PROPOSAL RENCANA PENELITIAN
JUDUL PENELITIAN PENGARUH PUPUK BORAX TERHADAP TINGKAT VIABILITAS POLEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)
TIM PENELITI KELOMPOK PENELITI ILMU TANAH DAN AGRONOMI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT 2015
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................
i
I PENDAHULUAN .....................................................................................
1
Latar Belakang ........................................................................................
1
Peruusan Masalah ...................................................................................
1
Tujuan Penelitian ....................................................................................
2
Manfaat Penelitian ..................................................................................
2
II METODOLOGI........................................................................................
2
Tempat dan Waktu .................................................................................
2
Rancangan dan Perlakuan .......................................................................
2
Pengamatan ............................................................................................
3
III RENCANA BIAYA PENELITIAN .........................................................
5
LAMPIRAN .................................................................................................
6
DAFTAR PUSTAKA
i
PENGARUH PUPUK BORAX TERHADAP TINGKAT VIABILTAS POLEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Boron merupakan salah satu unsur hara mikro penting yang dibutuhkan tanaman kelapa sawit agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal. Boron memiliki peran utama dalam beberapa proses penting di dalam organ tanaman seperti pembelahan sel, integritas membran, serapan Ca, perkembangan akar, translokasi gula dan pembentukan dinding sel (Munawar, 2011). Gejala defisiensi Boron pada tanaman kelapa sawit pada umumnya sering ditemui pada tanaman belum menghasilkan (TBM) yang ditandai dengan rusaknya ujung anak daun seperti membentuk spiral dan rapuh. Gejala defisiensi Boron pada tanaman kelapa sawit biasanya muncul apabila kadar Boron di dalam tanah dibawah 0,3 – 0,5 ppm (Corley and Thinker, 2003). Secara umum defisiensi hara Boron pada tanaman kelapa sawit khususnya di Indonesia belum mendapat perhatian yang serius. Defisiensi Boron dikaitkan hanya sebatas pengaruhnya terhadap sistem fotosintesis tanaman yang dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman kelapa sawit dan produktivitas tanaman secara tidak langsung (Sugiyono et al, 2004). Padahal Boron memiliki fungsi yang sangat penting di dalam tanaman yang berkaitan langsung dengan pencapaian produktivitas tanaman yaitu pengaruhnya terhadap pembungaan, perkecambahan, dan pertumbuhan tepung sari (Havlin et al, 2005). Dewasa ini perkebunan kelapa sawit di beberapa wilayah di Indonesia dihadapkan pada permasalahahan penurunan produksi yang disebabkan oleh penurunan pembentukan buah atau lebih dikenal dengan istilah fruitset bahkan hingga dibawah 10% (Prasetyo et al., 2012a, 2012b). Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya nilai fruitset pada tanaman kelapa sawit seperti populasi E.Kamerunicus sebagai serangga penyerbuk kelapa sawit (Prasetyo dan Susanto, 2013), ketersediaan bunga jantan sebagai penyedia serbuk sari atau pollen, tingkat viabilitas serbuk sari, dan masih banyak faktor lainnya. Ketersediaan serbuk sari dengan tingkat viabilitas yang tinggi merupakan salah satu komponen yang menentukan keberhasilan dalam penyerbukan tanaman. Fruit set yang tinggi dapat dicapai apabila jika pada saat bunga betina mekar (anthesis) terdapat serbuk sari yang viabel dalam jumlah yang cukup sehingga semua bunga dapat terserbuki (Widiastuti dan Palupi, 2008). Penelitian tentang viabilitas serbuk sari dan pertumbuhan tabung serbuk sari yang meningkat dengan pemupukan boron telah diteliti pada tanaman padi (Garg et al.,1979). Demikian juga pada tanaman lain seperti tanaman tomat (Meena, 2010) dan brokoli (Firoz et al., 2008) dimana aplikasi boron secara nyata meningkatkan produksi tanaman. Namun untuk tanaman kelapa sawit hal tersebut masih sangat jarang dilakukan. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh dan keterkaitan kadar hara boron baik di dalam tanah maupun di dalam jaringan tanaman (daun) dengan tingkat viabilitas polen kelapa sawit. 1.2. Perumusan Masalah Dewasa ini perkebunan kelapa sawit di beberapa wilayah mengalami permasalahan dengan penurunan fruit set bahkan sampai dengan 10% yang tentu saja berakibat pada penurunan produktivitas tanaman (Prasetyo dan Susanto, 2013). Secara umum peningkatan fruit set dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara ekstern dan intern. Kajian peningkatan 1
fruit set kelapa sawit secara ekstern yaitu dengan peningkatan populasi kumbang penyerbuk kelapa sawit Elaidibius kemerunicus FAUST sudah dilakukan, sementara kajian peningkatan nilai fruit set secara intern yaitu dengan mengkaji tingkat viabilitas tepung/serbuk sari masih belum banyak dilakukan. Berdasarkan hal tersebut maka ada beberapa permasalahan yang harus di jawab dalam penelitian ini yaitu: a). Bagaimana pengaruh pupuk borax terhadap tingkat viabilitas tepung sari ? b). Berapa besar kebutuhan tanaman akan boron untuk menghasilkan viabilitas tepung sari sedikitnya > 70% ? c). Berapa banyak boron yang dapat diserap tanaman dari pupuk borax yang diaplikasikan? d). Bagaimana laju serapan hara, terutama boron oleh tanaman dari pupuk yang diaplikasikan ? e). Bagaimana hubungan antara kadar hara daun akibat pemberian pupuk borax dengan tingkat viabilitas tepung sari ? 1.3. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh boron terhadap tingkat viabilitas tepung sari 2. Mengetahui taraf dosis boron yang terbaik untuk meningkatkan viabilitas tepung sari 3. Menganalisis hubungan antara kadar hara boron daun dengan tingkat viabilitas tepung sari 1.4. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian yang dilakukan ini dapat menjadi informasi mengenai pengaruh boron dan banyaknya kebutuhan boron oleh tanaman kelapa sawit untuk dapat meningkatkan viabilitas tepung sari kelapa sawit. Dengan demikian para praktisi perkebunan kelapa sawit dapat meningkatkan fruit set tanaman yang secara tidak langsung juga dapat meningkatkan produktivitas tanaman. II.
METODOLOGI
2.1. Waktu dan Tempat Penelitian rencananya akan dilakukan selama 18 bulan yaitu mulai Januari 2015 sampai dengan Juni 2016 mulai dari plotting blok percobaan sampai pelaporan. Kegiatan penelitian lapangan akan dilakukan di kebun percobaan Aek Pancur dan kebun Marihat PT Perkebunan Nusantara IV. Sementara kegiatan analisis polen akan dilakukan di laboratorium Tepung sari Pusat Penelitian Kelapa Sawit yang berada di Marihat dan Medan. 2.2. Rancangan dan Perlakuan Penelitian didahului dengan identifikasi lapangan untuk menentukan blok-blok tanaman yang akan dijadikan blok percobaan. Adapun kriteria identifikasi adalah sebagai beriut: (a) tanaman kelapa sawit berumur 9-13 tahun (tanaman remaja), (b) tanah memiliki kandungan pasir yang cukup tinggi, dan (c) terdapat gejala defisiensi boron pada areal yang akan digunakan sebagai blok percobaan dengan melihat gejalanya berupa munculnya daun kail (hook leaves) atau kerusakan pada ujung anak daun (malformations). Percobaan disusun dengan menggunakan rancangan acak kelmpok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Tiap unit perlakuan terdiri dari 36 tanaman yang terdiri dari 20 tanaman pembatas dan 16 pohon pengamatan. Dengan demikian percobaan ini memerlukan 540 tanaman atau sekitar 4,2 ha areal. Percobaan ini rencananya akan dilakukan di dua tempat 2
yaitu di kebun percobaan Aek Pancur Tanjung Morawa dan kebun Marihat PT Perkebunan Nusantara IV dengan perlakuan yang sama. Dengan demikian total tanaman yang digunakan dalam percobaan ini adalah 1080 pohon atau sekira 8, 4 ha. Perlakuan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
K = Perlakuan dengan pemupukan standar tanpa aplikasi boron P1 = Perlakuan dengan pemupukan standar + 25 gram boron/pohon P2 = Perlakuan dengan pemupukan standar + 50 gram boron/pohon P3 = Perlakuan dengan pemupukan standar + 75 gram boron/pohon P4 = Perlakuan dengan pempukan standar + 100 gram boron/pohon
Perlakuan pemupukan standar adalah perlakuan pemupukan hara makro (N,P,K,Ca,Mg) dengan menggunakan pupuk tunggal dan dengan dosis yang disesuaikan dengan umur tanaman (Lubis, 2003). Aplikasi pupuk standar (N,P,K,Ca,Mg) dilakukan dengan cara tabur merata di dalam piringan pohon dengan jarak ± 1 meter dari batang. Sementara upuk Borax diaplikasikan dekat (rapat) dengan batang tanaman. Untuk pupuk makro diaplikasikan 2 kali setahun (per semester) sementara untuk pupuk borax diaplikasikan hanya sekali yaitu pada semester pertama. Selanjutnya dilakukan analisis ragam terhadap hasil pengamatan dari variabel percobaan yang diamati. Jika dalam analisis ragam perlakuan berpengaruh nyata selanjutnya dilakukan uji DMRT pada taraf 5%. 2.3. Pengamatan Variabel penelitian yang diamati dalam percobaan ini meliputi (a) viabilitas polen, (b) kadar hara daun, (c) kadar hara tanah, dan (d) kandungan hara dari tandan bunga jantan yang dipanen. Tahapan pengamatan variabel penelitian adalah sebagai berikut: 2.3.1. Viabilitas Polen a. Pemanenan bunga jantan Pengamatan viabilitas polen diawali dengan pembungkusan bunga jantan yang muncul pada setiap pohon pengamatan. Pengamatan bunga jantan dilakukan satu bulan setelah pupuk Borax diaplikasi. Setiap bunga jantan yang muncul pada pohon pengamatan diamati kemudian dilakukan pembungkusan dengan kantong pembungkus khusus (Pollination bag). Pembungkusan dilakukan satu minggu sebelum bunga jantan tersebut anthesis, selanjutnya tandan bunga jantan yang dibungkus siberi identitas sesuai dengan perlakuan yang dicobakan. Pemanenan serbuk sari dilakukan pada saat beberapa bunga sudah mulai mekar yang ditandai dengan sudah mulai terbukanya kelopak bunga. Pemanenan dilakukan pada jam 9-12 siang, selanjutnya tandan yang telah dipanen dibawa ke laboratorium tepung sari untuk selanjutnya dikondisikan pada ruangan ber –AC selama 3-4 jam. Pemanenan dilakukan pada jam 9-12 siang b. Pengumpulan tepung sari (polen) Pengumpulan tepung sari dilakukan dengan cara sebagai berikut: (1) tangkai tandan diletakkan di bagian atas, (2) kemudian dilakukan pemukulan kantong pembungkus tandan dengan menggunakan kayu tumpul dari segala arah, (3) tepung sari yang lepas dari spikelet kemudian ditampung dalam tabung plastik, (4) tabung plastik yang berisi tepung sari selanjutnya dilipat, di klip dan diolesi alkohol, (5) tepung sari di dalam tabung plastik selanjutnya diberi identitas sesuai dengan perlakuan yang dicobakan. c. Pengeringan Tahapan pengeringan yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) tepung sari yang telah dikumpulkan pada tahapan sebelumnya selanjutnya di masukkan dalam peti manipulasi yang 3
dilengkapi dengan 2 buah lampu kwarz 1000 watt dengan suhu 1050C setelah disterilisasi selama 5 menit, (2) di dalam peti manipulasi kemudian tepungsari dicurahkan ke ayakan dngan ukuran 8-10 mesh serta diberi silika gel aktif sebanyak 100-20 gram di bagian bawah ayakan, (3) tepung sari hasil ayakan selanjutnya diplester bagian atasnya untuk selanjutnya ditampung di dalam wadah yang telah dilapisi kertas filter untuk selanjutnya disimpan di dalam freezer dengan suhu -180C. d. Pengujian viabilitas tepung sari Bahan yang digunakan untuk menguji viabilitas tepung sari adalah: 1) media pengecambahan/sucrose 8%; 2) Borax 15 ppm; dan 3) Aquades. Cara pengujiannya dalah sebagai berikut: (i) media dan tepung sari diletakkan pada dek gelas, (ii) kemudian dek gelas yang berisi tepung sari tersebut disimpan dalam oven dengan suhu 380C selama 3-4 jam, (iii) setelah dipanaskan selanjutnya tepung sari tersebut diamati di bawah mikroskop yang meliputi jumlah kecambah tepung sari yang hidup dan mati, (iv) selanjutnya hitung nilai persentase kecambah tepungsari yang hidup. Tepung sari dikategorikan telah berkecambah apabila tabung polen yang terbentuk telah mencapai paling sedikit sama dengan panjang diameter polen. Perhitungan viabilitas polen adalah sebagai berikut: Viabilitas serbuk sari (%) = x 100% T = serbuk sari yang tumbuh sampai akhir pengamatan M = serbuk sari yang mati Penilaian dilakukan dalam dua tahap, bila pada pemeriksaan pertama diperoleh viabilitas >70% maka tepungsari dianggap baik dan tepung sari langsung disimpan. Apabila pemeriksaan pertama diperoleh viabilitas <70% maka dilakukan pemeriksaan kedua. Apabila rerata hasil pemeriksaan pertama dan kedua diperoleh viabilitas >70% maka tepung sari dianggap baik namun bila hasilnya <70% maka tepung sari harus diafkir. 2.3.2. Kadar hara daun dan kadar hara tanah Pengambilan contoh tanah dilakukan pada awal percobaan sebelum aplikasi perlakuan dan di akhir percobaan. Pengambilan contoh tanah dilakukan secara komposit di dalam piringan pohon pengamatan dengan menggunakan bor tanah pada kedalaman 0-40 cm. Analisis kadar hara tanah meliputi pH tanah, kadar N-total, P-tersedia, kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa, dan kadar B tanah. Sementara contoh daun diambil beberapa kali yaitu pada awal percobaan dan setiap 2 bulan setelah perlakuan diaplikasikan. Contoh daun yang diambil adalah contoh daun dari pelepah ke-17 dari setiap pohon pengamatan. Kadar hara daun yang dianalisis meliputi N, P, K, Ca, Mg dan boron. Pengambilan contoh daun yang dilakukan setiap 2 bulan tersebut dilakukan untuk mengetahui laju serapan hara tanaman dari perlakuan yang diaplikasikan. 2.3.3. Kadar hara tandan bunga jantan Bunga jantan yang telah diambil serbuk sarinya selanjutnya dianalisis di laboratorium untuk mengetahui kadar hara N, P, K, Ca, Mg, dan Boron. 2.3.4. Hubungan kadar hara daun dengan tingkat viabilitas tepung sari Analisis hubungan antara kadar hara daun dengan viabilitas polen dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi dan regresi sederhana. Uji korelasi yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan hubungan yang paling baik dari kadar hara boron di dalam daun dengan tingkat viabilitas polen. Sementara uji regresi bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh kadar hara di dalam daun dengan tingkat viabilitas polen. Dalam hal ini, kadar hara boron daun 4
sebagai variabel bebas (independent variable) dan tingkat viabilitas polen sebagai variabel tak bebas (dependent variable). Analisis korelasi sederhana dilakukan dengan menggunakan model sebagai berikut:
r
n XY X Y
n X
2
X n Y 2 Y 2
2
Koefisien korelasi (r) menunjukkan kekuatan hubungan antara variabel dimana nilai r berada pada interval -1 dan +1, dan nilai negatif (-) dan positif (+) menunjukkan arah hubungan (Liferdi, 2008). Kekuatan hubungan diukur dari besarnya nilai koefisien korelasi masingmasing hubungan dimana semakin mendekati 1 (positif atau negatif) nilai koefisien korelasi menunjukkan semakin erat hubungan antara dua peubah. Sedangkan untuk mengetahui apakah angka koefisien korelasi tersebut signifikan atau tidak dilakukan pengujian pada taraf 5% (Sarwono, 2009). Sementara analisis regresi sederhana dilakukan dengan menggunakan model sebagai berikut: =
+
;
dimana Y adalah tingkat viabilitas polen, x adalah kadar hara daun atau tanah, a adalah nilai intersep, b adalah koefisien arah atau koefisien beta. Untuk melihat perbedaan antara viabilitas polen pada tanaman yang sehat dengan viabilitas olen pada tanaman yang mengalami defisiensi boron maka dilakukan uji-t pada selang kepercayaan 95%. III. RENCANA BIAYA PENELITIAN Rencana biaya penelitian yang diperlukan dalam percobaan ini adalah sebesar Rp 260.194.000,- (dua ratus enam puluh juta seratus sembilan puluh empat ribu rupiah). Rincian biaya dalam penelitian ini disajikan pada Lampiran 1.
5
Lampiran 1. RINCIAN BIAYA PENELITIAN No 1
Uraian
harga satuan
Unit
Volume
Bahan dan Alat - Politation bag
Rp
250,000
30
1
Rp
7,500,000
- Kantong Plastik
Rp
20,000
2
1
Rp
40,000
- Amplop besar coklat
Rp
25,000
2
12
Rp
600,000
- Alkohol
Rp
150,000
5
1
Rp
750,000
- Botol wadah polen
Rp
10,000
75
1
Rp
750,000
- Handsprayer
Rp
25,000
5
1
Rp
125,000
- Cat
Rp
75,000
10
1
Rp
750,000
- Kuas
Rp
25,000
6
1
Rp
150,000
- Pupuk Borax
Rp
20,000
2
1
Rp
40,000
- Pupuk Urea
Rp
6,500
3250
1
Rp
21,125,000
- Pupuk SP-36
Rp
6,500
2750
1
Rp
17,875,000
- Pupuk MoP
Rp
6,500
2750
1
Rp
17,875,000
- pupuk Dolomit
Rp
1,000
2000
1
Rp
2,000,000
- Takaran pupuk
Rp
7,500
40
1
Rp
300,000
- Timbangan
Rp
150,000
1
1
Rp
150,000
Rp
70,030,000
SUB TOTAL I 2
Upah - Pembungkusan tandan bunga jantan
Rp
25,000
60
1
Rp
1,500,000
- Pemanenan tandan bunga jantan
Rp
25,000
60
1
Rp
1,500,000
- Tenaga kerja pemupukan
Rp
75,000
40
2
Rp
6,000,000
Rp
9,000,000
SUB TOTAL II 3
Analisis tanah Awal (1 lapisan) - Tekstur
Rp
36,500
1
2
Rp
73,000
- pH H2O
Rp
27,500
1
2
Rp
55,000
- pH KCl
Rp
31,500
1
2
Rp
63,000
- C-organik
Rp
40,000
1
2
Rp
80,000
- N-Kjeldahl
Rp
40,000
1
2
Rp
80,000
-P Bray II
Rp
35,000
1
2
Rp
70,000
-K, Ca, Mg, Na dapat ditukarkan
Rp
137,000
1
2
Rp
274,000
- KTK (kapasitas tukar kation)
Rp
131,000
1
2
Rp
262,000
- Al-dd
Rp
46,000
1
2
Rp
92,000
- H-dd
Rp
46,000
1
2
Rp
92,000
- Kejenuhan basa (KB)
Rp
26,500
1
2
Rp
53,000
- Bulk density
Rp
46,000
1
2
Rp
92,000
- Permeabilitas
Rp
69,000
1
2
Rp
138,000
Rp
1,424,000
SUB TOTAL III 4
Jumlah
Analisis daun - Kadar K
Rp
103,000
30
12
Rp
37,080,000
- Kadar Ca
Rp
103,000
30
12
Rp
37,080,000
- Kadar Mg
Rp
103,000
30
12
Rp
37,080,000
6
- kadar N
Rp
70,000
30
12
Rp
25,200,000
- kadar P
Rp
65,000
30
12
Rp
23,400,000
- Kadar B
Rp
27,500
30
12
Rp
9,900,000
SUB TOTAL IV 5
Rp 169,740,000
Analisis viabilitas polen - Viabilitas
Rp
-
30
2
SUB TOTAL V 6
Pelaporan
Rp 10,000,000 Total
1
1
Rp
-
Rp
-
Rp
10,000,000
Rp 260,194,000
Rincian biaya belum fix.......
7
Lampiran 2. Personalia dan jadwal No 1 2 3 4 5 6
Nama Eko Noviandi Ginting Heri Santoso Fandi Hidayat Arifin Zulham Dhani Sembiring Fakhrul Rozi
Jabatan Peneliti Peneliti Peneliti Teknisi Teknisi Teknisi
Keterangan Penanggung Jawab
Jadwal Palang Kegiatan
5
2015 Bulan 6 7
8
9
10
11
12
5
2016 Bulan 6 7
8
9
10
11
12
Uraian 1
2
3
4
Identifikasi lapangan Ploting percobaan Aplikasi pupuk makro Aplikasi pupuk borax Pembungkusan bunga jantan Pemanenan bunga jantan Uji viabilitas polen Pengambilan contoh tanah Analisis contoh tanah Pengambilan contoh daun Analisis contoh daun Analisis tandan bunga jantan Analisis data Pelaporan
Uraian 1
2
3
4
Identifikasi lapangan Ploting percobaan Aplikasi pupuk makro Aplikasi pupuk borax Pembungkusan bunga jantan Pemanenan bunga jantan Uji viabilitas polen Pengambilan contoh tanah Analisis contoh tanah Pengambilan contoh daun Analisis contoh daun Analisis tandan bunga jantan Analisis data Pelaporan
8
DAFTAR PUSTAKA
Corley, R.H.V. and P.B. Thinker. 2003. The Oil Palm, 4th edition. Blackwell Science Ltd, United Kingdom. Firoz, Z. A., M.M. Jaman, M.S. Alam, dan M.K. Alam. 2008. Effect of Boron Application on the yield of different varieties of broccoli in hill valley, Bangladesh. J.Agril.Res. 33 (3): 655-657 Garg, O.K., A.N. Sharma,and G.R.S.S. Kona. 1979. ‘Effect of boron on the pollen vitality and yield of rice plants (Oryza sativaL. var. jaya)’, Plant and Soil, 52 (4): 591-4. Havlin, J.L., J.D. Beaton, S.L. Tisdale and W.L. Nelson, 2004. Soil Fertility and Fertilizers. 6th edition. Pearson Education, Patparganj Delhi, India. Liferdi, L., R. Poerwanto, Susila A.D., K. Idris dan I.W. Mangku. 2008. Korelasi kadar hara Fospor daun dengan produksi tanaman Manggis. J.Hort. 18(3): 285-294. Lubis, A U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia. Edisi 2. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan: 209-210. Meena, R. S. 2010. Effect of boron on growth, yoeld and quality of tomato (Lycopersicum escelentum Mill) cv Pusa Ruby grown under semi-arid conditions. Int. J. Chem. Eng. Res. 2 (2):167-72. Munawar, A. 2011. Kesuburan tanah dan Nutrisi tanaman. PT Penerbit IPB Press. BogorIndonesia.147-151. Prasetyo, A.E., M. Arif, dan T.C. Hidayat. 2012a. Buah landak pada tanaman muda kelapa sawit. Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit 17(1):13-20. Prasetyo, A.E., A. Zaimudin, dan W.A. Harsanto. 2012b. Evaluasi buah partenokarpi pada tanaman muda kelapa sawit di PT Graha Inti Jaya, tahun 2012. Medan:Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Prasetyo, A.E., A. Susanto. 2013. Peningkatan fruit set kelapa sawit dengan teknik penetasan dan pelepasan Elaedibius kamerunicus Faust. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit 21 (2): 82-90. Sarwono J. 2009. Statistik itu mudah: Panduan Lengkap untuk Belajar Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16. Penerbit. C.V. Andi offset. Sugiyono., H. Santoso, dan S. Rahutomo. 2004. Aplikasi boron pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan (umr 2-3 tahun) yang mengalami defisiensi B. Jurnal Penelitian Kalapa Sawit 12 (3): 155-174. Widiastuti, A dan E.R Palupi. 2008. Viabilitas serbuk sari dan pengaruhnya terhadap keberhasilan pembentukan buah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). J. Bidersitas. 9 (1): 35-38.
9