Volume 5 No 2 December 2015 Guidena | Journal of Guidance and Counseling
Penerapan Kewibawaan dalam proses Pembelajaran P-ISSN : 2088-9623 66
E-ISSN : 2442-7802
PROFILE OF HIGH TOUCH IN THE APPLICATION LEARNING PROCESS
Ali Mashari STKIP AL Islam Tunas Bangsa Bandar Lampung Abstract: This research generally aims to get brief description of application high touch in learning process. This research is conducted by descriptive quantitative method. The population is all teachers and students at senior high school. Samples are taken by using stratified cluster random sampling technique. The percentage, correlation and t test. The results of this research reveal that application high touch in learning process less and teachers’ opinion about high touch implementation as implication of teachers’ understanding toward learning process differ significantly with students’ opinion. In general, teachers’ opinion score is higher compared with student’s opinion score Keywords: high touch, learning process, students
dilakukan, terutama bila diinginkan
PENDAHULUAN Proses
pembelajaran,
pada
hasil belajar yang baik, yaitu hasil
dasarnya tidak dapat dilepaskan dari
belajar yang bermakna, komprehensif,
pemahaman pendidik tentang peserta
dan berguna dalam kehidupan peserta
didiknya.
didik.
Hal
ini
dikarenakan
pandangan pendidik terhadap peserta
Konsep pembelajaran menurut
didik tersebut akan mendasari pola
Covey (1997) adalah suatu proses di
pikir dan perlakuan yang diberikan
mana lingkungan secara
kepada peserta didiknya. Pembelajaran
dikelola untuk memungkinkannya turut
merupakan
suatu
proses
yang
serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kompleks,
sebab
dalam
setiap
kaitannya dengan pencapaian tujuan
pembelajaran sekedar
peserta
menyerap
didik
informasi
tidak dari
pembelajaran. dalam
upaya
Proses
disengaja
pembelajaran
pencapaian
tujuan
pendidik, tetapi melibatkan potensinya
tersebut, sangat dipengaruhi tipe/gaya
dalam melaksanakan berbagai kegiatan
guru
maupun
pembelajaran (Ballantine, 1983:189).
tindakan
yang
harus
dalam
melaksanakan
proses
67
ISSN 2088-9623 E- ISSN 2442-7802
Ali Mashari
Guru memiliki posisi dan peran yang
pendidik
strategis dalam meningkatan kualitas
peserta didik akan menyebabkan terjadi
proses pembelajaran di kelas. Peran
praktik-praktik
tersebut antara lain dapat dilakukan
kurang
melalui
terhadap
pengoptimalan
segenap
yang
kurang
memahami
pembelajaran
memberikan
kemungkinan
pengembangan
potensi
kompetensi pribadi dalam melakukan
peserta
perubahan
penyelenggaraan
peserta didik akan terabaikan, tersia-
proses pembelajaran yang lebih baik (
siakan dan bahkan mungkin terdholimi.
G Michael
Sebab, kewibawaan pendidik yang
untuk
(1993:118). Kepribadian
didik.
yang
Akibatnya
guru yang baik, tercermin dari gayanya
meliputi
melaksanakan
pembelajaran
sayang dan kelembutan, pengarahan,
yang efektif. Guru yang efektif antara
penguatan dan tindakan tegas yang
lain
mendidik
proses
ditandai
dengan
lima
pokok
unsur
potensi
serta
karakter perilaku yaitu kejelasan dalam
teraplikasikan
memberikan
pembelajaran.
materi
pelajaran,
menguasai teknik penyampaian materi, berorientasi siswa,
kepada
perkembangan
menekankan
banyak
keteladanan
sekolah, pendidik
dalam
kasih
tidak proses
disinyalir
masih
yang
belum
proses
memahami dan mengetahui hakekat
pembelajaran (keaktifan siswa), dan
peserta didik secara baik dan benar.
berorientasi pada kesuksesan siswa
Akibatnya dalam proses pembelajaran,
Proses mampu
kepada
Di
pengakuan,
pembelajaran
belum
sepenuhnya
terlihat
adanya
segenap
internalisasi nilai-nilai yang terkandung
didik.
dalam materi pelajaran dalam usaha
mencakup
pengembangan potensi yang dimiliki
dimensi
peserta didik yang mencakup berbagai
kemanusiaan serta pancadaya yang
dimensi kemanusiaan dan pancadaya
dimiliki
melalui
mereka. Kenyataan ini dapat terlihat
teraplikasikannya kewibawaan (high-
pada adanya perlakuan-perlakuan yang
touch)
kurang
segenap
mengembangkan
harus
potensi
Pengembangan keseluruhan
peserta itu
hakekat
peserta
dalam
pembelajaran diselenggarakannya.
dan
didik
setiap
proses
mendidik
dari
pendidik
yang
terhadap peserta didik, antara lain,
Sebaliknya,
membentak di depan umum, melabeli
68
Penerapan Kewibawaan dalam proses Pembelajaran
dengan gelar yang buruk, seperti Si
kemanusiaan
Bodoh, Si Tolol dan sebagainya. Hasil
teraplikasikannya
penelitian yang dilakukan Robinson
(Pokja Pengembangan Peta Keilmuan
(1986)
Pendidikan, 2005).
menyimpulkan
bahwa
pemberian label kepada peserta didik di
siswa
Sebaliknya,
melalui
kewibawaan
guru
yang
kurang
sekolah memiliki pengaruh yang kuat
memahami
terhadap keberhasilan atau kegagalan
menyebabkan terjadi praktek-praktek
peserta didik. Label yang buruk akan
pembelajaran yang kurang memberikan
menyebabkan peserta didik identik
kemungkinan terhadap pengembangan
dengan
potensi
label
Sedangkan
yang
label
diberikan.
yang
peserta
didik
didik.
akan
Akibatnya
akan
peserta didik akan terabaikan, tersia-
meningkatkan harapan yang besar bagi
siakan dan bahkan mungkin terdholimi.
peserta
Sebab, kewibawaan
didik
baik
peserta
di
untuk
meraih
keberhasilan.
yang meliputi
unsur pengakuan, kasih sayang dan
Tindakan-tindakan pendidik yang
kelembutan,
pengarahan,
penguatan
kurang memahami hakekat peserta
dan tindakan tegas yang mendidik serta
didik
keteladanan,
tersebut
pada
akhirnya,
tidak
teraplikasikan
mengakibatkan peserta didik merasa
dalam proses pembelajaran (Prayitno.,
kurang dihargai. Hal itu, menimbulkan
dkk. 2005).
kondisi yang kurang kondusif dalam belajar
dan
kurang
terhadap
pembelajaran secara profesional, yaitu
potensi
praktik pendidikan yang didasarkan
seluruh
pada
tetapi,
pendidikan.
akan
tanggung
jawabnya untuk melaksanakan proses
yang dimiliki oleh peserta didik, akan malahan
dituntut
memberikan
kemungkinan terkembangkannya
Pendidik
cenderung
mematikannya.
kaidah-kaidah
peningkatan
Esensi
keilmuan permasalahan
profesionalisme
Pemahaman guru tentang peserta
pendidikan menurut Winarno (2005)
didik yang benar akan tercermin dalam
adalah masalah akuntabilitas pendidik.
pengembangan segenap potensi siswa
Ia melontarkan sinisme bahwa praktik
peserta
itu
pendidikan yang dilaksanakan oleh
dimensi
pendidik di sekolah tidak didasari oleh
didik.
mencakup
Pengembangan
keseluruhan
69
ISSN 2088-9623 E- ISSN 2442-7802
Ali Mashari
ilmu
pendidikan
atau
“pentip”
(pendidikan-tanpa-ilmu pendidikan). Pendidik
secara
proses pembelajaran di dalam kelas (classroom change) sesuai
konsep
leluasa
pembelajaran yang baik. Sehingga
“mementip” peserta didik dalam proses
banyak kelas harus berfungsi sebagai
pembelajaran
basis pembelajaran dari pada sebagai
tanpa
dasar
ilmu
pendidikan yang kuat atau bahkan tidak dimiliki
sama
sekali.
arena pengajaran.
Praktik
Kenyataan
bahwa
pendidik
pendidikan yang demikian ini, tentu
sering menampilkan gaya yang kurang
saja
mengembangkan
disenangi peserta didik seperti pemarah
potensi yang dimiliki peserta didik, dan
dan cepat emosional, cerewet dan pilih
mungkin bisa merapuhkan dan bahkan
kasih, bertentangan dengan kebutuhan
mematikannya.
peserta
tidak
dapat
“Pentip”
dapat
didik
menimbulkan berbagai permasalahan
menginginkan
belajar
yang
dan
permasalahan
umum
yang
sangat
penampilan
pendidik
tidak
pemarah/emosional,
lainnya (Ida Umami, 2004). Kenyataan
pendidik yang baik, ramah, pintar dan
ini diperkuat oleh hasil penelitian
penuh
Prayitno.,
terjadi antara pendidik dengan peserta
dkk
(2005)
mengungkapkan
yang
banyaknya
didik
perhatian.
dalam
Hubungan
proses
yang
pembelajaran
permasalahan yang dialami
peserta
hendaknya
didik
proses
gaya/penampilan
efektif
cenderung memposisikan peserta didik
disebabkan pembelajaran yang kurang
pada kedudukan yang inferior, pasif,
mengindahkan kewibawaan
lebih menunjukkan pada permusuhan
terkait
pembelajaran
dengan
yang
kurang
tetapi
terfokus pada aspek kewiyataana.
terhindar
dari
pendidik
yang
dan pelecehan terhadap kemanusiaan
Kelas yang efektif ditunjang
dan potensi yang dimiliki peserta didik.
iklim sekolah yang memfasilitasi tugas
Kondisi
pendidik menjadikan semua ruang
pendidik dengan peserta didik bersifat
kelas sebagai effective classrooms.
kontraproduktif
Mohd
juga
untuk mendorong peserta didik belajar
diperlukan
dengan lebih giat dan lebih berhasil
adanya perbaikan yang mendasar pada
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Ansyar
mengemukakan
(2005:1) bahwa
negatif
dalam
terhadap
hubungan
motivasi
70
Penerapan Kewibawaan dalam proses Pembelajaran
Sebaliknya
pembelajaran
cenderung
kurang
yang
mengaplikasikan
pembelajaran dalam upaya pencapaian tujuan
pendidikan
akan
dapat
high touch membuat peserta didik
diwujudkan seirama dengan
kurang bergairah mengikuti pelajaran
potensi yang dimiliki peserta didik
dalam perwujudan sikap acuh tak acuh
yang dikenal baik oleh pendidik.
terhadap
pendidik,
memperhatikan disampaikan melamun,
tidak
pelajaran pendidik,
atau
yang
mengantuk,
bahkan
menciptakan suasana
mau
Berdasarkan belakang
masalah
segenap
paparan di
latar
atas,
maka
masalah penelitian adalah bagaimana
sengaja
profil penerapan kewibawaan dalam
yang kurang
proses pembelajaran. Secara umum
kondusif dalam proses pembelajaran
penelitian
seperti sengaja mengganggu teman,
memperoleh
mengejek pendidik, keluar pada waktu
dengan penerapam kewibawaan dalam
pendidik mengajar dan sebagainya.
proses pembelajaran melalui penerapan
Kondisi sebagaimana digambarkan ini
high touch menurut pendidik dan
tentu saja tidak akan mendukung
peserta didik serta perbedaannya antar
terciptanya situasi bagi terwujudnya
variabel, yaitu variabel kelas, sekolah
lingkungan belajar yang kondusif untuk
dan
mengoptimalkan
pembelajaran,
pemahaman pendidik tentang peserta
sehingga tujuan yang telah ditetapkan
didik terhadap aplikasi penerapan high
akan sulit untuk dicapai. Hal ini semua
touch dalam proses pembelajaran dan
tidak serasi dengan penerapan ilmu
profil aplikasi pemahaman pendidik
pendidikan
produktif
tentang peserta didik dalam proses
terhadap upaya untuk mengoptimalkan
pembelajaran melalui penerapan high
pembelajaran
touch.
yang
konter
dan
meminimalkan
pengajaran.
jenis
bertujuan
gambaran
kelamin,
untuk
berkenaan
sumbangan
Hasil penelitian ini diharapkan
Berdasarkan sebagaimana
ini
dipaparkan
fenomena
bermanfaat bagi kepala sekolah dalam
di
meningkatkan kualitas pendidik dalam
atas,
dirasakan mendesak adanya usaha yang
proses
mengarah kepada perbaikan penerapan
berkenaan
kewibawaan
pendidik/pendidik
dalam
proses
pembelajaran, dengan
terutama pemahaman
tentang
hakekat
71
ISSN 2088-9623 E- ISSN 2442-7802
Ali Mashari
peserta
didik,
sehingga
proses
Populasi dalam penelitian ini
pembelajaran tersebut menumbuhkan
adalah seluruh guru dan siswa Kelas 1
suasana yang memungkinkan peserta
dan Kelas 2 IPA dan IPS SMA Negeri
didik untuk dapat mengembangkan
Kota Padang. Sampel diambil dengan
segenap dimensi kemanusiaan dan
teknik
pancadaya sesuai dengan harkat dan
sampling. Penarikan sampel dalam
martabat kemanusiaannya.
penelitian ini dilakukan melalui dua
Hasil penelitian juga diharapkan bermanfaat
bagi
pendidik
stratified
tahap.
cluster
Tahap
random
pertama
adalah
dalam
mengidentifikasi sampel berdasarkan
meningkatkan wawasan, pengetahuan,
strata sekolah dan dilanjutkan dengan
keterampilan, dan sikap berkenaan
tahap kedua yaitu penentuan sampel
dengan
berdasarkan kelas, dengan mengikuti
pemahamannya
tentang
hakekat peserta didik dan aplikasinya
langkah
dalam proses pembelajaran melalui
Cochran (1977).
penerapan high touch, sehingga setiap
yang
SMA
dengan
kategori/kelompok
yang
tinggi
oleh
Sampel penelitian ini adalah
proses pembelajaran tersebut diwarnai penghargaan
dikemukakan
Negeri
1
Padang
untuk
tinggi,
SMA
terhadap peserta didik sesuai dengan
Negeri 5 Padang untuk kelompok
hakekat kemanusiaannya.
sedang dan SMA Negeri 13 Padang untuk kelompok rendah. Sedangkan guru diambil 8 orang dari masing-
METODE Penelitian ini bersifat deskriptif karena
menggambarkan
kondisi
masing kelas yang menjadi sampel penelitian
yang
keseluruhannya
pemahaman pendidik terhadap peserta
berjumlah 72 0rang.
didik. Di samping itu penelitian ini
Variabel dalam penelitian ini ada dua
juga
yaitu
bersifat
korelasional
karena
variabel
laten
pemahaman
melihat hubungan antara pemahaman
pendidik tentang peserta didik dengan
guru terhadap peserta didik dengan
lima observable variabels
implikasi pemahaman tersebut dalam
manusia
proses pembelajaran.
sempurna,
sebagai makluk
yakni:
makhluk yang
yang
tertinggi
derajatnya, makhluk yang bertaqwa,
72
Penerapan Kewibawaan dalam proses Pembelajaran
makhluk menjadi khalifah di bumi dan
SD untuk kategori baik, + 1 SD untuk
makhluk pemilik hak asasi manusia
kategori cukup, mean untuk kategori
(HAM) dan variabel laten implikasi
sedang, - 1 SD untuk kategori kurang
pemahaman
dan - 2 SD, untuk kategori cukup.
guru
terhadap
proses
pembelajaran melalui penerapan high touch
dengan
variabels
enam
yakni
observable
pengakuan, kasih
sayang dan kelembutan, penguatan, tindakan
tegas
yang
mendidik,
pengarahan dan keteladanan.
dan
Gambaran Data Temuan Penelitian Profil aplikasi kewibawaan (high touch)
berbeda
antara
apa
yang
nyatakan oleh guru dengan apa yang
Instrumen penelitian ini adalah angket
HASIL DAN PEMBAHASAN
dokumentasi.
Angket
dinyatakan oleh siswa. Data hasil temuan
penelitian
tentang
Profil
digunakan untuk mengumpulkan data
aplikasi pemahaman pendidik tentang
primer berkenaan dengan pemahaman
peserta
pendidik tentang peserta didik dan
pembelajaran melalui penerapan high
implikasinya
touch tergambar pada Grafik sebagai
terhadap
proses
pembelajaran. Angket penelitian ini disusun
dalam
bentuk
semantik
differensial. Sedangkan dokumentasi digunakan untuk memperoleh data skunder berkaitan dengan pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah Pengumpulan data dilakukan
didik
dalam
proses
berikut: 3.8 3.7 R3.6 a3.5 t 3.4 a - 3.3 r 3.2 a3.1 t 3 a2.9 2.8 2.7
3.66 3.46
3.54 3.45
3.37 3.31
3.3 3.18
3.15
3.18 3.08
3.11
PengakuanKas & KelemPenguatan Tingasdik PengarahanKeteladanan
langsung oleh peneliti sendiri terhadap
Pendidik
Peserta Didik
seluruh sampel yang telah ditentukan dalam penelitian ini. Data penelitian diperoleh
melalui
angket
Grafik 1. Profil Aplikasi Kewibawaan dalam Proses Pembelajaran
yang
kemudian dianalisis dengan prosentase, korelasi dan t tes. Untuk mengetahui tingkat pencapaian responden pada masing-masing variabel digunakan + 2
Berdasarkan data yang tertera dalam Grafik kewibawaan pembelajaran
tentang profil aplikasi dalam di
proses atas
dapat
dikemukakan bahwa secara umum
73
ISSN 2088-9623 E- ISSN 2442-7802
Ali Mashari
pendapat
guru
lebih
tinggi
dari
PEMBAHASAN
pendapat siswa. Pendapat peserta didik
Berdasarkan
paparan
hasil
yang lebih tinggi dari pendapat siswa
penelitian di atas secara umum dapat
mencakup lima aspek high touch
dikemukakan
mencakup: pengakuan, kasih sayang
kewibawaan masih perlu untuk terus
dan kelembutan, penguatan, tindakan
ditingkatkan.
tegas yang mendidik serta pengarhan.
menjadi perhatian dari semua pihak
Sedangkan pada aspek keteladanan
terkait
ternyata rata-rata skor pendapat siswa
sekolah
lebih tinggi.
bersangkutan
Data temuan hasil penelitian
bahwa
Kondisi
terutama
penerapan
ini
pihak
maupun
haruslah
pimpinan
guru untuk
mengembangkan
yang dapat
lebih
lanjut
sebagaimana terangkum dalam Grafik
penerapan kewibawaan dalam proses
di atas juga dapat dikemukakan bahwa
pembelajaran.
apabila dilihat dari ketercapaian skor
mengingat
rata-rata (mean) yang diperoleh baik
instrumental dasar bagi guru dalam
oleh guru maupun oleh siswa terlihat
melaksanakan
tugas
bahwa skor rata-rata pendidik lebih
tanggungjawabnya
dalam
tinggi dari peserta didik. Hal ini dapat
pembelajaran.
dimaknai bahwa pendidik secara umum
Hal
ini
kewibawaan
penting merupakan
dan proses
Tugas dan tanggungjawab guru
mengemukakan pendapat yang lebih
yang
baik
kewibawaan
pemahaman yang baik terhadap tentang
dalam proses pembelajaran dari pada
kewibawaan dan penerapannya dalam
apa yang dikatakan siswa. Namun
proses pembelajaran. Guru memiliki
demikian, secara statistik uji beda ini
tanggungjawab dalam mengembangkan
tidak dapat dilakukan (misalnya dengan
potensi peserta didik agar mampu
uji t) karena dikhawatirkan terjadi bias.
kreatif dan dinamis. Agar potensi
Hal ini sangat dimungkinkan terjadi
tersebut
karena dalam menilai diri sendiri bisa
serasi dan maksimal, maka peserta
saja pendidik bersikap kurang objektif.
didik harus ditinjau kedudukannya
tentang
aplikasi
berat
dapat
menghendaki
berkembang
sebagai makhluk yang
adanya
secara
utuh. Utuh
Penerapan Kewibawaan dalam proses Pembelajaran
74
sebagai individu (pribadi) dan dalam
baik. Hal ini disebabkan karena tujuan
kaitannya dengan masyarakat.
pendidikan itu akan mudah tercapai
Tuntutan
akan
pentingnya
bila dalam proses pembelajaran, guru
penerapan kewibawaan guru terhadap
menerapkan
kewibawaan
siswa ini juga searah dengan tuntutan
teraktualisasi
dalam
yang digariskan oleh kode etik guru
tugasnya
yang antara lain menghendaki guru
pembelajaran.
berupaya untuk memperoleh informasi tentang
yang
pelaksanaan
menjankan
proses
Berdasarkan temuan penelitian di
peserta didik sebagai bagan
atas, juga dapat dikemukakan bahwa
melakukan bimbingan dan pembinaan.
secara umum guru sudah menerapkan
Selain itu, guru menciptakan suasana
kewibawaan walaupun belum atau
sekolah
yang
kurang optimal. Padahal seharusnya
proses
guru dapat menerapkan kewibawaan
sebaik-baiknya
menunjang
berhasilnya
pembelajaran.
dengan
Kewibawaan dan penerapannya sangat
diperlukan
pengembangan
baik
dalam
pembelajaran,
karena
merupakan
alat
Kewibawaan
merupakan
proses
kewibawaan pendidikan.
karena
itu
unsur
dari
pendidikan” yang diaplikasikan oleh
kompetensi paedagogik sebagaimana
pendidik untuk menjangkau (to touch)
termuat dalam Stándar pendidikan
kedirian peserta didik dalam hubungan
Nasional. Pemahaman guru tentang
pendidikan. Kewibawaan ini mengarah
kewibawaan dan penerapannya secara
kepada kondisi high-touch, dalam arti
positip
membawa
perlakuan pendidik menyentuh secara
pengaruh/dampak yang besar dalam
positif, konstruktif, dan komprehensif
pengembangan interaksi dalam proses
aspek-aspek
pembelajaran.
peserta didik. Kewibawaan meliputi:
merupakan
proses
dalam
lebih
salah
satu
diharapkan
Hasil
penelitian
berkenaan
“alat
kedirian/kemanusiaan
(1) pengakuan, (2) kasih sayang dan
dengan kewibawaan dan penerapannya
kelembutan,
dalam proses pembelajaran
pengarahan (5) tindakan tegas yang
menghendaki
adanya
ini juga
peningkatan
pemahaman guru kearah yang lebih
(3)
penguatan,
mendidik, dan 6) keteladanan.
(4)
75
ISSN 2088-9623 E- ISSN 2442-7802
Ali Mashari
Secara umum guru diharapkan menciptakan kondisi yang baik, yang memungkinkan setiap peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya. Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan creativitas
peserta
didik,
belajar. Namur dalam pelaksanaannya
bahwa
guru
kurang
masih
banyak
pendapat siswa. DAFTAR PUSTAKA Ballantine, Jeanne H. (1983). The Sociology of Education, A Systematic Analysis. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
melalui
berbagai interaksi dan pengalaman
seringkali
guru lebih tinggi dibandingkan dengan
menyadari kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan justru
Cohran, William G. (1991). Teknik Penarikan Sampel (penerjemah: Rudiansyah). Jakarta: UI Press Covey, Stephen R. (1997). Principle Centered Leadership. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
menghambat aktivitas dan kreativitas G Michael. 1993. The New Meaning of Educational Change. NewYork: Teacher College Press
peserta didik.
KESIMPULAN Dari diungkapkan
hasil
penelitian
bahwa
penerapan
kewibawaan oleh guru dalam proses pembelajaran masih belum optimal dan perlu untuk terus ditingkatkan ke arah yang lebih baik. Ada penrbedaan pendapat yang cukup signifikan terkait dengan penerapan kewibawaan antara guru dengan siswa terkait dengan penerapan enam observable variabels yakni
pengakuan, kasih sayang dan
kelembutan, penguatan, tindakan tegas yang
mendidik,
keteladanan
pengarahan dalam
dan proses
pembelajaran. Secara umum pendapat
Ida Umami.. 2004.. Persepsi Peserta didik tentang Konsep dan Kegiatan Bimbingan dan Konseling. Padang Skolar Jurnal Pendidikan Volume 5, No. 2, Desember 2004.: PPS UNP. Mohd. Ansyar. 1989. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. Pokja Pengembangan Peta Keilmuan Pendidikan. (2005). Peta Keilmuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Prayitno. 2005. Sosok Keilmuan Ilmu Pendidikan. Padang: Fakultas Ilmu Pendidikan UNP.
Penerapan Kewibawaan dalam proses Pembelajaran
Robinson, Philip. (1986). Beberapa Prespektif Sosiologi Pendidikan, (penerjemah: Hasan Basri. Jakarta: Rajawali Winarno Surachmad. 2005. Pendidikan Tanpa Ilmu Pendidikan. Makalah Disampaikan pada Seminar Internasional Pendidikan dan Pertemuan FIP-JIP.
76