakwah melalui televisi sudah dikemas dengan sedemikian rupa, yaitu menggunakan unsur entertaint sehingga memiliki human interest tersendiri bagi yang menonton. Menonton televisi di kalangan masyarakat umum sudah menjadi kebutuhan sehari-hari, Menurut Prof. Dr. R. Mar’at dari Unpad, acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan para penonton. Jadi, jika hal-hal yang mengakibatkan penonton terharu, terpesona, atau latah bukanlah 2
Wawan Kuswandi. Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi). (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), Cet ke-1, h.v. 3
Stewart L.Tubbs dan Sylvia Moss. Humman Communication, Konteks-konteks Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosdakarya,2001), h.198.
3
suatu hal yang istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologi dari televisi adalah seakan-akan menghipnotis penonton. 4 Pada siaran televisi, kita mengenal adanya beberapa macam program, seperti berita, quiz, drama, komedi, musik, realityshow, varietyshow, talkshow, lifestyle dan masih banyak lagi. Program-program yang kontennya lifestyle pun sudah banyak tayang di televisi, bahkan sebagian besar tayangan-tayangan televisi swasta sudah banyak menyajikan program-program yang kontennya lifestyle, salah satunya Trans 7 yang menyajikan tayangan dengan konten lifestyle yang dikemas semenarik mungkin, yaitu Mata Lelaki. Proses editing merupakan hal yang jarang diangkat di dunia jurnalistik, padahal seharusnya video editing adalah bagian dari kejurnalistikan yang seharusnya video editing juga diangkat, dibahas dan dipelajari selayaknya ilmuilmu jurnalistik seperti yang lainnya, nyatanya proses editing dalam dunia kejurnalistikan adalah hal yang langka, hal yang jarang dibahas oleh jurnalisjurnalis, oleh karenanya banyak juga yang tidak tahu bahwa proses editing video itu merupakan bagian dari dunia jurnalistik, oleh karena itu ketika proses editing video tidak terangkat dan menjadi hal yang langka dalam akademis dan juga belum diteliti maka dengan alasan tersebutlah dengan karya ilmiah ini, penulis merasa proses editing harus diangkat, dikupas dan diteliti dalam dunia jurnalistik, jadi banyak juga jurnalis-jurnalis yang seharusnya memahami hal editing tersebut. Video editing adalah pekerjaan memotong-motong dan merangkaikan (menyambung) potongan-potongan gambar sehingga menjadi film berita yang 4
Syekh M. Kamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim,(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2001), Cet. Ke-1, h. 9.
4
utuh dan dapat dimengerti. Pekerjaan ini dilakukan di ruang editing yang dilakukan oleh editor atau penyunting gambar. Editing adalah pekerjaan memilih gambar (shot) dan menyesuaikan gambar itu dengan gambar berikutnya sehingga menjadi suatu sekuen yang memiliki cerita yang logis dan saling berkaitan. Mata Lelaki tayang di Trans 7 setiap hari Senin, pukul 00.00 – 00.30 WIB. Tayangan ini adalah sebuah persepsi sebagian laki-laki, mengenai segala hal yang menjadi trend, segala hal yang ada disekitar laki-laki, dan segala hal tentang wanita, juga segala hal yang mengelilinginya. Persepsi ini akan diambil dari data riset, yang telah dilakukan oleh berbagai lembaga, dan mudah diakses oleh banyak orang. Hasil akhir dari program ini adalah, bagaimana laki-laki menghargai sekitarnya, menghargai wanita, dan menghargai dirinya sendiri. Ini adalah bagaimana laki-laki memandang wanita. Berangkat dari sebuah mitos, yang kemudian dicari data risetnya, dan kemudian ditelaah dan diambil kesimpulan akhirnya. Program Mata Lelaki akan selalu memberikan closing statement, sebagai kesimpulan pada akhir tema. Pada episode 43 yang tayang pada 23 Mei 2011, Mata Lelaki mengambil tema “Games”, yang membahas tentang maraknya laki-laki dewasa yang masih suka bermain games seperti Aeromodelling, Radio Control Rock Crawling bahkan Action Figure dan lainnya. Mata lelaki dalam setiap tayangannya pasti akan mengangkat profil dari para narasumbernya, dalam episode “Games” ini para gamers pun di wawancarai mengenai hobinya tersebut. Mata Lelaki juga mengangkat sejarah dari sebuah permainan. Dan karena Mata Lelaki masih tayang hingga kini yang kurang lebih sudah setahun tayang dan memiliki share yang tinggi, maka dipilihlah program Mata
5
Lelaki ini dan penulis bermaksud menyusun skripsi dengan judul “PROSES EDITING HOSTLINK PROGRAM MATA LELAKI DI TRANS 7 EPISODE GAMES”. B.
Batasan dan Rumusan Masalah 1.
Batasan Masalah Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan yang akan
diteliti agar pembahasan menjadi lebih terarah, spesifik dan sistematis. Pada hal ini penulis membatasi pada proses editingnya dan dari sekian banyak episode yang dipilih episode games karena episode tersebutlah yang penulis kira merupakan episode yang umum yang banyak dikenal penonton. Sehingga dari hal tersebut dapat diperoleh pengetahuan, seperti apa proses editing dalam sebuah tayangan. Dan semua proses editing tersebut mengacu pada teori Three Match Cut milik Edwin S. Porter. 2.
Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
penelitian ini bermaksud meneliti proses editing hostlink dalam program, yaitu: a.
Bagaimana Proses Editing Hostlink Program Mata Lelaki Trans 7?
b.
Sesuaikah proses editing tersebut dengan teori Three Match Cut milik Edwin S. Porter?
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Bertolak dari latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah
diungkapkan diatas, penelitian ini bertujuan:
6
a.
Bagaimana proses editing hostlink Program Mata Lelaki di Trans 7 pada Episode Games?
b.
Sesuaikah proses editing tersebut dengan teori Three Match Cut milik Edwin S. Porter?
2.
Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam perkembangan kajian media yang berhubungan dengan media dan komunikasi massa. b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi informasi bagi masyarakat, serta bisa menjadi masukan lebih baik lagi untuk program Mata Lelaki Trans 7.
D.
Metodologi Penelitian 1.
Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif, dengan landasan teori Three Match Cut milik Edwin S. Porter. Pendekatan kualitatif ini menitikberatkan pada data-data penelitian
yang
akan
dihasilkan
melalui
observasi,
dokumentasi,
wawancara, subjek dan objek serta lokasi penelitian juga analisis data. Penelitian kualitatif umumnya mengacu pada penelitian naturalistik dan etnografi. Penelitian kualitatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: memiliki minat teoritis pada proses interpretasi pada proses interpretasi manusia, memfokuskan perhatian pada studi tindakan manusia dan artefak yang
7
bersituasikan secara sosial, menggunakan manusia sebagai instrument penelitian utama. 5 2.
Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Dalam melakukan penelitian, penulis mengumpulkan beberapa data yang nantinya membantu penulis dalam penulisan skripsi. Salah satu teknik yang dilakukan adalah melalui observasi. Dengan melakukan pengamatan pada objek yang akan diteliti secara langsung. Berbagai fakta dan data yang diperoleh lewat pengamatan yang nantinya akan dikumpulkan untuk mendapatkan sebuah informasi, seperti ketika penulis mengamati editor melakukan proses editing, mengumpulkan gambar-gambar editor yang sedang mengedit dan juga mengumpulkan catatan-catatan yang dibuat penulis ketika mengamati proses editing. b. Dokumentasi Dokumentasi
digunakan
sebagai
bukti
sebuah
penelitian,
pengumpulan data-data dokumentasi berupa tulisan-tulisan berbentuk catatan, buku, naskah, dokumen ataupun arsip-arsip milik program Mata Lelaki Trans 7, juga tak ketinggalan mengakses data-data yang bersangkutan dari internet. c. Wawancara Selain observasi dan dokumentasi, teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah dengan melalui wawancara. Wawancara 5
Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. (Bandung: Rosdakarya, 2004). cet ke-4, h.158.
8
adalah melakukan tanya-jawab secara langsung dengan Budiman selaku editor dan Mira Khairunnisa sebagai produser dari program Mata Lelaki Trans 7. Teknik yang digunakan adalah teknik wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Hal ini bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada penulis untuk bertanya, namun tetap terarah pada masalah penelitian yang diangkat. d. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian sendiri dilakukan di kantor Trans 7, yaitu di Gedung Trans Tv Lt.5, Jln. Kapten P Tendean Kav 12-14 A, Jakarta 12790 pada 10 Juni 2011. e. Analisis Data Untuk menganalisis data, penulis menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan landasan teori Three Match Cut milik Edwin S. Porter untuk mengupas proses editing hostlink Program Mata Lelaki di Trans 7 Episode Games. Meneliti proses editing hostlink tersebut meliputi: Match The Look (Kecocokan Tampilan Gambar), Match The Position (Kecocokan Posisi Gambar) dan Match The Movement (Kecocokan Gerakan Gambar). Pertama, Match The Look yaitu, dimana setiap sambungan gambar harus sama bentuk dan ruangannya sesuai dengan shot atau gambar sebelumnya. Kedua, Match The Position yaitu, dimana setiap sambungan gambar harus sesuai dengan posisi shot atau gambar sebelumnya.
9
Ketiga, Match The Movement yaitu, dimana setiap sambungan gambar harus sesuai dengan gerakan shot atau gambar sebelumnya. E.
Tinjauan Pustaka Penelitian berjudul ”Proses Editing Hostlink Program Mata Lelaki Di Trans 7 Pada Episode Games” ini terinspirasi dari beberapa skripsi yang telah ada sebelumnya: 1. Analisis Produksi Acara “Makna Kehidupan” Di Trans Tv. Peneliti ini menganalisa dan meneliti sebuah tayangan di Trans Tv yaitu Makna Kehidupan. Peneliti mengungkap tata cara produksi tayangan Makna Kehidupan ini, bagaimana dan seperti apa proses produksi yang berlangsung dalam program Makna Kehidupan Trans Tv ini. 2. Analisis Program Halal Di Trans Tv Oleh Nur Rochim, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009. Penulis ini mengangkat produksi program dari sebuah tayangan, menganalisa bagaimana produksi dari sebuah program yang tayang pada stasiun televisi, menganalisa pra produksi, produksi hingga pasca produksi. 3. Produksi Program “Apa Kabar Indonesia Di Tv One” Penulis ini menganalisa dan meneliti sebuah tayangan di Tv One yaitu yaitu program Apa Kabar Indonesia. Peneliti mengungkap proses produksi tayangan Apa Kabar Indonesia ini, terlebihnya saat
10
shooting, Ia menjelaskan bagaimana dan seperti apa proses produksi yang berlangsung dalam program tersebut. Melalui tinjauan pustaka ke perpustakaan utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan menelusuri situs di internet, skripsi dengan judul ”Proses Editing Hostlink Program Mata Lelaki Di Trans 7 Pada Episode Games” belum pernah diteliti dan belum pernah ada sebelumnya. Meskipun penulis terinspirasi dari ketiga skripsi sebelumnya yang telah disebutkan diatas, namun seluruh skripsi ini sangat berbeda. F.
Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, terbagi ke dalam lima bab yang memiliki pembahasan masing-masing. Kelima bab itu adalah sebagai berikut: Bab I
:Pendahuluan Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, batasan dan
rumusan
masalah,
tujuan
dan
manfaat
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. Bab II
:Kajian Teoritis Pada bab ini menguraikan pengertian mengenai televisi,
mulai
perkembangannya,
dari
sejarah
kemudian
televisi definisi
hingga program
acara, dari jenis-jenis program acara, unsur-unsur program acara hingga format program acara, perlengkapan untuk proses editing, yang tak
11
mungkin ketinggalan adalah pembahasan mengenai teori Edwin s. Porter yaitu Three Match Cut. Bab III
:Gambaran Umum Trans 7 dan Program Mata Lelaki Bab ini menjelaskan gambaran umum stasiun televisi swasta Trans 7, dan gambaran umum mengenai program Mata Lelaki Trans 7.
Bab IV
:Proses Editing Program Mata Lelaki Trans 7 Episode Games Pada bab ini menguraikan mengenai objek penelitian dan pembahasan serta penelitian yang dilakukan dengan menggunakan teknik analisis pada bab sebelumnya.
Bab V
:Penutup Dalam bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan serta saran yang diambil setelah dilakukannya pembahasan pada bab sebelumnya.
BAB II TINJAUAN TEORITIS A.
Televisi 1.
Pengertian Televisi Televisi
merupakan
salah
satu
bentuk
komunikasi
massa.
Dibandingkan dengan media massa lainnya, seperti radio, surat kabar, majalah, dan sebagainya, televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari media suara dengan media gambar (audio visual). Penyampaian isi atau pesan juga seolah-olah langsung antara komunikator (pembawa acara, pembaca berita, dan sebagainya) dengan komunikan (pemirsa). Informasi yang disampaikan
mudah
dimengerti
karena jelas terdengar secara audio dan terlihat jelas secara visual. 7 Menonton televisi di kalangan masyarakat umum sudah menjadi kebutuhan sehari-hari, Menurut Prof. Dr. R. Mar’at dari Unpad, acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan para penonton. Jadi, jika hal-hal yang mengakibatkan penonton terharu, terpesona, atau latah bukanlah suatu hal yang istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologi dari televisi adalah seakan-akan menghipnotis penonton. 8 Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, televisi mempunyai pengertian, pengubahan gambar (serta suara) menjadi sinyal listrik 7
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi). (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), Cet ke-1, h.v. 8 Syekh M. Kamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim,(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2001), Cet. Ke-1, h. 9.
12
13
kemudian disalurkan dengan perantaraan kabel atau gelombang elektro magnetik untuk diubah menjadi bentuk semula oleh pesawat penerima. Karena televisi merupakan peranti yang mengubah pantulan cahaya obyek menjadi deretan pulsa-pulsa listrik. Tabung kamera tersedia dalam berbagai bentuk dan jenis, namun pada umumnya memiliki dua bagian penting, yakni permukaan peka cahaya berfungsi untuk mengubah pantulan cahaya obyek menjadi muatan listrik membentuk citra elektris (electrical image). Berkas dibangkitkan oleh penembak elektron kemudian dipindahkan ke seluruh permukaan bermuatan listrik. 9 Televisi dari segi etimologis berasal dari kata “tele” yang artinya jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Segi jauhnya diusahakan oleh prinsip radio dan penglihatannya oleh gambar 10 . Dengan demikian televisi yang dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini yaitu dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat (studio televisi) dan dapat dilihat dari tempat “lain” melalui sebuah perangkat penerima (televisi set). 11 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, televisi adalah pesawat sistem penyiaran gambar obyek yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan 9
Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pusaka), Jilid 16, cet. ke-1, h.
194 10
Lathief Rosyidi, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi, (Medan: Firma Rimbow, 1989), cet. ke-2, h. 221 11 Sunandar, Telaah Format Keagamaan di Televisi, Studi Deskriptif Analisis TPI, Tesis, (Yogyakarta: 1998).
14
bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran pertunjukan berita dan sebagainya. 12 Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa televisi yang dimaksud di sini adalah televisi siaran yang dapat dilakukan melalui transmisi atau pancaran dan dapat juga disalurkan melalui kabel (televisi kabel). Dalam sistem transmisi atau pancaran gambaran dan suara yang dihasilkan oleh kamera elektronik diubah menjadi gelombang elektro magnetik dan selanjutnya transmisi melalui pemancar. Gelombang elektro magnetik ini diterima oleh sistem antena yang menyalurkan ke pesawat penerima (pesawat televisi). Di pesawat televisi lalu gelombang elektro magnetik diubah kembali menjadi gambar dan suara yang dapat kita nikmati di layar televise. Sedangkan pada televisi kabel gelombang elektro magnetik tersebut disalurkan melalui kabel ke pesawat penerima. Jelas siaran televisi, untuk dapat diterima di rumah harus melalui proses-proses tertentu. Kecanggihan yang ada pada televisi ini bila tidak ditunjang dengan sumber daya manusia menyebabkan televisi yang diterima menjadi tontonan yang membosankan. Karenanya untuk menjadikan siaran televisi ini tetap survive, maka dibutuhkan tenaga-tenaga handal di bidangnya dan juga manajerial yang kuat, sedikitnya ada delapan hal yang harus dimiliki individu-individu di penyiaran televisi, individu yang handal tersebut harus memiliki :
12
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), cet. ke-3, h. 59
15
a. Keahlian di bidang masing-masing b. Tanggung jawab profesi c. Kreativitas d. Sifat untuk bekerja sama (tidak egoistis) e. Kepemimpinan bijaksana (tegas tapi tidak kaku) f. Kesadaran pada fungsinya masing-masing g. Satu tekad untuk mencapai satu tujuan dengan baik yaitu siaran televisi. h. Memiliki pandangan jauh ke depan di bidang perangkat keras. 2.
Sejarah Televisi Istilah televisi dicetuskan pada tanggal 25 Agustus 1906, di Kota
Paris, yang saat itu di kota tersebut berlangsung pertemuan para ahli bidang elektronika dari berbagai negara. 13 Tahun 1952, Menteri Penerangan saat itu, Maladi, menggagas pendirian sebuah stasiun televisi di Indonesia. Sepuluh tahun kemudian, yaitu tepatnya 19 Agustus 1962, berdirilah stasiun TVRI dengan studionya yang terletak di kompleks Senayan, Jakarta. 14 Setidaknya ada tiga pemikiran dasar berdirinya TVRI yang ditulis oleh Paul Kitley dan dikutip oleh Erica dan Iqbal dalam bukunya (2006). Pertama, secara politis diperkirakan akan menguntungkan pemerintah dalam kampanye pemilu pertama 1955. Kedua, dapat menempa persatuan nasional lewat pendidikan. Ketiga, moment Asian Games, di mana dengan adanya 13 14
JB. Wahyudi, Media Komunikasi Massa Televisi, (Bandung: Alumni, 1986), h. 49 Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi, (Yogyakarta : Resist Book, 2005), Cet. Ke-1, h. 3.
16
stasiun televisi, bangsa Indonesia akan mendapatkan prestise sebagai bangsa yang modern, berkembang cepat, dan canggih dalam perkara teknologi. 15 Karena kelahirannya yang prematur, pertumbuhan TV di Indonesia tidak sebaik di Barat. Benar bahwa selama dua pekan Asian Games TVRI punya bahan liputan langsung dari berbagai lapangan olah raga untuk disiarkan. Namun, setelah itu yang tersisa hanya pola teknik sehingga antara 12 hingga 18 September 1962, siaran terpaksa diistirahatkan karena TVRI tidak punya program yang jelas untuk disiarkan. Ketika diudarakan lagi, untuk masa cukup lama siaran hanya dapat dilaksanakan tidak lebih dari 30 menit sehari. 16 Untuk menyikapi masalah itu, kemudian pada tanggal 20 Oktober 1963 – lebih setahun setelah siaran pertama – kehadiran TVRI diatur melalui Keppres No. 215 tahun 1963 yang antara lain menetapkan statusnya sebagai suatu yayasan, yaitu Yayasan Televisi Republik Indonesia (TVRI). Hanya saja, palaksanaannya tidak lagi murni. Dulu berdasarkan Keppres No. 215/1963, TVRI berada langsung di bawah presiden. Kini ia lebih banyak diatur Departemen Penerangan (Deppen). 17 Pada tanggal 1 April 1981 TVRI tidak menyiarkan iklan. Hal ini
dilakukan
oleh
pemerintahan
Orde
Baru
guna
menghindari
konsumerisme masyarakat di Indonesia.
15
Kutipan dari: Paul Kitley, Kontruksi Budaya Bangsa di Layar Kaca, (Jakarta, ISAI, 2001), h. 25-26 dan 33. 16 Idi Subandi Ibrahim dan Deddy Mulyana, ed., Bercinta Dengan Televisi: Televisi di Indonesia dan Pengaturannya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997),Cet. Pertama, h.12. 17 Ibid. h.12-13
17
Sejalan dengan perkembangannya, maka pada tanggal 16 Agustus 1976 TVRI resmi menggunakan Satelit Palapa untuk telekomunikasi dan siaran televisi, sehingga jangkauan siaran dan daya pancarnya lebih luas hampir ke seluruh pelosok Nusantara. Perkembangan pertelevisian di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat setelah pada tahun 1989 pemerintah Indonesia secara resmi melakukan terobosan dengan memberi izin pendidikan stasiun yang bersifat komersial yang ditandai dengan berdirinya stasiun televisi swasta pertama yaitu RCTI yang secara resmi beroperasi pada tahun 1990 kemudian disusul oleh stasiun televisi swasta lainnya SCTV, TPI yang mengudara tahun 1991, ANTV mulai tahun 1993, INDOSIAR 1995, awal tahun 2000-an Metro TV, Trans TV, TV 7, Lativi dan TV Global. Gagasan untuk membuat stasiun televisi swasta sebenarnya sudah ada sejak 1975, tetapi hal ini bisa diredam hingga tahun 1987 karena ada masalah yang membuat hal ini harus terjadi, yaitu belum adanya undangundang penyiaran. Lahirnya televisi swasta merupakan manifestasi dari Kepmenpen No. 111 tahun 1990 yang terbentuk berdasarkan Keppres No. 215 tahun 1963 yang menyatakan “Dalam batas-batas tertentu TVRI dapat menunjuk pihak lain (swasta/masyarakat) menjadi pelaksana siaran TV melalui hubungan kerjasama yang diatur dalam perjanjian tertulis”. Stasiun televisi siaran swasta itu antara lain adalah Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) yang mulai dioperasikan pada bulan April 1989 dan menjadi stasiun swasta pertama di Indonesia yang dimiliki oleh
18
Bambang Triatmojo. RCTI diresmikan pada tanggal 24 Agustus 1989 dan RCTI di Bandung baru dioperasikan 1 Mei 1991. Kemudian disusul oleh Surabaya Centra Televisi (SCTV) yang mulai dioperasikan pada bulan Agustus 1989 yang memiliki cabang di Denpasar, Bali. Selain itu ada Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang dikelola oleh PT. Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (CTPI) dipimpin oleh Ny. Siti Hardianti Indra Rukmana yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 23 Januari 1991 bertempat di studio 12 TVRI Senayan, Jakarta. Walaupun TPI berstatus swasta, tetapi penyiarannya untuk sementara bekerjasama dengan TVRI. Pada tahun 1992, buletin intern TVRI “Lensa” nomor 10 tahun 1992 memuat berita tentang perkembangan televisi di Indonesia. Dalam waktu dekat ini enam stasiun TV swasta siap beroperasi, satu diantaranya ialah Indosiar Visual Mandiri (IVM) yang berjangkau siaran secara nasional beroperasi di Daan mogot, Jakarta. Dan lima stasiun TV lainnya berjangkau siaran secara lokal adalah Ramako Indo Televisi Batam (RITB) di Pulau Batam, Cakrawa Bumi Sriwijaya Televisi (CBST) di Palembang, Cakrawala Andalas Televisi (CAT) di Lampung, Sanitya Mandarata Televisi (SMT) di Yogyakarta dan Merdeka Citra Televisi Indonesia (MCTI) di semarang. Pada milenium ketiga, menyusul televisi swasta lainnya di Jakarta, yaitu: ANTV, Metro TV. Trans TV, TV 7 (sekarang Tans7), Lativi, Global TV, O Channel, dan TVG.
19
Di sejumlah negara berkembang seperti di Asia Tenggara, media melakukan perannya yang dilukiskan sebagai “agen pembangunan”. 18 Di Indonesia misalnya, pemerintah melihat media sebagai sumber daya yang kritis untuk membantu dalam mengkomunikasikan pendidikan dan informasi vital mengenai isu mendasar seperti kesehatan, perairan, pengendalian kelahiran pada kurang lebih 200 juta jiwa penduduk bangsa ini yang tinggal di lebih dari 13.000 pulau. Media diharapkan bisa membantu pemerintah dalam tugasnya mempersatukan, membangun dan membentuk jiwa nasionalisme masyarakat. 3.
Televisi Sebagai Media Massa Pers adalah sarana yang menyiarkan produk jurnalistik. Fungsi pers
berarti fungsi jurnalistik. Di zaman modern sekarang ini, jurnalistik tidak hanya mengelola berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar. Karena itu, fungsinya bukan lagi hanya sekedar menyiarkan informasi (to inform) saja. Memang banyak para ahli di bidang komunikasi yang memberikan penjabaran tentang fungsi media, Onong Uchjana menjabarkan fungsi media sebagai berikut: 19 1. Menyiarkan Informasi (to inform) Menyiarkan informasi adalah fungsi media massa yang pertama dan utama. Khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai berbagai hal yang terjadi. 18
Jim Macnamara, Strategi Jitu Menaklukkan Media, (Jakarta: Mitra Media, 1999), Cet. Ke-1, h. 9-10. 19 Effendy, MA, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, h. 93-94.
20
Di Eropa informasi biasanya dijelaskan pada abad ke-17 dan ke-18 sebagai kecerdasan, pendidikan sebagai pelajaran, dan hiburan sebagai rekreasi, penumbuh waktu atau kesenangan. 20 Dalam wacana komunikasi politik, informasi merupakan gradasi komunikasi yang berarti penyampaian fakta kepada komunikan. 2. Mendidik (to educate) Fungsi kedua dari media massa ialah mendidik. Sebagai sarana pendidikan massa (mass education), surat kabar memuat tulisantulisan atau tayangan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi medidik ini bisa secara implisit dalam bentuk berita, dapat juga secara eksplisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana. Pada fungsi ini diharapkan media dapat memberikan kontribusi dalam mencerdaskan masyarakat. Saat ini sedang ramai program media literacy atau program media melek yang dilakukan oleh negaranegara yang sudah maju dan beberapa negara berkembang. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya akulturasi negatif melalui media massa. 3. Menghibur (to entertaint) Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat media massa untuk mengimbangi berita-berita keras (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot. Televisi biasa menayangkan film-film kartun dan film-film 20
Asa Briggs dan Peter Burke, Sejarah Sosial Media; Dari Gutenberg Sampai Internet, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), Cet. Ke-I, h. 230.
21
yang
bersifat
heroik
serta
acara-acara
yang
sifatnya
tidak
membutuhkan konsentrasi dalam menikmati acara tersebut. Menurut Wright, pada fungsi ini media sebagai alat menyediakan hiburan, pengalihan perhatian, dan sarana rekreasi serta alat untuk meredakan ketegangan sosial. Sedangkan menurut McQuail fungsi menghibur pada media sebagai: melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan, bersantai, mendapatkan kenikmatan jiwa dan estetis, mengisi waktu, dan lainnya. 21 Televisi sebagai hiburan secara emplisit juga merupakan ancaman bagi pemirsa yang menontonnya. Karena banyak sekali tayangantayangan media yang secara etika dan moral sangat bertentangan dengan kultur di Indonesia. Hal ini sebagaimana pernah disinggung Drs. Redi Panuju dalam bukunya ”Komunikasi Organisasi.” 22 Maksud pembuatan isi yang mengandung hiburan, semata-mata untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah para pembaca dihidangkan berita dan artikel yang berat dan menguras pikiran. 4. Mempengaruhi (to influence) Fungsinya
yang
keempat
yakni,
mempengaruhi.
Yang
menyebabkan media massa memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi dari media massa 21
Denis McQuail,Teori Komunikasi Massa : Suatu Pengantar, (Jakarta: Erlangga, 2005), Cet. Ke-2, h. 72. 22 Drs. Redi Panuju, Komunikasi Organisasi, (Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), Cet. Pertama, h. 131-132.
22
secara implisit terdapat pada berita, sedang secara eksplisit terdapat pada tajuk rencana, artikel, dan opini yang dapat mengkonstruk pikiran masyarakat lewat permainan bahasa dan tayangan di Televisi. Media massa merupakan alat yang paling efektif untuk menyebarkan pengaruh. Dari fungsi-fungsi tersebut, maka banyak sekali program-program yang mewarnai acara media, khususnya Televisi. Mungkin para pemirsa
yang menonton bisa bingung karena selain banyaknya
program acara yang ditawarkan televisi, ditambah lagi dengan banyaknya stasiun Televisi yang ada. Ada juga yang berpendapat bahwa fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya, yakni memberi informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk. Fungsi Televisi di antaranya yaitu sebagai berikut: a. Proses penyerapan informasi Tayangan televisi dapat dijadikan sumber belajar. Masyarakat dapat memilih dan menilai informasi apa yang tepat dan cocok bagi dirinya. b. Sumber sosialisasi Televisi bisa jadi suatu “Symbolic environment”, karena Televisi memiliki pengaruh kuat sebagai sumber sosialisasi.
23
c. Pembentuk citra Kemampuan Televisi dapat menampilkan gambar dengan jelas dan berulang-ulang baik berupa budaya, nilai gaya, dan norma tertentu sehingga dapat membentuk citra bagi penontonnya 23 . B.
Program Acara 1.
Pengertian Program Acara Program acara merupakan acara-acara yang ditayangkan oleh stasiun
televisi. Kata “program” berasal dari bahasa Inggris programme atau program yang berarti acara atau rencana. Undang-Undang Penyiaran Indonesia
tidak
menggunakan
kata
program
untuk
acara
tetapi
menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun kata “program” lebih sering digunakan dalam penyiaran di Indonesia daripada kata “siaran” untuk mengacu kepada pengertian acara. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya. 24 Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat audien tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran. Program dapat disamakan atau dianalogikan dengan produk atau barang (goods) atau pelayanan (services) yang dijual kepada pihak lain, dalam hal ini audien dan pemasang iklan. Dengan demikian program acara adalah 23
Jurnal Teknodik, Pendidikan dan Informasi Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2001, No. 9/V/Teknodik/ Oktober 2001, h. 28 24 Morissan, M. A, Manajemen Media Penyiaran (Strategi Mengelola Radio & Televisi, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008) h.199.
24
produk yang dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia mengikutinya. Dalam hal ini terdapat suatu rumusan dalam dunia penyiaran yaitu program yang baik akan mendapatkan penonton yang lebih besar, sedangkan program acara yang buruk tidak akan mendapatkan penonton. Setiap program televisi punya sasaran yang jelas dan tujuan yang akan dicapai. Ada lima parameter yg harus di perhitungkan dalam menyusun program siaran televisi, yaitu: 25 1. Landasan filosofis yang mendasari tujuan semua program 2. Strategi penyususnan program sebagai pola umum tujuan program. 3. Sasaran program 4. Pola produksi yang menyangkut garis besar isi program 5. Karakter institusi dan managemen sumber program untuk mencapai usaha yang optimum. 2.
Jenis – jenis Program Acara Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program
acara yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja dapat dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai audien, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku. Pengelola stasiun penyiaran dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik.
25
R. M Soenarto, Program Tv dari penyusunan sampai Pengaruh siaran,(Jakarta:FFTVIKJ, 2007. Cet ke-1, h.5.
25
Berbagai jenis program itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu: 1) program informasi (berita) dan; 2) program hiburan (entertainment). Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gosip dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar, yaitu musik, drama permainan (game show), dan pertunjukan. 26 1.
Program Informasi Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya
untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien. Daya tarik program ini adalah informasi, dan informasi itulah yang “dijual” kepada audien. Dengan demikian, program informasi tidak melulu program berita dimana presenter atau penyiar membacakan berita tetapi segala bentuk penyajian informasi termasuk juga talkshow (perbincangan), misalnya wawancara dengan artis, orang terkenal atau dengan siapa saja. Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu berita keras (hardnews) dan berita lunak (soft news). Berita Keras. Berita keras atau hard news adalah segala informasi penting dan/atau menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus segera ditayangkan agar dapat diketahui khalayak audien secepatnya. Peran televisi sebagai 26
Ibid. h. 208.
26
sumber utama hard news bagi masyarakat cenderung untuk terus meningkat. Media penyiaran adalah media yang paling cepat dalam menyiarkan berita kepada masyarakat. Dalam berita-berita mengenai konflik, televisi menjadi medium informasi yang paling dipercaya. Hal ini disebabkan televisi menyajikan gambar yang menjadi bukti yang tak terbantahkan. Berita keras disajikan dalam suatu program berita yang berdurasi dari beberapa menit saja (misalnya breaking news) hingga program berita yang berdurasi 30 menit, bahkan satu jam. Suatu program berita merupakan kumpulan dari berita keras. Dalam hal ini berita keras dapat dibagi ke dalam beberapa bentuk berita, yaitu: straight news (berita langsung), features (berita ringan tapi menarik), dan infotainment (informasi kehidupan seseorang seperti artis). Berita Lunak. Berita lunak atau soft news adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. 2.
Program Hiburan Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan
untuk menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori hiburan adalah drama, permainan (game), musik dan pertunjukan.
27
Jenis Program Televisi 27
27
Ibid. h. 215
28
C.
Teori Editing Three Match Cut Milik Edwin S. Porter. 1.
Pengertian Editing Hostlink Editing Hostlink adalah dimana editor melakukan proses editing
bagian host atau presenternya saja, jadi tidak keseluruhan satu tayangan, namun hanya terpaku di bagian editing presenter saja, ini merupakan bagian dari video editing, yaitu pekerjaan memotong-motong dan merangkaikan (menyambung) potongan-potongan gambar sehingga menjadi film berita yang utuh dan dapat dimengerti. Pekerjaan ini dilakukan di ruang editing yang dilakukan oleh editor atau penyunting gambar. 28 Editing adalah pekerjaan memilih gambar (shot) dan menyesuaikan gambar itu dengan gambar berikutnya sehingga menjadi suatu sekuen yang memiliki cerita yang logis dan saling berkaitan. 29 Kata editing dalam bahasa Indonesia adalah serapan dari Inggris. Editing berasal dari bahasa Latin “editus” yang artinya ‘menyajikan kembali’. Editing dalam bahasa indonesia bersinonim dengan kata editing. Dalam bidang audio-visual, termasuk film, editing adalah usaha merapihkan dan membuat sebuah tayangan film menjadi lebih berguna dan enak ditonton. Tentunya editing film ini dapat dilakukan jika bahan dasarnya berupa shot (stockshot) dan unsur pendukung seperti voice, sound effect, dan musik sudah mencukupi. Selain itu, dalam kegiatan editing seorang editor
28
Morissan, M. A, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta, Prenada Media Group, 2008)
29
Ibid, h.221
h.217.
29
harus betul-betul mampu merekontruksi (menata ulang) potongan-potongan gambar yang diambil oleh campers. 30 Pertunjukan film di bioskop ataupun televisi di rumah-rumah apabila belum melalui proses editing bisa dipastikan hasilnya tidak maksimal, penonton cenderung merasa bosan dan jenuh. Padahal, tayangan film ataupun video begitu ekonomis. Artinya, penayangannya sangat bergantung pada aspek waktu. Waktu begitu mahal dan menentukan dalam proses penayangan film. Jika sebuah tayangan berdurasi 60 menit, itu artinya selama waktu itu pencipta film harus menjamin tidak membuat penonton bosan apalagi meninggalkan bioskop, atau kalau di televisi memindahkan saluran. Begitu berartinya sebuah hasil editing sampai ada pengamat film yang menyatakan bahwa ruh tayangan film adalah proses editing. 31 J.M. Peters menyatakan bahwa yang dimaksud dengan editing adalah mengkombinasikan atau memisah-misahkan rangkaian sehingga tercapai sintesis atau analisis dari bahan yang diambil. Di sini, Peters mengungkapkan; dengan editing, film sintesis atau sutradara televisi dapat menghidupkan cerita, menjernihkan suatu keterangan, menyatakan ide-ide atau menimbulkan rasa haru pada penonton. 30
http://www.facebook.com/topic.php?uid=47484892509&topic=7513.Oleh
Komunitas
Video Editor Indonesia Diakses tanggal 23 mei 2011/16.30. 31
http://www.facebook.com/topic.php?uid=47484892509&topic=7513
dikutip
dari
(Peters, 1980: 9) dan (Griffith, 1972: 20-25 , Oleh Komunitas Video Editor Indonesia Diakses tanggal 23 mei 2011/16.37.
30
Sementara itu, D.W. Griffith berpendapat bahwa editing film merupakan suatu hal yang terpenting dalam film karena editing film itu merupakan suatu seni yang tinggi. Seni sendiri merupakan pondasi dari film. Menyunting film adalah menyusun gambar-gambar film untuk menimbulkan tekanan dramatik dari cerita film itu sendiri. Sutradara dan editor harus pandai dalam selection of shot, selection of action ( scene demi scene yang harus dirangkaikan). Mengedit gambar adalah pekerjaan yang memiliki aturan tertentu yang harus dipatuhi oleh seorang editor. Semua ketentuan atau peraturan dalam mengedit gambar itu dimaksudkan agar memberikan kenyamanan kepada pemirsa yang menyaksikan gambar itu tanpa harus menimbulkan kebingungan dan keheranan. 32 Pada saat proses editing gambar, editor sering mengeluh terhadap materi gambar yang tersedia dan mereka tidak puas terhadap kualitas gambar, terutama jika pengambilan gambar terlalu singkat atau tidak cukup banyak variasi gambar yang dapat digunakan untuk keperluan editing. Sebaliknya juru kamera terkadang mengeluh kepada editor karena merasa beberapa gambar bagus tidak terpakai sama sekali atau digunakan secara buruk. Masalah-masalah ini bisa dihindari jika juru kamera atau reporter dan editor dapat saling berkomunikasi dan secara bersama melihat materi gambar sebelum melakukan editing. 33
32
Morissan, M. A, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta, Prenada Media Group, 2008)
33
Ibid, h.221
h.211.
31
2.
Teknik Editing Teknik editing yang digunakan oleh televisi pada umumnya terdiri
dari dua cara yaitu linier dan nonlinier. 34 a. Linier Beberapa stasiun televisi di Indonesia menggunakan teknologi editing linier. Cara kerjanya adalah merekam atau meng-copy gambar yang berada pada satu kaset ke kaset lainnya, jadi mirip seperti kita merekam lagu dengan menggunakan tape recorder. Perangkat alat edit dengan teknik linier bekerja dengan merekam atau memindahkan gambar dari satu kaset ke kaset lainnya. Gambar yang diperoleh dari liputan di lokasi perlu dipindahkan atau direkam ke dalam kaset utama atau master tape yang akan menjadi versi yang sudah diedit yang akan ditayangkan pada program. Kaset master itu ditempatkan pada alat perekam (recorder) yang dilengkapi dengan monitor untuk mengetahui gambar apa yang tengah direkam dan sebuah alat control untuk menandai batas awal dan abates akhir gambar yang direkam. Untuk editing linier, peralatan yang biasa digunakan terdiri atas: 35 1.
Video Tape Recorder (VTR)
2.
Video Mixer
3.
Audio Mixer
4.
Monitor (audio & video)
34
Ibid, h.219. Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi – Teori dan Praktik, (Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2006) h.143. 35
32
5.
Mic, CCT, CD, Tape Rheel, DAT
6.
Character generator (untuk membuat judul)
7.
Edit Controler.
b. Nonlinier Dengan sistem ini materi mentah akan dipindahkan atau disimpan terlebih dahulu ke dalam computer yang memiliki software editing gambar. Keuntungan dari teknik
nonlinier ini adalah hasil
pengambilan gambar bisa diatur ulang kapan saja sebelum potongan terakhir direkam ke dalam kaset. Kelemahan cara ini adalah proses pemindahan gambar (capture) dari materi mentah ke dalam computer memerlukan waktu relative lama. Materi mentah dengan durasi satu jam memerlukan waktu satu jam pula untuk mem yang baik adalah sama.buatnya menjadi digital. Apapun jenis editing yang dipakai, prinsip bagaimana mengedit gambar. Untuk editing nonlinier, peralatan yang biasa digunakan terdiri atas: 36 1.
Computer Editing: hard disk dengan kapasitas minimal 80 GB
2.
DD RAM (kecepatan membaca) minimal 1 GB
3.
Video Card (berbagai macam merk dan kualitas, dari Snazzi sampai Pinnacle Liquid Edition)
4.
Editing Software (standar Adobe Premiere, Final Cut Pro atau Avid Express)
5.
Monitor display (paling tidak 17 inci)
36
Ibid, 144
33
6.
Mic & loudspeaker (untuk voice over atau isi suara)
7.
VTR recorder (untuk merekam hasil edit)
8.
Monitor audio & video (untuk mengecek hasil)
3. Perlengkapan Editing A. Final Cut Pro (Software Editing) Proses editing Hostlink dalam tayangan Mata Lelaki di Trans 7 menggunakan software atau program Final Cut Pro yang dimana Final Cut Pro hanya bisa membaca format video dalam bentuk (.mov) dan audio dalam bentuk (.aiff). Sehingga ketika video atau audio tersebut bukan dalam bentuk (.mov) dan (.aiff), maka harus diubah terlebih dahulu dengan program Mpeg Stream untuk video dan untuk mengubah audio ke dalam bentuk format (.aiff) menggunakan program Soundbooth. Final Cut Pro adalah sebuah software professional untuk menyunting video yang dikembangkan oleh perusahaan Macromedia Inc. dan lalu dilanjutkan oleh perusahaan Apple Inc. Final Cut Pro 7 dapat berjalan pada PC (Personal Computer) Mac yang bersistem operasi Mac OS X versi 10.5.6 atau yang lebih baru dan juga menggunakan prosesor Intel. Software ini memungkinkan pengguna untuk mencatat dan menangkap video ke harddisk (internal atau eksternal), agar dapat diedit, diolah, dan menghasilkan output ke berbagai format. Contoh beberapa film yang disunting dengan aplikasi
34
Final Cut Pro: The Social Network (2010), Eat Pray Love (2010) dan X-Men Origins: Wolverine (2009). 37
(Gambar I. program Final Cut Pro) B. Teknologi 38 - Kelebihan •
Mendukung format video HD dari generasi terbaru camcorder seperti: AVHCD, AVC-Intra, AVCAM, DV, DVCAM, DVCPRO, DVCPRO HD, DVCPRO 50, HDV.
•
Mendukung format keluaran AVC-Intra, AVI, DVD, FLV, MPEG-1, MPEG-2, MP4 atau QuickTime, R3D, XDCAM EX, XDCAM HD, XDCAM 422 atau JVC.
•
Dapat mengedit video secara real-time oleh beberapa kamera.
37
http://id.wikipedia.org/wiki/finalcutpro. Diakses tanggal 23 mei 2011/16.55.
38
http://id.wikipedia.org/wiki/finalcutpro. Diakses tanggal 23 mei 2011/16.55.
35
- Kekurangan •
Hanya dapat berjalan di OS Mac
•
Tidak mendukung file inputan FLV
•
Tidak ada trial.
C. Apple Inc. Software atau program Final Cut Pro tidak bisa menggunakan komputer atau pun laptop berjenis windows, tapi khusus program Final Cut Pro ini harus menggunakan komputer berbasis Macintosh atau biasa disingkat Mac. Dan komputer berbasis Macintosh ini diproduksi oleh perusahaan Apple Inc. Apple Computer (sekarang dikenal sebagai Apple, Inc) adalah kekuatan utama dalam revolusi Personal Computer (PC) yang berlangsung di tahun 1970-an dan1980-an.
(Gambar II. Steve Jobs pendiri Apple)
36
(Logo Apple Computer pertama (Logo Apple tahun 1976 dibuat Rob Janoff, kali, dibuat oleh Ronald Wayne)
dengan tema pelangi digunakan hingga 1998)
(Gambar III. Logo Apple) D. MacBook Pro Proses
Editing
Hostlink
program
mata
Lelaki
Trans
7
menggunakan software Final Cut Pro yang hanya bisa digunakan pada komputer berbasis Macintosh, dan dalam proses editing tersebut menggunakan komputer MacBook Pro keluaran Apple Inc. Macintosh, atau disingkat Mac, adalah salah satu jenis komputer personal berbasis PowerPC yang diproduksi oleh Apple. Komputer ini dinamakan berdasarkan MacIntosh. Macintosh diperkenalkan pertama kali pada bulan Januari 1984 lewat iklan Super Bowl yang fenomenal. Macintosh adalah komputer pertama yang memperkenalkan sistem antarmuka grafis (GUI). Pada waktu itu, langkah yang dilakukan
37
Apple adalah sebuah perkembangan revolusioner dalam dunia komputer personal. 39 MacBook Pro merupakan computer yang digunakan program Mata Lelaki dalam mengedit tayangan ini adalah seri komputer jinjing Macintosh yang diproduksi oleh Apple. MacBook Pro menggunakan alumunium sebagai bahan utamanya dan terbagi menjadi tiga ukuran, yaitu MacBook Pro ukuran 13, 3”, 15, 4”, dan 17” dengan spesifikasi yang berbeda-beda. Terdapat MultiTouch trackpad sebagai salah satu inovasi andalannya, LED-layar lebar, sebuah port FireWire 800, dua buah port USB 2.0, 8x SuperDrive untuk memutar DVD-R, DVD-RW,CD-R, CD-RW), AirPort Extreme (802.11n) untuk fasilitas Wi-Fi serta jaringan Bluetooth 2.1. Semua jenis MacBook Pro telah dilengkapi komponen Intel Core 2 Duo. 4.
Kerangka Teori Editing Edwin S. Porter Pada awal film pertama kali dibuat tidak mengenal editing, ketika itu
film berdurasi pendek sekitar satu menit. Namun saat film sudah berdurasi panjang sekalipun, seperti Melies yang sudah berdurasi 14 menit belum ada editing di dalamnya. Film baru merupakan satu shot saja, pada saat itu kamera merekam adegan tanpa ada interupsi pemotongan shot sama sekali. Editing atau penyuntingan gambar pertama kali dilakukan pada film A Trip to the Moon, percobaan ini dilakukan oleh Edwin S. Porter tahun 1903. Porter melakukan apa yang dinamakan sebagai visual continuity, sebuah 39
http://id.wikipedia.org/wiki/apple/macintosh. Diakses tanggal 23 mei 2011/17.25.
38
gagasan luar biasa yang hingga saat ini masih dianut oleh para penyunting gambar atau editor, maka dari itu Edwin S. Porter disebut sebagai Bapak Editing yang terkenal dengan teori Three Match Cut-nya tersebut. 40 Dalam film The Life of American Fireman, Porter kembali membuat 20 rangkaian shot menjadi satu rangkaian cerita. Film ini sangat sederhana, seorang pemadam kebakaran membantu menyelamatkan seorang ibu dan anak yang terjebak di dalam sebuah gedung yang terbakar. Dengan durasi 6 menit, Porter memperlihatkan adegan menjadi sebuah rangkaian dramatis penyelamatan ke dua orang itu. Porter melakukan intercut adegan penyelamatan di dalam ruangan atau interior dengan gambar lain sebuah kebakaran eksterior gedung. Penggabungan antara interior dengan eksterior tersebut membuat satu rangkaian yang dinamis. Penonton akan mengira bahwa ibu dan anak tersebut bener-benar terjebak dalam gedung yang terbakar, padahal eksterior gedung yang terbakar sebetulnya tidak ada ibu dan anak tadi. Inilah yang dinamakan juxtaposition atau juksta posisi, yakni penempatan atau posisi shot. Dengan jukstaposisi memungkinkan akan melahirkan nilai dramatis baru dibandingkan dengan shot yang berdiri sendiri. a.
Matching The Look Ini berkaitan dengan ruang dan bentuk, shot yang satu
disambungkan ke shot berikutnya dengan memperhatikan bentuk dan ruang. Ketika bentuk atau ruang tidak memiliki kesamaan, 40
http://dikiumbara.wordpress.com/category/editing/ Oleh Diki Umbara as editor dan mengajar di School for Broadcasting Media, FISIP UI. 23 mei 2011/18.01
39
maka hampir dipastikan sambungan tersebut akan terlihat aneh, melompat dan tidak bagus. Dan ini yang dinamakan jumping, sambungan menjadi visible atau terlihat. b.
Matching The Position Kesinambungan secara posisi antara shot sebelum dengan
shot sesudahnya. Editor harus melihat apakah misalnya posisi subyek pada satu shot terdapat kesamaan dengan shot berikutnya atau tidak. Jika tidak ada kesamaan maka sambungan antar shot akan terganggu, ini artinya sambungan tersebut tidak match, tidak cocok. c.
Matching The Movement Sambungan satu shot dengan shot berikutnya dilakukan jika
ada kesinambungan secara pergerakannya. Yang dimaksud pergerakkan di sini yakni pergerakkan subyek, pergerakkan kamera, atau pergerakkan kedua-duanya. Pada intinya, dengan memahami teori three match cut di atas maka penonton secara tidak sadar akan merasakan kesinambungan cerita, penonton tidak akan merasakan adanya cut atau sambungan antar shot. Agar setiap sambungan dibuat sehalus mungkin, editor harus memposisikan dirinya sebagai penonton saat melakukan penyuntingan gambar. Kerangka teori yang digunakan dalam penulisan ini adalah Teori Three Match Cut milik Bapak Editing; Edwin S. Porter seperti yang telah dituliskan sebelumnya, dan dalam proses editing pada program Mata Lelaki di Trans 7
40
episode Games, Budiman selaku editor dalam melakukan proses editing mengacu pada teori Porter, namun juga terkadang editor terpaksa melenceng dari teori dengan alasan gambar yang kurang memadai, sehingga editor harus keluar dari teori yang ia gunakan meskipun sedikit. Ketika editor saat mengedit berpaku pada teori Three Match Cut hasil editan pun akan terlihat berkesinambungan, tapi editor pun merasakan bahwa ketika ia mengedit tidak dalam jalur teori Porter yang dikarenakan kurangnya gambar yang diambil oleh kameramen, ia merasakan sendiri bahwa hasil editannya pun tidak continue. Editor mengaku ketika ia mengedit melenceng dari teori itu dikarenakan kurangnya gambar, jadi untuk membuat jalan keluar agar gambar tetap terlihat baik editor mengedit keluar dari jalur teori Porter. Secara kasat mata jumping-nya gambar yang diedit oleh editor ketika tidak mengikuti teori Three Match Cut, maka tidak akan terlihat, namun ketika orang yang sangat memperhatikan setiap frame gambar, kemelencengan gambar tersebut akan terlihat karena editor tidak mengacu pada teori Bapak Editing yaitu Edwin S. Porter.
BAB III GAMBARAN UMUM A.
Profil Perusahaan 41 1.
Profil Trans 7 TRANS 7 dengan komitmen menyajikan tayangan berupa informasi
dan hiburan, menghiasi layar kaca di ruang keluarga pemirsa Indonesia. Berawal dari kerjasama strategis antara Para Group dan Kelompok Kompas Gramedia (KKG) pada tanggal 4 Agustus 2006, TRANS 7 lahir sebagai sebuah stasiun swasta yang menyajikan tayangan yang mengutamakan kecerdasan, ketajaman, kehangatan penuh hiburan serta kepribadian yang aktif. TRANS 7 yang semula bernama TV 7 berdiri dengan izin dari Departemen Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan Nomor 809/BH.09.05/III/2000. Pada 22 Maret 2000, keberadaan TV 7 telah diumumkan dalam Berita Negara Nomor 8687 sebagai PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh. Dengan kerjasama strategis antara Para Group dan KKG, TV 7 melakukan re-launching pada 15 Desember 2006 sebagai TRANS 7 dan menetapkan tanggal tersebut sebagai hari lahirnya TRANS 7. Di bawah naungan PT. Trans Corpora yang merupakan bagian dari manajemen Para Group, TRANS 7 diharapkan dapat menjadi televisi yang maju, dengan program-program in-house productions yang bersifat informatif, kreatif, dan inovatif.
41
http://trans7.co.id/ Diakses tanggal 10 mei 2011 / 09.22.
41
42
2.
Logo Trans 7 Logo TRANS 7 membentuk empat sisi persegi panjang yang
merefleksikan ketegasan, karakter yang kuat, serta kepribadian bersahaja yang akrab dan mudah beradaptasi. Birunya yang hangat tetapi bersinar kuat melambangkan keindahan batu safir yang tak lekang oleh waktu, serta menempatkannya pada posisi terhormat di antara batu-batu berlian lainnya. Perpaduan nama yang apik dan mudah diingat, diharapkan membawa TRANS 7 ke tengah masyarakat Indonesia dan pemirsa setianya.
(Gambar IV. Logo Trans 7) 3.
Program-program Trans 7 TRANS 7 berkomitmen untuk menyajikan yang terbaik bagi
pemirsanya, dengan menyajikan program informasi seperti Redaksi yang hadir setiap pagi, siang, sore, dan malam yang dikemas secara apik dan dinamis, update dan informatif. TRANS 7 juga menghadirkan program berita dan dokumenter lainnya seperti Aku Ingin Tahu, Peri Gigi, Asal Usul, warna dan Jejak Petualang yang memberikan wawasan unik dan berbeda bagi pemirsa. Tidak kalah informatif, program hiburan seperti I-Gosip Pagi, I-Gosip Siang, dan I-Gosip News, dan Wara Wiri, semakin lengkap menambah cakrawala di ruang keluarga. TRANS 7 juga hadir dengan Empat Mata yang menjadi program fenomenal di Indonesia.
43
Program sport TRANS 7 juga selalu dinantikan oleh para pecinta olahraga. Para pecinta otomotif, MotoGP dan Superbike mengajak Anda untuk memacu adrenalin di lintasan balap kelas dunia. TRANS 7 juga menyajikan tayangan informasi olahraga setiap hari di layar pemirsa, di antaranya Sport7, One Stop Football, dan Galeri Sepakbola Indonesia. TRANS7 juga tidak melupakan pemirsa cilik dengan memberikan pengetahuan dan hiburan bagi mereka. Bocah Petualang dan Si Bolang Jalan-jalan menghadirkan keunikan kehidupan anak-anak di seluruh penjuru Indonesia. Laptop Si Unyil dan Buku Harian Si Unyil memberikan ilmu pengetahuan yang mendasar bagi para pemirsa cilik. Jalan Sesama yang merupakan adaptasi dari Sesame Street juga dipercayakan untuk ditayangkan di TRANS 7. Melalui Cita-citaku, TRANS 7 berusaha menghadirkan
keseharian
profesi
yang
dicita-citakan
anak-anak
Dilengkapi dengan sajian film-film berkualitas, Theater7 hadir pada momen-momen spesial, mengisi layar kaca anda. 4.
Direksi
Dewan Komisaris Komisaris Utama
Chairul Tanjung
Komisaris
1. Agung Adiprasetyo 2. Ishadi SK 3. Asih Winanti
Dewan Direktur Direktur Utama
Atiek Nur Wahyuni
Direktur
Wishnutama
Direktur Keuangan dan Sumber Daya
Ch. Suswati Handayani
44
B.
Gambaran Umum Program Mata Lelaki 42 1.
Sejarah Program Mata Lelaki perdana tayang pada 30 Juni 2010 hingga sekarang,
hampir setahun sudah tayang. Sempat beberapa kali berubah jam tayang, baik hari maupun jam, namun tetap tayang di jam shoulder 2 (di atas jam 10 malam). Penamaan program Mata Lelaki berawal dari sebutannya yang sensasional. Mata merupakan sesuatu yang eyecatching misalnya ketika mengenal seseorang pertama kali yang dilihat adalah mata dan berangkat dari sudut pandang program yang mengangkat dari segala sesuatu yang menarik dari sudut pandang lelaki, berangkat dari hal tersebutlah penamaan program Mata Lelaki. Konsep Mata Lelaki merupakan tayangan kategori News Feature Magazine Program, khusus menayangkan beragam informasi seputar halhal yang menarik dari sudut pandang Mata Lelaki, program Mata Lelaki bersifat informatif, yang berkesan elegan dan ekslusif dan selalu mempackage, menyajikan dan meracik sebuah informasi sehingga tayangan tidak menjadi murahan. Tayangan ini merupakan segala hal yang disukai oleh lelaki, berangkat dari laki-laki yang tidak bisa lepas dari harta, tahta dan wanita, dari hal tersebutla bisa di dapat banyak ide yang cangkupannya luas, jadi bisa di eksplore dari riga hal tersebut, seperti wanita ada model, chef, penari, 42
Hasil Wawancara 10 Juni 2011 dengan Associate Producer Mata Lelaki Mira Khairunnisa.
45
penyanyi dan lainnya, juga dengan harta tidak melulu soal uang, bisa berupa hobi laki-laki yang suka mengkoleksi mobil mewah, motor ataupun games mahal lainnya. Maka dari tiga hal tersebutlah menjadi ide yang kreatif untuk program Mata Lelaki. Kelebihan program Mata Lelaki yang tidak ada di program lain yang sejenis ialah menampilkan sejarah di setiap episode, karena episode apapun yang tayang, Mata Lelaki selalu memberikan sejarah atau flashback awal mula dari tema episode yang diangkat. Seperti episode Highheels, dimana dahulu sejarah highheels itu digunakan oleh lelaki yang memotong daging, agar dia bersih dan tidak terciprat dari kotoran-kotoran darah, contoh lainnya pada episode Ring Girls yang awalnya ring girls adalah laki-laki rapih yang menggunakan jaz mengelilingi mengitari ring tinju. Itulah yang membedakan Mata Lelaki dengan tayangan-tayangan lain, dari situ juga Mata Lelaki menyajikan tayangan yang edukatif, informatif juga menghibur.
(Gambar V. OBB Mata Lelaki)
46
2.
Visi dan Misi Program Visi misi Mata Lelaki yaitu ingin menyajikan tayangan yang diminati
dan bisa diterima di khalayak, itu merupakan impian setiap orang mengerjakan sebuah program, artinya tujuannya bukan hanya untuk para tim Mata Lelaki tapi juga untuk audience, disitulah ada kepuasan, suatu keinginan sekaligus tanggung jawab, dimana kewajiban Mata Lelaki adalah menyajikan tayangan yang informatif dan menghibur, satu sisi juga kita mempunyai tanggung jawab atas tayangan tersebut. 3.
Target Audience Target audience yang utama adalah laki-laki, namun tidak menutup
kemungkinan wanita pun menonton Mata Lelaki, karena biasanya wanita pun memiliki rasa ingin tahu. Selama Mata Lelaki membuka wacana baru kepada pemirsa sampai saat ini adalah relatif dewasa, artinya ada adult, mature yang umurnya bervariasi, seperti di atas 25 sampai 30 tahun, tapi Mata Lelaki juga menarik orang yang sudah 50 atau 50 tahun ke atas itu masuk ke dalam profil audience Mata Lelaki Trans 7. 4.
Aspek Marketing dan Share Marketing Mata Lelaki selama ini tidak pernah defisit, artinya
penghasilan program Mata Lelaki selalu melebihi biaya pengeluaran budget per episode, jadi untung iklan di luar body. Iklan di body bentuknya hanya sponsorship, artinya hanya lokasi tempat shooting, busana dan make up.
47
Marketing di jam shoulder 2 itu lebih sedikit, karena penonton malam yang sedikit, namun selama ini iklan yang yang masuk di Mata Lelaki itu ada di body tayangan juga di luar body tayangan. Untuk Iklan di luar body merupakan bagian dari traffic dan programming yang mengurus slot body tayangan 24 menit di sisa iklan. Selama ini di awal Mata Lelaki tayang, share masih naik turun, namun belum setahun sudah konstan bisa di double digit artinya share, bukan rating, kalo di trans 7 lebih kepada share yang sampai saat ini tinggi, karena awarness dari pemirsanya tinggi. Pada episode ke 40, Mata Lelaki merubah OBB (Opening BillBoard) dan presenter dan respon masyarakat sangat baik, karena setelah perubahan tersebut dari segi share mampu mencapai 14-15 yang sebelum-sebelumnya hanya sekitar 10 atau 12, namun Mata Lelaki tidak pernah mendapat share di bawah 7. Ketika iti share paling tinggi ada pada episode 42 Sexy Dancer yaitu 15.9 dan paling buruk Mata Lelaki pernah mendapat share 7 episode waria. 5.
LSF (Lembaga Sensor Film) Proses LSF (Lembaga Sensor Film) Mata Lelaki yaitu editing sudah
selesai, ideal seminggu sebelumnya tayangan sudah diberikan kepada LSF dalam bentuk DVD, namun minimal 5 hari sebelum tayang. Trans 7 pun punya QC (Quality Control) yang lebih ketat dan teliti melihat editing per frame, yang tidak hanya menjaga kualitas teknis, tapi juga secara konten yang berpadu pada Undang-undang penyiaran.
48
Pertama preview editing oleh produser, setelah itu diberikan kepada LSF lalu QC di Trans 7, jadi ada 3 filtering untung lulus sensor tayangan Mata Lelaki. Episode Lady Escort pernah tidak layak tayang, karena tayangan tidak melewati preview control dari produser, namun hal tersebut tidak menjadi penghalang, justru lebih menyemangati agar lebih kreatif dengan kerja keras teamwork agar Mata Lelaki lebih menarik.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS A.
Proses Editing Hostlink Proses editing hostlink dengan kata lain pengeditan presenter, merupakan
bagian dari editing yang mampu membuat sebuah sajian tayangan lebih menarik. Jadi tidak seluruh tayangan terlihat wide angle, namun editor mengedit hostlink atau presenter ini dengan menambahkan tilt (pergerakan kamera ke kanan atau ke kiri), zooming (pergerakan kamera lebih dekat atau menjauh). Sehingga hostlink atau presenter tidak hanya tampil dengan wide angle saja, namun juga close up, medium, wide angle hingga tiltnya. Sebenarnya editor juga melakukan proses capture sebelum mulai mengedit, Capture merupakan proses pengambilan atau transfer video dan audio dari alat perekam ke dalam komputer. 43 Capture video adalah memindahkan isi kaset dari kamera ke dalam hardisk (storage). Capture video DV membutuhkan sebuah VTR (Video Tape Recorder), serta komputer yang memiliki fasilitas Firewire, serta kabel data firewire. 44 Dalam proses editing Mata Lelaki yang tayang di Trans 7, sebelum proses editing dimulai hasil rekaman hostlink atau presenter yang telah direkam dalam kaset mini DV harus di capture, artinya dipindahkan dari rekaman kaset ke dalam harddisk computer agar dapat diedit, setelah proses capture maka editor baru bisa mulai mengedit. 43
Wahana Komputer, Pengolahan Video Kreatif dengan Adobe Premiere Element8,
(Yogyakarta, C.V Andi Offset, 2010) h.29. 44
http://www.facebook.com/topic.php?uid=47484892509&topic=14315. Oleh Komunitas
Video Editor Indonesia Diakses tanggal 23 mei 2011/18.37.
49
50
Proses editing Hostlink terdiri dari beberapa langkah: 1.
Pada Macintosh buka program Final Cut Pro untuk mulai mengedit.
2.
Maka akan muncul lembar kerja baru Final Cut Pro seperti ini;
3.
Kemudian editor membuat layar baru pada program Final Cut Pro dan langsung menyimpannya;
(File – New Project)
51
(File - Save Project As) 4.
Pada kolom, editor membuat kerangka-kerangka file untuk footage, musik, hostlink, efek, soundbite, youtube dan tak ketinggalan timeline untuk jalur editing dengan cara klik kanan – New Bin – kemudian beri nama footage, musik, hostlink, efek, soundbite, youtube.
5.
Berbeda dengan cara membuat Timeline yaitu jalur untuk editing, dengan cara klik kanan – New Sequence – Lalu beri nama dengan segment 1, buat berulang sampai 3 sequence yang nantinya sequencesequence tersebut akan direname dengan segment 1, segment 2 dan segment 3.
52
6.
Setelah membuat Bin Timeline dan sequence yang telah di rename menjadi segment 1, lalu double click pada sequence segment 1 dimana editor akan memulai untuk mengedit hostlink 1, maka akan muncul timeline untuk jalur editing seperti ini;
53
7.
Pada Bin Hostlink yang sudah diisi dengan file HL Games, double click pada Hostlink Games 1.
8.
Maka akan muncul HL Games 1 yaitu dengan wide angle;
54
9.
Drag HL Games 1 tersebut ke dalam jalur editing yaitu sequence segment 1. Setelah di drag otomatis video dan audio dari hostlink 1 akan muncul pada sequence segment 1.
10.
Dengan HL Games 1 yang sudah di drag ke dalam Timeline sequence segment 1 maka tampilan editan hostlink atau presenter dalam program Final Cut Pro adalah seperti ini;
11.
Selanjutnya editor menambahkan HL Games 1 Insert agar terdapat pandangan yang lebih close up dalam tayangan. Dengan cara mendrag HL Games 1 Insert ke dalam Timeline sequence segment 1. Insert adalah gambar yang diambil oleh kameramen dengan medium atau pun close up angle.
55
12.
Begitu selanjutnya editor menambahkan HL Games 1 Insert ke dalam Timeline sequence segment 1 hingga HL Games 1 selesai yaitu dengan menyocokkan video dan audio, yaitu antara gambar mulut dengan suara presenter agar sama.
13.
Setelah HL Games 1 selesai di edit lanjut kepada HL Games 3. Pada Bin Hostlink yang sudah diisi dengan file HL Games, double click pada Hostlink Games 2.
56
14.
Maka akan muncul HL Games 3 yaitu dengan wide angle;
15.
Drag HL Games 3 tersebut ke dalam jalur editing atau timeline. Setelah di drag otomatis video dan audio dari hostlink 3 akan muncul pada Timeline.
16.
Dengan HL Games 3 yang sudah di drag ke dalam Timeline maka tampilan editan hostlink atau presenter dalam program Final Cut Pro adalah seperti ini;
57
17.
Selanjutnya editor menambahkan HL Games 3 Insert agar terdapat pandangan yang lebih close up dalam tayangan. Dengan cara mendrag HL Games 3 Insert ke dalam Timeline.
18.
Sama halnya dengan langkah selanjutnya, editor menambahkan HL Games 3 Insert ke dalam Timeline hingga HL Games 3 selesai.
58
19.
Lanjut kepada HL Games 4. Pada Bin Hostlink yang sudah diisi dengan file HL Games, double click pada Hostlink Games 4.
20.
Maka akan muncul HL Games 4 yaitu dengan wide angle;
21.
Drag HL Games 4 tersebut ke dalam timeline. Setelah di drag otomatis video dan audio dari hostlink 4 akan muncul pada Timeline.
59
22.
Dengan HL Games 4 yang sudah di drag ke dalam Timeline maka tampilan editan hostlink atau presenter dalam program Final Cut Pro adalah seperti ini;
23.
Kemudian editor menambahkan HL Games 4 Insert agar terdapat pandangan yang lebih close up dalam tayangan. Dengan cara mendrag HL Games 4 Insert ke dalam Timeline.
60
24.
Sama halnya dengan langkah selanjutnya, editor menambahkan HL Games 4 Insert ke dalam Timeline hingga HL Games 4 selesai.
25.
Selanjutnya HL Games 6. Pada Bin Hostlink yang sudah diisi dengan file HL Games, double click pada Hostlink Games 6.
26.
Maka akan muncul HL Games 6 yaitu dengan wide angle;
61
27.
Drag HL Games 6 tersebut ke dalam timeline. Setelah di drag otomatis video dan audio dari hostlink 6 akan muncul pada Timeline.
28.
Dengan HL Games 6 yang sudah di drag ke dalam Timeline maka tampilan editan hostlink atau presenter dalam program Final Cut Pro;
29.
Selanjutnya editor menambahkan HL Games 6 Insert dengan cara men-drag HL Games 6 Insert ke dalam Timeline.
62
30.
Sama halnya dengan langkah selanjutnya, editor menambahkan HL Games 6 Insert ke dalam Timeline hingga HL Games 6 selesai dengan menyocokkan video dan audio, yaitu antara gambar mulut dengan suara presenter agar sama.
31.
Ketika semua telah selesai diedit mulai dari segment 1 hingga segment akhir bagian Hostlink, tampilan Final Cut Pro dengan Full Editing adalah seperti ini;
32.
Maka proses selanjutnya adalah merender editan pada Timeline ini;
63
33.
Render adalah menyatukan editan agar tidak patah-patah hasil editan. Caranya dengan mem-block semua editan yang ada di Timeline mulai dari segment 1 hingga segment 3, lalu Tekan tombol (ctrl + A) pada keyboard Macintosh untuk mem-block, kemudian Tekan tombol (command+ R ) pada keyboard untuk merender editan. Rendering merupakan penyatuan semua editan yang terpisah agar menjadi satu body.
34.
Setelah proses rendering finished, maka semua editan yang awalnya terpisah-pisah maka akan menjadi satu body yang ada di Timeline dan siap di print ke dalam kaset dan siap tayang.
B.
Analisa Proses Editing Hostlink Berdasarkan Teori Three Match Cut Milik Edwin S. Porter Untuk menganalisa berdasarkan teori Edwin S. Porter perlu memperhatikan
gambar yang diedit oleh editor terlebih dahulu, terutama pada saat gambar presenter atau host muncul dimana garis timeline berada.
64
1.
Hostlink Games 1 (Pertama)
a.
Match The Look Menyamakan arah pandang tiap subyek pada setiap gambar yang
disambung, ini berkaitan dengan ruang dan bentuk, shot yang satu disambungkan ke shot berikutnya dengan memperhatikan bentuk dan ruang. Ketika bentuk atau ruang tidak memiliki kesamaan, maka hampir dipastikan sambungan tersebut akan terlihat aneh, melompat dan tidak bagus. Dan ini yang dinamakan jumping, sambungan menjadi visible atau terlihat.
65
Pada presenter atau HL Games 1 yang diedit atau disambung dengan HL Games 1 Insert, dimana HL Games 1 dengan wide angle sedangkan HL Games 1 Insert dengan medium atau close up angle. Dibutuhkan arah pandang yang sama antara tiap-tiap subjek dan sudut pandang penglihatan mata. Editan HL Games 1 yang ditambah HL Games 1 Insert dari keterangan gambar di atas masih termasuk dalam teori Three Match Cut yaitu Match The Look, karena presenter masih dalam satu sudut pandang yang sama jika dilihat, pandangan yang dilihat dari tayangan hostlink diatas dari sudut pandang sebelah kiri, dari sudut pandang tersebut walaupun sudah berganti dari wide angle menjadi gambar yang medium angle tidak terjadi perubahan sudut pandang, berarti editan ini masuk ke dalam Match The Look. b.
Match The Position Kesinambungan secara posisi antara shot sebelum dengan shot
sesudahnya. Editor harus melihat apakah misalnya posisi subyek pada satu shot terdapat kesamaan dengan shot berikutnya atau tidak. Jika tidak ada kesamaan maka sambungan antar shot akan terganggu, ini artinya sambungan tersebut tidak match, tidak cocok. Dari gambar di atas, posisi presenter yang dari video HL Games 1 sudah pindah ke HL Games 1 Insert namun masih sama dengan gerakan sebelumnya, artinya walaupun editor sudah menambahkan HL Games 1 Insert dengan medium angle namun posisi host tidak berubah, masih dengan posisi yang sama.
66
Ini artinya dalam proses editing HL Games 1 posisi tidak berubah dengan gerakan sebelumnya, berarti editan dari editor tersebut masih pada garis Match The Position, artinya posisi presenter masih menghadap ke belakang dan berdiri di tempat yang sama, artinya posisi host tidak berubah. c.
Match The Movement Sambungan satu shot dengan shot berikutnya dilakukan jika ada
kesinambungan secara pergerakannya. Yang dimaksud pergerakkan di sini yakni pergerakkan subyek, pergerakkan kamera, atau pergerakkan keduaduanya. Dari gerakan presenter HL Games 1 pada gambar di atas, gerakan host tidak terlihat jumping, artinya gerakan presenter berlanjut kepada gerakan selanjutnya, namun masih pada gerakan yang sama yaitu sedang berjalan. Berarti dalam pengeditan HL Games 1 termasuk ke dalam Match The Movement, dikarenakan gerakan dari presenter atau host yang diedit oleh editor ini tidak jumping. 2.
Hostlink Games 1 (Kedua)
67
a.
Match The Look Dari gambar di atas, editan HL Games 1 yang ditambah HL Games 1
Insert masih termasuk dalam teori Edwin S. Porter yang pertama yaitu Match The Look, karena presenter masih dalam satu sudut pandang yang sama jika dilihat, pandangan yang dilihat dari tayangan hostlink diatas dari sudut pandang sebelah kiri, dari sudut pandang tersebut walaupun sudah berganti dari wide angle menjadi gambar yang medium angle tidak terjadi perubahan sudut pandang. b.
Match The Position Video HL Games 1 yang sudah ditambahkan HL Games 1 Insert tidak
termasuk ke dalam teori Edwin S. Porter yang Match The Position, jika dilihat dari gambar di atas, posisi kaki dari host di atas berubah, pada gambar HL Games 1 yang pertama kaki host yang maju untuk menginjak pedal golf adalah kaki kanan, namun ketika editor menambahkan HL Games 1 Insert untuk diedit yaitu gabar yang close up angle adalah kaki kira yang menginjak pedal golf.
68
Dari situ posisi dari host sudah terlihat berbeda, karena pada HL Games 1 dimana gambarnya adalah wide angle, namun ketika masuk ke dalam editan HL Games 1 Insert dengan close up angle terlihat host berubah posisi kakinya. c.
Match The Movement Lagi, dengan gambar yang sama dan tidak jauh dari analisa Match The
Position sebelumnya, dimana posisi kaki presenter saja sudah berubah apalagi masuk kepada Match The Movement, bila posisi saja sudah berbeda apalagi dengan gerakan. Dan memang jelas jelas terlihat pada gerakan kaki dari host tersebut memang continue atau bersambung namun tidak cocok dengan gambar sebelumnya, dimana gerakan pada HL Games 1 itu yang maju untuk menginjak pedal golf adalah kaki kanan, namun ketika editan masuk ke dalam HL Games 1 Insert dengan angle close up kaki kiri yang menginjak pedal golf, sangat terlihat jelas tidak mengacu pada teori Edwin S. Porter yaitu Match The Movement, dimana untuk proses mengedit dalam teori
Edwin S. Porter Match The Movement, haruslah menyocokkan
gerakan, namun tidak pada HL Games 1 yang kedua ini, tidak terdapat kecocokkan gerakan dari host.
69
3.
Hostlink Games 3 (Pertama)
a.
Match The Look Bila dilihat dengan pandangan mata pada gambar HL Games 3 di atas
yang sudah ditambahkan HL Games 3 Insert dengan medium angle, tidaklah berubah sudut pandang. Itu berarti editan HL Games 3 masih tetap menganut Match The Look-nya Edwin S. Porter. b.
Match The Position Menyangkut Match The Position, posisi dari host tidak berubah,
artinya posisi presenter tetap pada posisi awal HL Games 3 walaupun sudah
70
ditambahkan ke HL Games 3 Insert dengan medium angle-nya. Itu berarti HL Games 3 editor mengedit masih berpedoman pada teori Edwin S. Porter yang Match The Look. c.
Match The Movement Dalam gerakan dari presenter pun tidak berubah setelah masuk ke
dalam editan HL Games 3 Insert, gerakan mulut dari host terbuka pada wide angle atau HL Games 3, dan pada medium angle yaitu HL Games 3 Insert masih dalam keadaan yang sama yaitu gerakan mulut dan badan dari presenter masih continue dengan gerakan sebelumnya. Dan berarti HL Games 3 ini tetap berada pada jlaur Edwin S. Porter yaitu Match The Movement. 4.
Hostlink Games 3 (Kedua)
71
a.
Match The Look Pada Match The Look HL Games 3 kali ini tidaklah cocok sudut
pandangnya, terlihat jelas sudut pandang yang berbeda di antara pergantian gambar dalam proses editing ini. Pada HL Games 3 dengan wide angle sudut pandang yang terlihat yaitu dari sisi sebelah kiri, sedangkan HL Games 3 Insert dengan medium angle sudut pandang penglihatan adalah dari bawah, terlihat miring bahkan sudut pandang dari tengah. Jadi jelas pada proses editing HL Games 3 ini tidak ada Match The Look, karena sudut pandang penglihatan HL Games 3 ini tidak cocok, dimana HL Games 3 dengan wide angle pandangan mata dari sisi sebelah kiri, sedangkan masuk ke dalam editan HL Games 3 Insert dengan medium angle terlihat dari pandangan bawah dan depan mata. b.
Match The Position Dilihat dari posisi gambar sebelumnya dengan gambar yang sudah
ditambahkan editor, posisi presenter yang sedang memukul bola golf tidak berubah, yaitu sama posisinya. Oleh karena itu untuk HL Games 3 ini masuk dalam sisi Match The Position-nya Porter. c.
Match The Movement Ketika sudah dilihat dari posisi yang sama, maka gerakan dari
presenter juga sama. Presenter memukul bola golf dengan wide angle pada HL Games 3 dan bola berjalan ke arah lubang yaitu HL Games 3 Insert yang medium angle masih dalam gerakan yang sama, artinya gambar berganti dengan gerakan yang sama dan berkesinambungan.
72
5.
Hostlink Games 4 (Pertama)
a.
Match The Look Bila dilihat dari sudut pandang HL Games 4 ini, masih dalam garis
teori Porter, terutama Match The Look-nya, karena pandagan sudut mata yang menuju ke arah host antara gambar pertama dengan gambar ke dua yaitu sama. Walaupun gambar pertama dengan close up angle yaitu HL Games 4 Insert dan masuk ke medium angle yaitu HL Games 4, masih dalam sudut pandang mata yang sama.
73
b.
Match The Position Terlihat posisi kepala host berubah, pada gambar pertama kepala host
terlihat agak miring, namun pada gambar kedua kepala host terlihat lurus. Dari situ jelas terlihat posisi host berubah walauoun sedikit namun tetap terjadi perubahan posisi, dan lagi-lagi untuk pengeditan Hostlink 4 ini tidak berpedoman pada teori Porter yang Match The Position. c.
Match The Movement Tidak jauh berbeda sebenarnya dengan Match The Position, dari
posisi kepala host yang sudah berbeda bagaimana dengan gerakannya. Gerakannya sudah pasti berbeda pula karena posisi saja sudah berbeda, dengan gambar di atas otomatis tayangan hostlink ini akan terlihat jumping atau tidak berkesinambungan, dimana gerakan awal kepala presenter terlihat agak miring, namun masuk ke editan selanjutnya kepala terlihat tegak. Ketika gerakan sudah tidak cocok dengan editan yang seharusnya cocok, berarti untuk proses editing HL Games 4 ini tidak Match The Movement. 6.
Hostlink Games 4 (Kedua)
74
a.
Match The Look Terlihat dari pandangan mata antara gambar keduanya sama, dari
sudut pandang sebelah kiri, tidak ada yang berubah antara editan HL Games 4 Insert dengan close up angle-nya dan HL Games 4 yang wide angle. Hal ini masih berada pada jalur Match The Look milik Poter. b.
Match The Position Dilihat dari posisi host yang berdiri dengan tangan di pinggang antara
editan HL Games 1 Insert dengan HL Games 1 tidak berubah posisi, tetap seperti pertama host mengambil posisi dan hal ini jelas membuat pernyataan bahwa proses editing HL Games 4 masih berpaku pada Match The Position. c.
Match The Movement Gerakan host pada proses editing yang ke empat ini termasuk ke
dalam continue dan Match The Movement, karena memang gerakan host dari proses editing ke empat ini tidak berubah, masih dengan gerakan yang berkesinambungan, yaitu gerakan tangan yang berada di pinggang, jadi tidak membuat gambar terlihat jumping.
75
7.
Hostlink Games 6 (Pertama)
a.
Match The Look Pada Hostlink terakhir ini, pandangan mata pada hostlink ini sama
sudut pandangnya, tidak berubah walaupun sudah masuk editan tetap pada sudut pandang penglihatan mata dari sebelah kiri. Maka HL Games 6 yang sudah digabung dengan HL Games 6 Insert di ruang editing ini masuk kedalam teori Edwin S. Porter yaitu Match The Look, karena memang sudut pandang dari gambar dan presenter ini masih sama walaupun sudah diedit.
76
b.
Match The Position Begitu juga dengan posisi dalam Hostlink terakhir ini, presenter
mengangkat tangan kanannya dekat dengan kepala. Gambar pertama HL Games 6 Insert dengan close up angle yang ditambahkan HL Games 6 yang wide angle masih dalam posisi presenter yang sama tadi. Jadi HL Games 6 ini masih berdiri pada teori milik Porter yang Match The Position. c.
Match The Movement Begitu juga gerakan dari presenter yang masih dalam editan yang
berkesinambungan, artinya gerakan dari host tidak jumping masih dalam gerakan yang sama yaitu mengangkat tangan kanannya dekat dengan kepala. Editing ini masuk ke dalam teori yang diterapkan oleh Edwin S. Porter dalam Match The Movement. Gerakan yang jumping atau tidak berkesinambungan itu jelas tidak masuk kedalam Match The Mivement, seperti misalnya pada editan sebelumnya presenter mengangkat tangan kanannya dekat dengan kepala, namun lanjut dengan editan selanjutnya tangan kanannya memegang minuman, itu jelas tidak Match The Movement. 8.
Hostlink Games 6 (Kedua)
77
a.
Match The Look Dari pandangan mata kali ini sudut pandang yang diambil adalah
sedikit dari sebelah kiri dan agak ke bawah, dari gambar Hostlink di atas, the look yang ditayangkan match, dan jelas berarti HL Games 6 ini Match The Look, karena dilihat dari HL Games 6 Insert dengan medium angle dan HL Games 1 dengan wide angle masih dalam satu sudut pandang yang sama. b.
Match The Position Jika dilihat dengan teliti HL games 6 ini tidaklah Match The Position,
karena pada gambar pertama yaitu HL Games 6 Insert dengan medium angle host memegang sedotan namun pada editan selanjutnya HL Games 6 dengan wide angle presenter tidak memegang sedotan, tipis memang terlihatnya, namun ketika hal tersebut dilihat lebih teliti lagi dapat jelas terlihat dan membuat ini menjadi tidak Match The Position. c.
Match The Movement Ketika posisi presenter saja sudah tidak match begitu juga dengan
gerakannya, dimana seharusnya gerakan awal presenter memegang sedotan
78
namun masuk ke editan selanjutnya sedotan sudah tidak dipegang itu jelas tidak ada Match The Movement di dalam proses editing Hostlink yang terakhir ini. Teori Three Match Cut yang diterapkan oleh Bapak Editing tidak semua digunakan oleh editor program Mata Lelaki, ada hostlink yang diedit oleh editor berpedoman pada teori Porter, namun ada juga yang melenceng dari teori Porter seperti yang sudah dianalisa di atas. Bahwa ketika editor mengedit hostlink dengan berpedoman pada teori Three Match Cut ini membuat tayangan hostlink ini menjadi lebih bagus, countinue dan berkesinambungan, namun ketika terjadi jumping berarti editor melupakan teori dari Porter Three Match Cut dalam proses editingnya, walaupun terkadang sangat tipis terjadi jumping dalam editan editor ini tetap saja akan terlihat ketika sebuah tayangan hostlink tersebut dianalisa.
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan Berdasarkan penelitian proses editing hostlink program Mata Lelaki di
Trans 7 Episode Games yang dilakukan secara kualitatif, penulis menyimpulkan sebagai berikut: 1.
Proses editing hostlink Mata Lelaki ini tidak dibutuhkan efek editan, tambah template CG nama dengan insert angle dimasukkan agar tidak monoton seperti yang dibahas dalam bab empat. Proses editing hostlink dengan input body insert angle ini membuat agar penonton menikmati kecantikan, keindahan juga kepintaran host.
2.
Jika berpedoman pada Teori Edwin S. Porter Three Match Cut, proses editing pasti akan berlangsung baik, namun dalam proses editing hostlink ini mungkin editor berpedoman pada teori Porter, namun terkadang gambar yang ada atau stockshot tidak memadai, sehingga editor sulit untuk mengedit karena ketersediaan gambar dan hal ini menjadikan proses editing harus melenceng dari teori Porter.
3.
Proses editing tidak hanya asal edit meskipun tayangan bersifat tidak baku, artinya segala proses editing harus memiliki pedoman yang baku agar tetap berada pada jalur editing yang baik. Karena editing yang baik adalah menyocokkan penglihatan, posisi, dan tentunya gerakan. Tidak mungkin editan Hostlink sedang berdiri tiba-tiba duduk, itu berarti tidak cocok penglihatan, posisi juga gerakan tentunya. Maka dari itu mengedit diperlukan ketelitian dalam tiga hal
79
80 tersebut, yaitu Matching The Look, Matching The Position and Matching The Movement seperti apa yang di teorikan oleh Edwin S. Porter. 4.
Dari proses editing yang dianalisa pada bab empat, ada beberapa gambar yang masih berada pada teori Porter, namun ada juga yang tidak. Kebanyakan gambar yang menganut teori Porter yaitu pada Match the Look, karena kebanyakan sudut pandang sama, hal tersebut dikarenakan kameramen mengambil gambar dari sudut pandang yang sama, yaitu dalam episode games ini terlihat dari pandangan mata agak kea rah kiri, karena kameramen mengambil semua gambar dengan sudut pandang yang sama, maka editor akan mudah untuk melakukan proses editingnya karena memang stockshot yang diambil dari sudut pandang yang sama, namun dalam proses editing hostlink Mata Lelaki Trans 7 episode games ini ada juga yang tidak sama sudut pandangnya
dalam
pengeditan,
mungkin
dikarenakan
editor
membutuhkan gambar namun stockshot tidak banyak, maka editor terpaksa menggunakan gambar yang tidak Match The Look tersebut. 5.
Sudah banyak gambar yang Match The Look yang dilakukan editor, namun ada juga beberapa gambar yang tidak Match The Position dan Match The Movement, seperti contohnya pada proses editing HL Games 6, pada medium angle host sedang memegang sedotan, namun pada wide angle host tidak memegang sedotan, hal tersebut membuat tayangan menjadi jumping dilihatnya walaupun sangat tipis editannya, namun hal ini cukup membuat editor lupa pada teori Porter, mungkin
81 bisa juga editor tidak lagi memiliki stockshot yang cocok untuk gambar. 6.
Body hostlink memang berdurasi pendek dalam tayangan, namun ketika masuk ruang editing, hal tersebut cukup membuat editor berpikir harus seperti apa tayangan ini dengan stockshot yang ada. Menyatukan gambar dengan suara tidaklah mudah, ketika audio presenter sudah ada, lalu editor menambahkan gambar yang medium, wide bahkan close up angle haruslah cocok dengan gerakan mulut, karena audio presenter ditarik ke dalam Timeline editing hanyalah sekali, selanjutnya tingal memasang-masangkan stockshot presenter dengan berbagai angle-nya dan menyocokkan antara video dan audio, dalam proses editing ini tentunya menyocokkan audio presenter dengan gerakan mulut presenter.
B.
Saran Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, kiranya tidak berlebihan jika
penulis mengemukakan saran-saran sebagian berikut: 1.
Editing Hostlink dalam episode Games Mata Lelaki di Trans 7 yang tayang pada 23 Mei 2011 ketika itu, termasuk baik dalam video, namun dalam audio terdapat beberapa kali dimana video tidak cocok dengan suara, dalam artian ketika host berbicara namun audio atau suara host tersebut tidak cocok dengan gerakan mulut, seperti gambar lebih cepat daripada suara sedikit, hal tersebut sangat tipis perbedaan video dan audio terlihat dan terdengar, namun menjadi terlihat kurang baik ketika terjadi sedikit kesalahan, walaupun hanya beberapa frame
82 saja, oleh karena itu disarankan agar editor ketika dalam melakukan proses editing agar lebih teliti dan tetap berpaku pada teori yang digunakan. 2.
Kepada Trans 7, terkadang jam tayang yang tidak tepat waktu, dalam artian terkadang lebih cepat tayang atau jam tayang yang telat, hal ini sedikit disinggung karena hal tersebut berpengaruh pada audience atau pemirsa Mata Lelaki Trans 7 sendiri.
3.
Kepada audience atau penonton Mata Lelaki, bagus ketika menonton tayangan ini dilihatnya dari segi informasi dan edukasi, karena memang terdapat sejarah bahkan edukasi di setiap tayangan Mata Lelaki, lain lagi bagi penonton yang melihat tayangan ini murahan, dilihat dan ditonton pun acara ini memang bersifat informatif jadi kepada penonton yang memandang miring program Mata Lelaki Trans 7, tidaklah seperti itu.
DAFTAR PUSTAKA
Baksin, Askurifai, Jurnalistik Televisi – Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006. Briggs, Asa dan Peter Burke, Sejarah Sosila Media; Dari Gutenberg Sampai Internet, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006. Cet. Ke-I. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: PT. Cipta Adi Pusaka. Jilid 16, Cet.ke-1. Ibrahim, Idi Subandi dan Deddy Mulyana, ed., Bercinta Dengan Televisi: Televisi di Indonesia dan Pengaturannya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997. Cet. Ke-1. Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi). Jakarta: Rineka Cipta, 1999. Cet ke-1 Macnamara, Jim, Strategi Jitu Menaklukkan Media. Jakarta: Mitra Media, 1999. Cet. Ke-1. Mahfuzh, Syekh M. Kamaluddin. Psikologi Anak dan Remaja Muslim. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2001. Cet. Ke-1 McQuail, Denis, Teori Komunikasi Massa : Suatu Pengantar,. Jakarta: Erlangga, 2005. Cet. Ke-2. Moleong Lexy. J, Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009. Morissan, M. A, Manajemen Media Penyiaran (Strategi Mengelola Radio & Televisi,. Jakarta: Prenada Media Group, 2008. Mulyana, Dedi. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung: Rosdakarya, 2004. Cet ke-4. Panuju, Drs. Redi, Komunikasi Organisasi. Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Cet. Pertama. Rosyidi, Lathief. Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi. Medan: Firma Rimbow, 1989. Cet. ke-2 Soenarto, R. M, Program Tv dari penyusunan sampai Pengaruh siaran. Jakarta:FFTV-IKJ, 2007.
83
84
Tubbs, Stewart L dan Sylvia Moss. Humman Communication, Konteks-konteks Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya,2001. Uchjana, Onong. . Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.
SITUS : http://www.facebook.com/topic.php?uid=47484892509&topic=7513. Oleh Komunitas Video Editor Indonesia. Diakses tanggal 23 mei 2011/16.30. http://id.wikipedia.org/wiki/finalcutpro.Diakses tanggal 23 mei 2011/16.55. http://id.wikipedia.org/wiki/apple/macintosh.Diakses tanggal 23 mei 2011/17.25. http://dikiumbara.wordpress.com/category/editing/ Oleh Diki Umbara as editor dan mengajar di School for Broadcasting Media, FISIP UI. Diakses tanggal 23 mei 2011/18.01 http/www/trans7.co.id. Diakses tanggal 15 Mei 2011 / 20.30
PROGRAM YANG DIGUNAKAN DALAM SKRIPSI INI: Final Cut Pro (Macintosh) Preview (Macintosh) Mpeg Streamclip (Macintosh) Photoshop CS 4 Premiere Pro CS 3 Photoscape Paint Format Factory
Hasil Wawancara Program Tempat Tanggal Pukul
: Mata Lelaki Trans 7 : Gedung Trans Tv Lt. 5 : 10 Juni 2011 : 14.00 – 16.30 WIB.
Nama
: Mira Khairunnisa
Pekerjaan
: Associate Producer
1.
Bagaimana Sejarah Mata Lelaki? “Awalnya tayang tanggal 30 Juni 2010 sampe sekarang episode 45 jalan 46 udah mau setaun tayang, sempat ganti jam tayang beberapa kali, baik dari hari ataupun jam, tapi tetep tayang di jam shoulder 2 (Di atas jam 10 malam)”.
2.
Seperti apakah konsep program Mata Lelaki? “Konsepnya tayangan dewasa, tepatnya news feature magazine program, khusus menayangkan beragam informasi seputar hal-hal yang menarik dari sudut pandang Mata Lelaki, segala yang disukai oleh lelaki ada di tayangan ini, jadi konon katanya laki2 tidak bisa lepas dari harta, tahta dan wanita, jadi luas yaa cangkupannya banyak yang bisa di ekplore dar 3 hal tersebut, misalnya wanita ada model, chef, panari penyanyi dll dari situ dari kata wanita saja sudah bisa di dapat ratusan bahkan ribuan ide, demikian juga dengan harta, kan gak hanya soal uang, kan bisa suka mobil mewah, hobi games motor gede ataupun mobil yang cowok kan kalo udah mau sesuatu pasti dikejar gitukan, jadi hobi juga masuk ke tayangan mata lelaki gitu, hobi, lifestyle, jadi berangkatnya dari 3 hal tadi bisa menjadi ide yang banyak dan kreatif sekali untuk tayangan, gitu... Tayangannya jatuhnya informatif, bukan tayangan yang dirty, corny, jauh dari segi itu, jadi kesannya elegan, ekslusif tapi penyajiannya oke”.
3.
Apa kelebihan tayangan Mata Lelaki Trans 7? “Kelebihan Mata Lelaki, bagaimana kita mempackage, kita menyajikan, meracik sebuah informasi sehingga tayangan tidak terlihat murahan.
Nah satu lagi kelebihan Mata Lelaki dari tayangan2 lain yang saya jamin, ada sejarahnya, history jadi apapun yang kita bahas, kita selalu memberikan flashback, kenapa itu bisa ada gitu didalam semua episode. Seperti episode highheels, dimana dahulu sejarahnya highheels dipakai oleh lelaki yang memotong daging, supaya dia bersih dan tidak terciprat dari kotoran-kotoran darah dan ring girls yang awalnya itu adalah cowok. Itu justru yang membedakan kita dengan tayangan-tayangan lain, jadi sifatnya edukatif, jadi kita gak cuma informatif, entertaining pastinya tapi kita juga ada unsur edukasinya”. 4.
Penamaan program? “Pertama nama Mata Lelaki sensasional, Mata itukan sesuatu yang eyecatching yaaa, artinya ketika kita kenal seseorang kan yang diliat matanya dulu yaaa dan berangkat dari sudut pandang programnya yang kita mengangkat dari segala sesuatu yang menarik dari sudut pandang lelaki yaa”.
5.
Target Audience? “Target audiencenya itu laki-laki, tapi gak menutup kemungkinan yaaa wanita juga menonton, karena biasanya wanita juga ingin tau. Kita selalumembuka wacana baru kepada pemirsa kita, memang sampai saat ini adalah relatif dewasa, artinya ada adult, mature yang umurnya bervariasi umurnya di atas 25 sampai 30 tahun, tapi kita juga menggrab orang yang udah 50 sampai 50 tahun itu di profil audience Mata Lelaki.”
6.
Visi Mata Lelaki Trans 7? “Visinya yaa pengen menyajikan sesuatu atau tayangan yang diminati dan bisa diterima di khalayak kita yaa itu udah pasti, itu impian semua orang mengerjakan sebuah program yaaa, artinya tujuannya bukan hanya untuk kita tapi juga untuk audience kita yaaa, disitulah ada kepuasan, suatu keinginan sekaligus tanggung jawab, dimana kewajiban kita adalah menyajikan tayangan yang berguna, satu sisi juga kita mempunyai tanggung jawab yaa.”
7.
Bagaimana dengan tayangan-tayangan kompetitor?
“Kompetitor, itu banyak misalnya tayangan malam yang menyajikan kehidupan malam di televisi-televisi lain yang jatohnya keliatan cheap karena hanya menyajikan gambar tanpa ada unsur informatif dimana justru itu dagingnya sebuah tayangan..” 8.
Seperti apa marketing Mata Lelaki? “Marketing sih sampe selama ini gak pernah depisit, alhamdulillah sih episode Mata Lelaki sih penghasilannya selali melebihi biaya pengeluaran budget per episode, masih untung, jadi untung iklan di luar body, iklan di body bentuknya hanya sponsoship, artinya paling hanya lokasi tempat shooting, make up. Segala macem iklan sih bisa masuk di tayangan di jam shoulder itu lebih turun yaaa, jauh lebih subur penghasilan, uang marketing. Marketing di shoulder 2 lebih sedikit, makannya selama ini yang masuk itu hanya di body iklan. Iklan di luar body bagian traffic (AE) dan origramming yang mengurus slot body 24 menit di sisa iklan.”
9.
Kalo untuk share Mata Lelaki di Trans 7 bagaimana? “So far di awal naik turun masih baru kan baru mau setaun yaaa kita tayang, alhamdulillah sih belum setaun udah konstan bisa di double digit artinya itu share, bukan rating, kalo di trans 7 lebih kepada share. Sampai saat ini sih alhamdulillah tinggi, karena awarness dari pemirsanya tinggi, kalo naik turun sih wajar, tapi jangan turun-turun banget. Alhamdulillah setelah OBB dan presenter kita baru yaitu udah 6 episode tayang, respon masyarakatnya baik, bahkan sangat baik karena dari segi share alahamdulillah 14-15 yang sebelum2nya 10 tuh 12, 12 aja udah sangat baik, apalagi awal2 tuh 10, tapi gak pernah di bawah 7. Share paling tinggi sexy dancer 15.9 eps 42 Mata Lelaki trans 7, paling jelek eps waria 7. Nah kalo yang sekarang udah semakin mapan, semakin mantap, ada perubahan segmentasi juga, jadi pada saat launching Mata Lelaki brand new dengan logo, OBB, presenter, segmentasinya juga kita rubah pada saat itu, secara konten juga berbeda maksudnya pola rundownnya berbeda.
Tapi tetep Mata Lelaki yang informatif, edukatif, tetep sensual juga dan menghibur juga dan itu jauh diterima oleh masyarakat penonton.” 10.
Bagaimana untuk proses LSF? “Prosesnya editing harus kelar ideal seminggu sebelumnya udah di kasih ke LSF, tapi minimal 5 hari sebelum tayang udah di kirim ke LSF dalam bentuk DVD. Karena kita punya tanggung jawab yang besar, Trans 7 juga punya intern quality control-QC yang lebih ketat yang lebih teliti dengan melihat editing per frame, tidak hanya menjaga kualitas teknis, tapi juga secara konten dan berpadu pada UU penyiaran, yang kebih konsern pada pasal-pasal yang ada. Jadi pertama di preview editing oleh producer, setelah itu LSF kemudian QC di Trans 7, jadi ada 3 filtering. Pernah episode lady escort tidak layak tayang, karena screening lewat dari preview produser, akhirnya kena LSF akhirnya di rombak. Tapi hal tersebut tidak menjadi penghalang kita, justru lebih menyemangati kita dengan lebih berkreatifitas dengan teamwork agar tayangan lebih menarik, dan akhirnya dengan kerja keras, kita mampu menyajikan tayangan Mata Lelaki yang lebih menarik alhamdulillah.”
Nama
: Budiman
Pekerjaan
: Editor
1.
Sebenarnya konsep editing program Mata Lelaki itu seperti apa? “Konsep editingnya pop, masyarakat full beraktifitas sudah lelah, jadi editingnya menjauhkan dari kejenuhan bagi para penonton yang sudah lelah beraktifitas di hari pertama kerja. Editing tidak hanya mengandalkan efek-efek, tapi keseluruhan bahan-bahan untuk editing harus sudah sesuai requirment penonton Mata Lelaki, jadi lebih fokus, lebih jelas diperuntukan bagi audience. Pemilihan narasumber juga harus yang enak di pandang, gambarnya pun juga harus cerah/bright. Semua komponen editing harus sesuai keinginan audience, dimana penonton dibuat nyaman, jadi penonton ketika menonton tidak harus mikir, tidak harus cape. Proses editing yang beda; face. Yang ditonjolkan editing ngepop itu cepat, penonton Mata Lelaki jam malam kan ngantuk yaaa, jadi ngapain juga dikasih editing yang makin bikin ngantuk. Pop artinya cutting cepat dengan hitungan 1 - 2 second, ada interfal, ada insert gambar, juga pemilihan backsound, agar lebih menarik, variatif, tidak monoton itu adalah bagian formula kita agar lebih menarik.”.
2.
Skripsi saya kan proses editing hotlinknya Mas Budi, kalo konsep editing hotlinknya sendiri itu bagaimana? “Pada editing hostlink, hostlink kan editing presenternya kan yaaa, kita sih menurunkan alur, karena kan tayangan-tayangan kontennya itu sudah cepat, jadi kita kita menurunkan di hostlink, itu kan butuhnya grafik naik turun harus ada, kita memainkan mood penonton perlu dan penting, ketika di paket udah cepat, kita culling down lagi di hostlink, agar penonton menikmati kecantikan host, keindahan juga kepintaran host kita dengan relaksasi biar penonton menikmati host yang cantik, sensual. Hostnya udah seksi, makannya pemberian efek editing tidak terlalu banyak, bahkan tidak ada efek, paling hanya insert agar tidak monoton, jadi slow down sama kasih backsound tipis tambah template CG nama, selesai deh.”
3.
Kalau untuk editing hostlink atau presenter bagaimana caranya ? “Kita biasa satau episode itu ada enam atau tujuh hostlink, saya biasa ngedit hostlink setelah ngedit konten-konten yang lainnya, seperti didalam konten itu kan ada soundbite (wawancara dengan narasumber), ada sejarah, backsound dll. Setelah ngedit semua isi konten biasanya saya baru ngedit hostlink, karena yang lebih dikejar oleh produser itu konten, untuk hostlink saya sudah tau bagaimana maunya produser nanti ketika preview, jadi kalo saya belum selesai ngedit satu episode yaa yang saya kasih liat duluan sama produsernya itu kontennya dulu, tapi kalo produser saat preview sudah selesai semua editan saya yaaa semua di preview oleh produsernya. Saya sih ngedit hostlink biasa yaaa, karena pake final cut pro sih semuanya bisa dibilang mudah, apalagi untuk hostlink ini tidak butuh efek, tinggal kita gabungin gambar yang wide sama yg close up aza host-nya biar gak monoton. Coba kalo hostlinknya yang 20 second itu host-nya ngomong aja dengan posisi yang sama yang wide angle aja, wadduuhh penonton kita bisa pada lari, makannya kita tambahkan gambar yang mediumnya, yang close up-nya, kan keliatan tuh si host tuh cantiknya. Jadi gini, HL Games 1 yg wide angle itu kita tarik ke timeline dengan audionya, kemudian tarik lagi tapi HL Games1 Insert, yang gambarnya medium, kan beda tuh angle-nya, kita tarik kita taro di atas HL Games 1 yang awal tadi, kita preview sebentar untuk nyocokkin gerakan mulut presenter sama audio-nya, kan audionya yang kita tarik yang pertama aja, audio HL Games 1 Insert itu gak kita tarik, karena kan udah pake audio dari HL 1 yang wide tadi, kalo kita tambahin audio yang sama lagi, nanti suaranya double donk, terus nani dia juga suaranya naik turun, jadi untuk audio kita Cuma ngambil sekali aja, gitu deh seterusnya ampai ngedit hostlink sampe akhir.”
4.
Butuh berapa lama Mas Budi untuk ngedit semua hostlink untuk satu episode? “eehmmm berapa yaaa? Aku sih gak pernah ngitungin gak lama lah gak nyampe sehari kok, itukan satu hostlink itungan second, paling 20 atau satu
menit paling lama hostlink itu tayang itu ada enam kadang tujuh hostlink, yaaa pokoknya gak nyampe sehari lah, soalnya tidak begitu sulit, kaya yg tadi aku bilang cuma ngedit backsound tipis, tambah template CG nama sama tambah gambar insert aja udah, makannya saya kalo ngedit ini gak lama dan ngeditnya belakangan, gitu. 5.
Pernah gak pas lagi preview gambar yang udah Mas Budi edit produser gak mau, dan minta ganti? “Waduh itu mah gak usah ditanya neng, itulah gunanya preview, saya sebagai editor tugasnya ngedit dan produser mempreview tayangan yang sudah saya edit, gitu loh, jadi kalo ada gambar yang kurang cocok sama produser yaaa disuruh ganti sama produser, yaaa terus saya ganti maunya gambar seperti apa nih produser saya, nanti dia ngasih tau, saya edit ulang lagi deh, tapi tidak banyak, palingan hanya beberapa gambar yang di segment-segment-nya. Begitu juga pas lagi ngedit hostlink, menurut mata produser saya untuk editran hostlink atau presenter ini kurang apa, kurang apa misalnya, nah langsung saya tambahin pas preview juga kalo hostlink mah, karena tidak terlalu sulit memang, paling hanya menyocokkan gambar dengan mulut saja sih yang sulit untuk editing hostlink, kan kadang gambar atau stockshotnya itu kurang memadai.
6.
Teori yang aku pake untuk skripsi aku ini Three match Cut Mas Budi, nah kalo Mas Budi ngedit berdasarkan teorinya dia gak, atau hanya edit-edit aja? “Wadduuh mana bisa neng asal edit-edit saja, semua ada aturannya, ada metodenya, ada teorinya juga seperti yang kamu bilang. Teori itu mah sebenarnya wajib bagi semua editor untuk tau dan berpedoman sama itu sih sebenernya yaaa kan kalo menurut aku, coba kalo ilang aja salah satu jadinya gak nyambung nanti tayangannya, jelas harus ada yaaa, the look, posisi sama movement itu kan mesti taulah pkoknya mah. Kalo aku ngedit sih memang jelas ngikutin kode etiknya si Edwin itu kan, aku ngikutin nih editing aku, terutama hostlink yaaa kan skripsi kamu ini hostlink, apalagi untuk hostlink jelas harus terpaku dengan teorinya dia ini, coba kalo diliat dari The Positionnya, isi teorinya yang kedua three match cut itu, kalo aku ngedit presenter dia lagu duduk, tau-tau aku tambahin gambar yang dia
lagi tiduran, hayooo gak nyambung kan, jadi yaaa aku sih berpedoman sih sama teorinya dia ini, tapi saya sih gak munafik yaaa, manusia gak ada yang sempurna, saya juga kalo ngedit gak seratus persen baik, artinya pasti ada cacat-cacatnya mah dikit, tapi gak banyak yaaa,heheee… itulah, saya juga gak memungkiri kadang saya melenceng dari teorinya Edwin itu, itu juga karena terpaksa, saya biasanya begitu karena stockshot yang kurang, bukan artinya saya nyalahin kameramen ngambil gambarnya kurang yaaa, tapi memng terkadang kendalanya disitulah, stockshot gambarnya kurang jadi saya pake gambar yang mirip-mirip tipis dengan gambar yang mau saya edit, tapi gak jauh-jauh yaaa editannya itu, gak kontras kok jumpingnya.” 7.
Sekarang kalo mengenai alat-alat editing Mas Budi, computer yang dipake harus apple yaaa Mas Budi? “Jadi gini neng aku jelasin yaaa, sebenernya kerjaan editor itu tidak hanya tok mengedit saja, tapi juga sebelum masuk ke proses editing, ada hal yang dilakukan oleh editor, setelah ngedit juga ada lagi kerjaannya editor itu. Jadi sebelum ngedit ada kerjaannya namanya proses capture, itu memindahkan isi kaset hasil liputan ke dalam harddisk computer, nah kalo aku sih disini itu biasa dikerjain sama assisten editornya, itu alatnya pake VTR; video tape recorder, sama computer, gak harus apple sih, cuma kalo Mata Lelaki memang pakenya apple yaaa. Nah setelah isi kaset tadi sudah di capture dan sudah pindah ke harddisk, maka baru siap edit, kita gak bisa melewatkan proses capture, karena kan bahan-bahan untuk edit di dalam kaset semua, baru deh saya ngedit, pake Macintosh punyanya Apple ini, pake program Final Cut Pro yang hanya bisa dipake di apple saja Final Cut Pro ini, kenapa gak pake program yang windows, yaaaa karena memang program yang disiapkan dari kantor yaaa ini jadi saya tinggal ngedit. Baru setelah ngedit itu ada proses namanya print, print itu tayangan yang semua sudah saya edit tadi, dipindahan kedalam kaset untuk siap tayang, jadi proses printing itu yaaa pake VTR lagi, untuk ngerekan tayangan yang sudah saya edit tadi. Jadi yaaa alat-alatnya gak jauh2
laaah, komputernya kita pake Apple untuk programnya Final Cut Pro sama tambah VTR aja untuk capturing sama printing, udah deh siap tayang.” 8.
Memang kendala saat proses editing itu apa sih Mas Budi? “Apa yaaaa, paling deadline sama waktu aja, karena kan kita pake komputernya yang Mac yaa, jadi kalo dari alat sih gak ada begitu banyak kendala, paling itu yaaa hal-hal biasa kaya harddisk penuh yang sudah kebanyakan konten-konten program-program tv aja, sama tangan pegel loh, kan tangan kanan megang mouse yang kirinya keyboard jadi yaaa paling tangan aja pada keriting, tapi saya sih yaaa sudah terbiasa yaaa, kan memang begitu kerjaannya editor, tangan kanan mouse, tangan kiri di keyboard, mata ke layar computer terus kuping pake headset deh, yaaa gitu lah.”
LAMPIRAN
HASIL FOTO WAWANCARA DENGAN EDITOR; BUDI MAN
HASIL FOTO WAWANCARA DENGAN ASSOCIATE PRODUCER; MIRA KHAIRUNNISA
(BUDI MAN SELAKU EDITOR)
(EDITOR PREVIEW DENGAN PRODUSER)
(ASSOCIATE PRODUSER; MIRA KHAIRUNNISA DAN ASSISTEN PRODUSER; INTAN FRESTY)