Volume 5 No 2 December 2015 Guidena | Journal of Guidance and Counseling
Makna Penyesuaian Bagi Istri Yang Suami Berpoligami 1 P-ISSN : 2088-9623 E-ISSN : 2442-7802
MEANING OF ADJUSTMENT FOR WIFE WITH HUSBAND'S HAVE POLYGAMY Hetty Anggraini STKIP AL Islam Tunas Bangsa Bandar Lampung
Abstract: This study aims to discover the meaning of adjustments for the wife whose husband's polygamy. Subjects in this study were 3 people who were selected based techniques purposivitas with the characteristics of the subject, the woman who was the first wife of a polygamous husband, aged between 40-70 years, have children, have their own income, and age polygamous marriage a minimum of 3 years. The data in this study were collected through participant observation and in-depth interviews. To assess the validity of the data used triangulation method. This research is a qualitative approach to multi-case study. The results of this study indicate that the meaning of adjustment for wives whose husbands are polygamous through life with not much demand, thanks to the existing favors. Life lived at this time is the road to self-closeness to the Creator and the path of devotion to Allah Subhannahu Wa Ta'ala. Meaning of adjustments for the wife whose husband polygamous sourced from creative values, experiential values , and attitudinal values. Keywords: polygamy, meaning, adjustments, marriage
bertambahnya
PENDAHULUAN Poligami,
mendengar
rasa
curiga
istri
katanya
pertama terhadap suami, dan anak-
saja sudah mengundang kontroversi.
anak menderita lahir batin karena
Terlebih lagi dari berbagai media
saling berebut kasih sayang, saling
terdengar
cemburu,
kisah-kisah
memilukan
saling
curiga
dan
pada keluarga yang terkena dampak
membenci, terjadinya ketidakadilan
langsung poligami. Dampak-dampak
perhatian,
yang biasanya terangkat oleh media
harta, dan kemunduran ekonomi
tentunya dampak-dampak buruk dari
(Hambrah, 2006). Uraian kasus di
berpoligami. Dampak-dampak buruk
atas menggambarkan bahwa ada sisi
tersebut diantaranya; berkurangnya
kehidupan yang mungkin tidak biasa
kepercayaan istri pada suami dan
bagi orang lain, atau bahkan ada
cinta,
dan
pembagian
©2015 oleh Prodi Bimbingan dan Konseling FKIP UM Metro Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
2
ISSN 2088-9623 E- ISSN 2442-7802
Hetty Anggraini
yang
memujinya
merupakan penuh
sisi
dinamika.
luar
biasa
hasil-hasil
penelitian
terkait
kehidupan
yang
kehidupan
perkawinan
poligami,
Seorang
istri
diantaranya yang dilakukan oleh
mengizinkan suaminya menikah lagi
Multahada
dan
bukan tanpa pertimbangan atau latar
Multahada
(2005)
belakang
penelitiannya membuktikan bahwa
faktor
yang
Widyastuti. melalui
mempengaruhinya hingga ia dapat
mayoritas
remaja
memberi izin tersebut. Risiko dari
poligami
mengalami
kekerasan
perizinan tersebut
psikologis.
Kekerasan
psikologis
pikirkan
bahwa
memiliki
istri
pun telah ia kelak
suaminya
lain tidak hanya
tersebut
yang
menurunkan
Penalaran
moral
ayahnya
harga
remaja
ayahnya
rumah tangganya di hari kemudian
rendah. Widyastuti (2002) juga telah
dengan
baru.
meneliti bahwa harga diri remaja
kehidupan
yang orangtuanya poligami lebih
perkawinan poligami pun ia lakukan
rendah dibandingkan dengan harga
seperti yang tergambar pada uraian
diri
kasus di atas. Penerimaan terhadap
monogami,
kehadiran orang-orang baru (istri
remaja yang orangtuanya poligami
kedua, dan seterusnya) adalah bagian
lebih tinggi daripada tingkat depresi
dari proses penyesuaian yang penuh
remaja yang orangtuanya monogami.
Penyesuaian
orang
terhadap
dinamika.
Menurut
Baik kalangan jurnalis maupun akademisi
remaja
telah
mempublikasikan
banyak
yang
karya-karyanya
pun
yang
dirinya. Ada cerita baru juga dalam
hadirnya
poligami
diri.
yang dan
terbilang
orangtuanya
tingkat
Lianawati
depresi
(2008)
poligami terjadi karena seseorang tidak lagi berkomitmen pada aspekaspek
struktural. tersebut
Aspek-aspek
yang berkenaan dengan kehidupan
struktural
di
antaranya
perkawinan poligami. Warna-warni
adalah ada ketergantungan finansial
dari karya-karya tersebut tergambar
dari pihak istri, memikirkan masa
bahwa ada yang berpihak dan ada
depan anak-anak, nama baik pribadi
pula
yang tidak berpihak pada
dan keluarga, birokrasi perceraian
poligami. Seperti yang terdapat pada
yang sulit, status janda yang negatif
Makna Penyesuaian Bagi Istri Yang Suami Berpoligami
di mata masyarakat, dan sebagainya.
membolehkan
Hal ini diduga menyebabkan istri
Hindu
menerima
hingga empat istri. Hal ini bercermin
suami
berpoligami.
(Lianawati, 2008)
mengizinkan
ajaran
perkawinan
pada tradisi orang Bali tempo dulu,
Menengok diturunkannya
poligami,
3
pada
sejarah
para
raja
berkuasa.
yang
Poligami diistilahkan sama dengan
berkenaan dengan poligami, bahwa
“kresna atau kresna brahmacari”.
di zaman nabi banyak janda-janda
Putu
yang perlu disantuni dikarenakan
poligami yang terjadi di Bali itu
suami mereka meninggal di medan
diantaranya beralasan menghindari
perang, sehingga menikahi janda-
status janda. Sedangkan pandangan
janda juga merupakan solusi atas
kedua,
kehormatan
(Ad
membolehkan poligami. Poligami
lanjut
yang diizinkan pada ajaran Hindu
Dimasyqi,
ayat-ayat
terutama
masyarakat 2000).
Lebih
Anggraeni
ajaran
dijelaskan juga terjadinya poligami
pun,
pada
keturunan
zaman
Nabi
tersebut
tak
seperti
menambahkan
Hindu
karena atau
tidak
tak
punya
karena
sakit.
terlepas karena situasi dan kondisi
Poligami dalam ajaran Hindu sejalan
yang memaksa hal tersebut dilakukan
dengan UU perkawinan maupun PP
demi melindungi perempuan dari
nomor
segala bentuk penindasan.
diperbaharui dengan PP nomor 45
Ajaran
agama
Kristen
tidak
membenarkan poligami (Matius 19: 6).
Menengok
pernah
pada
dituliskan
sejarahnya, pada
kitab
10
tahun
1983
yang
tahun 1999, poligami boleh atas seizin istri pertama. Negara
Republik
Indonesia
dengan kekuatan hukumnya yang
perjanjian lama bahwa poligami
berlaku
memang pernah ada, terbatas pada
poligami yang terdapat pada UU No.
raja-raja. Di kalangan masyarakat
1 tahun 1974 dalam pasal 3, 4, 5, dan
yang ada hanya monogami.
pasal
Pada ajaran Hindu ada dua
mengatur
65. Sekali
perundang-undangan
pula
praktek
pun peraturan yang
secara
penafsiran yang berbeda tentang
jelas mengatur praktek poligami agar
poligami.
suami dapat mempertimbangkan hal
Pandangan
pertama
4
ISSN 2088-9623 E- ISSN 2442-7802
Hetty Anggraini
tersebut, para aktivis feminis, para
Pada kali berikutnya, Rini Purwanti
penulis perempuan, dan sebagian
telah
tokoh agama menyatakan diri mereka
melamarkan
menolak poligami, dapat dilihat di
suaminya. Ninih, istri pertama Aa
sekitar ada perempuan-perempuan
Gym, mengakui merasa sedih dan
yang
kaget ketika suami mau berpoligami.
justru
bersedia
mengizinkan
atau
suami
dalam
mampu
Kemudian
membantu istri
suami
ketiga
pada
bagi
kesempatan
berpoligami. Hal ini tentunya sangat
berikutnya,
berseberangan
peran rumah tangga dengan istri
dengan
apa
yang
Ninih
selama ini diperjuangkan oleh para
kedua Aa Gym
perempuan pada umumnya. Oleh
perempuan
karena
dikenal
itu,
sesekali
beberapa
dapat
Inilah contoh dua
yang
melalui
berbagi
sudah
sangat
media,
mereka
perempuan tersebut mendapat protes
menjalani
dari orang-orang di sekitar mereka.
sebagai istri pertama dari suami
Namun protes tersebut tidak mampu
mereka.
menggoyahkan niat mereka, mereka
hidup
dengan
status
Perempuan ikut mengambil peran
justru dapat saling mengakrabkan
dalam
menentukan
terbentuknya
diri sesama istri dari satu suami.
perkawinan poligami, yaitu bersedia
Ada sederet nama yang cukup
menjadi istri pertama, kedua, dan
dikenal masyarakat umum, saat ini
seterusnya. Menurut hasil penelitian
tengah menjalani kehidupan keluarga
Rustanti (2004) perempuan yang
poligami. Dengan kata lain mereka
bersedia
menerima
beberapa
suami
mereka
untuk
dipoligami alasan,
memiliki diantaranya
berpoligami. Mereka pun melakukan
ketergantungan materi (perempuan
penyesuaian
dengan
tidak bekerja), pengaruh daya tarik
perkawinan
poligami.
kehidupan Dickson
(2007) menguraikan berapa fakta, masalah Purwanti,
poligami, istri
seperti:
pertama
fisik dan keterikatan. Hasil penelitian juga menjelaskan
Rini
bahwa poligami terjadi juga tidak
Puspo
terlepas dari adanya faktor penyebab
Wardoyo, mengakui menangis ketika
hingga suami melakukannya.
Ada
pertama kali suami berpoligami.
beberapa faktor yang menyebabkan
Makna Penyesuaian Bagi Istri Yang Suami Berpoligami
5
suami berpoligami, yaitu pertama,
terhadap perkawinan poligami. Para
suami merasa tidak diperhatikan oleh
istri yang bersedia dan menyesuaikan
istrinya.
dengan suaminya yang berpoligami,
Pada
dasarnya
seorang
suami sudah terbiasa dilayani oleh
memiliki
istri sehingga apabila tidak dilayani
penyesuaian
karena beberapa alasan maka suami
karena itu menarik untuk digali lebih
merasa tidak diperhatikan. Kedua,
mendalam
yaitu istri menolak hubungan intim
penyesuaian bagi istri yang suaminya
karena capek setelah bekerja seharian
berpoligami, dan mengamati proses
juga membuat suami merasa ditolak
penyesuaian mereka.
dan
merasa
tidak
diperhatikan.
Ketiga, istri tidak dapat melahirkan keturunan. Keempat, istri memiliki penyakit
kronis.
Kelima,
suami
merasa mampu secara material dan spiritual
sehingga
poligami
konsep tentang makna bagi
mereka.
tentang
Oleh
makna
Beberapa pertanyaan yang akan diungkap dalam tulisan ini adalah: 1. Apa makna penyesuaian bagi istri pertama yang suaminya berpoligami 2. Bagaimana
proses
dilakukan untuk menghindarkan diri
penyesuaian
dari perbuatan zinah. Keenam, suami
yang suaminya berpoligami?
sering bepergian, dinas ke luar kota, bekerja
berpindah-pindah,
atau
tinggal di kota terpisah. Dari
uraian
disimpulkan
di
bahwa
3. Bagaimana emosi
dapat
perkawinan
pertama
pengalaman dalam
penyesuaian atas
istri
proses
istri
pertama
yang suaminya berpoligami? 4. Bagaimana
pengalaman
poligami terjadi tidak terlepas dari
beragama
keterlibatan antara keduanya yaitu
penyesuaian
suami dan istri, apapun alasannya.
yang suaminya berpoligami?
Praktek poligami telah diatur secara
5. Bagaimana
jelas dalam agama dan perundang-
keluarga
undangan
penyesuaian
Negara
Republik
Indonesia. Masyarakat ada yang menyatakan diri pro dan kontra
dalam
proses
istri
pertama
dukungan dalam
proses
istri
pertama
yang suaminya berpoligami?
6
ISSN 2088-9623 E- ISSN 2442-7802
Hetty Anggraini
Tujuan
penelitian
adalah:
psikologis
penyesuiaan
tersebut.
mengetahui makna penyesuaian
Sebagaimana studi kasus merupakan
bagi istri pertama yang suaminya
sebuah pendekatan dalam penelitian
berpoligami, menjelaskan proses
psikologi
penyesuaian istri pertama yang
mengumpulkan
suaminya
jumlah
berpoligami,
mengungkap pengalaman emosi
yang
suaminya
berpoligami
dan
pengalaman
beragama
dalam
proses
mencoba
informasi
partisipan
yang
dari banyak
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi empat hal, antara lain: 1) Subyek penelitian
penyesuaian istri pertama yang suaminya
tidak
(Hayes, 2000).
dalam proses penyesuaian istri pertama
yang
Subyek dalam penelitian ini
berpoligami,
adalah perempuan, istri pertama dari
mengetahui dukungan keluarga
suami yang mempunyai istri lebih
dalam proses penyesuaian istri
dari
pertama
perkawinan pertama, istri pertama
yang
suaminya
berpoligami
satu,
memiliki
anak
dari
memiliki penghasilan sendiri, usia perkawinan
poligami
minimal
3
METODE PENELITIAN
tahun. Hal ini didasarkan pada hasil
1. Desain Penelitian
penelitian Burgess & Cottrell (dalam
Penelitian ini menggunakan
Landis & Landis, 1960) bahwa
desain penelitian kualitatif dengan
pasangan
pendekatan studi kasus kolektif,
sekurangnya
dengan alasan pembahasan tentang
pasangan
tersebut
makna
menyesuaikan
dalam
penyesuaian
bagi
istri
membutuhkan 2-4
tahun
pertama yang suaminya berpoligami
yang sedang dijalaninya.
adalah sesuatu yang unik, dan lebih
Penelitian
ini
waktu hingga dapat
perkawinan
melibatkan
spesifik bukan fenomena yang terjadi
sekurang-kurangnya
3
orang
pada kebanyakan orang pada suatu
perempuan. Rentang usia subyek
masa tertentu, untuk dieksplorasi
antara 40 tahun hingga 70 tahun. Hal
dalam rangka memaknai dinamika
ini didasarkan pada bahwa menurut
Makna Penyesuaian Bagi Istri Yang Suami Berpoligami
7
Santrock (2002), orang pada usia ini
hanya mengetahui informasi tentang
termasuk pada tugas perkembangan
subyek.
Informan
dewasa pertengahan hingga dewasa
dimaksud
adalah
akhir. Pengalaman emosi pada masa
tetangga subyek, ketua RT, pamong
ini lebih kompleks, transisi paruh
masyarakat setempat, dan seterusnya
kehidupan berlangsung hiruk pikuk
yang dapat memberikan informasi
dan secara psikologis menyakitkan,
guna kelengkapan data penelitian.
karena
3) Dokumen tertulis; data sekunder
banyak
aspek
kehidupan
dipertanyakan. Menurut
Levinson
tahu teman
Dokumen
yang subyek,
yang digunakan
(dalam Santrock, 2002), keberhasilan
sebagai sumber data penelitan ini
transisi paruh kehidupan terletak
antara lain surat-surat pernyataan,
pada
orang
surat-surat keterangan, catatan harian
mengurangi sifat-sifat berlawanan
(diary), atau surat-surat pribadi, foto-
dan menerima masing-masing dari
foto
mereka sebagai bagian integral dari
kehidupan keluarga poligami subyek.
keberadaanya.
4) Dokumen tidak tertulis; Metafor
seberapa
efektif
2) Informan
berkenaan
dengan
Dalam penelitian ini, metafor
Selain ada subyek dalam penelitian
yang
ini,
untuk
dipahami
dalam
pula
rangka menghindari terjadinya bias
informan. Informan penelitian ini
pada hasil penelitian, sebab subyek
tergolong
yaitu
mungkin saja menampak bahasa
informan pelaku dan informan tahu
tubuh atau emosi yang berbeda
(Koentjoro, 2007). Informan pelaku
dengan
merupakan orang-orang yang terlibat
ketika
dekat
berlangsung
menjadi
dengan
dampak
dibutuhkan
penting
dua,
subyek,
langsung
dan
terkena tidak
apa
yang
diucapkannya
proses
wawancara
Data-data yang diperlukan
langsung. Informan pelaku yang
dalam
dimaksud adalah suami, istri-istri
dikumpulkan melalui dua cara, yaitu
lainnya,
observasi dan wawancara.
kandung.
anak-anak, dan saudara Informan
tahu
adalah
orang-orang di sekitar subyek yang
1)
penelitian
Observasi
ini
akan
8
ISSN 2088-9623 E- ISSN 2442-7802
Hetty Anggraini
Dalam
penelitian
ini,
subyek di depan umum dengan yang
secara
dikatakannya ketika diwawancara,
partisipan, peneliti terlibat langsung
membandingkan apa yang dikatakan
dalam kegiatan rumah atau kegiatan
orang-orang
sehari-hari
lokasi
penelitian dengan apa yg dikatakan
penelitian. Hal ini dilakukan dengan
subyek sepanjang waktu), triangulasi
tujuan agar memperoleh informasi
dengan metode (pengecekan derajat
sebanyak-banyaknya
kepercayaan
observasi
dilakukan
subyek
di
baik
yang
tentang
penemuan
penelitian
2)
Wawancara
pengumpulan data yaitu observasi &
Dalam penelitian ini, tipe
wawancara) (Moleong, 2008).
The
Depth
menganalisi
teknik
data,
di
mana
peneliti melakukan coding dengan
dibangun
dan
ketiga bentuknya. Pertama, open
kepercayaan dibentuk agar subyek
coding; menguraikan hasil temuan,
yang
terus
memberi kode pada tiap penemuan,
mengeksplor dirinya lebih mendalam
hingga temuan-temuan dapat disusun
dan terdapat motivasi yang kuat
dalam sebuah tema. Kedua, axial
dalam diri subyek. Wawancara akan
coding; mengelompokkan tema-tema
dilakukan
rapport
Interview,
Dalam
kedua
hasil
bersifat metafor atau deskripsi.
wawancara yang digunakan adalah
dengan
situasi
terus
diwawancara
subyek,
secara informan
terpisah
pada
yang sudah ada ke dalam sebuah
pelaku
dan
kategori. Ketiga, selective coding;
informan tahu. Untuk
mengelompokkan menilai
kategori-kategori
keabsahan
tadi ke dalam sebuah alur pikir
data penelitian ini, peneliti juga
sehingga memunculkan teori baru.
menggunakan
Selective coding ini pun terbagi dua
metode
triangulasi.
Triangulasi yang akan diaplikasikan
macam
pada penelitian ini, diantaranya:
inclusive; bila data yang dibutuhkan
triangulasi
sumber
masih kurang, maka terus mencari
(membandingkan hasil pengamatan
lagi. Selective coding exclusive; data
dengan
yang sudah ada bisa saja dibuang bila
dengan
hasil
wawancara,
membandingkan apa yang dikatakan
yaitu
selective
coding
Makna Penyesuaian Bagi Istri Yang Suami Berpoligami
dirasa kurang mengena (Koentjoro,
7. Membuat
2007).
struktural dari makna dan esensi Secara lebih rinci, Stevick-
gambaran
9
tekstural-
pengalaman
Colaizzi- Keen mengajukan prosedur
8. Melakukan langkah 1 sampai 7
analisis dan interpretasi data dengan
untuk pengalaman masing-masing
metode modifikasi, dengan langkah
subyek
sebagai berikut (Moustakas, 1994): 1. Mempertimbangkan masing
masing-
pernyataan
mengenai
Dari struktural
gambaran individu
tekstural-
dari
semua
pengalaman masing-masing subyek,
pentingnya gambaran pengalaman
dibuat gabungan deskripsi makna
2. Mencatat semua pernyataan yang
dan esensi dari tekstural- struktural
sesuai dengan tema penelitian
dari pengalaman, dan dibuat juga
3. Membuat daftar pernyataan yang
penggabungan
tidak berulang dan tidak tumpang
tekstural-
tindih.
ini
dalam gambaran yang universal dari
merupakan horizon yang sama atau
pengalaman yang merepresentasikan
unit
dari
kelompok secara keseluruhan.
dan
HASIL
Pernyataan-pernyataan
makna
yang
sama
semua
struktural
gambaran
individu
ke
pengalaman 4. Menghubungkan
mengelompokkan unit makna yang sama ke dalam tema-tema
A.
Makna penyesuaian Pemaknaan ini kemudian berkait
5. Mensintesakan unit makna dan
dengan bagaimana masing-masing
tema-tema yang sama ke dalam
subyek
memaknai
deskripsi tekstural dari pengalaman
dengan
suami
dan
berpoligami. Oleh karena masing-
juga
memasukkan
contoh
penyesuaian
mereka
yang
verbatim
masing subyek memaknai kehidupan
6. Merefleksikan data ke dalam
perkawinan poligami yang dijalani
deskripsi tekstural penulis. Dengan
mereka dengan menyandarkan pada
menggunakan imaginative variation,
ketentuan
kemudian
penyesuaian bagi mereka adalah
membuat
struktural dari pengalaman
deskripsi
Tuhan,
maka
makna
hidup dengan mendapat keridhoan
10
ISSN 2088-9623 E- ISSN 2442-7802
Hetty Anggraini
dari Tuhan, melakukan berbagai kegiatan
keagamaan,
Proses
penyesuaian
masing-
bahkan
masing subyek tidak terlepas dari
semakin meningkatkan keimanan,
pengalaman emosi yang dialami
dan
masing-masing subyek. Pengalaman
sarana
untuk
semakin
mendekatkan diri dengan Tuhan.
emosi ini terlihat sejak awal ketika
B. Proses penyesuaian
suami
Subyek
subyek
waktu
meminta izin hendak berpoligami.
untuk
Masing-masing subyek mengalami
mengetahui
perasaan sedih ketika suami meminta
proses penyesuaian masing-masing
izin, namun masing-masing subyek
subyek hingga saat ini, dapat dilihat
berusaha
bagaimana subyek mengungkapkan
mereka. Hal ini didasarkan pada
alasan mampu menjalani kehidupan
adanya rasa sayang pada suami, rasa
perkawinan poligami. Alasan-alasan
kasihan pada suami, dan rasa ingin
tersebut berkenaan dengan tujuan
menghargai suami dan dihargai.
kurang
membutuhkan
masing-masing
lebih
penyesuaian.
1
tahun
Untuk
akhir dari perjalanan hidup, cara
mengendalikan
Memasuki
tahap
emosi
awal
pandang terhadap suatu masalah, dan
perkawinan
bagaimana subyek menggambarkan
masing
dirinya memiliki kesabaran dalam
pertimbangan dalam menyesuaikan
menghadapi suatu masalah.
dengan suami yang berpoligami,
Kondisi terakhir saat peneliti mewawancarai subyek,
masing-masing
kehidupan
perkawinan
poligami,
tahun
subyek
masingmemiliki
yang melibatkan juga pengalaman emosi.
Masing-masing
subyek
merasa rendah diri (merasa sudah
poligami mereka berjalan harmonis,
tua),
silaturahmi antara istri pertama dan
menghindarkan diri dari keributan.
kedua
terjalin
melengkapi
baik, dan
saling saling
memperhatikan.
penyesuaian
malu,
dan
Tahap selanjutnya pada proses penyesuaian
ini,
masing-masing
subyek juga mengungkapkan bahwa mereka
C. Pengalaman
merasa
emosi
dalam
juga
mengekspresikan
emosi
pernah marah,
Makna Penyesuaian Bagi Istri Yang Suami Berpoligami
kesal,
sedih,
dan
merasa
dikesampingkan oleh suami.
penyesuaian,
subyek selain
oleh
dari kedua orangtua mereka. Dengan
dalam
demikian rutinitas beragama telah
mengamati
dijalani sejak dahulu, hingga saat ini
pengalaman emosi dan hal-hal yang dipikirkan
penyesuaiannya. Ketiga subyek telah memiliki bekal beragama dari kecil,
Menjelaskan kondisi psikologis masing-masing
11
subyek,
mengalami peningkatan.
dapat
Berkaitan dengan pengalaman
diamati pula sikap dan perilaku
beragama dalam penyesuaian, ada
subyek dalam penyesuaian. Subyek 1
prinsip-prinsip/nilai-nilai
bersikap & berperilaku terbuka, suka
dipegang
menolong, dan tegas terutama dalam
subyek. Subyek 1 memegang prinsip
menegakkan kebenaran. Subyek 2
bahwa taat pada suami, mau dimadu,
bersikap
sabar,
mengalah,
berperilaku
oleh
ikhlas
yang
masing-masing
kelak surga
jaminannya
mengayomi, mengerti, dan memberi
mendapatkan
perhatian pada suami. Subyek 3
sebagaimana yang sering terdengar
Bersikap diam, berperilaku tidak
melalui pengajian agama. Subyek 2
banyak bicara, berusaha ikhlas, dan
memegang prinsip menjadi hamba
berusaha menyenangkan hati orang.
terbaik, menjadi tauladan, sabar,
D. Pengalaman beragama dalam
ikhlas,
selalu
di
akhirat,
bersyukur
penyesuaian
menjalani
Sebagaimana makna hidup dapat
apapun. Subyek 3 memegang prinsip
bersumber dari experiential values,
kesabaran dan keikhlasan dalam
yaitu keyakinan dan penghayatan
menerima kondisi, serta tawakal
akan nilai-nilai kebenaran, kebajikan,
pada
keindahan,
kehidupan perkawinan poligami ini.
keimanan,
dan
keagamaan,
serta
cinta
kasih
(Bastaman,
2007),
maka
dalam
mengamati makna penyesuaian istri
hidup
Allah
E. Dukungan
dalam
dalam
dalam
kondisi
menjalani
keluarga
dalam
keluarga
dalam
penyesuaian Dukungan
yang suaminya berpoligami, diamati
penyesuaian menjadi faktor penting
pula pengalaman beragama masing-
dalam proses penyesuaian (Cobb
masing
dalam dalam Rice, 1999), begitu pula
subyek
dalam
12
ISSN 2088-9623 E- ISSN 2442-7802
Hetty Anggraini
pada
penyesuaian
istri
yang
Subyek yang mengakui bahwa dalam
suaminya berpoligami. Dukungan
penyesuaiannya dengan suami yang
keluarga yang dimaksud di sini
berpoligami
adalah suami meminta izin pada istri,
emosi yang berdinamika, kadang
suami membagi waktu dan perhatian,
senang, tenang, bahagia, kadang
komunikasi istri dan suami terus
kesal, sedih, merasa rendah diri,
berlangsung,
merasa malu, mengalami emosi yang
anak-anak
mendukung
dengan
ikut memberi
turun-naik,
terdapat
tidak
pengalaman
stabil,
dengan
perhatian pada ibu mereka, serta
demikian sesuai dengan pengetian
keluarga
penyesuaian menurut Lazarus.
dekat
subyek
memberi
perhatian pula pada subyek kaitannya dengan
kehidupan
perkawinan
poligami.
Menurut Degenova & Philip (2005)
penyesuaian
merupakan
proses
menyesuaikan,
memodifikasi,
dan
mengubah
perilaku yang individualis menjadi
PEMBAHASAN Penyesuaian
perkawinan
bukan
hanya
perilaku
berpasangan
dan
proses intelektual, namun merupakan
berinteraksi secara maksimal, sebuah
aktivitas yang bersifat menyesuaikan,
proses dinamis, proses yang berjalan
melibatkan
terus menerus berlangsung salam
pengalaman
emosi,
seperti emosi stress marah, takut,
keseluruhan
cemas, merasa bersalah dan merasa
Penyesuaian perkawinan poligami
malu (Lazarus, 1961). Penyesuaian,
pada subyek, subyek menunjukkan
kuncinya terletak pada perjuangan
mampu memodifikasi dan mengubah
memaknai sesuatu, yang tidak ada
perilaku yang semula berstatus istri
pilihan bebas dan pilihan tanggung
tunggal (suami hanya milik dirinya
jawab
sendiri),
(Frankl,
dalam
Calhoun,
menjadi
perkawinan.
berstatus
istri
1990). Istri (subyek) yang mampu
pertama (suami juga milik istri
memaknai bagaimana penyesuaian
lainnya),
yang dijalani dengan suami yang
berperilaku perhatian, sayang, dan
berpoligami, dengan demikian istri
menghargai suami dan istri kedua.
telah memegang kunci penyesuaian.
dengan
bersikap
dan
Makna Penyesuaian Bagi Istri Yang Suami Berpoligami
Dinamika
pengalaman
emosi
13
Subyek memaknai penyesuaian
subyek dalam penyesuaian dengan
mereka
suami
berpoligami, atau dalam kehidupan
yang
berpoligami,
terjadi
dengan
suami
yang
turun-naik yang kadang terjadi tiba-
perkawinan
tiba ataupun sebelumnya menggejala,
menjalaninya dengan tidak banyak
atau biasa disebut didahului stressor
menuntut, bersyukur dengan nikmat
seperti yang diungkapkan Sarafino
yang ada. Kehidupan yang dijalani
(1997). Life transition pada subyek
subyek saat ini adalah jalan menuju
melibatkan
emosi,
kedekatan diri dengan sang Pencipta,
dengan adanya status baru pada
dan jalan pengabdian kepada Allah
kehidupan
Subhannahu Wa Ta’ala.
pengalaman
perkawinannya,
terbaginya
adalah
kasih
sayang
dan
suami
subyek,
dan
bersumber pula dari ketiga sumber
penambahan anggota keluarga baru.
makna hidup menurut Frankl (dalam
Oleh karenanya, sesekali subyek
Bastaman,
merasa sedih, merasa rendah diri,
values,
merasa malu, merasa cemas, marah
attitudinal values. Subyek mampu
ataupun
masa
berkarya,
pada
melaksanakan tugas dan kewajiban
perhatian
kesal
penyesuaian.
dalam
Terlebih
lagi
Makna
poligami,
penyesuaian
2007),
subyek
yaitu
experiential
creative
values,
bekerja,
serta
tahun pertama kehidupan perkawinan
dengan
poligami
dinamika
cerminan creative values. Subyek
pengalaman emosinya begitu terlihat,
bersikap sabar dan ikhlas dalam
kadang
menjalani
kehidupan
perkawinan
poligami,
cerminan
attitudinal
bahwa
subyek,
mampu dirinya
mengungkapkan menerima
takdir,
penuh
dan
tanggung
jawab,
sabar dan ikhlas, di lain waktu
values. Subyek meyakini bahwa
kadang menunjukan perilaku kesal
kehidupan yang dijalaninya saat ini
dan marah. Pengalaman emosi ini
adalah anugerah, takdir dari Allah,
dapat pula terus terjadi, atau dapat
mengimaninya dengan meningkatkan
pula subyek telah sedikit demi
rutinitas beragama, serta memelihara
sedikit belajar mengendalikan emosi.
cinta
kepada
suaminya.
anak-anak
dan
ISSN 2088-9623 E- ISSN 2442-7802
Hetty Anggraini
14
ungkapan perasaan yang dialami saat KESIMPULAN DAN SARAN
ini, dan hal-hal yang berkenaan
Kesimpulan
dengan proses pengalaman mencapai
Makna penyesuaian bagi istri
keadaan saat ini (kondisi terakhir
yang suaminya berpoligami dapat
dilakukannya
ditemukan dalam penyesuaian itu
membutuhkan waktu kurang lebih
sendiri. Makna penyesuaian bagi istri
satu tahun hingga dapat menerima
yang
suami
dimaksud
di
sini
adalah
penelitian).
Istri
berpoligami.
Proses
menjalaninya dengan tidak banyak
penyesuaian
istri
menuntut, bersyukur dengan nikmat
kemampuan
bersabar,
yang ada. Kehidupan yang dijalani
positif, serta pandai bersyukur. Saat
saat
terakhir penelitian ini, istri pertama
ini
adalah
jalan
menuju
membutuhkan berpikiran
kedekatan diri dengan sang Pencipta,
mengungkapkan
perasaan
tenang,
dan jalan pengabdian kepada Allah
senang,
bahagia
dengan
Subhannahu Wa Ta’ala.
kehidupan yang dijalaninya saat ini,
Makna penyesuaian bagi istri yang
suaminya
bersumber
dari
berpoligami
creative
values,
setelah melalui berbagai pengalaman bersama istri kedua, anak-anak dan suami.
experiential values, dan attitudinal values.
Untuk
dapat
dan
Pengalaman
emosi
istri
pertama dalam penyesuaian dengan
mengimprovisasi makna penyesuaian
suami
tersebut dibutuhkan niat, potensi diri,
dengan penuh dinamika, sesekali
tujuan,
menunjukan ekspresi emosi marah,
usaha,
metode,
sarana,
yang
berpoligami
lingkungan, asas-asas sukses dan
kesal,
ibadah (doa).
namun sesekali pula menunjukan
Proses penyesuaian istri yang suaminya
berpoligami
berkaitan
cemas,
ekspresi
emosi
bahagia.
Hal
senang, ini
bersalah,
tenang,
terlihat
ungkapan
memasuki life transition, kesiapan
diwawancara, dan metaphor yang
atau
dimiliki
menyertai ungkapan tersebut, seperti
kehidupan,
mata berkaca-kaca, menahan nafas,
dalam
menjalani
yang
pertama
dari
dengan waktu yang dibutuhkan untuk
kemampuan
istri
merasa
terjadi
ketika
Makna Penyesuaian Bagi Istri Yang Suami Berpoligami
mengelus dada, tidak berani menatap
terdahulu.
lawan bicara, tertawa, senyum, dan
dibutuhkan keterampilan yang lebih
terharu.
dalam diri peneliti untuk membantu
Pengalaman
beragama
Oleh
15
karenanya,
istri
subyek mengingat kembali kejadian-
pertama dalam penyesuaian dengan
kejadian terdahulu, dengan lebih
suaminya yang berpoligami, terjadi
variatif menggunakan bahasa-bahasa
peningkatan, rutinitas beragama terus
yang dapat menstimulus subyek, atau
berjalan, bahkan mampu memimpin
teknik tertentu yang dapat membantu
kegiatan keagamaan, dan amalan
subyek dalam memanggil kembali
sunnah semakin sering dilakukan.
ingatannya terhadap suatu kejadian
Istri pertama yang suaminya berpoligami
mendapat
di masa lalu.
dukungan
Penelitian yang terkait dengan
sosial dari anggota keluarganya,
kehidupan keluarga, terlebih lagi bila
seperti anak-anak, suami, dan istri
berkaitan pengalaman emosi atau
kedua, serta mendapat dukungan
sesuatu kejadian yang dahulu pernah
moril pula dari keluarga dekat,
menyakitkan, sangat rentan terjadi
seperti saudara kandung, saudara
bias dari informasi-informasi yang
ipar, mertua, dan saudara jauh, serta
diberikan subyek kepada peneliti,
tetangga sekitar.
atau dapat pula sulit mengungkapnya dikarenakan
subyek
tidak
ingin
mengingat atau membuka kembali
Saran Penelitian tentang kehidupan perkawinan
poligami
ini
lebih
luka lama tersebut. Menghadapi hal ini,
peneliti
harus
memiliki
banyak bersifat mengungkap masa
keberanian (bravery), menjauhkan
lalu subyek, daripada apa yang
diri
terjadi saat ini. Pengungkapan masa
pengungkapan kejadian yang bersifat
lalu terkait dengan memori subyek,
demikian
membutuhkan
banyak
kemampuan mengingat apa yang
kedekatan
dengan
banyak
dahulu terjadi. Tidak jarang subyek
membangun rapport dengan subyek
akan
hingga subyek dengan sendirinya
mengalami
mengingat
lupa,
sulit
kejadian-kejadian
dari
rasa
segan,
lebih
sebab
16
ISSN 2088-9623 E- ISSN 2442-7802
Hetty Anggraini
dapat
mengungkap
pengalaman
emosi yang dialaminya dahulu. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti penyesuaian dalam
perkawinan
disarankan
Calhoun, James F. 1990. Psychology of Adjustment & Human Relationships. Edisi ketiga. Penerbit McGraw Hill Publishing Company. New York
poligami
mengambil
subyek
penelitian lebih spesifik dalam hal usia perkawinan poligami lebih lama,
Degenova, Mary K & Rice, F. Philip. 2005. Intimate Relationship, Marriages & Families. Edisi 6. Penerbit McGraw Hill. Boston
misal 5 tahun ke atas atau juga subyek dengan poligami yang saat di
Dickson,
usia perkawinan tertentu, misal pada masa middle adulthood. Peneliti diharapkan metode
selanjutnya untuk
penelitian
juga
menggunakan lain
untuk
mendapatkan penemuan baru terkait dengan
kehidupan
perkawinan
poligami yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA Ad Dimasyqi, Al Imam Abul Fida Ibnu Katsir. 2000. Tafsir Ibnu Katsir Juz 18. (Alih bahasa: Bahrun Abu Bakar). Penerbit Sinar Baru Algensindo. Bandung Bastaman, Hana Djumhana. 2007. Logoterapi: psikologi untuk menemukan makna hidup dan meraih hidup bermakna. Penerbit Rajawali press. Jakarta
Anne Louis. 2007. Pandangan ibu-ibu ‘Aisyiyah di malang terhadap poligami. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Muhammadiyah. Malang
Hambrah. 2006. Dampak buruk poligami beserta contoh kasus. www.indonesia.faithfreedo m.org. diupdate tanggal 21 oktober 2008 Hayes,
Nicky. 2000. Doing psychological research. Penerbit Open University Press. Buckingham
Koentjoro. 2007. Bahan kuliah metodologi penelitian kualitatif. Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta Landis, Judson T. & Landis, Mary, G. 1960. Personal Adjustment, Marriage & Family Living. Penerbit Prentice Hall, Inc. New York
Makna Penyesuaian Bagi Istri Yang Suami Berpoligami
Lazarus, Richard S. 1961. Patterns of Adjustment. Penerbit McGraw-Hill Kogakusha, LTD. Tokyo Lianawati, Ester. 2008. Reduksi seksualitas dan poligami dalam UU perkawinan. www.esterlianawati.wordpr ess.com. Diupdate tanggal 21 oktober 2008 Moleong, Lexi J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit Remaja Rosdakarya. Bandung Moustakas, C. 1994. Phenomenological research methods. Penerbit Sage publication, Inc. California
17
poligami dari sudut pandang suami. Laporan praktek kerja lapangan bidang psikologi sosial. Program Profesi Psikologi. Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta Santrock, John W. 2002. Life Span Development: perkembangan masa hidup. (Alih bahasa: Juda Damanik & Achmad Chusairi). Edisi kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta Sarafino, Edward P. 1997. Health Psychology: Biopsychosocial Interaction. Edisi 3. Penerbit John Willey & Sons, Inc. New York
Multahada, Erna. 2005. Kekerasan psikologis, harga diri dan penalaran moral remaja dari keluarga dengan ayah poligami. Tesis. Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta
Tim
Rice, Philip L. 1999. Stress and Health. Edisi 3. Penerbit Brooks/Cole Publishing Company. USA
Widyastuti. 2002. Peran status perkawinan poligami dan monogami orang tua terhadap harga diri, koping, dan depresi. Tesis. Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta
Rustanti, Herlina. 2004. Tinjauan psikologis pernikahan
Redaksi. 2007. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan & Kompilasi Hukum Islam. Penerbit Citra Umbara. Bandung