Mengenang…
JOKO DWI SANTOSO (1979 – 2009)
Ia mutiara tersembunyi Ia yang tak mau menampakkan diri Biarkan anak cucu yang mengetahui
Bahwa ia pernah hadir di bumi…
limited edition 2009
Untukmu Mbak Mekar, Azka, Azzam, dan Faiz Buku kenangan ini kami persembahkan…
2
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillahirobbil’alamiin kami panjatkan ke hadiratMu Robbul ‘Izzati. Purna sudah kami susun buku kenangan ini. Buku sederhana tapi menyimpan selaksa kenangan di kedalamannya. Betapa tidak, kami harus menguras habis emosi untuk bisa mengaksarakan lembar-lembar kenangan bersama seorang saudara, sahabat, teman kami yang lebih dulu Engkau panggil. Ijinkan kami mengenangnya ya Robb, bukan untuk meratapi tapi biarkan anak cucu kami memaknai. Tulisan ini kami buat di tengah-tengah duka yang mendalam atas kepergian sahabat, teman, sekaligus saudara bagi kami. “Joko Dwi Santoso” . Ya, duka… berita yang datang tiba-tiba, dengan kepergiannya yang menyimpan rahasia. Kecelakaan maut merenggut nyawa sahabat kami. Kecelakaan “tunggal” begitu katanya. Rumah Sakit Lampung menjadi tempat menghabiskan detik-detik terakhirnya. Namun apalah diharap, Allah lebih menginginkannya. Yang lebih dicintai, lebih dulu dipanggilNya. Tanggal 31 Juli 1979 ia hadir di bumi Jakarta. Hampir 30 tahun ia menggenapkan usianya, tepat tanggal 16 Juni 2009 hari Selasa, ruh suci itu memenuhi kekasihnya, untuk satu cinta.*(ini motto hidup Pak Joko). Perginya yang tiba-tiba, padahal masih banyak cerita yang akan ia sampaikan, masih banyak ide-ide brilian yang ia janjikan, diskusidiskusi menarik yang ia tawarkan, impian-impian yang ingin ia wujudkan. Semua itu membuat kami menangis… Setiap mengikut i kisahnya, mengingat orang-orang tercinta yang ia tinggalkan, mengenang kebersamaan dengannya, singkat seperti baru saja kemarin, kami tak percaya, namun kami harus menerima. Lagi-lagi semua itu membuat kami menangis… 3
Kami tidak ingin kenangan apapun bersama sahabat kami hanya menjadi kenangan kami semata. Apapun rasa kenangan itu, entah suka, duka, pahit, ataupun manis, juga untuk setiap pemikiran dan pesan-pesannya, kami berharap semua itu kelak bisa bercerita tentang siapa Joko Dwi Santoso kepada putra putrinya. Semoga bisa diambil hikmahnya oleh siapa saja yang membacanya. Kami ingin membaginya dalam sebuah buku, untuk orang-orang yang kami yakin sangat dicintai oleh sahabat kami. Yaitu istri dan ketiga buah hatinya. Terima kasih kami sampaikan kepada seluruh saudara-saudara (maaf tidak bisa menyebutkan satu persatu) yang turut andil dalam penyusunan buku ini, baik berupa tulisan, ucapan duka yang disampaikan lewat facebook, dan sekaligus do’a sehingga buku kenangan ini dapat tercipta dengan baik, semoga Allah SWT membalasnya dengan kebaikan yang lebih banyak. Amiin..
Karanganyar, Akhir September 2009 Diyah Wahyu S.
4
EPILOG (Mengapa harus kami tulis buku ini?)
a wiseman talks because he has something to say yet a fool talks because he has to say something Diantara orang-orang yang hidup, sesungguhnya ada yang telah mati. Dan hal yang sebaliknya pun juga berlaku, diantara mereka yang telah mati ada yang masih hidup. Mereka hidup karena telah menggoreskan sejarah berkesan di hati manusia. Dan salah satu bagian dari sejarah itu adalah kenangan. Namun, apalah arti sebuah kenangan! Bukankan ia hanya serpihan waktu masa lalu yang berhias dengan beragam mozaik rasa? Ada banyak hal di dunia ini yang tidak bisa dibeli dengan uang. Satu diantaranya adalah kenangan. Kenangan yang layak diceritakan dan dituliskan. Semua kenangan adalah harta berharga, termasuk di dalamnya kenangan pahit sekalipun. Kenangan memberitahu kita bagaiamana rasanya bahagia, nestapa, duka atau rasa yang tak terkatakan saat gelora haru membuncah dada. Kenangan itu memberi energi kepada jiwa kita agar kembali menjejakan kaki dan menegakkan kepala seraya menatap langit yang tiada terkira luasnya. Wahai teman, saudara dan adikku…….., perkenankan kami mengenangmu dengan menggoreskan kenangan itu dalam aksara agar lebih abadi ia dalam melintas masa….. dan biar kelak anakanakmu tidak perlu bertanya siapakah ayahnya. Semoga dengan segala keterbatasannya, serpihan kenangan ini dapat memberi
5
jawaban dan sekaligus menjadi saksi bahwa engkau pernah hadir membangun pilar-pilar peradaban di muka bumi…….
Semarang, Medio Agustus 2009 Hariyatman Prasatya J. (Sang Abdi)
6
DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................................
1
Halaman Persembahan ........................................................
2
Kata Pengantar ....................................................................
3
Epilog .................................................................................
5
Daftar Isi .............................................................................
7
Pak Joko dalam Milis .............................................................
8
Pak Joko dalam Milis Rohis SMA 36 ..................................
9
Pak Joko dalam Milis IC .....................................................
18
Pak Joko dalam Aksara .......................................................
57
Perkenankan kami mengenangmu .......................................
58
1. Sang Abdi .......................................................................
58
2. Rita .................................................................................
71
3. Suhendri ..........................................................................
74
4. Diyah ..............................................................................
95
Penutup ............................................................................... 102
7
Pak Joko dalam MILIS
8
PAK JOKO DALAM MILIS ROHIS SMA 36
Assalamu'alaikum.. saya teman SMA-nya Joko, yg kebetulan juga kuliah di Mesin UNDIP. ini ada email dari beliau beberapa bulan yang lalu ke mailist alumni ROHIS SMA 36. Syahril ----------------------------30 Maret 2009 Assalamu'alaikum wr wb Barokallohu lakum wa baroka 'alaikum wajama'a bainakuma fi khoir akhirnya.... he..he.... selamet ye... buat akh syahril... tapi afwan, sepertinya ane tdk bisa hadir... kebtulan memang sdeang tdk bisa pergi2 tapi semoga jadi keluarga samara..... wassalamu'alaikum wrwb your brother jds ^_^ _^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^
9
a wiseman talks because he has something to say yet a fool talks because he has to say something ---------------------------------6 Januari 2009 Assalamu'alaikum wr wb he..he.. pa kabar semuanya ? klo baca email di bawah kayanya seru juga ya, syahril yg dgn menggebu-gebu pengen syuro.. he..he.. afwan akh, ane pengen dateng, tapi ga bisa.. jauh soalnya..... he..he.. oh iya... buat yg belom kenal kita kenalan dulu ya.. ane joko, joko dwi santoso lengkapnya, alumni 36 angkatan '98 (dah tua ya ? ^_^) seangkatan ama syahril, cuman bedanya, ane dah puna jundi 3, klo syahril ampe sekarang ditunggu undangannya tapi blom dateng2.. he..he.. sekarang domisili di lampung, gaweannya jualan baju dirumah sama jadi pegawai kecil2an di asuransi astra.. sebelumnya, numpangn tanya nih, akh yanuar itu yg sekarang jd ketua alumni ya ? 10
afwan nih, soale rada ga konek, klo iya, selamat berjuang, dan tinggal tunggu tanggal gajiannya ^_^ trs, ijinkan ane sdikit urun rembuk, tentunya sebatas kemampuan yg ane punya, pertama,: masa2 SMA adalah satu masa yg tidak akan pernah terlupakan disejarah lembar kehidupan saya, disanalah awal ane bisa seperti sekarang. ini perlu saya tegaskan , kenapa ? karena saya yakin, tidak hanya saya yg merasa begitu. jadi ketika ditanya apakah masih peduli dengan al fath (da'wah 36)? saya akan jawab : masih sangat peduli sekali !!! dan lagi2 saya yakin itu bukan jawaban saya seorang, jadi (lagi) ketika ditanya apakah masih ada yg peduli dgn 36 ? tentu pasti ada... cuman masalahnya tentu dgn keterbatasan masing2. kedua : utk seluruh saudara ane di 36 (terutama akh yanuar, karena beliau yg memulai) adalah langkah yg baik, menurut saya, ketika akh yanuar mengirim email di bawah, supaya kita tau kondisiyg ada di 36, tapi,sekali lagi klo saya boleh ngasih masukan, ada beberapa hal yg harus kta sadari, antara lain, >. ketika seorang ikhwan/akhwat lulus dari 36, maka sadarlah,
11
dia punya beban lain (amanah lain) yg saat itu juga dia harus penuhi. contoh : ketika dia diterima kuliah, maka amanah dawah kampus sudah menanti,belum lagi amanah keluarga, dgn beban kuliahnya, cepet lulus, cari kerja, NIKAH !, dsb. jadi sangatlah tidak adil ketika kita tetap membebani al akh tadi dgn beban da'wah 36 yg tidak proporsional. (kasihan akh syahril yg ampe skrg blom merit, gara2 pusing mikirin 36, he..he..) ini bukan berarti trus langsung cabut dr 36 trus ngelupain al fath, bukan seperti itu, tapi alangkah bijaknya, ketika kita memberikan beban sesuai dgn porsinya, contohnya ane, kalo ane suruh dtg syuro ke rumah syahril, ane ga sanggup, paling yg ane sanggup, ya ngirim email kaya gini. jadi, lihatlah masalah itu sesuai dgn proporsinya, apakah masalahnya memang para alumni tadi yg sudah ga peduli lagi ama 36, atau memang ada pembagian porsi amanah yg timpang ? solusinya adalah : coba di inventarisir lagi sdm 36 (baik yg masih ada di 36 or alumni) dan berikanlah amanah sesuai dgn porsinya. >.ane ga akan bosan2 utk mengingatkan, "ketika kita menghadapi masalah, maka hal yg pertama yg HARUS DILAKUKAN adalah MENCARI DAN MENGIDENTIFIKASI INTI MASALAHNYA.
12
klo yg ane baca dr emailnya akh yanuar, masalah yg di hadapi (kesannya) sangat sulit bin susah, benarkah seperti itu ? coba di uraikan dulu masalahnya, apa dr internal sdm ? apa dr external ? coba di identifikasi, dan kita coba selesaikan secara bertahap, tentunya dgn skala prioritas, mana dulu yg harus di selesaikan. kalo kita mau menyelesaikan sekaligus, mungkin berat, tapi klo satu2 apalagi nyelesaikannya bareng2 tentu lebih mudah ^_^ solusinya: coba deh, duduk tenang, sambil ambil pulpen plus buku, nah di uraikan masalahnya trus dicari deh intinya yg mana, udah gitu gimana tindak lanjut penyelesaian masalahnya, di urutkan berdasarkan urgensi masalahnya pasti bisa! ketiga: (dan ini mungkin yg terpenting) ada 3 sikap yg harus di miliki ketika kita mau menyelesaikan sebuah masalah yaitu : 1. THINK POSITIVE !! 2. THINK POSITIVE !! 3. THINK POSITIVE !! positif thinking kesiapa ? tentunya yg ngasih masalah yaitu ALLAH SWT, kenapa sih kita di kasih ujian ? supaya kita naek kelas!! itu jawabannya...
13
jadi berbahagialah ketika kita menghadapi masalah! (mungkin ada beberapa dr antum yg mulai menganggap "wah... si joko mulai ngelantur.. he..he..) tapi bener lho.. klo kita ga ada masalah bisa jadi kita ga naek2, atau gagal terus dan ahirnya tetap aja ga naek kelas, coba di perhatikan, seberat apapun masalah kita di 36, apakah masih lebih berat dr masalah yg di hadapai HAMAS di GAZA ? yg untuk menegakan da'wah harus menggangkat senjata! ( mungkin antum ada juga yg mikir,mending disana, bisa jihad trus syahid, masuk surga deh, tapi ane kok yakin, ketika kita ada di posisi yg sama dgn mereka, mungkin kita juga akan mikir " enak ikhwah yg di indonesia, yg tidak harus mengangkat senjata untuk menegakkan dakwahnya, and gues what ? pahala nya sama akh, kita dan mereka di sana sama2 lagi jihad!!, so think again !) apalagi klo di bandingin ama masalah yg di hadapin rosul, tentunya ga ada apa2nya... jadi, berpikirlah positif "ketika ALLAH menghendaki, semua ada jalan keluarnya !" solusinya : mungkin ane terkesan menyederhanakan, tapi santai aja.. yg harus dilakukan adalah berfikir jernih, jadi kita bisa meihat masalah secara objektif, dari situ insyaAllah akan ketemu jalan keluarnya. terahir ane mohon maaf, karena utk saat ini, mungkin hanya ini kontribusi yg bisa ane berikan, pengen juga sih kapan2 klo di jakarta, pengen ngumpul bareng, dan mungkin kita bisa saling sharing, permasalahan yg ada...
14
ane insyaAllah mau hadir, apalagi udah kangen pengen ngeliat tampangnya para al akh yg udah mulai tua he..he.. kapan ya ke jakarta, kayanya ane pertengahan febuari, klo jadi ke jakarta, ada acara di sana,mungkin kita bisa ketemuan, klo jadwalnya memungkinnkan, yah sharing2 aja sedikit cerita waktu ane d semarang waktu disana ikhwan hanya ada 2 (termasuk ane) akhwat ada hanya ada 5, jadi hanya 7 org ngurusin 1 fakultas, apa itu berat ? pasti ! tapi asik lho.. bisa ngelihat org2 yg simpati dgn kita membatu dakwah ini dgn tulus, bahkan mau jadi benteng ketika ada yg menyakiti, asik lho ngelihat adek2 kelas tumbuh jadi kader2 yg militan, yang berani melawan anak fakultas lain ketika kampus di serbu pas pemira, padahal saat itu dia hanya satu orang! sedangkan yg dateng ada sekitar 10, dan cerita itu jadi legenda di kampus ! sekarang beliau jadi staf fraksi PKS di DPRD jateng. asik lho... bisa nyelesaikan masalah bahkan menginspirasi fakultas lain dalam menyelesaikan masalahnya.. ternyata sedikit itu asik lho... (dan sedikit bocoran, sepertinya masalah yg di hadapi saat itu ga jauh beda ama masalah yg di ungkapkan akh yanuar di bawah) tapi ada satu kalimat dr satu ikwah di kampus yg ane masih ingat sampai sekarang, komentarnya waktu para kader di kampus mulai banyak..
15
"jumlah boleh aja mayoritas, tapi MILITANSI tetap minoritas !!" maksudnya semangat militansi kita tetap sama seperti ketika kita masih minoritas. salam buat semua...... maaf ya udah baca sampe sini, semoga ga bosen baca email ane.. klo ada yg bisa ane bantu, pasti ane bantu !! so.. keep on fighting !! "Until you understand the difference between STREGHT and POWER!, You can never defeat me!!” -Wang Jinrei-The King of Iron Fist Tournament 5-TEKKEN Dark Resurrectionwassalamu'alaikum wrwb your brother jds ^_^ _^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^ a wiseman talks because he has something to say yet a fool talks because he has to say something ---------------------------------------------10 Oktober 2007
16
Assalamu'alaikum wr wb pa kabar semua ? afwan lama ga nongol.... ane sekeluarga cuma mo ngucapin ..... met lebaran.... taqoballahu minna wa minkum ^_^ oh ya.... btw bagi yg blm tau... ane skrg di jkt lo he..he..he.. ^_^ ====== to akh syarif 98 ayo kapan.......? ntar ane tungguin nih.... ^_^ ====== to al fath-er (aktivis & pencinta alfath) tidak ada kalimat lain... selain..... "militansi tanpa batas !" wassalamu'alaikum wrwb your brother jds PAK JOKO DALAM MILIS IC
17
19 Mei 2009* *(email terakhir Pak Joko di milis IC) Assalamu'alaikum wr wb ada artikel bagus, fotonya ada di bawah, wassalamu'alaikum wrwb your brother jds ^_^ _^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^ joko Dwi Santoso Ins@ Kotabumi Telp. (0724) 22222 "Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan" (AlQuranul Karim) "Seringkali kita hanya melihat, apa yg ingin kita lihat, bukan apa yg seharusnya kita lihat"
From: Loekman Hakim Sent: Fri 5/15/2009 9:50 AM To: Insurance Officer Sumatra Wil 2 18
Subject: FW: Renungan Pagi Dear All, Baca artikel in dan jadikan motivasi kita untuk bisa seperti TENZING NORGAY…ok Thx
TENZING NORGAY Tenzing Norgay?.....apaan sih.....atau. ..siapa sih.... ( fotonya yang sebelah kanan ) Tenzing Norgay adalah nama orang, mungkin buat kebanyakan dari kita akan mengatakan nama yang aneh.....dari negara mana nama tersebut berasal?.... . Mungkin Anda pernah membaca atau mendengar namanya...mungkin juga belum...bagaimana kalau saya sebutkan nama Sir Edmund Hillary...ya kalau yang ini sih saya sering dengar atau pernah baca biografinya atau pernah mendapatkan kisah hidupnya dalam sebuah artikel atau sewaktu mengikuti seminar. Ya, Sir Edmund Hillary adalah orang pertama di dunia yang berhasil mencapai puncak gunung tertinggi dunia Puncak Gunung Everest. Tetapi saat ini bukan Sir Edmund Hillary yang akan kita bahas, tetapi Tenzing Norgay. Tenzing Norgay seorang penduduk asli Nepal yang bertugas sebagai pemandu bagi para pendaki gunung yang berniat untuk mendaki gunung Everest. Tenzing Norgay menjadi pemandu ( orang nepal menyebutnya Sherpa ) bagi Sir Edmund Hillary. Pada tanggal 29 Mei 1953 jam11.30, Tenzing Norgay bersama dengan Sir Edmund Hillary berhasil menaklukkan Puncak Gunung Tertinggi Everest pada ketinggian 29,028 kaki diatas permukaan laut dan menjadi orang pertama didunia yang kemudian menjadi inspirasi dan penyemangat bagi ratusan pendaki berikutnya untuk
19
mengikuti prestasi mereka. Pada rentang waktu tahun 1920 sampai dengan tahun 1952, tujuh tim ekspedisi yang berusaha menaklukkan Everest mengalami kegagalan. Keberhasilan Sir Edmund Hillary pada saat itu sangat fenomenal mengingat baru berakhirnya Perang Dunia II dan menjadi semacam inspirator untuk mengembalikan kepercayaan diri bagi seluruh bangsa di dunia. Karena keberhasilannya, Sir Edmund Hillary mendapatkan gelar kebangsawanan dari Ratu Inggris yang baru saja dilantik saat itu Ratu Elizabeth II dan menjadi orang yang paling dikenal di seluruh dunia. Tetapi dibalik keberhasilan itu Tenzing Norgay memiliki peran yang sangat besar, mengapa Tenzing Norgay tidak menjadi terkenal dan mendapatkan semua yang didapatkan oleh Sir Edmund Hillary padahal ia adalah sang pemandu yang membantu dan mengantarkannya mencapai Puncuk Mount Everest? Seharusnya bisa saja ia lah orang pertama yang menginjakkan kaki di puncak Mount Everest bukan Sir Edmund Hillary. Sesaat setelah Sir Edmund Hillary bersama Tenzing Norgay kembali dari puncak Mount Everest, hampir semua reporter dunia berebut mewawancarai Sir Edmund Hillary, dan hanya ada satu reporter yang mewawancarai Tenzing Norgay, berikut cuplikannya : Reporter : Bagaimana perasaan Anda dengan keberhasilan menaklukkan puncak gunung tertinggi di dunia? Tenzing Norgay : Sangat senang sekali Reporter :
20
Andakan seorang Sherpa (pemandu) bagi Edmund Hillary, tentunya posisi Anda berada di depan dia, bukankah seharusnya Anda yang menjadi orang pertama yang menjejakkan kaki di puncak Mount Everest ? Tenzing Norgay : Ya, benar sekali, pada saat tinggal satu langkah mencapai puncak, saya persilakan dia (Edmund Hillary) untuk menjejakkan kakinya dan menjadi orang pertama di dunia yang berhasil menaklukkan Puncak Gunung Tertinggi di dunia.... Reporter : Mengapa Anda lakukan itu ??? Tenzing Norgay : Karena itulah IMPIAN Edmund Hillary, bukan impian saya ... impian saya hanyalah berhasil membantu dan mengantarkan dia meraih IMPIANnya. Ya, itulah sekelumit kisah tentang seorang pemandu pendaki bernama Tenzing Norgay. Ia tidak menjadi serakah, ataupun iri dengan keberhasilan, nama besar dan semua penghargaan yang diperoleh Sir Edmund Hillary. Ia cukup bangga dapat membantu orang lain mencapai & mewujudkan IMPIANnya. DALAM KEHIDUPAN KITA SEHARI-HARI ATAU DALAM DUNIA KERJA, KITA SECARA PRIBADI ATAU TERKONDISIKAN UNTUK FOKUS KEPADA DIRI KITA SENDIRI, SIAPA YANG MENDAPAT NAMA, APA YANG KITA DAPATKAN ,PENGHARGAAN, KEHORMATAN , & SEBAGAINYA. SEBAGAI RENUNGAN : BISAKAH KITA MENJADI SEPERTI TENZING NORGAY ? JAWABANNYA ADALAH ... SEBENARNYA BUKAN BISA ATAU TIDAK ... TAPI MAU ATAU TIDAK !!!
21
ps. konon foto diatas adalah foto satu-satunya yang diambil oleh sang reporter. Bagaimana menurut Anda ??? 22 April 2009 Assalamu'alaikum wr wb saya blom baca bukunya hendri.... butuh waktu seminggu buat balik lagi ke warnet.... he...he...he.... ntar ye.. blom sempat baca... kerjaan lagi numpuk, lagian mau tak rubah ke format pdf, biar bisa ku baca "on the go", btw, ada yg format pdf ga ? klo ada kirimin dong, soale klo forbat digital hat=rus di depan kompie, padahal klo di kantor jarang ada waktu buat baca.. nah klo format pdf, bisa kubaca lewat media lain... he..he..he.... nanti ku sambung lagi.... wassalamu'alaikum wrwb your brother jds ^_^ _^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^ 2 April 2009 Assalamu'alaikum wr wb fyi wassalamu'alaikum wrwb
22
your brother jds ^_^ _^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^ FENOMNEA KEKUAATN PKIRIAN MANSUIA Dari sbeuah rsiet ynag dilakkuan oelh cmabrigde unvieristy, tdiak pdeuli bagiamnaa pun urtuan pneulisan hruuf daalm sautu ktaa, sleama huurf pretama dan hruuf treakhir breada di tmepat ynag bnear, mkaa mnausia maish bsia mebmaca sautu ktaa tnapa ada masaalh, hal ini kraena pkiiran manuisa tdiak membcaa setaip huurf, aakn teatpi sbeuah ktaa seacra keesluruhan. hrei ksunhandkoo 30 Maret 2009 Assalamu'alaikum wr wb kaifa haluk ? ane masih di kotabumi... masih punya jundi 3 (blom nambah lagi...) n masih ama mekar... (he..he..he..) to mpok ulfe ; ditanyain mekar noh.. dah lahiran blom ? wassalamu'alaikum wrwb your brother jds ^_^ _^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^
23
4 Maret 2009 Assalamu'alaikum wr wb ha..ha...ha... geli baca emailnya.. mekar ga kusimpen kok, tapi emang kami agak sibuk akhir2 ini, maklum banyak kerjaan di rumah, lagian di dekat rumah sana jauh dari warnet, jadi agak males klo suruh ngenet.. ini aja gw ngenet abis kerja... ada yg lagi di cari, klo lagi ga ada yg dicari ya ga ngenet... bukannya ga mau bikin face book, tapi utk saat ini kayaknya bakalan mubazir... soalnya jarang ngenet.. gitu bude........ ^_^ mekar n anak2 sehat tapi memang dirumah agak sibuk, maklum ngurus rumah, toko, ama anak 3, trus jokonya ngapain ? jokonya enak2 kan ngenet... he..he..he.... tapi yg pasti dia kangen jugalah ama semua, kita brdua sering mikir, kapan ya bisa jalan2 ke semarang lagi... bulan madu lagi gitu.... ^_^ mungkin nanti kali ya,
24
klo anak2 dah gede, doain aja ada rejeki.. jadi sementara silaturahimnya lewat aku aja ya.. or klo mo sms or telp boleh.. ini no nya mekar : 085769719312 joko : 085768381140 tolong klo sms kasi nama ya.. soale nomor nya dah pada banyak yg ilang... klo aku udah beberapa kli bolakbalik ke jakarta, tapi urusan kerjaan jadi disana ga bisa lama jadi ga bisa silaturahim juga .. paling ama keluarga doang, klo ke semarang kayanya ga ada rute kesana kecuali bikin sendiri... he..he... kayanya itu aja infonya buat sekarang.. nanti klo ada kabar ku email lagi........ wassalamu'alaikum wrwb your brother jds ^_^ _^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^ On Mon, 23 Feb 2009 22:14:17 -0800 desy mutia ali <
[email protected]> wrote: > ass.wr.wb
25
> Joko biki facebook dong, kita silahturrahmi lewat FB. >ajak mekar juga bikin. > kita bisa chatingan di FB. ayoo dong dah pada nanyain >tuh kemana > mekar???jangan disimpan sendiri dong:) > waass > > Pada 23 Februari 2009 01:47, joko dwi santoso >
menulis: > >> Assalamu'alaikum wr wb >> hm.... >> pa kabar semua... ? >> afwan lagi ga update nih... >> maklum lagi agak sok sibuk.. >> he..he... >> >> wassalamu'alaikum wrwb >> your >> brother >> jds >> >> ^_^ _^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^ 12 Desember 2008 Assalamu'alaikum wr wb hm... menanggapi usul subhan.. aku sih setuju banget...... tapi memang masih mikir... bisa bantu apa ? ntar klo dah kepikiran ku kasih tau... to m'id,
26
bayinya baru 3 kok... (Azka, azzam, Faiz) he.he.. wassalamu'alaikum wrwb your brother jds ^_^ _^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^ 3 Desember 2008 Assalamu'alaikum wr wb he.. he..aku dah baca... bagus ya... yg pasti klo aku yg nulis ga bakalann jd juara 2.... he..he... ayo sapa lagi yg nyusul... ? to farid : kok aku blom terima undangan ya ? he..he.. wassalamu'alaikum wrwb your brother jds 22 November 2008 Assalamu'alaikum wr wb nice... wassalamu'alaikum wrwb your
27
brother jds 14 November 2008 Assalamu'alaikum wr wb HM.. MAKSUDNYA APA NIH.... ya iyalah, klo hari yg nulis emang udah semestinya, klo ga ntar gelarnya bisa ga kepake.. pakabar semua... maaf lg ga bs bnyak ngomong.... cuma mo ngasi tau klo si azzam mau punya adik lagi... he..he.. mungkin dlm minggu ini lahir... wassalamu'alaikum wrwb your brother jds ^_^ _^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^ Assalamu'alaikum wr wb he..he.. maaf mengecewakan penggemar... namanya "FAIZ AHNAF" to hari, jd juara 2 ? keren dong ! emangnya lu nulis apa sih ? oh iya kabarnya blom di kasi tau ya,
28
faiz lahi malam senin kemarin, ikhwan lho... tentu ganteng dan baik hati seperti abinya..... he..he..he.. ayo sapa yg nyusul ? wassalamu'alaikum wrwb your brother jds ^_^ _^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^ On Sat, 15 Nov 2008 04:14:16 +0000 "Diyah Wahyu S." wrote: > Wach mbak me mau nglahirin lagi. Subhanallah, >barakallah... moga lahir > selamat n sehat. btw kira-kira cowok ato cewek ya... >Pasti namanya ntar > awalannya "A". he2... > > 2008/11/14 hariyatman prasatya <[email protected]> > >> assalamu'alaikum wr.wb >> emangnya gelar ku apa ko? aku gak mudeng nih. >> semoga adiknya azzam lahir dalam keadaan sehat... >> btw gua jadi kangen nih..... >> >> oya tulisanku yang inspirasinya dari cerita lu tentang >>celetukan mertua >> Huxtable jadi pemenang kedua lho... >> wassalam ---------------------------------------------------------11 Januari 2008
29
Assalamu'alaikum wr wb waduh....................... ini berita terheboh abad ini.... ternyata ada juga yg berhasil "menaklukkan" cici !!! siapakah ikhwan sang pemberani itu..... ? kita tunggu episode minggu depan di waktu dan jam yg sama... he..he.. barakallah buat cici... duh senengnya.... ga bisa dirangkai dgn kata2.. mau dilukis juga ga bisa gambar.... afwan mungkin ga bisa hadir.. mungkin menunya nanti bisa di attach by email aja.. he..he... btw to cici: dirawat tuh.., susah lho nyari ikhwan yg bisa "menghandle" cici he..he.. tetap semangattttttt to all: ada yg nyusul ? farid, hendri, didik... kok tenang2 aja... wassalamu'alaikum wrwb your brother jds
30
^_^ _^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^ 17 0ktober 2008 Assalamu'alaikum wr wb he..he.. taqqobal ya karim... pa kabar semua ? usul aja sih, cari kesenangan mereka apa ? klo tebakan ku sih maen... trus ga usah banyak materi.. banyakin aksi, inget kita pernah bikin materi tapi melalui games ? yg peserta harus melalui pos2 ? mungkin cara itu masih bisa dilakukan, klo menurutku sih harus ada 2 unsur utama : fun dan tantangan.. klo games, kan dah banyak contoh, tapi klo aku cenderung ke yg banyak fisiknya. terahir biasanya perang... nah abis itu.. baru deh diceramahin, tapi dikit aja.... tujuan utama, bikin mereka percaya diri kan ? jadi cari sesuatu yg menantang, lalu lampaui... contoh : jalan di atas dua tali, (ingat ga?) he..he.. kangen nih... wassalamu'alaikum wrwb your brother jds
31
^_^ _^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^ 5 September 2008 Assalamu'alaikum wr wb he..he.. pa kabar semua.............. met puasa.. and mohon di maafkan klo ada salah2 ye... kaynya makin rame aja.. ini ada email dr milis sma, kayanya bagus buat kita .. enjoy.. ---------- Forwarded message ---------LENTERA JIWA Banyak yang bertanya mengapa saya mengundurkan diri sebagai pemimpin redaksi Metro TV. Memang sulit bagi saya untuk meyakinkan setiap orang yang bertanya bahwa saya keluar bukan karena ¡pecah kongs dengan Surya Paloh, bukan karena sedang marah atau bukan dalam situasi yang tidak menyenangkan. Mungkin terasa aneh pada posisi yang tinggi, dengan power yang luar biasa sebagai pimpinan sebuah stasiun televisi berita, tiba-tiba saya mengundurkan diri. Dalam perjalanan hidup dan karir, dua kali saya mengambil keputusan
32
sulit. Pertama, ketika saya tamat STM. Saya tidak mengambil peluang beasiswa ke IKIP Padang. Saya lebih memilih untuk melanjutkan ke Sekolah Tinggi Publisistik di Jakarta walau harus menanggung sendiri beban uang kuliah. Kedua, ya itu tadi, ketika saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari Metro TV. Dalam satu seminar, Rhenald Khasali, penulis buku Change yang saya kagumi, sembari bergurau di depan ratusan hadirin mencoba menganalisa mengapa saya keluar dari Metro TV. Andy ibarat ikan di dalam kolam. Ikannya terus membesar sehingga kolamnya menjadi kekecilan. Ikan tersebut terpaksa harus mencari kolam yang lebih besar. Saya tidak tahu apakah pandangan Rhenald benar. Tapi, jujur saja, sejak lama saya memang sudah ingin mengundurkan diri dari Metro TV. Persisnya ketika saya membaca sebuah buku kecil berjudul Who Move My Cheese.Bagi Anda yang belum baca, buku ini bercerita tentang dua kurcaci. Mereka hidup dalam sebuah labirin yang sarat dengan keju. Kurcaci yang satu selalu berpikiran suatu hari kelak keju di tempat mereka tinggal akan habis. Karena itu, dia selalu menjaga
33
stamina dan kesadarannya agar jika keju di situ habis, dia dalam kondisi siap mencari keju di tempat lain. Sebaliknya, kurcaci yang kedua, begitu yakin sampai kiamat pun persediaan keju tidak akan pernah habis. Singkat cerita, suatu hari keju habis. Kurcaci pertama mengajak sahabatnya untuk meninggalkan tempat itu guna mencari keju di tempat lain. Sang sahabat menolak. Dia yakin keju itu hanya dipindahkan oleh seseorang dan nanti suatu hari pasti akan dikembalikan. Karena itu tidak perlu mencari keju di tempat lain. Dia sudah merasa nyaman. Maka dia memutuskan menunggu terus di tempat itu sampai suatu hari keju yang hilang akan kembali. Apa yang terjadi, kurcaci itu menunggu dan menunggu sampai kemudian mati kelaparan. Sedangkan kurcaci yang selalu siap tadi sudah menemukan labirin lain yang penuh keju. Bahkan jauh lebih banyak dibandingkan di tempat lama. Pesan moral buku sederhana itu jelas: jangan sekali-kali kita merasa nyaman di suatu tempat sehingga lupa mengembangkan diri guna menghadapi perubahan dan tantangan yang lebih besar.
34
Mereka yang tidak mau berubah, dan merasa sudah nyaman di suatu posisi, biasanya akan mati digilas waktu. Setelah membaca buku itu, entah mengapa ada dorongan luar biasa yang menghentak-hentak di dalam dada. Ada gairah yang luar biasa yang mendorong saya untuk keluar dari Metro TV. Keluar dari labirin yang selama ini membuat saya sangat nyaman karena setiap hari keju itu sudah tersedia di depan mata. Saya juga ingin mengikuti lentera jiwa saya. Memilih arah sesuai panggilan hati. Saya ingin berdiri sendiri. Maka ketika mendengar sebuah lagu berjudul Lentera Hati yang dinyanyikan Nugie, hati saya melonjak-lonjak. Selain syair dan pesan yang ingin disampaikan Nugie dalam lagunya itu sesuai dengan kata hati saya, sudah sejak lama saya ingin membagi kerisauan saya kepada banyak orang. Dalam perjalanan hidup saya, banyak saya jumpai orang-orang yang merasa tidak bahagia dengan pekerjaan mereka. Bahkan seorang kenalan saya, yang sudah menduduki posisi puncak di suatu perusahaan asuransi asing, mengaku tidak bahagia dengan pekerjaannya.
35
Uang dan jabatan ternyata tidak membuatnya bahagia. Dia merasa lentera jiwanya ada di ajang pertunjukkan musik. Tetapi dia takut untuk melompat. Takut untuk memulai dari bawah. Dia merasa tidak siap jika kehidupan ekonominya yang sudah mapan berantakan. Maka dia menjalani sisa hidupnya dalam dilema itu. Dia tidak bahagia. Ketika diminta untuk menjadi pembicara di kampus-kampus, saya juga menemukan banyak mahasiswa yang tidak happy dengan jurusan yang mereka tekuni sekarang. Ada yang mengaku waktu itu belum tahu ingin menjadi apa, ada yang jujur bilang ikut-ikutan pacar (yang belakangan ternyata putus juga) atau ada yang karena solider pada teman. Tetapi yang paling banyak mengaku jurusan yang mereka tekuni sekarang -- dan membuat mereka tidak bahagia -- adalah karena mengikuti keinginan orangtua. Dalam episode Lentera Jiwa (tayang Jumat 29 dan Minggu 31 Agustus 2008), kita dapat melihat orang-orang yang berani mengambil keputusan besar dalam hidup mereka. Ada Bara Patirajawane, anak diplomat dan
36
lulusan Hubungan Internasional, yang pada satu titik mengambil keputusan drastis untuk berbelok arah dan menekuni dunia masak memasak. Dia memilih menjadi koki. Pekerjaan yang sangat dia sukai dan menghantarkannya sebagai salah satu pemandu acara masak-memasak di televisi dan kini memiliki restoran sendiri. Saya sangat bahagia dengan apa yang saya kerjakan saat ini, ujarnya. Padahal, orangtuanya menghendaki Bara mengikuti jejak sang ayah sebagai dpilomat. Juga ada Wahyu Aditya yang sangat bahagia dengan pilihan hatinya untuk menggeluti bidang animasi. Bidang yang menghantarkannya mendapat beasiswa dari British Council. Kini Adit bahkan membuka sekolah animasi. Padahal, ayah dan ibunya lebih menghendaki anak tercinta mereka mengikuti jejak sang ayah sebagai dokter.Simak juga bagaimana Gde Prama memutuskan meninggalkan posisi puncak sebuah perusahaan jamu dan jabatan komisaris di beberapa perusahaan. Konsultan manajemen dan penulis buku ini memilih tinggal di Bali dan bekerja untuk dirinya sendiri sebagai public speaker.
37
Pertanyaan yang paling hakiki adalah apa yang kita cari dalam kehidupan yang singkat ini? Semua orang ingin bahagia. Tetapi banyak yang tidak tahu bagaimana cara mencapainya. Karena itu, beruntunglah mereka yang saat ini bekerja di bidang yang dicintainya. Bidang yang membuat mereka begitu bersemangat, begitu gembira dalam menikmati hidup. Bagi saya, bekerja itu seperti rekreasi. Gembira terus. Nggak ada capeknya, ujar Yon Koeswoyo, salah satu personal Koes Plus, saat bertemu saya di kantor majalah Rolling Stone. Dalam usianya menjelang 68 tahun, Yon tampak penuh enerji. Dinamis. Tak heran jika malam itu, saat pementasan Earthfest2008, Yon mampu melantunkan sepuluh lagu tanpa henti. Sungguh luar biasa. Semua karena saya mencintai pekerjaan saya. Musik adalah dunia saya. Cinta saya. Hidup saya, katanya. Berbahagialah mereka yang menikmati pekerjaannya. Berbahagialah mereka yang sudah mencapai taraf bekerja adalah berekreasi. Sebab mereka sudah menemukan lentera jiwa mereka. ***
38
-Love for All, Hatred for None wassalamu'alaikum wrwb your brother jds ^_^ _^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^ 5 September 2008 Assalamu'alaikum wr wb masih dik,.. tapi sabtu besok aku pulang ke suban, senin udah kesini lagi, aku ngekos dini.. dateng aj.. ke kantor FIF kotabumi, cuman atu2nya jadi pasti bener.. bilang aja mo ketemu joko yg ganteng gitu, pasti ntar di kasi tau.. he..he.. mo bawa makanan juga boleh
wassalamu'alaikum wrwb your brother jds ^_^ _^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^ 17 Juli 2008
39
Assalamu'alaikum wr wb he..he.. ternyata rame juga... afwan mekar ga bisa ikut nyapa... dia titip salam aja.... buat puji... barakallah (ahirnya... he..he...) salam ya.... trus.... saya sepakat 199% (korting1% buat simpenan) sama usulnya bpk subhan..(udah jd bapak kan?) klo mau ngidupin IC...., klau memang punya semangat utk itu... siapa takut.... klo konsep saya sih sederhana... rekrut anak psi yg memang haus pengalaman dan berani coba hal baru... inti kegiatan adalah diskusi ttg psi khususnya dan dunia pelatihan pd umumnya.. nah ntar tinggal memcoba menyambung benang relasi yg dulu sempat ada... siapa tahu bakalan sukses ^_^ kedengarannya nekat ya ? tapi kayanya justru karena nekat.. ic/cu dulu bisa ada.... nah kita yg di luar semarang, saat ini hanya bisa kontribusi lwt email ini.. itung2 diskusi bareng...
40
intinya maju terus pantang mundur... dan tetap semangat....!!! oh iya aku dah bilang blom klo si azzam (adenya azka) mau punya ade lagi insyallah, he..he.. wassalamu'alaikum wrwb your brother jds ^_^ _^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^ 6 Maret 08 Assalamu'alaikum wr wb pa kabar semua.... jadi terharu baca email2 nya, terutama dr farid.... ga nyangka ya... farid sudah jauh berkembang (dari yg saya kenal awal dulu ^_^) jadi bangga sempat jadi kakak kelas sekaligus saudaranya... jawaban yg bagus rid, ga salah lu jd staff fraksi to cici : ternyata blom berubah ya ^_^ to hary: kayanya bagus juga tuh.... dpr kayanya butuh sentuhan penyair... biar berantemnya lewat tulisan aja... ga pake pukul2an
41
yg jelas semua jawaban, benar2 mencerminkan orang2 yg memang saya kenal ^_^ kecuali farid tentunya, exellent ! tinggal nunggu hendri ama didik, klo dari pengalaman sih biasanya jawaban mereka aneh bin ngawur ! he..he..he.. aku nambahin ya to rita : mekar disini juga di tawarin apa dia mau jadi caleg, poin pertama adalah : mekar sudah punya suami (jelas kan?) maksudnya dia langsung bisa konsul, dan dia langsung ada yg mem back up atau menghancurkan potensinya. jawaban saya waktu itu adalah, besar mana, manfaat or mudharatnya? buat diri sendiri, buat keluarga buat jamaah dan buat umat... ini saya tanya beruntut karena, klo didiri sendiri sudah lebih besar mudharatnya, jelas ke yg lain juga lebih besar, poin kedua : kompetensi diri sendiri, benar kata hary, masing2 kita punya kecenderungan, alangkah hebatnya ketika kecenderunganitu dit4kan di t4 yg sesuai, pasti lebih optimal ! trus tau dr mana potensinya, sebenarnya sih, diri sendiri, tapi terkadang kita butuh bantuan orang lain untuk melihat or melatih potensi kita.
42
trus gimana klo blom punya ? jawabannya adalah, apa kita mau belajar ? dan memang sikonnya mengharuskan kita belajar kopetensi itu ? poin ketiga : lingkungan kerja, benar juga kata farid, di dewan itu dunia kompromi, tapi sebenarnya, secara umum lingkungan kerja terutama amah , itu juga dunia kompromi, (baca email saya yg ttg dunia kerja)dan disinilah cikal bakal konflik. pertanyaannya adalah, apa kita sudah punya skill untuk berkompromi ? jadi klo saya ditanya saran maka jawabnya: 1. klo bisa nikah dulu, masalahnya ada yg menopang ketika kita lemah dan butuh bantuan.. 2.lihat sikon nya lihat manfaat - mudharatnya, besar mana ? bandingkan dgn caleg lain (klo ada) tapi ingat, ushul fiqh nya, "menjauhkan mudharat lebih diutamakan dibandingkan dgn mendatangkan manfaat" 3. latihlah skill "berkompromi" terusterang, klo rita (tapi ini dulu, bisa jadi skrg salah) skill ini yg paling lemah di rita, masalahnya, utk berkompromi, banyak skill yg harus kita punya, contoh skill komunikasi dan skala prioritas dan jelas masalah hukum syar'i pun harus dikuasai, tapi ga usah khawatir, skill ini bisa dipelajari dan di latih. yg jelas, ga masalah klo emang jadi caleg, itung2 jadi belajar n pengalaman, paling2 klo ga ntar jadi bener ya jadi rusak...
43
he..he.. jadi tetap semangat ! dan jangan lupa tersenyum........ bravo IC.... oh iya no hp skrg joko 085281276656 or 085768461188 (salah satu pasti idup) mekar 02719633767 (star1) ibunya mekar 081540928770 klo mo hub, bisa lwt no di atas. ok ! wassalamu'alaikum wrwb your brother jds ^_^ _^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^ 25 Mei 2008 Assalamu'alaikum wr wb he..he.. mau jadi jalan or jadi kunci ? yg mana aja boleh... asal menjadi jalan kita ke surga... asal jadi kunci pintu2 surga... terlalu melangit ya ? ga pa pa ya... sekali2 melangit.. asal masih ingat kalu kita sekarang masih di bumi.... ada satu cerita yg dulu mau ku share.. aku di sini udah 3 bulan,
44
sekitar 1 bulan yg lalu Kepala cabang FIF tempat ku kerja, meninggal, trus apa yg aneh ? toh tiap hari ada orang yg meninggal... trus apa yg bikin ini menarik ? gini ceritanya.. kacab ku itu, dia katolik... sudah menikah, punya dua anak.. tapi keluarganya semua di depok.. dia di kotabumi ngekost yg pasti bisa bayangin kost level kacab kaya gimana kan ? nah pada hari rabu saya lupa tanggalnya.... waktu lagi jalan ke kantor sekitar jam 7 pagi.. sesampainya di depan kantor... saya langsung di sambut security... anehnya dia yg biasanya senyum kali ini agak kelihatan tegang... "maaf pak joko, kacab kita meninggal, skrg semua ke kost nya, bapak kalau mau kesana silahkan..." kata dia sambil manggil salah seorang surveyor, dan minta dia utk nganter saya kesana.... (maklum disini ga bawa motor, n ga ada akhwat yg bisa dipinjem motornya, he..he..) ga jadi kerja, langsung kesana, sesampainya disana, sudah banyak orang2 kantor, masyarakat dan polisi.. bau busuk sudah menyebar, banyak yg menutup hidung bahkan ada yg mau muntah... singkat cerita, mayatnya dibawa ke RS dgn ambulan, saya ahirnya ke kantor dulu, ngabarin atasan yg di
45
jakarta, trus bareng beberapa teman ahirnya nyusul ke RS. sampai di RS, ternyata sudah masuk ke kamar mayat.. dan yg mengantar sudah pergi, kebanyakan balik ke kantor dan ke polisi. saya dan 2 orang ahirnya nyari kamar mayat, setelah ketemu dan di bukain ama petugasnya pertama ga ada yg mau masuk.. ahirnya saya masuk dan yg lain ngikutin.. bau busuk sudah bener2 nyengat... mayatnya sudah ditutupi kain... tapi sebelah tangan dan kaki kelihatan, tadinya ga ada yg mau buka kainnya yg nutup mukanya.. setelah memberanikan diri... ahirnya kubuka juga kain yg nutupin mukanya.... he..he.. sebaiknya ga kuceritain detilnya, yg jelas, dia sudah bukan kacab yg kuingat dulu, dia sudah berubah bentuknya... ada yg langsung keluar, setelah beberapa saat, pada datang, ada yg berani masuk dan membuka kain, ada yg cuman ngintip dari luar kamar mayat... ada juga yg langsung muntah :) sekitar jam 14 :00 setelah dapet persetujuan dr pihak keluarga yg segera berangkat dr depok, mayat di bawa pakai kantong mayat ke bandarlampung buat di
46
otopsi. saya.... tadinya sih mau ngikut, tapi inget kerjaan numpuk... ahirnya saya ke kantor, sambil nyerahin urusan di bandar lampung ke temen2 yg disana, tapi oh, meskipun balik ke kantor, disana ga kerja. malah ngurusin nyari karangan bunga duka cita.. dan kantor pun tutup siang itu.... saya pun balik ke kost, sambil merenung... abis itu maen PS (he..he..he..) sekitar dua hari kemudian dapat kabar, mayat sudah dikuburkan di depok, hasil otopsi bilang meninggal karena serangan jantung... waktu meninggalnya diperkirakan malam senin. ada yg belum saya ceritain, beliau ditemukan di kostnya hari rabu, dalam kondisi terlentang di lantai masih memakai selimut, lantainya penuh darah yg ngalir lewat kuping... kostnya di dobrak polisi, para tetangganya curiga, karena dia ga keluar selama 2 hari... jadi ketika ditemukan, kondisi jasad sudah membusuk hasil renungannya adalah... orangnya cukup enak di ajak ngobrol, beberapa kali kami sempat ngobrol,
47
dari situ saya tau kalu dia orang nya fair... dan sebenarnya tertekan... meskipun itu mungkin ga terlihat.. sebenernya saya berharap bisa belajar banyak ama dia.. meskipun dia kacab, tapi ga nampak ada jurang... masalahnya.. dia mati sendirian disini keluarganya tidak ada yg tahu.. bahkan karyawannya pun ga tahu.... dia pergi gitu aja... sama kaya saya, klo aku mati disini, aku juga mati sendiri... beberapa hari sbelum dia meninggal, kepala wilayah FIF, datang ke sini, dan audiensi sama karyawan sini, ada yg menarik dr kata2 nya "anda mau milih terus bareng keluarga tapi hidup pas2 an, atau terus melaju mencapai puncak karier dan memberikan hasil yg terbaik untuk keluarga, meskipun harus meninggalkan keluarga ?" waktu itu saya mikir, mending bareng keluarga tapi hidup seadanya (ada rumah megah, ada mobil mewah, ada tabungan banyak, he..he..) tapi sayang pilihan itu ga ada.. ketika kacab saya mati, saya jadi ingat lagi kata2 itu.... kalau kita mau pilih yg mana ? kalau di lihat, dr segi karir, dia sudah ada di pucuk pimpinan,
48
jelas gajinya ga sedikit... tapi dia mati sendirian... ga ada yg tahu, bahkan sampai jasadnya membusuk... jangan bilang klo itu takdir.... memang benar itu taqdir... tapi ada beberapa taqdir yg kita bisa bikin sendiri jalannya kan ? pada ahirnya, saya jadi mikir... memang ajal sudah ditentukan.... tapi kita lah yg menetukan jalan menuju kesana.. bisa jadi, tidak semua impian bisa dicapai... tapi kita kan ga tau itu... sampai nanti, izrail yg jadi tamu..... wassalamu'alaikum wrwb your brother jds ^_^ _^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^ 8 Mei 2008 Assalamu'alaikum wr wb kotabuminya di kantor FIF di jalan jend sudirman dkt tugu kayu aro, lu pasti lewat sini. mampir aja... bener kata hendri... kayanya memang org ic itu irasional semua... he..he..he..
49
masalahnya.. bener kata hary... kita dulu berani nikah tanpa sadar akan ada konsekuensi ! akibatnya, ya tergopoh gopoh... tapi ga pa pa... itu adalah pelajaran mahal buat kita semua.. saya sendiri masih punya cita2 membesarkan ic.. smoga saja itu bisa terwujud... to hendri : ga masalah ketika kita berkutat di tataran wacana.. meskipun blom ada aksi nyata... toh kita bukan berarti tidak mau, hanya saja belum terwujud ! lihat saja dunia ini bisa berubah karna wacana... blom tentu yg menjalankan yg punya ide kan ? tapi wacana itu terus berkembang hingga suatu saat akan terwujud... entah kapan dan oleh siapa.. yg jelas skrg kita lakukan apa yg kita bisa semaksimal mungkin ! bukan begitu m'id ? klo masalah mati muda mah bukan gara2 idealisme.. tapi karna udah takdir.. he..he.. masalahnya dia sblm mati udah ngapain aja.. itu yg penting ! yg jelas saya bangga n tdk pernah menyesal ada di ic.. seneng ahirnya kita bisa ngobrol lagi, meskipun hanya
50
lewat email... to m'id ama m'arin dpt salam dr mekar, kangen katanya..... special to m'id : saya juga masih imut sperti yg dulu kok he..he..he.. sbenarnya ada cerita menarik disini, tapi itu ku simpan buat email selanjutnya.... to all my bro n sis tetap semangat !!!!!!!!!! wassalamu'alaikum wrwb your brother jds ^_^ _^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^ 1 Mei 2008 Assalamu'alaikum wr wb pa kabar semua.... mumpung bs ngenet to diyah n didik : boleh kok, maen kesini, klo betah, itu masih dalam proses pengkajian... btw, aku disini ga pake dasi kok, he..he..
51
yah jd tambah pengalaman aja. klo kerah biru itu maksudnya buat buruh, klo putih biasanya buat level manajemen. itu setahuku sih. to hendri : dunia kerja memang realis, dimana idealisme brtemu dgn kenyataan... dimana moralitas bertemu dgn tekanan dan pada ahirnya diri sendiri menjadi musuh bebuyutan. dunia kerja memang realis dimana maskulinitas merajai hingga feminimitas sulit dicari... dimana teori logika dan matetika bisa dikalahkan dgn memo dan pada ahirnya kita akan bertanya2 ttg definisi "waras dan benar" dunia kerja memang realis dimana anak2 bisa dianggap orangtua dimana dewasa hanya sebatas kartu nama dan pada ahirnya id card yg jd raja dunia kerja memang realis dimana mimpi bisa jadi kenyataan, but don't forget... dreams can also be nightmare. tapi ga usah khawatir, sebuah pedang, baru akan tajam setelah di tempa di bara api yg sangat panas. begitu juga kita.
52
apa kita mau jadi sebuah pedang yg tajam ? dimana semua yg melihat akan kagum, dan jelas harganya mahal. atau, mencair, lebur jadi lelehan besi cair ? tidak punya identitas, dan klo sudah tdk terpakai akan kembali dilebur atau malah dibuang, krn tdk berbentuk. pilihan ada di kita. akan sangat tidak adil ketika kita sebut dunia kerja itu menyenangkan tanpa melihat sisi gelapnya, tapi juga sangat tidak realis, ketika kita sebut dunia kerja itu penuh tekanan, tanpa melihat sisi terangnya. jadi, ibarat maen game yg tiap level punya tingkat kesulitan yg semakin tinggi. begitu juga hidup kita, bukan hanya dunia kerja. tapi supaya kita jadi kuat, kita harus menyelesaikan tiap level itusampai kita lulus. gimana caranya ? kayanya kita omongin lain kali aja ya... soanya emailnya udah kepanjangan... tapi satu bocoran... aku masih bisa bertahan sampai sekarang...
53
tanpa menjual idealisme... salah satunya karna kalian to all : kangen juga ya ? har, sapa nama adenya azis ? aku lupa, cowok ya ? kapan ke padang ? TETAP SEMANGAT !!!!!!!!!
wassalamu'alaikum wrwb your brother jds ^_^ _^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^ 23 April 2008 Assalamu'alaikum wr wb pa kabar ? cuma ngasi tau, skrg ane di lampung. alhamdulillah diterima di asuransi astra. penempatan di kotabumi.. jadi skrg jadi org lampung afwan ga bs ol terus, soalnya disini jarang maen salam buat semua.. seneng juga baca diskusinya..
54
kangen pengen ketemu.. disini ada cerita asik2 mungkin kapan2 kita bs sharing tetap semangat !!!!!! wassalamu'alaikum wrwb your brother jds ^_^ _^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^ 10 Oktober 2007 Assalamu'alaikum wr wb pa kabar semua ? afwan lama ga nongol.... ane sekeluarga cuma mo ngucapin ..... met lebaran.... taqoballahu minna wa minkum ^_^ oh ya.... btw bagi yg blm tau... ane skrg di jkt lo hp sekarang 02132104208 (ga tau sampe kapan ^_^) (afwan klo smsnya ga dibales....^_^ bisa lupa or emang ga punya pulsa ^_^) he..he..he.. ^_^
55
======= to hari... pa kabar ? afwan...kayanya emang ketinggian nih bangun temboknya... soalnya lg butuh konsentrasi penuh... ntar klo dah bisa diturunin deh..... gimana kabar adenya udin ? dah lahiran? sapa namanya? ====== to hendri... dah jadi neo blom? ======= to farid lg ngapain rid ? dah jd ketua dpra medoho blom ? ====== to all ayo dilanjutin diskusinya.... ane jd pengamat dulu ya he..he..he.. wassalamu'alaikum wrwb your brother jds ^_^ _^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^
56
Pak Joko dalam AKSARA
Perkenankan kami Mengenangmu...
57
1. Sang Abdi Dalam Serpihan Memoriku *** Salah seorang teman kita, mengenangmu sebagai sosok yang unik dan bertolak belakang. Bertolak belakang dalam artian seperti komentarnya berikut ini; yang ku ingat ialah pertanyaan yang selalu bertolak belakang dari biasanya..."Lha..kok gitu".."emang kenapa..." Klo Joko sih... Dalam konteks yang hampir sama, aku juga mendapati hal yang bertolak belakang itu dalam pernikahanmu. Dari interaksiku denganmu, aku dapat mengetahui salah satu kelemahanmu adalah daya ingatmu yang payah untuk sesuatu yang bukan menjadi objek pengamatanmu. Setiap pekan dalam agenda rutin yang mempertemukan kita, engkau selalu tersenyum jika disuruh hafalan. Jika yang lain bisa menghafal beberapa ayat Al Quran, sedangkan engkau jika bisa menghafal dua atau tiga ayat saja sudah merupakan sebuah prestasi besar. Namun yang menarik, mahar pernikahanmu justru hafalan ayat. Walau hanya satu ayat, kau penuhi mahar itu dengan tuntas bahkan lengkap dengan artinya. Dengan bangga kau ceritakan itu kepadaku dan kita berdua sepertinya terdiam sejenak, setelah kau memberitahu aku ayat yang menjadi permintaan Mekar untuk dijadikan mahar itu yaitu QS. At-Tahrim ayat 6.
“ 58
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. *** Suatu ketika, aku mengetahui sebuah permasalahan yang terkait dengan salah satu adik kelasku. Permasalahan itu membuatku gundah dan sedikit kecewa dengan si adik kelas. Aku menjadi sulit tidur karenanya hingga aku merasa perlu memanggilmu untuk berbagi. Dalam perbincangan kita, ada hal menarik yang kau ungkapkan. Kau mengatakan padaku, ketika menghadapi sebuah kejadian atau peristiwa, jangan pertanyakan dengan ungkapan apa tapi pilihlah kata mengapa agar kita dapat belajar banyak dari sebuah peristiwa. Engkau tidak sedang menjiplak tagline iklan “Tanya kenapa” karena pada waktu kita membahas persoalan itu, aku merasa iklan tersebut belumlah ada.
59
Aku harus mengakui kalau aku lebih banyak menemukan kearifan dalam dirimu dan karena itu, engkau memang pantas menikah terlebih dahulu daripada aku. Interaksiku denganmu, membuatku makin menyadari sebuah ungkapan bahwa umur itu bukanlah bilangan usia tapi bilangan kesadaran. *** Sebuah surat cukup panjang untuk Azka dan Adik Hamba dari Yang Maha Kuat akan menjadi kuat, hamba dari Yang Maha Terpuji akan menjadi terpuji, hamba dari Yang Maha Kaya akan menjadi kaya. Maka hendak menjadi hamba siapakah kita? Kepada Azka, Azzam & Adikknya Keponakan-keponakanku yang dirahmati dibelahan bumi mana pun engkau duduk, tidur dan berdiri Assalamu’alaikum wrwb. Sebelumnya, perkenankan aku memperkenalkan diri. Nama lengkapku, Hariyatman Prasatya Junir dan biasa dipanggil dengan Hari. Dahulu, kita pernah bertemu sewaktu kalian masih di semarang. Tapi pada waktu itu kalian masih imut-imut dan baru ada Azka dan Azzam. Aku adalah satu diantara sekian banyak teman abi dan ummi kalian. Namun kami bukan teman biasa akan tetapi teman yang terikat dengan cinta seorang saudara. Abi kalian menganggap dan mempopulerkan istilah ’suheng’ sebagai pengganti sebutan namaku. Katanya, suheng itu berasal dari bahasa Cina yang berarti kakak tertua. Aku tidak berkeberatan
60
dengan ungkapan tersebut. Bagiku, itu adalah ungkapan hormat, sayang, cinta dan persaudaraan abi kalian kepadaku, kakak dan saudaranya di komunitas penyeru kebaikan di psikologi dan juga dalam cakupan yang lebih luas. Aku dan abi kalian adalah orang pendiam. Orang-orang yang berada di dekat kami cenderung tidak percaya dengan ungkapan tersebut. Aku sendiri pada awalnya juga tidak percaya ketika abi kalian mendeklarasikan dirinya sebagai orang pendiam. Orangnya heboh kok disebut pendiam? Belakangan, aku menyadari bahwa tiada halangan bagi seorang pendiam untuk tampil heboh. Namun si pendiam itu hanya akan bisa tampil heboh pada momentmoment tertentu dan dalam komunitas yang telah menjadi inner cyclenya. Meski, kami berdua orang pendiam, tapi aku dan abi kalian mempunyai warna pendiam yang berbeda. Aku itu bagaikan seseorang yang berada sendirian di sebuah pulau dan duduk di pantainya seraya menikmati hamparan pasir putih dan laut yang membentang hingga ke horizon. Abi kalian pernah berkata padaku, jika ia berada di pulau itu maka ia akan membangun tembok yang tinggi agar orang laian tidak bisa masuk. Dengan perbedaan itu, ouput yang kami hasilkan pun cenderung berbeda. Meski sama-sama logis namun aku lebih bernuansa sastra dan melankolis sedangkan abi kalian terlihat sangat tajam dengan nalar logisnya. Menurut Hendri – salah seorang adik kelasku juga di psikologi, abi kalian itu memiliki kemampuan yang mengagumkan dalam mengotak-atik pikiran. Kondisi itu membuat tampilan luarnya terutama sekali bagi orang yang belum mengenalnya dengan dekat terkesan sebagai seorang intregrator dan pemaksa.
61
Dengan tampilannya yang seperti itu bukan berarti ia tidak pernah bersentuhan dengan dunia seni. Bersama dengan teman-teman SMAnya, ia pernah menjuarai sebuah festival Nasyid kalau tak salah disponsori oleh SNADA. Semasa kuliah, aku dan abi kalian pernah beberapakali ’manggung’ dadakan. Sewaktu ia menjadi ketua skripsi bersama dengan rohis Teknik Mesin, kita mempelopori untuk pertama kali mendatangkan IZIZ ke semarang. Meski punya warna yang berbeda tapi kami berdua bisa klop dalam ’panggung.’ Salah satu panggung yang berkesan bagiku adalah saat mengisi muhasabah Aksi untuk angkatan 2002. abi kalianmenjadi narator utamanya sedangkan aku kebagian membaca narasi puisinya. Indah..... Azka, Azzam & Faiz yang kucintai... Salah satu yang membahagiakan dalam kebersamaanku dengan abi kalian adalah ketika ia memberitahuku bahwa ia akan menikah. Aku merasa sangat dihargai dan bahagia karena menjadi salah satu diantara sedikit orang yang diberitahunya terlebih dahulu. Bahagiaku semakin bertambah ketika dalam sebuah ’konferensi pers’, ia mengumumkan bahwa ia akan menikah dengan sumekar, ummi kalian... Abi & ummi kalian adalah adik-adikku. Bukan semata-mata karena mereka adik kelasku di psikologi tapi karena sesuatu yang indah dan lebih hakiki yang mengikat kami semua. Karenanya, tiada terkira bahagiaku ketika mengetahui mereka berdua akan menikah. Perasaan bahagiaku serasa tidak cukup terwakilkan oleh kata sangat bahagia saja, bahkan jika ditambah dengan kata ’sekali’ pun tetap tidak cukup untuk menggambarkannya. Tapi kalimat ’sangat bahagia sekali’ terpaksa tetap saya gunakan karena sepertinya aku tidak punya pilihan lain. Hanya Allah swt yang tahu bagaimana bahagianya aku pada waktu itu.
62
Azka, Azzam & Faiz yang kukasihi… Tantangan bagi orang melankolik sepertiku adalah ia harus senantiasa melatih dirinya agar punya kendali jiwa yang kuat. Sebab jika tidak, ia akan berketerusan dalam dunia haru birunya. Demikian juga dengan suratku ini. Aku harus berhenti menulisnya sebab jika tidak, aku tidak tahu kapankah ia akan terselesaikan. Dan perkenankan aku mengakhiri surat ini dengan menulis ulang sebuah tulisan yang dahulu ku berikan kepada abi & ummi kalian sebagai hadiah atas pernikahan mereka. Telah menjadi kebiasaanku, jika menulis surat biasanya aku akan membuatnya dalam rangkap dua. Bukan semata-mata untuk kebutuhan dokumentasi. Namun, aku memahami menyusun kata menjadi kalimat itu bukanlah pekerjaan sederhana. Butuh energi jiwa yang besar untuk menyusunnya. Apalagi kita mengharapkannya mampu menjadi kata yang ‘menggerakkan.’ Ketika ia mampu menggerakkan maka pada saat itu ia dapat menjadi alat bantu kita untuk membangun kekuatan dan kebeningan jiwa yang kemudian membuahkan gelora. Azka, Azzam & Faiz, perkenankan aku menuliskannya.... aku tidak bermaksud untuk membuat kalian bersedih. Aku hanya ingin kalian tahu bahwa kehadiran abi kalian telah menggoreskan kenangan indah di hatiku. Semoga kelak, Allah swt mengizinkan kita untuk bertemu. Kalau pun nanti kita tidak bisa bertemu, aku ingin mewasiatkan kepada anak pertamaku untuk menemui kalian semua. Aku ingin ia bertemu dengan ibu dan saudara-saudara sepersusuanya....
Segala puji bagiNya Rabb semesta, penguasa jagad raya. KepadaNyalah kita memohon kebaikan dan memuliakan kita dalam
63
kebaikan. BagiNyalah segala puji sepenih langit dan buki serta sepenuh apa yang ada diantara keduanya Mekar & Joko, adikku yang dirahmati Dibelahan bumi Allah manapun engkau duduk, tidur dan berdiri Assalamu’alaikum wrwb Aku ingin menghadiahkan untaian kata yang sederhana ini untuk pernikahan kalian berdua. Bagiku, untaian kata adalah harta berharga setelah keimanan dan karunia-karunia utama lainnya. Memang kata dan tulisan tidak membuat kita kenyang. Namun setidaknya, ia dapat membantu membangun kekayaan jiwa. Tentu saja, itu dengan sebuah catatan, asal akan tetap terpelihara kebeningan nurani dalam diri untuk menangkap dang mengurai makna yang tersembunyi. Namun sepertinya, aku belum bisa menjadi seorang penulis yang seutuhnya. Aku masih terbelenggu oleh ‘mood’ dan kelemahan jiwaku sendiri untuk menghasilkan sebuah tulisan. Padahal itu adalah pantangan bagi seorang penulis. Sehingga yang terjadi kemudian adalah serpihan-serpihan tulisanku yang tercecer diantara rentang jarak dan waktu. Aku merasa perlu menulis untaian kata yang berupa risalah ini, sehingga aku pun kemudian menghimpun segenap kekuatan jiwa untuk bisa membuat dan menghadirkannya ke hadapan kalian. Ini adalah hadiahku dan sekaligus kuanggap sebgai hutang yang harus kulunasi. Risalah ini adalah ungkapan bahagia, cemburu, cinta dan doaku kepada kalian. Dan ditengah beragam kesibukan kita sekarang, melalui risalah ini perkenankan aku menyapa kalian…..
64
Adikku, Mekar & Joko... Suatu siang salah satu diantara kalian memberitahuku bahwa ia akan menikah. Ia mengatakan bahwa rencana ini masih setengah rahasia sehingga ia pun belum memberitahu siapakah orang yang berbahagia yang bersanding dengannya. Sungguh pintar ia, sehingga membuatku bertanya-tanya. Aku sempat menduga bahwa itu adalah kalian berdua. 17 November 2003..... dugaanku itu terbukti benar. Namun tetap saja bergemuruh dadaku dengan mozaik rasa yang tak kupahami seutuhnya. Adikku yang dirahmati... barakallah dan berbahagialah, karena kalian telah berhasil membuatku cemburu. Adikku yang kusayangi.... Sebagai ’orang tua’ izinkan aku untuk berpesan. Sejauh perkenalanku dengan kalian, aku makin menyadari bahwa kalian berdua adalah orang yang unik, yang dalam beberapa hal terkadang saling bertolak belakang. Karena itu persiapkanlah masing-masing dari ruang jiwamu untuk menerima kejutan dari pasangan kalian. Untuk saat ini, kalian memiliki posisi yang berbeda denganku. Kalian lebih sempurna dariku. Sebagaimana ungkapan seorang ahli hikmah, kepuasan seorang penyelam yang melihat langsung mutiara di dasar lautan tidak akan dapat diwariskan, betapapun kepandaian sang penyelam dalam bercerita. Hal ini memberi beban tersendiri bagiku untuk memberi pesan diatas kepada kalian.
65
Sempat terlintas untuk menghapusnya. Namun, aku tetap mencantumkannya dengan harapan setidaknya, ia dapat menjadi sebuah pengingat bagi kalian. Setidaknya itulah yang ku dapatkan dari cerpen-cerpen dan buku menarik bertema keluarga yang pernah kubaca. Mungkin kalian perlu membaca salah satu diantaranya dan rekomendasiku untuk itu adalah 2 lelaki pilihan. Udah pernah baca? Adikku, Mekar & Joko.... Aku dapat mengatakan bahwa pernikahan telah membuatku bahagia. Buktinya adalah rasa dan cintaku. Aku merasa lebih mencintai kalian berdua dibandingkan sebelumnya. Mudahmudahan ini adalah bagian dari keberkahan pernikahan kalian. Hanya saja ketika kulafazkan cinta ini, aku harus membawa sebuah kesadaran lain dan belajar untuk lebih memahami makna sebuah kata, kehilangan. .....cintailah siapa saja yang engkau suka, tapi sesungguhnya engkau pasti akan berpisah dengannya.....(pesan Jibril as kepada rasul SAW) Kehilangan adalah keniscayaan. Hanya saja ia seakan menjadi milik orang. Dekat terasa ia, ketika telah hilang orang-orang dekat yang dikenang. Adikku.... siapkah aku untuk kehilangan kalian? Mau tak mau, aku harus siap. Ini adalah ujian cinta yang harus dipikul agar aku (dan juga kalian) menjadi kuat. Namun kalau boleh memilih.... jika suatu saat nanti aku harus pergi dari hadapan kalian, aku ingin pergi dengan perlahan agar dapat terkurangi bebanku. Tapi sepertinya tetap saja akan terasa berat. Jadi biarkan aku menanggung ujian cinta ini..... Allahumma ya Allah..
66
....kuatkan dan mudahkanlah aku menempuh ujian cinta ini. Karuniakanlah aku cinta yang haq. cintaMu, cinta orang-orang yang mencintaiMu, cinta kepada amal yang membuatku makin mencintaiMu. Jadikanlah cintaku kepadaMu lebih besar dari cintaku kepada diriku sendiri, kepada keluargaku dan kepada air yang sejuk. Ya Rahman, ampunilah aku.... Aku bukanlah siapa-siapa, bukan yang terbaik diantara yang ada. Aku hanyalah seorang manusia yang ingin menapaki jalan hamba. Itu saja!!!
Diantara serpihan-serpihan waktu perjalanan di 3 kota Wassalam,
*** Sebuah Cerita Darimu 11 Juli 2009 jam 11:53 Joko Dwi Santoso. Menurutku salah satu kelebihanmu, engkau adalah seorang pengamat yang teliti dan detail. Dengan kelebihanmu itu, aku merasa engkau tidak perlu kuliah di psikologi. Kalaupun ia kemudian kuliah di psikologi, itu hanya untuk mendapatkan legalitas keilmuan Salah satu hasil pengamatanmu yang kau ceritakan pada ku adalah tentnag sepenggal dialog dari sebuah film lama. Ceritamu itu begitu berkesan di hatiku karena ia hanya berasal dari sepotong fragmen
67
film. Bagiku ini menunjukan betapa teliti dan detailnya engkau dalam mengamati sesuatu yang menjadi perhatianmu. Ceritamu itu menjadi inspirasi bagi salah satu tulisankan. Ia kemudian juga menjadi salah satu pemenang dalam sebuah event menulis. Ia sebenarnya adalah sebuah tulisan dari sebuah buku personal yang kususun dan ku peruntukan untuk anak pertamaku. Wahai saudara dan adikku..., dengan ini perkenankan aku mengenangmu....... dengan menulis ulang tulisan itu..... Wahai ananda ....., 27 Maret 2006 ba’da jam 10.10, setelah berurai airmata, aku harus mengubur ari-arimu. Aku melaksanakannya di rumah seorang teman yang juga baru di anugerahi putra kedua. Saat itulah, aku mendapat sebuah cerita menarik darinya. Kisah dari salah satu episode dari sebuah film lama. Film itu pernah diputar ulang di Metro TV. Film yang kumaksudkan itu adalah The Huxtable yang dibintangi oleh aktor komedian yang cukup ternama, Bill Crosby. Dalam film tersebut Bill Crosby berperan sebagai Mr. Huxtable yang berprofesi sebagai seorang dokter. Istrinya, Claire Huxtable adalah seorang pengacara. Mereka mempunyai beberapa anak yang telah cukup besar Dalam salah satu episode film tersebut dikisahkan tentang Claire Huxtable yang berkeinginan untuk punya anak lagi. Keinginannya itu diutarakan kepada ibu mertuanya yang pada saat itu tersebut dikisahkan sedang berkunjungnya. Sang mertua menanggapi keinginan menantunya itu dengan ungkapan sebagai berikut: ”Aku juga suka anak-anak. Tapi aku lebih suka anak tetangga. Karena ketika aku bosan dengan mereka aku tinggal menyuruh mereka pulang!”
68
Wahai ananda....., ada sebuah pelajaran mendasar dari ungkapan mertua Claire Huxtable di atas. Karena ungkapan itulah, kisah dari temanku itu menjadi menarik. Ungkapan itu mungkin akan kita respon dengan senyuman. Namun sesungguhnya ada pesan tentang konsekuensi dan tanggung jawab di dalamnya Pasutri yang menginginkan kelahiran seorang anak, akan mendapatkan kesenangan dari anak tersebut. Entah itu karena kelucuannya ataupun karena polah tingkah dan senyumannya. Namun untuk itu mereka juga harus membayarnya dengan keletihan mengurus sang bayi karena harus sering begadang. Belum lagi pernak-pernik lainnya yang akan bertambah seiring dengan pertumbuhannya. Akumulasi semua itu bisa jadi akan menimbulkan rasa ’bosan’ pada diri orang tua. Namun mereka tidak boleh berkata bosan. Hal itu mau tak mau harus dijalani. Karena ini adalah sebuah konsekuensi. Jika mereka tidak mau, itu berarti mereka belum siap untuk punya anak. Bahkan lebih jauh lagi, itu berarti mereka sesungguhnya belum siap dan belum pantas untuk menikah! Mungkin hal ini terkesan sederhana, tapi sesungguhnya pelajaran tentang konsekuensi ini bukanlah sesuatu yang mudah. Aku teringat sebuah berita yang kulihat dari televisi. Tentang seorang bapak di wilayah Nusa Tenggara yang berprofesi sebagai guru SMP. Ia marah-marah kepada istrinya karena tidak bisa menenangkan anaknya yang terus menangis. Ia pun kemudian memukul si anak yang baru berumur tiga bulan hingga sang anakpun meninggal, ia pun menjadi buronan. Wahai ananda....,
69
Pelajaran tentang konsekuensi dan tanggung jawab bukanlah sebuah mata pelajaran yang kecil dan mudah. Ia adalah bagian dari pelajaran tentang keimanan, dakwah dan kehidupan. Bahkan keberadaan Rasul SAW pun juga bertujuan untuk mengajarkan hal tersebut. Muhammad SAW diturunkan di tengah kaum musyrikin Mekah yang sesungguhnya telah mengenal Allah SWT. Buktinya ketika berjanji, mereka senantiasa mengatakan, ”Demi Allah aku bersumpah”, dan ketika menuliskan perjanjian, mereka senantiasa mengawalinya dengan bismikallahumma. Kenapa Allah SWT justru menurunkan rasulNya di tengah kaum yang telah mengakui dan mengenalNya sebagi pencipta? Jawabannya terkait dengan konsekuensi. Kaum musyrikin Mekah mengakui Allah SWT sebagai pencipta namun mereka tidak menjalankan konsekuensinya. Jika mereka mengakui Allah SWT seharusnya mereka taat kepadaNya. Namun ketaatan, tunduk dan kepatuhan itulah yang tidak ada. Mereka lebih memilih tunduk pada keinginannya sendiri. Wahai ananda...., Aku pun kemudian mengulang kisah dari temanku itu kepada bundamu, kepada teman dan saudara-saudaraku yang lain. Ia menjadi sebuah tema dan pelajaran besar. Demikian pula dengan dirimu. Engkau adalah bagian dari tema dan pelajaran besar itu...... bagiku dan juga bundamu....
70
2.
Sri Hastuti Handayani (Rita)
Pak Joko dalam kenangan saya...... Beliau dulu ga suka saya panggil dengan Pak, katanya “nanti suatu saat, ada orang yang lebih tepat memanggil dengan panggilan itu”, uuuuuuhhhh trus manggil apa donk, Mas? Jawa banget....manggil Akh, suka ga PD, kalo mahroj nya ga tepat he..he...dan sebagaimana gaya beliau, beliau menyediakan waktu khusus untuk memanggil saya untuk di ceramahin “blak-blakan “ soal panggilan ini. Buat saya yang suka ngeyel, apa salahnya dengan panggilan itu, untuk menghormati, lagian muka Pak Joko kan juga kebapakan alias bermutu (muka tua) he...he....(boleh ya...ngeledekin Pak Joko, mumpung ga bisa di balas). Unik Performance Pak Joko, jika di bandingkan dengan ikhwan lain pada zamannya....jelas bedaaaaaa......ya...preman Pulo Gadung yg insaf emang akan membawa suasana beda (preman pulo gadung, katanya karna rumahnya dekat terminal itu lho...bukan preman beneran...). Kami di wisma Adzkiya yg sering di tumpangin syuro bisa melihat bedanya....aneh menurut ukuran saat itu... biasanya ikhwan-akhwat rapat itu, pelan2, damai, ga ada becandaan....tapi kalo rapat anak2 Psiko, dengan komandan Pak Joko, aseli...ribut....kadang becanda, bukan akh-ukh yang terdengar tp Loe-gue.....betawi banget....apalagi anggota genk nya juga rata-rata orang Jakarta, di tambah orang luar Jawa, klop dah..... Trus apakah syuro kami tidak “berisi” ???? Baca yang berikut ini..... Cerdas..... 71
Sampai detik ini, dari semarang, trus ujung timur pulau Sumbawa, sampe ujung barat pulau Lombok, (cie...hiperbola neh) saya belum pernah melihat alias ketemu ikhwan yang kalo mimpin syuro, atau rapat sekaliber beliau (duo Pak Hari+Joko)......keren banget kalo uda jd moderator. Mulai dari brainstorming masalah, analogi sana sini, analisa sampai menyimpulkan.....sangat terarah.....suatu hal yang saya akui kehebatan beliau. Kami yang ikut rapat tercerahkan....semua bisa bebas bicara, dan menerima apapun hasil rapat kami sebagai buah pikiran kami juga. Semua 5 W 1 H, terjawab... Ga da “kebijakan langitan” karena melaui polesan moderator Joko, semua begitu “cantik” kami tangkap.... “Bermain cantik” Ini pelajaran lain dari seorang Joko buat saya. Saya masih ingat, dulu dengan semangat 45 saya pernah merusak “rencana cantik” beliau di rapat LPJ Dema. Niatnya mau menolong, malah merusak. Kata pak Joko “Rit, niat baik saja ga cukup, jika cara kamu ga cantik menyampaikannya, semua ga ada gunanya”. Sebuah nasehat yang menyadarkan tentang kekurangangan saya yang masih harus saya poles....“KAKU”....kalo Hendri menduplikasikan Pak Joko dengan Umar bin Khatab, keras, tegas, berani dan diplomat ulung, benar deh, sepakat !! Saat itu Pak Joko adalah Bapak, kami semua sepakat dengan Mba Mekar sebagai ibu, Mba Silmi neneknya, Pak Hari kakeknya....keluarga besar Psiko lengkap sudah. Ketika pak Joko dan mba Me banar-benar MENIKAH!!! Saya termasuk yg ga terima, walau itu kekanak-kanakan banget.....ga relaaaaaaa......he..he.... sindrom adik melihat kakaknya menikah, apa istilahnya ya? Ah...kami terlalu mengidolakan mereka, sampai kami lupa mereka manusia biasa juga. Sekarang tahun 2009, tepat 10 tahun sudah saya mengenal beliau....
72
Suka ga suka, sadar ga sadar....beliau juga ikut membentuk saya jadi seperti sekarang. Jazakumullah khairan katsiran. Ya Rabb....jika Kau mengumpulkan kami di surga dengan orang yang kami cintai karena Engkau, kumpulkanlah kami kembali dengan pak Joko di tempat yang lebih baik, di surga-MU, karena kami mencintainya. Azka....kamu harus bangga punya Abi seperti beliau !!!!
73
3. Suhendri Cahya Purnama (Tulisan ini kupersembahkan untuk mengenang mas Joko Dwi Santoso yang telah meninggal dunia karena kecelakaan di Lampung pada Selasa (16/6/09), di usia yang belum juga mencapai tiga puluh tahun)
Sebuah Kisah untuk Sebuah Nama Menorehkan kata-kata di tulisan ini seakan menguak kembali segala kenangan tentang seseorang. Ia yang sosoknya kuanggap sebagai kakak sekaligus sahabat. Baris demi baris, kujelajahi lagi rentang waktu sembilan tahun lampau di sebuah kota yang bernama Semarang. Dan satu tempat bernama Tembalang. Jauh… Jauh sekali kala mata ini menerawang. Mencoba merakit serpihan-serpihan kenangan yang selama rentang waktu itu, tanpa sadar pernah kutapaki. Masa yang indah. Ketika terkenang, membuat aku rindu ingin kembali mencicipi jejak-jejaknya. Menghirup dan menahannya di rongga dada, agar tak lepas dicerabut oleh waktu yang kejam merampas. Tapi sudahlah, bukan kisah seperti itu yang ingin kutulis. Bukan kisah mengharu-biru. Bukan pula kisah melankolik. Bukannya tak ingin, tapi aku takut. Takut tak bisa menuntaskan tulisan ini hingga akhir. Takut mata ini sudah terlebih dahulu dipenuhi oleh genangan air yang meruyak, sedangkan masih banyak kisah darimu yang ingin kuceritakan. Tidak, aku tak ingin itu terjadi. Aku hanya ingin bercerita tentang kisah seseorang yang bersamanya kukenal apa itu kesederhanaan tanpa kemunafikan. Aku belajar akan idealisme yang mengakar tanpa harus berkoar-
74
koar. Dan meresapi kearifan tanpa penuh retorika dan omong kosong belaka. Ini adalah kisah yang semoga menginspirasi siapa pun yang membacanya. Kapan pun dan dimana pun. Ini adalah cerita tentang dia. Mas Joko Dwi Santoso, untukmu kisah ini kumulai… *** “Mas, jangan aku. Aku gak bisa menerima amanah seberat ini,” kataku waktu itu. Aku masih ingat, saat itu dirimu bersama-sama mas Hary, ‘memaksaku’ untuk menerima amanah menjadi Ketua SKRIPSI (Sie Kerohanian Islam Psikologi) periode 2002. Ingatku kala itu, engkau mampir ke kostku dan menyampaikan berita tersebut. “Lalu siapa lagi dri, khan ikhwannya (laki-laki) cuman kamu?” ujarmu. “Lagian bukannya tahun kemarin kamu udah pengalaman jadi Sekum (Sekretaris Umum) SKRIPSI. Ya jadinya khan udah pahamlah soal keorganisasian di SKRIPSI,” lanjutmu menegaskan. “Bukan masalah pengalaman atau tidak pengalaman mas, tapi ini soal tanggung jawab yang nantinya kuemban. Aku masih gak bisa bayangin, akunya yang pengetahuan Islam masih dangkal kayak gini harus mimpin sebuah organisasi keislaman di kampus,” kataku mencoba untuk berargumen. “Apalagi akunya masih suka main game, masih suka nonton kartun. Pokoknya aku gak siaplah kalau diminta jadi Ketua SKRIPSI. Kalau pun alasannya karena gak ada ikhwan lagi, ya
75
bikin aja kayak dewan bersama atau minta aja mas Farid untuk jadi Ketua SKRIPSI lagi,” lanjutku masih tetap ngeyel. “Hehe… emangnya kalau jadi Ketua SKRIPSI, gak boleh lagi main game atau nonton kartun?” jawabmu. “Dri, ini bukan soal kamunya siap atau gak siap. Ini juga bukanlah kamunya mampu atau gak mampu. Tapi ini adalah sebuah kepastian yang harus kamu ambil. Kamu harus belajar bahwa ada hal-hal di dunia ini yang tidak menunggu kita siap atau tidak siap menjalaninya. Kita tidak diminta untuk mampu atau tidak mampu. Tapi yang diharapkan adalah kita berani menghadapinya, terlepas kita siap atau mampu,” katamu menjelaskan. “Tapi mas…” aku masih tetap mencoba berkelit. “Udahlah, terima aja amanah ini,” potongmu. “Insya Allah kita-kita juga gak akan membiarkan kamu sendirian kok. Kita pasti akan bantu,” ujarmu melanjutkan. Akhirnya, saat itu aku menerima juga ‘permintaan’ tersebut. Dirimu memang seseorang yang aku tak pernah bisa ‘menang’ dalam berargumen. Bukannya karena karakter otoriter atau memaksa. Bukan, bukan itu. Tapi karena selogis-logisnya aku, tetap saja bagimu segala logika yang kupunya pasti tetap dapat kau mentahkan. Aku salut mas untuk kelihaianmu itu. Kecerdikan mengotak-atik pola pikir dalam upaya mencari kebenaran. Sebuah kemampuan yang hingga sekarang, hanya sedikit orang-orang yang kukenal dekat, memilikinya. ***
76
“Dri, kamu tahu apa bedanya Neo dengan Anderson?” suatu ketika dirimu pernah bertanya padaku. Waktu itu, kita (bersama-sama dengan rekan-rekan di IC) sedang berasyik ria mengobrolkan film The Matrix I, II, dan III. Dan sebagaimana layaknya ‘anak-anak IC’, kalau sudah ngobrolin tentang film atau game, pasti ujung-ujungnya akan ngomongin filsafat. “Hmm… Kalau Neo adalah seseorang yang sudah tercerahkan, sedangkan Anderson adalah ia (Neo) yang belum tercerahkan,” jawabku asal saja waktu itu. “Tercerahkan? Maksudnya apa?” lanjutmu bertanya. “Iya, maksudnya ketika Neo masih bernama Anderson, saat itu dia belum mengerti hakikat kehidupan dunia ini. Bahwa sejatinya dunia hanyalah ilusi. Kumpulan dari simpul-simpul saraf yang memberi bayangan akan dunia yang dianggap nyata di dalam otak kita. Padahal tidak, dunia ini adalah maya,” jawabku bersemangat. “Begitu pula ketika Neo masih Anderson, ia tidaklah ngeh apa itu makna hidup. Apa itu takdir. Apa itu kehendak bebas (free will). Yang ia tahu, bahwa hidup hanyalah lakon. Hanyalah sebuah kebetulan ia ada menjalani kehidupan ini. Karenanya, hidup tidak punya makna apa-apa selain makan, minum, berkembang biak dan akhirnya mati. Dengan kata lain, Neo ketika masih bernama Anderson, belumlah menjadi manusia sejati atau insan kamil versi Islamnya,” cerocosku panjang lebar. Sambil tersenyum engkau berkata, “Ya itu benar, tapi bukan jawaban seperti itu yang aku maksud. Ada jawaban lain yang
77
membedakan Neo dan Anderson. Jawaban inilah yang membuat hidup ini benar-benar layak untuk dijalani.” “Lalu apa jawabannya itu Mas?” cecarku agak kecewa karena jawaban sudah sepanjang itu, tapi belumlah sreg menurutnya. “Kamu carilah sendiri, dan bila sudah dapat jawabannya, bilang ke aku,” ujarmu. “Yah, kenapa gak bilang sekarang aja mas jawabannya,” ujarku makin tambah kecewa. “Jadi bikin orang penasaran aja,” lanjutku. Dan engkau, kuingat betul, ketika itu hanya tertawa dengan gayamu yang khas. Memang tipikalmu seperti itu. Tidak pernah langsung memberikan jawaban. Tidak pernah secara manja memberikan sesuatu hal tanpa ada usaha dari orang yang akan menerimanya. Tidak ada istilah instan dalam kamus hidupmu. Sebuah karakter yang aku kagumi. Karakter yang langka di masa sekarang. Di masa ketika pola hidup instan dan pragmatis begitu menjamur dan disukai. Hasil akhir jelaslah penting, tapi jangan pernah sepelekan proses. Karena dengan proseslah, hasil akhir itu menjadi punya nilai. Dan dengan nilailah, hidup ini tak hanya sekadar hidup. Pelajaran itu yang aku dapat darimu. *** “Ternyata menjadi orang idealis itu hanya berakhir pada dua hal. Kalau tidak mati karena miskin, ya mati dikucilkan,” kataku saat itu dihadapanmu.
78
Kuingat betul, ketika itu malam-malam aku bertamu di rumahmu. Kita berdua lagi asyik main games saat aku menyatakan hal tersebut. Dan mbak Mekar ada di kamar sebelah sedang menidurkan Azka yang masih bayi. “Oh ya, kok bisa?” tanyamu singkat. “Lha iya, lihat aja cerita hidupnya Ghie (Soe Hok Ghie), aktivis ‘66 yang mati muda di puncak Gunung Semeru dan dikucilkan oleh teman-teman seperjuangannya. Itu karena ia seorang idealis. Yang tidak mau berkompromi sedikit pun dengan penguasa demi prinsip atau nilai yang ia yakini,” jelasku. “Lihat juga kisah hidup tokoh-tokoh idealis lainnya, seperti RA. Kartini, Tan Malaka, Sultan Syahrir, Moh. Hatta, atau Pramoedya Ananta Toer. Semuanya sama. Kalau gak mati miskin, ya dikucilkan oleh orang-orang dekatnya. Pokoknya gak ada enaknya. Jadi, untuk apa ya mas jadi orang idealis?” tanyaku. Retoris memang pertanyaanku itu. Karena yang sebenarnya kumau saat itu bukanlah jawaban dari pertanyaan tersebut. Aku hanya ingin sedikit menumpahkan beban yang kurasakan. Apalagi kalau bukan karena masalah skripsiku yang tak kunjung kelar. Dan tampaknya semakin berarut-larut tak akan selesai karena ‘jalan idealis’ yang kupilih. Engkau agaknya paham akan hal tersebut. Karenanya, engkau tidak menjawab pertanyaanku tapi malah balik bertanya, “Emangnya kenapa jika karena idealis, hidup jadi miskin dan terkucilkan? Dan apakah karena miskin dan terkucilkan, itu berarti orang tersebut jadi tidak bahagia?”
79
Hening sejenak. Dan ketika aku balas menjawabnya, aku lupa apa yang aku katakan kala itu. Namun, satu yang kuingat. Karena pertanyaan balikmu itu, pertanyaan yang tidak berisikan jawaban, aku jadi menemukan jawabannya. Sebuah jawaban yang kau berikan tanpa harus mengatakannya. *** Yah, itulah sepenggal kisah-kisah yang tidak akan pernah terhapus dari memoriku. Gayamu yang khas mengajarkan arti hidup, layaknya Socrates yang menebarkan kebenaran melalui metode discussionnya. Atau Plato yang mengajarkan ‘dunia idea’ ketika dunia masih terhijab oleh kehidupan remeh temeh materi. Atau seperti Aristoteles, yang memiliki alur logika menakjubkan dan dikokohkan sebagai maha guru. Tak heran bila Alexander the Great (muridnya) menjadi penguasa dunia saat itu. Namun dari tiga serangkai tokoh filsafat yang melegenda tersebut, menurutku hanya sosok Umar bin Khatab yang paling mirip dengan dirimu. Salah seorang sahabat Rasulullah yang terkemuka dan juga seorang khulafur rasyidin tersebut, begitu tepat menggambarkan sebagian karaktermu. Seseorang yang keras memegang prinsip namun memiliki hati yang lembut, keberanian yang mengagumkan, pola pikir dan kreatifitas yang seringkali tak terjangkau olehku, dan kegigihanmu untuk senantiasa istiqomah dalam berhijrah. Pantaslah bila memang engkau layak menyandang nama hanif. Nama hijrahmu yang terukir jelas di topi putihmu. Topi yang biasa engkau pakai saat ke kampus. Yang entah dimana sekarang topi itu berada. ***
80
Dan sekarang, telah sebulan lebih kabar itu datang. Telah sebulan lebih pula, aku masih tetap menganggap dirimu tidaklah benarbenar tiada. Bagiku, dirimu tetaplah hidup mas. Bukannya menolak kenyataan yang ada, tapi senyata itulah yang aku rasakan. Kalaulah kematian hanya diartikan sebagai terbujurnya jasad di liang lahat, jelaslah engkau memang telah tiada. Tak akan pernah kulihat lagi, sosok dirimu yang tertawa kala kita bercanda. Atau suaramu yang selama ini telah banyak memberikan suntikan keberanian ketika dulu, aku begitu lugu. Bahkan, untuk sekadar membaca kata demi kata darimu di mailing list IC pun, sudah tak mungkin lagi. Namun, jika kematian diartikan sebagai hadiah yang indah untuk seorang mukmin, tentunya engkau tak pernah mati. Karena tak hanya saat kau hidup, ketika engkau telah terlebih dahulu dipanggil oleh-Nya, kau masih memberikan hadiah bagi kami. Hadiah hikmah dengan segala rampai kenangan yang menginspirasi siapa pun. Andai saat ini aku bisa kembali bertemu dengan dirimu, aku pasti akan bertanya, “Mas, menurutmu kematian itu apa?” Dan aku yakin, jawabanmu akan senada seperti yang dikatakan oleh Eric Clapton. Gitaris kenamaan itu berkata, “Kematian mengajari saya bahwa hidup sebenarnya amatlah ringkih. Hidup itu bukan masalah berapa panjang umur kita, namun apa isi hidup kita. Apakah berisi hal-hal yang diridhoi oleh-Nya atau yang dimurkai-Nya. Apa artinya kita diberi panjang umur namun isinya hanya membuat kita jauh dariNya. Biarlah kita mulai sadar untuk mengoreksi diri. Karena hidup
81
kita terbatas dan kita tidak tahu kapan berakhirnya, maka jangan pernah hidup dengan kesia-siaan.” Kematian mengingatkan kehidupan agar tetap menjadi sesuatu yang berarti. Bahkan, teramat berarti. Dan kehidupan mengingatkan kematian sehingga menjadi sesuatu yang dinanti. Kematian mendidik kehidupan dan kehidupan merindukan kematian. Itulah pelajaran terakhir yang kudapat dari kepergianmu mas. *** Sembari ditemani bait-bait lagu lawasnya Peterpan ’Semua tentang Kita’, dengan lirih aku berkata, ”Selamat jalan mas Joko, kuharap Allah memberikan tempat terbaik disisi-Nya. Terima kasih untuk kisah hidup yang pernah engkau bagi bersamaku. Dan bila Allah menghendaki suatu waktu di alam yang lain kita bertemu kembali, ingatkan aku ya mas, engkau masih berhutang satu jawaban padaku, apa beda Neo dengan Anderson.” Bumi Parahyangan, Akhir Juli ‘09
(Tulisan ini kupersembahkan untuk mengenang mas Joko Dwi Santoso yang telah meninggal dunia karena kecelakaan di Lampung pada Selasa (16/6/09), di usia yang belum juga mencapai tiga puluh tahun) Sebuah Kisah untuk Sebuah Nama Menorehkan kata-kata di tulisan ini seakan menguak kembali segala kenangan tentang seseorang. Ia yang sosoknya kuanggap sebagai kakak sekaligus sahabat. Baris demi baris, kujelajahi lagi
82
rentang waktu sembilan tahun lampau di sebuah kota yang bernama Semarang. Dan satu tempat bernama Tembalang. Jauh… Jauh sekali kala mata ini menerawang. Mencoba merakit serpihan-serpihan kenangan yang selama rentang waktu itu, tanpa sadar pernah kutapaki. Masa yang indah. Ketika terkenang, membuat aku rindu ingin kembali mencicipi jejak-jejaknya. Menghirup dan menahannya di rongga dada, agar tak lepas dicerabut oleh waktu yang kejam merampas. Tapi sudahlah, bukan kisah seperti itu yang ingin kutulis. Bukan kisah mengharu-biru. Bukan pula kisah melankolik. Bukannya tak ingin, tapi aku takut. Takut tak bisa menuntaskan tulisan ini hingga akhir. Takut mata ini sudah terlebih dahulu dipenuhi oleh genangan air yang meruyak, sedangkan masih banyak kisah darimu yang ingin kuceritakan. Tidak, aku tak ingin itu terjadi. Aku hanya ingin bercerita tentang kisah seseorang yang bersamanya kukenal apa itu kesederhanaan tanpa kemunafikan. Aku belajar akan idealisme yang mengakar tanpa harus berkoarkoar. Dan meresapi kearifan tanpa penuh retorika dan omong kosong belaka. Ini adalah kisah yang semoga menginspirasi siapa pun yang membacanya. Kapan pun dan dimana pun. Ini adalah cerita tentang dia. Mas Joko Dwi Santoso, untukmu kisah ini kumulai… *** “Mas, jangan aku. Aku gak bisa menerima amanah seberat ini,” kataku waktu itu.
83
Aku masih ingat, saat itu dirimu bersama-sama mas Hary, ‘memaksaku’ untuk menerima amanah menjadi Ketua SKRIPSI (Sie Kerohanian Islam Psikologi) periode 2002. Ingatku kala itu, engkau mampir ke kostku dan menyampaikan berita tersebut. “Lalu siapa lagi dri, khan ikhwannya (laki-laki) cuman kamu?” ujarmu. “Lagian bukannya tahun kemarin kamu udah pengalaman jadi Sekum (Sekretaris Umum) SKRIPSI. Ya jadinya khan udah pahamlah soal keorganisasian di SKRIPSI,” lanjutmu menegaskan. “Bukan masalah pengalaman atau tidak pengalaman mas, tapi ini soal tanggung jawab yang nantinya kuemban. Aku masih gak bisa bayangin, akunya yang pengetahuan Islam masih dangkal kayak gini harus mimpin sebuah organisasi keislaman di kampus,” kataku mencoba untuk berargumen. “Apalagi akunya masih suka main game, masih suka nonton kartun. Pokoknya aku gak siaplah kalau diminta jadi Ketua SKRIPSI. Kalau pun alasannya karena gak ada ikhwan lagi, ya bikin aja kayak dewan bersama atau minta aja mas Farid untuk jadi Ketua SKRIPSI lagi,” lanjutku masih tetap ngeyel. “Hehe… emangnya kalau jadi Ketua SKRIPSI, gak boleh lagi main game atau nonton kartun?” jawabmu. “Dri, ini bukan soal kamunya siap atau gak siap. Ini juga bukanlah kamunya mampu atau gak mampu. Tapi ini adalah sebuah kepastian yang harus kamu ambil. Kamu harus belajar bahwa ada hal-hal di dunia ini yang tidak menunggu kita siap atau tidak siap menjalaninya. Kita tidak diminta untuk mampu atau tidak mampu. Tapi yang diharapkan adalah kita berani menghadapinya, terlepas kita siap atau mampu,” katamu menjelaskan.
84
“Tapi mas…” aku masih tetap mencoba berkelit. “Udahlah, terima aja amanah ini,” potongmu. “Insya Allah kita-kita juga gak akan membiarkan kamu sendirian kok. Kita pasti akan bantu,” ujarmu melanjutkan. Akhirnya, saat itu aku menerima juga ‘permintaan’ tersebut. Dirimu memang seseorang yang aku tak pernah bisa ‘menang’ dalam berargumen. Bukannya karena karakter otoriter atau memaksa. Bukan, bukan itu. Tapi karena selogis-logisnya aku, tetap saja bagimu segala logika yang kupunya pasti tetap dapat kau mentahkan. Aku salut mas untuk kelihaianmu itu. Kecerdikan mengotak-atik pola pikir dalam upaya mencari kebenaran. Sebuah kemampuan yang hingga sekarang, hanya sedikit orang-orang yang kukenal dekat, memilikinya. *** “Dri, kamu tahu apa bedanya Neo dengan Anderson?” suatu ketika dirimu pernah bertanya padaku. Waktu itu, kita (bersama-sama dengan rekan-rekan di IC) sedang berasyik ria mengobrolkan film The Matrix I, II, dan III. Dan sebagaimana layaknya ‘anak-anak IC’, kalau sudah ngobrolin tentang film atau game, pasti ujung-ujungnya akan ngomongin filsafat. “Hmm… Kalau Neo adalah seseorang yang sudah tercerahkan, sedangkan Anderson adalah ia (Neo) yang belum tercerahkan,” jawabku asal saja waktu itu. “Tercerahkan? Maksudnya apa?” lanjutmu bertanya.
85
“Iya, maksudnya ketika Neo masih bernama Anderson, saat itu dia belum mengerti hakikat kehidupan dunia ini. Bahwa sejatinya dunia hanyalah ilusi. Kumpulan dari simpul-simpul saraf yang memberi bayangan akan dunia yang dianggap nyata di dalam otak kita. Padahal tidak, dunia ini adalah maya,” jawabku bersemangat. “Begitu pula ketika Neo masih Anderson, ia tidaklah ngeh apa itu makna hidup. Apa itu takdir. Apa itu kehendak bebas (free will). Yang ia tahu, bahwa hidup hanyalah lakon. Hanyalah sebuah kebetulan ia ada menjalani kehidupan ini. Karenanya, hidup tidak punya makna apa-apa selain makan, minum, berkembang biak dan akhirnya mati. Dengan kata lain, Neo ketika masih bernama Anderson, belumlah menjadi manusia sejati atau insan kamil versi Islamnya,” cerocosku panjang lebar. Sambil tersenyum engkau berkata, “Ya itu benar, tapi bukan jawaban seperti itu yang aku maksud. Ada jawaban lain yang membedakan Neo dan Anderson. Jawaban inilah yang membuat hidup ini benar-benar layak untuk dijalani.” “Lalu apa jawabannya itu Mas?” cecarku agak kecewa karena jawaban sudah sepanjang itu, tapi belumlah sreg menurutnya. “Kamu carilah sendiri, dan bila sudah dapat jawabannya, bilang ke aku,” ujarmu. “Yah, kenapa gak bilang sekarang aja mas jawabannya,” ujarku makin tambah kecewa. “Jadi bikin orang penasaran aja,” lanjutku. Dan engkau, kuingat betul, ketika itu hanya tertawa dengan gayamu yang khas.
86
Memang tipikalmu seperti itu. Tidak pernah langsung memberikan jawaban. Tidak pernah secara manja memberikan sesuatu hal tanpa ada usaha dari orang yang akan menerimanya. Tidak ada istilah instan dalam kamus hidupmu. Sebuah karakter yang aku kagumi. Karakter yang langka di masa sekarang. Di masa ketika pola hidup instan dan pragmatis begitu menjamur dan disukai. Hasil akhir jelaslah penting, tapi jangan pernah sepelekan proses. Karena dengan proseslah, hasil akhir itu menjadi punya nilai. Dan dengan nilailah, hidup ini tak hanya sekadar hidup. Pelajaran itu yang aku dapat darimu. *** “Ternyata menjadi orang idealis itu hanya berakhir pada dua hal. Kalau tidak mati karena miskin, ya mati dikucilkan,” kataku saat itu dihadapanmu. Kuingat betul, ketika itu malam-malam aku bertamu di rumahmu. Kita berdua lagi asyik main games saat aku menyatakan hal tersebut. Dan mbak Mekar ada di kamar sebelah sedang menidurkan Azka yang masih bayi. “Oh ya, kok bisa?” tanyamu singkat. “Lha iya, lihat aja cerita hidupnya Ghie (Soe Hok Ghie), aktivis ‘66 yang mati muda di puncak Gunung Semeru dan dikucilkan oleh teman-teman seperjuangannya. Itu karena ia seorang idealis. Yang tidak mau berkompromi sedikit pun dengan penguasa demi prinsip atau nilai yang ia yakini,” jelasku. “Lihat juga kisah hidup tokoh-tokoh idealis lainnya, seperti RA. Kartini, Tan Malaka, Sultan Syahrir, Moh. Hatta, atau Pramoedya
87
Ananta Toer. Semuanya sama. Kalau gak mati miskin, ya dikucilkan oleh orang-orang dekatnya. Pokoknya gak ada enaknya. Jadi, untuk apa ya mas jadi orang idealis?” tanyaku. Retoris memang pertanyaanku itu. Karena yang sebenarnya kumau saat itu bukanlah jawaban dari pertanyaan tersebut. Aku hanya ingin sedikit menumpahkan beban yang kurasakan. Apalagi kalau bukan karena masalah skripsiku yang tak kunjung kelar. Dan tampaknya semakin berarut-larut tak akan selesai karena ‘jalan idealis’ yang kupilih. Engkau agaknya paham akan hal tersebut. Karenanya, engkau tidak menjawab pertanyaanku tapi malah balik bertanya, “Emangnya kenapa jika karena idealis, hidup jadi miskin dan terkucilkan? Dan apakah karena miskin dan terkucilkan, itu berarti orang tersebut jadi tidak bahagia?” Hening sejenak. Dan ketika aku balas menjawabnya, aku lupa apa yang aku katakan kala itu. Namun, satu yang kuingat. Karena pertanyaan balikmu itu, pertanyaan yang tidak berisikan jawaban, aku jadi menemukan jawabannya. Sebuah jawaban yang kau berikan tanpa harus mengatakannya. *** Yah, itulah sepenggal kisah-kisah yang tidak akan pernah terhapus dari memoriku. Gayamu yang khas mengajarkan arti hidup, layaknya Socrates yang menebarkan kebenaran melalui metode discussionnya. Atau Plato yang mengajarkan ‘dunia idea’ ketika dunia masih terhijab oleh kehidupan remeh temeh materi. Atau seperti Aristoteles, yang memiliki alur logika menakjubkan dan dikokohkan sebagai maha guru. Tak heran bila Alexander the Great (muridnya) menjadi penguasa dunia saat itu.
88
Namun dari tiga serangkai tokoh filsafat yang melegenda tersebut, menurutku hanya sosok Umar bin Khatab yang paling mirip dengan dirimu. Salah seorang sahabat Rasulullah yang terkemuka dan juga seorang khulafur rasyidin tersebut, begitu tepat menggambarkan sebagian karaktermu. Seseorang yang keras memegang prinsip namun memiliki hati yang lembut, keberanian yang mengagumkan, pola pikir dan kreatifitas yang seringkali tak terjangkau olehku, dan kegigihanmu untuk senantiasa istiqomah dalam berhijrah. Pantaslah bila memang engkau layak menyandang nama hanif. Nama hijrahmu yang terukir jelas di topi putihmu. Topi yang biasa engkau pakai saat ke kampus. Yang entah dimana sekarang topi itu berada. *** Dan sekarang, telah sebulan lebih kabar itu datang. Telah sebulan lebih pula, aku masih tetap menganggap dirimu tidaklah benarbenar tiada. Bagiku, dirimu tetaplah hidup mas. Bukannya menolak kenyataan yang ada, tapi senyata itulah yang aku rasakan. Kalaulah kematian hanya diartikan sebagai terbujurnya jasad di liang lahat, jelaslah engkau memang telah tiada. Tak akan pernah kulihat lagi, sosok dirimu yang tertawa kala kita bercanda. Atau suaramu yang selama ini telah banyak memberikan suntikan keberanian ketika dulu, aku begitu lugu. Bahkan, untuk sekadar membaca kata demi kata darimu di mailing list IC pun, sudah tak mungkin lagi. Namun, jika kematian diartikan sebagai hadiah yang indah untuk seorang mukmin, tentunya engkau tak pernah mati. Karena tak hanya saat kau hidup, ketika engkau telah terlebih dahulu dipanggil oleh-Nya, kau masih memberikan hadiah bagi kami. Hadiah
89
hikmah dengan segala rampai kenangan yang menginspirasi siapa pun. Andai saat ini aku bisa kembali bertemu dengan dirimu, aku pasti akan bertanya, “Mas, menurutmu kematian itu apa?” Dan aku yakin, jawabanmu akan senada seperti yang dikatakan oleh Eric Clapton. Gitaris kenamaan itu berkata, “Kematian mengajari saya bahwa hidup sebenarnya amatlah ringkih. Hidup itu bukan masalah berapa panjang umur kita, namun apa isi hidup kita. Apakah berisi hal-hal yang diridhoi oleh-Nya atau yang dimurkai-Nya. Apa artinya kita diberi panjang umur namun isinya hanya membuat kita jauh dariNya. Biarlah kita mulai sadar untuk mengoreksi diri. Karena hidup kita terbatas dan kita tidak tahu kapan berakhirnya, maka jangan pernah hidup dengan kesia-siaan.” Kematian mengingatkan kehidupan agar tetap menjadi sesuatu yang berarti. Bahkan, teramat berarti. Dan kehidupan mengingatkan kematian sehingga menjadi sesuatu yang dinanti. Kematian mendidik kehidupan dan kehidupan merindukan kematian. Itulah pelajaran terakhir yang kudapat dari kepergianmu mas. *** Sembari ditemani bait-bait lagu lawasnya Peterpan ’Semua tentang Kita’, dengan lirih aku berkata, ”Selamat jalan mas Joko, kuharap Allah memberikan tempat terbaik disisi-Nya. Terima kasih untuk kisah hidup yang pernah engkau bagi bersamaku. Dan bila Allah menghendaki suatu waktu di alam yang lain kita bertemu kembali, ingatkan aku ya mas, engkau masih berhutang satu jawaban padaku, apa beda Neo dengan Anderson.” Bumi Parahyangan, Akhir Juli ‘09
90
***
Rakhmad Herdiawansyah Subhanallah ms Henri... aku ga bisa komen... rasanya merinding aja... luar biasa 23 Juli jam 10:17 Naily Fauziah beautiful story mas Hendri...beautiful story..... :) 23 Juli jam 10:25 Perdhana Ari Sudewo Ak jd ikutan bljr dari kisahmu mas,mksh 23 Juli jam 10:33 Hariyatman Prasatya hendri... aku nangis lagi..... 23 Juli jam 10:44 Mas Syahril Subhanallah...aku jadi merinding... aku blm bs kasih cerita ttg dia 23 Juli jam 10:55 Desi Tri Cahyani Hendri,trimksi untk mbagi kisah hikmah indah ini. 23 Juli jam 11:02 Q-ko Kiko inspiring story mas..thanks :) 23 Juli jam 12:23
91
Ichay Niezz aq ga knal mas hendri atw pun mas yg dceritain dlm ksh ne,tp yg pst,aer mt ne netes trus spanjang bc tulisanmu. Boleh dums dkrm k aq tulisanny,thanx 23 Juli jam 13:49 Binarta Donestiarman *saia punya banyak dosa sama alm. joko* sedih rasanya tdk diberi waktu utk meminta maaf langsung ke beliau.... 23 Juli jam 15:16 Adisti Kusumaningtyas :) Mas Joko itu mengada di memorinya Hendri ya... mudah2an saya bisa belajar dari kisah yang tertulis di atas 23 Juli jam 17:36 Zulfian Amrullah amin... beautiful story bro... (shake hand) 23 Juli jam 20:47 Imadh Akhmad Immaduddin @Dones: bukan maksud saya menghibur panjenengan,tapi ini kenyataan.Sebenernya kekhilafan panjenengan terhadap almarhum pernah saya tanyakan padanya..dan,berbahagialah panjenengan punya teman sebaik mas Joko yang tanpa jeda dan ragu langsung menyatakan bahwa beliau sudah memaafkan panjenengan sebagai saudara sesama Muslim dan bahkan mendo'akan panjenengan agar selalu dibimbing Alloh SWT..amiin.
92
23 Juli jam 21:09 Ari Nurul Yusiani sedihhhhhhhhh....:( hendri makasih, ya nulis ini.... aku juga byk salah sama mas Joko...banyakk bgt...moga2 beliau tenang disana.. ... Baca Selengkapnya *speechless*... 23 Juli jam 21:40 Abedoel Adjis mas joko orang yang sabar...... 24 Juli jam 0:01 Abedoel Adjis ya ALLAH semoga aku nanti juga dapat dikenang sebagaimana teman-teman mengenang almarhum mas Joko panutan saya..... 24 Juli jam 0:05 Derynia Lakhsmi Wulandhari alhamd nia masih bisa hidup dan, melihat dan membaca tulisan kak Hendri. semoga nia bisa mengambil hikmahnya dan dijadikan perenungan as apa saja yang telah nia lakukan dalam mengisi hidup ini. makasih ya kak Hendri :) semoga amal ibadah kak Joko diterima di sisiNya 24 Juli jam 7:39 Rossalia Noviati innalillahi wa'innailaihi, segala sesuatu milik Allah dan akan kembali padaNya. smga kelg diberi ketabahan. dan kita semua
93
kelak saat kembali padaNya, dipertemukan dan berada pada satu panji yang sama yaitu panji Rosulullah SAW... 24 Juli jam 11:17 Faris Fanani Terimakasih,....... GURU-GURUKU!!! 24 Juli jam 11:19 Hariyatman Prasatya @all of you, so... apa bedanya Neo dan Anderson? 25 Juli jam 12:07 Suhendri Cahya @ all: alhamdulilah... moga ini jd jalan utk senantiasa mengingatNya. @ hariyatman: aku dh dpt jawabannya mas, hanya satu kata. moga kali ini benar. 25 Juli jam 18:49 Dyas Nugroho Cuma air mata yg menitik yg bisa melukiskan isi hati..trimakasih Allah,dy jd kenal m.henri (dg nama ini dy knal dia,bukan hendri)..thanks ya mas,dah kasih 'hal' baex di hidup dy.. Kangen ngobrol n becanda ma m.hen 25 Juli jam 23:40 Diah Setyorini Sebuah cerita ttg arti hidup yg bagus sekali. Moga kita smua dpt mengambil hikmah dr kisah ini n senantiasa istiqomah d jalan-Nya. Min pukul 7:44 Hariyatman Prasatya apaan dri... aku jadi penasaran. kalau jawabannya bisa menjadi sebuah tulisan kayaknya keren tuh... Min pukul 10:32
94
Hariyatman Prasatya dri, aku sekalian minta izinmu untuk mencantumkan tulisan ini di blogku Min pukul 11:29 4. Diyah Wahyu Sulistiyani Habis buka-buka email di milis IC, sengaja hanya kubuka yang dari Pak Joko, air mata sudah ga sanggup lagi ku bendung… Coba dibaca dech yang tertanggal 4 Maret 2009, beliau membalas email dari mbak Ci… Aku tidak sanggup lagi untuk melanjutkan membaca email dari Pak Joko… Pak Joko aku masih ingat dulu awal-awal kenal lewat telepon… dulu ketika masih 1 kos sama Mb Me di 228. “Mekarnya ada??!!” nadanya meninggi, ini nanya apa mbentak? (batinku). Selalu begitu kalau nelpon. Kutanya sama Mb Me “itu siapa sich Mb?” “O itu pak joko dik’ jawabnya. Dalam hati aku bertanya “Pak”? kok manggilnya “Pak” berarti udah tua donk, udah tua, galak lagi… He2.. waktu itu aku masih awal kenal tarbiyah, panggilan “Pak” lebih menghormati dan menjaga mungkin.. ya awal-awal kenal pak joko beliau “galak” itu yang masuk dalam pikiranku. Selanjutnya mengenal pak joko lebih jauh lewat IC dan dakwah di kampus… Pak Joko itu “lucu” Pak Joko itu selalu bisa aja membuat orang tertawa, setidaktidaknya ini yang kuingat. Saat itu beliau menjadi pembicara di sebuah pertemuan majelis syuro, yang hadir adalah orang-orang penting. Kata beliau “semua lini harus bersinergi untuk mewujudkan kampus hijau. Suatu saat nanti ga ada lagi jam kuliah
95
menabrak waktu sholat, antara ikhwan dan akhwat ada hijab, kalau perlu di fakultas peternakan kandang sapinya di kasih hijab, biar sapi jantan dan betinanya ga saling lihat2an” Gerrr…. Seluruh hadirin di ruangan tertawa… Pak Joko itu “trainer handal” Siapa yang meragukan kepiawaian Pak Joko ketika mengisi acara training. Beliau selalu bisa membangkitkan semangat. Katakatanya penuh intonasi. Pasti dijamin ga ngantuk kalau Pak Joko yang menjadi pembicara. Beliau juga pandai mencipta konflik, seru dech kalau trainernya Pak Joko… Pak Joko itu “super narsis” Kalau ingat rapat-rapat di IC, he2… pingin ketawa. Biasalah para ikhwan ga mau kalah semua saling membangggakan dirinya masing-masing. “Itu namanya narsis, Mas!” Kata Mas Hendri. Jawab Pak Joko “lhoh narsis kan kalau ga sesuai dengan kenyataan, nach kalau aku kan sesuai dengan kenyataan!!” he2…. Semua tertawa “Wach itu super narsis Mas… mbah-e narsis” celetuk mas Farid. Pak Joko itu “diplomat ulung” Ya kemampuan Pak Joko berdiplomasi kuakui hebat, terutama dengan birokrasi psikologi. Siapa sich yang berani debat dengan Pak Dar (Darmanto Jt, waktu itu beliau masih ketua prodi ), tak lain adalah Pak Joko dan Pak Dar pun dibuat memerah mukanya walau akhirnya manggut-manggut juga dengan pendapat Pak joko. Pak Joko itu “teknokrat dakwah” Kalau ditanya siapa yang paling tahu sejarah seluruh organisasi besar yang sekarang ada di Psikologi Undip. Tentulah salah satunya adalah Pak Joko. Beliau adalah salah satu pelaku sejarah yang menjadi peletak dasar organisasi besar yang ada di Psikologi
96
Undip. Mulai dari SKRIPSI, DemaPsi, KESPPI, abstraksi. Saya tidak tahu apakah sekarang nama-namanya masih tetap seperti itu. Tapi semua itu tumbuh tidak lepas dari olahan tangan dan buah fikir Pak Joko. (Psikologi Undip pastilah sangat kehilangan tokoh sejarah… jikalau mereka mengetahui…) Pak Joko itu “pendiam dan pemalu” Ini kata Pak Joko sendiri. Waktu itu sebelum rapat bebas IC, rapat bebas? Ya karena agendanya ga jelas mau ngomongin apa aja bebas… He2… tiba2 Pak Joko bertanya padaku “DD menurutmu aku ini introvert apa ekstrovert?” aku kok ditanya gitu ya? Fikirku, “emange kenapa Pak?” “Ya menurutmu aku ini introvert apa ekstrovert?” beliau mengulangi. “ekstrovert Pak.” Ekstrovert itu yang seperti apa?” wach Pak Joko itu kalau nanya memang seperti menginterogasi, mendalam, mendesak sampai kita kehabisan kata. “Ya Pak Joko itu banyak bicara, suka ngomong…” jawabku. “Kalau kamu Qo?” beliau nanya ke qiko. Qiko menjawab “Introvert Pak” (wach Qiko itu memang selalu pilih beda denganku). “Introvert itu seperti apa?” tanyanya lagi. “ya… pendiam… pemalu…” “Betul kata qiko Di…” itu kata beliau, dilanjutkan ceramah beliau yang tak lain ingin menasihatiku untuk berani berbicara jika itu sebuah kebaikan dan kebenaran. Sekalipun kita ini pada dasarnya seorang pendiam… Pak Joko itu ‘PeDe” Yach mungkin masih pada ingat dulu waktu IC diminta mengisi acara training UKM Rohis UNDIP di Peternakan. Waktu itu Pak Joko pakai kemeja berdasi. He2… kalau ingat itu pingin ketawa… bukan karena Pak Joko ga pantes pakai dasi tapi karena memakai dasi itu diawali debat panjang di rapat IC. Para ikhwan yang lain ga setuju kalau ngisi training dresscode nya pakai dasi, terutama P’ hary yang paling getol menentang karena beliau yang paling ga PeDe pakai dasi. Yach mungkin paradigma mental berpakaiannnya
97
ikhwan perlu dirubah, bergaya dikitlah seperti eksekutif kata Pak Joko. Pak Joko itu "sangat keukeuh memegang prinsip" Sering beliau berdebat hebat dengan mb Me di rapat IC. Semua yang ada cuma bisa "melongo" (terbengong-bengong). Aku, qiko, mas hendri, mas farid, pak hary cuma bisa diam. Pak Hary yang berusaha menyela "Sudah-sudah... berantemnya dilanjutin di rumah aja!!" "Wach ga bisa ini masalah prinsip" begitu jawab pak joko. dalam hati aku berkata "Pak joko apa lupa ya kalau mb me itu istrinya, he2..." Akhirnya Mb me juga yang ngalah, walau masih bersungut-sungut. tentunya setelah "bahasa mata" aku dan qiko bermain. he2.. iya bahasa mata, itu istilah yang diberikan pak Joko pada kami kalau ditanya cuma diam malah saling lihat-lihatan. katanya "akhwat itu unik, ia bisa bicara lewat mata. mereka punya bahasa mata. Mereka itu tahu maksud temannya lewat mata. coba ikhwan apa bisa?" He2... ada-ada aja Pak Joko itu..
Itu mungkin beberapa yang paling kuingat dari Pak Joko. Selain nasihat berikut yang masih menjadi peganganku sampai sekarang… Waktu itu aku agak lupa diskusinya diawali dari apa tapi ujung2nya begini… “jangan saya Pak” kataku… “Lhah emang kenapa?” Tanya Pak Joko. “Kan saya akhwat, disana kan tempat ikhwan, saya ga berani.” “Lhoh emang kenapa kalau ikhwan? Lanjut beliau “Kamu tahu adikku Dy?, adikku itu pemberani, sangat berani bahkan sama cowok pun dia berani, kalau ia yakin ia benar. Mungkin kalau ia sama2 cowok adikku bisa dipukul. Saya aja sampai heran. Kamu ingin tahu alasannya? Tanyanya lagi, aku hanya diam mendengarkan “Ya.. karena dia perempuan, pikir adikku ga
98
mungkin laki2 akan berani memukul dia, kalau toh itu dilakukan berarti ia banci, ia telah merendahkan harga diri karena telah berani memukul cewek.” Jujur nasihat itu telah menginspirasiku, sedikit merubah pandanganku, ketakutanku dengan laki-laki. Bahkan sekarang saat aku harus bekerja di tempat yang mayoritas laki-laki (karena di STM, semua muridku laki2) sempat tidak betah dan ingin mengundurkan diri tapi kata-kata itu yang selalu kuingat “Aku ga boleh takut dengan laki2, ya… karena aku perempuan. Jika aku dipukul berarti dia banci, ia telah merendahkan harga diri” Sayang… aku belum sempat mengucapkan terima kasih pada Pak Joko… sudah lama saya ingin menuliskan pengalaman saya mengajar di STM tapi beliau lebih dulu dipanggil… Robbi terimalah seluruh amal Pak Joko, sayangi ia, ia baik Ya Allah, Ya Rahman… Ach apa Pak Joko sudah menyampaikan nasihatnya ini pada Azka ya.. Azka dilahirkan sebagai anak perempuan, yang dilahirkan sulung… bertanggung jawab terhadap adik-adiknya, apalagi sekarang tanpa abinya… Azka jika kau kelak sudah besar dan bisa membaca ini. Jangan kau tanya lagi “Dimana abi?” pada Umimu ya… abimu sudah tenang di surga. Jadilah kau seperti abimu, ia seorang yang kuat dan pemberani. Jadilah kau perempuan yang pemberani, yang tidak takut dengan laki-laki, ya… karena kamu perempuan. Kalau ada laki-laki yang memukulmu, berarti ia banci, ia telah merendahkan harga diri…” Bagi saya yang sebentar mengenal Pak Joko merasa sangat kehilangan. Saya yakin ada banyak orang-orang yang telah lama mengenal Pak Joko akan lebih terpukul dan sangat kehilangan…
99
Saudara-saudara semua… Bpk2 (sekarang siapa lagi di IC yang kupanggil pak selain Pak Hary ), Mas-Mas, Mbak-Mbak… silakan menuliskan kenangan antum tentang Pak Joko yang paling berkesan. Saya berencana memprint-outkan dan akan kukirim ke mbak Me… kelak jika Azka, Azzam, dan si kecil sudah besar biar ia tahu kalau Abinya orang hebat. Mungkin juga kalau ada yang menyimpan kaya-karya beliau bisa juga dikirimkan. Saya dulu pernah baca puisi Pak Joko tentang Cintanya pada Tuhan, bagus sekali Cuma saya lupa dimana, filenya ga ada… *** Aliya Tusyani sampai menitikkan air mata baca tulisan ini...Pak Joko, mudah2an Allah melimpahkan rahmat-Nya untukmu... 18 Juni jam 15:56 Tatang Gustawan Ya Allah, kami sangat mencintai pa Joko sebagai teman dan Sodara tapi saya kira Engkau lebih mencintainya... 18 Juni jam 18:47 Gerit Himawan Semoga Alloh berkenan mengampuni segala dosanya dan menerima semua Amal kebaikannya .. Aamiin .. 18 Juni jam 23:11 Dony Kurniawan yang ku ingat ialah pertanyaan yang selalu bertolak belakang dari biasanya..."Lha..kok gitu".."emang kenapa..." Klo Joko sih... Semoga Allah mengampuni segala dosanya dan menerima semua amal kebaikannya. 19 Juni jam 10:19 Diyah Candra
100
Yang selalu saya ingat adalah suntikan semangat untuk terus menerus melanjutkan perjuangan dakwah. Subhanallah... Di usia muda sudah begitu cepat bertemu dengan Rabb-nya, sungguh skenario ALLAH yang paling terbaik. 19 Juni jam 11:35 Isti'anah Syahidah Semoga hubngan persaudaraan kami kian kekal dengan keluarga yang ditinggalkan, karena aziz kami punya hubungan yang "erat" dengan ummu azka n azzam 19 Juni jam 12:38 Wahyu Agus K kenangan indah semasa di dunia moga berulang lagi di surgaNya, amin... 19 Juni jam 16:52 Nur Islami Aku tak begitu mengenalnya. Mungkin kenangan yg ada tak selalu indah (Didy mgkn tau). Tp bagiku, seseorang yg dicintai 4WI maka hendaknya manusia mencintainya. Maka, aku tak berani bertutur tentangnya. Cukuplah kebaikan sj yg kan mengiringkannya ke jannahNya.. Sesungguhnya aku cemburu padanya. Ia yg tlah lebih dulu bertemu KEKASIHNYA. Sungguh, aku pun rindu.. Smg pertemuan terbaik dgnNya saja di ujung usia.. Entah kapanpun masanya tiba.. 20 Juni jam 11:03 Tamoy Cihuy Semoga Allah SWT sediakan tempat yang terbaik buat pak Joko dan mbak Mekar, Azka, Dzaky, dan keluarga diberi ketabahan.AMin 25 Juni jam 22:48 Faisal Ilham
101
Gak pernah tau sich orangnya, tapi sebagai orang yang bagian SKRIPSI kayaknya kehilangan. 29 Juni jam 12:24
Ayah… Tak ku temui lagi ragamu Tapi bayanganmu tak kan pernah hilang dalam ingatanku Ayah… Tak ku dengar lagi suaramu Tapi petuahmu akan selalu menyertai langkahku Ayah… Tak ku rasa lagi hangat tanganmu Tapi tuntunanmu akan ku kenang selalu Ayah… Tak kan ada lagi tempat ku mengadu Tapi seyum dan damaimu di sana menguatkanku Ayah… Do’aku selalu menyertaimu *(dari dan untuk sang anak yatim)
102