PRODUKTIVITAS FI’IL DALAM PERUBAHAN DAN PEMAKNAAN (Analisis Morfosemantik Terhadap Kamus Arab-Indonesia Karya Prof. DR. H. Mahmud Yunus)
Oleh : Ashief El Qorny, S. Hum. NIM : 1420510001
TESIS Diajukan Kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Agama Islam Program Studi Agama dan Filsafat Konsentrasi Ilmu Bahasa Arab
YOGYAKARTA 2016
MOTTO
ان ّشعر ألنهى بين،اطهب في انحياة انعهى و انًال تحز انرياسة عهى انناس . فانخاصّة تفضّهك بانعهى وانعا ّية تفضّهك بانًال.خاص و عا ّو
“kamu boleh membaca rapor seseorang sesukamu, tapi jangan sampai kamu membacakan rapor seseorang kepada orang lain sesukamu” (KH. Hasan Abdullah Sahal – Gontor Ponorogo)
“Apabila hidayah tiba, permusuhan pun akan musnah. Jadilah engkau bagaikan air, dibutuhkan oleh siapa dan apa saja. Jika tidak begitu, maka jadilah seperti batu, tidak ada bahaya maupun manfaat (secara aktif). Jangan engkau laksana kalajengking, siapa melihat maka ia pun takut.” (Maqalah KH. Munawwir bin Abdullah Rosyad – Krapyak Yogyakarta)
vii
ABSTRAK Kamus-kamus yang secara tidak langsung merupakan hasil penelitian dari para penyusunnya, terdapat kosa kata yang telah dimuat di dalam kamus memiliki makna-makna yang telah mereka nilai sebagai kosa kata baku dan makna yang benar. Kamus sebagai alat bantu untuk mempelajari bahasa Arab belum ditemukan di abad awal perkembangan agama Islam di Indonesia. Teori bahasa yang menjadi landasan penulis dalam penelitian ini dapat membantu dalam memilih konsep yang tepat guna menganalisa objek penelitian yang diteliti. Konsep yang penulis maksud di sini adalah konsep morfosemantik yang merupakan gabungan dari morfologi dan semantik. morfosemantik dapat diartikan sebagai cabang ilmu linguistik yang mengidentifikasi satuan gramatikal beserta maknanya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis, yaitu metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek dengan apa adanya. Adapun pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu prosedur analisis yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang dapat diamati. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ; (1) Fi’l ma>d}i> dalam kamus tersebut tidak mengalami semua perubahan sesuai dengan wazan-wazan yang ada, hanya beberapa saja yang dapat mengalami bentuk perbuahan fi’l ma>d}i> ke mazi>d. (2) Produktivitas makna fi’l mazi>d dalam kamus Arab-Indonesia pada wazan
فعل ّ
التعدية, pada wazan فاعلadalah قد يكوف دبعىن فَػ َع َل اجملرد, pada wazan أفعل adalah التعدية, pada wazan تفعل ّ adalah للتكليفdan الصريكرة, pada wazan تفاعل adalah للمشاركة, pada wazan انفعلadalah ؼبطاكعة فَػ َعل, pada wazan افتعلadalah َ ؼبطاكعة فَػ َع َل, pada wazan افعل ّ adalah الداللة على الدخوؿ يف الصفة, pada wazan استفعل adalah
adalah للطلب, pada wazan
افعوعلadalah قد يكوف دبعىن اجملرد.
Kata kunci: kamus Arab-Indonesia, Mahmud Yunus, Produktivitas makna, Perubahan kata, Morfo-Semantik
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988. A. Konsonan Tunggal Huruf Nama
Huruf Latin
Keterangan
ا
Alif
tidak dilambangkan
tidak dilambangkan
ب
ba‟
B
Be
ت
ta‟
T
T
ث
ṡa‟
ṡ
es (dengan titik di atas)
ج
Jim
J
Je
ح
ḥa
ḥ
ha (dengan titik di bawah)
خ
Kha
Kh
ka dan ha
د
Dal
D
De
ذ
Zal
Ż
zet (dengan titik di atas)
ر
ra‟
R
Er
ز
Zai
Z
Zet
س
Sin
S
Es
ش
Syin
Sy
es dan ye
ص
ṣad
ṣ
es (dengan titik di bawah)
ض
ḍad
ḍ
de (dengan titik di bawah)
Arab
ix
ط
ṭa‟
ṭ
te (dengan titik di bawah)
ظ
ẓa‟
ẓ
zet (dengan titik dibawah)
ع
„ain
„
koma terbalik di atas
غ
Gain
G
Ge
ؼ
fa‟
F
Ef
ؽ
Qaf
Q
Qi
ؾ
Kaf
K
Ka
ؿ
Lam
L
El
ـ
Mim
M
Em
ف
Nun
N
N
ك
Wawu
W
We
ق
ha‟
H
Ha
ء
Hamzah
„
Apostrof
م
ya‟
Y
Ye
B. Konsonan Rangkap karena Syaddah Ditulis Rangkap
متعقدين
ditulis
muta„aqqidīn
عدة
ditulis
„iddah
ditulis
Hibbah
ditulis
jizyah
C. Ta’ Marbutah 1.
Bila dimatikan ditulis h
ىبة جزية
x
(ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya). Bila diikuti dengan kata sandang "al" serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h.
كرامو األكلياء
2.
karāmah al-auliyā‟
Ditulis
Bila ta’ marbutah hidup atau dengan harkat, fathah, kasrah, dan dammah ditulis t.
زكاة الفطر
Ditulis
zakātul fiṭri
D. Vokal Pendek Kasrah
ditulis
I
ِ
fathah
ditulis
a
ِ
dammah
ditulis
u
ِ
E. Vokal Panjang fathah + alif
ditulis
A
جاىلية
ditulis
jāhiliyyah
ditulis
a
ditulis
yas'ā
ditulis
i
fathah + ya‟ mati
يسعى
xi
kasrah + ya‟ mati
ditulis
karīm
كرمي
ditulis
u
ditulis
furūd
ditulis
Ai
ditulis
bainakum
ditulis
au
ditulis
qaulum
dammah + wawu mati
فركض
F. Vokal Rangkap fathah + ya' mati بينكى fathah + wawu mati
قوؿ
G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof
أأنتم أعدت لئن شكرمت
ditulis
a'antum
ditulis
u'idat
ditulis
la'in syakartum
H. Kata Sandang Alif + Lam a. Bila diikuti huruf Qamariyah
القرأف
ditulis
xii
al-Qur'ān
القياس
ditulis
al-Qiyās
b. Bila diikuti huruf Syamsiyah ditulis dengan menggandakan huruf Syamsiyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf (el)-nya.
السماء الشمس
I.
Ditulis
as-samā'
Ditulis
asy-syams
Penulisan Kata-Kata dalam Rangkaian Kalimat
ذكم الفركض أىل السنة
ditulis
zawi al-furūḍ
ditulis
ahl as-sunnah
xiii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرضبن الرحيم Puji syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan tanpa hambatan yang berarti. Salawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw. Seseorang yang luhur, paling tinggi derajatnya. Dalam hadits qudsi dikatakan andaikan Allah swt tidak berkehendak untuk menciptakan nabi terkasih-Nya yang bernama Muhammad, tentu saja Allah swt tidak akan menciptakan alam semesta ini. Senada dengan itu ditandaskan dalam diskursus sufisme bahwa seluruh partikel di alam raya ini telah menerima syafa‟atul kaun atau syafa‟at keberadaan dari nabi pungkasan itu. Semoga di hari kiamat nanti kita termasuk orang-orang yang mendapatkan syafaatnya. Amīn. Penyusunan tesis berjudul “Produktivitas Fi‟l Dalam Perubahan dan Pemaknaan (Analisis Morfosemantik Terhadap Kamus Arab-Indonesia Karya Prof. DR. H. Mahmud Yunus)” penulis ajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Magister dalam Ilmu Agama Islam Program Studi Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi Ilmu Bahasa Arab Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penyusun mengucapkan rasa terimakasih dan penghargaan yang terhormat kepada: 1. Bapak Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, Ph.D., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Bapak Prof. Noorhaidi Hasan, M.A., M. Phil., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 3. Ibu Ro‟fah, BSW., M.A., Ph.D., selaku Koordinator Program Magister Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
xiv
4. Bapak Dr.H. Akhmad Patah, M.Ag, selaku pembimbing tesis yang dengan sabar telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis guna menyelesaikan penulisan tesis ini. 5. Seluruh dosen Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang telah memberikan banyak ilmu dan wawasan pengetahuan dalam kegiatan perkuliahan. 6. Kepada Orang tuaku bapak H. Yusuf Tadjuddin Nur, Lc. M.SI. dan Ibu Hj. Siti Latifah Agustiati sebagai orang tua yang telah membesarkan, mendidik, membimbing, menasehati, mendoakan menyayangi dan mensuport penulis, dan yang telah berikhtiar sehingga penulis mendapat kesempatan untuk menunaikan rukun Islam yang ke-5 ditengah-tengah penyusunan tesis ini hingga tidak ada kata lain selain ucapan syukur yang tak henti-henti penulis ucapkan. Begitu juga dengan ketiga adik penulis Fathonatu Anisa Khowatimy, S.Si., Ayatullah El Haqqi yang sedang menempuh pendidikannya di negeri The Gift Of The Nile ( Hadiah Sungai Nil) Mesir, serta Labieb El Hikami yang masih belajar di TBS kudus. 7. Kepada seseorang yang tidak bisa disebutkan namanya disini, yang selalu memotivasi dan senantiasa memberikan masukan-masukan serta doanya, semoga kau diberi kelancaran dalam proposal skripsimu dan dilancarkan dalam semuanya. 8. Seluruh teman-teman kelas IBA A angkatan 2014, alumni Pondok Modern Gontor Ponorogo “Maziero Razienera” tahun 2007, alumni MA Darul amanah Sukorejo Kendal tahun 2008, santri Pondok Pesantren Al-Masyhuriyyah Komplek IJ Krapyak Yogyakarta yang selalu saling menguatkan, memotivasi, serta menjadi teman diskusi penulis selama studi sampai selesainya penyusunan tesis ini. 9. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang selalu membantu dan memberikan motivasi dalam penulisan tesis ini. Semoga amal baik yang telah diberikan dapat diterima Allah SWT dan mendapat balasan terbaik dari-Nya. Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan rasa syukur ats selesainya penulisan tesis
xv
ini. Akhirnya, penulis memohon maaf apabila dalam penulisan tesis ini terdapat banyak kesalahan, penulis mengharapkan adanya saran, kritik yang dapat membangun dan meningkatkan kualitas tesis ini. Semoga penulisan tesis ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak pada umunya.
a>mi>n ya> Rabbal ‘a>lami>n
Yogyakarta, 24 Oktober 2016 Hormat saya,
Ashief El Qorny, S.Hum. NIM : 1420510001
xvi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tesis ini penulis persembahkan kepada Allah yang mengirimkan Nabi Muhammad sehingga dapat menceritakan penulis kisah Nabi Musa melalui kitab-Nya.
Kepada kedua orang tua yang selalu membimbing, menyayangi, dan memberikan hal-hal terbaik untuk anaknya Kepada ketiga adikku yang mendoakan, mensuport dan memberi motivasi
xvii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...............................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ....................................................
iii
PENGESAHAN DIREKTUR .................................................................
iv
PERSETUJUAN TIM PENGUJI............................................................
v
NOTA DINAS PEMBIMBING ..............................................................
vi
MOTTO ..................................................................................................
vii
ABSTRAK ..............................................................................................
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................
ix
KATA PENGANTAR ............................................................................
xiv
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................
xvii
DAFTAR ISI ...........................................................................................
xviii
BAB I : PENDAHULUAN .....................................................................
1
A. B. C. D. E. F. G.
Latar Belakang Masalah .............................................................. Rumusan Masalah ....................................................................... Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................ Kajian Pustaka............................................................................. Kerangka Teoritik ....................................................................... Metode Penelitian........................................................................ Sistematika Pembahasan .............................................................
1 10 11 12 14 26 32
BAB II : HISTORISITAS KEHIDUPAN MAHMUD YUNUS DAN KAMUS ARAB-INDONESIA A. Historisitas Mahmud Yunus........................................................ 1. Biografi Mahmud Yunus ................................................. 2. Sejarah Intelektual Mahmud Yunus ................................ 3. Sejarah Karir Mahmud Yunus......................................... 4. Karya Tulis Mahmud Yunus ........................................... B. Kamus Arab-Indonesia................................................................ 1. Sistematika Kamus .......................................................... 2. Karakteristik Kamus ........................................................
34 34 37 41 44 49 50 51
BAB III : MORFO-SEMANTIK ARAB; DEFINISI DAN HUBUNGANNYA A. Morfologi Arab; Sebuah Subdisiplin Ilmu Linguistik ................
xviii
54
54 1. Definisi dan Objek Kajian Morfologi Arab .................... 2. Proses Morfologi Bahasa Arab ....................................... 56 a. Fenomena al-Isytiqa>q.......................................... 57 b. Al-Isytiqa>q Sebagai Pondasi Morfologi Arab .... 66 c. Proses Morfologi Bahasa Arab Modern .............. 69 3. Tas}ri>f al-Af’a>l Dalam Morfologi Arab ........................... 75 a. Definisi Tas}ri>f al-Af’a>l ....................................... 75 b. Metode Dalam Tas}ri>f al-Af’a>l ............................ 78 78 1) Metode Tas}ri>f al-Ibda>l ............................ 2) Metode Tas}ri>f al-Mujarrad...................... 79 3) Metode Tas}ri>f al-Zawa>id ........................ 82 4) Metode Tas}ri>f al-Ils{a>q ............................. 85 B. Semantik; Teori Makna Dalam Ilmu Linguistik ......................... 92 C. Hubungan Morfologi dan Semantik; Morfo-Semantik Dalam Kajian Tas}ri>f 94 al-Af’a>l ........................................................................................ 1. Definisi Morfo-Semantik ................................................ 94 2. Definisi Morfo-Semantik Tas}ri>f al-Af’a>l ........................ 94 3. Macam-Macam Morfo-Semantik Tas}ri>f al-Af’a>l ........... 95 a. Semantik s}igah .................................................... 95 b. Semantik Tas}rif al-Mujarrad (afiksasi Tas}rif al-Mujarrad)99 c. Semantik Tas}ri>f al-Zawa>id (afiksasi zawa>id) ..... 102 109 d. Semantik Tas}ri>f al-ils}a>q (afiksasi ils}a>q ) ............ D. Produktivitas fi’l Dalam Pemaknaan .......................................... 112 BAB IV : ANALISIS PRODUKTIVITAS FI‟L DALAM PERUBAHAN DAN 117 PEMAKNAAN ....................................................................................... A. Data Fi’l ma>d}i> s\ulas\i mujarrad Dalam Kamus Arab-Indonesia Beserta Perubahan Mazi>dnya .................................................................. 117 B. Analisis Bentuk Perubahan Fi’l ma>d}i> s\ulas\i mujarrad ke mazi>d ..................................................................................................... 232 C. Produktivitas Makna Fi’l Mazi>d Kamus Arab-Indonesia Dalam Pembentukannya ......................................................................... 332 BAB V : PENUTUP ...............................................................................
348
A. Kesimpulan.................................................................................. B. Saran ............................................................................................
348 349
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. LAMPIRAN-LAMPIRAN...................................................................... DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................
xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Arab adalah salah satu bahasa utama dunia dengan berbagai warisan budaya yang kaya. Bahasa Arab menjadi salah satu bahasa terbesar di dunia sejak abad pertengahan dan diakui sebagai bahasa internasional bersanding dengan bahasa Yunani, Latin, Inggris, Prancis, Spanyol, dan Rusia. Posisi ini tidak hanya melukiskan jumlah dari pemakainya saja, tetapi kedudukannya dalam ranah sejarah, serta peran pentingnya dalam mempengaruhi perkembangan masyarakat khususnya masyarakat muslim Arab. Meskipun di dalam dunia Arab mengalami pergolakan sosial politik dewasa ini, namun bahasa Arab tetap mempunyai tempat terhormat di seluruh negeri Arab.1 Bahasa Arab mempunyai pengaruh yang kuat dalam sastra atau media masa. Jika seseorang mendengarkan pidato di suatu negeri Arab, maka akan secepatnya menyadari betapa kuatnya daya tarik bahasa itu khusunya bagi para pendengar. Philip K. Hitti menggambarkan keadaan ini2 : Tidak ada seorangpun di dunia ini yang menunjukkan apresiasi yang sedemikian besar terhadap ungkapan bernuansa puitis dan sangat tersentuh oleh kata-kata, baik lisan maupun tulisan. Nampaknya, sulit menemukan bahasa yang mampu mempengaruhi pikiran para penggunanya sedemikian dalam selain bahasa Arab. 1
Anwar G. Cejne, Bahasa Arab Dan Peranannya Dalam Sejarah: The Arabic Language: It Role In History, (Jakarta: Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1996), hlm. 1. 2 Philip K. Hitti, History Of The Arabs, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2006), hlm. 112.
2
Orang-orang modern di Baghdad, Damaskus, dan Kairo dapat dibangkitkan emosi mereka dengan deklamasi puisi, meskipun puisi tersebut tidak sepenuhnya mereka pahami, atau dengan pidato bahasa Arab klasik yang hanya sebagian saja yang dapat dipahami.
Irama dan suara musik Arab mungkin terdengar monoton bagi sebagian kalangan, tetapi yang terpenting bukan dari suara alat musiknya melainkan dari kekuatan kata-katanya, karena bahasa Arab mempunyai kekuatan irama yang dapat mempengaruhi jiwa. Orangorang Islam pada umumnya dan orang-orang Arab pada khususnya telah menyadari bahwa bahasa Arab adalah bahasa karunia Tuhan, unik
dalam
keindahan
dan
keagungannya.3
Keunikan
dan
keistimewaanya lagi bahasa Arab memiliki ketukan panjang pendek yang berbeda. Setiap huruf yang dipanjangkan akan memiliki keindahan suara yang tiada bandingannya dengan bahasa lain. Keindahan dari segi lafal dan suara serta beraneka ragam tempat keluarnya huruf atau makharij huruf. Pada bahasa lain, huruf yang keluar hanya dari mulut dan hidung saja, tetapi dalam bahasa Arab memiliki
huruf-huruf
yang
keluar
dari
kerongkongan
atau
tenggorokan.4 Bahasa Arab menurut para ulama adalah bahasa yang paling mampu menjelaskan makna yang luas dengan lafaz atau kata yang singkat. Pembentukan satu kata bisa merujuk kepada beberapa makna. 3
Anwar G. Cejne, Bahasa Arab Dan Peranannya DalamSejarah...... hlm. 2. Muhammad Izdiyan Muttaqin, ‘Aja>ibu allughati al-‘Arabiyyah Keajaiban Bahasa Arab, e-book dari www.bahasaarabkita.com, tanpa tahun, hlm. 7. http://bahasaarabkita.com/wpcontent/uploads/2014/12/keajaiban-bahasa-arab-2.pdf 4
3
Contohnya kata „ain yang mempunyai makna kepada penglihatan, mata air, sebuah negeri, sebuah tempat, ketua kaum, ketua tentara dan lain lain.5 Contoh lain adalah kita>bun selain bermakna buku, kitab juga bisa berarti ketentuan atau ketetapan, bisa berarti batas waktu, ada juga yang bermakna janji dan lain-lain. Dengan demikian, bahasa Arab adalah bahasa yang ringkas namun dalam maknanya.6 Kosakata dalam bahasa Arab mencakup semua bidang. Dalam perkembangannya bahasa Arab meminjam banyak kosakata dari bahasa lain, akan tetapi bahasa Arab juga memberikan sumbangan yang banyak pula terhadap bahasa Timur dan Barat. Ia dapat ditemukan berdasarkan kata-kata yang termaktub di dalam kamuskamus Arab. Diantara kamus-kamus Arab yang beredar di Indonesia antara lain, kamus al-Munjid, kamus Hans Wehr, Kamus AlMunawwir, kamus Al-Ashri, Kamus Arab-Indonesia dan lain-lain. Penulis lebih memilih kamus Arab-Indonesia dengan penyusun Prof. DR. H. Mahmud Yunus karena kamus tersebut dibuat pada abad ke-20 yaitu pada tahun 19727, kamus pertama Arab-Indonesia dan merupakan embrio bagi perkamusan di Indonesia walaupun kosakata masih terbilang sedikit. Dikatakan kosakata sedikit setelah ada pembanding, apalagi dibandingkan dengan kamus Al-Munawwir yang 5
Azhar bin Muhammad, Beberapa Aspek Keunikan Dan Keistimewaan Bahasa Arab Sebagai Bahasa Al-Quran, Jurnal Teknologi University Teknologi Malaysia, volume 42, Juni 2005, hlm. 64. http://eprints.utm.my/1827/1/JTJUN42E5.pdf 6 Muhammad Izdiyan Muttaqin, ‘Aja>ibu allughati al-‘Arabiyyah Keajaiban Bahasa Arab,.....,hlm. 6. 7 Mohd Fikri Azhari, Perkamusan Arab-Indonesia dan Indonesia-Arab (Kajian Metode Penyusunan dan Kriteria di Indonesia),Tesis UIN Sunan Kalijaga, hlm. 4.
4
kosakatanya jauh lebih lengkap dan secar fisik berbeda jauh. Kamus ini bertahan sampai beberapa dekade bahkan sampai sekarang pun masih banyak santri yang menggunakan kamus tersebut. Prof. DR. H. Mahmud Yunus adalah salah seorang tokoh pembaharu pendidikan dunia Islam yang mempunyai ide-ide yang cemerlang sebagai sumbangsih untuk membangun pendidikan Islam di Indonesia. Mahmud Yunus menfokuskan pada dua titik tekan dalam pembaruannya, yakni pengenalan pengetahuan umum dan pembaruan pengajaran bahasa Arab. Pada bidang penbaruan bahasa Arab, beliau tidak hanya menekankan dalam penguasaan bahasa Arab, tetapi juga menunjukkan bagaimana secara dedaktik-metodis modern bagi para siswa untuk menguasai bahasa tersebut dengan cepat dan mudah. 8 Sebelum menyusun kamus Arab-Indonesia, Mahmud Yunus sempat menyusun kamus al-Z|ahabi saat menuntu ilmu di Kairo. Kamus ini adalah kamus Arab-Melayu yang dapat dikatakan bahwa kamus ini adalah hasil dari putra Indonesia untuk pertama kalinya. Penyusunan kamus
Arab-Indonesia
dilatarbelakangi
atas
dasar
tuntutan
masyarakat, guru-guru, serta para pelajar agar mencetak kembali kamus al-Z|ahabi dengan tujuan mempermudah mereka dalam mempelajari bahasa Arab. Awalnya beliau sempat menolak karena dirasa masih banyak kekurangan, akan tetapi dengan berbagai
8
Malta Rina, Pemikiran Dan Karya-Karya Prof. DR. H. Mahmud Yunus Tentang Pendidikan Islam, Artikel Ilmu Sejarah Pascasarjana UNAND, tanpa tahun, http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/Artikel-Pemikiran-dn-Karya-karyaProf.Dr_.H.-Mahmud-Yunus-tentang-Pendidikan-Islam-1920-1982.pdf
5
pertimbangan beliau menyusun kembali kamus tetapi menggunakan bahasa Indonesia bukan lagi menggunakan bahasa Melayu, karena pada saat itu Indonesia sudah resmi merdeka dan menjadi bahasa Indonesia bahasa resmi negara dan bahasa nasional.9 Kamus ini secara umum sangat cocok digunakan oleh para pelajar atau siapapun yang hendak mempelajari bahasa Arab, meskipun belum pandai dalam ilmu sharafnya. Kamus ini disusun dengan lema (entry) dalam bentuk fi’l ma>di} >, sehingga pencarian dalam bentuk apapun dapat dikembalikan dalam bentuk asalnya (fi’l ma>d}i>). Sebagai tambahan, kamus ini juga dilengkapi dengan kosakata bergambar yang disajikan menurut kelompok katanya, sehingga dapat membantu pelajar untuk belajar bahasa Arab secara visual. Karakteristik kamu ini diantaranya adalah ; Menyebutkan fi’l dan mas}dar-nya contoh: menggosok,menggaruk
10
ك – َزنُك – َح ًّكا َّ َح.
Menjelaskan dua arti,
yakni arti s}araf dan arti kamus contoh: penduduk (yang mendiami) 11
َساكِن. Adanya penambahan na’t dan id}afah contoh: sekolah rendah
َم ْد َر َسة اِبْتِ َدائِيَّة,
9
sekolah SMP
إع َدا ِريَّة ْ َم ْد َر َسة,
sekolah SMA
َم ْد َر َسة ثاَ َنويَّة,
Ilyas Rifa‟i, Mengenal Kamus Arab-Indonesia Mahmud Yunus, Artikel yang ditulis oleh dosen Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah UIN Bandung, tanpa tahun, http://download.portalgaruda.org/article.php?article=161010&val=5890&title=Mengenal%20Kam us%20Arab-Indonesia%20Mahmud%20Yunus 10 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT Mahmud Yunus Wa Dzurriyah, 2010), hlm. 106. 11 Ibid, hlm. 174.
6
penjaga sekolah
َخ ِاد ُـ اؼب ْد َر َس ِة, َ
direktur sekolah
12
ُم ِديْػ ُر اؼب ْد َر َس ِة. َ
Menyebutkan macam-macam makna kata sesuai konteks contoh: mengajak (kepada)
ِ إل َ َد َعا
, mendo‟akan kejahatan
دعاَ َلو َ
mendo‟akan kebaikan
13
َعلَّ َم,
mengetahui
memberi tahu
اِ ْستَػ ْع َم َل14
,
. Menyebutkan satu kata dalam
beberapa wazan contoh: mengetahui sesuatu
melatih
َد َعا َعلَْي ِو
أ َْعلَ َم,
َعلِ َم,
belajar, mengaji
mengajarkan,
تَػ َعلَّ َم,
meminta
dan lain-lain.
Bahasa Arab merupakan rumpun bahasa Semit yang mengacu pada akar dan pola (root and pattern) dalam perubahan setiap verba dan nomina. Setiap perubahan yang terjadi pada verba dan nomina memiliki arti, baik akar (root) maupun pola (pattern). Akar kata dalam bahasa
Arab
ditandai
dengan
tiga
konsonan
sebagai
dasar
pembentukan kata sekaligus menjadi pembentuk makna kata. Bentuk kata tidak hanya dapat berkomposisi, tetapi juga dapat melakukan modifikasi internal. Dalam bahasa Arab akar kata terbagi menjadi dua, yaitu akar yang belum mendapat imbuhan (unaugmented root) dan akar yang sudah mendapat imbuhan (augmented root). Bila dilekati
12
Ibid, hlm. 126. Ibid, hlm. 127. 14 Ibid, hlm. 277. 13
7
sejumlah afiks, akar verba akan mendapat imbuhan makna yang disebut sebagai pola morfosemantik.15 Morfosemantik merupakan penggabungan sub disiplin ilmu linguistik morfologi dan semantik yang menggunakan morfologi sebagai dasar pengambilan makna semantik. Proses morfologis dilakukan
baik
secara
inflektif
maupun
derivatif.
Dalam
morfosemantik selain mengubah bangunan kata juga berimplikasi pada perubahan makna. Makna yang dihasilkan dari proses morfologis inilah yang disebut dengan morfosemantik.16 Morfologi Arab mengenal 2 pola unaugmented root dan 15 pola augmented root. Namun dalam Modern Standard Arabic, dari pola unaugmented root dan augmented root hanya 10 pola yang dipakai secara aktif.17 Pola
fa„ala. Pola ini merupakan pola dasar dalam
derivasi morfologi Arab, sama sekali tanpa huruf imbuhan. Pertama fa„„ala dengan ganda pada konsonan kedua. Pola ini bermakna kausatif, yakni perbuatan yang menyebabkan suatu keadaan atau kejadian, seperti verba „allama „mengajarkan‟, atau bisa juga bermakna perbuatan yang dilakukan secara intensif, seperti jamma‟a „mengumpulkan‟. Kedua fa>‘ala. Pola ini mendapat penambahan alif setelah konsonan pertama. Pola ini menggambarkan perbuatan yang
15
Holes, Clive, Modern Arabic: Structures, Function and Varieties, (New York: Longman Publishing, 1995), hlm. 81. 16
Khabibi Muhammad Luthfi, Menggugat Harakat Al-Qur‟an, (Yogyakarta: Madina Press, 2010), hlm. 51. 17 Holes, Clive, Modern Arabic: Structures, Function and Varieties,....., hlm. 85.
8
melibatkan penerima tindakan, aksi-reaksi, atau resiprokal, seperti qābala „menemui‟. Ketiga af„ala. Pola ini diimbuhi dengan prefiks hamzah dan huruf pertamanya tidak berharakat. Pola ini bisa bermakna
kausatif
sama
seperti
Fa„„ala.
Misalnya
a„lama
„menginformasikan‟. Keempat tafa„„ala. Pola ini diimbuhi prefiks ta' dan konsonan kedua digandakan. Pola ini dapat bermakna refleksif atau relasi antara satu argumen dengan argumen itu sendiri, seperti
tah}assana „menjadi lebih baik‟. Kelima tafa> ‘ala. Pola ini diawali dengan prefiks ta' dan infiks alif setelah huruf pertama. Pola ini mengandung makna yang bersifat resiprokal, seperti verba ta‘a>wana „saling menolong‟. Keenam infa„ala. Pola ini ditambah prefiks alif dan nūn. Bentuk alif dalam pola ini merupakan alif konjungtif. Pola ini dapat bermakna suatu perbuatan yang merupakan efek tidak langsung dari perbuatan kausatif atau bersifat refleksif dari bentuk I. Pada umumnya, bentuk pasif lebih sering dipergunakan dalam pola ini, seperti inkasyafa „terungkap‟. Ketujuh ifta„ala. Pola ini diberi prefiks alif konjungtif dan infiks ta' setelah konsonan pertama yang tidak berharakat. Pola ini bermakna refleksif dari bentuk I atau bisa juga bermakna resiprokal, seperti kata ijtama„a „berkumpul‟. Kedelapan if„alla. Pada pola ini akar kata diberi prefiks alif konjungtif dan menghilangkan vokal atau harakat pada konsonan pertama serta penggandaan huruf ketiga. Pola ini dapat bermakna inkoatif dari akar kata yang menyatakan warna, seperti kata ih}marra „menjadi merah‟.
9
Kesembilan istaf„ala. Pada pola ini mendapat tambahan tiga prefiks, yakni alif, sin dan ta'. Makna pola ini adalah memohon sesuatu, seperti istagfara „memohon ampun‟. Kesepuluh if‟au‟ala. . pola ini mendapat tambahan tiga prefiks, yakni alif, „ain dan wawu. Makna pola ini adalah seperti dalam bentuk dasar, seperti ikhsyausyana „hidup secara kasar‟. Dari pemaparan di atas terlihat bahwa hampir masing-masing pola atau wazan memiliki makna tersendiri yang berbeda dengan wazan lain dan sebagian memiliki makna yang juga dimiliki oleh wazan lain seperti wazan af„ala memiliki makna kausatif yang juga dimiliki oleh pola fa„„ala. Bila Holes di atas menyatakan bahwa dari 15 pola hanya 10 pola verba bahasa Arab yang dipakai secara aktif, maka perlu ditelusuri pola yang paling produktif dalam memproduksi makna. Di samping itu, banyak kata dalam bahasa Arab yang tidak dapat mengikuti wazan tertentu. Hal ini tampak jelas dalam tabulasi wazan fi„l yang dipaparkan dalam Mu‘jamu Tas}ri>f l-Af‘a>l al-‘Arabiyyah karya Antoine El-Dahdah dengan mengacu pada masing-masing wazan. Kata h}as}ala, misalnya, hanya dapat mengikuti wazan fa„„ala, af„ala, dan tafa„„ala saja, menjadi h}as}s}ala, ah}s}ala, dan tah}as}s}ala.18 Hal ini menunjukkan bahwa sebagian wazan fi„l tidak dapat memiliki perubahan pada kata-kata tertentu. 18
Antonie El-Dahdah, Mu„jamu Tashrīf l-Af„āl l-„Arabiyyah, (Beirut: Maktabati Libnān, 1991), hlm. 36.
10
Ada beberapa hal yang dapat digarisbawahi dalam penggunaan ragam pola verba bahasa Arab di atas, yaitu sebuah wazan fi„l dapat memiliki beberapa makna, sebuah makna dapat berasal lebih dari satu wazan fi„l, dan tidak semua wazan fi„l dapat memiliki makna yang kemudian menjadi dua permasalahan, yaitu sejauh mana wazan fi‘l
mazi>d mempengaruhi produksi makna dan sejauh mana produktivitas wazan fi‘l mazi>d berbeda-beda dalam produksi makna. Dua permasalahan ini menjadi penting untuk dikaji secara mendalam agar pengaruh dan produktivitas wazan fi„l dalam bahasa Arab dapat dipetakan dan hal-hal yang melatarbelakanginya dapat diketahui. Namun, karena keterbatasan peneliti, penelitian ini hanya akan difokuskan pada fi‘l-fi‘l s\ulas\i mujarrad yang terdapat dalam kamus Arab-Indonesia karya Prof. DR. H. Mahmud Yunus. B. Rumusan masalah Rumusan masalah merupakan uraian tentang masalah-masalah yang dipecahkan melalui penelitian.19 Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, penelitian ini difokuskan pada permasalahan berikut: 1.
Bagaimana perubahan bentuk fi’l ma>d}i> s\ulas\i mujarrad dalam kamus Arab-Indonesia karya Prof. DR. H. Mahmud Yunus?
19
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 40.
11
2.
Bagaimana
produktivitas
makna
fi’l
mazi>d
dalam
pembentukannya di kamus Arab-Indonesia karya Prof. DR. H. Mahmud Yunus? C. Tujan dan kegunaan penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah penulis rumuskan di atas, penelitian ini diharapkan dapat mencapai tujuan penelitian berikut: 1. Mengetahui perubahan bentuk fi’l ma>d}i> s\ulas\i mujarrad dalam kamus Arab-Indonesia karya Prof. DR. H. Mahmud Yunus 2. Mengetahui
produktivitas
makna
fi’l
mazi>d
dalam
pembentukannya di kamus Arab-Indonesia Adapun kegunaan penelitian ini antara lain: Hasil penelitian tentang produktivitas wazan fi‘l mazi>d melalui analisa morfosemantik ini diharapkan memberikan manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan teori linguistik Arab terkait pengaruh wazan fi‘l mazi>d terhadap produksi makna dan produktivitas wazan fi‘l mazi>d dari sisi morfosemantik. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang bahasa.
12
Selain itu, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti lain, yang ingin meneliti dalam bidang bahasa, khususnya makna fi‘l mazi>d. D. tinjauan Pustaka Pemaparan pembahasan dan penelitian terdahulu dalam tinjauan pustaka dimaksudkan untuk menegaskan bahwa penelitian yang penulis lakukan belum pernah diteliti. tinjauan pustaka diperlukan untuk menghindari penelitian dalam permasalahan bahasa yang sama.20 Pembahasan tentang wazan fi‘l mazi>d memang telah banyak dilakukan oleh para linguis klasik dan modern, seperti yang dapat ditemukan dalam buku-buku ilmu sharaf. Akan tetapi, pembahasan tersebut lebih menekankan pada deskripsi wazan fi„l dan makna masing-masing wazan tanpa menekankan pada produktivitas wazan. Selain buku-buku ilmu sharaf tersebut, pembahasan wazan dan makna fi„l juga telah diteliti dalam berbagai penelitian. Namun, penulis belum menemukan penelitian yang menggunakan pendekatan morfosemantik. Berikut beberapa penelitian yang penulis dapatkan terkait produktivitas wazan fi‘l mazi>d melalui analisa morfosemantik. Tesis yang ditulis oleh M. Alaika Salamulloh mahasiswa pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan judul Fi‘l Ma>d}i>
S|ula>s\i> Mujarrad dalam Bahasa Arab (Analisis Morfosemantis) pada
20
Tri mastoyo Jati Kesuma, Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa,( Yogyakarta: Carasvatibooks, 2007), hlm. 37.
13
tahun 2010. Penelitian ini mengulas Fi‘l Ma>d}i> S|ula>s\i> Mujarrad melalui analisa morfosemantis. Tesis yang ditulis oleh Khodijah mahasiswi pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan judul Nomina Verba (Mashdar) Sama>‘iy Fi‘l S|ula>s\i Mujarrad: Kajian Morfologi pada tahun 2013. Pembahasan yang dilakukan oleh Khadijah hanya terfokus pada nomina verba Sama>‘iy Fi‘l S|ula>s\i Mujarrad saja tanpa membahas fi‘l mazi>d. Di samping itu, pendekatan yang digunakan dalam analisa hanya menggunakan pendekatan morfologi. Tesis yang ditulis oleh Khabibi Muhammad Luthfi mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta dengan judul Kajian
Morfosemantik Kontekstual pada Ragam Perbedaan al-Qira>‘at alSab‘ dalam al-Qur'an pada tahun 2010. Meskipun Khabibi Muhammad Luthfi menggunakan pendekatan morfosemantik yang juga penulis gunakan dalam penelitian ini, namun objek kajiannya berbeda dengan yang penulis teliti dalam penelitian ini. Dalam penelitiannya, Khabibi Muhammad Luthfi menjadikan al-Qira>‘at al-
Sab‘ dalam al-Qur'an sebagai objek penelitian. Sedangkan objek penelitian ini adalah wazan fi‘l mazi>d dalam bahasa Arab secara umum yang mengacu kamus-kamus besar bahasa Arab sebagaimana yang penulis paparkan dalam metode penelitian. Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian yang penulis lakukan tentang produktivitas wazan fi‘l mazi>d melalui analisa morfosemantik
14
dapat dinyatakan sebagai penelitian yang baru dan belum pernah dilakukan sebelumnya. E. Landasan Teori Landasan teori diperlukan dalam melakukan penelitian sebagai landasan dalam menyelesaikan permasalahan penelitian. Teori merupakan sekumpulan proposisi yang saling berkaitan secara logis untuk memberikan penjelasan mengenai sejumlah fenomena.21 Sebuah teori menjadi unsur sentral yang memberi pencerahan terhadap upaya perumusan masalah, termasuk jawaban tentatif terhadap masalah, pemilihan metode termasuk teknik-tekniknya, dan wujud data yang harus disediakan pada tahap penyediaan data.22 Sedangkan teori bahasa
adalah
seperangkat
hipotesis
yang
digunakan
untuk
menjelaskan data bahasa, baik bersifat lahiriyah seperti bunyi bahasa maupun yang bersifat batiniyah, seperti makna. Teori bahasa yang menjadi landasan penulis dalam penelitian ini dapat membantu dalam memilih konsep yang tepat guna menganalisa objek penelitian yang diteliti. Konsep yang penulis maksud di sini adalah konsep morfosemantik yang merupakan gabungan dari morfologi dan semantik. 1. Morfologi Morfologi merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang mempelajari satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan 21 22
17.
Ibid Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya,.... ,hlm.
15
gramatikal.23 Morfologi mempelajari dan menganalisa struktur, bentuk, dan klasifikasi kata-kata.24 Senada dengan definisi yang diberikan oleh Chaer25 bahwa morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Sedangkan Ramlan26 mendefinisikan morfologi sebagai bagian ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk kata serta fungsi perubahan bentuk kata tersebut, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik. Begitu juga Uhlenbeck27 yang menyatakan bahwa morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari tentang hubungan sistematis bentuk dan makna yang terdapat antara kata-kata dalam sebuah bahasa. Kridalaksana28 dalam Kamus Linguistik disebutkan bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya atau bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata, yaitu morfem. Adapun
menurut
Soeparno29
morfologi
adalah
subdisiplin
linguistik yang mempelajari bentuk dan pembentukan kata. Tataran 23
Verhaar, Pengantar Linguistik, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2010), hlm.
97. 24
A. Chaedar Alwasilah, Linguistik: Suatu Pengantar, (Bandung: Angkasa, 1986), hlm.
101. 25 26
21.
27
Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 3. M. Ramlan, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif, (Yogyakarta: Karyono, 1987), hlm.
E. M. Uhlenbeck, Kajian Morfologi Bahasa Jawa, alih bahasa oleh Soenarjati Djajanegara, (Jakarta: Djambatan, 1982), hlm. 4. 28 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 159. 29 Soeparno,Dasar-Dasar Linguistik Umum, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), hlm. 91
16
terendah yang dipelajari oleh morfologi adalah morfem, sedangkan tataran tertinggi yang dipelajari adalah kata kompleks. Dalam linguistik Arab, morfologi dikenal dengan istilah
tas}ri>f, yaitu perubahan bentuk (asal) kata menjadi bermacammacam bentukan untuk mendapatkan makna yang berbeda, yang tanpa perubahan ini, makna berbeda itu tidak akan terlahirkan.30 Ghulāyainīy dalam bukunya, Ja>mi‘ al-Duru>si al-‘Arabiyyah31, mendefinisikan al-tas}ri>f sebagai berikut,
كاصطالحا ىو العلم. أم تغيريىا، كمنو تصريف الرياح.التصريف لغة التغيري كدبا ألحرفها من أصالة كزيادة كصحة كإعالؿ كإبداؿ كشبو،بأحكاـ بنية الكلمة .ذلك /At-tas}ri>fu lugatan: at-tagyīr. Wa minhu tas}ri>fu r-riya>h}, ay
tagyīruha>. Wa-is}tila>h}an: huwa al-‘ilmu bi'ah}ka>mi binyati alkalimati, wa bima> li 'ah}rufiha> min as}a>latin wa ziya>datin wa s}ih}h}atin wa i‘ila>lin wa 'ibda>lin wa syibhi dza>lik/ „Al-tas}ri>f secara etimologis bermakna al-tagyi>r (perubahan). Misal,
tas}ri>fu al-riya>h (perubahan arah angin) maknanya sama dengan tagyi>ru al-riya>h. Secara terminologi adalah ilmu yang mengkaji
30
A. Chaedar Alwasilah, Linguistik: Suatu Pengantar,......, hlm. 101. Mushthafā al-Ghula>yainiy, Jāmi„u al-Durūsi al-„Arabiyyah, (Kairo: Dāru l-Hadīts, 2005), hlm. 163 31
17
tentang hukum-hukum bentuk kata dan hal-hal yang terkait dengan hurufnya, yaitu huruf asli, huruf imbuhan, huruf s}ah}īh}, huruf mu„tal, penggantian huruf, dan yang sejenisnya.‟ Objek kajian morfologi adalah satuan-satuan morfologi, proses-proses morfologi, dan alat-alat dalam proses morfologi itu. Satuan morfologi adalah morfem (akar atau afiks) dan kata. Proses morfologi melibatkan komponen, antara lain: komponen dasar atau bentuk dasar, alat pembentuk (afiks, duplikasi, komposisi), dan makna gramatikal.32 Berikut penjelasan mengenai satuan morfologi dan proses morfologi. a. Satuan Morfologi Satuan morfologi berupa morfem (bebas dan afiks) dan kata. Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang bermakna, dapat berupa akar (dasar) dan dapat berupa afiks. Bedanya, akar dapat menjadi dasar dalam pembentukan kata, sedangkan afiks tidak dapat; akar memiliki makna leksikal sedangkan afiks hanya menjadi penyebab terjadinya makna gramatikal. Apabila dalam tataran morfologi, kata merupakan satuan terbesar, akan tetapi dalam tataran sintaksis merupakan satuan terkecil. Dasar
atau
bentuk
dasar
merupakan
bentuk
yang
mengalami proses morfologis. Bentuk dasar tersebut dapat 32
Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia,........, hlm. 7.
18
berupa monomorfemis maupun polimorfemis. Alat pembentuk kata dapat berupa afiks dalam proses afiksasi, pengulangan dalam proses reduplikasi, dan berupa penggabungan yang berupa frase. Makna gramatikal merupakan makna yang muncul dalam proses gramatikal. Berbeda dengan makna gramatikal, makna leksikal yaitu makna yang dimiliki oleh sebuah leksem. Makna gramatikal memiliki hubungan dengan komponen makna leksikal pada setiap bentuk dasar atau akar. Berdasarkan jenisnya, morfem terbagi dalam dua jenis yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yang tanpa keterkaitannya dengan morfem lain dapat langsung digunakan dalam pertuturan. Sedangkan morfem terikat adalah morfem yang harus terlebih dahulu bergabung dengan
morfem
lain
untuk
dapat
digunakan
dalam
pertuturan.33 Morfem ikat disebut juga morfem afiks. Berdasarkan pengertian tersebut maka morfem terikat merupakan morfem yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai satuan yang utuh, karena morfem ini tidak memiliki kemampuan secara leksikal, akan tetapi merupakan penyebab terjadinya makna gramatikal.
33
Ibid, hlm. 17.
19
Penjelasan mengenai jenis morfem tersebut sejalan dengan pendapat Verhaar34 yang menyatakan bahwa morfem bebas secara morfemis adalah bentuk yang dapat berdiri sendiri. Artinya tidak membutuhkan bentuk lain yang digabung maupun dipisah dalam tuturan. Morfem tersebut telah memiliki makna leksikal. Berbeda dengan morfem ikat, morfem ini tidak dapat berdiri sendiri dan hanya dapat meleburkan diri pada morfem lain. b. Proses Morfologi Proses morfologi dikenal juga dengan sebutan proses morfemis atau proses gramatikal. Pengertian dari proses morfologi adalah pembentukan kata dengan afiks35, yaitu pembentukan
kata
dari
sebuah
bentuk
dasar
melalui
pembubuhan afiks dalam proses afiksasi, pengulangan atau reduplikasi, penggabungan atau proses komposisi, serta pemendekan atau proses akronimisasi. Menurut Ramlan36, proses morfologi adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Sedangkan menurut Parera37 proses morfologi sebagai sebutan lain dari proses-proses morfemis, yaitu proses pembentukan kata bermorfem jamak, baik derivatif maupun inflektif. Proses ini 34
Verhaar, Pengantar Linguistik,......., hlm 97. Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia,........, hlm. 177. 36 M. Ramlan, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif,......., hlm. 7. 37 J.D. Parera, Teori Semantik, (Jakarta: Erlangga, 2004), hlm. 18. 35
20
disebut morfemis karena proses ini bermakna dan berfungsi sebagai pelengkap makna leksikal yang dimiliki oleh sebuah bentuk dasar. Menurutnya, proses morfemis yang umum terjadi dalam setiap bahasa adalah proses morfemis afiksasi, pergantian/perubahan internal, pengulangan, zero, suplisi, dan suprasegmental. c. Proses Morfemis Wazan Fi‘l Mazi>d
Wazan Fi‘l Mazi>d tidak mengalami proses morfemis selain afiksasi. Proses afiksasi merupakan proses yang paling umum terjadi dalam suatu bahasa. Afiksasi adalah penambahan dengan afiks yang selalu berupa morfem terikat.38 Sedangkan menurut Harimurti39 afiksasi adalah proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks. Proses afiksasi terbentuk bila sebuah morfem terikat dibubuhkan atau dilekatkan pada sebuah morfem bebas. Dengan perkataan lain, proses ini terjadi dengan cara menambahkan afiks pada bentuk dasar. Afiks ini dapat dibedakan atas imbuhan awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), dan imbuhan terbagi (konfiks). Salah satu contoh afiksasi dalam wazan Fi‘l Mazi>d adalah awalan yang melekat di depan morfem dasar seperti prefiks
38 39
ت
/t/ pada pola
تفعل
Verhaar, Pengantar Linguistik,.............., hlm 60. Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik,......, hlm. 28.
/tafa‘‘ala/ dan sisipan pada
21
morfem dasar seperti infiks alif pada pola verba
فاعل/fa>‘ala/.
Penjabaran lebih lanjut tentang proses morfemis ini akan di penulis paparkan pada bab kedua penelitian ini. Proses morfologis tidak hanya menghasilkan bentuk baru melainkan juga memperoleh makna baru yang disebut makna gramatikal, sedangkan makna semula adalah makna leksikal.40 Pemaknaan tersebut dikaji dalam ilmu tentang makna, yaitu semantik. Apabila digabungkan antara morfologi dan semantik maka terbentuklah morfosemantik yang berarti perubahanperubahan makna suatu kata dengan diikuti perubahan makna kata itu sendiri. Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa pembentukan suatu makna dapat melibatkan proses morfologis di dalamnya. 2. Semantik Dalam buku Pengantar Semantik Bahasa Indonesia yang ditulis oleh Abdul Chaer, kata semantik berasal dari bahasa Yunani yaitu „sema‟ yang artinya „kata benda‟ yang berarti pula tanda atau lambang. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang di sini sebagai padanan kata „sema‟ itu adalah tanda linguistik. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure (1996), yaitu yang terdiri dari (1) komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa dan (2) komponen yang 40
Ibid, hlm. 10.
22
diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu. Kedua komponen ini adalah merupakan tanda atau lambang, sedangkan yang ditandai atau dilambanginya adalah sesuatu yang berada di luar bahasa yang lazim disebut referen atau hal yang ditunjuk. Kata semantik ini lalu diartikan sebagai ilmu tentang makna atau arti.41 Pendapat Abdul Chaer tersebut selaras dengan yang diungkapkan oleh Darmojuwono yang mengartikan semantik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa.42 Sedangkan Keraf berpendapat bahwa semantik adalah bagian dari linguistik yang meneliti makna dalam bahasa tertentu, mencari asal mula dan perkembangan dari arti suatu kata.43 Dalam bahasa Arab, semantik dinamakan dengan ‘ilmu al-
dala>lah atau ada juga yang menamakannya dengan ‘ilmu al-ma‘na>. Nama yang pertama, yang kemudian digunakan oleh penulis dalam penelitian ini, lebih populer dibanding nama kedua. Dalam bukunya, ‘ilmu al-dala>lah, „Umar44 mengutip beberapa definisi ilmu semantik sebagai berikut,
دراسة اؼبعىن /dira>satu al-ma‘na>/ 41
Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia,........, hlm. 2. Setiawati Darmojuwono, Semantik: Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik, ed. Kushartanti dkk, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), hlm. 114. 43 Gorys Keraf, Tata Bahasa Indonesia, (Ende: Nusa Indah, 1993), hlm. 129. 44 Ah}mad Mukhtār „Umar, „Ilmu al-Dālālah, (Kuwait: Maktabatu Dāru al-„Urūbati li alNasyr wa al-Tawzī„, 1982), hlm 11. 42
23
„studi tentang makna‟
العلم الذم يدرس اؼبعىن /al-‘ilmu al-ladzī yadrusu al-ma‘na>/ „suatu ilmu yang mempelajari makna‟
ذلك الفرع من علم اللغة الذم يتناكؿ نظرية اؼبعىن /z|a>lika al-far‘u min ‘ilmi al-lugati al-laz|ī yatana>walu naz}ariyyah
al-ma‘na>/ „suatu cabang ilmu linguistik yang menangani teori makna‟
ذلك الفرع الذم يدرس الشركط الواجب توافرىا يف الرمز حىت يكوف قادرا على ضبل اؼبعىن /z|a>lika al-far‘u al-laz|ī yadrusu al-syurūt}a al-wa>jiba tawa>furuha> fī
al-rumzi h}atta> yakūna qa>diran ‘ala> h}amli l-ma‘n/ „suatu cabang ilmu linguistik yang mempelajari syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam sebuah rumus sehingga mampu memuat makna‟ Pada umumnya semantik diartikan sebagai suatu studi tentang makna.45 Menurut Parera, semantik bermula sebagai pelafalan “la semantique” yang diukir oleh M. Breal dari Perancis 45
9.
Sarwiji Suwandi, Semantik: Pengantar Kajian Makna, (Yogyakarta: Media Perkasa, 2008), hlm.
24
yang merupakan satu cabang studi linguistik general, maksudnya semantik merupakan satu studi dan analisis tentang makna-makna linguistik. Oleh karena itu, semantik diartikan sebagai ilmu bahasa yang mempelajari tentang arti bahasa.46 Menurut Soeparno47 semantik dibagi menjadi dua macam, yaitu semantik leksikal dan semantik gramatikal. Semantik leksikal adalah kajian semantik yang memfokuskan kajiannya terhadap makna leksikon itu sendiri, bukan makna unsur gramatikal. Sedangkan semantik gramatikal adalah kajian semantik yang memfokuskan
kajiannya
terhadap
semantik,
seperti
makna
dalam
struktur
gramatikal. Dalam
disebutkan
Kridalaksana,48
terdapat berbagai ragam makna: makna denotatif, konotatif, leksikal, gramatikal, kognitif, dan lain-lain. Subroto49 menyebutkan beberapa jenis makna atau arti, antara lain: arti leksikal dan arti gramatikal. Arti leksikal yaitu arti yang terkandung dalam katakata sebuah bahasa yang bersifat tetap, biasanya digambarkan dalam sebuah kamus. Sedangkan arti gramatikal merupakan arti yang timbul karena relasi satuan gramatikal baik dalam konstruksi morfologi, frase, klausa atau kalimat. 46
J.D. Parera, Teori Semantik,......., hlm 42. Soeparno, Dasar-Dasar Linguistik Umum, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), hlm 106. 48 Sarwiji Suwandi, Semantik: Pengantar Kajian Makna,......, hlm 68. 49 Edi Subroto, Pengantar Studi Semantik dan Pragmatik, (Surakarta: Cakrawala Media, 2011), hlm. 31. 47
25
Dengan demikian, makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indra atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Sedangkan makna gramatikal adalah makna kata setelah mengalami proses gramatikal. Sebuah morfem bebas memiliki makna leksikal dan sebuah morfem terikat mempunyai makna gramatikal. 3. Morfosemantik Analisis morfosemantik merupakan suatu penelitian bahasa dengan menggunakan teori morfologi dan teori semantik. Berdasarkan pembentukan katanya, morfosemantik diperoleh dari gabungan kata „morfo‟ dan „semantik‟. Kata „morfo‟ diambil dari kata „morfologi‟, yaitu cabang linguistik yang mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal, sedangkan semantik adalah cabang linguistik yang meneliti arti atau makna.50 Berdasarkan pengertian mengenai morfologi dan semantik tersebut, maka morfosemantik dapat diartikan sebagai cabang ilmu linguistik
yang mengidentifikasi satuan gramatikal beserta
maknanya. Bentuk dan makna merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan, sebagaimana tampak dari definisi morfologi yang disampaikan oleh Uhlenbeck di atas yang menyebutkan tentang makna atau arti kata. Oleh karena itu bentuk dalam kajian 50
Verhaar, Pengantar Linguistik,.............., hlm 97.
26
morfologi dan makna dalam kajian semantik keduanya saling berhubungan. Sebagaimana dinyatakan oleh Nababan51 bahwa bahasa mempunyai dua aspek mendasar, yaitu bentuk (baik bunyi tulisan maupun strukturnya) dan makna (leksikal dan gramatikal). Analisis morfosemantik menurut Uhlenbeck adalah telaah kata untuk mencari makna kata dengan cara menguraikan morfemmorfem yang membentuk kata tersebut dengan menggunakan teori morfologi dan semantik. Bila mengacu pada pendapat tentang analisis morfosemantik, maka morfosemantik dapat diartikan sebagai suatu kajian bahasa yang menggunakan gabungan teori morfologi
dan
semantik,
sehingga
menghasilkan
bentuk
morfosemantik dan fungsinya.52 F. Metode Penelitian Metode adalah cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebabakibat berikutnya. Metode berfungsi untuk
menyederhanakan
masalah, sehingga lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami.53 Adapun penelitian adalah serangkaian kegiatan terencara dan sistematis untuk mencari kebenaran ilmiah.54 Penelitian juga merupakan upaya cermat, sistematis, terkontrol, dan kritis dalam 51
P.W.J. Nababan, Sosiolinguistik Linguistik Sosiologi Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), hlm. 13. 52 E. M. Uhlenbeck, Kajian Morfologi Bahasa Jawa,........., hlm 3. 53 Nyoman Kuta Ratna, Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, tt.), hlm. 34. 54
A. Chaedar Alwasilah, Linguistik: Suatu Pengantar,......, hlm. 13.
27
rangka memperoleh pemecahan suatu masalah yang dihadapi oleh manusia. Sedangkan metode penelitian bahasa adalah cara kerja untuk memahami objek ilmu bahasa. Objek ilmu bahasa adalah bahasa itu sendiri. Bahasa yang dimaksud adalah bahasa keseharian bias yang digunakan
oleh
manusia
yang
berkelompok-kelompok
dan
membentuk berbagai masyarakat penutur yang ada tersebar di seluruh dunia.55 Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis, yaitu metode
penelitian
yang
berusaha
menggambarkan
dan
menginterpretasikan objek dengan apa adanya. Adapun pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu prosedur analisis yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang dapat diamati. 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yang dilakukan dengan cara mencari dan menelaah sumber-sumber data primer dan data sekunder yang tercakup dalam penelitian ini. 2. Metode Pengumpulan Data
55
Sudaryanto, Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik, (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1993), hlm. 1.
28
Data penelitian kepustakaan adalah data-data kepustakaan yang dapat diperoleh dari buku, kamus, majalah, dan lain sebagainya. Adapun data penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu: a. Data Primer Data primer penelitian ini adalah kamus-kamus bilingual bahasa Arab “Arab-Indonesia” karya Prof. DR. H. Mahmud Yunus. Pembatasan data primer dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan keterbatasan penulis, baik waktu, kemampuan dan serta tingkat urgensi kamuskamus lain. Kamus “Arab-Indonesia” karya Prof. DR. H. Mahmud Yunus dipilih sebagai data primer penelitian ini menimbang karena kamus tersebut merupakan kamus bilingual Arab-Indonesia yang mashur digunakan di Indonesia yang penyusunannya menggunakan model alfabetis klasik, yaitu berdasarkan urutan fi„l mujarrad. b. Data Sekunder Data sekunder penelitian ini adalah buku-buku dalam
beberapa
sub
bidang
keilmuan,
mencakup
morfologi, semantik, dan data-data kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan objek penelitian ini. Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan, penulis menggunakan dua metode pengumpulan data sebagai berikut. a. Pengamatan
29
Metode ini dilakukan untuk memperoleh data primer penelitian. Penulis mengamati bentuk-bentuk fi'l yang terdapat dalam kamus yang telah penulis tetapkan sebagai data primer untuk kemudian penulis kumpulkan beserta arti masing-masing
fi‘l mazi>d. Selanjutnya penulis pilah dan pilih bentuk-bentuk fi„l tersebut sesuai dengan kelompoknya masing-masing untuk dijadikan objek penelitian. b. Studi Kepustakaan Studi ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder, telaah kepustakaan, kerangka pemikiran, serta teori yang dianggap relevan dengan permasalahan. Melalui studi kepustakaan ini diperoleh pernyataan, pemikiran beserta teori yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ingin diketahui dalam penelitian ini. Data-data ini digunakan untuk membentuk suatu kerangka teoritis atas permasalahan yang akan dibahas. Data-data kepustakaan tersebut diperoleh di Perpustakaan Pusat
Universitas
Gadjah
Mada,
Perpustakaan
Pusat
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, atau pun buku-buku koleksi pribadi penulis. Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, peneliti mengolah data tersebut dengan cara menyaring, memilih, dan membandingkan makna-makna wazan fi‘l mazi>d yang sudah terkumpul dan dikelompokkan sesuai dengan
30
kelompoknya
masing-masing
untuk
kemudian
dianalisa
dengan metode dan teknik analisis yang telah penulis tetapkan. 3. Metode Teknik ddan Analisa Data a. Metode Analisis Metode analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode padan atau disebut juga dengan metode identitas oleh Sudaryanto dan Subroto, yaitu metode analisis data yang alat penentunya berada di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan atau di teliti.56 Penggunaan metode analisis data ini penulis maksudkan untuk menentukan kejatian dan identitas objek penelitian berdasarkan
tingginya
kadar
kesepadanan,
keselarasan,
kesesuaian, atau kesamaannya dengan alat penentu yang sekaligus menjadi standard atau pembakunya.57 Dalam penerapannya, penulis menggunakan metode ini untuk menentukan kadar kesepadanan, keselarasan, kesesuaian, atau kesamaan makna-makna fi‘l mazi>d antara satu dengan lainnya untuk kemudian menemukan wazan fi‘l mazi>d yang paling produktif dalam memproduksi makna. b. Teknik Analisis Teknik analisis dalam metode padan yang penulis gunakan adalah teknik hubung banding, yaitu teknik analisa data 56 57
Tri mastoyo Jati Kesuma, Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa,......, hlm. 47. Ibid, hlm. 48.
31
dengan cara membandingkan satuan-satuan kebahasaan yang dianalisis dengan alat penentu berupa hubungan banding antara semua unsur penentu yang relevan dengan semua unsur kebahasaan yang ditentukan dengan maksud untuk mencari kesamaan, perbedaan dan kesamaan hal pokok di antara satuan-satuan penerapannya,
kebahasaan penulis
yang
dibandingkan.58
menggunakan
teknik
ini
Dalam untuk
menemukan kesamaan, perbedaan dan kesamaan hal pokok pada makna-makna fi‘l mazi>d antara satu dengan lainnya untuk kemudian menemukan wazan fi‘l mazi>d yang paling produktif dalam memproduksi makna. 4.
Penyajian Hasil Analisis Tahap yang dilaksanakan setelah data selesai dianalisis adalah menyajikan hasil data. Dalam pelaksanaannya, hasil analisis data dapat disajikan secara informal dan formal.59 Metode penyajian formal berupa perumusan kaidah-kaidah melalui tandatanda dan lambang-lambang, sedangkan metode penyajian non formal berupa pendeskripsian dengan menggunakan kata-kata biasa.60 Pada penelitian ini, penyajian analisis data dilakukan secara formal dan informal. Secara formal penulis akan menyajikan data
58
Ibid, hlm. 53. Ibid, hlm. 71. 60 Sudaryanto, Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa......, hlm. 145. 59
32
dalam bentuk tabel. Selain penyajian secara formal, hasil analisis juga
akan
disajikan
secara
informal,
yaitu
dengan
mendeskripsikan hasil analisis. G. Sistematika Penulisan Penulisan penelitian tentang produktivitas wazan fi‘l mazi>d melalui analisa morfosemantik ini disusun secara sistematis dalam lima bab yang terkait secara logis antara satu bab dengan lainnya. Masingmasing bab memuat sub bab menyesuaikan dengan kebutuhan induk bab. Bab pertama memuat latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua penulis mendeskripsikan historisitas kehidupan Mahmud Yunus dan kamus Arab-Indonesia yang meliputi dua bab, yaitu pertama, Historisitas Mahmud Yunus yang meliputi empat sub bab, yaitu pertama, biografi Mahmud yunus, kedua, sejarah inntelektual Mahmud Yunus, ketiga, sejarah karir Mahmud Yunus, keempat, karyatulis Mahmud Yunus. Yang kedua, kamus ArabIndonesia yang meliputi dua sdub bab, yaitu pertama, sistematika kamus, dan kedua, karakteristik kamus. Bab ketiga penulis mendeskripsikan morfologi Arab definisi dan hubunganya secara teoritis yang meliputi tiga sub bab, yaitu pertama, morfologi Arab; sebuah subdisiplin ilmu linguistik. Kedua, Semantik;
33
Teori Makna dalam Ilmu Linguistik. Ketiga, Hubungan Morfologi dan Semantik; Morfo-Semantik dalam Kajian Tas}ri>f al-Af’a>l. Deskripsi ini penulis maksudkan sebagai dasar teoritis dalam analisis yang penulis lakukan pada bab keempat dalam penelitian ini. Bab keempat penulis menganalisa produktivitas wazan fi‘l mazi>d dalam pembentukan makna kata. Analisa yang dilakukan dalam bab ini mencakup dua sub bab, yaitu Bentuk Perubahan Fi’l ma>d}i> ke
mazi>d, Produktivitas Fi’l Mazi>d Kamus Arab-Indonesia Dalam Pembentukan Makna. Bab
kelima
memuat
penutup,
penulis
akan
memaparkan
kesimpulan dan saran terkait produktivitas wazan fi‘l mazi>d pembentukan
makna
kata
dalam
bahasa
Arab.
BAB V PENUTUP KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan-pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan sesuai dengan rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini , maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan, di antaranya yaitu sebagai berikut: 1.
Kata yang bers}igah Fi’l ma>d}i> s\ulas\i mujarrad mengalami perubahan pada setiap wazan yang ada sehingga menjadi fi’l
ma>d}i> s\ulas\i mazi>d, baik itu tambahan satu huruf (bih}arfin), dua huruf (bih}arfain), atau tiga huruf (bi s\ala>s\ati ah}ru>f) tergantung pada perubahan yang sesuai dengan wazan itu. Dalam kamus tersebut, peneliti mendapatkan tidak selalu kata yang bers}igah Fi’l ma>d}i> s\ulas\i mujarrad mengalami perubahan sesuai dengan wazan-wazan yang ada, tetapi hanya beberapa wazan saja kata tersebut dapat mengalami bentuk perubahan
fi’l ma>d}i> ke mazi>d. 2.
Perubahan kata yang bers}igah fi’l ma>d}i> ke mazi>d tersebut telah mempengaruhi makna di setiap perubahan itu. Dari perubahan tersebut menghasilkan makna yang produktif disetiap wazannya.
Produktivitas makna fi’l mazi>d dalam
kamus Arab-Indonesia pada wazan
فعل ّ
adalah
التعدية,
pada
349
wazan
فاعل
adalah
adalah
التعدية,
pada wazan
قد يكوف دبعىن فَػ َع َل اجملرد,
pada wazan
تفاعل
adalah
تفعل ّ
adalah
للمشاركة,
pada wazan
للتكليف
pada wazan
dan
أفعل
الصريكرة,
انفعل
adalah
ؼبطاكعة فَػ َع َل, pada wazan افتعلadalah ؼبطاكعة فَػ َع َل, pada wazan افعل ّ adalah الداللة على الدخوؿ يف الصفة, pada wazan استفعلadalah للطلب, pada wazan افعوعلadalah قد يكوف دبعىن اجملرد. B. Saran Berdasarkan hasil dari penelitian, maka ada beberapa hal yang perlu untuk dijadikan saran dan masukan guna meningkatkan kualitas penelitian, yaitu sebagai berikut: 1. Penelitian ini membutuhkan penelitian lanjutan karena hanya meneliti
dari
komponen
bentuk/morfologis
dan
makna/semantis dengan menafikan komponen fonologis. Sehingga diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai kebahasaan khususnya bidang Morfosemantik dalam bentuk fonologis untuk memperoleh penelitian yang lebih lengkap dan komprehensif.
350
DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, A. Chaedar. 1986. Linguistik: Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa. Cejne, Anwar G. 1996. Bahasa Arab Dan Peranannya Dalam Sejarah: The Arabic Language: It Role In History. Jakarta: Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Depdikbud Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Darmojuwono, Setiawati. 2007. Semantik: Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik, ed. Kushartanti dkk. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. El-Dahdah, Antoine. 1991. Mu„jamu Tashrīf l-Af„āl l-„Arabiyyah. Beirut: Maktabati Libnān. Ghulāyainiy, Mushthafā al-. 2005. Jāmi„u d-Durūsi l-„Arabiyyah. Kairo: Dāru lHadīts. Hitti, Philip K. 2006. History Of The Arabs. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta Holes, Clive. 1995. Modern Arabic: Structures, Function and Varieties. New York: Longman Publishing. Izdiyan Muttaqin, Muhammad. ‘Aja>ibu allughati al-‘Arabiyyah Keajaiban Bahasa Arab, e-book dari www.bahasaarabkita.com, tanpa tahun, hlm. 7. http://bahasaarabkita.com/wp-content/uploads/2014/12/keajaiban-bahasaarab-2.pdf
Keraf, Gorys. 1993. Tata Bahasa Indonesia. Ende: Nusa Indah. Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa, Yogyakarta: Carasvatibooks.
351
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Lembaga Bahasa Arab Kairo. 2011. Al-Mu'jamu l-Wasīthi. Kairo: Maktabat lSyurūq l-Dauliyah.
Luthfi, Khabibi Muhammad. 2010. Menggugat Harakat Al-Qur‟an. Madina Press, Yogyakarta.
Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Moleong, Lexy J. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya. Muhammad, Azhar bin. Juni 2005. Beberapa Aspek Keunikan Dan Keistimewaan Bahasa Arab Sebagai Bahasa Al-Quran. Jurnal Teknologi University Teknologi Malaysia. volume 42. http://eprints.utm.my/1827/1/JTJUN42E5.pdf
Nababan, P.W.J. 1993. Sosiolinguistik Linguistik Sosiologi Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Parera, J.D. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga. Ramlan, M. 1987. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: Karyono. Ratna, Nyoman Kuta. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, tt.
Rifa‟i, Ilyas. Tanpa tahun. Mengenal Kamus Arab-Indonesia Mahmud Yunus. Artikel yang ditulis oleh dosen Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah UIN Bandung. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=161010&val=5890&titl e=Mengenal%20Kamus%20Arab-Indonesia%20Mahmud%20Yunus.
352
Rina, Malta. Tanpa tahun. Pemikiran Dan Karya-Karya Prof. DR. H. Mahmud Yunus Tentang Pendidikan Islam. Artikel Ilmu Sejarah Pascasarjana UNAND. http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/ArtikelPemikiran-dn-Karya-karya-Prof.Dr_.H.-Mahmud-Yunus-tentangPendidikan-Islam-1920-1982.pdf
Subroto, Edi. 2011. Pengantar Studi Semantik dan Pragmatik. Surakarta: Cakrawala Media. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Soeparno. 2002. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: Tiara Wacana. Suwandi, Sarwiji. 2008. Semantik: Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta: Media Perkasa. Uhlenbeck, E. M. 1982. Kajian Morfologi Bahasa Jawa, alih bahasa oleh Soenarjati Djajanegara. Jakarta: Djambatan.
„Umar, Ah}mad Mukhtār. 1982. „Ilmu d-Dālālah. Kuwait: Maktabatu Dāru l„Urūbati li n-Nasyr wa t-Tawzī„.
Verhaar, J. W. M. 1996. University Press.
Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada
353
Curiculum Vitae Nama
: Ashief El Qorny
TTL
: Temanggung, 09 April 1988
NIM
: 1420510001
Alamat asal
: Karangsari RT 02/05 kec. Parakan kab. Temanggung Jawa Tengah
Orang tua: Ayah
: H. Yusuf Tadjuddin Nur Lc, M.SI
Pekerjaan
: wiraswasta
Ibu
: Hj. Siti Latifah Agustiati
Pekerjaan
: IRT
Riwayat Pendidikan MI Al-Ikhlas Karangsari
(2000)
MTsN Negeri Parakan
(2003)
Pondok Modern Gontor Ponorogo
(2006)
MA Darul Amanah
(2008)
S1 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
(2013)