PRODUKTIVITAS DUA BANGSA ITIK LOKAL : ALABIO DAN MOJOSARI PADA SISTEM KANDANG BATTERY DAN LITTER (PRODUCTIVITY OF Two LOCAL DUCK BREEDS: ALABIO AND MOJOSARI RAISED ON CAGE AND LITTER HOUSING SYSTEM)
Maijon Purba, L. Hardi Prasetyo dan Bram Brahmantyo Balai Penelitian Ternak, Ciawi, PO. Box 221 Bogor 16002
ABSTRACT A study on the productivity of Alabio and Mojosari ducks was conducted at Research Institute for Animal Production (RIAP) Ciawi . Nine hundreds and sixty ducks consisted of 480 of Alabio and 480 of Mojosari ducks were used in this experiment. The ducks were kept in the two rearing system, i.e ., individual cages and litter pens. The ducks were grouped into 4 decks for the battery system and 4 pens for the litter system, each deck or pen consisted of 60 ducks . The measurement taken were weight of first eggs and eggs production for 12 weeks. The statistical analysis showed that the average weight of eggs in the individual cages was higher than that on the litter system (P<0.05), i .e ., 60.00 grams and 56.04 grams respectively. The average egg production of the two breeds at the individual cages was higher and more stabile than those on litter pens. The egg production of Mojosari was significantly higher than that of Alabio . Key words: Productivity, alabio, mojosari
ABSTAAK Suatu penelitian dengan menggunakan dua bangsa itik lokal, Alabio dan Mojosari telah dilakukan di kandang Balai Penelitian Ternak Ciawi. Masing-masing bangsa itik terdiri dari 480 ekor. Itik ditempatkan di kandang dengan sistem batery dan litter. Masing-masing bangsa itik dikelompokkan menjadi 4 deck untuk sistem battery dan pen untuk sistem litter, dimana setiap deck atau pen berisi 60 ekor itik . Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah bobot telur pertama dan produksi telur selama 12 minggu . Berdasarkan hasil analisis statistik, rata-rata bobot telur yang dipelihara dengan sistem batery berbeda nyata dengan kandang litter (P<0.05). Rata-rata bobot telur dengan sistem battery selama 12 minggu sebesar 60,00 gram dan kandang litter (56,04 gram). Rata-rata produksi telur kedua bangsa itik pada sistem kandang battery lebih tinggi dan lebih stabil bila dibandingkan dengan sistem kandang litter. Produksi telur yang dicapai oleh itik Mojosari nyata (P<0,01) lebih tinggi bila dibandingkan denganitik Alabio . Kata kunci: Produktivitas, Alabio, Mojosari.
PENDAHULUAN Beberapa jenis itik lokal yang ads di Indonesia memiliki potensi yang tinggi baik sebagai penghasil belur maupun daging. Hal tersebut dapat diketahui bahwa dalam jangka waktu yang telah lama, itik lokal tersebut belah mengalami seleksi Makalah Penunjang (Poster) -157
secara alarm, melakukan proses perkembangbiakan secara terus menerus. Namun demikian, potensi yang dimihki ternak itik lokal umumnya belum muncul secara maksimal, bahkan hmgga saat ini angkat produktivitas itik lokal masih rendah dan sangat bervariasi (Prasetyo dan Susanti, 2000). Selain faktor bibit dan pakan, faktor penentu lainnya yang mendukung kinerja temak itik adalah faktor hngkungan. Adapun faktor hngkungan yang dimaksud adalah penerapan bentuk maupun sistem perkandangan . Sistem kandang yang digunakan para peternak dalam memehhara ternak itik umumnya adalah sistem litter (hamparan) . Bahkan kandang yang digunakan juga tampak seadanya tanpa mempertimbangkan lebih jauh tentang rasa aman, kebersihan kandang agar terbebas dari penyakit . Pemberian alas berupa sisa-sisa gergajian kayu yang halus, sekam padi dan penambahan sedikit kapur merupakan hal yang sesuai untuk kandang litter . Sebagaimana dikemukakan oleh Bambang (1992), penggunaan kapur yang dicampurkan dalam bahan litter berfungsi untuk menyerap amonia yang berasal dari kotoran itik dan kapur tersebut juga dapat membunuh bibit penyakit yang berasal dari kotoran yang bercampur dengan urin. Penggunaan kandang itik dengan sistem battery umumnya digunakan dalam lembaga penelitian atau pemeliharaan itik ke arah komersial. Kandang dengan sistem battery selain dapat memberikan rasa aman bagi ternak, juga dapat mengurangi luka/lecet, lumpuh bahkan kematian itik akibat terinjakinjak itik lainnya. Keuntungan lainnya dapat mengurangi bulu yang kotor karena dengan sistem battery kotoran ternak langsung jatuh ke lantai . Dudung (1992) menyatakan bahwa penggunaan sistem kandang battery mempunyai kelebihan yaitu menghindari sifat kanibahsme yang tinggi, telur yang dihasilkan lebih bersih dan memudahkan manajemen pemehharaan. Selanjutnya, North (1984) juga menyatakan bahwa penggunaan kandang battery mempunyai beberapa keutungan antara lain mudah untuk mengontrol produksi, konsumsi dan kesehatan sehingga mudah dilakukan pengafkiran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan sistem kandang batery maupun kandang litter terhadap aspek produksi dan untuk mengetahui keunggulan maupun kelemahan masing-masing bangsa itik lokal yang diamati. MATERI DAN METODA Penelitian dilaksanakan di kandang Balai Penelitian Ternak Ciawi, dengan materi yang digunakan adalah 2 (dua) bangsa itik lokal, yakni: Alabio dan Mojosari dilakukan selama 12 minggu produksi. Rata-rata umur itik yang digunakan adalah 36 minggu. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Racangan Acak Lengkap. Jumlah ke dua bangsa itik yang dipelihara masingmasing sebanyak 480 ekor, dengan total seluruhnya 960 ekor. Itik ditempatkan 158 - Lokakarya Nasional Unggas Air 2001
dalam kandang dengan sistem battery dan litter . Kandang battery yang digunakan berbentuk single deck terbuat dari bahan kawat dengan ukuran : panjang 40 cm, lebar 35 cm, tinggi depan 55 cm, dan tinggi belakang 50 cm . Jumlah kandang (cage) yang digunakan untuk masing-masing bangsa itik lokal sebanyak empat deck (sebagai ulangan), setiap deck terdiri atas 60 ekor itik . Kandang litter yang digunakan terdiri dari empat pen (sebagai ulangan) dengan ukuran panjang 7 meter dan lebar 3 meter, dinding kandang terbuat dari kawat dan semen, atap dari asbes, lantai terbuat dari semen dan bahan litter dari sekam padi . Setiap pen berisi 60 ekor itik . Jenis pakan yang diberikan selama penelitian disusun dengan komposisi: protein 18%, Energi Metabolisme (EM) 2700 kkal/kg, kalsium 2,3-3%, phospor 0,87% dan methionin 0,05%. Pakan diberikan satu kali dalam sehari dan air minum diberikan secara ad libitum. Telur diambil setiap pagi hari, selanjutnya dilakukan penimbangan dan pencatatan bobot telur dan produksi telur yang dihasilkan selama penelitian . Data produksi dianalisis secara statistik berdasarkan pola factorial untuk mehhat pengaruh masing-masing factor, dan dilanjutkan dengan uji Duncan menurut prosedur Steel dan Torrie, (1993) .
HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Telur Pertama Rata-rata bobot awal telur itik Alabio dan Mojosari dengan menggunakan sistem kandang battery dan litter disajikan pada Tabel l. Tabel1 . Rata-rata bobot telur pertama itik Alabio dan Mojosari dengan sistem kandang battery dan litter Bangsa Itik
Sistem Kandang
Rataan g)
Battery (g)
Litter (g)
- Alabio
64,01
54,06
57,62a
- Mojosari
60,28
58,02
59,42a
Rata-rata (g)
61,00a
56,04b
Keterangan : huruf yang berbeda pada baris dan lajur berbeda menyatakan berbeda nyata (P<0 .05) . Tabel 1 menunjukkan rataan bobot telur pertama itik yang dipelihara dengan sistem battery nyata (P<0,05) lebih tinggi (61,00 g) dibandingkan dengan sistem litter (56,04 g) . Hal ini diduga karena itik di kandang battery lebih mudah dan lebih terjamin dalam memperoleh pakan yang dibutuhkan untuk proses perkembangbiakan. Selain itu, dengan sistem battery pergerakan
Makalah Penunjang (Poster) - 159
itik juga semakin terbatas sehingga pelepasan energi dari tubuh itik semakin berkurang. Tabel 1 juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara rata-rata bobot telur pertama terhadap kedua bangsa itik . Rata-rata bobot telur tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan penelitian Susanti.dan Prasetyo, (2000), yang melaporkan bahwa rata-rata hasil bobot telur pertama itik Alabio dan Mojosari dengan menggunakan kandang battery masing-masing sebesar (56,39) dan (53,69) gram. Produksi Telur Produktivitas itik Alabio dan Mojosari yang dipehhara dengan menggunakan sistem kandang battery dan litter selama 12 minggu disajikan pada Gambar 1. 300 250 200
m
150 100
_E-Alabio/Bateray A _Mojosari/Litter --O -- MojosarUBateray
50 0
1
2
3
4
5
6
7
Minggu
8
9
10-- 11
12
i
-11
Gambar 1. Produksi telur itik Alabio dan Mojosari dengan sistem kandang battery dan sistem litter selama 12 minggu. Rata-rata produksi telur yang dihasilkan selama 12 minggu oleh kedua bangsa itik pada sistem kandang battery lebih tinggi dan lebih stabil bila dibandingkan dengan sistem kandang litter. Produksi telur yang dicapai oleh itik Mojosari lebih tinggi bila dibandingkan dengan produksi itik Alabio . Berdasarkan hasil analisis statistik, produksi telur yang dicapai oleh kedua bangsa itik mulai dari minggu ke-1 hingga minggu ke-8 terdapat perbedaan yang nyata. Rata-rata produksi telur itik Mojosari pada minggu ke-2 sebanyak 276 butir merupakan puncak produksi selama 12 minggu . Puncak produksi itik Alabio dicapai pada minggu ke-5 sebanyak 217 butir. Menurut hasil penelitian Syaifullah, (2000), rata-rata produksi telur itik Alabio selama 8 minggu dengan sistem kandang battery secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan sistem litter, akan tetapi rata-rata persentase produksi telur dengan sistem battery lebih tinggi (41,42%) dari sistem litter 31,51% . Prasetyo dan Susanti, (2000) melaporkan rata-rata produksi telur antara dua genotipa itik Alabio dan Mojosari dengan sistem kandang individu selama produksi 3 bulan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Dengan 160 - Lokakarya Nasional Unggas Air 2001
rata-rata produksi telur Alabio (AA) sebesar 66,14% dan Mojosari (MM) sebesar 66,76% . Produksi telur dengan sistem kandang litter tampak mengalami fluktuasi bila dibandingkan dengan battery. Penurunan produksi telur pada sistem litter terjadi pada minggu ke-5 hingga minggu ke-7. Hal ini diduga akibat adanya perubahan pakan dimana jumlah maupun kualitas pakan yang diberikan pada minggu-minggu tersebut tidak sama seperti biasanya karena keterlambatan pengiriman bahan pakan. Sedangkan pada minggu ke-8 mulai terjadi peningkatan produksi, bahkan berlanjut hingga minggu ke-12. Produksi tersebut tidak terlampau jauh perbedaannya dengan sistem kandang battery sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 1. Puncak produksi yang dicapai oleh kedua bangsa itik pada sistem litter masing-masing pada minggu ke-11, yakni sebanyak 235 butir (Alabio) dan 202 butir (Mojosari) . Menurut analisis statistik, tidak terdapat perbedaan yang nyata untuk kedua sistem kandang yang digunakan dari minggu ke-9 hingga minggu ke-12 (akhir pengamatan) .
KESIMPULAN 1.
Rata-rata produksi telur dan bobot telur pertama itik yang dipelihara dengan sistem kandang battery lebih tinggi dibandingkan dengan sistem kandang litter .
2.
Pada kandang battery produksi telur itik dibandingkan dengan itik Alabio .
Mojosari
lebih baik bila
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Sugeng, dan kawan-kawan, khususnya petugas kandang itik Balai Penelitian Ternak, Ciawi yang telah turut membantu sehingga tulisan ini dapat disajikan.
DAFTAR PUSTAKA Bambang, S dan Setiawan . 1999. Beternak Itik Petelur di Kandang Baterai. Penebar Swadaya, Jakarta. Dudung, M.A . 1992 . Budidaya Mina Itik. Penerbit Kanisius . Yogyakarta . North, M.O . 1984 . Commercial Chicken Production Manual. 3th Edition. Avi Publisihing Company Inc. Westport Conecticut.
Makalah Penunjang (Poster) - 161
Prasetyo, L.H. dan T. Susanti, 2000. Persilangan Timbal Bahk antara Itik Alabio dan Mojosari: Periode Awal Bertelur . Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. 5(4) Hal.: 210-214. Syaifullah, 1. 2000. Pengaruh Pemeliharaan Itik Alabio (Anas platyynchos Borneo) di Kandang Sistem Litter dan Sistem Baterai Terhadap Produksi Telur. Skripsi, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Djuanda, Bogor. Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie, 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. PT. Gramedia, Jakarta .
162 - Lokakarya NasionaI Unggas Air 2001