PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT PENGELUARAN (TAHUN DASAR 2010) KOTA BALIKPAPAN 2010 - 2014
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
i
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT PENGELUARAN KOTA BALIKPAPAN 2010- 2014
Nomor Publikasi Katalog BPS
: 6471.1510 : 9302002.6471
Ukuran Buku Jumlah Halaman
: 15 x 21 cm : xiv + 122 halaman
Naskah: Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Gambar Kulit: Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Diterbitkan Oleh: Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
ii
SAMBUTAN Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, maka penerbitan publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Pengeluaran Kota Balikpapan 2010-2014 dapat diselesaikan. Disusunnya publikasi PDRB yang mencerminkan kondisi perekonomian Kota Balikpapan secara makro ini, supaya dapat dipergunakan sebagai evaluasi dan perencanaan pembangunan daerah maupun pihak lain yang memerlukannya. Saya sangat menghargai adanya usaha kerja sama antara Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan dengan Pemerintah Kota melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan sehingga penghitungan dan penyusunan publikasi PDRB Menurut Pengeluaran Kota Balikpapan 2010-2014 dapat dilaksanakan secara berkesinambungan. Kepada semua pihak yang terlibat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan di Kota Balikpapan diharapkan dapat memanfaatkan data secara optimal. Akhirnya penghargaan dan terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang telah terlibat dalam proses penyusunan publikasi PDRB Menurut Pengeluaran Kota Balikpapan 2010-2014 ini. Balikpapan, Nopember 2015 Walikota Balikpapan
H. RIZAL EFFENDI, SE
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
iii
KATA PENGANTAR Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu
perangkat
data
ekonomi
yang dapat
digunakan
untuk
mengevaluasi kinerja pembangunan ekonomi suatu wilayah (provinsi maupun kabupaten/kota). Perangkat data ini dapat pula digunakan untuk
kepentingan
dan
tujuan
lain,
seperti
sebagai
dasar
pengembangan model-model ekonomi dalam rangka menyusun formulasi kebijakan, tingkat percepatan uang beredar (velocity of money), pendalaman sektor keuangan (finacial deepening), penetapan pajak, kajian ekspor dan impor dan sebagainya. Menurut teori ekonomi makro, penghitungan PDRB dapat dilakukan
melalui
tiga
pendekatan,
yaitu
:
pendekatan
produksi/penyediaan (PDRB menurut Lapangan Usaha/industry), pendekatan
pengeluaran/permintaan
akhir
(PDRB
menurut
Pengeluaran /expenditure) serta pendekatan pendapatan (PDRB menurut
pendapatan/income).
Ketiga
pendekatan penghitungan
tersebut secara teori akan menghasilkan angka PDRB yang sama. Publikasi ini secara khusus membahas mengenai PDRB menurut pendekatan pengeluaran/permintaan akhir. Pendekatan ini dirinci menjadi beberapa komponen, yaitu: Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
iv
Melayani Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Perubahan Inventori), Ekspor Luar Negeri, Impor Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor antar daerah). Data PDRB dalam publikasi ini serta publikasi-publikasi selanjutnya mengunakan tahun dasar 2010, serta sudah menerapkan konsep System of National Accounts 2008 seperti yang direkomendasikan oleh United Nations. Terakhir, disadari bahwa data dan informasi yang disajikan dalam publikasi ini masih memerlukan penyempurnaan. Oleh karena itu, setiap masukan yang bersifat konstruktif sangat dihargai demi penyempurnaan isi publikasi ini selanjutnya. Akhirnya, semoga publikasi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Balikpapan, November 2015 KEPALA BAPPEDA
KEPALA BPS
Kota Balikpapan
Kota Balikpapan
NINING SURTININGSIH
NURWAHID
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
v
DAFTAR ISI Halaman Sambutan....................................................................................
iii
Kata Pengantar ..........................................................................
iv
Daftar Isi
................................................................................
vi
Daftar Tabel ...............................................................................
ix
Daftar Grafik ............................................................................
xii
Daftar Lampiran ......................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN ...................................................
1
1.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ......................................................
2
1.2. Kegunaan Statistik PDRB .................................
6
BAB II METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA ........
8
2.1 Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga
9
2.2 Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT ............
16
2.3 Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah ......
22
2.4 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) ....
27
2.5 Perubahan Inventori ..........................................
36
2.6 Ekspor dan Impor ...............................................
44
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
vi
BAB III TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BALIKPAPAN BERDASARKAN PDRB PENGELUARAN TAHUN 2010-2014 ....................
48
3.1 Tinjauan Agregat PDRB Balikpapan Menurut Pengeluaran ......................................... 52 3.2 Perkembangan Konsumsi Akhir Rumah Tangga ...............................................................
67
3.3 Perkembangan Konsumsi Akhir LNPRT .....
76
3.4 Konsumsi Akhir Pemerintah ..........................
78
3.5 Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) .........................................
82
3.6 Perkembangan Perubahan Inventori ............
84
3.7 Perkembangan Ekspor Neto............................
87
3.8 Perkembangan Ekspor Neto Antar Daerah ...
89
BAB IV PERKEMBANGAN AGREGAT PRDB MENURUT PENGELUARAN KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2010-2014 .......................
91
4.1 PDRB (Nominal) ................................................
92
4.2 Perbandingan Penggunaan PDRB untuk Konsumsi Akhir Rumah Tangga terhadap PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
vii
Ekspor ..................................................................
95
4.3 Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) ...............................................................
97
4.4 Proporsi Konsumsi Akhir terhadap PDRB ...
99
4.5 Perbandingan Ekspor terhadap PMTB .........
101
4.6 Neraca Perdagangan (Trade Balance) .............
103
4.7 Incremental Capital Output Ratio (ICOR) ..........
106
BAB V PENUTUP ...................................................................
109
LAMPIRAN .............................................................................
112
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
viii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan Tahun 2010-2014 .................................................
Tabel 2.
53
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan Tahun 2010-2014 ..................................................
Tabel 3.
Distribusi
PDRB
Pengeluaran,
ADHB
Menurut
Kota Balikpapan
Tahun
2010—2014 ............................................................ Tabel 4.
Kota
Balikpapan
Tahun
2010—2014 ............................................................
63
Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran Kota Balikpapan, Tahun 2010 – 2014 ................
Tabel 6.
59
Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran,
Tabel 5.
55
Perkembangan
Penggunaan
66
Konsumsi
Akhir Rumah Tangga Kota Balikpapan, Tahun 2010—2014 ................................................ Tabel 7.
Struktur
Penggunaan
Konsumsi
67
Akhir
Rumah Tangga Kota Balikpapan, Tahun 2010—2014 ............................................................ PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
ix
71
Tabel 8.
Pertumbuhan Riil Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Kota Balikpapan, Tahun 2010—2014 ................................................
Tabel 9.
Pertumbuhan
Implisit
(Indeks
Harga)
Penggunaan
Konsumsi
Akhir
Rumah
Tangga Kota Balikpapan, Tahun 2010—2014 .. Tabel 10.
Perkembangan
Penggunaan
Perkembangan
Pengeluaran
74
Konsumsi
LNPRT Kota Balikpapan, Tahun 2010—2014 .. Tabel 11.
73
76
Konsumsi
Akhir Pemerintah Kota Balikpapan, Tahun 2010 – 2014 ................................................ Tabel 12.
Perkembangan dan Struktur PMTB Kota Balikpapan, Tahun 2010—2014 ........................
Tabel 13.
78
82
Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori Kota Balikpapan, Tahun 2010—2014 ................................................
Tabel 14.
Perkembangan
Ekspor
Neto
Kota
Balikpapan, Tahun 2010 – 2014 .......................... Tabel 15.
85
87
Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita Kota Balikpapan, Tahun 2010—2014 ................................................
Tabel 16.
Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
x
93
Konsumsi Akhir Rumah Tangga terhadap Ekspor Tahun 2010—2014 ................................. Tabel 17.
Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap PMTB Tahun 2010—2014 ..................
Tabel 18.
95
97
Proporsi Total Penggunaan Konsumsi Akhir terhadap PDRB Kota Balikpapan, Tahun 2010—2014 ............................................................
Tabel 19.
Rasio Ekspor terhadap PMTB (ADHB) Tahun 2010—2014 ................................................
Tabel 20.
101
Neraca Perdagangan Barang dan Jasa, Kota Balikpapan Tahun 2010—2014 ...........................
Tabel 21.
99
105
Incremental Capital Output Ratio (ICOR), Kota Balikpapan Tahun 2010—2014 ...........................
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
xi
108
DAFTAR GRAFIK Halaman
Grafik 1.
Perbandingan PDRB adh Berlaku dan adh Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan, Tahun 2010 – 2014 ...............
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
xii
57
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Tabel 1.
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran , Kota Balikpapan ................................................
Tabel 2.
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar
Harga
Konstan
2010
Menurut
Pengeluaran , Kota Balikpapan.......................... Tabel 3.
117
Distribusi
Persentase
Produk
118
Domestik
Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran , Kota Balikpapan ......... Tabel 4.
119
Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut
Pengeluaran
,
Kota
Balikpapan ............................................................ Tabel 5.
Laju
Pertumbuhan
Produk
120
Domestik
Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran , Kota Balikpapan ......... Tabel 6.
Laju
Pertumbuhan
Produk
Domestik
Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut
Pengeluaran
,
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
Kota xiii
121
Balikpapan ............................................................ Tabel 7.
122
Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran , Kota Balikpapan .........
Tabel 8.
123
Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut
Pengeluaran
,
Kota
Balikpapan ............................................................ Tabel 9.
Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto
(2010 = 100) Menurut
Pengeluaran , Kota Balikpapan.......................... Tabel 10.
124
125
Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto (2010 = 100)
Menurut
Pengeluaran
,
Kota
Balikpapan ............................................................
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
xiv
126
BAB I PENDAHULUAN
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
1
1.1
PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi
ekonomi di suatu wilayah/regional dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada suatu tahun tertentu sebagai dasar.PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran serta struktur ekonomi. PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi pada suatu periode ke periode (tahun ke tahun atau triwulan ke triwulan). Dalam publikasi ini tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2010 dan ini tentu akan mencerminkan struktur ekonomi terkini. PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
2
Terdapat tiga pendekatan yang biasanya digunakan dalam menghitung angka-angka PDRB, yaitu: a. Menurut Pendekatan Produksi Menurut pendekatan ini, PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 17 kategori lapangan usaha yaitu: 1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri Pengolahan, 4. Pengadaan Listrik dan Gas, 5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, 6. Konstruksi, 7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, 8. Transportasi dan Pergudangan, 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, 10. Informasi dan Komunikasi, 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 12. Real Estate, 13.Jasa Perusahaan, 14.Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, 15. Jasa Pendidikan, 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, 17. Jasa lainnya. Setiap kategori lapangan usaha tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub kategori lapangan usaha.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
3
b. Menurut Pendekatan Pendapatan PDRB menurut pendekatan ini merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak atas produksi dan impor dikurangi subsidi).
c. Menurut Pendekatan Pengeluaran PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari: (1) pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (2) pengeluaran konsumsi akhir lembaga non profit yang melayani rumah tangga (3) pengeluaran akhir konsumsi pemerintah, (4) pembentukan modal tetap domestik bruto, (5) perubahan inventori, dan (6) ekspor neto (ekspor dikurangi impor). Secara
konsep
ketiga
pendekatan
tersebut
akan
menghasilkan angka yang sama. Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
4
harus sama pula dengan jumlah pendapatan dari faktor-faktor produksi. PDRB yang dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar, karena di dalamnya sudah dicakup pajak tak langsung neto.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
5
1.2
KEGUNAAN STATISTIK PDRB Data PDRB adalah salah satu indikator makro yang
dapat menunjukkan kondisi perekonomian regional setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini antara lain adalah: 1. PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber
daya
ekonomi
yang
dihasilkan
oleh
suatu
negara/wilayah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.
2. PDRB
harga
konstan
(riil)
dapat
digunakan
untuk
menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.
3. Distribusi
PDRB
harga
berlaku
menurut
sektor
menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu negara/wilayah. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu negara/wilayah.
4. PDRB harga berlaku menurut pengeluaran menunjukkan produk barang dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
6
akhir, investasi dan diperdagangkan dengan pihak luar negeri.
5. Distribusi
PDRB
menurut
pengeluaran
menunjukkan
peranan kelembagaan dalam menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi.
6. PDRB pengeluaran atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju pertumbuhan konsumsi akhir, investasi dan perdagangan luar negeri.
7. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. 8. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk
mengetahui
pertumbuhan
nyata
ekonomi
per
kapita
penduduk suatu wilayah.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
7
BAB II METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
8
2.1
PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA
i.
Pendahuluan Sektor rumah tangga mempunyai peran yang cukup besar
dalam
perekonomian.
Hal
ini
tercermin
dari
besarnya
sumbangan konsumsi rumahtangga dalam pembentukan PDRB pengeluaran. Di samping berperan sebagai konsumen akhir barang dan jasa, rumahtangga juga berperan sebagai produsen dan penyedia faktor produksi untuk aktivitas produksi yang dilakukan oleh sektor institusi lain. ii.
Konsep dan definisi Pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (PKRT) adalah
pengeluaran atas barang dan jasa oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Rumah tangga didefinisikan sebagai individu atau kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat tinggal. Mereka mengumpulkan pendapatan, dapat memiliki harta dan kewajiban, serta mengkonsumsi barang dan jasa secara bersama-sama, utamanya kelompok makanan dan perumahan.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
9
iii.
Cakupan PKRT mencakup seluruh pengeluaran atas barang dan jasa
oleh residen suatu wilayah, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik suatu region. Jenis-jenis barang dan jasa yang dikonsumsi diklasifikasikan menurut COICOP (Classifications of Individual Consumption by Purpose) seperti yang direkomendasikan oleh UN (United Nations), sbb: 1.
Makanan dan minuman tidak beralkohol
2.
Minuman beralkohol, tembakau dan narkotik
3.
Pakaian dan alat kaki
4.
Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya
5.
Furniture,
perlengkapan
rumahtangga
dan
pemeliharaan rutin 6.
Kesehatan
7.
Angkutan
8.
Komunikasi
9.
Rekreasi/hiburan dan kebudayaan
10. Pendidikan 11. Penyediaan makan minum dan penginapan/hotel 12. Barang dan jasa lainnya
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
10
Namun karena keterbatasan data, maka 12 COICOP tersebut dikelompokkan kembali manjadi hanya 7 COICOP, yaitu: 1. Makanan, Minuman, dan Rokok 2. Pakaian dan Alas Kaki 3. Perumahan,
Perkakas,
Perelngkapan
dan
Penyelenggaraan Rumah Tangga 4. Kesehatan dan Pendidikan 5. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 6. Hotel dan Restoran 7. Lainnya
Konsumsi rumah tangga mencakup juga hal-hal sbb: Imputasi jasa persewaan rumah milik sendiri (owner occupied dwellings); Nilai
perkiraan
sewa
rumah
milik
sendiri
harus
diperhitungkan karena rumah tangga pemilik, dianggap menghasilkan jasa persewaan rumah bagi dirinya sendiri. Imputasi sewa rumah diperkirakan atas dasar harga pasar, meskipun status rumah tersebut milik sendiri. Apabila rumah tangga benar-benar menyewa, maka yang dihitung adalah biaya sewa yang dibayar, baik dibayar penuh PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
11
maupun tidak penuh karena mendapat keringanan biaya (subsidi atau transfer). Barang yang diproduksi dan digunakan sendiri; Pemberian/hadiah dalam bentuk barang yang diterima dari pihak lain; Barang dan jasa yang dibeli langsung (direct purchase) oleh
residen
diluar
wilayah
atau
diluar
negeri
(diperlakukan sebagai impor)
Terdapat beberapa catatan yang perlu dikatahui berkaitan dengan PKRT ini, yaitu: o Pembelian langsung oleh non-residen, diperlakukan sebagai ekspor dari wilayah tersebut) o Pembelian
barang
yang
tidak
diproduksi
kembali
(diduplikasi), seperti barang antik, lukisan, dan hasil karya seni lainnya diperlakukan sebagai investasi atas barang berharga, bukan konsumsi rumah tangga. o Pengeluaran rumah tangga untuk keperluan biaya antara dan pembentukan modal di dalam aktivitas usaha rumah tangga, tidak termasuk dalam pengeluaran konsumsi PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
12
rumah tangga. Contoh, pembelian barang dan jasa untuk keperluan usaha, perbaikan besar rumah, dan pembelian rumah. o Pengeluaran untuk keperluan transfer baik dalam bentuk uang atau barang, tidak termasuk sebagai pengeluaran konsumsi rumah tangga.
iv.
Penghitungan PKRT Tahunan 1. Sumber data Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi PKRT adalah :
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS, dalam bentuk pengeluaran konsumsi per-kapita seminggu untuk makanan, dan pengeluaran per-kapita sebulan untuk kelompok bukan makanan,
Jumlah penduduk pertengahan tahun,
Data Sekunder (dari BPS maupun dari luar BPS), dalam bentuk data atau indikator suplai komoditas dan jenis pengeluaran tertentu,
Indeks Harga Konsumen (IHK).
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
13
2. Metode penghitungan Penghitungan PKRT didasarkan pada hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Untuk menghasilkan perhitungan PKRT yang mencerminkan kondisi sesungguhnya, masih diperlukan
adanya
beberapa
penyesuaian
(adjustment).
Penyesuaian dilakukan dengan menggunakan data pendukung (data sekunder) dalam bentuk indikator suplai (di luar Susenas) dari beberapa komoditi tertentu. Hasil penghitungan dari data sekunder tersebut dianggap lebih mencerminkan PKRT yang sebenarnya. Penyesuaian (adjustment) yang dilakukan adalah mengganti hasil Susenas dengan hasil penghitungan yang didasarkan data indikator suplai untuk beberapa komoditas. Penggantian dilakukan pada level komoditas, kelompok komoditas, atau jenis pengeluaran tertentu. Langkah penghitungan di atas menghasilkan besarnya PKRT atas dasar harga berlaku (ADHB). PKRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, diperoleh dengan cara mendeflate PKRT ADHB dengan IHK tahun dasar 2010. Untuk lebih jelasnya, langkah langkah penghitungan PKRT dapat diringkas sbb: 1.
Estimasi PKRT hasil Susenas:
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
14
a. Makanan = pengeluaran konsumsi perkapita seminggu x (30/7) x 12 x jumlah penduduk pertengahan tahun b. Bukan makanan = pengeluaran konsumsi perkapita sebulan x 12 x jumlah penduduk pertengahan tahun 2.
Terhadap data poin ke 1 dilakukan koreksi dengan menggunakan
data
sekunder
atau
indikator
suplai
komoditas untuk jenis pengeluaran tertentu; 3.
Data poin ke 2 dikelompokan menjadi 7 kelompok COICOP;
4.
Diperoleh nilai PKRT tahun 2010 yang telah di-adjust;
5.
Susun
Indeks
Implisit
berdasarkan
IHK
Kota
(Provinsi/Kota terdekat) dengan 7 kelompok COICOP; 6.
PKRT adhKonstan 2010 diperoleh dengan membagi hasil poin ke 4 dengan hasilpoin ke 5.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
15
2.2
PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR LNPRT
i
Pendahuluan Sektor Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah
Tangga (LNPRT) muncul sebagai sektor tersendiri dalam suatu perekonomian wilayah. Sektor ini berperan dalam menyediakan barang dan jasa bagi aggotanya maupun bagi rumahtangga secara gratis atau pada tingkat harga yang tidak berarti secara ekonomi. Harga yang tak berarti secara ekonomi artinya harga tersebut biasanya dibawah harga pasar (tidak mengikuti harga pasar yang berlaku).
ii
Konsep dan definisi LNPRT merupakan bagian dari lembaga non profit (LNP).
Sesuai dengan fungsinya, LNP dibedakan atas LNP yang melayani rumah tangga dan LNP yang melayani bukan rumahtangga. Karakteristik unit LNP adalah sbb:
LNP umumnya adalah lembaga formal, tetapi terkadang
merupakan
lembaga
informal
yang
keberadaannya diakui oleh masyarakat; PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
16
pengawasan terhadap jalannya organisasi dilakukan oleh anggota terpilih yang punya hak sama, termasuk hak bicara atas keputusan lembaga;
setiap anggota mempunyai tanggung jawab tertentu dalam organisasi, dan tidak berhak menguasai profit atau surplus, karena profit yang diperoleh dari kegiatan usaha produktif dikuasai oleh lembaga;
kebijaksanaan lembaga diputuskan secara kolektif oleh anggota terpilih, dan kelompok ini berfungsi sebagai pelaksana dari dewan pengurus; dan
istilah nonprofit tidak berarti bahwa lembaga ini tidak dapat
menciptakan
surplus
melalui
kegiatan
produktifnya, namun surplus yang diperoleh biasanya diinvestasikan kembali pada aktivitas sejenis.
LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggotanya atau rumahtangga, serta tidak dikontrol oleh pemerintah. Anggota dari lembaga yang dimaksud disini adalah yang bukan berbentuk badan usaha. LNPRT dibedakan atas 7 jenis lembaga, yaitu: Organisasi kemasyarakatan, Organisasi sosial, Organisasi profesi,
Perkumpulan
sosial/
kebudayaan/olahraga/
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
hobi, 17
Lembaga swadaya masyarakat, Lembaga keagamaan, dan Organisasi bantuan kemanusiaan/beasiswa.
iii.
Cakupan Nilai PK-LNPRT sama dengan nilai output non-pasar
yang dihasilkan LNPRT. Nilai output non pasartersebut dihitung berdasarkan nilai seluruh pengeluaran LNPRT dalam rangka melakukan
kegiatan
operasionalnya.
Pengeluaran
yang
dimaksud terdiri dari : a.
Konsumsi antara, contoh : pembelian alat tulis, barang cetakan, pembayaran listrik, air, telepon, teleks, faksimili,
biaya
rapat,
seminar,
perjamuan,
transportasi, bahan bakar, perjalanan dinas, belanja barang dan jasa lain, sewa gedung, sewa perlengkapan kantor dll. b.
Kompensasi tenaga kerja, contoh : upah, gaji, lembur, honor, bonus dan tunjangan lainnya
c.
Penyusutan
d.
Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi), contoh: PBB, STNK, BBN dll.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
18
iv.
Penghitungan PK-LNPRT Tahunan 1. Sumber data Hasil Survei Khusus Lembaga Non-profit (SK-LNP). Informasi yang diperoleh dari hasil SKLNP adalah rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran. Hasil up-dating direktori LNPRT. Informasi yang diperoleh dari hasil up-dating direktori LNPRT adalah jumlah populasi LNPRT menurut jenis lembaga. Indeks Harga Konsumen (IHK)
2. Metode penghitungan PK-LNPRT diestimasi dengan menggunakan metode langsung, yaitu menggunakan hasil SKLNP. Tahapan estimasi PK-LNPRT adalah sebagai berikut:
Menghitung rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran (barang dan jasa). Barang dan jasa yang diperoleh secara cuma-cuma, nilainya diperkirakan sesuai harga pasar yang
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
19
berlaku. Rata-rata pengeluaran lembaga menurut jenis-nya dihitung dengan rumus sebagai berikut:
xij
xij ni
x ij : Rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga
dan jenis pengeluaran xij : PK-LNPRT hasil survei menurut jenis lembaga
dan jenis pengeluaran
ni : Jumlah sampel LNPRT menurut jenis lembaga
i : Jenis lembaga LNPRT, i = 1, 2, 3, …, 7 j : Jenis pengeluaran LNPRT, j = 1, 2, 3, …, 19
Mengestimasi PK-LNPRT, dengan menggunakan rumusan sebagai berikut: 7
19
X xij Ni i 1 j 1
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
20
X : PK-LNPRT adh Berlaku N i : Populasi LNPRT menurut jenis lembaga Hasil penghitungan di atas akan diperoleh besarnya PKLNPRT atas dasar harga berlaku (ADHB). PK-LNPRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, diperoleh dengan cara mendeflate PK-LNPRT ADHB dengan IHK tahun dasar 2010.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
21
2.3
PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH
i.
Pendahuluan Unit pemerintah adalah unit institusi yang dibentuk
melalui proses politik, serta mempunyai kekuasaan di bidang lembaga legislatif, yudikatif maupun eksekutif atas unit institusi lain
yang berada di
dalam batas-batas
wilayah suatu
negara/wilayah. Pemerintah juga mempunyai berbagai peran dan fungsi lainnya, seperti sebagai penyedia barang dan jasa bagi kelompok atau individu rumah tangga, sebagai pemungut dan pengelola
pajak
mendistribusikan
atau
pendapatan
pendapatan
atau
lain-nya,
berfungsi
kesejahteraan
melalui
aktivitas transfer, serta terlibat di dalam produksi non-pasar. Dalam suatu perekonomian, unit pemerintah bisa berperan sebagai konsumen maupun produsen, serta sebagai regulator yang menetapkan berbagai kebijakan di bidang
fiskal dan
moneter. Sebagai konsumen, pemerintah akan melakukan aktivitas konsumsi atas barang dan jasa akhir. Sedangkan sebagai produsen, pemerintah akan melakukan aktivitas memproduksi barang & jasa maupun aktivitas investasi.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
22
ii.
Konsep dan Definisi Besarnya nilai pengeluaran konsumsi akhir pemerintah
(PK-P) sama dengan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah untuk dikonsumsi pemerintah itu sendiri. PK-P mencakup pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin, pembayaran upah dan gaji pegawai, transfer sosial dalam bentuk barang, perkiraan penyusutan barang modal, dan nilai output dari Bank Indonesia, dikurangi dengan nilai penjualan barang dan jasa yang dihasilkan unit produksi yang tak dapat dipisahkan dari aktivitas pemerintahan. Aktivitas unit produksi pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pemerintahan secara umum, mencakup kegiatan sebagai berikut: 1. memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan barang yang diproduksi oleh perusahaan. Contoh; aktivitas pencetakan publikasi, kartu pos, reproduksi karya seni, pembibitan tanaman di kebun percobaan dsb. Aktivitas menjual barang-barang semacam itu bersifat insidentil dari fungsi pokok unit pemerintah. 2. Memproduksi jasa. Contoh; aktivitas penyelenggaraan rumah
sakit,
sekolah,
perguruan
tinggi,
museum,
perpustakaan, tempat rekreasi dan penyimpanan hasil PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
23
karya seni yang dibiayai oleh pemerintah. Dalam hal ini pemerintah memungut biaya yang umumnya tidak lebih dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diterima dari aktivitas semacam ini disebut sebagai penerimaan non-komoditi (pendapatan jasa).
iii.
Cakupan Sektor pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Dalam melakukan aktivitasnya, unit pemerintah pusat akan mengacu pada dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan unit pemerintah daerah (baik Provinsi, Kabupaten/Kota, maupun Desa) mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Daerah (APBD). Pengeluaran
konsumsi
akhir
pemerintah
(PK-P)
Kabupaten/Kota mencakup : a. PK-Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan; b. PK-Pemerintah Pusat yang merupakan bagian dari pemerintah kabupaten/kota; c. PK-Pemerintah Desa/Kelurahan/Nagari yang ada di wilayah Kabupaten/Kota bersangkutan.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
24
iv.
Penghitungan PDRB Tahunan 1.
Sumber Data Data dasar yang digunakan untuk menghitung PK-P
Kabupaten/Kota Tahunan adalah: a. Data realisasi APBN Tahunan (Kemenkeu) b. Data realisasi APBD Tahunan (Kemenkeu) c. Statistik Keuangan Daerah (BPS) d. Output Bank Indonesia (BI) e. Gaji
Pegawai
Negeri
Sipil
(PNS)
dari
Kementrian Keuangan serta Indeks Harga dari BPS.
2.
Metode Penghitungan a.
PK-P Kabupaten/Kota adh Berlaku
Secara umum, PK-P adh Berlaku dihitung menggunakan rumusan berikut:
PK-P adhBerlaku = Output non pasar–penjualan barang dan jasa + output Bank Indonesia
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
25
Output non-pasar dihitung dengan pendekatan biaya yg dikeluarkan, yaitu : Belanja pengadaan barang/jasa, bantuan sosial dalam bentuk barang (yang dibeli dengan harga pasar), belanja pegawai, dan penyusutan. Untuk
level
Kabupaten/Kota,
PK-P
Kabupaten/Kota adh Berlaku, dihitung berdasarkan penjumlahan
dari
pengeluaran
akhir
konsumsi
pemerintah Kabupaten/Kota itu sendiri + pengeluaran akhir seluruh pemerintah desa/kelurahan/nagari yang ada
di
wilayah
Kabupaten/Kota
tersebut
+
pengeluaran pemerintah Pusat yang menjadi bagian dari Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
b. PK-P Kabupaten/Kota adh Konstan Pengeluaran konsumsi pemerintah adhKonstan dihitung dengan menggunakan metode deflasi. Deflator yang digunakan adalah Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) umum tanpa ekspor, Indeks Upah, Indeks Implisit dari Produk Domestik Bruto komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto, Indeks Harga Konsumen (IHK) umum. PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
26
2.4 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) i
Pendahuluan Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor utama
yang akan mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu negara/wilayah. Investasi disini terdiri dari investasi fisik dan investasi finansial. Dalam konteks PDB/PDRB, aktivitas investasi fisik ini tercermin pada komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan Inventori. PMTB erat kaitannya dengan keberadaan aset tetap (fixed asset) yang dilibatkan dalam proses produksi. Secara garis besar aset tetap dapat diklasifikasi menurut jenis barang modal seperti: bangunan
dan
konstruksilain,
mesin
dan
perlengkapan,
kendaraan, tumbuhan, ternak, dan barang modal lainnya.
ii
Konsep dan definisi PMTB
didefinisikan
sebagai
penambahan
dan
pengurangan aset tetap pada suatu unit produksi, dalam kurun waktu
tertentu.
Penambahan
barang
modal
mencakup
pengadaan, pembuatan, pembelian, sewa beli (financial leasing) barang modal baru dari dalam negeri serta barang modal baru dan bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan besar, transfer PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
27
atau barter barang modal), dan pertumbuhan aset sumberdaya hayati yang dibudidaya. Sedangkan pengurangan barang modal mencakup penjualan, transfer atau barter, dan sewa beli (financial leasing) barang modal bekas pada pihak lain. Pengecualian kehilangan yang disebabkan oleh bencana alam tidak dicatat sebagai pengurangan. Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun, serta akan mengalami penyusutan sepanjang usia pakai-nya. Istilah ”bruto” mengindikasikan bahwa di dalamnya masih mengandung unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang modal (Consumption of Fixed Capital) menggambarkan penurunan nilai barang modal yang digunakan dalam proses produksi secara normal selama satu periode.
iii
Cakupan PMTB terdiri dari: 1. Penambahan dikurangi pengurangan aset (harta) baik barang baru maupun barang bekas, seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, bangunan lainnya, mesin & perlengkapan, alat transportasi,
aset
tumbuhan
dan
hewan
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
yang 28
dibudidaya
(cultivated
asset),
produk
intelektual
(intellectual
property
kekayaan
products),
dan
sebagainya; 2. Biaya alih kepemilikan aset non-finansial yang tidak diproduksi, seperti lahan dan aset yang dipatenkan; 3.
Perbaikan besar aset, yang bertujuan meningkatkan kapasitas produksi dan usia pakai-nya (seperti overhaul
mesin
produksi,
reklamasi
pantai,
pembukaan, pengeringan dan pengairan hutan, serta pencegahan banjir dan erosi).
iv
Penghitungan PMTB Tahunan 1. Sumber data a. Output industri konstruksi hasil penghitungan PDRB menurut industri konstruksi dari BPS Kab/Kota. b. Nilai impor 2 digit HS, yang merupakan barang modal impor dari KPPBC (Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai) setempat. c. Indeks Produksi Industri Besar Sedang dari Statistik Industri Kecil & Rumah tangga (level
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
29
Kabupaten/Kota). d. Laporan keuangan perusahaan. e. IHPB dari Statistik Harga Perdagangan Besar. f.
Data Eksplorasi Mineral dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
g. Statistik Peternakan, Ditjen Peternakan.
2. Metode penghitungan Penghitungan PMTB dapat dilakukan melalui metode langsung maupun tidak langsung, tergantung pada ketersediaan data yang mungkin diperoleh di wilayah masing-masing. Pendekatan “langsung” adalah dengan cara menghitung pembentukan modal (harta tetap) yang dilakukan oleh berbagai sektor ekonomi (produsen) secara langsung. Sedangkan pendekatan “tidak langsung” adalah dengan menghitung berdasarkan alokasi dari total penyediaan produk (barang dan jasa) yang menjadi barang modal di berbagai industri, atau disebut sebagai pendekatan “arus komoditas”. Dalam hal ini penyediaan atau “supply” dari barang modal dapat berasal dari
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
30
produksi dalam negeri (domestik) maupun dari produk luar negeri (impor). Pendekatan Langsung Penghitungan PMTB secara langsung dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh nilai PMTB yang terjadi di setiap industri (lapangan usaha). Barang modal tersebut dinilai atas dasar harga (adh) pembelian, di dalamnya sudah termasuk biaya-biaya yang dikeluarkan, seperti biaya transportasi, biaya instalasi, pajak-pajak, serta biaya lain yang terkait dengan pengadaan barang modal tersebut. Bagi barang modal yang berasal dari impor di dalamnya termasuk bea masuk dan pajakpajak yang terkait dengan pengadaan atau alih kepemilikan barang modal tersebut. Pada dasarnya data untuk penghitungan PMTB secara langsung dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Data yang tersedia meliputi informasi/data tentang perubahan atas aset tetap (PMTB) yang dinilai adh berlaku atau harga pembelian (perolehan). Untuk memperoleh nilai PMTB adh Konstan, maka PMTB adh Berlaku tersebut di “deflate” (dibagi) dengan indeks harga perdagangan besar (IHPB) yang sesuai dengan kelompok barang modal. PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
31
Pendekatan Tidak Langsung Penghitungan PMTB dengan cara tidak langsung, disebut sebagai pendekatan arus komoditas (commodity flow approach). Pendekatan ini dilakukan dengan cara menghitung nilai penyediaan produk barang yang dihasilkan oleh berbagai industri (supply), yang kemudian sebagian di antaranya dialokasi menjadi barang modal. Penghitungan PMTB dalam bentuk bangunan, dilakukan dengan menggunakan rasio tertentu dari nilai output industri konstruksi, baik adhBerlaku maupun adhKonstan. Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lainnya dibedakan atas barang modal yang berasal dari produksi domestik, dan yang berasal dari impor. Untuk barang modal domestik, dapat diperoleh dengan dua cara. Pertama, dengan mengalokasi output mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang menjadi pembentukan modal. Nilai tersebut masih harus ditambah dengan biaya angkut dan margin perdagangan, sehingga diperoleh PMTB adh Berlaku. Untuk memperoleh nilai adh Konstan adalah dengan men-deflate PMTB (adh Berlaku) dengan IHPB yang sesuai dengan jenis barang modal.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
32
Pendekatan ke dua, yang harus dilakukan bila data output tidak
tersedia
adalah
dengan
cara
“ekstrapolasi”
atau
mengalikan PMTB adhKonstan dengan indeks produksi jenis barang modal yang sesuai. Untuk itu penghitungan PMTB diawali dengan menghitung PMTB adhKonstan terlebih dahulu. Selanjutnya untuk memperoleh PMTB adh Berlaku, nilai PMTB adhKonstan tersebut di “reflate”(dikalikan) dengan indeks harga masing-masing jenis barang modal yang sesuai (sebagai inflator). Hal ini mensyaratkan bahwa PMTB adhKonstan di tahun-tahun sebelumnya sudah tersedia secara lengkap. Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang berasal dari impor,dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara. Pertama, PMTB adhBerlaku diperoleh dari total nilai barang impor. Selanjutnya, barang modal tersebut dirinci menurut kelompok utama seperti mesin-mesin, alat angkutan dan barang modal lain. Apabila rician tersebut tidak tersedia dapat digunakan rasio tertentu sebagai alokator (barang modal impor kode HS 2 digit). Kedua,untuk memperoleh PMTB adhKonstan adalah dengan cara men-deflate PMTB adhBerlaku dengan menggunakan indeks harga yang sesuai.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
33
PMTB adhBerlaku untuk barang modal tak-berwujud seperti eksplorasi mineral, dihitung dengan cara mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang industri pertambangan. Dengan menggunakan data panel, pertumbuhan adh Berlaku dari aktivitas pertambangan itu menjadi pengali nilai eksplorasi mineral pada periode sebelumnya. Sedangkan PMTB adhKonstan-nya diperoleh dengan men-deflate nilai adhBerlaku dengan indeks implisit dari PDRB industri pertambangan. Selain itu, data dari ESDM dan BP Migas diharapkan menjadi dasar atau data kontrol untuk data tahunannya. Untuk perangkat lunak, PMTB adhBerlaku diperoleh dengan cara mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang software. Untuk adhKonstan diperoleh dengan men-deflate nilai adhBerlaku dengan indeks implisit industri jasa perusahaan. Penghitungan PMTB hasil karya hiburan, sastra, dan seni original (entertainment, literary, or artistic original products), data dikumpulkan adalah nilai sinetron dan program acara televisi yang dapat dibuat. Sedangkan data Impor film diperoleh dari nilai impor film. PMTB adhKonstan-nya diperoleh dengan
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
34
cara mendeflate nilai adhBerlaku dengan indeks implisit industri jasa hiburan dan IHPB barang impor. Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam penghitungan PMTB melalui pendekatan tak-langsung (arus komoditas), yaitu: a. Rasio penggunaan output industri yang menjadi barang modal cenderung statis. Untuk memperbaiki diperlukan survei dalam skala yang besar. b. Nilai margin perdagangan dan angkutan (Trade and Transport Margin) sulit diperoleh. c. Selang (Lag) waktu antara data tahun pengukuran (referensi) dengan
data publikasi yang diperoleh dari sumber data
tertentu, terlalu lama.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
35
2.5 i
PERUBAHAN INVENTORI Pendahuluan Dalam aktivitas ekonomi, inventori berfungsi sebagai
salah satu komponen yang dibutuhkan untuk keberlangsungan proses produksi, di samping tenaga kerja dan barang modal. Dalam PDB/PDRB, komponen Perubahan Inventori merupakan bagian dari Pembentukan Modal Bruto, atau yang lebih dikenal sebagai investasi fisik yang terjadi pada kurun waktu tertentu di dalam suatu wilayah. Perubahan inventori menggambarkan bagian dari investasi yang direalisasikan dalam bentuk barang jadi, barang setengah jadi,serta bahan baku dan bahan penolong pada satu periode tertentu. Ketersediaan data perubahan
inventori
menjadi
penting
untuk
memenuhi
kebutuhan analisis tentang aktivitas investasi. ii
Konsep dan definisi Pengertian sederhana dari inventori (persediaan) adalah
barang yang dikuasai oleh produsen untuk tujuan diolah lebih lanjut (intermediate consumption) menjadi barang dalam bentuk lain, yang punya nilai ekonomi maupun nilai manfaat yang lebih tinggi. Termasuk dalam pengertian ini adalah barang yang masih dalam proses pengerjaan (work in progress), serta barang PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
36
jadi yang belum dipasarkan dan masih dikuasai oleh pihak produsen. Perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori pada akhir periode akuntansi dengan nilai inventori pada awal periode akuntansi. Perubahan inventori menjelaskan tentang perubahan posisi barang inventori, yang dapat bermakna pertambahan (tanda positif) atau pengurangan (bertanda negatif). Bagi produsen, keberadaan inventori diperlukan untuk menjaga
kelangsungan
proses
produksi,
sehingga
perlu
pencadangan baik dalam bentuk bahan baku atau bahan penolong. Ketidakpastian yang disebabkan pengaruh eksternal juga menjadi faktor pertimbangan bagi pengusaha untuk melakukan pencadangan (khususnya bahan
baku). Bagi
pedagang, pengadaan inventori lebih dipengaruhi oleh unsur spekulatif dengan harapan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Sedangkan bagi pemerintah, kebijakan pencadangan khususnya komoditas strategis utamanya ditujukan untuk menjaga stabilitas ekonomi, politik dan sosial. Karena menyangkut kepentingan masyarakat luas (publik), maka perlu ada pencadangan untuk beberapa komoditas bahan pokok seperti beras, terigu, minyak goreng dan gula pasir. Bagi rumah PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
37
tangga pengadaan inventori lebih ditujukan untuk kemudahan dalam mengatur perilaku konsumsinya saja.
iii
Cakupan Inventori dapat diklasifikasikan menurut jenis barang
adalah sebagai berikut: a.
Inventori menurut industri, seperti produk atau hasil perkebunan, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri pengolahan, gas kota, air bersih, serta konstruksi;
b.
Berbagai jenis bahan baku & penolong (material & supplies), yaitu semua bahan, komponen atau persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi;
c.
Barang jadi, yaitu barang yang telah diproses tetapi belum terjual atau belum digunakan, termasuk barang yang dijual dalam bentuk yang sama seperti pada waktu dibeli;
d.
Barang setengah jadi, yaitu barang-barang yang sebagian telah diolah atau belum selesai (tidak
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
38
termasuk konstruksi yang belum selesai). e.
Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang besar maupun pedagang eceran untuk tujuan dijual;
f.
Ternak untuk tujuan dipotong;
g.
Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual atau dipakai sebagai bahan bakar atau persediaan; dan
h.
Persediaan pada pemerintah, yang mencakup barang strategis seperti beras, kedelai, gula pasir, dan gandum.
iv 1.
Penghitungan Perubahan Inventori Tahunan Sumber data
Sumber data yang digunakan untuk penghitungan komponen perubahan inventori adalah :
Laporan keuangan perusahaan-perusahaan terkait dari survei atau dari mengunduh website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id);
Laporan Keuangan Perusahaan BUMN/BUMD
Data komoditas pertambangan dari publikasi statistik
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
39
pertambangan dan penggalian;
Data Inventori Publikasi Tahunan Industri Besar Sedang.
Data komoditas perkebunan;
Indeks harga implisit PDRB industri terpilih, dan
Indeks harga perdagangan besar (IHPB) terpilih.
Data eksternal lain, seperti data persediaan beras dari Bulog, data semen dari Asosiasi Semen Indonesia (ASI), gula dari Dewan Gula Indonesia (DGI), dan ternak dari Ditjennak Kementan.
2.
Metode Penghitungan Terdapat 2 metode yang digunakan dalam penghitungan
komponen perubahan inventori, yaitu pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung.
Pendekatan langsung adalah
pendekatan dari sisi “korporasi”, sedangkan pendekatan tidak langsung adalah pendekatan dari sisi “komoditas”. Dilihat dari sisi manfaat-nya, pendekatan secara langsung menghasilkan data yang relatif lebih baik dibanding dengan pendekatan tidak langsung. Pendekatan komoditas hanya dapat PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
40
dilakukan jika data posisi inventori tersedia secara rinci dan berkesinambungan. Pendekatan Langsung Dengan
menggunakan
pendekatan
langsung,
akan
diperoleh nilai posisi inventori di suatu waktu tertentu (umumnya di akhir tahun). Sumber data utama adalah laporan neraca akhir tahun (balance sheet) perusahaan. Untuk memperoleh nilai perubahan inventori adhberlaku, diperlukan data inventori di tahun yang berurutan. Langkah penghitungan inventori dari laporan keuangan, adalah sebagai berikut: menghitung posisi inventori adhKonstan, dengan cara mendeflate stok awal dan akhir dengan IHPB akhir tahun; menghitung perubahan inventori adhKonstan dengan mengurangkan posisi di tahun berjalan dengan di tahun sebelumnya; dan menghitung perubahan inventori adhBerlaku dengan menginflate perubahan inventori adhKonstan dengan IHPB rata-rata tahunan.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
41
Pendekatan Tidak Langsung Pendekatan
tidak
langsung
disebut
juga
dengan
pendekatan arus komoditas (commodity flow). Data utama yang digunakan adalah data volume dan harga masing-masing barang inventori.
Nilai perubahan barang inventori
adhBerlaku
diperoleh dengan cara menghitung perubahan volume stok akhir dan stok awal dikalikan rata-rata harga pembelian, atau harga penjualan bila data harga pembelian tidak tersedia. Perubahan barang inventori adhKonstan dihitung dengan: a. Mendeflate nilai perubahan inventori adhBerlaku dengan indeks harga yang sesuai, b. mengalikan perubahan volume stok akhir dan stok awal dikalikan dengan harga barang di tahun dasar. Keterbatasan dan masalah
yang dihadapi di dalam
menghitung komponen Perubahan Inventori adalah bahwa :
Data inventori yang dibutuhkan adalah dalam bentuk posisi atau pada satu saat untuk periode waktu yang berurutan;
Tidak seluruh komoditas inventori tersedia data volume dan harga-nya;
Data perubahan inventori yang tersedia dalam bentuk volume umumnya tidak disertai data harganya. Jika data
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
42
harga inventori tidak tersedia, maka dapat diasumsikan indeks harga komoditas inventori mengikuti indeks implisit PDRB yang sesuai;
Diperlukan adjustment dengan cara me-mark-up, guna untuk melengkapi estimasi untuk industri yang datanya tidak tersedia;
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
43
2.6.
EKSPOR IMPOR
i
Pendahuluan Aktivitas ekspor-impor dalam suatu wilayah diyakini telah
terjadi sejak lama, bahkan sebelum wilayah itu ditetapkan sebagai wilayah pemerintah. Ragam barang dan jasa yang diproduksi serta disparitas harga, menjadi faktor utama munculnya aktivitas ekspor impor. Daerah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan-nya sendiri berusaha mendatangkan dari daerah atau bahkan negara lain. Di sisi lain, daerah yang memproduksi barang dan jasa melebihi dari kebutuhan domestik, terdorong untuk memperluas pasar ke luar daerah atau bahkan ke luar negeri. Seiring perkembangan zaman, aktivitas produksi dan permintaan masyarakat atas barang dan jasa semakin meningkat dan beragam. Kemajuan di bidang transportasi dan komunikasi juga turut memperlancararus distribusi barang dan jasa. Kondisi tersebut semakin mendorong aktivitas ekspor-impor disuatu wilayah menjadi semakin berkembang.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
44
ii
Konsep dan definisi Ekspor-impor di suatu wilayah didefiniskan sebagai alih
kepemilikan ekonomi (baik penjualan/pembelian, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dan jasa antara residen wilayah tersebut dengan non-residen yang berada di luar wilayah tersebut.
iii
Cakupan
Ekspor-Impor pada suatu wilayah terdiri dari: a.
Ekspor/impor barang dari/ke Luar Negeri ke/dari Kabupaten/Kota tersebut
b.
Ekspor/impor jasa dari/ke Luar Negeri ke/dari Kabupaten/Kota tersebut Cakupan jasa meliputi jasa pengangkutan, asuransi, komunikasi, pariwisata, dan jasa lainnya
c.
Ekspor Neto antar daerah -
Ekspor antar daerah
-
Impor antar daerah
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
45
iv
Penghitungan Ekspor-ImporTahunan 1. Sumber data a. Data Statistik Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dari BPS (dalam US$) b. Data Statistik Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dari BPS (dalam US$) c. Neraca Pembayaran Indonesia dari BI d. Laporan Simopel, yaitu laporan (bulanan) bongkar muat barang di pelabuhan; e. Informasi
lalu-lintas
barang
yang
keluar-masuk
Kabupaten/Kota di jembatan timbang; f. Informasi
lalu-lintas
barang
yang
keluar-masuk
Kabupaten/Kota dari hasil survei. g. Kurs transaksi rata-rata tertimbang dari Bank Indonesia
2. Metode Penghitungan Ekspor-Impor barang luar negeri dinilai menurut harga free on board (fob) dalam US$. Penghitungan ekspor barang luar negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai Pemberitahuan Ekspor Barang - PEB) dengan kurs transaksi beli rata-rata tertimbang. Sedangkan Impor barang luar negeri PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
46
dilakukan
dengan
mengalikan
nilai
barang
(sesuai
Pemberitahuan Impor Barang - PIB) dengan kurs transaksi jual rata-rata tertimbang. Nilai ekspor-impor jasa berasal dari Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Disamping itu nilai ekspor-impor tersebut masih ditambah/dikurangi dengan nilai pembelian langsung (direct purchase)
dan
transaski
yang
tidak
terdokumentasi
(undocumented trasnsaction) baik oleh residen maupun non residen. Sedangkan “ekspor neto antar wilayah” merupakan nilai sisa (residu) antara PDRB lapangan usaha dengan PDRB pengeluaran.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
47
BAB III TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BALIKPAPAN BERDASARKAN PDRB PENGELUARAN TAHUN 2010 - 2014
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
48
Proses rebalancing ekonomi dunia mewarnai dinamika perkembangan ekonomi negara maju dan emerging markets (EM) pada tahun 2014. Divergensi respons kebijakan yang ditempuh oleh negara maju dan EM berdampak pada pemulihan ekonomi global yang tidak merata dan berlangsung lebih lambat dari perkiraan semula. Pemulihan ekonomi global yang masih terbatas tersebut berdampak pada perkembangan harga komoditas global yang masih terus menurun, meskipun dengan laju yang semakin melambat. Selain dipengaruhi oleh permintaan yang rendah, penurunan harga komoditas non-energi juga dipengaruhi oleh beberapa kebijakan di Tiongkok, yang menyebabkan permintaan atas komoditas batubara dan karet menurun. Selain itu, faktor cuaca (el nino delay) juga berpengaruh terhadap melimpahnya pasokan komoditas khususnya minyak kelapa sawit. Komoditas migas juga menunjukkan penurunan harga yang signifikan, terutama pada paruh kedua 2014. Setelah sempat meningkat sampai dengan pertengahan tahun, pada semester II migas mencatat penurunan harga yang cukup besar dipengaruhi oleh pasokan minyak yang meningkat, terutama dalam bentuk shale oildari AS. Faktor geopolitik dan permintaan yang menurun sejalan dengan perbaikan ekonomi global yang belum kuat juga PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
49
mempengaruhi penurunan harga minyak. Secara keseluruhan, perkembangan harga tersebut mendorong inflasi global yang lebih rendah. Tingkat inflasi beberapa negara maju seperti AS, Eropa dan Jepang masih berada di bawah target inflasinya, bahkan Eropa berada dalam zona deflasi. Dinamika ekonomi global yang tidak sesuai perkiraan dan kebijakan stabilisasi turut memberikan imbas pada perekonomian Indonesia tahun 2014 yang mengalami moderasi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat menjadi 5,0% dibandingkan dengan 5,6% pada tahun 2013 dan lebih rendah dibandingkan perkiraan pada awal tahun sebesar 5,5-5,9%. Selain bersumber dari perlambatan ekspor, moderasi ekonomi juga disebabkan oleh stimulus fiskal dalam perekonomian yang menurun sejalan dengan program penghematan belanja yang ditempuh Pemerintah. Secara spasial, perlambatan ekonomi terjadi di seluruh kawasan, dengan perlambatan terbesar terjadi di Kawasan Timur Indonesia (KTI) terkait dengan menurunnya kinerja lapangan usaha pertambangan. Pertumbuhan ekonomi kawasan
Jawa
yang
juga
melambat
disebabkan
oleh
pertumbuhan investasi yang lebih rendah. Walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia dan provinsi Kalimantan Timur melambat, pertumbuhan ekonomi Balikpapan PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
50
pada tahun 2014
berada dalam tren meningkat, hal ini
dipengaruhi karena Balikpapan tidak mempunyai pertambangan migas ataupun batu bara yang mengalami penurunan harga di pasar global. Pertumbuhan ekonomi Balikpapan meningkat menjadi 4,67% dibandingkan dengan 3,60% pada tahun 2013. Ekonomi global yang melambat dan diiringi oleh harga komoditas global yang menurun tidak terlalu berpengaruh kepada perekonomian Balikpapan secara keseluruhan. Tetapi jika dilihat satu per satu perlambatan ekonomi terjadi pada beberapa komponen pengeluaran yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi LNPRT, dan pengeluaran konsumsi pemerintah. Hal ini disebabkan oleh stimulus fiskal dalam perekonomian yang menurun sejalan dengan program penghematan belanja yang ditempuh Pemerintah. Program penghematan belanja Pemerintah ini pada gilirannya akan menurunkan pendapatan rumahtangga, sehingga konsumsi rumahtangga juga ikut mengalami perlambatan. Meskipun investasi modal Pemerintah menurun, namun investasi masih mengalami
peningkatan
terutama
didorong
peningkatan
Penanaman Modal Asing (PMA) dari senilai Rp.8,23 triliun pada tahun 2013 menjadi senilai Rp.14,80 triliun pada tahun 2014. PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
51
3.1
TINJAUAN AGREGAT PDRB BALIKPAPAN MENURUT PENGELUARAN Dinamika ekonomi global yang tidak sesuai perkiraan
tidak
terlalu
memberikan
tekanan
pada
perekonomian
Balikpapan pada tahun 2014. Melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia dan Propinsi Kalimantan Timur tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Balikpapan. Hal ini disebabkan karena propinsi Kalimantan Timur sebagian besar struktur ekonominya masih bertumpu pada ekspor komoditas berbasis Sumber Daya Alam (SDA), ditambah dengan ekonomi dan kebijakan negara tujuan ekspor yang kurang kondusif sehingga kinerja ekspor melambat. Sedangkan Balikpapan struktur ekonominya bertumpu pada ekspor hasil industri terutama industri migas. Perbaikan ekonomi di Balikpapan dapat dilihat dari meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada komponen ekspor dan komponen PMTB, walaupun komponen pengeluaran rumah tangga semuanya mengalami perlambatan.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
52
Tabel 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan Tahun 2010-2014 Komponen Pengeluaran (1) 1. Konsumsi Rumah Tangga 2. Konsumsi LNPRT 3. Konsumsi Pemerintah 4. PMTB 5. Perubahan Inventori
(Miliar Rp)
2010
2011
2012
2013
2104
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
11.809,59 13.491,79 15.440,55 17.576,30 19. 491,42
187,05
205,83
227,94
256,80
287,22
1.826,80
1.947,81
1.995,16
2.218,39
2.617,72
19.102,80 20.953,48 24.477,98 25.698,03 28.650,99 279,94
380,72
475,42
559,02
759,67
6. Ekspor Neto 24.405,78 20.195,83 16.078,61 17.977,73 19.808,80 Total PDRB
57.611,96 57.175,46 58.695,65 64.286,27 71.615,82
Nilai PDRB Balikpapan (adh Berlaku) selama periode tahun 2010 s.d 2014 menunjukkan peningkatan signifikan dari tahun ke tahun kecuali pada tahun 2011. Peningkatan nilai tersebut dipengaruhi oleh adanya perubahan harga dan juga perubahan volume. Nilai nominal PDRB Balikpapan pada tahun 2014 mencapai 71,62 triliun rupiah yang bertambah 7,33 triliun PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
53
rupiah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama disebabkan terjadinya peningkatan pada masingmasing komponen pembentuknya. Selain dinilai atas dasar harga (adh) Berlaku, PDRB menurut pengeluaran juga dinilai adhKonstan 2010. Melalui pendekatan penghitungan adhkonstan, PDRB di masing-masing tahun dapat memberikan gambaran tentang perubahan PDRB tanpa ada pengaruh perubahan harga. PDRB komponen pengeluaran adhKonstan menggambarkan
perubahan atau
pertumbuhan ekonomi secara riil, utamanya berkaitan dengan peningkatan volume konsumsi akhir. Selama kurun waktu 2010–2014,
gambaran
tentang
perkembangan
ekonomi
Balikpapan berdasarkan PDRB adhKonstan dapat dilihat pada tabel 2. Sama halnya dengan PDRB adhBerlaku, seluruh komponen
pengeluaran
akhir
PDRB
adhKonstan
juga
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
54
Tabel 2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan Tahun 2010-2014 (Miliar Rp) Komponen Pengeluaran (1) 1. Konsumsi Rumah Tangga 2. Konsumsi LNPRT 3. Konsumsi Pemerintah 4. PMTB 5. Perubahan Inventori
2010
2011
2012
2013
2104
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
11.809,59 12.600,84 13.584,14 14.576,12 15.421,70
187,05
195,51
205,52
222,46
234,49
1.826,80
1.922,62
1.812,49
1.896,75
1.916,16
19.102,80 19.736,06 21.130,82 21.407,98 22.277,91 279,94
327,77
358,40
407,31
468,06
6. Ekspor Neto
24.405,78 25.477,41 26.523,79 27.396,89 28.665,90
Total PDRB
57.611,96 60.260,22 63.615,14 65.907,49 68.984,22
Pada tahun 2010, nominal PDRB adh Konstan berada pada level Rp. 57,61 triliun meningkat menjadi Rp.68,98 triliun pada tahun 2014 atau tumbuh 19,74% selama kurun waktu tersebut. Cukup tingginya peningkatan ekonomi secara riil dalam waktu empat tahun tersebut, terutama dipicu oleh pertumbuhan
komponen
ekspor
neto
sebesar
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
17,46%. 55
Sedangkan komponen konsumsi rumah tangga, konsumsi LNPRT dan Konsumsi Pemerintah dalam kurun waktu tersebut tumbuh masing-masing 30,57%, 25,36% dan 4,89%. Sedangkan komponen pembentukan modal tetap bruto tumbuh sebesar 16,65%. Grafik 1 menunjukkan bahwa pada umumnya nilai PDRB adhBerlaku selalu lebih besar dari nilai PDRB adhKonstan. pengaruh
Perbedaan
perubahan
tersebut harga
disebabkan
dalam
karena
perhitungan
ada
PDRB
adhBerlaku. Dalam PDRB adhKonstan pengaruh faktor harga telah ditiadakan, namun di Balikpapan pada tahun 2011-2013 PDRB adhKonstan lebih besar daripada adhBerlaku dikarenakan pada tahun tersebut harga industri migas mengalami penurunan.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
56
Grafik 1. Perbandingan PDRB adh Berlaku dan adh Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan, Tahun 2010 – 2014
57,61
60,26
63,62
65,91
68,98 71,62
64,29 57,61
57,18
58,70
2010
2011
2012 ADHK
2013
2014
ADHB
Sebagai salah satu daerah utama industri migas peran komponen ekspor sangat dominan dalam struktur PDRB Pengeluaran Balikpapan, meskipun penggunaan barang dan jasa asal impor juga relatif besar. Walaupun demikian neraca perdagangan Balikpapan masih mengalami surplus, meskipun cenderung menurun setiap tahunnya. Peran ekspor neto pada perekonomian Balikpapan pada tahun 2010 sekitar 42,36% dari total PDRB turun menjadi 27,66% pada tahun 2014. PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
57
Balikpapan, dengan penduduk sekitar 561 ribu jiwa pada tahun 2010 dan terus meningkat hingga menjadi 605 ribu jiwa pada tahun 2014, menjadikan peran konsumsi rumahtangga makin besar dalam pembentukan PDRB pada setiap tahunnya. Pada tahun 2010 peran komponen konsumsi rumah tangga sekitar 20,50 persen terhadap total PDRB, dan menjadi 27,22 persen pada tahun 2014. Tetapi perlu diperhatikan bahwa pertumbuhan ekonomi daerah yang didorong oleh konsumsi sulit dijaga keberlangsungan dan kestabilannya. Pertumbuhan ekonomi daerah seperti itu tidak menunjukkan struktur perekonomian daerah yang kuat. Selain itu, pertumbuhan ekonomi
yang
mengandalkan
konsumsi
akan
kurang
menciptakan nilai tambah dan memicu peningkatan inflasi. Dalam upaya menciptakan pertumbuhan yang lebih berkualitas dan berkelanjutan, perekonomian daerah perlu didukung oleh kegiatan investasi di sektor produktif dan jasa. Dampak pengganda yang diciptakan dari peningkatan investasi adalah meningkatnya pemanfaatan sumberdaya secara optimal dalam kegiatan produksi, berkembangnya kegiatan perdagangan antar daerah, dan terciptanya nilai tambah yang lebih besar. Investasi juga mendorong percepatan perkembangan teknologi
informasi,
telekomunikasi,
dan
transportasi.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
58
Percepatan ini akan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi mobilitas sumberdaya (bahan mentah, barang modal, dan tenaga kerja) secara lebih mudah dan murah. Percepatan ini juga bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat di daerah. Investasi dapat menjadi pendorong roda perekonomian daerah dan meningkatkan kesejahteraan ketika semua pihak mendapat manfaat maksimal dari aktivitas tersebut. Dalam situasi ini, pengusaha mendapat keuntungan yang
memadai
meningkatkan
untuk
melakukan
produktivitas,
penambahan
meningkatkan
modal,
kesejahteraan
pekerja, dan melakukan ekspansi usaha.
Tabel 3. Distribusi PDRB ADHB Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan Tahun 2010—2014 (Persen) Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. Konsumsi Rumah Tangga
20,50
23,60
26,31
27,34
27,22
2. Konsumsi LNPRT
0,32
0,36
0,39
0,40
0,40
3. Konsumsi Pemerintah
3,17
3,41
3,40
3,45
3,66
33,16
36,65
41,70
39,97
40,01
(1)
4. PMTB
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
59
5. Perubahan Inventori 6. Ekspor Neto Total PDRB
0,49
0,67
0,81
0,87
1,06
42,36
35,32
27,39
27,97
27,66
100,00 100,00 100,00
100,00
100,00
Bagi tenaga kerja, dorongan kegiatan ekonomi melalui investasi dan perdagangan dapat mengurangi pengangguran dan memperbaiki upah yang mereka terima. Kenaikan upah diharapkan tidak hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tetapi juga meningkatkan kemampuan menabung dan/atau berinvestasi. Bagi pemerintah, meningkatnya aktivitas produksi dan perdagangan, upah dan daya beli berarti meningkatnya
penerimaan
pajak,
yang
memungkinkan
pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik. Peran investasi (komponen pembentukan modal domestik bruto - PMTB) masih cukup dominan di Balikpapan. Pada tahun 2010 peran PMTB 33,16% terhadap total PDRB, naik menjadi 36,65% pada tahun berikutnya, dan kembali meningkat perannya hingga menjadi 40,01% pada tahun 2014. Agregat makro lain yang dapat diturunkan dari data PDRB adalah pertumbuhan riil PDRB atau lebih dikenal dengan pertumbuhan
ekonomi
(economic
growth),
yang
menggambarkan kinerja pembangunan di bidang ekonomi. PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
60
Pertumbuhan ekonomi Balikpapan pada tahun 2014 berada dalam tren naik, meskipun pada tahun sebelumnya mengalami perlambatan yang dipengaruhi oleh kondisi global yang juga melambat dan turunnya harga komoditi andalan ekspor Balikpapan. Pada tahun 2011 ekspor Balikpapan mampu tumbuh sebesar 2,49% meningkat menjadi 5,18% pada tahun 2012 dan melemah pertumbuhannya hingga tahun 2014 menjadi 4,58%. Struktur ekspor Balikpapan sampai tahun 2014 masih didominasi oleh komoditas primer seperti industri migas. Ekspor komoditas primer tersebut memiliki nilai tambah yang tinggi, sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap pergerakan harga komoditas global. Melambatnya perekonomian terjadi pada tahun 2013, dimana harga minyak dunia turun secara drastis sehingga menyebabkan ekspor komoditas tersebut terus tertekan. Melemahnya ekspor ini diikuti oleh turunnya investasi yang terjadi pada tahun 2013, karena pada tahun 2013 pembentukan modal tetap bruto hanya mampu tumbuh sebesar 1,31%, lebih rendah dari pertumbuhan tahun sebelumnya. Namun pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi di bidang ekspor dan pembentukan modal tetap bruto mengalami PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
61
kenaikan, meskipun harga minyak dunia masih belum stabil. Hal ini dikarenakan tingginya realisasi PMA pada tahun 2014 merupakan pemicu utama pertumbuhan ini, yakni senilai Rp.14,80 triliun lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp. 8,23 triliun. Tetapi sebagian besar PMA tersebut diinvestasikan pada sektor industri migas. Pada sisi lain konsumsi rumah tangga mampu tumbuh cukup besar yakni sebesar 5,80% pada tahun 2014, meskipun kondisi ini melemah jika dibandingkan pertumbuhan pada tahun sebelumnya sebesar 7,30%. Di tengah topangan kapasitas produksi industri domestik Balikpapan yang belum memadai, kondisi ini pada gilirannya mendorong impor Balikpapan. Tercatat bahwa impor Balikpapan cukup besar setiap tahunnya dengan pertumbuhan pada tahun 2014 mencapai sebesar 4,58%. Berbagai kondisi tersebut kemudian berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi yang berada dalam tren meningkat sehingga perekonomian Balikpapan tumbuh 4,67% pada tahun 2014, padahal pada tahun 2013 perekonomian Balikpapan hanya mampu tumbuh sebesar 3,60%.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
62
Tabel 4. Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan Tahun 2010—2014 (Persen) Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. Konsumsi Rumah Tangga
-
6,70
7,80
7,30
5,80
2. Konsumsi LNPRT
-
4,52
5,12
8,24
5,41
3. Konsumsi Pemerintah
-
5,25
- 5,73
4,65
1,02
4. PMTB
-
3,32
7,07
1,31
4,06
5. Perubahan Inventori
-
17,09
9,35
13,65
14,92
6. Ekspor Neto
-
4,39
4,11
3,29
4,63
-
4,60
5,57
3,60
4,67
(1)
Total PDRB
Inflasi pada tahun 2014 tetap terkendali di tengah tekanan yang tinggi dari administered prices (harga barang dan jasa yang dikendalikan oleh pemerintah) dan volatile food (komponen inflasi IHK yang mencakup beberapa bahan makanan yang harganya sangat berfluktuasi). Inflasi Balikpapan pada akhir 2014 tercatat sebesar 7,43% (yoy) lebih rendah dari inflasi tahun sebelumnya sebesar 7,61%. Terkendalinya angka inflasi tahun ini terutama disebabkan tren penurunan harga PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
63
komoditas global masih berlangsung, meskipun pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan pada akhir 2014 juga cukup besar. Kenaikan harga BBM bersubsidi telah mendorong kenaikan harga-harga barang domestik, baik oleh dampak langsung maupun dampak lanjutan. Selain BBM, penyesuaian harga barang administered lainnya juga terjadi sepanjang 2014, seperti tarif tenaga listrik (TTL) dan liquid petroleum gas (LPG) 12 kg. Penurunan angka inflasi tersebut memberi pengaruh pada
pertumbuhan
indeks
implisit
komponen
konsumsi
rumahtangga dan konsumsi LNPRT Balikpapan. Pada tahun 2013 komponen konsumsi rumahtangga dan konsumsi LNPRT indeks implisitnya tumbuh masing-masing sebesar 6,09% dan 4,08%. Sedangkan pada tahun 2014 indeks implisitnya masingmasing tumbuh sebesar 4,82% untuk konsumsi rumahtangga dan sebesar 6,10% untuk konsumsi LNPRT. Tren penurunan harga komoditas global masih berlanjut sejalan dengan belum kuatnya perbaikan ekonomi global. Harga batubara dan karet pada tahun 2014 mencatat penurunan terbesar. Harga batubara yang menurun juga disebabkan oleh komitmen
otoritas
Tiongkok
yang
memutuskan
untuk
mengurangi konsumsi batubara terkait dengan polusi. Harga PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
64
karet juga melemah sejalan dengan harga minyak dunia yang menurun, mengingat minyak berfungsi sebagai barang substitusi utama dari komoditas karet. Sementara itu, harga minyak kelapa sawit tumbuh terbatas pada tahun 2014. Hal tersebut dipengaruhi oleh harga kedelai yang menurun sebagai barang substitusi dari minyak kelapa sawit, serta pasokan kelapa sawit yang meningkat setelah sebelumnya tertunda karena pengaruh cuaca El Nino. Selain itu, kebijakan Thailand, Malaysia dan Indonesia yang mengurangi pajak ekspor kelapa sawit juga berdampak pada pasokan minyak kelapa sawit yang meningkat. Harga minyak dunia pada tahun 2014 turun 10,5% dibandingkan dengan tahun 2013. Penurunan ini antara lain tercermin pada pergerakan harga minyak Brent. Realisasi harga minyak minas turun menjadi 99 dolar AS per barel dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 108,4 dolar AS per barel. Penurunan harga minyak dunia
semakin
tajam
setelah
Organisasi
Negara-Negara
Eksportir Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries - OPEC) pada bulan November 2014 memutuskan untuk mempertahankan level produksinya dalam rangka menjaga pangsa pasar sebagai produsen minyak dunia.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
65
Tabel 5. Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran Kota Balikpapan, Tahun 2010 - 2014 (Persen) Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. Konsumsi Rumah Tangga
100,00 107,07
113,67
120,58
126,39
2. Konsumsi LNPRT
100,00 105,27
110,91
115,44
122,49
3. Konsumsi Pemerintah
100,00 101,31
110,08
116,96
136,61
4. PMTB
100,00 106,17
115,84
120,04
128,61
5. Perubahan Inventori
100,00 116,16
132,65
137,25
162,30
6. Ekspor Neto
100,00
79,27
60,62
65,62
69,10
Total PDRB
100,00
94,88
92,27
97,54
103,81
(1)
Indeks implisit komponen ekspor neto Balikpapan mengalami penurunan sebesar 5,31% pada tahun 2014 dari pertumbuhan sebelumnya sebesar 8,25% pada tahun 2013.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
66
3.2
PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA Konsumsi akhir rumah tangga menempati porsi keempat
dalam PDRB menurut pengeluaran. Data berikut menunjukan hal tersebut, dimana sebagian besar komoditi barang untuk memenuhi konsumsi akhir rumah tangga berasal dari impor.
Tabel 6. Perkembangan Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Kota Balikpapan, Tahun 2010—2014 Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
11.809,59 13.491,80 15.440,55
17.576,30
19.491,42
11.809,59 12.600,84
13.584,14
14.576,12
15.421,70
23,60
26,31
27,34
27,22
a. ADHB
21.043,46 23.578,82
26.471,03
29.574,79
32.211,90
b. ADHK 2010
21.043,46 22.021,74
23.288,43
24.526,54
25.486,20
(1) Total Konsumsi Rumah Tangga a. ADHB (Miliar Rp) b. ADHK 2010 (Miliar Rp) Proporsi terhadap PDRB
20,50
( % ADHB) Rata-rata konsumsi perkapita/tahun (Ribu Rp)
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
67
Pertumbuhan1 (Persen) a. Total konsumsi RT
-
6,70
7,80
7,30
5,80
b. Perkapita
-
4,65
5,75
5,32
3,91
561,20
572,20
583,30
594,30
605,10
Jumlah penduduk (000 org)
Data tersebut menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2010 – 2014 konsumsi akhir rumah tangga mengalami peningkatan signifikan baik dalam nominal (adh Berlaku) maupun riil (adh Konstan), sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk. Kenaikan jumlah penduduk mendorong terjadinya kenaikan nilai konsumsi rumah tangga, yang pada gilirannya akan turut mendorong laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Porsi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap PDRB pada periode tahun 2010 s.d 2014 cukup berfluktuatif. Titik tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu 27,34 persen dan titik terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu 20,50 persen.
1
Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga konstan/ADHK 2010)
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
68
Masa pemulihan ekonomi telah mendorong rumah tangga untuk memperbaiki serta mengembalikan perilaku dan kebiasaan konsumsinya setelah sekian lama mengalami masamasa krisis. Melimpahnya penawaran dan persediaan berbagai jenis barang dan jasa di pasar domestik (termasuk yang berasal dari impor) turut menjadi pemicu meningkatnya belanja untuk konsumsi, termasuk konsumsi rumah tangga. Secara umum, rata-rata konsumsi per kapita terus meningkat dari tahun ke tahun, baik menurut adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Pada tahun 2010, rata-rata setiap penduduk di Balikpapan menghabiskan dana sekitar 21.043,46 ribu rupiah setahun untuk membiayai konsumsi baik dalam bentuk makanan maupun bukan makanan (sandang, perumahan, pendidikan, dsb). Pengeluaran ini terus meningkat menjadi 23.578,82 ribu rupiah (2011); 26.471,03 ribu rupiah (2012); 29.574,79 ribu rupiah (2013); dan menjadi 32.211,90 ribu rupiah (2014). Sementara itu, pada perkiraan adh Konstan 2010, ratarata konsumsi per-kapita juga menunjukan kecenderungan yang searah dengan kenaikan jumlah penduduk, dan selalu diikuti pula oleh kenaikan nilai konsumsinya. Kondisi ini menunjukan bahwa rata-rata konsumsi setiap penduduk di Kota Balikpapan PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
69
meningkat, baik secara kuantitas (volume) maupun secara nilai (termasuk juga peningkatan kualitas). Peningkatan rata-rata konsumsi per-kapita secara “riil” berkisar antara 3,91 s.d 5,75 persen. Peningkatan ini secara otomatis berpengaruh terhadap perubahan struktur konsumsi rumah tangga. Secara total, pertumbuhan konsumsi rumah tangga adh Konstan sebesar 6,70 persen pada tahun 2011. Kemudian, meningkat pertumbuhannya pada tahun 2012 menjadi 7,80% dan kembali turun pada dua tahun berikutnya yaitu berturutturut sebesar 7,30 persen (2013), dan 5,80 persen (2014). Sementara itu, konsumsi per-kapita meningkat dari 4,65 persen ditahun 2011 menjadi sebesar 5,75 persen di tahun 2012. Namun pada tahun berikutnya (2013 dan 2014) turun kembali menjadi 5,32 persen dan
3,91 persen. Nampak bahwa
peningkatan konsumsi per-kapita secara “riil” lebih tinggi dari peningkatan
jumlah
penduduk
(tahun
2012-2014)
yang
umumnya berada di bawah 2 persen. Hal ini mengindikasikan terjadi perubahan tingkat kemakmuran masyarakat pada periode tersebut, meskipun tidak dapat dijelaskan lebih jauh melalui perangkat data PDRB ini.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
70
Tabel 7. Struktur Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Kota Balikpapan, Tahun 2010—20142 (Persen) Kelompok Konsumsi (1)
2010 (2)
2011 (3)
2012 (4)
2013 (5)
2014 (6)
a. Makanan, Minuman, dan Rokok
29,93
29,22
29,59
30,31
29,56
b. Pakaian dan Alas Kaki
2,86
2,70
2,62
2,51
2,41
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
19,22
18,32
17,34
16,71
16,46
7,05
7,92
8,34
8,42
8,93
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
22,58
22,28
22,13
21,69
22,24
f. Hotel & Restoran
13,26
13,61
14,04
14,58
14,89
5,09
5,96
5,95
5,77
5,51
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
d. Kesehatan & Pendidikan
g. Lainnya TotalKonsumsi
Secara rata-rata dari tahun 2010 s.d 2014, nampak pada struktur konsumsi akhir rumah tangga Balikpapan, bahwa konsumsi komoditi non makanan lebih tinggi dibandingkan konsumsi makanan. Proporsi pengeluaran untuk makanan, Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga berlaku /ADHB )
2
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
71
minuman, dan rokok cenderung masih berada pada kisaran yang sama
meskipun
berfluktuasi.
Proporsi
untuk
kelompok
konsumsi tersebut mencapai 29,93 persen (2010); 29,22 persen (2011); 29,59 persen (2012); 30,31 persen (2013); dan 29,56 persen (2014). Pola proporsi konsumsi di atas, menunjukkan tarikmenarik antara kebutuhan rumah tangga atas makanan dan non makanan yang masih cukup kuat. Sungguhpun demikian, pengeluaran untuk kebutuhan non-makanan menjadi semakin penting sebagai akibat dari perubahan dan pengaruh tatanan ekonomi sosial dalam masyarakat. Pengeluaran tersebut di antaranya meliputi biaya untuk pendidikan, pembelian alat dan perlengkapan elektronik, pembelian alat transportasi, jasa komunikasi, jasa transportasi, jasa kesehatan, perjalanan wisata, hotel, sewa bangunan tempat tinggal, jasa hiburan dan sebagainya. Dilihat dari pertumbuhan “riil” nya, pengeluaran rumah tangga untuk kelompok makanan maupun non makanan menunjukkan fluktuasi, dengan pertumbuhan tertingginya terjadi pada tahun 2012. Pertumbuhan “riil” ini menunjukan adanya perubahan konsumsi rumah tangga dalam bentuk kuantum (volume) maupun kualitas dari waktu ke waktu. PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
72
Informasi ini menunjukan terjadinya peningkatan kemakmuran masyarakat, meskipun mungkin hanya dapat dinikmati oleh kelompok masyarakat tertentu.
Tabel 8. Pertumbuhan Riil Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Kota Balikpapan, Tahun 2010—2014 (Persen) Kelompok Konsumsi
2010
2011
2012
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
a. Makanan, Minuman, dan Rokok
-
4,46
6,82
7,29
5,56
b. Pakaian dan Alas Kaki
-
2,82
8,27
3,58
3,12
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
-
3,46
4,65
4,34
3,36
d. Kesehatan & Pendidikan
-
6,84
10,34
8,82
8,31
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
-
7,95
8,97
6,85
7,35
f. Hotel & Restoran
-
10,20
11,29
9,92
5,71
g. Lainnya
-
19,44
6,70
12,02
6,54
-
6,70
7,80
7,30
5,80
(1)
TotalKonsumsi
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
73
Tabel 9. Pertumbuhan Implisit (Indeks Harga) Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Kota Balikpapan, Tahun 2010—20143 (Persen) Kelompok Konsumsi (1)
2010 (2)
2011 (3)
2012 (4)
2013 (5)
2014 (6)
a. Makanan, Minuman, dan Rokok
-
6,77
8,47
8,69
2,45
b. Pakaian dan Alas Kaki
-
4,84
2,69
5,44
2,93
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
-
5,23
3,50
5,17
5,69
d. Kesehatan & Pendidikan
-
19,99
9,23
5,70
8,52
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
-
4,42
4,33
4,42
5,91
f. Hotel & Restoran
-
6,38
6,07
7,55
7,16
g. Lainnya
-
11,99
7,07
- 1,51
- 0,56
-
7,07
6,16
6,09
4,82
TotalKonsumsi
Sementara itu, tingkat perubahan harga yang secara implisit disajikan dalam tabel 9, menunjukan peningkatan harga setiap tahunnya untuk setiap kelompok konsumsi. Peningkatan harga relatif tinggi terjadi pada tahun 2011 pada hampir seluruh 3Tingkat
perubahan harga produk konsumsi
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
74
kelompok konsumsi, dan relatif stabil pada tahun-tahun berikutnya.
Rincian
peningkatan
harga
pada
kelompok
makanan, minuman, dan rokok sebesar 6,77 persen (2011); 8,47 persen (2012); 8,69 persen (2013)
dan 2,45 persen (2014).
Sementara itu, konsumsi non makanan mengalami perubahan harga lebih rendah daripada makanan dalam interval tahun 2010-2014, kecuali kelompok kesehatan dan pendidikan yang mengalami perubahan harga cenderung lebih tinggi dari pada kelompok makanan, minuman, dan rokok.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
75
3.3
PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR LNPRT Konsumsi akhir LNPRT peranannya dalam PDRB
menurut pengeluaran sangat minor dibandingkan dengan komponen pengeluaran lainnya. Meskipun demikian, peranan institusi ini dalam perekonomian wilayah
masih dapat
ditingkatkan lagi mengingat fungsi lembaga non profit yang cukup penting sebagai penyeimbang. Tabel 10 menunjukkan proporsi LNPRT dalam perekonomian Balikpapan. Tabel 10. Perkembangan Penggunaan Konsumsi LNPRT Kota Balikpapan, Tahun 2010—2014 Uraian (1)
2010
2011
2012
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
187,05
205,83
227,94
256,80
287,22
187,05
195,51
205,52
222,46
234,49
0,32
0,36
0,39
0,40
0,40
Total Konsumsi LNPRT a. ADHB (Miliar Rp) b.ADHK2010 (Miliar Rp) Proporsi terhadap PDRB ( % ADHB)
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
76
Proporsi nilai konsumsi LNPRT terhadap PDRB relatif masih kecil yaitu hanya sekitar 0,3 persen setiap tahunnya. Namun
secara
nominal
(menurut
harga
berlaku)
perkembangannya terus meningkat dari 187,05 miliar rupiah pada tahun 2010 kemudian menjadi 287,22 miliar rupiah pada tahun 2014. Sumber kenaikan ini cukup banyak, antara lain karena makin menjamurnya keberadaan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan yang memberikan perhatian dan bantuan sosial bagi pemberdayaan masyarakat di Balikpapan, termasuk perkembangan organisasi politik menjelang dilaksanakannya PEMILU pada tahun 2014. Selama periode 2010 – 2014 tampak pertumbuhan riil konsumsi LNPRT selalu berada di atas 4,5 persen.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
77
3.4
PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH Konsumsi
akhir
pemerintah
bersama
dengan
pengeluaran akhir rumah tangga dan LNPRT merupakan jumlah dari konsumsi akhir domestik dalam suatu perekonomian suatu wilayah. Peranan konsumsi pemerintah dalam perekonomian Kota Balikpapan serta bagaimana perkembangannya akan dijelaskan dalam uraian dibawah ini.
Tabel 11. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Kota Balikpapan, Tahun 2010 – 2014 Uraian (1)
2010
2011
2012
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Total Konsumsi Pemerintah a. ADHB (Miliar Rp)
1.826,80
1.947,81
1.995,16
2.218,39
2.617,72
b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
1.826,80
1.922,62
1.812,49
1.896,75
1.916,16
Proporsi terhadap PDRB
3,17
3,41
3,40
3,45
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
3,66
78
( % - ADHB) Konsumsi Pemerintah (Ribu Rp)
per-kapita
a. ADHB
3.255,17 3.404,07
3.420,47
3.732,78
4.326,09
b. ADHK 2010
3.255,17 3.360,05
3.107,30
3.191,57
3.166,68
Pertumbuhan4 (Persen) a. Total konsumsi pemerintah
-
5,25
- 5,73
4,65
1,02
b. Konsumsi perkapita
-
3,22
- 7,52
2,71
- 0,78
561,20
572,20
583,30
594,30
605,10
Jumlah penduduk (000 org)
Secara total, pengeluaran konsumsi akhir pemerintah menunjukan peningkatan, baik berdasarkan adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Pada tahun 2010 total pengeluaran konsumsi akhir pemerintah adh Berlaku sebesar 1.826,80 miliar rupiah, kemudian meningkat terus hingga pada tahun 2014 nilainya mencapai 2.617,72 miliar rupiah.
Demikian halnya
dengan konsumsi pemerintah adh Konstan 2010, yang juga
4
Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga konstan /ADHK 2010)
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
79
mengalami peningkatan pada masing-masing tahun, kecuali pada tahun 2012. Hal ini mengindikasikan, bahwa hampir setiap tahun secara riil telah terjadi kenaikan pengeluaran pemerintah dari sisi kuantitas. Menarik untuk dicermati lebih lanjut bahwa proporsi pengeluaran akhir pemerintah terhadap PDRB juga mengalami peningkatan, dari hanya 3,17 persen
ditahun 2010 hingga
menjadi 3,66 persen pada tahun 2014. Sepanjang periode tersebut, proporsi terendah terjadi pada tahun 2010; sedangkan proporsi tertinggi pada tahun 2014 yang mencapai 3,66 persen. Peningkatan tersebut cenderung didominasi oleh pengeluaran pemerintah untuk konsumsi individu. Dalam prakteknya, pengeluaran pemerintah seringkali dikaitkan dengan luasnya cakupan layanan yang diberikan pada masyarakat (publik). Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa setiap rupiah pengeluaran pemerintah harus ditujukan untuk melayani penduduk, baik langsung maupun tidak langsung. Pengeluaran konsumsi pemerintah secara total menunjukkan peningkatan, hal ini diikuti oleh adanya peningkatan pada ratarata konsumsi pemerintah per-kapita. Pada tahun 2010 konsumsi pemerintah per-kapita adh Berlaku sebesar 3.255,17 ribu rupiah,
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
80
dan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya (lihat tabel 11). Rata-rata konsumsi pemerintah per-kapita adh Konstan (2010) juga menunjukkan adanya peningkatan setiap tahunnya, namun mengalami penurunan di tahun 2012, setelah itu mengalami peningkatan sedikit demi sedikit sampai tahun 2014 mencapai
3.166,68
menunjukkan
adanya
ribu
rupiah.
peningkatan
Peningkatan pengeluaran
tersebut konsumsi
pemerintah secara kuantitas.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
81
3.5
PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB)
pada sajian PDRB menurut pengeluaran, lebih menjelaskan tentang bagian dari pendapatan (income) yang direalisasikan menjadi investasi (fisik). Atau pada sisi yang berbeda dapat pula diartikan sebagai gambaran dari berbagai produk barang dan jasa yang sebagian digunakan sebagai investasi fisik (kapital)5. Fungsi kapital adalah sebagai input tidak langsung (indirect input) di dalam proses produksi pada berbagai lapangan usaha. Kapital ini dapat berasal dari produksi domestik maupun dari impor. Tabel 12. Perkembangan dan Struktur PMTB Kota Balikpapan, Tahun 2010—2014 Uraian (1)
2010 (2)
2011 (3)
2012 (4)
2013 (5)
2014 (6)
20.953,48
24.477,98
25.698,03
19.736,06
21.130,82
21.407,98 22.277,91
Total PMTB a. ADHB b. (Miliar Rp) c. ADHK 2010 (Miliar Rp) Proporsi terhadap PDRB (% - ADHB) 5
19.102,80 19.102,80 33,16
36,65
41,70
39,97
28.650,99
40,01
Selain bagian lain yang menjadi konsumsi antara, konsumsi akhir, ataupun diekspor
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
82
Pertumbuhan6 (%) Total PMTB
-
Selain peningkatan
3,32
7,07
1,31
4,06
yang terjadi pada komponen
konsumsi akhir (rumah tangga maupun pemerintah), PMTB juga masih menunjukkan peningkatan baik secara nominal maupun riil. Data di atas menjelaskan bahwa secara keseluruhan, PMTB dalam kurun waktu 2011–2014 mengalami pertumbuhan meskipun melemah dari sebesar 3,32 persen (2011) menjadi 1,31 persen (2013) kemudian menguat lagi menjadi 4,06 persen (2014).
6
Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga konstan/ADHK 2010)
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
83
3.6
PERKEMBANGAN PERUBAHAN INVENTORI Secara konsep, yang dimaksud dengan perubahan inventori
adalah perubahan dalam bentuk “persediaan” berbagai barang yang belum digunakan lebih lanjut dalam proses produksi, konsumsi ataupun investasi (kapital). Perubahan yang dimaksud disini bisa berarti penambahan (bertanda positif) dan atau pengurangan (bertanda negatif). Dari sisi penghitungan, komponen Perubahan Inventori merupakan salah satu komponen yang hasilnya bisa memiliki 2 (dua) tanda angka, positif atau negatif (disamping komponen ekspor neto antar daerah). Apabila perubahan inventori bertanda positif berarti terjadi penambahan persediaan barang, sedangkan apabila bertanda negatif berarti terjadi pengurangan persediaan. Terjadinya penumpukan barang inventori mengindikasikan bahwa distribusi atau pemasaran tidak berjalan dengan sempurna. Secara umum, komponen perubahan inventori dihitung berdasarkan pengukuran terhadap nilai persediaan barang pada awal dan akhir tahun dari dua posisi nilai persediaan (konsep stok).
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
84
Tabel 13. Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori Kota Balikpapan, Tahun 2010—2014 Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
279,94
380,72
475,42
559,02
759,67
279,94
327,77
358,40
407,31
468,06
0,49
0,67
0,81
0,87
1,06
Total Nilai Inventori a. ADHB (Miliar Rp) b. ADHK 2010 (Miliar Rp) Proporsi terhadap PDRB (% - ADHB)
Berbeda dengan komponen pengeluaran lain yang dapat dianalisis agak rinci, perubahan inventori baru dapat dianalisis dari sisi proporsinya saja. Perbedaan dalam pendekatan dan tata cara estimasi menyebabkan komponen inventori tidak banyak dikaji lebih. Hal utama yang dapat dilihat dari komponen ini adalah,bahwa proporsi dalam PDRB pada umumnya mempunyai besaran atau nilai yang berfluktuasi baik dalam level maupun tandanya (positif atau negatif). Sejak tahun 2010 hingga tahun 2014 proporsi komponen perubahan inventori terhadap PDRB pengeluaran Balikpapan selalu positif. Pada tahun 2014 proporsi terhadap PDRB ADHB PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
85
sebesar 1,06 persen lebih tinggi sebanyak 0,19 persen dibanding tahun sebelumnya. Namun demikian disadari bahwa tingkat sensitifitas analisis ini masih rendah untuk mengarah pada suatu kesimpulan tertentu, karena faktor keterbatasan ketersediaan dan kontinuitas data yang dapat dihimpun serta sangat beragamnya komoditas barang yang harus dipantau, jadi untuk masa mendatang informasi ini masih perlu disempurnakan.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
86
3.7
PERKEMBANGAN EKSPOR NETO Dalam struktur permintaan akhir, transaksi ekspor LN
menggambarkan berbagai produk barang dan jasa yang tidak dikonsumsi di wilayah ekonomi domestik, tetapi dikonsumsi oleh pihak luar negeri, baik secara langsung maupun tidak langsung. Termasuk pula dalam ekspor pembelian oleh badan-badan internasional, kedutaan besar (termasuk konsulat), awak kapal (udara maupun laut) yang singgah dan sebagainya.
Tabel 14. Perkembangan Ekspor Neto Kota Balikpapan, Tahun 2010 – 2014 Uraian (1)
2010 (2)
2011 (3)
2012 (4)
a. ADHB (Miliar Rp)
24.405,78
20.195,83
16.078,61
b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
24.405,78
25.477,41
42,36
35,32
2013 (5)
2014 (6)
Total Nilai Ekspor Neto
Proporsi terhadap PDRB(% ADHB)
26.523,79
27,39
17.977,73
19.808,80
27.396,89
28.665,90
27,97
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
27,66
87
Pertumbuhan7 (%) Total ekspor neto
Menurut
4,39
komposisinya,
4,11
sebagian
3,29
besar
ekspor
4,63
LN
Balikpapan berupa barang (diatas 99 persen), sisanya adalah ekspor dalam bentuk jasa. Harga komoditas andalan ekspor Balikpapan di pasar global cenderung menurun pada tahun 2014. Harga produk hasil minyak yang mencapai puncaknya pada tahun 2012, selanjutnya mengalami penurunan hingga pada tahun 2014 produk harga hasil minyak menjadi sekitar US$ 632,17 per ton. Walaupun dengan penurunan harga yang terjadi pada komoditi andalan ekspor tersebut, pertumbuhan ekspor netonya tetap mengalami kenaikan sebesar 4,63%
pada tahun 2014. Hal ini terutama
disebabkan walaupun dengan penurunan harga, volume ekspor LN produk hasil minyak mengalami penurunan sedikit saja di bawah 0 persen.
7
Diturunkan dari perhitungan PDRB (ADHK 2010)
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
88
3.8
PERKEMBANGAN EKSPOR NETO ANTAR DAERAH Ekspor neto antar daerah didefinisikan sebagai ekspor
antar daerah dikurangi impor antar daerah. Berbeda dengan penghitungan ekspor-impor barang dan jasa luar negeri, pada penghitungan ekspor-impor antar daerah tidak tersedia sumber data yang sesuai dengan konsep dan definisi yang ditentukan. Sumber data yang tersedia selama ini hanya menunjukkan adanya transaksi namun tidak diketahui berapa nilai uang yang terjadi dalam transaksi tersebut. Keberadaan data dengan kondisi seperti ini menyebabkan penghitungan ekspor-impor antar Kabupaten/Kota menjadikan komponen ini (dalam series PDRB
adh
Konstan
2010)
diperlakukan
sebagai
item
penyeimbang (residual), yakni perbedaan antara total PDRB menurut pengeluaran dengan total PDRB menurut lapangan usaha. Ketersediaan data yang ada lebih sesuai untuk dimanfaatkan sebagai informasi pendukung. Komponen ini secara implisit mencakup dua unsur pokok yaitu: ekspor antar daerah dan impor antar daerah. Sama halnya dengan perubahan inventori, ekspor neto antar daerah juga bisa bertanda positif maupun negatif. Jika komponen ini
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
89
bertanda “positif” berarti nilai ekspor antar daerah lebih besar dari pada impor antar daerah, demikian pula sebaliknya. Pada saat ini untuk memisahkan ekspor neto antar daerah menjadi nilai ekspor antar daerah dan nilai impor antar daerah dilakukan dengan metode tidak langsung,yaitu dengan metode cross hauling. Metode ini dilakukan dengan memanfaatkan sifat keseimbangan permintaan (demand) dan penyediaan (supply) setiap komoditas di suatu perekonomian. Penghitungan ekspor impor dengan metode cross-hauling diawali dengan metode commodity balance. Metode commodity balance adalah metode penghitungan ekspor-impor dengan memanfaatkan Tabel InputOutput “bayangan”. Dalam metode ini, transksi ekspor-impor dipandang sebagai item penyeimbang (balancing item) dalam keseimbangan demand dan supply suatu perekonomian.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
90
BAB IV PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB MENURUT PENGELUARAN KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2010 - 2014
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
91
Berbagai
indikator
ekonomi
makro
yang
lazim
digunakan dalam analisis sosial ekonomi dapat diturunkan dari seperangkat data PRDB. Berikut ini akan disajikan beberapa rasio (perbandingan relatif) guna melengkapi analisis, di tengah keterbatasan informasi yang tersedia. 4.1
PDRB (NOMINAL) Agregat ini menjelaskan nilai produk barang dan jasa
yang dihasilkan di dalam suatu wilayah ekonomi domestik, di mana di dalamnya masih terkandung nilai penyusutan. PDRB dapat digunakan sebagai ukuran “produktivitas”, karena menjelaskan kemampuan wilayah dalam menghasilkan produk domestik, yang dihitung melalui 3 (tiga) pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pengeluaran, dan pendapatan. Dari series data PDRB pengeluaran dapat diturunkan beberapa ukuran yang berkaitan dengan PDRB maupun variabel pendukung lain (seperti rumah tangga, dan tenaga kerja). Sebagai
contoh,
untuk
melihat
perkembangan
tingkat
pemerataan, misalnya, maka disajikan data PDRB per-kapita. Indikator ini menunjukkan bahwa secara ekonomi setiap penduduk Indonesia rata-rata mampu menciptakan PDRB atau PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
92
(nilai tambah) sebesar nilai perkapita di masing-masing tahun tersebut. Tabel 15. Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita Kota Balikpapan, Tahun 2010—2014 Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
- ADHB
57.611,96
57.175,46
58.695,65
64.286,27
- ADHK 2010
57.611,96
60.260,22
63.615,14
- ADHB
102.658,52
99.922,16
100.626,86
108.171,41 118.353,69
- ADHK 2010
102.658,52
105.313,21 109.060,76
110.899,36 114.004,66
(1) Nilai PDRB (Miliar Rp)
65.907,49
71.615,82 68.984,22
PDRB perkapita (Ribu Rp)
Pertumbuhan PDRB perkapita ADHK 2010 (%) Jumlah penduduk (000 org) Pertumbuhan Penduduk (%)
-
2,59
3,56
1,69
2,80
561,20
572,20
583,30
594,30
605,10
-
1,96
1,94
1,89
1,82
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
93
PDRB
per-kapita
Kota
Balikpapan
menunjukkan
penurunan dari tahun 2010 ke tahun 2011, dan mengalami kenaikan
kembali
sampai
tahun
2014.
Sementara
itu
pertumbuhan PDRB per-kapita secara “riil” cenderung selalu melemah. Pada tahun 2011 pertumbuhan PDRB per-kapita sebesar 2,59 persen, menguat menjadi 3,56 persen pada tahun 2012, melemah lagi menjadi 1,69 persen pada tahun 2013, dan mengalami peningkatan pertumbuhan lagi sebesar 2,80 persen pada tahun 2014. Pada tahun 2011,2012 dan 2014, pertumbuhan PDRB per-kapita ini masih diatas pertumbuhan penduduk yang ada, tapi pada tahun 2013 pertumbuhannya berada dibawah pertumbuhan penduduk Balikpapan.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
94
4.2
PERBANDINGAN PENGELUARAN PDRB UNTUK KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA TERHADAP EKSPOR Indikator ini menunjukkan perbandingan antara produk
yang dikonsumsi rumahtangga di wilayah domestik dengan produk yang diekspor. Selama ini konsumsi rumah tangga mempunyai kontribusi yang kurang dominan dalam penggunaan PDRB Balikpapan (sekitar 20 - 28 persen setiap tahunnya), yang artinya bahwa seluruh produk yang dihasilkan di wilayah Balikpapan, hanya sebagian kecilnya yang digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga. Meskipun di dalamnya sudah termasuk sebagian produk yang berasal dari impor. Tabel 16. Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk Konsumsi Akhir Rumah Tangga terhadap Ekspor Tahun 2010—2014 Uraian (1)
2010
2011
2012
(3)
Total Konsumsi RT (ADHB) (Miliar Rp)
11.809,59
13.491,79
15.440,55 17.576,30 19.491,42
Total Ekspor Neto(ADHB) (Miliar Rp)
24.405,78
20.195,83
16.078,61 17.977,73
0,48
0,67
0,96
(5)
2014
(2)
Perbandingan Konsumsi RT terhadap Ekspor
(4)
2013
0,98
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
(6)
19.808,80
0,98
95
Data di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2010, produk yang digunakan untuk konsumsi rumah tangga sebesar 0,48 kali dari yang dieskpor. Hal ini berarti bahwa sebagian besar penyediaan (supply) domestik diserap untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Peningkatan rasio yang terjadi pada tahun 2011 - 2014 lebih disebabkan karena pertumbuhan ekspor lebih lambat dari pertumbuhan konsumsi rumahtangga.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
96
4.3
PERBANDINGAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA TERHADAP PMTB Rasio ini merupakan perbandingan antara produk yang
digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga dengan yang digunakan untuk investasi fisik (pembentukan modal tetap). Sekilas nampak bahwa hanya sebagian kecil penggunaan produk yang tersedia di wilayah domestik Balikpapan digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga. Tabel 17. Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap PMTB Tahun 2010—2014 Uraian
2010
(1) Total Konsumsi RT (ADHB) (Miliar Rp) Total PMTB (ADHB) (Miliar Rp)
(2)
(3)
2012
2013
(4)
2014
(5)
(6)
11.809,59 13.491,79 15.440,55 17.576,30 19.491,42 19.102,80 20.953,48 24.477,98 25.698,03 28.650,99
Perbandingan Konsumsi RT thdp PMTB
Seiring
2011
0,62
dengan
0,64
peningkatan
0,63
jumlah
0,68
0,68
penduduk
Balikpapan, rasio konsumsi rumah tangga terhadap PMTB cenderung meningkat, dari sebesar 0,62 pada tahun 2010 dan PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
97
0,64 pada tahun 2011 menjadi 0,63 pada tahun 2012. Pada tahun-tahun berikutnya rasionya terus mengalami peningkatan menjadi 0,68 (2013), dan 0,68(2014). Hal ini terjadi karena pertumbuhan investasi lebih lambat dari pada pertumbuhan konsumsi akhir rumah tangga.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
98
4.4
PROPORSI KONSUMSI AKHIR TERHADAP PDRB Yang
dimaksud
dengan
konsumsi
akhir
adalah
penggunaan berbagai produk barang dan jasa akhir (baik berasal dari produk domestik maupun impor), untuk menunjang aktivitas ekonomi. Pelaku konsumsi akhir meliputi rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah. Walaupun ketiga institusi tersebut mempunyai fungsi yang berbeda dalam sistem ekonomi,
tetapi
sama-sama
membelanjakan
sebagian
pendapatannya untuk tujuan konsumsi akhir. Tabel 18. Proporsi Total Penggunaan Konsumsi Akhir terhadap PDRB Kota Balikpapan, Tahun 2010—2014 Uraian (1)
2010 (2)
2011 (3)
2012 (4)
2013 (5)
2014 (6)
Konsumsi Akhir (ADHB)(Miliar Rp) a. Rumah tangga b. LNPRT c. Pemerintah Jumlah PDRB (ADHB) (Miliar Rp) Proporsi terhadap PDRB(% - ADHB)
11.809,59 13.491,79 15.440,55
17.576,30 19.491,42
187,05
205,83
227,94
256,80
287,22
1.826,80
1.947,81
1.995,16
2.218,39
2.617,72
13.823,44 15.645,43 17.663,65 57.611,96 57.175,46 23,99
27,36
20.051,49 22.396,36
58.695,65 64.286,27 71.615,82 30,09
31,19
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
31,27
99
Hanya sebagian kecil barang dan jasa yang berada di wilayah domestik Balikpapan digunakan untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir (kurang dari 32 persen). Seiring konsumsi akhir yang makin meningkat setiap tahunnya, proporsinya terhadap PDRB juga semakin meningkat. Namun produk yang tidak digunakan menjadi konsumsi akhir (PMTB atau eskpor) memiliki peran yang sangat besar di Balikpapan.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
100
4.5
PERBANDINGAN EKSPOR TERHADAP PMTB Ekspor merupakan produk yang tidak dikonsumsi di
wilayah domestik, tetapi diperdagangkan ke luar wilayah/negeri. Untuk menghasilkan produk yang diekspor kemungkinan besar menggunakan kapital (PMTB). Sementara di sisi lain sebagian barang yang diekspor bisa pula berupa barang kapital. Rasio ekspor terhadap PMTB dimaksudkan untuk menunjukkan perbandingan antara nilai produk ekspor dengan nilai produk yang menjadi kapital (PMTB). Tabel 19. Rasio Ekspor terhadap PMTB (ADHB) Tahun 2010—2014 Uraian (1) Ekspor neto (ADHB)
2010
2011
2012
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
24.405,78 20.195,83 16.078,61
17.977,73 19.808,80
(Miliar Rp) Total PMTB (ADHB)
19.102,80 20.953,48 24.477,98 25.698,03 28.650,99
(Miliar Rp) Rasio Ekspor terhadap PMTB
1,28
0,96
0,66
0,70
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
0,69
101
Pada tahun 2010-2014 ekspor Balikpapan mempunyai nilai yang lebih tinggi dari PMTB, dengan rasio yang meningkat pada 2010 dan berangsur-angsur menurun pada tahun-tahun berikutnya. Rasio ekspor terhadap PMTB menurun dari 1,28 (2010) menjadi 0,96 (2011), 0,66 (2012) . Namun kemudian meningkat kembali pada tahun berikutnya yaitu menjadi 0,70 (2013) dan 0,69 (2014). Untuk menghasilkan seluruh produk domestik (termasuk ekspor) disyaratkan tersedianya sejumlah kapital (yang di dalamnya termasuk pula kapital impor). Penurunan rasio tersebut di antaranya disebabkan oleh kenaikan PMTB yang relatif lebih pesat dibandingkan dengan kenaikan ekspor.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
102
4.6
NERACA PERDAGANGAN (TRADE BALANCE) Transaksi devisa yang berasal dari perdagangan barang
dan jasa dengan pihak luar negeri/wilayah (non-residen) dapat dilihat melalui neraca perdagangan. Secara konsep, selisih antara nilai ekspor dan nilai impor disebut sebagai “Ekspor Neto”, apabila nilai ekspor lebih besar dari nilai impor, maka terjadi surplus, dan sebaliknya yang terjadi adalah defisit. Dilihat dari arus uang yang masuk atau keluar, apabila tingkat keseimbangan dalam posisi surplus, maka terjadi aliran devisa masuk, sebaliknya kalau posisinya defisit maka terjadi aliran devisa keluar. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa kekuatan ekonomi suatu wilayah di antaranya ditentukan oleh proses tersebut. Selain gambaran posisi neraca perdagangan, dapat juga dilihat perbandingan (rasio) antara nilai ekspor terhadap impor, meskipun hanya berlaku secara total. Namun rasio tersebut tidak dapat merefleksikan perbandingan menurut jenis komoditas, harga maupun kuantum. Apabila rasio lebih besar dari 1 (satu) maka nilai ekspor lebih tinggi daripada nilai impor, sebaliknya apabila rasio kurang dari 1 (satu) berarti nilai impor lebih tinggi dari pada nilai ekspor. Besar kecilnya ekspor atau impor suatu
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
103
wilayah sangat tergantung kepada kondisi ekonomi serta kebutuhan masyarakatnya. Selama periode 2010 - 2014, posisi perdagangan barang dan jasa Kota Balikpapan dengan luar negeri dan antar Kabupaten/Kota, selalu menunjukkan nilai positif. Hal ini menunjukkan neraca perdagangan barang dan jasa Kota Balikpapan selalu dalam posisi surplus. Nilai ekspor yang lebih besar dari impor menyebabkan adanya aliran devisa masuk, yang dalam konteks lain disebut sebagai “tabungan luar negeri”. Tetapi, surplus perdagangan yang terjadi antara tahun 2010 sampai dengan 2014 cenderung mengalami penurunan, tercatat masing-masing sebesar 24,41 triliun rupiah (2010), 20,19 triliun rupiah (2011), 16,08 triliun rupiah (2012,) 17,98 triliun rupiah (2013) dan 19,81 triliun rupiah (2014). Sehingga rasio ekspor terhadap impor juga turun dalam interval 20102014. Pada tahun 2010 rasionya sebesar 1,29 menjadi sekitar 1,24 pada tahun 2014.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
104
Tabel 20. Neraca Perdagangan Barang dan Jasa, Kota BalikpapanTahun 2010—2014 Uraian (1) Ekspor neto (X – M) (Miliar Rp) Rasio ekspor terhadap Impor
2010 (2)
2011 (3)
2012 (4)
2013 (5)
2014 (6)
24.405,77
20.195,82
16.078,60
17.977,73
19.808,79
1,29
1,29
1,23
1,24
1,24
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
105
4.7. INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) ”ICOR” merupakan parameter ekonomi makro yang menggambarkan rasio
investasi kapital/modal terhadap hasil
yang diperoleh (output) dengan menggunakan investasi tersebut. ICOR juga bisa diartikan sebagai dampak penambahan kapital terhadap penambahan sejumlah output (keluaran). Kapital diartikan sebagai barang modal fisik yang dibuat oleh manusia dari sumber daya alam, untuk digunakan secara terus-menerus dan berulang dalam proses produksi. Sedangkan output adalah besarnya nilai keluaran dari suatu proses ekonomi (produksi) yang dalam hal ini digambarkan melalui parameter ”Nilai Tambah”. Dengan menggunakan rasio ini, maka ICOR mampu menjelaskan perbandingan antara penambahan kapital terhadap output atau yang diartikan juga bahwa setiap pertambahan satu unit nilai output (keluaran) akan membutuhkan penambahan kapital sebanyak ”K” unit.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
106
Efisiensi investasi dapat dilihat dari berapa besar koefisien ICOR yang diperoleh8. World economic study menjelaskan bahwa 70% Negara berkembang memiliki rasio modal output antara 3 dan 4 (Jhingan, 617:2007). RosensteinRodan dan Lewis (Arsyad, 232:2005) memperkirakan bahwa rasio efisiensi investasi terletak antara 3 sampai 4. Artinya bahwa investasi dikatakan efisien apabila nilai ICOR yang diperoleh berada antara 3 dan 4. Apabila nilai ICOR semakin kurang dari 3 maka dapat dikatakan investasi tersebut sangat efisien dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan apabila nilai ICOR melebihi 4 maka dapat dikatakan investasi tersebut
semakin
tidak
efisien
dalam
meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. ICOR rata-rata kota Balikpapan selama 5 tahun terakhir (2010-2014) sebesar 7,57. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menambah nilai PDRB sebesar satu triliun rupiah dari nilai yang sudah dicapai, diperlukan tambahan investasi total 7,57 triliun rupiah dari total investasi tahun sebelumnya. ICOR Kota Balikpapan berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan selama kurun waktu tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel 21. 8
Muhasyah, 2012: “Analisis Efisiensi Investasi Provinsi Kalimantan Timur”
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
107
Tabel 21.Incremental Capital Output Ratio (ICOR), Kota Balikpapan, Tahun 2010 – 2014 Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
PDRB (ADHK 2010) (miliar Rp)
57.611,96
60.260,22
63.615,14
65.907,49
68.984,22
PMTB (ADHK 2010) (miliar Rp)
19.102,80
19.736,06
21.130,82
21.407,98
22.277,91
-
-
-
-
7,57
ICOR Rata-rata (Periode)
Dari Tabel 21 tampak bahwa investasi di Kota Balikpapan terbilang belum efisien karena nilai ICOR dari tahun 2010-2014 berada diatas 4. Kemungkinan kurang berjalannya penyelesaian beberapa proyek pemerintah ikut mendorong nilai ICOR yang tinggi. Nilai ICOR Kota Balikpapan selama kurun waktu lima tahun (2010-2014) sebesar 7,57, hal ini dinyatakan oleh tingginya minat berinvestasi ataupun Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) terhadap total PDRB Atas Dasar Harga Berlaku maupun Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
108
BAB V PENUTUP
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
109
1. Nilai nominal PDRB Balikpapan pada tahun 2014 mencapai 71,62 triliun rupiah yang bertambah 7,33 triliun rupiah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan peningkatan
ini
terutama
pada
disebabkan
masing-masing
terjadinya komponen
pembentuknya selain komponen ekspor neto yang mengalami penurunan. 2. Pertumbuhan ekonomi Balikpapan pada tahun 2014 berada dalam tren meningkat yakni 4,67% dibandingkan dengan 3,60% pada tahun 2013. Hal ini terutama dipengaruhi oleh terjadinya peningkatan pada ekspor neto sebesar 4,63% dan peningkatan pertumbuhan PMTB sebesar 4,06%. 3. Pertumbuhan PDRB per-kapita secara “riil” cenderung selalu melemah. Pada tahun 2011 pertumbuhan PDRB per-kapita sebesar 2,59 persen, meningkat menjadi 3,56 persen pada tahun 2012, kemudian melemah menjadi 1,69
persen
pada
tahun
2013,
dan
mengalami
peningkatan pertumbuhan kembali sebesar 2,80 persen pada tahun 2014. 4. Rasio konsumsi rumahtangga terhadap ekspor neto dan PMTB masih kecil yakni masing-masing sebesar 0,48 PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
110
dan 0,62 pada tahun 2010. Rasio ini cenderung membesar setiap tahunnya dan pada tahun 2014 rasionya telah mencapai 0,98 terhadap ekspor neto dan sebesar 0,68
terhadap
PMTB.
Peningkatan
ini
terutama
disebabkan karena pertumbuhan konsumsi rumahtangga lebih cepat dibandingkan pertumbuhan ekspor dan investasi di setiap tahunnya. 5. Surplus perdagangan Kota Balikpapan yang terjadi antara tahun 2010 sampai dengan 2014 cenderung mengalami penurunan, tercatat masing-masing sebesar 24,41 triliun rupiah (2010), 20,19 triliun rupiah (2011), 16,08 triliun rupiah (2012,) 17,98 triliun rupiah (2013) dan 19,81 triliun rupiah (2014). Sehingga rasio ekspor terhadap impor juga turun dalam interval 2010-2014. Pada tahun 2010 rasionya sebesar 1,29 menjadi sekitar 1,24 pada tahun 2014.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
111
LAMPIRAN
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
112
Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan dan Minuman, selain restoran 1.b. Pakaian 1.c. Perumahan dan Perlengkapan Rumahtangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan 1.e. Transportasi dan komunikasi 1.f. Restoran dan Hotel 1.g. Lainnya
11.809.592 3.534.806 337.447 2.269.915 833.025 2.666.884 1.566.420 601.095
13.491.795 3.942.441 363.756 2.471.226 1.067.978 3.006.003 1.836.370 804.020
15.440.547 4.568.114 404.452 2.676.769 1.287.209 3.417.596 2.167.788 918.618
17.576.304 5.327.297 441.686 2.937.236 1.480.659 3.813.063 2.562.835 1.013.528
19.491.424 5.761.699 468.795 3.208.523 1.740.283 4.335.251 2.903.018 1.073.855
187.053
205.825
227.941
256.799
287.218
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
1.826.802
1.947.813
1.995.158
2.218.386
2.617.716
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
19.102.803
20.953.478
24.477.978
25.698.031
28.650.995
279.935
380.722
475.417
559.016
759.674
24.405.775
20.195.825
16.078.605
17.977.730
19.808.797
57.611.961
57.175.458
58.695.646
64.286.265
71.615.824
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
5. Perubahan Inventori 6. Ekspor Netto PDRB * Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
113
Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan dan Minuman, selain restoran 1.b. Pakaian 1.c. Perumahan dan Perlengkapan Rumahtangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan 1.e. Transportasi dan komunikasi 1.f. Restoran dan Hotel 1.g. Lainnya
11.809.592 3.534.806 337.447 2.269.915 833.025 2.666.884 1.566.420 601.095
12.600.844 3.692.376 346.971 2.348.372 890.030 2.878.894 1.726.259 717.943
13.584.138 3.944.239 375.674 2.457.660 982.074 3.137.264 1.921.149 766.078
14.576.121 4.231.871 389.106 2.564.257 1.068.714 3.352.233 2.111.751 858.188
15.421.699 4.467.311 401.241 2.650.372 1.157.495 3.598.626 2.232.308 914.347
187.053
195.512
205.515
222.455
234.491
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
1.826.802
1.922.622
1.812.485
1.896.745
1.916.163
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
19.102.803
19.736.063
21.130.820
21.407.976
22.277.905
279.935
327.771
358.401
407.306
468.061
24.405.775
25.477.410
26.523.785
27.396.888
28.665.899
57.611.961
60.260.221
63.615.144
65.907.491
68.984.218
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
5. Perubahan Inventori 6. Ekspor Netto PDRB * Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
114
Tabel 3. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan dan Minuman, selain restoran 1.b. Pakaian 1.c. Perumahan dan Perlengkapan Rumahtangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan 1.e. Transportasi dan komunikasi 1.f. Restoran dan Hotel 1.g. Lainnya
20,50 6,14 0,59 3,94 1,45 4,63 2,72 1,04
23,60 6,90 0,64 4,32 1,87 5,26 3,21 1,41
26,31 7,78 0,69 4,56 2,19 5,82 3,69 1,57
27,34 8,29 0,69 4,57 2,30 5,93 3,99 1,58
27,22 8,05 0,65 4,48 2,43 6,05 4,05 1,50
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
0,32
0,36
0,39
0,40
0,40
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
3,17
3,41
3,40
3,45
3,66
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
33,16
36,65
41,70
39,97
40,01
5. Perubahan Inventori
0,49
0,67
0,81
0,87
1,06
6. Ekspor Netto
42,36
35,32
27,39
27,97
27,66
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
PDRB * Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
115
Tabel 4. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan dan Minuman, selain restoran 1.b. Pakaian 1.c. Perumahan dan Perlengkapan Rumahtangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan 1.e. Transportasi dan komunikasi 1.f. Restoran dan Hotel 1.g. Lainnya
20,50 6,14 0,59 3,94 1,45 4,63 2,72 1,04
20,91 6,13 0,58 3,90 1,48 4,78 2,86 1,19
21,35 6,20 0,59 3,86 1,54 4,93 3,02 1,20
22,12 6,42 0,59 3,89 1,62 5,09 3,20 1,30
22,36 6,48 0,58 3,84 1,68 5,22 3,24 1,33
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
0,32
0,32
0,32
0,34
0,34
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
3,17
3,19
2,85
2,88
2,78
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
33,16
32,75
33,22
32,48
32,29
5. Perubahan Inventori
0,49
0,54
0,56
0,62
0,68
6. Ekspor Netto
42,36
42,28
41,69
41,57
41,55
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
PDRB * Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
116
Tabel 5. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan dan Minuman, selain restoran 1.b. Pakaian 1.c. Perumahan dan Perlengkapan Rumahtangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan 1.e. Transportasi dan komunikasi 1.f. Restoran dan Hotel 1.g. Lainnya
-
14,24 11,53 7,80 8,87 28,20 12,72 17,23 33,76
14,44 15,87 11,19 8,32 20,53 13,69 18,05 14,25
13,83 16,62 9,21 9,73 15,03 11,57 18,22 10,33
10,90 8,15 6,14 9,24 17,53 13,69 13,27 5,95
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
-
10,04
10,74
12,66
11,85
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
-
6,62
2,43
11,19
18,00
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
-
9,69
16,82
4,98
11,49
5. Perubahan Inventori
-
36,00
24,87
17,58
35,89
6. Ekspor Netto
-
-17,25
-20,39
11,81
10,19
-0,76
2,66
9,52
11,40
PDRB
-
* Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
117
Tabel 6. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan dan Minuman, selain restoran 1.b. Pakaian 1.c. Perumahan dan Perlengkapan Rumahtangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan 1.e. Transportasi dan komunikasi 1.f. Restoran dan Hotel 1.g. Lainnya
-
6,70 4,46 2,82 3,46 6,84 7,95 10,20 19,44
7,80 6,82 8,27 4,65 10,34 8,97 11,29 6,70
7,30 7,29 3,58 4,34 8,82 6,85 9,92 12,02
5,80 5,56 3,12 3,36 8,31 7,35 5,71 6,54
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
-
4,52
5,12
8,24
5,41
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
-
5,25
-5,73
4,65
1,02
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
-
3,32
7,07
1,31
4,06
5. Perubahan Inventori
-
17,09
9,35
13,65
14,92
6. Ekspor Netto
-
4,39
4,11
3,29
4,63
-
4,60
5,57
3,60
4,67
PDRB * Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
118
Tabel 7. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan dan Minuman, selain restoran 1.b. Pakaian 1.c. Perumahan dan Perlengkapan Rumahtangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan 1.e. Transportasi dan komunikasi 1.f. Restoran dan Hotel 1.g. Lainnya
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
114,24 111,53 107,80 108,87 128,20 112,72 117,23 133,76
130,75 129,23 119,86 117,92 154,52 128,15 138,39 152,82
148,83 150,71 130,89 129,40 177,74 142,98 163,61 168,61
165,05 163,00 138,92 141,35 208,91 162,56 185,33 178,65
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
100,00
110,04
121,86
137,29
153,55
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
100,00
106,62
109,22
121,44
143,30
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
100,00
109,69
128,14
134,52
149,98
5. Perubahan Inventori
100,00
136,00
169,83
199,69
271,38
6. Ekspor Netto
100,00
82,75
65,88
73,66
81,16
100,00
99,24
101,88
111,58
124,31
PDRB * Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
119
Tabel 8. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan dan Minuman, selain restoran 1.b. Pakaian 1.c. Perumahan dan Perlengkapan Rumahtangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan 1.e. Transportasi dan komunikasi 1.f. Restoran dan Hotel 1.g. Lainnya
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
106,70 104,46 102,82 103,46 106,84 107,95 110,20 119,44
115,03 111,58 111,33 108,27 117,89 117,64 122,65 127,45
123,43 119,72 115,31 112,97 128,29 125,70 134,81 142,77
130,59 126,38 118,90 116,76 138,95 134,94 142,51 152,11
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
100,00
104,52
109,87
118,93
125,36
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
100,00
105,25
99,22
103,83
104,89
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
100,00
103,32
110,62
112,07
116,62
5. Perubahan Inventori
100,00
117,09
128,03
145,50
167,20
6. Ekspor Netto
100,00
104,39
108,68
112,26
117,46
100,00
104,60
110,42
114,40
119,74
PDRB * Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
120
Tabel 9. Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto (2010=100) Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan dan Minuman, selain restoran 1.b. Pakaian 1.c. Perumahan dan Perlengkapan Rumahtangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan 1.e. Transportasi dan komunikasi 1.f. Restoran dan Hotel 1.g. Lainnya
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
107,07 106,77 104,84 105,23 119,99 104,42 106,38 111,99
113,67 115,82 107,66 108,92 131,07 108,94 112,84 119,91
120,58 125,89 113,51 114,55 138,55 113,75 121,36 118,10
126,39 128,97 116,84 121,06 150,35 120,47 130,05 117,44
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
100,00
105,27
110,91
115,44
122,49
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
100,00
101,31
110,08
116,96
136,61
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
100,00
106,17
115,84
120,04
128,61
5. Perubahan Inventori
100,00
116,16
132,65
137,25
162,30
6. Ekspor Netto
100,00
79,27
60,62
65,62
69,10
100,00
94,88
92,27
97,54
103,81
PDRB * Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
121
Tabel 10. Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto (2010=100) Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan dan Minuman, selain restoran 1.b. Pakaian 1.c. Perumahan dan Perlengkapan Rumahtangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan 1.e. Transportasi dan komunikasi 1.f. Restoran dan Hotel 1.g. Lainnya
-
7,07 6,77 4,84 5,23 19,99 4,42 6,38 11,99
6,16 8,47 2,69 3,50 9,23 4,33 6,07 7,07
6,09 8,69 5,44 5,17 5,70 4,42 7,55 -1,51
4,82 2,45 2,93 5,69 8,52 5,91 7,16 -0,56
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
-
5,27
5,35
4,08
6,10
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
-
1,31
8,65
6,25
16,81
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
-
6,17
9,11
3,63
7,14
5. Perubahan Inventori
-
16,16
14,20
3,47
18,26
6. Ekspor Netto
-
-20,73
-23,53
8,25
5,31
-
-5,12
-2,76
5,72
6,43
PDRB * Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
122