PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL LAYAK HUNI SEDERHANA SEHAT DAN TAHAN GEMPA 1. Latar Belakang Direktorat Jendral Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum memberikan perhatian yang besar dalam mendukung upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kualitas lingkungan permukiman, yaitu pembangunan lingkungan dan kualitas hunian guna mendukung pengembangan kegiatan usaha ekonomi masyarakat dan pemberdayaan sumber daya manusia dengan memperhatikan tatanan sosial masyarakat. Agar terwujutnya peningkatan kualitas lingkungan permukiman dan tatanan masyarakat yang hidup secara harmonis dalam lingkungan yang aman, tertib, sehat, selaras dan lestari dengan menjujung nilai-nilai budaya lokal adalah citacita tentang peradaban masyarakat perkotaan ke depan/masyarakat madani. Dalam rangka menuju masyarakat madani tersebut, upaya awal sebelum pembangunan lingkungan dimulai, dengan adanya perubahan perilaku/penyadaran masyarakat. Untuk memperkokoh sikap dan perilaku masyarakat yang berbasis nilai-nilai universal yang mendasari nilai-nilai kearifan lokal. Pada tahapan berikutnya kegiatan meningkatakan perekonomian masyarat, diharapkan dengan Rehabilitasi rumah di PNPMMP telah memberikan manfaat dan ditargetkan dengan baik kepada orang miskin. Sebagai investasi terbesar ketiga di bidang infrastruktur, tren rehabilitasi perumahan telah dua kali lipat sejak tahun 2007 hingga 2011, dari 9,68% menjadi 19,22%. Lebih dari 115.000 rumah telah direhabilitasi. Investasi per rumah telah meningkat dari USD 129 pada tahun 2007 menjadi USD 865 pada tahun 2011. ketepatan sasaran diperuntukan bagi warga miskin sebesar 258.885 KK miskin. Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) dan beberapa pemerintah daerah telah memiliki program rehabilitasi rumah bagi masyarakat miskin yang telah bekerjasama dengan BKM. Didalam pelaksanaannya masih ada beberapa permasalahan yang ditemukan terkait dengan rehabilitasi perumahan misalnya pada kualitas teknis dan partisipasi terbatas pemilik rumah selama proses desain dan konstruksi. Bedasarkan hasil kunjungan ada beberapa catatan secara umum pemanfaat sesuai sasaran, terjadi tumbuhnya kegotong-royongan, sesama warga tumbuhnya kepedulian untuk membantu yang miskin. Di sebagian wilayah masih ditemukan pembangunan yang kurang memperhatikan standart teknis diantarannya tidak ada struktur sebagai penguat utama. Suatu bangunan harus mempunyai konstruksi yang kuat untuk melindungi penghuni dari bahaya keruntuhan sehingga penghuni dapat merasakan ketentraman selama tinggal didalamnya, juga ditemukan tidak menggunakan kolom praktis, luasan jendela dan ventilasi yang tidak memadai,
lantai pembangunan/perbaikan rumah yang tidak dilengkapi bangunan pelengkap misalnya tidak ada dapur, MCK dll. Dengan ada Prosedur Operasional Baku Rumah Sederhana Sehat Tahan Gempa yang bertujuan pemenuhan kebutuhan akan rumah tinggal dalam rangka penataan kawasan yang berkualitas juga untuk penanganan yang diakibatkan bencana. Kondisi akhir-akhir ini sering terjadi gempa di berbagai tempat di Indonesia yang menimbulkan kerusakan rumah atau bangunan, bahkan korban jiwa. Umumnya yang yang menjadi korban adalah rumah-rumah rakyat yang dibangun tanpa pengetahuan serta pengarahan tentang cara membangun sebuah rumah yang aman sera tahan gempa dalam ukuran skala tertentu. 2. Tujuan Tujuan pembuatan POB ini adalah untuk memberikan referensi dalam pelaksanaan pembangunan Rummah Tinggal Layak Huni yang sehat, murah dan tahan gempa . Oleh karena itu POB ini dapat digunakan sebagai referensi dasar dalam mensosialisasikan pembangunan RTLH sederhana sehat, murah dan tahan gempa kepada KSM , UPL dan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemanfaatan BLM Lingkungan. 3. Prinsip-prinsip kegiatan RTLH o Prinsip Pemberdayaan Sejati untuk menumbuhkan kerelawanan dan perilaku pengorbanan/keikhlasan memberi dari masyarakat peduli kepada sesama manusia yang lebih menderita dan lebih miskin; o Dana BLM hanya sebagai stimulan bagi BKM dan mendorong masyarakat untuk BERGOTONG ROYONG menolong warga yang paling miskin untuk membangun rumah yang layak huni sehat dan aman gempa; o Sebagai proses pembelajaran bagi BKM dan masyarakat dalam hal : • Mekanisme pembangunan perumahan berbasis komunitas (masyarakat merencanakan, menetapkan & melaksanakan sendiri) serta nilai-nilai luhur (Memprioritaskan pada warga yang paling lemah dan miskin secara adil, jujur dan pengorbanan) • Melaksanakan pembangunan RTLH berorientasi pada “MEMBANGUN LEBIH BAIK/AMAN” (sesuai standard teknis tahan gempa, sehat & layak huni) . o Harapan-nya: Masyarakat dapat membangun rumahnya yang sehat dan aman gempa. 4. Sasaran Rehab rumah tinggal layak huni di diperuntukkan bagi Rumah tangga/keluarga miskin di kelurahan PNPM MP yang memiliki hak atas tanah dan memiliki rumah yang kurang layak bila dilihat dari aspek kesehatan dan keamanan penghuninya.
5. Ruang Lingkup o Lingkup kegiatan RTLH adalah kelurahan PNPM MP Reguler, Paket maupun PLPBK. o Untuk penerapan konstruksi struktur tahan gempa khususnya pada wilayah nasional yang dinyatakan rawan gempa. 6. Biaya Biaya rehab rumah berasal dari BLM adalah sebagai stimulan bagi masyarakat untuk merehab/membangun konstruksi apa yang sudah mereka rencanakan dan sepakati bersama dalam pembangunan RTLH yang sehat dan mempunyai struktur tahan gempa, serta biaya swadaya warga dengan berlandaskan semangat Bergotong Royong menolong warga yang paling miskin yang memiliki rumah yang tidak layak huni. Besaran biaya dari BLM untuk membangun struktur dan konstruksi rumah baru maksimal adalah Rp. 15 Juta. (Mengacu program Rekompak Padang). 7. Kriteria RTLH Kriteria perbaikan/rehab rumah tinggal tidak layak huni berdasarkan : kebutuhan yang sesuai dengan kondisi kerusakan rumah. Berdasarkan
Perpres No 73/2011 dan PermenPU 45/2007
Prioritasnya sesuai dengan kondidi sosial ekonomi warga miskin. Jika membangun baru disesuaikan dengan model program yang telah ada misalnya REKOMPAK Padang, apabila rehab maka biaya disesuaikan dengan kategori kerusakan rumah.
Kerusakan Ringan
Kerusakan Sedang
Kerusakan Berat
a. Kerusakan Ringan o Kerusakan terutama pada komponen non-struktural, seperti penutup atap, langit- langit, penutup lantai dan dinding pengisi o Biaya perawatan/perbaikan maksimum 30% dari biaya pembangunan gedung baru b. Kerusakan Sedang o Kerusakan pada sebagian komponen non struktural, dan atau komponen struktural seperti struktur atap, lantai, dll o Biaya perawatan/perbaikan pembangunan gedung baru
maksimum
45%
dari
harga
c. Kerusakan Berat o Kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan, baik struktural maupun non-struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya o Biaya perawatan/perbaikan maksimum 65% dari harga pembangunan gedung baru.
ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN BANGUNAN / RUANG Nama Bangunan :
No
Komponen Bangunan
(1) 1 Atap
(2)
2 Plafon
3 Dinding
4 Pintu & Jendela
5 Lantai
6 Fondasi
7 Utilitas
Sub Komponen Bangunan (3) a. Penutup Atap b. Rangka Atap c. List Plank & Talang Sub Total a. Rangka Plafon b. Penutup & List Plafon c. Cat Sub Total a. Kolom & Balok Ring b. Bata / Dinding Pengisi c. Cat Sub Total a. Kusen b. Daun Pintu c. Daun Jendela Sub Total a. Struktur Bawah b. Penutup Lantai
a. Fondasi b. Sloof Sub Total a. Listrik b. Instalasi Air Hujan & Pasangan Rabat Beton Keliling Bangunan Sub Total JUMLAH TOTAL NILAI TINGKLAT KERUSAKAN
Bobot ( % ) Tingkat Kerusakan Terhadap Kerusakan Bobot Nilai (%) Seluruh Maksimum (%) ( 4x6) Bangunan (4) (5) (6) (7) 10.56% 100% 11.62% 100% 2.06% 100% 24.24% 4.67% 100% 5.06% 100% 1.41% 100% 11.14% 9.66% 100% 13.68% 100% 1.65% 100% 24.99% 2.70% 100% 2.47% 100% 5.15% 100% 10.32% 2.89% 100% 8.96% 100% 11.85% 11.15% 100% 3.30% 100% 14.45% 1.79% 100% 1.22% 100%
3.01% 100.00%
…………….%
8. Langkah-langkah perencanaan dan pelaksanaan kegiatan a. Pembentukan KSM Rumah, keanggotaanya adalah terdiri dari penerima manfaat dan relawan yang peduli terhadap penanggulangan kemiskinan.
b. Melakukan Survey teknis dengan melakukan identifikasi kerusakan rumah calon dan data rumah. o Status tanah (pererima manfaat harus mempunyai hak atas tanah) o Identifikasi kerusakan termasuk kategori rusak ringan , rusak sedang atau rusak berat. o Membuat desain/gambar rencana rehab membangun baru. • Gambar Denah • Gambar Pondasi • Gambar Struktur • Gambar tampak depan/samping • Gambar potongan memanjang dan melintang • Gambar pembesian • Detail sambungan ( Sambungan kayu , sambungan besi) c. Langkah perencanaan dan pelaksanaan berikutnya seperti kegiatan Infrastruktur yang lain sesuai dengan petunjuk Teknis pembangunan Infrastruktur. 9. Referensi Rumah Sehat, Tahan Gempa dan layak huni A. Syarat - syarat dan ketentuan Umum Rumah Sebuah bangunan adalah suatu wadah yang berbentuk fisik bangunan yang disusun dari berbagai jenis bangunan. Dalam merancang dan mengerjakan suatu bangunan harus mematuhi segala peraturan-peraturan yang berlaku , Pengetahuan umum bangunan terdiri dari dari syarat-syarat bagian-bangian bangunan, beberapa faktor dan syarat yang harus diperhatikan dalam membuat bangunan rumah tinggal adalah kekuatan, keawetan, keindahan dan kesehatan. Untuk lebih jelasnya bisa diuraikan sbb: 1. Kekuatan: suatu bangunan harus mempunyai konstruksi yang kuat untuk melindungi penghuni dari bahaya keruntuhan sehingga penghuni dapat merasakan ketentraman selama tinggal didalamnya. Pada gambar disamping sebagai contoh rumah tradisional, tidak jauh dari episentrum gempa bumi, bertahan dengan baik. 2. Keawetan: bengunan seharusnya direncanakan agar berumur panjang, sebab yang kuat dan awet akan memeberikan rasa aman dan tentram bagi penghuninya, untuk itu mendapatkan keawetan yang baik perlu diperhatikan jenis bahan yang digunakan, hanya memmperhatiakan standard mutu dan kualitas, serta cara pelaksanaan pekerjaan yang betul sesuai dengan prosedur yang benar. Selain itu untuk menambah keawetan perlu dipelihara
dan dikontrol secara berkala terhadap kerusakan-kerusakan bagian-bagian yang harus diganti atau diremajakan. 3. Keindahan: Keindahan bangunan akan memberikan kebanggaan kepada penghuninya dan juga menambah nilai banguan tersebut . Untuk menjadikan bangunan indah, perlu diperhatiakan proporsi antara struktur dan organisasi ruang yang sesuai dengan fungsi bangunan. 4. Kesehatan: Perencanaan bangunan harus memperhatikan kebersihan dan kesehatan lingkungannya, untuk menjaga kesehatan, maka faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah pembuangan air kotor dann kotoran( sanitasi), sampah dan limbah yang lain, serta mempeertimbangkan faktor iklim( sinar matahari, angin, dan suhu) dan gangguan polusi (udara dan Suara) B. Pemilihan Prototip Rumah Dasar pemilihan salah satu prototip Rumah Sederhana Sehat tersebut didasarkan pada kajian Mikrozonasi dari bahan bangunan, geologis serta arsitektur, pada tingkat propinsi dan atau kabupaten/kota, dengan merujuk pada zonasi Rumah Sederhana Sehat Nasional, pada tabel 1 berikut: Tabel 1. Alternatif Pemilihan Tipologi Rumah Sederhana Sehat Propinsi 1
2
3
4
Zonasi bahan dan kondisi lahan
Urutan alternatif jenis rumah yang dapat diterapkan *)
Bali NTB NTT
Pasangan > Tegakan, Tanah kering, Tanah liat
Tembok (Bata merah)
DKI Jabar Banten Jateng Jatim Yogyakarta
Pasangan > Tegakan, Tanah kering, Pasir
Tembok (Conblock)
Nangro Aceh Darussalam Sumbar Jambi Bengkulu Sumsel Bangka Belitung Lampung Sulsel Sultra
Sumut
Pasangan = Tegakan, Tanah basah, Tanah liat
Pasangan = Tegakan,
Setengah tembok Tembok (Bata merah) Kayu panggung Kayu tidak panggung
Setengah tembok
5
6
Maluku Maluku Utara
Riau Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sulteng Sulut Gorontalo
Papua
7
*)
Tanah basah, Pasar
Tembok (Conblock) Kayu panggung Kayu tidak panggung
Pasangan = Tegakan, Tanah kering, Tanah liat
Setengah tembok Tembok (Bata merah) Kayu panggung Kayu tidak panggung
Pasangan < Tegakan, Tanah basah, Tanah liat
Setengah tembok Tembok (Bata merah) Kayu panggung Kayu tidak panggung
Pasangan < Tegakan, Tanah kering, Pasir
Setengah tembok Tembok (Conblock) Kayu panggung Kayu tidak panggung
Pemilihan alternatif jenis rumah disesuaikan dengan perkembangan terakhir potensi bahan bangunan lokal yang tersedia
Pemilihan alternatif bentuk rumah panggung atau non panggung disesuaikan dengan budaya/arsitektur lokal.
C. Kebutuhan Minimal Masa (penampilan) dan Ruang (luar-dalam) Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya. Dari hasil kajian, kebutuhan ruang per orang adalah 9 m2 dengan perhitungan ketinggian rata-rata langit-langit adalah 2.80 m. Rumah sederhana sehat memungkinkan penghuni untuk dapat hidup sehat, dan menjalankan kegiatan hidup sehari-hari secara layak. Kebutuhan minimum ruangan pada rumah sederhana sehat perlu memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:
kebutuhan kebutuhan kebutuhan kebutuhan
luas luas luas luas
per jiwa per Kepala Keluarga (KK) bangunan per kepala Keluarga (KK) lahan per unit bangunan
Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kebutuhan Luas Minimum Bangunan dan Lahan untuk Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat)
Luas (m2) Untuk 4 jiwa
Luas (m2) untuk 3 Jiwa Standar per Jiwa (m2)
Unit Rumah
Unit Rumah
Lahan (L) Minimal
Efefktif
Ideal
21,6
60,0
72 - 90
200
27,0
60,0
72 - 90 ---
200 ---
36,0
60,0
Lahan (L) Minimal
Efefktif
Ideal
28,8
60,0
72 - 90
200
36,0
60,0
72 - 90 ---
200 ---
48,0
60,0
(Ambang batas) 7,2 (Indonesia) 9,0
(Internasional) 12,0
D. Kebutuhan Kesehatan dan Kenyamanan Rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan dan kenyamanan dipengaruhi oleh 3 (tiga) aspek, yaitu pencahayaan, penghawaan, serta suhu udara dan kelembaban dalam ruangan. Aspek-aspek tersebut merupakan dasar atau kaidah perencanaan rumah sehat dan nyaman. a) Pencahayaan Matahari sebagai potensi terbesar yang dapat digunakan sebagai pencahayaan alami pada siang hari. Pencahayaan yang dimaksud adalah penggunaan terang langit, dengan ketentuan sebagai berikut: cuaca dalam keadaan cerah dan tidak berawan, ruangan kegiatan mendapatkan cukup banyak cahaya, ruang kegiatan mendapatkan distribusi cahaya secara merata. Kualitas pencahayaan alami siang hari yang masuk ke dalam ruangan ditentukan oleh:
kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata), lamanya waktu kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata), tingkat atau gradasi kekasaran dan kehalusan jenis pekerjaan, lubang cahaya minimum sepersepuluh dari luas lantai ruangan, sinar matahari langsung dapat masuk ke ruangan minimum 1 (satu) jam setiap hari, cahaya efektif dapat diperoleh dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00.
Tabel 3. Kebutuhan pencahayaan alami Rumah Sederhana Sehat Jenis Ruang
fl min. TUU
Keluarga
0,35d = 0,70 0,16d = 0,32
Kerja Tidur Dapur
fl min. TUS
fl 0,35d = 0,70 0,16d = 0,32 TUU 0,18d = 0,36 0,05d = 0,10 TUS 0,20d = 0,40 0,20d = 0,40 d
Keterangan = faktor langit = Titik Ukur Utama = Titik Ukur Sisi = jarak titik ukur terhadap bidang bukaan
Nilai faktor langit tersebut akan sangat ditentukan oleh kedudukan lubang cahaya dan luas lubang cahaya pada bidang atau dinding ruangan. Semakin lebar bidang cahaya (L), maka akan semakin besar nilai faktor langitnya. Tinggi ambang bawah bidang bukaan (jendela) efektif antara 70 – 80 cm dari permukaan lantai ruangan. Nilai faktor langit minimum dalam ruangan pada siang hari tanpa bantuan penerangan buatan, akan sangat dipengaruhi oleh: tata letak perabotan rumah tangga, seperti lemari, meja tulis atau meja makan, bidang pembatas ruangan, seperti partisi, tirai masif.
b. Penghawaan
Udara merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bernafas sepanjang hidupnya. Udara akan sangat berpengaruh dalam menentukan kenyamanan pada bangunan rumah. Kenyamanan akan memberikan kesegaran terhadap penghuni dan terciptanya rumah yang sehat, apabila terjadi pengaliran atau pergantian udara secara kontinyu melalui ruanganruangan, serta lubang-lubang pada bidang pembatas dinding atau partisi sebagai ventilasi. Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara penghawaan alami, maka dapat dilakukan dengan memberikan atau mengadakan peranginan silang (ventilasi silang) dengan ketentuan sebagai berikut:
Lubang penghawaan minimal 5% (lima persen) dari luas lantai ruangan. Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang mengalir keluar ruangan. Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar mandi/WC.
Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/WC, yang memerlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti blower atau exhaust fan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan disekitarnya. Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan kegiatan dalam bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan kerja. c. Suhu udara dan kelembaban Rumah dinyatakan sehat dan nyaman, apabila suhu udara dan kelembaban udara ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusia normal. Suhu udara dan kelembaban ruangan sangat dipengaruhi oleh penghawaan dan pencahayaan. Penghawaan yang kurang atau tidak lancar akan menjadikan ruangan terasa pengap atau sumpek dan akan menimbulkan kelembaban tinggi dalam ruangan. Untuk mengatur suhu udara dan kelembaban normal untuk ruangan dan penghuni dalam melakukan kegiatannya, perlu memperhatikan:
keseimbangan penghawaan antara volume udara yang masuk dan keluar.
pencahayaan yang cukup pada ruangan dengan perabotan tidak bergerak.
menghindari perabotan yang menutupi sebagian besar luas lantai ruangan.
E. Persyaratan Pokok Rumah Tahan Gempa Ditinjau dari sistem struktur, sebuah bangunan rumah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: Struktur bangunan bagian Atas: struktur bangunan bagian yang berada diatas permukaan tanah, terdiri dari atas dua bagian, yaitu bagian atap dan rangka bangunan( dinding dan kolom) dan Struktur Bagian Bawah: struktur bangunan yang berada dibawah permukaan tanah khususnya yang dimaksud disini adalah pondasi, untuk lebih jelasnya bisa simak pada uraian berikut: a. Pemilihan Lokasi Rumah 1. Jangan membangun di samping bukit terjal; bebatuan dapat menjatuhi rumah. 2. Jangan membangun di pinggir tanah yang landai; tanahnya tidak stabil. 3. Jangan membangun di samping dinding penahan; dindingnya dapat jebol. 4. Jangan membangun di atas tiang penyangga; tiang-tiang tersebut akan roboh saat terjadi gempa. b. Pemilihan Bentuk Rumah: 1. Rumah harus memiliki bentuk yang sederhana. Bila perlu, pisahkan menjadi bagian-bagian berbentuk persegi. 2. Sebuah rumah ponjangnya maksimal 3 kali lebarnya. 3. Atap miring yang ringan lebih baik daripada slab beton. 4. Jangan membangun lebih dari dua lantai. 5. Jangan membangun di atas kolom bebas. Kolom lebih lemah daripada dinding dan akan memuntir dan roboh saat terjadi gempa.
F. Peraturan Dasar:
1. Kolom diletakkan dimana dinding bertemu dan dimana dinding berakhir 2. Bentang dinding antar kolom sebaiknya max. 3m 3. Hindari dinding panjang tanpa dinding “sekat”. 4. Dinding penuh tanpa bukaan lebih kuat. Sebisa mungkin perbanyak dinding penuh dan distribusikan merata pada rumah. 5. Lebar maksimum bukaan adalah ½ jarak antar kolom 6. Sisakan minimal 1m jarak antara bukaan dengan kolom
G. Persyaratan Komponen Bangunan Rumah:
Komponen Bangunan
Persyaratan
1
Penuitup Atap
Umum
2
Kuda-kuda
Tahan gempa
3
Pondasi
Tahan gempa
4
Kolom, balok, sloof
Tahan gempa
5
Dinding
Umum
6
Pintu, Cendela
Umum
7
Lantai
Umum
8
Kamar Mandi , WC
Umu
Kementerian Pekerjaan Umum dan para penggiat mitigasi bencana telah menyusun persyaratan pokok bangunan sederhana yang ditujukan kepada masyarakat yang relatif awam dalam bidang konstruksi bangunan. Pertimbangan dan perhitungan tidak dimunculkan dengan penekanan pada aspek kepraktisan. Diharapkan dapat menjadi panduan yang mudah dipahami untuk mengurangi resiko kerusakan rumah. Lingkup persyaratan pokok ini didasarkan salah satu pada Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung tahan Gempa oleh DPU tahun 2006, telah dianjurkan sebagai persyaratan pokok untuk rumah yang lebih aman untuk pembangunan
dengan fungsi sebagai rumah tinggal meliputi: a. Kualitas Bahan a.1 BAHAN BETON 1) Perbandingan isi campuran beton adalah 1 ember semen : 2 ember pasir bersih : 3 ember kerikil bersih (ukuran kerikil maksimal 20mm). 2) Poporsi air untuk campuran adalah setengah ember. (kondisional)
1) Ukuran maksimum kerikil / batu pecah adalah kurang dari 10 mm - 20 mm dengan gradasi yang baik (terdiri dari berbagai ukuran butiran 2) Bilamana agregat kasar didapat telah bercampur dengan agregat halus maka terlebih dahulu harus dipisahkan melalui penyaringan. Pertama-tama menyaring agregat halus dengan memakai saringan ukuran 5 mm, kemudian agregat yang tinggal disaring kembali dengan saringan ukuran 20 mm. Agregat yang tidak lolos dari saringan ukuran 20 mm disingkirkan untuk tidak dipergunakan. 3) Material diaduk secara merata / pulen (pas) dan campuran beton harus segera dituangkan kedalam cetakan / acuan. 4) Cetakan / acuan harus keras / kaku dan tidak boleh bocor. 5) Pemadatan dengan dirojoh menggunakan kayu, bambu, atau besi tulangan dan harus dilakukan selama proses pengecoran 6) Menggunakan semen tipe 1 untuk elemen struktur.
a.2 BAHAN MORTAR Perbandingan isi untuk campuran adukan / mortar adalah 1 bagian semen : 4 bagian pasir bersih dan air secukupnya.
a.3 BAHAN PONDASI
Menggunakan batu belah / batu sungai yang keras
a.4. KAYU Menggunakan kayu yang baik. Kayu harus kering, tidak cacat, bewarna gelap, serat cukup rapat dan berat.
b. STRUKTUR UTAMA DAN DIMENSI/UKURAN Rumah tembokan harus mempunyai rangka (frame) yang terdiri atas balok pengikat/sloof, kolom, dan balok keliling/ringbalk yang terbuat dari beton bertulang di atas fondasi yang kuat dan stabil. Sudut-sudut bangunan harus tersambung dengan dinding. Dimensi/ ukuran kolom dan balok keliling/ring ditentukan dengan bekisting kayu, karena ukuran bata Iebih kecil dari ukuran kolom atau balok keliling/ring.
b.1. PONDASI a) Jika keadaan tanah cukup keras, fondasi batu dapat dibuat dengan tinggi minimum 60 cm, dengan dimensi minimum, 60 cm pada lebar dasar fondasi dan 30 cm lebar bagian atas. b) Jika keadaan tanah lunak, kedalaman dan ukuran fondasi harus disesuaikan dengan keadaan.
b.2. BALOK PONDASI / SLOOF a) Balok pengikat / sloof dengan dimensi minimal 15 cm x 20 cm dengan 4 besi tulangan longitudinal / memanjang, dengan ukuran tulangan utama diameter 12 mm, dan tulangan begel diameter 8 mm dengan jarak 15 cm. b) Tulang sengkang harus dibengkokan dengan sudut 135° c) Panjang minimum kait sengkang adalah 6 x D (diameter tulangan) (5 cm) d) Ketebalan selimut beton adalah 15 mm (dari pinggir tulangan sengkang)
b.3. KOLOM a) Balok pengikat / sloof dengan dimensi minimal 15 cm x 20 cm dengan 4 besi tulangan longitudinal / memanjang, dengan ukuran tulangan utama diameter 12 mm, dan tulangan begel diameter 8 mm dengan jarak 15 cm. b) Tulang sengkang harus dibengkokan dengan sudut 135° c) Panjang minimum kait sengkang adalah 6 x D (diameter tulangan) (5 cm) d) Ketebalan selimut beton adalah 15 mm (dari pinggir tulangan sengkang)
b.4. BALOK KELILING (RING BALK) a) Balok keliling / ring dengan dimensi minimal 15 cm x 15 cm dengan 4 besi tulangan longitudinal / memanjang 12 mm, sengkang dan besi tulangan diameter 8 mm dengan jarak 15 cm. b) Tulangan sengkang harus dibengkokkan dengan sudut 135° c) Panjang minimum kait sengkang adalah 6 D (diameter tulangan) (5 cm)
x
d) Ketebalan selimut beton adalah 15 mm (dari pinggir tulangan sengkang).
b.5. GUNUNGAN / SOPI-SOPI / AMPIG a) Gunung-gunungan harus diberi kolom dan balok miring dari beton bertulang (sebagai bingkai) dengan dimensi dan penulangan sama dengan balok keliling / ring. b) Untuk ampig disarankan menggunakan bahan yang ringan seperti papan
b.6. SELIMUT BETON a) Ketebalan selimut beton untuk balok pengikat / sloof dan kolom adalah 15 mm (dari pinggiran tulangan sengkang), sedangkan untuk balok keliling / ring dan bingkai ampig adalah 10 mm. b) Pada kondisi khusus yang dapat mempengaruhi tulangan, ketebalan selimut beton harus ditentukan oleh tenaga ahli.
b.7. JARAK ANTAR KOLOM BINGKAI MAKSIMUM a) Jarak antar kolom bingkai maksimum 3,0 m b) Luas dinding maksimum yang dikelilingi/ ring oleh bingkai adalah 9 m2
b.8. UKURAN STRUKTUR ATAP a) Ukuran minimum balok kayu untuk kuda-kuda adalah 8 cm x 12 cm. b) Menggunakan kait besi / baja pada sambungan kuda-kuda c) Struktur atap dipilih yang sesuai dengan jenis penutup atap dan dipasang dengan benar. c. Hubungan antara Pondasi-Kolom-Balok pengikat/sloof dan Balok Keliling/Ring c.1. Hubungan antara Fondasi - Kolom - Balok pengikat / Sloof dan balok keliling / Ring. Besi tulangan utama kolom dilewatkan ke balok keliling / ring dan balok pengikat / sloof dengan panjang lewatan minimal 40 cm.
Gambar 1: Sloof bagian sudut bawah
Gambar 2 : Hubungan kolom dengan sloof bagiantengah/bawah
Gambar 3: Hubungan kolom dengan balok/ring sudut(atas)
Gambar 4: Hubungan kolom dengan balok /ring bagian tengah/atas Jangkar setiap jarak maksimum 100 cm harus terpasang pada fondasi untuk menyambungkan fondasi dengan balok pengikat / sloof.
c.2. Hubungan antara Dinding dengan Kolom Dinding bata harus dijangkarkan ke kolom bertulang dengan menggunakan besi diameter 10 mm sepanjang 40 cm setiap 6 lapis bata.
c.3. Kuda-Kuda Perletakan kuda-kuda dijangkar dengan angker yang ditanam ke kolom atau balok keliling / ring, dengan diameter minimal 10 mm.
c.4. Ikatan Angin a) Antar kuda-kuda atau gunung-gunungan diberi ikatan angin b) Dimensi minimum untuk ikatan angin adalah balok kayu 6/12
c.5. Panjang Lewatan Pada Sambungan Pertemuan tulangan balok dan kolom pada sudut-sudut bangunan harus dilewatkan dengan panjang lewatan 40 x diameter tulangan.
c.6. Jangkar Gunung-Gunung / Sopi-Sopi Angkur dari kolom ke puncak dinding gunung-gunung harus terpasang dengan panjang minimum 40 cm setiap lapis bata.
d. Pencampuran Beton dan Adukan / Mortar d.1. Proses pencampuran beton a) Tuangkan 2 ember pasir kemudian diratakan dengan cangkul b) Tuangkan 1 ember semen kemudian campur pasir dan semen sampai rata c) Tuangkan 3 ember kerikil kemudian campur kerikil dan pasir sampai rata dengan cangkul. d) Setelah ketiga campuran diaduk merata, kemudian dibuatkan cekungan di bagian tengahnya untuk dicampur dengan air. Tambahkan setengah ember air kedalam cekungan dan aduk rata.
Catatan: Pastikan jumlah air tidak terlalu banyak agar beton dalam keadaan ‘pulen’ (pas). d.2. Proses pencampuran Adukan Mortar a) Tuangkan 4 ember pasir kemudian diratakan dengan cangkul b) Tuangkan 1 ember pasir semen kemudian campuran pasir dan semen diaduk sampai rata dengan cangkul. c) Setelah kedua campuran diaduk merata, buat cekungan dibagian tengahnya untuk dicampur dengan air. Tambahkan air secukupnya kedalam cekungan dan aduk sampai merata. d.2. Cara Mengecor Beton a) Campuran beton harus segera dituangkan kedalam cetakan / acuan / bekisting b) Cetakan / acuan / bekisting tidak boleh bocor, ketinggian pengecoran maksimal setinggi 1 m. c) Pemadatan dengan dirojoh mengunakan kayu, bambu, besi tulangan dan harus dilakukan selama pengecoran.
d) Cetakan / acuan / bekisting bisa dilepas paling tidak 3 hari setelah pengecoran beton kecuali untuk balok yang mengantung, dimana harus didiamkan selama 14 hari. d.3. Proses Pemasangan Dinding Bata a) Batu bata direndam minimum 10 menit sebelum dipasang dan harus langsung dipasang. b) Perbandingan isi untuk campuran adukan / mortar siar adalah satu bagian semen : empat bagian pasir bersih. c) Campuran siar diaduk sampai merata dan ditambah air secukupnya d) Tebal siar bata adalah 15 mm dan perletakan bata harus selang-seling tiap lapis bata. e) Gunakan kayu kaso 5/7 setinggi dinding yang dipasang tegak lurus sebagai acuan pasangan dinding bata arah vertikal. f) Dinding diplester dengan campuran adukan 1 semen : 4 pasir dengan tebal plaster adalah 2 cm.