1|Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2016
PENERAPAN PENDEKATAN PAILKEM PADA PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN GREEN BEHAVIOUR SISWA SEKOLAH DASAR
THE APPLICATION OF PAILKEM APPROACH TO THE SOCIAL SUBJECT LEARNING PROCESS TO IMPROVE THE GREEN BEHAVIOUR OF ELEMENTARY STUDENTS Septi Wulandari1, Nina Sundari2, Deti Rostika3 S1- Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pengetahuan, Universitas Pendidikan Indonesia Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kepedulian siswa terhadap kelestarian lingkungan seperti kurang menekankan pada nilai, norma dan moral kepedulian terhadap lingkungan serta kurangnya pembiasaan untuk menjaga lingkungan baik dari keluarga maupun sekolah. Tujuan penelitian adalah mengetahui proses pembelajaran IPS dan meningkatkan green behaviour siswa dengan menggunakan pendekatan PAILKEM. Pendekatan ini dipadukan dengan green behaviour untuk menekankan siswa lebih aktif, kreatif dan pembelajaran yang inovatif dengan menyertakan lingkungan sebagai sumber belajar. Metode penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas model John Elliot yang dilaksanakan 3 siklus pada siswa kelas IV-A SDN Mekarsari kecamatan Cileunyi dengan jumlah 34 siswa. Instrumen meliputi lembar observasi, lembar wawancara, lembar catatan lapangan, lembar penilaian green behaviour, lembar tes dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh peningkatnya nilai green behaviour dari setiap siklusnya. Perolehan nilai peningkatan green behaviour pada siklus I hingga Siklus III berada pada kriteria “Mulai Berkembang” dengan indikator sebagian besar siswa mampu 4 hari dalam seminggu memperlihatkan perilaku ramah lingkungan dan mulai konsisten. Oleh karena itu, pendekatan PAILKEM menjadi salah satu alternatif pendekatan untuk meningkatkan proses pembelajaran dan penanaman green behaviour siswa. .
Kata Kunci : Pendekatan PAILKEM, Green Behaviour, Pembelajaran IPS.
1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab 2
Septi Wulandari¹, Nina Sundari², Deti Rostika3 Penerapan Pendekatan PAILKEM pada Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Green Behaviour Siswa Sekolah Dasar | 2 ABSTRACT
This research is motivated by the lack of awareness of students on environmental sustainability such as less emphasis on values, norms and moral concern for the environment as well as the lack of habituation to safeguard the environment both from the family and school. The research objective was to determine the learning process and improve green behavior IPS students using PAILKEM approach. This approach combined with green behavior to emphasize the students more active, creative and innovative learning environment by including as a learning resource. This research method is a classroom action research model of John Elliot conducted three cycles in grade IV-A SDN Mekarsari Cileunyi districts with the number of 34 students. Instruments include observation sheets, sheets interviews, field notes sheet, sheets of green behavior assessment, test and documentation sheets. Based on research conducted, obtained an increase in the value of green behavior of each cycle. Acquisition of the increased value of green behavior in the first cycle to cycle III is located on the criteria of "begin to develop" with indicators most of the students were able to 4 days a week show environmentally friendly behavior and began to consistently. Therefore, the PAILKEM approach be one alternative approaches for improving the learning process and student behavior green plantings.
Keywords: PAILKEM Approach, Green Behaviour, Learning IPS.
3|Antologi UPI
Volume
Manusia tidak akan lepas dari interaksi dengan lingkungannya karena lingkungan menopang berlangsungnya kehidupan manusia, begitupula dengan manusia haruslah selalu menjaga lingkungan. Lingkungan merupakan tempat utama manusia berinteraksi. Lingkungan akan menjadi masalah bagi manusia apabila manusia merasakan terjadinya kerusakan terhadap lingkungan. Kerusakan tersebut, sebagian besar disumbang oleh manusia sendiri. Hamzah (2013) berpendapat bahwa apapun yang dilakukan oleh manusia terhadap lingkungannya, dampaknya akan kembali lagi kepada manusia, baik itu berupa keuntungan maupun kerugian. Manusia dan lingkungan terjadi suatu proses saling mempengaruhi yang akan membentuk perilaku pada diri manusia. Oleh sebab itu, perlunya penanaman nilai, norma dan moral dalam pelestarian lingkungan yang disebut green behaviour pada pendidikan. Green behaviour adalah perilaku yang timbul untuk meminimalisis kerusakan lingkungan. Steg dan Vleck (dalam European Commision, 2012) ProLingkungan atau green behaviour adalah perilaku yang mengurangi kerugian bagi lingkungan sebanyak mungkin atau bahkan memanfaatkan itu. Jadi, green behaviour adalah upaya secara sadar dilakukan oleh manusia berupa tindakan atau perilaku bijak dalam meminimalisir dampak kerusakan lingkungan yang ditanamkan nilai, norma, dan moral agar terjaganya kelestarian lingkungan untuk masa mendatang. UNESCO menetapkan bahwa Pendidikan saat ini dituntun untuk mengembangkan pendidikan lingkungan hidup, agar siswa sejak dini dapat beradaptasi dengan lingkungan, mengatasi permasalah lingkungan dan bertindak bijak untuk bekal dalam berlangsungnya kehidupan masyarakat tanpa merusak lingkungan. 1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab 2
Edisi No.
Juni 2016
Dalam upaya memenuhi tuntutan tersebut diperlukan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan perilaku ramah lingkungan salah satunya yaitu pembelajaran IPS. IPS memiliki peranan yang sangat penting dan wajib untuk diajarkan dan dipelajari, karena memiliki kedudukan dan fungsi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan manusia dengan lingkungan sosial maupun alam. Susanto (2014) berpendapat bahwa ilmu Sosial adalah ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosial dengan kata lain semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. Pada hakekatnya pembelajaran IPS bertujuan menjadikan warga negara baik, melatih kemampuan berpikir matang untuk menghadapi permasalah sosial, agar mewarisi dan melanjutkan budaya bangsanya. IPS cocok untuk diintegrasikan dengan penanaman perilaku ramah lingkungan dalam pembelajarannya, karena dalam ruang lingkup IPS terdapat hubungan manusia, tempat dengan lingkungnnya. Muhaimin (2015) berpendapat bahwa mata pelajaran yang dominan atau cocok diintegrasikan dengan pendidikan lingkungan adalah IPS, karena kompetensi yang dikembangkan dalam kurikulum terdapat kompetensi ekologis yang dikembangkan dalam tujuan IPS. Pada kenyataannya siswa sangat rendah dalam kemampuan berperilaku ramah lingkungan dan pembelajaran IPS berjalan kurang optimal. Hal tersebut berdasarkan hasil observasi yang menjadi faktor utama yaitu dalam pembelajaran kurang menekankan pada nilai, norma dan moral kepedulian terhadap lingkungan serta kurangnya pembiasaan untuk menjaga lingkungan baik dari keluarga maupun sekolah. Selain itu, proses pembelajaran yang terkesan monoton tidak menggunakan media dan
Septi Wulandari¹, Nina Sundari², Deti Rostika3 Penerapan Pendekatan PAILKEM pada Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Green Behaviour Siswa Sekolah Dasar | 4 metode yang bervariatif. Akibatnya siswa menjadi subjek pasif yang lebih banyak diam dan mendengarkan penjelasan guru. Berkenaan dengan hal di atas, di perlukan suatu upaya yang dirancang guru bervariasi dan sesuai baik dari segi strategi pembelajaran, metode pembelajaran maupun media pembelajaran dengan tepat dan mendukung dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk meningkatkan green behaviour. Penerapan pendekatan PAILKEM model berbasis multiliterasi dirasa mampu dijadikan sebagai solusi yang dalam meningkatkan green behaviour siswa. Uno & Muhamad (2011) PAILKEM adalah pembelajaran yang memposisikan guru sebagai orang yang dipercaya untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, guru hanya fasilitator dan siswa berperan aktif dalam pembelajaran belangsung. PAILKEM menitik beratkan bahwa pembelajaran bersumber pada siswa atau student centered learning. Odom & Bell (2015) berpendapat bahwa pembelajaran yang berpusat pada siswa sebagai proses membangun deklaratif dan prosedural pengetahuannya sendiri secara langsung. PAILKEM memiliki berbagai strategi yaitu (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik. Menurut Osman & iranmanesh (2015) bahwa pembelajaran aktif dalam strategi pengajaran untuk menumbuhkan motivasi siswa dapat memfasilitasi keunggulan siswa dan mengembangkan keterampilan belajar seperti diskusi kelompok, menghasilkan produk, keterampilan memecahkan masalah dan mengungkapkan pendapatnya. Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang dirancang berbeda dari pembelajaran seperti biasanya dengan menyajikan hal-hal baru yang
menurut guru cocok dengan pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa dan relevan dengan masalah yang sedang dipelajari oleh siswa. Situmorang, dkk (2015) bahwa pembelajaran yang inovatif mampu meningkatkan kemampuaan siswa, mampu memfasilitasi pengembangan kognitif siswa, meningkatkan kemampuan penalaran sosial dan memberikan pelajaran lebih menyenangkan. Pembelajaran yang menyertakan lingkungan sebagai sumber belajar agar menimbulkam pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Sejalan dengan pendapat Erdogan (2011) kegiatan pembelajaran diluar kelas adalah tempat terbaik untuk merangsang pemikiran siswa dari berbagai aspek seperti kognitif, afektif dan psikomotor. Strategi pembelajaran kreatif merupakan pembelajaran yang mengharuskan guru untuk kreatif dalam memberikan materi pembelajaran dan dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa serta kreativitas yang dimiliki siswa. Schifter (dalam Osman &Iranmanesh, 2014) pembelajaran yang dipadukan permainan edukatif akan memberikan manfaat pembelajaran kepada perkembangan siswa pada abad ke 21 dengan memberikan pengalaman langsung untuk melatih keterampilan memecahkan masalah dan pembelajaran akan lebih bermakna. Pembelajaran dikatakan aktif jika mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan sebelumnya. Uno & Mohammad (2011) bahwa strategi pembelajaran Efektif menghendaki agar siswa belajar dimana dia telah membawa segala potensi yang dimilikinya lalu dikembangkan melalui kompetensi yang telah ditetapkan oleh guru dalam proses pembelajaran dan kompetensi tersebut dapat dicapai oleh siswa dengan baik dan tuntas.
5|Antologi UPI
Volume
Pembelajaran haruslah dapat menarik minat siswa dalam mengikutinya. pembelajaran yang menarik adalah bagaimana upaya guru dalam menciptakan suasana belajar yang menarik minat siswa untuk belajar tanpa adanya paksaan belajar, sehingga siswa ingin terus belajar dengan sunggungsunggung, serta timbulnya rasa nyaman di sekolah. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menerapkan pendekatan PAILKEM dengan tujuan mengatasi permasalahan rendahnya perilaku ramah lingkungan (green behaviour) pada siswa SD. Oleh karena itu, PAILKEM diterapkan di dalam suatu penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Pendekatan PAILKEM pada Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Green Behaviour Siswa Sekolah Dasar”. METODE Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) model John Elliot yang terdiri dari 3 siklus dan 3 tindakan pada setiap siklusnya. Metode ini dipilih untuk perbaikan kinerja dan peningkatan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sehingga mendapatkan hasil yang baik dalam pembelajaran. Hal tersebut, selajan dengan pendapat Mulyasa (2013) bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru, peserta didik dan seluruh kompenen yang ada di kelas untuk mencermati kegiatan belajar, dengan cara memberikan sebuah tindakan (Treatment) yang sengaja dimunculkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Pada pelaksanaannya tindakan yang dilakukan dalam upaya perbaikan permasalahan yaitu kurangnya kepedulian siswa terhadap lingkungan yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan dan mencapai tujuan yang ingin dicapai, 1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab 2
Edisi No.
Juni 2016
dengan adanya refleksi-refleksi diri untuk mengetahui keberhasilan dan kelemahan pelaksanaan pembelajaran. Oleh karena itu, keberhasilan dapat ditingkatkan dan kelemahan dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki tindakan dalam menyempurnakan proses pembelajaran selanjutnya. Selain itu, meningkatkan green behaviour tidak dapat diberikan dalam satu kali pembelajaran melainkan dibutuhkan beberapa tahapan agar siswa mampu mengaplikasikan pemahaman yang didapat dalam pembelajaran kedalam perubahan perilaku sehari-hari, Meningkatkan green behaviour tidak dapat diberikan dalam satu kali pembelajaran melainkan dibutuhkan beberapa tahapan agar siswa mampu mengaplikasikan pemahaman yang didapat dalam pembelajaran kedalam perubahan perilaku sehari-hari. Hal ini sesuai dengan prinsip desain penelitian model Elliot yang dalam pelaksanaan satu siklusnya terdiri dari beberapa tindakan lalu direfleksi setiap satu siklusnya. Desain penelitian ini, dimulai dengan ide awal yaitu permasalahan yang ditemukan didalam kelas, masalah yang dihadapi guru dan siswa, dalam proses pembelajaran ataupun komponen lainnya. Ide awal merupakan upaya yang dapat ditempuh untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi atau ditemukan. Permasalahan yang ditemukan akan dianalisis oleh peneliti, sehingga dapat diperbaiki dan memberikan solusinya. Setelah itu, peneliti menyusun pemecahan masalah yang cocok untuk mengatasi permasalahan. Penyusunan pemecahan masalah berada di tahap perencanan umum siklus yaitu penjabaran dari tindakan-tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki permasalahan tersebut. Selanjutnya tindakan tersebut diterapkan pada tahap implementasi siklus yang dimulai dari
Septi Wulandari¹, Nina Sundari², Deti Rostika3 Penerapan Pendekatan PAILKEM pada Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Green Behaviour Siswa Sekolah Dasar | 6 tindakan 1 sampai tindakan 3. Setelah tindakan tersebut diterapkan, peneliti memonitoring dan melihat efeknya yang berguna untuk mengetahui seberapa jauh keefektifan tindakan yang telah dilaksanakan. Hasil dari monitoring dan melihat efeknya, peneliti melakukan pengkajian terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan untuk dijadikan bahan pertimbangan dan perbaikan pada tindakan selanjutnya. Tahapan tersebut terus berulang sampai mendapatkan hasil yang diinginkan untuk memperbaiki permasalahan dan menjawab rumusan masalah apakan ada perubahan atau tidaknya setalah dilakukan tindakan. Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN Mekarsari Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. subjek penelitian berjumlah 34 orang dikelas IV-A, dengan jumlah siswa laki-laki 16 orang dan perempuan berjumlah 18 orang berdasarkan usia 9-10 tahun. Instrumen yang digunakan peneliti adalah pedoman observasi, wawancara, lembar tes, catatan lapangan dan dokumnetasi. Penilaian green behaviour menggunakan skoring rubrik yaitu 4, 3, 2 dan 1 dengan kriteria "Membudaya”, “Mulai Berkembang”, “Mulai Terlihat” dan “Belum Terlihat. Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah teknik kuantitatif, teknik kualitatif, dan teknik triangulasi. Data yang berupa deskripsi diperoleh dari teknik kualitatif, kemudian data yang berupa angka-angka diperoleh dari teknik kuantitatif, sedangkan teknik triangulasi data adalah memeriksa suatu kebenaran dan keakuratan dari data yang telah kita peroleh. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan green behaviour dengan menerapkan pendekatan PAILKEM di kelas IV-A SDN Mekarsari, peneliti
menemukan beberapa temuan-temuan pada setiap siklusnya. Temuan yang didapatkan pada proses pembelajaran di siklus I yaitu dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan mengalami beberapa kesulitan. Pada kegiatan awal pembelajaran, siswa belum dapat dikondisikan dengan baik. pada diri siswa belum muncul sikap berani mengeluarkan pendapatnya dan kurang percaya diri dalam kegiatan tanya jawab terutama dalam menanggapi pertanyaanpertanyaan yang diajukan oleh peneliti, sehingga sebagian besar siswa terlihat pasif dalam pembelajaran. Hal tersebut belum sesuai dengan pendapat Osman & Iranmanesh (2015) di ruang kelas pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa haruslah bertindak pro aktif dalam proses pembelajaran dan tidak boleh bertindak secara pasif, sebaliknya siswa perlu berkomunikasi, menghargai dan belajar bersama teman-temanya untuk mendapatkan suatu informasi/data secara langsung. Pada siklus II beberapa siswa sudah mulai aktif mengeluarkan pendapatnya dan menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh guru. Pada siklus III sebagian besar aktif dalam mengikuti pembelajaran karena siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PAILKEM. Siswa lebih percaya diri dan berani dalam mengungkapkan pendapatnya, aktif bertanya dan menjawab, ikut serta dalam setiap kegiatan pembelajaran seperti diskusi kelompok, aktif mencari informai/data untuk memecahkan suatu permasalahan dengan berpikir lebih kreatif dan kritis. Pada tahap pembelajaran inovatif, siklus I menggunakan media audio visual dengan menampilkan video dan berbagai gambar, siswa sangat antusia dalam mengikuti pembelajaran, namun beberapa siswa tidak menyimak saat penyampaian
7|Antologi UPI
Volume
materi, dan beberapa siswa tidak ikut berpartisipasi saat diskusi kelompok. Pada siklus II media yang dapat digunakan secara langsung oleh siswa yaitu media audio visual, gambar berseri dan teks berita yang diberikan kepada setiap kelompok. Pada siklus III menggunakan media audio visual, gambar dan mengimplementasikan permainan “Avatar” dalam menyampaikan materi, siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran. Kemudian pembelajaran dengan menggunakan lingkungan mampu sebagai sumber belajar mempermudah siswa untuk menemukan konsep baru dengan konkret. Pada siklus I siswa mencari informasi/data mengenai sampah di lingkungan sekolah, siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran dibandingkan dengan pembelajaran di dalam kelas. Namun, beberapa siswa tidak mengikuti aturan yang diinstruksikan oleh peneliti yang mengakibatkan informasi yang didapat tidak sesuai. peneliti memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar sepenuhnya. Siswa mencari informasi atau data mengenai makanan tidak sehat (berbahaya) di lingkungan sekolah dengan mengobserasi dan mewawancarai langsung pedagang sekolah. Pada siklus III mengenai masalah pencemaran lingkungan, siswa diajak langsung untuk mengidentifikasi pencemaran lingkungan yang terjadi di lingkungan sekolah. Sejalan dengan pendapat Erdogan (2015) bahwa pembelajaran yang memanfaatkan lingungan akan meningkatan minat dan rasa ingin tahu siswa dalam belajar, namun tidak hanya itu siswa pun akan termotivasi untuk mengambil tindakan yang bertanggung jawab pada lingkungan. Tahap pembelajaran kreatif siswa membuat karya sendiri dari barang bekas. Pada siklus I membuat kreasi tempat sampah organik dan anorganik, sebagian 1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab 2
Edisi No.
Juni 2016
kecil siswa belum mampu menentukan karya yang dapat dibuat untuk mengatasi masalah tersebut dan dalam proses pembuatan tidak mengikuti instruksi peneliti dalam membuat karya serta siswa merasa bosan dalam membuat karya terebut. Pada siklus II karya yang dibuat adalah poster, sebagian besar siswa sudah mamu menuangkan pendapatnya kedalam bentuk poster. Pada siklus III menanam dengan pot dari botol bekas minuman. Erdogan (2015) berpendapat bahwa dalam pembelajaran mengenai isu lingkungan para siswa didorong untuk membuat karya sendiri dari bahan daur ulang di akhir pembelajaran. Melihat kendala yang dihadapi pada siklus I, pada kegiatan selanjutnya peneliti menciptakan suasana yang lebih relax dengan adanya candaan di tengah-tengah pembelajaran. Pada tahap pembelajaran efektif, untuk melihat ketercapain pembelajaran peneliti menggunakan tes evaluasi pada akhir pembelajaran. Pada siklus I ketika mengerjakan soal LKS siswa mengerti tetapi saat evaluasi ada beberapa siswa yang tidak memahami soal dan bertanya kepada peneliti maksud dari pertanyaan tersebut, karena bahasa kalimat yang digunakan tidak sesuai dengan bahasa yang dimengerti siswa sekolah dasar. Pada siklus II, peneliti memperbaiki kalimat yang digunakan sesuai dengan tahapan perkembangan siswa sekolah dasar. Namun masih ada 2 orang siswa yang meminta guru untuk menjelaskannya. Pada siklus III, siswa mengerjakan lembar evaluasi dengan tertib dan tidak ada yang bertanya mengenai soal tersebut. Yana (2014) menyatakan bahwa pembelajaran dapat dikatakan efektif jika kompetensi dasar yang telah ditetapkan sebelumnya tercapai, hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan tes setelah dilaksanakan pembelajaran. Pada pelaksanana siklus I, II, dan III peneliti menciptakan suasana yang
Septi Wulandari¹, Nina Sundari², Deti Rostika3 Penerapan Pendekatan PAILKEM pada Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Green Behaviour Siswa Sekolah Dasar | 8 menyenangkan bagi siswa, seperti melaksanakan kegiatan dengan demokrasi yaitu pembelajaran bersumber pada siswa, permasalah dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, menumbuhkan rasa semangat siswa dengan berbagai teknik ice breaking, menghasilkan sebuah karya sendiri, serta mencipatan suasana yang hangat dengan siswa. Adapun hasil dari penelitian yang telah peneliti laksanakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1.1 Pemerolehan Nilai Green Behaviour Siswa Kelas IV-A Pemerolehan Siklus Siklus Siklus Nilai I II III 53 65,9 73,7 Green Behaviour
Nilai green behaviour siswa kelas IV-A mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Rata-rata nilai green behaviour siswa pada siklus I sampai dengan siklus III mengalami peningkatan berada pada kriteria “Mulai Berkembang”. Peningkatan rata-rata nilai green behaviour dapat digambarkan pada grafik di bawah ini. Nilai Peningkatan Green Behaviour Siswa Kelas IV-A 70 60 50 40 30 20 10 0
61.7 44.9
Moral Knowing
Moral Feeling
52.2
Moral Action
Siklus I
Gambar 1.1 Peningkatan Nilai Green Behaviour Siswa Kelas IV-A pada Siklus I
Berdasrkan Gambar 1.1 diatas, pada siklus I memperoleh nilai moral knowing yaitu 61,7 berada pada kriteria “Mulai Terlihat”. Pada moral feeling memperoleh nilai 44,9 berada pada kriteri “Belum Terlihat”. Selanjutnya moral action memperoleh nilai 52,9 berada pada kriteri “Belum Terlihat”. Hal tersebut menunjukkan pada indikator moral knowing memperoleh nilai paling tinggi diantara indikator yang lainnya. Nilai rata-rata peningkatan green behaviour pada siklus I yaitu 53 berada pada kriteria “Belum Terlihat”. Nilai Peningkatan Green Behaviour Siswa Kelas IV-A 80 60 40 20 0
75.7 56.7
Moral Knowing
Moral Feeling
65.4
Moral Action
Siklus II
Gambar 1.2 Peningkatan Nilai Green Behaviour Siswa Kelas IV-A pada Siklus II
Berdasarkan Gambar 1.2, dapat dilihat setelah dilaksanankan siklus II yang melihat refleksi siklus I memperoleh nilai moral knowing yaitu 75,7 berada pada kriteria “Mulai Berkembang”. Pada moral feeling memperoleh nilai 56,7 berada pada kriteri “Belum Terlihat”. Selanjutnya moral action memperoleh nilai 65,4 berada pada kriteri “Mulai Terlihat”. Nilai rata-rata peningkatan green behaviour pada siklus II yaitu 65,9 berada pada kriteria “Mulai Terlihat”. Hal tersebut menunjukkan beberapa siswa sudah mulai perilaku ramah lingkungan dalam dirinya walaupun belum konsisten. Berdasarkan pemerolehan data tersebut dapat
9|Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2016
diketahui bahwa nilai rata-rata green behaviour siswa kelas IV di SDN Mekarsari pada siklus II belum sesuai dengan target yang diharapkan. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran agar green behaviour atau perilaku ramah lingkungan meningkat secara optimal kearah yang lebih baik sesuai dengan indikator yang ingin dicapai.
tersebut, peneliti menghentikan penelitian pada siklus III, kerena indikator peningkatan green behaviour telah tercapai. 75% siswa mampu menunjukkan 4 hari dalam seminggu berperilaku ramah lingkungan dan mulai konsisten. Berikut peningkatan green behaviour siswa kelas IV-A di SDN Mekarari dapat digambarkan pada grafik dibawah ini.
Nilai Peningkatan Green Behaviour Siswa Kelas IV-A
Peningkatan Green Behaviour Siswa kelas IV-A
100 80 60 40 20 0
81.7 66.1
Moral Knowing
Moral Feeling
76.4
Moral Action
Siklus III
Gambar 1.3 Peningkatan Nilai Green Behaviour Siswa Kelas IV-A pada Siklus III Berdasarkan Gambar 1.3 di atas,
setelah dilaksanankan siklus III yang melihat refleksi siklus-siklus sebelumnya memperoleh nilai moral knowing yaitu 81,7 berada pada kriteria “Mulai Berkembang”. Pada moral feeling memperoleh nilai 66,1 berada pada kriteri “Mulai Terlihat”. Selanjutnya moral action memperoleh nilai 76,4 berada pada kriteri “Mulai Terlihat”. Hasil yang diperoleh dari siklus III meningkat dari siklus-siklus sebelumnya. Nilai rata-rata peningkatan green behaviour pada siklus II yaitu 73,7 berada pada kriteria “Mulai Berkembang”. Melihat hasil tersebut, peneliti menghentikan penelitian pada siklus III, kerena indikator peningkatan green behaviour telah tercapai. 75% siswa mampu menunjukkan 4 hari dalam seminggu berperilaku ramah lingkungan dan mulai konsisten. Melihat hasil 1 penulis 2 penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab
80 70 60 50 40 30 20 10 0
73.7 65.9 53
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Gambar 1.4 Peningkatan Rata-Rata Nilai Green Behaviour Siswa Kelas IV-A Berdasarkan Gambar 1.4 di atas, green behaviour siswa kelas IV-A di SDN Mekarsari mengalami peningkatan yang sangat baik. Perolehan nilai dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 12,9. Perolehan nilai dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 7,8. Peningkatan green behaviour siswa dari siklus I ke siklus III sebesar 20,7. Nilai tersebut menunjukan keberhasilan peningkatan green behaviour siswa dengan menerapkan pendekatan PAILKEM dalam pembelajaran IPS dan sudah mencapai target yang ditetapkan. Pada siklus I mencapai kriteria belum terlihat, sedangkan siklus II mengalami peningkatan, sehingga mencapai kriteria mulai terlihat dan pada siklus III sudah mengalami peningkatan kembali menjadi kriteria mulai
Septi Wulandari¹, Nina Sundari², Deti Rostika3 Penerapan Pendekatan PAILKEM pada Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Green Behaviour Siswa Sekolah Dasar | 10 berkembang. Pada pembelajaran siklus I banyak sekali kekurangan dari proses pembelajaran sehingga diperlukannya perbaikan pada siklus selanjutnya. Kekurangan tersebut dilakukan perbaikan pada siklus II dan siklus III, hingga mencapai indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Selain itu, perbaikan yang dilakukan oleh peneliti pada setiap siklus yaitu dengan memberikan bantuan kepada siswa dan motivasi berupa reward menjadi faktor utama keberhasilan siswa dalam mencapai hasil yang lebih baik. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Hernawan (2007) saat melaksanakan proses pembelajaran guru haruslah memberikan perhatian dan motivasi kepada siswa karena sangat penting sebagai langkah awal yang akan memacu aktivitas-aktivitas berikutnya. Bertemali dengan pendapat Trianto dan Hernawan, Skiner (dalam Hergenhahn & Olson, 2012) berpendapat bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah adalah penguatan yang diberikan oleh guru kepada siswa baik berupa motivasi atau reward. Perbaikan selanjutnya dari setiap siklus yaitu peneliti merancang pembelajaran yang dipadukan dengan permainan edukatif, hal tersebut terbukti dari hasil peningkatan green behaviour pada siklus III yang mendapatkan hasil yang cukup baik. Schifter (dalam Osman &Iranmanesh, 2015) pembelajaran yang dipadukan permainan edukatif akan memberikan manfaat pembelajaran kepada perkembangan siswa pada abad ke 21 dengan memberikan pengalaman langsung untuk melatih keterampilan memecahkan masalah dan pembelajaran akan lebih bermakna. Berdasarkan penjelasan di atas, indikator yang paling meningkat dilihat dari progresifitas kenaikan pada grafik rekapitulasi nilai rata-rata ketercapaian indikator pada peningkatan green behaviour dengan menggunakan
pendekatan PAILKEM adalah aspek moral knowing. Hal tersebut dikarenakan siswa sudah mampu memahami permasalah lingkungan dan perilaku ramah lingkungan yang diperoleh dari nilai evaluasi. Adapun indikator yang paling rendah peningkatannya dilihat dari progresifitas kenaikan pada grafik rekapitulasi nilai rata-rata ketercapaian indikator pada peningkatan green behaviour dengan menggunakan pendekatan PAILKEM adalah pada aspek moral feeling. Hal tersebut dikarenakan bahwa setiap siswa memiliki persaan yang berbeda-beda kesulitannya menumbuhkan rasa empati dan tanggung jawab siswa yang ada pada diri siswa itu sendiri. Moral action mendapatkan nilai yang sedikit jauh lebih baik dari moral feeling¸ karena peneliti menggunakan strategi bintang green behaviour dengan papan prestasi untuk memotivasi siswa dalam melakukan tindakan tersebut. Siswa temotivasi untuk melakukan perilaku ramah lingkungan atau green behaviour. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksnakan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan PAILKEM dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan green behaviour siswa kelas IV-A khususnya di SDN Mekarsari. Hal tersebut terlihat dari proses maupun hasil. Pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan PAILKEM menimbulkan dampak yang positif. Hal ini terlihat dari terciptanya suasana kelas yang nyaman, membuat siswa aktif mengeluarkan pendapatnya baik bertanya maupun menjawab, siswa terlatih untuk mengembangkan kemampuan analisisnya terhadap suatu permasalahan dan dapat memecahkan masalah, pembelajaran bersifat menantang mampu menumbuhkan rasa percaya diri siswa,
11 | A n t o l o g i U P I
Volume
meningkatkan daya kreatif siswa dan siswa dapat menumbuhkan perilaku ramah lingkungan. Setelah melihat dari keberhasilankeberhasilan yang telah dicapai pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam penggunaan pendekatan PAILKEM pada pembelajaran IPS untuk meningkatkan green behaviour siswa. Terdapat keterbatasan-keterbatasan diantaranya menuntun siswa secara aktif dalam mengelurkan ide/gagasan siswa baik dalam bertanya, menjawab dan menganalisis permasalah, serta memecahkan masalah lingkungan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk lebih kreatif dalam mengemas pembelajaran dengan menyajikan materi permasalahan lingkungan yang lebih menarik, guru harus lebih banyak menstimulus anak untuk aktif dalam mengeluarkan pendapatnya, menggunakan media yang lebih bervariasi,sehingga upaya dalam meningkatkan green behaviour terlaksana secara optimal. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dan hasil analisis data yang telah dipaparkan mengenai penerapan pendekatan PAILKEM untuk meningkat green behaviour dalam pembelajaran IPS pada materi pokok masalah-masalah sosial yang dilaksnakan di SDN Mekarsari khususnya pada kelas IV-A, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Proses pembelajaran IPS dengan menerapkan pendekatan PAILKEM pada materi pokok masalah-masalah sosial yang dilaksanakan sebanyak sembilan tindakan dalam tiga siklus dengan tahap pembelajaran aktif, inovatif, lingkungan, kreatif, efektif dan menarik. Pada siklus I hingga siklus III, proses pembalajaran yang dilaksanakan dapat membuat siswa antusias dalam pembelajaran baik mengeluarkan pendapatnya, memecahkan 1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab 2
Edisi No.
Juni 2016
permasalah lingkungan dengan alteratif pencarian informasi dari berbagai sumber. Lingkungan dikemas secara kreatif menjadi sumber belajar sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan terlibat langsung mencari informasi sendiri. Selain itu di akhir pembelajaran atau siklus, proses pembelajaran menghasilkan suatu karya yang dibuat sendiri oleh siswa. 2. Kemampuan green behaviour siswa kelas IV-A di SDN Mekarsari dalam pembelajaran IPS mengenai masalahmasalah sosial dengan menerapkan pendekatan PAILKEM terjadi peningkatan pada setiap siklusnya. Hal tersebut ditandai dengan peningkatan kemampuan siswa dalam indikatorindikator green behaviour yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu kemampuan siswa memahami permasalah lingkungan dengan memahami perilaku ramah lingkungan (moral knowing), kemampuan menumbuhkan rasa empati dan tanggung jawab untuk menjaga kelestarian lingkungan (moral feeling), kemampuan menumbuhkan rasa empati dan tanggung jawab untuk menjaga kelestarian lingkungan (moral feeling) dan kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahuan mengenai green behaviour kedalam perilaku sehari-hari dan kemampuan siswa untuk berperilaku ramah lingkungan (moral action). Nilai rata-rata green behaviour siklus I adalah 53 berada pada kategori “Belum Terlihat”, pada siklus II mengalami peningkatan cukup baik menjadi 65,9 berada pada kategori “Mulai Terlihat” dan pada siklus 3 meningkat menjadi 74,7 berada pada kategori “Mulai Berkembang”. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan pendekatan PAILKEM dapat diterapkan dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan green behaviour siswa.
Septi Wulandari¹, Nina Sundari², Deti Rostika3 Penerapan Pendekatan PAILKEM pada Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Green Behaviour Siswa Sekolah Dasar | 12 DAFTAR PUSTAKA Erdogan, M. (2011). The effects of ecology-based summer nature education program on primary school students’ environmental knowledge, environmental affect and responsible environmental behavior. Educational sciences: Theory & practice, 11 (4), hlm. 2233 – 2237. Erdogan, M. (2015). The effect of summer environmental education program (SEEP) on elementary school students’ environmental literacy. International Journal of Environmental & Science Education, 10 (2), 165-181. European Commision. (2012). Future brief: Green behaviour. Europe: Sciences for environment policy. Diakses dari: ec.europa.eu/environment/integrat ion/research/newsalert/pdf/FB4.pd f—Similar pages. Hamzah, S. (2013). Pendidikan lingkungan: Sekelumit wawasan pengantar. Bandung: PT. Refika Aditama. Hergenhahn, B. R., & Olson, M. H. (2012). Theories of learning. (edisi kedua). Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP. Hernawan, A. H., Asra., & Dewi, L. (2007). Belajar & pembelajaran sekolah dasar. Bandung: UPI PRESS Muhaimin (2015). Membangun kecerdasan ekologis. Bandung: Alfabeta
Mulyasa (2013). Praktik penelitian tindakan kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya. Odom, A. L. & Bell, C. V. (2015). Associations of Middle School Student Science Achievement and Attitudes about Science with Student-Reported Frequency of Teacher Lecture Demonstrations and Student-Centered Learning. International Journal of Environmental & Science Education, 10(1), hlm. 87-97. Osman, S. T. Dkk. (2015). Student centered learning at usm: what lecturer and students think of this new approach. Journal of education and practice, 06(19), hlm. 264-277. Situmorang. Dkk. (2015). The development of innovative chemistry learning material for bilingual senior high school students in Indonesia. International Education Studies, 8(10), hlm. 72-85. Susanto, A. (2014). Pengembangan pembelajaran IPS di sekolah dasar. Jakarta: Prenadamedia Group. Yana, W.D., Darsana, W., & Abadi, G.S., (2014). Pengaruh pendekatan PAILKEM berbantuan tape rekorder terhadap keterampilan mendengarkan pada pelajaran bahasa indonesia siswa kelas V gugus II Tegallalang. Jurnal mimbar PGSD universitas pendidikan ganesha, 2 (1), hlm. 110