Prolog : Sebuah Surat Kecil untuk Mengenang Mereka Apa kabar semuanya? Semoga baik-baik saja, saat ini aku menuliskan kisah perjalanan, petualangan fisik dan jiwa saat mulai melakukan penelitian di daerah NTB. Ada beberapa pergolakan yang saat itu aku rasakan. Saat mulai mengenal pergolakan jiwa, dan fisik. Aku mulai tersadar bahwa di luar sana, ada seorang anak yang sebaya dengan aku, umurnya juga hampir sama. Anak itu kini masih sama dengan saat itu, tiap harinya mengais sampah, anak itu memulai belajar akan arti kehidupan dengan aktivitasnya, belajar bersabar dari kesehariannya, dan belajar mengerti akan adanya kelas sosial. Nah, dilain sisi aku juga sempat mengenal seseorang, aku lupa siapa namanya!, tapi itu tidaklah penting. Anak itu memiliki tubuh yang kecil, rambutnya bergelombang, kulitnya hitam, dan tiap harinya selalu membawa tongkat saat pergi ke sekolah. Umurnya kini mungkin telah 20 tahun, dan sebaya dengan ku. Tiap harinya dia harus berangkat
ke sekolah sejauh 2 KM dengan mata yang tidak dapat melihat. Kalau yang ini beda lagi, saat perjalanan pulang dari kegiatan pembuatan buku trafficking anak di Bogor pada tahun 2008 lalu, aku bersama teman-teman menuju kejakarta menggunakan kereta. Ada anak kecil yang kira-kira umurnya masih 6 tahunan, dia tidak memiliki tangan kanan, satu mata kirinya tidak melihat, dan dengan nada kecil sambil digendong oleh ibunya dia mulai berbicara “minta..minta”. Ada beberapa kegalauan ku bersamaan dengan apa yang saat itu aku rasakan. Aku sadar tidak merasakan apa yang mereka rasakan. Aku selalu berbicara lantang, bahkan hingga mengatakan “aku melihat”. Saat aku melihat anak kecil dikereta itu, aku sangat sedih akan apa yang aku lakukan saat mengikuti kegiatan pembelaan hak anak sedangkan aku tidak merasakan susahnya mereka, aku malu saat mengingat bahwa masih ada anak yang bekerja disaat teman-temannya menuju kesekolah, dan aku sangat geram saat mengingat diriku bersama teman2
teman pergi kesekolah menggunakan kendaraan, namun dilain sisi ada anak yang menggunakan tongkat dengan mata yang tidakdapat melihat, dan harus berjalan hingga 2 km. Ada beberapa pelajaran, ketabahan, kesabaran, dan keikhlasan yang saat itu aku temukan. Selamat bergolak dengan pikiran kalian, selamat mencintai apa yang anda miliki, dan temukan semuanya saat anda membaca bait demi bait semangat dari mereka. Salam,
Miftahul Arzak
3
Pemimpin tidak harus didepan. Pemimpin juga harus bisa di tengah, dan Pemimpin harus bisa dibelakang untuk membantu anggotanya. Asri Mardiyanto (Kepala Sekolah SMA Perigi/Pendiri Forum Silaturahmi Pemuda Pelajar Mahasiswa Lombok Timur) Kita harus jadi orang yang expert dibidang kita. Kalau menjadi seorang Public Relations, jadilah Public Relations yang expert. Sebenarnya yang terpenting dapat bermanfaat bagi orang lain, jadi pemulung pun kalau bermanfaat bagi orang lain, dia lebih baik daripada pejabat yang buruk, dan sering korupsi. Mas Aan (Ketua LSM Galang Anak Semesta NTB/Anggota Lembaga Perlindungan Anak Nusa Tenggara Barat)
4
Kamu yakin mau sekolah? Kalo aku gak mau sekolah, ngapain aku harus jalan kaki kurang lebih 2 km ke sekolah tiap harinya. Nurhasanah (Anak Desa Monggas, Lombok Tengah) Dulu kita sekolah pindah-pindah. Numpang di SDN 1 dan SDN 2 Perigi, tapi sekarang sudah punya sekolah sendiri. Dulu juga kita gak punya meja dan kursi sekolah, kalau belajar kita membawa papan seperti ujian, nulisnya bersandar paha saja, dan kalau panas didalam kelas kita harus pindah dibawah pohon. Kasmir (Siswa SMA Perigi, Lombok Timur) Beberapa lembaran buku tidak akan dapat menulis curhatan teman-teman yang saya temui saat itu. Banyak kata-kata yang saya dengar, dan tidak cukup ruang memori untuk menyimpan kata-kata itu semua, bahkan untuk menulisnya, saya pun tak sanggup. Pelajaran dibangku sekolah atau kuliah yang kita dapatkan mungkin tidak akan dapat menjawabnya. Memberikan inspirasi dan motivasi untuk kita semua dalam segala bidang merupakan semangat dalam memandang hidup ini.
5
Koloni Ko.lo.ni (n) (1) Daerah penempatan penduduk;(2) Daerah pengasingan tempat tempat penyembuhan orang sakit; (3) Pol kelompok orang yang bermukim didaerah baru yang merupakan daerah asing, sering jauh dari tanah air dan tetap mempertahankan ikatan dengan tanah air atau asal Negara asal; (4) Zool kawanan binatang yang tinggal di suatu daerah, hidup sangat berdekatan dan saling berhubungan dengan satu sama lain. Lebah Le.bah (n) Serangga berbulu, bersayap empat dan hidup dari madu kembang (banyak macamnya seperti – keram—lalat); tawon. Dua (2) Dua (num) (1) bilangan yang dilambangkan dengan 2 (Arab) atau II (Romawi); (2) urutan ke-2 sesudah pertama dan sebelum ke-3; (3) Jumlah bilangan 1 ditambah 1 (v) men.dua v berlari menderap: kuda itu -. Pulau Pu.lau (n) tanah (daratan) yang dikelilingi air (di laut, di sungai, atau di danau).
6
Awal Perjalanan: Perkenalan yang Manis Tepat saat itu, ya! sangat tepat. Sudah lama aku ingin mengisi liburan semester dalam beberapa bulan ini untuk melakukan aktifitas ataupun kegiatan yang positif. Entah itu traveling, mengajar atau pun penelitian, walaupun aku sendiri sadar tidak memiliki kemampuan melakukan semuanya itu dalam satu waktu. Saat memulai tulisan ini merupakan saat dimana aku akan memulai sebuah penelitian kecil. Bisa dikatakan untuk mempersiapkan diri dalam membuat skripsi. Kalau pun seandainya nanti topik penelitian ini tidak bisa diterima sebagai usulan skripsi, maka aku akan merubah arah untuk membuat penelitian ini menjadi bahan tulisan penelitian diajang perlombaan menulis. Tetapi aku juga banyak berharap agar penelitian ini tidak putus ditengah jalan, dan paling tidak akan bermanfaat. Saat ini aku memasuki tahun ketiga menjadi Mahasiswa S1 Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Memang dikatakan sangat terburu-buru untuk melakukan 7
sebuah penelitian skripsi, tapi mengingat masih akan ada banyak tantangan didepan yang semakin banyak, tentunya aku juga harus menggunakan kecepatan yang lumayan tinggi untuk lebih cepat, paling tidak waktu yang ditempuh tidak terlalu lama untuk menjadi mahasiswa S1. Ada sebuah prinsip hidup yang sering disebut-sebut oleh para tetua, bahwa “Jika disekitarmu diam, maka kamu harus berjalan, jika disekitarmu berjalan, maka kamu harus berlari, dan jika disekitar mu berlari, maka kamu harus menggunakan motor agar lebih cepat”. Kata-kata itulah yang harus dipegang oleh beberapa orang, dan menjadi acuan ku saat ini. Prinsip itu sama sekali bukan untuk membuat orang menjadi sombong karena ingin terlihat lebih dibandingkan orang lain, namun jika ada beberapa orang disekitar kita yang sama berfikiran seperti itu, maka kita akan menjadi orang yang diam, saat orang-orang disekitar kita mulai berjalan. Itulah mungkin yang juga dilakukan oleh teman-teman, sahabat, keluarga bahkan masyarakat ditempat yang akan aku kunjungi. Walaupun mereka tidak memiliki kemampuan yang banyak untuk berjalan disaat orang sudah mulai berlari, tetapi 8
mereka masih memiliki semangat untuk siap berjalan bahkan memaksakan dirinya untuk berlari agar dapat selalu sama atau lebih dibandingkan orang-orang yang memiliki kemampuan dibandingkan mereka. Mereka pun bahkan siap untuk bersama-sama menjadi suatu koloni lebah ditengah padang pasir yang tidak terlihat bunga-bunga sama sekali, karena mereka ingin sekali melihat padang pasir itu akan ditumbuhi bunga-bunga yang cantik. Awal Juli 2011, merupakan perjalanan pertamaku untuk menuju dan melakukan persiapan beberapa penelitian. Setelah beberapa bulan disibukkan dengan kegiatan jurusan yang lumayan memakan waktu, dan harus lebih konsen untuk kenaikan semester 5, maka bisa dikatakan cerita perjalanan ini terbentuk karena keinginan dan ketidak sengajaan juga. Penelitian yang memakan waktu kurang lebih dua minggu ini, memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, hingga harus menuju daerah Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, memerlukan beberapa persiapan dan ijin dari A sampai Z. Bulan Juni tepatnya aku sudah mulai menghadapi libur yang sangat panjang hingga bulan September. Libur kenaikan dalam semester 5 tahun 9
ketigaku saat menempuh jenjang sarjana strata 1, dan menghadapi bulan Ramadhan untuk tahun 2011. Awal juni aku sudah disibukkan dengan beberapa event jurusan yang bisa dikatakan sangat besar, dan memakan pikiran juga tenaga yang lumayan banyak. Setelah melakukan berbagai aktifitas yang padat, tepat setelah itu aku baru mengingat untuk melakukan penelitian. Entah itu penelitian apa, dimana, serta kapan penelitian itu dilakukan, aku juga tidak tahu akan terjadi sendiri. Jika aku mengingat kembali memori awal keinginan penelitian itu, hanyalah ide yang terlintas dalam benak untuk dapat mengisi hari hari libur ku dengan hiburan serta pengetahuan. Dalam beberapa minggu itu pun aku tidak menyangka bahwa akan mendapatkan pengalaman yang sangat luar biasa. Tepat tanggal 1 Juli beberapa kesibukan ku didalam jurusan sudah mulai berkurang, dan kini mempersiapkan beberapa keperluan untuk melakukan perjalanan, namun ada beberapa yang perlu aku siapkan, dari awal menyiapkan surat-menyurat ijin penelitian, berdiskusi dengan beberapa dosen, walaupun tidak semua dosen sama merespon keinginan ku untuk 10