PROFIL KEBUGARAN JASMANI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE KECAMATAN MESUJI INDUK KABUPATEN OGAN KEMERING ILIR Adi Irawan 1, Muslimin 2, Arif Hidayat 2. Dosen Universitas Bina Darma 2, Mahasiswa Universitas Bina Darma 1. Jalan Jenderal Ahmad Yani No.12 Palembang Email:
[email protected] 1,
[email protected] 2,
[email protected] 2.
Abstract: The study aims to determine the profile of physical fitness of junior high school students throughout the District Parent Mesuji Kemering Ogan Ilir. The method used is descriptive quantitative method with the kind of percentage of the total sample of 98. The instrument used was a test Level of Physical Fitness (TKJI) children aged 13 s.d 15th. Based on the results of tests that have been conducted on a junior high school students throughout the District Parent Mesuji, through physical fitness tests Indonesian children age categories (13-15th), it can be concluded that as many as 98 students who carry out the physical fitness tests children Indonesia 21.42% or 21 people otherwise students have a level of fitness with a less category, 53.06% or 52 students declared to have the fitness levels with less category, 22.44% or 22 students declared to have the fitness level with moderate category, 3.06% or 3 students declared to have fitness with good category while no junior high school students throughout the District Parent Mesuji that otherwise have a fitness level with very good category. The test results can be concluded that the physical fitness of junior high school students throughout the District Parent Mesuji otherwise lacking.
Keywords: Physical Fitness Students
Abstrak: Penelitian bertujuan untuk mengetahui profil kebugaran jasmani siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri se Kecamatan Mesuji Induk Kabupaten Ogan Kemering Ilir. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dengan jenis persentase dengan jumlah sampel sebanyak 98. Instrumen yang digunakan adalah tes Tingkat Kebugaran Jasmani (TKJI) anak usia 13 s.d 15th. Berdasarkan hasil tes yang telah dilaksanakan pada siswa SMP se Kecamatan Mesuji Induk, melalui tes kebugaran jasmani anak Indonesia kategori umur (13-15th), maka dapat disimpulkan bahwa sebanyak 98 orang siswa yang melaksanakan tes kebugaran jasmani anak Indonesia 21,42% atau 21 orang siswa dinyatakan memiliki tingkat kebugaran dengan kategori kurang sekali, 53,06% atau 52 siswa dinyatakan memiliki tingkat kebugaran dengan kategori kurang, 22,44% atau 22 siswa dinyatakan memiliki tingkat kebugaran dengan kategori sedang, 3,06% atau 3 orang siswa dinyatakan memiliki kebugaran dengan kategori baik sementara tidak ada siswa SMP se Kecamatan Mesuji Induk yang dinyatakan memiliki tingkat kebugaran dengan kategori sangat baik. Hasil tes yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kebugaran jasmani siswa SMP se Kecamatan Mesuji Induk dinyatakan kurang. Kata Kunci: Kebugaran Jasmani Siswa
1. Pendahuluan Olahraga merupakan bentuk aktivitas fisik dengan konsep permainan yang kompetitif dengan peraturan yang harus ditaati setiap pelaku olahraga sebagai acuan dalam setiap pertandingan dan perlombaan. Seiring perkembangan zaman, kemajuan olahraga sudah memasuki babak keilmuan yang baru, sehingga tidak heran jika kemudian olahraga telah masuk keranah kurikulum dunia pendidikan. Perkembangan olahraga dewasa ini semakin menunjukan kemajuan. Terbukti olahraga di berbagai Negara bahwa olahraga telah memasuki ranah pendidikan. Dalam Undang-Undang sistem keolahragaan nasional (SKN) tahun 2005 (2011: 5) menjelaskan bahwa pada pasal VI bahwa olahraga berdasarkan tujuan telah dibedakan menjadi tiga bagian diantaranya adalah olahraga komptesisi, rekreasi dan pendidikan. Perkembangan teknologi mutahir dan modern dewasa ini membuat semua aspek kehidupan baik sosial, ekonomi, kebudayaan, pendidikan, dan lain sebagainya semakin mempermudah tugas manusia untuk melalukan segala hal. Perkembangan teknologi juga dapat dijadikan tolak ukur suatu peradaban pada masing-masing bangsa dan daerah. Tetapi disisi lain teknologi juga dapat menjadi ancaman bagi kehidupan manusia, misalnya sisi kecil dari pertumbuhan dan perkembangan kualitas kehidupan. Salah satu contoh paling nyata yang kemudian sering kita temui adalah menurunnya kualitas kebugaran dan kesegaran terhadap tubuh manusia. Berdasarkan hasil Kajian Litbang Kemenpora pada tahun 2006 bahwa masyarakat Indonesia kurang dari 20% menyenangi sekaligus melakukan olahraga. Selanjutnya berdasarkan temuan dari hasil penelitian diperoleh tingkat kebugaran jasmani anak sekolah dasar (SD), SMP dan SMA hanya 7% siswa yang memiliki tingkat kebugaran jasmani yang layak. Sukirno (2012: 3). Kebugaran jasmani pada hakikatnya menjadi bagian yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Kebugaran jasmani merupakan muara dari segala aktivitas yang dilakukan manusia, khususnya bagi para pelajar. Dengan kebugaran jasmani siswa dapat menunjang prestasi akademik maupun olahraga. Misalnya kebugaran jasmani dapat membantu siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan baik sampai jam pulang karena tidak mengalami kelelahan yang berarti. Kemudian kebugaran jasmani dapat membantu siswa dalam meraih prestasi olahraga misalnya
menjuarai berbagai lomba cabang olahraga tertentu. Berkaitan dengan menurunya tingkat kebugaran jasmani siswa yang telah keungkapkan di atas, pada beberapa daerah tertentu di Sumatera Selatan dimungkinkan juga mengalami hal yang sama, misalnya pada Kecamatan Mesuji Induk Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Hal ini dikhawatirkan akan sangat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan siswa itu sendiri. Melihat dari gaya hidup siswa Sekolah Menengah Pertama yang terjadi beberapa tahun belakangan ini, dikhawatirkan bahwa kebugaran siswa Sekolah Menengah Pertama pada Kecamatan ini cenderung lebih menurun tingkat kebugarannya. Beberapa tanda yang memungkinkan terjadinya penurunan kebugaran jasmani siswa Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Mesuji Induk Kabupaten Ogan Komering Ilir misalnya siswa sudah jarang berolahraga, aktivitas berjalan sudah semakin berkurang. Unsur-unsur permainan tradisional masa-masa yang seharusnya masih terjadi tidak lagi terjadi karena tertutupi oleh permainan-permainan modern seperti game online, teknologi handpone dengan fitur-fitur canggih. Berdasarkan hasil observasi dilapangan pada siswa se Kecamatan Mesuji Induk, ternyata gejala-gejala di atas memunculkan implikasi pada kebugaran siswa misalnya adalah sebagian besar siswa se Kecamatan Mesuji Induk Kabupaten OKI dalam praktik pembelajaran penjas sangat jarang siswa memperoleh gerakan-gerakan yang baik karena faktor kebugaran yang relative kurang hal tersebut dikarenakan siswa kurang berolahraga. Terlebih lagi pada saat kondisi pembelajaran sedang berlangsung sebagian siswa mengalami kelelahan yang ditandai dengan gejala ngantuk dan lain sebagainya. Melihat kompleksnya masalah yang dikemukakan di atas maka peneliti tertarik untuk mempelajari bagaimana tingkat kebugaran yang dimiliki oleh para siswa Sekolah Menengah Pertama se Kecamatan Mesuji Induk Kabupaten Ogan Komering Ilir. Adapun judul pada penelitian ini adalah “Profil Kebugaran Jasmani Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri Kecamatan Mesuji Induk Kabupaten Ogan Komering Ilir”. 2. Tujuan Penelitian Penelitian mengetahui: 1.
ini
bertujuan
untuk
mengetahui kebugaran jasamni siswa;
2.
faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani siswa.
2.1 Hakikat Kebugaran Jasmani 2.1.1 Pengertian Kebugaran jasmani Menurut the president’s council on physical fitness and sport dalam Hairy (2010:1.15) mengemukakan bahwa kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas sehari-hari dengan giat dan dengan penuh kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih dapat menikmati waktu senggangnya serta meghadapi hal-hal yang tak terduga sebelumnya. Masyarakat awam biasanya mendefinisikan pernyataan yang berbeda-beda mengenai pengertian kebugaran jasmani, misalnya seseorang mampu melakukan push-up sebanyak 30 kali atau mampu berlari sebanyak lima keliling lapangan sepak bola tanpa berhenti, atau bekerja di toko seharian tanpa merasakan lelah atau letih, ada juga ketika melihat seseorang dengan tubuh yang tegap dan atletis. Purwanto (2006:112) menjelaskan bahwa kebugaran jasmani lebih kemampuan tubuh yang digambarkan melalui kuaitas fisik yang prima, normalisasi mengenai fungsi dan organ tubuh. Keseluruhan organ bekerja dalam satu keterkaitan yang kompleks dan utuh, karena itu kebugaran jasmani secara umum sering diartikan sebagai, “Derajat kemampuan seseorang untuk menjalankan tugas dengan derajat intensitas berat tanpa mengalami kelehan yang berlebihan hingga kemudian masih mampu untuk melakukan aktifitas berikutnya”. Menurut Widiastuti (2011:13) berpendapat bahwa kebugaran jasmani adalah terjemahan dari kata physical fitness dapar diartikan sebagai kondisi jasmani yang menggambarkan kemampuan jasmani. Sedangkan Ismaryati (2009:39) menyatakan bahwa kebugaran jasmani lebih dititik beratkan kepada physiological fitness, yaitu kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya dalam batas-batas fisiologis terhadap keadaan lingkungan dan kerja fisik dengan cara yang cukup efisien tanpa lelah secara berlebihan. Senada dengan Purwanto (2006:97) mengatakan ”Istilah Physical fitness atau kebugaran jasmani merupakan salah satu aspek fisik dari kebugaran secara menyeluruh (total fitness)”. Kebugaran jasmani adalah kesanggupan seseorang menjalankan hidup secara produktif dan dapat menyesuaikan diri pada setiap pembebanan fisik yang layak, oleh karena itu, berat ringannya tugas fisik pada diri seseorang sifatnya individual dan tergantung
pada tugas pekerjaan yang dihadapi oleh setiap orang. Pada umumnya semakin berat tugas fisik yang harus dilakukan oleh seseorang, ada kecenderungan semakin tinggi pula tingkat kebugaran jasmani yang dimilikinya.Oleh karena itu, setiap jenis pekerjaan memerlukan kondisi faal yang sepadan, sehingga kebugaran jasmani menunjukkan derajat sehat sesuai dengan berat ringannya tugas fisik yang harus dilakukan oleh seseorang. Kebugaran jasmani diartikan sebagai tingkat kesehatan yang sesuai dengan tubuh untuk melakukan pekerjaan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, di dalam kebugaran jasmani terdapat tiga unsur yang saling berpengaruh, yaitu: (1) sehat, (2) sesuai dengan kemampuan tubuh, dan (3) kerja yang dilakukan. Sehat secara fisiologis adalah normalnya fungsi peralatan tubuh.Kesesuaian dengan kemampuan tubuh adalah kemampuan tubuh dalam menyesuaikan atau mengadaptasi dengan kerja, sehingga tidak cepat lelah dan dapat aktif melaksanakan tugas yang harus diembannya. Kerja pada dasamya merupakan peningkatan proses faal dan biokimia sebagai jawaban terhadap meningkatnya tuntutan organ-organ tubuh maupun sistem seluruh tubuh. Sukirno (2012: 32) mengatakan bahwa aktivitas fisik yang dilakukan secara terus menerus merupakan bentuk modal utama dengan resiko kecil yang akan memberikan dampak kesehatan dan kebugaran yang luar biasa. Penjelasan di atas dapat ditarik intisarinya bahwa memperoleh kebugaran dan kesehatan haruslah melalui serangkaian aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang bermuara pada munculnya kebugaran dan kesehatan membutuhkan kontinuitas, berjenjang dan terprogram dengan benar. Aktivitas fisik yang demikian lebih dekat kepada olahraga. Karena pada dasarnya olahraga adalah serangkaian kegiatan yang sistematis, terukur dan berdasarkan aturan. Salah satu mediaolahraga yang dapat dimanfaatkan manusia atau masyarakat adalah memanfaatkan pusat kebugaran sebagai media memenuhi esfektasi kesehatan dan kebugaran. Berdasarkan pendapat masing-masing pakar di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum yang dimaksud dengan kebugran jasmani adalah kebugaran fisik (physical fitness), yakni kemampuan seseorang melakukan kesempatan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya.
2.1.2 Unsur-unsur Kesegaran Jasmani Sukadiyanto (2011:5) mengungkapkan bahwa tubuh merupakan refrensentatif dari kualitas fisik manusia. Bugarnya fisik, berarti jantung, pembuluh darah, paru-paru dan otototot berfungsi dengan baik. Terdapat 5 komponen utama kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan yang harus anda perhatikan yaitu daya tahan kardiorespiratori, kekuatan otot, daya tahan otot, kelenturan dan komposisi tubuh. Baik tidaknya kesegaran jasmani yang dimiliki seseorang tergantung dari baik dan tidaknya dari unsur-unsur yang ada di dalamnya. Pada dasarnya unsur-unsur kesegaran jasmani merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Unsur kesegaran jasmani dapat ditinjau dari dua aspek yaitu aspek kesahatan fisik (health related fitness) dan dari aspek keterampilan (skill related fitness). Menurut Lindsey dalam Arridho (2010:22) bahwa karateristik multidimensional dari kebugaran jasmani dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu “(1) kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan meliputi: kebugaran kardiovaskuler, kekuatan otot, kelenturan punggung bagian bawah dan komposisi tubuh, (2) kebugaran jasmani yang berkaitan dengan keterampilan meliputi: kelincahan, keseimbangan, koordinasi, power, waktu reaksi dan kecepatan. Widiastuti (2011:14) menyatakan bahwa kebugaran jasmani memiliki kesamaan persepsi dengan pendapat Lindsey bahwa komponen kesegaran jasmani dibagi dalam dua unsure yaitu (health related fitness) dan (skil related fitness). Dalam health related fitness kebugaran ini berkaitan dengan tingkat kesehatan misalnya daya tahan kardiorespiratory (jantung paru), ketahanan dan kekuatan otot, dan fleksibilitas. Sedangnkan skill related fitness lebih didasarkan pada unsur keterampilan gerak seperti power, kecepatan, keseimbangan, koordinasi dan aksi-reaksi. Sukirno (2012:35) dalam bukunya yang berjudul “Kesehatan Olahraga, Doping dan Kesegeran Jasmani” mengutip dari pernyataan Arismunandar 1999 dapat digambarkan bagan komponen kebugaran jasmani yang harus dimiliki adalah adalah daya tahan otot, kekuatan dan daya tahan, kelincahan, kelentukan, power dan kecepatan. Kesegaran atau kebugaran jasmani jika di tinjau dari beberapa penjelasan di atas memiliki unsure yang sama yaitu unsur dimana kebugaran jasmani dapat berpengaruh terhadap penampilan kesehatan misalnya munculnya
daya tahan cardiorespiratory atau daya tahan jantung dan paru dan munculnya keterampilan gerak seperti power, kecepatan, keseimbangan, kelentukan dan lain sebagainya. 2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani Menurut Endang dalam Kaswari (2011:3) pada jurnal ilmiah menyatakan bahwa dalam mendapatkan kebugaran tubuh ada beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain masalah kesehatan, latihan fisik, keturunan dan gizi. Untuk mencapai kebugaran tubuh perlu merencanakan program latihan di antaranya: (1) banyaknya program latihan, (2) waktu dan lamanya latihan, (3) frekuensi latihan. Sedangkan Lutan (2001:74) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani. Faktor itu mencakup intensitas, kekhususan, frekwensi, bersifat perorangan, dan motivasi berlatih. Sukirno (2012:38) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani diantaranya adalah, 1) faktor usia 30 tahun ke atas akan terjadi penurunan kualitas fungsional sebesar 0,8 s.d 1% setiap satu tahunnya, 2) jenis kelamin wanita akan lebih rentan di bandingkan laki-laki, 3) keturunan sifat yang dimiliki oleh gen terdahulu, 4) pola makan dan jenis makanan yang di konsumsi dengan tidak memperhatikan keseimbangan gizi yang baik. Pendapat-pendapat di atas memberikan gambaran bahwa kebugaran jasmani dapat dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah masalah kesehatan, latihan fisik, keturunan dan pola hidup seperti kebiasaan tidur larut malam, pola makan tidak seimbang dan lain sebagainya. 2.1.4 Pendidikan Jasmani dan Kebugaran Siswa Molabolu (2011:120) menjelaskan bahwa pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memerlukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, dari pada hanya menganggap seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Husdarta (2010:63) menyatakan bahwa pendidikan jasmani dan kesehatan memiliki peranan yang sangat sentral dalam pemebentukan manusia seutuhnya.Pendidikan jasmani tidak hanya berdampak kepada pertumbuhan fisik anak, melainkan perkembangan mental, intelektual, emosional
dan sosial. Penjelasan di atas menekankan bahwa pentingnya pendidikan jasmani dapat mewujudkan hakikat dan kualitas individu baik fisik, mental dan emosional. Perlu di garis bawahi bahwa pepatah lama yang mengatakan “Mensana Or Corporisano” didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Itu gambaran pendidikan jasmani dalam membentuk kualitas manusia. Manusia dalam hal ini siswa melalui pendidikan jasmani dibugarkan melalui olahraga lalu kemudian diajarkan tanggung jawab untuk pembinaan mental dan emosional melalui nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan penjelasan di atas sangat beralasan bahwa langkah pertama yang harus kita lakukan sebagai peneliti dan steakholder pendidikan jasmani adalah bagaimana mengukur tingkat kebugaran jasmani. Alasanya adalah perlu dilakukan untuk mengukur berapa tingkat kebugaran yang dimiliki oleh anak. Langkah ini merupakan gambaran awal untuk membantu anak-anak mengetahui seberapa bugar jasmani yang dimilikinya. Kebugaran menjadi alasan yang sangat penting karena pada dasarnya dapat berpengaruh pada perkembangan dan pertumbuhan anak. Apalagi pada usia tumbuh kembang. Alasan mengapa kebugaran sangat penting untuk di deskripsikan bahwa kenyataan yang muncul pada siswa ketika sekolah siswa mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung lama. Kondisi tubuh yang prima akan membantu tingkat konsentrasi berpikir dengan baik. Hal ini senada dengan pendapat Djumaini (2008:34) dalam jurnal ilmiah yang berjudul “Kebugaran dan Kecerdasan” menyatakan bahwa kebugaran yang dimiliki oleh setiap individu yang prima akan membantu lebih kurang 30% peningkatan konsentrasi. 2.1.5 Parameter Kebugaran Jasmani 2.1.6 Tes Kebugaran Jasmani Untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani seseorang diperlukan parameter yang dapat dijadikan acuan untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani, parameter yang dapat digunakan untuk menggambarakan kebugaran jasmani ini tergantung pada tingkat kebugaran yang ingin di lihat. Karena yang ingin dilihat dalam penelitian ini kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan, maka diperlukan tes kebugaran jasmani di kelompokan berdasarkan usa dan jenis kelamin. Menurut Sukirno (2012:68) mengetahui tingkat kebugaran jasmani seseorang harus dilakukan dengan cara tes pengukuran dan evaluasi. Tes merupakan instrument yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang
individu. Pengukuran adalah proses pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan data awal dan akhir. Sedangkan evaluasi sangat berkaitan dengan penentuan ukuran atau nilai dari data yang di kumpul. Senada Hairy (2010:10.3) berpendapat bahwa cara yang paling tepat untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kebugaran jasmani seseorang adalah dengan cara menjalani tes, pengukuran dan evaluasi. Penjelasan di atas memberikan gambaran dan kesimpulan bahwa mengetahui tingkat kebugaran yang dimiliki setiap masingmasing individu adalah haruslah melalui metode tes, pengukuran dan evaluasi. Tes merupakan instrument yang dapat digunakan untuk mencari informasi, pengukuran merupakan proses pelaksanaan untuk memperoleh informasi dan evaluasi merupakan penekanan atau pemberian nilai dari hasil tes yang telah diperoleh. 2.1.7 Jenis dan Macam-Macam Tes Kebugaran Jasmani Kebugaran jasmani dapat di ukur pada diri seseorang dengan mengukur general fitness dan skill fitness. General fitness adalah mengukur kemampuan daya tahan cardiorespiratory (daya tahan jantung) dan skill fitness mengukur kemampuan motorik setiap individu. a. Health Realated (CardioRespiratory) Hairy (2010:10.8) jenis tes pengukuran yang dapat dilakukan untuk mengetahui general fitness adalah seperti lari 2.400 meter, step test, astrand rhyming test, Multi Stage Fitness/Bleep Test dan lain sebagainya. Sedangkan Sukirno (2012:34) lebih komplit general fitness atau daya tahan jantung paru dapat di ukur dengan menggunakan cooper, MD, Balke Test, Multitahap Test (Bleep), Harvard Test. Tes yang dikemukakan di atas semuanya dapat digunakan untuk mengukur daya tahan jantung dan paru atau mengukur kapasitas volume oksigen maksimal (Vo2max) pada masing-masing individu. Meskipun tujuannya sama akan tetapi masing-masing tes berbeda cara pelaksanaannya dan pengukurannya. b. Skill Realated Fitness (Keterampilan Motorik) Menurut Sukirno (2012:89) kesegeran berkaitan dengan keterampilan gerak, keterampilan gerak akan berimbas pada kenyamanan gerak. Kemampuan gerak yang harus dimiliki secara menyeluruh adalah koordinasi, power otot, kelincahan, kekuatan otot, daya tahan otot dan kecepatan. Tes yang
dapat dilakukan untuk mengukur keterampilan motorik adalah seluruh tes yang berkaitan dengan skil fitness test. 2.3 Kerangka Berpikir Permasalahan yang muncul adalah dikarenakan siswa kurang berolahraga akibat dari pola kemajuan teknologi, aktivitas gerak yang semakin berkurang sehingga peneliti tertari melakukan penelitian untuk mengukur kebugaran jasmani siswa SMP se Kecamatan Mesuji Induk melalui tes kebugaran jasmani anak Indonesia usia 13 s.d 15 tahun. Unsurunsur kebugaran yang akan diteliti adalah kecepatan yaitu dengan sprint 50 meter, kekuatan dengan gantung angkat tubuh, kekuatan otot perut dengan baring duduk, power dengan loncat tegak dan ketahanan dengan lari 1000 mter. Dari hasil yang didapat akan di analisis untuk kemudian dijabarkan tingkat kebugaran jasmani siswa se Kecamatan Mesuji Induk Kabupaten OKI. 3.1 Jenis Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono 2013:3). Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan teknik deskripsi persentase. Arikunto (2006:11) penelitian kuantitatif di tuntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut hingga menampilkanya.Jenis pendekatan pada penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif persentase. 3.2 Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian, (Arikunto, 2013:161).Variabel pada penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas (X) yaitu (X1) adalah lari 50 meter, (X2) adalah antung angkat tubuh, (X3) adalah baring duduk, (X4) adalah loncat Tegak, (X5) adalah lari 1000 meter 2. Varibel terikat (Y) adalah kebugaran jasmani siswa SMP se Kecamatan Mesuji Induk. 3.3 Defenisi Operasional Istilah Definisi operasional istilah penelitian ini adalah :
1. Kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang melakukan kesempatan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya. 2. SMP Se Kecmatan Mesuji Induk Kabupaten OKI merupakan objek dan siswanya sebagai subjek tempat penelitian. 3.4 Waktu dan Tempat Penelitian 3.4.1 Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2016. 3.4.2 Tempat Penelitian Tempat penelitian pada masing-masing SMP di Kecematan Mesuji Induk Kabupaten OKI yaitu SMP Negeri 1 Mesuji Desa Surya Adi, SMP Negeri 2 Mesuji Desa Makarti Mulya dan SMP Negeri 3 Mesuji Desa Kalideras. 3.5 Populasi dan Sampel Penelitian 3.5.1 Populasi Penelitian Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013: 117). Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP se Kecamatan Mesuji Induk Kabupaten OKI kelas VII dan VIII. Kelas IX sebagai pengecualian karena sedang mengikuti ujian nasional (UN).Berdasarkan data pada observasi peneliti dilapangan, dapat dijelaskan jumlah populasi pada penelitian ini seperti pada tabel dibawah ini: 3.5.2 Sampel Penelitian Menurut Sugiyono (2008:62) sampel adalah bagian dan jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan teknik purposive sampling. Arikunto (2013:183) menjelaskan mekanisme pengambilan sampel pada penelitian ini adalah didasarkan pada tujuan tertentu karena beberapa pertimbangan. Pertimbangan dalam pengambilan sampel penelitian ini didasarkan kepada : 1. Keterbatasan dana, tenaga dan waktu peneliti, sehingga peneliti menetapkan untuk masing-masing sekolah di ambil sebanyak 1 kelas. 2. Berikut dijabarkan sampel penelitian pada tabel di bawah ini :
Tabel 3. Sampel Penelitian No
Nama Tempat
1
Kelas VIII.1 SMP Negeri 1 Mesuji Induk Kelas VIII.1 SMP Negeri 2 Mesuji Induk Kelas VIII.2 SMP Negeri 3 Mesuji Induk Total
2
3
Tabel 6. Norma Baring Duduk
Jenis Kelamin Putra Putri 17 15
Jumlah
Baring duduk (Putra) 38 – Keatas 28 – 37 19 – 27 8 – 18 0–7
Nilai
32
16
17
33
13
20
33
5 4 3 2 1
(Sumber : Hairy, 2010: 12.11) 98
Tabel 7. Norma Loncat Tegak
Sumber : Dokumentasi Peneliti
Loncat tegak (Putra) 66 Keatas 53 – 65 42 – 52 31 – 41 0 – 30
Nilai
3.6 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan tes dan pengukuran. Pelaksanaan tes dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes TKJI (Tes Kebugaran Jasmani Indonesia usia (13-15th). Lebih jelasnya berikut dipaparkan kisi-kisi instrumen tes awal dan tes akhir yang akan dilaksanakan pada penelitian ini : 3.6.1 Tes Kebugaran Jasmani Indonesia Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 “ Tes Kesegaran Jasmani Indonesia “ (TKJI) telah disepakati dan ditetapkan menjadi instrumen / alat tes yang berlaku di seluruh wilayah Indonesia karena TKJI disusun dan disesuaikan dengan kondisi anak Indonesia. TKJI dibagi dalam 4 kelompok usia, yaitu : 6-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun, dan 16-19 tahun. Akan tetapi pada handout ini akan dibahas TKJI pada kelompok usia 13-15 tahun dan 16-19 tahun. Pada penelitian ini tidak akan di bahas lebih rinci jenis pelaksanaan tes seperti yang di jelaskan di atas, melainkan peneliti akan memfokuskan pada pembahasan tes mengenai tes kebugaran jasmani anak Indonesia kategori umur 13 sampai dengan 15 tahun. Tabel 4. Norma Lari 50 Meter Nilai 5 4 3 2 1
Lari 50 meter (Putra) S.d – 6,7” 6.8” – 7,6” 7,7” – 8,7” 8,8”–10,3” 10,4”- dst
Lari 50 meter (Putri) S.d – 7.7” 7.8” – 8,7” 8,8” – 9,9” 10,0”–11,9” 12,0”- dst
(Sumber : Hairy, 2010: 12.11)
Tabel 5. Norma Gantung Angkat Tubuh Nilai 5 4 3 2 1
Gantung Siku Tekuk (Putri) >41” 22” – 40” 10” – 21” 3” – 9” 0” – 2”
Baring duduk (Putri) >28 19 – 27 9 – 18 3–8 0–2
Gantung angkat tubuh (Putra) 16 – Keatas 11 – 15 6 – 10 2–5 0–1
(Sumber : Hairy, 2010: 12.11)
5 4 3 2 1
Loncat tegak (Putri) 50 Keatas 39 – 49 30 – 38 21 – 29 0 – 20
(Sumber : Hairy, 2010: 12.11)
Tabel 8. Norma Lari 1000 dan 800 meter Nilai 5 4 3 2 1
Lari 1000 meter (Putra) s.d – 3’04” 3’05” –3’53” 3’54” –4’46” 4’47” –6’04” 6’05” – dst
Lari 800 meter (Putri) s.d – 3’06” 3’07” – 3’55” 3’56” – 4’58” 4’59” – 6’40” 6’41” - dst
(Sumber : Hairy, 2010: 12.11)
3.5.3 Tabel Nilai Pelaksanaan masing-masing item tes akan menghasilkan nilai seperti pada tabel dibawah ini : Tabel 9. Nilai TKJI (Untuk Putra Usia 13 15 Tahun) Lari 50 meter S.d – 6,7” 6.8” – 7,6” 7,7” – 8,7” 8,8”– 10,3” 10,4”dst
Gantung angkat tubuh
Baring duduk
Loncat tegak
>16
> 39
> 66
s.d – 3’04”
5
11 – 15
28 38 17 27
53 – 65
3’05” –3’53”
4
42 – 52
3’54” –4’46”
3
6 – 10
– –
Lari 1000 meter
Nilai
2–5
6 – 16
31 – 41
4’47” –6’04”
2
0–1
0–5
0 – 30
6’05” – dst
1
Ket Baik Sekali Baik Sedang Kurang Kurang Sekali
(Sumber : Hairy, 2010)
Tabel 10. Nilai TKJI (Untuk Putri Usia 13 15 Tahun) Lari 50 meter S.d – 7.7”
Gantung Siku Tekuk
Baring duduk
Loncat tegak
> 41”
> 28
50 Keatas
7.8” – 8,7”
22” 40”
–
8,8” – 9,9”
10” 21”
–
10,0”– 11,9” 12,0”dst
19 27
–
39 – 49
9 – 18
30 – 38
3” – 9”
3–8
21 – 29
0” – 2”
0–2
0 – 20
Lari 800 meter s.d – 3’06” 3’07” – 3’55” 3’56” – 4’58” 4’59” – 6’40” 6’41” - dst
(Sumber : Hairy, 2010)
Nilai 5
Ket Baik Sekali Baik
4 Sedang 3 Kurang 2 1
Kurang Sekali
(SMP kecamatan Mesuji induk 13-15th)
3.6.4 Tabel Norma Untuk mengklasifikasikan tingkat kebugaran jasmani remaja yang telah mengikuti tes kebugaran jasmani Indonesia, dipergunakan norma seperti pada tabel dibawah ini : Tabel 11. Norma Tes Kebugaran Jasmani No 1 2 3 4 5
Jumlah Nilai 22 – 25 18 – 21 14 – 17 10 – 13 5–9
Klasifikasi Baik Sekali Baik Sedang Kurang Kurang Sekali
(Sumber : Hairy, 2010) 3.7 Teknik Analisis Data Adapun analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah menghitung persentase nilai kebugaran siswa SMP Negeri Se Kecamatan Mesuji Induk Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan rumus sebagai berikut : 4.1 Hasil Penelitian 4.1.2 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Tes kebugaran jasmani anak Indonesia melalui penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 19, 21 dan 23 Juli 2016. Total populasi pada kedua sekolah tersebut adalah sejumlah 307 orang dengan seberan sampel sebesar 98 orang. Adapun pengumpulan data melalui tes dan pengukuran. Tes yang dilaksanakan pada penelitian ini menggunakan tes TKJI (Tes Kebugaran Jasmani Anak Indonesia) usia (1215Th) yang terdiri dari 5 item tes, diantaranya adalah : 1) Lari 50 meter, 2) Gantung angkat tubuh, 3) Baring duduk, 4) Loncat tegak, dan 5) Tes ketahanan lari 1000 dan 800 meter untuk putra dan putri. 4.1.3 Deskripsi Hasil Penelitian Hasil penelitian yang telah dilakukan dari pengumpulan data melalui tes kebugaran jasmani anak Indonesia (13-15th) terhadap 98 orang siswa SMP se Kecamatan Mesuji Induk dapat dipaparkan sebagai berikut : 4.1.3.1 Hasil Tes Lari 50 Meter Tes lari 50 meter merupakan jenis tes yang dapat digunakan untuk mengetahui kecepatan siswa. Berikut akan dipaparkan hasil perolehan tes lari 50 meter pada tabel frekuensi dan persentase dibawah ini :
No
Interval
Fa
Fr (%)
Keterangan
1
5
0
0
Sangat Baik
2
4
15
15.30
Baik
3
3
43
43.87
Sedang
4
2
39
39.79
Kurang
5
1
1
1.02
Kurang Sekali
98
100
JUMLAH
Sumber : Dokumentasi Peneliti Distribusi frekuensi tes lari 50 meter di atas, akan digambarkan melalui tabel histogram di bawah ini : Lari 50 Meter
50 40
43
30
39
20 10
15
0
1
0 Sangat Baik
Baik Sedang Kurang Kurang Sekali
Gambar 7. Histogram Frekuensi Tes Lari 50 Meter Sumber : Dokumentasi Peneliti 4.1.3.2 Hasil Tes Gantung Angkat Tubuh Tes Gantung angkat tubuh merupakan jenis tes yang dapat digunakan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan dan bahu. Berikut akan dipaparkan hasil perolehan tes gantung angkat tubuh pada tabel frekuensi dan persentase dibawah ini : Tabel. 13. Distribusi frekuensi hasil tes gantung angkat tubuh TKJI (SMP kecamatan Mesuji induk 13-15) No
Interval
Fa
Fr (%)
Keterangan
1
5
0
0
Sangat Baik
2
4
1
1.02
Baik
3
3
36
36.73
Sedang
4
2
44
44.89
Kurang
5
1
17
17.34
Kurang Sekali
98
100
JUMLAH
Sumber : Dokumentasi Peneliti Distribusi frekuensi tes gantung angkat tubuh di atas, akan digambarkan melalui tabel histogram di bawah ini :
Tabel. 12. Distribusi frekuensi hasil tes lari 50 meter TKJI
Gantung Angkat Tubuh 60 40 20
0
36
1
44 17
0
Gambar 8. Histogram Frekuensi Tes Gantung Angkat Tubuh Sumber : Dokumentasi Peneliti 4.1.3.3 Hasil Tes Baring Duduk Tes baring duduk merupakan jenis tes yang dapat digunakan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut. Berikut akan dipaparkan hasil perolehan tes baring duduk pada tabel frekuensi dan persentase dibawah ini : Table. 14. Distribusi frekuensi hasil tes baring duduk TKJI(SMP kecamatan Mesuji induk 13-15) No
Interval
Fa
Fr (%)
Keterangan
1
5
0
0
Sangat Baik
2
4
5
5.10
Baik
3
3
34
34.69
Sedang
4
2
43
43.87
5
1
16
16.32
Kurang Kurang Sekali
98
100
JUMLAH
Sumber : Dokumentasi Peneliti Distribusi frekuensi tes baring duduk di atas, akan digambarkan melalui tabel histogram di bawah ini : Baring Duduk
20
0
5
34
43 16
0 Sangat Baik
Distribusi frekuensi tes loncat tegak di atas, akan digambarkan melalui tabel histogram di bawah ini :
Loncat Tegak 60 40 20 0
49 0
9
30
10
Gambar 10. Histogram Frekuensi Tes Loncat Tegak Sumber : Dokumentasi Peneliti 4.1.3.5 Hasil Tes 800 M (Putri) dan 1000 M (Putra) Tes 800 dan 1000 meter merupakan jenis tes yang dapat digunakan untuk mengukur ketahanan jantung dan paru. Berikut akan dipaparkan hasil perolehan tes 1000 dan 800 meter pada tabel frekuensi dan persentase dibawah ini : Tabel 14. Distribusi Frekuensi Hasil Tes lari 1000 dan 800 meter TKJI (SMP Kecamatan Mesuji Induk, 13-15th)
60 40
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Loncat Tegak TKJI (SMP Kecamatan Mesuji Induk, 13-15th) Fr No Interval Fa Keterangan (%) 1 5 0 0 Sangat Baik 2 4 9 9.18 Baik 3 3 30 30.61 Sedang 4 2 49 50 Kurang Kurang 5 1 10 10.20 Sekali JUMLAH 98 100 Sumber : Dokumentasi Peneliti
Baik Sedang Kurang Kurang Sekali
Gambar 9. Histogram Frekuensi Tes Baring Duduk Sumber : Dokumentasi Peneliti 4.1.3.4 Hasil Tes Loncat Tegak Tes loncat tegak merupakan jenis tes yang dapat digunakan untuk mengetahui power otot tungkai siswa. Berikut akan dipaparkan hasil perolehan tes loncat tegak pada tabel frekuensi dan persentase dibawah ini :
No Interval Fa
Fr (%) Keterangan
1 2 3 4
5 4 3 2
0 3 28 50
0 3.06 28.57 51.02
5
1
17
17.34
Sangat Baik Baik Sedang Kurang Kurang Sekali
JUMLAH 98 100 Sumber : Dokumentasi Peneliti Distribusi frekuensi tes lari 800 dan 1000 meter di atas, akan digambarkan melalui tabel histogram di bawah ini :
Lari 800 dan 1000 Meter 60 40 20 0
0 Sangat Baik
3
28
50
17
Baik Sedang Kurang Kurang Sekali
Gambar 11. Histogram Frekuensi Tes Lari 800 dan 1000 M Sumber : Dokumentasi Peneliti
4.1.4 Deskripsi Kriteria Kebugaran Siswa SMP se Kecamatan Mesuji Berdasarkan seluruh data yang masuk dari berbagai macam item tes dari nilai-nilai yang diperoleh siswa setelah direduksi maka dapat dijabarkan besaran tingkat kebugaran jasmani siswa SMP se Kecamatan Mesuji Induk tahun 2016 pada tabel distribusi frekeunsi dan persentase berikut ini : Tabel 14. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kebugaran jasmani TKJI (SMP Kecamatan Mesuji Induk, 13-15th) Fr No Interval Fa Keterangan (%) 1 5 0 0 Sangat Baik 2 4 3 3.06 Baik 3 3 22 22.44 Sedang 4 2 52 53.06 Kurang Kurang 5 1 21 21.42 Sekali JUMLAH 98 100 Sumber : Dokumentasi Peneliti Tabel angka kebugaran jasmani siswa SMP se Kecamatan Mesuji Induk di atas akan dijabarkan dalam diagram batang di bawah ini : Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa 60 40 20
52 0
3
22
21
0 Sangat Baik
Baik Sedang Kurang Kurang Sekali
Gambar 14. Histogram Frekuensi Kriteria Kebugaran Sumber : Dokumentasi Penelitian 4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil tes yang telah dilaksanakan pada siswa SMP se Kecamatan
Mesuji Induk, melalui tes kebugaran jasmani anak Indonesia kategori umur (13-15th), maka dapat disimpulkan bahwa sebanyak 98 orang siswa yang melaksanakan tes kebugaran jasmani anak Indonesia 21,42% atau 21 orang siswa dinyatakan memiliki tingkat kebugaran dengan kategori kurang sekali, 53,06% atau 52 siswa dinyatakan memiliki tingkat kebugaran dengan kategori kurang, 22,44% atau 22 siswa dinyatakan memiliki tingkat kebugaran dengan kategori sedang, 3,06% atau 3 orang siswa dinyatakan memiliki kebugaran dengan kategori baik sementara tidak ada siswa SMP se Kecamatan Mesuji Induk yang dinyatakan memiliki tingkat kebugaran dengan kategori sangat baik. Dari hasil di atas dapat disimpulkan hanya 3,06% saja dari total seluruh siswa SMP se Kecamatan Mesuji Induk yang memiliki tingkat kebugaran dengan kategori baik. Permasalahan ini kontras dengan masalah yang sebelumnya muncul. Pada latar belakang penelitian ini telah diungkapkan bahwa belum ada satu siswapun yang dapat mewakili sekolah di tingkat kecamatan, kabupaten kota menjadi atlet pada kejuaraan-kejuaran. Asumsi peneliti terbukti setelah melihat tingkat kebugaran jasmani siswa di atas. Kebugaran jasmani di artikan sebagai kemampuan seseorang dalam melakukan rangkaian kegiatan sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Ditinjau dari hasil kebugaran siswa yang memiliki tingkat kebugaran dengan kategori baik hanya 3,06% saja, artinya lebih banyak siswa belum memiliki kebugaran yang maksimal. Hal tersebut akan sangat berdampak pada aktivitas sehari-hari. Salah satu dampak yang sangat menonjol pada aktivitas anak adalah saat proses pembelajaran. Menurut Djumaini (2008: 34) dalam jurnal ilmiah yang berjudul “Kebugaran dan Kecerdasan” menyatakan bahwa kebugaran yang dimiliki oleh setiap individu yang prima akan membantu lebih kurang 30% peningkatan konsentrasi. Sedangkan menurut Well (2003: 71) kehilangan kebugaran akan menurunkan tingkat kecerdasan, melemahkan konsentrasi, daya tahan tubuh menurun dan lain sebagainya. Menurut the president’s council on physical fitness and sport dalam Hairy (2010:1.15) mengemukakan bahwa kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas sehari-hari dengan giat dan dengan penuh kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih dapat menikmati waktu senggangnya serta meghadapi hal-hal yang tak terduga sebelumnya.
Purwanto (2006:112) menjelaskan bahwa kebugaran jasmani lebih kemampuan tubuh yang digambarkan melalui kuaitas fisik yang prima, normalisasi mengenai fungsi dan organ tubuh. Keseluruhan organ bekerja dalam satu keterkaitan yang kompleks dan utuh, karena itu kebugaran jasmani secara umum sering diartikan sebagai, “Derajat kemampuan seseorang untuk menjalankan tugas dengan derajat intensitas berat tanpa mengalami kelehan yang berlebihan hingga kemudian masih mampu untuk melakukan aktifitas berikutnya”. Menurut Widiastuti (2011:13) berpendapat bahwa kebugaran jasmani adalah terjemahan dari kata physical fitness dapar diartikan sebagai kondisi jasmani yang menggambarkan kemampuan jasmani. Sedangkan Ismaryati (2009:39) menyatakan bahwa kebugaran jasmani lebih dititik beratkan kepada physiological fitness, yaitu kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya dalam batas-batas fisiologis terhadap keadaan lingkungan dan kerja fisik dengan cara yang cukup efisien tanpa lelah secara berlebihan. Pada umumnya semakin berat tugas fisik yang harus dilakukan oleh seseorang, ada kecenderungan semakin tinggi pula tingkat kebugaran jasmani yang dimilikinya.Oleh karena itu, setiap jenis pekerjaan memerlukan kondisi faal yang sepadan, sehingga kebugaran jasmani menunjukkan derajat sehat sesuai dengan berat ringannya tugas fisik yang harus dilakukan oleh seseorang. Kebugaran jasmani diartikan sebagai tingkat kesehatan yang sesuai dengan tubuh untuk melakukan pekerjaan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, di dalam kebugaran jasmani terdapat tiga unsur yang saling berpengaruh, yaitu: (1) sehat, (2) sesuai dengan kemampuan tubuh, dan (3) kerja yang dilakukan. Sehat secara fisiologis adalah normalnya fungsi peralatan tubuh.Kesesuaian dengan kemampuan tubuh adalah kemampuan tubuh dalam menyesuaikan atau mengadaptasi dengan kerja, sehingga tidak cepat lelah dan dapat aktif melaksanakan tugas yang harus diembannya. Kerja pada dasamya merupakan peningkatan proses faal dan biokimia sebagai jawaban terhadap meningkatnya tuntutan organ-organ tubuh maupun sistem seluruh tubuh. Sukirno (2012: 32) mengatakan bahwa aktivitas fisik yang dilakukan secara terus menerus merupakan bentuk modal utama dengan resiko kecil yang akan memberikan dampak kesehatan dan kebugaran yang luar biasa. Penjelasan di atas dapat ditarik intisarinya bahwa memperoleh kebugaran dan
kesehatan haruslah melalui serangkaian aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang bermuara pada munculnya kebugaran dan kesehatan membutuhkan kontinuitas, berjenjang dan terprogram dengan benar. Aktivitas fisik yang demikian lebih dekat kepada olahraga. Karena pada dasarnya olahraga adalah serangkaian kegiatan yang sistematis, terukur dan berdasarkan aturan. Salah satu mediaolahraga yang dapat dimanfaatkan manusia atau masyarakat adalah memanfaatkan pusat kebugaran sebagai media memenuhi esfektasi kesehatan dan kebugaran. Berdasarkan pendapat masing-masing pakar di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum yang dimaksud dengan kebugran jasmani adalah kebugaran fisik (physical fitness), yakni kemampuan seseorang melakukan kesempatan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya. Sukadiyanto (2011:5) mengungkapkan bahwa tubuh merupakan refrensentatif dari kualitas fisik manusia. Bugarnya fisik, berarti jantung, pembuluh darah, paru-paru dan otototot berfungsi dengan baik. Terdapat 5 komponen utama kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan yang harus anda perhatikan yaitu daya tahan kardiorespiratori, kekuatan otot, daya tahan otot, kelenturan dan komposisi tubuh. Kebugaran jasmani memiliki kesamaan persepsi dengan pendapat Lindsey bahwa komponen kesegaran jasmani dibagi dalam dua unsure yaitu (health related fitness) dan (skil related fitness). Sukirno (2012:35) dalam bukunya yang berjudul “Kesehatan Olahraga, Doping dan Kesegeran Jasmani” mengutip dari pernyataan Arismunandar 1999 dapat digambarkan bagan komponen kebugaran jasmani yang harus dimiliki adalah adalah daya tahan otot, kekuatan dan daya tahan, kelincahan, kelentukan, power dan kecepatan. Kesegaran atau kebugaran jasmani jika di tinjau dari beberapa penjelasan di atas memiliki unsure yang sama yaitu unsur dimana kebugaran jasmani dapat berpengaruh terhadap penampilan kesehatan misalnya munculnya daya tahan cardiorespiratory atau daya tahan jantung dan paru dan munculnya keterampilan gerak seperti power, kecepatan, keseimbangan, kelentukan dan lain sebagainya. Mendapatkan kebugaran tubuh ada beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain masalah kesehatan, latihan fisik, keturunan dan gizi. Untuk mencapai kebugaran tubuh
perlu merencanakan program latihan di antaranya: (1) banyaknya program latihan, (2) waktu dan lamanya latihan, (3) frekuensi latihan. Sedangkan Lutan (2001:74) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani. Faktor itu mencakup intensitas, kekhususan, frekwensi, bersifat perorangan, dan motivasi berlatih. Hakikatnya kebugaran didefinisikan sebagai bentuk aktivitas manusia dalam melakukan rangkaian kerja setiap hari tanpa mengalami tingkat kelelahan yang berarti, dengan demikian jika manusia dalam bekerja mengalami sedikit gangguan kelelahan, artinya tingkat kebugaran yang dimiliki belum baik. Siswa dalam hal ini sebagai subjek dari kebugaran memiliki rangkian aktivitas kerja yang dilakukan setiap hari terutama dalam belajar. Belajar membutuhkan tingkat konsentrasi yang sangat tinggi, maka pada prosesnya dibutuhkan sistesa protein yang sangat maksimal agar dapat membantu kinerja otak dalam memunculkan kecerdasan. Sinstesa protein tergantung pada kualitas kebugaran seseorang, tubuh yang mengalami kelelahan sudah tentu mengakibatkan reaksi fisiologis yang lamban dalam merespon metabolisme protein dalam tubuh siswa. Itulah sebabnya kualitas kebugaran harus dimiliki oleh siswa dalam melakukan aktivitas terutama kewajibannya dalam belajar. Pada tabel di bawah ini dijelaskan bahwa standirasasi kebugaran siswa naasional yang harus dimiliki oleh siswa adalah sebagai berikut 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil tes yang telah dilaksanakan pada siswa SMP se Kecamatan Mesuji Induk, melalui tes kebugaran jasmani anak Indonesia kategori umur (13-15th), maka dapat disimpulkan bahwa : a. Sebanyak 98 orang siswa yang melaksanakan tes kebugaran jasmani anak Indonesia 21,42% atau 21 orang siswa dinyatakan memiliki tingkat kebugaran dengan kategori kurang sekali. b. 53,06% atau 52 siswa dinyatakan memiliki tingkat kebugaran dengan kategori kurang. c. 22,44% atau 22 siswa dinyatakan memiliki tingkat kebugaran dengan kategori sedang. d. 3,06% atau 3 orang siswa dinyatakan memiliki kebugaran dengan kategori baik sementara tidak ada siswa SMP se Kecamatan Mesuji Induk yang dinyatakan memiliki tingkat kebugaran dengan kategori sangat baik. e. Hasil tes yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kebugaran jasmani
siswa SMP se Kecamatan Mesuji Induk dinyatakan kurang.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Arridho. 2010. Tinjauan Kebugaran Jasmani Siswa. Journal FOK UNESA. Djumaini.2008. Jurnal Kebugaran dan Kecerdasan.FIK UNESA. Surabaya Hairy, Junusul. 2010. Dasar-Dasar Kesehatan Olahraga. Universitas Terbuka. Jakarta. Husdarta. 2010. Sejarah dan Olahraga. Alfabeta. Bandung.
Falsafah
Ismaryati. 2009. Tes, Pengukuran dan Evaluasi Olahraga. Alfabeta. Jakarta. Kaswari.2011. JurnalLatihan Kebugaran.FOK Uness. Semarang.
dan
Lutan, Rusli. Kebugaran Jasmani dan Kesehatan Olahraga. Alfabeta; Bandung. Molabolu, dkk. 2011. Olahraga dan Pendidikan Jasmani. Addadizya Jaya. Jakarta. Purwanto. 2006. Kesehatan dan Kebugaran. Bandung; Reneka Cipta. Rangkuti. 2011. Profil Kebugaran Jasmani Siswa. Universitas Negeri Semarang. . Sugiyono. 2013.Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.Alfabeta. Bandung. Sukadiyanto. 2011. Melatih Fisik. Alfabeta; Bandung. Sukirno. 2012. Kesehatan Olahraga, Doping dan Kesegeran Jasmani. Unsri Perss. Palembang Warwick dan Lininger. 1975. Metodelogi Penelitian.Oxford University; US America. Widiastuti. 2011. Tes dan Pengukuran Olahraga. Bumi Timur Jawa. Jakarta Timur.