HAS& DAN PEMBAHASAN Profil Daerah Penelitian Fisik Wilavah
Geoaafi. Secara geografis Kabupaten Daerah Tingkat I1 Tapanuli Utara berada di bagian Tengah wilayah Propinsi Sumatera Utara, dan di punggung Bukit Barisan. Kabupaten ini terletak l o 20' sampai 2' 4' Lintang Utara dan 98°10' sampai 90' 35' Bujur Timur dan dikelilingi oleh tujuh Kabupaten Daerah Tingkat I1 di Sumatera Utara dan satu Kabupaten di di Daerah Istimewa Aceh, sebagai berikut: Sebelah Utara terletak Kabupaten Daerah Tingkat I1 Dairi, Tanah Karo dan Simalungun. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Asahan dan Labuhan Batu. Sebelah Selatan terdapat Kabupaten Daerah Tingkat I1 Tapanuli Selatan, dan sebelah Barat Kabupaten Daerah Tingkat I1 Tapanuli Tengah (Pemda Tk I1 Tapanuli Utara, Tapanuli Utara Membangun, 1991) Kabupaten Daerah Tingkat 11Tapanuli Utara berada di Bukit Barisan dengan ketinggian 300 sampai 2.000 meter di atas permukaan laut. Luas wilayah kabupaten ini 10.605,3 kilometer persegi, termasuk perairan Danau Toba seluas 1.102,6 kilometer persegi atau 110.260 hektar (Pemda Tingkat 11 Tapanuli Utara, 1991). Daratan di
luar perairan Danau Toba seluas 950.270 hektar dengan sebagian besar berada pada ketinggian 500 sampai 1.SO0 meter di atas permukaan laut. Topograti wilayah Tapanuli Utara umumnya bergelombang dengan diselingi dataran di bagian Tenggara dan Selatan Danau ~ o b a Daerah . ini mempunyai iklim sejuk dengan temperatur rata-rata berkisar antara 17' sampai 29' Celcius dan rata-rata kelembaban udara (RH)= 85,04 persen. Kesejukan iklim ini, di samping karena le110
taknya yang tinggi dari permukaan laut, juga sebagai pengaruh dari curah hujan yang secara umum tergolong tinggi, yakni antara 2.000 sampai 5.000 milimeter per tahun. Keadaan dan Pen~mnaanTanah. Letak dan topografi Tapanuli Utara dengan keadaan permukaan tanah kebanyakan berbukit dan bergelombang, menyebabkan banyak potensi yang layak dikembangkan, seperti potensi lahan, air terjun, potensi angin, panas bumi dan lain-lain. Pengembangan potensi lahan memerlukan penanganan yang intensif karena kesuburan tanahnya relatip kurang. Pada umumnya tanah di daerah ini berasal dari bahan induk liporit, dengan tingkat keasaman (PH) antara 3,5 sampai 5,8. Menurut status pemilikan tanah, sebagian besar dari luas wilayah Tapanuli Utara yakni seluas 663.432 hektar (69,82 %), merupakan tanah adat (tanah marga), sedang bagian lainnya seluas 286.838 hektar (30,18 %) merupakan tanah negara. Tanah negara pada umumnya berupa hutan negara dan terletak di pegunungan. Penggunaan tanah di wilayah Tapanuli Utara memperlihatkan bahwa sebagian besar dari tanah yang diusahai penduduk, yakni seluas 93.024 hektar (7,51 %) merupakan pertanian lahan kering, sementara 55.947 hektar (6,77 %) adalah persawahan. Tanah yang tidak diusahkan berupa semak belukar atau lahan tidur luasnya 246.542 hektar (lihat Tabel 4). Penyebab utama tanah ini merupakan lahan tidur adalah karena tingkat kesuburannya rendah. Kalaupun ada penduduk yang mengusahakannya, khususnya di bidang subsektor pertanian tanaman pangan, mereka harus bekerja keras meningkatkan kesuburan lahan tersebut. Dari luas daratan 950.270 hektar di kabupaten Tapanuli Utara, yang dapat diusahkan menurut konsep Wilayah Tanah Usaha (WTU) Badan Pertanahan Nasional (BPN), hanya 418.660 hektar (44 % luas daratan). Dengan de-
Tabel 4. Komposisi Penggunaan Tanah di Kabupaten Daerah Tingkat I1 Tapanuli Utara,Propinsi Sumatera Utara No.
Penggunaan Tanah
Lms (Ha)
%
7.811
0,58
1
Perkampungan (Emplasemen)
2
Persawahan
55.947
6,77
3
Pertanian lahan kering
93.024
7,5 1
4
Perkebunan rakyat
40.372
4,25
5
Tanam kerashuah-buahan nonperkebunan
37.765
2,64
6
H u t a n
383.888
32,55
7
Penggembalaanlalang-alang
8 1.535
7,89
8
Semak belukarflahan tidurltandus
246.542
36,55
9
Kolam dan r a m
3.386
0,85
Jumlah:
950.270
100
Surnber: Pemda Tingkat I1 Tapanuli Utara, Tapanuli Utara Membangun, 1991.
mikian ratio antara jumlah penduduk dengan luas tanah yang dapat diusahakan oleh penduduk adalah 1 : 0,586 hektar. Pada pihak lain cukup luas lahan tidur yang rnasih bisa dimanfaatkan dengan mempergunakan teknologi penyuburan lahan.
Kevendudukan di Tavanuli Utara Penduduk Tapanuli Utara pada umurnnya disebut masyarakat Batak Toba, yakni salah satu subsuku Batak. Subsuku Batak lain yang ada di Sumatera Utara adalah Simalungun,. Karo, Pakpak, Angkola dan Mandailing. Menurut data pada buku Tapanuli Utara Dalam Angka tahun 1996, jumlah 'penduduk kabupaten Dati 11 Tapanuli Utara 713.901 jiwa, terdiri dari 136.307 Kepala Keluarga dan dengan kepadatan 75 orang per kilometer persegi. Penyebaran penduduk, luas wilayah dan jumlah
rumah tangga serta kepadatan penduduk menurut kecarnatan dapat dilihat pada Tabel
5. Pada umumnya, kecamatan dengan jumlah penduduk paling banyak terletak di lingkungan atau dekat dengan ibukota kabupaten atau ibukota wilayah (Onder Afdeling). Dengan kata lain terdapat kecenderungan bahwa penduduk terkonsentrasi (bertempat tinggal) di sekitar kota. Tabel 5. Luas wilayah, Rumah Tangga, Penduduk dm Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Tapanuli Utara Tahun 1996
* Kecamatan lokasi penelittian Sumber: Tapanuli Utara Dalam Angka Tahun 1996
114
Laju pertumbuhan penduduk di Tapanuli Utara periode 1980 sampai tahun 1990 rata-rata 0,19 persen per tahun atau relatip lebih rendah dibanding dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata nasional pada periode yang sama. Rendahnya laju pertumbuhan penduduk ini terutama disebabkan oleh tingginya arus perpindahan keluar daerah dibanding arus penduduk yang datang atau yang lahir. Mobilitas penduduk yang tinggi khususnya kaum muda yang keluar daerah, disebabkan oleh keinginan mereka untuk berusaha memperbaiki tingkat kehidupan di daerah lain. Masvarakat Batak Toba Masyarakat Batak Toba dalam kenyataan hidup sehari-hari mempunyai dinamika, karakter, sifat yang keras tetapi selalu menginginkan keterbukaan serta mempunyai semangat kepeloporan (Tambunan, 1982). Sifat-sifat ini dapat menjadi faktor penunjang dalam upaya mengajak dan mendorong mereka melakukan berbagai pembaharuan yang berorientasi pada perbaikan hidup dan kehidupan di pedesaan. Masyarakat di daerah Tapanuli Utara yang lebih kurang 96 persen beragama Kristen mempunyai sifat dan sikap bergotong-royong yang relatip masih terpelihara, sebagai cerminan dari adat seternpat. Solidaritas kekeluargaan yang erat diantara marga-marga, karena mereka selalu berpedoman pada falsafah leluhur yang mempakan tatanan hidup masyarakat sehari-hari, yang dimmuskan di atas landasan Tungku yang Tiga (Dalihan Natolu). Prinsip kekerabatan yang mengatur hubungan antara saudara sedarah atau seketurunan (tungku pertarna) dengan keluarga pemberi dara (tungku kedua) dan keluarga pengambil dara (tungku ketiga), dipegang teguh oleh tiap individu orang Batak Toba.
Hubungan antara ketiga tungku ini yang jalinannya berdasar pada affina atau perbesanan, membentuk kelompok yang pengkonsolidasiannya dapat dikatakan intensif Ikatan dari ketiga pihak sangat kuat dalam masyarakat Batak Toba dan selalu berperan dalam kegiatan adat dan dalam hidup sehari-hari. Jika seorang perempuan Batak meninggalkan lingkungan kaumnya untuk dinikahkan, berarti ia telah menciptakan hubungan perbesanan. Melalui hubungan seperti ini, suaminya serta kelompok seketurunan dari suaminya dan keturunannya laki-laki di masa datang, telah terikat dengan kaum si perempuan (ayahnya dan saudara laki-laki seketurunan ayahnya). Kaum dari pihak suaminya serta keturunannya laki-laki, berstatus sebagai boru (pengambil dara) dari kaum ayah si perempuan (pemberi dara). Pihak kaum suami menempatkan kaum ayah si perempuan sebagai hula-hula mereka. Hubungan affina seperti ini bisa jauh lebih luas, apabila anak laki-laki dari boru mengawini anak perempuan dari hula-hula pada generasi berikutnya. Orang Batak beranggapan bahwa keadaan hidupnya untuk sebahagian besar adalah berkat restu yang diperolehnya dari hula-hula (Vergouwen, 1968). Pihak hula-
hula dipandang dapat memantullcan kesemarakan dan kemuliaan kepada borunya; hla-hula adalah sumber kekuatan adikodrati, daya hidup bagi masing-masing borunya. Sejalan dengan itu pihak boru memandang anggota hula-hula sebagai orang yang dikaruniai sahala, yaitu kekuasaan istimewa yang dianggap mempunyai daya yang kuat dan memancarkan pengaruh yang berfaedah bagi pihak born. Dengan demikian pihak hula-hula dapat berperan sebagai pemimpin dalam arti mampu memberi pengaruh terhadap borunya, khususnya dalam kelompok berdasarkan perbesanan
(aflina). Kelompok seperti ini kelihatan sangat menonjol dan befingsi dalam setiap pertemuan atau kegiatan (acara) adat
116
Dalam bentuk tindakan konkrit, hula-hula dapat memberi berkat (upa-upa) ke pihak boru, memberi kain Batak (ulos), pisau dan makanan tertentu. Pemberian upaupa yang mempunyai makna tertentu, sering dilakukan hula-hula dengan mempergunakan urnpasa (ungkapadperumpamaan yang puitis) untuk lebih memberikan penekanan pada makna kata-kata yang diucapkannya (lihat contoh pada Lampirtan 2).
Urnpasa sering juga dipergunakan dalam kelompok lain diluar perbesanan. Penggunaan urn-
dalarn berkomunikasi yang bertujuan merubah perilaku orang
lain (pendengarkomunikan), dipercayai mempunyai kekuatan. Dengan kata lain urnmampu menggugah hati orang yang mendengarnya dan kemudian mendorong orang yang bersangkutan untuk menerapkan maknalnasihat yang terkandung di dalamnya. Umpasa berfUngsi memberi kekuatan terhadap pesan yang disarnpaikan seseorang kepada orang lain yang wajib diberi nasihat atau informasi. Karena itu orang yang berkemampuan memilih dan menyampaikan umpasa secara tepat, khususnya pemimpin informal, mempunyai pengaruh dan wibawa serta dihormati oleh pengikutnya dan warga rnasyarakat lain. K e ~ e m i m ~ i n aMasvarakat n
Kepemimpinan dalam masyarakat Batak Toba mempunyai sandaran-sandaran kemasyarakatan oleh karena kepemimpinan memang erat kaitannya dengan kelompok. Masyarakat Batak di pedesaan pada umumnya belum terspesialisasi, mereka hidup dari pertanian dan keadaanya cenderung homogen. Sejalan dengan ini, kepemimpinan yang ditampilkan sering meliputi seluruh kehidupan masyarakat. Dengan kata lain dalam semua segi kehidupan masyarakat kelihatan pengaruh dari pemimpin.
117
Selain itu pemimpin informal di daerah seperti ini jarang merasa lebih tinggi dari pengikutnya atau tidak terkesan ada "hiearki" (Soekanto, 1987). Susunan masyarakat Batak relatip tidak memperlihatkan stratifikasi yang jelas dan tegas. Diantara mereka yang memegang kekuasaan atau wewenang, dengan mereka yang yang dikuasai terdapat hubungan yang baik dan lancar. Dimanapun di negeri Batak Toba tidak ada sama sekali kekuasaan berjenjang dari unit terbawah sampai ke yang teratas (Vergouwen, 1986). Sejalan dengan ini para pemimpin dan bahkan raja di jaman dahulu seperti Si Singamangaraja ke-XI1 selalu mendatangi rakyat (bawahan) dan memberi sesuatu kepada mereka dan bukan sebaliknya rakyat yang mendatangi raja sambil membawa upeti. Ciri-ciri utama kelompok terkecil masyarakat Batak Toba, adalah kampung (huta). Kelompok ini menghuni daerah tertentu dengan batas yang jelas dan disebut kelompok sekampung (sahuta). Kampung (huta) dibangun oleh satu Hen atau marga tertentu dengan membangun satu rurnah yang dihuni oleh anggota keluarga yang berasal dari satu leluhur. Dengan demikian penduduk dari satu kampung (huta) umumnya terdiri dari satu marga (Men) dan jika dihubungkan dengan Dalihan Na Tolu, mereka semua tergolong saudara (hngan sabutuha), dan karenanya tidak boleh kawin satu sama lain. Dengan kata lain, dalam satu kampung (huta) seperti ini, hampir tidak ada kelompok pemberi dara (hula-hula) atau pengambil dara (born). Jika ada seorang laki-laki (jejaka) dari desa mau kawin, ia harus mencari jodoh (pasangan) ke huta lain yang penduduknya berbeda marga dengan si pemuda. Pertambahan jumlah anggota keluarga, memerlukan tambahan rumah dan biasanya dibangun berdekatan dengan rumah leluhur atau ayah pertama (Tambunan, 1982). Bentuk pemukiman (huta) terdiri dari beberapa buah rumah (adat) yang didi-
118
rikan secara berbanjar atau berbaris dari Timur ke Barat, sehingga cahaya matahari tetap menyinari halaman yang dipergunakan sebagai tempat menjemur padi. Dalam satu pemukiman seperti ini terdapat rumah (biasanya dihuni oleh beberapa keluarga) adat yang jumlahnya berkisar antara 6 sampai 12 buah. Di sekeliling hula dipagar dengan tanaman bambu atau digali lobang untuk pertahanan. Dalam kompleks pemukiman seperti ini terdapat satu orang atau lebih pemimpin informal. Watak persekutuan kampung antara lain: (1) ada batas-batas yang pasti,- (2) mempunyai lahan untuk perluasan huta maupun untuk pertanian, dan (3) mengelola sendiri aneka ragam kegiatan "dalam negerinya" seperti mengurus parit atau pagar desa, balai pertemuan, menyelesaikan percekcokan warga, memimpin berbagai upama, perpindahan warga dan sejenisnya (Vergouwen, 1986). Keadaan seperti ini ber-
langsung dalam suatu kurun waktu yang lama di masa lampau. Mengenai hakekat otoritas kepala sebagai pemimpin, sikap orang Batak (Toba) mengikuti suatu penalaran yang khas. Seorang pemimpin dipercayai sebagai orang yang mempunyai kualitas istimewa (sahala) yang meliputi: (1) kualitas dalam kekuasaan yang istimewa (sahala harajaon), dan (2) kualitas untuk dihormati (sahala
h g a p o n ) karena wibawa atau kharismanya (Vergouwen, 1986). Orang yang memiliki kedua sahala ini mampu menjadi pemimpin yang berkualitas dalam arti mampu menjalankan otoritas dan dipatuhi oleh anggota kelompok. Pada pihak lain, mereka yang mengikuti kepemimpinan dari orang-orang seperti ini akan menjadi makmur. Seorang raja (pemimpin) yang dilimpahi &la
raja (sakala ni raja) &an
kelihatan pada ciri khusus perwatakannya dalam wujud: (1) memiliki kebesaran (habolonan), yaitu jumlah besar anggota keturunan yang membuatnya diterima sebagai kepala, (2) kekayaan (?zamoraon) dalam arti makmur dan sanggup menjamu banyak
119
orang, (3) kebijakan (habisuhon), yaitu seorang pembicara yang arif, terutama dengan menggunakan umpasa, (4) keperkasaan dalam perang dan tegas terhadap bawahan (habeguon), dan (5) keterarnpilan di dalam ilmu "datu" (hadatuon)yang berarti antara lain dapat mengobati berbagai penyakit (Vergouwen, 1986). Pemimpin yang memiliki ciri tersebut perlu menampilkan perilaku: (a) mengawasi hukum adat dan peradilan, (b) memerintah, (c) menjaga keselamatan pengikut, (d) membawa anggota mencapai tujuan, (e) bijaksana dalam menggerakkan anggot% (f) menghukum anggota yang bersalah, d m (g) meningkatkan kesejahteraan rakyat (Panggading dalm Vergouwen, 1986). Dihubungkan dengan pembangunan desa, pemimpin masyarakat Batak Toba harus: (a) mempunyai pengaruh kuat dalam pembangunan, (b) mempunyai ide-ide untuk memperbaiki desa, dan (c) mampu menyampaikan ide serta pengalamannya dalam diskusi-diskusi (Cunningham, 1958). Selain pengelompokan berdasarkan wilayah tempat tinggal dimana dapat dijumpai pemimpin informal seperti digambarkan di atas, juga ada pengelompokan berdasarkan kekerabatan. Kelomok-kelompok seperti ini, sesuai dengan silsilah, dapat berwujud kelompok suku atau marga. Identitas keluarga Batak Toba ditentukan oleh predikat marga dan ini ditundcan kepada anak laki-laki sesuai dengan sistem kekerabatan patrilineal. Dalam kelompok seperti ini para anggota hanya akan bertemu jika ada pesta atau pertemuan adat dan pesertanya bisa berasal dari berbagai daerah. Dalam pertemuan seperti ini yang terutama berperan adalah pemimpin adat atau pimpinan marga (raja). Di daerah Batak kepemimpinan informal dapat dibedakan atau terpisah menwut tiga bidang, yakni: (1) kepemimpinan di bidang adat, (2) kepemimpinan di bidang pemerintahan, dan (3) kepemimpinan di bidang keagamaan (Bangun dalarn
Koentjaraningrat, 1987). Kepemimpinan di bidang adat menjalankan tugas yang mencakup urusan-urusan yang berhubungan dengan perkawinan, kematian, warisan, penyelesaian perselisihan, kelahiran dan sejenisnya. Kebanyakan aturan-aturan adat tidak tertulis dan cukup banyak serta rumit. Karena itu hanya orang yang telah lama mengikuti serta belajar tentang aturan dan pelaksanaan adat, yang mampu menjalankan kepemimpinan adat. Kepemimpinan di bidang pemerintahan dipegang oleh salah seorang turunan tertua dari pendiri kampung (huta), yang bertugas menjalankan pemerintahan seharihari di samping menjalankan tugas peradilan (Siahaan, 1982). Pemimpin pemerintahan yang berasal dari turunan tertua ini sering juga disebut raja huta atau raja kampung. Pemimpin ini walaupun secara formal (dewasa ini) tidak lagi memegang jabatan sebagai kepala desa, tetapi pengaruhnya masih cukup besar, terutama apabila ia mampu menjaga wibawa. Dalam banyak ha1 tentang desa, pada umumnya penduduk masih meminta pendapat dan saran dari raja huta. Pemimpin agama di tanah Batak telah ada sejak dahulu kala, yakni ketika sebagian besar masyarakat masih mempercayai adanya roh, jiwa atau tondi yang mempunyai kekuatan. Dewasa ini ketika hampir semua orang Batak memeluk agama Nasrani, Islam dan yang lain-lain, mereka menjalankan kepercayaannya sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Dasar kepemimpinan di bidang agama adalah kepercayaan dan penguasaan pemimpin tentang aturan-aturan ritual sesuai dengan ajaran agama yng dianut. Pemimpin agama ini, selain mempunyai keyakinan agama yang mendalam, juga mengetahui dan menguasai aturan keagamaan secara lebih akurat. Perkembangan ilmu pengetahuan yang sering juga disebut modernisasi, telah mempengaruhi kehidupan di pedesaan. Dilihat dari hubungan antara unsur tradisio-
121
nal dan unsur modern, masyarakat Batak Toba telah dan sedang mengalami perubahan dari cara hidup d m berpikir yang bercorak tradisional kepada yang lebih modern. Hal ini menyebabkan tejadi perubahan sikap dan perbuatan orang Batak dalam kehidupan. Perubahan cara berpikir tradisional yang berorientasi ke belakang dan statis, beralih pada pikiran yang berorientasi ke depan. Cara berpikir magis-religius berubah ke cara berpikir rasional dan kreatip (Simanjuntak, 1986). Hal-ha1 di atas telah meningkatkan kegiatan ekonomi dan pendidikan yang mengarah ke sekularisme (Simanjuntak, 1986). Akibat peningkatan pendidikan dan kegiatan ekonorni serta mobilitas yang tinggi, memungkinkan seseorang mempunyai pengetahuan, keterampilan dan sikap positip terhadap pembaharuan. Mereka menjadi pemimpin seMer atau kontemporer, karena mereka muncul belakangan (rnasa kini). Ikhtisar kepemimpinan informal masyarakat Batak Toba terdapat pada Lampiran 3.
Wawa Masvarakat sebagai Peneikut Pengikut dari tiap pemimpin, apakah pada kelompok sahuta, kelompok marga dan kelompok-kelompok lain, lebih-lebih pada kelompok yang bertujuan meningkatkan usaha seperti kelompok tani, mempunyai harapan dm tujuan tertentu. Seiring dengan terjadinya perubahan cara hidup dan berpikir ke arah yang lebih moderen di pedesaan, berubah pula harapan, keinginan dan cita-cita pengikut atau warga rnasyarakat desa di tanah Batak Toba. Harapan, cita-cita dan tujuan yang mereka ingifikan sering belum dapat dimmuskan secara jelas dan konkrit. Selain itu pengikut juga dihadapkan pada beberapa hambatan atau masalah ddam mewujudkan cita-cita dan tujuan tersebut. Jika dihubungkan dengan upaya pengikut untuk memperbaiki dan meningkatkan usaha, ham-
122
batan-hambatan yang mereka jumpai antara lain di bidang: (a) permodalan, (b) penguasaan teknologi, khususnya dalam meningkatkan kesuburan lahan (c) pemasaran hasil, termasuk transportasi dan (d) persaingan yang kurang menguntungkan di antara sesama mereka. Terdapat kecenderungan persaingan di antara warga sehingga kurang menunjang kemajuan usaha. Kalaupun tidak berwujud persaingan, paling tidak terdapat gejala bahwa masing-masing individu atau keluarga menjalankan usahanya sesuai dengan caranya sendiri. Jika individu atau keluarga ini memerlukan bantuan, misalnya dalam pengadaan sarana produksi dan sejenisnya ia lebih sering mencari sendiri tanpa bekerja sama dengan individu atau warga yang lain. Sebaliknya kalau warga yang bersangkutan berhasil dalam usahanya, ia jarang menginfonnasikan keberhasilan tersebut kepada warga yang lain; apalagi memberitahukan cara-cara yang ditempuhnya dalam mencapai keberhasilan tersebut. Secara empiris ada beberapa sifat (roha) yang banyak dijumpai pada diri individu warga masyarakat, yang kurang menunjang terwujudnya kebersamaan atau interaksi yang mulus di antara sesama mereka, khususnya dalam upaya meningkatkan usaha. Sifat-sifat tersebut berupa: (1) kecenderungan memiliki dendam (hosom), (2) selalu merasa diri "lebih" dari orang lain walaupun kenyataannya belum tentu dernikian (teal), (3) rasa iri hati atau mencela kebaikan atau hal-ha1 positip yang dicapai orang lain (elat), dan (4) tidak mau membantu dan bahkan ingin menjerumuskan orang lain karena iri hati (late)*. Dalam Almanak gereja HKBP tahun 1998 dicanturnkan agar semua perkumpulan umat yang diadakan setiap hari Kamis memohon Hosom, teal, elat dan late sering disingkat menjadi Hotel.
123
melalui doa bersama, supaya dijauhkan kiranya empat macam sifat (roha) tersebut dari tiap individu orang Batak Toba. Hal ini menunjukkan bahwa gereja juga mengamati dan mengakui ada tendensi dimilikinya sifat-sifat yang kurang baik ini oleh individu orang-orang Batak Toba. Fenomena ini sekali lagi menunjukkan betapa pentingnya peranan pemimpin informal dalam membina kehidupan kelompok dan berkelompok di pedesaan, khususnya pada kelompok yang bergerak di bidang usaha, sebagai wahana untuk mempersatukan warga. Dengan cara seperti ini tidak hanya kehidupan usaha bisa berkembang, tetapi juga bisa tumbuh hubungan sosial yang harmonis, sebagai penunjang kekompakan masyarakat. Sifat dan perasaan-perasaan yang kurang baik secara berangsur perlu dihilangkan sehingga tidak menjadi hambatan dalam memajukan usaha. Pada pihak lain masyarakat dihadapkan dengan kesulitan mengembangkan usaha sehari-hari akibat adanya beberapa kendala atau masalah. Penduduk mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Daerah atau kabupaten ini masih digolongkan sebagai daerah miskin. Kebijaksanaan pemerintah yang dituang dalam Operasi Khusus Terpadu (Opsusdu) "Maduma" pada tahun 1986, meng-
indikasikan bahwa masyarakat daerah ini masih tergolong miskin. Gambaran kemiskinan juga terlihat dari fenomena lain, yaitu besarnya jumlah desa yang pada tahun 199311994 menjadi sasaran Inpres Desa Tertinggal (IDT) yakni 264 desa (41,8%) dari seluruh desa di kabupaten Tapanuli Utara yang pada waktu itu jumlahnya 640 buah (Sekwilda Daerah Tk I1 Tapanuli Utara, 1994). Kondisi kerniskinan dan masalah atau hambatan yang dijumpai dalam pengembangan usaha di pedesaan, mendorong sebagian warga masyarakat pindah ke daerah lain, bahkan ke pulau Jawa untuk mencari nafkah. Pada ha1 jika dilihat dari lu-
124
asnya lahan kosong atau lahan tidur, masih terbuka kemungkinan untuk dimanfaatkan, sehingga memungkinkan diadakan perbaikan dan pengembangan usaha. Masyarakat memerlukan bantuan, baik dari pihak luar maupun dari pemimpin informal yang mampu mengorganisasikan warga, khususnya dalam meningkatkan usaha mereka. Potensi dan Perekonomian Daerah
Perekonomian masyarakat Batak didominasi oleh sektor pertanian, khususnya pertanian tanaman pangan dan perkebunan rakyat (lihat Tabel 6). Selain padi, tanarnan pangan yang banyak dihasilkan daerah ini adalah jagung, kacang tanah, ubi
kayu dan ubi jalar. Kebanyakan tanaman pangan dibudidayakan masyarakat di lahan kering dan hanya sebagian kecil yang menanamnya di sawah sebagai rotasi tanaman. Karena itu produksi per hektar belum dapat menyamai produksi per hektar rata-rata nasional. Tanaman palawija yang banyak ditanam adalah cabai, bawang merah, buncis, kentang, kacang panjang dan kubis, sedangkan tanaman perkebunan yang diusahakan oleh penduduk adalah karet, kopi dan kemenyan. Penduduk yang bergerak di bidang pertanian, apakah di lahan basah atau lahan kering, umumnya masih mengelola usaha tani secara tradisional. Karena itu belum banyak membawa perbaikan atau peningkatan produksi. Selain itu usaha tani yang mereka lakukan masih secara individual dalam arti belum banyak kelompok tani yang terbentuk dan kalaupun ada belum berfbngsi sebagaimana mestinya. Kenyataan empiris serta dukungan data dalarn Tabel 6 menunjukkan bahwa sektor pertanian masih tetap sebagai penyumbang terbesar pendapatan regional Tapanuli Utara (Pemda Tkt II Tapanuli Utara, 1991). Potensi sumberdaya alam yang masih terbuka dan memungkinkan untuk dikembangkan adalah ketersediaan lahan ke-
Tabel 6, Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Produksi dari Beberapa Tanaman Pangan dan Perkebunan Tahun 1996 di KabupatenTapanuli Utara
No. 1 2 3 4 5 6
Jenis Tanaman Padi (sawah dan ladang) Jagung Kacang tanah Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar
Luas Panen (Ha) 74794 8497 6415 603 4199 3230
Rata-rata Produksi (Kwma) 37,42 32,50 16,09 11,99 73,95 65,ll
Produksi (Ton) 279906 276 15 10322 723 30876 21041
Surnber: Diolah dari Tapanuli Utara Dalam Angka Tahun 1996.
ring, perairan danau Toba untuk perikanan, ketersediaan berbagai jenis mineral dengan deposit yang cukup besar, termasuk panas bumi dan sumberdaya manusia. Jumlah penduduk yang besar disertai keinginan mereka yang h a t untuk memperbaiki kehidupan, merupakan suatu potensi. Keindahan alam dengan panoramanya yang khas, terutarna di sekitar danau Toba serta udara yang sejuk, menunjang pariwisata.
126
Identifikasi Kecamatan Lokasi
Empat kecamatan yang menjadi lokasi penelitian, terletak di masing-masing wilayah (Onder Afdeling) sebagai berikut: ( I ) Kecamatan Laguboti terletak di wilayah (Onder Mdeling) Toba, (2) Kecamatan Onan Runggu di wilayah Samosir, (3) Kecamatan Lintongnihuta di wilayah Humbang, dan (4) Kecamatan Pahae Jae di wilayah Silindung. Wilayah Toba yang di masa lampau termasuk Onder Afdeling Toba, terdiri dari enam kecamatan, wilayah Samosir terdiri dari enam kecamatan, wilayah Humbang terdiri dari 12 kecamatan, dan wilayah Silindung terdiri dari lima kecamatan (lihat Tabel 7). Dari empat kecarnatan lokasi penelitian, ternyata kecarnatan Laguboti mempunyai luas wilayah paling kecil dan kecamatan Pahae Jae adalah yang paling luas. Akan tetapi kecamatan Laguboti mempunyai penduduk paling padat (285 orang per Km2), sementara kecamatan Pahae Jae kepadatan penduduknya hanya 47 orang per Km2. Dua kecamatan ini mempunyai areal persawahan paling luas, dibanding dengan kecamatan Onan Runggu dan Lintongnihuta. Kecamatan Pahae Jae terkenal sebagai lumbung beras di Kabupaten Tapanuli Utara. Dari segi jumlah desa, ternyata kecamatan Onan Runggu mempunyai desa paling banyak karena beberapa desa telah dimekarkan. Pemekaran desa dilakukan berdasarkan berbagai pertimbangan, antara lain untuk mengintensifIan pelaksanaan pembangunan. Secara organisatoris di tiap desa terdapat Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) serta sejumlah Kader Pembangunan Desa (KPD). Banyak diantara kader ini telah mengikuti pelatihan satu atau dua kali, baik di tingkat kecamatan maupun di tingkat kabupaten. Narnun dernikian kinerja mereka di lapangan setelah mengikuti pelatihan, belum banyak menunjukkan peningkatan.
Tabel 7. Kondisi Kecamatan Lokasi menurut Luas Wilayah, Pemerintah Desa, Instansi Pemerintah, Sarana Perekonomian d m Sosial Budaya
128
Tabel 7 memperlihatkan keadaan beberapa instansi vertikal seperti Kakandepdikbud, Penerangan, BKKBN, Kehutanan, Statistik, KUA, Koramil, Kapolsek. Juga terdapat instansi otonom seperti Dinas P dan K, Kesehatan, Pertanian, Peternakan, Perikanan, Pekerjaan Umum (Pengairan), dan Konservasi Tanah. Dari segi kelembagaan, baik sarana ekonomi seperti koperasi, pasar, warung dan sejenisnya, demikian juga sarana sosial budaya seperti sekolah, Balai Pengobatan, Puskesmas dan Posyandu telah ada di tiap kecamatan. Perbedaamya terletak pada jumlah dan pernanfaatan lembaga atau sarana tersebut. Banyak di antara unit pelayanan seperti Posyandu, Balai Pengobatan, dan koperasi belum dimanfaatkan masyarakat secara maksimal sehingga terkesan tidak berfbngsi. Kecamatan Laguboti mempunyai agroekosistem sawah atau lahan basah dan karenanya potensi utama wilayah ini adalah pertanian tanaman pangan dan perikanan. Namun karena perluasan (ekstensifikasi) areal tanarn untuk padi atau tanaman pangan lain serta kolam ikan sudah terbatas, maka satu-satunya upaya untuk meningkatkan produksi adalah dengan intensifikasi. Kecamatan Onan Runggu sebagai lokasi penelitian berada di wilayah Samosir, terletak di sebelah selatan agak ke timur pulau Samosir. Kecamatan ini mempunyai agroekosistem lahan kering, karena sebagain besar wilayahnya berada di gunung-gunung; di sepanjang pantai danau Toba terdapat areal persawahan. Garis pan-
tai danau Toba di kecamatan ini tergolong panjang. Karena itu sebagian penduduk berusaha dibidang perikanan dengan jaring apung, atau penangkapan ikan danau secara tradisional. Sepanjang pantai terdapat dataran yang memungkinkan penanaman padi serta palawija, sehingga sebagian penduduk mengusahakan pertanian tanaman pangan. Di bagian gunung yang merupakan wilayah terluas dari kecamatan Onan
129
Runggu ditanam ubi kayu, ubi rambat serta tanaman keras seperti kemiri, cengkeh, tanaman buah-buahan (mangga, durian). Dalam rencana pengembangan wilayah, daerah ini terbuka kemungkinan untuk mengembangkan pariwisata, peternakan dan industri kerajinan (Pemda Tkt I1 Tapanuli Utara, 1991). Peternakan yang banyak diusahakan oleh penduduk adalah memelihara kerbau, babi, ayam dan bebek. Kecamatan ketiga yakni Lintongnihuta terletak di wilayah Humbang, mempunyai agroekosistem lahan kering. Kecamatan ini umumnya terdiri dari dataran dan sedikit bergelombang. Mata pencaharian penduduk adalah pertanian, khususnya hortikultura, dan hanya sebagain kecil wilayah kecamatan ini yang bisa ditanam padi sawah. Sebagian penduduk mengusahakan tanaman perkebunan atau tanaman keras, khususnya kopi walaupun rata-rata rumah tangga mempunyai areal kebun h a n g dari 0,25 hektar. Banyak penduduk yang memelihara temak sebagai usaha sambilan, se-
perti memelihara kerbau, babi dan ayam atau ada juga yang mengambil batu ke gunung. Kaum ibu dari daerah ini banyak yang berdagang ke pasar-pasar (onan). Di kecamatan ini cukup luas tanah kosong dalam arti belum diusahakan. Lahan tidur ini berupa tanah darat atau lahan kering yang pemiliknya telah pindah ke daerah lain, khususnya ke pulau Jawa. Kalaupun pemiliknya masih ada didaerah ini, mereka mengalami kesulitan dalam mengolah lahan karena tingkat kesuburan tanah rendah Selain lahan kering, di kecamatan ini juga cukup luas lahan gambut yang juga belum dapat dimanfmtkan oleh penduduk setempat. Kecamatan terakhir yang berada di wilayah ,Silindung adalah Pahae Jae yang terletak di perbatasan Kabupaten Tapanuli Selatan. Sebagian penduduknya telah mempunyai budaya serta kebiasaan hidup sehari-hari yang mirip dengan Batak Angkola yang menghuni bagian utara kabupaten Tapanuli Selatan. Satu fakta yang me-
130
nunjukkan ada pengaruh Tapmnli
ela at an adalah, penduduk daerah ini banyak yang
memeluk agama Islam yaitu agama dari mayoritas penduduk Tapanuli Selatan. Topografi kecamatan ini bergunung-gunung dan lembah yang relatip luas. Di pegunungan terletak lokasi perkebunan rakyat yang terdiri dari karet dan kemenyan serta durian. Sementara di lembah yang di beberapa tempat cukup luas, ditanam padi dan sebagai tanaman sela atau rotasi ditanam palawija. Lembah-lembah di daerah ini merupakan daerah penanaman padi yang baik, karena di sana banyak sungai yang mengalir sehingga dapat mengairi sawah. Agroekosistem kecarnatan Pahae Jae adalah sawah dan perkebunan, khususnya karet dan kemenyan. Potensi wilayah Silindung, termasuk Kecarnatan Pahae Jae adalah pertanian pangan, hortikultura, perikanan, pariwisata dan industri (Pemda Tkt II Tapanuli Utara, 1991). Sejalan dengan ini sasaran utarna pengembangan meliputi perkebunan, termasuk melakukan peremajaan tanaman, perikanan dan industri. Pengembangan perkebunan dapat dilakukan karena penduduk setempat telah "akrab" dengan usaha ini. Secara turun-temurun usaha perkebunan karet dan kemenyan telah ditekuni oleh penduduk. Pengembangan perikanan dimungkinkan karena banyak anak sungai yang mengalir di daerah ini sehingga dapat dipergunakan untuk mengairi kolam.
Identifikasi Desa Lokasi Kondisi desa lokasi menurut keadaan penduduk, pekerjaannya, sarana ekonomi dan jenis kelompok yang ada, dapat dilihat pada Tabel 8. Desa yang paling banyak jumlah penduduknya adalah Nagasaribu I, yakni 2303 jiwa yang berarti 7,48 persen dari total penduduk di semua desa lokasi. Desa dengan jumlah penduduk terbesar ke dua adalah Nagasaribu 11, yaitu sebesar 6,44 persen. Kedua desa ini terletak di keca-
Tabel 8. Kondisi Desa Lokasi menurut Penduduk, Pekerjaan Penduduk, Sarana Ekonomi dan Jenis Kelompok yang terdapat di Desa
I
:
Keteranm: 1. KK = Kepala Keluarga 2. Keg. Agama = Kegiatan agama
132
matan Lintongnihuta yang jumlah penduduknya 3 1836 jiwa. Desa ketiga yang jumlah penduduknya paling banyak adalah Sipira (5,47%), yang terletak di kecamatan Onan Runggu. Sebanyak 47,46 persen dari total penduduk di desa lokasi bekerja sebagai petani. Selebihnya kira-kira 3,04 persen bekerja sebagai buruh, terutama buruh tani dan bangunan serta 2,18 persen bekerja sebagai pegawai negeri, khususnya guru sekolah, baik negeri maupun swasta. Tabel 8 menunjukkan bahwa belum semua desa mempunyai koperasi sebagai sarana ekonomi. Hanya 54,17 persen dari semua desa lokasi yang telah mempunyai koperasi dan sebagian besar dari koperasi ini tidak befingsi. Demikian juga belum semua desa mempunyai pasar sebagai penunjang perekonomian desa. Kios (keresek) rata-rata terdapat antara empat sampai lima buah di tiap desa dan jumlah warung kopi (lapo) di tiap desa rata-rata tujuh buah. Kelompok sebagai basis tempat berkumpul dan berinteraksi warga desa, dilihat dari segi jumlahnya relatip telah memadai. Akan tetapi kalau ditinjau dari jenis kelompok, khususnya yang secara langsung berhubungan dengan pekerjaan utarna penduduk, yakni bertani, masih tergolong kecil. Jumlah kelompok tani di tiap desa masih sedikit. Kelompok-kelompok usaha yang lain jurnlahnya masih tergolong kecil atau bahkan belum ada sama sekali. Pada ha1 keberadaan kelompok tani atau kelompok usaha sangat penting, karena dapat menunjang keberhasilan warga dalarn melakukan pembaharuan atau untuk meningkatkan usaha mereka. Kenyataan menunjukkan bahwa kelompok yang banyak adalah yang bergerak di bidang arisan serta kelompok-kelompok keagamaan.
Profii Pemimpin dan Pengikut Pemimpin informal tradisional (PIT) dan pemimpin informal kontemporer (PIK) yang menjadi sampel dan sekaligus sebagai responden jumlahnya 96 orang yang tersebar di 24 buah desa. Ditinjau dari umur (usia) pemimpin dan pengikut yang menjadi sampel, ternyata memperlihatkan keragaman seperti pada Tabel 9. Pemimpin Tabel 9. Sebaran Pemimpin Informal Tradisional dan Informal Kontemporer serta Pengikutnya menurut Kategori Umur (Usia)
-
Kategori Usia
CThn)
'
PEMIMPIN Inf.Tradi- Inf. KonTotal sional temporer (N=96)
PENGIKUT I d Tradi Inf. KonTotal sional temporer (N=3 84)
< 35
-
2 (2,08) 4,17
2 (2,08) 2,08
2 (0,52) 1,04
-
2 (0,52) 0,52
35 - 44
-
6 (6,25) 12,50
6 (6,25) 6,25
26 (6,77) 13,54
39 (10,16) 20,31
65 (16,92) 16,93
45 - 54
19 (19,79) 39,58
16 (16,67) 33,33
35 (36,46) 36,46
81 (21,09) 42,19
82 (21,35) 42,71
163 (42,45) 42,45
55 - 65
22 (22,92) 45,83
20 (20,83) 41,67
42 (43,75) 43,75
59 (15,36) 30,73
67 (17,45) 38,90
126 (32,81) 32,81
> 65
7 (7,29) 14,58
4 (4,17) 8,33
11 (1 1,46)
24 (6,25)
48 (50,OO)
192 (50,O)
384 (100)
100
100
12,50 192 (50,O) 100
28 (7,29) 7,29
48 (50,OO)
11,46 96 (100) 100
4 (1,04) 2,08
100
I00
Jumlah:
Kekraman: 1. Angka dalarn kunmg = pmatase total (untuk Pemimpin N =% dan Pe@& 2. Angka cetak miring = persentase kolom.
N = 384).
yang paling tua berusia di atas 65 tahun serta yang paling muda berusia 35 tahun, yaitu yang masuk .pada kelompok pemimpin informal kontemporer. Sebanyak 22,92 persen pemimpin informal tradisional (PIT) berusia antara 55 sampai dengan 65 tahun. Pemimpin informal kontemporer (PIK) yang berusia sama banyaknya 28,83 persen. Pemimpin informal tradisional (PIT) yang berusia antara 45 sampai 54 tahun, ber
134
tahun, berjumlah 19,79 persen. Kelompok usia yang sama pada PIK banyaknya 16,67 persen. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kebanyakan pemimpin informal tergolong tua. Hal ini bermakna bahwa pemimpin informal memiliki kemampuan berpikir yang lebih matang. Kebijakan-kebijakan yang mereka ambil dalam memimpin atau mendorong d m mengarahkan pengikut serta dalam mengambil keputusan akan lebih akurat. Dari segi komunikasi, khususnya ketika memberi dorongan d m arahan, pemimpin seperti ini lebih marnpu mempergunakan umpasa, sehingga pengikut lebih tergugah untuk mengikuti arahannya. Pengikut yang menjadi sampel berjumlah 384 orang, juga mempunyai keragaman usia di saat penelitian dilakukan. Diantara mereka ada yang berusia lebih dari 70 tahun dan ada pula yang berusia kurang dari 35 tahun. Secara lebih lengkap sebaran pemimpin dan pengikut menurut kategori usia dapat dilihat pada Tabel 9. Sebanyak 21,09 persen dari pengikut PIT beruusia antara 45 sampai 55 tahun dan sebanyak 21,35 persen dari pengikut PIK berusia antara 45 sampai 55 tahun. Pengikut PIT yang berusia antara 55 sarnpai 65 tahun sebanyak 15,36 persen dan pengikut PIK yang berusia sama (55 sarnpai 65 tahun) sebanyak 17,45 persen. Sebaran pemimpin dan pengikut yang menjadi sampel dan juga menjadi responden ditinjau dari jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal, dapat dilihat pada Tabel 10. Sebanyak 19,79 persen PIT berpendidikan setingkat Sekolah Menengah Umum (SMU) dan sebanyak 17,71 persen PIK berpendidikan sama dengan PIT. Pernyataan ini menyiratkan bahwa hampir tidak ada perbedaan tingkat pendidikan formal diantara sesama pemimpin informal (PIT dan PIK). Kenyataan ini menunjukkan bahwa penduduk di daerah penelitian telah sejak dari dahulu menempatkan pendidikan bagi anak-anak mereka sebagai sesuatu yang
Tabel 10. Sebaran Pemimpin Informal Tradisional dan Informal Kontemporer serta Pengikut menurut Pendidikan PENDIDIKAN
F ~ ~ Sek.Dasar ma1
SLTP SMTA Perg .Tinggi Jumlah
Nan Formal
Tidak ada Latihan
Latihan & Magang Jumlah:
PENGIKUT
P E M I M P I N Inf. Tradisional
14 (14,58) 29,16 13 (13,54) 27,08 19 (19,79) 39,58 2 (2,081 4,16 48 (50,O) 100 27 (28,12) 56,24 19 (19,79) 39,58 2 (2,081 4,16 48 (50,O) 100
Inf.Kontemporer 7 (729) 14,58 14 (14,58) 29,16 i7 ( 1 7 ~ 1 ) 35,42 10 (10,42) 20,84 48 (50,O) 100 14 (14,58) 29,16 29 (30,21) 60,42 5 (521) 10,42 48 (50,O) 100
Total (N = 96) 21 (21,88) 21,88 27 (28,12) 28,12 36 (37,50) 3 7,50 12 (12,50) 12,50 96 (100,O) 100 41 (42,71) 42,71 48 (50,O) 50,O 7 (7,291 7,29 96 (100,O) 100
Keterangan: 1. Angka dalam kurung = pasentase total (Pemimpin N = 96; Pengikut: N = 384) 2. Angka cetak miring = persen* kolom.
Inf. Tradisional 76 (19,79) 39,58 82 (21,35) 42,70 32 (8,33) 16,66 2 (0,52) 1,04 192 (50,O) 100 128 (33,33) 66,66 44 (1 1,46) 22,96 20 (5,21) 10,42 192 (50,O) 100
1nf.Kontemporer 62 (16,15) 32,30 82 (21,35) 42,70 44 (1 1,46) 22,92 4 (1,04) 2,08 192 (50,O) 100 113 (29,43) 58,86 54 (14,06) 28,12 25 (6,51) 13,02 192 (50,O) 100
Total (N=384) 138 (35,94) 35,94 164 (42,71) 42,71 76 (19,79) 19,79 6 (1,561 3,I2 384 (100) 100 241 (62,76) 62,76 98 (25,52) 25,52 45 (1 1,72) 11,72 384 (100) 100
136
penting, terbukti dari tingginya jenjang pendidikan pemimpin informal yang rata-rata telah berusia tua. Perhatian serta keuletan orangtua untuk menyekolahkan anak-anaknya masih tetap tinggi sampai sekarang. Data menunjukkan bahwa diantara pemimpin informal bahkan ada yang telah menempuh pendidikan sampai perguruan tinggi (2,08 persen dari PIT dan 10,42 persen dari PIK). Dihubungkan dengan usia pemimpin, ternyata bahwa pemimpin informal yang cenderung telah berusia lanjut, juga pernah menempuh pendidikan setingkat SMU atau minimal setingkat SLTP. Gambaran pendidikan non formal dari pemimpin informal menunjukkan bahwa baru sekitar 19,79 persen dari PIT yang pernah mengikuti latihan. Hal yang sama terdapat pada sebanyak 30,21 persen dari PIK. Terdapat sebanyak 2,08 persen dari PIT yang pernah mengikuti latihan sambil magang dan ha1 yang sama pernah diikuti oleh sebanyak 5,21 persen dari PIK. Angka persentase PIT dan PIK yang telah mengikuti pendidikan non formal (pelatihan dan atau magang), ternyata kecil. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan dan beberapa keterarnpilan yang diperlukan seorang pemimpin informal di pedesaan, ternyata belum dimiliki, termasuk kemarnpuan manajemen. Mengacu pada pendidikan pengikut, ternyata sebanyak 42,71 persen dari masing-masing pengikut PIT dan PIK mencapai jenjang pendidikan setingkat SLTP (lihat Tabel 10). Sebanyak 19,79 dari total pengikut pemimpin informal berpendidikan SMU dan bahkan 1,56 persen berpendidikan perpruan tinggi. Pengikut PIT yang pernah mengikuti pelatihan sebanyak 11,46 persen dan pengikut PIK sebanyak 14,06 persen. Sebanyak 5,21 persen pengikut PIT pernah mengikuti pelatihan sambil magang dan ha1 yang sama juga diikuti oleh sebanyak 6,5 1 persen dari pengikut PIK.
137
Ditinjau dari lamanya seorang pemimpin, baik PIT maupun PIK menjalankan kepemimpinan, ternyata ada perbedaan. Sebaran pemimpin menurut lama memimpin atau masa kepemimpinannya dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel menunjukkan bahwa Tabel 11. Sebaran Pemimpin Informal Tradisional dim Informal Kontemporer menurut Lama Memimpin Sebaran Menurut Lama (Tahun) Memimpin
Pemimpin c5th
5-10th
11-15 th
Informal Traclisional Informal Kontemp.
2 (2,08) 100
13 (13,54) 9 (9,38) 46,43 40,91 13 (13,54) 15 (15,65) 59,09 53,57
Jumlah
2(2,08) 100
22(22,92) 100
28(29,16) loo
16-20 th
Total
> 20th
(N=96)
14 (14,58) 10 (10,42) 48 (50,OO) 45,45 63,63 SO, 00 12 (12,50) 48 (50,OO) 8 (8,33) 54,54 36,36 50,OO 22(22,9 1) 100
22(22,9 1) 100
96(100) 100
Keteran~an:1. Angka dalam kurung = persentase total (N=96) 2. Angka cetak miring = persentase dalam kolom
sebanyak 13,54 persen PIT telah menjadi pemimpin antara 11 sampai 15 tahun dan sebanyak 14,58 persen telah memimpin antara 16 sampai 20 tahun secara terus-menerus dan 10,42 persen telah memimpin lebih dari 20 tahun. Sebanyak 15,65 persen dari PIK mempunyai pengalaman memimpin antara 11 sampai 15 tahun dan 8,33 persen berpengalaman antara 16 sampai 20 tahun. Se-
banyak 12,50 persen telah berpengalaman memimpin, artinya kepemimpinannya diakui oleh warga lebih dari 20 tahun. Tabel l l menunjukkan bahwa 45,82 persen dari pemimpin informal telah memimpin lebih dari 16 tahun, dalam arti kepemimpinan mereka rata-rata telah diakui lebih dari 15 tahun. Pengalaman memimpin yang begitu lama menjadi faktor penunjang dalam memilih cara yang tepat dalam menampilkan peranan kepemimpinan pembangunan yang harus mereka jalankan. Melalui pengalaman yang lama, tentu pemimpin telah lebih mampu menjalankan sejumlah peranan.
Penampilan Peranan Pemimpin
Keragaan data penelitian, khususnya skor penampilan peranan pemimpin informal (tradisoinal dan kontemporer) dapat dilihat pada Lampiran 4. Dalam lampiran tersebut kelihatan skor responden (pemimpin) untuk tiap peubah bebas dan peubah tidak bebas (peubah respons). Skor dari pengikut sebagai responden juga diperoleh, namun tidak dilampirkan dalam tulisan ini. Skor tiap responden (pemimpin) untuk masing-masing peubah pada Lampiran 4 mula-mula diolah dengan statistik sederhana yaitu program Statistical Analysis System (SAS) untuk mendapatkan nilai rata-rata (Mean) dan simpangan baku (Standard Deviation) untuk masing-masing peubah. Perhitungan seperti ini juga dilakukan terhadap skor pengikut. Gambaran skor pemimpin informal dan pengikut, baik dilihat dari skor tertinggi (maksimum) maupun minimun serta nilai rata-rata (mean) dan persentase rata-rata (mean) terhadap skor tertinggi untuk tiap peubah, terdapat pada Tabel 12. Rata-rata sekor (mean) dari pemimpin informal dan pengikut untuk tiap peubah tidak jauh berbeda. Secara umum ha1 itu menunjukkan bahwa penampilan peranan pemimpin informal seperti dinyatakan sendiri oleh yang bersangkutan (pemimpin) ternyata sama dengan apa yang diamati atau dilihat oleh pengikut. Dengan kata lain, dalam penelitian ini diperoleh skor yang sama dari dua sumber. Keadaan ini menunjukkan bahwa sebagai data ia mengandung kebenaran dalarn arti memang demikianlah keadaan yang sebenarnya. Keadaan seperti ini terjadi karena: (1) penarnpilan peranan tersebut merupakan perilaku nampak (overt behavior) yang dapat diamati pengikut karena dilakukan atau ditunjukkan oieh pemimpinnya, dan (2) antara pemim-
Tabel 12. Skor Minimum, Maksimum dm Rata-rata (Mean)serta Persentase Mean terhadap Skor Maksimum dari Pemimpin Informal dan Pengikut untuk masing-masing Peubah SKOR PEMIMPIM. SKOR PENGIKUT INFORMAL . PEUBAH No. MiniMini- Maksi- Rata-rata Maksi- Rata-rata (Mean) (Mean) mum mum mum mum 23,666 23,609 1 Menyadarkan 31 16 14 (77,42) akan masalah (XI) 37 , (63,78) 36,924 2 Memberi infor37,135 54 53 23 18 (68,37) rmsi (X2) (69,81) 33,924 34,385 3 Memotivasi pe50 22 49 16 (70.16) (67.84) ngikut ( X 3 ) 27,364 27,185 4 Mengarahkan ke39 20 35 I7 (78,ll) (69,691 giatan (%) 37,406 37,463 5 Membina kerja 47 20 26 (79,57) (66,891 !%ima(xs) , 56 26,52 1 26,5 10 6 Memberi ganjar40 19 34 15 anJsanksi (&) (66,27) (78.00) 7 Penghubung antar 27,385 27,554 41 17 20 36 sistem (X7) (7605) (67,19) 8 Partisipasi Masya 65,28 1 65,453 47 75 80 49 (87,27) rakat (Xg) (81,60) 65,042 64,966 9 Hasil Pelaksaaaao 49 77 42 (81.20) PernbanOr) (84,47) 38,245 35,260 26,89 23,111 52,444 Rata-rata 49,ll (67,24) '
a
Kekmmn: 1. Angka cetak miring dalam kurung = % (persentase) Mean terhadap &or maksimum -pin & pengikut). 2. Pemimpin: n = % dan pengrlrut n = 384.
pin dan pengikut selalu tejadi interaksi sehingga terbuka peluang bagi pengikut untuk mengamati perilaku atau penampilan peranan pemimpin hari demi hari.
Kajian lebih jauh terhadap skor pemimpin dan pengikut untuk tiap peubah, dilakukan dengan uji korelasi peringkat Spearman (r,). Hasil uji tersebut beserta nilai rata-rata (Mean) adalah seperti pada Tabel 13. Tercantum pada tabel nilai korelasi skor pemimpin informal dan pengikutnya untuk tiap peubah. Angka-angka tersebut menun
140
jukkan korelasi yang tinggi dan sangat nyata karena kebanyakan P-nya = 0,0001. Semua angka menunjukkan selain tidak terdapat perbedaan yang berarti antara rata-rata (Mean) dari skor pemimpin informal dan pengikut, korelasi kedua skor juga sangat nyata. Dengan kata lain, setiap kali para pemimpin menyatakan penampilannya tergoTabel 13. Skor rata-rat.(Mean) dm Nilai Korelasi skor Pemimpin Informl dan Pengikut
No
PEUBAH
Rata-Rata Skor
Pemimpin Pengikut 1 2 3 4
Menyadarkan akan masalah ( X I ) Memberi nformasi (X2) Memotivasi pengikut (X3) Mengarahkan kegiatan (&)
23,666 37,135 34,385 27,364
23,609 36,924 33,924 27,185
KoreIasi Skor Pemimp. & Pengikut P rs 0,9490 0,9082 0,8868 0,9599
0,000 1 0,000 1 0,0001 0,000 1
long baik atau tinggi (ditunjukkan oleh skor tinggi) untuk peubah tertentu, ha1 yang sama juga dinyatakan pengikut melalui pemberian skor tinggi. Sebaliknya apabila si pemimpin memberi skor sedang atau rendah terhadap peranan tertentu yang ditampilkannya, pengikut juga cenderung memberi skor dalam kategori yang sama (sedang atau rendah). Dengan demikian terdapat kesesuaian skor dari pemimpin dan pengikut terhadap penampilan peranan pemimpin yang menjadi obyek atau sasaran penelitian. Berdasarkan ha1 ini serta ditunjang oleh kesamaan rata-rata (Mean) dari sekor pemimpin dan pengikut untuk tiap peubah (lihat Tabel 13), maka data yang dianalisis untuk melihat korelasi antar-peubah dan analisis lintasan adalah data pemimpin informal.
Kenormalan Distribusi
Uji normalitas dilakukan dengan teknik uji Lilliefors sebagai salah satu cara pengujian kenormalan suatu distribusi secara non-parametrik. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang ciri dari distribusi sekor pernimpin informal. Perhitungan dan hasil uji normalitas terdapat pada Tabel 14. Tabel menunjukkan bahwa hampir semua distribusi skor pemimpin (n bbservasi
=
96) menunjukkan nilai Lhitungatau
lebih kecil dari Ltsbel (L) untuk n = 96 dan taraf nyata a = 0,05. Bahkan untuk
beberapa peubah, seperti: (a) memberi inforrnasi kepada pengikut, dan (b) kekosmoTabel 14. Perhitungan Uji Normalitas Lilliefors Distribusi Skor Pemimpin Infonnal untuk tiap Peubah UNSUR PENGHlTUNGAN*)
PEUBAH Menyadakan akan masalah (XI) Memberi informasi
31 53 0.0099
1 15 I Hasil pelaksanaan pembangunan (Y) 1
77
1
1,7425
1 0,9591 1
1
( 0,0409
Kekraman: 1. *) = Angka-angka dari baris terakhir Daftar yang panjang untuk pedutungan b 1. = Angka terGnggi dari &tan &or sampe1. 2. q = Sekor starsdar dari &or tednggi 3. F(q) = Angka diambil dari Daftar distribusi Normal bala untuk nilai q 4. S(q) = Pro@ dari sekor yang lebib kecil atau sama d q a n q = Harga mutlak pahg besar dari selisih F(q) - S(q) 5. 6. Dengan n = % dan taraf nyata 0,05, = 0,0904 7. Lo < & = populasi berdisfribusi n o d .
1
142
politan pemimpin informal, nilai Lo hanya sebesar 0,006 1 sementara Lt-nya = 0,0904; dengan kata lain nilai Lo jauh lebih kecil dari nilai Lt. Nilai Lo yang agak besar namun masih lebih kecil dari Lt untuk n = 96 dan taraf nyata 0,05 terdapat pada peubah: (a) membina kerja sama, (b) optimisme pemimpin, (c) partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan (d) hasil pelaksanaan pembangunan. Berdasarkan hasil uji normalitas dapat disimpulkan bahwa sampel terambil dari populasi yang berdistribusi normal. Oleh sebab itu terbuka kemungkinan untuk mempergunakan teknik analisis secara parametrik atau tepatnya analisis regresi linier ganda, karena dalam mempelajari pengaruh peubah bebas terhadap peubah respons, terdapat lebih dari satu peubah bebas. Gambar 4 menunjukkan bahwa peubah bebas, baik karakteristik pribadi pernimpin informal maupun peranan pemimpin terhadap partisipasi masyarakat, lebih dari satu. Berdasarkan ha1 ini, pengolahan data lebih dipusatkan pada korelasi dan dilanjutkan dengan regresi linier ganda. Karakteristik pribadi pemimpin informal terdiri dari enam peubah bebas (&.I
sampai
dan peubah respon yaitu peranan pe-
mimpin (terdapat tujuh peranan). Peranan pemimpin informal (tujuh peranan) merupakan peubah bebas terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan (X9)sebagai peubah respon. Cara pandang seperti ini terus dilanjutkan ketika menghitung koefisien lintasanan melalui analisis lintasan. Hubungan Antara Peubah Hubungan atau indeks korelasi antara peubah (terutama peranan pemimpin informal) dalam penelitian ini, diperoleh dengan mempergunakan teknik analisis korelasi tata jenjang (rcmk order correlation) dari Spearman (r,). Formula atau rumus untuk mendapatkan r, adalah:
Keterangan:
r, = Angka indeks korelasi = Bilangan konstan (tidak boleh diubah-ubah) D = DiEerence, yaitu perbedaan antara wtan sekor pada peubah pertama (XI) clan urutan sekor pada peubah kedua (Xz); jadi D = XI - X2 N = Number of Cases yakni banyaknya pasangan yang sedang d i d korelasinya.
6& 1
Nilai atau angka indeks korelasi (r,) antar peubah untuk pemimpin informal diperoleh dengan bantuan komputer dan hasilnya adalah seperti pada Lampiran 5. Secara umum dapat dinyatakan bahwa semua peubah berkorelasi nyata untuk n
=
96
dan a = 0,05. Korelasi yang memperlihatkan hubungan nyata untuk n = 96 dan dengan a
=
0,05 terdapat pada tiga hubungan, yakni: (a) antara peubah X1(menya-
darkan akan masalah) dengan Xz (memberi informasi), (b) antara peubah ;Yg (memberi ganjaranlsanksi) dengan
Xs.1 (usia pemimpin),
dan (c) antara peubah
(usia
pemimpin) dengan peubah Y (hasil pelaksanaan pembangunan). Indeks korelasi yang lain dengan n = 96 dan untuk a = 0,05 menunjukkan hubungan sangat nyata. Hanya saja jika ditinjau dari besar kecilnya atau tinggi rendahnya angka korelasi tersebut, terdapat keaneka ragaman. Angka indeks korelasi yang paling kecil, terdapat dalam hubungan antara peubah dengan peubah
Xs.4
X7
(penghubung antar sistem)
(kekosmopolitan pemimpin). Sebaliknya angka indeks korelasi
yang paling besarltinggi terdapat pada hubungan antara peubah Xg (partisipasi masyarakat dalam pembangunan) dengan Y (hasil pelaksanaan pembangunan). Menurut Sudijono (1989), besamya angka korelasi yang berkisar dari 0,70 sarnpai 0,90 tergolong korelasi yang h a t atau tinggi, sementara korelasi antara 0,90 sampai 1,00 tergolong sangat hat/tinggi.
Pengaruh Karakteristik Pribadi terhadap Peranan Pernirnpin Karakteristik pribadi pemimpin informal yang diamati dalam penelitian meliputi: (1) umur (usia), (2) pendidikan, (3) lama menjadi pemimpin (masa kepemimpinan), (4) kekosmopolitan, (5) optimisme pemimpin dan (6) empati terhadap pengikut. Enam sifat pribadi ini merupakan peubah bebas dalam model persamaan regresi linear ganda dan peubah tidak bebasnya (respon) adalah peranan pernimpin menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi. "Sejauh rnana kmakteristik pribadi pemimpin informal berpengaruh terhadap penarnpilan peranannya dalam menggerakkan partisipasi masyarakat untuk pembangunan desa ? Untuk menjawab pertanyaan ini diajukan hipotesis: l3.0 : "Karakteristik pribadi pemimpin informal tidak berpengamh terhadap penampilan peranannya dalam menggerakkan partisipasi masyarakat untuk pembangunan desa". Sebagai H, : "Karakteristik pribadi pernimpin informal berpengaruh nyata terhadap penampilan peranannya dalam menggerakkan partisipasi masyarakat untuk pembangunan desa". Dalam menguji hipotesis ini dipergunakan analisis lintasan (path anaZysis). Mula-mula dibuat p e m a a n regresi linier ganda,
karena peubah bebas (karakteristik pribadi pemimpin informal) lebih dari satu. Pada dasarnya metode analisis lintasan merupakan bentuk analisis regresi linier terstruktur berkenaan dengan peubah-peubah baku dalam suatu sistem tertutup yang secara formal bersifat lengkap (Gaspersz, 1992). Karena itu untuk sampai pada analisis lintasan, terlebih dahulu hams dipergunakan analisis regresi.
Model penduga regresi linier ganda (Model 1) yang peubah bebasnya adalah semua karakteristik pribadi pemimpin informal dan peubah responnya (Y) menyadarkan pengikut akan masalah (XI) adalah:
145
1. Y (Xi)
=
bo + bi&.i + b2&.2 + b3Xs.3 + b4G.4 + b5s.5 + b6&.6
Melalui bantuan komputer program SAS, diperoleh hasil-hasil perhitungan dari beberapa koefisien untuk Model 1 persamaan regresi ini, seperti koefisien korelasi ganda, koefisien determinasi dan koefisien regresi parsial dari tiap peubah bebas. (lihat Lampiran 6). Nilai koefisien korelasi ganda dari persamaan dan perhitungan statistika F menunjukkan bahwa koefisien korelasi ganda tersebut berarti (signifikan). Koefisien determinasi R ' = 0,3550, berarti bahwa 35,50 persen variasi yang terjadi (total keragaman) pada peubah respon Y (menyadarkan pengikut akan masalah), dapat dijelaskan oleh peubah-peubah karakteristik pribadi pemimpin informal sebagai peubah bebas, melalui regresi yang persarnaan penduganya seperti di atas. Pengujian terhadap koefisien regresi parsial yakni nunjukkan bahwa t~ untuk &.,= 0,893 dengan P
=
Pi
(i
=
1, 2 ..... 6) me-
0,3750 (lihat Larnpiran 6). Hal
ini berarti bahwa usia pemimpin (&.I) sebagai karakteristik pribadi pemimpin informal, tidak berpengaruh terhadap penampilan peranan mereka dalam menyadarkan pengikut akan masalah (XI), karena nilai P lebih besar dari 0,10 yaitu 0,3750. Dari semua peubah bebas pada Model 1, ada dua peubah yang apabila dilihat nilai koefisien regresi parsialnya (tw) serta bila dihubungkan dengan nilai P, koefisien tersebut tergolong berarti (signifikan) karena P-nya lebih kecil dari 0,lO. Peubahpeubah tersebut addah pendidikan pemimpin a
. 2 )
dan empati pemimpin (&.a).
Dua
peubah ini tidak dapat diabaikan karena mempunyai kecenderungan berpengaruh terhadap penampilan pemimpin informal dalam menyadarkan pengikut akan masalah. Hal yang sama seperti pada Model 1, juga dapat dilakukan terhadap Model 2, Model 3 sampai Model 7 masing-masing dengan peubah bebas karakteristik pribadi
146
pemimpin informal (X8.2 sampai X8.6) dan peubah respon untuk Model 2 adalah peranan pemimpin informal dalam memberi informasi (X2). Peubah respon Model 3 adalah memotivasi pengikut (X3) dan seterusnya untuk Model 4 adalah mengarahkan kegiatan (X4) . Dengan demikian model persamaan penduga (Model 2 sampai Model 7) adalah: 2. Y (X2)
=
bo + blS.1 + b2Xs.2 + b3 X813 + b4 &.4 + bs &.
3. Y(X3) = bo+bi&.i
5
+ b6 &.6
+b2&.2+b3&.3+b4X8,4+bs&.5+b6&.6
4. Y(&) = bo+b1&.1 +b~&.z+b3X8.3+b4Xs.~+bsXs.~+b6X8.6
5. Y(Xs)
= bo+bi&.i+bzX8.2+b3&.3+b4&.4+b~&.5+b6&.6
6. Y (X6)
=
7. Y(X7) =
bo + biX8.i + b2X8.2 + b3 &.3 + b4 Xs.4 + b5 &.
5
+ b6 %.6
bo+bi&.i+bzX~.2+b3&.3+b4&.4+b~&.s+b6&.6
Hasil-hasil komputasi dari ketujuh model terdapat pada Larnpiran 6. Ditinjau dari koefisien korelasi ganda, khususnya setelah dilihat Fhit serta nilai P-nya, semua peubah bebas dari tiap model, ternyata berarti (signifkan), karena P-nya lebih kecil
dari 0,lO. Dalam lampiran tersebut kelihatan bahwa koefisien determinasi (R~) menunjukkan bahwa tiap model mempunyai persentase yang berbeda dalam kemampuannya menjelaskan keragaman yang terjadi pada masing-masing peranan pemimpin
(Y), yang diakibatkan oleh peubah-peubah bebas (karakteristik pribadi pemimpin informal) melalui persamaan regresi masing-masing. Keberartian (signifikansi) koefisien regresi parsial dari tiap peubah bebag dapat diketahui dengan memperhatikan nilai fha dan nilai P dari masing-masing peubah bebas. Kebanyakan peubah bebas pada tiap model ternyata koefisien regresi parsialnya berarti (signifikan), karena nilai P-nya lebih kecil dari 0,lO. Untuk ha1 ini HO ditolak dan H, diterima.
147
Dalam menghitung peubah baku, yakni peubah bebas yang dibakukan, yang diperlukan dalam analisis lintasan, dilakukan dengan cara melanjutkan regresi linear ganda. Pada analisis lintasan sebagai kelanjutan regresi, perlu diketahui besar pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dari peubah bebas (baku). Pada dasarnya metode analisis lintasan merupakan bentuk analisis regresi linier terstruktur, karena itu koefisien lintasan (C,) yang ingin dihitung sama dengan koefisien beta (koefisien regresi baku = Bi), sehingga Bi = Ci dan dapat dihitung dengan formula:
Dengan mempergunakan formula di atas dapat dihitung atau diketahui nilai koefisien lintasan dari tiap peubah bebas. Dalam Lampiran 7 (Analysis of Vbriance Model 1) telah tercantum nilai atau koefisien lintasan untuk tiap peubah bebas yang dibakukan, yaitu yang terdapat pada kolom standrdrzed estimate. Koefisien lintasan
(Ci)dari peubah bebas X8.1 (usia pemimpin) misalnya dapat dilihat sekaligus dengan nilai P-nya. Dengan demikian dapat diketahui apakah koefisien lintasan tersebut berpengaruh nyata atau tidak. Larnpiran 7 menunjukkan bahwa koefisien lintasan (stan&zed
estimate) dari peubah bebas X 8 . 1 (usia pemimpin) adalah 0,1015 d m P-nya =
0,3750. Hal ini berarti bahwa peubah bebas X 8 . 1 tidak berpengaruh langsung secara nyata terhadap peubah respon XI(menyadarkan pengikut akan rnasalah), karena Pnya lebih besar dari 0,lO. Cara seperti ini dapat dilakukan terhadap peubah bebas yang lain yang terdapat pada Model 2 sampai dengan Model 7. Hasil perhitungan tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan komputer (program SAS); hasil perhitungannya dapat dilihat pada Larnpiran 8 sampai Lampiran 13.
Hasil komputasi pada tiap model (AnaZysis of Variance) menunjukkan nilai koefisien lintasan dari tiap peubah bebas. Dengan menghubungkannya ke nilai P, dapat ditentukan apakah koefisien itu signifikan atau tidak, dalam arti jika koefisien lintasan mempunyai P lebih kecil dari 0,10 disimpulkan bahwa peubah bebas tersebut berpengaruh nyata terhadap peubah respon. Sebaliknya bila nilai P lebih besar dari 0,lO berarti peubah bebas tersebut tidak berpengaruh nyata. Pengaruh tidak langsung dari tiap peubah bebas dapat dihitung dengan cara mengalikan koefisien lintasan dari peubah bebas yang dilalui (yang lain) dengan nilai korelasi (r,) antara peubah bebas yang bersangkutan dengan peubah bebas yang dilalui (yang lain). Dengan kata lain pengaruh tidak langsung X8.1 terhadap XI melalui s . 2
adalah: koefisien lintasan &.2 dikalikan dengan nilai korelasi antara X8.1 dengan
X8.2. Melalui penjumlahan pengaruh langsung dengan pengaruh tidak langsung dari semua peubah bebas yang lain, diperoleh pengaruh total dari suatu peubah bebas. Pengaruh langsung dan tidak langsung dari semua peubah bebas yang dibakukan untuk Model 1 dapat dilihat pada Tabel 15. Pada Model 1 terdapat dua peubah bebas yang pengaruh langsungnya paling besar dengan P lebih kecil dari 0,10 yaitu: (a) pendidikan pemimpin (&.2), dan (b) empati pemimpin
&.6).
Berdasarkan nilai koefisien lintasan serta nilai P yang me-
menuhi kriteria, dua peubah bebas tersebut dinyatakan mempunyai pengaruh langsung yang nyata terhadap peubah respon, yaitu menyadarkan pengikut akan masalah (XI).Pendidikan pemimpin dan empati terhadap pengikut, keduanya berpengaruh terhadap upaya pemimpin menyadarkan pengikut akan masalah desa. Tabel 15 menunjukkan bahwa tidak ada peubah bebas yang mempunyai pengaruh tidak langsung yang nyata terhadap peubah respon yakni menyadarkan pe-
Tabel 15. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung hasil Analisis Lintasan dari Peubah Bebas Karakteristik Pribadi Pemimpin terhadap Peubah Respon Menyadarkan Pengikut akan Masalah (XI) Peubah Bebas Yang Dibakukan
Pengaruh Lagsung
Xs.I
X~.6
Pengaruh Total
0,0834
0,1262
0,4177
0,06 11 -0,069 1 0,0963
0,1233
0,4447
0,0915
0,1580
0,4702
--
0,1126
0,1619
0,3532
0,0668
-0,081 1
--
0,1509
0,4636
0,0837
-0,0846
0,1099
-
0,5070
Pengaruh Tidak Langsung Melalui Peubah X8,
x8.2
x8.3
0,1015
-
0,0786
0,0878
x8.2
0,1914
0,0417
--
xs.3
0,1354
0,0658
0,0864
-
-0,0669
x8.4
-0,1336
0,0455
0,0990
0,0678
x8.5
0,1854
0,0456
0,0995
x8.6
0,2557
0,0500
0,0923
1. &.I = Umurpemimpin 2. ;Y8.2 = Pendidikau pemimpin 3. z.3= Lama memimpin 4. &..I= Kekosmopolitan pemimpin
x8.4
X8.s
-0,0598
5. &.5 = Optimisme pemimpin 6. J(8.6 = Empati p e d p i n 7. Pengaruh talc langsung > 0,1770 = nyata.
ngikut (XI), karena semua koefisien pengaruh tidak langsung tergolong kecil dalam arti tidak mencapai batas minimal yang ditetapkan yaitu 0,1770. Angka ini menjadi penentu nyata atau tidak nyatanya pengaruh tidak langsung dari peubah bebas terhadap peubah respon. Besarnya nilai koefisien yang ditetapkan sebagai batas untuk menentukan nyata atau tidak nyata ini, secara empiris sama dengan P = 0,10 dalarn arti pengaruh tidak langsung 0,1770 akan mempunyai nilai P Pang sama dengan 0,lO. Tabel 15 menunjukkan bahwa peubah bebas dari lama memimpin optimisme pemimpin
(&.J)
e . 3 )
dan
mempunyai pengaruh total lebih besar dari pendidikan
pemimpin ()(8.2)karena pengaruh tidak tangsung dari dua peubah tersebut lebih besar. Akan tetapi karda nilai P dari &J
dan G5cukup besar, &lam arti lebih dari 0,10
maka pengaruh dari dua peubah bebas tersebut terhadap peubah respon tergolong kategori tidak nyata.
150
Secara geometrik dapat dibangun diagram lintasan untuk hubungan kausal dari Model 1 dengan memasukkan semua peubah bebas yang dibakukan serta koefisien lintasan (pengaruh langsung) dan tidak langsung antar semua peubah bebas (karakteristik pribadi). Garnbar 5 menunjukkan bentuk diagram tersebut. Hanya ada dua peubah bebas yang dibakukan mempunyai pengaruh langsung paling besar serta memperlihatkan nilai P lebih kecil dari 0,10 yaitu pendidikan pemimpin (&.z) dan empati pemimpin (X8.6). Dalam gambar kelihatan besarnya pengaruh tidak langsung dari tiap peubah bebas setelah melalui peubah-peubah bebas yang lain dan sebaliknya. Karena masingmasing peubah bebas akan dilalui dan melalui peubah-peubah bebas yang lain, maka dalam gambar terdapat garis penghubung (lengkung) ganda (double) yang bolak-balik antara peubah yang satu dengan yang lain. Pada garis tersebut tertulis besarnya pengaruh tidak langsung (angka biasa yang diawali titik) dari tiap peubah bebas terhadap peubah respon (XI)setelah melalui peubah bebas yang lain (yang dilaluinya). Karena yang ditulis dalam semua garis lengkung yang bolak balik adalah nilai pengaruh tidak langsung, maka gambar tersebut agak rumit. Yang segera perlu dilihat adalah garis yang pengaruh tidak langsungnya sama dengan atau lebih besar dari 0,1770. Pada gambar tidak terdapat peubah bebas yang mempunyai pengaruh tidak langsung yang besarnya sama dengan atau lebih besar dari 0,1770 sehingga pada Model 1 tidak ada peubah bebas yang berpengaruh tidak langsung secara nyata terhadap peubah respon, yaitu menyadarkan pengrkut akan nysalah (XI) . Hal ini berarti bahwa semua peubah bebas mempunyai pengaruh tidak langsung, hanya saja pengaruh tersebut tidak cukup besar untuk dikategorikan sebagai yang berpengaruh nyata.
1. Angka biaw d i e d no1 koma = koefisien lintasan 2. Angka cetak miring dalam kurung = P 3. Atlgka diawali titik = pengaruh ti& langsung
Garnbar 5. Diagram Lintasan pengaruh Peubah Bebas Karakteristik Pribadi PI terhadap Peubah Respons Menyadarkan akan Masalah
152
Dalam gambar kelihatan bahwa besarnya Sisaan (Residual) yakni
-=
0,5941. Hal ini berarti bahwa anlisis lintasan mampu menjelaskan keragaman total dari peubah menyadarkan pengikut (XI) melalui karakteristik pribadi pemimpin informal, sebesar 0,3530 atau 35,30 persen dalam regresi yang persamaan penduganya:
Y (XI) = bo + blS.1 + b2X8.2 + b3Xs.3 + b4&
4
+ bsX8.5 + b6X8.6. Hal ini berarti ana-
lisis lintasan kurang berhasil menjelaskan keragaman total Y sebesar 64,70 persen. Semua model regresi (7 Model) yang menunjukkan pengaruh peubah bebas (karaktdstik pribadi pemimpin) terhadap penampilan peranan mereka, dapat dibuat diagram lintasannya sama seperti pada Gambar 5. Pada masing-masing diagram kelak tercantum peubah bebas yang dibakukan yang mempunyai pengaruh langsung yang besar (nyata) terhadap peubah respon. Demikian juga dari tiap diagram dapat ditunjukkan besar-kecilnya pengaruh tidak langsung sambil dapat ditentukan nyata-tidaknya pengaruh tidak langsung itu. Satu dari model tersebut yaitu Model 3, diagram lintasannya dapat dilihat pa& Lampiran 14. Peubah respon pada Model 3 adalah memotivasi pengikut (X3). Lampiran 14 menunjukkan bahwa ada tiga peubah bebas yang mempunyai pengaruh langsung yang nyata (sigaifikan), yaitu: (1) pendidikan pemimpin, (2) lama memimpin dan (3) empati pemimpin terhadap pengikut. Dua peubah bebas yang berpengaruh tidak langsung (setelah melalui )[8.3) secara nyata terhadap peranan pemimpin memotivasi pengikut (X3), adalah: (a) usia pemimpin &.I), dan (b) kekosmopolitan pemimpin (X8.4). Semua peubah bebas dari tiap model (7 Model) yang mempunyai pengaruh Langsung dan tidak langsung yang nyata (koefisien lintasannya signifikan) terhadap
peubah respon terdapat pada Tabel 16. Indikasi nyata pada pengaruh langsung ditunjukkan oleh nilai P dan pada pengaruh talc langsung ditandai oleh besar pengaruhnya yang sama dengan atau lebih besar dari 0,1770. Tabel 16. Pengaruh Langsung dm Ti& Langsung (Nyata) dari Peubah Bebas Karakteristik PI terhadap Peubah Respon Peranan PI pada masing-masing Model
Keterawan: 1. C, = Koefisien lintasau 2. Xgl = Umur pemimpin 3. &.2 = Pendidikau pemimpin 4. G3 = Lamamemimpin 5. &., = Kekosmopolitan 6. h.3= Opfimisme 7. = Empati pemimpin 8. XI = Mayadarkan akan m d @
9. Xz = Uemberi informasi 10. X3 = Memotivasi pen&& 11. x', = -kegiatan 12. X5 = Membina kerja sama 13. & = Memberi ganjdsanksi 14. X7 = Penghubung antar-sistan 15. X9 = Partisipasimasyarakat 16. Y = Hasilpelaksanaan pemtmgumm
Jika semha peubah bebas yang mempunyai pengaruh langsung digambarkan dan sekaligus dapat diamati hubungannya dengan peubah respon (peranan pemimpin informal), diperoleh Gambar 6. Pada gambar hanya ada empat peubah bebas (karakteristik pribadi pemimpin informal) yang berpengaruh terhadap tujuh peranan pemim-
t
Memberi infor-
Ketemuan: 1. Angka biasa = koehien lintasan 2. Angka cetak miring dalam kunmg = P
3. P<0,10 = nyata
Garnbar 6. Koefisien Lintasan yang Nyata dari Peubah Bebas Karalcteristik Pnibadi PI terhadap Peubah Respon Peranan Pernimpin
pin dalam menggerakkan partisipasi masyarakat untuk pembangunan. Empat peubah bebas tersebut adalah: (a) pendidikan pemimpin atau masa kepemimpinan (&.3),
(&.2),
(b) lama menjadi pemimpin
(c) kekosmopolitan pemimpin (&A) dan (d) empati
pemimpin terhadap pengikut (x8.6).
155
Informasi tentang pendidikan pemimpin informal, terutama jika dihubungkan dengan Tabel 10, sebanyak 37,50 persen berpendidikan SMU dan 12,50 persen berpendidikan Perguruan Tinggi (Sarjana Muda dan Sarjana). Gambaran ini menunjukkan bahwa dari segi pendidikan formal, ternyata pemimpin informal pada umumnya telah mencapai pendidikan sampai jenjang yang cukup tinggi. Garnbar 6 menunjukkan bahwa pendidikan pemimpin
(&.2)
berpengaruh ter-
hadap penampilan peranan dalam: (1) memberi informasi, (2) memotivasi pengikut, (3) membina kerja sarna, (4) memberi ganjardsanksi dan (6) sebagai penghubung antar-sistem. Sebagai orang yang berpendidikan relatip tinggi, pemimpin informal berminat mencari informasi dari berbagai sumber, termasuk informasi yang berhubungan dengan kehidupan di pedesaan. Orang yang berpendidikan lebih tertarik un-
tuk memperhatikan dan menyimak berbagai berita atau informasi yang datang dari berbagai sumber. Mereka selalu mampu menarnbah pengetahuan dan pada gilirannya dapat memperluas wawasan tentang berbagai hal, termasuk rnasalah-masalah yang berhubungan dengan hidup dan kehidupan. Hal ini dapat dilalcukan karena sebagai orang yang berpendidikan mereka sanggup mencerna dan memahami informasi yang diperoleh dari berbagai sumber. Menurut data di lapangan sebanyak 55,21 persen dari pemimpin informal, diantaranya 36,46 persen adalah pemimpin informal konternporer sering mencari berbagai informasi dari berbagai sumber, antara lain membaca koran dan menonton televisi. Pada saat membaca koran yang sering dilakukan di warung (lapo), pemimpin informal juga sering berdiskusi tentang sesuatu yang mereka baca, tennasuk masalah-masalah pedesaan.
156
Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa upaya pemimpin untuk terus menambah pengetahuan tidak hanya terbatas melalui penerimaan informasi dari berbagai sumber, tetapi mereka juga melakukan perjalanan (mobilitas) ke beberapa tempat, khususnya ke kota. Sambil melakukan pengamatan langsung selama diperjalan-
an, pemimpin informal juga melakukan diskusi atau tukar pikiran dengan orang-orang yang mereka jumpai. Perjalanan ke kota yang sering dilakukan pemimpin, menyebabkan timbul orientasi kekotaan pada diri mereka. Orientasi kekotaan menyebabkan seseorang cenderung menjadi manusia moderen. Orang berpendidikan sering disebut sebagai orang moderen, yang ciri-cirinya: (1) bersedia menerima sesuatu yang baru, (2) mempunyai pendapat tentang sesuatu, (3) tanggapannya terhadap opini bersifat
demokratis, (4) mempunyai orientasi ke masa depan, (5) mempunyai rencana dan (6) meyakini kemampuannya (Inkeles dalam Weiner, 1980). Mengacu pada uraian di atas pemimpin informal yang berpendidikan, mampu menggugah pengikut untuk menyadari masalah yang dihadapi desa dan masyarakatnya. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa dalam pertemuan-pertemuan dengan pengikut, pemimpin informal sering menjelaskan kepada warga bahwa keadaan yang lebih baik masih bisa dicapai. Para elit di negara sedang berkembang khususnya yang berpendidikan, akan dapat memahami masalah-masalah sehubungan dengan kehidupan jaman modern (Schoorl, 1980). Pendidikan pemimpin informal yang relatip tinggi serta kegiatan yang berlanjut dalam mencari dan mengumpulkan informvi, menyebabkan mereka mampu mengidentifikasi masalah dan menyampaikannya kepada pengikut. Dengan cara ini pengikut sadar akan rnasalah yang dihadapi. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa dalam pertemuan antara pemimpin dengan pengikut dan warga yang terjadi di
157
beberapa tempat seperti warung (lapo), pertemuan adat, keagarnaan atau di areal pertanian, pemimpin informal berdiskusi dengan pengikut tentang masalah desa. Verifikasi melalui data yang diperoleh dari pengikut menunjukkan bahwa pengikut mengakui sebagian dari masalah yang dikemukakan pemimpin informal memang benar merupakan masalah desa secara keseluruhan; sebagian dari padanya merupakan masalah yang dihadapi individu (keluarga). Masalah umum yang dihadapi warga adalah kekurangan modal untuk ber-
usaha. Mengenai pengadaan modal usaha, dikemukakan oleh pengikut bahwa di jaman dahulu pemimpin informal (khususnya pemimpin informal tradisional atau raja huta) sering membantu warga dengan meminjamkan uang atau padi. Dewasa ini kemampuan pemimpin seperti itu jauh berkurang. Di jaman dahulu salah satu ciri yang harus dimiliki pemimpin di tanah Batak adalah kekayaan (hmnoraon) yang salah satu indikatornya adalah bahwa ia sering kedatangan dan menerima tamu. Pada pihak lain menurut pengamatan pengikut, pemimpin informal pernah keliru dalam mengidentifikasi masalah desa. Terdapat perbedaan antara yang dipersepsi pengikut sebagai masalah, dengan apa yang diinformasikan oleh pemimpin. Jika keadaan seperti ini terjadi berulang-ulang, dapat mengurangi kepercayaan, penghormatan dan penghargaan pengikut terhadap pemimpin. Hal-ha1 seperti dikemukakan di atas membuka peluang adanya hubungan atau pengaruh pendidikan pernimpin informal terhadap upaya mereka menyadarkan pengikut akan masalah: Menyadarkan akan rnasalah yang dihadapi, berarti memberi pemahaman kepada pengikut bahwa keadaan yang lebih baik masih bisa dicapai dalam arti pemimpin mengarahkan upaya untuk "mencairkan kebekuan". Menimbulkan kekecewaan terhadap keadaan sekarang sehingga timbul fiustrasi di kalangan pengikut, pada
gilirannya dapat mendorong mereka menjadi "cair". Langkah seperti ini merupakan upaya awal dalam melakukan perubahan berencana (Lippitt, Watson dan Westley, 1958; Rogers, 1983, Slamet, 1986). Gambar 6 menunjukkan bahwa pendidikan pemimpin informal mempunyai pengaruh nyata terhadap peranan mereka memberi informasi. Telah dikemukakan bahwa pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pemimpin informal banyak mengakses ke sumber informasi. Hal ini ditunjang dan dimunglunkan oleh pendidikan yang telah mereka tempuh. Karena aktivitas pemimpin informal mengumpul-
kan informasi berjalan terus, mereka mampu memberi informasi kepada pengikut, termasuk informasi yang berguna bagi kehidupan dan pembangunan desa. Melalui verifikasi data dari pengikut, sekitar 61,95 persen dari PIK, mau memberi informasi jika diminta oleh pengikut atau warga desa. Pemimpin informal kontemporer hanya
akan memberi informasi apabila diminta. Hal ini terjadi karena banyak PIK (guru dan pensiunan) yang berasal dari desa atau daerah lain, sehingga berbeda keturunan dengan penduduk setempat. Karena itu mereka enggan mengambil prakarsa mendekati pengikut atau warga untuk memberi informasi. Mereka khawatir kalau ada anggapan atau prasangka yang kurang tepat dari pemimpin informal yang asli keturunan si pendiri desa. Para PIK khawatir kalau ada tafsiran bahwa mereka seolah-olah lebih bertanggung jawab terhadap desa dibanding dengan pemimpin informal yang asli keturunan si pendiri desa (huta). Karena itu PIK dalarn memberi informasi kurang bersifat proaktip. Pemimpin informal tradisional yang relatip juga berpendidiian, turut memberi informasi di saat ia menjalankan tugas sesuai bidangnya masing-masing. Seorang pemimpin agama mempergunakan kesempatan pertemuan keagamaan untuk
memberi informasi kepada anggota umatnya, demikian juga pemimpin adat memberikan informasi di saat ada pertemuan atau acara adat. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pemberian informasi seperti ini terjadi beberapa saat sebelum dan sesudah pertemuan agama dan adat yang resmi telah berlangsung. Uraian di atas menunjukkan bahwa melalui aktivitas pemimpin ternyata dapat memberi pengaruh, sehingga terdapat hubungan antara pendidikan pemimpin dengan penampilan peranan mereka dalam memberi informasi kepada pengikut. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pilihan topik atau informasi yang disampaikan pemimpin sering kurang mengena atau sesuai dengan harapan pengikut. Sebagai contoh pemimpin informal menyampaikan informasi tentang usaha tani yang kurang akurat. Tingkat pendidikan pemimpin informal yang berpengaruh terhadap penampilan peranannya untuk menyadarkan pengikut akan rnasalah serta memberi informasi, ternyata berpengaruh terhadap kegiatan memotivasi pengikut. Pendidikan yang relatip tinggi serta pemilikan informasi yang memadai, menyebabkan pemimpin informal mudah memilih cara serta bahan atau materi yang dipergunakan untuk memotivasi, seperti kemampuan menghunjuk contoh bertani yang baik kepada pengikut. Verifikasi terhadap data dari pengikut, menunjukkan bahwa pemimpin infor-mal mempergunakan berbagai cara memotivasi atau mendorong pengikut agar melakukan perbaikan usaha. Cara lain yang dipergunakan pemimpin adalah mengidentifikasi kebutuhan masyarakat dan memberitahukan potensi desa yang bisa dimanfaat-
kan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Berkat pendidikan yang mereka tempuh, pemimpin informal mampu berkomunikasi secara lebih efektip dalarn memotivasi pengikut. Hasilnya terbukti bahwa terdapat pengaruh nyata dari pendidikan pemimpin terhadap upaya mereka memotivasi pengikut.
Pendidikan yang ditempuh pernimpin berpengaruh terhadap upaya membina kerja sama. Pemimpin yang berpendidikan mampu menerapkan berbagai cara untuk mempersuasi pengikut agar terjadi saling tolong-menolong. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pemimpin informal menjadikan dirinya sebagai contoh dalam kegiatan-kegiatan kebersamaan, seperti gotong-royong. Cara ini mampu mendorong pengikut agar ikutserta dalam kegiatan bersama. Namun demikian untuk mewujudkan kebersamaan melalui pembentukan kelompok-kelompok usaha, para pemimpin informal belum begitu berhasil. Selain pemahaman mereka akan perlunya kelompok usaha masih kurang, beberapa sifat atau roha yang ada pada pengikut dan warga seperti hosom, teal, elat dan late (hotel), brut mempengaruhi sukarnya membina kelompok usaha. Akan tetapi jika pemimpin menunjukkan keteladanan, khususnya dalarn mengurangi fiekuensi munculnya hotel pada dirinya, pemimpin akan mampu memperkecil hambatan yang bersumber dari sifat-sifat tersebut. Pendidikan yang ditempuh pernimpin telah mampu menyadarkan mereka akan dampak negatip dari sifat-sifat tersebut, khususnya dalam upaya membina kerja sama. Berkat pendidikan yang mereka tempuh relatip dapat meminimalkan keberadaan hotel pada dirinya, dan kemudim marnpu mendorong kerja sama di kalangan warga desa. Keadaan ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan pemimpin terhadap upaya mereka membina kerja sama di kalangan warga. Terdapat hubungan antara pendidikan pemimpin dengan pemberian ganjaranl sanksi. Pengamatan menunjukkan bahwa pemimpin informal kontemporer yang berpendidikan, secara bijaksana cenderung memberikan pujian berupa kata-kata kepada pengikut yang wajar mendapatkannya. Mereka tidak secara langsung memuji keberhasilan seseorang kepada orang yang bersangkutan, akan tetapi melalui warga desa
yang lain. Menurut informasi dari pengikut, cara seperti ini lebih berterima di kalangan warga. Demikian juga sebaliknya, ketika memberi kritik atau celaan, dilakukan melalui orang lain. Cara seperti ini lebih berterima, karena jika dilakukan dengan cara memuji atau menegur secara langsung, ada rasa sungkan sesuai adat "Dalihan Na Tolu" (Tungku Yang Tiga), apalagi jika yang diberi teguran adalah hula-hula.
Terdapat kecenderungan bahwa pemimpin informal dapat memilih dan menyesuaikan cara pemberian ganjaranlsanksi kepada orang yang wajar menerimanya; kemampuan seperti ini didukung oleh pendidikan mereka yang tergolong tinggi. Melalui pendidikan yang tinggi, serta melalui interaksi sehari-hari dengan pengikut, pemimpin informal mampu mengenal individualitas pengikut dan karenanya dapat menyesuaikan cara pendekatan terhadap mereka. Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa pemimpin informal mampu mempergunakan pertirnbangan-pertimbangan yang rasional dalam menilai siapa-siapa yang wajar diberi ganjaran atau sanksi. Pengamatan juga menunjukkan bahwa pengikut dapat menerima dan mengakui kebi-
jakan pemimpin dalam memberi ganjaranlsanksi. Dengan kata lain tidak ada rasa tidak senang atau protes pengrkut terhadap penarnpiian peranan pemimpin. Kondisi seperti ini menunjang fakta bahwa terdapat pengaruh dari pendidikan pemimpin informal terhadap pemberian g a n j d s a n k s i kepada pengikut. Pengaruh langsung dari pendidikan terhadap kegiatan pemimpin informal sebagai penghubung ke luar komunitas desa, dapat terjadi karena banyak pemimpin pemimpin informal kontemporer yang berpendidikan, sering ke informal, khususi~~a kota atau ke kantor-kantor instansi pemerintah maupun swasta. Berkat pendidikan yang telah mereka tempuh, pernimpin informal mengetahui dan mampu menerapkan cara-cara pendekatan tertentu, ketika berhubungan dengan pihak (orang lain) atau in-
162
stansi di luar desa. Pemimpin informal mengetahui pihak-pihak mana yang hams dihubungi untuk mengurus kepentingan desa atau urusan pribadi warga, berkat pendidikan yang telah ditempuhnya. Sebanyak 40,63 persen dari pemimpin informal sering ke kota untuk berbagai keperluan desa atau warga desa, seperti urusan penyelesaian berbagai surat, urusan KTP, rekening listrik dan sejenisnya. Peubah bebas kedua yang berpengamh terhadap penampilan peranan pemimpin informal adalah lama menjadi pemimpin (masa kepemimpinan). Berdasarkan temuan di lapangan (lihat Tabel 1I), sebanyak 22,92 persen pernimpin informal telah menjadi pemimpin atau kepemimpinannya diakui oleh warga antara lima sampai 10 tahun. Sebanyak 29,17 persen telah memimpin antara 11 sampai 15 tahun dan 22,92 persen telah memimpin lebih dari 15 tahun. Keadaan ini menunjukkan bahwa pada umumnya pemimpin informal telah cukup lama menjalankan kepemimpinan. Dengan perkataan lain, telah terjadi interaksi yang lama antara pemimpin dan pengikut. Karena itu pemimpin informal telah banyak dan biasa memberi informasi kepada pengi-
kut, sehingga logis jika ada hubungan pengaruh antara lama memimpin dengan penampilan peranan memberi informasi. Berkat interaksi yang lama dengan pengilat, para pemimpin lebih mudah memilih cara memotivasi pengikut, karena pemimpin informal sudah lebih mengenal pengikut, termasuk masalah-masalahnya. Terdapat hubungan antara interaksi dengan motivasi dalam arti bahwa interaksi terbuka perlu dikembangkan pemimpin informal untuk menumbuhkan kesediaan menerima pendapat dan menerima pengaruh untuk mengembangkan motivasi pada pengikut (Widjaja, 1986). Pernyataan ini mendukung bahwa bisa terjadi pengaruh langsung dari lama memimpin terhadap peranan memotivasi pengikut yang dilakukan pemimpin.
163
Gambar 6 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari lama memimpin terhadap pemberian pengarahan oleh pemimpin. Kemampuan pemimpin informal memberi pengarahan ketika pengikut berkegiatan, termasuk kegiatan pembangunan desa serta kegiatan-kegiatan lain, akan bertambah dari tahun ke tahun. Karena itu jika pemimpin informal telah biasa memberi pengarahan selama puluhan tahun, maka wajar apabila mereka dapat melakukan pengarahan secara lebih efektip. Verifikasi data yang diperoleh dari pengikut menunjukkan bahwa pemimpin informal, khususnya PIT terutama memberi pengarahan tentang hal-ha1 yang menyangkut agama serta moral dan adat. Pilihan cara memberi pengarahan serta kebijakan pemimpin informal yang menimbulkan rasa senang pada pengikut, memperbesar pengaruh hubungan antara lama memimpin dengan peranan pemimpin dalam memberi pengarahan. Lama memimpin mempunyai pengaruh langsung terhadap pemberian ganjaradsanksi. Pengalaman memimpin yang lama membuat pemimpin informal mampu mengidentifikasi bentuk kegiatan atau kekurangankesalahan pengikut atau warga yang wajar diberi ganjaradsanksi. Pengamatan di lapangan mengindikasikan adanya pemahaman pemimpin informal bahwa memberi ganjaradsanksi berupa pemberian hadiawpujian atau hukuman, merupakan semacarn prasyarat fiingsional bagi kehidupan bermasyarakat. Pengalaman memimpin yang lama membuat pernimpin informal marnpu memilih cara memberi ganjaran atau sanksi yang lebih berterima di kalangan pengikut. Menurut informasi pengikut, pada umumnya pemimpin informal memberi e
ganjaradsanksi secara bijaksana, terutarna karena memperhatikan segi moral dan adat "DalihanNa Tolu" (Tungku Yang Tiga). Karena itu pemberian ganjaradsanksi berupa pujian atau teguran, khususnya dari pemimpin informal tradisional yang sudah la-
ma menjadi pemimpin, dapat diterima oleh masyarakat. Terdapat pengaruh dari lama memimpin terhadap kesanggupadketepatan pemberi ganjaranlsanksi oleh pemimpin informal. Namun demikian lama memimpin hanya akan berpengaruh apabila pemimpin secara cermat belajar dari pengalaman selama bertahun-tahun tersebut. Garnbar 6 menunjukkan bahwa kekosmopolitan pemimpin informal hanya mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja pemimpin dalam membina kerja sama. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa yang memiliki orientasi kosmopolit lebih banyak pada pemimpin informal kontemporer. Mereka relatip lebih banyak bepergian ke luar desa, karena berhubungan dengan tugasnya dibandingkan dengan pemimpin informal tradisional. Namun demikian menurut wawancara yang dilakukan peneliti, masyarakat belum banyak memerlukan informasi dari daerah lain, karena itu belum banyak pemimpin yang benar-benar memiliki karakteristik pribadi ini. Karakteristik kekosmopolitan akan banyak dimiliki pemimpin apabila informasi yang dibawa dari sistem atau daerah lain diperlukan oleh pengikut, khususnya dalam fase pembentukan pengetahuan tentang suatu inovasi (Rogers, 1983). Pengamatan di lapangan menunjukkan selain masyarakat belum banyak membutuhkan informasi tentang inovasi dari sistem lain, pernimpin juga cenderung belum mengetahui aspek-aspek apa yang perlu dicari pada saat pergi ke kota. Karena itu lama memimpin kurang dibarengi dengan akumulasi perolehan informasi tentang berbagai inovasi yang pada hakekatnya diperlukan warga. Pemimpin informal kontemporer yang relatip memiliki orientasi kosmopolit lebih besar, memang selalu diminta pengikut agar rnemberi informasi atau tuntunan dalarn melakukan pembaharuan atau untuk mencontoh apa yang dilakukan PIK. Pada kesempatan seperti ini PIK mendorong pengikut agar bekerja dan berusaha bersarna
165
dengan pemimpin dan atau membentuk kelompok. Pengamatan di lapangan menunjukkan banyak upaya PIK untuk membentuk kelompok, namun masih sedikit kelompok-kelompok usaha yang terbentuk. Bahkan kalaupun kelompok itu telah ada, ternyata belum berfbngsi sebagaimana mestinya. Beberapa sifat (rasa) seperti telah dikemukakan (hotel) turut mempengaruhi atau menghambat terwujudnya kerja sama dalam usaha. Akan tetapi bagaimanapun juga terdapat hubungan langsung kekosmopolitan PIK terhadap upaya pemimpin membina kerja sama, walaupun memperlihatkan koefisien negatip. Data menunjukkan bahwa upaya-upaya pemimpin belum maksimal sehingga nilai korelasi antara kedua peubah juga tergolong kecil. Peubah bebas terakhir yakni empati pemimpin, mempunyai pengaruh terhadap penampilan peranan pemimpin informal dalam: (1) menyadarkan pengikut akan masalah, (b) memberi informasi, (c) memotivasi pengikut, (d) membina kerja sama, (e) memberi ganjaradsanksi, dan (f) sebagai penghubung antar komunitasnya dengan pihak luar. Dari kajian literatur didapat informasi: (1) empati pemimpin akan mudah terwujud apabila sang pemimpin mengenal dan memahami sifat bawahannya (Widjaja, 1986) dan (2) empati yang lebih besar yang ada pada seseorang (terrnasuk pemimpin) membuatnya lebih sering dan mudah berkomunikasi secara efektip dengan orang terhadap siapa ia mempunyai rasa empati (Rogers, 1983). Pernyataan ini bermakna bahwa apabila seorang pemimpin telah dapat berkomunikasi secara baik dengan pengikut, dalam arti fiekuensinya cukup tinggi serta intensitasnya mendalam, ha1 itu menjadi dasar yang h a t bagi munculnya empati. Ketika membahas pengaruh pendidikan dan lama memimpin, telah dijelaskan bahwa pemimpin informal telah cukup lama berinteraksi dengan pengikut. Para pemimpin sebagai orang yang berpendidikan, terus-menerus mengakses ke sumber in-
166
formasi. Dengan demikian interaksi antara pemimpin informal dengan pengikut yang dilakukan melalui komunikasi yang efektip, menyebabkan empati pemimpin berhasil mempengaruhi penampilan peranannya dalam: (a) menyadarkan pengikut akan masalah serta (b) memberi informasi kepada pengikut. Sebanyak 57,97 persen pengikut mengakui bahwa pemimpin informal sering membicarakan masalah-masalah desa dan menyampaikan berbagai informasi, termasuk tentang pembaharuan atau kemajuan daerah lain. Ketika melakukan kunjungan ke beberapa huta, para pemimpin informal sering berbicara dengan pengikut sehingga mengetahui keadaanlkehidupan warga. Kunjungan sambil mengamati keadaan seperti ini mempertebal empati pemimpin dan mendorong mereka untuk membantu warga, baik melalui pemberian informasi yang berguna maupun dengan jalan mendorong (memotivasi) pengikut agar memperbaiki usahanya atau memberi bantuam'pinjaman dana untuk berusaha. Empati pemimpin terhadap pengikut menyebabkan mereka lebih tertarik untuk mempelajari kebutuhan dan masalah-masalah yang dihadapi pengikut. Karena itu pemimpin informal dapat mengenal serta mengetahui kebutuhan bawahan atau pengikutnya. Pengarnatan di lapangan menunjukkan bahwa kebanyakan pemimpin mem-
pergunakan kebutuhan ini sebagai titik tolak mendorong warga agar mau melakukan perubahan dalam wujud pembaharuan. Dengan demikian terdapat pengaruh langsung empati pemimpin terhadap upaya memotivasi pengikut. Juga terdapat kecenderungan bahwa pengikut membutuhkan empati dari pemimpin. Perhatian yang mendalam dari pemimpin informal terhadap pengikut, disertai pemberian bantuan seperti pinjaman uang untuk usaha, mengadakan kunjungan ke keluarga-keluarga, menyebabkan pemimpin informal dihormati oleh pengikut dan warga desa. Beberapa kondisi tertentu mengakibatkan tidak semua pemimpin mampu meminjamkan uang. Bagaimanapun
167
juga empati pemimpin informal banyak membantu kelancaran penampilan peranannya dan secara tidak langsung membarrtu pemimpin menggerakkan masyarakat agar berpartisipasi dalam pembangunan desa.. Gambar 6 menunjukkan bahwa empati pemimpin informal mempunyai pengaruh langsung terhadap pembinaan kerja sama antar sesama pengikut atau warga desa. Beberapa dari masalah-masalah di desa memerlukan kerja sama dalam mengatasinya, seperti keperluan biaya untuk pengembangan usaha dan sejenisnya. Melalui pemberian perhatian pemimpin terhadap pengikut, dapat mengurangi terjadinya konflik di antara sesama warga. Dengan demikian keutuhan dan kekompakan pengikut atau warga dapat dipelihara. Empati pemimpin mempunyai pengaruh terhadap upaya menggerakkan kerja sama atau saling membantu dikalangan pengikut. Jika interaksi antar pemimpin dan pengikut dapat ditingkatkan, maka pelaksanaan kerja sama juga meningkat. Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa banyak dari pemimpin informal mempelopori kegiatan-kegiatan bersama seperti gotong-royong. Menurut verifikasi data dari pengikut, keteladanan seperti ini mendorong pengdcut untuk ikut serta dalam kegiatan bersama. Empati pemimpin berpengaruh terhadap tindakan memberi ganjardsanksi terhadap pengikut yang wajar untuk menerimanya. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pemimpin informal masih mempunyai tanggung jawab moril atas kemajuan dan kebaikan kondisi desa, lebih-lebih bagi pemimpin informal tradisional, seperti tokoh adat, agama dan raja kampung ("raja hutd'). Pemberian ganjaranlsanksi yang mereka lakukan adalah bagian dari tanggung jawab ini dan karenanya merupakan perwujudan dari empati pemimpin. Pemberian ganjardsanksi dilakukan karena ram "sayang" pemimpin terhadap orang yang bersangkutan. Karena itu pengi-
168
kut menghargai dan menerima penampilan peranan pemimpin informal dalam memberi ganjaranlsanksi. Namun demikian jika cara memberi ganjaranlsanksi kurang bijaksana, para pengikut juga mengajukan protes kepada pemimpin informal. Masyarakat Batak menghargai dan menghormati pemimpin, tetapi juga tidak segan melawan apabila ternyata membuat kesalahan (Tambunan, 1982). Pada akhirnya dalam Gambar 6 kelihatan bahwa empati PI mempunyai pengaruh langsung terhadap penampilan peranan sebagai penghubung antar-sistem. Empati muncul berkat adanya rasa kasihan dan adanya keinginan membantu dari pihak pemimpin. Pemimpin informal kontemporer yang sering pergi ke luar desa untuk berbagai keperluan, sering membantu pengikut dalam mengurus berbagai keperluan mereka yang hanya dapat diselesaikan di luar desa, seperti urusan pembuatan surat di kantor tertentu di luar desa, mengurus KTP dan sebagainya. Informasi dari 61,72 persen pengikut menyatakan bahwa hampir semua pemimpin informal yang diminta tolong oleh penduduk untuk mengurus keperluannya ke luar, ternyata dapat membantu penduduk yang bersangkutan. Bantuan yang diberikan berkat rasa kasih mereka terhadap pengikut. Uraian ini menunjukkan bahwa memang ada pengaruh dari rasa empati pemimpin terhadap penampilan peranan mereka dalam melakukan hubungan ke luar desa, khususnya untuk membantu pengikut dan warga. Jika dihubungkan pembahasan di atas dengan hipotesis penelitian tentang pengaruh karakteristik pribadi pemimpin informal terhadap penarnpilan peranan pemimpin dalam menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi, dapat disimpulkan: 1. &:Karakteristik pribadi pemimpin informal tidak berpengaruh nyata terhadap pe
nampilan peranan pemimpin informal menggerakkan partisipasi masyarakat untuk pembangunan desa, ditolak, d m sebaliknya:
169
Karakteristik pribadi pemimpin informal berpengaruh nyata terhadap penampilan peranan pemimpin informal menggerakkan partisipasi masyarakat untuk pembangan desa, diterima; karena karakteristik pribadi pemimpin informal lebih dari satu, serta terdapat tujuh peranan pemimpin informal, maka rumusan hipotesis kerja menjadi: Pendidikan pemimpin informal berpengaruh nyata terhadap penampilan peranannya dalam menyadarkan pengikut akan masalah. Pendidikan pemimpin informal berpengaruh nyata terhadap penampilan peranannya dalam memberi informasi kepada pengikut. Pendidikan pemimpin informal berpengaruh sangat nyata terhadap penampilan peranannya dalam memotivasi pengikut. Pendidikan pemimpin informal berpengaruh nyata terhadap penampilan peranannya dalam membina kerja sama di antara sesama pengikut Pendidikan pemimpin informal berpengaruh nyata terhadap penampilan peranannya dalam memberi ganjaradsanksi kepada pengikut Pendidikan pemimpin informal berpengaruh nyata terhadap penampilan peranannya sebagai penghubung antar sistem. Lama memimpin dari pemimpin informal mempunyai pengaruh nyata terhadap penampilan peranannya dalam memberi informasi kepada pengikut. Lama memimpin dari pemimpin informal mempunyai pengaruh sangat nyata terhadap penampilan peranannya dalam memotivasi pengikut. Lama memimpin dari pemimpin informal mempunyai pengaruh nyata terhadap penampilan peranannya dalam mengarahkan kegiatan pengikut.
170
2.10. Lama memimpin dari pemimpin informal mempunyai pengaruh nyata terhadap penampilan peranannya dalam memberi ganjaranlsanksi kepada pengikut. 2.1 1. Kekosmopolitan pemimpin informal mempunyai pengaruh nyata terhadap penampilan peranannya dalam mengarahkan kegiatan pengikut. 2.12. Empati pemimpin informal mempunyai pengaruh nyata terhadap penampilan peranannya dalam menyadarkan pengikut akan masalah 2.13. Empati pemimpin informal mempunyai pengaruh nyata terhadap penampilan peranannya dalam memberi informasi kepada pengikut 2.14. Empati pemimpin informal mempunyai pengaruh nyata terhadap penampilan
peranannya dalam memotivasi pengikut agar melakukan pembaharuan. 2.15. Empati pemimpin informal mempunyai pengaruh sangat nyata terhadap pe-
nampilannya dalam membina kerja sama di antara sesama pengikut. 2.16. Empati pemimpin informal mempunyai pengaruh nyata terhadap penampilan
peranannya dalam memberi ganjaradsanksi kepada pengikut. 2.17. Empati pemimpin informal mempunyai pengaruh nyata terhadap penampilan peranannya sebagai penghubung antar sistem. Tabel 16 menunjukkan bahwa terdapat lima peubah bebas (karakteristik pribadi pemimpin informal) yang berpengaruh tidak langsung secara nyata terhadap peubah respos (peranan pemimpin), yaitu : (a) usia pemimpin, (b) lama memimpin, (c) kekosmopolitan, (d) optimisme pemimpin dan (e) empati pemimpin. Usia pemimpin (&.I) berpengaruh nyata secara tidak langsung terhadap penampilan peranan memotivasi pengikut (X3), setelah melalui atau berkomplemen dengan peubah lama memimpin (X8.3). Dengan kata lain usia pemimpin informal berpengaruh nyata apabila dihubungkan dengan lamanya ia memimpin. Tabel 10 menunjukkan bahwa keba-
171
nyakan pemimpin informal berusia di atas 55 tahun, karenanya mereka dapat berpikir lebih matang, termasuk dalam memilih dan menentukan cara memotivasi pengikut. Kematangan ini ditunjang oleh pengalaman memimpin yang relatip lama (lihat Tabel 9). Karena itu usia pemimpin berpengaruh nyata secara tidak langsung terhadap upa-
ya pemimpin memotivasi pengikut, setelah berkomplemen dengan lama memimpin. Usia pemimpin (&.I) juga berpengaruh tidak langsung secara nyata terhadap penampilan peranan mengarahkan pengikut (&), baik dalam implementasi inovasi maupun aktivitas produktip lain. Dinyatakan bahwa usia pemimpin berpengaruh nyata secara tidak langsung, karena koefisien pengaruhnya menjadi nyata setelah berkomplemen dengan lama memimpin (X8.3). Usia yang relatip tinggi menyebabkan pemimpin mampu memahami petunjuk penyuluh atau pihak lain dalam implementasi inovasi atau mengidentifikasi cara yang sesuai atau benar dalam mengerjakan sesuatu. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa melalui diskusi antara penyuluh dengan pemimpin informal, dapat ditingkatkan pemahaman pemimpin tentang petunjuk teknis yang diberikan penyuluh, terrnasuk dalam implementasi inovasi. Kemampuan ini makin mantap karena ditunjang oleh lama memimpin, sehingga memungkinkan pemimpin memberi pengarahan secara akurat kepada pengikut, baik dalam implementasi inovasi maupun ketika melakukann kegiatan produktip lain Keadaan seperti ini membuat adanya pengaruh nyata secara tidak langsung dari usia pemimpin (&.I)
terhadap penampilan peranan pemimpin dalam memberi pengarahan
(&), setelah teriebih dahulu berkomplemen dengan lama memimpin o(8.3). .4.
Kekosmopolitan pemimpin
(X8.4)
berpengaruh tidak langsung secara nyata
terhadap peranan pernimpin memotivasi pengikut (X3) setelah melalui atau berkomplemen dengan lama memimpin (X8.3). Pengamatan di lapangan menujukkan bahwa
172
kekosmopolitan atau orientasi ke kotaan telah ada pada pemimpin, khususnya pemimpin informal kontemporer. Karena itu mereka sering mengemukakan perlunya mengadakan perubahan kehidupan di desa. Ditambah dengan lama memimpin yang dapat menambah kecermatan dalam memilih cara memotivasi, maka kekosmopolitan yang berkomplemen dengan lama memimpin dapat memberi pengaruh nyata secara tidak langsung terhadap upaya memotivasi warga. Tabel 16 menunjukkan bahwa lama memimpin (XS..~)mempunyai pengaruh tidak langsung yang nyata terhadap penampilan peranan membina kerja sama (Xs), setelah berkomplemen dengan empati pemimpin (s.6). Pengalaman memimpin yang cukup lama membuat pemimpin mampu mengidentifikasi sifat serta kebutuhan pengikut. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pemimpin dapat memahami masalah yang dihadapi warga, termasuk yang penyebabnya bersumber dari kurangnya kerja sama antar warga. Pada pihak lain pemimpin mempunyai rasa empati karena hubungan pemimpin dan warga diikat oleh kekerabatan. Karena itu lama memimpin serta empati, keduanya berpengaruh terhadap upaya membina kerja sama antar sesama warga. Sebaliknya empati
(G.6)
berpengamh tidak langsung secara nyata terhadap
peranan mengarahkan kegiatan (&) setelah melalui lama memimpin (X8.3). Pengamatan di lapangan menunjukkan ada keinginan pemimpin membantu pengikut, berkat rasa empati. Satu bentuk bantuan adalah memberi petunjuk teknis kepada pengikut yang mau melakukan atau mengimplementasi inovasi. Cara pendekatan yang sesuai dalam mengarahkan, banyak dipengaruhi oleh pengalaman memimpin (;Y8.3). Pengamatan menunjukkan bahwa pengikut merasa dibantu berkat pemberian pengarahan. Ada pengaruh tidak langsung dari empati terhadap peranan mengarahkan kegiatan.
Optimisme pemimpin (z.5) berpengaruh tidak langsung secara nyata terhadap upaya pemimpin membina kerja sama (Xs) setelah berkomplemen dengan empati
(x8.6).
Pengamatan di lapangana menunjukkan bahwa pemimpin informal, khu-
susnya pemimpin informal kontemporer dapat melihat kemungkinan melakukan perbaikan kehidupan di pedesaan. Mereka sendiri banyak menerapkan berbagai upaya peningkatan usaha pertanianlpeternakan. Pemimpin mempunyai visi masa depan dalam arti mampu melihat keadaan yang lebih baik untuk masa depan. Pengamatan lapangan menunjukkan, optimisme pemimpin seperti ini ditambah dengan rasa empati yang h a t , mendorong pemimpin untuk mengajak pengikut supaya secara bersama melakukan pembaharuan/perbaikan usaha. Terdapat hubungan tidak langsung antara optimisme pemimpin (;Y8.5) dengan upaya mereka membina kerja sama (J6). Pengaruh Penampilan Peranan Pemimpin terhadap Partisipasi Masyarakat
Melalui penelitian ini diarnati pengaruh tujuh peranan pemimpin informal terhadap upaya menggerakkan masyarakat agar berpartisipasi dalam pembangunan desa. Yang menjadi pertanyaan: "Sejauh mana penampilan peranan pemimpin informal berpengaruh terhadap upaya menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangun an desa ?" Untuk menjawab pertanyaan ini diajukan hipotesis I&: "Penampilan peranan pemimpin informal (tujuh peranan) tidak berpengaruh terhadap upaya menggerakkan partisipasi masyarakat untuk pembangunan desa". Sebagai H, : "Penarnpilan peranan pemimpin informal (peranan pembangunan) berpengaruh terhadap upaya menggerakkan partisipasi masyarakat untuk pembangunan desa". Hipotesis ini akan dibuktikan sehingga diperoleh jawaban apakah diterima atau ditolak.
174
Hipotesis ini dibuktikan dengan mempergunakan analisis regresi linear ganda dan dilanjutkan.dengan analisis lintasan. Peubah bebas dalam hubungan kausal terdiri dari tujuh peranan pemimpin informal (XI, X2 sampai X7) dan peubah respon (Y) adalah partisipasi masyarakat dalam pembangunan (X9). Persamaan penduga untuk itu dan yang merupakan Model 8 adalah: 8. Y (X9) = bo + blXl+ b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5XS + b6)(6 + b7X7
Dengan bantuadjasa komputer (program SAS) maka keluar hasil perhitungan (lihat Lampiran 15) berupa nilai koefisien korelasi ganda, koefisien determinasi dan koefisien regresi parsial. Jika dihubungkan dengan Fhit serta P, disimpulkan bahwa nilai koefisien korelasi ganda lierarii (signifikan). Koefisien determinasi (RZ)
=
0,6360
berarti bahwa 63,60 persen total keragaman yang terjadi pada partisipasi masyarakat dapat dijelaskan oleh peubah-peubah bebas dalam konteks persamaan penduganya. Pada Lampiran 15 terdapat dua peranan pemimpin informal yang penampilannya mempunyai nilai thit tergolong besar dengan P lebih kecil dari 0,10, yaitu: (1) memotivasi pengikut, dan (2) sebagai penghubung antar sistem. Karena itu kedua nilai regresi parsial ini tergolong berarti (signifikan). Dalam analisis lintasan diperlukan penghitungan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dari peubah bebas yang dibakukan terhadap peubah respon (partisipasi masyarakat). Pengaruh langsung dan tidak langsung serta total pengaruh dari tiap peubah yang dibakukan, tercantum pada Tabel 17. Dalarn tabel dapat dilihat bahwa peubah baku (bebas) memotivasi pengikut (X3)mempunyai total pengaruh terbesar, kemudian disusul oleh peubah bebas penghubung antar-sistem
(X7).Hasil
perhitungan secara lengkap dari Model 8 yaitu dalarn Analysis of Variance dapat dilihat pada Lampiran 16.
Tabel 17. Koefisien Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Peubah Bebas Penarnpilan Peranan Pemimpin Infonnal terhadap Peubah Respon. Partisipasi Masyarakat
Keteranm: 1. X1 = Menyadarkan akan masalah 2. X2 = Memberi infonnasi 3. X3 = Memotivasi pen4. & = Menkegiatan
5. Xs = Membina kej a sama 6. J(6 = Memberi ganjaran/&i 7. X f = Penghubung antar sistem 8. * = Nyata
Secara geometrik dapat dibangun diagram lintasan untuk hubungan kausal dari model regresi tersebut dengan mencantumkan angka-angka koefisien pengaruh langsung peubah bebas yang dibakukan, dan pengaruh tidak langsung.terhadap peubah respon: yaitu partisipasi masyarakat (Xs). Karena pertimbangan teknis, maka yang digambar hanya pengaruh nyata dari peubah bebas terhadap peubah respon baik yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung (lihat Lampiran 17). Dalam lampiran kelihatan bahwa hanya ada dua peubah bebas (peranan pemimpin informal) yang berpengaruh nyata secara langsung terhadap partisipasi masyarakat, yaitu: (a) memotivasi pengikut (Xs), dan (b) sebagai penghubung antar-sistem (X7). Terdapat tiga peubah bebas (peranan pemimpin informal) yang berpengaruh nyata secara tidak langsung terhadap partisipasi masyarakat
(Xg),
yaitu: memberi informasi kepada
pengikut (Xz), mengarahkan kegiatan pengikut (&) dan membina kerja sama di antara sesama pengikut (XS).
Secara lengkap hasil perhitungan pengaruh langsung dan tidak langsung dari ketujuh peranan pemimpin informal terhadap partisipasi masyarakat beserta nilai P masing-masing dapat dilihat pada Tabel 18. Dalam tabel kelihatan bahwa peranan peTabel 18. Koefisien Lintasan Pengaruh Langsung dan tidak Langsung Peubah Bebas Peranan Pernimpin Informal terhadap Peubah Respon Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Mo
Peubah
Peubah
del
Bebas
Respons
8
XI~ / X7 d
X9
Pengaruh Langsung Peubah
C,
1. 2. 3. 4.
Prob.
Peubah
Melalui
C,
XI
0,0019
0,9848
-
--
-
X2 X3 & Xs
0,1014
0,3225
XZ
X3
0,1775*
0,2532*
0,0341
--
-
-
0,1146
0,2896
X4
0,1892*
0,0781
0,5013
XS
J(d
0,1458
0,1269
--
X3 X3
X7
0,2556*
0,0073
--
--
* = Nyata
Keteranm:
Pengaruh Tak Langsung (Nyata)
Ci = Koefisien Lintasan X, = Menyadarkan akan masalah X2 = Memberi informasi X3 = Memotivasi penght
5. & = Men*
0,1788*
-
--
kegiatan
6. X5 = Membina kerja sama 7. J(6 = Memberi ganjdsanksi 8. X7 = Penghubung antar sistem 9. X9 = Partisipasi masyarakat
mimpin informal dalam memotivasi pengikut berpengaruh nyata terhadap upayanya menggerakkan partisipasi masyarakat untuk pembangunan desa. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pemimpin informal, seperti pemimpin adat dan tokoh agama sering dekat dengan warga masyarakat, khususnya di saat pertemuan atau pesta adat atau kegiatan keagamaan. Tempat pemukiman mereka juga berdekatan kare-
na umurnnya pemimpin dan pengikut tinggal di satu,kampung (huta).Karena itu para pemimpin mengetahui kondisi kehidupan pengikut dan warga. Berangkat dari pemahaman akan kondisi pengikut, pemimpin informal mendorong mereka agar mela-
177
kukan pembaharuan, khususnya dalam bidang usaha yang dikelola warga sehari-hari, sehingga terbuka kemungkinan untuk meningkatkan usaha. Informasi dari pengikut menyatakan bahwa pemimpin informal sering memberi dorongan tersebut di saat sebelum dan sesudah berlangsungnya suatu kegiatan adat atau keagarnaan. Pertemuan di warung ( l a p )yang ada di desa, juga dipergunakan untuk memberi semangat dan dorongan agar pengikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pembaharuanlperbaikan usaha. Pengamatan di lapangan menunjukkan sejumlah 38,54 persen pemimpin informal mengetahui dan pemah mengemukakan kepada pengikut beberapa potensi desa yang bisa dimanfaatkan untuk perbaikan kehidupan. Cara ini dapat mendorong pengikut untuk meningkatkan usaha melalui pemanfaatan potensi desa. Hanya saja ketika sampai pada penetapan kebijakan atau persetujuan untuk memanfaatkan potensi desa, pemimpin informal sering kurang mengetahui atau tidak mampu mendapatkan izin dari pihak "atas desa". Dalam keadaan seperti ini perlu kerja sarna antara pemimpin informal dengan pemimpin formal, yang lebih mengetahui prosedur yang dapat ditempuh untuk mendapatkan izin tersebut. Ketika pengikut memerlukan dana untuk perbaikanlpengembangan usaha, pemimpin informal sering kurang mampu menyediakannya, baik melalui pemberian pinjaman dari uang pribadinya maupun melalui peminjaman ke bank. Demikian juga ketika pengikut memerlukan lahan pertanian, khususnya memanfaatkan lahan kosong atau lahan tidw, para pemimpin juga sering gagal mendapatkannya. Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa banyak dari lahan tidur yang pemiliknya tidak lagi bermukim di desa (Ituta);mereka telah merantau ke daerah lain. Keadaan ini membuat para pemimpin atau warga desa sukar menghubunginya untuk meminta izin agar lahan tersebut bisa dimanfaatkan atau diusahakan oleh warga yang memerlukannya.
178
Hambatan lain dalam memotivasi akibat banyak warga yang kurang bergiat untuk meningkatkanlmengembangkan usaha, walaupun ia memiliki lahan atau faktor penunjang lain. Mereka memperoleh bantuan biaya hidup yang cukup dari keluargakeluarganya yang telah berhasil di rantau. Tugas utama warga yang demikian: (a) untuk menjaga lahan keluarga (biasanya lumayan luas) agar tidak digarap orang lain dan (b) menghadiri acara adat mewakili keluarga-keluarga yang kebanyakan sudah tinggal dan berhasil di rantau. Sebagai imbalannya mereka mendapat biaya hidup serta bantuan lain yang diperlukannya. Semangatnya untuk beraktivitas relatip kecil sekali. Upaya lain dalam memotivasi dilakukan pemimpin melalui pendekatan keagarnaan; para tokoh agama menyadarkan warga (khususnya kaum peria) supaya jangan terlalu banyak membuang waktu di warung ( l q o ) .Pemimpin juga menganjur-
kan agar beberapa perilaku yang kurang baik (kurang sesuai dengan ajaran agama) bisa dikurangi dan diganti dengan usaha-usaha yang produktip. Hanya saja pengamat-
an di lapangan menunjukkan bahwa para tokoh ini juga ada yang tidak sepenuhnya mengikuti apa yang dikatakannya. Hal ini menyebabkan kewibawaan mereka berkurang dan arahannya relatip kurang didengar oleh pengikut atau warga desa.. Beberapa pemimpin mendorong pengikut agar mengembangkan usaha, seperti berkolam ikan atau beternak ayam kampung. Pemimpin juga mengajak pengikut agar bersama-sama melakukan percobaan secara kecil-kecilan sambil menjelaskan manfaat dari usaha tersebut. Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa sejauh dapat disanggupi pemimpin, mereka rela menyedialcan peralatan atau fasilitas lain yang diperlukan, baik untuk percobaan maupun untuk implementasi inovasi secara lebih luas. Sebagian pemimpin informal hanya menganjurkan untuk melakukan pembaharuan, sementara mereka sendiri tidak melakukannya, padahal jika dibandingkan
179
dengan pengikutnya, mereka relatip lebih memiliki sumber atau penunjang untuk perbaikan atau pengembangan usaha, seperti lahan dan modal. Kondisi seperti ini mengakibatkan upaya pemimpin infornal memotivasi pengikut belum memberi hasil sebagaimana diharapkan. Sebanyak 2 1,79 persen pemimpin informal menyatakan bahwa mereka belum tahu bahwa salah satu peranan yang perlu mereka tampilkan ketika berhadapan dengan pengikut adalah mendorong mereka untuk melakukan perbaikan atau peningkatan usaha. Pemimpin juga belum memahami bahwa memberi nasihat kepada pengikut dan warga desa agar menghindarkan diri dari perilaku: (a) menghabiskan banyak waktu di warung kopi (Zap), (b) berjudi dan sejenisnya, termasuk bagian dari tugas pemimpin informal sebagai motivator. Pemimpin informal berpendapat bahwa tugas seperti itu dijalankan oleh pemimpin formal atau pejabat dari "atas desa" dan bukan oleh mereka (pemimpin informal). Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pemimpin formal dan informal perlu bekerja sama. Keduanya dapat saling mengisi atau melengkapi. Kekurangan yang ada pada pemimpin formal dapat ditutupi oleh pemimpin informal dan sebaliknya. Dengan demikian semua pemimpin masyarakat secara bersama memotivasi penduduk agar mau memperbaiki atau meningkatkan usaha mereka, baik secara perorangan maupun secara kelompok. Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa penarnpilan peranan pemimpin informal dalam memotivasi pengikut clan bahkan dalam semua peranan yang lain (memberi informasi, mengarahkan kegiatan warga, membina kerja sama dan seterusnya) tidak sepenuhnya diserahkan pada inisiatip dan aktivitas pemimpin informal. Dalam praktek sehari-hari pemimpin informal merasakan ada pembatasan gerak mereka dalam menggerakkan, mengkoordinasi, dan mengarahkan pengikut untuk mela-
.
180
kukan upaya perbaikan dan peningkatan usaha.. Pembatasan gerak pemimpin datang dari pihak "atas desa" dengan alasan bahwa banyak dari pemimpin ini diduga terlibat dalam peristiwa GI30 S PKI tahun 1965. Pengamatan lapangan juga menunjukkan bahwa sebanyak 23,96 persen pemimpin informal belum mempergunakan strategi memotivasi pengikut dengan jalan memperlihatkan contoh dalam bentuk perbuatan (action) yang berorientasi pembaha-
ruan atau perbaikan usaha, sehingga dapat dicontoh oleh pengikut. Hal ini diakui oleh para pengikut. Padahal dari pengamatan di lapangan terdapat kecenderungan bahwa hanya dengan contoh konkrit, artinya dengan langsung dikerjakan oleh pemimpin dan dilihat oleh masyarakat, barulah penampilan peranan memotivasi bisa lebih efektip. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pemimpin informal tradisional kurang dapat mengikuti perkembangan atau kernajuan yang sering dihubungkan dengan modernisasi. Mereka cenderung bertahan pada cara-cara berpikir dan berbuat tradisional sehingga warga memandangnya sebagai telah ketinggalan jaman. Kecenderungan seperti ini menimbulkan kekurang senangan pengikut. Akibatnya upaya mereka untuk memotivasi pengikut menjadi kurang memberi hasil seperti yang diharapkan baik oleh pemimpin itu sendiri maupun oleh pengikut. Pada pihak lain sebanyak 29,16 persen dari PIK, seperti pegawai negerifpensiunan, cendekia desa dan sejenisnya berkemampuan menterjemahkan "bahasa" pemerintah dan ilmuan ke dalam kerangka pikir penduduk desa. Karena itu pemimpin ini lebih mudah memotivasi pengikut agar berpartisipasi dalam pembangunan. Kelompok pemimpin ini relatip lebih mampu ditinjau dari segi pengadaan modal (secara umum menjadi masalah penduduk), karena mereka setiap bulan menerima gaji sebagai pegawai atau pensiunan. Pemilikan modal ini membuat PIK mampu melakukan
181
atau menerapkan suatu inovasi (bercocok tanam atau ternak) sarnbil mengharap supaya pengikut dan warga mengikutinya. Melalui pemberian contoh seperti ini, pengikut lebih mudah dimotivasi untuk melakukan pembaharuan, khususnya bagi pengikut yang tidak dihambat oleh masalah modal atau masalah-masalah lain dalam berusaha.
PIK dalam pengelolaan usahanya sering berkonsultasi bahkan meminta penyuluh pertanian lapangan datang ke lokasi usahanya. Kesempatan seperti ini dipergunakan PIK untuk memotivasi pengikut (secara tidak langsung), dengan cara menceritakan kontak-kontak dan kedatangan penyuluh ke lokasi usahanya. Dengan cara ini, PIK berharap supaya pengikut juga melakukan ha1 yang sarna dengan yang dilakukannya. Sebaliknya jika pemimpin informal kontemporer seperti ini kurang membuka diri untuk ditanyai atau dicontoh oleh warga desa, sering mendapat kritikan, lebihlebih bagi pegawailpensiunan (umumnya guru) yang bukan berasal dari desa yang bersangkutan (tidak berasal dari keturunan pendiri desa). Keberhasilan pegawai atau pensiunan yang bersangkutan, justru menimbulkan kecemburuan dari warga setempat. Jika ha1 seperti ini terjadi, keefektivan kepemimpina mereka akan berkurang. Uraian di atas menunjukkan bahwa terdapat p e n g a d yang nyata dari penampilan peranan memotivasi pengikut (X3)terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan @9), khususnya ddam melakukan berbagai upaya pembaharuan. Akan tetapi berdmkan pengamatan di lapangan, penampilan peranan pemimpin informal belum mencapai taraf maksimum. Beberapa faktor penyebab antara lain: (1) kesempatan pemimpin berinteraksi dengan pengikut, khususnya bagi pemimpin informal tradisional relatip terbatas; terkesan ada pembatasan dari pihak penguasa di "atas desa" dengan berbagai alasan, (2) h a n g kemampuan pemimpin mendinamisasi
182
masyarakat akibat kurang pengetahuan dalam melakukan pendekatan komunitas, dan (3) merasa bahwa hal-ha1 seperti ini (menggerakkan partisipasi masyarakat) bukan
menjadi tanggung jawab mereka. Sehubungan dengan butir tiga, pemimpin informal tradisional lebih banyak melakukan tugas yang berorientasi pada segi-segi yang bersifat moral-spiritual yaitu kehidupan di "hari nanti" dari pada kehidupan duniawi. Tabel 19 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh sangat nyata penampilan peranan pemimpin informal sebagai penghubung antar sistem (X7) terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan (X9). Nilai koefisien lintasan dari peranan penghubung antar-sistem (X7) terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan sebagai peubah respon, cukup besar. Nilai P lebih kecil dari 0,10 dan bahkan jauh lebih kecil, yairtu 0,0073. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh penampilan peranan pemimpin sebagai penghubung antar-sistem sangat nyata terhadap partisipasi masyarakat dalarn pembangunan desa. Data penelitian menunjukkan bahwa pernimpin informal sering berhubungan ke iuar desa, dengan berbagai keperluan. Ketika dikonfirmasi apa yang menjadi tujuan pemimpin 'informal berhubungan keluar, sebanyak 34,42 persen menyatakan untuk men&
bantuan atau perhatian pihak luar terhadap kondisi desa serta pendu-
duknya. Dengan kata lain, supaya ada pihak-pihak yang membantu pembangunan desa berkat pendekatan yang dilakukan pemimpin informal terhadap mereka.
Pengarnatan lapangan menunjukkan bahwa secara tidak langsung para pemimpin mencari infbrmasi atau mencoba mengadakan perbandingan antara kemajuan desanya dengan desa lain. Berkat pendidikan pemimpin yang relatip tinggi serta pengalaman memimpin yang lama, para pemimpin lebih mudah menangkap tandatanda (signar) atau kemajuan daerah lain yang perlu dicontoh oleh pengikutnya.
Pemimpin informal di lapangan sering mampu melihat apa yang menjadi kebutuhan desa dan warganya. Pemimpin juga mampu memahami kebutuhan, motivasi, aspirasi dan perasaan pengikut dan warga pada umumnya. Pemimpin informal kontemporer sebagai pegawai atau orang yang terpelajar mampu menjembatani keperluan atau kepentingan warga dengan pihak luar. Secara khusus dinyatakan bahwa peranan pegawai pemerintahlswasta lebih berhngsi sebagai mediator dalam proses pembangunan di desa (Slamet. 1989). Sebagai mediator, pemimpin informal berperan menghubungi pihak-pihak lain di luar desa untuk mengambil simpati mereka atas keadaan desa dan penduduknya. Informasi dari p e n g h t menunjukkan bahwa pemimpin informal sering berhubungan keluar dan hasil-hasil dari upaya berhubungan ke luar, dibicarakan (didiskusikan) dengan pengilcut dan warga desa. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa upaya pemimpin menghubungi pihak-pihak tertentu di luar desa, dapat mendorong warga lebih giat melakukan perbaikan usaha sehari-hari, baik secara individual maupun kelompok (komunitas). Melalui upaya pemimpin sebagai penghubung ke luar, sebagian berhasil mendapat perhatian dari pihak luar, tennasuk perantau yang telah berhasil di daerah lain, khususnya perantau di kota-kota besar di pulau Jawa. Jika pemimpin informal berhasil mendapat simpati atau bantuan dari permtau, bantuan ini dapat mendorong warga meningkatkan partisipasi melakukan berbagai perbaikan usaha atau pembangunan desa. Hal ini terjadi karena sebagian dari kesulitan yang dihadapi warga telah dapat diatasi berkat bantuan dari pihak luar, yaitu pengadaan biaya untuk perbaikan atau pengembangan usaha sehari-hari. Namun demikian tidak berarti bahwa pengelolaan dana seperti ini selalu lancar dan tidak menimbulkan masalah.
Pernimpin informal tradisional yang mempunyai ikatan kekerabatan dengan perantau-perantau yang berhasil di daerah lain, juga melakukan hubungan dengan kerabat tersebut, dengan maksud mengundang simpati serta bantuan mereka untuk pembangunan desa. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa hampir semua pemimpin informal tradisional mempunyai kerabat yang berhasil di perantauan. Para pemimpin melakukan hubungan dengan mereka sebagai wujud penampilan peranan sebagai penghubung antar-sistem. Upaya pemimpin seperti ini menambah semangat serta dorongan bagi warga untuk lebih giat melakukan perbaikan usaha; ha1 ini berarti bahwa mereka telah berpartisipasi dalam pembangunan desa. Pada pihak lain sebagai darnpak dari bantuan yang diberikan perantau untuk keperluan pembangunan desa, terutama dalam konteks "membenahimembangun desa asal" (Marsipature Huta be yang disingkat dengan Mmtabe), yang umumnya diberikan dalarn bentuk uang, sering penggunaannya kurang efisien dan efektip. Selain terdapat penyimpangan penggunaan, masyarakat desa dibawah kepemimpinan para pemimpin informal, juga kurang rnarnpu menyusun rencana pembangunan, termasuk pengalokasian dananya. Hal ini b a n g menjadi perhatian pihak perantau sebagai sumber dana yang beranggapan bahwa apabila sejumlah uang telah dikirirnkan, maka semua akan berjalan lancar. Pemimpin informal kontemporer relatip lebih sering bepergian ke kota, terutama untuk keperluan tugdusahanya. Dari perjalanan ke kota mereka memperoleh berbagai informasi yang berguna bagi pengikut sarnbil sering membawa koranlmajalah ke desa. Setelah pulang dari kota, dan ketika berkumpul di warung ( l q ) mereka bercerita tentang berbagai hal yang dilihat dan didengarnya. Informasi yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa penjelasan dan informasi seperti ini sering da-
185
pat menggugah pengikut dan kemudian menyebarkannya di kalangan warga yang lain atau kepada anggota keluarganya. Dengan demikian warga seperti ini telah ikut serta menyebarkan informasi, yaitu salah satu aspek atau bidang partisipasi yakni berperanserta menyebarkan informasi. Pemimpin informal yang bepergian ke luar desa sering membantu warga menyelesaikan urusan mereka ke luar desa atau kantor-kantor tertentu, seperti pengur u m surat-surat, kredit dan sebagainya. Baik langsung maupun tidak langsung, upaya seperti ini membantu warga untuk lebih meningkatkatr partisipasi (sekurangkurangnya dari segi waktufbiaya) dalam pembangunan desa. Melaiui bantuan pemimpin seperti ini, warga desa dapat menghemat walctu, biaya dan tenaga karena mereka tidak perlu pergi langsung ke "luar desa" untuk urusan-urusan tersebut. Penghematan seperti ini dapat dialihkan ke pelaksanaan pembangunan desa yang berarti mereka telah berpartisipasi menunjang pelaksanaan pembangunan. Uraian di atas menunjukkan bahwa pemimpin informal secara nyata mela-
kukan berbagai upaya dan kegiatan yang merupakan indikator dari penampilan pera-
nan sebagai penghubung antar-sistem. Baik langsung maupun tidak langsung peranan ini memberi semangat dan dorongan bagi pengikut untuk lebih giat melakukan perbaikan usaha sehari-hari, yang pada giliramya dapat meningkatkan pendapatan m e reka dan kemudian meningkatkan taraf hidupnya. Tabel 18 menunjukkan bahwa ada tiga penampilan peranan pemimpin informal yang berpengaruh nyata secara tidak langsung terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu: memberi informasi (Xz),mengarahkan kegiatan pengikut (&) dan membina kerja sarna (Xs). Tiga peranan ini berpengaruh nyata se-
cara tidak langsung karena semuanyanya mempunyai koefisien lintasan lebih besar dari 0,1770 yaitu batas yang ditetapkan untuk kategori nyata. Tiga peranan tersebut sebagai peubah bebas berpengaruh terhadap upaya pemimpin informal menggerakkan partisipasi masyarakat, setelah melalui peubah bebas yang lain yaitu memotivasi pengikut (X3).Dengan kata lain masing-masing penampilan peranan tersebut harus berkomplemen dengan peranan memotivasi pengikut, baru kelihatan pengaruhnya secara nyata terhadap peubah respon (Xs). Penampilan peranan dalam memberi informasi (X2)pada kenyataannya harus segera ditindak lanjuti dengan memotivasi. Seperti telah dikemukakan b e r h k a n pengamatan lapangan, cara memotivasi itu sendiri harus dalam wujud perbuatan nyata, dalam arti para pernimpin tidak cukup hanya dengan bicara saja, tetapi harus ada action. Pemimpin informal lebih mudah mendorong pengikut berpartisipasi atau berbuat sesuatu apabila mereka sendiri telah mempeloporinya. Pengamatan di lapangan menunjukkan kecenderungan bahwa masyarakat desa sudah tidak mudah digugah un-
tuk melakukan sesuatu, jika hanya melalui pemberian informasi atau pembicaraan berupa himbauan; mereka mengharapkan ada contoh nyata sehingga selain prosedur kerja dan cara-cara mengatasi harnbatan dapat mereka arnati, pengikut juga dapat melihat hasilnya secara langsung. Penampilan peranan mengarahkan kegiatan (&) hampir sama dengan peranan memberi informasi, dalam arti pemimpin informal sukar mewujudkan kedua peranan ini jika tidak dibarengi dengan kemampuan memotivasi; dengan kata lain perlu contoh dalam bentuk perbuatan konkrit. Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa banyak pemimpin i n f o d yang memberi pengarahan pada saat pengikut melihat contoh (action) dari implemerrtasi suatu pembahanran usaha. Sebagian pemimpin pa-
187
da saat seperti itu meminta bantuan penyuluh untuk memberi penjelasan dan pengarahan kepada pengikut, khususnya di bidang teknis. Cara seperti ini menggugah pengikut sehingga akhirnya sebagian dari mereka berpartisipasi dalam implementasi inovasi yang diintroduksi. Pemberian pengarahan hanya akan efektip apabila berkomplemen dengan peranan memotivasi pengikut. Penampilan peranan memberi informasi dan mengarahkan kegiatan hanya akan berpengaruh nyata apabila melalui pemberian motivasi kepada pengikut. Penampilan peranan pemimpin informal dalam membina kerja sama (Xs) mempunyai pengaruh nyata secara tidak langsung terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Kerja sama pada umumnya lebih mudah direalisasikan dalam kelompok. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa upaya-upaya pemimpin dalam: (1) menyadarkan warga akan pentingnya kelompok, khususnya kelompok usaha, (2) membentuk kelompok usaha, dan (3) memelihara serta mengembangkan ke-
lompok usaha, relatip kurang kelihatan. Pada pihak lain, kebanyakan warga rnasyarakat memiliki hotel (beberapa sifat yang kurang menunjuang kebersamaan), sehingga para pemimpin mengalami kesulitan dalam membina kerja sama melalui pembentukan kelompok-kelompok usaha. Informasi dari pemimpin informal menyatakan bahwa warga desa sukar diorganisasikan dalam kelompok karena ada sikap apatis dan sifat hotel, disamping para pemimpin juga mengaku kurang mamahami cara membentuk dan mengelola kelompok. Pendekatan komunitas yang seharusnya dilakukan pemimpin informal, keli-
hatan belum dikerjakan secara efektip. Namun demikian pengarnatan lapangan menunjukkan bahwa para pemimpin menyadari pentingnya kelompok sebagai wahana menggerakkan masyarakat untuk berpdsipasi dalarn pembangunan desa.
188
Kelompok-kelompok yang diperlukan keberadaannya di desa, seperti kelompok tani, kelompok usaha yang berhubungan dengan program Inpres Desa Tertinggal (IDT) atau kelompok dalam kaitan Takesra-Kukesra, dibentuk oleh pemimpin formal atau pihak "atas desa". Dalam keadaan seperti ini pemimpin informal hanya menerima serta mengikut apa yang telah dilakukan pemimpin formal. Terdapat kecenderungan bahwa pemimpin informal kurang mampu melihat peluang untuk membentuk kelompok lain, sebagai wadah untuk menggerakkan partisipasi masyarakat. Akan lebih baik kalau pemimpin informal dapat bekerja sama dengan pemimpin formal dalam menggerakkan kerja sama (dalam usaha) di antara sesama warga desa. Pengamatan di lapangan, khususnya jika dilihat dari kinerja masing-masing pemimpin, ternyata tidak jauh berbeda. Pemimpin formal seperti kepala desa, sering merupakan kerabat dari penduduk setempat dan juga menguasai hal-ha1 yang berkenaan dengan adat-istiadat sehingga mereka juga dapat menjalankan peranan yang bercorak adat. Karena itu kedua pemimpin perlu bekerja sama seperti telah terjadi di beberapa desa. Sekitar 39,97 persen pemimpin informal menyatakan ikut membina kelompok yang telah ada, seperti kelompok tani dan kelompok usaha lain, disamping kelompok keagamaan, sehingga dalam kelompok-kelompok tersebut dapat dibina kerja sama antar anggota. Kerja sama tersebut berupa saling meminjamkan uang dan atau peralatan untuk mengerjakan usaha, disamping arisan. Kegiatan gotong-royong juga lebih mudah terlaksana apabila yang bergerak adalah kelompok. Upaya membina kerja sama oleh pemimpin selalu dibarengi oleh pemberian penjelasan serta bukti, tentang rnanfaat atau keuntungan yang bisa diperoleh dari kerja sama Dengan kata lain pembinaan kerja sama perlu dipadukan pemimpin dengan pemberian motivasi, barulah pembinaan kerja sama tersebut berjalan dengan baik.
189
Rangkaian pembahasan di atas, khususnya kalau dihubungkan dengan Tabel 18, menunjukkan bahwa belum banyak peranan pemimpin informal yang berpengaruh nyata terhadap aktivitas pengikut berupa partisipasi melakukan pembaharuan. Pengamatan di lapangan menunjukkan selain ada pembatasan terhadap pemimpin agar tidak terlalu "dekat" dengan warga, pada umurnnya para pemimpin juga menga-
ku bahwa mereka belum atau tidak tahu perlunya sejumlah peranan mereka tampilkan (setiap kali ada kesempatan) untuk menggerakkan masyarakat agar berpartisipasi dalam pembangunan desa. Sebanyak 79,88 persen pemimpin informal menyatakan bahwa tujuh peranan pemimpin tersebut memang perlu ditampilkan (pada tiap kesempatan), sehingga warga desa dapat bergerak melakukan perbaikan usaha yang pada gilirannya meningkat-
kan pendapatan mereka. Pemimpin informal mengaku bahwa aspek-aspek yang ditanyakan kepada mereka dan dari padanya diminta keterangan atau jawaban, adalah sesuatu yang sangat baik dilakukan oleh pemimpin di pedesaan. Lebih separoh dari pemimpin berjanji akan mengerjakan hal-ha1 tersebut di masa yang akan datang. Melalui pembahasan di atas dan apabila dihubungkan dengan hipotesis penelitian tentang pengaruh penampilan peranan pemimpin informal terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan, disimpulkan bahwa: &:
Penampilan peranan pemimpin informal yang berorientasi pada pembangunan tidak berpengaruh nyata terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa, ditolak, dan sebaliknya:
Hi :
Penampilan peranan pemimpin informal yang berorientasi pada pembangunan berpengaruh nyata terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa, diterima dengan kelanjutan rumusan hipotesis kerja yang diterima:
190
2.1. Penampilan peranan pemimpin informal dalam memotivasi pengikut, berpe-
ngaruh nyata terhadap partisipasi masyarakat d a l A melakukan pembangunan desa. 2.2. Penampilan peranan pernimpin informal sebagai penghubung antar komuni-
tasnya dengan pihak luar mempunyai pengaruh sangat nyata terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa. Pengaruh Peranan Pemimpin Informal terhadap Hasil Pelaksanaan Pembangunan Gambar 4 (hal. 74) menunjukkan bahwa terdapat tujuh peranan pemimpin informal dan satu peubah bebas lain yakni partisipasi masyarakat dalam pembangunan (Xg)
yang mempunyai hubungan dengan hasil pelaksanaan pembangunan (Y). Hipo-
tesis (&) yang dikemukakan: "Penampilan peranan pemimpin informal berkenaan dengan pembangunan serta partisipasi masyarakat tidak berpengaruh nyata terhadap hasil pelaksanaan pembangunan". Sebagai hipotesis H,: "Penampilan peranan pernimpin informal berkenaan dengan pembangunan serta partisipasi masyarakat berpengaruh nyata terhadap hasil pelaksanaan pembangunan". Untuk membuktikan hipotesis ini perlu dilihat hubungan antara peubah bebas dengan peubah respon. Karena peubah bebas lebih dari satu, maka analisis dilakukan dengan regresi linier ganda. Persamaan penduganya (Model 9) adalah: 9. Y = bo + blXl + b2X2+ b3X3 + b&
+ b5X5 + b6& + b7X7+ bsXg
Dengan bantuan jasa komputer (Prgram SAS) dalam komputasi, dapat diperoleh keluaran (output) seperti pada Lampiran 19. Pada koefisien korelasi ganda, ternyata Fha
cukup besar dengan 0,0001 sehingga disimpulkan bahwa koefisien tersebut berarti dan karenanya tidak dapat dikbaikan. Koefisien regresi parsial menunjukkan, terdapat dua peubah bebas yang nilai tm-nya tergolong besar dengan P lebih kecil dari 0,10 yaitu: (a) mengarahkan kegiatan (&) dan (b) partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa (Xs).Dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi parsial dari kedua peubah bebas berarti, dan karena itu tidak dapat diabaikan dan bahkan nilai ini berhubungan erat dengan koefisien
I intasan yang perlu dicari/diketahui. Jika dilanjutkan dengan analisis lintasan, Tabel 19 menunjukkan pengaruh langsung dan tidak langsung serta pengaruh total dari masing-masing peubah bebas. Peubah bebas mengarahkan kegiatan (&) mempunyai pengaruh total yang besar, dan yang mempunyai pengaruh total paling besar adalah partisipasi masyarakat dalam
"I
baku XI
Tabel 19. Pengaruh Langsung clan Tidak Langsung Peubah Bebas Peranan Pemimpin Informal dan Partisipasi Masyarakat terhadap Hasil Pelaksanaan Pembangunan
I=-
I
sung 0,0974
Keteranm: 1.
Pengaruh 'Iiak Langsung Melalui Peubah I
I
x*
xz
x 3
-
0,0618
0,0241
*
=
2. XI = 3. XZ = 4. X3 = 5. J6 =
X,
Nyata Men* akan masalah Memberi informasi Memotivasi pengikut Mengadkan kegiatan
x 5
x6
X7
6. X5 =. Membina kerja sama 7. J6 = Memberi g a n j d w t b i 8. X7 = Penghubnug autar-sistem 9. X9 = Partisipasi masyarakat
X9
Pengaruh Total
192
pembangunan (X9).Pengaruh total tiap peubah bebas diperoleh dengan menjumlahkan angka pengaruh langsung ditambah semua koefisien pengaruh tidak langsung. Pengaruh langsung dari semua peubah bebas serta nilai P, dari Model 9 dapat dilihat pada Lampiran 19. Koefisien pengaruh langsung dapat dilihat pada kolom Standardized Estimate dan nilai P pada kolom Prob > T. Jika dihubungkan nilai koefisien lintasan dengan nilai P, ternyata ada dua peubah bebas yang berpengaruh langsung secara nyata terhadap hasil pelaksanaan pembangunan, yaitu mengarahkan kegiatan (&) dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan (Xs). Secara geometrik dapat dibangun diagram lintasan untuk hubungan kausal dari Model 9 persamaan regresi di atas. Akan tetapi karena pertimbangan teknis, maka yang digambarkan (lihat Lampiran 20) hanya hubungan peubah bebas yang menunjukkan pengaruh tidak langsung yang nyata terhadap peubah respon (Y) yakni hasil pelaksanaan pembangunan.. Empat peubah bebas yang berpengaruh tidak langsung terhadap hasil pelaksanaan pembangunan, yaitu: (a) menyadarkan pengikut akan
masalah, (b) rnemberi informasi, (c) membina kerja sarna dan (d) memberi ganjaran/ sanksi. Semua angka koefisien pengaruh tidak langsung (lihat Lampiran 20) lebih be-
sar dari 0,1770 dan karenanya pengaruh itu nyata (signifikan). Garis yang menghubungkan peubah bebas ke peubah respon yaitu hasil pelaksanaan pembangunan 01) menunjukkan pengaruh langsung. Angka Sisa (S) yaitu 0,8261 mempunyai hubungan dengan koefisien determinasi (R2).Angka ini menjadi petunjuk besarnya persentase keragaman yang terjadi pada Y (hasil pelaksanaan pembangunan) yang dapat dijelaskan oleh peubah bebas melalui persamaan regresi Model 9. Koefisien lintasan dari tiap peubah yang dibakukan serta pengaruh tidak langsung tercantum pada Tabel 20.
Tabel 20. Koefisien Lintasan Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Peubah Bebas Peranan Pemimpin Informal dan Partisipasi Masyarakat terhadap Peubah Respon Hasil Pelaksanaan Pembangunan Mo
Peubah
Peubah
del
Bebas
Respon
9
XIs/d X7
Y
&inXg
*
Keteranm: 1. 2. 3. 4. 5.
=
Pengaruh Tak Langsung (Nyata) Peubah Melalui C,
Pengaruh Langsung
c1
Prob.
XI
0,0974
0,3016
XI
Xz
0,0991
0,3056
Xz
X3
0,0416
0,7141
%
0,2137*
XS
Peubah
Xg Xg
0,2688*
--
--
--
0,0385
--
--
-
-0,0965
0,3784
X5
0,3072*
Xg
0,0266
0,7682
Xg
Xg Xg
X7 Xg
0,0861
0,3469
--
0,4860*
0,0001
--
--
-
Nyata
0,2483*
0,3033*
6. X5 = Membina kerja sama
= Koefisien Lintasan 7. & = Memberi ganjdSanksi XI = Menyadarkan akan madah 8. X7 = penghubGg -&ar-sistem XZ = Memberiinformasi 9. X9 = Partisipasi masyarakat 10. Y = ~asil~elaksanaan X3 = Memotivasi pengikut
Ci
X , = Mengamhkan kegiatan
~emban-
Penampilan peranan pemimpin informal dalam mengarahkan kegiatan mempunyai pengaruh langsung yang nyata terhadap hasil pelaksanaan pembangunan. Pengarnatan di lapangan menunjdckan bahwa pengarahan dilakukan oleh pemimpin secara tidak langsung dalam arti pemimpin tidak mendatangi pengikut dan memberi pengarahan. Kejadian yang banyak dijumpai adalah warga dew yang mendatangi pernimpin informal dan menanyakan atau mencontoh apa yang dilakukan pemimpin yang bersanglcutan. Sebanyak 60,42 persen dari PIK, terutarna .para pegawailpensiunan yang relatip tidak mengalami kesulitan biaya untuk mengembangkan usaha, berinisiatip menerapkan clan bahkan menemukan bent&-bentuk pembaharuan dalam berusaha, khususnya dalarn pengelolaan (management)usaha. Pengikut mendatangi pemimpin dan
.
194
menanyakan atau mencontoh apa yang diusahakanldikerjakan oleh pemimpin tersebut. Melalui pengelolaan usaha seperti ini pemimpin mampu meningkatkan pendapatannya. Sesuai dengan kedudukan mereka, yang sebagian merupakan pendatang ke desa (bukan keturunan pendiri huta), banyak diantara PIK tidak secara langsung mempublikasikan pembaharuan atau mengarahkan bagaimana cara menemukan suatu pembaharuan. Mereka kurang menjelaskan proses terjadinya penemuan, sehingga pengikut tidak dapat berpartisipasi sejak tahap awal mengikuti proses tersebut. Pengikut diarahkan agar terns mempraktekkan suatu pembaharuan atau penemuan, tanpa ikutserta menelusuri terjadinya penemuan atau cara-cara berusaha tersebut. Pada gilirannya para pengikut dapat memperoleh hasil implementasi suatu penemuan atau cara berusaha yang baru. Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa pengikut yang mencontoh apa yang dilakukan pernimpin, kurang diikut sertakan dalam proses penemuan; pemimpin hanya memberi pengarahan tentang cara menerapkan dan bukan bagaimana menemukan. Dengan demikian yang diketahui pengikut adalah bagian akhir dari suatu rangkaiadtahapan penemuan, yaitu berwujud praktek langsung. Hasil penerapan tersebut
akan diperoleh pengikut bernpa hasil pelaksanaan pembangunan. Hal yang sama juga dilakukan oleh PIT walaupun m g lingkupnya lebih kecil seperti mengalihkan usaha tani padi sawah ke palawija, menanam kopi varietas baru (kopi pendek), meremajakan tanaman karet dan sejenisnya. Pemimpin tidak mengarahkan pengikut sejak dari awal, atau ketika fase try out tetapi terns langsung memberi petunjuk tentang prakteknya (operasionalnya). Sebagai contoh pemimpin informal tidak mengajak pengikut mengamati proses/cara membibitkan kopi "pendek" atau tidak mengajak ke tempat pembibitan kopi, karet, atau bibit kayu untuk peng-
195
hijauan dan sejenisnya, tetapi bibit yang sudah siap untuk ditanam dibawa langsung oleh pemimpin dan dianjurkan kepada pengikut untuk menanamnya. Pengikut yang ingin menanam, bisa langsung mempraktekkan setelah mendapat pengarahan tentang cara menanamnya. Dengan kata lain para pengikut tidak berperanserta dalam proses penemuan suatu inovasi, akan tetapi langsung diarahkan untuk mempraktekkan dan pada gilirannya memperoleh hasil. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pemimpin informal sering bekerja sama dengan pemimpin formal dalam hal-ha1 seperti ini sehingga penampilan peranan mereka menjadi lebih efektip. Kenyataan di lapangan menujukkan bahwa belum banyak warga yang tertarik untuk mengikuti jejak pemimpin informal dalam mengikuti suatu proses penemuan cara-cara baru, karena beberapa alasan: (1) ketiadaan danahiaya, (2) keterbatasan lahan tempat berusaha, serta (3) sering berhadapan dengan resiko dalam berusaha (tani, temak, ikan) dan juga ketika memasarkan hasil. Penyebab butir ketiga banyak bersumber dari belum banyak atau belum terbentuknya kelompok-kelompok usaha yang relatip dapat mengurangi atau mengecilkan resiko yang mungkin timbul. Penampilan peranan pernimpin informal lain yang berbentuk pengarahan, banyak diberikan dalam pertemuan-pertemuan adat, keagamaan atau pertemuan sejenisnya. Dengan kata lain tidak dalam suatu pertemuan khusus (formal). Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa sukar mengukur hasil kegiatan pengarahan seperti ini karena perubahan perilaku pengikut sebagai dampak pengarahan sukar dilihat. Hasil pengarahan lebih banyak mengarah ke perubahan mental spiritual atau perilaku sosial yang berlandaskan adat. Pengamatan menunjukkan bahwa pemimpin informal tetap memberi pengarahan, sesuai dengan bidangnya masing-masing. Perubahan-perubah-
196
an sikaplmental yang terjadi, merupakan hasil pembangunan. Satu fenomena yang dapat diamati, kegiatan keagamaan serta adat di daerah ini masih tetap intensif Tabel 20 menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa mempunyai pengaruh sangat nyata terhadap hasil pelaksanaan pembangunan. Pembangunan desa memerlukan keswadayaan masyarakat setempat dan untuk mewujudkan swadaya diperlukan partisipasi warga, baik dalam bentuk pikiran, tenaga maupun biayddana bagi pelaksanaan pembangunan. Partisipasi masyarakat yang banyak terjadi berkat pengaruh langsung dari penarnpilan peranan (upaya) memotivasi dari pernimpin, merupakan wujud dari tanggung jawab bersama anggota masyarakat atas pembangunan desa. Melalui peningkatan partisipasi masyarakat, kesadaran mereka tentang pentingnya memelihara hasil-hasil pembangunan secara bersama, juga meningkat. Sebaliknya masyarakat dapat diajak memanfaatkan hasil-hasil pembangunan dalam upaya meningkatkan taraf hidupnya. Tabel 20 menunjukkan bahwa kedudukan partisipasi dalam menentukan hasil pelaksanaan pembangunan sangat penting. Kebanyakan peranan pemimpin informal menunjukkan pentingnya partisipasi, dalam arti penampilan sejumlah peranan berpengaruh nyata terhadap hasil pelaksanaan pembangunan, setelah penampilan tersebut dapat menggerakkan partisipasi masyarakat. Dengan kata lain tidak ada hasil pembangunan tanpa gerakan partisipasi masyarakat (sebaiknya secara kelompok) untuk melaksanakan pembangunan tersebut. Terdapat empat peranan pemimpin informal yang setelah dapat menggerak-
kan partisipasi masyarakat, baru berpengaruh terhadap hasil pelaksanaan pembangunan. Peranan seperti ini berpengaruh secara tidak langsung terhadap hasil pelaksanaan pembangunan. Empat peranan tersebut adalah: (a) menyadarkan pengikut akan ma-
197
salah, (b) memberi informasi, (c) membina kerja sama dan (d) memberi ganjarad sanksi. Empat peranan ini berpengaruh nyata terhadap hasil pelaksanaan pembangun-
an, setelah berkomplemen dengan partisipasi masyarakat (X9). Peranan menyadarkan pengikut akan masalah (XI) sebagai peubah bebas diarahkan untuk menyadarkan pengikut akan keadaan mereka yang masih bisa diubah ke arah yang lebih baik. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa upaya pemimpin seperti ini dapat "membangunkan" warga sehingga mereka ikut membicarakan dan memikirkan lebih jauh perubahan-perubahan apa yang mungkin dan dapat dilakukan. Setiap orang Batak Toba bersifat progresip dan dinamis dalam setiap gerak hidup dan penghidupan (Tambunan, 1982). Melalui sifat seperti ini ternyata banyak pengikut yang berpartisipasi mencari keterangan lanjutan dengan berbagai cara dan kemudian memberi pendapat/pikiran berkenaan dengan informasi tersebut atau yang menyangkut perubahanlpembaharuan desa. Keikutsertaan memberi pendapat, berarti mereka telah berpartisipasi paling tidak dalam satu tahap partisipasi yakni ikut serta memberi pendapat atau pikiran tentang pembangunan. Penampilan peranan pemimpin informal dalam memberi informasi (Xz)berpenganrh terhadap hasil pelaksanaan pembangunan setelah melalui partisipasi pengikut. Pernberian informasi oleh pemimpin menyebabkan pengikut memiliki informasi tentang pembaharuan. Pengikut juga memperoleh informasi dari sumber-sumber lain, sehingga mereka memiliki banyak informasi. B e r d m k a n informasi yang banyak dan lengkap, mereka dapat ikut serta dalam berdiskusi .tentang pembangunan desa. Para pengikut sering dapat berpartisipasi memberi urunan pendapat atau memberi informasi. Pengarnatan di lapangan menunjukkan bahwa beberapa warga memiliki informasi tentang pembaharuan usahatani melebihi dari yang disampaikan pemimpin.
198
Melalui keikutsertaan pengikut dalam berdiskusi, ternyata kemudian mereka secara bersama dapat merumuskan rencana perbaikan atau pembaharuan usaha serta melaksanakannya. Hal ini merupakan wujud adanya kesadaran akan tanggung jawab bersama sehingga warga ikut serta menyusun rencana pembangunan desa. Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa rencana seperti ini mengundang kerelaan warga untuk melaksanakannya secara bersama. Pada gilirannya diperoleh hasil pelaksanaan pembangunan. Uraian ini menunjukkan ada hubungan antara penampilan peranan pemimpin dalam memberi informasi kepada pengikut (X2)dengan hasil pelaksanaan pembangunan. Peranan pemimpin informal dalam membina kerjasama (Xs)berpengaruh tidak langsung secara nyata terhadap hasil pelaksanaan pembangunan. Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa di desa yang kelompok-kelompok usaha berkembang
dan aktifl berkat upaya pemimpin yang giat menjalankan tugas, khususnya menggerakkan anggota melakukan perbaikan usaha, kerjasama dapat memacu para anggota
untuk berpartisipasi melakukan kegiatan yang menunjang terjadinya perbaikan usaha. Melalui perbaikan usaha dalam konteks kelompok, telah menunjukkan hasil berupa peningkatan pendapatan warga sebagai anggota kelompok. Di lokasi penelitian terdapat beberapa kelompok tani yang berhasil membina kerja sama para anggotanya, dan secara bersama mereka menerapkan berbagai teknologi pertanian bidang hortikultura. Hasilnya dapat meningkatkan pendapatan petani sehingga telah terjadi peningkatan taraf hidup para anggota kelompok yang bersangkutan. Kenyataan yang diamati pada kelompok ini, ternyata pemimpinnya benar-be-
nar berusaha membina kelompok taninya sarnpai berhasil. Kemampuannya membina kelompok banyak dipelajari melalui kunjungan ke kelompok tani yang telah maju.
199
Peranan pemimpin informal terakhir yang kelihatan berpengaruh secara tidak langsung, namun nyata terhadap hasil pelaksanaan pembangunan adalah memberi ganjaranlsanksi (&). Pengaruh penampilan peranan ini kelihatan setelah melalui peubah bebas partisipasi masyarakat. Informasi dari pengikut menunjukkan bahwa ganjaradsanksi yang diberi pemimpin informal lebih mereka rasakan sebagai tekanan (pressure) yang kemudian menjadi pendorong untuk berpartisipasi melakukan perbaikan usaha. Kebanyakan ganjaran dan lebih-lebih sanksi diberi oleh PIT yang berwibawa dan cukup bijaksana dalam melakukan sesuatu. Ganjaran yang diperoleh berkat hasil usaha mereka (setelah melakukan pembaharuan), ternyata mendorong pengikut untuk lebih giat berpartisipasi dalam mengadopsi berbagai inovasi, baik yang secara langsung meningkatkan pendapatan, maupun yang berorientasi pada perolehan kesejahteraan lahir dan bathin, seperti pemanfaatan unit kesehatan, Posyandu, sekolah/kursus-kursus, perpustakaan desa dan sarana keagamaan. Uraian ini menunjukkan bahwa pemberian ganjardsanksi pada gilirannya dapat mendorong pengikut berpartisipasi dalam pembangunan. Melalui partisipasi semacam ini, masyarakat dapat memperoleh hasil pembangunan. Dengan kata lain penarnpilan peranan pemimpin informal dalam memberi ganjardsanksi secara tidak langsung berpengaruh tidak langsung terhadap hasil pelaksanaan pembangunan.
Peranan ini baru berpengaruh setelah berkompiemen dengan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Pada bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa hasil pelaksanaan pembangunan yang diamati tidak hanya yang bersifat materiel atau fisik, akan tetapi juga yang non fisik. Hal ini disebabkan karena ruang lingkup kegiatan pembangunan mencakup kawasan yang luas. Hasil pelaksanaan pembangunan meliputi perbaikan dan pening-
200
katan berbagai bidang kehidupan seperti: (a) perubahan kondisi fisik lingkungan, baik yang langsung maupun tidak langsung menunjang perbaikan usaha, (b) penambahan aset usaha/keluarga, (c) peningkatan aktivitas yang berorientasi kesejahteraan lahir dan bathin, serta (4) peningkatan aktivitas kemasyarakatan. Uraian di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan pengaruh dari partisipasi masyarakat dalam pembangunan dengan hasil pelaksanaan pembangunan. Seperti telah dijelaskan, partisipasi dapat ditingkatkan melalui penampilan sejumlah peranan pemimpin informal. Peranan pemimpin diperlukan karena selain mereka mempunyai tanggung jawab moril yang besar atas desa, pernimpin juga mempunyai kharisma, sehingga warga desa mengikuti arahan mereka. Pembahasan terhadap dua peubah yang berpengaruh nyata terhadap hasil pelaksanaan pembangunan, serta empat peubah bebas yang berpengamh secara tidak langsung, menunjukkan pengaruh nyata. Dengan demikian dapat disimpulkan, khususnya berkenaan dengan hipotesis terdahulu, sebagai berikut: 1. I& : Penampilan peranan pemimpin informal berkenaan dengan pembangunan serta partisipasi masyarakat dalam pembangunan tidak berpengaruh terhadap hasil pelaksanaan pembangunan, ditolak dan sebaliknya: 2. Hi : Penampilan peranan pemimpin informal berkenaan dengan pembangunan
serta partisipasi masyarakat dalam pembangunan, berpengmh nyata terhadap hasil pelaksanaan pembangunan, diterima termasuk hipotesis kerja: 2.1. Penampilan peranan pemimpin informal dalam mengarahkan kegiatan pengikut berpengaruh nyata terhadap hasil pelaksanaan pembangunan. 2.2. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa berpengaruh sangat nyata terhadap hasil pelaksanaan pembangunan.
Model Temuan Penelitian Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Jika dihimpun semua koefisien lintasan yang berpengaruh nyata, baik langsung maupun tidak langsung terhadap peubah respon, mulai dari Model 1 sampai Model 9 maka diperoleh Tabel 21. Peubah bebas yang masuk ke dalam tabel adalah peubah-peubah yang dari analisis regresi linier mempunyai koefisien-koefisien yang menunjukkan signifikansi (berarti) sehingga tidak dapat diabaikan. Peubah bebas ini dilanjutkan dianalisis dalam analisis lintasan. Dari analisis lintasan diperoleh nilai-nilai-nilai koefisien lintasan seperti pada tabel, baik untuk pengaruh langsung maupun pengaruh tidak langsung. Pada tabel juga dicantumkan nilai P (probability) dari koefisien lintasan yang bersangkutan.
Dari tabel kelihatan bahwa dalam Model 1 dan Model 2 tidak ada peubah bebas yang berpengaruh tidak langsung, baik terhadap XI (menyadarkan akan masalah) maupun Xz (memberi inforrnasi). Pada Model 3 terdapat dua peubah bebas yang berpengaruh tidak langsung terhadap X3 dan kedua peubah tersebut mempunyai pengaruh nyata setelah melalui peubah G.3(lama memimpin). Pada Model 4 terdapat dua peubah bebas berpengaruh nyata secara tidak langsung terhadap peranan pemimpin mengarahkan kegiatan (&). Kedua peubah bebas tersebut adalah: (a) umur pemimpin dan (b) empati kepada pengikut serta keduanya melalui peubah lama/pengalaman memimpin ( X 8 . 3 ) . Pada Model 5 terdapat dua peubah yang berpengaruh tidak langsung yang nyata terhadap penampilan peranan pemimpin dalam membina keja sama (Xs), yaitu: (1) lama (pengalaman) memimpin dan (2) optimisme pemimpin. Kedua peubah ini berpengaruh setelah melalui empati
Tabel 2 1. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung yang Nyata dari Peubah Bebas terhadap Peubah Respon, pada Masing-masing Model
Ketemngan: 1. Ci = Koefsien lintasan 2. Xs., = Umurpemimpin 3. x8.2 = Pendidikan pemimpin 4. x8.3 = Lama memimpin 5. &.4 = Kekosmopolitan 6. Xs.s =, Optimisme 7. x8.6 = Empati pemimpin 8. XI = Menyadarkan akan masalah
9. Xz = Memberi informasi 10. X3 = Memotivasi pengikut 1 1. X, = Mengarahkan kegiatan 12. X5 = Membina keja sama 13. Xg = Memberi ganjaranlsanksi 14. X7 = Penghubung antar sistem 15. X9 = Partisipasi masyarakat 16. Y = Hasil pelaksanaan pembangman
pernimpin. Pada Model 6 dan Model 7 tidak ada peubah bebas yang berpengaruh tidak langsung; yang ada hanyalah pengaruh langsung dari karakteristik pribadi pemimpin terhadap penampilan peranannya. Dalam Tabel 21 kelihatan bahwa pada Model 8 terdapat tiga peubah bebas yang berpengaruh tidak langsung terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu: (1) memberi informasi, (2) mengarahkan kegiatan dan (3) membina kerja sama. Ternyata ketiga kinerja ini sebagai peubah bebas, baru berpengaruh setelah melalui peubah bebas memotivasi pengikut (X3). Pada Model 9 terdapat ernpat peubah bebas yang berpengaruh tidak langsung terhadap peubah respon. Jika apa yang tercantum pada Tabel 21 digambarkan sehingga kelihatan hubungan pengaruh yang langsung dan tidak langsung (semuanya nyata) maka diperoleh Gambar 7. Semua garis berwarna menunjukkan pengaruh tidak langsung antara satu peubah bebas dengan peubah respon, setelah melalui peubah lain. Peubah &.I dalam gambar, berpengaruh tidak langsung terhadap
X3
(diberi garis berwarna yang
sama dengan garis ke peubah yang dipengaruhi), setelah melalui peubah bebas Xss. Masih terdapat satu lagi peubah bebas
(&.4)
yang berpengaruh tidak langsung
terhadap X3 (diberi garis berwarna sarna) setelah melalui S . 3 . Ketiga garis yang menunjukkan pengaruh, masing-masing dari &.*ke Xs.3 serta dari G . 4 ke G.3dan dari s . 3
ke X3 semua berwana sama. Hal ini menunjukkan bahwa peubah bebas X s . 1 dan
peubah G . 4 sama-sama berpengaruh tidak langsung secara nyata terhadap X3 setelah berkomplemen dengan J(8.3. Secara lebih lengkap arah dari pengaruh tidak langsung, dapat dibaca pada keterangan disebelah kanan bawah pada gambar. Pada baris ketiga kelihatan arah mulai dari z.1terus ke &.3 m p a i ke Xg.
205
Selain garis penghubung yang berwarna, juga ada garis penghubung biasa (berwarna hitam). Garis ini menunjukkan hubungan langsung yang nyata antara peubah yang bersangkutan. Tanda panah pada garis menunjukkan arah dari peubah bebas yang mempengaruhi peubah respon. Pada garis tersebut juga dicantumkan angka koefisien lintasan masing-masing. Pada garis berwarna yaitu yang menunjukkan pengaruh tidak langsung tercantum nilai koefisien lintasa~ya.Semua nilai koefisien tersebut lebih besar dari
0,1770yang berarti pengaruh itu nyata (signifikan). Lintasan
ke
z . 3
serta terus
ke X3 menunjukkan pengaruh tak langsung = 0,2303(tertulis pada garis penghubung) Jika diamati lintasan: &.I ke &.3 dilanjutkan ke )6 ternyata masih terdapat pengaruh tidak langsung dari & melalui X3 ke peubah X9 melalui X3 dan pada garis tersebut tercantum besar pengaruh tidak langsung seluruhnya. Cara perhitungan seperti ini menghasilkan angka-angka seperti dalam kotak sebelah kanan bawah Gambar 7. Penampilan Peranan Pemimpin Informal Penelitian ini bermaksud mendapatkan model penampilan peranan pemimpin informal yang berpengaruh nyata terhadap upaya menggerakkan partisipasi masyarakat sehingga diperoleh hasil pelaksanaan pembangunan. Karena penampilan peranan dipengamhi oleh karakteristik pribadi pemimpin, maka penelitian juga mengamati pengaruh karakteristik pribadi terhadap penarnpilan peranan pemimpin. Model penampilan peranan pemimpin informal, terutama jika yang diperhatikan adalah pengaruh langsung yang nyata, maka bentuknya seperti pada Gambar 8. Gambar 8 apabila dibandingkan dengan Garnbar 4 (halaman 74) yang menunjukkan bahwa secara teori terdapat tujuh peranan yang perlu ditarnpilkan pemim-
PEMBANGUNAN
Keterannan: 1. Angka biasa = koefisien lultasar~ 2. Angka cetak miring = P
Gambar 8. Penampilan Peranan Pemimpin Informal dalam Menggerakkan Partisipasi Masyarakat untuk Pembangunan Desa
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
207
pin informal, ternyata bahwa hanya ada dua peranan yang secara nyata ditampilkan oleh pemimpin informal. Dua peranan tersebut adalah: (a) memotivasi pengikut agar mereka beraktivitas melakukan pembaharuan dalam konteks pembangunan dan (b) peranan sebagai penghubung antara-sistem atau masyarakat desa dengan pihak luar. Gambar 8 menunjukkan bahwa peranan memotivasi pengikut sangat penting dalam menggerakkan masyarakat agar melakukan kegiatan pembangunan. Jika dihubungkan dengan Gambar 7 kelihatan bahwa beberapa peranan lain seperti: (a) memberi informasi, (b) mengarahkan kegiatan dan (c) membina kerja sama dalam kelompok, hanya dapat berjalan dengan baik apabila dibarengi dengan pemberian motivasi kepada pengikut. Penampilan ketiga peranan ini perlu berkomplemen dengan peranan memotivasi pengikut, barulah peranan tersebut cukup efektif untuk menggeraMran masyarakat agar berpartisipasi dalam pembangunan desa. Dengan demikian upayaupaya yang berorientasi pada pemberian motivasi, ternyata bermanfaat daiam meningkatkan efektivitas penampilan peranan pemimpin informal. Gambar 8 menunjukkan bahwa penarnpilan peranan memotivasi pengikut ditunjang oleh karakteristik pribadi dari pemimpin informal, yaitu pendidikan pemimpin dan pengalaman memimpin atm m a kepemimpinan mereka. Pendidikan pemimpin informal yang relatip tinggi membuat mereka dapat memilih cara-cara memotivasi yang efektip sehingga mampu mendorong pengikut berpartisipasi daiam pembangunan. Pendidikan yang relatip tinggi disertai pengalaman memimpin yang lama, menunjang kinerja pemimpin khususnya dalam peranan memotivasi pengikut. Peranan pemimpin informal kedua yang berpengaruh nyata adalah sebagai penghubung antar-sistem atau berperan mewakili komunitasnya ke luar desa. Aktivitas-aktivitas pemimpin, lebih-lebih yang berhasil menarik simpati pihak "luar desa"
208
dalam arti mereka membantu masyarakat dalam membangun desa, dapat menggerakkan pengikut dan masyarakat untuk berpartisipasi melakukan peningkatan usaha yang pada hakekatnya adalah pembangunan. Kegiatan pemimpin informal berupa membantu warga desa mengurus kepentingannya ke pihak di "atas desa7', seperti pengurusan atau pembuatan surat-surat, KTP atau pembayaran pajak di kecamatan atau
urusan ke instansi lain, menyebabkan warga yang bersangkutan dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya. Penghematan ini dapat dialihkan ke peningkatan aktivitas di bidang usaha mereka sehari-hari Gambar 8 juga menunjukkan bahwa penampilan peranan sebagai penghubung antar-sistem dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yaitu pendidikan pemimpin dan rasa empati mereka kepada pengikut. Pendidikan pemimpin yang relatip tinggi serta empatinya yang mendalam terhadap pengikut keduanya menolong pemimpin untuk mengidentifikasi pihak luar yang perlu dihubungi serta bagaimana cara menarik simpati mereka sehingga mau membantu pelaksanaan pembangunan desa. Uraian di atas menunjukkan bahwa tidak semua karakteristik pribadi seperti tercantum pada Gambar 4 yang ternyata berpengaruh terhadap penampilan peranan pemimpin informal. Gambar 8 menunjukkan bahwa hanya tiga karakteristik pribadi yang berpengaruh. Tiga karakteristik pribadi lain tidak berpengaruh secara nyata terhadap penarnpilan semua peranan pernimpin dalam upaya menggerakkan partisipasi masyarakat untuk pembangunan desa. Tujuh peranan pemimpin informal yang diamati, pada hakekatnya mempunyai kedudukan yang sama dalam arti semua sama-sama penting dalarn mewujudkan gerakan bangun diri masyarakat desa. Pada sisi lain tujuh peranan tersebut merupakan kesatuan dalarn rangkaian proses kegiatan. Baik penampilan peranan secara satu per-
209
satu dan apalagi jika semua peranan dapat ditampilkan sebagai satu rangkaian, upaya menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dapat berjalan secara lebih efektip. Pada gilirannya hasil pembangunan juga dapat tercapai. Uraian di atas mengacu pada pernyataan bahwa perlu peningkatan kemampuan serta pemberian kesempatan lebih banyak kepada pemimpin informal untuk menampilkan tujuh peranan tersebut. Penampilan peranan menyadarkan pengikut akan masalah hanya dapat berjalan, apabila pemimpin mengetahui cara mengidentifikasi masalah dm menyampaikannya kepada pengikut. Peranan memberi informasi kepada pengikut juga masih perlu ditingkatkan dengan jalan menyediakan sumber-sumber informasi yang mudah dijangkau pemimpin. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa minat pemimpin untuk berhubungan dengan sumber informasi, juga masih kurang. Penampilan peranan mengarahkan kegiatan belum berpengaruh langsung
secara nyata terhadap upaya menggerakkan partisipasi masyarakat. Penampilan peranan ini erat kaitannya dengan peranan menyadarkan akan rnasalah dan memberi informasi kepada pengikut. Apabila dua peranan tersebut telah muncul secara baik, maka pengikut akan beraktivitas d m pada saat ini pengarahan dapat dilakukan. Sukar melakukan pengarahan kegiatan, jika kegiatannya sendiri belum berjalan. Peranan membina kerja sarna sudah berpengaruh secara tidak langsung, karena itu dengan sedikit lagi upaya kemampuan ini dapat ditingkatkan. Pada pihak lain kerja sama tidak sepenuhnya tergantung pada pemimpin; pengikut juga merupakan faktor penting. Akhirnya penarnpilan peranan memberi ganjaran dan sanksi perlu diefektifkan melalui penerapan cara pemberian ganjaranlsanksi yang sesuai. Pemimpin informal perlu menyadari bahwa ganjaranlsanksi termasuk satu cara yang efektif dalam mendorong
seseorang melakukan aktivitas yang berorientasi pembangunan.