Produksi Usahatani Padi Sawah Sebagai penggerak Perekonomian Pedesaan di Kabupaten Cianjur Oleh Harmoko Sukayat
PRODUKSI USAHATANI PADI SAWAH SEBAGAI PENGGERAK PEREKONOMIAN PEDESAAN DI KABUPATEN CIANJUR Oleh Harmoko Sukayat 1) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari faktor-faktor pengelolaan usahatani terhadap produksi usahatani padi sawah dari segi luas lahan usahatani, status lahan usahatani, varietas tanam permusim tanam, penggunaan pupuk, tenaga kerja, pengalaman bertani, pendidikan petani, modal petani, jarak rumah ke lahan usahatani dan jarak lahan usahatani ke pasar di Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan produksi usahatani padi sawah diantara ke empat kecamatan di Kabupaten Cianjur (tabel 20). Secara parsial faktor-faktor pengelolaan usahatani padi sawah yang berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani padi sawah adalah luas lahan usahatani padi sawah (X 1) memberikan kontribusi 92.4% (tabel 25), status lahan usahatani padi sawah (X2) memberikan kontribusi 8.7% (tabel 31), varietas musim tanam 3 (X3.3) memberikan kontribusi 13.1% (tabel 35), penggunaan pupuk (X 4) memberikan kontribusi 74.5% (tabel 39), tenaga kerja (X5) memberikan kontribusi 60.8% (tabel 43) dan modal petani (X 8) memberikan kontribusi 80.4% (tabel 49), sedangkan pengalaman petani (X 6), pendidikan petani (X7), jarak rumah ke lahan usahatani padi sawah (X9) dan jarak lahan usahatani padi sawah ke pasar (X 10) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani padi sawah (Y). Secara berganda keseluruhan faktor-faktor pengelolaan usaha tani yaitu luas lahan usahatani padi sawah (X1), varietas musim tanam 3 (X3.3), penggunaan pupuk (X4), tenaga kerja (X5), pengalaman petani (X6), jarak lahan ke pasar (X10) berpengaruh sangat nyata dengan memberikan kontribusi 94,9% (tabel 58) sedangkan status lahan usahatani padi sawah (X2), varietas musim tanam 1 (X3.1), varietas musim tanam 2 (X3.2), pendidikan petani (X7), modal petani (X8) dan jarak rumah ke lahan (X9) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani padi sawah (Y). Kata kunci: padi bisnis, padi produksi, padi pertanian
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara agraris yang mengutamakan pembangunan nasionalnya pada sektor pertanian, pengembangan pembangunan pertanian tidak terlepas dari ketersediaan sumberdaya alam, terutama sumberdaya lahan sawah sebagai sumber penghasil padi sebagai bahan pokok konsumsi masyarakatnya. Oleh karena itu, pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu sektor penggerak dan perkembangan serta laju pertumbuhan ekonomi.
1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Nusa Bangsa
Dalam hal ini sektor pertanian masih merupakan salah satu sektor tumpuan yang diharapkan dalam proses pertumbuhannya untuk dapat memenuhi kebutuhan komsumsi masyarakat cenderung meningkat. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian serta produk nasional yang berasal dari pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional (Mubyarto, 1989).
1
Jurnal NUSA ESDA Vol. 4, No. 2, September 2014 : 1-17
Salah satu penyebab utama Indonesia melakukan impor beras adalah karena, lahan pertanian yang semakin sempit. Intensifikasi pertanian perlu dilakukan karena lahan pertanian yang semakin sempit akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian (>500 ha/ tahun). Perkembangan luas usahatani padi sawah yang ada tidak cukup untuk meningkatkan luas garapan usahatani padi sawah sebagai akibat tekanan penduduk yang bekerja pada sektor pertanian cukup besar. Kondisi ini menyebabkan pengembangan usaha agribisnis di Indonesia menjalani banyak kendala yang pada gilirannya produksi usahatani padi sawah yang rendah dan biaya produksi yang tinggi. Luas garapan yang sempit ini menyebabkan elastisitas produksi terhadap faktor produksi tenaga kerja, sarana dan modal sangat sangat kecil dibandingkan dengan elastisitas produksi terhadap faktor produksi tanah. Upaya meningkatkan produksi dalam pengelolaan lahan sawah akan meningkatkan kesejahteraan petani. Beberapa pemikiran dari penulis yang bias dipertimbangkan guna peeningkatan produksi usahatani padi sawah antara lain dukungan kebijakan pemerintah pada sektor pertanian lebih dipermudah terutama bagi pengembangan petani skala kecil, meningkatkan penggunaan lahan sawah milik pihak lain bagi petani skala kecil, peningkatan harga jual hasil panen, sistem pewarisan lahan kepada penerus atau tanggungan keluarga yang berpengalaman dalam usahatani padi sawah, peningkatan
1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Nusa Bangsa
aksebilitas kredit modal kerja usahatani padi sawah dan informasi bagi petani, peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang produktif melalui pendidikan dan penyuluhan dan peningkatan teknologi yang tepat guna dan berkesinambungan. Beberapa indikator yang memprihatinkan hasil evaluasi perkembangan kegiatan pertanian hingga saat ini, yaitu tingkat kemampuan lahan menurun, tingkat kesuburan lahan merosot, konversi lahan pertanian semakin meningkat, luas dan kualitas lahan kritis semakin luas, tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan pertanian meningkat, tingkat pengangguran di pedesaan meningkat, daya tukar petani berkurang, penghasilan dan kesejahteraan keluarga petani menurun dan kesenjangan antar kelompok masyarakat meningkat. Produksi usahatani padi sawah di Kabupaten Cianjur masih tergolong rendah. Salah satu faktor penyebab rendahnya produksi padi sawah adalah kesuburan tanah dan pengelolaan usahatani padi sawah serta banyak alih fungsi lahan yang semakin meningkat, sehingga secara garis lurus pun mengakibatkan produksi dari hasil produksi tersebut menjadi rendah. B. Rumusan Masalah Kebijakan untuk pengelolaan dalam peningkatan produksi yang menghasilkan produksi dari usahatani padi sawah berkaitan dengan banyaknya masyarakat yang terlibat dalam proses pengelolaan usahatani padi sawah tersebut, dengan latar belakang
2
Produksi Usahatani Padi Sawah Sebagai penggerak Perekonomian Pedesaan di Kabupaten Cianjur Oleh Harmoko Sukayat
yang bervariasi baik dari aspek sosial ekonomi maupun dari aspek fisik tanah sebagai tempat usahatani padi sawahnya. Kebijakan pengelolaan usahatani padi sawah yang dilihat dari usahatani padi sawah yang dilakukan selama ini terbatas pada pertimbangan sosial ekonomi dari petani dengan asumsi pertimbangan dari aspek lainnya dalam kondisi yang sama. Berdasarkan uraian tersebut, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : 1. Apakah ada perbedaan produksi usahatani padi sawah di empat kecamatan di Kabupaten Cianjur ? 2. Apakah faktor-faktor pengelolaan yang mempengaruhi secara parsial terhadap produksi usahatani padi sawah di empat kecamatan di Kabupaten Cianjur ? 3. Apakah faktor-faktor pengelolaan yang mempengaruhi secara berganda terhadap produksi usahatani padi sawah di empat kecamatan di Kabupaten Cianjur ? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk melihat perbedaan produksi usahatani padi sawah di empat kecamatan di Kabupaten Cianjur 2. Untuk melihat pengaruh secara parsial terhadap produksi usahatani padi sawah di empat kecamatan di Kabupaten Cianjur.
1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Nusa Bangsa
3. Untuk melihat pengaruh secara berganda terhadap produksi usahatani padi sawah di empat kecamatan di Kabupaten Cianjur.
D. Manfaat Penelitian Paparan analisis dan temuan penelitian ini diharapkan mempunyai kontribusi : 1. Dalam aspek akademis, penelitian sebagai referensi dalam memperkaya kajian tentang pengelolaan pertanian khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan usahatani padi sawah sawah dalam upaya meningkatkan produksi usahatani padi sawah. 2. Dalam aspek praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan informasi bagi Pemerintah khususnya Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur dalam upayanya untuk merumuskan strategi yang tepat untuk dikembangkan guna meningkatkan produksi usahatani padi sawah dan hasil produksinya di Kabupaten Cianjur. E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang Lingkup Penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Cianjur pada empat kecamatan yaitu Kecamatan Pacet, Kecamatan Cugenang, Kecamatan Warung Kondang dan Kecamatan Cibeber.
3
Jurnal NUSA ESDA Vol. 4, No. 2, September 2014 : 1-17
2. Penelitian dilakukan terhadap petani padi sawah pemilik yang menggarap dan penggarap sawah dengan asumsi petaninya tersebut akan mengoptimalkan hasil produksi dan produksi usahatani padi sawah. TINJAUAN PUSTAKA A. Produksi Padi dan Tanah Sawah Indonesia merupakan negara agraris, di mana sebagian besar masyarakatnya hidup dari bercocok tanam dan sektor pertanian masih merupakan salah satu sektor tumpuan yang diharapkan dalam proses pertumbuhannya dapat memenuhi kebutuhan komsumsi masyarakat yang cenderung meningkat. Beras tetap menjadi sumber utama pangan bagi 90% penduduk Indonesia dengan tingkat konsumsi rata rata 141 k/ kapita/ tahun, untuk mencapai kemandirian pangan dibutuhkan 34 juta ton beras atau setara dengan 54 juta ton GKG/ tahun. Walaupun program diversifikasi pangan sudah sejak lama dicanangkan, namun belum terlihat indikasi penurunan konsumsi beras, bahkan cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Tanah sawah yang berbahan induk volkan seperti tanah-tanah sawah di Jawa secara alami lebih subur bila dibanding dengan tanah sawah daerah lain yang berbahan induk bahan tersier. Adanya kesuburan tanah alami yang relatif lebih baik dan ditunjang oleh adopsi teknologi budidaya yang
1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Nusa Bangsa
lebih maju, mengakibatkan terjadinya kesenjangan produksi yang tinggi antara lahan sawah di Jawa dan di luar Jawa (Subagjo et al., 2000). B. Produksi Usahatani Padi Sawah Tujuan dari usahatani padi sawah (termasuk petani yang menggarap lahan dengan tenaganya sendiri) adalah mengubah input menjadi output sehingga tercipta produksi. Untuk mendapatkan outputnya, perusahaan harus menggunakan berbagai jenis input yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam dan sebagainya. Karena inputinput yang langka, mereka harus menggunakan ukuran biaya yang diasosiakan dengan penggunaan input, seperti petani mengkombinasikan tenaga mereka dengan bibit, tanah, hujan, pupuk dan peralatan mesin untuk memperoleh hasil panen (Nicholson, 2002). Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output, sehingga nilai barang tersebut bertambah. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan tingkat penggunaan input (Boediono, 1999). Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara masukan produksi (input) dengan produksi (output). Fungsi produksi CobbDouglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, di mana variabel satu disebut variabel
4
Produksi Usahatani Padi Sawah Sebagai penggerak Perekonomian Pedesaan di Kabupaten Cianjur Oleh Harmoko Sukayat
dependen (Y) dan yang lain disebut variabel independen (X). Penyelesaian hubungan antara X dan Y adalah biasanya dengan cara regresi, di mana variasi dari Y akan dipengaruhi variasi dari X. Dengan demikian kaidah kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas (Soekartawi, 2003). C. Peningkatan Lahan dan Produksi Usahatani Padi Sawah Produksi padi adalah hasil panen per satuan luas dan waktu. Salah satu upaya dalam peningkatan produksi dapat dilakukan dengan perbaikan potensi genetik dan ketahanan tanaman terhadap kendala biotik (hama dan penyakit) dan abiotik (kekeringan dan keracunan), perbaikan budidaya spesifik lokasi (pengelolaan tanaman terpadu). Percepatan dan perluasan diseminasi serta mengadopsi inovasi teknologi pertanian. Peningkatan produksi padi nasional ini sangat dimungkinkan, bila ditinjau dari potensi pengembangan varietas unggul dan kesiapan teknologi pertanian khususnya padi di Bidang Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hasil panen berupa gabah atau jerami yang diangkut keluar dari sawah membawa serta unsur hara yang terkandung di dalamnya. Penggunaan benih unggul dewasa ini menyebabkan pengangkutan unsur hara lebih banyak lagi, karena peningkatan indeks panen dan hasil panen per hektarnya.
1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Nusa Bangsa
D.
Varietas Varietas unggul ialah suatu varietas padi yang karena sifat pembawanya dapat memberikan hasil yang tinggi pada satuan luas dan pada satuan waktu (Departemen Pertanian,1977). Penggunaan benih varietas unggul bermutu merupakan penentu batas atas produksi suatu usahatani padi sawah berlaku bagi semua komoditi pertanian (Baihaki, 2006). Menurut Departemen Pertanian (1977), varietas padi unggul dibagi menjadi 3 macam, yaitu : 1. Varietas Unggul Nasional atau Varietas Unggul Biasa, mempunyai daya produksi sedang yang biasa disebut juga Varietas Unggul Bogor. Varietas padi ini dihasilkan oleh Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor, sebelum tahun 1965, antara lain : Varietas Bengawan, Varietas Si Gadis, Varietas Remaja dan Varietas Jelita. 2. Varietas Unggul Baru mempunyai daya produksi yang tinggi dan responsive terhadap pemupukan tinggi. Varietas Unggul Baru diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1967 yang diantaranya berasal dari Lembaga Penelitian Padi Internasional (IRRI) di Filipina. 3. Varietas Unggul Lokal tidak termasuk Varietas Unggul Nasional, tetapi di suatu daerah tertentu mampu menghasilkan padi varietas yang lebih tinggi atau menyamai dari produk.
5
Jurnal NUSA ESDA Vol. 4, No. 2, September 2014 : 1-17
4. Varietas Unggul Nasional. Varietas IR 64 merupakan salah satu Varietas Unggul Baru yang banyak digunakan oleh petani di Indonesia. Umur tanaman yang cukup singkat yaitu 115 hari menjadi salah satu alasan petani menanam varietas tersebut, namun penggunaan varietas ini sudah mulai berkurang ini disebabkan varietas IR 64 telah mengalami penurunan kualitas. Rata-rata produksi yang dihasilkan varietas ini hanya 5 ton per hektar (Pikiran Rakyat, 2008).
padi sawah dan jarak lahan ke pasar. 1. Hubungan luas lahan usahatani padi sawah dengan produksi usahatani padi sawah 2. Hubungan status lahan usahatani padi sawah dengan produksi usahatani padi sawah. 3. Hubungan varietas tanaman dengan produksi usahatani padi sawah 4. Hubungan penggunaan pupuk dengan produksi usahatani padi sawah 5. Hubungan jumlah tenaga kerja dengan produksi usahatani padi sawah 6. Hubungan pengalaman petani dengan produksi usahatani padi sawah 7. Hubungan pendidikan petani dengan produksi usahatani padi sawah. 8. Hubungan jumlah modal dengan produksi usahatani padi sawah 9. Hubungan jarak rumah ke lahan dengan produksi usahatani padi sawah 10. Hubungan jarak lahan ke pasar dengan produksi usahatani padi sawah
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan varietas unggul yang lebih baik agar produksi padi dapat meningkat kembali. Pada saat ini sebagian petani mulai beralih menanam varietas Ciherang dengan alasan varietas ini dapat berproduksi hingga 8,5 ton per hektar. 1. Varietas Ciherang 2. Varietas Fragrant 3. Varietas Inpari Sidenuk F. E.
Faktor-Faktor Sosial Ekonomi
Hubungan Produksi terhadap Pendapatan Usahatani Padi Sawah
Faktor sosial ekonomi merupakan faktor yang berhubungan dengan produksi, faktor-faktor sosial meliputi halhal sebagai berikut, luas usahatani padi sawah, status lahan usahatani padi sawah, varietas tanaman, pupuk, tenaga kerja, pengalaman petani, pendidikan petani, modal petani, jarak rumah ke lahan usahatani
Sektor pertanian pada dasarnya adalah suatu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup petani yang dicapai melalui strategi investasi tenaga kerja pertanian, pola pengembangan ilmu pertanian dan teknologinya disertai penataan dan pengembangan kelembagaan
1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Nusa Bangsa
6
Produksi Usahatani Padi Sawah Sebagai penggerak Perekonomian Pedesaan di Kabupaten Cianjur Oleh Harmoko Sukayat
pedesaan secara konseptual maupun empiris, sektor pertanian layak dijadikan sektor andalan ekonomi nasional termasuk dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani (Mubyarto, 1985). Dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan, secara prinsip produksi padi tergantung pada dua variabel, yaitu panen dan hasil produksi per hektar, intensifikasi pertanian dan perluasan areal tanam merupakan usaha pokok dalam pengelolaan usahatani padi sawah untuk meningkatkan produksi, produksi dan pandapatan (Mubyarto, 1985). Produksi tanaman padi dalam dekade terakhir kurang mengalami peningkatan produksi, keuntungan yang diperoleh petani relatif tidak meningkat karena makin tingginya biaya produksi, keuntungan yang diperoleh petani relatif tidak meningkat karena makin tingginya biaya produksi yang harus dikeluarkan.
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kerangka Pemikiran Beras merupakan bahan pangan pokok yang vital bagi hampir 200 juta lebih rakyat Indonesia. Itulah sebabnya program swasembada beras menjadi sangat penting. Pencetakan sawah baru dan program intensifikasi merupakan upaya pemerintah agar Indonesia dapat berswasembada beras. Luas lahan usahatani padi sawah (X1), merupakan gambaran luas tanah sawah (Ha) yang dimiliki petani.
1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Nusa Bangsa
Luas lahan yang dikuasai petani adalah penentu dalam pola pertanaman dan kemampuan mengusahakan tanaman yang dapat memberikan keuntungan bagi petani. Usahatani padi sawah yang memiliki lahan sawah yang luas dapat lebih leluasa menentukan luas dan jenis tanaman yang akan ditanam maupun menjual hasil panennya untuk kebutuhan hidup. Status lahan usahatani padi sawah (X2), merupakan hubungan status kepemilikan lahan sawah, di mana hal ini sangat penting bagi usahatani padi sawah dalam mencapai produksinya. Tanah garapan/ sewa tentu akan berbeda produksinya dengan tanah milik petani sendiri. Varietas Padi (X3), merupakan salah satu faktor produksi usahatani padi sawah yang memegang peran penting dalam kegiatan usahatani padi sawah. Penggunaan varietas unggul atau varietas padi terbaik dapat memberikan hasil yang optimal pada satuan luas dan pada satuan waktu. Penggunaan pupuk (X4), merupakan sarana produksi yang sangat penting. Pemberian pupuk yang tepat dan berimbang akan menghasilkan produksi yang optimal pada produk usahatani padi sawah. Tenaga kerja (X5), dapat diartikan sebagai hasil kerja yang dilakukan oleh seseorang, pengaruh tenaga untuk mencapai suatu tujuan kebutuhan tenaga kerja dalam pertanian sangat tergantung pada jenis tanaman yang diusahakan. Pengalaman petani (X6), merupakan pengalaman seseorang dalam bidang usahatani padi sawah. Pengalaman akan mempengaruhi seorang petani dapat memprediksi hal positif atau resiko yang mungkin akan muncul, dan mempersiapkan langkah
7
Jurnal NUSA ESDA Vol. 4, No. 2, September 2014 : 1-17
serta solusinya, sehingga akan berpengaruh positif terhadap produksi usahatani padi sawah. Pendidikan petani (X7), yang dimaksud lebih kearah pendidikan formal terkait dengan bidang usahatani padi sawah padi. Tingkat pendidikan akan sangat mempengaruhi hasil produksi yang dihasilkan. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang memadai seorang petani, maka petani bisa menciptakan inovasi-inovasi ke arah optimalisasi produksi dalam usahatani padi sawah. Modal petani (X8), merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam kegiatan usahatani padi sawah. Tidak ada satupun usaha yang tidak memerlukan modal. Tanpa adanya modal usahatani padi sawah tidak akan bisa berjalan, apalagi menghasilkan produksi usahatani padi sawah. Jarak rumah ke lahan usahatani padi sawah (X9), merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap produksi. Jarak tempuh yang jauh akan membutuhkan waktu yang lebih banyak dan lama, sehingga akan mengurangi waktu untuk kegiatan produksi usahatani padi sawah. Jarak lahan usahatani padi sawah ke pasar (X10), merupakan salah satu faktor yang juga mempengaruhi terhadap produksi. Jarak akan berpengaruh kepada harga jual hasil usaha tani. Semakin jauh jarak lahan ke pasar akan semakin besar biaya operasional/ transportasi yang diperlukan dan resiko akan semakin tinggi. Dari kajian teoritis terdapat hubungan antara variabel independen, yakni luas lahan usahatani padi sawah (X1), status lahan usahatani padi sawah (X2), varietas padi (X3),
1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Nusa Bangsa
penggunaan pupuk (X4), tenaga kerja (X5), pengalaman petani (X6), pendidikan petani (X7), modal petani (X8), jarak rumah ke lahan (X9) dan jarak lahan ke pasar (X10) dapat mempengaruhi variabel dependen yaitu jumlah produksi padi (Y). B. Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian serta kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut : 1. Terdapat perbedaan produksi usahatani padi sawah di empat kecamatan Kabupaten Cianjur. 2. Adanya pengaruh secara parsial terhadap produksi usahatani padi sawah di empat kecamatan di Kabupaten Cianjur. 3. Adanya pengaruh secara berganda terhadap produksi usahatani padi sawah di empat kecamatan di Kabupaten Cianjur.
METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan cara survei lapangan. Penelitian ini merupakan studi untuk menemukan fakta dengan interprestasi yang tepat (deskriptif) dan untuk menguji hipotesa serta mengadakan interprestasi yang lebih dalam hubungan variabel (analisis), sedangkan data yang dikumpulkan berdasar atas pengamatan terhadap variabel subjek penelitian.
8
Produksi Usahatani Padi Sawah Sebagai penggerak Perekonomian Pedesaan di Kabupaten Cianjur Oleh Harmoko Sukayat
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Cianjur pada empat kecamatan yaitu Kecamatan Pacet, Kecamatan Cugenang, Kecamatan Warung Kondang dan Kecamatan Cibeber. Penelitian juga dilakukan di Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur yang dimulai pada bulan Juni sd akhir Juli 2014. C.
Tehnik Pengumpulan Data Populasi penelitian adalah pengelola usahatani padi sawah sawah yaitu petani yang memiliki usahatani padi sawah sawah di Kabupaten Cianjur pada empat kecamatan yaitu Kecamatan Pacet, Kecamatan Cugenang, Kecamatan Warung Kondang dan Kecamatan Cibeber. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan lokasi tersebut merupakan sentra produksi usahatani padi sawah sawah padi. Pengambilan sampel dilakukan di beberapa titik pengambilan sampel pada setiap lokasi. Dari populasi di empat kecamatan yang berjumlah 52 desa dan kurang lebih 4.000 petani diambil 100 sampel per kecamatan yang totalnya menjadi 400 sampel penelitian. Menurut Sugiyono (2004) ukuran sampel yang layak digunakan dalam penelitian antara lain 0 lebih dari 30 sampel pada daerah penelitian sudah berdistribusi normal dan 2) bila dalam penelitian akan melakukan analisis multivariate (korelasi dan regresi berganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal
1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Nusa Bangsa
10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Mengingat penelitian ini terdapat 11 variabel yang akan diteliti maka jumlah sampel adalah 400 pengelola usahatani padi sawah dari populasi penelitian. Pengambilan sampel dilakukan secara probability sampling (sugiyono,2004) di mana tehnik sampel ini memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sebagai responden adalah pengelola usahatani padi sawah, sedangkan untuk lebih mendalami aspek kualitatif dan masalah dari tujuan penelitian dilakukan pencarian informasi dengan pendekatan mendalam dengan Ketua Kelompok Tani, Petugas Penyuluh Lapangan pertanian, dan instasi terkait yang berhubungan dengan penelitian, selain itu ditunjang dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan. D. Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan dari sumber data pertama (Soekartawi, 2002). Data primer meliputi data pengelola usahatani padi sawah yaitu nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan utama, pekerjaan sampingan, kampung, desa, kecamatan, kabupaten, jumlah keluarga, organisasi yang di ikuti, kepemilikan lahan usahatani padi sawah, luas lahan, jumlah
9
Jurnal NUSA ESDA Vol. 4, No. 2, September 2014 : 1-17
produksi usahatani padi sawah pertahun, status lahan, lamanya bertani, saluran irigasi, komoditas yang di tanam, pola musim tanam, varietas yang ditanam, jumlah dan biaya tenaga kerja (tanam, pemeliharaan, panen, pasca panen), biaya olah lahan, jumlah dan biaya benih tanaman, biaya penggunaan pupuk, biaya pestisida, iuran irigasi dan desa, total biaya tenaga kerja dan modal kerja, total pendapatan pertahun, biaya Pajak tanah sawah pertahun dan hasil bersih pendapatan pertahun. Dalam pengumpulan data primer dari beberapa variabel yang diteliti dilakukan dengan wawancara langsung dengan responden dan dibantu oleh 2 orang petugas penyuluh pertanian lapangan di setiap kecamatan. Pengisian kuesioner sebelumnya dilakukan latihan singkat tata cara pengisian kuesioner yang diberikan. Wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Untuk data sekunder yang dikumpulkan meliputi data sosiodemografi desa dan kecamatan, program yang berkaitan dengan lahan pertanian diperoleh dari Kantor Desa, Kantor Kecamatan, Kantor Biro Pusat Statistik, Dinas Pertanian Kabupaten dan Instansi yang terkait dengan objek penelitian. E. Metode Analisis Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Nusa Bangsa
Metode deskriptif kualitatif dipergunakan untuk mengetahui terdapatnya faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi sawah di empat kecamatan di Kabupaten Cianjur. Pengolahan data merupakan proses penyederhanaan data yang telah dikumpulkan oleh peneliti ke dalam bentuk yang lebih mudah diinterpretasikan Setelah data diolah kemudian dianalisis secara deskriptif serta disajikan dalam bentuk gambar, grafik, tabel dan perhitungan matematik, sehingga proses penyampaian informasi yang diperoleh dari penelitian tersebut efektif dan menjadi mudah ditafsirkan. Metode analisa kuantitatif untuk membahas data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan menggunakan rumusrumus statistik sebagaimana diuraikan sebagai berikut : 1. Uji Kehandalan Kuisioner a. Uji Validitas b. Uji Reliabilitas 2. Analisis korelasi 3. Analisa Determinasi 4. Analisis Regresi
F. Variabel Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data variabel bebas dan variabel terikat yaitu : 1. Variabel Bebas (Independent Variable) meliputi 10 macam dari pengelolaan usahatani padi sawah di empat kecamatan di Kabupaten Cianjur.
10
Produksi Usahatani Padi Sawah Sebagai penggerak Perekonomian Pedesaan di Kabupaten Cianjur Oleh Harmoko Sukayat
2. Variabel Terikat (Dependent Variable) meliputi besarnya total produksi usahatani padi sawah sawah padi di empat kecamatan di Kabupaten Cianjur. No (1) 1.
2. 3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. 11.
Variabel (2) Produksi (Y)
Definisi Operasional Indikator (3) (4) Kemampuan menghasil Jumlah produksi atau produksi padi dengan optimal penjualan hasil panen (rupiah) pertahun Luas lahan Luas lahan usahatani padi Luas lahan sawah (Ha) sawah yang dikuasai Status lahan Lahan yang dikelola pemilik Pemilik dan Penggarap untuk menggarap serta penyewa yang menggarap Varietas padi Varietas unggul 1 : Musim tanam 1 2 : Musim tanam 2 3 : Musim tanam 3 Penggunaan Pupuk anorganik dan organic 1 : Musim tanam 1 pupuk 2 : Musim tanam 2 3 : Musim tanam 3 Tenaga kerja Jumlah tenaga kerja dalam 1 : Penanaman proses usahatani padi sawah 2 : Pemeliharaan 3 : Panen 4 : Pasca Panen Pengalaman Lamanya petani dalam Lama tahun bertani bertani mengelola usahatani padi sawah Pendidikan Jenjang pendidikan formal 1. SD petani yang pernah diikuti oleh petani 2. SMP 3. SMA 4. Strata Satu Modal Jumlah modal tenaga kerja dan Jumlah tenaga kerja dan modal kerja dalam usahatani modal pengelolaan padi sawah usahatani padi sawah Jarak rumah ke Jauh dekatnya letak lokasi Jarak/ km lahan rumah ke lahan Jarak lahan ke Jauh dekatnya letak lokasi Jarak/ km pasar lahan ke pasar
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Lokasi Penelitian
1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Nusa Bangsa
Secara geografis Kabupaten Cianjur terletak pada posisi koordinat antara 106º42' 107º25' Bujur Timur dan 6º21' 7º25' Lintang Selatan, dengan luas wilayah 3.432,96 km2. 11
Jurnal NUSA ESDA Vol. 4, No. 2, September 2014 : 1-17
Adapun batas-batasnya adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Purwakarta Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Garut Sebelah Selatan : berbatasan dengan Samudra Indonesia. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Cibeber Kabupaten Sukabumi. Sebagian besar wilayah Kabupaten Cianjur adalah pegunungan, kecuali di sebagian pantai selatan berupa dataran rendah yang sempit. Lahanlahan pertanian tanaan pangan dan hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat. Ditunjang dengan banyaknya sungai besar dan kecil yang dimanfaatkan sebagai sumber daya pengairan tanaman pertanian. Sungai terpanjang di Kabupaten Cianjur adalah sungai Cibuni yang bermuara di Samudera Hindia. Wilayah Kabupaten Cianjur Utara yang merupakan dataran tinggi terletak di kaki Gunung Gede dengan ketinggian sekitar 2.962 m di atas permukaan laut. Wilayahnya juga meliputi daerah Puncak dengan ketinggian sekitar 1.450 m, Kota Cipanas (Kecamatan Cipanas dan Pacet) dengan ketinggian sekitar 1.110 m, serta Kota Cianjur dengan ketinggian sekitar 450 m di atas permukaan laut. Sebagian wilayah ini merupakan dataran tinggi pegunungan dan sebagian lagi merupakan perkebunan dan
1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Nusa Bangsa
persawahan. Di bagian barat dekat zona Kota Bogor terdapat Gunung Salak dengan ketinggian 2.210 m yang merupakan gunung api termuda yang sebagian besar permukaannya ditutupi bahan vulkanik. Wilayah Kabupaten Cianjur Selatan merupakan dataran rendah yang terdiri dari bukitbukit kecil dan diselingi oleh pegunungan-pegunungan yang melebar ke Samudra Indonesia, di antara bukit-bukit dan pegunungan tersebut terdapat pula persawahan dan ladang huma. Dataran terendah di selatan Kabupaten Cianjur mempunyai ketinggian sekitar 7m di atas permukaan laut. Adapun karakteristik topografi yang terdapat di Kabupaten Cianjur adalah sebagai berikut : 1. Dataran 2. Hills berelief smooth 3. Hills berelief rugged Kawasan peruntukan pertanian terdiri atas kawasan peruntukan pertanian lahan basah tersebar di setiap kecamatan, kawasan peruntukan pertanian lahan kering tersebar di setiap kecamatan, kawasan peruntukan hortikultura tersebar di semua wilayah kecamatan, kawasan peruntukan perkebunan tersebar di setiap kecamatan, dan kawasan peruntukan peternakan diarahkan untuk peternakan unggas, non unggas dan peternakan hewan besar meliputi Kecamatan Pacet, Cipanas, Cugenang, Cikalongkulon, Mande, Warungkondang, Cibeber, Sukanagara, Takokak, Tanggeung, Cibinong, Kadupandak, Leles, Agrabinta, dan Sindangbarang.
12
Produksi Usahatani Padi Sawah Sebagai penggerak Perekonomian Pedesaan di Kabupaten Cianjur Oleh Harmoko Sukayat
Kabupaten Cianjur beriklim tropis dengan curah hujan per tahun antara 1000 sampai 4000 mm dan jumlah hari hujan ratarata 150 hari per tahun. Suhu rata-rata pada bulan Januari adalah 330C. Suhu rata-rata minimum di bulan Januari adalah 230C. Sehari memiliki 12 jam sinar matahari pada bulan Januari.. 2. Penduduk Jumlah penduduk total di Kabupaten Cianjur adalah 2.172.190 jiwa, dan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1.09%. dengan kepadatan penduduk mencapai 625.03jiwa/km2 (BPS,2012). Dari data di atas tergambarkan bahwa penyebaran jumlah penduduk sebagian besar terkonsentrasi di wilayah tengah dan utara Kabupaten Cianjur. Jumlah penduduk terbesar ada di Kecamatan Cianjur yaitu 7,30% dari keseluruhan jumlah penduduk Cianjur dan jumlah penduduk terendah ada di Kecamatan Campakamulya yaitu 1,09% dari keseluruhan jumlah penduduk Cianjur. Menghadapi masalah kependudukan yang berkaitan dengan jumlah penduduk serta dalam upaya mendorong terwujudnya masyarakat yang berkualitas, pemerintah daerah harus memberikan layanan keluarga berencana dengan sasaran terwujudnya keluarga sejahtera. Dari informasi di atas, terlihat bahwa jumlah kepala keluarga tunggal pada tahun 2012 yang harus menghidupi dan membina keluarga sendiri jumlahnya cukup banyak yaitu 74.389 KK. Tingkat pendidikan
1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Nusa Bangsa
kepala keluarga juga terlihat masih sangat rendah. 3. Ketahanan Pangan Situasi pangan di Kabupaten Cianjur dapat dilihat dari kondisi pangan di setiap kecamatan, dan situasi pangan pada kecamatan yang beresiko ringan tetap harus diwaspadai agar situasi ini dapat dipertahankan dan tidak terjadi perubahan ke situasi yang lebih buruk. Situasi pangan di Kabupaten Cianjur secara umum digambarkan sebagaimana tabel tersebut di atas bahwa berada dalam kondisi risiko ringan dan risiko sedang, sedangkan berdasarkan hasil analisis ketersediaan produksi dan kebutuhan konsumsi dapat dilihat dari perbandingan antara produksi beras dan kebutuhan konsumsi penduduk secara makro Kabupaten Cianjur selama 5 (lima) tahun (periode 20082012) yaitu dalam kondisi tetap surplus. 4. Pertanian Sektor pertanian bagi Kabupaten Cianjur adalah merupakan sektor yang sangat penting. Hal tersebut dikarenakan sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar bagi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Selain itu juga sebagian besar penduduk Kabupaten Cianjur bekerja di sektor pertanian, yaitu sekitar 51 % kesempatan kerja berasal dari sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan penyedia utama kebutuhan pangan masyarakat yang merupakan kebutuhan dasar dan
13
Jurnal NUSA ESDA Vol. 4, No. 2, September 2014 : 1-17
hak asasi manusia. Sektor pertanian juga menyediakan pasar yang sangat besar untuk produk manufaktur karena jumlah penduduk perdesaan yang besar dan terus mengalami peningkatan. Dengan demikian, sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang paling efektif untuk mengentaskan kemiskinan di wilayah perdesaan melalui peningkatan pendapatan mereka yang bekerja di sektor pertanian. Sektor pertanian tanaman bahan makanan adalah sub sektor yang sangat menonjol. Atas dasar harga konstan lebih dari 32,95% PDRB sektor pertanian berasal dari sub sektor tanaman bahan makanan, sedangkan untuk sub sektor peternakan menempati urutan kedua dengan memberikan kontribusi pada tahun 2012 sebesar 6.11%, selanjutnya subsektor perikanan menempati urutan ketiga yaitu memberikan kontribusi sebesar 2,15%. Lahan merupakan salah satu syarat untuk dapat berlangsungnya proses produksi di bidang pertanian. Produktivitas dari lahan sangat dipengaruhi oleh tingkat kesuburan, tekstur tanah, serta ketersediaan air. Sebagian besar dari lahan di Kabupaten Cianjur merupakan lahan yang produktif, meskipun ada beberapa yang belum dimanfaatkan secara optimal. Luas lahan di Kabupaten Cianjur pada tahun 2012 adalah 350.148/ ha, terdiri atas lahan sawah seluas 65.540 lahan bukan sawah 173.218 ha dan lahan bukan pertanian seluas 111.390 ha, rincian lebih jelas mengenai luas dan penggunaan lahan di Kabupaten Cianjur. Dalam
1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Nusa Bangsa
menunjang pembangunan pertanian erat kaitannya pula dengan keberadaan petani yakni tingkat pengetahuan sikap dan keterampilan petani akan mewarnai pola dari usaha tani yang dilaksanakannya. Secara umum pembinaan penyuluhan pertanian diarahkan untuk memantapkan kemampuan, peran serta petani beserta keluarganya sebagai upaya mencapai pertanian yang tangguh. Untuk memudahkan pembinaan kepada para petani maka dibentuklah kelompok – kelompok tani. Realisasi produksi padi pada tahun 2008 sampai dengan 2012 melebihi sasaran kebutuhan konsumsi masyarakat di Cianjur sehingga produksi padi di Kabupaten Cianjur dikatakan surplus. 5. Rumah tangga usahatani padi sawah Usaha pertanian adalah kegiatan yang menghasilkan produk pertanian dengan tujuan produksi dapat menghasilkan seoptimal mungkin. Rumah tangga usaha pertanian adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil atau milik orang lain dengan menerima upah dalam hal ini merupakan jasa pertanian. Jumlah usahatani rumah tangga di Propinsi Jawa Barat sebanyak 3.057.424 rumah tangga usaha pertanian. Terdapat 3 kabupaten dengan urutan tertinggi yang mempunyai jumlah rumah tangga usahatani terbanyak yaitu Kabupaten Sukabumi sebanyak 291.192 rumah tangga usahatani, Kabupaten Cianjur sebanyak
14
Produksi Usahatani Padi Sawah Sebagai penggerak Perekonomian Pedesaan di Kabupaten Cianjur Oleh Harmoko Sukayat
282.964 rumah tangga usahatani dan Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 282.673 rumah tangga usahatani. (BPS,2012).
terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata produksi usahatani padi sawah di Kecamatan Warung Kondang terhadap rata-rata produksi usahatani padi sawah di Kecamatan Pacet dan Kecamatan Cibeber, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari produksi usahatani padi sawah dari Kecamatan Pacet dan Kecamatan Cibeber.
6. Gambaran Karekteristik Responden Dalam penelitian ini responden diambil dari 4 kecamatan yang produksi padinya lebih tinggi dibanding kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Pacet dengan Desa Cibodas dan Sukanagalih, untuk Kecamatan Cugenang penelitian dilakukan di Desa Sukamanah, Sukamulya dan Mekar Sari, untuk Kecamatan Warung Kondang dilakukan di Desa Cieundeur, Bunisari, Bunikasih, Tegalega, Jambudipa dan Ciwalen, untuk Kecamatan Cibeber di Desa Kanoman, Cibokor, Cibaregbeg, Mayak dan Cipetir. a. Responden berdasarkan jenis kelamin Responden berdasarkan usia b. Responden menurut jenis pekerjaan c. Responden menurut pendidikan
8.
a. Hasil Analisis Regresi Parsial b. Hasil Analisis Regresi dan Korelasi Berganda 1) Pengujian Persyaratan analisis data a) Uji Normalitas b) Uji Multikolinieritas c) Uji Heterokedasitas. d) Uji Autokolerasi B. Pembahasan 1. Produksi usahatani padi sawah di Kabupaten Cianjur pada empat Kecamatan yang diteliti. 2. Pengaruh pengelolaan usahatani padi sawah sawah terhadap produksi usahatani padi sawah sawah secara parsial. 3. Pengaruh pengelolaan usahatani padi sawah sawah terhadap produksi usahatani padi sawah secara berganda
7. Statistical Analysis Secara statistik produksi usahatani padi sawah yang tertinggi adalah Kecamatan Cugenang kemudian diikuti oleh Kecamatan Warung Kondang, Kecamatan Cibeber dan Kecamatan Pacet, di mana terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata produksi usahatani padi sawah di Kecamatan Cugenang terhadap rata-rata di Kecamatan Pacet, Kecamatan Warung Kondang dan Kecamatan Cibeber dan
Hypothesis Testing Results
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Nusa Bangsa
1. Produksi usahatani padi sawah yang tertinggi adalah Kecamatan Cugenang kemudian diikuti oleh Kecamatan Warung Kondang, Kecamatan Cibeber dan Kecamatan Pacet, di mana
15
Jurnal NUSA ESDA Vol. 4, No. 2, September 2014 : 1-17
terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata produksi usahatani padi sawah di Kecamatan Cugenang terhadap rata-rata di Kecamatan Pacet, Kecamatan Warung Kondang dan Kecamatan Cibeber dan terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata produksi usahatani padi sawah di Kecamatan Warung Kondang terhadap rata-rata produksi usahatani padi sawah di Kecamatan Pacet dan Kecamatan Cibeber, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari produksi usahatani padi sawah dari Kecamatan Pacet dan Kecamatan Cibeber. 2. Secara parsial faktor-faktor pengelolaan usahatani padi sawah yang berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani padi sawah adalah luas lahan usahatani padi sawah (X1) memberikan kontribusi 92.4%, status lahan usahatani padi sawah (X2) memberikan kontribusi 8.7%, varietas musim tanam 3 (X3.3) memberikan kontribusi 13.1%, penggunaan pupuk (X4) memberikan kontribusi 74.5%, tenaga kerja (X5) memberikan kontribusi 60.8% dan modal petani (X8) memberikan kontribusi 80.4%, sedangkan pengalaman petani (X6), pendidikan petani (X7), jarak rumah ke lahan usahatani padi sawah (X9) dan jarak lahan usahatani padi sawah ke pasar (X10) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani padi sawah (Y). 3. Secara berganda keseluruhan faktor-faktor pengelolaan usaha tani yaitu luas lahan usahatani padi sawah (X1), varietas musim tanam 3 (X3.3), penggunaan pupuk (X4), tenaga kerja (X5),
pengalaman petani (X6), jarak lahan ke pasar (X10) berpengaruh sangat nyata dengan memberikan kontribusi 94,9% sedangkan status lahan usahatani padi sawah (X2), varietas musim tanam 1 (X3.1), varietas musim tanam 2 (X3.2), pendidikan petani (X7), modal petani (X8) dan jarak rumah ke lahan (X9) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani padi sawah (Y). B. Saran 1. Rata-rata produksi usahatani padi sawah pada setiap kecamatan berbeda ini disebabkan pengelola usahatani padi sawah mengeksploitasi lahan sawah. Untuk itu disarankan lahan usahatani padi sawah di istirahatkan per satu musim tanam sehingga unsur hara dalam tanah dapat kembali normal walaupun relatif sangat sedikit. Arti mengistirahatkan satu musim adalah lahan usahatani untuk satu musim dapat diberdayakankan menjadi kolam ikan yangat berguna untuk reduksi tanah. 2. Pengelola usahatani sebaiknya mulai mengurangi pupuk anorganik dan lebih intensif ke pupuk organik agar tanah sawah menghasilkan produk yang sehat dan optimal. DAFTAR PUSTAKA Ahyari, A., 2004. Manajemen Produksi. Edisi Kedua, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta. Anton Apriantono, 2007. Konsep Pembangunan Pertanian. (Online). (http://www.deptan.go.id/renbangt an/Konsep_Pembangunan_Pertani an.pdf).
1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Nusa Bangsa
16
Produksi Usahatani Padi Sawah Sebagai penggerak Perekonomian Pedesaan di Kabupaten Cianjur Oleh Harmoko Sukayat
Ashari, 2010. Peranan Perbankan Nasional dalam Pembiayaan Sektor Pertanian di Indonesia. (Online) (http://litbang.deptan.go.id/Ind/pdf ). Arsyad, S., 2000. Pengawetan Tanah dan Air. Departemen Ilmu-ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Pusat Statistik, 2012. Kabupaten Cianjur dalam Angka 2012. Jawa Barat Baihaki. A. 2008. Manfaat dan Implementasi UU Nomor 29 Tahun 200 tentang Pvt dalam pembangunan Industri Pembenihan. UNPAD. Bandung Boediono, 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Seri Sinopsis, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta.. Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. 2006. Laporan Tahunan Tahun 2006. Laporan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. Cianjur. Daniel, Moehar, 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian Bumi Karsa. Jakarta. G.N. Adi Surya, 2011. Analisis Pendapatan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penguasaan Lahan Sawah. Skripsi. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Bogor. Gujarti, Damodar, 2003. Basic Econometrics, Fourth Edition, McGraw Hill, New York. Hermastini, 2007. Trubus Majalah Pertanian Indonesia. http//www.trubus.online.co.id. November 2008. Joesran dan Fathorrozi, 2003. Teori Ekonomi Mikro. Salemba Empat, Jakarta. Kuncoro, Mudrajad., 2001. Metode Kuantitatif, AMP YKPN, Yogyakarta. Larasati, 2012. Efisiensi alokatif faktorfaktor produksi dan pendapatan
petani padi di Desa Sambirejo Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun. Universitas Brawijaya. Malang. Manning. C and J.Suriya. 1996. Survey of Recent Development. Bulletin of Economic Studies. 28 (1). Indonesian Project. The Australian National University. Miftahul Khoer, Hedi Ardia, 2013. Sawah Baru : Pemprov Jabar Cetak Lahan Baru 2000 ha. Bisnis. Com. (http://www.bisnis.com/m/sawahbaru-pemprov-jabar-cetak-lahanbaru-2000-hektar) Miller, R. L. R. E. Meiner, 1999. Teori Ekonomi Mikro Intermediate. Raja Grafindo Persada Jakarta. Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. Mukhamad Kurniawa, 2011. Produksi Padi Jawa Barat capai 9.128 juta Ton. Harian Kompas.com.(http://www.produkp adi.kompas.com/red/2011/09/26) Soekartawi, 1986. Ilmu Usahatani padi sawah dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Soekartawi, 2002. Prinsip Ekonomi Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Soekartawi, 2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisi Fungsi Cobb-Douglas, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sukirno, S., 2006. Makroekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sunani, N., 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi beras di Kabupaten Siak, Riau. Institut Pertanian Bogor. Triyanto, J., 2006. Produksi padi di Jawa Tengah. Universitas Diponegoro. Semarang Widayat, W., 2001. Matematika Ekonomi, BPFE, Yogyakarta
1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Nusa Bangsa
17
Jurnal NUSA ESDA Vol. 4, No. 2, September 2014 : 1-17
1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Nusa Bangsa
18