Proses Bioakumulasi dan Biotransfer Merkuri (Hg) pada Organisme Perairan di dalam Wadah Terkontrol Markus Talintukan Lasut Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, Manado e-mail:
[email protected] Diterima 28 Juli 2009, disetujui untuk dipublikasikan 24 November 2009 Abstrak Studi tentang proses bioakumulasi dan biotransfer merkuri (Hg) di dalam rantai makanan organisme perairan dilakukan dalam wadah percobaan terkontrol terhadap 3 jenis organisme, yaitu fitoplanton Nannochloropsis oculata yang mewakili kelompok organisme produsen, ikan Lebistes (Poecilia) reticulatus yang mewakili kelompok organisme konsumen ‘herbivora’, dan ikan ‘Tiger Fish’ Symphysodon sp. yang mewakili organisme konsumen ‘carnivora’. Dua konsentrasi Hg dalam bentuk merkuri metil (MeHg) digunakan untuk 2 perlakukan, yaitu: Perlakuan 1 sebanyak 22,6 ppb dan Perlakuan 2 sebanyak 79,1 ppb. Kontrol (tanpa Hg) juga dilakukan dalam percobaan ini. Hasil percobaan menunjukkan bahwa proses akumulasi terjadi selama percobaan dan jumlah Hg yang terakumulasi tergantung pada jumlah konsentrasi yang diberikan. Proses biotransfer MeHg juga ditunjukkan dalam percobaan ini di mana biotransfer tertinggi terjadi antara fitoplanton dan ikan ‘herbivora’. Studi ini berkesimpulan bahwa proses bioakumulasi dan biotransfer MeHg terjadi dalam wadah percobaan dan jumlah MeHg yang terakumulasi dan tertransfer adalah bergantung pada jumlah MeHg yang diberikan. Kata kunci: Merkuri, Bioakumulasi, Biotransfer, Rantai makanan, Fitoplanton, Ikan Abstract A study to show bioaccumulation and biotransfer processes of mercury (Hg) has been done in controlled experimental chambers. Three groups of aquatic organisms, namely phytoplankton Nannochloropsis oculata representing ‘producers’, fish Lebistes (Poecilia) reticulatus representing ‘herbivorous consumers’, and fish ‘Tiger Fish’ Symphysodon sp. representing ‘carnivorous consumers’, were contaminated by two different concentrations of Hg, in form of methylmercury (MeHg), such as 22.6 ppb as Treatment 1 and 79.1 ppb as Treatment 2. Controls were setup for all experiments. The result showed that bioaccumulation process occurred in the experiments and the amount of MeHg accumulated was depended on the amount of supplied MeHg. Biotransfer of MeHg was also indicated in this study. The highest biotransfer of MeHg occurred between the phytoplankton and the herbivorous fish pathway. The study concludes that bioaccumulation and biotransfer processes of MeHg occurred in the experimental pathway and the amount of mercury accumulated and transferred was depended on the amount of mercury supplied. Keywords: Mercury, Bioaccumulation, Biotransfer, Food chain, Fitoplankton, Fish Pengambilan melalui makanan merupakan sumber penting keberadaan logam berat yang terdapat dalam tubuh organisme. Pentreath (1976a dan b) membandingkan akumulasi dan distribusi Hg dalam jaringan ikan plaice, Pseudopleuronectes platessa, yang dikontaminasikan pada Hg anorganik dan MeHg dalam makanan dan dalam air, serta menemukan bahwa hanya hewan uji yang dikontaminasi pada MeHg melalui makananlah yang mengakumulasi Hg secara efektif, dan Hg tersebut terdistribusi di dalam jaringan hewan uji sama seperti yang diamati di alam. Menurut Bryan & Uysal (1978), makanan adalah sumber utama keberadaan Hg pada clam, Scrobicularia plana. Pengkajian mengenai akumulasi Hg dalam jaringan tubuh organisme perairan telah banyak dilakukan, di antaranya adalah Noël-Lambot (1976), Noël-Lambot dkk. (1980), Kohler & Riisgård (1982), Langston & Zhou (1987), Carpene (1993) tentang
1. Pendahuluan Merkuri (Hg) adalah salah satu jenis logam berat yang sangat berbahaya. Bahaya Hg, khususnya Hg metil (MeHg), telah dikenal luas dari tragedi yang terjadi di Teluk Minamata, Jepang, dimana produk sampingan yang mengandung MeHg dibuang ke dalam teluk tersebut oleh pabrik kimia penghasil klorida vinil dan formaldehida milik Perusahaan Chisso. Melalui proses akumulasi secara biologi (bioakumulasi), proses perpindahan secara biologi (biotransfer), dan pembesaran secara biologi (biomagnifikasi) yang terjadi secara alamiah, organisme laut mengakumulasi MeHg dalam konsentrasi tinggi dan selanjutnya terjadi keracunan pada manusia yang mengkonsumsinya (Yasuda, 2000). Organisme perairan dapat mengakumulasi Hg dari air, sedimen, dan makanan yang dikonsumsi. 89
90 JURNAL MATEMATIKA DAN SAINS, SEPTEMBER 2009, VOL. 14 NO. 3
akumulasi Hg pada kerang-kerangan laut (moluska) Mytilus edulis, M. galloprovicialis, Littorina littorea, dan Patella vulgata (limpet), Noël-Lambot & Bouquegneau (1977) dan Noël-Lambot dkk. (1978) pada Anguilla anguilla, Kremling dkk. (1978) pada plankton, Zhang dkk. (2009), Lasut & Yasuda (2008) dan Kehrig dkk. (2009) pada beberapa jenis ikan. Namun, disadari bahwa fenomena mengenai bioakumulasi Hg masih belum terungkap sepenuhnya. Oleh karena itu, studi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi proses bioakumulasi dan biotransfer Hg dalam rantai makanan dari jalur fitoplankton, ikan herbivora, dan ikan karnivora. Karena disadari bahwa fenomena mengenai bioakumulasi Hg masih belum terungkap sepenuhnya, maka studi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi proses bioakumulasi dan biotransfer Hg dalam rantai makanan dari jalur fitoplankton, ikan herbivora, dan ikan karnivora. 2. Metode 2.1 Persiapan Organisme dan Bahan Uji Pemilihan organisme uji untuk percobaan dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa organisme tersebut berada dalam satu garis rantai makanan. Organisme uji yang digunakan adalah fitoplankton jenis Nannochloropsis oculata mewakili tingkat produsen, ikan jenis Lebistes (Poecilia) reticulatus wewakili tingkat konsumen I (herbivora), dan ikan jenis ‘tiger fish’ Symphysodon sp. mewakili tingkat konsumen II (karnivora). Perbanyakan fitoplankton untuk stok dilakukan dengan cara mengkulturnya di dalam ‘Medium Conway’. Semua wadah air, baik untuk kultur stok maupun percobaan, disterilisasi (menggunakan autoclave, suhu 121oC, 30 menit) dan disaring (∅ 0,45 µm) sesuai dengan Metoda Standar Internasional (APHA 1980). Bahan uji Hg yang digunakan adalah jenis Hg metil (MeHg) standar yang sudah dilarutkan di dalam ‘cystein’ dengan konsentrasi 113 ppb. 2.2 Desain Percobaan Percobaan 1: fitoplankton Dua perlakuan dengan perbedaan konsentrasi Hg akan dilakukan, yaitu Perlakuan 1 untuk konsentrasi 22,6 ppb dan Perlakuan 2 untuk konsentrasi 79,1 ppb. Konsentrat fitoplankton N. oculata (vol. 10 ml, kepadatan ± 10.000 sel/ml) ditempatkan di dalam 6 buah tabung (vol. 10 ml); masing-masing 2 buah tabung untuk Perlakuan 1, 2 buah tabung untuk Perlakuan 2, dan 2 buah tabung untuk kontrol (tanpa Hg). Percobaan dilakukan selama 24 jam. Sebuah tabung dari masing-masing perlakuan dan kontrol di persiapkan untuk Percobaan 2, dan tabung lainnya dipersiapkan untuk pengukuran konsentrasi Hg.
Percobaan 2: ikan herbivora Organisme uji ikan L. (P.) reticulatus ditempatkan di dalam 2 wadah percobaan (wadah plastik, volume 200 ml) yang berisi air sebanyak 180 ml; masing-masing sebanyak 12 individu (berukuran 2 – 2,5 cm). Organisme uji diberi makan konsentrat fitoplankton (10 ml) yang telah dipersiapkan dari Percobaan 1 dengan konsentrasi Hg masing-masing sebesar 22,6 ppb untuk Percobaan 1 dan 79,1 ppb untuk Percobaan 2. Dengan demikian, masingmasing wadah percobaan mengandung Hg di air sebesar 0,013 ppb untuk Perlakuan 1 dan 0,044 ppb untuk Perlakuan 2. Wadah kontrol juga dipersiapkan untuk percobaan ini. Kontaminasi Hg terhadap organisme uji dilakukan dengan 2 cara, yaitu: pendedahan dilakukan selama 48 jam dan 96 jam. Pendedahan dilakukan terhadap 1 set organisme uji, yang terdiri atas Perlakuan 1, Perlakuan 2, dan Kontrol. Setelah masa pendedahan berakhir, 1 set organisme uji dipersiapkan untuk pengukuran konsentrasi Hg dan untuk Percobaan 3. Percobaan 3: Ikan karnivora Enam wadah percobaan (akuarium kaca, vol. 3 liter, beraerasi) yang terdiri atas 4 wadah untuk perlakuan dan 2 wadah untuk kontrol dipersiapkan untuk ditempatkan 6 individu (Panjang Total: 5 – 6 cm, Lebar: 3,5 – 4 cm) organisme uji ‘Tiger Fish’ Symphysodon sp. (masing-masing 1 individu). Organisme uji diaklimatisasi selama 2 hari tanpa pemberian pakan sebelum dilakukan percobaan. Hal ini dilakukan supaya seluruh pakan yang dikomsumsi telah dicerna. Percobaan dilakukan selama 5 hari, dimana 3 hari pertama dengan pemberian pakan ikan herbivora dan 2 hari berikutnya tidak. Pengamatan tanpa pemberian pakan pada 2 hari terakhir dimaksudkan agar semua pakan telah dicerna ke dalam jaringan tubuh organisme uji. Organisme uji L. reticulatus yang telah dikontaminasi Hg dari Percobaan 2 dijadikan sebagai pakan dengan waktu makan pagi dan sore; masing-masing 2 individu. Pada akhir hari ke-5, organisme uji (perlakuan dan kontrol) dipersiapkan untuk pengukuran konsentrasi Hg. 2.3 Pengukuran konsentrasi Hg Pengukuran Hg dilakukan di Laboratorium Ilmu Alam, National Institute for Minamata Disease, Jepang. Semua sampel dibekukan (± -20 oC) untuk menunggu pengukuran. Selama transportasi sampel dari Indonesia ke Jepang (± 24 jam), semua sampel di tempatkan di dalam wadah tertutup bersama-sama dengan gel beku. Untuk pengukuran Hg, sampel dipersiapkan dengan cara sebagai berikut: sampel fitoplankton dipisahkan antara biomassa dan air, sedangkan sampel ikan dicampur (komposit) untuk seluruh jaringan tubuhnya. Biomassa dan sampel ikan
Lasut, Proses Bioakumulasi dan Biotransfer Merkuri (Hg) pada Organisme ……… 91
(komposit) dikering-bekukan selama 36 jam dan dihaluskan menjadi bentuk tepung dan siap untuk dilakukan pengukuran. Pengukuran Hg dilakukan menurut prosedur JPHA (2001), dimana Hg yang diukur adalah Hg dalam jumlah total (THg). Secara singkat prosedur pengukuran tersebut didahului dengan proses destruksi sampel dimana 0,5 g sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi (vol. 50 ml, tinggi 150 mm), kemudian ditambahkan air yang telah dideionisasi sebanyak 1 ml dan 2 ml HNO3.HClO4 (1:1) dan 5 ml H2SO4 pekat secara berurutan, kemudian dipanaskan pada suhu 200 oC ± 5 oC selama 30 menit. Sampel didinginkan dan volume diatur hingga mencapai 50 ml dengan cara menambahkan air yang telah dideionisasi. Sampel diukur dengan menggunakan alat ‘mercury analyser’ sistem spektrofotometer serapan atom (AAS) dengan sistem uap dingin (cold vapor) dengan metode sirkulasi aliran udara otomatis (Akagi dan Nishimura, 1991, dirangkai oleh Sanso Co. Ltd., Tokyo, Jepang). 2.4 Analisis data Perbandingan perpindahan konsentrasi Hg pada tiap tingkatan rantai makanan dilakukan dengan cara menghitung persentase (%) dengan menggunakan rumus [(Hg P – Hg Ktrl) / Hg Ktrl ] x 100, dimana Hg P adalah konsentrasi Hg pada perlakuan, Hg Ktrl adalah konsentrasi Hg pada kontrol. 3. Hasil dan Pembahasan Tabel 1 menampilkan konsentrasi THg yang terukur pada biomassa sampel fitoplankton N. oculata. Merkuri ditemukan pada semua sampel, baik pada perlakuan maupun kontrol, tetapi terdapat perbedaan antara keduanya. Hal ini mengindikasikan bahwa proses akumulasi telah terjadi dan jumlah Hg yang terakumulasi bergantung pada jumlah Hg yang dikontaminasikan. Yasuda (2005, komunikasi pribadi) menyatakan bahwa akumulasi Hg pada jaringan tubuh fitoplankton mungkin tidak terjadi, dan keberadaan Hg pada fitoplankton tersebut adalah
disebabkan oleh karena logam tersebut menempel/berikatan pada permukaan sel-sel fitoplankton. Konsentrasi Hg yang terakumulasi pada Perlakuan 1 diperkirakan sebesar 5 ppb berat basah (BB) dan pada Perlakuan 2 sebesar 71 ppb BB. Keberadaan Hg pada sampel kontrol mengindikasikan bahwa secara alamiah fitoplankton N. oculata mengandung Hg pada tingkatan 115 ppb. Tabel 2 menampilkan hasil pengukuran Hg pada sampel air fitoplankton N. oculata. Konsentrasi Hg yang terukur berkisar antara 0,310 – 0,464 ppb pada perlakuan dan 0,014 ppb pada kontrol. Konsentrasi tersebut mengindikasikan bahwa Hg tidak semuanya terakumulasi ke dalam organisme fitoplankton. Tabel 3 menampilkan konsentrasi THg yang terukur pada sampel ikan herbivora L. reticulata yang diberi pakan fitoplankton N. oculata yang mengandung Hg pada konsentrasi yang berbeda. Konsentrasi THg yang berbeda terukur pada semua sampel berdasarkan perlakuan dan lama pendedahan, dimana pada Perlakuan 1 berkisar 62 – 37 ppb BB untuk lama pendedahan 48 jam dan 165 – 198 ppb BB untuk lama pendedahan 96 jam, Perlakuan 2 berkisar 106 – 167 ppb BB untuk lama pendedahan 48 jam dan 206 – 245 ppb BB untuk lama pendedahan 96 jam. Nampak bahwa akumulasi Hg terjadi pada percobaan, dimana untuk Perlakuan 1 sebesar 47 ppb BB dan Perlakuan 2 sebesar 88 ppb BB (nilai ini diperoleh dari pengurangan antara perlakuan dan kontrol pada lama pendedahan 96 jam). Pada lama pendedahan 48 jam, akumulasi Hg belum terjadi. Konsentrasi THg juga terukur pada sampel kontrol, yaitu 126 – 148 ppb BB untuk lama pendedahan 48 jam dan 90 – 170 ppb BB untuk lama pendedahan 96 jam. Merkuri tersebut dapat berasal dari pakan sampel fitoplankton kontrol yang secara alami mengandung Hg dan/atau secara alami diperoleh dari lingkungan dimana organisme uji diambil.
Tabel 1. Uap lembab (‘moisture’) dan konsentrasi Hg dalam jumlah total (THg) pada sampel biomassa fitoplankton Nannochloropsis oculata. BK: berat kering; BB: berat basah Sampel Kontrol Perlakuan 1
Uap Lembab 0,918 0,885
(22,6 ppb) Perlakuan 2 (79,1 ppb)
0,902
Ulangan
THg (ppb BK)
1
1286
2
1222
1
1206
2
1260
1
1628
2
1613
Rerata THg (ppb BK) 1254
Rerata THg (ppb BB) 115
1233
120
1620
186
92 JURNAL MATEMATIKA DAN SAINS, SEPTEMBER 2009, VOL. 14 NO. 3
Tabel 2. Konsentrasi Hg dalam jumlah total (THg) yang terlarut dalam air dari sampel fitoplankton Sampel
Ulangan
THg (ppb)
Kontrol
1
0,008
2
0,014
Perlakuan 1
1
0,312
(22,6 ppb)
2
0,307
Perlakuan 2
1
0,436
(79,1 ppb)
2
0,492
Rerata THg (ppb) 0,014 0,310 0,464
Tabel 3. Uap lembab (‘moisture’) dan konsentrasi Hg dalam jumlah total (THg) pada sampel ikan Lebistes (Poecilia) reticulatus. BB: berat basah Sampel Kontrol
Lama Pendedahan 48 jam
96 jam
Perlakuan 1
48 jam
96 jam
Perlakuan 2
48 jam
96 jam
Ulangan 1
Uap Lembab 0,795
THg (ppb BB) 148
2
0,799
184
3
0,797
126
1
0,732
90
2
0,759
170
3
0,748
155
1
0,791
71
2
0,782
62
3
0,770
137
1
0,787
165
2
0,758
193
3
0,764
198
1
0,782
119
2
0,774
106
3
0,792
167
1
0,757
245
2
0,766
229
3
0,768
206
Rerata THg (ppb BB) 153
138
90
185
131
226
Tabel 4. Uap lembab (‘moisture’) dan konsentrasi Hg dalam jumlah total (THg) pada sampel ikan ‘Tiger Fish’ Symphysodon sp. BB: berat basah Sampel
Uap lembab
THg (ppb BB)
Kontrol
0,730
205
Perlakuan 1
0,701
206
Perlakuan 2
0,751
261
Lasut, Proses Bioakumulasi dan Biotransfer Merkuri (Hg) pada Organisme ……… 93
Biotransfer melalui rantai makanan dapat terjadi di lingkungan perairan dari kelompok organisme produsen ke kelompok konsumen tingkat yang lebih tinggi. Proses ini telah dicoba untuk diamati melalui percobaan dalam penelitian ini dengan menggunakan organisme fitoplankton N. oculata sebagai produsen, ikan herbivora L. reticulatus, dan ikan karnivora ‘Tiger Fish’ Symphysodon sp. Persentase perpindahan THg yang diperoleh dari percobaan ditampilkan pada Gambar 1. Nampak bahwa biotransfer tertinggi terjadi antara fitoplankton N. oculata dan ikan herbivora L. reticulatus dibandingkan dengan yang terjadi antara ikan herbivora L. reticulatus dan ikan karnivora ‘Tiger Fish’ Symphysodon sp. 100
Persentase Transfer Hg (%)
Dengan membandingkan tingkat konsentrasi THg antara perlakuan dan kontrol, nampak bahwa konsentrasi rerata THg yang lebih tinggi pada perlakuan mengindikasikan bahwa proses akumulasi logam Hg terjadi. Jumlah Hg yang terakumulasi melalui proses bioakumulasi dari fitoplankton ke organisme ikan herbivora bergantung pada jumlah logam Hg yang terkandung di dalam fitoplankton. Fitoplankton dikonsumsi sebagai pakan utama bagi ikan herbivora sehingga akumulasi Hg dapat terjadi secara efisien melalui proses bioakumulasi lewat makanan. Tabel 4 menampilkan konsentrasi THg yang terukur pada sampel ikan karnivora ‘Tiger Fish’ Symphysodon sp. yang diberi pakan ikan herbivora L. reticulatus dan mengandung Hg selama 3 hari. Merkuri total terukur, baik pada sampel perlakuan maupun kontrol. Dengan demikian, proses bioakumulasi diduga terjadi pada wadah percobaan. Konsentrasi THg yang terukur pada sampel kontrol mengindikasikan bahwa secara alami organisme uji telah mengandung Hg yang diperoleh dari lingkungan dimana organisme ini di ambil. Konsentrasi Hg yang terakumulasi melalui proses bioakumulasi diperkirakan sebesar 1 ppb BB pada Perlakuan 1 dan 56 ppb BB pada Perlakuan 2. Bioakumulasi Hg pada ikan merupakan proses yang rumit dan belum dipahami sepenuhnya (Paarsivita, 1991). Secara umum, ada 4 cara bahan tertentu (termasuk logam-logam) dapat terakumulasi ke dalam jaringan tubuh ikan, yaitu melalui aliran air pada insang, proses makan dan minum, serta kulit (Heath, 1987; Nagel, 1993). Akumulasi logam pada ikan diawali dengan proses pengambilan (uptake) melalui insang dan kemudian terserap ke dalam seluruh jaringan tubuh dan tersimpan/tersekap di dalam. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses ‘uptake’ Hg dan jumlah yang akan terakumulasi. Di antaranya adalah kecepatan metabolisme, ukuran dan jenis, alkalinitas dan pH. Selain itu, proses demetilasi, suhu, tingkat kontaminasi, waktu, sumber dan bentuk Hg, serta tingkat kehidupan organisme sangat mempengaruhi proses ‘uptake’ (Sorensen, 1991). Menurut Heath (1987), sekitar 70% MeHg yang masuk lewat makanan akan diabsorpsi ke dalam jaringan tubuh ikan dan hanya 10% yang melalui penyerapan melalui insang. Merkuri yang terakumulasi ke dalam jaringan tubuh ikan, khususnya di dalam otot (daging), memberikan konsekuensi keracunan pada manusia yang mengkonsumsi daging ikan sebagai sumber protein (Paarsivita, 1991). Oleh karena itu, US Fish and Wildlife Service menetapkan konsentrasi Hg yang terukur dalam ikan tidak boleh melebihi 100 ppb BB yang setara dengan 500 ppb berat kering (BK) (Maret, 2000). Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasi ‘intake’ maksimum untuk manusia sebesar 0,3 mg/orang/minggu.
Kontrol Perlakuan 1 75
Perlakuan 2
50
25
0 Produsen
Ikan herbivora
Ikan karnivora
Tingkatan Rantai Makanan
Gambar 1. Persentase (%) transfer (perpindahan) logam Hg pada rantai makanan (Produsen: Nannochloropsis oculata, Ikan herbivora: Lebistes (Poecilia) reticulatus, Ikan karnivora: ‘Tiger Fish’ Symphysodon sp.). Transport Hg di dalam jaringan tubuh ikan terjadi dimana logam tersebut diangkut oleh darah dalam bentuk terikat dengan protein. Merkuri metil berikatan dengan protein hemoglobin dalam sel darah merah ikan (Heath, 1987). Dalam sistem alamiah, MeHg diakumulasi oleh organisme perairan dan konsentrasinya cenderung meningkat sesuai dengan tingkatan rantai makanan (tropik) (Heath, 1987; Lee & Jones-Lee, 1996; Maret, 2000; et al., 2000; NOAA, 2000), inilah yang disebut sebagai proses biomagnifikasi (proses pembesaran secara biologis melalui rantai makanan). Fenomena ini (magnifiakasi) tidak diamati dengan baik pada percobaan dalam penelitian ini. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena percobaan tidak dilakukan dalam proses alami dimana terjadi proses yang kompleks dalam rantai makanan, melainkan hanya satu sistem yaitu dari fitoplankton, ikan herbivora, ke ikan karnivora.
94 JURNAL MATEMATIKA DAN SAINS, SEPTEMBER 2009, VOL. 14 NO. 3
4. Kesimpulan Proses bioakumulasi Hg terjadi antara fitoplankton N. oculata sebagai produsen, ikan herbivora L reticulatus sebagai konsumen tingkat 1, dan ikan karnivora ‘Tiger Fish’ Symphysodon sp. sebagai konsumen tingkat 2 dalam rantai makanan, dan jumlah Hg yang terakumulasi tergantung dari jumlah Hg yang dikontaminasi. Proses biotransfer Hg terjadi dalam wadah percobaan dimana biotransfer tertinggi terjadi antara fitoplanton dan ikan ‘herbivora’. Ucapan Terimakasih Penelitian ini dibiayai oleh Proyek Penelitian Ilmu Pengetahuan dasar dengan nomor kontrak 051/SPPP/PP/DP3M/IV/2005, DP3M-DIKTI, Departemen Pendidikan Nasional. Untuk itu, penulis menyampaikan terimakasih. Daftar Pustaka Akagi, H. and H. Nishimura, Speciation of Mercury in the Environment, in Suzuki, T., N. Imura, and T.W. Clarkson, (Eds.), 1991, Advances in Mercury Toxicology, New York: Plenum, 53-76. APHA, 1980, Standard Methods for the Examination of Water and Waste-water, Fifteenth edition, Chapter 300, Determination of Metals, 141246. Bryan, G.W. and H. Uysal, 1978, Heavy Metals in the Burrowing Bivalve Scrobicularia plana from the Tamar Estuary in Relation to Environmental Levels, J. Mar. Biol. Assoc. U.K., 58, 89-108. Carpene, E., Metallothionein in Marine Molluscs, in Dallinger, R. and P.S. Rainbow, (Eds.), 1993, Ecotoxicology of metals in invertebrates, Lewis Publishers. Boca Raton, 55-72. Heath, A.G., 1987, Water Pollution and Fish Physiology. CRC Press, Florida, 61-88. JPHA, 2001, Preventive Measures Against Environmental Mercury Pollution and Its Health Effects, Japan Public health Association. Kehrig, H. do A., T.G. Seixas, E.A. Palermo, A.P. Baeta, Ch.W. Castelo-Branco, O. Malm, I. Moreira, 2009, The relationship between mercury and selenium in plankton and fish from a tropical food web, Environ. Sci. Pollut. Res., 16, 10-24. Kohler, K. and H.U. Riisgård, 1982, Formation of Metallothionein in Relation to Accumulation of Cadmium in the Common Mussel Mytilus edulis, Mar. Biol., 66, 53-58. Kremling, K., J. Piuze, K. von Brockel, and C. S. Wong, 1978, Studies on the Pathways and Effects of Cadmium in Marine Plankton
Communities in Experimental Enclosures, Mar. Biol., 48, 1-10. Langston, W. J. and M. Zhou, 1987, Cadmium Accumulation, Distribution and Metabolism in the Gastropod Littorina littorea: the Role of Metal-Binding Proteins, J. Mar. Biol. Assoc. U.K., 67, 585-601. Lasut, M.T. and Y. Yasuda, 2008, Accumulation of Mercury in Marine Biota of Buyat Bay, North Sulawesi, Indonesia, Coastal Mar. Sci., 32:1, 33-38. Lee, G.F. and A. Jones-Lee, 1996, Sumary of Issues Pertinent to Regulating Bioaccumulatable Chemicals, Report of G.F. Lee & Associates, El Macero, CA. Maret, T.E., 2000. National Water Quality Assessment Program: Mercury in Streambed Sediment and Aquatic Biota in the Upper Snake River Basin, Idaho and Western Wyoming. USGS Idaho. May, J.T., R.L. Hothem, C.N. Alpers, and M.A. Law, 2000, Mercury Bioaccumulation in Fish in a Region Affected by Historic Gold Mining: The South Yuba River, Deer Creek, and Bear River watersheds, California. USGS Sacramento, California. Nagel, R., 1993, Fish Ecotoxicology and Ecophysiology. Fish and Environmental Chemicals: a Critical Evaluation of Tests, Weinhem, VCH., 147-154. NOAA, 2000, Mercury in Aquatic Habitats, National Oceanic and Atmospheric Administration. Noël-Lambot, F. and J.M. Bouquegneau, 1977, Comparative Study of Toxicity, Uptake and Distribution of Cadmium and Mercury in the Seawater Adapted Eel Anguilla anguilla, Bull. Environ. Contam. Toxicol., 18:4, 418424. Noël-Lambot, F., 1976, Distribution of Cadmium, Zinc and Copper in the Mussel Mytilus edulis: Existence of Cadmium-Binding Proteins Similar to Metallothioneins. Separat. Exp., 32, 324-325. Noël-Lambot, F., Ch. Gerday, and A. Disteche, 1978, Distribution of Cd, Zn and Cu in Liver and Gills of the Eel Anguilla anguilla with Special Reference to Metallothioneins, Comp. Biochem. Physiol., 61C, 177-187. Noël-Lambot, F., J.M. Bouquegneau, F. Frankenne, and A. Disteche, 1980, Cadmium, Zinc and Copper Accumulation in Limpets (Patella vulgata) from the Bristol Channel with Special Reference to Metallothioneins, Mar. Ecol.–Prog. Ser., 2, 81-89. Paarsivita, J., 1991, Chemical ecotoxicology. Lewis Publisher. Florida. Pentreath, R.J., 1976a, The Accumulation of Organic Mercury from Seawater by the Plaice, Pleuronectus platessa (L.), J. Exp. Mar. Biol. Ecol., 24, 121-132.
Lasut, Proses Bioakumulasi dan Biotransfer Merkuri (Hg) pada Organisme ……… 95
Pentreath, R.J., 1976b, The Accumulation of Mercury from Food by the Plaice, Pleuronectus platessa (L.), J. Exp. Mar. Biol. Ecol., 24, 51-65. Sorensen, E.M., 1991, Metal Poisoning in Fish, CRC Press, Florida. Yasuda, Y., Minamata Bay, in Okada, M. and S.A. Peterson, (Eds.), 2000, Water Pollution Control Policy and Management: The
Japanese Experience, Chapter 13, Gyosei Ltd., Tokyo. Zhang, Z.S., D. M. Zheng, Q. C. Wang, X. G. Lv, 2009, Bioaccumulation of total and methyl mercury in three eaerthworm species (Drawida sp., Allolobophora sp., and Limnodrilus sp.), Bull. Environ. Contam. Toxicol., 83, 937-942.