Prolog 09 Oktober 2011 Pertempuran antar gangster dan mafia pecah di Jakarta. Jakarta dalam krisis dan kerusuhan besar, korban berhamburan di jalanan, anggota gangster, mafia, penegak hukum bahkan warga sipil yang tidak berdosa ikut menjadi korban. Ribuan korban tewas dan terluka, sarana prasarana hancur dan kerugian mencapai milyaran. Di balik kelamnya masa itu muncul sebuah nama yang membuat orang lain gemetar ketakutan, Naga sang Mimpi Buruk. “Aaargh … yaaa … cleb … clink … he … syaat … dug … srek” suara perkelahian dan korban berjatuhan yang dilakukan oleh sepasang tangan dingin yang memegang sebuah katana hitam legam.
“Naga” teriak salah satu orang gangster sambil mengacungkan senjata api ke arah Naga, “jangan bergerak atau kau mati” lanjutnya dengan percaya diri. “Jika kau berpikir senjata api akan selalu menang
melawan
katana
dalam
pertempuran jarak jauh, maka kau yang akan mati” balas Naga dengan wajah dinginnya. Naga mulai bergerak, sang gangster terkejut “dor … clink … dor … clink” suara tembakan senjata api yang ditangkis katana Naga “syaat” Naga memenggal kepala sang gangster. Naga yang tidak berpihak kepada siapapun terus mengayunkan katananya menebas siapapun yang ada di depannya kecuali warga sipil. “Hentikan pertempuran
ini” teriak salah satu perwira tinggi dari TNI melalui pengeras suara. “Kami sudah menangkap para pemimpin kalian, tidak ada alasan lagi kalian berperang. Jika kalian masih ingin berperang maka kami tidak akan segan-segan untuk mengeksekusi kalian” lanjutnya sambil memberi kode dan seluruh penembak jitupun siap untuk menembak. Melihat dan mendengar semua itu, semuanya menurunkan senjata masingmasing termasuk Naga yang kembali menyarungkan katananya dan mulai pergi menjauh. “Kapten Sin, itu Naga sang Mimpi Buruk” kata salah satu pasukannya sambil menunjuk Naga. Para
pihak
berwajib
mulai
mengamankan para mafia dan gangster satu
persatu. Mereka juga mulai melakukan evakuasi dan pertolongan medis kepada mereka yang terluka. Kapten Sin mulai berjalan ke arah Naga
sambil
berteriak
“Naga”
yang
membuat Naga menatapnya. “Kau mau kabur kemana?” Tanya salah satu pasukan. “Ini sudah berakhir, waktunya menatap masa depan” jawab Naga dengan wajah dinginnya. Kapten Sin hanya menatapnya saja. “Hah, setelah semua ini kau pikir bisa kabur?” teriak salah satu pasukan yang kemudian bergerak akan menangkap Naga, namun
Kapten
Sin
menghentikannya,
“cukup” dan Naga pun pergi.
Insiden ini mengukir sejarah buruk bagi Bangsa Indonesia, terutama penduduk Jakarta. Insiden ini akan dikenang sebagai ‘Indoom 09 Oktober 2011 atau Indoom 0910-‘11’. Dan tidak lupa satu nama anak muda yang membuat gemetar ketakutan pada insiden itu, Naga sang Mimpi Buruk.
Kasih Sayang Adik dan Kakak 3 tahun sudah berlalu sejak insiden berdarah itu, nama Naga sang Mimpi Buruk sudah tidak terdengar lagi di jalanan. “Pagi Lona” sapa Naga dan kak Dara yang sudah duduk di meja makan. “Pagi bang Naga, kak Dara” jawab Wilona si anak bungsu yang langsung duduk di meja makan. “Oh ya, Lona berangkat ke sekolah bareng abang gimana?” Tanya Naga. “Asyik, mau bang berangkat sekolah bareng abang” jawab Lona. “Jadi lebih seneng berangkat sekolah bareng abang, daripada sama kakak nih”
kata kak Dara dengan nada menyindir dan Naga hanya tersenyum mendengarnya. “Ih, bukan gitu ka, kan kalau berangkat bareng abang dan pulang di jemput sama kakak, jadi kan Lona bisa jalan sama abang dan kakak setiap hari” jawab Wilona dengan nada menyesal. “Iya kakak ngerti bungsu” balas kak Dara yang tersenyum sambil menyentuh hidung Wilona yang membuat Wilona tersenyum kembali. “Oh ya kak, kita tahun baruan di Bandung gimana ka?” usul Naga. “Ya bener bang, udah lama kita ga ke Bandung, ya kak boleh ya kak” teriak riang Wilona dengan nada memohon.
“Ya udah, ayo kita tahun baruan disana, kita berangkat dari sininya tanggal 31 ya” jawab kak Dara sambil tersenyum. “Asyik” Wilona gembira. “Ya udah, sekarang kalian cepet abisin sarapannya dan langsung berangkat, udah mau jam setengah tujuh tuh” lanjut kak Dara. “Ya ka” jawab Wilona dan Naga. Mereka
menghabiskan
sarapan
mereka masing-masing dan siap untuk berangkat. “Ka, abang berangkat dulu ya” pamit Naga. “Lona juga ka” tambah Lona. “Ya hati-hati bang, dek” jawab kak Dara. Naga mengantar Wilona ke sekolah dengan scooternya dan lanjut ke kampus.
Dara, Naga dan Wilona kehilangan kedua orang tua mereka sejak 8 tahun yang lalu akibat ulah mafia-mafia keji di Jakarta. Semenjak saat itu mereka hidup bersama, saling melindungi dan saling mengasihi. Saat ini Wilona sudah duduk di kelas 2 SMA di salah satu SMA favorit di Jakarta dekat rumah, Naga kuliah di jurusan kimia di salah satu perguruan tinggi negeri di Depok dan Dara sekarang sudah bekerja di salah satu perusahaan besar di Jakarta yang dulu tempat ayahnya bekerja. Sejak kecil mereka di didik untuk mandiri, sehingga mekipun mereka telah kehilangan kedua orang tua mereka, mereka tetap semangat dan bahagia menjalani keseharian hidup mereka. Wilona dan Naga menempuh pendidikan dengan beasiswa full hingga lulus. Naga pun memiliki
penghasilan sendiri dari komunitasnya SFC (Slank
Fans
Club)
dari
berjualan
merchandise ataupun dari sebuah konser musik, meskipun tidak banyak tetapi Naga senang melakukannya. Jam 12.00, jam istirahat kerja kak Dara “Dek, udah pulang? Kakak lagi menuju ke sekolah adek ya” chat kak Dara ke Wilona. “Udah kak, Lona tunggu di depan gerbang sekolah ka” balas Wilona.