PROGRAM REHABILITASI TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS CEREBRAL PALSY DI YAYASAN SAYAP IBU BINTARO (STUDI KASUS YAYASAN SAYAP IBU BINTARO PROVINSI BANTEN)
Skripsi Diajukan untuk persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh: Nurhikmah NIM: 109054100033
JURUSAN KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
ABSTRAK Nurhikmah “Program Rehabilitasi terhadap Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro” Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya, anak berkebutuhan khusus memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus karena anak tersebut menandakan adanya kelainan khusus. Mereka mempunyai gangguan (impairment) kecerdasan atau intelegensi, mental sosial emosi dan fisik.Yayasan Sayap Ibu Bintaro memiliki program rehabilitasi untuk pengembangan keterampilan gerak anak cerebral palsy dan juga fasilitas untuk mendukung jalanya program rehabilitasi untuk anak berkebutuhan khusus Program rehabilitasi terhadap anak berkebutuhan khusus cerebral palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro merupakan sebuah deskripsi tentang program penanganan anak berkebutuhan khusus cerebral palsy, Adapun metode penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Peneliti melakukan wawancara kepada tiga orang pengurus dan empat orang pelaksana program. Pada teknik pemilihan informan peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Dalam menguji data, peneliti menggunakan teknik triangulasi data. Hasil dari penelitan yang telah dilakuan oleh peneliti adalah, pertama tentang peran yayasan sayap ibu sebagai fasilitator yaitu mempasilitasi sarana dan prasarana Sarana dan prasarana itu diantaranya: Kolam Hydrotherapy, Penghangat Air untuk Kolam Hydrotherapy, Alat–alat terapi sederhana (bola, spiral, segitiga, dan matras). Yang kedua YSIB berperan sebagai fasilitator yang menyediakan program rehabilitasi seperti fisioterapi, hidroterapi dan group work dengan menjalankan program yang ada dengan terus menerus membuat anak menjalankan banyak aktivitas, aktivitas tersebut sangat baik untuk anak-anak berkebutuhan khusus dari yang kaku mejadi fleksibel atau lentur, dari fleksibilitas tersebut muncul kekuatan, dan yang pasif menjadi aktif.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikumWr. Wb Segala puja dan puji senantiasa peneliti panjatkan atas segala karunia Allah SWT, yang telah menciptakan makhluk-Nya dengan penuhcinta dan kasih serta mengajarkan manusia untuk mencintai sesame manusia hanya karena Allah semata. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan besar kitayakni
Nabi
Muhammad
SAW,
parakeluarga,
parasahabatnya
serta
paraumatnya yang Insya Allah hinggakini terusmencintainya. Skripsi dengan judul ”Program Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro” Merupakan salah satu wujud upaya peneliti dalam menjelaskan program rehabilitasi anak berkebutuhan khusus di YSIB kepada para pembaca yang telah peneliti selesaikan dengan sebaik-baiknya. Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan yang peneliti miliki. Oleh karena itu segala kritikan dan masukan yang bertujuan membangun sungguh merupakan suatu yang sangat berharga dan membantu peneliti dalam membuat skripsi ini. Karenanya, sudah sepantasnya peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1. Bapak. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
Bapak.
Suparto,
Phd
selaku
Pudek
I,
Ibu
Dr.Roudhonah,MA selaku Pudek II, dan Bapak. Dr.Suhaemi, MA selaku Pudek III. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
ii
2. Ibu. Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial. 3. Ibu Ellies Sukmawati, ST,M,Si selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan dan bersabar membimbing peneliti selama proses penulisan skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan sumbangan wawasan keilmuan dan membimbing peneliti selama melaksanakan perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ibu Astrida Daulay selaku ketua umum, Ibu Renowani Hardjosubroto selaku ketua 2, dan Ibu Tuti Hendrawati selaku kabid. HRD dan kesehatan yang telah memberikan izin pada peneliti untuk melakukan penelitian di Yayasan Sayap Ibu Bintaro. 6. Kedua orang tua saya Bapak Misar dan Ibu Cicih Witarsih beserta saudara kandung saya, Mila Nuraini dan Nia Nurmalia yang selalu dicintai dan tiada henti-hentinya untuk memberikan semangat, do’a juga harapan kepada peneliti. 7. Teman-teman tercinta Kessos Angkatan 2009 Putri, Tiwi, Amirah, Ulfa, Doni, Bimo, minda, sandra dan yang lain
yang tidak bias Peneliti
sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu peneliti selama ini. 8. Teman-teman Rumah Chintiawati dan Rancage Mizuhara yang selalu mengingatkan dan memberi semangat kepada peneliti
iii
9. Semua pihak yang tidak bias disebutkan, yang telah membantu selesainya skripsi ini. Peneliti tidak mampu memberikan balasan apa-apa atas segala jasa yang diberikan, dan hanya mampu menyampaikan terimakasih yang setulus-tulusnya dengan iringan do’a semoga segala pengorbanan dan bantuan dari semua pihak dapat dicatat sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT. Akhirnya, peneliti berharap semoga karya ini mampu memberikan manfaat baik bagi peneliti, mahasiswa kesejahteraan social juga pembaca lainya. Ridha dan keikhlasan daripara dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi selalu peneliti harapkan, semoga ilmu yang diberikan kepada kami dapat bermanfaat untuk pengabdian di masyarakat.
Ciputat , 27 Mei 2016 Peneliti
Nurhikmah
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
v
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
6
1. Pembatasan Masalah
6
2. Perumusan Masalah
6
C. Tujuan Penelitian
7
D. Manfaat Penelitian
7
E. Metodelogi Penelitian
7
F. Tinjauwan Pustaka
14
G. Sistematika Penulisan
14
TEORI A. Program Rehabilitasi untuk Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro 16 1. Pengertian Program
16
2. Pengertian Rehabilitasi
17
3. Jenis-jenis Rehabilitasi
19
4. Sarana dan Prasarana Rehabilitasi
21
5. Tujuan Rehabilitasi
22
6. Fungsi Rehabilitasi
23
B. Cerebral Palsy
25
1. Definisi Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy
v
24
BAB III
2. Klasifikasi Cerebral palsy
25
3. Cara Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy
28
GAMBARAN LEMBAGA A. Profil Sayap Ibu Bintaro
30
1. Sejarah Yayasan Sayap Ibu Bintaro
30
2.. Visi dan Misi
30
3. Pelayanan Kesehatan
31
4. Sarana dan Prasarana
31
5. Mekanisme Penerimaan Anak-anak Panti
32
6. Mekanisme Penerimaan Anak-anak Non Panti
32
7. Program Rehabilitasi
33
8. Pelayanan yang diberikan
33
9. Legalitas Lembaga
33
10. Pengurus Yayasan Sayap Ibu
34
11. Kemitraan dan Jaringan Kerja
35
12. Publikasi
35
13. Sumber Dana
36
14. Pelatihan untuk Karyawan dan Perawat
36
15. Pengembangan Layanan Kesejahteraan Sosial Menuju kemandirian
37
16. Penghargaan
37
17. Kontak dan Bank
37
B. Profil Anak
38
1. Klien MY
38
vi
BAB IV
2. Klien J
39
3. Klien N
40
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS PENELITIAN A. Program Rehabilitasi Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro 1. Fisioterapi
42
a. Klien MY
42
b. Klien J
43
c. Klien N
44
2. Hidroterapi
45
3. Terapi Wicara
46
4. Group Work
48
B. Faktor Penghambat dan Penentu Keberhasilan Pelatihan Anak berkebutuhan khusus cerebral palsy
BAB V
1. Faktor Penghambat Program-program Pelayanan Anak Berkebutuhan khusus
57
2. Faktor Penentu Keberhasilan
58
PENUTUP A. Kesimpulan 1. Program Rehabilitasi Terhadap Anak Berkebutah Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro 67 2. Faktor penghambat dan faktor Keberhasilan program 67 B. Saran-saran
68
DAFTAR PUSTAKA
70
LAMPIRAN
74
vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan bagian dari masyarakat yang harus kita berikan haknya baik untuk hidup, hak intelektualitas ataupun hak untuk kesehatan. Namun pada kenyataannya anak terkadang terlahir dengan “istimewa”, dalam arti mereka berbeda dengan anak pada umumnya. Anak yang berbeda tersebut dikenal dengan istilah Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya, anak berkebutuhan khusus memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus karena anak tersebut menandakan adanya kelainan khusus. Mereka mempunyai gangguan (Impairment) kecerdasan atau intelegensi, mental, sosial, emosi, dan fisik. Oleh karena itu mereka memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 32ayat 1 UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 “Bahwa warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”.1 Namun dalam pelaksanannya Anak Berkebutuhan Khusus sulit untuk mengembangkan potensi diri disegala bidang. Hal ini terjadi karena belum terbukanya kesempatan yang sama bagi mereka untuk mendapat pelayanan pendidikan, selain itu anak berkebutuhan khusus juga sering mendapatkan perlakuan diskriminatif dan stigma negatif dari masyarakat. Kondisi-kondisi
1
UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 32ayat 1
1
2
tersebut tentunya menyulitkan anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan hak-hak yang menjadi asasi mereka.
“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS: At tin (95) ayat ke-4) Sebagaimana ayat di atas menjelaskan bahwa sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk terbaik, tetapi yang membedakan mereka dimata Allah SWT hanyalah keimananya dan amal saleh. Undang-undang nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undangundang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, pasal 23 ayat 1 menegaskan bahwa negara, pemerintah dan pemerintah daerah menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orangtua, wali, dan orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap anak. Demikian pula pada pasal 12 menyatakan setiap anak penyandang disabilitas berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial dan penentuan taraf kesejahteraan sosial.2 Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang rentan terhadap berbagai masalah hambatan tumbuh kembang, perlindungan (eksploitasi, kekerasan, penelantaran dan perlakuan salah). Serta masalah sosial lainnya termasuk kemiskinan. Oleh karena itu penanganan anak berkebutuhan khusus perlu secara dini dilakukan segera. Kenyataan masih banyak keluarga berkebutuhan khusus dan masyarakat tidak memahami perlindungan dan 2
Undang-undang nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.
3
rehabilitasi sosial terhadap anak berkebutuhan khusus sedini mungkin yang menyebabkan masalah anak berkebutuhan khusus menjadi lebih kompleks. Apabila melihat anak-anak yang mengalami cacat mental, mungkin umumnya beranggapan bahwa anak-anak tersebut mengalami jenis cacat mental yang sama. Tetapi masyarakat perlu mengetahui bahwa cacat mental yang dialami anak-anak tersebut beragam jenisnya, misalnya anak dengan gangguan autisme, down syndrom, cerebral palsy dan sebagainya. Dalam penelitian ini, gangguan pada anak yang akan dibahas adalah gangguan cerebral palsy. Secara harfiah cerebral berarti otak dan palsy ialah kelumpuhan. Cerebral palsy ialah gangguan kelainan tonus otot atau kelumpuhan yang disebabkan gangguan menetap di otak.3 Perbedaan anak cerebral palsy dengan anak berkebutuhan khusus lainnya dimana kecacatan fisik pada mereka menyebabkan aktivitas gerakannya menjadi terganggu. Kemampuan gerak anak cerebral palsy sangat terbatas, oleh karena itu harus dilatih secara sistematis agar kemampuan geraknya dapat ditingkatkan. Untuk meningkatkan kemampuan gerak anak berkebutuhan khusus diperlukan program rehabilitasi. Pengertian Rehabilitasi: Arti umum rehabilitasi
adalah
pemulihan-pemulihan
kembali.
Rehabilitasi
mengembalikan sesuatu kepada keadaan semula yang tadinya dalam keadaan baik, tetapi karena sesuatu hal kemudian menjadi tidak berfungsi atau rusak. Apabila dikaitkan dengan disability pengertiannya adalah: Pengembalian orang-orang cacat kepada kegunaan secara maksimal baik dalam aspek fisik,
3
Darto Suharso, Cerebral Palsy Diagnosis dan Tatalaksana ( Surabaya: FK Unair RSU Dr Soetomo,2006),h.1.
4
mental,
personal,
sosial,
vocational
serta
ekonomi
sesuai
dengan
kemampuannya.4 Disisi lain, jumlah lembaga rehabilitasi yang memberikan perlindungan kepada anak berkebutuhan khusus di Indonesia masih sangat terbatas dibandingkan dengan jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia yang berjumlah 530.000,-. Anak (pusdatin kementerian sosial RI, 2012). Oleh karena itu, perlindungan dan rehabilitasi sosial berbasis keluarga dan masyarakat perlu ditingkatkan.5 Menurut data yang peneliti dapatkan dari YSI Sayap Ibu Bintaro, di tahun 2008 anak yang menyandang cacat Cerebral palsy 13 anak, di tahun 2009 : cerebral palsy 14 anak, dan ditahun 2010: Cerebral palsy 15 anak, di tahun 2011: cerebral palsy 15 anak, dan di tahun 2012: Cerebral palsy 15 anak.6 Anak Cerebral Palsy merupakan suatu gangguan gerakan dan postur tubuh diakibatkan kerusakan daerah otak yang mengendalikan fungsi motorik (Bigge, 1991 : 3). Dari pengertian di atas dapat diambil suatu pengertian mengenai anak cerebral palsy, mereka mengalami gangguan (impairment) yang ditandai dengan terdapatnya gangguan pada sistem motorik pergerakan otot atau sikap tubuh yang dapat pula disertai dengan kondisi keterbelakangan mental ataupun gejala syaraf lainnya, dimana kesemuanya ini disebabkan
4
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MATERI%20KULIAH%20REHABILITASI%20PEKERJ AAN%20SOSIAL.pdf di akses 22-juni-2016 jam 11:53 5
Sub Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak dengan Kecacatan, Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, Kementerian Sosial Republik Indonesia. Model perlindungan dan rehabilitasi sosial anak penyandang disabilitas berbasis keluarga dan masyarakat (Jakarta 2015) 6 Wawancara dengan bu Rini dan mbak ayu, Bintaro,
5
karena fungsi control otot akibat adanya ketidaknormalan di dalam area otak atau akibat disfungsi otak sebelum perkembangan yang sempurna. Dalam mengembangkan keterampilan gerak anak cerebral palsy memerlukan waktu dan kesabaran dimana latihan harus dilakukan secara rutin, berulang-ulang, dan teratur, agar keberhasilannya dapat segera dirasakan anak didik. Keberhasilan dari latihan ini ditandai pada kemampuan mereka untuk hidup mandiri, dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Komponen utama dalam kemandirian bagi anank cerebral palsy adalah kemampuan mengkoordinasikan gerak anggota tubuhnya. Peneliti melakukan penelitian di Yayasan Sayap Ibu Bintaro karena lembaga ini adalah salah satu lembaga yang menyelenggarakan program pengembangan latihan bagi anak-anak cacat ganda. Pengembangan Cabang YSI di Banten pada Tahun 2005 dikhususkan menangani anak-anak cacat ganda, dan diresmikan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Provinsi Banten pada tanggal 1 Oktober 2005. Dasar dari di dirikannya YSI Banten adalah Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, dimana secara tegas disebutkan bahwa hak-hak anak meliputi asas non diskriminasi, kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan. Yayasan Sayap Ibu Bintaro memberikan pelayanan kepada anak panti (anak yang seutuhnya dirawat dan tinggal di Yayasan Sayap Ibu Bintaro) maupun anak non-panti (anak yang masih dibawah tanggung jawab orang tua tapi mendapatkan program-program rehabilitasi dari YSIB). Dalam penelitian
6
ini, peneliti lebih spesifiknya mengambil contoh kasus anak berkebutuhan khusus di dalam Yayasan Sayap Ibu Bintaro itu sendiri (anak panti). Sebagai Organisasi Sosial (Orsos) terbaik tingkat Provinsi Banten dari Gubernur Banten pada tanggal 4 Oktober 2012 dan mendapatkan penghargaan
sebagai Organisasi Sosial/Lembaga Kesejahteraan Sosial
Berprestasitahun 2012 dari Kementerian Sosial Republik Indonesia padatanggal 11 November 2012. Dengan tujuan akan didirikan suatu pusat rehabilitasi. Meskipun sebagian dari anak-anak ini akan sangat sulit untuk dididik, karena keterbatasan mereka. Tetapi anak-anak cacat ganda yang kurang beruntung atau tidak mempunyai orang tua ini tetap mempunyai hak untuk memiliki tempat tinggal yang layak,dan lingkungan yang bersedia merawat mereka dengan baik.7 Berdasarkan paparan masalah di atas maka penulis tertarik untuk mengambil
judul
penelitian
yaitu
”Program
Rehabilitasi
Anak
Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.
Pembatasan Masalah Dalam sebuah penelitian harus dibentuk sebuah pembatasan masalah agar peneliti fokus untuk mencari dan meneliti objek penelitiannya. Penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah
7
http://ysibintaro.blogspot.com/2011/07/profil-yayasan.html: di akses 12 Oktober 2012:12.00 WIB
7
“Program Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro”. 2.
Perumusan Masalah A. Apa saja Program Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro? B. Apa saja faktor-faktor penghambat dan keberhasilan Program Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro?
C. Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengetahui bagaimana Program Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro.
2.
Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor pedukung dan penghambat Yayasan Sayap Ibu dalam upaya pelaksanaan program rehabilitasi anak berkebutuhan khusus cerebral palsy.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademik Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa kesejahteraan sosial. 2. Manfaat praktis Memberikan
informasi
tentang
Program
Rehabilitasi
Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro. E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Anak
8
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan program rehabilitasi yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus cerebral palsy yang dilakukan oleh Yayasan Sayap Ibu Bintaro. Dalam penelitian ini, pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan kualitatif, Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
objek yang alamiah, (sebagai lawanya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.8 Obyek dalam penelitian kualitatif adalah obyek yang alamiah, atau natural setting, sehingga metode penelitian ini sering disebut sebagai metode naturalistik. Obyek yang alamiah adalah obyek yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki obyek,setelah berada di obyek dan setelah keluar dari obyek relatif tidak berubah.9 Dalam penelitian kuantitatif peneliti menggunakan instrument untuk mengumpulkan data atau mengukur status variable yang diteliti, sedangkan dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi instrumen. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrument. Kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya terjadi sebagai mana adanya, 8 9
Prof.Dr. Sugiyono, Memahami penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,2009),cet: 5, h.1 Prof.Dr. Sugiyono, Memahami penelitian Kualitatif ..h 2
9
bukan data yang sekedar yang terlihat atau terucap tetapi data yang mengandung makna di balik yang terlihat dan terucap tersebut. Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian dilapangan. Oleh karena itu analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan
fakta-fakta
yang
ditemukan
dan
kemudian
dapat
dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak peneliti menyusun proposal, melaksanakan
pengumpulan
data
di
lapangan,
sampai
peneliti
mendapatkan seluruh data. Penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi dalam penelitian kualitatif dinamakan transferability, artinya hasil penelitian tersebut dapat digunakan di tempat lain, manakala tempat tersebut memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda.10 2. Teknik pemilihan subjek penelitian. Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah purposive (bertujuan) sampling yang memberikan keleluasaan kepada peneliti dalam menyeleksi informan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Karena purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.11
10 11
. Prof.Dr. Sugiyono, Memahami penelitian Kualitatif , h.3 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 54
10
Oleh karena itu, menurut Lincoln dan Guba dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D yang ditulis oleh Sugiyono, dalam penelitian naturalistik spesifikasi sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya. Ciri-ciri khusus sampel purposive, yaitu 1) Emergent sampling
design/sementara
2)
Serial
selection
of
sample
units/menggelinding seperti bola salju (snowball) 3) Continuous adjustment or ‘focusing’ of the sample/disesuaikan dengan kebutuhan 4) Selection to the point of redundancy/dipilih sampai jenuh.12 Berikut ini tabel subjek dan infroman dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian. Table 1 Informan No
Informan
Informasi yang di Jumlah dapat
1
Ketua umum yayasan sayap Gambaran ibu bintaro
umum 1 orang
program rehabilitasi YSIB
2
Personalia
dan
bidang Informasi mengenai 1 orang
kesehatan
kondisi klien
3
Ibu panti
Keseharian klien
1 orang
4
Terapis
Kegiatan terapi
2 orang
5
Pengasuh
Kegiatan klien
2 orang
3. Teknik Pengumpulan Data Adapun untuk pelaksanan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui: a. Observasi 12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 219.
11
Dalam buku Sugiyono, Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut Marshall melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.13 Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari si peneliti baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap objek penelitiannya. Instrumen yang dipakai dapat berupa lembar pengamatan, panduan pengamatan dan lainnya.14 Dalam hal ini peneliti datang ketempat yang diamati, melakukan pengamatan langsung bagaimana kegiatan yang dilakukan atau strategi apa yang di berikan terapis dan yayasan terhadap anak cerebral palsy. b. Wawancara Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang lain. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang di wawancarai, tetapi dapat juga secara tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan lain. Instrumen dapat berupa pedoman wawancara maupun checklist.15 Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang informan, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka. Pada penelitian ini wawancara
akan
dilakukan
dengan
menggunakan
pedoman
wawancara. 13
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 64. 14 Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi Kedua (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 25. 15 Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi Kedua (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 24.
12
Menurut Esterberg dalam buku Metode Penelitian Kualitatif dan R&D wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.16 c. Studi kepustakaan Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Studi dokumen merupakan perlengkapan dari pengguna metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen yang dimaksud seperti buku tahunan anak di yayasan sayap Ibu Bintaro, buku catatan kesehatan anak, dan foto-foto pelaksanaan kegiatan yang di laksanakan di yayasan Sayap Ibu Bintaro. Maksud pengumpulan dokumen ialah untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi sosial dan arti berbagai faktor di sekitar subjek penelitian.17 d. Teknik analisa data Menurut Bogdan bahwa analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.18 e. Keabsahan data
16
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 231. Heribertus B. Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif: Metodologi penelitian untuk Ilmu-ilmu Sosial dan Budaya (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 1996), h. 36. 18 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif , Cet-ke 5, h. 88 17
13
Keabsahan data adalah data yang diperoleh, data yang telah teruji dan valid, dalam hal ini peneliti menulis keabsahan data diujikan lewat diskusi atau sharing terhadap teman sejawat, referensi teori dan melihat realitas social serta tentang isu-isu yang sedang berkembang, oleh karena itu peneliti melakukan perbaikan-perbaikan untuk mendapatkan data-data yang relevan. Teknik untuk keabsahan data dengan triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Sebagai gambaran atas data yang telah dikumpulkan dari sumber yang berbeda sebagai cara perbandingan data yang didapat dari observasi dan wawancara. Penulis melakukan wawancara dari informan yang satu ke informan yang lain, dan melakukan wawancara terhadap hasil dari observasi.19 4. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan atau penelitian ini dilakukan di Yayasan Sayap Ibu Bintaro yang beralamat di Jl. Raya Graha Bintaro no 33B, Pondok Kacang Barat, Bintaro, Tanggerang 15226. Sedangkan waktu penelitian dari tangal Juli 2013 sampai dengan bulan Juni 2016 5. Teknik Penulisan Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini maka penulis mengacu pada pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (center for Quality Development and assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
19
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 83
14
F. Tinjauan Pustaka Dlam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka sebagai langkah dari penyusunan skripsi yang diteliti agar terhindar dari kesamaan judul dan lainlain. Dari skripsi yang sudah ada sebelumnya, serta sebagai referensi penelitian yang berhubungan dengan program rehabilitasi yang diberikan oleh lembaga atau yayasan, peneliti mengadakan tinjauan pustaka dan menemukan skripsi yang berhubungan dengan program rehabilitasi yang diberikan oleh lembaga atau yayasan, tetapi peneliti akan menemukan dari sudut yang berbeda, yaitu: Nama
: Siti Jumartina
NIM
: 1110054100044
Tahun
: 2014
Jurusan
: Kesejahteraan Sosial Universitas Islam
Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Judul Skripsi
: Implementasi Rehabilitasi Sosial Bagi Anak Jalanan di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) “Taruna Jaya” Tebet Jakarta Selatan.
Literatur skripsi ini memiliki kesamaan yaitu membahas tentang lembaga dalam melakukan rehabilitasi, dan perbedaanya skripsi ini lebih menekankan kepada rehabilitasi pada anak jalanan di PSBR, sedangkan peneliti lebih menekankan terhadap program rehabilitasi anak berkebutuhan khusus cerebral palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro. G. Sistematika Penulisan
15
BAB I
PENDAHULUAN membahas tentang Latar Belakang Maslah, Pembatasan dan Perumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metodologi penelitian dan sistematika penulisan. BAB II
KAJIAN
TEORITIS
mengemukakan
tentang,
pengertian
program rehabilitasi, pengertian anak berkebutuhan khusus cerebral palsy. BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA menjelaskan tentang Profil Lembaga, Sejarah singkat Yayasan Sayap Ibu Bintaro, Visi dan Misi, Kegiatan Sayap Ibu Bintaro, Jaringan kerjasama,Susunan Organisasi, Pendanaan Yayasan Sayap Ibu Bintaro, Sarana dan Prasarana. BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN menjelaskan Program Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro dan hasil dari program-program yang diberikan oleh Yayasan Sayap Ibu Bintaro terhadap anak berkebutuhan khusus. BAB V
PENUTUP berisi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II TEORI A. Program Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro 1. Pengertian Program Program dapat diartikan menjadi dua istilah yaitu program dalam arti khusus dan program dalam arti umum. Pengertian secara umum dapat diartikan bahwa program adalah sebuah bentuk rencana yang akan dilakukan. Apabila ”program” ini dikaitkan langsung dengan evaluasi program maka progran didefinisikan sebagai unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Dengan demikian yang perlu ditekankan bahwa program terdapat 3 unsur penting yaitu1: a. Program adalah realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan. b. Terjadi dalam kurun waktu yang lama dan bukan kegiatan tunggal tetapi jamak berkesinambungan. c. Terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang berkseinambungan karena melaksanakan suatu kebijakan. Oleh karena itu, sebuah program dapat berlangsung dalam kurun waktu relatif lama. Pengertian program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan maka program sebuah sistem, yaitu rangkaian 1
Abdul Kodir Karding, Evaluasi Pelaksanaan Bantuan Operasianl Sekolah (BOS) Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Semarang, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2008), hal. 18.
16
17
kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Pelaksanaan program selalu terjadi dalam sebuah organisasi yang artinya harus melibatkan sekelompok orang. 2. Pengertian Rehabilitasi Menurut departemen sosial Republik Indonesia, rehabilitasi adalah proses refungsionalisasi memungkinkan
dan para
pemantapan penyandang
taraf masalah
kesejahteraan kesejahteraan
sosial sosial
untuk mampu
melaksanakan kembali fungsi sosialnya dalam tata kehidupan dan penghidupan bermasyarakat dan negara.2 Pengertian Rehabilitasi: Arti umum rehabilitasi adalah pemulihan-pemulihan kembali. Rehabilitasi mengembalikan sesuatu kepada keadaan semula yang tadinya dalam keadaan baik, tetapi karena sesuatu hal kemudian menjadi tidak berfungsi atau rusak. Apabila dikaitkan dengan disability pengertiannya adalah: Pengembalian orang-orang cacat kepada kegunaan secara maksimal baik dalam aspek fisik, mental, personal, sosial, vocational serta ekonomi sesuai dengan kemampuannya.3 Pada dasarnya rehabilitasi merupakan upaya mengembalikan keberfungsian sosial seseorang dengan menawarkan optimisme serta harapan yang kuat. Rehabilitasi mempertemukan tenaga-tenaga ahli dan berbagai disiplin ilmu. Tenga ahli tersebut mengupayakan upaya rehabilitasi secara komprehensif dari segi medis, psikologis, dan sosial dalam rangka meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya di masyarakat.
2
Balitbang Departemen Sosial RI, Pola Pembangunan Kesejahteraan Sosial ( Jakarta: Balitbang Departemen Soisal RI, 2003). Hal. 3 3 http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MATERI%20KULIAH%20REHABILITASI%20PEKERJAA N%20SOSIAL.pdf di akses 22-juni-2016 jam 11:53
18
Rehabilitasi sosial adalah suatu upaya yang dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melakukan fungsi sosialnya secara wajar. Rehabilitasi sosial dilakukan secara persuasif, motivatif, koersif baik dalam keluarga, masyarakat maupun panti sosial.4 Dalam pelaksanaannya rehabilitasi sosial diberikan pada penyandang masalah kesejahteraan sosial dalam bentuk; pemberian motivasi dan diagnosis psikososial, perawatan dan pengasuhan, pelatihan vokasional dan pembinaan, bimbingan mental spiritual, bimbingan fisik, bimbingan sosial dan konseling psikososial, pelayanan aksesibilitas, bantuan dan asistensi sosial, bimbingan resosialisasi, bimbingan lanjut, dan rujukan. Rehabilitasi sosial dapat dilakukan dalam lembaga seperti panti maupun di luar lembaga (luar panti/berbasis masyarakat). Sasaran rehabilitasi sosial adalah meraka yang menglami hambatan dalam melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik seperti para penyandang cacat, anak nakal, anak bermasalah sosial (anak terlantar, anak putus sekolah, anak jalanan, dan anak berhadapan dengan hukum) korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA), WTS (wanita tuna susila), serta penderita HIV/AIDS atau ODHA (orang dengan HIV/AIDS).5 Jadi berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan rehabilitasi sosial adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.6
4
Pusat Penyuluhan Sosial Departemen Republik Indonesia, Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Departemen Sosial RI, 2009), hal. 45. 5 Pramuito, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial (Yogyakarta: Departemen Sosial RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 1997), hal. 76. 6 UU No.11 Tahun 2009 tentang Kesos
19
Proses rehabilitasi sosial terutama dalam panti harus melalui pendaftaran (registrasi), kontrak layanan (intake), pengungkapan dan pemahaman masalah (assesment), menyusun rencana pemecahan masalah (planning), pemecahan masalah (intervensi), evaluasi, terminasi, dan pembinaan lanjut. Rehabiltasi sosial di dalam panti tersebut menggunakan pendekatan praktik pekerjaan sosial.7 Pelayanan rehabilitasi di dalam pembangunan sosial, khususnya dalam dimensi pelayanan kesejahteraan sosial, memiliki kedudukan yang cukup penting, karena
kegiatan
rehabilitasi
sosial
bertujuan
memulihkan
kemampuan-
kemampuan seseorang sehingga dapat melakasakan fungsi sosialnya secara optimal memberikan kontribusi yang besar dan cukup berarti dalam mewujudkan tujuan pembangunan sosial. 3. Jenis-jenis Rehabilitasi Rehabilitasi pada tataran praktik, mempertemukan berbagai disiplin ilmu mulai dari medis sosial, bahkan pendidikan multidisipliner tesebut menghasilkan proses rehabilitasi yang saling terkait dan mendukung upaya pengembalian fungsi sosial, sehingga individu dapat menjalankan perannya sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Pada perkembangannya, rehabilitasi terbagi menjadi empat jeni rehabilitasi sebagai berikut:8 a. Rehabilitasi Medis Rehabilitasi
medis
merupakan
upaya
menyembuhkan
atau
memulihkan kesehatan pasien melalui layanan-layanan kesehatan, baik itu dilakukan oleh seorang dokter dalam praktek pribadinya maupun di rumah sakit umum. Biasanya di rumah sakit umum dilengkapi dengan layanan 7
Pusat Penyuluhan Sosial Departemen Republik Indonesia, Pedoman Penyelanggaraan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Departemen Sosial RI, 2009), hal. 46 8 Edi Suharto, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi (Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan-Pengembangan Sosial Departemen Sosial Republik Indonesia, 2004), hal. 186
20
psikologis yang dilakukan oleh psikolog, dan layanan sosial atau sosial medis yang dilakukan oleh pekerja sosial medis. Pada setting rumah sakit yang melaksanakan kegiatan rehabilitasi medis, layanan psikolog dan pekerja sosial merupakan layanan penunjang. b. Rehabilitasi pendidikan Rehabilitasi pendidikan merupakan upaya pengembangan potensi intelktual klien penyandan cacat yang dilaksanakan pada setting sekolah luar biasa (SLB), misalnya di Indonesia SLB A untuk penyandang cacat netra, SLB B untuk penyandang cacat rungu wicara, SLB C untuk penyandang cacat mental, dan SLB D untuk penyandang cacat tubuh. Profesi yang dominan pada setting sekolah luar biasa ini adalah guru sekolah luar biasa, adapun profesi dokter, psikolog, dan pekerja sosial merupakan profesi penunjang. c. Rehabilitasi Vokasional Rehabilitasi vokasional merupakan upaya memberikan bekal keterampilan kerja bagi klien, sehingga dapat mandiri secara ekonomi di masyarakat, pada setting ini diperlukan tenaga-tenaga yang d. Rehabilitasi Sosial Rehabilitasi
sosial
merupakan
upaya
yang
bertujuan
untuk
mengintegrasikan seseorang yang mengalami masalah sosial ke dalam kehidupan masyarakat dimana dia berada. Pengintegrasian tersebut dilakukan melalui upaya peningkatan penyesuaian diri, baik terhadap keluarga, komunitas maupun pekerjaannya. Dengan demikian, rehabilitasi sosial merupakan pelayanan sosial yang utuh dan terpadu, agar seseorang dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara optimal dalam hidup bermasyarakat. Pada jenis rehabilitasi sosial ini profesi pekerjaan sosial memegang peran
21
utama. Profesi-profesi lain berperan sesuai dengan kebutuhan yaitu sebagai penunjang. 4. Sarana dan Prasarana Rehabilitasi Rehabilitasi merupakan proses pemulihan kepada kondisi yang semula, agar dapat mencapai tujuan tersebut, rehabilitasi memerluka serangkaian sarana dan prasarana sebagai penunjang berlangsungnya proses rehabilitasi yang integratif dan komprehensif. Sarana dan prasarana yang menunjang proses rehablitasi yaitu:9 a. Program Rehabilitasi Program rehabilitasi mencakup pelaksanaan prosedur rehabilitasi yang terencana, terorganisir dan sistematis. Umumnya program rehabilitasi menjadi bagian dan sebuah kegiatan organisasional lembaga baik lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Jangkauan program dapat meliputi lingkup lokal, nasional dan regional. Keterkaitan dan kerjasama antara lembaga-lembaga menyelenggarakan program rehabilitasi merupakan hal penting mencapai tujuan rehabilitasi itu sendiri dimana tujuan dan fokus rehabilitasi akan tergantung pada kebijakan lembaga dan dapat bervariasi pada lembaga lain seperti pada lembaga yang menyelenggarakan progaram rehabilitasi bagi remaja putus sekolah dan anak jalanan yang mengkhususkan pada program rehabilitasi saja. b. Pelayanan Pelayanan dalam proses rehabilitasi meliputi aktivitas-aktivitas khusus yang dapat memberikan manfaat dan sesuai dengan kebutuhan klien. Penyelenggaraan 9
pelayanan
kepada
klien
mengintegrasikan
berbagai
Edi Suharto, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi (Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Depatreman Sosial Republik Indonesia, 2004), hal. 187-189.
22
pendekatan, disiplin ilmu dan tenaga-tenaga profesional untuk mencapai tujuan dari proses rehabilitas tersebut. c. Sumber Daya Manusia (SDM) Proses rehabilitasi tidka mungkin berjalan tanpa adanya sumber daya manusia sebagai pelaksana proses tersebut. Pelaksana rehabiltasi melibatkan tenaga-tenaga profesional dari berbagai latar belakang pendidikan dan keteramoilan-keterampilan khusus, seperti dokter, pekerja sosial, psikolog, konselor, terapis, edukator, pengajar vokasional dan lain sebagainya. Sumber daya manusia memang peran utama dalam pelaksanaan rehabilitasi. d. Fasilitas Sarana dan Prasarana Penunjang Rehabilitasi Fasilitas sarana dan prasarana yang dapat menunjang pelaksanaan rehabilitasi meliputi fasilitas tempat sebagai wadah pelaksanaan rehabilitasi, seperti instansi rehabilitasi medis (IRM) pada rumah sakit, panti sosial binaan pemertintah dan lembaga sosial yang menyelenggarakan dan layanan rehabilitasi, pusat latihan kerja, lembaga atau sekolah luar biasa. Selain tempat pelaksana fasilitas penunjang lainnya adalah peralatan rehabilitasi. Jenis dan jumlah perlatan tersebut, tergantung pada program, dan layanan rehabilitasi yang diselenggarakan. e. Peralatan Penunjang Rehabilitasi Peralatan yang dipergunakan merupakan bagian penting dari kelengkapan kegiatan rehabilitasi untuk kelancaran proses rehabilitasi, sifat dari peralatan dapat manual atau menggunakan teknologi tinggi. Jenis dan jumlahnya tergantung pada banyaknya profesi yang terlibat dalam proses rehabilitasi. 5. Tujuan Rehabilitasi
23
Rehabilitasi pada dasarnya memiliki tujuan tersendiri. Dalam hal ini tujuan rehabilitasi: a. Memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaran serta tanggung jawab terhadap masa depan diri, keluarga maupun masyarakat atau lingkungan sosialnya. b. Memulihkan kembali kemampuan untuk dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar. c. Selain penyembuhan secara fisik juga penyembuhan keadaan sosial secara menyeluruh. d. Penyandang cacat mencapai kemandirian mental, fisik, psikologis dan sosial, dalam anti adanya keseimbangan antara apa yang masih dapat dilakukannya dan apa yang tidak dapat dilakukannya. 10 Jadi, tujuan rehabilitasi sosial itu sendiri yaitu untuk memulihkan kondisi psikologis dan kondisi sosial serta fungsi sosial seseorang sehingga dapat hidup, tumbuh dan berkembang secara wajar dimasyarakat serta menjadi sumber daya manusia yang berguna, produktif, dan berkualitas, berakhlak mulia serta menghilangkan label (stigma masyarakat negatif terhadap seseorang) yang menghambat tumbuh kembang untuk berpartisipasi dalam hidup dan kehidupan masyarakat.11 6. Fungsi Rehabilitasi Fungsi rehabilitasi dalam dunia pekerjaan sosial diartikan sebagai proses refungsionalsiasi dan pengembangan untuk memungkinkan penyandang
10
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MATERI%20KULIAH%20REHABILITASI%20PEKERJAAN%20SO SIAL.pdf di akses 22-juni-2016 jam 11:53 11
Direktur Jendral Pelayanan Rehabilitasi Sosial, Pedoman Operasional Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial bagi Anak Nakal di Panti Sosial (Jakarta: Departemen Sosial RI, 2004), hal. 8.
24
masalah kesejahteraan sosial mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan masyarakatnya. Dikatakan proses refungsionalisasi karena kegiatan rehabilitasi ini mendasarkan diri pada asumsi bahwa para penyandang masalah kesejahteraan sosial itu karena masalah yang dideritanya mereka kehilangan kemampuannya untuk berfungsi sosial. Berdasarkan atas asumsi itu usaha kesejahteraan sosial berusaha mengembalikan kemampuan mereka untuk berfungsi sosial. Itulah sebabnya usaha kesejahteraan sosial ini dikatakan melaksanakan refungsionalsisasi atau memberfungsikan kembali. Menurut Pramuwito usaha kesejahteraan yang berfungsi merehabilitasi mempunyai tiga tujuan yaitu:12 (1) memelihara kemampuan orang baik sebagai individu, kelompok, maupun sebagai anggota masyarakat untuk mempertahankan hidupnya, (2) memulihkan kembali mereka-mereka yang karena sesuatu hal teganggu kemampuannya untuk berfungsi sosial kembali dan mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk berfungsi sosial, (3) menunjang dan menjaga keluarga untuk melaksanakan fungsi sosialnya terhadap generasi muda yang bersifat mencegah agar seseorang tidak terasing dari kehidupan bersama. B. Cerebral Palsy 1. Definisi Anak Berkebutuhan khusus Cerebral Palsy Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya, anak berkebutuhan khusus memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus karena anak tersebut menandakan adanya kelainan khusus. Mereka mempunyai gangguan (Impairment) kecerdasan atau intelegensi, mental social emosi dan fisik. 12
Pramuwito, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial (Yogyakarta: Departemen Sosial RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 1997), hal. 75
25
Anak Berkebutuhan khusus Cerebral palsy merupakan salah satau bentuk brain injury, yaitu suatu kondisi yang mempengaruhi pengendalian sistem motgorik sebagai akibat lesi dalam otak (R.s.Illingworth), atau suatu penyakit neuromuskular yang disebabkan oleh gangguan perkembangan atau kerusakan sebagian dari otak yang berhubungan dengan pengendalian fungsi motorik.13 2. Klasifikasi Cerebral Palsy Menurut Bakwin-Bakwin, Cerebral palsy dapat dibedakan sebagai berikut: a. Spasticity, yaitu kerusakan pada cortex cerebri yang menyebabkan hiperactive reflex dan stretch reflex. Spasticity dapat dibedakan menjadi: 1. Paraplegia, apabila kelainan menyerang kedua tungkai. 2. Quadriplegia, apabila kelainan menyerang kedua lengan dan kedua tungkai. 3. Hemiplegia, apabila kelainan menyerang satu lengan dan satu tungkai yang terletak pada belahan tubuh yang sama. b. Athetotis, yaitu kerusakan pada basal banglia yang mengakibatkan gerakangerakan menjadi tidak terkendali dan tidak terarah. c. Ataxia,yaitu kerusakan pada cerebellum yang mengakibatkan adanya gangguan pada keseimbangan. d. Tremor, yaitu kerusakan pada basal ganglia yang berakibat timbulnya getaran- getaran berirama, baik yang ertujuan maupun yang tidak bertujuan. e. Rigidity, yaitu kerusakan pada hasil ganglia yang mengakibatkan kekakuan pada otot-otot.
13
Sutjihati Somantri, psikologi Anak luarbiasa (Bandung:Refika Aditama,2006),h.121.
26
Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kerusakan didalam otak pada anak-anak yang kemudian mengakibatkan cacat cerebral palsy. Hal itu bisa terjadi sebelum anak dilahirkan, pada saat dilahirkan, maupun setelah dilahirkan. 1. Sebab-sebab yang timbul sebelum kelahiran: a. Faktor kongenital ketidaknormalan sel kelamin peria. b. Pendarahan waktu kehamilan. c. Trauma atau infeksi pada waktu kehamilan d. Kelahiran prematur. e. Keguguran yang sering dialami ibu. f. Usia ibu yang sudah lanjut pada waktu melahirkan anak. 2. Sebab-sebab yang timbul pada waktu kelahiran: a. Penggunaan alat-alat pada waktuproses kelahiran yang sulit, misalnya: tang, tabung, vacuum, dan lain-lain b. Penggunaan obat bius pada waktu proses kelahiran. 3. Sebab-sebab yang timbul setelah kelahiran: a.
Penyakit tuberculosis.
b.
Radang selaput otak.
c.
Radang otak.
d.
Keracunan arsen atau karbon monoksida.14
Selain itu, penyebab kecacatan cerebralpalsy yaitu: Cacat disebabkan oleh pentakit yang mengakibatkan terjadinya cerebral palsy. Terjadinya cerebral palsy (cp) ini pada umumnya adalah apabila bayai tadinya kekurangan darah, khususnya edaran darah dalam otak ataupun pada selaput
14
Sutjihati Somantri, psikologi Anak luarbiasa (Bandung:Refika Aditama,2006),h.122-123
27
otak, sehingga terjadi gangguan dalam otak ataupun pada selaput otak, sehingga terjadi gangguan dalam koordinasi sistem motorik tubuh atau aggota badan.15 Cerebral palsy juga mempunyai jenis kecacatan yaitu: penyandang cacat tubuh yang tergolong bagian D1 (SLB D1) ialah seseorang yang menderita cacat semenjak lahir akibat kerusakan otak seperti penderita cerebral palsy yang mengakibatkan tidak berfungsinya tulang, otot, sendi dan syaraf-syarap sehingga terjadi kelumpuhan, kekakuan dan kurangnya koordinasi motorik. Akibat adanya gangguan pada otak, maka sebagian besar dari penderita ini mempunyai kemampuan kecerdasan yang tidak normal (di bawah rata-rata atau terbelakang) Penyandang cacat tubuh juga bisa dilihat dari kelainan neuromuskuler, dimana kelainan ini terdapat pada sistem syarat pusat di otak yang dapat menimbulkan berbagai kelainan pada fungsi motorik dari otot-otot tubuh. Kerusakan sistem syaraf dapat disebabkan karena kerusakan susunan syaraf pusat dan susunan tulang belakang. Keadaan ini menimbulkan gangguan yang komplek dari pungsi tubuh. Menurut Danieldan James (1988) gangguan neuromusculer tersebut dapat menyebabkan cerebral palsy, yaitu kerusakan yang ditandai dengan kelumpuhan, kelemahan tidak adanya koordinasi dan fungsi-fungsi sistem pergerakan tubuh akibat dari gangguan sistem syaraf karna kerusakan otak. Jadi cerebral palsy adalah kelumpuhan yang terjadi akibat kerusakan sel syaraf motorik dalam otak yang menetap dan tidak bertambah buruk.16
15 16
Departemen Sosial RI, panduan kriteria penyandang cacat tubuh,(jakarta,2008),h.10 Departemen Sosial RI, panduan kriteria penyandang cacat tubuh,(Departemen Sosial RI),h.12
28
3. Cara Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral palsy Cara penanganan Anak Berkebutuhan Khusus cerebral palsy dengan menjalankan program yang telah diberikan oleh yayasan, dan memberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan antaralain: 1.Sistem terpadu penanganan kesehatan anak-anak cacat: a. Mendeteksi tingkat kesehatan anak secara menyeluruh b. Tindak lanjut dari hasil deteksi c. Menggali potensi anak secara holistik & berkesinambungan 2.Subsidi obat-obatan 3. Tenaga ahli/konsultan kesehatan tetap yang secara periodik memantau perkembangan anak Cara penanganan Anak Berkebutuhan khusus cerebral palsy dengan menjalankan program yang telah diberikan oleh yayasan misalnya pemberian terapi wicara, Terapiwicara adalah terapi bagi Anak Berkebutuhan Khusus bagi anak yang mengalami kelambatan, kesulitan bicara, atau kesulitan berkomunukasi. Terapi ini dilakukan dengan mengajarkan atau memperbaiki kemampuan agar anak dapat berkomunikasi secara verbal yang baik dan fungsional sehingga kemampuan anak dalam berkomunikasi dapat meningkat lebih baik. Ganguan komunikasi pada anak berkebutuhan khususada tiga, yang bersipat verbal, non-verbal, dan kombinasi.17 a. Organ bicara dan sekitarnya (oral peripheralm mechanism), yang sifatnya fungsional, maka, terapiwicara akan mengikut sertakan latihan-latihan oral peripheral mechanism exercises 17
Akila smart: Anak Cacat Bukan Kiamat Metode Pembelajaran danTerapi untuk Anak Berkebutuhan khusus (Yogyakarta: Katahati, 2010), h.142
29
maupun oral-motor activities sesuai dengan organ bicara yang mengalami kesulitan. b. Artikulasi atau pengucapan Artikulasi atau pengucapan menjadi kurang sempurna karna adanya ganguan. Latihan pengucapan diikutsertakan cara dan letak pengucapan (Pleace and Manners of Articulation). Kesulitan pada arikulasi atau pengucapan, biasanya dapat dibagi menjadi substitution penggantian), misalnya, rumah menjadi lumah, l/r; omission (penghilangan), misalnya sapu menjadi apu; distortin (pengucapan untuk konsonan terdistorsi); indistinct (tidak jelas); dan addition (penambahan). Cara penanganan Anak Berkebutuhan Khusus cerebral palsy setiap anak di identifikasi, identifikasi merupakan kegiatan untuk mengenali dan mengkaji lebih lanjut kondisi objektif Anak cerebral palsy, agar dapat diketahui dan kebutuhan-kebutuhan pelayanan terapi yang diperlukan, agar penanganannya sesuai dengan kebutuhan Anak cerebral palsy.18
18
Wawancara peribadi dengan terapis Bapak Agus, 19 Mei 2014.
BAB III GAMBARAN LEMBAGA A.
Profil Yayasan Sayap Ibu 1. Sejarah Yayasan Sayap Ibu-Bintaro1 Yayasan Sayap Ibu merupakan lembaga non Pemerintahan dan non profit, berkedudukan di daerah Provinsi Banten, diresmikan pada tanggal 1 Oktober 2005. Yayasan Sayap Ibu – Bintaro berinduk pada Yayasan Sayap Ibu Pusat, yang telah mulai berperan aktif di masyarakat dalam menangani anak-anak balita terlantar sejak 30 September 1995. Didirikan pada tahun 1955 oleh Ibu Sulistina Sutomo, Ibu Ciptaningsih Utaryo. Pada tahun 1967 dilanjutkan oleh Ibu Johana Sunarti Nasution. Yayasan Sayap Ibu Pusat berada di Yogyakarta. Yayasan Sayap Ibu memiliki 3 cabang yang berada di Yogyakarta, Jakarta dan Banten. Ketua Umum YSI Pusat adalah Ibu Ciptaningsih Utaryo. Jumlah anak cacat ganda binaan YSI sampai saat ini 343 anak: 35 di dalam Panti dan 308 diluar Panti/Non Panti. Panti dibangun diatas lahan fasilitas sosial, pemberian dari Pemerintah Daerah Tangerang, seluas 2.000 meter persegi. Bangunan panti seluas 700 meter persegi, hasil dari donasi Jan Bennink Foundation, Belanda. 2. Visi dan Misi2 Visi Bahwa anak adalah yang berhak atas perawatan dan perlindungan sejak semasa dalam kandungan dan sesudah dilahirkan Misi
1
Data diambildari file yang diberikanolehpihakYayasanSayapIbuBintaropadatanggal 19 Mei 2014. Data diambildari file yang diberikanolehpihakYayasanSayapIbuBintaropadatanggal19 Mei2014.
2
30
31
Melakukan usaha kesejahteraan anak yang holistic, terpadu dan berkesinambungan dalam arti yang seluas-luasnya yang bertujuan menolong anak-anak cacat ganda terlantar yang : a. Tidak ada orang tua atau wali yang merawatnya b. Orang tua atau wali nya tidak mampu untuk merawatnya c. Karena sebab-sebab lain yang patut diberi pertolongan 3. Pelayanan Kesehatan3 a. Kebutuhan Dasar Pendidikan
: Therapy dan sekolah untuk anak
b. Aksesibilitas Kesehatan : Bantuan Nutrisi, Rujukan RS,Alat Bantu Disabilitas c. Bimbingan dan Pelatihan : Penyuluhan Sosial, Hydrotherapy, Fisiotherapy d. Sistem terpadu penanganan kesehatan anak-anak cacat: 1. Mendeteksi tingkat kesehatan anak secara menyeluruh 2. Tindak lanjut dari hasil deteksi 3. Menggali potensi anak secara holistik & berkesinambungan e. Subsidi obat-obatan f. Tenaga ahli/konsultan kesehatan tetap yang secara periodik memantau perkembangan anak 4. Sarana dan Prasarana4 Sarana Tanah Luas Tanah
: 2000 M2
Status Kepemilikan : Hak Guna Pakai Bangunan Luas Bangunan 3
: 700 m2 dan 244 m2
WawancaraPribadidenganIbuTuti, Bintaro,19 Mei 2014. WawancaraPribadidenganIbuAyu, Bintaro,19 Mei 2014.
4
32
Status Kepemilikan
: Hak Milik
Jenis Bangunan Lainnya
: Kolam Hydrotherapy, Ruang Kelas
Prasarana Ruang Terapi
: Sarana Hydrotherapy, Ruang Fisio Terapi
Ruang Keterampilan
: Aula Serbaguna
Lainnya
: Taman bermain, Kolam Hydrotherapy, Penghangat Air untuk Kolam Hydrotherap, Alat–alat terapi sederhana (bola, spiral, segitiga, matras)
Tipe Klien di YSI adalah disabilitas ganda yang artinya klien tidak hanya memiliki 1 (satu) disabilitas, tetapi klien memiliki 2 (dua) atau bahkan lebih disabilitas yang dimilikinya. 5. Mekanisme Penerimaan Anak-anak Panti5 a. Dinas Sosial menyerahkan anak ke pihak yayasan b. Memberikanberita acara/suratserahterimaanak c. Ada catatankesehatananak d. Memberikansurat-suratdanriwayathidupanak 6. Mekanisme Penerimaan Anak-anak Non Panti6 a. Pendataan anak dan melakukan wawancara. b. Mengisiformulir pendaftaran. c. Pihak yayasan melakukan survey kerumah anak yang akan mendaftar dengan melihat dari penyakit, ekonomi keluarganya serta kondisi rumahnya. d. Pihak yayasan memberikan bantuan nutrisi dan obat-obatan. e. Melakukan pemeriksaan ke rumah sakit, operasi jika dibutuhkan. f. Aksesbilitas pelayanan terapi. 5
Ibid Ibid
6
33
g. Penyuluhan-penyuluhan. h. Memfasilitasi anak-anak non panti agar dapat diikutsertakan pada programprogram pemerintah seperti dana Biaya Bantuan Makan (BBM), dana Penyandang Cacat (Paca), dana Program Sosial Anak dengan Kecacatan (PKSADK), dan lain-lain. 7. Program Rehabilitasi Adapun program rehabilitasi yang diberikan oleh Yayasan Sayap Ibu Bintaro a. Fisioterapi b. Hidroterapi c. Terapi wicara d. Group work 8. Pelayanan yang diberikan7 1. Pelayanan kesehatan dengan sistem terpadu 2. Penanganan anak-anak pada : a. Mendeteksi melalui pemeriksaan awal di rumah sakit b. Tindak lanjut dari hasil deteksi c. Menggali potensi anak secara holistik dan berkesinambungan 3. Pelayanan terapi dengan sarana dan prasana terapi yang memadai, seperti: a. Kolam hydrotherapy b. Alat-alat terapi sederhana, seperti: bola,spiral, segitga,matras,belajar jalan, sepatu terapi 4. Tenaga ahli dokter yang tetap secara periodik memantau perkembangan anak 5. Subsidi obat-obatan 9. Legalitas Lembaga8
7
Data diambildari file yang diberikanolehpihakYayasanSayapIbuBintaro pada tanggal 3 Juli 2013.
34
Suatu lembaga/layanankesejahteraansosial wajib mempunyai: 1. Akte Pendirian 2. AD/ART yang menurut garis-garis kebijakan pelaksanaan lembaga 3. Keterangan domisili 4. Keterangan terdaftar di Dinas Sosial 5. Surat-surat rekomendasi lainnya 10. Pengurus Yayasan Sayap Ibu9 Pembina: a. IbuHj. Aisyah Hamid Baidlowi b. IbuHj. SulistinaSutomo c. Bapak Drs. Suharno. Msi Pengawas: a. BapakCepiJamaludin Malik b. Ibu Sri Kusyuniati, Ph.D c. Ibu Dra. EndangSulistyowati
8
Ketua Umum
: Renowati Hardjosubroto
Ketua
: Moh. Edwin Arifandi
Sekretaris
: Riana Tjokrosoeseno
Bendahara Umum
: Ariestiawaty
Bendahara
: Sutan Adrin
Kabid. Personalia
: Ariestiawaty
Kabid. Kesehatan & Pendidikan
: Astrida Daulay
Kabid. Logistik & Rumah Tangga
: Suhartati Hamarto
Kabid. Sarana, Prasarana & Humas
: Moh. Edwin Arifandi
WawancaraPribadidenganIbuAyu, Bintaro,19 Mei 2014. Data diambildaribrosurYayasanSayapIbuBintaro 2013.
9
35
11. Kemitraan dan Jaringan Kerja10 Menangani permasalahan penyandang disabilitas yang demikian kompleks, layanan kesejahteraan sosial tidak dapat berdiri sendiri, namun hanya dapat berhasil bilamana dilaksanakan bersama jaringan luas dan secara terpadu baik di dalam maupun di luar negeri. Dalam Negeri
:
Kementerian Sosial Republik Indonesia, Dinas Sosial Provinsi Banten, Dinas Sosial Kota Tangerang Selatan, Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta, Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Rumah Sakit Dharmais, Komunitas #Berbagi, Yayasan Pelita Hati (sekolah autis), Yayasan Amalina, Hydrochepallus Foundation, Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC), UID (kerja sama dalam bantuan kursi roda), Yayasan Servo Indonesia, PT. Gunung Garuda, PT. Garuda Indonesia, Global Jaya School, Binus School, Mentari School, Sekolah Islam Madania, Universitas Pelita Harapan, Universitas Prasetya Mulya, IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) Luar Negeri : Stichting Holland, ANZA (Australian New Zealand Association). 12.
Publikasi11 a. Pembuatan Website, Facebook, Twitter b. Pembuatan Brosur Yayasan c. Pembuatan Buletin Kegiatan d. Pembuatan PIN (souvenir) e. Pembuatan Kalender (souvenir) f. Pembuatan Mug, Payung (untuk dijual)
10
Data diambildaribrosur dan file yang diberikanolehpihakYayasanSayapIbuBintaro pada tanggal19 Mei2014. 11 Data diambildari file yang diberikanolehpihakYayasanSayapIbuBintaro pada tanggal19 Mei 2014.
36
g. Pemberitaan di beberapa media massa (cetak & elektronik) 13. Sumber Dana12 a. BantuanPemerintah b. Sumbangan masyarakat dalam negeri maupun luar negeri c. Pemberian zakat dan fitrah dari masyarakat d. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat 14.
Pelatihan-pelatihan untuk Karyawan dan Perawat Pelatihan-pelatihan untuk karyawan dan Perawat Tahun 2014-2015 a. Pelatihan / workshop mengenai kepribadian manusia bersama psikolog Ibu Fitri Suryo Dewi, MPsi, dilaksanakan dalam 2 sesi : Sesi 1, pada tanggal 5 Maret 2015 diikuti oleh pengurus, staff dan pengasuh YSIB Sesi 2, pada tanggal 19 Maret 2015 pengurus, staff dan pengasuh YSIB b. Pelatihan / Coaching untuk Perawat dan Terapis bersama Ms. Namita dan Ibu Weningsih dari Perkins, tanggal 9 Maret 2015. c. Undangan pelatihan bagi pendidik yang menangani siswa dengan hambatan penglihatan majemuk (MDVI) dari Yayasan Dena Upakara bekerjasama dengan Perkins Internasional tanggal 26 s.d 30 Januari 2015 di Yogyakarta. d. Bulan April 2015, Perkins International kembali mengadakan pelatihan di Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten, tanggal 22 – 29 April 2015, yang membahas mengenai Oral. Motor bagi anak – anak Multidifabel .Pelatihan kali ini di bagi menjadi dua sesi. Sesi I :Tanggal 22 – 25 April 2015 pelatihan untuk terapis dan pengajar dengan pembicara Mr. Loganathan Gurusamy. Dihadiri oleh pengurus YSIB dan perwakilan dari Perkins International di Amerika, Mrs. Debbie Gleason yang
12
Data diambildaribrosurYayasanSayapIbuBintaro 2013.
37
didampingi oleh IbuWeningsih.Peserta pelatihan adalah Terapis, Pengajardan Relawan yang sering mendampingi anak – anak di kelas playgroup serta peserta undangan dari luar YSIB. Sesi II : Tanggal 26 – 29 April 2015 pelatihan untuk perawat dan relawan dengan pembicara Mr. Loganathan Gurusamy. Dihadiri oleh pengurus YSIB dan perwakilan dari Perkins International di Amerika, Mrs. Mona Indargiri yang didampingi oleh IbuWeningsih. Peserta pelatihan adalah perawat dan relawan serta tamu undangan dari luar YSIB. e. Tanggal 1 Juli 2015, pengurus, staff ,pengasuh beserta relawan YSIB mengikuti workshop yang bertema “Menjadi Pribadi Pemenang“ dari tim Pranala Magnidaya, dengan pembicara Bapak Wirzal T. 15. Pengembangan Layanan Kesejahteraan Sosial Menuju Kemandirian13 Yayasan Sayap Ibu cabang Provinsi Banten berniat mengembangkan: a. Rumah tumbuh dengan 6 tahap untuk penambahan kamar anak, ruang terapi, ruang isolasi, gudang b. Membangun Sekolah Luar Biasa (SLB) yang dapat dipergunakan bagi anak-anak panti, non panti maupun untuk umum 16. Penghargaan14 Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten mendapatkan penghargaan sebagai Organisasi Sosial (Orsos) terbaik tingkat Provinsi Banten dari Gubernur Banten pada tanggal 4 Oktober 2012 dan mendapatkan penghargaan sebagai Organisasi Sosial/Lembaga Kesejahteraan Sosial Berprestasi tahun 2012 dari Kementerian Sosial Republik Indonesia pada tanggal 11 November 2012. 17. Kontak dan Bank15 13
WawancaradenganIbuAyu, Bintaro, 19 Mei 2014. Data diambildaribrosurYayasanSayapIbuBintaro 2013.
14
38
Jl. Raya Graha Bintaro No. 33 B Pondok Kacang Barat - Bintaro, Tangerang Selatan Telp: 021-733 1004/07 Fax : 021-733 1007 EMAIL: www.sayapibubintaro.org FACEBOOK:
[email protected] TWITTER:
[email protected] BANK: Atas nama YAYASAN SAYAP IBU BCA : 603-0306 072 - Swift: CENAIDJACabang Bintaro Utama, Sektor I –
1.
Jakarta
B.
2.
BRI : 0393-010-000-018-303Cabang Bintaro Jaya, Sektor VII – Tangerang
3.
Bank Permata : 0701-621-255Cabang Bintaro Jaya, Sektor IX – Tangerang
Profil Anak16 1. Nama
: Klien MY
Tempat/tgl lahir
: Ampenan, 31 Desember 2000 (16 tahun)
Kondisi
: Epilepsy, Dev. Delayed, Cerebral Palsy
Riwayat
: Takut petir; jika mendengar petir ketakutan sampai menangis.
Takut gelap. Latar belakang ditemukan: Di kompleks perkuburan Kondisi saat ini: Sudah tidak takut terhadap petir maupun gelap. Karena Yayasan Sayap Ibu Bintaro memberikan program-program seperti hidroterapi, fisioterapi, terapi wicara, dan group work. Dan didampingi oleh care giver yang memberi penjelasan kepada klien MY. Sehingga ketakutan terhadap petir dan gelapnya jauh berkurang dibandingkan saat pertama ke Yayasan Sayap Ibu Bintaro. Tetapi 15
Ibisd
16
39
disamping itu, klien MY masih suka terkejut tanpa takut atau cemas berlebih saat ada suara besar atau gerakan tiba-tiba. Karena klien MY sudah beranjak dewasa, maka care giver klien MY pun diganti oleh Yayasan Sayap Ibu Bintaro dengan care giver laki-laki. 2. Nama
: Klien J
Tempat/tanggal lahir: Tangerang Selatan, 1 Desember 2009 (7 tahun) Kondisi
: Cerebral Palsy
Riwayat
: Klien J ditemukan penduduk di daerah Jakarta Barat terlantar
di jalanan. Jelita diserahkan kepihak kepolisian setempat, dan pihak kepolisian menyerahkan ke Panti Tunas Bangsa. Lalu, Panti Tunas Bangsa menyerahkan klien J kepada Yayasan Sayap Ibu untuk menaunginya. Dalam kesehariannya, klien J terlihat ceria dan seperti anak pada umunya. Meski sebetulnya klien J tidak bisa berjalan normal dan berbicara. Kondisi saat ini: Klien J sangat ceria dan semangat. Karena semangatnya yang terkadang berlebih membuat klien J sulit mengendalikan diri. Sehingga, benda yang klien pegang sering sekali terjatuh. Dengan diberinya program-program rehabilitasi yang berupa fisioterapi, hidroterapi, terapi wicara, dan group work membantu klien J sedikit demi sedikit dapat mengendelikan dirinya. Dan juga program rehabilitasi tersebut membuat klien J lebih mandiri. Klien J kini bisa pergi ke kamar mandi sendiri, minum dan makan sendiri, berpindah dari lantai ke kursi roda (jika kursi roda dan kursi biasa diam di tempat) maupun dari kursi roda ke kursi biasa bisa sendiri dengan bantuan minim. Walaupun klien J suka berebut benda dengan temannya, dengan diberi penjelasan klien J bisa memahi dan mengalah.
40
3. Nama
: Klien N
Tahun Masuk YSI: 06 Oktober 2015 Usia
: 6 tahun
Kondisi
: Cereberal Palsy dan Tuna Netra
Riwayat
: Klien ditemukan oleh masyarakat di daerah Cisalak kabupaten
Subang. Klien N sempat dititipkan dan dirawat di Pesantren atau Yayasan Miftahul Bariyyah (Subang) dibawah asuhan Bapak Ojan. Kemudian karena di tempat tersebut penanganan untuk kasus seperti klien N tidak ada maka klien dirujuk ke PLTADK, saat mereka melakukan outreach, untuk mendapat pelayanan. Setelah mendapatkan pelayanan dari PLTADK, Dinas Sosial Subang tidak lepas tangan begitu saja. Dinas Sosial Subang memberikan bantuan dan memfasilitasi dengan BPJS. Kondisi saat ini: pada saat pertama masuk Yayasan Sayap Ibu Bintaro, klien N belum bisa beradaptasi di lingkungan panti. Sering menangis, menolak makanan, tidak mau mengkonsumsi sayuran, belum bisa makan sendiri, dan geraknya terbatas. Setelah mendapatkan pelayanan rehabilitasi berupa fisioterapi, hidroterapi, dan group work, klien N semakin ceria, lebih percaya diri, lebih aktif, bisa makan sendiri dengan bantuan minim, dan sudah mulai makan sayur. Bisa naik dan turun ke kasurnya, bisa ke kelas, dan bisa berpindah dari lantai ke kursi biasa dengan caranya sendiri, serta memiliki kemajuan pesat dalam hal mengikuti kegiatan kelas.
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS PENELITIAN A. Program Rehabilitasi Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro Salah satu upaya mewujudkan upaya merehabilitasi anak berkebutuhan khusus adalah dengan menyelenggarakan usaha penyantunan, perawatan, perlindungan dan pengentasan anak terlantar, tanpa kecuali bagi anak penyandang cacat. Mereka berhak atas penanganan khusus, sehingga anak dengan kecacatan fisik atau mental berhak menikmati kehidupan yang layak. Hak-hak mereka adalah hak untuk hidup, hak untuk tumbuh dan berkembang, hak untuk mendapat perlindungan dan hak untuk berprestasi. Dalam upaya penanganan anak dengan berkebutuhan khusus,Yayasan Sayap Ibu Cabang Banten mempunyai kegiatan utama penanganan anak cacat terlantar. Anakanak dipanti ini tidak hanya memiliki satu kecacatan hampir semua anak memiliki kondisi dengan kecacatan ganda. Maka dalam program rehabilitasi terhadap anak berkebutuhan khusus cerebral palsy Yayasan Sayap Ibu Bintaro memberikan programprogram rehabilitasinya yaitu program-program untuk anak berkebutuhan khusus di Yayasan Sayap Ibu Bintaro, seperti yang di katakan oleh Pak Agus selaku kepala unit pendidikan: “Program-program yayasan sayap ibu bintaro bagi anak berkebutuhan khusus dalah: fisioterapi, Hidroterapi, Terapi Wicara, dan group work.”1
1
Wawancara dengan Guru play Group Bapak Agus, Bintaro 19 mei 2014.
41
42
1. Fisioterapi. Fisioterapi merupakan kegiatan yang menitikberatkan untuk menstabilkan atau memperbaiki gangguan fungsi alat gerak atau fungsi tubuh yang terganggu yang kemudian program rehabilitasi fisioterapi untuk melatih fungsi gerak dilakukan setiap hari Senin sampai Jum’at, dibagi dalam dua sesi pagi dan siang hari per Anak diberi lima belas menit setiap sesinya. diikuti dengan proses atau metode terapi gerak. Seperti yang dikatakan pak Marno selaku terapis: “fisioterapi diberikan untuk mengembalikan gerak dan fungsi selama daur kehidupan upaya pelayanan kesehatan baik individu atau kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan gerak dan kemampuan fungsional manusia melalui metode elektro terapi, masas, manual terapi, terapi latihan, selama daur kehidupan manusia. Fisioterapi yang di berikan YSI yang dilakukan secara terus-menerus telah membantu anak dari yang sebelumnya hanya berbaring dengan mengikuti kegiatan fisioterapi dapat melemaskan otot, sehingga membuat anak tidak pasif “.2 a. Klien “MY” Seperti yang telah dijelaskan di BAB sebelumnya, klien MY dengan kondisinya yang Epilepsy, Dev. Delayed, dan Cerebral Palsy. Yang berarti MY memiliki kelainan yang mengakibatkan pertumbuhannya menjadi lambat,
kelainan pada otak atau kerusakkan saraf motorik yang mengakibatkan gerakan-gerakan tidak normal. Sebagaimana yang dikatakan terapis, Bapak Rain, bahwa: “MY kondisinya adalah cerebral palsy quadriplegia (kaku keseluruhan kedua tangan dan kedua kakinya).”3
2
Wawancara dengan fisioterapis bapak Marno, Yayasan Sayap Ibu Bintaro 23 Juni 2014 Wawancara dengan Bapak Rain sebagai terapis, di Yayasan Sayap Ibu Bintaro 15 Juli 2016
3
43
Gambar 4.1 Terapi ini dilakukan bertujuan agar klien MY berkurang kekakuannya. Manfaat terapi ini memang tidak terlihat langsung pada MY, akan tetapi perkembangan terapi ini akan terlihat setelah terus-menerus dilakukan dalam kurun waktu yang cukup lama. b. Klien “J” Klien “J” dengan kondisinya yang cerebral palsy atau berkelainan pada otak dan kerusakkan saraf motorik yang mengakibatkan gerakangerakan tidak normal. Lebih spesifiknya klien J kondisinya cerebral palsy athetotis yaitu gerakan-gerakan yang tidak terkontrol yang terjadi sewaktuwaktu. Dari hasil wawancara dengan terapis, bapak Rain: “jadi cerebral palsy athetotis adalah gerakan tidak terkontrol”.4 Dengan dilakukanya program rehabilitasi secara terus menerus melatih gerakan-gerakan yang tidak terkontrol dan klien dapat melatih gerak tubuhnya agar bisa mandiri seperti bisa makan sendiri, ke kamar mandi sendiri walau gerakan tidak terarah dan makan masih tidak rapi akan tetapi
4
Wawncara dengan Bapak Rain sebagai terapis, di Yayasan Sayap Ibu Bintaro 15 Juli 2016
44
klien J dapat melakukannya sendiri berdasarkan dari yang peneliti observasi saat dia ke kamar mandi dan saat klien makan disiang juga sore hari.5 c. Klien “N” Klien “N” yang kondisinya Cereberal Palsy dan Tuna Netra. Dengan kata lain, klien ini mengalami gangguan saraf otak dan gangguan pandangan. Pada saat pertama kali klien N datang ke Yayasan Sayap Ibu Bintaro dipenghujung tahun 2015, klien N sulit diberi makan dan belum bisa berbaur dengan lingkungan sekitar, juga gerakannya yang terbatas. Klien N ini mengalami perkembangan yang pesat dibanding temannya.
Gambar 4.2 Pada gambar di atas terlihat perkembangan klien N yang sudah dapat makan sendiri dengan sedikit sekali bantuan.
5
Observasi di Yayasan Sayap Ibu Bintaro, Rabu 13 Juli 2016
45
Gambar 4.3, 4.4, 4.5 Dari gambar-gambar tersebut dapat terlihat perkembanga klien N yang sudah dapat naik ketempat tidurnya sendiri. 2. Hidroterapi. Hidroterapi adalah kegiatan berupa aktifitas yang dilakukan di dalam air. Dengan tehnik tertentu untuk mengoptimalkan dan meringankan kondisi yang menyakitkan. Program rehabilitasi dari Yayasan Sayap Ibu diberikan dalam bentuk kegiatan Hidroterapi untuk relaksasi, stimulasi, dan untuk mengurangi kekakuan Hidroterapi dilakukan setiap hari Senin sampai Jum’at, dibagi dalam dua sesi pagi dan siang hari per Anak diberi lima belas menit setiap sesinya. Hidroterapi diberikan kepada klien MY dengan tujuan agar klien dapat relaks dan mengurangi kekakuan. Dalam kegiatan hidroterapi klien masih dibantu oleh terapis
46
Gambar 4.6, 4.7 Pada gambar 4.6 dan gambar 4.7 menggambarkan klien dan terapis yang sedang melakukan program rehabilitasi hidroterapi. Dengan gerakan berenang terlentang, terapis membantu agar klien dapat bergerak di dalam air. Klien J, dibandingkan dengan saat pertama kali melakukan terapi, dapat melakukan hidroterapi ini dengan baik. Dikatakan dapat melakukan dengan baik dikarenakan klien sudah dapat berenang tanpa bantuan terapis dan
dengan
hanya
menggunakan
pelampung
sekarang.
Dimana
sebelumnya klien masih sangat membutuhkan bantuan terapis dan pelampung karena gerakannya yang belum terkendali. Klien N mendapatkan hidroterapi sebanyak tiga kali dalam seminggu. Karena pada awal masuk Yayasan Sayap Ibu Bintaro klien ini dipasangi gips, maka klien N tidak dapat melakukan hidroterapi selama beberapa bulan. Barulah tiga bulan kebelakang klien mendapatkan hidroterapi. Saat melakukan hidroterapi, klien N masih butuh bantuan dari terapis juga bantuan pelampung. 3. Terapi wicara. Terapi wicara adalah terapi bagi anak berkebutuhan khusus bagi anak yang mengalami kelambatan, kesulitan bicara, atau kesulitan berkomunikasi. Terapi ini dilakukan dengan mengajarkan atau memperbaiki kemampuan agar anak dapat berkomunikasi secara verbal yang baik dan fungsional sehingga kemampuan anak dalam berkomunikasi dapat meningkat lebih baik. Program rehabilitasi terapi wicara tidak selalu dilakukan di Yayasan Sayap Ibu Bintaro. Tetapi sebagai yayasan, Yayasan Sayap Ibu Bintaro
47
menyediakan fasilitas untuk akses terapi wicara
terapi dilakukan di luar
yayasan.6 Jadwal hidroterapi di panti dilakukan setiap hari Rabu dan Jumat. Terapi dilakukan dari jam 09:00 sampai 13:00 yang dimana tidak semua klien di panti mendapatkannya. Maka dari itu klien masih harus melakukan terapi di luar panti.
Gambar 4.8, 4.9 Pada gambar 4.8 dan 4.9 ini adalah salah satu dari bagian kegiatan terapi wicara di dalam panti oleh terapis Ibu Elvira. Klien MY dan klien J terapi di luar panti pada hari Selasa dan Kamis karena jadwal terapi wicara di dalam panti pada hari Rabu dan Jum’at saja yang tidak cukup untuk 6
48
menangani setiap anak. Untuk itu YSIB menyediakan fasilitas berupa akses mendatangkan terapis dari mana ke Yayasan Sayap Ibu Bintaro. Selain program terapi-terapi diatas yayasan sayap ibu bintaro juga memberikan program group work terhadap anak berkebutuhan khusus. Hal ini diperkuat juga oleh pernyataan yang di berikan ketua umum yayasan tentang program anak berkebutuhan khusus cerebral palsy seperti kutipan wawancara berikut ini: “....program kita yang paling rutin yang sudah kita lakukan adalah terapi dari mulai fisioterapi, speech therapy (terapi wicara), sampai hydro therapy karena dengan adanya terapi-terapi tersebut yang paling sangat meningkatkan motorik secara fisik dan juga mental juga anak-anak terapi ini banyak juga yang cerdas jadi mereka ada yang kita sekolahkan di sekolah luar biasa ada juga yang aktifitas rutin dipanti seperti belajar bersama.”7 4. Group work Group work ini adalah salah satu program rehabilitasi yang mengajarkan meraka tentang kemandirian dan melatih meraka untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti berbelanja, memasak, berkebun, membersihkan ruangan dan keterampilan. Adapun kegiatan group work ini di bagi dalam bebrapa kelas diantaranya, kelas remaja, kelas transisi, kelas play group, kelas MDVI, kelas autis, kelas lay down.
7
Wawancara dengan ketua Umum Ibu Astrida Daulay, Bintaro senin 23 Juni 2014.
49
Gambar 4.10 Dilihat dari gambar di atas, berbelanja merupakan salah satu kegiatan di group work. Kegiatan ini biasa dilakukan di pasar tradisional maupun di tempat lain sesuai dengan barang yang di butuhkan. Kegitan belanja ini diikuti oleh klien MY setiap hari Selasa. Biasanya klien MY melakukan kegiatan belanja ini di supermarket terdekat. Klien MY ini juga dapat menuliskan beberapa bahan belanjaan yang dibutuhkan menggunakan komputer. Dari kegiatan ini ditujukan untuk mengenalkan klien MY akan kehidupan bermasyarakat di luar Yayasan Sayap Ibu Bintaro. Saat pertama melakukan group work dalam bentuk kegiatan belanja ini, klien J banyak ingin tahu mengenai benda-benda apa saja yang ada di sekitar tempat perbelanjaan karena itu klien sering memegang benda apa saja yang menarik perhatiannya. Dikarenakan gerak tubuhnya yang tidak terkontrol membuat klien J sering kehilangan kendali atas benda yang dipegangnya, maka dari itu tidak jarang menyebabkan benda yang klien pegang terjatuh. Karena kegiatan ini dilakukan secara terus-menerus dan berulang kali, klien J
50
sekarang bisa mengendalikan keinginannya untuk memegang sembarang benda dan berkurangnya menjatuhkan benda yang klien pegang.8 Klien N dalam melakukan kegiatan group work ini, tidak mendapatkan kegiatan belanja karena klien termasuk kelas multiple disable with visual impairment (MDVI) atau anak penyandang dua atau lebih disabilitas dengan gangguan penglihatan. Maka dari itu klien lebih difokuskan pada kegiatan sensorik dan motorik seperti bermain balok mainan, tumbuhan biji-bijian, dan air. Juga ada dimana klien N dibawa berjalan-jalan ke taman kota dan tempat publik lainnya dihari Rabu, dengan tujuan agar klien dapat merasakan kehidupan
bersyarakat
di
luar
Yayasan
Sayap
Ibu
Bintaro.
Gambar 4.11 Dari yang dapat dilihat dari gambar di atas tersebut merupakan kegiatan memasak yang termasuk salah satu program group work. Klien MY mengikuti kegiatan memasak setiap hari Rabu. Biasanya MY memasak jagung kukus, bola-bola cokelat, dan agar-agar. Klien MY dapat berkontribusi dalam membantu proses masak-memasak walaupun masih dengan bantuan dari gurunya.
8
Hasil observasi peneliti di Yayasan Sayap Ibu Bintaro
51
Klien J dalam kegiatan masak-memasak ini, pada awalnya, belum bisa banyak berkontribusi. Klien masih butuh banyak bantuan dan pengawasan. Namun sampai sekarang ini klien J sudah bisa memotong buah pisang, bisa memanggang roti, membuat burger, dan mem-blender kacang kedelai untuk dibuat menjadi susu dengan sedikit bantuan dari guru. Bentuk bantuan yang diberikan pada klien J dengan pemberian instruksi dalam bentuk gambar, karena klien J hanya paham angka namun belum paham jumlah.9
9
Hasil observasi peneliti di Yayasan Sayap Ibu Bintaro, 19 Mei 2016
52
Gambar 4.12 Kegiatan berkebun di atas, juga merupakan salah satu program rehabilitasi group work yang dilakukan di Yayasan Sayap Ibu Bintaro. Klien MY mengikuti kegiatan berkebun yang merupakan kebun hidroponik ini setiap hari Jumat. Kegiatan dilakukan dari tahap awal, yaitu mulai dari menanam benih, memindahkan tanaman ke media tanam, dan memanen hasil tanamnya. Di kegiatan berkebun ini kelas MY dapat memindahkan tanaman
53
yang sudah siap dipindahkan, yang tadinya ditanam di nampan ke botol bekas sebagai tempat menanam. Dalam melakukan kegiatan ini klien MY masih perlu banyak dibantu terutama dalam hal menyemai dan memindahkan tanaman. Klien J juga mengikuti kegiatan berkebun ini namun dihari yang berbeda, yaitu setiap hari Rabu. Dengan tahapan berkebun yang sama, diawal proses kegiatan klien J belum bisa memberikan banyak kontribusi. Namun sekarang J sudah bisa diajak bekerja sama dan juga dapat membantu proses berkebun. Klien J dapat membantu proses dalam hal memotong rockwool sebagai media tanam, memasukkan benih walaupun belum rapi, memindahkan tanaman dari nampan ke pipa air sebagai wadah tanaman hidroponik, juga dapat memetik hasil panen sendiri dengan catatan tanaman tidak terlalu tinggi atau sulit dijangkau.10
Gambar 4.13
10
Hasil observasi peneliti di Yayasan Sayap Ibu Bintaro 19 Mei 2016
54
Pada gambar 4.13 ini adalah kegiatan kebersihan yang bertujuan agar klien-klien dapat mandiri dalam merawat atau menjaga kebersihan diri, barang serta lingkungan. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Kamis oleh klien. Halhal yang dilakukan saat kegiatan ini adalah mengelap kaca dan menegelap meja kelas. Klien MY mengikuti kegiatan ini dengan dibantu oleh pendamping atau gurunya. Kegiatan kebersihan ini diikuti oleh klien J dengan antusias. J sering diberi tugas mengelap kaca, dan klien dapat melakukannya sendiri walaupun hasilnya tidak terlalu maksimal. Akan tetapi saat ini kegiatan kebersihan di kelas menjadi bermacam-macam, ditambah dengan kegiatan melipat pakaian, mencuci sepatu, dan mencuci tas. Sebelum melakukan kegiatan kebersihan yang beragam, sekarang klien-klien selalu diberi pilihan untuk memilih kegiatan kebersihan apa yang mereka ingin lakukan, dengan begitu, kegiatan kebersihan yang paling banyak dipilih menjadi kegiatan yang akan dilakukan.
Gambar 4.13
55
Gambar di atas merupakan gambaran kegiatan klien saat melakukan group work dalam kegiatan prakarya mebuat decoupage. Kegiatan membuat prakarya decoupage ini bisa melatih motorik dan sensorik klien. Klien MY melakukan kegiatan ini setiap hari Senin. Biasanya MY men-decoupage kanvas yang dapat digunakan sebagai khiasan dinding. MY melakukan kegiatan ini dengan baik dan sedikit dibantu oleh gurunya. Selain dikanvas, decoupage juga dilakukan klien di celengan, talenan, dan tas. Klien J mengikutin kegiatan membuat prakarya ini di hari yang lain yaitu hari Jumat. J dapat membantu mengelem, menggunting, dan menempelkan decoupage, juga mengeringkan decoupage menggunakan hair dryer, walaupun hasilnya belum maksimal.11 Dari seluruh program-program terapi yang paling utama adalah kesehatan klien tersebut, sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Marno selaku terapis kepada peneliti: ”Program yang utama masalah kesehatan, secara umum dibidang kesehatan kalau kesehatanya sudah bagus mengarah ke lebih fokus lagi ke mampuan fisiknya terus ke intelligence (kepandaian) sama program kaya kesehatan untuk kelanjutannya sianak ini harus benar-benar sehat....”12 Program tersebut adalah program untuk anak-anak berkebutuhan khusus akan tetapi, tidak semua program diberikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Biasanya yayasan melakukan maping dan asesmen terlebih dahulu seperti yang dikatakan Ibu Tuti Hendawati berikut ini: “yang pertama kita harus maping dulu, dan asesmen anak kebutuhannya apa e... nanti dari situ kita bisa tentukan kelompok-kelompokan anak menjadi anak mampu rawat, mampu latih dan mampu didik kaya 11
Hasil observasi peneliti di Yayasan Sayap Ibu Bintaro 19 Mei 2016 Wawancara dengan terapis bapak Marno, Bintaro senin 23 Juni 2014.
12
56
mampu rawat berarti kebutuhan dia hanya perawatan terapi, terapi itu dalam bentuk fisioterapi bisa, hidroterapi bisa, berbagai macam terapi lah. terapi pemijatan bisa, sensor integrasi juga bisa untuk anak. Anak mampu latih dan mampu didik berarti dia bisa kita sekolahkan, bisa di didik keterampilan bisa memiliki keahlian lah gitu.” 13 Cara yayasan dalam merehabilititasi anak berkebutuhan khusus cerebral palsy yaitu dengan menjalankan program secara terus-menerus atau secara rutin, agar anak berkebutuhan khusus bisa mandiri. seperti yang dikatakan oleh ketua umum kepada peneliti berikut ini: ”jadi kalau anak kita itu memang kita buat mereka suatu program rutin dari mereka bagun tidur sampai malam hari jadi semua program mengarah pada untuk pengentasan kemandirian anak jadi bagai mana mereka itu bisa punya aktifitas seperti pagi ada yang pergi speech therapy (terapi wicara) kerumah sakit misalnya ada juga yang hidro therapy didalam panti ada juga yang fisioterapi ada juga yang sekolah ke sekolah luar biasa jadi apa potensi anak yang bisa kita maksimalkan ya kita maksimalkan supaya mereka kelak bisa mandiri walaupun kondisi anak-anak disini anak-anak cacat ganda yang cukup berat kondisinya namun kita terus menerus melakukanstimulasi-stimulasifisik dan mental karna anak-anak ini kalau dibiarkan sajakan lama-lama akan penurunan retaldasi mental (penurunan kecerdasan) dan fisik dan itu yang tidak kita inginkan jadi ada kegiatan dimana suster setiap pagi perlima belas meit punya interaksi rutin dengan anak lalu juga perlima belas menit menganti posisi anak untuk yang tidur saja lalu buat anak-anak yang bisa duduk atau bermain kita ada jam-jam khusus untuk mereka bermain juga belajar”.14 Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan
Ibu Tuti Hendawati selaku
personalia dan kesehatan seperti kutipan wawancara berikut ini: ”yang pertama tentu aja kita harus berusaha untuk memandirikan anak e.. dia punya kemandirian untuk melakukan banyak hal, baru setelah itu kalau memang ya tadi kalau si anak bisa dilatih bisa dengan kemampuan apa, yang kita harapkan bisa untuk kemandirian dan kesejahteraan......”.15
13
Wawancara dengan kabid. Personalia dan kesehatan Ibu Tuti Hendawati, Bintaro senin 23 Juni 2014.
14
Wawancara dengan ketua Umum Ibu Astrida Daulay, Bintaro senin 23 Juni 2014. Wawancara dengan kabid. Personalia dan kesehatan Ibu Tuti Hendawati, Bintaro senin 23 Juni 2014.
15
57
Selain memandirikan anak, yayasan juga berkerjasama dengan pemerintah dan non pemerintah dalam merehabilitasi anak berkebutuhan khusus cerbral palsy seperti yang dikatakan kepala unit pendidikan, pak Agus, kepada peneliti berikut ini: “........kita menggandeng banyak relawan dari dalam dan luar negri itu juga bagian dari mewujudkan kesejahteraan kemudian membuat SOP (Standar Oprasional Prosedur) baik proses kemudian juga ini memberikan binaan baik anak dalam panti, non panti, orang tua seperti itu terus menyelenggarakan kegiatan rutin seperti donor darah dan lainlain itu bagian dari satu yayasan, kita ingin menjadi satu yayasan yang bisa berkontribusi secara luas kepada masyarakat yang berhubungan dengan hal-hal semacam itu, terus kalau anak-anak cerebral palsy ya misalnya kita menggandeng united cerebral palsy (UCP) menggandeng dari dalam dan luar negri, menggandeng pemerintah, menggandeng rumah sakit, menggandeng non pemerintah.........”.16 Hal ini diperkuat oleh pernyataan terapis pak Marno kepada peneliti seagai berikut: ”kesejahteraan anak kita dibantu sama dinas sosial juga dari pemerintah kan ada terus dari donatur-donatur kan juga ada yang utama ya kan kita juga harus bekerja sama dengan pemerintahan, pemerintahan inikan ada dua ada dinas sosial dan dinaskesehatan nah kalau kesehtan kan lebih kemedisnya atau masalah kesehatan kalau sosial lebih mengarah kefinansialnya tambah lagi dari donatur-donatur disitu si untuk kesejahteraan untuk anak-anak”.17 B. Faktor Penghambat dan Penentu Keberhasilan Pelatihan Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy 1. Faktor penghambat program – program pelayanan anak berkebutuhan khusus Program-program
yang
dilaksanakan
oleh
YSI
memiliki
beberapa
faktor
penghambat,seperti yang dikatakan Pak marno sebagai terapis kepada peneliti: “Faktor penghambat di sini seperti SDM (Sumber Daya Manusia ) nya, ruang therapinya yang kecil dan jika anak sedang sakit program kegiatan anak tidak bisa di berikan samapi anak sembuh. ”
16
Wawancara dengan kepala unit pendidikan Bapak Agus, Bintaro 19 mei 2014.
17
Wawancara dengan terapis bapak Marno, Bintaro senin 23 Juni 2014
58
2. Faktor penentu keberhasilan Tingkat keberhasilan program yang diberikan yayasan untuk anak cerebral palsymemerlukan waktu dan kesabaran seperti yang dikatan mbak Erna seorang perawat kepada peneliti: “kalau seadanya berhasil, kita gak nentuin berhasil gaknya seengaknya agak-agak apa yah e... soalnya kalu anak-anak kaya gini (cacat ganda) tahap pajang harus liat hasilnya itu entar gak sekarang soalnya kalau liat sekarang gak bisa apalagi anak cererbral palsy kalau anak cererbral palsy jangka panjang gak jangka pendek gak kaya anak normal kan sekali diajarin udah bisa udah ngerti kalau anak kaya gini tuh jangka panjang’’.18
Dan tingkat keberhasilan anak cerebral palsy tidak bisa disamakan dengan anak-anak cerebral palsy lainnya tingkat keberhasilan dimiliki oleh perorangan, seperti yang dikatakan oleh ibu Astrida Daulay selaku ketua umum kepada peneliti: “.....masing-masing keberhasilan program itu personal jadi tidak bisa kita sama ratakan jadi ada anak yang hanya dengan mengangkat tangan saja tadinya tidak mampu mengangkat lalu mampu mengangkat itu merupakan keberhasilan bagi kami, jadi misalnya tadi anak hanya duduk saja lalu dilatih melangkah nah itu juga merupakan keberhasilan jadi tidak bisa disama ratakan karna kondisi kecacatan anak berbeda-beda”.19 Tingkat keberhasilan anak cerebral palsy tidak harus besar perubahanya perubahan kecil pun diyayasan ini sangat berarti seperti yang dikatakan ibu Tuti selaku kesehatan kepada peneliti: ”kalau sekarang ini kita memang keberhasilan anak “buat anak-anak disabilitas ini” hal yang menurut kita sepelepun bisa kita anggap keberhasilan, misalnya ada anak yang tadinya hanya mampu rawat kemudian dengan terapi dengan bantuan kita dengan perawatan kita ternyata ini anank bisa memiliki progres yang kemudian menjadikan dia menjadi anak mampu latih itu sudah keberhasilan. Ada misalnya contoh ada anak autis yang punya syndrom keseimbangan jangankan untuk 18
Wawancara dengan perawat mbak Erna, Bintaro senin 23 Juni 2014.
19
Wawancara dengan ketua Umum Ibu Astrida Daulay, Bintaro senin 23 Juni 2014.
59
berlari untuk berdiri saja dia tidak mampu eh kemudian setelah terapi setelah kita latih ternyata ini anak bisa berjalan. Ada anak yang tadinya misalnya karena trauma berat untuk berinteraksi dengan orang saja dia sangat tidak mampu sekarang setelah terapi setelah pendekatan ternyata ini anak luar biasa percaya diri ya itu keberhasilan. Misalnya ini anak ada spastis kaku semua kemudian bisa melentur bisa membuka telapak tangan aja itu sudah keberhasilan untuk anak Cerebral Palsy misalnya tadi kaya nurul dua-duanya tidak bisa di fungsikan organ tubuhnya, sekarang bisa ngesot ibarat kata atau terapi berjalan dengan percayadirinya dengan satu kaki itu sudah suatu keberhasilan”.20 Tingkat keberhasilan program yang paling penting adalah kesehatan, seperti yang dikatakan pak Marno kepada peneliti: “Kalau tingkat keberhasilaan anak-anak yang utama kesehatan, kesehatanya secara umum baik dan gak banyak sering sakit berarti kondisi anak-anak juga udah kemajuanya udah baik gitu”21 Seperti yang dikatan pak Marno indikator keberhasilan program untuk anak cerebral palsy kepada peneliti: “indikatornya sebenarnya banyak yah, kondisi anak di bagi empat ada yang zona merah, zona kuning, zona biru, zona hijau. Kalau yang zona merah atau istilahnya penanganan dengan perhatian penuh, bantuan penuh itu minimal menjaga pernapasan aja, kesehatan fisiknya, gizinya tidak menurun itu lebih baik tapi kalo yang zona kuning kesehatan umumnya baik juga tapi masih bisa beraktifitas di matras atau ditempat tidur, zona biru atau yang fungsional masih bisa dengan kursi roda, bisa jalan-jalan dengan kursi roda dengan walker, kondisi umumnya pernapasan gak masalah tapi dia masih bisa jalan sekitar sini, kalau yang zona hijau itu berarti yang sudah ikut untuk bisa belajar.....”22
20
Wawancara dengan kabid. Personalia dan kesehatan Ibu Tuti Hendawati, Bintaro senin 23 Juni 2014.
21
Wawancara dengan terapis bapak Marno, Bintaro senin 23 Juni 2014.
22
Wawancara dengan terapis bapak Marno, Bintaro senin 23 Juni 2014.
60
Salah satu alasan mengapa Yayasan Sayap Ibu Bintaro memberikan programprogram rehabilitasi seperti yang dijabarkan di atas adalah untuk memenuhi kebutuhan klien. Adapun kebutuhan klien berikut ini: a) Kebutuhan fisik: Kebutuhan fisik adalah jenis kebutuhan yang terkait langsung dengan pertumbuhan fisik-organis anank, anak berkebutuhan khsusus cerebral palsy juga membutuhkan terapi kesehatan, dan pengobatan yang tujuanya untuk meningkatkan kemampuan motorik anak berkebutuhan khusus cerebral palsy.Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan olehketua umum ibu Astrida Daulay kepada peneliti: “ya kalau fisiknya yaitu tadi yah dengan penjadwalan dengan misalnya makannya dan gizi yang baik sesuai dengan kebutuhan tubuhnya lalu juga dengan kegiatan-kegiatan tadi ada terapi, fisioterapi, ada terapi wicara itukan, dari olahraga dan juga ada kegiatan berkumpul bersama itu membuat mereka bahagia fisiknya mudah-mudahan mengikuti.”23 Hal tersebut di perkuat dengan yang dikatakan kabid. Personalia dan kesehatan ibu tuti kepada peneliti: “ kita berikan scara langsung nutrisi yang baik kemudian terapi yang baik itu juga kebutuhan fisik yah hidroterapi, terapi pemijatan itu langsung berkaitan dengan fisik, speech therapy (terapi wicara) itu juga dengan fisik ada kaitannya dengan kemampuan anak untuk menelan untuk makan dengan baik itu secara fisik.”24 Kebutuhan fisik di Yayasan Sayap ibu bintaro menurut Observasi yang peneliti lakukan
kebutuhan sandang, pangan, papan, bahkan terapi-terapi
tercukupi.25 Seperti yang dikatakan terapis bapak Marno kepada peneliti: “Kebutuhan fisik dari yayasan sayap ibu bintaro sendiri sebenarnya kalau untuk anak-anak terpenuhi kan ada dari donatur-donatur dari pemerintah juga ada untuk kebutuhan fisiknya pokonya untuk kebutuhan fisik sandang ,papan, pangan itu insyallah terpenuhi.”26 23
Wawancara dengan ketua Umum Ibu Astrida Daulay, Bintaro senin 23 Juni 2014. Wawancara dengan kabid. Personalia dan kesehatan Ibu Tuti Hendawati, Bintaro senin 23 Juni 2014.
24 25
Observasi di yayasan Sayap Ibu bintaro, Rabu 22 oktober 2014. Wawancara dengan terapis bapak Marno, Bintaro senin 23 Juni 2014.
26
61
b) Kebutuhan belajar: kebutuhan ini adalah jenis kebutuhan yang terkait langsung dengan kecerdasan dan kepribadian anak. Kebutuhan belajar bagi anak cerebral palsy dapat dipenuhi dengan menyediakan pendamping. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh guru group work pak Agus kepada peneliti: “kalau kebutuhan belajar kami punya tiga anak sekolah reguler sekolah normal kemudian tujuh Anak sekolah khusus, kita punya beberapa anak yang memiliki aktifitas terapi belajar itu saya asumsikan terapi dan lainlain terinteggrasi menjadi satu kami mengirim anak-anak keluar, kami mengirim anak-anak terapi, kami mengirim kerumah sakit, kami membuat group work pagi dan sore, kami membuat anak-anak hidroterapi setiap hari, kami membuat anak-anak fisioterapi pagi dan sore itu bagian akses pendidikan yang diberikan kepada mereka sekarang itu berjalan dengan baik, yang sekolah biasa:Surya, Nisa dan Bayu. Yang sekolah khusus: Jelita, Nurul. Ayu, Bela, Ari, Umay dan chintya. Tami dan Depa terapi, Ucup dan Ubay terapi dirumah sakit terapi wicara. Sedikit yang tidak mendapatkan interpensi dan ada group work sama saya itu untuk anak-anak disini mulai dari jam sembilan sampai jam sepuluh.”27 Hal tersebut di perkuat dengan pernyataan kepala bidang personalia dan kesehatan Ibu Tuti Hendrawati kepada peneliti: “kebutuhan belajar kita ada spesial edukasi. Ada guru untuk spesial edukasi yang kita hire (mempekerjakan) secara profesional dia membentuk beberapa grup sekolah dipanti kemudian usaha lain juga kita menyekolahkan anak-anak sesuai dengan kebutuhan yang membutuhkan sekolah tuna netra kita sekolahkan khusus disekolah tuna netra sekolah autis kesekolah autis seperti itu.”28 Seperti yang dikatakan terapis bapak Marno kepada peneliti: “kalau kebutuhan belajar ini dilihat dari kemampuan dan tingkat disabilitasnya, tapi kalau disabilitasi atau kecacatanya berat ya mungkin hanya mampu rawat saja tapi kalau tingkat disabilitasnya rendah dan mampu didik mampu latih kebutuhan belajarnya memang kita mengedepankan untuk kemandirian biar supaya ada hal apa yang dapat dari anak ini, kemajuan atau potensi apa yang ada dianak tersebut”.29 27
Wawancara dengan Guru play Group Bapak Agus, Bintaro 19 mei 2014.
28
Wawancara dengan kabid. Personalia dan kesehatan Ibu Tuti Hendawati, Bintaro senin 23 Juni 2014 Wawancara dengan terapis bapak Marno, Bintaro senin 23 Juni 2014.
29
62
Hal tersebut juga dikatakan oleh perawat mbak Rosi kepada peneliti: “ada yang belajar disini ada yang belajar diluar, sekolah khusus, surya, tegar sama bayu di sekolah umum, kalau yang cerebrtal palsy kebanyakan dikhusus sekolah al-insan, khusus cerebral palsy dan autis disana juga ada”.30 c) Kebutuhan psikologi: adalah jenis kebutuhan yang terkait dengan perkembangan psikis anak, Kebutuhan anak berkebutuhan khusus cerebral palsy dari segi psikologi yaitu terpenuhinya rasa aman, kasih sayang dan perhatian. Namun anak cerebral palsy membutuhkan perhatian secara khusus karna keterbatasan fisik dan mental.Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh guru group work pak Agus kepada peneliti: “kebutuhan psikologis itu sangat luas seperti rasa aman, bermain kemudian rutin dan lain-lain itu bagian yang mungkin kalau sekolah itu berangkat pagi sore pulang kami memberikan satu kondisi bahwa pastikan bahwa anak-anak itu merasa aman pastikan bahwa anak-anak itu tercukupi tidak hanya fisik, pangan , papan tapi aktualisasi diri”.31
Hal tersebut di perkuat dengan pernyataan kabid. Personalia dan kesehatan Ibu Tuti Hendrawati kepada peneliti: “kebutuhan psikologis e.. ya kita berusaha untuk memberikan anak ini kasih sayang seperti yang mereka inginkan karena fungsi orang tua harus digantikan oleh para suster para staf, itu yang berusaha kita sangat tonjolkan sehingga program pelayanan kita di dalam panti ini dua suster menangani tiga anak yang akan mendekatkan anak kepada suster itu kita juga tentunya ada terapi-terapi yang mengandeng psikiater, psikologi untuk memenuhi kebutuhan mereka”.32
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh ketua umum ibu Astrida Daulay kepada peneliti: “kebutuhan psikologis anak memang pada saat ini lebih kepada pendekatan para suster jadi tiga anak dihendel oleh dua suster jadi kami 30
Wawancara dengan perawat mbak Rosi, Bintaro senin 23 Juni 2014. Wawancara dengan Guru play Grop bapak Agus, Bintaro 19 mei 2014. 32 Wawancara dengan kabid. Personalia dan kesehatan Ibu Tuti Hendawati, Bintaro senin 23 Juni 2014 31
63
sangat berharap atau kami memfokuskan para suster ini paham mengenai kebutuhan anak secara psikologisnya sendiri diluar itu kami para pengurus juga yaitu tadi menjadi salah satu circle of friend (lingkaran teman) sahabat anak jadi semuanya harus berpartisipasi”.33 d) Kebutuhan religius: adalah jenis kebutuhan yang terkait dengan perkembangan rohani anak. Anak cerebral palsy juga membutuhkan terpenuhinya kebutuhan rohani untuk memperkuat ketahanan mental sehingga adanya dukungan yang kuat baik dari segi psikologis dan religius dalam mengembangkan ketahanan mental anak cerebral palsy. Dari hasil observasi yang penelitilakukan kebutuhan religiusdi Yayasan Sayap Ibu ini belum terpenuhi secara menyeluruh, akan tetapi anak-anak di Yayasan Sayap Ibu Bintaro ini beberapa
anak ada yang mengikuti
pengurus maupun perawat untuk menjalankan ibadah sholat maupun puasa.34Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh ketua umum ibu Astrida Daulay kepada peneliti: “kebutuhan religius itu kita belum bisa detail kebutuhan religius mungkin ada saat ini yang satu anak yang agak konsen seperti kakak Ubay itu sudah 17 tahun dia meminta sendiri untuk memakai jilbab dan dia juga sholat karna melihat para pengurus dan staff pelaksana kadangkadang ubay sholat sama para pengurus, memang disini itu lintas agama sehingga kalau anak-anak yang non muslim biasanya kita ada tamutamu dari gereja mereka suka berdoa bersama disini juga dan bagi anakanak muslim biasanya masih dari para susternya contoh mereka bisa makan dengan bismilahirahmannirahim, mereka lalu sholat anak-anak melihat jadi ada anak yang ikut sholat tapi memang belum-belum spesifik kami menangani soal religius ini karna tadi terbentur dengan kita lintas agama itu memang yang harus saya cari tau lebih detail bagaimana seharusnya”.35
Hal tersebut di perkuat dengan pernyataan kabid. Personalia dan kesehatan Ibu Tuti Hendawati kepada peneliti:
33
Wawancara dengan ketua Umum Ibu Astrida Daulay, Bintaro senin 23 Juni 2014. Obserpasi di yayasan Sayap Ibu bintaro, jum’at 24 oktober 2014. 35 Wawancara dengan ketua Umum Ibu Astrida Daulay, Bintaro senin 23 Juni 2014. 34
64
“Kebutuhan religius. karna kita lintas agama jadi baru sebatas misalnya ada anak yang kaya ubay dia sholat lima waktu rajin yakita tekankan kepenjaganya ke suster bahwa anak ini harus menjalankan ibadah dengan baik di ajarin ngaji dia sudah bisa ngaji kemudian puasa senin kamis dia jalankan kita support kalau untuk karyawannya sendiri memang dia suka ikut juga, ada kegiatan rutin pengajian di panti seminngu sekali kalau untuk penganut agama nasrani memang kita juga ada beberapa tamu kunjungan dari komunitas gereja dan sebagainya mereka misalnya ada acara berdoa disini kita gabungkan anak nasrani dengan para pengunjung itu, ketika hari raya tiba kita merayakan sedemikian rupa yang islam merayakan lebaran yang kristen merayakan natal”.36
Hal tersebut juga dikatakan oleh perawat mbak Erna kepada peneliti: “Kebutuhan religius paling kita ajarin ngaji, sholat. Seperti ubay, nurul, ayu, ucup, sudah mulai puasa bahkan sampai pul puasanya, kalau ucup baru tahun ini puasanya, tapi kalu ubay dari tahun kemarin”.37
Hal tersebut juga dikatakan oleh perawat mbak Rosi kepada peneliti: “Kebutuhan religius kebanyakan si islam, paling berti yang kristen di sini juga diajarin disekolah juga. Seperti ubay pake kerudung puasa senin kamis, mulai puasa cuma halangan aja dia batal, ubay biasa pake kerudung sekarang tidak karena alergi air liur soalnya gak bisa nelen ngeces, di keluarin aja jadi kena muka, jadi sebaiknya jangan pake kerudung dulu”.38 e) Kebutuhan sosial:Kebutuhan sosial adalah jenis kebutuhan yang terkait dengan pengembangan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain sebagai anggota keluarga ataupun masyarakat (teman sebaya). Kebutuhan sosial anak berkeutuhan khusus cerebral palsy. Dari segi kebutuhan sosial anank cerebral palsy membutuhkan interaksi dengan orang disekitarnya karna hal tersebut akan mendukung tumbuhnya kepercayaan diri dalam diri anak cereral palsy, sehingga anak cerebral palsy tetap dapat berinteraksi secara normal dan tidak merasa dikucilkan
36
Wawancara dengan kabid. Personalia dan kesehatan Ibu Tuti Hendawati, Bintaro senin 23 Juni 2014 Wawancara dengan perawat mbak Erna, Bintaro senin 23 Juni 2014. 38 Wawancara dengan perawat mbak Rosi, Bintaro senin 23 Juni 2014. 37
65
oleh orang-orang disekitar. Dukungan sosial dari berbagai elemen masyarakat yang ada disekitar anak cereral palsy juga berperan penting dalam memenuhi kebutuhan sosial anak cerebral palsy. Dari hasilobservasi yang penelitilakukan kebutuhan
Sosial di Yayasan
Sayap Ibu ini dari arti sosial ditas kebutuhan anak-anak cerebral palsy di dalam panti terpenuhi anak-anak berinteraksi dengan perawat, pengurus bahkan pengunjung, akan tetapi kebutuhan sosial anak-anak cerebral palsi di luar yayasan tidak semua anak terpenuhi.39Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh ketua umum ibu Astrida Daulay kepada peneliti: “Kebutuhan sosial mereka juga keluar untuk fisioterapi dan lain-lain juga karna memang disini begitu banyaknya tamu-tamu jadi kelihatanya si kebutuhan mereka untuk bersosilallisasi terpenuhi memang belum mampu seperti kebutuhan sosial misalnya ke mall atau mengikuti apa ibadah diluar itu memang belum sampai ketahap situ, kecuali memang seperti uya anak-anak yang bisa mobile biasanya kita sholat jum’at diajak sama staff-staff kita”.40 Hal tersebut di perkuat dengan pernyataan kabid. Personalia dan kesehatan Ibu Tuti Hendawati kepada peneliti: “kalau sosial kita ada program wisata anak idealnya si seminggu sekali harus tercapai Cuma memang karena kesibukan faktor lain kadang kala baru bisa tercapainya itu dua minggu sekali bahkan sebulan sekali tapi terus kita upayakan, kalau sekedar misalnya keluar panti, ketaman kota itu kita lakukan karna buat mereka itu satu kebutuhan”.41 Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Guru group work pak Agus kepada peneliti: “kebutuhan sosial aku pikir tumpang tindih sosial kan maknanya luas ketemu orang dan lain-lain itu lah yang terjadi disini seperti itu mungkin sosial itu bertemu orang, sosialisasi, melakukan aktivitas itu terintegrasi dengan kehidupan mereka bahwa kita membuatkan mereka kolam renang,membuat kita belajar, memberikan komunikasi”. 42 39
Obserpasi di yayasan Sayap Ibu bintaro, jum’at 24 oktober 2014. Wawancara dengan ketua Umum Ibu Astrida Daulay, Bintaro senin 23 Juni 2014. 41 Wawancara dengan kabid. Personalia dan kesehatan Ibu Tuti Hendawati, Bintaro senin 23 Juni 2014 42 Wawancara dengan kepala unit pendidikan Bapak Agus, Bintaro 19 mei 2014. 40
66
Seperti yang dikatakan terapis bapak Marno kepada peneliti: “Kebutuhan sosial: lebih berkaitan dengan anak-anak yang mampu beraktifitas yaitu biasanya ikut sekolah sama mungkin ada terapi yang harus keluar sosialnya lebih kesitu aja si, tapi kalau yang gak bantuan maxsimalnya yang biasanya ditempat tidur paling ya hanya jalan-jalan ketaman, sama tempat rekresi sama pengurusnya”.43
43
Wawancara dengan terapis bapak Marno, Bintaro senin 23 Juni 2014.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Program Rehabilitasi Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro Program rehabilitasi terhadap anak berkebutuhan khusus cerebral palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro. Sebagai fasilitator, YSIB menghadirkan penunjang program rehabilitasi seperti memberikan sarana dan prasarana untuk tercukupinya kebutuhan dalam menjalankan program bagi anak berkebutuhan khusus di situ. Sarana dan prasarana itu diantaranya: Kolam hidroterapi, penghangat air untuk kolam hidroterapi, serta alat–alat terapi sederhana seperti bola, spiral, segitiga, dan matras. Selain ituYSIB sebagai fasilitator yang menyediakan program rehabilitasi seperti fisioterapi, hidroterapi dan group work dengan menjalankan program yang ada dengan terus menerus membuat anak menjalankan banyak aktivitas, aktivitas tersebut sangat baik untuk anak-anak berkebutuhan khusus dari yang kaku mejadi fleksibel atau lentur, dari fleksibilitas tersebut muncul kekuatan, dan yang pasif menjadi aktif. 2. Faktor Penghambat dan Faktor Keberhasilan Program Beberapa Faktor yang menghambat dalam program rehabilitasi di YSI Bintaro diantaranya adalah kurangnya SDM ( Sumber Daya Manusia), kurangnya tenagatenaga ahli dalam bidang terapi maupun perawat. Juga dari segi fasilitas terlihat kurang memadai seperti ruang terapi yang sempit. Selain itu anak-anak yang sedang sakit juga menjadi faktor penghambat karena jika anak-anak sedang sakit,
67
68
maka mereka tidak dapat menjalankan aktifitas seperti fisioterapi, hidroterapi dan groupwork seperti biasanya. Faktor yang mendukung keberhasilan program diantaranya adalah dari segi kegiatan yang diberikan seperti fisioterapi yaitu beberapa anak yang kaku menjadi fleksibel, dari fleksibilitas tersebut muncul kekuatan, lalu dari yang pasif menjadi aktif. Tingkat keberhasilan dari hidroterapi tidak jauh berbeda dari fisioterapi. Dari anak yang kaku menjadi fleksibel, dan hasil yang terlihat nyata adalah beberapa anak sudah bisa bergerak sendiri dikolam hidroterapi dengan pengawasan
dengan bantuan memakai pelampung
maupun tidak. Tingkat
keberhasilan group work terhadap anak berbeda dengan anak yang cerebral palsy termasuk berat. Hal itu dapat dilihat ketika anak di kelas dapat memberikan merespon
seperti
tertawa,
menangis.
Semua
respon
tersebut
sudah
merupakansuatu keberhasilan. Untuk Anak dengan cerebral palsynya sedang, tingkat keberhasilanya anak mampu mandiri anak mampu mengikuti kegiatan dikelas dengan bantuan ataupun tanpa bantuan . B. Saran-saran Dalam rangka menjalankan kegiatan program rehabilitasi peneliti memberikan saran-saran yang berdasarkan hasil penelitian yaitu: 1. Peniliti melihat perlunya penyeleksian dalam menerima pekerja atau dengan di bekalinya ilmu-ilmu tentang merawat atau mengasuh anak dengan baik sebelum terjun langsung memegang anak. 2. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam menjalankan program yang sedang berjalan kegiatan fisioterapi bisa di aplikasikan ketika anak sedang berbaring di dalam kamar seperti diperhatikanya posisi anak.
69
3. Perlunya peningkatan sarana dan prasarana dalam mendukung jalannya program rehabilitasi anak, penambahan tenaga kerja pada bagian fisioterapi, care giver dan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA Buku: Akila smart: Anak Cacat Bukan Kiamat Metode Pembelajaran dan Terapi untuk Anak Berkebutuhan Khusus, Yogyakarta: Katahati, 2010. Berry David. Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi, Jakarta: RajaGrafindopersada, 1995. Balitbang Departemen Sosial RI, Pola Pembangunan Kesejahteraan Sosial Jakarta: Balitbang Departemen Soisal RI, 2003 Departemen Sosial RI, Panduan Kriteria Penyandang Cacat Tubuh, Departemen Sosial RI. Departemen Sosial RI, Panduan Kriteria Penyandang Cacat Tubuh ,Jakarta: Departemen Sosial RI cat ke-2, 2008. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991. Informan Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial, vol 10, No1, April 2005, Jakarta: Pusat Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial Badan Penelitian dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial Sosial Republik Indonesia, 2005. Kodir, Abdul Karding, Evaluasi Pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Semarang, Semarang: Universitas Diponegoro, 2008 _Kementerian Sosial Dalam Angka Pembangunan Kesejahteraan Sosial, Jakarta: Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial, Desember 2012. Pramuito, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta: Departemen Sosial RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 1997
70
Menteri Sosial Republik Indonesia, Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia NO:30/HUK/2011: Standar Nasional Pengasuhan Anak untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Sarwono, Sarlito Wirawan, Teori-teori Psikologi Sosial, Jakarta: Rajawali,1984. Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo persada, 1994. Soekanto Soerjono, Sosiologui suatu pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002 Somantri Sutjihati, Psikologi Anak Luar Biasa Bandung: Refika Aditama, 2006. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Cet ke-3 Sugiyono, Prof.Dr, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta,2009. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D Bandung: Alfabeta, 2011. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif Bandung: Alfabeta, 2009. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2011. Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung: Pt. Refika Aditama, 2005. Suharso, Darto, Cerebral Palsy Diagnosis dan Tatalaksana, Surabaya: FK Unair RSU Dr Soetomo, 2006 Sutopo, Heribertus B, Metodologi Penelitian Kualitatif: Metodologi Penelitian untuk Ilmuilmu Sosial dan Budaya, Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 1996. Umar Husein, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi Kedua Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.
WAWANCARA Wawancara dengan ketua Umum Ibu Astrida Daulay, Bintaro senin 23 Juni 2014.
71
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ayu, Bintaro, 19 Mei 2014. Wawancara dengan Guru play Group Bapak Agus, Bintaro 19 mei 2014. Wawancara dengan kabid. Personalia dan kesehatan Ibu Tuti Hendawati, Bintaro senin 23 Juni 2014. Wawancara dengan terapis bapak Marno, Bintaro Senin 23 Juni 2014 Wawancara dengan perawat mbak Erna, Bintaro Senin 23 Juni 2014. Wawancara dengan perawat mbak Rosi, Bintaro Senin 23 Juni 2014. Wawancara dengan bu Rini dan mbak ayu, Bintaro, UNDANG - UNDANG UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 32ayat 1 UU RI No. 4/1997 Tentang Penyandang Cacat UU No.11 Tahun 2009 tentangKesos UU No.4 Tahun 2004 tentang Kesejahteraan Anak. WEBSITE http://ysibintaro.blogspot.com/2011/07/profil-yayasan.html 1
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MATERI%20KULIAH%20REHABILITASI%20PE
KERJAAN%20SOSIAL.pdf di akses 22-juni-2016 jam 11:53 LAIN – LAIN File Yayasan Sayap Ibu Bintaro Brosur Yayasan Sayap Ibu Bintaro 2013.
72
I ir rw
YAYASAN SAYAP IBU Cabang Provinsi Banten Penyantunan & Rehabilitasi Anak Cacat Ganda Terlantar ARaya Graha Bintaro No. 33 B RT 004/ RW 01, Pondok Kacang Barat; Bintaro - Tangerang Selatan Telepon :021 —7331004/021 —7331007 Fax:021 —7331007 e-mail :ysibintaro majI .com - th : yayasan sayap ibu bintaro - webte : savaDibubintaro.orq
BANK - a.n. Yayasan Sayap Ibu BCA :6030306072 - BNI : 031 6626087- BRI :0393 0100 0018 303 - BIN :005190130 000 0080 Bank Permata : 0701-621 255
Surat Keterangan No: 157 / HRD / YSI-B / VII / 2016
Yang bertarda tangan di bawah Nama Jabatan Alamat
mi
: Renowati Hardjosubroto : Ketua Umum Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten : ii. Raya Graha Bintaro No. 33 B, Pondok Kacang Barat, Pondok Aren Tangerang Selatan
Menerangkan bahwa; Nama NIM Jurusan
: Nurhikmah :10 90 54 100033 : Kesejahteraan Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Adalah benar telah melakukan tugas penelitian dalam rangka penyusunan skripsi di Yayasan Sayap thu Cabang Provinsi Banten. --
Demikian surat keterangan
mi dibuat untuk dapat dipergunakan dengan semestinya.
Tangerang Selatan, 28 Juli 2016 Hormat kami,
R naTj krosoeseno Sekretaris
CABANC PROVINSI rs.'TEN
I
KIMt1N I LIUAN A(A1VIA
I
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Telepon/Fax: (021) 7472728 / 74703580
JL Jr. H.Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia
Website: www.fdkuinjakarta.aC.id E-mail
[email protected]
Nornor : Un01/F5/KM 01.3/'Z-Y-j3 /2013 IMP. : Penelitian/Wawancara Hal
Jakarta, j April 2013
Kepada Yth. Pimpinan Yayasan Sayap Ibu Bintaro di Tempat
Assalamu 'alaikuin Wr. Wb. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkan bahwa mahasiswa di bawah mi, Nama NornorPokok JurusanlSemester
: Nurhikmah 109054100033 Kesejahteraan Sosial (Kessos) / VIII
-
bermaksud melaksanakan penelitianlwawancara untuk bahan penulisan skripsi yang berjudul Strategi Terapi Wicara dan Fisio Terapi Anak Berkebutuhan Khusus (Cerebral Palsy) di Yayasan Sayap Ibu Bintaro. Sehubungan dengan itu, kami memohon kepada Bapak!Ibu/Sdr. kiranya berkenan menerimalmengi zinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan penelitianl wawancara dimaksud. Demikian, atas perhatian dan perkenannya kami ucapkan terima kasih. Wassalarnu 'alaikum Wr. Wb.
Dekan,
,.
f
I
DjArifSubhan, MA I
N(P. 160110 199303 1'004 embusan Pernbantu Dekan Bidang Akademik Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial (Kessos ku1tas Jimu Dakwah dan Jimu Komunikasi
I
Ii
L
Surat Pernyataan Wawancara
Saya yang bertãndatangan di bawah Nama: Urnur
AC--)US TRI
:
mi inenyatakan bahwa:
H R Y/ 10 /
L4 3 -k
Telah di wawancarai oleh: Nama : Nw-hikrnah NIM 109054100033 Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk membantu penelitian skripsi "Program Rhabilitasi Terhadap A
nak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro", di harapkan
dalam wawan cara
mi dapat bermanfaat bagi yang membutuhican dan pembaca pada
urnumn 'a.
-
.
-
Jakarta ....................... 2016
AcsTvT (f ........
Surat Pernyataan Wawancara
Saya yang bertandatangan di bawah
mi menyatakan bahwa:
Narna Urnur
:
7
7_
Telah di wawancarai oleh: ama : Nuiiiikmah 1\ IM : 109054100033
W ahasiswaKesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk nembantu penelitian skripsi "Program Rhabilitasi Terhadap Aiak flerkebu tub an Khusus cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro", di harapkan dalam wawan cara ini dapat berrnanfaat bagi yang mernbutuhkan dan pembaca pada umumn3'a.
a
.-,
--.
Jakarta ..................-.......20
Surat Pernyataan Wawancara
Saya yang bertandatangan di bawah Narna
mi menyatakan bahwa:
2 8n threcno
1TflUf
Telab di wawancarai oleh: Nama : Nurhikniah NIM : 109054100033 Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Kornunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Jidayatullah Jakarta untuk membantu penelitian skripsi "Program Rhabilitasi Terhadap Anak Berkehutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro", di harapkan dalani wawan cara 111111111)
mi dapat bemianfaat bagi yang membutulikan dan pembaca pada
!ya
Jakarta ............. .......... 2016
Surat Pcrnyataan Wawancara
Saya yang bertandatangan di bawah mi menyatakan bahwa: Naina:
T.
F
Urnur : Telah di wawancarai oleh: Nama : Nurhikmah NIM : 109054100033 Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk membantu penelitian skripsi "Program Rhabiitasi Terbadap Anak Berkebutuhan Khusns Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro", di harapkan
dalam wawan cara mi dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan dan pembaca pada umumnya.
Jakarta.......................2016
(&'....
'
Surat Pcrnyataan Wawancara
Saya yang bertandatangan di bawah mi
Narna : ç1L
menyatakan bahwa:
\rc.ur.
Urnur Telah di wawancarai oleh: Naina
Nurhikmah
NIM : 109054100033 -
Mahisiswa Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk membantu penelitian skripsi "Program Rhabilitasi Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro", di harapkan
dalam wawan cara mi dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan dan pembaca pada Ui numrya.
Jakarta ....................... 2016...
................
.............
svx~,
Surat Per nyataan Wawancara
Saya yang bertandatangan di bawah Narna :
Ar E
mi menyatakan bahwa:
:uS -7¼1cJ
Urnur :' Telali di wawancarai oleh: Nama Nurliikrna]i NIM 109054100033 Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk membantu penelitian skripsi "Program Rhabilitasi Terhadap Anak Berkebutuhan Kliusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro", di harapkan dalarn wawan cara
mi dapat bermanfaat bagi yang mernbutuhkan dan pembaca pada
U.Tnurnnya.
Jakarta ........................ 2016
Surat Pernyataan W1awacra
Saya yang bertandatangan di bawah Nama Uniur
mi menyatakan bahwa:
: E 1yc :
73
ick,
Telah di wawancarai oleh: Naina : Niwliikmah NIM : 109054100033 Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Fakultas Timu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk membantu penelitian skripsi "Program Rhabilitasi Terhadap APLak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro", di harapkan
dai am wawan cara
mi dapat bermanfaat bagi yang menibutulikan dan pembaca pada
Ulilu rnr .ya.
—Jakarta ....................... 2016
CABANG
)\L.,',j
1EN
Swat Per nyataan Wawancara
Saya yang bertandatangan di bawah
mi menyatakan bahwa:
Nama : Urnur : KLC)
vl
Telali di wawancarai oleh: Nama : Nurhikmali NIM : 109054100033 Mabasiswa Kesejahteraaii Sosial Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif I-Iidayatullah Jakarta untuk membantu penelitian skripsi "Program Rhabilitasi Terliadap
Anak Berkebutuhan Kbusus
Cerebral Palsy di
Yayasan Sayap Ibu Bintaro", di harapkan
a a jani wawan cara mi dapat bermanfaat bagi yang rnembutuhkan dan pembaca pada umurnnya.
Jakarta.......................2016
ILI
CAIIANG VROVSl
Pedoman wawancara
1. Apa Program yayasan untuk kesejahteraan anak Cerebral palsy? 2. Bagaimana Cara yayasan untuk kesejahteraan anak-anaknnya? 3. Tingkat keberhasilan program yayasan menurut Ibu/Bapak? 4. Tingkat keberhasilan dilihat dilihat dari apa, indikatornya apa? 5. Penghambat pelaksanaan untuk anank cerebral palsy? 6. Bagaimana cara yayasan sayap ibu bintaro dalam memenuhi kebutuhan fisik, belajar, psikologis, religius, dan sosial? 7. Bagai mana pengawasan terhadap jalannya program sehingga program itu bisa berjalan dengan baik?
Informan : Staff Lembaga/Staff terapi Nama
: Astrida Daulay
Jabatan
: ketua umum
1. Apa Program yayasan untuk kesejahteraan anak Cerebral palsy? Jawaban: Cerebral palsykan ada dua anak dalam panti dan luar panti jadi anak dalam panti kita juga termasuk banyak yang cerebral palsy juga diluar panti jadi cerebral palsy sendiri adalah kondisi dimana anank harus dilatih motorik-motoriknya jadi program kita yang paling rutin yang sudah kita lakukan adalah terapi dari mulai fisioterapi, speech therapy (terapi wicara), sampai hidro therapy karena dengan adanya terapi-terapi tersebut yang paling sangat meningkatkan motorik secara fisik dan juga mental juga anak-anak terapi ini banyak juga yang cerdas jadi mereka ada yang kita sekolahkan di sekolah luar biasa ada juga yang aktifitas rutin dipanti seperti belajar bersama. 2. Bagaimana Cara yayasan untuk kesejahteraan anak-anaknnya? Jawaban: jadi kalau anak kita itu memang kita buat mereka suatu program rutin dari mereka babgun tidur sampai malam hari jadi semua program mengarah pada untuk pengentasan kemandirian anak jadi bagai mana mereka itu bisa punya aktifitas seperti pagi ada yang pergi speech therapy (terapi wicara) kerumah sakit misalnya ada juga yang hidro therapy didalam panti ada juga yang fisioterapi ada juga yang sekolah ke sekolah luar biasa jadi apa potensi anak yang bisa kita maksimalkan ya kita maksimalkan supaya mereka kelak bisa mandiri walaupun kondisi anak-anak disini anak-anak cacat ganda yang cukup berat kondisinya namun kita terus menerus melakukan stimulasi-stimulasi fisik dan mental karna anak-anak ini kalau dibiarkan sajakan lama-lama akan penurunan retaldasi mental (penurunan kecerdasan) dan fisik dan itu yang tidak kita inginkan jadi ada kegiatan dimana suster setiap pagi perlima belas meit punya interaksi rutin dengan anak lalu juga perlima belas menit menganti posisi anak untuk yang tidur saja lalu buat
anak-anak yang bisa duduk atau bermain kita ada jam-jam khusus untuk mereka bermain juga belajar. 3. Tingkat keberhasilan program yayasan menurut Ibu/Bapak? Jawaban: Tingkat keberhasilan program itu karna anak kita ini memang anak berkebutuhan khusus dari yang kelas ringan sampai kelas berat jadi masing-masing keberhasilan program itu personal jadi tidak bisa kita sama ratakan jadi ada anak yang hanya dengan mengangkat tangan saja tadinya tidak mampu mengangkat lalu mampu mengangkat itu merupakan keberhasilan bagi kami, jadi misalnya tadi anak hanya duduk saja lalu dilatih melangkah nah itu juga merupakan keberhasilan jadi tidak bisa disama ratakan karna kondisi kecacatan anak berbeda-beda. 4. Tingkat keberhasilan dilihat dilihat dari apa, indikatornya apa? Jawaban: indikatornya adalah misalnya satu, keberhasilan anak tidak sering sakit lalu kedua, anak punya keceriaan atau kegembiraan jadi masa mereka bersinar, lalu kalau disini mungkin yang sekolah apakah mereka bisa naik kelas kita ada dua yang sekolah reguler itu juga termasuk indikator tetapi kalau yang lain memang leih banyak pada indikator masalah kesehatan dan kegembiraan itu indikator keberhasilan program. 5. Penghambat pelaksanaan untuk anank cerebral palsy? Penghambat pelaksanaan program ini mungkin saat ini kita kan masih mengandalkan volunteer-volunteer atau relawan-relawan jadi saat ini kami kepingin itu kita punya sahabat yang banyak jadi kita ada program circle of friend (lingkaran teman) bahwa setiap anak itu harus mempunyai orang-orang yang perduli secara spesifik mengenai kebutuhan anak-anak tersebut jadi seperti ini yah, kita ada satu anak itu kalaubisa punya lima sampai sepuluh sahabat, sahabat ini adalah relawan kami harapkan ada relawanrelawan yang banyak yang bisa berpartisipasi jadi setiap relwan ini punya satu spesifikasi anak mereka konsen misalnya begini satu relawan memperhatikan maslah pendidikan
misalnya buat cotoh si bayu kalau bisai ini sibayu ini punya sahabat atau relawan yang perduli sekali dengan pendidikanya misalnya dia sekolah di sekolah luar biasa mana, bagaimana perkembangannya disekolah interview dengan gurunya misalnya lalu kira-kira apalagi nih yang untuk peningkatan kapasitas dan kemandiriannya lalu mungkin sahabat yang lain dalam bidang misalnya kesehatanya si bayu ini minum obat apa setipa hari apakah ada obat kejang, apakah ada obat pilek, apakah ada apa nah ini perlu orang yang betul-betul konsenterasi detail jadi bisa mendampingi bayu kerumah sakit lalu memperhatikan obat-obatan yang perlu dimakan atau yang tidak yang mana yang harus di stop nah jadi ini yang kami kekurangan tenaga dan kami berharap banyak masyarakat bisa berpartisipasi menjadi sahabat anak disabilitas didalam panti jadi ada kesehatanya ada pendidikanya sampai kepada leisure (rekreasi) tu kegembiraannya misalnya siapa yang mengajak bayu ini piknik misalnya, ya kan, sebulan berapa kali dia harus piknik kalau sekarang kita hanya punya keterbatasan sebulan Cuma duakali tapi mungkin dengan banyak sahabat dia bisa dibawa piknik seminggu sekali nah itu termasuk sampai kepada rencana masa depanya jadi kalau dia punya banyak banyak sahabat jadi banyak yang memberikan perhatian fokus kepada masing-masing anak jadi saat ini kita masih kurang tenaga staf, staf karyawan yang ada masih sangat kurang untuk dapat memetakan masingmasing kebutuhan anak satu persatu itu kendalanya. 6. Bagaimana cara yayasan sayap ibu bintaro dalam memenuhi kebutuhan fisik, belajar, psikologis, religius, dan sosial? Jawaban: kebutuhan fisik: ya kalau fisiknya yaitu tadi yah dengan penjadwalan dengan misalnya makannya dan gizi yang baik sesuai dengan kebutuhan tubuhnya lalu juga dengan kegiatan-kegiatan tadi ada terapi, fisioterapi, ada terapi wicara itukan, dari olahraga dan juga ada kegiatan berkumpul bersama itu membuat mereka bahagia fisiknya mudah-mudahan mengikuti
Kebutuhan belajar: kebutuhan belajarkan kita ada behaviour therapy (terapi perilaku) selain mereka pergi belajar keluar panti didalam panti sendiri kita ada waktu-waktu tertentu yang punya kegiatan dan kita punya staff khusus untuk itu behaviour therapy (terapi perilaku) Kebutuhan psikologis: kebutuhan psikologis anak memang pada saat ini lebih kepada pendekatan para suster jadi tiga anak dihendel oleh dua suster jadi kami sangat berharap atau kami memfokuskan para suster ini paham mengenai kebutuhan anak secara psikologisnya sendiri diluar itu kami para pengurus juga yaitu tadi menjadi salah satu circle of friend (lingkaran teman) sahabat anak jadi semuanya harus berpartisipasi Kebutuhan religius: itu kita belum bisa detail kebutuhan religius mungkin ada saat ini yang satu anak yang agak konsen seperti kaka ubay itu sudah 17 tahun dia meminta sendiri untuk memakai jilbab dan dia juga sholat karna melihat para pengurus dan staff pelaksana kadang-kadang ubay sholat sama para pengurus, memang disini itu lintas agama sehingga kalau anak-anak yang non muslim biasanya kita ada tamu-tamu dari gereja mereka suka berdoa bersama disini juga dan bagi anak-anak muslim biasanya masih dari para susternya contoh mereka bisa makan dengan bismilahirihman nirohom, mereka lalu sholat anakanak melihat jadi ada anak yang ikut sholat tapi memang belum-belum spesifik kami menangani soal religius ini karna tadi terbentur dengan kita lintas agama itu memang yang harus saya cari tau lebih detail bagaimana seharusnya. Kebutuhan sosial: mereka juga keluar untuk fisioterapi dan lain-lain juga karna memang disini begitu banyaknya tamu-tamu jadi kelihatanya si kebutuhan mereka untuk bersosilallisasi terpenuhi memang belum mampu seperti kebutuhan sosial misalnya ke mall atau mengikuti apa ibadah diluar itu memang belum sampai ketahap situ, kecuali memang seperti uya anak-anak yang bisa mobile biasanya kita sholat jum’at diajak sama staff-staff kita.
7. Bagai mana pengawasanterhadap jalannya program sehingga program itu bisa berjalan dengan baik? Jawaban: jadi memang program-program itukan kita rencanakan pada awal tahun maksudnya sebelum tahun berjalan kita sudah ada program dan program itu sudah kita siapkan dipisahkan oleh pembina pengawas yayasan sayap ibu sehingga kita melakukan activity kita sehari-hari sehubungan dengan
program yang sudah ada tapi memang
kadang-kadang ditengah jalan ada program baru yang mungkin baik atau mungkin dari masyarakat itu biasanya kita rapatkan lagi apakah program ini baik untuk kita laksanakan atau tidak dan jika bersentuhan dengan dana-dana yang besar biasanya kita mita persetujuan pembina dan pengawas sertapengurus pusat.
Informan : Staff Lembaga/Staff terapi Nama
: Tuti Hendawati
Jabatan
: kabid. Personalia dan kesehatan
1. Apa Program yayasan untuk kesejahteraan anak Cerebral palsy? Jawaban : yang pertama kita harus maping dulu, dan assesmen Anak kebutuhannya apa e... nanti dari situ kita bisa tentukan
kelompok-kelompokan anak menjadi anak mampu
rawat, mampu latih dan mampu didik kaya mampu rawat berarti kebutuhan dia hanya perawatan terapi, terapi itu dalam bentuk fisioterapi bisa, hidroterapi bisa, berbagai macam terapi lah. terapi pemijatan bisa, sensor integrasi juga bisa untuk anak. Anak mampu latih dan mampu didik berarti dia bisa kita sekolahkan, bisa di didik keterampilan bisa memiliki keahlian lah gitu. 2. Bagaimana Cara yayasan untuk kesejahteraan anak-anaknnya? Jawaban : yang pertama tentu aja kita harus berusaha untuk memandirikan anak e.. dia punya kemandirian untuk melakukan banyak hal, baru setelah itu kalau memang ya tadi kalau si anak bisa dilatih bisa dengan kemampuan apa, yang kita harapkan bisa untuk kemandirian dan kesejahteraan. Misalnya ada anak yang e.. apa? Kalau kasus-kasus down syndrom kan dia bisa diajarkan bermusik kalau kasus di sayap iu sendiri belum ada yah karena kita masih mereka masih balita lah, rata-rata yang mampu latih dan mampu didik ini jadi mereka kita sekolahkan itu harapkan kita kelak dia bisa mandiri dan sejahtera. 3. Tingkat keberhasilan program yayasan menurut Ibu/Bapak? Jawaban : kalau sekarang ini kita memang keberhasilan anak “buat anak-anak disabilitas ini” hal yang menurut kita sepelepun bisa kita anggap keberhasilan, misalnya ada anak yang tadinya hanya mampu rawat kemudian dengan terapi dengan bantuan kita dengan perawatan kita ternyata ini anank bisa memiliki progres yang kemudian menjadikan dia menjadi anak mampu latih itu sudah keberhasilan. Ada misalnya conyoh ada anak autis
yang punya syndrom keseimbangan jangankan untuk berlari untuk berdiri saja dia tidak mampu eh kemudian setelah terapi setelah kita latih ternyata ini anak bisa berjalan. Ada anaka yang tadinya misalnya karena trauma berat untuk berinteraksi dengan orang saja dia sangat tidak mampu sekarang setelah terapi setelah pendekatan ternyata ini anak luar biasa
percaya diri ya itu keberhasilan. Misalnya ini anak
ada spastis kaku semua
kemudian bisa melentur bisa membuka telapak tangan aja itu sudah keberhasilan untuk anak Cerebral Palsy misalnya tadi kaya nurul dua-duanya tidak bisa di fungsikan organ tubuhnya, sekarang bisa ngesot ibarat kata atau terapi berjalan dengan percayadirinya dengan satu kaki itu sudah suatu keberhasilan. 4. Tingkat keberhasilan dilihat dari apa, indikatornya apa? Jawaban: macem-macem yah dari komunikasi indikatornya indikatornya bisa dari kemampuan bisa dari postur tubuh kemampuan si anak untuk-untuk bahkan menggerakan badannya sendiri itu bisa jadi indikator keberhasilan kalau untuk terapi dari kemandirian, kemampuan anak berkomunikasi bisa, dari apa yah bahasa tubuh,bukan bahasa tubuh , gerak tubuh bisa kemudian tadi indikator kemandirian ada anak non panti kita yang udah diatas delapan belas tahun yang kemudian kita pekerjakan itu jugakan paktor kemandirian yah kemandirian unuk lebih jejasnya indikator-indikator pak agus deh. 5. Penghambat pelaksanaan untuk anank cerebral palsy? Jawaban: ada beberapa pasilitas yang mungkin masih belum ada di sayap ibu sehingga kita harus akses keluar seperti misalnya beberapa terapi yang dibutuhkan kita masih berusaha mencari keluar itu menjadi hambatan karna perlu waktu, perlu tenaga ekstra kalau tersedia semua di pantikan akan sangat memudahkan misalnya sensor integrasi dikita belum ada sehingga anak harus keluar kerumah sakit, ke tempat –tempat terapi atau ketempat terapi untuk anak autis khusus itu belum ada di tempat kita langsung kita carikan sekolah khusus autis itu menjadi kendala.
6. Bagaimana cara yayasan sayap ibu bintaro dalam memenuhi kebutuhan fisik, belajar, psikologis, religius, dan sosial? Jawaban: kebutuhan fisik: kita berikan scara langsung nutrisi yang baik kemudian terapi yang baik itu juga kebutuhan fisik yah hidroterapi, terapi pemijatan itu langsung berkaitan dengan fisik, speech therapy (terapi wicara) itu juga dengan fisik ada kaitannya dengan kemampuan anak untuk menelan untuk makan dengan baik itu secara fisik. Kebutuhan belajar: kebutuhan belajar kita ada spesial edukasi ada guru untuk spesial edukasi yang kita hire (pekerjakan) secara propesional dia membentuk beberapa grup sekolah dipanti kemudian usaha lain juga kita menyekolahkan anak-anak sesuai dengan kebutuhan yang membutuhkan sekolah tuna netra kita sekolahkan khusus disekolah tuna netra sekolah autis kesekolah autis seperti itu. Kebutuhan psikologis: kebutuhan psikologis e.. ya kitaberusaha untuk memberikan anak ini kasih sayang seperti yang mereka inginkan karena fungsi orang tua harus digantikan oleh para suster para staf, itu yang berusaha kita sangat tonjolkan sehingga program pelayanan kita di dalam panti ini dua suster menangani tiga anak yang akan mendekatkan anak kepada suster itu kita juga tentunya ada terapi-terapi yang mengandeng psikiater, psikologi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kebutuhan religius: karna kita lintas agama jadi baru sebatas misalnya ada anak yang kaya ubay dia sholat lima waktu rajin yakita tekankan kepenjaganya ke suster bahwa anak ini harus menjalankan ibadah dengan baik di ajarin ngaji dia sudah bisa ngaji kemudian puasa senin kamis dia jalankan kita support kalau untuk karyawannya sendiri memang dia suka ikut juga, ada kegiatan rutin pengajian di panti seminngu sekali kalau untuk penganut agama nasrani memang kita juga ada beberapa tamu kunjungan dari komunitas gereja dan sebagainya mereka misalnya ada acara berdoa disini kita gabungkan anak nasrani dengan
para pengunjung itu, ketika hari raya tiba kita merayakan sedemikian rupa yang islam merayakan lebaran yang kristen merayakan natal. Kebutuhan sosial: kalau sosial kita ada program wisata anak idealnya si seminggu sekali harus tercapai Cuma memang karena kesibukan faktor lain kadang kala baru bisa tercapainya itu dua minggu sekali bahkan sebulan sekali tapi terus kita upayakan, kalau sekedar misalnya keluar panti, ketaman kota itu kita lakukan karna buat mereka itu satu kebutuhan 7. Bagai mana pengawasanterhadap jalannya program sehingga program itu bisa berjalan dengan baik? Jawaban: kita ada rapat koordinasi, ada rapat koordinasi pelaksana setiap seminngu yang itu kita meriview-riview semua kegiatan anak-anak semua kegiatan dipanti apakah berjalan baik atau tidak, kalau tidak kenapa kalau berjalan baik apalagi yang bisa kita lakukan selanjutnya supaya lebih baik kemudian ada rapat pengurus plan setiap satu bulan sekali
dimana
disitu
akan
kita
bisa
juga
mengepaluasi
sebelumnyakemudian di evaluasi sampai mana perogramnya gitu.
setelah
memonitor
Informan : Staff Lembaga/Staff terapi
Nama
: pak Agus
Jabatan
: Terapis
1. Apa Program yayasan untuk kesejahteraan anak Cerebral palsy? Jawaban: disini diyayasan sayap ibu di unit rehabilitasi terutama anak-anak kita heppy personal menjadi bahagia, menjadi sehat kalau program yang sifatnya untuk kebahagiaan itu mungkin adalah e...semua anak punya agenda dalam agendanya itu bisa diterjemahkan kegiatan, kegiatanya itu pertama semua anak harus turun dari dalaam tempat tidur yang kedua kemudaian harus punya kursi roda, semua anak yang bisa duduk dan bisa sekolah diluar harus sekolah, kemudian kalau anak-anak tidak memungkinkan disini saya membuatkan mereka play group di pagi dan sore hari setiap hari senin sampai jum’at. 2. Bagaimana Cara yayasan untuk kesejahteraan anak-anaknnya? Jawaban: yayasan itu fisi misinya sekarang itu kurang lebih ingin menjadi pusat rehabilitasi bersekala internasional di yayasan itu dan sayap ibu punya fisi punya misi itu menjadi pusatrehabilitasi tapi kualitasnya internasional itu yang di gaung-gaungkan dalam 2013 awal walaupun sekarang dalam proses tetapi agenda-agenda itu selalu ada bahwa kita membentuk unit-unit tertentu maksud unit-unit dalam artian ada unit rehabilitasi, ada unit ini ada unit itu itu bagian dari yayasan menterjemahkannya kemudian ada juga misalkan kita menggandeng banyak relawan dari dalam dan luar negri itu juga bagian dari mewujudkan kesejahteraan kemudian membuat SOP (Standar Oprasional Prosedur) baik proses kemudian juga ini memberikan binaan baik anak dalam panti, non panti, orang tua seperti itu terus menyelenggarakan kegiatan rutin seperti donor darah dan lain-lain itu bagian dari satu yayasan, kita ingin menjadi satu yayasan yang bisa berkontribusi secara luas kepada masyarakat yang berhubungan dengan hal-hal semacam itu, terus kalau anak-
anak cerebral palsy ya misalnya kita menggandeng united cerebral palsy (UCP) menggandeng dari dalam dan luar negri, menggandeng pemerintah, menggandeng rumah sakit, menggandeng non pemerintah tujuannya adalah kurang lebih seperti ini sendiri kita bisa merubah satu perubahan tapi membuat perubahan banyak orang. 3. Tingkat keberhasilan program yayasan menurut Ibu/Bapak? Jawaban: yayasan sayap ibu ini terutama yang bertempat dibanten sangat progres sangatsangat expansif sangat-sangat kondisinya itu sangaat pesat perkembangan setiap program yang dicanangkan seperti itu ada dua hal yang berupa bangunan fisik stukturnya contohnya dulu kolam renang tidak berpintu sekarang berpintu dulu tidak diruangan sekarang didalam ruangan kita punya aula yang besar kita punya kursi roda, kita punya playgroun diluar dan didalam itu sebagian besar keberhasilan yang bersipat materi lebih kasat mata tapi sebenarnya yang lebih berhasil adalah bagaimana kita mengedukasikan punya satu plening edukasi bahwa untuk makan pangan papan anak-anak ini sudah cukup baik tapi untuk tantangan berupa pendidikan, terapi dan lain-lain itu menjadi satu tantangan dan itu bukan tentang uang tapi pola pikir mungkin banyak orang yang ah seperti cerebral palsy ini mau diapain, kita harus merubah bahwa hormati mereka setinggi-tinginya merawat mereka setinggi-tingginya berikan penghargaan penghormatan pada anak yang cerebral palsy- cerebral palsy itu dengan cara yang hormat kalau memandikan anak-anak menginginkan sambil duduk ya sambil duduk jangan di geletakin dilantai seperti itu atau kalau mandi harus ditutup badannya ya harus ditutupi ya dari hal kecil yang kita bisa sangat konsen seperti itu itu menurut saya gaungnya berhasil banget dulu disini tidak ada kegiatan play group tidak ada kegiatan terapi tersetruktur. kita bisa membuat jurnal, kita bisa membuat agenda, kita bisa membuat jadwal aktifitas anak-anak terintegrasi, kita bisa memimpin anak-ana,k kita bisa punya tabel untuk diinformasikan keluar ini yang kami lakukan.
4. Penghambat pelaksanaan untuk anank cerebral palsy? Jawaban: yang menghambat pola pikir kali yah, poka pikir orang-orang dewasa bahwa e... sama mungkin skill-skill dari pada staf-staf untuk memiliki item memiliki sikap kerja keras yang kurang. 5. Bagaimana cara yayasan sayap ibu bintaro dalam memenuhi kebutuhan fisik, belajar, psikologis, religius, dan sosial? Jawaban: kebutuhan fisik: mungkin yayasan sayap ibu adalah salah satu yayasan yang beruntung maksud saya kalau materi buat kita benar-benar dari allah tercukupi jalan itu selalu ada dan mungkin mukjizat itu terjadi disini beberapa hal ketika kita butuh ini tibatiba allah itu mengirim orang itu datang ketika kita butuh ini ada orang yang memang relawan yang memberikan kontribusi disana jadi selau ada jalan untuk itu dan itu saya fikir akses-akses dan aset yang mungkin disayap ibu ini tidak bisa berjalan seperti matematika bahwa kalau satu ditambah satu satu kalau disini satu ditambah satu bisa dua puluh atau tiga puluh karna memang anak-anak disini itu wanderfull job udah wanderfull people ya akhirnya wanderpull job akhirnya wanderpul people jadi kaya gitu tuh saya ingin sering kekamu bahwa mukjizat itu gak harus seperti nabi musa membelah lautan atau nabi isa menghidupkan burung yang sudah mati di sayap ibu ini ayat-ayay al-qur’an itu bekerja dengan baik misalnya kaya apa, kaya cicak makanya nyamuk itu kaya mukjizat tapi disini itu seperti itu anak itu kesannya tidak bisa apa-apa tapi kalu saya boleh cari pengetahuan mereka, bukan saya yang menjaga mereka atau melatih mereka tapi hidup saya ketika saat buat mereka mereka memberikan hidup saya plus-plus kurang lebih seperti itu mereka itu menjaga sya mereka itu punya jalan allah punya jalan-jalan yang tidak pernah bahwa misalkan kaya ke Allah apa maka pasrahkan lah kepada Allah dan kamu akan mendapatkan rezeki yang tidak hanya dari, sumbernya ini jalan.
Kebutuhan belajar: kalau kebutuhan belajar kami punya
tiga anak sekolah
reguler
sekolah normal kemudian tujuh Anak sekolah khusus, kita punya beberapa anak yang memiliki aktifitas terapi belajar itu saya asumsikan terapi dan lain-lain terinteggrasi menjadi satu kami mengirim anak-anak keluar, kami mengirim anak-anak terapi, kami mengirim kerumah sakit, kami membuat play group pagi dan sore, kami membuat anakanak hidroterapi setiap hari, kami membuat anak-anak fisioterapi pagi dan sore itu bagian akses pendidikan yang diberikan kepada mereka sekarang itu berjalan dengan baik, yang sekolah biasa:Surya, Tegar, Bayu. Yang sekolah khusus: Jelita, Nurul. Ayu, Bela, Ari, Umay dan Sinta. Tami dan Depa terapi, Ucup dan Ubay terapi dirumah sakit terapi wicara. Sedikit yang tidak mendapatkan interpensi dan ada play group sama saya itu untuk anakanak disini mulai dari jam sembilan sampai jam sepuluh. Kebutuhan fisikologis: kebutuhan fisikologis itu sangat luas seperti rasa aman, bermain kemudian rutin dan lain-lain itu bagian yang mungkin kalau sekolah itu berangkat pagi sore pulang kami memberikan satu kondisi bahwa pastikan bahwa anak-anak itu merasa aman pastikan bahwa anak-anak itu tercukupi tidak hanya fisik, pangan , papan tapi aktulisasi diri. Kebutuhan religius: kemarin ada empat anak yang puasa kemudian kita cenderung bagaimanapun juga menganggap mereka satu keluarga dalam keluarga itu tidak ada yang penting semuanya sama mempunyai kontribusi rutinitas puasa punya baju lebaran sholat dan lain-lain itu yang kami lakukan . Kebutuhan sosial: kebutuhan sosial aku fikir tumpang tindih sosial kan maknanya luas ketemu orang dan lain-lain itu lah yang terjadi disini seperti itu mungkin sosial itu bertemu orang, sosialisasi, melakukan aktivitas itu terintegrasi dengan kehidupan mereka bahwa kita membuatkan mereka kolam renang,membuat kita belajar, memberikan komunikasi.
6. Bagai mana pengawasanterhadap jalannya program sehingga program itu bisa berjalan dengan baik? Jawaban: kami punya manajer kami punya kepala bagian yang mengontrol secara acak kemudian saya punya mentor orang belanda dia akan melakukan SOP (Standar Oprasional Prosedur) visit untuk mengepaluasai apa yang berjalan apa yang tidak berjalan.
Informan : Staff Lembaga/Staff terapi
Nama
: Pak Marno
Jabatan
: Terapis
1. Apa Program yayasan untuk kesejahteraan anak Cerebral palsy? Jawaban: Program yang utama masalah kesehatan, secara umum dibidang kesehatan kalau kesehatanya sudah bagus mengarah ke lebih fokus lagi ke mampuan fisiknya terus ke intelligence (kepandaian) sama program kaya kesehatan untuk kelanjutannya ini sianak ini harus benar-benar sehat, kalau program-program untuk menjaga kesehatan fisiknya fungsionalnya ya harus fisioterapi untuk menjaga kemampun fungsionalnya dari anak cerebral palsy nya itu biar gak bertambah menurun sama gak bertambah buruk karna tingkat pelayanannya kalau melihat ininya lebih awal penanganannya tapi kalau udah telat ya lebih fokusnya untuk menterapi aja karna masa ininya sudah ibaratnya sudah hilang masa emasnya. 2. Bagaimana Cara yayasan untuk kesejahteraan anak-anaknnya? Jawaban: kesejahteraan anak kita dibantu sama dinas sosial juga dari pemerintah kan ada terus dari donatur-donatur kan juga ada yang utama ya kan kita juga harus bekerja sama dengan pemerintahan, pemerintahan inikan ada dua ada dinas sosial dan dinas kesehatan nah kalau kesehtan kan lebih kemedisnya atau masalah kesehatan kalau sosial lebih mengarah kefinansialnya tambah lagi dari donatur-donatur disitu si untuk kesejahteraan untuk anak-anak. 3. Tingkat keberhasilan program yayasan menurut Ibu/Bapak? Jawaban: Kalau tingkat keberhasilaan anak-anak yang utama kesehatan, kesehatanya secara umum baik dan gak banyak sering sakit berarti kondisi anak-anak juga udah kemajuanya udah baik gitu, yang utama ya kesehatan secara umum dululah terus gak
banyak sakitnya dalam sebulan atau gak ada penurunan secara kemampuan tapi ya kalau sakit-sakit biasa wajarlah, tapi kalu secara umum kondisi kesehatannya tetap atau naik ya itu lebih bagus tingkatannya tapi yang utama kesehatan secara umumnya terus meningkat minimal menjaga kesehatanya aja biargak tambah turun aja. 4. Tingkat keberhasilan dilihat dilihat dari apa, indikatornya apa? Jawaban: indikatornya sebenarnya banyak yah, kondisi anak di bagi empat adayang zona merah, zona kuning, zona biru, zona hijau. Kalau yang zona merah atau istilahnya penanganan dengan perhatian penuh, bantuan penuh itu minimal menjaga pernapasan aja, kesehatan fisiknya, gizinya tidak menurun itu lebih baik tapi kalo yang zona kuning kesehatan umumnya baik juga tapi masih bisa beraktifitas di matras atau ditempat tidur, zona biru atau yang fungsional masih bisa dengan kursi roda, bisa jalan-jalan dengan kursi roda dengan walker, kondisi umumnya pernapasan gak masalah tapi dia masih bisa jalan sekitar sini, kalau yang zona hijau itu berarti yang sudah ikut untuk bisa belajar, itu ya berarti sudah bisa keluar dari panti terus bisa mengikuti pelajaran, bisa ikut sekolah itu lebih baik, pokonya kalau yang pertama problem pernapasan sama bantuan penuhnya kesehatanya gak turun berarti dia sudah bagus terus yang kedua kalau dia sudah bisa aktifitas ditempat tidur atau anak sudah tidak terlalu banyak bantuan berarti sudah bagus juga, yang ketiga kalau anak bisa beraktifitas dengan kursi roda berarti sudah bagus juga, yang keempat bisa mampu mengikuti pelajaran lebih mengarah ke pendidikan sama kemandirian itu, yang utama indikatornya anak-anak bisa mandiri tapi kalu kriteria yang tadi zona satu, zona dua masih dalam bantuan ada yang bantuan minimal ada yang bantuan maksimal. Kalu zona satu ya harus maksimal jadi harus bantuan penuh kalau yang zona dua bantuannya masih minimal juga ada maksimal masih separo-separo. 5. Penghambat pelaksanaan untuk anank cerebral palsy?
Jawaban: Penghambatnya si sebenarnya ya tergantung kondisi kesehatanya, kalau kondisi kesehantanya turun otomatis untuk penanganan fisioterapi terkadang kita berenti dulu mungkin ada program-program lain kan harus di cocokan juga dengan program apa saling membantu dengan program lain juga kadang berbenturan ya ini menjadi hambatan tapi sebenarnya tujuannya untuk aktifitas anak-anak itu juga biar lebih banyak untuk kegiatan kalau hambtan ya paling sedikit mungkin kalau untuk penanganan masalah kesehatan mungkin yang sekarangkan ada perubahan pelayanan dirumah sakit kadang yang menjadi kendala kan harus bisanya bisa mudah untuk penangananya dirumah sakit sekarangkan harus mengikuti prosedur. 6. Bagaimana cara yayasan sayap ibu bintaro dalam memenuhi kebutuhan fisik, belajar, psikologis, religius, dan sosial? Jawaban: Kebutuhan fisik dari yayasan sayap ibu bintaro sendiri sebenarnya kalau untuk anak-anak terpenuhi kan ada dari donatur-donatur dari pemerintah juga ada untuk kebutuhan fisiknya pokonya untuk kebutuhan fisik sandang ,papan, pangan itu insyallah terpenuhi. Kebutuhan belajar: kalau kebutuhan belajar ini dilihat dari kemampuan dan tingkat disabilitasnya, tapi kalau disabilitasi atau kecacatanya berat ya mungkin hanya mampu rawat saja tapi kalau
tingkat disabilitasnya rendah dan mampu didik mampu latih
kebutuhan belajarnya memang kita mengedepankan untuk kemandirian biar supaya ada hal apa yang dapat dari anak ini, kemajuan atau potensi apa yang ada dianak tersebut. Kebutuhan fisikologis: kalau fisikologis si sebenarnya kan anak-anak ini kalau menurut saya si karnakan tidak ada orang tua kadang mencari pigur, beda sama anak-anak yang ada orangtuanya jadi dia akan terpola dengan apa yang diikuti orang tua itu akan dia atau dia tiru imitasi, tapi kalu anak-anak disini ya mungkin karna orangnya banyak pengyrusnya banyak dari susternya banyak dia akan banyak warna jadinya kayanya membingungkan
seperti itu, disini kalau melihat kebutuhan fisikologinya sebenarnya anak tidak melihat satu contoh pigur yang kuat untuk jadi panutanya kaya begitu, disitu ya paling dari makannya, anak-anak kadang dari satu orang betul , pada satu orang itu belum tentu betul jadi hal itu jadi pengruh juga dari sisi fisikologis seperti itu. Kebutuhan religius: kalau religius si kalau melihat dari karna kebanyakan pengurus disini muslim ya ini lebih condongnya ke muslim tapi pelayanan sayap ibu ini kan multi agama gak Cuma islam saja ya disitu kita melihat gak apa-apa Cuma kalau melihat karna kepengurusan sama kebanyakan lingkungan disini islam ya anak-anak lebih cenderungnya mengarah ke satu agama tapi kalau untuk donatur untuk segala macam kegiatan kita menerima semua gak diskriminasi kearah kesitu, tapi juga anak-anak juga gak diskriminasi untuk harus satu agama, kalau sudah jelas dari penerimaan anaknya agamanya kristen kalau ada kegiatan kita ikutkan kesitu, kalu gak pas yang meninggal disesuaikan dengan agamanya. Kebutuhan sosial: lebih berkaitan dengan anak-anak yang mampu beraktifitas yaitu biasanya ikut sekolah sama mungkin ada terapi yang harus keluar sosialnya lebih kesitu aja si, tapi kalau yang gak bantuan maxsimalnya yang biasanya ditempat tidur paling ya hanya jalan-jalan ketaman, sama tempat rekresi sama pengurusnya. 7. Bagai mana pengawasan terhadap jalannya program sehingga program itu bisa berjalan dengan baik? Jawaban: Pengawasan program juga disinikan ada kepala perawat ada ibu panti terus ada juga bagian dari rehabilitasi saling bekerjasama jadi kita harus memberikan arahan bahwa anak ini harus dilakukan seperti ini dan perawat juga harus mau melakukan dan kepala perawat harus menekankan lagi jadi ya harus bekerjasama si jadi untuk biar anak ini supaya tidak pakum dalam satu sisi itu aja si, sebenarnya harus saling kerjasama si.
Informan : Staff Lembaga/Staff terapi Nama
: mbak erna
Jabatan
: perawat
1. Apa Program yayasan untuk kesejahteraan anak Cerebral palsy? Jawaban: kalau seandainya terapi wicara si itu apa yah hampir setiap hari kalu itu mungkin program tapi kalau kita itu semacam terapi anak-anak biar bisa ngomong, biar apa suaranya ada lancar kaya fisioterapi , itu si terapi-terapi yang biasa dilakukan. 2. Bagaimana Cara yayasan untuk kesejahteraan anak-anaknnya? Jawaban: paling sekolah, terapi , sekolah luar biasa, itu aja si selebihnya kurang tau juga. 3. Tingkat keberhasilan program yayasan menurut Ibu/Bapak? jawaban: kalau seadanya berhasil, kita gak nentuin berhasil gaknya seengaknya agakagak apa yah e... soalnya kalu anak-anak kaya gini (cacat ganda) tahap pajang harus liat hasilnya itu entar gak sekarang soalnya kalau liat sekarang gak bisa apalagi anak cererbral palsy kalau anak cererbral palsy jangka panjang gak jangka pendek gak kaya anak normalkan sekalin diajarin udah bisa udah ngerti kalau anak kaya gini tuh jangka panjang. 4. Tingkat keberhasilan dilihat dilihat dari apa? Jawaban: dari ti gkah laku dari apa yah, dari tingkah laku mereka dari cara pergerakan kan ada yang berapa tahun belum bisa merangkak diajarin merangkak sampe dia bisa sampai dia mau. 5. Penghambat pelaksanaan untuk anank cerebral palsy? Jawaban: sakit, paling besar si sakit kalau sakit susah. 6. Bagaimana cara yayasan sayap ibu bintaro dalam memenuhi kebutuhan fisik, belajar, religius, dan sosial? Jawaban: kebutuhan fisik: kalau pakaian dari donatur, makan dari donatur juga.
Kebutuhan belajar: sama si dari donatur juga Kebutuhan religius: paling kita ajarin ngaji, sholat. Seperti ubay, nurul, ayu, ucup, sudah mulai puasa bahkan sampai pul puasanya, kalau ucup baru tahun ini puasanya, tapi kalu ubay dari tahun kemarin. Kebutuhan sosial: kalau sama orang si biasa kalau ada tamu datang bagai mana caranya kaya peluk sayang, kaya gitu-gitu si. 7. Bagai mana pengawasanterhadap jalannya program sehingga program itu bisa berjalan dengan baik? Jawaban: ya biasa kita diawasi dari anak bangun tidur, sampai mau tidur diawasi.
Informan : Staff Lembaga/Staff
Nama
: mbak rosi
Jabatan
: perawat
1. Apa Program yayasan untuk kesejahteraan anak Cerebral palsy? Jawaban: kalau disini paling program ada jadwalnya yah kaya kalu misalnya paly group, terapi, hidroterapi, paling ada jadwalnya kaya senin sampai selasa misalnya kita program play group, rabu sampai kamis kita hidroterapi ada fisioterapinya juga , kalau untuk cerebral palsy rata-ratakan berbaring, rata-rata kebanyakan fisioterapi duduk berdiri 2. Bagaimana Cara yayasan untuk kesejahteraan anak-anaknnya? Jawaban: paling di ajak dongeng anak-anak juga bisa tersenyum, respon ya yang lain juga sama sepereti itu, paling gambar sekolah khusus ada, cerebral palsy, autis sekolah di luar. 3. Tingkat keberhasilan program yayasan menurut Ibu/Bapak? Jawaban: kalau anak bisa duduk aja kita udah merasa berhasil apalagi kalau anak sudah bisa makan sendiri, mandiri. 4. Tingkat keberhasilan dilihat dilihat dari apa? Jawaban: dilihat dari mentalnya, misalnyakan umay diakan susah banget kalau dibilangin, disuruh makan juga susah, tapi kita tegas dia bisa. 5. Penghambat pelaksanaan untuk anank cerebral palsy? Jawaban: butuh kesabaran ajaasi menghadapi anak-anak. 6. Bagaimana cara yayasan sayap ibu bintaro dalam memenuhi kebutuhan fisik, belajar dan religius? Jawaban: keburuhan fisik: pempers sama makan tercukupi
Kebutuhan belajar: ada yang belajar disini ada yang belajar diluar, sekolah khusus, surya, tegar sama bayu di sekolah umum, kalau yang cerebrtal palsy kebanyakan dikhusus sekolah al-insan, khusus cerebral palsy dan autis disana juga ada. Kebutuhan religius: kebanyakan si islam, paling berti yang kristen di sini juga diajarin disekolah juga. Seperti ubay pake kerudung puasa senin kamis, mulai puasa Cuma halangan aja dia batal, ubay biasa pake kerudung sekarang tidak karena alergi air liur soalnya gak bisa nelen ngeces, di keluarin aja jadi kena muka, jadi sebaiknya jangan pake kerudung dulu. 7. Bagai mana pengawasan terhadap jalannya program sehingga program itu bisa berjalan dengan baik? Jawaban: kalau makan kan disini tergantung ya jadi semuanya harus di bender pengawasanya kaya begitu, kalau misalnya sekolah juga kalau misalnya disuruh diluarkan kita coba bagaimana belajar dalam itu gimana gitu suka ditanyain kalau begitu sama pengawas disini, jarang perkumpulan, kalau kita ada apa-apa lapor anak ini gini.
Lembar Observasi 1 Tanggal
: 6 Januari 2016
Lokasi
: Kamar anak bawah (anak laki-laki)
Observasi dilakukan dimulai dari kamar anak, dari depan menuju kamar di sebelah kiri pintunya menggunakan kaca di sebelah kanan besarnya seperempat dari pintu biasanya menggunakan kayu, pintu yang di dorong kedalam untuk membukanya, pandangan kedepan ada sebuah meja hitam diatasnya terdapat televisi disampingnya terdapat loker warna merah muda dan wastafel pencuci tangan ketika peneliti balik kanan terdapat beberapa tempat tidur anak dan lokerloker warna putih untuk menyimpan baju masing-masing anak, matras berwarna biru, meja untuk abu-abu putih untuk menaru macam peralatan kebutuhan anak dan terdapat lemari kayu untuk menaruh makanan dan obat-obatan anak, sebelah kanan terdapat kamar khusus anak autis yang dibuat layaknya kamar anak-anak pada umumnya, terdapat satu kasur dan satu matras, pemandangan ini sudah berubah dari yang di lihat peneliti sebelumnya, sebelunya tempat tidur anak berkebutuhan khusus (autis dan cerebral palsy) menempati tempat tidur yang diberi jagaan dari kayu yang sangat tinggi sampai setinggi badan anak ini di gunakan agar anak tidak keluar dari tempat tidur. ada beberapa tempat tidur anak dan matras yang di atasnya terdapat anak-anak berkebutuhan khusus cerebral palsy di temani oleh perawat, ada anak yang sedang di pakaikan popok, ada anak yang sedang diperiksa kesehatanya dan ada yang bermain bersama perawat. Peneliti melihat ke belakang kamarmandi anak, di sana terdapat ember besar berwarna merah dan beberapa gayung, ditengah terdapat bathtub untuk memandikan anak, di sebelah kanan terdapat toilet duduk dan shower namun kamar mandinya belum di buat khusus untuk anak berkebutuhan khusus sehinnga ada beberapa anak yang masih memerlukan bantuan dari para perawat.
Lembar Observasi 2 Tanggal
: 24-Mei-2016
Tempat
: Kamar anak atas (anak perempuan)
Di kamar anak atas pintunya tidak terlalau beda dengan pintu kamar anak bawah pintunya dubuka masuk kedalam ruangan yang membedakan di ruangan kamar anak atas, ketika pintu dibuka terlihat ruangan ahli gigi yang di dalamnya terdapat alat-alat untuk memeriksa gigi. Dan terdapat pintu lagi untuk benarmasuk kekar anak atas dua pintu kaca yang dibukanya digeser kekanan dan kekiri. terlihat ada beberapa kasur anak-anak dan di sampingnya ada penghalang untuk ruangan perawat medis ruanganya tidak tertutup hanya bagian depan yang dihalang oleh tembok dan kaca di samping ruangan terbuka sehingga dapat terlihat kasur-kasur anak agar siap menjaga anak jika terjadi sesuatu. Dari situ terlihat kasur anak dan di samping kasur terdapat ruang isolasi yang di tutupi kaca tembus pandang, ruang tersebut untuk anak-anak yang sedang sakit terutama sekarang di gunakan untuk anak-anak yang terkena TB, ruang tersebut belum lama dibangun sebelumnya ruang isolasi hanya ada di samping kamar para pengasuh, ruang tersebut di bangun bertujuan untuk memisahkan anak yang sakit agar tidak tertular dengan yang lain. Tidak jauh dari ruang isolasi terdapat beberapa lemari anak lemari-lemari tersebut untuk menaruh pakaian masing-masing anak, popok, tas, dll. Di kamar anak atas ada beberapa anak yang sedang berbaring, ada yang tertidur, ada yang sedang bermain, juga ada yang sedang bercanda dengan pengasuh, ada yang sedang diganti popoknya, ada yang pipis sendiri kekamar mandi. Dibagian kamar paling belakang terdapat kamar mandi anak, pintunya terbuat dari kayu dan dibuka di geser kekiri, di dalam kamar mandi terdapat bathtub, di kiri dan kanan terdapat toilet duduk, toilet sebelah kiri terdapat ember besar berisi air dan beberapa gayung dan keran air, di sebelah kanan terdapat shower dan ada beberapa peralatan mandi seperti sabun, sampoo, sikat gigi dan lain-lain. Kamar mandi tersebut belum di buat khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
Lembar Observasi 3 Tanggal
: 25-January-2016
Tempat
: Ruang fisioterapi
Observasi di ruang fisioterapi, di depan pintu fisioterapi terlihat pintu kaca berwarna gelap, pintunya di buka didorong kedalam ruangan, ruang fisioterapi tidak terlalau besar di dalamnya terdapat kaca besar yang menempel di dinding berguna agar anak bisa melihat postur tubuh mereka, agar mereka bisa tahu postur tubuh yang baik dan tidak baik, selain kaca besar di ruang fisioterapi terdapat matras lantanya sebagian besar di tutup matras, bantal, guling matras, handuk, bantal terapi, impraret, dan kerajang. Ada beberapa anak yang sedang terapi diberikan lima belas menit pada setiap anak, aktivitas tersebut sangat baik untuk anak-anak berkebutuhan khusus dari yang kaku mejadi fleksibel atau lentur, dari fleksibilitas tersebut muncul kekuatan, dan yang pasif menjadi aktif. Diruangan fisioterapi terdapat satu orang fisioterapi, pendamping satu orang dan perawat. Fisioterapi di berikan setiap hari senin-jum’at di mulai dari jam 09.0011.30 dan jam 02.00-14.00. Dalam satu ruangan dengan ruangan fisioterapi terdapat ruang snoozelen letaknya persis di belakang kaca besar, masuk keruang snoozelen pintunya terbuat dari kayu yang pitunya di buka kearah dalam ruangan snoozelen terlihat laci-laci, matras ubin dan setengah tembok di tutupi matrs, ada kotak kaca, dvd, infokus, pengeras suara, lampu disko, dan ada dua tabung yang berisi air jika di nyalahkan terdapat ikan mainan kecil-kecil seolah-olah ikan tersebut hidup berenang keatas dan kebawah dan airnya dapat berubah-ubah warna karna cahaya lampu, ruang snoozelen ini berfungsi untuk tempat relaksasi anak dan juga jika sianghari jam 14.00-16.00 WIB digunakan untuk membuka kelas anak yang hanya berbaring
Lembar observasi 4 Tanggal
: 17-February-2016
Tempat
: Ruang Hidroterapi
Observasi di ruang Hidroterapi bagian depan mengunakan pintu kaca sebagian ruang hidroterapi bangunannya dingdingnya full tembok dan sebagian bagunannya dindingnya menggunakan kaca dan dinding, peneliti mengobservasi di dalam terdapat tiga kamar mandi dipisah dengan curtain berwarna biru putih, di kamar mandi terdapat bathtub dan shower. Dan terdapat kolam renang hidroterapi di berikan setiap hari senin-jum’at, di mulai dari jam 09.00-1130 dan di siang hari dari jam 14.00-16.00 wib setiap anak hidroterapi selama lima belas menit setiap anak. Ada beberapa anak yang sudah bisa di biarkan di kolam dengan menggunakan pelampung, ada juga anak cerebral palsy yang berjalan namun masih harus sedikit dibantu atau menggunakan worker, di dalam air anak tersebut bisa berjalan kesan-kemari karena tekanan air tersebut. Di ruangan hidroterapi terdapat satu orang hidroterapi dan pendamping serta para pengasuh. Setelah anak selesai hidroterapi anak diangkat keatas lalu dengan dibersihkan, dimandikan, dan digantikan pakaian oleh care giver. Jika sudah selesai anak tersebut dibawa keluar ruangan dan di beri snack. Dan terus sepeti itu berulang hingga semua anak yang sedang hidroterapi selesai. Terkadang kegiatan hidroterapi terhenti karena salah satu anak ada yang buang air di kolam, selain itu jika air kotor dan ada kerusakan pada kolam renang.
Lembar observasi 5 Tanggal
: 19-Mei-2016
Tempat
: Ruang belajar
Ruang belajar, ada enam kelas anak, tiga kelas di pagi hari dan tiga kelas disiang hari. Tiga kelas dipagi hari kelas remaja, kelas transisi dan kelas MDVI (klien N). Kelas remaja (klien MY) dan kelas transisi (klien J) belajar di aula atas kelasnya terbatasi oleh lemari, aula atas cukup besar sehingga bisa dibagi menjadi dua kelas, dari depan aula terdapat pintu kiri dan kanan yang terbuat dari kayu yang dibuka ke arah dalam, disebelah kiri terdapat ruang kelas transisi terdapat meja kayu kecil dan tinggi dibuat berbeda karena meja tersebut dibuat untuk memudahkan anak memasang kalender kegiatan, meja yang pendek untuk anakanak yang cerebral palsy atau untuk anak-anak yang tidak bisa berjalan bentuknya disesuaikan dengan kemampuan anak agar anak bisa mandiri, agar anak mudah memasang dan mencopot kalender kegiatan. Dan meja yang tinggi untuk anak yang bisa berjalan atau berdiri. Dan terdapat lemari pelastik untuk menaruh tisu, pencuci tangan, obat luka, minyak wangi, body lotion, dan lain-lain, di sebelahnya terdapat telpon, tidak jauh terdapat tempat air minun dan meja kecil diatasnya untuk menaruh rak piring anak-anak, ada lima kursi anak dan dua kursi guru, satu meja bundar berwarna pink, pembatas kelas menggunakan lemari kotak-kotak berwarna putih, bisa di gunakan untuk menaruh alat-alat belajar anak-anak. Diatas langit-lagit kelas transisi ditempelkan burung-burung dari kertas origami hasil karya anak di bantu oleh gurunya, kegiatan anak kelas teransisi beraneka ragam berbeda dari sekolah biasanya, kegiatan kelas bertujuan untuk memandirikan anak, kelas berjalan dari hari Senin-Jum’at. Di mulai dari jam 09.00-11.30 di hari Jum’at mulai dari jam 09.00-11.00. kegitan kelas transisi hari Senin belanja, hari Selasa memasak, hari Rabu berkebun, hari Kamis kebersihan dan dihari Jum’at prakarnya, kegitan tersebut diiringi dengan belajar contohnya seperti kegiatan berbelanja anak bisa belajar nilai mata uang, belajar jumlah barang dan masih banyak lagi. Kelas remaja (klien MY) pun tak jauh berbeda dengan kelas transisi, hanya beda jadwal, di hari Senin kelas MY kegiatanya prakarya, Selasa belanja, Rabu memasak, Kamis kebersihan dan Jum’at berkebun. Dan di ruang kelas remaja ada satu buah komputer, klien MY senang bermain komputer, bahkan MY bisa mengetik dan membaca. Kelas multiple disabilites and visual impairment (MDVI) (klien N) juga melakukan kegiatan kelas mulai dari hari Senin-Jum’at, kelas MDVI kegiatanya berbeda dengan kelas remaja dan kelas trasisi klas MDVI kegiatannya lebih bertujuan pada melatih motorik dan sensorik, Senin kegiatanya sensorik dan motorik menggunakan beras, Selasa sensorik dan motorik
menggunakan kacang merah, Rabu jalan-jalan keluar kelas, kamis Sensorik dan Motorik menggunakan air dan pada hari jum’at kegiatan kelas MDVI bermain musik. kelas di sebelah kamar anak atas ruangannya kecil hanya bisa untuk satu kelas, dan kelas di sore hari ada kelas autis, kelas play group dan kelas anak yang hanya berbaring, kelas autis mengunakan kelas remaja, kelas play group menggunakan kelas MDVI dan kelas anak yang berbaring menggunakan ruang snoozelen kelas siang dimulai dari jam 14.00-16.00.
Kegiatan group work di Yayasan Sayap Ibu
Kegiatan group work dengan menggambar.
Kegiatan berkebun, memanen pokcoy.
Kegiatan membersihkan sendak/sepatu.
74
Kegiatan berbelanja ke super market
Kegiatan membuat prakarya decoupage
75
Kegiatan berbelanja ke pasar tradisional
Kegiatan berkebun hidroponik
Kegiatan memasak susu kacang kedelai
76
Kegiatan terapi di Yayasan Sayap Ibu
Kegiatan hidroterapi
Kegiatan terapi wicara
Kegiatan fisioteraepi
77
Kegiatan fisioterapi
Kegiatan fisioterapi
Ruangan fisioterapi 78
Informan : Staff Lembaga/Staff terapi Nama
: Arif
Jabatan
: Guru dan care giver
1.
Apa saja jadwal kegiatan kelas autis dan kelas remaja di Yayasan Sayap Ibu Bintaro?
Jawab: Kelas autis jadwal kegiatannya adalah belanja di hari Senin, memasak di hari Selasa, berkebun di hari Rabu, Kamis ada kegiatan kebersihan, dan Jumat ada kegiatan outing dimana anak-anak belajar di luar kelas. Dan jadwal kelas remaja adalah Senin melakukan prakarya, Selasa belanja, Rabu memasak, Kamis kebersihan, dan Jumat berkebun.
Informan : Staff Lembaga/Staff terapi Nama
: Sulis
Jabatan
: Guru dan care giver
1. Apa saja jadwal kegiatan kelas MDVI dan play group? Jawab: Kelas MDVI melakukan kegiatan motorik dan sensorik menggunakan beras di hari Senin, di hari Selasa menggunakan kacang merah, Rabu melakukan outing atau belajar di luar kelas, Kamis melakukan kegiatan melatih motorik dan sensorik menggunakan air, dan di hari Jumat bermain musik. Untuk kelas play group, di hari Senin ada kegaiatan pra akademik (mengenal warna) dan membuat susu, hari Selasa pra akademik (menggambar), hari Rabu pra akademik (menulis) dan kegiatan memasak, hari Kamis pra akademik (membuat prakarya) dan kegiatan berenang dan di hari Jumat pra akademi (mengenal angka) dan kegiatan mencuci sepatu.
Informan : Staff Lembaga/Staff terapi Nama
: Rain
Jabatan
: Terapis
1. Jenis cerebral palsy apa yang dialami oleh klien MY, Klien j dan klien n? Jawaban: kondisi klien MY adalah cerebral palsy quadriplegia, yaitu kakau keseluruhan kedua tangan dan kedua kaki 2. Kapan saja Jadwal terapi klien my, klien j dan klien n dan bagaimana mereka saat terapi? Jawab:
klien MY, klien J dan klien N jadwal hidroterapinya
seminggu tiga kali dan jadwal fisioterapinya seminggu dua kali. Semua klien
masih
harus menggunakan
pelampung saat
melakukan
hidroterapi. Klien-klien nampak ceria saat melakukan hidroterapi. Klien J lebih kooperatif saat sedang hidroterapi.