STUDI ANALISA BAJA RINGAN PADA BALOK RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA ROGANDA PARULIAN SIGALINGGING NRP 3105 100 138
Dosen Pembimbing : Endah Wahyuni, ST.MSc.PhD Ir. Isdarmanu MSc
JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2009
1. PENDAHULUAN 2. TINJAUAN PUSTAKA 3. METODOLOGI 4. PEMBEBANAN STRUKTUR 5. ANALISA STRUKTUR DAN PERENCANAAN BALOK 6. PERENCANAAN SAMBUNGAN 7. ANALISA PERILAKU BALOK 8. PELAKSANAAN PENGGUNAAN BALOK BAJA RINGAN
9. KESIMPULAN DAN SARAN
1. PENDAHULUAN Adanya produk baja ringan yang dipakai sebagai material struktur atap memberikan gagasan untuk melakukan inovasi, yaitu penggunaan material baja ringan pada struktur utama bangunan.
Dalam Tugas Akhir (TA) ini mencoba melakukan studi analisa terhadap baja ringan bila ipakai sebagai struktur balok yang direncanakan pada sebuah rumah sederhana. Dan bagaimana kemampuan baja ringan pada daerah dengan kekuatan gempa besar khususnya Indonesia.
Adapun dalam studi ini memakai aturan British Standard sebagai acuan perhitungan kontrol penampang balok tersebut. Sedangkan untuk acuan pembebanan dan gempa maupun perencenaan sambungan menggunakan aturan Indonesia sendiri yaitu SNI 1726-2000 (mengenai baja), SNI 1729-2000 (analisa gempa) dan SNI 1727-1987 (mengenai distribusi beban
Tujuan Pada permasalahan yang timbul diharapkan dapat mencapai tujuan sebagai berikut: 1. Mampu merencanakan balok pada sebuah rumah sederhana 2 lantai dengan baja ringan untuk menahan gempa. 2. Adanya permodelan struktur baja ringan yang tepat sebagai struktur utama yang mampu menahan gempa.
3. Ada perencanaan sambungan yang tepat pada struktur baja ringan. 4. Adanya hasil analisa terhadap lentur dari sebuah program bantu. 5. Mengetahui pelaksanaan konstruksi baja ringan pada rumah sederhana.
Adapun Batasan Masalah TA ini, yaitu: 1.Dalam perencanaan Rumah tahan gempa dengan bahan Baja Ringan mengadopsi aturan dari Inggris yaitu British Standard (BS) yang sudah memakai bahan Baja Ringan sebagai struktur utama pembangunan rumah 2.Perencanaan pada elemen struktur hanya meninjau satu komponen saja yaitu balok, baik balok induk maupun balok anak 3.Balok yang ditinjau hanya balok pada lantai ke 2
4.Beban gravitasi yang ditinjau adalah beban yang ada di atas balok, yaitu balok anak, lantai pada lantai ke 2 dan beban dinding 5.Perencanaan ini tidak meninjau analisa biaya.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Adanya pemikiran untuk merancang sebuah rumah dengan struktur dari baja ringan dan mampu menahan adanya suatu beban akibat gempa menjadi sebuah ide yang harus dikembangkan Perlu dilakukan tinjauan khusus terhadap beban gempa sebab Indonesia memiliki daerah dengan kekuatan gempa yang besar
GEMPA dan RUMAH SEDERHANA
Untuk analisa gempa dilakukan perhitungan dengan analisa statik ekuivalen, sebab struktur yang ada merupakan rumah sederhana yang merupakan struktur gedung beraturan(SNI 1726 pasal 6). Untuk pengertian rumah sederhana sendiri didefinisikan menurut pedoman teknis oleh Departemen Pekerjaan Umum, dimana luas lantai gedung tidak lebih dari 70 m2, di atas tanah seluas 54 m2 sampai 202 m2
COLD FORM Riset tentang baja cold – formed untuk bangunan dimulai oleh Prof. George Winter dari Universitas Cornell mulai tahun 1939, riset ini meneliti penggunaan baja cold – formed sebagai struktur sekunder pada bangunan rendah tidak bertingkat (low – rise building). Berdasarkan riset – riset beliau maka dapat dilahirkan edisi pertama “ Light Gauge Steel Design Manual “ tahun 1949 atas dukungan AISI (American Iron and Steel Institute) (Wei – Wen Yu, 2000). Sejak dikeluarkan peraturan tersebut atau lebih dari lima dekade ini, maka pemakaian material baja cold – formed semakin berkembang
BALOK Balok menerima beban tegak lurus sumbu memanjang (beban lateral dan beban lentur). y
f< fy
fy
fy
fy
x
f< fy a.)
fy
fy b.)
fy c.)
Diagram tegangan lentur
d.)
3. METODOLOGI START
STUDI LITERATUR
PENGUMPULAN DATA-DATA ANALISA
PERHITUNGAN PEMBEBANAN
ANALISA STRUKTUR DENGAN ETABS V9.2
Not OK KONTROL PENAMPANG OK PERENCANAAN SAMBUNGAN ANALISA PERILAKU DENGAN PROGRAM XTRACT KESIMPULAN DAN SARAN
FINISH
STUDI LITERATUR
Untuk studi literatur menggunakan standarstandar perencanaan baik dari Indonesia maupun Inggris. Yaitu SNI dan British Standard serta aturan-aturan yang lain seperti PPIUG maupun pedoman teknis dari PU. Untuk referensi banyak memakai Text Book dan beberapa Paper
Data – data Perancangan : 1. Kegunaan : Tempat Tinggal
2. Zone Gempa : 6 3. Jumlah lantai : 2 (dua) lantai 4. Tinggi Bangunan : 6 m (tinggi portal) 5. Lebar Bangunan : 5 m 6. Panjang Bangunan : 7 m 7. Struktur :Struktur balok material Baja Canai Dingin dengan bentuk Double Canal 8. Spesifikasi Bahan : E = 200 kN/mm2 G = 79 kN/mm2 v = 0,30 α = 12 x10-6 peroC
Denah pembalokan
Tampak samping
Tampak depan
TIPE PROFIL yang DIGUNAKAN
1. LC15230 (back to back) sebagai kolom 2. LC12730 (back to back) sebagai balok induk 3. LC10330 (back to back) sebagai balok anak 4. LC06425 sebagai kuda-kuda
Tipe Profil
D
B
r
t
mm
A
q
mm2
Kg/m
LC 06425
64
46
2. 5
2.5
500
3.99
LC 10330
103
68
3. 2
3
930
7.40
LC 12730
127
100
3. 2
3
1320
10.52
LC 15230
152
102
3. 2
3
1470
11.72
Tipe Profil
Ix 106 mm4
Iy
Zx
Zy
mm3
rx
ry
mm
LC 06425
0.278
0.0395 8680
1717
23.6
8.89
LC 10330
1.332
0.1292 25700
19390
37.7
26.2
LC 12730
3.160
0.5720 49800
10990
49.0
20.8
LC 15230
4.840
0.5720 63800
10990
57.4
19.7
Pembebanan 1 ) Beban mati 2 ) Beban hidup
3 ) Beban Gempa 4 ) Beban Angin
KONTROL PENAMPANG BALOK
•Kontrol Lendutan •Kontrol Tekuk (momen lentur): 1. Tekuk Lateral
2. Tekuk Lokal •Kontrol Geser •Kombinasi Geser dan Lentur
Rencana Sambungan
1. Kemampuan Baut terhadap Kekuatan Geser 2. Kemampuan Baut terhadap Kekuatan Tumpu 3. Kemampuan Baut terhadap Kekuatan Tarik
Analisa Perilaku Balok
Dalam studi ini akan meninjau lebih jauh mengenai perilaku balok itu sendiri terhadap lentur. Kita dapat menganalisanya dengan sebuah program yaitu Xtract
4. PEMBEBANAN STRUKTUR
Pembebanan Atap: Beban mati oleh gording, penggantung gording, dan berat seng
qd= 16,115 kg/m
,
Untuk beban hidup oleh beban air hujan ql= 16 kg/m, wa1= 8 kg/m (angin tekan)
wa2= -16 kg/m (angin hisap)
Pembebanan lantai: Qkayu = 600 kg/m3, dengan tebal lantai 1,5 cm ql= 125 kg/m
Pembebanan Dinding
Untuk dinding sendiri menggunakan gysum board
wa1= 36 kg/m (angin tekan), qd = 75 kg/m wa2= -16 kg/m (angin hisap)
Pembebanan Gempa Zona gempa 6, tanah lunak. C= 0,95 I=1 R= 8,5 Wtot = 18.755 kg •Gaya Geser Gempa Statik Arah X :
Vstatik = 2096 kg Disertai gaya gempa arah Y yaitu sebesar 30 % tegak lurus arah gaya gempa statik X (Vstatik= 30% (2096) = 628,8 kg) •Gaya Geser Gempa Statik Arah Y : Vstatik = 2096 kg Disertai gaya gempa arah X yaitu sebesar 30 % tegak lurus arah gaya gempa statik Y (Vstatik= 30% (2096) = 628,8 kg)
5. ANALISA STRUKTUR DAN PERENCANAAN BALOK
Denah pembalokan
Gambar potongan B-B ; b. Tampak samping (adanyanya penambahan bracing dan kolom)
Tampak depan(adanyanya penambahan bracing dan kolom) ; b. Potongan A-A
Untuk Bracing yang digunakan menggunakan Coldform bentuk siku dengan tipe LA4630. Data-Data Profile (LA4630) A = 46 mm B = 35 mm t = 3,0 mm A = 225 mm2 W = 1,79 kg/m Ix = 0.0614 x106 mm4 Iy = 0.012 x106 mm4 Ix’ = 0.0484x106 mm4 Iy’ = 0.0251x106 mm4 E = 205 kN/mm2 = 205.000 N/mm2 Berdasarkan BS 5950-5 tabel 4 Us = 400 N/mm2 Ys = 300 N/mm2 py = 300 N/mm2
Gambar profil untuk Bracing tipe LA4630
Perencanaan Balok Data-Data Profile (LC15230 back to back) D = 127 mm b = 100 mm R = 3,2 mm t = 3,0 mm A = 1320 mm2 W = 10,57 kg/m Ix = 3,16 x106 mm4 Iy = 0,572x106 mm4 ix = 49 mm iy = 20,8 mm Zx = 83.800 mm3 Zy = 10.990 mm3 rx = 49 mm ry = 20,8 mm E = 200kN/mm2 = 200.000 N/mm2 Berdasarkan BS 5950-5 tabel 4 Us = 400 N/mm2 Ys = 300 N/mm2 py = 300 N/mm2
Bentuk profil Plain Channel (yang digunakan sebagai Balok)
•Kontrol Lendutan Pada Hasil Analisa Etabs, deflection terbesar yang terjadi
f
= 0,358 mm = 0,0358 cm
L = 2,0 m = 200 cm
L 200 0.555 cm 360 360
L f 360
0.0358 cm < 0.555 cm (Ok)
Adapun dengan menggunakan program bantu ETABS V9.02 beban yang diterima adalah sebagai berikut : Du
=
2.308 N
Mu
=
1.565.319 Nmm
Pu
=
16.245,7 N
Kuat Nominal Lentur Penampang Pengaruh Tekuk Lokal.
Penampang badan:
280 b 13 t Ys
1
2
maka:
M 'c M c
M c M cx po Z x 300 (49800) 1,494 10 7
Nmm
Penampang sayap:
280 25 Ys
1
2
280 b 40 t Ys
maka:
Mc
1
2
1
2 280 b 40 Ys t M 'c M c M p Mc 1 2 280 15 Y s
po Z x 300 (49800) 1,494 10 7 Nmm
M p Z xYs 49.800 300 1,494 10 7 Nmm M p M c 0 , sehingga
M 'c M c 1,494 107
Nmm
Kuat nominal lentur penampang pengaruh tekuk lateral
Mb B
M EMY
B
2
B
M EMY
M Y 1 M E 2
B 3,327 10 9 332,787 10 7 AED 1 LE t ME Cb 1 20 ry D 2 LE r y 2
2
1
Nmm
2
M E 2,745 109 (1,13) 3,102 109
Nmm
MC
Mb
4,634 10
16
(332,787 10 7 ) (1,107 1019 ) (4,634 1016 )
M b 6,969 10 6 Nmm > M c
1.565.319 Nmm (Ok)
Nilai “Mc” diambil dari nilai momen tekuk lokal antara sayap dan badan yang terkecil dengan momen Mu yang diterima.
Penampang masih mampu menahan tekuk lateral dan tekuk lokal. Artinya penampang LC 12730 yang digunakan sebagai balok induk kuat terhadap momen lentur yang terjadi.
Kontrol Profil Balok terhadap Geser harus memenuhi persamaan:
Pv Du
Pv 180 127=68.580 3 N
Pv Du 68.580 N Du 2.308N
(Ok)
Kombinasi Lentur dan Geser
Fv Pv
2
2
M 1 Mc
2.038 0,156 10 7 68.580 1,494 10 2
7
2
1
0,010883 1
(Ok)
6. PERENCANAAN SAMBUNGAN Diharapkan hubungan antara elemen struktur khusunya pada balok tidak mengalami rotasi (mampu mempertahankan sudut-sudut di antara komponen), sehingga dibuat tipe sambungan kaku sesuai dengan SNI 1726 pasal 13.1.2.1. I
II
A F
B E
C
II
D
Gambar denah daerah sambungan
Direncanakan dengan baut Ø 12 (BJ 41) Ab = ¼ π d2 = 113,09 mm2
fu
= 410 Mpa
S1 ≥ 1,5 d
(18 mm)
S ≥ 3 d (36 mm) Tebal pelat = 3 mm
, baut tipe tumpu.
Menggunakan baut tipe tumpu Kuat geser:
Vn r1 f u Ab m b
0,5 410 113,09 1
23.183,45
N
Vd f Vn 0,75 23.183,45 = 17.387,59 N(menentukan)
Kuat tumpu:
Rn 2,4d b t p f u 2,4 12 3 400 = 34.560 N
Rd f Rn 0,75 34.560 = 25.920 N
Sambungan Profil
Dalam perencanaan kita menggunakan profil LC12730 sebagai balok dimana terdiri dari 2 profil yang digabungkan satu sama lainnya. Akan tetapi untuk menghindari terjadinya tekuk pada salah satu profil, perlu diberi pelat kopel sejauh jarak tertentu. Profil tunggal LC15230 ix = 49 mm iy = 16,07 mm Profil ganda LC15230 (back to back) ix = 49 mm iy = 20,8 mm
Sambungan Balok-Balok Jadi kuat rencana baut yang dipakai (Rn) = 17.387,59 N Maka,
Pu n Rn 1.272 n 17.387,59 = 0,073
Maka jumlah baut yang dipakai
n = 2 buah
BALOK INDUK BALOK ANAK LC 12730 LC 10330
PELAT SIKU t=3mm
25
103
50 BAUT D12
127
25 25 25 3
100
SAMBUNGAN BALOK INDUK - BALOK ANAK ( DETAIL B1)
BALOK ANAK LC 10330 68
PELAT SIKU t=3mm
BALOK INDUK LC 12730
25
127
103 BAUT D12
50
25 3
25
25 25
SAMBUNGAN BALOK INDUK - BALOK ANAK ( DETAIL B2)
. Detail sambungan “B”
Sambungan Balok-Kolom
Direncanakan dengan baut Ø 12 (BJ 41), baut tipe tumpu. Ab = ¼ π d2 = 113,09 mm2
fu
= 410 Mpa
S1 ≥ 1,5 d
(18 mm)
S ≥ 3 d (36 mm) Tebal pelat = 3 mm
Sambungan baut
Pu n Rn Maka jumlah baut yang dipakai
(n)
Sambungan las
Digunakan las mutu FE70XX R = 3,2 mm, Tebal pelat = 3 mm, te = 2 mm
= 2 buah
te perlu
f tot 13,17 = 0,08 mm f n 0,75 221,4
≥
a perlu
≥
te 0,08 0,707 0,707
= 0,11 mm
Sesuai dengan SNI 1729-2000 pasal13.5 (tabel 13.5-1),aturan nilai
a min
dengan ketebalan pelat
= 3 mm untuk
t 7 mm, maka digunakan:
a
= 3 mm.
Pelat 3mm 102 100 Baut Ø12
Baut Ø12
24
24 Profil LC 12730 (back to back)
Profil LC 12730 (back to back) 48
Profil LC 12730 (back to back)
48 127 128
127
Las E70xx Las E70xx
24
24
24
24
48
48
48 48
24
24 28
Profil LC 15230 (back to back)
50
28
152
DETAIL SAMBUNGAN A1
DETAIL SAMBUNGAN A2
Detail sambungan “A”
Profil LC 12730 (back to back)
Pelat 3mm 102 100 Baut Ø12
Baut Ø12
24
24 Profil LC 12730 (back to back)
Profil LC 12730 (back to back) 48
Profil LC 12730 (back to back) 48 127 128
127
Las E70xx 24
Las E70xx
24
24
24
48
48
48
24
24 28
Profil LC 15230 (back to back)
50
28
152
DETAIL SAMBUNGAN C1
DETAIL SAMBUNGAN C2
Detail sambungan “C”
Pelat 3mm 102 100 Baut Ø12
Baut Ø12
24 Profil LC 12730 (back to back)
24 Profil LC 12730 (back to back)
48
48 127 128
127
Las E70xx Las E70xx
24
24
24
24
48
48
24
24
Profil LC 15230 (back to back)
Detail sambungan “D”
28
50 152
28
7. ANALISA PERILAKU BALOK Pada Tugas Akhir ini perlu dilakukan analisa perilaku penampang secara khusus dan untuk melakukan analisa tersebut diperlukan sebuah program bantu untuk memperlihatkan perilaku penampang yang terjadi. Program bantu yang dipakai disebut dengan nama Xtract. Dengan Program bantu ini kita dapat menganalisa kondisi profil yang dipakai saat menerima besar beban tertentu. Bahakn kita dapat mengetahui lokasi leleh pertama pada penampang profil yang dipakai. Untuk sampai mengetahui hasil analisa yang diharapkan, maka perlu melakukan beberapa langkah dalam menjalankan program ini.
Tabel 7. 3. Perbandingan hasil Running Analysis Xtract dengan hasil Running Analysis Etabs dan dengan analisa British Standard
Hasil Running Analysis Xtract Momen pada leleh pertama
14.920.000 Nmm
Momen ultimat
22.240.000 Nmm
Hasil Running Analysis Etabs (Momen yang diterima) Mu
1.565.319 Nmm Analisa British Standard
Mc (tekuk lokal)
14.940.000 Nmm
Mc (tekuk lateral)
6.969.000 Nmm
• Analisa besar momen yang mampu dipikul oleh penampang dari balok yang diambil, baik yang dianalisa dengan Xtract maupun dengan menggunakan British Standard perbedaan terlalu besar (perbedaan = 20.000 Nmm). • Dari data di atas juga kita dapat menyimpulkan bahwa, penampang masih sangat kuat dengan besar momen yang diterima, jadi penampang sangat handal menerima beban yang terjadi pada aturan pembebanan yang ada dan beban gempa pada daerah gempa kuat (zona gempa 6)
8. PELAKSANAAN PENGGUNAAN BALOK BAJA RINGAN
8.1 MATERIAL
Pada dasarnya bahan baja yang digunakan haruslah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh perencanan. Bahan baja tersebut dapat diperoleh dari pabrik yang telah dipercaya. Dimana tegangan leleh dari bahan baja tersebut tidak boleh melebihi 84 % dari tegangan putus
8.2 PROSES PENGERJAAN
•Dalam memotong material haruslah menggunakan alat yang telah ditentukan dan tidak merusak material baja. Jika terdapat lobang ataupun hal-hal yang sekiranya dapat mempengaruhi kekuatan material yang akan digunakan, hendaknya di hilangkan terlebih dahulu dengan cara memotongnya. •Dalam proses pembuatan lubang pada baja ringan hendaknya dengan cara di bor ataupun dengan cara ditekan dengan menggunakan alat yang telah disetujui. •Saat akan digunakan hendaknya material baja tersebut dapat dengan mudah dikenali dengan cara memberi tanda. Tapi perlu diingat pemberian tanda tersebut tidak boleh merusak material.
•Semua baut, mur ataupun paku keling yang digunakan haruslah terlindungi dari korosi. Dalam penggunaannya semua baut, mur ataupun paku keling haruslah terpasang sesuai dengan rekomendasi pabrik. •Daerah yang akan dilas hendaknya terbebas dari cairan, minyak, cat atapun benda yang dapat mempengaruhi kualitas las. •Pada saat pengerjaan elemen konstruksi sementara hendaknya mampu menahan beban yang ada. Dan pada saat dpindahkan tidak mempengaruhi kekuatan utama struktur. •Selama proses pengerjaan material baja haruslah disimpan ditempat yang aman dan terlindungi dari hal-hal yang dapat merusak material baja.
8.3 TOLERANSI
•Panjang dari profil baja yang digunakan tidak boleh menyimpang sebesar ± 3 mm dari yang telah ditentukan. •Sudut dari elemen yang berdekatan tidak boleh menyimpang ± 1o dari yang telah ditentukan. •Kelurusan profil tidak boleh menyimpang sejauh ± 3 mm atau L/500 dari yang telah ditentukan. •Posisi pada dasar kolom baja terhadap pondasi rigan tidak boleh menyimpang lebih dari 10 mm dari yang telah ditentukan •Deviasi pada ujung-ujung kolom baja ringan terhadap kolom dibawahnya tidak boleh menyimpang lebih dari 5 mm atau L/600 dari yang telah ditentukan
9. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Dari hasil analisa terhadap baja ringan yang tela dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini, maka dapat ditarik sejumlah kesimpulan sebagai berikut:
1. Profile Baja • Dari hasil perhitungan dan kontrol kekuatan terhadap profil Baja Ringan diketahui bahwa profil LC 12730 dapat digunakan sebagai balok pada srtuktur yang ada, karena : • Dapat memikul beban mati, beban hidup (sesuai PPIUG), beban angin (sesuai PPIUG) dan beban gempa daerah gempa 6 (sesuai SNI 1729-2000) Menahan gaya lateral dan lentur yang dihasilkan oleh bebanbeban tersebut sesuai dengan BS 1590-5. Meskipun profil sangat tipis ternyata mampu menahan beban yang cukup besar dan dipakai sebagai struktur utama pada rumah sederhana.
2. Model Struktur Pada permodelan struktur tanpa bracing (yang terlihat pada gambar 3.3 dan gambar 3.4) setelah dilakukan running analysis dengan Etabs, ternyata mengalami simpangan yang besar sehingga mengakibatkan struktur menjadi runtuh. Sehingga harus diberikan profil pengaku pada kolom arah memanjang struktur dan penambahan kolom bagian luar struktur supaya struktur mampu menerima gaya normal yang cukup besar dari beban gempa dan beban angin yang diberikan sehingga deformasi yang ditimbulkan menjadi lebih kecil (yang terlihat pada gambar 5.2 dan gambar 5.3). Penambahan profil pengaku bukan hanya memberi perkuatan pada struktur secara umum, namun juga dapat mengurangi besarnya gaya yang dihasilkan pada balok, sehingga balok pun lebih handal.
3. Rencana Sambungan Rencana sambungan memakai sambungan kaku dengan menggunakan baut tipe tumpu dengan kekuatan putus baut 410 Mpa sebagai pengikat dan pelat sebagai peyambung antara profil yang diambungkan dengan las dapat menahan gaya yang ada.
4. Analisa Perilaku Terhadap Lentur Dari hasil running program Xtract. Ternyata memperlihatkan kemampuan penampang profil yang sangat besar dalam memikul lentur. Itu dapat dilihat dari nilai momen maksimum yang dapat dipikul padaa leleh pertama (Mxxmax = 14.920.000 Nmm ) hampir sekitar 9,5 kali momen yang terjadi (Mmax =1.565.319 Nmm). Untuk laporan hasil analisa program Xtract, lihat lampiran Xtract.
5. Pelaksanaan Penggunaan Baja Ringan • Material Harus memperhatikan kekuatan material dimana tegangan leleh dari bahan baja tersebut tidak boleh melebihi 84 % dari tegangan putus. Jika didapati produk diluar ketentuan tersebut, perlu diadakan uji laboratorium. • Proses pengerjaan Ada 7 hal yang harus diperhatikan dalam pengerjaan di lapangan yaitu: pemotongan material, membuat lubang baut, memberi tanda pada material, pemasangan baut, pengelasan, pemindahan dan penyimpanan. • Toleransi Dalam pelaksanaanya dilapangan kadang kita temui ketidaksesuaian material sesuai dengan yang direncanakan. Namun beberapa hal tersebut masih dapat ditoleransi.
SARAN
Apa yang disampaikan dalam Tugas Besar ini barulah sebatas uji numerikal saja. Oleh karena itu untuk lebih menjamin kehandalan dari material baja ringan perlu diadakan uji laboratorium dengan skala tertentu sehingga didapat hasil yang lebih akurat. Selain itu penyusun berharap agar studistudi penggunaan material baru, lebih ditingkatkan terutama penggunaan material baja ringan.
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH