1
PENINGKATAN KEMAMPUAN MERAKIT ELEMEN ELEKTRONIKA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PENGAJARAN ELEKTRONIKA BEKAS PADA SISWA KELAS VI TUNA RUNGU SDLB N
MOJOAGUNG
KABUPTEN GROBOGAN TAHUN 2009
Skripsi Oleh: DIDIK ROCHTRIYANTO NIM X 5107514
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
2
PENINGKATAN KEMAMPUAN MERAKIT ELEMEN ELEKTRONIKA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PENGAJARAN ELEKTRONIKA BEKAS PADA SISWA KELAS VI TUNA RUNGU SDLB
N
MOJOAGUNG
KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2009
Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan Program studi Pendidikan Luar Biasa Oleh : DIDIK ROCHTRIYANTO NIM X 5107514
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
3
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta,
Pembimbing I
Drs R.Indianto, Mpd NIP. 19510115 198003 1 001
Persetujuan Pembimbing
2009
Pembimbing II
Drs. Maryadi, M.Ag NIP.19520601 198103 1 003
4 HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Rabu Tanggal : 5 Agustus 2009
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang
Ketua
: Drs. A. Salim Choiri, M.Kes
Sekretaris
: Dra. B. Sunarti.M.Pd
Anggota I
: Drs. R.Indianto M.Pd
Anggota II
: Drs. Maryadi. M. Ag
Disahkan Oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.pd NIP.19600727 198722 1 0
Tanda Tangan
........................ ................................. ........................... ..................................
5 ABSTRAK
Didik Rochtriyanto. Peningkatan Kemampuan Merakit Elemen Elektronika Pada Mata Pelajaran IPA Dengan Menggunakan Media Pengajaran Elektonika Bekas Pada Siswa Kelas VI Tuna Rungu SDLB N Mojoagung Kabupaten Grobogan, Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2009. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk menguji ada tidaknya peningkatan kemampuan merakit elemen elektronika bekas dengan menggunakan media pengajaran elektronika bekas pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas VI Tuna rungu SDLB N Mojoagung Kabupaten Grobogan antara seebelum dn sesudh mendapatkan tindakan.2) untuk mengetahui ad tidaknya kkeatifan siswa kelas VI Tuna rungu SDLBN Mojoagung Kabupaten Grobogan dalam mencoba, berkesperimen menggunakan alat elektronika. 3) mengetahui ada tidaknya kreasi, karya membuat lampu berkedip, lampu lintas dan bel listrik Penelitian ini termasuk PenelitianTindakan kelas jumlah populasi yang dijadikan subyek sebanyak 4 siswa. Penelitian ini menggunakan metode interview, tes dan observsi. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan lembar observasi.Teknik Analisis data digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Siklus I dan Siklus II. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data dengan Penggunaan Media Pengajaran Elektronika bekas dapat meningkatkan kemampuan merakit elemen elektronika. pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas VI Tuna rungu SDLB N Mojoagung Kabupaten Grobogan 2009.
6
MOTTO
Mintalah, maka kamu akan mendapat, ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Matius 7 : 7-8
7
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan · Bapak dan ibu, atas kasih sayang dan bimbingannya · Istri dan anakku yang tersayang yang selalu memberikan dukungan, terima kasih atas semua pengertiannya · Rekan - rekan guru yang telah membantu · Almamater
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan hormat kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan berkah dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan naskah skripsi ini . Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Banyak hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi selama penulisan skripsi ini, namun atas bantuan berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat pemulis selesaikan. Untuk itu penulis menyampoaiakan ucapan terima kasih kepada : 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta bapak Prof. Dr. Drs. M.Furqon Hidayatullah, M.Pd, 2. Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta bapak Dr.rer.nat, Sajidan, M.Si. 3. Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta bapak Drs. Amir Fuady, M.Hum yang telah memberikan izin untuk penelitian. 4. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta bapak Drs. Asrowi, M.Pd. 5. Sekretaris Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta bapak Drs. Sutijan, M.Pd 6. Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta bapak Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd. 7. Sekretaris Program Studi Pendidikan Luar Biasa jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta bapak Drs. Maryadi, M.Ag. 8. Bapak Drs, Rusdiana Indianto, M.Pd. selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dalam menyusun skripsi. 9. Bapak Drs. Maryadi, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam menyususn skripsi.
9 10. Bapak Tarmudji S.Pd. selaku Kepala SDLB N Mojoagung Kabupaten Grobogan yang telah memberikan ijin untuk dapat melaksanakan penelitian di sekolah yang dipimpin 11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.
Surakarta,
Penulis
juli 2009
10
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL......................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN .........................................................................................ii HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................................iii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................iv HALAMAN ABSTRAK..............................................................................................v HALAMAN MOTTO...................................................................................................vi HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................................vii KATA PENGANTAR................................................................................................viii DAFTAR ISI ..............................................................................................................x DAFTAR TABEL .......................................................................................................xii DAFTAR GAMBAR..................................................................................................xiii DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah....................................................................... B. Rumusan Masalah................................................................................
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. D. Manfaat Penelitian ............................................................................... BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka................................................................................. 1. Hakikat IPA............................................................................. a. Pengertian IPA.......................................................... b. Tujuan Mata Pelajaran IPA ...................................... c. Ruang Lingkup IPA .................................................. 2. Kemampuan Merakit Elemen Elektronika................................ a. Pengertian Kemampuan Merakit Elemen Elektronika.............................................................. b. Proses Belajar Keterampilan motorik...................... 3. Media Pengajaran a. Pengertian Media Pengajaran................................................................. b. Jenis - jenis Media Pengajaran..................................
11 c. Kriteria Memilih Media Pengajaran............................. d. Tujuan Penggunaan Media Pengajaran ....................... e. Alasan Penggunaan Media Pengajaran......................... f. Media Pengajaran Elektronika...................................... 4. Hakikat Anak Tuna Rungu........................................................... a. Pengertian Anak Tuna Rungu........................................ b. Penyebab Anak Tuna Rungu.......................................... c. Klasifikasi Anak Tuna Rungu........................................ d. Perkembangan Anak Tuna Rungu..................................
B. Kerangka Berpikir..................................................................................... C. Perumusan Hipotesis Tindakan.................................................................. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting dan Subyek Penelitian..................................................................... B. Teknik Pengumpulan Data........................................................................... C. Analisa Data.................................................................................................. D. Prosedur Penelitian........................................................................................ BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Lokal Penelitian............................................................................. B. Diskripsi Permasalahan Penelitian............................................................... BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian................................................................................... B. Implikasi Hasil Penelitian............................................................................. C. Saran............................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
12
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Daftar Identitas Siswa Tunarungu Kelas VI SDLB N Mojoagung Kabupaten Grobogan................................................................... Tabel 2. Daftar Nilai Pre tes belajar IPA Anak Tunarungu sebelum Perlakuan........................................................................................... Tabel 3. Data nilai Post tes Pada Siklus 1 Anak Tunarungu sesudah perlakuan............................................................................................ Tabel 4. Data Hasil refleksi Siswa Siklus 1 ................................................................... Tabel 5. Data nilai Prestasi Belajar siswa pada Siklus II Post tes II.......................................................................................................... Tabel 6. Data hasil refleksi siswa Siklus II...................................................................... Tabel 7. Perbandingan kondisi awal, siklus I dan Siklus II 1. Tindakan, 2.Prosespembelajaran, 3. Hasil belajar .....................................
13
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Grafik Hasil Belajar siswa sebelum dan sesudah Siklus 1 .......................................... Gambar II. Grafik Hasil Belajar siswa sebelum dan sesudah Siklus I dan Siklus II ........................
14 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Model mengajar keterampilan adalah pola kegiatan yang bertujuan adanya perubahan tingkah laku berupa skill yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang dipelajari. Keterampilan dibedakan menjadi dua yaitu keterampilan Intelektual dan Keterampilan Psikomotorik, misalnya, penguasaan prinsip/konsep, Keterampilan Psikomotorik, misalnya menggergaji, mengecat tembok , merancang dan menuyusun atau merakit suatu benda atau alat. Peningkatan kemampuan merakit elemen elektronika atau membuat karya sebagai hasil belajar dari suatu proses pembelajaran mata pelajaran IPA atau Sains harus selalu diusahakan secara bersama baik guru kelas maupun guru mata pelajaran keterampilan dengan menggunakan media pengajaran atau alat peraga yang sudah ada atau alat - alat yang dibuat bersama oleh guru dan murid dengan memanfaatkan bahan - bahan atau barang elektronika bekas yang biasanya mudah didapat di sekitar lingkungan peserta didik. Kegiatan belajar mengajar adalah bagian dari proses pendidikan di sekolah yang paling pokok, ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran sangat bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Kenyataan yang ada di SDLB N Mojoagung, Kabupaten Grobogan belum
semua
guru
mengoptimalkan
proses
pembelajaran
hingga
memperoleh prestasi belajar yang memuaskan. Hal ini terbukti masih banyak prestasinya
yang masih rendah dan kemampuan Psikomotroik belum
nampak karena terbatasnya sarana dan prasarana yang digunakan untuk menunjang proses belajar mengajar di kelas. Minat belajar dan motivasi masih sangat diperlukan khususnya pada mata pelajaran IPA atau Sains mengenai membuat karya elektronika sederhana. Mata pelajaran IPA atau Sains masih dianggap pelajaran yang membosankan dan sulit dipahami terlebih karena keterbatasan dalam mendengar dan berbicara peserta didik. 1
15
SDLB N Mojoagung adalah salah satu sekolah dasar luar biasa yang berada di wilayah kabupaten Grobogan yang sebagian besar siswanya berasal dari pedesaan dan kebanyakan dari orang tua yang berpenghasilan rendah sebagai buruh tani serta tingkat pendidikan yang rendah pula sehingga kurang memberikan perhatian dalam memotivasi belajar bahkan bila musim panen anak - anak mereka membantu bekerja di sawah, kesempatan waktu belajar di rumah sebagai kelanjutan belajar dari sekolah hampir tidak ada, dengan demikian prestasi belajarnya rendah. Masalah yang dihadapi siswa tersebut perlu dicarikan jalan keluar atau pemecahannya karena kesulitan yang dihadapi anak dalam pemahaman energi
listrik,
kurangnya
keberanian
dalam
melakukan
tindakan
bereksperimen karena takut sengatan arus listrik, siswa kurang bergairah dalam belajar mata pelajaran IPA atau Sains, maka ditemukan pemikiran untuk meningkatkan kinerja siswa tersebut dengan menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai.
Dalam hal ini penulis mencari dan
mengumpulkan barang-barang elektronika bekas yang biasanya mudah dijumpai di sekitar rumah siswa untuk digunakan media pengajaran atau alat peraga dan bereksperimen dalam menunjang proses belajar mengajar mata pelajaran IPA atau Sains mengenai energi Listrik.
B.
Rumusan Masalah
Bertolak dari uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah penggunaan Media pengajaran elektronika bekas dapat meningkatkan kemampuan merakit elemen elektronika pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas VI Tuna Rungu SDLB N Mojoagung Kabupaten Grobogan Tahun 2009 ?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut,tujuan penelitian ini adalah: Meningkatkan mutu kegiatan pembelajaran IPA atau Sains mengenai energi listrik dengan Penggunaan Media Pengajaran Elektronika Bekas pada Siswa Kelas VI SDLB N Mojoagung Kabupaten Grobogan Tahun 2009.
16 D. Manfaat Penelitian
1.
Siswa dapat mengatasi kesulitan dalam menggunakan barang-barang elektronika.
2.
Guru dapat memperbaiki kinerjanya dengan mengembangkan strategi mengajar di kelas dengan menggunakan Media Pengajaran Elektronika Bekas.
3.
Pihak sekolah dalam hal ini Kepala sekolah akan lebih memperhatikan dan mendukung program - program pembelajaran di sekolah dengan menggunakan Media Pengajaran Elektronika Bekas.
17
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat IPA a. Pengertian IPA Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi - segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan - rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu - ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Menurut htp//www. goggle.com yang diakses pada tanggal 13 Juli 2009 bahwa " Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi kedalam hal yang bahani(materiil saja) atau Ilmu pengetahuan hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika membatasi lingkup pandangannya ke dalam segi umum dan perilaku manusia yang konkrit. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu - ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jauhnya Matahari dari Bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seseorang pemudi sesuai untuk menjadi perawat." Kata ilmu sendiri merupakan kata serapan dari bahasa Arab "Ilm " yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami sesuatu pengetahuan dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah - masalah sosial dan lain sebagainya. Ilmu Pengetahuan Alam biasa disingkat IPA adalah sebuah mata pelajaran yang mempelajari ilmu alam untuk siswa sekolah dasar (SD)atau Sekolah
dasar
luar
biasa
(SDLB)
dan
sekolah
menengah
pertama(SMP/SLTP). Namun berbeda pada istilah yang terdapat di sekolah menengah tingkat atas dan Perguruan tinggi. Kata IPA lebih dikenal sebagai salah satu penjurusan kelas yang secara khusus lebih memfokuskan untuk membahas ilmu - ilmu eksakta. Pendidikan
IPA
adalah wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari - hari. Proses
4
18 Pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajah dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Di dalam Standard Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA atau Sains (2006:115-116) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistimatis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta - fakta, konsep - konsep, atau prinsip - prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Di tingkat SDLB diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas ( Sains, Lingkungan, teknologi dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan Kompetensi pekerja ilmiah secara bijaksana. Dari
pengertian
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran yang mempelajari ilmu alam semesta dengan menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
a. Tujuan Mata Pelajaran IPA di SDLB - B Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan - gagasan. Mata Pelajaran IPA diajarkan di SDLB - B bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Memperoleh Keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan , keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2. Mengembangkan Pengetahuan dan pemahaman konsep - konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5. Menigkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 6. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan. 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. ( Standar Kompetensi 2006: 115 - 116 )
19 Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa Tujuan Pengajaran IPA agar siswa : Memahami konsep - konsep IPA dan keterkaitanya dengan kehidupan
sehari
-
hari
memiliki
keterampilan
proses
untuk
mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar, mempunyai minat untuk untuk mengenal dan mempelajari benda - benda serta kejadian di lingkungan sekitar, bersikap ingin tahu, tekun terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerjasama dan mandiri , mampu menerapkan berbagai konsep IPA, mampu menggunakan teknologi sederhana mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
c. Ruang Lingkup Ruang Lingkup mata pelajaran IPA untuk SDLB meliputi aspekaspek sebagai berikut : Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan. 1. 2. 3.
Benda/ Materi, sifat- sifat dan kegunaanya, meliputi : cair, padat dan gas. Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya dan benda benda langit lainnya. (Standard Kompetensi 2006 : 115 - 116 )
d. Metode Pembelajaran IPA di SDLB Di dalam mempelajari IPA ada berbagai cara atau metode seperti yang tercantum dalam buku metodik khusus pengajaran IPA di Sekolah Dasar (1996:7) ”yakni ; 1) Metode ceramah ; 2) Metode Demonstrasi ; Metode Diskusi ; 4(Metode Eksperimen; 5) Metode tanya jawab; 6) Metode Karya Wisata ; 7) Metode Pemberian Tugas.” Adapun keterangan dari metode - metode tersebut sebagai berikut : 1) Metode Ceramah Metode ceramah ialah cara penyajian pelajaran yang dilakukan oleh guru dengan lisan kepada siswa atau dilakukan dengan menggunakan alat Bantu serta gambar - gambar.
20 2) Metode Demonstrasi Dengan metode demonstrasi dimaksudkan bahwa guru atau siswa sengaja diminta untuk memperhatikan kepada seluruh kelas suatu proses atau cara membuat sesuatu. Pada waktu akan mengajar dalam menggunakan metode tesebut guru harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut : a. Alat - alat harus sudah ada di meja demonstrasi sebelum siswa masuk ruangan b. Percobaan yang bersifat baru hendaknya dicoba dulu sebelumnya. c. Hendaknya disediakan alat cadangan. d. Bila ada percobaan gagal, guru tidak boleh menggerutu dan menyalahkan alat.Bila masih ada waktu cari penyebab kesalahan itu, bila tidak ada sebaiknya percobaan itu diulangi pad waktu lain.Bila ada beberapa percobaan yang harus didemonstrasikan hendaknya alat - alat itu disusun menurut urutannya. e. Meja didemonstrasi sebaiknya agak lebih tinggi supaya semua siswa dapat melihatnya. f. Diusahakan agar semua siswa dapat melihat percobaan dengan baik dan mencatat hasil pengukuran yang dilakukan. g. Mencatat hasil percobaan. 3) Metode Diskusi Metode diskusi dalam pengajaran IPA dapat digunakan sebagai sarana pertukaran pendapat, pengalaman dan pengetahuan yang telah disusun untuk mendapat suatu kesimpulan. Hal - hal yang perlu diperhatikan : Merumuskan masalah. a) Menjelaskan secara singkat tentang masalah tersebut, disertai tujuan mengapa dipilih masalah tersebut. b) Mengatur peran serta siswa dalam melakukan diskusi. c) Mengarahkan pembicaraan agar sesuai tujuan. d) membimbing siswa agar dapat mengambil kesimpulan dari hasil diskusi. 4) Metode Eksperimen
21 Metode ini digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa melakukan suatu proses baik secara sendiri atau kelompok. Pada metode eksperimen. guru membagi siswa menjadi kelompok - kelompok kecil. Satu kelompok terdiri atas 4 sampai dengan 5 anak. 5) Metode Tanya Jawab Metode ini merupakan suatu cara penyajian melalui berbagai bentuk pertanyaan. a)
Guru mengajukan pertanyaan dijawab oleh siswa.
b)
Siswa mengajukan pertanyaan dijawab oleh guru.
c)
Siswa mengajukan pertanyaan lain dijawab oleh siswa.
6) Metode Karya Wisata. Metode Karya Wisata ialah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan membawa siswa langsung kepada obyek yang akan dipelajari yang terdapat di luar kelas. Dengan metode ini siswa memperoleh pengalaman langsung mengumpulkan bahan - bahan pelajaran, memotivasi untuk belajar dan membuktikan kebenaran pengertian yang diperoleh dalam kelas. 7) Metode Pemberian Tugas. Metode Pemberian Tugas adalah suatu cara mengajar dengan kegiatan perencanaan antara siswa dan guru mengenai suatu pokok bahasan yang harus diselesaikan oleh siswa dalam waktu tertentu yang telah disepakati bersama.
e. Cara Mengukur Prestasi Belajar IPA Prestasi belajar IPA dapat dilihat dari evaluasi yang dilakukan oleh guru. Kegiatan evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah proses belajar mengajar yang telah terjadi pada siswa dan sejauh mana perubahan itu terjadi. Pengertian penilaian seperti tercantum dalam buku Pertunjuk Pelaksanaan Penilaian (1990 : 31) bahwa " Penilaian adalah usaha mengumpulkan
berbagai
informasi
secara
berkesinambungan
dan
menyeluruh, tentang proses belajar mengajar yang telah dicapai oleh siswa melalui kegiatan belajar mengajar". Dari pengertian tentang penilaian terebut, diharapkan dapat mengetahui sejauh mana penguasaan murid terhadap pelajaran yang telah diberikan oleh guru serta akan dapat diketahui
22 letak kesulitan yang akan dicapai anak dalam belajar. Ini meliputi bidang bidang Kognitif, efektif, dan psikomotorik yang dilakukan secara terus menerus. Untuk menentukan tingkat keberhasilan pendidikan tidak hanya ditetukan oleh tingkat pencapaian kognitifnya saja tetapi juga tingkat pencapaian ranah afektif, dan ranah psikomotoris, untuk itu guru sebagai pendidik
harus
dapat
mengembangkan,
mengadministrasikan
dan
memberikan nilai pada ketiga ranah tersebut. Evaluasi yang dilakukan disekolah mempunyai berbagai makna yaitu : 1) Makna bagi murid. Dengan penilaian murid dapat mengetahui sejauh mana ia telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. 2) Makna bagi guru Dengan mengadakan penilaian ada dua hal yang dapat diperoleh dari guru yaitu: a). Dapat mengetahui murid mana yang dapat diberi program pengayaan dan mana yang diberi program perbaikan. b) Dapat mengetahui apakah program pengajaran sudah cukup ataukah masih memerlukan perbaikan. 3). Makna bagi Sekolah. Dengan mengetahui hasil belajar para siswanya, maka dapat memberikan informasi apakah sekolah sudah menciptakan kondisi belajar yang sesuai sehingga dapat memberikan pertimbangan dalam membuat perencanaan yang akan datang. Dengan mengetahui makna penilaian tersebut maka untuk dijadikan dasar dalam menentukan perlakuan berikutnya apakah murid perlu diberi program pengayaan atau perbaikan. Dari uraian tersebut, maka dengan hasil penilaian yang dilakukan oleh guru akan dapat mengukur tingkat prestasi belajar para murid, baik yang hendak dicapai dari tiap - tiap pokok bahasan maupun prestasi dari tiap - tiap mata pelajaran.
23 Pelaksanaan Penilaian : Untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan belajar siswa, perlu dilakukan suatu penilaian terhadp hasil belajar siswa, yaitu dengan cara : a. Ulangan Harian Ulangan harian dilakukan dengan tertulis, lisan/mencongak, perbuatan
dan
pengamatan
bahasan/tema/konsep/bahan
kajian
pada atau
akhir lebih.
satu
pokok
Ulangan
harian
dilaksanakan minimal 3 (tiga) kali setiap catur wulan atau disesuaikan dengan jumlah pokok bahasan/sub pokok bahasan/tema/konsep.bahan kajian yang ada. b. Pemberian Tugas. Pelaksanaan pemberian tugas perlu memperhatikan hal - hal berikut : a). Banyaknya tugas memberatkan siswa b). Jenis dan materinya harus didasarkan kepada tujuan pemberian tugas,
yaitu untuk melatih siswa menerapkan atau menggunakan hasil
perolehannya.
c). Diusahakan dalam pemberian tugas pelajaran IPA dan Matematika tidak bersama waktunya. c. Ulangan Umum. Ulangan umum dilakukan dengan tertulis pada akhir tengah semesteran. Teknis tes yang digunakan disesuaikan dengan kondisi yang ada. Bentuk soal uraian perlu ditekankan dalam ulangan umum untuk merangsang daya pikir siswa dan dapat melatih siswa mengemukakan ide, tanggapan, dan pemikirannya. Pengolahan Hasil Penelitian. Langkah - langkah pengolahan skor sehingga menjadi sebuah nilai yang dapat dicantumkan di dalam raport sebagai berikut:
24 a. perbuatan) (X) b.Menghitung Menghitung rata- rata nilai ulangan harian(tertulis dan pengamatan rata- ata tugas (Y) c.Menghitung perolehan nilai ulangan umum (P) d.Menghitung nilai untuk setiap tengah semester dengan menggunakan rumus : N=
X+ Y+2P 4
N : Nilai rapor X : Nilai rata - rata ulangan harian Y : Nilairata - rata tugas P : Nilai ulangan umum. 2. Kemampuan Merakit Elemen Elektronika a. Pengertian Kemampuan Merakit Elemen Elektronika Menurut (1976:628),
Poerwadarminta
dalam
Kamus
kemampuan
berarti
"Kesanggupan,
Poerwadarminto
dalam
Kamus
kata
Bahasa
Indonesia kecakapan,
kekuatan". Menurut
Bahasa
Indonesia
(l987:722), kata Merakit adalah " Menyusun dan menggabungkan bagian bagian seperti merakit mobil, merakit mesin sampai dapat berfungsi dengan baik." Menurut http://www.google.com yang diakses pada tanggal 13 Juli 2009 bahwa " Elektronika adalah ilmu yang mempelajari alat listrik arus lemah yang dioperasikan dengan cara mengontrol aliran electron atau artikel bermuatan listrik dalam suatu alat seperti komputer, peralatan elektronik, ternokopel, semikonduktor, dan lain sebagainya. Bentuk desain dan pembuatan sirkuit elektronikanya adalah bagian dari teknik elektro, teknik computer, dan ilmu/teknik elektronika dan instrumentasi. Alat - alat yang menggunakan dasar kerja elektronika adalah yang biasa disebut sebagai peralatan elektronik, Tabung Sinar Katoda, radio, TV, perekam kaset, perekam kaset Video, perekam VCD, perekam DVD, kamera video, kamera digital, computer pribadi desk top, computer laptop, PDA, robot , smart card."
25
Kemahiran motorik merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kelenturan syaraf atau otot. Pembelajar naik sepeda, menyetir mobil, menulis halus, merakit sesuatu, merupakan contoh yang menunjukkan kemahiran motorik. Keterampilan merujuk pada kemampuan menampilkan gerakan- gerakan yang terkontrol oleh kesempatan, kecermatan ,kekuatan, kehalusan dari gerakan tubuh. ” Keterampilan motorik terdiri atas keterampilan - keterampilan bagian (part - Skills). Belajar keterampilan motorik adalah belajar mengintegrasikan keterampilan bagian sehingga lebih bermakna. Prinsip pengulangan sangat penting dalam belajar keterampilan motorik.” (Noehi Nasution 1995 :84) Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan Merakit Elemen Elektronika adalah suatu kesanggupan atau kecakapan dalam menggabungkan elemen atau satuan elektronika sampai dapat berfungsi atau bermanfaat. Kemampuan Merakit Elemen Elektronika berupa Adaptor, lampu berkedip dan bel listrik merupakan kesanggupan menggabungkan elemen atau satuan elektronika sehingga dapat digunakan untuk alat bermain yang menggunakan arus listrik yang tidak berbahaya bila dipegang dan sebagai alat untuk eksperimen . Dalam kehidupan manusia, keterampilan motorik memegang peranan yang sangat pokok. Seorang anak kecil sudah harus mengusai berbagai keterampilan motorik , seperti mengenakan pakaiannya sendiri, mempergunakan alat - alat makan, mengucapkan bunyi - bunyi yang berarti sehingga dapat berkomunikasi dengan saudara - saudaranya, dan lain sebagainya. Pada waktu masuk sekolah dasar, anak memperoleh keterampilan - keterampilan baru, seperti menulis dengan memegang alat tulis dan membuat gambar - gambar; keterampilan - keterampilan ini menjadi bekal dalam perkembangan kognitifnya. b. Proses Belajar Keterampilan Motorik . Belajar Keterampilan motorik menuntut kemampuan untuk meningkatkan sejumlah gerak - gerak jasmani sampai menjadi suatu
26 keseluruhan yang dilakukan dengan gencar dan lurus, tanpa perlu memikirkan lagi secara rinci yang dilakukan. Keterampilan motorik mengutamakan gerakan - gerakan otot otot, urat - urat dan persendian dalam tubuh namun diperlukan pengamatan melalui alat indera dan pengolahan secara kognitif yang melibatkan pengetahuan dan pemahaman. Maka dalam belajar semacam ini gerakan jasmani, persepsi, konsep, kaidah dan pengetahuan bahkan sikap, semuanya memegang peranan. Namun pengaturan - pengaturan gerakan jasmani dan koordinasi antar gerakan pada berbagai anggota badan memegang peranan utama dan menjadikan jalur belajar ini suatu proses belajar sendiri. Mengingat sifat khas dari belajar keterampilan motorik, maka latihan merupakan tindakan yang harus dilakukan secara terus menerus. Tanpa latihan siswa tidak mungkin menguasai keterampilannya karena berlatih membutuhkan waktu. Suatu konsep dapat ditangkap dalam waktu singkat, tetapi tidak demikian dalam keterampilan motorik. Selain latihan perlu juga dikuasai prosedur gerak - gerik yang harus diikuti dan prosedur koordinasi antara anggota - anggota badan. Keterampilan merakit elemen elektronika merupakan keterampilan motorik yang sebaiknya dilakukan secara teratur dan terus menerus agar mendapatkan hasil yang maksimal. Menurut Gagne dan Briggs dalam kutipan Catharina Tri Anni (2004:10) mengklasifikasikan Tujuan pembelajaran dibagi menjadi lima kategori, yaitu "a. Kemahiran Intelektual, b. Strategi Kognitif, c. Informasi Verbal, d. Kemahiran motorik dan e. Sikap." Kemampuan Merakit elemen elektronika merupakan kemahiran motorik yang merupakan salah satu tujuan pembelajaran dan merupakan hasil belajar yang merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktifitas belajar. Proses belajar bukanlah semata -mata hasil dari terjadinya proses stimulus - respon akan tetapi lebih jauh dari itu merupakan proses aktif dari individu untuk menyerap, memproses dan menguji informasi dalam menemukan hukum - hukum atau prinsip - prinsip secara mandiri.
27 Proses belajar dipengaruhi oleh berbagai unsur antara lain faktor faktor afektif, motivasi, usia, jenis kelamin, faktor - faktor sosial, daya ingat dan kebiasaan belajar.
3. Media Pengajaran a. Pengertian Media Pengajaran Media Pengajaran adalah suatu wahana yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran. Sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran, media pengajaran berfungsi meningkatkan peranan strategi pembelajaran disamping komponen waktu dan metode mengajar. Media merupakan bagian dari salah satu komponen dari proses belajar mengajar, untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang luas tentang media pengajaran. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dan medium yang berarti perantara dipakai untuk menunjukkan alat komunikasi, secara harafiah media diartikan sebagai pengantar pesan dari pengirim ke penerima. Menurut Arief S. Sadiman, R Raharjo, Anung Haryono, Rahardjito (1993:6) bahwa, "Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan". Menurut Sri Anitah (2007:2)” Media pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan tersebut, sedangkan menurut Association For Educational Communications and Technology (AECT, 1997) mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk menyalurkan informasi.”
Media Pengajaran merupakan bagian dari sumber yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk lebih mempertinggi efektifitas dan efisien dalam mencapai pendidikan. Menurut Briggs dalam kutipan Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2002:152) mendefinisikan,” Media Pengajaran adalah segala alat
28 fisik yang dapat menyajikan pesan serta perangsang peserta didik untuk belajar, contohnya : Buku, film, kaset dan bingkai.”
Dinje Barma Rumumpuk seperti dalam kutipan Mulyani Sumantri dan Johar Permana ( 2002 : 153 ) mendefinisikan media pengajaran sebagai setiap alat baik hardware (keras) maupun Software (lunak) yang dipergunakan sebagai media komunikasi dan yang tujuannya untuk meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar. Pendapat lain dikemukakan oleh Gene L. Wilkinson (1984:58) bahwa, "Media adalah alat mengajar dan belajar". Peralatan ini harus tersedia ketika dan dimana ia dibutuhkan untuk memenuhi keperluan siswa dan guuru yang harus menggunakannya. Dari definisi beberapa tokoh yang ada disimpulkan bahwa Media Pengajaran adalah alat bantu atau perlengkapan yang digunakan guru untuk mempermudah penyampaian materi kepada siswa. Sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam rangka memberikan bantuan kepada peserta didik agar mencapai kedewasaan di bidang pengetahuan, ketrampilan dan sikap, dengan demikian proses belajar terjadi. Agar pemahaman siswa menjadi konkret perlu dibantu dengan media pengajaran atau alat peraga karena di dalam pembelajaran tedapat konsep abstrak dan konkret. Dalam Proses pembelajaran IPA, Media Pengajaran berupa elektronika bekas seperti setrika, kipas angin, radio , TV, charge HP, mobil mainan, dan mainan yang terbuat dari elektronika merupakan komponen metode mengajar yang dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk mempertinggi interaksi antara guru dan siswa dan antara siswa dengan lingkungan belajarnya. Untuk selanjutnya dapat meningkatkan kualitas belajar mengajar dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan belajar peserta didik. ” Sedangkan definisi media dalam arti yang luas adalah setiap orang, bahan, alat atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa menerima pengetahuan. Ketrampilan dan sikap.” (Sri Anitah, 2007:3). Dengan demikian guru atau dosen, bahan ajar, lingkungan adalah media.
29 Konsep Media pengajaran mempunyai dua segi yang satu sama lain tak dapat dipisahkan atau saling menunjang yaitu perangkat keras atau peralatan (hardware) dan materi atau bahan yang dapat disebut perangkat lunak (software). Sebagai contoh bila guru membuat gambar/tulisan pada transparansi kemudian diproyeksikan melalui OHP, maka bahan/ materi pada transparan. Konsekuensinya guru berperan dalam menciptakan, menggunakan maupun mengembangkan media pengajaran. Dalam penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan merakit elemen elektronika pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan media pengajaran elektronika bekas. Barang elektronika bekas yang biasanya mudah didapat di lingkungan sekitar peserta didik. b. Jenis - jenis Media Pengajaran Media Pengajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam pengajaran banyak ragamnya, mulai dari yang sederhana sampai dengan yang paling rumit. Menurut Nana Sudjana dalam kutipan Udin saripudin Winataputra (1996: 187) mengelompokkan Media pengajaran menjadi 3 jenis,” yaitu media pengajaran dua dimensi, tiga dimesni dan yang diproyeksikan.” 1). Media Pengajaran dua dimensi adalah segaala macam benda yang memiliki ukuran panjang dan lebar, seperti papan tempel, bagan, diagram
grafik, poster, karikatur, komik gambar seri, dan
sebagainya. 2). Media Pengajaran tiga dimensi adalah alat atau benda yang memiliki ukuran panjang, lebar dan tinggi. Contohnya: Obyek atau benda asli, model, speciment, mock up ( alat tiruan), diorama, peta timbul boneka, topeng, globe dan sebagainya. Menurut Sri Anitah dan Norhadi TH dalam kutipan Udin Saripudin Winataputra (1996:187) mengelompokkan Media kedalam media visual, media audio, dan media audio - visual. 1).
Media Visual adalah media yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan
atau
hanya
dapat
dipandang.
Media
ini
dikelompokkan menjadi dua yaitu, media visual yang tidak diproyeksikan dan media yang dapat diproyeksikan. Yang
30 termasuk media yang tidak diproyeksikan adalah gambar mati, poster,
bagan
diagram,
peta,
model
berbagai
jenis
papan dan sketsa. Sedangkan yang termasuk media visual adalah yang diproyeksikan adalah OHP, slide dan proyektor. 2).
Media Audio adalah media yang hanya dapat didengar.
3).
Media Audio - Visual adalah media yang tidak saja dapat didengar
melainkan juga dapat dilihat (diamati),
contohnya adalah : film dan
televisi.
c. Kriteria Pemilihan media pengajaran. Media pengajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam. Setiap media pengajaran memiliki potensi dan kegiatan yang berbeda - beda. Oleh karena itu didalam memilih media pengajaran harus mampu memahami materi yang disajikan dalam kegiatan belajar - mengajar. Menurut pendapat Udin Saripudin Winataputra (1996: 187) Dalam memilih Media pengajaran guru harus mempertimbangkan berbagai faktor. Faktor- faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media pengajaran adalah : 1). Tujuan yang akan dicapai Tujuan merupakan perumusan kemampuan yang akan dicapai. Tujuan itu dapat berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Media pengajaran yang dipilih harus disesuaikan dengan ranah kemampuan yang dirumuskan dalam tujuan. 2). Kegunaan Media Setiap media mempunyai kegunaan dan potensi sendiri - sendiri . Media pengajaran yang dipilih akan efektif apabila media tersebut dimanfaatkan sesuai dengan ranah kemampuan yang dimilikinya. 3). Kemampuan Guru Kemampuan Guru dalam menggunakan suatu media pengajaran perlu menggunakan media pengajaran dalam kegiatan belajar - mengajar. Betapapun tingginya nilai kegunaan suatu media pengajaran tidak akan bermanfaat sedikitpun bila guru tidak mampu menggunakannya. 4). Fleksibilitas, tahan lama dan kenyamanan media. Suatu media dikatakan fleksibel apabila media tersebut dapat digunakan dalam berbagai situasi. Disamping media harus fleksibel, media yang dipilih juga harus tahan lama, baik sekali pakai langsung dibuang.
31 Menurut Gagne dan Briggs dalam kutipan Udin saripudin Winataputra (1996:188) mengemukakan 10 langkah dalam memilih media pengajaran. Cara - cara agar dapat memilih media pengajaran yang benar benar dapat membantu peserta didik dalam memahami pelajaran sehingga tujuan yang telah ditetapkan tercapai, yaitu : 1) 2) 3) 4) 5)
Merumuskan tujuan pengajaran. Mengklasifikasikan tujuan berdasarkan ranah atau tipe hasil belajar. Memilih peristiwa - peristiwa pengajaran yang akan berlangsung. Menentukan tipe perangsang untuk tiap peristiwa. Mendaftar media yang dapat digunakan pada setiap peristiwa dalam pengajaran. 6) Mempertimbangkan berdasarkan nilai kegunaan pada setiap peristiwa dalam pengajaran. 7) Menentukan media yang terpilih yang akan digunakan. 8) Menulis alasan memilih media tersebut. 9) Menulis tata cara pemakaiannya pada setiap peristiwa dan 10) Menulis naskah pembicaraan dalam penggunaan media Berdasarkan pendapat tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa memilih media pengajaran pada prinsipnya yaitu : Memilih media harus berdasarkan pada tujuan pengajaran dan bahan pengajaran yang akan disampaikan. 1)
Memilih media harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik.
2)
Memilih media harus disesuaikan dengan kemampuan guru baik dalam pengadaanya maupun penggunaanya.
3)
Memilih media harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi atau pada waktu, tempat dan situasi yang tepat.
4)
Memilih media harus memahami karakteristik dari media.
d. Tujuan Penggunaan Media Pengajaran. Tujuan dari penggunaan suatu media yaitu untuk membantu guru menyampaikan pesan - pesan secara mudah kepada peserta didik sehingga dapat menguasi pesan - pesan tersebut secara cepat dan akurat.
Dalam
kerangka proses belajar - mengajar yang dilakukan guru, penggunaan media pengajaran dimaksudkan agar peserta didik yang terlibat dalam kegiatan belajar itu terhindar dari gejala verbalisme.
32 Secara khusus media pengajaran digunakan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap dan keterampilan tertentu dengan menggunakan media yang paling tepat menurut karakteristik bahan. 2. Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga lebih merangsang minat peserta didik untuk belajar. 3. Menumbuhkan sikap dan keterampilan tertentu dalam teknologi karena peserta didik tertarik untuk menggunakan atau mengoperasikan media tertentu. 4. Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik.(Mulyani Sumantri dan Johar Permana 2002:153) Dari pendapat tersebut penulis dapat simpulkan bahwa
Tujuan
Penggunaan Media pengajaran adalah untuk mempermudah guru dalam menyampaikan pesan - pesan dalam proses belajar mengajar sehingga peserta didik
lebih inovatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam
menangkap, memahami dan memiliki pesan - pesan dan makna yang disampaikan itu. e. Alasan Penggunaan Media Pengajaran Media Pengajaran digunakan guru karena bertolak dari dua hal berikut ,yaitu : 1). Belajar merupakan perubahan perilaku. Belajar dipandang sebagai perubahan perilaku peserta didik. Perubahan perilaku
dimulai dari adanya rangsangan kemudian
mengolahnya sehingga membentuk suatu persepsi. Semakin baik rangsangan diberikan semakin kuat persepsi peserta didik terhadap
rangsangan
tersebut
Pembentukan Persepsi harus diupayakan secara kuat oleh guru agar terbentuk suatu pengalaman belajar murid yang bermakna. Pembentukan persepsi dapat terganggu karena terdapat kekurangan dan hambatan dalam indera, minat, pengalaman, kecerdasan, perhatian serta kejelasan obyek yang akan dikenalkan. Sebagai alat Bantu yang memudahkan atau mengurangi hambatan - hambatan penguasaan kemampuan peserta didik maka digunakan media Pengajaran. 2). Belajar merupakan proses komunikasi
33 Proses belajar - mengajar pada hakekatnya merupakan proses komunikasi. Proses Komunikasi adalah proses menyampaikan pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Dalam proses penyampaian pesan tersebut sering terdapat hambatan yang timbul baik dari pemberi pesan maupun dari penerima pesan. Hambatan atau gangguan dalam proses komunikasi disebut Noises. Noises atau hambatan dalam peristiwa komunikasi dapat bermacam - macam. Dalam proses pengajaran noises itu dapat berupa keterbatasan peserta didik secara fisik, psikologis, kultural maupun lingkungan. Keterbatasan fisik dapat berupa cacat tubuh, keterbatasan daya indera, sakit, kelelahan dan sebagainya. Keterbatasan secara psikologis dapat berupa
minat,
kecerdasan,
kepercayaan,
sikap
dan
sebagainya.
Keterbatasan kultural misalnya adat istiadat yang berbeda, kebiasaan hidup, norma - norma, kepercayaan, dan bahasa. Sedangkan keterbatasan dalam aspek lingkungan dapat berupa keadaan mencekam/ menakutkan, bising, dan polusi. ” Untuk mengatasi atau menghilangkan beragam keterbatasan dalam komunikasi itu dapat digunakan alat perantara yang disebut Media pengajaran.”(Mulyani Sumantri dan Johar Permana ,2002 :156)
f. Media Pengajaran Elektronika bekas. Media Pengajaran Elektronika adalah Media Benda asli merupakan kumpulan barang - barang elektronika bekas yang biasanya mudah didapatkan di sekitar lingkungan rumah peserta didik, seperti mainan mobilan, pistol mainan, radio, setrika ,tape recorder, senter baterai, charge HP, kipas angin dan alat atau mainan anak yang terdiri dari rangkaian elektronika. Alat - alat tersebut mudah diamati cara kerjanya, fungsi masing - masing elemen, dibongkar dan dirangkai kembali untuk diadakan eksperimen. Media benda asli berupa elektronika bekas dapat memberi pengalaman nyata dalam kehidupan, benda asli memiliki ingatan yang tahan lama dan sulit dilupakan, pengalaman nyata dapat membentuk sikap mental dan emosional positif terhadap hidup dan kehidupan, benda asli berupa elektronika bekas dapat dikumpukan dan mudah dicari.
34 Kebutuhan untuk membuat suatu media didasarkan pada tujuan penggunaan media dalam pengajaran itu adalah faktor peserta didik, bahwa pengajaran yang dikembangkan guru harus berorientasi pada perkembangan peserta didik yang berkebutuhan khusus karena keterbatasan pada fungsi pendengarannya. Tujuan pengajaran dibangun atas kepentingan anak yang belajar, maka bahan pelajaran juga harus konkrit dan relevan dengan kebutuhan anak (real life ). Oleh karena itu, media yang memanipulatif bahan pelajaran, yang menjadikannya peserta didik bergairah belajar merupakan tuntutan yang harus bisa dibuat para guru luar biasa. Dalam kerangka proses belajar mengajar yang dilakukan guru, penggunaan media dimaksudkan agar peserta didik yang terlibat dalam kegiatan belajar tehindar dari gejala verbalisme yakni mengetahui kata - kata yang tidak tahu arti dan maksudnya. Terbatasnya media yang digunakan dalam kelas diduga merupakan salah satu penyebab lemahnya mutu belajar peserta didik. Dengan demikian penggunaan media pengajaran merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Dari paparan di atas, maka semakin jelas media pengajaran merupakan kebutuhan yang sangat menentukan suksesnya program belajar siswa untuk mencapai perubahan tingkah laku yang diharapkan. Guru berperan dalam menciptakan, menggunakan maupun mengembangkan media pembelajaran. Dalam penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan merakit elemen elektronika pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan media pengajaran elektronika bekas.
4. Hakikat Anak Tuna Rungu a. Pengertian Anak Tuna Rungu Perkembangan bahasa dan bicara berkaitan erat dengan ketajaman pendengaran. Akibatnya terbatasnya ketajaman pendengaran anak tuna rungu tidak mampu mendengar dengan baik.
Menurut Andreas Dwidjosumarto dalam kutipan Munzayanah (tth : 74) mengemukakan, "Tuna Rungu adalah seseorang yang tidak atau
35 kurang mampu mendengar suara. Ketuna runguan dibagi menjadi dua, Tuli (deaf ) dan kurang dengar (hard of hearing ). Kurang mampu berkisar 35 - 54 db. Tuli 55 - keatas "
Menurut Mufti salim dalam kutipan Munzayanah (tth: 59) "Tuna rungu ialah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya." Menurut Imas A.R Gunawan yang dikutip oleh Sardjono (2000:9) "Anak tunarungu
:
adalah
anak
yang
kehilangan
kemampuan
pendengarannya sedemikian rupa sehingga anak tersebut tidak dapat mengerti bahasa oral walaupun menggunakan alat Bantu dengar " Sedangkan
pengertian
www,ditplb.or,id/2006
anak
tuna
rungu
menurut
"Anak Tuna rungu adalah anak yang
mengalami gangguan pendengaran dan percakapan dengan derajat pendengaran yang bervariasi antara 27 db - 40 db dikatakan sangat ringan, 41 db - 55 db dikatakan ringan, 56 db - 70 db dikatakan sedang, 71 db - 90 dikatakan berat, dan 91 keatas dikatakan tuli Dari berbagai pendapat mengenai pengertian anak tuna rungu diatas dapat diambil kesimpulan bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran dengan derajat pendengaran yang bervariasi sehingga ia mengalami kesulitan dalam mengerti pembicaraan orang lain dan tidak mengerti bahasa oral walaupun tanpa tahu dengan alat Bantu dengar. b. Penyebab Anak Tuna Rungu Secara umum penyebab anak mengalami tunarungu dapat terjadi sebelum lahir atau prenatal, ketika lahir atau natal dan sesudah lahir atau post natal. Dalam dunia kedokteran faktor penyebab (etiologi) ketunarunguan atau ketulian menurut WHET NALL (1971) yang diterjemahkan Prof.dr. Soewito, dosen Fakultas kedokteran UGM Yogyakarta dikutip oleh Sardjono (2000:15) dapat dibagi sebagai berikut ; 1). Prenatal (congenital) a). Herdetair, karena factor genetic.
36 b). Non Heredetair, Misalnya : 1. Infeksi virus Rubella. 2. Defisiensi nutrisi (malaborsi, beri - beri, diabetes mellitus (kencing manis). 3. Obat-obatan ototoksis yang dapat merusak pendengaran antara lain : thalidomide, kinine,streptomycin. 4. Gangguan kelenjar endokrin (cretinisme = cebol) 2). Peri natal (saat kelahiran) a) Kurva icterus (kelainan factor RH dalam darah ibu dan anak) b) Trauma persalinan c) Prematuritas d) Anoksemia (anoxaemia) 3). Post natal ( pasca lahir) a) Infeksi : misalnya parotitis, otitis media (teller), meningitis (radang selaput otak) b) Trauma fisik dan akustik (militer) blising pabrik. c) Proses ketuaan (degenerasi) preibyacusis. Menurut Trybus (1985) yang dikutip oleh Permanarian Somad dan Tati Hernawati dalam buku Ortopedagogik Anak Tunarungu (1996:32) mengemukakan enam penyebab ketunarunguan pada anak di Amerika Serikat yaitu : 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Keturunan Campak Jerman dari pihak ibu Komplikasi selama kehamilan dan kelahiran Radang selaput otak Otitis media (radng pada bagian telinga tengah) Penyakit anak - anak, radang dan luka - luka. Sedangkan terjadinya gangguan pendengaran menurut Edja Sadjaah
(2005:88) diakibatkan oleh berbagai penyebab, seperti : 1). Bahwa gangguan pendengaran terjadi pada anak yang disebabkan ibu hamil menderita penyakit serius sehingga dampaknya bayi lahir tunarungu sebagai akibat obat - obatan yang dikonsumsi ibu pada waktu hamil, dsb. 2). Terjadinya bias pada waktu anak dilahirkan mendapatkan cacat diseputar perangkat pendengarannya, atau anak lahir menderita hal serius dan begitu tumbuh anak menjadi tuli/ hard of hearing, dsb. 3) Sesudah lahir atau pada masa pertumbuhan tertimpa kecelakaan yang dapat mengganggu pendengarannya sepanjang hidupnya.
37 c. Klasifikasi Anak Tuna Rungu Anak Tuna rungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran yang disebabkan oleh rusaknya alat pendengaran.. Myklebust dalam kutipan Munzayanah ( tth : 61 ) mengklasifikasikan Tuna rungu berdasarkan 3 hal yaitu sebagai berikut : a). Tingkat pendengaran, yaitu bergantung pada tingkatan kehilangan pendengaran decibel sebagai hasil pengukuran dengan alat audiometer standar ISO, yaitu :
b).
(1) Sangat ringan
27 - 40 db
(2) Ringan
41 - 55 db
(3) Sedang
56 - 70 db
(4) Berat
71 - 90 db
(5) Berat sekali
91 - keatas.
Waktu rusaknya pendengaran. (a) Bawaan : Tuna rungu sejak lahir, indera pendengaran sudah tidak berfungsi untuk maksud kehidupan sehari - hari (b) Perolehan : Anak lahir dengan pendengaran normal akan tetapi di kemudian hari indera pendengarnnya menjadi tidak berfungsi yang disebabkan karena kecelakaan atau suatu penyakit.
c).
Tempat terjadinya kerusakan pendengaran. (a) Kehilangan pendengaran konduktif, yaitu hilangnya pendengaran disebabkan oleh gangguan pada telinga luar dan telinga bagian tengah sehingga menghambat jalannya suara ke telinga bagian dalam. (b) Kehilangan pendengaran sensori - neural, disebabkan oleh kerusakan pada telinga bagian dalam. (c) Kehilangan pendengaran campuran disebabkan adanya kerusakan di telinga bagian tengah dan bagian dalam. (d) Kehilangan pendengaran sentral atau perceptual . disebabkan oleh syaraf pendengaran.
38 Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa, Anak Tuna rungu di kelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu, Anak yang mengalami gangguan
pendengaran
ringan,
Anak
yang
mengalami
gangguan
pendengaran sedang, dan anak yang mengalami gangguan pendengaran berat. d. Perkembangan Kognitif Anak Tuna Rungu Perkembangan Kognitif anak tuna rungu sangat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa sehingga hambatan pada bahasa anak tuna rungu menghambat perkembangan inteligensinya. Aspek inteligensi yang terhambat perkembangannya
ialah
yang
bersifat
verbal,
misalnya merumuskan
pengertian, menghubungkan menarik kesimpulan dan meramalkan kejadian. Aspek Ineligensinya yang bersumber dari penglihatan dan yang berupa motorik berkembang lebih cepat. Hans Furth dalam kutipan Munzayanah (tth : 78 ) berpendapat bahwa : " Berpikir itu dapat tanpa bahasa dan bahwa anak tuna rungu tidak harus lebih rendah taraf ineligensinya dari anak normal, Anak Tuna rungu menunjukkan dalam kelemahan memahami konsep "berlawanan".
Kelemahan ini
disebabkan karena konsep berlawanan sangat tergantung dari pengalaman bahasa, misalnya panas - dingin. Kesimpulan Furth yakni kemampuan kognitif anak tuna rungu tidak mengalami hambatan, kecuali pada konsep - konsep yang sangat tergantung dari pengalaman bahasa. Cruickshank yang dikutip
Yuke R Siregar dalam kutipan Munzayanah
(tth:78) mengemukakan : " Anak Tuna rungu sering memperlihatkan keterlambatan dalam belajar dan kadang tampak terbelakang, keadaan ini hanya disebabkan oleh derajat gangguan pendengaran yang dialami anak, tetapi juga tergantung pada potensi kecerdasan yang dimiliki, rangsangan mental serta dorongan untuk mengembangkan kecerdasan itu." Berdasarkan pendapat - pendapat diatas maka penulis menyimpulkan bahwa, Tuna rungu adalah seseorang dalam keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya. Anak tuna rungu mengalami gangguan pendengaran sehingga perkembangan bahasanya kurang sempurna.
39 Hal ini mempengaruhi kemampuan kognitif dan daya abstraksi anak tunarungu. Maka dari itu, anak tunarungu dalam pembelajaran memerlukan alat peraga atau media pengajaran yang dapat mempermudah anak dalam memahami konsep yang abstrak khususnya dalam mata pelajaran IPA.
5. Kerangka Berpikir Untuk mempermudah pemahaman dalam kerangka berpikir pada penelitian
tindakan
kelas,
Peningkatan
kemampuan
merakit
elemen
elektronika pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan media pengajaran elektronika bekas dapat digambarkan skema kerangka berpikir seperti pada gambar 1 .
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
peneliti belummenggunakan media pembelajaran
kemampuan Merakit elemen elektronika kelas VI rendah
Menggunakan media pembelajaran IPA berupa elektronika bekas
Dengan Penggunaan media pembelajaran berupa barang elektronika bekas kemampuan merakit elemen elektronika kelas VI meningkat
6. Perumusan Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah merupakan suatu jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenaran masih harus diuji terlebih dahulu secara empiris (Sumadi Suryabrata, 2003:21 ). Oleh karena itu, agar rumusan jawaban terpecahkan, maka seorang peneliti memerlukan suatu pedoman yang digunakan sebagai tuntunan.
40 Berdasarkan landasan teori dan pengertian hipotesis sebagai berikut : Maka hipotesis dari penelitian ini adalah Penggunaan Media Pengajaran elektronika bekas dapat meningkatkan kemampuan merakit elemen elektronika pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas VI Tuna Rungu SDLB N Mojoagung Kabupaten Grobogan tahun 2009.
BAB III Metodologi Penelitian A.Setting dan Subyek Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk subyek siswa kelas VI Tuna rungu SDLB N Mojoagung
kabupaten Grobogan Tahun 2009.
Banyaknya subyek yang diteliti 4 siswa. Peneliti mengambil subyek ini karena sesuai pembagian tugas mengajar diberi tugas kelas VI Tuna rungu yang mempunyai masalah sulitnya memahami mengenai penerapan energi listrik sehingga prestasi belajarnya rendah, tidak adanya keberanian menggunakan barang elektronika, dan tidak ada kemampuan untuk merancang suatu karya atau alat yang menggunakan energi listrik, misalnya : Adaptor, bel listrik, model lampu berkedip. Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan, yaitu pertengahan bulan Maret 2009 sampai dengan minggu kedua bulan April 2009. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 30 - 31 Maret 2009, sedangkan siklus 2 dilaksanakan pada tangggal 6 - 7 April 2009.
c. Bentuk dan Strategi Penelitian Karena data yang akan diperolehatau dikumpulkan berupa data yang langsung tercatat dari kegiatan di lapangan maka bentuk pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun alasan mengadakan penelitian tindakan kelas adalah : 1. PTK mengkaji masalah pendidikan yang berkaitan dengan pembelajaran di dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru. 2 PTK dilaksanakan sendiri- sendiri oleh
41 guru sehingga akan dapat meningkatkan pemahaman diri siswa untuk membuat perubahan yang lebih baik. 3. Untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi guru kelas. Adapun rancangan penelitian tindakan kelas ini meliputi : Perencanaan
1.
2. Pelaksanaan, 3. Observasi, dan 4. Refleksi. Keterkaitan
keempat komponen tersebut dipandang sebagai suatu siklus yang menurut Kurlewin (dalam Mc.Niffe dari buku PTK,2003:4) Tahap - tahap diatas digambarkan sebagai siklus, yang dapat dilanjutkan ke siklus berikutnya secara ulang sampai permasalahan yang 28 dihadapi dapat teratasi/terpecahkan. Pada tahap perencanaan berisi rencana pembelajaran yang disiapkan sebelum pelaksanaan tindakan, kemudian dilakukan tindakan sebagai implementasi perencanaan. Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data - data yang dikumpulkan adalah analisis kritis, yakni mulai mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kerja guru dan siswa dalam proses belajarmengajar. Hasil analisis dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Dalam pelaksanaan penelitian ini, tahap awal siswa meringkas bacaan. Hasil ringkasan siswa dianalisis untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan siswa. Kemudian dilakukan tindakan sampai 2 kali meringkas. Tujuan kegiatan ini untuk membandingkan kondisi awal sebelum dilakukan tindakan. Kegiatan dalam proses tindakan dilakukan pembelajaran dengan media pengajaran, sehingga dapat dialami sejauh mana peningkatan siswa dalam menyerap isi pembelajaran.
C. Sumber Data
Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini diperoleh dari data kualitatif. Informasi data ini akan digali dari berbagai macam sumber data, Adapun sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini antara lain : 1. Informasi data dari nara sumber yang terdiri dari sisw kelas VI serta wali kelas VI 2. Arsip nilai ulangan harian Mapel IPA
42 3. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan media pengajaran berupa komponen elektronika bekas. 4. Arsip atau dokumen yang ada di dalam SDLB N Mojoagung Kabupaten 26 Grobogan Tahun 2009. D. Tehnik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan ialah: 1. Teknik Wawancara Langsung Metode interview adalah metode pengumpulan data yang dilaksanakan dengan jalan melakukan tanya jawab langsung dengan subyek penelitian. Sugiyono (2005:75) mengatakan bahwa : ”Interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berdasarkan kepada tujuan pendidikan”. Sedangkan Nasution, (2003 : 113) dalam satu bukunya menyatakan bahwa : ”Interview adalah merupakan metode yang bersifat langsung dan merupakan suatu bentuk komunikasi verbal, semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi”. Adapun pengertian interview menurut Udin Saripudin Winataputra (1996:193) "Wawancara atau interview adalah komunikasi langsung atau tanya jawab tentang suatu topik atau materi tertentu. Dalam setiap interview selalu ada dua pihak, yang masing-masing mempunyai kedudukan yang berlainan yakni : a. Interview sebagai informasi (information hunter) yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan, meminta penjelasan dan menggali keteranganketerangan yang lebih mendalam. b. Interview sebagai pemberi informasi (Information Supplyer respondent) Melalui wawancara atau interview dapat diperoleh berbagai keterangan dan data yang diperlukan dalam suasana penelitian. Dalam penelitian ini metode wawancara, digunakan khususnya pada kepala sekolah, Wali Kelas VI, mengenai pembelajaran dan sejarah SDLB N Mojoagung Kabupaten Grobogan serta hal-hal lain yang terkait dengan penelitian ini. Jenis Interview atau wawancara menurut keperluan pengumpulan data yang digunakan ada 3 yaitu :
43 a. Interview terpimpin yaitu suatu
interview yang dilakukan dengan
menggunakan pedoman yang memimpin jalannya tanya jawab ke satu arah yang telah ditetapkan dengan tegas. b. Interview tak terpimpin yaitu suatu interview yang dilakukan tanpa adanya kesengajaan dari interview untuk mengarahkan Tanya jawab pada pokok-pokok persoalan yang menjadi inti penyelidikan. c. Interview bebas terpimpin yaitu interview yang dilakukan secara bebas dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan lebih dahulu. Sehingga susunan menjadi lebih wajar dan dapat memperoleh data yang mendalam. Cara ini dipandang lebih obyektif dan wajar. Teknik ini dipergunakan untuk mengetahui secara mendalam tentang kondisi anak sebelum pembelajaran dengan alat peraga maupun setelah pembelajaran dengan alat peraga multimedia. 2. Teknik Observasi Langsung Metode pengumpulan data dengan cara observasi adalah metode perolehan data dengan menggunakan mata langsung tanpa ada pertolongan alat standart untuk keperluan tersebut.
Sedang menurut Nana Syaodih
Sukmadinata (2007 : 220) "Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung." Agar metode observasi ini dapat dipergunakan secara efektif maka harus mempunyai kriteria sebagai berikut : a. Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara sistematik. b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah direncakanan. c. Pengamatan tersebut dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja. d. Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validitas dan reliabilitasnya. Pengumpulan data dengan observasi ini memiliki beberapa keunggulan antara lain :
44 a. Data yang diperoleh langsung dari perilaku yang tipikal dari objek, dapat dicatat segera dan tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang. b. Data yang diperoleh dapat dari subjek yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal maupun yang tak mau berkomunikasi secara verbal. c. Pencatatan dapat dilakukan pada waktu terjadinya peristiwa atau terlihatnya gejala tertentu. d. Tidak tergantung pada jawaban responden, sehingga lebih objektif dan lebih teliti. Selain keunggulan tersebut di atas metode observasi juga memiliki kelemahan antara lain : a. Memerlukan waktu yang sangat lama untuk mendapatkan pengamatan langsung terhadap suatu kejadian. b. Pengamatan terhadap suatu fenomena yang lama tidak dapat dilakukan secara langsung. c. Ada kegiatan yang tidak mungkin diperoleh dengan pengamatan. Digunakan untuk mengadakan penelitian terhadap gejala-gejala yang akan diselidiki tanpa menggunakan alat terutama pada pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga multimedia serta kondisi kelas yang menjadi subjek penelitian.
3. Dokumentasi dan Kajian Dokumen Dokumentasi berasal dari kata dokument (Bahasa Inggris) yang artinya dokumen sedang ”dokumen yang berasal dari kata documentum (Bahasa Latin) berarti tertulis atau tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti keterangan” studi dokumentasi merupakan salah satu cara pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-dokumen sebagai sumber data. Menurut Suharsimi Arikunto (1996:234)"Metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal - hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya". Dokumentasi adalah membuat catatan atau membuat keteranganketerangan tertulis ataupun tercetak yang dijadikan dokumen.
45 Dalam pengumpulan daya yang menggunakan metode dokumentasi berarti suatu cara mengumpulkan data dengan mengambil data dari sumbersumber dokumen. Dokumen yang dimaksud adalah suatu catatan atau keterangan-keterangan baik tertulis atau tercetak, yang menunjukkan tentang peristiwa atau kejadian-kejadian masa yang lampau sehingga dapat memberikan berbagai macam keterangan. Bahan yang dianggap atau dijadikan sebagai dokumen, misalnya buku-buku, foto-foto catatan dan sebagainya, maka dalam penelitian ini, penulis mengadakan penyeledikan terhadap catatan-catatan mengenai keadaan murid, hasil prestasi belajar murid dan waktu tertentu. Dengan melalui metode dokumentasi inilah didapatkan keteranganketerangan dan dapat mengumpulkan data mengenai keadaan murid, masalah-masalah yang penulis perlukan lewat dokumen yang tersimpan. Di dalam penyelidikan ini data diperoleh melalui daftar induk siswa yang tersimpan di kantor guru SD teknik dokumentasi digunakan untuk mengambil gambar sebagai sumber data, untuk mengetahui jumlah siswa, hasil belajar yang diperoleh siswa, situasi dan kondisi saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar IPA dengan menggunakan media pengajaran elektronik bekas. Kajian dokumen dilakukan terhadap berbagai arsip yang ada. Seperti kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, buku atau materi pelajaran dan hasil karya dan nilai. 4. Tes Tes adalah sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh Murid. Berdasarkan jawaban yang diberikan murid, tes terdiri atas tes lisan, tes tulisan dan tes perbuatan. Menurut Webster'S College dalam kutipan Saripudin Winataputra (1996:191). ”Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, sikap, inteligensi kemampuan dan bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Tes dilaksanakan sebelum, selama dan selesai murid melakukan kegiatan belajar mengajar untuk mengetahui kemampuan merakit elemen
46 elektronika dengan menggunakan media pengajaran elektronika bekas pada mata pelajaran IPA.
E. Validitas Data Di dalam penelitian diperlukan adanya validitas data, maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti. Dalam penelitian ini untuk menguji kesahan data digunakan triangulasi data, dan triangulasi metode. Adapun yang dimaksudkan dengan kedua hal tersebut adalah : 1.
Triangulasi data artinya data dan informasi yang diperoleh selalu dikomparasikan dan di uji dengan data dan informasi lain, baik dari segi koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda.
2.
Triangulasi metode yaitu seorang peniliti dengan mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Peneliti bisa menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian dilakukan wawancara yang mendalam pada informan yang sama dan hasilnya diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik dokumentasi pada pelaku kegiatan. Dari data yang diperoleh lewat beberapa taknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya.
F. Teknik Analisis Data
Menurut L.J. Moleong (2006 : 112)” analisis data adalah suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.” Sedang menurut Sumardi Suryabrata (2004 : 136) analisis data adalah ”Proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di interpretasikan”. Dari rumusan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah suatu kegiatan dalam penelitian yang dimaksudkan untuk mengorganisasikan data yang diperoleh dalam penelitian agar lebih mudah dibaca dan di interpretasikan.
47 Menurut H.B. Sutopo (2003 : 18) ” Dengan proses analisa ada tiga komponen yang harus disadari oleh peneliti. Tiga komponen tersebut adalah : 1) data reduksi; 2) sajian data, 3) Penarikan kesimpulan atau verifikasi”. Dengan demikian maka dalam tahapan ini ada tiga komponen pokok yang harus dilaksanakan , yaitu : 1. Reduksi Data yaitu proses menyeleksi data awal, memfokuskan menyederhanakan dan mengabstraksi data kasar yang ada dalam fieldnote (catatan lapangan). Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian. Data reduksi adalah sesuatu bentuk analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dilakukan. Proses ini berakhir sampai laporan akhir penelitian selesai ditulis. 2. Sajian Data adalah suatu rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan penelitian dapat dilakukan. Dengan melihat penyajian data, maka akan dimengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut, dalam hal ini penyajian data meliputi berbagai jenis matriks, gambar, jaringan kerja dan tabel. 3. Penarikan kesimpulan, dalam tahapan ini apabila ditemukan data yang akurat, maka peneliti tidak segan-segan untuk melakukan penyimpulan ulang. Peneliti dalam hal ini bersifat terbuka dan skeptis, namun demikian semakin lama meningkat secara eksplisit dan memiliki landasan yang kuat, kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai proses pengumpulan data berakhir. Dalam penelitian ini digunakan model induktif interaktif. Model analisis ini memiliki tiga komponen pokok analisis yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu siklus. Dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak di antara empat komponen (termasuk proses pengumpulan data) selama proses pengumpulan data berlangsung. Kemudian setelah pengumpulan data peneliti bergerak diantara tiga komponen pokok yaitu , reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar skema di bawah ini :
48 Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data Penarikan kesimpulan Gambar. Model Analisis Jalinan (mengalir) ( H.B Sutopo , 2003 : 95) G. Prosedur Penelitian Langkah awal dalam penelitian ini, peneliti menetapkan metode yang dipakai dalam penelitian. Peneliti tidak menggunakan metode kuantitatif maupun metode kualitatif tetapi menetapkan menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Salah satu ciri dalam penelitian tindakan kelas adalah adanya tindakan yang dilakukan peneliti dalam suatu siklus. Langkah selanjutnya peneliti menentukan banyaknya tindakan yang dilakukan melalui tindakan pada suatu siklus yaitu sebanyak dua siklus. Prosedur
penelitiannya
meliputi
:
Perencanaan
(planning),
Tindakan (acting), Pengamatan (observing), dan Refleksi (reflecting). Berbagai persiapan sebelum tindakan dalam proses pembelajaran dilaksanakan adalah : 1.
Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisikan langkah-langkah dalam proses pembelajaran.
2.
Mempersiapkan alat-alat atau bahan pembelajaran untuk kelancaran pelaksanaan tindakan.
3.
Mempersiapkan cara observasi.
4.
Membuat alat Evaluasi
5.
Tahapan yang dilakukan pada tiap siklus, meliputi empat tahapan, yaitu : (1) Membuat perencanaan tindakan, apersepsi,
perencanaan
kegiatan
dan
perencanaan
penutup
inti
meliputi perencanaan dalam berupa
pembelajaran
,
evaluasi , (2)
Melakukan tindakan sebanyak dua kali tindakan dalam dua siklus, (3) Melakukan pengamatan dan tindakan yang dilakukan oleh masing-
49 masing siklus, dan (4) Melakukan refleksi dari hasil pengamatan dan tindakan yang dilakukan pada masing-masing siklus.
Siklus 1 1. Tahap Perencanaan (planning ) a. Mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan b. Merancang
pembelajaran
menggunakan
media
pengajaran
elektronika bekas.
2. Tahap Pelaksanaan ( acting ) a. Penulis melakukan apersepsi pada materi yang terkait sebagai langkah awal mengetahui kemampuan awal siswa b. Menyampaikan tujuan dalam pembelajaran sesuai dengan RPP yang dibuat dengan menggunakan media pengajaran berupa barang elektronika bekas, penulis mengajarkan dan mendemonstrasikan cara menggunakan menyalakan dan mematikan alat -alat elektronika, seperti : setrika, kipas angina, radio, tape rcorder. pistol mainan, televise cara kerja mobil mainan dan mainan yang berupa elektronika. Pada tahapan merakit elemen elektronika, seperti : merakit adaptor, merakit lampu berkedip, dan membuat bel listrik. Siswa bekerjasama dengan temannya dibimbing oleh guru, siswa aktif menyelesaikan tugas. c. Langkah
berikutnya
mengobservasi,
mengevaluasi
sekaligus
membimbing siswa dalam kelas. d. Siswa mempraktekkan merakit suatu karya berupa, Adaptor, lampu berkedip, dan bel listrik serta mendemonstrasikan dihadapan temantemannya. 3. Tahap Pengamatan ( Observing ): a. Penulis mengamati jalannya proses pembelajaran dan menilai siswa dalam merakit dan mendemonstrasikan hasil karyanya b. Menganalisa data siklus 1 dari hasil observasi yang dilakukan 4. Refleksi (reflective ):
50
Menganalisa hasil pelaksanaan pembelajaran siklus 1 untuk merencanakan pembelajaran siklus 2.
Siklus 2 Pada siklus 2 ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan merakit elemen elektronika dengan media pengajaran elektronika bekas pada siswa kelas VI Tuna Rungu SDLB N Mojoagung, bagi siswa yang belum ada peningkatan kemampuannya diberikan remedial atau tugas ulangan baru merakit elemen elektronika sederhana yang lain dengan siklus 1 sehingga kemampuan merakit elemen elektronika terjadi peningkatan dari siklus 1 dengan siklus 2.
51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Lokal Penelitian
1. Letak Geografis SDLB N Mojoagung Kabupaten Grobogan Penelitian dilakukan di SDLB N Mojoagung Kabupaten Grobogan pada siswa kelas VI Tuna Rungu semester genap. Alamat sekolah adalah Dusun Karangjati, Desa Mojoagung, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan.
2. Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di lokasi SDLB N Mojoagung dengan mengambil populasi siswa kelas VI Tuna Rungu. Jumlah popuilasi sebanyak 4 siswa tahun pelajaran 2008/2009. Data dari subyek penelitian sejumlah siswa tuna rungu tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 1. Daftar Identitas siswa Tuna Rungu kelas VI SDLBN Mojoagung Kabupaten Grobogan
No
Nama Siswa
Jenis Kelamin
1.
Rusno
Laki - laki
2.
Aditya
Laki - laki
3.
Purwadi
Laki - laki
4.
Susilo
Laki - laki
52 B. Deskripsi Permasalahan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas karena penulis melakukan treatment, tindakan/ perlakuan terhadap siswa yang dijadikan subyek penelitian dan mengalami permasalahan dalam belajar Ilmu pengetahuan Alam. Prosedur yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan memberikan tes awal kepada siswa untuk mengetahui kemampuan awal sebelum treatment atau Pre tes. Penulis melaksanakan 2 siklus pelaksanaan. 1. Tindakan Siklus 1
39
Tindakan Siklus 1 dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan selama 1 minggu dalam bulan Maret 2009.
Tahapan- tahapan yang
dilakukan pada siklus 1 adalah sebagai berikut : a. Menemukan Permasalahan Dari hasil observasi pelaksanaan sebelum diterapkan Penggunaan Media Pengajaran berupa barang elektronika bekas terdapat beberapa masalah atau hambatan yang mendorong untuk dilakukan observasi. Masalah yang menonjol adalah rendahnya peran serta , minat dan semangat
dalam proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas
sehingga menyebabkan rendahnya pencapaian prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Hasil Belajar Pada Kondisi Awal Berdasarkan hasil observasi pada siswa kelas VI Tuna rungu SDLB N Mojoagung diperoleh data mengenai pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Siswa Kelas VI Tuna Rungu SDLB N Mojoagung Tahun ajaran 2008/2009 sebanyak 4 siswa sebagian besar tidak aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Mereka banyak yang mengantuk, diam dan tidak berminat dan kurang konsentrasi dalam mendengarkan penjelasan dari guru yang sedang mengajar di depan kelas. Pada kegiatan proses belajar mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau SAIN, Guru sering hanya menggunakan metode ceramah sehinnga menyebabkan minat anak tidak ada, siswa banyak
53 yang diam dan mengantuk kurang bergairah didalam mengikuti kegiatan proses belajar mengajar. Guru tidak pernah memberikan eksperimen atau percobaan pada anak, sehingga anak hanya pasif dan kurang berkreatif dalam membuat suatu karya yang berhubungan dangan listrik. Anak kurang berani dalam menggunakan barang - barang elektronika seperti setrika, kipas angin dan alat-alat elektronika lain karena takut terkena aliran listrik untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa dan membangkitkan keberanian siswa untuk menggunakan alat- alat elektronika dan membangkitkan kreatifitas siswa dalam membuat karya yang berhubungan dengan listrik maka penulis mencoba menggunakan media pengajaran berupa elektronika bekas untuk memecahkan atau memberi jalan terhadap permasalahan tersebut.
Dari Pre tes yang telah dilaksanakan diperoleh data sebagai berikut : TABEL 2. Data Nilai Pre tes Siswa
No
Nama Siswa
Nilai
1.
Rusno
60
2.
Aditya
50
3.
Purwadi
40
4.
Susilo
50 Nilai rata-rata
50
Dengan demikian guru hendaknya memilih pendekatan pembelajaran, metode dan penggunaan media pengajaran yang tepat dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam khususnya mengenai listrik. a. Perencanaan Tindakan Perencanaan Tindakan meliputi pendekatan pembelajaran antara lin : RPP, materi pelajran,sumber pelajaran , media pembelajaran berupa barang elektronika bekas serta kegiatan pembelajaran. Selain itu peneliti menyiapkan lembar observasi keaktifan siswa dan lembar observasi kinerja guru dalam mengajar yang terdiri dari :
54 a. Kegiatan awal b. Aspek persiapan c. Aspek apersepsi Kegiatan inti meliputi : a. Aspek sesuai dengan scenario b. Aspek interaksi guru c. Penggunaan media dan aspek penguasaan materi. Kegiatan Akhir meliputi : Aspek Penilaian dan kesimpulan. Lembar Observasi kinerja guru tersebut digunakan untuk menilai dan meningkatkan kinerja guru dalam mengajar dan termotivasi untuk meningkatkan cara mengajarnya. Untuk membantu dalam pelaksanaan pengambilan data diperoleh observer atau suru teman sejawat yang telah diberi penjelasan mengenai criteria penilaian. Tes evaluasi siklus 1 berjumlah 10 soal. Dengan bedasrkan pada Standar Kompetensi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam peneliti
melaksanakan langkah- langkah
pembelajaran IPA dengan menggunakan Media pembelajaran berupa barang elektronika bekas sebagai berikut : 1.
Guru
menyiapkan
RPP
Ilmu
Pengetahuan
Alam
dengan
Kompetensi Dasar Membuat Karya. 2.
Guru menyiapkan Media pengajaran berupa barang elektronika bekas.
3.
Guuru menyiapkan instrument observasi yang akan digubnakan oleh teman sejawat dalam melakukan observasi.
4.
Guru menyusun RPP siklus 1.
b. Pelaksanaan Tindakan Pada pertemuan siklus I Guru menjelaskan tentang membuat suatu karya dengan menggunakan energi listrik. Selama proses belajar mengajar berlangsung suasana kelas pasif, ada siswa yang memperhatikan, ada siswa yang mengantuk dan hanya berdiam diri, kurang bersemangat tidak ada minat. Pada langkah berikutnya
55 guru menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan media pengajaran tentang membuat karya dengan menggunakan energi listrik, secara bergantian anak mengamati barang- barang elektronika bekas dan mencoba cara penggunaannya kemudian guru memberi tugas untuk merangkai lampu berkedip. Dalam
tahap
pembelajran dengan
ini
Peniliti
melaksanakan
kegiatan
menggunakan media pengajaran berupa
elektronika bekas dengan rencana yang telah disusun secara urut. Pada siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan 1. Pertemuan I Pada pertemuan pertama yang diajarkan adalah membuat karya berupa membuat adaptor dan bahan dengan indikator: a. siswa dapat
menyebutkan alat -alat yang menggunakan energi
listrik. b. siswa dapat menunjukkan bagian yang beraliran listrik. c. anak dapat menyebutkan dan mengenali bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat adaptor. Kegiatan ini dimulai dengan berdoa bersama, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan atau pengenalan alat-alat dan bahanbahan yang diperlukan untuk membuat adaptor. Kegiatan
yang
kedua
atau
kegiatan
inti,
guru
mendemonstrasikan cara membuat alat adaptor dan lampu berkedip. Kegiatan
belajar
mengajar
ini
menggunakan
media
pengajaran berupa barng elektronika bekas. Dalam proses belajar mengajar guru memberi tugas menyelesaikan pembuatan atau merangkai adaptor , lampu berkedip dan bel listrik. Pelaksanaan kegiatan akhir guru memberikan evaluasi dengan membagikan lembar soal kepada siswa dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan tugas. 2. Pertemuan ke II Pada pertemuan kedua ini dilanjutkan dengan materi pelajaran tentang merancang dan membuat adaptor, lampu berkedip dan bel listrik dengan indikator :
56 a. Siswa dapat menggunakan solder untuk menyambung elemen satu dengan yang lain sehingga melekat dengan baik b. Siswa dapat memasang kaki dioda bertanda (+) pada elko beranda (+) dan (-) pada elko beertanda (-) dengan solder hingga melekat dengan baik.
Kegiatan belajar mengajar diawali dengan berdoa dan guru mengabsensi terlebih dahulu.Kemudian guru mengawali dengan tanya jawab materi pelajaran yang telah disampaikan, memasuki kegiatan inti guru mendemonstrasikan cara menggunakan solder dengan benar, cara menyambung elemen hingga melekat dan menguji adaptor dengan menggunakan multimeter atau menggunakan sebuah bola lampu berkekuatan 6 atau 12 volt. Kegiatan
proses mengajar berlangsung dengan suasana
menyenangkan , tidak ada yang mengantuk semua siswa mengikuti dengan penuh minat dan semangat, semua siswa terilabat untuk mencoba merakit elemen adaptor dan menguji hasil kerja masingmasaing. Pelaksanaan kegiatan akhir, guru memberikan evaluasi dengan membagikan lembar soal pada siswa dan mengamati hasil kerja siswa dengan memberikan motivasi belajar untuk mempelajar materi yang akan datang. Tabel 3. Data nilai Post tes I adalah sebagai berikut :
No
Nama Siswa
1.
Rusno
70
2.
Aditya
60
3.
Purwadi
50
4.
Susilo
60 Nilai Rata - rata
c.
Nilai Post Test 1
Melaksanakan Observsi
60
57 Pada tahap ini guru berkolaborasi dengan teman sejawat melaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan menggunakan alat Bantu berupa lembar observasi. Obserasi dilakukan guna memperoleh data mengenai : 1. Keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran 2. Partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar 3. Semangat siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan Media pengajaran berupa barang elektronika bekas.
Hasil Observasi tiap pertemuan pada siklus I dapat dijelaskan sebagai berikut : Pertemuan I (pertama) Indikator : - Siswa dapat menyebutkan alat - alat yang menggunakan aliran listrrik. - Siswa dapat menunjukkan bagian alat yang beraliran listrik. - Siswa dapat menyebutkan dan mengenali bahan - bahan yang akan digunakan untuk membuat adaptor. Media
: Barang- barang elektronika bekas berupa setrika , kipas angin, radio tape recorder, charge hp, televisi pistol mainan,cara kerja mobil mainan dan mainan yang berupa elektronika.
Hasil obsevasi yang dapat diperoleh : 1) Kegiatan siswa. a. Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru b. Siswa aktif menjawab pertanyaan guru c. Siswa antusias mengikuti pelajaran d. Rasa ingin tahu dan keberanian menggunakan barang elektronika meningkat. e. Daya kreatifitas mulai muncul f. Ada salah satu siswa masih belum kreatif, mengantuk dan masih malas g. dalam mengerjakan tugas.
58 2) Kegiatan Guru a. Guru sudah menyampaikan materi pelajaran ssesuai dengan RPP. b. Guru sudah mengalokasikan waktu sesuai jadwal c. Guru sudah memberikan perhatian kepada siswa dengan penuh. d. Guru sudah menggunakan media pengajaran dengan baik dan sesuai materi pelajaran e. Guru sudah memberikan tugas membuat karya berupa adaptor. f. Guru sudah memberi motivasi selama elajaran berlangsung. g. Guru sudah melakukan penilaian hasil proses belajar. d. Refleksi Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk dianalisis. berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan, guru dan observer mendiskusikan tentang kondisi masing-masing siswa. Hasil refleksi selengkapnya dapat diuraikan pada tabel berikut ini. Tabel 4. Data Hasil Refleksi siswa Siklus I No
Nama Siswa
1.
Rusno
Keaktifan
Partisipasi
Semangat
Ada
Ada
Ada
Keterangan Siswa antusias berani menggunakan alat elektronika, kreatif menyelesaikan tugas merakit elemen adaptor.
2.
Aditya
Ada
Ada
Ada
Siswa tidak mengantuk, muncul rasa ingin tahu, tekun mengikuti penjelasan guru dan berani mencoba menggunakan alat elektronika.
3.
Purwadi
Tidak Ada
Kurang
Kurang
Siswa pasif, sering mengantuk, kurang merespon penjelasan
59 guru, belum berani mencoba menggunakan alat elektronika. 4.
Susilo
Ada
Ada
Ada
Siswa bergairah mengikuti penjelasan guru, berani bertanya, berani mencoba dan menyelesaikan tugas merangkai elemen adaptor.
Hasil dari pengamatan sebelum dan sesudah siklus I dapat dilihat pada Grafik I
80 70 60 50 40 30 20 10 0
Rusno Aditya Purwadi Susilo
Nilai Awal
Siklus 1
Grafik 1. Nilai Awal Siklus I 3.
Tindakan Siklus II Tindakan Siklus II dilaksanaka pada mingggu pertama selama dua hari, tanggal 6 dan 7April 2009. Tindakan pada Siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan. Tahapan- tahapan yang dilakukan pada Siklus II adalah : a. Tahap Perencanaan. 1). Mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan. Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pelaksanaan tindakan siklus I dapat diketahui bahwa para siswa banyak yang
60 sudah menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar dan kemampuan merakit elemen elektronika berupa adaptor yang sudah diuji. Dari beberapa indikator yang ditetapkan sudah banyak yang mengalami peningkatan dan masih perlu dilanjutkan dengan materi yang berkesinambungan agar tercapai tujuan pembelajaran yang optimal.
2). Merancang Pembelajaran merakit elemen elektronika lampu berkedip dan bel listrik. Persiapan yang dilakukan guru adalah : §
Menyiapkan RPP dalam 2 kali pertemuan
§
Menyiapkan alat peraga sebagai media pengajaran berupa elektronika bekas dan bahan dan alat untuk merakit elemen lampu berkedip dan bel listrik.
§
Menyiapkan instrument observasi yang digunakan teman sejawaat
untuk mengobservasi siswa.
b. Tahap Pelaksanaan Pada tahap merakit elemen elektonika berupa adaptor penulis melakukan apersepsi pada materi yang terkait dengan menguji hasil karya dengan lampu 6 Volt atau 12 Volt untuk mengetahui hasil karya awal siswa. Secara bergiliran siswa menguji hasil karya masing-masing. Memasuki Materi pokok atau kegiatan ini penulis mendemonstrasikan lampu berkedip dan bel listrik, kemudian memberikan pengarahan cara membuatnya dengan menyiapkan bahan dan alat-alat, siswa mencoba masing-masing membuat lampu berkedip dan bel listrik. semua siswa aktif melaksanakan membuat karya dengan pengarahan penulis dan berani untuk mendemonstrasikan dihadapan teman- teman secara bergantian. Untuk siswa yang bernama Purwadi yang prestasinya masih reendah belum menunjukkan peningkatan dalam merakit elemen elektronika diberikan pengarahan dan bimbingan secara individu sehingga
teratirk
menyelesaikan
dan
tugas
berminat
hingga
seperti
selesai
dan
teman-temannya berhasil.
Siswa
61 melaksanakan semua katifitas dengan penuh gairah dan semangat dengan mendemonstrasikan hasil karyanya. Kegiatan dilanjutkan dengan pemberian Post tes II untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar selama diberi tindakan. Data prestasi belajar siswa pada pos tes II dapat dilihat pada table 5.
Tabel 5. Data nilai Prestasi belajar siswa pada siklus II
No
Nama Siswa
Nilai Post Test II
1.
Rusno
80
2.
Aditya
70
3.
Purwadi
70
4.
Susilo
60 Nilai Rata - rata
70
c. Tahap Pengamatan 1) Pengamatan dilaksanakan saat jalannya proses pembelajaran dan menilai karya siswa serta pada saat mendemonstrasikan didepan teman-temanya. 2) Langkah selanjutnya menganalisa data siklus II dari hasil observasi yang dilakukan. Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini termasuk pencatatan hasil tes akan digunakan sebagai bahan untuk menganalisa perkembangan prestasi belajar dan Kemampuan merakit elemen elektronika berupa adaptor, lampui berkedip dan bel listrik pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Adapun uraian hasil observasi Siklus II adalah sebagai berikut : Indikator : - Menentukan karya yang akan dibuat - Merancang suatu karya/alat yang menggunakan energi listrik. - Mengidentifikasi alat dan bahan sesuai rancangan - Menguji hasil rancangan
62 Media
: Media Pengajaran berupa barang elektronika bekas seperti: Setrika, Kipas angin, Radio,tape recorder, charge HP,mobil mainan dan alat atau mainan dari elektronika.
4.
Refleksi Sebagai refleksi penulis menganalisis hasil pelaksanaan pembelajaran siklus I dan siklus II, berdiskusi dengan team teaching atau teman sejawat dan menunjukkan hasil analisis secara terbuka kepada siswa sebagai evaluasi terhadap apa yang telah mereka kerjakn dengan harapan mereka akan mudah termotivsi untuk belajar meningkatkan kemampuan merakit elemen elektronika sebagai suatu karya yang dapat digunakan dan dapat dinikmati. Hasil refleksi pada siklus II dapat diuraikan pada table berikut ini. Tabel 6. Data refleksi siswa pada siklus II
No
Nama
Keaktifan
Partisipasi
Semangat
Ada
Ada
Ada
Keterangan
Siswa 1.
Rusno
Siswa aktif mengikuti pelajaran penuh dengan antusias,mempunyai keberanian mencoba dan mendemonstrasikan hasil karyanya.
2.
Aditya
Ada
Ada
Ada
Siswa penuh semangat mengikuti pelajaran, muncul rasa ingin tahu, kreatif mencoba menggunakan alat elektronika.
3.
Purwad i
Tidak Ada
Kurang
Kurang
Siswa mulai aktif mengikuti pelajaran ,tidak pernah mengantuk
63 mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru hingga selesai. 4.
Susilo
Ada
Ada
Ada
Siswa tambah kreatif dalam mengerjakan tugas membuat adaptor, selalu bertanya, menyelesaikan tugas dengan benar dan teruji.
Hasil dari pengamatan sebelum dan sesudh tindakan siklus I dan siklus II terdapat pada Grafik II. 80 70 60 50
Rusno Aditya Purwadi Susilo
40 30 20 10 0
Nilai Awal
Siklus I
Siklus II
Grafik 2. Hasil belajar siswa sebelum dan sesudah Siklus I dan Siklus II
64
C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Tabel 6. Perbandingan kondisi awal, Siklus I, dan Siklus II 1. Tindakan No Kondisi Awal 1. Dalam pembelajaran guru belum memanfaatkan Media Pengajaran
2. Proses Pembelajaran No Kondisi Awal 1. Siswa masih banyak yang mengantuk, diam, tidak bersemangat dan kurang berminat selama mengikuti pelajaran berlangsung sebagian bicara sendiri.
3. No.
Hasil Belajar. Kondisi Awal
Siklus I Dalam Pembelajaran IPA menggunakan Media Pengajaran berupa elektronika bekas dan menyiapkan alat dan bahan untuk membuat adaptor,lampu berkedip dan bel listrik
Siklus I Siswa yang pasif dalam pembelajaran makin berkurang, masih ada 1 siswa yang mengantuk, diam dan kurang bersemangat. Kreativitas siswa dalam belajar nampak antusias
Siklus I
Siklus II Dalam Pembelajaran IPA menggunakan media pembelajaran berupa elektronika bekas dan membuat adaptor, lampu berkedip dan bel listrik dan menguji hasil karya.
Siklus II Siswa aktif dalam pembelajaran,krati vitas siswa dalam belajar nampak antusias, siswa bersemangat menyelesaikan tugas merangkai adaptor, lampu berkedip dan bel listrik
Siklus II
Refleksi Dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan keaktivitasan dan kemampuan merakit elemen elektronika berupa adaptor, lampu berkedip dan bel listrik siswa dalam proses pembelajaran IPA
Refleksi
65 Nilai awal sebelum diberi tindakan tertinggi 60 terendah 40 nilai rata-rata 50
Nilai post tes pada siklus 1 nilai teringgi 70 terendah 50 nilai rata-rata 60
nilai post tes pada siklus 2 nilai tertnggi 80 terendah 60 nilai rata-rata 70
Dari kondisi awal terhadap siklus I dan siklus 2 terdapat peningkatan hasil belajar rata-rata 40%
Data yang diperoleh dari hasil observasi proses kegiatan belajar mengajar menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam dengan Penggunaan Media Pengajaran berupa elektronika bekas suasana lebih menarik dan menyenagkan. Dari pemantauan guru mitra kerja atau teman sejawat bahwa dengan Penggunaan Media pengajaran berupa elektronika bekas dapat mengaktifkan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar, sehingga meningkatkan kemampuan merakit elemen elektronika berupa adaptor, lampu berkedip dan bel listrik dan meningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam.
66
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data nilai rata-rata belajar IPA dalam hal ini merakit elemen elektronika anak Tunarungu sebelum
mendapatkan
tindakan
sebesar
50
.Sedangkan
sesudah
mendapatkan tindakan pada dua siklus maka nilai rata-rata sebesar pada siklus I sebesar 60 dan pada siklus II sebesar 70. Dengan demikian terjadi peningkatan nilai rata-rata hasil belajar IPA
khususnya dalam merakit
elemen elektronika pada anak siswa kelas VI Tunarungu SDLB N Mojoagung
Kabupaten Grobogan setelah mendapatkan tindakan dengan
menggunakan Media Pengajaran elektronika bekas. Dengan demikian hipotesis yang dikemukakan" Penggunaan Media Pengajaran elektronika bekas dapat meningkatkan kemampuan merakit elemen elektronika pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas VI Tunarungu
SDLBN
Mojoagung
Kabupaten
Grobogan.
"
terbukti
kebenarannya.
B Implikasi Hasil Penelitian Berdasarkan kesimpulan di atas maka sebagai implikasi untuk Meningkatkan kemampuan merakit elemen elektronika siswa kelas VI Tuna rungu SDLB N Mojoagung Kabupaten Grobogan pada mata pelajaran IPA sesuai sekali menggunakan Media Elektronika bekas. C. Saran
67
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian ini maka dapat dikemukakan saran - saran sebagai berikut : 1. Bagi anak sebaiknya lebih mengoptimalkan penggunaan Media Pengajaran elektronika bekas dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. 2. Bagi Guru yang mengajar Kompetensi Dasar Merancang dan membuat suatu karya alat dengan menggunakan energi listrik lebih meningkatkan 53 pembelajaran
kemampuan
merakit
elemen
menggunakan Media Pengajaran elektronika bekas.
elektronika
dengan
68
DAFTAR PUSTAKA Acmad Sugandi dkk, 2004. Teori Pembelajaran . Semarang : UPT MKK UNNES AECT,1997. The Definition of Educational Tehnology. Edisi Indonesia, Jakarta : CV Rajawali dan Pustecom. Arif S. Sadiman, R. Rahardjo, Anung Haryono, Rahardjito, 1993. Media Pendidikan Jakarta : Pustekom Dikbud dan C.V. Rajawali. Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SDLB Tuna Rungu, Jakarta : BSNP. Chatarina Tri Anni, dkk.2006. Psikologi Belajar . Semarang : UPT MKK Universitas Negeri Semarang. Edja Sadjaah, 2005. Pendidikan Bahasa bagi anak Gangguan Pendengaran dalam Keluarga, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Gene L. Wilkinson, 1984. Media Dalam Pengajaran, Jakarta : Pustekkom Dikbud dan C.V. Rajawali H.B. Sutopo, 2003. Metode Penelitian Kualitatif : Surakarta : UNS. http/www/google com 2009. L.J Moleong, 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rasdakarya. Mulyani Sumantri dan Johar permana, 2002. Strategi Belajar Mengajar. UPT MKK UNNES Munzayanah, Ortopedagogik Umum II, Surakarta : UNS Press
Nana Syaodih Sukmadinata, 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya. Nasution 2003, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara Noehi Nasution, 1995. Psikologi Pendidikan, Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Petunjuk Pelaksanaan Penilaian, 1990. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta : Bumi Aksara )
69
Permanarian Somad dan Tati Hernawati, 1996. Ortopedagogik Anak Tuna Rungu, Bandung : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Purwadarminto, 1976. Kamus umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka. ............................. 1987. Kamus umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka. Sri Anitah, 2007. Strategi Belajar Mengajar ( Buku Materi ), Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta. Sumadi Suryabrata, 2003. Perkembangan Individu, Jakarta : Rajawali. …………………., 2004. Pengembangan tes hasil belajar, Jakarta : Rajawali Sutjihati Somantri , 2006. Psikologi Anak Luar Biasa, Jakarta : Refika Aditama. Sardjono , 2000. Orthopedagogik Tuna Rungu, Surakarta : UNS Press. Suharsimi Arikunto, l996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rieneka Cipta Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SDLB Tuna Rungu (Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional 2006) Sarwidji Suwandi, Penelitian Tindakan Kleas dan Penulisan Karya Ilmiah. Udin Saripudin Winataputra, dkk. 1966. Perencanaan Pembelajaran, Jakarta : Dirjen Bimas Kristen Protestan dan Universitas Terbuka
www.ditlb.or.id/2006.