90 PROFESIONAL GURU DAN IMPLEMENTASINYA:STRATEGI DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI SEKOLAH Jumairi Guru SMP Negeri 5 Tenggarong Abstract. A teacher as a professional educator has an important job, function and role to educate, train, and teach the students. A teacher is expected to be able to participate in a national building and to increase the Indonesian people who have good knowledge, aesthetic, ethics and undividuality. The teachers’ profession is needed to be developed continually in order the can improve their competencies. By improving their competencies, the teachers have good knowledge on their teaching competencies and they improve their teaching performance. They can choose an appropriate teaching model which is suitable with the characteristics of materials, conditions of students, environments, and facilitied provided by schools. To reach this condition is needed the participation from the schools and stakeholders. Keywords: teacher’s competence, qualitity of teaching and learning process. KEMAJUAN suatu pendidikanyang ada dewasa initentunya sangat dipengaruhioleh tingkat kemampuan lembaga pendidikan yang ada ditingkat bawah atau sekolah yang berhadapan langsung dengan masyarakat, seperti siswa, orang tua siswa/wali, komite sekolah, bahkan dengan lembaga-lembaga lain yang terkait. Sekolah dalam melaksanakan tugasnya untuk meningkatkan suatu mutu pendidikan di tingkat sekolah, tentunya dapat didukung dengan sarana-sarana yang sangat memadai, diantaranya adalah : kurikulum sekolah, sarana dan prasarana, keuangan, tenaga pengajar atau guru, dan lain-lain yang dapat menunjang dalam proses kegiatan di sekolah. Namun, dalam artikel ini, penulis ingin menyoroti salah satu sisi yang sangat dominan dalam memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan yang ada di sekolah, yaitu dari segi “guru”. Karena walaupun sekolah telah memiliki semua sarana dan prasarasa yang sangat memadai, diantaranya ruang belajar yang cukup, perpustakaan yang lengkap, sarana laboratorium IPA dan laboratorium Bahasa yang canggih, adanya penggunaan teknologi komunikasi dan informasi seperti internet, dan lain-lain, tetapi jika tidak ada tenaga pendidik dan tenaga kependidikan atau guru yang berkompetensi di sekolah, maka tentunya sekolah itu tidaklah dapat berjalan sebaik mungkin dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar. Dan bila hal ini terjadi, maka mutu sekolah itu tentunya akan mengalami suatu kemerosotan yang sangat drastis. Kegiatan dalam suatu pendidikan sebagai suatu upaya untuk mengalihkan atau memindahkan ilmupengetahuan, pengalaman, kecakapan serta keterampilan dari generasi tua (guru) kepada generasi muda (siswa) agar bermanfaat bagi kehidupan siswa, dengan tujuan untuk membina watak siswa agar mengenal dan menghayati nilai-nilai manusia yang luhur. Mendidik berarti membantu anak sehingga mampu mengembangkan potensi yang ada untuk lebih maju dan berkembang dalam menerima ilmu pengetahuan secara terus menerus (receive continuous science). Jurnal Intelegensia, Volume I, Nomor 1, April 2016
91 Tujuan pendidikan nasional sebagaimana telah dirumuskan dalam GBHN 1993 adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Mahaesa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, berdisiplin, beretos kerja, professional, bertanggung jawab, dan produktif, serta sehat jasmani dan rohani. Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuha Yang Mahaesa dan berbudi pekerti luhur dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Agustami, 2005: 53). Keberadaan pendidikanharus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman modern seperti saat ini. Dalam hal ini guru dituntut untuk lebih kreatif,inisiatif, inovatif, mandiri dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai seorang pengajar dan pendidik. Untuk mencapai masalah tersebut, maka peran sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang membantu orang tua dalam mendidik anak dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan zaman. Artinya , sekolah harus mampu untuk selalu menyesuaikan diri terhadap segala kemajuan yang ada dan yang terjadi pada masa-masa sekarang ini ataupun pada masa yang akan datang. Keinginan seperti itulah yang diharapkan, sehingga pendidikan dapat berjalan dengan sebaik mungkin sesuai dengan tuntutan zaman seperti yang diharapkan. Berfokus pada fungsi dan tujuan pendidikan Nasional, maka sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan (formal), mempunyai misi dan tugas yang cukup berat.Sekolah berperan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dalam arti menumbuhkan, memotivasi dan mengembangkan nilai-nilai budaya yang mencakup etika, logika, estetika, dan praktika, sehingga tercipta manusia yang utuh dan berakar pada budaya bangsa.Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, maka peranan guru di sekolah tentunya sangat dominan dalam memajukan kualitas pendidikan.Segala aktivitas, kreativitas, motivasi, dan inovasi guru menjadi modal utama yang harus dimiliki oleh guru dalam mencapai guru yang professional. Dengan demikian, maka kualitas pendidikan yang ada di sekolah tentunya akan lebih meningkat dan lebih baik sesuai dengan tuntutan zaman. Namun yang menjadi permasalahan adalah “Bagaimanakah menjadi guru yang professional dalam melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut ?” Oleh karena itu, melalui tulisan ini penulis akan mengulas sedikit tentang kompetensi guru dan implementasinya dalam pembelajaran. Dengan harapan, semoga dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan guru di sekolah, sehingga dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagi pengajar dan pendidik dapat dilaksanakan dengan sebaik mungkin. A. Konsep Guru 1. Guru yang Baik Jika kita berbicara tentang “Guru”, maka kata tersebut tentunya sudah tidak asing lagi di benak kita. Mengapa demikian ?karena kata tersebut sudah sering didengar sejak zaman nenek moyang hingga zaman modern ini. Dalam bahasa Jawa, kata “Guru” dapat diuraikan menjadi dua suku kata, yaitu dari suku kata pertama “Gu” yang berati bahwa seorang guru selalu “digugu”, maksudnya adalah bahwa semua perkataan guru itu selalu menjadi pedoman bagi peserta didiknya untuk melaksanakan sesuatu. Sedangkan suku kata kedua yaitu kata “ru” merupakan singkatan dari kata “ditiru", yang maksudnya adalah semua perilaku seorang guru akan dicontoh atau menjadi contoh bagi peserta didiknya. Ini tentunya seorang guru sangatlah harus lebih hati-hati dalam segala hal, baik cara guru Jurnal Intelegensia, Volume I, Nomor 1, April 2016
92 bersikap, bertutur kata, maupun dalam segala macam perbuatnnya yang selalu menjaga etika agar menjadikan contoh yang sangat baik bagi peserta didiknya (Yunizar Noor, 2010). Selanjutnya, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia mengatakan bahwa arti kata “guru” adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar (Depdikbud, 1995:330). Guru adalah seorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan.Guru sebagai pendidik dan pengajar yang mengajarkan berbagai macam hal yang baru dan bertindak sebagai fasilitator, actor, dan sutradara bagi anak didik supaya dapat belajar dan mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal dalam proses belajar di sekolah. Etika guru adalah kunci sukses pendidikan bagi siswa karena mampu memberikan contoh yang baik dan positif sehingga mempengaruhi proses belajar mengajar yang pada akhirnya memberikan hasil yang memuaskan dan membawa kesuksesan para peserta didik mereka. Kode Etik Guru yang mengatur norma-norma yang wajib dijalankan oleh seorang guru adalah norma serta asas yang telah disepakati dan juga diterima oleh guru. Hal ini bertujuan sebagai pedoman mengenai sikap dan perilaku guru dalam melaksanakan berbagai tugas sebagai pendidik sekaligus anggota maasyarakat serta warga negara. Untuk itu,maka menjadi guru tidaklah mudah seperti apa yang kita bayangkan. Denngan syaratsyarat tertentulah sehingga seseorang dapat menjadi guru, apa lagi guru dengan kompetensi yang baik.Karena pekerjaan guru adalah pekerjaan professional maka untuk menjadi guru harus. Menurut Hamalik (2004 :118) menyatakan bahwa untuk menjadi seorang guru harus memenuhi persyaratan-persyaratan, diantaranya adalah : (1) Harus memiliki bakat sebagai guru, (2) Harus memiliki keahlian sebagai guru, (3) Memiliki kepribadian yang baik dan terintegritas, (4) Memiliki mental yang sehat, (5) Berbadan sehat, (6) Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas, (7) Guru adalah manusia berjiwa Pancasila, dan (8) Guru adalah seorang warga Negara yang baik. Mengajar adalah suatu usaha yang sangat kompleks, sehingga sukar menentukan bagaimana sebenarnya mengajar yang baik. Menurut Nasution (1982) menyatakan bahwa, guru yang baik adalah sebagai berikut : (1) Guru yang baik memahami dan menghormati murid. Mengajar adalah suatu hubungan antar-manusia. Anak adalah manusia yang penuh dan berhak atas perlakuan hormat dari guru agar kelak menjadi warga negara yang dewasa yang hormat dan menghormati orang lain. Guru yang otoriter yang bersifat diktator biasanya memerintah anak dan tidak menghormati atau mengakui kesanggupan anak untuk berpikir dan menggambil keputusan sendiri. Sebaliknya, guru yang demokratis akan lebih banyak membicarakan dan mempertimbangkan sesuatu dengan anak. (2) Guru yang baik harus menghormati bahan pelajaran yang diberikannya. Ia harus menguasai bahan itu sepenuhnya jangan hanya mengenal isi buku pelajaran saja, melainkan juga mengetahui pemakaian dan manfaatnya bagi kehidupan anak dan manusia umumnya. Sedapat mungkin bahan itu berarti dan penting bagi kehidupan anak sekarang dan dikemudian hari. (3) Guru yang baik menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran. Biasanya segala macam pelajaran diberikan dengan metode ceramah atau metode kuliah, artinya guru berbicara dan murid mendengarkan.Kemudian guru memberikan ulangan atau tes untuk menyelidiki hingga manakah bahan pelajaran itu ditangkap oleh anak-anak. Memang ada kalanya metode kuliah yang paling sesuai, akan tetapi sering metode itu kurang cocok dan lebih baik dipakai metode mengajar lain seperti metode kerja kelompok, diskusi, Tanya jawab, sosiodrama, eksperimen dan sebagainya. (4) Guru yang baik menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan individu.Kesanggupan anak-anak dalam berbagai hal berbeda-beda.Biasanya guru mencoba menyesuaikan pelajaran dengan kesanggupan rataJurnal Intelegensia, Volume I, Nomor 1, April 2016
93 rata di dalam kelas. Bagi anak-anak yang pandai pelajaran itu terlalu mudah, sedangkan bagi anak-anak yang lambat pelajaran itu terlalu sulit sehingga makin lama makin jauh ketinggalan. Menyesuaikan pelajaran dengan kesanggupan individual berarti bahwa yang harus diperhatikan bukan hanya anak-anak lambat, tetapi juga anak-anak yang pandai, sehingga setiap anak berkembang sesuai dengan kecepatan dan bakat masing-masing. (5) Guru yang baik mengaktifkan murid dalam hal belajar.Pada sekolah tradisional dengan mata pelajaran yang terpisah-pisah kebanyakan diberikan dengan metode kuliah, guru terlalu banyak memegang peranan, sedangkan aktivitas anak terbatas pada mendengarkan saja.Penggunaan metode proyek dari mula sampai akhirnya mementingkan dan memerlukan aktivitas anak. Guru harus yakin bahwa belajar yang baik hanya mungkin berkat aktivitas anak, dan tugasnya adalah untuk membimbing aktivitas itu, serta memikirkan dan mencari bermacam-macam cara untuk membangkitkan aktivitas anak. (6) Guru yang baik memberikan pengertian dan bukan hanya kata-kata belaka. Salah satu penyakit terbesar di sekolah ialah verbalisme, yakni anak anak mengenal kata-kata tetapi tidak menyelami artinya, anak dapat mengatakan pelajaran di luar kepala, akan tetapi tidak memahami isinya. Kata-kata hanya lambang untuk sesuatu dan hanya berguna bila diketahui isi atau artinya. Jadi urutannya ialah : benda – pengertian – kata-kata. Apa saja yang dipelajari, pengalaman apa pun yang diberikan kepada anak, itu semuanya akhirnya harus dirumuskan dengan kata-kata. Dengan adanya kata-kata, justru kita kuasai alam sekitar kita.Jadi, kata-kata penting dan perlu, asal saja berisi, dan berarti. (7) Guru menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid. Aktivitas belajar yang sejati tidak ada kalau anak-anak tidak melihat perlunya suatu pelajaran bagi dirinya. Anak lebih rajin membaca kalau ia dapat mengetahui isi macam-macam buku, majalah dan sebagainya. Dapat kita terima bahwa cara yang sebaik-baiknya ialah kalau anak itu belajar karena dorongan dari diri sendiri karena keyakinan akan faedah suatu pelajaran baginya. Ini hanya mungkin kalau pelajaran disesuaikan dengan kebutuhan siswa. (8) Guru mempunyai tujuan tertentu dengan tiap pelajaran yang diberikannya. Gur sebagai pendidik harus mempunyai tujuan yang diinginkan.Karena dengan pendidikan kita ingin membentuk manusia tertentu yang dapat menyumbangkan tenaga dan pikiran yang sebaik-baiknya untuk kebahagiaan sesamanya dan Negara.Membawa anak ke arah tujuan umum merupakan tanggung jawab guru sebagai pendidik.Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya diperlukan langkahlangkah tertentu, yakni melalui tujuan khusus yang termuat dalam pelajaran.Makin jelas tujuan khusus itu maka semakin bermanfaat pelajaran itu. Pelajaran bukanlah tujuan akan tetapi alat yang digunakan guna mencapai tujuan, yakni manusia yang sesuai dengan yang dicita-citakan oleh bangsa dan Negara. (9) Guru jangan terikat oleh satu teksbook.Dalam mengajar guru hendaknya tidak terikat oleh satu teksbook saja, melainkan perlunya beberapa literature sebagai penunjang dalam pembelajaran.Dengan menggunakan beberapa buku yang digunakan, maka semakin luas pula wawasan yang dimiliki oleh guru terhadap pelajaran yang disampaikan kepada siswanya. Begitu juga dengan pengetahuan siswa akan pelajaran tersebut tentunya semakin luas pula. (10) Guru yang baik tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan saja kepada murid melainkan senantiasa membentuk pribadi anak. Untuk memperoleh pendidikan yang harmonis kita harus memperhatikan aspek-aspek sosial, emosional, estetis dan etis. Anak harus dapat hidup dalam masyarakat gotong-royong dan harus belajar bekerja sama dengan orang lain yang berlainan dengan dirinya tentang pendirian, agama, suku bangsa, jenis kelamin, dan sebagainya. Anak harus dapat menghargai orang lain dengan berbekal pengetahuan yang dimilikinya ngan pengendalian norma-norma etis. Ini adalah merupakan suatu cara yang dapat dilakukan agar anak mempunyai suatu kepribadian yang baik yang tumbuh dan Jurnal Intelegensia, Volume I, Nomor 1, April 2016
94 berkembang pada dirinya. Membentuk kepribadian seorang anak tentunya tidaklah terlalu mudah, melainkan bahwa membentuk kepribadian anak itu pada dasarnya melalui suatu proses yang panjang dan terus-menerus dilakukan. 2. Sifat-sifat Guru yang Disukai dan Tidak Disukai oleh Siswa Sifat-sifat yang dimiliki seorang guru tentunya sangat berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas. Ada kemungkinan siswa yang menyenangi gurunya tentunya siswa tersebut menyenangi materi pelajaran yang diberikan oleh guru tersebut. Menurut Nasution (1982) untuk membuat siswa merasa senang terhadap guru dan materi pelajaran yang disampaikan, maka guru harus mempunyai sifat-sefat disukai sebagai berikut : (1) Suka membantu dalam pekerjaan sekolah, menerangkan pelajaran dengan jelas, serta selalu menggunakan contoh-contoh sewaktu mengajar. (2) Riang, gembira, mempunyai perasaan humor dan sika menerima lelucon atas dirinya. (3) Bersikap sahabat, merasa seorang anggota dalam kelompok kelas. (4) Ada perhatian pada murid dan memahami murid. (5) Berusaha agar pekerjaan sekolah menarik, membangkitkan keinginan kerja, (6) Tegas, sanggup menguasai kelas, membangkitkan rasa hormat, pada murid. (7) Tak pilih kasih, tak mempunyai anak kesayangan. (8) Tidak suka mengomel, mencela, mengejek, dan menyindir. (9) Betul-betul mengajarkan sesuatu kepada murid yang berharga bagi mereka. (10) Mempunyai pribadi yang menyenangkan. Selain itu, juga terdapat sifat-sifat guru yang tidak disukai oleh siswa, antara lain adalah : (1) Terlalu sering marah, tak pernah tersenyum,sering mencela, dan mengecam. (2) Tak suka membantu murid melakukan pekerjaan sekolah, tak jelas menerangan pelajaran dan tugas, tidak membuat persiapan. (3) Pilih kasih, menekan murid-murid tertentu. (4) Tinggi hati, sombong, tak mengenal murid. (5) Tak karuan, kejam, tak toleran, kasar, terlampau keras, menyuramkan kehidupan murid. (6) Tak adil member angka dalam ulangan dan ujian. (7) Tak menjaga perasaan anak, membentak-bentak murid di hadapan temannya sekelas, murid-murid takut, merasa taka man. (8) Tidak menaruh perhatian kepada murid dan tidak memahami murid. (9) Memberi tugas dan pekerjaan rumah yang tak sepantasnya. (10) Tidak sanggup menjaga disiplin di dalam kelas, tidak dapat mengontrol kelas dan tidak menimbulkan rasa hormat untuk dirinya. 3. Tugas Guru Secara garis besar, guru memiliki berbagai macam tugas yang semuanya dalam bentuk pengabdian.Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan, dan bidang kemasyarakatan. a. Tugas guru di bidang profesi menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 danUndang-Undang No. 14 Tahun 2005 peran guru adalah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, penilai, dan pengevaluasi dari peserta didik. (1)Guru Sebagai Pendidik. Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus mempunyai standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Guru harus memahami nilai-nilai, norma moral dan social, serta berusaha berprilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap tindakannya dalam proses pembelajaran di sekolah. Sebagai pendidik, guru harus berani mengambil keputusan secara mandiri berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan. (2) Guru Sebagai Pengajar. Di dalam tugasnya, guru membantu peserta didik yang sedang berkembang Jurnal Intelegensia, Volume I, Nomor 1, April 2016
95 untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami materi standar yang dipelajari. Guru sebagai pengajar harus terus mengikuti perkembangan teknologi, sehingga apa yang disampaikan kepada peserta didik merupakan hal-hal uptodate dan tidak ketinggalan zaman. Perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang bertugas menyampaikan materi pembelajaran menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar. Hal itu dimungkinkan karena perkembangan teknologi menimbulkan banyak buku dengan harga relatif murah dan peserta didik dapat belajar melalui internet dengan tanpa batas waktu dan ruang, belajar melalui televise, radio dan surat kabar yang setiap saat hadir di hadapan kita. Dengan arus informasi dan cepatnya perkembangan teknologi danilmu pengetahuan telah memunculkan pertanyaan terhadap tugas guru sebagi pengajar. Masihkan guru diperlukan mengajar di depan kelas seorang diri ?menginformasikan, menerangkan dan menjelaskan. Untuk itu guru senantiasa mengembangkan profesinya secara professional sehingga tugas dan peran guru sebagai pengajar masih tetap diperlukan sepanjang hayat.(3) Guru Sebagai Pembimbing. Guru sebagai pembimbing dapat diibaratkan sebagai pembimbing suatu perjalanan yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya yang bertanggung jawab. Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.Sebagai pembimbing semua kegiatan yang dilakukan oleh guru harus berdasarkan kerjasama yang baik antara guru dengan peserta didik. Guru memiliki hak dan tanggung jawan dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya. (4) Guru Sebagai Pengarah. Guru adalah seorang pengarah bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua.Sebagai pengarah guru harus mampu mengarahkan peserta didik dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi, mengarahkan peserta didik dalam mengambil suatu keputusan dan menemukan jati dirinya. Guru juga dituntut untuk mengarahkan peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya dalam menghadapi kehidupan nyata di masyarakat. (5) Guru Sebagai Pelatih.Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar sesuai dengan kompetensi masing-masing peserta didik. Pelatihan yang dilakukan disamping harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, juga harus mampu memperhatikan perbedaan individu peserta didik dan lingkungannya.Untuk itu guru harus banyak tahu, meskipun tidak mencakup semua hal dan tidak setiap hal secara sempurna, karena hal itu tidaklah mungkin. (6) Guru Sebagai Penilai. Penilaian atau evaluasi merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variable lain yang mempunyai arti apabila berhubunagan dengan konteks yang hamper tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Tak ada pembelajaran tanpa penolaian, karena penilaian merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran peserta didik. Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-prinsip dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes atau non tes. Teknik apapun yang dipilih, penilaian harus dilaksanakan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Mengingat kompleksnya proses penilaian, maka guru perlu memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang memadai. Guru harus memahami teknik evaluasi, baik tes maupun non tes yang meliputi jenis masing-masing teknik, karakteristik, prosedur Jurnal Intelegensia, Volume I, Nomor 1, April 2016
96 pengembangan, serta cara menentukan baik atau tidaknya ditinjau dari berbagai segi, validasi, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal. b. Tugas Guru dalam Bidang Kemanusiaan. Pada posisi ini, guru merupakan orang tua ke dua, di mana ia harus menarik simpati dan menjadi idola para siswanya. Adapun yang diberikan atau yang disampaikan guru hendaknya dapat memotivasi hidupnya terutama dalam belajar. Bila seorang guru berlaku kurang menarik, maka kegagalan awal akan tertanam dalam diri siswa. Posisi guru dalam bidang kemanusiaan ini menjadi strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh unsure manapun dalam kehidupan sebuah bangsa sejak dahulu.Semakin signifikannya keberadaan guru melaksanakan peran dan tugasnyasemakin terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang. Dengan kata lain potret manusia yang akan dating tercermin dari potret guru di masa sekarang, dan gerak maju dinamika kehidupan sangat bergantung dari “citra” guru di tengah-tengah masyarakat. c. Tugas Guru dalam Kemasyarakatan Hal ini merupakan konsekuensi guru sebagai warga Negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan Negara lewat UUD 1945 dan GBHN. Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis harmonis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator, dan dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal. Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan dating, pilihan milai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Pengetahuan yang kita berikan kepada anak didik harus mampu membuat anak didik itu pada akhirnya mampu memilih nilai-nilai hidup yang semakin kompleks dan harus mampu membuat anak didik berkomunkasi dengan sesamanya di dalam masyarakat, oleh karena anak didik ini tidak akan hidup mengasingkan diri (Kurniasih. 2012 : 12-16). 4. Gambaran Seorang Guru Kalau kita renungkan sejenak pikiran kita ke dalam senuah kelas, di mana sedang berlangsung pengajaran maka akan kita lihat seorang guru sedang mengajar. Sebelum ia memulai tugasnya sebagai guru, ia harus mempelajari terlebih dahulu kurikulum sekolah dan memahami semua program pendidikan yang sedang dilaksa-nakan. Ia pun baru mengenal keadaan gedung ruangan kelas, perpustakaan, fasilitas belajar, perlengkapan sekolah, alat-alat peraga, dan semua sarana yang berguna bagi pengajar. Pada hari pertama dan beberapa hari selanjutnya guru harus berusaha sedemikian rupa untuk mengenal tentang muridnya dan berkenalan dengan semua guru serta staf sekolah lainnya, selanjutnya ia akan melaksanakan program pendidikan di sekolah itu. Setiap akan mengajat, ia perlu membuat persiapan mengajar dalam rangka melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan. Dalam persiapan itu sudah terkandung tentang : tujuan mengajar, pokok yang diajarkan, metode mengajar, bahan pelajaran,alat peraga, dan teknik evaluasi yang akan digunakan. Oleh karena itu guru harus memahami benar tentang tujuan pengajaran, cara merumuskan tujuan mengajar, secara khusus memilih dan menentukan metode mengajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, memahami bahan pelajaran sebaik mungkin dengan menggunakan berbagai sumber, cara memilih, menentukan dan menggunakan alat peraga, cara membuat tes dan menggunakannya, dan pengetahuan tentang alat-alat evaluasi lainnya. Jurnal Intelegensia, Volume I, Nomor 1, April 2016
97 Setiap ia mengajar, ia perlu melaksanakan hal-hal yang bersifat rutin, bertanya kepada kelas, menerangkan pelajaran dengan suara yang baik dan mudah ditangkap serta ia sendiri dapat memahami pertanyaan-pertanyaan atau pendapat muridnya, ia harus pandai berkomunikasi dengan murid-murid. Setiap saat ia siap memberikan bimbingan atas kesulitan yang dihadapi para siswa, pekerjaan ini hanya mungkin dilakukan apabila berbadan sehat, dan memiliki kepribadian yang menarik. Dalam suasana di dalam kelas, di mana siswa bermacam-macam latar belakang minat dan kebutuhannya maka ia harus sanggup merangsang murid-murid belajar, menjaga disiplin kelas, melakukan supervisi belajar, dan memimpin murid-murid belajar sehingga pengajaran berjalan baik dan memberikan hasil yang memuaskan.Dalam melaksanakan tugasnya, ia perlu mengadakan kerjasama dengan orang tua murid, denagan badan-badan kemasyarakatan, dan sekali-kali membawa murid-murid mengunjungi objek-objek yang kiranya perlu diketahui murid dalam rangka kurikulum sekolah. Dan ia perlu pula mengundang seorang ahli dari masyarakat untuk memberikan ceramah atau latihan-latihan dalam keterampilan tertentu. Selain melaksanakan tugas profesinyadi sekolah, guru wajib pula berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat serta memperbaiki peranan dan kualifikasi profesionalnya. Demikianlah begitu uniknya pekerjaan seorang guru, dan betapa luasnya tugas kewajiban yang harus dijalankannya, betapa banyak hubungan-hubungan yang perlu dibina dan dipupuknya, dan betapa ia harus menghadapi masalah-masalah baik maupun social. Namun demikian, masyarakat mengakui bahwa pekerjaan guru adalah suatu pekerjaan mulia dan telah merangsang banyak pemuda yang berminat terjun ke dalamnya. Memang jabatan seorang guru sangat memerlukan suatu keahlian khusus yang tidak mungkin datang begitu saja tanpa melalui proses pendidikan dan latihan. Menurut Hamalik (2004) mengatakan bahwa jabatan guru dikenal sebagai suatu pekerjaan professional, artinya jabatan ini memerlukan suatu keahlian khusus.Sebagaimana orang menilai bahwa dokter, insinyur, ahli hokum, dan sebagainya sebagai profesi tersendiri maka guru pun adalah suatu profesi tersendiri.Pekerjaan ini tidak bisa dikerjakan oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian sebagai guru.Banyak orang pandai berbicara tertentu, namun orang demikian belum dapat disebut sebagai seorang guru.Ada perbedaan yang prinsipiil antara guru yang professional dengan guru yang bukan professional. Misalkan seorang petani sayut-sayuran yang bukan professional tidak akan mengerti bagaimana cara menanam sayut-sayutan dengan baik, bagaimana menggunakan pupuk dan tidak mengetahui bagaimana memelihara tanaman itu agar tumbuh dengan subur. Sebaliknya seorang petani yang professional dia mengetahui dengan jelas tentang masalah penanaman sayut-sayuran itu, sehingga hasil kebun sayurannya akan lebih baik. Demikian pula seorang guru professional, oleh karena dia menguasai betul tentang seluk-beluk pendidikan dan pengajaran serta ilmu-ilmu lainnya. Dia telah mendapatkan pendidikan khusus untuk menjadi guru dan memiliki keahlian khusus yang diperlukan untuk jenis pekerjaan ini maka sudah dapat dipastikan bahwa hasil usahanya akan lebih baik. B. Kompetensi Guru dan Implementasi dalam Pembelajaran 1. Kompetensi Guru Menurut Mulyasa kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Menurut Muhaimin, kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksankan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan bertindak.Sifat tanggung jawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran Jurnal Intelegensia, Volume I, Nomor 1, April 2016
98 tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika.Menurut Muhibbin Syah kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan. Selanjutnya menurut Syah, dikemukakan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Kompetensi guru juga dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditampilkan dalam bentuk perilaku cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan profesinya . Menurut Mulyasa kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, sosial, spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian kompetensi guru adalah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Jadi kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya.Guru yang kompeten dan profesional adalah guru piawai dalam melaksanakan profesinya.Berdasarkan uraian di atas kompetensi guru dapat didefinisikan sebagai penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam menjalankan profesi sebagai guru. Ada empat kompetensi pokok yang harus dikuasai guru sebagai agen pembelajaran, yaitu (1) kompetensi kepribadian, (2) kompetensi pedagogik, (3) kompe-tensi professional, dan (4) kompetensi sosial (Mulyana. 2010:104). a. Kompetensi Pedagogik Kompetensi ini diperlukan untuk membimbing dan memberikan pembelajaran kepada siswa agar lebih terarah, yang meliputi : (1) pemahaman terhadap eserta didik, (2) perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, (3) evaluasi hasil belajar, (4) pengem-bangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh guru juga dapat diguakan untuk memahami peserta didik dengan baik. Sebagai guru professional dituntut untuk ikut mengembangkan bakat atau kelebihan peserta didik secara maksimal sekaligus dapat membantu kesulitan yang ia hadapi. Dengan memiliki kompetensi pedagogik yang baik diharapkan guru dapat menyusun rancangan pembelajaran dan melaksanakannya. Guru diharapkan dapat memahami landasan pendidikan, maupun menerapkan teori belajar, dapat menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, dan mampu menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi ayng tepat, serta mencari metode dan strategi pembelajaran yang tepat. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan pedagogik seorang guru harus mampu mengembangkan kompetensi dan mengaktualisasikan potensi peserta didik, serta berusaha mencari strategi untuk menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik. Menurut Imas Kurniasih (2012), menyatakan bahwa kompetensi pedagogi adalah kemampuan seorang guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik, hal ini meliputi antara lain : (1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, (2) pemahaman terhadap peserta didik, (3) pengembangan kurikulum atau silabus, (4) perancangan pembelajaran, (5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (6) pemanfaatan Jurnal Intelegensia, Volume I, Nomor 1, April 2016
99 teknologi pembelajaran, (7) evaluasi hasil belajar, dan (8) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. b. Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan seseorang yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.Guru yang telah memiliki kompetensi kepribadian seperti di atas, pasti dapat melakukan tuntutan profesi dengan baik pula.Ia akan bangga menjadi guru dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma hokum, agama, maupun social. Guru tersebut juga mampu menunjukkan kemandirian sebagai pendidik dan memiliki etos kerja yang tinggi. Jika ada guru yang tidak bangga dengan profesinya, orang tersebut tidak akan maju dan berkembang. Guru yang memiliki kepribadian yang mantap juga mampu melakukan kinerja yang bermanfaat nagi peserta didik, sekolah, dan masyarakat. Guru tersebut mampu menunjukkan kedewasaan dalam berfikir dan bertindak sehingga produk kinerjanya dapat dikontrol dan dievaluasi lebih lanjut. Menurut Kurniasih (2012), menyatakan bahwa kompetensi kepribadian mencakup hal-hal seperti: beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis, mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara onjektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. c. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk dapat membangun komunikasi yang efektif dengan siswa, guru, kepala sekolah, wali murid, dan masyarakat secara umum. Lebih lanjut Mulyana (2010) menegaskan bahwa proses belajar mengajar akan terjadi jika ada guru dan peserta didik sehingga keduanya akan membangun komunikasi antara yang satu dengan yang lainnya. Komunikasi yang terbangun antara guru dan peserta didik akan terjadi dengan 3 model sebagai berikut :
Jurnal Intelegensia, Volume I, Nomor 1, April 2016
100 Seorang guru professional juga dapat menciptakan kondisi kelas menjadi hidup dan memungkinkan terjadinya komunikasi total.Dengan demikian, proses pembelajaran di kelas menjadi lebih menyenangkan, tidak kaku, dan tidak membosankan.Akibatnya, peserta didik menjadi senang belajar di dalam kelas.Guru juga harus dapat membangun kompetensi sosialnya dengan masyarakat secara langsung.Komunikasi yang terbangun antara guru dan masyarakat dapat membantu guru dalam meningkatkan kualitas sekolah.Misalnya saja dengan dibentuknya komite sekolah, diharapkan dapat bekerjasama dengan kepala sekolah sebagai rekan dalam pengembangan kualitas sekolah dengan menggunakan konsep manajemen berbasis sekolah dan masyarakat yang demokratis, transparan, dan akuntabel dalam pengelolaan uang.Komite sekolah memiliki tugas utuk merinci perubahan-perubahan di sekolah dalam 4 bidang, yaitu peningkatan pembelajaran, peningkatan guru dan kesejahteraannya, peningkatan fasilitas sekolah yang lebih baik, dan perbaikan lingkungan fisik. d. Kompetensi Profesional Kompetensi professional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya yang diampunya (Imas Kurniasih. 2012).Lebih lanjut Mulyana (2010), mengatakan bahwa kompetensi professional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi sesuai kurikulum dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metologi keilmuannya.Seseorang dikatakan memiliki kompetensi professional jika memiliki keahlian khusus. Di mana keahlian khusus tersebut belum tentu dimiliki oleh orang lain. Contohnya keahlian khusus yang dimiliki oleh dokter, hakim, arsitek, dan guru. Berdasarkan dari uraian di atas maka beberapa ahli memberikan definisi guru professional adalah guru yang memiliki keahlian khusus dalam bidangnya sehingga ia mampu menjalankan tugas dan fungsinya sebagai guru. Keprofesionalan guru dapat diperoleh dari pelatihan dan pendidikan khusus.Guru professional juga harus menguasai berbagai metode pembelajaran, strategi pembelajaran, penguasaan media pembelajaran dengan baik, menguasai landasan pendidikan dengan baik, dan mampu menerapkan kemampuan pedagogic dengan benar. Selain keempat kompetensi guru tersebut di atas, lebih lanjut Spencer and Spencer dalam Hamzah, membagi lima karakteristik kompetensi sebagai berikut :(1)Motif, adalah sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan, yang menyebabkan sesuatu. Contoh, orang yang termotivasi dengan prestasi akan mengatasi segala hambatan untuk mencapai tujuan, dan bertanggung jawab melaksanakannya. (2)Sifat, adalah karakteristik fisik tanggapan konsisten terhadap situasi atau informasi. Contoh penglihatan yang baik adalah sifat fisik bagi seorang pilot. Begitu juga dengan control diri emosional dan inisiatif adalah lebih kompleks dalam merespon situasi secara konsisten. Kompetensi sifat ini pun sangat dibutuhkan dalam memecahkan masalah dan melaksanakan panggilan tugas.(3)Konsep diri, adalah sikap, nilai, dan image diri seseorang. Contoh, kepercayaan diri. Kepercayaan atau keyakinan seseorang agar ia menjadi efektif dalam semua situasi adalah bagian dari konsep diri. (4)Pengetahuan, adalah informasi yang seseorang miliki dalam bidang tertentu. Contoh, pengetahuan ahli bedah terhadap urat saraf dalam tubuh manusia.(5)Keterampilan, adalah kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan fisik dan mental. Contoh, kemampuan fisik adalah keterampilan programen komputer untuk menyusun data secara beraturan.Sedangkan kemampuan berpikir analitis dan konseptual adalah berkata dengan kemampuan mental atau kognitif seseorang. Jurnal Intelegensia, Volume I, Nomor 1, April 2016
101 Kompetensi guru merupakan gambaran hakikat kualitatif dan perilaku guru atau tenaga kependidikan yang tampak sangat berarti.Perilaku di sini merujuk bukan hanya pada perilaku nyata, tetapi juga meliputi hal-hal yang tidak tampak. Charles E. Jhonsons dalam Hamzah ,mengemukakan bahwa kemampuan merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah atau tujuan tertentu.Barlow mengemukakan bahwa kemampuan guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Dengan demikian, kemampuan guru merupakan kapasitas internal yang dimiliki guru dalam melaksanakan tugas profesinya. Tugas profesi guru bisa diukur dari seberapa jauh guru mendorong proses pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan efesien (Uno, 2011 : 80). 2. Guru Sebagai Agen Pembelajaran Pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan berkaitan dengan predikat guru sebagai pendidik professional.Hal ini tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 (tentang system pendidikan nasional), Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2005 (tentang guru dan dosen), dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 (tentang standar nasional pendidikan). Lebih lanjut Mulyana (2010) menyatakan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, dasar, dan menengah. Seorang guru dikatakan professional jika memiliki keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Oleh karena itu, guru disyaratkan memenuhi kualifikasi akademik minimal S1/D4 dan menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran.Jadi, tidak heran kalau akhir-akhi ini banyak guru yang berlomba-lomba untuk melanjutkan kuliah.Kita berharap bahwa inisiatif guru untuk melanjutkan kuliah dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik professional.Selain tuntutan akademik, banyak tugas yang harus dilaksanakan oleh guru dalam dunia pendidikan.Salah satunya adalah peran guru sebagai agen pembelajaran. Guru sebagai agen pembelajaran berperan memfasilitasi siswa agar dapat belajar secara nyaman dan berhasil menguasai kompetensi yang sudah ditentukan. Untuk itu, guru perlu merancang agar proses pembelajaran berjalan lancar dengan hasil optimal. 3. Guru Profesional Dalam Kamus Kata-Kata Serapan Dalam Bahasa Indonesia, karangan J. S. Badudu (2003), definisi profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau cirri orang yang professional. Sementara kata professional sendiri berarti : bersifat profesi, memiliki keahlian dan keterampilan katrena pendidikan dan latihan, beroleh bayaran karena keahliannya itu. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa profesionalisme memiliki dua criteria pokok, yaitu keahlian dan pendapatan (bayaran).Kedua hal itu merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan.Artinya, seseorang dapat dikatakan memiliki profesionalisme manakala memiliki dua hal pokok tersebut, yaitu keahlian (kompetensi) yang layah sesuai dengan bidang tugasnya dan pendapatan yang layak sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Seseorang guru yang profesionalisme memiliki cirri-ciri sebagai berikut :(1)Selalu Memiliki Energi untuk Siswanya. Guru yang baik harus memberikan perhatian pada siswa saat melakukan diskusi atau percakapan di dalam maupun di luar kelas.Guru yang baik pun harus memiliki kemampuan mendengar yang baik dan saksama.(2)Memiliki Tujuan Jelas Jurnal Intelegensia, Volume I, Nomor 1, April 2016
102 untuk Pelajaran.Setiap pelajaran yang diajarkan haruslah memiliki tujuan dan manfaat tertentu.Seorang guru yang baik seharusnya menetapkan tujuan jelas pada setiap pelajaran yang diajarkan. Selain itu, sang guru harus bekerja guna memenuhi tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam setiap kelas. (3)Menerapkan Kedisiplinan. Sebagai figur yang akan dicontoh siswa, guru harus memiliki kedisiplinan. Kedisiplinan sangat penting dimiliki oleh seorang guru agar mampu menciptakan perubahan perilaku positif baginya dan bagi siswa di dalam kelas.(4)Memiliki Manajemen Kelas yang Baik. Seorang guru wajib memiliki manajemen atau cara mengatur kelas yang baik. Dalam hal ini, guru dituntut untuk menciptakan suasana kondusif dalam kelas. Guru harus memastikan siswanya memiliki perilaku baik saat belajar maupun berdiskusi dengan kelompok. Guru pun harus menanamkan rasa hormat pada seluruh komponen di dalam kelas.(5) Menjalin Komunikasi dengan Orangtua.Guru yang baik harus menjalin komunikasi yang baik pula dengan orangtua siswa.Sang guru harus mengabarkan hal-hal yang berkaitan dengan siswa selama di sekolah, termasuk dalam hal perilaku, prestasi, dan kedisiplinan. Guru yang baik harus mampu bekerja sama secara terbuka dengan orangtua demi kebaikan dan kemajuan siswa. (6)Menaruh Harapan Tinggi pada Siswa.Seorang guru harus mampu menciptakan harmonisasai dan semangat belajar yang baik guna meningkatkan potensi dan prestasi siswa. Guru harus mendukung potensi terbaik setiap siswa dan meyakinkan bahwa potensi tersebut mampu mendatangkan manfaat dan keuntungan. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai motivator yangbaik.(7)Mengetahui Kurikulum Sekolah. Untuk memberikan pengajaran yang baik dan tepat, seorang guru harus menguasai serta mengetahui kurikulum yang ditetapkan sekolah berikut standar-standar lain secara mendalam. Dengan demikian, guru akan berusaha sekuat tenaga untuk memberikan pengajaran yang memenuhi standar. (8) Menguasai Materi yang Diajarkan. Hal ini merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh setiap guru ketika memulai pelajaran. Guru yang baik harus memiliki pengetahuan luar biasa mengenai materi yang dibawanya. Pengetahuan yang cukup akan memudahkan guru untuk menjawab semua pertanyaan yang diajukan siswa. (9) Selalu Memberikan yang Terbaik bagi Siswa.Seorang guru yang baik akan memberikan gairah mengajar terbaik yang ia miliki. Guru yang baik akan merasa senang saat berada dalam kelas dan mengajarkan berbagai pengetahuan pada siswa. Sang guru pun akan memastikan bahwa pelajaran yang disampaikannya akan berdampak baik bagi perkembangan siswa hingga dewasa. (10) Memiliki Hubungan Berkualitas dengan Siswa.Seorang guru yang baik sejatinya menerapkan hubungan yang kuat serta menanamkan sikap saling menghormati dengan siswanya.Hal yang tidak kalah penting, guru harus menjalin sikap saling percaya dengan siswanya. 4. Guru dalam Dimensi Profesi Mengajar Mengajar merupakan suatu seni untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang terkandung oleh nilai-nilai pendidikan, kebutuhan-kebutuhan individu siswa, kondisi lingkungan, dan keyakinan yang dimiliki oleh guru. Dalam proses belajar mengajar, guru adalah orang yang akan mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa yang menarik, mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya dalam batas norma-norma yang ditegakkan secara konsisten. Sekaligus guru akan berperan sebagai model bagi para siswa. Kebesaran jiwa, wawasan dan pengetahuan guru atas perkembangan masyarakatnya akan mengantarkan para siswa untuk dapat berpikir menciptakan masa depan yang lebih baik. Dalam melaksanakan tugas tersebut guru akan dihadapkan pada berbagai problema yang muncul dan segera dipecahkan serta diputuskan (Zamroni. 2001:62). Jurnal Intelegensia, Volume I, Nomor 1, April 2016
103 Lebih lanjut, Zamroni mengatakan bahwa agar transfer tersebut dapat berlang-sung dengan lancar, maka guru paling tidak harus melakukan tiga hal: 1) menggerakkan, membangkitkan dan menggabungkan seluruh kemampuan yang duiliki oleh siswa, 2) menjadikan apa yang ditransfer menjadi sesuatu yang menantang bagi diri siswa, sehingga muncul intrinsic-motivation untuk mempelajarinya, 3) mengkaji secara mendalam materi yang ditransfer sehingga menimbulkan keterkaitan dengan pengetahuan yang lain. Profesi guru adalah lebih cocok dikategorikan sebagai Solf Profession. Karena dalam mengajar guru dapat melaksanakan dengan berbagai cara yang tidak harus mengikuti suatu prosedur baku, dan aspek dan “sense” dan “art” memegang peranan yang amat penting. Misalnya, mungkin saja seorang guru mengajar dengan menyajikan kesimpulan pada awal pelajaran yang kemudian baru dilaksanakan pembahasan. Pada kesempatan lain, ia mengajar dengan menyampaikan bahasan terlebih dahulu baru menarik kesimpulan. Namun, dewasa ini pekerjaan mengajar diperlakukan sebagai hard profession, sehingga mengajar menjadi suatu proses yang demikian kompleks. Sebagai konsekuensinya, maka perlu disusun suatu prosedur prilaku baku dalam mengajar. Secara sadar atau tidak, proses pembakuan prosedur mengajar ini mematikan kreativita guru. Akibat lebih jauh adalah pekerjaan mengajar bersifat inhuman, diperlakukan sebagai suatu bagian dalam proses industry yang dapat dikendalikan dan diatur dengan serangkaian Juklak dan Juknis. Kematian kreativitas guru sebagai suatu kehilangan yang patut ditangani. Sebab, kreativitas adalah merupakan “ruh” dalam proses belajar mengajar. Proses transfer pengetahuan atau sering dikenal dengan istilah Proses Belajar Mengajar (PBM) memiliki dua dimensi. Pertama adalah aspek kegiatan siswa : Apakah kegiatan yang dilakukan siswa bersifat individu atau kelompok. Kedua, aspek orientasi guru atas kegiatan siswa : Apakah difokuskan pada individu atau kelompok. Berdasarkan dua dimensi yang masing-masing memiliki dua kutub tersebut terdapat empat model pelaksanaan PBM. Pertama, apa yang disebut Self Study. Yakni kegiatan siswa dilaksanakan secara individu dan orientasi guru dalam mengajar juga bersifat individu.Model pertama ini memusatkan perhatian pada diri siswa.Agar siswa dapat memusatkan perhatian perlu diarahkan oleh dirinya sendiri dan bantuan dari luar, yakni guru.Siswa harus dapat mengintegrasikan pengetahuan yang baru diterima ke dalam pengetahuan yang telah dimiliki. Untuk pelaksanaan model Self-Study ini perlu didukung dengan peralatan teknologi, seperti komputer. Keberhasilan model ini ditentukan terutama oleh kesadaran dan tanggung jawab pada diri sendiri. Kedua, apa yang dikenal dengan istilah cara mengajar tradisional. Aktivitas siswa bersifat individu dan orientasi guru mengarah pada kelompok, dengan kegiatan utama siswa adalah mengengarkan dan mencatat apa yang diceramahkan guru. Model ini sangat sederhana dan tiak memerlukan dukungan teknologi, cukup papan tulis dan kapur.Keberhasilan model ini banyak ditentukan oleh guru. Ketiga, apa yang disebut model Persaingan. Model ini memiliki aktivitas yang bersifat kelompok, tetapi orientasi guru bersifat individu.Odel ini menekankan partisipasi siswa dalam kegiatan PBM, semua siswa harus aktif dalam kegiatan kelompok tersebut. Seberapa jauh siswa dapat berpartisipasi dalam kegiatan akan ditentukan oleh seberapa jauh kegiatan memilih kebebasan dan dapat membangkitkan semangat kompetisi. Pengetahuan yang diperoleh dan dapat dihayati merupakan hasil diskusi dengan temannya.Model ini memerlukan teknologi baik berupa alat ataupun berupa manajemen seperti bentuk konferensi dan seminar. Keberhasilan model itu terutama ditentukan oleh rasa saling hormat dan saling mempercayai I antara siswa. CBSA, merupakan salah satu contohnya. Jurnal Intelegensia, Volume I, Nomor 1, April 2016
104 Keempat, apa yang dikenal dengan istilah Model Cooperative-Collaborative. Model ini memiliki aktivitas siswa yang bersifat kelompok dan orientasi guru juga bersifat kelompok. Model ini menekankan kerjasama di antara siswa., yang diarahkan untuk mencapai tujuan bersama. Dalam kelompok senantiasa dikembangkan pengambilan keputusan dengan kebersamaam dan kersasama.Dengan pendekatan ini, guru tidak selalu memberikan tugas-tugas secara individu, melainkan secara kelompok, termasuk penetuan hasil evaluasi akhirpun menggunakan prinsip kelompok.Artinya, hasil individu siswa tidak hanya didasarkan kemampuan masing-masing, tetapi juga dilihat berdasarkan hasil prestasi kelompok. Dengan demikian, siswa yang pandai akan menjadi tutor membantu siswa yang kurang pandai demi prestasi kelompok sebagai satu kesatuan. Setiap siswa tidak hanya bertanggung jawab atas kemajuan dan keberhasilan dirinya, tetapi juga bertanggung jawab atas kemajuan dan kelompoknya. Keempat model tersebut tidak ada yang lebih baik satu atas yang lain. Sebab model mengajar yang baik adalah model mengajar yang cocok dengan karakteristik materi, kondisi siswa, kondisi lingkungan, dan kondisi fasilitas yang tersedia di sekolah.Di samping itu pula, di antara keempat model tersebut tidaklah bersifat saling meniadakan. Artinya, sangat mungkin dalam mengajar memadukan berbagai model tersebut dengan menekankan bahwa dalam proses belajar mengajar apa yang dilaksanakan memiliki aspek, yakni (1) menyampaikan informasi, (2) memotivasi siswa, (3) mengkontrol kelas, dan (4) merubah social arrangement. KESIMPULAN Profesi guru adalah sosok yang menjadi panutan bagi peserta didiknya, oleh karena itu sudah selayaknya guru harus menunjukkan sikap yang positif di depan peserta didiknya dalam bentuk apapun, baik sikap di sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat. Guru sebagai pendidik professional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa diharapkan mampu berpartisipasi dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian. Dengan demikian maka profesi guru perlu dikembangkan secara terus-menerus menurut jabatan fungsional guru, sehingga dalam kegiatan proses belajar mengajar guru dapat menentukan model mengajar yang lebih baik dan cocok dengan menyesuaikan karakteristik materi, kondisi siswa, kondisi lingkungan, dan kondisi fasilitas yang tersedia di sekolah demi kemajuan pendidikan. Namun, untuk mencapai hal tersebut tentunya sangat diharapkan dukungan dan partisipasi dari pihak sekolah dan lembaga terkait dalam mencapai kemajuan mutu pendidikan di tingkat sekolah khususnya dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA Agustami.2005. Keseimbangan Peningkatan Iman dengan Penguasaan Iptek.Jakarta : PT. Dian Ariesta. A. Mulyana. 2010. Rahasia Menjadi Guru Hebat. Jakarta : PT. Grasindo. B. Uno, Hamzah. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara. Depdikbud.1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka. Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Jurnal Intelegensia, Volume I, Nomor 1, April 2016
105 Kemdikbud.2010. Pembinaan dan Pengembangan profesi Guru Buku 2, Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PK Guru).Jakarta : Dirjen PMPTK. Kurniasih, Imas. 2012. Bukan Guru Biasa (Panduan Praktis dan lengkap Menjadi Guru Idaman).Jakarta : Arta Pustaka. Nasution.1982. Didaktik Azas-Azas Mengajar. Bandung. Jemmars. Sampurno, Agus. 2009. Ciri-ciri Guru yang Baik. https://gurukreatif.wordpress.com / 2009/11/06/10-ciri-guru-profesional/ Diunduh 18-08-2015. Zamroni. 2001. Paradikma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta : Bigraf Publishing. Noor, Yunizar. 2010. Guru Dalam Konsep Tradisional Jawa Dulu dan Masa Kini. http://yunizar.com/2010/04/24/guru-dalam-konsep-traditional-jawa-dulu-dan-masakini/
Jurnal Intelegensia, Volume I, Nomor 1, April 2016