Profil dan Tren Permintaan Energi di Indonesia Edwaren Liun
ISSN: 2355-7524
PROFIL DAN TREN PERMINTAAN ENERGI DI INDONESIA Edwaren Liun Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir (PKSEN), BATAN, Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan Email:
[email protected]
ABSTRAK PROFIL DAN TREN PERMINTAAN ENERGI DI INDONESIA. Kebutuhan energi Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, sedangkan pasokan untuk jenis energi tertentu terutama minyak bumi semakin menyusut. Kelangkaan energi dariminyak bumi adalah sebagai akibat perubahan profil permintaan dan pasokan energi. Pengembangan teknologi energi yang inovatif juga semakin dibutuhkan, karena kecenderungan kebutuhan energi akan bergeser dari energi primer ke energi final yang utamanya akan berupa bahan bakar dan listrik dari sumber energi baru seperti batubara cair dan nuklir. Hal ini merupakan fenomena global dalam beberapa dasawarsa mendatang. Dengan berkembangnya teknologi sarana transportasi, maka energi transportasi yang selama ini dipenuhi oleh minyak bumi, karena semakin langka akan bergeser kearah bahan bakar lain. Sedangkan bagi Indonesia fenomena ini dan tren perubahan profil tersebut telah tampak dari data historis sejak awal tahun 2000-an. Makalah ini bertujuan menguraikan kecenderungan ke depan bahwa pasokan energi akan mengukuti pola penyediaan, dan energi listrik dibutuhkan dalam jumlah beberapa kali lipat dibanding saat ini. Metode yang digunakan adalah analisis statistik permintaan dan penyediaan yang didorong oleh kecenderungan ketersediaan dan harga. Hasil yang diperoleh adalah bahwa akan terjadi pergeseran pangsa permintaan dan penyediaan, dan batubara cenderung akan menjadi penyedia energi terbesar sejak tahun 2017 hingga tahun 2030, disebabkan oleh permintaan ekspor dan konsumsi dalam negeri. Sedangkan di sisi permintaan sektor transportasi mengalami kenaikan paling tajam dan menjadi pangsa terbesar sebelum tahun 2020. Kata kunci: permintaan, penyediaan, pangsa, minyak bumi, batubara.
ABSTRACT PROFILE AND TRENDS OF ENERGY DEMAND IN INDONESIA. Indonesia energy needs continue to increase from year to year, while the supply of certain types of energy, especially petroleum shrinking. Intensified energy scarcity is derived from petroleum, as a result of profile changes in demand and supply of energy. The development of innovative energy technologies are also increasingly required, because of the tendency of energy needs to be shifted from primary energy to final energy that will be the main fuel and power from new energy sources such as nuclear and coal liquefaction. This is a global phenomenon in the coming decades. By the development of transportation technology, the energy demand for transport used to be met by petroleum, because increasingly scarce will shift towards other fuels. As for Indonesia this phenomenon and the trend has been visible profile changes of historical data since the early 2000s. This paper aims to outline the future tendency that energy supplies will follow patterns of provision, and the electrical energy needed in a number of several times higher than today. The method used is the statistical analysis of demand and supply driven by the tendency of availability and price. The result is that there will be a shift in the share of demand and supply, and coal is likely to be the largest energy provider since 2017 until 2030, driven by demand for exports and domestic consumption. While inthe demand side, transportation sectorhas increasedmostsharplyandbecomethe largest sharebefore 2020. Keywords: demand, supply, share, petroleum, coal.
PENDAHULUAN Berdasarkan hasil survei WEC 2013 tentang sumber daya energi dunia, tampak lebih banyak bentuk dan jenis sumberdaya energi di dunia daripada sebelumnya.[1]. Namun, kajian tarhadap sumberdaya ini banyak dikaitkan dengan teknologi baru, andal dan lebih efisien, sebagai definisi yang digunakan ditetapkan secara internasional oleh PBB. Bagi Indonesia hingga saat ini ketergantungan pada energi konvensional masih tetap tinggi, terutama berkaitan dengan kebutuhan terhadap energi portabel, yang hingga kini masih energi tak-terbarukan.
16
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2015 Bali, 15-16 Oktober 2015
ISSN: 2355-7524
Energi tak-terbarukan adalah energi yang diambil dari sumber yang tersedia di bumi dalam jumlah cadangan yang terbatas dan akan habis dalam 50-60 tahun dari sekarang[2]. Sumber-sumber tak-terbarukan juga tidak ramah lingkungandan dapat memiliki mempengaruhi kesehatan secara serius. Energi ini disebut energi tak-terbarukan karena tidakdapat kembalidihasilkan-dalam kurun waktu singkat. Sumber-sumber tak-terbarukan yang ada dalam bentuk bahan bakar fosil, gas alam, minyak dan batu bara[2]. Sedangkan cadangan terbukti sumber daya energi adalah kuantitas dalam jumlah terbukti di tempat yang dapat ditemukan untuk masa depan yang memenuhi kondisi ekonomi lokal dengan teknologi yang tersedia[1]. Karena pertumbuhan ekonomi yang begitu cepat di banyak negara berkembang dalam beberapa dasawarsa belakang ini, pertumbuhan ekonomi dunia telah meningkat 4% per tahun rata-rata selama dua dekade pertama abad ke-21. Dari tahun 2000 hingga 2020, permintaan energi dan pasokan telah tumbuh sebesar 2% per tahun. Energi terbarukan adalah energiyangdiambil darisumber-sumberyang tersediadi bumidalam jumlah cadangan yang tak terbatas dantetap tersedia selama matahari memancarkan sinar dan panasnya ke bumi. Energi yang dibangkitkannya disebut energi terbarukan karena ia dapat menghasilkandalam waktu lama. Sumber-sumber energi terbarukan yang adatersedia dalam bentuksinar matahari langsung, angin, gelombang, bahan bakar nabati (biofuel) dan sebagainya. Energi ini berkerapatan rendah dan tidak praktis untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Menyusul tingginya permintaan energi di semua sektor, mendorong Indonesia berubah status dari eksportir menjadi importir minyak bumi sejak tahun 2004. Namun Indonesia yang saat ini berstatus pengguna batubara dengan pertumbuhan yang tinggi juga berstatus sebagai eksportir, dalam laju pertumbuhan yang signifikan, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1.Laju Produksi dan Penjualan Batubara Indonesia[4]. Ini berimplikasi, bahwa terjadi pertumbuhan sebesar hampir lebih dari 100% selama dua dekade terakhir. Diperlukan ekspansi penyediaan yang kuat di sektor listrik dan peningkatan yang berkelanjutan dalam efisiensi energisecara keseluruhan. Ekonomi dunia juga menuju pertumbuhan yang lebih besar di tahun-tahun selanjutnya yang berpotensi merangsang kenaikan ekspor batubara Indonesia. Di sisi penyediaan energi portabel, perkembangan gas shale di Amerika Serikat belakangan ini menunjukkan pentingnya konsep dan peran teknologi untuk penyediaan energi masa depan. Hasil survei 2013 menegaskan bahwa ketersediaan bahan bakar fosil terutamabatubara, minyak dan gas alam yang berlimpah berlangsung hanya selama beberapa dekade ke depan[1]. Penyediaan energi portabel dalam mengatasi kelangkaan minyak bumi untuk sektor transportasi di Indonesia dimungkinkan oleh beberapa alternatif, yakni: oil shale, gasshale, pencairan batubara, produksi hidrogen (dari gas reforming atau panas nuklir), baterai dan biofuel. Namun pola permintaan masa depan tersebut yang digambarkan di dalam makalah ini adalah ekuivalensi nilai terhadap jenis energi yang tersedia atau digunakan saat ini. Analisis permintaan energi didasarkan data historis yang mencakup sejak tahun berlangsungnya sistem pemerintahan demokratis setelah proses reformasi yang terjadi pada tahun 1998. Sejak awal fase tersebut berbagai perubahan turut mempengaruhi sistem 17
Profil dan Tren Permintaan Energi di Indonesia Edwaren Liun
ISSN: 2355-7524
perekonomian secara menyeluruh, sehingga pola sistem energi pun terpengaruh baik dalam konsumsi maupun dalam penyediaan. Makalah ini ditulis untuk menganalisis perubahan pola dan profil permintaan dan penyediaan energi yang telah berlangsung secara signifikan selama 20 tahun terakhir. Dari analisis tren serta analisis regresi jelas bahwa ada hubungan yang positif antara total konsumsi energi primer untuk konsumsi energy PDB, populasi, dan perkapita[3]. METODOLOGI Metodologi yang digunakan adalah analisis data historis dengan logaritma statistik, analisis karakteristik pertumbuhan permintaan dan penyediaan, memproyeksikan hingga tahun 2030. Selama rentang waktu 13 tahun (2000 - 2013) dianalisis pola permintaan energi dan pertumbuhannya pada masing masing sektor. Permintaan energi dipengaruhi oleh kebutuhan masing-masing sektor dan berbagai parameter penyediaan yang menentukan harga. Pada makalah ini lebih fokus pada karakteristik data historis dan tren pertumbuhan. Angka pertumbuhan beragam dari tahun ke tahun, sehingga perlu diperoleh nilai rata-ratanya atau tren statistikalnya. Pertumbuhan merupakan bilangan eksponensial sehingga angka rata-rata dihitung dengan logaritma statistik, dan pertumbuhan rata-ratanya dihitung berdasarkan persamaan (1) berikut : n
log ( g x ) x 1
g 10
n (1)
g pertumbuhan rata rata dalam fraksi x tahun ke x, yang mana x dari1sampai n, dan n jumlah tahun terhitung Aplikasi perhitungan rata-rata logaritma kadangkala mengalami kesulitan, yaitu ketikadiperoleh nilai pertumbuhan negatif, sehingga nilai logaritmanya tidak diperoleh. Terhadap subjek demikian aplikasi logaritma dilaksanakan dengan menginputkan nilai absolut awal dan nilai absolut akhir, lalu selanjutnya memperlakukan pertumbuhan sebagai bilangan eksponensial selama periode studi yang memberikan persamaan (2) sebagai:
g
y log n y1 10 n
1
(2)
g pertumbuhan rata rata y n nilai absolutt tahun terakhir (ke n) n jumlah tahun terhitung Meskipun didapat nilai pertumbuhan, namun tren dari pertumbuhan itu sendiri juga perlu digambarkan. Perubahan tren pertumbuhan yang berubah dan berfluktuasi secara signifikan dalam rentang waktu tertentu tersebut apakah berpengaruh atau tidak terhadap nilai absolut dalam rentang waktu periode studi. DATA HISTORIS PERMINTAAN ENERGI Indonesia sebagai negara yang berada dalam pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa permintaan energi mengalami peningkatan cukup tajam setiap tahun. BBM masih merupakan sumber energi fosil yang penting bagi Indonesia, meskipun pangsanya turun sebesar 59% pada tahun 2003, menjadi 48% pada tahun 2013[15]. Pertumbuhan permintaan energi bervariasi menurut sektor dan waktu (tahun), yang berkisar antara -0,3 sampai 8,8%, dengan rata-rata 3,2% per tahun selama periode 2000 2013, dengan nilai absolut naik dari 0,78 milyar SBM pada tahun 2000 menjadi 1,21 milyar SBM pada tahun 2013. Dari segi pangsa permintaan, sektor transportasi mengalami peningkatan paling tinggi, yaitu 18% pada tahun 2000 menjadi 27% pada tahun 2013[6]. 18
Profil dan Tren Permintaan Energi di Indonesia Edwaren Liun
ISSN: 2355-7524
PROFIL DAN TREN PERMINTAAN ENERGI DI INDONESIA Edwaren Liun Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir (PKSEN), BATAN, Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan Email:
[email protected]
ABSTRAK PROFIL DAN TREN PERMINTAAN ENERGI DI INDONESIA. Kebutuhan energi Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, sedangkan pasokan untuk jenis energi tertentu terutama minyak bumi semakin menyusut. Kelangkaan energi dariminyak bumi adalah sebagai akibat perubahan profil permintaan dan pasokan energi. Pengembangan teknologi energi yang inovatif juga semakin dibutuhkan, karena kecenderungan kebutuhan energi akan bergeser dari energi primer ke energi final yang utamanya akan berupa bahan bakar dan listrik dari sumber energi baru seperti batubara cair dan nuklir. Hal ini merupakan fenomena global dalam beberapa dasawarsa mendatang. Dengan berkembangnya teknologi sarana transportasi, maka energi transportasi yang selama ini dipenuhi oleh minyak bumi, karena semakin langka akan bergeser kearah bahan bakar lain. Sedangkan bagi Indonesia fenomena ini dan tren perubahan profil tersebut telah tampak dari data historis sejak awal tahun 2000-an. Makalah ini bertujuan menguraikan kecenderungan ke depan bahwa pasokan energi akan mengukuti pola penyediaan, dan energi listrik dibutuhkan dalam jumlah beberapa kali lipat dibanding saat ini. Metode yang digunakan adalah analisis statistik permintaan dan penyediaan yang didorong oleh kecenderungan ketersediaan dan harga. Hasil yang diperoleh adalah bahwa akan terjadi pergeseran pangsa permintaan dan penyediaan, dan batubara cenderung akan menjadi penyedia energi terbesar sejak tahun 2017 hingga tahun 2030, disebabkan oleh permintaan ekspor dan konsumsi dalam negeri. Sedangkan di sisi permintaan sektor transportasi mengalami kenaikan paling tajam dan menjadi pangsa terbesar sebelum tahun 2020. Kata kunci: permintaan, penyediaan, pangsa, minyak bumi, batubara.
ABSTRACT PROFILE AND TRENDS OF ENERGY DEMAND IN INDONESIA. Indonesia energy needs continue to increase from year to year, while the supply of certain types of energy, especially petroleum shrinking. Intensified energy scarcity is derived from petroleum, as a result of profile changes in demand and supply of energy. The development of innovative energy technologies are also increasingly required, because of the tendency of energy needs to be shifted from primary energy to final energy that will be the main fuel and power from new energy sources such as nuclear and coal liquefaction. This is a global phenomenon in the coming decades. By the development of transportation technology, the energy demand for transport used to be met by petroleum, because increasingly scarce will shift towards other fuels. As for Indonesia this phenomenon and the trend has been visible profile changes of historical data since the early 2000s. This paper aims to outline the future tendency that energy supplies will follow patterns of provision, and the electrical energy needed in a number of several times higher than today. The method used is the statistical analysis of demand and supply driven by the tendency of availability and price. The result is that there will be a shift in the share of demand and supply, and coal is likely to be the largest energy provider since 2017 until 2030, driven by demand for exports and domestic consumption. While inthe demand side, transportation sectorhas increasedmostsharplyandbecomethe largest sharebefore 2020. Keywords: demand, supply, share, petroleum, coal.
PENDAHULUAN Berdasarkan hasil survei WEC 2013 tentang sumber daya energi dunia, tampak lebih banyak bentuk dan jenis sumberdaya energi di dunia daripada sebelumnya.[1]. Namun, kajian tarhadap sumberdaya ini banyak dikaitkan dengan teknologi baru, andal dan lebih efisien, sebagai definisi yang digunakan ditetapkan secara internasional oleh PBB. Bagi Indonesia hingga saat ini ketergantungan pada energi konvensional masih tetap tinggi, terutama berkaitan dengan kebutuhan terhadap energi portabel, yang hingga kini masih energi tak-terbarukan.
16
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2015 Bali, 15-16 Oktober 2015
ISSN: 2355-7524
Energi tak-terbarukan adalah energi yang diambil dari sumber yang tersedia di bumi dalam jumlah cadangan yang terbatas dan akan habis dalam 50-60 tahun dari sekarang[2]. Sumber-sumber tak-terbarukan juga tidak ramah lingkungandan dapat memiliki mempengaruhi kesehatan secara serius. Energi ini disebut energi tak-terbarukan karena tidakdapat kembalidihasilkan-dalam kurun waktu singkat. Sumber-sumber tak-terbarukan yang ada dalam bentuk bahan bakar fosil, gas alam, minyak dan batu bara[2]. Sedangkan cadangan terbukti sumber daya energi adalah kuantitas dalam jumlah terbukti di tempat yang dapat ditemukan untuk masa depan yang memenuhi kondisi ekonomi lokal dengan teknologi yang tersedia[1]. Karena pertumbuhan ekonomi yang begitu cepat di banyak negara berkembang dalam beberapa dasawarsa belakang ini, pertumbuhan ekonomi dunia telah meningkat 4% per tahun rata-rata selama dua dekade pertama abad ke-21. Dari tahun 2000 hingga 2020, permintaan energi dan pasokan telah tumbuh sebesar 2% per tahun. Energi terbarukan adalah energiyangdiambil darisumber-sumberyang tersediadi bumidalam jumlah cadangan yang tak terbatas dantetap tersedia selama matahari memancarkan sinar dan panasnya ke bumi. Energi yang dibangkitkannya disebut energi terbarukan karena ia dapat menghasilkandalam waktu lama. Sumber-sumber energi terbarukan yang adatersedia dalam bentuksinar matahari langsung, angin, gelombang, bahan bakar nabati (biofuel) dan sebagainya. Energi ini berkerapatan rendah dan tidak praktis untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Menyusul tingginya permintaan energi di semua sektor, mendorong Indonesia berubah status dari eksportir menjadi importir minyak bumi sejak tahun 2004. Namun Indonesia yang saat ini berstatus pengguna batubara dengan pertumbuhan yang tinggi juga berstatus sebagai eksportir, dalam laju pertumbuhan yang signifikan, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1.Laju Produksi dan Penjualan Batubara Indonesia[4]. Ini berimplikasi, bahwa terjadi pertumbuhan sebesar hampir lebih dari 100% selama dua dekade terakhir. Diperlukan ekspansi penyediaan yang kuat di sektor listrik dan peningkatan yang berkelanjutan dalam efisiensi energisecara keseluruhan. Ekonomi dunia juga menuju pertumbuhan yang lebih besar di tahun-tahun selanjutnya yang berpotensi merangsang kenaikan ekspor batubara Indonesia. Di sisi penyediaan energi portabel, perkembangan gas shale di Amerika Serikat belakangan ini menunjukkan pentingnya konsep dan peran teknologi untuk penyediaan energi masa depan. Hasil survei 2013 menegaskan bahwa ketersediaan bahan bakar fosil terutamabatubara, minyak dan gas alam yang berlimpah berlangsung hanya selama beberapa dekade ke depan[1]. Penyediaan energi portabel dalam mengatasi kelangkaan minyak bumi untuk sektor transportasi di Indonesia dimungkinkan oleh beberapa alternatif, yakni: oil shale, gasshale, pencairan batubara, produksi hidrogen (dari gas reforming atau panas nuklir), baterai dan biofuel. Namun pola permintaan masa depan tersebut yang digambarkan di dalam makalah ini adalah ekuivalensi nilai terhadap jenis energi yang tersedia atau digunakan saat ini. Analisis permintaan energi didasarkan data historis yang mencakup sejak tahun berlangsungnya sistem pemerintahan demokratis setelah proses reformasi yang terjadi pada tahun 1998. Sejak awal fase tersebut berbagai perubahan turut mempengaruhi sistem 17
Profil dan Tren Permintaan Energi di Indonesia Edwaren Liun
ISSN: 2355-7524
perekonomian secara menyeluruh, sehingga pola sistem energi pun terpengaruh baik dalam konsumsi maupun dalam penyediaan. Makalah ini ditulis untuk menganalisis perubahan pola dan profil permintaan dan penyediaan energi yang telah berlangsung secara signifikan selama 20 tahun terakhir. Dari analisis tren serta analisis regresi jelas bahwa ada hubungan yang positif antara total konsumsi energi primer untuk konsumsi energy PDB, populasi, dan perkapita[3]. METODOLOGI Metodologi yang digunakan adalah analisis data historis dengan logaritma statistik, analisis karakteristik pertumbuhan permintaan dan penyediaan, memproyeksikan hingga tahun 2030. Selama rentang waktu 13 tahun (2000 - 2013) dianalisis pola permintaan energi dan pertumbuhannya pada masing masing sektor. Permintaan energi dipengaruhi oleh kebutuhan masing-masing sektor dan berbagai parameter penyediaan yang menentukan harga. Pada makalah ini lebih fokus pada karakteristik data historis dan tren pertumbuhan. Angka pertumbuhan beragam dari tahun ke tahun, sehingga perlu diperoleh nilai rata-ratanya atau tren statistikalnya. Pertumbuhan merupakan bilangan eksponensial sehingga angka rata-rata dihitung dengan logaritma statistik, dan pertumbuhan rata-ratanya dihitung berdasarkan persamaan (1) berikut : n
log ( g x ) x 1
g 10
n (1)
g pertumbuhan rata rata dalam fraksi x tahun ke x, yang mana x dari1sampai n, dan n jumlah tahun terhitung Aplikasi perhitungan rata-rata logaritma kadangkala mengalami kesulitan, yaitu ketikadiperoleh nilai pertumbuhan negatif, sehingga nilai logaritmanya tidak diperoleh. Terhadap subjek demikian aplikasi logaritma dilaksanakan dengan menginputkan nilai absolut awal dan nilai absolut akhir, lalu selanjutnya memperlakukan pertumbuhan sebagai bilangan eksponensial selama periode studi yang memberikan persamaan (2) sebagai:
g
y log n y1 10 n
1
(2)
g pertumbuhan rata rata y n nilai absolutt tahun terakhir (ke n) n jumlah tahun terhitung Meskipun didapat nilai pertumbuhan, namun tren dari pertumbuhan itu sendiri juga perlu digambarkan. Perubahan tren pertumbuhan yang berubah dan berfluktuasi secara signifikan dalam rentang waktu tertentu tersebut apakah berpengaruh atau tidak terhadap nilai absolut dalam rentang waktu periode studi. DATA HISTORIS PERMINTAAN ENERGI Indonesia sebagai negara yang berada dalam pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa permintaan energi mengalami peningkatan cukup tajam setiap tahun. BBM masih merupakan sumber energi fosil yang penting bagi Indonesia, meskipun pangsanya turun sebesar 59% pada tahun 2003, menjadi 48% pada tahun 2013[15]. Pertumbuhan permintaan energi bervariasi menurut sektor dan waktu (tahun), yang berkisar antara -0,3 sampai 8,8%, dengan rata-rata 3,2% per tahun selama periode 2000 2013, dengan nilai absolut naik dari 0,78 milyar SBM pada tahun 2000 menjadi 1,21 milyar SBM pada tahun 2013. Dari segi pangsa permintaan, sektor transportasi mengalami peningkatan paling tinggi, yaitu 18% pada tahun 2000 menjadi 27% pada tahun 2013[6]. 18
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2015 Bali, 15-16 Oktober 2015
ISSN: 2355-7524
Seperti ditunjukkan pada Tabel 1, konsumsi energi di sektor transportasi selama 2000 2010 meningkat dari 139 juta SBM pada tahun 2000 menjadi 256 juta SBM pada tahun 2010 atau meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata 6,2% pertahun[5]. Tabel 1 Data Historis Konsumsi Energi Final Indonesia (juta BOE)[5]. Sektor
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2013
Industri Rumah tanga Kommersial Transportasi Lainnya Non Energi Total
252 297 21 139 29 40 778
245 303 22 151 30 49 833
263 314 25 178 32 62 891
280 313 26 170 26 65 954
310 317 29 197 26 74 1.022
355 311 33 256 29 84 1.094
378 331 35 310 26 111 1.171
400 339 37 324 24 88 1.211
Total (2000-2013) 4.231 4.408 393 2.890 386 972 13.280
Pertumbuhan terbesar adalah penggunaan avtur/avgas dengan laju pertumbuhan 11,3% per tahun, diikuti oleh listrik (7,2%), bensin (6,8%), minyak solar/diesel (5,0%).[7] Permintaan energi dari sektor ini tumbuh sebesar rata-rata 6,4% per tahun selama periode tersebut. Pertumbuhan tinggi permintaan energi lainnya adalah pada sektor non energi, yaitu tumbuh rata-rata 7% per tahun dengan nilai absolut 40.393.109 menjadi 88.127.915 SBM. Pertumbuhan pangsa sektor industri tidak signifikan, yaitu dari 32% pada tahun 2000 menjadi 33% pada tahun 2013. Sedangkan pangsa permintaan rumah tangga turun dari 38% menjadi 28%, namun nilai absolutnya tetap naik dari 297 juta menjadi 339 juta atau naik sebesar 14% selama periode tersebut. Tabel 2. Data produksi dan penjualan batubara Indonesia (juta ton)[8]. 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 133,6 163,2 167,2 177,0 197,5 219,0 255,7 231,0 Produksi 9 0 4 2 9 3 3 2 Penj. 34,03 31,24 38,60 40,53 41,92 46,18 57,46 49,57 DN 113,0 127,3 133,5 156,5 173,2 192,3 175,6 Penj. LN 96,82 7 8 6 3 5 2 2
2013 272,0 5 58,21 208,3 1
Dari Tabel 2 tampak kecenderungan bahwa batubara akan menjadi sumber pasokan energi terbesar dalam beberapa dasawarsa mendatang. Perbandingan data penjualan batubara antara luar negeri dan dalam negeri (Indonesia) meninjukkan kecenderungan konsumsi batubara Indonesia cukup berpotensi akan menyebabkan Indonesia menjadi pengimpor batubara dalam waktu dekat hingga mendatang, seperti kasus telah terjadi pada minyak bumi, mengingat cadangan batubara Indonesia tidaklah melimpah. Cadangan terbukti bahwa batubara Indonesia hanya sekitar 28 miliar ton[8]. HASIL DAN PEMBAHASAN Di masa mendatang, kelangkaan minyak bumi akan berakibat terjadinya pergeseran pola permintaan pasokan energi yang selama ini didominasi oleh minyak bumi, bergeser ke energi lain di antaranya batubara, gas, energi terbarukan dan listrik. Sedangkan listrik merupakan energi paling praktis yang dapat memikul beban pada hampir semua sektor untuk penggunaan stasioner, berpotensi untuk penggunaan non-stasioner di berbagai sektor, dan dapat menggunakan berbagai sumber energi yang potensial seperti energi nuklir. Program elektrifikasidimasyarakat pedesaanterpencildengan menggunakanteknologi energi terbarukan(RE) adalahpilihan praktis[9].Sementara di sektor transportasi, dengan berkembangnya teknologi dan berbagai moda transportasi, transportasi yang selama ini bertenaga mesin pembakaran internal dapat dikonversi menjadi sarana transportasi bertenaga beterai. Hal ini akan mendeformasi bentuk (profile) permintaan dari energi primer ke energi final[2,3]. Minyak selama ini mendominasi pasokan energi primer di Indonesia, dengan pangsa sekitar 43%. Mengingat harga minyak bumi cenderung terus meningkat sedangkan cadangan dan kemampuan produksi minyak bumi dalam negeri terus menurun, maka diperlukan program diversifikasi energi[4,7]. 19
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2015 Bali, 15-16 Oktober 2015
ISSN: 2355-7524
Seperti ditunjukkan pada Tabel 1, konsumsi energi di sektor transportasi selama 2000 2010 meningkat dari 139 juta SBM pada tahun 2000 menjadi 256 juta SBM pada tahun 2010 atau meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata 6,2% pertahun[5]. Tabel 1 Data Historis Konsumsi Energi Final Indonesia (juta BOE)[5]. Sektor
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2013
Industri Rumah tanga Kommersial Transportasi Lainnya Non Energi Total
252 297 21 139 29 40 778
245 303 22 151 30 49 833
263 314 25 178 32 62 891
280 313 26 170 26 65 954
310 317 29 197 26 74 1.022
355 311 33 256 29 84 1.094
378 331 35 310 26 111 1.171
400 339 37 324 24 88 1.211
Total (2000-2013) 4.231 4.408 393 2.890 386 972 13.280
Pertumbuhan terbesar adalah penggunaan avtur/avgas dengan laju pertumbuhan 11,3% per tahun, diikuti oleh listrik (7,2%), bensin (6,8%), minyak solar/diesel (5,0%).[7] Permintaan energi dari sektor ini tumbuh sebesar rata-rata 6,4% per tahun selama periode tersebut. Pertumbuhan tinggi permintaan energi lainnya adalah pada sektor non energi, yaitu tumbuh rata-rata 7% per tahun dengan nilai absolut 40.393.109 menjadi 88.127.915 SBM. Pertumbuhan pangsa sektor industri tidak signifikan, yaitu dari 32% pada tahun 2000 menjadi 33% pada tahun 2013. Sedangkan pangsa permintaan rumah tangga turun dari 38% menjadi 28%, namun nilai absolutnya tetap naik dari 297 juta menjadi 339 juta atau naik sebesar 14% selama periode tersebut. Tabel 2. Data produksi dan penjualan batubara Indonesia (juta ton)[8]. 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 133,6 163,2 167,2 177,0 197,5 219,0 255,7 231,0 Produksi 9 0 4 2 9 3 3 2 Penj. 34,03 31,24 38,60 40,53 41,92 46,18 57,46 49,57 DN 113,0 127,3 133,5 156,5 173,2 192,3 175,6 Penj. LN 96,82 7 8 6 3 5 2 2
2013 272,0 5 58,21 208,3 1
Dari Tabel 2 tampak kecenderungan bahwa batubara akan menjadi sumber pasokan energi terbesar dalam beberapa dasawarsa mendatang. Perbandingan data penjualan batubara antara luar negeri dan dalam negeri (Indonesia) meninjukkan kecenderungan konsumsi batubara Indonesia cukup berpotensi akan menyebabkan Indonesia menjadi pengimpor batubara dalam waktu dekat hingga mendatang, seperti kasus telah terjadi pada minyak bumi, mengingat cadangan batubara Indonesia tidaklah melimpah. Cadangan terbukti bahwa batubara Indonesia hanya sekitar 28 miliar ton[8]. HASIL DAN PEMBAHASAN Di masa mendatang, kelangkaan minyak bumi akan berakibat terjadinya pergeseran pola permintaan pasokan energi yang selama ini didominasi oleh minyak bumi, bergeser ke energi lain di antaranya batubara, gas, energi terbarukan dan listrik. Sedangkan listrik merupakan energi paling praktis yang dapat memikul beban pada hampir semua sektor untuk penggunaan stasioner, berpotensi untuk penggunaan non-stasioner di berbagai sektor, dan dapat menggunakan berbagai sumber energi yang potensial seperti energi nuklir. Program elektrifikasidimasyarakat pedesaanterpencildengan menggunakanteknologi energi terbarukan(RE) adalahpilihan praktis[9].Sementara di sektor transportasi, dengan berkembangnya teknologi dan berbagai moda transportasi, transportasi yang selama ini bertenaga mesin pembakaran internal dapat dikonversi menjadi sarana transportasi bertenaga beterai. Hal ini akan mendeformasi bentuk (profile) permintaan dari energi primer ke energi final[2,3]. Minyak selama ini mendominasi pasokan energi primer di Indonesia, dengan pangsa sekitar 43%. Mengingat harga minyak bumi cenderung terus meningkat sedangkan cadangan dan kemampuan produksi minyak bumi dalam negeri terus menurun, maka diperlukan program diversifikasi energi[4,7]. 19
Profil dan Tren Permintaan Energi di Indonesia Edwaren Liun
ISSN: 2355-7524
Berdasarkan data pertumbuhan masing-masing sektor, maka sektor transportasi menunjukkan angka pertumbuhan tertinggi sebesar rata-rata 6,9% per tahun juga dengan pangsa naik dari tahun ke tahun. Sementara sektor rumah tangga (household) mengalami pertumbuhan rendah, rata-rata 1,04%, dan pangsanya turun dari 38% menjadi 28% selama periode tersebut. Energitak-terbarukan adalah energiyangdiambil darisumber-sumberyang tersediadi bumidalam jumlah cadangan yang terbatas danakan habis dalam 50-60tahundari sekarang. Sumber-sumber tak-terbarukan juga tidak ramahlingkungandan dapat memilikimempengaruhikesehatan secara serius. Energi ini disebut energi tak-terbarukan karena mereka tidakdapat kembalidihasilkandalam kurun waktu singkat. Sumber-sumber tak-terbarukan yang adaadalah gas alam, minyak danbatubara[3]. Dari hasil proyeksi diperoleh bahwa akan terjadi perubahan peringkat konsumsi per sektor. Sampai tahun 2004 sektor rumah tangga merupakan konsumen terbesar, Namun setelah tahun tersebut, konsumen terbesar adalah sektor industri sampai tahun 2020, dan setelah itu posisi konsumen terbesar diambil alih oleh sektor transportasi. Sektor transportasi mengalami pertumbuhan permintaan paling tinggi, yaitu sekitar rata-rata 8,7% per tahun. Sektor ini mengambil pangsa sebesar 25% pada tahun 2010 dan naik menjadi 40% pada tahun 2030, seperti ditunjukkan pada Gambar 2. dan diproyeksi menjadi sektor demand terbesar mulai tahun 2020. Naiknya pangsa pasokan batubara terkait dengan substitusi minyak bumi di sektor kelistrikan dan meningkatnya permintaan pada subsektor industri logam [4,7].
Gambar 2. Pangsa Permintaan Energi per Sektor Berdasarkan data historis, nilai rata-rataangka pertumbuhan pada masing-masing sektor cukup konsisten dan dapat dijadikan parameter untuk memproyeksikan nilai absolut hingga tahun 2030, sehingga diperoleh hasil proyeksi seperti pada Gambar 3. Beberapa sektor mengandung angka pertumbuhan yang lebih tinggi dan meningkat dari tahun ke tahun dibanding sektor yang lain. Sektor tersebut adalah transportasi dengan nilai pertumbuhan yang diindikasikan oleh persamaan: y = 0,023 ln (x) + 0,0287. Pertumbuhan industri adalah kedua tertinggi, dengan nilai: y = 0,025 ln (x) – 0,006, yang mana x adalah angka tahun dikurangi dengan 1999.
20
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2015 Bali, 15-16 Oktober 2015
ISSN: 2355-7524
Gambar 3. Proyeksi Permintaan Energi per Sektor. Dengan mengacu pada tren pertumbuhan masing-masing sumber pasokan, maka penyediaan energi batubara diproyeksikan menjadi terbesar pada tahun 2030. Jenis energi yang dibutuhkan akan terjadi perubahan dan angka pertumbuhan dan pangsa, seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Dengan peningkatan jumlah wilayah perkotaan yang disebabkan oleh adanya urbanisasi serta perubahan status dari wilayah desa menjadi kota, maka akan terjadi perubahan pola penggunaan energi di masa depan dari kayu bakar dan minyak tanah ke energi komersial LPG, dan gas kota[11].
Gambar 4. Proyeksi Pangsa Permintaan Energi menurut Jenis. Kecenderungan penurunan intensitas energi sebagai hasil pembangunan ekonomi dapat dilihat selama periode sejarah yang panjang, yang contohnyameliputi negara berkembang, seperti Tiongkok, India dan lain-lain[10]. Saat ini, 95% produksi energi komersial didasarkan pada bahan bakar fosil,sedangkan minyak masih memainkan peran penting, dan penggantian minyak ke gas telah berjalan secara bertahap. Dalam jangka panjang, batubara dan sumber bahan bakar fosil lainnya cenderung dapat menurunkan biaya sumber energi komersial ke tingkat yang lebih kompetitif. Sedangkan dalam waktu lama sumber-sumber lainnya, seperti surya,fusi dan lainnya akan berperan lebih nyata[5,10]. Peralihanpada sumber energi dipicu oleh kenaikan harga, dan semakin langkanya sumber energi tertentu. Saat ini harga minyak berada pada tahap tertentu dan cadangannyaterus menurun karena dieksploitasi tanpa batas. Akibatnya, teknologi untuk mengeksploitasi cadangan tersisa dan sumber energi lainnya lainnya harus ditingkatkan. Keadaan ini mendorong bahwa gas atau biomassa, cepat atau lambat akan menjadi kompetitif.
21
Profil dan Tren Permintaan Energi di Indonesia Edwaren Liun
ISSN: 2355-7524
Trenpermintaan Beberapatrenpermintaan energitelahsangat stabil. Tigalayananyang berhubungan dengan energitelah diidentifikasi:listrik, bahan bakar fosiluntuk transportasi, dan bahan bakar fosilyang digunakanuntuk pemanasanpada gedung danproses industri[5,10]. Bahan bakar yang digunakan untuk tiga layanan tersebut mengikuti jalur kegiatan ekonomi – produk domestik bruto – sejak pertama kali data tersedia (tahun 1960 untuk negara-negara IEA, dan 1971 untuk negara-negara berkembang) sampai sekarang [4,5]. Analisis permintaan energi menunjukkan bahwa tren ini kemungkinan akan berlanjut ke masa depan asalkan kebijakan energi, kegiatan ekonomi dan harga energi berlanjut sepanjang alur yang sama seperti di masa lalu.Di masa lalu, tekanan pada penggunaan energi tumbuh dari aliran perbaikan teknologi yang meningkatkan efisiensi energi. Dua vektor menghasilkan tren linear yang berlanjut. Di masa depan, kebijakan baru yang besar mungkin akan dibutuhkan untuk mengubah sifat hubungan ini[6]. Implikasi proyeksi permintaan energi Indonesia tergolong negara yang tidak efisien dalam penggunaan energi di Asia dibanding Tiongkok, India dan Vietnam[12]. Menurut Oil & Gas Journal (Administrator), Indonesia memiliki 3,9 miliar barel cadangan terbukti minyak bumi pada Januari 2012[13]. Total produksi minyak terus menurun dari hampir 1,7 juta barel per hari (bbl/d) pada tahun 1991 menjadi di bawah 1,0 juta bbl/d pada tahun 2011. Dari jumlah ini, sekitar 900.000 bbl/d adalah minyak mentah dan kondensat produksi minyak brent. Produksi minyak bumi menurun tajam dari produksi pemerintah menjadi sebesar 945 ribu bbl/d dari target semula sebesar 970 ribu bbl/d) pada tahun tersebut. Sementara produksi produk olahan minyak bumi telah meningkat sejak tahun 1998[14]. Penurunan produksi di ladang minyak terus berlangsung meskipun produksi diupayakan dengan teknik enhanced oil recovery (EOR) untuk meningkatkan produksi. Chevron menggunakan Steam Injection EOR pada 80 persen sumur di ladang minyak Duri, salah satu proyek injeksi uap terbesar di dunia. Bahkan Chevron mengumumkan rencana untuk melipatgandakan produksi minyak di lapangan Minas, melalui penggunaan EOR, untuk 140 ribu bbl/d pada tahun 2014[13]. Teknologi baru bisa memberikan solusi, seperti alternatif yang layak untuk bahan bakar fosil atau cara untuk mengatasi makanan dan air kendala. Namun, semua teknologi saat ini tidak memadai untuk menggantikan arsitektur energi tradisional pada skala yang dibutuhkan, dan teknologi energi baru mungkin tidak akan komersial dan meluas pada tahun 2025[15]. Di masa mendatang, karena kelangkaan minyak bumi akan berakibat terjadinya pola permintaan pasokan energi yang selama ini didominasi oleh minyak bumi, bergeser ke energi lain di antaranya bat ubara, gas, energi terbarukan dan listrik. Teknologi energiberinteraksi danharusdikembangkan dan digunakanbersama-sama.Sebuahsistem energirendah karbonakan menampilkansumber energiyang lebih beragam. Ini akan memberikan keseimbangan yang lebih baik dari sistem saat ini, tetapi juga berarti bahwa sistem baru harus lebih terintegrasi dan kompleks, dan akan lebih mengandalkan generasi di distribusikan[13,15]. Sedangkan listrik merupakan energi yang paling praktis yang berpotensi untuk memikul beban pada hampir semua sektor untuk penggunaan stasioner, dan dapat dibangkitkan dengan berbagai sumber enegi terbarukan dan baru termasuk nuklir. Sedangkan dengan berkembangnya teknologi moda transportasi yang selama ini bertenaga mesin pembakaran internal menjadi sarana transportasi bertenaga beterai akan mendeformasi bentuk (profile) permintaan dari energi primer ke energi final[1]. KESIMPULAN Berdasarkan analisis statistik, profil energi Indonesia hingga tahun 2030 menunjukkan angka pertumbuhan yang beragam pada masing-masing sektor. Sektor transportasi menunjukkan angka pertumbuhan tertinggi (8,7%) diikuti oleh sektor industri dan komersial, masing-masing 5,8% dan 5%. Sedangkan dari sisi pasokan sumber energi yang sebelumnya didominasi oleh minyak bumi akan mengalami perubahan. Pangsa minyak bumi menurun menurut waktu, tahun 2010 sebesar 34% dan tahun 2030 turun menjadi 21%. Sedangkan pangsa batubara naik dari 13% pada tahun 2010 dan menjadi 22% pada tahun 2030. Beberapa jenis energi lainnya yang juga mengalami kenaikan pangsa pasokan, yaitu gas alam, LPG, produk minyak dan listrik. Sedangkan energi nuklir dibutuhkan dalam konteks substitusi sumber energi fosil yang semakin langka, seperti batubara, dan energi nuklir juga berpotensi untuk memproduksi hidrogen dan panas untuk proses dalam industri. 22
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2015 Bali, 15-16 Oktober 2015
ISSN: 2355-7524
DAFTAR PUSTAKA 1. HOSSAIN, KHANDAKAR AKHTER.Global Energy Consumption Pattern and GDP. s.l. : International Journal of Renewable Energy Technology Research, , International Journal of Renewable Energy Technology Research, Vol. 1, No. 1, pp. 23 – 29. December 2012. ISSN: 2325-3924 (Online). 2. ___, Outlook Energy Indonesia 2014, Dewan Energi Nasional Republik Indonesia, 01-07 Outlook Final.indd 2 12/22/14 5:54:10 PM. 3. SAHU, SANTOSH.Trends and Patterns of Energy. Trends and Patterns of Energy Consumption in India, Bombay : Munich Personal RePEc Archive, 2008.. 2. World Energy Resources 2013 Survey, World Energy Council, ISBN: 978 0 946121 29 8 4. KENCONO, AGUNG WAHYU. at al.Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia. Jakarta : PUSDATIN, ESDM, 2014. 5. SUGIYONO, AGUS.Data Historis Konsumsi Energi dan Proyeksi PermintaanPenyediaan Energi di Sektor Transportasi. Jakarta : Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, BPPT, 2012. ISBN 978-602-1328-03-3. 6. SUGIYONO, AGUS et al.Outlook Energi Indonesia, Pusat Pengembangan Sumberdaya Energi, BPPT :, 2013. 978-979-95202-8-9, Jakarta 7. ____. Produksi Batubara (PKP2B dan BUMN). Ditjen Minerba. [Online] Ditjen Minerba, Kementerian ESDM, May 2015. [Cited: May 12,, 2015.] http://www.minerba.esdm.go .id/public/38477/produksi-batubara/.produksi/2011/2015. 8. ____, World Energy Assessment - Energy and the challenge of sustainability. Washington, D.C. : Energy and the challenge of sustainability, United Nations Department of Economic and Social Affairs, World Energy Council, 2000. 92-1126126-0. 9. ____, Energy:The Next Fifty Years. Organisation For Economic Co-Operation And Development. 2, rue André-Pascal, 75775 Paris, Cedex 16, France. : OECD Publications Service, 1999. 10. KANG WU, FEREIDUN FESHARAKI.Asia's Energy Future, . Honolulu, Hawaii : East West Centre, 2007. 978-0-86638-212-0. 11. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL. Kajian Indonesia Energy Outlook, Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumberdaya Mineral, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, 2012. 12. ____, Energy profile of Indonesia.The Encylopedia of Earth. [Online] [Cited: ] http://www.eoearth.org/view/article/152501/. 13. ____,Teknologi baru lagi bisa memberikan solusi, seperti alternatif yang layak untuk bahan bakar fosil atau cara untuk mengatasi makanan dan air kendala. Namun, sGlobal Trend 2025: A transformed World. s.l. : NationlIntelligent Council, 2008. 978-0-16081834-9. 14. IEA, Energy Technology Perspectives 2012, Pathways to a Clean Energy System, Executive Summary, International Energy Agency, 2012. DISKUSI/TANYA JAWAB: 1. PERTANYAAN: Basnyah Kironi (PKSEN - BATAN) - Harga batubara turun, mempengaruhi penggunaan batubara? - PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) ssama tidak dengan Bio Diesel? JAWABAN: Edwaren Liun (PKSEN - BATAN) - Harga batubara turun mungkin bersifat temporer, sedangkan data yang dikumpulkan dalam waktu puluhan tahun. - PLT Sampah tidak disamakan dengan Bio Diesel.
23
Profil dan Tren Permintaan Energi di Indonesia Edwaren Liun 2. PERTANYAAN: Hadi Suntoko (PKSEN - BATAN) Apakah tren permintaan energi ke depan sudah mempertimbangkan pengaruh ekonomi?
ISSN: 2355-7524
dikaji
/
dihitung
dengan
JAWABAN: Edwaren Liun (PKSEN - BATAN) Dalam studi ini saya mengkhususkan melakukan analisis dengan metode statistik, menganalisis sifat-sifat pertumbuhan selama sekian tahun, baik dari sisi permintaan maupun suplai. 3. PERTANYAAN: Nurlaila (PKSEN - BATAN) Dilihat dari pangsa permintaan energy, system industry cenderung stabil.Apakah itu menandakan tidak adanya pertumbuhan industry, atau industri-industri yang ada tidak/kurang membutuhkan energy? JAWABAN: Edwaren Liun (PKSEN - BATAN) Pangsa permintaan energi untuk industry stabil bukan berarti tidak ada pertumbuhan, hany pangsanya yang tetap.
24