LAPORAN PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW) TAHUN-3 TAHUN
LPM UNDIKSHA
LP2M UNIPAS
PEMKAB BULELENG
PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)
IBW DI KAWASAN LAHAN KERING KECAMATAN GEROKGAK KABUPATEN BULELENG Ketua Anggota
: Drs. IBP. Mardana, M.Si.(NIP.131943605) : 1. Prof. Dr. I Wayan Rai,M.S (NIP.130359 ( .130359372) 2.. Ir. Ketut Suwardika, Su M.P. (NIP.132093310) 132093310) 3. Drs. Ketut Dunia, M.Erg.(NIP.130606922) 4. Prof. Dr. Lasmawan, M.Pd(NIP.132055929) M.Pd(NIP. 132055929) 5. Santiyadnya, S.Si, M.T.(NIP.132240367) M.T 132240367) 6. dr. Made Budiawan,S.Ked. Budiawan,S.Ked (NIP.0012027706) 0012027706) 7. Dr. IB. Djelantik, M.Si. (NIP.131642052) 8. Lucky Musmini, SE, M.Si. (NIP.132230722) 230722) 9. Dr. A.A.Marhaeni, MA (NIP. 131 909637) 10. Drs. Cakragriadi, M.Pd. (NIP.130937589) 0937589) 11. Dr. Nyoman Tika, M.Si (NIP.131844080) 12. Ni Wy. Marti, S.Kom, .Kom(NIP.132298880)
Didanai dari DIPA Ditlitabmas Dikti dengan Nomor Kontrak: 174/SP2H/KPM/DIT.LITABMAS/III/2012 Tanggal 6 Maret 2012
LPM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA (UNDIKSHA) LP2M UNIVERSITAS P ANJI S AKTI (UNIP AS) PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULELENG TAHUN 2012 i
HALAMAN PENGESAHAN 1. Judul
2. Unit Lembaga Pengusul 3. Ketua Tim Pengusul a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin c. NIP d. Pangkat/Golongan e. Jabatan f. Alamat Kantor g. Telp/Faks/E-mail h. Alamat Rumah i. Telp/Faks/E-mail
: IbW di Kawasan Lahan Kering Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng : LPM Undiksha : : Drs. Ida Bagus Putu Mardana, M.Si : Laki-laki :196408271991021001 : Pembina/IVC : Lektor Kepala :Jln. Udayana 12 C Singaraja Bali : Telp. (0362) 25072. Fax. (0362) 25335 : BTN. Puri Sukasada A34 Singaraja : Telp. (0362) 27834 E-Mail:
[email protected]
4. Jumlah Anggota Tim Pengusul 5. Rencana Belanja Total Dikti Perguruan Tinggi Kredit Usaha Pemkab. Buleleng
: 12 Dosen : Rp 931.000.000,: Rp 300.000.000,: Rp 31.000.000,:: Rp 600.000.000,-
6. Belanja Tahun III Dikti Perguruan Tinggi Kredit Usaha Pemkab. Buleleng
: Rp 360.000.000,: Rp.100.000.000,: Rp. 10.000.000,:: Rp. 250.000.000,-
7. Tahun Pelaksanaan
: Tahun 2012 (Tahun Ketiga)
Singaraja, 7 Desember 2012
Mengetahui: Ketua LPM Undiksha
Ketua Tim Pelaksana
Prof. Dr. Ketut Suma, M.S NIP. 195901011984031003
Drs. Ida Bagus Putu Mardana, M.Si NIP. 196408271991021001 ii
1. Judul Kegiatan
: IbW di Kawasan Lahan Kering kecamatan Gerokgak kabupaten Buleleng
2. Lokasi 2.1. Jarak PT ke Lokasi 2.2. Jumlah desa IbW 2.3. Jumlah desa satu kec. yang sama 2.4. Luasan Wilayah IbW 2.5. Sarana Transportasi 3. Tim IbW 3.1 PT A Jumlah dosen Jumlah mahasiswa Gelar Akademik Tim
: Kecamatan Gerokgak : 80 km : 6 desa
Gender Fakultas 3.2 PT B Jumlah dosen Jumlah mahasiswa Gelar Akademik Tim
Gender Fakultas 3.3 Pemkab/Pemkot Jumlah staf Gelar Akdemik
3.4 Masyarakat Jumlah masyarakat Gelar Akdemik
: 14 desa : 34694 ha : Angkutan Umum : : Undiksha : 10 orang : 5 orang : S3 3 orang S2 7 orang S1 GB 2 orang : Laki-laki 7 orang Perempuan 3 orang : FOK/FMIPA/FTK/FIS/FPBS : Undiksha : 3 orang : 2 orang : S3 3 orang S2 S1 GB 2 orang : Laki-laki 3 orang Perempuan 1 orang : FOK/FMIPA/FTK/FIS/FPBS : : 3 orang : S3 S2 2 orang S1 1 orang : : 50 orang : SD 25 orang SMP 15 orang SMA 8 orang S1 2 orang
iii
I. Aktivitas IbW Tahun Ketiga (Tahun 2012) 1.1. Bidang Kegiatan 1.1.1 Sosialisasi Kegiatan IbW di kawasan lahan kering Gerokgak tahun 2012, diawali dengan sosialisasi secara vertikal dengan menghaturkan upacara permohonan ijin/permakluman (piuning) kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang berstana di Pura Desa masing-masing di desa Patas, Gerokgak, Sanggalangit dan Musi. Selanjutnya, sosialisasi juga dilakukan secara horizontal dengan masyarajat dengan menghadirkan aparat pemerintah di tingkat kecamatan, desa, adat, tokoh masyarakat dan ketua kelompok produktif-ekonomis masyarakat di kawasan lahan kering Gerokgak, baik melalui kegiatan tatap muka maupun dialog interaktif di RRI, seperti ditunjukkan pada gambar 1. Saat sosialisasi, beberapa respon masyarakat dalam menyikapi kegiatan IbW Gerokgak terungkap bahwa (1) IbW Gerokgak memberi manfaat yang baik dalam mendampingi masyarakat program pembangunan, khususnya terkait dengan aktivitas tani-ternak, (2) masyarakat terobsesi untuk mengembangkan kawasan mandiri energi yang berbasis pada pengolaham limbah tani-ternak, dan (3) Program IbW hendaknya tersosialisasi sampai ke lapisan masyarakat bawah.
Gambar 1. Sosialisasi Program IbW tahun-3 di kawasan lahan kering Gerokgak iv
1.1.2. Pemetaan (i) Pemetaan Aset Masyarakat Pendataan potensi wilayah di desa Patas, desa Gerokgak, desa Sangalangit, dan desa Musi dan dua desa tambahan, yakni desa Pemuteran dan Banyupoh pada pelaksanaan program IbW tahun-3 (tahun 2012) lebih difokuskan pada pendataan aset yang dimiliki masyarakat, baik secara personal dalam keluarga, maupun aset secara komunal dalam kelompok tani-ternak, yang berpotensi untuk diberdayakan sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Hasil survey, observasi dan wawancara yang mendalam dalam diperoleh profil aset masyarakat seperti ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Profil Potensi Wilayah No
1
2
3
4
5
Potensi Wilayah
Luas Area(ha) Sawah Pekarangan Tegalan Perkebunan Belum digarap/hutan Kualitas SDM SD SMP SMA Sarjana Mata Pencaharian Petani (or) Peternakan/Perikanan PNS/TNI/POLRI Swasta Penganggur/tidak bekerja/pencari kerja Potensi Pertanian(ha) Kelapa Jagung Mangga Padi Pisang Palawija Potensi Peternakan (ekor) Sapi Babi Kambing Ayam
Desa Patas
Desa Gerokgak
3236 422 68 583 117 2221
3200 2120 24 700 90 130
Desa Sanggalangit 900 25 76 557 119 1300
4502 1154 765 238
104 227 83 17
2829 237 253 43
394 20 10 15
2395 542 168 43
1285 235 187 25
4116 167 182 495 205
1894 345 219 943 436
2922 150 108 667 387
2036 231 80 275 543
2894 234 87 589 564
1678 342 108 642 234
393 18 105 107 234 231
480 100 56 21 78 26
645 234 109 25 341 128
234 128 98 34 342 98
1.800 2.500 853 27.500
1987 1.3456 456 25.678
1364 987 234 20.125
558 46 78 30 314 219
378 78 100 1540 56 33
3685 6505 964 13.425
363 721 87 5945
Desa Musi
Desa Banyupoh
Desa Pemuteran
358 24 30 54 73 123
758 232 156 108 217 23
685 139 85 236 165 54
v
1.1.3. Program Aktivitas IbW Gerokgak Tahun 2012 a.
Program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam diversifikasi produk pengolahan kelapa menjadi produk berorientasi pasar melalui pengembangan demplot sentra industri kecil berbasis kelapa. Program
ipteks
peningkatan
pengetahuan
dan
keterampilan
dalam
diversifikasi produk pengolahan kelapa menjadi produk berorientasi pasar dilakukan dengan pengembangan demplot sentra industri kecil berbasis kelapa di 4(empat) desa sasaran IbW. Pada kegiatan IbW tahun pertama, pengelolaan demplot pengolahan kelapa ini ditangani oleh Ibu-ibu rumah tangga yang terkabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT), yang dinaungi oleh 4(empat) poktan yakni: poktan Patas, Poktan wanasari, poktan harapan kita, dan poktan Musi.
Pada
tahun
2012
(tahun
ketiga
IbW)
ini,
penyadaran
dan
pengkapasitasan dilakukan pada semua anggota kelompok dalam usaha produktif berbasis kelapa dilakukan dengan pengembangan demplot centra pengolahan kelapa, yang diselenggarakan di 6 desa, yakni desa Patas, Gerokgak, Sanggalangit, Musi, Pemuteran dan Banyupoh. Setiap demplot yang ada di masing-masing desa dibantu hibah IbW berupa
peralatan mesin
pengolah daging kelapa “three in one” , yakni parut, peras, dan saring, yang diproduksi oleh unit “UJI” Universitas Mahasaraswati Denpasar. Aktivitas produktif ekonomi berbasis kelapa dicanangkan menjadi aktivitas unggulan poktan dalam menghasilkan generate revenue bagi masyarakat baik secara personal maupun kelompok, seperti ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 2. Demplot Centra Pengolahan Kelapa vi
Dengan
bantuan
IPTEKS,
tanaman
kelapa
dapat
ditingkatkan
pemanfaatannya baik dari segi pemanfaatan langsung, dikonsumsi atau diolah menjadi minyak goreng, batangnya untuk bangunan rumah/mobiler, bahan bakar untuk industri kapur, genteng serta gerabah,
maupun dari segi
pengolahan dengan sentuhan teknologi modern untuk menghasilkan produkproduk berorientasi ekspor. Secara utuh buah kelapa terdiri dari (1) bagian luar, adalah sabut kelapa dan tempurung kelapa, (2) daging kelapa, dan (3) air kelapa. Sabut kelapa dapat dipilah menjadi dua komponen yaitu serabut dan serbuk (cocodust). Serabut dapat digunakan untuk bahan jok mobil, tali, keset dan kerajinan yang lainnya, sedangkan serbuknya dapat dipergunakan untuk media tanam tanaman hias. Tempurung kelapa digunakan sebagai arang dan untuk bahan bakar produksi tanah liat. Dengan cara yang lebih modern tempurung kelapa dapat diolah menjadi briket sebagai bahan bakar untuk memaksa, menjadi karbon hita dan karbon aktif, sedangkan asap pembakaran tempurung kelapa dapat diolah menjadi liquid smoke sebagai bahan pengawet ikan. Secara keseluruhan, proses pengolahan kelapa dan produk turunannya. Daging kelapa dapat digunakan dalam pembuatan minyak dan VCO, santan, dan blondo. Sementara itu, air kelapa dapat diolah menjadi kecap dan sirup sari kelapa.
CENTRA MINYAK & VCO
CENTRA NATA DE COCO
CENTRA PENGOLAHAN KELAPA
CENTRA SABUT
CENTRA TEMPURUNG
Gambar 3. Centra Usaha Produktif Berbasis Kelapa
vii
Tahapan-tahapan pengolahan VCO yang disampaikan pada Kelompok Wanita Tani (KWT) dan masyarakat sekitar seperti uraian berikut ini. (1)
Penyiapan Bahan Baku, Buah kelapa yang akan diolah menjadi
VCO adalah buah yang tua, yakni berumur 11-12 bulan, yang ditandai dengan kulit sabut berwarna coklat. Buah kelapa tua akan menghasilkan rendemen minyak yang tinggi; (2) Pembuatan Santan: Buah kelapa tua dikupas kemudian dibelah dan dagingnya dikeluarkan dari tempurung. Daging buah kelapa lalu diparut secara manual atau digiling menggunakan mesin. Hancuran daging buah lalu ditambah air dengan perbandingan 1:2. Selanjutnya, ekstrak dipres dengan mesin pengepres atau secara manual kemudian disaring sehingga diperoleh santan. Dari 30 butir kelapa (rata-rata bobot daging buah 400 g/butir) diperoleh 30 liter santan. (3) Pemisahan Krim: Santan yang diperoleh dituang pada ember plastik transparan, kemudian didiamkan 2 jam. Selama pendiaman, santan akan terbagi menjadi tiga lapisan, yaitu lapisan atas berupa krim (kaya minyak), lapisan tengah berbentuk skim (kaya protein), dan lapisan bawah berupa endapan. Krim dipisahkan dan digunakan sebagai bahan baku VCO. (4) Pembuatan Starter Ragi Tape Pengolahan VCO menggunakan ragi tape diawali dengan membuat cairan starter ragi tape. Caranya, skim kelapa 450 ml dicampur dengan air kelapa 50 ml, kemudian ditambahkan ragi tape 2 g, diaduk sampai homogen, lalu didiamkan (difermentasi) pada suhu ruang selama 12 jam. Penambahan air kelapa bertujuan untuk memperkaya nilai gizi media untuk proses perbanyakan ragi tape; (5) Pencampuran Krim dengan Starter Ragi Tape: Krim yang diperoleh, sekitar 12 liter, dibagi tiga bagian (masing-masing 4 liter), kemudian dicampur dengan starter ragi tape masing masing 10%, 20%, dan 30%. Sebagai contoh, jika menggunakan starter tape 10% maka untuk krim 4 liter ditambahkan starter ragi tape 400 ml. Campuran diaduk homogen kemudian dituang pada wadah transparan dan didiamkan 8-10 jam. Selama proses pendiaman, campuran akan terpisah menjadi tiga lapisan, yaitu minyak (lapisan atas), blondo berwarna putih (lapisan tengah), dan air (lapisan bawah). Selanjutnya, minyak dipisahkan dari blondo dan air. Alur proses pengolahan VCO disajikan pada Gambar 2, dan (6) Penyaringan Minyak: Minyak yang diperoleh disaring menggunakan zeolit, yaitu sejenis batuan yang disamping viii
berfungsi menyaring juga menyerap bau yang kurang enak dan menurunkan kadar air. Produk yang diperoleh dari penyaringan adalah VCO. Partisipasi anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) dan anggota poktan dalam kegiatan usaha produktif pengolahan kelapa sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dari intensitas kehadiran, dan kuantitas dan kualitas persoalan/pertanyaan yang disampaikan terkait dengan
pembuatan
minyak kelapa VCO dan minyak
lentik/minyak tradisional. Hasil pemberdayaan poktan dalam usaha produktif berbasis kelapa adalah (1) adanya peningkatan kompetensi dalam pengolahan kelapa, khususnya dari minyak tradisional menjadi VCO, (2) menghasilkan kualitas produk minyak tradisional/VCO yang lebih baik, (3) meningkatkan kapasitas produksi pengolahan kelapa menjadi minyak/VCO, (4) mendorong proses transformasi IPTEKS dalam penggunaan peralatan mesin pengolahan kelapa “three in one”bantuan IbW kepada kelompok poktak di masing-masing desa, dan (5) usaha produktif berbasis kelapa ini akan mendorong kelompok untuk membentuk koperasi usaha kelapa yang menjadi unggulan komoditas ekonomi desa di wialaya garapan IbK Gerokgak. b. Program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan managemen wirausaha, perkoperasian dan pemberdayaan ekonomi masyarakat dan revitalisasi UKM-UKM berbasis kearifan lokal melalui pendidikan, pelatihan dan pendampingan. Selain membina usaha produktif kelapa di setiap demplot yang ada di setiap desa kawasan IbW Gerokgak, Kegiatan program IbW lahan kering di Kecamatan Gerokgak pada tahun ketiga (tahun 2012) juga membina usaha kecil dan menengah berbasis kelapa yang ada di kawasan itu dalam rangka meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan managemen wirausaha,
perkoperasian dan pemberdayaan ekonomi masyarakat dan revitalisasi UKM difokuskan pada UKM pengolahan kelapa menjadi minyak tradisional, managemen usaha, dan pemasaran yakni UKM Minyak kelapa tradisional “mangga dua”, yang dikomandani oleh Pak Made Yuliartha. UKM kelapa ini termasuk industri kecil skala rumah tangga. Pada tahun kegiatan 2012 ini, UKM “mekar sari” dibina dalam aspek managemen pembukuan dan pemasaran, selain program pendampingan dalam peningkatan kapasitas produksi dan diversifikasi produk olahan kelapa. ix
Gambar 4. Revitalisasi UKM Pengolahan Kelapa
Minyak lentik (tradisional) yang diproduksi UKM minyak mangga dua, awalnya
masih
menggunakan
teknologi
tradisional,
baik
dalam
cara
pengolahan, maupun peralatan produksi yang digunakan belum mampu mendatangkan keuntungan yang maksimal. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan UKM dalam pengolahan kelapa menjadi minyak lentik secara modern dengan memanfaat ektrak kimia dalam mempercepat produksi dan penggunaan mesin parut “three in one” yang dihibahkan IbW kepada UKM telah mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi minyak lentik yang dihasilkan oleh UKM minyak mangga dua di desa Sanggalangit. Usaha industri kecil minyak kelapa ini juga dieskalasi pemberdayaannya di setiap demplot yang ada di wilayah IbW Gerokgak, yakni desa Patas, desa Gerokgak, desa Sanggalangit, desa Musi, desa Pemuteran dan desa Banyupoh. Masing-masing demplot pada pelaksanaan IbW Gerokgak tahun ketiga ini telah dihibahkan masing-masing mesin parut kelapa three in one”, dengan harapan ada kegiatan produksi minyak kelapa di setiap demplot. Proses pemanasan produksi minyak lentik di demplot menggunakan kompor biogas hasil pengolahan limbah ternak.
x
c. Program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengolahan aneka makanan tradisional dan modern berbasis hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan melalui pendidikan, pelatihan dan pendampingan produksi, managemen, dan pemasaran Wilayah sasaran IbW lahan kering Gerokgak menghasilkan produk pertanian, perkebunan, dan perikanan yang berlimpah saat musim panen. Akibat
rendahnya
penguasaan
kompetensi
dalam
pengolahan
hasil
pertanian/perkebunan sering panen yang berlimpah belum mampu memberi kontribusi ekonomis dalam mendongkrak penghasilan keluarga. Pengolahan aneka makanan tradisional dan modern berbasis hasil pertanian melalui pelatihan merupakan
dan
pendampingan
upaya
solutif
produksi,
managemen,
dan
pemasaran
yang dapat dikedepankan dalam membantu
masyarakat sasaran IbW untuk meningkatkan taraf hidupnya. Aktivitas IbW dalam konteks ini pada tahun 2012 adalah pelatihan pengolahan pisang Gerokgak menjadi produk (1) sele pisang, (2) sale pisang, (3) keripik pisang, (4) pisang goreng, (5) sumping, (6) kolek pisang, dan (7) produksi jamu kunir. Masyarakat sasaran adalah kelompok PKK di empat desa wilaya IbW di kecamatan gerokgak. Penyadaran dan pengkapasitasan kelompok PKK dilakukan melalui pelatihan dan pendampingan produksi, dan pemasaran, seperti ditunjukkan pada gambar 5.
Gambar 5. Pengolahan Aneka Makanan Tradisional dan Modern berbasis Hasil Pertanian dan Perkebunan xi
d. Program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam program pertanian terpadu melalui demplot pertanian multikultur, pengolahan pupuk organik, dan pakan ternak dari limbah hasil pertanian, dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan masyarakat dan ketahanan pakan ternak Keterbatasan yang dimiliki lahan kering cenderung membuat kegiatan pola usahatani bersifat subsistem (tradisional). Pola usahatani tanaman semusim yang biasanya dilakukan di lahan kering adalah pola usahatani tanaman pangan seperti jagung, kacang tanah dan jenis palawija lainnya.
Pola usahatani
tanaman pangan dilakukan pada musim penghujan menggunakan teknologi sederhana dengan varietas lokal sehingga hasilnya rendah.
Selain itu
pemeliharaan ternak (umumnya sapi) masih tradisional dan monokultur sehingga produktivitasnya rendah. Pemberdayaan masyarakat di kawasan lahan kering di kecamatan Gerokgak pada program IbW tahun kedua
ini
dilakukan dengan pencanangan program aksi pertanian-peternakan multikultur, sesuai dengan diskusi mendalam dengan masyarakat di 4(empat) desa dengan merefleksi hasil kegiatan IbW tahun pertama (tahun 2011), yakni desa Patas, Gerokgak, Sanggalangit, desa Musi, desa Banyupoh, dan desa Pemuteran melalui pembuatan demplot tani-ternak multikultur . Sampai tahun kedua (tahun 2012) pelaksanaan IbW Gerokgak, telah berhasil menginstal 6(empat) unit demplot tani-ternak multikultur, yakni di desa Patas, desa Gerokgak, desa Sanggalangit, desa Musi, desa Pemuteran, desa Banyupoh. Infrastruktur fisik yang dibangun IbW Gerokgak pada setiap demplot adalah (1) unit kandang koloni sapi, kandang koloni babi dan kandang koloni ayam, (2) unit pengolahan limbah biogas dan biourine, (3) unit produksi pembuatan kompos dan minyak kelapa, (4) unit kolam ternak lele, dan (5) tanaman multikultur, meliputi tanaman pakan ternak dan tanaman tumpang sari. Ketahanan ekonomi masyarakat yang banyak bertumpu dari hasil ternak-tani disikapi dengan mengembangkan ternak multikultur,yakni ternak sapi sebagai penghasil income tahunan, ternak babi sebagai penghasil income enan bulan, dan ayam merupakan sumber penghasilan masyarakat bulanan. Hal yang sama juga pada aspek pertanian, dimana masyarakat di setiap demplot sebagai episntrum aktivitas pemberdayaan, dikapasitaskan untuk menanam tananman xii
yang dapat memenuhi kebutuhan konsumtif jangka pendek sampai jangka panjang.
Gambar 6. Demplot Tani-Ternak Multikultur IbW Gerokgak Model
pertanian-peternakan
terpadu
merupakan
pertanian-peternakan dalam satu siklus berantai, yakni
aktivitas
produktif
pemanfaatan limbah
tanaman pada budidaya tani untuk pakan ternak. Demikian juga sebaliknya budidaya ternak, limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk pertanian. Sebagai langkah awal diintroduksikan penanaman rumput raja dan gamal di pematang petakan lahan petani untuk menambah penyediaan hijauan pakan ternak selain itu juga diperkenalkan perkandangan menetap, dan pengawetan pakan ternak. Selanjutnya juga diintroduksikan pemanfaatan air embung untuk pertanaman sayuran (bawang merah, semangka, kacang panjang dan bawang putih) yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Secara diagramatik, program aksi usaha produktif peternakan-pertanian terpadu melalui demplot pertanian multikultur dan peternakan, perikanan terpadu, seperti ditunjukkan pada gambar 7. xiii
Program aksi usaha produktif pertanian-peternakan-perikanan terpadu diawali introduksi teknologi pemanfaatan limbah tanaman untuk pakan ternak serta pemakaian limbah ternak ke pertanaman, pemeliharaan ternak sapi/babi secara intensif.
(1) Langkah awal mengintroduksikan model perkandangan
menetap dan penanaman rumput raja dan gamal di pematang petakan lahan untuk penyediaan hijauan pakan ternak, dimana demplot tani-ternak terpadu akan dibangun di masing-masing desa. (2) mengintroduksikan diversifikasi penanaman sumber hayati baik di pekarangan rumah, lahan tegalan kosong, dan sekitar demplot tani-ternak terpadu. Setiap anggota kelompok tani (Poktan) diminta untuk menanam dan merawat satu pohon pisang. (3) mengintroduksi pemanfaatan embung air dalam pemenuhan kebutuhan air di musim kering Fermentor (Trichoderma)
PUPUK
Awetan Pakan
Budidaya intensif
TERNAK SAPI/BABI
TANAMAN
-
Penyiapan pakan Kandang menetap Probiotik IB Keswan
Kotoran Ternak Dekomposer
BIO-GAS
Gambar 7. Siklus Pertanian Multikultur dan Peternakan Terpadu Hasil pemberdayaan masyarakat yang terkabung kelompok tani (poktan) dalam usaha produktif pertanian multikultur dan peternakan ternak sapi/babi terpadu adalah (1) adanya peningkatan kompetensi bertani multikultur dalam intensifikasi budi daya ternak sapi/babi/ayamayam terpadu, menuju usaha produktif yang zero waste, (2) mendorong proses transformasi IPTEKS dalam pengolahan limbah ternak sapi/babi/unggas menjadi pupuk dan bio-gas, (5) adanya peningkatan investasi kekompok tani dalam bentuk jumlah bibit ternak sapi/babi/ayam modal yang diberikan pada program IbW di masing-masing desa. Semua
aktivitas produktif ekonomi yang berlangsung di poktan xiv
berlangsung denan baik karena IbW Gerokgak telah memfasilitasi ketersediaan listrik PLN 1300 watt, 220 volt, sehinggan semua peralatan produksi dapat bekerja dengan baik, biogas untuk bahan bakar alternatif dan embung reservoar air untuk keperluan tani-ternak dan kebutuhan air sehari-hari. e. Program peternakan melalui demplot peternakan terpadu yang ramah lingkungan (zero waste), pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik dan energi bakar biogas sebagai bagian integral dari upaya penyediaan energi alternatif bagi masyarakat baik di musim hujan maupun musim kemarau. Pola peternakan tradisional non-koloni yang berkembang di masyarakat wilayah IbW, kurang memperhatikan sanitasi lingkungan. Peternakan non-koloni sering menjadi sumber pencemaran lingkungan yang mengancam kesehatan masyarakat dan keasrian lingkungan hidup di sekitarnya. Masyarakat secara berjenjang perlu dibudayakan beternak terpadu yang ramah lingkungan (zero waste) melalui pembuatan demplot peternakan terpadu yang dilengkapi dengan sistem pengolahan limbah menjadi sumber energi alternatif
biogas sebagai
energi alternatif bahan bakar, bio-urine dan pupuk organik (kompos) untuk biofertilizer pertanian.
Gambar 8. Demplot Peternakan Terpadu Zero Waste
xv
Program inisiasi IbW pembudayaan masyarakat lahan kering gerokgak pada tahun ketiga 2012 dalam peternakan terpadu ramah lingkungan dilakukan dengan pembuatan demplot peternakan terpadu zero waste pada kelompok tani-ternak Renon Asri di desa Gerokgak, dan kelompok tani-ternak mekar sari di desa Musi seperti ditunjukkan pada gambar 8. Selain membangun sistem pengolahan limbah, poktan juga diberi bantuan sapi, babi dan ayam untuk meningkatan modal kerja poktan. Pemanfaatan biogas di demplot lebih banyak digunakan untuk energi bahan bakar alternatif untuk usaha produkti ekonomi minyak kelapa, sehingga dapat menekan biaya produksi untuk membeli minyak tanah. Disamping itu, pemanfaatal pengolahan limbah ternak dalam bentuk biogas ini juga disosialisasi di tingkat keluar. Setiap keluarga yang memiliki 2 ekor ternak sapi, juga diberdayakan untuk membangun unit reaktor biogas untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar sehari-hari. Pada tahun 2012 ini, IbW Gerokgak sudah berhasil menginstal 30 unit biogas di tingkat keluarga KK miskin tersebar di wilayah garapan IbW Gerokgak. f. Program ipteks pendidikan kontekstual untuk meningkatkan kualitas pendidikan/pengurangan pengangguran, dan pemberantasan buta huruf/putus sekolah melalui pendidikan life skill dan model pendidikan kelas kecil (small group learning) berbasis kearifan local. Mengingat kecamatan Gerokgak merupakan wilayah penyumbang tertinggi angka buta aksara/putus sekolah, maka secara bertahap program IbW Gerokgak mencanangkan pendidikan keaksaraan bagi masyarakat buta huruf/putus sekolah melalui pendidikan life skill/keaksaraan dengan model pendidikan kelompok kelas kecil di empat desa wilayah sasaran IbW, yakni desa Patas, desa Gerokgak, desa Sanggalangit, desa Musi, desa Pemuteran, desa Banyupoh. Jumlah anggota kelompok masyarakat belajar di setiap desa bervariasi 10-15 orang. Tutor kelompok belajar diambil dari mahasiswa KKN dan anggota masyarakat setempat yang berkompeten
diberdayakan untuk
mendampingi kegiatan belajar dan mengajar. Kegiatan belajar secara formal dilakukan melalui tatap muka, tetapi juga disuplemen dengan aktivitas kontekstual dalam proses pembelajaran melalui kegiatan-kegiatan produktif
xvi
ekonomi dan pendidikan life skill, seperti pembuatan makanan tradisional dan pengolaha ikan.
Gambar 9. Aktivitas pendidikan life skill dan keaksaraan
g. Peningkatan dan Pembinaan Kesehatan Keluarga dan Masyarakat serta Sanitasi Lingkungan melalui program Aksi Pemberdayaan Keluarga KK Miskin, KK sejahtera dan Organisasi Kemasyarakatan yang terkait menuju bina keluar mandiri bidang pangan, kesehatan, dan sumber energi. Terdapat 2302 KK miskin yang tersebar di kecamatan Gerokgak, termasuk di empat desa wilayah sasaran IbW. Pola kemiskinan struktural yang terjadi di wilayah ini, perlu penanganan yang terpadu sehingga KK miskin dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Program yang dicanangkan IbW dalam konteks penanganan KK miskin adalah pemberdayaan KK miskin melalui program simantri ( sistem pertanian-peternakan terintegrasi) dalam skala rumah tangga. Masing-masing desa di wilayah IbW Gerokgak diambil 10 KK miskin sebagai keluarga binaan IbW. Aktivitas inisiasi yang dilakukan di setiap keluarga miskin adalah (1) mengintroduksi perternakan dengan sistem kandang, (2) pemberian bantuan bibit babi, (3) menginstall biogas skala rumah tangga, dan (4) penanaman bibit pakan ternak dan pangan di halaman rumah, (5) program tanam satu pohon pisang di halaman rumah, (6) pelayanan kesehatan gratis. Kondisi dan program aksi KK miskin sasaran IbW Gerokgak seperti ditunjukkan pada gambar 10. xvii
Gambar 10. Kondisi dan Program Aksi KK Miskin
h. Penghijauan dan pembinaan adat istiadat, keagamaan, generasi muda, lembaga sosial, dan pengkapasitasan lembaga social. Sesuai dengan permintaan masyarakat dan pemetaan analisis kebutuhan terhadap aktivitas keagamaan dan sosial masyarakat wilayah sasaran IbW Gerokgak, makan penghijauan dilakukan dengan (1) penanaman bibit pohon jati kamelina. Pohon jati kamelina, di satu sisi dapat berfungsi sebagai tanaman konservasi/penghijauan, namun juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak oleh masyarakat, sehinggan dapat mengurangi beban hutan yang sering menjadi sasaran pengrusakan masyarakat miskin dalam pemenuhan pakan ternak dan kayu bakar; dan (2) penanaman bibit pohon kelapa varietas lokal Bali, untuk pemenuhan tingginya tuntutan upacara keagamaan baik vertikal maupun horizontal akan kebutuhan kelapa lokal Bali. Pengadaan bibit tanaman untuk penghijauan, pada tahun 2011 ini , IbW Gerokgak telah mendorong poktan untuk membuat pembibitan tanaman lokal tradisional Bali untuk item tanaman konservasi hutan di kawasan Gerokgak. Hal ini penting dilakukan untuk proses pelestarian hutan berbasis pada budaya dan kearifan lokal masyarakat di sekitarnya. xviii
Gambar 11. Penghijauan dan Pembinaan keagamaan/adat istiadat Selain program konservasi hutan untuk meningkatkan kemampuan hutan untuk menampung air, sehingga menekan ancaman kekeringan di wilayah Gerokgak, juga dilakukan perawatan dan penataan sumber-sumber air yang sudah ada, baik pemanfaatnnya secara horizontal maupun vertikal. Keyakinan masyarakat akan tersedia dan terjaganya sumber air di beberapa kawasan lahan kering di wilayah Gerogak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang perlu dijaga dan disucikan, maka dari itu atas kesepakatan warga masyarakat, pemkab, dan tokoh agama/adat dalam program IbW ini membangun tempat pura Beji, sebagai tempat penginstanaan kesucian air/ dan pemujaan dewa air dalam menjaga/mencegah kawasan gerokgak dari ancaman kekeringan seperti ditunjukkan pada gambar 11. Pura Beji ini juga sekaligus difungsikan sebagai media perekat ikatan sosial masyarakat dalam pemanfaat air baik bagi pertanian, peternakan, dan pemenuhan kebutuhan hidup seharihari. Pada tahun 2012 ini
IbW Gerokgak juga memfasilitasi masyarakat
Gerokgak untuk membangun pura Panca Tirta sebagai situs spiritual xix
masyarakat dalam pengelolaan sumber mata air yang ada di Pegunungan Gerokgak. Situs pura Panca Tirta ini akan berfungsi sebagai media religius dan sosial dalam menjaga keutuhan dan harmonisasi masyarakat sekitarnya. i. Publikasi Ilmiah IbW Gerokgak Publikasi pelaksanaan dan produk program IbW tahun pertama 2012 sampai laporan kemajuan ini ditulis baru dilakukan melalui (1) “Press Release” di media masa Bali Post tentang demplot pertanian multikultur di wilayah IbW Gerokgak, (2) Publikasi ilmiah di jurnal “ Widya Laksana” LPM Undiksha, yang berjudul
“PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
DENGAN
PARTISIPATORY
ACTION
LEARNING SYSTEMS (PALS) BERBASIS POTENSI WILAYAH DAN KEARIFAN LOKAL UNTUK PENGENTASAN KEMISKINAN DI KECAMATAN GEROKGAK KABUPATEN BULELENG”, seperti ditunjukkan pada gambar 12. Selanjutnya akan dilajutkan publikasi aktivitas IbW Gerokgak secara komprehensif pada jurnal DP2M Dikti “ Ngayah” dan Jurnal terakreditasi P2M di luar Undiksha.
DIALOG INTERAKTIF DI PRO 3 RRI
Gambar 12. Publikasi Hasil Program IbW Gerokgak Tahun 2011 xx
Saat laporan ini ditulis, IbW Gerokgak masih menyisakan beberapa program masih belum bisa terlaksana, karena terlambatnya pencairan dana pendamping dari Pemkab, Buleleng, yakni (1) Program penghijauan dan konservasi hutan IbW Gerogak tahun kedua (tahun 2012) akan dilakukan mulai awal Desember menunggu musim hujan tiba, sehingga ada jaminan ketersediaan air untuk tumbuh dan berkembangnya bibit tanaman secara baik, (2) Pembangunan outlet dan balai produksi di desa Patas, desa Gerokgak, desa Sanggalangit, desa Musi, desa Pemuteran, dan desa Banyupoh, beserta pengkapasitasan masyarakat dalam usaha ekonomi produktif dalam bidang pengolahan hasil dan limbah pertanian dan peternakan, dan (3) Program pelayanan kesehatan masyarakat, juga akan dilakukan saat musim hujan, yang mana ditengarai aneka macam penyakit kesehatan masyarakat intensitasnya relatif tinggi pada saat musim hujan, maka dari itu program IbW Gerogak pada aspek
kesehatan
masyarakat
ini
akan
dilaksanakan
Desember
2012.
Keterlambatan pencairan dana dari Pemkab. Buleleng disebabkan karena aspek birokrasi akibat pergantian suksesi kepemimpinan di kabupaten Buleleng. Namun demikian, Bupati terpilih memiliki komitmen yang kuat untuk tetap melanjutkan pendampingan in kind and in cash untuk menindaklajuti pelaksanaan program IbW di wilayah lahan kering Gerokgak. Selama tiga tahun pelaksanaan program IbW di kawasan lahan kering di kecamatan Gerokgak mulai tahun 2010 sampai dengan 2012 telah berhasil mentransformasi dan membentuk perilaku masyarakat dalam budaya taniternak dari pola tradisional-konvensional menjadi sistem tani-ternak koloni berbasis zero waste yang dapat memberikan trickle down effect pada peningkatan kualitas hidup masyarakat dengan pemanfaatan energi alternative biogas dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan membangun budi daya taniternak berbasis organik, sehingga dapat menekan pengeluaran in cash. Di sisi yang lain penguasaan kompetensi life skill telah mampu menggeliatkan aktivitas ekonomi masyarakat yang dapat mendatangkan income bagi keluarga melalui kegiatan produksi kuliner dari hasil tani-ternak. Kehidupan sosial-religius menjadi semakin harmonis, melalui proses reduksi potensi konflik dengan mengeliminasi hegemoni penguasaan terhadap sumber-sumber alam yang menguasai hayat hidup orang banyak. Program IbW di kawasan lahan kering xxi
Gerokgak, selain menyentuh aspek peningkatan modalitas infrastruktur fisik dan modalitas capital produktif, juga telah mampu menurunkan kuantitas warga yang buta aksara dan putus sekolah melalui pendidikan berbasis masyarakat dengan sistem cluster. Kelompok-kelompok belajar kecil (small group learning) yang dicanangkan secara relatif telah mampu mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat buta aksara untuk meningkatkan kemampuan dasar membaca-menulis dan berhitung (calistung) secara gradual dan berkelanjutan. Namun demikian, perubahan perilaku yang telah ditunjukkan masyarakat dalam aktivitas ekonomi-produktif di kawasan lahan kering Gerokgak perlu ditindaklajuti secara berkesinambungan melalui program pendampingan yang sistemik dari Undiksha, Unipas dan Pemkab. Buleleng untuk membangun budaya produktif berbasis masyarakat, sehingga ada kesadaran dan perilaku unjuk kerja yang mengarah pada peningkatan kualitas hidup dan kenyamanan hidup yang berkelanjutan.
xxii
FOTO-FOTO DOKUMENTASI (1)
(2)
xxiii
(3)
(4)
xxiv
(5)
(6)
xxv
IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW) DI KAWASAN LAHAN KERING KECAMATAN GEROKGAK KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI oleh, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja-Indonesia e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Program Ipteks bagi Wilayah (IbW) di kawasan lahan kering Gerokgak merupakan upaya sinergis Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Universitas Panjisakti dan Pemerintah kabupaten Buleleng dalam pemberdayaan komunitas melalui difusi ipteks dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pilar-pilar kegiatan IbW meliputi pemetaan potensi wilayah dan melaksanakan program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam pertanian-peternakan-perikanan, pendidikan life skill dan kewirausahaan, dan pembinaan adat-istiadat, keagamaan/lembaga sosial. Pelaksanaan program IBW menggunakan metode PALS (participatory action learning system) meliputi; (1) penyadaran, (2) pengkapasitasan, (3) pendampingan, dan (4) pelembagaan. Produk program IbW meliputi terwujudnya deplot setra industri pengolahan kelapa, demplot pertanian multikultur, demplot peternakan berbasis zero waste. Program IbW telah berdampak pada peningkatan kesadaran masyarakat untuk meningkatkan aktivitas ekonomi-produktif, peningkatan penguasaan IPTEKS dalam diversifikasi proses pengolahan hasil tani-ternak-perikanan, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Kata-kata kunci: IbW, pemberdayaan, PALS, potensi wilayah ABSTRACT The programme of IbW (The Science and Technology for Region) in the drought area of Gerokgak was the sinergic efforts’ of University of Ganesha Education, University of Panjisakti, and The Regency Government of Buleleng in the community empowering through science and technology diffusion in order to enhance the life quality of society. The mains activities of IbW were: mapping the area potency, and implementing the programs of science and technology to boost the improving the knowledge and skills in agriculture-livestock-fishery, education, life skill and entrepreneurship, as well as quiding the socials customary, religious, and social institutions. The implementation of IbW programme used PALS (participatory action learning system) method covering (1) awareness, (2) capaciting, (3) scaffolding, and institutionalization. The products of the IbW were the installation of demonstration and plots of the centre coconut processing industry, and the multiculturalism agriculture the zero waste based. The IbW programme has impacted on the existence of increasing public awareness to improve the economic xxvi
productive activities, and the improving of community capability in science and technology in terms of diversification process of the agricultural-livestock-fishery product, as well as the increasing of society income. Key words: empowerment, poornes family, PALS, region potency, IbW 1.
Pendahuluan Secara umum, kondisi eksisting kawasan IBW yang meliputi desa Patas, desa
Gerokgak, desa Musi, desa Sangalangit, Desa Pemuteran, dan desa Banyupoh merupakan kawasan yang diproyeksikan menjadi kawasan industri pariwisata perikanan, pertanian peternakan dalam arti luas untuk menunjang eknomi masyarakat. Keenam desa ini merupakan wilayah pantai dan perbukitan, yakni perpanduan antara laut dan pegunungan (nyegara-gunung) beriklim tropis, dengan curah hujan yang relatif sangat rendah. Keadaan tanahnya sebagian besar kering/tegalan yang hanya dapat ditanami tanaman hortikultura, palawija, perkebunan, dan beberapa diantaranya persawahan. Lapisan top soil tanah relatif sangat tipis dengan tingkat kesuburan yang terbatas, karena tanah bersifat poros, sehingga sulit menyimpan air. Kegiatan ekonomi sebagain besar bertumpu pada
masyarakat
aktivitas pertanian, peternakan, perikanan, dan
pariwisata. Namun demikian, budidaya pertanian dan peternakan masih bersifat tradisional, yang miskin dengan sentuhan ipteks. Pengembangan peternakan tradisional yang tidak ramah lingkungan, sering menimbukan persoalan sanitasi lingkungan dan sumber wabah penyakit. Padahal limbah pertanian dan peternakan, melalui penerapan ipteks dapat dirubah menjadi sumber pakan ternak, pupuk organik dan sumber energi bakar alternatif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian masyarakat. Solusi yang ditawarkan untuk menangani permasalahan wilayah sasaran IBW adalah melaksanakan program ipteks bagi wilayah, yakni: (1) melaksanakan program aksi inisiasi IbW, yakni: (a) program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam dalam program pertanian-peternakan-perikanan terpadu melalui (b) pembuatan demplot pertanian multikultur, (c) demplot peternakan terpadu yang ramah lingkungan (zero waste), (c) pengembangan demplot sentra industri kecil berbasis kelapa, dan (d) pembuatan demplot budidaya tambak ikan bandeng, (e) Program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan managemen wirausaha, perkoperasian dan pemberdayaan ekonomi masyarakat dan revitalisasi UKM-UKM,
pembinaan KK miskin, dan
pemberantasan buta aksara, dan (f) pengolahan aneka makanan tradisional dan modern xxvii
berbasis hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan, serta (g) melakukan evaluasi dan refleksi komprehensif terhadap program aksi, sebagai dasar pertimbangan dalam menjaga keberlanjutan program IBW di wilayah Gerokgak secara mandiri. 2. Metode Pelaksanaan IbW Metode pelaksanaan IBW adalah metode PALS (participatory action learning system), yang dikembangkan oleh Linda Mayoux tahun 2000-1n ( Chambers, 2007). Metode PALS merupakan salah satu metode pemberdayaan dalam lingkup PLA (participatory learning and action). Metode pelaksanaan IbW dengan PALS merupakan metode pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kewilayahan dengan tahapantahapan kegiatan, yakni (1) tahap penyadaran (Awareness) merupakan tahap inisiasi untuk menyadarkan masyarakat agar memahami kondisi dan potensi wilayah, serta usaha produktif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup, (2) tahap pengkapasitasan (participating) merupakan tahap pelibatan partisipasi aktif masyarakat dalam penguasaan ipteks, (3) tahap pendampingan (scaffolding) adalah tahap pendampingan pada masyarakat untuk membangun, mengelola, dan membesarkan usaha produktifnya, salah satunya melalui pembanguan demplot dan (3) tahapan pelembagaan (institutionalization) adalah mewadahi usaha produktif masyarakat pada suatu kelompok institusi yang dapat memudahkan proses belajar, transfer IPTEKS, pemasaran, dan jaminan legalitas formal. 3. Hasil dan Pembahasan Kegiatan IbW di kawasan lahan kering Gerokgak tahun 2012, diawali dengan sosialisasi secara vertikal dengan menghaturkan upacara permohonan ijin/permakluman (piuning) kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang berstana di Pura Desa masing-masing di desa Patas, Gerokgak, Sanggalangit, Musi, Pemuteran, dan Banyupoh. Selanjutnya, sosialisasi juga dilakukan secara horizontal dengan masyarakat dengan menghadirkan aparat pemerintah di tingkat kecamatan, desa, adat, tokoh masyarakat dan ketua kelompok produktif-ekonomis masyarakat di kawasan lahan kering Gerokgak, baik melalui kegiatan tatap muka maupun dialog interaktif di RRI. Saat sosialisasi, beberapa respon masyarakat dalam menyikapi kegiatan IbW Gerokgak terungkap bahwa (1) IbW Gerokgak memberi manfaat yang baik dalam mendampingi masyarakat dalam programprogram pembangunan, khususnya terkait dengan aktivitas tani-ternak, (2) masyarakat xxviii
terobsesi untuk mengembangkan kawasan mandiri energi yang berbasis pada pengolaham limbah tani-ternak, dan (3) Program IbW hendaknya tersosialisasi sampai ke lapisan masyarakat bawah.
Gambar 1. Sosialisasi Program IbW tahun-3 di kawasan lahan kering Gerokgak Program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam diversifikasi produk pengolahan kelapa menjadi produk berorientasi pasar dilakukan dengan pengembangan demplot sentra industri kecil berbasis kelapa di 4(empat) desa sasaran IbW. Pada kegiatan IbW tahun ketiga, pengelolaan demplot pengolahan kelapa ini ditangani oleh Ibu-ibu rumah tangga yang terkabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT), yang dinaungi oleh 4(empat) poktan yakni: poktan Patas, Poktan wanasari, poktan harapan kita, dan poktan Musi. Pengkapasitasan, dan pendampingan dalam pengolahan kelapa dilakukan pada semua anggota kelompok melalui pengembangan demplot centra pengolahan kelapa, yang diselenggarakan di empat desa, yakni desa Patas, Gerokgak, Sanggalangit, dan desa Musi. Setiap demplot yang ada di masingmasing desa dibantu hibah IbW berupa peralatan mesin pengolah daging kelapa “three in one” , yakni parut, peras, dan saring, yang diproduksi oleh unit “UJI” Universitas Mahasaraswati Denpasar.
xxix
Gambar 2. Demplot Centra Pengolahan Kelapa Dengan bantuan IPTEKS, tanaman kelapa dapat ditingkatkan pemanfaatannya baik dari segi pemanfaatan langsung, dikonsumsi atau diolah menjadi minyak goreng, batangnya untuk bangunan rumah/mobiler, bahan bakar untuk industri kapur, genteng serta gerabah, maupun dari segi pengolahan dengan sentuhan teknologi modern untuk menghasilkan produk-produk berorientasi ekspor. Secara utuh buah kelapa terdiri dari (1) bagian luar, adalah sabut kelapa dan tempurung kelapa, (2) daging kelapa, dan (3) air kelapa. Sabut kelapa dapat dipilah menjadi dua komponen yaitu serabut dan serbuk (cocodust). Serabut dapat digunakan untuk bahan jok mobil, tali, keset dan kerajinan yang lainnya, sedangkan serbuknya dapat dipergunakan untuk media tanam tanaman hias. Tempurung kelapa digunakan sebagai arang dan untuk bahan bakar produksi tanah liat. Dengan cara yang lebih modern tempurung kelapa dapat diolah menjadi briket sebagai bahan bakar untuk memaksa, menjadi karbon hita dan karbon aktif, sedangkan asap pembakaran tempurung kelapa dapat diolah menjadi liquid smoke sebagai bahan pengawet ikan. Secara keseluruhan, proses pengolahan kelapa dan produk turunannya. Daging kelapa dapat digunakan dalam pembuatan minyak dan VCO, santan, dan blondo. Sementara itu, air kelapa dapat diolah menjadi kecap dan sirup sari kelapa. Partisipasi anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) dan anggota poktan dalam kegiatan usaha produktif pengolahan kelapa sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dari intensitas kehadiran, dan kuantitas dan kualitas persoalan/pertanyaan yang disampaikan terkait dengan pembuatan minyak kelapa VCO dan minyak lentik/minyak tradisional. Hasil pemberdayaan poktan dalam usaha produktif berbasis kelapa adalah (1) adanya peningkatan kompetensi dalam pengolahan kelapa, khususnya dari minyak tradisional menjadi VCO, (2) menghasilkan kualitas produk minyak tradisional/VCO yang lebih baik, (3) meningkatkan kapasitas produksi pengolahan kelapa menjadi minyak/VCO, (4) xxx
mendorong proses transformasi IPTEKS dalam penggunaan peralatan mesin pengolahan kelapa “three in one”bantuan IbW kepada kelompok poktak di masing-masing desa, dan (5) usaha produktif berbasis kelapa ini akan mendorong kelompok untuk membentuk koperasi usaha kelapa yang menjadi unggulan komoditas ekonomi desa di wilayah garapan IbK Gerokgak. Selain membina usaha produktif kelapa di setiap demplot yang ada di setiap desa kawasan IbW Gerokgak, Kegiatan program IbW lahan kering di Kecamatan Gerokgak pada tahun ketiga (tahun 2012) juga membina usaha kecil dan menengah berbasis kelapa yang ada di kawasan itu dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan managemen wirausaha, perkoperasian dan pemberdayaan ekonomi masyarakat dan revitalisasi UKM difokuskan pada UKM pengolahan kelapa menjadi minyak tradisional, managemen usaha, dan pemasaran yakni UKM Minyak kelapa tradisional “mangga dua”, yang dikomandani oleh Pak Made Yuliartha. UKM kelapa ini termasuk industri kecil skala rumah tangga. Pada tahun kegiatan 2012 ini, UKM “mangga dua” dibina dalam aspek managemen pembukuan dan pemasaran, selain program pendampingan dalam peningkatan kapasitas produksi dan diversifikasi produk olahan kelapa.
Gambar 3. Revitalisasi UKM Pengolahan Kelapa Minyak lentik (tradisional) yang diproduksi UKM minyak mangga dua, awalnya masih menggunakan teknologi tradisional, baik dalam cara pengolahan, maupun peralatan produksi yang digunakan belum mampu mendatangkan keuntungan yang maksimal. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan UKM dalam pengolahan kelapa menjadi minyak lentik secara modern dengan memanfaat ektrak kimia dalam mempercepat produksi dan penggunaan mesin parut “three in one” yang dihibahkan IbW kepada UKM telah mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi minyak xxxi
lentik yang dihasilkan oleh UKM minyak mangga dua di desa Sanggalangit. Usaha industri kecil minyak kelapa ini juga dieskalasi pemberdayaannya di setiap demplot yang ada di wilayah IbW Gerokgak, yakni desa Patas, desa Gerokgak, desa Sanggalangit, desa Musi, desa Pemuteran, dan desa Banyupoh. Masing-masing demplot pada pelaksanaan IbW Gerokgak tahun ketiga
ini telah dihibahkan masing-masing
mesin parut kelapa “three in one”, dengan harapan ada kegiatan produksi minyak kelapa di setiap demplot. Proses pemanasan produksi minyak lentik di demplot menggunakan kompor biogas hasil pengolahan limbah ternak.
Gambar 4. Pengolahan Aneka Makanan Tradisional dan Modern Wilayah sasaran IbW lahan kering Gerokgak menghasilkan produk pertanian, perkebunan, dan perikanan yang berlimpah saat musim panen. Akibat rendahnya penguasaan kompetensi dalam pengolahan hasil pertanian/perkebunan sering panen yang berlimpah belum mampu memberi kontribusi ekonomis dalam mendongkrak penghasilan keluarga. Pengolahan aneka makanan tradisional dan modern berbasis hasil pertanian melalui pelatihan dan pendampingan produksi, managemen, dan pemasaran merupakan upaya solutif yang dapat dikedepankan dalam membantu masyarakat sasaran IbW untuk meningkatkan taraf hidupnya. Aktivitas IbW dalam konteks ini pada tahun 2012 adalah pelatihan pengolahan pisang Gerokgak menjadi produk (1) sele pisang, (2) sale pisang, (3) keripik pisang, (4) pisang goreng, (5) sumping, (6) kolek pisang, dan (7) produksi jamu kunir.
. Penyadaran dan pengkapasitasan kelompok PKK dilakukan
melalui pelatihan dan pendampingan produksi, dan pemasaran, seperti ditunjukkan pada gambar 4. Keterbatasan yang dimiliki lahan kering cenderung membuat kegiatan pola usahatani bersifat subsistem (tradisional).
Pola usahatani tanaman semusim yang biasanya xxxii
dilakukan di lahan kering adalah pola usahatani tanaman pangan seperti jagung, kacang tanah dan jenis palawija lainnya. Pola usahatani tanaman pangan dilakukan pada musim penghujan menggunakan teknologi sederhana dengan varietas lokal sehingga hasilnya rendah.
Selain itu pemeliharaan ternak (umumnya sapi) masih tradisional dan
monokultur sehingga produktivitasnya rendah. Pemberdayaan masyarakat di kawasan lahan kering di kecamatan Gerokgak pada program IbW tahun ketiga ini dilakukan dengan pencanangan program aksi pertanian-peternakan multikultur, sesuai dengan diskusi mendalam dengan masyarakat di 6(empat) desa dengan merefleksi hasil kegiatan IbW tahun kedua (tahun 2011), yakni desa Patas, Gerokgak, Sanggalangit dan desa Musi, melalui pembuatan demplot tani-ternak multikultur . Sampai tahun ketiga (tahun 2012) pelaksanaan IbW Gerokgak, telah berhasil menginstal 4(empat) unit demplot tani-ternak multikultur, yakni di desa Patas, desa Gerokgak, desa Sanggalangit, dan desa Musi, sedangkan pada tahun ketiga ini instalasi unit demplot tani-ternak multikultur akan dibangun di desa Pemuteran dan desa Banyupoh. Infrastruktur fisik yang dibangun IbW Gerokgak pada setiap demplot adalah (1) unit kandang koloni sapi, kandang koloni babi dan kandang koloni ayam, (2) unit pengolahan limbah biogas dan biourine, (3) unit produksi pembuatan kompos dan minyak kelapa, (4) unit kolam ternak lele, dan (5) tanaman multikultur, meliputi tanaman pakan ternak dan tanaman tumpang sari. Ketahanan ekonomi masyarakat yang banyak bertumpu dari hasil ternak-tani disikapi dengan mengembangkan ternak multikultur,yakni ternak sapi sebagai penghasil pendapatan tahunan, ternak babi sebagai penghasil pendapatan enan bulan, dan ayam merupakan sumber penghasilan masyarakat bulanan. Hal yang sama juga pada aspek pertanian, dimana masyarakat di setiap demplot sebagai episentrum aktivitas pemberdayaan, dikapasitaskan untuk menanam tanaman yang dapat memenuhi kebutuhan konsumtif jangka pendek sampai jangka panjang. Model pertanian-peternakan terpadu merupakan aktivitas produktif pertanianpeternakan dalam satu siklus berantai, yakni
pemanfaatan limbah tanaman pada
budidaya tani untuk pakan ternak. Demikian juga sebaliknya budidaya ternak, limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk pertanian. Sebagai langkah awal diintroduksikan penanaman rumput raja dan gamal di pematang petakan lahan petani untuk menambah penyediaan hijauan pakan ternak selain itu juga diperkenalkan perkandangan menetap, dan pengawetan pakan ternak.
Selanjutnya
juga diintroduksikan pemanfaatan air
xxxiii
embung untuk pertanaman sayuran (bawang merah, semangka, kacang panjang dan bawang putih) yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Gambar 5. Demplot Tani-Ternak Multikultur IbW Gerokgak Program aksi usaha produktif pertanian-peternakan-perikanan terpadu diawali introduksi teknologi pemanfaatan limbah tanaman untuk pakan ternak serta pemakaian limbah ternak ke pertanaman,
pemeliharaan ternak sapi/babi secara intensif.
Langkah awal mengintroduksikan model perkandangan menetap dan
(1)
penanaman
rumput raja dan gamal di pematang petakan lahan untuk penyediaan hijauan pakan ternak, dimana demplot tani-ternak terpadu akan dibangun di masing-masing desa. (2) mengintroduksikan diversifikasi penanaman sumber hayati baik di pekarangan rumah, lahan tegalan kosong, dan sekitar demplot tani-ternak terpadu. Setiap anggota kelompok tani (Poktan) diminta untuk menanam dan merawat satu pohon pisang. (3) mengintroduksi pemanfaatan embung air dalam pemenuhan kebutuhan air di musim kering. Hasil pemberdayaan masyarakat yang terkabung kelompok tani (poktan) dalam usaha produktif pertanian multikultur dan peternakan ternak sapi/babi terpadu adalah (1) adanya peningkatan kompetensi bertani multikultur dalam intensifikasi budi daya ternak sapi/babi/ayamayam terpadu, menuju usaha produktif yang zero waste, (2) mendorong proses transformasi IPTEKS dalam pengolahan limbah ternak sapi/babi/unggas menjadi xxxiv
pupuk dan bio-gas, (5) adanya peningkatan investasi kekompok tani dalam bentuk jumlah bibit ternak sapi/babi/ayam modal yang diberikan pada program IbW di masingmasing desa. Semua
aktivitas produktif ekonomi yang berlangsung di poktan
berlangsung dengan baik karena IbW Gerokgak telah memfasilitasi ketersediaan listrik PLN 1300 watt, 220 volt, sehingga semua peralatan produksi dapat bekerja dengan baik, biogas untuk bahan bakar alternatif dan embung reservoar air untuk keperluan taniternak dan kebutuhan air sehari-hari.
Gambar 6. Demplot Peternakan Terpadu Zero Waste Pola peternakan tradisional non-koloni yang berkembang di masyarakat wilayah IbW, kurang memperhatikan sanitasi lingkungan. Peternakan non-koloni sering menjadi sumber pencemaran lingkungan yang mengancam kesehatan masyarakat dan keasrian lingkungan hidup di sekitarnya. Masyarakat secara berjenjang perlu dibudayakan beternak terpadu yang ramah lingkungan (zero waste) melalui pembuatan demplot peternakan terpadu yang dilengkapi dengan sistem pengolahan limbah menjadi sumber energi alternatif biogas sebagai energi alternatif bahan bakar, bio-urine dan pupuk organik (kompos) untuk bio-fertilizer pertanian. Program inisiasi IbW pembudayaan masyarakat lahan kering gerokgak pada tahun ketiga 2012 dalam peternakan terpadu ramah lingkungan dilakukan dengan pembuatan demplot peternakan terpadu zero waste pada kelompok tani-ternak Renon Asri di desa Gerokgak, dan kelompok tani-ternak harapan kita di desa Sanggalangit seperti ditunjukkan pada gambar 6. Selain membangun sistem pengolahan limbah, poktan juga diberi bantuan sapi, babi dan ayam untuk meningkatan modal kerja poktan. Pemanfaatan biogas di demplot lebih banyak digunakan untuk energi bahan bakar alternatif untuk xxxv
usaha produkti ekonomi minyak kelapa, sehingga dapat menekan biaya produksi untuk membeli minyak tanah. Disamping itu, pemanfaatan pengolahan limbah ternak dalam bentuk biogas ini juga disosialisasi di tingkat keluarga. Setiap keluarga yang memiliki 2 ekor ternak sapi, juga diberdayakan untuk membangun unit reaktor biogas untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar sehari-hari. Pada tahun 2012 ini, IbW Gerokgak sudah berhasil menginstal 25 unit biogas di tingkat keluarga tersebar di wilayah garapan IbW Gerokgak.
Gambar 7. Aktivitas pendidikan life skill dan keaksaraan Mengingat kecamatan Gerokgak merupakan wilayah penyumbang tertinggi angka buta aksara/putus sekolah, maka secara bertahap program IbW Gerokgak mencanangkan pendidikan keaksaraan bagi masyarakat buta huruf/putus sekolah melalui pendidikan life skill/keaksaraan dengan model pendidikan kelompok kelas kecil di empat desa wilayah sasaran IbW, yakni desa Patas, desa Gerokgak, desa Sanggalangit, dan desa Musi. Jumlah anggota kelompok masyarakat belajar di setiap desa bervariasi 10-15 orang. Tutor kelompok belajar diambil dari mahasiswa KKN dan anggota masyarakat setempat yang berkompeten diberdayakan untuk mendampingi kegiatan belajar dan mengajar. Kegiatan belajar secara formal dilakukan melalui tatap muka, tetapi juga disuplemen dengan aktivitas kontekstual dalam proses pembelajaran melalui kegiatan-kegiatan produktif ekonomi dan pendidikan life skill, seperti pembuatan makanan tradisional dan pengolahan ikan. Terdapat 2302 KK miskin yang tersebar di kecamatan Gerokgak, termasuk di empat desa wilayah sasaran IbW. Pola kemiskinan struktural yang terjadi di wilayah ini, perlu penanganan yang terpadu sehingga KK miskin dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Program yang dicanangkan IbW dalam konteks penanganan KK miskin xxxvi
adalah pemberdayaan KK miskin melalui program simantri ( sistem pertanianpeternakan terintegrasi) dalam skala rumah tangga. Masing-masing desa di wilayah IbW Gerokgak diambil 10 KK miskin sebagai keluarga binaan IbW. Aktivitas inisiasi yang dilakukan di setiap keluarga miskin adalah (1) mengintroduksi perternakan dengan sistem kandang, (2) pemberian bantuan bibit babi, (3) menginstall biogas skala rumah tangga, dan (4) penanaman bibit pakan ternak dan pangan di halaman rumah, (5) program tanam satu pohon pisang di halaman rumah, (6) pelayanan kesehatan gratis.
Gambar 8. Kondisi dan Program Aksi KK Miskin Sesuai dengan permintaan masyarakat dan pemetaan analisis kebutuhan terhadap aktivitas keagamaan dan sosial masyarakat wilayah sasaran IbW Gerokgak, makan penghijauan dilakukan dengan (1) penanaman bibit pohon jati kamelina. Pohon jati kamelina, di satu sisi dapat berfungsi sebagai tanaman konservasi/penghijauan, namun juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak oleh masyarakat, sehinggan dapat mengurangi beban hutan yang sering menjadi sasaran pengrusakan masyarakat miskin dalam pemenuhan pakan ternak dan kayu bakar; dan (2) penanaman bibit pohon kelapa varietas lokal Bali, untuk pemenuhan tingginya tuntutan upacara keagamaan baik vertikal maupun horizontal akan kebutuhan kelapa lokal Bali. Pengadaan bibit tanaman untuk penghijauan, pada tahun 2012 ini , IbW Gerokgak telah mendorong poktan untuk membuat pembibitan tanaman lokal tradisional Bali untuk item tanaman konservasi hutan di kawasan Gerokgak.
xxxvii
Gambar 9. Penghijauan dan Pembinaan keagamaan/adat istiadat Selain program konservasi hutan untuk meningkatkan kemampuan hutan untuk menampung air, sehingga menekan ancaman kekeringan di wilayah Gerokgak, juga dilakukan perawatan dan penataan sumber-sumber air yang sudah ada, baik pemanfaatnnya secara horizontal maupun vertikal. Keyakinan masyarakat akan tersedia dan terjaganya sumber air di beberapa kawasan lahan kering di wilayah Gerogak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang perlu dijaga dan disucikan, maka dari itu atas kesepakatan warga masyarakat, pemkab, dan tokoh agama/adat dalam program IbW ini membangun tempat pura Beji, sebagai tempat penginstanaan kesucian air/ dan pemujaan dewa air dalam menjaga/mencegah kawasan gerokgak dari ancaman kekeringan seperti ditunjukkan pada gambar 9. Pura Beji ini juga sekaligus difungsikan sebagai media perekat ikatan sosial masyarakat dalam pemanfaat air baik bagi pertanian, peternakan, dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Pada tahun 2012 ini IbW Gerokgak juga memfasilitasi masyarakat Gerokgak untuk membangun pura Panca Tirta sebagai situs spiritual masyarakat dalam pengelolaan sumber mata air yang ada di Pegunungan Gerokgak. Situs pura Panca Tirta ini akan berfungsi sebagai media religius dan sosial dalam menjaga keutuhan dan harmonisasi masyarakat sekitarnya.
4. Penutup Dari paparan hasil dan pembahan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. (1) profil potensi wilayah IbW di kecamatan Gerokgak, yakni desa Patas, desa Gerokgak, desa Sanggalangit, desa Musi, desa Pemuteran, dan desa Banyupoh menunjukkan daya dukung lahan yang cukup luas, dan potensi pertanian-peternakanxxxviii
perikanan yang cukup tinggi. Lahan yang digunakan untuk pengembangan usaha dalam bidang pertanian dalam arti luas, sebagian besar adalah lahan kering. (2) Program inisiasi IbW pada tahun III (Tahun 2012) telah berhasil membangun (1) demplot pengolahan kelapa, demplot pertanian multikultur, (2) demplot peternakan berbasis zero waste, (3) Dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan program inisisasi IbW, yakni (a) peningkatkan kesadaran masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup melalui aktivitas ekonomi yang produktif berpijak pada potensi dan kearifan lokal yang ada, (b) peningkatan penguasaan IPTEKS untuk meningkatkan kapasitas dan diversifikasi produksi hasil tani-ternak, (c) peningkatan investasi ekonomi KK miskin dalam bentuk mesin kelapa, bibit, modal, dan (d) peningkatan pendapatan (income) KK miskin.
DAFTAR PUSTAKA Beebe, James. Basic Concepts and Techniques of Rapid Appraisal. Human Organization, vol. 54, No. 1, Spring 1995. BPS, 1998. Crisis Poverty and Human Development in Indonesia. BPS. UNDP, Jakarta Emil Salim. 1980. Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan. Jakarta Yayasan Idayu. Friedman, John, 1992, Empowerment : The Politics of Alternative Development. Blackwell Publishers, Cambridge, USA Irawan, P.B. dan Romdiati. H, 2000. The Impact of Economic Crisis on Povertyand its Implication for Development Strategies, Paper Presented at National Workshop on Food and Nutrition VII. LIPI, 29 Febuari – 2 Maret 2000, Jakarta Kartasasmita, Ginandjar. 1995. Pemberdayaan Masyarakat: Sebuah Tinjauan Administrasi; Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Administrasi pada Fakultas Ilmu Administrasi Pemangunan Universitas Brawijaya; Malang. 1995. Wayan Lasmawan. 2011. Ipteks bagi Wilayah di kecamatan Gerokgak. Jurnal Widyalaksana. Universitas Pendidikan Ganesha. ISSN: 1410-4369. Edisi Juli 2011. hlm 11-23
xxxix
xl