PRODUKTIFITAS PENGUMPULAN KAYU KE TEPI JALAN LOGGING DENGAN MENGGUNAKAN CHEVROLET C-50 PADA KEGIATAN PENYARADAN DI PT. MHP, SUMATERA SELATAN (Studi Kasus di HPHTI PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan)
MUTHIAH AZMI E02498039
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
RINGKASAN Muthiah Azmi (E02498039). Produktivitas Pengumpulan Kayu ke Tepi Jalan Logging dengan Menggunakan Chevrolet C-50 pada Kegiatan Penyaradan di PT. MHP Sumatera Selatan (Studi Kasus di HPHTI PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan). Bimbingan Ir. Tjetjep Ukman Karnasastra MM. Kebutuhan akan kayu sebagai bahan baku industri pengolahan hasil hutan yang merupakan salah satu andalan perekonomian Indonesia selalu meningkat sehingga harus diimbangi dengan peningkatan pasokan bahan baku kayu (bbk). Untuk mencukupinya maka pemerintah mengeluarkan PP no.7/1990 tentang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri. PT. MHP sebagai salah satu pelopor pembangunan dan pengembangan HTI yang mensuplai bahan baku kayu bagi PT. Tanjung Enim Lestari (TEL) selalu melakukan optimalisasi pemanenan agar kebutuhan tersebut dapat terpenuhi. Cara mengoptimalisasinya adalah dengan menggunakan kabel untuk mengeluarkan kayu ke tepi jalan angkutan agar potensi kayu di kelerengan > 15 % dapat dikeluarkan secara efektif dan efisien. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui produktivitas metode pengumpulan kayu dengan menggunakan sistim kabel yang memanfaatkan tenaga gerak dari Chevrolet C-50 1500 cc untuk mengumpulkan kayu (winching) di PT. Musi Hutan Persada. Penelitian ini bermanfaat bagi perusahaan dalam memilih dan menerapkan alat yang sesuai pada kegiatan pengumpulan kayu guna menunjang kelancaran produksi. Penelitian dilakukan di petak 18, seting 71, Blok Tebing Indah I, Unit VIII Tebing Indah, SU 2 Benakat PT. MHP Sumatera Selatan selama Bulan September tahun 2003. Alat yang digunakan berupa satu unit sistim kabel (Chevrolet C-50 1500 cc, kabel baja berpengait 5/8 inci dan dua katrol jengkol), stopwatch, meteran, tally sheet, kamera, film negatif, alat tulis serta kalkulator. Bahan penelitian berupa tegakan Acacia mangium '91/92 seluas 27 Ha, 1200 pohon/Ha. Data yang diambil meliputi data primer yaitu : waktu kerja tiap elemen penyaradan, jarak sarad, diameter dan panjang kayu yang disarad, jam kerja, jumlah hari kerja perbulan serta spesifikasi alat. Data tersebut digunakan untuk menghitung volume kayu, waktu sarad, waktu kerja, produktivitas penyaradan dan prestasi kerja penyaradan dengan menggunakan sistim kabel katrol ditunjang
dengan data sekunder berupa kondisi umum lapangan dan peta kerja. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan personal computer program SAS 6.12. Sistim pemanenan adalah tebang habis untuk seluruh jenis kayu, tetapi bagi kayu non Acacia mangium tidak diangkut ke pabrik. Pemanenan dilakukan secara kontrak dimana pengawasan perusahaan terhadap pekerjaan diperlukan untuk ketepatan kerja dan waktu kerja. Kontraktor wajib mengambil data areal sebelum menebang untuk menentukan tiang, jalur sarad, letak mobil dan TPn. Kegiatan penebangan meliputi penebangan (cutting/felling), pembuangan ranting/cabang (delimbing) dan pemotongan batang (trimming/bucking). Sistim kabel katrol memanfaatkan mesin mobil yang dimodifikasi untuk menggulung kabel guna menarik kayu secara mendatar menyentuh tanah dibantu satu atau dua buah katrol pada areal berlereng > 15 % menggantikan forwarder yang tidak bekerja optimal di kelerengan tersebut. Sistim ini menarik kayu panjang (Tree Length System) berdiameter minimal 8 cm menggunakan Chevrolet C-50, kabel baja berpengait (±150 m) dan dua buah katrol (satu diletakkan setinggi 2-3 m pada pohon tiang, lainnya akan digunakan bila diperlukan). Untuk menarik kayu kabel harus diulur dan ditarik secara manual menuju kayu dengan keadaan mesin mobil mati. Lalu kabel diikatkan pada kayu kemudian ditarik dengan menggunakan tenaga mobil. Kabel digulung pada celah roda kanan belakang yang sedikit diangkat agar tidak bergesekan tanah ketika menggulung kabel. Setelah ditarik kayu dibagi 2,5 m dan ditumpuk secara manual di tepi jalan angkutan. Regu kerja terdiri dari operator gergaji rantai dan keneknya, tukang ikat, operator mobil dan keneknya serta 8 orang tukang tumpuk. Setelah seluruh kayu dalam jangkauan kabel ditumpuk di TPn sistim harus pindah dengan jarak yang tidak dapat ditentukan ke areal terdekat di tepi jalan. Setelah seluruh kegiatan pemanenan selesai, jalan angkutan akan dirapihkan dan kayu dibawa ke tempat pengolahan atau pabrik. tanpa harus ke TPK. Dari penelitian diketahui bahwa sistim C-50 dapat menarik 0,28 m3 kayu per trip dengan jarak sarad rata-rata 29,20 m. Waktu sarad efektifnya adalah sebesar 82,75 detik dan waktu sarad aktualnya sebesar 129,02 detik. Persiapan alat membutuhkan waktu sebesar 7595 detik dengan waktu hilang 257 detik.
Waktu
hilang
disebabkan
pekerja
mengobrol,
mesin
mati,
kabel
lepas/tersangkut, kayu tersangkut, atau jalan mobil terhambat saat berpindah. Produktivitas efektif alat sebesar 12,18 m3/jam dan produktivitas aktual alat sebesar 7,81 m3/jam. Dengan memperhitungkan waktu persiapan dan waktu tumpuk diperoleh waktu kerja efektif sistim C-50 adalah sebesar 12165 detik sedangkan waktu aktualnya sebesar 15121 detik. Produktivitas kerja efektif sistim penyaradan dengan menggunakan C-50 diperoleh sebesar 4,78 m3/jam dan produktivitas kerja aktualnya sebesar 3,84 m3/jam. Dari produktivitas kerja tersebut maka dengan memperhitungkan jam kerja perhari diperoleh prestasi kerja pengeluaran kayu ke tepi jalan angkutan adalah sebesar 30,72 m3/hari kerja. Produktivitas dipengaruhi oleh volume kayu yang disarad dan jarak sarad secara bersamaan atau sendiri-sendiri. Mengacu pada SOP PT. MHP, proses pemanenan kayu dengan kabel katrol di lapangan telah mendekati SOP-nya. Karena sistim kabel katrol adalah sistem kontrak maka seluruh tanggungjawab operasi berada ditangan kontraktor dan perusahan tidak akan mencampuri kebijakan kontraktor di lapangan kecuali bila mengganggu kelancaran produksi. Perusahaan dianjurkan untuk tetap mempertahankan penggunaan sistim kabel katrol ini karena beberapa kelebihan, yaitu : biaya yang murah, memerlukan tenaga kerja yang cukup banyak sehingga dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar hutan dan yang paling penting adalah produktivitasnya yang cukup tinggi sehingga target produksi dapat cepat dipenuhi. Untuk mencegah kelebihan produksi maka jumlah penggunaan sistim kabel harus diperhitungkan dengan seksama oleh perusahaan. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan hasil penelitian ini terutama nilai prestasi kerja penyaradan dengan menggunakan sistim kabel katrol. Untuk memperkuat hasil penelitian ini maka penelitian lebih lanjut terhadap terhadap faktor lain yang mempengaruhi produktifitas seperti tinggi katrol, jenis kabel dan lainnya serta penelitian terhadap sistim kabel lain yang juga digunakan di PT. MHP dapat dilakukan untuk membantu pemilihan sistim yang akan digunakan perusahaan.
PRODUKTIFITAS PENGUMPULAN KAYU KE TEPI JALAN LOGGING DENGAN MENGGUNAKAN CHEVROLET C-50 PADA KEGIATAN PENYARADAN DI PT. MHP, SUMATERA SELATAN (Studi Kasus di HPHTI PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan)
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
MUTHIAH AZMI E02498039
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 Judul Penelitian
: Produktifitas Pengumpulan Kayu Ke Tepi Jalan Logging dengan Menggunakan Chevrolet C-50 pada
Kegiatan
Penyaradan
di
PT.
MHP,
Sumatera Selatan (Studi Kasus di HPHTI PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan) Nama/NRP
: Muthiah Azmi/E02498039
Departemen/Fakultas
: Teknologi Hasil Hutan/Kehutanan, IPB
Menyetujui : Pembimbing
Ir. Tjetjep Ukman Karnasastra, MM. Tanggal :
Mengetahui : Dekan Fakultas Kehutanan
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS. Tanggal :
Tanggal Lulus : ........................... RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, 10 Februari 1980 dan terlahir sebagai anak keempat dari lima bersaudara yang semuanya perempuan. Ayah penulis bernama H. S. Ichwan Tambunan dan ibunya bernama Hj. Ida Kesumawati Siregar (alm) yang meninggal saat penulis sedang mengerjakan skripsi ini. Riwayat pendidikan diawali dari TK Kelapa Gading selama dua tahun dilanjutkan pada SDN Kelapa Gading Timur 01 pagi (1986-1992). Setelah itu penulis menerima pendidikan dari Islamic Center Muhammadiyah Cipanas, Pacet Cianjur ((1992-1995) dilanjutkan pada SMU Negeri 45 Jakarta (1995-1998). Pada Juli 1998 penulis diterima di Jurusan Teknologi Hasil Hutan , Fakultas Kehutanan IPB melalui jalur USMI dan pada tahun kedua penulis memilih pemanenan sebagai sub program studinya. Saat ini penulis aktif di organisasi massa seperti Muhammadiyah Cabang Kelapa Gading, Aisyiah Cabang Kelapa Gading dan PAN Cabang Kelapa Gading. Di kampus, selain menjadi anggota Himasiltan penulis juga pernah aktif dalam kepanitiaan intra Fakultas. Untuk memenuhi persyaratan akademik, penulis telah melaksanakan P3H di Jawa Tengah, PKL di PT. Inhutani II Sub Unit Malinau Kalimantan Timur dan praktek khusus di PT. MHP Sumatera Selatan guna melaksanakan penelitian untuk penyusunan skripsi yang berjudul Produktivitas Pengumpulan Kayu ke Tepi Jalan Logging dengan Menggunakan Chevrolet C-50 pada Kegiatan Penyaradan di PT. MHP Sumatera Selatan (Studi Kasus di PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan) dibawah bimbingan Bapak Ir. Tjetjep Ukman Karnasastra MM. Selain itu penulis juga pernah mengikuti beberapa pelatihan antara lain Pelatihan Lebah Madu, Pelatihan Manajemen Alat Berat, Pelatihan Pemulasaraan Jenazah, Pelatihan Komunikasi dan Kesehatan Reproduksi Remaja dan menjadi peserta Pengkajian Ramadhan 1426 H PP Muhammadiyah.
Jakarta, 29 Desember 2005 Penulis KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang atas rahmat dan karunia-Nyalah skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan sebaikbaiknya. Skripsi ini merupakan karya puncak penulis selama berkuliah di Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Sebagai sebuah mahakarya, tentu saja skripsi ini bukan saja merupakan hasil kerja keras sendiri melainkan juga atas dukungan, dorongan, cinta dan kasih sayang dari berbagai pihak. Karenanya, secara khusus penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Pa dan Ma (alm) yang terus memberi semangat agar thie’ tidak mudah menyerah. “Beribu maaf karena begitu banyak waktu yang terbuang, bahkan Ma pun tak ada saat ini selesai. Sekali lagi maaf, karena hanya itu yang bisa terucap” 2. Tulang Taufik dan Nantulang di Cilacap beserta semua sepupu. Terima kasih untuk semua yang takkan bisa terhitung. Allah-lah yang akan membalasnya.. 3. Keluarga terkasih. Sisters, brother in law, nieces and nephew. Love U so 4. Ir. Tjetjep Ukman Karnasastra, MM. sebagai dosen pembimbing untuk semua masukan agar skripsi ini menjadi lebih baik. 5. Ir. Yoyo Ontaryo yang sangat membantu saat menguji 6. Ir. Oemijati Rachmatsjah, MS karena bersedia datang untuk menguji. 7. Ibu Atun di PT. MHP yang bersedia menerima penulis untuk dapat melakukan penelitian di PT. MHP, Sumatera Selatan. 8. Ir. Bambang Surya Irawan atas segala bantuannya saat di lapangan ataupun sesudahnya. Terima kasih untuk segala nasihatnya. 9. K' Budi danseluruh anggota tim di Setting 71 yang sangat membantu meringankan pekerjaan di lapangan dengan tenaga dan tawanya. 10. Tulang Tengku dan Nantulang serta keluarga di Palembang. 11. Seluruh staff dan karyawan SU II Benakat dan Unit VIII Tebing Indah. 12. Karibku You-lee dan Fit-W. “Ingat, 2010 itu sebentar lagi !”
13. Para sahabat yang terus memompakan semangat untuk tidak menyerah. 14. 'Marha mah' kosan tercinta beserta seluruh penghuninya , dahulu dan sekarang. 15. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini tetapi tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih banyak. Semoga Allah yang Maha Pengingat membalas apa yang telah kalian berikan. Akhirnya, semoga karya ini dapat memberi manfaat lebih dalam perkembangan ilmu dan teknologi kehutanan di Indonesia. Bogor, 29 Desember 2005 Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ...................................................................................................... ii LEMBAR PERSEMBAHAN .............................................................................. v LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. vi RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vii KATA PENGANTAR .........................................................................................viii DAFTAR ISI ....................................................................................................... x DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiii DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv PENDAHULUAN Latar Belakang ................................................................................................. 1 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 2 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 2 TINJAUAN PUSTAKA Pemanenan Kayu .............................................................................................. 3 Penyaradan Kayu .............................................................................................. 4 Penyaradan dengan Kabel ................................................................................. 6 Penyaradan dengan Traktor .............................................................................. 11 Waktu Kerja ..................................................................................................... 12 Penelitian Waktu Kerja...................................................................................... 13 Prestasi Kerja .................................................................................................... 15 Produktivitas .................................................................................................... 16 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 17 Bahan dan Alat Penelitian ................................................................................. 17 Prosedur Kerja .................................................................................................. 18
Prosedur Pengumpulan Data ................................................................................. 19 Analisa Data ......................................................................................................... 20 Halaman KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Bentuk Badan Usaha ......................................................................................... 23 Letak dan Luas Areal ........................................................................................ 23 Iklim dan Hidrologi .......................................................................................... 24 Topografi dan Tanah ......................................................................................... 24 Keadaan Vegetasi ............................................................................................. 25 Sosial Ekonomi Masyarakat .............................................................................. 25 Struktur Organisasi ........................................................................................... 25 Tata Usaha Kayu .............................................................................................. 26 Spesifikasi Pekerjaan Pemanenan Acacia mangium di HPHTI PT. MHP ........... 27 Persyaratan Pekerjaan Penebangan ............................................................... 27 Efektifitas Volume dan Jangka Waktu Pekerjaan .......................................... 29 Nilai Pekerjaan dan Pembayaran .................................................................. 30 Teknis Pekerjaan Penebangan Penyaradan dengan Kabel serta Tumpukan ............................................................................................. 31 Teknis Pekerjaan Penyaradan dengan Kabel serta Penumpukan Kayu Acacia mangium ........................................................................................... 32 Penumpukan ................................................................................................ 33 Inspeksi Kayu .............................................................................................. 34 Administrasi dan Tata Usaha Kayu .............................................................. 34 Lain-lain ...................................................................................................... 35 Sistem Penyaradan dengan Kabel yang Digunakan oleh PT. MHP .................... 35 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemanenan Kayu .............................................................................................. 37 Penyaradan dengan Menggunakan Kabel Katrol ............................................... 39 Spesifikasi Alat ................................................................................................. 40 Regu Kerja ....................................................................................................... 41 Persiapan Alat .................................................................................................. 42
Waktu Kerja Sistim Kabel Katrol ......................................................................... 43 Produktivitas Alat ................................................................................................. 45 Prestasi Kerja Sistim Kabel Katrol .................................................................... 46 Halaman Pengaruh Jarak Sarad dan Volume Kayu terhadap Produktivitas Penyaradan Dengan Menggunakan Kabel ......................................................... 47 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...................................................................................................... 50 Saran ................................................................................................................ 51 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 52 LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Tabel Pemilihan Cara Pengekstrasian Kayu ........................................... 5 Tabel 2. Kondisi Vegetasi Penutupan Lahan di Areal PT. MHP ..........................25 Tabel 3. Sistim Penyaradan dengan Menggunakan Chevrolet (C-50) ..................40 Tabel 4. Spesifikasi Alat yang Digunakan dalam Sistim C-50 .............................41 Tabel 5. Perincian Regu Kerja Sistim Kabel Katrol .............................................42 Tabel 6. Waktu Persiapan Sistem C-50 ................................................................43 Tabel 7. Total Waktu Kerja dengan Menggunakan Sistim C-50 ..........................44 Tabel 8. Produktivitas Kerja Sistim C-50 ............................................................44 Tabel 9. Perbandingan Produktivitas Kerja Sistim C-50 dan Sistim Hardtop (Arsis, 2003) .........................................................................................44 Tabel 10. Produktivitas Sistim C-50 .....................................................................45 Tabel 11. Prosentase Elemen Kerja Penyaradan Sistim C-50 .................................46 Tabel 12. Prestasi Kerja Per Hari Kerja Sistim C-50 .............................................46 Tabel 13. Perbandingan Prestasi Kerja Sistim C-50 dan Sistim Hardtop ...............46 Tabel 14. Hasil Perhitungan Pengaruh Jarak Sarad dan Volume Kayu yang Disarad terhadap Produktivitas Kerja Alat pada Sistim Kabel Katrol ....52
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Chevrolet C-50 ...................................................................................16 Gambar 2. Ban Penggulung Sistim C-50 ..............................................................39 Gambar 3. Katrol pada Tiang Utama ....................................................................41 Gambar 4. Proses Pengikatan Kayu ....................................................................41 Gambar 5. Rantai Pengikat Roda .........................................................................44 Gambar 6. Rantai Pengikat Bak ...........................................................................44 Gambar 7. Grafik Hubungan Jarak Sarad terhadap Produktivitas Sistem Kabel ....48 Gambar 9. Grafik Hubungan Volume Kayu terhadap Produktivitas Sistem Kabel 48
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel Harian di Lapangan Lampiran 2. Rekapitulasi Data Harian di Lapangan Lampiran 3. Waktu Hilang dan Jenisnya dalam Kegiatan Penyaradan Lampiran 4. Waktu Perpindahan Alat Lampiran 5. Analisis Regresi Hubungan antara Jarak Sarad dengan Produktivitas Efektif Kerja Alat pada Sistem C-50 Lampiran 6. Analisis Regresi Hubungan antara Volume dengan Produktivitas Efektif Kerja Alat pada Sistem C-50 Lampiran 7. Analisis Regresi Hubungan antara Jarak Sarad dengan Produktivitas Aktual Kerja Alat pada Sistem C-50 Lampiran 8. Analisis Regresi Hubungan antara Volume dengan Produktivitas Aktual Kerja Alat pada Sistem C-50 Lampiran 9. Analisis Regresi Hubungan antara Jarak Sarad dan Volume dengan Produktivitas Efektif Kerja Alat pada Sistem C-50 Lampiran 10. Analisis Regresi Hubungan antara Jarak Sarad dan Volume dengan Produktivitas Aktual Kerja Alat pada Sistem C-50 Lampiran 11. Sketsa Tarik Panjang Mobil C-50 Lampiran 12. Rekapitulasi Target dan Realisasi Tebangan Sistim Skyline C-50 Lampiran 13. Petunjuk Teknis Penyaradan dengan Sistem Kabel untuk Areal Jurang Lampiran 14. Peta Kerja PT. Musi Hutan Persada Wilayah Benakat Unit VIII Tebing Indah
PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor kehutanan merupakan salah satu andalan perekonomian Indonesia yang berfungsi mensuplai bahan baku kayu bagi industri hasil hutan maupun kebutuhan rumah tangga. Kebutuhan akan bahan baku kayu tersebut akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia sehingga untuk mencukupinya harus diimbangi dengan peningkatan bahan baku kayu. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka alternatif pemecahannya adalah dengan membangun Hutan Tanaman Industri (HTI). Peraturan Pemerintah (PP) No. 7/1990 tentang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri menjelaskan bahwa Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan hutan tanaman yang dikelola berdasarkan prinsip pemanfaatan optimal dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam. Prioritas areal yang bisa dijadikan lokasi HTI adalah areal yang kurang produktif termasuk areal HPH yang sudah dipanen kayunya.
Hingga akhir Pelita VI (1997)
pembangunan HTI mencapai luas sekitar 2,12 juta hektar yang terdiri dari HTI Pulp 884.000 Ha, HTI Plywood 760.000 Ha, HTI Trans 210.000 Ha dan Budidaya Tanaman Andalan seluas 306.000 Ha (Departemen Kehutanan, 1998). PT. Musi Hutan Persada merupakan salah satu pelopor pembangunan dan pengembangan HTI dengan luas areal kerja sebesar ± 300.000 Ha yang terbagi kedalam tiga Kelompok Hutan yaitu : Kelompok Hutan Suban Jeriji, Kelompok Hutan Benakat dan Kelompok Hutan Martapura. Pembangunan HTI PT. MHP ditujukan untuk mensuplai kebutuhan bahan baku bagi PT. Tanjung Enim Lestari (PT. TEL) yang memproduksi pulp dengan kapasitas terpasang sebesar 500.000 ton pulp per tahun. Maka untuk memenuhi target tersebut, PT. MHP harus menyediakan pasokan kayu sekitar 2,3 juta m3/tahun. Mengingat besarnya volume kayu yang harus disediakan dan ketergantungan industri pengolahan (PT. TEL) akan ketepatan waktu penyediaan kayu maka optimalisasi
pemanenan harus dilakukan dengan cara melakukan pemanenan kayu secara efektif dan efisien, termasuk kayu-kayu yang terdapat pada areal-areal dengan topografi curam (jurang). Salah satu cara pengoptimalisasian pemanenan yang dilakukan PT. MHP adalah dengan mengadopsi sistem kabel dalam mengumpulkan kayu (bunching) dari tempat rebahnya agar potensi kayu yang berada di tempat sulit (jurang) dapat dikeluarkan secara efektif dan efisien. Sistem kabel merupakan sistem baru yang harus diuji kelayakannya sehingga dapat dipilih sebagai salah satu cara untuk mengeluarkan kayu dari petak tebang ke tempat pengumpulannya. Pengujian
penggunaan
sistem
kabel
tunggal
untuk
kegiatan
pengumpulan kayu (bunching) dilakukan melalui penelitian kerja dengan metode pengukuran kerja dan penelitian waktu kerja. Produktivitas kerja dan produktivitas alat juga harus diperhatikan sebagai masukan untuk perbaikan metode kerja dari metode kerja yang telah ada. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas metode pengumpulan kayu dengan menggunakan sistim kabel yang memanfaatkan tenaga gerak dari Chevrolet C-50 1500 cc untuk mengumpulkan kayu (winching) di PT. Musi Hutan Persada. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat bagi perusahaan dalam memilih dan menerapkan alat yang sesuai pada kegiatan pengumpulan kayu guna menunjang kelancaran produksi.
TINJAUAN PUSTAKA Pemanenan Kayu Conway (1982) menjelaskan bahwa pemanenan kayu merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu dari dalam hutan ke tempat penggunaan atau pengolahan kayu. Kegiatan ini dibedakan atas : 1. Penebangan, yang terdiri dari penebangan (cutting/felling), pembuangan ranting/cabang (delimbing) dan pemotongan batang (trimming/bucking). 2. Penyaradan (skidding) yaitu usaha untuk mengangkut kayu dari tempat penebangan ke tepi jalan angkutan. 3. Pengangkutan, yaitu usaha untuk mengangkut kayu dari hutan ke tempat penimbunan atau langsung ke tempat pengolahan kayu. 4. Penimbunan, yaitu usaha untuk menyimpan kayu dalam keadaan baik sebelum digunakan atau dipasarkan termasuk pemotongan ujung-ujung kayu yang pecah atau kurang rata sebelum ditimbun. United Tractors (1993) membagi sistim pemanenan hasil hutan ditinjau dari mekanisasi yang dipakai menjadi tiga macam, yaitu : 1. Sistim Manual, dimana seluruh proses pemanenan dilakukan secara manual menggunakan tenaga otot. 2. Sistim Semi Mekanis, dimana proses pemanenan sudah menggunakan tenaga mekanik hanya saja masih memerlukan campur tangan manusia dalam pengoperasiannya. 3. Sistim Mekanis Penuh, dimana seluruh proses pemanenan sudah menggunakan tenaga mekanik. Tujuan pemanenan kayu menurut Nugroho (1995) adalah : 1. Memproduksi kayu secara lestari baik sumberdaya hutannya maupun lingkungan hutannya 2. Mendapatkan nilai tambah yang meliputi : a. Keuntungan finansial bagi perusahaan agar eksistensi usahanya terjamin b. Membuka kesempatan kerja dan kesempatan berusaha c. Menumbuhkembangkan perekonomian lokal, regional dan nasional 3. Menyediakan kayu bulat bagi masyarakat (industri perkayuan atau individu)
Suparto dalam Elias (1999) membagi sistim pemanenan menjadi sistim Tebang Habis untuk hutan tanaman dan sistim Tebang Pilih untuk hutan alam. Karena Hutan Tanaman merupakan hutan homogen dan seumur maka sistim pemanenannya adalah sistim tebang habis. Untuk mengurangi dampak negatif dari sistim tebang habis ini maka areal hutan harus memiliki kelerengan < 25 %. Sistim tebang habis sangat efektif dan efisien karena peralatan dan pekerja serta kegiatan terpusat pada satu lokasi di areal yang cukup luas. Selain itu, gerak-gerik mencari pohon yang akan ditebang dan disarad tidak diperlukan. Pola pengusahaan Hutan Tanaman Industri dibagi menjadi tiga kelas perusahaan (Suparto dalam Elias, 1999), yaitu : 1. Kelas Perusahaan Kayu Serat 2. Kelas Perusahaan Kayu Pertukangan 3. Kelas Perusahaan Kayu Energi dan Non Kayu Berdasarkan SK Dirjen Kehutanan No. 35 Th. 1972, pengusahaan hutan alam diberi tiga alternatif pemanenan yaitu TPTI (Tebang Pilih Tanam Indonesia), THPB (Tebang Habis Permudaan Buatan) dan THPA (Tebang Habis Permudaan Alam). Saat ini hanya sistim TPTI yang diperbolehkan dengan daur 35 tahun. Penyaradan Kayu Menurut Conway (1978), kegiatan penyaradan adalah kegiatan memindahkan kayu dari tempat pengumpulan ke tempat penimbunan kayu, tempat pengolahan atau tempat pemasaran.
Sedangkan menurut Weckerman
(1949) penyaradan adalah pemindahan kayu jarak pendek dari tempat penebangan ke tempat pengumpulan kayu (TPn) di pinggir jalan angkutan seperti jalan mobil, rel atau sungai.
Secara umum, sistim penyaradan kayu dibagi menjadi tiga
macam berdasarkan sortimen kayu yang disarad (Elias, 1988), yaitu : 1. Sistim Tarik Pendek (Short Wood System). Sistim ini menyarad kayu dalam ukuran pendek. Pemotongan cabang dan tajuk serta pembagian batang sudah dilakukan di tempat penebangan. 2. Sistim Tarik Panjang (Tree Length System). Kayu yang disarad berukuran panjang. Pemotongan tajuk dan cabang dilakukan di tempat penebangan. Pembagian batang setelah kayu disarad.
3. Sistim Tarik Seluruh Pohon (Full Tree System). Pada sistim ini penyaradan dilakukan langsung setelah penebangan selesai dengan tajuk dan seluruh
cabang karena
pemotongan tajuk dan cabang serta
pembagian batang dilakukan di tempat pengumpulan kayu di hutan. Cara penyaradan kayu hingga saat ini menurut Elias (1988) adalah : ♣
Pemikulan dan penarikan kayu oleh manusia
♣
Penyaradan dengan bantuan gaya gerak gravitasi
♣
Penyaradan dengan traktor
♣
Penyaradan dengan kabel
♣
Penyaradan dengan balon
♣
Penyaradan dengan helikopter Pemilihan cara penyaradan tergantung pada beberapa faktor seperti
kerapatan tegakan dan tumbuhan bawah (Conway, 1978). Sedangkan faktor lain yang perlu diperhatikan menurut Simmons (1951) dalam Purnama (2000) yaitu ukuran dan berat log, kondisi permukaan jalan sarad, jumlah pohon yang ditebang persatuan luas serta total tebangan untuk keseluruhan areal. Pemilihan cara pengekstrasian kayu menurut FAO (1999) disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Tabel Pemilihan Cara Pengekstrasian Kayu (FAO, 1999)
KELAS KELERENGAN 0-15% 15-35% 35-60% >60% 1. Rendah C1-5 C1-5 C1, C5, C6 C5, C6 2. Sedang C1-5 C1-5 C1, C5, C6 C5, C6 3. Tinggi C2-5 C2-5 C5, C6 Tidak Dipanen 4. Sangat Tinggi C2-5 C5 Tidak Dipanen Tidak Dipanen C1 Crawler Traktor C4 Hewan sarad/Manusia C6 Sistem Skyline C2 Skidder/Forwarder C5 Helikopter C3 Flexibke Track Machine(FMC) /Low Ground Pressure Tractors NO. TINGKAT EROSI
Menurut FAO (1978), organisasi kerja sangat penting dalam pekerjaan kehutanan untuk memanfaatkan sumberdaya yang tersedia (tenaga kerja dan peralatan) dengan baik dalam produksi sesuai dengan tugas masing-masing. Organisasi kerja tersebut antara lain berupa : Kegiatan 1. Perencanaan yang mendetail 2. Membuat rangkaian kegiatan penebangan 3. Menentukan jumlah kelompok kerja 4. Perencanaan keselamatan kerja 5. Pengorganisasian jam kerja 6. Pengaturan waktu istirahat 7. Kegiatan berkelanjutan yang positif
Dampak/Manfaat 1. Penggunaan mesin dan peralatan secara optimum 2. Keamanan kerja dan effisiensi 3. Efisiensi secara ekonomis 4. Beban kerja yang rendah 5. Kerja yang baik dengan effisiensi tinggi 6. Kepuasan pekerja dan tenaga kerja 7. Bermanfaat untuk pekerjaan berikutnya
Penyaradan dengan Kabel Menurut FAO (1974), sistim penyaradan dengan kabel adalah metode transportasi jarak pendek bagi kondisi lapangan dimana crawler traktor atau wheeled skidders tidak dapat bekerja dengan memuaskan, seperti di rawa-rawa atau areal dengan kelerengan sangat curam (>50%).
Sedangkan menurut
Balitbang Kehutananan (1998), sistim penyaradan dengan kabel adalah cara mengeluarkan kayu dari tempat penebangan ke tempat pengumpulan sementara (TPn/Landing) di tepi jalan angkutan melalui kabel baja yang terbentang di udara dengan menggunakan tenaga dari mesin penggulung kabel yang disebut yarder. Suparto dalam Elias (1999) menyebutkan beberapa pertimbangan lain dalam memilih sistim kabel selain menyelamatkan lingkungan, yaitu : 1. Lereng bukan penghalang bagi sistim kabel, sedangkan penyaradan dengan traktor terbatas maksimum pada lereng 40%, (areal HTI umumnya < 25%). 2. Sistim kabel dapat berfungsi pada medan datar sampai 100%. Namun pada medan datar sistim kabel kurang cocok. 3. Sistim kabel dapat berfungsi di medan basah yang menyulitkan traktor. 4. Sistim kabel tidak memiliki mobilitas seperti sistem traktor. 5. Waktu siklus pada penyaradan di tanah berkisar antara 10 sampai 63 menit permuatan, sedangkan sistem kabel lebih cepat untuk jarak yang sama. 6. Biaya modal sistim kabel yang sangat tinggi ditambah biaya pasang bongkar dan pemindahan, menyebabkan biaya tetap sistim kabel jauh lebih tinggi daripada traktor, bahkan beberapa traktor. 7. Sistim kabel memerlukan pekerja sampai 10 orang, sedangkan sistim traktor untuk produktivitas yang sama hanya 5 orang. Dari ketujuh poin tersebut, menurut Suparto dalam Elias (1999) melihat kepada kondisi medan HTI pada umumnya, hanya butir ke-5 saja yang dapat mendukung penggunaan sistim kabel di areal HTI. Dalam membuka areal hutan yang akan menerapkan sistim kabel, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan secara detil yaitu jalan hutan dan jalur saradnya maupun jalan sarad yang akan berhubungan langsung dengan rute kabel dan jarak antar setiap penggulung kabel (yarder) (FAO, 1978). Jalan hutan adalah jalan tanah yang dibuat dengan biaya minimum tanpa diperkeras, lebar 2,5
sampai 3 m atau selebar alat yang akan melewati jalan tersebut. Spasi jalan tergantung pada kondisi lapangan, biasanya sekitar 100-200 m. Adapun jalan sarad adalah koridor alam yang dibuat antara tegakan untuk mengeluarkan kayu menuju jalan hutan. Lebarnya rata-rata 2,5-3 m dengan kelonggaran 1 m. Untuk daerah curam jalur sarad dibuat dengan gradien. Belokan harus seukuran panjang kayu maksimum yang disarad. Spasi jalan dipengaruhi keadaan lapangan, namun pada tegakan muda spasi jalan harus 15-20 m. Masih menurut FAO (1978), apabila spasi jalur sarad mencapai 100 m karena kondisi lapangan tidak memungkinkan spasi lebih dekat, maka areal tersebut harus dibuka dengan menggunakan kabel. Spasi kabel mencapai 5-10 m dengan arah kabel dipengaruhi topografi lapangan, mesin penggulung yang digunakan, tahap pekerjaan yang akan dilakukan dan tipe pembagian batang yang diinginkan. Sesuai peraturan, jalur kabel pada daerah curam diarahkan 90o hingga mencapai jalur sarad terdekat, namun bila sudut yang diperoleh lebih kecil, kabel diarahkan langsung dari landing sehingga lebih efisien. Koridor kabel ditentukan keadaan lapangan, alat yang dipakai dan sistem pemanenan yang digunakan. Budiaman (1996) dalam Cahyana (2000) menyebutkan bahwa secara umum sistim kabel terbagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu : 1. Penggulung tunggal (Independent bunching winches), yaitu sistim kabel dengan penggulung (winch) di belakang traktor skidder, crawler atau unitruck berkecepatan tinggi. Bentuk penyaradan sederhana, hanya menggunakan satu unit mesin dan sebuah penggulung (drum) yang terhubung oleh kabel. Pada sistim ini kayu disarad menyentuh tanah sehingga bergesekan dengan tanah. 2. Penggulung ganda (Highlead), yaitu sistim kabel dengan dua drum. Muatan ditarik melalui tanah dengan jarak sarad relatif pendek (200 m). Sistim ini digunakan untuk kegiatan tebang habis. Dampak pemanenan cukup besar dan kerusakan tanah dengan sistim ini dapat menimbulkan masalah erosi serius. 3. Kabel Layang (Skyline). Sistim ini dapat menyarad dengan jarak lebih jauh dari sistim highlead. Metode paling modern dilengkapi dengan skyhook yang mempunyai choker kuat sehingga kayu aman sampai ke tempat tujuan.
Ada beberapa macam sistim kabel dengan penggulung tunggal yaitu : a. Stenzel et_al (1972) menyebutnya sistim penyaradan dengan traktor yang dilengkapi sebuah penggulung (winch). Winch memegang peranan paling penting dalam menyarad secara efisien dibantu oleh gigi-gigi mesin, drum, rangka mesin dan juga rem. Dalam pelaksanaannya, traktor ditempatkan pada areal datar dan kabel dibawa atau diulurkan ke arah kayu. Kemudian kabel diikatkan pada kayu lalu ditarik dengan menggunakan winch. Sistim ini dapat digunakan pada areal berawa, pegunungan yang terjal ataupun daerah berbatu. b. Winching (Elias, 1999), yaitu sistim pengumpulan log dari beberapa jarak dimana posisi mesin tetap. Metode ini digunakan untuk memindahkan kayu dari tunggak bila penyaradan terhambat lumpur atau tunggak, juga untuk menghindari kerusakan tegakan sisa. Jarak maksimum kayu 50 m. Winching dilakukan apabila traktor atau alat lainnya tidak dapat menuju areal tegakan. Penguluran kabel dilakukan secara manual. Apabila log sudah terkumpul di tepi jalan, kayu dibagi menjadi beberapa sortimen, sehingga pengangkutan akan lebih mudah dilakukan. Ada dua komponen utama dalam sistim ini, yaitu drum yang mendapat tenaga dari mesin untuk menarik dan mengulurkan kabel serta kabel dengan panjang dan ketebalan yang bervariasi. Umumnya digunakan kabel dengan panjang 30 m dan diameter 19 mm. Pada ujung kabel ada pengait untuk mengaitkan kabel saat dilingkarkan pada kayu ketika akan disarad. c. Independent Bunching Winches. FAO (1981). Sistim digunakan untuk mengumpulkan kayu-kayu berukuran kecil ke sisi jalan dengan menggunakan traktor, skidder atau forwarder pada areal rata maupun dengan derek dan kabel pada areal curam agar pengumpulan dapat berjalan lebih efisien dan ekonomis. Winch berfungsi memperpendek jarak sarad sehingga kayu langsung dapat dimuat ke atas trailer atau truk untuk diangkut. Karena tidak memiliki kabel haul back, maka kabel sarad harus dibawa ke arah kayu secara manual. Sistim minimal memerlukan seorang operator dan seorang chokerman. Untuk memudahkan penyaradan dari berbagai arah digunakan katrol untuk merubah arah kabelnya sedangkan derek tetap pada posisi sebelumnya.
d. Tinambunan (1989) menyebut sistim kabel ini sebagai sistim "Jammer" . Sistim ini adalah sistim ekstrasi kayu jarak pendek yang merupakan perpaduan sistim traktor dan sistim kabel. Mesin dilengkapi drum dan menggunakan tower atau tiang kerekan. Ketika dioperasikan, "Jammer" ditempatkan di tepi jalan hutan, kabel dari drum dilewatkan melalui katrol pada tiang terus ditarik secara manual ke arah kayu yang akan diambil. Kayu dicekam dengan penjepit kemudian kabel digulung kembali ke drum dengan tenaga mesin sehingga kayu terseret ke pinggir jalan. Sistim ini hanya bisa menanjak dan apabila dilengkapi kabel haul back sistim dapat mencapai jarak sarad 90 sampai 215 m, tetapi apabila tidak jangkauannya hanya mencapai 3090 m. Keuntungan dari sistim ini adalah : a. Biaya investasi dan operasi kecil b. Mudah dipindah-pindahhkan c. Pemeliharaannya mudah sehingga dapat ditangani operator sendiri d. Hanya memerlukan sedikit pekerja Adapun kelemahannya adalah : a. Karena jarak sarad maksimum pendek maka intensitas jalan tinggi b. Karena kabel dan muatan bergerak di permukaan tanah kecepatannya akan rendah sehingga tanah terganggu dan muatan sering tersangkut di tunggak. Sistim ini adalah sistim sederhana, mudah dioperasikan dan hanya digunakan untuk operasi berskala kecil (McGonagill, 1978 dalam Tinambunan, 1989). Penyaradan dengan sistim kabel berdrum tunggal umumnya dilakukan naik lereng. Ada beberapa keuntungan maupun kelemahan dari penyaradan naik lereng ini, Dykstra et_al (1996) merumuskan hal tersebut sebagai berikut : KEUNTUNGAN 1. Air tidak terkonsentrasi di landing penyebab tanah basah dan lembek, karena letak landing di atas lereng 2. Kayu yang disarad lebih mudah untuk dikontrol 3. Lereng yang terlalu curam dapat dihindari agar penyaradan dapat berlangsung secara aman
KELEMAHAN 1. Menarik naik lereng memerlukan tenaga yang lebih besar daripada turun lereng 2. Alat yang digunakan mungkin akan merusak tanah bila bekerja secara langsung di lereng karena akan memindahkan top soil pada saat alat memperbaiki traksinya
Membuka areal yang akan diekstrasi dengan kabel harus direncanakan secara detail, FAO (1978) mengurutkan setiap detilnya sebagai berikut :
1. Memastikan daerah yang akan dibuka dan diekstrasi 2. Memastikan arah pengekstrasian kayu 3. Penetapan batas-batas daerah yang akan diekstrasi (titik awal dan akhir) 4. Meninjau ulang areal dan memilih jalan terbaik. Fokus pada jalan yang sudah ada 5. Penentuan metode ekstrasi (jalan hutan, jalur sarad, rute kabel dan koridor) 6. Penetapan lokasi landing dan mengetahui letak pabrik 7. Penandaan jalur dan rute kabel termasuk pohon yang akan ditebang atau digunakan 8. Memutuskan apakah ujung log harus diarahkan pada jalur ekstrasi atau sebaliknya 9. Penentuan arah rebah Dalam memutuskan apakah penyaradan akan naik lereng ataupun turun lereng harus dilakukan evaluasi atas keduanya, FAO (1996).
Ada beberapa
pertimbangan agar penyaradan berlangsung optimum (FAO, 1978), yaitu : 1. Kerusakan tegakan harus seminimum mungkin 2. Penyaradan seharusnya tidak menyebabkan erosi dikemudian hari 3. Para pekerja jangan mendapat tekanan yang berlebihan atau dimanfaatkan untuk kegiatan berbahaya dalam suatu rangkaian penyaradan 4. Penyaradan seharusnya dapat dilakukan kapan saja sepanjang tahun. Kondisi kayu seharusnya tidak menghambat penyaradan 5. Saat sistim penyaradan telah dipilih, ukuran kayu ikut menentukan 6. Biaya penyaradan seharusnya dijaga serendah mungkin, namun bagaimanapun juga biaya ini ikut mempengaruhi biaya total pemanenan Menurut Stenzel et_al (1985) dalam Cahyana (2000) penyaradan kayu dengan menggunakan kabel mempunyai keuntungan sebagai berikut : 1. Karena log disarad tidak menyentuh tanah, maka sistim dapat digunakan di daerah berawa, berbatu, lereng terjal dan tempat lain dengan topografi kasar 2. Dapat digunakan untuk turun lereng atau naik lereng serta menyusuri kontur 3. Dapat dioperasikan untuk segala macam musim 4. Tidak banyak menyebabkan kerusakan tanah dan tegakan tinggal
Sedangkan kerugian menggunakan sistim ini adalah : 1. Jarak penyaradan pada kabel dibatasi oleh panjang kabel pada drum 2. Sistim highlead hanya cocok untuk sistem tebang habis dan dapat menyebabkan kerusakan tegakan tinggal sedang sistem skyline tidak. 3. Memerlukan banyak tenaga kerja dengan depresiasi alat dan biaya pemeliharaan yang tinggi 4. Biaya penyaradan, perlengkapan dan pembongkaran serta pemasangan sistem kabel tetap perhektar tanpa memperhatikan potensi tegakan akibatnya biaya per unit volume naik jika volume tegakan per hektar turun Penyaradan dengan Traktor Traktor adalah alat yang dapat merubah tenaga mesin menjadi tenaga traksi dan digunakan sebagai tenaga penarik atau pendorong (Rahmanto, 1996). Juta (1954) membedakan traktor dari tipe bannya, yaitu traktor berban karet (wheel tractor) dan traktor berban baja (crawler traktor). Sedangkan menurut besarnya tenaga yang dimiliki, Simmons (1951) membedakan traktor menjadi traktor ringan (17-25 hp), traktor sedang (40-70 hp) dan traktor berat (>80 hp). Elemen kerja penyaradan dengan traktor dibagi menjadi (Conway, 1982) : 1. Menuju tempat penyaradan (return). Kegiatan dimulai dari landing sampai ke tempat penebangan. Membuat jalan sarad baru bila diperlukan. 2. Pengumpulan (bunching) dan pemuatan (loading). Kegiatan dimulai ketika traktor masuk areal tebangan, dilanjutkan dengan maneuver-manuver persiapan menyarad seperti memasang capit, memasang choker dan lainnya. 3. Menyarad (skidding), dimulai dari areal tebangan sampai tujuan yaitu landing. 4. Pembongkaran muatan (unloading), kegiatan antara lain melepas kait, penurunan muatan dan gerakan-gerakan lain untuk mengatur kayu sebelum pengangkutan. 5. Waktu-waktu tertunda (delay), yang dapat terjadi pada setiap elemen kerja penyaradan. Waktu tertunda produktif antara lain membuat jalan sarad baru, sedang yang tidak produktif dimisalkan karena kerusakan mesin dan menunggu alat lain membereskan log untuk disarad (prebunching) Simmons (1951) mengemukakan beberapa faktor ekonomi yang harus diperhatikan dalam menggunakan traktor sebagai alat sarad, yaitu :
1. Investasi modal yang besar 2. Memerlukan kerja kontinyu untuk menghindarkan biaya penyusutan yang besar 3. Penebangan
dan
pembagian
batang
harus
ditingkatkan
untuk
mengimbangi biaya traktor 4. Memerlukan tenaga kerja dengan keahlian tinggi 5. Tidak bekerjanya traktor lebih berakibat serius dibandingkan hewan 6. Traktor bisa bekerja dengan baik tanpa istirahat (dua atau tiga shift sehari) 7. Dapat menarik beban yang lebih besar 8. Traktor bertenaga sarad lebih besar dibandingkan dengan tenaga hewan, Ada beberapa istilah digunakan dalam menyarad kayu dengan traktor menurut Brown (1949) dan Conway (1976). Istilah tersebut adalah : 1. Hauling, yaitu pemindahan kayu dari dalam hutan ke tempat penimbunan kayu (TPK ataupun logpond) atau ke tempat penggergajian. 2. Bunching, yaitu pengumpulan kayu hasil tebangan dari tunggak ke tempat pengumpulan sementara atau tempat pengumpulan kayu (TPn) 3. Skidding, yaitu proses pegumpulan kayu dari tunggak ke landing dengan cara disarad oleh traktor, dimana kayu menyentuh tanah seluruhnya atau sebagian Waktu Kerja Waktu kerja menurut Sanjoto (1958) adalah waktu yang benar-benar dipakai mengerjakan pekerjaan dengan waktu istirahat atau waktu diam. Waktu kerja terbagi dua yaitu analitical work yang menentukan apa yang harus dikerjakan dan constructive work yang menentukan waktu standar sebenarnya untuk setiap pekerjaan. Menurut Barnes (1986), waktu kerja dapat digunakan untuk mengetahui : 1. Pengaruh penambahan kondisi kerja terhadap hasil kerja 2. Akibat dari kondisi kerja 3. Waktu yang diperlukan untuk melakukan suatu pekerjaan Wiradinata (1981) menuturkan bahwa dalam pemanenan hasil hutan, waktu erat hubungannya dengan biaya. Untuk itu ada tiga golongan waktu, yaitu : 1. Waktu total, yaitu seluruh waktu yang diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan
2. Waktu tetap, yang merupakan bagian dari waktu total yang dianggap tetap tetapi tidak dipengaruhi jarak, diameter dan lain-lain 3. Waktu variabel, yaitu waktu yang dipengaruhi jarak, diameter dan lain-lain Sanjoto (1958) membagi waktu kerja menjadi dua golongan, yaitu: 1. Waktu kerja murni, yaitu waktu untuk mengerjakan pekerjaan pokok. 2. Waktu kerja umum, yaitu waktu untuk pekerjaan yang tidak berhubungan langsung dengan pekerjaan produktif, tetapi diperlukan untuk kelancaran pekerjaan, dimana besarnya adalah 15 - 20 persen dari waktu kerja murni. Waktu kerja umum terbagi lagi menjadi: a. Waktu berhenti atau waktu diam, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk persiapan pekerjaan pokok dan perbaikan pada akhir pekerjaan. b. Waktu hilang, yaitu waktu berhenti bekerja terbagi menjadi dua yaitu: (1) Waktu hilang yang dapat dihindarkan. (2) Waktu hilang yang tidak dapat dihindarkan. Penelitian Waktu Kerja Menurut Juta (1954), penelitian waktu kerja adalah teknik pengukuran kerja untuk mencatat jangka waktu dan perbandingan kerja mengenai unsur pekerjaan tertentu yang dilaksanakan dalam keadaan tertentu pula serta menganalisa keterangan sampai ditemukan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan itu pada tingkat prestasi tertentu, sedangkan tujuannya adalah untuk menetapkan waktu yang diperlukan oleh pekerja normal dalam keadaan baik untuk menyelesaikan pekerjaan. Menurut ILO (1976), penelitian waktu kerja adalah teknik pengukuran kerja untuk mencatat jangka waktu dan perbandingan kerja mengenai suatu unsur pekerjaan tertentu serta untuk menganalisa keterangan sehingga ditemukan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan pada tingkat prestasi tertentu. Lain lagi dengan Soemitro (1976), yang mengatakan bahwa penelitian waktu kerja (time study) adalah teknik menentukan waktu untuk mengerjakan suatu tugas tertentu berdasarkan isi pekerjaan tersebut ditambah prosentase kelelahan dan keterlambatan. Tujuannya untuk menentukan waktu standar suatu pelaksanaan kerja, yaitu waktu yang diperlukan seorang pekerja berpengalaman dan ahli dalam pelaksanaan kerja dengan cara tertentu dan kecepatan normal.
Lebih lanjut Soemitro (1976) mengemukakan bahwa maksud dari penyelidikan waktu kerja adalah untuk melaksanakan pekerjaan dengan usaha yang efisien, sehingga tidak terdapat kerugian waktu dan energi. Sedangkan menurut Barnes (1980), dengan penelitian waktu kerja dapat diadakan perubahan cara kerja yang akan mengurangi hilangnya waktu, sehingga output lebih tinggi dan efisiensi data dapat ditingkatkan. Sanjoto (1958) dan ILO (1976) menjelaskan tentang metode pengukuran waktu kerja yang terpenting adalah sebagai berikut : Metode
berturut-turut
(cummulative
method).
Pelaksanaan
metode
ini
menggunakan satu stopwatch yang jarumnya terus bergerak tanpa kembali ke nol pada akhir tiap unsur. Waktu untuk setiap unsur didapat dengan mengurangi tiap unsur kerja berurut. Keuntungan dari metode ini adalah meski ada unsur yang tercecer tidak akan berpengaruh pada waktu keseluruhan. Metode berulang kembali (nullstop method). Metode ini menggunakan dua stopwatch yang beroperasi bergantian, jika yang satu hidup maka yang lainnya mati. Pada pelaksanaannya jarum stopwatch dikembalikan ke nol pada akhir setiap unsur kerja, sehingga waktu untuk tiap unsur kerja langsung diperoleh. Soemitro (1976) dan Barnes (1968) memberikan suatu rumusan untuk menentukan jumlah pengukuran terhadap siklus pekerjaan dan memeriksa apakah jumlah pengamatan telah memenuhi tingkat kepercayaan yang diharapkan. N’ = [ k/s • {N(• x2) – (• x)2}]2 , Dimana N’ = jumlah siklus yang diperlukan •x k/s = tingkat kepercayaan & kecermatan x = waktu representatif dari unsur kerja N = jumlah siklus yang terkumpul Jika N > dari N’ berarti siklus kerja sudah cukup, demikian sebaliknya. Menurut Somitro (1976), x diisi unsur kerja yang paling besar variasi waktunya, sehingga perlu contoh uji yang banyak.
Untuk mengetahui variasi, maka
ditetapkan koefisien variasi yang diperoleh dari hasil bagi antara simpangan baku dengan nilai tengahnya.
Nilai k tergantung dari tingkat kepercayaan yang
diharapkan. Jika tingkat kepercayaan 95 % maka k = 2 dan jika tingkat kepercayaan 99 % maka k = 3. Nilai s menujukkan kecermatan yang diharapkan. Biasanya nilai kecermatan 5 % atau 10 %.
Prestasi Kerja Menurut Wasono (1965) dalam Andhika (2003), prestasi kerja adalah hasil kerja atau produksi dalam satuan kerja persatuan waktu, sedangkan banyaknya hasil kerja yang diperoleh tergantung alat kerja, kecakapan dan kemampuan serta keadaan dimana ia bekerja. Sanjoto (1958) mengatakan bahwa prestasi kerja ditentukan faktor yang dapat diubah, seperti alat yang digunakan, metode kerja, tempo dan efek yang digunakan pekerja dan faktor lain yang dapat dirubah, seperti iklim, cuaca, keadaan tempat kerja dan teknik kerja alami. Wasono (1965) menghitung prestasi kerja dengan rumus berikut: P = Hs x 60 h
, dimana P Hs h 60
= = = =
prestasi kerja per jam yag dicapai (unit/jam) hasil kerja (jumlah komponen per unit) waktu kerja (menit) konversi waktu kedalam satuan jam (60 menit)
Prestasi kerja dinyatakan dalam produktivitas yang mencakup aspek daya guna (efesiensi) dan hasil guna (efektivitas). Daya guna menggambarkan tingkat sumber daya manusia dan alam yang diperlukan untuk mendapatkan hasil tertentu, sedang hasil guna menggambarkan akibat dan kualitas dari hasil yang diusahakan. Produktivitas Menurut ILO (1975), produktivitas adalah perbandingan antara jumlah yang dihasilkan dengan jumlah setiap sumber yang digunakan dalam produksi. Sumber tersebut dapat berupa tanah, bahan baku, pabrik, mesin dan alat, jasa manusia atau semuanya. Syarif (1987) menambahkan bahwa produktivitas juga dipengaruhi oleh faktor teknologi, kapasitas produksi, modal yang ditanam pertenaga kerja dan keterampilan manajemen pengusaha. Sedangkan Gani (1990) menganggap produktivitas merupakan perbandingan antara efektifitas membuat dan menjual keluaran dengan membuat efisiensi menggunakan sumber-sumber masukan.
FAO (1981) membagi faktor yang mempengaruhi produktifitas
penyaradan menjadi tiga : 1. Faktor-faktor penting natural, seperti : a. Berat, ukuran dan bentuk pohon.
e. Topografi dan Jarak lereng
b. Luas areal dan letak pohon berdiri
f. Banyaknya rintangan
c. Distribusi kelas hutan dan log tegakan g. kerapatan vegetasi d. Volume pohon per hektar
h. Iklim
2. Faktor-faktor penting yang dibangun atau dibuat, seperti : a. Lokasi jalan, standard dan spasi jalan d. Sistem penebangan yang dilakukan b. Jarak angkut, daya angkat, belokan
e. perlakuan silvikultur yang diberikan
c. Kemampuan, pengalaman dan pengorganisasian pekerja 3. Faktor-faktor mekanik : a. Tenaga tarik maksimum setiap kabel
d. Tenaga mesin dan Tinggi menara
b. Kecepatan kabel maksimum
e. Tipe drum yang digunakan
c. Kapasitas maksimum kabel
f. Berat unit secara keseluruhan
Masih menurut FAO (1981), untuk Independent Bunching Winches, produktifitas tergantung kepada kekuatan tarik kabel, jarak tariknya, kondisi lapangan, ukuran log serta volume kayu perhektarnya.
Data lain yang akan
berguna yaitu tipe kabel yang digunakan, topografi lapangan, kerapatan tegakan serta suhu atau cuaca.
Data yang diperoleh berupa volume kayu (m3),
produktifitas pershift, banyaknya siklus/shift per hari, waktu ikat, waktu lepas dan waktu tarik tiap shift. Untuk penyaradan dengan traktor, Matthews (1942) menyebutkan faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas traktor yaitu topografi, keadaan tanah, tanaman bawah, jenis kayu dan ukuran kayu.
Sedangkan Kartika (1996)
menyimpulkan bahwa produktivitas penyaradan dengan traktor tergantung kepada jarak.
Semakin jauh jarak yang ditempuh maka produktivitas akan semakin
menurun.
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Bulan Agustus sampai September tahun 2003 di petak 18, seting 71, Blok Tebing Indah I, Unit VIII Tebing Indah, Supporting Unit 2 Benakat, PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan. Bahan dan Alat Penelitian Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Satu unit sistim kabel (kabel baja berpengait diameter 5/8 inci, dua katrol jengkol dan mobil Chevrolet C-50, 1500 cc).
Gambar 1. Chevrolet C-50 2. Dua buah Stopwatch untuk mengukur waktu setiap elemen penyaradan kayu 3. Meteran 5 m, untuk mengukur panjang dan diameter kayu 4. Meteran 100 m, untuk mengukur jarak sarad 5. Tally sheet, untuk mencatat hasil pengukuran di areal penelitian 6. Kamera dan film negatif, untuk dokumentasi kegiatan penyaradan kayu 7. Sepatu boot, topi, sarung tangan dan peralatan P3K untuk pengamanan 8. Alat tulis dan kalkulator Bahan penelitian adalah tegakan akasia (Acacia mangium) yang belum pernah dipanen tahun tanam 91/92 seluas 27 Ha dengan potensi 4420,31 m3 atau sekitar 1200 pohon/Ha. Penelitian ditunjang oleh data sekunder berupa peta unit, peta dan peta lokasi, data kondisi umum areal penelitian, SOP Perusahaan serta target tebangan dan pencapaiannya sampai bulan penelitian.
Prosedur Kerja 1. Memilih salah satu dari dua Chevrolet C-50 yang ada untuk diteliti beserta regu kerjanya dengan pertimbangan dari PT. MHP. 2. Membuat uraian lengkap mengenai sistim kerja C-50, sebagai berikut : Sistim C-50 menggunakan mobil chevrolet C-50, satu kabel berpengait (±150 m) dan dua buah katrol. Satu katrol diletakkan pada pohon yang dijadikan tiang dengan ketinggian 3 m dan lainnya digunakan untuk membantu penyaradan apabila diperlukan. Untuk mengeluarkan kayu, kabel diulur secara manual menuju kayu dalam keadaan mesin mobil mati, diikatkan pada kayu kemudian ditarik oleh mobil. Penarikan dilakukan dengan menggunakan tenaga mobil. Kabel digulung pada celah roda kanan belakang yang diangkat sedikit sehingga tidak bergesekan dengan tanah ketika berputar. Karena C-50 merupakan mobil one wheel drive maka ketika mobil digas roda dapat menggulung kabel. Untuk pengamanan, sebelum dioperasikan, bak mobil dan roda kiri belakang harus diikat. Kayu yang ditarik adalah kayu panjang berdiameter • 8 cm. Setelah ditarik kayu dipotong 2,5 m kemudian ditumpuk secara manual oleh regu tumpuk di tepi jalan logging yang sudah ada atau dalam tahap perencanaan oleh tukang tumpuk. Setelah seluruh kayu dalam jangkauan kabel ditumpuk di TPn, seluruh sistim harus berpindah. Jarak perpindahan tidak bias ditentukan karena kondisi areal pemanenan yang berlereng. Sistim akan pindah ke areal terdekat dengan memperhitungkan letak tiang dan jangkauan yang dapat diraih kabel. Jalan akan disiapkan setelah seluruh seting selesai karena kayu akan langsung diangkut ke pabrik tanpa dibawa terlebih dahulu ke TPK. Seluruh operasi dilaksanakan oleh regu yang terdiri dari 1 chainsawman dan 1 helper, 1 chokerman, 1 operator mobil dan 1 helper serta 8 orang tukang tumpuk. Menurut FAO (1981), produktivitas dipengaruhi oleh : a. kekuatan tarik
d. ukuran log
b. jarak saradnya
e. Volume kayu per hektar (m3/Ha)
c. kondisi lapangan 3. Mengukur waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tiap elemen kerja operasi dengan stopwatch dan mencatatnya berikut diameter kayuyang disarad dan jarak sarad tiap tripnya.
4. Membuat pola penyaradan yang sesuai dengan kondisi di lapangan 5. Mengambil gambar sistem dari segala arah terutama pada pusat tenaga Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data penelitian terdiri dari : 1. Pengumpulan data primer, yaitu : a. Mengenali lokasi tebang yang akan diteliti seperti kelerengan rata-rata, posisi jalan hutan, posisi tiang, posisi alat diletakkan, dan letak TPn. b. Menghitung waktu pemasangan alat yang meliputi kegiatan :
Penentuan tiang
Persiapan Tpn
Penempatan mobil
Pelepasan dan pengikatan rantai ban dan rantai mobil
Menyiapkan ban penggulung
Pemasangan katrol pada tiang
Pemasangan kabel
Pemasangan mesin mobil dan uji coba laju kabel
c. Menghitung waku kerja di lapangan yang meliputi waktu :
Penguluran atau penarikan kabel secara manual (tenaga manusia)
Pengikatan kayu yang akan ditarik
Penarikan kayu dengan tenaga mesin. Kayu yang ditarik berupa kayu panjang (tree length system). Pembagian batang sepanjang 2,5 m dilakukan setelah kayu selesai ditarik.
Pelepasan ikatan kayu
Banyaknya trip yang akan dicatat ditentukan sekitar 10 % dari jumlah total kayu perhektar (potensi 1211 pohon/Ha) d. Pencatatan waktu bongkar alat, dengan rincian pekerjaan sebagai berikut :
Pengenduran kabel
Pelepasan kabel dari power
Penggulungan kabel
Penurunan katrol
Pembongkaran rantai-rantai
Penebangan tiang (termasuk pembagian batang dan penumpukan)
Perapihan
e. Semua tahapan pada sistim utama ada pada sistim pembanding, sehingga waktu-waktu yang diukur juga sama termasuk waktu kerja di lapangan. f.
Selain waktu-waktu utama tersebut, waktu untuk membagi batang dan menumpuk juga dicatat sehingga waktu total setiap tiang dapat diperoleh
g. Jarak tarik, yaitu jarak yang ditempuh dari tempat rebah kayu sampai ke tempat pembagian batang di tepi jalan logging secara mendatar h. Diameter dan panjang kayu yang ditarik (AB = 0,511) 2. Pengumpulan data sekunder, meliputi : a. Kondisi umum lokasi penelitian b. Peta lokasi penelitian c. Data spesifikasi alat d. Potensi pohon per hektar e. Kuat tarik maksimum alat, kecepatan kabel maksimum dan tenaga mesin Analisa Data Penganalisaan data dimulai dari : 1. Penentuan waktu rata-rata tiap unsur kerja Waktu rata-rata tiap unsur kerja = • waktu tiap unsur kerja hasil pengukuran Banyaknya pengukuran yang dilakukan 2. Penentuan waktu setiap siklus dari penjumlahan waktu rataan tiap unsur. 3. Pengukuran volume Kayu yang disarad dengan menggunakan rumus : V = ð /4 [ Dp+Du ] x L , dimana : V = 2 Dp = Du = L = ð =
Volume Kayu (m3) Diameter rata-rata pangkal (m) Diameter rata-rataujung (m) ð Panjang kayu (m) 3,14
4. Pengukuran Prestasi Kerja Alat yang dinyatakan dalam satuan produktivitas alat per jam. P = (H x a) / h,
dimana P H h a
= Prestasi kerja per jam = Hasil kerja (m3) = waktu kerja/trip (menit) = Jumlah waktu kerja (60 menit)
5. Hubungan antara jarak tarik dan volume kayu terhadap prestasi kerja masing-masing dapat diperoleh dengan regresi linear sederhana berikut. Y = Bo + Bi Xi , Keterangan: Y Bo Bi Xi
= = = =
Prestasi kerja alat (m3/jam) Konstanta Koofisien jarak sarad atau volume kayu. Jarak Sarad (m) atau Volume Kayu (m3)
Hipotesis : Ho : Jarak sarad atau volume kayu tidak mempengaruhi produktivitas alat H1 : Jarak sarad atau volume kayu berpengaruh terhadap produktivitas alat Jumlah kuadrat keragaman dihitung dengan persamaan berikut : JK total = Σ Y2- (Σ Y)2/n JK regresi = biJHK Xi Y
JK sisa = Jk total – JK regresi
Adapun daftar sidik ragamnya (Anova) sebagai berikut : Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Regresi Sisa Total
K n-k-1 n-1
JK (R) JK (S) JK (T)
JKR/k JKS/db -
Hitung
F
Tabel
KTR/ KTS
-
Pengujian dilakukan terhadap koefisien regresi dengan hipotesa sebagai berikut : Ho : βi = 0
H1 : βi = 0
dan
Kriteria pengujian adalah sebagai berikut :
Bila F(hit)
< Ftabel maka menerima Ho artinya tidak ada hubungan antara jarak sarad atau volume kayu dengan prestasi kerja alat. > Ftabel maka tolak Ho artinya terdapat hubungan antara jarak sarad atau volume kayu dengan prestasi kerja alat.
Koefisien determinasi dan korelasi memenuhi persamaan berikut : R2 = JK (R) x 100 JK (T)
dan
R= •R
2
6. Sedangkan hubungan antara prestasi kerja alat dengan jarak sarad bersama volume kayu yang ditarik menggunakan analisis regresi berganda. Hipotesis : Ho : Jarak sarad dan volume kayu secara bersama-sama tidak dapat mempengaruhi produktivitas alat pada suatu kelerengan tertentu H1 : Jarak sarad dan volume kayu bersama-sama mempengaruhi produktivitas alat pada suatu kelerengan tertentu
Model persamaannya adalah sebagai berikut : Y = Bo + B1X1 + B2X2 Dimana Y = Prestasi Kerja alat (m3/jam) Bo = Konstanta B1 = Koofisien jarak sarad B2 = Koofisien volume kayu yang ditarik X1 = Jarak sarad (m) X2 = Volume kayu yang ditarik (m3) Jumlah kuadrat keragaman dihitung dengan persamaan berikut : JK total = Σ Y2 – (Σ Y)2/n JK regresi = Σ bi JHK (XiY), dimana i = 1,2,3,… JK sisa = JK total- JK regresi Adapun daftar sidik ragamnya (Anova) sebagai berikut : Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Regresi Sisa
K n-k-1
JK (R) JK (S)
JKR/k JKS/db
KTR/KTS
Total
n-1
JK (T)
-
-
Hitung
F
Tabel
Pengujian dilakukan terhadap koefisien regresi dengan hipotesa sebagai berikut : Ho : βi
= 0
dan H1 : βi =
0
Kriteria pengujian adalah sebagai berikut :
Bila F(hit)
< Ftabel maka menerima Ho artinya bahwa jarak sarad dan volume secara bersama-sama tidak mempengaruhi produktivitas alat > Ftabel maka tolak Ho artinya jarak sarad dan volume kayu secara bersama-sama dapat mempengaruhi produktivitas kerja alat.
Koefisien determinasi dan korelasi memenuhi persamaan berikut : R2 = JK (R) X 100 JK (T) R= • R
2
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Bentuk Badan Usaha PT. Musi Hutan Persada (PT. MHP) adalah perusahaan patungan antara PT. Enim Musi Lestari (Barito Pasific Grup) dan PT. Inhutani (BUMN) dengan pembagian saham 60% dan 40 % yang dibentuk di Jakarta dengan akte notaris no. 74 tanggal 30 Maret 1991 di hadapan notaris Susan Zakaria SH. dan dikukuhkan oleh Menteri Kehakiman dengan surat No. C2. 1767. HI. 01. 01 - Th. 91 tanggal 24 Mei 1991.
Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.1604/Menhut-IV/95
tanggal 2 November 1995 dan SK Menteri Keuangan No. S-06/MK.016/1996 tanggal 3 Januari 1996 maka pada RUPS PT. MHP tanggal 27 Agustus 1996 dilakukan penggantian mitra PT Enim Musi Lestari dari PT. Inhutani II menjadi PT. Inhutani V. Letak dan Luas Areal Berdasarkan Rekomendasi Gubernur Sumatera Selatan No. 522/0023/95 tanggal 16 Januari 1995 dan SK Menteri Kehutanan No. 038/Kpts-II/1996 tanggal 29 Januari 1996, wilayah kerja PT. MHP meliputi kawasan seluas 296.400 Ha (HPHTI tetap) yang terbagi dalam tiga kelompok hutan (KH), yaitu KH. Subanjeriji, KH. Benakat dan KH. Martapura yang secara geografis terletak pada ° 10' 103° 50' -104° 15' BT dan °3 30' -4° 00' LS (KH Subanjeriji), 103 ° 00' ° 15' 104° 00' BT dan 30 -3° 40' LS (KH Benakat) serta 104 -104° 30' BT dan 4° 05'-4° 20'LS (KH Martapura) Secara administrasi, areal PT. MHP ada dalam wilayah Kabupaten Lahat (Kec. Kota Agung dan Kec. Kikim), Kabupaten Musi Rawas (Kec. Rupit), Kabupaten Muara Enim (Kec. Talang Ubi, Kec. Tanjung Agung, Kec. Rambang Dangku, Kec. Rambang Lumbai, Kec. Muara Enim dan Kec. Gunung Megang) serta Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Sedangkan administrasi kehutanan
membagi areal PT. MHP dalam beberapa Cabang Dinas Kehutanan (CDK), yaitu: CDK Lahat, CDK Musi Rawas, CDK Muara Enim dan CDK Ogan Komering Ulu, Dinas Kehutanan Sumatera Selatan. Untuk kegiatan operasional, areal PT.
MHP terbagi kedalam 14 Unit, 50 Blok dan 160 Sub Blok pengelolaan yang dijelaskan sebagai berikut : 1. Kelompok Hutan Subanjeriji, terdiri dari 4 Unit, 16 Blok dan 50 Sub Blok 2. Kelompok Hutan Benakat, terdiri dari 9 Unit, 32 Blok dan 105 Sub Blok 3. Kelompok Hutan Martapura terdiri dari 1 Unit, 2 Blok dan 5 Sub Blok Iklim dan Hidrologi Menurut klasifikasi Koppen, areal PT. MHP masuk dalam tipe Alfa, sedangkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson memasukkan sebagian besar areal PT. MHP dalam tipe A dengan nilai 0-14,3%. Curah hujan rataan tahunan sebesar 2082 mm dan rataan bulanan sebesar 173,5 mm dengan hari hujan rataan tahunan sebanyak 142 hari dan rataan bulanan sebanyak 11,8 hari. Curah hujan tertinggi pada Maret sampai Desember sedangkan terendah pada Bulan Juni. Suhu udara rataan sebesar 23° -32,4° C dan kelembabam nisbi udara rataan lima tahun terakhir sebesar 29,73%-79,9%. Kecepatan angin rataan bulanan sebesar 30,2 km/jam. Areal HTI PT. MHP termasuk dalam Sub DAS Keruh, Semangus dan Lematang (KH Benakat), Sub DAS Lematang dan Ogan (KH Subanjeriji), serta Sub DAS Ogan Komering (KH Martapura) yang semuanya termasuk dalam DAS Musi. Topografi dan Tanah Penyebaran jenis tanah secara umum terdiri dari aluvial, latosol, podsolik dan asosiasi latosol. Tekstur tanah liat dengan tingkat kesuburan rendah. Lapisan atas (organik) sangat tipis dan permeabilitasnya kurang baik dengan kedalaman tanah antara 60-90 cm.
Sebagian besar topografi landai (232.841 Ha atau
78,55%), datar (53.254 Ha atau 17,97 %) serta sebagian kecil agak curam (10.295 Ha atau 3,84 %), dengan ketinggian 10-400 mdpl.
Keadaan tanah di KH
Subanjeriji dan KH Martapura didominasi asosiasi podsolik coklat kekuningan dan podsolik coklat, asosiasi podsolik merah dan coklat kekuningan, asosiasi latosol coklat kemerahan dan merah kekuningan serta podsolik merah kekuningan sedangkan KH Benakat didominasi asosiasi podsolik merah kekuningan dan coklat serta podsolik kekuningan dan coklat kekuningan
Keadaan Vegetasi Sesuai SK Mentri Kehutanan No.691/Menhut-IV/92, PT. MHP telah mencadangkan kelompok hutan alam sebagai Kawasan Konservasi dalam setiap kelompok hutan yang dicadangkan untuk pembangunan HTI. Berdasarkan revisi studi kelayakan 1995 dan SK Menhut No. 038/kpts-II/96, vegetasi areal PT. MHP seluas ± 296.400 Ha terdiri dari Hutan Tanaman ± 193.500 Ha (65%), Hutan Alam ± 86.450 Ha (29%) serta alang-alang dan belukar seluas ± 16.450 Ha (6%). Tabel 2. Kondisi Vegetasi Penutupan Lahan di Areal PT. MHP Vegetasi KH. KH. KH. No. Jumlah Penutupan Lahan Benakat Subanjeriji Martapura 1. Hutan Tanaman 127.327 Ha 60.092 Ha 6.081 Ha 192.500 Ha 2. Hutan Alam 75.502 Ha 8.900 Ha 2.048 Ha 86.450 Ha 3. Lain-lain 2.450 Ha 12.754 Ha 1.246 Ha 16.450 Ha Total 205.279 Ha 81.746 Ha 9.375 Ha 296.400 Ha Sosial Ekonomi Masyarakat Berdasarkan studi kelayakan PT. MHP tahun 1992, jumlah penduduk di empat kabupaten sekitar HTI adalah 2.700.939 jiwa dengan luas total keempat kabupaten adalah 51.763,23 km2 dan penduduk terpadat di Kabupaten Lahat. Mata pencaharian bertani, berkebun, beternak dan perikanan. Produksi dari sektor pertanian dan perkebunan antara lain padi, jagung, ubi, buah-buahan, kelapa, karet, cengkeh, kopi dan sebagainya.
Agama yang dianut sebagian besar
penduduk adalah Islam, sedang lainnya menganut agama Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Sarana pendidikan yang tersedia adalah gedung sekolah mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Umum (SMU). Sarana kesehatan yang tersedia berupa Puskesmas, Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Swasta dan balai pengobatan lainnya. Struktur Organisasi Organisasi perusahaan terdiri dari Dewan Direksi dan pelaksana operasional. Untuk menangani masalah pemanenan kayu, pada Oktober 1998 dibentuk suatu Supporting Unit logging yang bertanggung jawab kepada Dewan
Direksi.
Pemusatan Kegiatan Pemanenan dilakukan di Supporting Unit
Logging yang dikepalai seorang Manajer Supporting Unit. pelaksanaan
kegiatan
pemanenan
dilakukan
oleh
kepala
seksi
Sedang yang
bertanggungjawab langsung kepada Manajer Produksi. Supporting Unit logging di PT. MHP terdiri dari tiga unit yaitu SU I Subanjeriji, SU II Pendopo dan SU III lematang. Ka. Support I Ka. Unit I Ka. Unit II Ka. Unit III Ka. Umit IV Ka. Unit V
Kadiv. perencanaan
Kadiv. logistik Kadiv. Umum
Dewan Direksi
Ka. Support II Ka. Unit VI Ka. Unit VII Ka. Unit VIII Ka. Unit IX
Kadiv. Keuangan Kadiv. R & D Kadiv. Pengawasan
Ka. Support III Ka. Unit X Ka. Unit XI Ka. Unit XII Ka. Unit XIII Ka. Unit XIV Ka. Unit XV
Kadiv. Tanaman Kadiv. PPHH Kadiv. Produksi Kayu
Tata Usaha Kayu Pemanenan kayu dilakukan kontraktor sebagai rekanan perusahaan. Sebelum menjadi rekanan, calon harus membuat surat pengajuan melalui manajer produksi dan mencantumkan data kendaraan dan gergaji mesin (chainsaw) yang akan digunakan. Setelah ditimbang layak menjadi rekanan dan diterima maka berhak untuk mengajukan permohonan pekerjaan berupa SPK kepada perusahaan melalui manajer produksi. Saat pemrosesan SPK kontraktor mengambil formulir dari kasie produksi untuk survey lokasi dan volume pekerjaan yang menentukan lama pekerjaan.
Setelah SPK diterbitkan, pekerjaan dimulai dengan waktu
pengerjaan yang sah siang hari (07.00 s/d 17.00 wib) karena bila dimalam hari dianggap pencurian atau illegal. Pekerjaan pemanenan dilakukan mulai dari penebangan, pembagian batang, penyaradan (pengeluaran kayu ke pinggir jalan), serta pengangkutan ke
TPK dengan menggunakan truk yang telah terdaftar dalam surat permohonan rekanan. Penumpukan dilakukan di tempat yang telah ditetapkan dan diberi papan berisi data lokasi dan blok asal kayu, nama kontraktor serta nomor kendaraan truk pengangkut. Pengukuran dilakukan regu perencanaan setelah ada permintaan ukur dari pihak kontraktor kepada kasie produksi apabila seluruh kayu dalam lokasi tebang telah selesai ditebang, ditumpuk dan dinyatakan baik pada pemeriksaan kasie produksi.
Pengukuran harus dihadiri kontraktor atau kontraktor harus
menerima hasil pengukuran apabila tidak hadir. BAP ukur diterbitkan bagian perencanaan apabila sudah ada permintaan dari TUK paling cepat tujuh hari setelah pengukuran terakhir. Spesifikasi Pekerjaan Pemanenan Acacia mangium di PT. MHP Sebelum penebangan, ada beberapa ketentuan yang harus dilakukan guna mendapatkan hasil sesuai dengan spesifikasi Bahan Baku Serpih (BBS), yaitu : 1. Seluruh calon operator yang didaftarkan ke PT. MHP harus mengikuti program pelatihan operator gergaji rantai (chainsaw) serta sanggup melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum yang telah diatur dan ditetapkan oleh PT. MHP. 2. Mengambil peta dan data laokasi serta hasil-hasil pengukuran di bagian produksi (manajer produksi) bukan di bagian perencanaan. Persyaratan Pekerjaan Penebangan Persyaratan pekerjaan penebangan yang harus dipenuhi adalah : 1. Pelaksana tebang menyatakan sanggup untuk tidak melaksanakan praktek jual beli SPK (Surat Perintah Kerja) dan BAP (Berita Acara Pemeriksaan). 2. Pelaksana tebang sanggup menerima semua aturan yang ditetapkan PT. MHP untuk bekerja dengan peralatan berupa tiga unit gergaji rantai, 15 tenaga kerja, satu unit kendaraan mobilisasi dan peralatan pengamanan perorangan lengkap, yang semuanya benar dan siap dioperasikan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan. 3. Pelaksana tebang menyatakan sanggup melaksanakan pekerjaan dengan tenaga kerja dari sekitar HTI dilengkapi persyaratan administrasi personalia lengkap.
4. Pelaksana tebang menerima dan sanggup melaksanakan pekerjaan yang telah ditentukan guna memenuhi target persyaratan BBS dengan ketentuan pengoperasian alat perhari sebanyak tiga unit gergaji rantai. Kelebihan penggunaan alat dan penyelewengan spesifikasi BBS akan dikenakan denda pasca panen. a. Kelebihan penggunaan gergaji rantaidari yang telah disepakati dan disanggupi oleh pelaksana tebang dikenakan sangsi 20 % dari total biaya produksi dan pemutusan hubungan kontrak kerja. b. Penebang dikenakan denda pasca panen dan penyelewengan spesifikasi : Tinggi tunggul >10 cm dikenakan denda Rp 50.000,- per tunggul dan wajib melaksanakan servis ulang Kayu kecil berdiameter < 8 cm dikenakan denda sebesar Rp 7500,- per potong Kayu terbakar (Rp 100.000,- perpotong) Pembagian batang yang tidak bagus atau tidak layak (Rp 7500,- per potong) Kayu mati/lapuk/busuk hati (Rp 7500,- perpotong) Denda dua kali lipat dari total volume tebang bila kayu lain ikut tertebang/terpotong termasuk di TPn dengan nilai denda perpotong Rp 100.000,-. Tumpukan (stacking) yang tidak bagus diservis ulang dengan ukuran minimal panjang 8 m, tinggi 1,5 m dan lebar 2,5 m di pinggir jalan utama, jalan cabang atau jalan yang direncanakan dan diberi penyangga. Pelaksana tebang wajib melaksanakan perbaikan selama 3 hari setelah surat pemberitahuan yang diberitahukan pihak perusahaan dan apabila tidak melaksanakan perbaikan atau servis pada pekerjaan yang telah ditentukan maka akan dikenakan denda atau sangsi penyelewengan BBS dan spesifikasi pekerjaan c. Apabila pelaksana tebang melaksanakan atau melakukan praktek jual beli SPK dan BAP kepada pihak ketiga, maka dikenakan pemutusan hubungan kerja dan segera dilakukan pembayaran untuk pekerjaan yang telah selesai
d. Bagi karyawan perusahaan yang membantu proses jual beli SPK dan BAP akan dikenakan sangsi sebesar 15 % dari total pembayaran dan sangsi PHK karena menyangkut kredibilitas perusahaan dan indisipliner karyawan. e. Sistem pemotongan denda pasca panen. Semua kayu di TPn diukur dan diaudit BBS untuk mengetahui jumlah kayu yang tidak sesuai dengan spesifikasi bahan baku. Setelah selesai, laporan diserahkan ke Tata Usaha Kayu untuk dihitung dan dibuatkan rekomendasi pembuatan BAP dibagian administrasi setelah ada rekomendasi selesai sarad dari kasie sistim kabel. Kayu yang tidak sesuai dengan BBS dihitung dan dikalikan dengan jumlah nilai nominal setiap penyelewengan bahan baku dan dilaksanakan pengurangan jumlah volume (m3) 5. Pelaksana tebang wajib memenuhi target persyaratan BBS yang ditetapkan perusahaan dan sanggup menjaga keamanan kayu dan semua peralatan perusahaan yang beroperasi di lapangan selama kayu belum diterima dan dilaksanakan pembayaran oleh PT. MHP. 6. Pelaksana tebang sanggup menanggung semua resiko yang diakibatkan oleh pekerjaan baik kecelakaan, kebakaran dan kehilangan serta mengasuransikan seluruh tenaga kerjanya. 7. Pelaksana tebang sanggup dan mampu serta berkewajiban menjaga kayu hasil tebangan beserta dengan alat-alat yang sedang dioperasikan di wilayah penebang sebelum diangkut ke PT. TELPP dari bahaya kebakaran, amuk massa dan lainnya. Efektivitas Volume dan Jangka Waktu Pekerjaan Efektivitas volume dan jangka waktu pekerjaan diperinci menjadi : 1. Untuk memenuhi target tebang tahun 2003, PT. MHP memberikan pekerjaan penebangan kayu kepada kontraktor/pelaksana tebang dengan volume kerja sebesar 36.100 m3 (disebut volume target kontrak kerja). Sebelum pekerjaan dimulai akan diterbikan SPOK per-setting. 2. SPK tebang lanjutan tidak akan diberikan apabila terdapat kesalahan teknis pekerjaan dan sisa target tebang dianggap habis.
3. Harga upah kerja borongan per-m3 untuk pekerjaan penebangan, pemyaradan, pemotongan 2,5 m dan penumpukan dengan alat sendiri sebesar Rp 51.250,-/m3 . 4. Total upah kerja borongan sesuai hasil tebangan seting 71, Unit VIII menyelesaikan target volume kontrak kerja pada point 1 diberikan waktu mulai bekerja tanggal 1 Maret 2003. 5. Kontraktor penyaradan dan penumpukan wajib melaksanakan pekerjaan sesuai target dan waktu yang ditetapkan di jadwal penebangan. Apabila salah satu target atau waktu tidak terpenuhi, seluruh hubungan kontrak kerja berakhir dengan sendirinya tanpa perpanjangan volume target dan jangka waktu pekerjaan. 6. Pelaksanaan pekerjaan ini dinyatakan efektif berlaku oleh kedua belah pihak setelah SPK ditanda tangani. Nilai Pekerjaan dan Pembayaran Aturan untuk nilai pekerjaan dan pembayaran, dirinci sebagai berikut : 1. PT. MHP akan membayar bila pekerjaan selesai dikerjakan, disarad, dan diukur sesuai dengan rumusan yang berlaku (panjang x lebar x tinggi x 0,511). 2. Pengukuran dilakukan setiap akhir bulan sekitar tanggal 28 - 31. 3. Nilai pekerjaan adalah harga tetap, tidak dapat ditawar, tidak berubah karena alasan apapun setelah SPK dinyatakan efektif, kecuali terjadi perubahan. 4. Pembayaran dilaksanakan bila penebang mengajukan tagihan ke perusahaan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Pekerjaan dalam luasan per-seting selesai dikerjakan kemudian. b. Kayu hasil tebangan selesai disarad ke TPn dengan ukuran TPn minimal : panjang 8 m, tinggi 1,5 m dan lebar 2,5 m. Semua kayu ditumpuk ditempat datar di pinggir jalan utama, jalan cabang atau jalan yang direncanakan dan tidak perlu lagi memakai "Timberjack" serta diberi penyangga. c. Selesai penyaradan dan kayu sudah di TPn, dilakukan pengukuran kayu disaksikan kedua belah pihak dan hasil pengukuran dituangkan dalam bon penerimaan kapling kayu. d. Hasil kapling kayu dikompilasikan ke data pengukuran oleh tim ukur dan audit, kemudian didistribusikan ke bagian TUK untuk diproses.
e. Semua hasil proses data diterbitkan rekomendasinya untuk dasar penerbitan BAP Pembayaran oleh seksi administrasi. f. Penandatanganan BAP dilakukan pelaksana tebang di bagian administrasi. g. Setelah BAP ditandatangani dan disahkan oleh pejabat berwenang, maka PT. MHP wajib melaksanakan pembayaran atas pekerjaan tersebut dengan syarat bukti-bukti tagihan sebagai berikut : Surat permintaan pembayaran bermaterai asli Kwitansi asli bermaterai BAP asli beserta data hasil ukur kapling kayu Dokumen lain yang dianggap perlu h. Perusahaan wajib melaksanakan pembayaran selambat-lambatnya 20-25 hari setelah tanggal pengajuan tagihan bukan tanggal dibuatnya BAP karena BAP bukan merupakan bukti tagihan tetapi sebagai dasar untuk pembayaran tagihan. Pelaksanaan pembayaran dapat tertunda apabila : BAP bermasalah (kesalahan dokumen/palsu) Keadaan aliran dana (cash flow) perusahaan Tidak lengkap administrasinya i. Perusahaan berhak menolak dan tidak melakukan pembayaran kepada pihak lain atau pihak ketiga guna menghindari terjadinya perselisihan. j. Apabila dalam perhari tercapai 20 m3 x 24 hari (satu bulan) maka alat akan diserahkan ke pelaksana (jika alat milik perusahaan) k. Harga berlaku pada penebangan baru Teknis Pekerjaan Penebangan Penyaradan dengan Kabel serta Tumpukan Sebelum pekerjaan dimulai, pelaksana tebang wajib mempersiapkan diri dan mengambil data seting pada bagian produksi untuk melaksanakan pengecekan areal dan penentuan tiang utama, tiang kedua dan letak penggulung kabel (mobil). Kegiatan penebangan meliputi : 1. Penebangan (cutting/felling) a. Penebangan kayu dilaksanakan secara tebang habis (semua tegakan pohon ditebang) dalam luas areal yang telah ditentukan (manajemen seting). b. Penebangan dilaksanakan pada lokasi kerja PT. Musi Hutan Persada. c. Penebangan diawali penentuan tinggi takik rebah maksimal 8 cm dpt.
d. Penebangan dilakukan satu-satu perjalur kabel, langsung diproses sebelum melaksanakan penebangan pada pohon selanjutnya. 2. Pembuangan ranting/cabang (delimbing) a. Setelah penebangan perpohon ranting dan cabang langsung dibersihkan dengan menggunakan gergaji rantai rata dengan permukaan batang utama. b. Ranting dan cabang dicincang dengan panjang potongan maksimal 0,5 cm. c. Ranting serta cabang diletakkan diantara tumpukan kayu (jalur sarad). d. Potongan cabang rebah dengan tanah. 3. Pemotongan batang (trimming/bucking) a. Sebelum pemotongan kayu dimulai, kayu bekas terbakar harus dikupas lalu bagian yang terbakar dipotong dan dicincang. b. Potongan batang berukuran diameter minimal 8 cm dengan panjang 2,5 m. c. Potongan batang pokok dipisahkan dari potongan tajuk. d. Setelah potongan batang pokok dipisah dari tajuk, dilaksanakan penyaradan dengan kabel lalu dipotong 2,5 m dan ditumpuk di tempat datar (pembagian batang dapat pula sebelum disarad tergantung alat yang digunakan) Teknis Pekerjaan Penyaradan dengan Kabel serta Penumpukan Kayu Acacia mangium Pekerjaan penyaradan dengan menggunakan kabel diperinci sebagai berikut : 1. Sebelum penebangan dan penyaradan dengan kabel dilakukan, lokasi titik akhir harus dibersihkan dari semua kotoran pohon dan serasah. 2. Lokasi penumpukan harus di pinggir jalan utama atau jalan cabang dengan jarak sekitar 5 m dari pinggir jalan. 3. Sebelum penyaradan dimulai, pemborong mensurvey tempat dimana tiang utama sebagai titik akhir harus diletakkan. 4. Persyaratan Tiang utama : a. Pohon untuk tiang harus besar, kuat, tidak lapuk dan kalau ada bercabang dua dengan tinggi 3-5 m tergantung jenis alat (mobil) yang dipergunakan. b. Pohon yang dipilih berjarak minimal 20-25 m dari bibir jurang agar dapat berfungsi sebagai titik akhir harus berada di areal datar untuk mempermudah proses pemotongan 2,5 m dan penumpukan di TPn juga berfungsi menjadi stapel meter oleh kontraktor.
c. Panjang TPn minimal 8-20 m, tinggi 1,5 m dan lebar 2,5 m (sesuai panjang sortimen) dua lapis terletak di pinggir jalan utama, jalan cabang atau jalan yang direncanakan sehingga tidak lagi memakai "Timberjack" dan diberi penyangga. d. Diusahakan posisi tiang utama di atas bukit yang memungkinkan kabel bisa berputar dalam radiusnya, dan berpindah sejauh radiusnya. e. Kayu diangkut dan disusun dalam tumpukan stapel meter, diberi penyangga agar tidak roboh sesuai dengan ukuran dan jenis bbs dari PT. MHP. 5. Persyaratan tiang kedua a. Bagian bawah pohon tiang kedua harus besar, kuat dan tidak lapuk. b. Semua areal tebangan harus dapat terwakilkan oleh tiang tersebut. c. Susunan tebangan harus rapih dengan ketentuan pangkal pohon di depan arah rebahnya searah dengan arah tarikan kabel sehingga penarikan dilakukan pada pangkal pohon agar tidak mudah patah. d. Untuk areal yang tidak terjangkau radius kabel, seluruh sistim harus berpindah dan proses diulang dari awal sejak penentuan lokasi titik akhir. 6. Penumpukan (stacking) Penumpukan Aturan dalam menumpuk ditetapkan sebagai berikut : 1. Potongan batang pokok ditumpuk manual dengan ujung rata pada satu sisi 2. Potongan ditumpuk dan bersih dari segala sampah dan kotoran 3. Kayu hasil tebangan ditumpuk di tepi jalan utama, jalan cabang atau jalan yang direncanakan guna mengangkut kayu ke pabrik. Untuk kayu yang sulit diangkut ditumpuk secara manual dan ditumpuk sesuai dengan spesifikasinya dengan ukuran panjang 8 m, tinggi 1,5 m dan lebar 2,5 m. 4. Semua tumpukan kayu harus sesuai dengan jenis kayu Acacia mangium dan ukuran yang telah ditentukan dalam spesifikasi penebangan dan penumpukan. 5. Sortimen yang telah disusun setelah penyaradan, dilaksanaan pemeriksaan lapangan bersama tim pasca tebang guna mengetahui mutu kayu (BBS). 6. Tim pasca tebang dan kontraktor melaksanakan pemeriksaan kayu hasil tebangan guna menentukan layak atau tidak layaknya dilakukan penyaradan.
7. Dalam pemeriksaan, kayu pecah, rusak dan tidak sesuai dengan standar bbs diambil dari tumpukan dan tidak dilakukan penghitungan volume produksi 8. Tim pasca tebang dan kontraktor/pelaksana tebang menandatangani BAP pasca tebang dan dilaporkan kemanajer produksi untuk langkah selanjutnya. 9. Setelah mendapat hasil pemeriksaan tim pasca tebang, manajer produksi merekomendasikan layak tidaknya seting tersebut dilaksanakan penyaradan 10. Apabila belum layak untuk penyaradan, kontraktor wajib melakukan perbaikan sebelum penyaradan dilaksanakan, begitu pula sebaliknya apabila sudah layak maka dapat dilaksanakan proses penumpukan kayu ke TPn 11. Penyaradan dapat dilaksanakan dengan alat kontraktor apabila pekerjaan diselesaikan dalam satu bulan untuk satu kali BAP setelah mendapat rekomendasi dari manajer produksi dan berita acara serah terima dari tim pasca sarad 12. Semua kayu yang telah selesai disarad dan berada di TPn diperiksa kembali secara bersama-sama dengan tim pasca sarad untuk pelaksanaan serah terima pengukuran kayu dan audit kayu (dari bagian produksi ke bagian perencanaan) Inspeksi Kayu Setelah penyaradan selesai maka diadakan inspeksi kayu, terdiri dari : 1. Kayu yang terpotong dan tersusun di lapangan saat penebangan, penyaradan dan penumpukan, mutu kayu (BBS) diperiksa bersama dengan supervisi lapangan 2. Kayu pecah atau rusak akan disortir dan volume kayu tebangan tidak dihitung 3. Setiap pemeriksaan kayu pelaksana tebang harus ikut menyaksikan 4. Pengukuran dilaksanakan oleh tim ukur dan audit dengan terlebih dahulu mengajak atau memberitahukan kepada kontraktor/pelaksana tebang 5. Selama pengukuran dilaksanakan, kontraktor/pelaksana tebang wajib hadir dan menandatangani semua hasil pengukuran yang didapat 6. Bila kontraktor tidak hadir saat jadwal pengukuran kayu yang disepakati, pengukuran tetap dilaksanakan secara sepihak dan hasilnya tidak dapat diganggu gugat karena sudah menjadi suatu nilai pekerjaan
7. Semua data hasil pengukuran dari perencanaan diserahkan ke bagian produksi (manajer produksi) dan pelaksana tebang dapat menerima hasilhasil penggukuran dari bagian produksi bukan dari bagian perencanaan 8. Semua hasil ukur yang telah ditandatangani kedua belah pihak atau tanpa pelaksana tebang diproses diperencanaan, kemudian diserahkan kebagian produksi (TUK), setelah mendapat rekomendasi selesai sarad dari kasie selanjutnya dapat dibuatkan BAP pembayaran Administrasi dan Tata Usaha Kayu Kegiatan administrasi dan tata usaha kayu, terdiri dari : 1. Sebelum penebangan, semua administrasi perintah kerja dan lokasi kerja harus diselesaikan terlebih dahulu 2. Penghitungan volume hasil tebangan dilakukan bersama kontraktor. Hasilnya dicatat dalam bon penerimaan kayu yang diisi dan ditandatangani kedua belah pihak (tim audit PT. MHP dan kontraktor) 3. Selesai dilaksanakan pemeriksaan mutu kayu, volume m3, TPn dan lain-lain, hasilnya akan dibuatkan bon penerimaan kapling kayu hasil tebangan 4. Bon penerimaan kapling kayu diserahkan ke TUK untuk diproses menjadi hasil ukur kayu. Hasil ukur kayu dibawa ke bagian administrasi untuk diterbitkan BAP sebagai bahan atau dasar pembayaran 5. Menyelesaikan penandatanganan BAP di bagian administrasi Lain-lain Ada beberapa ketentuan lain yang ditetapkan perusahaan, seperti : 1. Seluruh pekerjaan harus mengikuti petunjuk perusahaan berdasarkan kebutuhan dan standarisasi BBS yang telah disepakati oleh PT. MHP dan PT. TELPP 2. Seluruh kalimat dalam spesifikasi memuat arti yang sama dan memiliki kekuatan hukum yang harus dilaksanakan oleh penebang dan mengikat kedua belah pihak 3. Apabila terjadi perubahan dan perselisihan antara kedua belah pihak maka akan diselesaikan secara musyawarah mufakat, akan tetapi bila tidak dapat diselesaikan secara musyawarah mufakat maka kedua belah pihak sepakat
untuk menyelesaikan perselisihan tersebut pada tempat dan kedudukan yang dalam wilayah Sumatera Selatan pada Pengadilan Negeri Muara Enim. Sistim Penyaradan dengan Kabel yang Digunakan oleh PT. MHP Areal MHP terbagi menjadi 3 kelerengan yaitu landai, datar dan agak curam. Untuk daerah landai dan datar, PT. MHP sebagian besar menggunakan forwarder karena alat ini mampu bekerja dengan efektif dan efisien pada kondisi tersebut.
Tetapi pada areal dengan kelerengan agak curam (> 15 %),
membutuhkan alat dengan mobilitas tinggi untuk melakukan manuver naik dan turun lereng yang tidak bisa dilakukan secara optimal oleh forwarder tersebut. Karenanya
mulai
tahun
2002
diterapkanlah
sistim
penyaradan
yang
memanfaatkan kabel untuk mengeluarkan kayu ke tepi jalan hutan dan disebut sebagai sistim kabel katrol.
Sistim ini memanfaatkan mobil-mobil tua yang
memiliki tenaga besar dan mampu bermanuver di arel berlereng untuk menggulung kabel guna menarik kayu setelah sebelumnya dimodifikasi. Ada tiga macam sistim kabel katrol yang digunakan oleh PT. MHP yaitu : 1. Sistim yang memanfaatkan mobil Chevrolet C-50 yang dimodifikasi untuk menggulung kabel pada roda belakang mobil yang diangkat sedikit dari tanah sehingga tidak bergesekan ketika menggulung kabel. 2. Sistim yang memanfaatkan mobil Toyota Hardtop ’70 yang dimodifikasi dengan menambahkan drum atau winch pada bagian belakang mobil terhubung dengan as belakang mobil dan berfungsi sebagai tempat menggulung kabel. 3. Sistim yang memanfaatkan sebuah truk tua yang dimodifikasi dengan sebuah drum atau winch di belakang mobil dan berfungsi untuk menggulung kabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pemanenan Kayu Tujuan jangka pendek PT. Musi Hutan Persada adalah memproduksi kayu bulat sebagai bahan baku industri pulp, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah melaksanakan program pembangunan hutan tanaman industri, terutama dalam meningkatkan hasil hutan, produktivitas lahan dan kualitas lingkungan hidup. Karenanya, maka perencanaan pemanenan yang baik sangat diutamakan. Sebagai perusahaan HTI, PT. MHP menggunakan sistim tebang habis pada areal yang siap tebang. Artinya bahwa seluruh kayu dalam areal tersebut harusdipanen. Jenis tanaman utama di PT. MHP adalah Acacia mangium, tetapi untuk pohon selain akasia tetapi bukan yang dilindung juga ikut ditebang hanya saja tidak ikut dibawa ke tempat pengolahan atau pabrik. Pemanenan dilakukan oleh kontraktor yang mengajukan diri dan telah disetujui oleh perusahaan.
Sebelum pekerjaan dimulai kontraktor wajib
mempersiapkan diri dengan mengambil data areal tebang pada bagian produksi. Khusus untuk pemanenan dengan menggunakan kabel, selain untuk pengecekan areal data juga diperlukan dalam menentukan tiang dan posisi tempat meletakkan alat penggulung kabel (mobil). Kegiatan penebangan dalam pemanenan kayu meliputi : 2. Penebangan (cutting/felling) Diawali dengan penentuan tinggi takik rebah (± 8 cm dpt) dengan arah rebah disesuaikan arah sarad kabel. 3. Pembuangan ranting/cabang (delimbing)
Setelah ditebang, pohon dibersihkan dari ranting dan cabang dengan gergaji rantai mengikuti permukaan batang utama. Ranting dan cabang dengan diameter < 8 cm dicincang dan diletakkan diantara jalur sarad agar tidak menghalangi proses penyaradan. Cabang dengan Ø • 8 cm ikut d itarik tetapi tumpukannya dipisah dari batang utama. 4. Pemotongan batang (trimming/bucking) Sebelum dipotong batang harus diperiksa dan dibersihkan dari kayu terbakar, busuk atau rusak. Panjang sortimen 2,5 m dengan diameter minimal 8 cm. Penarikan dan penumpukan batang utama dipisahkan dari potongan cabang. Kayu ditumpuk pada tempat yang datar. Pembagian batang dapat pula dilakukan sebelum disarad tergantung alat yang dipergunakan. Sistim pemanenan dengan kabel dilakukan pada areal berbukit dengan kemiringan 15 % atau lebih seperti pada areal Unit VIII Tebing Indah. Sistim yang diterapkan adalah sistim semi mekanis, dimana pemanenan dilakukan dengan alat mekanis seperti gergaji rantai (chainsaw) dan mobil yang memerlukan tenaga manual dalam pengoperasiannya. Salah satu alasan pemilihan sistim ini adalah karena sistim ini memperkerjakan banyak tenaga kerja yang berarti membuka lahan pekerjaan baru. Ada dua macam cara penarikan pada sistim kabel, yaitu : a. Sistim Tarik Panjang (Tree Length System) Pada sistim ini kayu yang disarad adalah kayu panjang dengan diameter minimal 8 cm. Tajuk dan cabang dibersihkan di tempat rebah sedangkan pembagian batang dilakukan setelah kayu disarad. b. Sistim Tarik Pendek (Short Wood System) Sistim ini menarik kayu pendek yang sudah berupa sortimen 2,5 m. Pemotongan tajuk dan cabang serta pembagian batang dilakukan di tempat rebahnya. Setelah menjadi sortimen kayu diikat 4-5 batang dengan kabel baru kemudian ditarik dan ditumpuk di TPn. Kegiatan pemanenan di PT. MHP menggunakan metode geng, yaitu cara kerja berkelompok yang terdiri dari pemilik geng, mandor, operator gergaji rantai dan keneknya, serta perintis (cruiser) untuk cara biasa atau termasuk regu sarad,
dan regu tumpuk untuk sistim kabel, sehingga dalam satu geng bisa terdiri dari 15-23 orang. Ada beberapa keuntungan yang didapat dari metode geng ini, yaitu : 1. Memudahkan kontrol karyawan kontrak di tingkat bawah 2. Menghemat biaya pengayaan dan perawatan alat 3. Mempersingkat jalur birokrasi dari pihak manajemen 4. Memperkecil biaya tambahan (seperti tanggungan rumah, kesehatan dan lainnya) 5. Memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar hutan 6. Sebagai salah satu penghubung perusahaan dengan masyarakat sekitar hutan Adapun kerugian dari metode geng ini adalah kontrol kualitas yang minim, lemahnya kontrol perusahaan dalam mensejahterakan para pekerja penebangan dan terjadinya monopoli usaha oleh pihak-pihak pemilik modal. Penyaradan dengan Menggunakan Kabel Katrol Areal PT. MHP sebagian besar bertopografi datar dan landai, sehingga penggunaan forwarder dalam pemanenan dirasa sudah mencukupi.
Ketika
diketahui bahwa target tebangan tahun 2003 SU II Benakat yang sebesar 36.100 m3 hampir seluruhnya diperoleh dari Unit VIII Tebing Indah yang sebagian besar arealnya berbukit-bukit dengan kelerengan diatas 15 %, maka forwarder dirasakan tidak efektif lagi. Karenanya, agar seluruh kayu dari areal tersebut dapat dikeluarkan maka perusahaan mulai menerapkan sistim penyaradan dengan menggunakan kabel katrol (Cable Yarding System). Sistim kabel katrol ini adalah sistim yang memanfaatkan tenaga mesin mobil untuk menarik sebuah kabel yang diikatkan pada kayu secara mendatar menyentuh tanah dengan bantuan katrol. Salah satu sistim kabel katrol yang dipergunakan di PT. MHP adalah Sistim C-50.
Sistim ini menggunakan mobil Chevrolet C-50, satu kabel
berpengait (±150 m) dan dua buah katrol. Satu katrol diletakkan setinggi 2-3 m pada pohon yang akan dijadikan tiang dan lainnya akan dipergunakan untuk mengarahkan kabel apabila diperlukan. Untuk mengeluarkan kayu kabel harus diulurkan dan ditarik
Gambar 2. Roda penggulung sistim Kabel
secara manual menuju kayu dalam keadaan mesin mobil mati. Selanjutnya kabel diikatkan pada kayu untuk kemudian ditarik oleh mobil. Penarikan dilakukan dengan menggunakan tenaga mobil. Kabel digulung pada celah antara roda belakang sebelah kanan yang diangkat sehingga tidak bergesekan dengan tanah ketika menggulung kabel. Karena C-50 merupakan mobil one wheel drive maka ketika digas, roda dapat menggulung kabel dan sebaiknya juga digunakan saat mengulur dengan mesin pada posisi mundur untuk menghemat waktu. Untuk pengamanan, sebelum dioperasikan bak mobil dan roda kiri belakang harus diikat. Kayu yang ditarik adalah kayu panjang berdiameter • 8 cm.
Setelah
ditarik kayu dipotong 2,5 m dan ditumpuk secara manual di tepi jalan loging yang sudah ada atau dalam tahap perencanaan oleh tukang tumpuk. Secara umum, pengoperasian sistim kabel terdiri dari 2 tahap, yaitu : 1. Tahap persiapan alat. Terdiri dari pembongkaran alat, perpindahan alat dan pemasangan alat di lokasi baru. Tahap ini dilakukan bila pohon dalam radius kabel sudah habis dan ditumpuk di TPn. Apabila jalur lurus maka mobil diletakkan setiap jarak 100 m, namun apabila arealnya berliku maka letak mobil disesuaikan dengan lokasi tebangan. Selanjutnya alat dipasang kembali, demikian seterusnya sampai seluruh pohon dalam areal tebang habis dan ditumpuk rapih. 2. Tahap pengoperasian. Merupakan tahap pengeluaran kayu ke tepi jalan angkutan yang dimulai sejak kabel diulurkan sampai seluruh kayu di wilayah jangkauan kabel selesai ditarik dan ditumpuk di TPn yang telah disiapkan di tepi jalan angkutan. Tabel 3. Sistim Penyaradan dengan Menggunakan Chevrolet C-50
Perincian Peralatan yang digunakan Penggulung kabel Letak Katrol Penebangan Penarikan Penumpukan TPn
Keterangan 1. Menggunakan Chevrolet C-50 1500 cc, kabel berpengait dan dua buah katrol 2. Kabel digulung pada salah satu roda mobil 3. Katrol pertama terletak 2-3 m pada tiang, katrol lainnya di tepi jurang apabila ada kayu yang harus dikeluarkan. 4 Pohon ditebang perjalur kabel, dibersihkan dari ranting dan cabang untuk tiap lokasi mobil 5 Kayu yang ditarik adalah kayu panjang bebas cabang. Pembagian batang dilakukan setelah kayu disarad. 6 Penumpukan dilakukan oleh regu tumpuk secara manual sehingga akan memakan waktu lebih lama 7 Tinggi TPn hanya 1-2 m sepanjang-panjangnya di tepi jalan logging
Spesifikasi Alat Alat yang digunakan berupa modifikasi dari mesin mobil tua yang masih memiliki kemampuan menarik kayu, terdiri dari mobil,
kabel baja
berpengait dan katrol. Modifikasi menyebabkan mesin mampu bekerja optimal, sehingga beban yang ditanggung tidak terlalu berat. Tabel 4. Spesifikasi Alat yang Digunakan dalam Sistim C-50 No. Jenis Alat Spesifikasi 1. Tenaga Penarik Chevrolet C-50 1500 cc 2. Alat Penggulung Kabel as roda kanan belakang 3. Kabel maksimal 150 m 4. Katrol 2 buah
Gambar 3 Katrol pada tiang utama
Gambar 4. Proses pengikatan Kayu
Regu Kerja Jumlah tenaga kerja yang digunakan diserahkan kepada kontraktor melihat pada luasan areal, kondisi lapangan, potensi dan sebagainya. Regu kerja berada dibawah pengawasan operator yang merupakan wakil kontraktor di lapangan. Operator bertugas menangani pemeliharaan alat beserta perbaikannya. Regu tumpuk yang berjumlah 8 orang dimaksudkan untuk meringankan beban kerja tukang tumpukyang harus menumpuk kayu secara manual dan karenanya memerlukan tenaga cukup besar agar pekerjaan dapat cepat diselesaikan. Karena sistim kabel katrol merupakan sistim kontrak, maka perusahaan hanya menetapkan upah kerja peregu kerja per m3. Sedangkan jumlah anggota regu kerja dan pembagian upah perorangnya terletak pada kebijaksanaan kontraktor dan perusahaan tidak bertanggung jawab terhadapnya.
Dari segi keamanan dan keselamatan kerja terlihat para pekerja tidak dilengkapi peralatan keselamatan yang memadai.
Pekerja hanya
menggunakan sarung tangan, padahal peralatan seperti helm, kotak P3K, sepatu, pelindung telinga dan lainnya sangat diperlukan. Akibatnya saat pekerja terluka mereka tidak langsung mendapat pertolongan. Selain itu pendengaran mereka akan terganggu karena saat dioperasikan alat mengeluarkan suara yang kuat. Tabel 5. Perincian Regu Kerja Sistim Kabel Katrol No. Jenis Pekerjaan 1. Menebang dan memangkas batang di tempat rebah Menarik Kabel, mengikatkannya di kayu yang akan ditarik 2. kemudian melepaskannya kembali setelah ditarik 3. Mengoperasikan mobil Mengawasi jalur kabel saat kayu ditarik dan 4. memberitahukannya kepada operator mobil serta membantu melepaskan kabel saat kayu selesai ditarik 5. Mengukur kayu sepanjang 2,5 m 6. Membagi batang 7. Menumpuk kayu di TPn secara manual
Pekerja Chainsawman chokerman Operator Mobil Kenek Mobil
Upah
Rp 51.250,/m3 per regu kerja
Tukang ukur Chainsawman Tukang Tumpuk (±8 orang)
Persiapan Alat Alat harus berpindah bila seluruh kayu dalam radius kabel selesai ditarik dan ditumpuk di TPn. Jarak perpindahan berkisar 100-150 m mengikuti kondisi lapangan. Ada 3 tahap persiapan untuk sistim berpindah yaitu : 1. Tahap pembongkaran alat a. Melepas rantai roda
e. Melepas katrol
b. Melepas rantai ban
f. Menggulung kabel di ban
c. Mendongkrak mobil
g. Mengikat kabel di ban
d. Melepas kayu pengganjal
h. Mengembalikan posisi kopling
Gambar 5. Rantai Pengikat Roda 2. Tahap Perpindahan a. Membersihkan jalan mobil
Gambar 6. Rantai Pengikat Bak
c. Persiapan TPn
b. Menentukan tiang utama
d. Perpindahan Mobil
3. Tahap Pemasangan Alat a. Penempatan mobil
f. Menggali tanah di bawah roda penggali
b. Membongkar peralatan
g. Memasang katrol
c. Mengikat roda
h. Melepas ikatan kabel
d. Mendongkrak mobil
i. Menyetel kopling
e. Meletakkan kayu pengganjal
j. Mencoba alat
Katrol harus diletakkan setinggi 2-3 m. Tiang harus besar dengan bentuk batang lurus dan terletak di pinggir jalan. Sistim C-50 ini membutuhkan waktu cukup lama saat berpindah. Hal ini terjadi karena sistim C-50 menyarad kayu panjang sehingga kayu sisa potongan berada di sekitar mobil sehingga menyebabkan jalan mobil penuh dengan kayu sisa yang akan menghambat pergerakan mobil saat berpindah. Penelitian ini dilakukan pada tiga lokasi yang berarti memerlukan tiga kali perpindahan alat dengan total trip sebanyak 175 trip. Tabel 6 berikut merupakan tabel waktu persiapan untuk sistim kabel. Tabel 6. Waktu Persiapan Sistim C-50 No.
Kegiatan
1. 2. 3.
Bongkar Alat Perpindahan Pasang Alat Total
Waktu (detik) Efektif Hilang Total 772 dtk 51,67 dtk 823,67 dtk 5443,67 dtk 104,67 dtk 5548,34 dtk 1122,33 dtk 100,67 dtk 1223 dtk 7388 dtk 257 dtk 7595 dtk
Pada Tabel 6 tersebut terlihat bahwa waktu hilang yang terjadi sudah sangat kecil sekali bila dibandingkan dengan waktu totalnya yaitu sekitar 3,38 % saja. Hal ini berarti bahwa para pekerja cukup mampu bekerja dengan efektif dan efisien yang tentunya bias menambah produktivitas kerja sistim kabel ini. Waktu yang hilang tersebut kebanyakan berasal dari mengobrol dan istirahat. Dari faktor alat waktu hilang diakibatkan oleh mesin mati, jalan mobil tersangkut saat berpindah ataupun kesulitan pada saat memasang katrol. Waktu Kerja Sistim Kabel Katrol Waktu kerja adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Pada sistim kabel katrol, waktu kerja dimulai sejak alat mulai dipasang
N Total Total Total Waktu Persiapan trip Jarak Sarad Volume Efektif Aktual Lokasi I 51 1496 m 13,43 m3 11717 dtk 12126 dtk Lokasi II 56 2072 m 14,46 m3 5473 dtk 5527 dtk Lokasi III 68 1542 m 20,57 m3 4824 dtk 5132 dtk 5110 m 48,46 m3 22014 dtk 22785 dtk Total 175 7338 dtk 7595 dtk Rata-rata 58,33 1703,3 m 16,15 m3 Lokasi
Total Waktu Sarad Efektif Aktual 4417 dtk 7378 dtk 5125 dtk 8799 dtk 4939 dtk 6401 dtk 14481 dtk 22578 dtk 4827 dtk 7526 dtk
Total Waktu Kerja Efektif Aktual 16134 dtk 19505 dtk 10598 dtk 14326 dtk 9763 dtk 11533 dtk 36495 dtk 45363 dtk 12165 dtk 15121 dtk
sampai alat harus berpindah apabila seluruh kayu dalam jangkauan kabel telah selesai ditarik dan ditumpuk rapih di TPn untuk setiap lokasi tebang. Pada Tabel 8 terlihat bahwa waktu total efektif dan waktu total aktual sistim C-50 tidak berbeda jauh. Hal ini menunjukkan regu kerja C-50 sudah bekerja dengan cukup efektif yang diakibatkan oleh beberapa sebab seperti kemampuan mereka untuk bekerja yang baik, pengenalan alat yang mereka gunakan dengan baik juga koordinasi yang baik antar pekerja. Tabel 7. Total Waktu Kerja dengan Menggunakan Sistim C-50 Waktu kerja penyaradan dengan kabel dipengaruhi oleh faktor jarak sarad, volume kayu, kemiringan lapangan, keadaan atau kondisi lapangan, serta kuat tarik dari alat itu sendiri (FAO, 1981). Adapun waktu hilang sebagian besar terjadi karena pekerja sering mengobrol, istirahat yang terlalu sering, mesin mogok, kayu tersangkut, ikatan kabel yang terlepas dan penyebab lainnya. Dari waktu kerja tersebut, produktivitas kerja sistim kabel katrol dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel tersebut menunjukkan produktivitas kerja sistim kabel katrol dengan memperhitungkan waktu persiapan alat. Tabel 8. Produktivitas Kerja Sistim C-50
Jarak Sarad Volume rataRata-rata (m) rata (m3) 1703,3 m 16,15 m3
Waktu Kerja per Setting Produktivitas Efektif (detik) Aktual (detik) Efektif (m3/jam) Aktual (m3/jam) 12165 detik 15121 detik 4,78 m3/jam 3,84 m3/jam
Sebelum penelitian ini dilakukan telah ada penelitian lain yang dilakukan terhadap sistim kabel katrol. Sistim kabel yang diteliti tersebut adalah sistim yang memanfaatkan mobil Toyota Hardtop tahun 70 4000 cc (Arsis, 2003). Penelitian tersebut menghitung produktivitas pada jarak sarad rata-rata 1488 m pada satu lokasi sarad. Sebagai bahan perbandingan maka hasil penelitian tersebut akan disandingkan dengan hasil penelitian C-50 dengan jarak sarad yang sama atau tidak berbeda terlalu jauh pada satu lokasi sarad, yaitu pada lokasi sarad C-50 yang pertama. Hasil perbandingan tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Perbandingan Produktivitas Kerja Sistim C-50 dan Sistim Hardtop (Arsis, 2003) Sistim Jarak Sarad Volume Rata- Waktu Kerja per Setting Produktivitas Kabel Rata-rata (m) rata (m3) Efektif (detik) Aktual (detik) Efektif (m3/jam) Aktual (m3/jam) Hardtop 1488 m 24,90 m3 24999 detik 45988 detik 3,59 m3/jam 1,95 m3/jam 3 3 C-50 1496 m 13,43 m 16134 detik 19505 detik 2,99 m /jam 2,48 m3/jam
Pada Tabel 9 tersebut terlihat bahwa untuk produktivitas efektif, sistim Hardtop memiliki produktivitas kerja lebih besar dari sistim C-50 tetapi produktivitas aktualnya ternyata sistim C-50 ang memiliki produktivitas lebih besar. Hal ini terjadi karena sistim Hardtop memiliki waktu hilang yang sangat besar terlihat dari waktu kerja aktualnya yang hamper dua kali lipat dari waktu kerja efektifnya. Banyaknya waktu hilang tersebut cenderung mengurangi produktivitas kerja karena saat waktu hilang terjadi sistim tidak beroperasi seperti seharusnya, sehingga hasil kerja akan berkurang. Produktivitas Alat Produktifitas alat merupakan produktivitas murni alat saat menyarad sehingga tidak dipengaruhi oleh waktu persiapan alat. Produktivitas sistim C-50 tersebut dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Produktivitas Sistim C-50 Jarak Sarad Volume Rata- Waktu Kerja Rata-rata Produktivitas Rata-rata (m) rata (m3) Efektif (detik) Aktual (detik) Efektif (m3/jam) Aktual (m3/jam) 29,20 m 0,28 m3 82,75 129,02 12,18 m3/jam 7,81 m3/jam
Dari Tabel 10 terlihat bahwa produktivitas aktual sistim C-50 lebih kecil dari produktivitas efektifnya.
Ini terjadi karena pengaruh waktu hilang yang
terjadi. Waktu hilang tersebut diakibatkan oleh kurangnya tenaga tumpuk, gergaji rantai yang hanya satu, disiplin kerja yang kurang, cuaca yang tidak mendukung serta tidak adanya target tertentu yang harus dicapai setiap kelompok kerja sehingga pekerja bekerja semaunya. Besar prosentasi waktu hilang yang terjadi pada sistim kabel C-50 ini dapat dilihat pada Tabel 11. No. 1. 2. 3. 4.
Tabel 11. Prosentase Elemen Kerja Penyaradan Sistem C-50 Elemen Kerja Lama(detik) Prosentase (%) N Trip N Batang Mengulur 6286 27,84 % Mengikat 930 4,12 % Menarik 6232 27,60 % Melepas 1033 4,58 % -
5. Waktu Efektif 5. Waktu Hilang Total
14481 8097 22578
64,14 % 35,86 % 100 %
175
-
200
-
Tabel 11 menunjukkan bahwa sistim C-50 memiliki waktu hilang sebesar 35,86 % dari waktu totalnya.
Faktor lain yang mempengaruhi produktivitas
adalah tidak adanya jadwal pangangkutan yang jelas, dimana pengangkutan kayu dari TPn dilakukan lama setelah kayu selesai ditumpuk. Produktivitas penyaradan dengan menggunakan kabel katrol dapat ditingkatkan dengan mengurangi waktu hilangnya sehingga waktunya dapat dimanfaatkan dengan efektif. Prestasi Kerja Sistim Kabel Katrol Prestasi kerja adalah hasil kerja atau produksi dalam satuan kerja persatuan waktu (Wasono, 1965). Dalam sehari, kegiatan ekstrasi kayu di PT. MHP dilakukan selama ± 8 jam termasuk waktu istirahat dan 25 hari kerja per bulan dengan memperhitungkan hari hujan, mesin rusak dan lainnya.
Saat
3
penelitian, target tebangan tahun 2003 adalah 36.400 m maka target tersebut dapat tercapai dengan prestasi kerja sebesar 121,33 m3/hari kerja. Prestasi kerja untuk sistim C-50 dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Prestasi Kerja Per Hari Kerja sistim C-50
Produktivitas Jam Kerja Prestasi Kerja per Hari Target per Hari kerja Jumlah Unit yang Kerja (m3/jam) per Hari Kerja (m3/hari kerja) (m3/hari kerja) dibutuhkan 3,84 m3/jam 8 jam 30,72 m3/hari kerja 121,33 m3/hari kerja 4 unit
Sebagai perbandingan, prestasi kerja sistim Hardtop (Arsis, 2003) dan sistim C-50 dengan jarak sarad yang sama atau tidak berbeda jauh pada satu lokasi sarad dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Perbandingan Prestasi Kerja Sistem C-50 dan Sistim Hardtop
Sistim Produktivitas Jam Kerja Prestasi Kerja per Hari Target per Hari kerja Jumlah Unit Kabel Kerja (m3/jam) per Hari Kerja (m3/hari kerja) (m3/hari kerja) yang dibutuhkan 3 3 C-50 2,48 m /jam 8 jam 19,84 m /jam 121,33 m3/hari kerja 7 unit Hardtop 1,95 m3/jam 8 jam 15,6 m3/hari kerja 121,33 m3/hari kerja 8 unit
Dari hasil Tabel 13 terlihat bahwa target tebangan dapat terpenuhi dengan memakai 7 sampai 8 unit sistim kabel. Namun kenyataannya, pada tahun tersebut PT. MHP memakai 14 unit sistim kabel sehingga pada akhir Agustus 2003 target tersebut telah dapat terpenuhi. Walaupun target telah terpenuhi kegiatan pemanenan tetap dilaksanakan kontraktor karena mereka terikat kontrak untuk mengeluarkan kayu dalam areal mereka. Hal ini mengakibatkan kelebihan
produksi sehingga kegiatan pemanenan harus segera dihentikan, karena apabila produksi terus berlanjut maka pabrik tidak mampu menampung kelebihan tersebut dan harus menolak kayu yang telah dipanen sehingga kayu dibiarkan menumpuk di hutan, rusak dan membusuk. Saat
penelitian
dilaksanakan
(September
2003),
surat
perintah
penghentian produksi sedang dibuat dan pada Oktober 2003 surat tersebut resmi diberlakukan sehingga kegiatan produksi resmi dihentikan. Hal ini merugikan perusahaan karena harus mengurus surat kontrak yang telah berjalan, mencari jalan keluar agar kayu yang terlanjur dipanen tidak rusak atau membusuk dan lain-lain. Sehingga, untuk menghindari terulangnya kejadian seperti itu maka pada target tebangan tahun berikutnya perencanaan penggunaan unit harus diperhitungkan. Pengaruh Jarak Sarad dan Volume Kayu Terhadap Produktivitas Penyaradan dengan Menggunakan Kabel Hasil penghitungan statistik pengaruh jarak sarad dan volume kayu yang disarad dapat terlihat pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil Perhitungan Pengaruh Jarak Sarad dan Volume Kayu yang Disarad terhadap Produktivitas Kerja Alat pada Sistim Kabel Katrol Faktor yang No. mempengaruhi Produksi 1.
Jarak Sarad
2.
Volume Kayu
3.
Jarak Sarad dan Volume Kayu
Efektif
Aktual
Y = 18,403 - 0,147 X R2 = 6,3 % r = 25,1 % sig = 0,001 Y = 53,451 X - 0,678 R2 = 63,2 % r = 79,5 % sig = 0,000 Y = 4,330 + 55,443 X1 - 0,19 X2 R2 = 73,3 % r = 85,9 % sig = 0,000 sig Volume = 0,000 sig Jarak Sarad = 0,000
Y = 15,683 - 0,138 X R2 = 9,3 % r = 30,4 % sig = 0,000 Y = 1,925 + 35,152 X R2 = 45,5 % r = 67,4 % sig = 0,000 Y = 6,317 + 36,899 X1 - 0,167 X2 R2 =59 % r = 76,8 % sig = 0,000 sig Volume = 0,000 sig Jarak Sarad = 0,000
Pada Tabel 14 terlihat bahwa jarak sarad berpengaruh sebesar 6,3 % terhadap produktivitas efektifnya dan 9,3% terhadap produktivitas aktualnya. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 90,7 % - 96,7 % dipengaruhi oleh faktor lain. Karenanya maka dapat disimpulkan bahwa untuk hubungan jarak sarad terhadap
produktivitas maka Ho ditolak, artinya memang benar terdapat hubungan antara jarak sarad dengan produktivitas kerja alat. Kondisi jalur sarad yang tidak sama pada setiap trip mengakibatkan bahwa walaupun kayu yang akan disarad berada pada jarak relatif dekat tetapi apabila jalur saradnya memiliki banyak tunggak, semak-semak atau batuan besar yang bisa menghambat penarikan maka waktu saradnya dapat menjadi lebih besar dari waktu penyaradan untuk mengeluarkan kayu dari jarak lebih jauh namun kondisi jalur saradnya bersih dari rintangan. Pengaruh jarak sarad terhadap produktivitas kerja alat pada sistim C-50 dapat dilihat pada Gambar 7. 130
70
120
Produktifitas Alat Aktual (m3/jam)
Produktifitas Efektif (m3/jam)
110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
60 50
40 30
20 10 0
5.00
8.00 6.00
15.00
10.00
17.00
15.00
21.00
20.00
25.00
25.00
32.00
27.00
Jarak Sarad (m)
47.00
35.00
60.00
55.00
95.00
5.00
8.00 6.00
15.00
10.00
17.00
15.00
21.00
20.00
25.00
25.00
32.00
27.00
47.00
35.00
60.00
55.00
95.00
Jarak Sarad (m)
Gambar 7. Grafik Hubungan Jarak Sarad terhadap Produktivitas Sistim Kabel Adapun volume kayu, dengan nilai koefisien determinasi (R2) 63,2 % untuk produktivitas efektif dan 45,5 % untuk produktivitas aktual menandakan bahwa 45,5 % - 63,2 % dari produktifitas penyaradan dengan menggunakan sistim C-50 dipengaruhi volume kayu yang ditarik kabel sedang sisanya yang 36,8 % 54,5 % dipengaruhi oleh faktor lain termasuk jarak sarad. Pengaruh ini dipertegas oleh nilai signifikasi 0,000 dengan nilai korelasi sebesar 79,5 % dan 67,4 % yang berarti bahwa untuk taraf kesalahan 5 %, volume kayu berpengaruh signifikan terhadap produktifitas penyaradan dengan menggunakan kabel. Dengan hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak karena volume kayu ternyata berpengaruh terhadap produktivitas kerja alat pada sistem kabel katrol. Dari persamaan dapat diartikan bahwa setiap volume kayu yang ditarik bertambah 0,1 m3 maka produktifitas akan bertambah. Penambahan volume kayu artinya adalah penambahan trip karena kabel hanya bisa menarik maksimal 3 potong kayu panjang berdiameter kecil atau sebuah kayu panjang berdiameter besar (30-40 cm).
Penambahan trip berarti proses pengeluaran kayu harus
dilakukan dengan seefisien mungkin yaitu melalui pengurangan waktu hilang sehingga waktu kerja tidak banyak terbuang. Pengaruh volume terhadap produktifitas kerja alat pada sistim C-50 dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Grafik Hubungan Volume Kayu terhadap Produktivitas Sistim Kabel Pada Tabel 14 juga terlihat bahwa secara bersama-sama jarak sarad dan volume kayu berpengaruh sebesar 59 %-73,3 % terhadap produktifitas penyaradan sistim kabel katrol dengan korelasi cukup tinggi yaitu sebesar 76,8 %-85,9 %. Dengan nilai signifikan 0,000-0,006 maka jarak sarad dan volume kayu dapat memberikan pengaruh terhadap produktifitas penyaradan sistim kabel secara sendiri-sendiri ataupun secara bersamaan dengan faktor lain. Sedangkan melihat kepada hasil persamaan yang dihasilkan maka dapat disimpulkan bahwa volume kayu yang ditarik lebih berpengaruh daripada jarak sarad terhadap produktivitas penyaradan dengan menggunakan kabel katrol. Selain jarak sarad dan volume kayu, produktivitas kerja alat juga dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak rata (tunggak, batu, semak, ataupun batang kayu yang belum disarad), suhu udara yang kadang menyengat ataupun sering hujan mendadak, mesin mobil yang sudah tua sehingga sering mati mendadak, kerusakan pada alat yang tidak dapat diperbaiki di tempat sehingga terjadi penundaan ataupun faktor lainnya
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Sistim kabel katrol di PT. MHP adalah sistim pemanfatan tenaga mesin mobil yang dimodifikasi untuk menggulung kabel guna menarik kayu secara mendatar menyentuh tanah dengan bantuan satu atau dua buah katrol pada areal berlereng menggantikan forwarder yang tidak bekerja optimal pada areal tersebut. 2. Penyaradan dengan sistim kabel katrol dilaksanakan oleh kontraktor yang telah disetujui perusahaan. Kontraktor menyediakan regu kerja untuk setiap unit yang bertanggungjawab langsung terhadap kontraktor. 3. Ada dua tahap pekerjaan, yaitu tahap persiapan (pembongkaran alat, perpindahan alat dan pemasangan alat) dan tahap pengoperasian (mengulurkan kabel, mengikatkan kabel di kayu yang akan disarad, menarik kabel dan melepaskan kabel dari kayu yang telah disarad). 4. Tahap persiapan dimulai sejak alat menuju lokasi sarad sampai alat siap untuk dioperasikan.. Tahap persiapan sistim C-50 ini membutuhkan waktu sebesar 7595 detik dengan waktu hilang sebesar 257 dtk. Jarak perpindahan setiap unit tidak dapat ditentukan. 5. Sistim C-50 memiliki waktu sarad efektif per trip sebesar 82,75 detik, sedangkan waktu sarad actual pertripnya adalah 129,02 detik. 6. Waktu hilang tahap persiapan alat terjadi karena mesin mobil mati, perpindahan mobil terhambat dan pekerja mengobrol. Adapun pada saat pengoperasian waktu hilang diakibatkan oleh pekerja sering beristirahat, kayu/kabel tersangkut, mesin mati dan lainnya (tahap pengoperasian). 7. Produktivitas efektif alat sistim C-50 adalah sebesar 12,18 m3/jam, dan produktivitas aktualnya adalah sebesar 7,81 m3/jam dengan volume kayu pertrip 0,28 m3 dan jarak sarad rataan 29,20 m.
8. Produktivitas kerja efektif dan aktual sistim kabel katrol C-50 diperoleh sebesar 4,78 m3/jam dan 3,84 m3/jam. 9. Secara aktual apabila produktivitas sistim C-50 dibandingkan dengan hasil penelitian sistem kabel lain yaitu sistim Hardtop dengan jarak sarad relatif sama pada satu lokasi sarad diketahui bahwa sistim C-50 memiliki produktivitas yang lebih besar dari sistim Hardtop. 10. Prestasi kerja sistim C-50 adalah sebesar 30,72 m3/hari kerja. Hasil ini dapat digunakan sebagai dasar dalam memilih sistim kabel katrol yang akan digunakan perusahaan untuk memanen kayu pada kondisi kelerengan >15% untuk tahun berikutnya. 11. Secara keseluruhan produktivitas penyaradan dengan menggunakan sistim kabel katrol dipengaruhi oleh volume kayu yang akan disarad dan jarak sarad kayu secara sendiri-sendiri atau secara bersamaan dengan faktor lain. 12. Mengacu pada SOP PT. MHP, pemanenan kayu dengan kabel katrol di lapangan telah mendekati SOP-nya dengan penyesuaian apabila kondisi lapangan tidak memungkinkan seperti panjang TPn kurang untuk menghemat waktu dan tenaga, tinggi tunggak sedikit > 8 cm dan lainnya. 13. Karena sistem kabel katrol adalah sistem kontrak maka tanggungjawab operasi berada sepenuhnya pada kontraktor. Perusahan tidak akan ikut campur di lapangan kecuali bila ada gangguan pada kelancaran produksi Saran 1. Perusahaan dianjurkan untuk tetap menggunakan sistim kabel katrol apabila ingin memanen kayu pada kondisi lereng >15 % karena beberapa kelebihan, seperti biaya operasional rendah, memerlukan tenaga kerja cukup banyak yang berarti lapangan pekerjaan bagi masarakat hutan dan yang paling penting adalah produktivitas kerjanya yang cukup tinggi sehingga perusahaan dapat menghemat biaya maupun waktu pemanenan. 2. Jumlah unit sistim kabel katrol yang akan dipergunakan perusahaan harus diperhitungkan atas dasar target produksi terutama pada daerah dengan kelerengan >15%. Salah satu caranya adalah dengan memperhitungkan hasil penelitian produktivitas kabel katrol ini
3. Perlu penelitian lebih lanjut terhadap faktor lain yang mempengaruhi produktifitas seperti pengaruh pemakaian tenaga mesin pada saat mengulur kabel, kekuatan mesin, tinggi katrol, penambahan jumlah katrol yang digunakan atau lainnya sehingga dapat lebih membantu pemilihan sistim. DAFTAR PUSTAKA Andhika, E. K. 2003. Prestasi Kerja Penebangan Akasia (Acacia mangium) dengan Chainsaw STIHL 044 dalamSistem Geng di Unit VI Lubuk Guci Wilayah II Benakat, PT. Musi Hutan Persada Sumatera Selatan. Skripsi Mahasiswa Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan. Balitbang Kehutanan. 1998. Petunjuk Teknis Penggunaan Kabel Layang (Skyline System) di Hutan Produksi Alam yang Dikelola dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih dan Tanam Indonesia. Balitbang Kehutanan, Puslitbang Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan. Jakarta. 28 hal. Barnes, R. M. 1980. Motion and Time Study. Design and Measurement of Work. John Wiley and Son Inc. New York. 665 hal. Brown, N. C. 1949. Logging. John Willey and Son Inc. New York. 418 hal. Conway, S. 1978. Logging Practice. Principal of Timber Harvesting System. San Fransisco. USA. 416 hal. Dykstra, Dennis P., and Rudolf Heinrich. 1996. FAO Model Code of forest Harvesting Practice. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Roma. 85 hal. Elias. 1988. Pembukaan Wilayah Hutan. Diktat Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Dterbitkan. Elias. 1998. Reduced Impact Timber Harvesting in The Tropical Natural Forest in Indonesia. Forest Harvesting Case study. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Roma. 76 hal. Elias. 1999. Bunga Rampai Pemanenan Kayu. Gagasan, Pemikiran dan Karya tulis Rahardjo S. Suparto. IPB Press. Bogor. 217 hal. Elias. 1999. Reduced Impact Timber Harvesting in the Indonesian Selective Cutting and Planting System. Bogor. 76 hal.
FAO. 1974. Logging and Log Transport in Tropical High Forest. A manual on Production and Cost. Food and Agriculture Organization of The United Nation. Roma. 90 hal. FAO. 1978. Technical Report of Second FAO/Austria Training Course on Forest Roads and Harvesting in Mountainous Forest. Compiled and edited under the supervision of R. Heinrich, Forest Industries Division. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Roma. Hal. 147-159. FAO. 1981. Cable Logging System. FAO. Italia. 105 hal. FAO. 1999. Code of Practice for Forest Harvesting in Asia Pacific. Pacific Forestry Commission FAO, Regional Office for Asia and The Pacific. Bangkok, Thailand. 133 hal. Gani, D. S. 1990. Ilmu Kerja (Masalah dan Aplikasi di Kehutanan). Diktat Kuliah Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan. Gani, D. S., Tjetjep Ukman K. dan Gunawan S. 1987. Ilmu Kerja Hutan. Diktat Kuliah Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan ILO. 1975. Penelitian Kerja dan Penelitian Metode. Terjemahan Wetik, J. L. Erlangga. Jakarta. 158 hal. ___.
1986. Penelitian Kerja dan Produktivitas. Erlangga. Jakarta. 86 hal.
Terjemahan Wetik, J. L.
Irawan, B. S. 2003. Petunjuk Teknis Penyaradan dengan Sistem Skyline (Cable Yarding) untuk Areal Jurang. PT. Musi Hutan Persada Barito Pacific Group. Palembang. Tidak Diterbitkan Juta, E. P. 1954. Pemungutan Hasil Hutan. Timun Mas. Jakarta. 394 hal. Kartika, Y. Dewi. 1996. Analisis Kebijakan Pemilihan Cara Kepemilikan Traktor (Milik Sendiri atau Sewa). Skripsi Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan Rahmanto, Heriadi. 1996. Studi Analisis Biaya Penyaradan dengan Menggunakan Traktor Caterpillar D7G di Hutan Bukit (PT. Ratah Timber, Kaltim). Skripsi Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan. Pearce, J. Kennerth and Goerge Stenzel. 1972. Logging and Pulpwood Production. John Wiey and Sons. New York. 358 hal.
Purnama, Tedi. 2000. Produktivitas dan Biaya Penyaradan Sistem Kabel dengan Gaya Berat Memakai Rem ( Studi Kasus di RPH Citenggek, BKPH Singaparna, KPH Tasik Malaya, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat). Skrpsi Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan. Sanjoto. 1958. Metodik Penyelidikan Waktu Kerja Elementer. Pengumuman Istimewa Lembaga Penelitian Kehutanan, No. 12. Bogor. 37 hal. Simmons, F. C. 1951. North Eastern Loggers Handbook. Government Printing Office. Washington DC. 160 hal.
United States
Sulaiman, Wahid. 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS, Contoh Kasus dan Pemecahannya. Penerbit Andi. Yogyakarta. 138 hal. Sulistiono, Arsis. 2003. Produktivitas dan Analisis Biaya Sistem Kabel Katrol dalam Kegiatan Penyaradan di Hutan Tanaman Industri (Studi Kasus di HPHTI PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan). Skripsi Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan. Tinambunan, Djaban. 1989. Pentingnya Penjajagan Teknik Eksploitasi Hutan Secara Modern. Pusat Litbang Hasil Hutan. Bogor. 15 hal. Wackerman, A. E. 1949. Harvesting Timber Crops. Mc. Grows-Hill Book Company. New York. 437 hal. Wiradinata, S. 1981. Pengantar Analisis Biaya Pembalakan. Kehutanan, IPB. Bogor. 166 hal.
Fakultas
Lampiran 1. Tabel Harian di Lapangan Hari ke-1 Unit Blok Setting Jumlah Anggota Regu Kerja Ketua Anggota Trip Ke1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
: : : : : :
VIII Tebing Indah Tebing Indah I 71 13 Erdi 1. Udin 3. Anshori 2. Kus 4. Edi
Spesifikasi Alat Alat yang Digunakan : Chevrolet C-57 Jarak Sarad Terjauh : 76 m Jarak Sarad Terdekat : 10 m Panjang Kabel : 150 m Jarak Antar Tiang Utama : Κ 100 m 5. Herdi 7. Ade 9. Dayat 11. Sulai 6. Sarip 8. Ery 10. Mardian 12. Iqbal Volume Kayu (m3) No. Panjang (m) Du1 (cm) Du2 (cm) 1. 25 m 22 cm 12 cm 1. 22 m 30 cm 10 cm 1. 18 m 28 cm 18 cm 1. 30 m 23 cm 09 cm 1. 9m 13 cm 10 cm 1. 15 m 23 cm 13 cm 1. 5m 31 cm 26 cm 1. 26 m 28 cm 25 cm 1. 20 m 41 cm 27 cm 1. 15 m 21 cm 09 cm 2. 17 m 23 cm 11 cm 378 1. 19,5 m 11 cm 10 cm - 1. 22,7 m 30 cm 09 cm 1. 12,5 m 25 cm 10 cm - 2. 15 m 24 cm 10 cm 3. 10 m 17 cm 09 cm - 1. 15 m 34 cm 10 cm - 1. 12,5 m 20 cm 10 cm 171 1. 15 m 27 cm 19 cm 468 1. 5m 16 cm 13 cm 1. 6,5 m 12 cm 21 cm 63 2. 7m 10 cm 18 cm
Jarak Waktu Ulur (dtk) Waktu Ikat (dtk) Waktu Tarik (dtk) Waktu Lepas (dtk) Waktu Total (dtk) Sarad Efektif Hilang Efektif Hilang Efektif Hilang Efektif Hilang Efektif Hilang 76 m 100 110 4 34 92 2 140 297 10 m 102 10 19 15 19 146 19 20 m 20 3 8 42 10 3 68 18 30 m 12 2 32 24 4 50 24 35 m 86 3 60 2 151 35 m 55 23 3 64 96 4 126 119 30 m 65 4 57 6 3 129 6 35 m 71 3 23 2 99 25 m 15 2 31 2 50 -
10.
43 m
82
-
2
-
38
-
2
-
124
11. 12.
50 m 56 m
59 32
-
4 2
-
24 30
378 -
4 4
-
91 68
13.
55 m
99
-
4
-
47
-
3
-
153
14. 15. 16. 17.
57 m 55 m 57 m 30 m
55 62 55 27
-
2 3 2 4
14
42 43 65 58
151 452
7 5 2 5
20 -
106 113 124 94
18.
56 m
30
-
11
-
72
63
2
-
115
Volume 0,29 m3 0,35 m3 0,38 m3 0,31 m3 0,05 m3 0,32 m3 0,16 m3 0,73 m3 0,93 m3 0,13 m3 0,20 m3 0,09 m3 0,35 m3 0,1 m3 0,17 m3 0,07 m3 0,29 m3 0,11 m3 0,32 m3 0,04 m3 0,07 m3 0,05 m3
19. 20. 21. 22. 23.
55 m 59 m 60 m 28 m 15 m
45 73 52 36 21
15
6 5 4 17 13
30 -
46 46 51 45 27
7 90 73 -
4 5 4 4 9
10 44 49 -
101 129 111 102 70
10 81 90 122 15
24.
57 m
42
-
21
-
67
37
13
-
143
37
25.
58 m
59
-
2
29
56
14
5
7
26.
47 m
49
-
5
-
43
-
28
55
125
55
27.
25 m
21
60
7
-
42
53
5
-
75
113
1159 m 42,93 m
1425 52,78
208 7,7
148 5,48
81 3
1204 44,59
1547 57,30
148 5,48
204 2925 7,55 108,33
2040 79,11
Hari ke-2 Unit Blok Setting Jumlah Anggota Regu Kerja Anggota
: : : : :
Total Rata-rata
Trip Ke1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
VIII Tebing Indah Tebing Indah I 71 13 1. Udin 3. Anshori 2. Kus 4. Edi
122
50
1. 1. 1. 1. 1. 1. 2. 1. 2. 1. 2. 1. 2. 35 1,30
17,5 m 15 m 7,5 m 6m 16,5 m 20,5 m 7m 8m 8,5 m 6m 6m 5m 5m 471,2 m 17,45 m
12 cm 26 cm 16 cm 15 cm 21 cm 12 cm 11 cm 12 cm 07 cm 09 cm 14 cm 16 cm 15 cm 643 cm 24 cm
38 cm 15 cm 13 cm 19 cm 20 cm 38 cm 17 cm 14 cm 10 cm 11 cm 17 cm 44 cm 16 cm
0,44 m3 0,25 m3 0,06 m3 0,07 m3 0,28 m3 0,51 m3 0,05 m3 0,05 m3 0,03 m3 0,02 m3 0,06 m3 0,18 m3 0,05 m3 7,61 m3 0,28 m3
Spesifikasi Alat Alat yang Digunakan : Chevrolet C-57 Jarak Sarad Terjauh : 90 m Jarak Sarad Terdekat : 5 m Ketua : Erdi 5. Herdi 7. Ade 9. Dayat 11. Sulai 6. Sarip 8. Ery 10. Mardian 12. Iqbal
Jarak Waktu Ulur (dtk) Waktu Ikat (dtk) Waktu Tarik (dtk) Waktu Lepas (dtk) Waktu Total (dtk) Sarad Efektif Hilang Efektif Hilang Efektif Hilang Efektif Hilang Efektif Hilang No. 5m 25 2 13 3 43 - 1. 8m 25 4 15 15 2 46 15 1. 5m 35 2 14 6 57 - 1. 7m 26 3 16 8 53 - 1. 8m 25 4 17 4 50 - 1. 7m 15 2 17 2 36 - 1. 8m 24 2 12 2 40 - 1. 7,5 m 26 3 17 8 54 - 1. 8m 24 2 13 5 44 - 1. 12 m 22 2 10 2 36 - 1.
Volume Kayu (m3) Panjang (m) Du1 (cm) Du2 (m) 5m 46 cm 34 cm 20 m 33 cm 12 cm 12,5 m 19 cm 09 cm 10 m 19 cm 16 cm 15 m 20 cm 09 cm 12,5 m 23 cm 14 cm 20 m 37 cm 11 cm 12,5 m 27 cm 12 cm 12 m 25 cm 13 cm 12,5 m 18 cm 09 cm
Volume 0,32 m3 0,41 m3 0,10 m3 0,12 m3 0,13 m3 0,17 m3 0,46 m3 0,19 m3 0,17 m3 0,09 m3
11. 12.
13 m 16 m
24 29
-
3 4
7
18" 58
65
5" 4
48
50" 95
120
13.
20 m
25
-
5
7
47
11
5
-
62
18
14. 15. 16. 17. 18.
22 m 21 m 22 m 27 m 15 m
33 36 28 35 25
3 150 -
8 7 3 6 5
23
45 34 35 40 23
84 17 64 33
6 6 4 7 4
39 19 15
92 83 70 88 57
84 56 22 214 71
19.
16 m
30
-
3
-
52
28
7
44
92
72
20.
15 m
38
-
4
-
40
17
7
20
89
147
21.
16,5 m
38
-
5
-
26
110
6
6
75
50
22.
30 m
34
-
6
-
28
44
6
37
74
37
23. 24. 25. 26.
5m 15 m 17 m 20 m
15 15 22 20
-
2 2 5 4
12
18 25 15 24
-
4 5 5 7
-
39 47 47 55
12
27.
15 m
21
-
7
8
21
-
5
-
54
8
28. 29. 30. 31. 32. 33.
18 m 20 m 15 m 15 m 25 m 7m
31 35 19 21 24 10
-
9 5 4 4 5 3
10 -
16 20 36 56 9 5
14 47 -
4 9 7 5 2 4
11 15 -
60 69 66 86 40 22
10 25 62 -
34.
17 m
14
-
7
-
28
16
3
-
52
16
35. 36.
17 m 25 m
10 24
36 -
2 6
-
15 81
60
7 6
-
34 117
36 60
37.
32 m
28
16
4
33
49
91
4
60
85
200
38.
45 m
45
31
5
-
46
172
6
118
102
327
1. 1. 1. 2. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 2. 3. 1. 2. 1. 2. 1. 2. 1. 1. 1. 1. 1. 2. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 2. 3. 1. 1. 1. 2. 1. 2.
12,5 m 15 m 15 m 12,5 m 7,5 m 12,5 m 15,5 m 20 m 15,5 m 12,5 m 7,5 m 5m 20 m 5m 17,5 m 10 m 19,25 m 15 m 10 m 19,5 m 15 m 12,5 m 17,5 m 15 m 17,5 m 20 m 20 m 17,5 m 20 m 10,5 m 5m 5m 5m 7,5 m 20 m 20 m 10 m 12,5 m 10 m
19 cm 20 cm 24 cm 17 cm 31 cm 23 cm 16 cm 37 cm 23 cm 18 cm 17 cm 15 cm 36 cm 20 cm 23 cm 17 cm 35 cm 25 cm 15 cm 35 cm 16 cm 15 cm 15 cm 21 cm 31 cm 33 cm 29 cm 25 cm 40 cm 22 cm 11 cm 15 cm 15 cm 15 cm 23 cm 35 cm 20 cm 13 cm 12 cm
10 cm 09 cm 10 cm 09 cm 26 cm 11 cm 10 cm 09 cm 09 cm 09 cm 10 cm 09 cm 09 cm 10 cm 10 cm 09 cm 10 cm 09 cm 09 cm 20 cm 10 cm 09 cm 10 cm 10 cm 15 cm 12 cm 11 cm 11 cm 12 cm 20 cm 08 cm 09 cm 09 cm 12 cm 18 cm 11 cm 09 cm 09 cm 09 cm
0,10 m3 0,13 m3 0,17 m3 0,08 m3 0,24 m3 0,15 m3 0,11 m3 0,43 m3 0,16 m3 0,09 m3 0,05 m3 0,03 m3 0,41 m3 0,04 m3 0,20 m3 0,07 m3 0,39 m3 0,17 m3 0,06 m3 0,58 m3 0,10 m3 0,07 m3 0,11 m3 0,14 m3 0,37 m3 0,40 m3 0,31 m3 0,23 m3 0,54 m3 0,18 m3 0,02 m3 0,03 m3 0,03 m3 0,05 m3 0,34 m3 0,43 m3 0,09 m3 0,06 m3 0,05 m3
39. 40.
50 m 25 m
57 47
-
4 7
33 -
71 33
225 -
4 4
36 -
136 91
41.
55 m
48
-
6
-
47
16
6
8
107
24
42. 43. 44.
60 m 65 m 70 m
56 57 64
-
6 4 5
-
42 47 60
43 54 20
6 9 7
16 17 12
110 177 136
59 71 32
45.
60 m
59
-
3
-
55
11
7
12
124
23
51 55 105 1575 32,81
236 4,92
4 7 9 214 4,46
15 10 45 218 4,54
48 54 59 1570 32,71
104 142 1548 32,25
6 7 5 253 5,27
548 11,42
109 123 178 3612 75,25
15 114 187 2550 53,13
46. 65 m 47. 65 m 48. 90 m Total 1222 m Rata-rata 25,46 m
Hari ke-3 Unit Blok Setting Jumlah Anggota Regu Kerja Anggota Trip Ke-
Jarak Sarad
: : : : :
VIII Tebing Indah Tebing Indah I 71 13 1. Udin 3. Anshori 2. Kus 4. Edi
Waktu Ulur (dtk) Waktu Ikat (dtk) Efektif Hilang Efektif Hilang
294
-
1. 1. 1. 2. 1. 1. 1. 1. 2. 1. 1. 1. 61 1,27
20 m 20 m 17,5 m 17,5 m 12,5 m 12,5 m 15 m 12,5 m 12 m 10 m 10,5 m 7,5 m 827,25 m 17,23 m
30 cm 39 cm 23 cm 25 cm 22 cm 25 cm 32 cm 24 cm 19 cm 20 cm 22 cm 51 cm 1106 cm 18 cm
20 cm 12 cm 10 cm 10 cm 10 cm 11 cm 21 cm 09 cm 11 cm 11 cm 12 cm 29 cm
0,50 m3 0,53 m3 0,19 m3 0,21 m3 0,13 m3 0,16 m3 0,42 m3 0,14 m3 0,11 m3 0,10 m3 0,12 m3 0,48 m3 12,46 m3 0,26 m3
Spesifikasi Alat Alat yang Digunakan : Chevrolet C-57 Jarak Sarad Terjauh : 130 m Jarak Sarad Terdekat : 5 m Ketua : Erdi 5. Herdi 7. Ade 9. Dayat 11. Sulai 6. Sarip 8. Ery 10. Mardian 12. Iqbal
Waktu Tarik (dtk) Waktu Lepas (dtk) Waktu Total (dtk) Efektif Hilang Efektif Hilang Efektif Hilang
1.
35 m
25"
-
4
-
161
656
3
21
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
31 m 100 m 95 m 110 m 130 m 100 m 5m 10 m 5m
84 114 66 79 114 64 10 26 7
12 2'22 -
8 7 6 5 7 9 5 7 7
39 19 7
132 77 62 66 70 98 12 15 6
340 44 169 85 -
7 7 6 11 8 7 7 5 4
10 -
193 231 205 140 161 199 178 34 53 24
677 391 3'35 2'49 1'25 7
No. 1. 2. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1.
Volume Kayu (m3) Panjang (m) Du1 (cm) Du2 (cm) 6m 24 cm 15 cm 8m 25 cm 19 cm 5m 39 cm 35 cm 17,5 m 36 cm 17 cm 15 m 30 cm 19 cm 10 m 41 cm 27 cm 10 m 26 cm 23 cm 12,5 m 22 cm 10 cm 10 m 18 cm 10 cm 12,5 m 25 cm 12 cm 7,5 m 25 cm 10 cm
Volume 0,09 m3 0,15 m3 0,27 m3 0,49 m3 0,36 m3 0,46 m3 0,24 m3 0,13 m3 0,08 m3 0,17 m3 0,09 m3
11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. Total
6m 9 5m 12 15 m 8 15 m 17 20 m 17 25 m 22 26 m 29 26 m 34 25 m 29 26 m 27 29 m 25 6m 13 35 m 24 27 m 41 34 m 55 43 m 34 45 m 48 35 m 59 6m 15 60 m 52 51 m 49 6m 12 1187 m 1220 Rata-rata 37,09 m 38,13
6 160 5
5 9 3 4 4 8 6 4 5 10 5 4 6 10 4 7 6 7 8 4 7 4 195 6,09
20 8 17 110 3,44
9 15 19 21 16 26 24 30 18 29 26 23 29 45 108 41 28 30 25 34 53 17 1365 42,66
10 21 5 38 101 19 11 12 19 7 1537 48,03
5 4 4 7 8 6 4 9 12 6 8 6 8 9 8 8 12 10 8 8 6 4 225 7,03
10 15 51 15 12 8 20 27 49 238 7,44
28 40 34 49 45 62 63 77 64 129 72 64 46 67 105 175 94 106 56 98 115 37 3005 93,91
10 25 51 20 15 41 13 38 124 20 19 27 11 61 19 7 2045 63,91
1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 33 1,03
7,5 m 20 m 7,5 m 17,5 m 12,5 m 7,5 m 12,5 m 7,5 m 12,5 m 10 m 10 m 12,5 m 12,5 m 15 m 20 m 20 m 12,5 m 12,5 m 7,5 m 7,5 m 10 m 12,5 m 381,5 m 11,92 m
28 cm 42 cm 18 cm 25 cm 26 cm 41 cm 31 cm 40 cm 33 cm 19 cm 33 cm 25 cm 29 cm 24 cm 30 cm 28 cm 30 cm 30 cm 37 cm 19 cm 14 cm 31 cm 7175 cm 22 cm
11 cm 12 cm 10 cm 10 cm 11 cm 28 cm 12 cm 30 cm 12 cm 10 cm 12 cm 10 cm 12 cm 17 cm 14 cm 10 cm 18 cm 18 cm 33 cm 11 cm 09 cm 19 cm
0,11 m3 0,58 m3 0,06 m3 0,21 m3 0,17 m3 0,36 m3 0,23 m3 0,37 m3 0,25 m3 0,08 m3 0,20 m3 0,15 m3 0,21 m3 0,25 m3 0,39 m3 0,29 m3 0,29 m3 0,29 m3 0,37 m3 0,07 m3 0,05 m3 0,31 m3 7,82 m3 0,25 m3
Lanjutan Lampiran 1. Tabel Harian di Lapangan Hari ke-4 Unit Blok Setting Jumlah Anggota Regu Kerja Anggota Trip Ke1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
: : : : :
VIII Tebing Indah Tebing Indah I 71 13 1. Udin 3. Anshori 2. Kus 4. Edi
Spesifikasi Alat Alat yang Digunakan : Chevrolet C-57 Jarak Sarad Terjauh : 31 m Jarak Sarad Terdekat : 7 m Ketua : Erdi 5. Herdi 7. Ade 9. Dayat 11. Sulai 6. Sarip 8. Ery 10. Mardian 12. Iqbal
Jarak Waktu Ulur (dtk) Waktu Ikat (dtk) Waktu Tarik (dtk) Waktu Lepas (dtk) Waktu Total (dtk) Sarad Efektif Hilang Efektif Hilang Efektif Hilang Efektif Hilang Efektif Hilang No. 7m 15 4 20 534 5 44 534 1. 12,5 m 15 7 16 7 45 1. 10 m 12 5 19 4 40 1. 15 m 22 6 24 6 58 1. 17,5 m 35 8 10 8 61 1. 18 m 29 7 37 9 12" 82 12 1. 20 m 22 9 15 7 15" 53 15 1. 25 m 33 4 94 87 7 138 87 1. 25 m 48 6 57 7 118 1. 14 m 18 4 23 6 51 1. 12 m 15 5 20 4 44 1. 15 m 17 7 25 5 54 1. 25 m 39 7 12 9 67 1. 27 m 42 6 61 44 7 116 44 1. 25 m 44 7 17 8 76 1. 25 m 46 8 23 7 84 1. 20 m 24 4 54 6 88 1. 20 m 13 108 3 17 20 6 39 128 1. 20 m 14 6 23 9 52 1. 25 m 28 7 32 8 75 1. 25 m 30 8 47 37 48 6 81 95 1. 15 m 27 6 35 8 76 1. 20 m 26 8 42 7 83 1.
Volume Kayu (m3) Panjang (m) Du1 (cm) Du2 (cm) 17,5 m 20 cm 13 cm 10 m 17 cm 12 cm 10 m 22 cm 14 cm 25 m 25 cm 18 cm 15 m 25 cm 15 cm 15 m 18 cm 12 cm 17,5 m 23 cm 12 cm 22 m 28 cm 14 cm 19 m 26 cm 18 cm 15 m 18 cm 13 cm 17,5 m 23 cm 13 cm 10 m 14 cm 09 cm 22,5 m 35 cm 21 cm 25 m 40 cm 22 cm 20 m 35 cm 17 cm 24 m 32 cm 19 cm 27 m 38 cm 17 cm 30 m 41 cm 25 cm 14 m 32 cm 20 cm 15 m 26 cm 17 cm 15 m 39 cm 16 cm 17,5 m 27 cm 15 cm 20 m 32 cm 15 cm
Volume 0,18 m3 0,08 m3 0,13 m3 0,45 m3 0,24 m3 0,13 m3 0,21 m3 0,39 m3 0,36 m3 0,14 m3 0,22 m3 0,05 m3 0,70 m3 0,96 m3 0,54 m3 0,63 m3 0,83 m3 1,31 m3 0,38 m3 0,28 m3 0,45 m3 0,31 m3 0,44 m3
24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. Total
22 m 27 m 31 m 24 m 17 m 10 m 15 m 17 m 24 m 25 m 20 m 20 m 690 m Rata-rata 19,71 m
24 42 45 37 32 12 18 15 23 27 21 19 929 26,54
108 3,09
Hari ke-5 Unit Blok Setting Jumlah Anggota Regu Kerja Anggota Trip Ke1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
7 6 9 4 5 4 6 7 7 6 4 3 210 6
: : : : :
47 1,34
39 32 44 40 35 17 19 20 27 31 26 28 1071 30,6
27 760 21,71
VIII Tebing Indah Tebing Indah I 71 13 1. Udin 3. Anshori 2. Kus 4. Edi
6 5 9 4 7 5 3 4 7 6 8 4 224 6,34
27 0,77
76 85 107 85 79 38 46 46 64 70 59 54 2434 69,54
27 942 26,91
1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 35 1
22,5 m 19 m 10 m 12,5 m 15 m 17,5 m 20 m 15 m 17 m 14 m 19 m 15 m 620 m 17,71 m
34 cm 27 cm 41 cm 37 cm 19 cm 23 cm 27 cm 24 cm 22 cm 21 cm 27 cm 24 cm 757 cm 22 cm
18 cm 15 cm 29 cm 24 cm 12 cm 12 cm 11 cm 13 cm 12 cm 12 cm 14 cm 10 cm
0,60 m3 0,34 m3 0,49 m3 0,47 m3 0,15 m3 0,22 m3 0,29 m3 0,21 m3 0,19 m3 0,15 m3 0,32 m3 0,17 m3 13,01 m3 0,37 m3
Spesifikasi Alat Alat yang Digunakan : Chevrolet C-57 Jarak Sarad Terjauh : 60 m Jarak Sarad Terdekat : 5 m Ketua : Erdi 5. Herdi 7. Ade 9. Dayat 11. Sulai 6. Sarip 8. Ery 10. Mardian 12. Iqbal
Jarak Waktu Ulur (dtk) Waktu Ikat (dtk) Waktu Tarik (dtk) Waktu Lepas (dtk) Waktu Total (dtk) Sarad Efektif Hilang Efektif Hilang Efektif Hilang Efektif Hilang Efektif Hilang No. 5m 17 3 18 4 42 1. 7m 15 3 17 4 39 1. 10 m 26 7 15 5 53 1. 13 m 24 3 18 5 50 1. 12 m 22 2 10 86 2 36 86 1. 10 m 12 5 19 4 40 1. 1. 15 m 17 7 25 5 54 2. 3. 18 m 10 30 4 15 9 7 36 39 1. 20 m 35 5 20 9 69 1.
Volume Kayu (m3) Panjang (m) Du1 (cm) Du2 (cm) 10 m 15 cm 09 cm 12,5 m 23 cm 13 cm 12,5 m 25 cm 15 cm 12,5 m 20 cm 09 cm 12,5 m 18 cm 09 cm 10 m 22 cm 14 cm 10 m 14 cm 09 cm 5m 11 cm 08 cm 10 m 20 cm 11 cm 7,5 m 15 cm 12 cm 20 m 33 cm 11 cm
Volume 0,06 m3 0,16 m3 0,20 m3 0,10 m3 0,09 m3 0,13 m3 0,05 m3 0,02 m3 0,10 m3 0,05 m3 0,40 m3
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
25 m 25 m 24 m 27 m 10 m 17 m 35 m 35 m 40 m 35 m 43 m 50 m 55 m 60 m
47 38 27 44 25 38 55 47 39 37 47 59 99 56
-
7 6 5 4 5 5 3 6 4 7 6 4 5 6
33 -
33 35 30 41 27 26 64 38 41 29 45 34 56 42
27 87 43
4 5 3 4 5 6 4 4 5 8 5 4 7 6
16"
91 84 65 93 62 75 126 95 89 81 103 101 167 110
33 27 87 59
24.
45 m
45
31
5
-
46
81
6
-
102
112
37 m 39 m 47 m 48 m 10 m 15 m 10 m 5m 5m 852 m Rata-rata 25,82 m
40 37 51 49 19 21 12 15 12 1137 34,45
61 1,85
4 3 7 6 5 4 4 6 7 163 4,94
33 1
45 30 62 48 15 25 21 18 14 1022 30,97
38 12 12 15 410 12,42
9 9 5 12 5 5 7 4 6 183 5,54
16 0,48
98 79 125 115 44 55 44 43 39 2505 75,91
38 12 12 15 520 15,76
25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. Total
1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 2. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 36 1,09
10 m 5m 12,5 m 17,5 m 20 m 15 m 20 m 18 m 30 m 12,5m 20 m 19,5 m 30 m 12,5 m 12,5 m 10 m 15 m 15 m 25 m 15 m 12,5 m 19,5 m 15 m 10 m 12,5 m 527 m 15,97 m
29 cm 35 cm 19 cm 24 cm 37 cm 23 cm 25 cm 19 cm 25 cm 29 cm 28 cm 24 cm 27 cm 23 cm 13 cm 13 cm 24 cm 30 cm 30 cm 30 cm 25 cm 35 cm 27 cm 15 cm 19 cm 645 cm 20 cm
15 cm 24 cm 11 cm 13 cm 09 cm 13 cm 12 cm 10 cm 12 cm 12 cm 10 cm 12 cm 11 cm 12 cm 09 cm 09 cm 17 cm 18 cm 15 cm 18 cm 12 cm 20 cm 11 cm 09 cm 09 cm
0,19 m3 0,17 m3 0,11 m3 0,24 m3 0,43 m3 0,19 m3 0,27 m3 0,15 m3 0,41 m3 0,21 m3 0,29 m3 0,25 m3 0,43 m3 0,15 m3 0,06 m3 0,05 m3 0,25 m3 0,35 m3 0,51 m3 0,35 m3 0,17 m3 0,59 m3 0,22 m3 0,06 m3 0,10 m3 7,56 m3 0,23 m3
Lampiran 2. Rekapitulasi Data Harian di Lapangan SISTEM C-50 Waktu Ikat Waktu Tarik Waktu Lepas Waktu Total Hari Jumlah Jarak Waktu Ulur Jumlah Panjang Tumpuk Volume TPn Ke- Trip Sarad Efektif Hilang Efektif Hilang Efektif Hilang Efektif Hilang Efektif Hilang Batang Batang 1. 27 1159 m 1425 dt 208 dt 148 dt 81 dt 1204 dt 1547 dt 148 dt 204 dt 2925 dt 2040 dt 7,61 m3 35 471,2 m 4500 dt 3 2. 48 1222 m 1575 dt 236 dt 214 dt 218 dt 1570 dt 1548 dt 253 dt 548 dt 3612 dt 2550 dt 12,46 m 61 827,25 m 3399 dt 3. 32 1187 m 1220 dt 160 dt 195 dt 110 dt 1365 dt 1537 dt 225 dt 238 dt 3005 dt 2045 dt 7,82 m3 33 381,5 m 2549 dt 3 4. 35 690 m 929 dt 108 dt 210 dt 47 dt 1071 dt 760 dt 224 dt 27 dt 2434 dt 942 dt 13,01 m 35 620 m 694 dt 5 33 852 m 1137 dt 61 dt 163 dt 33 dt 1022 dt 410 dt 183 dt 16 dt 2505 dt 520 dt 7,56 m3 36 527 m 5255 dt Total 175 5110 m 6286 dt 773 dt 930 dt 489 dt 6232 dt 5802 dt 1033 dt 1033 dt14481 dt 8097 dt 48,46 m3 200 2826,95 m 16397 dt Rata-rata 29,2 m 35,92 dt 4,42 dt 5,31 dt 2,79 dt 35,61 dt 33,15 dt 5,90 dt 5,90 dt 82,75 dt46,27 dt 0,28 m3 1,14 14,13 m 93,70 dt Catatan : Kayu yang disarad adalah kayu panjang dengan penumpukan dilakukan setelah kayu selesai disarad sehingga kayu yang disarad tidak harus ditumpuk di TPn pada hari itu juga. SISTEM HARDTOP (ARSIS, 2003) Hari Jumlah Jarak Waktu Efektif Waktu Jumlah Volume KeTrip Sarad Mengulur Menumpuk Mengikat Menarik Melepas Hilang Sortimen 1. 15 400,5 m 586 dt 2863 dt 238 dt 678 dt 163 dt 7641 dt 7,05 m3 88 3 2. 11 264,5 m 407 dt 2361 dt 94 dt 453 dt 95 dt 2213 dt 6,03 m 69 3 3. 27 823 m 1378 dt 4324 dt 247 dt 1814 dt 238 dt 9635 dt 11,82 m 160 Total 53 1488 m 2371 dt 9548 dt 579 dt 2945 dt 496 dt 19489 dt 24,90 m3 317 3 Rata-rata 28,08 m 44,74 dt 180,15 dt 10,92 dt 55,57 dt 9,36 dt 367,72 dt 0,47 m 5,98 m Catatan : Kayu yang disarad adalah kayu pendek (sortimen) dan penumpukan di TPn dilakukan langsung setiap satu trip
Panjang Sortimen 220 m 172,5 m 400 m 792,5 m 2,5 m
Tumpuk TPn 2925 dt 1954 dt 3415 dt 8294 dt 156,49 dt
Lampiran 3. Waktu Hilang dan Jenisnya dalam Kegiatan Penyaradan Hari ke-1 No. 1. 2.
3.
4.
Kegiatan Utama Mengulur Kabel
Waktu Hilang (menit’detik”) TOTAL No. Jenis Waktu Hilang Lamanya (menit’detik”) 1. Terhambat Pita Ukur 1'50" 2. Mengencangkan Katrol 23" 3. Membersihkan Jalur Kabel 1'15" 3'28" Mengikat Kabel 1. Menunggu Pita Ukur 1'35" 2. Menyalakan Rokok 8" 3. Membersihkan Areal Sekitar Kayu 43" 4. Terhalang Orang (misal : operator chainsaw, dll) 30" 2'56" Menarik Kayu 1. Menabrak Tunggak, Batu, Kayu dan lain-lain 4'37" 2. Kabel Tersangkut Semak, Kayu dan lain-lain 6'12" 3. Kabel Terlepas dari Kayu 1'25" 4. Membersihkan Jalur Kabel dengan Chainsaw 11'32" 5. Mesin Chinsaw Mati 1'52" 6. Mesin Mobil Mati 10" 25'48" Melepas Kabel 1. Kabel Tersangkut atau Tertindih Kayu 1'03" 2. Membetulkan Letak Posisi Choker 1'00" 3. Menunggu Pelepas Kabel 1'21" 3'24" 35'36" TOTAL WAKTU YANG HILANG PADA HARI PERTAMA
Hari ke-2 No. 1.
Kegiatan Utama Mengulur Kabel
2.
Mengikat Kabel
No. 1. 2. 3. 4. 1.
Waktu Hilang (menit’detik”) TOTAL Jenis Waktu Hilang Lamanya (menit’detik”) Kabel Terasangkut 3" Mengencangkan Katrol 3'01" Terhalang Orang (misal : operator chainsaw, dll) 36" Memutar Arah Kabel 16" 3'56" Membersihkan Areal Sekitar Kayu 3'38" 3'38"
3.
4.
Menarik Kayu
1. Menabrak Tunggak, Batu, Kayu dan lain-lain 2. Kabel Tersangkut Semak, Kayu dan lain-lain 3. Kabel Terlepas dari Kayu 4. Mesin Mobil Mati 5. Mengisi Bensin 6. Memanaskan Mobil Melepas Kabel 1. Kabel Tersangkut atau Tertindih Kayu 2. Menunggu Pelepas Kabel TOTAL WAKTU YANG HILANG PADA HARI KEDUA
11'14" 2'43" 2'57" 5'50" 1'44" 26" 6'25" 2'28"
24'10" 8'53" 40'37"
Hari ke-3 No. 1.
Kegiatan Utama Mengulur Kabel
2. 3.
Mengikat Kabel Menarik Kayu
4.
Melepas Kabel
Waktu Hilang (menit’detik”) TOTAL No. Jenis Waktu Hilang Lamanya (menit’detik”) 1. Terhalang Orang (misal : operator chainsaw, dll) 6" 2. Memgganti Katrol 2'22" 3. Kabel Tersangkut 12" 2'40" 1. Membersihkan Areal Sekitar Kayu 1'50" 1'50" 1. Menabrak Tunggak, Batu, Kayu dan lain-lain 13'01" 2. Kabel Tersangkut Semak, Kayu dan lain-lain 3'22" 3. Kabel Terlepas dari Kayu 2'58" 4. Membersihkan Jalur Kabel dengan Chainsaw 11'32" 5. Terhalang Orang (misal : operator chainsaw, dll) 44" 6. Mesin Mobil Mati 1'59" 7. Kabel Tersangkut Ban Mobil 3'15" 25'37" 1. Kabel Tersangkut atau Tertindih Kayu 3'29" 2. Menunggu Pelepas Kabel 29" 3'58" 34'05" TOTAL WAKTU YANG HILANG PADA HARI KETIGA
Hari ke-4 No.
Kegiatan Utama
No.
Waktu Hilang (menit’detik”) Jenis Waktu Hilang
TOTAL Lamanya (menit’detik”)
1. 2. 3.
4.
Mengulur Kabel Mengikat Kabel Menarik Kayu
1. Membetulkan Karol 1. Membersihkan Areal Sekitar Kayu 1. Menabrak Tunggak, Batu, Kayu dan lain-lain 2. Kabel Tersangkut Semak, Kayu dan lain-lain 3. Merubuhkan Kayu yang Tersangkut 4. Membetulkan Katrol 5. Kayu yang Ditarik Mundur Kembali Melepas Kabel 1. Kabel Tersangkut atau Tertindih Kayu 2. Menunggu Pelepas Kabel TOTAL WAKTU YANG HILANG PADA HARI KEEMPAT
1'48" 47" 1'33" 20" 8'54 1'09" 44" 23" 4"
1'48" 47"
12'40" 27" 15'42"
Hari ke-5 No. 1. 2. 3.
4.
Waktu Hilang (menit’detik”) No. Jenis Waktu Hilang Mengulur Kabel 1. Terhalang Orang (misal : operator chainsaw, dll) 2. Membetulkan Katrol Mengikat Kabel 1. Membersihkan Areal Sekitar Kayu Menarik Kayu 1. Menabrak Tunggak, Batu, Kayu dan lain-lain 2. Kabel Tersangkut Semak, Kayu dan lain-lain 3. Kabel Terlepas dari Kayu 4. Terhalang Orang (misal : operator chainsaw, dll) 5. Mesin Mobil Mati 6. Menunggu Operator Mobil Melepas Kabel 1. Menunggu Pelepas Kabel TOTAL WAKTU YANG HILANG PADA HARI KELIMA Kegiatan Utama
TOTAL Lamanya (menit’detik”) 30" 31" 1'01" 33" 33" 2'19" 1'39" 43" 15" 1'36" 18" 6'50" 16" 16" 8'40"
Lampiran 4. Waktu Persiapan Alat
TABEL WAKTU PERSIAPAN ALAT
Hari ke-2 No. 1. 2. 3. 4.
Waktu Bongkar Alat (detik) Kegiatan Efektif Hilang No. Melepas Rantai Roda 149 1. Melepas Rantai Mobil 237 2. Mendongkrak Mobil 227 3. 3.1. Dongkrak Tergelincir 70 Melepas Kayu Pengganjal 138 4. 4.1. Mobil Didongkrak Kembali 85
5. 6. 7.
Melepas Katrol Menggulung Kabel pada Roda Mengikat Kabel di Roda
161 147 79
8.
Mengembalikan Posisi Kopling
83
T O T A L
5. 6. 7.
1221 155 T O T A L TOTAL WAKTU PERSIAPAN ALAT
Waktu Bongkar Alat (detik) Kegiatan Efektif Hilang No. Melepas Rantai Roda 114 1. Melepas Rantai Mobil 83 2. Mendongkrak Mobil 49 3. Melepas Kayu Pengganjal 88 4. Melepas Katrol Menggulung Kabel pada Roda Mengikat Kabel di Roda
Perpindahan Mobil 4.1. Tersangkut Dahan 4.2. Mesin Mobil Mati
100 27 56
232
Waktu Pasang Alat (detik) No. Kegiatan Efektif Hilang 1. Menempatkan Mobil 50 2. Membongkar Peralatan 34 3. Mengikat Rantai Roda 76
Hilang
110 17
4.
Mengikat Rantai Mobil
108
5. 6. 7.
Mendongkrak Mobil Meletakkan Kayu Pengganjal Memasang Katrol 7.1. Katrol Terlepas Menggali Tanah di bawah Roda Penarik Melepas Ikatan Kabel Mengulurkan Kabel Menyetel Kopling Mencoba Alat T O T A L
294 155 65
8.
Hari ke-3 No. 1. 2. 3. 4.
Waktu Perpindahan (detik) kegiatan Efektif Membersihkan Jalan Mobil 2634 Menentukan Tiang Utama 934 Persiapan TPn 5505
-
9. 10. 11. 12.
9302 127 HARI KEDUA
Waktu Perpindahan (detik) kegiatan Efektif Membersihkan Jalan Mobil 2151 Menentukan Tiang Utama 620 Persiapan TPn 994 Perpindahan Mobil 204 4.1. Mesin Mobil Mati
Hilang 28
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
77
127
20 145 95 75 1194 127 12126
Waktu Pasang Alat (detik) Kegiatan Efektif Hilang Menempatkan Mobil 19 Membongkar Peralatan 35 Mengikat Rantai Roda 91 Mengikat Rantai Mobil 112 Mendongkrak Mobil Meletakkan Kayu Pengganjal Memasang Katrol 7.1. Menyiapkan Tangga
166 121 148
26
8.
Mengembalikan Posisi Kopling
T O T A L
104
-
621 T O T A L TOTAL WAKTU PERSIAPAN ALAT
Hari ke-4 No. 1. 2. 3. 4.
Waktu Bongkar Alat (detik) Kegiatan Efektif Hilang No. Melepas Rantai Roda 80 1. Melepas Rantai Mobil 102 2. Mendongkrak Mobil 53 3. Melepas Kayu Pengganjal 57 4.
5. 6. 7.
Melepas Katrol Menggulung Kabel pada Roda Mengikat Kabel di Roda
82 35 45
-
8.
Mengembalikan Posisi Kopling
20
-
T O T A L
8. 9. 10. 11. 12.
3969 28 HARI KEDUA
Waktu Perpindahan (detik) kegiatan Efektif Membersihkan Jalan Mobil 985 Menentukan Tiang Utama 607 Persiapan TPn 885 Perpindahan Mobil 583 4.1. Tersangkut Dahan 4.2. BBM Tertinggal
474 T O T A L TOTAL WAKTU PERSIAPAN ALAT
Hilang -
No. 1. 2. 3. 4.
112 47
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
3060 159 HARI KEDUA
Menggali Tanah di bawah Roda Penarik Melepas Ikatan Kabel Mengulurkan Kabel Menyetel Kopling Mencoba Alat T O T A L
4
-
25 30 75 57 883
26
5527
Waktu Pasang Alat (detik) Kegiatan Efektif Hilang Menempatkan Mobil 57 Membongkar Peralatan 156 Mengikat Rantai Roda 125 Mengikat Rantai Mobil 136 Mendongkrak Mobil Meletakkan Kayu Pengganjal Memasang Katrol 7.1. Menyiapkan Tangga 7.2. Mengencangkan Katrol Menggali Tanah di bawah Roda Penarik Melepas Ikatan Kabel Mengulurkan Kabel Menyetel Kopling Mencoba Alat T O T A L
264 37 197
-
38
87 62 -
46 69 105 60 1290
149
5132
Lampiran 5. Analisis Regresi Hubungan antara Jarak Sarad dengan Produktivitas Efektif Kerja Alat pada Sistem Kingkong
Regression Descriptive Statistics Prod. Efektif Jarak Sarad
Mean
Std. Deviation
N
14.1238
12.8987
175
29.2000
22.0734
175
Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered Jarak a Sarad
Variables Removed
Method
.
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Prod.Efektif
Model Summary Change Statistics Model 1
R R Square .251a .063
Adjusted R Square .057
a. Predictors : (Constant), Jarak Sarad
Std. Error of the Estimate 12.5224
R Square Change .063
F Change 11.613
df1
1
df2 173
Sig. F Change .001
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 1821.050 27128.426 28949.475
df
Mean Square 1821.050 156.812
1 173 174
F 11.613
Sig. .001 a
a. Predictors: (Constant), Jarak Sarad b. Dependent Variable: Prod. Efektif
Coefficients a
Model 1
Unstandardized Coefficients B Std. Error 18.403 1.573
(Constant) Jarak Sarad
-.147
Standardi zed Coefficien ts Beta
.043
-.251
t 11.702
Sig. .000
-3.408
.001
95% Confidence Interval for B Lower Bound Upper Bound 15.299 21.507 -.231
-.062
a. Dependent Variable: Prod. Efektif
Lampiran 6. Analisis Regresi Hubungan antara Volume Kayu dengan Produktivitas Efektif Kerja Alat pada Sistem Kingkong
Regression Descriptive Statistics Prod. Efektif Vol. Kayu
Mean
Std. Deviation
N
14.1238
12.8987
175
.2769
.1919
175
Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered Vol. Kayua
Variables Removed .
Method Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Prod. Efektif
Model Summary Change Statistics Model 1
R .795 a
R Square .632
Adjusted R Square .630
Std. Error of the Estimate 7.8464
R Square Change .632
F Change 297.214
df1 1
df2 173
Sig. F Change .000
a. Predictors: (Constant), Vol. Kayu
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 18298.461 10651.014 28949.475
df
1 173 174
Mean Square 18298.461 61.567
F 297.214
Sig. .000 a
a. Predictors: (Constant), Vol. Kayu b. Dependent Variable: Prod. Efektif
Coefficientsa
Model 1
(Constant) Vol. Kayu
Unstandardized Coefficients B Std. Error -.678 1.044 53.451 3.100
a. Dependent Variable: Prod. efektif
Standardi zed Coefficien ts Beta .795
t -.649 17.240
Sig. .517 .000
95% Confidence Interval for B Lower Bound Upper Bound -2.737 1.382 47.332 59.571
Lampiran 7. Analisis Regresi Hubungan antara Jarak Sarad dengan Produktivitas Aktual Kerja Alat pada Sistem Kingkong
Regression Descriptive Statistics Prod. Aktual Jarak Sarad
Mean
Std. Deviation
N
11.6587
9.9998
175
29.2000
22.0734
175
Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered Jarak a Sarad
Variables Removed
Method
.
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Prod. Aktual
Model Summary Change Statistics Model 1
R .304 a
R Square .093
Adjusted R Square .087
a. Predictors: (Constant), Jarak Sarad
Std. Error of the Estimate 9.5534
R Square Change .093
F Change 17.642
df1
1
df2 173
Sig. F Change .000
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 1610.152 15789.291 17399.444
df
Mean Square 1610.152 91.268
1 173 174
F 17.642
Sig. .000 a
a. Predictors: (Constant), Jarak Sarad b. Dependent Variable: Prod. Aktual Coefficientsa
Model 1
(Constant) Jarak Sarad
Unstandardized Coefficients B Std. Error 15.683 1.200 -.138
Standardi zed Coefficien ts Beta
.033
-.304
t 13.072
Sig. .000
-4.200
.000
95% Confidence Interval for B Lower Bound Upper Bound 13.315 18.051 -.203
-.073
a. Dependent Variable: Prod. Aktual
Lampiran 8. Analisis Regresi Hubungan antara Volume Kayu dengan Produktivitas Aktual Kerja Alat pada Sistem Kingkong
Regression Descriptive Statistics Prod. Aktual Vol. Kayu
Mean
Std. Deviation
N
11.6587
9.9998
175
.2769
.1919
175
Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered Vol. Kayua
Variables Removed .
Method Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Prod. Aktual
Model Summary Change Statistics Model 1
R .674 a
R Square .455
Adjusted R Square .452
Std. Error of the Estimate 7.4047
R Square Change .455
F Change 144.337
df1 1
df2 173
Sig. F Change .000
a. Predictors: (Constant), Vol. Kayu
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 7913.919 9485.525 17399.444
df
1 173 174
Mean Square 7913.919 54.830
F 144.337
Sig. .000 a
a. Predictors: (Constant), Vol. Kayu b. Dependent Variable: Prod. Aktual
Coefficientsa
Model 1
(Constant) Vol. Kayu
Unstandardized Coefficients B Std. Error 1.925 .985 35.152 2.926
a. Dependent Variable: Prod. Aktual
Standardi zed Coefficien ts Beta .674
t 1.955 12.014
Sig. .052 .000
95% Confidence Interval for B Lower Bound Upper Bound -.019 3.868 29.377 40.927
Lampiran 9. Analisis Regresi Hubungan antara Jarak Sarad dan Volume Kayu dengan Produktivitas Efektif Kerja Alat pada Sistem Kingkong
Regression Descriptive Statistics Prod. Efektif Vol. Kayu Jarak Sarad
Mean
Std. Deviation
N
14.1238
12.8987
175
.2769
.1919
175
29.2000
22.0734
175
Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered Jarak Sarad, a Vol. Kayu
Variables Removed
Method .
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Prod. Efektif Model Summary Change Statistics Model 1
R .859 a
R Square .737
Adjusted R Square .734
Std. Error of the Estimate 6.6488
a. Predictors: (Constant), Jarak Sarad, Vol. Kayu
R Square Change .737
F Change 241.431
df1 2
df2 172
Sig. F Change .000
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 21345.881 7603.594 28949.475
df
Mean Square 10672.940 44.207
2 172 174
F 241.431
Sig. .000 a
a. Predictors: (Constant), Jarak Sarad, Vol. Kayu b. Dependent Variable: Prod. Efektif Coefficientsa
Model 1
(Constant) Vol. Kayu Jarak Sarad
Unstandardized Coefficients B Std. Error 4.330 1.070 55.443 2.638 -.190
Standardi zed Coefficien ts Beta
.023
.825
t 4.045 21.016
Sig. .000 .000
-.326
-8.303
.000
95% Confidence Interval for B Lower Bound Upper Bound 2.217 6.443 50.236 60.650 -.236
-.145
a. Dependent Variable: Prod. Efektif
Lampiran 10. Analisis Regresi Hubungan antara Jarak Sarad dan Volume Kayu dengan Produktivitas Aktual Kerja Alat pada Sistem Kingkong
Regression Descriptive Statistics Mean Prod. Aktual Vol. Kayu Jarak Sarad
Std. Deviation
N
11.6587
9.9998
175
.2769
.1919
175
29.2000
22.0734
175
Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered Jarak Sarad, Vol. a Kayu
Variables Removed
Method .
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Prod. Aktual Model Summary Change Statistics Model 1
R .768 a
R Square .590
Adjusted R Square .585
Std. Error of the Estimate 6.4436
R Square Change .590
F Change 123.534
df1
2
df2 172
Sig. F Change .000
a. Predictors: (Constant), Jarak Sarad, Vol. Kayu ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 10258.117 7141.327 17399.444
df 2 172 174
Mean Square 5129.058 41.519
F 123.534
Sig. .000 a
a. Predictors: (Constant), Jarak Sarad, Vol. Kayu b. Dependent Variable: Prod. Aktual Coefficientsa
Model 1
(Constant) Vol. Kayu Jarak Sarad
Unstandardized Coefficients B Std. Error 6.317 1.037 36.899 2.557 -.167
a. Dependent Variable: Prod. Aktual
.022
Standardi zed Coefficien ts Beta .708
t 6.090 14.432
Sig. .000 .000
-.369
-7.514
.000
95% Confidence Interval for B Lower Bound Upper Bound 4.269 8.364 31.852 41.945 -.211
-.123