PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KONDISI CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGI DI YAYASAN SAYAP IBU YOGYAKARTA
DisusunOleh: UMMI HUSNAH AWALIAH J 100 060 003
NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi
PROGRAM STUDI DIII FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI
Naskah Publikasi Ilmiah dengan Judul Penatalaksanaan Bobath Exercise Pada Kondisi Cerebral Palsy Spastic Quadriplegi di Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta. Naskah Publikasi Ilmiah ini Telah Disetujui oleh Pembimbing KTI untuk di Publikasikan di Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Diajukan Oleh:
Nama
: Ummi Husnah Awaliah
NIM
: J100060003
Pembimbing
(Dwi Kurniawati, SSt.Ft, M.Kes)
Mengetahui Ka. Prodi Fisioterapi FIK UMS
(Isnaini Herawati, S.Fis, S.Pd, M.Sc)
PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGI DI YAYASAN SAYAP IBU YOGYAKARTA (Ummi Husnah Awaliah, 2015, 51 halaman) ABSTRAK Latar Belakang : Masa tumbuh kembang anak merupakan masa penting, ini bisa terjadi suatu kelainan pada susunan syaraf pusat yang mengakibatkan terjadinya gangguan tumbuh kembang seperti Cerebral Palsy (CP). CP adalah merupakan kelainan otak non progesif yang terjadi sebelum, selama, dan sesudah kelahiran. CP spasic quadriplegi merupakan kelainan otak non progresif yang terjadi sebelum, selama, dan sesudah kelahiran, yang mengenai keempat anggota gerak, yang ditandai dengan adanya pola postur asimetris dan pola gerakan abnormal. Tanda pada CP spastic quadriplegi adalah terdapat spastisitas pada otot-otot anggota gerak atas dan anggota gerak bawah yang memiliki beberapa pola sepastisits. Diagnosa fisioterapi pada CP spastic quadriplegi adalah Impairment adanya spastisitas pada kedua anggota gerak atas dan kedua anggota gerak bawah, adanya penurunan pada kemampuan fungsional, serta adanya gangguan koordinasi gerak. Tujuan : Tujuan fisioterapi pada CP spastic quadriplegi untuk mengetahui permasalahan yang ditimbulkan pada kasus CP spastic quadriplegi yang dikaitkan dengan manfaat tindakan fisioterapi pendekatan metode Bobath dengan menggunakan teknik inhibisi, fasilitasi, dan stimulasi terhadap penurunan spatisitas, peningkatan kemampuan fungsional, dan peningkatan koordinasi gerak CP spastic quadriplegi. Bobath merupakan teknik terapi latihan untuk menghambat pola gerak yang abnormal dan memberikan fasilitasi pola gerak normal yang diperlukan dalam aktivitas fungsional dan koordinasi gerak yang normal. Hasil : Setelah dilakukan 6 kali terapi pada kasus CP spastic quadriplegi yang meliputi: Inhibisi spatisitas didapatkan nilai spastisitas dengan skala aswort tidak ada perubahan dengan nilai spastisitas. Spastisitas tidak mengalami perubahan, tidak mengalami peningkatan maupun penurunan. Kemampuan fungsional dengan GMFM didapatkan hasil pada pemeriksaan awal antara lain: T1 Dimensi A berbaling dan berguling dengan skor 90.1%, Dimensi B duduk dengan skor 63.4%, Dimensi C merangkak dan berdiri dengan lutut dengan skor 61.9%, Dimensi D berdiri dengan skor 10.2% dan Dimensi E berjalan, lari, dan melompat dengan skor 12.5%. Pada akhir evaluasi T6 Dimensi A berbaling dan berguling dengan skor 90.1%%, Dimensi B duduk dengan skor 63.3%, Dimensi C merangkak dan berdiri dengan skor 61.9%, Dimensi D berdiri dengan skor 10.2%, dan Dimensi E berjalan, lari, dan melompat dengan skor 10.2%. Dari awal sampai akhir pada kemampuan fungsional tidak mengalami peningkatan. Dan pada koordinasi gerak tangan dengan permainan edukatif tidak mengalami perubahan. Kata kunci : Cerebral Palsy Spastic Quadripegi dan Metode Bobath.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cerebral palsy yaitu setiap kelompok gangguan motorik yang menetap, tidak progresif, yang terjadi pada anak pada awal proses tumbuh kembang yang disebabkan oleh kerusakan otak akibat trauma lahir. Kelainan atau kerusakan tersebut dapat terjadi pada saat di dalam kandungan (prenatal), selama proses melahirkan (natal), atau setelah proses kelahiran (postnatal). CP dapat menyebabkan gangguan sikap (postur), kontrol gerak, gangguan kekuatan otot yang biasanya disertai gangguan neurologik berupa kelumpuhan, spastik, gangguan basal ganglia, cerebellum, dan kelainan mental (mental retardation) (Dorlan 2005). B. Tujuan Laporan Kasus Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah: Untuk mengetahui manfaat tindakan fisioterapi dengan pendekatan metode Bobath metode inhibisi, fasilitasi, dan stimulasi terhadap penurunan spastisitas, peningkatan kemampuan fungsional, dan peningkatan koordinasi gerak pada pasien cerebral palsy spastic quadriplegi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kasus 1. Pengertian cerebral palsy spastic quadriplegi Cerebral palsy spastic quadriplegi merupakan gejala yang digambarkan pada gangguan perkembangan otak ketika otak berada pada masa pertumbuhan dan gangguan ini ditandai dengan peningkatan tonus otot pada anggota gerak bawah. Pada kasus ini akan dijumpai tanda, gejala dengan problem utama adalah adanya spastisitas pada keempat anggota gerak (Bobath, K, 1972). B. Anatomi Fungsional Otak merupakan bagian depan dari sistem saraf pusat yang mengalami perubahan dan pembesaran. Dilindungi oleh tiga selaput pelindung (meningen) dan berada di dalam rongga tulang tengkorak. Pembagian otak terdiri dari cortex cerebri, ganglion basalis, thalamus, serta hipothalamus (Chusid, 1993). 2. Cerebral Palsy a. Etiologi Penyebab cerebral palsy berbeda–beda tergantung pada suatu klasifikasi yang luas.Waktu terjadinya kerusakan otak secara garis besar dapat dibagi pada tiga periode yaitu masa prenatal, perinatal dan postnatal. b. Patologi Kelainan pada cerebral palsy tergantung dari berat ringannya kerusakan pada otak. Jadi, kelainan sangat kompleks dan difus yang dapat mengenai korteks motorik,
traktus piramidalis, daerah paraventrikular ganglia basalis, batang otak dan cerebellum. c. Tanda dan Gejala Tanda pada CP spastic quadriplegi adalah pada anggota gerak atas adalah adduksi dan internal rotasi bahu, fleksi siku, pronasi lengan bawah, fleksi dan ulnar deviasi wrist dan fleksi jari-jari. Sedangkan pada anggota gerak bawah adalah adduksi dan internal rotasi hip, fleksi knee, plantar fleksi dan inversi ankle serta fleksi jari-jari (Stephen,1972). C. Teknologi Interverensi Fisioterapi Metode Bobath Metode Bobath merupakan metode latihan untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul pada keterlambatan atau kelumpuhan otak, yang dikembangkan oleh Bobath dan istrinya Bertha Bobath (Bobath, 1972). Adapun teknik-teknik yang akan digunakan pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegi pada metode Bobath ini yaitu (1) inhibisi yaitu penurunan reflex sikap abnormal untuk memperoleh tonus otot yang lebih normal, (2) fasilitasi sikap normal untuk memelihara tonus otot setelah diinhibisi, (3) stimulasi yaitu upaya meningkatkan tonus dan pengaturan fungsi otot sehingga memudahkan pasien melakukan aktivitasnya (Soekarno, 2002).
BAB III PROSES FISIOTERAPI A. Pengkajian Fisioterapi 1. Anamnesis Anamnesis dapat berupa anamnesis umum, khusus dan tambahan. Pada kasus ini pemeriksaan dilakukan tanggal 4 Mei 2011 dengan heteroanamnesis. a. Anamnesis umum Nama an. RN, Umur 14 tahun, Jenis kelamin perempuan, Agama islam, Alamat Bayen, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Diagnosa medis: CP spastic quadriplegi. b. Anamnesis khusus 1) Keluhan Utama Adanya kekakuan pada lengan dan tungkai, sehingga anak tidak bias berdiri dan berjalan, serta anak kesulitan menggenggam dengan tangan kanan. 2) Riwayat Penyakit Sekarang Saat kandungan ibu berusia 8 bulan, ibu merasakan kontraksi, kemudian ibu dibawa ke RS. Panti Rini. Kontraksi dirasakan ibu selama 2 hari. Keesokan harinya bayi lahir dengan vakum ekstraksi, dengan berat 2.1kg. ibu dan bayi dirawat selama 21 hari di rumah sakit. Saat bayi berumur 3 hari, sering mengalami kejang hingga anak berumur 2 tahun. Selama kejang anak hanya dibawa ke terapi alternative terdekat, namun tidak ada perubahan. Kemudian anak dirawat sendiri dirumah. Anak masuk SLB saat berumur 7 tahun sampai sekarang. Serta menjalani fisioterapi rutin di Yayasan Sayap Ibu.
3) Riwayat penyakit dahulu Anak lahir premature 8 bulan, kelahiran dengan vacuum ekstraksi, berat lahir 2.1kg, jarak tangis 1 malam. 4) Pemeriksaan fisik Tanda-tanda vital: nadi 92x/menit, pernapasan 28x/menit, temperature 36,5 C, tinggi badan 132 cm, berat badan 30 kg. 2. Pemeriksaan gerak dasar a. Gerak Aktif Tabel 3.1 Pemeriksaan Gerak Aktif Sendi AGA Shoulder
Gerakan Fleksi – ekstensi – abduksi adduksi.
Hasil Tidak full ROM, ada tahanan.
Elbow Wrist
Fleksi - ekstensi. Dorsi fleksi - palmar fleksi.
Tidak full ROM, ada tahanan. Tidak full ROM, ada tahanan.
Jari-jari tangan Sendi AGB Hip
Fleksi – ekstensi – abduksi – adduksi. Gerakan Fleksi – ekstensi – abduksi adduksi.
Tidak full ROM, ada tahanan.
Knee
Fleksi - ekstensi
Tidak full ROM, ada tahanan.
Ankle
Dorsi fleksi - plantar fleksi.
Tidak full ROM, ada tahanan
Jari-jari kaki
Fleksi – ekstensi – abduksi – adduksi.
Tidak full ROM, ada tahanan.
Hasil Tidak full ROM, ada tahanan.
b. Gerak Pasif Tabel 3.2 Pemeriksaan Gerak Pasif Sendi AGA Gerakan Hasil Shoulder Fleksi – ekstensi – abduksi - Tidak full ROM, ada tahanan, adduksi. firm endfeel. Elbow Fleksi - ekstensi. Tidak full ROM, ada tahanan, firm endfeel. Wrist
Dorsi fleksi - palmar fleksi.
Tidak full ROM, ada tahanan, firm endfeel.
Jari-jari Fleksi – ekstensi – abduksi Tidak full ROM, ada tahanan, tangan – adduksi. firm endfeel. c. Gerak Isometrik Melawan Tahanan Anak mampu melawan tahanan yang diberikan terapis, tidak nyeri dan tidak full ROM. 3. Kemampuan fungsional dan lingkungan aktifitas a. Kemampuan Fungsional Dasar Anak mampu berdiri dengan bantuan berpegangan, mampu berjalan dengan merambat. b. Aktifitas fungsional Anak dapat makan dan minum secara mandiri, namun terkadang masih dibantu. Aktifitas BAB dan BAK masih dibantu. c. Lingkngan Aktifitas Ruangan terapi mendukung untuk program latihan yang diberikan kepada pasien.
4. Pemeriksaan spesifik a. Pengukuran spastisitas Pemeriksaan spastisitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui nilai spastisitas. Pemeriksaan spastisitas dilakukan dengan skala Asworth b. Pemeriksaan reflek primitif Adapun pemeriksaan reflek primitif meliputi : reflek babinsky, reflek chadock , reflek tendo biceps, reflek tendo patella, reflek tendo achilles. c. Pemeriksaan fungsional Pemeriksaan fungsional dilakukan untuk menilai tingkat kemandirian anak. Gross Motor Function Measurement (GMFM) dapat digunakan dalam melakukan pemeriksaan ini. B. Problematik Fisioterapi 1. Impairment Permasalahan utama yang terjadi pada cerbral palsy spastic quadriplegi yaitu adanya spastisitas pada lengan dan tungkai, 2. Functional limitation Keterbatasan fungsional ini diakibatkan oleh karena adanya spastisitas dan kontrol gerak yang kurang baik maka akan mengganggu kemampuan fungsional. 3. Disability Anak senang berkumpul, bermain, dan belajar bersama teman-teman sebayanya di SLB tempat dimana anak bersekolah.
C. Tujuan Fisioterapi Menurunkan spastisitas, meningkatkan kekuatan otot, dan melatih koordinasi gerak tangan kanan. D. Pelaksanaan Fisioterapi 1. Inhibisi Untuk Mengurangi Spastisitas a. Latihan mengontrol kepala dan tangan Latihan yang diterapkan ialah dengan memposisikan anank tidur terlentang kemudian terapi mengajak anak untuk berguling keposisi tengkurap. Anak juga dapat diintruksikan melakukan gerakan seperti sedang “terbang” diudara, yakni pada posisi tengkurap anak diajak untuk mengangkat kedua tangan dan kaki. Tahan posisi selama 5 detik dan lakukan 8-10x pengulangan. b. Latihan mengontrol badan untuk duduk Latihan yang diterapkan ialah dengan mengajak anak untuk duduk dilantai bersama-sama, kemudian berpindah dari lantai untuk duduk diatas kursi, terapis mendampingi dan mengawasi serta membantu membenarkan posisi duduk anak apabila terjadi sikap salah postur pada saat anak duduk. 2. Fasilitasi dan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan fungsional Pada kasus ini, anak difasilitasi dengan menggunakan alat walker, dengan cara anak berpegangan pada walker kemudian terapis mengitruksikan kepada anak untuk bergerak maju, mundur, jalan kesamping kanan maupun kiri. Latihan dilakukan selama 15 menit dengan dosis sesuai kemampuan anak. Kemudian anak diberi stimulasi untuk gerakan jongkok ke berdiri dengan cara anak berpegangan pada parallel bar, kemudian anak diintruksikan untuk
berjongkok kemudian bangkit dan berdiri tegak. Tahan pososo berdiri selama 5 detik dan lakukan 8-10x pengulangan. 3. Permainan edukatif untuk meningkatkan koordinasi gerak tangan kanan Anak diberikan mainan edukatif yang dapat merangsang koordinasi gerak tangan kanan. Dalam latihan ini, mainan yang diberikan ialah berupa permainan menjahit. Anak diintruksikan untuk memasukkan jarum yang telah diberi benang ke dalam lubang-lubang yang ada disisi mainan tersebut. 4. Edukasi Edukasi diberikan kepada orang tua dengan memberikan penjelasan mengenai pengertian tentang CP spastic quadridiplegi dan tentang keadaan anak tersebut secara umum. Menjelaskan serta menyarankan kepada orang tua dan keluarga
anak
untuk
sering
memberikan
latihan
penguatan,
selalu
mengoptimalkan kemampuan tangan dan tungkai serta mensuport agar anak selalu bergerak aktif dan melakukan aktifitas secara mandiri. dilakukan dalam keseharian anak. E. Evaluasi Pada kasus CP spastic Quadriplegi dilakukan pemeriksaan spastisitas dengan menggunakan Skala Asworth, pemeriksaan kemampuan fungsional dengan menggunakan GMFM, dan koordinasi gerak tangan kanan dengan permainan edukatif.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Terapi latihan diberikan pada seorang anak perempuan dengan diagnose CP spastic qudriplegi usia empat belas tahun. 1. Hasil Evaluasi Spastisitas Grafik 4.1 Hasil Evaluasi Spastisitas AGA Dekstra dengan Skala Asworth 2 Shoulder
1
Elbow 0 T1
Wrist T2
T3
T4
T5
T6
Grafik 4.2 Hasil Evaluasi Spastisitas AGA Sinistra dengan Skala Asworth 1 Shoulder
0.5
Elbow 0 T1
Wrist T2
T3
T4
T4
T6
Grafik 4.3 Hasil Evaluasi Spastisitas AGB Dekstra dengan Skala Asworth 2 Hip
1
Knee 0 T1
Ankle T2
T3
T4
T5
T6
Grafik 4.4 Hasil Evaluasi Spastisitas AGB SInistra dengan Skala Asworth 2 Hip
1
Knee 0 T1
Ankle T2
T3
T4
T5
T6
Keterangan: berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui bahwa belum ada penurunan spastisitas pada anak. Hal ini disebabkan karena masa terapi yang hanya dilakukan sebanyak 6x masih dirasa kurang efektif dan efisien bagi kesembuhan anak.
2. Hasil Evaluasi Kemampuan Fungsional Grafik 4.5 Hasil Evaluasi Kemampuan Fungsional dengan GMFM 100 Dimensi A Dimensi B
50
Dimensi C 0
Dimensi D T1
T2
T3
T4
T5
Dimensi E T6
Keterangan: berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui bahwa belum ada peningkatan kemampuan fungsional pada anak. Hal ini disebabkan karena masa terapi yang hanya dilakukan sebanyak 6x masih dirasa kurang efektif dan efisien bagi kesembuhan anak. 3. Hasil Evaluasi Koordinasi Gerak Tangan Kanan Dengan menggunakan permainan edukatif, didapatkan hasil bahwa belum ada peningkatan koordinasi pada gerak tangan kanan anak. Hal ini disebabkan anak malas menggunakan tangan kanan untuk beraktifitas, anak lebih senang menggunakan tangan kiri. B. Pembahasan 1. Spastisitas Setelah mendapatkan 6 kali evaluasi pada pemeriksaan awal (T1) sampai dengan pemeriksaan akhir (T6) dalam rentang waktu 6 hari didapatkan nilai spastisitas dengan skala Asworth tidak ada perubahan dengan nilai spastisitas.
Spastisitas pasien tidak mengalami perubahan, tidak mengalami peningkatan maupun penurunan. 2. Kemampuan Fungsional Pada pemeriksaan fungsional dengan parameter GMFM didapatkan hasil pada pemeriksaan awal (T1) total skor 46.7% pada akhir evaluasi (T6) di dapat skor 46.7% dari awal sampai akhir tidak mengalami peningkatan. 3. Koordinasi Gerak Tangan Kanan Pada
pemeriksaan
koordinasi
dengan
permainan
edukatif
pada
pemeriksaan awal (T1) sampai dengan pemeriksaan akhir (T6) dalan rentang waktu 6 hari didapatkan koordinasi gerak tangan belum mengalami peningkatan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah dilakukan intervensi fisioterapi berupa metode Bobath selama 6 kali, didapatkan hasil : 1. Tidak ada penurunan spastisitas dikarenakan reaksi yang ditimbulkan setelah terapi adalah bersifat sementara. Saat diberikan terapi, spastisitas menurun sesaat, namun pada saat akan dilakukan terapi pada keesokan harinya, kondisi spastis kembali pada kondisi semula. 2. Tidak ada peningkatan kemampuan fungsional dikarenakan kondisi anak yang mudah lelah dan cenderung bosan dengan beberapa teknik terapi yang diberikan oleh terapis. 3. Tidak ada peningkatan koordinasi gerak tangan kanan dikarenakan konsentrasi anak yang tidak pernah fokus pada tindakan terapi yang diberikan. B. Saran Dalam penanganan kasus cerebral palsy seorang fisioterapis disarankan untuk mempunyai pengetahuan tentang perkembangan aktifitas fungsional yang normal, mekanika reflek sikap dan gerakan normal pada anak normal. Pengaturan posisi pasien yang tepat saat melakukan aktifitas yaitu dengan melawan pola spastisitasnya supaya otot yang spastik dapat memanjang dan dapat mencegah terjadinya kontraktur. Koreksi sikap perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya problem sekunder atau deformitas.
Adapun juga ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menunjang keberhasilan terapi, yaitu dosis latihan, seberapa sering latihan tersebut dilakukan idealnya latihan dilakukan 2 kali sehari supaya mendapatan hasil yang terbaik. Orang tua juga harus mengerti tetang terapi latihan yang diajarkan oleh fisioterapis untuk dilakukan di ruang terapi dan seberapa sering terapi latihan tersebut dilakukan di ruang terapi.
Daftar Pustaka
Anonim, 2010: Artikel Fisioterapi NDT bag.1. diakses pada 15/12/2014 dari www.rujito-fisioterapi.com/2010/01/ndt-bag-1/ Anonim, 2011: Pemeriksaan Neurologi. Diakses tanggal 15/12/2014 dari https://yosdimleo.wordpress.com/2011/11/09/pemeriksaan-neurologi/. Anonim, 2011: Terapi Latihan untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Diakses tanggal 15/12/2014 dari fisioterapisbanjarmasin.blogspot.com/2011/10/terapi-latihan-untuk-anakberkebutuhan.html?m=1 Anonim, 2014: Cerebral Palsy Quadriplegia. Diakses tanggal 15/12/2014 dari ft94-chdszfvhsf.blogspot.com/2014/09/cerebral-palsyquadriplegia.html?m=1 Anonim, 2014: Neuro Development Treatment (NDT). Diakses pada 10/01/2015 dari https://fisioterapidotme.wordpress.com/tag/latihan-bobath-padaanak-cerebral-palsy/. Bobath, K. 1996: The Motor Defisit in Patient with Cerebral Palsy, William Heinemann Medical Books Ltd, London. Chusid, J. G. 1993: Neuro Anatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional. Edisi Empat. Gajah Mada University Press, Yogjakarta. Dorland, S. J. 2005: Cerebral Palsy, A Complete Guide for Caregiving. The John Hopkins University Press, Yogyakarta. Dorland, W. A. 2002: Kamus Kedokteran Dorland E/29. Terjemahan Huriawati Hartanto, dkk. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Duss, P, 2010: Diagnosa Topik Neurulogi: Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala. Edisi 4, EGC, Jakarta. Kabar Pendidikan Luar Biasa, Penggunaan Alat Permainan Edukatif untuk Perkembangan Anak, https://kabarpendidikanluarbiasa.wordpress.com/2012/10/15/penggun aan-alat-permainan-edukatif-untuk-perkembangan-ana/ Kuntoro H.P, 2011: Management Nyeri, Temu Ilmiah Tahunan Fisioterapi XV, Semarang. National Institute of Neuroligical Disorders and Stroke, Information about Cerebral Palsy, http:
www.ninds.nih.gov/health_and_medical/disorders/cerebral_palsy. 2012. Putri, Alissa. 2011: Pijat dan Senam untuk Bayi dan Balita. Cetakan ke 1, Yogyakarta: Genius Publisher. Rood, 2000. Makalah Pelatihan Konsep Maju Fisioterapi Pada Tumbuh Kembang. Jakarta: Sasana Husada Russell, D. J. 2008: Development of Gross Motor Function Measure Clasification System for Cerebral Palsy. McMaster University, Canada. Scanlon, Valerie. C. 2007: Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. EGC. Jakarta. Setiawan,2007: Pelatihan Nasional Dimensi BAru Panatalaksanaa Fisioterapi pada Kasus Stroke secara Paripurna. FISIOTERAPI. Jurnal Ikatan Fisioterapi Indonesia. Ikatan Fisioterapi Indonesia. Jakarta. Shepherd R. B. 2000: Movement Science Foundations for Physical Therapy in Rehabilitation second edition. An Aspen Publication, Maryland. Soetjiningsih, dr. 2014: Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Suharso, et al. Pemeriksaan Neurologi Pada Bayi dan Anak. Surabaya ; 2005