STUDI PENGEMBANGAN MANAJEMEN PENGETAHUAN PENGOBATAN TRADISIONAL MELALUI PERAN SENTRAPENGEMBANGANDANPENE RAPAN PENGOBATAN TRADISIONAL (SPJT) PROPINSI JAWA BARAT
TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung
Oleh
LUTHFI SETIAWAN NIM : 24004010
Program Studi Pembangunan
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2005
STUDI PENGEMBANGAN MANAJEMEN PENGETAHUAN PENGOBATAN TRADISIONAL MELALUI PERAN SENTRA PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PENGOBATAN TRADISIONAL (SPJT) PROPINSI JAWA BARAT
Oleh
Luthfi Setiawan NIM: 24004010 Program Magister Studi Pembangmum Institut Teknologi Bandung
Menyetujui Pembimbing
Tanggal26 Desember 2005
Pembimbing
Dr. Sony Yuliar
ABSTRAK STUDI PENGEMBANGAN MANAJEMEN PENGETAHUAN PENGOBATAN TRADISIONAL MELALUI PERAN SENTRA PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PENGOBATAN TRADISIONAL ( SP3T) PROPINSI JA WA BARA T Oleh LUTHFI SETIAWAN N1M : 24004010
Praktik-praktik pengobatan tradisional telah lama ada dan terbukti manfaatnya dalam menunjang kesehatan masyarakat. Namun demikian, terdapat faktor-faktor yang menghambat pengembangan asas-asasnya yang sah. Salah satunya adalah fakta bahwa pengobatan tradisional berbeda dengan pengobatan modem (Barat) dalam kerangka kerja metodologinya. Sebab lainnya adalah sedikitnya pengetahuan eksplisit dan metodologi transfer formal, serta sedikitnya penelitian yang sistematis untuk mendukung sosok pengetahuannya. Salah satu upaya pemerintah untuk mengembangkan pengobatan tradisional adalah mendirikan Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T). Tesis ini berupaya menemukan cara analisis terhadap praktik pengobatan tradisional tanpa masuk kedalam persoalan metodologinya. Untuk itu digunakan pendekatan berdasar kerangka kerja manajemen pengetahuan. Jadi, tesis difokuskan pada isu tentang bagaimana aktivitas, agen-agen dan artifak terlibat dalam kreasi, retensi, pemanfaatan serta transfer pengetahuan yang dikelola dalam sebuah bentuk praktik pengobatan tradisional. Studi dilakukan pada sejumlah praktik-praktik pengobatan tradisional dalam SP3T Propinsi Jawa Barat. Dengan menggunakan metode kualitatif, studi ini berupaya menemukan jawaban terhadap persoalan bagaimana mengembangkan manajemen pengetahuan pengobatan tradisional, dan bagaimana meningkatkan peran SP3T Propinsi Jawa Barat dalam manajemen pengetahuan pengobatan tradisional. Hasil studi menunjukkan terdapatnya peluang untuk meningkatkan manajemen pengetahuan praktik pengobatan iradisional melalui studi pengembangan bentuk, fase, level aktivitas, serta penambahan agen-agen baru dan artifak. Ini akan melengkapi praktik-praktik yang memungkinkan bagi retensi, pemanfaatan dan transfer pengetahuan. Kesimpulan studi ini adalah bahwa SP3T memiliki peranan yang potensial dalam meningkatkan manajemen pengetahuan khususnya dengan melakukan sosialisasi yang ekstensif berkenaan dengan praktik pengobatan tradisional yang telah dilakukan dalam SP3T Propinsi Jawa Barat.
Kata kunci: Pengobatan Tradisiona/, Pengetahuan dan Artifak Pengetahuan.
lll
Manajemen Pengetahuan,
Retensi
ABSTRACT STUDY OF DEVEWPMENT IN KNOWLEDGE MANAGEMENT OF TRADITIONAL MEDICINE WITHIN THE ROLE OF CENTER FOR DEVEWPMENT AND APPLICATION OF TRADffiONAL MEDICINES WEST JAVA PROVINCE By
LUTHFI SETIAWAN Reg. No.: 24004010 Traditional medicine practices have existed in Indonesia for a long time and have demonstrated their values in supporting the society's health. However, there are factors that prevent the development of its legitimate basis. One fuctor stems from the fact that traditional medicine differs from modem (Western) medicine in methodological framework. Another factor has been the lack of explicit and formal knowledge transfer methods, and the lack of systematized research to support the development of its body of knowledge. One of the Government attempt to develop traditional medicines has been the establishment of the Center for the Development and Application of Traditional Medicines, known as SP3T. The present thesis seeks to find a way to analyze the traditional medicine practices without entering into the methodological problems. In order to do this, an approach based on a knowledge management framework is undertaken. Thus, the thesis undertakes focus on issues about how activities, agents, and artifacts involved in the creation, retention, utilization and transfer of knowledge are being managed in a certain type of traditional medicine practice. A number of traditional medicine practices under the supervision of SP3T of West Java Province were studied. By undertaking a qualitative method, the study poses a question as to how knowledge management in these traditional practices could be improved, and how SP3T could develop its role in such an attempt for improvement. Results of the study show that it is possible to improve the knowledge management of the traditional practices under studied by developing forms, phases, and levels of activity, and also by adding new types of agents and artifacts. This would better equip the practices to allow for better knowledge retention, utilization and transfer. This study also concludes that SP3T could have a potential role in the improvement of the aforementioned knowledge management, particularly by conducting more extensive socialization regarding the traditional medicine practiced being implemented within this organization. Key words: Traditional Medicine, Knowledge Management, Knowledge Retention and Utilization, Knowledge Artifacts.
IV
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS
Tesis S2 yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Institut Teknologi Bandung, dan terbuka untuk wnwn dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HaKI yang berlaku di Institut Teknologi Bandung. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan swnbernya.
Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh tesis haruslah se1zm Direktur Program Pascasatjana, Institut Teknologi Bandung.
v
UCAPAN TERIMA KASlli
Puji syukur kepada Allah S.W.T., hanya karena pertolongan dan nikmat-Nya tesis ini dapat diselesaikan. Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bimbingan, araban secara sungguh-sungguh, perhatian serta kesabaran Bapak Dr. Sony Yuliar.
Banyak pihak yang telah beijasa memberikan bantuan hingga tesis ini dapat terselesaikan. Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih, jazakumullahu khoiron katsiron, kepada yang terhonnat:
I.
Bapak Dr.
Sony
Yuliar sebagai
Ketua Program
Magister
Studi
Pembangunan, Institut Teknologi Bandung dan pembimbing dalam tesis ini. Berkat perhatian dan kesungguhan bimbingannya tesis ini dapat diselesaikan tepat waktu; 2.
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perencana, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), yang memberi fasilitas beasiswa kepada penulis hingga dapat mengikuti perkuliahan di Program Magister Studi Pembangunan, Institut Teknologi Bandung sampai dengan selesai;
3.
Kepala Kantor Wilayah VI Direktorat Jenderal Perbendaharaan Palembang, yang memberi kesempatan tugas belajar kepada penulis untuk menambah pengetahuan di Program Magister Studi Pembangunan, Institut Teknologi Bandung;
4.
lbu Dr. Ir. Teti Armiati Argo, MES sebagai wali mahasiswa di Program Studi Pembagunan, memberi saran dan bimbingan sehingga penulis memilih lokasi penelitian di Kota Bandung. Sebagai dosen, kuliah Metode Kualitatif memberi bekal bagi penelitian ini dan sebagai penguji sidang tesis memberi masukan yang sangat bermanfaat untuk perbaikan tesis;
5.
Bapak Yasraf Amir Piliang, M.A. sebagai evaluator seminar draft tesis dan penguji sidang tesis, telah memberi saran dan koreksi serta masukan yang berllarga bagi proses penyelesaian dan perbaikan tesis;
VI
6.
Bapak Prof. Dr. H. R Muchtan Sujatno, dr. SpFK, selaku nara sumber dalam penelitian pada SP3T Propinsi Jawa Barat. Melalui bimbingan, bantuan dan kesempatan luas bagi penulis untuk memperoleh informasi tentang SP3T Propinsi Jawa Barat, hingga tesis ini dapat diwujudkan;
7.
Para Dokter dan Staf SP3T Propinsi Jawa Barat, telah membantu penulis dalam memperoleh informasi dan menyediakan data-data yang dibutuhkan hingga tesis ini dapat diselesaikan;
8.
Bapak dan Ibu Dosen pada Program Magister Studi Pembangunan, Institut Teknologi Bandung yang telah memberikan ilmu dan wawasan kepada penulis;
9.
Bu Nunuk, Bu Fitri, Mbak Riyani, Mas Tarsiwat dan Mas Ocha yang telah mendukung kelancaran proses pendidikan;
10. Ternan-ternan kuliah dalam Program Magister Studi Pembangunan Angkatan 2004 yang bersama-sama saling membantu kelancaran proses perkuliahan dan memberi dukungan moral hingga akhir penulisan tesis ini; 11. Rekan-rekan dari Kanwil VI Direktorat Jenderal Perbendaharaan Palembang yang tidak disebutkan satu persatu atas bantuannya kepada penulis dalam administrasi kepegawaian, tanpa bantuan itu tentu perkulianan hingga penulisan tesis ini tidak akan lancar. 12. Orang tua
tercinta penulis, karena kasih sayang curahan doanya segala
hambatan dan kesulitan dapat ditemukan jalan keluamya. 13. Istri dan anak-anak tercinta, karena tugas belajar telah ikut pindah ke Kota Bandung dan selama ini telah memberikan pengertian, pengorbanan dan doa yang tak temilai; 14. Semua pihak yang telah membantu penulis hingga tesis ini selesai.
Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat untuk khasanah ilmu pengetahuan. Penulis yakin bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Penulis sangat berterima kasih kepada pembaca yang memberikan masukan dan saran dalam mengembangkan tesis ini. Bandung, Desember 2005 Luthfi Setiawan
VII
DAFTAR lSI
ABSTRAK.................... .... ......................... ..... ....... ...... .. ... .......... .. ........... .... .... ........
111
ABSTRACT ...... ····················...................................................................................
IV
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS.....................................................................
v
UCAP AN TERIMA KASIH................... ............. .. ... .... ... .. .. .... ... .. ... ... .... .. ..... ........ ..
Vl
DAFTAR lSI............................................................................................................
Vlll
DAFTAR TABEL....................................................................................................
Xl
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................
xu
DAFTAR LAMPIRAN .. ··················.......................................................................
Xlll
Babl
Pendahuluan.. .. ........... .. ... .... ... ............ .... . .. .. ........ .. ......... ..... .. ... .. .......
1
1.1
Latar Belakang..................................................................................
1
1.2
Perumusan Masalah...... .. ..... ...... .. ............ ....... ....................... ... ... ... ..
4
I.3
Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian........................................
5
1.4
Metode dan Lokasi Penelitian................. .. .. ............... ........... ... ..... ....
5
1.5
Batasan Penelitian..................................... .. ................ .. ...... ... ....... ....
6
I.6
Sistematika Penulisan........ .. ... ... .. .. .... .. .... ............... ...... ......... .. ..... .... . 6
Bah II
Kerangka Konseptual........................................................................
8
11.1
Pengertian Pengobatan Tradisional............................. .. ...... .... ..... .... .
8
11.2
Pengobatan Tradisional dan Sistem Pengetahuan ........ ... ..... .. .........
9
II.3
Manajemen Pengetahuan.. .. ....... ....... ........ ........ ..................... .... ... ... ..
18
II.4
Manajemen Pengetahuan dan Pengobatan Tradisional.....................
24
Pengobatan Tradisional di Indonesia................................................
29
III.1
Tinjauan Ringkas Sejarah. .. ... ..... ... .... ..... ..................... ... ... .... ....... .. ...
29
III.2
Tinjauan Keberadaan Pengobatan Tradisional..... .. .... .. .... ....... .. ...... ..
33
III.2.1
Jenis-jenis Pengobatan Tradisional.... .. .. .. ... ........ ......... ...... ... ... ... ... .. .
33
111.2.2
Penggunaan Pengobatan Tradisional........ .. ....................... .... .. ..... .. ..
34
111.2.3
Posisi Pengobatan Tradisional Dalam Pembangunan Nasional. .......
36
111.2.4
Pengobatan Tradisional dalam Kerangka Manajemen Pengetahuan
39
Bah II
Vlll
111.3
Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional........
40
111.3.1
Gambaran Singkat SPJT Propinsi Jawa Barat. .. ... .. ........ ... .. .. ......... ..
40
111.3.2
Permasalahan Urn urn SPJT di Indonesia..........................................
46
111.3.3
Permasalahan SPJT Propinsi Jawa Barat .........................................
48
III.3.4
Kegiatan-kegiatan SPJT Propinsi Jawa Barat. ........... ..... ... ...... ... .....
49
BabiV
Pengembangan Manajemen Pengetahuan Pengobatan Tradisional Melalui Peran SPJT......... .. ........... ...... ....................... ............ ... ........
51
IV. I
Pelayanan Pengobatan Tradisional pada SPJT Propinsi Jawa Barat
51
N.l.l
Diskripsi Tentang Akupunktur..........................................................
51
IV.l.2
Diskripsi Tentang Fitofarmaka..........................................................
53
N.1.3
Diskripsi Tentang Homeopati.......... ....... .......... .. ......... .......... .. .... .....
55
IV.1.4
Diskripsi Tentang Tenaga Dalam......................................................
58
N.2
Analisis Kegiatan Pelayanan Pengobatan Tradisional SPJT ...... ... ..
62
IV.2.1
Analisis Kegiatan Pelayanan Akupunktur......................... .. . ........ ..... 63
N.2.2
Anal isis Kegiatan Pelayanan Fitofarmaka.......... .. . ......................... ..
64
IV.2.3
Analisis Kegiatan Pelayanan Homeopati...... .............. .................... ..
65
N.2.4
Analisis Kegiatan Pelayanan Tenaga Dalam.......... .. ....... .... .. ...........
67
IV.3
Analisis Kegiatan SPJT Propinsi Jawa Barat...................................
69
N.3.1
Anal isis Jumlah Kegiatan.......... ... ...... .. .. ................. .. ...... .. ........ .. .. ....
75
IV.3.2
Analisis Bentuk Aktivitas.................................................................
77
IV.3.3
Analisis Fase Aktivitas......................................................................
77
IV.3.4
Analisis Level Aktivitas... ................................................................
79
IV.3.5
Anal isis Tipe Agen....... .. .... .. ....... ........... ... ........... ........ .. ....... .. ... .....
80
IV.3.6
Analisis Tipe Artifak .......... :..............................................................
81
N.3.7
Analisis Fokus Aktivitas...................................................................
82
IV.3.8
Ringkasan Anal isis Kegiatan............................................................
83
IV.4
Analisis Wawancara..........................................................................
84
IV.5
Peran SPJT dalam Pengembangan Pengobatan Tradisional. .......... ..
89
IV.6
Kearifan Dalam Penggunaan Teknologi Pengobatan........................
91
IX
IV.7
BabY
Perluasan Manajemen Pengetahuan Pengobatan Tradisional...........
93
Kesimpulan.. .. ...... .......... ........ ................. ..... ........ .............................. 96
V.l
Kesimpulan....... .. .......... .......................... .... .. ........ ............................. 96
V.2
Rekomendasi... ................... ..... ...... ... .. ..... ............... ... .. ... .. ...... .. .. .... ...
98
Daftar Pustaka..........................................................................................................
99
X
DAFfAR TABEL
Tabel II.1
Perbandingan Pengobatan Non Barat dan Pengobatan Barat Menurut David. J. Hess..................... . . . .....................................
Tabel II.2
Perbandingan Pengobatan Konvensional dan Pengobatan Tradisional Menurut Herbalis, Tn. H. Ismail bin Ahmad.................
Tabel II.3
17
18
Perbandingan Keadaan Pengobatan Tradisional Sekarang Dan Yang Diinginkan.......... .. ..................................................... ..............
20
Tabel III.1
Jumlah Pengobat Tradisional di Propinsi Jawa Barat, Tahun 2003
34
Tabel III.2
Diagnosis Penyakit Dalam Perubatan Jawi ......................................
38
Tabel IV.1
Tanaman Obat Fitofarmaka Yang Prospektif...................................
54
Tabel IV.2
Pengelompokkan Pelayanan Pengobatan Tradisional SP3T Propinsi Jawa Barat dalam Skema Manajemen Pengetahuan.... .. ..... 68
Tabel IV.3
Analisis Kegiatan SP3T Propinsi Jawa Barat dalam Skema Manajemen Pengetahuan......... .. ......... ................. ........ ...................... 70
TabeliV.4
Jumlah Kegiatan SP3T Propinsi Jawa Barat ... .... .... .. ... ... .... .. .. ...... ...
76
Tabel IV. 5
Jumlah Bentuk Aktivitas SP3T Propinsi Jawa Barat........... .. ... ... .. ...
77
Tabel IV. 6
Jumlah Fase Aktivitas SP3T Propinsi Jawa Barat ...........................
78
Tabel IV. 7
Jumlah Level Aktivitas SP3T Propinsi Jawa Barat...........................
79
Tabel IV. 8
Jumlah Tipe Agen pada Aktivitas SP3T Propinsi Jawa Barat .........
80
Tabel IV. 9
Jumlah Tipe Artifak pada Aktivitas SP3T Propinsi Jawa Barat.......
81
Tabel IV. 10
Jumlah Fokus Aktivitas SP3T Propinsi Jawa Barat..........................
82
Tabel IV. 11
Persentase Jumlah Unsur.unsur Manajemen Pengetahuan pada Aktivitas SP3T Propinsi Jawa Barat.................................................
83
Tabel IV. 12
Tabel Resume Hasil Wawancara ..:....................................................
85
Tabel IV. 13
Tabel Jumlah Pasien Pada SP3T Propinsi Jawa Barat.....................
89
XI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 11.1
Model Manjemen Pengetahuan oleh Brian Newman........................
21
Gambar 11.2
Causal Loop Manajemen Pengetahuan Untuk Pengembangan
25
Pengobatan Tradisional.. ................................................................ . Gam bar 11.3
Jaringan Kerjasama SP3T Propinsi Jawa Brat ................ ......... . . . ...
XII
45
DAFTAR LAMPIRAN
Lampi ran
Catatan Wawancara.. ... ... ............. .. .. ... .... .. ... ... ... ..... ...... .... .. . . . . . . .... ...
xiii
102
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pembangunan berkenaan
dengan proses perubahan untuk mencapai taraf
kehidupan yang lebih baik di masa datang. Menurut Todaro (1994:90) pembangunan harus dipahami sebagai suatu proses multi dimensi yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat dan kelembagaan
nasional,
seperti halnya percepatan pertumbuhan nasional,
pengurangan ketidakmerataan dan pemberantasan kemiskinan absolut.
Keberhasilan pembangunan tergantung pada perkembangan dan penggunaan teknologi. Teknologi adalah himpunan informasi tentang ilmu pengetahuan yang bersifat preskriptif, yaitu memberi petunjuk resep, mengungkapkan cara dan tindakan untuk menciptakan sistem-sistem (Sasmojo; 2001:29).
Salah satu area pemanfaatan teknologi adalah teknologi di bidang kesehatan. Teknologi kesehatan sangat penting karena memberi kontribusi bagi peningkatan kualitas sumberdaya manusia pelaku pembangunan. Keberhasilan pembangunan juga ditentukan oleh kualitas kehidupan yang salah satu ukurannya adalah tingkat kesehatan penduduk. Karenanya tingkat kesehatan penduduk menjadi salah satu indikator dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Pelayanan kesehatan formal di Indonesia menggunakan satu macam pelayanan kesehatan yaitu pelayanan kesehatan medis atau kedokteran Barat. Selama ini, pembangunan kesehatan meletakkan ilmu pengobatan Barat (modem) sebagai
dasar Sistem Kesehatan Nasional, begitu pula berbagai peraturan dan kebijakan lebih banyak menyangkut obat-obatan modem (Maheshwari; 2002: 5).
Sebelum penggunaan teknologi kesehatan modem meluas seperti saat ini, sejak dahulu sampai saat ini, ada satu jenis pengobatan yang digunakan oleh
1
2
masyarakat, yaitu pengohatan tradisional atau disehut juga pengohatan alternatif. Pengohatan ini berkemhang secara turun-temurun di tengah-tengah masyarakat .
Pengohatan tradisional ini berpotensi untuk berkontrihusi dalam menunjang pemhangunan kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dibandingkan dengan pengohatan modem ia dapat menyemhuhkan jenis penyakit kronis dan degeneratif serta kanker (Hess; 1995: 185). Pengohatan tradisional juga mendukung hagi upaya kesehatan yang hisa dilayani yaitu tidak hanya berguna untuk pengohatan (kuratit) tetapi juga hermanfaat untuk usaha pencegahan penyakit (preventit), peningkatan kesehatan (promotit) dan pemulihan kesehatan (rehahilitatit) (Mooryati; 1998: 9).
Tidak adanya informasi yang cukup tentang pengohatan modem dan tradisional ini menyehahkan hanyak masyarakat yang terjehak pada penggunaaan satu jenis pengohatan saja, terutama medis Barat. Dalam beberapa kasus ditemui hahwa setelah hertahun-tahun seorang pesakit menggunakan pengohatan modem, meskipun tidak banyak membantu,
kesemhuhan didapatkan setelah menjalani
pengohatan tradisional. Ini terjadi setelah hertahun-tahun menderita dan telah menghabiskan biaya pengobatan yang hesar.
Namun demikian, dijwnpai juga
mereka yang berobat pada pengohatan alternatif tidak menghasilkan kesembuhan karena pengobatan tidak berkualitas.
Sangat disayangkan hila masyarakat hanya memanfaatkan pengobatan tradisional sebagai
pengobatan
terakhir
menyembuhkan. Hal ini
ketika
pengobatan
medis
tidak
mampu
dapat dihindari hila terdapat informasi yang cukup
tentang kemampuan pengobatan tradisional dalam penyemhuhan penyakit. Jika ini dapat dilakukan maka pasien tidak perlu mencoha-coba berbagai macam metode pengobatan, sehingga kehilangan biaya yang sangat besar. Demikian juga penderitaan yang lama serta efek samping dari mencoha berbagai macam pengobatan tentu dapat dikurangi.
3
Jadi pembangunan kesehatan harus dapat menyediakan jalan agar potensi teknologi pengobatan modem dan tradisional dapat tennanfaatkan sesuai dengan keunggulan yang dimiliki masing-masing. Untuk itu pengobatan tradisional perlu dikembangkan agar dapat lebih memberi kontribusi bagi pembangunan kesehatan. Menurut Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat (2004 ), di Indonesia terdapat lebih dari 30 macam keahlian pengobat tradisional. Jumlah mereka di Indonesia adalah 285.000 pengobat. Sedangkan pengguna pelayanan pengobatan tradisional di Indonesia mencapai 32%. Penggunaan pengobatan tradisional terbukti mampu
mengatasi berbagai
gangguan kesehatan selain cara medis. Bahkan pengobatan tradisional mampu menyembuhkan pesakit yang tidak lagi dapat dirawat dengan cara medis. Pengobatan tradisional, jika mendapat pembinaan dan pengarahan dapat bersinergi dengan
pengobatan modem sehingga lebih berdayaguna dalam memberikan
kontribusi untuk pembangunan kesehatan. Persoalan muncul ketika pada kenyataannya pengguna pelayanan kesehatan tradisional di Indonesia banyak, namun demikian praktik pengobatan tradisional sedikit yang memiliki ijin, misalnya untuk di Jawa Barat bam l %. Dengan tidak terdaftarnya praktik pengobatan tradisional ini maka pembinaan tentu tidak dapat dilakukan. Demikian juga kontrol praktik pengobatan dan perlindungan untuk konsumen juga sulit diberikan. Tidak tersedianya data yang lengkap tentang praktik pengobatan tradisional dapat menyebal;lkan tidak dapat dibuatnya peraturan tentang hak dan kewajiban bagi pengobat dan pasien. Jika praktik terdaftar, maka diharapkan metode pengobatan, peralatan dan standar pelayanan kepada pasien dari sebuah pengobatan tradisional dapat diketahui oleh pemerintah. Dengan ini dapat diberikan infonnasi bila teljadi perselisihan karena pelayanan.
4
Usaha pemerintah untuk mengembangkan potensi pengobatan tradisional diantaranya mendirikan Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T). Saat ini telah berdiri SP3T di 12 (dua betas) kota di Indonesia (Supardi; 2002:2). SP3T bertujuan meningkatkan pendayagunaan pengobatan tradisional yang aman dan bennanfaat, dalam pelayanan kesehatan baik secara tersendiri maupun terpadu dalam jaringan pelayanan kesehatan paripuma (Sujatno; 2004:7).
Pada kenyataannya, selain akupunktur belum ada jenis pengobatan tradisional yang berhasil diakui dan berintegrasi dengan pelayanan kesehatan modem. Sehubungan dengan hal tersebut diatas perlu dikaji suatu pendekatan yang dapat
digunakan untuk mengembangkan pengobatan tradisional melalui peran yang dapat dilakukan oleh SP3T Propinsi Jawa Barat.
Dengan
meningkatnya
penggunaan
pengobatan
tradisional
diharapkan
ketergantungan obat yang selama ini 90% diimpor dapat juga dikurangi. Untuk itu
maka harus dilakukan pengembangan
good governance (tata kelola yang baik) dalam
pengobatan
tradisional,
diantaranya
dengan
melakukan
manajemen pengetahuan dalam pengobatan tradisional.
L2 Perumusan Masalah Pennasalahan yang hendak dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan pengobatan tradisional, sebagai pengobatan yang berpotensi untuk berdampingan
dengan
pengobatan
m"odem,
dengan
menggunakan
pendekatan manajemen pengetahuan melalui pengembangan peran Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional.
Melihat kenyataan diatas maka perlu upaya pemerintah dalam hal ini SP3T Propinsi Jawa Barat, melakukan peran untuk memajukan pengobatan tradisional. Dengan demikian, pertanyaan penelitian yang hendak dijawab dalam tesis ini adalah:
5
( 1)
Bagaimana manaJemen pengetahuan pengobatan tradisional dapat dikembangkan?
(2)
Bagaimana peran SP3T Propinsi Jawa Barat dalam pengembangan manajemen pengetahuan pengobatan tradisional dapat ditingkatkan?
L 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian Manfaat yang diharapkan bagi penelitian ini adalah dapat ditemukenalinya unsurunsur manajemen pengetahuan untuk pengembangan pengobatan tradisional. Dengan cara ini maka pemn SP3T Propinsi Jawa Barat dalam pengembangan pengobatan tradisional dapat ditingkatkan yaitu melalui
pengembangan
manajemen pengetahuan pengobatan tradisional. Pengembangan ini dimaksudkan agar pengobatan tradisional dapat berdampingan dengan pengobatan modem dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi penunusan kebijakan bidang kesehatan pada Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat dan SP3T Propinsi JawaBarat.
L4 Metode dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan dengan melakukan analisis kegiatan SP3T Propinsi Jawa Barat dalam kerangka manajemen pengetahuan. Penelitian dilakukan pada Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T) Propinsi Jawa Barat, dengan melakukan wawancara kepada para dokter yang melayani pengobatan tradisional. Sebagai pembanding
dilakukan wawancara dokter yang melayani pengobatan tradisional di luar SP3T Propinsi Jawa Barat dan seomng tabib. Metode penelitian ini merupakan metode kualitatif dengan melalukan wawancara tidak terstruktur. Wawancara ini dilakukan untuk menggali informasi dari para
6
dokter yang memiliki waktu terbatas tetapi hasilnya diharapkan memberi penjelasan yang lebih dalam (Moleong; 2004:139).
LS Batasan Penelitian Sudut pandang dalam pengembangan pengobatan tradisional dibatasi dalam kerangka
manajemen
pengetahuan,
dan
mengambil
kasus
pada
Sentra
Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional Propinsi Jawa Barat, dengan melakukan evaluasi kegiatan pada tahun 1997 sampai dengan 2004.
1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tesis ini adalah sebagai berikut: 1. Bab I
Pendahuluan berisi tentang latar belakang dilakukannya penelitian ini , perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode
dan lokasi penelitian serta sistematika
pembahasan. 2. Bab II
Kerangka konseptual, berisi tentang tinjauan teoritis tentang teori-teori yang terkait dengan topik penelitian mencakup pengobatan tradisional dan manajemen pengetahuan
3. Bab liT
Gambaran tentang obyek penelitian berisi tentang sejarah pengobatan tradisional, keberadaan dan jenis-jenis pengobatan tradisional,
penggunaan
pengobatan
tradisional
pengobatan
tradisional
pengetahuan,
pengobatan dalam dalam
tradisional,
Pembangunan kerangka
pos1s1
Nasional, manaJemen
serta Sentra Pertgembangan dan Penerapan
Pengobatan Tradisional. 4. Bab IV
Kajian
tentang
pengembangan
manaJemen
pengetahuan
pengobatan tradisional melalui peran SP3T Propinsi Jawa Barat yang meliputi analisis manajemen pengetahuan dalam praktik
pelayanan
pengobatan
tradisional
dan
analisis
manajemen pengetahuan dalam kegiatan SP3T. Kajian ini untuk
mengetahui
peluang
pengembangan
pengetahuan
7
pengobatan tradisional melalui peran SP3T Propinsi Jawa Barat. Analisis ditunjang dengan basil wawancara kepada nara sumber dalam SP3T dan di luar SP3T Propinsi Jawa Barat. 5. Bab V
Kesimpulan dan rekomendasi.
Bab II Kerangka Konseptual D.l Pengertian Pengobatan Tradisional Masyarakat umum mengenal praktik pengobatan diluar kedokteran sebagai pengobatan alternatif. Pengobatan di luar praktik kedokteran dalam Undangundang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, disebut sebagai pengobatan tradisional.
Menurut Undang-undang Kesehatan pengobatan tradisional adalah:
"pengobatan
atau
perawatan
dengan
cara,
obat,
dan
pengobatannya mengacu kepada pengalaman dan ketrampilan turun-temurun, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku pada masyarakat".
Adapun obat tradisional adalah:
"bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun te/ah digunakan untuk pengobatan berdasarkan penga/aman ".
Badan kesehatan dunia PBB yaitu World Health Organization (WHO) mendefinisikan pengobatan diluar praktik kedokteran sebagai pengobatan tradisional juga, yaitu:
"Traditional medicine refers to health practices, approaches, knowledge and beliefs incorporating plant, animal and mineral based medicines, spiritual therapies, manual techniques and exercises, applied singularly or in combination to treat, diagnose and prevent illnesses or maintain well-being". Menurut WHO, penggunaan pengobatan tradisional di negara-negara industri digunakan sebagai pengobatan komplementer atau pengobatan altematif.
8
9
Selain istilah pengobatan altematif terdapat juga istilah terapi komplementer, terapi natural atau terapi holistik (Darmansjah; 200 I: I).
Dari asal katanya
pengobatan altematif berarti mensubstitusi satu hal dengan yang lainnya. Terapi komplementer berarti menambahkan suatu pengobatan kepada pengobatan utama yang sudah ada. Terapi natural berarti menggunakan potensi alam untuk penyembuhan. Sedangkan terapi holistik berarti pengobatan memandang spiritual, emosi, mental dan fisik sebagai satu kesatuan.
11.2 Pengobatan Tradisional dan Sistem Pengetahuan Menurut antropolog, David J. Hess (1995:186) pengobatan tradisional adalah bagian dari sistem pengetahuan indigenous people. Yang dimaksud dengan
indigenous people adalah penduduk asli yang menempati wilayah sebelum penduduk lain datang di wilayah tersebut, memiliki bahasa dan budaya sendiri yang berbeda dengan penduduk lainnya (Burger 1987:8). Ethnoscience kadangkadang digunakan untuk menggambarkan sistem pengetahuan dari indigenous
people. Ethnoscience
meliputi astronomi, matematika, botani, psikiatri dan
pengobatan.
Dengan mempelajari sistem pengetahuan yang lain (di luar pengetahuan modem) dari budaya akan dapat lebih mudah melihat kemungkinan-kemungkinan dan batasan-batasan bagaimana pikiran manusia mengatur dunia. Melalui cara ini juga akan memberikan cara berfikir baru tentang persoalan ilmu pengetahuan (science) dan menyarankan metode baru dalam
topik-topik yang belum ditemukan
jawabannya.
Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana sistem pengetahuan, melindungi masyarakatnya dari penjajahan, dalam hal idiologi, politik dan ekonomi. Idiologi yang pro pada kelompok-kelompok pembangunan yang menghendaki adanya "peradaban" bagi negara-negara non Barat.
10
Studi tentang berbagai jenis ethno know/edges dapat juga dihubungkan dengan perjuangan lokal untuk keadilan sosial dan perlindungan lingkungan. Misalnya ethnopharmaco/ogy
menguji tumbuhan setempat dalam penggunaan dan
membuat analisis kimia
dalam hal farmakologi dan dampak pada kesehatan
manusia yang mungkin ditimbulkan. Hasilnya adalah studi ethno pharmacology khususnya dalam mempelajari tumbuhan hutan tropis dan pengembangan obatobatan. Menurut Hess, ethnopharmaco/ogy dapat digunakan untuk kepentingan pembangunan dan merupakan keunggulan negara dunia ketiga (negara berkembang). Tumbuhan dan hewan lokal apabila dilindungi dapat menjadi sumber keuntungan ekonomis jangka panjang. Jika alam (tumbuhan dan hewan) tidak dilindungi akan rusak karena kepentingan pembangunan. Kekurangan ethnopharmaco/ogy adalah indegenous knowledge tentang tumbuhan tidak dipatenkan. Perusahaan besar farmasi multinasional sering mendukung pengetahuan penduduk asli (native) tentang nilai-nilai pengobatan pada tumbuhan dan binatang, sebagaimana seorang antropologis Jason Clay (1990) menyebutnya
sabagai "last great resource rush". Apabila hak-hak ini dihormati oleh negara dunia ketiga dan perusahaan multinational
maka
pengetahuan
ethnopharmacology
memungkinkan
mentransformasikan sumberdaya ekonomi tersebut demi memberdayakan penduduk lokal dan dalam waktu yang sama melindungi tanahnya. Para penganut pengobatan Barat berpendapat bahwa pengobatan Barat lebih sederhana dan lebih efektif. Sebaliknya, pengobatan dengan menggunakan pendekatan budaya dapat mengarah pada pemahaman yang lebih rumit. Dengan demikian, sulit dua cam pengobatan Barat dan non Barat berhubungan.
11
Pandangan sekilas saJa, menunjukkan bahwa sedikit argumen-argumen yang meyakinkan mendukung pengobatan non Barat. Secara sederhana pengobatan non Barat adalah pengobatan yang inferior dan ketinggalan. Hal ini disebabkan pengobatan Barat telah berhasil mengendalikan penyakit infeksius, dengan menggunakan antibiotik. kelemahan
dan
menyelamatkan
Kendatipun,
menimbulkan banyak jiwa.
antibiotik dan imunisasi
berbagai
efek
Pengobatan
samping
Barat
tetapi
juga
memiliki ta
telah
efektif untuk
menyelamatkan kasus-kasus kecelakaan dan bahkan penyakit kronis serta penyakit degeneratif
Sejumlah penelitian dalam medical-anthropology telah menunjukkan bahwa pengobatan non Barat juga efektif Pengobatan herbal mengandung efek farmasi
dan telah digunakan untuk pelurusan tulang, pengurangan rasa sakit dan mengurangi rasa kuatir serta memberi sugesti agar membantu penyembuhan.
Pengobatan non Barat juga memiliki kelebihan karena mengerti keadaan komunitas lingkungannya. Ini yang membuat pengobatan non Barat lebih efektif
dari pada pengobatan yang dilakukan oleh pengobat yang dididik dengan cara Barat dan tidak mengerti budaya lokal.
Saat ini kebanyakan sistem pengobatan di dunia adalah gabungan yang komplek antara pengobatan Barat dan non Barat (lokal). Situasi ini terjadi tidak hanya di negara miskin (negara non Barat) tetapi juga di negara kaya (negara Barat) sendiri.
Pluralisme pengobatan menjadi daya tarik studi kebudayaan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi karena ia menyediakan kerangka tentang hubungan antara ilmu pengetahuan cosmopolitan dan teknologi di satu sisi dan di sisi lainnya menjadi cara-cara lokal knowing and doing. Pluralisme model bagi studi pluralisme tekno-sain.
pengobatan menjadi
12
Meskipun studi tentang pluralisme pengobatan ini telah terdokumentasi secara baik tetapi beberapa ahli masih mempertanyakannya. Hal ini disebabkan bahwa pluralisme yang berarti bahwa hubungan itu adalah bersifat lunak tanpa paksaan, ramah serta tidak dipengaruhi dengan kekuatan/kekuasaan yang tidak seimbang.
Menurut Hess,
( 1995:194)
pengobatan modem atau Barat atas pengobatan
tradisional terkait dengan kekuasaan pemerintahaan sekarang yang melanjutkan kebijakan kekuasan pemerintah kolonial. Hess mengatakan,
"The critic also argue that Western or cosmopolitan medicine often has the backing of the state, which historically was usually controlled by colonial powers. For this reason the terms medical hegemony or medical domination are sometimes prefe"ed to signal how Western medicine usually is embedded in system of colonial or neo colonial power relationships. "
Seorang antropolog, Frederique Apffel Marglin, telah melakukan penyelidikan kasus penanganan cacar air (smallpox) di India. Kehidupan tradisional India telah memiliki cara yang canggih dalam mengatasi cacar. Di India terdapat pencacar
(variolator) yang dihubungkan dengan pemujaan pada Dewi Sitala (salah satu dewa dalam agama Hindu). Pencacaran dilakukan dengan cara mengambil nanah orang yang terinfeksi cacar. Nanah tersebut selanjutnya ditusukkan pada orang yang sehat. Prosedur ini hampir sama dengan vaksinasi cara medis, bedanya bahan pencacaran berasal dari sapi cacar. Keuntungan dengan adanya vaksinasi adalah orang yang dicacar tidak tertular (menderita sakit cacar) dan tingkat kematian akibat penyakit cacar menjadi turon.
Pemerintah Kolonial Inggris di India saat itu memperkenalkan vaksinasi dan menyatakan pencacaran cara tradisional tidak sah. Mereka mengatakan kepada
para pemuja Dewi Sitala bahwa pencacaran tradisional sebagai kejahatan yang nyata dan karenanya harus dilarang. Akibatnya, pemerintah menemukan hambatan yang sebenamya dapat dihindari jika mereka bekerja sama dengan para pencacar
13
tradisional. Keputusan pemerintah lnggris untuk tidak melakukan kerjasama menunjukkan adanya rasa superioritas atas orang India. Pada gilirannya rasa superioritas ini adalah bagian dari kepercayaan bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan pengobatan medis lebih baik dari pada cara-cara tradisional yang dimiliki oleh orang India. Sekitar tahun 1993 New England Journal Medicine mempublikasikan basil survey nasional yang menyatakan bahwa pada tahun sebelumnya, lebih dari 34% penduduk Amerika telah memilih setidaknya sekali, terapi non konvensional (non medis). Terapi non-Barat meliputi beberapa kategori yaitu agama, diet, latihan dan relaksasi. Hal ini merupakan bumerang atau counter colonialism pada masyarakat global, karena di negara maju (Barat) temyata terdapat berjuta-juta masyarakat kelas menengah yang berasal dari Eropa telah menggunakan pengobatan asli non Barat. Dan sebagai masyarakat yang menjadi pusat kolonialisme kuno, masyarakat Eropa, telah menjadi lebih multi budaya dan meng-global termasuk dalam sistem pengobatannya. Meskipun di Amerika tersedia berbagai terapi, tetapi untuk orang yang terinfeksi penyakit, atau mengalami luka berat biasanya akan menggunakan terapi standar dengan fisiologi biomedik dan menggunakan antibiotik atau pembedahan. Demikian juga untuk orang yang mengalami gangguan mental akan ditangani oleh psikoterapi.
Jadi biomedis dan psikoterapi adalah dua cabang utama dalam
pengobatan Barat yang resmi. Biomedis adalah penerapan ilmu pengetahuan untuk pengobatan dengan menggunakan dasar-dasar biologi, biokimia, fisiologi dan ilmu pengetahuan lainnya untuk memecahkan persoalan dalam pengobatan klinik (Encarta Reference Library 2004).
Praktik-praktik tempi non Barat berkembang untuk bermacam-macam kelemahan (disfungsi) fisik dan mental yang secara resmi pengobatan biomedis dan
14
psikoterapi tidak mengenal atau tidak dapat menyembuhkan. seperti penyakit degeneratif atau penyakit kronis. Peran lain dari pengobatan non Barat adalah kecenderungan untuk melakukan upaya kesehatan secara lebih serius dan karenanya seseorang harus aktif melakukan upaya untuk menjaga kesehatan.
Misalnya dalam hal menurunkan kadar kolesterol,
pengobatan non Barat
memiliki berbagai praktik meditasi, yoga, pijat dan taichi yang baik dilakukan untuk relaksasi tubuh dan pikiran. Hal ini temyata dirasakan penting karena pada pengobatan Barat dengan melakukan istirahat, latihan atau olah raga secara teratur
dan menghindari gaya hidup bertekanan tinggi dirasakan tidak cukup. Jadi meskipun pengobatan medis secara resmi mengenali pentingnya makanan dan latihan dalam membina kesehatan tetapi praktik-praktik pengobatan non Barat cenderung untuk berada pada posisi yang lebih kuat.
Pengobatan non Barat dapat menjadi pelengkap bagi pengobatan biomedis karena dalam hal penyakit degeneratif seperti kanker, khasiat pengobatan biomedis sangat terbatas. Selain itu pengobatan non Barat juga digunakan untuk menghindari efek samping pada pengobatannya yang utama (medis) yang saat ini masih terbatas
pada chemotherapy, radiasi dan pembedahan yang dapat menyebabkan menyebabkan kelemahan tubuh.
Dalam kondisi seperti ini seorang pasien akan beralih pada pengobatan non Barat sebagai terapi tambahan dan penting. Mereka berharap dengan melakukan prosedur dalam pengobatan non Barat dapat meningkatkan iinunitas. Pasien juga beralih pada pengobatan non Barat untuk mengatasi rasa sakit melalui prosedur disiplin mental dan relaksasi. Akhimya, dalam kasus-kasus dimana pasien telah kehilangan harapan dengan pengobatan biomedis, mereka akan beralih pada pengobatan non Barat untuk penyembuhan apa yang tidak dapat ditemukan pada pengobatan Barat. Treatment terakhir ini terjadi sangat sering dalam kasus-kasus penyakit kronis dan penyakit degeneratif dimana dalam biomedis tidak tersedia solusi.
15
Sampai sejauh ini terapi non Barat memiliki pengaruh yang kecil dalam biomedis meskipun peneliti biomedis dapat menerima ide bahwa pratik terapi non Barat dapat membantu pasien untuk relax dan mengurangi sakit. Mereka memahami terapi non Barat mampu memberi efek sugesti, placebo, remisi spontan, penyembuhan psikosomatis. Efek-efek demikian ini dipercayai juga dapat menyembuhkan.
Karena itu terdapat juga perusahaan farmasi yang telah menginvestasikan sejumlah dana penelitan dalam mencari kemungkinan terapi yang dihasilkan dari pengobatan herbal non Barat. Meskipun demikian, ketika pengobatan non Barat diterima menjadi
teori-teori sistem pengobatan, peru.Qbaan-perusahaan non
Barat, peneliti-peneliti pengobatan, psikologi Barat atau dunia masih cenderung untuk menentukan batas. Menurut Hess, gerakan untuk melawan penjajahan pengobatan (counter colonial medicine) telah dimulai pada dampak-dampak yang dihasilkan dari penelitian biomedis ini.
Salah satu contohnya adalah usaha untuk menguji titik-titik akupunktur. Standar ilmu pengetahuan ilmiah menjelaskan efek analgesic (pengurang rasa sakit) dari akupunktur yang memasukkan jarum-jarum sebagaimana placebo atau sugesti seperti hipnosis. Meskipun kebanyakan peneliti mengenal bahwa akupunktur pada beberapa kasus dapat mengurangi sakit melalui hipnosis atau melalui efek
placebo, hipotesis endorphin telah dilemahkan dengan studi yang telah menunjukkan tidak adanya hubungan antara tingkat plasma endorphin dengan rasa sakit.
Penyelidikan biomedis pada pengobatan non Barat telah melibatkan meditasi dan praktik psikologi dalam pengobatan kanker. Seorang psikiater dari Australia yang bemama Ainslei Meares, mempublikasikan bahwa protocol treatment pada dua puluh sesi dengan meditasi secara intensif dapat mengurangi kekhawatiran, depresi, ketidaknyamanan dan rasa sakit pada separuh pasiennya. Ia juga menemukan pengurangan kanker pada beberapa kasus
ketika pasien tidak
!6
menggunakan treatment konvensionai tetapi menggunakan meditasi. Namu..11 penemuan ini masih digolongkan sebagai kategori anecdotal reasearch.
Walau demikian bagi peneliti medis, penelitian ini sangat berguna karena ia menemukan jalan yang berharga bagi penelitian selanjutnya. Bagi penelitian yang meyakinkan melalui eksperimen terkontrol pada manusia dan menggunakan studi kuantitatif membutuhkan waktu yang iama karena penelitian membutuhkan puluhan tahun setelah mendapatkan terapi dan memerlukan penelitian ulang (dikenal dengan sebutan a prospective, clinical trial).
Pengobatan akupunktur untuk keperluan analgesic (mengurangi rasa sakit) dan meditasi untuk melawan kanker adalah dua contoh yang menunjukkan bahwa pengobatan non Barat telah dapat diterima di masyarakat Barat. Namun demikian pengobatan ini belum banyak memberi dampak pada penelitian medis. Hal ini disebabkan terapi non Barat yang dilakukan pada proyek penelitian biomedis, selalu gagal, karena kerangka teori dan interpretasi penelitiannya menggunakan istilah pengetahuan biomedis dan psikologi Barat.
Jadi pada akhimya, ada batas untuk perluasan pengobatan yang multi kultural. Meskipun sistem pengobatan secara keseluruhan dapat meningkat pluralismenya dan multi kultural, suka atau tidak, merumuskan teori penelitian yang universal dan organisasi penelitian yang luas tetap sulit dilakukan.
Pemaparan diatas secara ringkas disaj ikan dalam tabel berikut: ·
17
Tabel 11.1 Perbandingan Pengobatan Non Barat dan Pengobatan Barat Menurut David J. Hess
Praktik Pengobatan Non Barat
Praktik Pengobatan Barat
Kelebihan
Kekurangan
trapengobatan 1)sebagai disional lebih efektif karena mengerti keadaan komunitas; 2)baik untuk bennacam-macam kelemaban fisik dan mental, penyakit kronis dan degeneratif 3)baik untuk relaksasi tubuh dan pikiran melalui pijat, taichi meditasi dan yoga; 4)dapat menjadi pelengkap bagi pengobatan biomedis untuk demi kanker pengobatan menghindari efek samping; S)dapat meningkatkan sistem imunitas. 1)lebih sederhana dan lebih efektif dalam mengendalikan dengan infeksi penyakit menggunakan antibiotik; menye2)terbukti berhasil lamatkan jiwa dalam kasusatau kecelakaan kasus mengalami luka berat.
1)karena menggunakan pendapat budaya dekatan pemahaman mengarah pada yang rumit; 2)tidak sejalan dengan pengobatao Barat (dianggap tidak ilmiah); 3)pengobatan yang ketinggalan (bukan pengobatan modern).
1) menimbulkan berbagai efek samping akibat penggunaan antibiotik; 2) dapat menyebabkan kelemahan akibat penggunaan dan radiasi chemotherapi pembedahan; 3)kurang efektif dalam kasus penanganan penyakit kronis dan penyakit degeneratif.
18
Menurut herbalis, pengobatan
Tn. H. Ismail bin Ahmad (2003: 14)
konvensional
dan
terdapat perbedaan
pengobatan tradisional/alami diantarannya
dirangkum dalam Tabel ll.2 sebagai berikut: Tabel ll.2 Perbandingan Pengobatan Konvensional dan Pengobatan Tradisional Menurut Herbalis, Tn. H. Ismail bin Ahmad Perbedaan dalam hal Asal Penyebab penyakit Cara terapi
Jenis Pene;obatan Konvensional TradisionaVAlami dikembangkan di negara- dikembangkan di negaranegara Barat negara Timur virus atau kuman lemahnya imuniti
Bahan obat yang digunakan Efek samping
obat kimia, anorganik ada
meningkatkan imunitas tubuh dapat meliputi fisik , mental, emosi dan spiritual (holistik) obat alami, nutrisi, vitamin, mineral organik tidak ada
Yang diobati
simptom
sebab
Sifat terapi
membunuh kuman penyakit bersifat fisik
Dengan adanya perbedaan antara pengobatan modem dan pengobatan tradisional, maka untuk pengembangan pengobatan tradisional dibutuhkan sebuah pendekatan
yang memungkinkan pengobatan tradisional dapat diterima lebih luas. Suatu pendekatan dibutuhkan agar perbedaan-perbedaan kaedah pengobatan modem dan tradisional tidak dipertentangkan lagi. D. 3 Manajemen Pengetahuan
Manajemen pengetahuan digunakan sebagai kerangka pengembangan pengobatan tradisional karena dengan pendekatan ini tidak lagi mempertentangkan perbedaan pengobatan tradisional dengan pengobatan modem karena dengan pertentangan ini menyebabkan perdebatan yang tidak menguntungkan.
19
Melalui pendekatan manajemen pengetahuan ini pengobatan tradisional diberi kesempatan untuk tumbuh. Praktik-praktik pengobatan yang secara nyata terbukti efektif dan aman akan menjadi pengetahuan publik. Berangkat dari sini pengembangan dilakukan dengan melakukan kegiatan pokok manajemen pengetahuan berupa kreasi, retensi, pemanfaatan dan transfer pengetahuan.
Kreasi dilakukan diantaranya dengan pengembangan artifak. Dengan lebih banyak artifak terlibat dalam pengobatan tradisional akan memudahkan proses peniruan dan pemahaman publik atas proses pengobatan. Yang lebih penting dari itu
dengan semakin banyak digunakannya artifak dibarapkan efektifitas pengobatan meningkat.
Retensi pengetahuan pada publik terjadi dengan terakumulasinya fakta-fakta keberhasilan pengobatan tradisional. Selain itu retensi pengetahuan oleh pegobat juga teljadi. Jika ini didorong oleh upaya transfer pengetahuan maka pemanfaatan pengetahuan pengobatan tradisional diharapkan akan semakin meluas.
Manajemen pengetahuan sesuai dengan kontek pengembangan pengobatan yang memberi peluang tidak saja bagi pengobatan modem tapi juga bagai pengobatan tradisional. Konsep manajemen pegetahuan menjadi populer akibat adanya kompetisi yang kian tajam dalam memperoleh keunggulan (Pratomo; 2004:2). Karena itu kompetisi dalam dunia pengobatan dapat memanfaatkan khasanah pengetahuan pengobatan tradisional sebagai asset pengobatan yang bernilai jika dikelola dengan manajemen pengetahuan.
Dalam
kontek
persamgan
tru,
rnanaJemen
pengetahuan mengakomodasi
pengobatan tradisional sebagai informasi untuk memotong development time pengembangan pengobatan. Jadi pengembangan pengobatan menjadi lebih singkat karena bukan 'from molecule to drug' tetapi 'from existing endproduct to
medicine'(Darmansjah; 2001:5). Dengan ini terdapat keuntungan berupa penghematan biaya
20
Menurut Budiman S. Pratomo (Pratomo; 2004:2), seorang Analis Sistem Informasi Disinfolahtad, pelaksanaan manajemen pengetahuan menghadapi persoalan utama yaitu masalah perilaku. Perilaku pertama adalah ketidaksediaan berbagi pengetahuan pada orang lain dan yang kedua adalah tidak disiplin menuliskan pengetahuan yang didapatkan. Hal ini sesuai dengan kendala pengembangan pengobatan tradisional di Indonesia yang memiliki kendala serupa yang bersumber dari sedikitnya media tulis dan pengajaran pengobatan tradisional. Dengan pendekatan manajemen pengetahuan ini, diupayakan ada kesadaran untuk menuliskan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dalam suatu sistem sebagai asset organisasi. Jadi dengan pendekatan manajemen pengetahuan ini pengobatan tradisional akan dipandang sebagai pengetahuan yang memiliki nilai
asset bagi pembangunan kesehatan. Dengan demikian diharapkan pendekatan manaJemen pengetahuan dapat menambah pemahaman publik (sosial learning) agar suatu saat pengobatan tradisional akan memperoleh dukungan banyak pihak. Jika ini terwujud pengobatan tradisional akan dapat memiliki kelembagaan yang lebih baik sebagaimana pengobatan modem. Pengembangan
pengobatan tradisional
yang
diinginkan
dalam
kerangka
manajemen pengetahuan disajikan dalam Tabel 11.3 berikut:
Tabel II. 3 Perbandingan Keadaan Pengobatan Tradisional Sekarang dan Yang Diinginkan Keadaan Sekarang
Keadaan Diinginkan
Pengetahuan pengobatan tradisional sebatas pada pemiliknya dan para pasien yang meyakini, pemanfaatan pengetahuan pengobatan tradisional terbatas, pengetahuan pengobatan tradisional kurang berkembang, kelembagaan hanya antara pengobat dan pasien saja
Publik memiliki pengetahuan pengobatan dimanfaatkan untuk tradisional dan menunjang pengobatan modem. terdapat dukungan dan membentuk kelembagaan pengobatan tradisional yang stabil karena komponen pembentuk lebih lengkap dari sekedar pengobat dan pasien
21
Menurut Brian Newman (1999:1) knowledge management atau manaJemen pengetahuan adalah suatu usaha untuk mencari dan memperbaiki kinerja individu dan organisasi dengan meningkatkan nilai asset pengetahuan pada saat ini agar lebih bernilai di masa datang. Sistem knowledge management meliputi baik manusia dan artifak automatic serta artifak-artifak yang berkenaan. Manajemen pengetahuan sebenamya tidak mengelola pengetahuan tetapi hanya memperhatikan perilakunya saja. Melalui pengamatan proses kegiatan, kejadiankejadian atau perilaku ini akan dapat memahami proses kegiatan dan aliran pengetahuannya Aliran pengetahuan terdiri dari seperangkat proses, kejadian dan kegiatan yang didalamnya data, informasi dan pengetahuan serta metapengetahuan di transformasikan dari satu tabap ke tahap lainnya. Dalam model pengorganisasian aliran pengetahuan dikenal empat kegiatan utama yaitu penciptaan pengetahuan (knowledge creation), retensi (knowledge retention), transfer (knowledge transfer) dan pemanfaatan (knowledge utilization). Hubungan keempat kegiatan tersebut tergambar dalam model Gambar 1.1.
Creation Utilization
Transfer
\
Retention
Gambar 11.1 Model Manajemen Pengetahuan oleh Brian Newman
22
Berkenaan dengan model diatas terdapat beberapa pengertian sebagai berikut: (1) Knowledge creation/penciptaan pengetahuan adalah terdiri dari kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan masulmya pengetahuan baru ke dalam sistem, dan termasuk perkembangan pengetahuan, penemuan atau mendapatkannya. (2) Knowledge retention/retensi pengetahuan ini termasuk kegiatan-kegiatan yang menjaga (preserve) pengetahuan dan membiarkannya tetap berada pada sistem setelah diperkenalkan. Kegiatan ini juga termasuk kegiatankegiatan untuk memelihara kelangsungan pengetahuan dalam sistem. (3) Knowledge transforltransfer pengetahuan ini merujuk pada kegiatankegiatan yang berhubungan dengan alur pengetahuan dari satu pihak ke pihak lain. Ini termasuk komunikasi, translasi, konversi, penyaringan dan pengiriman. (4) Knowledge utilization/pemanfaatan pengetahuan ini tennasuk kegiatankegiatan
dan
kejadian-kejadian
berhubungan
dengan
penerapan
pengetahuan untuk proses bisnis. Untuk memahami manajemen pengetahuan ini perlu juga diketahui sejumlah pengertian tentang artifak pengetahuan yaitu sebagai berikut: (1) Knowledge artifacts atau artifak pengetahuan dapat berupa berbagai bentuk, termasuk dokumen, file, papers, conversation, gambar, pemikiran, software, databases, email message, seperangkat data dan lain-lain. Artifak pengetahuan berbeda dalam tingkat artikulasinya misalnya untuk pengetahuan yang sederhana dapat berupa pengetahuan eksplisit, implisit atau tacit. Kebanyakan artifak pengetahuan tidak sederhana tetapi komplek dan berisi sejumlah kombinasi dari unsur eksplisit, implisit dan tacit. Dalam manajemen pengetahuan dikenal tiga macam artifak pengetahuan yaitu pengetahuan ekplisit, pengetahuan implisit dan pengetahuan tacit.
23
(2) Elcsp/icit lcnowledge artifacts adalah artifak pengetahuan yang telah diartikulasikan dalam cara demikian rupa sehingga dapat langsung dan secara lengkap ditransferkan dari satu orang ke orang lainnya Ini secara normal berarti mereka dapat dikodifikasi agar dapat disentuh, dilihat, didengar dan dirasakan serta dimanipulasi. Contoh elcsplicit knowledge
artifacts
misalnya
buku-b~
laporan, berita, kaset dan bentuk fisik
lainnya. (3) Implicit knowledge artifacts adalah artifak pengetahuan yang maknanya tidak secara eksplisit dapat ditangkap tetapi dapat di simpulkan ( infe"ed). Pengetahuan implisit ini memiliki proses kodifikasi yang tidak lengkap. Artifact yang eksplisit isinya dapat diinterpretasikan secara keseluruhan. (4) Tacit knowledge artifacts adalah yang paling tersembunyi dan sangat bermanfaat selain tiga hal dijelaskan diatas. Tacit knowledge adalah pengetahuan yang ada di benak atau pikiran pemilik pengetahuan tetapi tidak atau belum dapat dinyatakan dalam bahasa pikiran masyarakat disekitamya sehingga ia tidak mudah dipahami oleh orang lain.
Knowledge artifact tidak dapat melakukan keputusan. Knowledge artifact ini adalah sesuatu yang pasif, menggunakannya.
ia sangat tergantung pada agen yang akan
Tindakan dan keputusan dilalukan oleh para agent. Agent
melaksanakan seluruh tindakan dan menunjukkan perilaku-perilaku bersama dengan aliran pengetahuan. Para agen terdiri dari agen individu atau individual
agents, ~
agen otomasi atau automated agents dan agen organisasi atau
organizational agents. ( 1) Individual agents atau agen individu adalah agen yang menduduki pusat dari keseluruhan aliran pengetahuan. Agen ini dapat bekerja dengan
pengetahuan dalam tingkat yang abstrak sekalipun. Agen ini satu-satunya agen yang dapat melakukan pengembangan pengetahuan, me-retensi-kan pengetahuan,
mentransfer
dan
menggunakan
membutuhkan intervensi dari agen jenis lainnya.
pengetahuan
tanpa
24
(2) Automated agents atau agen otomasi adalah agen yang dikonstruksi manusia sehingga agen ini mampu mempertahankan pengetahuan, mentransfer atau mentransformasi pengetahuan dalam bentuk lainnya. Agen otomasi ini dapat berupa komputer yang memiliki memori untuk menyimpan informasi pengetahuan. Kamera manual yang dapat merekam gambar-gambar juga digolongkan pada agen otomasijuga. (3) Organizational agents atau agen organisasi adalah agen yang ada dalam situasi pada saat retensi pengetahuan dan transfer tidak dapat sepenuhnya melekat pada individu atau agen otomasi. Dalam hal ini organisasi berperan dalam melakukan retensi dan penyebaran pengetahuan.
D. 4 Manejemen Pengetahuan dan Pengobatan Tradisional Model manajemen pengetahuan yang ditampilkan diatas adalah model yang generik. Model tersebut sifatnya sangat umum jadi berlaku dimana saja. Namun demikian tentu terdapat kekhasan model ditempat yang berbeda. Pada model manajemen pengetahuan di domain pengetahuan pengobatan tradisional ini dapat dikembangkan dengan menambahkan unsur keterujian dan kepercayaan yang menyebabkan adanya akumulasi energi yang semakin besar untuk mendorong kemajuan penggunaan pengobatan tradisional. Posisi keterujian dan kapercayaan dalam causal loop model manajemen pengetahuan pengobatan
tradisional disajikan dalam Gambar 11.2.
25
Kreasi
Kepercayaan
Retensi
Transfer
Keterujian
Pemanfaatan
Gambar ll.2 Causal Loop Model Manajemen Pengetahuan Untuk Pengembangan Pengobatan Tradisional
Berdasarkan gambar diatas aliran pengetahuan pengobatan tradisional dapat dijelaskan sebagai berikut: ( 1) Kreasi pengetahuan pengobatan tradisional meliputi berbagai upaya untuk menemukan solusi pengobatan diluar cara kedokteran atau pengobatan modem. Kreasi diperoleh setelah melakukan pengamatan fenomena dan proses menemukan
berbagai kaidah yang mungkin dapat digunakan
untuk pengobatan. Jika diperlukan dilakukan percobaan hingga mencapai keberhasilan. Kreasi dapat muncul secara perorangan maupun hasil tim. Kreasi ini dipengaruhi didorong oleh kepercayaan. Kepercayaan ini memberikan ekspektasi pada masyarakat dan pemerintah sehingga mendorong para kreator dan inovator untuk membuat terobosan baru dalam pengobatan tradisional. (2) Retensi pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan berbagai macam pengobatan yang dilakukan di masyarakat, baik berlaku secara luaslbanyak orang maupun dipraktikkan sendiri saja. Retensi pengetahuan terdiri dari pengetahuan yang tertulis maupun tidak. Banyaknya retensi pengetahuan dipengaruhi oleh kreasi dan inovasi para pengobat dan
26
pengalaman praktik. Retensi pengetahuan ini akan bertahan lama jika ia secara eksplisit tertulis, memiliki gambar-gambar dan alat-alat bantu dalam pengobatan. Semakin jelas atau mudah dipelajari maka semakin besar retensinya Sebaliknya jika pengetahuan tidak tertulis, ia tidak akan bertahan lama karena akan mudah hilang seiring kematian pemiliknya (pengobat).
Demikian juga semakin banyak praktik pengobatan
tradisional dilakukan akan semakin banyak pengalaman dan akan menjadi retensi pengetahuan pengobatan tradisional pada pengetahuan publik. (3) Transfer pengetahuan pengobatan tradisional adalah berbagai kegiatan yang
bertujuan
untuk
memindahkan
kemampuan
pengobatan
(pengetahuan dan ketrampilan) dari satu pengobat ahli kepada calon pengobat
baru atau pengobat lainnya melalui kegiatan pendidikan
(formal maupun non formal). Semakin banyak pengetahuan ketrampilan pengobatan diharapkan proses transfer ini juga semakin banyak. Kondisi yang lain juga dapat berlaku yaitu proses transfer terhambat. Pengobat yang memperoleh pengetahuan
secara turun-termurun atau mewarisi
bakat pengobatan dari orang tua tentu sulit bagi orang lain untuk memperoleh pengetahuan ini. Pada pengobatan keraton di Jawa yang
proses transfer membutuhkan ikatan sosial lebih antara guru dengan murid juga menjadi hambatan transfer pengetahuan karena murid dipilih guru karena dinilai memiliki kelebihan dari pada orang biasa. Pemilik
pengetahuan yang membatasi akses penggunaan artifak pada jaringan kerja bisnisnya dengan alasan menghindari persaingan yang merugikan dirinya sendiri dan jaringannya juga dapat menghambat transfer pengetahuan. Pengetahuan pengobatan yang dinilai tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut mayoritas masyarakat juga akan terhambat perkembangan pengetahuannya. (4) Pemanfaatan pengetahuan pengobatan berarti penggunaan pengobatan tradisional secara nyata sebagai solusi persoalan kesehatan, baik formal maupun non formal. Praktik formal berarti dalam lembaga tertentu yang berbadan hukum dan memiliki surat praktik sehingga penggunaannya
27
memungkinkan dilakukan secara luas oleh masyarakat. Praktik tidak formal berarti praktik memang ada dimasyarakat tetapi hanya digunakan untuk keluarga atau kalangan terbatas karena tidak berbadan hukum dan dilakukan pribadi tertentu tanpa kerjasama dengan orang lain dalam organisasi pengobatannya. (5) Keterujian pengetahuan pengobatan tradisional adalah kemampuan sebuah metode dalam memberi solusi persoalan kesehatan pasien. Sebuah metode pengobatan teruji jika semakin banyak pasien yang disembuhkan
dari pada yang tidak. Semakin besar pemanfaatan semakin besar pula keterujian sebuah metode pengobatan. Jika metode pengobatan belum melalui masa pemanfaatan yang besar maka keterujiannya juga rendah. (6) Kepercayaan masyarakat untuk menggunakan sebuah metode pengobatan diantaranya
dipengaruhi
oleh
kepercayaan
pada
pengobat
yang
diharapkan mampu membantu memberi solusi persoalan kesehatan. Semakin besar keterujian sebuah praktik pengobatan maka semakin besar pula kepercayaan masyarakat. (7) Pengembangan dipengaruhi
adalah kreasi tahap lanjutan. Pengembangan ini
oleh
kepercayaan
masyarakat
pada
sebuah
metode
pengobatan. Jika sebuah metode pengobatan teruji maka masyarakat dan pemerintah percaya dan akan mengembangkan secara berkelanjutan sampai memperoleh pengobatan yang diinginkan terwujud.
Model tersebut mengandung positif feed back yang berarti adanya akumulasi dorongan
pengunaan
pengobatan
tradisional jika terdapat
kepercayaan.
Kepercayaan ini berasal dari praktik pengobatan yang meluas dan teruji mampu memberikan solusi kesehatan. Dengan demikian semakin banyak digunakan atau dipraktikkan akan semakin mengundang lebih banyak massa lainnya agar bersama-sama memanfaatkan pengobatan tradisional.
28
Demikian juga sebaliknya jika penggunaannya terhambat maka keterujian tidak
akan terjadi dan kepercayaan tidak pernah diperoleh. Akibatnya pengobatan tradisional tidak dikenal oleh masyarakat luas.
Jika perkembangan yang ditentukan oleh tingkat penggunaannya maka hal-hal yang memungkinkan penggunaan ini harus diperhatikan. Penggunaan atau pemanfaatan pengobatan tradisional tergantung pada sejauh mana banyak orang yang memahami pengobatan tradisional tersebut. Dengan demikian semakin banyak yang faham akan semakin banyak yang menggunakan.
Agar banyak orang yang faham dan akan memanfaatkan pengobatan tradisional tentu harus ada usaha transfer pengetahuan. Dengan demikian banyaknya lembaga formal maupun non formal yang melakukan tranfer ini akan semakin mendorong pemanfaatan pengobatan tradisional.
Banyaknya lembaga yang melakukan transfer knowledge dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Diantaranya adalah artifak pengetahuan tersebut. Jika sebuah
metode pengobatan mengandung banyak pengetahuan eksplisit tentu akan mudah melakukan transfer pengetahuan. Jika pengobatan tradisional masih didominasi
tacit knowledge maka transfer pengetahuan akan sulit dilakukan.
Demikian juga dengan agen yang berperanan. Semakin banyak agen yang telah terlibat dalam suatu sistem teknologinya maka ia akan semakin mudah mengembangkan pemanfaatan pengobatan tradisional. Kondisi-kondisi "inilah yang memungkinkan kelangsungan pemanfaatan pengobatan tradisional secara berkelanjutan.
Bab Ill Pengobatan Tradisional di Indonesia Ill.l Tinjauan Ringkas Sejarah Menurut, B.R.A. Mooryati Soedibyo (1998: 6), pengobatan secara tradisional Indonesia beraneka ragam bentuknya sesuai dengan keragaman budayanya.
Pengobatan tradisional sistem personalistik menganggap bahwa sakit disebabkan adanya intervensi aktif dari agen. Agen tersebut dapat berupa manusia (tukang sihir, tukang tenung) atau berupa supranatural (dewa, gangguan roh jahat, roh leluhur dan lain-lain). Penyakit adalah sesuatu yang tidak wajar sebagai ak:ibat masuknya kekuatan yang berasal dari luar dan pada umumnya dikendalikan oleh sarana magts.
Orang yang sakit dianggap telah melakukan hal yang tidak benar, dan sakit tersebut merupakan akibat dari tindakannya yang tidak benar, seperti: (1) melupakan leluhur yang sudah meninggal (2) mendirikan rumah tanpa memperhatikan perhitungan hari, persyaratan dan pantangan (3) tidak melakukan upacara ruwatan terhadap sesuatu yang seharusnya diruwat, penyakit tersebut dapat diobati dengan jalan melakukan upacara sesuai dengan akibat dari penyakitnya.
Pengobatan tradisional sistem naturalistik menyatakan bahwa orang menjadi sehat karena adanya unsur yang tetap dalam tubuh, seperti cairan tubuh (humor atau
dosha), berada dalam keseimbangan. Jika keseimbangan tersebut terganggu, orang menjadi sakit.
Pengobatan tradisional Indonesia menyebutkan bahwa manusia sehat jika dalam
tubuhnya terdapat keseimbangan panas dan dingin. Kelebihan sifat panas atau kelebihan sifat dingin mengakibatkan tubuh menjadi tidak normal. Dalam keadaan
29
30
tersebut manusia ada yang masih tahan, tetapi ada yang tidak tahan menderita perubahan keseimbangan tersebut. Bila tubuh tidak tahan, tubuh akan melemah
dan dinyatakan sakit. Untuk mengobati penyakit yang disebabkan kelebihan panas hams dicarikan obat yang
sesuai
dan bersifat dingin
sehingga dapat
mengembalikan tubuh ke dalam keadaan normal. Demikian juga sebaliknya, penyakit yang diakibatkan karena kelebihan unsur dingin harus dicarikan obat yang dapat memberikan sifat panas.
Sistem naturalistik masih ada di beberapa daerah di Indonesia. Pengobatan tradisional Aceh dan Sulawesi terpengaruh oleh pengobatan Unani yang dikembangkan oleh pemuka agama Islam. Di Bali yang sebagian besar beragama Hindu, pengobatan tradisionalnya terpengaruh oleh pengobatan Ayurveda.
Pengobatan tersebut melebur dengan pengobatan asli Indonesia sehingga menjadi bentuk pengobatan baru. Hal ini dapat ditelusuri dari tulisan-tulisan pada daun lontar (asal kata dari ron berarti daun dan tal yakni tumbuh-tumbuhan familia
palmae ). Beberapa judul lontar sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, antara lain, Usada Wong Agering, Usada Tiwang, Usada /Ia, Usada Buduh,
Usada Pangreksa Jiwa dan Usada Tumbal.
Pada zaman dahulu keraton menjadi pusat pemerintahan, oleh karena itu keraton banyak menyimpan data sejarah dan budaya serta merupakan nara sumber ilmu pengetahuan dan budaya. Obat tradisional merupakan kombinasi antara budaya
dan ilmu pengetahuan. Pada saat itu dikumpulkan para cerdik pandai dan ahli di bidang masing-masing, termasuk bidang kesehatan untuk menelaah informasi, pengalaman dan ilmu pengetahuan tentang pengobatan yang kemudian dihimpun dan disebarkan kepada masyarakat.
Pengobatan tradisional keraton banyak diwarnai pengobatan dengan jamu dan pijat. Di keraton ada ungkapan ajining raga gumantung agunging driyo, artinya diri seseorang dinilai dari penampilannya. Penampilan banyak dipengaruhi oleh
31
kesehatan. Penampilan para pria agung dan putra-putri keraton dapat dibedakan
dari masyarakat biasa selain karena asesoris kebesaran, putra-putri keraton juga sangat memperhatlkan perawatan kesehatan dan kecantikan secara tradisional dengan menggunakan jamu, kosmetik tradisional serta laku-laku tertentu.
Banyak rahasia jamu keraton yang tldak dapat keluar dari tembok istana dan sebagian merupakan misteri bagi masyarakat luas karena hanya diberikan kepada yang mampu menerimanya. Ilmu tentang pengobatan tradisional diturunkan secara terbatas kepada generasi penerusnya. Setiap penerus yang dinilai mempunyai kemampuan untuk mempelajari dan mendalami ilmu pengobatan tradisional, serta mampu melaksanakan laku (tirakat) yang ketat dan cukup berat disertai puji doa
dan rapal. Ilmu pengobatan diberikan secara lisan, setahap demi setahap demi setahap dengan cara magang dan langsung membantu tugas guru.
Karena adanya sesuatu yang memiliki daya magis, untuk melestarikan dalam bentuk tulisan terdapat kendala, yaitu kesulitan untuk menerangkan dengan jelas
dan dikhawatirkan akan timbul kekeliruan dalam menelaah tulisan tersebut. Karena itu dalam kepustakaan umum sulit ditelusuri data tersebut. Meskipun demikian, tidak berarti informasi dalam bentuk tulisan tidak ada. Infonnasi tersebut masih ada tetapi terbatas pada yang bersifat umum dan mudah dipahami.
Buku-buku tersebut sebagian masih dapat ditemukan di kagungan ndalem kapustakan Sasono Pustoko atau Radyo Pustoko. Buku-buku tersebut sebagian ditulis ftdalam bahasa Jawa dan berwujud sekar (tembang). Disamping buku tentang pengobatan dan primbon, masih banyak buku-buku yang mempunyai nilai budaya dan nilai pendidikan budi pekerti yang luhur yang tersebar dan disimpan oleh kerabat keraton. Buku tersebut berisi tentang perhitungan wuku yang dihubungkan dengan kehidupan manusia (primbon). Buku yang mempelajari cara hidup yang dianjurkan dan yang dilarang atau harus dijahui adalah Centini, Wulang Reh, Wulang Puteri dan lain-lain.
32
Jamu tidak hanya bermanfaat untuk pengobatan (kuratit), tetapi
ada juga
bennanfaat untuk meningkatkan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventit), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Selain itu, jamu juga dipersiapkan untuk menyongsong tahap-tahap dalam kehidupan yang dianggap penting bagi pria maupun wanita, diantaranya haid pertama, menjelang hari pertama perkawinan, sehabis melahirkan sampai 40 (empat puluh) hari dan masa menghadapi menopause.
Sebelum membanjimya obat-obatan modem (obat kimia) perawatan kesehatan
dan pengobatan penyakit semuanya bertumpu pada jamu. Karena itu ragam jamu sangat banyak dan mampu menanggulangi permasalahan kesehatan. Ramuan yang diperlukan untuk peristiwa kelahiran sampai manusia meninggal tersedia.
Pengobatan tradisional Indonesia telah lama dimanfatkan oleh bangsa Indonesia.
Hal ini dibuktikan dengan adanya pahatan di beberapa candi, antara lain Candi Borobudur. Di candi tersebut ada lukisan beberapa tanaman obat, cara mengolah
dan cara memanfaatkannya Lambang Kalpataru yang terdapat dalam pahatan di Candi Borobudur merupakan lambang alam sumber kesehatan. Disamping itu, hal tersebut juga terbukti dengan banyaknya peninggalan alat untuk membuat obat tradisional dari zaman batu dan :zaman tembaga yang sampai kini masih disimpan di musium.
Sejak semula ilmu pengobatan tradisional di Indonesia tidak ada (sedikit) yang membukukan. Ini merupakan kelemahan pengobatan tradisional Indonesia. Ilmu pengobatan diturunkan secara lisan dari orang tua ke anak. Pada jaman kolonial 1627 mulai ada orang-orang yang mencatat pengobatan tradisional antara lain Jacobus Bontius dengan basil karyanya "Historia Naturalist et Medica lndiae" yang memuat 60 buah lukisan tumbuh-tumbuhan obat Indonesia, pemberian dan penggunaannya. Penulisan juga dilakukan oleh Georgius Everhardus Rhumphius (1628 - 1702) yang menetap di Maluku setelah mengadakan penyelidikan
33
terhadap flora dan fauna kepulauan ini. Hasil karyanya adalah "Amboinisch Kruidboe!t• dan "Herbarium Amboinense".
Penelitian secara alamiah baru dilakukan pada akhir abad ke-19 oleh Gresshoff, Vordermann, Boorsman dan lain-lain. Mereka menghasilkan buku-buku antara lain "Onderzoek Naar De Planten Stoffen Van Ned - Jndie:" 1890, "Javaanse Geneesmiddelen" 1894, "Aanteekening Over Oostersche Geneesmiddel/eer op Java" 1913 (Jamu dalam Jawapalace.org).
Dengan demikian usaha inventarisasi obat-obat asli dan penyelidikan harus diteruskan karena merupakan titik tolak yang penting dalam penggalian swnberswnber alam untuk keperluan farmasi. III.2 Tinjauan Keberadaan Pengobatan Tradisional III.2.1 Jenis-jenis Pengobatan Tradisional Terdapat bermacam-macam pengobatan tradisional yang ada di Jawa Barat di antaranya adalah akupunktur,
akupresur, refleksi, patah tulang, chiropraktor,
pijat tunanetra, tabib, ramuan, jamu gendong, pengobatan tradisional sunat, shinse, dukun bayi terlatih, dukun bayi tak terlatih, urut pijat, pengobatan tradisional dengan pendekatan agama, gurah, tenaga dalam, kebatinan, gurah, paranormal, dan tabib. Jwnlah praktik pengobatan tradisional yang ada di Jawa Barat terdata sebanyak 33.982, yang tersebar di 25 Kabupaten dan Kota di Jawa Barat (kecuali Kabupaten Indramayu tidak ada datanya). Dari Jwnlah tersebutjumlah terbesar adalah dukun bayi tidak terlatih sebanyak 12.718 dukun atau 37, 43%. Dukun bayi terlatih temyata hanya seperlimanya atau sebanyak 2.522 dukun bayi (7,42%).
Jumlah pengobat tradisional yang besar didapati pada praktik tabib sebanyak 4.099 orang atau 12, 06%. Jumlah pengobatan terbesar berikutnya adalah jamu
34
gendong yaitu sebesar 3,718 (10,94%). Sedangkanjumlah terkecil adalah praktik meditasi dan chiropraktik, masing masing sebanyak 2 dan 4 pengobat.
Wilayah distribusi pengobat tradisional terbesar adalah di Kabupaten Bogor sebanyak 7.920 (23,31%). Selanjutnya disusul oleh Kabupaten Sukabumi sebanyak 3.571 (10.51%) dan Tasikmalaya sebanyak 3.049 (8.97%).
Data selengkapnya disajikan dalam Tabel 111.1
Tabel ill.1 Jumlah Pengobat Tradisional Di Propinsi Jawa Barat Tahun 2003 [NO.
: 1=-on/Kda != :.., 11
---
[:.~ ~
"''
491
~...._.
.....
=
l=:" l= :: ~ ::. r;:.. I= '*'- "' .donam ""' .... .. ~
~
34
29<
..
_:M
41 10!
10
=
~
=
I~ ~ .;., [-.
ITobib
-
[~!'" 1 - ~ 2;
'·""'
"
14
-.c.....
-=
I= F-: ~
118
·1.
l
....
13 12< 1C
.. I---
14;
JuoOI
5U 96 1.51 1.21
711 37.43
~.52:
r.o;
1,93
1,711
l13
21)6
39
1.4<
1.01
1,10
31:
17 0.9
21
0.92 1 o.oe O.G1
rr-
[---,
,.,
~
0.01 0 .43 12.0
27C 33,91; 101 0.7S
10
Sumber: Profit SP3T Propmst Jawa Barat, 2004
lll.2.2 Penggunaan Pengobatan Tradisional Menurut Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan, sekitar 32% masyarakat Indonesia menggunakan pengobatan tradisional ketika sakit. Jumlah tenaga pengobatan tradisional di Indonesia sangat banyak, terdapat sekitar 285.000 orang pengobat yang meliputi lebih dari 30 keahlian.
Laporan Penelitian Tahun 2002, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial , berdasarkan
analisis data
sekunder hasil SUSENAS 2001, tentang tentang pola pengobatan sendiri menggunakan obat, obat tradisional, dan cara tradisional, serta pengobatan rawat
35
jalan memanfaatkan pengobat tradisional oleh masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut: ( 1)
Persentase penduduk Indonesia yang melakukan pengobatan sendiri menggunakan obat tradisional dan cara tradisional lebih tinggi pada kelompok usia lanjut, pendidikan tidak tamat SD, bekerja, pengeluaran sebulan per orang sampai dengan Rp 300.000, jenis keluhan lumpuh, campak, kejang, kecelakaan dan liver, lama sakit lebih dari 3 hari, persepsi sakit ringan, dan biaya pengobatan lebih dari Rp 10.000. Obat tradisionallebih banyak digunakan di desa Propinsi Nusa Tenggara Barat dan cara tradisional banyak digunakan di desa Kalimantan Barat.
(2)
Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan pengobatan sendiri menggunakan obat tradisional adalah kelompok umur tinggi, pendidikan rendah, bekerja, tinggal di desa, sakit dalam waktu lama, dan biaya lebih dari Rp 10.000.
(3) Persentase penduduk Indonesia yang memanfaatkan pengobat tradisional cenderung menurun, lebih tinggi pada kelompok usia balita dan usia lanjut, pendidikan rendah, tidak bekerja, pengeluaran sebulan per orang sampai dengan Rp 300.000, dengan jenis keluhan kecelakaan, campak, lumpuh, dan kejang, lama sakit 10 hari atau lebih, persepsi sakit tidak ringan, biaya pengobatan lebih dari Rp 10.000, tinggal di desa, di Propinsi Sumatera Barat. Besarnya
penggunaan
pengobatan
tradisional
tidak
identik
dengan
keterbelakangan sebuah negara. Badan Kesehatan Dunia, WHO mencatat pengobatan tradisional berkembang pesat di negara maju. Penggunaan pengobatan herbal di Cina mencapai 30 s.d. 50% dari seluruh konsumsi obat-obatan. Di Eropa dan Amerika Utara dan negara industri lainnya, 50% penduduknya telah menggunakan pengobatan komplementer atau alternatif setidaknya sekali. Di
Kanada 70% penduduknya menggunakan pengobatan komplementer sedikitnya sekali. Sedangkan di Jerman 90% penduduknya telah menggunakan pengobatan
36
alarni (natural) sedikitnya sekali. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun 2000 jumlah dokter di Jerman yang mendapat pelatihan khusus pengobatan natural telah mencapai 10.800 orang. Di San Fransisco, London dan Afrika Selatan, 75% penderita HIVI AIDS menggunakan pengobatan tradisional atau komplementer.
Di USA jumlah belanja pengobatan komplementer mencapai 158 juta dollar US, sedangkan untuk pengobatan tradisional 17 juta dollar US. Di lnggris pengeluaran untuk pengobatan altematif setiap tahunnya telah mencapai 230 juta dollar US. Sedangkan pasar pengobatan herbal dunia mencapai lebih dari 60 milyar dollar US setiap tahun dan terus meningkat (World Health Organization, WHO Media Centre).
lll.2.3 Posisi Pengobatan Tradisional dalam Pembangunan Nasional Pengembangan pengobatan tradisional sangat sesuai dengan Visi Pembangunan Kesehatan di Indonesia. Gambaran keadaan masyarakat Indonesia di masa depan atau visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai Visi Indonesia Sehat 2010 (Visi Indonesia Sehat dalam depkes.go.id). Cita-cita yang hendak diwujudkan hingga tahun 2010 untuk pembangunan kesehatan Indonesia adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai: ( 1) Penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hid up sehat, (2) Memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata (3) Memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia
Dalam Visi Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
37
Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Selanjutnya kemampuan masyarakat yang diharapkan pada masa depan adalah yang mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu tanpa adanya hambatan, baik yang bersifat ekonomi, maupun non ekonomi. Pelayanan kesehatan bermutu dimaksud adalah pelayanan kesehatan yang memuaskan pemakai jasa pelayanan serta diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika pelayanan profesi. Diharapkan dengan terwujudnya lingkungan dan perilaku sehat serta
meningkatnya
kemampuan
masyarakat
tersebut,
derajat
kesehatan
perorangan, keluarga dan masyarakat dapat ditingkatkan secara optimal.
Dalam Bab 28, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Peraturan Presiden RI No.7 Tahun 2005, dinyatakan sejumlah kendala untuk mewujudkan cita-cita pembangunan kesehatan yaitu sebagai berikut: (I) Disparitas status kesehatan sehingga pemilik ekonomi berada pada status kesehatan jauh lebih baik dibandingkan ekonomi rendah; (2) Behan ganda penyakit yaitu berupa sebagian besar infeksi penyakit menular,jantung, diabetes militus, kanker; (3) Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah sehingga menyebabkan tingginya angka kematian bayi; (4) Perilatru masyarakat diantaranya tidak hidup bersih dan sehat; (5) Kondisi kesehatan lingkungan yang rendah dengan indikasi air bersih dan sanitasi dasar sulit terakses; (6) Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan rendah; (7) Tenaga kesehatan terbatas dan tidak merata; (8) Rendahnya status kesehatan penduduk miskin;
38
Berkenaan dengan persoalan tersebut pengobatan tradisional yang dilakukan oleh masyarakat dapat memberi peran solusi untuk persoalan nomor 1, 2, 6, 7 dan 8. Pada dasamya dengan berkembangnya pengobatan tradisional diharapkan dapat mengatasi penyakit kronis dan degeneratif yang menyebabkan beban ganda penyakit terutama bagi masyarakat miskin dan masyarakat yang jauh dari pusat pelayanan kesehatan. Behan ganda tersebut dapat berupa kerugian psikis rasa sakit, kehilangan produktivitas keija maupun biaya terapi yang mahal dan terus menerus.
Pengobatan tradisional dapat menjadi solusi masyarakat miskin diantaranya adalah karena biaya pengobatan tradisional rendah. Biaya yang rendah dicapai karena pengobatan tradisional tidak menggunakan peralatan diagnostik modem yang mahal. Pada pengobatan modem biasanya digunakan peralatan laboratorium untuk menentukan status pasien dan pasien membayar jasa pemeriksaan serta mengganti biaya investasi peralatan. Bila dibutuhkan, pasien harus menjalani beberapa pemeriksaan misalnya darah, kencing dan rontgen,
maka jumlah yang harus
dibayar besar. Tabel III.2 Diagnosis Penyakit Dalam Perubatan Jawi NO PERSOALAN 1jAiergi
TANGAN Perut telapak ~
tarn>ak kebiruan 2Batu~
IRIS Ianda pede pukul 9-10 pada mala kanan den 2-3 mala kiri
5 Goul
Tanpe Ianda khusua, lelapi dihubunakan denaa~ alnW bengkak telapak Iangan, narroak adanva bintik-blntik Tepl bulan •bil pad8 ibu liar! tldak lerlihat JarJ.jarl bengkok ke depen
Tncla clikaMean kakl
6 Koletlerol
Ujung ruas jllrl marah
Koleatrol ring
7 Endomelrlo8is
Tak t811ihat Ianda khusus
Tak lelfihat Ianda khu.,.
8 Kanlalr Payudara
Tak terfihat Ianda khuala
3BIItuGinjal .. Kenwldu"""
IIIMormia 10 Oarah Tlnggl
Pukul 5.30 kanan Pukui6.30idrl Pukul11-13
Hitamdi'-P. lteoika•r Hilllm di tepl, lteol ka•r
Mer8h•.,... Putih Iebei dl tengeh Merah eli uilna Pulih tebal dl tengah Merah dl uilna Udah putih
C2
P.JAWI eo.cinlum
Tengah
T-4, T5
Malac
Tengah
T10
Malac
Telun)lk & L.l, coc:yc Setaubur Tenaah Telun)lk C7, T12 Ardlale Telun)lk
C7, T12
OmegaTlga
L.3
Mikrelln
Tak terllhet Ianda khusua
Udah putih penlangan Telun)lk
l5
FlsalnB
Tak terlihat Ianda khuaua
Pupil"""""'-'
D8rit hijam Pulih
C1
Menglrudu
Telapak Iangan merah, uilna ilrl memarah
ada Ianda pede zone 6
VItek
Selapul putJh depan marah
Tefun)lk
C1
Tengllh
C1 , T, L
Radbc
Tldak)etaa
Telun)lk
C1
M-G....
Pupa agak tlnggl atau benlol Udah pucat
Jelaalau T8 laklalae Kllllt pada L.3 3larl .
Planlleot
.
Kolesterol ring
Hllllm dl tengah
Pef1ahanl T1,T7
Ardlala
-
12 Migraln
Ianda khuaua pede pukul 11-13-eenella Ianda pada pukut 1 kanan zona3
14
Ujung jarl merah dan ada blntik-bintik Did! Kutll dlbawah tMu t&rl1)ak hllam Telapak Iangan " -
15 Mritia
-
1
Telun)lk
Merah~n
-
lainial
laktera• Suber: lntibah HPA Buku Ill C • Celvical; T • Torax;
SHE
NAill Telun)lk
Telun)lk
11
13 Kendng Mania
UDAH Selapul putll!, lendir
L • Lutrber;
Paranwia
39
Pengobatan tradisional memiliki kaidah pemeriksaan pasien untuk diagnosis tanpa menggunakan peralatan modem yang mahal. Diantara metode-metode tersebut tersebut disajikan dalam Tabel ID.2 di atas. Karena tidak membutuhkan biaya investasi peralatan tentu tidak memerlukan biaya besar, pasien bisa segera diketahui kelemahan tubuhnya dan diberikan terapinya.
lll.2.4 Pengobatan Tradisional dalam Kerangka Manajemen Pengetahuan Berkembang atau tidaknya sebuah praktik pengobatan tergantung pada manajemen pengetahuannya. Menurut Profesor Hembing (2000: 1), bangsa Indonesia perlu belajar dari keberbasilan negeri Cina yang merupakan bangsa paling berhasil di dunia dalam memanfaatkan dan mengembangkan obat dan pengobatan tradisional. Pemerintah dan Bangsa Cina telah berhasil mengangkat obat dan pengobatan tradisional Cina ke forum ilmiah. Pengobatan tradisional Cina memiliki lebih dari 10.000 referensi berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang tertata rapi dan sempuma yang kemudian terangkum dalam suatu disiplin ilmu yaitu ilmu kedokteran Cina (Chinese Medicine). Jadi pengobatan tradisional Cina berhasil karena memiliki manajemen pengetahuan yangbaik.
Di setiap Propinsi di Republik Rakyat Cina (RRC) tersedia paling sedikit satu Perguruan tinggi Kedokteran Timur yang sudah dilengkapi dengan lembaga penelitian pengobatan tradisional yang disubsidi pemerintah dan diuji di rumah
.
sakit tradisional. Perguruan tinggi ini menghasilkan sarjana S 1, S2 dan S3 sebagai sumber daya manusia yang handal di bidangnya.
Di Ang Mo Kio, Singapura telah terdapat rumah sakit tradisional. Di RRC dan Srilangka terdapat menteri negara yang membidangi obat dan pengobatan tradisional. Hal tersebut menunjukkan pemerintah memberi dukungan penuh terhadap pengobatan tradisional.
40
Di pusat kota Beijing terdapat Rumah Sakit Khusus Pijat terbesar di Tiongkok. Diantara 100 lebih dokter rumah sakit itu, 40 orang diantaranya adalah dokter tunanetra (penglihatannya cacat serius). Tidak sedikit pasien yang penyakitnya sulit disembuhkan, dengan perawatan pada Rumah Sakit Khusus Pijat ini sembuh. Berkat keterampilan pijatnya yang tinggi, banyak pasien yang pulih kesehatannya tanpa menjalani operasi. Karena itu para dokter pijat di Rumah Sakit Khusus Pijat Beijing memperoleh kepercayaan para pasien.
Menurut Direktur Rumah Sakit
Khusus Pijat Beijing, perkembangan rumah
sakitnya tak dapat dipisahkan dari jerih payah setiap dokter, khususnya dokter tunanetra. Saat ini Rumah Sakit Pijat Beijing setiap hari menerima sekitar 400 pasien (China Radio International dalam id.chinabroadcast.cn).
ID.3 Sentra Pengembangan dan Pererapan Pengobatan Tradisional (SPJT)
m.J.l Gambaran Singkat SPJT Propinsi Jawa Barat Undang-undang Kesehatan menyatakan bahwa pengobatan tradisional yang sudah dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya perlu terus ditingkatkan
dan dikembangkan untuk digunakan dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat (pasal47, Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan).
Untuk
mengembangkan
pengobatan
tradisional
yang
dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya demi mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat pemerintah membentuk Sentra Pengembangan
dan
Penerapan
Pengobatan
Tradisional
(SP3T).
Sentra
Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional didirikan berdasarkan Undang-undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992, amanat GBHN tahun 1993 dan Sistem Kesehatan Nasional. SP3T dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 0584/Menkes/SKIVI/1995.
41
SP3T didirikan dari kesadaran bahwa meskipun pengobatan modem te1ah sangat maju namun temyata tetap banyak penyakit yang be1um dapat diobati dalam arti benar-benar be1wn dapat diatasi atau tidak kunjung sembuh sekalipun sudah lama diobati. Dengan pertimbangan ini maka SP3T bekerjasama dengan Rumah Sakit
Hasan Sadikin (RSHS) yang selama ini dikenal dengan pengobatan Barat nya meningkatkan pelayananya dengan membuka pengobatan tradisional. Kedua pengobatan ini saling melengkapi dan kalau digabungkan dengan tepat akan diperoleh hasil yang lebih memuaskan dibandingkan dengan pengobatan sendirisendiri.
SP3T dibentuk sebagai wadah untuk ( 1) pengkajian, penelitian, penguJian pengobatan tradisional dan untuk (2) menyelenggarakan pendidikan, pelatihan serta (3) pelayanan pengobatan tradisional baik dalam hal metode, saranalobat, maupun
tenaga
sehingga
dapat
menjadi
pengobatan
alternatif maupun
berdampingan dengan pengobatan modem dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dengan demikian SP3T juga mengandung misi strategis
guna meningkatkan daya saing pengobatan Indonesia terhadap upaya sejenis dari luar negeri (Prayudha; 2004 ). Dengan demikian SP3T memiliki potensi besar untuk mengembangkan pengobatan tradisional karena melakukan kegiatan pengkajianlpenelitian dan pengujian, pendidikan dan pelatihan serta pelayanan jasa kesehatan pengobatan tradisional.
Ketiga fungsi SP3T tersebut mencakup obat, cara dan pengobat tradisional. Jika diketahui manfrutt dan keamanan pengobatan tradisional
maka dikembangkan
baik terintegrasi dalam jaringan pelayanan kesehatan formal maupun berkembang sendiri. Apabila membahayakan masyarakat dan tidak bermanfaat maka pengobatan tradisional tersebut dilarang digunakan dalam pelayanan kesehatan masyarakat (Sujatno; 2004: 4 ).
Pengobatan tradisional adalah salah satu upaya pengobatan dan atau perawatan cara lain diluar ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan. Upaya ini mencakup
42
cara (metode), obat dan pengobatnya. Pengobatan tradisional ini meng-c1cu kepada pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan turun-temurun baik asli maupun yang berasal dari luar Indonesia dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di Indonesia. Upaya pengobatan tradisional diselenggarakan secara komprehensif, mencakup upaya promotif (peningkatan kesehatan), upaya preventif (pencegahan penyakit), upaya kuratif (pengobatan) dan upaya rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pengobat tradisional adalah seorang yang diakui dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai orang yang mampu melakukan pengobatan secara tradisional. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (gelenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional Propinsi Jawa Barat didirikan berdasarkan SK Menteri Kesehatan Nomor 0584/Menkes/SKIVI/1995 pada tanggal 2 Juni 1995. SP3T dibentuk dengan mendayagunakan sarana dan tenaga yang ada, tidak membentuk institusi/struktur baru dan berkedudukan di tingkat propinsi. SP3T dapat melekat (attached) pada Badan Litbangkes, Fakultas Kedokteran, Rumah Sakit Pendidikan, Balai Pelatihan Tenaga Kesehatan Masyarakat ( BPTKM), Yayasan atau Institusi Swasta.
Visi SP3T adalah menjadi pusat pengembangan pengobatan tradisional konvensional dan inkonvensional. Misi SP3T yaitu: (1) mengembangkan pemberdayaan alam
dan pengobatan tradisional
Indonesia khususnya obat bahan alami, (2) meningkatkan tata cara pengobatan tradisional dengan pembinaan dan konsultasi untuk pemberian rekomendasi perizinan.
Tujuan umum SP3T adalah meningkatkan pendayagunaan pengobatan tradisional (cara, obat dan pengobatnya) yang aman dan bennanfaat dalam pelayanan
43
kesehatan baik secara tersendiri maupun terpadu daiam jaringan peiayanan kesehatan paripurna. Tujuan khusus SP3T adaiah: (1) terlaksananya pengkajian, penelitian, pengujian pengobatan tradisional, (2) terlaksnanya pendidikan pelatihan tentang pengobatan tradisional yang aman dan bennanfaat, (3) terlaksananya pelayanan pengobatan tradisional yang aman dan bennanfaat serta dan (4) tersusunnya kriterialpersyaratan setiap jenis pengobatan tradisional. SP3T memi1iki tugas pokok untuk ( 1) pengkajian, penelitian dan pengujian yang dilaksanakan secara bertabap me1iputi inventarisasi, registrasi, klasifikasi, uji mutu dan uji klinik berbagai jenis pengobatan tradisional (2) menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan pengobatan tradisional yang telah terbukti aman dan bennanfaat, dan (3) melakukan pelayanan kesehatan. Selain itu SP3T melakukan fungsi sebagai ( 1) percontohan, (2) uji klinik, (3) pembinaan dan konsultasi serta (4) memberikan pelayanan pengobatan tradisional Pengobatan tradisiobal yang dibuka pada SP3T Propinsi Jawa Barat adalah: ( 1) homeopati (2) akupuntur (3) fitofarmaka dan
(4) tenaga dalam. Program kerja SP3T untuk jangka panjang adalah mengembangkan seluruh jenis bentuk pengobatan tradisional yang berkembang di Indonesia baik yang berasal
44
dari dalam maupun luar negeri. Pengobatan tradisional yang telah dikaji, diklasifikasikan sebagai pengobatan tradisional berdasarkan ramuan, berdasar ketrampilan, berdasarkan supranatural (spiritual) dan pengobatan berdasarkan keagamaan.
Program kerja jangka pendek SP3T adalah melaksanakan pembinaan sesua1 dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1076/Menkes/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, yaitu dengan pola toleransi, pola integrasi dan pola tersendiri. Pola toleransi artinya pembinaan terhadap semua jenis pengobatan tradisional yang diakui keberadannya di masyarakat pembinaan diarahkan pada limitasi efek samping. Pola integrasi artinya pembinaan pengobatan tradisional yang secara rasional terbukti aman bermanfaat dan mempunyai kesesuaian dengan hakikat ilmu kedokteran, dapat merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan modem. Pola tersendiri artinya pembinaan terhadap pengobatan tradisional yang secara rasional terbukti aman, bermanfaat dan dapat dipertanggungjawabkan, tetapi memiliki kaidah tersendiri, dapat berkembang secara tersendiri.
Langkah-langkah pembinaan dilakukan untuk mendorong agar jenis pengobatan tradisional dapat bergerak ke jenjang lebih tinggi, yaitu dari tahap informatif ke tahap formatif, dan dari tahap formatif ke tahap normatif.
Tahap informatif yaitu tahapan untuk menjaring semua Jems pengobatan tradisional yang keberadaanya diakui oleh masyarakat, termasuk yang belum secara rasional terbukti bermanfaat.
Tahap informatif, meliputi inventarisasi,
wajib daftar dan menilai pengobatan tradisional sesuai standar keluaran.
Tahap formatif yaitu jenis pengobatan tradisional dapat dibuktikan secara rasional mekanisme pengobatannya. Pada tahap ini dapat dilakukan uji coba dalam jaringan pelayanan kesehatan. Tahap formatif meliputi seleksi atas dasar manfaat, dapat diberikan izin dan menilai standar pelayanan dengan keluaran serta proses.
45
Tahap normatif yaitu jenis pengobatan tradisional telah secara rasional terbukti bermanfaat, aman dan dapat dipertanggungjawabkan. Tahap normatif meliputi seleksi atas dasar bukti ilmiah, dapat diberikan izin dan menilai standar pelayanan dengan keluaran-proses-masukan.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya SP3T Propinsi Jawa Barat bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, Pemerintah Propinsi Jawa Barat, LSM pengobatan tradisional, HIPTRI, dan Rumah Sakit Hasan Sadikin. Dinas Kesehatan melibatkan SP3T dalam kegiatan program pengobatan tradisional dalam hal pembinaan, penyuluhan, penelitian dan pelatihan. Pemerintah Propinsi Jawa Barat membantu SP3T dalam penyusunan buku panduan, sosialisasi dan studi banding. SP3T melakukan rapat-rapat koordinasi dengan LSM-LSM terkait dengan pengobatan tradisional misalnya HIPTRI dan PAKSI. Sedangkan Rumah Sakit Hasan Sadikin, kepada SP3T memberikan fasilitas gedung dan kebutuhan operasional kantor berupa telepon, listrik, air ledeng, alat tulis kantor dan lain-lain.
Dinas Kesehatan
RSHS Elandu'lg
Gambar III. I Jaringan Kerjasama SP3T Propinsi Jawa Barat
Dana untuk kegiatan SP3T diperoleh dari APBN, APBD, pelayanan dan sumber lain yang tidak mengikat.
Dengan adanya SP3T yang didirikan pemerintah, masyarakat memiliki lebih banyak pilihan dalam mendapatkan jasa pengobatan. SP3T Propinsi Jawa Barat yang keberadaannya menyatu dengan Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung tentu
akan memberikan kemudahan bagi pasien yang sulit ditolong dengan cara medis
•
46
dapat segera mendapatkan pelayanan pengobatan tradisional. Kelebihan yang dimiliki SP3T Propinsi Jawa Barat ini adalah tenaga ahlinya berprofesi sebagai dokter dan apoteker. Jadi pasien medis yang beralih ke pengobatan tradisional
tidak perlu ragu karena ditangani oleh orang-orang terpercaya yang juga memiliki pengetahuan medis atau pengobatan modern.
lll.3.2 Permasalahan Umum SPJT di Indonesia Pengembangan dan pembinaan pengobatan tradisional dilaksanakan melalui tiga pilar yaitu regulasi, organisasi profesi dan Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T). Melalui pilar regulasi, saat ini Departemen Kesehatan sedang mempersiapkan
secara intensif Rancangan
Peraturan
Pemerintah tentang pengobatan tradisional, namun yang sudah ada adalah Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1076/MENKES/SKIVII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional.
Melalui pilar kedua, Departemen Kesehatan telah melakukan himbauan kepada pengobat tradisional yang sejenis untuk membentuk asosiasi-asosiasi. Melalui asosiasi ini diharapkan dapat membina dan meningkatkan pengetahuan para anggotanya dan Departemen Kesehatan bermitra dengan asosiasi.
Sedangkan pilar ke tiga adalah Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T).
Departemen
Kesehatan
melalui
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
0584/Menkes/SK/VI/1995 telah membentuk SP3T, yang bertugas antara lain melakukan metoda/cara dan saranalobat. Oleh karena itu SP3T menyandang misi strategis guna meningkatkan pengobatan tradisional, utamanya pengobatan tradisional asli Indonesia sehingga mampu bersaing dengan pengobatan yang berasal dari luar negeri. Karena keberadaan SP3T sangat penting dan strategis, maka perlu terus dipacu dan didayagunakan sehingga bisa menjadi tulang punggung dalam pembinaan dan pengembangan pengobatan tradisional.
47
SP3T mengalami banyak kendala dalam pelaksanaan sehingga tugas SP3T tidak sepenuhnya dapat dilakukan bahkan beberapa SP3T kegiatannya berhenti. Hal ini terjadi sejak Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah. Dengan adanya otonomi Departemen Kesehatan tidak dapat lagi membiayai seluruh kegiatan SP3T. Masalah lain yang ada antara lain tidak jelasnya status SP3T, tenaga yang mengelola paruh waktu bahkan sekretariat-nya pun tidak memiliki tenaga yang puma waktu. Pada awalnya dengan Keputusan Menteri Kesehatan tentang pembentukan SP3T ini Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan sebagai Ketua Tim Pengendali SP3T. Saat ini Kanwil Departemen Kesehatan telah melebur ke dalam Dinas Kesehatan Propinsi, tetapi keputusam pengganti masih belum terbit Oleh karena itu perlu adanya revitalisasi SP3T sehingga SP3T dapat kembali melakukan tugas dan fungsinya sebagaimana mestinya. Menurut mantan Menteri Kesehatan, Sujudi (dalam pelita.or.id), untuk melakukan revitalisasi SP3T, dalam jangka pendek direncanakan, SP3T harus memiliki beberapa tenaga yang full time. Dana operasional SP3T disamping diupayakan dari Departemen Kesehatan diharapkan juga ada dukungan dana dari pemerintah daerah. Sedangkan untuk jangka menengah, diberikan kesempatan kepada daerah untuk menjadikan SP3T sebagai unit teknis daerah. Dalam jangka panjang di Pemerintah Pusat akan dibentuk Lembaga Pengobatan Tradisional Nasional (LPTN) dan SP3T akan menjadi suatu Badan Pengobatan Tradisional Daerah (BPTD). Keinginan tersebut, baru merupakan pemikiran awal Departemen Kesebatan.
48
Ill.3.3 Permasalahan SPJT Propinsi Jawa Barat SP3T Propinsi Jawa Barat menghadapi sejumlah kendala yaitu sebagai berikut: (1) Status kedudukan SP3T Propinsi Jawa Barat di RSHS tidak jelas hila dikaitkan dengan struktur dan fungsi rumah sakit (2) Fasilitas gedung masih menggunakan gedung Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung (3) Sosialisasi tentang pengobatan tradisional kepada dokter-dokter dan tenaga kesehatan lainnya masih kurang (4) Biaya operasional rutin belurn ada (5) Sumber Daya Manusia (SDM) belum memadai baik pada manajemen SP3T maupun dalam pelayanan serta perlu pendidikan (6) Alat penunjang oprasional SP3T, misalnya laboratorium yang memadai, belum lengkap (7) Belurn ada pendidikan tinggi pengobatan tradisional
SP3T Propinsi Jawa Barat dapat berfungsi secara optimal jika ditunjang dengan
dana, sarana dan SDM yang memadai. Hal ini perlu dilakukan untuk dapat membina pengobatan tradisional agar berkembang sehingga terintegrasi dengan pelayanan kesehatan formal atau memiliki cara tersendiri. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa sampai saat ini pengobatan tradisional banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dan cukup potensial dalam menunjang pembangunan kesehatan. Kondisi ini ditunjang oleh adanya sumber daya alam Indonesia yang kaya akan bahan obat alami (Sujatno; 2004:24).
SP3T Propinsi Jawa Barat berharap agar diupayakan gedung di luar Rumah Sakit untuk kebutuhan manajerial, sedangkan untuk pelayanan tetap berada di rumah sakit. Meskipun demikian masih dirasa perlu untuk membanguan rumah sakit pengobatan altematif atau rumah sakit pengobatan komplementer. Selain itu diperlukan transfer pengetahuan tentang Program SP3T kepada yang akan menjadi penerus.
49
ll1.3.4 Kegiatan-kegiatan SPJT Propinsi Jawa Barat Kegiatan-kegiatan pada SP3T Propinsi Jawa Barat yang berkenaan dengan manajemen pengetahuan adalah meliputi: 1.
Berbagai kajian diantaranya pengkajian pola penyakit yang diobati dengan obat tradisional pada rawat jalan di Kabupaten Garut Propinsi Jawa Barat, pengkajian penyakit-penyakit yang diobati dengan memakai tanaman obat di Daerah Baduy - Banten Selatan, pengkajian jenis pengobatan tradisional di Kabupaten Garut Propinsi Jawa Barat, cara-cara penggunaan tumbuhan obat untuk pengobatan penyakit oleh masyarakat Baduy -Banten Selatan.
2.
Berbagai penelitian diantaranya penelitian efek anti maturasi spermatozoa beberapa tanaman obat terhadap mencit jantan, penelitian tentang metode patah tulang di Kota dan Kabupaten Bandung.
3.
Berbagai pengujian diantaranya uji efek anti hiperkolesterolemia kaplet Bawang Putih (allium sativum) pada tikus putih galur sprague dawley (dana dari industri farmasi), pengkajian efek tenaga dalam untuk pengobatan hipertensi, pengujian cabe rawit dalam kondisi mikrodosis sebagai obat anti obesitas.
4.
Pendokumentasian, diantaranya Pemotretan dan peninjauan tanaman obat dalam rangka penyusunan buku tanaman obat di Jawa Barat, lokasi di Balitro Bogor dan PT Esai di Cianjur dan pembuatan buku tanaman obat bekerjasama dengan Pemerintah Propinsi Jawa Barat yang berjudul "Tanaman Obat di Jawa Barat, Karakteristik dan Khasiatnya", Volume I, diare dan batuk pilek.
5.
Berbagai bentuk pendidikan dan pelatihan, diantaranya demonstrasi dari pengobat tradisional tentang cara pengobatan dangan menggunakan alat pemanas, pendidikan homeopati pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, pelatihan akupunktur dan homeopati bagi tenagatenaga kesehatan, pelatihan akupresur bagi petugas Puskesmas dan anggota Perkumpulan Tuna Netra Ahli Pijat Indonesia (Pertapi).
50
6.
Berbagai pelatihan untuk dokter diantaranya mengadakan pertemuan, pelatihan dokter-dokter Puskesmas dalam rangka sosialisasi pengobatan tradisional.
7.
Melakukan sosialisasi SP3T dengan pengobat tradisional Propinsi Jawa Barat, pembinaan, pengendalian serta pengawasan kepada setiap organisasi profesi pengobatan tradisional di Jawa Barat.
8.
Melakukan penyuluhan diantaranya penyuluhan cara pembuatan obat tradisional yang baik kepada para pembuat obat tradisional.
9.
Mengikuti Seminar tentang pengobatan tradisional diantaranya Seminar Tumbuhan Obat di Surabaya, Seminar Pokjanas Tanaman Obat Indonesia (TOI) di Bogor.
10.
Memberikan
pelayanan
pengobatan
tradisional
yaitu:
homeopati,
fitofarmaka, akupresur dan tenaga dalam.
Berpegang pada model manajemen pengetahuan sebelumnya maka, manajemen pengetahuan yang ada pada SP3T dapat diidentifikasi dengan mengetahui sejauh mana kegiatan kreasi, retensi, transfer dan pemanfaatan pengetahuan pengobatan tradisional. Upaya kreasi diantaranya nampak dalam pengujian berbagai macam pengobatan tradisional. Upaya pengkajian berbagai cara pengobatan tradisional
pada Suku Baduy adalah contoh upaya meretensikan pengetahuan pengobatan tradisional. Berbagai upaya pendidikan dan pelatihan, pembinaan dan sosialisasi pengobatan tradisional jelas merupakan bentuk kegiatan transfer pengetahuan. Sedangkan praktik pelayanan pengobatan tradisional adalah bentuk pemanfaatan pengetahuan pengobatan tradisional.
Keempat
kegiatan
manaJemen
pengetahuan
dibutuhkan untuk memupuk
pengetahuan pengobatan tradisional, sehingga pengetahuan ini akan memiliki nilai yang lebih dimasa datang. Dengan adanya retensi pengetahuan maka dapat dilakukan berbagai pengujian pemanfaatan dari berbagai pengobatan itu sehingga dapat dipilih yang terbaik atau melakukan kombinasi diantara pengobatan tradisional yang ada.
Bab IV Pengembangan Manajemen Pengetahuan Pengobatan Tradisional Melalui Peran SP3T
IV.l Studi Kasus Pengobatan Tradisional pada Pelayanan Pengobatan Tradisional SP3T Propinsi Jawa Barat Pada saat ini terdapat empat jenis pelayanan pengobatan tradisional pada SP3T Propinsi Jawa Barat yaitu akupunktur, fitofarmaka, homeopati dan tenaga dalam. Diskripsi pengobatan tersebut adalah sebagai berikut: IV.l.l Diskripsi tentang Akupunktur Akupunktur adalah cara penyembuhan Tiongkok kuno dengan cara menusukkan jarum ke titik-titik tertentu di tubuh pasien. Akupunktur secara harfiah berarti menusuk dengan jarum, berasal dari seorang dokter Belanda, William Ten Rhyne, yang tinggal di J epang pada akhir abad ke-17, dan dia pulalah yang memperkenalkan akupunktur ke daratan Eropa (Mangoenprasodjo; 2005:27).
Akupunktur dilakukan dengan memasukkan jarum ke kulit pasien. Jarum yang digunakan biasannya ialah jarum sangat hal us yang terbuat dari logam atau baja antikarat. Jarum ini memiliki banyak ukuran dari 15 milimeter sampai 100 milimeter dan ketebalanjarumjuga beragam.
Akupunkturis akan memilih jenis jarum yang digunakan berdasarkan keadaan kesehatan dan kondisi fisik pasien. Misalnya di bagian tubuh berdaging dan berotot, digunakaan jarum "yang lebih panjang dan lebih tebal. Untuk dada dan punggung digunakan jarum yang lebih pendek dan hal us.
Setelah memasukkan jarum pada akupoin di permukaan kulit, ia bisa menggerakkan jarum dengan berbagai cara untuk memasukkan berbagai derajat stimulasi pada akupoin. Pasien akan merasa sakit, kebas atau kembung di titik tempat jarum ditusukkan. Kondisi ini disebut "mendapatkan Qi". Apabila semua
51
52
perasaan itu tidak terasa, mungkin akupoinnya salah pilih dan karenanya gagal mengobati bagian yang terkena.
Teniapat lima cara dalam menusukkan jarum akupunktur. Metode angkat tusuk, yaitu apabila jarum telah ditusukkan, jarum diangkat dan ditancapkan ke permukaan kulit atau otot. Metode memutar dilakukan
apabila jarum sudah
menancap di permukaan kulit, ibu jari, telunjuk dan jari tengah akan memegang jarum dan memutarnya mundur. Metode menjentik, yaitu jari telunjuk dan jari tengah digunakan untuk menjentik jarum untuk menciptakan getaran, gunanya untuk menguatkan aliran Qi. Metode mengayun berarti begitu jarum ditusukkan dan dipaskan, jarum dibengkokkan dari sisi ke sisi sehingga membuat jarum memberi efek lebih besar. Metode memutar berkala dilakukan dengan rnernutar jarurn dengan kuat sebelurn ibu jari dan telunjuk diangkat. Prosedur ini kemudian diulangi (Fu Chunjiang~ 2005:90)
Dalam pengobatan Cina Qi (energi vital), darah dan cairan tubuh merupakan kornponen utarna yang mernbentuk dan memelihara tubuh manusia. Mereka merupakan tempat bergantungnya fungsi normal semua organ tubuh manusia. ''Mekanisme Qi merujuk pada peningkatan, pengurangan dan gerakan Qi, yakni aksi fisiologis dari Qi. Mekanisme Qi yang seimbang mempertahankan kegiatan fisiologis yang normal. Bila Qi tidak seimbang seperti ketika aliran Qi terhalang
akan mengakibatkan kenaikan tingkat Qi dan pelepasan Qi, ini menyebabkan timbulnya penyakit" (Fu Chunjiang~ 2005: 17).
Penusukan jarurn dilakukan pada titik akupoin. Titik-titik itu dapat dihubungkan menjadi garis-garis yang disebut sebagai saluran utama dan kolateral. Saluran utarna dan kolateral ini membawa Qi dan darah, menghubungkan organ, tungkai
dan sendi. Saluran utarna dan kolateral merupakan titik pertemuan bagian luar dan dalam. Saluran utama dan kolateral memiliki urutan tertentu dan organ tertentu. Mereka bisa mencerminkan berbagai penyakit yang dikaitkan dengan organ tertentu.
53
Menurut Hadikusumo (1996:28), energi vital oleh (sebagian) pihak Barat sering dianggap sama dengan bio-energy atau bio electricity. Dalam ilmu akupresur dan akupunktur, energi vital ini merupakan salah satu pengetahuan dasar tentang konsep ''kekuatan kehidupan dan semangaf'. Agak sulit bagi bangsa Barat untuk memahami pengertian dan konsep energi vital ini. Dalam ilmu pijat kuno di negara Cina, energi vital terdiri atas tiga unsur. Mereka menyebutnya dengan cing,
ci dan sen. Padanan istilah yang sejalan dengan cing merupa.kan materi dasar, ci lebih cocok disepadankan dengan kata prana atau etheric body, sedangkan sen sepadan dengan spirit atau semangat atau kekuatan hidup (daya hidup).
Jadi jarum akupunktur digunakan untuk menurunkan atau meningkatkan aliran Qi atau membuka alirannya hila terjadi sumbatan (Mangoenprasojo; 2005:27)
IV.l.2 Diskripsi Tentang Fitofarmaka Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji pra klinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah distandardisasi (Fitofarmalca, Republika, Selasa, 17 Mei 2005). Fitofarmaka harus memenuhi kriteria: 1. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan 2. Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik 3. Telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi 4. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. Obat bahan alam yang semula banyak dimanfaatkan oleh negara-negara di Asia, Amerika Selatan dan Afrika, sekarang meluas sampai ke negara-negara maju di Australia dan Amerika Utara. Awalnya obat bahan alami digunakan sebagai tradisi turun-temurun.
Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan
berkembangnya teknologi, baik produksi maupun informasi, uji praklinik dan klinik dilakukan untuk memperoleh keyakinan khasiat obat bahan alam.
54
Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modem karena proses pembuatannya yang telah terstandar. Fitofarmaka ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik
pada manusia. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilmiah • bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik
yang
telah
memenuhi
persyaratan yang berlaku.
Istilah
cara
penggunaannya menggunakan pengertian farmakologi seperti diuretik, analgesik, antipiretik dan sebagainya yang telah uji pra klinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah distandardisasi. Saat ini fitofarmaka telah digunakan dalam pelayanan kesehatan Rumah Sakit
Hasan Sadikin Bandung. Pada Tabel IV.l di bawah ini dapat dilihat daftar beberapa tanaman obat yang mempunyai prospek pengembangan yang potensial (Maheshwari; 2002:3). Tabel IV.l Tanaman Obat Fitofarmaka Yang Prospektif No.
l.
2. 3. 4. S.
6. 7. 8.
9. 10.
Tanaman Obat
Temulawak (Curcuma xanto"hiza ox~ Kunyit (Curcuma domestica Va() Bawang putih (Allium sativum L~) Jati Blanda (Guazuma ulmifolia Lam/f) HandeuJeum (Daun ungu) (Gratophyllum pictum Gri.ff) Tempuyung (Sonchus arvensis Lirm) Kejibeling (Strobilanthes crispus BJ) Labu merah {Cucurbita moschata Duch_) Katuk (Sauropus andr01!J111Us Me"-) Kumis kucing (Orthosiphon stamineus Bentl!) ~
Bagian Tanaman Obat
Indikasi Potensi
Umbi
Hepatitis, artritis
Umbi
Hepatitis, artritis, antiseptic
Umbi
Kandidiasis, hiperlipidemia
Daun
Anti hiperlipidemia
Daun
Hemoroid
Daun
Nefrolitiasis, diuretik
Daun
Nefrolitiasis, diuretik
Biji
Taeniasis
Daun
Meningkatkan produksi ASI
Daun
Diuretik
55
II. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
Seledri (Apium graveo/ens Linnj Pare (Momordica charantia Limi) Jambu biji (klutuk) (Psidium J(UQjava LinnJ
Daun
Hipertensi
Buah Biji
Diabetes mellitus
Daun
Diare
Ceguk (wudani)
Biji
Askariasis. oksiuriasis
Daun
Analgesik
Daun
Antiseptik
Daun
Stomatitis aftosa
Daun
Analgesik, antipiretik
Batang
Anti kanker
Getah, Daun
Daun
Sumber papain, Anti malaria Kontrasepsi pria Anti malaria, diabetes melitus Diuretika, anti septile, antikeloid, hipertensi Antiseptik
Daun
Analgesik, antipiretik
Daun
Antiseptik, diuretik
Buah
Sedatif
Seluruh tanaman daun Umbi
Antiseptik, diabetes melitus
(QUisqua/is indica Linn) JambuMede (AI'IQCQTdium occidentale) Sirih (Piper bet/e LinnJ. Saga telik (Abrusprecatorius Linnj Sebung (Biumea balsamifera D,Q Benalu The (Loranthus spec. div.) Pepaya (Carica Lirll!.> Butrawali (Tinospora rumphii Boer!) Pegagan (kaki kuda) (Cente//a asiatica Urban) Legundi (Viler tri/olia LinT!.) Inggu
_(Ruta graveo/ens Linn) Sidowajah (Wocxffordiaflorihunda Salib~ Pala (Myristica fragrans Houtt.) Sambilata (A.!...6 • ...y:;;spanicu/ota Neev Jahe (Halla) (Zingibers officinale Rose) Delima putih (Punica granatum LinnJ Dringo (ACOI'ILS calamus Li"'') Jeruk nipis (Citrus aurantifolia ~)
Biji Batang
Daun
Kulit buah
Antipiretik, Analgesik. antiintlamasi Antiseptik, antidiare
Umbi
Sedatif
Buah
Antibatuk
IV.l.l Diskripsi tentang Homeopati Homeopati adalah sistem pengobatan yang bekerja sama dengan sistem kekebalan tubuh untuk mencapai kesembuhan secara alamiah. Pengobatan ini berprinsip untuk mengobati seseorang secara keseluruhan (holistic) yaitu meliputi fisik, emosi dan mental.
56
Penemu homeopati adalah seorang dokter bernama Dr. Samuel Cristian Frederik Hahneman yang berasal dari Jerman pada tahun 1790. Dr. Hahneman kurang menyetujui sistem pengobatan standar yang banyak menimbulkan efek samping. Homeopati di Amerika mulai dikembangkan tahun 1820 oleh Dr. Constantine Hering dan Dr. James Tyler Kent. Saat ini sudah berkembang di negara-negara Eropa, seperti Perancis, Jerman, Inggris dan Amerika (homeopathy.org).
Pengobatan ini telah terbukti aman selama bertahun-tahun sejak ditemukannya. Homeopati adalah pengobatan yang efek sampingnya sangat minimal bahkan cenderung tidak ada. Homeopati dapat digunakan untuk semua umur, pada bayi (bahkan pada bayi yang bam lahir), anak-anak, remaja, orang dewasa, lanjut usia bahkan pada ibu hamil dan ibu menyusui. Homeopati dapat digunakan pada hewan peliharaan, dan saat ini telah diaplikasikan pada binatang temak.
Prinsip kerja homeopati adalah bekerja sama dengan sistem imun atau kekebalan tubuh dalam mempertahankan diri terhadap serangan atau ancaman luar. Dengan demikian obat homeopati dapat meningkatkan resistensi tubuh terbadap infeksi, mempercepat waktu penyembuhan dan dapat mencegah timbulnya komplikasi. Secara keseluruhan berfungsi untuk mengembalikan keseimbangan tubuh.
Obat homeopati berasal dari bahan alamiah, yaitu tumbuhan, hewan, mineral dan bahan biologis lain. Obat homeopati dibuat dari tumbuhan (herbal) seperti pala, bawang, daun dewa, jahe dan sebagainya. Obat homeopati juga menggunakan bahan mineral, bahan dari hewan dan bahan biologi (kuman) . Sebagian besar berasal bahan obat homeopati dari tumbuhan (Dr. M. Sholeh, 2005).
Menurut Dr. Jenny Bashiruddin Pontoh (dalam 30 Pengobat Alternatif), pembuatan obat homeopati mudah dilakukan oleh siapapun, sebab bahannya mudah didapat dan cara pembuatannya juga mudah. Misalnya bahan-bahan dasar
dari tumbuhan yang masih kasar dipotong kecil-kecil, untuk bahan dasar mineral dihaluskan, bahan-bahan dasar dari hewan dipotong-potong tergantung jenisnya.
57
Kemudian bahan tersebut direndam dalam alkohol 9()0/o lalu dikocok-kocok dengan keras dan ditutup rapat-rapat. Larutan ini didiamkan selama 2-4 minggu, kemudian disaring ke dalam botol. Larutan inilah yang disebut "mother tincture" biasanya disingkat dengan Q.
Dari Q dapat dibuat obat dengan potensi tinggi maupun rendah, setelah diteteskan dengan media gula dalam bentuk butiran. Didalam homeopati dikenal 2 macam potensi tergantung dari jumlah alkohol yang dicampurkan. Semakin tinggi proses pengenceran dan pengocokan membuat molekul berkurang sehingga efek penyembuhannya meningkat.
Meskipun mudah dibuat obatnya, setelah pasien didiagnosis tetap dibutuhkan buku panduan ilmiah homeopati yang sudah diakui. Pada homeopati dikenal prinsip pengobatan tunggal. Jika homeopat (ahli pengobatan homeopati) tepat dalam memilih obat yang sesuai dengan profil pasien maka dengan satu obat semua keluhan pasien akan dapat disembuhkan.
Menurut Dr. Jenny (2004:93), homeopati dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit baik penyakit akut maupun kronis.
Homeopati juga
dapat digunakan untuk terapi pada penyakit-penyakit seperti alergi, depresi dan fobia Bahkan homeopati dapat digunakan untuk pengobatan pada pertolongan pertama misalnya pada kasus kecelakaan, luka bakar dan lain-lain.
Dalam pengobatan homeopati seorang homeopat akan menanyakan secara detil semua gejala dan keluhan yang dirasakan pasien. Homeopat pun akan memperhatikan pasien secara keseluruhan yang meliputi kesehatan secara umum, riwayat penyakit, pola makan, gaya hidup, penyakit keturunan, bahkan karakter
dan sifat pasien tersebut.
58
Selanjutnya homeopat akan memilihkan obat yang paling sesuai dengan profil pasien. Obat homeopati dapat berupa cairan (disebut tinktura),
bub~
globul, pit
atau tablet. Macam obat homeopati saat ini telah mencapai 3000 macam.
Pengobatan homeopati tidak mahal karena proses pembuatan obatnya sangat sederhana dan mudah jadi obat homeopati murah harganya Misalnya untuk pengobatan pada Dr. Jenny Bashiruddin Pontoh, Klinik Homeopati di Jakarta untuk biaya mengganti obat hanya RplO.OOO. Seorang pasien yang terkena strok, sebelumnya biasa berobat setiap bulan Rpl.OOO.OOO, setelah berobat homeopati cukup dengan biaya pengobatan Rp50.000,- per bulan.
Pengobatan yang murah tersebut tidak saja disebabkan bahan-bahannya yang alami dan mudah didapat, tetapi juga tidak pernah melakukan uji laboratorium yang besar seperti pengobatan farmasi modem. Obat-obat homeopati langsung dicobakan pada manusia Karena zat aktifuya telah hilang, maka percobaan dengan manusiapun tidak menyebabkan kelemahan bagi relawannya.
IV.1.4 Diskripsi Tentang Tenaga Dalam Tenaga dalam pada SP3T Propinsi Jawa Barat didasarkan pada konsep olah nafas Satria Nusantara (SN). Konsepnya berawal dari fakta bahwa manusia relatif lebih tahan untuk tidak makan dan tidak minum selama berhari-hari tetapi tidak tahan
bernafas meskipun sebentar saja Bisa dikatakan oksigen melalui bernafas merupakan sumber utama pendukung kelangsungan hidup manusia
Dalam presentasi tentang konsep tenaga dalam Latihan Pengembangan Dasar I, Bidang Kepelatihan LSP-SN Bandung, dinyatakan bahwa manusia sangat membutuhkan bernafas untuk mendapatkan oksigen karena manusia sangat bergantung kepada oksigen didalam hidupnya. Namun demikian sangat jarang manusia secara sadar melatih tubuh agar jaringan tubuh maupun selnya pintar menggunakan oksigen. Jika jaringan tubuh dan sel baik dalam menggunakan
59
oksigen maka jaringan tubuh akan semakin tangguh. Hal ini ditemukan pada orang yang hidup di gunung temyata lebih sehat dan jarang sakit.
Tenaga dalam Satria Nusantara sesuai dengan pandangan fisiologi medis karena sistem pelatihan Satria Nusantara dengan teknik penahanan nafas di bawah perut
(abdominal pressing), jurus dan kuda-kuda menjadikan tubuh mengalami hipoksia sampai pada sel (tidak seperti olah raga konvensional hanya sampai pada otot yang aktif saja).
Olah nafas Satria Nusantara melatih tubuh dari jaringan sampai sel untuk pandai menggunakan oksigen. Sel-sel dilatih tegar dan tetap berfungsi normal dalam menghadapi kemiskinan oksigen sehingga sel-sel akan lebih baik pada keadaan normal oksigen. Sel-sel tubuh akan lebih
tang~
tegar dan memiliki vitalitas
yang tinggi, lebih pandai dan efisien dalam menggunakan oksigen sehingga akan merangsang sel-sel dalam penyembuhan dirinya.
Dengan tubuh dilatih dalam keadaan hipoksia anaerobik (kondisi kekurangan oksigen dalam tubuh) maka sel-sel tubuh kita akan semakin pintar menggunakan oksigen,
tang~
tegar dan sehat. Hal ini dapat dilihat dari basil latihan
diantaranya mampu meningkatnya kapasitas volume oksigen
maksimum,
meningkatnya sel darah merah (hemoglobin, Hb), menyembuhkan yang sakit, kerja jantung menjadi ringan dan lain-lain.
Pelatihan pemafasan Satria Nusantara dapat memperbaiki gangguan dan kelainan biolistrik. Alat-alat tubuh manusia, khususnya syaraf dan otot dalam menjalankan fungsinya berkaitan dengan peristiwa listrik. Segala kehidupan seperti berjalan, bergerak, jantung berdenyut adalah merupakan peristiwa yang erat hubungannnya dengan masalah biolistrik (listrik tubuh). Bergerak merupakan indikator manusia hidup.
60
Tenaga dalam dapat dipandang sebagai fenomena bio elektron. Sistem pelatihan olah nafas Satria Nusantara meningkatkan reaksi kimia dalam tubuh, yang menghasilkan tenaga akhir dan bio elektron yang akan diarahkan atau didistribusikan oleh gerak (jurus) untuk disimpan (charged) dalam generator or~
kelenjar dan jaringan tubuh. Dengan cara ini terjadi perbaikan bio listrik.
Sistem generator listrik tubuh akan memancar sebagai bio elektromagnetik yang
kuat dan kompak dalam satu kesatuan dengan tingkat tenaga dan frekwensi tertentu yang sama. Atas seijin-Nya (ingat kepada Allah), akan tercapai kesembuhan dan kebugaran.
Manusia memiliki tubuh energi berupa medan bio listrik tubuh yang memancar dari dalam tubuh hingga luar tubuh dan merupakan suatu kesatuan aliran energi (energi yang bergerak) yang sangat kompleks. Menurut para ilmuwan, medan bio listrik tubuh merupakan suatu kesatuan energi yang menyerupai tubuh fisik dengan sistem sarafnya, yang ada dari dalam tubuh sampai keluar tubuh dan dapat menggambarkan kondisi kesehatan dan kondisi mental.
Manusia disusun oleh lebih dari 1 triliun sel, yang masing-masing memiliki beda potensial kurang lebih 90 mV. Manusia dikatakan sakit bila ada fungsi listrik tubuh yang terganggu atau tidak normal. Penyakit menimbulkan kekacauan atau gangguan listrik tubuh, sebaliknya gangguan listrik tubuh pada suatu organ dapat menimbulkan gejala penyakit.
Jadi upaya penyembuhan melalui tenaga dalam dapat terjadi melalui perbaikan aliran medan bio listrik tubuh. Manusia memiliki tubuh fisik dan tubuh energi yang sating berinteraksi. Apabila ada perubahan pada salah satu tubuh tersebut maka yang lainnya akan berubah juga. Pada orang yang berpenyakit, kedua tubuhnya mengalami gangguan (ketidaknormalan), sehingga perlu usaha untuk menormalkan kembali. Pengobatan pada tubuh fisik dilakukan dengan cara pengobatan melalui ilmu pengetahuan kedokteran modem. Sedangkan pengobatan
61
pada tubuh energi yang belum begitu dikenal, pengobatan dilakukan dengan cara mengganti atau menghancurkan ketidaknormalan sehingga aliran energi pada daerah berpenyakit lancar kembali. Ketidaknormalan bisa berupa energy block, kongesti, kekurangan energi dan lain-lain.
Manusia dalam hidupnya memerlukan makan, minum dan bemafas. Demikian juga dengan tubuh energi manusia, mengambil energi bebas yang ada di alam ini. Energi bebas ini (sering disebut prana) masuk melalui saluran energi di medan bio listrik tubuh. Saluran ini sering disebut meridian (nadis). Meridian-meridian tersebut melalui seluruh organ tubuh, hingga keluar tubuh fisik. Meridianmeridian tersebut akan bertemu di tempat-tempat tertentu.
Titik pertemuan yang merupakan pertemuan 2 (dua) meridian yang sering disebut generator listrik tubuh mini. Sedangkan titik pertemuan lebih dari dua meridian yang sering disebut generator listrik tubuh sekunder. Ada satu pertemuan meridian yang paling banyak, yang sering disebut generator listrik tubuh utama. Keseluruh meridian ini merupakan suatu kesatuan dalam medan bio listrik tubuh. Pada daerah berpenyakit, biasanya ada gangguan meridian yang menyebabkan suplai energi tidak lancar dan bio listrik tubuh pada medan bio listrik tubuh terganggu.
Dengan demikian tenaga dalam berusaha memperbaiki gangguan bio listrik tubuh pada titik pertemuan meridian utama yang akan menstimulasi seluruh meridian yang berhubungan dengannya. Dengan cara ini aliran energi di daerah yang terganggu menjadi lancar dan tubuh menjadi sehat.
Adapun cara yang digunakan Satria Nusantara secara ringkas adalah dengan melakukan olah nafas (tahan nafas) bio listrik menjadi aktif. Dengan bangkitnya bio listrik ini membangkitkan generator listrik tubuh. Dengan aktifuya generator bio listik tubuh aliran energi lancar. Dengan aliran energi yang lancar tubuh menjadi sehat.
62
IV.2 Analisis Kegiatan Pelayanan Pengobatan Tradisional Analisis kegiatan pelayanan pengobatan tradisional pada SP3T Propinsi Jawa Barat dalam kerangka manajemen pengetahuan pengobatan tradisional dilakukan dengan menggunakan skema yang dibuat oleh Brian Newman dan Kurt W.
Conrad dalam papemya The Knowledge Management Theory Papers, 1999.
Analisisis ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: ( 1) Mengelompokkan apakah sebuah pengobatan tradisional itu tennasuk dalam praktik, metode atau teknologi. (2) Mengelompokkan pada fase aktifitas, yaitu pengobatan tradisional tersebut menunJang aktifitas mana Jadi apakah pengobatan tradisional ini menunJang fase kreasi pengetahuan, retensi pengetahuan, transfer pengetahuan atau pemanfaatan pengetahuan. (3) Mengelompokkan pada level aktifitas, yaitu pengobatan tradisional memiliki dampak pada level-level kegiatan mana saja, apakah berdampak pada keputusan tingkat rendah atau aksi, keputusan tingkat menengah, atau pada keputusan tingkat tinggi. (4) Mengelompokkan tipe agen yang terlibat dalam pengobatan tradisional. Maksudnya apakah pengobatan dilakukan oleh individu, apakah oleh agen otomasi atau apakah dilakukan oleh agen organisasi. (5) Mengelompokkan tipe artifak yang digunakan dalam pengobatan tradisional. Artifak pengobatan tradisional dapat berupa eksplisit, implisit
dan tacit. (6) Mengelompokkan fokus kegiatan pengobatan tradisional. Artinya apakah pengobatan ini mengoptimalkan interaksi antara agen, artifak atau proses.
Selanjutnya hasil pengelompokan pengobatan tradisional berupa akupunktur, fitofannaka, homeopati, dan tenaga dalam skema pengetahuan dimaksud adalah sebagai berikut:
analisis manajemen
63
IV.2.1 Analisis Kegiatan Pelayanan Akupunktur Akupunktur lebih tepat dikelompokkan pada teknologi daripada sebagai sekedar praktik atau sebuah metode pengobatan. Hal ini disebabkan penggunaan jarum sebagai alat untuk mengatasi penyakit yang dipercaya disebabkan karena kelebihan atau kekurangan qi. Dengan dilakukan tindakan akupunktur energi vital menjadi lancar mengalir ke seluruh bagian tubuh, tidak ada yang kelebihan dan tidak ada yang kekurangan. Akupunktur dikelompokkan sebagai teknologi karena memberikan petunjuk yang detail tidak saja dalam penggunaan jarum tetapi juga menjelaskan etiology sehingga terdapat argumen digunakan jarum akupunktur sebagai terapinya dan terdapat penjelasan kontra indikasi tidak boleh digunakan akupunktur sehingga penggunaannya aman.
Praktik akupunktur adalah pemanfaatan pengetahuan tradisional yang telah lama ada. Namun demikian ia mendorong bagi tumbuhnya kreasi. Praktik akupunktur dengan alat elektronik sebagai penggetar, moksibasi, akupunktur untuk meringankan rasa sakit, akupunktur yang digunakan bersama sinar laser untuk pengobatan adalah sebagian contoh kreasi.
Dilihat dari level aktivitasnya, akupunktur
mempengaruhi keputusan tingkat
rendah dan aksi. Akupunktur tidak mempengaruhi keputusan strategis organisasi. Selanjutnya dari tipe agennya yang terlibat dalam pengobatan akupunktur adalah agen individu.
Sedangkan artifak yang digunakan dalam pengobatan ini adalah artifak yang eksplisit. Artifak eksplisit ini dilihat dari alat yang digunakan, terdapat peta garis meridian yang menunjukkan titik-titik akupunktur dan penjelasannya. Sebagian artifak pengobatan ini merupakan artifak yang masih dalam bentuk tacit. Hal ini disebabkan teori energi dalam akupunktur masih belum dapat dipahami oleh pengetahuan Barat. Demikian juga profesi akupunkturis memiliki keahlian pengambilan keputusan dalam melakukan penusukan jarum dan melakukan
64
kombinasi penusukan karena setiap pasien keadaan yang dialaminya berbeda-beda berdasarkan kaidah dan pengalaman praktik.
Keberhasilan pengobatan akupunktur lebih disebabkan pada optimalnya interaksi antara pasien dengan artifak. Keberhasilan pengobatan ditentukan dengan jarum yang ditusukkan pada tempat yang tepat. Meskipun keberhasilan pengobatan ditentukan oleh keahlian akupunkturis, tetapi kesembuhan tetap diupayakan melalui sebab tusukan jarum yang dilakukan dengan tepat.
IV.2.2 Analisis Kegiatan Pelayanan Fitofarmaka Fitofannaka cenderung pada teknologi. Fitofannaka dapat disejajarkan dengan obat-obat modem saat ini, bedanya hanya bahannya yang alami. Fitofannaka adalah obat alami yang digunakan setelah melalui uji klinik.
Praktik fitofarmaka adalah pemanfaatan pengetahuan fannasi dan farmakologi, atau pengobatan modem. Fitofarmaka dapat mendorong kreasi karena dengan ditemukannya satu bahan alami akan mendorong penggunaan pengobatan yang lebih banyak lagi. Demikian juga dari bahan-bahan yang sudah digunakan secara tradisional dapat dibuat sediaannya dalam fitofannaka agar dapat digunakan bersama pelayanan pengobatan modem karena telah melalui uji klinik.
Dilihat dari level aktivitasnya, fitofannaka
mempengaruhi keputusan tingkat
rendah dan aksi. Fitofannaka tidak mempengaruhi keputusan strategis organisasi. Selanjutnya agen yang terlibat dalam pengobatan fitofarmaka adalah agen individu.
Fitofannaka menggunakan artifak yang eksplisit. Artifak yang eksplisit ini dapat dilihat dari obat alami hasil uji klinik yang digunakan. Keberhasilan pengobatan ditentukan oleh ketepatan diagnosis dan kualitas obatnya. Dengan demikian sedikit unsur pengetahuan implicit dan tacit karena caranya sangat jelas.
65
Pengobatan dengan fitofannaka keberhasilannya
ditentukan pada optimalnya
interaksi antara pasien dengan artifak karena keberhasilan pengobatan ditentukan oleh ketepatan obat yang diberikan dan kualitasnya.
IV.2.3 Analisis Kegiatan Pelayanan Homeopati Homeopati cenderung pada teknologi. Ia lebih tepat dikelompokkan dalam kategori teknologi karena obat homeopati diperoleh melalui pengenceran yang berkali kali bahkan sampai dengan I 000 kali. Homeopati juga memiliki ramuan yang bayak sampai dengan 3000 jenis. Dan tiap jenis memiliki kegunaan sendirisendiri.
Praktik homeopati adalah pemanfaatan pengetahuan pengobatan alami karena memanfaatkan bahan alami dari tumbuhan (sebagian besar), binatang dan mineral serta biologi (kuman). Setelah dibuat ramuan dan dilakukan pengenceran maka diperoleh obat yang memiliki daya penyembuhan. Meskipun zat aktifnya telah hilang (zat aktif seper seratus trilyun) karena pengenceran berkali-kali (sampai 1000 kali) tetapi iajustru bertambah khasiatnya.
Homeopati adalah pengobatan yang berusaha untuk membangkitkan imunitas pesakit. Homeopati tidak memandang penyakit disebabkan oleh kuman jenis apa sehingga pengobatan yang mengupayakan pembangkitan imunitas akan mengatasi banyak persoalan keluhan pasien. Namun demikian tetap saja pemberian obatnya harus melalui wawancara untuk mengetahui tentang berbagai kondisi pasien.
Homeopati adalah pengobatan holistik karena ia memandang fisik, mental, emosi sebagai satu kesatuan yang berperan dalam penyembuhan. Wawancara dilakukan tidak hanya menanyakan keluhan tetapi juga menanyakan pekerjaan, kebiasaan, kesenangan makanan dan lain sebagainya. Wawancara secara mendetail diperlukan agar diperoleh informasi yang cukup untuk menentukan kesesuaian jenis obat homeopati dengan tipe pasien.
66
Jika pilihan obatnya tepat, satu obat dapat menyembuhkan berbagai penyakit yang diderita pasien. Karena itu dalam homeopati dikenal prinsip pengobatan tunggal.
Ini sangat tergantung pada dokter yang kreatifitas doktemya. Jadi homeopati tidak saja merupakan pemanfaatan pengetahuan tetapi juga mendorong kreasi.
Dilihat dari level aktivitasnya, homeopati
mempengaruhi keputusan tingkat
rendah dan aksi. Homeopati tidak mempengaruhi keputusan strategis organisasi. Selanjutnya dilihat dari tipe agennya yang terlibat dalam pengobatan homeopati adalah agen individu.
Sedangkan artifak yang digunakan dalam homeopati adalah artifak yang eksplisit. Artifak yang eksplisit ini karena ia memiliki bukti bahwa pengobatan tidak dengan melakukan efek sugesti atau plecebo. Homeopati memiliki 3000 macam obat, jadi memiliki
kegunaan
sendiri-sendiri.
Ini
adalah
bukti
bahwa
homeopati
membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakannya. Untuk di Indonesia pengajaran homeopati masih dilakukan dalam pendidikan dalam modulmodul kuliah jarak jauh. Pengajaran ini tidak membutuhkan ikatan sosial yang kuat. Jadi siapa saja dapat belajar melalui buku-buku yang telah tersedia. Homeopati juga memiliki buku farmakope tersendiri berbeda dengan farmakologi kedokteran modem.
Namun demikian homeopati mengandung pengetahuan tacit. Hal ini disebabkan pengetahuan modem belum dapat menerima sebuah pengobatan yang sangat berkhasiat tetapi justru setelah zat aktifuya hilang karena pengenceran berkalikali. Dalam kaidah pengobatan modern, menambah khasiat obat tidak dengan mengurangi tetapi justru dengan menambah dosisnya. Pemahaman yang dimiliki oleh para homeopat tidak ada dalam benak para dokter pengobatan modem. Bahkan pengetahuan tacit ini merupakan bagian yang sangat mendasar. Adanya perbedaan ini menyebabkan homeopati ditolak dalam pengobatan modem. Karena itu homeopati memiliki tempat yang berbeda diluar pengobatan modem.
67
Pengobatan ini berhasil lebih pada optimalnya interaksi pasien dengan artifak. Keberhasilan pengobatan ditentukan dengan khasiat obat yang meningkatkan imunitas dan energi vital pasien. Pasien sembuh jika pilihan obat yang diberikan tepat. Namun demikian seorang homeopat dalam konsultasinya yang sangat detail berusaha membangun relasi yang kuat dengan pasien hingga terjadi kepercayaan dan simpati yang juga sangat dibutuhkan dalam pengobatan homeopati.
IV.2.4 Analisis Kegiatan Pelayanan Tenaga Dalam Banyak perguruan beladiri mengajarkan pengobatan dengan tenaga dalam. Cara yang digunakan tidak berbeda dan sejak dahulu tidak berkembang.
Demikian
juga tidak ada alat yang digunakan dalam pengobatan tenaga dalam. Tidak terdapat informasi penggunaan tenaga dalam yang berbeda untuk berbagai jenis penyakit. Jadi
pengobatan dengan tenaga dalam termasuk pada kelompok
praktik.
Praktik pengobatan dengan tenaga dalam adalah pemanfaatan pengetahuan tradisional yang telah lama ada. Pengobatan tenaga dalam dibandingkan dengan pengobatan tradisionallainnya kurang mendorong tumbuhnya kreasi.
Dilihat dari level aktivitasnya, pengobatan dengan tenaga dalam mempengaruhi keputusan tingkat rendah dan aksi. Tenaga dalam tidak mempengaruhi keputusan strategis organisasi. Sarna dengan tipe pengobatan lainnya agen pengobatan dengan tenaga dalam adalah agen individu
Sedangkan artifak yang digunakan dalam pengobatan ini adalah artifak tacit. Meskipun tenaga dalam telah dijelaskan memiliki dasar keilmiahaan sebagaimana pemaparan sebelum ini, pengobatan dengan tenaga dalam tetap termasuk dalam praktik pengobatan supra natural. Ia hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan membangkitkan tenaga dalam dan menggunakannya untuk pengobatan. Apakah tenaga dalam telah bangkit dan berapa besamya orang lain
68
tidak tahu karena wujud tenaga dalamnya sendiri tidak nampak. Berbeda dengan ketiga pengobatan lainnya, pada proses pengobatan tenaga dalam tidak nampak hal-hal yang dapat dikesan sebagai pengobatan kecuali aktifitas yang dilakukan oleh pengobatnya. Berbeda dengan pengobatan akupunktur, tampak adanya jarum yang ditusukkan. Demikian juga fitofarmaka dan homeopati yang memberikan obat tentu lebih mudah diduga bahwa jarum dan obat itu sebagai sarana pengobatannya. Jadi pengobatan dengan tenaga dalam adalah tacit artifact.
Keberhasilan pengobatan tenaga dalam ditentukan pada optimalnya interaksi antara pasien dengan agen (pengobatnya). Keberhasilan pengobatan ditentukan dengan usaha keras pengobatnya Pengobatan ini tidak memiliki interaksi dengan alat karena tidak. menggunakan alat apapun. Pengobatan dengan tenaga dalam membutuhkan waktu beberapa kali dalam penyaluran energi.
Tabel IV.2 Pengelompokkan Pelayanan Pengobatan Tradisional SP3T Propinsi Jawa Barat dalam Skema Manajemen Pengetahuan No
Perangkal
,iii
Fase Aktifitas ;o -t
3
liJ ::I
~ ::I a.
CD
Ul
Ul
-t -t :II'" :II'" !!l. liJ -t 3: ::I ID
g_
CD ::I CD ::I
co
liJ
::r
c
X X X X X X
nuti"""')'C)UIJ
D Tenaga dalam
X
X X X X
0
"'C
Ul
s·
A Akupunktur B Fitofannaka
Tipe
Agen
Fokus
Altifak m 3 ;; ~
• ! r; ..l "9 I s. ~ ~ ca .. .. = =
~ 3: -t CD iii ~ liJ ::I ::I l!t ~ Q. 0 f!. ~ CD !e. .., 0 g_
Nama
Tipe
Level Aktivitas
c:::
c:::
::I
3
liJ ::I
~ "2. S: iii' iii'
CD ::I
liJ
!e.
?: "9
if :II'" I Ul
!e.
Q.
liJ ::I liJ :II'"
!e.
X X X X X X X X
X X X
X X X
X X X X
Pengelompokkan pelayanan pengobatan tradisional pada SP3T Propinsi Jawa Barat dalam skema manajemen pengetahuan
terangkum dalam Tabel IV.2.
Rangkuman penjelasan dalam tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa praktik pengobatan tradisional saja pada pelayanan kesehatan SP3T belum cukup untuk mengembangkan manajemen pengetahuan pengobatan tradisional. Hal ini
69
dibuktikan dengan tidak tetjadinya transfer dan retensi pengetahuan. Yang terjadi pada praktik pengobatan tradisional tersebut berupa pemanfaatan pengetahuan pengobatan tradisional. Dengan demikian praktik pengobatan tradisional pada umumnya tidak bisa diharapkan untuk mengembangkan pengobatannya. Seperti yang berlaku pada praktik pengobatan tradisional di SP3T, praktik pengobatan tradisional pada umumnya belum menimbulkan transfer dan retensi pengetahuan. Untuk itu perlu melihat bagaimana kegiatan SP3T lainnya dalam kerangka ketja manajemen pengetahuan. Analisis dilakukan untuk mengetahui apakah pada kegiatan tersebut mengandung unsur-unsur kegiatan utama dalam manajemen pengetahuan yang dapat diharapkan mengembangkan pengetahuan pengobatan tradisional. Karena itu dilakukan analisis lebih lanjut.
IV.3 Analisis Kegiatan pada SPJT Propinsi Jawa Barat Analisis kegiatan-kegiatan pada SP3T Propinsi Jawa Barat dalam kerangka manajemen pengetahuan pengobatan tradisional menggunakan cara yang sama dengan analisis sebelumnya yaitu kegiatan-kegiatan SP3T dikelompokkan dalam jenis perangkatnya, fase aktivitasnya, level aktivitas, tipe
age~
tipe artifak dan
fokus kegiatannya.
Sebagaimana cara sebelumnya analisisis kegiatan pada SP3T dilakukan dengan cara sebagai berikut: ( 1) Mengelompokkan apakah kegiatan termasuk dalam praktik, metode atau teknologi. (2) Mengelompokkan apakah kegiatan termasuk menunjang pada fase aktifitas kreasi, retensi, pemanfaatan atau transfer pengetahuan. (3) Mengelompokkan apakah kegiatan termasuk pada level aktifitas yang memiliki dampak pada level-level kegiatan mana saja, apakah berdampak pada keputusan tingkat rendah atau aksi, keputusan tingkat menengah atau keputusan tingkat tinggi.
70
(4) Mengelompokkan tipe agen yang terlibat dalam kegiatan apakah termasuk agen individu, otomasi atau organisasi. (5) Mengelompokkan tipe artifak yang digunakan dalam kegiatan apakah termasuk artifak eksplisit, implisit atau tacit. (6) Mengelompokkan fokus kegiatan apakah kegiatan ini mengoptimalkan interaksi antara agen, artifak atau proses.
Kegiatan-kegiatan SP3T dimaksud adalah kegiatan sejak tahun 1997 sampai dengan tahun 2004 termasuk kegiatan pelayanan pengobatan tradisional. Adapun
basil pengelompokkan kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: Tabel N.3 Analisis Kegiatan SP3T dalam Skema Manajemen Pengetahuan No
dan Tahun 1-1997
1-1998
1-1999
1-2000
Kegiatan
Jenis Perangkat M
Pengkajian pola penyakit yang diobati dengan obat tradisional pada rawatjalan pada 61 Puskesmas di Kabupaten Garut Propinsi Jawa Barat, dibiayai dengan danaAPBN. Pengkajian penyakit-penyakit M yang diobati dengan tanaman obat di Daerah Baduy- Banten Selatan. Penelitian didanai APBN dan bekerja sama dengan Kanwil Departemen Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Pengkajian jenis pengobatan M tradisional di Kabupaten Garut Propinsi Jawa Barat. Penelitian didanai dari APBN. Penelitian ini bekerja sama dengan Kanwil Departemen Kesehatan Propinsi JawaBarat. Pengkajian Penelitian efek anti maturasi T spermatozoa beberapa tanaman obat terbadap mencit jantan (dana dari FK UNPAD dalam rangka skripsi mahasiswa)
Fase
Aktifitas R
Level Aktifitas KA M
Tipe Agen
Tipe Artifak
0
E T
Ar
Fokus
Aktif"das
T
R
KA
0
E T
Ar
R
KA
0
E T
Ar
. K R
KA
I
E
Ar
71
No dan Tahuo 2-2000
3-2000
4-2000
5-2000
6-2000
Jeois Peraog-
Kegiatao
..
Pemotretan dan perunJauan tanaman obat dalam rangka penyusunan buku tanaman obat di Jawa Barat, lokasi di Balitro Bogar dan PT Esai di Cianjur, Nopember 2000 (alokasi dana APBD) Uji efek anti hiperkolesterolemia kaplet Bawang Putih (allium sativum) pada tikus putih galur sprague dawley (dana dari industri farmasi). Bidaoa Dildat Demonstrasi dari pengobat tradisional cara pengobatan dangan menggunakan alat s Pertemuan sosialisasi SPJT dengan pengobat tradisional Propinsi Jawa Barat di Aula Departemen Pertanian, Bandung, Juli 2000 Pendidikan homeopati pada mabasiswa FK. UNPAD,
Tipe Artifak
frtas KA
A
E
fitas Ar
KA
0
E
Ar
Level Akti-
fitas
kat M
Tipe AgeD
Fase AktiK
Fokus Akti-
R
T
K R
p
T
KA
I
E
Ar
M
T
KA
0
E
Ag
M
T
KA
I
E
Pr
M
T
KA
0
E
Ag
M
R
KA
0
E
Pr
M
K
KA
0
E
Ar
0
E
Pr
-~stus2000
7-2000
8-2000
BekeJjasama dengan Kanwil Departemen Kesehatan Propinsi Jawa Barat, mengadakan pertemuan/pelatihan dokterdokter Puskesmas dalam rangka sosialisasi battra di Hotel Mitra Bandung, September 2000. Mengikuti Seminar Tumbuhan Obat di Surabaya, Nopember 2000
9-2000 ~
102000
1-2001 2-2001
Bidaaa Pelayaaao Pembuatan buku tanaman obat bek:Cijasama dengan Pemerintah Propinsi Jawa Barat yang beljudul "Tanaman Obat di Jawa Barat, Karakteristik dan Khasiaatnya", Volume I, diare dan batuk pilek Persiapan rencana pembukaan pelayanan pengobatan alternatif di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung Bidaaa Peoakajian Penelitian laos sebagai anti jamur, Tinea Versicolor Peraoan serbuk bawang putih (allium sativum sp) terhadap kadar kolesterol darah manusia
R
M
T
K
M
p
T
K
KA
I
E
Ar
KA
I
E
Ar
R
T
K R
72
No dall TUIID
3-2001
4-2001
Kegiataa
Gambaran hispatologi pada peogobatan peradangan hati kronis aktif yang diinduksi carbon tetrakhlorida (CC14) dan lipo poli sakarida dengan menggunakan interferon dan lcurkuminoid Pengaruh ekstrak buah mengkudu (morinda citrifolia L) terhadap efek diuretic kelinci
Fase Akti-
T
T
Level Akti-
Tipe Agen
Tipe Artifak
K R
KA
I
E
Fokus Aktifitas Ar
K
KA
I
E
Ar
KA
I
E
Ar
KA
I
T
Ar
KA
I
E
Ar
.Jenis Perangkat
rttas
rttas
R
iantan 5-2001
6-2001
7-2001
Efek laksatif daun paria (momordika charantia) pada mencit. Kegiatan laboratorium tanaman obat. antara lain: ekstraksi beberapa tumbuhan obat Cara-cara pengguruum tumbuhan obat untuk pengobatan penyakit oleh masyarakat Baduy-Banten Selatan, bekerja sama dengan Kanwil Departemen Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Uji klinik fitodiar, didanai dari perusahaan farmasi
T
K R
M
K R
M
K R
BidanR Diklat
8-2001
Pelatihan akupunktur dan homeopati bagi tenaga-tenaga kesebatan (bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
9-2001
Mengikuti Seminar Pokjanas Tanaman Obat Indonesia (TOI) di Bogor, Mei 2001 Pendidikan homeopati pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Agustus 2001
M
T
KA
I
E
Pr
M
R
KA
I
E
Pr
M
T
KA
I
E
Pr
Barat)
102001
.
Bidang Pelayanan
1-2001
Persiapan rencana pembukaan pelayanan pengobatan alternatif di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Awal Januari 2001
1-2002
Penelitian tentang metode patah tuJang di Kota dan Kabupaten Bandung (bekerjasama dengan Departemen Kesehatan dan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat)
M
K p
M T
0
E
Pr
M
R
KA
I
E
Ar
Bidana Penllkajiao
I
T
73
No dan Taboo 2-2002
3-2002
4-2002
5-2002
Kegiatan
Mengembangkan penelitian melalui SP3T, contoh RISBINKES (Riset dan Pembinaan Kesehatan) BidaDg Diklat Sosialisasi SP3T ke semua organisasi profesi pengobatan tradisional yang ada di seluruh kota dan kabupaten yang ada di Propinsi Jawa Barat. Pembinaan, pengendalian serta pengawasan kepada setiap organisasi profesi pengobat tradisional di Jawa Barat Pembinaan kepada pengobat tradisional
Jenis Perangkat M
Fase Aktifitas
Level Aktifitas
Tipe Agea
Tipe Artifak
Fokus Aktifitas Ar
K R
KA
I
E
M
T
KA
0
E I
Ag
M
T
KA
0
E I
Pr
T M
T
KA
0
E I
Pr
T 6-2002
7-2002
8-2002
9-2002
102002
112002
BidaDg Pelayanan Memberikan upaya pelayanan pengobatan tradisional baik yang mandiri maupun yang terintegrasi dengan rumah sakit, jumlah kunjungan sebanyak 209 orang Pertemuan rutin dengan pengobat tradisional sebanyak enam kali Mengarahkan pengobatan tradisional ke dalam 3 pola pembinaan dan pengembangan melalui 3 tahap pembinaan yaitu tahap informatit: tahap formatif dan tahap normatif Pelatiban akupunktur dan homeopati bagi tenaga-tenaga kesehatan. Penyuluhan cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB) kepida para pembuat obat tradisional. Penyuluhan cara batantra secara legeartis dan higenis kepada para peng_obat tradisional
p
p
KA
I
E I
Ag
T
M
T
KA
0
E
Ag
M
T
KA
0
E
Pr
M
T
KA
I
E
Pr
M
T
KA
I
E
Pr
M
T
KA
I
E
Ar
M
T
KA
0
E
Ag
Bidan~ Pen~jian
1-2003
Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat dalam rangka sosialisasi pengobatan tradisional di 3 wilayah (Purwasuka, Priangan dan Bogor) dihadiri oleh dokter Puskesmas dan tenagakesehatan.
74
No daa Tahun
2-2003
Jenis Perangkat
Kegiatan
Mengadakan pembinaan kepada pelaksana Tanaman Obat Keluarga (TOGA).
Fase Aktifrtas
Tipe Agen
Tipe Artifak
0
E
Pr
M
T
Level Aktifrtas KA
p
p
KA
I
E,L T
Ag
T
K
KA
0
T
Ar
Fokus Aktifitas
Bidang Diklat
Bidang Pelayanan
3-2003
Memberikan Pelayanan Pengobatan tradisional
1-2004
Pengkajian efek tenaga dalam untuk pengobatan hipertensi yang didanai Proyek Upaya Kesebatan (PUK) APBN, Propinsi Jawa Barat Pengkajian cabe rawit dalam kondisi mikrodosis sebagai obat anti obesitas yang didanai APBN Pusat
Bidana Penlkajian
2-2004
R
T
K R
KA
I
E
Ar
M
T
KA
I
E
Ag
M
R
KA M T
0
E
Ag
Bidan2 Diklat
3-2004
4-2004
Beke&jasama dengan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat, Dinas Tenaga Ke&ja dan Transmigrasi (Nakertrans) dan Sekretaris Daerab Propinsi Jawa Barat, melaksanakan pelatiban akupresur bagi petugas Puskesmas dan anggota Perkumpulan Tuna Netra Abli Pijat Indonesia (Pertapi) yang dilaksanakan pada tanggal 26 30 Juli 2004 di Bandung, yang didanai dari Proyek Upaya Kesehatan, APBN Propinsi Jawa Barat. Mengadakan studi banding ke Propinsi Bali dalam pengembangan model program pengobatan tradisional dan SP3T yang dilaksanakan pada bulan Mei2004.
.
Bidan2 Pelayanan
5-2004
Memberikan pelayanan pengobatan tradisional
K eterangan: Jenis Perangkat
P=Praktik M=Metode T=Teknologi
Fue
Aktifitu K=Kreasi R=Retensi T=Transfer P=Pemanfaatan
p
Level Aktivitas
KA=Keputusan atau aksi M=Menengah T=Tin.OO
p
KA
Tipe Agen
I=Individu A=Otomasi O=Organisasi
I
E
Ag
Fokus
Tipe Artifak
Aktivitu
E=Eksplisit I=lmplisit T=Tasit
Ag=Agen Ar=Artifak Pr=Proses
75
IV.3.1 Analisis Jumlah Kegiatan Bila pada tiga tahun pertama (1997-1999) SP3T Propinsi Jawa Barat hanya melakukan satu kegiatan
saj~
namun pada tahun 2000, 2001 dan 2002 kegiatan
meningkat pesat masing-masing ada 10, I 0 dan 13 kegiatan. Kegiatan menurun
pada tahun 2003 yaitu sebanyak 3 kegiatan dan pada tabun 2004 terdapat 5 kegiatan.
Meskipun demikian, tidak dapat dikatakan bahwa prestasi SP3T Propinsi Jawa Barat menurun. Sejak bulan Maret 2002 SP3T Propinsi Jawa Barat telah membuka pelayanan pengobatan tradisional. Justru sejak tahun inilah SP3T Propinsi Jawa Barat melakukan kegiatan nyata dalam usaha pengembangan pengobatan tradisional. Dengan adanya pelayanan pengobatan tradisional maka unsur kegiatan manajemen pengetahuan pengobatan tradisional menjadi lengkap karena dalam pelayanan pengobatan tradisional nampak jelas kegiatan terdapat pemanfaatan pengetahuan.
Selain itu praktik pelayanan pengobatan tradisional dapat
memberikan pengetahuan kepada publik tentang berbagai cara pengobatan yang dapat dilakukan disamping pengobatan modem.
Kegiatan-kegiatan sebelumnya yang berupa pengkajian pengobatan tradisional belum mencerminkan SP3T yang diharapkan. Bila kegiatan cenderung pada penelitian (pengkajian) maka SP3T Propinsi Jawa Barat mirip dengan lembaga penelitian. Dalam kerangka manajemen pengetahuan tidak cukup melakukan penelitian saja karena ini baru pada tahap retensi pengetahuan pengobatan tradisional.
Pengembangan
pengobatan tradisional
perlu
adanya
praktik
pemanfaatan yang luas agar publik dapat melihat basil-basil pengobatannya. Perluasan praktik pengobatan tradisional (pelayanan) dapat diperluas dengan melakukan transfer pengetahuan (diktat).
Selanjutnya dinamika kuantitas kegiatan SP3T Propinsi Jawa Barat sejak tahun 1997 sampai dengan 2004 terangkum dalam Tabel IV.4:
76
Tabel N.4 Jumlah Kegiatan SP3T Propinsi Jawa Barat Bidang Kegiatan Pengkajian
1997
1998
1999
2-
2001
I
I
I
3
6
s
Diklat
-
-
-
s
3
PeJayanan
-
-
-
2
JumJah
I
I
I
10
Jumlah Kegiatan Tiap Tahun
2002
Jml
Ofo
2003
2004
2
2
2I
47,73
2
-
2
I2
27,27
I
6
I
I
II
25
IO
13
3
s
44
IOO
Menurut jenis kegiatan, sejak tahun 1997 s.d. 2004 SP3T Propinsi Jawa Barat lebih banyak melakukan pengkajian pengobatan tradisional yaitu sebanyak 21 kegiatan atau 47,73% atau hampir separuh kegiatan. Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan hampir berimbang dengan kegiatan pelayanan, masing-masing adalah 12 (27,27% ) dan 11 (25%) kegiatan
Untuk ketepatan assessment, dalam analisis ini seharusnya kegiatan-kegiatan tersebut diberikan bobot kualitasnya dulu, baru dibandingkan. Meskipun angkaangka di atas tidak menunjukkan bobot dari masing-masing kegiatan, sekilas dapat disimpulkan bahwa untuk pengembangan pengobatan tradisional pada masa yang akan datang sebaiknya pelayanan dan pendidikan lebih ditingkatkan jumlahnya. Hal ini untuk menghindarkan SP3T Propinsi Jawa Barat masuk terlalu jauh dalam wilayah penelitian sehingga SP3T Propinsi Jawa Barat menjadi lembaga penelitian pengobatan tradisional.
Selain itu kegiatan yang terbatas pada penelitian, manfaat pengetahuan pengobatan tradisional secara nyata belum menyentuh kebutuhan masyarakat. Kegiatan pemanfaatan pengobatan tradisional dalam bentuk pelayanan kesehatan juga barns ditingkatkan karena masyarakat membutuhkan bukti-bukti kongkrit
manfaat pengobatan tradisional. Tanpa bukti bahwa keberadaan SP3T Propinsi Jawa Barat semakin dibutuhkan masyarakat maka pemerintah belum cukup memiliki alasan untuk meningkatkan status organisasi SP3T dari organisasi fungsional menjadi organisasi yang struktural.
77
IV.3.2 Analisis Bentuk Aktivitas Analisis ini memasukkan kegiatan SP3T apakah merupakan bentuk praktik, melakukan metode, atau aktivitas teknologi. Hasil pengelompokan dirangkum dalam Tabel N.5. Tabel N.5 Jumlah Bentuk Aktivitas SP3T Propinsi Jawa Barat Beatuk Aktivitas
1997
1998
Jumlah Ketdatan Tiap Tahun 1999 2000 2001 2002 1 1 -
Praktik
-
-
-
Metode
1
1
1
7
6
Teknologi
-
-
-
2
Jumlah
1
1
1
10
2003
Jml
%
2004
1
1
4
9,3
10
2
2
30
69,76
5
-
-
2
9
20,94
11
11
3
5
43
100
Data diatas menunjukkan bahwa kegiatan SP3T Propinsi Jawa Barat lebih banyak melakukan metode (69,76%) dari pada kegiatan lainnya yaitu bentuk kegiatan yang mengandung teknologi (20,94%) dan praktik (9,3%). Keseimbangan perlu dilakukan dengan meningkatkan praktik-praktik pengobatan tradisional. Hal ini penting, karena pengobatan tradisional bukan berasal dari pengetahuan ilmiah, tetapi dari praktik yang terus menerus. Praktik yang semakin banyak akan mendorong tumbuhnya keyakinan dan kepercayaan publik. Namun demikian kegiatan teknologi tidak dapat ditinggalkan karena SP3T juga berfungsi sebagai pengkajian pengobatan tradisional.
IV.3.3 Analisis Fase Aktivitas Analisis ini memasukkan kegiatan apakah berada pada fase kreasi, retensi, transfer atau pemanfaatan pengetahuan. Hasil pengelompokan dirangkum dalam Tabel
N.6.
78
Tabel IV.6 Jumlah Fase Aktivitas SP3T Propinsi Jawa Barat Fase Aktivitas Kreasi
Jml
•;.
-
2004 2
16
27,12
Jumlab Kt2iatan Tiao Tabun 1997
-
1998
1999
-
-
2000 5
2001 8
2002 1
2003
Retensi
1
1
1
5
8
2
-
3
21
35,59
Transfer
-
-
-
4
2
8
2
1
17
28,82
Pemanfaatan
-
-
-
1
1
1
1
1
5
8,47
Jumlah
1
1
1
15
19
12
3
7
59
100
Dengan memperhatikan angka-angka pada Tabel IV.6, temyata SP3T Propinsi Jawa Barat
lebih banyak melakukan kegiatan pada fase retensi pengetahuan
pengobatan tradisional yaitu sebanyak 35,59% berupa penelitian-penelitian dan sedikit pemanfaatan yaitu sebesar 8,47%. Upaya pengembangan melalui kreasi dan transfer pengetahuan sudah seimbang yaitu masing-masing sebesar 27,12% dan28,81%.
Upaya pengembangan pengobatan tradisional tidak cukup dengan melakukan retensi pengetahuan. Jika peran retensi pengetahuan yang dominan maka SP3T Propinsi Jawa Barat lebih mirip pada lembaga penelitian pengobatan tradisional. Jika melihat dari sejarah pengobatan tradisional berkembang secara turun-temurun maka penyebaran pengetahuannya didorong oleh pemanfaatan pengobatan itu sendiri. Dengan adanya pemanfaatan, pengetahuan terus berkembang.
Dengan demikian terbuka peluang
untuk
meningkatkan
pengembangan
manajemen pengetahuan pengobatan tradisional melalui penambahan kegiatan pada fase aktifitas dalam bentuk-bentuk pemanfaatan pengetahuan pengobatan tradisional yang bervariasi dan berdayaguna.
79
IV.3.4 Analisis Level Aktivitas Analisis ini memasukkan kegiatan apakah masuk dalam kelompok keputusan atau
Hasil
aksi, keputusan tingkat menengah, atau keputusan tingkat tinggi. pengelompokan terangkum dalam Tabel N. 1.
Tabel N. 7 Jumlab Level pada Aktivitas SP3T Propinsi Jawa Barat Level Aktivitas Keputusan atau aksi Keputusan TkMenengah Keputusan
TkTJDRRi Jumlah
1997 1
1998 1
Jumlab Kesriatan Tiao Tabun 1999 2000 2001 2002 9 1 10 11
-
-
-
1
1
-
-
-
I
I
-
I
1
I
11
12
11
Jml
%
2003 3
2004 5
41
87,24
-
1
3
6,38
I
3
6,38
3
7
47
100
Dengan memperhatikan angka-angka pada Tabel N.7, kegiatan SP3T Propinsi Jawa Barat terkonsentrasi pada level aktivitas keputusan atau aksi yaitu sebesar 87,23%. Sedangkan keputusan tingkat menengab dan tinggi yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan organisasi yang pada gilirannya akan menambah kemampuan manajemen pengetahuan masih kurang, jumlahnya sama, masingmasing adalah sebesar 6,38%.
Hal ini mengindikasikan babwa SP3T Propinsi Jawa Barat perlu membuat rencana untuk
pengembangan
pengobatan
tradisional
melalui
pengembangan
organisasinya. Berdasarkan wawancara dengan seorang dokter di SP3T Propinsi Jawa Barat, memang perencanaan SP3T Propinsi Jawa Barat belum dibicarakan secara terbuka oleh seluruh Tim SP3T Propinsi Jawa Barat diangkat Surat Keputusan Gubemur Jawa Barat Nomor 448/Kep.643-Yansos/2004.
Dengan melihat kenyataan bahwa peran SP3T Propinsi Jawa Barat sudah cukup banyak (relatif dibandingkan dengan kendala-kendala disekitarnya) sebenarnya perencanaan sudah ada tetapi mungkin tidak dibuat secara tertulis dan belum melibatkan para anggota Tim SP3T Propinsi Jawa Barat.
80
Wawancara dengan Ketua Tim SP3T Propinsi Jawa Barat menunjukkan adanya halangan untuk melakukan kegiatan seperti ini, karena tidak adanya civil effect yang memungkinkan hubungan kepemimpinan antara Ketua dengan seluruh Tim SP3T Propinsi Jawa Barat Halangan ini menyebabkan sulitnya para anggota dapat diarahkan untuk melakukan sesuatu bagi pengembangan SP3T di masa datang. Selain itu juga terdapat persoalan biaya untuk mengundang semua personil Tim SP3T Propinsi Jawa Barat karena tidak semuanya berada pada Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.
IV.3.5 Analisis Tipe Agen Analisis ini memasukkan kegiatan apakah cenderung pada peran agen individu, agen otomasi atau agen organisasi. Hasil pengelompokan teranglrum dalam tabel IV.8. Tabel IV.8 Jumlah Tipe Agen pada Aktivitas SP3T Propinsi Jawa Barat Tipe Agen
Jumlah Kegiatan TiaJI Tahun 1997
1998
lndividu
-
Otomasi
-
-
Organisasi
1
1
Jumlah
1
1
1999
-
2000 3
2001 10
2002 6
2003 1
2004 3
Jml
•;.
23
53,48
1
-
-
-
-
1
2,33
1
6
1
5
2
2
19
44,19
1
10
11
11
3
5
43
100
Bila diperhatikan kegiatan SP3T Propinsi Jawa Barat banyak dilakukan melalui peran individu yaitu sebesar 53,48%. Peran organisasi juga sudah baik yaitu sebesar 44, I 9%. pengembangan
Peran agen
otomasi
pengobatan tradisional
masih
bisa
membutuhkan
ditingkatkan retensi
karena
pengetahuan
pengobatan tradisional dalam bentuk agen otomasi sehingga sewaktu-waktu setiap orang dapat mempelajari pengobatan ini.
Hal ini dirasa penting karena pengobatan tradisional yang tidak semuanya berbentuk eksplisit, maka untuk mempelajari pengobatan yang bersifat tacit dibutuhkan alat-alat bantu, misalnya gambar-gambar, foto, vidio dan media
81
lainnya. Dengan demikian di masa yang akan datang dapat diupayakan kegiatan berupa pendokumentasian pengobatan-pengobatan tradisional dalam bentuk media yang membantu dalam mempelajarinya.
Upaya SP3T Propinsi Jawa Barat melalui dokumentasi cara-cara pengobatan misalnya pengobatan pada Suku Baduy-Banten Selatan dan penyusunan buku tanaman obat di Jawa Barat sudah merupakan langkah awal untuk mewujudkan peran agen otomasi.
IV.3.6 Analisis Tipe Artifak Analisis ini memasukkan kegiatan apakah cenderung pada penggunaan artifak pengetahuan eksplisit. implisit atau tacit. Hasil pengelompokan terangkum dalam tabel IV.9. Tabel IV.9 Jumlah Tipe Artifak pada Aktivitas SP3T Propinsi Jawa Barat Tipe Artifak Eksplisit
I997 I
I998 I
I999 I
2000 IO
Implisit
-
-
-
-
-
Tacit
I
I
I
-
Jumlah
2
2
2
IO
Jml
%
40
72,73
-
5
9,09
I
I
IO
I8, I8
5
4
55
IOO
Jumlah Kegiatan Tiap Tabun
200I IO
2003 3
2004 3
4
I
I
4
11
I9
2002 11
Berdasarkan angka-angka pada tabel diatas, SP3T Propinsi Jawa Barat banyak menggunakan artifak eksplisit. Hal. ini dapat dibubungkan dengan basil wawancara, bahwa karena keberadaan SP3T yang berada pada Rumah Sakit Hasan Sadikin, pelayanan pengobatan tradisional yang digunakan adalah fitofarmaka dan tidak digunakan jamu. Fitofarmaka adalah pengetahuan yang sudah eksplisit sedangkan jamu belum sepenuhnya eksplisit. Contoh ini menunjukkan mengapa temyata keterlibatan artifak eksplisit mencapai 72,73%. Alasan lainnya adalah penggunaan artifak eksplisit lebih mudah ditelusuri atau diverifikasi. Artifak eksplisit juga mudah ditiru atau digunakan ulang oleh orang lain.
82
Selain itu penggunaan artifak tacit membutuhkan ahli sedangkan SP3T Propinsi Jawa Barat tidak memiliki semua ahli pengobatan tradisional. Jadi akan mengalami kesulitan jika banyak terlibat dengan artifak tacit. Namun demikian tidak terlalu sedikit penggunaan artifak tacitnya yaitu sebesar 18,18%, sedangkan artifak implisitnya 9,09%.
Pelibatan artifak implisit dan tacit pengetahuan pengobatan tradisional dalam SP3T Propinsi Jawa Barat sebagai sasaran kegiatan adalah langkah yang positi( Dengan adanya pengkajian akan semakin banyak pengobatan tradisional yang memiliki artifak tacit dan implisit, suatu saat nanti dapat menjadi semakin eksplisit sehingga memudahkan transfer pengetahuan pemgobatan tradisional tersebut.
IV.J. 7 Analisis Fokus Aktivitas Analisis ini memasukkan kegiatan apakah memberi dampak optimal pada interaksi agen, artifak atau pada psoses. Hasil pengelompokan terangkum dalam Tabel IV.10.
Tabel IV.lO Jumlah Fokus Aktivitas SP3T Propinsi Jawa Barat Fokus
Jml
e;.
2004 3
10
23,26
Jumlah Kexiatan Tiap Tahun I997
I998
-
2000 2
200I
-
2002 3
I999
2003 2
Agen
-
-
Artifak
I
I
I
5
7
2
-
2
I9
44,I8
Proses
-
-
-
3
4
6
I
-
I4
32,56
Jumlah
I
I
I
IO
II
II
3
5
43
IOO
Fokus kegiatan SP3T sejak tahun 1997 sampai dengan tahun 2004 temyata paling banyak berfokus pada upaya penggunaan artifak (sebanyak 44,18%) dibandingkan dengan proses (32,56%) dan keterlibatan agen (hanya 23,26%). Ini merupakan indikasi yang baik karena persoalan pengobatan tradisional adalah tipe artifak pengetahuannya yang masih banyak berupa tacit.
83
Namun demikian peran agen juga perlu ditingkatkan karena artifak pengetahuan yang banyak tanpa keterlibatan agen, artifak pengetahuan tidak akan berarti apaapa. Kegiatan SP3T Propinsi Jawa Barat yang melibatkan lebih banyak agen pada pengobatan tradisional akan meningkatkan kepercayaan publik pada pengobatan tradisional.
IV.3.8 Ringkasan Analisis Kegiatan SPJT Analisis kegiatan SP3T Propinsi Jawa Barat dapat dikembangkan dengan melihat keterkaitan satu analisis dengan analisis yang lain. Untuk itu dilakukan dengan cara merangkum analisis sebelwnnya dalam satu tabel tersaji dalam Tabel IV. II. Tabel IV.ll Persentase Jwnlah Unsur-unsur Manajemen Pengetahuan Pada Aktivitas SP3T Propinsi Jawa Barat No
Perangkat
, ~
I»
~ ~
s::
~ a.
Persentase
-f
~
0
0 '9.
Fase Aldifitas ;u -f
"!!.... ;.
Ill
::I
!!!.
ii)
::I
(/)
Level Aktivitas
, , ,
3
Ill :::J
~ iii' I»
s-
::I
a a
!II
(/)
:><"
=I :::J
(C
'9.
s::
:::1
J
IQ
Ill
"c
2'
~ ::I a.
npe
npe
Agen
Artifak
)>
::I
a. s. 0 a. 3 Ill
s: c
0
caI»
m 3
:><"
"0
"2.
!!!.
ar ~ ~ Ill
2
44
Fokus Aktivitas
-f
I»
g,
::1
)> (C
::I
)>
3: ii3'
,
a !II
:><"
44
33
Ill
!!!.
Ill :::J I»
[
::r
Aktivitas 1997-2004
Juniahpersentase
Hasilnya
adalah
10
69
21
100
gambaran
'ZT
36
29
100
kondisi
8
6
6
88
100
manaJemen
54
100
73
9
18
23
100
pengetahuan
100
pengobatan
tradisional dalam SP3T Propinsi Jawa Barat temyata lebih banyak melakukan metode (67%) dari pada praktik (10%). Mungkin hal ini berhubungan dengan besamya kegiatan yang berfokus pada penggunaan artifak (56%) dari pada peran agen (23%) dan tipe artifak yang digunakan adalah artifak eksplisit (73%).
Dengan kata lain, pengobatan tradisional pada SP3T Propinsi Jawa Barat yang terfokus pada penggunaan artifak eksplisit sejalan dengan sedikitnya peran agen. Kurangnya peran agen disebabkan sedikitnya tenaga ahli pengobatan tradisional
pada SP3T Propinsi Jawa Barat. Karena itu persoalan ini perlu dicari penyebabnya.
84
Masih rendahnya kegiatan dalam bentuk praktik pengetahuan pengobatan tradisional ( 10%) mungkin berkaitan dengan rendahnya kegiatan yang berorientasi
pada keputusa.n tingkat tinggi (6%). Hal ini nampaknya berdampak pada aktifitas pemanfaatan pengetahuan yang juga rendah yaitu (8%).
Namun demikian untuk membuktikan apakah dugaan tersebut benar maka perlu penelusuran lapangan. Untuk itu dilakukan wawancara kepada para agen dan melihat kondisi lapangan.
IV.4 Analisis Wawancara Analisis ini dilakukan setelah melakukan wawancara dengan beberapa agen pengobatan tradisional di dalam dan di luar SP3T Propinsi Jawa Barat.
Wawancara dilakukan pada tiga dokter SP3T Propinsi Jawa Barat untuk memperoleh informasi tentang: (1) kondisi SP3T Propinsi Jawa Barat (2) informasi tentang pengobatan tradisional yang dipraktikkan (3) manfaat pengobatan tradisional yang ditekuni selama ini dalam menunjang praktik medis (4) adanya hambatan pengembangan pengobatan tradisional ( 5) harapan pengembangan pengobatan tradisional.
Hasil wawancara tersebut terangkum dalam Tabel IV. 12 berikut ini:
Tabel IV. 12 Resume Basil Wawancara tentang SPJT dan Pengobatan Tradisional Nama
Hambatan SP3T
DokterM Struktur Organisasi, Dana, Sarana, SDM
Dokter J
Tidak dikenal masyarakat
Dokter S
Belum konsolidasi, sosialisasi belum optimal
DokterN
-
Dokter A
-
TabibZA
-
Pengobatan modern dan tradisional
Hambatan Batra
Tidak semua Mental sembuh dengan modem dan tradisional, digabungkan saja Dengan akupunktur Masalah bisnis, lebih cepat untuk apa alat-alat yang sudah dibeli jika nanti tidak dipakai Batra sebagai Masalah bisnis komplementer, Modem ada keterbatasan, dan sudah ada jawabannya homeopati Modemuntuk -Batantra tidak berfikir maju dan gawat darurat dan keilmuannya akut Batra sebagai komplementer, ada saatnya modem lebih baik Sebagai komplementer, tp modem by_k mudhorotnya
Bisnis, tidak semua percaya pada batra, kurikulum Fakultas Kedokteran Bisnis, politik dan kurang sosialisasi
Resistensi dari Dokter
lnformasi Pasien ke SP3T/ praktinya
Formalisasi Batra
Kelebihan Batra
Ada
-
Ada hambatan mental
Penyakit-ringan
-
Dari mulut ke mulut
-
Ada
Dari mulut ke mulut
Setuju, homeopati sesuai untuk negara berkembang
Mempercepat pemulihan tubuh lebih cepat menyelesaikan penyembuhan dirinya sendiri Homeopati mampu mengembalikan keseimbangan pada tubuh, lebih murah dan cocok untuk negara berkembang
Ada
Dari mulut ke mulut Leaflet
Ada
Leaflet
Setuju diformalkan agar manfaat nya maksimal Diformalkan
-
Dari mulut ke mulut
Diformalkan dan diilmiahkan
Baik sekali untuk penyakit kronis dan degeneratif Biayanya lebih murah, Indonesia dapat membuatnya sendiri Menghindari efek samping, lebih murah, sesuai dengan tubuh
86
Sebagai pembanding basil wawancara pada SP3T dilakukan wawancara pada tiga praktisi pengobatan tradisional di luar SP3T Propinsi Jawa Barat yaitu wawancara dengan dua orang dokter dan satu orang tabib di Kota Bandung. Tujuan wawancara kepada mereka ini sama dengan tujuan wawancara kepada dokter di SP3T, hanya tidak menyinggung SP3T.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pengobatan tradisional sangat bermanfaat karena: ( 1) baik untuk mengatasi penyakit-penyakit yang ringan, sehingga tidak sering menggunakan bahan obat dari kimia buatan yang berefek samping bagi tubuh. (2) pengobatan
tradisional
mampu
mempercepat
kesembuhan
karena
membantu tubuh mencapai keseimbangan. (3) cocok untuk negara berkembang yang kekurangan modal, karena dibandingkan dengan pengobatan modem pengobatan tradisional tidak memerlukan biaya penelitian yang besar. (4) pengobatan tradisional baik untuk mengatasi penyakit k:ronis dan degeneratif. (5) bahan-bahan pengobatan tradisional tersedia di dalam negen sendiri sehingga dapat mengurangi ketergantungan obat impor.
Posisi
yang diharapkan bagi pengobatan tradisional atas pengobatan modem
adalah menggabungkan keduanya karena tidak semua persoalan kesehatan dapat diselesaikan dengan pengobatan modem saja atau pengobatan tradisional saja.
Menyadari perlunya sinergi pengobatan modem dengan pengobatan tradisional mereka memiliki harapan bahwa pengobatan tradisional itu perlu diformalkan. Sebagian berharap diilmiahkan agar manfaatnya maksimal.
Pengembangan pengobatan tradisional mengalami sejumlah hambatan berupa faktor mental dan kepentingan bisnis. Sebagian menyatakan bahwa kurikulum
87
pendidikan kedokteran tidak terbuka terhadap pengobatan tradisional. Hal ini berkorelasi dengan kolom resistensi dari dokter bagi sejawat yang melakukan praktik pengobatan tradisional. Namun demikian terdapat juga pendapat bahwa dalam pengobat tradisional sendiri tidak berupaya keras memajukan keilmuan pengobatan tradisional.
Kondisi-kondisi yang menghambat perkembangan pengobatan tradisional diatas berhubungan dengan kolom bagaimana biasanya pasien memperoleh informasi tentang praktik pengobatan tradisional. Baik di dalam maupun di luar
SP3T
Propinsi Jawa Barat, ummnnya para pasien yang datang pada praktik pengobatan tradisional mereka memperoleh infonnasi tentang manfaat pengobatan tradisional berjalan dari satu individu ke individu lainnya Karena informasi menyebar dari mulut ke mulut jadi pengetahuan pengobatan tradisional pada publik lambat berkembang. Jadi sebenarnya praktik pengobatan tradisional belum cukup berkembang,
apalagi
untuk
berdampingan
dengan
pengobatan
modem.
Perkembangan pengobatan tradisional yang pesat akan terjadi jika penyebaran infonnasi bersifat masal.
Mengatasi persolan ini, kebijakan Menteri Kesehatan untuk mendirikan Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional melalui keputusan Menteri Kesehatan Nomor 0584/Menkes/SKNI/1995 tanggal 2 Juni 1995 dipandang tepat Dengan keputusan ini pemerintah melalui Menteri Kesehatan mengakomodasi harapan pengembangan pengobatan tradisional. Menurut Menteri Kesehatan sebagaimana diutarakan oleh Ketua SP3T l>ropinsi Jawa Barat, pendirian SP3T dalam bentuk organisasi fungsional sebagai langkah awal untuk pengembangan pengobatan tradisional. Jika nanti berkembang, maka pemerintah akan mengangkat SP3T pada posisi yang lebih baik.
Status organisasi SP3T yang bersifat fungsional berdampak pada hambatan besar bagi pengembangan pengobatan tradisional oleh SP3T. Hambatan itu berupa tidak memiliki
sumber
daya
manusia
yang
memiliki
waktu
penuh
untuk
88
mengembangkan SP3T. Ketidaksediaan bekeija penuh waktu pada SP3T dinilai wajar karena tidak terdapat imbalan dari pemerintah. Sesuai dengan pemyataan Ketua SP3T Propinsi Jawa Barat, ketika beliau menanyakan tentang SP3T kepada Menteri Kesehatan dalam sebuah forum dinyatakan bahwa pemerintah hanya menyediakan kailnya saja, silahkan mencari ikan sendiri. Padahal sebelum menghasilkan, biaya operasional SP3T sudah ada diantaranya untuk administrasi pada SP3T.
Dampak berikutnya adalah SP3T Propinsi Jawa Barat menjadi kekurangan dana
dan sarana. Sesuai dengan kebijakan pendiriannya, SP3T dibentuk dengan mendayagunakan sarana dan tenaga yang ada. SP3T dapat melekat pada Badan Litbang Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Rumah Sakit Pendidikan, Balai Latihan Tenaga Kesehtan Masyarakat (BPTKM), yayasan atau institusi swasta. SP3T tidak membentuk institusi atau struktur baru. Akibatnya kedudukan SP3T juga tidak mantap, sebagaimana keberadaan SP3T Propinsi Jawa Bawat pada RSHS tidak jelas karena tidak ada dasar hukum yang dapat dipedornani.
Hal-hal di atas menjadi latar belakang kurang optimalnya fungsi-fungsi SP3T. Hal ini menjelaskan analisis sebelumnya yang rnenernukan rnasih rendahnya kegiatan dalam bentuk praktik pengetahuan pengobatan tradisional (10%). Hal ini jelas berhubungan dengan aktifitas pernanfaatan pengetahuan yang juga rendah yaitu (8%). Rendahnya dua hal ini berkaitan dengan rendahnya kegiatan yang berorientasi pada keputusan tingkat tinggi (6%) yang merupakan aktivitas yang menghasilkan kebijakan bagi pengembangan organisasi. Pengembangan organisasi dirnaksud diharapkan dapat mengernbangkan rnanajemen pengetahuan pengobatan tradisional.
Data tentang jumlah pasien berobat pada pelayanan pengobatan tradisional SP3T Propinsi Jawa Barat oleh rnasyarakat juga belum menunjukkan jurnlah berarti. Padahal jika rnereka rnengetahui biaya pengobatannya cukup murah, yaitu Rp25.000 untuk rnasyarakat umum dan Rp15.000 untuk pegawai Rumah Sakit
89
Hasan Sadikin Bandung. Dengan biaya sebesar itu mereka akan dilayani oleh dokter yang memiliki keahlian medis dan pengobatan tradisional.
Tabel N.l3 Jumlah Pasien pada SP3T Propinsi Jawa Barat Bulan Tahun
1
2
2002 2003 2004
0 21 28
0 22
32
3 17
28 31
4
22 23 21
5 11 25 31
6
21 19 28
7 37 32 25
8
9
10
11
12
31 29 19
26
13
22
36
31
23
22 14 12
9 26 18
Jml
Per bulan
209 297 299
21 25 25
Sumber: SPJT Propinsi Jawa Barat
Hal-hal di atas berkorelasi dengan dengan basil wawancara {Tabel VI.l2). Rendahnya pemanfaatan sarana pelayanan pengobatan tradisional pada SP3T Propinsi Jawa Barat oleh masyarakat disebabkan kurang sosialisasi tentang layanan pengobatan tradisional pada Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Tidak adanya sosialisasi disebabkan tidak adanya konsolidasi Tim SP3T. Sedangkan konsolidasi dibutuhkan untuk menghasilkan perencanaan dan program kerja bagi pengembangan SP3T lebih lanjut. Tidak adanya konsolidasi disebabkan sumber daya manusia bekerja pada SP3T secara sukarela. Pengembangan SP3T pun terhalang status keberadaannya pada Rumah Sakit Hasan Sadikin yang tidak jelas karena organisasi fungsional SP3T tidak memiliki struktur organisasi yangjelas.
IV.S Peran SP3T dalam Pengembangan Pengobatan Tradisional Kendatipun kurang dikenal masyarakat, menurut Ketua SP3T Propinsi Jawa Barat, SP3T Propinsi Jawa Barat adalah yang terbaik. SP3T di tempat lain umumnya tidak berjalan. Dibandingkan dengan SP3T DKI Jakarta dan SP3T Propinsi Jawa Timur, SP3T
Propinsi Jawa Barat lebih baik karena disamping penelitian
pengobatan tradisional juga memiliki empat macam pelayanan pengobatan tradisional.
SP3T Propinsi Jawa Timur hanya memiliki satu jenis pelayanan
pengobatan tradisional yaitu pengobatan herbal. Sedangkan SP3T DKI Jakarta tidak mengadakan pelayanan pengobatan tradisional dapat disebabkan karena
90
lokasinya di tengah-tengah Rumah Sakit Dokter Cipto Mangunkusumo Jakarta dan di sana telah ada praktik akupunktur.
Jadi SP3T Propinsi Jawa Barat sebenarnya telah melakukan usaha yang terbaik diantara halangan yang ada disekitarnya. Namun demikian SP3T Propinsi Jawa Barat dapat lebih dikembangkan karena memiliki potensi besar untuk. mengembangkan pengobatan tradisional. Hal ini didasarkan pada: ( 1) Tugas pokok sebagai lembaga yang melakukan penelitian dan pengujian pengobatan tradisional, menyelenggarakan pendidikan serta melakukan pelayanan kesehatan pengobatan tradisional. Bergabungnya tiga fungsi dalam satu lembaga ini sangat penting mengingat sifat pengembangan pengobatan tradisional memerlukan praktik, penelitian dan transfer pengetahuan dari sumbemya yang ahli agar tidak terjadi distorsi (asal bisa) sehingga pengobatan tradisional bisa efektif dan aman. Apalagi tidak ada lembaga pemerintah yang mengembangkan pengobatan tradisional dan memiliki tiga fungsi dalam satu tempat sebagaimana SP3T
meskipWl SP3T tidak berbentuk. lembaga
struktural. (2) Sumber daya manusia yang memiliki kemampuan lebih sebagai tenaga ahli dalam bidang pengobatan modem dan pengobatan tradisional. Dengan demikikan penerapan pengobatan tradisional dapat secara tepat dilakukan dengan pertimbangan pengetahuan yang luas. (3) Lokasi berada pada Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, dapat digunakan sebagai sarana promosi pengobatan tradisional untuk. memperoleh penilaian publik. Pilihan lainnya adalah secara resmi pelayanan pengobatan modem bekerjasama dengan pengobatan tradisional pada SP3T untuk. kasus-kasus yang tidak bisa diatasi dengan pengobatan modem.
Untuk. itu di masa mendatang perlu dimantapkan posisi SP3T sebagai lembaga manajemen pengetahuan pengobatan tradisional. Ini dilakukan berdasarkan tiga tugas pokok SP3T yaitu sebagai lembaga penelitian, lembaga pendidikan dan pelayanan pengobatan tradisional.
91
IV.6. Kearifan Dalam Penggunaan Teknologi Pengobatan Dari basil wawancara dengan para dokter yang berpraktik pengobatan tradisional, baik dalam maupun di luar SP3T Propinsi Jawa Barat didapatkan satu hal menarik yaitu kekayaan pengetahuan dan pengalaman dapat menumbuhkan kearifan dalam penggunaan teknologi pengobatan. Dengan pengetahuan dan pengalaman praktik dua macam pengobatan mereka mengakui dan menyadari adanya keterbatasan kemampuan suatu pengobatan baik modem maupun tradisional. Disamping itu penggunaan teknologi pengobatan modem yang bersifat kapital intensif menyebabkan beban biaya pengobatan bagi pasien. Hal ini menggerakkan para dokter yang memiliki keahlian ganda tersebut untuk memberikan yang terbaik
pada pasien meskipun beresiko mendapatkan predikat atau gelaran yang tidak menguntungkan dan berkesan tidak menghormati, misalnya penggilan sebagai seorang "terkun" (dokter dukun).
Berdasarkan hal tersebut keberadaan tenaga-tenaga medis yang memiliki pengobatan tradisional sangat diperlukan. Tetapi upaya untuk menduplikasi tenaga seperti ini tidak mudah karena kebanyakan pengetahuan pengobatan tradisional masih menjadi milik ahlinya saja. Hambatan lainnya adalah pengobatan tradisional karena memiliki kaidah sendiri dan tidak sesuai dengan rasionalitas sebagaimana pengetahuan modem dianggap bukan pengobatan yang rasional.
Pengetahuan pengobatan tradisional sulit difahami dengan menggunakan sepenuhnya kaidah ilmiah. Pengetahuan pengobatan tradisional
le~ih
mudah
difahami dengan memperhatikan pemanfaatan. Ini terjadi pada kasus-kasus dokter sakit tidak sembuh dengan pengobatan modem dan sembuh dengan pengobatan tradisional. Misalnya seorang dokter yang sakit pada lehemya diobati dengan antibiotik tidak kunjung sembuh. Karena sudah lama, akhimya saran untuk mencoba minwn air yang telah dimasuki jarwn panas dilakukan, dan sakitnya mereda. Karena itu pemanfaatan pengobatan tradisional pada lembaga pelayanan kesehatan resmi pemerintah sangat dibutuhkan untuk memperoleh kepercayaan publik pada pengobatan tradisional.
92
Kearifan penggunaan teknologi pengobatan tradisional ini karena mereka konsisten dan konsekuen dengan
evidence base medicine.
Pengobatan harus
didasarkan pada bukti-bukti yang nyata. Dengan demikian jika terdapat suatu praktik pengobatan yang telah digunakan masyarakat selama bertahun-tahun bahkan berabad-abad, terbukti efektif dan aman maka sudah selayaknya dipertimbangkan digunakan untuk membantu proses penyembuhan.
Namun demikian, penggunaannya memerlukan pengetahuan kaidah tertentu yang harus diikuti agar tidak menimbulkan efek samping. Misalnya penggunaan bawang putih baik untuk menurunkan kolesterol namun menjadi tidak baik hila diberikan kepada penderita gastritis. Pertimbangan kedaruratan penyakit juga telah mereka lakukan, misalnya
jika terpaksa membutuhkan obat allopaty mapun
tindakan medis seperti operasi, demi keselamatan pasien.
Kearifan nampak dengan upaya sungguh-sungguh para dokter yang mencari cara selain medis, ketika pengobatan ini tidak memberikan basil yang memuaskan. Ini didasarkan pada praktik mereka sendiri. Ketika pengobatan modem hanya memberikan kesembuhan untuk sementara waktu dan pasien kembali meminta pertolongan maka hatinya menuntun untuk mencari cara-cara lain yang lebih efektif.
Upaya seperti ini sudah selayaknya diberi penghargaan yang pantas sebagai pengabdian untuk mengutamakan nilai kemanusiaan ketika yang lainnya lebih mengutamakan keuntungan materi. Hal ini nampak pada kearifan mereka untuk memberikan pengobatan yang tidak saja lebih efektif tapi juga lebih murah.
Kearifan itu juga nampak dengan kesabaran dalam mewujudkan visi dan misi SP3T meskipun tidak mendapat imbalan dari pemerintah. Secara keseluruhan kearifan itu merangkum sifat-sifat konsekuen, konsistensi, rasionalitas, kejujuran dan pengabdian.
93
IV.7. Perluasan Manajemen Pengetahuan Pengobatan Tradisional Pengembangan pemanfaatan pengobatan tradisional hams difikirkan secara bijak. Hal ini disebabkan akademi pengobatan tradisional belum ada, kalaupun ada lembaga pendidikan baru setingkat kursus. Jumlah lembaga yang mengajarkannya juga sangat sedikit dibandingkan dengan macam pengobatan tradisional yang ada. Misalnya dari 30 (tiga puluh) jenis pengobatan tradisional yang ada yang secara resmi memiliki lembaga pendidikan baru akupunktur, ini pun baru sampai tingkat akademi.
Dengan adanya sekolah khusus tentang pengobatan tradisional, diharapkan ada standar minimal tentang praktik pengobatan tradisional yang diakui bersama.
Selain itu, masyarakat juga lebih aman dan percaya bahwa pengobatan tradisionalpun berunsur rasionalitas, aman dan jujur. Untuk itu SP3T Propinsi Jawa Barat dapat menjadi inkubator pengembangan pengetahuan pengobatan tradisional melalui program pendidikan dan latihan pengobatan tradisional.
Wujudnya lembaga pendidikan resmi pengobatan tradisional sangat dibutuhkan karena pengobat tradisional yang tidak memiliki kompetensi yang baik dalam pengobatan tradisional dan tidak melakukan pengobatan sesuai dengan anatomi dan fisiologi tubuh manusia dikuatirkan akan menimbulkan akibat yang merugikan pasien. Walaupun demikian menutup praktik pengobatan tradisional yang sudah ada karena dinilai kurang kompeten juga tidak tepat. Tindakan ini akan memunahkan khasanah pengetahuan.
Selain itu penutupan praktik
pengobatan tradisional berarti menghalangi pasien yang selama ini teitolong dengan pengobatan tradisional.
Dengan upaya pelestarian pengobatan tradisional dan pengembangan praktiknya dan diiringi dengan penelitian diharapkan suatu saat nanti pengetahuan modem
akan
sampai pada kemampuan menguji pembuktian pengetahuan pengobatan
tradisional. Jika pengobatan tradisional telah dapat diuji melalui pendekatan ilmiah
94
maka kebenarannya tidak ditolak lagi. Selain itu pengetahuan ilmiah akan memiliki · khasanah
pengetahuan
tentang
manusia dan
alam,
khususnya
berhubungan dengan pengobatan.
Pengembangan pengobatan tradisional juga dibutuhkan untuk meminimalisir dampak yang tidak diharapkan yaitu kesalahan dalam pengobatan. Dengan adanya penelitian terus menerus akan dikenali kontra indikasi praktik pengobatan tradisional. Dengan demikian pengobatan tradisional dapat dilak:ukan dengan aman meskipun belwn dapat dipahami dengan pendekatan ilmiah.
Transfer pengetahuan pengobatan tradisional kepada para dokter yang berada pada pelayanan kesehatan masyarakat terdepan menjadi sangat penting, yaitu para dokter yang bertugas di Puskesmas, karena: 1. pilihan penggunaan pengobatan modem dan pengobatan tradisional untuk menangani suatu kasus lebih cepat sehingga masyarakat tidak perlu mengembara
mencan
pengobatan
yang
bermacam-macam
dan
menghabiskan biaya. 2. penggunaan pengobatan tradisional pada Puskesmas semakin diperlukan untuk penanganan kasus bersifat terminal dalam pengobatan modem. 3. Puskesmas sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor I 076/MENKES/SK/VII/2003
tentang
Penyelenggaraan
Pengobatan
Tradisional bertugas mengawasi penggunaan pengobatan tradisional oleh masyarakat. 4. para dokter yang bertugas di Puskesmas dapat melakukan pembinaan langsung pada pengobat tradisional untuk menghindarkan dampak merugikan pada pasien akibat kesalahan praktik pengobatan tradisional. Pimbinaan dapat dilak:ukan dalam kedudukan setara misalnya melakukan pembinaan melalui pola-pola kerjasama antara Puskesmas dengan pengobat tradisional.
95
5. penggunaan pengobatan tradisional oieh dokter atau para medis dengan pengawasan dokter di Puskesmas akan mempercepat penerimaan, pengakuan, keterujian, dan kepercayaan pengobatan tradisional yang dibutuhkan dalam manajemen pengetahuan pengobatan tradisional.
Untuk mewujudkan hal-hal tersebut, SP3T Propinsi Jawa Barat perlu memiliki program
kerja untuk memantapkan perannya dalam kontek manajemen
pengetahuan pengobatan tradisional yaitu desiminasi pengetahuan dan ketrampilan pengobatan tradisional. SP3T Propinsi Jawa Barat dapat memulainya dengan menyebarkan jenis-jenis pengobatan yang telah terbukti berhasil baik dalam praktik pelayanan pengobatan tradisional pada SP3T dan maupun pengobatan tradisional yang sudah diteliti oleh SP3T Propinsi Jawa Barat.
SP3T Propinsi Jawa Barat juga dapat berperan dalam melunakkan resistensi penerimaan pengobatan pengobatan tradisional dari pihak medis. Melalui bimbingan sejawat, proses adopsi pengobatan tradisional dalam jaringan lembaga pelayanan kesehatan pemerintah diharapkan dapat terjadi.
Bab V Kesimpulan
V.l Kesimpulan Hal-hal yang dapat disimpulkan dari keseluruhan analisis terhadap aspek manajemen pengetahuan dari pengobatan tradisional di lingkungan SP3T Propinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut: I. Manajemen pengetahuan -sebagai konsep dan kerangka kerja metodologimenyediakan sarana analisis dan pengembangan bagi
suatu praktik
pengobatan, yang menghindarkan pelaku analisis dari dikotorni yang mempertentangkan antara Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Modem Dengan demikian, terbuka peluang bahwa keberhasilan dalam manajemen pengetahuan di satu jenis praktik pengobatan untuk dipelajari dan diadopsi ke dalam jenis praktik pengobatan yang lainnya, tanpa perlu mempersoalkan apakah praktik yang satu berjenis Tradisional dan yang lain Modem, atau sebaliknya. 2. Manajemen pengetahuan dari suatu praktik pengobatan tradisional dapat dianalisis dan dikembangkan dengan jalan menelusuri dan menemukenali berbagai kegiatan-kegiatan (bentuk, fase dan level), pelaku-pelaku kegiatan (tipe-tipe agen) dan obyek-obyek (bentuk, tipe dan fungsi
obyek) yang
membangun keseluruhan manajemen pengetahuan dari praktik pengobatan tersebut. Manajemen pengetahuan pada suatu praktik pengobatan tradisional dikatakan baik hila cukup lengkap mengandung jenis dan jumlah kegiatan, pelaku, dan obyek untuk mendukung terjadinya kreasi, retensi, utilisasi dan alih }x!ngetahuan di antara seluruh pihak yang terkait erat dengan praktik pengobatan tersebut. 3. Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T) Propinsi Jawa Barat -sebagai organisasi yang memiliki tugas pokok untuk melakukan pengkajian, pendidikan dan pelayanan pengobatan tradisional serta memiliki sumber daya manusia yang memiliki keahlian pengobatan modem dan pengobatan tradisional- memiliki potensi yang besar dalam pengembangan
96
97
manajemen pengetahuan pengobatan tradisional. Ini didasarkan pada temuan dari tesis ini bahwa SP3T Propinsi Jawa Barat telah terlibat dalam berbagai
kegiatan yang penting dalam manajemen pengetahuan, yang mencakup kegiatan
penciptaan.
retensi,
pemanfaatan
dan transfer pengetahuan
pengobatan tradisional. Khususnya, di lingkungan SP3T Propinsi Jawa Barat, manajemen pengetahuan dalam fase retensi pengetahuan dilakukan dalam kegiatan
pengujian
dan
penelitian,
penyelenggaraan
seminar
serta
pendokumentasian pengobatan tradisional, sedangkan transfer pengetahuan dilakukan dalam bentuk demonstrasi, pendidikan dan pelatihan, sosialisasi, penyuluhan, serta pembinaan kepada berbagai pengobat tradisional. 4. Analisis terhadap jenis-jenis pengobatan tradisional yang dimanfaatkan dan dikembangkan di lingkungan SP3T Propinsi Jawa Barat memberikan gambaran bahwa pelayanan pengobatan akupunktur, fitofarmaka dan homeopati lebih berpotensi untuk dikembangkan dibandingkan dengan pengobatan dengan tenaga dalam, karena ketiga jenis praktik tersebut: -
memiliki eksplicit knowledge artifacts.
-
dilihat dari bentuk aktifitasnya, dikategorikan sebagai teknologi karena telah mengandung informasi tentang ilmu pengetahuan yang bersifat preskriptif dan lengkap.
-
dilihat dari fase aktifitasnya, lebih berpotensi untuk fase kreasi tahap lanjut.
-
dilihat dari fokus aktifitasnya, bertumpu pada penggunaan artifak.
Dengan demikian pengetahuan tersebut telah diartikulasikan dalam cara sedemikian rupa sehingga dapat langsung dan secara lengkap ditransfer dari satu orang ke orang lainnya. Pengembangan pengetahuan dapat terjadi karena pengetahuan dapat dikodifikasi agar dapat disentuh, dilihat, didengar dan dirasakan serta dimanipulasi. 5. Analisis terhadap kegiatan pelayanan pengobatan tradisional dan kegiatankegiatan lainnya di lingkungan SP3T Propinsi Jawa Barat pada periode 19972004 memperlihatkan adanya peluang untuk meningkatkan kegiatan dalam
98
bentuk penyelenggaraan praktik dan pemanfaatan pengetahuan pengobatan tradisional. Dengan dilakukannya hal ini, pengetahuan pengobatan tradisional
akan tersebar lebih luas di wilayah pengetahuan publik, yang pada gilirannya akan menjadi sebuah persyaratan bagi pengembangan budaya hidup sehat dan peningkatan ketahanan kesehatan masyarakat.
V.2 Rekomendasi Berdasarkan hal-hal yang disimpulkan di atas disusun rekomendasi sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan praktik dan pemanfaatan pengetahuan pengobatan tradisional guna meningkatkan kinerja manajemen pengetahuan pengobatan tradisional,
SP3T Propinsi Jawa Barat dapat melakukan deseminasi
pengetahuan pengobatan tradisional pada jaringan pelayanan kesehatan pemerintah yang bersentuhan langsung dengan masyarakat dan pelaku pengobatan tradisional, yaitu melalui Puskesmas. Dengan perkataan lain, Puskesmas dapat menjadi mitra utama SP3T Propinsi Jawa Barat dalam jaringan manajemen pengetahuan pengobatan tradisional. Hal ini sejalan dengan
peraturan/perundangan
yang
berlaku tentang
penyelenggaraan
pengobatan tradisional. 2. Deseminasi pengetahuan pengobatan tradisional dapat dilakukan dalam bentuk pelatiban pengobatan tradisional bagi para dokter di Puskesmas. Dokter Puskesmas sebaiknya menjadi prioritas dalam pelatihan pengobatan tradisional karena dengan cara ini pengetahuan pengobatan tradisional dapat segera dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan pembinaait pengobat tradisional. SP3T Propinsi Jawa Barat juga dapat mengembangkan layanan konsultasi pengobatan tradisional dengan mengambil kasus-kasus pasien di Puskesmas. Usaha ini dilakukan untuk mempercepat pengakuan dan membangun kepercayaan publik atas penggunaan pengobatan tradisional.
Daftar Pustaka I. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan 2. Peraturan Presiden RI Nomor 7 Tahun 2005 tentang tencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009. 3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1076/Menkes/SKNIV2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional 4. Todaro, (1994), Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Jakarta: Erlangga
5. Sasmojo, Saswinadi, (2001), Science,
Teknologi, Masyarakat dan
Pembangunan, Bandung: Institut Teknologi Bandung 6. Hess, J David, (1995), Science and Technology, in Multicultural World, New York USA: Columbia University Press 7. Soedibyo, Mooryati BRA, (1998), A/am Sumber Kesehatan- Manfaat dan
Kegunaan, Jakarta: Balai Pustaka 8. Sujatno, Muchtan, (2004), Profit Sentra Pengembangan dan Penerapan
Pengobatan Tradisional Propinsi Jawa Barat, Bandung: SP3T Propinsi JawaBarat 9. New Man, Brian, (1999), The Knowledge Management Theory Papers, West Richland 10. Mangoenprasodjo, Setiono, (2005), Terapi Altematif dan Gaya Hidup
Sehat, Yogyakarta: Pradipta Publising 11. Hembing, (2000), Ensiklopedia Milenium, Tumbuhan Berkhasiat Obat
Indonesia, Jakarta: Prestasi Insan Indonesia 12. Ismail, (2003),
Kitab Perubatan Jawi,
No.INolVJuni-Juli
2003,
Malaysia : HP A
13. Moleong,
Lexy,
(2004),
Metode Penelitian Kualitatif,
Bandung:
Rosdakarya 14. Fu Chunjiang, (2005), Intisari Obat-obatan Tradisional China, Jakarta: Elex Media Komputindo
99
100
15. Ismail, (2004), Buku Panduan INTIBAH, Seri ill, Perlis, Malaysia: lnstitut Latihan Herba 16. World Health Organization, Traditional Medicine, WHO Media Centre, dalam
http://www. who.int/mediacentre/factsheets/fs 134/en/
diakses
tanggal30 Juni 2005 17. Dannansjah, Iwan, (200 1), Pengobatan Alternatif Dan Komplementer -
Tinjauan Farmakopolitik,
pada Semiloka Pengobatan Altematif pada
Pelayanan Medik tanggal 14 Agustus 2001 18. Pratomo, Budiman, (2004), Manajemen Pengetahuan dalam http://www. mabesad.mil.id/artikellartikel2/31 0504
manajemen pengetahuan. htm
diakses tanggal 5 Juli 2005 19. ------, Jamu, dalam http://www.jawapalace.org(jamuhtml diakses tanggal 13 Juni 2005 20. ------, Visi Pembangunan Kesehatan, dalam http://www.depkes.go.id. diakses tanggal 2 Juni 2005 21. China Radio International, Dokter Tunanetra di Rumah Sakit Pijat Beijing,
dalam
http://id.ehinabroadcast.cn/l/2005/05/23/
[email protected] diakses
tanggal 18 Juni 2005 22. -----,
Tingginya
Biaya
Obat
di
Indonesia,
dalam
www.pelita.or.id/baca.php?id=22989, diakses tanggal20 Juni 2005 23. - - , Menangkap Peluang Obat Tradisional, Harlan Umum Republika, Selasa, 18 Januari 2005,
dalam
http://www.republikaco.id/koran
detail.asp?id= 184315&kat id= 150&kat id 1=&kat id2= diakses tanggal 20 Juni 2005 24. -----, Wawancara dengan Direlctur Jenderal Bina Kesehatan Masyaralcat,
Departemen Kesehatan, Republika, Selasa, 04 Mei 2004, www.republika.co.i~
dalam
diakses tanggal 2 Juni 2005
25. Maheshwari, Hera, (2002), Pemanfaatan Obat A/ami: Potensi dan Prospek
Pengembangannya, Makalah, dalam http://rudyct. tripod.com/sem20 12/ hera maheshwari.htm, diakses tanggal 20 Juni 2005
101
26. Hadikusumo, (1996),
Twuk Jarum, Upaya Penyembuhan AltemaJif,
Yogyakarta: Kanisius 27. -------, Ketentuan Logo dan Pencantumannya, Republika, Selasa, 17 Mei 2005, dalam www.republika.eo.id/suplemen/cetak detail.asp?mid=2&id =197984&kat id=105&kat id1 =150, diakses tanggalll Juli 2005 28. -----, (2004), 30 Pengobat Altematif, Tabloid Senior, Jakarta: Gramedia 29. ---, Latihan
Pengembangan Dasar I, Bahan Presentasi, Bidang
Kepelatihan LSP-SN Bandung 30. Supardi, Sudibyo (2002), Pola Pengobatan Sendiri Menggunakan Obat,
Obat Tradisional dan Cara Tradisional serta Pengobatan Rawat Jalan Memanfaatkan Pengobatan Tradisional, Research Report, Badan Litbang Kesehatan Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, http:l/digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2002sudibyo-835-pengobatan , diakses tanggal 20 Juni 2005
dalam
LAMPIRAN-LAMPIRAN
102
103
Pertemuan I di SP3T, 1 Juni 2005, pkl 9.30 Pengarahan Ketua SP3T Propinsi Jawa Barat, Prof. Dr. H. R. Muchtan Sujatno, dr. SpFK. SP3T adalah Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional yang didirikan berdasarkan GBHN. SP3T didirikan berdasarkan Sural Keputusan Menteri Kesehatan No. 0584 tahun 1995. SP3T pengembangannya /angsung dibawah Sekjen Departemen dan pembinaannya di bawah Ditjen. Binkesmas Departemen Kesehatan.
SPJT melakukan tiga pengembangan operasional SPJT yaitu pertama penapisan atau penelitian, kedua pelayanan dan ketiga pendidikan. SPJT Propinisi Jawa Barat setiap tahun mendapat penelitian-penelitian kecuali tahun 2002. Penelitian, misalnya penelitian menglcudu sebagai anti oksidan dan sebagainya. Pendidikan, misalnya me/akukan penyuluhan-penyu/uhan, tentang pengobatan tradisiona/.
Pelayanan ada riga, homeopati, akupunktur, tenaga dalam dan keempat herbal. Yang maju pelayanan kesehatan akupunktur, yang kedua homeopati yang ketiga tenaga dalam. Tenaga dalam semakin kurang pasiennya. Untuk herbal, para dokter masih enggan mengunakannya, mereka lebih yakin dengan obat-obatan konvensional. Penunjukan Tim SP3T awalnya mela/ui Sural Keputusan Kepala Kcmwil Departemen Kesehatan, kemudian Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, yang terakhir dari Gubernur Jawa Barat di era Otonomi Daerah.
Organisasinya ada Tim Pengawas di Pusat, Tim Pengendali yaitu Kanwil Departemen Kesehatan, Tim Pelaksana oleh SPJT. Jadi hidupnya SPJT ini adalah Kanwil Departeman Kesehatan, dulu. Dalam rangka Otonomi Daerah, SPJT diserahkan ke Pemda Propinsi Jawa Barat. Tim SP3T saat ini ditunjuk melalui Sural Keputusan Gubernur Propinsi Jawa Barat. Persoa/an yang muncul adalah: Ketua SP3T Propinsi Jawa Barat bukan pegawai Departemen Kesehatan, tetapi Departemen Pendidikan (sebagai Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran). Kalau SP3T ada pada Dirjen Binkesmas maka seharusnya SP3T ada pada Puskesmas. Tetapi program pengobatan tradisiona/ di Puskesmas tidak berja/an. Karena itu SP3T diserahkan kepada Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Tetapi SP3T Ielah melakukan rapat tahunan dan ada 5 Puskesmas bersedia mengembangkan pengobatan tradisiona/. Keberadaan SP3T pada Rumah Sakit Hasan Sadikin juga kurang tepat karena tidak mendapat Sural Keputusan dari Direktur Rumah Sakit disebabkan Rumah Sakit Hasan Sadikin berada pada jalur hirarki Dirjen Pelayanan Medik bukan Dirjen Binkesmas. Dirjen Binkesmas juga tidak memiliki jalur hirarkis dengan Ketua SP3T sebagai pegawai pada Departemen Pendidikan.
Didalam SK-nya SPJT akan melekat, melekat pada instansi pemerintah atau swasta. Ada organisasi kok melekat? Saya disini melekat, Bagian Farmakologi melakat disini. Kalau saya sebagai penyakit dalam kan boleh melekat? Mau Kepala Bagiannya? Pak, keluarkan SK saya. Tunggu dulu, OK melekat, sewa kamar saya., kan begitu. Kedua tidak membuat struktur kepegawaian. Tidak ada strukturnya, akibatnya apa? Ada yang mau kerja, nggak? Saya bilang ke Pak Menteri, apa jawabanya? SPJT kailnya bukan ikannya ........... . Jadi SP3T memiliki kendala pada strukturnya lumpuh. Secara sivil eject, tidak ada pakar, atau dokter atau pengobat tradisional yang mau bergabung.
104
Saya tidak bisa mengatakan kamu harus datang. Saya kerja di bagian farmakologi, kepala bagian bilang harus datang, saya datang, karena ada struktur, jelas. Ini fungsional juga tidak. Saya bilang ke ternan-ternan, SEMINAR Anda mau kerja. Kedua, P ADAMU NEGERI. Sebab pemerintah tidak bisa mengeluarkan anggaran Fungsi SP3T yang ketiga pelayanan, SDM dari mana? Obat tradisional itu ratusan, .... harus belajar obat tradisional, patah tulang ...... . Pemerintah harusnya memperbaiki sumber daya manusia, menata, ... .ini tidak ada. Jadi mau apa.......... .jadi semuanya tidak berfungsi jadinya, kecuali penelitian. Kalau penelitian, dokter bisa meneliti. Pendidikan dokter juga bisa, tapi pelayanan sebagai pengayom pengobat tradisional pengembangannya................... .
Sebaiknya agar ada jalur hirarkis yang memungkinkan pembinaan kepegawaian yang menjalankan SP3T, SP3T dia/ihkan pada Ditjen Yanmed Selain itu agar ada kesesuaian dengan RSHS. atau menjadi bagian RSHS. Persoalan lainnya yaitu SP3T kesulitan membina, mengumpulkan, atau menemui pengobat tradisional karena tidak tersedia dana. Dalam rangka otonomi daerah, jadi sekarang kekuasaan adanya di Daerah, artinya Gubemur. Gubernur antusias tidak dengan pengobatan tradisional? Ya harusnya.... Kebetulan Gubemur Jawa Barat, sangat-sangat antusias, sampai Konggres Nasional II Obat Tradisional, hampir sepenuhnya dibiayai oleh Pemda Tk. I. Jawa Barat. Kemudian, apa Gubemur yang kerja mengurus obat tradisional? Jadi aparatnya. Aparatnya ini belum siap, obat tradisional saja tidak tahu. Kenapa? Di sana tidak ada khusus dokter yang menangani obat tradisional, di satu seksi yang bekerja kusus untuk obat tradisional.
Kendala: Struktur Organisasi, Sumber Daya Manusia, Fasilitas Operasional
105
Pertemuan ll di SP3T, Kamis, 30 Juni 2005, pld 9.30 Pengaraban Ketua SP3T Propinsi Jawa Barat Prof. Dr. H. R. Mucbtan Sujatno, dr. SpFK. SP3T tidak memiliki tempat yang mantap tmtuk manajemen dan operasiona/ pe/ayanan pengobatan tradisiona/. Keberadaan SP3T disebabkan Ketua Tim SP3T betugas poda Bagian Farmalwlogi sehingga operasional SP3T menggunakan fasilitas farmalwlogi di Rumah Sakit Hasan Sadikin, bukan berdosar Sural Keputusan. Hal ini disebabkan Departemen Kesehatan tidak memberikan penegasan me/a/ui Sural Keputusan yang dapat dijadikan pedoman bagi keberadaan SP3T Propinsi Jawa Barat. Yang Kedua, Kita juga mendapat SK Gubernur, penanganannya lambat, tiga atau empat bulan yang lalu, saya sudah mengrim surat ke Departmen Kesehatan, dan pemberitahuan ke Pemerintah Daerah, tetapi tidak ada tanggapan sama sekali. Saya membayangkan, kalau saya tidak begitu, kebetulan bukan orang Farmakologi, ya.. out. lni sangat menarik. Kalau mau setara, tapi dibiarkan, gitu lo. Jadi nanti analisisnya, strategi dalam pengembangan pengobatan alternatif Kalau pemerintah punya strategi, tidak seperti itu. Nab akibatnya apa? Tidak ada keseragaman, tergantung dari pada Ketua atau Organiser SP3T di Daerah masing-masing. Ya Tidak bisa begitu harusnya, kalau punya pemerintah, ya pemerintah. Jadi seluruh Indonesia, begini lo... kasih tabu Gubernurnya, segala macam. Jadi kita sebagai pelaksana. Dan yang memprihatinkan lagi. PADAMU NEGERI. Saya bekerja PADAMU NEGERI, ya. ... dalam rapat-rapat. orang-orang yang masih mau bekerja seperti ini harusnya masuk ke psikiatri. Di jaman komersial begini, kok pemerintah berfikir gratis. Akibatnya apa, tidak sesuai dengan SWOT, organisasi tanpa dana tidak ada artinya. Sekarang siapa yang akan mempertahankan ini, kalau tidak betul-betul dedikasi. Saya katakan kemarin, sejak tahun 90 dapat SK Menteri Kesehatan, pembentukan SP3T, semangat sampai kemarin Konggres OTI ke-2, Konggres Obat Tradisional Ke-2 masih semangat, Gubemur juga sambutannya luar biasa. Tapi akhimya turun, kenapa ya itu...struktur aparat ke bawahya tidak nyambung. Barang kali, kedua, kesalahan prosedur, ketegasan prosedur organisasi. Kita (SP3T) ini sebenarnya ujung-ujungnya adalab yang mengelola, Ditjen Binkesmas, kalau kita telusuri, Binkesmas, struktur aparat yang paling bawah, siapa? Yaitu, Puskesmas, saya berdiri di rumab sakit, takut jadi ndak nyambung. Kalau rumab sakit, harusnya Ditjen Yanmed. Pada tahun 2002, Dirjen Yanmed, berbicara, ada pengakuan dari Diljen Yanmed terhadap SPJT atas pengobatan tradisional. Tapi baik Dirjen Binkesmas maupun Dirjen Yanmed, tidak ada surat ke bawah mesti bagaimana. Saya kebetulan, kebaikan lbu Direktur (RSMH) saja, bisa, dulu waktu awalnya dibuka. Sebelumsebelumnya nggak ada wewenang saya membuka SP3T di sini, kata Direktur bilang. Ya, nggak papa, memang betul. Bahkan tiap rapat saya minta. Saya minta surat, nggak ngasih sampai sekarang. Waktu Ketemu Dirjen secara langsung waktu OTI di (hotel) Horison, juga OK-OK, ya.. ya... tapi tidak ada realisasi. Bahkan terakhir... akhinya sampai saya k:atakan kepada Direktur (RSMH) dibuka syukur tidak saya terima kasih. Untuk pribadi saya, secara organisasi tidak ada..... bukan saya mencari untung.... tidak ada efek sipil kepada saya. Kalau ditutup saja syukur, Alhamdulillah, tidak ada kerjaan, membebani pekerjaan saya, apalagi mengoreksi desertasi, skripsi, sudah banyak, S2, S3. Tapi di lain pihak, saya malu. Saya malu karena (SP3T) Jawa Barat termasuk pengelolaan terbaik dalam pengobatan tradisional. Saya pikir yang lain nggak jalan, kecuali Unair Obat Tradisional Sudah masuk ke Rumah Sakit. Saya melihat, pemerintah NATO, no action talk only, jadi saya agak menahan diri. Soal ini saja coba, dibongkar (SPJn tidak ada jawaban akan ditempatkan. Akhimya saya minta ke Dinas Kesebatan, tembusan ke Dinas Kesehatan, ke Pemda, itu pun atas bantuan Dr. Saleh, saya dapat di Bapelkes, tingkat tiga. Udah barang-barang yang ada disini saya masukkan saja dulu di sana. Alatalat lab segala macam. Nab, ak.ibatnya, kan mau tidak mau dampaknya terhadap pasien sama dokter. lni bagaimana Pak .... bagaimana nih, harusnya Departemen Kesehatan berterima kasih kepada orang yang mau P ADAMU NEGERI bekerja di negara komersial seperti ini.
106
Tapi Alhamdulillah, usia saya seperti ini, jadi saya berpikir ibadah saja. ............. Di dunia saya sudah nabung cukup sampai Guru Besar, sekarang nabung akherat. Nabung akherat kan di dunia
juga Jadi sebenamya kalau melihat keinginan, sebenarnya ditopang cukup hebat, pertama dari Dirjen Binkesmas. kedua dari Dinas Kesehatan, ketiga dari Pemda, bahkan Pemda .... dengan SK Gubernur, itu apa tidak kurang kuat? Tapi pelaksanaannya? Kalau mobil tidak ada akinya, kan tidak jalan, ada akinya, karburatomya nggak ada, nggak jalan, jadi organisasi itu harus ada bannya, harus ada ini...kalau ini tidak ada ya nggak jalan, stagnan. Itu dari segi organisasi. Bisa usul ke .... (membaca proposal penelitian tesis ini) dapat menjadi perumusan kebijakan Dinas Kesehatan, ....tambahin lagi dengan Pemda, kan Pemda yang mengatur. DPRD yang merumuskan, tetapi Eksekutifhya Pemda, jadi saya senang sekali, mudah mudahan ini menjadi masukan, oleh anda dalam penelitian ini. Jadi Kita siap, artinya aspek dana siap, profil siap.... Departemen Farmasi ITB, jadi stafSP3T masuk dari ITB juga, DR. Asep Ghani dan Profesor Elin Yulina, di ITB. Tidak jalan, mereka merasa dirinya tidak staf Saya sendiri sudah bergerak. Soalnya bergerak saya sendiri akhirnya saya capek sendiri. Tapi tidak apa-apa.
Disela-sela kesihulran beliau menguji Sl, S2, S3, Doker Spesialis pelayanan SP3T tetap berja/an, yang lain sementara stagnan. Disini pelayanannya, alhamdulillah, justru bukan oleh dokter S 1, dokter-dokter yang sudah S2, setara dengan S2, Spesialis, hampir tidak ada yang S 1. Beruntung Jawa Barat ini dengan adanya kita, cuma pembinaan pemerintah yang sedikit ada punya masalah. SDM, namanya Sentra Pengembangan Pengobatan Tradisionai. terlalu luas, pengobatan tradisional itu sudah ratusan metoda yang kita sendiri tidak tabu. Kemarin saya dapat masalah avasinologi, ilmunya bagaimana saya tidak begitu tabu. Betul kata Pak Menteri, kita ini banyak spiritual. artinya lebih cenderung ke spiritual. Karena pengobatan itu dibagi empat. Pengobatan tradisional ramuan, pengobatan tradisional ketrampilan, pengobatan tradisional agama, sama pengobatan tradisional supra natural. Ini yang menyebabkan tidak maju kita, sebab yang ini bisa dibuktikan, yang dua ini, metodologinya, lain dengan doa apakah saya sudah sembuh? Susah. Sedangkan orang ASEAN itu, ini yang dimajukan, pengobatan tradisional ramuan sama pengobatan tradisional ketrampilan. Contohnya akupunktur sudah mendunia, diakui oleh orangorang Barat. Pengobatan tradisional ramuan, Indonesia sangat tertinggal. mereka sudah menyelidiki klinik dan menyelidiki farmakologinya misalnya, bampir seperti obat modern, mereka itu sudah sampai disana, sebab tidak terkait sama ini. Jadi, misalnya yang gambang-garnpang saja, Jago sudah bisa farmakologinya, dosisnya harus sekian, penggunaannya hams sekian. Kalau kita, jamu tiap hari suruh makan, jadi masih begitu. Jadi jamu dosisnya tiga, LD 50, letal dosis 50, penting untuk dokter. Kemudian efek sampingnya apa, sudah diteliti oleh mereka. Kita meneliti apa? Termasuk saya tengah meneliti di Baduy (Banten Selatan). Jadi kalau kita, Pak iye lcunaon bisa eager, Pak? .......... dengan pakai doa-doa..............pokoknya eager te nyahok. Jadi kita lebih implisit. Pokoknya eager te nyaholdah. Kalau Barat itu termasuk Asean sudah eksplisit. Kita sudah mengerti ... karena kalau terbuka orang lain buka, bisa tidak laku nanti, masih ada perasaan begitu. Padahal betul-betul bertentangan dengan agama Islam. Agama Islam, kan menyuruh menyebarkan ilmunya, supaya tidak tersesat. Kita tidak. Orang harus dapat HA.Ki, sampai batik dari Malaysia, itu orangnya dari pekalongan. Kenapa? Itu karena kekeh... nah begitu orang lain bisa menemukan yang lebih baik....... segala macam, udah nggak bisa, tempe juga bukan punya kita. Sebeotar lagi, saya diminta menjadi promotor, kemarin rapat senat, promotor profesor doktor, ............ (Belanda) itu adalah seorang, etno botany yang mengajar obat tradisional di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Nab, kita malu kan sama ini. Habis ia lahir di Indonesia, jadi tabu betul tumbuhan tanaman obat di Indonesia. Saya diminta dalam rangka, September nanti
107
(2005) jadi promotor untuk Doktor Honoris Causa. Saya sedih. melihat keadaan kita begini, tetapi dilain pihak, orang luar negeri menganggap Indonesia ini cukup handal. Jadi ASEAN in~ dengan nama SP3T perlu pengembangan wawasan pengobat-pengobat tradisionalnya yang ada di Indonesia. Nab, memang pemah diusulkan, SP3T itu anggotannya adaJah ketua-ketua profesi. IDAVi (lkatan Dokter Avasinologi) misalnya, yang tahu avasinologi kan, orang avasinilogi bukan saya, jadi mesti anggota. Jadi kalau ada konsul avasinilogi, saya bisa oh.. si A ...• Akupunktur strok, termasuk akupunktur tertentu dokter Wanda....... akupunktur kecantkan, akupunktur umum dokter Johannes, tapi orang luar kan tidak tahu, tahunya akupunktur aja. Akupunktur ada spesialisasi-spesialisasi. Jadi SDMnya seperti itu, jadi memang perlu .... (ini) yang ketiga. Keempat, pengembangan pengobatan tradisional sendi~ pemerintah sekarang menfokus pada penelitian, bukan penapisan. Artinya penelitian, sekarang jamu diteliti, apa unsurnya, segala macam. Jadi sekarang fokus penelitian. Saya tidak ikut rapatnya, itu ada delapan atau sepuluh tumbuban yang sedang diteliti oleh Departemen Kesehatan, sekarang. Itu dari fokusnya, jadi bukan dui pelayanannya. Tentang pelayanan, belum ada kata sepakat karena, lalu timbul... ... yaitu koordinasi di Depkesnya. Pelayanan oleh Dirjen Yanmed, Obat oleh POM, Puskesmas oleh Binkesmas, .... didalamnya itu bagaimana? Banyak yang ngurus sekarang. dulu orang tidak ada yang mau, sekarang banyak yang mau. SP3T harus berkaitan dengan POM karena masalah obat yang modern oleh POM. Fungsi Binkesman apa? Akhimya fungsi Binkesmas adalah penapisan dan ketrampilan. Nah itu secara tidak tegas. Dulu saya bercita-cita, wadah ini adalah semua pengobatan tradisional baik
cara.
obat dan
pengobat, juga ada tiga unsur, itu juga dilakukan oleh SP3T. Oleh kawan-kawan lalu dibagi. Cara, oleh Bikesmas, Obat oleh POM, Pengobat, orang-orangnya itu Binkesmas. Sekarang timbul. kan
kaJau seorang dukun menggunakan obat, siapa yang ngawasi. Nah seperti itulah. Kemudian, tentang peraturan pengobatan tradisional juga sedang digarap, saya sudah dapat draftnya satu. Jadi sekarang peraturan tegasnya, baru satu ketrampilan yang diakui oleh pemerintah, kalau diakui berarti pakai surat ijin, yaitu akupunktur. Yang Jain wajib daftar. Artinya kaJau wajib daftar sangat riskan, semua orang wajib daftar kok. Satu contoh misalnya. Saya dengan doa, sembuh, saya daftar yang ngecek siapa? Orang Dinas Kesehatan orangnya siapa yang akan ngecek. Kalau akupunktur, datang tim kesini, metodenya betul? Jarumnya bagaimana? Meridiannya bagaimana? Ada ilmunya. Kalau doa? Apa doannya? Itu kesulitan-kesulitan kita. Jadi di SP3T ini yang maju ada tiga, kalau herbal malah makin mundur sekarang. Yang pertama akupunktur, kedua homeopati, ketiga herba, keempat tenaga dalam. Tenaga dalam agak mundur sekarang ini. Orangnya nggak pernah datang, tidak tahu kenapa. Sekarang kesulitannya, ini adalah institusi pendidikan, kita ini kebetulan duduknya, harus dihayati
betuL supaya tidak salah, nulis. Kita ini institusi pendidikan, jadi kalau institusli pendidikan, harus ada dasar-dasar akademik. Kalau (ditiup) bisa sembuh, dasar akademiknya mana? Nggak ada, ditolak. Oleh karena itu SP3T Jawa Barat ini, herbal pun yang masuk adalah fitofannaka. Fitofannaka adalah obat-obat yang telah uji klinik. Jadi jamu nggak bisa masuk di sini. Tapi saya kalau misalnya buka nya di luar, SP3T, semuanya bisa masuk. Soalnya tidak ada orang yang komplain. Disini kan, Doktor. Professor, Spesialis, pada komplain, naon itu obat nih, khasiatna,bagaimana farnakologinya. Saya nggak bisa jawab, farmakologinya. SP3T yang ada di luar rumah sakit, mungkin saja semua pengobat alternatif itu bisa masuk karena tidak ada yang komplain. Nah kalau di Fakultas Kedokteran nggak bisa, karena harus scientific penguraian jawabannya. Saya pun sejak dibuka, itu baru 2002 atau 2002, dibolehkan buka. Nah membuka itu harus ke komisi medik, komisi etik. Komisi medik kan, pertanggungjawaban ilmiah sebagai akademis~ apa lagi saya Profesor. Doktor, harus bisa mempertanggungjawabkan. Yang bisa dipertanggungjawabkan salah satunya adalah fitofannaka. Fitofannaka adalah obat herbal, hewan
108
atau mineral, yang sudah diuji klinik. Ini lo fungsinya begini, penyembuhannya begini, farmakologinya, nab batasannya seperti itu. Tap~
saya gembira juga, dalam bentuk pelayanan, fungsi SP3T itu ada tiga, satu penapisan, pendidikan dan pelayanan. Pendidikan sudah masuk S 1, S2, S3. Penapisan yaitu penelitian. Tahun ini kita dapat juga penelitian yaitu satu, cabe rawit untuk obesitas melalui homeopat~ penelitian yang pertama. Penelitian kedua adalah pijat refleksi untuk kadar gula darah. Yang ketiga adalah tenaga dalam untuk darah tinggi. Biayanya yang dua dari Depkes, yang satu dari Dinas Kesehatan, melaui Pemda Jawa Barat, tahun ini. Bulan ini hams ada final report hasilnya juga. Ketua penelitinya untuk homeopati Dr. M Sholeh, M.Kes, untuk pijat refleksi diwakili oleh Dr. Basuki, tenaga dalam untuk hipertensi juga oleh Dr. Basuki juga, ada tiga tahun ini. Pengobatan alternatif itu dibagi dua, satu obat, pengobatan alternatif (tradisional), kedua obat, pengobatan alternatif komplementer. Kalau yang pertama pengobatan alternatif tradisional adalah obat dan pengobatan yang dilakukan oleh non dokter secara empiris dan dapat dilakukan oleh dokter dan non dokter. ltu yang a/ternaitive medicine. Tapi yang comp/ementer alternative medicine, adalah pengobatan yang dilakukan empiris oleh tenaga kesehatan, medical workers, dan umumnya dilakukan dokter tenaga medis. Contohnya, terapi hiperbarik, itu tidak mungkin orang awam tabu apa itu hipeibarik, terapi ozon, orang awam tidak tabu apa terapi ozon. Itu sudah termasuk terapi komplementer. Terapi aroma, terapi komplementer. Tapi sayang, itu dapat buku dari WHO, complementer alternative medicine. Waktu OTI banyak yang pinjam, saya dapat buku, Strategy WHO for A/ternatifMedicine 2003. Nab ini yang sangat krusial di kita adalah pendidikan herbal medicine, sangat krusial. Kalau ada tamu-tamu asing kan saya, saya maju, cotohnya dari Korea, dia bawa stafuya ingin belajar jamu di Indonesia, dia tertarik ingin belajar, lalu tanya ke saya, Sekolahnya dimana? Nggak ada sekolahnya, kok bisa ngomong begitu. Saya nggak sekolah bisa cerita seperti ini, apalagi jika sekolah, Menkesnya tertawa. Kita dari tradisional, jadi kita perlu penelitian yang mendalam obatobatan kita ini. Jawaban diplomatis saja. .Keadala : Sedikitnya tenaga ahli pengobatan tradisional pada SP3T dari jumlah mcam pengobatan tradisional yang ada di masyarakat, Struktur organisasi yang tidak sambung antara pembina dan pelaksana serta personi~ Kekurangan fasilitas, Bekeaja sukarela, Peraturan tentang pengobatan tradisional dalam proses, Belum ada kesepakatan tentang pelayanan serta kurang koordinasi dalam pembinaan SP3T, Tidak ada keseragamanjadi tergantung kepada ketua SP3T, Lokasi SP3T berada pada institusi pendidikan sehingga praktik pengobatan tradisional terbatas yang memiliki dasardasar akademik, Fokus pada penelitian bukan pada praktik dan pemanfaatan pengobatan tradisional, Pendidikan pengobatan tradisional.
109
Pertemuaa m di SP3T, Sela.sa, 20 September 2005, pkl 10.00 Pengarabaa Ketua SP3T Propinsi Jawa Barat Prof. Dr. H. R. Muc:btan Sujatao, dr. SpFK. Bagaimana pembinaan pengobatan tradisional melalui pola tersendiri, pola terintegrasi dan pola toleransi, uutuk praktik pengobatan tradisional yang ada dalam SP3T ini apakab masuk pada pola integrasi! Sebetulnya, saya tidak bisa menyebutkan secara tegas, ya. Karena pola integrasi itu meskipun sudah dilaksanakan tetapi masih banyak kendala-kendala. Artinya di dalam pelayanan itu, rumah sakit belum melindungi dengan sepenuh hati. Maksudnya apapun pengobatan praktik pengobatan tradisional yang ada disini rumah sakit ikut bertanggung jawab. SP3T juga membina pengobatan tradisional yang ada di masyarakat? Ya terutama yang sudah jelas akupunktur, akupresur, sudah dibina tiap-tiap tahun. Misalnya bulan Oktober (2005), ada pembinaan untuk dokter-dokter Puskesmas, se Jawa Barat. Pernah ada peoyuluhan tentang pengobatan tradisional, tenaga dalam. Yang belum melaksanakan penerimaan pendidikan adalah homeopati. Akupunktur telah diakui keabsahannya oleb Departemen Kesehatan. Kegiatan ini dibiayai oleb Departemen Kesebatan? Ya, dibina dan memang didirikan oleh Departemen Kesehatan. Secara organisasi Departemen Kesehatan disini adalah Binkesmas, Pembinaan Kesehatan Masyarakat, jalumya Dinas Kesehatan, Puskesmas, bukan Rumab Sakit. Kalau Rumab Sakit jalumya Ditjen Yanmed, Direktur Pelayanan Medis. Oleh karena itu disini jadi terlantar, karena ujung tombaknya Puskesmas. Karena rata-rata SP3T ini Dosen FK Unpad, RSHS, RSCM, maka terpaksa (SP3T) di Rumah Sakit ada. Sebenamya menurut birarki tidak begitu. Untuk pengobatan yang sudab diakui seperti akupunktur dan akupresur apakab dapat dinyatakan sebagai pengobatan tradisional yang normatif? Ya, buktinya untuk praktik akupunktur harus ada SIP, surat ijin praktik sebagaimana dokter. Sedangkan diluar itu masih wajib daftar. Bagaimana proses pengakuan untuk pengobatan akpunktur dan akupresur ? Kurikulum yang jelas. Bagaimana kalau bomeopati dan fitofarmaka! Homeopati masih belum., tetapi keberadaannya diakui. Halau herbal medicine di sini tersendatsendat karena memang dokter yang langsung praktik herbal ini tidak ada. Pemberiannya itu bersama-sama dengan akupunktur, diberikan obat herbal .. Herbal tentandar atau fitofarmaka, Dok! Herbal empiris, terstandar, harusnya fitofarmaka. Kalau fitofarmaka jalannya di Rumah sakit oleh Prof. Iman. Di SP3T sendiri secara langsung tidak. Klau secara langsung adalah herbal terstandar. Dulu ada yang memberikan fitofarmaka, Dok di SP3T? Dulu Pak Udju, tapi sekarang tidak. Tidak jalan karena sakit, ........................ Kelemahannya lagi, organisasi SP3T itu tidak struktural tapi fungsional, jadi seminar, jadi dokter-dokter yang berminat dengan pengobatan tradisional bergabung disini. Yang menarik, waktu jenis-jenis pelayanan pengobatan di SP3T, ada persentasi di Komite Medik, jadi dulu evaluasinya seperti apa! JadL mereka memang tidak diajar oleh tradisional, karena ini tidak "rasional" jadi mereka menolak, karena resikonya sangat besar untuk rumah sakit kalau obat tidak rasional. Sedangkan dokter dididik adalah rasional. Kendalanya seperti itu. Mereka mau mengerti kalau .... obat-obat itu boleh masuk asal ada uji klinik, jadi obat yang masuk saat itu agak longgar... ya kita berjanji fitofarmaka yang masuk. Komisi medik menolak keras, yang kedua alasannya tidak mau mendidik "terkun" ,ya... dokter ya.. dukun. Kan istilah kalau obat tradisional dukun. Tidak ingin luJusan kedokteran itu "terkun". Sampai saat itu pandangannya, sehingga kalah. Jadi pertama obat tidak rasional, kedua tidak mau bercampur antara dokter dan dukun. Diijinkannya praktik pengobatan tradisional di SP3T bagaimana? JadL bahwa obat-obatan empiris natural , diuji klinik , kemudian ada uji kliniknya Kalau tenaga dalam dan boneopati dapat diuji klinik dok? Tenaga dalam bisa diklarifikasi, mereka punya alat namanya Kirlian. Kirlian adalah suatu alat untuk mendeteksi perkembangan penyakit yang diobati oleh tenaga dalam. Jadi mereka punya
110
alatnya untuk membedakan ada dan tidak, dan rasional. karena menumpuk energi ke dalam tubuh yang disalurkan ke orang lain, dan ini bisa diukur auranya dengan alat yang namanya Kirlian.. IUiau begitu , teaap dalaaa dapat dikduarkau dari kelompok supn uatunl, kalau sudab melalui aji kliai.k seperti itu? Nggak juga, itu hanya alat untuk deteksi saja jadi sama dengan alat bantu. Misalnya batuk, bronkhitis. kok tabu ada bronkhitis. dengan alat bantu rontgen diketahui, ternyata betul. ltu alat bantu, kirlian. Dokter maunya rasional, berarti, bukan dikeluarkan, memang bekerjanya secara supranatural yang memang bisa dibuktikan dengan alat bantu yang namanya kirlian. Metode ini tetap supra natural. Ada buku yang menarik, yaitu Bapak Ujak Sukasah, membuat buku tentang tenaga dalam dipandang dari segi kedok:teran, bagus sekali. Peupwasau peugobatau tndisioual apa masib dilakukaa Diuas Kesebataa? Oleh Dinas Kesehatan, dari Seksi Khusus. Seksi khusus bagian batra. Peupwasaa aatuk masiag masiag jeuis peagobatau tndisioual bagaimaaa? Belum ada, dulu di Dinas Kesehatan, dalam organisasi SPJT harus memasukkan ahli-ahli obat tradisional, jadi bisa memantau, misalnya HIPTRI. PAKSI, dan lain-lain, sebab kita terbatas juga ilmunya, tapi sampai sekarang belum jalan. Tetapi secara umum, pengawasan dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Operasional pengawasan praktik pengobatan dan obat tradisional itu dibawah seksi khusus. Uatuk bomeopati, bapimaaa meueluuri jika ada keulahaa? Yang saya kagumi homeopati itu tidak: pernah berbuat salah. Kenapa, menggunakan obat yang low-low-low dosis. "low" nya saja sampai tiga kali. Jadi misalnya, contohnya kita menggunakan parasetamol600mg. Ia menggunakan obat tradisional misalnya temulawak. itu cuman 0,0005 tetes. bagaimana jadi beracun, bagaimana berbahaya? IUiau begitu misalaya tidak ada lembaga, yaag meugawasi puu sudab amaa? Ya, oleh karena itu di Barat, ini sudah sangat maju. Homeopati sudah ada avademikum-nya. Avademikumnya sudah ada homeopati. Jadi disaoa hampir, katanya, orang Jermaa segala macam, sudah ''back to nature" betul-betul You, bisa bayangkan, nggak? Profesor ... dari Belanda, dari Leiden University, itu membuka S2 Herbal Medicine di Indonesia. Orang, negara es. kok Herbal Medicine? Kapan belajar herbal medicine, dari negeri kita. Seluruh tanaman dunia, mereka sudah ada. Kebetulao saya, kemarin menjadi ketua promotor doktor dan profesor, uotuk Profesor......... . Jadi kita serba salah, kita bikin desertas~ meoemukan anu tidak sampai menunjukkan .... , dibikin formulasinya, dibikin obatnya, bahan segala macam modern, dijual. Kita susah teknologinya baru sampai disitu. Di ITB ada doktor menemukan antibiotik, kemarin saya menguj~ S3 difarmasi juga, doktor... menemukan rumus kimia dari benalu dukuh, sekaraog kalau itu orang asing tabu, dia kerjakan, jadilah obat. Ternyata teknologi farmasi kita juga ada keterbatasan. Saya tidak nyangka, saya kan di Kimia Farma, saya tidak nyangka kalau parasetamol itu diimport. Kaget saya. Kalau antibiotik: diimport, OK lah. IUiau begitu realitasnya, apakab dari kurikulum dibuat..? Dari mental................misalnya saya, saya punya rumah, ditawari rumah, saya ambil, kan serakah namanya....Nggak pemah saya bilang, nggak saya nggak mau... saya sudah punya rumah, silahkan saja kalau ada. Saya katakan mental...., saya tidak terima ...... ada yang nawarin lagi... saya terima lagi, mangkanya dokter berapa rumah. Nah disitu mental kita, serakah. Itu bayar sendiri ya! Karena saya praktik, saya mengajar, saya bisa saja..... . Lebih ke atas lagi ........... Pejabat pemerintah, sudah dikasih rumah, dikasih gaji besar, dikasih kendaraan, kok masih 40 milyar korupsinya, .............. mau apa? Artinya mental tad~ apa sib yang ingin dikejar oleh kita? artinya semua. .. materi. Jadi saya sebagai peneliti, bukan menelit~ mana proyeknya? Berapa habisnya? Peneliti meneliti...tapi follow up-nya mana? Jadi mental . ................. praktiknya mal praktik, yang tidak rontgen ... rontgen .... , yang nggak seharusnya pemeriksaan darah, pemeriksaan darah, kan huang duit. Kalau tidak begitu tidak dapat kaya. Nah, mengubah mental begini bagaimana? ..... Saya mengajar... nak, kamu mau jadi apa? .......mau jadi dokter. OK, cita-cita kamu apa? Untuk mengapdi masyarakat............, Kalau, saya mau secara mental bohong....... kan begitu kemari mahasiswa. Sekarang kamu begitu, sudah lulus lain.......... Apalagi kalau lulusnya cumlaud, pinterpinta-, ngeri saya. Dengan lulusao sekarang ~ kalau lulusnya cumlaud, ngeri saya.... keuapa?
111
Mental .... Sebab apa, orang pinter .......... .lebih pinter lagi melakukan rekayasa. Kok mental seperti itu?
Makanya saya, pemerimaan pegawai Yayasan saya disana, saya mencari IPK, yang melamar 2,2 sampai 3, 8 gitu, .......... 3,8 ditambah 2,2 dibagi 2 itu saja yang saya terima. Dulu menerima pegawai, perawat IPK tinggi-tinggi, satu bulan, satu bulan, bam satu bulan ..... fasilitas saya apa ini? Saya mau ini ... mau ini .... nggak ada. Yang IPK nya rendah, lugu ketja..... betah... sampai sekarang. Saya bilang ke Depkes, Bu, SP3T harus ada dana, kalau tidak ada dana tak bisa jalan.......... ketja sehari, terima pasien, bikin ini laporan, .... dananya nggak ada. Saya sampai sekarang, saya sudah mencari pengganti saya, silahkan jadi Ketua SP3T, banyak dokter-dokter, kalau kerja saya bisa, kalau menggaji karyawan dari mana? AJhamdulillah masih bisa ada ........ saya bilang uang ini untuk regulasi operasional SP3T, tidak ada dokter yang dapat, termasuk saya. Tapi orang bilang tidak mungkin. Saya cari uang ke pemda. .. kalau karyawan tidak: digaji saya kasihan .... Sekarang nggak ada yang menggantikan, takut. Tapi saya jadi sedih, kalau saya nggak ada bagaimana? Pak. ... , jangan pensiun dulu. Pensiun kan hak saya. Prof Muhtan, mengajar mata kuliah etika humaniora, setiap tahun dosen-dosen yang mengajar ini ada saja yang mengundurkan diri, karena beratnya tanggungjawab moral yang horus disandangnya, dan beliau diharaplran terus mengajar padahal sudah mendekati pensiun
Kaya begini, saya sejak pertama kali didirikan, saya langsung ketemu Pak Menteri, kebetulan Pak Menteri yang membuka, Pale, organisasi ini akan nggak jalan. Kenapa Pak... ? Lho, pemerintah kan hanya memberi kailnya bukan ikannya Begini Pak, peribahasa ini bukan untuk SP3T, saya bilang. SP3T tidak: bisa begitu, Bapak ikut membantu, dalam rangka merestui nanti adanya poliklinik yang dibina oleh pemerintah, dibiayai pemerintah, kalau sudah jalan, ditarik. Bukan dari awal sudah suruh cari duit sendiri. Sampai sekarang, kaya begini ....... siapa yang bisa menolong.. .jalumya saja tidak ada kok, jalumya apa struktumya ... nggak ada.... Binkesmas. Binkesmas harusnya, dan pemerintah ke Prof. Muchtan, ada di rumah sakit, ya bikin ada di rumah sakit. Bilcin di rumah sakit apa tidak kulonuwun, tidak permisi, tidak: assalamualaikum, .................. .
Adanya faktor mental ini apakah ada bubungan dengan resistensi, penolakan, barus ada uji klinik dan seterusnya, sebatas mana sebenarnya penggunaan obat itu uji empiris itu cukup? Tidak, sekarang masih bebas, makanya praktik pengobat tradisional itu hanya wajib daftar. Tidak ada sanksi wajib daftar. Tapi kalau SIP, itu ada sanksi. Wajib daftar, daftar. Sekarang yang lebih celalca lagi, dokter ke saya, komplain, dokter ngasih obat kemudian tetjadi sesuatu, belum apa-apa sudah dianggap mal praktik. Lha, dukun sampai mati, nggak ada dihukum pemerintah.
Pengembangan pengobatan tradisional kedepan bagaimana? Kedepan masih peraturan-peraturan saja. Peraturan-peraturan itu tidak semudah yang kita bayangkan, oleh orang awam. Peraturan itu kita bikin tim, kemudian Depkes. Depkes lalu membaca, yang membaca harus jeli yaitu biro hukum karena berkaitan dengan administrasi dan peraturan. Dari situ bam ke DPR Perturan-peraturan harus disahkan DP.R, dan di DPR jadi ramai, sampai sekarang, disana sekarang orang yang tidak menguasai bidangnya. ...... .. ....saya bilang tadi, membenahi mental dulu........ . Sarna nyapu lab, kalau menyapu dengan sapu yang kotor, bukanya malah bersih tapi malah jadi kotor......... .
Homeopti tidak bisa diujiklinik, tapi secara empiris memang terbukti bagus, bagaimana? Homeopati sebetulnya sudah rasional, tapi memang obatnya tidak ada di Indonesia, itu impor. Metodenya, pengenceran zat aktif. Tidak rasionalnya, logika, 0,00 sekian cc kok bisa efektif. Homeopati ditemukan tahun 1800 oleh Prof.. Hahneman, ............ banyak pasien yang sembuh dengan Homeopati. Tapi sekolah kita bilang, tidak rasional. Kenapa, yang 250mg tidak mempan kumannya, ini yang 0,000 sekian ........ dia lupa sama Tuhan. Bahwa manusia ..... .ini yang menggali orang Barat. Ini yang menggali bukan orang Islam ...... contobnya homeopati, 0.0005 menurut orang kita tidak rasional. Tapi ini diketjakan sama orang Barat. Ternyata apa? Kembali lagi hukum Allah, bahwa manusia itu sudah dibekali zat asing dalam tubuh, jadi homeopati dengan sekian itu menstimulasi zat asing untuk melawan kuman, kan gampang .... kalau kita kembali ke alam.
112
Kalaa kita meadikotomikaa utara modern du tradisional itu, hams ada uji klinik, nampaknya tidak meoguotungkan bagi peaderita (pasieo yang membutuhkan peagobatao)! Ya, jadi aoda harus ber asumsi, asumsinya begini, tidak semua penyakit dapat diobati oleh obat modern dan tidak semua penyakit bisa diobati oleh tradisional, solusinya adalah kita kawinkan saja Kalau ada dikotomi, kalau sudah makan obat ini jangan makan obat tradisional, karena obat tradisionaJ tidak mengganggu, selama tidak mengganggu proses penyembuhan obat modern. Tidak semua penyakit bisa disembubkan oleh obat modern. Dan tidak semua penyakit bisa disembukan dengan obat tradisional. Lembaga pemerintah atau swasta yang memberikan sertifikasi untuk pengobatan tradisional di Indonesia sadah ada apa bdum! Belum, jabatan ini sedang berkembang, ya. Aplikasinya masih... itu tadi, ..... sementara ini masih menerima Mau disertifakasi bagaimana. .......tadi sudah terjawab bahwa kita tidak punya pakar. Walda masuk ke SP3T, kepada Komite Medik hanya dijujikan f"rtofarmaka saja yang sudah uji klinik? Ya, karena itu sebagai jaminan, bahwa obat itu telah teruji. Uotuk yang homeopati, akupunktur, dan tenaga dalam, difollow up untuk bisa diterima Komite Medik! Kalau mereka sudah OK, ya sudah.......... kalau ada kecelakaan, Komite Medik dipanggil. Sebagai contoh waktu ada fogging, yang menfogging itu mati, tumpah dibersikan, lalu makan ikan. Yang fogging itu mahasiswa kesehatan. Komite Medik datang kalau ada masalah-masalah. Akopunktur dan teBaga dalam apakah bisa ditelusuri jika ada masalah? Bisa. Dula akhiroya dengan Komite Medik yang menyetujui praktik pelayanan, pengobatan tradisional ,apa ada Berita Acara atau Catatan! Tidak ada, karena sudah disetujui tinggal jalan. Badan pengawas, diawasi jika ada yang salah. Kalau tidak ada yang salah jalan-jalan saja. Jadi dulu bisa masuk ke SP3T, karena ada pertimbugan kalau ada kesalahan bisa ditelusuri! Itu nanti, pasti akan bisa, itu tugas dia, jadi SP3T sudah wanti-wanti kalau ada apa-apa tolong, karena disini kan tenaga profesional, jadi saya aman-aman saja... malah dokter-dokter setelah S2? kan spesialis-spesialis? Kalau ada pengobatan tradisional baru harus melalui mekasnisme itu juga, rekomendasi? Ya, kalau medis begitu. Apa perbedaan komite medik dan komite etik? "Komite medik, unsur ...... dari segi profesi, kalau Komite Etik itu untuk. etica/ clearence....... . kalau anda meneliti wajib ada Etical Clearence, wajib hams ada etical clearence, sebagai keabsahan penelitian berlangsung. Tanpa itu, penelitian tidak boleh dikerjakan. Kalau komeite medik untuk mengawasi dan mengijinkan medical professional. Kalau komite etik, etical c/earence, keabsahan untuk meneliti. Misalnya meneliti daun jambu, kalau tidak ada etical clearence tidak bisa diteliti disini, diambil sebagi obat mencret. Kalau membuka program harus lapor ke komite medik, tapi kalau kita meneliti, bukan hanya untuk SPJT saja, siapapun juga meneliti hams mendapat persetujuan etis. Siapa yang ada dalam komite etik? Ada syaratnya yang menjadi komite etik itu, satu dari agama, dua dari hukum, yang ketiga dari pakar, hams ada pakar, dan wakil dari instansi biasanya, ada lima. Konggres Obat Tradisionai Indonesia, tahun 2002 disurabaya. 2004 di Bandung, dan direncanakan 2006 di Ujung Pandang. memberikan banyak gagasannya. bogus sekali tetapi aplikasinya sulit, dipandang tidak menguntungkan. Yang lebih sulit /agi, dokter-dokter culcup waktu untuk membuaJ makalah. Jurnal pengobatan tradisional penting unJukforum komunikosi. Kendala: Faktor mental, Sedikitnya pakar pengobatan tradisionaJ menjadi kendala dalam pensetifikasian pengobat tradisional. Karena SP3T berada di lingkungan rumah sakit praktik, jumlah macam praktik pengobatan tradisional terbatas.
113
Peagaraban Dr. Jobanes, S.PK, Raba, 14 September 2005, di RSBS Praktik Akupaaktur pada SP3T dan Bertugas pada Bagiao Patologi Kliaik RSBS Bagaimaoa awal mula dokter meoggeluti akupuaktur ini? Saya tidak puas dengan kedokteran saja, melibat ternan saya melakukan akupunktur Ia kok penyembuhan cepat sekali. makanya saya mempelajari.
Sejak tabua berapa? 1975 Prosesoya bagaimaoa? Belajar di Bandung, Jakarta, Singapura dan di Beijing juga pernah, disamping ya segala ilmu, sebetulnya apa yang kita peroleh di fakultas atau apapun harus kita kembangkan sendiri. Bukan yang sudah kita peroleh di fakultas kita cukupkan. Sdanaa ioi jeais-jeais peayakit apa saja yang ditaogani deogan akupuoktur di SP3T! Rematik, asma dan lain-lain Adakah rujukao pasieo dari poli RSBS, misaloya dari dokter yang sudah meageoal SP3T? Ya, dari dokter yang sudah mengenal kami. SP3T, terus terang saja, SPJT di RSHS belum begitu dikenal Apakah praktik peogobatao tradisiooal tidak berteotaogan deogan kedokterao? Tidak, di-match-kan, tidak bertentangan, tapi kalau ditanyakan kepada dokter mumi iya. Sesama dokter di RSHS apakab memberi apresiasi positif terbadap praktik peagobatao tradisiooal di SPJT! Terus terang, saya tidak mau berkomentar. Saya maunya santai santai saja, percaya syukur, tidak ya sudah, saya tidak ingin menggebu-gebu dapat pengakuan. Peogobatao tradisional di SP3T biasaoya dijadikao sebagai peleogkap, komplementer atau peagobatao maodiri, terutama uotuk akupuoktur? Ya, bagi saya, mereka yang sudah, umumnya ya, yang sudah menjelajah tak sembuh-sembuh, cuma dengan sabetan. .. (tusukan akupunktur bisa membantu) SPJT sendiri oleh masyarakat tidak dikenal secara luas. Jadi pasien yang dataog ke SP3T karena ref'ereosi dari RSHS? Biasanya dari mulut ke mulut ya. Pasien luar datang langsung ke SPJT, tidak melalui poli, langsung datang ke SPJT. Umumnya begitu, walaupun saya dengan Prof. Mochtan dan saya ditunjuk oleh Prof Mochtan, bahkan saya disuruh Dekan untuk mengembangkan ini, saya disuruh ngajar, Oke-Oke, saya tidak apa-apa, tapi waktu yang tidak ada, makanya saya praktik hari Rabu praktik disini akupunktur, saya megang hari Rabu minggu pertama sama minggu kelima, minggu kelima kan tidak selalu ada, benar nggak? Jadi saya minggu pertama saja, bisa dibilang sebulan hanya sekali. bukan bagaimana-bagaimana tapi waktu tidak memungkinkan. Akupunktur adalab satu-satunya peogobatao tradisiooal yang telab diakui oleb Departemeo Kesebatao, barang kali Dokter puaya peadapat teotaog akapunktur ioi aotuk peogembangaooya? Terus terang saja saya tidak tabu banyak, karena saya tidak memperjuangkan atau tidak ingin tabu banyak, mau diakui syukur tidak ya sudah. Di luar negeri akupuoktur sudab beriotegrasi deogan peogobatao modem, di Indonesia juga ada beberapa rumab sakit yang mempraktikkan, sedaogkan di RSHS baru di SP3T, bagaimana dok? Ya itu cara pandang orang orang lain ataupun masing-masing orang. Justru di Jerman, dulu ada dokter Yabudi, kalo mengobati kanker hanya Qengan tanam-tanaman. Tanaman itu ya juga bangsanya worteL itu tanaman makanan. Modalnya hanya panci. Musuhnya banyak dokter ini, tapi yang berobat ke dia banyak sekali. Setelah dokter ini mati. diwawancarai para dokter, meogapa memusuhi dokter ini. Sebagain dokter mengatakan, ya gila, masa kanker diobati sama itu. Sebagian lagi mengatakan, wah ya mungkin benar mungkir tidak. Sebagian lagi mengatakan alat-alat kami yang begini-begini mahal mau diapakan, kalau hanya diobati pakai panci. Jadi bukan hanya ke saya saja, tapi kalau perlu tanya ke Menteri Kesehatan, benar tidak? Jadi jangan tanya ke saya, kalau tepatnya tanya ke Prof Mochtan. Memang saya tidak tabu karena saya tidak pernah mencari tabu.
114
Meaurut Dolder pengobatan tndisional yang bisa dipertanggungjawabkaa penyaratannya bagaimana? Sebenarnya ya... , ini perlu agak teoang dan serius untuk deteksi kesebatan (sementara menggerakkan tangan untuk deteksi gelombang dengan radiestesi) Kayak you, kesehatan rada ada gangguan, itu dibagian atas, daerahnya kanan, ya benar? Ya benar
Kepala rada-rada agak tidak enaklab ya? Benar? Ya
Saya menganalisa tanpa alat-alat Peogobatan tradisional tidak: perlu ngomong ini itu (langsung praktik saja). lai karena stress dok? Karena aliran chi tidak lancar (sementara praktik akupunktur dengan menancapkan jarum kepada lengan dan kepala pewawancara) Nanti sambil ngobrol akan terasa ces-ces , saya tidak tanam Saya jaga mahasiswa mapram, juga yang pada kojor, saya hanya tusuk-tusuk bagini saja. Setelah ditusuk-tusuk enak tidak? Enak. Ya bisa iku lagi? Bisa Dok. Ya, ayo lab. Kalan fertigo Dok? Oh bisa sekali. Kalau akupunktur, sebenarnya semua penyakit bisa. Saya tidak: mengatakan menyembuhkan, ya? Tapi sedikitnya membantu menolong sesama, termasuk orang-orang sakit kanker diobati sebulan lagi mati, dan deogan akupunktur, tiga bulan lagi akhimya mati, itu lain perkara. lni, ngobrol-ngobrol akan semakin kendor, walaupun saya tidak: tanam, bagaimana? Enak? Kalo radiestes~ itu ilmu gelombang, diluar akupunktur, ya orang mau percaya atau tidak, ............. . Tapi sayaag Dok poteasiaya, seperti di Amerika ada dua falmltas kedokteraa, modern dan natu~ bagaimana Dok! Orang itu, diluar ilmu ada faktor bisnis. Nah tujuannya kemana? Tujuannya menolong, maka faktor ilmunya ter interferensi. Berapa banyak orang menaruh keuntungan dari kemalangan orang lain. Orang mau menolong itu tidak mudah, termasuk kalau anda ada orang ketabrak terus berbent~ orangnya diangkut ke rumab sakit, sampai di rumah sakit you tidak: boleh pergi sebagai penanggung jawab, benar kan? Nab itu kan sial dong. Sarna polisi tidak boleh pergi harus jadi saksi. Saksi di sini tidak seperti di Jepang. Wawancara pelan, selesai wawancara polisi minta maaf dan diberi uang untuk transpor . Nah disini terbalik, jadi yang salah apa? Sistem. Nab, sekarang flu burung, yang mati berapa orang, dengan ayam dibunuh, ya kerugian peternak berapa banyak, yang tidak: bisa sekolah berapa banyak, yang akhirnya kelaparan berapa banyak, totalnya yang mati akibat ayamnya dimusnahkan dengan kalau ada flu burung benar-benar, banyak yang mana? Tapi kalau pemerintah tidak: bertindak: begitu, d.ikira tidak ada tindakan. Bagaimana pengembaagaa pengobatan tradisional! Kenapa ini tidak: bisa dilruatkan? Faktor-faktomya banyak, salah satu-nya jika langsung d.iakui, orang yang mengaku bisa tetapi temyata bisa-bisaan berapa banyak, gitu lo. Jadi pertimbangannya banyak banget. Sebenaraya, itu bisa diatasi dengan memberikan sertifikat untuk yang benar-benar mampu atau terampil dibidaagnya kemudiaa diberikaa ijin legal Sebenarnya itu bisa, cuman berapa banyak K.KN yang akan tetjadi. Keadala: Kurangnya sosialisasi, Faktor mental, Sulit sertifikasi pengobat trad.isional.
(Seja/c lahun 1970-an Dr. Johanes Ielah dikena/ publik sebagai seorang yang selain memiliki pengetahuan dan ketrampi/on medis sesuai dengan pendidilam formalnya tetapi juga mempe/ajari pengetahuan kekuatan abstralc, sebagian Ielah ditu/is da/am buku-buku dan peper, juga menu/is gagasan pemikirannya dalam pengobaJan kanker pada harian Kompas)
115
Paapra.baa Dr. M. Saleh, M.Kes, Kamis, 15 September 2005, di Dinas Petemakan Propinsi Jawa Barat (Praktik Homeopati pada SP3T daD Bertugas pada Setwilda Propinsi Jawa Barat) Bapimana bambatan pada SP3T uutuk pengembaugan batra! Salah satu fungsi SP3T adalah fungsi pelayanan, karena itu SP3T memidirikan ldinik ahematif SP3T, melayani pengobatan homeopati, fitofarmaka. akupunktur dan tenaga dalam. kesemuanya memiliki ahli dengan latar belakang medis. Klinik SP3T mulai sejak pertengahan Maret 2002 Sebelum ini. (para ahli tersebut) harus presentasi di depan para komite medik. Komite medik adalah kumpulan para ahli, biasanya terdiri dari para Guru Besar, minimal dua ahli, meneliti, menganalisa, kemudian merekomendasi apakah suatu metode pengobatan layak atau tidak, bisa dipertanggungjawabkan atau tidak secara akademis, aman dan sebagainya. Itu fungsi komite medik. Jadi saya waktu itu juga harus presentasi homeopati di depan para ahli, termasuk didepan maman guru-guru saya. Waktu itu saya presentasi homeopati, karena homeopati adalab suatu iJmu kedokteran, suatu ilmu pengobatan dengan mempergunakan baban dasar dari alam, alam itu apa .. , bisa binatang, bisa mineral, bisa tumbub- tumbuhan. Jadi suatu ilmu pengobatan kedokteran dengan mempergunakan bahan obat dari alam, binatang, mineral dan tumbuh-tumbuhan, terutama tumbuh-tumbuhan, yang sudah diolah sedemikian rupa berupa suatu ekstraksi atau larutan, ekstraksi itu sering diencerkan, diencerkan, diencerkan, diencerkan, diencerkan sampai keberadaan molekul-molekul aslinya sudah sangat sulit dideteksi. Kalau begitu apakah bisa mengobati? Temyata oleh para peneliti, para guru besar, tiga Profesor dari Belanda, saya lupa .. .. mengadakan penelitian secara meta analitik, meta analitik 25 tahun, pengobatan homeopati dibuka kembali, diteliti, ternyata sangat-sangat bermakna. Hasilnya homeopati bermakna diatas 800/o. Suatu saat ada dokter homeopati dari Jerman ke Unpad, Bandung, mengadakan stadium generate, kuliab umum di Jatinangor, saat itu saya memberi memberi kuliab pendahuluan dan pendalaman oleh Doktor Martin. Sesudah itu ada beberapa perdebatan, akhimya "direstui", diijinkan, diakui, dipersilakan untuk membuka ldinik ahernatif termasuk homeopati pada bulan Maret 2002, karena salab satu fungsi SP3T adalah pelayanan disamping penelitian. Kalau penelitian sudah banyak, salah satuuya kemarin, meneliti n=60 lebih, untuk menurunkan obesitas dengan cabe rawit. Sembilan puluh persen turun setengah sampai sepertiga kilo dalam dua minggu. Karena ironisnya di Indonesia banyak tumbuhan berkhasiat, semua pengobatan homeopati
dari luar. SP3T ini SK Gubernur, masalahnya adalab belum ada koordinasi, orang-orangnya belum pernah
bertemu, agar dapat dibuat job diskripsi, konsolidasi tidak pernah ada. Akibatnya pembuatan rencana kerja tidak ada. Akibatnya, rencana kerja ingin mengembangkan, babwa harus ada sosialisasi, marketing, deseminasi, pembuatan spanduk, poster, leaflet, dan sebagainya atau di media masa, di koran, di TV tidak ada. Kalau SK Gubernur, seharusnya berk.embang, karena dibawab Asist«:n Ill, di bawah Asisten Kesejahteraan Sosial, karena tidak peroah mengetahui, Gubernur tidak merasa mengetahui ini anak-anak saya? Iya kan? Karena Gubernur tidak tabu, Asisten Kesejabteraan Sosial tidak tabu, ia tidak merasa itu miliknya, tidak merasa ini anaknya, akibatnya diayomi nggak? Nggak. Budgeting juga terpengaruh, perencanaan kebutuhan biaya juga plus minus, karena tidak ada faktor ekonomi. Kemudian deseminasi informasi ke Tingkat ada nggak? Nggak ada karena tidak ada rencana kerja. Padahal harusnya ada konsolidasi tingkat propinsi SP3T-SP3T itu, semua tabu siapa mengerjakan apa, itu disosialisasikan ke seluruh Kabupaten Kota. Ini lo harusnya ada SP3T, difasilitasi oleh Kabupaten Kota ada membawa job diskripsi, membawa rencana kerja, itu disosialisasikan di Kabupaten dan Kota, jadi nanti ada perencanaan pembentukan SP3T di masingmasing Kabupaten Kota. Kemudian ada pertemuan di Kabupaten Kota difasilitasi oleh Propinsi, membentuk SP3T sampai nanti ke bawab ke tingkat Kecamatan, sampai pelatihan tingkat Puskemas.
n
116
Karma sudab dipenilabkaa membuka ldiaik pengobatan tradisioaal SP3T sebeaamya secara kousep sudab bisa beniaergi deugaa yaag ada di RSHS? Ya. tapi resistensinya ada. karena sosialisasi deseminasi masih kurang Pada saat peugembangaa aDtibiotik, bapimana posisi daa peagembaugaa bomeopati? Homeopati ditemukan, pendirinya Doktor Samuel Federick Hahneman, tahun 1790, Beliau seorang doktor dari Jerman, umur 24 tahun lulus cumlaud, juga seorang ahli kimia. juga seorang penteljemah, pada waktu beliau menteljemahkan Collen Materia Medica, jadi buku farmakope kedokteran, dari bahasa lnggris ke bahasa Jerman, terdapat keterangan: kina dalam dosis besar menyebabkan demam seperti malaria. Saat itu kina sudah ditemukan sebagai obat malaria, tetapi dalam Collen Materia Medica ditemukan bahwa "kina dalam dosis besar menyebabkan demam seperti malaria tetapi dalam dosis kecil, dosis yang sangat kecil justru menyembuhkan penyakit malaria". Karena beliau seorang saljana, lulusnya cumlaud, beliau berfikir mungkin obat-obat tradisional seperti itu, maka selama enam tahun 1790 sampai 1796 beliau mengadakan penyelidikan, penelitian kepada 300 jenis obat dalam dosis besar menyebabkan penyakit dalam dosis yang sangat kecil jusbu menyembuhkan penyakit tersebut, muncul lab prinsip homeopati yang pertama yaitu prinsip kesamaan, "Yang sama menyembuhkan yang sama", akhirnya beliau, sangat intersanl (tertarik) dengan ini, jadi muncullah homeopati, borneo dari homeos artinya sama. pathy artinya penyakit. Ini awalnya. Kemudian diteruskan oleh murid-muridnya dari Amerik:a. Jerman, lnggris dan Perancis dan lain sebagainya. Sekarang sudah lebih dari 3000 unsur, sudah lebih dari 3000 jenis obat yang dikumpulkan dalam Materia Medica of Homeopathy, jadi faramakope-nya kedokteran lab, kumpulan khasiat obat lebih dari 3000 jenis. Temyata benar, yang sama menyembuhkan yang sama. Jadi Doktor Hahneman pada waktu itu merasa tidak puas dengan pengobatan konvensional, allopathy, karena bahan materinya kedua dosisnya besar, ketiga ada efek samping. Beliau mengembangkan ini karena Doktor Hahneman menurunkan dosis sampai tidak dapat dilacak.. Sedangkan antibiotik dosisnya 250 miligram, 500 miligram. Ada perbedaan antara allopathy dengan homeopathy, allopathy ada antibiotika untuk membunuh bakteri, di kedokteran dilatih untuk menentukan diagnos, jenis penyakit yang mengandung virus, kuman. Di homeopati, lihat keluhan, simptom, gejala. Kemudian pendekatannya holistik, pasien dilihat seutuhnya sebagai manusia. ditanya apa keluhan utama, bagaimana pengaruh fisik, psikhis, iklim, makanan, minuman, suka dingan, sub panas, keluarga. pekeljaan, pokoknya holistik. Ini namanya profit pasien. Jadi keluhan, simptom yang dikorek, dicari secara holistical approach, di data disebut profit pasien. Kemudian seorang ahli homeopathy, karena berdasar prinsip kesanaan akan mencari pada Materia Medica yang profil obat sama dengan profil pasien. Jadi seorang ahli homeopathy, homeopat akan mencari di Materia Medica obat-obatan yang profilnya sama dengan profil pasien, minimal menyerupai. Kalau pemilihannya tepat, sangat presisL satu jenis obat sudah bisa mengbilangkan semua problem. Jadi ada prinsip yang lain, prinsip single remedy. Jadi ada prinsip kesamaan, holitic approach, ada single remedy. Kalau sangat tepat pemilihannya, profil obat sama dengan profil pasien satu jenis obat sudah bisa mengobati semua penyakit, InsyaAllah. Karena profit obat disamakan dengan profit pasien. Tadi berdasarkan hukum kesamaan, yang sama mengobati yang sama. Berbeda dengan antibiotika, Beliau tidak menyukai dengan pengobatan waktu itu 1790, dosisnya besar, kimia dan ada efek samping. Dan dengan meta analitik, dengan dosis sangat kecil, sangat sulit dideteksL temyata bisa menyembuhkan. Kalau bomeopati disiaergikaa deugan peagobatau modem posisiaya bagaimaaa, apa sebagai komplemeater? Sebagai komplementer. Di Perancis yang pengobatannya sudah mengarah kepada energi terapi, di kita sangat-sangat sulit, di luar negeri sejak tahun 1700-an sudah ada fakultas kedokteran homeopathy, rumah sakit homeopathy, abad ke-19 di India 500.000 dokter homeopathy, di Amerika ada 15.000 dokter homeopathy. Jadi di sana sudah mengarah kepada pengobatan energL di luar negeri di Eropa. Di kita masuk pada pengobatan tradisional, SK Menkes, Nomor 1076 Homeopathy bisa sinergi bisa mandiri, karena awalnya komprehensit: baru komplementer.
117
Pas~n-pasien yang datang ke dokter untuk homeopati, merelol masih menggunakan pengobatan modern atau sudah mandiri'! Di rurnah, saya praktik rnumi horneopati, di rurnah sakit, di SPJT, rnurni horneopati. Kadangkadang ada rujukan dari ternan-ternan sejawat, dari keberhasilan satu dua kasus. Berapa orang sejawat yang sudah dapat menerima homeopati'! Pokoknya rnasih sangat sedikit, perkernbangan pasien juga sedikit. Dengan SK Menteri Kesehatan 0584 ( tentang SPJT) apakah cukup untuk pengembangan pengobatan tradisional? Ujung tornbak terdepan adalah Puskesrnas, di situ roda harus berputar lebih cepat, kebijakan ada di pusat, pertemuan, konsolidasi, ada perencanaan, ada job diskription dan lain sebagainya, kernudian sosialisasi tingk:at Kabupaten, kernudian Kabupaten juga bergerak seperti itu, karena yang rnengayorni pusat-pusat pengobatan tradisional, pernbinaan harusnya seperti itu. Di Amerilol ada dua fakultas kedokteran, medis dan natural, ternyata dapat mendongkrak pengobatan natural, kalo di Indonesia sebaiknya bagaimana untuk menembus resistensi itu? Harus dari atas. Pengembangan pengobatan homeopati dengan pelatihan saja melalui fakultas kedokteran atau secara resmi seperti fakultas kedokteran? Harus resrni, tapi tidak secara khusus, rnisalnya pendidikan tiga-ernpat tahun setelah SMA, jadj horneopati. Pengobatannya sendiri harusnya formal diresmikan seperti profesi yang lain untuk homeopati? Nggak-nggak mesti, karena di luar negeri sudah ada fakultas-fakultas homeopati. Bagaimana pembuatan obat homeopati? Pengenceran obat homeopati dari bahan dasar "Q", diolah, direndam, bisa dalarn alkohol, bisa dalam aquades, dalam dua empat minggu, terjadilah dia larutan biang. Dari larutan biang ini diambil satu tetes, dicampur dengan 99 tetes alkohol atau aquades. Jadilah dia pengenceran pertama atau potensi pertama, iru perbandingannya satu per seratus. Dari pengenceran pertama diambil satu tetes, dicampur dengan 99 tetes lagi, jadilah ia pengenceran kedua, atau potensi kedua, satu per sepuluh ribu. Pada pengenceran ke-8 atau lebih, molekul obatnya sudah tidak bisa dideteksi, kenapa, satu per seratus trilyun, bukan satu dua mili gram, satu per seratus trilyun. Yang sering kita gunakan adalah potensi ke-30, jadi pengenceran ke-30. Potensi ke-1000 atau pengenceran ke-1 000. Yang pertama, kita harus yakin seyakin-yakinnya bahwa Allah Maha Kuasa. Pada akhimya hanya Allah yang akan menyembuhkan meskipun seluruh alam sernesta menghalang-halanginya, tapi kalau Allah berkehendak pasti terjadi. Saya suka bawa-bawa itu, kenapa, karena itu obat, misalnya seorang profesor atau doktor sepesialis gelarnya semeter, saking banyaknya gelar, mengatakan bahwa ini tidak akan sembuh, saya bilang wajar karena dia makhluk, dengan segala keterbatasan. Buku bedah segini saja text book, buku kulit segini, buku penyakit mata segini, diluar ini dia angkat tangan. Tapi bagi Allah tidak ada yang tak mungkin sembuh, Ilmu Allah luas, sangat tidak terbatas, dalam AI Quran, apabila kamu menulis ilmu Allah dengan lautan tinta untuk menulis ilmu Allah, ditambah dengan tujuh lautan tinta, tidak akan habis, tidak akan selesai. Jadi jangan sampai putus asa pada kaJl!.nia Allah. Saya nggak setuju dengan sejawat yang bilang, ini sudah sudah nggak mungkin, sudah bawa pulang, apalagi ini tinggal dua bulan lagi. Karena logika kedokteran seperti segitu. Bagi Allah segala sesuatu dijadikan berpasang-pasangan, ada penyakit ada obatnya. Teknologi kedokteran sekrang dibukanya Allah baru segitu, suatu saat mungkin akan berkembang, akan menambah lagi nanti teks booknya kan. Dalam dialog begitu, jangan berputus asa. Kedua, doa. Senjata kita hanya doa, Arsy Ilahi harus digoyang dengan berdoa, setengah jam puasa, obatnya dikulum, kemudian curhat hanya kepada Allah (puasa 30 menit lagi). Ya Allah, saya pusing, sakit pinggang, apa saja lah, darah tinggi .. Tapi doa kan ada tata kramanya kan? Ada adabnya, ada sopan santunnya dalam berdoa, ada puji-pujian dulu. Baca AI Fatihah, sebut Asmaul Husna yang sesuai, kalau ingin sembuh Yaa As-Syafi, baru minta minta diberi kesembuhan. Sekaligus deh, lahir batin, karena lahir batin kita banyak penyakitnya kok. Puasa, obatnya diminum, curhat, berdoa kemudian puasa lagi.
118
Kita meyakini Allah Maha Kuasa., kita sangat kecil sekali dimata Allah SWT. Ada banyak syiriksyirik yang halus, kita merasa besar, kepada bawahan. Saya sering membawa ini ke pelayanan. T emyata dengan holistic approach saja... Holistic approach akan lama karena ada keluhan fisik psikhis, iklim, cuaca, semuanya. Akan muncul empati. Ini harus sampai ke empati, agar ada rasa trust, kepercayaan si pasien kepada si pengobat. Kalau tidak ada kepercayaan akan menghilangkan sebagian dari kesembuhan. Jadi ada kepercayaan pasien, sugesti dan keyakinan kepada sang pengobat, dua itu. Meskipun dokternya pinter-pinter, cantik, kenapa tidak mau berobat ke sana? Dokternya ketus, bidannya cemberut, boro-boro berobat ....... Trust ini muncul dari interaksi emosionaJ. Sudah pemah Jihat obatnya belum ....... . Ini globul, dari sukrosa bisa, glukosa bisa., di Indonesia belum ada alatnya, impor dari Malaysia, Cina, Singapura, lnggris, Perancis. Kemudian Globul ini ditetesi dengan cairan yang sudah sangat diencerkan tergantung jenis penyakit, kalau penyakit akut ditetesi 30 ke bawah, kalau yang kronis maupun kasus kejiwaan diberi yang potensi tinggi. Setelah ditetesi, ditutup dikocok. Karena kita Jemah, kita tjdak punya apa-apa, berdoa, semoga obat yang sudah hamba bikin bisa menyembuhkan.
Kendala: Konsolidasi, Koordinas~ Perencanaan, Sosialisasai SPJT masih kurang, Pengobatan holistik membutuhkan waktu, Keterbatasn teknologi
119
Silaturahmi, Dr. H. Adang Sudrajat, MM. Av. Jumat, 16 September 2005 pukul9.00 s.d. 90.30 Praktik Terapi Awaasin AI Kay, As Syifa 2, Komplek Metro Bandung Bapimana perkembangan pengobatan tradisional di Indonesia? Bagaimana posasanya deDpD peagobatan modena? Apakab perla diintegrasilwa? Apakah periu diformalkan? Kalau saya melihat, metode pengobatan itu tidak bisa lepas dari beberapa sisi. Dari sisi ekonomi, di dalamnya kita akui ada persaingan kepentingan ekonomi. Baik antar pengobatan tradisional, baik antar pengobatan modern, atau malab diantara pengobatan modern dengan tradisional. Jadi mau tidak mau, katakanlab dari sisi ekonomi, teljadi persaingan. Yang kedua dari sisi cultural, secara sosial masyarakat kita berbeda-beda, ya. Ada orang yang percaya dengan pengobatan tradisional, ada orang yang percaya modern, ada secara seimbang pen:aya pada keduaanya. Dan untuk itu, kalau saya melihat tidak mungkin menghilangkan metode tradisional in~ karena disisi lain, itu akan sangat membantu terbadap penyelamatan devisa juga. Kareoa obat-obat modem atau pengobatan modem atau pengobatan yang kita kenai sekarang itu, semuanya tergantung pada dunia luar. Dari mulai alat diagnostik, terus obat-obatan terapeutik. Pabriknya yang ada di Indonesia itu banya ini saja. .. tukang bungkus lab, tukang kemas, bahan bakunya semuanya Impor. Nab dalam pengobatan tradisional, paling tidak ada peluang, ada peluang untuk membuat bahanbahan obat itu, di negeri sendiri. Nab dukungan secara ekonomi, kebijakan politiknya dan ekonominya kurang, sehingga kita melihat juga bahan-bahan baku pengobatan tradisional juga impor dari luar.... Yang namanya, kunyit putih, kunyit merah, itu sudah disupai oleh perusahaanperusahaan farmasi dunia. Vrrgin Coconut Oil, itu bisa jadi diproduksi secara besar-besarnya dinegara lain. Di kita sudah jadi, kita tinggal kemas saja. Kembali ke persoalan ekonomi, karena temyata, e .. bisa jadi bahan-bahan obat itu ada di seluruh dunia. Secara ekonomi yang punya modal dan punya kemampuan untuk pengolban itu yang punya eknomi yang cukup mapan. Dan kita terbalik, akhirnya Eropa ....yang berkuasa begitu. Terus terang sebenamya obat-obat dalam kategori jamu, tapi sekarang sudah dikemas sedemikian rupa, dengan penelitian yang bagus ke dokter, dan diproduksi oleh pabrik-pabrik fannasi yang kaya Mere, kaya Listen Meyer, kaya Johnsson, sebagian besar lab Bayer, itu sudah memproduksi yang tradisional, dan sudah terampil. Karena sejak 1978 itu, sudah mulai ditanamkan oleh PBB back to nature. Nab sejak itu, pabrik-pabrik besar farmasi dunia, sudah mulai melakukan penelitian. Dan mereka membiayai peneliti-peneliti yang meneliti ... . apa yang.. penelitian metode pengobatan lokal, gitu ya.Itu dibiayai, diteli~ dan hasilnya untuk produksi masal. Tiap-tiap negara ada keistimewaan, karena ada baban obat yang hanya tumbuh dengan baik pada musim tertentu, pada iklim tertentu. Saya melihat bisa jadi, misalnya orang Korea memproduksi ginseng, tapi ginseng korea itu diedarkan ke selutuh dunia, oleh pabrik farmasi di Eropa, dan lebih baik Apalagi Indonesia. 1adi sulit membedakan, dari kemasan obat saja sudah cantik: sedemikian rupa. Misalnya dalam obat-obat untuk vitamin tulang ada calsium ada. .. didalamnya ada glukosamin, ada lagi kondroitin, ... itu masuk Dan kaya dokter-dokter penyakit dalam sudah biasa dengan obat-obat yang bahan alami. ~ Tapi itu barus melalui klasifikasi ontuk fitofarmaka atau c:akup jamu atau berba tentandarisasi ? Meraka udah ~ sudah jadi satu bahan yang dimasukkan ke dalam obat yang pasarkan. Melalui uji klinik juga, itu biasa dilakukan. Hanya saja untuk uji klinik bahan-bahan obat alami itu lebih singkat, ya. Karena ia tidak mulai dari menemukan, atau memisahkan zat itu. 1adi karena sifatnya ada yang herbal medicine, fitofarmaka, atau herbal itu seutuhnya masuk ke dalam bahan obat. Kalau fitofarmaka masih melihat zat aktifuya apa, itu yang diambil. Zat aktif itu diambil dari tumbuhan. Jadi uotuk sebuah obat bisa diresepkan, apakab harus termasuk fitofarmaka, karena bila dalam medii herbal tidak diketabai zat aktvaya apa yang digaaakan ontuk pengobatan, jadi barns mengetabui zat aktifnya apa dan harus tunggal! Sudah tidak lagi (seperti itu). Saya lihat, misalnya ada obat merk C3, C3 terdiri dari ... .ini disebutkan. Dan itu sudah diproduksi dan sudah menjadi resep dokter. Disebutkan dari daun seledri dan bawang putih, yang dicampur, dan gitu sudah. .. tidak disebutkan za aktifitya apa.
120
Kalau fitofarmaka, geofarmaka itu yang dianut oleh pengobatan konvensional sekarang.
Bagaimana awal mula, dokter suka praktik pengobatan tradisional? Ya....... sebetulnya sih, saya belajar pengobatan ini ....... pengobatan yang sifatnya tradisional alam lah, avasin, memang pedomannya ada, cara penggunaan obat, obat-obat herbal. Tapi saya tidak bisa menggunakan itu secara sepenuhnya. Akhirnya untuk praktik tidak sepenuhnya fitofarmaka. Sebagai komplementer? Komplementer. Misalnya untuk orang yang demam tinggi gitu ya, menggunakan fitofarmaka lama, nggak bereaksinya cepat. Obat-obatan yang dikenal modern seperti dipakai untuk kanker, misalnya vinkristin, itu dari daun tapak dara. Cuma, kalao dulu tidak disebutkan dari daun apa ... kan dirahasiakan. Dulu, .... saya melihat, kurikulum yang ada dalam kedokteran sekarang, maupun farmasi itu tidak pernah menyebutkan bahan obat diambil dari apa ..... Diantara, ilmu farmasi yang didalamya ada ilmu taksonomi, ilmu anatomi tumbuhan obat, taksonomi, ini tidak dibuat nyambung dalam kurikulum, .... .ini memang kalau saya......... kesengajaan. Kan itu ada kepentingan ekonomi itu. Kalau dibuat nyambung ketergantungan kita terhadap luar, dalam hal pembuatan bahan baku, bisa berubah dalam jangka panjang. Sekarang ini dibuat tidak nyambung Dokter juga pernah. Dokter kita kalau masuk dalam ilmu farmakologi itu ... ilmu yang sama sekali tidak memuat, obat ini bahannya dari apa, sama sekali tidak memuat. Hanya obat ini, rumus kimianya ini, gitu ya. Tapi tidak muat bahan ini diekstrak dari apa, atau diambil dari apa tidak disebutkan dalam kurikulum kedokteran. Dan itu untuk mempertahankan penjajahan. Untuk mempertahankan ketergantungan bahan baku, nanti. Tidak ada... misalnya vinkrinstin diambil dari jenis tumbuhan apa ... nama latinnya disebutkan ... .Itu kurikulumnya seperti itu .... di text book-nya. seperti itu. Karnya justru rahasinaya itu. Mereka membuat kurilukum itu diciptakaan untuk ketergantungan. Dokter sendiri sudah repot mengelola........ penyakit itu sendiri, boro-boro memikirkan tentang asal obat ini dari apa, kenapa ... nggak berfikir lagi. Kalan dari praktik avasin sendiri, para pasien yang datang ke sini apa memiliki image bahwa avasin ini ternyat di masyarakat telah mampu membantu dalam kasus-kasus tertentu? Memang kalau saya melihat tiap-tiap pengobatan itu punya keistimewaannya .......... misalnya .. . untuk hernia itu lebih baik... operasi saja lebih cepat. Orang yang sunat kan tidak bisa dengan avasin. Yang banyak datang untuk praktik praktik avasin, mereka bisanya sakit apa? Lowback pain, sakit pinggang, biasanya kalau sudah menahun, ke beberapa dokter tidak ada kesembuhan. Sakit kepala yang sudah bertahun-tahun juga, tidak ada perbaikan. Maag yang tidak sembuh-sembuh, kalau rernatik sudah jelas. Saya sendiri antara pengobatan dai bahan modem ataupun dari bahan tradisional itu saya tidak memahami secara dialektikal diametral... ... saya memahaminya itu sating melengkapi satu sama lain. Cuman keduanya tidak dapat digunakan secara eksesif tanpa pertimbangan orang-orang yang memiliki ilmu, begitu kan?. Walaupun dari tumbuhan tradisional bukan tanpa efek samping. Misalnya bawang putih bagus untuk menurunkan kolesterol, tapi kalau dikasihkan kepada orang yang memiliki gastritis yang kronis cukup riskan juga, karena ada asamnya. Agar~ pengobatan tradisional lebih berkembang perlu diformalkan atau tetap seperti sekarang saja, karena untuk perlindungan dalam pelayanan kepada masyarakat, supaya pengobat tradisional benar-benar dapat disertifikasi, apa perlu diformalkan seperti dari fakultas kedokteran atau tetap seperti sekarang ini? Ya sebetulnya kalau diberi kesempatan, diformalkan lebih bagus. Ya artinya ... ya seperti avasin saja, kita sampai saat ini kita menerima untuk dididik jadi avasinolog itu adalah seorang dokter. Kita belum bisa menyelenggarakan dari S I, ya kalau mau dari S 1-nya bisa dirancang ..... peluang itu ada, untuk formal. Disamping itu juga bisa membantu dalam menggerakkan perekonomian bangsa juga, jadi ada konvergensi secara ekonomi. Karena sekarang ini kan biaya-biaya pengobatan ...... itu tidak terkontrol. Sebuah gejala yang harus diwaspadai .... Misalnya apakah betuk tipes itu ... misalnya kalau orang kena tipes harus dirawat dirumah sakit yang menghabiskan 2 juta semalam. Metode medis konvensional sekarang ini seperti itu. Ya kalau ... dicekik diusahakan diefisiensi tidak jauh dari itu. Orang misalnya dengan low back pain, tidak bisa jalan, sakit pinggang, itu kalau datang ke spesialis penyakit syaraf itu disuruh ke rumah sakit 2 minggu. Setelah 2 minggu ditidurkan,
121
diobati sakitnya segala macam sudah agak reda sakitnya barn mulai dilatih dengan fisio terapi untuk menghilangkan sakit. Sedangkan saya disini ....... kalau saya disini, orang sakit pinggang datang digendong, pulang surnh jalan. Nggak usah dirawat. Nah ini kan, bedanya jauh. orang dirawat bisa habis 9 juta, belum biaya periksa, discan ... , dirontgen, diperiksa mineralnya .... mineral darahnya ... di USG kalau ada penyebab yang lain. Itu kalau dibiarkan seperti itu memang biayanya bisa mahal. Apakah kita mau seperti itu? Kalau saya, kalau dibuka lebih baik ..... ya terjadi persaingan sehat, pasien dihadapkan pada pilihan ..... silahkan .... Ya nanti dalam perijinan rumah sakit... .. misalnya rumah sakit hams bisa menerima, hams bisa menyediakan ....... altematif pengobatan diluar pengobatan konvensiona1, barn dikasih ijin. Sedangkan pengobatan tradisional disana katakanlah .... harus disertifikasi atau hams dilakukan oleh seorang dokter juga. Pelakunya dokter, karena untuk menghindari ... ketidak nyambungan dengan kedokteran bio medis itu. Jadi sebaiknya terintegrasi daJam satu rumah sakit, atau mereka barns sendiri? ..... bisa dibolehkan bisa diharuskan..... kalau misalnya ..... .juga bisa disediakan ... suatu ... kayak di Amerika itu sudah ada rnmah sakit natutopatic dan rumah sakit biasa itu terpisah. Ada masingmasing ... .... natural medicine itu ada sendiri, dokter ND, naturopatic doctor, sedangkan dokter gelarnya MD. Dan dua-duanya hidup. Dalam metologi diagnostik yang mungkin ada irisanya, tapi ada juga perbedaannya, tapi ada irisannya. Misalnya CT Scan, di keduanya dipakai, USG keduanya dipakai juga. Tapi ada juga yang disini dipakai disana tidak. Apakab pemerintah sekarang mendukung atau kurang untuk peogembangan pengobatan tradisional? Untuk sekarang sih, dia Jebih terbukalah. Lebih terbuka dibanding jaman dulu, jaman Orde Barn. Dulu kalau ada dokter yang melakukan pengobatan macam-macam.dianggap dukun atau apa .... Apakab awasin meniogkatkan dengan peralatan modem? Sebenarnya prinsip-prinsip avasin itu ada peluang untuk dimodernkan, tetapi membutuhkan kerja yang cukup tinggi, dibutuhkan bekerja sama antara ahli elektromedik dengan dokter avasin menciptakan alat-alat, saya sekarang sedang riset juga pada alat-alat yang kira-kira bisa membantu dalam praktikan. Berapa lama peodidikan dokter avasio? dua tahun. Bagaimana menghadapi resistensi dari para dokter? Ya itu kesulitan kita disitu. Kesulitannya kita bukan pada kebijakan tap1 1tu tadi kan ada persaiangan ekonomi, antara dokter yang mau menerima. Ada beberapa dokter tidak mau menerima metode begini ...... apaan ini kaya dukun, gitu kan? Tukang pijat, apaan, tidak ilmiah segala macam ..... Tapi ada juga diantaranya ketika menangani kasus yang perlu bantuan temyata dia dengan metode pengobatan konvensional tidak ada perbaikan, saya obatin temyata bagus, nah jadi bernbah. Para dokter yang menerima pengobatan tradisionaJ yang sifatnya kalau tidak salah openend, ada di depan dan dibelakaogoya, sementara ditengahnya stroktur tidak kelibatan, mereka bisa menerima, padabal mereka sudah terbiasa dengan pengetahuan yang terstruktur seperti pengobatan medis seperti itu, proses mereka bisa menerima bagaimana, apakab mengalami pergulatan atau mengilmiahkan dulu atau mereka memang menerim,il faktanya dulu? Sifatnya sekarang kita ini kan, dalarn pemikiran ini kita ini jadi pengikut lah, follower, dari apaapa yang sudah ditulis orang lain. Hasilnya kesempatan kita untuk bisa meneliti sendiri, kalau misalnya orang konsekwen dengan evidence based medicines, kalau orang sepakat dengan itu, artinya fakta dulu, bukan dari alasan ilmiah dulu. Faktanya dulu, evidence, jelas, itu ada perbaikan, dilihat, terns diteliti. Alasan-alasan ilmiah kenapa .... Seperti ito, proses mereka bisa menerima bagaimana, apakah mengalami pergulatan atau mengilmiabkan dulu atau mereka memang menerima faktanya dulu? Sifatnya sekarang kita ini kan, dalam pemikiran ini kita ini jadi pengikut lah, follower, dari apaapa yang sudah ditulis orang lain. Hasilnya kesempatan kita untuk bisa meneliti sendiri, kalau misalnya orang konsekwen dengan evidence based medicines, kalau orang sepakat dengan itu, artinya lihat fakta dulu, bukan dari alasan ilmiah dulu. Faktanya dulu, evidence, jelas, itu ada perbaikan, baru dilihat, diteliti. Alasan-alasan ilmiah kenapa .... terjadi ini.
122
Sebaiknya orang berobat dengan pengobatan tradisional yang dilakukan oleh dokter, tetapi kalau masyarakat telah berkreasi dengan pengobatan tradisional, sebaiknya sebagainya akan pengobatan tradisionalnya dapat dipertanggung jawabkan? Ya. bisa disidang dalam panel tertentu. Panel ini harus terbuka juga. Saya melihat juga ada keterbatasan ini .. .ini menyulitkan, seolah olah gap lah, gitu kan? Tapi gap ini kan telah diciptak.an sejak kurikulum, d.iciptakan sejak kurikulum kedokteran d.iawaJ baik itu pada pend.id.ikan Sl dokter, maupun dokter spesialis. Itu sudah tercipta. sehingga kita dibuat tertutup untuk menerima metode, tidak perlu lain. Kalau misalnya nanti ada sebuah panel yang sifatnya ilmiah, ini kan lebih mudah. Atau dibuat dibuat ada masing-masing sesuai dengan keinginan, tapi secara perundangundangan jadi rumit. Masing-masing, asal disana ada dokter disini ada dokter, gitu ya. Alasanalasan itu masing-masing. Kaya akupunktur kan masing-masing. Kalau disambungkan tidak nyambung, kedokteran filsafat pak.e patofisiologi, anatoni, tidak. bisa sambung. Kalau sudah tertanjur, misaloya sudah dilakukan masyarakat, misalkan reDeksi, jamu, supaya masyarakat terlindungi? Saya kira terlindungi, dengan kewajiban, disana mereka ada dokter yang membina. Misalnya kalau akupunktur itu kan dokter, Chinese Medicine, dokter juga menurut kedokteran China. Ilmu mereka itu 4 tahun itu sama-sama belajar, yang ini kedokteran China pengobatannya. anatomi, fisiologi segalam macam mereka belajar, sedangkan pengobatan herbaJnya mereka lebih mendalam. KaJau di Chinese Medicine, kemampuan operasi tidak seperti di kedokteran konvensional. Untuk sakit jantung , di Chinese Medicine ditangani juga jantung, tapi tidak dengan cara operas~ tapi dengan cara yang lain. Pada kasus tertentu teknologinya lebih baik. Dalam kasus tertentu, misalnya orang mengalami pengapuran, perdarahan hebat, kalau dilakukan dengan ini, kesempatannya. peluangnya kecilkan, karena lama kan untuk memperbaiki pengapuran, supaya ia cepat dapat melakukan aktivitas kembali. Kedokteran modern dan tradisiona/ di Cina berkembang dengan baik. Pada awalnya mereko be/ajar soal yang sama tentang anatomi dan fisiologi tubuh, tetapi pada masa berikutnya keahliannya berbeda yaitu kedokteran modem mempelajari pembedahan dst. Seda11g pe11gobatm1 tradisional memperlajari akupunktur dst. Keduanya saling menguatkan. Penggunannya bisa sa/ing menguatkon. Pada kasus tertentu modem /ebih baik dari pada tradisional dan sebaliknya ada juga penggunaan tradisional lebih baik dari pada pengobatan modem.
Hambatan: Persaingan bisnis, Kurang dukungan kebijakan politik dan ekonomi, Kesenjangan kurikulum, Faktor mental, Tidak konsisten dengan evidence base madicine.
123
Silaturahmi dengan Dr. Nurmala Kamis tanggal8 September 2005, pukull6.30 Praktik Umum dan BerbaJ, di Bandunb Mengapa Dokter memakai pengobatan alternatif daJam praktik sehari-hari selain pengobatan medis? Hal ini bermula dari : saya sering merasa prihatin pada pasien-pasien saya yang menderita penyakit-penyakit degeneratif dan mereka tidak kunjung sembuh. Kondisi membaik ketika diberikan terapi konvensional tetapi tidak berapa lama mereka akan kembali lagi dengan keluhan yang sama, entah satu minggu atau satu bulan yang akan datang. Bagaimana mengatasi hal ini sedangkan protokol pengobatan paling hanya itu-itu saja. Jadi saya berusaha mencari-cari karena dalam sebuah hadist disebutkan bahwa Allah tidak menurunkan penyakit kecuali memberikan obatnya. Jadi kalau terapi konvensional tidak menyelesaikan, mungkin ada terapi altematif yang bisa diketjakan. Akhimya saya mempelajari pengobatan herbal dan refleksi, kemudian saya belajar juga k.iropraksi dan bekam. Kebetulan saya dulu penderita maag kronis dan alhamdulillah dengan terapi herba maag saya sembuh, yaitu menggunakan antanan (pegaga). Bagaimana pendangan kawan-kawan anda terhadap praktik yang anda geluti? Kebanyakan bertanya-tanya, kenapa saya memakai pengobatan altematif juga T etapi saya tidak terlalu memikirkannya atau mempersoalkannya, biarkan saja yang penting saya punya kepuasan baru ketika pasien-pasien kronis saya diberi kesembuhan oleh Allah melalui terapi pengobatan alternatif yang biayanya tidak terlalu besar. Bagaimana posisi pengobatan alternatif dalam pengobatan modern? Sebenamya kalau mau jujur, pengobatan altematif itu insyaAllah bisa melengkapi pengobatan modern, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, sistemnya juga masiing-masing, modern bagus terutama untuk kasus infeksi, atau akut dan gawat darurat. Sedangkan pengobatan altematif akan bermanfaat untuk kondisi prefentif dan pencegahan dan penyakit-penyakit kronis serta degeneratif Bagaimana pengembangan batra, bagaimana usul Dokter? Mengembangkan batra harusnya dilakukan sama seperti memberlakukan medis (terapi konvensional), SDM atau orang-orang pengobatan altematif seharusnya memiliki pemikian yang maju, tetapi kebanyakan susah, karena mereka hanya memikirakan bisnisnya sendiri kadang tidak memikirkan pengembangan keilmuannya agar lebih bisa bermanfaat untuk masyarakat. Sementara dari sisi pemerintah sendiri dukungannya kurang maksimal. Kalau di Cina atau di Arnerika, mereka punya fakultas kedokteran sendiri untuk pengobatan alternatif dan orang-orang yang belajar pengobatan alternatif bersemangat, kalau dikita bagaimana ya? Di cina mereka begitu bangganya dengan warisan leluhumya, sehingga Tradisiona/ Chinese Medicine mendunia dan hampir menyaingi pengobatan konvensional Barat. Jadi anda setuju dengan formalisasi pengobatan tradisional? Jelas dong, seharusnya begitu, negara kita ini kaya dengan ramuan warisan leluhur yang banyak manfaatnya, karena tidak dikembangkan dan dipandang dari sebelah mata maka sekarang banyak ditinggalkan. Misalkan jika dikembangkan, misalnya jamu gendong, jika bisa dikembangkan sebagai terapi khas Indonesia didukung oleh pemerintah maka akan mempunyai insyaAllah akan mempunyai nilai jual yang tinggi. Apa hambata pengembangan pengobatan tradisional? Kadang kurang rasional, kayaknya dari pengobat alternatif banyak yang tidak berfikir untuk mengembangkan pemanfaatan keilmuannya, dan cenderung kesannya tertutup, tidak ingin metode praktiknya diketahui, takut karena persaingan dan sebagainya. Bagaimana pasien memperoleh informasi praktik medis dan pengobatan tradisional disini? Yang paling sering mereka tabu dari mulut ke mulut dari pasien-pasiem yang sudah berobat altematifke tempat saya. Tapi sayajuga membuat leaflet yang memperkenalkan metode terapi kita. Hambatan: Tidak ada lembaga pendidikan, Para pengobat tradisional tidak mengembangkan
124
Sibturahmi dengan Tabib M Zulfikar A, Rabu, 14 September 2005, pukull7.00 s.d. 18.00, di Bandung Praktik bekam dan herbal serta, cbiropraktik di Bandung Bagaimana awal mula tertarik dengan pengobatan tradisional! Dari aspek ekonomi, dari aspek side efek, dari aspek agama yang pertama sebagai cara hidup kita, menjalankan sunab dan aturan hidup kita. Kalau dari pengobatan yang kita kembangkan sebenarnya memang bagaimana kita menjalani hidup ini, dengan aturan aturan Allah S.W.T. dan Rasul Nya. ltu saja sebenarnya. Dan sejak 1500 tahun yang lalu memang sudah dikenalkan kepada manusia. Adapun sekarang kita menghidupkan kembali, kita merujuk kepada Allah dan Rasul Nya saja. Adapun dibidang kesehatan jelas, yang pertama, aspek jangka panjang terhadap tubuh kita sendiri. Kalau tubuh dibebani dengan sintetis lama-lama kan organ tidak kuat menanggung beban, terutarna organ tubuh yang bernama liver dan ginjal. Dari aspek tradisional, kenapa kita menggunakan bahan alam dikarenakan fisiologi tubuh kita dengan alam sebenarnya sama, berasal dari tanah yang mengandung vitamin dan mineral yang sebenarnya sama kan? Tapi memang sangat baik sekaJi hila, penelitian ilmu pengetahuan sekarang itu membantu atau meneliti ilmiah tentang bahanbahan yang digunakan dalam pengobatan tradisional itu. Jadi sebaiknya teknologi itu mendukung pengobatan yang dianjurkan oleh Allah dan Rasul Nya. Itu kalau saya, ya, dan tidak perlu menyimpang dengan cara lain dengan alasan apapun. Misalnya susah bahan baku, bahan baku sedikit, terbatas, itu kan alasan sebenarnya. Itu political system saja. Yang kedua, memang terbukti kita lihat 50 atau 100 tahun ke belakang kakek-kakek kita sehatsehat, tidak seperti hari ini. Hari ini kecil-kecil sudah strok. Hari ini umur 22 tahun kena kanker paru-paru. Kemudian imuniti lemah, imuniti dari kekebalan tubuhpun anak-anak lemah. Dari kecil yang sebenarnya fitrah mereka kan mengikuti perkembangan umur, mengikuti pertumbuhan alamiahnya. Ia bertambah (imunitasnya). Dengan diberi nutrisi yang tepat, dari alam ini, ia akan berkembang. Tapi sekarang dibuat rekayasa-rekayasa dengan alasan untuk akselerasi, kan mempercepat pertumbuhan. Misalnya, imunisasi itu untuk mempercepat reaksi (pembentukan) antibodi sebenarnya fitrahnya itu tidak perlu. Misalnya pengobatan tradisionil berdasarkan literatur Islam, yaitu AI Quran dan AI Hadits, a/aikum hi ~yifa 'ain, gunakan dua kesembuhan madu dan AI Quran. Nab seharusnya madu ini dalam umat Islam, dalam masyarakat hari ini, madu menduduki kedudukan tinggi. Tapi kenapa hari ini, ... OK, di Bandung, lab, berapa banyak keluarga Islam yang memiliki madu di rumahnya? OK.. ltu yang kesatu, yang kedua, katakanlah kaJau mereka memiliki madu, apakah sering dikonsumsi apa tidak, atau sebagai pajangan saja? Nab ...... setelah itu penelitian ilmiah, meneliti apakah sebenarnya kandungan madu, yang dikatakan oleh nabi sebagai pengobatan yang disejajarkan dengan AI Qur an. Nab itulah tugas ilmu pengetahuan, gitu. Jadi kedudukannya sebenarnya tidak bertentangan sih dengan kehidupan modem. Pengobatan tradisional itu justru sangat mendukung kesehatan masyarakat, disamping hari ini biaya pengobatan yang begitu tinggi, yang hampir-hampir nggak masuk akal bagi golongan menengah ke bawah, kan? Nggak masuk akal itu Pak, berobat dengan puluhan atau ratusan juta. Itu politik sebenamya, makanya saya sebeparnya malu bicara karena sedih, kejahatan-kejahatan mereka. Padahal mengobati orang strok cukup dengan bekam saja sebenamya, bisa kita buktikan dengan bekam saja strok pulih, pulih seperti semula, tidak seperti sediakala tapi hampir 80%, dan terbukti. Kalau pasien disini yang paling sering apa saja? Pasien disini adalah muntahan dari rumah sakit, sebenarnya. Istilahnya yang sudah ditangani dokter bertahun-tahun, ataupun sudah Ielah ke dokter lah atau ke rumah sakit dan pasien itu tidak mendapati kesembuhan yang diharapkan oleh mereka, gitu kan? Nah dari mulut ke mulut bisasanya mereka datang ke rumah saya, ke klinik saya, dengan pengobat alternatif saya.
Rata-rata mereka sudah berapa lama menggunakan pengobatan modem? Pengobatan modem itu rata-rata sudah lima tahun, ada juga yang barn, minimal setahun, kemarin ada yang setahun ditangani dokter meninggal, kanker paru-paru.
125
Jenisnya apa saja Pak? Jenisnya dari yang ringan sampai berat. Yang paling ringan itu hipertensi, migraine, migraine bertahun-tahun dan wasir, Pak. Nah itulah. Paling berat ke saya itu jantung, strok dan apa itu ... kanker, kanker yang paling berat.
Rata-rata dengan bekam berapa lama Pak, dibutuhkan terapi? Misalnya pasien strok itu, sebu.Jan bekam sekaJi, nah itu dilakukan lima kaJi, frekwensi bekam satu kali sebulan. Kalau kanker lama juga, pasien kanker lama juga ... satu tahun dibantu dengan herba. Pasien strok yang cepat lima kali.
Apakah yang berobat ke sini masih menggunakan obat medis Pak, pasien-pasien yang dari rumab sakit? Ya, masih menggunakan, jadi tidak dilepas ke dokter. Mereka sebagai konsultannya, misalnya periksa, misaJnya pasien yang saya tangani saat ini, ginjal dan osteoporosis. Dia saya tangani harnpir dua rninggu ini, perubahannya dari rnulai nggak bisa jalan, sekarang sudah bisa jalan. Alharndulillah, dengan ijin Allah. Kemudian, dia konsultasi ke dokter serninggu sekali, perubahannya kata dokter sudah OK, secara medislah, kami hanya memberikan sentuhan rohani saja ke mereka.
Jadi pengobatan bapak hanya sebagai komplementer? Ya, sebagai pengobatan komplementer, belurn ada yang rnenjadikan saya sebagai pengobatan yang utama, kita hanya komplernenter saja. Dan saya terima itu.
Pengobatan tradisional perfu dikembangkan seperti apa Pak? Di Amerika sendiri, pengobatan tradisionalnya mereka banyak yang merujuk kepada pengobatan Islam, daJam hal ini pengobatan timur tengah atau arab. Dari buku terbaru tentang bekam, bekam sangat berkernbang di Amerika Jadi mereka menggabungkan antara pengobatan modem dengan pengobatan tradisional, terutama dalam hal ini saya lihat cupping method (bekam). Metode cupping itu sangat berkernbang di Amerika Serikat, kalau saya lihat sekarang. Dan Subhanallah, yang mengernbangkan non muslim. Kalau di Cina pengobatan tradisionaJ dikombinasikan, paling bagus sebenamya di Cina, kita akuilah, mereka mengkombinasikan antara pengobatan modern dan timur. Yin dan Yang, Akupunktur, mereka refleksi mereka digabungkan dengan pengobatan modern, terutama dalam penanganan kanker. Kalau ke Cina pengobatan kanker tidak. menggunakan kemo (kemo terapi), tetapi menggunak.an herba, berba yang wathoniah, asli dari negeri itu sendiri, mereka memak.ai herba yang "gedhe-gedhe", Tibet, Cina berkembang pesat. Amerika sudah mulai mengikut jejak Cina yang menggabungkan dua pengobatan Barat dan pengobatan Timur.
Bagaimana agar pengobatan tradisional yang dipinggirkan ini bisa berintegrasi secara formal dengan pengobatan modem, kira-kira saran untuk pengembangannya bagaimana? Perbaiki higeinisnya, sterilisas~ nah gitu Pak, walaupun.... yang paling penting urus ijin pada pihak. terkait dalam hal ini Dinas Kesehatan, pengurusan ijin agar dilegitimasi oleh pihak yang berwenang, dalam hal ini Dinas Kesehatan, setempat. Kemudian suguhkanlah pengobatan tradisional ini dengan pendekatan-pendekatan medis. seperti pemak.aian sterilisasi alat yang higienis, kan gitu. Agar seperti kueh, seperti penyuguhan makanan, kaJau makanan disuguhkan secara cantik kan orang suka. Nab disuguhkanlah pengobatan tradisional ini dengan cara ... Jangan terfalu banyak memakai pendekatan-pendekatan klenik. Kalau Bapak lihat di TVRI Bandung, hari Selasa jam 2 sama hari Sabtu atau minggu ... saya lupa. Sarna kalau di Bandung TV itu hari Kamis maJam Pak, jam 8. Nab itu pengobatan, pengobatan kebanyak.an ke Reiki, Reiki Waskita, Reiki Lingzi, dan ada pengobatan Kungfu Shaolin. Ini gini, dia kan sebenarnya buat kita-kita, secara akal dan science tidak terlaJu ini... contohnya Pak ya... anak yang dari Ciwastra, di TV hari Sabtu jam 2. Sakitnya apa? Asam urat. Disebelah mana? Di TV, interaks~ pasiennya menelepon dari rumah. Sakit ini Pak, di sebelah kanan, bahu kanan. OK! tangan kanan diangkat Bu! OK. .. naik turun-naik turun, udah disana? Udah. Ini di studio ginigini ..... Udah? Iya. Coba lagi! Baca AI Fatihah! Sudah! Iya. Ini tidak masuk akal, jadi mengambil energi dari jarak yang terlaJu luas, sedangkan kernampuan kita itu ... jadi ilmu Allah luas ....tetapi kemampuan kita daJam menyerap energi, dari sini misalnya saya menyerap energi Bapak dari Sekeloa ... terlalu jauh kan Pak? Dan energi yang diserap bukan hanya punya Bapak. aja. Banyak yang ... nah disitu.
126
Nah, kadang-kadang kita bertindak berpijak di bumi kita berpijak dibumi secara nyata. Sebagaimana Rasulullah, tidak. melakukan pengobatan jarak jauh. Misalnya ada orang sakit didatangi, dipegang dada atau kepala, tetapi kerohanian-kerohanian Islam itu seperti ada wasilah.. hadiah .. fatihah itu ada. Misalnya pengobatan dengan air.. surat AI Anbiya ayat 30 kalau nggak salah. Di situ ada, waj 'alna minal maai /cui/a syain hayyin, dan kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup. Dan segaJa sesuatu yang hidup aku sediakan dari air. Jadi sesuatu yang hidup Aku jadikan dari air. Jadi sebelumnya dia mati. Sakit sebenarnya sel-sel ada yang mati, sebenarnya kan Pak? ltu itu berarti kita memerlukan, yang sel-sel yang baru. Inti sel itu protein, protein, bagian terkecil protein itu asam amino, bagaina terkecil asam amino itu atom. Nab ketika tubuh kita sakit, ada asam amino di sel-sel tubuh kita yang mati, sudah rusak dan hilang, karena dalam ilmunya spirulina, Pak, setiap hari, tubuh kita ini ada 120 trilyun sel, yang setiap hari sel itu mengalami kematian. Akhirnya kita memerlukan sel yang barn kan Pak? Salah satunya, di AI Qur' an, Surat 21 ayat 30, waja 'alna minal maai kul/a syain hayyin. Air, nah air putih ini boleh sebagai obat untuk menghidupkan sel yang baru. Sebagaimana kita menyiram tanaman. Nab itula.b, pengobatan kerohanian Islam, berwasilah, bertawasuJ dengan air. Peran pemerintah untuk pengembangan pengobatan tradisional bagaimana? Peran pemerintah yang paling bagus menjembatani. Pemerintah dalam hal ini menjembatani dan dia memberi peluang kepada orang-orang (pengobat) altematif untuk bekerja sama dengan pemerintah menghasilkan produk-produk inovasi. Yang pertama yang "back to nature" sebagaimana di Malaysia. Pemerintah Indonesia harus belajar, dalam hal ini Departemen Kesehatan. Kemarin saya ditawari ekspor pegaga ke Arnerika. Konkritnya bagaimana menjembatani? Berilah kesempatan kepada dokter-dokter herba ataupun pengobat tradisional untuk mensosialisasikan ini kepada masyarak.at. Pemerintah membiayai secara proporsional, tidak perlu harus mahal tetapi operasional yang wajar-wajar saja. Alokasikan dana untuk penyuluhan pengobatan tradisional kepada masyarakat. Yang diperlukan itu, Pak. Misalnya, ekstrimya, sebenarnya kami menolak ini, imuniasi. Karena kami lebih baik menggunakan antibiotik alami, yaitu madu, kan? Lebih suka kita, sesuai Hadits Nabi. Nab bagaimana cara menyelesaikan in~ antara kaum pengobatan tradisional yang menolak dan pemerintah yang menyetujui? Saya belum tabu solusinya. Jadi kalau paling adil, yang mau silakan kalau tidak mau ya terpulang kepada individu. Itu lebih bagus. Nab peran pemerintah terpuJang kepada individu, bagi yang mau imuniasi, monggo!, silabkan, yang tidak mau tidak perlu, tidak apa-apa. Jangan menyalahkan. Dulu bagaimana tertarik dengan pengobatan ini? Di pengobatan tradisiobal ini, pertama karena kita orang yang sakit, gitu aja. Lima tahun yang lalu saya orang yang berpenyakitan lab. Saya mengalami apa? apa istilahnya? Fatigue akut (kronis maksudnya), kelelahan kronis, amandel, tonsilitis dan tiroid. Tonsilitis, amandel, tiroid dan kelelahan alrut. Luar biasa, karena kita tidak tabu ilmunya, kan? Jadi menciut seluruh tubuh saya, mengecil. Setelah baru di HP A ini temyata penciutan otak, itu. Otak diberi nutrisi salab satunya pegaga. Saya mengalami itu dulu. Saya mudab sekali Ielah. Karena saya tidak tabu, saya ke dokter, lima tabun yang lalu, antibiotik terus sampai hancur tubuh saya. Setelah saya kenai dari herba HPA inilah saya berazam memakai alami, sebagai memperkuat imuniti saya. Dan Bahkan udah lima tahun ini tidak pernah ke dokter lagi. Antibiotik itu dikonsumsi berapa lama? Ya, itulah hampir seumur hidup, Arnoxicilin itu langganan, bahkan tanpa resep, Pak. Sejak Umur berapa? Dari kecil, saya kan amandeJ, kalau kita tidak tabu ilmunya ........ . Tidak sempat dioperasi? Nggak, karena ada dua dokter, Pandangan dokter pertama, dia bilang dioperasi. Yang kedua, bilang tidak perlu, nanti kalau dioperasi kehilangan imuniti kita. Jadi saya mengambil yang kedua, tidak dioperasi. Tapi konsekuensinya, karena saya belum talw pengobatan alarn, setiap bulan berobat dua kali, sekali lah, minimal sekali, dengan antibiotik. Memang sekali minum antibiotik, memang enak, tapi efeknya itu, lutut saya sakit semua, kayak lumpuh aja Pak. Dua hari itu tidur aja, ndak bisa bangun, heran, saya kan? Sedikit capek-capek.
127
Setelah lima tahun yang lalu, memulai kenai dengan alami, dengan HP A terutama, kembali ke alam, saya coba berazam pada diri saya. Hal itu saya tularkan kepada anak-anak saya. Alhamdulillah, sekarang anak-anak, hampir tiga talmo ini jarang ke dokter.
Meogapa tetap meodalami profesi sebagai tabib, yang meoerima keluhan orang? Yang pertama, kita mengatasinya hams memahami ilmu agama dulu, sih sebenarnya. Ilmu agama tentang hidup di dunia ini, pertama sebagai hamba Allah, yang kedua sebagai khalifah. Yang pertama hamba, kit a menyembah Allah. Yang kedua Khalifah itu, mengatur duoia, artinya kita
sebagai pemimpin kan? Pemimpin salah satu saratnya menerima keluhan rakyat. Nah, saya menganggap pasien sebagai rakyat yang mengadu kepada pemimpin, dia keluh kesah ke kita. Di situ aja, walaupun saya ada masalah kita ya sama-sama, sating bersabar di situ. Yang kedua, bisnis ini bisnis jasa, modalnya kecil, itu saja. Secara ekonomi bisnis ini jasa. Jasa itu sebenarnya tidak terlalu besar modalnya. Kepercayaan yang paling penting. ltu sangat sesuai dengan sifat-sifat Nabi. Tabligh sidiq, amanah, fathonah. Sidiq, tabligh, amanah, fathonah itu sangat sesuai. Modal kecil pertama, nggak pakai modal, kalau modal palai alat bekam. Saya pakai pisau bedah atau lancet. Kemudian ada kejujuran., agar orang percaya, kepada kita. Karena yang membedakan kita dengan dokter itu, kalau dia ke dokter dia mengeluh, kalau kita hams mendiagnosa organ tubuh apa yang ... terutama organ tubuh dalaman dia, yang cedera gitu. Kan gitu Pak, sebenarnya? Kalau dari iridologi kecederaan tubuh, dimaksud kecederaan tubuh di sini kan penumpukan racun, itu cedera kan sebenarnya? Kelemahan organ. Itu yang tantangan buat kita, buat saya Pak.
Kalau berba, bekam itu eksplisit, bagaimana dengan pengobatan tradisional yang lain? Kita tidak menutup mata bahwa pengobatan tradisional di Indonesia, luar biasa banyaknya. Bagi saya sebagai pelaku, yang ingin belajar secara ... berdasar AI Quran dan Hadits, say a merujuk pengobatan tradisionaJ yang sebenamya dalam dunia pengobatan dia masuknya alternatif. Pengobatan tradisional yang saya ikuti, pengobatan tradisional yang diajarkan oleh Rosulullah, S.A.W. Yang lain-lain saya juga mempelajari tapi tidak menjadikan sebagai keyakinan saya dalam menjalankan, apa ... menjalankan metode pengobatan ini kepada masyarakat. Kebanyakan sebagai wawasan lah, jadi wawasan, kalau Islam seperti ini, kalau diluar Islam gini-gini-gini. Dan sebagai wawasan saya. Sayapun belajar akupunktur, ada titik meridian limpa, kemudian kiropraksi, tetapi kemudian saya aplikasikan yang sesuai dengan Rasulullah S.A.W. seperti madu, bekam dan kays. Kays (itu) panas, panas saya ambiL kays itu saya ambilnya kadang-kadang chiropraktik. Chiropraksi kan panas, Pak. krek (bunyi mernasukkan tulang belakang kembali ke tempat semula) panas ini, masuknya ini kays. Itu yang saya pakai. Hampir-hampir mendekati, atau sesuai dengan petunjuk Rasulullah S.A.W. itu saya lakukan. Kalaupun tidak, saya tidak mengambil sebagai amalan saya .. tetapi saya menghormati ilmu mereka, gitu saja.
Terbadap pengobatan tradisionallain yang tidak sesuai dengan blam, bagaimaoa Pak? Ya itu masaJahnya, memang yang paling baik adalah wasyawirhumfil omri (bennusyawarah dalam urusan), kita berdiskusi dulu, berdiskusi sebenarnya, dengan kepala dingin, gitu agar .... Karena ini persepsi, persepsi kita tidak sesuai dengan AI Qur'an dan Hadits. Kan bisa ditembak juga, sejauh mana kemahaman Pak Anto pada AI Qur'an dan Haditsnya? Kan gitu? Sebesar apa lautan ilmu nya, berani mengatakan begitu, kan? Di satu sisi, di sisi lain, dia merasa dia benar, kan? Nah ini perlu diskusi, Pak. Agar, yang paling penting kita berobat ini, pasien selarnat di dunia, dan di akheratpun dia selamat. Kan kebanyakan seJamat di dunia seJamat, diakherat tidak selamat kan sedih, Pak. Yang mengerikan hari ini kan akibat umat yang sudah terlalu rusak. Kadang-kadang kita ... syirik kahfi, itu yang paling mengerikan, bahwa itu syirik kahfi. Kita memahami najis. Syirik kahfi itu adalah najis. Kebanyakan kita memahami najis dari segi lahiriah. Syariatkan terbagi tiga, mugholazoh, mutawasithoh, mukhofafah. Itu syariat saja Pak. Babi itu kan lahiriah, babi, anjing. Kalau, kemudian kencing anak, itu kan mutafashitoh, kencing anak kecil di bawah dua tahun. Itu lahiriah, tidak membatalkan ibadah dia. Yang lebih mengerikan adalah najis maknawi. Najis maknawi adalah syirik kahfi itu, Pak, yang kita meyakini, segala sesuatu sebab ada akibat. Sebab selalu membawa kepada akibat. Dalam kuliah kita, ujian ada sebab akibat soalnya kan? Dalam tauhid Islam tidak selalu begitu Pak, sebab tidak membawa akibat sebenarnya, kalau Islam. Karena setiap kejadian harus selalu dihubungkan dengan Allah. Sebab-akibat, tetapi sebab tidak membawa akibat. tapi ada peranan Allah disitu. Nad disitu akidah, makanya kita lihat nanti. jangankan
128
pengobatan tradisional yang lain, Pak ... kedokteranpun ketika dia yakin melihat umat ini menyembuhkan, syirik kahfi juga kan? Bagaimana peranan AJJah, nah disitu. Nab itu saja masalah kita.
Menurut Bapak, pengobatan tradisional untuk pengetahuan yang bagus yang lebih diformalkan apa tidak? Ya diformalkan, diformalkan dan diilmiahkan, dibuat sebuah institusi, bahkan kalau bisa pemerintah meng- ACC sebuah universitas, lembaga pendidikan pengobatan tradisional. Perlu diformalkan seperti pendidikan.
Kalau keadaan seperti sekarang, kira-kira yang dilakukan pemerintab sudab berapa persen? Kalo saya lihat semenjak, dari farmasi, melihat dampak dari antibiotik yang begitu dahsyat seteJah, 50 tahun terakhir ini dan dimulai dari revolusi pengobatan di Jerman. Jerman telah mulai revolusi kembali ke alam, semenjak lima tahun terakhir. Jerman lab yang pertama kali melakukan revolusi back lo nature. Melihat dampak setelah lima puluh tahun penggunaan antibiotik, yang begitu dahsyat kepada organ tubuh. Pemerintah saat ini mendukung Pak, kalau saya lihat, tapi di Indonesia sendiri belum wujud. Belum wujud seperti misalnya ada rumah sehat herba, Seperti (Rumah Sakit) Hasan Sadikin. Hasan Sadikin punya, pengobatan ahernatit: ada akupunktur, frtofarmaka, dan Satria Nusantara. Bekam belum masuk, nab saya mau mengajukan proposalnya apakab boleh disitu. Nab itu, coba. Pemerintah mendukung, cuman, apa ya.. kalau saya lihat faktor non teknis, rebutan ceruk, binis, uang. Karena obat, kita tabu siapa dibelakang masing-masing. Siapa dibelakangnya pengobatan kimia-kimia sintetis ini, dan siapa yang mengembangkan dari alam. Rebutan uang, kalau saya lihat. Bisnis sangat besar, obat Juar biasa dia punya omset. Di belakangnya kimia sintetis kebanyakan kaum Yahudi dan Arnerika, kalau yang back to nature itu terutama di negara-negara berkembang yang orang-orang Islam yang ada kesadaran. Kesadaran terhadap lebih baiknya peranan herba, peranan pengobatan tradisional terhadap preventif penyakit dibandingkan kuratifnya. Karena masalahnya bisnis, ini Pak, kalau saya lihat. Selain bisnis, politik. Karena kesehatan tidak lepas dari sebuah pemerintahan, sebuah negara, dia pasti erat kaitannya dengan politik. Contoh konkrit, kita lihat di Amerika. Dokter memberi anti biotik kepada pasien seumur hidup, biasanya satu kali. Disini setiap sakit, pasien pasti anti biotik terus. Ini di buku, Dr. Pet Aviola. Revolusi back to nature ada di buku farmasi, Doktor.... sudah meninggal tub, lbu Marsongko Hadi, dosen ITB. Revolusi bukan perang tetapi kembali ke alam. Bahkan kalau di Jerman, dokter bekerjasama dengan herbalis, dengan pengobatan tradisional.
Data WHO, 90°,... penduduk Jerman, telah menggunakan pengobatan tradisional sedikitnya sekali? Karena memang, betul pak, karena memang, pertama faktor sosialisasi pemerintah yang mendukung mensosialisasikan ini. Karena dia, punya kekuatan kan? Power, pemerintah punya power. Tinggal power itu oleh pemerintah digunakan untuk kebaikan, rakyatnya.
Bagaimana jika masyarakatnya tidak mau dengan pengobatan tradisional, atau ikut saja dengan yang dilayankan di lembaga kesebatan formal, apa ia akan ikut dengan yang dilayankan pemerintab? Ya, jad~ kalau dia sudab mempercayai, pengobatan dari sumbernya akan diberikan oleh perawatnya, bagus. Dan yang k.edua, Pemerintah membantu mensosialisasikan, pengobatan tradisional. Contoh di Amerika, di Arnerika, kesadaran rakyatnya terhadap kesehatan, satu tahun mereka menghabiskan budget 700/o untuk kesehatan, Pak, 300/o nya untuk kebutuhan sekunder, sandangan pangan, papan. Artinya life style, gaya hidup lab. Nab, 700/o pengeluaran tertumpu pada kesebatan. Mereka peduJi pada diri mereka sendiri. Nab itu. Kalau di Indonesia 300/o dia baru, peduli untuk dirinya sendiri. 700/o untuk keperluan hidup asasi, air, Jistrik, minyak, segala Nab disitu sebenamya Tapi yang membedakan adalah faktor pendidikan. Masyarakat kita belum peduli, karena masyarakat kita sedang berkembang. Negara berkembang tetapi dia potensial. .... Buat hubungan bisnis dengan dua negara besar, dengan Cina dan India. Cina penduduknya, 1,2 milyar ltu potensial market sebenarnya.... , kita tidak bisa. Kita pemilik negara yang dikatakan merdeka tetapi kita tidak dapat men-catur diri kita sendiri, mengatur diri kita sendiri. Bahkan dengan herba, dengan pengobatan tradisional, saya pribadi berobsesi, kita akan jadi tuan rumah di negeri sendiri dan menjadi tuan rumah di negera orang Jain. Hari ini, kita
129
menjadi tamu di negeri sendiri, apa lagi di negeri orang lain. .. pendatang, bukan tuan rumah lagi. Jepang itu sudah boleh menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan tuan rumah di negera orang lain. Lihat mobil Jepang ada disetiap negara. Elektronik Jepang, Pak, Sony atau Aiwa, Panasonic ada di setiap rumah Eropa atau di Indonesia, menunjukkan kepada mereka bahwa telah menjadi tuan rumah. Dalam pengobatan kita ingin seperti itu. Pertama, pengobatan yang berdasarkan AJ Quran dan AJ Hadits yang dibawa Nabi Muhammad S.A.W., menjadi tuan rumah di negeri sendiri, dan tuan rumah di negera orang lain, agar dunia ini menjadi aman damai tenteram, mandapat ampunan dari Allah S.W.T., baldatun thoyyibatun warobbun ghofur. ltu tujuan bisnis saya. Jadi bisnis saya ada misi pejuangan bukan sek.edar bisnis uang. Kita ingin agar masyarakat selamat, menyelamatkan di dunia dan akhirat dan menjadi booming lab pengobatan agama, agar kembali kepada Tuhan, Allah, S.W.T. Jadi saya tidak terlalu memikirkan uang, ekonomi. tapi saya perlu juga, .... akal kita yang dikatakan luar biasa, teknologi nano, radiestesi, piramid, tapi tetap saja dia makhluq, bukan tuhan, agar tidak sesat akal itu kenai paham, mesti diatur dengan akidah yang benar, nab akal itu diajari akidah yang benar, syariat, dan tasawuf. Prinsip pengobatan Islam itu, agar dia menyadari bahwa manusia itu makhluq lemah, hamba, ada yang lebih hebat, namanya Dzat Allah, S.W.T. Dialah Sang Penyembuh, Dialah tempat meminta, Dialah yang memberi penyakit, Dialah yang menaikkan maqom, Dialah yang mengampuni dosa, nab disini. Itu prinsip. Adapun teknik sah-sah saja selama tidak melanggar syariat, silahkan ambil. Akupunktur tidak melanggar syariat. Tusuk jarum saja syariatnya, nggak mesti membuka aurat, kalau memuka laki-laki dengan laki-laki. Selama prinsipnya membawa kepada Allah, bahwa Allah yang menyembuhkan, Allah yang memberi sakit, terima Pak. Coba nanti Bapak, belajar ke Yuliana Chandra, atau Hembing, Kalau Hembing Islam, dia, bgaimana cara mereka menyajikannya. Saya saat itu dilatih oleh muridnya Yuliana Chandra. Yuliana Chandra itu kan ahli akupunkturis Indonesia yang megang Rumah Sakit di Jakarta itu ... yang negeri, RSCM, Cipto Mangun Kusumo, Dia yang meggang akupunktur. Muridnya yang dari Batam, ngajarin tentang aliran Chi, jadi di akupunktur itu ada yang namanya aliran Chi, Chi itu memberikan kekuatan, Pak, itu apa? Itu rub, kata dia. Saya bilang sesat ini, syirik kahfi sebenarnya. Nab itu yang kita lurusin disitu. Saya tidak terima itu. Rub yang memberikan kehidupan dan kematian. Ada di bukunya ... Bekam Inovatif, Pak. Waduh, itulah yang lucu, saya.kadang-kadang itulah, orang Islam itu tidak ada Tuhan. Tidak ada Allah. Prinsipnya kita bebas terima pengobatan apa saja, asaJ menempuh syarat ibadah, OK saya terima kemo terapi, apa sib yang dikemo, jasad, dalam akidah, sebenarnya jasad itu tida.k ada nilainya apaapa, yang bernilai itu sebenarnya apa? Rub. Jadi ketika kita mati, jasad tidak ada nilainya. Nab, Kita ingin mengembalikan itu, pengobatan di fitrahnya. Kenapa, minum herba, karena herba itu vitamin nya sama, dia dari tanah, kita dari tanah. Tubuh kita dari dua unsur, jasa dan ruh. Ruh itu halus, herba itu halus jadi nyambung, jadi tidak keras. Nab untuk sementara belum bisa sampai kesana, bertahap, nih Pak. Kenapa belum diakui, karena belum ada penelitian, kan Pak? Belum diteliti secara ilmiah, invitro atau apa dilab, .. .invivo, ya belum dibuat secara itu.Ada baru sedikit, belum seluruhnya lab dilakukan pada orang, baru pada mencit, tikus. Nab disitulah, kenapa dilakukan invitro kepada tikus? Kalau ilmunya Islam, itu kan turun-temurun, ilmu ilham itu pasti dari orang-orang sholeh, pasti dari Allah. Nab, itu tidak perlu ke tikus, ini yang belum ada titk temu dengan ilmiah. Saya hanya berharap bagaimana ilmu ilham ini boleh bertemu secara ilmiah, Pak. Kenapa? Karena kita, Ilmunya Pak Haji kan ilham saja, dari orang-orang sholeh jaman dulu kan, Pak.dan terbukti ginigini, betul kan. Belum diterima oleh fitofarma.ka kan? Karena belum ada penelitian. Jad~ bagaimana seorang dokter dapat menerima hal-hal ghoib, ilmu ilham, dan orang-orang ilmu ilham mau belajar tentang secara ilmiahnya. Itu saja. Kita tidak mencari musuh disini kan? Disini, kita mencari kebersamaan. Adapun prinsip harus satu a.kidah yang benar, syariat yang baik dan akhlaq yang baik, selebihnya teknis.
Hambatan: Faktor sosjafjsasj, Kepentingan bisnis dan ekonomi, Faktor politik, Pendidikan